Petunjuk Teknis Pemanfaatan Lahan Pekarangan di Provinsi Bengkulu

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Petunjuk Teknis Pemanfaatan Lahan Pekarangan di Provinsi Bengkulu"

Transkripsi

1 KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Luas lahan pekarangan secara nasional sekitar 10,3 juta ha atau 14 % dari keseluruhan luas lahan pertanian dan merupakan salah satu sumber potensial penyedia bahan pangan yang bernilai gizi dan memiliki nilai ekonomi tinggi. Lahan pekarangan tersebut sebagian besar masih belum dimanfaatkan sebagai areal pertanaman aneka komoditas pertanian, khususnya komoditas pangan. Di Provinsi Bengkulu, lahan pekarangan cukup luas namun pemanfaatannya relatif masih terbatas. Dengan demikian, pengembangan berbagai inovasi yang terkait dengan lahan pekarangan belum banyak berkembang sebagaimana yang diharapkan. Pemanfaatan lahan pekarangan untuk tanaman obat-obatan, tanaman pangan, tanaman hortikultura, ternak, ikan dan lainnya, selain dapat memenuhi kebutuhan keluarga sendiri, juga berpeluang memperbanyak sumber penghasilan rumah tangga, apabila dirancang dan direncanakan dengan baik. Penerbitan Petunjuk Teknis Pemanfaatan Lahan Pekarangan ini diharapkan akan menghela berkembangnya inovasi baru serta pemikiran bagi pemanfaatan lahan pekarangan di. Semoga buku ini dapat menjadi pedoman teknis yang bermanfaat bagi berbagai kalangan yang peduli pada optimalisasi pemanfaatan pekarangan. Wassalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Bengkulu, Mei 2012 Kepala, Dr. Dedi Sugandi, MP 1

2 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Sasaran... 2 II. KONSEP DAN BATASAN... 3 III. TAHAPAN PELAKSANAAN... 5 IV. DISAIN PEKARANGAN... 7 V. KEBUN BIBIT DESA (KBD) VI. MENYIAPKAN MEDIA TANAM VII. TEKNOLOGI PEMBUATAN KOMPOS DAN MIKRO ORGANISME LOKAL (MOL) VIII. TEKNIS BUDIDAYA Teknologi Budidaya Tanaman Sayuran Secara Vertikultur Budidaya Sayuran Dataran Rendah Budidaya Tanaman Pangan Budidaya Ikan Lele IX. PENUTUP LAMPIRAN

3 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan pekarangan memiliki fungsi multi guna, karena dari lahan yang relatif sempit ini, bisa menghasilkan bahan pangan seperti umbi-umbian, sayuran, buah-buahan; bahan tanaman rempah dan obat, bahan kerajinan tangan; serta bahan pangan hewani yang berasal dari unggas, ternak kecil maupun ikan. Pemanfaatan lahan pekarangan untuk pengembangan pangan rumah tangga merupakan salah satu alternatif untuk mewujudkan kemandirian pangan rumah tangga. Berbagai jenis tanaman pangan seperti padi-padian, umbi-umbian, kacang-kacangan, sayur, buah, dan pangan dari hewani banyak kita jumpai. Demikian pula berbagai jenis tanaman rempah dan obat-obatan dapat tumbuh dan berkembang dengan mudah di wilayah kita ini. Namun demikian realisasi konsumsi masyarakat masih dibawah anjuran pemenuhan gizi. Oleh karena itu salah satu upaya untuk meningkatkan ketahanan pangan keluarga dan gizi masyarakat harus diawali dari pemanfaatkan sumberdaya yang tersedia maupun yang dapat disediakan di lingkungannya. Upaya tersebut ialah memanfaatkan pekarangan yang dikelola oleh keluarga. memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah. Ketersediaan jenis pangan dan rempah yang beraneka ragam, berbagai jenis tanaman pangan seperti padi-padian, umbi-umbian, kacang-kacangan, sayur, buah, dan pangan dari hewani banyak kita jumpai. Demikian pula berbagai jenis tanaman rempah dan obat-obatan dapat tumbuh dan berkembang dengan mudah di wilayah kita ini. Namun demikian realisasi konsumsi masyarakat masih dibawah anjuran pemenuhan gizi. Oleh karena itu salah satu upaya untuk meningkatkan ketahanan pangan keluarga dan gizi masyarakat harus diawali dari pemanfaatkan sumberdaya yang tersedia maupun yang dapat disediakan di lingkungannya. Upaya tersebut ialah memanfaatkan pekarangan yang dikelola oleh keluarga. Berdasarkan pengamatan, perhatian petani terhadap pemanfaatan lahan pekarangan relatif masih terbatas, sehingga pengembangan berbagai inovasi yang terkait dengan lahan pekarangan belum banyak berkembang sebagaimana yang diharapkan. Kementerian Pertanian melihat potensi lahan pekarangan ini sebagai salah satu pilar yang dapat diupayakan untuk mewujudkan 3

4 kesejahteraan keluarga, baik bagi rumah tangga di perdesaan maupun di perkotaan. Manfaat yang akan diperoleh dari pengelolaan pekarangan antara lain dapat: memenuhi kebutuhan konsumsi dan gizi keluarga, menghemat pengeluaran, dan juga dapat memberikan tambahan pendapatan bagi keluarga. Potensi lahan pekarangan sebagai salah satu pilar yang dapat diupayakan untuk mewujudkan kesejahteraan keluarga, baik bagi rumah tangga di perdesaan maupun di perkotaan Tujuan Tujuan pemanfaatan Lahan Pekarangan antara lain: 1. Meningkatkan keterampilan keluarga dan masyarakat dalam pemanfaatan lahan pekarangan di perkotaan maupun pedesaan untuk budidaya tanaman pangan, buah, sayuran dan tanaman obat keluarga (toga), pemeliharaan ternak dan ikan, pengolahan hasil serta pengolahan limbah rumah tangga menjadi kompos. 2. Memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan masyarakat secara lestari 3. Menambah keindahan dan kesehatan lingkungan, serta mempertahankan sumberdaya genetik lokal yang tersedia di setiap daerah. 4. Mengembangkan kegiatan ekonomi produktif keluarga dan menciptakan lingkungan hijau yang bersih dan sehat secara mandiri Sasaran Sasaran yang ingin dicapai dari Pemanfaatan Lahan Pekarangan ini adalah berkembangnya kemampuan keluarga dan masyarakat secara ekonomi dan sosial, dalam memenuhi kebutuhan pangan dan gizi, menuju keluarga dan masyarakat yang mandiri dan sejahtera. 4

5 II. KONSEP DAN BATASAN 1. Lahan Pekarangan: Adalah lahan kering yang berada di sekitar rumah yang dibatasi dengan pagar/batas. 2. Bahan Pangan: Biasanya berasal dari tumbuhan dan hewan yang mengandung beberapa unsur atau senyawa seperti air, karbohidrat, protein, lemak, vitamin, enzim, pigmen, dan lain-lain. 3. Penataan Pekarangan: Ditujukan untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya melalui pengelolaan lahan pekarangan secara intensif dengan tata letak sesuai dengan pemilihan komoditas. 4. Rumah Pangan Lestari: Rumah yang memanfaatkan pekarangan secara intensif melalui pengelolaan sumberdaya alam lokal secara bijaksana, yang menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas, nilai dan keanekaragamannya. 5. Pengelompokan Lahan Pekarangan: Dibedakan atas pekarangan perkotaan dan perdesaan, masingmasing memiliki spesifikasi baik untuk menetapkan komoditas yang akan ditanam, besarnya skala usaha pekarangan, maupun cara menata tanaman, ternak, dan ikan. a. Pekarangan Perkotaan: Pekarangan perkotaan dapat dikelompokkan menjadi 2 strata, yaitu: (1) Perumahan tanpa halaman sampai dengan luas lahan 100 m 2 ; (2) Perumahan dengan luas lahan m 2. b. Pekarangan Perdesaan: Pekarangan perdesaan dikelompkkan menjadi 2 strata, yaitu (1) sempit sampai luas: m 2 ; (2) pekarangan luas (>400 m 2 ). 5

6 6. Pemilihan komoditas: Ditentukan dengan mempertimbangkan pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga serta kemungkinan pengembangannya secara komersial berbasis kawasan. Komoditas untuk pekarangan antara lain: sayuran, tanaman rempah dan obat, serta buah (pepaya, belimbing, jambu biji, Jeruk Kalamansi, mangga bengkulu). Pada pekarangan yang lebih luas dapat ditambahkan kolam ikan dan ternak ayam, itik, kambing. 6

7 III TAHAPAN PELAKSANAAN 3.1. Persiapan a) pengumpulan informasi awal tentang potensi sumberdaya dan kelompok sasaran. b) pertemuan dengan SKPD terkait untuk menentukan kesepakatan dalam penentuan calon kelompok sasaran dan lokasi. c) memilih pendamping yang menguasai teknik pemberdayaan masyarakat sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan Pembentukan Kelompok Kelompok sasaran adalah rumahtangga atau kelompok rumah tangga, dan fasilitas umum dalam satu Rukun Tetangga, Rukun Warga atau satu dusun/kampung. Kelompok dibentuk dari, oleh, dan untuk kepentingan para anggota kelompok itu sendiri Sosialisasi Menyampaikan maksud dan tujuan kegiatan dan membuat kesepakatan awal untuk rencana tindak lanjut yang akan dilakukan. Kegiatan sosialisasi dilakukan terhadap kelompok sasaran dan pemuka masyarakat serta petugas pelaksana instansi terkait Perencanaan Kegiatan a) Diawali dengan pelaksanaan PRA untuk mengetahui kondisi awal, potensi, dan kendala, serta menyusun disain pekarangan. b) Melakukan perencanaan/rancang bangun pemanfaatan lahan pekarangan dengan menanam berbagai tanaman pangan, sayuran dan obat keluarga, ikan dan ternak, serta pengelolaan limbah rumah tangga. c) Menyusun rencana kerja untuk satu tahun. Kegiatan tersebut dilakukan bersama-sama dengan kelompok dan dinas instansi terkait Pelatihan Pelatihan dilakukan sebelum pelaksanaan di lapang. Jenis pelatihan yang dilakukan diantaranya: penyiapan media tanam, teknik budidaya tanaman pangan, buah dan sayuran, toga, teknik budidaya ikan dan 7

