PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF DAN MENYENANGKAN (PAKEM) PADA MATA PELAJARAN PKn (SUATU STUDI DI MTs NEGERI I MALANG) SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF DAN MENYENANGKAN (PAKEM) PADA MATA PELAJARAN PKn (SUATU STUDI DI MTs NEGERI I MALANG) SKRIPSI"

Transkripsi

1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF DAN MENYENANGKAN (PAKEM) PADA MATA PELAJARAN PKn (SUATU STUDI DI MTs NEGERI I MALANG) SKRIPSI OLEH: KHITHOK AHMAD PURWANTO UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN JANUARI 2009

2 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF DAN MENYENANGKAN (PAKEM) PADA MATA PELAJARAN PKn (SUATU STUDI DI MTs NEGERI I MALANG) SKRIPSI Diajukan kepada Universitas Negeri Malang untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program Sarjana Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Oleh: Khithok Ahmad Purwanto NIM UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Januari 2009

3 Lembar Persetujuan Pembimbing Skripsi Skripsi oleh Khithok Ahmad Purwanto ini telah diperiksa dan disetujui untuk diuji. Malang, Januari 2009 Pembimbing I Dra. Yayik Sayekti, S.H, M.Hum NIP Malang, Januari 2009 Pembimbing II Drs. Nur Wahyu Rochmadi, M.Pd, M.Si NIP

4 Lembar Pengesahan Skripsi Skripsi oleh Khithok Ahmad Purwanto ini telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 14 Januari 2009 Dewan Penguji Drs. H. Edi Suhartono, S.H.,M.Pd. NIP ,Ketua Dra. Yayik Sayekti, S.H, M.Hum. NIP ,Anggota Drs. Nur Wahyu Rochmadi, M.Pd, M.Si. NIP ,Anggota Mengetahui, Ketua Jurusan PPKn Mengesahkan, Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Drs. Ketut Diara Astawa, S.H, M.Si. Prof. Dr. H. Hendyat Soetopo, M.Pd. NIP NIP

5 ABSTRAK Purwanto, Khitok A Penerapan Model Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) Pada Mata Pelajaran PKn (Suatu Studi di MTs Negeri 1 Malang), Skripsi, Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, FIP Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Dra. Yayik Sayekti, S.H, M.Hum, (II) Drs. Nur Wahyu Rochmadi, M. Pd, M. Si. Kata Kunci: Pembelajaran, Pendidikan Kewarganegaraan, Pakem. Tuntutan dalam menciptakan suatu pembelajaran yang efektif, membuat guru berupaya untuk memperbaiki proses pembelajaran yang akan dikelolanya. Proses pembelajaran yang lebih mengaktifkan peserta didik, membuat peserta didik kreatif menghasilkan karya-karya yang bermanfaat, serta menyenangkan sehingga peserta didik merasa nyaman mengikuti Kegiatan Belajar Mengajar di kelas. Guru dapat merencanakan berbagai macam strategi dengan menggunakan metode yang lebih bervariasi, sumber belajar yang sesuai, dan media pendukung serta alat bantu yang sesuai. Model pembelajaran yang dimaksudkan di atas adalah model Pakem (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan). Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini berkaitan dengan penerapan model Pakem pada mata pelajaran PKn di MTsN I Malang. Sedangkan tujuan penelitian ini adalah: (1) mengkaji perencanaan model Pakem pada mata pelajaran PKn; (2) mengkaji pelaksanaan model Pakem pada mata pelajaran PKn; (3) mengetahui faktor pendorong dan penghambat dalam penerapan model Pakem pada mata pelajaran PKn; (4) mengetahui upaya-upaya untuk mengatasi hambatan dalam penerapan model Pakem pada mata pelajaran PKn. Penelitian tentang penerapan model Pakem ini menggunakan pendekatan kualitatif, dan jenis penelitian ini adalah studi kasus. Subjek dalam penelitian ini adalah guru Pendidikan Kewarganegaraan dan para siswa di MTsN I Malang. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data mengacu pada teknik analisa data model Miles dan Hubberman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Perencanaan model Pakem dalam mata pelajaran PKn di MTsN I Malang meliputi penyusunan Rencana Program Efektif, Program Semester, Silabus dan sistem penilaian, menyusun Rencana Program Pembelajaran, serta menyiapkan metode, media, alat bantu, bahan ajar dan penilaian; (2) Pelaksanaan model Pakem pada mata pelajaran PKn di MTsN I Malang dilaksanakan dengan pemanfaatan lingkungan luar kelas untuk belajar karena prinsip belajarnya adalah belajar sambil bermain. Kegiatan pembelajaran diawali dengan salam pembuka, menulis indikator pembelajaran, mereview pelajaran sebelumnya dengan tanya jawab kemudian guru menerangkan inti dari materi yang akan diberikan selama beberapa menit saja setelah itu siswa yang aktif, guru hanya sebagai fasilitator, dan menutup pelajaran dengan refleksi bersama-sama dengan siswa; (3) faktor pendorong dan penghambat dalam penerapkan Pakem adalah: Pakem merupakan strategi pembelajaran yang

6 memberikan kesempatan pada siswa untuk termotivasi dalam pembelajaran, sehingga memperoleh hasil yang baik. Dengan model Pakem, dapat mengurangi situasi dan kondisi model pembelajaran konvensional yang lebih menitik beratkan pada metode ceramah. Sedangkan faktor penghambatnya adalah: Belum dipahaminya model Pakem oleh guru. Kurangnya memperoleh kesempatan memahami inovasi dalam pendidikan, termasuk penerapan model Pakem. Kecenderungan diterapkannya model pembelajaran konvensional yang dipandang lebih mudah dan murah, dan karena kemampuan tingkat berfikir siswa yang beragam, jadi guru masih belum optimal dalam menerapkan Pakem. (4) Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan adalah: Guru berusaha untuk menjalin komunikasi yang lebih akrab dengan seluruh siswa, memotivasi siswa agar tidak takut dalam mengemukakan pendapat, tidak takut untuk menjawab pertanyaan dari guru serta tidak takut disalahkan jika jawabannya salah. Guru membentuk kelompok belajar yang sesuai dengan model Pakem agar pembelajaran lebih efektif, guru terus berupaya memotivasi siswa dengan memberikan penghargaan berupa poin atau ucapan selamat bagi siswa yang aktif memberikan pendapat, menjawab pertanyaan dan menanggapi pendapat temannya. Berdasarkan temuan penelitian disarankan agar: (1) Sekolah lebih meningkatkan penerapan pakem secara berkesinambungan, (2) Guru dituntut untuk lebih dapat memahami karakteristik siswa yaitu dengan memahami sifat yang dimiliki anak dan memahami siswa secara perorangan serta tingkat kemampuan siswa agar pakem dapat diterima siswa dengan baik, (3) Dalam pakem, guru ataupun siswa diharapkan dapat bersama-sama berperan aktif dalam proses pembelajaran, dan 4) peneliti lain diharapkan dapat menjadikan penelitian ini sebagai bahan referensi sekaligus koreksi untuk penyempurnaan penelitian selanjutnya, sehingga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

7 KATA PENGANTAR Syukur alhamdulillah, tiada kata yang patut diucap melainkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu melindungi, mencurahkan rahmat dan hidayah- Nya, sehingga penyusunan skripsi yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) Pada Mata Pelajaran PKn (Suatu Studi Di MTs Negeri I Malang) ini dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini, penulis banyak mendapat bantuan dari banyak pihak, baik yang terkait dengan penyusunan skripsi ini maupun yang tidak secara langsung memberikan dukungan secara moril dan materiil. Untuk itu, penulis menyampaikan terimakasih kepada: 1. Prof. Dr. H. Hendyat Soetopo M.Pd, selaku Dekan Fakultas Ilmu pendidikan Universitas Negeri Malang yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian. 2. Drs. Ketut Diara Astawa, S.H, M.Si selaku ketua Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Universitas Negeri Malang yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan ujian skripsi. 3. Dra. Yayik Sayekti, S.H, M.Hum selaku pembimbing I yang senantiasa memberikan masukan, arahan, kritik, dan saran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 4. Drs. Nur Wahyu Rochmadi, M.Pd, M.Si selaku pembimbing II yang telah membimbing penulis, memberikan masukan, arahan, kritik, dan saran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

8 5. Dra. Binti Maqsudah, M.Pd selaku Kepala MTs Negeri I Malang yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian. 6. Ira Kristina, S.Pd selaku guru mata pelajaran PKn di MTs Negeri I Malang yang telah sudi meluangkan waktu dan membantu peneliti dalam proses pengumpulan data sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan lancar dan baik. 7. Kedua orang tua, Ibu Datik, Bapak Suparno dan adikq yang senantiasa menyayangi, mencintai dengan tulus dan tanpa henti memberikan dukungan, baik berupa doa, motivasi, serta materi kepada peneliti untuk dapat menyelesaikan skripsi ini. 8. Gendiezq, thanks atas semua dukungan, doa, motivasi dan yang telah bersedia meminjamkan laptop sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Penulis berupaya menyelesaikan tugas penyusunan skripsi ini dengan baik. Menyadari adanya kekurangan, oleh karena itu penulis mengharap adanya saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca untuk penyempurnaan penyusunan skripsi. Akhirnya, dengan segala kekurangan dan kelebihan, semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca. Penulis

