2.1 DEFINISI 2.2 EPIDEMIOLOGI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "2.1 DEFINISI 2.2 EPIDEMIOLOGI"

Transkripsi

1 2.1 DEFINISI Diagnosis ganda adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan pasien dengan kedua penyakit mental berat (terutama gangguan psikotik) dan bermasalah obat dan / atau penggunaan alkohol. Gangguan kepribadian juga dapat hidup berdampingan dengan penyakit kejiwaan dan / atau penyalahgunaan zat. Istilah ini berasal dari Amerika Serikat pada tahun 1980 dan telah diadopsi di Inggris baru-baru ini. Sifat dari hubungan antara dua kondisi yang kompleks dan kadang-kadang kontroversial. 1,2 Sebuah penyakit jiwa primer dapat memicu atau menyebabkan penyalahgunaan zat. Pasien mungkin merasa cemas, kesepian, bosan, mengalami kesulitan tidur atau mungkin ingin 'memblokir' gejala atau efek samping obat.3 Penyalahgunaan zat dapat memperburuk atau mengubah jalur penyakit jiwa. Intoksikasi dan / atau ketergantungan zat dapat menyebabkan gejala-gejala psikologis. Penyalahgunaan zat dan / atau penarikan dapat menyebabkan gejala kejiwaan atau penyakit. Ini dapat bertindak sebagai pemicu pada mereka yang memiliki faktor predisposisi EPIDEMIOLOGI Salah satu studi di Amerika mencoba untuk menilai prevalensi dual diagnosa, ditemukan bahwa 47% dari orang-orang yang mempunyai skizofrenia memiliki gangguan penyalahgunaan zat pada suatu waktu dalam hidup mereka. Bahwa pasien dengan penyakit psikotik mengalami gangguan penyalahgunaan zat kemungkinan meningkat secara signifikan dibandingkan dengan pasien tanpa penyakit pskosis. Studi lain melihat terdapat 187 kelompok pasien penyalahgunaan zat dengan sakit mental kronis yang tinggal dalam masyarakat. Sekitar 1/3 dari kelompok tersebut menggunakan alcohol, narkoba atau keduanya selama 6 bulan sebelum dilakukannya evaluasi. Penelitian di Inggris menunjukkan tingkat yang sedikit lebih menengah dari penyalahgunaan zat diantara individu dengan sakit mental. Prevalensi salah satu studi menunjukkan bahwa pada penderita skizofrenia hanya 7% dari mereka yang bermasalah

2 penggunaan narkoba secara rutin dalam setahun, dan 21% nya dilaporkan hanya menggunakannya sekali-sekali saja sebelum dilakukannya wawancara. Wright dan koleganya mendirikan lembaga pelayanan bagi penderita Psikotik, diamati selama 6 bulan. Mengidentifikasi kasus penyalahgunaan alcohol dan ketergantungan zat melalui wawancara standar dengan klien. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi tingkat dual diagnosis adalah 33% untuk penggunaan zat apapun, 20% untuk penggunaan alcohol saja dan 5% untuk penyalahgunaan narkoba. 2.3 TEORI-TEORI DUAL DIAGNOSIS Terdapat beberapa teori yang menjelaskan hubungan antara masalah mental dan penyalahgunaan obat. Teori Causality / etiologi Teori penyebab mengatakan penyalahgunaan zat tertentu secara langsung ia dapat menyebabkan penyakit mental. Melalui teori penyebab ini, studi epidemiologi sukar untuk ditentukan, terdapat beberapa bukti yang mendukung adanya hubungan antara penggunaan cannabis dan pada kemudian hari timbul keadaan psikosis seperti skizofrenia. Teori ini masih kontroversi disamping terdapat peningkatan yang mendadak pada penggunaan cannabis sejak 40 tahun yang lalu pada masyarakat barat tetapi kasus skizofrenia masih relative stabil. Untuk mengatakan teori ini adalah benar, maka dalam hal penggunaan kanabis terdapat factor yang lain yang dimana telah menutup efek dari penggunaan cannabis. Bagaimanapon terdapat peningkatan insiden dari segi gangguan bipolar, gangguan cemas menyeluruh dan ADHD yang hamper bersamaan dengan peningkatan dari penggunaan kanabis. Teori pengobatan sendiri Teori ini menghubungkaitkan penyalahgunaan zat akibat dari pasien mencoba menghilangkan gejala dari masalah psikiatriknya secara sendiri. Untuk gejala psikiatrik misalnya

