BAB 5 PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 5 PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS"

Transkripsi

1 BAB 5 PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS 5.1 Review Demand Dalam melakukan pendesainan terhadap gedung terminal penumpang BIJB ini, kami menggunakan skenario pertumbuhan demand medium berdasarkan data yang kami peroleh dari Master Plan BIJB pada phase pertama (sampai tahun 00). Kondisi pertumbuhan medium tersebut menggambarkan Pertumbuhan PDRB pada Provinsi Jawa Barat sebesar 3.8% per tahun. Pemilihan atas kondisi medium ini dikarenakan kondisi tersebut merupakan kondisi yang optimal, dimana kondisi tersebut tidaklah terlalu over-optimistic maupun over-pessimistic. Berdasarkan hal tersebut, maka jumlah penumpang yang digunakan sebagai kriteria desain adalah sebesar 10,843,40 orang untuk penumpang domestik dan sebesar 1,474,705 orang untuk penumpang internasional. Sedangkan jumlah penumpang jam puncak yang akan dilayani oleh BIJB pada tahun 00 adalah sebesar 1,40 orang untuk penumpang domestik dan 400 orang untuk penumpang internasional. Hasil perhitungan dengan menggunakan kisaran persentase volume tahunan, sebagaimana diberikan oleh Horonjeff, yaitu sebesar 0.03% dari volume penumpang tahunan memberikan nilai penumpang jam puncak sebesar 1,67 orang untuk penumpang domestik dan 443 orang untuk penumpang internasional. Kriteria desain yang kami pilih tetap disesuaikan dengan jumlah penumpang jam puncak yang digunakan oleh Dinas Perhubungan. Pemilihan yang kami lakukan tersebut dikarenakan angka yang dihasilkan berdasarkan Horonjeff adalah terlalu besar dan dapat menimbulkan over-design. Pemilihan volume perencanaan yang lebih kecil tersebut lebih dikarenakan pada tahun 00 tersebut akan dibuka pengembangan tahap BIJB, dengan jumlah penumpang jam puncak desain yang akan lebih besar. Sehingga akan lebih optimal apabila desain untuk pengembangan tahap 1 ini dilakukan dengan volume perencanaan yang lebih kecil. 59

2 Restoran Musholla Gi ft S hop Gift Shop Executive Lounge Musholla Gif t Sh op Execu tive Lounge Moving Sidewalks Airport Security Restaurant Restaurant Restauran t Executive Lounge Restoran Gift Shop Telephone Telepho ne boo th Cafe Cafe Airport Management Hotel Car Reservt Rent Taxi Srvc Cafe Cafe Airlines Office Business Center ATM Telephone Nursery Lost Found Starbucks Food Court Showroom industri Jabar Bread Talk Gift Musholla Shop Krispy Kreme Airlines Check-in Office Business Center Periplus Airport Airport Security Management Telephone booth ATM Gift Fiscal and Gift Port Immigration Shop Health Shop Office Authority Airlines Office Restoran Showroom industri Jabar Periplus Musho lla Gift Shop Executiv e Loun ge Moving Sidewalks Restoran Gi ft S hop Telephone Lost and Restoran Found Executive Lounge Starbucks Money Changer Krispy Kreme Bread Talk Gift Shop Gift Shop Musholla Restoran 5. Konsep Distribusi Terminal Konsep yang digunakan dalam perencanaan terminal penumpang ini adalah konsep pier finger. Dalam konsep ini, terdapat sebuah gedung utama terminal dan beberapa pier yang memanjang dari gedung utama tersebut. Dalam desain yang kami lakukan, direncanakan akan terdapat 4 buah pier dengan 8 buah parking stand untuk pesawat dan 8 buah gate pada masing-masing pier. Desain terminal tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.1. Pemilihan sistem pier ini dikarenakan system ini akan lebih akomodatif untuk pengembangan lebih lanjut di masa yang akan datang guna mengakomodasi pertambahan jumlah pergerakan penumpang tahunan. Untuk mengatasi salah satu kelemahan dari sistem pier ini, yaitu penumpang perlu berjalan jauh dari gedung utama terminal ke gate dan sebaliknya, kami melakukan antisipasi dengan memasang sistem ban berjalan pada pier yang ada. Berdasarkan standar IATA, jarak paling jauh untuk penumpang berjalan kaki dimana penumpang masih merasa nyaman adalah sejauh 300 m. Panjang pier yang kami rencanakan pada terminal penumpang BIJB ini adalah mencapai 350 m. Untuk mengatasi jarak yang jauh ini diperlukan ban berjalan (moving walkways) agar penumpang tidak terlalu jauh berjalan serta kemyamanan penumpang tetap dapat terjaga. Ban berjalan yang dipakai menggunakan spesifikasi Hitachi tipe S1400MXH yang bisa melayani 9000 orang/jam dengan kecepatan 40 m/menit. Dengan jumlah penumpang jam puncak sebanyak 140 orang untuk penumpang domestic dan 400 orang untuk penumpang internasional, maka dengan spesifikasi ban berjalan yang dipakai dapat digunakan. Telephone Moving Sidewalks Moving Sidewalks Telephone LAYOUT GEDUNG TERMINAL PENUMPANG LANTAI Gambar 5.1 Konsep Distribusi Terminal Bandara Jawa Barat 60

3 5.3 Sirkulasi Terminal Sirkulasi pada terminal penumpang ini direncanakan dibagi menjadi, yaitu sirkulasi horizontal serta sirkulasi vertikal. Sirkulasi horizontal meliputi sirkulasi pergerakan penumpang pada lantai 1 dan dari gedung terminal penumpang, baik untuk terminal domestik maupun terminal internasional. Diagram sirkulasi horizontal yang direncanakan pada gedung terminal penumpang Bandara Internasional Jawa Barat ini dapat dilihat pada Gambar 5.. Sirkulasi vertikal meliputi sirkulasi pergerakan penumpang pada kedua lantai gedung terminal yang menggambarkan sirkulasi keberangkatan dan kedatangan penumpang yang diproses pada lantai yang berbeda. Diagram sirkulasi vertikal yang direncanakan pada gedung terminal penumpang Bandara Internasional Jawa Barat ini dapat dilihat pada Gambar 5.3 dan 5.4. Gambar 5. Sirkulasi Horizontal Bandara Jawa Barat 61

4 Gambar 5.3 Sirkulasi Vertikal Terminal Domestik Gambar 5.4 Sirkulasi Vertikal Terminal Internasional 5.4 Kebutuhan Ruang Terminal Penumpang Kebutuhan ruang pada suatu terminal penumpang didasarkan pada jumlah penumpang tahunan yang akan dilayani oleh bandara tersebut pada tahun perencanaan. Pada tahun perencanaan 00, jumlah penumpang tahunan yang diramalkan akan dilayani oleh bandara ini adalah sebesar 10,843,30 orang penumpang domestik dan 1,474,705 orang penumpang internasional. Dari jumlah penumpang tersebut, serta menggunakan beberapa asumsi pendukung, dapat ditentukan kebutuhan ruang untuk tiap fasilitas yang harus tersedia pada bandara tersebut Asumsi Yang Digunakan Dalam melakukan perhitungan kebutuhan ruang terminal penumpang ini, kami menggunakan beberapa asumsi pendukung yang didasarkan atas nilai yang biasa digunakan oleh industri penerbangan dalam perencanaan suatu bandara. Adapun asumsi-asumsi yang kami gunakan adalah sebagai berikut: a. Jumlah penumpang tahunan domestik pada tahun 00 (x) : 10,843,30 penumpang (Dishub Jabar, 005) b. Jumlah penumpang tahunan internasional pada tahun 00 (x) : 1,474,705 penumpang (Dishub Jabar, 005) c. jumlah penumpang internasional berangkat pada waktu sibuk (a) : 400 penumpang (Dishub Jabar, 005) 6

5 d. jumlah penumpang internasional transfer (b) : 60 penumpang (asumsi 15% transfer) e. jumlah penumpang domestik berangkat pada waktu sibuk (a) : 1,40 penumpang (Dishub Jabar, 005) f. jumlah penumpang domestik transfer (b) : 186 penumpang (asumsi 15% transfer) g. jumlah penumpang internasional datang pada waktu sibuk (c) : 400 penumpang (Dishub Jabar, 005) h. jumlah penumpang domestik datang pada waktu sibuk (c) : 1,40 penumpang (Dishub Jabar, 005) i. jumlah pengunjung per penumpang (f) : 4 orang (asumsi berdasarkan kondisi sosial budaya Indonesia) j. waktu pemrosesan check-in per penumpang (t 1 ) : menit (Horonjeff, 1994) k. waktu pemrosesan passport per penumpang (t ) : 3 menit (rata-rata di Bandara Soekarno-Hatta) l. proporsi penumpang yang menggunakan mobil/taksi (p) : 0.94 (Masterplan) m. rata-rata waktu tunggu terlama (u) : 10 menit n. rata-rata waktu tunggu tercepat (v) : 60 menit o. proporsi penumpang menunggu terlama (i) : 0.4 p. proporsi penumpang menunggu tercepat (k) : 0.6 q. maksimum jumlah kursi pesawat terbesar yang dilayani (m) : 400 kursi (B ) r. waktu kedatangan penumpang pertama sebelum boarding di gate hold (g) : 10 menit s. waktu kedatangan penumpang terakhir sebelum boarding di gate hold (g) : 60 menit t. kebutuhan ruang per penumpang (s) : 1 m (IATA, 1995) u. proporsi penumpang datang dengan menggunakan wide body aircraft (q) : 0.4 (Masterplan) v. proporsi penumpang datang dengan menggunakan narrow body aircraft (r) : 0.6 (Masterplan) w. jumlah gate terminal internasional : 8 gate x. jumlah gate terminal domestik : 4 gate 5.4. Kerb Celukan yang digunakan sebagai ruang untuk menaikkan dan menurunkan penumpang dari kendaraan. Untuk menentukan panjang dari kerb digunakan rumus berikut, a. kerb kedatangan : ( c p) + 10% (5.1) 63

6 b. kerb keberangkatan : ( a p) + 10% (5.) berdasarkan rumus tersebut dan asumsi yang telah disebutkan diatas, didapatkan panjang kerb sebagai berikut, a. kerb kedatangan internasional: ( c p) + 10% ( ) + 10% : 39.9 m = 40 m b. kerb keberangkatan internasional: ( a p) + 10% : ( ) + 10% : 39.9 m = 40 m c. kerb kedatangan domestik: ( c p) + 10% ( ) + 10% 11.8 m = 15 m d. kerb keberangkatan internasional: ( a p) + 10% : ( ) + 10% : 11.8 m = 15 m Hall Keberangkatan dan Kedatangan Ruang tunggu umum yang dapat dipergunakan baik oleh penumpang, pengantar, maupun pengunjung bandara pada umumnya. Pada area ini biasanya terdapat toko dan restoran yang digunakan untuk meningkatkan kenyamanan pengguna bandara. Luas hall keberangkatan dan kedatangan ini ditentukan dengan menggunakan rumus, a. hall kedatangan : [ ( b + c + ( c f ))] + 10% (5.3) b. hall keberangkatan : 0.75 ( a ( 1+ f ) + b) (5.4) berdasarkan rumus tersebut dan asumsi yang telah disebutkan diatas, didapatkan luas hall keberangkatan dan kedatangan sebagai berikut, a. hall kedatangan internasional : [ ( b + c + ( c f ))] + 10% [ ( ( 400 4) )]+ 10% : 1,509.8 m² = 1,510 m² b. hall keberangkatan internasional : 0.75 ( a ( 1+ f ) + b) 0.75 ( 400 ( 1+ 4) + 60) : 1,545 m² = 1,550 m² c. hall kedatangan domestik : [ ( b + c + ( c f ))] + 10% [ ( ( 140 4) )] + 10% : 4,680. m² = 4,700 m² d. hall keberangkatan domestik : 0.75 ( a ( 1+ f ) + b) : 4,789.5 m² = 4,800 m² ( ( ) ) Check-in Area Tempat bagi penumpang untuk menyelesaikan administrasi penerbangan, menukarkan tiket dengan boarding pass, serta melakukan pemrosesan bagasi. Jumlah counter check-in yang dibutuhkan ditentukan dengan menggunakan rumus, 64