9 DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... C. Tujuan Penelitian... 7 D. Kegunaan Penelitian... 7 E. Definisi Istilah... 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran 1. Pengertian Pembelajaran Strategi Pembelajaran Komponen Pembelajaran B. Pakem 1. Pengertian Pakem Penerapan Pakem Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan pakem Faktor Pendorong diterapkannya pakem Faktor Penghambat Diterapkannya pakem C. Pendidikan Kewarganegaraan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan Ruang Lingkup Pendidikan Kewargnegaraan BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian B. Kehadiran Peneliti C. Lokasi Penelitian D. Fokus Penelitian E. Subjek Penelitian F. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Data Sumber Data G. Teknik Pengumpulan Data 1. Wawancara Observasi Dokumentasi H. Analisis Data I. Pengecekan Keabsahan Data i iii v vii viii

10 J. Tahap-Tahap Pnelitian Kegiatan Pra Lapangan Kegiatan Lapangan Tahap Pelaporan BAB IV PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN A. Paparan Data 1. Gambaran Umum a. Sejarah Berdirinya MTsN I Malang b. Gambaran Umum Lokasi Penelitian c. Visi dan Misi MTsN I Malang d. Tujuan MTsN I Malang Perencanaan Model Pakem di MTsN I Malang Pada Mata Pelajaran PKn Pelaksanaan Model Pakem di MTsN I Malang Pada Mata Pelajaran PKn Faktor pendorong dan Penghambat Penerapan Model Pakem di MTsN I Malang Pada Mata Pelajaran PKn Upaya Mengatasi Hambatan dalam Penerapan Model Pakem di MTsN I Malang Pada Mata Pelajaran PKn B. Temuan Penelitian 1. Perencanaan Model Pakem di MTsN I Malang Pada Mata Pelajaran PKn Pelaksanaan Model Pakem di MTsN I Malang Pada Mata Pelajaran PKn Faktor pendorong dan Penghambat Penerapan Model Pakem di MTsN I Malang Pada Mata Pelajaran PKn Upaya Mengatasi Hambatan dalam Penerapan Model Pakem di MTsN I Malang Pada Mata Pelajaran PKn Kelebihan dan Kekurangan Model Pakem di MTsN I Malang BAB V PEMBAHASAN A. Perencanaan Pakem di MTsN I Malang Pada Mata Pelajaran PKn B. Pelaksanaan Pakem di MTsN I Malang Pada Mata Pelajaran PKn C. Faktor Pandorong dan Penghambat Penerapan Pakem di MTsN I Malang Pada Mata Pelajaran PKn D. Upaya Mengatasi Hambatan Penerapan Pakem di MTsN I Malang Pada Mata Pelajaran PKn BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP

11 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 3.1 Bagan Teknik Analisis Data dari Milles dan Huberman... 49

12 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1. Perangkat Pembelajaran Silabus dan Sistem Penilaian Rencana Program Pembelajaran (RPP) Modul Pembelajaran PKn Pedoman Wawancara Surat Ijin Penelitian Foto-foto Penelitian Lembar Konsultasi Bimbingan

13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dunia pendidikan di Indonesia pada saat sekarang ini sangatlah dipengaruhi oleh globalisasi. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang pesat, selain membawa dampak positif juga membawa dampak negatif, hal itu bagaikan dua sisi mata uang. Di satu sisi sangat membantu dalam kemajuan pendidikan di Indonesia agar mampu bersaing di tingkat internasional, hal ini telah dibuktikan oleh pelajar Indonesia yang mampu mengharumkan nama bangsa dan Negara dengan menjuarai olimpiade sain beberapa waktu lalu. Pada sisi yang lain, bisa mengurangi mutu pendidikan di Indonesia. Semakin terbukanya peluang lembaga pendidikan dan tenaga pendidik dari mancanegara masuk ke Indonesia membuat keyakinan akan kualitas pendidikan nasional berkurang, yang secara bersamaan dengan disadari maupun tidak telah mengurangi rasa nasionalisme dalam diri, sehingga menganggap pendidikan nasional kurang memberikan menjamin untuk masa depan. Hal ini dibuktikan dengan tidak sedikit para pelajar Indonesia yang melanjutkan studinya di luar negeri. Untuk menanggulangi hal tersebut diatas, maka kebijakan pendidikan nasional haruslah dapat memberikan kemudahan dan membuka akses seluasluasnya bagi masyarakat untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Ada banyak masalah pendidikan yang menjadi catatan penting dan memerlukan perhatian lebih, diantaranya menyangkut masalah kebijakan pendidikan, perkembangan 1

14 2 anak Indonesia, tenaga pendidik/guru, relevansi pendidikan, mutu pendidikan, pemerataan, manajemen pendidikan dan pembiayaan pendidikan. Sekolah dapat dimisalkan sebagai pabrik yang dapat menghasilkan suatu produk atau hasil. Sebelum diolah, sekolah terlebih dahulu menerima masukan atau bahan mentah yaitu calon siswa. Potensi-potensi yang ada dalam diri calon siswa inilah yang nantinya akan dikembangkan mutunya melalui proses pembelajaran agar menghasilkan lulusan atau produk yang baik. Proses inilah yang amat penting untuk dicermati dari waktu ke waktu dan terus ditingkatkan kualitasnya. Dengan demikian, maka perlu adanya pendekatan pembelajaran yang akan mencipatkan iklim pembelajaran yang kondusif agar pembelajaran lebih bermakna, sehingga dapat mencetak generasi-generasi penerus yang handal dan mampu menyesuaikan dengan tuntutan zaman (Dinas Pendidikan Kota Malang, 2004:3.1). Guru atau tenaga pendidik harus dapat menerapkan model-model pembelajaran dengan berbagai jenis pendekatan, metode, dan penggunaan alat peraga, atau media secara efektif dan kreatif pada seluruh aspek yang akan dikembangkan pada diri anak didiknya, antara lain aspek kognitif, afektif dan psikomotorik siswa yang sesuai dengan potensi yang dimiliki siswa. Guru memiliki peran sangat penting dalam menentukan kualitas pembelajaran yang dilaksanakannya didalam kelas. Berkaitan dengan hal tersebut di atas, guru dapat memikirkan atau membuat perencanaan secara seksama dalam meningkatkan kesempatan belajar bagi siswanya dan memperbaiki gaya mengajarnya. Untuk memenuhi hal tersebut di atas, guru dituntut agar mampu mengelola proses belajar mengajar yang dapat

15 3 memberikan rangsangan kepada siswa sehingga mau belajar karena memang siswalah subjek utama dalam pembelajaran (Usman, (1995:12). Guru diharapkan mampu mengembangkan suasana aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan bagi siswa untuk mengkaji hal yang dapat menarik minat dan motivasi siswa sehingga mampu mengatasi problem yang dihadapi guru dan siswa dalam proses belajar mengajar dikelas. Pakem atau singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan merupakan suatu model pembelajaran yang dirancang agar mengaktifkan anak, mengembangkan kreatifitas, sehingga efektif namun tetap menyenangkan ( Penggunaan model pakem dapat diterapkan di berbagai macam mata pelajaran, tak terkecuali dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Banyak siswa yang kurang begitu antusias mengikuti pelajaran PKn, mereka menggangap mata pelajaran PKn membosankan karena merupakan pelajaran menghafal, metode yang diterapkan kurang begitu menarik dan bervariasi, sehingga tidak bisa membawa mereka untuk ikut berpartisipasi secara langsung atau aktif dalam pembelajaran dikelas. Pada umumnya guru dalam menyampaikan materi pelajaran PKn selama ini menggunakan cara atau metode yang kurang bervariasi dan cenderung monoton, sehingga peserta didik mudah merasa jenuh serta kurang bersemangat. Hal ini akan mengakibatkan perhatian, motivasi dan minat siswa terhadap pelajaran menurun. Untuk itu perlu adanya keanekaragaman dalam penyajian materi pembelajaran (Hasibuan dan Moedjiono, 1986:64). Kepekaan dan kejelian dalam membaca situasi oleh guru sangat diharapkan untuk merubah pandangan siswa yang selama ini pelajaran PKn

16 4 dianggap sebagai pelajaran yang membosankan dirubah menjadi pelajaran yang menyenangkan, sehingga motivasi dalam diri siswa dapat muncul kembali. Motivasi merupakan dorongan dasar yang menggerakkan seseorang untuk bertingkah laku (Winataputra dan Rosita, 1995/1996:102). Sedangkan menurut Thomas L. Good dan Jere B. Braphy 1986, (dalam Winataputra dan Rosita, 1995/1996:102) Motivasi adalah suatu energi penggerak, pengarah dan memperkuat tingkah laku. Jadi motivasi merupakan kebutuhan, yang artinya setiap individu termotivasi untuk melakukan sesuatu aktifitas yang merupakan kebutuhannya. Oleh karena itu, perbuatan seseorang didasarkan atas motivasi mengandung tema sesuai dengan motivasi yang mendasarinya, termasuk dalam hal belajar. Suatu proses belajar akan berhasil jika didasarkan pada motivasi yang ada pada diri siswa, segala aktivitas dijalankan berdasarkan penggerak psikis. Maka, untuk mengorganisir suatu proses pembelajaran perlu diketahui terlebih dahulu proses psikis apa yang terjadi pada siswa waktu ia mempelajari sesuatu, keadaan psikis inilah yang nantinya akan sangat mempengaruhi efektifitas dalam proses belajar mengajar. Berhubungan dengan hal tersebut, seorang guru harus dapat memperhitungkan aspek-aspek psikologis siswanya, misalnya faktor-faktor yang dapat memotivasi siswa guna mengaktifkan proses berfikir, mempermudah menerapkan materi pelajaran untuk meningkatkan taraf pengetahuan dan kemampuan (Hardjono, 1988:73). Seorang siswa tidak termotivasi dalam mengikuti pelajaran akan sulit untuk menerima pelajaran tersebut. Motif siswa belajar dikarenakan adanya dua hal, pertama karena motivasi yang timbul dari dalam dirinya sendiri sebagai

