Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan"

Transkripsi

1 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Data Umum Kasus Data-data untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari sumber sebagai berikut: a. Pencarian data literatur melalui buku, artikel, dan website - Buku Colour Mania - Buku Big Format Advertising - Buku Do Good Design by David B. Berman - Catatan Tahunan tentang Kekerasan Terhadap Perempuan b. Wawancara dengan narasumber dan pihak terkait Komnas Perempuan Pimpinan: Yuniyanti Chuzaifah Alamat : Jl. Latuharhari 4B, Jakarta Telp : (021) c. Kuisioner kepada 100 koresponden yang terdiri dari 50 laki-laki dan 50 perempuan. 2.2 Data Khusus Kasus Data Penyelenggara Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan Adalah salah satu lembaga nasional hak asasi manusia (NHRI, National Human Rights Institution), yang berfokus pada penegakan hak asasi manusia perempuan Indonesia. Komnas Prempuan adalah lembaga negara yang independen yang dibentuk 3

2 melalui Keputusan Presiden No. 181 Tahun 1998, pada tanggal 15 Oktober 1998, yang diperkuat dengan Peraturan Presiden No. 65 Tahun Komnas Perempuan lahir dari tuntutan masyarakat sipil, terutama kaum perempuan, kepada pemerintah untuk mewujudkan tanggung jawab negara dalam menganggapi dan menangani persoalan kekerasan terhadap perempuan. Tuntutan tersebut berakar pada tragedy kekerasan seksual yang terutama dialami oleh perempuan etnis Tionghoa dalam kerusuhan Mei 1998 di berbagai kota besar di Indonesia. Landasan Kerangka Kerja Komnas Perempuan: 1. Konstitusi, yaitu Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Undang-Undang No. 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (CEDAW) 3. Undang-Undang No. 5 Tahun 1998 tentang Pengesahan Konvensi Menentang Penyiksaan Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman Lain yang Kejam atau tidak Manusiawi (CAT) Tujuan Komnas Perempuan: 1. Mengembangkan kondisi yang kondusif bagi penghapusan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan dan penegakan hak-hak asasi manusia perempuan di Indonesia; 2. Meningkatkan upaya pencegahan dan penanggulangan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan dan perlindungan hak-hak asasi perempuan. Manfaat dan Kewenangan Komnas Perempuan: 1. Menyebarluaskan pemahaman atas segala bentuk kekerasan terhadap perempuan Indonesia dan upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan, serta penghapusan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan; 2. Melaksanakan pengkajian dan penelitian terhadap berbagai peraturan perundangundangan yang berlaku, serta berbagai instrumen internasional yang relevan bagi perlindungan hak-hak asasi perempuan; 3. Melaksanakan pemantauan, termasuk pencarian fakta dan pendokumentasian kekerasan terhadap perempuan dan pelanggaran HAM perempuan, serta penyebarluasan hasil pemantauan kepada publik dan pengambilan langkahlangkah yang mendorong pertanggungjawaban dan penanganan; 4. Memberi saran dan pertimbangan kepada pemerintah, lembaga legislative, dan yudikatif, serta organisasi-organisasi masyarakat guna mendorong penyusunan dan pengesahan kerangka hukum dan kebijakan yang mendukung upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan, serta perlindungan HAM, penegakan, dan pemajuan hak-hak asasi perempuan; 5. Mengembangkan kerja sama regional dan internasional guna meningkatkan upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan Indonesia, serta perlindungan, penegakan dan pemajuan hak-hak asasi perempuan. Peran Komnas Perempuan: 4

3 1. Pemantau dan pelapor tentang pelanggaran HAM berbasis gender dan kondisi pemenuhan hak perempuan korban; 2. Pusat pengetahuan (resource center) tentang hak asasi perempuan; 3. Pemicu perubahan serta perumusan kebijakan; 4. Negosiator dan mediator antara pemerintah dengan komunitas korban dan komunitas pejuang hak asasi perempuan, dengan menitikberatkan pada pemenuhan tanggungjawab negara pada penegakan hak asasi manusia dan pada pemulihan hak-hak korban; 5. Fasilitator pengembanan dan penguatan jaringan di tingkat local, nasional, regional, dan internasional untuk kepentingan pencegahan, peningkatan kapasitas penanganan dan penghapusan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan Pelaksana Mandat Rapat paripurna komisioner Komnas Perempuan adalah otoritas tertinggi dalam pengambilan keputusan dan penanggung jawab pelaksanaan mandat Komnas Perempuan. Para komisioner berasal dari latar belakang yang beragam dan memenuhi prinsip-prinsip Paris untuk sebuah mekanisme hak asasi manusia. Pemilihan komisioner diselenggarakan secara terbukam dilaksanakan oleh sebuah tim seleksi independen, dan melalui konsultasi dengan mitra-mitra Komnas Permepuan dalam penentuan criteria dan proses penyeleksian. Guna memastikan keberlanjutan inisiatif organisasi sekaligus merawat demokrasi, seorang komisioner dapat dipilih kembali sebanyak-banyaknya satu kali dan jumlah komisioner yang menjabat untuk periode kedua paling banyak adalah sepertiga dari total anggota paripurna. Ada 15 orang komisioner yang bertugas untuk masa bakti Seorang ketua dan dua wakil ketua dipilih di antara mereka. Selebihnya, para komisioner membagi diri dalam Subkomisi dan Gugus Kerja untuk mengawal pelaksanaan mandat Komnas Perempuan. Saat ini ada 5 Subkomisi dan 3 Gugus Kerja, yaitu: - Subkomisi Pemantauan, - Subkomisi Pengembangan Sistem Pemulihan Perempuan Korban Kekerasan, - Subkomisi Reformasi Hukum dan Kebijakan, - Subkomisi Pendidikan, - Subkomisi Partisipasi Masyarakat - Gugus Kerja Papua - Gugus Kerja Pekerja Migran, - Gugus Kerja Perempuan dalam Konstitusi dan Hukum Nasional Dalam kerjanya, para komisioner didukung oleh badan pekerja yang dipimpin oleh seorang Sekretaris Jendral. Badan pekerja terbagi dalam divisi dan unit sesuai dengan subkomisi dan gugus kerja yang ada, serta dalam lima bidang kesekretariatan, 5

4 yaitu bidang umum, bidang sumber daya manusia, bidang keuangan, bidang penelitian, informasi dan dokumentasi, serta bidang perencanaan, monitoring, dan evaluasi. Komisi Paripurna Komnas Perempuan Ketua: Wakil Ketua: Anggota: Yunianti Chuzaifah Desti Murdjiana Masruchah Agustinus Supriyanto, Andy Yentriyani, Arimbi Heroepoetri, Husein Muhammad, Kunthi Tridewiyanti, Neng Dara Affiah, Ninik Rahayu Saur Tumiur Situmorang, Sri Nurherwati, Sylvana Maria Apituley, Tumbu Saraswati, Yustina Rostiawati Sekretaris Jendral Pinky Tantotos Kerja Utama Empat Isu Prioritas dari Sebelas Isu Krusial Komnas Perempuan, Kekerasan terhadap perempuan akibat pemiskinan perempuan, termasuk dalam konteks migrasi, eksploitasi tenaga kerja di pabrik dan rumah tangga, eksploitasi sumber daya alam, dan pengungsian; 2. Kekerasan terhadap perempuan akibat politisasi identitas dan kebijakan berbasis moralitas dan agama; 3. Kekerasan terhadap perempuan dalam konteks pelanggaran HAM masa lalu dan konflik; 4. Penguatan mekanisme hak asasi manusia bagi perempuan 5. Kekerasan terhadap perempuan dalam konteks taahanan dan serupa tahanan; 6. Kekerasan terhadap perempuan dalam konteks perkawinan dan keluarga; 7. Kekerasan terhadap perempuan dalam praktik budaya; 8. Kekerasan terhadap perempuan rentan diskriminasi, antara lain penyandang cacat, anggota masyarakat adat, dan anggota komunitas minoritas; 9. Kekerasan seksual dalam berbagai konteks lainnya, termasuk oleh pejabat publik, pendidik, pemuka komunitas, dan di media; 10. Perlindungan dan dukungan bagi Perempuan Pembela HAM; 11. Kekerasan terhadap perempuan dalam praktik politik, termasuk pemilu dan pemilukada; 6