7 ( a b) + t1 + 10% 60 (5.5) Sedangkan luas area yang dibutuhkan untuk mengakomodasi jumlah counter check-in tersebut ditentukan dengan menggunakan rumus, ( 0.5 ( + b) ) + 10% a (5.6) berdasarkan rumus tersebut dan asumsi yang telah disebutkan diatas, didapatkan Jumlah counter check-in sebagai berikut, a. counter check-in internasional, ( ) + 10% buah buah dan area check-in seluas, b. counter check-in domestik, ( ) + 10% a. area check-in internasional, ( 0.5 ( ) ) + 10% b. area check-in domestik, ( 0.5 ( ) ) + 10% : 16.9 buah = 17 : 5.3 buah = 53 : 16.5 m² = 150 m² : 39. m² = 400 m² Pemeriksaan Security (terpusat) Meliputi pemeriksaan x-ray terhadap penumpang dan barang bawaan mereka. Jumlah x-ray yang dibutuhkan untuk pemeriksaan security (terpusat) dapat a+ b ditentukan dengan menggunakan rumus berikut, (5.7) 300 berdasarkan rumus tersebut dan asumsi yang telah disebutkan diatas, didapatkan jumlah x-ray yang dibutuhkan sebagai berikut, a. Pemeriksaan security (terpusat) internasional, a+ b : : 1.5 buah = buah b. Pemeriksaan security (terpusat) domestik, a+ b : : 4.8 buah = 5 buah Pemeriksaan Security (Gate hold room) Meliputi pemeriksaan x-ray terhadap penumpang dan barang bawaan mereka. Jumlah x-ray yang dibutuhkan untuk pemeriksaan security (gate hold room) dapat ditentukan dengan menggunakan rumus berikut, m 0. g h (5.8) berdasarkan rumus tersebut dan asumsi yang telah disebutkan diatas, didapatkan jumlah x-ray yang dibutuhkan sebagai berikut, 65

8 a. Pemeriksaan security (gate hold room) internasional, m 0. g h : : 1.3 buah = buah b. Pemeriksaan security (gate hold room) domestik, m 0. g h : : 1.3 buah = buah Gate Hold Room Luas Gate hold room dapat ditentukan dengan rumus, m s (5.9) berdasarkan rumus tersebut dan asumsi yang telah disebutkan diatas, didapatkan luas gate hold room yang dibutuhkan sebagai berikut, a. Terminal internasional : m s : : 400 m² b. Terminal domestik : m s : : 400 m² Sedangkan luas total dari gate hold room adalah 400 m² x jumlah gate yang ada, sehingga luas total gate hold room adalah, a. Terminal internasional : 400 m² x 8 : 3,00 m² b. Terminal domestik : 400 m² x 4 : 9,600 m² Area Pemeriksaan Passport Bagian dari terminal internasional yang digunakan oleh imigrasi untuk melakukan pemeriksaan passport terhadap semua penumpang internasional. Luas area pemeriksaan passport dapat ditentukan dengan menggunakan rumus berikut, 0.5 ( b+ c) (5.10) berdasarkan rumus tersebut dan asumsi yang telah disebutkan diatas, didapatkan luas area pemeriksaan passport yang dibutuhkan sebagai berikut, ( : 115 m² ) Ruang Tunggu Keberangkatan Ruang tunggu khusus bagi penumpang setelah melewati proses check-in dan pemeriksaan security. Pada area ini, terdapat beberapa fasilitas konsesi berupa toko maupun restoran untuk meningkatkan kenyamanan penumpang selama menunggu pesawat mereka. Luas ruang tunggu keberangkatan dapat ditentukan dengan rumus, c (( u i) + ( v k) ) + 10% 30 (5.11) 66

9 berdasarkan rumus tersebut dan asumsi yang telah disebutkan diatas, didapatkan luas ruang tunggu keberangkatan yang dibutuhkan sebagai berikut, a. Ruang tunggu keberangkatan internasional : 400 (( ) + ( ) + 10% 30 ) : 1,3 m² = 1,300 m² b. Ruang tunggu keberangkatan domestik : 140 (( ) + ( ) + 10% 30 ) : 3,819. m² = 3,900 m² Baggage Claim Luas area dan jumlah baggage claim devices yang dibutuhkan untuk melayani kedatangan domestik dan internasional. Rumus untuk menentukan luas area dan jumlah baggage claim devices adalah sebagai berikut, a. Luas area : [ c] % (5.1) c q c r b. Jumlah baggage claim devices : + (5.13) berdasarkan rumus tersebut dan asumsi yang telah disebutkan diatas, didapatkan luas area dan jumlah baggage claim devices yang dibutuhkan sebagai berikut, a. Luas area baggage claim internasional : [ ] + 10% : 396 m² = 400 m² b. Luas area baggage claim domestik : [ ] + 10% : 1,7.6 m² = 1,30 m² c. Jumlah baggage claim devices internasional : : buah = buah d. Jumlah baggage claim devices domestik : : 4.1 buah = 5 buah Fasilitas Konsesi Terminal Domestik Fasilitas tambahan dalam suatu bandara. Umumnya dibangun untuk menambah kenyamanan penumpang selama mereka melakukan pergerakan di dalam terminal. Fasilitas konsesi ini dapat meliputi, executive lounge, cafe, restoran, toko buku, toko cinderamata, dll. Adapun fasilitas konsesi yang kami sediakan dalam perencanaan terminal penumpang ini, berdasarkan standar ICAO, adalah: 67

10 a. Toko buku 65 x luas area : : 1,000,000 b. Gift shop luas area : 65 x 1,000,000 c. Salon dan pangkas rambut luas area : 10 x 1,000,000 : : 65 10,843,30 1,000, ,843,30 1,000, ,843,30 1,000,000 d. Penyewaan mobil dan reservasi hotel luas area : e. Display luas area : 35 x 1,000,000 8 x 1,000,000 f. Kios asuransi 14 x luas area : : 1,000,000 g. Lost and Found 6.5 x luas area : : 1,000,000 h. Telepon umum 9 x luas area : 1,000,000 i. Toilet umum 10 x luas area : : 1,000,000 : 35 10,843,30 1,000,000 : 8 10,843,30 1,000, ,843,30 1,000, ,843,30 1,000,000 : 9 10,843,30 1,000, ,843,30 1,000,000 : m² = 705 m² : m² = 705 m² : m² = 110 m² : m² = 380 m² : 86.7 m² = 90 m² : m² = 155 m² : 70.5 m² = 75 m² : 97.6 m² = 100 m² : 1,301. m² = 1,310 m² j. Restoran dan café luas area : 1,00 m² (asumsi dari standar bandara lain) k. Executive lounge luas area : 1,000 m² (asumsi dari standar bandara lain) l. Business centre luas area : 500 m² (asumsi dari standar bandara lain) m. Showroom hasil industri Jabar luas area : 500 m² (asumsi dari standar bandara lain) n. Kantor airlines luas area : 500 m² (asumsi dari standar bandara lain) o. Nursery room luas area: 100 m² (asumsi dari standar bandara lain) 68

11 p. Port health authority luas area: 00 m² (asumsi dari standar bandara lain) q. Security luas area: 300 m² (asumsi dari standar bandara lain) r. Pengelola bandara luas area: 500 m² (asumsi dari standar bandara lain) s. Lift dan eskalator luas area: 00 m² (asumsi dari standar bandara lain) adapun luas total dari fasilitas konsesi untuk terminal domestik adalah, 8,630 m² Fasilitas Konsesi Terminal Internasional Fasilitas tambahan dalam suatu bandara. Umumnya dibangun untuk menambah kenyamanan penumpang selama mereka melakukan pergerakan di dalam terminal. Fasilitas konsesi ini dapat meliputi, executive lounge, cafe, restoran, toko buku, toko cinderamata, dll. Adapun fasilitas konsesi yang kami sediakan dalam perencanaan terminal penumpang ini, berdasarkan standar ICAO, adalah: a. Toko buku 65 x luas area : : 1,000,000 b. Gift shop 65 x luas area : : 1,000,000 c. Salon dan pangkas rambut luas area : 10 x 1,000,000 : 65 1,474,705 1,000, ,474,705 1,000, , 474,705 1,000,000 d. Penyewaan mobil dan reservasi hotel 35 x luas area : 1,000,000 e. Display 8 x luas area : 1,000,000 f. Kios asuransi 14 x luas area : 1,000,000 g. Lost and Found 6.5 x luas area : 1,000,000 : : : : 35 1,474,705 1,000, , 474,705 1,000, , 474,705 1,000, ,474,705 1,000,000 : 96 m² = 100 m² : 96 m² = 100 m² : 15 m² = 0 m² : 5 m² = 60 m² : 1 m² = 15 m² : 1 m² = 5 m² : 10 m² = 10 m² 69

12 h. Telepon umum 9 x luas area : 1,000,000 i. Toilet umum 10 x luas area : : 1,000,000 : 9 1,474,705 1,000, ,474,705 1,000,000 : 13 m² = 13 m² : 177 m² = 180 m² j. Restoran dan café luas area : 500 m² (asumsi dari standar bandara lain) k. Executive lounge luas area : 00 m² (asumsi dari standar bandara lain) l. Business centre luas area : 00 m² (asumsi dari standar bandara lain) m. Showroom hasil industri Jabar luas area : 150 m² (asumsi dari standar bandara lain) n. Kantor airlines luas area : 300 m² (asumsi dari standar bandara lain) o. Nursery room luas area : 50 m² (asumsi dari standar bandara lain) p. Money changer luas area : 00 m² (asumsi dari standar bandara lain) q. Karantina luas area : 100 m² (asumsi dari standar bandara lain) r. Port health authority luas area : 100 m² (asumsi dari standar bandara lain) s. Security luas area : 100 m² t. Pengelola bandara luas area : 500 m² u. Lift dan eskalator luas area : 00 m² adapun luas total dari fasilitas konsesi terminal internasional adalah, 3,13 m² Luas Kotor Gedung Terminal Dari beberapa luas area yang telah kita dapatkan diatas, kita dapat menentukan luas kotor dari gedung terminal yaitu, a. terminal internasional 1,510m + 1,550m + 150m + 3,00m + 1,300m + 400m + 115m + 3,13m b. terminal domestik 4,700m +4,800m +400m +9,600m +3,900m +400m 8,630m : 11,348 m² + : 3,430 m² 70

13 HVAC (Heating, Ventilation, Air Conditioning) Ruangan tempat meletakkan mesin-mesin yang diperlukan untuk mengoperasikan generator, AC, dan peralatan listrik lain nya. Rumus untuk menentukan luas area yang dibutuhkan untuk HVAC adalah sebagai berikut, 15% x luas kotor gedung berdasarkan rumus tersebut dan perhitungan yang telah didapatkan diatas, didapatkan luas area HVAC yang dibutuhkan sebagai berikut, a. terminal internasional, 15% x 11,348 m² : 1,70. m² = 1,710 m² b. terminal domestik, 15% x 3,430 m² : 4,864.5 m² = 4,900 m² Struktur Gedung Untuk penempatan dinding serta kolom, diasumsikan sebesar 5% dari luas kotor total dari gedung. Berdasarkan rumus tersebut, maka luas yang diperuntukan bagi struktur gedung adalah sebesar, a. terminal internasional, 5% ( 11,348m + 1,710 ) b. terminal domestik, 5% ( 3,430m + 4,900m ) Luas Total Desain Terminal m : 65.9 m² = 660 m² : 1,866.5 m² = 1,870 m² Berdasarkan perhitungan atas luas berbagai fasilitas terminal yang dibutuhkan, dapat ditentukan luas total dari terminal sebagai berikut, a. terminal internasional, 11,348m + 1, 710m + 660m : 13,70 m² b. terminal domestik, 3, 430m + 4,900m + 1,870m : 39,00 m² Luas Aktual Terminal Dalam melakukan penempatan fasilitas fasilitas terminal yang telah direncanakan di atas kedalam layout gedung terminal, kami melakukan beberapa penyesuaian terhadap luas masing masing fasilitas terminal tersebut. Penyesuaian ini dilakukan untuk mengakomodasi penempatan sistem struktural bangunan seperti kolom, kedalaman terminal, bentuk layout terminal, faktor kenyamanan dan estetika, serta kesesuaian dengan fasilitas pendukung lain dari bandara seperti apron, parkir, jalan akses, dan sebagainya. Adapun luas aktual masing masing fasilitas terminal yang telah disesuaikan berdasarkan layout dapat dilihat pada Tabel 5.1 dan

