BAB II LANDASAN TEORI. Suatu sistem tenaga listrik terdiri dari tiga bagian utama : pusat-pusat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI. Suatu sistem tenaga listrik terdiri dari tiga bagian utama : pusat-pusat"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Saluran Transmisi ( 1, 5, 7 ) Suatu sistem tenaga listrik terdiri dari tiga bagian utama : pusat-pusat pembangkit listrik, saluran-saluran transmisi, dan sistem-sistem distribusi. Saluran-saluran transmisi merupakan rantai penghubung antara pusat-pusat pembangkit listrik dan sistem-sistem distribusi, dan melalui hubungan-hubungan antar sistem dapat pula menuju ke sistem tenaga yang lain. Suatu sistem distribusi menghubungkan semua beban-beban yang terpisah satu dengan yang lain kepada saluran-saluran transmisi. Tegangan pada generator-generator besar biasanya berkisar diantara 13,8 kv dan 24 kv. Tetapi generator-generator besar yang modern dibuat dengan tegangan yang bervariasi antara 18 dan 24 kv. Tidak ada suatu standar yang umum diterima untuk tegangan-tegangan generator. Tegangan generator dinaikkan ke tingkat-tingkat yang dipakai untuk transmisi yaitu antara 115 dan 765 kv. Tegangan-tegangan tinggi standar (high voltages HV standard) adalah 115, 138, dan 230 kv. Tegangan-tegangan tinggi-ekstra (extra high voltage EHV) adalah 345, 500 dan 765 kv. Kini sedang dilakukan penelitian untuk pemakaian tegangan-tegangan tinggi ultra yaitu diantara 1000 dan 500 kv (ultra high voltages UHV). Keuntungan dari transmisi dengan tegangan yang lebih tinggi akan menjadi jelas jika kita melihat pada kemampuan transmisi (transmission capability) dari suatu saluran transmisi. Kemampuan ini biasanya dinyatakan

2 dalam megavolt ampere (MVA). Kemampuan transmisi dari suatu saluran dengan tegangan tertentu tidak dapat ditetapkan dengan pasti, karena kemampuan ini masih tergantung lagi pada batasan-batasan (limit) thermal dari penghantar, jatuh tegangan (voltage drop) yang diperbolehkan, keterandalan, dan persyaratanpersyaratan kestabilan sistem (system stability), yaitu penjagaan bahwa mesinmesin pada sistem tersebut tetap berjalan serempak satu terhadap yang lain. Kebanyakan faktor- faktor ini masih tergantung pula pada panjangnya saluran Bagian Bagian Saluran Transmisi (1, 2, 5) Adapun komponen-komponen utama dari saluran transmisi terdiri dari 1. Tiang Transmisi atau Menara Pada suatu Sistem Tenaga Listrik, energi listrik yang dibangkitkan dari pusat pembangkit listrik ditransmisikan ke pusat-pusat pengatur beban melalui suatu saluran transmisi, saluran transmisi tersebut dapat berupa saluran udara atau saluran bawah tanah, namun pada umumnya berupa saluran udara. Energi listrik yang disalurkan lewat saluran transmisi udara pada umumnya menggunakan kawat telanjang sehingga mengandalkan udara sebagai media isolasi antara kawat penghantar tersebut dengan benda sekelilingnya, dan untuk menyanggah / merentang kawat penghantar dengan ketinggian dan jarak yang aman bagi manusia dan lingkungan sekitarnya, kawat-kawat penghantar tersebut dipasang pada suatu konstruksi bangunan yang kokoh, yang biasa disebut menara / tower. Konstruksi tower besi baja merupakan jenis konstruksi saluran transmisi tegangan tinggi (SUTT) ataupun saluran transmisi tegangan ekstra tinggi (SUTET) yang paling banyak digunakan di jaringan PLN (Gambar 2.1.), karena

3 mudah dirakit terutama untuk pemasangan di daerah pegunungan dan jauh dari jalan raya, harganya yang relatif lebih murah dibandingkan dengan penggunaan saluran bawah tanah serta pemeliharaannya yang mudah. C A B A B C Keterangan A : Travers Kawat Tanah B, C, D : Travers Kawat Phasa E : Rangka Tiang F, G, H : Penguat Rangka Tiang (Diagonal Tiang) I : Pondasi D D E F G H I Gambar 2.1. Konstruksi tiang untuk Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT)

4 Namun demikian perlu pengawasan yang intensif, karena besi-besinya rawan terhadap pencurian. Seperti yang telah terjadi dibeberapa daerah di Indonesia, dimana pencurian besi-besi baja pada menara / tower listrik mengakibatkan menara / tower listrik tersebut roboh, dan penyaluran energi listrik ke konsumen pun menjadi terganggu. Suatu menara atau tower listrik harus kuat terhadap beban yang bekerja padanya, antara lain yaitu : - Gaya berat tower dan kawat penghantar (gaya tekan). - Gaya tarik akibat rentangan kawat. - Gaya angin akibat terpaan angin pada kawat maupun badan tower. 2. Isolator Jenis isolator yang digunakan pada saluran transmisi pada umumnya adalah jenis porselin atau gelas yang berfungsi sebagai isolasi tegangan listrik antara kawat penghantar dengan tiang. Macam-macam isolator yang digunakan pada saluran udara tegangan tinggi adalah sebagai berikut : - isolator piring dipergunakan untuk isolator penegang dan isolator gantung, dimana jumlah piringan isolator disesuaikan dengan tegangan sistem pada saluran udara tegangan tinggi tersebut (Gambar 2.2.) - isolator tonggak saluran vertical (Gambar 2.3.) - isolator tonggak saluran horizontal (Gambar 2.4.)

5 Pegangan Tanduk Tanduk Api Tanduk Api Pengapit Gantungan Gambar 2.2. Isolator piring Gambar 2.3. Isolator tonggak saluran horizontal

6 Gambar 2.4. Isolator tonggak saluran vertical 3. Kawat Penghantar Untuk Saluran Transmisi Udara Kawat penghantar berfungsi untuk mengalirkan arus listrik dari suatu tempat ke tempat yang lain. Jenis kawat penghantar yang biasa digunakan pada saluran transmisi adalah tembaga dengan konduktivitas 100 % (CU 100 %), atau aluminium dengan konduktivitas 61 % (AL 61 %), (Tabel 2.1.). Kawat penghantar tembaga mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan kawat penghantar aluminium karena konduktivitas dan kuat tariknya lebih tinggi. Tetapi kelemahannya ialah, untuk besar tahanan yang sama, tembaga lebih berat dari aluminium, dan juga lebih mahal. Oleh karena itu kawat aluminium telah menggantikan kedudukan tembaga Klasifikasi Kawat Menurut Konstruksinya Yang dinamakan kawat padat (solid wire) adalah kawat tunggal yang padat (tidak berongga) dan berpenampang buat ; jenis ini hanya dipakai untuk

7 penampang-penampang yang kecil, karena penghantar-penghantar yang berpenampang besar sukar ditangani serta kurang flexible. Apabila diperlukan penampang yang besar, maka dipergunakan 7 sampai 61 kawat padat yang dililit menjadi satu, biasanya secara berlapis dan konsentris. Tiap-tiap kawat padat merupakan kawat komponen dari kawat berlilit tadi. Apabila kawat-kawat komponen itu sama garis tengahnya maka persamaanpersamaan berikut berlaku : N = 3n ( 1 + n ) + 1 D = d ( 1 + 2n ) A = an W = wn ( 1 + k 1 ) R = ( 1 + k 2 ) r/n Dimana : N = Jumlah Kawat Komponen n D d A W w k 1 R r k 2 = Jumlah Lapisan Kawat Komponen = Garis Tengah Luar dari Kawat berlilit = Garis Tengah Kawat Komponen = Luas Penampang Kawat Berlilit = Berat Kawat Berlilit = Berat Kawat Komponen Per Satuan Panjang = Perbandingan Berat Terhadap Lapisan = Tahanan Kawat Berlilit = Tahanan Kawat Komponen Per Satuan Panjang = Perbandingan Tahanan Terhadap Lapisan