3 dalam menggunakan amfetamin untuk menghilangkan rasa yang tidak senang yang merupakan salah satu gejala negatif psikosis. Untuk menghambat efek samping yang diakibatkan oleh obatobat psikotik misalnya menggunakan kanabis sebagai cara untuk menghilangkan kekakuan pada otot akibat dari penggunaan obat antipsikotik atau menggunakan stimulant seperti kafein atau nikotin untuk menghambat efek sedasi yang disebabkan obat antipsikotik dosis tinggi. Melalui pelaporan didapatkan juga terdapat pasien yang mengurangi pengambilan obat antipsikotiknya pada saat gejala mentalnya semakin memburuk. Keterbalikannya, terdapat juga orang tertentu yang menggunakan obat seperti benzodiazepin atau obat sediaan opiate untuk melawan efek cemas dan insomnia yang disebabkan dari pengobatan SNRI antidepresan, venlafaxine atau bupropion. Teori mengeliminasi rasa disforia Teori ini berpendapat bahwa orang dengan gangguan mental yang berat sering merasa tidak yakin dengan dirinya dan ini menjadikan seseorang itu lebih rentan untuk menggunakan zat psikoaktif untuk mengeliminasi perasaan tersebut. Perasaan disforia yang dialami pasien seperti anxietas, depresi, kebosanan dan sendirian. Teori factor resiko multipel Teori lain berpendapat antara penyebab untuk terjadinya penyalahgunaan zat dan penyakit mental adalah karena adanya factor resiko untuk seseorang menghidapi kedua keadaan tersebut. Hipotesis dari Mueser mengatakan antara factor yang terlibat adalah isolasi social, kemiskinan, kekurangan aktivitas harian, kekurangan tanggungjawab sebagai seorang yang dewasa, tinggal didaerah yang sumber narkobanya mudah didapat dan berasosiasi dengan kelompok yang sudah terlibat dengan penyalahgunaan zat. Oleh karena itu pasien sering menggunakan alcohol atau narkoba yang dapat memberikan mereka rasa berkepentingan dan merasa dihargai berada didalam suatu kelompok individu yang mungkin menghadapi hal yang sama.

4 Selain itu, pengalaman hidup yang traumatic seperti pernah mengalami perlecehan seksual juga berkaitan erat dengan perkembangan dari masalah psikiatriks dan penyalahgunaan zat. Teori supersensitive Penggunaan zat terlarang secara berlebihan dan dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan masalah kepada kesehatan mental dan fisikal. Semua bahan psikoaktif mempunyai efek untuk menyerupai atau dapat juga eksaserbasikan gejala psikiatrik. Penggunaan jangka panjang alcohol dapat menimbulkan efek depresi terhadap mood seseorang dan sukar untuk dibedakan dengan depresi secara klinikal. Gejala putus alcohol dapat juga mempresipitasi konfusi, cemas yang ekstrim dan psikosis. Penggunaan amfetamin pula dapat sangat mirip dengan skizofrenia. Penghentian mendadak amfetamin dapat menimbulkan gejala depresi sampai keinginan bunuh diri. Tidak menolak kemungkinan bahwa individu yang mengalami efek psikiatrik jangka lama akibat penggunaan zat mempunyai kerentanan yang tnggi terhadap masalah mental yang mana terpicu akibat penggunaan zatnya. Teori ini dapat digunakan untuk menjelaskan perkaitan antara pengambilan zat terlarang dengan timbulnya episode pertama atau berlaku relaps dari masalah mental. Dikatakan juga bahwa individu dengan kesehatan mental yang parah adalah supersensitif terhadap efek dari zat yang digunakan. Oleh karena itu walaupon pengambilan dosis zat tidak terlalu tinggi namun mempunyai efek yang sangat bermakna pada kesehatan mentalnya. 2.4 ASSESMENT Assessment awal dan identifikasi gangguan penggunaan narkoba dan penyakit mental dianggap sangat penting untuk meningkatkan kesuksesan intervensi karena mempengaruhi individu dan mempengaruhi pengobatan selanjutnya di jalur perawatan. Suatu penilaian menyeluruh psikiatris, bagaimanapun, memerlukan lebih dari penilaian tunggal. Agar efektif, penilaian harus secara panjang dan dalam, dan termasuk riwayat pasien, riwayat keluarga dan riwayat lain yang

5 signifikan. Penilaian menyeluruh juga harus mempertimbangkan ketergantungan fisik, kehilangan kontrol atas penggunaan zat, dampak negatif sosial (misalnya, disfungsi sosial, pengangguran, masalah hukum dan keluarga), proses intrapersonal (misalnya, perasaan, proses berpikir, perilaku), dan interpersonal proses (misalnya, kualitas dan kuantitas hubungan dengan orang lain, dan kecukupan pemenuhan peran). Tantangan utama dari proses assassment adalah membedakan antara efek psikologis dari penyalahgunaan zat dan efek withdrawal (yang merupakan sindrom kejiwaan terbanyak) dan pengaruh yang mendasari gejala gangguan kejiwaan yang sudah ada. Studi menunjukkan bahwa gejala psikologis banyak dari penyalahgunaan zat yang jelas dalam beberapa hari atau minggu setelah berhentinya penggunaan zat, para ahli menyarankan membuat diagnosa sementara pada awalnya, dan menunda tes psikologis yang lebih lengkap, dan diagnosis gangguan kejiwaan independen untuk setidaknya dua minggu atau sampai awal pantang/penghentian zat dicapai. Kebanyakan orang withdrawal dari alkohol misalnya, mengalami setidaknya satu gejala depresi, yang biasanya sembuh dalam beberapa minggu setelah berhenti menggunakan zat. Pada saat yang sama, dibawah pengobatan depresi primer mungkin mengakibatkan kekambuhan dini dan mungkin bunuh diri. Untuk orang dengan gangguan afektif primer, pengobatan dan intervensi psikiatris lainnya mungkin diperlukan sejak dini, yaitu, sebelum pantang/penghentian zat tercapai. Hal ini menunjukkan pentingnya memiliki penilaian kesehatan mental dini pada semua pasien. Juga, sebagai kemajuan individu dalam proses pemulihan, termasuk terapi yang sering, disertai assassment psikologis lanjut dalam rangka untuk membedakan antara gangguan kejiwaan dan efek detoksifikasi dan pasca-withdrawal akut. Praktek Standar Assessment Saring semua pasien dengan psikosis karena penyalahgunaan zat Tentukan keparahan terkait penggunaan dan hubungkan resiko dengan perilaku. Singkirkan penyakit organik atau komplikasi fisik penyalahgunaan zat (termasuk pengobatan dan interaksi zat). Carilah riwayat pasien dari keluarga atau orang dekat kalau bisa. Pertimbangkan kebutuhan penjaga.