8 ternak, pengolahan hasil dan pemasaran serta teknologi pengelolaan limbah rumah tangga menjadi kompos Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan dilakukan oleh Tim terpadu yang dikoordinir oleh Badan Ketahanan Pangan Provinsi, dengan pengawalan teknologi oleh peneliti/penyuluh BPTP serta pendampingan oleh Penyuluh lapangan. Kegiatan bersifat lapangan (demplot beberapa titik, penanaman sayuran/ternak/ikan kepada seluruh anggota, pengelolaan Kebun Bibit Desa) Monitoring dan Evaluasi Dilaksanakan untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan kegiatan, dan menilai kesesuaian kegiatan yang telah dilaksanakan dengan perencanaan. Evaluasi pengeluaran konsumsi rumah tangga dan tambahan pendapatan keluarga. 8

9 IV. DISAIN PEKARANGAN Model Perkotaan: Strata I (Luas < 100 m 2 ) 1. Untuk rumah tanpa halaman dapat ditanam sayuran vertikultur tingkat 4 (bahan dari paralon atau bambu betung). Tanaman yang dapat ditanaman adalah jenis sayuran seperti kangkung, bayam, sawi, daun bawang, kemangi; tanaman obat yang dapat diusahakan antara lain: kencur, jahe, kunyit. 2. Rumah dengan halaman sempit dapat ditanam tanaman sayuran vertikultur, tanaman dalam polybag seperti: cabe, terung, tomat, dan bunga kol. 3. Rumah yang halaman pekarangan agak luas (< 100 m 2 ) dapat diusahakan tanaman dalam polybag maupun bertanam di bedengan misalnya: cabe, terung, tomat, bunga kool, kunyit, kemangi, lengkuas, dan jahe. Model Perkotaan: Strata II (luas pekarangan m 2 ) 1. Tanaman sayuran dalam polybag: tomat, terung, daun bawang diletakkan di depan teras rumah menggunakan para-para. 2. Halaman dengan sinar penuh dapat ditanami sayuran, buah-buahan dan obat. Sayuran yang ditanam dianjurkan dalam bedengan ukuran 1-2 m x 4-8m tergantung ketersediaan lahan, jenis sayuran seperti: kangkung, cabai, tomat, kool bunga, terung, atau kacang panjang halaman dengan sinar kurang penuh (teduh): bayam, sawi, slada, kunyit, kunyit putih, jahe, kencur, lengkuas. 3. Pada halaman yang luas dapat diusahakan tanaman buah seperti: pisang, pepaya, jeruk kalamansi, mangga Bengkulu. Selain tanaman sayur dan buah juga dapat diusahakan ternak ayam buras, dan kolam ikan (lele, nila). 9

10 Gambar Disain Pekarangan Model Perkotaan Strata 1: Strata II: 10

11 Model Perdesaan: Strata I (luas pekarangan < 400 m 2 ) 1. Pada halaman yang sempit sampai cukup luas dianjurkan menanam dalam polybag dan bedengan. Tanaman sayuran dalam polybag: tomat, terung, daun bawang, sawi diletakkan di halaman depan rumah menggunakan para-para. Tanaman sayuran dan obat dalam bedengan dengan sinar penuh: kangkung, tomat, cabai, terung, atau kacang panjang; halaman dengan sinar kurang penuh (teduh) bayam, sawi, selada,seledri, kunyit, kunyit putih, jahe, kencur, lengkuas. Tanaman buah ditanam di halaman samping atau belakang, jenisnya: pisang, mangga, pepaya, jeruk kalamansi. 2. Ternak ayam kampung. 3. Kolam ikan: (lele, nila). Model Perdesaan: Strata II (luas pekarangan > 400 m 2 ) 1. Tanaman sayuran dalam polybag: tomat, terung, daun bawang, sawi diletakkan di depan teras rumah menggunakan para-para. Tanaman sayuran dan obat dalam bedengan dengan sinar penuh: kangkung, tomat, cabai, terung, atau kacang panjang; halaman dengan sinar kurang penuh (teduh) bayam, sawi, selada,seledri, kunyit, kunyit putih, cahe, kencur, lengkuas. Tanaman buah ditanam di halaman samping atau belakang, jenisnya: pisang, mangga, pepaya, jeruk kalamansi. 2. Tanaman pangan lainnya seperti ubi kayu, ubi jalar, ganyong, garut, talas. 3. Ternak ayam kampung Kolam ikan: (lele, nila). 4. Ternak Kambing kacang. 11

12 Gambar Disain Pekarangan Model Perdesaan Strata 1: Strata II: 12

13 V. KEBUN BIBIT DESA (KBD) Kebun Bibit Desa (KBD) merupakan kebun bibit yang dibuat di setiap Desa untuk menyiapkan bibit tanaman yang dibutuhkan anggota. Tujuan KBD adalah untuk menyiapkan bibit yang kontinyu, dan varietas terjamin sehingga dapat mempertahankan kelestarian kawasan. KBD untuk sayuran terdiri dari: (1) rumah bibit dengan ukuran 3-4 m X 5 m, tinggi 3 m, atap terbuat dari plastik bening tebal, dan (2) rak bibit berupa para-para bertingkat. KBD dapat memperoleh benih/bibit dari Kebun Bibit Inti (KBI) berupa varietas unggul dari Badan Litbang, maupun swasta yang berada di BPTP. Rumah Bibit pada Kebun Bibit Inti (KBI) di BPTP Bengkulu 13

14 VI. MENYIAPKAN MEDIA TANAM Media tanam adalah tempat tumbuhnya tanaman untuk menunjang perakaran. Dari media tanam inilah tanaman menyerap makanan berupa unsur hara melalui akarnya. Media tanam yang digunakan adalah campuran antara tanah, pupuk kandang atau kompos, dan sekam dengan perbandingan 1:1:1 (ukuran karung, atau gerobag dorong, bukan kilogram). Setelah semua bahan terkumpul, dilakukan pencampuran hingga merata. Tanah dengan sifat koloidnya memiliki kemampuan untuk mengikat unsur hara, dan melalui air unsur hara dapat diserap oleh akar tanaman dengan prinsip pertukaran kation. Sekam berfungsi untuk menampung air di dalam tanah sedangkan kompos menjamin tersedianya bahan penting yang akan diuraikan menjadi unsur hara yang diperlukan tanaman. Campuran media tanam kemudian dimasukkan ke dalam media tanam seperti polybag, bambu vertikultur hingga penuh. Media tanam di dalam bambu diusahakan agar tidak terlalu padat supaya air mudah mengalir, juga supaya akar tanaman tidak kesulitan bernafas, dan tidak terlalu renggang agar ada keleluasaan dalam mempertahankan air dan menjaga kelembaban. Contoh media tanaman 14

15 Media tanam dalam bedengan, dan polybag 15

16 VII. TEKNOLOGI PEMBUATAN KOMPOS DAN MIKRO ORGANISME LOKAL (MOL) Kompos adalah pupuk yang dihasilkan dari bahan organik melalui proses pembusukan. Pembuatannya dilakukan pada suatu tempat yang terlindung dari matahari dan hujan. Salah satu aktivator atau dekomposer yang sering digunakan adalah Stardec, Trico-G atau Starbio. Aktivator Stardec berisi beberapa mikroba yang berperan dalam penguraian atau dekomposisi limbah organik hingga dapat menjadi kompos. Mikroba tersebut lignolitik, selulolitik, proteolitik, lipolitik, aminolitik dan mikroba fiksasi nitrogen non-simbiotik. Alat dan Bahan yang diperlukan dalam pembuatan 1 ton kompos Bahan yang dibutuhkan: 1 ton bahan organik (pupuk kandang/limbah kotoran sapi) 2,5 kg Aktivator (Trico G/stardec) 100 kg serbuk gergaji (dapat diganti dengan dedak atau bahan halus lainnya) 100 kg abu Sekam 20 kg kalsit atau dolomit. Alat-alat yang digunakan: Sekop Cangkul Gerobak sorong/ arco Tempat pembuatan/gudang Cara pengolahan aplikasi pupuk mikroba stardec: 1. Siapkan media pengolahan kompos pada tempat terlindung atau tidak kena matahari langsung, bisa dibawah atap pondok atau dibawah pohon dengan alas atau lantai dibuat agak tinggi untuk menghindari genangan air. Pengolahan kompos juga bisa menggunakan media berbentuk lobang dengan ukuran dalam 1 m, lebar 2 m s/d 3 m dan panjangnya tergantung lokasi dan kebutuhan. Sebaiknya dibuat bangunan khusus untuk pengolahan secara berkesinambungan. 16

17 2. Campurkan bahan organik (pupuk kandang atau limbah pertanian lain) dengan serbuk gergaji, abu dan kalsit kemudian diaduk merata. 3. Buat lapisan setinggi 60 cm taburkan Stardec secara merata pada bahan dasar kompos, kemudian dilapisi lagi setinggi 60 cm dan taburkan Stardec kembali secara merata. Demikian seterusnya dilakukan sesuai dengan kapasitas bahan yang diproses. 4. Selama proses pengomposan, tambahkan air pada bahan organik untuk mempertahankan kadar air dan kelembaban tetap berkisar 50 s/d 60 %. 5. Tumpukan bahan tersebut dibalik seminggu sekali dengan waktu proses pengomposan selama 3-4 minggu. Jika ingin mempercepat waktu pengomposan, bisa ditambahkan pupuk urea sebanyak 2,5 kg per ton bahan organik. Ciri-ciri kompos yang telah matang 1. Warna menjadi coklat kehitaman 2. Terjadi perubahan bentuk menjadi remah 3. Tidak berbau dan suhu tidak panas. Cara penggunaan kompos Kompos diberikan pada lahan dengan cara diberikan pada jalur atau lahan yang dicangkul atau disekitar lubang tanam sebelum tanam. Untuk pertanaman padi sawah digunakan minimal 2 ton kompos dan pertanaman jagung 2 s/d 4 ton kompos. Penggunaan kompos dikombinasikan dengan penggunaan 50 % rekomendasi pupuk kimia. Penggunaan kompos ini mulai berkembang di tingkat petani, tidak hanya untuk komoditi padi dan palawija, tetapi juga sayursayuran. Dosis kompos pada tanaman sayuran (cabe, tomat dan lainlain) berkisar 10 s/d 20 ton/ha atau 0,5 s/d 1 kg kompos/tanaman. Dengan pemakaian 0,5 s/d 1 kg kompos/tanaman, tangkai buah cabe cenderung lebih kuat sehingga dapat mengurangi gugur bunga. Pada tanaman terung, pemberian kompos menyebabkan buah terung menjadi besar. Cara Pembuatan Mikro Organisme Lokal (MOL) Siapkan botol plastik air minum kemasan ukuran besar (1.500 mililiter). Cukup satu botol kosong saja, tidak usah dengan tutupnya. 17

