BAB I PENDAHULUAN. (Kine, 2013). Pernyataan ini dipublikasikan Human Rights Watch setelah laporan
|
|
- Sudomo Setiawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga internasional yang mengawasi penegakan hak asasi manusia di dunia, Human Rights Watch, pada awal 2013 menyebut Indonesia berada pada kondisi gawat darurat yang butuh segera ditangani dalam hal intoleransi beragama (Kine, 2013). Pernyataan ini dipublikasikan Human Rights Watch setelah laporan tentang kebebasan beragama di Indonesia yang dirilis lembaga ini pada Februari 2013 ditolak pemerintah Indonesia. Laporan berjudul Atas Nama Agama ini mengungkap data dan fakta tentang kasus kekerasan terhadap kelompok agama minoritas yang terjadi di Indonesia sepanjang tahun Berdasarkan temuan Human Rights Watch (2013), sepanjang tahun 2012 kasus kekerasan pada kelompok minoritas agama di Indonesia terjadi secara rutin dan cenderung memakan korban. Kekerasan dilakukan baik oleh kelompok masyarakat, organisasi masyarakat, hingga pemerintah Indonesia sendiri. Setara Institute (2013), lembaga independen yang mengawasi kebebasan beragama, mencatat terjadi peningkatan kasus kekerasan atas nama agama di Indonesia dari 216 kasus di tahun 2010 menjadi 244 kasus di tahun Selanjutnya, tercatat ada 214 kasus kekerasan sepanjang sembilan bulan pertama tahun Selain kekerasan pada kelompok agama minoritas, konflik antar kelompok etnis pun berulang kali terjadi di Indonesia. Sebagai contoh, pecahnya konflik etnik di Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah antara etnik Madura dengan Dayak yang menewaskan ratusan orang pada tahun 2001 (Chang, 2011). Selain 1
2 2 itu, reformasi 1998 juga menandai salah satu sejarah kelam Indonesia di mana sekelompok masyarakat melakukan tindakan agresif terhadap etnis Tionghoa. Tercatat ada orang yang menjadi korban serta kerugian material mencapai milyaran rupiah (Tyas, 2011). Kondisi demografis Indonesia yang sangat beragam memang mustahil tidak mengundang konflik. Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki lebih dari pulau besar maupun kecil. Tiap-tiap pulau dihuni oleh kelompok masyarakat yang memiliki budaya dan ciri khasnya sendiri. Masing-masing kelompok masyarakat juga berbicara dalam dialek bahkan bahasa yang berbeda sama sekali dengan bahasa Indonesia. Selain keberagaman suku dan bahasa, terdapat pula keragaman agama, etnis, dan adat kebiasaan yang telah berbeda sejak dulu kala (Hadiluwih, 2008). Arifinsyah (dalam Anto, 2013) juga menyebutkan bahwa di Indonesia dewasa ini terdapat tidak kurang dari 100 suku dengan 726 ragam bahasa suku. Keberagaman budaya, suku, dan agama yang ada di Indonesia dapat menjadi modal sosial dalam membangun bangsa (Suyono, 2005). Akan tetapi, di sisi lain, pluralitas kultural juga menyimpan potensi sebagai pemicu disintegrasi bangsa. Pluralitas kultural seringkali dijadikan alat untuk menyulut konflik suku, agama, ras dan antara golongan (SARA), meskipun sebenarnya faktor faktor penyebab dari pertikaian tersebut lebih pada persoalan-persoalan ketimpangan ekonomi, ketidakadilan sosial dan politik (Suyono, 2005). Salah satu wilayah yang dianggap mampu mengelola keberagaman dan konflik dengan baik di Indonesia adalah kota Medan, Sumatera Utara. Medan bisa
3 3 disebut sebagai miniatur Indonesia karena kondisinya yang sangat multikultur. Delapan suku asli hidup bersama di kota Medan, ditambah dengan beberapa suku pendatang seperti Tionghoa dan India (atau dikenal juga dengan sebutan Tamil). Pola imigrasi berlangsung sangat dinamis di kota Medan karena sejak dulu Medan dikenal sebagai lintas perdagangan sehingga menarik banyak pendatang. Hal ini membuat ruang-ruang di kota Medan hampir mustahil ada yang homogen (Arifinsyah dalam Anto, 2013). Hadiluwih (2008) mengatakan bahwa konflik etnik secara terbuka belum pernah terjadi di Medan, apalagi hingga menggunakan kekerasan. Kelompok etnis dengan komposisi paling besar di Medan adalah Jawa diikuti oleh Batak Toba, Tionghoa, dan Mandailing. Meskipun jumlah populasinya paling banyak, suku Jawa tidak dipandang sebagai ancaman oleh suku-suku asli yang berdiam di kota Medan seperti suku Melayu. Oleh karenanya, suku-suku yang tinggal di Medan dapat hidup berdampingan dengan damai. Akan tetapi, perlu diingat bahwa konflik, menurut Sarapung (2002) merupakan salah satu konsekuensi logis dari kemajemukan SARA, baik yang positif-konstruktif, maupun negatif-destruktif. Konflik merupakan satu kesatuan dengan pluralisme. Tidak ada pluralisme tanpa konflik kecuali bila direkayasa sedemikian rupa sehingga konflik bisa ditutup-tutupi. Konflik merupakan salah satu bentuk dinamika dalam pluralitas. Ketika masyarakat yang berbeda-beda agama atau suku berinteraksi, pada saat itu, kemungkinan terjadinya konflik menjadi sangat terbuka (Qodir, 2002).