14 Tabel 5.1 Luas Aktual Terminal Domestik BIJB Fasilitas Luas Aktual Kerb 767 m² Hall Keberangkatan 4,708 m² Hall Kedatangan 4,800 m² Check-in Area,340 m² Ruang Sirkulasi dan Tunggu 11,50 m² Baggage Claim Area 4,010 m² Gate Hold Room 11,040 m² Fasilitas Konsesi 3,80 m² Total 43,005 m² Tabel 5. Luas Aktual Terminal Internasional BIJB Fasilitas Luas Aktual Kerb 31 m² Hall Keberangkatan 1,500 m² Hall Kedatangan 1,650 m² Check-in Area 870 m² Area Pemeriksaan Passport 480 m² Ruang Sirkulasi dan Tunggu,948 m² Baggage Claim Area 1,100 m² Gate Hold Room 3,680 m² Fasilitas Konsesi 1,490 m² Total 14,030 m² Level of Service Level of Service (LOS) dapat dinyatakan sebagai suatu nilai yang menyatakan kemampuan dari supply untuk memenuhi demand yang ada dan mengabungkan penilaian aspek kuantitatif maupun kualitatif terhadap tingkat kenyamanan. IATA telah mengeluarkan suatu standar untuk memperhitungkan Level of Service pada suatu gedung terminal penumpang yang dapat dilihat pada Tabel 5.3. Adapun penilaian Level of Service dari desain Gedung Terminal Penumpang Bandara Internasional Jawa Barat ini berdasarkan standar IATA tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.4 dan 5.5. Adapun contoh perhitungan untuk Level of Service ini dapat dilihat sebagai berikut, a. Hall keberangkatan domestik (luas aktual : 4,708 m²) y 3 a( 1+ o) + b A= s ( 1+ 4) = s = s s = = 1.47m

15 b. Hall kedatangan domestik (luas aktual : 4,770 m²) wd ( + b) z d o A= s ( ) = s = s s = = 1.68m c. Check-in Area domestik (luas aktual :,340 m²) 0 3( a+ b) A= s ( ) 60 a+ b 0 3( ) 340 = s ( ) = s s = = 9.8m Tabel 5.3 Standar Level of Service IATA Standar LOS (m² / penumpang) A B C D E Check-in Area Ruang Tunggu dan Sirkulasi Gate Hold Room Baggage Claim Area Keterangan : A : LOS sangat baik, kondisi arus bebas, tingkat kenyamanan sangat baik B : LOS tinggi, kondisi arus stabil, sangat sedikit delay, tingkat kenyamanan tinggi C : LOS baik, kondisi arus stabil, delay masih dapat diterima, tingkat kenyamanan baik D : LOS tidak mencukupi, kondisi arus tidak stabil, delay tidak dapat diterima, tingkat kenyamanan tidak mencukupi E : LOS tidak dapat diterima Tabel 5.4 Level of Service Fasilitas Terminal Domestik BIJB Penumpang Penumpang Pengantar Luas Aktual m² / pnp LOS Fasilitas berangkat (org) transfer (org) per pnp (org) (m²) Hall Keberangkatan 1, , n/a Hall Kedatangan 1, , n/a Check-in Area 1, , A Ruang Tunggu dan Sirkulasi 1, , A Gate Hold Room 1, , B Baggage Claim Area 1, , A 73

16 Tabel 5.5 Level of Service Fasilitas Terminal Internasional BIJB Penumpang Penumpang Pengantar Luas Aktual m² / pnp LOS Fasilitas berangkat (org) transfer (org) per pnp (org) (m²) Hall Keberangkatan , n/a Hall Kedatangan , n/a Check-in Area A Ruang Tunggu dan Sirkulasi , A Gate Hold Room , B Area Pemeriksaan Passport n/a Baggage Claim Area , A Analisis Kebutuhan Ruang Terminal Penumpang Berdasarkan review demand yang telah kami lakukan pada langkah sebelumnya, didapatkan jumlah penumpang tahunan yang akan dilayani oleh Bandara Internasional Jawa Barat ini adalah sebesar 10,843,30 orang penumpang domestik dan 1,474,705 orang penumpang internasional. Gedung terminal yang direncanakan haruslah dapat menampung jumlah penumpang tersebut dengan efisien. Efisiensi dari gedung terminal penumpang tersebut dapat ditentukan dengan luas ruang terminal penumpang serta kelengkapan fasilitas yang memadai. Diantara beberapa fasilitas yang harus ada pada suatu gedung terminal penumpang antara lain adalah kerb, hall, check-in area, dan lain-lain. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan diatas, diperoleh luas dari fasilitas fasilitas yang ada tersebut. Selain fasilitas fasilitas tersebut, kami juga menambahkan beberapa fasilitas konsesi agar kenyamanan penumpang selama melakukan pergerakan di dalam gedung terminal dapat ditingkatkan. Adapun contoh dari fasilitas konsesi tersebut adalah restoran dan toko buku. Luas dari masing masing fasilitas konsesi tersebut dapat dilihat pada sub bab dan Penjumlahan dari luas seluruh fasilitas dan fasilitas konsesi tersebut menghasilkan luas kotor terminal sebesar 11,348 m² untuk terminal internasional dan 3,430 m² untuk terminal domestik. Suatu luas bangunan tertentu perlu ditambahkan terhadap luas kotor terminal untuk mengakomodasi kebutuhan HVAC dan juga kebutuhan untuk struktur gedung itu sendiri. Adapun luas HVAC tersebut adalah 6,610 m² dan luas untuk struktur gedung adalah,530 m². Luas total terminal, yaitu luas keseluruhan fasilitas ditambah dengan luas untuk HVAC dan struktur gedung, adalah 13,70 m² untuk terminal internasional dan 39,00 m² untuk terminal domestik. 74

17 5.5 PERENCANAAN STRUKTUR Preliminary Design Preliminary design atau perencanaan awal dari suatu struktur meliputi perencanaan awal terhadap dimensi balok, dimensi kolom, dan dimensi pelat. a. Perencanaan awal dimensi balok Tinggi minimum balok (h) diperoleh dengan mengikuti pada peraturan SNI pasal 11.5 mengenai tinggi minimum balok dan pelat yang diizinkan. Estimasi tinggi minimum balok tersebut diperoleh dengan rumus, L h = (5.14) 1 dimana, h = tinggi minimum balok (h) (mm) L = panjang bentang (mm) Estimasi untuk lebar minimum balok diperoleh dengan rumus, h b = (5.15) Berdasarkan rumus tersebut, tinggi dan lebar minimum dari balok yang ada dapat dilihat pada Tabel 5.6. Tabel 5.6 Perhitungan Dimensi Balok Induk Tipe Balok Dimensi Balok Panjang Bentang Induk (mm) h (mm) b (mm) h (mm) b (mm) 1 6, , untuk perhitungan balok anak, estimasi dimensi balok tidak menggunakan rumus L/1. Hal ini dikarenakan balok anak hanya berfungsi sebagai pengaku saja, tidak memikul beban secara langsung sehingga dimensi balok anak lebih kecil daripada dimensi balok induk untuk panjang bentang balok yang sama. Adapun perhitungan dimensi balok anak dapat dilihat pada Tabel 5.7. Tabel 5.7 Perhitungan Dimensi Balok Anak 75

18 Tipe Balok Dimensi Balok Panjang Bentang Anak (mm) h (mm) b (mm) 1 6, , b. Perencanaan awal dimensi pelat Tebal minimum pelat yang akan digunakan diperoleh dari asumsi yang biasa digunakan. Perhitungan dimensi pelat tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.8. Tabel 5.8 Perhitungan Dimensi Pelat Tipe Pelat Tebal Pelat (mm) Atap 100 Lantai 00 c. Perencanaan awal dimensi kolom Dimensi kolom dapat diestimasi dengan menggunakan peraturan SNI pasal 1.9 mengenai pembatasan untuk tulangan komponen struktur tekan. Dari hasil pembebanan, diperoleh bahwa beban aksial utama (Pu) terbesar yang harus dipikul oleh kolom pada struktur gedung utama terminal. Dengan menggunakan rumus dapat ditentukan Ag kolom yang diperlukan. Adapun rumus tersebut adalah, 1 Pu = 0. Ag fc (5.16) Perhitungan dari dimensi kolom ini dapat dilihat pada Tabel 5.9. Untuk mempermudah perhitungan, akan digunakan Microsoft Excel Tabel 5.9 Perhitungan Dimensi Kolom Pu Dimensi Kolom Tipe Kolom max (kg) Pu max (N) fc' Ag min (mm²) h (mm) b (mm) Gedung utama 35,35 35, , Pier 8,440 84, , Pembebanan 76

19 Pembebanan yang dimaksudkan untuk struktur gedung terminal penumpang ini adalah semua beban yang direncanakan akan bekerja dan harus dipikul oleh struktur gedung terminal tersebut. Jenis pembebanan yang ada dilakukan berdasarkan peraturan SKBI dan Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung (SNI ). Adapun pembebanan yang ada meliputi beban mati, beban hidup, beban mati tambahan, beban angin, serta beban gempa dengan perincian sebagai berikut, a. Beban mati (DL) Beban mati adalah berat dari semua bagian dari suatu gedung yang bersifat tetap. Beban mati ini bergantung pada berat jenis material bangunan. Karena material yang digunakan dalam struktur ini adalah beton, maka beban mati yang ada adalah berat sendiri beton yaitu,400 kg/m³. Beban mati yang bekerja pada struktur gedung terminal ini diantaranya adalah, 1. Pelat atap dan pelat lantai Beban yang direncanakan akan dipikul oleh pelat atap dan pelat pada tiap lantai adalah a. Pelat atap gedung utama 3 Berat sendiri pelat =, 400kg m 0.1m 6.5m = 1,560kg m b. Pelat lantai gedung utama 3 Berat sendiri pelat =, 400kg m 0.m 6.5m = 3,10 kg m c. Pelat atap pier 3 Berat sendiri pelat =, 400 kg m 0.1m 9m =,160 kg m d. Pelat lantai pier 3 Berat sendiri pelat =, 400kg m 0.m 9m = 4,30 kg m. Balok Beban yang direncanakan akan dipikul oleh balok adalah sebagai berikut a. Balok gedung utama 3 Berat sendiri balok =, 400kg m 0.75m 0.375m = 675kg m b. Balok pier 3 Berat sendiri balok =, 400kg m 0.5m 0.5m = 300 kg m c. Pelat atap gedung utama 3 Berat sendiri pelat =, 400kg m 0.1m 6.5m = 1,560kg m d. Pelat lantai gedung utama 3 Berat sendiri pelat =, 400kg m 0.m 6.5m = 3,10 kg m e. Pelat atap pier 77

20 3 Berat sendiri pelat =, 400 kg m 0.1m 9m =,160 kg m f. Pelat lantai pier Berat sendiri pelat = 3, = 4,30 kg m m m kg m 3. Kolom Beban yang direncanakan akan dipikul oleh kolom adalah a. Balok gedung utama Berat sendiri balok = b. Balok pier Berat sendiri balok = c. Pelat atap gedung utama Berat sendiri pelat = d. Pelat lantai gedung utama Berat sendiri pelat = e. Pelat atap pier Berat sendiri pelat = f. Pelat lantai pier Berat sendiri pelat = g. Kolom gedung utama Berat sendiri kolom = h. Kolom pier Berat sendiri kolom = 3, = 675 kg m m m kg m 3, = 300 kg m m m kg m 3, = 1,560 kg m m m kg m 3, = 3,10 kg m m m kg m 3, =,160 kg m m m kg m 3, = 4,30 kg m m m kg m 3, = kg m m m kg m 3, kg m m m= kg m b. Beban mati tambahan (SIDL) Beban mati tambahan adalah adalah beban mati yang ditambahkan pada struktur setelah konstruksi struktur selesai. Adapun contoh beban mati tambahan adalah beban keramik, spesi, plafond, Mekanikal dan Elektrikal (M&E), dan dinding bata. Adapun beban mati tambahan yang bekerja pada struktur gedung terminal ini adalah sebagai berikut, 1. Pelat atap a. Mekanikal dan Elektrikal (M&E) = 15 kg/m² b. Plafond = 18 kg/m². Pelat lantai Beban mati tambahan = 50 kg/m² c. Beban hidup (LL) 78