8 Kawat rongga (hollow Conductor) adalah kawat berongga yang dibuat untuk mendapatkan garis tengah luar yang besar. Ada dua jenis kawat rongga : (a) yang rongganya dibuat oleh kawat lilit yang ditunjang oleh sebuah batang, dan (b) yang rongganya dibuat oleh kawat-kawat komponen yang membentuk segmensegmen sebuah silinder Klasifikasi Kawat Menurut Bahannya Kawat logam biasa dibuat dari logam-logam biasa seperti tembaga, aluminium, besi, dsb. Kawat logam campuran (alloy) adalah penghantar dari tembaga atau aluminium yang diberi campuran dalam jumlah tertentu dari logam jenis ain guna menaikkan kekutan mekanisnya. Yang sering digunakan adalah copper alloy, tetapi aluminium alloy juga lazim dipakai Tabel 2.1. : Daftar kawat yang dipergunakan untuk Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) KODE PENAMPANG KAWAT (mm 2 ) BAJA ALUMINIUM GAMBAR PENAMPANG KAWAT HEN 298,07 7 x 3,20 mm 30 x 3,20 mm ORIOLE 210,26 7 x 2,69 mm 30 x 2,69 mm PIPER 187,48 7 x 2,54 mm 30 x 2,54 mm DRAKE 468,45 7 x 3,45 mm 26 x 4,44 mm DOVE 327,94 7 x 2,89 mm 26 x 3,72 mm LINNET 198,19 7 x 2,25 mm 26 x 2,89 mm AL/ST 120/ ,4 7 x 1,90 mm 26 x 2,44 mm PIGEON 99,22 1 X 4,25 mm 6 x 4,25 mm RAVEN 62,38 1 x 3,37 mm 6 x 3,37 mm SWALLOW 31,09 1 x 2,38 mm 6 x 2,38 mm

9 4. Kawat Tanah Kawat tanah atau ground wires, juga disebut sebagai kawat pelindung (shield wires) gunanya untuk melindungi kawat-kawat penghantar atau kawat-kawat fasa terhadap sambaran petir. Jadi kawat tanah ini dipasang diatas kawat fasa. Sebagai kawat tanah dipakai kawat baja (steel wires) Arester ( 3 ) Arester petir disingkat arester, atau sering juga disebut penangkap petir, adalah alat pelindung bagi peralatan sistem tenaga listrik terhadap surja petir. Ia berlaku sebagai jalan pintas (by-pass) sekitar isolasi. Arester membentuk jalan yang mudah dilalui oleh arus petir, sehingga tidak timbul tegangan lebih yang tinggi pada peralatan. Jalan pintas itu harus sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu aliran arus daya sistem 50 Hertz. Jadi pada kerja normal arester itu berlaku sebagai isolator dan bila timbul surja dia berlaku sebagai konduktor, jadi melewatkan aliran arus yang tinggi. Setelah surja hilang arester harus dengan cepat kembali menjadi isolator, sehingga pemutus daya tidak sempat membuka. Arester dapat memutuskan arus susulan tanpa menimbulkan gangguan, inilah salah satu fungsi terpenting dari arester. Arester terdiri dari dua jenis : jenis ekspulsi (expulsion type) atau tabung pelindung (protector tube) dan jenis katub (valve type).

10 Arester Jenis Ekspulsi atau Tabung Pelindung Arester jenis ekspulsi pada prinsipnya terdiri dari sela percik yang berada dalam tabung serat dan sela percik batang yang berada diluar di udara atau disebut sela seri, terlihat pada Gambar 2.5. Bila ada tegangan surja yang tinggi sampai pada jepitan arester kedua sela percik, yang di luar dan yang berada di dalam tabung serat, tembus seketika dan membentuk jalan penghantar dalam bentuk busur api. Jadi arester menjadi konduksi dengan impedansi rendah dan melakukan surja arus dan surja daya sistem bersama sama. Panas yang timbul karena mengalirnya arus petir menguapkan sedikit bahan dinding tabung serat, sehingga gas yang ditimbulkannya menyembur pada api dan mematikannya pada waktu arus susulan melewati titik nolnya. Arus susulan dalam arester jenis ini dapat mencapai harga yang tinggi sekali tetapi lamanya tidak lebih dari satu atau dua gelombang, dan biasanya kurang dari setengah gelombang. Jadi tidak menimbulkan gangguan. Arester jenis ekspulsi ini mempunyai karakteristik volt-waktu yang lebih baik dari sela batang dan dapat memutuskan arus susulan. Tetapi tegangan percik susulan tergantung dari tingkat arus hubung singkat dari sistem pada titik dimana arester itu dipasang. Dengan demikian perlindungan dengan arester ini dipandang tidak memadai untuk perlindungan transformator daya, kecuali untuk sistem distribusi. Arester ini banyak juga digunaka pada saluran transmisi untuk membatasi besar surja yang memasuki gardu induk. Dalam penggunaan yang terakhir ini arester jenis ini sering disebut sebagai tabung pelindung.

11 Gambar 2.5. Arester jenis ekspulsi Arester jenis katup Arester jenis katup ini terdiri dari sela percik terbagi atau sela seri yang terhubung dengan elemen tahanan yang mempunyai karakteristik tidak linier. Tegangan frekuensi dasar tidak dapat menimbulkan tembus pada sela seri. Apabila sela seri tembus saat tibanya suatu surja yang cukup tinggi, alat tersebut menjadi penghantar. Sela seri itu dapat memutuskan arus susulan, dalam hal ini dia dibantu oleh tahanan tak linier yang mempunyai karakteristik tahanan kecil untuk arus besar dan tahanan besar untuk arus susulan dari frekuensi dasar. Arester jenis katup ini terbagi atas tiga jenis yaitu : 1. Arester Katup Jenis Gardu Arester jenis gardu ini adalah jenis yang paling efisien dan juga paling mahal. Perkataan gardu di sini berhubungan dengan pemakaiannya secara umum pada gardu induk besar (Gambar 2.6.). Umumnya dipakai untuk

12 melindungi alat-alat yang mahal pada rangkaian-rangkaian mulai dari volt sampai 287 KV dan lebih tinggi. Gambar 2.6. Arester Katup Jenis Gardu 2. Arester Katup Jenis Saluran Arester jenis saluran ini lebih murah dari arester jenis gardu. Kata saluran disini bukanlah berarti untuk perlindungan saluran transmisi. Seperti arester jenis gardu, arester jenis saluran ini juga dipakai pada gardu induk untuk melindungi peralatan yang kurang penting (Gambar 2.7.). Arester jenis saluran ini dipakai pada sistem dengan tegangan 15 KV sampai 69 KV. Gambar 2.7. Arester Katup jenis Saluran

13 3. Arester Katup Jenis Gardu untuk mesin-mesin Arester jenis gardu ini khusus untuk melindungi mesin-mesin berputar. Pemakaiannya untuk tegangan 2,4 KV sampai 15 KV. 4. Arester Katup Jenis Distribusi Untuk Mesin-Mesin Arester jenis distribusi ini khusus untuk melindungi mesin-mesin berputar dan juga untuk melindungi transformator dengan pendingin udara tanpa minyak. Arester jenis ini dipakai pada peralatan dengan tegangan 120 volt sampai 750 volt (Gambar 2.8.) Gambar 2.8. Arester Katup Jenis Distribusi Untuk Mesin-Mesin

14 Pemilihan Arester Faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan arester yang sesuai untuk suatu keperluan tertentu adalah : 1. Kebutuhan perlindungan : ini berhubungan dengan kekuatan isolasi dari alat yang harus dilindungi dan karakteristik impuls dan arester. 2. MVA short circuit yang dinyatakan lewat persamaan S = KV x KA 3. Jenis dari Lightning Arester 4. Tegangan sistem : tegangan maksimum yang mungkin timbul pada jepitan arester. 5. Arus hubung singkat sistem : ini hanya diperlukan pada arester jenis ekspulsi 6. Jenis arester : apakah arester jenis gardu, jenis saluran atau jenis distribusi 7. Faktor kondisi luar : apakah normal atau tidak normal, temperatur dan kelembapan yang tinggi serta pengotoran. 8. Faktor ekonomi : ialah perbandingan antara ongkos pemeliharaan dan kerusakan bila tidak ada arester, atau bila dipasang yang lebih rendah mutunya. Untuk tegangan 69 KV dan lebih tinggi dipakai jenis gardu, sedangkan untuk tegangan 23 KV sampai 69 KV salah satu jenis diatas dapat dipakai, tergantung pada segi ekonomisnya. Pada penulisan tugas akhir ini dan berdasarkan data diatas maka arester yang digunakan. adalah arester katub jenis gardu karena sesuai dengan kemampuan tegangannya yaitu berkisar diatas 69 KV

15 Tabel 2.2. Pengenal Arester dan Tegangan Sistem Pengenal Tegangan Arester (1) Tegangan maksimum sistem tiga fasa dimana arester digunakan Sistem yang diketanahkan Sistem terisolir A B C D E (2) (3) (4) (5) (6) 130 / Tidak ada 130 / Kv rms Volt rms Tiap kasus membutuh kan studi khusus Sebagai petunjuk umum Westinghouse Electric Corporation telah mengeluarkan suatu petunjuk untuk pemilihan pengenalan arester. Petunjuk tersebut didasarkan pada metoda pengetanahan dari sistem tenaga listrik. Hasil hasil perhitungan diberikan dalam tabel 7.1. Dalam kolom (1) diberikan standard-standard tegangan yang dikenal oleh Westinghouse Electric Corporation. Dalam kolom (2) sampai dengan (6) diberikan tegangan maksimum jala-jala.

