BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Mutakhir Penelitian ini mengacu pada beberapa sumber dan tinjauan yang sudah ada, dimana masing-masing penulis menggunakan metode dan simulasi yang berbeda sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas. Dari perbandingan tersebut akan terlihat perbedaan penelitian dengan yang dilakukan penulis. Penelitian pertama oleh Irwan Prasetyo (2004) yang meneliti tentang kuat medan listrik sebelum pengoperasian saluran transmisi 150 kv Perean-Ubud dengan menggunakan metode bayangan. Penelitian ini mendapatkan hasil perhitungan kuat medan listrik tertinggi di pusat saluran, adalah sebesar 685,9392 V/m, dimana kuat medan listrik ini masih berada di bawah batas ambang yang ditetapkan WHO yaitu sebesar 5 kv/m Penelitian kedua oleh Irwan Hardika (2009) yang meniliti tentang pengaruh bentuk konfigurasi saluran transmisi 500 kv dengan sirkit ganda terhadap kuat medan listrik. Penelitian ini menyebutkan 3 variasi konfigurasi saluran transmisi. Pada variasi konfigurasi saluran 1, variasi bentuk konfigurasi yang dilakukan adalah dengan penambahan jarak cross arm masing-masing fasa. Hasil yang didapatkan adalah kuat medan listrik berkurang 0,0574 kv/m jika penambahan jarak cross arm masing-masing fasa sebesar 1 meter. Pada variasi konfigurasi saluran 2, variasi bentuk konfigurasi yang dilakukan adalah dengan penambahan jarak middle cross arm (fasa S) diperbesar, sedangkan upper cross arm (fasa R) dan bottom cross arm (fasa T)tetap. Hasil yang didapatkan adalah kuat medan listrik bertambah 0,0077 kv/m jika penambahan jarak middle cross arm (fasa S) sebesar 1 meter. Pada konfigurasi saluran 3, variasi bentuk konfigurasi yang dilakukan adalah dengan panjang bottom cross arm (fasa T) diperpanjang 2 meter faripada fasa R dan middle cross arm (fasa S) diperpanjang 1 meter daripada fasa R, mengakibatkan nilai kuat medan listrik yang ditimbulkan semakin berkurang 0,1768 kv/m. 5

2 6 Penelitian yang terakhir oleh Hendera Wahyudi (2015) yang menganalisis karakteristik hasil perhitungan dan pengukuran kuat medan listrik pada saluran transmisi 150 kv dengan konfigurasi horizontal. Metode yang digunakan dalam penelitian ini dengan melakukan pengukuran medan listrik di titik terendah konduktor saluran transmisi 150 kv, selanjutnya analisis dilakukan terhadap perubahan karakteristik kuat medan listrik yang terjadi saat pengukuran. Berdasarkan hasil pengukuran medan listrik akan mencapai nilai tertinggi pada saat siang hari. Hasil pengukuran tertinggi kuat medan listrik terjadi di lokasi 3 sebesar 5387 V/m. Hasil perhitungan kuat medan listrik tertinggi berada di lokasi 3 sebesar 4040 V/m. Perbedaan karakteristik hasil pengukuran kuat medan listrik di masing-masing titik pengukuran disebabkan oleh waktu pengukuran kuat medan medan listrik di masing-masing titik pengukuran berbeda, sehingga tegangan pada masing-masing fasa berubah-ubah, sedangkan saat perhitungan nilai tegangan yang digunakan tidak berubah. Berdasarkan ketiga penelitian di atas, maka dilakukan penelitian tentang perhitungan kuat medan listrik di antara dua tiang transmisi untuk mengetahui kuat medan listrik di sepanjang saluran antara dua tiang transmisi, dengan mengukur ketinggian konduktor menggunakan alat dan cara yang sederhana. Hasil perhitungan intensitas medan listrik akan digunakan untuk membuat rekomendasi pembangunan rumah tinggal di bawah konduktor di sepanjang saluran transmisi SUTT 150 kv konfigurasi horizontal, sehingga orang yang akan membangun rumah di bawah saluran transmisi 150 kv konfigurasi horizontal hanya perlu mengukur ketinggian konduktor dari permukaan tanah untuk mengetahui berapa ketinggian rumah yang boleh dibangun agar paparan medan listriknya sesuai dengan standar yang ditetapkan SNI Tinjauan Pustaka Sistem Tenaga Listrik Untuk keperluan penyediaan tenaga listrik diperlukan berbagai peralatan listrik yang dihubungkan satu sama lain sehingga mempunyai inter relasi dan secara keseluruhan membentuk suatu sistem tenaga listrik. Sistem tenaga listrik

3 7 yang dimaksud adalah sekumpulan pusat listrik dan gardu induk (pusat beban) yang satu sama lain dihubungkan oleh jaringan transmisi sehingga merupakan satu kesatuan interkoneksi. Proses penyaluran tenaga listrik dibagi menjadi tiga bagian penting, yaitu Pembangkitan, Penyaluran (transmision) dan distribusi (distribution) seperti pada gambar 2.1 : Gambar 2.1 Tiga komponen utama dalam penyaluran tenaga listrik (Sumber: Marsudi, 2006) Tenaga listrik dibangkitkan dalam pusat - pusat listrik seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTP, PLTGU dan PLTD kemudian disalurkan melalui saluran transmisi setelah terlebih dahulu dinaikkan tegangannya oleh transformator penaik tegangan yang ada di pusat pembangkit listrik. Saluran tegangan tinggi di Indonesia mempunyai tegangan 150 kv yang disebut sebagai saluran udara tegangan tinggi (SUTT) dan tegangan 500 kv yang disebut sebagai saluran udara tegangan ekstra tinggi (SUTET). Tenaga listrik yang disalurkan melalui saluran transmisi akan menuju ke Gardu Induk (GI) untuk diturunkan tegangannya melalui transformator penurun tegangan menjadi tegangan menengah atau yang juga disebut tegangan distribusi primer yang memiliki tegangan 20 kv Saluran Transmisi Transmisi adalah proses penyaluran energi listrik dari satu tempat ke tempat lainnya, yang besaran tegangannya dapat dibagi menjadi beberapa kelas, yaitu: Tegangan Ultra Tinggi (UHV), Tegangan Ekstra Tinggi (EHV), Tegangan

4 8 Tinggi (HV), Tegangan Menengah (MHV), dan Tegangan Rendah (LV). Sedangkan transmisi tegangan tinggi adalah sebuah proses penyaluran energi listrik dari satu gardu induk ke gardu induk lainnya. Dimana dalam proses penyaluran energi listrik tersebut terdiri dari konduktor yang direntangkan antara tiang-tiang (tower) melalui isolator-isolator, dengan sistem tegangan tinggi. Standar tegangan tinggi yang berlaku di Indonesia adalah : 30 KV, 70 KV dan 150 KV (Arismunandar, 1979) Saluran Transmisi Berdasarkan Pemasangan Berdasarkan pemasangannya, saluran transmisi dibagi menjadi dua kategori, yaitu: 1. Saluran udara (overhead lines) adalah saluran transmisi yang menyalurkan energi listrik melalui kawat-kawat yang digantung pada isolator antar menara atau tiang transmisi. Keuntungan dari saluran transmisi udara adalah lebih murah, mudah dalam perawatan, mudah dalam mengetahui letak gangguan, mudah dalam perbaikan, dan lainnya. Namun juga memiliki kerugian, antara lain: karena berada di ruang terbuka, maka cuaca sangat berpengaruh terhadap keandalannya, dengan kata lain mudah terjadi gangguan, seperti gangguan hubung singkat, gangguan tegangan lebih karena tersambar petir, dan gangguan-gangguan lainnya. Dari segi estetika/keindahan juga kurang, sehingga saluran transmisi bukan pilihan yang ideal untuk suatu saluran transmisi didalam kota. 2. Saluran kabel tanah (underground cable) adalah saluran transmisi yang menyalurkan energi listrik melalui kabel yang dipendam didalam tanah. Kategori saluran transmisi seperti ini adalah yang favorit untuk pemasangan di dalam kota, karena berada didalam tanah, maka tidak mengganggu keindahan kota dan juga tidak mudah terjadi gangguan akibat kondisi cuaca atau kondisi alam. Namun juga memilik kekurangan. Seperti: mahalnya biaya investasi dan sulitnya menentukan titik gangguan dan perbaikannya.

5 Saluran Transmisi Berdasarkan Tegangan 1. Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) 200 kv 500 kv Pada umumnya digunakan pada pembangkitan dengan kapasitas di atas 500 MW. Tujuannya adalah agar drop tegangan dan penampang kawat dapat direduksi secara maksimal, sehingga diperoleh operasional yang efektif dan efisien. Permasalahan mendasar pembangunan SUTET adalah: konstruksi tiang (tower) yang besar dan tinggi, memerlukan tapak tanah yang luas, memerlukan isolator yang banyak, sehingga pembangunannya membutuhkan biaya yang besar. Pembangunan transmisi ini cukup efektif untuk jarak 100 km sampai dengan 500 km. 2. Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 30 kv 150 kv Tegangan operasi antara 30 kv sampai dengan 150 kv. Konfigurasi jaringan pada umumnya single atau double sirkuit, dimana 1 sirkuit terdiri dari 3 phasa dengan 3 atau 4 kawat. Biasanya hanya 3 kawat dan penghantar netralnya digantikan oleh tanah sebagai saluran kembali. Apabila kapasitas daya yang disalurkan besar, maka penghantar pada masing-masing phasa terdiri dari dua atau empat kawat (Double atau Qudrapole) dan Berkas konduktor disebut Bundle Conductor Komponen Utama Saluran Transmisi Saluran transmisi tenaga listrik memiliki beberapa komponen utama yang terdiri dari: Menara Transmisi atau Tiang Transmisi Pada suatu Sistem Tenaga Listrik, energi listrik yang dibangkitkan dari pusat pembangkit listrik ditransmisikan ke pusat-pusat pengatur beban melalui suatu saluran transmisi, saluran transmisi tersebut dapat berupa saluran udara atau saluran bawah tanah, namun pada umumnya berupa saluran udara. Energi listrik yang disalurkan lewat saluran transmisi udara pada umumnya menggunakan kawat telanjang sehingga mengandalkan udara sebagai media isolasi antara kawat penghantar tersebut dengan benda sekelilingnya, dan untuk menyanggah atau

