ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR WOOD INDONESIA DI CINA, SINGAPURA DAN MALAYSIA DALAM SKEMA CINA-ASEAN FREE TRADE AREA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR WOOD INDONESIA DI CINA, SINGAPURA DAN MALAYSIA DALAM SKEMA CINA-ASEAN FREE TRADE AREA"

Transkripsi

1 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR WOOD INDONESIA DI CINA, SINGAPURA DAN MALAYSIA DALAM SKEMA CINA-ASEAN FREE TRADE AREA OLEH LIANA VERONIKA H DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

2 RINGKASAN LIANA VERONIKA. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Ekspor Wood Indonesia di Cina, Singapura, dan Malaysia dalam Skema Cina- ASEAN Free Trade Area (dibimbing oleh DEDI BUDIMAN HAKIM). Perhimpunan bangsa-bangsa di Asia Tenggara yang lebih dikenal dengan sebutan ASEAN (Association of South East Asian Nations) merupakan kerjasama regional yang didirikan pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok. Dari semua rencana liberalisasi perdagangan ASEAN dengan sejumlah negara, hubungan FTA dengan Cina merupakan yang paling maju. Normal Track adalah program penurunan tarif bea masuk antara ASEAN dan Cina, yang akan berlaku efektif pada tanggal 20 Juli 2005, dengan cakupan produk salah satu diantaranya adalah Wood (HS 4409). Dari semua produk kehutanan, woodworking memberikan sumbangan bagi devisa dalam jumlah yang cukup besar. Sebagai salah satu negara produsen dan eksportir wood diantara negara-negara ASEAN, Indonesia memandang kerjasama Cina-AFTA sebagai peluang yang cukup terbuka untuk dapat meningkatkan permintaan ekspor wood Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah : (1) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor wood Indonesia di Cina, Singapura, dan Malaysia. (2) menganalisis dampak liberalisasi perdagangan Cina-ASEAN terhadap permintaan ekspor wood Indonesia di Cina, Singapura, dan Malaysia. (3) mengkaji bagaimana rekomendasi kebijakan pengembangan ekspor wood Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Departemen Kehutanan, Badan Revitalisasi Industri Kehutanan, dan Badan Pusat Statistik. Pengambilan data juga diperoleh dari penelusuran internet seperti ASEAN Secretary, Comtrade dan International Financial Statictics (IFS). Data deret waktu meliputi data kuartalan mulai dari Januari 2003 sampai dengan September Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan metode kuantitatif. Metode deskriptif digunakan untuk memberikan penjelasan tentang dampak liberalisasi perdagangan Cina- ASEAN dan rekomendasi pengembangan ekspor wood. Sedangkan metode kuantitatif dengan persamaan regresi linier berganda digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor wood Indonesia. Model tersebut diduga dengan menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square). Hasil pendugaan menunjukkan bahwa koefisien determinasi (R 2 ) persamaan dalam model cukup tinggi. Nilai koefisien determinasi (R 2 ) yang diperoleh untuk model permintaan ekspor wood Indonesia di Cina adalah sebesar 97,94 persen, pada model permintaan ekspor wood Indonesia di Singapura sebesar 88,85 persen, dan pada model permintaan ekspor wood Indonesia di Malaysia sebesar 90,31 persen. Hal ini menunjukkan bahwa keragaman peubah terikat dapat dijelaskan dengan baik oleh faktor-faktor penjelas yang dimasukkan ke

3 dalam model. Masalah autokorelasi, heteroskedastisitas, dan multikolinier tidak terdapat dalam model yang dianalisis. Berdasarkan uji t-statistik pada taraf nyata lima persen, diketahui bahwa faktor bebas dalam model permintaan ekspor wood Indonesia di Cina seperti harga ekspor riil, harga substitusi, dan nilai tukar riil rupiah terhadap yuan berpengaruh nyata. Pada model permintaan ekspor wood Indonesia di Singapura, faktor harga substitusi, GDP riil per kapita Singapura, dan nilai tukar riil rupiah terhadap dollar Singapura berpengaruh nyata terhadap permintaan ekspor wood. Sedangkan pada model permintaan ekspor wood Indonesia di Malaysia, faktor harga ekspor riil, GDP riil per kapita Malaysia, dan nilai tukar riil rupiah terhadap ringgit berpengaruh nyata terhadap permintaan ekspor wood Indonesia. Pemberlakuan program Cina-AFTA yaitu Normal Track (I dan II) menyebabkan penurunan permintaan ekspor wood Indonesia di negara Cina dan Malaysia. Sedangkan pemberlakuan program Cina-AFTA yaitu Normal Track (I dan II) menyebabkan peningkatan permintaan ekspor wood Indonesia di negara Singapura. Rekomendasi pengembangan ekspor wood Indonesia diantaranya adalah dengan mengatasi pasokan bahan baku yang tidak cukup dengan cara mengintensifkan hutan tanaman, membangun dan menggunakan sumber-sumber pasokan bahan baku alternatif, meningkatkan produktivitas hutan tanaman, serta mengembangkan kesamaan visi tentang Green Trade. Kedua, melakukan penyesuaian teknologi industri kehutanan yang sudah tua dengan teknologi terbaru. Ketiga, meningkatkan mutu sumber daya manusia di sektor kehutanan. Keempat, melakukan kajian terhadap prosedur birokrasi di bidang kehutanan yang selama ini dipandang rumit oleh para pelaku usaha. Kelima, membuat peraturan perundangan di bidang kehutanan yang dapat memberikan iklim yang kondusif bagi investasi. Terakhir, melakukan perbaikan infrastruktur. Adapun saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) Peningkatan permintaan ekspor wood tidak terlepas dari keberhasilan produsen domestik dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas wood Indonesia. Oleh karena itu diharapkan para pengusaha wood mampu mengefisienkan usahanya baik efisien dalam biaya produksi, tenaga kerja, maupun teknologi. (2) Kebijakan untuk meningkatkan permintaan ekspor wood Indonesia di negara pengimpor adalah menjaga kontinuitas ekspor yaitu dengan meningkatkan produksi dalam negeri. (3) Pada penelitian selanjutnya dilakukan analisis daya saing wood Indonesia di pasar internasional dan analisis penawaran ekspor wood Indonesia ke masing-masing negara konsumen wood.

4 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR WOOD INDONESIA DI CINA, SINGAPURA DAN MALAYSIA DALAM SKEMA CINA-ASEAN FREE TRADE AREA OLEH LIANA VERONIKA H Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

5 INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN ILMU EKONOMI Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Liana Veronika Nomor Registrasi Pokok : H Program Studi : Ilmu Ekonomi Judul Skripsi : Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Ekspor Wood Indonesia di Cina, Singapura, dan Malaysia dalam Skema Cina- ASEAN Free Trade Area. dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui, Dosen Pembimbing, Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec. NIP Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi, Rina Oktaviani, Ph.D. NIP Tanggal Kelulusan :

6 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. Bogor, Agustus 2008 LIANA VERONIKA H

7 RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Liana Veronika lahir pada tanggal 7 Agustus 1985 di Jakarta. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, dari pasangan Poitan Panjaitan dan Berliana Rosmaida Siahaan. Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1992 sampai dengan tahun 1998 di SDN 09 Pondok Kelapa Jakarta. Selanjutnya meneruskan ke pendidikan lanjutan tingkat pertama dari tahun 1998 sampai dengan tahun 2001 di SLTPN 252 Pondok Kelapa Jakarta. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan menengah umum di SMUN 61 Pondok Bambu Jakarta dan lulus pada tahun Pada tahun 2004 penulis melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi. Institut Pertanian Bogor (IPB) menjadi pilihan penulis dengan harapan yang besar agar dapat memperoleh ilmu dan mengembangkan pola pikir, sehingga menjadi sumber daya yang berguna bagi pembangunan nasional. Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan terdaftar sebagai mahasiswa Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM). Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di dalam beberapa kegiatan kampus, kepanitiaan dan organisasi seperti PMK, KOPELKHU, dan AGRIA IPB.

8 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa melimpahkan kasih dan berkatnya pada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Adapun Judul dari Skripsi ini adalah Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Ekspor Wood Indonesia di Cina, Singapura, dan Malaysia dalam Skema Cina-ASEAN Free Trade Area. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Dalam proses penulisan skripsi ini, penulis banyak memperoleh dukungan dari beberapa pihak. Oleh karena itu dengan segala ketulusan dan kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan terma kasih kepada : 1. Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec. selaku dosen pembimbing skripsi yang memberikan ilmu dan membimbing penulis dengan sabar dalam proses penyusunan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik. 2. Rina Oktaviani, Ph. D. selaku dosen penguji utama yang telah bersedia menguji dan memberikan masukan, kritik dan ilmu yang bermanfaat untuk penyempurnaan skripsi ini. 3. Henny Reinhardt, SP. MSc selaku dosen penguji komisi pendidikan yang telah memberikan masukan dalam perbaikan tata bahasa untuk penyempunaan skripsi ini. 4. Kedua orangtua penulis yaitu P. Panjaitan dan Berliana R. Siahaan, Abang Nando dan Ibeth atas dukungan, doa, kasih sayang, bimbingan dan perhatian yang telah dicurahkan selama ini. 5. Sahabat-sahabat terbaik Wida, Tika, Ate, dan Rista yang selalu mendoakan dan memberikan motivasi untuk melangkah dan berjuang lebih gigih. Terimakasih atas semua kebersamaan dan keceriaan yang yang tak terlupakan yang kita jalani bersama.

