GLOBAL TAX IDENTITY NUMBER (TIN) SEBAGAI IDENTITAS WAJIB PAJAK UNIVERSAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "GLOBAL TAX IDENTITY NUMBER (TIN) SEBAGAI IDENTITAS WAJIB PAJAK UNIVERSAL"

Transkripsi

1 GLOBAL TAX IDENTITY NUMBER (TIN) SEBAGAI IDENTITAS WAJIB PAJAK UNIVERSAL Oleh Purwoko 1 ABSTRAKSI Sejalan dengan perkembangan teknologi, terutama teknologi informasi dan telekomunikasi, perusahaan multi nasional berkembang dengan pesat, dengan wilayah operasi di banyak negara. Perusahaan-perusahaan ini berupaya mendapatkan keuntungan yang besar antara lain dari luasnya pasar, rendahnya biaya bahan baku, hingga rendahnya tingkat pajak yang harus dibayar. Untuk menekan pengeluaran pajak, diduga banyak perusahaan multinasional yang memindahkan keuntungan dari negara yang bertarif pajak tinggi ke negara yang bertarif pajak rendah, melalui mekanisme transfer pricing. Kerjasama aparat pajak antar negara merupakan salah satu solusi untuk memastikan bahwa perusahaan multinasional telah melakukan transaksi secara wajar. Namun karena setiap negara memiliki sistem identifikasi wajib pajak yang berbeda, hal ini menjadi kendala dalam pertukaran informasi data perpajakan dari suatu perusahaan multinasional. Global Tax identity Number (TIN) merupakan gagasan pemberian nomor identitas untuk wajib pajak yang berlaku universal. Dengan global TIN, semua perusahaan yang tergabung dalam satu perusahaan multinasional akan mendapatkan nomor unik yang sama, yang membedakan hanyalah kode negara dimana perusahaan multinasional tersebut beroperasi, serta nomor afiliasi / cabang / permanent establishment dari unit bisnis yang ada di perusahaan multinasional tersebut. Dengan diimplementasikannya global TIN, diharapkan identifikasi perusahaan multinasional menjadi lebih mudah, pertukaran data pajak antar negara menjadi lebih cepat dan lebih baik, dan kemungkinan terjadinya transfer pricing yang merugikan negara tertentu dapat diminimize. 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Teknologi komputer dan telekomunikasi terbukti mampu menghilangkan gap yang berupa ruang dan waktu. Peristiwa yang terjadi di suatu belahan bumi, dapat diketahui dengan cepat dari belahan bumi lain, yang jaraknya hingga ribuan kilometer, dalam waktu yang relatif bersamaan. Kemudahan ini yang banyak dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan multi 1 Peneliti Madya pada PKPN BKF, Kementerian Keuangan R.I.

2 nasional dewasa ini. Dengan mudahnya suatu perusahaan membuka cabang atau perusahaan afiliasi di negara-negara lain, tanpa harus terjun langsung secara fisik ke negara yang bersangkutan. Dengan teknologi komputer dan telekomunikasi yang baik, aktivitas bisnis yang terjadi di perusahaan cabang atau afiliasi dapat dimonitor dan dipantau dengan baik. Dengan beroperasi di banyak negara, suatu perusahaan memiliki peluang untuk memperluas pasar, yang berarti pula peluang untuk meningkatkan penjualan, dan peluang untuk memperbesar profit. Di sisi lain, keberadaan anak perusahaan di negara lain juga membuka peluang untuk mendapatkan bahan baku industri yang lebih murah, sehingga mampu menghasilkan produk dengan harga pokok yang lebih murah. Dengan harga pokok yang lebih murah, maka akan diperoleh profit yang lebih besar. Dengan keuntungan yang semakin meningkat, maka suatu perusahaan akan membayar pajak lebih besar kepada negara di mana keuntungan tersebut diperoleh. Dengan beroperasi di banyak negara, maka perusahaan multi nasional akan berhubungan dengan banyak negara, dengan tingkat tarif pajak yang mungkin berbeda antara satu negara dengan negara yang lain. Perusahaan multinasional dapat menambah keuntungan yang dioperoleh apabila ia dapat membayar pajak yang lebih murah. Caranya, dengan menggeser keuntungan yang diperoleh dari perusahaan di negara yang tarif pajaknya tinggi, ke perusahaan yang beroperasi di negara lain yang tarif pajaknya lebih rendah. Strategi perusahaan untuk meningkatkan profit dengan membayar pajak yang lebih rendah tersebut merupakan praktek negatif dari transfer pricing. Praktek ini terbukti dapat meningkatkan keuntungan perusahaan multi nasional. Praktek ini juga terbukti dapat meningkatkan pajak yang diterima oleh negara-negara yang memiliki tarif pajak rendah, karena akan lebih banyak keuntungan yang dialihkan dari negara-negara yang memiliki tarif pajak tinggi ke negara-negara yang memiliki tarif tarif pajak rendah. Namun di sisi lain, negara-negara yang memasang tarif pajak tinggi akan gigit jari, karena pajak yang seharusnya diterima oleh negara ini berpindah ke negara lain yang memiliki tarif pajak yang lebih rendah. Maraknya praktek-praktek transfer pricing yang dilakukan oleh perusahaan multi nasional menghasilkan ketidak-adilan antar negara dalam hal penerimaan pajak. Ada negaranegara yang diuntungkan, karena menerima pajak yang lebih besar, namun ada juga negaranegara yang dirugikan karena penerimaan pajaknya berkurang.

3 Aparat pajak di suatu negara tentunya tidak ingin dirugikan karena berkurang hak pajak yang seharusnya diterimanya. Untuk itu, aparat pajak berkepentingan untuk memantau perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam satu afiliasi yang sama, apakah mereka memperoleh tingkat keuntungan yang sama di negara-negara lain. Informasi ini sangat penting untuk meyakinkan bahwa perusahaan multinasional yang beroperasi di wilayahnya telah beroperasi dengan wajar, dan melakukan transaksi dengan wajar pula. Untuk mendapatkan informasi tentang kegiatan perusahaan yang tergabung dalam satu afiliasi bukanlah pekerjaan mudah. Lebih-lebih lagi bila perusahaan tersebut beroperasi di negara lain. Hal inilah yang mendorong munculnya gagasan untuk saling tukar informasi tentang transaksi-transaksi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam satu afiliasi yang sama, yang terjadi di berbagai negara. Pertukaran informasi memerlukan kerjasama yang baik antar petugas pajak di kedua negara. Di samping itu, juga diperlukan keberadaan data atau informasi yang akan dipertukarkan. Identifikasi data mana yang akan dipertukarkan menjadi penting. Kesalahan dalam identifikasi data dapat berakibat diperolehnya informasi yang tidak benar, yang pada akhirnya menjadi missleading dalam menetapkan pajak yang harus dibayar oleh perusahaan multinasional. 1.2 Alasan Pemilihan Judul Sistem administrasi pajak di banyak negara menunjukkan bahwa sebagian besar negara telah memiliki Tax Id Number (TIN) yang berlaku nasional. TIN Nasional ini terbukti mampu memberikan berbagai kemudahan dalam sistem administrasi perpajakan di negara yang bersangkutan. Indonesia, telah memiliki TIN Nasional sejak tahun 1984 yang lalu. Sejalan dengan diberlakukannya sistem self assessment pada waktu itu, telah terbentuk master file wajib pajak nasional, yang diperoleh melalui proses konversi data wajib pajak yang terdaftar pada setiap kantor pelayanan pajak yang ada pada saat itu. Keberadaan data master file wajib pajak nasional ini terbukti mampu memantau kegiatan perusahaan dan anak cabangnya yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Indonesia mempunyai pengalaman dalam mendisain National TIN. Sebelum tahun 1984, Indonesia belum memiliki data wajib pajak yang sifatnya nasional. Data wajib pajak tersebar di seluruh Kantor Pelayanan Pajak yang berada di daerah. Setiap Kantor Pelayanan Pajak dapat menerbitkan Nomor Identitas Wajib Pajak yang hanya berlaku di kantor pelayanan