16 Tipe A adaah sistem-sistem yang netralnya diketanahkan secara baik, dan hasil bagi R 0 / X 1 dan X 0 / X 1 lebih kecil dibandingkan dengan tipe B. TipeA ini umumnya adalah sistem distribusi yang diketanahkan titik netralnya. Disini pengenal arester pada umumnya dipilih sedikit lebih rendah dari tegangan jala-jala dari yang biasanya direkomendasikan untuk sistem-sistem tegangan tinggi. Pada sistem-sistem distribusi tahanan-tahanan biasanya besar dan tidak bisa diabaikan. Faktor ini akan mengurangi kemungkinan rusaknya arester karena tegangan sistem, dengan demikian memungkinkan penggunaan arester dengan pengenal tegangan yang lebih rendah Tipe B adalah sistem dengan X 0 / X 1 lebih kecil dari 3 dan R 0 / X 1 lebih rendah dari 1 pada setiap titik dalam sistem itu, jadi tipe B ini adalah sistem dengan pengetanahan yang efektif. Untuk tipe B ini cukup menggunakan arester 80 %. Tipe C adalah sistem yang netralnya diketanahkan tetapi tidak memenuhi persyaratan untuk tipe B. jadi ada kemungkinan X 0 / X 1 lebih besar dari 3 atau R 0 / X 1 lebih besar dari 1 atau kedua duanya. Sistem yang diketanahkan dengan kumparan Petersen termasuk dalam tipe C ini. Tipe D adalah sistem yang tidak diketanahkan, dimana reaktansi urutan nol bersifat kapasitif. Harga X 0 / X 1 terletak antara 40 dan tak terhingga (- 40 sampai - ). Tipe E adalah sistem yang tidak diketanahkan tetapi tidak memenuhi kondisi tipe D. harga X 0 / X 1 terletak antara 0 dan 40. Dalam batas-batas ini resonansi sebagian mungkin terjadi.

17 Pengenal Arester Pada umumnya pengenal atau rating arester hanya pengenal tegangan. Pada beberapa tabung pelindung atau arester jenis ekspulsi perlu juga disebut pengenal arus-nya yang menentukan kapasitas termal arester tersebut. Supaya pemakaian arester lebih efektif dan ekonomis, perlu diketahui 4 macam karakteristiknya : 1. Pengenal tegangan : ini paling sedikit sama dengan tegangan maksimum yang mungkin tmbul selama terjadi gangguan. 2. karakteristik perlindungan atau karakteristik impuls : ini adalah untuk kordinasi yang baik antara arester dan peralatan yang dilindungi. 3. kemampuan pemutusan arus frekuensi dasar. 4. kemampuan menahan atau melewatkan arus surja Jarak Maksimum Arester dengan Peralatan Untuk melindungi peralatan terhadap tegangan ebih surja digunakan arester. Arester modern dapat membatasi harga tegangan surja dibawah tingkat isolasi peralatan. Peralatan dapat dilindungi dengan menempatkan arester sedekat mungkin pada peralatan tersebut dan tidak perlu menggunakan alat pelindung pada tiap bagian peralatan yang akan dilindungi. Walaupun pengaruh gelombang berjalan akan menimbulkan tegangan yang lebih tinggi di tempat yang agak jauh dari arester, peralatan masih dapat dilindungi dengan baik bila jarak arester dan peralatan masih dalam batas yang diizinkan. Untuk menentukan jarak maksimum yang diizinkan antara arester dan peralatan yang dilindungi dikenal beberapa metoda. Salah satu metoda ialah

18 metoda pantulan berulang. Metoda ini adalah metoda pendekatan yang dapat digunakan untuk menentukan jarak maksimum arester dan peralatan, dan juga untuk menentukan panjang maksimum dari kabel penghubung peralatan dengan saluran transmisi (Gambar 2.9.) e Kawat Tanah S Arester Ea Trafo Gambar 2.9. Transformator dan arester terpisah sejarak S Perlindungan yang baik diperoleh bila arester ditempatkan sedekat mungkin pada jepitan transformato. Tetapi dalam praktek sering arester itu harus ditempatkan sejarak S dari transformator yang dilindungi. Karena itu, jarak tersebut harus ditentukan agar perlindungan dapat berlangsung dengan baik. Misalnya, Ea Ep A S v e = Tegangan percik arester (arrester sparkover voltage) = Tegangan pada jepitan transformator = de/dt = kecuraman gelombang datang, dan dianggap konstan = Jarak antara arester dan transformator = Kecepatan merambat gelombang = Geombang surja

19 Untuk keperluan analisa ini, transformator dianggap sebagai jepitan terbuka, yaitu keadaan yang paing berbahaya. Apabila gelombang mencapai transformator, terjadi pantulan total, dan geombang ini kembali ke kawat dengan polaritas yang sama. Waktu yang dibutuhkan oleh gelombang untuk merambat kembali ke arester = 2 S/v. Bila arester mulai memercik (sparkover) tegangan jepitan arester : Ea = At + A ( t 2 S/v ) = 2 At 2 A S/v (2.1.) Bila waktu percik arester t s0 dihitung mulai gelombang itu pertama kali sampai ke arester, maka dari persamaan (4.1.) t s0 = Ea 2 A S / v 2 A (2.2.) setelah arester itu memercik ia berlaku sebagai jepitan hubung singkat, dan menghasilkan gelombang sebesar : - A ( t - t s0 ) (2.3.) Gelombang negatif ini yang merambat ke transformator, dan setelah pantulan pertama pada transformator terjadi, jumlah tegangan pada transformator menjadi : Ep = 2 At 2 A ( t t s0 ) = 2 A t s0 = 2 A Ea 2 A S / v 2 A (2.4.) Atau Ep = Ea + 2 A S/v (2.5.) Harga maksimum Ep = 2 Ea

20 Bila tegangan tembus isolator trafo = Ep (f0) harus lebih besar dari (Ea + 2 A S/v) agar diperoleh perlindungan yang baik. Untuk mengubah harga Ep, cukup dengan mengubah S, yaitu makin kecil S makin kecil Ep 2.4. Kuantitas Per Unit (1) Saluran transmisi dioperasikan pada tingkat tegangan dimana kilovolt merupakan unit yang sangat memudahkan untuk menyatakan tegangan. Karena besarnya daya yang harus disalurkan, kilowatt, atau megawatt dan kilovolt-amper atau megavolt-amper adalah istilah-istilah yang sudah dipakai. Tetapi kuantitaskuantitas tersebut diatas bersama-sama dengan amper dan ohm sering juga dinyatakan sebagai suatu persentase atau per - unit dari suatu nilai dasar atau referensi yang ditentukan untuk masing-masing. Defenisi nilai per - unit untuk suatu kuantitas adalah perbandingan kuantitas tersebut terhadap nilai-nilai dasarnya yan dinyatakan dalam desimal. Perbandingan (ratio) dalam persentase adalah 100 kali nilai dalam per - unit. Metode per - unit mempunyai sedikit kelebihan dari metode persentase, karena hasil perkalian dari dua kuantitas yang dinyatakan dalam per - unit sudah langsung diperoleh dalam per - unit juga, sedangkan hasil perkalian dari dua kuantitas yang dinyatakan dalam persentase masih harus dibagi dengan 100 untuk mendapatkan hasil dalam persentase. Tegangan, arus, kilovoltamper dan impedansi mempunyai hubungan sedemikian rupa sehingga pemilihan nilai dasar untuk dua saja dari kuantitaskuantitas tersebut sudah dengan sendirinya menentukan nilai dasar untuk kedua kuantitas yang lainnya. Jika nilai dasar dari arus dan tegangan sudah dipilih, maka nilai dasar dari impedansi dan kilovoltamper dapat ditentukan. Impedansi dasar