6 10 merentang kawat penghantar dengan ketinggian dan jarak yang aman bagi manusia dan lingkungan sekitarnya, kawat-kawat penghantar tersebut dipasang pada suatu konstruksi bangunan yang kokoh, yang biasa disebut menara atau tower. Ada 2 jenis konstruksi menara SUTT yang biasa digunakan yaitu konstruksi menara besi baja dan tiang beton seperti terlihat pada gambar 2.2. Konstruksi menara besi baja merupakan jenis konstruksi SUTT ataupun SUTET yang paling banyak digunakan di jaringan PLN, karena mudah dirakit terutama untuk pemasangan di daerah pegunungan dan jauh dari jalan raya. Penggunaan konstruksi menara besi baja perlu pengawasan yang intensif, karena besi baja yang terdapat pada menara rawan terhadap pencurian sehingga mengakibatkan menara listrik tersebut roboh, dan penyaluran energi listrik ke konsumen menjadi terganggu. (a) (b) Gambar 2.2 Jenis konstruksi saluran transmisi tegangan tinggi (SUTT) (a)konstruksi tower besi baja (b)konstruksi tiang beton (Sumber : SPLN 121 : 1996) Isolator Jenis isolator yang digunakan pada saluran transmisi pada umumnya adalah jenis porselin atau gelas yang berfungsi sebagai isolasi tegangan listrik antara kawat penghantar dengan tiang. Macam-macam isolator yang digunakan pada saluran udara tegangan tinggi adalah sebagai berikut :

7 11 1. Isolator piring Isolator piring digunakan untuk isolator penegang dan isolator gantung, dimana jumlah piringan isolator disesuaikan dengan tegangan sistem. Isolator piring terdapat dua jenis, yaitu tipe clevis dan tipe ball-and-socket yang masing-masing tebuat dari bahan poselin dengan tutup (cap) dari besi tempahan (malleable iron). Gambar 2.3 Isolator piring (a) tipe clevis (b) tipe ball-and-socket (Sumber : SPLN 121 : 1996) 2. Isolator tipe post Isolator tipe post digunakan sebagai tumpuan dan memegang bagi konduktor diatasnya untuk pemasangan secara vertikal dan digunakan untuk memegang dan menahan konduktor untuk pemasangan secara horisontal. Isolator tipe post biasanya terpasang pada tower jenis pole atau pada tiang sudut untuk sudut 5 sampai 15 Gambar 2.4 Isolator Tipe Post (Sumber : SPLN 121 : 1996)

8 12 3. Isolator long rod Isolator long rod adalah isolator porselen atau komposit yang digunakan untuk beban tarik. Isolator jenis ini terdiri atas silinder porselin dengan kerutankerutan dan ujung-ujungnya diperkuat dengan dua tutup logam yang disemenkan. Diameter silinder porselin dipilih menurut kekuatan mekanis yang dibutuhkan, kuat tariknya sekitar kg/cm2. Pemakaian isolator ini menghemat logam jika dibandingkan dengan isolator piring dan juga lebih ringan. isolator long rod mempunyai rusuk yang sederhana, sehingga kotoran yang melekat pada permukaan isolator mudah dicuci oleh hujan, sehingga isolator jenis ini sesuai untuk daerah-daerah yang berpolusi. Gambar 2.5 Isolator Long Rod (Sumber : SPLN 121 : 1996) Konduktor (Conductor) Kawat konduktor ini digunakan untuk menghantarkan listrik yang ditransmisikan. Kawat konduktor untuk saluran transmisi tegangan tinggi ini selalu tanpa pelindung/isolasi, hanya menggunakan isolasi udara. Jenis Konduktor yang dipakai antara lain: 1. Tembaga (Cu) 2. Alumunium (Al) 3. Baja (Steel) Di Indonesia, jenis yang sering dipakai adalah jenis alumunium dengan campuran baja. Jenis-jenis penghantar Aluminium antara lain: 1. AAC (All-Alumunium Conductor), yaitu kawat penghantar yang seluruhnya terbuat dari alumunium. 2. AAAC (All-Alumunium-Alloy Conductor), yaitu kawat penghantar yang seluruhnya terbuat dari campuran alumunium.

9 13 3. ACSR (Alumunium Conductor Steel-Reinforced) Conductor, Steel- Reinforced), yaitu kawat penghantar alumunium berinti kawat baja. Pada umumnya SUTT maupun SUTET menggunakan konduktor jenis ACSR. Konduktor jenis ACSR merupakan kawat berupa steel yang mempunyai kuat mekanik tinggi, sedangkan bagian luarnya mempunyai konduktifitas tinggi. 4. ACAR (Alumunium Conductor, Alloy-Reinforced), yaitu kawat penghantar alumunium yang di perkuat dengan logam campuran Kawat tanah (ground wire) Kawat tanah atau ground wires, juga disebut sebagai kawat pelindung (shield wires) gunanya untuk melindungi kawat-kawat penghantar atau kawatkawat fasa terhadap sambaran petir. Jadi kawat tanah ini dipasang diatas kawat fasa. Sebagai kawat tanah dipakai kawat baja (steel wires) Andongan (Sag) Beratnya kawat penghantar yang direntangkan antara dua tiang transmisi mempunyai bentuk lengkung tertentu ( catenary curve ) yang dapat dinyatakan oleh persamaan-persamaan tertentu. Andongan dan tegangan tarik pada suatu rentang kawat penghantar antar menara dalam saluran udara dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut : berat kawat per satuan panjang, modulus elastisitas, koefisien perubahan panjang, ultimate strength, diameter kawat, jarak antara dua menara ( span ), dan kondisi lingkungan sekitar yang mungkin berpengaruh, misalnya angin, es, debu, dan suhu. Berat efektif maksimum dari kawat penghantar adalah jumlah vektor dari berat vertikal dan tekanan angin horisontal. Nilai andongan dapat dicari dengan menggunakan pendekatan secara parabola berikut : (SNI )

10 14 Nilai andongan atau lendutan dengan tinggi tiang yang tidak sejajar yang diakibatkan oleh permukaan tanah yang tidak rata, dapat ditentukan dengan persamaan berikut: (SPLN ) ( ) Dimana : D = Andongan (m) D o = Andongan dengan tinggi tiang yang tidak sejajar T = Horisontal Tension (Kg) w = Berat kawat (Kg/m) S = Jarak antar dua menara/span (m) H = Beda tinggi tiang (m) (a) (b) Gambar 2.6 Andongan atau Lendutan (a) Tiang yang tingginya sejajar (b) Tiang yang tingginya tidak sejajar (Sumber : SPLN 121 : 1996) Jarak Antar Kawat Jarak antar kawat konduktor dipengaruhi oleh beberapa hal, terutama halhal mekanis dari kawat konduktor. Bahan material dan diameter konduktor harus diperhatikan dalam perhitungan, karena untuk konduktor yang kecil, khususnya yang terbuat dari aluminium, memiliki berat yang lebih ringan, sehingga jika terdapat tekanan angin akan lebih mengayun secara vertical dibandingkan dengan

11 15 konduktor dengan luas penampang yang lebih besar dan bahan yang lebih berat. Konduktor akan mengayun secara sinkron dengan angin, tetapi untuk span yang panjang dan kawat yang kecil, ada kemungkinan konduktor mengayun dengan tidak sinkron, dan ukuran konduktor serta andongan maksimum pada titik tengah span adalah faktor yang harus diperhitungkan dalam menentukan jarak antar kawat konduktor. Perhitungan jarak minimum antar kawat konduktor yang telah berhasil dalam pengujiannya, salah satu diantaranya adalah metode perhitungan menurut VDE (Verbandes Deutscher Electrotechnischer) adalah sebagai berikut: Dimana: a V D = Jarak antar kawat dalam cm = Tegangan dalam kv = Andongan dalam cm Ruang Bebas dan Jarak Bebas Minimum Vertikal dan Horizontal Pada SUTT dan SUTET Jarak Bebas Minimum Vertikal Pada SUTT dan SUTET Jarak bebas minimum vertikal merupakan jarak terpendek secara vertikal antara konduktor SUTT atau SUTET dengan permukaan bumi atau benda di atas permukaan bumi yang tidak boleh kurang dari jarak yang telah ditetapkan demi keselamatan manusia, makhluk hidup dan benda lainnya serta keamanan operasi SUTT dan SUTET. Jarak bebas minimum vertikal pada SUTT dan SUTET berdasarkan SNI dapat dilihat pada tabel 2.1.

12 16 Tabel 2.1 Jarak Bebas Minimum Vertikal Dari Konduktor (C) Berdasarkan SNI SUTT SUTET No Lokasi 66 kv 150 kv 275 kv 500 kv (m) (m) (m) (m) Lapangan terbuka atau 7,5 8,5 10,5 12,5 daerah terbuka a Daerah dengan keadaan tertentu Banunan 4,5 5,0 7,0 9,0 2.2 Bangunan, jembatan b Tanaman / tumbuhan, hutan. 4,5 5,0 7,0 9,0 2.3 Perkebunan b 8,0 9,0 11,0 15,0 2.4 Jalan/jalan raya/ rel kereta api a 12,5 13,5 15,0 18,0 2.5 Lapangan umum a SUTT lain, saluran udara tegangan menengah (SUTM), saluaran udara 3,0 4,0 5,0 8,5 2.6 Komunikasi,antenna dan kereta gantung b Titik tertinggi tiang kapal pada kedudukan air pasang / tertinggi pada lalu lintas air b 3,0 4,0 6,0 8,5 Catatan : a jarak bebas minimum vertikal dihitung dari permukaan bumi atau permukaan jalan/ rel. b jarak bebas minimum vertikal dihitung sampai titik tertinggi / terdekatnya Jarak Bebas Minimum Horizontal Pada SUTT dan SUTET Jarak bebas minimum horizontal merupakan jarak terpendek secara horizontal dari sumbu vertikal menara atau tiang ke bidang vertikal ruang bebas. Ruang bebas adalah ruang yang dibatasi oleh bidang vertikal dan horizontal di sekeliling dan di sepanjang konduktor SUTT atau SUTET di mana tidak boleh ada