4 pajak yang bersangkutan. Apabila seorang wajib pajak pindah dari satu kota ke kota lain, maka wajib pajak tersebut membawa berkas-berkas dari kantor lama dan melapor atau mendaftarkan diri ke kantor pajak yang baru. Apabila seorang wajib pajak melapor untuk pindah dari suatu kantor pelayanan pajak, namun tidak melaporkan diri ke kantor pelayanan pajak yang baru, maka keberadaan wajib pajak tersebut sulit untuk dilacak. Salah satu prasyarat dari sistem self assessment adalah adanya data wajib pajak yang teradministrasi secara nasional. Pada prinsipnya, sistem self assessment memberikan kepercayaan kepada wajib pajak untuk menghitung sendiri kewajiban pajak yang harus dibayarnya, kemudian membayar pajak yang telah dihitungnya ke bank-bank yang telah ditunjuk oleh pemerintah, serta melaporkan kewajiban dan pembayaran pajak yang telah dilakukannya. Keberadaan data wajib pajak nasional akan mempermudah dalam mendeteksi wajib pajak, siapa telah membayar pajak, siapa yang telah melaporkan kewajiban pajak, sehingga dapat diketahui siapa wajib pajak yang patuh dan siapa wajib pajak yang lalai dalam melakukan kewajibannnya. 1.3 Tujuan Kajian ini bertujuan untuk mendisain global TIN yang dapat digunakan secara universal di berbagai negara. Dengan global TIN ini akan dapat diketahui di negara mana suatu taxpayer terdaftar, dan di negara mana taxpayer tersebut saat ini diadministrasikan (berdomisili), atau menjalankan bisnisnya. Dengan rancangan ini seorang taxpayer dengan mudah dapat mengidentifikasi dengan pemerintah negara mana ia harus berhubungan terkait dengan masalah pajak. Di sisi lain, aparat pajak di suatu negara akan dengan mudah mengidentifikasi, seorang taxpayer merupakan warga negara mana, dan ia menjalankan bisnisnya di negara mana. 1.4 Manfaat Beberapa manfaat dapat dipetik dengan diberlakukannya Global TIN, antara lain proses pertukaran data dan informasi perpajakan antar negara menjadi lebih mudah. Dengan mengacu pada Nomor TIN yang sama, maka dengan mudah akan diketahui, transaksi-transaksi dari nomor TIN yang sama, yang dilakukan di berbagai negara di dunia. Dengan adanya global TIN, proses pertukaran data dan informasi perpajakan antar negara menjadi lebih mudah. Dengan mengacu

5 pada Nomor TIN yang sama, maka dengan mudah akan diketahui, transaksi-transaksi dari nomor TIN yang sama, yang dilakukan di berbagai negara di dunia. 2 Metodologi Penelitian 2.1 Pengumpulan data dan Informasi Kajian ini memerlukan data National TIN yang berlaku di berbagai negara, untuk mendapatkan gambaran tentang TIN yang berlaku secara nasional di negara tersebut. Data sekunder ini diperoleh melalui Literatur review. 2.2 Analisis data dan Disain Global TIN Data National TIN yang berlaku di berbagai negara tersebut dianalasis dengan pendekatan statistik deskriptif, dengan cara memberikan penjelasan terhadap komponen-komponen nasional TIN, untuk mendapatkan gambaran tentang informasi TIN yang berlaku di suatu negara. Langkah selanjutnya adalah menganalisis perlu atau tidaknya komponen-komponen tersebut ada dalam global TIN, kemudian dilanjutkan dengan tahap mendisain global TIN yang dapat berlaku secara universal

6 3 Data dan Analisis 3.1 TIN Nasional di Beberapa Negara Indonesia Dalam rangka mengantisipasi diberlakukannya sistem self assessment pada tahun 1984, Pemerintah Indonesia telah merancang Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) unik yang berlaku secara nasional. Pada prinsipnya setiap wajib pajak akan diberikan satu nomor unik yang berlaku secara nasional. Ke mana pun wajib pajak pindah alamat, nomor unik ini tetap melekat pada wajib pajak tersebut, dan tidak perlu berubah. Perubahan yang terjadi hanya pada kode KPP di mana ia terdaftar. Nomor Kode KPP ini merupakan informasi yang ditambahkan di belakang nomor unik tersebut. Setelah mengalami penyempurnaan, saat ini NPWP memiliki format sebagai berikut: Struktur NPWP tersebut mengandung informasi sebagai berikut: 99 Kode jenis Wajib Pajak, yang terdiri dari wajib pajak orang pribadi, wajib pajak badan, dan wajib pungut Nomor unik yang diberikan kepada seorang wajib pajak tertentu atau suatu perusahaan tertentu. Bagi perusahaan yang didaftarkan sebagai cabang dari suatu perusahaan lain, maka terhadap perusahaan ini diberikan nomor unik yang sama dengan perusahaan induknya atau kantor pusatnya. 9 Kode cek digit, yang digunakan untuk menguji apakah nomor unik telah ditulis dengan benar 999 Kode KPP di nama wajib pajak tersebut terdaftar atau berdomisili 999 Nomor kode cabang. Diisi dengan nomor urut cabang perusahaan. Untuk perusahaan induk atau kantor pusat, nomor kode cabang diisi dengan angka 000. Demikian pula untuk wajib pajak orang pribadi atau perusahaan yang tidak memiliki cabang, kode cabang juga diisi dengan 000.

7 3.1.2 Amerika Serikat Tax id Number (TIN) di Amerika Serikat dibedakan dalam tiga format yang berbeda. Untuk wajib pajak orang pribadi, diberikan nomor unik 9 digit dalam bentuk Social Security Number (SSN). Pada umumnya nomor unik SSN ditulis dengan format sebagai berikut: Sementara itu untuk entitas bisnis, seperti perusahaan atau koperasi, diberikan Employer Id Number (EIN), yang umumnya ditulis dengan format Sementara itu untuk truste, fidusia, serta entitas non bisnis lainnya diberikan Tax Id Number (TIN). Nomor tersebut berlaku secara nasional. Tidak ada penjelasan di wilayah mana wajib pajak tersebut berdomosili, atau terdaftar sebagai wajib pajak. Juga tidak ada penjelasan tentang perlakuan terhadap perusahaan yang merupakan cabang atau unit bisnis dari perusahaan lain, apakah mendapatkan nomor unik yang sama dengan perusahaan induknya, ataukah mendapatkan nomor unik sendiri, yang berbeda dengan nomor unik perusahaan induknya Uni Eropa Belum semua negara uni eropa menggunakan Tax Id Number (TIN) sebagai identitas wajib pajaknya. Negara-negara Uni Eropa yang telah menggunakan TIN sebagai identitas wajib pajak, memberlakukannya secara nasional. Tidak ada TIN yang berlaku sama di tingkat Uni Eropa. Juga tidak ada standar penomoran TIN untuk negara-negara Uni Eropa. Masingmasing negara memiliki kebebasan untuk merancang format TIN yang berlaku di negaranya. Pemerintah Jerman memberikan TIN untuk wajib pajak orang pribadi, yang berupa 11 digit nomor identitas unik. Namun TIN ini hanya untuk kepentingan administrasi saja, dan tidak dimunculkan dalam dokumen resmi identitas wajib pajak. Pemerintah Belanda memberikan TIN sebagai identitas wajib pajak, yang terdiri 9 digit nomor unik. Nomor ini dimunculkan dalam kartu identitas penduduk, paspor, dan surat ijin mengemudi. Pemerintah Perancis tidak memberikan TIN untuk para wajib pajaknya. Untuk mengidentifikasi wajib pajak, aparat pajak menggunakan nama belakang, nama depan, tanggal lahir, nama komunitas dan kode negara bagian, serta alamat penerima manfaat pajak. Identitas ini bisa diperoleh pada KTP yang berlaku secara nasional.