21 adalah impedansi yang akan menimbulkan jatuh tegangan (voltage drop) padanya sendiri sebesar tegangan dasar jika arus yang mengalirinya sama dengan arus dasar. Kilovoltamper dasar pada sistem fasa tunggal adalah hasil perkalian dari tegangan dasar dalam kilovolt dan arus dasar dalam amper. Biasanya megavoltamper dasar dan tegangan dasar dalam kilovolt adalah kuantitas yang dipilih untuk menentukan dasar atau referensi. Jadi untuk fasa tunggal atau sistem tiga fasa dimana istilah arus berarti arus saluran, istilah tegangan berarti tegangan ke netral, dan istilah kilovoltamper berarti kilovoltamper per fasa, berlaku rumusrumus berikut ini untuk hubungan bermacam-macam kuantitas : Arus dasar (A) = dasarkva tegangan dasar 1, kv LN tegangandasar, V Impedansi dasar = arus dasar, A LN Impedansi dasar = Impedansi dasar = ( tegangandasar, KVLN ) dasar kva 1 1 ( tegangandasar, KVLN ) dasar MVA 2 2 x1000 Daya dasar, kw Daya dasar, MW dasar kva 1 1 = dasar MVA 1 1 = Impedansi per unit dari suatu elemen rangkaian = impedansi sebenarnya,( ) impedansi dasar,( ) Mengubah Dasar kuantitas per unit Kadang-kadang impedansi per - unit untuk suatu komponen dari suatu sistem dinyatakan menurut dasar yang berbeda dengan dasar yang dipilih untuk

22 bagian dari sistem dimana komponen tersebut berada. Karena semua impedansi dalam bagian mana pun dari suatu sistem harus dinyatakan dengan dasar impedansi yang sama, maka dalam perhitungannya kita perlu mempunyai cara untuk dapat mengubah impedansi per - unit dari suatu dasar ke dasar yang lain. Impedansi per unit dari suatu elemen rangkaian : = ( impedansi sebenarnya, ) x( kvadasar) ( tegangan dasar, kv ) 2 x1000 Rumus diatas memperlihatkan bahwa impedansi per - unit berbanding lurus dengan kilovoltamper dasar dan berbanding terbalik dengan kuadrat tegangan dasar. Karena itu, untuk mengubah impedansi per - unit menurut suatu dasar yang diberikan menjadi impedansi per - unit menurut suatu dasar yang baru, dapat dipakai persamaan berikut : Z baru per unit = Z diberikan per unit kv kv diberikan baru 2 dasar kva x dasar kva baru diberikan dasar dasar

BAB III PELINDUNG SALURAN TRANSMISI. keamanan sistem tenaga dan tak mungkin dihindari, sedangkan alat-alat

BAB III PELINDUNG SALURAN TRANSMISI. keamanan sistem tenaga dan tak mungkin dihindari, sedangkan alat-alat BAB III PELINDUNG SALURAN TRANSMISI Seperti kita ketahui bahwa kilat merupakan suatu aspek gangguan yang berbahaya terhadap saluran transmisi yang dapat menggagalkan keandalan dan keamanan sistem tenaga

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori A. Fenomena Petir Proses awal terjadi petir disebabkan karena adanya awan bermuatan di atas bumi. Pembentukan awan bermuatan disebabkan karena adanya kelembaban

Lebih terperinci

Vol.3 No1. Januari

Vol.3 No1. Januari Studi Penempatan Arrester di PT. PLN (Persero) Area Bintaro Badaruddin Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana JL. Raya Meruya Selatan, Kembangan, Jakarta, 11650 Telepon: 021-5857722

Lebih terperinci

Sela Batang Sela batang merupakan alat pelindung surja yang paling sederhana tetapi paling kuat dan kokoh. Sela batang ini jarang digunakan pad

Sela Batang Sela batang merupakan alat pelindung surja yang paling sederhana tetapi paling kuat dan kokoh. Sela batang ini jarang digunakan pad 23 BAB III PERALATAN PROTEKSI TERHADAP TEGANGAN LEBIH 3.1 Pendahuluan Gangguan tegangan lebih yang mungkin terjadi pada Gardu Induk dapat disebabkan oleh beberapa sumber gangguan tegangan lebih. Perlindunga

Lebih terperinci

BAB III LIGHTNING ARRESTER

BAB III LIGHTNING ARRESTER BAB III LIGHTNING ARRESTER 3.1 Pengertian Istilah Dalam Lightning Arrester Sebelum lebih lanjut menguraikan tentang penangkal petir lebih dahulu penyusun menjelaskan istilah atau definisi yang akan sering

Lebih terperinci

TUGAS PAPER MATA KULIAH SISTEM PROTEKSI MENENTUKAN JARAK PEMASANGAN ARRESTER SEBAGAI PENGAMAN TRAFO TERHADAP SAMBARAN PETIR

TUGAS PAPER MATA KULIAH SISTEM PROTEKSI MENENTUKAN JARAK PEMASANGAN ARRESTER SEBAGAI PENGAMAN TRAFO TERHADAP SAMBARAN PETIR TUGAS PAPER MATA KULIAH SISTEM PROTEKSI MENENTUKAN JARAK PEMASANGAN ARRESTER SEBAGAI PENGAMAN TRAFO TERHADAP SAMBARAN PETIR Yang dibimbing oleh Slamet Hani, ST., MT. Disusun oleh: Nama : Daniel Septian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Lightning Arrester merupakan alat proteksi peralatan listrik terhadap tegangan lebih yang disebabkan oleh petir atau surja hubung (switching surge). Alat ini bersifat

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM TRANSMISI TENAGA LISTRIK

PERENCANAAN SISTEM TRANSMISI TENAGA LISTRIK PERENCANAAN SISTEM TRANSMISI TENAGA LISTRIK Hendra Rudianto (5113131020) Pryo Utomo (5113131035) Sapridahani Harahap (5113131037) Taruna Iswara (5113131038) Teddy Firmansyah (5113131040) Oleh : Kelompok

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PETUNJUK UMUM UNTUK PEMILIHAN PENGENAL ARRESTER

BAB IV PERHITUNGAN DAN PETUNJUK UMUM UNTUK PEMILIHAN PENGENAL ARRESTER BAB IV PERHITUNGAN DAN PETUNJUK UMUM UNTUK PEMILIHAN PENGENAL ARRESTER 4.1 Hasil penelitian 1. Waktu Percikan arester Gambar 4.1 Grafik waktu percik arrester berdasarkan penelitian 2. Simulasi diagram

Lebih terperinci

PERTEMUAN VIII SISTEM PER UNIT DAN DIAGRAM SEGARIS

PERTEMUAN VIII SISTEM PER UNIT DAN DIAGRAM SEGARIS PERTEMUAN VIII SISTEM PER UNIT DAN DIAGRAM SEGARIS 8.1 UMUM Saluran transmisi tenaga dioperasikan pada tingkat tegangan di mana kilovolt (kv) merupakan unit yang sangat memudahkan untuk menyatakan tegangan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Saluran Transmisi Sistem transmisi adalah suatu sistem penyaluran energi listrik dari satu tempat ke tempat lain, seperti dari stasiun pembangkit ke substation ( gardu

Lebih terperinci

PEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN ARRESTER GARDU INDUK 150 KV UNGARAN PT. PLN (PERSERO) APP SEMARANG

PEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN ARRESTER GARDU INDUK 150 KV UNGARAN PT. PLN (PERSERO) APP SEMARANG PEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN ARRESTER GARDU INDUK 150 KV UNGARAN PT. PLN (PERSERO) APP SEMARANG Taruna Miftah Isnain 1, Ir.Bambang Winardi 2 1 Mahasiswa dan 2 Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN DAN PERTIMBANGAN PENEMPATAN ARRESTER PADA GARDU INDUK 150 KV PT. PLN (PERSERO) P3B JB REGION JAWA TENGAH DAN DIY UPT SEMARANG

PEMELIHARAAN DAN PERTIMBANGAN PENEMPATAN ARRESTER PADA GARDU INDUK 150 KV PT. PLN (PERSERO) P3B JB REGION JAWA TENGAH DAN DIY UPT SEMARANG PEMELIHARAAN DAN PERTIMBANGAN PENEMPATAN ARRESTER PADA GARDU INDUK 150 KV PT. PLN (PERSERO) P3B JB REGION JAWA TENGAH DAN DIY UPT SEMARANG Wahyu Arief Nugroho 1, Hermawan 2 1 Mahasiswa dan 2 Dosen Jurusan

Lebih terperinci

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saluran Transmisi Saluran transmisi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik yang berperan menyalurkan daya listrik dari pusat-pusat pembangkit listrik ke gardu induk.

