MENINGKATKAN GERAK DASAR ROL DEPAN DENGAN METODE MODELING PADA SISWA KELAS IV SDN 4 KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO HADIJAH ABDULLAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MENINGKATKAN GERAK DASAR ROL DEPAN DENGAN METODE MODELING PADA SISWA KELAS IV SDN 4 KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO HADIJAH ABDULLAH"

Transkripsi

1 MENINGKATKAN GERAK DASAR ROL DEPAN DENGAN METODE MODELING PADA SISWA KELAS IV SDN 4 KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO HADIJAH ABDULLAH UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN JURUSAN PENDIDIKAN KEOLAHRAGAAN 2013 ABSTRAK HADIJAH ABDULLAH, Meningkatkan gerak dasar rol depan dengan metode modeling pada siswa kelas IV SDN 4 Kabila Kabupaten Bone Bolango. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan SDN 4 Kabila Kabupaten Bone Bolango, dengan jumlah 26 siswa. Permasalahan rendahnya kemampuan gerak dasar rol depan pada siswa kelas IV sdn 4 Kabila Kabupaten Bone Bolango dalam pemecahannya peneliti menerapkan metode belajar modeling. Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan Gerak Dasar Rol Depan Pada Siswa Kelas IV SDN 4 Kabila Kabupaten Bone Bolango dengan menerakan metode modeling. Dari hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan bahwa penggunaan metode modeling berdampak positif pada peningkatan Gerak Dasar Rol Depan Pada Siswa Kelas IV SDN 4 Kabila, hal ini dapat dibuktikan yaitu dari observasi awal rata-rata nilai capaian siswa secara klasikal 52,15 menjadi 68,02 pada siklus I dan 79,73 pada siklus II atau 15,38% ketuntasan siswa pada siklus I menjadi 92,31% pada siklus II. Jadi, dapat disimpulkan bahwa metode modeling berdampak positif terhadap peningkataan kemampuan gerak dasar roll depan siswa kelas IV SDN 4 Kabila Bonebolango sehingga hipotesis tindakan yang berbunyi Jika metode modeling diterapkan maka kemampuan gerak dasar roll depan Siswa Kelas IV SDN 4 Kabila Kabupaten Bone Bolango akan meningkat dapat diterima. PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Salah satu cabang olahraga yang dpat digunakan untuk meningkatkan kesehatan siswa baik secara mental maupun fisik adalah senam lantai. Pada senam lantai, siswa dilatih agar memiliki tubuh yang lentur dan kuat sehingga dapat melaksanakan aktivitas dan dapat menerima pelajaran yang disampaikan oleh guru dengan baik.

2 Senam senam lantai memiliki nomor-nomor lainnya seperti senam aerobic, rol depan, rol belakang, kayang dan cabang-cabang lainnya. Rol depan merupakan suatu kegiatan dalam senam lantai yang berfungsi untuk membentuk badan yang kuat, terutama bagian punggung. Selain itu rol depan digunakan untuk melatih konsentrasi dan kemampuan siswa dalam menempatkan badanya setelah melakukan rol depan. Pada jenjang sekolah dasar pembelajaran senam lantai, khususnya pada materi rol depan dan rol belakang, kemampuan siswa perlu dikembangkan terutama pada teknik dasar melakukan gerakan dengan baik dan benar. Hal ini perlu dilakukan sejak dini agar siswa di sekolah dasar memahami teknik dasar dalam melakukan gerakan rol depan dan rol belakang sehingga menjadi dasar dalam pengembangan kemampuannya di sekolah lanjutan. Dari penganmatan awal di SDN 4 Kabila Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango, terlihat bahwa pada umumnya siswa belum dapat melakukan rol depan dengan baik. Dari 26 orang siswa terdapat 21 orang atau 80,77% dalam melakukan rol depan dengan kategori kurang, sedangkan 5 atau 19.23% ratarata dalam melakukan rol depan dengan kategori cukup. Dalam permasalahan di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan gerak dasar roll depan pada SDN 4 Kabila khususnya siswa kelas IV masih dibawah ratarata dari kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 75. Hal ini perlu dicari solusi untuk meningkatkan gerak dasar roll depan pada siswa tersebut, yaitu salah satunya perubahan penggunaan metode belajar dalam proses pembelajaran. Surakhmad ( 1961:24) mengatakan bahwa metode pengajaran adalah cara-cara pelaksanaan proses pengajaran atau bagaimana teknis sesuatu bahan pelajaran diberikan kepada murid di sekolah. Salah satu metode mengajar yang dapat diterapkan adalah dengan metode modeling. Daruma (1993 : 2) memberikan pengertian bahwa Modeling berarti mengadakan suatu contoh yang baik atau pola tingkah laku untuk klien yang tidak mengetahui dan memahami bagaimana bertindak secara tepat dalam berbagai situasi. Menurut teori ini yang terpenting adalah kemampuan orang yang mengamati obyek atau sedang belajar melalui imitasi dan identifikasi untuk mengabstraksikan informasi dan tingkah lau orang lain, mengambil keputusan mengenai tingkah laku yang akan di tiru dan selanjutnya akan melakukan pilihannya. Berdasarkan uraian diatas mendorong penulis untuk mengadakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang diformulasikan dalam judul Meningkatkan Gerak Dasar Rol Depan Dengan Metode Modeling Pada Siswa Kelas IV SDN 4 Kabila Kabupaten Bonebolango RUMUSAN MASALAH Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu Apakah dengan metode modeling gerak dasar rol depan pada Siswa kelas IV SDN 4 Kabila Kabupaten Bonebolango dapat ditingkatkan?

3 CARA PEMECAHAN MASALAH Untuk meningkatkan gerak dasar rol depan, diupayakan melalui metode modeling. Hal ini dipilih sebagai salah satu upaya meningkatkan gerak dasar rol depan dengan tahapan sebagai berikut: 1) Guru menyiapkan ruangan latihan 2) Guru memulai pelajaran sesuai urutan yang telah ditetapkan dalam RPP 3) Guru menjelaskan gerak dasar rol depan 4) Guru memrintahkan salah seorang siswa menjadi model untuk ditiru oleh teman-temannya, pemilihan ini berdasarkan hasil observasi awal. Atau menggunakan model partisan atau model simbolis dll. 5) Guru mengamati siswa dalam memperhatikan temannya melakukan gerak dasar roll depan 6) Guru membimbing siswa yang mengalami kesulitan dalam melakukan gerak dasar roll depan 7) Guru memberikan penguatan. TUJUAN PENELITIAN Secara umum penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan Gerak Dasar Rol Depan Pada Siswa Kelas IV SDN 4 Kabila Kabupaten Bone Bolango dengan menerakan metode modeling. MANFAAT PENELITIAN a. Bagi Guru : Akan mengetahui pembelajaran bervariasi, memperbaiki dan mengembangkan kemampuan siswa, sehingga permasalahan yang dihadapi oleh siswa dalam pembelajaran dapat diatasi oleh guru. b. Bagi Siswa : Memberikan sumbangsi yang baik dalam mengembangkan kemampuannya dalam penguasaan roll depan c. Bagi Sekolah : Diharapakn dapat menjadi salah satu referensi yang dapat digunakan bagi mengembangkan ilmu pengetahuan, khususnya pada mata pelajaran penjaskes. d. Bagi Peneliti : Dapat bermanfaat dalam rangka menambah wawasan dan pengetahuan tentang penetapan strategi pembelajaran sebagai alternatif pemecahan masalah dalam pembelajaran penjasorkes dalam hal ini gerak dasar rol depan KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN KAJIAN TEORI Hakekat Senam Istilah senam berasal dari Bahasa Inggris Gymnastic dalam bahasa aslinya merupakan kata serapan dari bahasa Yunani Gymnos yang berarti telanjang, sedangkan tujuan dari senam adalah meningkatkan daya tahan tubuh, kekuatan,

4 kelentukan, kelincahan, koordinasi, serta kontrol tubuh (Agus Mahendra, 2001: 9). Senam adalah serangkaian aktivitas untuk menjaga kebugaran jasmani. Senam ini memiliki beberapa jenis, yakni senam dasar, senam lantai, senam ketangkasan, dan senam irama. Tujuan senam di sekolah, adalah untuk meningkatkan daya tahan jantung dan paru-paru, memperbaiki penampilan karena setiap gerakan dibuat untuk membuat mengencangkan dan membentuk otot beberapa bagian tubuh tertentu antara lain pinggul, paha, pinggang, perut, dada, pinggang, lengan, dan kaki. (Edy Sih Mitranto dan Slamet, 2010:43) Sedangkan menurut Agus Mahendra (2004:14), senam ialah kegiatan utama yang paling bermanfaat dalam mengembangkan komponen fisik dan kemampuan gerak (motorability). Menurut Imam Hidayat, Pieter Panggabean dan Imam Soeyoedi yang dikutip oleh Mahmudi Sholeh (1992:8) senam adalah latihan tubuh yang dipilih dan diciptakan dengan terencana disusun secara sistematis dengan tujuan membentuk dan mengembangkan pribadi secara harmonis. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut tentang hakikat senam maka dapat disimpulkan bahwa senam merupakan latihan tubuh yang disusun secara sistematis, berencana dan diawali oleh gerakan dasar yang membangun pola gerak lokomotor sekaligus manipuatif dengan tujuan membentuk dan mengembangkan pribadi secara harmonis. Selain itu senam juga dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan aktivitas jasmani, perkembangan estetika dan perkembangan sosial. Mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan untuk menguasai keterampilan gerak dasar yang akan mendorong partisipasinya dalam aneka aktivitas jasmani. Memperoleh dan mempertahankan derajat kebugaran jasmani yang optimal untuk melaksanakan tugas sehari-hari secara efisien dan terkendali. Manfaat senam menurut Agus Mahendra (2001:12) terdiri dari dua bagian, yaitu : 1) Manfaat Fisik : Melalui barbagai kegiatan anak yang terlibat dalam senam akan berkembang daya tahan ototnya, kekuatannya, powernya, kelentukannya, koordinasinya, kelincahannya, serta keseimbangannya. Apalagi jika ditekankan pada kegiatan yang menurut sistem kerja jantung dan paru (cardiovasculer system) program senam akan menyumbang bagi perkembangan fisik yang seimbang; 2) Manfaat mental dan sosial Ketika mengikuti program senam, siswa dituntut untuk berfikir sendiri tentang perkembangan keterampilannya. Untuk itu, siswa harus mampu menggunakan kemampuan berpikirnya secara kreatif melalui pemecahan masalah gerak. Dengan demikian, siswa akan berkembang kemampuan mentalnya. Dengan demikian, senam bermanfaat secara fisik maupun mental. Manfaat senam secara fisik dapat meningkatkan daya tahan otot, kekuatan, power, kelentukan, kelincahan, serta keseimbangan, sedangkan manfaat senam secara