8 Sejak 1 Januari 2009 Pemerintah Kroasia telah memperkenalkan penggunaan Personal Id Number (PIN) sebagai identitas wajib pajak, dan mulai 1 januari 2011, PIN ini menjadi satusatunya identitas diri dalam sistem hukum kroasia. PIN di Kroasia terdiri dari 11 digit nomor unik, yang diberikan kepada individu atau wajib pajak pribadi. Nomor PIN ini dimunculkan dalam berbagai dokumen formal, seperti paspor, kartu identitas penduduk, kartu kesehatan, formulir pembayaran pajak, dll. Latvia menggunakan Personal Identification Code (PIC) yang digunakan sebagai Tax Id Number. PIC terdiri dari 11 digit nomor unik yang terdiri dari komponen sebagai berikut: DDMMYY Tanggal lahir Nomor unit untuk orang yang lahir pada tanggal tersebut. PIC Latvia muncul dalam dokumen-dokumen formal, seperti Kartu Identitas Penduduk, Paspor, atau Surat Ijin Mengemudi Filipina Semua perusahaan yang beroperasi di filipina wajib mendaftarkan diri ke Bureau of Internal Revenue (BIR), dan berdasarkan pendaftaran ini BIR menerbitkan Tax Id Number. TIN di Filipina terdiri dari 13 digit, yang terdiri dari: sembilan digit nomor unik, yang diberikan kepada seorang taxpayer tertentu. Apabila taxpayer ini membuka tempat usaha baru, maka akan mendapatkan nomor unik yang sama dengan perusahaan induknya, hanya kode tempat usahanya yang berbeda. 999 tiga digit kode tempat usaha (business place), dan X satu digit kode pajak. V untuk wajib pajak yang punya kewajiban VAT, dan N untuk wajib pajak yang tidak memiliki kewajiban VAT

9 Nomor TIN Filipina harus tertulis di dokumen-dokumen perusahaan seperti faktur, kuitansi dll. Sebagai contoh, suatu perusahaan mendapatkan TIN unik nomor Untuk kantor pusatnya, akan diberikan nomor tim V. Huruf V mengidentifikasikan bahwa wajib pajak ini memiliki kewajiban pajak VAT. Sementara itu untuk tempat usaha yang ke lima akan diberikan nomor unik sbb: V. Nomor 005 mengindikasikan bahwa tempat usaha ini merupakan tempat usaha yang ke lima bagi perusahaan. 3.2 Analisis Kebutuhan Global TIN Apa itu global TIN Global TIN merupakan TIN universal, atau TIN yang berlaku untuk semua negara di dunia. Karena sifatnya yang universal, global TIN harus memiliki struktur yang sama, walaupun kalau dilihat lebih mendalam mungkin saja setiap negara memiliki aturan yang berbeda dalam hal pemberian TIN pada wajib pajak di negara masing-masing Perlunya Data Wajib Pajak Universal Pemikiran tentang perlunya Global TIN timbul ketika aparat pajak di suatu negara memerlukan data tentang perusahaan multinasional yang beroperasi di beberapa negara. Aparat pajak pada umumnya hanya memiliki data perusahaan multinasional yang ada di negaranya saja. Sementara itu, data perusahaan multi nasional yang berada di negara lain sulit untuk di lacak, perusahan-perusahaan ini beroperasi di negara mana saja. Permasalahan berikutnya adalah bagaimana bisa mendapatkan data perusahaan multinasional, yang salah satunya beroperasi di negara tersebut? Perusahaan multi nasional yang beroperasi di berbagai negara pada dasarnya merupakan satu entitas bisnis, yang memanfaatkan sumber-sumber daya yang berada di berbagai negara untuk satu tujuan yang sama, yaitu untuk memperoleh keuntungan. Dalam mencapai tujuannya untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar, suatu perusahaan multi nasional mungkin saja mengorbankan anak perusahaannya yang ada di suatu negara tertentu, dan memberikan manfaat lebih kepada anak perusahaan yang berada di negara lain.

10 Dari kacamata pemerintah yang mengelola pajak negara, suatu perusahaan multinasional merupakan kumpulan dari entitas-entitas bisnis di berbagai negara yang saling bekerja sama untuk mencapai satu tujuan bersama. Masalahnya, pemerintah suatu negara hanya bisa mengatur entitas bisnis yang ada di negaranya saja. Apabila suatu perusahaan multinasional memiliki 100 anak perusahaan yang di antaranya ada 10 perusahaan yang berada di Indonesia, Pemerintah Indonesia hanya bisa memantau perkembangan bisnis 10 anak perusahaan yang berada di Indonesia saja. Sementara itu, 90 perusahaan lainnya yang berada di luar wilayah Indonesia tidak bisa dijangkau oleh petugas pajak Indonesia. Perusahaan-perusahaan ini tersebar di berbagai negara di dunia, yang sulit dilacak keberadaannya Kemudahan dalam Pertukaran Informasi Data Pajak Antar Negara Untuk bisa memahami kondisi perusahaan multinasional secara komprehensif, aparat pajak suatu negara perlu bekerjasama dengan aparat pajak dari negara-negara lain di mana perusahaan multinasional tersebut beroperasi. Saling tukar informasi perlu dilakukan oleh para aparat pajak untuk bisa mendapatkan gambaran yang komprehensif dari perusahaan multinasional tersebut. Namun kesiapan negara-negara untuk bertukar informasi sangat beragam. Pencarian data dari suatu perusahaan multi nasional mungkin dapat dilakukan dengan mudah bagi negara-negara yang sistem administrasi pajaknya didukung dengan teknologi informasi yang memadai. Namun bagi negara-negara yang teknologi informasinya masih ketinggalan, pencarian data perusahaan multinasional bukanlah pekerjaan yang mudah, dan perlu waktu relatif lama untuk memperolehnya. Situasinya akan berbeda apabila di dunia ini terdapat satu database wajib pajak yang universal, yang berisi data wajib pajak dari seluruh negara di dunia. Data perusahaan multinasional dari berbagai negara pun ada di sini. Dengan demikian untuk mencari data suatu perusahaan tertentu, misalnya Samsung, maka akan diperoleh informasi perusahaan ini beroperasi di negara mana saja Menghubungkan Data Wajib Pajak Antar Negara Teknologi komputer, internet, dan telekomunikasi yang semakin canggih memungkinkan untuk menggabung data perusahaan multi nasional yang berada di berbagai lokasi dan menyajikannya dalam satu paket informasi yang komprehensif. Masalahnya,

11 setiap negara saat ini memiliki TIN yang berbeda. Bisa jadi, satu perusahaan multi nasional yang ada di suatu negara memiliki TIN yang berbeda dengan perusahaan multinasional yang sama, yang berada di negara lain. Demikian juga dengan data wajib pajak, setiap negara bisa memiliki data wajib pajak masing-masing. Namun apabila semua negara menggunakan TIN dengan format yang sama, maka dengan mudah komputer dapat memilih dan memilah data pajak dari berbagai negara dan menyajikannya dalam satu paket informasi yang komprehensif. Sebagai contoh, data Starbuck, Coca-cola MacDonald, Toyota, Samsung dan berbagai perusahaan multi nasional lain pasti terdapat di banyak negara yang berbeda. Apabila data Samsung, misalnya, memiliki nomor TIN yang sama di seluruh dunia, hanya kode negara saja yang berbeda, maka dengan mudah akan dapat diketahui aktivitas perusahaan multinasional ini di berbagai negara. Dengan mudah akan dapat diketahui berapa tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan Samsung di berbagai negara. Apabila keuntungan yang diperoleh Samsung di suatu negara lebih besar dibandingkan keuntungan yang diperoleh di negara lainnya, maka perlu dicermati transaksi antar perusahaan dalam kelompok Samsung, untuk melihat kemungkinannya terjadi transfer pricing yang menggeser keuntungan dari suatu negara dan mengalihkannya ke negara lain. 3.3 Disain Global TIN Struktur Global TIN Pada dasarnya global TIN terdiri dari dua bagian, yaitu bagian utama adalah TIN yang berlaku secara universal, dan sebagai tambahan adalah informasi yang diperlukan untuk memudahkan sistem administrasi pajak di negara yang bersangkutan. Bagian utama dari Global TIN memiliki struktur data sebagai berikut: , dengan penjelasan sebagai berikut: 999 Kode Negara di mana Taxpayer menjadi warga negara, atau mendaftarkan diri 9 Jenis Taxpayer, apakah sebagai individu, corporate, atau withholding