13 17 benda di dalamnya demi keselamatan manusia, makhluk hidup dan benda lainnya serta keamanan operasi SUTT dan SUTET Tabel 2.2 Jarak Bebas Minimum Horizontal Dari Sumbu Vertikal Menara Atau Tiang Berdasarkan SNI No Saluran Udara Jarak dari sumbu vertical menara / tiang ke konduktor L (m) Jarak horizontal akibat ayunan konduktor H Jarak bebas impuls petir (untuk SUTT) atau jarak bebas impuls switsing (untuk SUTET) Total L+H+i (m) Pembulatan (m) (m) I (m) 1. SUTT 66 kv tiang baja 1,80 1,37 0,63 3,80 4,00 2. SUTT 66 kv tiang beton 1,80 0,68 0,63 3,11 4,00 3. SUTT 66 kv menara 3,00 2,74 0,63 6,37 7,00 4. SUTT 150 kv tiang baja 2,25 2,05 1,50 5,80 6,00 5. SUTT 150 kv tiang 2,25 0,86 1,50 4,61 5,00 6. beton 4,20 3,76 1,50 9,46 10,00 7. SUTT 150 kv menara 5,80 5,13 1,80 12,73 13,00 8. SUTET 275 kv sirkit ganda 12,00 6,16 3,10 21,26 22,00 9. SUTET 500 kv sirkit 7,30 6,16 3,10 16,56 17,00 tunggal SUTET 500 kv sirkit ganda Ruang Bebas Pada SUTT dan SUTET Ruang bebas adalah daerah yang dibentuk oleh jarak bebas minimum vertikal dan horizontal pada SUTT dan SUTET, dimana pada daerah inilah

14 18 manusia, makhluk hidup atau bangunan tidak boleh ada di dalamnya. Gambar 2.9 merupakan gambar yang menunjukan letak ruang bebas pada SUTT dan SUTET. Gambar 2.7 Ruang Bebas Pada SUTT dan SUTET (Sumber: SNI ) Medan Listrik Pengertian Medan Listrik Medan listrik adalah daerah di sekitar benda bermuatan listrik yang masih mengalami gaya listrik. Jika muatan lain berada di dalam medan listrik dari sebuah benda bermuatan listrik, muatan tersebut akan mengalami gaya listrik

15 19 berupa gaya tarik atau gaya tolak-menolak. Medan listrik adalah gaya listrik per satuan muatan. Karena gaya listrik mengikuti prinsip superposisi secara vektor, demikian juga yang terjadi pada medan listrik. Hal ini berarti kuat medan listrik dari beberapa muatan titik adalah jumlah vektor kuat medan listrik dari masing masing muatan titik. Sehingga kuat medan listrik dari beberapa muatan titik adalah jumlah vektor kuat medan listrik dari masing masing muatan titik. Suatu titik dikatakan berada dalam medan listrik apabila suatu benda yang bermuatan listrik ditempatkan pada titik tersebut akan mengalami gaya listrik. Untuk memvisualisasikan medan listrik, dilakukan dengan menggambarkan serangkaian garis untuk menunjukkan arah medan listrik pada berbagai titik di ruang, yang disebut garis-garis gaya listrik seperti yang ditunjukan pada gambar 2.7. Gambar 2.8. (a) Garis Gaya Listrik bermuatan Positif (b) Garis Gaya Listrik Bermuatan Negatif (Sumber : Halliday dkk, 1986) Gambar a merupakan partikel bermuatan positif. Garis-garis yang keluar dari partikel a disebut dengan medan listrik. Arah medan listrik pada gambar a keluar dari partikel bermuatan positif. Pada gambar b, merupakan partikel bermuatan negatif, sama dengan gambar a garis-garis yang ada pada gambar b merupakan medan listrik. Perbedaanya dengan partikel bermuatan positif, arah medan listrik pada partikel bermuatan negatif menuju pusat arah partikel Hukum Eksperimental Coulomb Charles Augustin Coulomb ( ), adalah orang yang pertama kali yang melakukan percobaan tentang muatan listrik statis. Dari hasil percobaannya dapat diturunkan rumus matematika untuk medan listrik, yaitu gaya yang terdapat

16 20 di antara dua buah objek yang sangat kecil, berada di dalam ruang hampa dan saling dipisahkan oleh jarak yang relative besar dibandingkan ukurannya sebanding dengan muatan pada masing masing objek dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara keduanya yang dapat dirumuskan dalam bentuk persamaan 2.4 (Hayt 1982) : Dimana Q 1 dan Q 2 adalah nilai nilai positif atau negatif muatan listrik pada kedua objek, R adalah jarak antara kedua objek, dan k adalah sebuah konstanta kesebandingan. Apabila kita menggunakan Sistem Satuan Internasional (SI), maka Q dinyatakan dalam Coulomb (C), R dalam meter (m) dan gaya diukur dalam Newton (N). Konsistensi satuan ini dapat dicapai jika konstanta kesebandingan K adalah (Hayt 1982) : Faktor muncul pada bagian pembagi (denominator) dari persamaan Hukum Coulomb, namun tidak akan muncul pada persamaan persamaan yang lebih sering digunakan (termasuk persamaan Maxwell), yang akan diturunkan dengan bantuan hukum Coulomb ini. Konstanta disebut seabgai permitivitas ruang hampa, permitivitas ruang hampa nilainya mendekati permitivitas ruang udara. Permitivitas ruang hampa memiliki magnitude yang dinyatakan dalam farad per meter (F/m) sebesar (Hayt 1982) : Gaya merupakan besaran vektor, oleh sebab itu, gaya memiliki besar dan arah. Jika Persamaan 2.4 ditulis sebagai persamaan vektor dengan mensubstitusikan nilai k, maka diperoleh (Hayt 1982):

17 21 Persaman 2.6 merupakan persamaan vektoris Hukum Coulomb secara lengkap dalam satuan SI. Arah gaya yang timbul pada muatan listrik mengikuti arah garis yang menghubungkan kedua muatan tersebut dan juga ditentukan oleh kedua jenis muatan tersebut, seperti yang tergambar pada gambar 2.9. Pada gambar 2.10(a), gaya mengarah ke luar (gaya tolak) jika kedua muatan sejenis, gambar 2.10(b), gaya mengarah ke dalam (gaya tarik) jika kedua muatan berbeda jenis. (a) (b) Gambar 2.9 Arah Gaya Pada Muatan Listrik Yang Saling Berdekatan (A) 2 Muatan Yang Sejenis, (B) 2 Muatan Yang Berlawanan Jenis Intensitas Medan Listrik Sebuah muatan Q1 yang diam di suatu titik dan menggerakan sebuah muatan lainnya secara perlahan lahan mengelilinginya, maka dapat diketahui bahwa di setiap titik di sekitar Q1 ada gaya yang akan bekerja pada muatan kedua. Dengan kata lain, muatan kedua mengungkapkan keberadaan sebuah medan gaya di ruang sekitar Q1. Gambar 2.10 Vektor Medan Gaya Suatu Muatan Titik.

18 22 Sebut saja muatan kedua ini sebagai muatan uji Q t. Gaya yang bekerja pada muatan uji ini diberikan oleh Hukum Coulomb sebagai (Hayt 1982): Menuliskan gaya ini sebagai gaya yang dikerahkan pada setiap muatan listrik sebesar satu satuan, sehingga didapatkan : Kuantitas di ruas kanan pada persamaan 2.8 merupakan fungsi yang besar dan arahnya ditentukan oleh Q 1 dan vektor yang mempresentasikan jarak dari Q 1 ke posisi muatan uji. Fungsi ini mendefinisikan medan vektor yang disebut sebagai intensitas medan listrik. Intensitas medan listrik, dengan demikian menjabarkan gaya yang dialami oleh sebuah muatan uji bernilai satu satuan muatan positif. Intensitas medan listrik dilambangkan dengan huruf E dan dalam satuan SI medan listrik diukur dalam satuan Newton per Coulomb (N/C) dan satuan lain yang sering digunakan adalah volt per meter (V/m) sehingga dalam persamaan dapat ditulis sebagai berikut (Hayt 1982) : Berdasarkan persamaan 2.9, muatan titik Q 1 dikelilingi oleh suatu medan listrik dengan intensitas sebesar E yang sebanding dengan besar Q 1 dan berbanding terbalik terhadap kuadrat jarak (R 2 ). Intensitas medan listrik E merupakan sebuah vektor yang memiliki arah yang sama dengan arah gaya F tetapi berbeda dimensi dan besarnya (magnitude) Medan Listrik Oleh Sebuah Muatan Garis Persamaan kuat medan yang dihasilkan oleh suatu muatan garis digunakan untuk menghitung besar kuat medan listrik yang timbul di sekitar

19 23 konduktor silinder, karena pada konduktor silinder muatan listrik terdistribusi secara merata di sepanjang konduktor. Misalkan suatu muatan sebesar Q terdistribusi secara merata di garis tipis sepanjang 2a dengan titik tengahnya berada di titik pusat, seperti terlihat pada gambar Gambar 2.11 Muatan Garis Sepanjang 2a Kerapatan muatan ρl (muatan per satuan panjang) dirumuskan dengan: Dimana dalam satuan Coulomb per meter ketika Q dalam Coulomb dan a dalam meter. Pada titik P di sumbu r, medan listrik de akibat sebagian kecil dari muatan garis dz dirumuskan dengan: Dimana dan vektor satuan ke arah I. Karena sumbu z pada Gambar 2.11 merupakan sumbu simetri, medan hanya memiliki komponen z dan r, sehingga:

20 Dan Resultan atau total komponen Er pada sumbu r diperoleh dengan cara mengintegrasikan persamaan 2.14 sepanjang keseluruhan garis, yaitu : Dan hasilnya adalah : Secara simetri, resultan dari komponen pada suatu titik di sumbu r nilainya nol, sehingga total medan E pada titik di sumbu r arahnya radial dan besarnya : Persamaan ini menyatakan medan sebagai fungsi r pada suatu titik di sumbu r untuk muatan garis sepanjang 2 a dan kerapatan medan yang uniform. Muatan garis pada gambar 2.11, apabila diperpanjang sampai tak terhingga ke arah positif dan negatif dari sumbu Z dan pembilang dan penyebut pada persamaan 2.16 dibagi dengan a dan nilai tak berhingga disubstitusikan ke a, maka diperoleh intensitas medan listrik akibat muatan garis yang panjangnya tak berhingga, yaitu : Beda Potensial Listrik Beda potensial (V) didefinisikan sebagai kerja yang dilakukan (oleh suatu sumber eksternal) dalam memindahkan sebuah muatan satuan positif dari satu

21 25 titik ke titik lainnya di dalam medan listrik. Dalam perhitungan medan listrik, beda potensial antara konduktor dengan muatan di luar konduktor dikatakan sebagai V 21 yang berarti energi yang diperlukan per satuan muatan untuk memindahkan sebuah muatan dari r 2 menuju r 1. Gambar 2.12 Medan listrik Pada Konduktor Silinder Misalkan r 2 > r 1, maka beda potensial ini merupakan integral garis E r dari r 2 menuju r 1. Potensial di r 1 akan lebih tinggi daripada potensial di r 2, jika muatan garisnya positif, Maka: Atau [ ] Perhitungan Medan Listrik di Sekitar Konduktor Silinder Pada Saluran Transmisi Nilai kuat medan listrik yang ditimbulkan oleh saluran transmisi tidak diperbolehkan melebihi nilai ambang batas yang telah ditentukan sehingga tidak membahayakan dan memberikan dampak yang merugikan bagi masyarakat dan lingkungan yang berada di sekitar saluran transmisi tersebut.