Lebih terperinci

SISTEM PROTEKSI TERHADAP TEGANGAN LEBIH PADA GARDU TRAFO TIANG 20 kv

SISTEM PROTEKSI TERHADAP TEGANGAN LEBIH PADA GARDU TRAFO TIANG 20 kv Rahmawati, Sistem Proteksi Terhadap Tegangan Lebih Pada Gardu Trafo SISTEM PROTEKSI TERHADAP TEGANGAN LEBIH PADA GARDU TRAFO TIANG 20 kv Yuni Rahmawati, S.T., M.T., Moh.Ishak Abstrak: Gangguan tegangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. KLASIFIKASI DAN BESARNYA TEGANGAN ABNORMAL Meskipun tidak ada standart tertentu dari tegangan abnormal yang disebabkan oleh gangguan surya yang harus ditanggulangi dalam proteksi

Lebih terperinci

Abstrak. 1.2 Tujuan Mengetahui pemakaian dan pemeliharaan arrester yang terdapat di Gardu Induk 150 kv Srondol.

Abstrak. 1.2 Tujuan Mengetahui pemakaian dan pemeliharaan arrester yang terdapat di Gardu Induk 150 kv Srondol. PEMELIHARAAN DAN ANALISA PENEMPATAN ARRESTER PADA GARDU INDUK 150 KV SRONDOL PT. PLN (PERSERO) P3B JB APP SEMARANG BC SEMARANG Guntur Pradnya Pratama 1, Ir. Tejo Sukmadi 2 1 Mahasiswa dan 2 Dosen Jurusan

Lebih terperinci

BAB III TEORI DASAR DAN DATA

BAB III TEORI DASAR DAN DATA BAB III TEORI DASAR DAN DATA 3.1. MENENTUKAN JARAK ARRESTER Analisis data merupakan bagian penting dalam penelitian, karena dengan analisis data yang diperoleh mampu memberikan arti dan makna untuk memecahkan

Lebih terperinci

Bab 3 SALURAN TRANSMISI

Bab 3 SALURAN TRANSMISI Bab 3 SALURAN TRANSMISI TRAFO STEP UP 20/500 kv 500 kv 150 kv 150 kv INDUSTRI 20 kv BISNIS TRAFO GITET 500/150 kv TRAFO GI 150/20 kv PEMBANGKIT TRAFO DISTRIBUSI 220 V PLTA PLTD PLTP PLTG PLTU PLTGU RUMAH

Lebih terperinci

Bab 4 SALURAN TRANSMISI

Bab 4 SALURAN TRANSMISI Bab 4 SALURAN TRANSMISI TRAFO STEP UP 20/500 kv 500 kv 150 kv 150 kv INDUSTRI 20 kv BISNIS TRAFO GITET 500/150 kv TRAFO GI 150/20 kv PEMBANGKIT TRAFO DISTRIBUSI 220 V PLTA PLTD PLTP PLTG PLTU PLTGU RUMAH

Lebih terperinci

BAB III LIGHTNING ARRESTER

BAB III LIGHTNING ARRESTER BAB III LIGHTNING ARRESTER 3.1 Pendahuluan Gangguan tegangan lebih yang mungkin terjadi pada Gardu induk dapat disebabkan oleh beberapa sumber gangguan tegangan lebih. Perlindungan terhadap gangguan tegangan

Lebih terperinci

BAB II SISTEM SALURAN TRANSMISI ( yang membawa arus yang mencapai ratusan kilo amper. Energi listrik yang

BAB II SISTEM SALURAN TRANSMISI ( yang membawa arus yang mencapai ratusan kilo amper. Energi listrik yang A II ITEM ALUAN TANMII ( 2.1 Umum ecara umum saluran transmisi disebut dengan suatu sistem tenaga listrik yang membawa arus yang mencapai ratusan kilo amper. Energi listrik yang dibawa oleh konduktor melalui

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEOR. Gangguan Pada Sistem Tenaga Listrik Gangguan dapat mengakibatkan kerusakan yang cukup besar pada sistem tenaga listrik. Banyak sekali studi, pengembangan alat dan desain sistem perlindungan

Lebih terperinci

Bab 3 SALURAN TRANSMISI

Bab 3 SALURAN TRANSMISI Bab 3 SALURAN TRANSMISI TRAFO STEP UP 20/500 kv 500 kv 150 kv 150 kv INDUSTRI 20 kv BISNIS TRAFO GITET 500/150 kv TRAFO GI 150/20 kv PEMBANGKIT TRAFO DISTRIBUSI 220 V PLTA PLTD PLTP PLTG PLTU PLTGU RUMAH

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Isolator. Pada suatu sistem tenaga listrik terdapat berbagai bagian yang memiliki

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Isolator. Pada suatu sistem tenaga listrik terdapat berbagai bagian yang memiliki BAB II DASAR TEORI 2.1 Isolator Pada suatu sistem tenaga listrik terdapat berbagai bagian yang memiliki tegangan dan juga tidak bertegangan. Sehingga bagian yang tidak bertegangan ini harus dipisahkan

Lebih terperinci

BAB 6 KAWAT PENGHANTAR JARINGAN DISTRIBUSI

BAB 6 KAWAT PENGHANTAR JARINGAN DISTRIBUSI 83 KAWAT PENGHANTAR JARINGAN DISTRIBUSI BAB 6 KAWAT PENGHANTAR JARINGAN DISTRIBUSI A. Pendahuluan Kawat penghantar merupakan bahan yang digunakan untuk menghantarkan tenaga listrik pada sistem saluran

Lebih terperinci

OPTIMASI JARAK MAKSIMUM PENEMPATAN LIGHTNING ARRESTER SEBAGAI PROTEKSI TRANSFORMATOR PADA GARDU INDUK. Oleh : Togar Timoteus Gultom, S.

OPTIMASI JARAK MAKSIMUM PENEMPATAN LIGHTNING ARRESTER SEBAGAI PROTEKSI TRANSFORMATOR PADA GARDU INDUK. Oleh : Togar Timoteus Gultom, S. OPTIMASI JARAK MAKSIMUM PENEMPATAN LIGHTNING ARRESTER SEBAGAI PROTEKSI TRANSFORMATOR PADA GARDU INDUK Oleh : Togar Timoteus Gultom, S.T, MT ABSTRAK Tegangan lebih adalah tegangan yang hanya dapat ditahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Westinghouse yang terdahulu, menguji transformator-transformator di

BAB I PENDAHULUAN. Westinghouse yang terdahulu, menguji transformator-transformator di BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan sistem arus bolak balik (a.c. system) dimulai di Amerika Serikat pada tahun 1885, ketika George Westinghouse membeli patent patent Amerika yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tenaga listrik dibangkitkan pada dalam pusat-pusat pembangkit listrik (power plant) seperti PLTA, PLTU, PLTG, dan PLTD lalu disalurkan melalui saluran transmisi setelah

Lebih terperinci

BAB 8 ALAT PENGAMAN JARINGAN DISTRIBUSI

BAB 8 ALAT PENGAMAN JARINGAN DISTRIBUSI BAB 8 ALAT PENGAMAN JARINGAN DISTRIBUSI A. Pendahuluan Alat pengaman atau pelindung adalah suatu alat yang berfungsi melindungi atau mengamankan suatu sistem penyaluran tenaga listrik dengan cara membatasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. (updraft) membawa udara lembab. Semakin tinggi dari permukaan bumi, semakin

II. TINJAUAN PUSTAKA. (updraft) membawa udara lembab. Semakin tinggi dari permukaan bumi, semakin II. TINJAUAN PUSTAKA A. Petir 1. Proses Pembentukan Petir Petir merupakan suatu peristiwa peluahan muatan listrik di atmosfir. Pada suatu keadaan tertentu dalam lapisan atmosfir bumi terdapat gerakan angin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gelombang berjalan juga dapat ditimbulkan dari proses switching atau proses

BAB I PENDAHULUAN. gelombang berjalan juga dapat ditimbulkan dari proses switching atau proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangkit listrik pada umumnya dihubungkan oleh saluran transmisi udara dari pembangkit menuju ke pusat konsumsi tenaga listrik seperti gardu induk (GI). Saluran transmisi

Lebih terperinci

BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN KAWAT TANAH

BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN KAWAT TANAH BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN KAWAT TANAH II. 1 TEORI GELOMBANG BERJALAN II.1.1 Pendahuluan Teori gelombang berjalan pada kawat transmisi telah mulai disusun secara intensif sejak tahun 1910, terlebih-lebih