21 Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat penghunian atau penggunaan suatu gedung, dan kedalamnya termasuk beban-beban pada lantai yang berasal dari barang-barang yang dapat berpindah, mesin-mesin serta peralatan yang tidak merupakan bagian yang tak terpisahkan dari gedung dan dapat diganti selama masa hidup dari gedung itu, sehingga mengakibatkan perubahan pembebanan pada lanatai dan atap tersebut. Khusus pada atap, beban hidup dapat termasuk beban yang berasal dari air hujan. Beban hidup yang direncanakan akan dipikul oleh struktur adalah sebagai berikut, 1. Pelat atap a. Beban hidup atap (La) = 50 kg/m² b. Beban hujan (R) = 0 kg/m². Pelat lantai Direncanakan berdasarkan tabel Beban Hidup Pada Lantai Gedung pada SKBI , dengan mengasumsikan lantai gedung akan memikul beban yang cukup berat dan peruntukan ruang untuk restoran, toko buku, toko cinderamata, dsb, sehingga digunakan beban hidup untuk mall = 300 kg/m² d. Beban angin (W) Beban angin adalah semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian gedung yang disebabkan oleh selisih dalam tekanan udara. Beban angin yang direncanakan akan dipikul dapat dirinci sebagai berikut, 1. Tiup =. Tekan = kg m =.5kg m 0.4 5kg m = 10kg m e. Beban gempa (E) Beban gempa untuk bangunan irrergular dapat didefinisikan sebagai gayagaya di dalam struktur yang terjadi oleh gerakan tanah akibat gempa itu. Pembebanan dilakukan berdasarkan Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung (SNI ). Beban gempa pada perencanaan tugas akhir ini diperhitungan dengan menggunakan metode respons spektra yang dimasukan kedalam perhitungan dengan menggunakan ETABS 9. Respons spektrum gempa yang digunakan yaitu untuk wilayah 4 dapat dilihat pada Gambar 5.5. Dalam perhitungan respons spektra tersebut, perlu dipertimbangkan parameter-parameter berikut ini: 79

22 - Wilayah gempa = Zone 4 (Majalengka) - Kondisi tanah = Sedang - Analisis yang dilakukan = Respons Spektra - Faktor Keutamaan (I) Nilai faktor keutamaan dapat dilihat pada Tabel Gambar 5.5 Respons Spektrum Gempa Wilayah 4 Tabel 5.10 Faktor Keutamaan I Untuk Berbagai Kategori Gedung atau Bangunan Kategori Gedung atau Bangunan Gedung umum seperti untuk penghunian, perniagaan, dan perkantoran Faktor Keutamaan I 1 Monumen dan bangunan monumental 1 Gedung penting pasca gempa seperti rumah sakit, instalasi air 1.5 bersih, pembangkit tenaga listrik, pusat penyelamatan dalam keadaan darurat, fasilitas radio dan televisi Gedung untuk menyimpan bahan berbahaya seperti gas, produk 1.5 minyak bumi, asam, gas beracun Cerobong, tangki di atas menara 1.5 Berdasarkan tabel di atas, digunakan nilai I = 1 - Faktor reduksi gempa maksimum (R) untuk Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah diambil = 5.5 f. Kombinasi Pembebanan 80

23 Kombinasi pembebanan yang diperhitungkan dalam perencanaan struktur ini adalah (DL + SIDL). 1. (DL + SIDL) LL La (DL + SIDL) LL R (DL + SIDL) La LL (DL + SIDL) La W (DL + SIDL) R LL (DL + SIDL) LL W (DL + SIDL) W LL La (DL + SIDL) W LL R (DL + SIDL) Ex Ey LL (DL + SIDL) Ex 0.3 Ey LL (DL + SIDL) 1.0 Ex Ey LL (DL + SIDL) 1.0 Ex 0.3 Ey LL (DL + SIDL) Ex Ey LL (DL + SIDL) Ex 1.0 Ey LL (DL + SIDL) 0.3 Ex Ey LL (DL + SIDL) 0.3 Ex 1.0 Ey LL (DL + SIDL) Ex Ey R (DL + SIDL) Ex 0.3 Ey R (DL + SIDL) 1.0 Ex Ey R (DL + SIDL) 1.0 Ex 0.3 Ey R. 1. (DL + SIDL) Ex Ey R (DL + SIDL) Ex 1.0 Ey R (DL + SIDL) 0.3 Ex Ey R (DL + SIDL) 0.3 Ex 1.0 Ey R (DL + SIDL) W (DL + SIDL) 1.3 W (DL + SIDL) Ex Ey (DL + SIDL) Ex 0.3 Ey (DL + SIDL) 1.0 Ex Ey (DL + SIDL) 1.0 Ex 0.3 Ey (DL + SIDL) Ex Ey (DL + SIDL) Ex 1.0 Ey (DL + SIDL) 0.3 Ex Ey (DL + SIDL) 0.3 Ex 1.0 Ey Pemodelan Struktur 81

24 Dalam melakukan pemodelan struktur kami membagi bangunan gedung terminal tersebut menjadi 3 bagian utama yaitu, bagian gedung utama, bagian gedung samping, dan bagian pier. Adapun pemodelan struktur untuk bagian gedung tersebut dalam bentuk 3 dimensi dapat dilihat pada Gambar 5.6, 5.7, dan 5.8. Gambar 5.6 Pemodelan Bagian Gedung Utama Gambar 5.7 Pemodelan Bagian Gedung Samping 8

25 Gambar 5.8 Pemodelan Bagian Pier Analisis Struktur Dari hasil analisis program ETABS 9, didapatkan gaya dalam maksimum untuk balok dan kolom sebagaimana tergambar dalam Tabel 5.11 dan 5.1. Tabel 5.11 Gaya Dalam Maksimum Balok T kn.m V kn M3 kn.m Balok Induk Balok Anak Tabel 5.1 Gaya Dalam Maksimum Kolom P kn Mx kn.m My kn.m Kolom Desain Balok Induk Dalam melakukan desain balok induk, akan dilakukan analisis tahanan untuk masing masing balok terhadap lentur, geser, dan torsi. a. Dimensi Dimensi yang dimiliki oleh balok induk ini adalah b = 400 mm dan h = 500 mm 83

26 b. Tengah bentang Mu = 4,106.8 kn.mm d (asumsi D-, selimut 50 mm) d = () = 439mm d' = cov er+ 0.5D = () = 61mm Asumsi : As sudah leleh T = Cc+ Cs As. fy = 0.85 fc '. b. a + As '( fy 0.85 fc ') 400As = 0.85(30).400. a As( (30)) 400As = 10, 00a As a= 0.009As Mnφ > Mu a a Mu As. fy( d ) + As '. fy( d ' ) > denganφ = 0,8 φ 0.009As 0.009As As ,5. As > 30, 633, , , , 633,500 As As + As As > ,800 30, 633,500 0 As + As > As =± 1,709mm As perlu = 1, 709mm Tulangan Tarik D = 5; n = 4 => 1,96.5 mm d = (5) = 437.5mm 400 (50) 4(5) spasi = = 66.67mm < 500 mm... OK!! 4 1 Digunakan tulangan diameter 5 mm sejumlah 4 buah Tulangan Tekan As = 0.5As = 0.5(1709) = 854.5mm Digunakan D = 19; n = 5; As = 1,416.95mm 1 d' = s+ D = = 59.5mm b s nd 400 (50) 5(19) s = = = 51.5mm< 500 mm... OK!! n Digunakan tulangan diameter 19 mm sejumlah 5 buah 84

27 Cek Kelelehan T = Cc+ Cs As. fy = 0.85 fc '. b. a + As '( fy 0.85 fc ') 400x1,96.5 = 0.85(30).400. a+ 1, ( (30)) 785, 000 = 10, 00a + 530, a= 4.94mm a 4.94 c= = = 9.34mm β d' c fy ε ' s = 0.003> c Es = > > OK!! Cek Mu Mu Mn > T + T ' > φ φ a a Mu As. fy( d ) + As '. fy( d ' ) > φ x1, ,416.95x > 30,633, ,648,550N + 6,655,193.1N > 30,633,500N 360,303.74kN > 30, kn... OK!! fc ' 1.4 As min = bd. > bd. 4 fy fy > > 700 As min = 700mm As( design) = 1,96.5mm As( design) As min... OK!! Pengecekan As max f ' s ρmax 0.75 ρbal + ρ' fy 0.85 fc '. β x30x0.85x0.6 ρbal = = = fy fy 400 As ' 1, f ' = = = bd 400x

28 f ' s( bal) = ε ' s( bal). E d' c x00, 000x = 0.003x00, 000x c 9.34 = MPa f ' s( bal) ρmax = 0.75 ρbal + ρ' fy (616.77) = 0.75(0.035) + = = Asmax = ρ. bd. = x300x437.5 = 6, mm As > Asmax 1,96.5 > 6, ,96.5mm < 6, mm... OK!! As > As min 30x400x437.5 As > = 1,96.5 > mm 4x400 c. Pinggir bentang Mu = 4,003 kn.mm d (asumsi D-, selimut 50 mm) d = () = 439mm d' = cov er+ 0.5D = () = 61mm Asumsi : As sudah leleh T = Cc+ Cs As. fy = 0.85 fc '. b. a + As '( fy 0.85 fc ') 400As = 0.85(30).400. a As( (30)) 400As = 10, 00a As a= 0.009As Mnφ > Mu a a Mu As. fy( d ) + As '. fy( d ' ) > denganφ = 0,8 φ 0.009As 0.009As As ,5. As > 30,503, ,600As 4.18As + 1,00As.09As > 30,503, ,800 30,503,750 0 As + As > As =± 1,709mm As perlu = 1, 709mm 86

29 Karena As perlu serupa dengan As perlu pada tengah bentang, maka tulangan tarik dan tekan untuk pinggir bentang adalah serupa dengan tengah bentang. Perencanaan Geser Balok Induk - 13,459 Zona : Vu 13, 459 Vn = φ 0.85 Vn = 145, = Vc + Vs + 13,459 1 Vc = 30 x 400 x = 159,75.41 N 6 Cek Keperluan Sengkang Vu < 0.5Vc φ 145, < 79, PERLU SENGKANG!! Zona I Vu 0.5Vc φ < 145, < 79, TIDAK OK!! Zona II Vu Vc x 400 x φ < , < 159, , ,45.88 < 19, OK!! Penentuan Tulangan Tekan Asumsi D = 8; n = ; As=50.4mm Av = n.as=(50.4)=100.48mm 3 Av. fy 3(100.48)400 Spasi : = = mm bw 400 s 0.5d s < 0.5(437.5) <

30 s< 600mm < 600 s< s max Digunakan tulangan sengkang dengan diameter 8 mm dan spasi mm Perencanaan Torsi 1 Acp Tu φ f ' c 1 Pcp Tu = 33, 018, 00 kn. mm Vu = 13, 459kN Vc = 159, 75.41kN Acp = = 00, 000mm ( ) 1,800mm ( ) ( ) ( ) ( ) Pcp = + = Aoh = = 114, 464mm ( ) Poh = = 1, 400mm 1 ( ) 33, 018, (500.) + (400.) 33,018,00 7,607, Tidak OK!! Hitung torsi... At Tu 33,018, S = φ Aoh f cotφ = , = y Vu Vc 13, ,75.41 Av φ = = 0.75 = 0.08 S f d yv AV + At AV At aktual = + = ( 0.481) = 0.99 s s s A V 1 + A 75 fc bw t = = = 0.34 s 100 fy 1, AV + At 1 bw min = = = s 3 fy At bw 400 = = s 6 fyv Cek keruntuhan Vu Tu Poh Vc + Φ + bw d 1.7 Aoh bw d 3 1 f c 88