4 4 Sayangnya, konflik bagi masyarakat Indonesia umumnya merupakan sesuatu yang tabu, karena selama ini dianggap sebagai hal yang negatif dan perlu dihindari. Keadaan ini sudah menjadi kebiasaan di Indonesia yang tidak mempersiapkan masyarakat untuk terbuka pada konflik yang dikarenakan oleh adanya perbedaan. Masyarakat tidak dididik untuk bisa menghadapi dan mengelola konflik serta menerima pluralitas secara objektif dan terbuka (Sarapung, 2002). Hal ini terbukti dari sikap pemerintah yang terkesan menutup mata pada konflik-konflik yang terjadi di negara ini. Sebagaimana dilaporkan Human Rights Watch, Presiden Indonesia melalui juru bicaranya, Julian Adrian Pasha, mengkritik laporan Human Rights Watch tentang kekerasan atas nama agama yang terjadi di Indonesia karena dianggap memprovokasi dan tidak objektif (Kine, 2013). Terlebih lagi, kasus-kasus kekerasan yang dilakukan pada kelompok minoritas agama di Indonesia tidak dipandang sebagai kasus intoleran melainkan ekspresi perselisihan kelompok semata. Sikap pemimpin bangsa yang tidak mengakui adanya konflik dan karenanya tidak melakukan tindakan apa-apa untuk menangani konflik ini dapat mencoreng reputasi Indonesia sebagai negara yang mampu menyeimbangkan keberagaman dan toleransi (Kine, 2013). Begitu pun di kota Medan. Julukan Medan sebagai kota multikuluralisme barangkali membuat kita menjadi menutup mata pada konflik maupun potensi konflik yang ada di tengah kota Medan. Padahal, keberagaman kota Medan sangat mungkin menyulut adanya perselisihan dalam interaksi antar kelompok.
5 5 Aliansi Sumut Bersatu pada 2011 mengeluarkan laporan berjudul Potret Kehidupan Beragam/Berkeyakinan di Sumatera Utara. Laporan tersebut memuat data kasus-kasus kekerasan yang terjadi sepanjang 2011 di Sumatera Utara, khususnya kota Medan. Tercatat ada 63 kasus kekerasan dengan perincian 24 kasus (38%) adalah tuntutan/seruan diskriminatif dari organisasi masyarakat atau ormas, 13 kasus (21%) terkait kebijakan pemerintah daerah yang diskriminatif, 11 kasus (17%) sweeping, 4 kasus (6%) pernyataan diskriminatif, 3 kasus (5%) penistaan/pelecehan terhadap agama, masing-masing 3 kasus (5%) izin pendirian rumah ibadah dan tindakan yang diskriminatif, serta 2 kasus (2%) permasalahan simbol keagamaan dan penolakan rumah ibadah. Potensi konflik antaretnis pun tidak dapat dipungkiri ada di kota Medan. Stereotype negatif dan prasangka masih melekat pada kelompok etnis tertentu. Kelompok Tamil di Medan masih dijuluki orang Keling dan suka menipu. Kelompok Tamil menghadapi diskriminasi dalam kesempatan kerja dan tidak bisa duduk di parlemen daerah (Kholil, 2011). Begitu pula dengan kelompok Tionghoa. Etnis Tionghoa di kota Medan belum dianggap sebagai suku asli dan ada julukan cina eksklusif dari etnis pribumi terhadap mereka (Achmad, 2011). Sikap dan perilaku mengabaikan adanya konflik maupun potensi konflik di tengah keberagaman Indonesia hanya akan menjadi bom waktu untuk terjadinya perpecahan dan ketidaksetaraan antara kelompok-kelompok yang ada. Pada kondisi ini, yang diperlukan adalah sebuah kompetensi yang mampu menjadikan individu arif dalam menerima keberagaman dan mampu memaknai keberagaman sebagai hal yang memperkaya diri.
6 6 Universal-diverse orientation, selanjutnya akan disebut dengan UDO, yang dikemukakan Miville, Romans, Johnson, dan Lone (1999) dapat menjadi jawaban atas kebutuhan ini. Miville dkk (1999) mendefinisikan UDO sebagai berikut: Universal-diverse orientation is thus defined as an attitude toward all other persons that is inclusive yet differentiating in that similarities and differences are both recognized and accepted; the shared experience of being human results in a sense of connectedness with people and is associated with a plurality or diversity of interactions with others. Definisi ini merefleksikan interrelasi antara komponen kognitif, perilaku dan afektif dari UDO. Lebih jauh, definisi ini dapat dimaknai bahwa individu yang menempatkan dirinya pada suatu lingkungan yang beragam berperilaku demikian karena didorong oleh penghargaan mereka atas persamaan dan perbedaan yang ada antara manusia. Oleh karena itu, individu tersebut akan merasa terhubung dengan individu lainnya secara emosional sehingga meningkatkan penerimaan mereka atas keberagaman. Faktor-faktor ini berdampak pada kemampuan individu untuk berinteraksi secara efektif di dalam kelompok maupun antar kelompok (Strauss & Connerley, 2003). UDO tidak hanya sekedar bicara tentang menghindari prasangka atau konflik pada masyarakat multikultural dengan cara menghargai perbedaan. Sesuai namanya, UDO menyeimbangkan antara nilai universal sekaligus nilai keberagaman yang ada pada manusia. Menurut Miville (2001) kesadaran akan adanya persamaan dan perbedaan di antara manusia dapat membuat individu memiliki ikatan dengan orang lain yang memiliki kesamaan namun juga secara