Lebih terperinci

L/O/G/O RINCIAN PERALATAN GARDU INDUK

L/O/G/O RINCIAN PERALATAN GARDU INDUK L/O/G/O RINCIAN PERALATAN GARDU INDUK Disusun Oleh : Syaifuddin Z SWITCHYARD PERALATAN GARDU INDUK LIGHTNING ARRESTER WAVE TRAP / LINE TRAP CURRENT TRANSFORMER POTENTIAL TRANSFORMER DISCONNECTING SWITCH

Lebih terperinci

PENENTUAN LETAK OPTIMUM ARRESTER PADA GARDU INDUK (GI) 150 kv SIANTAN MENGGUNAKAN METODE OPTIMASI

PENENTUAN LETAK OPTIMUM ARRESTER PADA GARDU INDUK (GI) 150 kv SIANTAN MENGGUNAKAN METODE OPTIMASI PENENTUAN LETAK OPTIMUM ARRESTER PADA GARDU INDUK (GI) 150 kv SIANTAN MENGGUNAKAN METODE OPTIMASI Ringga Nurhaidi 1), Danial 2), Managam Rajagukguk 3) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 15 BAB III LANDASAN TEORI Tenaga listrik dibangkitkan dalam Pusat-pusat Listrik seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTP dan PLTD kemudian disalurkan melalui saluran transmisi yang sebelumnya terlebih dahulu dinaikkan

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 2.1. Umum Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik yang dihasilkan pusat pembangkitan disalurkan melalui jaringan transmisi.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Tenaga Listrik Sistem tenaga listrik dapat dibagi menjadi menjadi tiga bagian utama, yaitu sistem pembangkitan, sistem transimisi dan sistem distribusi. Sistem pembangkitan

Lebih terperinci

BAB II GARDU TRAFO DISTRIBUSI

BAB II GARDU TRAFO DISTRIBUSI BAB II GARDU TRAFO DISTRIBUSI II.1 Umum Gardu trafo distribusiberlokasi dekat dengan konsumen. Transformator dipasang pada tiang listrik dan menyatu dengan jaringan listrik. Untuk mengamankan transformator

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PROTEKSI DAN ANALISA HUBUNG SINGKAT

BAB III SISTEM PROTEKSI DAN ANALISA HUBUNG SINGKAT 23 BAB III SISTEM PROTEKSI DAN ANALISA HUBUNG SINGKAT 3.1. Sistem Proteksi SUTT Relai jarak digunakan sebagai pengaman utama (main protection) pada SUTT/SUTET dan sebagai backup untuk seksi didepan. Relai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pentanahan Sistem pentanahan mulai dikenal pada tahun 1900. Sebelumnya sistemsistem tenaga listrik tidak diketanahkan karena ukurannya masih kecil dan tidak membahayakan.

Lebih terperinci

ANALISIS PERLINDUNGAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI YANG EFEKTIF TERHADAP SURJA PETIR. Lory M. Parera *, Ari Permana ** Abstract

ANALISIS PERLINDUNGAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI YANG EFEKTIF TERHADAP SURJA PETIR. Lory M. Parera *, Ari Permana ** Abstract ANALISIS PERLINDUNGAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI YANG EFEKTIF TERHADAP SURJA PETIR Lory M. Parera *, Ari Permana ** Abstract Pemanfaatan energi listrik secara optimum oleh masyarakat dapat terpenuhi dengan

Lebih terperinci

Analisa Rating Lightning Arrester Pada Jaringan Transmisi 70 kv Tomohon-Teling

Analisa Rating Lightning Arrester Pada Jaringan Transmisi 70 kv Tomohon-Teling e-jurnal Teknik Elektro dan Komputer (201) 1 Analisa Rating Lightning Arrester Pada Jaringan Transmisi 70 kv Tomohon-Teling M. S. Paraisu, F. Lisi, L. S. Patras, S. Silimang Jurusan Teknik Elektro-FT.

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik Sistem Tenaga Listrik adalah sistem penyediaan tenaga listrik yang terdiri dari beberapa pembangkit atau pusat listrik terhubung satu dengan

Lebih terperinci

BAB II ISOLATOR PENDUKUNG HANTARAN UDARA

BAB II ISOLATOR PENDUKUNG HANTARAN UDARA BAB II ISOLATOR PENDUKUNG HANTARAN UDARA Isolator memegang peranan penting dalam penyaluran daya listrik dari gardu induk ke gardu distribusi. Isolator merupakan suatu peralatan listrik yang berfungsi

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR DISTRIBUSI DAN SISTEM PENGAMANNYA

BAB II TRANSFORMATOR DISTRIBUSI DAN SISTEM PENGAMANNYA BAB II TRANSFORMATOR DISTRIBUSI DAN SISTEM PENGAMANNYA BAB II TRANSFORMATOR DISTRIBUSI DAN SISTEM PENGAMANNYA 2.1 Umum Transformator merupakan suatu perangkat listrik yang berfungsi untuk mentransformasikan

Lebih terperinci

BAB 2 KLASIFIKASI JARINGAN DISTRIBUSI

BAB 2 KLASIFIKASI JARINGAN DISTRIBUSI KLASIFIKASI JARINGAN DISTRIBUSI 11 BAB 2 KLASIFIKASI JARINGAN DISTRIBUSI A. Pendahuluan Sistem jaringan distribusi tenaga listrik dapat diklasifikasikan dari berbagai segi, antara lain adalah : 1. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distributed Generation Distributed Generation adalah sebuah pembangkit tenaga listrik yang bertujuan menyediakan sebuah sumber daya aktif yang terhubung langsung dengan jaringan

Lebih terperinci

MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK

MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK Pemeliharaan Arrester GI dan GIS 150 kv PT. PLN (PERSERO) UPT Semarang PT. PLN (PERSERO) P3B REGION JATENG & DIY, UPT Semarang Jimy harto S. 1, Abdul Syakur 2 Jurusan Teknik

Lebih terperinci

OPTIMASI PELETAKKAN ARESTER PADA SALURAN DISTRIBUSI KABEL CABANG TUNGGAL AKIBAT SURJA PETIR GELOMBANG PENUH

OPTIMASI PELETAKKAN ARESTER PADA SALURAN DISTRIBUSI KABEL CABANG TUNGGAL AKIBAT SURJA PETIR GELOMBANG PENUH OPTIMASI PELETAKKAN ARESTER PADA SALURAN DISTRIBUSI KABEL CABANG TUNGGAL AKIBAT SURJA PETIR GELOMBANG PENUH Yuni Rahmawati, ST* Abstrak: Untuk menganalisis besar tegangan maksimum yang terjadi pada jaringan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian tugas akhir ini dilakukan di Gardu Induk 150 KV Teluk Betung Tragi Tarahan, Bandar Lampung, Provinsi Lampung. B. Data Penelitian Untuk mendukung terlaksananya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Tiga Bagian Utama Sistem Tenaga Listrik untuk Menuju Konsumen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Tiga Bagian Utama Sistem Tenaga Listrik untuk Menuju Konsumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Distribusi Pada dasarnya, definisi dari sebuah sistem tenaga listrik mencakup tiga bagian penting, yaitu pembangkitan, transmisi, dan distribusi, seperti dapat terlihat

Lebih terperinci

GROUNDING SISTEM DALAM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 20 KV

GROUNDING SISTEM DALAM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 20 KV GROUNDING SISTEM DALAM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 20 KV Ahmad Yani Program Studi Sistem Komputer, Universitas Dian Nusantara ahmad.yani@gmail.com ABSTRACT: In paper grounding system at 20 KV electrical

Lebih terperinci

BAB IV MENENTUKAN KAPASITAS LIGHTNING ARRESTER

BAB IV MENENTUKAN KAPASITAS LIGHTNING ARRESTER 37 BAB IV MENENTUKAN KAPASITAS LIGHTNING ARRESTER 4.1 Data-Data Peralatan Adapun penelitian ini dilakukan pada peralatan-peralatan yang terdapat di Panel distribusi STIP Marunda dengan data-data peralatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Mutakhir (State of The Art Review) Penelitian mengenai kawat tanah pada jaringan distribusi tegangan menengah saat ini telah banyak dilakukan. Beberapa penelitian yang

Lebih terperinci

EVALUASI SISTEM PENTANAHAN TRANSFORMATOR DAYA 60 MVA PLTGU INDRALAYA

EVALUASI SISTEM PENTANAHAN TRANSFORMATOR DAYA 60 MVA PLTGU INDRALAYA Jurnal Desiminasi Teknologi, Volume 2, No. 1, Januari 2014 EVALUASI SISTEM PENTANAHAN TRANSFORMATOR DAYA 60 MVA PLTGU INDRALAYA Oleh : Manogu Simangunsong [1], Yuslan Basir [2], Helmi [3], Hazairin Samaulah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Flowchart Pengambilan Data Winding Cu-Cu Winding Cu-Cu Bagian Elektrik Bagian Elektrik Kumparan Kumparan Inti Besi Inti Besi Bagian Mekanik Bagian Mekanik Selesai