31 13, ,018, 00 1, ,75.41 = , = ok! At f yv Al = Poh cot θ = ( 1400) 1 1 = mm s f yt Digunakan tulangan torsi dengan diameter 13 mm sejumlah 6 buah As = Al ( min) = mm 1 5 fc Acp At fy ,000 Poh = = 1 fy s fy Av+ t As = 0.99; s = = = 68mm s mm 300 mm... ok! Analisis Desain Balok Induk Dari analisis struktur serta desain yang dilakukan terhadap balok induk, digunakan dimensi balok induk sebesar 400 x 500 mm. Penggunaan dimensi ini didasarkan atas hasil analisis struktur dengan menggunakan program ETABS dimana dimensi yang lebih kecil daripada 400 x 500 mm tidak kuat untuk menahan berbagai kombinasi pembebanan yang direncanakan. Pembesian yang digunakan dalam balok induk ini dibedakan menjadi, yaitu pembesian pada bagian tumpuan dan bagian lapangan. Momen yang ada pada bagian tumpuan dan bagian lapangan adalah sama yaitu -4,106.8 knmm dan 4,106.8 knmm, maka pembesian untuk bagian tumpuan dan bagian lapangan adalah sama. Pembesian yang digunakan untuk tulangan tarik adalah tulangan ulir diameter 5 mm sejumlah 4 buah dan untuk tulangan tekan adalah tulangan ulir diameter 19 mm sejumlah 5 buah. Tulangan sengkang yang digunakan adalah tulangan ulir dengan diameter 8 mm dan spasi antar sengkang adalah mm. Karena nilai torsi yang ada cukup besar, maka pengaruh torsi pada balok induk tidak dapat diabaikan sehingga dibutuhkan tulangan torsi dengan diameter 13 mm sejumlah 6 buah. 89

32 5.5.7 Desain Balok Anak Dalam melakukan desain balok anak, akan dilakukan analisis tahanan untuk masing masing balok terhadap lentur, geser, dan torsi. a. Dimensi yang dimiliki oleh balok anak ini adalah b = 300 mm dan h = 400 mm b. Tengah bentang Mu = 67, kn.mm d (asumsi D-, selimut 50 mm) d = () = 339mm d' = cov er+ 0.5D = () = 61mm Asumsi : As sudah leleh T = Cc+ Cs As. fy = 0.85 fc '. b. a + As '( fy 0.85 fc ') 400As = 0.85(30).300. a As( (30)) 400As = 7, 650a As a= 0.078As Mnφ > Mu a a Mu As. fy( d ) + As '. fy( d ' ) > denganφ = 0,8 φ 0.078As 0.078As As ,5. As > 83,807, , 600As 5.56As + 1, 00As.78As > 83,807, As + 147,800As 83,807, 675 > 0 As =± 587mm As perlu = 587mm Tulangan Tarik D = 16; n = 3 => mm d = (16) = 34mm 300 (50) 3(16) spasi = = 76 mm... OK!! 3 1 Digunakan tulangan diameter 16 mm sejumlah 3 buah Tulangan Tekan As = 0.5As = 0.5(587) = 93.5mm Digunakan D = 13; n = 3; As = mm 90

33 1 d' = s+ D= = 56.5mm b s nd 300 (50) 3(13) s = = = 80.5mm< 500 mm... OK!! n Digunakan tulangan diameter 13 mm sejumlah 3 buah Cek Kelelehan T = Cc+ Cs As. fy = 0.85 fc '. b. a + As '( fy 0.85 fc ') 400x60.88 = 0.85(30).300. a ( (30)) 41,15 = 7, 650a + 149, a= 1.04mm a 1.04 c= = = mm β d' c fy ε ' s = > c Es = > > OK!! Cek Mu Mu Mn > T + T ' > φ φ a a Mu As. fy( d ) + As '. fy( d ' ) > φ , x x > ,0.5kN + 8,036.3kN > 78,877.8kN 89,058.57kN > 78,877.8 kn... OK!! fc' 1.4 As min = b. d > b. d 4 fy fy bd. > > 40 As min = 40mm As( design) = 60.88mm As( design) As min... OK!! 91

34 c. Pinggir bentang Mu = -78,736.4 kn.mm d (asumsi D-, selimut 50 mm) d = () = 339mm d' = cov er+ 0.5D = () = 61mm Asumsi : As sudah leleh T = Cc+ Cs As. fy = 0.85 fc '. b. a + As '( fy 0.85 fc ') 400As = 0.85(30).300. a As( (30)) 400As = 7, 650a As a= 0.078As Mnφ > Mu a a Mu As. fy( d ) + As '. fy( d ' ) > denganφ = 0,8 φ 0.078As 0.078As As ,5. As > 98, 40, , , , 40,500 As As + As As > As + As ,800 98, 40,500 > 0 As =± 694mm As perlu = 694mm Tulangan Tarik D = 16; n = 4 => As = mm d = (16) = 34mm 300 (50) 4(16) spasi = = 45.33mm < 500 mm... OK!! 4 1 Digunakan tulangan diameter 16 mm sejumlah 4 buah Tulangan Tekan As = 0.5As = 0.5(694) = 347mm Digunakan D = 13; n = 3; As = mm 1 d' = s+ D= = 56.5mm b s nd 300 (50) 3(13) s = = = 80.5mm< 500 mm... OK!! n Digunakan tulangan diameter 13 mm sejumlah 3 buah 9

35 Cek Kelelehan T = Cc+ Cs As. fy = 0.85 fc '. b. a + As '( fy 0.85 fc ') 400x = 0.85(30).300. a ( (30)) 31,536 = 7,650a + 149, a =.55mm a.55 c = = = 6.53mm β d' c fy ε ' s = > c Es = > > OK!! Cek Mu Mu Mn > T + T ' > φ φ a a Mu As. fy( d ) + As '. fy( d ' ) > φ x x > 98, ,340kN + 7, 00kN > 98, 40.5kN 113,540kN > 98,40.5 kn... OK!! fc' 1.4 As min = b. d > b. d 4 fy fy bd. > > 40 As min = 40mm As( design) = 60.88mm As( design) As min... OK!! Pengecekan As max f ' s ρmax 0.75 ρbal + ρ' fy 0.85 fc '. β x30x0.85x0.6 ρ fy fy 400 As ' f ' = = = bd 300x34 1 bal = = =

36 f ' s( bal) = ε ' s( bal). E d' c x00, 000x = 0.003x00, 000x c = 1,793.MPa f ' s( bal) ρmax = 0.75 ρbal + ρ' fy (1,793.) = 0.75(0.035) + = = Asmax = ρ. b. d = x300x34 = 4,86.115mm As > Asmax > 4, mm < mm OK , !! As > Asmi n 30x300x34 As > = 351.3mm 4x400 mm > mm OK !! Perencanaan Geser Balok Anak 40, ,030 Zona : Vu 40, 030 Vn = φ 0.85 Vn = 47, = Vc + Vs 1 Vc = 30 x 300 x 34 = 93, N 6 Cek Keperluan Sengkang Vu 0.5Vc φ < 47,094.1 > 46, PERLU SENGKANG!! Zona I Vu 0.5Vc φ < 47,094.1 < 46, TIDAK OK!! 94

37 Zona II > 3 1, < 0.34 gunakan ,00 Vu < Vc + bw. d φ 1, , < 93, x300x34 1, 00 47, < 93, , < OK!! Penentuan Tulangan Tekan Asumsi D = 8; n = ; As=50.4mm Av = n.as=(50.4)=100.48mm 3 Av. fy 3(100.48)400 Spasi : = = 401.9mm bw 300 s 0.5d s < 0.5(34) < 171 s< 600mm < 600 s< smax Digunakan tulangan sengkang dengan diameter 8 mm dan spasi 171 mm Perencanaan Torsi 1 Acp Tu φ f ' c 1 Pcp 1 ( ) 3, 45, (300.) + (400.) 3,45,010 3,51, OK!! Pengaruh torsi dapat diabaikan 95

38 5.5.8 Analisis Desain Balok Anak Dari analisis struktur serta desain yang dilakukan terhadap balok anak, digunakan dimensi balok anak sebesar 300 x 400 mm. Penggunaan dimensi ini didasarkan atas hasil analisis struktur dengan menggunakan program ETABS dimana dimensi yang lebih kecil daripada 300 x 400 mm tidak kuat untuk menahan berbagai kombinasi pembebanan yang direncanakan. Pembesian yang digunakan dalam balok anak ini dibedakan menjadi, yaitu pembesian pada bagian tumpuan dan bagian lapangan. Pada bagian tumpuan yang memikul momen negatif sebesar -78,736.4 knmm, pembesian yang digunakan adalah tulangan ulir dengan tulangan tarik dengan diameter 16 mm sejumlah 4 buah dan tulangan tekan dengan diameter 13 mm sejumlah 3 buah. Pada bagian lapangan yang memikul beban positif sebesar 67, knmm, pembesian yang digunakan adalah tulangan ulir dengan tulangan tarik dengan diameter 16 mm sejumlah 3 buah dan tulangan tekan dengan diameter 13 mm sejumlah 3 buah. Tulangan sengkang yang digunakan adalah tulangan ulir dengan diameter 8 mm dan spasi antar sengkang adalah 171 mm. Karena nilai torsi yang ada masih dapat dipikul oleh tulangan tulangan yang ada, maka pengaruh torsi pada balok anak ini dapat diabaikan Desain Pelat Untuk penulangan pada pelat, kami menggunakan penulangan dengan Wire Mesh dengan diameter sebesar 8 mm. Pemilihan diameter ini disesuaikan dengan tebal pelat yang ada yaitu 0.10 m pada pelat atap dan 0.15 m pada pelat lantai. Sedangkan untuk pelat lantai dasar tidak digunakan penulangan karena beban yang bekerja pada pelat akan langsung disalurkan ke tanah Desain Kolom Dalam melakukan desain kolom, akan dilakukan analisis tahanan untuk masing masing kolom terhadap tekan dan geser. Untuk perhitungan kolom ini, kami menggunakan program PCA-COL. Adapun langkah langkah perhitungan yang kami lakukan dapat dilihat pada Gambar 5.9 sampai dengan

39 Gambar 5.9 Input General Information Gambar 5.10 Input Material Properties 97

40 Gambar 5.11 Input Reinforcement Gambar 5.1 Tulangan di Kolom 98

41 Gambar 5.13 Input Load Factor Gambar 5.14 Diagram Interaksi 99

42 Analisis Desain Kolom Dimensi kolom yang digunakan dalam desain ini adalah 500 x 500 mm. Dimensi ini didapatkan dari hasil analisis struktur dengan menggunakan program ETABS, dimana dimensi ini adalah salah satu dimensi yang optimal dalam menahan kombinasi kombinasi pembebanan yang bekerja. Pembesian yang digunakan pada kolom ini adalah tulangan ulir dengan diameter mm sejumlah 8 buah. Rasio dari luas tulangan ini dibandingkan dengan luas total kolom adalah 1.%. Angka ini cukup rendah dan cenderung optimal serta memenuhi rentang rasio yang disyaratkan oleh SNI yaitu sebesar 1 s/d %. Dari diagram interaksi yang ada, dapat dilihat bahwa desain kolom ini terletak dalam diagram interaksi. Hal ini menandakan bahwa kolom ini kuat untuk menahan kombinasi beban ultimit yang direncanakan. Selain itu, letak posisi kolom pada garis bagian atas dari diagram interaksi tersebut menunjukkan bahwa desain ini cukup optimal dan hemat. Untuk memudahkan proses pengecoran, maka tulangan yang ada sebaiknya diikat dengan menggunakan tulangan sengkang. Sengkang yang digunakan adalah tulangan ulir dengan diameter 8mm dan dengan spasi diambil berupa spasi sengkang minimum sebesar 50 mm Gambar Kerja Gambar kerja hasil desain yang kami lakukan dalam perencanaan struktur ini dapat dilihat pada Gambar 5.15 sampai dengan

PERENCANAAN GEDUNG TERMINAL PENUMPANG BANDARA INTERNASIONAL JAWA BARAT

PERENCANAAN GEDUNG TERMINAL PENUMPANG BANDARA INTERNASIONAL JAWA BARAT PERENCANAAN GEDUNG TERMINAL PENUMPANG BANDARA INTERNASIONAL JAWA BARAT TUGAS AKHIR SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MENYELESAIKAN PENDIDIKAN SARJANA TEKNIK DI PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL Oleh ARI YAN SUTRIANA

Lebih terperinci

BAB 2 STUDI PUSTAKA. Sastranegara Bandung, data fasilitas sisi darat (landside) berupa detail gedung

BAB 2 STUDI PUSTAKA. Sastranegara Bandung, data fasilitas sisi darat (landside) berupa detail gedung BAB 2 STUDI PUSTAKA 2.1 Umum Dalam studi ini ruang lingkup penelitian pada Bandar Udara Husein Sastranegara Bandung, data fasilitas sisi darat (landside) berupa detail gedung terminal (terminal building),

Lebih terperinci

BAB III ESTIMASI DIMENSI ELEMEN STRUKTUR

BAB III ESTIMASI DIMENSI ELEMEN STRUKTUR BAB III ESTIMASI DIMENSI ELEMEN STRUKTUR 3.. Denah Bangunan Dalam tugas akhir ini penulis merancang suatu struktur bangunan dengan denah seperti berikut : Gambar 3.. Denah bangunan 33 34 Dilihat dari bentuk

Lebih terperinci

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN. dilakukan setelah mendapat data dari perencanaan arsitek. Analisa dan

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN. dilakukan setelah mendapat data dari perencanaan arsitek. Analisa dan BAB III METEDOLOGI PENELITIAN 3.1 Prosedur Penelitian Pada penelitian ini, perencanaan struktur gedung bangunan bertingkat dilakukan setelah mendapat data dari perencanaan arsitek. Analisa dan perhitungan,

Lebih terperinci

BAB IV ESTIMASI DIMENSI KOMPONEN STRUKTUR

BAB IV ESTIMASI DIMENSI KOMPONEN STRUKTUR BAB IV ESTIMASI DIMENSI KOMPONEN STRUKTUR 4.1. Estimasi Dimensi Estimasi dimensi komponen struktur merupakan tahap awal untuk melakukan analisis struktur dan merancang suatu bangunan gedung. Estimasi yang

Lebih terperinci

Terminal penumpang bandar udara

Terminal penumpang bandar udara Standar Nasional Indonesia Terminal penumpang bandar udara ICS 93.120 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi...