5 Capaian Utama Tabel Capaian Utama 7

6 Kampanye Utama 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (K16HAKTP) Kampanye internasional ini diselenggarakan setiap tahunnya dan dimulai pada tanggal 25 November (Hari Internasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan) hingga 10 Desember (Hari Hak Asasi Manusia Sedunia). Di Indonesia, kampanye ini mulai digiatkan Komnas Perempuan sebagai kampanye nasional sejak tahun 2001, dan diperluas untuk juga mencakup peringatan Hari Migran Internasional pada tanggal 18 Desember. Tujuan K16HAKTP bertujuan menggalang dukungan publik untuk penghapusan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan dan bentuk-bentuk pelanggaran HAM berbasis gender lainnya. Mulai tahun 2010 hingga 2014, K16HAKTP akan mengangkat tema Kekerasan Seksual: Kenali dan Tangani. Tujuannya adalah untuk mengajak publik untuk mengenali bentuk-bentuk kekerasan seksual, memahami akar permasalahannya, kompleksitas, dan penyelesaiannya. Pada akhir periode kampanye ini, diharapkan akan muncul kesadaran dan gerakan untuk menghadirkan undang-undang yang mengatur tentang kekerasan seksual sehingga mampu menjamin perlindungan dan jaminan hukum bagi perempuan korban. Pundi Perempuan Adalah inisiatif penggalangan dana publik untuk mendukung upaya pemulihan perempuan korban kekerasan. Dana diperuntukkan bagi pendampingan korban dan rumah aman, dukungan pemulihan perempuan korban dan keluarganya, dan dukungan akses kesehatan untuk perempuan pembela HAM. Sejak tahun 2003 Pundi Perempuan telah menyalurkan dukungan bagi 37 lembaga pengada layanan bagi korban, dua paguyuban perempuan korban, dan satu orang perempuan pembela HAM. Mari Berbicara Kebenaran Adalah gerakan mengajak setiap warga bangsa untuk membuka diri pada sejarah kelam Indonesia dengan menyimak penuturan para prempuan korban dan mengintergretasikannya dalam sejarah nasional. Tujuannya adalah untuk menggalang dukungan publik bagi upaya pemulihan hak-hak perempuan korban dan untuk memastikan tidak terjadi lagi pelanggaran HAM serupa pada generasi berikutnya. 8

7 2.2.2 Data Kasus Gambaran Umum: Data KTP Tahun 2011 Tabel a Jumlah Kasus KTP (Tahun ) Berdasarkan kompilasi data kekerasan terhadap perempuan dari 383 lembaga mitra pengada layanan yang mengisi dan mengirim kembali datanya kepada Komnas Perempuan diperoleh jumlah korban KTP tahun 2010 ini, yaitu korban. Jika dibandingkan dengan kompilasi data tahun yang lalu, angka kekerasan pada tahun ini lebih kecil kurang-lebih 27%. Lebih kecilnya angka korban KTP tahun ini tidak dapat diartikan bahwa dalam tahun 2010 kekerasan terhadap perempuan berkurang. Ada sejumlah faktor yang ditengarai menjadi penyebab, khususnya berkaitan dengan pendokumentasian kasus kekerasan terhadap perempuan yang dilakukan oleh masing-masing lembaga. Di antara sejumlah faktor penyebab yang hampir selalu disebutkan oleh lembaga mitra pengada layanan adalah: keterbatasan SDM (dalam hal ketrampilan pendataan dan pergantian turnover yang cepat), keterbatasan fasilitas (perangkat komputer, dan peralatan lain yang diperlukan untuk pendataan), pemahaman akan pengisian format pendataan (yang juga seringkali diubah atau disesuaikan dengan keadaan pengaduan dari tahun ke tahun), pendanaan dalam rangka mendukung pendokumentasian kasus, dan keengganan korban untuk secara formal dicatat kasusnya (karena kekhawatiran dan ketakutan akan adanya 9

8 stigma atau tanggapan negatif dari masyarakat tentang kasus kekerasan yang dialaminya). Kendala lain yang ditengarai oleh Komnas Perempuan di antaranya pembenahan internal organisasi sehingga yang biasa turut berpartisipasi mengirimkan data pada tahun ini tidak berhasil mengirimnya tepat waktu. Ada pula sejumlah lembaga yang pada tahun ini secara khusus mempersiapkan dokumentasi laporan dalam rangka memperingati 100 Tahun Hari Perempuan Internasional. Secara umum, kendala seperti disebutkan oleh berbagai pihak ini menunjukkan bahwa memang kesadaran akan pentingnya pendokumentasian kasus KTP masih sangat kurang. Oleh karena itu, Komnas Perempuan berupaya melakukan sosialisasi pentingnya CATAHU bagi semua pihak dalam kerangka advokasi kebijakan untuk menghapuskan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan. 10

9 Tabel b Jumlah Kasus KTP Menurut Wilayah (CATAHU ) Tahun 2009 Jumlah korban kasus kekerasan terhadap perempuan pada tahun ini mencapai orang. Angka ini meningkat sebesar 263%, dibandingkan tahun lalu ( korban). Jika melihat data korban (yang ditangani oleh lembaga mitra) dari tahun ke tahun mengalami kecenderungan meningkat cukup tajam. Keadaan ini berkaitan dengan teknis pengumpulan data dan ditengarai ada sejumlah faktor yang mendorong korban lebih mudah bicara atau membuka kasus kekerasan yang dialaminya. Seperti dijelaskan terdahulu, secara teknis, data dari sejumlah lembaga lebih mudah diakses lewat situs 11

10 web dan/atau cara lain sehingga berdampak pada lebih banyak kasus (korban) yang dapat dicatat. Beberapa tahun belakangan ini banyak kasus kekerasan terhadap perempuan dengan mudah dapat disimak lewat media massa (baik elektronik dan media cetak). Dan biasanya yang banyak mendapat sorotan adalah tokoh publik dikenal oleh masyarakat secara luas (kalangan artis, pejabat, tokoh masyarakat dan tokoh lain yang cukup mudah dikenali). Pemberitaan ini sedikit banyak mendorong para perempuan lain untuk lebih berani membuka kasus kekerasan yang dialaminya. Demikian pula, secara umum publik lebih peka terhadap kasus-kasus tindak kekerasan terhadap permepuan, dan lebih mau menerima (tidak lagi tabu) ketika ada perempuan mengadukan/membuka pengalaman tindak kekerasan. Tahun 2010 Gambaran umum tentang jumlah korban KTP menurut wilayah dapat dilihat pada grafik di atas. Angka paling tinggi korban KTP dicatat oleh lembaga mitra pengada layanan di wilayah Jawa: korban, Sumatera: korban, dan wilayah Kalimantan: korban. Jumlah korban paling banyak di wilayah Jawa adalah yang tercatat di lembaga mitra Jawa Timur ( korban), di urutan kedua terbanyak tercatat sejumlah korban di Jawa Tengah, dan DKI Jakarta sejumlah korban. Di masing-masing wilayah ini Pengadilan Agama menyumbang catatan paling tinggi, rata-rata di atas 90% dari seluruh angka kekerasan terhadap perempuan yang dicatat oleh lembaga-lembaga mitra. Di wilayah Sumatera, lembaga mitra yang paling banyak mendokumentasikan korban kekerasan terhadap perempuan adalah lembaga mitra di Sumatera Barat (9.626 korban), urutan kedua terbanyak Sumatera Selatan (5.211 korban). Sedangkan wilayah Sumatera Utara dan Riau masing-masing mencatat sejumlah dan korban. Lebih dari 75% sampai 90% dari jumlah tersebut diperoleh dari Pengadilan Agama. Lembaga mitra di wilayah Kalimantan yang paling banyak mencatat kekerasan terhadap perempuan adalah lembaga di Kalimantan Timur: korban, terbanyak kedua diperoleh dari lembaga di Kalimantan Selatan: korban dan lembaga di Kalimantan Barat mendokumentasikan sejumlah kasus yang merupakan urutan ketiga terbanyak di wilayah Kalimantan ini. Lebih dari 95% kasus tersebut diperoleh dari catatan Pengadilan Agama. Pengadilan (tinggi) agama merupakan lembaga mitra yang paling banyak mencatat penanganan kasus kekerasan terhadap perempuan, yaitu sejumlah kasus atau hampir mencapai 89% dari keseluruhan kasus kekerasan terhadap perempuan di tahun 2010 ini. Komnas Perempuan menyadari perlunya mencermati kembali jumlah kasus yang dicatat di pengadilan (tinggi) agama karena masalah teknis administratif dan sistem pendokumentasian kasus KTP di jajaran lembaga tersebut. Pendokumentasian kasus KTP di pengadilan tinggi agama seyogyanya merupakan kompilasi seluruh kasus dari pengadilan agama yang tercakup dalam wilayah kerjanya, termasuk kasus-kasus 12