Lebih terperinci

BAB III PENGAMAN PRIMER TRAFO DISTRIBUSI PT. PLN (Persero) AJ GAMBIR

BAB III PENGAMAN PRIMER TRAFO DISTRIBUSI PT. PLN (Persero) AJ GAMBIR BAB III PENGAMAN PRIMER TRAFO DISTRIBUSI PT. PLN (Persero) AJ GAMBIR 3.1 Kondisi Wilayah Berdirinya PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang diawali pada tahun 1897, yaitu dengan mulai digarapnya bidang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI SISTEM PENTANAHAN (PEMBUMIAN) TITIK NETRAL 3

DAFTAR ISI SISTEM PENTANAHAN (PEMBUMIAN) TITIK NETRAL 3 DAFTAR ISI 18.1. SISTEM PENTANAHAN (PEMBUMIAN) TITIK NETRAL 3 Halaman 18.1.1. Umum 3 18.1.2. Tujuan Pentanahan Titik Netral Sistem 4 18.1.3. Sistem Yang Tidak Ditanahkan (Floating Grounding) 5 18.1.4.

Lebih terperinci

PERALATAN KOPLING POWER LINE CARRIER

PERALATAN KOPLING POWER LINE CARRIER PERALATAN KOPLING POWER LINE CARRIER Agung Nugroho Jurusan Teknik Elektro FT UNDIP Jl. Prof. Sudharto, SH Tembalang, Semarang Abstrak Pembangkit energi listrik pada umumnya dibangun di lokasi yang jauh

Lebih terperinci

Satellite SISTEM PENTANAHAN MARYONO, MT

Satellite SISTEM PENTANAHAN MARYONO, MT Satellite SISTEM PENTANAHAN MARYONO, MT Sistem pentanahan Sistem pentanahan atau biasa disebut sebagai grounding system adalah sistem pengamanan terhadap perangkat - perangkat yang mempergunakan listrik

Lebih terperinci

GROUNDING SISTEM DALAM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 20 KV

GROUNDING SISTEM DALAM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 20 KV GROUNDING SISTEM DALAM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 20 KV Moediyono Program Diploma III Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Abstract Moediyono, in paper grounding system at 20 KV electrical

Lebih terperinci

STUDI GANGGUAN HUBUNGAN SINGKAT SATU FASA KETANAH AKIBAT SAMBARAN PETIR PADA SALURAN TRANSMISI OLEH JUBILATER SIMANJUNTAK NIM :

STUDI GANGGUAN HUBUNGAN SINGKAT SATU FASA KETANAH AKIBAT SAMBARAN PETIR PADA SALURAN TRANSMISI OLEH JUBILATER SIMANJUNTAK NIM : STUDI GANGGUAN HUBUNGAN SINGKAT SATU FASA KETANAH AKIBAT SAMBARAN PETIR PADA SALURAN TRANSMISI OLEH JUBILATER SIMANJUNTAK NIM : 050422035 DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSION

Lebih terperinci

SISTEM TENAGA LISTRIK

SISTEM TENAGA LISTRIK SISTEM TENAGA LISTRIK SISTEM TENAGA LISTRIK Sistem Tenaga Listrik : Sekumpulan Pusat Listrik dan Gardu Induk (Pusat Beban) yang satu sama lain dihubungkan oleh Jaringan Transmisi sehingga merupakan sebuah

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PEMELIHARAN GARDU DISTRIBUSI

LAPORAN AKHIR PEMELIHARAN GARDU DISTRIBUSI LAPORAN AKHIR PEMELIHARAN GARDU DISTRIBUSI Oleh: OFRIADI MAKANGIRAS 13-021-014 KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK NEGERI MANADO 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. PENDAHULUAN Energi listrik pada umumnya dibangkitkan oleh pusat pembangkit tenaga listrik yang letaknya jauh dari tempat para pelanggan listrik. Untuk menyalurkan tanaga listik

Lebih terperinci

KOORDINASI ISOLASI. By : HASBULLAH, S.Pd., MT ELECTRICAL ENGINEERING DEPT. FPTK UPI 2009

KOORDINASI ISOLASI. By : HASBULLAH, S.Pd., MT ELECTRICAL ENGINEERING DEPT. FPTK UPI 2009 KOORDINASI ISOLASI By : HASBULLAH, S.Pd., MT ELECTRICAL ENGINEERING DEPT. FPTK UPI 2009 KOORDINASI ISOLASI (INSULATION COORDINATION) Koordinasi Isolasi : Korelasi antara daya isolasi alat-alat dan rangkaian

Lebih terperinci

EVALUASI ARRESTER UNTUK PROTEKSI GI 150 KV JAJAR DARI SURJA PETIR MENGGUNAKAN SOFTWARE PSCAD

EVALUASI ARRESTER UNTUK PROTEKSI GI 150 KV JAJAR DARI SURJA PETIR MENGGUNAKAN SOFTWARE PSCAD EVALUASI ARRESTER UNTUK PROTEKSI GI 150 KV JAJAR DARI SURJA PETIR MENGGUNAKAN SOFTWARE PSCAD Sapari, Aris Budiman, Agus Supardi Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

Lebih terperinci

Bahan Listrik. Bahan penghantar padat

Bahan Listrik. Bahan penghantar padat Bahan Listrik Bahan penghantar padat Definisi Penghantar Penghantar ialah suatu benda yang berbentuk logam ataupun non logam yang dapat mengalirkan arus listrik dari satu titik ke titik lain. Penghantar

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik seperti generator,

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik seperti generator, BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK II.1. Sistem Tenaga Listrik Struktur tenaga listrik atau sistem tenaga listrik sangat besar dan kompleks karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ISOLATOR PIRING 2.1.1 Umum Pada suatu sistem tenaga listrik terdapat berbagai bagian yang memiliki tegangan dan juga tidak bertegangan. Sehingga bagian yang tidak bertegangan

Lebih terperinci

atau pengaman pada pelanggan.

atau pengaman pada pelanggan. 16 b. Jaringan Distribusi Sekunder Jaringan distribusi sekunder terletak pada sisi sekunder trafo distribusi, yaitu antara titik sekunder dengan titik cabang menuju beban (Lihat Gambar 2.1). Sistem distribusi

Lebih terperinci

A. SALURAN TRANSMISI. Kategori saluran transmisi berdasarkan pemasangan

A. SALURAN TRANSMISI. Kategori saluran transmisi berdasarkan pemasangan A. SALURAN TRANSMISI Kategori saluran transmisi berdasarkan pemasangan Berdasarkan pemasangannya, saluran transmisi dibagi menjadi dua kategori, yaitu: 1. saluran udara (overhead lines); saluran transmisi

Lebih terperinci

MENGENAL ALAT UKUR. Amper meter adalah alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang mengalir dalam penghantar ( kawat )

MENGENAL ALAT UKUR. Amper meter adalah alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang mengalir dalam penghantar ( kawat ) MENGENAL ALAT UKUR AMPER METER Amper meter adalah alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang mengalir dalam penghantar ( kawat ) Arus = I satuannya Amper ( A ) Cara menggunakannya yaitu dengan disambung

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Umum

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Umum BAB II TEORI DASAR 2.1 Umum Sistem distribusi listrik merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi listrik bertujuan menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik atau pembangkit

Lebih terperinci

BAB II STRUKTUR JARINGAN DAN PERALATAN GARDU INDUK SISI 20 KV

BAB II STRUKTUR JARINGAN DAN PERALATAN GARDU INDUK SISI 20 KV BAB II STRUKTUR JARINGAN DAN PERALATAN GARDU INDUK SISI 20 KV 2.1. UMUM Gardu Induk adalah suatu instalasi tempat peralatan peralatan listrik saling berhubungan antara peralatan yang satu dengan peralatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Umum Sistem distribusi listrik merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi listrik bertujuan menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik atau pembangkit

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN. Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti

BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN. Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti 6 BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN 2.1 Sistem Tenaga Listrik Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti PLTA, PLTU, PLTD, PLTP dan PLTGU kemudian disalurkan

Lebih terperinci

SISTEM PROTEKSI RELAY

SISTEM PROTEKSI RELAY SISTEM PROTEKSI RELAY SISTEM PROTEKSI PADA GARDU INDUK DAN SPESIFIKASINYA OLEH : WILLYAM GANTA 03111004071 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2015 SISTEM PROTEKSI PADA GARDU INDUK