5 mental dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilan siswa untuk berfikir kreatif mengenai pemecahan masalah gerak. Hakekat Senam Lantai Senam lantai merupakan salah satu bagian dari enam macam kelompok senam. Senam itu sendiri terdiri dari senam artistik, senam ritmik sportif, senam akrobatik, senam aerobic sport, senam trampolin, dan senam umum. Senam lantai sendiri termasuk ke dalam kelompok senam artistik di mana senam artistik ini menurut Agus Mahendra (2001:12) merupakan penggabungan antara aspek tumbling dan akrobatik untuk mendapatkan efek-efek artistik dan gerakan-gerakan yang dilakukan pada alat-alat tertentu. Efek artistiknya dihasilkan dari besaran (amplitudo) gerakan serta kesempurnaan gerak dalam menguasai tubuh ketika melakukan berbagai posisi. Menurut Wuryati Soekarno (1986:110), Senam dengan istilah lantai, merupakan gerakan atau bentuk latihannya dilakukan di atas lantai dengan beralaskan matras sebagai alat yang dipergunakan. Berdasarkan materi yang ada dalam latihan senam lantai, keterampilan tersebut di atas terbagi ke dalam unsur gerakan yang bersifat statis (diam ditempat) dan dinamis (berpindah tempat). Keterampilan senam lantai yang bersifat statis meliputi: kayang, sikap lilin, splits, berdiri dengan kepala, berdiri dengan kedua tangan dan lain sebagainya. Sedangkan keterampilan senam lantai yang bersifat dinamis meliputi; guling depan, guling belakang, guling lenting, meroda dan lain sebagainya. Bentuk latihan senam lantai itu sendiri dapat dipisahkan dalam beberapa kelompok, ditinjau dari tempat (diam ditempat) dan bergerak. Kelompok senam yang bergerak terdiri dari bergerak ke depan misalnya guling depan, lompat harimau, handspring, macam-macam kip, walk over muka, round off, salto. Sedangkan untuk yang bergerak ke belakang misalnya guling belakang, stut, walk over/be, hands spring dan salto. Sedangkan bentuk bentuk latihan senam lantai menurut Agus Mahendra (2000: 44-56) terdiri dari beberapa keterampilan diantaranya: (a) Lenting tengkuk.;(b). Lenting kepala (Head Spring). (c) Gerakan berguling ke depan dilanjutkan lenting tengkuk atau kepala, (d) Berdiri tangan (Handstand). (e) Berguling ke belakang diteruskan dengan meluruskan kedua kaki serentak ke atas (Back Extention); (f) Salto bulat ke depan; (g) Meroda (Raslag / cart wheel). Hakekat Kemampuan Dasar Rol Depan Senam meruapakan kegiatan kebugaran tubuh yang dapat dilakukan oleh semua orang, termasuk siswa. Senam mulai dibiasakan pada siswa sejak duduk di sekolah dasar. Hal dimaksudkan agar anak terbiasa melakuakn aktivitas olahraga, terutama senam. Menurut Wikipedia (2008:1) bahwa senam ialah suatu cabang olahraga yang melibatkan performa gerakan yang membutuhkan kekuatan, kecepatan dan keserasian gerakan fisik. Bentuk modern dari senam

6 ialah : palang tak seimbang, balok keseimbangan, dan senam lantai. Salah satu gerakan senam lantai yang perlu dipahami oleh siswa adalah teknik dasar gerakan rol depan. Berdasarkan unsur gerakan dari senam lantai, roll depan merupakan jenis gerakan senam yang dilakukan dengan mengguling. Menurut Suwandi dkk bahwa Guling depan dilakukan dengan cara berguling ke arah depan. Badan dibentuk seperti bulatan supaya mudah berguling. Cara melakukan guling depan meliputi beberapa tahap. Tahapan dalam guling depan meliputi sikap awalan, gerakan, dan sikap akhiran. (Suwandi, Fendi Fengky Bamar Oktanto & Masturi, 2010:33) Sedangkan Suyati & Agus Margono (2000: ) membedakan gerakan roll depan menjadi dua macam yaitu, (1) Guling depan dengan tungkai bengkok dan (2) guling depan tungkai lurus. Rol depan atau guling depan menurut Ranupraja (2008:10-11) adalah guling yang dilakukan ke depan. Adapun langkah-langkah untuk melakukan guling kedepan adalah sebagai berikut: (1) berdiri tegak, kedua tangan lurus disamping badan; (2) angkat kedua tangan ke depan, bungkukkan badan, letakan kedua telapak tangan di atas matras; (3) siku kesamping, masukan kepala diantara kedua tangan; (4) sentuhkan bahu ke matras; (5) bergulinglah ke depan; (6) lipat kedua lutut, tarik dagu dan lutut ke dada dengan posisi tangan merangkul lutut; (7) sikap akhir guling depan adalah jongkok kemudian berdiri tegak. Sedangkan langkah guling belakang bulat yaitu sebagai berikut (1) jongkok, tekuk kedua siku tangan menghadap ke atas di dekat telinga, dagu dan lutut tarik ke dada; (2) guling badan ke belakang hingga bahu menyentuh matras, lutut dan dagu tetap mendekat dada, telapak tangan di dekat telinga; (3) bahu menyentuh matras, kedua telapak tangan menyentuh matras, gerakan kaki untuk dijatuhkan ke belakang kepala; (4) jatuhkan ujung kaki ke belakang kepala; (5) dorong lengan ke atas; (6) jongkok dengan lengan lurus ke depan. Kongo (2007:2) mengemukakan bahwa rol depan merupakan salah satu konsentrasi. Rol depan dilakukan dengan cara : (1) berdiri tegak, kedua tangan lurus disamping badan, (2) angkat kedua tangan ke depan, bungkukan badan, letakan kedua telapak tangan di atas matras; (3) siku ke samping, masukkan kepala diantara kedua tangan; (4) sentuhkan bahu di atas matras; (5) bergulinglah ke depan (6) lipat kedua lutut, tarik dagu dan lutut ke dada dengan posisi tangan merangkul lutut; (7) sikap akhir guling depan adalah jongkok kemudian berdiri tegak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa rol depan adalah kegiatan untuk melatih kekuatan tubuh dengan melakukan kegiatan bergulingan ke depan melalui serangkaian teknik yang berurutan dan terstruktur dengan baik. Lebih lanjut Hermawan (2005:45) mengemukakan bahwa gerakan rol depan mempunyai manfaat yang sangat penting bagi tubuh manusia. Manfaat tersebut adalah (1) melatih kekuatan tubuh, terutama tangan dan punggung; (2) meningkatkan konsentrasi; (3) meningkatkan kelenturan tubuh; (4)

7 membiasakan diri untuk melakukan teknik-teknik gerakan rol depan dengan baik dan benar. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa gerakan rol depan (guling ke depan) merupakan serangkaian gerakan yang berurutan dan terstruktur dengan baik yang mempunyai manfaat penting bagi kesehatan tubuh dan pikiran manusia. Untuk menghasilkan roll Depan yang baik, ada beberapa teknik yang harus diperhatikan, berikut adalah gerakan-gerakan yang harus diperhatikan,menurut Aip Syarifudin dan Muhadi (1991 : 105) : 1) Sikap permulaan : Jongkok kedua kaki agak di buka, kedua tumit di angkat, kedua telapak tangan di letakkan pada matras, kedua tangan lurus sejajar bahu. 2) Gerakannya : Angkat pinggul ke atas hingga kedua lutut lurus dan berat badan berada pada kedua tangan, sambil membengkokkan kedua sikut ke samping memasukkankepala ke antara dua tangan sampai seluruh pundak kena pada matras dan pinggul di dorong ke depan pelan-pelan. Kemuadian teruskan badan berguling ke depan pada saat punggung terasa mengenai matras, segera kedua lutut di lipat dan kedua tangan memeluk lutut. Dengan demikian badan berguling ke depan bulat hingga jongkok kembali. 3) Sikap akhir : Jongkok, Kedua tumit di angkat, kedua tangan lurus ke depan serong ke atas, kemudian berdiri tegak Gambar Gerak Dasar Rol Depan Diadaptasi dari : moszez.blogspot.com/2013/01/teknik-senam-roll-depan.html

8 Gambar Pembelajaran Gerak Rol Depan Diadaptasi dari: /file/ba_digital/penjasorkes.../Materi_modul.11 Kesalahan umum yang sering dilakukan oleh murid-murid SD pada waktu melakukan berguling ke Depan,menurut Aip Syarifudin dan Muhadi (1991 : 106) antara lain adalah: 1) Tidak mengangkat pinggul ke atas sehingga kedua lutut tetap tertekuk. 2) Tidak membengkokkan siku ke samping tapi ke belakang, hingga sulit untuk memasukkan kepala ke antara keduatangan dan tidak membawa berat badan ke depan. 3) Sebelum seluruh pundak mengenai matras sudah melompat atau menolakkan kaki ke atas, akibatnya punggung jatuh ke matras 4) Pada waktu memasukkan kepala ke antara kedua tangan, pinggul tidak membantu mendorong badan ke depan, dan tangan tidak menahan. Hakekat Metode Modeling Dalam Jurnal INOVASI Volume 5, nomor 1, Maret 2008 ISSN Surakhmad (1961:24) dalam Asry Syam mengatakan bahwa metode pengajaran adalah cara-cara pelaksanaan proses pengajaran atau bagaimana teknis sesuatu bahan pelajaran diberikan kepada murid di sekolah. Salah satu metode mengajar yang dapat diterapkan adalah dengan metode modeling. Daruma (1993 : 2) memberikan pengertian bahwa Modeling berarti mengadakan suatu contoh yang baik atau pola tingkah laku untuk klien yang tidak mengetahui dan memahami bagaimana bertindak secara tepat dalam berbagai situasi. Menurut teori ini yang terpenting adalah kemampuan orang yang mengamati obyek atau sedang belajar melalui imitasi dan identifikasi untuk mengabstraksikan informasi dan tingkah lau orang lain, mengambil keputusan mengenai tingkah laku yang akan di tiru dan selajutnya akan melakukan pilihannya. (Asry Syam, 2008:5) Modeling sangat berperan dalam pengembangan dan perubahan banyak tingkah laku manusia. Ia mengemukakan tiga akibat utama modeling yang masingmasing mempunyai implikasi yang penting dalam praktek. Pertama, adalah perolehan respon-respon baru atau keterampilan performansi itu semua akkibat belajar dengan mengamati, menunjuk untuk pengintegrasian pola-pola tingkah

9 laku baru berdasarkan atas pengamatan pada suatu contoh. Misalnya belajar keterampilan dalam olahraga, khususnya pada cabang olahraga permainan. Kedua, adalah suatu hambatan pada respon takut yang terjadi apabila tingkah laku siswa terhambat. Dalam hal ini medeling yang melaksanakan respon takut yang terkadang tidak menderita konsekuensi negatif atau sebenarnya mendapatkan konsekuensi positif. Ketiga, adalah mempermudah terjadinya respon dalam hal mana suatu modeling memberikan bagi orang-orang lain untuk berusaha menandingi. Akibatnya dapat mempertinggi tingkah laku yang telah dipelajari individu. Misalnya modeling anak usia belasan tahun yang mempunyai keterampilan olahraga yang bagus. Siswa lain yang melihat advertensi tersebut mungkin akan mengikuti untuk mencobanya. Dalam penggunaan tiga tipe modeling tersebut siswa harus benar-benar peka terhadap berbagai kesempatan yahg tepat untuk memberikan bantuan melalui modeling sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan bersama dengan siswa. Pemberian modeling pada umumnya ditampilkan dalam dua cara yaitu siswa sendiri yang bertindak sebagai model atau orang lain seperti teman siswa bertindak sebagai model, kedua model simbolis yang ditampilkan melalui alat peraga. (Bandura dalam, Daruma 1993 : 2).