9 6. Teman-teman penulis Prima, Merlin, Rolas, Lina, Titis, Tata, Septi, Lia, Hana, Rani, Irma, Niken, Icha, Sondang, Della, Uthie, Heni, Maya, dan seluruh IE angkatan 41. Terima kasih atas semangat, dukungan dan bantuan selama proses penyusunan skripsi. Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga hasil dari skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun semua pihak yang membutuhkan. Bogor, Agustus 2008 LIANA VERONIKA H

10 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Manfaat Penelitian Ruang Lingkup II. TINJAUAN PUSTAKA Cina-ASEAN Free Trade Area (CAFTA) Pengertian Industri Pengolahan Kayu Pengertian Ekspor Harga Pengertian Nilai Tukar Riil Pengertian GDP (Gross Domestic Product) Penelitian-Penelitian Terdahulu Penelitian Mengenai Kayu Olahan Penelitian Mengenai OLS Perbedaan Dengan Penelitian Terdahulu III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Teori Perdagangan Internasional Teori Liberalisasi Perdagangan Teori Permintaan Ekspor Model regresi Kerangka Pemikiran Operasional... 36

11 3.3. Hipotesis IV. METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Metode Analisis dan Pengolahan Data Perumusan Model Model Permintaan Ekspor Wood Indonesia di Cina Model Permintaan Ekspor Wood Indonesia di Singapura Model Permintaan Ekspor Wood Indonesia di Malaysia Pengujian Model dan Hipotesis Goodness Of Fit (Kesesuaian Model) Uji Statistik Uji Normalitas Uji Autokorelasi Uji Heteroskedastisitas Uji Multikolinearitas Konsep Elastisitas Definisi Operasional V. GAMBARAN UMUM Industri Woodworking Hak Perizinan Kehutanan Hak Pengusahaan Hutan (HPH) Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri (HPHTI) Ketentuan Ekspor Produk Industri Kehutanan Ekspor Wood Menurut Jenisnya Permasalahan Yang Dihadapi Illegal Logging Deforestrasi dan Degradasi Pengadaan Bahan Baku Rendahnya Teknologi dan Kualitas SDM... 70

12 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Ekspor Wood Menurut Negara Tujuan Permintaan Ekspor Wood Indonesia di Cina Permintaan Ekspor Wood Indonesia di Singapura Permintaan Ekspor Wood Indonesia di Malaysia Implikasi Kebijakan Dampak Liberalisasi Perdagangan Cina-ASEAN Rekomendasi Pengembangan Ekspor Wood Indonesia VII.KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

13 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Permintaan Ekspor Wood Indonesia Tahun (kg) Keadaan Perusahaan Hak Pengusahaan Hutan Tahun Pembangunan Hutan Tanaman Industri Tahun 1989/ Tarif Bea Masuk Produk Wood Tahun Hasil Estimasi Permintaan Ekspor Wood Indonesia di Cina Hasil Estimasi Permintaan Ekspor Wood Indonesia di Singapura Hasil Estimasi Permintaan Ekspor Wood Indonesia di Malaysia... 86

14 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Terjadinya Perdagangan Internasional Dampak Peningkatan GDP Negara Pengimpor terhadap Keseimbangan Perdagangan Internasional Dampak-dampak Keseimbangan Parsial Akibat Pemberlakuan Tarif Dampak Depresiasi Mata Uang Negara Eksportir pada Keseimbangan Perdagangan Internasional Efek Tarif Terhadap Produsen dan Konsumen Skema Kerangka Operasional... 39

15 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Permintaan Ekspor Wood Indonesia di Cina Permintaan Ekspor Wood Indonesia di Singapura Permintaan Ekspor Wood Indonesia di Malaysia Hasil Estimasi Permintaan Ekspor Wood Indonesia di Cina Uji Normalitas Permintaan Ekspor Wood Indonesia di Cina Uji Autokorelasi Permintaan Ekspor Wood Indonesia di Cina Uji Heteroskedastisitas Permintaan Ekspor Wood Indonesia di Cina Uji Multikolinieritas Permintaan Ekspor Wood Indonesia di Cina Hasil Estimasi Permintaan Ekspor Wood Indonesia di Singapura Uji Normalitas Permintaan Ekspor Wood Indonesia di Singapura Uji Autokorelasi Permintaan Ekspor Wood Indonesia di Singapura Uji Heteroskedastisitas Permintaan Ekspor Wood Indonesia di Singapura Uji Multikolinieritas Permintaan Ekspor Wood Indonesia di Singapura Hasil Estimasi Permintaan Ekspor Wood Indonesia di Malaysia Uji Normalitas Permintaan Ekspor Wood Indonesia di Malaysia Uji Autokorelasi Permintaan Ekspor Wood Indonesia di Malaysia Uji Heteroskedastisitas Permintaan Ekspor Wood Indonesia di Malaysia Uji Multikolinieritas Permintaan Ekspor Wood Indonesia di Malaysia

16 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Liberalisasi perdagangan merupakan fenomena dunia yang tidak dapat dihindari oleh semua negara sebagai anggota masyarakat internasional. Fenomena ini terlihat dari terbentuknya blok-blok perdagangan bebas, yang menurut Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/ WTO) pada tahun 2002 sudah hampir mencapai angka 250, antara lain, berbagai jenis kerjasama perdagangan regional seperti APEC, North America Free Trade Area (NAFTA), ASEAN Free Trade Area (AFTA), dan Cina-ASEAN Free Trade Area (CAFTA). Perhimpunan bangsa-bangsa di Asia Tenggara yang lebih dikenal dengan sebutan ASEAN (Association of South East Asian Nations) merupakan kerjasama regional yang didirikan pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok. Pada tahun 1992, diadakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-iv di Singapura di mana pertemuan tersebut menghasilkan kesepakatan untuk pembentukan AFTA (ASEAN Free Trade Area). AFTA disepakati karena sebelumnya skema perdagangan preferensi antar anggota ASEAN yaitu ASEAN Prefential Trading Arrangement (PTA) dianggap kurang berhasil dalam meningkatkan volume perdagangan intra-asean. Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-x ASEAN menyepakati dibentuknya kerangka kerja sama Komunitas Ekonomi ASEAN (ASEAN economic community). Untuk mempersempit kesenjangan, ASEAN telah menyepakati ASEAN Framework Agreement for the Integration of the Priority Sectors

17 (Perjanjian Kerangka Kerja ASEAN untuk Integrasi Sektor-sektor Prioritas) yang dijabarkan dengan ASEAN Sectoral Integration Protocol and ASEAN Protocol to Enchance Disputes Settlement Mechanism (Protokol Integrasi Sektor ASEAN dan Protokol ASEAN untuk meningkatkan Mekanisme Penyelesaian Perselisihan). Sektor-sektor prioritas yang sudah diintegrasikan itu adalah kayu, otomotif, karet, tekstil, agroindustri, elektronik, e-asean, kesehatan, perikanan, produk tekstil, dan turisme. Indonesia sendiri ditunjuk menjadi koordinator untuk wood based product dan otomotif. Dari semua rencana liberalisasi perdagangan ASEAN dengan sejumlah negara, hubungan FTA dengan Cina merupakan yang paling maju. Hal itu terlihat dari keinginan pemerintah ASEAN dan Cina untuk mempercepat liberalisasi dari jadwal yang sudah disepakati. Awal kesepakatan penurunan tarif tertuang dalam Framework Agreement on Comprehensive Economic Cooperation between the ASEAN and People s Republic of China yang ditandatangani pada 4 November 2002 di Phnom Penh, Kamboja. Selanjutnya, tanggal 6 Oktober 2003 di Bali disepakati protokol perubahannya untuk mempercepat terwujudnya Cina-ASEAN Free Trade Area. Sebagai bentuk keseriusan Indonesia, pemerintah mengeluarkan Ratifikasi Framework Agreement Cina-AFTA melalui Keputusan Presiden Nomor 48 Tahun 2004 pada 15 Juni Program penurunan dan penghapusan tarif bea masuk dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu pertama Early Harvest Program (EHP), kedua Normal Track (I dan II) dan ketiga, sensitive and highly sensitive track. Normal Track adalah program penurunan tarif bea masuk antara ASEAN dan Cina, yang akan berlaku efektif pada tanggal 20 Juli 2005, dengan cakupan

18 produk yang menjadi andalan ekspor Indonesia salah satu diantaranya adalah Wood (HS 4409). Industri kehutanan memiliki kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian Indonesia. Nilai ekspor industri hasil hutan pada tahun 1980-an sebesar US$ 200 juta per tahun kemudian meningkat menjadi lebih dari US$ 9 milyar per tahun pada tahun 1990-an. Sampai dengan awal tahun 1990-an sektor kehutanan memberikan kontribusi terhadap pendapatan nasional kedua terbesar setelah migas dan tekstil (Nurrochmat dalam Herosobroto, 2007). Sektor kehutanan telah berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui pertambahan nilai investasi 1, peningkatan kinerja ekspor, pendapatan negara melalui pajak dan non pajak, serta penciptaan peluang usaha dan penyerapan tenaga kerja 2. Industri sektor kehutanan telah memberikan sumbangan devisa yang cukup signifikan pasca krisis (periode ) dengan nilai US$ 7 milyar atau lebih dari 12,6 persen. Dari semua produk kehutanan, kayu olahan (woodworking) memberikan sumbangan bagi devisa dalam jumlah yang cukup besar. Ekspor kayu olahan (woodworking) Indonesia pada masa krisis ekonomi (1997) mencapai sebesar US$ 20 Milyar. Angka ini setara dengan 10 persen GDP (Bank Dunia, 2001). Dengan demikian ekspor komoditi dari sektor kehutanan ini 1. Hingga tahun 2004, investasi di sektor kehutanan telah mencapai nilai US $ 27,7 milyar dimana US $ 16,00 milyar diantaranya dalam bentuk industri pulp dan kertas. Rincian investasi di sektor kehutanan meliputi nilai investasi di HPH USD 3,28 milyar, USD HTI 3,00 milyar, kayu lapis USD 3,30 milyar, perekat USD 0,19 milyar, kayu gergajian dan kayu olahan USD 1,03 milyar, meubel USD 0,80 milyar, dan pertukangan USD 0,17 milyar. 2. Penduduk yang bermata pencaharian langsung dari hutan sekitar enam juta orang. Apabila diasumsikan bahwa TK di sektor kehutanan menanggung minimal tiga orang, maka usaha di sektor kehutanan telah menjadi gantungan hidup 24 juta orang (KADIN, 2004).