17 5 unsur Intrinsik dan yang kedua adalah karena motivasi yang timbul dari luar sebagai unsur Ekstrinsik (Hunt 1965 dan Carol 1968, dalam Hardjono, 1988:72). Motivasi yang timbul dari luar inilah yang terkait dengan usaha guru, khususnya guru mata pelajaran PKn untuk menggunakan metode pembelajaran yang lebih menarik sehingga peserta didik lebih antusias dalam mengikuti pelajaran PKn (siswa ikut terlibat secara aktif dalam pembelajaran) apabila merasakan situasi pembelajaran yang cenderung memuaskan dirinya dan sesuai dengan apa yang diharapkannya. Oleh karena itu penggunaan model pakem dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif yang baik, sebab dalam model pakem, Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus dapat menciptakan suasanan dimana siswa dapat aktif bertanya, mempertanyakan dan mengemukakan pendapat yang dapat menghasilkan suatu gagasan/ide yang cemerlang. Proses aktif dalam belajar dari si pembelajar sangat penting bagi usaha meningkatkan pengetahuan, bukan seperti proses pasif yang selama ini berkembang, karena siswa hanya dicekoki materi melalui metode ceramah sjaa sehingga siswa tidak dapat ikut terlibat secara langsung atau aktif, hal ini sangat bertentangan dengan hakekat belajar. Peran aktif siswa sangatlah penting dalam pembentukan generasi penerus yang kreatif dan berguna bagi dirinya secara pribadi maupun bagi orang lain. Kreatif dimaksudkan agar guru dapat menciptakan kegiatan belajar yang bervariasi atau beragam dan sesuai dengan harapan, jika dilihat dari kemampuan siswa. Menyenangkan adalah suasana belajar mengajar yang menyenangkan, tidak membuat siswa bosan melainkan dapat membuat siswa memusatkan seluruh perhatiannya secara penuh pada pelajaran termasuk juga penggunaan lingkungan

18 6 sekitar sekolahan sebagai salah satu media/sumber belajar yang mendukung agar tetap menarik perhatian siswa. Pembelajaran tidak cukup sampai pada tingkat aktif, kreatif dan menyenangkan saja, tetapi juga harus efektif. Unsur efektif, akan menghasilkan apa yang harus dikuasai oleh siswa setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif, kreatif dan menyenangkan saja, maka pembelajaran tersebut belum bisa memenuhi tujuan daripada pembelajaran itu sendiri. (Dinas Pendidikan Kota Malang, 2004:3.4) Bertolak dari latar belakang permasalahan-permasalahan diatas, maka dilakukanlah penelitian terhadap Penerapan Model Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) pada mata pelajaran PKn. (suatu studi di MTs negeri I Malang). B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah diatas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana penerapan model pembelajaran pakem pada mata pelajaran PKn di MTs Negeri I Malang? 2. Apa faktor yang mendorong diterapkannya model pakem pada mata pelajaran PKn di MTs Negeri I Malang? 3. Apa faktor yang dapat menghambat penerapan model pakem pada mata pelajaran PKn di MTs Negeri I Malang?

19 7 4. Bagaimana upaya yang dilakukan guru-guru untuk mengatasi hambatan dalam pelaksanaan model pembelajaran pakem pada mata pelajaran PKn di MTs Negeri I Malang? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mendeskripsikan pengertian pakem dan penerapan prinsip pakem pada mata pelajaran PKn di MTs Negeri I Malang. 2. Untuk mendeskripsikan faktor yang dapat mendorong diterapkannya model pakem pada mata pelajaran PKn di MTs Negeri I Malang. 3. Untuk mendeskripsikan faktor yang dapat menghambat penerapan model pakem pada mata pelajaran PKn di MTs Negeri I Malang. 4. Untuk mendeskripsikan upaya yang dilakukan guru-guru untuk mengatasi hambatan dalam pelaksanaan model pembelajaran pakem pada mata pelajaran PKn di MTs Negeri I Malang. D. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi: 1. MTs Negeri I Malang Dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi dalam menerapkan model pakem selanjutnya. Tidak hanya pada mata pelajaran PKn saja, tetapi jika memungkinkan dapat juga diterapkan pada mata pelajaran yang lain. 2. Bagi Jurusan PKn Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan yang sangat berarti bagi kemajuan pendidikan yang berupa pengetahuan tentang karakteristik

20 8 pelaksanaan pakem di MTs Negeri I Malang, khususnya pada mata pelajaran PKn dan dijadikan sebagai bahan revisi bagi perkembangan penelitian selanjutnya. 3. Penelitian Lanjutan Untuk memberikan masukan tentang upaya dan strategi yang dapat dilakukan oleh peneliti selanjutnya dalam memecahkan permasalahan yang sama dan masih ada kaitannya dengan penerapan model pembelajaran pakem. E. Definisi Istilah Untuk menghindari kesalah pahaman dan salah penafsiran dalam penelitian ini perlu ada penegasan istilah dalam judul penelitian ini. 1. Pakem merupakan suatu usaha guru untuk bisa menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya dan mengeluarkan gagasan. Sedangkan kreatif, seorang guru harus mampu menciptakan suasana beragam sehingga memenuhi tingkat kemampuan siswa dan menyenangkan suasana belajar siswa diharapkan memusatkan perhatiannya secara penuh terhadap pelajaran ( 2. Pendidiakan Kewarganegaraan merupakan suatu bidang studi yang mencakup dimensi pengetahuan, keterampilan, dan nilai. Pendidikan Kewarganegaraan ingin membentuk warga negara yang ideal, yakni yang mempunyai pengetahuan, keterampilan, dan nilai yang sesuai dengan konsep dan prinsipprinsip Pendidikan Kewarganegaraan (Untari, 2005/2006:3).

21 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran 1. Pengertian Pembelajaran Pembelajaran merupakan suatau proses, dimana dapat membuat orang melakukan proses belajar sesuai dengan rancangan. Karena sifat dari proses tersebut, maka proses belajar yang tejadi adalah proses perubahan perilaku dalam konteks pengalaman yang memang pada dasarnya telah dirancang terlebih dahulu (Winataputra dan Rosita, 1995/1996:2). Seperti apa yang diungkapkan oleh Romiszowski (1981:147), dalam (Winataputra dan Rosita, 1995/1996:2 proses belajar yang berpusat pada tujuan atau goal directed teaching process yang dalam banyak hal dapat direncanakan sebelumnya (pre-planed). Menurut Gagne (1975), dalam (Saputro dan Abidin, 2005:3) pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang diciptakan dan dirancang untuk mendorong, menggiatkan dan mendukung belajar siswa. Sedangkan pendapat dari Raka Joni (1980:1), dalam (Saputro dan Abidin, 2005:3) pembelajaran adalah penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan teradinya belajar. Penciptaan sistem lingkungan berarti menyediakan peristiwakondisi lingkungan yang dapat merangsang anak untuk melakukan aktivitas belajar. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu usaha manusia yang dilakukan untuk memfasilitasi belajar orang lain dan pembelajaran merupakan kegiatan guru yang mendorong tejadinya aktivitas belajar siswa. 9

22 10 2. Strategi Pembelajaran Pengertian pembelajaran di atas dapat diartikan sebagai penciptaan lingkungan belajar. Berkaitan dengan makna tersebut, maka strategi pembelajaran adalah proses penetapan, pengorganisasian, dan pengoperasian sistem lingkungan belajar yang bersifat efektif dan efisien untuk pencapaian tujuan pembelajaran (Saputro dan Abidin, 2005:6). Sedangkan menurut Al-Hakim S. Dkk (2002:80), dalam (Saputro dan Abidin, 2007:7) Strategi pembelajaran memiliki dua hal, (1) Perencanaan tindakan secara sistematis, dan (2) Implementasi perencanaan dalam tindakan di lapangan. Strategi pembelajaran merupakan bagian dari keseluruhan komponen pembelajaran. Strategi pembelajaran berhubungan dengan cara-cara yang dipilih guru untuk mendukung kegiatan belajar-mengajar di kelas, sehingga mampu mencapai tujuan pembelajaran dan berfungsi untuk mewujudkan aktualisasi proses pembelajaran. Strategi pembelajaran aktualisasinya terwujud sebagai seperangkat tindakan guru untuk mewujudkan proses pembelajaran yang memudahkan siswa untuk mencapai tujuan belajarnya. Cakupan tindakan tersebut adalah sebagai berikut: (1) setting atau latar pembelajaran, (2) pengelolaan dan pengorganisasian bahan ajar, (3) pengalokasian waktu, (4) pengaturan pola aktivitas pembelajaran, (5) metode, teknik, dan prosedur pembelajaran, (6) pengaturan dan pemanfaatan media pembelajaran, (7) penerapan prinsip pembelajaran, (8) penerapan pendekatan pola aktivitas pembelajaran, (9) pengembangan dan pengaturan iklim pembelajaran.