Lebih terperinci

STUDI PERENCANAAN SALURAN TRANSMISI 150 kv BAMBE INCOMER

STUDI PERENCANAAN SALURAN TRANSMISI 150 kv BAMBE INCOMER SALURAN TRANSMISI 150 kv BAMBE INCOMER Widen Lukmantono NRP 2209105033 Dosen Pembimbing Ir.Syariffuddin Mahmudsyah, M.Eng Ir.Teguh Yuwono JURUSAN TEKNIK ELEKTRO Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Umum Untuk menjaga agar faktor daya sebisa mungkin mendekati 100 %, umumnya perusahaan menempatkan kapasitor shunt pada tempat yang bervariasi seperti pada rel rel baik tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Desain isolasi untuk tegangan tinggi (HV) dimaksudkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Desain isolasi untuk tegangan tinggi (HV) dimaksudkan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Desain isolasi untuk tegangan tinggi (HV) dimaksudkan untuk melindungi saluran dari adanya tegangan lebih akibat surja hubung dan surja petir. Untuk tegangan

Lebih terperinci

BAB II PERHITUNGAN ARUS HUBUNGAN SINGKAT

BAB II PERHITUNGAN ARUS HUBUNGAN SINGKAT 13 BAB II PERHITUNGAN ARUS HUBUNGAN SINGKAT 2.1. Pendahuluan Sistem tenaga listrik pada umumnya terdiri dari pembangkit, gardu induk, jaringan transmisi dan distribusi. Berdasarkan konfigurasi jaringan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pentanahan Sistem pentanahan adalah sistem hubungan penghantar yang menghubungkan sistem, badan peralatan, dan instalasi dengan bumi atau tanah sehingga dapat mengamankan

Lebih terperinci

Protection on Electrical Power System. Hasbullah Bandung, Juni 2008

Protection on Electrical Power System. Hasbullah Bandung, Juni 2008 Protection on Electrical Power System Hasbullah Bandung, Juni 2008 Latar Belakang Saluran tenaga listrik merupakan bagian sistem tenaga listrik yang sering mengalami gangguan Gangguan yang terjadi dapat

Lebih terperinci

PT PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN. SUTT/SUTET Dan ROW. Belajar & Menyebarkan Ilmu Pengetahuan Serta Nilai Nilai Perusahaan

PT PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN. SUTT/SUTET Dan ROW. Belajar & Menyebarkan Ilmu Pengetahuan Serta Nilai Nilai Perusahaan SUTT/SUTET Dan ROW Saluran Transmisi Tenaga Listrik A. Saluran Udara B. Saluran Kabel C. Saluran dengan Isolasi Gas Macam Saluran Udara Tegangan Tinggi Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 70 kv Saluran

Lebih terperinci

Dasar Rangkaian Listrik

Dasar Rangkaian Listrik Dasar Rangkaian Listrik Faktor Pertimbangan Distribusi Sistem Tenaga Listrik Keamanan Energi listrik yang digunakan oleh para pemakai dengan tingkat resiko / bahaya yang minimal Penyediaan Tenaga Listrik

Lebih terperinci

BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN

BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN 39 BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN 3.1 Sistem Distribusi Awalnya tenaga listrik dihasilkan di pusat-pusat pembangkit seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTGU, PLTP, dan PLTP dan yang lainnya, dengan tegangan yang

Lebih terperinci

Makalah Seminar Kerja Praktek PEMELIHARAAN TRAFO DISTRIBUSI. Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang

Makalah Seminar Kerja Praktek PEMELIHARAAN TRAFO DISTRIBUSI. Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang Makalah Seminar Kerja Praktek PEMELIHARAAN TRAFO DISTRIBUSI Agung Aprianto. 1, Ir. Agung Warsito, DHET. 2 1 Mahasiswa dan 2 Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof.

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Resistansi Pentanahan Menara Terhadap Terjadinya Back Flashover

Analisis Pengaruh Resistansi Pentanahan Menara Terhadap Terjadinya Back Flashover Analisis Pengaruh Resistansi Pentanahan Menara Terhadap Terjadinya Back Flashover oleh : Putra Rezkyan Nash 2205100063 Dosen Pembimbing : 1. I G N Satriyadi H,ST,MT. 2. Dr.Eng.I Made Yulistya N,ST,M.Sc.

Lebih terperinci

ANALISIS RUGI RUGI ENERGI LISTRIK PADA JARINGAN DISTRIBUSI

ANALISIS RUGI RUGI ENERGI LISTRIK PADA JARINGAN DISTRIBUSI TUGAS AKHIR ANALISIS RUGI RUGI ENERGI LISTRIK PADA JARINGAN DISTRIBUSI Oleh Senando Rangga Pitoy NIM : 12 023 030 Dosen Pembimbing Deitje Pongoh, ST. M.pd NIP. 19641216 199103 2 001 KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI

Lebih terperinci

1. Proteksi Generator

1. Proteksi Generator 1. Proteksi Generator Generator merupakan sumber energi listrik didalam sistem tenaga listrik, maka perlu diproteksi dari semua gangguan jangan sampai mengalami kerusakan karena kerusakan generator akan

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan daya listrik dari pembangkit ke konsumen yang letaknya dapat

1 BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan daya listrik dari pembangkit ke konsumen yang letaknya dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Listrik saat ini merupakan sebuah kebutuhan pokok yang tak tergantikan. Dari pusat kota sampai pelosok negeri, rumah tangga sampai industri, semuanya membutuhkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar (Bulk Power

Lebih terperinci

BAB II KARAKTERISTIK PEMUTUS TENAGA

BAB II KARAKTERISTIK PEMUTUS TENAGA BAB II KARAKTERISTIK PEMUTUS TENAGA 2.1 Fungsi Pemutus Tenaga Pemutus tenaga (PMT) adalah saklar yang dapat digunakan untuk menghubungkan atau memutuskan arus atau daya listrik sesuai dengan ratingnya.

Lebih terperinci

MAKALAH OBSERVASI DISTRIBUSI LISTRIK di Perumahan Pogung Baru. Oleh :

MAKALAH OBSERVASI DISTRIBUSI LISTRIK di Perumahan Pogung Baru. Oleh : MAKALAH OBSERVASI DISTRIBUSI LISTRIK di Perumahan Pogung Baru Oleh : I Gede Budi Mahendra Agung Prabowo Arif Budi Prasetyo Rudy Rachida NIM.12501241010 NIM.12501241013 NIM.12501241014 NIM.12501241035 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB 10 SISTEM PENTANAHAN JARINGAN DISTRIBUSI

BAB 10 SISTEM PENTANAHAN JARINGAN DISTRIBUSI 167 SISTEM PENTANAHAN JARINGAN DISTRIBUSI BAB 10 SISTEM PENTANAHAN JARINGAN DISTRIBUSI A. Pendahuluan Sistem pentanahan pada jaringan distribusi digunakan sebagai pengaman langsung terhadap peralatan dan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Motor asinkron atau motor induksi biasanya dikenal sebagai motor induksi

BAB II DASAR TEORI. Motor asinkron atau motor induksi biasanya dikenal sebagai motor induksi BAB II DASAR TEORI 2.1 Umum Motor asinkron atau motor induksi biasanya dikenal sebagai motor induksi yang merupakan motor arus bolak-balik yang paling luas penggunaannya. Penamaan ini berasal dari kenyataan

Lebih terperinci

Studi Analisa Keandalan Isolator Pada Saluran Transmisi 150 kv Sirkit Ganda Waru-Bangil TUGAS AKHIR. oleh : Nama : Nifta Faturochman NIM : 00530031

Studi Analisa Keandalan Isolator Pada Saluran Transmisi 150 kv Sirkit Ganda Waru-Bangil TUGAS AKHIR. oleh : Nama : Nifta Faturochman NIM : 00530031 Studi Analisa Keandalan Isolator Pada Saluran Transmisi 150 kv Sirkit Ganda Waru-Bangil TUGAS AKHIR oleh : Nama : Nifta Faturochman NIM : 00530031 Jurusan Elektro Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

PROSES DAN SISTEM PENYALURAN TENAGA LISTRIK OLEH PT.PLN (Persero)

PROSES DAN SISTEM PENYALURAN TENAGA LISTRIK OLEH PT.PLN (Persero) PROSES DAN SISTEM PENYALURAN TENAGA LISTRIK OLEH PT.PLN (Persero) Oleh : Hery Setijasa Staf Pengajar Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Semarang Jl Prof Sudarto,SH Tembalang Semarang 50275 Abstrak

Lebih terperinci