ANALISIS PROGRAM PNPM MANDIRI TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT MISKIN DI KECAMATAN ANDONG KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2009

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PROGRAM PNPM MANDIRI TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT MISKIN DI KECAMATAN ANDONG KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2009"

Transkripsi

1 ANALISIS PROGRAM PNPM MANDIRI TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT MISKIN DI KECAMATAN ANDONG KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2009 Skripsi Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh : DIAN NOVITASARI NIM. F FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

2

3

4 MOTTO Memiliki sedikit pengetahuan namun dipergunakan untuk berkarya, jauh lebih berarti daripada memiliki pengetahuan luas namun mati tak berfungsi ( Khalil Gibran ) Allah tidak membebani seseorang, melainkan sesuai dengan kesanggupannya. (Al Baqarah:286) Ilmu tanpa agama akan buta, dan agama tanpa ilmu akan lumpuh. (Albert Einstein) Tiada usaha yang sia-sia,setiap usaha pasti membawa hasil (Penulis)

5 PERSEMBAHAN Penulisan skripsi ini penulis persembahkan kepada : 1. Ayah dan Ibuku tercinta 2. Adekku tersayang 3. Sahabat-sahabatku EP FE UNS Almamater

6 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ANALISIS PROGRAM PNPM MANDIRI TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT MISKIN DI KECAMATAN ANDONG KABUPATEN BOYOLALI TAHUN Laporan ini ingin menunjukkan perbandingan pendapatan masyarakat miskin sebelum dan setelah ada Program PNPM Mandiri. Skripsi ini disusun dengan maksud guna memenuhi persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan pada Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya atas segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis baik secara langsung maupun tidak langsung dalam rangka penyelesaian penyusunan skripsi ini, terutama kepada yang terhormat : 1. Bapak Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Bapak Drs. Kresno Sarosa Pribadi, M.Si. selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Bapak Riwi Sumantyo, S.E., selaku Pembimbing Akademik terima kasih atas bimbingannya selama ini. 4. Bapak Dr. Agustinus Suryantoro, M.S. selaku Dosen Pembimbing yang dengan kesabarannya telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

7 5. Bapak dan Ibu yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materiil. 6. Seluruh staf pengajar dan karyawan fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. 7. Segenap pelaku dan pengurus lembaga UPK PNPM Mandiri Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali yang telah memberikan bantuan, dukungan dan masukan yang penulis butuhkan selama ini. 8. Seluruh teman-teman Fakultas Ekonomi yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas kebersamaan dan dukungannya selama ini. 9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih sangat sederhana dan kurang sempurna, karena keterbatasan data dan pengetahuan yang dimiliki penulis untuk itu penulis menghargai kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak yang berkepentingan dalam laporan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi yang dikerjakan dengan semua kemampuan ini juga dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan dan masyarakat yang terkait secara umum. Surakarta, Maret 2011 Penulis Dian Novitasari

8 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i ABSTRAKSI... ii HALAMAN PERSETUJUAN... iii HALAMAN PENGESAHAN... iv HALAMAN MOTTO... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi HALAMAN KATA PENGANTAR... vii HALAMAN DAFTAR ISI... ix HALAMAN DAFTAR TABEL... xiii HALAMAN DAFTAR GAMBAR... xiv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Perumusan Masalah... 5 C. Tujuan Penelitian... 5 D. Manfaat Penelitian... 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembangunan Ekonomi Definisi Pembangunan Ekonomi Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Faktor Yang Mempengaruhi Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi... 10

9 B. Aspek Pemberdayaan dalam Pembangunan Ekonomi Hakekat Pemberdayaan Tahap Pemberdayaan Pengembangan Aspek Pemberdayaan Prinsip Pemberdayaan Masyarakat C. Kemiskinan Konsep Tentang Kemiskinan Indikator Kemiskinan Ukuran Kemiskinan Kriteria Kemiskinan Jenis-jenis Kemiskinan Penyebab Kemiskinan Pola Kemiskinan Cara Mengatasi Kemiskinan Menghilangkan Kemiskinan Peran Keluarga dalam Penanggulangan Kemiskinan D. PNPM Mandiri Perdesaan Pengertian PNPM Mandiri Jenis-Jenis PNPM Mandiri Tujuan PNPM Mandiri Visi PNPM Mandiri Misi PNPM Mandiri Keluaran (Output) Program PNPM Mandiri... 32

10 7. Prinsip PNPM Mandiri Jenis Kegiatan PNPM Mandiri Jenis Kegiatan Yang Dilarang PNPM Mandiri Jenis Usulan Kegiatan PNPM Mandiri Kriteria Kegiatan PNPM Mandiri Strategi PNPM Mandiri Sasaran PNPM Mandiri Pendanaan PNPM Mandiri kriteria Alokasi Dasar Hukum PNPM Mandiri E. Unit Pengelola Kegiatan (UPK) Pengertian Unit Pengelola Kegiatan Peranan Unit Pengelola Kegiatan Tugas Unit Pengelola Kegiatan Manajemen Lembaga UPK PNPM Mandiri Struktur Organisasi UPK F. Pendapatan Pengertian Pendapatan Macam-Macam Pendapatan Nasional G. Penelitian Sebelumnya H. Kerangka Pemikiran I. Hipotesis Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian... 60

11 B. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling C. Jenis Dan Sumber Data D. Metode Analisis Data BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian B. Sejarah Singkat Obyek Penelitian C. Diskripsi Responden Dan Analisis Data D. Interpretasi Hasil BAB V PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

12 DAFTAR TABEL Tabel Halaman 2.1 Alokasi Bantuan Langsung Masyarakat Perbandingan Rincian Daerah Kecamatan Andong Perbandingan Jumlah Penduduk Di Kecamatan Andong Perbandingan Mata Pencaharian Penduduk Di Kecamatan Andong Jumlah Masyarakat Miskin Di Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali Tahun Rata-Rata Pinjaman Yang Diambil Oleh Pemanfaat Berdasarkan Pendapatan Sebelum Mendapat Bantuan Pinjaman Dari Program PNPM Jenis Pekerjaan Masyarakat Rumah Tangga Miskin Yang Menjadi Pemanfaat Bantuan Distribusi Proses Pengambilan Pinjaman Dari Program PNPM Mandiri Penyaluran Dana BLM oleh UPK PNPM Mandiri Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali Modal Awal Dana Bergulir dari BLM Perkembangan Kegiatan Dana Bergulir PNPM Mandiri Hasil Analisis Uji Beda Dua Mean Berpasangan... 85

13 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 2.1 Lingkaran Setan Kemiskinan Susunan Organisasi UPK PNPM Mandiri Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali Susunan Organisasi UPK PNPM Mandiri Kecamatan Andong Pasca Program Skema Kerangka Pemikiran Grafik Uji t... 65

14 ABSTRAK ANALISIS PROGRAM PNPM MANDIRI TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT MISKIN DI KECAMATAN ANDONG KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2009 Oleh : Dian Novitasari NIM. F Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendapatan masyarakat miskin di Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali sebelum dan setelah ada Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode observasi dengan sampel masyarakat miskin di Kecamatan Andong yang mendapat bantuan dari PNPM Mandiri. Metode analisis yang digunakan adalah analisis beda dua mean berpasangan (Uji Paired Sample T Test). Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini sebagai berikut : rata-rata pendapatan rumah tangga miskin setelah menjadi pemanfaat dari bantuan dana bergulir simpan pinjam kelompok perempuan (SPKP) PNPM Mandiri mengalami peningkatan dibandingkan rata-rata pendapatan rumah tangga miskin sebelum menjadi pemanfaat. Jumlah masyarakat rumah tangga miskin tahun 2009 mengalami penurunan dibanding jumlah masyarakat rumah tangga miskin tahun 2007 dan tahun Kesimpulan yang dapat diberikan antara lain setelah mendapat bantuan pinjaman dari Program PNPM Mandiri terdapat peningkatan pendapatan masyarakat rumah tangga miskin, maka disarankan kepada masyarakat rumah tangga miskin yang ingin mengembangkan usaha dan meningkatkan pendapatannya untuk ikut berpartisipasi menjadi pemanfaat bantuan pinjaman dari PNPM Mandiri. Pemberian pinjaman dana bergulir dari PNPM Mandiri telah memberikan keberartian terhadap peningkatan pendapatan masyarakat rumah tangga miskin. Untuk itu disarankan agar terus ditingkatkan lagi pemberian pinjaman dana bergulir kepada masyarakat rumah tangga miskin. Kata Kunci : PNPM Mandiri, SPKP, Dana Bergulir, Pinjaman Modal.