23 11 Aktualisasi pembelajaran dikatakan strategis manakala setiap jenis dan atau pola aktivitas pembelajaran beserta seluruh variabel yang terkait dapat dilacak rasionalitasnya, kadar keefektifan dan keefisiensiannya untuk pencapaian tujuan pembelajaran. Nilai strategis suatu strategi pembelajaran dapat juga diuji atas dasar kesesuaiannya dengan variabel-variabel penentu pembelajaran, seperti: (1) sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, (2) sesuai dengan karakteristik bahan pembelajaran, (3) karakteristik guru, (4) karakteristik siswa, dan (5) sesuai dengan karakteristik sarana dan prasarana yang tersedia. Oleh karena itu, keakuratan strategi pembelajaran dalam memfasilitasi keoptimalan pencapaian tujuan belajar anak sangatlah penting (Saputro dan Abidin, 2005:9-10). 3. Komponen Pembelajaran Peranan guru dalam proses pembelajaran, disamping menyampaikan informasi, guru juga berperan untuk mendiagnosis kesulitan belajar siswa, meyeleksi materi pembelajaran, memberikan bimbingan belajar, menggunakan berbagai macam media, strategi dan metode. Menurut Simpson; Anderson (1981:60) dalam (Saputro dan Abidin, 2005:1) peran lain dari guru adalah mengajak diskusi, mengajukan pertanyaan, menyelenggarakan simulasi serta berbagai peran lainnya. Berbagai peran yang diemban guru dalam proses pembelajaran, pada dasarnya berkenaan dengan hal membelajarkan siswa. Guru hanya memfasilitasi terjadinya proses belajar dalam diri siswa, perubahan perilaku yang terjadi dalam diri siswa merupakan akibat dari keaktifan yang dilakukan oleh siswa dalam interaksinya dengan lingkungan belajarnya (Saputro dan Abidin, 2005:1).

24 12 Guru hanya sebagai fasilitator yang mengarahkan terhadap terjadinya aktivitas belajar, keberhasilan pendidikan ditentukan oleh terciptanya suasana yang nyaman antara guru dengan siswa sejak berlangsungnya kegitan belajarmengajar di kelas. Oleh karena itu, seorang guru hendaknya diharapkan mampu mengenali karakteristik komponen-komponen sistem pembelajaran yang menjadi rangkaian kerjanya, yang nantinya akan diberikan kepada siswa sebagai pendukung program pembelajaran yang telah dirancang sebelumnya dalam pelaksanaan tugasnya sebagai tenaga pendidik. Komponen-komponen pembelajaran yang dimaksud adalah sebagai berikut: a) Komponen Input atau masukan Komponen ini terdiri dari: (1) Row input (siswa), yakni peserta didik yang diharapkan mengalami perubahan tingkah laku setelah mengikuti proses pembelajaran. (2) Instrumental input, yakni komponen guru, materi, media, dan manajemen kelas. (3) Environmental input, yakni komponen yang terdiri dari kondisi sosial ekonomi, kultural, dan lain sebagainya. (4) Struktural input, yaitu komponen yang terdiri dari tujuan sekolah, tujuan pendidikan, visi dan misi sekolah. b) Komponen Proses Komponen proses yaitu serangkaian interaksi dinamis pembelajaran, antara siswa sebagai masukan dan dengan sejumlah komponen Instrumental- Environmental serta Struktral input pembelajaran.

25 13 c) Komponen Output Komponen output terdiri dari hasil belajar, sebagaimana seperti yang telah dirumuskan dalam tujuan pembelajaran yang berupa kualifikasi tingkah laku yang diharapkan dapat dikuasai oleh siswa setelah mengikuti interaksi pembelajaran. Komponen ini berkaitan dengan domain kognitif, afektif, dan psikomotor. d) Komponen umpan balik Merupakan komponen yang memiliki fungsi informatif bagi efektifitas pencapaian tujuan dan relevansi dari komponen-komponen yang terkait. B. Pakem I. Pengertian Pakem Pakem atau singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan merupakan suatu model pembelajaran yang dirancang agar mengaktifkan anak, mengembangkan kreatifitas, sehingga efektif namun tetap menyenangkan (WWW. google.com.search:pakem). Pengertian lain, pakem merupakan suatu usaha dari guru untuk bisa menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya dan mengeluarkan gagasan. Sedangkan kreatif, seorang guru harus mampu menciptakan suasana belajar yang beragam sehingga memenuhi tingkat kemampuan siswa dan menyenangkan adalah suasana belajar, dimana siswa diharapkan dapat memusatkan perhatiannya secara penuh ke pelajaran. ( Pakem adalah sebuah model pembelajaran yang memungkinkan peserta didik melakukan kegiatan yang beragam untuk mengembangkan keterampilan dan pemahaman dengan penekanan kepada belajar sambil bekerja, sementara guru

26 14 menggunakan berbagai sumber dan alat bantu berlajar termasuk pemanfaatan lingkungan supaya pembelajaran lebih menarik, menyenangkan dan efektif. ( Menurut Best 2001, (dalam pakem adalah A conception that helps teacher relate subject matter content to real world situation and motivates students to make connections between knowledge and its applications to their lives as family members, citizens, and workers. Satu konsep yang membantu guru-guru menghubungkan isinya mata pelajaran dengan situasi keadaan di dunia (real world) dan memotivasikan siswasiswi untuk lebih paham hubungan pengetahuan dan aplikasinya kepada hidup mereka sebagai anggota keluarga, masyarakat dan karyawan-karyawan. Menurut Philip Rekdale 2005, (dalam http// pakem adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Fokus pakem adalah pada kegiatan siswa dalam bentuk grup, individu, dan kelas, partisipasi di dalam proyek, penelitan, penelidikan, penemuan, dan beberapa macam strategi yang hanya dibatasi dari imaginasi guru. Secara garis besar, gambaran pakem adalah sebagai berikut: a. Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat. b. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan cara membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan serta cocok bagi siswa.

27 15 c. Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik serta menyediakan pojok baca. d. Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok. e. Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkan siswa dalam mencipatakan lingkungan sekolahnya (Dinas Pendidikan Kota Malang, 2004:3.4). Pakem diterapkan di sekolah untuk menghasilkan lulusan yang memiliki sejumlah keterampilan yang beragam, yang nantinya diperlukan untuk menjalani kehidupan di masa yang akan datang. Untuk menjamin keberhasilan proses pembelajaran, maka proses belajar-mengajar di kelas haruslah dirancang agar mengaktifkan anak, mengembangkan kreativitas sehingga efektif namun tetap menyenangkan. Sekolah dan guru haruslah mampu mengembangkan kegiatan belajar mengajar yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan tentang kegiatan siswa selama belajar di sekolah, pemanfaatan sumber belajar yang berbeda dengan sebelumnya serta peran guru dalam mengajar sebagai upaya untuk mengurangi gaya lama dalam pembelajaran (Dinas pendidikan kota Malang, 2004:3.11). Pakem dijadikan sebagai model pembelajaran yang mempunyai karakteristik tersendiri dan dirasa cocok untuk diterapkan dalam kegiatan belajarmengajar di kelas. Karakteristik dalam model pembelajaran pakem adalah sebagai berikut:

28 16 1). Aktif Dimaksudkan disini, bahwa dalam proses pembelajaran guru harus dapat menciptakan suasana dimana siswa dapat aktif bertanya, mempertanyakan dan mengemukakan pendapat yang dapat menghasilkan suatu gagasan atau ide yang cemerlang. Proses aktif dalam belajar dari si pembelajar sangat penting bagi usaha meningkatkan pengetahuan, bukan seperti proses pasif yang selama ini berkembang, karena siswa hanya dicekoki materi melalui metode ceramah saja sehingga siswa tidak dapat ikut terlibat secara langsung, hal ini sangat bertentangan dengan hakekat belajar. Peran aktif siswa sangatlah penting dalam pembentukan generasi penerus yang kreatif dan berguna bagi dirinya pribadi maupun bagi orang lain. Menurut Willian Burton, (dalam Usman, 1995:21) Mengajar adalah membimbing kegiatan belajar siswa sehingga mau belajar atau Teaching is the guidance of learning activities, teaching is for purpose of aiding the pupil learn. Dengan demikian, aktifitas murid sangat diperlukan dalam kegiatan belajarmengajar sehingga muridlah yang harus banyak aktif, sebab sebagai subjek didik adalah yang merencanakan dan ia sendiri yang melaksanakan belajar. Hal ini sangat berbeda dengan kenyataan yang terjadi di sekolah-sekolah, dimana guru yang lebih aktif sedangkan siswa menjadi pasif. Aktivitas belajar murid yang dimaksud disini adalah aktivitas jasmaniah maupun aktivitas mental. Aktivitas murid dapat digolongkan kedalam beberapa hal, yaitu: a. Aktivitas visual (Visual activities), seperti membaca, menulis, melakukan eksperimen, dll.