10 Pelaksanaan Modeling Pada dasarnya prosedur dalam penggunaan modeling ini melewati empat tahap yaitu: a. Asesement : Pada tahap ini guru berusaha menggali masalah siswa, kelebihan, kelemahan, aktivitas, perasaan, pikiran dan nilai-nilai yang diamati oleh siswa b. Goal Setting : Pada tahap ini guru melakukan kontrak dengan siswa untuk mencapai tujuan, mengurutkan tujuan khusus, merinci dan merupakan tujuan perubahan tingkah laku yang ingin dicapai bersama siswa. c. Implementasi Teknik : Pada tahap ini guru menemukan dan memilih teknik khusus yang sesuai dengan masalah yang dialami. d. Evaluasi dan terminasi : Pada tahap ini guru berusaha memantau perubahan tingkah laku siswa. Dalam pelaksanaan metode ini hendaknya ditampilkan secara utuh dengan memperlihatkan baik keseluruhannya maupun bagian-bagiannya. Kelebihan dari modeling sebagai teknik dalam pengubahan tingkah laku ialah dengan cepat dan mudah anak dapat mengamati suatu model tingkah laku yang diperlukan tanpa belajar. Sehingga jelaslah bahwa metode modeling adalah cara yang dalam fungsinya merupakan cara mengajar yang efektif agar siswa mampu melakukan semua latihan yang diberikan serta dapat mendemonstrasikan gerak dasar senam lantai khususnya dalam gerak dasar rol depan. (Jurnal INOVASI Volume 5, Nomor 1, Maret 2008 ISSN ). Modeling merupakan bagian dari teori belajar sosial yang dikembangkan menjadi teori kognitif dan sosial dan diperkenalkan oleh Bandura pada tahun Teori ini memandang bahwa sebagian besar belajar yang dialami manusia dibentuk melalui suatu model. Dengan kata lain seorang dapat belajar melalui pengamatan dan peniruan terhadap tingkah laku orang lain atau vicarious conditioning. Misalnya dalam pembelajaran seorang siswa tersebut akan cenderung meniru perilaku temannya dan memodifikasi perilakunya, dengan tujuan untuk mendapat pujian, modeling berarti mengadakan suatu contoh yang baik atau pola tingkah laku untuk klien yang tidak mengetahui dan memahami bagaimana bertindak secara tepat dalam berbagai situasi. Dalam teori belajar sosial bandura menekankan belajar melalui fenomena model, dimana seseorang meniru perilaku orang lain yang disebut belajar, yaitu belajar atas kegagalan dan keberhasilan orang, dan akhirnya seseorang yang meniru dengan sendirinya akan matang karena telah melihat pengalamanpengalaman yang dicoba oleh orang lain. Konsepbelajar observasional memperhatikan bahwa seseorang dapat belajar dengan mengamati orang lain melakukan apa yang dipelajari, oleh karena itu perlu diperhatikan, agar siswasiswa lebih banyak diberikan kesempatan untuk mengamati model model perilaku yang baik atau yang kita inginkan. Dan mengurangi kesempatankesempatan untuk melihat perilaku-perilaku yang tidak baik.

11 Modeling juga merupakan sebuah bentuk pembelajaran pengetahuan, keterampilan pengetahuan tertentu yang bisa ditiru dan diamati oleh siswa dalam bentuk demonstrasi yang dilakukan oleh guru atau sumber belajar yang ada. Sehingga modeling dapat diartikan sebagai suatu kegiatan dimana siswa mendengarkan atau mengamati suatu model atau tiruan obyek dengan maksud untuk latihan dan meningkatkan kemampuannya. Dalam modeling atau pemodelan model memegang peranan penting dalam proses pemblejaran. Peranan pokok tingkah laku yang dijadikan model adalah menyampaikan informasi kepada pengamat. Gredler (1991 dalam Rutamanan, 2005 : 59) Mencatat ada 3 peranan atau fungsi dari tingkah laku model yaitu (1) sebagai pembangkit tingkah laku sosial (2) memperkuat atau memperlemah kemampuan menahan diri terhadap reformasi tingkah laku tertentu, efek inhibisi terjadi kalu individu menahan diri untuk tidak melakukan tingkah laku yang dimodelkan, setelah melihat kosekuensi negative. Sebaliknya efek inhibisi melemahkan sikap menahan diri untuk menampilkan tingkah laku tertentu dan (3) menyampaikan pola perilaku yang baru Dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bias ditiru oleh siswanya, misalnya guru memodelkan langkah-langkah cara menggunakan neraca O haus dengan demonstrasi sebelum siswanya melakukan suatu tugas tertentu. Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya model. Pemodelan dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Seorang bias ditunjuk untuk memodelkan suatu pengalaman diketahuinya. Ada enam jenis modeling yaitu : 1. Modeling Langsung Modeling langsung adalah prosedur yang digunakan untuk mengajarkan tingkah laku yang dikehendaki atau yang hendaknya dimiliki oleh klien melalui contoh langsung dari konselor sendiri, guru atau teman sebayanya. 2. Modeling Simbolis Model yang disajikan melalui material tertulis, rekaman, audio atau video, film atau slide. 3. Modeling Diri sendiri Modeling diri sendiri sebagai prosedur dimana klien melihat dirinya sendiri sebagai model yaitu melakukan tingkah laku yang menjadi tujuan yang diinginkan klien berlatih dengan sebuah tipe. 4. Modeling Partisan Suatu cara yang efektif untuk menyediakan testing kenyataan yang tepat. Yang menyediakan pengalaman kreatif bagi perubahan. 5. Modeling tersembunyi Dimana seseorang/perorangan atau kelompok membayangkan suatu model perlakuan tingkah laku melalui instruksi-instruksi 6. Modeling kognitif

12 Suatu prosedur dimana konselor menunjukan orang apa yang dikatakan pada diri mereka sendiri selagi melakukan tugas disamping melihat model, siswa juga dilatih untuk mengahasilkan instruksi diri sendiri, pancarkan selagi pelaksanaan tugas. Woolfolk (1998 dalam Ratumanan, 2005:59) mengemukakan beberapa tahap pemodelan antara lain : 1. Tahap atensi, pada umumnya siswa memberikan perhatian pada model model yang menarik, berhasil, menimbulkan minat dan popular. 2. Tahap Retensi, agar dapat meniru perilaku suatu model, seseorang harus mengingat perilaku yang diamatinya. Mengingat hal tersebut termasuk menggambarkan tindakan-tindakan dari model dengan berbagai cara. 3. Tahap produksi, kekurangan dari perilaku yang ditiru seseorang hanya akan dapat diketahui apabila ia diminta untuk menampilkan perilaku tersebut. Agar seseorang dapat memproduksi perilaku model dengan lancer dan mahir, maka diperlukan latihan berulang-ulang, dan umpan balik terhadap perilaku yang ditirunya. 4. Tahap motivasi dan penguatan, penguatan memeganng peranan penting dalam pembelajaran melalui pengamatan. Bila seseorang memperoleh penguatan pada saat meniru model, maka ia akan lebih termotivasi untuk menaruh perhatian, mengingat dan memproduksi perilaku tersebut. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode modeling adalah cara pembelajaran yang menunjukan sebuah model atau cara melalui peragaan yang dapat diamati dengan jelas oleh siswa, kemudian siswa mengikuti gerakan yang diperagakan oleh guru. HIPOTESIS TINDAKAN Jika metode modeling diterapkan maka kemampuan gerak dasar roll depan Siswa Kelas IV SDN 4 Kabila Kabupaten Bone Bolango akan meningkat. INDIKATOR KINERJA Apabila 75% meningkat kemampuan gerak dasar roll depan Siswa Kelas IV SDN 4 Kabila Kabupaten Bone Bolango maka peneletian ini dinyatakan selesai. METODE PENELITIAN RANCANGAN DAN KARAKTERISTIK PENELITIAN Rancangan Penelitian Rencana penelitian dilaksanakan di SDN 4 Kabila Kecamatan Kabila Kabupaten Bonebolango

13 Karakteristik Subjek Penelitian Adapun yang menjadi subjek dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah siswa Kelas IV (empat) berjumlah 26 siswa yang terdiri dari 11 orang laki-laki dan 15 orang perempuan dengan rata-rata umur 9 11 tahun. VARIABEL PENELITIAN Input Input yaitu proses sebelum pelaksanaan pelaksanaan pembelajaran yang terdiri dari siswa, guru, menyiapkan bahan pelajaran berupa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), sumber belajar, media, dan prosedur evaluasi serta lingkungan belajar. Proses Proses berupa tindakan-tindakan yang dilakukan beserta perangkat pendukung yang sesuai dengan perencanaan sebelumnya yaitu meningkatkan gerak dasar roll depan dengan metode modeling. Output Output yaitu hasil kemampuan siswa dalam melakukan gerak dasar roll depan akan mengalami peningkatan yang lebih baik dari sebelumnya. TAHAP-TAHAP PENELITIAN Tahap Perencanaan Pada tahap ini yang dilakukan sehubungan dengan penelitian adalah : 1. Mengidentifikasi Masalah Dalam mengidentifikasi masalah peneliti menyusun skenario pembelajaran berdasarkan masalah dan sistimatis. 2. Mempersiapkan Administrasi pembelajaran Peneliti mempersiapkan sarana/media pembelajaran, rencana pembelajaran bahan ajar serta mencakup metode/teknik mengajar yang disiapkan secara matang. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan disesuaikan dengan skenario yang telah dikembangkan pada langkah perencanaan yang diterapkan dalam setiap siklus. Pemantauan dan Evaluasi Observasi dilakukan pada proses penelitian berlangsung mencakup interaksi antara siswa dengan materi pelajaran, interaksi antar siswa, interaksi antara siswa dengan guru yang dilakukan pada tahap proses pembelajaran mulai dari kegiatan awal hingga kegiatan akhir dengan menggunakan lembar observasi. Evaluasi dilakukan untuk mengukur kualitas proses pembelajaran, sikap siswa, kompetensi praktikal, atau tanggapan siswa dalam hal ini penerapan metode modeling untuk meningkatkan gerak dasar rol depan dengan menggunakan format evaluasi yang telah dibuat. Untuk dapat mengetahui hasil pembelajaran