7 7 bersamaan mampu menerima, mengapresiasi, dan memahami orang lain yang memiliki perbedaan. Sejumlah penelitian membuktikan, UDO bermanfaat dalam mengembangkan kesadaran berbudaya pada seorang individu. Brummet, Wade, Ponterotto, dan Lewis (2007) menemukan bahwa nilai positif pada UDO berkorelasi dengan kesejahteraan psikososial seorang individu. UDO juga menjadi prediktor kepribadian sehat yang dimiliki individu. Meski demikian, kebanyakan riset masih berfokus pada manfaat UDO bagi individu, kelompok, maupun level organisasi sedangkan apa-apa saja faktor prediktor munculnya UDO masih belum terlalu luas diteliti (Miville, 2002). Penelitian ini mencoba untuk mengeksplorasi faktor-faktor apa saja yang dapat menjadi prediktor melemah atau menguatnya UDO pada individu. Melakukan penelitian yang dapat mengungkap tentang UDO di kota Medan diharapkan dapat menghasilkan sebuah temuan yang kaya mengingat kondisi kota Medan yang sangat multikultural. Terlebih lagi, penelitian ini dilakukan pada perguruan tinggi dengan mahasiswa sebagai partisipan yang diharapkan memiliki kompetensi multikultural sebagai kaum terdidik yang nantinya akan terjun ke masyarakat dan membuat perubahan (Hammer, 2011). Perguruan tinggi merupakan salah satu tempat membangun dan mengembangkan karakter mahasiswa. Mahasiswa hendaknya dipersiapkan untuk menjadi agen-agen dengan kompetensi dan karakater yang baik sehingga mampu membuat perubahan positif dalam masyarakat. (Asyanti, 2012). Kompetensi multikulturalisme seperti UDO merupakan salah satu hal yang hendaknya
8 8 diajarkan dan didorong untuk tumbuh dalam diri mahasiswa, terutama dengan beragamnya latar belakang kelompok-kelompok mahasiswa yang belajar di perguruan tinggi. Menemukan variabel apa yang dapat memprediksi UDO pada mahasiswa dan bagaimana meningkatkannya dapat menjadi masukan bagi perguruan tinggi dalam mengembangkan kurikulum pendidikan atau program intervensi untuk meningkatkan kompetensi multikultural mahasiswa. Sejumlah variabel telah diajukan sebagai variabel yang berhubungan dengan UDO. Faktor demografis menjadi isu utama. Ras, etnis, dan gender ditemukan berkorelasi dengan UDO (Singley, 2009). Dalam penelitian Singley (2009) tersebut ditemukan bahwa wanita menunjukkan nilai UDO yang lebih tinggi dibanding responden pria. Selanjutnya, ras berwarna juga memiliki UDO lebih tinggi dibanding ras kulit putih di Amerika Serikat. Mengetahui hanya faktor demografis yang menjadi prediktor UDO pada mahasiswa tentu tak cukup. Tinggi rendahnya kesadaran seorang mahasiswa dalam menyikapi keberagaman yang ada di sekitarnya akan berdampak pada individu, organisasi, dan masyarakat tempat mahasiswa tersebut nantinya akan mengamalkan ilmunya. Tsui dan Gutek (1999) menyebutkan bahwa mahasiswa kurang dipersiapkan untuk menaklukkan tantangan keberagaman demografis di masyarakat. Untuk itu, perlu digali variabel-variabel lain yang dapat menjadi prediktor UDO sehingga dapat diketahui langkah apa yang perlu dilakukan agar mahasiswa memiliki level UDO yang baik. Penelitian ini akan mencoba mengeksplorasi faktor individual dan situasional yang akan mempengaruhi sikap dan perilaku mahasiswa kota Medan
9 9 terhadap keberagaman di kota multikultur ini. Faktor individual yang akan dikaitkan dengan UDO dalam penelitian ini adalah self construal. Selanjutnya, kontak akan menjadi faktor situasional yang berkaitan dengan tinggi rendahnya UDO pada mahasiswa kota Medan. Self construal merupakan orientasi kultural individu yang dibedakan menjadi independent dan interdependent (Markus & Kitayama, 1998; Singelis, 1994; Yeh & Hwang, 2000). Perbedaan self construal pada individu mempengaruhi perkembangan hubungannya dengan orang lain (Cross, 2000). Oleh karena itu, self construal diprediksikan akan menjadi variabel yang menghubungkan antara keragaman budaya dan perilaku (Markus & Kitayama, 1998). Faktor situasional yang diprediksi akan menjadi prediktor UDO adalah kontak. Tinggi rendahnya keterlibatan seorang individu, atau dengan kata lain melakukan kontak, dalam masyarakat dengan anggota kelompok yang beragam akan berdampak pada sikap yang lebih positif terhadap kelompok-kelompok tersebut (Allport, 1954; Amir, 1969). Lebih jauh lagi, Liebkind, Haaramo, dan Jasinskaja-Lahti (2000) menyatakan bahwa cara terbaik untuk mengurangi prasangka negatif antara anggota kelompok yang berbeda adalah dengan membuat mereka saling berinteraksi satu sama lain. Oleh karena itu, diperkirakan tinggi rendahnya kontak mahasiswa dengan kelompok-kelompok yang berbeda di lingkungan perguruan tinggi akan berkaitan dengan tinggi rendahnya level UDO yang ia miliki.