19 memegang peranan penting bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Industri woodworking mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar. Lima juta tenaga kerja langsung, diserap oleh industri ini (Masyarakat Perhutanan Indonesia, 2006). Salah satu produk woodworking Indonesia yang memiliki permintaan ekspor dalam jumlah cukup besar berdasarkan kodifikasi HS ke negara mitra dagang Indonesia adalah woodworking dengan kodifikasi HS 4409 (wood). Berdasarkan Tabel 1, selama periode tahun 2003 sampai dengan tahun 2007 Cina merupakan pasar ekspor utama wood Indonesia di antara negara-negara mitra dagang lainnya (Comtrade, 2007). Permintaan ekspor Cina terhadap wood Indonesia pada tahun rata-rata sebesar ,4 kg. Kontribusi terbesarnya terjadi pada tahun 2003 sebesar kg, sedangkan kontribusi terendahnya terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar kg. Sedangkan Singapura dan Malaysia merupakan negara pengimpor wood terbesar Indonesia di antara negara anggota ASEAN (BRIK, 2007). Kontribusi terbesarnya terjadi pada tahun 2003 sebesar kg untuk Singapura, dan sebesar kg pada tahun 2004 untuk negara Malaysia. Tabel 1. Permintaan Ekspor Wood Indonesia Tahun (Kg) Tahun Negara Cina Singapura Malaysia Rata-Rata , , ,8 Sumber : Comtrade Sebagai salah satu negara produsen dan eksportir wood diantara negaranegara ASEAN, Indonesia memandang kerjasama Cina-AFTA sebagai peluang

20 yang cukup terbuka untuk dapat meningkatkan permintaan ekspor wood Indonesia. Berdasarkan uraian diatas, komoditi wood merupakan komoditi yang penting bagi Indonesia karena sumbangannya terhadap devisa negara yang cukup besar. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Ekspor Wood Indonesia di Cina, Singapura, dan Malaysia dalam Skema Cina-ASEAN Free Trade Area Perumusan Masalah Dengan pembentukan integrasi ekonomi ASEAN, Indonesia beserta negara-negara ASEAN lainnya akan memperoleh keuntungan pasar yang semakin luas. Namun peluang pasar tersebut dapat menjadi ancaman yang besar bagi Indonesia jika tidak dapat mengelola pasar, akses sumber bahan baku, dan para pelaku ekonomi lainnya. Dengan adanya pasar AFTA dan Cina-AFTA, Indonesia akan menghadapi kompetitor terbesar untuk sektor produk kayu. Dalam rangka memperlancar Cina-AFTA, maka disepakati program penurunan dan penghapusan tarif bea masuk yang dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu tahap pertama Early Harvest Program (EHP), tahap kedua Normal Track (I dan II) dan tahap terakhir, sensitive and highly sensitive track. Program penurunan bertahap dan penghapusan tarif bea masuk produk-produk yang tercakup dalam Normal Track berlaku efektif mulai tanggal 20 Juli 2005, dengan cakupan produk yang menjadi andalan ekspor Indonesia salah satu diantaranya adalah Wood (HS 4409). Program penurunan tarif bea masuk ini akan diturunkan secara bertahap

21 sehingga menjadi 0 persen pada tahun 2010 dengan pengecualian sejumlah pos tarif yang dapat diturunkan menjadi 0 persen pada tahun Sebelum diberlakukannya Normal Track (I dan II) kuantitas permintaan ekspor wood Indonesia di Cina lebih besar dibandingkan dengan setelah diberlakukannya Normal Track (I dan II) pada tanggal 20 Juli Kontribusi terbesarnya terjadi pada tahun 2003 sebesar kg. Pada tahun 2004 sampai dengan 2007, permintaan ekspor wood Indonesia di Cina terus mengalami penurunan. Kontribusi terendahnya terjadi pada tahun 2007 sebesar kg. Permintaan ekspor wood Indonesia di Singapura selama periode tahun 2003 sampai dengan tahun 2007 mengalami fluktuasi. Kontribusi terbesarnya terjadi pada tahun 2003 sebesar kg, sedangkan kontribusi terendahnya terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar kg. Permintaan ekspor wood Indonesia di Malaysia dalam periode waktu yang sama. Setiap tahunnya terus mengalami penurunan sejak diberlakukannya Normal Track (I dan II). Kontribusi terendahnya terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar kg. Permintaan ekspor wood Indonesia di Cina, Singapura, dan Malaysia dalam perkembangannya mengalami berbagai kendala. Hal tersebut diduga disebabkan oleh fluktuasi beberapa faktor seperti harga ekspor riil, harga substitusi, nilai tukar riil rupiah terhadap yuan, dollar Singapura, dan ringgit, pendapatan per kapita negara pengimpor (Cina, Singapura, dan Malaysia), dan kesepakatan Cina-AFTA. Wood merupakan kayu olahan yang bahan bakunya adalah kayu bulat. Saat ini produksi kayu bulat mengalami penurunan yang cukup signifikan dari tahun ke tahun. Akibatnya produksi wood mengalami penurunan dan harga ekspor

22 wood mengalami peningkatan karena pasokannya berkurang. Kenaikan harga barang substitusi yaitu harga ekspor wood Brazil ke Cina, Singapura, dan Malaysia akan mengakibatkan peningkatan permintaan wood Indonesia. Brazil merupakan salah satu pengekspor wood terbesar di dunia. Pada tahun 2007, Brazil mengekspor wood ke dunia sebesar kg (Comtrade,2007). Fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap yuan, dollar Singapura, dan ringgit juga memberikan pengaruh terhadap permintaan ekspor wood Indonesia di negara Cina, Singapura, dan Malaysia. Nilai tukar rupiah terhadap yuan pada tahun 2004 sebesar 779,74 Rp/Yuan dengan jumlah permintaan ekspor wood sebesar kg. Pada tahun 2005, nilai tukar rupiah terhadap yuan sebesar 772,31 Rp/Yuan dengan jumlah permintaan ekspor wood sebesar kg. Hal tersebut menunjukkan bahwa saat nilai tukar rupiah terhadap yuan menguat (terapresiasi) maka wood domestik relatif lebih mahal terhadap wood Cina sehingga permintaan ekspor menurun. Demikian juga dengan nilai tukar rupiah terhadap dollar Singapura. Pada tahun 2004, nilai tukar rupiah terhadap dollar Singapura sebesar 3841,87 Rp/$ dengan jumlah permintaan ekspor wood sebesar kg. Pada tahun 2005, nilai tukar rupiah terhadap dollar Singapura sebesar 3778,45 Rp/$ dengan permintaan ekspor wood sebesar kg. Pendapatan per kapita negara pengimpor memiliki hubungan positif terhadap permintaan ekspor wood Indonesia. Pada tahun 2005, GDP perkapita Singapura sebesar 43,67 milyar dollar Singapura/jiwa dengan permintaan ekspor wood di Singapura sebesar kg. GDP perkapita Singapura pada tahun 2006 sebesar 45,05 milyar dollar Singapura/jiwa dengan permintaan ekspor wood

23 di Singapura sebesar kg. Semakin besar pendapatan per kapita negara pengimpor maka akan meningkatkan permintaan dan pada akhirnya mendorong terjadinya peningkatan ekspor wood Indonesia. Demikian juga dengan GDP perkapita Malaysia. Pada tahun 2003, GDP perkapita Malaysia sebesar 14,90 milyar ringgit/jiwa dengan permintaan ekspor wood di Malaysia sebesar kg. GDP perkapita pada Malaysia tahun 2004 sebesar 16,73 milyar ringgit/jiwa dengan permintaan ekspor wood di Malaysia sebesar kg. Kondisi demikian membuat Indonesia akan lebih memperhatikan negara yang memiliki pendapatan per kapita yang besar untuk dijadikan negara tujuan ekspornya. Sedangkan kesepakatan Cina-AFTA akan memberikan pengaruh yang positif, yaitu peningkatan permintaan ekspor wood Indonesia. Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan, yaitu : 1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi permintaan ekspor wood Indonesia di Cina, Singapura, dan Malaysia? 2. Bagaimana dampak liberalisasi perdagangan Cina-ASEAN terhadap permintaan ekspor wood Indonesia di Cina, Singapura, dan Malaysia? 3. Bagaimana rekomendasi kebijakan pengembangan ekspor wood Indonesia?

24 1.3. Tujuan Berdasarkan latar belakang dan permasalahan diatas maka penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut: 1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor wood Indonesia di Cina, Singapura, dan Malaysia. 2. Menganalisis dampak liberalisasi perdagangan Cina-ASEAN terhadap permintaan ekspor wood Indonesia di Cina, Singapura, dan Malaysia. 3. Mengkaji rekomendasi kebijakan pengembangan ekspor wood Indonesia Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan kepada: 1. Penulis, penelitian ini bermanfaat untuk melatih kemampuan penulis dalam menganalisis masalah sesuai dengan pengetahuan yang diperoleh selama kuliah dan menambah pengetahuan penulis mengenai industri woodworking di Indonesia. 2. Pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan informasi bagi pemerintah untuk membuat kebijakan yang berhubungan dengan peningkatan industri woodworking di Indonesia. 3. Peneliti-peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan dan bahan pertimbangan atau perbandingan untuk penelitian selanjutnya.

25 1.5. Ruang Lingkup Penelitian ini membahas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor wood Indonesia di Cina, Singapura, dan Malaysia dalam skema Cina-ASEAN Free Trade Area. Pada penelitian ini komoditi yang digunakan adalah komoditi wood dengan Harmonized Commodity Description and Coding System atau yang lebih dikenal dengan Harmonized System (HS) adalah HS sampai pada level 4 digit yaitu HS HS 4409 merupakan kodifikasi produk kayu, dibentuk tidak terputus (diberi lidah, diberi alur, tepinya dikorok, diberi lereng, v-jointed, beaded, diberi pola bentukan, dibundarkan atau sejenis itu), sepanjang tepi, ujung atau permukaannya, diketam, diampelas atau end jointed maupun tidak. Pada penelitian ini variabel yang digunakan adalah harga ekspor rill, harga substitusi yaitu harga ekspor wood Brazil ke Cina, Singapura, dan Malaysia, nilai tukar riil rupiah terhadap yuan, dollar Singapura, dan ringgit, pendapatan per kapita negara pengimpor (Cina, Singapura, dan Malaysia), dan kesepakatan Cina-AFTA.