14 yang telah diberikan, maka diberikan penilaian standar dengan menggunakan penilaian kuantitatif dengan interval yang dirinci sebagai berikut : Interval Kualifikasi Sangat Baik Baik Cukup Kurang < 40 Sangat Kurang Refleksi dan Tindakan Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah menganalisis hasil yang diperoleh pada tahap pemantauan dan hasilnya digunakan untuk merefleksi diri apakah siswa dapat melakukan teknik daar rol depan pada senam lantai melalui media pembelajaran seperti apa yang diharapkan oleh peneliti. Hasil analisis akan digunakan merencanakan tindakan pada siklus berikutnya. DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN DESKRIPSI HASIL PENELITIAN Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN 4 Kabila Kabupaten Bone Bolango, dengan subjek penelitian adalah siswa kelas IV yang berjumlah 26 orang, terdiri 11 orang laki-laki, dan 15 orang perempuan. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus masing-masing siklus tiga kali tindakan. Sebelum melaksanakan tindakan siklus, peneliti bersama guru mitra melakukan observasi awal terhadap subjek penelitian untuk memperoleh data awal tentang kemampuan dasar rol depan siswa yang dapat dijadikan dasar penelitian. Untuk lebih jelasnya hasil penelitian, baik observasi awal dan hasil tindakan setiap siklus di deskripsikan sebagai berikut : DESKRIPSI HASIL TINDAKAN A. PELAKSANAAN OBSERVASI AWAL Proses pelaksanaan tindakan pada observasi awal dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Kegiatan Guru dan Siswa 1) Pendahuluan (a) Siswa berbaris dan berdoa a (b) Siswa melakukan pemanasan (c) Guru Menyampaikan tujuan pembelajaran 2) Kegiatan Inti - Guru menjelaskan materi tentang senam lantai dengan topic roll depan.

15 - Guru mendemonstrasikan dengan pemodelan yang dperankan oleh siswa. - Guru memberikan tugas gerakan pada siswa dengan memperhatikan indikator berikut : Berdiri tegak, kedua tangan lurus di samping badan Meletakan telapak tangan di atas matras Memasukan kepala di antara kedua tangan Sentuhkan bahu ke matras Bergulinglah ke depan Lipat kedua lutut, tarik dagu dan lutut ke dada dengan posisi tangan merangkul lutut Sikap akhir guling depan jongkok kemudian berdiri tegak. - Guru mengoreksi gerakan siswa yang kurang tepat dan memberi penguatan terhadap siswa yang melakukan rol depan dengan benar 3) Penutup - Siswa berbaris seperti semula - Siswa melakukan Pendinginan - Berdo a dan bubar. 2. Hasil Pengamatan Kegiatan Belajar Mengajar 1) Hasil Pengamatan Kegiatan Guru Penagamatan kegiatan guru dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti dan guru pengamat. Aspek aspek tersebut berjumlah 14 aspek dan kriteria penilaiannya diberi kode pada kolom. Berdasarkan hasil pengamatan dari 14 aspek yang diamati oleh guru mitra belum semuanya dilaksanakan dalam hal ini yang terlewati oleh guru. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 3 (hasil Observasi awal Pengamatan Guru). 2) Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa Dari observasi awal mengenai kemampuan siswa dalam melakukan teknik dasar rol depan dalam bentuk skor dapat dilihat selengkapnya pada lampiran, dengan tujuh aspek yang diamati pada teknik dasar rol depan yaitu : (a) Posisi Berdiri; (b) Posisi Jongkok; (c) Posisi Kepala pada saat dimasukan diantara kedua siku/tangan; (d) Posisi Bahu pada saat meletakan pada matras (lantai yang dikondisikan); (e) Posisi Kedua Kaki pada saat mendorong; (f) Posisi Berguling ke depan; (g) Posisi Sikap Akhir guling, jongkok kemudian berdiri tegak Hasil observasi awal menunjukan bahwa capaian rata-rata kemampuan siswa melakukan dasar rol depan secara klasikal adalah 52,15. Dengan rincian rekapitulasi sebagai berikut : Tabel 1. Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa Observasi Awal

16 No INDIKATOR KLASIFIKASI NILAI JML KKM = 75 PERSENTASE Sangat Baik Baik Cukup 5 19,23% Kurang 21 80,77% 5. < 40 Sangat Kurang JUMLAH % Berdasarkan tabel 1. tersebut dapat dilihat bahwa : - 21 orang atau % dari jumlah subjek termasuk dalam kategori Kurang - 5 orang atau 19,23% dari jumlah subjek termasuk dalam kategori cukup Berdasarkan indikator kinerja yang telah ditetapkan sebagai acuan keberhasilan dalam penelitian ini, yakni 75% siswa dapat melakukan teknik dasar rol depan dengan kategori baik, maka penelitian ini dinyatakan selesai. Dari data observasi awal tersebut kemampuan siswa dalam teknik dasar rol depan masih jauh dari indicator kinerja yang ditetapkan. Dengan demikian, perlu ditingkatkan melalui pemberian tindakan yaitu Siklus I dengan menggunakan metode Modeling. PELAKSANAAN SIKLUS I Proses pelaksanaan tindakan pada observasi awal dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Kegiatan Guru dan Siswa a. Pendahuluan - Siswa berbaris dan berdoa a - Siswa melakukan pemanasan - Guru Menyampaikan tujuan pembelajaran b. Kegiatan Inti - Guru menjelaskan materi tentang senam lantai dengan topic roll depan. - Guru mendemonstrasikan dengan pemodelan yang dperankan oleh siswa. - Guru memberikan tugas gerakan pada siswa dengan memperhatikan indikator berikut : Berdiri tegak, kedua tangan lurus di samping badan Meletakan telapak tangan di atas matras Memasukan kepala di antara kedua tangan Sentuhkan bahu ke matras

17 No Bergulinglah ke depan Lipat kedua lutut, tarik dagu dan lutut ke dada dengan posisi tangan merangkul lutut Sikap akhir guling depan jongkok kemudian berdiri tegak. - Guru mengoreksi gerakan siswa yang kurang tepat dan memberi penguatan terhadap siswa yang melakukan rol depan dengan benar c. Penutup - Siswa berbaris seperti semula - Siswa melakukan Pendinginan - Berdo a dan bubar. 2. Hasil Pengamatan Kegiatan Belajar Mengajar a. Hasil Pengamatan Kegiatan Guru Penagamatan kegiatan guru dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti dan guru pengamat. Aspek aspek tersebut berjumlah 14 aspek dan kriteria penilaiannya diberi kode pada kolom. Berdasarkan hasil pengamatan dari 14 aspek yang diamati oleh guru mitra belum semuanya dilaksanakan dalam hal ini yang terlewati oleh guru. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 3 (hasil Observasi awal Pengamatan Guru). b. Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa Dari observasi awal mengenai kemampuan siswa dalam melakukan teknik dasar rol depan dalam bentuk skor dapat dilihat selengkapnya pada lampiran, dengan tujuh aspek yang diamati pada teknik dasar rol depan yaitu : (a) Posisi Berdiri; (b) Posisi Jongkok; (c) Posisi Kepala pada saat dimasukan diantara kedua siku/tangan; (d) Posisi Bahu pada saat meletakan pada matras (lantai yang dikondisikan); (e) Posis Kedua Kaki pada saat mendorong; (f) Posisi Berguling ke depan; (g) Posisi Sikap Akhir guling, jongkok kemudian berdiri tegak Hasil siklus I menunjukan bahwa capaian rata-rata kemampuan siswa melakukan dasar rol depan secara klasikal adalah 67,87. Dengan rincian rekapitulasi sebagai berikut : Tabel 2. Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa Siklus I KKM = 75 INDIKATOR KLASIFIKASI NILAI JML PERSENTASE Sangat Baik 0% Baik 8 30,77% Cukup 18 69,23% Kurang 0% 5. < 40 Sangat Kurang 0%

18 JUMLAH % RATA-RATA 68,02 Berdasarkan tabel 2. tersebut dapat dilihat bahwa : - 8 orang atau 30,77 % dari jumlah subjek termasuk dalam kategori Baik - 18 orang atau 69.23% dari jumlah subjek termasuk dalam kategori Cukup 3. Analisis dan Refleksi Dari data siklus I di atas kemampuan siswa dalam teknik dasar rol depan masih jauh dari indikator keberhasilan yang ditetapkan. Yaitu jumlah siswa mencapai nilai KKM ada 4 siswa atau 15,38%. Hal ini jika mengacu pada indikator kinerja 75% masih jauh dari harapan. Dengan demikian, peneliti bersama guru mitra melanjutkan tidakan pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus II. SIKLUS II Proses pelaksanaan tindakan pada observasi awal dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Kegiatan Guru dan Siswa 1) Pendahuluan - Siswa berbaris dan berdoa a - Siswa melakukan pemanasan - Guru Menyampaikan tujuan pembelajaran 2) Kegiatan Inti - Guru menjelaskan materi tentang senam lantai dengan topic roll depan. - Guru mendemonstrasikan dengan pemodelan yang dperankan oleh siswa. - Guru memberikan tugas gerakan pada siswa dengan memperhatikan indikator berikut : Berdiri tegak, kedua tangan lurus di samping badan Meletakan telapak tangan di atas matras Memasukan kepala di antara kedua tangan Sentuhkan bahu ke matras Bergulinglah ke depan Lipat kedua lutut, tarik dagu dan lutut ke dada dengan posisi tangan merangkul lutut Sikap akhir guling depan jongkok kemudian berdiri tegak. - Guru mengoreksi gerakan siswa yang kurang tepat dan memberi penguatan terhadap siswa yang melakukan rol depan dengan benar 3) Penutup

19 No - Siswa berbaris seperti semula - Siswa melakukan Pendinginan - Berdo a dan bubar. 2. Hasil Pengamatan Kegiatan Belajar Mengajar 1) Hasil Pengamatan Kegiatan Guru Penagamatan kegiatan guru dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti dan guru pengamat. Aspek aspek tersebut berjumlah 14 aspek dan kriteria penilaiannya diberi kode pada kolom. Berdasarkan hasil pengamatan dari 14 aspek yang diamati oleh peneliti belum semuanya dilaksanakan dalam hal ini yang terlewati oleh guru. Terdapat pada lampiran 9 2) Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa Dari observasi awal mengenai kemampuan siswa dalam melakukan teknik dasar rol depan dalam bentuk skor dapat dilihat selengkapnya pada lampiran, dengan tujuh aspek yang diamati pada teknik dasar rol depan yaitu : (a) Posisi Berdiri; (b) Posisi Jongkok; (c) Posisi Kepala pada saat dimasukan diantara kedua siku/tangan; (d) Posisi Bahu pada saat meletakan pada matras (lantai yang dikondisikan); (e) Posis Kedua Kaki pada saat mendorong; (f) Posisi Berguling ke depan; (g) Posisi Sikap Akhir guling, jongkok kemudian berdiri tegak Hasil data siklus II menunjukan bahwa capaian rata-rata kemampuan siswa melakukan dasar rol depan secara klasikal adalah 79,80. Dengan rincian rekapitulasi sebagai berikut : Tabel 3. Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa Siklus II KKM = 75 INDIKATOR KLASIFIKASI NILAI JML PERSENTASE Sangat Baik 4 15,38% Baik 22 84,62% Cukup Kurang - 5. < 40 Sangat Kurang - JUMLAH %