10 10 Perbedaan kontak ini akan dilihat pada dua perguruan tinggi di kota Medan yang memiliki perbedaan dalam hal komposisi kelompok mahasiswa. Selanjutnya, penelitian ini akan mencoba mengeksplorasi faktor individual dan situasional tersebut dan kaitannya dengan level UDO pada mahasiswa kedua perguruan tinggi tersebut. B. Rumusan Masalah Sesuai dengan latar belakang yang dikemukakan maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah self construal dan kontak dapat menjadi prediktor dari universal-diverse orientation? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah mengungkap kontribusi variabel self construal dan kontak sebagai prediktor universal-diverse orientation pada mahasiswa kota Medan. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan bidang ilmu psikologi, yaitu dalam bidang Psikologi Sosial terutama dalam bidang multikulturalisme berupa variabel UDO dan variabel-variabel apa saja yang menjadi prediktornya.
11 11 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam merancang kurikulum pendidikan atau program intervensi sebagai upaya meningkatkan kompetensi multikultural mahasiswa. E. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Bab I : Pendahuluan Bab ini berisi uraian singkat tentang latar belakang permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II : Landasan Teori Bab ini berisi teori-teori kepustakaan yang digunakan sebagai landasan di dalam penelitian ini, diantaranya teori tentang UDO, self construal, dan kontak. Bab ini juga mengemukakan hipotesis penelitian sebagai dugaan sementara terhadap masalah penelitian. Bab III : Metode Penelitian Bab ini menjelaskan mengenai identifikasi variabel, metode pengumpulan data, subjek/partisipan penelitian, desain penelitian, tehnik pengambilan sampel, prosedur penelitian, dan teknik analisa data. Bab IV : Hasil dan Pembahasan Bab ini berisi uraian mengenai hasil utama penelitian serta pembahasan. Bab V : Kesimpulan dan Saran
12 12 Bab ini berisi kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian dan saran peneliti untuk penelitian selanjutnya.
BAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Universal-Diverse Orientation 1. Multikulturalisme Seiring dengan perubahan demografis budaya di masyarakat, rasanya wajar bila mengasumsikan akan ada individu yang mampu beradaptasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan berbagai macam etnis,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan berbagai macam etnis, suku, ras, budaya, bahasa, adat istiadat, agama. Bangsa kita memiliki berbagai etnis bangsa yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan multikultural yang terdiri dari keragaman ataupun
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang dicirikan oleh adanya keragaman budaya. Keragaman tersebut antara lain terlihat dari perbedaan bahasa, etnis dan agama.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Masyarakat majemuk yang hidup bersama dalam satu wilayah terdiri dari berbagai latar belakang budaya yang berbeda tentunya sangat rentan dengan gesekan yang dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahan ajar merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran. Bahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahan ajar merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran. Bahan ajar dijadikan sebagai salah satu sumber informasi materi yang penting bagi guru maupun
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu budaya yang melekat pada diri seseorang karena telah diperkenalkan sejak lahir. Dengan kata lain,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sesamanya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menjalankan kehidupannya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yaitu makhluk yang selalu membutuhkan sesamanya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menjalankan kehidupannya manusia selalu berkomunikasi
Lebih terperinciKONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU
BAB VI KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU Konflik merupakan sebuah fenonema yang tidak dapat dihindari dalam sebuah kehidupan sosial. Konflik memiliki dua dimensi pertama adalah dimensi penyelesaian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Identitas pertama kali diperkenalkan oleh Aristoteles dan dipakai oleh para
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Identitas pertama kali diperkenalkan oleh Aristoteles dan dipakai oleh para Teolog abad pertengahan, para filsuf seperti Locke dan Hume, matematikawan, dan dikembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai suatu negara multikultural merupakan sebuah kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai etnik yang menganut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perasaan cemas dan tidak nyaman ini dapat dirasakan baik oleh kelompok mayoritas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intergroup anxiety adalah perasaan cemas dan tidak nyaman yang mungkin dirasakan seseorang ketika berinteraksi dengan kelompok outgroupnya (Stephan, 2014). Perasaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keyakinan dan kepercayaannya. Hal tersebut ditegaskan dalam UUD 1945
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk Republik dan memiliki wilayah kepulauan yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Oleh karena itu, Indonesia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah bangsa yang besar dan majemuk yang terdiri dari
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah sebuah bangsa yang besar dan majemuk yang terdiri dari berbagai suku bangsa. Kemajukan ini di tandai oleh adanya suku-suku bangsa yang masing-masing
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting bagi pembentukan karakter
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting bagi pembentukan karakter sebuah peradaban dan kemajuan yang mengiringinya. Tanpa pendidikan, sebuah bangsa atau
Lebih terperinciBAB 5 RINGKASAN. Jakarta sebagai ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki beragam etnis
BAB 5 RINGKASAN Jakarta sebagai ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki beragam etnis atau suku bangsa tinggal di dalamnya. Salah satu etnis yang paling menonjol perannya dalam perkembangan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. A. Politik Identitas. Sebagai suatu konsep yang sangat mendasar, apa yang dinamakan identitas