15 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks membutuhkan intervensi semua pihak secara bersama dan terkoordinasi. Namun penanganannya selama ini cenderung parsial dan tidak berkelanjutan. Peran dunia usaha dan masyarakat pada umumnya juga belum optimal. Kerelawanan sosial dalam kehidupan masyarakat yang dapat menjadi sumber penting pemberdayaan dan pemecahan akar permasalahan kemiskinan juga mulai pudar. Untuk itu diperlukan perubahan yang bersifat sistemik dan menyeluruh dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Pemerintah meluncurkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat ( PNPM ) Mandiri mulai tahun 2007 untuk meningkatkan efektivitas penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja,. Melalui PNPM Mandiri dirumuskan kembali mekanisme upaya penanggulangan kemiskinan yang melibatkan unsur masyarakat, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga pemantauan dan evaluasi. Melalui proses pembangunan partisipatif, kesadaran kritis dan kemandirian masyarakat, terutama masyarakat miskin, dapat ditumbuhkembangkan sehingga mereka bukan sebagai obyek melainkan subyek upaya penanggulangan kemiskinan. PNPM Mandiri tahun 2007 merupakan kelanjutan Program Pengembangan Kecamatan ( PPK ) sejak tahun Sebagai dasar pengembangan pemberdayaan masyarakat di perdesaan disertakan program

16 2 pendukungnya seperti PNPM Generasi, Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan ( P2KP ) sebagai dasar bagi pengembangan pemberdayaan masyarakat di perkotaan, dan Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus ( P2DTK ) untuk pengembangan daerah tertinggal, pasca bencana dan konflik. Mulai tahun 2008 PNPM Mandiri diperluas dengan melibatkan Program Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah ( PISEW ) untuk mengintegrasikan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dengan daerah sekitarnya. PNPM Mandiri diperkuat dengan berbagai program pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh berbagai departemen/sektor dan pemerintah daerah. Pelaksanaan PNPM Mandiri tahun 2008 juga akan diprioritaskan pada desa-desa tertinggal. Pengintegrasian berbagai program pemberdayaan masyarakat ke dalam kerangka kebijakan PNPM Mandiri, diharapkan cakupan pembangunan dapat diperluas hingga ke daerah-daerah terpencil dan terisolir. Efektivitas dan efisiensi dari kegiatan yang selama ini sering berduplikasi antarproyek diharapkan juga dapat diwujudkan. Ruang lingkup kegiatan PNPM Mandiri pada dasarnya terbuka bagi semua kegiatan penanggulangan kemiskinan yang diusulkan dan disepakati masyarakat, meliputi : penyediaan dan perbaikan prasarana / sarana lingkungan pemukiman, sosial dan ekonomi secara padat karya; penyediaan sumber daya keuangan melalui dana bergulir dan kredit mikro untuk mengembangkan kegiatan ekonomi masyarakat miskin ( perhatian yang lebih besar perlu diberikan bagi kaum perempuan dalam memanfaatkan dana bergulir); kegiatan terkait peningkatan kualitas sumberdaya manusia;

17 3 peningkatan kapasitas masyarakat dan pemerintah lokal melalui penyadaran kritis, pelatihan ketrampilan usaha, manajemen organisasi dan keuangan, serta penerapan tata kepemerintahan yang baik. Unit Pengelola Kegiatan (UPK) adalah lembaga di tingkat Kecamatan sebagai pengelola dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) PNPM Mandiri yang dapat dialokasikan untuk berbagai jenis kegiatan meliputi kegiatan prasarana/sarana, pendidikan, kesehatan, UEP ( Usaha Ekonomi Produktif ) dan SPP ( Simpan Pinjam kelompok Perempuan ). Kegiatan UEP dan SPP dikelola dan disalurkan sebagai dana bergulir di tingkat Kecamatan yang harus dilestarikan dan dikembangkan. Dalam penyaluran dana bergulir tidak diperbolehkan memberikan pinjaman secara individu melainkan kepada kelompok yakni Kelompok Usaha Bersama dan Kelompok Simpan Pinjam. Prinsip transparansi, partisipasi, keberpihakan pada orang miskin, akuntabilitas, pelestarian dan pengembangan merupakan dasar-dasar pengelolaan dana bergulir (PTO Penjelasan X Pengelolaan Dana Bergulir Program Pengembangan Kecamatan). Tujuan umum PNPM Mandiri, yaitu meningkatkan kesejahteraan dan kesempatan kerja bagi masyarakat miskin secara mandiri, sejalan dengan tujuan tersebut maka dunia usaha pun termotivasi untuk semakin berkembang dengan banyaknya bermunculan usaha-usaha di perdesaan, sehingga mereka mendapat peluang kerja, meningkatkan usaha dan diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan keluarga sehingga meningkat pula kesejahteraan daerahnya, baik yang bergerak di bidang jasa maupun industri terutama industri rumah tangga dan industri kecil. Untuk menumbuhkan kegiatan

18 4 usaha tersebut, melalui Program PNPM Mandiri, pemerintah telah memberikan kredit pada Lembaga Unit Pengelola Kegiatan ( UPK ) PNPM Mandiri khususnya di Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali Jawa Tengah. Visi PNPM Mandiri Perdesaan adalah tercapainya kesejahteraan dan kemandirian masyarakat miskin perdesaan. Kesejahteraan berarti terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat. Kemandirian berarti mampu mengorganisir diri untuk memobilisasi sumber daya yang ada di lingkungannya, mampu mengakses sumber daya di luar lingkungannya, serta mengelola sumber daya tersebut untuk mengatasi masalah kemiskinan. Misi PNPM Mandiri Perdesaan adalah : (1) peningkatan kapasitas masyarakat dan kelembagaannya; (2) pelembagaan sistem pembangunan partisipatif; (3) pengefektifan fungsi dan peran pemerintahan lokal; (4) peningkatan kualitas dan kuantitas prasarana sarana sosial dasar dan ekonomi masyarakat; (5) pengembangan jaringan kemitraan dalam pembangunan (PTO Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan 2008). Strategi yang dikembangkan PNPM Mandiri Perdesaan dalam rangka mencapai visi dan misi PNPM Mandiri Perdesaan yaitu menjadikan masyarakat miskin sebagai kelompok sasaran, menguatkan sistem pembangunan partisipatif, serta mengembangkan kelembagaan kerja sama antar desa. Berdasarkan visi, misi, dan strategi yang dikembangkan, maka PNPM Mandiri Perdesaan lebih menekankan pentingnya pemberdayaan sebagai pendekatan yang dipilih. Melalui PNPM Mandiri Perdesaan diharapkan masyarakat dapat menuntaskan tahapan pemberdayaan yaitu tercapainya kemandirian dan keberlanjutan, setelah tahapan pembelajaran

19 5 dilakukan melalui Program Pengembangan Kecamatan (PPK). Berdasarkan uraian tersebut diatas Penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai Program PNPM Mandiri di Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali tahun Dalam penelitian ini Penulis mengambil judul ANALISIS PROGRAM PNPM MANDIRI TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT MISKIN DI KECAMATAN ANDONG KABUPATEN BOYOLALI TAHUN B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka Peneliti dapat merumuskan suatu permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan di Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali? 2. Bagaimana pendapatan masyarakat miskin di Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali sebelum dengan setelah mendapat bantuan pinjaman dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan di atas, maka penelitian ini bertujuan : 1. Untuk mengetahui pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan di Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali.

20 6 2. Untuk mengetahui pendapatan masyarakat miskin di Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali sebelum dan setelah ada Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat : 1. Bagi Peneliti Peneliti dapat mengetahui kondisi masyarakat miskin yang sesungguhnya di daerah yang dijadikan obyek penelitian. 2. Bagi Instansi Terkait Penelitian ini berguna sebagai umpan balik terhadap Program PNPM yang dilaksanakan pemerintah. Jika program ini dinilai berhasil, maka pemerintah akan melanjutkan program tersebut. 3. Bagi Penelitian Selanjutnya Penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber data atau informasi untuk pengembangan penelitian selanjutnya dalam bidang yang sejenis di masa yang akan datang.

21 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembangunan Ekonomi 1. Definisi Pembangunan Ekonomi Pembangunan ekonomi secara umum didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Pembangunan ekonomi tidak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi (economic growth). Sedangkan definisi pembangunan ekonomi menurut beberapa ahli antara lain, a. Menurut Mudrajad (2000), pembangunan ekonomi adalah suatu proses dimana pendapatan perkapita suatu negara selama kurun waktu yang panjang selalu meningkat dengan catatan jumlah penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan absolut tidak meningkat dan distribusi pendapatan tidak semakin timpang. b. Menurut Lincolin Arsyad (1997), pembangunan ekonomi sebagai proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk sutau negara dalam jangka panjang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan. Berdasarkan pengertian pembangunan ekonomi yang dikemukakan oleh para ahli diatas, dapat disimpulkan beberapa konsep dasar dari pembangunan ekonomi, antara lain :

22 8 a. Suatu proses yang berarti perubahan yang terjadi terus menerus b. Usaha untuk menaikkan pendapatan perkapita c. Kenaikan pendapatan itu harus terus berlangsung dalam jangka panjang d. Perbaikan sosial dan budaya sistem kelembagaan. Hal ini dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu perbaikan organisasi (institusi) dan perbaikan di bidang regulasi (baik formal maupun informal) Pembangunan ekonomi berarti pula sebagai suatu proses yang menyebabkan antara lain : a. Perubahan orientasi organisasi ekonomi, politik dan sosial yang pada mulanya berorientasi pada suatu daerah menjadi berorientasi keluar. b. Perubahan pandangan masyarakat mengenai jumlah anak dalam keluarga yaitu dari menginginkan banyak anak menjadi keluarga kecil. c. Perubahan dalam kegiatan investasi masyarakat, dari melakukan investasi yang tidak produktif (menumpuk emas, membeli rumah dan sebagainya) menjadi investasi yang produktif. d. Perubahan sikap hidup dan adat istiadat kurang merangsang pembangunan ekonomi (misalnya perubahan sikap yang tadinya kurang menghargai waktu, kurang menghargai prestasi perorangan dan sebagainya).