29 17 b. Aktivitas lisan (Oral activities), seperti bercerita, membaca sajak, Tanya jawab, diskusi, dll. c. Akitvitas mendengarkan (Listening activities), seperti mendengarkan penjelasan guru, ceramah, pengarahan, dll. d. Aktivitas gerak (Motor activities), seperti senam, atletik, menari, melukis, dll. e. Aktivitas menulis (Writing activities), seperti mengarang, membuat makalah, membuat surat, dan lain-lain. Menurut John dewey, (dalam Dimyati dan Moedjiono, 1994:42) mengemukakan bahwa belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri maka inisiatif harus datang dari siswa sendiri guru hanya sekedar pembimbing dan pengarah. Sedangkan menurut teori kognitif, anak memiliki sifat aktif, konstruktif dan mampu merencanakan sesuatu. Anak mampu untuk mencari, menemukan dan menggunakan pengetahuan yang telah diperolehnya. Dalam proses belajar mengajar siswa harus mampu mengidentifikasi, menganalisis, menafsirkan serta menarik kesimpulan. Jadi, siswa adalah sebagai makhluk yang aktif, mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, dan mempunyai kemauan serta aspirasi sendiri. Belajar tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain, belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif (Dimyati dan Moedjiono, 1994:42). Untuk menimbulkan keaktifan belajar pada diri siswa, maka guru dapat melakasanakan perilaku-perilaku sebagai berikut: a) Menggunakan multimetode dan multimedia b) Memberikan tugas secara individual maupun kelompok

30 18 c) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melaksanakan eksperimen dalam kelompok kecil. d) Memberikan tugas untuk membaca bahan belajar kemudian mencatat hal-hal yang dirasa kurang jelas. e) Mengadakan tanya jawab dan diskusi (Dimyati dan Moejiono, 1994:57). 2). Kreatif Dimaksudkan agar guru dapat menciptakan kegiatan belajar yang bervariasi dan beragam dengan membuat alat bantu belajar yang sederhana dan sesuai dengan harapan siswa sehingga siswa dapat merancang atau membuat sesuatu yang dapat berguna bagi dirinya pribadi maupun bagi orang lain serta dapat membuat tulisan atau karangan ilmiah. Di dalam proses belajar-mengajar seorang guru dituntut untuk memilki keterampilan mengadakan variasi yang bertujuan mengatasi rasa jenuh pada diri siswa, sehingga siswa senantiasa menunjukan ketekunan, antusias, dan ikut berpartisipasi. Adapun tujuan atau manfaat yang lain dari keterampilan mengadakan variasi oleh guru adalah sebagai berikut: a) Untuk menimbulkan dan meningkatkan perhatian siswa kepada aspek-aspek belajar mengajar yang relevan. b) Untuk memberikan kesempatan bagi berkembangnya bakat ingin mengetahui dalam diri siswa terhadap hal-hal yang baru. c) Untuk memupuk tingkah laku yang positif terhadap guru dan sekolah dengan berbagai cara mengajar yang lebih hidup dan lingkungan belajar yang lebih baik.

31 19 d) Memberikan kesempatan pada siswa untuk memperoleh cara menerima yang disenanginya (Usman, 1995:84). Guru juga harus menciptakan metode-metode belajar yang menarik, ditunjang dengan media yang bervariasi, alat bantu yang sederhana tetapi mendukung, dan yang tidak kalah penting adalah pemilihan sumber belajar yang tepat, sehingga guru dan siswa dapat melaksanakan KBM dengan baik, hasil yang diperoleh siswapun juga memuaskan. Setelah mengikuti KBM di kelas, siswa diharapkan mampu menunjukkan potensi yang ada di dalam dirinya dengan karya-karya yang bermanfaat, mampu menciptakan media dan alat bantu sendiri yang dapat membantu mempermudah dirinya dalam memahami materi serta mencari sumber belajar yang lain selain dari sekolah, baik dari koran, majalah, dan internet. 3). Menyenangkan Suasana belajar-mengajar yang menyenangkan adalah suasana belajar yang tidak membuat siswa bosan, yang tidak membuat siswa takut salah, takut ditertawakan, dan takut disepelekan melainkan dapat membuat siswa memusatkan seluruh perhatian secara penuh pada pelajaran termasuk juga penggunaan lingkungan sekitar sekolahan sebagai salah satu media atau sumber belajar yang mendukung agar tetap menarik perhatian siswa. Guru harus dapat menciptakan suasana belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga siswa dapat memusatkan perhatiannya secara penuh pada pelajaran. Kegembiraan dapat membuat siswa siap belajar dengan lebih mudah, dan bahkan dapat mengubah sikap negatif siswa (De Porter, Reardon dan Singer-nourie, 1992:26).

32 20 Metode atau konsep pembelajaran yang menyenangkan penting untuk diterapkan, sehingga membuat siswa selalu termotivasi dalam belajar dan mengikuti pelajaran di kelas dengan penuh antusias. Selain itu, untuk menanamkan keyakinan dalam diri siswa bahwa belajar dapat dilakukan kapan saja, dimana saja serta belajar merupakan suatu keharusan bagi seorang pelajar karena belajar sama asyiknya dengan bermain. Pembelajaran yang menyenangkan adalah pembelajaran yang bisa membuat siswa berani mengungkapkan apa yang dirasakan dan dipikirkannya tanpa membuat mereka takut. Baik takut salah, takut ditertwakan maupun takut disepelekan, sehingga pada akhirnya siswa akan selalu senang untuk belajar (Dinas Pendidikan Kota Malang, 2004:3.10). Walberg dan Greenberg 1997, (dalam De porter, Reardon dan singernourie, 1992:19) berpendapat Suatu penelitian menunjukkan bahwa lingkungan sosial atau suasana kelas adalah penentu psikologos utama yang dapat mempengaruhi belajar akademis. Dari pendapat tersebut dapat dikemukakan, bahwa pada dasarnya suasana atau keadaan lingkungan belajar dapat mempengaruhi emosi pada diri siswa. Untuk menumbuhkan semangat dan antusias siswa agar tetap konsentrasi pada pelajaran, maka guru dapat merubah suasana kelas yang awalnya biasa saja menjadi luar biasa dengan keterampilan mengelola kelas. Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu mangatur siswa dan sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan didalam kelas. Guru dituntut agar bisa mengelola kelas dengan baik agar proses belajar-mengajar yang efektif dapat tercipta, salah satu

33 21 contohnya adalah belajar di luar kelas, yaitu dengan memanfaatkan halaman sekolah, perpustakaan, dan aula. Selain itu juga membiasakan untuk membentuk kelompok-kelompok belajar. Pembelajaran tidak cukup sampai pada tingkat aktif, kreatif dan menyenangkan saja, tetapi harus efektif. 4). Efektif Pembelajaran dapat dikatakan efektif jika dapat menghasilkan apa yang harus dikuasai oleh siswa setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan yang harus dicapai. Jika, pembelajaran hanya aktif, kreatif dan menyenangkan saja, maka pembelajaran tersebut belum bisa memenuhi tujuan dari pembelajaran itu sendiri (Dinas Pendidikan Kota Malang, 2004:3.4 & ). Guru dapat berupaya agar siswanya selalu berusaha menunjukkan potensi yang ada pada dirinya dengan belajar, dan upaya tersebut dapat diwujudkan dengan memberikan rangsangan atau stimulus, dimana dengan rangsangan atau stimulus tersebut siswa dapat berfikir bahwa dengan belajar, akan membuat dirinya berhasil. Kriteria yang harus di penuhi dalam pembelajaran untuk mengefektifkan kegiatan belajar-mengajar adalah sebagai berikut: Siswa mengetahui cara berpikir dan berbuat dalam melaksanakan tugas yang harus dikerjakannya. Setiap siswa dapat belajar sendiri dari sumber belajarnya, tetapi kefektifan hasil belajar siswa kurang terjamin, jika siswa tidak mengetahui bagaimana cara mempelajari pelajaran yang akan dialami. Dalam pakem guru melatihkan cara berpikir dan bekerja dalam mempelajari pelajaran dan menyelesaikan masalah,

34 22 sedangkan siswa menggunakan cara yang dilatihkan gurunya untuk mempelajari pelajaran tersebut dari suatu sumber belajar. Siswa berpikir dan berbuat mengikuti suatu metode yang dapat membuatnya berhasil. Untuk kefektifan pembelajaran, guru hanya mengajarkan cara berpikir dan bekerja. Siswa menggunakan cara-cara yang diajarkan gurunya itu untuk mempelajarinya dan mencoba untuk menyelesaikan masalah yang timbul ( II. Penerapan Pakem Penerapan pakem dapat diwujudkan dalam setiap kegiatan belajarmengajar, belajar merupakan proses internal yang kompleks, dapat dipandang dari dua subjek, yaitu dari siswa dan dari guru. Siswa dalam belajar haruslah dapat mengalami secara langsung, baik aktif secara fisik, mental maupun emosional dalam memecahkan setiap permasalahan yang dihadapi, sedangkan guru hanya bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator (Dimyati dan Mudjiono, 1994:43). Guru yang efektif adalah guru yang mampu membawa siswanya berhasil mencapai tujuan pembelajaran. Dengan demikian, ada dua tolok ukur mengenai efektivitas mengajar, yakni tercapainya tujuan dan hasil belajar yang tinggi. Untuk mencapai tingkat efektivitas mengajar yang tinggi, guru harus mampu menguasai beberapa keterampilan dalam mengajar yang kompleks dan utuh (Hasibuan dan Moedjiono, 1986:46). Keterampilan-keterampilan dalam mengajar memiliki prinsip dasar, tujuan, dan komponen tersendiri. Berikut ulasan tentang beberapa keterampilan dalam mengajar tersebut:

35 23 a. Keterampilan Bertanya (questioning skills) Dalam proses belajar-mengajar, bertanya memainkan peranan penting sebab pertanyaan yang tersusun dengan baik dan dengan teknik pelontaran yang tepat pula, maka akan memberikan dapak positif terhadap siswa. Diantaranya dapat meningkatkan partisipasi siswa, membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa, memusatkan perhatian siswa, dan mengembangkan pola serta cara belajar aktif dari siswa. Adapun dasar pertanyaan yang baik adalah sebagai berikut: 1) Jelas dan mudah dimengerti oleh siswa. 2) Difokuskan pada suatu masalah atau tugas tertentu. 3) Bagikan semua pertanyaan kepada seluruh murid secara merata. 4) Berikan waktu yang cukup kepada anak untuk memikirkan jawabannya. 5) Berikan respons yang ramah dan menyenangkan sehingga timbul keberanian siswa untuk menjawab. b. Keterampilan Memberi Penguatan Penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respon, apakah bersifat verbal atau non-verbal, yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik (feedback) bagi siswa atas perbuatannya sebagai suatu tindak dorongan atau koreksi. Tindakan ini dimaksudkan untuk mengganjar atau membesarkan hati siswa agar mereka lebih giat berpartisipasi dalam interaksi belajar-mengajar. Tujuan dari pemberian penguatan adalah sebagai berikut: 1) Meningkatkan perhatian siswa. 2) Melancarkan atau memudahkan proses belajar. 3) Membangkitkan dan mempertahankan motivasi.