14 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Politik Identitas Sebagai suatu konsep yang sangat mendasar, apa yang dinamakan identitas tentunya menjadi sesuatu yang sering kita dengar. Terlebih lagi, ini merupakan konsep
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebuah pepatah Cina mengatakan, jika anda tidak pernah bertikai dengan orang lain, maka anda tidak akan mengenal satu sama lain. Konflik merupakan suatu hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu bagian penting dalam pembelajaran sejarah di Indonesia adalah mengenalkan tokoh atau pelaku sejarah kepada peserta didik. Tokoh atau pelaku sejarah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajemukan yang ada di Indonesia merupakan suatu kekayaan bangsa.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajemukan yang ada di Indonesia merupakan suatu kekayaan bangsa. Masyarakat Indonesia secara demografis maupun sosiologis merupakan wujud dari bangsa yang
Lebih terperinciDIMANA BUMI DIPIJAK DISITU LANGIT DIJUNJUNG
DIMANA BUMI DIPIJAK DISITU LANGIT DIJUNJUNG Bangsa Indonesia yang merupakan negara kepulauan, memiliki beraneka ragam suku bangsa dan budaya. Masing-masing budaya memiliki adat-istiadat, kebiasaan, nilai-nilai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan Satu Pemerintahan (Depag RI, 1980 :5). agama. Dalam skripsi ini akan membahas tentang kerukunan antar umat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia ditakdirkan menghuni kepulauan Nusantara ini serta terdiri dari berbagai suku dan keturunan, dengan bahasa dan adat istiadat yang beraneka ragam,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pikiran negative yang dapat memicu lahir konflik(meteray, 2012:1).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan bangsa yang multikultural. Bangsa Indonesia memiliki lebih dari 300 suku bangsa besar dan kecil, banyak suku bangsa dengan bahasa dan identitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu diantara sedikit negara di dunia yang
16 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu diantara sedikit negara di dunia yang memiliki karakteristik negara multietnik, yaitu negara yang memiliki beberapa etnis sebagai masyarakatnya,
Lebih terperinci2015 PEMANFAATAN SITUS KESULTANAN DELI DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH LOKAL BERBASIS MULTIKULTURAL
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran sejarah merupakan salah satu sarana strategis dalam pewarisan nilai-nilai luhur bangsa kepada generasi muda yaitu peserta didik, atau dapat dikatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. khas dan beragam yang sering disebut dengan local culture (kebudayaan lokal)
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu negara kesatuan yang menganut paham demokrasi dan memiliki 33 provinsi. Terdapat lebih dari tiga ratus etnik atau suku bangsa di Indonesia,
Lebih terperinciMANUSIA, KERAGAMAN DAN KESETARAAN. by. EVY SOPHIA
MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESETARAAN by. EVY SOPHIA A. Hakikat Keragaman dan Kesetaraan Manusia. B. Kemajemukkan Dalam Dinamika Sosial Budaya. C. Keragaman & Kesetaraan sebagai kekayaan sosial budaya. D.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kanada merupakan salah satu negara multikultur yang memiliki lebih
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kanada merupakan salah satu negara multikultur yang memiliki lebih dari 200 kelompok etnis hidup bersama, dan lebih dari 40 kebudayaan terwakili di dalam media
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. budaya. Pada dasarnya keragaman budaya baik dari segi etnis, agama,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keragaman budaya. Pada dasarnya keragaman budaya baik dari segi etnis, agama, keyakinan, ras, adat, nilai,
Lebih terperinciMULTIKULTURALISME DI INDONESIA MENGHADAPI WARISAN KOLONIAL
Seminar Dies ke-22 Fakultas Sastra Pergulatan Multikulturalisme di Yogyakarta dalam Perspektif Bahasa, Sastra, dan Sejarah MULTIKULTURALISME DI INDONESIA MENGHADAPI WARISAN KOLONIAL oleh Hilmar Farid Universitas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Repubik Indonesia,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai negara yang berdiri di atas empat pilar berbangsa dan bernegara, yaitu Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Repubik Indonesia, dan Bhinneka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. individual maupun kolektif dalam kebudayaannya. etimologis, multikulturalisme dibentuk dari kata multi (banyak), culture (budaya),
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu negara multikultural, dimana terdapat beragam kelompok sosial baik berdasarkan agama, budaya, dan etnis yang tinggal bersama.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia, sesuatu yang sangat unik, yang tidak dimiliki oleh semua
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia yang di bangun di atas keberagaman/kemajemukan etnis, budaya, agama, bahasa, adat istiadat.kemajemukan merupakan kekayaan bangsa Indonesia, sesuatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan meningkatnya ketergantungan ekonomi,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan meningkatnya ketergantungan ekonomi, sensitivitas terhadap perbedaan budaya dan perubahan demografis, memberi implikasi pada semakin pentingnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pendidikan didefinisikan sebagai alat untuk memanusiakan manusia dan juga
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan didefinisikan sebagai alat untuk memanusiakan manusia dan juga sebagai alat mobilitas vertikal ke atas dalam golongan sosial. Konsep mengenai pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki sosiokultural yang beragam dan geografis yang luas. Berikut adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai salah satu Negara multikultural terbesar di dunia, Indonesia memiliki sosiokultural yang beragam dan geografis yang luas. Berikut adalah data Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pandangan hidup bagi suatu kelompok masyarakat (Berry et al,1999). Pandangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang memiliki ciri khas dengan berbagai macam bentuk keberagaman. Keberagaman tersebut terlihat dari adanya perbedaan budaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai sebuah negara yang masyarakatnya majemuk, Indonesia terdiri