26 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Cina-ASEAN Free Trade Area (CAFTA) Gagasan pembentukan Cina-ASEAN Free Trade Area (CAFTA) untuk pertama kalinya disepakati dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke- 7 di Bandar Sri Begawan, Brunei Darussalam, pada November ASEAN menyetujui pembentukan CAFTA dalam waktu 10 tahun, yang dirumuskan dalam Framework Agreement on Comprehensive Economic Cooperation between the ASEAN and People s Republic of China yang disahkan pada KTT ASEAN berikutnya di Phnom Penh, Kamboja, 4 November Protokol perubahannya telah ditandatangani oleh Para Menteri Ekonomi pada tanggal 6 Oktober 2003 di Bali. Kemudian sebagai bentuk keseriusan Indonesia, pemerintah mengeluarkan Ratifikasi Framework Agreement ASEAN-Cina FTA melalui Keputusan Presiden Nomor 48 Tahun 2004 tanggal 15 Juni ASEAN dan Cina menyetujui dibentuknya CAFTA dalam dua tahapan waktu yaitu: tahun 2010 dengan negara pendiri ASEAN, yang meliputi Thailand, Malaysia, Singapura, Indonesia, dan Filipina, dan pada tahun 2012 dengan kelima negara anggota baru ASEAN yakni Brunei Darussalam, Vietnam, Kamboja, Laos dan Myanmar. Tujuan Framework Agreement CAFTA adalah : (a) memperkuat dan meningkatkan kerjasama perdagangan kedua pihak. (b) meliberalisasikan perdagangan barang dan jasa melalui pengurangan atau penghapusan tarif.

27 (c) mencari area baru dan mengembangkan kerjasama ekonomi yang saling menguntungkan kedua pihak. (d) memfasilitasi integrasi ekonomi yang lebih efektif dengan negara anggota baru ASEAN dan menjembatani gap yang ada di kedua belah pihak. Dalam rangka CAFTA, barang yang diperdagangkan antara Indonesia dan Cina diimplementasikan penurunan atau penghapusan tarifnya dengan mengikuti skema dan waktu sebagai berikut: 1. Early Harvest Program (EHP) yang mulai diberlakukan mulai 1 Januari 2004, diturunkan secara bertahap sehingga menjadi 0 persen pada tahun Adapun cakupan produk tersebut adalah Chapter 01 sampai dengan 08 (yaitu 01. Live Animals; 02. Meat and Edible Meat Offal; 03. Fish; 04. Daily Products; 05. Other Animal Products; 06. Live Trees; 07. Edible Vegetables dan 08. Edible Fruits and Nuts) dengan pengecualian Sweet Corn (HS ). 2. Normal Track (I dan II) yang diberlakukan pada tanggal 20 Juli 2005, diturunkan secara bertahap sehingga menjadi 0 persen pada tahun 2010 dengan pengecualian sejumlah pos tarif yang dapat diturunkan menjadi 0 persen pada tahun Adapun cakupan produk yang termasuk dalam normal track diantaranya produk Coal (HS 2701); Polycarboxylic acids (HS 2917); Wood (HS 4409); dan Copper wire (HS 7408).

28 3. Sensitive Track (Normal Sensitive dan Highly Sensitive) memiliki tarif maksimum 20 persen pada tahun 2012 dan diturunkan secara bertahap sehingga menjadi 5 persen pada tahun Sedangkan tarif bea masuk produk highly sensitive tidak boleh melebihi 50 persen pada tahun Produk andalan Indonesia yang masuk dalam Sensitive dan Highly Sensitive antara lain Palm Oil dan turunannya (HS 1511); Karet Alam (HS 4001); dan Plywood, vennered panels (HS 4412). Early Harvest Package (EHP) telah diimplementasikan oleh Indonesia dengan menerbitkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 355/KMK.01/2004 (EHP ASEAN-Cina, terdiri dari 527 pos tarif) dan 356/KMK.01/2004 (EHP Bilateral Indonesia-Cina, terdiri dari 46 pos tarif). Tarif bea masuk produk-produk ini akan menjadi 0 persen pada tahun 2006, baik di Indonesia maupun di Cina. Normal Track (I dan II) telah diimplementasikan dengan menerbitkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 56/PMK.010/2005 tentang Jadwal Penurunan Tarif dalam Kerangka CAFTA dan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 57/PMK.010/2005 tentang Penetapan Tarif Bea Masuk dalam Kerangka CAFTA untuk tahun Sedangkan Program Sensitive Track (Normal Sensitive dan Highly Sensitive) dirumuskan bersama-sama dengan Normal Track dan akan ditetapkan dalam satu paket sebagai implementasi dari agreement on Trade in Goods ASEAN-Cina FTA yang ditandatangani pada bulan Nopember 2004 di Vientiane, Laos.

29 Dengan terbentuknya Cina-ASEAN Free Trade Area, maka memberikan peluang yang besar kepada Indonesia, antara lain : 1. Terbukanya peluang masuk ke Cina dengan tingkat tarif relatif rendah dan jumlah penduduk yang besar. 2. Meningkatnya kerjasama antara pelaku bisnis di kedua negara melalui pembentukan aliansi strategis. 3. Meningkatnya kepastian bagi produk unggulan Indonesia dalam memanfaatkan peluang pasar Cina. 4. Terbukanya transfer teknologi antara pelaku bisnis di kedua negara. Selain memberikan peluang, Cina-ASEAN Free Trade Area juga memberikan tantangan kepada Indonesia, yaitu : 1. Indonesia harus dapat meningkatkan efisiensi sehingga produktifitas meningkat. 2. Menciptakan iklim usaha yang kondusif sehingga daya saing Indonesia meningkat, antara lain dilakukan melalui penghapusan ekonomi biaya tinggi, termasuk penyederhanaan perijinan. 3. Memperluas akses pasar. 4. Meningkatkan kemampuan dalam penguasaan teknologi informasi dan komunikasi, termasuk promosi pemasaran Pengertian Industri Pengolahan Kayu Industri pengolahan kayu adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah barang dasar menjadi barang setengah jadi atau barang jadi,

30 dan atau barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya. Termasuk ke dalam sektor ini adalah perusahaan yang melakukan kegiatan jasa industri dan perakitan (assembling) dari bagian suatu industri (Badan Pusat Statistik, 1996). Dewasa ini banyak didirikan industri pengolahan hasil hutan dengan berbagai bentuk usahanya. Selain meningkatkan nilai tambah (value added) kayu juga memberikan kesempatan berusaha bagi masyarakat, meningkatkan taraf hidup masyarakat dan meningkatkan pendapatan daerah setempat. Berkembangnya industri perkayuan dapat digunakan sebagai sarana untuk peningkatan penggunaan produksi dalam negeri dan pengembangan sektor lain yang berhubungan Pengertian Ekspor Ekspor adalah aliran perdagangan suatu komoditi dari dalam negeri ke luar negeri. Ekspor dapat diartikan, suatu total penjualan barang yang dapat dihasilkan oleh suatu negara, kemudian diperdagangkan kepada negara lain dengan tujuan mendapatkan devisa. Suatu negara dapat mengekspor barang-barang yang dihasilkan ke negara lain yang tidak dapat menghasilkan barang-barang yang dihasilkan negara pengekspor (Lipsey, 1995). Ekspor merupakan suatu kegiatan yang banyak memberikan keuntungan-keuntungan bagi para pelakunya, adapun keuntungan-keuntungan tersebut antara lain adalah : meningkatkan laba perusahaan dan devisa negara, membuka pasar baru di luar negeri, memanfaatkan kelebihan kapasitas dalam negeri, dan membiasakan diri bersaing dalam pasar international. Ekspor dapat meningkatkan dan menciptakan pembagian lapangan

31 kerja dan skala setiap produsen domestik agar mampu menghadapi persaingan dari yang lainnya (Salvatore, 1997) Harga Menurut Lipsey (1995), harga dan kuantitas permintaan suatu komoditi berhubungan secara negatif. Artinya semakin tinggi harga suatu komoditi maka jumlah permintaan terhadap komoditi tersebut akan semakin berkurang, ceteris paribus. Untuk harga ekspor, Lipsey (1995) menyatakan bahwa suatu hipotesis ekonomi yang mendasar adalah bahwa untuk kebanyakan komoditi, harga yang ditawarkan berhubungan secara negatif dengan jumlah yang diminta, atau dengan kata lain semakin besar harga komoditi maka akan sedikit kuantitas komoditi tersebut yang diminta. Sebaliknya, harga berhubungan secara positif dengan penawaran. Semakin tinggi harga maka akan semakin banyak kuantitas komoditi tersebut yang ditawarkan Nilai Tukar Riil Nilai tukar riil adalah suatu harga relatif dari barang-barang yang diperdagangkan oleh dua negara. Terkadang nilai tukar riil biasa disebut dengan terms of trade. Nilai tukar riil diantara kedua negara dihitung dari nilai tukar nominal dan tingkat harga di kedua negara. Jika nilai tukar riil tinggi, maka harga barang-barang luar negeri relatif murah, dan barang-barang domestik relatif mahal. Jika nilai tukar riil rendah, maka sebaliknya harga barang-barang domestik relatif murah sedangkan harga barang-barang luar negeri mahal (Mankiw,2000).

32 Peranan yang penting dalam suatu hubungan ekonomi internasional terutama sekali berkaitan dengan pengaruhnya pada harga relatif dari barang-barang domestik dan harga barang-barang luar negeri GDP (Gross Domestic Product) Gross Domestic Product (GDP) merupakan pendapatan total dan pengeluaran total nasional pada output barang dan jasa. Lipsey (1995) menyatakan bahwa GDP merupakan nilai dari total produksi barang dan jasa suatu negara yang dinyatakan sebagai produksi nasional dan nilai total produksi tersebut juga menjadi pendapatan total negara yang bersangkutan atau dengan kata lain, produk nasional sama dengan pendapatan nasional. Produk nasional atau pendapatan nasional dapat diukur dalam bentuk pendapatan nasional bruto (PNB) atau pendapatan domestik bruto (PDB). GDP sering dianggap sebagai cerminan kinerja ekonomi. GDP diartikan sebagai perekonomian total dari setiap orang di dalam perekonomian (Mankiw, 2000). GDP menunjukkan besarnya kemampuan perekonomian suatu negara, dimana semakin besar GDP yang dihasilkan suatu negara semakin besar pula kemampuan negara tersebut untuk melakukan perdagangan. Bagi negara importir, semakin besar GDP maka akan meningkatkan impor komoditi negara tersebut. Peningkatan GDP merupakan peningkatan pendapatan masyarakatnya. Peningkatan pendapatan akan meningkatkan permintaan terhadap suatu komoditi, pada akhirnya akan meningkatkan impor komoditi tersebut. Sehingga besarnya GDP yang dimiliki negara importir akan mempengaruhi besarnya volume perdagangan.