12 Nomor unik TIN 999 Kode negara di mana taxpayer berdomisili atau menjalankan kegiatan usaha 999 Kode afiliasi / cabang / permanent establishment (BUT) Untuk keperluan sistem administrasi pajak di masing-masing negara, dapat ditambahkan data sebagai berikut: Kode wilayah / negara bagian digabung dengan kode distrik / kantor pelayanan, dll, sesuai dengan kebutuhan dari negara yang bersangkutan Setiap Taxpayer memiliki Nomor Unik Sebagian besar negara yang telah menggunakan Tax Id Number (TIN) sebagai identitas wajib pajak pada umumnya telah memiliki sistem bagaimana memberikan TIN kepada wajib pajaknya. Seperti di Indonesia, setiap wajib pajak pada dasarnya memiliki TIN yang unik. Kecuali untuk wajib pajak yang merupakan perusahaan cabang atau perusahaan afiliasi, diberikan TIN yang sama dengan TIN perusahaan induknya. Sebagai contoh, suatu perusahaan dengan TIN unik memiliki tiga anak perusahaan atau cabang perusahaan yang berada di satu negara yang sama. Ketiga anak perusahaan tersebut akan mendapatkan TIN unik dengan nomor yang sama dengan TIN perusahaan induknya, yaitu Hal yang membedakan adalah Kode afiliasi / cabang. Elemen kode cabang untuk Perusahaan induknya diisi dengan kode 000, sedangkan untuk perusahaan cabangnya, secara berturut-turut diisi dengan kode 001, 002, dan 003. Apabila di kemudian hari perusahaan ini membuka cabang baru lagi, akan diberikan TIN unik yang sama, yaitu , dengan kode cabang 004. Studi literatur di beberapa negara juga mengindikasikan bahwa setiap wajib pajak diberi TIN yang unik. Jumlah digit TIN antar negara bisa berbeda. Ada yang 7 digit, 9 digit, atau 11 digit. Jumlah digit dalam TIN ditentukan oleh negara yang bersangkutan, dengan berbagai pertimbangan yang berbeda. Salah satu pertimbangan yang umum digunakan adalah jumlah penduduk yang ada di negara yang bersangkutan. Negara dengan jumlah penduduk hingga ratusan juta akan memerlukan jumlah digit TIN yang lebih besar dibandingkan

13 dengan negara yang jumlah penduduknya hanya dalam satuan juta penduduk. Cara pemberian TIN pun juga berbeda. Ada yang diberikan secara online dengan pemberian TIN yang terpusat, namun ada pula yang diberikan secara offline, dan pemberian nomor didistribusikan ke kantor-kantor pelayanan pajak. Dalam konsep rancangan global TIN, jumlah digit yang digunakan standar, dengan mengacu kepada negara yang memiliki jumlah penduduk terbesar. Sebagai contoh China memiliki jumlah penduduk sebanyak satu milyar lebih. Untuk itu, jumlah digit TIN unik minimal adalah 10 digit Nomor unik yang ada sedapat mungkin dipertahankan Membangun sistem pemberian nomor unik pada saat wajib pajak mendaftarkan diri, bukanlah pekerjaan yang mudah, setiap negara bisa memiliki sistem yang berbeda. Oleh karenanya, sistem yang ada pada masing-masing negara sebaiknya dipertahankan. Nomor unik yang sudah diberikan kepada wajib pajak tidak perlu dicabut atau diganti dengan sistem yang baru. Hanya jumlah digitnya saja yang disesuaikan, dikurangi atau ditambahkan, sehingga TIN global memiliki jumlah digit yang sama. Sebagai contoh, seorang wajib pajak di Indonesia memiliki nomor unik (sembilan digit), dengan diberlakukannya global TIN, maka identitas wajib pajak tersebut akan berubah menjadi Nomor unik berubah menjadi 10 digit, dengan menambahkan satu angka 0 di depannya, sehinga menjadi Sebagai individual yang tidak memiliki cabang, maka kode cabang diisi dengan angka 000. Kode negara di mana wajib pajak berdomisili diisi dengan kode negara Indonesia, yaitu Semua perusahaan afiliasi / cabang / PE mengikuti nomor unik perusahaan induknya, yang membedakan adalah kode afiliasi Semua perusahaan afiliasi / cabang / PE memiliki nomor unik yang sama dengan perusahaan induknya, yang membedakan adalah kode afiliasi Tidak perlu membuat nomor unik yang baru, kecuali untuk wajib pajak yang ternyata merupakan perusahaan cabang dari suatu perusahaan induk yang ada di negara lain. Sebagai contoh perusahaan Samsung Indonesia telah mendaftar diri sebagai wajib pajak di Indonesia,

14 dan diberi TIN dengan nomor unik Dengan diberlakukannya Global TIN, diketahui bahwa Kantor Pusat dari Samsung berada di negara Korea Selatan, dan telah terdaftar sebagai wajib pajak di Korea Selatan dengan TIN Konsekuensinya, TIN yang diberikan kepada Samsung Indonesia (nomor ) harus dicabut dan diganti dengan TIN kantor pusatnya, yaitu no Ada identitas / kode negara di mana taxpayer menjadi warga negara, atau pertama kali mendaftarkan diri sebagai taxpayer Ini adalah kode negara di mana seorang wajib pajak pertama kali mendaftarkan diri atau menjadi warga negara. Untuk perusahaan multinasional, kode negara ini diisi dengan kode negara untuk perusahaan induknya (kantor pusatnya). Sebagai contoh, perusahaan multinasional Indofood pertama kali mendaftarkan diri sebagai wajib pajak di Indonesia. Maka perusahaan ini akan mendapatkan global TIN dengan kode negara 062. Kemudian perusahaan ini mendirikan anak perusahaan di beberapa negara lain, seperti Malaysia, Singapura, Thailand, dan Kenya. Pada waktu mendaftar sebagai wajib pajak di Malaysia, Indofood Malaysia menggunakan kode negara Indonesia (062) sebagai identitas negara di mana wajib pajak pertama kali mendaftarkan diri. Demikian pula untuk Indofood Singapura, Thailand, dan Kenya, semua menggunakan kode negara Indonesia Identitas / kode negara di mana taxpayer menjalankan bisnisnya Ini adalah kode negara di mana seorang taxpayer menjalankan bisnisnya, atau berdomisili. Sebagai contoh, seorang taxpayer warga negara Indonesia, mendaftarkan diri sebagai wajib pajak di Indonesia, dan mendapatkan global TIN sebagai berikut: Apabila suatu saat wajib pajak ini pindah ke Kanada, maka Global TIN wajib pajak ini akan berubah menjadi Dalam hal ini, nomor unik yang diberikan tidak mengalami perubahan, hanya kode negara di mana ia berdomisili yang mengalami perubahan, yaitu dari 062 (Indonesia) menjadi 002 (Kanada). Kode negara di mana ia mendaftarkan diri tidak berubah, tetap 062 (Indonesia). Global TIN di atas mengindikasikan bahwa sebagai wajib pajak ia akan berhubungan dengan pemerintah Indonesia (062), di mana ia menjadi warga negara, serta pertama kali

15 mendaftarkan diri sebagai wajib pajak. Di samping itu, ia juga akan berhubungan dengan pemerintah Kanada (002), di mana ia berdomisili, atau kelakukan kegiatan usaha. 4 Simpulan dan Saran Berdasarkan analisis di atas, dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut: 1 Sebagian besar negara-negara di dunia telah memiliki TIN yang berlaku secara nasional. Namun masih terdapat juga negara-negara yang belum memiliki TIN yang berlaku secara nasional. 2 TIN yang berlaku di berbagai negara saat ini pada umumnya memiliki format dan struktur data yang berbeda antar negara. Namun setiap negara pada umumnya memberikan nomor unik untuk suatu taxpayer tertentu. Beberapa negara yang disurvey memberikan nomor unik yang sama bagi perusahaan-perusahaan cabang / afiliasi / tempat usaha yang tergabung dalam satu perusahaan yang sama. 3 Global TIN merupakan nomor TIN universal, yang berlaku di semua negara di dunia. Global TIN dirancang untuk memudahkan wajib pajak dalam berhubungan dengan aparat pajak di mana ia menjadi warga negara dan di mana ia berdomisili atau menjalankan kegiatan usaha. Bagi aparat pajak, global TIN memberikan informasi di negara mana ia pertama kali mendaftarkan diri sebagai wajib pajak, serta di negara mana dia menjalankan kegiatan usahanya. Informasi ini akan memberikan kemudahan dengan siapa aparat pajak suatu negara harus berhubungan dalam rangka tukar-menukar informasi data perpajakan atas wajib pajak yang sama.