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai sebuah negara yang masyarakatnya majemuk, Indonesia terdiri dari berbagai suku, ras, adat-istiadat, golongan, kelompok dan agama, dan strata sosial. Kondisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ras, suku, agama dan yang lainnya. Keberagaman ini merupakan sesuatu yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakannegara multikultural yang memiliki keberagaman ras, suku, agama dan yang lainnya. Keberagaman ini merupakan sesuatu yang dapat dikatakan
Lebih terperincijabatan di struktur Pemko Pematangsiantar? 6. Dan mengapa etnis lainnya seperti Mandailing, Nias dan lain-lain sedikit menduduki
Pedoman Wawancara: 1. Bagaimana penilaian Anda terhadap perkembangan politik di Kota Pematangsiantar? 2. Bagaimana penilaian Anda terhadap kondisi politik di Kota Pematangsiantar ditengah keberagaman etnis
Lebih terperinciARTIKEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKULRAL MELALUI MODUL DI SEKOLAH DASAR SEBAGAI SUPLEMEN PELAJARAN IPS
PENDIDIKAN ARTIKEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKULRAL MELALUI MODUL DI SEKOLAH DASAR SEBAGAI SUPLEMEN PELAJARAN IPS Tim Peneliti: Dr. Farida Hanum Setya Raharja, M.Pd UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA NOVEMBER
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan tersebar di berbagai pulau. Setiap pulau memiliki ciri khas dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan dengan jumlah penduduk yang banyak dan tersebar di berbagai pulau. Setiap pulau memiliki ciri khas dan keanekaragaman masing-masing,
Lebih terperinciparameter nominal Dapat menyebabkan disintegrasi sosial/budaya
KONFLIK ANTAR ETNIS INDONESIA Pluralisme sosial Heterogenitas diferensiasi sosial parameter nominal kesenjangan sosial parameter graduate SARA,Parpol & ormas ekonomi & jabatan Dapat menyebabkan disintegrasi
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Bab ini berisi kesimpulan akhir dari penulisan skripsi ini. Kesimpulan ini
BAB V KESIMPULAN Bab ini berisi kesimpulan akhir dari penulisan skripsi ini. Kesimpulan ini merupakan jawaban terhadap perumusan masalah penelitian yang diajukan. Kesimpulan yang didapatkan, adalah: Pertama,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial. Manusia sebagai makhluk sosial tentunya dituntut untuk mampu berinteraksi dengan individu lain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Toba, Melayu, Jawa, Pak-pak, Angkola, Nias dan Simalungun dan sebagainya. Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumatera Utara adalah salah satu daerah yang didiami oleh masyarakat yang multietnis. Hal ini tampak dari banyaknya suku yang beragam yang ada di provinsi ini misalnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keberagaman etnik yang ada di Indonesia dapat menjadi suatu kesatuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberagaman etnik yang ada di Indonesia dapat menjadi suatu kesatuan apabila ada interaksi sosial yang positif, diantara setiap etnik tersebut dengan syarat kesatuan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mempunyai cara-cara hidup atau kebudayaan ada di dalamnya. Hal
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai sebuah negara yang besar berdiri dalam sebuah kemajemukan komunitas. Beranekaragam suku bangsa, ras, agama, dan budaya yang masingmasing mempunyai
Lebih terperinciKESERASIAN SOSIAL MASYARAKAT MAJEMUK DI KELURAHAN BANDAR SELAMAT KECAMATAN MEDAN TEMBUNG
KESERASIAN SOSIAL MASYARAKAT MAJEMUK DI KELURAHAN BANDAR SELAMAT KECAMATAN MEDAN TEMBUNG DISUSUN OLEH RAHMADSYAH 100901060 DEPARTEMEN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sehingga tidak memicu terjadinya konflik sosial didalam masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara multikultural yang masyarakatnya memiliki beragam suku, agama, ras dan antargolongan (SARA). Keberagaman tersebut dapat memunculkan sikap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam masyarakat majemuk seperti di Indonesia dimana perbedaan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam masyarakat majemuk seperti di Indonesia dimana perbedaan sukubangsa saling berdekatan dengan perbedaan ras, maka ciri-ciri ras yang sebenarnya adalah ciri-ciri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang majemuk secara etnik, agama, ras dan golongan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang majemuk secara etnik, agama, ras dan golongan. Hidup berdampingan secara damai antara warga negara yang beragam tersebut penting bagi
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi yang berjudul Peristiwa Mangkok Merah (Konflik Dayak Dengan Etnis Tionghoa Di Kalimantan Barat Pada Tahun 1967), berisi mengenai simpulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebudayaan. Keanekaragaman ini merupakan warisan kekayaan bangsa yang tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang terdiri dari beranekaragam etnis, agama, dan kebudayaan. Keanekaragaman ini merupakan warisan kekayaan bangsa yang tidak ternilai
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. dari kultur menurut Elizabeth Taylor dan L.H. Morgan (Ainul Yaqin, 2005:
BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Mengenai Multikulturalisme Istilah multikulturalisme berasal dari asal kata kultur. Adapun definisi dari kultur menurut Elizabeth Taylor dan L.H. Morgan (Ainul Yaqin, 2005:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara etimologi berarti keberagaman budaya. Bangsa Indonesia sebagai
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara yang multikultural, multikulturalisme berasal dari dua kata; multi (banyak/beragam) dan kultural (budaya atau kebudayaan), yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dilihat dari perspektif filsafat ilmu, paradigma Pendidikan Bahasa Indonesia berakar pada pendidikan nasional yang mengedepankan nilai-nilai persatuan bangsa.
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Hubungan Nilai..., Dian Rahmi Iskandar, F.PSI UI, 2008
1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama yang ditemui setiap individu yang lahir ke dunia ini. Keluarga sebagai bagian dari suatu kelompok sosial mentransformasikan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. sudah disusun secara matang dan terperinci. (http://elkawaqi.blogspot.com/2012/12/pengertian-implementasi-menurut-para.html).