20 Berdasarkan tabel 3. tersebut dapat dilihat bahwa : - 4 orang atau 15.38% dari jumlah subjek termasuk dalam kategori sangat baik - 22 orang atau 84,62% dari jumlah subjek termasuk dalam kategori Baik 3. Analisis dan Refleksi Dari data siklus II bahwa jumlah siswa yang mencapai nilai KKM yang dijadikan sebagai acuan kriteria ketuntasan 24 siswa atau 92,31, %, sedangkan jumlah siswa yang tidak mencapai nilai KKM ada 2 siswa atau 7,69% tetapi sudah masuk dalam kategori baik dalam melakukan gerak dasar roll depan. Dengan demikian peneliti bersama guru mitra mengakhiri penelitian ini. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis data yang meliputi hasil peningkatan kemampuan Teknik Dasar Rol Depan terhadap metode modeling diperoleh gambaran sebagai berikut : Dari data hasil observasi awal terlihat kemampuan siswa dalam melakukan rol depan pada senam lantai secara klasikal masih dalam kategori kurang diperoleh nilai rata-rata secara klasikal 52,15. Untuk itu tindakan dilanjutkan ke siklus I dengan pelaksanaan tindakan melalui metode modeling. Pertemuan siklus I (satu) dilaksanakan tindakan pembelajaran yang dilakukan dalam tiga kali tindakan. Yaitu pada tindakan ke empat dilakukan evaluasi belajar dalam hal ini kemampuan siswa dalam melakukan teknik dasar rol depan, dari hasil analisis data evaluasi diketahui bahwa terjadi peningkatan pada kemampuan siswa dalam melakukan dasar rol depan hingga nilai rata-rata secara klasikal mencapai yaitu jumlah siswa yang masuk dalam kategori cukup naik secara signifikan yaitu dari 5 siswa pada observasi awal menjadi 18 siswa pada siklus I demikian halnya dengan jumlah siswa yang berkategori baik yaitu terjadi peningkaatan akan tetapi persentase siswa yang mencapai nilai KKM belum sesuai harapan yaitu hanya 15,38% atau hanya 4 siswa. Dengan demikian peneliti bersama guru mitra melanjutkan tindakan siklus II (dua). Siklus II dilaksanakan tiga kali tindakan pembelajaran dengan nilai rata-rata secara klasikal mencapai 79,73, yaitu pada siklus I kemampuan Dasar Rol Depan siswa pada siklus I sebesar 68,02 naik menjadi 79,73 pada siklus II atau naik sebesar 11,71. ketuntasan kemampuan siswa dalam melakukan dasar rol depan secara klasikal dari 15.38% pada siklus I meningkat menjadi % pada siklus II atau naik sebesar 76.93%, dan hal ini telah mencapai indikator Kinerja yaitu 75% yang telah ditetapkan. Untuk itu peneliti bersama guru mitra mengakhiri penelitian ini. Dalam proses belajar mengajar selama penelitian ini, yaitu menggunakan metode modeling dalam meningkatkan kemampuan Teknik dasar roll depan pada siswa kelas IV SDN 4 Kabila Kabupaten Bonebolango, meskipun penggunaan metode ini berdampak positif terhadap peningkatan keterampilan

21 siswa diharapkan dalam menggunakan suatu metode harus diikuti dengan penjelasan dan peragaan sehingga siswa lebih dapat memahami materi atau suatu keterampila yang harus dikuasai. Dengan adanya peningkatan kemampuan Teknik Dasar Roll Depan Melalui Metode Modeling Pada Siswa Kelas IV SDN 4 Kabila Kabupaten Bonebolango, maka dapat dinyatakan bahwa hipotesis yang telah diajukan yang berbunyi Jika metode modeling diterapkan maka kemampuan gerak dasar roll depan Siswa Kelas IV SDN 4 Kabila Kabupaten Bone Bolango akan meningkat dapat diterima. Untuk lebih jelas berikut ini tabel dan diagram peningkatan pada setiap siklus penelitian : Tabel. 1. Peningkatan keterampilan roll depan pada setiap siklus JUMLAH SISWA MENCAPAI NILAI NO. KEGIATAN RATA2 SK (< 40) K (41-55) C (56-70) B (71-85) SB (86-100) JML 1. Observasi Awal 52, Siklus I 68, Siklus II 79, Observasi Awal Siklus I Siklus II Grafik 1. Peningkatan keterampilan roll depan pada setiap siklus PENUTUP SIMPULAN Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, maka peneliti dapat menyimpulkan sebagai berikut : 1. Berdasarkan hasil data observasi awal terlihat bahwa pengetahuan awal siswa dalam materi senam lantai khususnya teknik dasar rol depan masih dalam kategori kurang, akan tetapi setelah diberikan tindakan selama dua siklus terjadi peningkatan yaitu dari observasi awal nilai ratarata siswa secara klasikal menjadi pada siklus I dan pada siklus II dengan persentase ketuntasan mencapai 92.31% dari jumlah siswa. Maka dapat disimpulkan berdasarkan hasil capaian pelaksanaan penelitian tindakan kelas, bahwa hipotesis tindakan yang berbunyi Jika

22 metode Modeling diterapkan maka kemampuan teknik dasar rol depan pada senam lantai siswa kelas 4 SDN 4 Kabila Kabupaten Bone Bolango akan mengalami peningkatan dapat diterima. 2. Peningkatan kualitas kemampuan guru dalam meningkatkan keterampilan teknik gerak dasar rol depan di ikuti dengan peningkatan hasil belajar siswa, baik secara kalsikal maupun individu setiap siswa. SARAN Setelah melaksanakan penelitian tindakan kelas di SDN 4 Kabila Kabupaten Bone Bolango. Penulis mengemukakan beberapa saran sebagai berikut : 1. Untuk meningkatkan proses belajar mengajar dan kemampuan siswa maka setiap guru harus menerapkan tahapan-tahapan pembelajaran secara sistematis dan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa. 2. Setiap tenaga pengajar yaitu guru pendidikan jasmani dan kesehatan olahraga dalam meningkatkan keterampilan rol depan harus sesuai tahapan-tahapan pembelajaran pada senam lantai. 3. Penelitian tindakan kelas ini harus dilaksanakan dan digunakan sebagai refleksi bagi guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. DAFTAR PUSTAKA Aip Syarifuddin & Muhadi Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdikbud. Dirjendikti. Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan. Asry Syam,2008. Peningkatan Keterampilan Menggiring Bola Pada Permainan Sepak Bola Melalui Metode Modeling. INOVASI Volume 5, nomor 1, Maret 2008 ISSN Universitas Negeri Gorontalo Daruma, Abd,Razak, Modeling sebagai teknik pengubah tingkah laku. Ujung Pandang Komda IPBI Eka Pribadi, Ono Sudiana & H.D. Lukman Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta: Yudhistira. Indra, Setiadi Kemampuan dalam melakukan senam lantai. Bandung : Rosdakarya Imam Hidayat, Senam dan metodik 1a : buku guru untuk SGO. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kongo, Agus Teknik dasar Senam Lantai. Jakarta : Pustaka jaya Mahendra, Agus Senam. Jakarta: Depdiknas. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III. Mahendra, Agus, Pembelajaran Senam di FPOK. Bahan Ajar. Bandung FPOK UPI. Mahendra, Agus, Teori dan Pembelajaran Senam Untuk Mahasiswa Bandung : FPOK UPI. Mahmudi Sholeh Olahraga Pilihan Senam. Jakarta: Depdikbud Margono, Agus Senam. Surakarta: UNS Press.

23 Muhammad Danupraja, Metode Mengajar yang Efektif. Bandung : Alfabeta Ranupraja, Senam Lantai. Jakarta : Balai Pustaka Ratumanan, T.G Pengembangan Model Pembelajaran Interaktif Dengan Setting Kooperatif (Model PISK) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SLTP di Kota Ambon. Desertasi. Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Surabaya. Soekarno, Wuryati Teori dan Praktek Senam Dasar. Yogyakarta: PT Intan Pariwara. Suyati & Agus Margono Teori dan Praktek Senam I. Surakarta: UNS Press. Surakhmad, Winarno Metode dan Tekhnik dalam bukunya Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Tekhnik., Bandung: Tarsito,.

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1. KAJIAN TEORI 2.1.1. Hakekat Senam Istilah senam berasal dari Bahasa Inggris Gymnastic dalam bahasa aslinya merupakan kata serapan dari bahasa Yunani Gymnos

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. SIMPULAN Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, maka peneliti dapat menyimpulkan sebagai berikut : 1. Berdasarkan hasil data observasi awal terlihat bahwa pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. secara sistematis dengan melibatkan gerakan-gerakan yang terpilih dan terencana

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. secara sistematis dengan melibatkan gerakan-gerakan yang terpilih dan terencana 1 2.1 Kajian Teoritis BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1.1 Hakikat Senam Ketangkasan Senam dapat diartikan sebagai setiap bentuk latihan fisik yang disusun secara sistematis dengan melibatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang menjadi subjek penelitian adalah kelas V. Bone Pantai dengan jumlah siswa 20 orang yang terdiri dari 14 laki-laki

BAB III METODE PENELITIAN. yang menjadi subjek penelitian adalah kelas V. Bone Pantai dengan jumlah siswa 20 orang yang terdiri dari 14 laki-laki BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Latar Dan Karakteristik Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN 3 Bone Pantai yang menjadi subjek penelitian adalah kelas V. 3.1.2

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGGIRING BOLA PADA PERMAINAN SEPAK BOLA MELALUI METODE MODELING. Asry Syam Universitas Negeri Gorontalo

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGGIRING BOLA PADA PERMAINAN SEPAK BOLA MELALUI METODE MODELING. Asry Syam Universitas Negeri Gorontalo PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGGIRING BOLA PADA PERMAINAN SEPAK BOLA MELALUI METODE MODELING Asry Syam Universitas Negeri Gorontalo Abstrak : Penelitian ini dilaksanakan di SDN No. 1 Luwoo dengan sampel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani sebagai komponen pendidikan secara keseluruhan telah disadari oleh banyak kalangan. namun dalam pelaksanaannya pengajaran pendidikan jasmani

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Gymnastics. Sedangkan Imam Hidayat dalam Hendra Agusta (2009: 9), mengembangkan keterampilan, dan menanamkan nilai-nilai mental

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Gymnastics. Sedangkan Imam Hidayat dalam Hendra Agusta (2009: 9), mengembangkan keterampilan, dan menanamkan nilai-nilai mental BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Pengertian Senam Ada beberapa pengertian tentang senam dengan mengutip pernyataan Agus Mahendra (2000: 7), senam dalam bahasa Indonesia sebagai salah satu cabang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sendiri dalam bahasa aslinya merupakan serapan kata bahasa yunani, gymnos,

I. PENDAHULUAN. sendiri dalam bahasa aslinya merupakan serapan kata bahasa yunani, gymnos, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Senam merupakan aktifitas jasmani yang efektif untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak. Gerakan senam sangat sesuai untuk mengisi program pendidikan jasmani.