33 2.7. Penelitian-PenelitianTerdahulu Penelitian Mengenai Kayu Olahan Pada tahun 2007, Herosobroto mencoba menganalisis dampak depresiasi dan volatilitas nilai tukar terhadap kinerja ekspor kayu olahan Indonesia. Data ekspor yang digunakan adalah data bulanan sejak tahun 1998 sampai dengan tahun 2004 yang terdiri dari nilai ekspor riil, nilai tukar riil bilateral, pendapatan nasional negara mitra dagang, dan volatilitas nilai tukar. Analisis dilakukan dengan menggunakan panel data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa volatilitas nilai tukar memberikan dampak yang berbeda untuk produk HS 4418, HS 4412, dan HS Pada produk HS 4412 dan HS 4418 depresiasi pada mulanya berdampak positif pada peningkatan nilai ekspor, namun kemudian berdampak negatif. Sebaliknya pada produk HS 4409 depresiasi tidak mendorong terjadinya peningkatan ekspor, yang terjadi justru sebaliknya depresiasi berdampak negatif terhadap ekspor. Volatilitas nilai tukar memiliki dampak tidak pasti, namun umumnya negatif meskipun nilainya relatif kecil terhadap kinerja ekspor produk HS Pendapatan nasional negara mitra dagang berdampak positif bagi peningkatan ekspor produk HS 4409 dan HS 4418, tetapi justru berkorelasi negatif pada produk HS Efek yang terjadi akibat adanya depresiasi nilai tukar pada komoditi HS 4418 dan HS 4412 adalah efek langsung, dimana depresiasi yang terjadi langsung direspon dengan efek peningkatan nilai ekspor. Volatilitas nilai tukar untuk produk HS 4412 dan HS 4418 juga memiliki efek langsung, dimana ketika volatilitas nilai tukar besar, industri kayu olahan untuk

34 kedua serial ini justru terpacu untuk memperoleh keuntungan dengan meningkatkan ekspor. Pradana (2006) melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor plywood di Indonesia. Penelitian tersebut membahas faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor plywood di Indonesia, elastisitas jangka pendek dan jangka panjang ekspor plywood di Indonesia serta rekomendasi kebijakan dari hasil analisis ekspor plywood di Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan metode Error Correction Model (ECM) dengan menggunakan data quarterly selama periode 1993 sampai dengan Data penelitian yang digunakan adalah jumlah ekspor plywood, jumlah bahan baku yaitu kayu bulat, harga relatif plywood terhadap dollar Amerika, nilai tukar riil dan dummy kebijakan pelarangan ekspor serta krisis moneter. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ekspor plywood dalam jangka pendek secara nyata dipengaruhi secara positif oleh harga relatif dari plywood dan dipengaruhi secara negatif oleh jumlah bahan baku dan nilai tukar. Ekspor plywood dalam jangka panjang dipengaruhi secara positif oleh harga relatif dari plywood dan kebijakan pelarangan ekspor serta dipengaruhi secara negatif oleh jumlah bahan baku yang tersedia, nilai tukar, dan krisis moneter. Dengan diberlakukannya kembali kebijakan pelarangan ekspor kayu bulat terhadap ekspor plywood, pemerintah harus bertindak lebih tegas dan mencegah terjadinya illegal logging.

35 Penelitian Mengenai OLS Novansi (2006) melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor beberapa buah-buahan penting Indonesia. Penelitian tersebut membahas perkembangan ekspor beberapa buah-buahan penting Indonesia menurut negara tujuan ekspor dan pengaruh faktor-faktor (harga domestik, harga ekspor, nilai tukar rupiah, volume ekspor ke negara lain dan volume ekspor periode sebelumnya) terhadap volume ekspor beberapa buahbuahan penting Indonesia. Dalam penelitiannya tersebut Novansi menggunakan data bulanan dari Januari 2002 sampai dengan Desember Metode deskriptif untuk melihat perkembangan ekspor dan metode kuantitatif yaitu analisis regresi linier berganda untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor beberapa buah-buahan penting Indonesia. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa perkembangan ekspor beberapa buah-buahan penting Indonesia seperti pisang, manggis, mangga, dan rambutan selama tahun cenderung menurun. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor beberapa buah-buahan penting Indonesia menunjukkan tidak semua peubah bebas yang digunakan dalam model berpengaruh nyata terhadap volume ekspor. Ningrum (2006) melakukan penelitian tentang permintaan ekspor pulp dan kertas Indonesia. Penelitian tersebut membahas perkembangan permintaan ekspor pulp dan kertas Indonesia dan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor produk pulp dan kertas Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan metode Ordinary Least Square (OLS) dengan menggunakan data tahunan dari tahun

36 Model persamaan yang digunakan dalam persamaan permintaan ekspor pulp dan kertas terdiri dari variabel ekspor pulp dan kertas, harga ekspor, nilai tukar, produksi, harga ekspor tahun sebelumnya dan dummy larangan ekspor kayu bulat. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa perkembangan ekspor pulp dan kertas Indonesia cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Akan tetapi perkembangan ekspor pulp dan kertas Indonesia lebih didominasi oleh tiga negara, yaitu Jepang, China, dan Korea Selatan. Harga ekspor pulp, nilai tukar, produksi pulp dan harga ekspor pulp tahun sebelumnya berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan ekspor pulp Indonesia. Pada permintaan kertas, variabel yang berpengaruh secara signifikan adalah produksi kertas, nilai tukar, variabel harga ekspor kertas, sedangkan variabel dummy larangan ekspor kayu bulat dan variabel harga ekspor kertas pada tahun sebelumnya tidak berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan kertas Perbedaan Dengan Penelitian Terdahulu Penelitian yang memiliki judul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Ekspor Wood Indonesia Di Cina, Singapura, dan Malaysia dalam Skema Cina-ASEAN Free Trade Area mempunyai perbedaan dibandingkan dengan penelitian lainnya. Penelitian Herosobroto (2007) memiliki tujuan menganalisis dampak depresiasi dan volatilitas nilai tukar terhadap kinerja ekspor kayu olahan Indonesia. Analisis dilakukan dengan menggunakan panel data. Pada penelitian Pradana (2006) memiliki tujuan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor plywood di Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan

37 metode Error Correction Model (ECM) dengan menggunakan data quarterly selama periode 1993 sampai dengan Novansi (2006) melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor beberapa buah-buahan penting Indonesia. Ningrum (2006) melakukan penelitian tentang permintaan ekspor pulp dan kertas Indonesia. Sedangkan penelitian saat ini memiliki tujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor Wood Indonesia di Cina, Singapura, dan Malaysia dalam Skema Cina-ASEAN Free Trade Area. Penelitian ini dilakukan dengan metode Ordinary Least Square (OLS) dengan menggunakan data kuartalan dari Januari 2003 sampai dengan September 2007.

38 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Teori Perdagangan Internasional Menurut arti yang sederhana perdagangan internasional adalah suatu proses yang timbul sehubungan dengan pertukaran komoditi antar negara. Menurut Lindert dan Kindleberger (1995) perdagangan internasional dianggap sebagai suatu akibat dari adanya interaksi antara permintaan dan penawaran yang bersaing. Terdapat dua hal penting untuk terjadinya perdagangan internasional yakni spesialisasi produksi dan informasi akan kebutuhan barang yang diperdagangkan. Spesialisasi produksi terjadi karena keadaan yang alamiah, yakni tumbuh atau tersedianya bahan alamiah yang ketersediaannya berbeda-beda di berbagai tempat di dunia. Hal kedua adalah ketersediaan informasi yang berkaitan erat dengan tingkat kemajuan daya pikir manusia. Adam Smith dalam Salvatore (1997) menyatakan bahwa perdagangan antar dua negara didasarkan pada keunggulan absolut (absolute advantage). Jika sebuah negara lebih efisien daripada (atau memiliki keunggulan absolut terhadap) negara lain dalam memproduksi sebuah komoditi, namun kurang efisien dibanding (atau memiliki kerugian absolut terhadap) negara lain dalam memproduksi komoditi lainnya, maka kedua negara tersebut dapat memperoleh keuntungan dengan cara masingmasing melakukan spesialisasi dalam memproduksi komoditi yang memiliki kerugian absolut.