23 9 Menurut Suryana, terdapat empat teori atau model pembangunan ekonomi yang bisa diterapkan khususnya dalam pembangunan di Indonesia, yaitu : a. Model pembangunan yang berorientasi pertumbuhan. Tujuan pokok strategi ini adalah meningkatkan laju produksi (GDP). b. Model pembangunan ekonomi yang berorientasi pada penciptaan lapangan kerja. c. Model pembangunan yang berorientasi pada penghapusan kemiskinan. d. Model pembangunan yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan dasar (The Bassic Necessary Oriented). 2. Pembangunan Ekonomi Dan Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Secara nyata pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya, pertumbuhan ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi mempunyai perbedaan. Pembangunan ekonomi lebih bersifat kualitatif, bukan hanya pertambahan produksi, tetapi juga terdapat perubahan-perubahan dalam struktur produksi dan alokasi input pada berbagai sektor perekonomian seperti dalam lembaga pengetahuan dan teknik. Sedangkan pertumbuhan ekonomi keberhasilannya lebih bersifat kuantitatif, yaitu adanya

24 10 kenaikan dalam standar pendapatan dan tingkat output produksi yang dihasilkan. Proses pertumbuhan ekonomi dimulai apabila perekonomian mampu melakukan pembagian kerja (division of labor). Pembagian kerja akan meningkatkan produktivitas yang pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan (Adam Smith, 1776). Adam Smith juga menggaris bawahi pentingnya skala ekonomi. Dengan meluasnya pasar, akan terbuka inovasi-inovasi baru yang pada gilirannya akan mendorong perluasan pembagian kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi akan ditentukan oleh dua unsur pokok (Harrod-Domar,1944), yaitu : a. Tingkat tabungan (investasi) b. Produktivitas modal (capital output ratio). Agar dapat tumbuh secara berkelanjutan, masyarakat dalam suatu perekonomian harus mempunyai tabungan yang merupakan sumber investasi. Makin besar tabungan, yang berarti makin besar investasi, maka akan semakin tinggi pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, makin rendah produktivitas kapital atau semakin tinggi capital output ratio, makin rendah pertumbuhan ekonomi. 3. Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Dan Pembangunan Ekonomi Pertumbuhan dan pembangunan ekonomi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor ekonomi dan faktor nonekonomi. Yang termasuk dalam faktor ekonomi dan faktor nonekonomi antara lain,

25 11 a. Faktor Ekonomi Faktor ekonomi yang mempengaruhi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi diantaranya adalah sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya modal, dan keahlian atau kewirausahaan. b. Faktor Nonekonomi Faktor nonekonomi yang mempengaruhi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi mencakup kondisi sosial budaya yang ada di masyarakat, keadaan politik, dan sistem yang berkembang dan berlaku. B. Aspek Pemberdayaan Dalam Pembangunan Ekonomi 1. Hakekat Pemberdayaan Hakekat pemberdayaan pada dasarnya adalah penciptaan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat bisa berkembang. Logika ini didasarkan pada asumsi bahwa setiap masyarakat pasti memiliki daya akan tetapi kadang-kadang mereka tidak menyadari atau potensi yang ada belum tergali untuk dikembangkan. Pemberdayaan jangan menjebak masyarakat dalam perangkap ketergantungan, sehingga pemberdayaan sebaiknya mengantarkan pada proses kemandirian. Menurut Korten, terdapat tiga model pembangunan yang ada di negara sedang berkembang, yaitu : a. Community development b. Partisipasi masyarakat

26 12 c. Desentralisasi Tiga pelaku penting yang terkait dalam pemberdayaan yaitu pemerintah, swasta, dan masyarakat. Dalam tinjauan ekonomi, terdapat 3 daya dalam model pemberdayaan, yaitu : a. Daya manusia mencakup deskripsi dan potret secara kualitatif dan kuantitatif meliputi aspek pendidikan, wawasan ilmu pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan di sisi manajemen. b. Daya lingkungan yaitu potensi yang dikembangkan berdasarkan kondisi geografis maupun alam yang ada di daerah. c. Daya ekonomi merupakan kemampuan untuk menghasilkan nilai tambah untuk mendapatkan nilai ekonomi yang lebih tinggi dalam rangka meraih keberdayaan masyarakat. 2. Tahap Pemberdayaan Pemberdayaan mempunyai beberapa tahap, antara lain : a. Tahap penyadaran dan pembentukan perilaku menuju perilaku sadar dan peduli sehingga merasa membutuhkan peningkatan kapasitas diri. b. Tahap transformasi kemampuan berupa wawasan pengetahuan, kecakapan ketrampilan agar mampu mengambil peran dalam pembangunan.

27 13 c. Tahap peningkatan kemampuan intelektual, kecakapan ketrampilan sehingga terbentuk inisiatif dan kemampuan inovatif untuk mengantar pada tahap kemandirian. 3. Pengembangan Aspek Pemberdayaan Aspek pemberdayaan ini dikembangkan dengan analisi CIPOO (Contexct, Input, Process, Output dan Outcome) a. Contexct, meliputi aspek : 1) Kelembagaan yaitu bagaimana kelembagaan yang dibentuk di daerah bisa mewadahi berbagai unsur kepentingan kemitraan antara pemerintah, swasta dan masyarakat. Pihak mana yang akan menangani bentuk dan model kemitraan yang akan dibuat. 2) Sistem manajemen, dalam menganalisis kemitraan diarahkan pada fungsi fungsi policy analysis, finance, human relations, information, dan external relations. Di mana output yang diharapkan adanya ditemukannya model kemitraan yang efisien. 3) Aspek kinerja organisasi, merupakan bagaimana organisasi dalam kemitraan tersebut bekerja dan berhasil guna dengan indikator efisiensi, efektifitas, produktifitas, akuntabilitas dan memprioritaskan kualitas palayanan. 4) Penguasaan materi c. Input, yaitu keseluruhan potensi baik internal maupun eksternal yang dimiliki daerah yang memberikan kontribusi bagi usaha usaha pengembangan ekonomi/ pemberdayaan.

28 14 d. Proses, merupakan langkah langkah yang ditempuh dalam kerangka pengembangan ekonomi/ pemberdayaan dan terdiri atas, 1) Pendekatan Capacity Building 2) Pendekatan New Public Management 3) Pendekatan Kinerja 4) Pendekatan substansial melalui pengorganisasian knowledge, attitude, practice. e. Output, merupakan hasil dari input yang diproses, di mana hasil dari pemrosesan unsur-unsur dalam kemitraan meliputi : 1) Munculnya organisasi kemasyarakatan yang kuat / establish 2) Menghasilkan kemampuan manajerial dalam masing-masing unsur pemberdayaan / pengembangan ekonomi 3) Munculnya kinerja oerganisasi masyarakat yang kuat dan profesional f. Outcomes yang diharapkan dari proses ini adalah munculnya bentuk dan prosedur pemberdayaan/ pengembangan ekonomi yang jelas dan kuat serta memberikan manfaat bagi seluruh stakeholder daerah terutama bagi peningkatan potensi ekonomi yang ada di masyarakat. 4. Prinsip Pemberdayaan Masyarakat Proses pemberdayaan masyarakat mendasarkan pada 4 prinsip yaitu : a. Partisipatif, adalah proses pemberdayaan harus dilakukan secara demokratis dengan melibatkan semua stakeholders baik pemerintah,

29 15 swasta, masyarakat termasuk masyarakat miskin itu sendiri. Sehingga masyarakat tidak lagi hanya menjadi objek namun subjek dalam perencanaan pemberdayaan. b. Transparansi, adalah adanya keterbukaan di antara stakeholders sehingga setiap tahapan akan direncanakan, mulai dilaksanakan sampai dengan evaluasi dilakukan secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan. c. Akuntabilitas, adalah perencanaan pemberdayaan nantinya dapat diimplementasikan dan tercapai tujuan serta sasarannya. d. Manfaat bersama, adalah proses pemberdayaan ini dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya kepada upaya pembangunan masyarakat sebagai kontribusi untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional. C. Kemiskinan 1. Konsep Tentang Kemiskinan Istilah kemiskinan muncul ketika seseorang atau sekelompok orang tidak mampu mencukupi tingkat kemakmuran ekonomi yang dianggap sebagai kebutuhan minimal dari standar hidup tertentu. Untuk memahami pengertian tentang kemiskinan ada berbagai pendapatan yang dikemukakan. Menurut Mudrajad (2000:13) mendefinisikan kemiskinan sebagai seseorang atau sekelompok orang yang tidak mampu mencukupi tingkat

30 16 kemakmuran ekonomi yang dianggap sebagai kebutuhan minimal standar hidup tertentu. Menurut Suparlan (1995) kemiskinan dapat didefinisikan sebagai suatu standar tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau golongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Standar kehidupan yang rendah ini secara langsung tampak pengaruhnya terhadap tingkat kesehatan, kehidupan normal, dan rasa harga diri dari mereka yang tergolong sebagai orang miskin. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (1993) menjelaskan kemiskinan adalah situasi serba kekurangan yang terjadi bukan karena dikehendaki oleh si miskin, melainkan karena tidak dapat dihindari dengan kekuatan yang apa adanya. Kemiskinan menurut Kantor Menteri Negara Kependudukan / BKKBN (1996 : 10) adalah suatu keadaan di mana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri dengan taraf kehidupan yang dimiliki dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga, mental maupun fisiknya untuk memenuhi kebutuhannya. Miskin atau kurang sejahtera dalam pengertian Pembangunan Keluarga Sejahtera diidentikkan dengan kondisi keluarga sebagai berikut : a. Pra Sejahtera, adalah keluarga-keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, seperti kebutuhan spritual, pangan, sandang, papan, kesehatan, dan keluarga berencana. Secara

31 17 operasional mereka tampak dalam ketidakmampuan untuk memenuhi salah satu indikator sebagai berikut : 1) Makan minimal 2 kali per hari, 2) Pakaian lebih dari satu pasang, 3) Sebagian besar lantai rumahnya bukan dari tanah, 4) Jika sakit dibawa ke sarana kesehatan. b. Keluarga Sejahtera I, adalah keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial dan psikologis, seperti kebutuhan pendidikan, interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal dan transportasi. Secara operasional mereka tidak mampu memenuhi salah satu indikator sebagai berikut : 1) Minimal seminggu sekali makan daging/telur/ikan, 2) Tidak ada anggota keluarga yang berusia tahun yang buta huruf latin, 3) Salah satu anggota keluarga memiliki penghasilan tetap, 4) Dalam 3 bulan terakhir tidak sakit dan masih dapat melaksanakan fungsinya dengan baik. Diketahui pula bahwa keadaan yang serba kekurangan ini terjadi bukan seluruhnya karena kehendak keluarga yang bersangkutan tetapi karena keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki oleh keluarga sehingga telah membuat mereka termasuk keluarga Pra Sejahtera dan Sejahtera I. Keluarga Pra Sejahtera dan Sejahtera I itu dibagi atas dua kelompok, yaitu :