16 4 Global TIN memberikan satu nomor unik bagi perusahaan multinasional yang melakukan kegiatan usaha di berbagai negara. Semua entitas bisnis yang tergabung dalam satu perusahaan multinasional akan mendapatkan nomor unik yang sama, namun dengan kode negara domisili dan nomor cabang atau afiliasi yang berbeda. Kode negara domisili diisi dengan kode negara dimana entitas bisnis tersebut beroperasi. Nomor cabang diisi dengan nomor urut cabang dari perusahaan multinasional tersebut. 5 Global TIN memberikan kemudahan bagi aparat pajak untuk mengidentifikasi, transaksitransaksi mana yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan independent, dan transaksitransaksi mana yang dilakukan oleh perusahaan yang tergabung dalam afiliasi yang sama. Global TIN diharapkan dapat meminimize kemungkinan terjadinya malpraktek dalam transfer pricing. Berdasarkan kesimpulan di atas, direkomendasikan : 1 Perlu adanya sosialisasi untuk meningkatkan kesadaran para aparat pajak di berbagai negara tentang pentingnya Global TIN untuk mendukung sistem administrasi pajak yang lebih baik 2 Perlu dilakukan kajian bersama untuk merancang Global TIN dan mewujudkannya dalam kerjasama antar aparat pajak dari berbagai negara 3 Perlu dibangun satu portal untuk membangun database taxpayer dari negara-negara yang bersedia untuk kerjasama antar negara dalam membangun Global TIN. Referensi Tax Identification Numbers (TINs). Country Sheet: The Netherlands (NL). European Commission. Dalam _country_sheet_nl_en.pdf diakses tanggal 2 April Tax Identification Numbers (TINs). Country Sheet: Croatia (HR). European Commission. Dalam _country_sheet_hr_en.pdf diakses tanggal 2 April 2014

17 Tax Identification Numbers (TINs). European Commission. Dalam diakses tanggal 25 Maret Tax Identification Numbers (TINs). Country Sheet: Germany (DE). European Commission. Dalam _country_sheet_de_en.pdf diakses tanggal 2 April Tax Identification Numbers (TINs). Country Sheet: France (FR). European Commission. Dalam _country_sheet_fr_en.pdf diakses tanggal 2 April Tax Identification Numbers (TINs). Country Sheet: Latvia (LV). European Commission. Dalam _country_sheet_lv_en.pdf diakses tanggal 2 April Outline of Taxpayer Identification Number System in Several Countries. Dalam 3.htm diakses tanggal 29 Januari Tanpa Tahun. NPWP dan NPPKP. Dalam web&cd=14&ved=0chcqfjan&url=http%3a%2f%2fwww.mdp.ac.id%2fmateri%2f %2FAD207%2F131088%2FAD ppt&ei=28ZDU- 3jFYWIrgfU8YGACg&usg=AFQjCNHYdv_5ya61zyHgGkQoFIaYx701JA&sig2=vcILr jan-1sj8sa6ssbeug&bvm=bv ,d.bmk diakses 8 April Tanpa tahun. Taxpayer Identification Number. Dalam 663e399265df0ee a11402f/content.htm?frameset=/en/cd/573f e a11402f/frameset.htm, diunduh pada 25 Maret 2014

18

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Tarif pajak penghasilan atas badan (PPh badan) yang besarnya ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Tarif pajak penghasilan atas badan (PPh badan) yang besarnya ditentukan oleh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Tarif pajak penghasilan atas badan (PPh badan) yang besarnya ditentukan oleh masing-masing negara, memungkinkan terjadinya variasi tarif PPh badan antara satu negara

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 29/PJ/2017 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN LAPORAN PER NEGARA DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 29/PJ/2017 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN LAPORAN PER NEGARA DIREKTUR JENDERAL PAJAK, PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 29/PJ/2017 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN LAPORAN PER NEGARA DIREKTUR JENDERAL PAJAK, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 12 ayat (2) Peraturan

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 28/PJ/2015 TENTANG DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 28/PJ/2015 TENTANG DIREKTUR JENDERAL PAJAK, PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 28/PJ/2015 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN DAN PENCABUTAN SERTIFIKAT ELEKTRONIK DIREKTUR JENDERAL PAJAK, Menimbang : a. bahwa Pengusaha Kena Pajak untuk dapat

Lebih terperinci

TATA CARA PERTUKARAN INFORMASI BERDASARKAN PERMINTAAN

TATA CARA PERTUKARAN INFORMASI BERDASARKAN PERMINTAAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 125/PMK.010/2015 TENTANG : PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 60/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PERTUKARAN INFORMASI (EXCHANGE

Lebih terperinci

PER - 41/PJ/2015 PENGAMANAN TRANSAKSI ELEKTRONIK LAYANAN PAJAK ONLINE

PER - 41/PJ/2015 PENGAMANAN TRANSAKSI ELEKTRONIK LAYANAN PAJAK ONLINE PER - 41/PJ/2015 PENGAMANAN TRANSAKSI ELEKTRONIK LAYANAN PAJAK ONLINE Contributed by Administrator Tuesday, 08 December 2015 Pusat Peraturan Pajak Online PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER -Â

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 163/PMK.03/2012 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 163/PMK.03/2012 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 163/PMK.03/2012 TENTANG BATASAN DAN TATA CARA PENGENAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KEGIATAN MEMBANGUN SENDIRI

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA. A. Permintaan Informasi kepada Otoritas Pajak Negara Mitra atau Yurisdiksi Mitra

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA. A. Permintaan Informasi kepada Otoritas Pajak Negara Mitra atau Yurisdiksi Mitra LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 125/PMK.010/2015 TENTANG : PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 60/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PERTUKARAN INFORMASI (EXCHANGE OF INFORMATION)

Lebih terperinci

A. PENENTUAN WAJIB PAJAK YANG WAJIB MENYELENGGARAKAN DAN MENYIMPAN DOKUMEN PENENTUAN HARGA TRANSFER

A. PENENTUAN WAJIB PAJAK YANG WAJIB MENYELENGGARAKAN DAN MENYIMPAN DOKUMEN PENENTUAN HARGA TRANSFER LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 213/PMK.03/2016 TENTANG : JENIS DOKUMEN DAN/ATAU INFORMASI TAMBAHAN YANG WAJIB DISIMPAN OLEH WAJIB PAJAK YANG MELAKUKAN TRANSAKSI DENGAN PARA

Lebih terperinci

FORMULIR INFORMASI PERPAJAKAN NASABAH INDIVIDU

FORMULIR INFORMASI PERPAJAKAN NASABAH INDIVIDU FORMULIR INFORMASI PERPAJAKAN NASABAH INDIVIDU Cabang :... Tanggal : - - Nomor Customer : (diisi oleh Bank) Nama Nasabah :... Negara Asal Sesuai Kartu Identitas :... Negara Tempat Lahir :... Mohon berikan

Lebih terperinci

TATA CARA PERTUKARAN INFORMASI BERDASARKAN PERMINTAAN

TATA CARA PERTUKARAN INFORMASI BERDASARKAN PERMINTAAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 60/PMK.03/2014 TENTANG : TATA CARA PERTUKARAN INFORMASI (EXCHANGE OF INFORMATION) TATA CARA PERTUKARAN INFORMASI BERDASARKAN PERMINTAAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN KHUSUS SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN

LAMPIRAN KHUSUS SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN 0 A DAFTAR PENYUSUTAN DAN AMORTISASI FISKAL NPWP : NAMA WAJIB PAJAK : BULAN / HARGA NILAI SISA BUKU FISKAL METODE PENYUSUTAN / AMORTISASI KELOMPOK / JENIS HARTA TAHUN PEROLEHAN AWAL TAHUN PENYUSUTAN /

Lebih terperinci

I. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 9/PMK.03/2018

I. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 9/PMK.03/2018 I. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 9/PMK.03/2018 Pada tanggal 23 Januari 2018 telah dikeluarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 9/PMK.03/2018 tentang Perubahan Atas

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 32 /PJ/2017 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 32 /PJ/2017 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 32 /PJ/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-41/PJ/2015

Lebih terperinci

TATA CARA PERMOHONAN PIN, USER ID & PASSWORD

TATA CARA PERMOHONAN PIN, USER ID & PASSWORD LAMPIRAN I TATA CARA PERMOHONAN PIN, USER ID & PASSWORD 1. PKP Toko Retail melakukan pendaftaran melalui Aplikasi VAT Refund for Tourists dengan menginput: a. NPWP PKP dan nomor Surat Pengukuhan PKP atau

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 13 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 13 TAHUN 2013

LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 13 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 13 TAHUN 2013 LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 13 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. b.