18 Beli tapai atau peuyeum, sedikit saja, soalnya butuhnya juga hanya 1 ons, lalu masukkan dalam botol tadi. Isikan air dalam botol yang telah berisi tapai atau peuyeum tadi. Tidak usah penuh, cukup hampir penuh. Masukkan gula ke dalam botol yang telah diisi tapai atau peyeum dan air tadi. Bisa gula pasir atau gula merah, 5 sendok makan. Kocok-kocok sebentar agar gula melarut. Biarkan botol terbuka tidak ditutup selama 4 atau 5 hari. Selanjutnya, selamanya botol tidak ditutup, biar MOL-nya bisa bernafas. Setelah 5 hari, dan kalau dicium akan berbau wangi alkohol, maka MOL telah bisa dipakai. Kalau ingin beternak MOL, maka ambillah botol kosong yang sejenis, lalu bagilah MOL dari botol yang satu ke botol kedua. Separoh-separoh. Lalu isikanlah air ke dalam botol-botol tadi sampai hampir penuh, dan kemudian masukanlah gula ke masing-masing botol dengan takaran seperti di atas. Maka kita punya 2 botol MOL. Bila ingin memperbanyak lagi ke dalam botol-botol yang lain, lakukanlah dengan cara yang sama. 18

19 VIII. TEKNIS BUDIDAYA 8.1. Teknologi Budidaya Tanaman Sayuran Secara Vertikultur Tanaman Vertikultur dari bambu Tanaman Vertikultur dari paralon Istilah verticultur sesuai dengan asal katanya dari bahasa Inggris, yaitu vertical dan culture, maka vertikultur adalah sistem budidaya pertanian yang dilakukan secara vertikal atau bertingkat, baik indoor maupun outdoor. Sistem budidaya pertanian secara vertikal atau bertingkat ini merupakan konsep penghijauan yang cocok untuk daerah perkotaan dan lahan terbatas. Misalnya, lahan 1 meter mungkin hanya bisa untuk menanam 5 batang tanaman, dengan sistem vertikal bisa untuk 20 batang tanaman. Vertikultur tidak hanya sekadar kebun vertikal, namun ide ini akan merangsang seseorang untuk menciptakan khasanah biodiversitas di pekarangan yang sempit sekalipun. Struktur vertikal, memudahkan pengguna membuat dan memeliharanya. Pertanian vertikultur tidak hanya sebagai sumber pangan tetapi juga menciptakan suasana alami yang menyenangkan. Model, bahan, ukuran, wadah vertikultur sangat banyak, tinggal disesuaikan dengan kondisi dan keinginan. Pada umumnya adalah berbentuk persegi panjang, segi tiga, atau dibentuk mirip anak tangga atau para-para, dengan beberapa undak-undakan atau sejumlah rak. Bahan dapat berupa bambu atau pipa paralon, kaleng bekas, bahkan lembaran karung beras pun bisa, karena salah satu filosofi dari vertikultur adalah memanfaatkan benda-benda bekas di sekitar kita. Persyaratan vertikultur adalah kuat dan mudah dipindahpindahkan. Tanaman yang akan ditanam sebaiknya disesuaikan dengan 19

20 kebutuhan dan memiliki nilai ekonomis tinggi, berumur pendek, dan berakar pendek. Tanaman sayuran yang sering dibudidayakan secara vertikultur antara lain selada, kangkung, bayam, pokcoy, caisim, kemangi, tomat, pare, kacang panjang, mentimun dan tanaman sayuran daun lainnya. Untuk tujuan komersial, pengembangan vertikultur ini perlu dipertimbangkan aspek ekonomisnya agar biaya produksi jangan sampai melebihi pendapatan dari hasil penjualan tanaman. Sedangkan untuk hobi, vertikultur dapat dijadikan sebagai media kreativitas dan memperoleh panenan yang sehat dan berkualitas. Pembuatan wadah tanam vertikultur Contoh salah satu wadah tanam dibuat dari dua batang bambu yang masing-masing panjangnya 120 cm, dengan pembagian 100 cm untuk wadah tanam dan 20 cm sisanya untuk ditanam ke tanah. Pada setiap bambu akan dibuat lubang tanam sebanyak 10 buah. Bambu dipilih yang batangnya paling besar, lalu dipotong sesuai dengan ukuran yang ditetapkan. Semakin bagus kualitas bambu, semakin lama masa pemakaiannya. Di bagian 20 cm terdapat ruas yang nantinya akan menjadi ruas terakhir dihitung dari atas. Semua ruas bambu kecuali yang terakhir dibobol dengan menggunakan linggis supaya keseluruhan ruang dalam bambu terbuka. Di bagian inilah nantinya media tanam ditempatkan. Untuk ruas terakhir tidak dibobol keseluruhan, melainkan hanya dibuat sejumlah lubang kecil dengan paku untuk sirkulasi air keluar wadah. Selanjutnya dibuat lubang tanam di sepanjang bagian 100 cm dengan menggunakan bor listrik. Dapat juga menggunakan alat lain seperti pahat untuk membuat lubang. Lubang dibuat secara selangseling pada keempat sisi bambu (asosiasikan permukaan bambu dengan bidang kotak). Pada dua sisi yang saling berhadapan terdapat masing-masing tiga lubang tanam, pada dua sisi lainnya masingmasing dua lubang tanam, sehingga didapatkan 10 lubang tanam secara keseluruhan. Setiap lubang berdiameter kira-kira 1,5 cm, sedangkan jarak antar lubang dibuat 30 cm Budidaya Sayuran Dataran Rendah a. Cabe Cabe merah (Capsicum annum) merupakan salah satu jenis sayuran penting yang bernilai ekonomis tinggi dan cocok untuk dikembangkan di daerah tropika seperti di Indonesia. Cabe sebagian 20

21 besar digunakan untuk konsumsi rumah tangga dan sebagiannya untuk ekspor dalam bentuk kering, saus, tepung dan lainnya. Komoditi tersebut banyak diusahakan di lahan kering baik dataran tinggi maupun dataran rendah. Cabe merah dapat dibudidayakan di dataran rendah maupun dataran tinggi, pada lahan sawah, pekarangan atau tegalan dengan ketinggian m dpl. Tanah yang baik untuk pertanaman cabe adalah yang berstruktur remah atau gembur, subur, banyak mengandung bahan organik, ph tanah antara 6-7. Kandungan air tanah juga perlu diperhatikan. Tanaman cabe yang dibudidayakan di sawah sebaiknya ditanam pada akhir musim hujan, sedangkan di tegalan ditanam pada musim hujan. Beberapa varietas cabe non hibrida spesifik dataran rendah yang dihasilkan Badan Litbang Pertanian antara lain: No Nama Varietas Potensi Hasil (ton/ha) Panjang diameter buah (cm/cm) Ketahanan terhadap penyakit Ketahanan terhadap hama Adaptasi 1 Tombak-1 (K) /1,5 Antraknos Lalat buah DT DR 2 Tombak-2 (K) 11 9,8/1,3 Antraknos Lalat buah DT DR 3 Cemeti-1 (K) 8,5 12/0,8 Antraknos Lalat buah DT DR 4 Tampar-1 (K) 14,3 15,6/0,7 Layu Antrknos 5 Tampar-2 (K) 15,5 13,2/1,3 Layu + Antrknos Kriting Bkt Tinggi 30 18/0,1 Antraknos + busuk Batang Laris (B) 12 14,5/0,9 Antraknos + - DR DT busuk daun 8 Tanjung-1 (K) 18,5 10,9/1,2 - Tungau DR DT 9 Tanjung-2 (B) 19,5 11,2/1,3 Antraknos - DR DT 10 Lembang-1 (K) 19 11,2/1,3 Antraknos - DM DT 21

22 Tahapan Budidaya Penanganan Bibit Cabe di KBI BPTP Bengkulu Persemaian Untuk memperoleh bibit yang baik umumnya dilakukan penyemaian benih di tempat persemaian, kemudian dilakukan penyapihan (pembumbungan) sebelum ditanam di lapangan. Tempat persemaian diberi naungan atap plastik transparan, dan atap menghadap ke timur. Media persemaian terdiri dari campuran tanah, kompos, dan sekam (1:1:1), diayak sehingga mendapatkan struktur tanah yang halus dan masukkan dalam plastik persemaian ukuran 6 x 10 cm. Benih dimasukkan di tengah media persemaian kemudian ditutupi tipis tanah halus dan disiram. Lalu ditutupi lagi dengan daun pisang atau karung basah. Setelah benih berkecambah (7-8 hari) tutup daun pisang atau karung dibuka. Penyiraman dilakukan secukupnya tidak terlalu basah atau kering. Setelah membentuk 2 helai daun (12-14 hari) bibit disemprot dengan insektisida berbahan aktif fipronil 50 gr/l, dosis penyemprotan 0,5 ml per liter Persemaian juga disiangi dengan cara mencabut gulma yang tumbuh. Bibit yang tampak terserang hama atau penyakit dibuang dan dimusnahkan. Sebelum dipindah ke lapangan atau media tanam, dilakukan penguatan bibit dengan cara membiarkan bibit menerima langsung sinar matahari dan mengurangi penyiraman secara bertahap. Penguatan bibit dilakukan selama 7 hari. Bibit siap ditanam setelah berumur 3-4 minggu. Bibit tersebut sudah membentuk 4-6 helai daun, dan tinggi 5-10 cm. 22