32 18 a. Karena alasan ekonomi / keluarga miskin yaitu keluarga yang menurut kemampuan ekonominya lemah dan miskin. Keluargakeluarga semacam ini mempunyai sifat seperti yang dalam indikator yang dikembangkan oleh BPS dan Bappenas, yaitu keluarga yang secara ekonomis memang miskin atau sangat miskin dan belum bisa menyediakan keperluan pokoknya dengan baik, b. Karena alasan non ekonomi yaitu keluarga yang kemiskinannya bukan karena pada harta/uang atau kemampuan untuk mendukung ekonomi keluarganya tetapi miskin kepeduliannya untuk mengubah hidupnya menjadi lebih sejahtera misalnya dalam hal partisipasi pembangunan dan kesehatan dengan membiarkan rumahnya masih berlantai tanah padahal sebenarnya ia mampu untuk memplester lantai rumahnya atau kalau anaknya sakit tidak dibawa/diperiksa ke puskesmas. Dengan demikian dana bergulir PNPM Mandiri dimaksudkan untuk diberikan kepada keluarga Pra Sejahtera dan Sejahtera I alasan ekonomi yang mempunyai usaha ekonomi produktif. M.P Todaro (2000: ) mengemukakan dua anggapan dasar yang kiranya cukup relevan dengan teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli diatas mengenai kemiskinan, yaitu : a. Kemiskinan identik dengan penduduk miskin yang tinggal di daerah pedesaan, dengan mata pencaharian pokok di bidang pertanian dan

33 19 kegiatan lain yang erat hubungannya dengan sektor ekonomi tradisional b. Kaum wanita dan anak-anak merupakan kaum yang paling menderita, yang disebabkan oleh rendahnya kapasitas mereka dalam mencetak pendapatan sendiri, terbatasnya kesempatan menikmati pendidikan dan pekerjaan yang layak disektor formal. Dari anggapan dasar tersebut dapat kita ambil konsep-konsep dasar yang perlu dibangun, yaitu : a. Pembangunan hendaknya lebih diarahkan pada daerah-daerah pedesaan yang identik dengan penduduk miskin, dengan meningkatkan potensi yang dimiliki daerah pedesaan yang bersangkutan b. Kaum wanita dan anak-anak harus diberi kesempatan berusaha secara mandiri agar dapat berperan serta secara aktif dalam proses pembangunan. 2. Indikator Kemiskinan Indikator utama kemiskinan dapat dilihat dari (1) kurangnya pangan, sandang, dan perumahan yang tidak layak, (2) terbatasnya kepemilikan tanah dan alat produksi, (3) kurangnya kemampuan membaca dan menulis, (4) kurangnya jaminan dan kesejahteraan hidup, (5) kerentanan dan keterpurukan dalam bidang sosial dan ekonomi, (6) akses terhadap ilmu pengetahuan yang terbatas.

34 20 Indikator kemiskinan menurut Bappenas (2006) adalah terbatasnya kecukupan dan mutu pangan, terbatasnya akses dan rendahnya mutu layanan pendidikan, terbatasnya kesempatan kerja dan berusaha, terbatasnya akses layanan perumahan dan sanitasi, terbatasnya akses terhadap air bersih, lemahnya kepastian kepemilikan dan penguasaan tanah, memburuknya kondisi lingkungan hidup dan sumber daya alam, lemahnya jaminan rasa aman, lemahnya partisipasi, dan besarnya beban kependudukan yang disebabkan oleh besarnya tanggungan keluarga dan adanya tekanan hidup yang mendorong terjadinya migrasi. Menurut Prof. Sajogjo (BAPPENAS) memberi batasan kemiskinan untuk masyarakat pedesaan ekuivalen dengan 20 kg beras perkapita perbulan dan bagi masyarakat perkotaan ekuivalen dengan 30 kg beras perkapita perbulan. Pengukuran taraf kemiskinan antara lain melihat patokan dari kalori perorangan perhari, tetapi berbeda-beda menurut umur dan jenis kelamin. Anak-anak dan manula memang tidak membutuhkan jumlah kalori sebanyak itu. Namun demikian jumlah rata-rata yang ditetapkan adalah kalori, lalu ditambahkan kebutuhan minimum untuk pendidikan, perumahan, dan pakaian. Pengukuran kemiskinan ada juga yang melihatnya dari konsumsi orang. Pemikiran ini beranggapan bahwa pendapatan orang itu sama dengan pengeluarannya. Secara nasional, bahwa pengeluaran dan pendapatan sama memang benar. Namun tingkat disagresi yang lebih rendah, ukuran kemiskinan seperti ini dapat dikatakan menggambarkan pendapatan masyarakat.

35 21 3. Ukuran Kemiskinan Kemiskinan mempunyai pengertian yang luas dan memang tidak mudah untuk mengukurnya. Namun demikian, dapat dijelaskan dua macam ukuran kemiskinan yang umum digunakan yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif. a. Kemiskinan Absolut Menurut konsep ini kemiskinan dikaitkan dengan perkiraan tingkat pendapatan dan kebutuhan. Perkiraan kebutuhan hanya dibatasi pada kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar minimum yang memungkinkan seseorang untuk dapat hidup secara layak. Bila pendapatan tidak dapat mencapai kebutuhan minimum maka orang dapat dikatakan miskin. Dengan demikian, kemiskinan diukur dengan memperbandingkan tingkat pendapatan orang dengan pendapatan yang dibutuhkan untuk memperoleh kebutuhan dasarnya. Tingkat pendapatan minimum merupakan pembatas antara keadaan kemiskinan dengan tidak miskin atau sering disebut sebagai garis batas kemiskinan. Kesulitan konsep ini adalah menentukan komposisi dan tingkat kebutuhan minimum karena kedua hal tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh adat kebiasaan saja, tetapi juga iklim, tingkat kemajuan suatu negara dan berbagai faktor ekonomi lainnya. Bank Dunia mendefinisikan Kemiskinan absolut sebagai hidup dengan pendapatan dibawah USD $1/hari dan Kemiskinan menengah untuk pendapatan dibawah $2 per hari, dengan batasan ini maka

36 22 diperkiraan pada ,1 miliar orang didunia mengkonsumsi kurang dari $1/hari dan 2,7 miliar orang didunia mengkonsumsi kurang dari $2/hari. Proporsi penduduk negara berkembang yang hidup dalam Kemiskinan ekstrem telah turun dari 28% pada 1990 menjadi 21% pada Melihat pada periode , persentase dari penduduk dunia yang hidup dibawah garis kemiskinan $1 dolar/hari telah berkurang separuh. Tetapi, nilai dari $1 juga mengalami penurunan dalam kurun waktu tertentu. b. Kemiskinan Relatif Konsep ini mejelaskan garis kemiskinan akan mengalami perubahan bila tingkat hidup masyarakat berubah. Konsep kemiskinan relatif bersifat dinamis, sehingga kemiskinan akan selalu ada. Semakin besar ketimpangan antara tingkat penghidupan golongan atas dan golongan bawah, maka akan semakin besar pula jumlah penduduk yang dapat dikategorikan miskin. Bank Dunia memberi kriteria sebagai berikut : 1) Jika 40% jumlah penduduk dengan pendapatan terendah menerima kurang dari 12% dari pendapatan nasional, maka disebut pembagian pendapatan sangat timpang. 2) Jika 40% jumlah penduduk dengan pendapatan terendah menerima antara 12% - 17% dari pendapatan nasional, maka disebut ketidakmerataan sedang.

37 23 3) Jika 40% jumlah penduduk dengan pendapatan terendah tersebut menerima lebih dari 17% dari pendapatan nasional, maka disebut ketidakmerataan rendah. 4. Kriteria kemiskinan Kriteria kemiskinan di Indonesia menurut Badan Pusat Statistik ada 14 kriteria, antara lain : a. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang 8 m 2 per orang. b. Jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah / bambu / kayu murahan. c. Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu / rumbia / kayu berkualitas rendah / tembok tanpa diplester. d. Tidak memiliki fasilitas buang air besar / bersama-sama dengan rumah tangga lain. e. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik. f. Sumber air minum berasal dari sumur / mata air tidak terlindung / sungai / air hujan. g. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar / arang / minyak tanah. h. Hanya mengkonsumsi daging / susu / ayam satu kali dalam seminggu. i. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun. j. Hanya sanggup makan sebanyak satu / dua kali dalam sehari.

38 24 k. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di Puskesmas / poliklinik. l. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah : Petani dengan luas lahan 0,5 ha Buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan di bawah Rp per bulan (2005) atau pendapatan perkapita Rp per kapita per bulan (2007). m. Pendidikan tertinggi kepala kepala rumah tangga: tidak sekolah/tidak tamat SD/hanya SD. n. Tidak memiliki tabungan / barang yang mudah dijual dengan nilai Rp , seperti : sepeda motor (kredit/non kredit), emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya. 5. Jenis-Jenis Kemiskinan Kemiskinan dibagi menjadi beberapa jenis, antara lain : a. Kemiskinan Alamiah, kemiskinan yang disebabkan oleh sumber daya yang terbatas atau karena tingkat perkembangan teknologi yang lebih rendah. Dengan kata lain ketidakmampuan seseorang atau komunitas dalam memenuhi kebutuhan dan mengejar ketertinggalan teknologi menjadi penyebabnya. b. Kemiskinan buatan / Struktural, kemiskinan yang disebabkan oleh kelembagaan yang ada dalam masyarakat membuat masyarakat sendiri tidak menguasai sarana ekonomi dan fasilitas-fasilitas secara merata.