Lebih terperinci

A. Daya Tahan dan Kekuatan Otot

A. Daya Tahan dan Kekuatan Otot Kebugaran jasmani harus dipenuhi oleh setiap orang. Kebugaran jasmani merupakan pendukung keberhasilan dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Latihan kebugaran jasmani meliputi daya tahan, kekuatan, kelenturan,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Trenggalek, 16 Januari Penulis

PENDAHULUAN. Trenggalek, 16 Januari Penulis PENDAHULUAN Assalamu alaikum Wr. Wb. Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah YME yang selalu melimpahkan karunia-nya, sehingga makalah ini dapat tercipta. Makalah ini dibuat untuk membantuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Senam merupakan aktivitas fisik yang dapat membantu mengoptimalkan. perkembangan gerak terutama dalam membangun pengalaman gerak anak.

I. PENDAHULUAN. Senam merupakan aktivitas fisik yang dapat membantu mengoptimalkan. perkembangan gerak terutama dalam membangun pengalaman gerak anak. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Senam merupakan aktivitas fisik yang dapat membantu mengoptimalkan perkembangan gerak terutama dalam membangun pengalaman gerak anak. Gerakan-gerakan senam sangat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam melaksanakan fungsi-fungsi kehidupan manusia tidak akan lepas dari pendidikan, karena pendidikan berfungsi untuk meningkatkan kualitas manusia, baik sebagai individu

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PASSING BAWAH DALAM PERMAINAN BOLA VOLI MELALUI METODE MODELING SISWA KELAS IX A SMP NEGERI 1 LUWUK TIMUR

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PASSING BAWAH DALAM PERMAINAN BOLA VOLI MELALUI METODE MODELING SISWA KELAS IX A SMP NEGERI 1 LUWUK TIMUR MENINGKATKAN KETERAMPILAN PASSING BAWAH DALAM PERMAINAN BOLA VOLI MELALUI METODE MODELING SISWA KELAS IX A SMP NEGERI 1 LUWUK TIMUR Lajibir Pengawas Pendidikan Kabupaten Banggai Abstrak Masalah penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (Penjasorkes) merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran

Lebih terperinci

I., PENDAHULUAN. merupakan terjemahan langsung dari bahasa Inggris Gymnastics. Kata gymnastics menurut Hidayat (1995:27), dipakai untuk menunjukan

I., PENDAHULUAN. merupakan terjemahan langsung dari bahasa Inggris Gymnastics. Kata gymnastics menurut Hidayat (1995:27), dipakai untuk menunjukan 1 I., PENDAHULUAN A. Latar Belakang Senam merupakan salah satu materi pendidikan jasmani. Senam yang dikenal dalam bahasa indonesia sebagai salah satu cabang olahraga merupakan terjemahan langsung dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hidup bangsa dan negara. Pada Negara-negara yang masih berkembang,

I. PENDAHULUAN. hidup bangsa dan negara. Pada Negara-negara yang masih berkembang, I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan adalah upaya yang dikerjakan secara sadar oleh manusia untuk meningkatkan kualitas manusia dan untuk bersaing dalam membangun taraf hidup bangsa dan negara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlu kiranya pendidikan dasar mendapat perhatian yang khusus dan sungguhsungguh

BAB I PENDAHULUAN. perlu kiranya pendidikan dasar mendapat perhatian yang khusus dan sungguhsungguh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Program wajib belajar sembilan tahun terutama pendidikan dasar merupakan wahana bagi anak untuk mengembangkan kemampuan dan kepribadiannya. Untuk itu perlu kiranya

Lebih terperinci

BOBBY HELMI Pendidikan jasmani kesehatan dan rekreasi Stok bina guna medan

BOBBY HELMI Pendidikan jasmani kesehatan dan rekreasi Stok bina guna medan UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SENAM ROLL KEDEPAN DENGAN MENGGUNAKAN GAYA MENGAJAR RESIPROKAL PADA SISWA KELAS X SMK PUTRA ANDA BINJAI TAHUN AJARAN 2015/2016 BOBBY HELMI Pendidikan jasmani kesehatan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BALING-BALING MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS V SDN 2 CIBOGO WALED

MENINGKATKAN EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BALING-BALING MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS V SDN 2 CIBOGO WALED MENINGKATKAN EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BALING-BALING MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS V SDN 2 CIBOGO WALED Universitas Pendidikan Indonesia hendipaweka@upi.edu Abstrak Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN GULING KEDEPAN MENGGUNAKAN MODEL CTL TERHADAP SISWA KELAS XI SMKN 1 GROGOL KEDIRI TAHUN AJARAN 2014/2015

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN GULING KEDEPAN MENGGUNAKAN MODEL CTL TERHADAP SISWA KELAS XI SMKN 1 GROGOL KEDIRI TAHUN AJARAN 2014/2015 PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN GULING KEDEPAN MENGGUNAKAN MODEL CTL TERHADAP SISWA KELAS XI SMKN 1 GROGOL KEDIRI TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

Kata Kunci : meningkatkan peningkatan kemampuan guling depan dengan pembelajaran yang variatif

Kata Kunci : meningkatkan peningkatan kemampuan guling depan dengan pembelajaran yang variatif PENINGKATKAN KEMAMPUAN SENAM GULING DEPAN DENGAN PEMBELAJARAN BERVARIASI PADA SISWA KELAS IV SDN KREBET 3 MASARAN SRAGEN TAHUN AJARAN 2015/2016 Abstrak Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

MAKALAH SENAM LANTAI

MAKALAH SENAM LANTAI MAKALAH SENAM LANTAI Disusun Oleh : 1. Eka Putri Damayanti 2. Ony Awalia Putri 3. Risma Putri Utami 4. Liza Yunita 5. Naylatul Aulia 6. Emil Zaenandi B. 7. Krisnanto 8. Dede Faiz Kelas : VIII C SMP NEGERI

Lebih terperinci

PENINGKATKAN KEMAMPUAN SENAM GULING DEPAN DENGAN PEMBELAJARAN BERVARIASI PADA SISWAKELAS 4 SDN KREBET 3MASARANSRAGEN TAHUN AJARAN 2015/2016

PENINGKATKAN KEMAMPUAN SENAM GULING DEPAN DENGAN PEMBELAJARAN BERVARIASI PADA SISWAKELAS 4 SDN KREBET 3MASARANSRAGEN TAHUN AJARAN 2015/2016 PENINGKATKAN KEMAMPUAN SENAM GULING DEPAN DENGAN PEMBELAJARAN BERVARIASI PADA SISWAKELAS 4 SDN KREBET 3MASARANSRAGEN TAHUN AJARAN 2015/2016 Abstrak Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah : SMP N 1 Klaten Mata Pelajaran : Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Kelas/Semester : VIII / 1 (Ganjil ) Materi Pokok : Senam Lantai Alokasi

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SMP/MTs :... Mata Pelajaran Kelas/Semester Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator : Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan : VII (Tujuh )/1 (satu) : Mempraktikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. jasmani yang direncanakan secara sistematik bertujuan untuk. mengembangkan dan meningkatkan individu secara organik,

II. TINJAUAN PUSTAKA. jasmani yang direncanakan secara sistematik bertujuan untuk. mengembangkan dan meningkatkan individu secara organik, 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pendidikan Jasmani Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang direncanakan secara sistematik bertujuan untuk mengembangkan

Lebih terperinci

PENINGKATAN PEMBELAJARAN GULING DEPAN MELALUI PERMAINAN PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI NGANGGRUNG SKRIPSI

PENINGKATAN PEMBELAJARAN GULING DEPAN MELALUI PERMAINAN PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI NGANGGRUNG SKRIPSI PENINGKATAN PEMBELAJARAN GULING DEPAN MELALUI PERMAINAN PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI NGANGGRUNG SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

I. METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action

I. METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action I. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Menurut Arikunto dkk (2007: 58) Penelitian Tindakan Kelas adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani adalah fase dari program pendidikan keseluruhan yang memberikan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani adalah fase dari program pendidikan keseluruhan yang memberikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Jasmani adalah fase dari program pendidikan keseluruhan yang memberikan kontribusi, terutama melalui pengalaman gerak, untuk pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani merupakan pendidikan yang melibatkan semua aspek gerak. Proses pendidikan jasmani mampu menjadikan manusia untuk berkembang dalam hal gerak.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kompleks, karena mencakup dimensi bio-sosio-kultural. Ditinjau dari aspek

I. PENDAHULUAN. kompleks, karena mencakup dimensi bio-sosio-kultural. Ditinjau dari aspek I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktivitas dalam pendidikan jasmani dan olahraga merupakan fenomena yang kompleks, karena mencakup dimensi bio-sosio-kultural. Ditinjau dari aspek biologis isi kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sengaja dan berencana, disusun secara sistematis dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. sengaja dan berencana, disusun secara sistematis dengan tujuan A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Menurut Imam Hidayat dalam bukunya Senam dan Metodik (1976:2) Senam ialah latihan tubuh yang dipilih dan diciptakan dengan sengaja dan berencana, disusun secara

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KOOPERATIF NHT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SENAM LANTAI

IMPLEMENTASI KOOPERATIF NHT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SENAM LANTAI IMPLEMENTASI KOOPERATIF NHT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SENAM LANTAI I Dewa Made Suastika, Nim 1196015012 PENJASKESREK FOK Universitas Pendidikan Ganesha, Kampus Tengah Undiksha Singaraja,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GULING BELAKANG PADA MAHASISWA STKIP KUSUMANEGARA

PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GULING BELAKANG PADA MAHASISWA STKIP KUSUMANEGARA Penggunaan Media Audio Visual dalam Meningkatkan. PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GULING BELAKANG PADA MAHASISWA STKIP KUSUMANEGARA STKIP Kusumanegara Jakarta email : fiqy.satria@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu olahraga yang sudah dikenal dari zaman dahulu kala ialah gymnastic (senam). Senam merupakan olahraga tertua, sehingga senam juga

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pendidikan Jasmani Pendidikan jasmani merupakan suatu pendidikan yang wahana belajarnya melalui aktifitas fisik, tetapi dalam pelaksanaan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR ROL DEPAN MELALUI PENDEKATAN MODIFIKASI MATRAS PADA SISWA KELAS V SDN BOHONTOBUNGKU KECAMATAN BUNGKU TENGAH