23 Penyiapan Lahan Bedengan Untuk lahan pekarangan: lahan diolah sedalam cm sampai gembur, dibuat bedengan dengan lebar 1-1,2 m, tinggi 30 cm, jarak antar bedeng 30 cm. Dibuat garitan-garitan atau lubang tanam dengan jarak tanam (50-60 cm) x (40-50 cm). Polybag Komposisi media tanam terdiri dari tanah : kompos : sekam dengan perbandingan 2:2:1. Penggunaan sekam bertujuan untuk memperbaiki drainase sehingga air tidak tergenang dalam polybag. Polybag yang dipakai berukuran 35 cm x 35 cm yang telah diberi lubang kemudian media diisi sebanyak ¾ dari volume polybag lalu disiram dan dibiarkan selama 5-7 hari agar media tanam lebih siap. Penanaman Pemilihan waktu tanam yang tepat sangat penting, terutama berhubungan dengan ketersediaan air, curah hujan, temperatur, dan gangguan hama/penyakit. Pada penanaman polybag dapat ditanam dua bibit. Pada lahan bedengan waktu tanam yang baik pada awal musim hujan, Sebelum tanam, garitan-garitan yang telah disiapkan diberi pupuk kandang atau kompos, dengan cara dihamparkan pada garitan. Di atas pupuk kandang atau kompos diletakkan sebagian pupuk buatan, kemudian diaduk dengan tanah. Bedengan kemudian disiram dengan air sampai kapasitas lapang (lembab tapi tidak becek). Penanaman sebaiknya dilakukan pada sore hari, satu-dua tanaman per lubang. Pemulsaan Penggunaan mulsa pada budidaya cabe merupakan salah satu usaha untuk memberikan kondisi lingkungan pertumbuhan yang baik. Mulsa dapat memelihara struktur tanah tetap gembur, memelihara kelembaban dan suhu tanah. Juga akan mengurangi pencucian hara, menekan gulma dan mengurangi erosi tanah. Mulsa plastik hitam perak dapat digunakan untuk penanaman cabe, dipasang sebelum tanam cabe. 23

24 Penggunaan mulsa plastik hitam perak dapat meningkatkan hasil cabe, mengurangi kerusakan tanaman karena hama trips dan tungau, dan menunda insiden virus. Penggunaan mulsa jerami setebal 5 cm (10 ton/ha) juga dapat meningkatkan hasil cabe, tetapi mulsa jerami sebaiknya digunakan pada musim kemarau, dipasang 2 minggu setelah tanam. Pemeliharaan Tanaman Selain pupuk kandang/kompos, dapat ditambahkan pupuk kimia dalam jumlah terbatas misalnya NPK (10 gram) dilarutkan dalam 1 liter air. Pupuk dikocorkan sebanyak 1 gelas air mineral kecil (250 ml) per polybag/lubang tanam, diusahakan tidak terkena batang tanaman. Tanaman di pupuk 1 kali setiap 2 minggu. Selain pemupukan sebaiknya dilakukan pewiwilan, pengajiran dan pengikatan, penyiraman, penyiangan serta pengendalian hama dan penyakit. Pewiwilan dilakukan terhadap tunas samping yang muncul sebelum pembungaan agar tanaman tumbuh besar terlebih dahulu. Ajir ditancapkan dalam polybag disamping tanaman pada jarak 10 cm dari pangkal batang. Pengikatan dilakukan pada ajir membentuk angka 8 sehingga tidak menghambat pertumbuhan batang. Pengikatan dilakukan pada ajir sebanyak tiga simpul setiap tanaman yaitu: dibawah cabang Y pada umur hst, diatas cabang Y umur hst dan pada waktu pembesaran buah hst. Penyiraman dilakukan setiap hari. Penyiangan dilakukan bersamaan dengan pemupukan yaitu setiap 2 minggu sekali dengan mencabut rumput/gulma di sekitar tanaman cabe. Hama yang dominan menyerang adalah kutu daun, thrips dan lalat buah sedangkan penyakit yang timbul diantaranya layu bakteri dan virus mozaik yang menyebabkan stagnasi dan kematian tanaman. Untuk mengendalikan hama lalat buah dapat digunakan perangkap yang telah diolesi oleh lem yang mengandung eugenol untuk menarik lalat buah yang ditempatkan setiap sudut lokasi pertanaman cabe dalam polybag. 24

25 Panen Cabe merah dapat di panen pertama kali pada umur hari setelah tanam untuk dataran rendah dengan interval panen 3-7 hari. Buah rusak yang disebabkan oleh lalat atau antraknosa segera dimusnahkan. Buah yang akan dijual segar dipanen matang. Buah yang dikirim untuk jarak jauh dipanen waktu buah matang hijau. Buah yang akan dikeringkan dipanen setelah matang penuh. Tempat penyimpanan harus kering, sejuk dan cukup sirkulasi udara. Penanaman Tanaman Cabe dalam Polybag 25

26 Analisis Usaha tani cabe per hektar URAIAN Volume Harga Satuan Total A Biaya Produksi 1 Benih (sachet) 18 85,000 1,530,000 2 Pupuk 10,618,478 Organik (kg) 10, ,000,000 Urea (kg) 500 1, ,000 TSP (kg) 250 2, ,000 Dolomit (kg) 2, ,250,000 KCl (kg) 250 4,600 1,150,000 3 Obat 4,637,500 insektisida (ml) 7, ,800,000 fungisida (ml) 5, ,837,500 4 Biaya variabel lain 9,475,000 Mulsa (gulung) ,000 8,700,000 bambu 70 10, ,000 tali rafia (gulung) 5 15,000 75,000 5 Tenaga Kerja (HOK) 24,000,000 Olah Tanah 82 60,000 4,920,000 Tanam 35 60,000 2,100,000 Pemupukan 25 60,000 1,500,000 Penyemprotan 80 60,000 4,800,000 Panen ,000 10,680,000 Total A 48,730,978 B Nilai Produksi - Produksi buah (kg) 26,000 10, ,000,000 Total B 42,675,000 C Nilai Pendapatan (B-A) 211,269,022 D Nilai Efisiensi R/C 5.34 B/C 4.34 ROI 253% BEP (RP/kg) Sumber: literature Keterangan: Populasi Tanaman = 20,000 Jarak Tanam (cm) = 60 x 70 Biaya Produksi (Rp/pohon) = 2, Produktivitas (kg/pohon) = 1.3 Penerimaan (Rp/pohon) = 13, Pendapatan (Rp/pohon) = 10, Umur Produktif (bulan) = 7 26

27 b. Tomat Tomat (Solanum lycopersicum syn. Lycopersicum esculentum) adalah tumbuhan dari keluarga Solanaceae. Tomat merupakan tanaman semusim, dapat tumbuh setinggi 1 sampai 3 meter. Tanaman ini dapat diusahakan di dataran rendah maupun dataran tinggi. Persyaratan tumbuhnya: tanahnya gembur, porus dan subur, tanah liat yang sedikit mengandung pasir dan ph antara 5 6; curah hujan mm/tahun, serta kelembaban cukup. Tahapan Budidaya Persemaian Siapkan media tanam yang merupakan campuran tanah, pupuk kandang, dan sekam dengan perbandingan 1:1:1, ayak dengan saringan kasar. Masukkan dalam polybag plastik ukuran 6 X 10 cm. Selama dalam persemaian lakukan penyiraman setiap sore hari. Masukkan benih satu per satu, tutup dengan karung basah selama 3 hari. Setelah benih berumur 8-10 hari di persemaian, pilih bibit yang baik, tegar dan sehat dan pindahkan dari rumah semai untuk mendapatkan sinar matahari langsung. Tanam Siapkan bedengan lebar cm untuk barisan ganda dan cm untuk barisan tunggal, panjang disesuaikan kondisi lahan. Buatlah parit selebar cm diantara bedengan dengan kedalaman 30 cm untuk pembuangan air. Campurkan kompos yang telah disiapkan, pada setiap lubang tanam yang disiapkan. 27

28 Apabila menggunakan polybag, siapkan media tanam, tanah 2 bagian, kompos 2 bagian dan sekam 1 bagian dicampur merata. Isikan sampai ¾ bagian dan bibit ditanam. Apabila ditanam di bedengan, pindahkan bibit tanaman yang telah berumur 3 minggu dengan jarak tanam 60 X 60 cm dalam barisan. Pemeliharaan Sebagai stimulant pertumbuhan, berikan tambahan pupuk NPK 1 gelas air mineral dilarutkan dalam 1 ember air. Siramkan 1 gelas air mineral larutan pupuk NPK di sekitar tanaman, lakukan hal yang sama setelah 2 minggu. Pada saat tanaman mulai berbunga dapat dipupuk dengan gandasil B sesuai anjuran dalam label. Apabila dijumpai jamur, atau terjadi serangan daun, lakukan penyemprotan dengan pestisida nabati (larutan daun sirsak) atau larutan Trico G sesuai anjuran dalam label, atau 1 genggam Trico G dan 1 genggam guladilarutkan dalam 1 liter air (1 ember kecil) dan siramkan di seputar tanaman. Lakukan penyiraman setiap hari. Panen Tomat dapat di panen pertama kali pada umur hari setelah tanam untuk dataran rendah dengan interval panen 3-7 hari. Buah rusak yang disebabkan oleh lalat atau antraknosa segera dimusnahkan. Buah yang akan dijual segar dipanen matang. Buah yang dikirim untuk jarak jauh dipanen waktu buah matang hijau. Buah yang akan dikeringkan dipanen setelah matang penuh. Tempat penyimpanan harus kering, sejuk dan cukup sirkulasi udara. 28

29 Analisis Rekomendasi Usahatani Tomat/ha URAIAN Volume Harga Satuan Total A Biaya Produksi 1 Benih (gr) ,500 3,850,000 2 Pupuk 5,501,000 Organik (kg) 9, ,500,000 Urea (kg) 220 1, ,000 TSP (kg) 50 1,600 80,000 Dolomit (kg) 438 1, ,000 3 Obat 431,250 Furadan (kg) , , insektisida (ml) 200, Lain-lain 4,400,000 bambu 22, ,400,000 5 Tenaga Kerja (HOK) 9,843,750 Total biaya 24,026,000 Nilai Produksi 109,375,000 Produksi buah/daun (kg) 43,750 2, ,375,000 Nilai Pendapatan 85,349,000 Nilai Efisiensi R/C 4.55 B/C 3.55 ROI 355% BEP produksi 9, BEP harga 549 Keterangan: Jarak tanam (cm) = 60x70 Populasi per hektar (tanaman) = 23,810 Biaya produksi per polibag (Rp) = 2000 Produksi per polibag (Kg) = 1.84 Harga jual (Rp/kg) = 2500 Penerimaan per polibag (Rp) = 4,594 Pendapatan per polibag (Rp) = 2,594 BEP harga per polibag (Rp/kg) = 1,088 BEP produksi per polibag kg) =

