BAB I PENDAHULUAN A. PENGANTAR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN A. PENGANTAR"

Transkripsi

1 A. PENGANTAR BAB I PENDAHULUAN Nama Kota Jayapura pada awalnya adalah Hollandia, dimana nama tersebut diberi oleh Kapten Sache pada tanggal 07 Maret Hol berarti Lengkung; teluk dan land berarti Tanah; tempat. Jadi Hollandia artinya tanah yang melengkung atau tanah / tempat yang berteluk. Kondisi ini mirip dengan negeri Belanda atau Holland atau Nederland geografisnya menunjukkan keadaan berteluk-teluk. Geografis Kota Jayapura hampir sama dengan garis pantai Utara Negeri Belanda itu. Kondisi alam yang lekuk-lekuk inilah yang mengilhami Kapten Sachse untuk mencetuskan nama Hollandia di atas nama aslinya Numbay. Numbay ganti nama sampai 4 kali yaitu; Hollandia-Kotabaru- Sukarnopura-Jayapura, yang sekarang dipakai adalah JAYAPURA. Dilihat dari sejak adanya pemerintahan di Kota Jayapura (1910) maka Kota Jayapura pada tahun 2005 ini telah berusia 97 tahun, namun bila ditinjau dari sejak kembalinya kepangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia maka Kota Jayapura baru berusia 44 tahun, bahkan jika diukur dari lahirnya sebagai Daerah Otonom sendiri (UU No.6/1993) usianya baru 14 tahun. Suatu usia yang tidak lagi muda apabila dilihat dari aspek pertumbuhan dan perkembangan manusia. Dan sejak saat itu pulalah pembangunan masyarakat Kota Jayapura mulai bergerak dan merangkak searah dengan perkembangan Provinsi Papua. Pada kurun waktu tersebut, telah banyak perubahan yang terjadi di Kota Jayapura. Sebagai Ibukota Provinsi dan sekaligus sebagai wilayah yang lebih dahulu bergeliat membangun, maka sudah sepantasnya lebih dahulu melangkah, meskipun kurang terencana, tumbuh alami bagaikan tumbuhan yang berkembang sesuai habitatnya dan kebutuhannya. Pusat Pemerintahan Hindia Belanda yang pertama tahun 1892 adalah di Sairire dekat perbatasan Papua New Guinea tetapi karena diserang oleh penduduk lokal kemudian ditutup pada tahun Tuan J.M.Dumas seorang pedagang membuka pekerjaannya di Pulau Debi. Pada tahun 1903 Prof.A.Wichman dkk (Bangsa Jerman) datang ke Pulau Debi untuk mengadakan penelitian Etnografi, Flora dan Fauna, hal ini menjadi cikal bakal pemerintahan di tempat tersebut. Pada tahun 1908, Pemerintah Nederland India membuka Posthouder di Pulau Debi dan menempatkan petugasnya di sana yaitu P.Wiindhouwer. Pada tanggal 7 Maret 1910 setelah Kapten Sachse datang maka pusat pemerintahan beralih ke Imbi (Kota Jayapura sekarang). Pada tahun 1944 pusat pemerintahan dipindah ke Abepura, dan selanjutnya pada tahun 1958 pusat pemerintahan Kota Jayapura secara berangsur-angsur pindah ke arah APO (Army Post Office) dan berbagai aktifitas berkembang kemudian menyusuri kelandaian pantai kearah utara yaitu : DOK II, DOK VIII, DOK IX. Pada tahun 1970 kemudian berkembang ke Angkasapura ke arah Selatan dan ke arah Barat berkembang ke Entrop, Kotaraja dan Abepura serta Waena. Tuntutan reformasi di segala bidang kehidupan berbangsa berimbas pula pada kehidupan di Kota ini. Dimana pada awal reformasi terdapat adanya tuntutan dari beberapa daerah yang ingin memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), sebagai akibat dari adanya ketimpangan pembangunan antar daerah dan antar wilayah. Untuk menjawab hal tersebut, maka lahirlah undang-undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua. Undang undang ini dikeluarkan agar Pemerintah Provinsi Papua dapat mengejar ketertinggalannya dari daerah lainnya di Indonesia. Sejalan dengan sistim pembangunan secara Nasional, pelaksanaan pembangunan di Kota Jayapura sejak 1994 didukung oleh dokumen perencanaan yang bernuansa top down, karena lebih merupakan kebijakan pemerintah baik itu pusat maupun daerah yang kurang memberikan ruang keterlibatan pemangku kepentingan (stakeholders) didalamnya. Oleh karenanya dokumen perencanaan tersebut seperti Pola Dasar Pembangunan Daerah Perda Nomor : 9 Tahun 1998, Repelita Daerah SK Walikotamadya KDH Tingkat II Jayapura Nomor : 50 Tahun 1996 dan Rencana Strategis Pembangunan Daerah SK Walikota Jayapura Nomor : 9 Tahun 2001 kurang membumi atau tersosialisasi kepada seluruh komponen masyarakat. Regulasi terbaru dikeluarkan oleh Pemerintah yaitu Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), yang mengamanatkan disusunnya perencanaan jangka panjang yang melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders). Bersama seluruh komponen masyarakat disusunlah citra masa depan yang diinginkan, yang dituangkan ke dalam visi, misi dan arah pembangunan jangka panjang untuk 20 tahun ke depan. RPJPD Kota Jayapura Tahun RPJPD Kota Jayapura Tahun

2 B. PENGERTIAN Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Jayapura adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah yang merupakan kesepakatan berbagai pemangku kepentingan (stakeholder) terhadap citra masa depan yang dicita-citakan, yang tertuang dalam bentuk visi, misi dan arah pembangunan Kota Jayapura untuk masa 20 Tahun ke depan yang mencakup kurun waktu mulai tahun 2005 hingga C. MAKSUD DAN TUJUAN Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun selanjutnya disebut RPJP Daerah Kota Jayapura adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah selama 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2025, ditetapkan dengan maksud memberikan arah sekaligus menjadi acuan pembangunan bagi seluruh komponen bangsa (pemerintah, masyarakat dan dunia usaha) yang ada di wilayah Kota Jayapura didalam mewujudkan cita-cita sesuai dengan visi, misi dan arah pembangunan yang disepakati bersama sehingga seluruh upaya yang dilakukan oleh masingmasing pelaku pembangunan bersifat sinergis, koordinatif dan melengkapi satu dengan lainnya didalam satu pola sikap dan pola tindak. Tujuan penyusunan dokumen RPJP Daerah Kota Jayapura adalah : 1. Sebagai dokumen perencanaan milik seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) di Kota Jayapura yang dijadikan pedoman dalam pembangunan daerah; 2. Sebagai dokumen utama bagi calon Kepala Daerah dalam menyusun rencana kebijakan pembangunan daerah pada masa pencalonan dan apabila nantinya terpilih sebagai Kepala Daerah. 3. Merupakan gambaran masa depan yang ingin dicapai oleh seluruh komponen bangsa (pemerintah, masyarakat dan dunia usaha) yang ada di Kota Jayapura; 4. Merupakan wujud tanggung jawab seluruh masyarakat untuk secara bersama-sama mencapai cita-cita masa depan. D. LANDASAN Landasan Idiil RPJP Daerah Kota Jayapura adalah Pancasila dan Landasan Konstitusional adalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, sedangkan Landasan Operasionalnya meliputi seluruh ketentuan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pembangunan nasional dan daerah, yaitu : 1. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor VII/MPR/2001 Tentang Visi Indonesia Masa Depan; 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1993 Tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Jayapura; 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara; 4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004Tentang Perbendaharaan Negara; 5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; 6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah; 7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah; 8. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 Tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua; 9. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional. E. TATA URUT Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Jayapura Tahun disusun dalam tata urut sebagai berikut : Bab I : Pendahuluan Bab II : Kondisi Umum Bab III : Visi dan Misi Pembangunan Kota Jayapura Tahun Bab IV : Arah Tahapan dan Perioritas Pembangunan Jangka Panjang Tahun Bab V : Penutup RPJPD Kota Jayapura Tahun RPJPD Kota Jayapura Tahun

3 A. KONDISI SAAT INI 1. KONDISI GEOGRAFIS BAB II GAMBARAN UMUM Topografi Kota Jayapura cukup bervariasi mulai dari datar (flat), rolling (berbukit-bukit) hingga lembah. 84,87% dari luas wilayah dikategorikan sebagai kawasan non budidaya, hal ini disebabkan dominasi perbukitan sangat menonjol dengan kemiringan lereng (slope) dari %. Pada bagian tepi pantai di bagian timur (Entrop) dan Abepura, bagian barat (Base G) terdiri dari rawa-rawa tipe A (selalu tergenang air), pada bagian selatan sebagian hutan lindung dengan ketinggian antara 1 m hingga 700 m dpl (Dari permukaan laut) dan hanya ±40% lahan yang layak huni (budidaya) dan hamparan itu sebagian besar di Distrik Muara Tami yang merupakan wilayah perbatasan dengan Negara Papua New Guinea. Penyebaran morfologi yang terbentuk atas topografi lahan, yaitu: (a). Morfologi Dataran (0-15%) Dengan luas ha. Kemiringan 0-8% terdiri dari dataran pantai, rawa dan, dataran alluvial yang disusun oleh endapan pantai seperti kerikil, pasir dan Lumpur. (b). Morfologi Bergelombang sampai Berbukit (15%-40%) Dengan luas Ha, penyebaran hampir di seluruh wilayah dengan luas yang bervariasi. Karakteristik kemiringan lereng 8-30% yang disusun oleh batuan sedimen dan metamorf. (c). Morfologi Terjal (>40%) Dengan luas Ha, terletak di bagian barat wilayah Kota Jayapura. Kemiringan lereng berkisar 30-60% disusun oleh batuan metamorf dan batuan sedimen. Distrik Muara Tami memiliki lahan datar yang cukup besar ( Ha) sedangkan Distrik Abepura memiliki lahan yang memiliki kemiringan lebih besar dari 40% yaitu Ha. Iklim di Kota Jayapura adalah tropis basah. Suhu udara rata-rata berkisa 30 0 C dengan suhu udara minimum berkisar 29 0 C dan suhu udara maksimum 31,8 0 C. Curah hujan bervariasi antara mm/tahun dengan hari hujan rata-rata antara hari hujan/tahun. Kelembaban udara bervariasi antara 79%-81%. Menurut pencatatan Badan Meteorologi dan Geofisika wilayah V Jayapura Tahun 2005 suhu udara rata-rata 23,0 o - 32,2 o C. Kelembaban udara berkisar antara persen, sedang curah hujan tertinggi pada bulan Maret 2005 yaitu 500 mm dan terendah bulan Desember 2005 yaitu 100 mm. Penggunaan Lahan di Kota Jayapura didominasi oleh hutan sekunder sampai primer. Kawasan ini memiliki fungsi lindung dan fungsi budidaya. Kawasan permukiman merupakan penggunaan lahan yang dominan pada kawasan budidaya dengan luas 8.537,28 Ha, sedangkan hutan yang belum difungsikan dengan luas ,20 Ha merupakan lahan yang dominan yang berada di kawasan lindung. 2. KONDISI DEMOGRAFI Kota Jayapura yang adalah juga sebagai Ibukota Provinsi Papua menjadi salah satu faktor utama terjadinya arus urbanisasi dan arus migrasi penduduk dari luar daerah yang cukup tinggi. Hal ini menjadi daya tarik tersendiri karena selain Ibukota Provinsi juga merupakan pusat pemerintahan, menjadi kota pendidikan, jasa perdagangan, juga menjadi kota transit dari daerah kabupaten disekitarnya termasuk dari pegunungan tengah. Kondisi ini menjadi pemicu cukup tingginya laju pertumbuhan penduduk 4,10 % pertahun. Jumlah penduduk Kota Jayapura pada tahun 2005 adalah jiwa yang tersebar 4 (empat) Distrik yaitu Distrik Jayapura Utara, Distrik Jayapura Selatan, Distrik Abepura dan Distrik Muara Tami. Kepadatan penduduk Kota Jayapura tertinggi terdapat pada Distrik Jayapura Selatan dengan kepadatan org/km2 selanjutnya Distrik Jayapura Utara org/km2 sedangkan Distrik Abepura memiliki kepadatan 317 org/km2 dan Distrik Muara Tami yang mempunyai daerah rata dan lantai dengan kepadatan 17 org/km2. Kota Jayapura mempunyai 7 pulau. RPJPD Kota Jayapura Tahun RPJPD Kota Jayapura Tahun