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan BAB III LANDASAN TEORI A. Pembebanan Dalam perancangan suatu struktur bangunan harus memenuhi peraturanperaturan yang berlaku sehingga diperoleh suatu struktur bangunan yang aman secara konstruksi. Struktur

Lebih terperinci

BAB V PENULANGAN STRUKTUR

BAB V PENULANGAN STRUKTUR BAB V PENULANGAN STRUKTUR 5.1. PENULANGAN PELAT 5.1.. Penulangan Pelat Lantai 1-9 Untuk mendesain penulangan pelat, terlebih dahulu perlu diketahui data pembebanan yang bekerja pada pelat. Data Pembebanan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Sistem Lapangan Terbang Sebuah lapangan terbang melingkupi kegiatan yang sangat luas, yang mempunyai kebutuhan yang berbeda.sistem lapangan terbang dibagi dua, yaitu sisi darat

Lebih terperinci

BAB V DESAIN TULANGAN STRUKTUR

BAB V DESAIN TULANGAN STRUKTUR BAB V DESAIN TULANGAN STRUKTUR 5.1 Output Penulangan Kolom Dari Program Etabs ( gedung A ) Setelah syarat syarat dalam pemodelan struktur sudah memenuhi syarat yang di tentukan dalam peraturan SNI, maka

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan. Bab 6.

LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan. Bab 6. LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan Bab 6 Penulangan Bab 6 Penulangan Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI Dasar Perencanaan Jenis Pembebanan

BAB 2 DASAR TEORI Dasar Perencanaan Jenis Pembebanan BAB 2 DASAR TEORI 2.1. Dasar Perencanaan 2.1.1 Jenis Pembebanan Dalam merencanakan struktur suatu bangunan bertingkat, digunakan struktur yang mampu mendukung berat sendiri, gaya angin, beban hidup maupun

Lebih terperinci

BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan

BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan Dari keseluruhan pembahasan yang telah diuraikan merupakan hasil dari perhitungan perencanaan struktur gedung Fakultas Teknik Informatika ITS Surabaya dengan metode SRPMM.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Berfikir Sengkang merupakan elemen penting pada kolom untuk menahan beban gempa. Selain menahan gaya geser, sengkang juga berguna untuk menahan tulangan utama dan

Lebih terperinci

BAB III STUDI KASUS 3.1 UMUM

BAB III STUDI KASUS 3.1 UMUM BAB III STUDI KASUS 3.1 UMUM Tahap awal adalah pemodelan struktur berupa desain awal model, yaitu menentukan denah struktur. Kemudian menentukan dimensi-dimensi elemen struktur yaitu balok, kolom dan dinding

Lebih terperinci

PRESENTASI TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI D III TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010

PRESENTASI TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI D III TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010 PRESENTASI TUGAS AKHIR oleh : PROGRAM STUDI D III TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010 LATAR BELAKANG SMA Negeri 17 Surabaya merupakan salah

Lebih terperinci

BAB II BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA. 1. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03

BAB II BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA. 1. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03 BAB II BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peraturan-Peraturan yang Dugunakan 1. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03 2847 2002), 2. Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Bangunan

Lebih terperinci

BAB V PENULANGAN ELEMEN VERTIKAL DAN HORIZONTAL

BAB V PENULANGAN ELEMEN VERTIKAL DAN HORIZONTAL BAB V PENULANGAN ELEMEN VERTIKAL DAN HORIZONTAL 5.1 Desain Penulangan Elemen Struktur Pada bab V ini akan membahas tentang perhitungan tulangan yang akan digunakan dalam perencaan struktur yang telah didesain.

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS PEMBEBANAN STRUKTUR. A. Spesifikasi Data Teknis Banguan

BAB V ANALISIS PEMBEBANAN STRUKTUR. A. Spesifikasi Data Teknis Banguan 58 BAB V ANALISIS PEMBEBANAN STRUKTUR A. Spesifikasi Data Teknis Banguan 1. Denah Bangunan Gambar 5.1 Denah Struktur Bangunan lantai 1.. Lokasi Bangunan Gedung Apartemen Malioboro City Yogyakarta terletak

Lebih terperinci

BAB IV POKOK PEMBAHASAN DESAIN. Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi-dimensi

BAB IV POKOK PEMBAHASAN DESAIN. Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi-dimensi BAB IV POKOK PEMBAHASAN DESAIN 4.1 Perencanaan Awal (Preliminary Design) Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi-dimensi rencana struktur, yaitu pelat, balok dan kolom agar diperoleh

Lebih terperinci

BAB IV PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDARA INTERNASIONAL SAM RATULANGI

BAB IV PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDARA INTERNASIONAL SAM RATULANGI BAB IV PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDARA INTERNASIONAL SAM RATULANGI 4.1 Pendekatan Pelaku dan Aktifitas pada Terminal Penumpang Tabel 4. 1 Pendekatan Pelaku dan

Lebih terperinci

Analisis Perilaku Struktur Pelat Datar ( Flat Plate ) Sebagai Struktur Rangka Tahan Gempa BAB III STUDI KASUS

Analisis Perilaku Struktur Pelat Datar ( Flat Plate ) Sebagai Struktur Rangka Tahan Gempa BAB III STUDI KASUS BAB III STUDI KASUS Pada bagian ini dilakukan 2 pemodelan yakni : pemodelan struktur dan juga pemodelan beban lateral sebagai beban gempa yang bekerja. Pada dasarnya struktur yang ditinjau adalah struktur

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Prosedur Penelitian Untuk mengetahui penelitian mengenai pengaruh tingkat redundansi pada sendi plastis perlu dipersiapkan tahapan-tahapan untuk memulai proses perancangan,

Lebih terperinci

Bab 6 DESAIN PENULANGAN

Bab 6 DESAIN PENULANGAN Bab 6 DESAIN PENULANGAN Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) Desain Dermaga General Cargo dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pulau Kalukalukuang Provinsi Sulawesi Selatan 6.1 Teori Dasar Perhitungan Kapasitas Lentur

Lebih terperinci

BAB IV PEMODELAN STRUKTUR

BAB IV PEMODELAN STRUKTUR BAB IV PEMODELAN STRUKTUR Pada bagian ini akan dilakukan proses pemodelan struktur bangunan balok kolom dan flat slab dengan menggunakan acuan Peraturan SNI 03-2847-2002 dan dengan menggunakan bantuan

Lebih terperinci

fc ' = 2, MPa 2. Baja Tulangan diameter < 12 mm menggunakan BJTP (polos) fy = 240 MPa diameter > 12 mm menggunakan BJTD (deform) fy = 400 Mpa

fc ' = 2, MPa 2. Baja Tulangan diameter < 12 mm menggunakan BJTP (polos) fy = 240 MPa diameter > 12 mm menggunakan BJTD (deform) fy = 400 Mpa Peraturan dan Standar Perencanaan 1. Peraturan Perencanaan Tahan Gempa untuk Gedung SNI - PPTGIUG 2000 2. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Gedung SKSNI 02-2847-2002 3. Tata Cara Perencanaan Struktur

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS PEMBEBANAN

BAB V ANALISIS PEMBEBANAN BAB V ANALISIS PEMBEBANAN Analisis pembebanan pada penelitian ini berupa beban mati, beban hidup, beban angin dan beban gempa. 3,5 m 3,5 m 3,5 m 3,5 m 3,5 m 3,5 m 4,5 m 3,25 m 4,4 m 4,45 m 4 m Gambar 5.1.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perhitungan Struktur Akibat Gaya Gempa Beban gempa adalah semua beban statik ekivalen yang bekerja pada gedung tersebut atau bagian dari gedung tersebut yang menirukan pengaruh

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS KAPASITAS DUKUNG FONDASI TIANG BOR

BAB V ANALISIS KAPASITAS DUKUNG FONDASI TIANG BOR 31 BAB V ANALISIS KAPASITAS DUKUNG FONDASI TIANG BOR 5.1 DATA STRUKTUR Apartemen Vivo terletak di seturan, Yogyakarta. Gedung ini direncanakan terdiri dari 9 lantai. Lokasi proyek lebih jelas dapat dilihat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. harus dilakukan berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam Tata Cara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. harus dilakukan berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam Tata Cara 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Struktur Dalam perencanaan komponen struktur terutama struktur beton bertulang harus dilakukan berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam Tata Cara Perhitungan

Lebih terperinci

Andini Paramita 2, Bagus Soebandono 3, Restu Faizah 4 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Andini Paramita 2, Bagus Soebandono 3, Restu Faizah 4 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Agustus 16 STUDI KOMPARASI PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG BERDASARKAN SNI 3 847 DAN SNI 847 : 13 DENGAN SNI 3 176 1 (Studi Kasus : Apartemen 11 Lantai

Lebih terperinci

DAFTAR ISTILAH. Al = Luas total tulangan longitudinal yang memikul puntir

DAFTAR ISTILAH. Al = Luas total tulangan longitudinal yang memikul puntir DAFTAR ISTILAH A0 = Luas bruto yang dibatasi oleh lintasan aliran geser (mm 2 ) A0h = Luas daerah yang dibatasi oleh garis pusat tulangan sengkang torsi terluar (mm 2 ) Ac = Luas inti komponen struktur

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI DAN SIMBOL

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI DAN SIMBOL DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI LEMBAR PERYATAAN ORIGINALITAS LAPORAN LEMBAR PERSEMBAHAN INTISARI ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada perencanaan bangunan bertingkat tinggi, komponen struktur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada perencanaan bangunan bertingkat tinggi, komponen struktur BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Struktur Pada perencanaan bangunan bertingkat tinggi, komponen struktur direncanakan cukup kuat untuk memikul semua beban kerjanya. Pengertian beban itu sendiri

Lebih terperinci

BAB V PERBANDINGAN DEFORMASI DAN PENULANGAN DESAIN. Pada bab V ini akan membahas tentang perbandingan deformasi dan

BAB V PERBANDINGAN DEFORMASI DAN PENULANGAN DESAIN. Pada bab V ini akan membahas tentang perbandingan deformasi dan BAB V PERBANDINGAN DEFORMASI DAN PENULANGAN DESAIN 5.1 Perbandingan Deformasi Pada bab V ini akan membahas tentang perbandingan deformasi dan perhitungan tulangan yang akan digunakan dalam perencaan struktur

Lebih terperinci

BAB IV PERENCANAAN AWAL (PRELIMINARY DESIGN)

BAB IV PERENCANAAN AWAL (PRELIMINARY DESIGN) BB IV PERENCNN WL (PRELIMINRY DESIGN). Prarencana Pelat Beton Perencanaan awal ini dimaksudkan untuk menentukan koefisien ketebalan pelat, α yang diambil pada s bentang -B, mengingat pada daerah sudut

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung (SNI ) dan tata cara perencanaan gempa

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung (SNI ) dan tata cara perencanaan gempa BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pembebanan Beban yang ditinjau dan dihitung dalam perancangan gedung ini adalah beban hidup, beban mati dan beban gempa. 3.1.1. Kuat Perlu Beban yang digunakan sesuai dalam

Lebih terperinci

DAFTAR NOTASI. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom

DAFTAR NOTASI. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom A cp Acv Ag An Atp Al Ao Aoh As As At Av b bo bw C Cc Cs d DAFTAR NOTASI = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom (mm²) = Luas

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Kuat perlu dihitung berdasarkan kombinasi beban sesuai dengan SNI

BAB III LANDASAN TEORI. Kuat perlu dihitung berdasarkan kombinasi beban sesuai dengan SNI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Elemen Struktur 3.1.1. Kuat Perlu Kuat perlu dihitung berdasarkan kombinasi beban sesuai dengan SNI 2847:2013 dan SNI 1726:2012, berikut kombinasi kuat perlu yang digunakan:

Lebih terperinci

DAFTAR NOTASI. A cp. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom

DAFTAR NOTASI. A cp. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom DAFTAR NOTASI A cp Acv Ag An Atp Al Ao Aoh As As At Av b bo bw C Cc Cd = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom (mm²) = Luas bruto

Lebih terperinci

DAFTAR NOTASI. Luas penampang tiang pancang (mm²). Luas tulangan tarik non prategang (mm²). Luas tulangan tekan non prategang (mm²).