36 24 4) Mengarahkan kepada cara berfikir yang baik. c. Keterampilan Mengadakan Variasi Variasi atau stimulus adalah sesuatu kegiatan guru dalam konteks interaksi belajar-mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan siswa, sehingga siswa senantiasa menunjukan ketekunan, antusiasme, dan berpartisipasi. Prinsip yang perlu dipahami oleh guru dalam melaksanakan kemampuan ini dalam kegiatan belajar-mengajar adalah sebagai berikut: 1) Perubahan yang perlu dilakukan harus bersifat efektif. 2) Penggunaan teknik variasi harus lancar dan tepat. 3) Penggunaan teknik variasi harus luwes dan spontan berdasarkan balikan siswa. d. Keterampilan Menjelaskan Yang dimaksud dengan keterampilan menjelaskan dalam kegiatan belajarmengajar adalah penyajian informasi secara lisan yang diorganisasi secara sistematik untuk menunjukkan adanya hubungan yang satu dengan yang lainnya. Adapun prinsip dari keterampilan memberikan penjelasan adalah sebagai berikut: 1) Penjelasan dapat diberikan di awal, di tengah, atau di akhir jam pertemuan. 2) Penjelasan dapat diiringi tanya jawab. 3) Penjelasan harus relevan dengan tujuan pembelajaran. 4) Penjelasan dapat diberikan bila ada pertanyaan dari siswa ataupun telah direncanakan sebelumnya. e. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran Yang dimaksud dengan membuka pelajaran adalah usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar-mengajar untuk menciptakan

37 25 prokondisi bagi murid agar mental maupun perhatiannya terpusat pada apa yang akan dipelajarinya. Kegiatan ini tidak hanya dapat dilakukan oleh guru pada awal sebelum pelajaran dimulai saja, melainkan pada awal setiap penggal kegiatan inti pelajaran yang diberikan selama jam pelajaran itu. f. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman dan informasi, pengambilan kesimpulan, atau pemecahan masalah. Pengertian dikusi kelompok dalam kegiatan belajar-mengajar tidak jauh berbeda dengan pengertian di atas, siswa berdiskusi dalam kelompok-kelompok kecil dibawah pimpinan guru atau temannya untuk berbagi informasi, pemecahan masalah, atau pengambilan keputusan. Diskusi tersebut berlangsung secara terbuka, setiap siswa dapat mengemukakan ide-ide tanpa ada tekanan dari teman atau gurunya. g. Keterampilan Mengelola Kelas Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar-mengajar. Dengan kata lain, kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar-mengajar. Kegiatan yang termasuk ke dalam hal ini adalah penghentian tingkah laku siswa yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran bagi ketepatan waktu penyelesaian tugas oleh siswa, dll. Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur siswa dan sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan.

38 26 h. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan Secara fisik bentuk pembelajaran ini adalah bila jumlah siswa yang dihadapai oleh guru terbatas, yaitu berkisar 3-8 orang untuk kelompok kecil, dan seorang untuk perseorangan. Ini tidak berarti, bahwa guru hanya menghadapi satu kelompok atau seseorang siswa saja sepanjang waktu belajar. Guru menghadapi banyak siswa yang terdiri dari beberapa kelompok yang dapat bertatap muka, baik secara perseorangan atau kelompok. Hakikat pembelajaran ini adalah: 1) Terjadinya hubungan interpersonal antara guru dengan siswa dan juga siswa dengan siswa. 2) Siswa belajar sesuai dengan kecepatan dan kemampuan masing-masing. 3) Siswa mendapat bantuan dari guru sesuai dengan kebutuhannya, dan 4) Siswa dilibatkan dalam perencanaan kegiatan belajar-mengajar (Usman, 1995:74-102). III. Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Pelaksanaan Pakem Komponen dalam pakem merupakan suatu hal yang penting untuk dicermati dan harus dikelola dengan baik agar pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh guru dapat diterima dengan baik oleh siswa. Ada aspek yang harus diperhatikan, yaitu: 1) Memahami sifat yang dimiliki anak Pada dasarnya anak memilki sifat rasa ingin tahu yang tinggi dan berimajinasi. Kedua sifat tersebut merupakan modal dasar berkembangnya sikap/berpikir kritis dan kreatif, kegiatan belajar merupakan lahan yang harus diolah secara baik demi berkembangnya kedua sifat tersebut. Suasana pembelajaran yang menyenangkan, dimana guru memuji anak karena hasil

BAB V PEMBAHASAN. efektif dan menyenangkan (PAKEM) pada pelajaran PAI kelas VII. di SMPN 1 Kanigoro Blitar tahun ajaran 2015/2016

BAB V PEMBAHASAN. efektif dan menyenangkan (PAKEM) pada pelajaran PAI kelas VII. di SMPN 1 Kanigoro Blitar tahun ajaran 2015/2016 BAB V PEMBAHASAN 1. Bagaimana proses pelaksanaan model pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM) pada pelajaran PAI kelas VII di SMPN 1 Kanigoro Blitar tahun ajaran 2015/2016 Di dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Make a Match 2.1.1 Arti Make a Match Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban soal sebelum habis waktu yang ditentukan. Menurut Lie (2002:30) bahwa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan satu dari sekian banyak disiplin ilmu yang dipelajari,

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan satu dari sekian banyak disiplin ilmu yang dipelajari, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Geografi merupakan satu dari sekian banyak disiplin ilmu yang dipelajari, oleh siswa dimulai dari jenjang sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Pada jenjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri sendiri dan alam sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Pada dasarnya, pendidikan bertujuan untuk memperbaiki kualitas sumber daya manusia.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

BAB 1 PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut UU No. 20 Tahun 2003. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan komponen dari ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN KARANGMLATI 1 DEMAK

BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN KARANGMLATI 1 DEMAK BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN KARANGMLATI 1 DEMAK A. Analisis Aspek-Aspek yang Diteliti Antara Pembelajaran Tutor Sebaya dan Pembelajaran

Lebih terperinci

Pendekatan Contextual Teaching and Larning (CTL)

Pendekatan Contextual Teaching and Larning (CTL) Pendekatan Contextual Teaching and Larning (CTL) 2.1.3.1 Hakikat Contextual Teaching and Learning Landasan filosofi CTL adalah konstruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi siswa dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar

BAB I PENDAHULUAN. potensi siswa dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi siswa dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Pendidikan sebagai

Lebih terperinci

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010 IMPLEMENTASI PAKEM DENGAN KERJA ILMIAH SEDERHANA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII SMPN 1 AMBARAWA Yuliana Indah Wulansari 1), Slamet Santosa 2), Riezky Maya Probosari 2) 1) Guru SMP Sudirman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara awal yang telah dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara awal yang telah dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan hasil observasi dan wawancara awal yang telah dilakukan oleh penulis di kelas XII-A SMK 45 Lembang, baik wawancara dengan guru maupun siswa, diketahui bahwa

Lebih terperinci

BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang Vol.4 No 1 Pebruari 2017 ISSN

BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang Vol.4 No 1 Pebruari 2017 ISSN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING DALAM UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS III SDN MARGAHAYU PADA MATERI KEANEKARAGAMAN BUDAYA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan kepada : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Oleh RIYADI NIM :

SKRIPSI. Diajukan kepada : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Oleh RIYADI NIM : SKRIPSI PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKN) MATERI CINTA TANAH AIR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIF LEARNING SISWA KELAS IV SDN 3 BADEGAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi sekarang ini, setiap orang dihadapkan pada berbagai macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut maka setiap

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Maka dari iru tugas seorang

BAB V PEMBAHASAN. penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Maka dari iru tugas seorang BAB V PEMBAHASAN Tanggung jawab seorang pendidik sebagai orang yang mendidik yaitu dapat merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan,

Lebih terperinci

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.) PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.) 1. PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM PENDIDIKAN IPS DI SMP 1.1. Latar Belakang Pembelajaran Kontekstual Ada kecenderungan dewasa ini utnuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran menurut Asmani (2012:17) merupakan salah satu unsur penentu baik tidaknya lulusan yang dihasilkan oleh suatu sistem pendidikan. Sedangkan menurut

Lebih terperinci

PERAN GURU PKN DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN DI KELAS. Ambiro Puji Asmaroini, M.Pd Universitas Muhammadiyah Ponorogo ABSTRAK

PERAN GURU PKN DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN DI KELAS. Ambiro Puji Asmaroini, M.Pd Universitas Muhammadiyah Ponorogo ABSTRAK PERAN GURU PKN DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN DI KELAS Ambiro Puji Asmaroini, M.Pd Universitas Muhammadiyah Ponorogo ABSTRAK Guru PKn merupakan guru yang mengajarkan tentang pendidikan karakter kepada siswanya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Aktivitas Belajar Slameto (2001 : 36) berpendapat bahwa penerimaan pelajaran jika dengan aktivitas siswa sendiri kesan itu tidak akan berlalu begitu saja, tetapi difikirkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Peran pendidikan sangat dibutuhkan dalam mempersiapkan dan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Peran pendidikan sangat dibutuhkan dalam mempersiapkan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan terpenting dalam kehidupan manusia. Peran pendidikan sangat dibutuhkan dalam mempersiapkan dan mengembangkan sumber

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Menurut Asra, dkk. (2007: 5) belajar adalah proses perubahan perilaku sebagai akibat dari interaksi dengan lingkungan untuk mencapai tujuan. Belajar juga bisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan manusia di era global seperti saat ini menjadi kebutuhan yang amat menentukan bagi masa depan seseorang dalam kehidupannya, yang menuntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai

BAB I PENDAHULUAN. dengan pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan cara untuk mencerdaskan bangsa yang sesuai dengan pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai tujuan pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 51 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Nasution (1996: 43) mengemukakan bahwa lokasi penelitian merupakan situasi sosial yang mengandung unsur tempat, pelaku dan kegiatan. Tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya Probing Question

BAB I PENDAHULUAN Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya Probing Question 1 BAB I PENDAHULUAN Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya Probing Question untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa pada Pembelajaran PKn (Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana penting dalam meningkatkan sumber daya manusia. Dengan pendidikan diharapkan mampu melahirkan suatu generasi masa depan yang berkualitas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa ahli mendefinisikan tentang pengertian belajar atau lerning, baik

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa ahli mendefinisikan tentang pengertian belajar atau lerning, baik II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar dalam Konteks Pembelajaran Beberapa ahli mendefinisikan tentang pengertian belajar atau lerning, baik secara umum maupun secara khusus. Penafsiran tersebut berbeda satu

Lebih terperinci

Oleh: SULFADLI.T Mahasiswa Jurusan PPKn Universitas Negeri Makassar MUSTARI Dosen Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar

Oleh: SULFADLI.T Mahasiswa Jurusan PPKn Universitas Negeri Makassar MUSTARI Dosen Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR PKn PADA SISWA KELAS VII A SMP NEGERI TOMPOBULU KABUPATEN BANTAENG Oleh: SULFADLI.T Mahasiswa Jurusan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Secara umum, semua aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya perkembangan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan yang terjadi tersebut menuntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya dengan

BAB I PENDAHULUAN. berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah Republik Indonesia melalui Menteri Pendidikan Nasional terus berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya dengan digulirkannya Kurikilum

Lebih terperinci

permasalahan untuk merangsang pemikiran siswa supaya siswa dapat lebih aktif menjawab pertanyaan, mampu memecahkan masalah dengan mudah dan dapat

permasalahan untuk merangsang pemikiran siswa supaya siswa dapat lebih aktif menjawab pertanyaan, mampu memecahkan masalah dengan mudah dan dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seorang guru sebelum melakukan kegiatan pembelajaran mengajar terlebih dahulu membuat desain atau perencanaan pembelajaran. Dalam mengembangkan rencana pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk. menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk. menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan

Lebih terperinci

Oleh Saryana PENDAHULUAN

Oleh Saryana PENDAHULUAN PENDAHULUAN INOVASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA (Laporan Hasil Penelitian Tindakan kelas) Oleh Saryana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Definisi Mata Pelajaran Matematika Matematika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari konsep-konsep abstrak yang disusun dengan menggunakan simbol dan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek penentu bagi kemajuan bangsa. Dengan pendidikan manusia dituntut untuk memproleh kepandaian dan ilmu, sehingga akan mampu

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang II. KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Dalam bahasa inggris Ilmu Pengetahuan Alam disebut natural science, natural yang artinya berhubungan dengan alam dan science artinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meningkatkan mutu pendidikan adalah menjadi tangung jawab semua pihak yang terlibat dalam pendidikan terutama bagi guru SD, yang merupakan ujung tombak bagi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lingkungan tersebut mengalami perubahan, sehingga fungsi intelektual semakin

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lingkungan tersebut mengalami perubahan, sehingga fungsi intelektual semakin BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku individu dari tidak tahu menjadi tahu dari tidak bisa menjadi bisa sebagi akibat dari latihan dan pengalaman.

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Teori Yang Melandasi Model Pembelajaran Make A Match

II. KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Teori Yang Melandasi Model Pembelajaran Make A Match II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Yang Melandasi Model Pembelajaran Make A Match 2.1.1 Teori Vygotski Karya Vygotski didasarkan pada tiga ide utama : (1) bahwa intelektual berkembang pada saat individu menghadapi

Lebih terperinci

BAB II. Kajian Teori dan Kerangka Pemikiran

BAB II. Kajian Teori dan Kerangka Pemikiran BAB II Kajian Teori dan Kerangka Pemikiran A. Kajian Teori 1. PPL (Praktik Pengalaman Lapangan) Menurut buku panduan PPL FKIP UNPAS (2017, h. 1) PPL (Praktik Pengalaman Lapangan) merupakan kegiatan akademik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses interaksi atau hubungan timbal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses interaksi atau hubungan timbal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar merupakan suatu proses interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam satuan pembelajaran. Guru sebagai salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Tantangan masa depan yang selalu berubah sekaligus persaingan yang semakin ketat memerlukan keluaran pendidikan yang tidak hanya terampil dalam suatu bidang

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN OPERASI BILANGAN BULAT MELALUI PENDEKATAN PAKEM SISWA KELAS VII D SMP NEGERI 3 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2008/2009

PENINGKATAN KEMAMPUAN OPERASI BILANGAN BULAT MELALUI PENDEKATAN PAKEM SISWA KELAS VII D SMP NEGERI 3 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2008/2009 PENINGKATAN KEMAMPUAN OPERASI BILANGAN BULAT MELALUI PENDEKATAN PAKEM SISWA KELAS VII D SMP NEGERI 3 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2008/2009 Kusnaeni SMP Negeri 3 Purworejo Jl. Mardihusodo 3 Kutoarjo, Purworejo

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Teori Belajar 1. Teori Belajar a. Teori Belajar Konstruktivisme Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme menekankan kontribusi seseorang pembelajar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai II. TINJAUAN PUSTAKA A. E-learning Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai pemanfaatan teknologi internet untuk mendistribusikan materi pembelajaran, sehingga siswa dapat

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MULTI METODE DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SEKOLAH RSBI SMP NEGERI 4 KEPANJEN

PENGGUNAAN MULTI METODE DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SEKOLAH RSBI SMP NEGERI 4 KEPANJEN PENGGUNAAN MULTI METODE DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SEKOLAH RSBI SMP NEGERI 4 KEPANJEN Maichel Aditiyas Suhendra Universitas Negeri Malang E-mail: michaelcrab@ymail.com ABSTRAK: Tujuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Diskusi 1. Pengertian Diskusi Dalam kegiatan pembejaran dengan metode diskusi merupakan cara mengajar dalam pembahasan dan penyajian materinya melalui suatu problema atau

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR PROSES PENDIDIKAN KESETARAAN PROGRAM PAKET A, PROGRAM PAKET B, DAN PROGRAM PAKET C DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa dan interaksi antara keduanya, serta didukung oleh berbagai unsurunsur

BAB I PENDAHULUAN. siswa dan interaksi antara keduanya, serta didukung oleh berbagai unsurunsur BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pembelajaran dikatakan berkualitas apabila pembelajaran melibatkan seluruh komponen utama proses belajar mengajar, yaitu guru, siswa dan interaksi antara keduanya, serta

Lebih terperinci

Kata Kunci : Supervisi Akademik, Kompetensi Guru Dalam Mengelola KBM, PAIKEM

Kata Kunci : Supervisi Akademik, Kompetensi Guru Dalam Mengelola KBM, PAIKEM PENERAPAN SUPERVISI AKADEMIK UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU DALAM MENGELOLA KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR BERBASIS PAIKEM DI SD NEGERI 2 GROBOGAN, KECAMATAN GROBOGAN, KABUPATEN GROBOGAN SEMESTER I TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berada. Dalam proses pendidikan banyak sekali terjadi perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN. berada. Dalam proses pendidikan banyak sekali terjadi perubahan-perubahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses pengubahan perilaku seseorang yang bertujuan untuk mendewasakan anak didik agar dapat hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan standar kelulusan tersebut semakin lama semakin tinggi, hal ini dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. dan standar kelulusan tersebut semakin lama semakin tinggi, hal ini dapat dilihat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia dewasa ini dituntut memiliki kualitas kelulusan yang baik. Salah satu poin dalam meningkatkan kualitas yaitu dengan membuat standar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan Model Pembelajaran Kuis Tebak Kata Pada Mata Pelajaran PKN Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan Model Pembelajaran Kuis Tebak Kata Pada Mata Pelajaran PKN Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan adalah keseluruhan yang terintegrasi dari setiap aspek pendidikam, mulai dari input yang diproses atau ditransformasi oleh komponenkomponen pendidikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pada dasarnya pembelajaran merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh seorang guru, dalam menyampaikan suatu materi untuk diajarkan kepada siswa dalam suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik.