22 26 Untuk memperoleh persamaan untuk mendapatkan nilai intensitas medan listrik di sekitar konduktor silinder, maka Persamaan 2.17 dan 2.18 disubstitusikan. Persamaan 2.17 menyatakan bahwa: Maka : Misalkan titik uji berada pada jarak x dari pusat lingkaran, maka persamaan di atas menjadi: Persamaan 2.19 ini kemudian disubstitusikan ke Persamaan 2.18, sehingga diperoleh: Maka : Persamaan 2.20 inilah yang akan digunakan untuk menghitung kuat medan listrik di sekitar konduktor silinder. Gambar 2.13 merupakan gambar ilustrasi perhitungan intensitas medan listrik di sekitar konduktor silinder pada saluran transmisi konfigurasi horizontal, Untuk lebih mudah memahami persamaan 2.20 dapat melihat pada gambar 2.13.

23 27 Gambar 2.13 Ilustrasi Perhitungan Kuat Medan Listrik Dimana: E x = Kuat medan listrik di titik x (kv/m) V 21 = Tegangan (kv) X R = Jarak titik x terhadap konduktor R (m) r 2 r 1 = Jarak konduktor terhadap tanah (m) = Jari-jari kawat konduktor (m) Prinsip Superposisi Medan Listrik Untuk mencari intensitas medan listrik (E) yang dihasilkan oleh sekumpulan muatan titik yaitu dapat dilakukan dengan menghitung E n yang dihasilkan oleh setiap muatan titik yang diberikan dengan menganggap seakan seakan tiap muatan tersebut adalah satu satunya muatan yang hadir, setelah itu medan medan listrik yang telah dihitung secara terpisah ini dijumlahkan secara vektor untuk mencari resultan medan E pada titik tersebut yang dapat dilihat dalam persamaan berikut : Persamaan 2.23 merupakan rumus aplikasi prinsip superposisi dalam medan listrik yang dapat dinyatakan sebagai total atau resultan medan pada suatu

24 28 titik adalah penjumlahan vektoris dari tiap tiap komponen medan pada titik tersebut. Berdasarkan gambar 2.15 intensitas medan listrik pada titik P akibat muatan Q 1 adalah E 1 dan akibat muatan Q 2 adalah E 2. Total medan listrik pada titik P akibat kedua muatan titik merupakan penjumlahan vektoris dari E 1 dan E 2, atau E. Gambar 2.14 Prinsip Superposisi Pada Medan Listrik Standar Ambang Batas Medan Listrik Berdasarkan SPLN Berdasarkan SPLN pada Pasal 3 mengenai ambang batas kuat medan listrik dan induksi medan magnet untuk melindungi manusia bahwa ambang batas nilai efektif kuat medan listrik (E b ) secara terus menerus adalah E b = l0 kv/m. Diukur/dihitung pada ketinggian 1 meter di atas permukaan tanah pada medan yang tidak terganggu. Serta ambang batas nilai efektif induksi medan magnet (B b ) secara terus menerus adalah B b = 0,5 mt. Diukur/dihitung pada ketinggian 1 m di atas tanah pada medan yang tidak terganggu Berdasarkan Rekomendasi SNI Badan Standarisai Nasional tentang Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET)- Nilai Ambang Batas Medan Listrik dan Medan Magnet. Standar ini berlaku sebagai pedoman untuk menetapkan ruang batas dan jarak bebas minimum pada Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan Saluran Udara Tegangan EkstraTinggi (SUTET). Standar ini berlaku untuk SUTT dengan tegangan nominal 66 kv dan 150 kv

25 29 serta SUTET dengan tegangan nominal 275 kv dan 500 kv di Indonesia, balk dengan menggunakan menara baja maupun tiang baja/beton. Tabel 2.3 Rekomendasi SNI Untuk Batas Pemaparan Terhadap Medan Listrik Dan Medan Magnet Yang Berlaku Pada Lingkungan Kerja Dan Umum Untuk Frekuensi 50/60 Hz Klasifikasi Kuat Medan Listrik (kv/m) Kuat Medan Magnit (mt) Yang berhubungan dengan pekerjaan Seluruh hari kerja Jangka pendek 30 a) 5 b) Hanya pada lengan - 25 Yang berhubungan dengan masyarakat umum Catatan: Sampai 24 jam/hari c) Beberapa jam/hari d) 10 1 a. Durasi pemaparan untuk kuat medan listrik antara kv/m dapat dihitung dengan rumus : t 80/ E dimana t = lama exposure (jam) dan E = Kuat medan listrik (kv/m) b. Durasi pemaparan maksimum per hari adalah 2 jam c. Pembatasan ini berlaku untuk ruang terbuka dimana anggota masyarakat umum dapat secara wajar diperkirakan menghabiskan sebagian besar waktu selama satu hari, seperti misalnya kawasan rekreasi, lapangan untuk bertemu dan lain-lain yang semacam itu. d. Nilai kuat medan listrik dan kuat medan magnet dapat dilampaui untuk durasi beberapa menit/hari asalkan diambil tindakan pencegahan untuk mencegah efek kopling tak langsung Berdasarkan Rekomendasi WHO 1990 WHO pada tahun 1990 memberikan rekomendasi untuk nilai ambang batas medan listrik seperti terlihat pada tabel 2.2 berikut:

26 30 Tabel 2.4 Nilai Ambang Batas Medan Listrik Berdasarkan Rekomendasi WHO 1990 Intensitas Medan Listrik (kv/m) Lama Exposure per 24 jam yang diperbolehkan (menit) 5 Tidak Terbatas Bagi masyarakat umum, WHO 1990 merekomendasikan tingkat pemaparan maksimum adalah 5 kv/m untuk medan listrik Pengukuran Tinggi Benda ke Permukaan Tanah Pengukuran tinggi suatu benda ke permukaan tanah dapat dilakukan menggunakan clinometer. Clinometer merupakan alat untuk mengukur ketinggian suatu benda yang bekerja dengan mengukur sudut elevasi yang dibentuk antara garis datar dengan sebuah garis yang menghubungkan sebuah titik pada garis datar tersebut dengan titik puncak suatu obyek. Clinometer dapat dibuat secara sederhana dengan menggunakan alat alat sebagai berikut : 1. Busur derajat 2. Tali benang / senar 3. Bandul dari kayu atau besi Cara untuk membuat clinometer sederhana yaitu dengan mengkaitkan bandul dengan benang di tengah-tenggah busur derajat seperti terlihat pada gambar Gambar 2.15 Clinometer Sederhana

27 31 Berikut adalah ilustrasi mengukur ketinggian suatu benda dengan menggunakan clinometer sederhana : Gambar 2.16 Ilustrasi Pengukuran Tinggi Suatu Benda Menggunakan Clinometer. Keterangan gambar : = Sudut elevasi yang di bentuk oleh clinometer terhadap benda yang diukur ketinggiannya. d = Jarak antara pengamat dengan benda yang diukur ketinggiannya. h = Tinggi pengamat dari permukaan tanah sampai ke mata. H = Tinggi benda yang dihitung menggunakan persamaan Sesuai dengan gambar 2.16 untuk mendapatkan tinggi benda dari permukaan tanah dilakukan dengan cara menjumlahkan h dengan H. H didapatkan dari data antara pengamat dengan benda yang diukur ketinggiannya (d) dan sudut elevasi yang di bentuk oleh clinometer terhadap benda yang diukur ketinggiannya ( ) yang dihitung menggunakan persamaan Kesalahan Dalam Pengukuran Dalam proses pengukuran ada tiga faktor yang terlibat, yaitu alat ukur, benda ukur dan orang yang melakukan pengukuran. Hasil pengukuran tidak mungkin mencapai kebenaran yang absolut karena keterbatasan dari berbagai

28 32 macam faktor. Menentukan kepresisian suatu alat ukur dapat dilakukan dengan mencari nilai kesalahan literatur dan kesalahan relatif dalam suatu pengukuran Kesalahan Literatur Dalam suatu percobaan, kesalahan data yang melenceng dari literatur merupakan hal yang pasti terjadi. Kesalahan literatur adalah suatu penilaian seberapa besar data hasil percobaan tersebut presisi terhadap data literatur yang seharusnya (Darojat, 2008) Kesalahan Relatif Kesalahan relatif adalah suatu tingkat kesalahan pada suatu pengujian yang berulang, dimana hasil pengujian pada tiap nomor pengujian tidak mungkin akan selalu berada pada garis lurus atau nilai tetap, melainkan pasti ada suatu penyimpangan hasil pengujian atau dengan nama lain adalah standar deviasi. Nilai standar deviasi pada pengujian ini digunakan untuk mengetahui nilai penyimpangan data pada setiap pengujian. Standar deviasi pada pengukuran dapat dihitung dengan menggunakan persamaan Dalam suatu pengujian, kesalahan merupakan suatu hal pasti. Kesalahan relatif didapat dari pembagian antara standar deviasi dengan nilai rata-rata. Kesalahan biasanya diungkapkan dalam persen (%), maka hasil pembagian tersebut dikalikan dengan 100%

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 18 TAHUN 2015 RUANG BEBAS DAN JARAK BEBAS MINIMUM PADA SALURAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Mutakhir Penelitian ini diperuntukan untuk tugas akhir dengan judul Studi Intensitas Medan Listrik di SUTT 150 kv Konfigurasi Vertikal untuk Lingkugan Pemukiman. Penelitian

Lebih terperinci

STUDI PERENCANAAN SALURAN TRANSMISI 150 kv BAMBE INCOMER

STUDI PERENCANAAN SALURAN TRANSMISI 150 kv BAMBE INCOMER SALURAN TRANSMISI 150 kv BAMBE INCOMER Widen Lukmantono NRP 2209105033 Dosen Pembimbing Ir.Syariffuddin Mahmudsyah, M.Eng Ir.Teguh Yuwono JURUSAN TEKNIK ELEKTRO Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi

Lebih terperinci

INFRASTRUKTUR ENERGI LISTRIK

INFRASTRUKTUR ENERGI LISTRIK INFRASTRUKTUR ENERGI LISTRIK A.1 Pembangkit Listrik Bagian dari alat industri yang dipakai untuk memproduksi dan membangkitkan tenaga listrikdari berbagai sumber tenaga, seperti PLTU, PLTD, PLTA, dll.