39 Menurut teori Heckssher-Ohlin dalam Salvatore (1997), sebuah negara akan mengekspor komoditi yang diproduksinya lebih banyak menyerap faktor produksi yang relatif melimpah dan murah di negara itu, dan dalam waktu yang bersamaan dia akan mengimpor komoditi yang produksinya memerlukan sumberdaya yang relatif langka dan mahal di negara itu. Singkatnya, sebuah negara yang relatif kaya atau berlimpahan tenaga kerja akan mengekspor komoditi-komoditi yang relatif padat tenaga kerja dan akan mengimpor komoditikomoditi yang relatif padat modal (yang merupakan faktor produksi langka dan mahal di negara bersangkutan). Pada prinsipnya perdagangan antara dua negara timbul karena adanya perbedaan dalam permintaan dan penawaran, selain itu karena adanya keinginan untuk memperluas pemasaran komoditi ekspor untuk menambah penerimaan devisa dalam upaya penyediaan dan pembangunan negara yang bersangkutan. Secara teoritis, suatu negara (misalnya negara A) akan mengekspor suatu komoditi (misalnya wood) ke negara lain (misalnya negara B) apabila harga domestik di negara A (sebelum terjadi perdagangan internasional) relatif lebih rendah bila dibandingkan dengan harga domestik di negara B. Struktur harga yang relatif lebih rendah di negara A tersebut disebabkan adanya kelebihan penawaran (excess supply) yaitu produksi domestik yang melebihi konsumsi domestik. Dalam hal ini faktor produksi di negara A relatif berlimpah. Dengan demikian negara A mempunyai kesempatan menjual kelebihan produksinya ke negara lain. Di pihak lain, di negara B terjadi kekurangan penawaran karena konsumsi domestiknya melebihi produksi domestik (excess demand) sehingga harga

40 menjadi tinggi. Dalam hal ini negara B berkeinginan untuk membeli komoditi dari negara lain yang harganya relatif lebih murah. Jika kemudian terjadi komunikasi antara negara A dan negara B, maka dapat terjadi perdagangan antar kedua negara tersebut dimana negara A akan mengekspor komoditi wood ke negara B (Salvatore, 1997). Secara grafis terjadinya perdagangan antara negara A dan negara B dapat dilihat pada Gambar 1. Sebelum terjadinya perdagangan internasional, keseimbangan di negara A terjadi pada titik E a dengan jumlah produksi sebesar Q a1 dan harga yang terjadi adalah P 1. Di negara B keseimbangan terjadi pada titik E b dengan jumlah produksi sebesar Q b1 dan harga yang terjadi adalah sebesar P 3. Harga di negara A (P 1 ) lebih rendah daripada harga di negara B (P 3 ). Produsen di negara A akan memproduksi lebih banyak untuk harga di atas P 1. Hal tersebut akan menyebabkan terjadinya excess supply di negara A. Sementara untuk harga di bawah P 3, konsumen di negara B akan meminta lebih banyak daripada yang dihasilkan oleh produsen di negara B. Hal tersebut akan menyebabkan terjadinya excess demand di negara B. Kemudian terjadi perdagangan antara negara A dan negara B. Penawaran ekspor pada pasar internasional digambarkan oleh kurva S w yang merupakan excess supply dari negara A. Permintaan impor digambarkan oleh kurva D w yang merupakan excess demand dari negara B. Keseimbangan di pasar dunia terjadi pada titik E w yang menghasilkan harga dunia sebesar P 2, dimana negara A mengekspor sebesar (Q a2 - Q a3 ) yang sama dengan jumlah yang diimpor negara B (Q b2 -Q b3 ) jumlah ekspor

DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DI SEKTOR INDUSTRI CPO TERHADAP KESEIMBANGAN PASAR MINYAK GORENG SAWIT DALAM NEGERI OLEH WIDA KUSUMA WARDANI H

DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DI SEKTOR INDUSTRI CPO TERHADAP KESEIMBANGAN PASAR MINYAK GORENG SAWIT DALAM NEGERI OLEH WIDA KUSUMA WARDANI H DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DI SEKTOR INDUSTRI CPO TERHADAP KESEIMBANGAN PASAR MINYAK GORENG SAWIT DALAM NEGERI OLEH WIDA KUSUMA WARDANI H14104036 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Oktaviani dan Novianti (2009) perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan negara lain

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 21 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tanaman Apel Apel adalah jenis buah-buahan, atau buah yang dihasilkan dari pohon buah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN. CAFTA dibuat untuk mengurangi bahkan menghapuskan hambatan

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN. CAFTA dibuat untuk mengurangi bahkan menghapuskan hambatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang CAFTA merupakan perjanjian area perdagangan bebas antara China dan ASEAN. CAFTA dibuat untuk mengurangi bahkan menghapuskan hambatan perdagangan barang tarif maupun

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK TRADE FACILITATION TERHADAP PERDAGANGAN BILATERAL INTRA-ASEAN OLEH INDAH JAYANGSARI H

ANALISIS DAMPAK TRADE FACILITATION TERHADAP PERDAGANGAN BILATERAL INTRA-ASEAN OLEH INDAH JAYANGSARI H ANALISIS DAMPAK TRADE FACILITATION TERHADAP PERDAGANGAN BILATERAL INTRA-ASEAN OLEH INDAH JAYANGSARI H14102043 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Tanaman Jeruk Buah jeruk merupakan salah satu jenis buah-buahan yang paling banyak digemari oleh masyarakat kita. Buah jeruk selalu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) / ASEAN Economic Community (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini merupakan agenda utama negara

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BATUBARA INDONESIA DI PASAR JEPANG OLEH ROCHMA SUCIATI H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BATUBARA INDONESIA DI PASAR JEPANG OLEH ROCHMA SUCIATI H i ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BATUBARA INDONESIA DI PASAR JEPANG OLEH ROCHMA SUCIATI H14053157 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 81 BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN bersama dengan Cina, Jepang dan Rep. Korea telah sepakat akan membentuk suatu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah

I. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah 17 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ASEAN terbentuk pada tahun 1967 melalui Deklarasi ASEAN atau Deklarasi Bangkok tepatnya pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok oleh Wakil Perdana Menteri merangkap

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Penelitian Terdahulu Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa dokumen-dokumen yang terkait dengan judul penelitian, diantaranya

Lebih terperinci

ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B.

ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B. ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B. Outline Sejarah dan Latar Belakang Pembentukan AFTA Tujuan Strategis AFTA Anggota & Administrasi AFTA Peranan & Manfaat ASEAN-AFTA The

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ekspor merupakan salah satu bagian penting dalam perdagangan internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan sebagai total penjualan barang

Lebih terperinci

: Determinan Intra-Industry Trade Komoditi Kosmetik Indonesia dengan Mitra Dagang Negara ASEAN-5 : I Putu Kurniawan

: Determinan Intra-Industry Trade Komoditi Kosmetik Indonesia dengan Mitra Dagang Negara ASEAN-5 : I Putu Kurniawan Judul Nama : Determinan Intra-Industry Trade Komoditi Kosmetik Indonesia dengan Mitra Dagang Negara ASEAN-5 : I Putu Kurniawan NIM : 1306105127 Abstrak Integrasi ekonomi merupakan hal penting yang perlu

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 23 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Dasar Perdagangan Internasional Teori perdagangan internasional adalah teori yang menganalisis dasardasar terjadinya perdagangan internasional

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN EKSPOR PULP DAN KERTAS INDONESIA OLEH AGUSTINA WIDI PALUPI NINGRUM H

ANALISIS PERMINTAAN EKSPOR PULP DAN KERTAS INDONESIA OLEH AGUSTINA WIDI PALUPI NINGRUM H ANALISIS PERMINTAAN EKSPOR PULP DAN KERTAS INDONESIA OLEH AGUSTINA WIDI PALUPI NINGRUM H14102020 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 ANALISIS PERMINTAAN

Lebih terperinci

PENINGKATAN EKSPOR CPO DAN KAKAO DI BAWAH PENGARUH LIBERALISASI PERDAGANGAN (SUATU PENDEKATAN MODEL GRAVITASI) OLEH MARIA SITORUS H

PENINGKATAN EKSPOR CPO DAN KAKAO DI BAWAH PENGARUH LIBERALISASI PERDAGANGAN (SUATU PENDEKATAN MODEL GRAVITASI) OLEH MARIA SITORUS H PENINGKATAN EKSPOR CPO DAN KAKAO DI BAWAH PENGARUH LIBERALISASI PERDAGANGAN (SUATU PENDEKATAN MODEL GRAVITASI) OLEH MARIA SITORUS H14050818 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEUBEL KAYU INDONESIA KE AMERIKA SERIKAT

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEUBEL KAYU INDONESIA KE AMERIKA SERIKAT 1 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEUBEL KAYU INDONESIA KE AMERIKA SERIKAT OLEH ERIKA H14104023 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 2 RINGKASAN

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS 3.1. Teori Perdagangan Internasional Teori tentang perdagangan internasional telah mengalami perkembangan yang sangat maju, yaitu dimulai dengan teori klasik tentang keunggulan

Lebih terperinci

4. Membentuk komite negara-negara penghasil minyak bumi ASEAN. Badan Kerjasama Regional yang Diikuti Negara Indonesia

4. Membentuk komite negara-negara penghasil minyak bumi ASEAN. Badan Kerjasama Regional yang Diikuti Negara Indonesia Badan Kerjasama Regional yang Diikuti Negara Indonesia 1. ASEAN ( Association of South East Asian Nation Nation) ASEAN adalah organisasi yang bertujuan mengukuhkan kerjasama regional negara-negara di Asia

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR BIJI KAKAO INDONESIA OLEH IRMA KOMALASARI H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR BIJI KAKAO INDONESIA OLEH IRMA KOMALASARI H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR BIJI KAKAO INDONESIA OLEH IRMA KOMALASARI H14104044 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri Indonesia bertumpu kepada minyak bumi dan gas sebagai komoditi ekspor utama penghasil

Lebih terperinci

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO RINGKASAN ISVENTINA. H14102124. Analisis Dampak Peningkatan Ekspor Karet Alam Terhadap Perekonomian Indonesia: Suatu Pendekatan Analisis Input-Output. Di bawah bimbingan DJONI HARTONO. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional memiliki peranan penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu negara terhadap arus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip umum perdagangan bebas adalah menyingkirkan hambatan-hambatan

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip umum perdagangan bebas adalah menyingkirkan hambatan-hambatan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Prinsip umum perdagangan bebas adalah menyingkirkan hambatan-hambatan teknis perdagangan (technical barriers to trade) dengan mengurangi atau menghilangkan tindakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MAKRO YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PEMERINTAH DARI CUKAI HASIL TEMBAKAU OLEH SRI BAHADURI M E TAMBUNAN H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MAKRO YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PEMERINTAH DARI CUKAI HASIL TEMBAKAU OLEH SRI BAHADURI M E TAMBUNAN H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MAKRO YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PEMERINTAH DARI CUKAI HASIL TEMBAKAU OLEH SRI BAHADURI M E TAMBUNAN H14102011 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR KEDELAI INDONESIA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR KEDELAI INDONESIA 1 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR KEDELAI INDONESIA OLEH POPY ANGGASARI H14104040 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 2 RINGKASAN