30 c. Kangkung Kangkung (Ipomoea reptans) terdiri dari 2 jenis, yaitu kangkung darat dan Kangkung air yang tumbuh secara alami di sawah, rawa atau parit-parit. Kangkung air memiliki ciri berbunga putih kemerahmerahan, batang berwarna hijau dan berdaun besar, dan memiliki biji lebih sedikit daripada kangkung darat. Kangkung darat memiliki ciri bunga berwarna putih bersih, batang berwarna putih kehijau-hijauan, batang dan daun lebih kecil daripada kangkung air dan lebih banyak berbiji daripada kangkung air. Ada beberapa varietas Kangkung antara lain Bangkok LP1, Serimpi, Large Leaf, Kangkung Grand, Kangkung Bisi, Kangkung Sutera, dan Kangkung Bisi. Kangkung dapat tumbuh pada tanah lempung sampai lempung berpasir, gembur dan mengandung bahan organik, dengan ph tanah optimum 5,5-6,5. Kangkung dapat hidup dengan baik pada tanah dengan ketinggian m di atas permukaan laut (dpl), lokasi terbuka, dan memperoleh sinar matahari langsung. Namun demikian kangkung juga bisa ditanam di tanah rawa yang drainase airnya tidak lancar. Tahapan Budidaya Penanaman Kangkung dalam Bedengan Persiapan Lahan Tanah dibersihkan dari gulma dan dicangkul sedalam ± 20 cm untuk membalik dan memecah agregat tanah. Buat bedengan dengan lebar 100 cm, tinggi cm dan panjang menyesuaikan lahan. Dibedengan ditambahkan pupuk kandang/ kompos sebanyak 1 Kg/m 2. 30

31 Penanaman Dibuat alur-alur melintang pada bedengan dengan menggunakan sebilah bambu atau kayu. Kedalaman alur 1,5-2 cm, jarak antar alur cm. Tanam benih di alur yang sudah dibuat dengan cara menebar benih di lubang alur dengan kerapatan 1 2 biji per cm. Timbun alur penanaman dengan tanah tipis (0,5 cm). Pemeliharaan Periksa tanaman setiap hari. Setiap hari dilakukan penyiraman sebanyak 2 kali pada pagi dan sore hari. Perlu dilakukan penyiangan pada umur tanaman 7 HST. Sebagai tambahan, lakukan pemupukan dengan pupuk urea sebanyak 2 Kg/100 m 2 pada umur tanaman 7 HST. Panen Panen dilakukan dengan mencabut batang kangkung hingga akar pada umur tanaman HST. Lakukan panen pada sore hari, pada bedengan 10 m 2 diperkirakan akan menghasilkan 16 kg setiap panen. 31

32 Analisis Rekomendasi Usahatani Kangkung URAIAN Volume Harga Satuan Total A Biaya Produksi 1 Benih (kg) 40 35,000 1,400,000 2 Pupuk 5,840,000 Organik (kg) 10, ,800,000 SP-36 (kg) 100 2, ,000 Urea (kg) 100 1, ,000 KCl 100 6, ,000 3 Tenaga Kerja (HOK) 8,125,000 Olah Tanah 52 60,000 3,125,000 Tanam 26 30, ,000 Pemupukan 2 30,000 60,000 Panen ,000 4,160,000 Total biaya 15,365,000 Nilai Produksi Produksi daun (kg) 20,000 2,000 40,000,000 Nilai Pendapatan 24,635,000 Nilai Efisiensi R/C 2.60 B/C 1.60 ROI 160% BEP (RP/kg) BEP Produksi 7,682.5 Keterangan: Jarak tanam = 15 x 5 cm Populasi per hektar = 1,333,333 Populasi per bedeng = 2,667 Biaya produksi per bedeng (ukuran 20 m 2 ) = 30,730 Penerimaan per bedeng = 80,000 Pendapatan per bedeng = 49,270 Harga jual (Rp/kg) = 2,000 Produksi per bedeng (kg) = 40 BEP harga / bedeng = BEP produksi/ bedeng =

33 d. Bayam Bayam merupakan tanaman sayuran yang dikenal dengan nama ilmiah Amaranthus spp. Kata "amaranth" dalam bahasa Yunani berarti "everlasting" (abadi). Tanaman bayam dipromosikan sebagai bahan pangan sumber protein, terutama untuk negara-negara berkembang. Jenis bayam budidaya dibedakan 2 macam yaitu: Bayam cabut dan Bayam Tahun. Bayam dapat tumbuh sepanjang tahun, dimana saja baik di dataran rendah, maupun di dataran tinggi. Pertumbuhan paling baik pada tanah subur dan banyak sinar matahari. Suhu yang paling baik 25 o C - 35 o C dan ph tanah antara 6-7. Waktu tanam terbaik pada awal musim hujan atau pada awal musim kemarau. Varietas bayam yang banyak dibudidayakan dan mempunyai nilai komersil yang tinggi antara lain: Cummy, Green, Lake, Strayful, varietas bayam unggul ada 7 macam; Giti Hijau, Giti Merah, Maksi, Raja, Betawi, Skop dan Hijau. Sedangkan Varietas bayam cabut unggul adalah Cempaka 10 dan Cempaka 20. Benih Bayam dikembangkan melalui biji. Biji bayam yang dijadikan benih harus cukup tua (± umur 3 bulan) biji dipanen pada waktu musim kemarau dan hanya dipilih tandan yang sudah tua. Tandan harus dijemur beberapa hari kemudian biji dirontokkan dan dipisahkan dari sisa-sisa tanaman. Benih yang baik untuk tanaman bayam adalah: berasal dari tanaman yang sehat, bebas Hama Penyakit, daya kecambah 80 %, dan memiliki kemurnian yang tinggi. Benih bayam yang tua dapat disimpan selama satu tahun. Benih bayam tidak memiliki masa Dormansi. Kebutuhan benih adalah sebanyak 5-10 Kg/ha atau gr/m 2. Tahapan Budidaya Persiapan Lahan Lahan dicangkul sedalam cm supaya gembur. Buat bedengan dengan arah membujur dari Barat ke Timur agar mendapatkan cahaya penuh, Lebar bedengan sebaiknya cm dengan tinggi cm sedangkan untuk panjang bedengan disesuaikan dengan kondisi lahan. Jarak antar bedengan cm. 33

34 Pemberian pupuk kandang dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah. Jumlah pupuk kandang 1 kg/m 2. Tanam Penanaman atau penaburan benih bayam dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu; Ditabur langsung diatas bedengan. Sebelum benih disebar perlu dicampurkan dengan abu atau pasir kering dengan perbandingan 1 bagian benih: 10 bagian abu atau pasir kering dengan tujuan agar penaburan benih merata dan tidak bertumpuk-tumpuk. Ditebar pada larikan/barisan dengan jarak cm pada garitan yang dibuat menurut baris sepanjang bedengan. Benih yang sudah ditabur segera ditutup tanah tipis secara merata kemudian disiram dengan menggunakan gembor penyiraman dilakukan setiap pagi dan sore hari kecuali hari hujan. Disemai terlebih dahulu. Keuntungannya tanaman dapat tumbuh dengan baik karena benih diperoleh secara seleksi untuk ditanam. Jarak tanam untuk bayam yang disemaikan adalah antara 60x50 cm atau 80x40 cm jarak tanam dapat disesuaikan dengan tingkat kesuburan tanah. Pemeliharaan Tanaman Penjarangan dan Penyulaman Apabila saat menyebar benih secara langsung di lapangan tidak merata sehingga pertumbuhan jadi mengelompok maka perlu dilakukan penjarangan sekaligus panen perdana. Apabila tanaman bayam dihasilkan dari benih yang disemai maka dilakukan penyulaman jika ada yang mati/terserang penyakit. Penyiangan, dilakukan apabila tumbuh gulma atau rumput liar lainya. Penyiangan dilakukan bersamaan penggemburan tanah. Penyiraman Pada fase awal pertumbuhan, sebaiknya penyiraman dilakukan rutin dan intensif 1-2 kali sehari, terutama dimusim kemarau. Waktu yang paling baik untuk penyiraman tanaman bayam adalah pagi dan sore hari dengan menggunakan alat bantu Gembor agar siramannya merata. Untuk tanaman muda membutuhkan air 4 liter/m 2 /hari dan menjelang dewasa membutuhkan air sekitar 8 liter/m 2 /hari. 34

35 Penyiraman Tanaman Bayam Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) Jenis hama yang sering menyerang tanaman bayam diantaranya; Ulat Daun, Kutu Daun, Penggorok Daun, Belalang dan Lalat yang dapat dikendalikan dengan pestisida nabati. Panen Bayam cabut biasanya dipanen apabila tinggi tanaman kira-kira cm yaitu pada umur 3 4 minggu setelah tanam. Tanaman dicabut dengan akarnya atau dipotong pangkalnya, tanaman yang masih kecil diberi kesempatan untuk tumbuh membesar, sehingga panen bayan identik dengan penjarangan. Sedangkan bayam petik biasanya mulai dapat dipanen pada umur 1-1,5 bulan dengan interval pemetikan seminggu sekali. 35

36 Analisis Rekomendasi Usahatani Bayam per Hektar URAIAN Volume Harga Satuan Total A Biaya Produksi 1 Benih (kg) 10 70, ,000 2 Pupuk 7,370,000 Kandang (kg) 10, ,000,000 Urea (kg) ,000 SP-36 (kg) ,000 KCl ,320,000 3 Tenaga Kerja (HOK) 5,980,000 Olah Tanah ,000 3,120,000 Tanam 26 30, ,000 Panen ,000 2,080,000 Total biaya 14,050,000 Nilai Produksi Produksi daun (kg) 20,750 2,000 41,500,000 Nilai Pendapatan 27,450,000 Nilai Efisiensi R/C 2.95 B/C 1.95 ROI 195% BEP (RP/kg) BEP Produksi 7,025 Keterangan Jarak tanam = 10 x 20 Populasi per hektar = 500,000 Populasi per bedeng = 1,000 Biaya produksi per bedeng (ukuran 20 m 2 ) = 28,100 Produksi per bedeng (kg) = 41.5 Harga jual (Rp/kg) = 2000 Penerimaan per bedeng = 83,000 Pendapatan per bedeng = 54,900 BEP harga / bedeng = 677 BEP produksi/ bedeng = e. Terung Terung merupakan sejenis tumbuhan yang dikenal sebagai sayur-sayuran dan ditanam untuk dimanfaatkan sebagai bahan makanan. Terung dikenal dengan nama ilmiah Solanum melongena L. adalah merupakan tanaman asli daerah tropis yang cukup dikenal di Indonesia. Sebagai salah satu sayuran pribumi, buah terung hampir selalu ditemukan di pasar tani atau pasar tradisional dengan harga yang relatif murah. 36