Lebih terperinci

STUDI INTENSITAS MEDAN LISTRIK DI SUTT 150 kv KONFIGURASI VERTIKAL UNTUK LINGKUNGAN PEMUKIMAN

STUDI INTENSITAS MEDAN LISTRIK DI SUTT 150 kv KONFIGURASI VERTIKAL UNTUK LINGKUNGAN PEMUKIMAN STUDI INTENSITAS MEDAN LISTRIK DI SUTT 150 kv KONFIGURASI VERTIKAL UNTUK LINGKUNGAN PEMUKIMAN I.N.Y. Prayoga 1, A.A.N. Amrita 2, C.G.I.Partha 3 1,2,3 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM TRANSMISI TENAGA LISTRIK

PERENCANAAN SISTEM TRANSMISI TENAGA LISTRIK PERENCANAAN SISTEM TRANSMISI TENAGA LISTRIK Hendra Rudianto (5113131020) Pryo Utomo (5113131035) Sapridahani Harahap (5113131037) Taruna Iswara (5113131038) Teddy Firmansyah (5113131040) Oleh : Kelompok

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 15 BAB III LANDASAN TEORI Tenaga listrik dibangkitkan dalam Pusat-pusat Listrik seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTP dan PLTD kemudian disalurkan melalui saluran transmisi yang sebelumnya terlebih dahulu dinaikkan

Lebih terperinci

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saluran Transmisi Saluran transmisi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik yang berperan menyalurkan daya listrik dari pusat-pusat pembangkit listrik ke gardu induk.

Lebih terperinci

BAB III KEADAAN UMUM MENARA SUTET

BAB III KEADAAN UMUM MENARA SUTET BAB III KEADAAN UMUM MENARA SUTET SUTET atau Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi merupakan media pendistribusian listrik oleh PLN berupa kabel dengan tegangan listriknya dinaikkan hingga mencapai 500kV

Lebih terperinci

KAJIAN KUAT MEDAN LISTRIK PADA KONFIGURASI HORISONTAL SALURAN TRANSMISI 150 KV

KAJIAN KUAT MEDAN LISTRIK PADA KONFIGURASI HORISONTAL SALURAN TRANSMISI 150 KV KAJIAN KUAT MEDAN LISTRIK PADA KONFIGURASI HORISONTAL SALURAN TRANSMISI 15 KV I.P.H. Wahyudi 1, A.A.N.Amrita 2, W.G. Ariastina 3 1,2,3 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Udayana Email

Lebih terperinci

DASAR TEKNIK TEGANGAN TINGGI. HASBULLAH, MT Teknik Elektro FPTK UPI 2009

DASAR TEKNIK TEGANGAN TINGGI. HASBULLAH, MT Teknik Elektro FPTK UPI 2009 DASAR TEKNIK TEGANGAN TINGGI HASBULLAH, MT Teknik Elektro FPTK UPI 2009 Tegangan listrik Tegangan atau beda potensial antara dua titik, adalah usaha yang dibutuhkan untuk membawa muatan satu coulomb dari

Lebih terperinci

PT PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN. SUTT/SUTET Dan ROW. Belajar & Menyebarkan Ilmu Pengetahuan Serta Nilai Nilai Perusahaan

PT PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN. SUTT/SUTET Dan ROW. Belajar & Menyebarkan Ilmu Pengetahuan Serta Nilai Nilai Perusahaan SUTT/SUTET Dan ROW Saluran Transmisi Tenaga Listrik A. Saluran Udara B. Saluran Kabel C. Saluran dengan Isolasi Gas Macam Saluran Udara Tegangan Tinggi Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 70 kv Saluran

Lebih terperinci

BAB II SISTEM SALURAN TRANSMISI ( yang membawa arus yang mencapai ratusan kilo amper. Energi listrik yang

BAB II SISTEM SALURAN TRANSMISI ( yang membawa arus yang mencapai ratusan kilo amper. Energi listrik yang A II ITEM ALUAN TANMII ( 2.1 Umum ecara umum saluran transmisi disebut dengan suatu sistem tenaga listrik yang membawa arus yang mencapai ratusan kilo amper. Energi listrik yang dibawa oleh konduktor melalui

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Isolator. Pada suatu sistem tenaga listrik terdapat berbagai bagian yang memiliki

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Isolator. Pada suatu sistem tenaga listrik terdapat berbagai bagian yang memiliki BAB II DASAR TEORI 2.1 Isolator Pada suatu sistem tenaga listrik terdapat berbagai bagian yang memiliki tegangan dan juga tidak bertegangan. Sehingga bagian yang tidak bertegangan ini harus dipisahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tenaga listrik dibangkitkan pada dalam pusat-pusat pembangkit listrik (power plant) seperti PLTA, PLTU, PLTG, dan PLTD lalu disalurkan melalui saluran transmisi setelah

Lebih terperinci

Bab 4 SALURAN TRANSMISI

Bab 4 SALURAN TRANSMISI Bab 4 SALURAN TRANSMISI TRAFO STEP UP 20/500 kv 500 kv 150 kv 150 kv INDUSTRI 20 kv BISNIS TRAFO GITET 500/150 kv TRAFO GI 150/20 kv PEMBANGKIT TRAFO DISTRIBUSI 220 V PLTA PLTD PLTP PLTG PLTU PLTGU RUMAH

Lebih terperinci

Bab 3 SALURAN TRANSMISI

Bab 3 SALURAN TRANSMISI Bab 3 SALURAN TRANSMISI TRAFO STEP UP 20/500 kv 500 kv 150 kv 150 kv INDUSTRI 20 kv BISNIS TRAFO GITET 500/150 kv TRAFO GI 150/20 kv PEMBANGKIT TRAFO DISTRIBUSI 220 V PLTA PLTD PLTP PLTG PLTU PLTGU RUMAH

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. PENDAHULUAN Energi listrik pada umumnya dibangkitkan oleh pusat pembangkit tenaga listrik yang letaknya jauh dari tempat para pelanggan listrik. Untuk menyalurkan tanaga listik

Lebih terperinci

PERENCANAAN SALURAN UDARA TRANSMISI TEGANGAN TINGGI APLIKASI TANJUNG JABUNG - SABAK JAMBI

PERENCANAAN SALURAN UDARA TRANSMISI TEGANGAN TINGGI APLIKASI TANJUNG JABUNG - SABAK JAMBI PERENCANAAN SALURAN UDARA TRANSMISI TEGANGAN TINGGI APLIKASI TANJUNG JABUNG - SABAK JAMBI Fery Fivaldi 1, Ir. Yani Ridal, MT, Ir, Cahayahati, M.T 3 1 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

Bab 3 SALURAN TRANSMISI

Bab 3 SALURAN TRANSMISI Bab 3 SALURAN TRANSMISI TRAFO STEP UP 20/500 kv 500 kv 150 kv 150 kv INDUSTRI 20 kv BISNIS TRAFO GITET 500/150 kv TRAFO GI 150/20 kv PEMBANGKIT TRAFO DISTRIBUSI 220 V PLTA PLTD PLTP PLTG PLTU PLTGU RUMAH

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Saluran Transmisi Sistem transmisi adalah suatu sistem penyaluran energi listrik dari satu tempat ke tempat lain, seperti dari stasiun pembangkit ke substation ( gardu

Lebih terperinci

LAMPIRAN B. Jarak Bebas Minimum Horisontal dari Sumbu Vertikal Menara/Tiang. Jarak Horisont al Akibat Ayunan Kondukt or H (m)

LAMPIRAN B. Jarak Bebas Minimum Horisontal dari Sumbu Vertikal Menara/Tiang. Jarak Horisont al Akibat Ayunan Kondukt or H (m) Keterangan: 1. X1 = Panjang upper cross arm = 13,4 m 2. X2 = Panjang middle cross arm = 13,8 m 3. X3 = Panjang lower cross arm = 14,3 m 4. H = Ketinggian lower cross arm dari permukaan tanah = 46,5 m 5.