4 3. KONDISI ADMINISTRATIF Secara administratif, Kota Jayapura memiliki wilayah seluas 940 km 2. Kota Jayapura terletak di bagian utara Provinsi Papua pada , ,82 Lintang Selatan dan , ,22 Bujur Timur. Kota Jayapura terdiri dari 4 (empat) Distrik yaitu Distrik Jayapura Utara dengan Ibukota Tanjung Ria, Distrik Jayapura Selatan dengan Ibukota Entrop, Distrik Abepura dengan Ibukota Asano, dan Distrik Muara Tami dengan Ibukota Skouw Mabo. Distrik Jayapura Utara mempunyai 7 kelurahan dan 1 kampung, Distrik Jayapura Selatan mempunyai 8 kelurahan dan 2 kampung, Distrik Abepura mempunyai 5 kelurahan dan 3 kampung, serta Distrik Muara Tami mempunyai 2 kelurahan dan 6 kampung. Total kelurahan di Kota Jayapura sejumlah 25 dan total kampung 14. Batas-batas wilayah Kota Jayapura adalah sebagai berikut : Sebelah Utara : Lautan Pasifik Sebelah Selatan : Kabupaten Keerom Sebelah Timur : Negara Papua New Guinea Sebelah Barat : Kabupaten Jayapura Distrik Muara Tami merupakan distrik yang memiliki luas wilayah terbesar yaitu 66,67 % dari luas total Kota Jayapura sedangkan Distrik Jayapura Utara merupakan distrik yang memiliki luas lahan terkecil di Kota Jayapura (5,43%). 4. KONDISI PEMBANGUNAN a). BIDANG PENDIDIKAN, SOSIAL DAN BUDAYA Anak sebagai generasi penerus, perlu mendapat pendidikan dan perhatian serius baik secara mental, spritual, dan sosial. Hal ini penting mengingat usia dini merupakan masa pembentukan dasardasar keperibadian yang akan menentukan kecerdasan anak dikemudian hari. Jumlah anak yang mengeyam pendidikan di Kota Jayapura dari tahun ketahun terus meningkat dapat kita lihat pada tahun 2005 untuk tingkat Taman Kanak-Kanak berjumlah orang, Sekolah Dasar mencapai orang, Sekolah Menengah Pertama berjumlah orang, Sekolah Menengah Atas berjumlah orang, dan Sekolah Menengah Kejuruan berjumlah orang. Jumlah sekolah di Kota Jayapura adalah TK/RA Negeri 2 unit, Swasta 41 unit, SD/MI/SDLB, Negeri 52 unit, swasta 33 unit, SMP/MTS/SMPLB negeri 12 unit, swasta 22 unit, SMA/MA negeri 6 unit, swasta 7 unit sedangkan SMK negeri 7 unit, swasta 2 unit dengan jumlah keseluruhan sebanyak 194 unit. Angka Partisipasi Kasar (APK) pada jenjang SD/sederajat pada tahun 2005 sebesar %, sedangkan Angka Partisipasi Murni (APM) sebesar 97,22 % pada jenjang SMP / sederajat nilai APK sebesar 98,11%, sedangkan APM sebesar 87,71%, sementara APK pada jenjang SMA / sederajat sebesar 95,66%, dan APM sebesar 80,10% Peningkatan kualitas kelulusan murid tidak lepas dari peran tenaga guru yang memadai. Tenaga pendidik meningkat tajam dari Orang pada tahun 2002 menjadi orang pada tahun 2005, rasio guru dan murid tahun :26:31 menjadi 1:14.52 tahun 2005 artinya 1 orang guru melayani anak murid sebanyak 14,52 orang. Jumlah guru SD lebih dominan jika dibandingkan dengan dengan Guru SMP, SMA/SMK, dan terjadi pertumbuhan yang cukup signifikan dari tahun 2003 S/d Ini disebabkan adanya pengangkatan guru di lingkungan Pemerintah Kota Jayapura pada tahun 2004 dan 2005, disamping mutasi masuk yang terjadi karena penyatuan keluarga dan mengikuti suami karena tugas kedinasan. Dengan penambahan guru PNS maupun Guru bantu telah membantu mengurangi permasalahan kekurangan guru di sekolah-sekolah di Kota Jayapura terutama guru eksakta. Penambahan guru yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Jayapura masih terus dilakukan mengingat kebutuhan guru di kota masih diperlukan. Jumlah Sekolah setara Paket A,B, dan C tersebar pada 4 Distrik dan dengan jumlah murid sebanyak orang. Sekolah setara paket A,B, dan C dibuka guna menunjang masyarakat yang belum mampu mengenyam pendidikan atau putus sekolah akibat permasalahan sosial dan ekonomi. Selain Paket dibuka program Pemberantasan Buta Aksara Fungsional (PBAF) pada 4 Distrik dengan jumlah peserta sebanyak orang. Jumlah penduduk yang masih alami buta aksara RPJPD Kota Jayapura Tahun RPJPD Kota Jayapura Tahun

5 sebanyak yang akan ditangani secara bertahap hingga tahun 2010 Kota Jayapura bebas dari buta aksara. Pada tahun 2005 jumlah Pusat Kegiatan Belajar Mandiri (PKBM) ada 7 buah. Dengan adanya PKBM di Kota Jayapura, semakin membuka kesempatan bagi masyarakat yang tidak beruntung yang putus sekolah untuk kembali memperoleh pendidikan. Selain itu PKBM yang ada bukan saja memberikan ilmu dan pengetahuan pada mereka tetapi juga pada pembelajaran model paket setara, ini dibekali juga dengan berbagai ketrampilan yang dapat digunakan sebagai bekal hidup (vocational skill). Distrik Jayapura Utara terdapat 3 (tiga) Pusat Kegiatan Belajar Mandiri yaitu Mahardika berlokasi di Dok VIII kali, Anafri Berkarya di Jl. Gurabesi, dan Yegar Sahaduta di Dok IX. Distrik Jayapura Selatan terdapat 2 (dua) Pusat Kegiatan Belajar Mandiri diantaranya Harapan berlokasi di Argapura Pantai, dan Tunas Harapan. Distrik Abepura terdapat 1 (satu) Pusat Kegiatan Belajar Mandiri yaitu Pancaran Kasih berlokasi di Waena. Serta Distrik Muara Tami dengan 1 (satu) Pusat Kegiatan Belajar Mandiri yaitu Suka Maju berlokasi di Koya Barat. b). KESEHATAN DAN GIZI Derajat kesehatan masyarakat di Kota Jayapura telah mengalami kemajuan yang bermakna. Hal ini ditandai dengan menurunnya angka kematian bayi (AKB), dari 35 (1997) menjadi 20 per kelahiran hidup (2005) dan angka kematian ibu melahirkan (AKI) dari 231 (1997) menjadi 228 per kelahiran hidup (2005). Meskipun sudah menurun, namun bila dibandingkan dengan beberapa daerah lain, maka angka-angka tersebut masih belum menggembirakan. Umur Harapan Hidup (UHH) waktu lahir dalam 10 tahun terakhir cenderung meningkat dari 62 tahun pada (1992) menjadi 67 tahun (2006). AKB, AKI, dan UHH tersebut masih terdapat ketimpangan, terutama diwilayah pedesaan/kampung, serta penduduk dengan strata ekonomi dan pendidikan rendah. Prevalensi gizi kurang pada balita juga mengalami penurunan dari 15,2 % (2004) menjadi 13,9 % (2025). Sedangkan Prevalensi gizi buruk telah mengalami penurunan yang cukup signifikan menjadi 1 % pada tahun Meskipun dari beberapa daerah lain saat ini kasus gizi buruk sedikit merebak, namun Pemerintah Kota Jayapura bertekad untuk lebih memprioritaskan penanggulangan gizi buruk ditahun-tahun mendatang. Penyakit infeksi yang merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan balita, seperti ISPA, Diare, Tetanus Neonatorum dan penyakit kelahiran, lebih sering terjadi pada penduduk yang kurang mampu. Penyakit lain yang banyak diderita oleh penduduk miskin adalah penyakit Tuberkulosis Paru, Malaria dan HIV/AIDS. Rendahnya status kesehatan penduduk miskin terutama disebabkan oleh terbatasnya akses terhadap pelayanan kesehatan karena kendala geografis dan kendala biaya (cost barrier). Perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat merupakan salah satu faktor penting untuk mendukung peningkatan status kesehatan penduduk. Perilaku masyarakat yang kurang mendukung pola hidup bersih dan sehat dapat dilihat dari kebiasaan merokok, rendahnya pemberian air susu ibu (ASI) esklusif, tingginya prevalensi gizi kurang dan gizi lebih pada balita, serta kecenderungan meningkatnya jumlah penderita HIV/AIDS, penderita penyalahgunaan, Narkotika, Psikotropika, zat adiktif (NAPZA) dan kematian akibat kecelakaan. Selain itu, masih rendahnya kondisi kesehatan lingkungan juga berpengaruh tehadap derajat kesehatan masyarakat. Pada tahun 2005, perentase rumah tangga yang mempunyai akses tarhadap air yang layak untuk dikonsumsi mencapai 61,8 %, dan akses rumah tangga terhadap sanitasi dasar baru mencapai 61,4 %. Kesehatan lingkungan yang merupakan kegiatan lintas sektor belum dikelola dalam suatu sistem kesehaan wilayah. Saat ini disetiap Distrik telah ada paling sedikit sebuah Puskesmas. Bahkan beberapa distrik terdapat 2 atau 3 Puskesmas, data tahun 2005 terdapat 9 Puskesmas, 18 Puskesmas Pembantu, dan 9 Puskesmas Keliling. Di wilayah Kota Jayapura terdapat 6 rumah sakit milik pemerintah dan swasta. Permasalahan yang dirasakan tentang sarana kesehatan tersebut adalah rekruitment pelaporan, mengingat sarana tersebut bukan milik Pemda Kota Jayapura. Namun demikian upaya pelayanan kesehatan bagi masyarakat Kota Jayapura dirasakan sangat terbantu dengan kehadiran rumah sakit di wilayah Kota Jayapura. RPJPD Kota Jayapura Tahun RPJPD Kota Jayapura Tahun