DAFTAR NOTASI. Luas penampang tiang pancang (mm²). Luas tulangan tarik non prategang (mm²). Luas tulangan tekan non prategang (mm²). DAFTAR NOTASI A cp Ag An Atp Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton (mm²). Luas bruto penampang (mm²). Luas bersih penampang (mm²). Luas penampang tiang pancang (mm²). Al Luas total tulangan

Lebih terperinci

DAFTAR NOTASI. = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balok-kolom (mm²) = Luas penampang tiang pancang (mm²)

DAFTAR NOTASI. = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balok-kolom (mm²) = Luas penampang tiang pancang (mm²) DAFTAR NOTASI A cp Acv Ag An Atp Al Ao Aoh As As At Av b = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balok-kolom (mm²) = Luas bruto penampang

Lebih terperinci

2.5.3 Dasar Teori Perhitungan Tulangan Torsi Balok... II Perhitungan Panjang Penyaluran... II Analisis dan Desain Kolom...

2.5.3 Dasar Teori Perhitungan Tulangan Torsi Balok... II Perhitungan Panjang Penyaluran... II Analisis dan Desain Kolom... DAFTAR ISI Lembar Pengesahan Abstrak Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Gambar... vi Daftar Notasi... vii Daftar Lampiran... x Kata Pengantar... xi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2

Lebih terperinci

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG RUMAH SAKIT ROYAL SURABAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA-BETON

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG RUMAH SAKIT ROYAL SURABAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA-BETON TUGAS AKHIR RC09 1380 MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG RUMAH SAKIT ROYAL SURABAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA-BETON OLEH: RAKA STEVEN CHRISTIAN JUNIOR 3107100015 DOSEN PEMBIMBING: Ir. ISDARMANU, M.Sc

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Bab 2 Dasar Teori. TUGAS AKHIR Perencanaan Struktur Show Room 2 Lantai Dasar Perencanaan

BAB 2 DASAR TEORI. Bab 2 Dasar Teori. TUGAS AKHIR Perencanaan Struktur Show Room 2 Lantai Dasar Perencanaan 3 BAB DASAR TEORI.1. Dasar Perencanaan.1.1. Jenis Pembebanan Dalam merencanakan struktur suatu bangunan bertingkat, digunakan struktur yang mampu mendukung berat sendiri, gaya angin, beban hidup maupun

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Pendahuluan Pada penelitian ini, Analisis kinerja struktur bangunan bertingkat ketidakberaturan diafragma diawali dengan desain model struktur bangunan sederhanan atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beton berlulang merupakan bahan konstruksi yang paling penting dan merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beton berlulang merupakan bahan konstruksi yang paling penting dan merupakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Beton berlulang merupakan bahan konstruksi yang paling penting dan merupakan suatu kombinasi antara beton dan baja tulangan. Beton bertulang merupakan material yang kuat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Data Objek Penelitian 3.1.1 Lokasi Objek Penelitian Struktur bangunan yang dijadikan sebagai objek penelitian adalah Gedung GKB-4 Universitas Muhammadiyah Malang. Gedung berlokasi

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR RC

TUGAS AKHIR RC TUGAS AKHIR RC09-1380 MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG OFFICE BLOCK PEMERINTAHAN KOTA BATU MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA BETON AMANDA KHOIRUNNISA 3109 100 082 DOSEN PEMBIMBING IR. HEPPY KRISTIJANTO,

Lebih terperinci

DAFTAR NOTASI. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom

DAFTAR NOTASI. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom A cp Acv Ag An Atp Al Ao Aoh As As At Av b bo bw C Cc Cs d DAFTAR NOTASI = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom (mm²) = Luas

Lebih terperinci

D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Eksentrisitas dari pembebanan tekan pada kolom atau telapak pondasi

D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Eksentrisitas dari pembebanan tekan pada kolom atau telapak pondasi DAFTAR NOTASI A cp = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm 2 Ag = Luas bruto penampang (mm 2 ) An = Luas bersih penampang (mm 2 ) Atp = Luas penampang tiang pancang (mm 2 ) Al = Luas

Lebih terperinci

Lampiran 1 Permodelan Struktur Atas (3D)

Lampiran 1 Permodelan Struktur Atas (3D) LAMPIRAN 31 Lampiran 1 Permodelan Struktur Atas (3D) 32 Lampiran 2 Denah Kolom, Balok, Dinding Geser, dan Plat struktur atas 1. Denah Lantai Dasar 2. Denah lantai P2A, P3A,P4A,P5A,P6A (Lantai Parkir) 33

Lebih terperinci

DAFTAR NOTASI. xxvii. A cp

DAFTAR NOTASI. xxvii. A cp A cp Ag An Atp Al Ao Aoh As As At Av b bo bw C C m Cc Cs d DAFTAR NOTASI = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas bruto penampang (mm²) = Luas bersih penampang (mm²) = Luas penampang

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. dan pasal SNI 1726:2012 sebagai berikut: 1. U = 1,4 D (3-1) 2. U = 1,2 D + 1,6 L (3-2)

BAB III LANDASAN TEORI. dan pasal SNI 1726:2012 sebagai berikut: 1. U = 1,4 D (3-1) 2. U = 1,2 D + 1,6 L (3-2) 8 BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Elemen Struktur 3.1.1. Kuat Perlu Kuat yang diperlukan untuk beban-beban terfaktor sesuai pasal 4.2.2. dan pasal 7.4.2 SNI 1726:2012 sebagai berikut: 1. U = 1,4 D (3-1) 2.

Lebih terperinci

xxv = Kekuatan momen nominal untuk lentur terhadap sumbu y untuk aksial tekan yang nol = Momen puntir arah y

xxv = Kekuatan momen nominal untuk lentur terhadap sumbu y untuk aksial tekan yang nol = Momen puntir arah y DAFTAR NOTASI A cp = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² Ag = Luas bruto penampang (mm²) An = Luas bersih penampang (mm²) Atp = Luas penampang tiang pancang (mm²) Al = Luas total

Lebih terperinci

Modifikasi Struktur Jetty pada Dermaga PT. Petrokimia Gresik dengan Metode Beton Pracetak

Modifikasi Struktur Jetty pada Dermaga PT. Petrokimia Gresik dengan Metode Beton Pracetak TUGAS AKHIR RC-09 1380 Modifikasi Struktur Jetty pada Dermaga PT. Petrokimia Gresik dengan Metode Beton Pracetak Penyusun : Made Peri Suriawan 3109.100.094 Dosen Pembimbing : 1. Ir. Djoko Irawan MS, 2.

Lebih terperinci

BAB V PENULANGAN BAB V PENULANGAN. 5.1 Tulangan Pada Pelat. Desain penulangan pelat dihitung berdasarkan beban yang dipikul oleh

BAB V PENULANGAN BAB V PENULANGAN. 5.1 Tulangan Pada Pelat. Desain penulangan pelat dihitung berdasarkan beban yang dipikul oleh BAB V PENULANGAN 5.1 Tulangan Pada Pelat Desain penulangan pelat dihitung berdasarkan beban yang dipikul oleh pelat itu sendiri. Setelah mendapat nilai luasan tulangan yang dibutuhkan maka jumlah tulangan

Lebih terperinci

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG CONDOTEL MATARAM CITY YOGYAKARTA. Oleh : KEVIN IMMANUEL KUSUMA NPM. :

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG CONDOTEL MATARAM CITY YOGYAKARTA. Oleh : KEVIN IMMANUEL KUSUMA NPM. : PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG CONDOTEL MATARAM CITY YOGYAKARTA Laporan Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta Oleh : KEVIN IMMANUEL

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pemilihan Struktur Desain struktur harus memperhatikan beberapa aspek, diantaranya : Aspek Struktural ( kekuatan dan kekakuan struktur) Aspek ini merupakan aspek yang

Lebih terperinci

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG TRANS NATIONAL CRIME CENTER MABES POLRI JAKARTA. Oleh : LEONARDO TRI PUTRA SIRAIT NPM.

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG TRANS NATIONAL CRIME CENTER MABES POLRI JAKARTA. Oleh : LEONARDO TRI PUTRA SIRAIT NPM. PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG TRANS NATIONAL CRIME CENTER MABES POLRI JAKARTA Laporan Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta Oleh

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KULIAH 4 LANTAI DENGAN SISTEM DAKTAIL TERBATAS

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KULIAH 4 LANTAI DENGAN SISTEM DAKTAIL TERBATAS PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KULIAH 4 LANTAI DENGAN SISTEM DAKTAIL TERBATAS Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil disusun oleh : MUHAMMAD NIM : D

Lebih terperinci

BAB V DESAIN TULANGAN ELEMEN GEDUNG. Berdasarkan hasil analisis struktur dual system didapat nilai gaya geser setiap

BAB V DESAIN TULANGAN ELEMEN GEDUNG. Berdasarkan hasil analisis struktur dual system didapat nilai gaya geser setiap BAB V DESAIN TULANGAN ELEMEN GEDUNG 5.1 Umum Berdasarkan hasil analisis struktur dual system didapat nilai gaya geser setiap tingkat dari analisis gempa dinamik dan analisis gempa statik ekuivalen, Vstatik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Prosedur Penelitian Untuk mengetahui penelitian mengenai pengaruh pengekangan untuk menambah kekuatan dan kekakuan dari sebuah kolom. Perubahan yang akan di lakukan dari

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA STRUKTUR

BAB IV ANALISA STRUKTUR BAB IV ANALISA STRUKTUR 4.1 Data-data Struktur Pada bab ini akan membahas tentang analisa struktur dari struktur bangunan yang direncanakan serta spesifikasi dan material yang digunakan. 1. Bangunan direncanakan

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERHOTELAN DENGAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS (SRPMK) DI KOTA PADANG

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERHOTELAN DENGAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS (SRPMK) DI KOTA PADANG PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERHOTELAN DENGAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS (SRPMK) DI KOTA PADANG PENDAHULUAN Pesatnya perkembangan akan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka akan selalu ada pembangunan.