Lebih terperinci

ASEAN CHINA FREE TRADE AREA

ASEAN CHINA FREE TRADE AREA ASEAN CHINA FREE TRADE AREA A. PENDAHULUAN ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA) merupakan kesepakatan antara negaranegara anggota ASEAN dengan China untuk mewujudkan kawasan perdagangan bebas dengan menghilangkan

Lebih terperinci

ANALISIS ALIRAN PERDAGANGAN TEH INDONESIA SEBELUM DAN SETELAH KRISIS MONETER. Oleh : ERWIN FAHRI A

ANALISIS ALIRAN PERDAGANGAN TEH INDONESIA SEBELUM DAN SETELAH KRISIS MONETER. Oleh : ERWIN FAHRI A ANALISIS ALIRAN PERDAGANGAN TEH INDONESIA SEBELUM DAN SETELAH KRISIS MONETER Oleh : ERWIN FAHRI A 14105542 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT INTEGRASI VERTIKAL INDUSTRI MOBIL DI INDONESIA OLEH FITRI ATIKAH H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT INTEGRASI VERTIKAL INDUSTRI MOBIL DI INDONESIA OLEH FITRI ATIKAH H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT INTEGRASI VERTIKAL INDUSTRI MOBIL DI INDONESIA OLEH FITRI ATIKAH H14104051 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PENYERAPAN TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA OLEH MAHARANI TEJASARI H

PERANAN SEKTOR USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PENYERAPAN TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA OLEH MAHARANI TEJASARI H PERANAN SEKTOR USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PENYERAPAN TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA OLEH MAHARANI TEJASARI DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI LABA P.T. ASURANSI TAKAFUL KELUARGA OLEH DIAN ASTRIA H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI LABA P.T. ASURANSI TAKAFUL KELUARGA OLEH DIAN ASTRIA H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI LABA P.T. ASURANSI TAKAFUL KELUARGA OLEH DIAN ASTRIA H14050603 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 2 RINGKASAN DIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia pada periode 24 28 mulai menunjukkan perkembangan yang pesat. Kondisi ini sangat memengaruhi perekonomian dunia. Tabel 1 menunjukkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya alam yang melimpah, terutama pada sektor pertanian. Sektor pertanian sangat berpengaruh bagi perkembangan

Lebih terperinci

KETERKAITAN ANTARA IKLIM INVESTASI BERDASARKAN PERSEPSI PELAKU USAHA DAN REALISASI INVESTASI: KASUS PROVINSI JAWA BARAT OLEH ARDANI JANUAR H

KETERKAITAN ANTARA IKLIM INVESTASI BERDASARKAN PERSEPSI PELAKU USAHA DAN REALISASI INVESTASI: KASUS PROVINSI JAWA BARAT OLEH ARDANI JANUAR H KETERKAITAN ANTARA IKLIM INVESTASI BERDASARKAN PERSEPSI PELAKU USAHA DAN REALISASI INVESTASI: KASUS PROVINSI JAWA BARAT OLEH ARDANI JANUAR H14051312 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Liberalisasi perdagangan kini telah menjadi fenomena dunia. Hampir di seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok perdagangan bebas

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH EKSPOR-IMPOR KOMODITAS PANGAN UTAMA DAN LIBERALISASI PERDAGANGAN TERHADAP NERACA PERDAGANGAN INDONESIA OLEH Y U S U F H

ANALISIS PENGARUH EKSPOR-IMPOR KOMODITAS PANGAN UTAMA DAN LIBERALISASI PERDAGANGAN TERHADAP NERACA PERDAGANGAN INDONESIA OLEH Y U S U F H ANALISIS PENGARUH EKSPOR-IMPOR KOMODITAS PANGAN UTAMA DAN LIBERALISASI PERDAGANGAN TERHADAP NERACA PERDAGANGAN INDONESIA OLEH Y U S U F H14103064 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN INDUSTRI KECAP DI INDONESIA OLEH RINA MARYANI H

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN INDUSTRI KECAP DI INDONESIA OLEH RINA MARYANI H ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN INDUSTRI KECAP DI INDONESIA OLEH RINA MARYANI H14103070 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 RINGKASAN RINA MARYANI. Analisis

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH NERACA PERDAGANGAN DAN CAPITAL INFLOW TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA OLEH PRIMA ANDRIANI H

ANALISIS PENGARUH NERACA PERDAGANGAN DAN CAPITAL INFLOW TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA OLEH PRIMA ANDRIANI H ANALISIS PENGARUH NERACA PERDAGANGAN DAN CAPITAL INFLOW TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA OLEH PRIMA ANDRIANI H14104090 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi ekonomi bagi seluruh bangsa di dunia adalah fakta sejarah yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan ASEAN. Globalisasi

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) INDONESIA DI AMERIKA SERIKAT

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) INDONESIA DI AMERIKA SERIKAT ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) INDONESIA DI AMERIKA SERIKAT OLEH: SEPTI KHAIRUNNISA H14052988 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur perekonomian internasional yang lebih bebas dengan jalan menghapuskan semua hambatanhambatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang berlimpah, dimana banyak Negara yang melakukan perdagangan internasional, Sumberdaya yang melimpah tidak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Penelitian Terdahulu Terdapat penelitian terdahulu yang memiliki kesamaan topik dan perbedaan objek dalam penelitian. Ini membantu penulis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam hal lapangan pekerjaan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.

I. PENDAHULUAN. dalam hal lapangan pekerjaan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian penduduknya bermata pencaharian di sektor pertanian. Menurut data BPS (2010), jumlah penduduk yang bekerja di sektor

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEBEL DAN KERAJINAN ROTAN INDONESIA KE JEPANG OLEH IKA VIRNARISTANTI H

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEBEL DAN KERAJINAN ROTAN INDONESIA KE JEPANG OLEH IKA VIRNARISTANTI H FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEBEL DAN KERAJINAN ROTAN INDONESIA KE JEPANG OLEH IKA VIRNARISTANTI H14084011 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. oleh para peneliti terdahulu, penelitian terdahulu digunakan untuk mendukung

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. oleh para peneliti terdahulu, penelitian terdahulu digunakan untuk mendukung 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Dalam kajian pustaka ini memuat berbagai penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu, penelitian terdahulu digunakan untuk

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH FLUKTUASI NILAI TUKAR PADA EKSPOR KOMODITI UNGGULAN PERTANIAN (KARET DAN KOPI) DI INDONESIA

ANALISIS PENGARUH FLUKTUASI NILAI TUKAR PADA EKSPOR KOMODITI UNGGULAN PERTANIAN (KARET DAN KOPI) DI INDONESIA ANALISIS PENGARUH FLUKTUASI NILAI TUKAR PADA EKSPOR KOMODITI UNGGULAN PERTANIAN (KARET DAN KOPI) DI INDONESIA OLEH : RATIH NURALITHA PRATIKA H14103051 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asosiasi negara- negara Asia Tenggara (ASEAN) didirikan pada tanggal 8

BAB I PENDAHULUAN. Asosiasi negara- negara Asia Tenggara (ASEAN) didirikan pada tanggal 8 BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Asosiasi negara- negara Asia Tenggara (ASEAN) didirikan pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok, Thailand dengan ditandatanganinya deklarasi Bangkok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia modern sekarang suatu negara sulit untuk dapat memenuhi seluruh kebutuhannya sendiri tanpa kerjasama dengan negara lain. Dengan kemajuan teknologi yang sangat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia terletak di benua Asia, tepatnya di kawasan Asia Tenggara. Negara-negara yang terletak di kawasan ini memiliki sebuah perhimpunan yang disebut dengan ASEAN (Assosiation

Lebih terperinci

RINGKASAN DWITA MEGA SARI. Analisis Daya Saing dan Strategi Ekspor Kelapa Sawit (CPO) Indonesia di Pasar Internasional (dibimbing oleh HENNY REINHARDT

RINGKASAN DWITA MEGA SARI. Analisis Daya Saing dan Strategi Ekspor Kelapa Sawit (CPO) Indonesia di Pasar Internasional (dibimbing oleh HENNY REINHARDT ANALISIS DAYA SAING DAN STRATEGI EKSPOR KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL OLEH DWITA MEGA SARI H14104083 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penelitian Negara-negara di seluruh dunia saat ini menyadari bahwa integrasi ekonomi memiliki peran penting dalam perdagangan. Integrasi dilakukan oleh setiap negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Todaro dan Smith (2003:91-92) pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. dalam Todaro dan Smith (2003:91-92) pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Kutznets dalam Todaro dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia pada saat ini tahun 2016 sedang melakukan kerjasama dari berbagai bagian negara, dengan adanya hal ini akan memperlihatkan betapa pentingnya posisi Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR KOMODITAS KERAMIK DI INDONESIA OLEH HANY LARASSATI H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR KOMODITAS KERAMIK DI INDONESIA OLEH HANY LARASSATI H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR KOMODITAS KERAMIK DI INDONESIA OLEH HANY LARASSATI H14103088 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 RINGKASAN

Lebih terperinci

Kata kunci: China ASEAN Free Trade Area (CAFTA), ekspor, impor, volume, harga

Kata kunci: China ASEAN Free Trade Area (CAFTA), ekspor, impor, volume, harga ANALISIS DAMPAK CAFTA (CHINA ASEAN FREE TRADE AREA) TERHADAP PERDAGANGAN JERUK SUMATERA UTARA MARIA GULTOM 1), TAVI SUPRIANA 2), SALMIAH 3) Program Studi Agribisnis 1) Fakultas Pertanian 2) Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007 (Business&Economic Review Advisor, 2007), saat ini sedang terjadi transisi dalam sistem perdagangan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MOBIL DI INDONESIA OLEH ANINDITO AJIRESWARA H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MOBIL DI INDONESIA OLEH ANINDITO AJIRESWARA H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MOBIL DI INDONESIA OLEH ANINDITO AJIRESWARA H14050754 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 2 RINGKASAN

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL INDONESIA DI PASAR AMERIKA SERIKAT

ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL INDONESIA DI PASAR AMERIKA SERIKAT ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL INDONESIA DI PASAR AMERIKA SERIKAT OLEH : AHMAD HERI FIRDAUS H14103079 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan sudut pandang ilmu ekonomi, motivasi hubungan antar negara