Lebih terperinci

PROSEDUR PENYELESAIAN PERMOHONAN PENDAFTARAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI MELALUI TEMPAT TERTENTU DALAM RANGKA PENGAMPUNAN PAJAK

PROSEDUR PENYELESAIAN PERMOHONAN PENDAFTARAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI MELALUI TEMPAT TERTENTU DALAM RANGKA PENGAMPUNAN PAJAK Lampiran I Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor : SE-39/PJ/2016 Tanggal : 12 Agustus 2016 PROSEDUR PENYELESAIAN PERMOHONAN PENDAFTARAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI MELALUI TEMPAT TERTENTU DALAM RANGKA

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan bagi negara yang dapat

BAB IV PEMBAHASAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan bagi negara yang dapat BAB IV PEMBAHASAN Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan bagi negara yang dapat membantu pembangunan nasional, besar dan kecilnya pajak suatu negara ditentukan berdasarkan tingkat pendapatan rakyat

Lebih terperinci

Sebuah Nomor Identitas unik yang terintegrasi dengan gabungan data dari. dan swasta, Sehingga bisa digunakan

Sebuah Nomor Identitas unik yang terintegrasi dengan gabungan data dari. dan swasta, Sehingga bisa digunakan SINGLE IDENTITY NUMBER Sebuah Nomor Identitas unik yang terintegrasi dengan gabungan data dari berbagai macam institusi pemerintah dan swasta, Sehingga bisa digunakan di berbagai instansi, yang dirancang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SRAGEN, Menimbang : a. bahwa untuk memberikan perlindungan,

Lebih terperinci

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 40/PJ/2017 TENTANG

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 40/PJ/2017 TENTANG 29 November 2017 SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 40/PJ/2017 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-18/PJ/2017 TENTANG TATA CARA PENELITIAN BUKTI PEMENUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 32/PJ/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 32/PJ/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 32/PJ/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-41/PJ/2015 TENTANG PENGAMANAN TRANSAKSI ELEKTRONIK LAYANAN PAJAK ONLINE DIREKTUR

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-06/PJ/2018 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-06/PJ/2018 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-06/PJ/2018 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-41/PJ/2015

Lebih terperinci

Penyampaian SPT Tahunan secara e-filing WP OP dengan formulir 1770S atau 1770SS. Lebih Mudah Lebih Murah Lebih Cepat

Penyampaian SPT Tahunan secara e-filing WP OP dengan formulir 1770S atau 1770SS. Lebih Mudah Lebih Murah Lebih Cepat Penyampaian SPT Tahunan secara e-filing WP OP dengan formulir 1770S atau 1770SS Lebih Mudah Lebih Murah Lebih Cepat Latar belakang Proses penerimaan SPT Tahunan selama ini menimbulkan efek antrian WP di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan tinggi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan tinggi dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan tinggi dalam perdagangan lintas negara, terutama dipengaruhi oleh kehadiran perusahaan multinasional (Multinational

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 42/PJ/2017 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 42/PJ/2017 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 42/PJ/2017 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGAMANAN TRANSAKSI ELEKTRONIK LAYANAN PAJAK ONLINE

Lebih terperinci

Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak PJ.091/PPN/S/001/

Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak PJ.091/PPN/S/001/ Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak PJ.091/PPN/S/001/2015-00 DASAR HUKUM UU PPN Pasal 13 (8 ) UU PPN (Tata Cara Pembuatan FP diatur dengan atau berdasarkan PMK) PMK PERDIRJEN KEPDIRJEN Pasal

Lebih terperinci

DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

DIREKTUR JENDERAL PAJAK, PERATURAN DIRJEN PAJAK NOMOR PER-1/PJ/2014 TANGGAL 6 JANUARI 2014 TENTANG TATA CARA PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN BAGI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI YANG MENGGUNAKAN FORMULIR 1770S ATAU 1770SS SECARA

Lebih terperinci

LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 16 /SEOJK.03/2017 TENTANG

LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 16 /SEOJK.03/2017 TENTANG LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 16 /SEOJK.03/2017 TENTANG PENYAMPAIAN INFORMASI NASABAH ASING TERKAIT PERPAJAKAN DALAM RANGKA PERTUKARAN INFORMASI SECARA OTOMATIS ANTARNEGARA DENGAN

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. terbagi menjadi 2 metode, yaitu: a. Melalui Surat Setoran Pajak (SSP)

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. terbagi menjadi 2 metode, yaitu: a. Melalui Surat Setoran Pajak (SSP) BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Pembahasan Masalah 1. Prosedur Pembayaran Pajak Metode pembayaran/penyetoran pajak kepada negara saat ini terbagi menjadi 2 metode, yaitu: a. Melalui Surat Setoran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk elektronik (e-filing). E-filing adalah suatu cara penyampaian SPT Tahunan

BAB I PENDAHULUAN. bentuk elektronik (e-filing). E-filing adalah suatu cara penyampaian SPT Tahunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pajak sebagai salah satu sumber penerimaan negara yang pemungutannya dapat dipaksakan yang didasarkan pada undang-undang. Penerimaan Negara yang bersumber

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 06/PJ/2018 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 06/PJ/2018 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 06/PJ/2018 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-41/PJ/2015 TENTANG PENGAMANAN TRANSAKSI ELEKTRONIK LAYANAN PAJAK ONLINE

Lebih terperinci

SISTEM DAN PROSEDUR PENDAFTARAN PENDUDUK. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Magelang

SISTEM DAN PROSEDUR PENDAFTARAN PENDUDUK. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Magelang SISTEM DAN PROSEDUR PENDAFTARAN PENDUDUK Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Magelang PENGERTIAN 1. Administrasi Kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan dan penertiban dalam penerbitan

Lebih terperinci

BAB 4. Pembahasan Hasil Penelitian

BAB 4. Pembahasan Hasil Penelitian BAB 4 Pembahasan Hasil Penelitian 4.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai Sebagai pajak atas konsumsi dalam negeri maka PPN hanya dikenakan atas barang atau jasa yang dikomsumsi di dalam daerah

Lebih terperinci

PANDUAN PENDAFTARAN PROGRAM SATU JUTA DOMAIN.ID

PANDUAN PENDAFTARAN PROGRAM SATU JUTA DOMAIN.ID PANDUAN PENDAFTARAN PROGRAM SATU JUTA DOMAIN.ID Program 1 Juta Domain merupakan salah satu program unggulan Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia untuk meningkatkan konten-konten positif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara yang digunakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran negara. Untuk melaksanakan pembangunan dibutuhkan dana yang tidak sedikit,

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 51/PJ/2008 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 51/PJ/2008 TENTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 51/PJ/2008 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK BAGI ANGGOTA KELUARGA DIREKTUR

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-41/PJ/2015 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-41/PJ/2015 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-41/PJ/2015 TENTANG PENGAMANAN TRANSAKSI ELEKTRONIK LAYANAN PAJAK ONLINE DIREKTUR JENDERAL

Lebih terperinci

Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak PJ.091/PPN/S/001/

Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak PJ.091/PPN/S/001/ Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak PJ.091/PPN/S/001/2015-00 DASAR HUKUM DEFINISI e-faktur MANFAAT e-faktur TAHAPAN IMPLEMENTASI e-faktur KEWAJIBAN MEMBUAT e-faktur SERTIFIKAT ELEKTRONIK

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1. Prosedur e-filing dalam pengadministrasian perpajakan Sesuai dengan peraturan PER-146/PJ/2006 tanggal 29 September 2006, tentang Petunjuk Pengisian SPT Masa PPN dan Lampiran

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-02/PJ/ 2018 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-20/PJ/

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pesatnya pertumbuhan kegiatan ekonomi internasional turut merangsang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pesatnya pertumbuhan kegiatan ekonomi internasional turut merangsang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pesatnya pertumbuhan kegiatan ekonomi internasional turut merangsang berkembangnya perusahaan multinasional. Dalam perusahaan multinasional terjadi berbagai

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 39 /PJ/2011 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 39 /PJ/2011 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 39 /PJ/2011 TENTANG TATA CARA PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN BAGI WAJIB PAJAK ORANG

Lebih terperinci

Dasar-dasar Studi Kasus Perpajakan

Dasar-dasar Studi Kasus Perpajakan S Modul 1 Dasar-dasar Studi Kasus Perpajakan PENDAHULUAN Suryohadi, S.H., M.M. tudi Kasus Perpajakan adalah suatu kajian mengenai masalah-masalah yang timbul atau yang terjadi di dalam masyarakat berkenaan

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL TENTANG SERTIFIKASI DAN REGISTRASI TENAGA AHLI. BAB I KETENTUAN UMUM.