6 Tentukan harapan individu terhadap pengobatan dan tingkat motivasi untuk perubahan. Lakukan penilaian risiko termasuk risiko menyakiti diri, risiko pengabaian diri, kekerasan kepada orang lain dan risiko dari orang lain, termasuk exploitasi. 2.5 DIFFERENTIAL DIAGNOSIS Gejala-gejala dari penyalahgunaan obat atau alkohol bisa sangat mirip dengan gejala penyakit kejiwaan, dan sebaliknya, dan mereka sering saling menutupi. Hal ini dapat membuat sulit untuk membuat diagnosis ganda yang pasti. Ketika membedakan antara psikotik primer dan gangguan penggunanna zat, pertimbangkan: Apakah psikosis mendahului munculnya penyalahgunaan zat? Apakah psikosis bertahan selama lebih dari satu bulan setelah withrawal aku atau intoksikasi zat parah? Apakah gejala-gejala psikotik yang konsisten dengan zat yang digunakan? Apakah ada riwayat gejala psikotik selama periode penghentian/abstinence? Apakah ada riwayat pribadi atau keluarga dari gangguan psikotik tanpa penyalahgunaan zat? Contoh Gejala psikotik yang disebabkan akibat penyalahgunaan zat meliputi: Intoxication Cannabis, yang dapat menginduksi sementara dan bersifat self-limiting, gangguan psikotik ditandai dengan halusinasi dan agitasi. Psikostimulan seperti amfetamines bila digunakan dalam jangka waktu panjang dapat menghasilkan gejala yang mirip dengan skizofrenia psikotik. halusinogen akibat psikosis biasanya bersifat sementara tetapi dapat bertahan dengan penggunaan yang berkelanjutan. penggunaan alkohol berat dapat mengalami halusinasi alkohol. Withdrawal alkohol juga dapat menimbulkan gejala psikotik.

7 2.6 PENATALAKSANAAN KONSEP DASAR PENATALAKSANAAN Pasien dengan kombinasi gangguan psikiatrik dan ketergantungan napza membutuhkan terapi khusus guna mempersiapkan dirinya dalam program pemulihan yang sesuai dan adekuat. Dalam bidang kedokteran, penatalaksanaan bermakna terapi dan tindakan-tindakan yang berkait dengannya. Umumnya tujuan terapi ketergantungan napza adalah sebagai berikut: Abstinensia atau penghentian total penggunaan napza. Tujuan terapi ini tergolong sangat ideal, namun sebagian besar pasien tidak mampu atau tidak bermotivasi untuk mencapai sasaran ini, terutama pasien-pasien pengguna awal. Usaha pasien untuk mempertahankan abstinensia tersebut dapat didukung dengan meminimasi efek-efek yang langsung ataupun tidak langsung akibat penggunaan napza. Sedangkan sebagian pasien lain memang telah sungguh-sungguh abstinen terhadap salah satu napza, tetapi kemudian beralih menggunakan jenis napza yang lain. Pengurangan frekuensi dan keparahan relaps. Tujuan utamanya adalah mencegah relaps. Bila pasien pernah menggunakan satu kali saja setelah abstinensia, maka ia disebut slip. Bila ia menyadari kekeliruannya, dan ia memang telah dibekali keterampilan untuk mencegah pengulangan penggunaan kembali, pasien akan tetap mencoba bertahan untuk selalu abstinen. Program pelatihan ketrampilan mencegah relaps (relapse prevention program), terapi perilaku kognitif (cognitive behavior therapy), opiate antagonist maintenance therapy dengan naltrexone merupakan beberapa alternatif untuk mencapai tujuan terapi jenis ini. Memperbaiki fungsi psikologi, dan fungsi adaptasi sosial. Dalam kelompok ini, abstinensia bukan merupakan sasaran utama. Terapi rumatan metadon, syringe exchange program merupakan pilihan untuk mencapai tujuan terapi jenis ini.