Lebih terperinci

LAMPIRAN A KUAT MEDAN LISTRIK PADA TITIK UJI A, B, DAN C UNTUK BERBAGAI MACAM JENIS KONFIGURASI KAWAT PENGHANTAR

LAMPIRAN A KUAT MEDAN LISTRIK PADA TITIK UJI A, B, DAN C UNTUK BERBAGAI MACAM JENIS KONFIGURASI KAWAT PENGHANTAR E (kv/m) E (kv/m) LAMPIRAN A KUAT MEDAN LISTRIK PADA TITIK UJI A, B, DAN C UNTUK BERBAGAI MACAM JENIS KONFIGURASI KAWAT PENGHANTAR 1. Konfigurasi Fasa Kawat Penghantar RST-RST 0.8 0.7 0.6 0.5 pada titik

Lebih terperinci

2 b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, serta untuk melaksanakan ketentuan Pasal 36 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomo

2 b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, serta untuk melaksanakan ketentuan Pasal 36 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomo BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.951, 2015 KEMEN ESDM. Saluran Udara. Tegangan Tinggi. Tegangan Ekstra Tinggi Arus Searah. Jarak Bebas Minimum. Ruang Bebas. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN

Lebih terperinci

BAB 1 KONSEP DASAR JARINGAN DISTRIBUSI

BAB 1 KONSEP DASAR JARINGAN DISTRIBUSI KONSEP DASAR JARINGAN DISTRIBUSI 1 BAB 1 KONSEP DASAR JARINGAN DISTRIBUSI A. Pendahuluan Sistem penyaluran tenaga listrik dari pembangkit tenaga listrik ke konsumen (beban), merupakan hal penting untuk

Lebih terperinci

MAKALAH OBSERVASI DISTRIBUSI LISTRIK di Perumahan Pogung Baru. Oleh :

MAKALAH OBSERVASI DISTRIBUSI LISTRIK di Perumahan Pogung Baru. Oleh : MAKALAH OBSERVASI DISTRIBUSI LISTRIK di Perumahan Pogung Baru Oleh : I Gede Budi Mahendra Agung Prabowo Arif Budi Prasetyo Rudy Rachida NIM.12501241010 NIM.12501241013 NIM.12501241014 NIM.12501241035 PROGRAM

Lebih terperinci

KONSEP DASAR JARINGAN DISTRIBUSI. Nama kelompok 1 : Ridho ilham Romi eprisal Yuri ramado Rawindra

KONSEP DASAR JARINGAN DISTRIBUSI. Nama kelompok 1 : Ridho ilham Romi eprisal Yuri ramado Rawindra KONSEP DASAR JARINGAN DISTRIBUSI Nama kelompok 1 : Ridho ilham 2016330024 Romi eprisal 2015330008 Yuri ramado 2015330005 Rawindra 2015330007 A. KONSEP DASAR JARINGAN DISTRIBUSI Sistem penyaluran tenaga

Lebih terperinci

PERHITUNGAN ARUS INDUKSI ELEKTROSTATIS DI BAWAH SALURAN UDARA TEGANGAN EKSTRA TINGGI 500 KV DI JALUR PEDAN-UNGARAN TUGAS AKHIR

PERHITUNGAN ARUS INDUKSI ELEKTROSTATIS DI BAWAH SALURAN UDARA TEGANGAN EKSTRA TINGGI 500 KV DI JALUR PEDAN-UNGARAN TUGAS AKHIR PERHITUNGAN ARUS INDUKSI ELEKTROSTATIS DI BAWAH SALURAN UDARA TEGANGAN EKSTRA TINGGI 500 KV DI JALUR PEDAN-UNGARAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Syarat-syarat untuk Mencapai

Lebih terperinci

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J 1. Bila sinar ultra ungu, sinar inframerah, dan sinar X berturut-turut ditandai dengan U, I, dan X, maka urutan yang menunjukkan paket (kuantum) energi makin besar ialah : A. U, I, X B. U, X, I C. I, X,

Lebih terperinci

SKRIPSI. STUDI INTENSITAS MEDAN LISTRIK DI SUTT 150 kv KONFIGURASI VERTIKAL UNTUK LINGKUNGAN PEMUKIMAN. I Nyoman Yudi Prayoga

SKRIPSI. STUDI INTENSITAS MEDAN LISTRIK DI SUTT 150 kv KONFIGURASI VERTIKAL UNTUK LINGKUNGAN PEMUKIMAN. I Nyoman Yudi Prayoga SKRIPSI STUDI INTENSITAS MEDAN LISTRIK DI SUTT 150 kv KONFIGURASI VERTIKAL UNTUK LINGKUNGAN PEMUKIMAN I Nyoman Yudi Prayoga JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA BUKIT JIMBARAN 2015

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu sistem tenaga listrik terdiri dari tiga bagian utama : pusat-pusat

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu sistem tenaga listrik terdiri dari tiga bagian utama : pusat-pusat BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Saluran Transmisi ( 1, 5, 7 ) Suatu sistem tenaga listrik terdiri dari tiga bagian utama : pusat-pusat pembangkit listrik, saluran-saluran transmisi, dan sistem-sistem distribusi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penyaluran daya listrik akan terjadi rugi-rugi daya penyaluran dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penyaluran daya listrik akan terjadi rugi-rugi daya penyaluran dan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam penyaluran daya listrik akan terjadi rugi-rugi daya penyaluran dan terdapat jatuh tegangan (voltage drop) yang besarnya sebanding dengan panjang saluran. Penggunaan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik Sistem Tenaga Listrik adalah sistem penyediaan tenaga listrik yang terdiri dari beberapa pembangkit atau pusat listrik terhubung satu dengan

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 2.1. Umum Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik yang dihasilkan pusat pembangkitan disalurkan melalui jaringan transmisi.

Lebih terperinci

BAB II TEGANGAN TINGGI. sehingga perlu penjelasan khusus mengenai pengukuran ini. Ada tiga jenis tegangan

BAB II TEGANGAN TINGGI. sehingga perlu penjelasan khusus mengenai pengukuran ini. Ada tiga jenis tegangan BAB II TEGANGAN TINGGI 2.1 Umum Pengukuran tegangan tinggi berbeda dengan pengukuran tegangan rendah, sehingga perlu penjelasan khusus mengenai pengukuran ini. Ada tiga jenis tegangan tinggi yang akan

Lebih terperinci

Bahan Listrik. Bahan penghantar padat

Bahan Listrik. Bahan penghantar padat Bahan Listrik Bahan penghantar padat Definisi Penghantar Penghantar ialah suatu benda yang berbentuk logam ataupun non logam yang dapat mengalirkan arus listrik dari satu titik ke titik lain. Penghantar

Lebih terperinci

A. SALURAN TRANSMISI. Kategori saluran transmisi berdasarkan pemasangan

A. SALURAN TRANSMISI. Kategori saluran transmisi berdasarkan pemasangan A. SALURAN TRANSMISI Kategori saluran transmisi berdasarkan pemasangan Berdasarkan pemasangannya, saluran transmisi dibagi menjadi dua kategori, yaitu: 1. saluran udara (overhead lines); saluran transmisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Lightning Arrester merupakan alat proteksi peralatan listrik terhadap tegangan lebih yang disebabkan oleh petir atau surja hubung (switching surge). Alat ini bersifat

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik seperti generator,

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik seperti generator, BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK II.1. Sistem Tenaga Listrik Struktur tenaga listrik atau sistem tenaga listrik sangat besar dan kompleks karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR MENARA LISTRIK TEGANGAN TINGGI

PERENCANAAN STRUKTUR MENARA LISTRIK TEGANGAN TINGGI PERENCANAAN STRUKTUR MENARA LISTRIK TEGANGAN TINGGI Tedy Ferdian 1, Yosafat Aji Pranata 2, Ronald Simatupang 3 1 Alumnus Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Kristen Maranatha 2, 3 Dosen

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI. Nomor : 01.P/47/MPE/1992. Tanggal.: 07 Februari 1992

PERATURAN MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI. Nomor : 01.P/47/MPE/1992. Tanggal.: 07 Februari 1992 PERATURAN MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI Nomor : 01.P/47/MPE/1992 Tanggal.: 07 Februari 1992 PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALI REGION..... PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Transmisi Daya Listrik Bertegangan 150 KV dan Berkapasitas 35 MVA di Kabupaten Bulungan Kalimantan Timur

Perancangan Sistem Transmisi Daya Listrik Bertegangan 150 KV dan Berkapasitas 35 MVA di Kabupaten Bulungan Kalimantan Timur Jurnal Reka Elkomika 2337-439X Oktober 2014 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Teknik Elektro Itenas Vol.2 No.4 Perancangan Sistem Transmisi Daya Listrik Bertegangan 150 KV dan Berkapasitas 35 MVA

Lebih terperinci

Rangkuman Listrik Statis

Rangkuman Listrik Statis Nama : Adinda Dwi Putri Kelas : XII MIA 2 Rangkuman Listrik Statis (Hukum Coulomb, Medan Listrik dan Potensial Listrik) Hukum Coulomb Pada tahun 1785, seorang ahli fisika Prancis bernama Charles Augustin

Lebih terperinci

ANALISIS MEDAN MAGNETIK TERHADAP OPERATOR YANG BEKERJA DI SALURAN TRANSMISI MENGGUNAKAN METODE 3-D ELEMEN HINGGA

ANALISIS MEDAN MAGNETIK TERHADAP OPERATOR YANG BEKERJA DI SALURAN TRANSMISI MENGGUNAKAN METODE 3-D ELEMEN HINGGA HALAMAN JUDUL TUGAS AKHIR TE 141599 ANALISIS MEDAN MAGNETIK TERHADAP OPERATOR YANG BEKERJA DI SALURAN TRANSMISI MENGGUNAKAN METODE 3-D ELEMEN HINGGA Aditya Dwinugraha NRP 2212100201 Dosen Pembimbing Dr.Eng.

Lebih terperinci

DASAR KONVERSI ENERGI Sistem Tenaga Listrik

DASAR KONVERSI ENERGI Sistem Tenaga Listrik DASAR KONVERSI ENERGI Sistem Tenaga Listrik Proses Penyaluran Tenaga Listrik Sistem Tenaga Listrik adalah sekumpulan Pusat Listrik dan Gardu Induk yang satu sama lain dihubungkan oleh Jaringan Transmisi

Lebih terperinci

Muhammad Ihsan #1, Ira Devi Sara *2, Rakhmad Syafutra Lubis #3

Muhammad Ihsan #1, Ira Devi Sara *2, Rakhmad Syafutra Lubis #3 Pengaruh Suhu dan Angin Terhadap Andongan dan Kekuatan Tarik Konduktor Jenis ACCC Lisbon Muhammad Ihsan #1, Ira Devi Sara *2, Rakhmad Syafutra Lubis #3 # Jurusan Teknik Elektro dan Komputer, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

SKRIPSI COVER LUAR STUDI INTENSITAS MEDAN LISTRIK SUTT 150 kv KONFIGURASI HORIZONTAL UNTUK LINGKUNGAN PEMUKIMAN

SKRIPSI COVER LUAR STUDI INTENSITAS MEDAN LISTRIK SUTT 150 kv KONFIGURASI HORIZONTAL UNTUK LINGKUNGAN PEMUKIMAN SKRIPSI COVER LUAR STUDI INTENSITAS MEDAN LISTRIK SUTT 150 kv KONFIGURASI HORIZONTAL UNTUK LINGKUNGAN PEMUKIMAN I GUSTI NGURAH ADI KURNIAWAN JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA JIMBARAN-BALI

Lebih terperinci

Ruang bebas dan jarak bebas minimum pada Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET)

Ruang bebas dan jarak bebas minimum pada Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) Standar Nasional Indonesia Ruang bebas dan jarak bebas minimum pada Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) ICS 29.240.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar

Lebih terperinci

PENGARUH ELEKTRODA CINCIN PERATA TERHADAP DISTRIBUSI TEGANGAN ISOLATOR RANTAI JENIS PORSELEN

PENGARUH ELEKTRODA CINCIN PERATA TERHADAP DISTRIBUSI TEGANGAN ISOLATOR RANTAI JENIS PORSELEN PENGARUH ELEKTRODA CINCIN PERATA TERHADAP DISTRIBUSI TEGANGAN ISOLATOR RANTAI JENIS PORSELEN Doly Damanik, Syahrawardi Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Rujukan penelitian yang pernah dilakukan untuk mendukung penulisan tugas akhir ini antara lain: 1. (Arif Putra Utama, 2014) melakukan penilitian

Lebih terperinci

1. Persamaan keadaan gas ideal ditulis dalam bentuk = yang tergantung kepada : A. jenis gas B. suhu gas C. tekanan gas

1. Persamaan keadaan gas ideal ditulis dalam bentuk = yang tergantung kepada : A. jenis gas B. suhu gas C. tekanan gas 1. Persamaan keadaan gas ideal ditulis dalam bentuk = yang tergantung kepada : jenis gas suhu gas tekanan gas D. volume gas E. banyak partikel 2. Seorang anak duduk di atas kursi pada roda yang berputar

Lebih terperinci

RUANG BEBAS SUTT ATAU SUTET DAN TATA CARA GANTI RUGI ATAU KOMPENSASI. Dosen : Ir.SYARIFFUDDIN MAHMUDSYAH,M.Eng.

RUANG BEBAS SUTT ATAU SUTET DAN TATA CARA GANTI RUGI ATAU KOMPENSASI. Dosen : Ir.SYARIFFUDDIN MAHMUDSYAH,M.Eng. RUANG BEBAS SUTT ATAU SUTET DAN TATA CARA GANTI RUGI ATAU KOMPENSASI Dosen : Ir.SYARIFFUDDIN MAHMUDSYAH,M.Eng. PENGUKURAN MEDAN MAGNET DAN MEDAN LISTRIK Sampai sekarang masyarakat masih khawatir tinggal

Lebih terperinci

PEMAJANAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT) 150 KV DI PROPONSI RIAU

PEMAJANAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT) 150 KV DI PROPONSI RIAU PEMAJANAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT) 1 KV DI PROPONSI RIAU Suwitno, Fri Murdiya Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Riau, Pekanbaru Email : suwitnowd@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB II ISOLATOR PENDUKUNG HANTARAN UDARA

BAB II ISOLATOR PENDUKUNG HANTARAN UDARA BAB II ISOLATOR PENDUKUNG HANTARAN UDARA Isolator memegang peranan penting dalam penyaluran daya listrik dari gardu induk ke gardu distribusi. Isolator merupakan suatu peralatan listrik yang berfungsi

Lebih terperinci

Bahan Listrik. Isolator Padat

Bahan Listrik. Isolator Padat Bahan Listrik Isolator Padat a.bahan Isolator Isolator Padat Bahan-bahan yang biasa digunakan dalam pembuatan isolator : 1. poliester 2. resin 3. porselen 4. micaver Bahan Isolator 1. poliester dibentuk

Lebih terperinci

ANALISIS PERHITUNGAN JARAK ANTAR KAWAT DAN CLEARANCE SALURAN TRANSMISI UDARA

ANALISIS PERHITUNGAN JARAK ANTAR KAWAT DAN CLEARANCE SALURAN TRANSMISI UDARA ANALISIS PERHITUNGAN JARAK ANTAR KAWAT DAN CLEARANCE SALURAN TRANSMISI UDARA Heru Sumarsono (LF 004 485) Ir. Tedjo Sukmadi, M.T. Susatyo Handoko, S.T., M.T. Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

Prediksi 1 UN SMA IPA Fisika

Prediksi 1 UN SMA IPA Fisika Prediksi UN SMA IPA Fisika Kode Soal Doc. Version : 0-06 halaman 0. Dari hasil pengukuran luas sebuah lempeng baja tipis, diperoleh, panjang = 5,65 cm dan lebar 0,5 cm. Berdasarkan pada angka penting maka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik BAB II TINJAUAN PUSTAKA Secara umum sistem tenaga listrik tersusun atas tiga subsistem pokok, yaitu subsistem pembangkit, subsistem transmisi, dan subsistem distribusi.

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG NOMOR :. TAHUN TENTANG

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG NOMOR :. TAHUN TENTANG RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR :. TAHUN TENTANG KOMPENSASI ATAS TANAH, BANGUNAN DAN TANAMAN YANG DILINTASI TRANSMISI TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALAT PENGUKUR BESAR MEDAN LISTRIK PADA SALURAN TRANSMISI

PERANCANGAN ALAT PENGUKUR BESAR MEDAN LISTRIK PADA SALURAN TRANSMISI PERANCANGAN ALAT PENGUKUR BESAR MEDAN LISTRIK PADA SALURAN TRANSMISI SKRIPSI untuk memenuhi salah satu persyaratan mencapai derajat Sarjana S1 Disusun oleh: Bima Ariawan Riffendi 13524066 Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan tempat dimana. ke gardu induk yang lain dengan jarak yang jauh.

BAB II DASAR TEORI. a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan tempat dimana. ke gardu induk yang lain dengan jarak yang jauh. BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Jaringan Distribusi Pada dasarnya dalam sistem tenaga listrik, dikenal 3 (tiga) bagian utama seperti pada gambar 2.1 yaitu : a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan

Lebih terperinci

BINOVATIF LISTRIK DAN MAGNET. Hani Nurbiantoro Santosa, PhD.

BINOVATIF LISTRIK DAN MAGNET. Hani Nurbiantoro Santosa, PhD. BINOVATIF LISTRIK DAN MAGNET Hani Nurbiantoro Santosa, PhD hanisantosa@gmail.com 2 BAB 1 PENDAHULUAN Atom, Interaksi Fundamental, Syarat Matematika, Syarat Fisika, Muatan Listrik, Gaya Listrik, Pengertian

Lebih terperinci

BAB III OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN DISTRIBUSI

BAB III OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN DISTRIBUSI BAB III OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN DISTRIBUSI 3.1 Sistem Tenaga Listrik Sistem tenaga listrik sangatlah besar dan kompleks karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik seperti generator,

Lebih terperinci

PENGARUH DIAMETER PENAMPANG ELEKTRODA CINCIN PERATA TERHADAP DISTRIBUSI TEGANGAN PADA ISOLATOR RANTAI

PENGARUH DIAMETER PENAMPANG ELEKTRODA CINCIN PERATA TERHADAP DISTRIBUSI TEGANGAN PADA ISOLATOR RANTAI 1 Bahan Sidang Tugas Akhir PENGARUH DIAMETER PENAMPANG ELEKTRODA CINCIN PERATA TERHADAP DISTRIBUSI TEGANGAN PADA ISOLATOR RANTAI OLEH : MUHAMMAD IDRIS RUSLI NIM. 040 422 022 DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO PROGRAM

Lebih terperinci

RINGKASAN DAN LATIHAN - - LISTRIK STATIS - LISTRIK STATI S

RINGKASAN DAN LATIHAN - - LISTRIK STATIS - LISTRIK STATI S RINGKASAN DAN LATIHAN Listrik Statis - - LISTRIK STATIS - LISTRIK STATI S Hukum Coulomb ------------------------------- 1 Listrik Statis Medan Listrik Medan Listrik oleh titik bermuatan Fluk Listrik dan

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH KONFIGURASI SALURAN UDARA TEGANGAN EKSTRA TINGGI

ANALISA PENGARUH KONFIGURASI SALURAN UDARA TEGANGAN EKSTRA TINGGI ANALISA PENGARUH KONFIGURASI SALURAN UDARA TEGANGAN EKSTRA TINGGI 500 kv TERHADAP KUAT MEDAN LISTRIK Iwan Hardika *) Ir. Tedjo Sukmadi, MT. **) Susatyo Handoko, ST., MT. **) Abstract Transmission line

Lebih terperinci

STUDI TEGANGAN LEBIH IMPULS AKIBAT PENGGUNAAN KONFIGURASI MIXED LINES (HIGH VOLTAGE OVERHEAD-CABLE LINES) 150 KV

STUDI TEGANGAN LEBIH IMPULS AKIBAT PENGGUNAAN KONFIGURASI MIXED LINES (HIGH VOLTAGE OVERHEAD-CABLE LINES) 150 KV STUDI TEGANGAN LEBIH IMPULS AKIBAT PENGGUNAAN KONFIGURASI MIXED LINES (HIGH VOLTAGE OVERHEAD-CABLE LINES) 150 KV Fariz Dwi Pratomo NRP 2209105044 Dosen Pembimbing IG Ngurah Satriyadi Hernanda, ST, MT Dr.

Lebih terperinci

SIMAK UI Fisika

SIMAK UI Fisika SIMAK UI 2016 - Fisika Soal Halaman 1 01. Fluida masuk melalui pipa berdiameter 20 mm yang memiliki cabang dua pipa berdiameter 10 mm dan 15 mm. Pipa 15 mm memiliki cabang lagi dua pipa berdiameter 8 mm.