39 25 6. Penyebab Kemiskinan Kartasasmita (1999) menjelaskan kemiskinan disebabkan oleh, a. Rendahnya taraf pendidikan. Taraf pendidikan yang rendah mengakibatkan kemampuan pengembangan diri terbatas dan menyebabkan sempitnya lapangan kerja yang dapat dimasuki. b. Rendahnya derajat kesehatan. Taraf kesehatan dan gizi yang rendah menyebabkan rendahnya daya tahan fisik, daya pikir, dan prakarsa. c. Terbatasnya lapangan kerja. Keadaan kemiskinan karena kondisi pendidikan diperberat oleh terbatasnya lapangan pekerjaan. d. Kondisi keterisolasian. Banyak penduduk miskin, secara ekonomi tidak berdaya karena terpencil dan terisolasi. Menurut Mudrajad (1997 : 107) yang mengutip Sharp, mengidentifikasikan penyebab kemiskinan dipandang dari sisi ekonomi, yaitu : a. Secara mikro, kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan sumber daya yang menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang. Penduduk miskin hanya memiliki sumberdaya dalam jumlah terbatas dan kualitasnya rendah. b. Kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam kualitas sumber daya manusia (SDM). Kualitas sumber daya manusia yang rendah berarti produktivitasnya rendah, yang pada gilirannya upahnya rendah. Rendahnya kualitas sumber daya ini karena rendahnya pendidikan,

40 26 nasib yang kurang beruntung, adanya diskriminasi, atau karena keturunan. c. Kemiskinan muncul akibat perbedaan akses dalam modal. ketiga penyebab kemiskinan ini bermuara pada teori lingkaran setan kemiskinan (vicious circle of proverty). Adanya keterbelakangan, ketidaksempurnaan pasar, dan kurangnya modal menyebabkan rendahnya produktivitas. Rendahnya produktivitas mengakibatkan rendahnya pendapatan yang mereka terima. Rendahnya pendapatan akan berimplikasi pada rendahnya tabungan dan investasi. Rendahnya investasi berakibat pada keterbelakangan, dan seterusnya (gambar 2.1). Logika berfikir ini dikemukakan oleh Nurkse dalam Kuncoro (1997 : 107), yang mengatakan : a poor country is poor because it is poor (negara miskin itu miskin karena dia miskin). Gambar 2.1 : Lingkaran Setan Kemiskinan (The Vicious Circle of Proverty) Ketidaksempurnaan pasar, Keterbelakangan, Ketertinggalan Kekurangan modal Investasi rendah produktivitas rendah Tabungan rendah pendapatan rendah Sumber : R. Nurkse (1953)

41 27 7. Pola Kemiskinan Ada beberapa pola kemiskinan antara lain, a. Presistent Poverty, yaitu kemiskinan yang telah kronis atau turuntemurun. Daerah yang mengalami kemiskinan ini pada umumnya merupakan daerah kritis sumber daya alam atau terisolasi. b. Cyclical Poverty, yaitu pola kemiskinan yang mengikuti pola siklus ekonomi secara keseluruhan. c. Seasonal Poverty, yaitu kemiskinan musiman seperti yang sering dijumpai pada kasus-kasus nelayan dan petani tanaman pangan. d. Accidental Poverty, yaitu kemiskinan karena terjadi bencana alam atau dampak dari suatu kebijakan tertentu yang menyebabkan menurunnya tingkat kesejahteraan suatu masyarakat. 8. Cara Mengatasi Kemiskinan Dimensi kemiskinan yang begitu luas mengharuskan setiap upaya penanggulangan kemiskinan dalam tatanan makro perlu dilakukan secara terpadu, yang meliputi berbagai program pembangunan terpadu baik sektoral maupun regional. Dalam hal ini yang diperlukan adalah penajaman program dan kegiatan sehingga hasilnya lebih optimal dan berdampak langsung terhadap kelompok sasaran. Kebijaksanaan penanggulangan kemiskinan secara umum dapat dibagi atas kelompok (Edwina dalam Prasetyo, 2009 : 37) a. Kebijaksanaan yang secara tidak langsung mengarah pada sasaran, tetapi memberikan dasar tercapainya upaya penanggulangan

42 28 kemiskinan. Berbagai program dan kebijaksanaan tidak terbatas pada penduduk miskin tetapi program-program tersebut cukup berperan dalam mengatasi kemiskinan. b. Kebijaksanaan yang langsung diarahkan pada peningkatan akses terhadap sarana dan prasarana yang mendukung penyediaan kebutuhan dasar berupa pangan, sandang, perumahan, kesehatan, dan pendidikan, peningkatan produktivitas dan pendapatan, khususnya masyarakat berpendapatan rendah. c. Kebijaksanaan khusus, keseluruhan rencana dan kegiatannya tertuju pada kelompok masyarakat miskin dan diberi nama yang mencerminkan kegiatan tersebut. Program khusus ini berupaya untuk memberdayakan masyarakat miskin agar mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan Keberhasilan suatu program dipengaruhi oleh tersedianya dana, daya dan sarana, intensitas dan kualitas berbagai kegiatan pelaksanaannya, kualitas hasil langsung dari kegiatan tersebut dan efek serta damapk yang diperoleh. 9. Menghilangkan Kemiskinan Tanggapan utama terhadap kemiskinan adalah : a. Bantuan Kemiskinan, atau membantu secara langsung kepada orang miskin. b. Bantuan terhadap keadaan individu, Banyak macam kebijakan yang dijalankan untuk mengubah situasi orang miskin berdasarkan

43 29 perorangan, termasuk hukuman, pendidikan, kerja sosial, pencarian kerja, dan lain-lain. c. Persiapan bagi yang lemah, daripada memberikan bantuan secara langsung kepada orang miskin, banyak negara sejahtera menyediakan bantuan untuk orang yang dikategorikan sebagai orang yang lebih mungkin miskin, seperti orang tua atau orang dengan ketidakmampuan, atau keadaan yang membuat orang miskin, seperti kebutuhan akan perawatan kesehatan. 10. Peran Keluarga Dalam Penanggulangan kemiskinan Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat mempunyai peran dalam penanggulangan kemiskinan oleh karena itu dalam pembangunan keluarga sejahtera lebih diarahkan kepada peningkatan kualitas keluarga yang bercirikan kemandirian dan ketahanan keluarga yang tinggi dalam rangka mewujudkan keluarga yang bahagia sejahtera. Sehubungan dengan arah tersebut maka berbagai kegiatan program lebih diarahkan pada peningkatan sikap mental dan fungsi ekonomi keluarga sehingga pendekatan yang dipakai adalah lebih kepada pemberdayaan ekonomi keluarga. Sesuai dengan potensi dan peluangnya setiap keluarga akan dibantu dan dirangsang untuk mengembangkan sikap mental yang positif dalam pembangunan dan diajak untuk meningkatkan kemampuan dirinya. Setiap keluarga akan diusahakan menjadi unit usaha ekonomi yang makin mandiri. Pengembangan potensi keluarga terutama dilakukan dengan memberikan kemampuan kepada anggota keluarga yang

44 30 dianggap paling lemah dan memiliki potensi yang belum banyak digunakan, yaitu para ibu, para perempuan. D. PNPM Mandiri 1. Pengertian PNPM Mandiri PNPM Mandiri merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mendorong penurunan angka kemiskinan dan pengangguran. PNPM Mandiri difokuskan pada program penanggulangan kemiskinan yang berbasis partisipasi dan pemberdayaan masyarakat. PNPM Mandiri merupakan integrasi dan perluasan program-program penanggulangan kemiskinan yang berbasis masyarakat yang sudah jalan. (Depdagri, 2008) 2. Jenis-Jenis PNPM Mandiri Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri yang dicanangkan oleh Pemerintah Indonesia ada 3 jenis (Depdagri, 2008), antara lain : a. PNPM Mandiri Perdesaan b. PNPM Mandiri Perkotaan c. PNPM mandiri Wilayah Khusus dan Desa Tertinggal 3. Tujuan PNPM Mandiri (Depdagri, 2008) Tujuan PNPM Mandiri secara umum adalah meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin di perdesaan

45 31 dengan mendorong kemandirian dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan. Tujuan PNPM Mandiri secara Khusus 1) meningkatkan partisipasi seluruh masyarakat, khususnya masyarakat miskin dan atau kelompok perempuan, dalam pengambilan keputusan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan pelestarian pembangunan, 2) melembagakan pengelolaan pembangunan partisipatif dengan mendayagunakan sumber daya lokal, 3) mengembangkan kapasitas pemerintahan lokal dalam memfasilitasi pengelolaan pembangunan partisipatif, 4) menyediakan prasarana sarana sosial dasar dan ekonomi yang diprioritaskan oleh masyarakat, 5) melembagakan pengelolaan dana bergulir, 6) mendorong terbentuk dan berkembangnya Badan Kerja Sama Antar Desa dalam pengelolaan pembangunan, 7) mengembangkan kerja sama antar pemangku kepentingan dalam upaya penanggulangan kemiskinan perdesaan. 4. Visi PNPM Mandiri Visi PNPM Mandiri adalah mewujudkan kesejahteraan dan kemandirian masyarakat miskin di perdesaan (Depdagri, 2008). Kesejahteraan berarti terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat. Kemandirian berarti mampu mengorganisir diri untuk memobilisasi sumber daya yang ada di lingkungannya, mampu mengakses sumber daya di luar lingkungannya, serta mengelola sumber daya tersebut untuk mengatasi masalah kemiskinan.