8 Terapi medik ketergantungan napza merupakan kombinasi psikofarmakoterapi dan terapi perilaku(1). Meskipun telah dipahami bahwa banyak faktor yang terlibat dalam terapi ketergantungan zat (termasuk faktor problema psikososial yang sangat kompleks), narnun upaya penyembuhan ketergantungan napza dalam konteks medik tetap selalu diupayakan. Manfaat Farmakoterapi pada Pasien dengan Dual Diagnosis Medikasi untuk menghadapi intoksikasi dan sindrom putus zat. Misalnya adalah penggunaan metadon dan klonidin untuk sindrom putus opioida, klordiazepoksid untuk sindrom putus alkohol. Medikasi untuk mengurangi efek memperkuat (reinforcing effect) dari zat yang disalahgunakan. Misalnya pemberian antagonis opioida seperti naltrekson dapat memblok/menghambat pengaruh fisiologi dan subyektif dari pemberian opioida berikutnya. Pada kasus lain, gejala-gejala abstinensia yang dicetuskan oleh penggunaan antagonis opioida, misalnya nalokson, dianggap sebagai provocative test untuk mengetahui adanya penggunaan opioida. Medikasi untuk mengendalikan gejala-gejala klinis seperti anti agresi (haloperidol, fluphenazine, chlorpromazine) anti anxietas (diazepam, lorazepam) anti halusinasi (trifluoperazine, thioridazine) anti insomnia (estazolam, triazolam) Terapi substitusi agonis, seperti metadon, klordiazepoksid. Medikasi untuk menyembuhkan komorbiditas medikopsikiatri. Terapi terhadap overdosis: seperti pemberian nalokson untuk pasien overdosis opioida pada pengguna IDU (Injecting Drug User), Antibiotika: infeksi akibat komplikasi TB pulmonum, hepatitis dan infeksi sekunder karena HIV/AIDS. Terapi untuk gangguan ekstrapiramidal.

9 2.6.2 TERAPI UNTUK PENYALAHGUNAAN SUBSTANS I. Terapi Medik Seperti diketahui, terapi medik ketergantungan napza terdiri atas dua fase berikut: A. Detoksifikasi B. Rumatan (maintenance, pemeliharaan, perawatan). Kedua bentuk fase terapi ini merupakan suatu proses berkesinambungan, runut, dan tidak dapat berdiri sendiri. A. TERAPI DETOKSIFIKASI Detoksifikasi merupakan langkah awal proses terapi ketergantungan opioida dan merupakan intervensi medik jangka singkat. Seperti telah disebutkan di atas, terapi detoksifikasi tidak dapat berdiri sendiri dan harus diikuti oleh terapi rumatan. Bila terapi detoksifikasi diselenggarakan secara tunggal, misalnya hanya berobat jalan saja, maka kemungkinan relaps lebih besar dari 90 %. Tujuan terapi detoksifikasi opioida adalah o Untuk mengurangi, meringankan, atau meredakan keparahan gejala-gejala putus opioid o Untuk mengurangi keinginan, tuntutan dan kebutuhan pasien untuk "mengobati dirinya sendiri" dengan menggunakan zat-zat illegal o Mempersiapkan proses lanjutan yang dikaitkan dengan modalitas terapi lainnya seperti therapeutic community atau berbagai jenis terapi rumatan lain o Menentukan dan memeriksa komplikasi fisik dan mental, serta mempersiapkan perencanaan terapi jangka panjang, seperti HIV/AIDS, TB pulmonum, hepatitis. Berdasarkan lamanya proses berlangsung, terapi detoksifikasi dibagi atas: 1. Detoksifikasi jangka panjang (3-4 minggu) seperti dengan menggunakan metadon 2. Detoksifikasi jangka sedang (3-5 hari) : naltrekson, midazolam, klonidin 3. Detoksifikasi cepat (6 jam sampai 2 had): rapid detox Metadon: adalah substitusi opioida yang merupakan pilihan utama dalam terapi detoksifikasi opioida secara gradual(2). Proses detoksifikasi berlangsung relatif lama (>21 hari) Selama proses

10 terapi detoksifikasi metadon berlangsung, angka relaps dapat ditekan. Setelah detoksifikasi berhasil, kemudian dilanjutkan dengan terapi rumatan : Methadone Maintenance Treatment Program. Klonidin: adalah suatu central alpha-2-adrenergic receptor agonist, yang digunakan dalam terapi hipertensi. Klonidin mengurangi lepasnya noradrenalin dengan mengikatnya pada presynaptic alpha2 receptor di daerah locus cereleus, dengan demikian mengurangi gejala-gejala putus opioida(2). Karena terbatasnya substitusi opioida lain di Indonesia, beberapa dokter (termasuk penulis) telah menggunakan kombinasi klonidin, kodein dan papaverin untuk terapi detoksifikasi. Klonidin digunakan dalam kombinasi untuk mengurangi gejala putus opioida ringan seperti: menguap, keringat dingin, air mata dan lainnya. Clocopa method tersebut dapat digunakan untuk berobat jalan maupun rawat inap. Namun karena klonidin sendiri tidak dapat memperpendek masa detoksifikasi, maka diperlukan kombinasi dengan naltrekson. Naltrekson adalah suatu senyawa antagonis opioida. Cara tersebut dikenal dengan nama Clontrex Method yang dapat dilakukan untuk pasien berobat jalan maupun pasien rawat inap. Umumnya program detox dengan cara Clontrex method ini berlangsung selama 3-5 hari dan kemudian diikuti dengan terapi rumatan : Opamat-ED Program. Lofeksidin dan Guanfasin: Lofeksidin adalah analog klonidin tetapi mempunyai keuntungan bermakna karena tidak banyak mempengaruhi tekanan darah (Washton et al 1982). Guanfasin adalah senyawa alpha-2 adrenergic agonist yang juga mempunyai kemampuan untuk mengurangi gejala putus opioida. Buprenorfin: adalah suatu senyawa yang berkerja ganda sebagai agonis dan antagonis pada reseptor opioida. Gejala putus opioida pada terapi buprenorfin sangat ringan dan hilang dalam sehari setelah pemberian buprenorfin sublingual. Pemberian buprenorfin juga digunakan sebagai awal dari terapi kombinasi Clontrex Method. Midazolam-Naltrekson: kombinasi midazolam-naltrekson juga telah digunakan untuk memperpendek waktu terapi detoksifikasi. Selama dalam pengaruh sedasi midazolam intravena,