MEMUTUSKAN : PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL TENTANG SERTIFIKASI DAN REGISTRASI TENAGA AHLI. BAB I KETENTUAN UMUM. an Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi (Lembaran Negara RI Tahun 2010 Nomor 157); 2. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengguna di seluruh dunia (http://id.wikipedia.org/wiki/internet). Oleh sebab itu

BAB I PENDAHULUAN. pengguna di seluruh dunia (http://id.wikipedia.org/wiki/internet). Oleh sebab itu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mulai maraknya era globalisasi akhir-akhir ini membuat berkembangnya berbagai macam perkembangan teknologi yang ada. Salah satu teknologi yang mulai berkembang dengan

Lebih terperinci

PANDUAN PENDAFTARAN PROGRAM SATU JUTA DOMAIN.ID

PANDUAN PENDAFTARAN PROGRAM SATU JUTA DOMAIN.ID PANDUAN PENDAFTARAN PROGRAM SATU JUTA DOMAIN.ID Program 1 Juta Domain merupakan salah satu program unggulan Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia untuk meningkatkan konten-konten positif

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI NOMOR : 16 TAHUN 2009 TLD NO : 15

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI NOMOR : 16 TAHUN 2009 TLD NO : 15 1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI NOMOR : 16 TAHUN 2009 TLD NO : 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDAFTARAN PENDUDUK DAN RETRIBUSI PENGGANTIAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Efektivitas 2.1.1 Pengertian Efektivitas Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Kamus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. uang sebanyak-banyaknya untuk kas negara. Semakin tinggi pemasukan pajak

BAB I PENDAHULUAN. uang sebanyak-banyaknya untuk kas negara. Semakin tinggi pemasukan pajak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak dilihat dari sudut pandang pemerintah merupakan salah satu sumber penerimaan untuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan. Sebagai sumber

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN DAN PENYAJIAN DATA. Secara garis besar dasar hukumnya sebagai berikut :

BAB III GAMBARAN DAN PENYAJIAN DATA. Secara garis besar dasar hukumnya sebagai berikut : BAB III GAMBARAN DAN PENYAJIAN DATA A. Dasar Hukum Dasar hukum mengenai mekanisme pendaftaran dan pencabutan Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak seiring perkembangan ilmu pengetahuan tentang perpajakan

Lebih terperinci

2015, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456); 2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan So

2015, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456); 2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan So BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1812, 2015 BPJS Kesehatan. Peserta Perorangan. Pendaftaran. Pembayaran. Tata Cara PERATURAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2009 TENTANG PENERAPAN KARTU TANDA PENDUDUK BERBASIS NOMOR INDUK KEPENDUDUKAN SECARA NASIONAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2009 TENTANG PENERAPAN KARTU TANDA PENDUDUK BERBASIS NOMOR INDUK KEPENDUDUKAN SECARA NASIONAL PERATURAN PRESIDEN NOMOR 26 TAHUN 2009 TENTANG PENERAPAN KARTU TANDA PENDUDUK BERBASIS NOMOR INDUK KEPENDUDUKAN SECARA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa Kartu Tanda

Lebih terperinci

mandiri virtual account

mandiri virtual account PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN mandiri virtual account HIMPSI (Himpunan Psikologi Indonesia) Call mandiri 14000 atau (021) 5299-7777 Terdepan, Terpercaya, Tumbuh bersama Anda. MANDIRI VIRTUAL ACCOUNT (MVA)

Lebih terperinci

MEMUTUSKTKN : PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL TENTANG SERTIFIKASI DAN REGISTRASI TENAGA TERAMPIL. BAB I KETENTUAN UMUM

MEMUTUSKTKN : PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL TENTANG SERTIFIKASI DAN REGISTRASI TENAGA TERAMPIL. BAB I KETENTUAN UMUM tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi (Lembaran Negara RI Tahun 2010 Nomor 157). 2. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 51/PRT/M/2015 tentang Tata Cara Pemilihan Pengurus,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Umum dan Tata Cara Perpajakan Sebagaimana telah Diubah Terakhir dengan

BAB I PENDAHULUAN. Umum dan Tata Cara Perpajakan Sebagaimana telah Diubah Terakhir dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sesuai dengan Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Sebagaimana telah Diubah Terakhir dengan (Direktorat Jenderal Pajak, 2009)pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor penggerak perekonomian dunia saat ini adalah minyak mentah. Kinerja dari harga minyak mentah dunia menjadi tolok ukur bagi kinerja perekonomian dunia

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Pengenaan Pajak atas Penghasilan PT PIBS. PT PIBS adalah perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi.

BAB IV PEMBAHASAN. Pengenaan Pajak atas Penghasilan PT PIBS. PT PIBS adalah perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi. BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Pengenaan Pajak atas Penghasilan PT PIBS PT PIBS adalah perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi. Selain mendapat imbalan atas jasa pelaksanaan konstruksi yang diberikan, PT

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENGAMATAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENGAMATAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENGAMATAN Seperti yang sudah dijelaskan pada BAB II (Tinjauan Pustaka), bahwa EFIN merupakan Nomor Identitas yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pajak kepada Wajib Pajak

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 05/PRT/M/2011 TENTANG PEDOMAN PERSYARATAN PEMBERIAN IZIN PERWAKILAN BADAN USAHA JASA KONSTRUKSI ASING

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 05/PRT/M/2011 TENTANG PEDOMAN PERSYARATAN PEMBERIAN IZIN PERWAKILAN BADAN USAHA JASA KONSTRUKSI ASING PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 05/PRT/M/2011 TENTANG PEDOMAN PERSYARATAN PEMBERIAN IZIN PERWAKILAN BADAN USAHA JASA KONSTRUKSI ASING KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.5899 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I EKONOMI. Pajak. Pengampunan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 131) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN

Lebih terperinci

SE - 67/PJ/2015 PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-38/PJ/2015 TENTANG

SE - 67/PJ/2015 PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-38/PJ/2015 TENTANG SE - 67/PJ/2015 PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-38/PJ/2015 TENTANG Contributed by Administrator Monday, 02 November 2015 Pusat Peraturan Pajak Online SURAT EDARAN DIREKTUR

Lebih terperinci

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 56 TAHUN 2009

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 56 TAHUN 2009 WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 56 TAHUN 2009 T E N T A N G PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN RETRIBUSI

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-12/PJ/2014 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-12/PJ/2014 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-12/PJ/2014 TENTANG TATA CARA PENCABUTAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK SECARA JABATAN ATAS PENGUSAHA KECIL PAJAK PERTAMBAHAN

Lebih terperinci

Syarat dan Ketentuan Mega Syariah Mobile

Syarat dan Ketentuan Mega Syariah Mobile Syarat dan Ketentuan Mega Syariah Mobile I. Istilah 1. Mega Syariah Mobile adalah layanan e-banking untuk melakukan transaksi finansial dan non-finansial yang dapat diakses melalui handphone dengan berbasis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. populer bagi negara. Hal ini terjadi akibat pengaruh pergeseran penerimaan dari

BAB I PENDAHULUAN. populer bagi negara. Hal ini terjadi akibat pengaruh pergeseran penerimaan dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerimaan dalam negeri melalui sektor pajak merupakan penerimaan paling populer bagi negara. Hal ini terjadi akibat pengaruh pergeseran penerimaan dari sektor nonpajak

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 / PRT / M / 2011 TENTANG PEDOMAN PERSYARATAN PEMBERIAN IZIN PERWAKILAN BADAN USAHA JASA KONSTRUKSI ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

2 c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, serta untuk melaksanakan ketentuan Pasal 59 Peraturan Pemerintah N

2 c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, serta untuk melaksanakan ketentuan Pasal 59 Peraturan Pemerintah N No.404, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Pertukaran Informasi. Perpajakan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PERTUKARAN INFORMASI

Lebih terperinci

S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA PEDAGANG VALUTA ASING BUKAN BANK DI INDONESIA

S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA PEDAGANG VALUTA ASING BUKAN BANK DI INDONESIA No. 6/ 13 /DPM Jakarta, 11 Maret 2004 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA PEDAGANG VALUTA ASING BUKAN BANK DI INDONESIA Perihal : Tata Cara Perizinan, Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah, Pengawasan, Pelaporan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. batas negara yang telah membawa dampak pada kemajuan yang pesat di segala