6 Beberapa kemajuan pembangunan kesehatan di Kota Jayapura dapat dilihat dari indikator meningkatnya Visit Rate (Jumlah Kunjungan) ke fasilitas pelayanan kesehatan baik Puskesmas maupun rumah sakit, meningkatnya sarana pelayanan kesehatan dengan kemampuan gawat darurat dengan mengoptimalkan fungsi Puskesmas perawatan Koya Barat dan pelayanan UGD 24 jam Puskesmas Imbi dan Waena, lebih intensifnya pelaksanaan pengobatan masal / cumacuma serta terbentuknya 5 kampung siaga. Pembiayaan kesehatan perkapita di Kota Jayapura berada diperingkat menengah bila dibandingkan dengan daerah lainnya. Selama 5 tahun terakhir, rata-rata pembiayaan kesehatan sebesar 4,20 % dari PDB. Hal tersebut sudah mendekati anjuran WHO yakni minimal 5 % dari PDB. Rata-rata pembiayaan kesehatan setiap tahun mencapai rata-rata 15 % dari APBD namun demikian kontribusi masyarakat dan swasta dalam pembiayaan kesehatan belum dapat diukur. Kondisi sumber daya manusia kesehatan di Kota Jayapura saat ini cukup memadai, baik kuantitas maupun kualitasnya. Jumlah tenaga kesehatan meningkat dari 358 pada tahun 2000 menjadi 362 tahun Rasio SDM kesehatan telah meningkat dan variasi antar daerah semakin datar atau merata. Permasalahan besar tentang SDM kesehatan yang dirasakan adalah kurang efisien dan kurang efektif dalam menanggulangi permasalahan kesehatan, serta kemampuan dalam perancanaan pada umumnya masih lemah. Distribusi tenaga kesehatan hampir merata, hal ini akan tetap diupayakan agara tidak terjadi ketimpangan antara wilayah perkotaan dan pedesaan/kampung. c). EKONOMI DAN DUNIA USAHA Kondisi pembangunan perekonomian di Kota Jayapura terus mengalami pertumbuhan yang cukup significant. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan PDRB atas dasar hanya berlaku dan harga konstan, maupun berdasarkan sektor primer, sekunder dan tersier dengan ratarata pertumbuhan tahun 2005 sebesar 8.53%. Pertumbuhan ini dipengaruhi oleh kondisi perekonomian dan situasi keamanan Kota Jayapura yang kondusif. Ditambahkan lagi bahwa adanya penurunan laju pertumbuhan ekonomi pada tahun 2005 diprediksi akibat pengaruh kegiatan politik di Tanah Papua secara umum dan Pilkada langsung di Kota Jayapura, sehingga para pelaku ekonomi menggunakan siasat wait and see dalam menjalankan usahanya. Kebijakan pembangunan pada bidang ekonomi dikonsentrasikan pada pembangunan ekonomi daerah dan pengurangan kemiskinan yang bertumpu pada ekonomi kerakyatan yang ditunjang dengan peningkatan perbaikan fasilitas/utilitas perkotaan dan perdesaan serta pembangunan yang berwawasan lingkungan guna terwujudnya Kota Jayapura sebagai Kota Perdagangan dan Jasa dengan tetap memperhatikan dan membudayakan pembangunan berwawasan lingkungan dan pengendalian implementasi rencana tata wilayah. Kebijakan pembangunan pada sektor Industri adalah mewujudkan industri rumah tangga, kecil dan menengah yang tangguh, maju, mandiri yang akan berperan sebagai motor penggerak dalam perekonomian Kota Jayapura yang berbasis pada Ekonomi Kerakyatan. Pertumbuhan Unit usaha industri mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Oleh karena itu, perlu diberikan ruang dan peluang terhadap berkembangnya usaha perdagangan baik yang berskala kecil, menengah dan besar melalui pemberian kemudahan dalam kepengurusan SIUP dan penerbitan tanda daftar perusahaan sebagai upaya pengembangan usaha daerah menciptakan mekanisme pasar dan lingkungan strategis yang meliputi lingkungan lokal, regional, nasional dan global. Sebagai wujud dari kebijakan, pembinaan dan pemberian kemudahan dalam kepengurusan SIUP terbukti bahwa dari tahun ke tahun tumbuh usaha-usaha perdagangan baik yang berskala usaha kecil, menengah maupun besar. Koperasi sebagai badan usaha bersama perlu didorong agar mampu berperan dan berfungsi serta memiliki daya saing, keunggulan, jaringan pemasaran, profesionalisme, manajemen, kemampuan mengadaptasi pasar, kemampuan menanggung jawab dan keterampilan anggotanya. Sejalan dengan upaya pengembangan koperasi juga dilakukan pengembangan pengusaha kecil dan Menengah, yang difokuskan pada pengembangan kewirausahaan, kemampuan dan keterampilan teknis usaha, penguasaan teknologi, dukungan permodalan serta berbagai langkah penciptaan iklim RPJPD Kota Jayapura Tahun RPJPD Kota Jayapura Tahun

7 kondusif diantaranya pengembangan lembaga-lembaga konsultasi dan penyediaan informasi promosi dagang dan kemitraan usaha. Pembangunan pertanian dalam arti luas diharapkan agar mampu menunjang pendapatan dan kesejahteraan petani. Pemerintah Kota Jayapura tetap memberikan perhatian yang serius terhadap peningkatan kesejahteraan petani maupun memperkuat ketahanan pangan. Pemanfaatan bendungan Muara Tami akan dioptimalkan guna mendukung pembangunan pertanian secara luas di Kota Jayapura. Saat ini potensi lahan pertanian yang 4000 ha, akan digarap secara bertahap untuk dapat memenuhi kebutuhan pangan di Kota Jayapura. Oleh karena itu, arah kebijakan pembangunan pertanian Kota Jayapura pada sub sektor tanaman pangan meliputi usaha-usaha intensifikasi dan ekstensifikasi, meningkatkan pola usaha tani yang menetap dan berorientasi pada organisasi, meningkatkan mutu dan keanekaragaman produk primer menjadi produk bernilai tambah melalui agroindustri. Sedangkan untuk sub sektor kehutanan/perkebunan diarahkan untuk memanfaatkan hutan secara optimal, peningkatan, pengelolaan hutan secara kebijaksana dengan menjaga keseimbangan alam sekitar, meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengembangan pengusahaan hutan yang berkelanjutan dan pemulihan lahan-lahan kritis terutama di daerah DAS dan Sub DAS, serta meningkatkan kemampuan aparat kehutanan yang profesional. Dibidang peternakan diarahkan untuk meningkatkan populasi ternak unggas dan ternak produksi daging dan telur melalui usahausaha diversifikasi, intersifikasi dan ekstensifikasi ternak dengan dukungan IPTEK yang maju, menciptakan lapangan kerja dan kesempatan berusaha melalui pengembangan agroindustri bahan asal hewan, mengembangkan penangkar-penangkar bibit ternak di pedesaan melalui pola usaha pusat pembibitan ternak di kampung dan memperbesar kemampuan pasokan kebutuhan ternak bagi masyarakat Kota Jayapura serta meningkatkan pelayanan di bidang pemotongan ternak melalui sarana Rumah Potong Hewan (RPH). Usaha Pertambangan dan Energi diutamakan kepada pembinaan pemberdayaan rakyat dalam kaitannya dengan lingkungan hidup, khususnya pada kegiatan pendulanagan emas liar serta pengendalian eksploitasi Bahan Galian Golongan C, sehingga kegiatan eksploitasinya tidak mengancam kelestarian lingkungan hidup. Pada sektor Pertambangan Rakyat Kegiatan yang dilaksanakan adalah memberikan bimbingan, arahan dan pengawasan kepada masyarakat berkaiatan aturan yang berhubungan dengan penambangan bahan galian golongan C dan pengelolaan perijinan penambanagan bahan galian golongan C selain itu juga memberikan pengertian akan bahayanya penambangan batu seperti di daerah Nafri dan Angkasapura serta pendulangan emas di daerah Polimak dan Buper Waena. Potensi pariwisata di Kota Jayapura cukup besar, karena memiliki berbagai tempat yang dapat dijadikan tujuan wisata serta memiliki jenis wisata yang bervariasi. Sumbangan sektor ini dari tahun ke tahun menunjukkan kenaikan, hal ini ditandai dengan penyediaan sarana dan prasarana pendukung kepariwisataan terus bertambah. Namun saat ini pengelolaan kepariwisataan belum optimal, sehingga harapan untuk menjadikan Kota Jayapura sebagai daerah tujuan wisata belum menunjukkan hasil yang signifikan. Saat ini baru menjadi daerah transit wisata di Provinsi Papua. Oleh karenanya pelibatan seluruh stakeholders kepariwisataan terus digalakkan guna menjadikan Kota Jayapura sebagai daerah tujuan wisata. d). INFRASTRUKTUR DAN TATA RUANG Secara umum panjang jalan di Kota Jayapura menurut statusnya tidak mengalami perubahan masih sama keadaanya dari tahun Kondisi jalan dalam keadaan baik menurun dari 330, 54 Km menjadi 326,54 Km. Namun panjang permukaan jalan beraspal semakin bertambah dari 280,92 Km menjadi 281,62 Km. Fasilitas listrik yang tersedia adalah Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) milik PT PLN yang terletak di Yarmooch dan Waena. Jumlah pembangkit listrik di Kota Jayapura pada tahun 2004 sebesar 25 unit yaitu di Waena 1 unit pembangkit listrik dan Yarmooch 24 unit pembangkit listrik dengan total daya terpasang Penggunaan listrik terbesar adalah rumah tangga sebesar 58,53% dan sektor lainnya sebesar 41,47 % meskipun demikian kondisi kemampuan PLTD RPJPD Kota Jayapura Tahun RPJPD Kota Jayapura Tahun