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR ROL DEPAN MELALUI PENDEKATAN MODIFIKASI MATRAS PADA SISWA KELAS V SDN BOHONTOBUNGKU KECAMATAN BUNGKU TENGAH MENINGKATKAN HASIL BELAJAR ROL DEPAN MELALUI PENDEKATAN MODIFIKASI MATRAS PADA SISWA KELAS V SDN BOHONTOBUNGKU KECAMATAN BUNGKU TENGAH Risnawati 1 Hendrik Mentara, 2. Marhadi, 3 Pendidikan Jasmani, Kesehatan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI SEKOLAH DASAR

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI SEKOLAH DASAR I. SENAM UNTUK ANAK SEKOLAH DASAR: 1. Menyenangkan, 2. Memberikan tantangan untuk setiap aktivitas jenjang keterampilan, 3. Memberi peluang yang menyenangkan untuk mengukur peningkatan keterampilannya

Lebih terperinci

SENAM PETI LOMPAT MEMBINA KEBERANIAN DAN KETANGKASAN ANAK SEKOLAH DASAR. Oleh Fredericus Suharjana Universitas Negeri Yogyakarta

SENAM PETI LOMPAT MEMBINA KEBERANIAN DAN KETANGKASAN ANAK SEKOLAH DASAR. Oleh Fredericus Suharjana Universitas Negeri Yogyakarta 1 SENAM PETI LOMPAT MEMBINA KEBERANIAN DAN KETANGKASAN ANAK SEKOLAH DASAR Oleh Fredericus Suharjana Universitas Negeri Yogyakarta ABSTRAK Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan di sekolah dasar merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani sebagai bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan, yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani sebagai bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan, yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Pendidikan Jasmani sebagai bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan, yang diarahkan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa melalui aktivitas jasmani yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendidikan jasmani merupakan pembelajaran yang didesain untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendidikan jasmani merupakan pembelajaran yang didesain untuk II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Jasmani Pendidikan jasmani merupakan pembelajaran yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, pengetahuan, prilaku hidup yang aktif dan sikap sportif melalui

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Senam menurut Roji (2006: 110) adalah olahraga dengan gerakan gerakan

I. PENDAHULUAN. Senam menurut Roji (2006: 110) adalah olahraga dengan gerakan gerakan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Senam menurut Roji (2006: 110) adalah olahraga dengan gerakan gerakan latihan fisik secara sistematis, dan dirangkai secara keseluruhan dengan tujuan membentuk dan mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Senam merupakan salah satu cabang olahraga yang melibatkan performa gerakan yang membutuhkan kekuatan, kecepatan dan keserasian gerakan fisik yang teratur. Senam

Lebih terperinci

RPP tekdik dasar senam lantai kurikulum 2013

RPP tekdik dasar senam lantai kurikulum 2013 RPP tekdik dasar senam lantai kurikulum 2013 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SD/MI Kelas/Semester : IV/1 (ganjil) Mata Pelajaran : Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan

Lebih terperinci

senam Merupakan terjemahan dari kata: 1. Gymnastiek Belanda 2. Gymnastics Inggris Asal kata Gymnos Yunani berarti telanjang

senam Merupakan terjemahan dari kata: 1. Gymnastiek Belanda 2. Gymnastics Inggris Asal kata Gymnos Yunani berarti telanjang DASAR--DASAR SENAM DASAR Oleh : FARIDA MULYANINGSIH senam Merupakan terjemahan dari kata: 1. Gymnastiek Belanda 2. Gymnastics Inggris Asal kata Gymnos Yunani berarti telanjang CIRI--CIRI / KAIDAH SENAM

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. tersebut mengandung arti bahwa belajar tidak mengenal usia dari bayi, anak-anak

BAB II KAJIAN TEORI. tersebut mengandung arti bahwa belajar tidak mengenal usia dari bayi, anak-anak BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Belajar Pepatah mengatakan belajar dari kandungan sampai ajal menjemput pepatah tersebut mengandung arti bahwa belajar tidak mengenal usia dari bayi, anak-anak

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Materi Pokok Alokasi Waktu : SMA Negeri 1 Godean : Penjasorkes : XII/Satu : Roll Depan dan Roll Belakang : 3 JP (3 X 45 menit)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah anak anak mengalami proses pertumbuhan fisik yang berbeda

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah anak anak mengalami proses pertumbuhan fisik yang berbeda BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia sekolah anak anak mengalami proses pertumbuhan fisik yang berbeda antara laki-laki dan perempuan. Pada anak laki-laki lengan, paha dan kakinya cenderung bertambah

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SMP/MTs :... Mata Pelajaran : Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Kelas/Semester : VII (Tujuh )/1 (satu) Alokasi Waktu : 6 x 40 menit (3 x pertemuan ) A. Standar

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Handspring merupakan gerakan yang dilakukan dengan bertumpu pada kedua

1. PENDAHULUAN. Handspring merupakan gerakan yang dilakukan dengan bertumpu pada kedua 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Handspring merupakan gerakan yang dilakukan dengan bertumpu pada kedua tangan di lantai disertai tolakan atau lemparan satu kaki dari belakang ke arah depan atas

Lebih terperinci

BAB VI SENAM. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 133

BAB VI SENAM. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 133 BAB VI SENAM Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 133 Senam lantai merupakan alat pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, juga merupakan upaya mempelajari manusia bergerak. A. Peta

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hakekat Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang direncanakan secara sistematik bertujuan

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KETRAMPILAN GULING BELAKANG SENAM LANTAI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA BIDANG MIRING. Thoif

UPAYA MENINGKATKAN KETRAMPILAN GULING BELAKANG SENAM LANTAI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA BIDANG MIRING. Thoif Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) ISSN 2477-2240 (Media Cetak). 2477-3921 (Media Online) UPAYA MENINGKATKAN KETRAMPILAN GULING BELAKANG SENAM LANTAI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA BIDANG MIRING SMP

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Sukardi (2003:93), metode penelitian adalah cara yang dilakukan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Sukardi (2003:93), metode penelitian adalah cara yang dilakukan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Menurut Sukardi (2003:93), metode penelitian adalah cara yang dilakukan secara sistematis mengikuti aturan-aturan, direncanakan oleh para peneliti untuk

Lebih terperinci

d. Pembelajaran Menahan Siku Lawan di Atas Pundak Cara melakukannya adalah sebagai berikut.

d. Pembelajaran Menahan Siku Lawan di Atas Pundak Cara melakukannya adalah sebagai berikut. A B A B A B Gambar 4.16 Pembelajaran mengunci lawan dengan menahan serangan siku lawan d. Pembelajaran Menahan Siku Lawan di Atas Pundak 1) Peserta didik A melancarkan pukulan dengan tangan kanan lurus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan sebelumnya, penelitian ini dilakukan untuk menguji apakah kemampuan keterampilan tiger sprong siswa yang menggunakan

Lebih terperinci

SENAM. Bahan Belajar Mandiri

SENAM. Bahan Belajar Mandiri SENAM Bahan Belajar Mandiri PENDAHULUAN Bersenam merupakan salah satu dasar dalm pelaksanaan kegiatan berolah raga. Bersenam juga termasuk salah satu program kegiatan dalam kurikulum pendidikan jasmani

Lebih terperinci

5. Berkaitan dengan keterampilan seperti kelentukan, daya tahan otot, daya tahan kardiorespiratori, keseimbangan, koordinasi, dan persepsi kinestetik.

5. Berkaitan dengan keterampilan seperti kelentukan, daya tahan otot, daya tahan kardiorespiratori, keseimbangan, koordinasi, dan persepsi kinestetik. METODIK SENAM ARTISTIK 1. Menyenangkan, 2. Memberikan tantangan untuk setiap aktivitas jenjang keterampilan, 3. Memberi peluang yang menyenangkan untuk mengukur peningkatan keterampilannya sendiri 4. Aktivitas

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MODEL RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KURIKULUM 03 MATA PELAJARAN Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP 03) Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Materi Pokok

Lebih terperinci

Oleh : Aprilia Ayu Kusuma Wardani

Oleh : Aprilia Ayu Kusuma Wardani MENINGKATKAN HASIL BELAJAR ROLL DEPAN MELALUI PEMANFAATAN ALAT BANTU BIDANG MIRING PADA SISWA KELAS VII C SMP NEGERI 1 PURWODADI TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Oleh : Aprilia Ayu Kusuma Wardani Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. melibatkan gerakan-gerakan yang terpilih dan terencana untuk mencapai. tujuan tertentu.dalam Muhajir (2006: 88)

II. TINJAUAN PUSTAKA. melibatkan gerakan-gerakan yang terpilih dan terencana untuk mencapai. tujuan tertentu.dalam Muhajir (2006: 88) II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Senam Senam adalah bentuk latihan fisik yang disusun secara sistematis dengan melibatkan gerakan-gerakan yang terpilih dan terencana untuk mencapai tujuan tertentu.dalam Muhajir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemudian yang disebut - sebut sebagai Bapak senam. keterampilan dan menanamkan nilai - nilai mental spiritual.

BAB I PENDAHULUAN. kemudian yang disebut - sebut sebagai Bapak senam. keterampilan dan menanamkan nilai - nilai mental spiritual. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga Senam lahir dari Yunani kuno tepatnya pada abad kelima sebelum masehi. Semua latihan badan yang dilakukan oleh bangsa Yunani termaksud adat istiadatnya

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SDN 8 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo dengan jumlah siswa 20 orang yang

BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SDN 8 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo dengan jumlah siswa 20 orang yang BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 DESKRIPSI HASIL PENILAIAN Penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan pada siswa kelas V SDN 8 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo dengan jumlah siswa

Lebih terperinci

terdiri dari Langkah Berirama terdiri dari Latihan Gerak Berirama Senam Kesegaran Jasmani

terdiri dari Langkah Berirama terdiri dari Latihan Gerak Berirama Senam Kesegaran Jasmani Gerak Berirama Gerak berirama disebut juga gerak ritmik. Gerak ini dilakukan dalam gerakan dasar di tempat. Contoh dari gerakan yang berirama adalah gerak jalan, menekuk, mengayun, dan sebagainya. Ayo

Lebih terperinci

UPAYA MENGOPTIMALKAN KETERAMPILAN ROLL DEPAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU SIMPAI DAN BOLA JURNAL. Oleh CANDRA BUANA

UPAYA MENGOPTIMALKAN KETERAMPILAN ROLL DEPAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU SIMPAI DAN BOLA JURNAL. Oleh CANDRA BUANA UPAYA MENGOPTIMALKAN KETERAMPILAN ROLL DEPAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU SIMPAI DAN BOLA JURNAL Oleh CANDRA BUANA PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2015

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) : Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan : senam lantai : 2 x 2 x 40 Menit (dua kali pertemuan)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) : Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan : senam lantai : 2 x 2 x 40 Menit (dua kali pertemuan) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan Kelas/Semester Mata Pelajaran Topik Waktu : SMP N 2 PIYUNGAN : VIII / 1 (satu) : Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan : senam lantai : 2 x