11 banding. Komnas Perempuan secara khusus mendapat kesulitan untuk mencermati penghitungan ganda dari kedua lembaga ini karena: 1) tidak semua pengadilan agama melaporkan data kasusnya tepat waktu ke pengadilan tinggi agama setempat, 2) tidak semua pengadilan agama mengisi dan mengirimkan kembali formulir data dari Komnas Perempuan, serta 3) adanya kesulitan menelusuri akumulasi jumlah kasus banding di pengadilan tinggi agama (agar bisa memilah dokumentasi kasus banding hanya untuk tahun tertentu). Namun demikian, tingginya angka/data dari pengadilan (tinggi) agama menunjukkan bahwa kasus kekerasan terhadap perempuan paling banyak berada di ranah/domain domestik kekerasan dalam rumah tangga dan relasi personal, atau kasus yang berkaitan dengan perceraian dalam rumah tangga seperti data berikut ini. Dari seluruh jumlah kasus yang dicatat oleh lembaga mitra pada tahun ini, paling besar adalah KTP di ranah domestik KDRT/RP (kekerasan dalam rumah tangga dan relasi personal), yaitu sejumlah kasus (lebih dari 96%). Jumlah kasus KTP terbanyak kedua terjadi di ranah komunitas, sebanyak 3.530, dan kasus KTP di ranah negara sejumlah 445 kasus. Proporsi jumlah kasus KTP seperti ini sudah ditengarai terjadi sejak tahun 2005 (lihat CATAHU 2006). Hal ini terkait dengan kehadiran Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga yang memberikan akses lebih besar kepada perempuan untuk dapat melaporkan kasusnya. 13

12 WILAYAH KDRT/RP KOMUNITAS NEGARA Aceh Sumatera Jawa Kalimantan Bali NTB NTT Sulawesi Maluku Papua Jumlah Tabel c Jumlah Korban KTP Menurut Ranah/Domain (2010) Yang menarik dicermati adalah meningkatnya jumlah KTP di ranah/domain yang menjadi tanggung jawab negara (445 kasus). Jumlah ini dicatat oleh LBH APIK Jakarta dan LBH Jakarta (395 korban), P2TP2A Jawa Timur (40 korban) dan Komnas Perempuan yang diterima oleh Unit Pengaduan dan Rujukan (UPR) sejumlah 10 korban. Angka KTP di ranah yang menjadi tanggung jawab negara ini lebih dari 8 kali lipat lebih besar dibandingkan dengan yang tercatat di tahun 2009 yang lalu (yaitu 54 korban) atau di tahun-tahun sebelumnya tidak lebih dari 50 kasus. Tahun 2011 Gambaran umum tentang jumlah perempuan korban menurut provinsi ini diperoleh dari kompilasi data yang dikirimkan oleh lembaga pengada layanan di masingmasing wilayah kerjanya, yang kemudian dikategorisasikan sesuai dengan provinsi. Dari grafik di atas terlihat bahwa angka korban KTP paling tinggi terletak di wilayah Jawa, dicatat oleh lembaga mitra pengada layanan di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur: dan korban. Jawa Barat dan DKI Jakarta menyusul: dan korban. Di wilayah lain, korban yang terdata rata-rata di bawah angka sepuluh ribu orang. Sekali lagi, keadaan ini menunjukkan bahwa ketersediaan dan aksesibilias lembaga pengada layananan menjadi faktor yang perlu mendapat perhatian. Faktanya, 14

13 memang lebih banyak lembaga pengada layanan di daerah Jawa dibandingkan dengan provinsi lain. WILAYAH KDRT/RP KOMUNITAS NEGARA Aceh Sumatera Jawa Kalimantan Bali NTB NTT Sulawesi Maluku Papua Jumlah Tabel d Jumlah Korban KTP Menurut Ranah/Domain (2011) Tabel di atas ini menunjukkan gambaran pola kekerasan tahun 2011, berdasarkan kasus yang ditangani oleh lembaga mitra pengada layanan di seluruh wilayah di Indonesia. Seperti tahun-tahun sebelumnya, angka kasus KDRT/RP masih mendominasi dibandingkan dengan kasus KTP di ranah lain, yaitu 95,61% ( kasus), kekerasan di ranah Komunitas sebesar 4,35% (5.184 kasus) dan kekerasan yang menjadi tanggung jawab Negara 0,03% (42 kasus). Dan dari seluruh jumlah kasus KDRT/RP yang ditangani oleh lembaga pengada layanan, lembaga-lembagapengada layanan di sejumlah provinsi di Jawa mencatat penanganan kasus paling banyak, yaitu Jawa Tengah (25.360) dan Jawa Timur (24.232), Jawa Barat (17.575), DKI Jakarta (10.307). Total jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan di ranah Komunitas yang ditangani oleh lembaga pengada layanan di tahun 2011 ini adalah Di Ranah Komunitas ini, jumlah kasus tertinggi dicatat dan ditangani oleh lembaga pengada layanan di Provinsi Sumatera Utara (1.123) dan lembaga layanan di DKI Jakarta (967). Kasus kekerasan terhadap perempuan yang menjadi tanggung jawab Negara pada tahun 2011 ini tercatat 42 korban: lembaga pengada layanan di Provinsi Sumatera Utara (1), di Provinsi Sumatera Barat (24), di DKI Jakarta (12), di Provinsi Jawa Timur (3), di Provinsi NTT (2). 15

14 Pola KTP Tahun 2011: Kekerasan Seksual Kekerasan terhadap Perempuan di Ranah Domestik: KDRT/RP Secara terinci jenis kekerasan terhadap perempuan di ranah rumah tangga/personal ditunjukkan dalam grafik di bagian berikut. Tabel a Kekerasan terhadap Perempuan di Ranah Domestik: KDRT/RP Seperti pada tahun-tahun sebelumnya, KDRT/RP merupakan bentuk KTP yang paling dominan (lebih dari 95%) di antara bentuk yang lain. Data KDRT/RP menunjukkan jumlah kekerasan terhadap istri (KTI), kekerasan terhadap anak perempuan (KTAP), kekerasan oleh mantan suami (KMS), kekerasan dalam pacaran (KDP), kekerasan oleh mantan pacar (KMP), kekerasan terhadap pekerja rumah tangga (PRT) dan bentuk kekerasan relasi personal lainnya. Kekerasan terhadap istri (KTI) seperti juga pola tahun-tahun sebelumnya merupakan jenis tindakan KDRT/RP yang paling banyak dicatat: lebih dari 97% ( ) dari seluruh jumlah KDRT/RP. Pada tahun ini juga tercatat KDP (kekerasan dalam pacaran) sebanyak kasus. Yang menarik adalah dari total jumlah KTI tersebut, lebih dari 95% merupakan kasus perceraian yang datanya diperoleh dari PA/PTA, dan dicantumkan sebagai kasus cerai gugat atau cerai talak. 16

15 Tabel b Jenis KDRT/RP (CATAHU 2011) Dari seluruh jenis kekerasan yang dialami oleh perempuan korban di ranah domestik teridentifikasi kekerasan psikis paling banyak dialami ( ), dan berturut-turut jenis kekerasan ekonomi (3.222), kekerasan fisik (2.790), serta kekerasan seksual (1.398). Ada sejumlah jenis kekerasan yang tidak dapat dikategorisasikan ke dalam jenis kekerasan seperti disebutkan terdahulu (hanya dinyatakan sebagai KDRT tanpa catatan lebih terinci). Dari data diketahui pula bahwa sejumlah lembaga mitra pengada layanan di provinsi tertentu lebih banyak mencatat jenis kekerasan tertentu dibandingkan dengan provinsi lain, yaitu lembaga pengada layanan di Jawa Timur mencatat kekerasan psikis dan fisik, di Jawa Tengah lebih banyak mencatat kekerasan psikis, lembaga pengada layanan di Provinsi DKI Jakarta banyak mencatat kekerasan ekonomi dan di Lampung banyak mencatat kekerasan seksual. 17