46 32 5. Misi PNPM Mandiri (Depdagri, 2008) a. Meningkatkan kapasitas masyarakat dan kelembagaannya. b. Pelembagaan sistem pembangunan partisipatif. c. Mengoptimalkan fungsi dan peran pemerintah lokal. d. Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana prasarana dasar masyarakat. e. Pengembangan jaringan kemitraan dalam pembangunan. 6. Keluaran (Output) Program PNPM Mandiri a. Terjadinya peningkatan keterlibatan Rumah Tangga Miskin (RTM) dan kelompok perempuan mulai perencanaan sampai dengan pelestarian b. Terlembaganya sistem pembangunan partisipatif di desa dan antar desa c. Terjadinya peningkatan kapasitas pemerintahan desa dalam memfasilitasi pembangunan partisipatif d. Berfungsi dan bermanfaatnya hasil kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan bagi masyarakat e. Terlembaganya pengelolaan dana bergulir dalam peningkatan pelayanan sosial dasar dan ketersediaan akses ekonomi terhadap RTM f. Terbentuk dan berkembangnya kerjasama antar desa dalam pengelolaan pembangunan

47 33 g. Terjadinya peningkatan peran serta dan kerja sama para pemangku kepentingan dalam upaya penanggulangan kemiskinan perdesaan 7. Prinsip PNPM Mandiri (Depdagri, 2008) a. Bertumpu pada pembangunan manusia Masyarakat lebih memilih kegiatan yang berdampak langsung terhadap upaya pembangunan manusia daripada pembangunan fisik semata. b. Otonomi Masyarakat memiliki hak dan kewenangan mengatur diri secara mandiri dan bertanggung jawab, tanpa intervensi negatif dari luar. c. Desentralisasi Memberikan ruang yang lebih luas kepada masyarakat untuk mengelola kegiatan pembangunan sektoral dan kewilayahan yang bersumber dari pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kapasitas masyarakat. d. Berorientasi pada masyarakat miskin Segala keputusan yang diambil dan disepakati berpihak kepada masyarakat miskin. e. Partisipasi Masyarakat berperan secara aktif dalam setiap tahapan proses, mulai dari tahap sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pelestarian kegiatan dengan memberikan tenaga, pikiran dana, waktu maupun ruang.

48 34 f. Kesetaraan dan keadilan gender Memberikan kesempatan yang sama antara laki-laki dan perempuan untuk berperan aktif dalam setiap pembangunan dan dalam menikmati manfaat kegiatan pembangunan, kesetaraan juga dalam pengertian kesejajaran kedudukan pada saat situasi konflik. g. Demokratis Masyarakat mengambil keputusan pembangunan secara musyawarah dan mufakat. h. Transparansi dan Akuntabel Masyarakat memiliki akses terhadap segala informasi dan proses pengambilan keputusan sehingga pengelolaan kegiatan dapat dilaksanakan secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan baik secara moral, teknis, legal maupun administratif. i. Prioritas Masyarakat memilih kegiatan yang diutamakan dengan mempertimbangkan kemendesakan dan kemanfaatan untuk pengentasan kemiskinan. j. Keberlanjutan Dalam setiap pengambilan keputusan atau tindakan pembangunan, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pemeliharaan kegiatan harus telah mempertimbangkan sistem pelestariannya.

Analisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus. pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto

Analisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus. pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto Analisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto F.1306618 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks membutuhkan intervensi semua pihak secara bersama dan terkoordinasi. Namun penanganannya selama ini cenderung parsial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada umumnya juga belum optimal. Kerelawan sosial dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. pada umumnya juga belum optimal. Kerelawan sosial dalam kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Permasalahan kemiskinan yang cukup komplek membutuhkan intervensi semua pihak secara bersama dan terkoordinasi. Namun penanganannya selama ini cenderung parsial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterbukaan sosial dan ruang bagi debat publik yang jauh lebih besar. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. keterbukaan sosial dan ruang bagi debat publik yang jauh lebih besar. Untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia kini adalah negara dengan sistem demokrasi baru yang bersemangat, dengan pemerintahan yang terdesentralisasi, dengan adanya keterbukaan sosial dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Kemiskinan Berbagai definisi tentang kemiskinan sudah diberikan oleh para ahli di bidangnya. Kemiskinan adalah suatu keadaan, yaitu seseorang tidak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 1. TinjauanPustaka PNPM Mandiri PNPM Mandiri adalah program nasional penanggulangan kemiskinan terutama yang berbasis pemberdayaan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI SELATAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Permasalahan kemiskinan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Permasalahan kemiskinan yang cukup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Permasalahan kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 13 TAHUN TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 13 TAHUN TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 13 TAHUN 2 010 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAKPAK BHARAT, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memenuhi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. masalah klasik dan mendapat perhatian khusus dari negara-negara di dunia.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. masalah klasik dan mendapat perhatian khusus dari negara-negara di dunia. BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Landasan Teori dan Konsep 2.1.1. Konsep Kemiskinan Pada umumnya masalah kemiskinan hingga saat ini masih menjadi masalah klasik dan mendapat perhatian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. fasilitas mendasar seperti pendidikan, sarana dan prasarana transportasi,

TINJAUAN PUSTAKA. fasilitas mendasar seperti pendidikan, sarana dan prasarana transportasi, 27 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kemiskinan Masyarakat miskin adalah masyarakat yang tidak memiliki kemampuan untuk mengakses sumberdaya sumberdaya pembangunan, tidak dapat menikmati fasilitas mendasar seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang amat serius. Kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang amat serius. Kemiskinan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang amat serius. Kemiskinan merupakan sebuah kondisi kehilangan terhadap sumber-sumber pemenuhan kebutuhan dasar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan lebih mendalam tentang teori-teori yang menjadi dasar dari pokok permasalahan yang diamati. Selain itu akan dikemukakan hasil penelitian terdahulu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. sehingga harus disembuhkan atau paling tidak dikurangi. Kemiskinan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. sehingga harus disembuhkan atau paling tidak dikurangi. Kemiskinan merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah menurunkan tingkat kemiskinan. Kemiskinan merupakan salah satu penyakit akut dalam ekonomi, sehingga harus disembuhkan

Lebih terperinci

PANGAN DAN GIZI SEBAGAI INDIKATOR KEMISKINAN

PANGAN DAN GIZI SEBAGAI INDIKATOR KEMISKINAN PANGAN DAN GIZI SEBAGAI INDIKATOR KEMISKINAN By : Suyatno, Ir. MKes Office : Dept. of Public Health Nutrition, Faculty of Public Health Diponegoro University, Semarang Contact : 081-22815730 / 024-70251915

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Didalam kehidupan ekonomi pada umumnya, manusia senantiasa berusaha untuk

I. PENDAHULUAN. Didalam kehidupan ekonomi pada umumnya, manusia senantiasa berusaha untuk 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Didalam kehidupan ekonomi pada umumnya, manusia senantiasa berusaha untuk dapat memperbaiki tingkat kesejahteraannya dengan berbagai kegiatan usaha sesuai dengan bakat,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam bab II ini menguraikan tentang pandangan teoritis mengenai. Kemiskinan merupakan masalah kemanusiaan yang telah lama

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam bab II ini menguraikan tentang pandangan teoritis mengenai. Kemiskinan merupakan masalah kemanusiaan yang telah lama BAB II LANDASAN TEORI Dalam bab II ini menguraikan tentang pandangan teoritis mengenai kemiskinan, konsep, dan asumsi yang dipakai. A. Pandangan Teoritis Mengenai Kemiskinan. Kemiskinan merupakan masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana penyelesaian masalah tersebut. Peran itu dapat dilihat dari sikap

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana penyelesaian masalah tersebut. Peran itu dapat dilihat dari sikap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peran pemerintah sangat penting dalam merancang dan menghadapi masalah pembangunan ekonomi. Seberapa jauh peran pemerintah menentukan bagaimana penyelesaian

Lebih terperinci

14 KRITERIA MISKIN MENURUT STANDAR BPS ; 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang.

14 KRITERIA MISKIN MENURUT STANDAR BPS ; 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang. 14 KRITERIA MISKIN MENURUT STANDAR BPS ; 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang. 2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan. 3. Jenis dinding tempat

Lebih terperinci

Program Pengentasan Kemiskinan melalui Penajaman Unit Pengelola Keuangan

Program Pengentasan Kemiskinan melalui Penajaman Unit Pengelola Keuangan Program Pengentasan Kemiskinan melalui Penajaman Unit Pengelola Keuangan I. PENDAHULUAN Pembangunan harus dipahami sebagai proses multidimensi yang mencakup perubahan orientasi dan organisasi sistem sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini membahas secara berurutan tentang latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini membahas secara berurutan tentang latar belakang BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini membahas secara berurutan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan hipotesis. A. Latar Belakang Masalah. Kemiskinan seringkali

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN BAPAK/IBU ANGKAT RUMAH TANGGA SASARAN OLEH PEJABAT STRUKTURAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Badan Keswadayaan Masyarakat ( BKM) dan fungsi BKM Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) merupakan suatu institusi/ lembaga masyarakat yang berbentuk paguyuban, dengan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. perhatian pemerintah di negara manapun. Salah satu aspek penting untuk mendukung strategi

BAB I. PENDAHULUAN. perhatian pemerintah di negara manapun. Salah satu aspek penting untuk mendukung strategi BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masalah kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah di negara manapun. Salah satu aspek penting untuk mendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah ini menjadi perhatian nasional dan penanganannya perlu dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah ini menjadi perhatian nasional dan penanganannya perlu dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia masih menghadapi masalah kemiskinan dan kerawanan pangan. Masalah ini menjadi perhatian nasional dan penanganannya perlu dilakukan secara terpadu

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEMALANG, Menimbang : a. bahwa sistem

Lebih terperinci

Optimalisasi UPK Dalam Rangka Mencapai Ketahanan Pangan Nasional

Optimalisasi UPK Dalam Rangka Mencapai Ketahanan Pangan Nasional Optimalisasi UPK Dalam Rangka Mencapai Ketahanan Pangan Nasional I. LATAR BELAKANG Wacana kemiskinan di Indonesia tetap menjadi wacana yang menarik untuk didiskusikan dan dicarikan solusi pemecahannya.