8 tersebut sangat terbatas sehingga seringkali dilakukan pemadaman secara bergilir di seluruh Kota Jayapura. Jaringan telekomunikasi telah terlayani baik oleh PT. Telkom maupun operator seluler berupa Indosat dan Telkomsel. Jumlah kapasitas sentral di Kota Jayapura sejumlah 4 STO dengan kapasitas terpasang SST. Kebutuhan air bersih sebagian besar dilayani oleh PDAM yang merupakan Perusahaan Daerah Kabupaten Jayapura. Sumber air baku yang digunakan oleh PDAM di Kota Jayapura untuk daerah pelayanannya berasal dari 6 (enam) sungai, yaitu: Sungai Anafre, Apo/Bhayangkara, Kloofkamp/Ajen, Entrop, Kampwolker dan Kujabu dengan kapasitas terpasang 941 Ltr/det. Jumlah intake yang ada pada sumber-sumber air tersebut sebanyak 20 unit. Bangunan pengambil air baku umumnya terbuat dari beton dan dibuat pada jaman Belanda. Namun sebagian sumber air apabila musim kemarau menjadi kering karena rusaknya kawasan sumber air akibat pembukaan lahan oleh warga masyarakat. Disamping itu sungai-sungai tersebut di atas, sumber potensial lain yang dapat dikembangkan adalah Danau Sentani yang memiliki debit rata-rata 12 m 3 /det. Pelayanan persampahan di Kota Jayapura belum mencapai target dan harapan masyarakat, karena hanya mencapai 50 % tingkat pelayanannya, terutama diperkotaan seperti Distrik Jayapura utara, Distrik Jayapura Selatan, dan Distrik Abepura. Sedangkan wilayah distrik Muara Tami belum tersentuh sama sekali. Pelayanan jaringan persampahan meliputi kawasan perumahan, pasar, pertokoan, hotel dan restoran, fasilitas umum dan lain sebagainya. Kapasitas sampah di Kota Jayapura mencapai 294 m 3 /hari. Sarana persampahan disediakan oleh Pemerintah Daerah dan Swadaya masyarakat berupa Tempat Pembuangan Sementara (TPS), keranjang, gerobak, bak kontainer dan fasilitas lainnya yang ditempatkan pada lokasi yang mudah dijangkau masyarakat serta mudah diangkut oleh petugas kebersihan.yang ditempatkan pada daerah yang mudah dijangkau oleh masyarakat. Pengangkutan sampah diangkut oleh armada truck dump truck dan Arm Roll yang sudah ditetapkan sesuai dengan daerah pelayanan. Sarana atau armada tersebut dioperasikan dan dikendalikan oleh Dinas Kebersihan dan Pemakaman Kota Jayapura. Tempat Pembuangan sampah di Kota Jayapura adalah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kampung Nafri. Volume pembuangan sampah di TPA Nafri mencapai 15 truck atau 75 m 3 /hari. Secara umum prasarana drainase yang ada di Kota Jayapura terdiri dari saluran primer, sekunder dan tersier. Sistem drainase meliputi drainase buatan dan alami, yang menggunakan sistem campuran yaitu saluran air limbah dan saluran air hujan yang dijadikan satu. Saluran seperti ini memerlukan dimensi saluran yang lebih besar dibanding sistem drainase terpisah. Panjang jaringan drainase perkotaan Jayapura saat ini ± M, terdiri dan saluran primer, sekunder dan tersier. Saluran drainase di pusat Kota terdiri dari saluran tertutup dan saluran terbuka. Konstruksi saluran dibangun secara permanen yaitu dengan pasangan batu, dan lainnya berupa saluran tanah yaitu saluran alami dan saluran buatan. Saluran alami ini umumnya berfungsi sebagai pembuangan utama baik primer maupun sekunder dengan kondisi beragam. Saluran sekunder/tersier merupakan saluran /drainase yang ada di perkotaan termasuk di daerah permukiman. e). SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP Sumber daya alam dan lingkungan hidup memiliki peran ganda, yaitu sebagai modal pembangunan dan sekaligus, sebagai penopang sistem kehidupan. Adapun jasa-jasa lingkungan meliputi keanekaragaman hayati, penyerapan karbon, pengaturan air secara alamiah, keindahan alam, dan udara bersih merupakan penopang kehidupan manusia. Namun pengelolaan sumber daya alam tersebut masih belum berkelanjutan dan masih mengabaikan kelestarian fungsi lingkungan hidup sehingga daya dukung lingkungan menurun dan ketersediaan sumber daya alam menipis. Menurunnya daya dukung dan ketersediaan sumber daya alam juga terjadi karena kemampuan iptek yang rendah sehingga tidak mampu mengimbangi laju pertumbuhan penduduk. Kondisi sumber daya hutan saat ini sudah pada tingkat yang sangat mengkhawatirkan akibat meningkatnya praktik pembalakan liar (illegal logging) dan penyeludupan kayu, meningkatnya tuntutan atas lahan dan sumber daya hutan yang tidak pada tempatnya, meluasnya RPJPD Kota Jayapura Tahun RPJPD Kota Jayapura Tahun

9 perambahan dan konversi hutan alam, serta meningkatnya penambangan resmi maupun tanpa izin. Sumber daya kelautan di Kota Jayapura belum dimanfaatkan secara optimal. Hal ini karena beberapa hal, antara lain, a. Ketersediaan modal usaha dan sarana yang terbatas; b. Adanya keterbatasan kemampuan sumber daya manusia dalam mengelola sumber daya kelautan; c. Belum adanya dukungan riset dan ilmu pengetahuan dan teknologi kelautan. d. Adanya konflik dalam pemanfaatan ruang di laut; e. Belum adanya sinkronisasi program yang terpadu antar Kota- Provinsi-Pusat; f. Belum adanya jaminan keamanan dan keselamatan di laut; Pencemaran air, udara dan tanah juga masih belum tertangani secara tepat karena laju aktivitas pembangunan tidak diimbangi dengan aspek kelestarian fungsi lingkungan. Keberadaan masyarakat adat dengan kearifan lokal dalam pengelolaan sumber daya alam juga belum diadvokasi dan diarahkan secara terpadu sebagai bagian integral dari proses pembangunan. Kearifan lokal sangat diperlukan untuk menjamin persediaan sumber daya alam dan kelestarian fungsi lingkungan hidup. Pembangunan yang semakin pesat telah mengakibatkan peningkatan konflik kepentingan dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam. Untuk itu, kebijakan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup secara tepat akan dapat mendorong perilaku masyarakat untuk menerapkan prinsip prinsip pembangunan berkelanjutan dalam 20 tahun mendatang agar Kota Jayapura tidak mengalami krisis sumber daya alam, khususnya krisis energi, krisis air dan krisis pangan. f). APARATUR DAN KELEMBAGAAN Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan yang baik, bersih, berwibawa, transparan, dan bertanggungjawab, dilakukan pengawasan hukum, pengawasan politik, dan pengawasan sosial. Dimasa lalu, penempatan aparatur pemerintah sebagai salah satu pilar kekuasaan politik telah mendatangkan dilema ketika terjadi reformasi dan perubahan kekuasaan politik. Hal ini terjadi karena sudah sejak lama aparatur pemerintah berada dalam posisi yang tidak netral, kurang memiliki pola pengembangan karir yang jelas berbasis pada profesionalitas dan kompetensi. Dengan kata lain, telah terjadi perubahan normatif dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah di satu pihak, realokasi dan redistribusi aparatur perlu menggunakan pertimbangan manajerial, di lain pihak sulit mengabaikan pertimbangan non manajerial (sosial, psikologis dan kemanusiaan). Bila semata menggunakan pertimbangan manajerial, maka akan terjadi rasionalisasi besar-besaran dan potensial menimbulkan gejolak sosial. Bila dominan diwarnai pertimbangan non manajerial menimbulkan dampak inefisiensi serta ketidaksesuaian antara struktur organisasi, jumlah aparatur dan beban kerja. Kondisi dilematis tersebut semakin nampak ketika daerah diberi kebebasan untuk menentukan jenis dan jumlah unit organisasi berdasarkan kemampuan, kebutuhan dan beban kerja sebagaimana dimaksud PP. No. 84 Tahun Secara faktual kombinasi pertimbangan manajerial dan non manajerial dalam penempatan aparatur sulit dielakkan. Hal ini semakin mencolok ketika muncul PP. No. 8 Tahun 2003 sebagai revisi PP. No. 84 Tahun 2000 dimana di dalamnya memberi banyak pembatasan terhadap jumlah dan jenis unit organisasi, daerah mengalami kesulitan bahkan bereaksi melakukan protes, penundaan bahkan penolakan. Terjadinya perubahan dari UU. No. 22 Tahun 1999 ke UU. No. 32 Tahun 2004 membuka harapan baru bagi daerah dalam mengatasi situasi dilematis. Pembangunan yang diselenggarakan sebelum era reformasi memiliki penekanan yang sudah cukup besar pada upaya pemenuhan kebutuhan dasar (basic needs) masyarakat. Kondisi masa lalu masih menunjukkan adanya banyak kelemahan dalam penyelenggaraan pelayanan publik, misalnya diskriminasi layanan, dan keterbatasan cakupan layanan. Setelah era reformasi, penyelenggaraan pelayanan dasar semakin mendapat perhatian dalam pelaksanaan pembangunan, seperti: pendidikan, kesehatan, fasilitas umum, dan lain-lain. Beberapa langkah perubahan yang dilakukan dalam rangka peningkatan pelayanan umum setelah dan selama era reformasi antara lain: pembentukan Unit Pelayanan Terpadu (UPT) sejak tahun 1998, RPJPD Kota Jayapura Tahun RPJPD Kota Jayapura Tahun