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan sudut pandang ilmu ekonomi, motivasi hubungan antar negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan sudut pandang ilmu ekonomi, motivasi hubungan antar negara dianggap sebagai proses alokasi sumber daya ekonomi antar negara dalam rangka meningkatkan derajat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu pada karet remah (crumb

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu pada karet remah (crumb 13 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Definisi Karet Remah (crumb rubber) Karet remah (crumb rubber) adalah karet alam yang dibuat secara khusus sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan

Lebih terperinci

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN didirikan di Bangkok 8 Agustus 1967 oleh Indonesia, Malaysia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 1. perubahan perilaku konsumsi dan transaksi dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 1. perubahan perilaku konsumsi dan transaksi dan sebagainya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat saat ini, secara sadar memahami bahwa dalam pola hidup bermasyarakat, penegakan hukum sangat berperan penting, tidak hanya mengatur bagaimana manusia berperilaku,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertukaran barang dan jasa antara penduduk dari negara yang berbeda dengan

BAB I PENDAHULUAN. pertukaran barang dan jasa antara penduduk dari negara yang berbeda dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan pesat globalisasi dalam beberapa dasawarsa terakhir mendorong terjadinya perdagangan internasional yang semakin aktif dan kompetitif. Perdagangan

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI. Oleh ARISA SANTRI H

ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI. Oleh ARISA SANTRI H ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI Oleh ARISA SANTRI H14050903 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun 1980. Globalisasi selain memberikan dampak positif, juga memberikan dampak yang mengkhawatirkan bagi negara yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal luasnya, hutan tropis Indonesia menempati urutan ke-3 setelah Brazil dan

BAB I PENDAHULUAN. hal luasnya, hutan tropis Indonesia menempati urutan ke-3 setelah Brazil dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagian dari hutan tropis terbesar di dunia terdapat di Indonesia. Dalam hal luasnya, hutan tropis Indonesia menempati urutan ke-3 setelah Brazil dan Republik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan orientasi yaitu dari orientasi peningkatan produksi ke orientasi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan.

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional dalam arti yang sederhana adalah suatu proses yang timbul sehubungan dengan pertukaran

Lebih terperinci

PROTOCOL TO IMPLEMENT THE SIXTH PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES

PROTOCOL TO IMPLEMENT THE SIXTH PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES NASKAH PENJELASAN PROTOCOL TO IMPLEMENT THE SIXTH PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES (PROTOKOL UNTUK MELAKSANAKAN KOMITMEN PAKET KEENAM DALAM PERSETUJUAN KERANGKA KERJA

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Perdagangan Internasional Perdagangan internasional dalam arti sempit adalah merupakan suatu gugus masalah yang timbul sehubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari aktivitas perdagangan international yaitu ekspor dan impor. Di Indonesia sendiri saat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang tidak dapat menutup diri terhadap

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang tidak dapat menutup diri terhadap I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang tidak dapat menutup diri terhadap hubungan kerjasama antar negara. Hal ini disebabkan oleh sumber daya dan faktor produksi Indonesia

Lebih terperinci

Materi Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional

Materi Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional E k o n o m i I n t e r n a s i o n a l 101 Materi Minggu 12 Kerjasama Ekonomi Internasional Semua negara di dunia ini tidak dapat berdiri sendiri. Perlu kerjasama dengan negara lain karena adanya saling

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN UPAH MINIMUM PROPINSI (UMP) TERHADAP INVESTASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) JAWA BARAT

ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN UPAH MINIMUM PROPINSI (UMP) TERHADAP INVESTASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) JAWA BARAT ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN UPAH MINIMUM PROPINSI (UMP) TERHADAP INVESTASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) JAWA BARAT Oleh : ROLAS TE SILALAHI A14304008 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI SEPEDA MOTOR DI INDONESIA. Oleh DEKY KURNIAWAN H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI SEPEDA MOTOR DI INDONESIA. Oleh DEKY KURNIAWAN H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI SEPEDA MOTOR DI INDONESIA Oleh DEKY KURNIAWAN H14103122 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI KECIL DAN KERAJINAN RUMAH TANGGA (IKKR) DI INDONESIA

ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI KECIL DAN KERAJINAN RUMAH TANGGA (IKKR) DI INDONESIA ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI KECIL DAN KERAJINAN RUMAH TANGGA (IKKR) DI INDONESIA OLEH DIAH ANANTA DEWI H14084022 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA. Oleh : AYU LESTARI A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA. Oleh : AYU LESTARI A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA Oleh : AYU LESTARI A14102659 PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam sistem perekonomian terbuka, perdagangan internasional merupakan komponen penting dalam determinasi pendapatan nasional suatu negara atau daerah, di

Lebih terperinci

ANALISIS PERKEMBANGAN PASAR TENAGA KERJA INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DKI JAKARTA)

ANALISIS PERKEMBANGAN PASAR TENAGA KERJA INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DKI JAKARTA) ANALISIS PERKEMBANGAN PASAR TENAGA KERJA INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DKI JAKARTA) DITA FIDIANI H14104050 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PERMINTAAN TEPUNG TERIGU DI INDONESIA (Periode ) OLEH M.

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PERMINTAAN TEPUNG TERIGU DI INDONESIA (Periode ) OLEH M. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PERMINTAAN TEPUNG TERIGU DI INDONESIA (Periode 1982-2003) OLEH M. FAHREZA H14101011 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PERKEMBANGAN PASAR MODAL TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH EDI SUMANTO H

ANALISIS PENGARUH PERKEMBANGAN PASAR MODAL TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH EDI SUMANTO H ANALISIS PENGARUH PERKEMBANGAN PASAR MODAL TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH EDI SUMANTO H14102021 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN EDI

Lebih terperinci

DAMPAK PERDAGANGAN BEBAS ASEAN CINA BAGI PEREKONOMIAN INDONESIA (Studi Kasus : Dampak pada Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia (TPT))

DAMPAK PERDAGANGAN BEBAS ASEAN CINA BAGI PEREKONOMIAN INDONESIA (Studi Kasus : Dampak pada Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia (TPT)) DAMPAK PERDAGANGAN BEBAS ASEAN CINA BAGI PEREKONOMIAN INDONESIA (Studi Kasus : Dampak pada Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia (TPT)) Resume Muhammad Akbar Budhi Prakoso 151040071 JURUSAN ILMU HUBUNGAN

Lebih terperinci

ANALISIS INFLASI DI INDONESIA DARI SISI PERMINTAAN UANG OLEH NOVA MARDIANTI H

ANALISIS INFLASI DI INDONESIA DARI SISI PERMINTAAN UANG OLEH NOVA MARDIANTI H ANALISIS INFLASI DI INDONESIA DARI SISI PERMINTAAN UANG OLEH NOVA MARDIANTI H14102107 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN NOVA MARDIANTI. Analisis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi tidak pernah lepas dari pertumbuhan ekonomi (economic growth). Karena pembangunan ekonomi mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya

Lebih terperinci

BAB VI. KESIMPULAN. integrasi ekonomi ASEAN menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: perdagangan di kawasan ASEAN dan negara anggotanya.

BAB VI. KESIMPULAN. integrasi ekonomi ASEAN menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: perdagangan di kawasan ASEAN dan negara anggotanya. BAB VI. KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Hasil penelitian mengenai aliran perdagangan dan investasi pada kawasan integrasi ekonomi ASEAN menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Integrasi ekonomi memberi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Integrasi suatu negara ke dalam kawasan integrasi ekonomi telah menarik perhatian banyak negara, terutama setelah Perang Dunia II dan menjadi semakin penting sejak tahun

Lebih terperinci

Implikasi perdagangan barang dalam ASEAN Free Trade terhadap perdagangan. Intra dan Ekstra ASEAN Tahun Dono Asmoro ( )

Implikasi perdagangan barang dalam ASEAN Free Trade terhadap perdagangan. Intra dan Ekstra ASEAN Tahun Dono Asmoro ( ) Implikasi perdagangan barang dalam ASEAN Free Trade terhadap perdagangan Intra dan Ekstra ASEAN Tahun 2012 Dono Asmoro (151080089) Penulisan skripsi ini berawal dari ketertarikan penulis akan sejauh mana

Lebih terperinci

NASKAH PENJELASAN PENGESAHAN

NASKAH PENJELASAN PENGESAHAN NASKAH PENJELASAN PENGESAHAN SECOND PROTOCOL TO AMEND THE AGREEMENT ON TRADE IN GOODS UNDER THE FRAMEWORK AGREEMENT ON COMPREHENSIVE ECONOMIC COOPERATION AMONG THE GOVERNMENTS OF THE MEMBER COUNTRIES OF

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PENGESAHAN PROTOCOL TO AMEND CERTAIN ASEAN ECONOMIC AGREEMENTS RELATED TO TRADE IN GOODS (PROTOKOL UNTUK MENGUBAH PERJANJIAN EKONOMI ASEAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PENGESAHAN PROTOCOL TO AMEND CERTAIN ASEAN ECONOMIC AGREEMENTS RELATED TO TRADE IN GOODS (PROTOKOL UNTUK MENGUBAH PERJANJIAN EKONOMI ASEAN

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA DOMESTIK MINYAK SAWIT (CPO) DI INDONESIA TAHUN Oleh HARIYANTO H

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA DOMESTIK MINYAK SAWIT (CPO) DI INDONESIA TAHUN Oleh HARIYANTO H FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA DOMESTIK MINYAK SAWIT (CPO) DI INDONESIA TAHUN 1980-2007 Oleh HARIYANTO H14084006 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan luar negeri yang mempunyai peranan penting bagi suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan luar negeri yang mempunyai peranan penting bagi suatu negara, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam perjalanan waktu yang penuh dengan persaingan, negara tidaklah dapat memenuhi sendiri seluruh kebutuhan penduduknya tanpa melakukan kerja sama dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau. dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian

I. PENDAHULUAN. kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau. dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya. Kenaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan dengan mengurangi atau menghapuskan hambatan perdagangan secara diskriminatif bagi negara-negara

Lebih terperinci