Lebih terperinci

STUDI PEMETAAN KEMISKINAN DI KOTA SEMARANG

STUDI PEMETAAN KEMISKINAN DI KOTA SEMARANG Riptek, Vol.2, No.2, Tahun 2008, Hal.: 1 6 STUDI PEMETAAN KEMISKINAN DI KOTA SEMARANG Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Unisbank Semarang Abstrak Kemiskinan sampai saat ini masih menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak terpisahkan serta memberikan kontribusi terhadap pembangunan daerah dan

BAB I PENDAHULUAN. tidak terpisahkan serta memberikan kontribusi terhadap pembangunan daerah dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan desa merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, dengan demikian pembangunan desa mempunyai peranan yang penting dan bagian yang tidak terpisahkan

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Terwujudnya Masyarakat Bengkulu Utara yang Mandiri, Maju, dan Bermartabat Visi pembangunan Kabupaten Bengkulu Utara Tahun 2011-2016 tersebut di atas sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Program Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK)

BAB I PENDAHULUAN. Program Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK) atau Support for Poor and Disadvantaged Area (SPADA) merupakan salah satu program dari pemerintah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. miskin khususnya di perdesaan terpuruk di bawah garis kemiskinan. Beberapa

I. PENDAHULUAN. miskin khususnya di perdesaan terpuruk di bawah garis kemiskinan. Beberapa I. PENDAHULUAN Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997 telah menyebabkan jutaan orang miskin khususnya di perdesaan terpuruk di bawah garis kemiskinan. Beberapa indikator ekonomi makro

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE 4.1 Kondisi Wilayah Pulau Simeulue merupakan salah satu pulau terluar dari propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Ο Ο Ο Ο berada pada posisi 0 0 03-03 0 04 lintang Utara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Kemiskinan dapat diukur secara langsung dengan menetapkan persedian sumber

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Kemiskinan dapat diukur secara langsung dengan menetapkan persedian sumber BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Kemiskinan Secara ekonomi kemiskinan dapat diartikan sebagai kekurangan sumber daya yang dapat digunakan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. program darurat bagian dari jaring pengaman sosial (social safety net), namun

BAB I PENDAHULUAN. program darurat bagian dari jaring pengaman sosial (social safety net), namun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Raskin merupakan program bantuan yang sudah dilaksanakan Pemerintah Indonesia sejak Juli 1998 dengan tujuan awal menanggulangi kerawanan pangan akibat krisis moneter

Lebih terperinci

Kemiskinan di Indonesa

Kemiskinan di Indonesa Kemiskinan di Indonesa Kondisi Kemiskinan Selalu menjadi momok bagi perekonomian dunia, termasuk Indonesia Dulu hampir semua penduduk Indonesia hidup miskin (share poverty), sedangkan sekarang kemiskinan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah. Jumlah penduduk. akan menjadi faktor penyebab kemiskinan (Direktorat Jenderal

I. PENDAHULUAN. kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah. Jumlah penduduk. akan menjadi faktor penyebab kemiskinan (Direktorat Jenderal I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan struktural,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. tugas, fungsi (operasi kegiatan program atau misi) daripada suatu organisasi atau

II. TINJAUAN PUSTAKA. tugas, fungsi (operasi kegiatan program atau misi) daripada suatu organisasi atau II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Efektivitas Efektivitas menurut Kurniawan (2005 :109) adalah kemampuan melaksanakan tugas, fungsi (operasi kegiatan program atau misi) daripada suatu organisasi atau sejenisnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menilai keberhasilan pembangunan dan upaya memperkuat daya saing ekonomi daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. orang miskin khususnya di perdesaan terpuruk di bawah garis kemiskinan.

I. PENDAHULUAN. orang miskin khususnya di perdesaan terpuruk di bawah garis kemiskinan. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997 telah menyebabkan jutaan orang miskin khususnya di perdesaan terpuruk di bawah garis kemiskinan. Beberapa indikator ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan tidak dapat ditakar hanya dengan kemampuan memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan tidak dapat ditakar hanya dengan kemampuan memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fenomena kemiskinan atau sering disebut sebagai lingkaran setan kemiskinan, dapat diibaratkan seperti benang kusut yang sangat susah dibenahi. Kemiskinan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia. Masalah kemiskinan ini

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia. Masalah kemiskinan ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemiskinan dan pengangguran menjadi masalah yang penting saat ini di Indonesia, sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia. Masalah kemiskinan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan lebih mendalam tentang teori teori yang menjadi dasar dari pokok permasalahan yang diamati. Selain itu akan dikemukakan juga hasil hasil penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam sebuah negara yang berkembang seperti Indonesia, masalah kemiskinan akan selalu

I. PENDAHULUAN. Dalam sebuah negara yang berkembang seperti Indonesia, masalah kemiskinan akan selalu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sebuah negara yang berkembang seperti Indonesia, masalah kemiskinan akan selalu menjadi tema dan agenda utama pemerintah dalam mensejahterakan rakyatnya. Bank Dunia

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 Visi Berdasarkan kondisi Kabupaten Lamongan saat ini, tantangan yang dihadapi dalam dua puluh tahun mendatang, dan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki, maka visi Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh anak-anak yang dianggap masih

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh anak-anak yang dianggap masih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak-anak pada dasarnya merupakan kaum lemah yang harus dilindungi oleh orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh anak-anak yang dianggap masih membutuhkan bimbingan orang

Lebih terperinci

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2013 2018 Visi Terwujudnya Kudus Yang Semakin Sejahtera Visi tersebut mengandung kata kunci yang dapat diuraikan sebagai berikut: Semakin sejahtera mengandung makna lebih

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. upaya dan kegiatan aktifitas ekonomi masyarakat tersebut. Untuk mencapai kondisi

I. PENDAHULUAN. upaya dan kegiatan aktifitas ekonomi masyarakat tersebut. Untuk mencapai kondisi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesejahteraan masyarakat pada suatu wilayah adalah merupakan suatu manifestasi yang diraih oleh masyarakat tersebut yang diperoleh dari berbagai upaya, termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari dunia usaha nasional yang mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. dari dunia usaha nasional yang mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat BAB I PENDAHULUAN I.I Latar belakang Usaha kecil dan Menengah atau yang sering disebut UKM merupakan bagian integral dari dunia usaha nasional yang mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:a.bahwa setiap warga negara berhak untuk

Lebih terperinci

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Visi : Terwujudnya pemerintahan yang baik dan bersih menuju maju dan sejahtera Misi I : Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang profesional, transparan, akuntabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang tengah dihadapi oleh dunia adalah kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang tengah dihadapi oleh dunia adalah kemiskinan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan yang tengah dihadapi oleh dunia adalah kemiskinan. Kemiskinan telah ada sejak lama pada hampir semua peradaban manusia. Pada setiap belahan dunia dapat

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN BIDANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN

RENCANA PEMBANGUNAN BIDANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN RENCANA PEMBANGUNAN BIDANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN GAMBARAN UMUM WILAYAH - Provinsi Kepulauan Riau dibentuk berdasarkan UU Nomor 25 Tahun 2002 yang disahkan pada tanggal 24-9-

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 25 TAHUN 2012 TATA CARA PEMBERDAYAAN KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN JEMBRANA

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 25 TAHUN 2012 TATA CARA PEMBERDAYAAN KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN JEMBRANA BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMBERDAYAAN KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Yang pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Sari Surya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Yang pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Sari Surya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang menjadi rujukan pada penelitian ini. Ada dua rujukan sebagai berikut: 1. Sari Surya, 2011 Yang pertama adalah penelitian yang

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN PENDUDUK, PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDIDIKAN DAN PENGANGGURAN TERHADAP KEMISKINAN DI JAWA TENGAH TAHUN SKRIPSI

ANALISIS PERTUMBUHAN PENDUDUK, PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDIDIKAN DAN PENGANGGURAN TERHADAP KEMISKINAN DI JAWA TENGAH TAHUN SKRIPSI ANALISIS PERTUMBUHAN PENDUDUK, PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDIDIKAN DAN PENGANGGURAN TERHADAP KEMISKINAN DI JAWA TENGAH TAHUN 2008-2015 SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan dan persatuan.