10 aplikasi Standar Pelayanan Minimal melalui Bulan Layanan Publik pada tahun 2003, dan pada tahun 2004 ditingkatkan menjadi Tahun Peningkatan Pelayanan Publik; dimana disertai dengan pengadaan sarana pengaduan dan hot line service dengan memanfaatakan teknologi dan informasi. Tantangan utama yang dihadapi oleh Pemerintah Kota Semarang terkait dengan pelayanan publik adalah semakin meningkatnya tuntutan publik akan sistem manajemen pemerintahan yang menekankan pada kualitas pelayanan publik, yang memperhatikan pengutamaan hak-hak publik melalui optimalisasi penggunaan teknologi dan informasi. Telah terjadi perubahan yang sangat mendasar dalam peranan pemerintah (institusi birokrasi) dalam penyelenggaraan pembangunan, dari peran negara yang sangat dominan menjadi peran negara yang semakin berkurang; sejalan dengan semakin besarnya peran yang dimainkan oleh komponen masyarakat sipil dan swasta/pengusaha. Penyelenggaraan pemerintahan ini sangat ditentukan keberhasilannya oleh institusi birokrasi pemerintah. Pembentukan birokrasi pemerintah (dalam hal ini perangkat pemerintah daerah), sebelum era otonomi daerah (2001) sangat diwarnai dengan nuansa sentralistik (menekankan pada physical structure), dimana semuanya ditentukan oleh Pusat, setelah tahun 2001 kelembagaan pemerintah daerah semakin memperhatikan nuansa lokal (menekankan pada logical structure). Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan, telah banyak diaplikasikan hasil-hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, disertai dengan adanya berbagai penelitian dan pengembangan untuk mengatasi berbagai permasalahan strategis daerah secara terarah dan berkelanjutan. g). POLITIK DAN HUKUM Pembangunan bidang hukum telah berkembang begitu pesat, dimana dahulu hanya berperan sebagai alat kepentingan politik dalam penyelenggaraan pemerintahan menjadi semakin besar peranannya dalam pengaturan kehidupan bernegara dan bermasyarakat sejalan dengan berkembangnya dinamika penyelenggaraan tata kepemerintahan yang baik. Berbagai permasalahan yang ditemukan selama ini terkait dengan aspek hukum adalah masih lemahnya kinerja penegakkan hukum daerah terhadap berbagai pelanggaran yang terjadi, masih perlu ditingkatkannya kualitas dan kuantitas produk hukum daerah, serta belum berkembangnya budaya/kesadaran hukum masyarakat. Tantangan pembangunan hukum pada masa yang akan datang adalah jaminan akan kepastian, rasa keadilan dan perlindungan hukum. Hal ini sejalan dengan semakin besarnya tuntutan untuk membentuk tata peraturan daerah yang baik disertai dengan peningkatan kinerja lembaga dan aparatur hukum serta peningkatan kesadaran hukum masyarakat. h). KEAMANAN DAN KETERTIBAN Pada era masa lalu, penyelenggara pemerintahan (penguasa) menggunakan keamanan dan ketertiban masyarakat sebagai salah satu prasyarat utama (dikenal dengan istilah stabilitas) untuk keberhasilan pelaksanaan pembangunan; sebagai dampaknya, tingkat kriminalitas cenderung rendah. Pada era reformasi cenderung terjadi peningkatan gangguan kriminalitas karena besarnya dampak krisis multi dimensi berupa tingginya angka pengangguran, kemiskinan dan faktor ekonomi lainnya. Upaya untuk mempertahankan keamanan dan ketertiban daerah telah memberikan kontribusi bagi pembentukan NKRI dan penyelenggaraan pembangunan dalam upaya pencapaian cita-cita Negara, seperti yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun dalam perjalanan sejarah dan dalam setiap dinamika arah kebijakan politik Negara dan pekembangan politik daerah, sistem pertahanan rakyat semesta terbukti telah menjadi sistem yang mampu menegakkan kedaulatan NKRI serta mejaga keutuhan wilayah dan keselamatan bangsa. Sejalan dengan gejolak demokratisasi di Indonesia, terjadi juga gejolak untuk melakukan pemisahan diri sebagai sebuah bangsa. Dinamika ini dicermati oleh Pemerintah dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentangotonomi Khusus bagi Provinsi Papua. Kebijakan Otonomi Khusus ini telah mampu RPJPD Kota Jayapura Tahun RPJPD Kota Jayapura Tahun

11 merendam gejolak yang terjadi, sehingga kondisi keamanan dan ketertiban di daerah khususnya Kota Jayapura dapat lebih baik. Saat ini kondisi keamanan dan ketertiban di Kota Jayapura dapat terjaga dengan baik, karena adanya kerjasama antar semua komponen masyarakat yang ada di Kota Jayapura dengan Pemerintah dan TNI/POLRI. Untuk menjamin keamanan dan ketertiban yang kondusif ini, maka Pemerintah Kota Jayapura senantiasa membangun dialog dengan masyarakat, tokoh adat, tokoh agama, tokoh pemuda, tokoh perempuan) dengan pihak TNI/POLRI. B. PERMASALAHAN DAN TANTANGAN 1. PENDIDIKAN, SOSIAL DAN BUDAYA Sesuai dengan data terakhir pada tahun 2005 menunjukkan bahwa di Kota Jayapura mengalami kekurangan tenaga pengajar pada tingkat SMP, SMA,dan SMK jika dibandingkan dengan guru SD, selain itu belum meratanya kesempatan memperoleh pendidikan bagi masyarakat Kota Jayapura terutama masyarakat ekonomi lemah. Keadaan ini dapat diukur dari jumlah peserta didik Sekolah Setara Paket A, B dan C sebesar orang dan PBAF sebesar 370 orang pada Tahun Penyediaan sarana dan prasarana pendidikan yang belum memadai dan merata dalam meningkatkan kualitas lulusan. Tantangan yang dihadapi pembangunan pendidikan adalah penyediaan pelayanan pendidikan yang berkualitas untuk meningkatkan jumlah proporsi penduduk yang menyelesaikan pendidikan dasar sampai ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, penurunan jumlah penduduk yang buta aksara, serta menurunkan kesenjangan tingkat pendidikan yang cukup tinggi antar kelompok masyarakat, termasuk antar penduduk kaya dan penduduk miskin, antar penduduk perkotaan, dan penduduk perkampungan, antar penduduk Asli Papua dan Non Papua antara jenis kelamin. Oleh sebab itu tantangan pada 20 tahun mendatang adalah bagaimana mencerdaskan mayarakat Kota Jayapura secara merata dalam kedudukannya antar kelompok masyarakat, yakni antar penduduk kaya dan penduduk miskin, antar penduduk perkotaan, dan penduduk perkampungan, antar penduduk Asli Papua dan Non Papua antara jenis kelamin, sehingga dapat bersaing terutama menghadapi tuntutan dunia global melalui penyediaan sarana dan prasarana pendidikan yang merata, dan menyentuh ke seluruh masyarakat Kota Jayapura, yang dibarengi dengan penyediaan tenaga pengajar serta memberikan kemudahan belajar bagi masyarakat. Kualitas hidup dan peran perempuan dan anak di berbagai bidang masih rendah. Hal itu, antara lain, di tandai oleh rendahnya angka indeks pembangunan gender (IPG) dan tingginya tingkat kekerasan, eksploitasi, dan diskriminasi terhadap perempuan dan anak; serta kurang memadainya kesejahteraan, partisipasi, dan perlindungan anak. Dengan demikian, tantangan di bidang pembangunan perempuan dan anak adalah meningkatkan kualitas dan peran perempuan di berbagai bidang pembangunan; menurunkan tindak kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi terhadap perempauan dan anak, serta meingkatkan kesejahteraan dan perlindungan anak. Sementara itu, pembagunan dalam bidang kepemudaan yaitu meningkatkan budaya dan prestasi olaharaga, menurunkan beban pemasalahan kesejahteran sosial yang semakin beragam dan meningkat akibat terjadinya berbagai krisis sosial, seperti semakin menipisnya nilai budaya dan agama; menurunkan akses dan gejala sosial sebagai dampk dari disparitas kondisi sosial ekonomi masyarakat serta meningkatnya pemenuhan kebutuhan sosial dasar masyarakat. Derasnya arus globalisasi yang didorong oleh kemajuan teknologi dan komunikasi dan informasi sangat berimbas pada hampir segala bentuk sendi kehidupan masyarakat menjadi tantangan di Kota Jayapura, yaitu bagaimana kemajuan ini dapat dimanfaatkan secara positif dengan meningkatkan kapasitas dan kapabilitas teknologi dan komunikasi untuk dapat meningkatkan kualitas kehidupan, selain harus mempertahankan jati diri sekaligus memanfatkannya untuk pengembangan tolerasi terhadap keanekaragaman budaya dan peningkatan daya saing melalui penerapan nilai nilai Pancasila dan penerapan nilai-nilai Universal, karena hakekatnya pembangunan manusia pada intinya adalah pembangunan manusia seutuhnya. Tantangan yang di hadapi dalam pembangunan agama adalah mengaplikasikan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari, mewujudkan kerukunan intern dan antar umat beragama, serta memberikan rasa aman dan perlindungan dalam menjalankan ajaran agamanya masing-masing. RPJPD Kota Jayapura Tahun RPJPD Kota Jayapura Tahun