9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka A.1 Konsep Penerapan Penerapan adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci. (http://elkawaqi.blogspot.com/2012/12/pengertian-implementasi-menurut-para.html).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada sekitar 1.340 suku bangsa di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah merupakan salah satu negara multikultural terbesar di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah merupakan salah satu negara multikultural terbesar di dunia, kebenaran dari pernyataan ini dapat dilihat dari kondisi sosio kultural maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia saat ini telah dijumpai beberapa warga etnis seperti Arab, India, Melayu apalagi warga etnis Tionghoa, mereka sebagian besar telah menjadi warga Indonesia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat merupakan salah satu negara yang penduduknya memiliki
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Amerika Serikat merupakan salah satu negara yang penduduknya memiliki tingkat heterogenitas yang tinggi. Hal ini bisa dibuktikan dengan hidup dan berkembangnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki perbedaan. Tak ada dua individu yang memiliki kesamaan secara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu yang ada dan diciptakan di muka bumi ini selalu memiliki perbedaan. Tak ada dua individu yang memiliki kesamaan secara utuh, bahkan meskipun
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN. dan berkembang di Kota Singkawang merupakan suatu fakta sosiologis yang tak
302 BAB VII KESIMPULAN 7.1. Kesimpulan Kemajemukan (pluralitas) etnis, bahasa, budaya dan agama yang tumbuh dan berkembang di Kota Singkawang merupakan suatu fakta sosiologis yang tak terbantahkan dalam
Lebih terperinciMENJAGA INDONESIA YANG PLURAL DAN MULTIKULTURAL
SEMINAR NASIONAL Merawat Toleransi, Demokrasi dan Pluralitas Keberagaman (Mencari Masukan Gagasan untuk Pengembangan Kapasitas Peran FKUB) Royal Ambarrukmo Yogyakarta, 12 September 2017 MAKALAH MENJAGA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika secara de facto mencerminkan multi budaya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semboyan Bhinneka Tunggal Ika secara de facto mencerminkan multi budaya bangsa dalam naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Wilayah negara yang terbentang luas
Lebih terperinciBAB 9 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK
BAB 9 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK A. KONDISI UMUM Dalam rangka mewujudkan persamaan di depan hukum, penghapusan praktik diskriminasi terus menerus dilakukan, namun tindakan pembedaan
Lebih terperinciBAB I (Times New Roman 16, Bold) PENDAHULUAN
BAB I (Times New Roman 16, Bold) PENDAHULUAN a. Latar Belakang (Times New Roman 14) Menguraikan tentang alasan dan motivasi dari penulis terhadap topik permasalahan yang diteliti / dikaji. Indonesia memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kemajemukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kemajemukan penduduk yang berdasarkan suku bangsa, budaya, ras dan agama. Kemajemukan yang ada pada bangsa Indonesia
Lebih terperinciBAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK
BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK Di dalam UUD 1945 Bab XA tentang Hak Asasi Manusia, pada dasarnya telah dicantumkan hak-hak yang dimiliki oleh setiap orang atau warga negara. Pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut sebenarnya dapat menjadi modal yang kuat apabila diolah dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk terdiri dari berbagai suku, ras, adat istiadat, bahasa, budaya, agama, dan kepercayaan. Fenomena tersebut sebenarnya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tahap penting dalam kehidupan manusia. Selain merubah status seseorang dalam masyarakat, pernikahan juga merupakan hal yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumatera Timur adalah wilayah yang ada di Pulau Sumatera. Kawasan ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumatera Timur adalah wilayah yang ada di Pulau Sumatera. Kawasan ini didiami oleh beberapa kelompok etnis yaitu Etnis Melayu, Batak Karo dan Batak Simalungun.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fety Novianty, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN Pada Bab ini peneliti akan menyajikan hal yang terkait dengan latar belakang masalah yang ada di lapangan yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian, kemudian dilanjutkan
Lebih terperinciPLURALISME-MULTIKULTURALISME DI INDONESIA
PLURALISME-MULTIKULTURALISME DI INDONESIA Diah Uswatun Nurhayati Pluralisme sering diartikan sebagai paham yang mentoleransi adanya ragam pemikiran, suku, ras, agama, kebudayaan ataupun peradaban. Pemicu
Lebih terperinciKEGIATAN BELAJAR 1 KARAKTERISTIK UMUM PESERTA DIDIK CAPAIAN PEMBELAJARAN
KEGIATAN BELAJAR 1 KARAKTERISTIK UMUM PESERTA DIDIK CAPAIAN PEMBELAJARAN Setelah membaca kegitan belajar ini ibu-bapak dapat menguasai secara mendalam karakteristik umum peserta didik dan mengaplikasikan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP A. Kesimpulan
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Proses analisis tanda dalam film telah dilakukan untuk mengetahui representasi multikulturalisme dalam film Cheng Cheng Po. Berdasarkan hasil temuan data yang diperoleh, film
Lebih terperinci2008, No e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d perlu membentuk Undang-Undang tenta
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.170, 2008 DISKRIMINASI.Ras dan Etnis. Penghapusan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4919) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciKEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERDAMAIAN DAN PENANGANAN KONFLIK 1
KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERDAMAIAN DAN PENANGANAN KONFLIK 1 Oleh Herry Darwanto 2 I. PERMASALAHAN Sebagai negara yang masyarakatnya heterogen, potensi konflik di Indonesia cenderung akan tetap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang multietnis dan multikultur. Sampai saat
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara yang multietnis dan multikultur. Sampai saat ini tercatat ada lebih dari 500 etnis yang menggunakan lebih dari 250 bahasa (Suryadinata,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang begitu unik. Keunikan negara ini tercermin pada setiap dimensi kehidupan masyarakatnya. Negara kepulauan yang terbentang dari
Lebih terperinciSELF CONSTRUAL DAN KONTAK SEBAGAI PREDIKTOR UNIVERSAL-DIVERSE ORIENTATION (STUDI PADA PERGURUAN TINGGI DI KOTA MEDAN) SKRIPSI MOYANG KASIH DEWIMERDEKA
SELF CONSTRUAL DAN KONTAK SEBAGAI PREDIKTOR UNIVERSAL-DIVERSE ORIENTATION (STUDI PADA PERGURUAN TINGGI DI KOTA MEDAN) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi Oleh MOYANG KASIH
Lebih terperinciANALISA PENYEBAB TERJADINYA KONFLIK HORIZONTAL DI KALIMANTAN BARAT. Alwan Hadiyanto Dosen Tetap Program Studi Ilmu Hukum UNRIKA
ANALISA PENYEBAB TERJADINYA KONFLIK HORIZONTAL DI KALIMANTAN BARAT Alwan Hadiyanto Dosen Tetap Program Studi Ilmu Hukum UNRIKA Sesuai dengan Undang-undang Dasar 1945, tujuan bangsa Indonesia adalah menciptakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang multi kultural dan multi etnis. Keberadaan etnis Cina di Indonesia diperkirakan sudah ada sejak abad ke-5. Secara umum etnis Cina
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. dan Eksploitasi Wanita dalam Novel The Lost Arabian Women karya Qanta A.
BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Penelitian yang Relevan Sebelumnya Kajian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang telah dilakukan oleh Nikmawati yang berjudul Perlawanan Tokoh Terhadap Diskriminasi
Lebih terperinciOleh Oom S. Homdijah SPs. UPI Bandung
Oleh Oom S. Homdijah SPs. UPI Bandung Pemimpin kelompok memiliki varitas pilihan untuk membuka sesi dalam kelompok yang bertemu secara reguler atau setiap minggu. 1. Partisipan dapat diminta menyatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, bahasa maupun sikap dan perasaan (Kamanto Sunarto, 2000:149).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial karena di dalam kehidupannya tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh manusia lain. Pada diri manusia juga terdapat
Lebih terperinciD. Dinamika Kependudukan Indonesia
D. Dinamika Kependudukan Indonesia Indonesia adalah negara kepulauan dengan potensi sumber daya manusia yang sangat besar. Jumlah penduduk yang tinggal di Indonesia mencapai 256 juta jiwa (Worl Population
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan bermasyarakat dan bemegara serta dalam menjalankan
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kerukunan umat beragama merupakan dambaan setiap umat, manusia. Sebagian besar umat beragama di dunia, ingin hidup rukun, damai dan tenteram dalam menjalankan
Lebih terperinciARTIKEL ILMIAH POPULER STUDY EXCURSIE
ARTIKEL ILMIAH POPULER STUDY EXCURSIE MUTHMAINNAH 131211132004 FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA hmadib2011@gmail.com1 a. Judul Toleransi yang tak akan pernah pupus antar umat beragama di dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaan merupakan cabang ilmu. cita cita bangsa. Salah satu pelajaran penting yang terkandung dalam
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaan merupakan cabang ilmu pendidikan yang menuntun masyarakat Indonesia untuk mampu mewujudkan cita cita bangsa. Salah satu pelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk pelaksanaan dan pembangunan serta bertujuan untuk meningkatkan. disamping pemerintah menggunakan potensi hasil kekayaan alam.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah Indonesia, sampai saat ini, untuk menjalankan kegiatan pemerintahannya masih memerlukan dana yang tidak sedikit. Pemerintah harus berupaya untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan nasional dari negara Indonesia yang tercantum dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan nasional dari negara Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) tahun 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh daya saing dan keterampilan (meritokration). Pria dan wanita sama-sama
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi yang penuh dengan persaingan, peran seseorang tidak lagi banyak mengacu kepada norma-norma kebiasaan yang lebih banyak mempertimbangkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PRASANGKA 1. Definisi Prasangka Prasangka merupakan sedikit dari banyaknya masalah yang harus dihadapi manusia. Ketika sekelompok orang berseteru, memicu berbagai tindakan agresif,
Lebih terperinciPENDIDIKAN AGAMA BERWAWASAN MULTIKULTURAL
PENDIDIKAN AGAMA BERWAWASAN MULTIKULTURAL https://books.google.co.id/books?id=eputmtnts6gc&pg=pa107&lpg=pa107&dq=pendidikan+agama+berwa wasan+multikultural&source=bl&ots=d-glkxskg&sig=7zgc93a_bttqjg5ofdljodxttb8&hl=en&sa=x&redir_esc=y#v=onepage&q=pendidikan%20agama%
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kekayaan yang sampai saat ini merupakan hal yang berpengaruh besar pada sikap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan hasil cipta manusia dan juga merupakan suatu kekayaan yang sampai saat ini merupakan hal yang berpengaruh besar pada sikap dan sifat manusia.
Lebih terperinciMuhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI
Muhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI Rusuh Ambon 11 September lalu merupakan salah satu bukti gagalnya sistem sekuler kapitalisme melindungi umat Islam dan melakukan integrasi sosial. Lantas bila khilafah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia merupakan kondisi yang kaya akan suku bangsa atau sering
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan kondisi yang kaya akan suku bangsa atau sering disebut multikultural, negara Indonesia dibangun dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika. Semboyan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seberapa besar perkembangan pendidikannya (Sanjaya, 2005). Menurut UU RI No
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan merupakan suatu proses yang sangat menentukan untuk perkembangan individu di masyarakat. Kemajuan pada individu bisa dilihat dari seberapa besar perkembangan
Lebih terperinci