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang, untuk

Lebih terperinci

UPAYA GURU DALAM MENCIPTAKAN KONDISI PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF DI KELAS

UPAYA GURU DALAM MENCIPTAKAN KONDISI PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF DI KELAS UPAYA GURU DALAM MENCIPTAKAN KONDISI PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF DI KELAS O l e h : ASERANI, S.Pd NIP. 132091026 Karya Tulis Gagasan Sendiri Yang Disusun Sebagai Bahan Bacaan dan Didukomentasikan Pada Perpustakaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap individu atau kelompok untuk merubah sikap dari tidak tahu menjadi tahu

BAB I PENDAHULUAN. setiap individu atau kelompok untuk merubah sikap dari tidak tahu menjadi tahu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan suatu proses yang dilakukan secara sadar pada setiap individu atau kelompok untuk merubah sikap dari tidak tahu menjadi tahu sepanjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu bidang yang memiliki peran penting dalam peningkatan daya saing suatu negara adalah pendidikan. Pendidikan saat ini menunjukkan kemajuan yang sangat pesat

Lebih terperinci

PERANGKAT PEMBELAJARAN BUMI DAN RUANG ANGKASA BERBASIS MULTIMEDIA (UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA DALAM MATA KULIAH BUMI DAN ANTARIKSA)

PERANGKAT PEMBELAJARAN BUMI DAN RUANG ANGKASA BERBASIS MULTIMEDIA (UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA DALAM MATA KULIAH BUMI DAN ANTARIKSA) PERANGKAT PEMBELAJARAN BUMI DAN RUANG ANGKASA BERBASIS MULTIMEDIA (UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA DALAM MATA KULIAH BUMI DAN ANTARIKSA) Subuh Anggoro Universitas Muhammadiyah Purwokerto email

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian ini berangkat dari permasalahan siswa yang kurang kreatif dalam bertanya dan mengemukakan pendapat. Kondisi ini menimbulkan interaksi yang kurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi intelektual dan sikap yang dimilikinya, sehingga tujuan utama

BAB I PENDAHULUAN. potensi intelektual dan sikap yang dimilikinya, sehingga tujuan utama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu fondasi yang menentukan ketangguhan dan kemajuan suatu bangsa. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal dituntut untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) Think-Pair-Share (TPS) adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor Frank Lyman di Universitas Meryland pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional di Indonesia telah ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. Dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional di Indonesia telah ditetapkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat bagi manusia. Pendidikan sangat penting, sebab dengan proses pendidikan manusia dapat mengembangkan semua potensi

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG MASALAH. kerja, mendorong perguruan tinggi untuk membekali lulusannya dengan kemampuan

BAB I LATAR BELAKANG MASALAH. kerja, mendorong perguruan tinggi untuk membekali lulusannya dengan kemampuan BAB I LATAR BELAKANG MASALAH 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan yang sangat cepat di semua sektor kehidupan khususnya dunia kerja, mendorong perguruan tinggi untuk membekali lulusannya dengan kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sikap serta ketrampilan yang berguna baginya dalam menyikapi

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sikap serta ketrampilan yang berguna baginya dalam menyikapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan pendidikan tidak lepas dari proses belajar mengajar, yang di dalamnya meliputi beberapa komponen yang saling terkait, antara lain; guru (pendidik),

Lebih terperinci

KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR Oleh: Dadang Sukirman Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR Oleh: Dadang Sukirman Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia Tujuan KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR Oleh: Dadang Sukirman Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia Para peserta diharapkan dapat memahami hakikat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini pembelajaran di sekolah harus bervariasi agar bisa menarik perhatian siswa untuk mengikuti proses pembelajaran dimana siswa dapat tertarik pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum untuk jenis

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum untuk jenis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum untuk jenis pendidikan umum,

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura Ni Wayan Lasmini SD Negeri 2 Tatura, Palu, Sulawesi Tengah ABSTRAK Permasalahan

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF DALAM MODEL PEMBELAJARAN AKTIF (ACTIVE LEARNING) TIPE TRUE OR FALSE TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

PENGARUH PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF DALAM MODEL PEMBELAJARAN AKTIF (ACTIVE LEARNING) TIPE TRUE OR FALSE TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA PENGARUH PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF DALAM MODEL PEMBELAJARAN AKTIF (ACTIVE LEARNING) TIPE TRUE OR FALSE TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA SKRIPSI Skripsi Oleh : Nove Zalikha K 4303044 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ada di sekitar individu. Menurut Sudjana dalam Rusman. (2011: 1) Belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ada di sekitar individu. Menurut Sudjana dalam Rusman. (2011: 1) Belajar BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Menurut Sudjana dalam Rusman. (2011: 1) Belajar dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan bersifat sangat penting demi terwujudnya kehidupan pribadi yang mandiri dengan taraf hidup yang lebih baik. Sebagaimana pengertiannya menurut Undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan dan pengembangan sumber daya manusia dalam menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan dan pengembangan sumber daya manusia dalam menghadapi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam pembentukan dan pengembangan sumber daya manusia dalam menghadapi kemajuan zaman, seperti era globalisasi

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMBELAJARAN YANG KREATIF PADA MATA PELAJARAN SAINS FISIKA DI SMP NEGERI 3 KARTASURA

MANAJEMEN PEMBELAJARAN YANG KREATIF PADA MATA PELAJARAN SAINS FISIKA DI SMP NEGERI 3 KARTASURA MANAJEMEN PEMBELAJARAN YANG KREATIF PADA MATA PELAJARAN SAINS FISIKA DI SMP NEGERI 3 KARTASURA Oleh : ROSITA BUDI INDARYANTI NIM : Q. 100040125 Program : Magister Manajemen Pendidikan Konsentrasi : Manajemen

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan. dapat menunjang hasil belajar (Sadirman, 1994: 99).

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan. dapat menunjang hasil belajar (Sadirman, 1994: 99). BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Aktivitas Belajar Keberhasilan siswa dalam belajar bergantung pada aktivitas yang dilakukannya selama proses pembelajaran, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dapat menciptakan perubahan perilaku anak baik cara berfikir maupun

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dapat menciptakan perubahan perilaku anak baik cara berfikir maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan dengan sengaja, teratur dan terencana untuk membina kepribadian dan mengembangkan kemampuan anak sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan. Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara guru dengan siswa untuk mencapai tujuan pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Syaiful Bahri Djamarah, 2010:105. Pengertian hasil belajar adalah suatu proses

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Syaiful Bahri Djamarah, 2010:105. Pengertian hasil belajar adalah suatu proses BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Hasil Belajar Menurut Syaiful Bahri Djamarah, 2010:105. Pengertian hasil belajar adalah suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dengan kata lain, peran pendidikan sangat penting untuk. pendidikan yang adaptif terhadap perubahan zaman.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dengan kata lain, peran pendidikan sangat penting untuk. pendidikan yang adaptif terhadap perubahan zaman. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia, sedangkan kualitas sumber daya manusia tergantung pada kualitas pendidikannya. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan, pengendalian diri dan keterampilan untuk membuat dirinya berguna di

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan, pengendalian diri dan keterampilan untuk membuat dirinya berguna di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana secara etis, sistematis, intensional dan kreatif dimana peserta didik mengembangkan potensi diri, kecerdasan, pengendalian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat Ilmu

I. PENDAHULUAN. rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat Ilmu 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. memperkenalkan produk, karya atau gagasan kepada khalayak ramai.

II. TINJAUAN PUSTAKA. memperkenalkan produk, karya atau gagasan kepada khalayak ramai. 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Gallery Walk (GW) Secara etimologi, Gallery Walk terdiri dari dua kata yaitu gallery dan walk. Gallery adalah pameran. Pameran merupakan kegiatan untuk memperkenalkan

Lebih terperinci

Negeri 2 Teupah Barat Kabupaten Simeulue Tahun Pelajaran 2014/2015. Oleh: PARIOTO, S.Pd 1 ABSTRAK

Negeri 2 Teupah Barat Kabupaten Simeulue Tahun Pelajaran 2014/2015. Oleh: PARIOTO, S.Pd 1 ABSTRAK 145 Upaya Meningkatkan Kualitas Guru Melalui Konsep Pembelajaran Learning Together Di Sma Negeri 2 Teupah Barat Kabupaten Simeulue Tahun Ajaran 2014/ /2015 Oleh: PARIOTO, S.Pd 1 ABSTRAK Pembelajaran learning

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan pribadinya maupun kebutuhan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan pribadinya maupun kebutuhan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini kehidupan manusia tidak dapat terlepas dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), sehingga menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan proses pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan proses pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan proses pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu guru, siswa, kurikulum, metode, sarana prasarana, lingkungan belajar, dan lainlain. Guru

Lebih terperinci

BAB I PEBDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PEBDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PEBDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bosan merupakan masalah yang selalu terjadi dimana-mana dan orang selalu berusaha menghilangkannya, bosan terjadi jika seseorang selalu melihat, merasakan, mengalami

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. prasarana pendidikan, pengangkatan tenaga kependidikan sampai pengesahan

I. PENDAHULUAN. prasarana pendidikan, pengangkatan tenaga kependidikan sampai pengesahan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia dilakukan secara berkesinambungan dan sampai saat ini masih dilaksanakan. Berbagai upaya telah ditempuh oleh pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (pendidik), kurikulum (materi pelajaran), sarana (peralatan dan dana) serta murid

BAB I PENDAHULUAN. (pendidik), kurikulum (materi pelajaran), sarana (peralatan dan dana) serta murid BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mempengaruhi segenap sendi-sendi kehidupan, menuntut adanya upaya metodis yang terarah dan teroganisir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan IPA (Sains) adalah salah satu aspek pendidikan yang digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan khususnya pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang pesat semakin meningkatkan tuntutan hidup masyarakat di segala bidang, termasuk dalam bidang pendidikan.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kreativitas menurut para ahli psikologi penjelasannya masih berbeda-beda

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kreativitas menurut para ahli psikologi penjelasannya masih berbeda-beda 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kreativitas Kreativitas menurut para ahli psikologi penjelasannya masih berbeda-beda sesuai sudut pandang masing-masing. Menurut Semiawan kreativitas adalah suatu kemampuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. relevan, serta mampu membangkitkan motivasi kepada peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. relevan, serta mampu membangkitkan motivasi kepada peserta didik. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dari waktu ke waktu begitu pesat, sehingga berdampak kepada jalannya proses penerapan pendidikan. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru PKn kelas X-C Pariwisata di

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru PKn kelas X-C Pariwisata di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan hasil wawancara dengan guru PKn kelas X-C Pariwisata di SMK 45 terdapat beberapa permasalahan dalam proses pembelajaran diantaranya yaitu kurangnya

Lebih terperinci