12 Keragaman budaya merupakan suatu modal dasar yang tidak ternilai, khususnya di Kota Jayapura yang menjadi permasalahan adalah kurangnya pengembangan budaya lokal khas Port Numbay baik adat istiadat, bahasa dan seni yang memiliki 14 karakter dari 14 Kampung/suku. Tantangan pada 20 tahun kedepan bagaimana memberikan dorongan kepada masyarakat lokal untuk menghargai dan melestarikan budayanya sehingga dapat dijadikan salah satu obyek daya tarik wisata yang memiliki nilai jual. 2. KESEHATAN DAN GIZI Kemampuan Manajemen Kesehatan di Kota Jayapura di berbagai tingkat Administrasi cukup baik, namun demikian sistem informasi, hukum dan IPTEK kesehatan masih perlu di tingkatkan. Potensi masyarakat baik berupa organisasi, upaya, tenaga, dana, sarana, teknologi maupun mekanisme pengambilan keputusan belum optimal upaya pemberdayaan masyarakat masih mengganggap masyarakat sebagai obyek dan kegiatannya masih berupa bantuan kemanusiaan (charty) yang bersifat mendesak (emergency) pergerakan (mobilisasi) yang baru bersifat sementara dan masih pada tahap pengembangan. Peran serta masyarakat di bidang kesehatan yang ada saat ini antara lain: Posyandu, Polindes, TOGA, dan Pos Upaya Kesehatan Kerja, yang keberadaannya saat ini sangat perlu ditingkatkan. Globalisasi merupakan tantangan, masalah, dan sekaligus potensi untuk pembangunan Kota Jayapura berwawasan kesehatan di masa mendatang. Mobilitas penduduk dan arus informasi yang begitu cepat, sehingga batas wilayah dan batas Provinsi menjadi sangat tipis. Yang berdampak positif dan sekaligus juga berdampak negatif bagi pembangunan kesehatan. Kesemuanya ini perlu diantisipasi secara serius dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan. Kecenderungan meningkatnya kriminalitas, peredaran NAPZA, peracikan jamu dan obat kuat, miras dan milo semakin merajalela. Kemiskinan, pengangguran, dan permasalahan sosial lainnya sangat berpengaruh terhadap lajunya pembangunan berwawasan kesehatan. Kemudahan transporatasi, komunikasi dan penyebarluasan informasi berpengaruh juga terhadap penyalahgunaan narkotika, obat psikotropika dan zat adiktif lainnya, penyebaran penyakit, perilaku seks bebas, serta gaya hidup tidak sehat lainnya. Transisi demografi telah dapat diprediksi sebagai dampak dari pembangunan di Kota Jayapura, baik dalam bidang ekonomi, keluarga berencana dan kesehatan serta gizi. Pada piramida kependudukan, terjadi perubahan kecenderungan mengecilnya jumlah penduduk usia muda/balita dan meningkatnya jumlah segmen angkatan kerja. Tetapi nampaknya segmen penduduk usia muda yang seharusnya mengecil ternyata justru cenderung meningkat. Akibatnya masalahmasalah yang berhubungan dengan usia muda akan tetap muncul. Dimensi lain dari transisi demografi adalah meningkatnya urbanisasi, migrasi dan pengangguran. Tantangan untuk mewujudkan masyarakat yang sehat pada 20 Tahun kedepan adalah meningkatkan kapasitas pelayanan kesehatan dan penyediaan paramedis, sarana dan prasarana serta memberikan perhatian serius terhadap masyarakat tidak mampu/miskin, pengobatan gratis, dan perbaikan sanitasi lingkungan. 3. EKONOMI DAN DUNIA USAHA Pembangunan Ekonomi diarahkan untuk mewujudkan Kota Jayapura sebagai Kota Perdagangan dan Jasa. Arah tersebut telah ditandai dengan upaya konkrit Pemerintah Kota mengembangkan pusat-pusat ekonomi baik melalui pembangunan pasar tradisional dan rencana pembangunan pasar modern serta memberi kemudahan bagi investor untuk berinvestasi di Kota Jayapura. Pada 20 tahun kedepan diharapkan pasar tradisional dan modern dapat saling bersinergi, saling menghidupi dan dapat mengembangkan usaha ekonomi mikro. Salah satu yang menjadi beban bahwa meskipun di Kota Jayapura saat ini telah menghasilkan berbagai kemajuan sektor industri dengan capaian 808 unit usaha, dengan nilai investasi sebesar Rp ,00 (dua puluh lima milyar empat ratus empat puluh enam juta seratus empat puluh satu ribu rupiah) namun masih jauh dari cita-cita untuk mewujudkan perekonomian yang tangguh dan mensejahterakan seluruh lapisan masyarakat. Oleh karena itu, tentangan besar memajukan perekonomian 20 tahun mendatang adalah menigkatkan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan berkualitas secara berkelanjutan untuk mewujudkan secara nyata peningkatan kesejahteran sekaligus mengurangi ketertinggalan dari daerah daerah di luar Papau yang lebih maju. RPJPD Kota Jayapura Tahun RPJPD Kota Jayapura Tahun

13 Kesenjangan antara masyarakat papua dan non papua. Basis kekuatan ekonomi yang masih banyak digerakkan oleh masyarakat non papua. Sesuai amanat otsus perlu ada perlakuan khusus sehinga terdapat pemerataan dan keseimbangan pemanfaatan pembangunan bidang ekonomi Kemajuan ekonomi perlu di dukung oleh kemampuan suatu daerah di dalam mengembangkan potensi dirinya untuk mewujudkan kemandirian. Oleh sebab itu, pembangunan ekonomi tersebut adalah mengurangi ketergantungan ekonomi dari pengaruh luar, tetapi tetap berdaya saing, khususnya bagi masyarakat Asli Papua perlu pembinaan dalam pemberdayaan ekonomi kerakyatan sehinga terdapat adanya pemerataan dan keseimbangan dalam pemanfaatan pembangunan bidang ekonomi. Tantangan utama kemajuan ekonomi adalah mengembangkan aktivitas perekonomian yang di dukung oleh penguasaan dan penerapan teknologi serta peningkatan produktivitas SDM, mengembangkan kelembagaan ekonomi yang efisien yang menerapkan praktik terbaik dan prisip-prinsip pemerintahan yang baik, serta terus memacu dan mendorong pertumbuhan investasi daerah. Pemecahan masalah kemiskinan perlu didasarkan pada pemahaman suara masyarakat miskin dan adanya penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan hak-hak dasar secara bertahap, yang hak sosial, dan budaya, ekonomi, politik. Tantangan yang di hadapi, antara lain, yaitu kurang pemahaman terhadap hak-hak dasar masyarakat miskin, kurangnya keberpihakan dalam perencanan dan penganggaran, lemahnya sinergi dan kordinasi kebijakan pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam berbagai upaya penanggulangan kemiskinan. Rendahnya partisipasi dan terbatasnya akses masyarakat miskin terutama perempuan dalam pengambilan keputusan baik dalam keluarga maupun masyarakat, serta keterbatasan pemahaman dalam mengembangkan potensi daerah berpenduduk miskin padahal investasi daerah miskin di pedesaan dan daerah kumuh perkotan dalam bukti empiris dapat menghasilkan atau mengembangkan potensi bagi sentra kegiatan ekonomi. Pada era Otonomi Khusus Papua menuntut adanya keberpihakan pemberdayaan ekonomi masyarakat asli Papua. Tantangan kita pada 20 tahun mendatang adalah bagaimana memberdayakan masyarakat asli papua yang ada di Kota Jayapura untuk mampu bersaing dan mendapatkan kedudukan yang setara dalam bidang ekeonomi dengan masyarakat non papua. 4. INFRASTRUKTUR DAN TATA RUANG Peningkatan pelayanan infrastruktur kota menjadi tantangan yang harus dihadapi oleh Kota Jayapura dalam rangka mengantisipasi perkembangan kota yang semakin pesat. Penyediaan dan pemerataan jaringan infrastruktur akan mendorong percepatan pembangunan Kota Jayapura. Pembangunan jembatan penghubung Hamadi-Holtekamp akan mengatasi kesenjangan perkembangan bagian barat dan timur kota. Selain itu, diperlukan jalan alternatif yang dapat menghubungkan Kota Jayapura dan Sentani selain jalan utama yang ada saat ini dalam rangka meningkatkan mobilitas dari pusat kota ke bagian hinterland kota. Penyediaan air bersih yang merata akan membantu peningkatan kualitas kesehatan penduduk kota. Krisis energi harus segera diatasi dengan penyediaan pembangkit tenaga listrik baru. Pengembangan pelabuhan Yos Sudarso dan pelabuhan APO penting untuk segera ditindaklanjuti dalam rangka mengantisipasi tingkat mobilitas penduduk regional Perkembangan fisik perkotaan yang sangat cepat, terutama di kawasan lereng terjal akan berdampak pada meningkatnya resiko banjir dan tanah longsor. Penanganan masalah drainase dalam rangka mencegah bencana seperti banjir dan tanah longsor harus disusun dalam suatu rencana dan aksi penanganan bencana secara komprehensif dari hulu hingga hilir. Penegakan kebijakan pengamanan kawasan lindung dan kawasan kritis serta pembangunan infrastruktur drainase harus dilakukan untuk mengatasi permasalahan secara keseluruhan. Dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan dimasa datang, maka diperlukan suatu jaringan irigasi yang fungsional dan mampu mendukung produktivitas kawasan pertanian di Distrik Muara Tami. Selain itu, optimasi fungsi jaringan irigasi akan mengurangi terjadinya perubahan guna lahan produktif menjadi guna lahan perkotaan yang akan berdampak pada menurunnya kestabilan pangan Kota Jayapura. RPJPD Kota Jayapura Tahun RPJPD Kota Jayapura Tahun

PENCAPAIAN KINERJA INDIKATOR MACRO PEMBANGUNAN DAERAH KOTA JAYAPURA

PENCAPAIAN KINERJA INDIKATOR MACRO PEMBANGUNAN DAERAH KOTA JAYAPURA PENCAPAIAN KINERJA INDIKATOR MACRO PEMBANGUNAN DAERAH KOTA JAYAPURA Berdasarkan Permen No. 12 thn 2007 ttg Susunan Data A. DATA UMUM 1. GEOGRAFI a. Posisi / Letak Kota Jayapura berdiri sejak tanggal 21

Lebih terperinci

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN Prioritas dan sasaran merupakan penetapan target atau hasil yang diharapkan dari program dan kegiatan yang direncanakan, terintegrasi, dan konsisten terhadap pencapaian

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA 6 BAB II PERENCANAAN KINERJA Laporan Kinerja Kabupaten Purbalingga Tahun mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk

Lebih terperinci

KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN ACEH TENGAH TAHUN 2016 LAMPIRAN PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN ACEH TENGAH TAHUN 2016 No Sasaran Strategis Indikator Kinerja

Lebih terperinci

IKHTISAR EKSEKUTIF. Hasil Rekapitulasi Pencapain kinerja sasaran pada Tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut :

IKHTISAR EKSEKUTIF. Hasil Rekapitulasi Pencapain kinerja sasaran pada Tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut : IKHTISAR EKSEKUTIF Sistem AKIP/LAKIP Kabupaten Sukabumi adalah untuk mendorong terciptanya akuntabilitas kinerja Pemerintah Kabupaten Sukabumi sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban yang baik, transparan

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi merupakan cara pandang ke depan tentang kemana Pemerintah Kabupaten Belitung akan dibawa, diarahkan dan apa yang diinginkan untuk dicapai dalam kurun

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN BONE BOLANGO NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN BONE BOLANGO NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN BONE BOLANGO NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET 1. Optimalisasi peran dan fungsi Persentase produk hukum kelembagaan pemerintah daerah daerah ditindaklanjuti

Lebih terperinci

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2013 2018 Visi Terwujudnya Kudus Yang Semakin Sejahtera Visi tersebut mengandung kata kunci yang dapat diuraikan sebagai berikut: Semakin sejahtera mengandung makna lebih

Lebih terperinci

BAB VI TUJUAN DAN SASARAN

BAB VI TUJUAN DAN SASARAN BAB VI TUJUAN DAN SASARAN Penetapan tujuan dan sasaran organisasi di dasarkan pada faktor-faktor kunci keberhasilan yang dilakukan setelah penetapan visi dan misi. Tujuan dan sasaran dirumuskan dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS Analisis isu-isu strategis merupakan bagian penting dan sangat menentukan dalam proses penyusunan rencana pembangunan daerah untuk melengkapi tahapan-tahapan yang telah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS A. Permasalahan Pembangunan Dari kondisi umum daerah sebagaimana diuraikan pada Bab II, dapat diidentifikasi permasalahan daerah sebagai berikut : 1. Masih tingginya angka