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. layak dan sejahtera, hal ini menuntut manusia untuk bekerja keras demi mencapai

I. PENDAHULUAN. layak dan sejahtera, hal ini menuntut manusia untuk bekerja keras demi mencapai I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Era globalisasi mengakibatkan peningkatan pemenuhan kebutuhan hidup yang layak dan sejahtera, hal ini menuntut manusia untuk bekerja keras demi mencapai cita-cita. Oleh

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Oleh MUJIYANTAA

SKRIPSI. Disusun Oleh MUJIYANTAA UPAYA PENINGKATAN PEMBELAJARAN GULING BELAKANG MELALUI PENDEKATAN BERMAIN PADA SISWA KELAS V SD NEGERI TARAMAN KECAMATAN NGAGLIK KABUPATEN SLEMAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Senam Menurut Hidayat yang dikutip oleh Agus Mahendra 2002: 2 (dalam

I. PENDAHULUAN. Senam Menurut Hidayat yang dikutip oleh Agus Mahendra 2002: 2 (dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Senam Menurut Hidayat yang dikutip oleh Agus Mahendra 2002: 2 (dalam aswin 2013:28) senam sebagai suatu latihan tubuh yang dipilih dan dikonsrtuk dengan sengaja, dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup, pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang diajarkan di sekolah memiliki peranan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN TEKNIK DASAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI STRATEGI MODIFIKASI

PENINGKATAN KEMAMPUAN TEKNIK DASAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI STRATEGI MODIFIKASI PENINGKATAN KEMAMPUAN TEKNIK DASAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI STRATEGI MODIFIKASI Maijum Guru SDN 002 Pulau Komang maijum226@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

: LANTAI PERINGKAT 1

: LANTAI PERINGKAT 1 : LANTAI PERINGKAT 1 1. Roll belakang dengan lengan dan kaki bengkok berakhir di posisi berdiri kangkang, badan horisontal dengan kedua lengan horisontal ke samping. Tahan 2 detik. 2. Tempatkan kedua tangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Meroda merupakan salah satu gerak dasar yang kompleks, karena dalam

I. PENDAHULUAN. Meroda merupakan salah satu gerak dasar yang kompleks, karena dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meroda merupakan salah satu gerak dasar yang kompleks, karena dalam melakukan gerakan meroda memerlukan berbagai aspek, seperti fisik antara lain kekuatan, keseimbangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Senam Lantai Senam lantai pada umumnya disebut Floor Exercise, tetapi ada juga ada yang menamakan tumbling. Menurut Agus Margono (2009:79), Senam lantai adalah

Lebih terperinci

Agus Sukariyono Guru Penjasorkes SMA Negeri Kunir Kabupaten Lumajang

Agus Sukariyono Guru Penjasorkes SMA Negeri Kunir Kabupaten Lumajang 96 PENINGKATAN HASIL BELAJAR GERAKAN SENAM LANTAI GULING KE DEPAN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA MATRAS DAN VARIASI PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS X.1 SMA NEGERI KUNIR KABUPATEN LUMAJANG Agus Sukariyono Guru

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 DESKRIPSI HASIL PENELITIAN Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN 3 Kabila Bone Kabupaten Bone Bolango, dengan subjek penelitian adalah siswa kelas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mata pelajaran pendidikan jasmani merupakan salah satu pelajaran yang tertuju pada aktifitas fisik dan juga tidak mengabaikan komponen pengetahuan (kognitif),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang memiliki peran sangat penting terhadap perkembangan perilaku siswa seperti aspek kognitif,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai suatu kegiatan telah di kenal dan di sadari atau tidak di lakukan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai suatu kegiatan telah di kenal dan di sadari atau tidak di lakukan oleh 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Belajar adalah adalah suatu proses yang di tandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang dan perubahan tersebut terjadi karena adanya usaha. Sejak lahir

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. (classroom action research) yang mampu menawarkan cara baru untuk

III. METODE PENELITIAN. (classroom action research) yang mampu menawarkan cara baru untuk 24 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan dilakukan menggunakan metode kaji tindak dengan menggunakan pedoman, yaitu penelitian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Efektif adalah pencapaian tujuan secara tepat atau memilih tujuan-tujuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Efektif adalah pencapaian tujuan secara tepat atau memilih tujuan-tujuan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teoritis 1. Hakikat Efektivitas Efektif adalah pencapaian tujuan secara tepat atau memilih tujuan-tujuan yang tepat dari serangkaian pilihan cara dan menentukan pilihan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. jasmani di mana di dalam pelaksanaannya banyak menggunakan fisik atau

I. PENDAHULUAN. jasmani di mana di dalam pelaksanaannya banyak menggunakan fisik atau 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan jasmani merupakan suatu pelajaran yang identik dengan kegiatan jasmani di mana di dalam pelaksanaannya banyak menggunakan fisik atau motorik siswa. Sedangkan

Lebih terperinci

Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas

Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas Kekuatan otot adalah tenaga, gaya, atau tegangan yang dapat dihasilkan oleh otot atau sekelompok otot pada suatu kontraksi dengan beban maksimal. Otot-otot tubuh

Lebih terperinci

Penerapan Metode Part-whole untuk Meningkatkan Ketrampilan Senam Ketangkasan Gerakan Round-off pada Siswa Kelas XI RPL-3 SMK Negeri 5 Malang

Penerapan Metode Part-whole untuk Meningkatkan Ketrampilan Senam Ketangkasan Gerakan Round-off pada Siswa Kelas XI RPL-3 SMK Negeri 5 Malang Penerapan Metode Part-whole untuk Meningkatkan Ketrampilan Senam Ketangkasan Gerakan Round-off pada Siswa Kelas XI RPL-3 SMK Negeri 5 Malang Ibnu Darmawan (1), M.E. Winarno (2), Agung Kurniawan Universitas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pendidikan dengan mengabaikan aspek yang lain, sedangkan pendidikan

TINJAUAN PUSTAKA. pendidikan dengan mengabaikan aspek yang lain, sedangkan pendidikan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pendidikan Jasmani 1. Pendidikan Jasmani Pendidikan Jasmani mengandung dua pengertian yaitu pendidikan untuk jasmani dan pendidikan melalui aktivitas jasmani. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. menghasilkan lompatan yang sejauh-jauhnya. Dalam pelaksanaannya,lompat jauh

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. menghasilkan lompatan yang sejauh-jauhnya. Dalam pelaksanaannya,lompat jauh 1 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakekat Lompat Jauh Lompat jauh merupakan salah satu nomor bergengsi dalam cabang olahraga atletik khususnya dalam nomor lompat. Lompat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. baik (Djumidar A. Widya, 2004: 65). kaki untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya.

BAB II KAJIAN TEORI. baik (Djumidar A. Widya, 2004: 65). kaki untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya. BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Lompat Jauh Gaya Jongkok a. Pengertian Lompat Jauh Lompat adalah suatu gerakan mengangkat tubuh dari suatu titik ke titik yang lain yang lebih jauh atau

Lebih terperinci

MODIFIKASI ALAT BANTU PEMBELAJARAN PADA MATERI AJAR GERAK DASAR MENENDANG DALAM SEPAK BOLA. Untung

MODIFIKASI ALAT BANTU PEMBELAJARAN PADA MATERI AJAR GERAK DASAR MENENDANG DALAM SEPAK BOLA. Untung Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah Vol. 7, No. 2, April 2017 ISSN 0854-2172 MODIFIKASI ALAT BANTU PEMBELAJARAN PADA MATERI AJAR GERAK DASAR MENENDANG DALAM SEPAK

Lebih terperinci

BAB V KEBUGARAN JASMANI. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 117

BAB V KEBUGARAN JASMANI. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 117 BAB V KEBUGARAN JASMANI Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 117 Kebugaran jasmani merupakan alat pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, juga merupakan upaya untuk meningkatkan dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak. Gerakan-gerakan senam sangat sesuai

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak. Gerakan-gerakan senam sangat sesuai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Senam merupakan aktivitas jasmani yang efektif untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak. Gerakan-gerakan senam sangat sesuai untuk mengisi program pendidikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendidikan merupakan salah satu tujuan pembangunan nasional seperti yang tertera dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendidikan merupakan salah satu tujuan pembangunan nasional seperti yang tertera dalam II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu tujuan pembangunan nasional seperti yang tertera dalam pembukaan UUD 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mewujudkan tujuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan suatu proses pendidikan gerak insani (human movement)

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan suatu proses pendidikan gerak insani (human movement) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan jasmani merupakan suatu proses pendidikan gerak insani (human movement) yang dapat berupa aktivitas jasmani, permainan atau olahraga untuk mencapai tujuan pendidikan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS Kurikulum Pendidikan di Sekolah Sekolah Menengah Atas (SMA)

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS Kurikulum Pendidikan di Sekolah Sekolah Menengah Atas (SMA) BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Kurikulum Pendidikan di Sekolah Sekolah Menengah Atas (SMA) Kurikulum tingkat satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan. Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan jasmani harus diarahkan

Lebih terperinci

Gerak Dasar Senam Berbasis Putaran

Gerak Dasar Senam Berbasis Putaran Modul 6 Gerak Dasar Senam Berbasis Putaran Pendahuluan Keterampilan senam, terutama di lantai, umumnya ditandai oleh gerakangerakan berjenis tumbling dan akrobatik. Tumbling mengandung arti cepat dan meledak,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka

III. METODOLOGI PENELITIAN. Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (class room action

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PASSING ATAS BOLA VOLI MELALUI PENDEKATAN BERMAIN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA BOLA PLASTIK

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PASSING ATAS BOLA VOLI MELALUI PENDEKATAN BERMAIN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA BOLA PLASTIK PENINGKATAN HASIL BELAJAR PASSING ATAS BOLA VOLI MELALUI PENDEKATAN BERMAIN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA BOLA PLASTIK Devi Catur Winata Prodi Pendidikan Jasmani Kesehatan Dan Rekreasi Stok Bina Guna Medan

Lebih terperinci

pemahaman, ketrampilan, nilai dan sikap.

pemahaman, ketrampilan, nilai dan sikap. BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Menurut

Lebih terperinci

Melatih Kebugaran. Kecepatan gerak Loncat katak

Melatih Kebugaran. Kecepatan gerak Loncat katak Pelajaran 7 Melatih Kebugaran Kata Kunci Daya tahan Kekuatan Kelentukan Kecepatan gerak Loncat katak Mencium lutut Lari berbelok-belok Saat di semester 1, kalian pernah berlatih meningkatkan daya tahan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN 1 Titidu Kabupaten

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN 1 Titidu Kabupaten BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1. DESKRIPSI HASIL PENELITIAN Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN 1 Titidu Kabupaten Gorontalo, dengan subjek penelitian adalah siswa kelas V yang

Lebih terperinci