11 pasien diberi nalokson intravena, suatu antagonis opioida. B. TERAPI RUMATAN Terapi rumatan ketergantungan opioida bertujuan antara lain untuk : Mencegah atau mengurangi terjadinya craving terhadap opioida Mencegah relaps (menggunakan zat adiktif kembali). Restrukturisasi kepribadian Memperbaiki fungsi fisiologi organ yang telah rusak akibat penggunaan opioida Tujuan farmakoterapi rumatan pasca detoksifikasi adalah Menambah holding power untuk pasien yang berobat jalan sehingga menekan biaya pengobatan Menciptakan suatu window of opportunity sehingga pasien dapat menerima intervensi psikososial selama terapi rumatan dan mengurangi risiko(3). Mempersiapkan kehidupan yang produktif selama menggunakan terapi rumatan Methadone: adalah suatu substitusi opioida yang bersifat agonis dan long-acting. Sejak tahun 1960an di Amerika dan Eropa, penggunaan metadon dianggap sebagai terapi baku untuk pasien ketergantungan opioida. Klinik-klinik Metadon berkembang di beberapa tempat dengan berbagai variasi program. Beberapa kelemahan terapi metadon: harus datang ke fasilitas kesehatan sekurang-kurangnya sekali sehari, terjadinya overdosis, ketergantungan metadon, dan kemungkinan terjadinya peredaran ilegal metadon. Dewasa ini dikembangkan suatu bentuk derivat metadon, levacethylmethadol, yang mempunyai masa aksi lebih lama (72 jam) sehingga pasien tidak perlu tiap hari datang ke fasilitas kesehatan. Buprenorfin: dapat juga digunakan untuk terapi rumatan. Seperti levacethylmethadol, hanya diberikan 2 atau 3 kali dalam seminggu karena masa aksinya yang panjang. Karena kemungkinan penyalahgunaan, kombinasi buprenorfin dan naltrekson juga telah dipelajari dan dicoba untuk terapi ketergantungan opioida.

12 Disulfiram, Disulfiram & Behaviour Therapy: Disulfiram, suatu alcohol antabuse yang diketemukan di Denmark tahun Disulfiram sangat efektif jika diberikan kepada pasien ketergantungan alkohol secara ambulatory di bawah supervisi(4). Disulfiram dibuat sebagai tablet buih yang mudah larut dalam air, sehingga mudah diminum. Terapi disulfiram tanpa pemantauan hasilnya kurang menguntungkan(5). Hasil yang memuaskan justru diperoleh melalui kombinasi disulfiram dengan terapi perilaku kognitif. Modifikasi lain Ultra rapid detoxification: Rapid detox adalah kombinasi antara prosedur terapi detoksifikasi dengan anestesia; karena itu yang bertanggung jawab dalam teknik terapi rapid detox ini adalah psikiater dan ahli dokter ahli anestesia. Istilah "rapid detox" rasanya kurang tepat, narnun sudah sangat populer sehingga sukar diganti. Istilah yang tepat adalah "rapid antagonist induction" yang kemudian diikuti dengan terapi naltrekson. Rapid detox dilakukan atas pasien dalam keadaan di bawah pengaruh anestesia umum; dalam keadaan itu diberikan sejumlah besar antagonis opioida sehingga memblokade semua reseptor yang ada dalam otak dan tubuh pasien. Dengan masuknya antagonis opioida, semua opioida yang semula ada di dalam tubuh dipindahkan, sehingga mempresipitasi timbulnya gejala putus opioida sementara pasien sedang asyik tertidur nyenyak karena pengaruh anesthesia umum; pasien tentu saja tidak mengalami gejala putus obat yang terjadi, bahkan bermimpi tentang kejadian itu juga tidak. Gejala-gejala putus opioida umumnya adalah nausea, muntah, diare, kejang-kejang kecil, nafas lambat atau cepat, kram otot, sakit dan ngilu pada sendi dan otot, tegang, merinding, air mata keluar, menguap, demam, berkeringat, depresi umum, insomnia dan gejala-gejala sedih lainnya; gejala-gejala tersebut muncul selama beberapa jam, kemudian berhenti. Umumnya prosedur rapid detox berlangsung selama 4-6 jam di ruang ICU, sehingga pasien memerlukan perawatan sekurangkurangnya selama satu hari. Beberapa rumah sakit di Indonesia memfalisitasi perawatan di VIP selama satu sampai tiga hari. Keuntungan-keuntungan rapid detox antara lain : waktu detoksifikasi singkat, terhindarnya rasa sakit atau rasa tidak menyenangkan lainnya selama masa detoksifikasi, cepat masuk ke fase rehabilitasi untuk mengikuti suatu program pemulihan jangka panjang atau dapat menghemat waktu agar dapat dimanfaatkan untuk segera bekerja atau keperluan keluarga lain.