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah melakukan analisis dan perancangan pada struktur gedung kampus

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah melakukan analisis dan perancangan pada struktur gedung kampus BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Setelah melakukan analisis dan perancangan pada struktur gedung kampus STMIK AMIKOM Yogyakarta, yang disesuaikan dengan Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk

Lebih terperinci

SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR

SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR Sesuai dengan persetujuan dari Ketua Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Kristen Maranatha, melalui surat No. 1266/TA/FTS/UKM/VIII/2011 tanggal 11 Agustus 2011,

Lebih terperinci

BAB V PENULANGAN STRUKTUR

BAB V PENULANGAN STRUKTUR BAB V PENULANGAN STRUKTUR 5.1 Penulangan Pelat Gambar 5.1 : Denah type pelat lantai Ket : S 2 : Jalur Pelat Area yang diarsir : Jalur Kolom Data- data struktur pelat S2 : a. Tebal pelat lantai : 25 cm

Lebih terperinci

PERENCANAAN GEDUNG RESEARCH CENTER-ITS SURABAYA DENGAN METODE PRACETAK

PERENCANAAN GEDUNG RESEARCH CENTER-ITS SURABAYA DENGAN METODE PRACETAK PERENCANAAN GEDUNG RESEARCH CENTER-ITS SURABAYA DENGAN METODE PRACETAK Jurusan Teknik Sipil - Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Penulis Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PEMBAHASAN BAB III METODOLOGI PEMBAHASAN III.1 Data Perencanaan Studi kasus pada penyusunan skripsi ini adalah perancangan Apartement bertingkat 21 lantai dengan bentuk bangunan L ( siku ) dan dibuat dalam tiga variasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. rintangan yang berada lebih rendah. Rintangan ini biasanya jalan lain ( jalan

II. TINJAUAN PUSTAKA. rintangan yang berada lebih rendah. Rintangan ini biasanya jalan lain ( jalan 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Jembatan Jembatan adalah suatu konstruksi untuk meneruskan jalan melalui suatu rintangan yang berada lebih rendah. Rintangan ini biasanya jalan lain ( jalan air / lalu lintas

Lebih terperinci

BAB V PERANCANGAN STRUKTUR. Perhitungan tulangan lentur diambil dari momen 3-3 B15 pada lantai 5. Momen tumpuan positif = 0,5. 266,624 = 133,312 KNm

BAB V PERANCANGAN STRUKTUR. Perhitungan tulangan lentur diambil dari momen 3-3 B15 pada lantai 5. Momen tumpuan positif = 0,5. 266,624 = 133,312 KNm 6 BAB V PERANCANGAN STRUKTUR 5.. Perhitungan Balok Struktur 5... Penulangan lentur Perhitungan tulangan lentur diambil dari momen - B5 pada lantai 5. Momen tumpuan negatif = -66,64 KNm Momen tumpuan positif

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA II - 1 BAB II STUDI PUSTAKA.1. Tinjauan umum Konstruksi suatu struktur bangunan terdiri dari komponen utama yaitu bangunan atas dan bangunan bawah. Bangunan atas terdiri dari Balok, Kolom, Plat Lantai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. itu sendiri adalah beban-beban baik secara langsung maupun tidak langsung yang. yang tak terpisahkan dari gedung.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. itu sendiri adalah beban-beban baik secara langsung maupun tidak langsung yang. yang tak terpisahkan dari gedung. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembebanan Struktur Pada perencanaan bangunan bertingkat tinggi, komponen struktur direncanakan cukup kuat untuk memikul semua beban kerjanya. Pengertian beban itu sendiri adalah

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR

BAB III PEMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR BAB III PEMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR 3.1. Pemodelan Struktur Pada tugas akhir ini, struktur dimodelkan tiga dimensi sebagai portal terbuka dengan penahan gaya lateral (gempa) menggunakan 2 tipe sistem

Lebih terperinci

Gambar 5.1 Struktur Portal Balok dan Kolom

Gambar 5.1 Struktur Portal Balok dan Kolom BAB V ANALISIS PEMBEBANAN Analisis pembebanan pada penelitian ini terdapat beban hidup, beban mati, beban angin dan beban gempa. Gambar 5.1 Struktur Portal Balok dan Kolom 45 46 A. Beban Struktur 1. Pelat

Lebih terperinci

Yogyakarta, Juni Penyusun

Yogyakarta, Juni Penyusun KATA PENGANTAR Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Alhamdulillah, dengan segala kerendahan hati serta puji syukur, kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas segala kasih sayang-nya sehingga

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. Metodologi tersebut dapat dibuat dalam suatu bagan alir sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 3.1.

BAB 3 METODOLOGI. Metodologi tersebut dapat dibuat dalam suatu bagan alir sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 3.1. BAB 3 METODOLOGI 3.1 Umum Dalam penulisan tugas akhir ini, diperlukan suatu metodologi yang baik serta komprehensif untuk pengerjaan tugas akhir ini. Secara umum, metodologi yang kami gunakan dalam penulisan

Lebih terperinci

BAB V DESAIN STRUKTUR ATAS

BAB V DESAIN STRUKTUR ATAS BAB V DESAIN STRUKTUR ATAS 5.1 Desain Penulangan Struktur Balok Dari hasil running analysis pada program ETABS dengan mengacu pada data bab sebelumnya didapat output result analysis. Selanjutnya disajikan

Lebih terperinci

5.2 Dasar Teori Perilaku pondasi dapat dilihat dari mekanisme keruntuhan yang terjadi seperti pada gambar :

5.2 Dasar Teori Perilaku pondasi dapat dilihat dari mekanisme keruntuhan yang terjadi seperti pada gambar : BAB V PONDASI 5.1 Pendahuluan Pondasi yang akan dibahas adalah pondasi dangkal yang merupakan kelanjutan mata kuliah Pondasi dengan pembahasan khusus adalah penulangan dari plat pondasi. Pondasi dangkal

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. Studi kasus pada penyusunan Tugas Akhir ini adalah perancangan gedung

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. Studi kasus pada penyusunan Tugas Akhir ini adalah perancangan gedung BAB III METODOLOGI PERANCANGAN 3.1 Data Perencanaan Studi kasus pada penyusunan Tugas Akhir ini adalah perancangan gedung bertingkat 5 lantai dengan bentuk piramida terbalik terpancung menggunakan struktur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada perencanaan bangunan bertingkat tinggi, komponen struktur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada perencanaan bangunan bertingkat tinggi, komponen struktur BAB II TINJAUAN PUSTAKA.. Pembebanan Struktur Pada perencanaan bangunan bertingkat tinggi, komponen struktur direncanakan cukup kuat untuk memikul semua beban kerjanya. Pengertian beban itu sendiri adalah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. gambar- gambar yang akan menjadi acuan dalam perancangan,. Berikut adalah gambar dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. gambar- gambar yang akan menjadi acuan dalam perancangan,. Berikut adalah gambar dan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Deskripsi Model Struktur Awal tahap pengerjaan yaitu mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam prancangan dengan menentukan spesifikasi bangunan. Maka pada tahap ini

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisa perhitungan dan evaluasi pada Tugas Akhir ini, dapat disimpulkan beberapa hal berikut : 1. Berdasarkan hasil analisa dan evaluasi check

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL.. i. LEMBAR PENGESAHAN ii. KATA PENGANAR.. iii ABSTRAKSI... DAFTAR GAMBAR Latar Belakang... 1

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL.. i. LEMBAR PENGESAHAN ii. KATA PENGANAR.. iii ABSTRAKSI... DAFTAR GAMBAR Latar Belakang... 1 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.. i LEMBAR PENGESAHAN ii KATA PENGANAR.. iii ABSTRAKSI... DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR NOTASI. v vi xii xiii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang...... 1 1.2. Maksud dan

Lebih terperinci

EVALUASI PENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA HUSEIN SASTRANEGARA

EVALUASI PENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA HUSEIN SASTRANEGARA EVALUASI PENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA HUSEIN SASTRANEGARA Raden Griska Savitri Graha Fakultas Teknik Universitas Katolik Parahyangan Jln. Ciumbuleuit 94, Bandung Telp. (022) 545675 griskasavitrigraha@gmail.com

Lebih terperinci

n ,06 mm > 25 mm sehingga tulangan dipasang 1 lapis

n ,06 mm > 25 mm sehingga tulangan dipasang 1 lapis Menghitung As perlu Dari perhitungan didapat nilai ρ = ρ min As = ρ b d perlu As = 0,0033x1700 x1625 perlu Asperlu = 9116, 25mm 2 Menghitung jumlah tulangan yang diperlukan Coba D25 sehingga As perlu 9116,

Lebih terperinci

PERHITUNGAN STRUKTUR STRUKTUR BANGUNAN 2 LANTAI

PERHITUNGAN STRUKTUR STRUKTUR BANGUNAN 2 LANTAI PERHITUNGAN STRUKTUR STRUKTUR BANGUNAN 2 LANTAI A. KRITERIA DESIGN 1. PENDAHULUAN 1.1. Gambaran konstruksi Gedung bangunan ruko yang terdiri dari 2 lantai. Bentuk struktur adalah persegi panjang dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan sistem struktur penahan gempa ganda, sistem pemikul momen dan sistem

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan sistem struktur penahan gempa ganda, sistem pemikul momen dan sistem BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian Dalam penelitian ini akan dilakukan analisis sistem struktur penahan gempa yang menggunakan sistem struktur penahan gempa ganda, sistem pemikul momen dan

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG. Pada perencanaan gedung ini penulis hanya merencanakan gedung bagian atas

BAB IV PERHITUNGAN DAN PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG. Pada perencanaan gedung ini penulis hanya merencanakan gedung bagian atas BAB IV PERHITUNGAN DAN PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG Pada perencanaan gedung ini penulis hanya merencanakan gedung bagian atas bangunan yang direncanakan sebanyak 10 lantai dengan ketinggian gedung 40m.

Lebih terperinci

ANALISA PELAT LANTAI DUA ARAH METODE KOEFISIEN MOMEN TABEL PBI-1971

ANALISA PELAT LANTAI DUA ARAH METODE KOEFISIEN MOMEN TABEL PBI-1971 ANALISA PELAT LANTAI DUA ARAH METODE KOEFISIEN MOMEN TABEL PBI-97 Modul-3 Sistem lantai yang memiliki perbandingan bentang panjang terhadap bentang pendek berkisar antara,0 s.d. 2,0 sering ditemui. Ada

Lebih terperinci

PERHITUNGAN VOIDED SLAB JOMBOR FLY OVER YOGYAKARTA Oleh : Ir. M. Noer Ilham, MT. [C]2008 :MNI-EC

PERHITUNGAN VOIDED SLAB JOMBOR FLY OVER YOGYAKARTA Oleh : Ir. M. Noer Ilham, MT. [C]2008 :MNI-EC A. DATA VOIDED SLAB PERHITUNGAN VOIDED SLAB JOMBOR FLY OVER YOGYAKARTA Oleh : Ir. M. Noer Ilham, MT. [C]2008 :MNI-EC Lebar jalan (jalur lalu-lintas) B 1 = 7.00 m Lebar trotoar B 2 = 0.75 m Lebar total

Lebih terperinci

PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG BERATURAN BERDASARKAN SNI DAN FEMA 450

PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG BERATURAN BERDASARKAN SNI DAN FEMA 450 PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG BERATURAN BERDASARKAN SNI 02-1726-2002 DAN FEMA 450 Eben Tulus NRP: 0221087 Pembimbing: Yosafat Aji Pranata, ST., MT JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. dasar ke permukaan tanah untuk suatu situs, maka situs tersebut harus

BAB III LANDASAN TEORI. dasar ke permukaan tanah untuk suatu situs, maka situs tersebut harus BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Perencanaan Beban Gempa 3.1.1 Klasifikasi Situs Dalam perumusan kriteria desain seismik suatu bangunan di permukaan tanah atau penentuan amplifikasi besaran percepatan gempa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. untuk mencari ketinggian shear wall yang optimal untuk gedung perkantoran 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. untuk mencari ketinggian shear wall yang optimal untuk gedung perkantoran 22 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Umum Metode penelitian ini menggunakan metode analisis perancangan yang difokuskan untuk mencari ketinggian shear wall yang optimal untuk gedung perkantoran 22 lantai.

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SYARIAH TOWER UNIVERSITAS AIRLANGGA MENGGUNAKAN BETON BERTULANG DAN BAJA-BETON KOMPOSIT

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SYARIAH TOWER UNIVERSITAS AIRLANGGA MENGGUNAKAN BETON BERTULANG DAN BAJA-BETON KOMPOSIT PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SYARIAH TOWER UNIVERSITAS AIRLANGGA MENGGUNAKAN BETON BERTULANG DAN BAJA-BETON KOMPOSIT Retno Palupi, I Gusti Putu Raka, Heppy Kristijanto Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN

JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN Diajukan oleh : ABDUL MUIS 09.11.1001.7311.046 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG APARTEMEN SEMBILAN LANTAI DI YOGYAKARTA. Oleh : PRISKA HITA ERTIANA NPM. :

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG APARTEMEN SEMBILAN LANTAI DI YOGYAKARTA. Oleh : PRISKA HITA ERTIANA NPM. : PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG APARTEMEN SEMBILAN LANTAI DI YOGYAKARTA Laporan Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta Oleh : PRISKA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Terbuka Hijau di Jakarta Jakarta adalah ibukota negara republik Indonesia yang memiliki luas sekitar 661,52 km 2 (Anonim, 2011). Semakin banyaknya jumlah penduduk maka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembebanan Struktur bangunan yang aman adalah struktur bangunan yang mampu menahan beban-beban yang bekerja pada bangunan. Dalam suatu perancangan struktur harus memperhitungkan

Lebih terperinci