Lebih terperinci

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan BAB - VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN 6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan Strategi adalah langkah-langkah berisikan program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi, yang dirumuskan dengan kriterianya

Lebih terperinci

BAB 7 KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB 7 KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BAB 7 KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH 7.1 Kebijakan Umum Perumusan arah kebijakan dan program pembangunan daerah bertujuan untuk menggambarkan keterkaitan antara bidang urusan pemerintahan

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2017

PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2017 PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan dibawah

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS

BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS 3.1 Identifikasi Faktor Lingkungan Berdasarkan Kondisi Saat Ini sebagaimana tercantum dalam BAB II maka dapat diidentifikasi faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Pembangunan Daerah adalah pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat yang nyata, baik dalam aspek pendapatan, kesempatan kerja, lapangan

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN MAGETAN. INDIKATOR KINERJA Meningkatkan kualitas rumah ibadah dan

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN MAGETAN. INDIKATOR KINERJA Meningkatkan kualitas rumah ibadah dan PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN MAGETAN No SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET 1 2 3 4 1 Meningkatkan kualitas rumah ibadah dan 1. Jumlah rumah ibadah yang difasilitasi 400 jumlah kegiatan

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH 5.1 Sasaran Pokok dan Arah Kebijakan Pembangunan Jangka Panjang Untuk Masing masing Misi Arah pembangunan jangka panjang Kabupaten Lamongan tahun

Lebih terperinci

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Visi : Terwujudnya pemerintahan yang baik dan bersih menuju maju dan sejahtera Misi I : Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang profesional, transparan, akuntabel

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2013 BAB IV 1 Tabel 4.1 Hubungan Visi/Misi dan Tujuan/Sasaran Pembangunan No Visi / Misi Tujuan Sasaran 1 2 3 4 Misi : 1 Mengembangkan Masyarakat Lombok Barat yang

Lebih terperinci

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015 1.8. Kebijakan Pembangunan Daerah Berkelanjutan Provinsi DKI Jakarta Pembangunan di DKI Jakarta adalah bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional secara keseluruhan dan pembangunan pada hakekatnya

Lebih terperinci

BAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH

BAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH BAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH 3.1. Visi Berdasarkan kondisi masyarakat dan modal dasar Kabupaten Solok saat ini, serta tantangan yang dihadapi dalam 20 (dua puluh) tahun mendatang, maka

Lebih terperinci

REVISI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015

REVISI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 REVISI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintah yang efektif, transparan, akuntabel dan berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah ini : Nama Jabatan : Tgk.

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN - 115 - BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Visi dan Misi, Tujuan dan Sasaran perlu dipertegas dengan upaya atau cara untuk mencapainya melalui strategi pembangunan daerah dan arah kebijakan yang diambil

Lebih terperinci

BAB V. Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Banjarbaru Tahun Visi

BAB V. Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Banjarbaru Tahun Visi BAB V Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran 5.1 Visi Visi merupakan arah pembangunan atau kondisi masa depan daerah yang ingin dicapai dalam 5 (lima) tahun mendatang (clarity of direction). Visi juga menjawab

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013-

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013- BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi 2017 adalah : Visi Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013- ACEH TAMIANG SEJAHTERA DAN MADANI MELALUI PENINGKATAN PRASARANA DAN SARANA

Lebih terperinci

BAB VIII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB VIII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BAB VIII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Pada bab ini akan disampaikan seluruh program dalam RPJMD 2013-2017 baik yang bersifat Program Unggulan maupun program dalam rangka penyelenggaraan Standar Pelayanan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI BAB II DESKRIPSI ORGANISASI 2.1. Sejarah Organisasi Kota Serang terbentuk dan menjadi salah satu Kota di Propinsi Banten berdasarkan Undang-undang Nomor 32 tahun 2007 yang diundangkan pada tanggal 10 bulan

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Berdasarkan perkembangan situasi dan kondisi Desa Jatilor saat ini, dan terkait dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM-Desa), maka untuk pembangunan

Lebih terperinci

RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

RPJMD Kota Pekanbaru Tahun RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017 BAB V VISI, MISI, DAN V - 1 Revisi RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017 5.1. VISI Dalam rangka mewujudkan pembangunan jangka panjang sebagaimana tercantum di dalam

Lebih terperinci

BAGIAN ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN SETDA KOTA LANGSA

BAGIAN ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN SETDA KOTA LANGSA BAGIAN ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN SETDA KOTA LANGSA PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintah yang efektif, transparan, akuntabel dan berorientasi pada hasil, yang bertanda

Lebih terperinci

Tabel 6.1 Strategi dan Arah Kebijakan Kabupaten Sumenep

Tabel 6.1 Strategi dan Arah Kebijakan Kabupaten Sumenep Tabel 6.1 Strategi dan Kabupaten Sumenep 2016-2021 Visi : Sumenep Makin Sejahtera dengan Pemerintahan yang Mandiri, Agamis, Nasionalis, Transparan, Adil dan Profesional Tujuan Sasaran Strategi Misi I :

Lebih terperinci

VISI PAPUA TAHUN

VISI PAPUA TAHUN ISU-ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA TAHUN 2013-2018 ototus Oleh : DR.Drs. MUHAMMAD MUSAAD, M.Si KEPALA BAPPEDA PROVINSI PAPUA Jayapura, 11 Maret 2014 VISI PAPUA TAHUN 2013-2018 PAPUA BANGKIT PRINSIP

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 Oleh: BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN MALANG Malang, 30 Mei 2014 Pendahuluan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah 3.1.1 Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2011 dan Perkiraan Tahun 2012 Kerangka Ekonomi Daerah dan Pembiayaan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH Perencanaan dan implementasi pelaksanaan rencana pembangunan kota tahun 2011-2015 akan dipengaruhi oleh lingkungan strategis yang diperkirakan akan terjadi dalam 5 (lima)

Lebih terperinci

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Visi dan misi merupakan gambaran apa yang ingin dicapai Kota Surabaya pada akhir periode kepemimpinan walikota dan wakil walikota terpilih, yaitu: V.1

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS TAHUN 2015

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS TAHUN 2015 BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS TAHUN 2015 Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Pekalongan Tahun 2015 merupakan tahun keempat pelaksanaan RPJMD Kabupaten Pekalongan tahun 2011-2016.

Lebih terperinci

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS A. KONDISI UMUM Sesuai dengan UUD 1945,

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Berdasarkan perkembangan situasi dan kondisi Kabupaten Grobogan pada saat ini, dan terkait dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten

Lebih terperinci

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS A. KONDISI UMUM Sesuai dengan UUD 1945, pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat,

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. VISI PEMBANGUNAN Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Pemerintah RI Nomor 8 Tahun 2008 tentang

Lebih terperinci

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2008 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH )

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2008 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1 01 PELAYANAN UMUM 65.095.787.348 29.550.471.790 13.569.606.845 2.844.103.829 111.059.969.812 01.01 LEMBAGA EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF, MASALAH KEUANGAN DAN FISKAL, SERTA URUSAN LUAR NEGERI 64.772.302.460

Lebih terperinci

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1 Halaman : 1 01 PELAYANAN UMUM 66.583.925.475 29.611.683.617 8.624.554.612 766.706.038 105.586.869.742 01.01 LEMBAGA EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF, MASALAH KEUANGAN DAN FISKAL, SERTA URUSAN LUAR NEGERI 66.571.946.166

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN A. Visi Mengacu kepada Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 5 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Semarang Tahun

Lebih terperinci

5.3. VISI JANGKA MENENGAH KOTA PADANG

5.3. VISI JANGKA MENENGAH KOTA PADANG Misi untuk mewujudkan sumberdaya manusia yang cerdas, sehat, beriman dan berkualitas tinggi merupakan prasyarat mutlak untuk dapat mewujudkan masyarakat yang maju dan sejahtera. Sumberdaya manusia yang

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS Pembangunan daerah agar dapat berhasil sesuai dengan tujuannya harus tanggap terhadap kondisi yang terjadi di masyarakat. Kondisi tersebut menyangkut beberapa masalah

Lebih terperinci

2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun

2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun BAB 2 PERENCANAAN KINERJA 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun 2013-2018 Pemerintah Kabupaten Bogor telah menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) berdasarkan amanat dari Peraturan Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sektor yang memiliki peranan yang cukup besar dalam. pembangunan perekonomian nasional adalah sektor pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sektor yang memiliki peranan yang cukup besar dalam. pembangunan perekonomian nasional adalah sektor pariwisata. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu sektor yang memiliki peranan yang cukup besar dalam pembangunan perekonomian nasional adalah sektor pariwisata. Dunia pariwisata Indonesia sempat

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi dan arah kebijakan pembangunan daerah Kabupaten Bengkulu Utara selama lima tahun, yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi,

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi, BAB VI. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komperhensif tentang bagaimana Pemerintah Daerah mencapai tujuan dan sasaran RPJMD dengan efektif dan efisien.