13 Variasi dan pilihan terapi detoksifikasi napza cukup banyak. Di Indonesia, sebagian dokter/psikiater masih menggunakan terapi detoksifikasi opioida konservatif seperti penggunaan obat simptomatik (analgetika, anti-insomnia, dan lainnya). Bahkan beberapa psikiater masih menggunakan berbagai bentuk neuroleptika dosis tinggi, yang di negara maju sudah lama ditinggalkan. II. Terapi non-medik Terapi kelompok yang dilakukan oleh para pasien dengan dual diagnosis disebut dengan double trouble meeting. Pertemuan tersebut antara lain bersifat edukasi guna memahami manfaat obat yang digunakan untuk menyembuhkan gangguan psikiatrinya. a. Residential Treatment Adalah suatu bentuk terapi pasien ketergantungan napza yang ditempatkan dalam suatu institusi tertutup. Ada bermacam-macam modifikasi residential treatment antara lain: o Hospital Based Program: program dengan struktur ketat dibuat oleh pimpinan RS bersama stafnya. Umumnya skedul baku dibuat setiap minggu, termasuk suatu pertemuan dengan pimpinan RS. Elemen terapi: psikoterapi individual, konseling kelompok dan The 12-step Recovery Program. Lamanya tinggal di RS 1-3 bulan. o Psychiatric Hospital: program sangat erat kaitannya dengan skedul konvensional fasilitas psikiatri. Umumnya elemen terapi: psikofarmaka, psikoterapi berorientasi dinamikanalitik. Sangat bermanfaat untuk pasien ketergantungan napza yang menunjukkan gangguan jiwa berat. b. Cognitive Behavior Therapy (Terapi Perilaku Kognitif -sering disingkat dengan CBT) merupakan terapi yang paling sering digunakan terhadap pasien ketergantungan napza(7,8). CBT terhadap pasien ketergantungan napza pasca detoksifikasi dilakukan sebanyak sessi seminggu sekali, didasarkan kepada social learning theories dengan analisis

14 fungsional dan latihan ketrampilan terhadap pasien-pasien ketergantungan napza. CBT dapat juga diberikan dalam bentuk terapi kelompok atau terapi perorangan. CBT untuk pasien ketergantungan napza merupakan kombinasi dari beberapa bentuk terapi lain seperti prinsip-prinsip dari RPT dan CE-Therapy, dan kemudian diberikan berbagai tugas rumah di luar sessi. CBT terdiri dari 12 2 jam. c. Drug Abuse Counseling (DAC) Adalah suatu bentuk pelayanan terapi yang difokuskan untuk mengidentifikasi kebutuhan spesifik sesaat. Umumnya bersifat lebih eksternal dan bukan merupakan proses intrapsikik(9). DAC umumnya dilakukan oleh ex-addicts yang telah clean and sober dan mendapatkan pendidikan khusus sebagai konselor adiksi sekurangkurangnya selama setahun. d. Relapse Prevention Training (RPT) Adalah program kendali diri yang didisain untuk meng-edukasi seseorang yang berusaha mengubah perilakunya, bagaimana mengantisipasi dan mengatasi problema relaps(10). RPT adalah suatu program psiko-edukasi yang menggabungkan prosedur latihan ketrampilan perilaku dengan teknik intervensi kognitif. Prinsip utamanya adalah berdasarkan social leaming theory. Tujuan RPT adalah mendidik seseorang bagaimana mencapai suatu lifestyle yang seimbang dan mencegah pola kebiasaan yang tidak sehat. Pasien dibimbing untuk mengenali high risk situation - situasi tertentu yang dapat menjadi ancaman terhadap kendali diri pasien dan dapat meningkatkan risiko relaps(10). Ada beberapa situasi yang tergolong high risk ; yaitu: status emosional yang negatif (35% dari sampel relaps), konflik interpersonal (16% dari sampel relaps) dan tekanan sosial (20% dari sampel). Strategi RPT terdiri dari tiga kategori berikut: skill training, cognitive refraining dan lifestyle intervention. e. Cue-exposure Therapy (CE-Therapy) Pada pasien ketergantungan opioida dipaparkan sejumlah alat-alat atau situasi