BAB I PENDAHULUAN. batas negara yang telah membawa dampak pada kemajuan yang pesat di segala BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi menyebabkan perekonomian berkembang tanpa mengenal batas negara yang telah membawa dampak pada kemajuan yang pesat di segala bidang. Salah satunya

Lebih terperinci

-32- RANCANGAN PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK

-32- RANCANGAN PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK -32- DRAFT RANCANGAN PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK I. UMUM Pertumbuhan ekonomi nasional dalam beberapa tahun terakhir cenderung mengalami perlambatan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 02/PJ/2018 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 02/PJ/2018 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK 23 Februari 2018 SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 02/PJ/2018 TENTANG PETUNJUK PENDAFTARAN BAGI LEMBAGA KEUANGAN DALAM RANGKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,

BAB I PENDAHULUAN. orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak adalah kontribusi wajib pajak kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan

Lebih terperinci

Keterangan Bebas (SKB) Pemungutan PPh Pasal 22 Impor. 7 Pelayanan Penyelesaian Permohonan a. KPP Pratama dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan

Keterangan Bebas (SKB) Pemungutan PPh Pasal 22 Impor. 7 Pelayanan Penyelesaian Permohonan a. KPP Pratama dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : SE - 79/PJ/2010 TENTANG : STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP) LAYANAN UNGGULAN BIDANG PERPAJAKAN DAFTAR 16 (ENAM BELAS) JENIS LAYANAN UNGGULAN BIDANG

Lebih terperinci

2 tercapainya pelayanan one day service mengingat permohonan yang masuk sangat banyak melampaui kemampuan sumber daya manusia dan sarana yang ada. Unt

2 tercapainya pelayanan one day service mengingat permohonan yang masuk sangat banyak melampaui kemampuan sumber daya manusia dan sarana yang ada. Unt TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PELAYANAN PUBLIK. Jaminan Fidusia. Pendaftaran. Pembuatan Akta. Tata Cara. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 80) PENJELASAN ATAS

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.5/MENLHK/SETJEN/OTL.0/1/2016 TENTANG LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA SECARA ELEKTRONIK DI LINGKUP KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP

Lebih terperinci

NOP :... Alamat :... Desa/Kelurahan :... Kecamatan :... Kabupaten/Kota :... untuk dilakukan penelitian.

NOP :... Alamat :... Desa/Kelurahan :... Kecamatan :... Kabupaten/Kota :... untuk dilakukan penelitian. LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-18/PJ/2017 TENTANG : TATA CARA PENELITIAN BUKTI PEMENUHAN KEWAJIBAN PENYETORAN PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN DARI PENGALIHAN HAK ATAS BANGUNAN,

Lebih terperinci

SIAPA PEMBAYAR PAJAK: WAJIB PAJAK

SIAPA PEMBAYAR PAJAK: WAJIB PAJAK KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SIAPA PEMBAYAR PAJAK: WAJIB PAJAK 1. orang pribadi atau badan sebagai: pembayar pajak, pemotong pajak dan pemungut pajak yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi mulai abad 20 sangat pesat. Berbagai macam penemuan dan pengembangan dalam bidang tersebut banyak mempermudah hajat

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 9 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN 1 SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-40/PJ/2017 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR

Lebih terperinci

Panduan Penggunaan Paypal

Panduan Penggunaan Paypal Panduan Penggunaan Paypal Disusun oleh : Rosihan Ari Yuana Email : rosihanari@gmail.com YM id : rosihanari Blog : http://blog.rosihanari.net Daftar Isi Apa Itu Paypal?... 1 Apa Keuntungan Menggunakan Paypal?...

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 42 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN Penerapan self assessment system dicerminkan dari jumlah Pengusaha Kena Pajak terdaftar, perhitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai selama tahun 2008 sampai

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-19/PJ/2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-47/PJ/2011 TENTANG

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Marantha

ABSTRAK. Universitas Kristen Marantha ABSTRAK Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang dipungut dari masyarakat berdasarkan undang-undang. Sistem pemungutan pajak di Indonesia adalah berdasarkan Sistem Self Assessment, dimana

Lebih terperinci

WALIKOTA PALANGKA RAYA

WALIKOTA PALANGKA RAYA 1 WALIKOTA PALANGKA RAYA PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALANGKA RAYA, Menimbang : a. bahwa usaha

Lebih terperinci

TENTANG JASA PENILAI PUBLIK MENTERI KEUANGAN,

TENTANG JASA PENILAI PUBLIK MENTERI KEUANGAN, SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 125/PMK.01/2008 TENTANG JASA PENILAI PUBLIK MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa sejalan dengan tujuan Pemerintah dalam rangka mendukung perekonomian yang sehat

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 118/PMK.03/2016 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 118/PMK.03/2016 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 118/PMK.03/2016 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

2016, No pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain selama 10 (sepuluh) tahun di Indonesia; b. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 10 ayat (2) P

2016, No pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain selama 10 (sepuluh) tahun di Indonesia; b. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 10 ayat (2) P BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2120, 2016 KEMENKEU. Wajib Pajak. Jenis Dokumen. Informasi Tambahan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 213/PMK.03/2016 TENTANG JENIS DOKUMEN DAN/ATAU

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTUR JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-80/PJ/2011 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTUR JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-80/PJ/2011 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTUR JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-80/PJ/2011 TENTANG PENGANTAR PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-31/PJ/2011

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan sumber penerimaan Negara yang sangat penting bagi pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional yang sebesar-besarnya dilakukan untuk kemakmuran rakyat

Lebih terperinci

Syarat dan Ketentuan. Aplikasi Layanan. CoOLBanking

Syarat dan Ketentuan. Aplikasi Layanan. CoOLBanking Dengan ditanda-tanganinya Syarat dan Ketentuan dan atau diterimanya perangkat dan atau digunakannya layanan oleh NASABAH maka NASABAH tunduk dan terikat oleh syarat dan ketentuan berikut: I. Pengertian

Lebih terperinci

. PEMERINTAH KABUPATEN BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

. PEMERINTAH KABUPATEN BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN . PEMERINTAH KABUPATEN BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOYOLALI, Menimbang : a.

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK Jl. Jenderal Gatot Subroto Kav 40-42 Telepon : (021) 5251609-5250208 Jakarta 12190 Faksimili : (021) 5262420 Tromol Pos 124 Jakarta 10002

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. transaksi dalam pasar ruang virtual ini sering disebut E-Commerce. Transaksi

BAB I PENDAHULUAN. transaksi dalam pasar ruang virtual ini sering disebut E-Commerce. Transaksi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam era globalisasi, transaksi perdagangan lintas negara semakin mudah seiring kemajuan di bidang teknologi komunikasi dan transportasi. Kemajuan teknologi informasi

Lebih terperinci

PETUNJUK PEMESANAN TIKET KERETA API DENGAN LAYANAN CALL CENTER DAN PERBANKAN

PETUNJUK PEMESANAN TIKET KERETA API DENGAN LAYANAN CALL CENTER DAN PERBANKAN PETUNJUK PEMESANAN TIKET KERETA API DENGAN LAYANAN CALL CENTER DAN PERBANKAN PT. KERETA API (PERSERO) Untuk melayani kebutuhan pelanggan akan kemudahan membeli tiket kereta api, PT. Kereta Api Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR : 5 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR : 5 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR : 5 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menjamin ketertiban dalam

Lebih terperinci

ULANGAN HARIAN 2014/2015

ULANGAN HARIAN 2014/2015 ULANGAN HARIAN 2014/2015 Nama Sekolah Mata Pelajaran Guru Pengampu Waktu Kelas/Semester : SMK Negeri 4 Klaten : Administrasi Perpajakan : Ch. Erni Kartikawati, M.Pd : 45 Menit : XI/1 1. Berikut adalah

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAGIAN 1 NOMOR POKOK WAJIB PAJAK. e-registration melalui laman Direktorat Jenderal Pajak

BAGIAN 1 NOMOR POKOK WAJIB PAJAK. e-registration melalui laman Direktorat Jenderal Pajak BAGIAN 1 Sebagaimana yang dipaparkan pada pertemuan sebelumnya bahwa salah satu inti pengertian pajak adalah dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaannya yang sifatnya dapat dipaksakan.

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 24 /PJ/2009

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 24 /PJ/2009 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 24 /PJ/2009 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK DAN/ATAU PENGUKUHAN PENGUSAHA

Lebih terperinci