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan dan persatuan. BAB I PENDAHULUAN Kemiskinan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan dan persatuan. Penanggulangan kemiskinan memerlukan upaya yang sungguh-sungguh, terusmenerus, dan terpadu dengan menekankan pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Demikian juga halnya dengan kemiskinan, dimana kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Demikian juga halnya dengan kemiskinan, dimana kemiskinan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Persoalan pengangguran lebih dipicu oleh rendahnya kesempatan dan peluang kerja bagi masyarakat. Demikian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perubahan besar dalam struktur sosial, sikap-sikap mental yang sudah terbiasa

I. PENDAHULUAN. perubahan besar dalam struktur sosial, sikap-sikap mental yang sudah terbiasa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan proses multidimensional yang melibatkan perubahan besar dalam struktur sosial, sikap-sikap mental yang sudah terbiasa dan lembaga nasional

Lebih terperinci

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan BAB - VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN 6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan Strategi adalah langkah-langkah berisikan program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi, yang dirumuskan dengan kriterianya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan suatu kondisi bukan hanya hidup dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan suatu kondisi bukan hanya hidup dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan suatu kondisi bukan hanya hidup dalam kekurangan uang dan tingkat pendapatan rendah, tetapi juga banyak hal lain seperti tingkat kesehatan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap pembangunan di suatu daerah seyogyanya perlu dan

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap pembangunan di suatu daerah seyogyanya perlu dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya setiap pembangunan di suatu daerah seyogyanya perlu dan harus memperhatikan segala sumber-sumber daya ekonomi sebagai potensi yang dimiliki daerahnya, seperti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketidakmampuan secara ekonomi dalam memenuhi standar hidup rata rata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketidakmampuan secara ekonomi dalam memenuhi standar hidup rata rata BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Masalah Kemiskinan Kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara di dunia, terutama di negara sedang berkembang. Kemiskinan adalah suatu kondisi ketidakmampuan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU ISU STRATEGIS 4.1 Permasalahan Pembangunan Capaian kinerja yang diperoleh, masih menyisakan permasalahan dan tantangan. Munculnya berbagai permasalahan daerah serta diikuti masih banyaknya

Lebih terperinci

TERWUJUDNYAMASYARAKAT KABUPATEN PASAMAN YANGMAJU DAN BERKEADILAN

TERWUJUDNYAMASYARAKAT KABUPATEN PASAMAN YANGMAJU DAN BERKEADILAN TERWUJUDNYAMASYARAKAT KABUPATEN PASAMAN YANGMAJU DAN BERKEADILAN Untuk memberikan gambaran yang jelas pada visi tersebut, berikut ada 2 (dua) kalimat kunci yang perlu dijelaskan, sebagai berikut : Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berbagai upaya telah dilakukan oleh bangsa Indonesia untuk menanggulangi kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode tahun 1974-1988,

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 29 TAHUN 2016 T E N T A N G INDIKATOR LOKAL KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN CIAMIS

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 29 TAHUN 2016 T E N T A N G INDIKATOR LOKAL KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN CIAMIS 1 BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 29 TAHUN 2016 T E N T A N G INDIKATOR LOKAL KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN CIAMIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu

I. PENDAHULUAN. secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan serangkaian proses multidimensial yang berlangsung secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu terciptanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada umumnya juga belum optimal. Kerelawanan sosial dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. pada umumnya juga belum optimal. Kerelawanan sosial dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks membutuhkan intervensi semua pihak secara bersama dan terkoordinasi. Namun penanganannya selama ini cenderung parsial dan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 116 BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 6.1. Kesimpulan Untuk mengatasi permasalahan kemiskinan yang kompleks dibutuhkan intervensi dari semua pihak secara bersama dan terkoordinasi. Selain peran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditetapkan sebelumnya tercapai. Hal ini sesuai dengan pendapat para ahli.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditetapkan sebelumnya tercapai. Hal ini sesuai dengan pendapat para ahli. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Efektivitas 2.1.1 Pengertian Efektivitas Dalam setiap organisasi, efektivitas merupakan unsur pokok aktivitas untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya.

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kehidupan bangsa.kesejahteraan umum dapat dicapai jika masalah. kemiskinan dapat ditanggulangi, ketidakmampuan masyarakat dalam

I. PENDAHULUAN. kehidupan bangsa.kesejahteraan umum dapat dicapai jika masalah. kemiskinan dapat ditanggulangi, ketidakmampuan masyarakat dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan negara Indonesia sebagaimana tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 diantaranya adalah memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.kesejahteraan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang, sebagai negara berkembang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang, sebagai negara berkembang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang, sebagai negara berkembang indonesia terus melakukan upaya-upaya untuk menjadi negara maju, yaitu dengan terus melaksanakan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012 1 PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana tertulis dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014, pemerintah menetapkan visi pembangunan yaitu Terwujudnya Indonesia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh si miskin. Penduduk miskin pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. oleh si miskin. Penduduk miskin pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan situasi serba kekurangan yang terjadi bukan dikehendaki oleh si miskin. Penduduk miskin pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat pendidikan,

Lebih terperinci

BAB 12. PENANGGULANGAN KEMISKINAN KELUARGA DI INDONESIA. Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati

BAB 12. PENANGGULANGAN KEMISKINAN KELUARGA DI INDONESIA. Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati BAB 12. PENANGGULANGAN KEMISKINAN KELUARGA DI INDONESIA Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati Kondisi Kemiskinan di Indonesia Isu kemiskinan yang merupakan multidimensi ini menjadi isu sentral di Indonesia

Lebih terperinci

PRO POOR BUDGET. Kebijakan anggaran dalam upaya pengentasan kemiskinan.

PRO POOR BUDGET. Kebijakan anggaran dalam upaya pengentasan kemiskinan. PRO POOR BUDGET Kebijakan anggaran dalam upaya pengentasan kemiskinan. Mengapa Anggaran Pro Rakyat Miskin Secara konseptual, anggaran pro poor merupakan bagian (turunan) dari kebijakan yang berpihak pada

Lebih terperinci

BUPATI NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI NGANJUK NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI NGANJUK NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI NGANJUK NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PELESTARIAN HASIL KEGIATAN PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Keberhasilan Program pemberdayaan Masyarakat. dalam (power within), kekuasaan untuk (power to), kekuasaan atas (power

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Keberhasilan Program pemberdayaan Masyarakat. dalam (power within), kekuasaan untuk (power to), kekuasaan atas (power 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keberhasilan. 1. Keberhasilan Program pemberdayaan Masyarakat Menurut Poerwoko (2012:110) Terkait dengan pemberdayaan masyarakat, keberhasilan dapat dilihat dari keberdayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dari situasi sebelumnya. Otonomi Daerah yang juga dapat dimaknai

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dari situasi sebelumnya. Otonomi Daerah yang juga dapat dimaknai BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Perubahan paradigma dalam pengelolaan dan penyelenggaraan pemerintahan dari sentralistik ke desentralistik telah memberikan nuansa baru yang sama sekali berbeda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa hadir di tengahtengah masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia masalah kemiskinan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kemiskinan 2.1.1 Defenisi Kemiskinan Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 2004, kemiskinan adalah kondisi sosial ekonomi seseorang atau sekelompok orang yang tidak terpenuhinya

Lebih terperinci

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. merupakan hak asasi, tidak dapat ditunda, dan tidak dapat disubtitusi dengan bahan

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. merupakan hak asasi, tidak dapat ditunda, dan tidak dapat disubtitusi dengan bahan II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pangan Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar masnusia yang pemenuhannya merupakan hak asasi, tidak dapat ditunda, dan tidak dapat disubtitusi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kemiskinan, yang salah komponen menurunnya kesejahteran masyarakat. usaha dan masyarakat pada umumnya juga belum optimal.

BAB 1 PENDAHULUAN. kemiskinan, yang salah komponen menurunnya kesejahteran masyarakat. usaha dan masyarakat pada umumnya juga belum optimal. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan pada dasarnya bertujuan menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Karena hasil dari pembangunan dapat dinikmati oleh seluruh rakyat secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan merupakan indikator penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan merupakan indikator penting untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan merupakan indikator penting untuk melihat keberhasilan pembangunan suatu negara. Setiap negara akan berusaha keras untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian dan Konsep Kemiskinan Kemiskinan adalah ketidakmampuan individu dalam memenuhi kebutuhan dasar minimal untuk hidup layak (BPS dan Depsos,2002). Kemiskinan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 53 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Kerangka Pemikiran Kemiskinan Proses pembangunan yang dilakukan sejak awal kemerdekaan sampai dengan berakhirnya era Orde Baru, diakui atau tidak, telah banyak menghasilkan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA CIREBON

BERITA DAERAH KOTA CIREBON BERITA DAERAH KOTA CIREBON 2 NOMOR 51 TAHUN 2009 PERATURAN WALIKOTA CIREBON NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG KRITERIA KELUARGA / RUMAH TANGGA MISKIN KOTA CIREBON Menimbang : WALIKOTA CIREBON, a. bahwa kemiskinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan cita-cita bangsa yakni terciptanya

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan cita-cita bangsa yakni terciptanya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pelaksanaan kegiatan pembangunan nasional di Indonesia sesungguhnya merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan cita-cita bangsa yakni terciptanya kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

SALINAN WALIKOTA LANGSA,

SALINAN WALIKOTA LANGSA, SALINAN QANUN KOTA LANGSA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi

Lebih terperinci

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) A. Visi dan Misi 1. Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sleman 2010-2015 menetapkan

Lebih terperinci

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR 5.1. Visi dan Misi Pengelolaan Kawasan Konservasi Mengacu pada kecenderungan perubahan global dan kebijakan pembangunan daerah

Lebih terperinci

BAB VII P E N U T U P

BAB VII P E N U T U P BAB VII P E N U T U P Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Akhir Tahun 2012 diharapkan dapat memberikan gambaran tentang berbagai capaian kinerja, baik makro maupun mikro dalam penyelenggaraan

Lebih terperinci

DAMPAK PERTUMBUHAN EKONOMI, JUMLAH PENGANGGURAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI KABUPATEN SIDOARJO

DAMPAK PERTUMBUHAN EKONOMI, JUMLAH PENGANGGURAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI KABUPATEN SIDOARJO DAMPAK PERTUMBUHAN EKONOMI, JUMLAH PENGANGGURAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI KABUPATEN SIDOARJO Ardi Anindita Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Sidoarjo ardi.anindita@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah di negara manapun. Salah satu aspek penting untuk mendukung strategi

Lebih terperinci