15 yang mendatangkan timbulnya craving. Dalam proses terapi selama 20 jam (dibagi atas beberapa sessi) pada pasien diperagakan alat-alat atau situasi tersebut, untuk menurunkan gejala-gejala craving(11). Pasien dirawat selama 3 minggu sebagai pasien rawat inap. f. Co-Dependency Therapy Berdasarkan fakta yang menunjukkan bahwa penyalahgunaan dan ketergantungan napza merupakan "family disease" dan semua anggota keluarga memerlukan pertolongan. CD Therapy dipandu oleh seorang ahli psikologi, psikiater atau seorang konselor adiksi. Filosofi yang paling sering digunakan dalam CD Therapy adalah The-12Step Recovery Program(15). CD-therapy dapat dilakukan dalam berbagai bentuk seperti : o Terapi kelompok atau terbatas: beberapa orang anggota keluarga berkumpul bersama dengan anggota keluarga lainnya atau hanya terdiri dari semua anggota keluarga dari satu pasien saja. o Pasien rawat inap atau rawat jalan. HARM REDUCTION PROGRAM Harm reduction adalah suatu kebijakan atau program yang ditujukan untuk menurunkan konsekuensi kesehatan, sosial dan ekonomi yang merugikan akibat penggunaan zat adiktif tanpa kewajiban abstinensia dari penggunaan zat(18). Di Indonesia, pendekatan konsep harm reduction masih kontroversial karena belum dapat diterima masyarakat luas. Namun transmisi HIV/AIDS, hepatitis dan TB pulmonum di kalangan IDUs cukup memprihatinkan akhir-akhir ini. Karakteristik utama prinsip-prinsip harm reduction adalah pragmatis (memandang sesuatu berdasarkan azas manfaatnya saja), nilai-nilai humanistik, hanya berfokus pada masalah harms, penyeimbangan pengeluaran dan keuntungan, serta memprioritaskan sasaran antara. a. Syringe Exchange Program, availabilitas jarum suntik Tersedianya tempat penukaran jarum suntik bekas dengan yang steril atau tersedianya jarum suntik tanpa penukaran merupakan beberapa bentuk pendekatan harm reduction. Di beberapa negara telah lama dilakukan, seperti di Geneva, Zurich, Amsterdam dan di

16 banyak tempat di Amerika. Di Jakarta dan Denpasar telah diselenggarakan projek percontohan sejak beberapa tahun yang lalu. b. Education, Outreach Program and Bleach Kits Suatu program edukasi membersihkan jarum suntik yang sudah dipakai dengan menyediakan detergen untuk mensuci-hamakan jarum bekas. c. Tolerance Areas Suatu tempat di mana seseorang diperkenankan untuk melakukan kebiasaan menggunakan heroin melalui suntikan tanpa mendapat hukuman. Cara tersebut memerlukan koordinasi yang ketat. Di banyak Negara angka transmisi HIV menunjukkan penurunan tajam berkait dengan cara ini. Tempat-tempat tersebut antara lain: shooting gallery dan injection rooms (Bern, Basel), tolerance zones (Geneva), platform zero (Rotterdam) yang diawasi oleh polisi, Narcosala (Madrid), Needle Park (Zurich) dan banyak tempat lain di Eropa dan Amerika. d. Kawasan Bebas Asap Rokok Merupakan lokasi atau gedung-gedung di mana orang tidak diperkenankan merokok. Ruangan-ruangan tersebut senantiasa disterilkan dari asap rokok sehingga menghindarkan second-hand smokers (menginhalasi asap rokok orang lain). Cara ini telah dijalankan di banyak tempat di Jakarta (gedung-gedung, mal dan restoran) TERAPI UNTUK GANGGUAN MENTAL I. Farmakoterapi Secara umummnya, medikasi memainkan peran yang lebih signifikan dalam terapi kesehatan mental berbanding pada terapi penyalahgunaan substans. Walaubagaimanapun, pendekatan sosial dan psikologikal juga penting, sama ada melalui usaha pasien sendiri atau berhubungan dengan pengobatan. Kuncinya adalah menggunakan pendekatan holistik yang akan

17 mencerminkan keperluan pasien seperti tempat tinggal dan pekerjaan. Medikasi atau obat tidak dapat menyembuhkan penyakit mental tetapi mampu mengontrol simptom atau gejala dari pasien. Pada masa lalu, aksi dari obat psikiatrik masih belum banyak diketahui, mengakibatkan terjadinya banyak efek samping pada pasien. Sekarang, obat-obatan telah semakin baik dan ada lebih banyak pilihan dengan efek samping yang semaqkin sedikit. Jenis-jenis Obat Psikotropik Ada 4 jenis obat : a. Antipsychotics b. Anti-depressants c. Anxiolytics d. Mood stabilisers a. Antipsychotics Secara umumnya, antipsikotik digunakan untuk kelainan psikotik seperti skizofrenia, kelainan skizoafektif, dan mania. Kadang-kadang, mereka digunakan untuk depresi psikotik atau gangguan keperibadian (personality disorders) atau, pada dosis kecil, untuk pasien-pasien dengan gangguan ansietas yang parah. Terdapat dua jenis antipsikotik: tipikal (lama) dan atipikal (baru). Antipsikotik atipikal lebih banyak diresepkan. Efek samping yang biasa adalah sedasi dan gangguan gerak. Efek samping lain yang penting yang pernah dilaporkan termasuk tremor, menggigil (shakiness), dan gerakan abnormal pada ekstremitas. Semua efek samping ini bisa mengganggu, sama ada pada individu yang mengambil obat tersebut atau pada orang-orang di sekitarnya. Antipsikotik yang baru (atipikal) lebih unggul mengobati gejala-gejala negatif pada gangguan psikotik dan kurang mungkin menginduksi gangguan gerak. Efek samping yang telah direkodkan setakat ini termasuk peningkatan berat badan, masalah seksual, dan diabetes. b. Anti-depressants Anti-depresan digunakan untuk mengobati depresi dan fase depresi dari depresi manik. Ada 4 jenis anti-depresan: Tricyclic Selective serotonin re-uptake inhibitors (SSRIs)