37 Tahapan Budidaya Persemaian Untuk memperoleh bibit yang baik umumnya dilakukan penyemaian benih di tempat persemaian, kemudian dilakukan penyapihan (pembumbungan) sebelum ditanam di lapangan. Tempat persemaian diberi naungan atap plastik transparan, dan atap menghadap ke timur. Media persemaian terdiri dari campuran tanah, kompos, dan sekam (1:1:1), diayak sehingga mendapatkan struktur tanah yang halus dan masukkan dalam plastik persemaian ukuran 6 x 10 cm. Benih dimasukkan di tengah media persemaian kemudian ditutupi tipis tanah halus dan disiram. Lalu ditutupi lagi dengan daun pisang atau karung basah. Setelah benih berkecambah (7-8 hari) tutup daun pisang atau karung dibuka. Penyiraman dilakukan secukupnya tidak terlalu basah atau kering. Setelah membentuk 2 helai daun (12-14 hari) bibit disemprot dengan insektisida berbahan aktif fipronil 50 gr/l, dosis penyemprotan 0,5 ml per liter. Persemaian juga disiangi dengan cara mencabut gulma yang tumbuh. Bibit yang tampak terserang hama atau penyakit dibuang dan dimusnahkan. Sebelum dipindah ke lapangan atau media tanam, dilakukan penguatan bibit dengan cara membiarkan bibit menerima langsung sinar matahari dan mengurangi penyiraman secara bertahap. Penguatan bibit dilakukan selama 7 hari. Bibit siap ditanam setelah berumur 3-4 minggu. Bibit tersebut sudah membentuk 4-6 helai daun, dan tinggi 5-10 cm. Penyiapan Lahan Bedengan Untuk lahan pekarangan: lahan diolah sedalam cm sampai gembur, dibuat bedengan dengan lebar 1-1,2 m, tinggi 30 cm, jarak antar bedeng 30 cm. Dibuat garitan-garitan atau lubang tanam dengan jarak tanam (50-60 cm) x (40-50 cm). Polybag Komposisi media tanam terdiri dari tanah: kompos : sekam dengan perbandingan 2:2:1. Penggunaan sekam bertujuan untuk 37

38 memperbaiki drainase sehingga air tidak tergenang dalam polybag. Polybag yang dipakai berukuran 35 cm x 35 cm yang telah diberi lubang kemudian media diisi sebanyak ¾ dari volume polybag lalu disiram dan dibiarkan selama 5-7 hari agar media tanam lebih siap. Penanaman Pemilihan waktu tanam yang tepat sangat penting, terutama berhubungan dengan ketersediaan air, curah hujan, temperatur, dan gangguan hama/penyakit. Pada penanaman polybag dapat ditanam dua bibit. Pada lahan bedengan waktu tanam yang baik pada awal musim hujan, Sebelum tanam, garitan-garitan yang telah disiapkan diberi pupuk kandang atau kompos, dengan cara dihamparkan pada garitan. Di atas pupuk kandang atau kompos diletakkan sebagian pupuk buatan, kemudian diaduk dengan tanah. Bedengan kemudian disiram dengan air sampai kapasitas lapang (lembab tapi tidak becek). Penanaman sebaiknya dilakukan pada sore hari, satu dua tanaman per lubang. Pemeliharaan Tanaman Pemupukan; selain pupuk kandang/kompos, dapat ditambahkan pupuk kimia dalam jumlah terbatas misalnya NPK (10 gram) dilarutkan dalam 1 liter air. Pupuk dikocorkan sebanyak 1 gelas air mineral kecil (250 ml) per polybag/lubang tanam, diusahakan tidak terkena batang tanaman. Tanaman di pupuk 1 kali setiap 2 minggu. Selain pemupukan sebaiknya dilakukan pewiwilan, pengajiran dan pengikatan, penyiraman, penyiangan serta pengendalian hama dan penyakit. Pewiwilan dilakukan terhadap tunas samping yang muncul sebelum pembungaan agar tanaman tumbuh besar terlebih dahulu. Ajir ditancapkan dalam polybag disamping tanaman pada jarak 10 cm dari pangkal batang. Pengikatan dilakukan pada ajir membentuk angka 8 sehingga tidak menghambat pertumbuhan batang. Pengikatan dilakukan pada ajir sebanyak tiga simpul setiap tanaman yaitu: dibawah cabang Y pada umur hst, diatas cabang Y umur hst dan pada waktu pembesaran buah hst. Penyiraman dilakukan setiap hari. 38

39 Penyiangan dilakukan bersamaan dengan pemupukan yaitu setiap 2 minggu sekali dengan mencabut rumput/gulma di sekitar tanaman terung. Panen Buah pertama dapat dipetik setelah umur 3-4 bulan tergantung dari jenis varietas: - Ciri-ciri buah siap panen adalah ukurannya telah maksimum dan masih muda. - Waktu yang paling tepat pagi atau sore hari. - Cara panen buah dipetik bersama tangkainya dengan tangan atau alat yang tajam. - Pemetikan buah berikutnya dilakukan rutin tiap 3-7 hari sekali dengan cara memilih buah yang sudah siap dipetik. 39

40 Analisis Rekomendasi Usahatani Terong Ungu/ha URAIAN Volume Harga Satuan Total A Biaya Produksi 1 Benih (gr) ,000 4,125,000 2 Pupuk 9,998,300 Organik (kg) 16, ,000,000 Urea (kg) 416 1, ,800 TSP (kg) 208 6,000 1,249,500 3 Pestisida Curacron (ml) 24 20, ,000 4 Tenaga Kerja (HOK) 34,080,000 Olah Tanah 75 60,000 4,500,000 Tanam 34 60,000 2,040,000 Penyemprotan 42 60,000 2,520,000 Panen ,000 25,020,000 Biaya produksi 48,683,300 Nilai Produksi Produksi buah (kg) 66,500 2, ,000,000 Nilai Pendapatan 84,316,700 Nilai Efisiensi R/C 2.73 B/C 1.73 ROI 173% BEP produksi 24, BEP harga Keterangan Jarak tanam (cm) = 60x60 Populasi per hektar (tanaman) = 27,778 Biaya produksi per polibag (Rp) = 2,753 Produksi per polibag (Kg) = 2.39 Harga jual (Rp/kg) = 2,000 Penerimaan per polibag (Rp) = 4,780 Pendapatan per polibag (Rp) = 2,027 BEP harga per polibag (Rp/kg) = 1150 BEP produksi per polibag (kg) =

41 f. Sawi Indonesia memungkinkan dikembangkan tanaman sayur-sayuran yang banyak bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan bagi manusia. Sehingga ditinjau dari aspek klimatologis Indonesia sangat tepat untuk dikembangkan untuk bisnis sayuran. Di antara tanaman sayur-sayuran yang mudah dibudidayakan adalah caisim (sawi). Sawi sangat potensial untuk komersial dan prospek sangat baik. Ditinjau dari aspek klimatologis, aspek teknis, aspek ekonomis dan aspek sosialnya sangat mendukung, sehingga memiliki kelayakan untuk diusahakan di Indonesia. Sebutan sawi orang asing adalah mustard. Perdagangan internasional dengan sebutan green mustard, chinese mustard, indian mustard ataupun sarepta mustard. Orang Jawa, Madura menyebutnya dengan sawi, sedang orang Sunda menyebut sasawi. Manfaat sawi sangat baik untuk menghilangkan rasa gatal di tenggorokan pada penderita batuk. Penyembuh penyakit kepala, bahan pembersih darah, memperbaiki fungsi ginjal, serta memperbaiki dan memperlancar pencernaan. Sedangkan kandungan yang terdapat pada sawi adalah protein, lemak, karbohidrat, Ca, P, Fe, Vitamin A, Vitamin B, dan Vitamin C. Budidaya Tanaman Sawi Cara bertanam sawi sesungguhnya tak berbeda jauh dengan budidaya sayuran pada umumnya. Budidaya konvensional di lahan meliputi proses pengolahan lahan, penyiapan benih, teknik penanaman, penyediaan pupuk dan pestisida, serta pemeliharaan tanaman. Sawi dapat ditanam secara monokultur maupun tumpang sari. Tanaman yang dapat ditumpangsarikan antara lain: bawang daun, wortel, bayam, kangkung darat. Sedangkan menanam benih sawi ada yang secara langsung tetapi ada juga melalui pembibitan terlebih dahulu. 41

42 Berikut ini akan dibahas mengenai teknik budidaya sawi secara konvensional di lahan. Benih Sebelum benih disebar, direndam dengan larutan hangat Previcur N dengan konsentrasi 0,1% selama ± 2 jam. Selama perendaman, benih yang mengapung dipisahkan dan dibuang. Benih yang tenggelam yang digunakan, dipisahkan dan dikering anginkan. Kemudian benih disebar secara merata pada bedengan persemaian, dengan media semai setebal ± 7 cm dan disiram. Bedengan persemaian tersebut sebaiknya diberi naungan. Media semai dibuat dari tanah, kompos, dan sekam dengan perbandingan 1 : 1 : 1. Benih yang telah disebar ditutup dengan media semai, kemudian ditutup dengan daun pisang atau karung goni selama 2 3 hari. Bibit sawi berumur 7 8 hari setelah semai dipindahkan ke dalam bumbunan dan bibit siap ditanam di Kebun pada saat berumur 2 3 minggu setelah semai. Persiapan Lahan Pengolahan tanah secara umum melakukan penggemburan dan pembuatan bedengan. Tahap-tahap penggemburan yaitu pencangkulan untuk memperbaiki struktur tanah dan sirkulasi udara dan pemberian pupuk dasar untuk memperbaiki fisik serta kimia tanah yang akan menambah kesuburan lahan yang akan kita gunakan. Tanah yang hendak digemburkan harus dibersihkan dari bebatuan, rerumputan, semak atau pepohonan yang tumbuh dan bebas dari daerah ternaungi, karena tanaman sawi suka pada cahaya matahari secara langsung. Sedangkan kedalaman tanah yang dicangkul sedalam 20 sampai 40 cm. Pemberian pupuk organik sangat baik untuk penyiapan tanah. Sebagai contoh pemberian pupuk kandang yang baik yaitu 1 kg/m 2. Pupuk kandang diberikan saat penggemburan agar cepat merata dan bercampur dengan tanah yang akan kita gunakan. Bila daerah yang mempunyai ph terlalu rendah (asam) sebaiknya dilakukan pengapuran. Pengapuran ini bertujuan untuk menaikkan derajad keasaman tanah, pengapuran ini dilakukan jauh-jauh 42

Teknologi Budidaya Tanaman Sayuran Secara Vertikultur

Teknologi Budidaya Tanaman Sayuran Secara Vertikultur Teknologi Budidaya Tanaman Sayuran Secara Vertikultur Oleh Liferdi Lukman Balai Penelitian Tanaman Sayuran Jl. Tangkuban Perahu No. 517 Lembang Bandung 40391 E-mail: liferdilukman@yahoo.co.id Sesuai dengan