16 Kekerasan terhadap Perempuan di Ranah Komunitas Tabel c Jenis Kekerasan di Ranah Komunitas (CATAHU 2011) Dari data lembaga pengada layanan, kasus kekerasan terhadap perempuan yang terjadi di ranah Komunitas dapat dikategorikan menjadi: kekerasan seksual (2.937), fisik (1.408), psikis (267), trafiking (289), kekerasan yang dialami oleh pekerja migran (105), melarikan anak perempuan (55), kekerasan di tempat kerja yang berkaitan dengan masalah ketenagakerjaan (43), dan lain-lain (83) yang tidak dapat dikategorisasikan lagi ke dalam jenis yang disebut terdahulu. Yang dimaksud dengan kekerasan seksual dalam kategori kekerasan yang terjadi di ranah Komunitas ini termasuk: pencabulan, perkosaan, percobaan perkosaan, persetubuhan, pelecehan seksual, dan kategori kekerasan seksual lain (seperti aborsi, eksploitasi seksual, prostitusi,, dan pornografi). Menarik untuk diperhatikan bahwa lembaga pengada layanan di Provinsi Banten mencatat lebih banyak perempuan korban pencabulan, perkosaan, persetubuhan, dan pelecehan seksual. Data ini dapat menunjukkan kemungkinan banyak terjadi kekerasan seksual di ranah Komunitas di Provinsi Banten. Provinsi Pencabulan Pemerkosaan Persetubuhan Percobaan Perkosaan Pelecehan Lainnya Aceh

17 Sumut Sumbar Riau Jambi Sumsel Bengkulu Lampung Babel Keppri DKI Jakarta Jabar Banten Jateng DI Jogjakarta Jatim Bali NTB NTT Kalbar Kaltim Kalteng Kalsel Sulut Gorontalo Sulteng Sulbar Sultra Sulsel

18 Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Jumlah Tabel d Kekerasan Seksual di Ranah Komunitas Sedangkan data trafiking banyak dicatat oleh lembaga pengada layanan di Provinsi DKI Jakarta, NTT dan Sumatera Utara. Kekerasan terhadap istri seperti juga pola tahun-tahun sebelumnya merupakan jenis tindakan kekerasan dalam rumah tangga dan/atau relasi personal (KDRT/RP) yang paling banyak dicatat, lebih dari 97% dari seluruh jumlah KDRT/RP. Pada tahun ini juga tercatat KDP (kekerasan dalam pacaran) dan KTAP (kekerasan terhadap anak perempuan) cukup tinggi, yaitu korban KDP, dan 600 KTAP. Jenis tindakan kekerasan lain yang termasuk dalam KDRT/RP ini adalah kekerasan oleh mantan suami dan mantan pacar relasi personal seperti ini patut dicermati karena setiap tahun sejumlah lembaga mitra menangani korban cukup banyak. Meskipun telah berpisah mantan suami atau pacar seringkali ditengarai masih mempunyai relasi kuasa yang membuat mantan pasangannya tidak bisa berbuat banyak untuk melakukan perlindungan dan pertahanan diri, khususnya mantan pasangan yang telah mempunyai anak. Menarik untuk mempelajari lembaga mitra yang menangani atau pilihan perempuan korban KDRT/RP dalam rangka menyelesaikan masalah atau memulihkan kondisinya. Data menunjukkan bahwa korban yang dikategorikan dalam KTI lebih memilih ke pengadilan (tinggi) agama (hampir 95%) dibandingkan ke lembaga lain. Sedangkan untuk jenis lain, seperti KMS, KDP, KTAP, korban mencari bantuan ke lembaga swadaya masyarakat/organisasi masyarakat sipil (OMS), P2TP2A, atau UPPA. Kekerasan terhadap istri (KTI) mencakup kekerasan psikis, ekonomi, fisik, dan seksual. Data dari pengadilan (tinggi) agama mencakup kekerasan psikis dan ekonomi. Sedangkan istri yang menjadi korban kekerasan secara fisik dan seksual lebih banyak mendatangi lembaga pengada layanan lain, khususnya OMS. Lembaga mitra yang mencatat kekerasan terhadap perempuan di ranah komunitas paling banyak di wilayah DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera Selatan dan Jawa Barat. Di wilayah DKI, sejumlah 192 korban dicatat mengadukan kasusnya ke Komnas Perempuan. Semua perempuan korban yang mengadu ke Komnas Perempuan dirujuk ke lembaga mitra di wilayah masing-masing sesuai dengan bantuan rujukan yang dibutuhkan. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan mandat Komnas Perempuan, yang tidak secara langsung melakukan pendampingan dan penanganan kasus KTP. 20

19 Penanganan: Kapasitas Lembaga dan Implementasi Perangkat Hukum Kapasitas Lembaga Pengada Layanan Kapasitas penanganan lembaga pengada layanan dilihat dari aspek ketersediaan SDM, sarana (fasilitas khusus pencatatan data, penanganan kasus, dan kerja sama dengan lembaga lain), serta fasilitas penunjang lain. Berkaitan dengan ketersediaan tenaga (SDM), pada umumnya lembaga mitra pengada layanan telah menyediakan tenaga konselor, hakim/jaksa yang sensitif gender, tenaga khusus pencatat data dan yang menangani database di masing-masing lembaga. Secara khusus, pengadilan (tinggi) agama dan pengadilan negeri menyediakan tenaga khusus untuk memutakhirkan data setiap bulannya. Kondisi ini berkaitan dengan sudah dibukanya akses informasi (data) lewat situs-situs web yang dikembangkan lembaga pengadilan. Demikian pula dengan fasilitas pendukung seperti mesin faks, line telpon, perangkat komputer dan printernya. Sebagian lembaga memberikan informasi tentang ketersediaan alat transportasi untuk penanganan kasus dan alokasi dana (rutin atau APBN). Selain aspek-aspek kapasitas lembaga seperti dijelaskan di atas, lembaga mitra pengada layanan juga mengembangkan sistem rujukan dan kerja sama secara kelembagaan, misalnya dengan perjanjian atau kesepakatan yang dituangkan dalam MoU. Kerja sama formal kelembagaan ini dianggap penting bagi kebanyakan OMS agar dapat dimanfaatkan untuk mengakses fasilitas di lembaga-lembaga pengada layanan yang dibutuhkan, khususnya rumah sakit, kepolisian, pengadilan. Contoh konkret yang seringkali dikemukakan, misalnya OMS banyak menangani perempuan korban kekerasan untuk memperoleh visum dari rumah sakit agar kasus kekerasannya dapat diteruskan ke tingkat penyidikan lebih lanjut di kepolisian. Dengan nota kesepakatan yang dibangun bersama rumah sakit setempat, permintaan visum dapat dilayani segera dan tanpa biaya (yang memang seringkali menjadi kendala bagi korban). Oleh karena itu, OMS menganggap perlu mengembangkan MoU dengan berbagai pihak secara terpisah sehingga satu OMS di wilayah tertentu dimungkinkan mempunyai MoU dengan dua atau lebih lembaga pengada layanan lain di lingkungan wilayah kerjanya. Untuk keperluan penanganan kasus kekerasan terhadap perempuan, banyak lembaga mitra pengada layanan juga mengembangkan sistem rujukan yang meliputi: advokasi, audiensi, jaringan kemitraan, koordinasi, rujukan dalam menangani kasus KTP, sosialisasi berkaitan dengan KTP dan penanganannya, serta pelimpahan berkas. Implementasi UUPKDRT dan Perangkat Hukum Lain Berdasarkan data yang diberikan oleh lembaga mitra pengada layanan, UU PKDRT (UU No. 23 Tahun 2004) sudah mulai banyak digunakan dalam rangka litigasi. Sebanyak 96 lembaga tercatat menggunakan UU PKDRT. Di antara lembaga-lembaga tersebut adalah UUPA, OMS, P2TP2A, Pengadilan Agama, Pengadilan Negeri, 21

20 Kejaksaan Tinggi dan Pemda. Selain itu, UU Perlindungan Anak (UU No. 23 Tahun 2002) juga banyak digunakan dalam penanganan kasus lewat jalur hukum. Sebanyak 103 lembaga menggunakan UU Perlindungan Anak dalam penanganan kasus lewat jalur hukum. Hal ini berkaitan dengan adanya korban usia anak seperti telah dijelaskan terdahulu. Lembaga-lembaga yang menggunakan UU Perlindungan Anak ini di antaranya adalah: UPPA, OMS, Pengadilan Negeri, P2TP2A, Pengadilan Agama, Pengadilan Tinggi, Pengadilan Tinggi Agama, dan Pemda. Ada juga lembaga yang menggunakan UU Perkawinan No. 1 Tahun 1974, yaitu OMS (6 lembaga), UPPA (2 lembaga) dan Pengadilan Agama. 2.3 Kuesioner 1. Apa jenis kelamin Anda? 2. Berapakah usia Anda? 3. Apakah pekerjaan Anda? 22