Lebih terperinci

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Kebijakan Umum adalah arahan strategis yang berfungsi sebagai penunjuk arah pembangunan Kabupaten Timor Tengah Selatan untuk jangka panjang. Kebijakan

Lebih terperinci

BAB V. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN

BAB V. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN BAB V. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN Menurut RPJPD Kabupaten Kampar 2005-2025, berlandaskan pelaksanaan, pencapaian, dan sebagai keberlanjutan RPJM ke-1, maka RPJM ke-2 (2011-2016) ditujukan

Lebih terperinci

VISI TERWUJUDNYA KABUPATEN MANOKWARI SELATAN YANG AMAN, DAMAI, MAJU DAN SEJAHTERA SERTA MAMPU BERDAYA SAING

VISI TERWUJUDNYA KABUPATEN MANOKWARI SELATAN YANG AMAN, DAMAI, MAJU DAN SEJAHTERA SERTA MAMPU BERDAYA SAING VISI DAN MISI MARKUS WARAN, ST DAN WEMPI WELLY RENGKUNG, SE CALON BUPATI DAN WAKIL BUPATI KABUPATEN MANOKWARI SELATAN PILKADA 2015 ------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 17 Tahun 2015 Tanggal : 29 Mei 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Kesejahteraan masyarakat adalah kata kunci indikator keberhasilan pembangunan. Kesejahteraan yang memiliki dimensi : 1) Kesejahteraan yang dinikmati oleh seluruh komponen masyarakat 2)

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 PRIORITAS PEMBANGUNAN 2017 Meningkatkan kualitas infrastruktur untuk mendukung pengembangan wilayah

Lebih terperinci

Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia untuk mewujudkan masyarakat yang memiliki daya saing dalam menghadapi tantangan global

Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia untuk mewujudkan masyarakat yang memiliki daya saing dalam menghadapi tantangan global PENGUKURAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2015 VISI : Menuju Sidoarjo Sejahtera, Mandiri, dan Berkeadilan No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan Target 2015 Realiasasi 2015 % Capaian

Lebih terperinci

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH 4.1. TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN Dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, permasalahan, tantangan, peluang yang ada di Kota Jambi, dan mempertimbangkan

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Tabel IX-1 Indikator Kinerja Daerah Menurut Sasaran Strategis SASARAN INDIKATOR KINERJA Misi satu : Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang melalui peningkatkan

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR TAHUN 2016 No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target (1) (2) (3) (4) 1 Menurunnya angka 1 Angka Kemiskinan (%) 10-10,22 kemiskinan 2 Pendapatan per kapita

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN I. VISI Pembangunan di Kabupaten Flores Timur pada tahap kedua RPJPD atau RPJMD tahun 2005-2010 menuntut perhatian lebih, tidak hanya untuk menghadapi permasalahan

Lebih terperinci

BAB 2 PERENCANAAN KINERJA. 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun

BAB 2 PERENCANAAN KINERJA. 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun BAB 2 PERENCANAAN KINERJA 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun 2013-2018 Pemerintah Kabupaten Bogor telah menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) berdasarkan amanat dari Peraturan Daerah

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi didefinisikan sebagai suatu kondisi ideal masa depan yang ingin dicapai dalam suatu periode perencanaan berdasarkan pada situasi dan kondisi saat ini.

Lebih terperinci

BAB IV VISI DAN MISI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN

BAB IV VISI DAN MISI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN BAB IV VISI DAN MISI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2005-2025 4.1 VISI PEMBANGUNAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2005-2025 Mengacu kepada Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional, Rencana

Lebih terperinci

TABEL 3.2 MATRIKS PRIORITAS PEMBANGUNAN

TABEL 3.2 MATRIKS PRIORITAS PEMBANGUNAN TABEL 3.2 MATRIKS NO 1. Pemantapan Ketahanan Pangan dan Nilai Tambah Produk Pertanian 1 Peningkatan peluang usaha dibidang agribisnis 2 Peningkatan ketahanan pangan pertanian 3 Peningkatan sarana dan prasarana

Lebih terperinci

VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO

VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO 1 VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO V I S I Riau Yang Lebih Maju, Berdaya Saing, Berbudaya Melayu, Berintegritas dan Berwawasan Lingkungan Untuk Masyarakat yang Sejahtera serta Berkeadilan

Lebih terperinci

TABEL KETERKAITAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

TABEL KETERKAITAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.4. Tabel Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran TABEL KETERKAITAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Visi : Terwujudnya Kabupaten Grobogan sebagai daerah industri dan perdagangan yang berbasis pertanian,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Visi dan misi merupakan visualisasi dari apa yang ingin dicapai oleh Kota Sorong dalam 5 (lima) tahun mendatang melalui Walikota dan Wakil Walikota terpilih untuk periode

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Luas Wilayah Kota Palu Menurut Kecamatan Tahun 2015.. II-2 Tabel 2.2 Banyaknya Kelurahan Menurut Kecamatan, Ibu Kota Kecamatan Dan Jarak Ibu Kota Kecamatan Dengan Ibu Kota Palu Tahun

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH PAPUA

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH PAPUA MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH PAPUA Provinsi Papua PRIORITAS NASIONAL MATRIKS ARAH KEBIJAKAN BUKU III RKP 2012 WILAYAH PAPUA 1 Pendidikan Peningkatan akses pendidikan dan keterampilan kerja serta pengembangan

Lebih terperinci

BAB IV PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2011

BAB IV PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2011 BAB IV PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2011 4.1. Prioritas dan Sasaran Pembangunan Daerah Berdasarkan kondisi dan fenomena yang terjadi di Kabupaten Lebak serta isu strategis, maka ditetapkan prioritas

Lebih terperinci

TUJUAN 1. TERWUJUDNYA KOTA BOGOR SEBAGAI KOTA YANG CERDAS, BERDAYA SAING DAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI MELALUI SMART GOVERMENT DAN SMART PEOPLE

TUJUAN 1. TERWUJUDNYA KOTA BOGOR SEBAGAI KOTA YANG CERDAS, BERDAYA SAING DAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI MELALUI SMART GOVERMENT DAN SMART PEOPLE C. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PENCAPAIAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2015-2019 MISI 1. MEWUJUDKAN BOGOR KOTA YANG CERDAS DAN BERWAWASAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI TUJUAN 1. TERWUJUDNYA KOTA

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU ISU STRATEGIS 4.1 Permasalahan Pembangunan Capaian kinerja yang diperoleh, masih menyisakan permasalahan dan tantangan. Munculnya berbagai permasalahan daerah serta diikuti masih banyaknya

Lebih terperinci

5.1. VISI MEWUJUDKAN KARAKTERISTIK KABUPATEN ENDE DENGAN MEMBANGUN DARI DESA DAN KELURAHAN MENUJU MASYARAKAT YANG MANDIRI, SEJAHTERA DAN BERKEADILAN

5.1. VISI MEWUJUDKAN KARAKTERISTIK KABUPATEN ENDE DENGAN MEMBANGUN DARI DESA DAN KELURAHAN MENUJU MASYARAKAT YANG MANDIRI, SEJAHTERA DAN BERKEADILAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Mengacu kepada arah pembangunan jangka panjang daerah, serta memerhatikan kondisi riil, permasalahan, dan isu-isu strategis, dirumuskan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran

Lebih terperinci

BAB 6 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB 6 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB 6 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komprehensif tentang bagaiman pemerintah mencapai tujuan dan sasaran RPJMD dengan efektif dan efisien. Dengan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xix BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen RPJMD

Lebih terperinci

KONDISI UMUM BANJARMASIN

KONDISI UMUM BANJARMASIN KONDISI UMUM BANJARMASIN Fisik Geografis Kota Banjarmasin merupakan salah satu kota dari 11 kota dan kabupaten yang berada dalam wilayah propinsi Kalimantan Selatan. Kota Banjarmasin secara astronomis

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJM-D) KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2008-2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN A. Strategi Pembangunan Daerah Strategi adalah langkah-langkah berisikan program-program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi. Strategi pembangunan Kabupaten Semarang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 08 TAHUN 2007 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 08 TAHUN 2007 TENTANG PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 08 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2007-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI 4.1 Keadaan Umum Provinsi Jambi secara resmi dibentuk pada tahun 1958 berdasarkan Undang-Undang No. 61 tahun 1958. Secara geografis Provinsi Jambi terletak antara 0º 45

Lebih terperinci

STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Dalam perumusan strategi didasarkan pada kriteria : 1. Strategi yang realistis untuk mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan 2. Menganalisis dan mengevaluasi faktor faktor

Lebih terperinci

EFISIENSI PENGGUNAAN SUMBER DAYA PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO TAHUN VISI : Menuju Sidoarjo Sejahtera, Mandiri, dan Berkeadilan

EFISIENSI PENGGUNAAN SUMBER DAYA PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO TAHUN VISI : Menuju Sidoarjo Sejahtera, Mandiri, dan Berkeadilan EFISIENSI PENGGUNAAN SUMBER DAYA PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2015 VISI : Menuju Sidoarjo Sejahtera, Mandiri, dan Berkeadilan NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA % Capaian Kinerja % Realisasi

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA Pemerintah Kabupaten Demak Perencanaan strategik, sebagai bagian sistem akuntabilitas kinerja merupakan langkah awal yang harus dilakukan oleh instansi pemerintah agar mampu

Lebih terperinci

1. Mewujudkan tata pemerintahan yang amanah didukung oleh aparatur pemerintah yang profesional dan berkompeten. 2. Mewujudkan keamanan dan ketertiban

1. Mewujudkan tata pemerintahan yang amanah didukung oleh aparatur pemerintah yang profesional dan berkompeten. 2. Mewujudkan keamanan dan ketertiban 1. Mewujudkan tata pemerintahan yang amanah didukung oleh aparatur pemerintah yang profesional dan berkompeten. 2. Mewujudkan keamanan dan ketertiban masyarakat serta kehidupan politik yang demokratis.

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah

Lebih terperinci

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH BAB IV VISI DAN MISI DAERAH Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Lebak 2005-2025 disusun dalam rangka mewujudkan visi dan misi pembangunan daerah yang diharapkan dapat dicapai pada

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUKAMARA (REVISI) KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUKAMARA (REVISI) KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BAB 7 KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH A. KEBIJAKAN UMUM Pembangunan Daerah harus didasarkan pada sasaran tertentu yang hendak dicapai; untuk itu, kebijakan yang dibuat dalam rangka melaksanakan

Lebih terperinci

Permasalahan Mendasar Daerah

Permasalahan Mendasar Daerah VISI, MISI DAN AGENDA PEMBANGUNAN SERTA KEBIJAKAN STRATEGIS Permasalahan Mendasar Daerah 1. Masih rendahnya kualitas sumberdaya manusia sehingga menyebabkan rendahnya produktivitas dan daya saing yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah 2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah Permasalahan pembangunan daerah merupakan gap expectation antara kinerja pembangunan yang dicapai saat inidengan yang direncanakan serta antara apa yang ingin dicapai

Lebih terperinci

BAB VI KEBIJAKAN UMUM

BAB VI KEBIJAKAN UMUM BAB VI KEBIJAKAN UMUM Visi sekaligus tujuan pembangunan jangka menengah Kota Semarang tahun 2005-2010 adalah SEMARANG KOTA METROPOLITAN YANG RELIGIUS BERBASIS PERDAGANGAN DAN JASA sebagai landasan bagi

Lebih terperinci

Visi TERWUJUDNYA KOTA JAMBI SEBAGAI PUSAT PERDAGANGAN DAN JASA BERBASIS MASYARAKAT YANG BERAKHLAK DAN BERBUDAYA. Misi

Visi TERWUJUDNYA KOTA JAMBI SEBAGAI PUSAT PERDAGANGAN DAN JASA BERBASIS MASYARAKAT YANG BERAKHLAK DAN BERBUDAYA. Misi BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH 2.1. VISI MISI Visi dan Misi yang telah dirumuskan dan dijelaskan tujuan serta sasarannya perlu dipertegas dengan bagaimana upaya atau cara untuk mencapai tujuan dan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang

Lebih terperinci