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI BENGKULU

PETUNJUK PELAKSANAAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI BENGKULU PETUNJUK PELAKSANAAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI BENGKULU BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU 2012 1 PETUNJUK PELAKSANAAN Nomor : 26./1801.019/011/C/JUKLAK/2012 JUDUL RODHP

Lebih terperinci

Oleh Administrator Kamis, 07 November :05 - Terakhir Diupdate Kamis, 07 November :09

Oleh Administrator Kamis, 07 November :05 - Terakhir Diupdate Kamis, 07 November :09 Tanaman tomat (Lycopersicon lycopersicum L.) termasuk famili Solanaceae dan merupakan salah satu komoditas sayuran yang sangat potensial untuk dikembangkan. Tanaman ini dapat ditanam secara luas di dataran

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Tanaman cabai dapat tumbuh di wilayah Indonesia dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Peluang pasar besar dan luas dengan rata-rata konsumsi cabai

Lebih terperinci

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan Tumbuh

Lebih terperinci

TEKNIK BUDIDAYA SAYURAN DI LAHAN PEKARANGAN

TEKNIK BUDIDAYA SAYURAN DI LAHAN PEKARANGAN TEKNIK BUDIDAYA SAYURAN DI LAHAN PEKARANGAN Bunaiyah Hnrita Balai Pengkajian Teknlgi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian Km. 6,5 Bengkulu 38119 PENDAHULUAN Pembanguanan ketahanan pangan mempunyai ciri

Lebih terperinci

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dan Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

Cara Menanam Cabe di Polybag

Cara Menanam Cabe di Polybag Cabe merupakan buah dan tumbuhan berasal dari anggota genus Capsicum. Buahnya dapat digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung bagaimana digunakan. Sebagai bumbu, buah cabai yang pedas sangat

Lebih terperinci

Menanam Sayuran Dengan Teknik Vertikultur

Menanam Sayuran Dengan Teknik Vertikultur Menanam Sayuran Dengan Teknik Vertikultur Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP. Menyempitnya lahan-lahan pertanian ternyata bukan suatu halangan untuk mengusahakan budidaya tanaman sayuran. Sistem vertikultur

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM DI PROVINSI BENGKULU

PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM DI PROVINSI BENGKULU PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM DI PROVINSI BENGKULU PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL)

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan Percut

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM DI PROVINSI BENGKULU

PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM DI PROVINSI BENGKULU PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM DI PROVINSI BENGKULU BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU 2013 1 PETUNJUK PELAKSANAAN

Lebih terperinci

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Oleh : Tatok Hidayatul Rohman Cara Budidaya Cabe Cabe merupakan salah satu jenis tanaman yang saat ini banyak digunakan untuk bumbu masakan. Harga komoditas

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Unit Pelayanan Teknis (UPT), Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau. Pelaksanaannya dilakukan pada bulan

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. I. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

TEKNIK PENYEMAIAN CABAI DALAM KOKER DAUN PISANG Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP Widyaiswara Muda Balai Pelatihan Pertanian (BPP) Jambi

TEKNIK PENYEMAIAN CABAI DALAM KOKER DAUN PISANG Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP Widyaiswara Muda Balai Pelatihan Pertanian (BPP) Jambi TEKNIK PENYEMAIAN CABAI DALAM KOKER DAUN PISANG Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP Widyaiswara Muda Balai Pelatihan Pertanian (BPP) Jambi Benih cabai hibrida sebenarnya dapat saja disemaikan dengan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian III. BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan Percut

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Gedung Meneng, Kecamatan Rajabasa, Kota Bandar Lampung mulai

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan. Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012.

III BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan. Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012. III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012. 3.2 Bahan dan alat Bahan

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS PUPUK ORGANIK AIR CUCIAN BERAS TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI HIJAU (Brassica juncea L) Rahman Hairuddin

EFEKTIFITAS PUPUK ORGANIK AIR CUCIAN BERAS TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI HIJAU (Brassica juncea L) Rahman Hairuddin VOLUME 3 NO.3 OKTOBER 2015 EFEKTIFITAS PUPUK ORGANIK AIR CUCIAN BERAS TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI HIJAU (Brassica juncea L) Rahman Hairuddin Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BUDIDAYA CABAI KERITING DALAM POT. Oleh: YULFINA HAYATI

BUDIDAYA CABAI KERITING DALAM POT. Oleh: YULFINA HAYATI BUDIDAYA CABAI KERITING DALAM POT Oleh: YULFINA HAYATI PENDAHULUAN Tanaman cabai (Capsicum annum) dalam klasifikasi tumbuhan termasuk ke dalam family Solanaceae. Tanaman ini berasal dari Amerika Tengah

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016 yang bertempat di Greenhouse Fakultas Pertanian dan Laboratorium Penelitian,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung, Bandar lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag Cara Menanam Tomat Dalam Polybag Pendahuluan Tomat dikategorikan sebagai sayuran, meskipun mempunyai struktur buah. Tanaman ini bisa tumbuh baik didataran rendah maupun tinggi mulai dari 0-1500 meter dpl,

Lebih terperinci

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Syarat Tumbuh Tanaman Jahe 1. Iklim Curah hujan relatif tinggi, 2.500-4.000 mm/tahun. Memerlukan sinar matahari 2,5-7 bulan. (Penanaman di tempat yang terbuka shg

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah Oleh : Juwariyah BP3K garum 1. Syarat Tumbuh Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat tumbuh yang sesuai tanaman ini. Syarat tumbuh tanaman

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh membentuk rumpun dengan tinggi tanaman mencapai 15 40 cm. Perakarannya berupa akar

Lebih terperinci

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di III. TATA LAKSANA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di laboratorium fakultas pertanian UMY. Pengamatan pertumbuhan tanaman bawang merah dan

Lebih terperinci

KKN ITATS Tahun Kegiatan Pelatihan Pembuatan Kompos. Disiapkan oleh Taty Alfiah, ST.MT

KKN ITATS Tahun Kegiatan Pelatihan Pembuatan Kompos. Disiapkan oleh Taty Alfiah, ST.MT KKN ITATS Tahun 2010 Kegiatan Pelatihan Pembuatan Kompos Disiapkan oleh Taty Alfiah, ST.MT Lokasi pelatihan pembuatan kompos Tempat / Kelurahan Dusun Kelompok Bulurejo Kacangan VII Munggu Gianti Gianti

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Tanaman Pakcoy Pakcoy (Brassica rapa L.) adalah jenis tanaman sayur-sayuran yang termasuk keluarga Brassicaceae. Tumbuhan pakcoy berasal dari China dan telah dibudidayakan

Lebih terperinci

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 Wahyu Asrining Cahyowati, A.Md (PBT Terampil Pelaksana) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Tanaman kakao merupakan

Lebih terperinci

III.TATA CARA PENELITIAN

III.TATA CARA PENELITIAN III.TATA CARA PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan November 2015 sampai bulan Maret 2016 di Green House dan Lahan Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. )

BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. ) BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. ) PENDAHULUAN Blimbing manis dikenal dalam bahasa latin dengan nama Averhoa carambola L. berasal dari keluarga Oralidaceae, marga Averhoa. Blimbing manis

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan Percut

III. METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan Percut III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan Percut

Lebih terperinci

TEKNIK BUDIDAYA PADI DENGAN METODE S.R.I ( System of Rice Intensification ) MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK POWDER 135

TEKNIK BUDIDAYA PADI DENGAN METODE S.R.I ( System of Rice Intensification ) MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK POWDER 135 TEKNIK BUDIDAYA PADI DENGAN METODE S.R.I ( System of Rice Intensification ) MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK POWDER 135 PUPUK ORGANIK POWDER 135 adalah Pupuk untuk segala jenis tanaman yang dibuat dari bahan

Lebih terperinci

BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Tanaman Pepaya Ramah Lingkungan Berbasis Teknologi Bio~FOB

Teknik Budidaya Tanaman Pepaya Ramah Lingkungan Berbasis Teknologi Bio~FOB Teknik Budidaya Tanaman Pepaya Ramah Lingkungan Berbasis Teknologi Bio~FOB 1/7 Pepaya merupakan tanaman buah-buahan yang dapat tumbuh di berbagai belahan dunia dan merupakan kelompok tanaman hortikultura

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl,

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl, III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di Jl. Kolam No.1 Medan Estate Kecamatan Medan Percut

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Cair Industri Tempe Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses industri maupun domestik (rumah tangga), yang lebih di kenal sebagai sampah, yang kehadiranya

Lebih terperinci

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU Ubi kayu diperbanyak dengan menggunakan stek batang. Alasan dipergunakan bahan tanam dari perbanyakan vegetatif (stek) adalah selain karena lebih mudah, juga lebih ekonomis bila

Lebih terperinci

Pupuk Organik Powder 135 (POP 135 Super TUGAMA)

Pupuk Organik Powder 135 (POP 135 Super TUGAMA) Penggunaan pupuk kimia atau bahan kimia pada tanaman, tanpa kita sadari dapat menimbulkan berbagai macam penyakit seperti terlihat pada gambar di atas. Oleh karena itu beralihlah ke penggunaan pupuk organik

Lebih terperinci

BAWANG MERAH. Tanaman bawang merah menyukai daerah yang agak panas dengan suhu antara

BAWANG MERAH. Tanaman bawang merah menyukai daerah yang agak panas dengan suhu antara BAWANG MERAH Bawang merah (Allium ascalonicum) merupakan tanaman hortikultura musiman yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Bawang merah tumbuh optimal di daerah dataran rendah dengan ketinggian antara 0-400

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung Gedung Meneng, Kecamatan raja basa, Bandar Lampung

Lebih terperinci

Bercocok Tanam Tomat dalam Pot/Polybag Oleh: Muhamad Ichsanudin (Produk Spesialis Terong dan Tomat PT EWINDO)

Bercocok Tanam Tomat dalam Pot/Polybag Oleh: Muhamad Ichsanudin (Produk Spesialis Terong dan Tomat PT EWINDO) Bercocok Tanam Tomat dalam Pot/Polybag Oleh: Muhamad Ichsanudin (Produk Spesialis Terong dan Tomat PT EWINDO) Menanam tomat dalam pot atau polybag dapat menjadi salah satu solusi pemanfaatan lahan sempit

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA DKI Jakarta merupakan wilayah terpadat penduduknya di Indonesia dengan kepadatan penduduk mencapai 13,7 ribu/km2 pada tahun