21 4. Berapa jumlah uang yang Anda terima setiap bulan? 5. Uang yang Anda terima setiap bulan biasanya diprioritaskan untuk apa? a. Jajan/Makan/Kebutuhan sehari-hari b. Membeli kebutuhan hobby (buku, fotografi, sepeda, dll) 23

22 c. Rokok/Minum-minum/Clubbing d. Tabung/Deposito e. Mentraktir sahabat/disumbangkan 24

23 6. Darimana biasnaya Anda melihat iklan layanan sosial? 7. Menurut Anda dari semua media pemasangan iklan, media mana yang paling efektif? a. Televisi b. Radio 25

24 c. Koran d. Billboard e. Website 26

25 f. Souvenir g. Event 8. Apakah Anda terlibat dalam sebuah organisasi? 9. Apakah Anda pernah mendengar istilah Women-Abuse? 27

26 10. Apakah Anda masih menemukan tindakan kekerasan terhadap wanita di sekitar anda? 11. Apakah Anda tahu bahwa kekerasan terhadap wanita itu melanggar hak asasi manusia? 12. Apakah Anda ingin berpartisipasi untuk memerangi tindak kekerasan terhadap perempuan? 2.4 Analisa Kampanye Anti Kekerasan Terhadap Perempuan Strenght - Kampanye ini membahas kehidupan sehari-hari yang melekat, sehingga dapat menarik perhatian masyarakat untuk ikut berkontribusi 28

27 2.4.2 Weakness - Kurangnya kerja sama antara masyarakat dan aparat dalam menanggulangi tindak kekerasan terhadap perempuan - Masyarakat tahu akan dampak buruk tindak kekerasan terhadap perempuan tetapi belum banyak orang yang peduli dengan masalah seperti ini Opportunities - Sebagai suatu wadah komunikasi sebagai upaya dalam menangani masalah sosial yang membahas tentang diskriminasi dan eksploitasi terhadap kaum perempuan - Belum ada kampanye sejenis yang interaktif, biasanya hanya sebatas advertising pada print ads dan di webite saja - Merupakan kegiatan positif yang didukung oleh banyak pihak Threats - Pandangan masyarakat yang lebih dulu menganggap rendah wanita korban kekerasan terhadap perempuan walaupun masyarakat tahu akan dampak jika masalah ini terus berlanjut - Munculnya bentuk-bentuk komunikasi lain yang mengangkat masalah serupa 29

Meneguhkan Komitmen Negara pada Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan dan Jaminan Hak-hak Asasi Perempuan

Meneguhkan Komitmen Negara pada Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan dan Jaminan Hak-hak Asasi Perempuan Meneguhkan Komitmen Negara pada Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan dan Jaminan Hak-hak Asasi Perempuan Komnas Perempuan Berdiri: 15 Oktober 1998 Konsultasi Publik Bersama Mitra Strategis 13 Desember

Lebih terperinci

KEJAHATAN SEKSUAL Lindungi Hak Korban. Masruchah Komnas Perempuan 11 Januari 2012

KEJAHATAN SEKSUAL Lindungi Hak Korban. Masruchah Komnas Perempuan 11 Januari 2012 KEJAHATAN SEKSUAL Lindungi Hak Korban Masruchah Komnas Perempuan 11 Januari 2012 KOMNAS PEREMPUAN Mei 1998 : kerusuhan dibeberapa kota besar, dengan berbagai bentuk kekerasan Kekerasan seksual menjadi

Lebih terperinci

KOMNAS PEREMPUAN. Jakarta, 11 Desember 2014

KOMNAS PEREMPUAN. Jakarta, 11 Desember 2014 KERANGKA ACUAN LAPORAN PERTANGGUNG JAWABAN PUBLIK Perkokoh Pengetahuan, mekanisme HAM perempuan dan Dukungan Bersama Hapuskan Kekerasan terhadap Perempuan untuk Bangsa Indonesia KOMNAS PEREMPUAN Jakarta,

Lebih terperinci

LAPORAN BULANAN SIDANG PARIPURNA BAGIAN DUKUNGAN PELAYANAN PENGADUAN BULAN FEBRUARI 2018

LAPORAN BULANAN SIDANG PARIPURNA BAGIAN DUKUNGAN PELAYANAN PENGADUAN BULAN FEBRUARI 2018 LAPORAN BULANAN SIDANG PARIPURNA BAGIAN DUKUNGAN PELAYANAN PENGADUAN BULAN FEBRUARI A. Laporan Data Penerimaan Pengaduan Pada sampai dengan 3 Januari, Komnas HAM melalui Subbagian Penerimaan dan Pemilahan

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 11 FEBRUARI 2014

ANGGARAN DASAR KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 11 FEBRUARI 2014 ANGGARAN DASAR KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 11 FEBRUARI 2014 PEMBUKAAN Bahwa sesungguhnya hak-hak asasi dan kebebasan-kebebasan fundamental manusia melekat pada setiap orang tanpa kecuali, tidak dapat

Lebih terperinci

Kekerasan Terhadap Perempuan di Indonesia: Peta Persoalan dan refleksi peran CSO di Indonesia Yuniyanti Chuzaifah Ketua Komnas Perempuan ( )

Kekerasan Terhadap Perempuan di Indonesia: Peta Persoalan dan refleksi peran CSO di Indonesia Yuniyanti Chuzaifah Ketua Komnas Perempuan ( ) Kekerasan Terhadap Perempuan di Indonesia: Peta Persoalan dan refleksi peran CSO di Indonesia Yuniyanti Chuzaifah Ketua Komnas Perempuan (2010-2014) TENTANG KOMNAS PEREMPUAN Komnas Anti Kekerasan Terhadap

Lebih terperinci

LAPORAN BULANAN SIDANG PARIPURNA BAGIAN DUKUNGAN PELAYANAN PENGADUAN BULAN NOVEMBER 2016

LAPORAN BULANAN SIDANG PARIPURNA BAGIAN DUKUNGAN PELAYANAN PENGADUAN BULAN NOVEMBER 2016 LAPORAN BULANAN SIDANG PARIPURNA BAGIAN DUKUNGAN PELAYANAN PENGADUAN BULAN NOVEMBER 2016 Pendahuluan Fungsi pokok Komnas HAM yang dikenal rakyat Indonesia adalah menerima dan memeriksa kasus atau peristiwa

Lebih terperinci

Perkawinan Anak dan Kekerasan terhadap Perempuan di Indonesia

Perkawinan Anak dan Kekerasan terhadap Perempuan di Indonesia Perkawinan Anak dan Kekerasan terhadap Perempuan di Indonesia Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) Komnas Perempuan Respon negara terhadap tuntutan masyarakat anti kekerasan

Lebih terperinci

LEMBAR ISIAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN TAHUN 2011

LEMBAR ISIAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN TAHUN 2011 LEMBAR ISIAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN TAHUN 2011 Pengantar Catatan Tahunan mengenai Kekerasan terhadap perempuan (KTP) dikeluarkan Komnas Perempuan setiap tahun dalam rangka memberikan gambaran kepada

Lebih terperinci

KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL Jl. Tirtayasa VII No. 20 Kebayoran Baru Jakarta Selatan 12160, Telp , , Fax.

KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL Jl. Tirtayasa VII No. 20 Kebayoran Baru Jakarta Selatan 12160, Telp , , Fax. KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL Jl. Tirtayasa VII No. 20 Kebayoran Baru Jakarta Selatan 12160, Telp. 021-7392315,7392352, Fax. 021-7392317 LAPORAN PENANGANAN SARAN DAN KELUHAN MASYARAKAT SEMESTER I 2017 Jakarta,

Lebih terperinci

LAPORAN BULANAN SIDANG PARIPURNA BAGIAN DUKUNGAN PELAYANAN PENGADUAN BULAN JULI 2017

LAPORAN BULANAN SIDANG PARIPURNA BAGIAN DUKUNGAN PELAYANAN PENGADUAN BULAN JULI 2017 LAPORAN BULANAN SIDANG PARIPURNA BAGIAN DUKUNGAN PELAYANAN PENGADUAN BULAN JULI 17 Pendahuluan Komnas HAM mau tidak mau harus diakui menjadi lembaga pertahanan terakhir bagi warga sipil untuk memperjuangkan

Lebih terperinci

LAPORAN BULANAN SIDANG PARIPURNA BAGIAN DUKUNGAN PELAYANAN PENGADUAN BULAN SEPTEMBER 2016

LAPORAN BULANAN SIDANG PARIPURNA BAGIAN DUKUNGAN PELAYANAN PENGADUAN BULAN SEPTEMBER 2016 LAPORAN BULANAN SIDANG PARIPURNA BAGIAN DUKUNGAN PELAYANAN PENGADUAN BULAN SEPTEMBER 2016 Pendahuluan Fungsi pokok Komnas HAM adalah menerima dan memeriksa kasus atau peristiwa yang diduga merupakan pelanggaran

Lebih terperinci

LAPORAN BULANAN SIDANG PARIPURNA BAGIAN DUKUNGAN PELAYANAN PENGADUAN BULAN JULI 2016

LAPORAN BULANAN SIDANG PARIPURNA BAGIAN DUKUNGAN PELAYANAN PENGADUAN BULAN JULI 2016 LAPORAN BULANAN SIDANG PARIPURNA BAGIAN DUKUNGAN PELAYANAN PENGADUAN BULAN JULI 2016 Pendahuluan Fungsi pokok Komnas HAM yang dikenal rakyat Indonesia adalah menerima dan memeriksa kasus atau peristiwa

Lebih terperinci

LAPORAN BULANAN SIDANG PARIPURNA BAGIAN DUKUNGAN PELAYANAN PENGADUAN BULAN JUNI 2016

LAPORAN BULANAN SIDANG PARIPURNA BAGIAN DUKUNGAN PELAYANAN PENGADUAN BULAN JUNI 2016 LAPORAN BULANAN SIDANG PARIPURNA BAGIAN DUKUNGAN PELAYANAN PENGADUAN BULAN JUNI 6 Pendahuluan Fungsi pokok Komnas HAM yang dikenal rakyat Indonesia adalah menerima dan memeriksa kasus atau peristiwa yang

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SUMATERA SELATAN

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SUMATERA SELATAN KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SUMATERA SELATAN SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif.

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SULTENG

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SULTENG KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SULTENG SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada saat

Lebih terperinci

Lembaga Akademik dan Advokasi Kebijakan dalam Perlindungan Perempuan dari Kekerasan Berbasis Gender Margaretha Hanita

Lembaga Akademik dan Advokasi Kebijakan dalam Perlindungan Perempuan dari Kekerasan Berbasis Gender Margaretha Hanita + Lembaga Akademik dan Advokasi Kebijakan dalam Perlindungan Perempuan dari Kekerasan Berbasis Gender Margaretha Hanita Disampaikan dalam Seminar Nasional "Jaringan dan Kolaborasi untuk Mewujudkan Keadilan

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI GORONTALO

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI GORONTALO KINERJA TATA KELOLA PROVINSI GORONTALO SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada saat

Lebih terperinci

1. Perkembangan Indeks Demokrasi Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan 2016

1. Perkembangan Indeks Demokrasi Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan 2016 No. 53/09/73/Th. VIII, 15 September 2017 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI SULAWESI SELATAN 2016 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI SULAWESI SELATAN 2016 MENGALAMI PENINGKATAN DIBANDINGKAN

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI JAWA TIMUR

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI JAWA TIMUR KINERJA TATA KELOLA PROVINSI JAWA TIMUR SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI DIY

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI DIY KINERJA TATA KELOLA PROVINSI DIY SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada saat ini

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI DKI JAKARTA

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI DKI JAKARTA KINERJA TATA KELOLA PROVINSI DKI JAKARTA SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI ACEH

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI ACEH KINERJA TATA KELOLA PROVINSI ACEH SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada saat ini

Lebih terperinci

menemui akses keadilan karena minimnya payung hukum dan perlindungan untuk kasus-kasus tersebut.

menemui akses keadilan karena minimnya payung hukum dan perlindungan untuk kasus-kasus tersebut. RINGKASAN EKSEKUTIF Catatan Tahunan (CATAHU) Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) memuat kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan yang ditangani oleh lembagalembaga pengada

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI PAPUA

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI PAPUA KINERJA TATA KELOLA PROVINSI PAPUA SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada saat

Lebih terperinci

LEMBAR FAKTA Peluncuran Laman Pengaduan Kekerasan Seksual

LEMBAR FAKTA Peluncuran Laman Pengaduan Kekerasan Seksual LEMBAR FAKTA Peluncuran Laman Pengaduan Kekerasan Seksual Perluas Akses Pelaporan Korban untuk Perkuat Daya Penanganan Kekerasan Seksual terhadap Perempuan Jakarta, 6 Desember 2013 A. Tentang website atau

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI BENGKULU

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI BENGKULU KINERJA TATA KELOLA PROVINSI BENGKULU SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada saat

Lebih terperinci

KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL Tirtayasa VII No. 20 Kebayoran Baru Jakarta Selatan 12160, Telp , , Fax

KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL Tirtayasa VII No. 20 Kebayoran Baru Jakarta Selatan 12160, Telp , , Fax KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL Tirtayasa VII No. 20 Kebayoran Baru Jakarta Selatan 12160, Telp. 021-7392315,7392352, Fax. 021-7392317 REKAPITULASI PENANGANAN SARAN DAN KELUHAN MASYARAKAT KOMPOLNAS TAHUN 2016

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2005 TENTANG KOMISI NASIONAL ANTI KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2005 TENTANG KOMISI NASIONAL ANTI KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2005 TENTANG KOMISI NASIONAL ANTI KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Undang-Undang

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI PAPUA BARAT

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI PAPUA BARAT KINERJA TATA KELOLA PROVINSI PAPUA BARAT SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Ogan Komering

Lebih terperinci

MENCEGAH DISKRIMINASI DALAM PERATURAN DAERAH

MENCEGAH DISKRIMINASI DALAM PERATURAN DAERAH MENCEGAH DISKRIMINASI DALAM PERATURAN DAERAH (Mengenal Pedoman Pengujian Kebijakan Konstitusional) Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) Disampaikan dalam Workshop Perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebenarnya bukan hal yang baru

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebenarnya bukan hal yang baru BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebenarnya bukan hal yang baru di Indonesia, namun selama ini selalu dirahasiakan atau ditutup-tutupi oleh keluarga maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada era reformasi adalah diangkatnya masalah kekerasan dalam rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN. pada era reformasi adalah diangkatnya masalah kekerasan dalam rumah tangga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu hal penting yang telah menjadi perhatian serius oleh pemerintah pada era reformasi adalah diangkatnya masalah kekerasan dalam rumah tangga (KDRT),

Lebih terperinci

INDONESIA Percentage below / above median

INDONESIA Percentage below / above median National 1987 4.99 28169 35.9 Converted estimate 00421 National JAN-FEB 1989 5.00 14101 7.2 31.0 02371 5.00 498 8.4 38.0 Aceh 5.00 310 2.9 16.1 Bali 5.00 256 4.7 30.9 Bengkulu 5.00 423 5.9 30.0 DKI Jakarta

Lebih terperinci

Lampu Kuning Negara Hukum Indonesia

Lampu Kuning Negara Hukum Indonesia Ringkasan Eksekutif Indeks Persepsi Negara Hukum Indonesia (Indonesia Rule of Law Perception Index) Indonesian Legal Roundtable 2012 Lampu Kuning Negara Hukum Indonesia Akhir-akhir ini eksistensi Negara

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SULAWESI SELATAN

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SULAWESI SELATAN KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SULAWESI SELATAN SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif.