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KUAT MEDAN LISTRIK DI BAWAH SALURAN TRANSMISI 150 KV ANTARA G.I. T.KUNING DAN G.I

PERBANDINGAN KUAT MEDAN LISTRIK DI BAWAH SALURAN TRANSMISI 150 KV ANTARA G.I. T.KUNING DAN G.I PRBANDINGAN KUAT MDAN LISTRIK DI BAWAH SALURAN TRANSMISI 150 KV ANTARA G.I. T.KUNING DAN G.I. BRASTAGI BRDASARKAN PNGUKURAN DAN PRHITUNGAN DNGAN MNGGUNAKAN MTOD BAYANGAN Syafril Ramadan, Hendra Zulkarnain

Lebih terperinci

5 Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA

5 Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Tenaga Listrik Sistem tenaga listrik merupakan suatu sistem terpadu yang terbentuk oleh hubungan-hubungan peralatan dan komponen - komponen listrik, seperti generator,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembangkitan, Penyaluran ( Transmisi ) dan distribusi seperti pada gambar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembangkitan, Penyaluran ( Transmisi ) dan distribusi seperti pada gambar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Penyaluran Tenaga Listrik Terdapat tiga bagian utama dalam proses penyaluran tenaga listrik, yaitu Pembangkitan, Penyaluran ( Transmisi ) dan distribusi seperti pada

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERHITUNGAN KUAT MEDAN LISTRIK DI BAWAH SALURAN TRANSMISI

TUGAS AKHIR PERHITUNGAN KUAT MEDAN LISTRIK DI BAWAH SALURAN TRANSMISI TUGAS AKHIR PERHITUNGAN KUAT MEDAN LISTRIK DI BAWAH SALURAN TRANSMISI Studi Kasus : Perencanaan Transmisi 275 kv Galang-Binjai Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan

Lebih terperinci

MEDAN LISTRIK OLEH DISTRIBUSI MUATAN. Tri Rahajoeningroem, MT T. Elektro - UNIKOM

MEDAN LISTRIK OLEH DISTRIBUSI MUATAN. Tri Rahajoeningroem, MT T. Elektro - UNIKOM MEDAN LISTRIK OLEH DISTRIBUSI MUATAN Tri Rahajoeningroem, MT T. Elektro - UNIKOM Sejarah Fisikawan Perancis Priestley yang torsi balance asumsi muatan listrik Gaya (F) berbanding terbalik kuadrat Pengukuran

Lebih terperinci

BAB III PROTEKSI SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) TERHADAP SAMBARAN PETIR

BAB III PROTEKSI SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) TERHADAP SAMBARAN PETIR BAB III PROTEKSI SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) TERHADAP SAMBARAN PETIR 3.1 Konsep Dasar Sistem Tenaga Listrik Suatu system tenaga listrik secara sederhana terdiri atas : - Sistem pembangkit -

Lebih terperinci

BAB II MOTOR ARUS SEARAH. searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip

BAB II MOTOR ARUS SEARAH. searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip BAB II MOTOR ARUS SEARAH 2.1. Umum Motor arus searah (DC) adalah mesin yang mengubah energi listrik arus searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip pengoperasiannya, motor arus searah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ISOLATOR PIRING 2.1.1 Umum Pada suatu sistem tenaga listrik terdapat berbagai bagian yang memiliki tegangan dan juga tidak bertegangan. Sehingga bagian yang tidak bertegangan

Lebih terperinci

BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN

BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN 39 BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN 3.1 Sistem Distribusi Awalnya tenaga listrik dihasilkan di pusat-pusat pembangkit seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTGU, PLTP, dan PLTP dan yang lainnya, dengan tegangan yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Metodologi yang digunakan dalam penelitian Skripsi ini antara lain adalah: 1. Studi literatur, yaitu dengan cara menelaah, menggali, serta mengkaji

Lebih terperinci

Transmission of Electrical Energy (Transmisi Tenaga Listrik)

Transmission of Electrical Energy (Transmisi Tenaga Listrik) Transmission of Electrical Energy (Transmisi Tenaga Listrik) Oleh : Kelompok 11 Joko Pramono Montario Chandra Buwono Zamrudi Secara Umum Terdiri dari : Sistem Tenaga Listrik 1. Pusat Pembangkit Listrik

Lebih terperinci

BIDANG STUDI : FISIKA

BIDANG STUDI : FISIKA BERKAS SOAL BIDANG STUDI : MADRASAH ALIYAH SELEKSI TINGKAT PROVINSI KOMPETISI SAINS MADRASAH NASIONAL 013 Petunjuk Umum 1. Silakan berdoa sebelum mengerjakan soal, semua alat komunikasi dimatikan.. Tuliskan

Lebih terperinci

BAB III PELINDUNG SALURAN TRANSMISI. keamanan sistem tenaga dan tak mungkin dihindari, sedangkan alat-alat

BAB III PELINDUNG SALURAN TRANSMISI. keamanan sistem tenaga dan tak mungkin dihindari, sedangkan alat-alat BAB III PELINDUNG SALURAN TRANSMISI Seperti kita ketahui bahwa kilat merupakan suatu aspek gangguan yang berbahaya terhadap saluran transmisi yang dapat menggagalkan keandalan dan keamanan sistem tenaga

Lebih terperinci

PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap II Semifinal Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA

PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap II Semifinal Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap II Semifinal Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA 1. Soal Olimpiade Sains bidang studi Fisika Tingkat SMA yaitu dalam bentuk Essay panjang. 2. Soal essay panjang

Lebih terperinci

SISTEM PROTEKSI TERHADAP TEGANGAN LEBIH PADA GARDU TRAFO TIANG 20 kv

SISTEM PROTEKSI TERHADAP TEGANGAN LEBIH PADA GARDU TRAFO TIANG 20 kv Rahmawati, Sistem Proteksi Terhadap Tegangan Lebih Pada Gardu Trafo SISTEM PROTEKSI TERHADAP TEGANGAN LEBIH PADA GARDU TRAFO TIANG 20 kv Yuni Rahmawati, S.T., M.T., Moh.Ishak Abstrak: Gangguan tegangan

Lebih terperinci

DAMPAK GEJALA MEDAN TINGGI PADA TRANSFORMATOR AKIBAT EFEK KORONA

DAMPAK GEJALA MEDAN TINGGI PADA TRANSFORMATOR AKIBAT EFEK KORONA DAMPAK GEJALA MEDAN TINGGI PADA TRANSFORMATOR AKIBAT EFEK KORONA Di Susun Oleh : Kelompok 2 1. AdityaEka 14.03.0.020 2. AnggaPrayoga. S 14.03.0.048 3. HasbiSagala 14.03.0.011 4. MuhammadIqbal 14.03.0.040

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN DIAGRAM ALIR ANALISA DAN DESAIN TOWER TRANSMISI

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN DIAGRAM ALIR ANALISA DAN DESAIN TOWER TRANSMISI BAB III METODOLOGI PERANCANGAN 3.1 DIAGRAM ALIR ANALISA DAN DESAIN TOWER TRANSMISI LISTRIK 150 kv (SUTT) START ANALISIS. ANALISIS DAN DESAIN AWAL STRUKTUR ATAS TOWER TRANSMISI 150 kv : MODELING INPUT DATA

Lebih terperinci

Uji Kompetensi Semester 1

Uji Kompetensi Semester 1 A. Pilihlah jawaban yang paling tepat! Uji Kompetensi Semester 1 1. Sebuah benda bergerak lurus sepanjang sumbu x dengan persamaan posisi r = (2t 2 + 6t + 8)i m. Kecepatan benda tersebut adalah. a. (-4t

Lebih terperinci

Sistem Tenaga Listrik. 4 sks

Sistem Tenaga Listrik. 4 sks Sistem Tenaga Listrik 4 sks TRAFO STEP UP 20/500 kv 500 kv 150 kv 150 kv INDUSTRI 20 kv BISNIS TRAFO GITET 500/150 kv TRAFO GI 150/20 kv PEMBANGKIT TRAFO DISTRIBUSI 220 V PLTA PLTD PLTP PLTG PLTU PLTGU

Lebih terperinci

BAB I Muatan Listrik dan Hukum Coulomb

BAB I Muatan Listrik dan Hukum Coulomb BAB I Muatan Listrik dan Hukum Coulomb Materi Fisika Terapan Listrik statis Medan listrik potensial listrik Arus listrik Rangkaian Listrik Medan Magnet Gaya gerak Listrik Induksi Induktansi Arus Bolak

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN. Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti

BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN. Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti 6 BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN 2.1 Sistem Tenaga Listrik Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti PLTA, PLTU, PLTD, PLTP dan PLTGU kemudian disalurkan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 21 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 21 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 21 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CILEGON Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Mutakhir (State of The Art Review) Penelitian mengenai kawat tanah pada jaringan distribusi tegangan menengah saat ini telah banyak dilakukan. Beberapa penelitian yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar (Bulk Power

Lebih terperinci

BAB 6 KAWAT PENGHANTAR JARINGAN DISTRIBUSI

BAB 6 KAWAT PENGHANTAR JARINGAN DISTRIBUSI 83 KAWAT PENGHANTAR JARINGAN DISTRIBUSI BAB 6 KAWAT PENGHANTAR JARINGAN DISTRIBUSI A. Pendahuluan Kawat penghantar merupakan bahan yang digunakan untuk menghantarkan tenaga listrik pada sistem saluran

Lebih terperinci

STUDI PERENCANAAN SALURAN TRANSMISI 150 kv BAMBE INCOMER

STUDI PERENCANAAN SALURAN TRANSMISI 150 kv BAMBE INCOMER STUDI PERENCANAAN SALURAN TRANSMISI 150 kv BAMBE INCOMER Widen Lukmantono, Ir.Syariffuddin Mahmudsyah, M.Eng, Ir.Teguh Yuwono Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS,

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA II.1 Umum Motor induksi merupakan motor arus bolak balik ( AC ) yang paling luas digunakan dan dapat dijumpai dalam setiap aplikasi industri maupun rumah tangga. Penamaannya

Lebih terperinci

OLEH: AHMAD PTE (S1)

OLEH: AHMAD PTE (S1) TUGAS PERALATAN SISTEM TENAGA LISTRIK Jenis-Jenis Tiang dan Penopang pada Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) 0 kv OLEH: AHMAD 050404 PTE (S) JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

SISTEM TENAGA LISTRIK

SISTEM TENAGA LISTRIK SISTEM TENAGA LISTRIK SISTEM TENAGA LISTRIK Sistem Tenaga Listrik : Sekumpulan Pusat Listrik dan Gardu Induk (Pusat Beban) yang satu sama lain dihubungkan oleh Jaringan Transmisi sehingga merupakan sebuah

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Analisis Masalah Data medan listrik akan dihitung dengan rumus medan listrik menggunakan metode bayangan, yaitu: E Qi 2yi 2 2 ( xi x) yi 2 (3.1) Dengan: Dengan: E Qi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Berdasarkan topik skripsi yang diambil, terdapat beberapa referensi dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya guna menentukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Tiga Bagian Utama Sistem Tenaga Listrik untuk Menuju Konsumen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Tiga Bagian Utama Sistem Tenaga Listrik untuk Menuju Konsumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Distribusi Pada dasarnya, definisi dari sebuah sistem tenaga listrik mencakup tiga bagian penting, yaitu pembangkitan, transmisi, dan distribusi, seperti dapat terlihat

Lebih terperinci