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan di desa Cengkeh Turi dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember sampai

Lebih terperinci

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR 16 III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Tugas Akhir Kegiatan Tugas Akhir dilaksanakan di Banaran RT 4 RW 10, Kelurahan Wonoboyo, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. B. Waktu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bawang Merah Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas sayuran ini termasuk

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS BUDIDAYA SAYURAN DI LAHAN PEKARANGAN

PETUNJUK TEKNIS BUDIDAYA SAYURAN DI LAHAN PEKARANGAN PETUNJUK TEKNIS BUDIDAYA SAYURAN DI LAHAN PEKARANGAN BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian 19 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian Universitas Lampung yang dimulai pada bulan November 2014 sampai April

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada titik koordinat 5 22 10 LS dan 105 14 38 BT

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempatdan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, JalanH.R. Soebrantas No.155

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Rajabasa dari bulan Januari 2011 sampai dengan Juni Permata yang diproduksi PT East West Seed Indonesia, gula aren, dedak

III. BAHAN DAN METODE. Rajabasa dari bulan Januari 2011 sampai dengan Juni Permata yang diproduksi PT East West Seed Indonesia, gula aren, dedak III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Sukamarga Rajabasa Induk Kecamatan Rajabasa dari bulan Januari 2011 sampai dengan Juni 2011. 3.2. Bahan dan Alat

Lebih terperinci

III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur,

III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur, 23 III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

Lebih terperinci

Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi)

Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi) Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi) Pengolahan Tanah Sebagai persiapan, lahan diolah seperti kebiasaan kita dalam mengolah tanah sebelum tanam, dengan urutan sebagai berikut.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Cikabayan-University Farm IPB, Darmaga Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan elevasi 250 m dpl dan curah

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PEPAYA SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN DAERAH INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PENGEMBANGAN PEPAYA SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN DAERAH INSTITUT PERTANIAN BOGOR PENGEMBANGAN PEPAYA SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN DAERAH Pusat Kajian Hortikultura Tropika INSTITUT PERTANIAN BOGOR PROLOG SOP PEPAYA PEMBIBITAN TIPE BUAH PENYIAPAN LAHAN PENANAMAN PEMELIHARAAN PENGENDALIAN

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 ANALISIS SITUASI

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 ANALISIS SITUASI BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 ANALISIS SITUASI Kelurahan Tegalgede merupakan salah satu kelurahan di Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember yang berjarak sekitar 2 km dari kampus UNEJ. Batas-Batas wilayah Kelurahan

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Jalan H.R. Soebrantas No.

Lebih terperinci

TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU

TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU ( Nicotiana tabacum L. ) Oleh Murhawi ( Pengawas Benih Tanaman Ahli Madya ) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya A. Pendahuluan Penanam dan penggunaan

Lebih terperinci

BUDIDAYA KELAPA SAWIT

BUDIDAYA KELAPA SAWIT KARYA ILMIAH BUDIDAYA KELAPA SAWIT Disusun oleh: LEGIMIN 11.11.5014 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMUNIKASI AMIKOM YOGYAKARTA 2012 ABSTRAK Kelapa sawit merupakan komoditas yang penting karena

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Suka Banjar Kecamatan Gedong Tataan

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Suka Banjar Kecamatan Gedong Tataan I. BAHAN DAN METODE 1.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Suka Banjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran pada bulan Mei sampai September 2011. 1.2 Bahan dan Alat

Lebih terperinci

Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut

Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Proyek Penelitian Pengembangan Pertanian Rawa Terpadu-ISDP Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Penyusun I Wayan Suastika

Lebih terperinci

PETUNJUK PENGGUNAAN NUTRISI SAPUTRA

PETUNJUK PENGGUNAAN NUTRISI SAPUTRA PETUNJUK PENGGUNAAN NUTRISI SAPUTRA PT SAPUTRA GLOBAL HARVEST 2014 DAFTAR ISI Halaman TANAMAN PANGAN... 3 1. Padi... 4 2. Jagung... 7 3. Kedelai... 9 TANAMAN SAYURAN... 12 1. Cabe... 13 2. Kentang...

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran, dari bulan Oktober 2011 sampai dengan April 2012. 3.2

Lebih terperinci

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk Standar Nasional Indonesia Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk ICS 65.020.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilakukan di Lahan Percobaan, di daerah Ketep, kecamatan

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilakukan di Lahan Percobaan, di daerah Ketep, kecamatan III. TATA CARA PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lahan Percobaan, di daerah Ketep, kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa tengah, dengan ketinggian tempat

Lebih terperinci

Menanan Jamur Merang di Dalam Kumbung

Menanan Jamur Merang di Dalam Kumbung Menanan Jamur Merang di Dalam Kumbung Oleh Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP. A. Latar Belakang Budidaya jamur merang di dalam kumbung merupakan teknik budidaya jamur yang dilakukan secara modern dengan

Lebih terperinci

Kompos Cacing Tanah (CASTING)

Kompos Cacing Tanah (CASTING) Kompos Cacing Tanah (CASTING) Oleh : Warsana, SP.M.Si Ada kecenderungan, selama ini petani hanya bergantung pada pupuk anorganik atau pupuk kimia untuk mendukung usahataninya. Ketergantungan ini disebabkan

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN GELAR TEKNOLOGI BUDIDAYA TOMAT

PETUNJUK PELAKSANAAN GELAR TEKNOLOGI BUDIDAYA TOMAT PETUNJUK PELAKSANAAN GELAR TEKNOLOGI BUDIDAYA TOMAT Ir.. SISWANI DWI DALIANI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU 2012 PETUNJUK PELAKSANAAN NOMOR : 26/1801.18/011/A/JUKLAK/2012 1. JUDUL RDHP :

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum, Geografis, dan Iklim Lokasi Penelitian Desa Ciaruten Ilir merupakan desa yang masih berada dalam bagian wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Keadaan Geografis Kelompok Tani Pondok Menteng merupakan salah satu dari tujuh anggota Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Rukun Tani yang sebagian besar

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Istimewa Yogyakarta. Waktu pelaksanaan dimulai pada bulan September 2015

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Istimewa Yogyakarta. Waktu pelaksanaan dimulai pada bulan September 2015 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green house Laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Daerah

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. pertumbuhan tanaman cabai merah telah dilakukan di kebun percobaan Fakultas. B.

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. pertumbuhan tanaman cabai merah telah dilakukan di kebun percobaan Fakultas. B. III. TATA CARA PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lahan Percobaan milik Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan di laboratorium. Pengamatan pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah dikenal sejak dulu. Ada beberapa jenis tomat seperti tomat biasa, tomat apel, tomat keriting,

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS MULSA ALAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN TOMAT HASIL PERSILANGAN PADA BUDIDAYA ORGANIK

PENGARUH JENIS MULSA ALAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN TOMAT HASIL PERSILANGAN PADA BUDIDAYA ORGANIK PENGARUH JENIS MULSA ALAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN TOMAT HASIL PERSILANGAN PADA BUDIDAYA ORGANIK Farida Aryani dan Sri Rustianti Fakultas Pertanian Universitas Prof. Dr. Hazairin,

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 15 Maret sampai dengan 15 Juni 2015.

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 15 Maret sampai dengan 15 Juni 2015. 21 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tanggal 15 Maret sampai dengan 15 Juni 2015. Tempat yang digunakan yaitu di tempat peneliti di desa Pacing, Kecamatan

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016 di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian dan Laboratorium Tanah Fakultas

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro,

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro, 20 III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro, Desa Rejomulyo Kecamatan Metro Selatan Kota Metro dengan ketinggian

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lahan pertanian milik masyarakat Jl. Swadaya. Desa Sidodadi, Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatra

Lebih terperinci

BAB III TATA PELAKSANAAN TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Tugas akhir Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan pada lahan yang bertempat pada Di Dusun

BAB III TATA PELAKSANAAN TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Tugas akhir Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan pada lahan yang bertempat pada Di Dusun 16 BAB III TATA PELAKSANAAN TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Tugas akhir Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan pada lahan yang bertempat pada Di Dusun Kwojo Wetan Rt 15 Rw 3 Desa Jembungan Kecamatan Banyudono

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan di laboratorium dan rumah

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan di laboratorium dan rumah III. TATA CARA PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan di laboratorium dan rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Februari

Lebih terperinci

BAB IV. METODE PENELITIAN

BAB IV. METODE PENELITIAN BAB IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Medan, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara. Pada ketinggian tempat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kesadaran manusia akan kesehatan menjadi salah satu faktor kebutuhan sayur dan buah semakin meningkat. Di Indonesia tanaman sawi merupakan jenis sayuran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan dengan memberi perlakuan (treatment) terhadap objek. penelitian serta adanya kontrol penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan dengan memberi perlakuan (treatment) terhadap objek. penelitian serta adanya kontrol penelitian. 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini jenis penelitian eksperimen, yaitu penelitian yang dilakukan dengan memberi perlakuan (treatment) terhadap objek penelitian serta adanya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bawang Merah Bawang Merah merupakan tanaman yang berumur pendek, berbentuk rumpun, tingginya dapat mencapai 15-40 cm, Bawang Merah memiliki jenis akar serabut, batang Bawang Merah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sedangkan pads Bokashi Arang Sekam setelah disimpan selama 4 minggu C/N rationya sebesar 20.

PENDAHULUAN. Sedangkan pads Bokashi Arang Sekam setelah disimpan selama 4 minggu C/N rationya sebesar 20. PENDAHULUAN Selama ini para petani telah banyak memanfaatkan bahan organik sebagai pupuk di lahan pertanian, karena bahan tersebut merupakan bahan yang cepat melapuk. Salah satu contoh bahan organik yang

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian. Penah atau pensil, Buku pengamatan. C.

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian. Penah atau pensil, Buku pengamatan. C. III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiayah Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan salama dua bulan April

Lebih terperinci

Perkembangbiakan Tanaman

Perkembangbiakan Tanaman SERI LEMBARAN FAKTA TENTANG Penyimpanan Benih & Perkembangbiakan Tanaman Dikembangkan oleh Yayasan IDEP Dengan dukungan dari the Seed Savers Network Apakah Anda ingin menanam tanaman yang lebih sehat sambil

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember 2016, tempat pelaksanaan penelitian dilakukan di lahan pertanian Universitas Muhamadiyah

Lebih terperinci

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR 16 III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Kegiatan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Desa Sidoharjo Rt 5 Rw 10 Kelurahan Banaran Kecamatan Boyolali Kabupaten Boyolali Jawa Tengah.

Lebih terperinci