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI BALI

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI BALI KINERJA TATA KELOLA PROVINSI BALI SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada saat ini

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI BANTEN

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI BANTEN KINERJA TATA KELOLA PROVINSI BANTEN SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada saat

Lebih terperinci

KESEHATAN ANAK. Website:

KESEHATAN ANAK. Website: KESEHATAN ANAK Jumlah Sampel dan Indikator Kesehatan Anak Status Kesehatan Anak Proporsi Berat Badan Lahir, 2010 dan 2013 *) *) Berdasarkan 52,6% sampel balita yang punya catatan Proporsi BBLR Menurut

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 181 TAHUN 1998 TENTANG KOMISI NASIONAL ANTI KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 181 TAHUN 1998 TENTANG KOMISI NASIONAL ANTI KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 181 TAHUN 1998 TENTANG KOMISI NASIONAL ANTI KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Undang-Undang Dasar 1945 menjamin semua

Lebih terperinci

AKSES PELAYANAN KESEHATAN. Website:

AKSES PELAYANAN KESEHATAN. Website: AKSES PELAYANAN KESEHATAN Tujuan Mengetahui akses pelayanan kesehatan terdekat oleh rumah tangga dilihat dari : 1. Keberadaan fasilitas kesehatan 2. Moda transportasi 3. Waktu tempuh 4. Biaya transportasi

Lebih terperinci

Negara Punya Banyak PR untuk Atasi Labirin Kekerasan terhadap Perempuan

Negara Punya Banyak PR untuk Atasi Labirin Kekerasan terhadap Perempuan Negara Punya Banyak PR untuk Atasi Labirin Kekerasan terhadap Perempuan SOSIAL Pemerintah masih punya banyak pekerjaan rumah untuk mengatasi labirin kekerasan terhadap perempuan, demikian seruan Komisi

Lebih terperinci

PEMETAAN DAN KAJIAN CEPAT

PEMETAAN DAN KAJIAN CEPAT Tujuan dari pemetaan dan kajian cepat pemetaan dan kajian cepat prosentase keterwakilan perempuan dan peluang keterpilihan calon perempuan dalam Daftar Caleg Tetap (DCT) Pemilu 2014 adalah: untuk memberikan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

DI RUMAH, PENGUNGSIAN DAN PERADILAN: KTP DARI WILAYAH KE WILAYAH

DI RUMAH, PENGUNGSIAN DAN PERADILAN: KTP DARI WILAYAH KE WILAYAH K O M I S I N A S I O N A L A N T I K E K E R A S A N T E R H A D A P P E R E M P U A N DI RUMAH, PENGUNGSIAN DAN PERADILAN: KTP DARI WILAYAH KE WILAYAH Catatan KTP Tahun 2006 CATATAN TAHUNAN TENTANG KEKERASAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KASUS KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KASUS KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KASUS KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI ACEH TIMUR, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGAWASAN TERHADAP PENCEGAHAN DAN PERLINDUNGAN KORBAN TINDAK KEKERASAN

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK

BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK Di dalam UUD 1945 Bab XA tentang Hak Asasi Manusia, pada dasarnya telah dicantumkan hak-hak yang dimiliki oleh setiap orang atau warga negara. Pada

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN IV-2016

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN IV-2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN A. Penjelasan Umum No. 11/02/94/Th. VII, 6 Februari 2017 Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan

Lebih terperinci

OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA PENGUMUMAN SELEKSI/PENDAFTARAN KEPALA PERWAKILAN DAN CALON ASISTEN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA

OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA PENGUMUMAN SELEKSI/PENDAFTARAN KEPALA PERWAKILAN DAN CALON ASISTEN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA PENGUMUMAN SELEKSI/PENDAFTARAN KEPALA PERWAKILAN DAN CALON ASISTEN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA Ombudsman Republik Indonesia mengundang Putra dan Putri Indonesia yang berintegritas,

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2017

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2017 A. Penjelasan Umum 1. Indeks Tendensi Konsumen (ITK) I-2017 No. 27/05/94/Th. VII, 5 Mei 2017 Indeks Tendensi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN

Lebih terperinci

Memperkuat Peran Daerah

Memperkuat Peran Daerah Memperkuat Peran Daerah dalam Penanggulangan HIV/AIDS Dr. Kemal N. Siregar Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Nasional September 2016 Pokok bahasan Input utama: Kebijakan dan dukungan nasional Penguatan

Lebih terperinci

PUSAT DISTRIBUSI DAN CADANGAN PANGAN BADAN KETAHANAN PANGAN RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI DAN STABILITAS HARGA PANGAN TAHUN 2015

PUSAT DISTRIBUSI DAN CADANGAN PANGAN BADAN KETAHANAN PANGAN RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI DAN STABILITAS HARGA PANGAN TAHUN 2015 PUSAT DISTRIBUSI DAN CADANGAN PANGAN BADAN KETAHANAN PANGAN RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI DAN STABILITAS HARGA PANGAN TAHUN 2015 Workshop Perencanaan Ketahanan Pangan Tingkat Nasional Tahun 2015

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2015 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2015

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2015 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2015 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 10/11/18.Th.V, 5 November 2015 INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2015 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2015 INDEKS TENDENSI KONSUMEN LAMPUNG TRIWULAN III-2015 SEBESAR

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2017 DAN PERKIRAAN TRIWULAN III-2017

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2017 DAN PERKIRAAN TRIWULAN III-2017 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 10/08/18/Th.VII, 7 Agustus 2017 INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2017 DAN PERKIRAAN TRIWULAN III-2017 INDEKS TENDENSI KONSUMEN LAMPUNG TRIWULAN II-2017 SEBESAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 1970-an telah terjadi perubahan menuju desentralisasi di antara negaranegara,

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 1970-an telah terjadi perubahan menuju desentralisasi di antara negaranegara, BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sejak tahun 1970-an telah terjadi perubahan menuju desentralisasi di antara negaranegara, baik negara ekonomi berkembang maupun negara ekonomi maju. Selain pergeseran

Lebih terperinci

Konstitusionalitas dan Problematika Alokasi Kursi DPR RI Pemilu Indonesia

Konstitusionalitas dan Problematika Alokasi Kursi DPR RI Pemilu Indonesia Konstitusionalitas dan Problematika Alokasi Kursi DPR RI Pemilu Indonesia Sindikasi Pemilu dan Demokrasi SPD Diskusi Media, 18 September 2016 Bakoel Koffie Cikini Pengantar Pembahasan RUU Penyelenggaraan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 45/08/61/Th. XV, 6 Agustus 2012 INDEKS TENDENSI KONSUMEN KALIMANTAN BARAT TRIWULAN II- 2012 Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Kalimantan Barat pada II-2012 sebesar 109,62;

Lebih terperinci

Kekerasan dalam Rumah Tangga

Kekerasan dalam Rumah Tangga 1. Jenis Kasus : A. LEMBAR FAKTA Kekerasan terhadap Perempuan di wilayah konflik Kekerasan dalam Rumah Tangga Lain-lain : 2. Deskripsi Kasus : 1 3. Identitas Korban : a. Nama : b. Tempat lahir : c. Tanggal

Lebih terperinci

Disabilitas. Website:

Disabilitas. Website: Disabilitas Konsep umum Setiap orang memiliki peran tertentu = bekerja dan melaksanakan kegiatan / aktivitas rutin yang diperlukan Tujuan Pemahaman utuh pengalaman hidup penduduk karena kondisi kesehatan

Lebih terperinci

Mekanisme Pelaksanaan Musrenbangnas 2017

Mekanisme Pelaksanaan Musrenbangnas 2017 Mekanisme Pelaksanaan Musrenbangnas 2017 - Direktur Otonomi Daerah Bappenas - Temu Triwulanan II 11 April 2017 1 11 April 11-21 April (7 hari kerja) 26 April 27-28 April 2-3 Mei 4-5 Mei 8-9 Mei Rakorbangpus

Lebih terperinci

BUKU 2 INSTRUMEN IMPLEMENTASI UU PKDRT ASPEK PENCEGAHAN

BUKU 2 INSTRUMEN IMPLEMENTASI UU PKDRT ASPEK PENCEGAHAN KOMISI NASIONAL ANTI KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN BUKU 2 INSTRUMEN IMPLEMENTASI UU PKDRT ASPEK PENCEGAHAN JAKARTA, 30 APRIL 2016 Komnas Perempuan www.komnasperempuan.go.id 1 Tim Penyusun: Aflina Mustafainah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fenomena yang tidak asing lagi di dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fenomena yang tidak asing lagi di dalam kehidupan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterlibatan ibu rumah tangga dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga merupakan fenomena yang tidak asing lagi di dalam kehidupan masyarakat. Kompleksnya kebutuhan

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan pada uraian yang telah diuraikan pada bab hasil dan

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan pada uraian yang telah diuraikan pada bab hasil dan BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pada uraian yang telah diuraikan pada bab hasil dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan mengenai pengertian dari kemajemukan identitas perempuan adalah identitas

Lebih terperinci

CEDERA. Website:

CEDERA. Website: CEDERA Definisi Cedera Cedera merupakan kerusakan fisik pada tubuh manusia yang diakibatkan oleh kekuatan yang tidak dapat ditoleransi dan tidak dapat diduga sebelumnya Definisi operasional: Cedera yang

Lebih terperinci

PEMBIAYAAN KESEHATAN. Website:

PEMBIAYAAN KESEHATAN. Website: PEMBIAYAAN KESEHATAN Pembiayaan Kesehatan Pembiayaan kesehatan adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk menyelenggarakan dan atau memanfaatkan upaya kesehatan/memperbaiki keadaan kesehatan yang

Lebih terperinci

BUPATI POLEWALI MANDAR

BUPATI POLEWALI MANDAR BUPATI POLEWALI MANDAR PERATURAN BUPATI POLEWALI MANDAR NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK DARI TINDAK KEKERASAN DI KABUPATEN POLEWALI MANDAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2016

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2016 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 10/05/18/Th. VI, 4 Mei 2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN LAMPUNG TRIWULAN I-2016 SEBESAR 101,55

Lebih terperinci

INDEKS KEBAHAGIAAN KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2017

INDEKS KEBAHAGIAAN KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2017 Nomor : 048/08/63/Th.XX, 15 Agustus 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2017 SEBESAR 71,99 (SKALA 0-100) Kebahagiaan Kalimantan Selatan tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya. Transportasi ini dikenal dengan nama Transjogja. Perencanaan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya. Transportasi ini dikenal dengan nama Transjogja. Perencanaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Kota Yogyakarta melalui Dinas Perhubungan Pemerintah Provinsi DIY bekerja sama dengan PT Jogja Tugu Trans menghadirkan satu moda transportasi umum berupa

Lebih terperinci

2016, No Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2008 tentang Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis (Lemba

2016, No Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2008 tentang Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis (Lemba No.1483, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KOMNAS HAM. Calon Anggota Komnas Ham. Panitia Seleksi. Pembentukan. PERATURAN KOMISI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN PANITIA

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN IV-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN I-2017

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN IV-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN I-2017 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 10/02/18 TAHUN VII, 6 Februari 2017 INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN IV-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN I-2017 INDEKS TENDENSI KONSUMEN LAMPUNG TRIWULAN IV-2016 SEBESAR

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN

Lebih terperinci

BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK

BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk (multi-ethnic society). Kesadaran akan kemajemukan tersebut sebenarnya telah ada sebelum kemerdekaan,

Lebih terperinci

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI SUMSEL 2015

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI SUMSEL 2015 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. 46/08/16/Th.XVIII, 3 Agustus 2016 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI SUMSEL 2015 Indeks Demokrasi Indonesia 2015 Provinsi Sumsel tahun 2015 sebesar 79,81, meningkat

Lebih terperinci

PELUANG DAN HARAPAN DPD RI: SEBUAH EVALUASI PUBLIK

PELUANG DAN HARAPAN DPD RI: SEBUAH EVALUASI PUBLIK PELUANG DAN HARAPAN DPD RI: SEBUAH EVALUASI PUBLIK TEMUAN SURVEI DESEMBER 2011 Jl. Lembang Terusan D-57, Menteng, Jakarta Pusat 10310 Telp. (021) 391 9582, Fax (021) 391 9528 Website: www.lsi.or.id, Email:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tegas dalam pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. tegas dalam pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara hukum. Hal ini telah dinyatakan dengan tegas dalam pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 bahwa Negara

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 25 MARET 2014

ANGGARAN RUMAH TANGGA KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 25 MARET 2014 ANGGARAN RUMAH TANGGA KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 25 MARET 2014 BAB I STRUKTUR ORGANISASI Pasal 1 Komisi Paripurna (1) Komisi Paripurna dipimpin oleh seorang Ketua dan 2 (dua) orang Wakil Ketua. (2) Sidang

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 28/ 05/ 61/ Th,XVI, 6 Mei 2013 INDEKS TENDENSI KONSUMEN KALIMANTAN BARAT TRIWULAN I- 2013 A. Kondisi Ekonomi Konsumen Triwulan I-2013 Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Kalimantan

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN

INDEKS TENDENSI KONSUMEN No. 10/02/91 Th. VI, 6 Februari 2012 INDEKS TENDENSI KONSUMEN A. Penjelasan Umum Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan ekonomi terkini yang dihasilkan Badan Pusat Statistik melalui

Lebih terperinci

Besarnya Penduduk yang Tidak Bekerja Sama-sekali: Hasil Survey Terkini

Besarnya Penduduk yang Tidak Bekerja Sama-sekali: Hasil Survey Terkini Besarnya Penduduk yang Tidak Bekerja Sama-sekali: Hasil Survey Terkini Uzair Suhaimi uzairsuhaimi.wordpress.com Judul artikel perlu klarifikasi. Pertama, istilah penduduk merujuk pada penduduk Indonesia

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN TENTANG

LEMBARAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN TENTANG LEMBARAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK)

WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK) WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK) KONSEP 1 Masyarakat Anak Pendidikan Masyarakat Pendidikan Anak Pendekatan Sektor Multisektoral Multisektoral Peserta Didik Pendidikan Peserta Didik Sektoral Diagram Venn:

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 2 TAHUN 2013 SERI C NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER

Lebih terperinci

TUGAS DAN FUNGSI BIRO, BAGIAN, DAN SUBBAGIAN KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA. No BIRO BAGIAN SUB-BAGIAN

TUGAS DAN FUNGSI BIRO, BAGIAN, DAN SUBBAGIAN KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA. No BIRO BAGIAN SUB-BAGIAN TUGAS DAN FUNGSI BIRO, BAGIAN, DAN SUBBAGIAN KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA No BIRO BAGIAN SUB-BAGIAN 1 Biro Perencanaan dan Data 1. Bagian Program dan Anggaran Menyusun rencana, program, anggaran,

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Bentuk Kekerasan Seksual

Bentuk Kekerasan Seksual Bentuk Kekerasan Seksual Sebuah Pengenalan 1 Desain oleh Thoeng Sabrina Universitas Bina Nusantara untuk Komnas Perempuan 2 Komnas Perempuan mencatat, selama 12 tahun (2001-2012), sedikitnya ada 35 perempuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dian Kurnia Putri, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dian Kurnia Putri, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gencarnya pembangunan yang dilakukan oleh negara pada hakikatnya memberikan dampak buruk kepada perempuan. Maraknya kasus-kasus yang terjadi terhadap perempuan seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan terhadap perempuan merupakan suatu fenomena yang sering

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan terhadap perempuan merupakan suatu fenomena yang sering BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekerasan terhadap perempuan merupakan suatu fenomena yang sering menjadi bahan perbincangan setiap orang. Perempuan sering kali menjadi korban diskriminasi, pelecehan,

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa setiap

Lebih terperinci

KEBIJAKAN STRATEGIS PNPM MANDIRI KE DEPAN

KEBIJAKAN STRATEGIS PNPM MANDIRI KE DEPAN SEKRETARIAT WAKIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEBIJAKAN STRATEGIS PNPM MANDIRI KE DEPAN DEPUTI SESWAPRES BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT DAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN SELAKU SEKRETARIS EKSEKUTIF TIM NASIONAL

Lebih terperinci

DEKLARASI TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN. Diproklamasikan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa

DEKLARASI TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN. Diproklamasikan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa DEKLARASI TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN Majelis Umum, Diproklamasikan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 20 Desember 1993 [1] Mengikuti perlunya penerapan secara

Lebih terperinci

Propinsi Kelas 1 Kelas 2 Jumlah Sumut Sumbar Jambi Bengkulu Lampung

Propinsi Kelas 1 Kelas 2 Jumlah Sumut Sumbar Jambi Bengkulu Lampung 2.11.3.1. Santri Berdasarkan Kelas Pada Madrasah Diniyah Takmiliyah (Madin) Tingkat Ulya No Kelas 1 Kelas 2 1 Aceh 19 482 324 806 2 Sumut 3 Sumbar 1 7-7 4 Riau 5 Jambi 6 Sumsel 17 83 1.215 1.298 7 Bengkulu

Lebih terperinci

BUPATI PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

BUPATI PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, SALINAN BUPATI PATI PROPINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2016

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2016 No. 25/05/94/Th. VI, 4 Mei 2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN A. Penjelasan Umum Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan ekonomi konsumen terkini yang dihasilkan

Lebih terperinci