18 Mono-amine oxidase inhibitors (MAOIs) lain-lain Semua obat ini bekerja melalui jalan yang sama untuk memperbsiki mood. Namun, mereka memiliki efek samping yang bervariasi. Efek samping yang selalu timbul adalah mulut kering (dry mouth), masalah seksual, drowsiness, peningkatan berat badan, dan nausea. c. Anxiolytics Antisiolitik digunakan untuk melegakan ansietas. Benzodiazepin adalah antisiolitik yang paling sering diresepkan. Efek samping yang paling sering adalah mengantuk dan pusing (dizziness). Antisiolitik akan menyebabkan ketergantungan yang tinggi. Justeru, ia hanya bisa diresepkan untuk masalah yang parah untuk jangka waktu yang singkat. d. Mood stabilisers Mood stabilisers digunakan untuk pasien dengan gangguan bipolar, depresi parah dan untuk sesetengah pasien dengan gangguan kepribadian. Efek samping yang ditimbulkan adalah berbeda-beda tergantung obat yang digunakan. II. Terapi Psikososial Jenis-jenis Terapi Psikososial Manfaat talking treatments telah lama diketahui. Pendekatan ini adalah penting untuk individu dengan dual diagnosis di mana masalah psikososial berkemungkinan menyebabkan gangguan mental atau penyalahgunaan obat-obatan dan alkohol. Pendekatan yang relevan termasuk: a. Kaunseling b. Terapi kognitif c. Psikoterapi d. Intervensi keluarga e. Terapi kesenian (Art therapy) f. Drama therapy g. Terapi kelompok (Group therapy)

19 Kebanyakan dari pendekatan ini berfokus pada proses berbicara dan mendengar, Walaubagaimanapun, kesenian dan drama lebih praktikal dan melibatkan pendekatan yang kreatif dalam menyelesaikan isu-isu yang sukar. Psikolog bisa memberi assessment pada pasien untuk memilih pendekatan yang mana yang lebih sesuai buat dirinya. a. Kaunseling Sesetengah orang mungkin keliru karena mereka berpikir bahwa kaunseling adalah istilah umum untuk semua talking therapy. Sedangkan, dalam konteks ini, kaunseling merupakan intervensi yang spesifik. Kaunseling menawarkan ruang di mana pasien bisa berbagi masalah mereka dengan profesional yang terlatih. Perbedaan dasar antara kaunseling, pendekatan kognitif, dan psikoterapi adalah kaunseling cenderung suportif, pendekatan kognitif pula cenderung berfokus pada penyelesaian masalah praktikal, dan psikoterapi lebih bersifat menyelidiki. Kaunseling dikarakteristikkan sebagai suportif, memberikan pasien peluang untuk mengekspresikan perasaan dan pikiran mereka tanpa perlu merasa dihakimi atau dikendalikan. Dengan cara ini, pasien mampu/cakap untuk membuat keputusan mereka sendiri. b. Terapi Kognitif Terapi kognitif Secara relatifnya, terapi kognitif adalah pendekatan jangka pendek, berfokus, dan praktikal yang digunakan untuk sesuatu masalah. Fokusnya adalah bagaimana pasien berpikir, berperilaku, dan berkomunikasi pada waktu sekarang berbanding pada masa anak-anak. Terdapat tiga pendekatan yang lazim digunakan: Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive behaviour therapy) Terapi Analitik kognitif (Cognitive analytic therapy) Terapi Perilaku dialektikal (Dialectical behaviour therapy) Terapi kognitif selalunya dilakukan oleh psikolog tetapi ia juga bisa digunakan oleh dokter, perawat, kaunselor, dan pekerja sosial. Biasanya sessi diadakan setiap minggu dan berlangsung kira-kira selama satu jam. c. Psikoterapi

20 Psikoterapi bersifat lebih menyelidiki berbanding terapi kognitif dan cenderung lebih bisa menjejaki lebih dalam isu-isu pokok. Psikoterapi menyediakan ruang yang aman, formal, dan profesional di mana pasien bisa mengeksplorasi emosi yang sukar dan menyakitkan, serta pengalaman seperti ansietas, depresi, trauma, atau perasaan kehilangan makna kehidupan sekalipun. Tujuan psikoterapi adalah untuk membantu seseorang individu meningkatkan kapasitas untuk membuat pilihan, menjadi lebih otonom serta berkeyakinan dan bersungguhsungguh. Psikoterapi cocok untuk terapi: Ansietas Serangan panik Masalah emosi Gangguan kepribadian Stress Insomnia Depresi Gangguan bipolar Masalah perhubungan masalah seksual akibat psikologi Psikoterapi adalah: Suatu proses aktif dari keterlibatan Dilakukan dalam jendela waktu tertentu- Untuk setiap sessi Bertujuan pada masalah sekarang dan mengajar problem solving skills Ditujukan untuk mengurangkan gejala-gejala sekarang dan membantu pasien mengatasi situasi yang sama pada masa akan datang Sedang psikoterapi tidak selalu mampu untuk mengobati gangguan mental yang parah, ia dapat membantu dalam: Meningkatkan compliance/kepatuhan penggunaan obat-obatan Meningkatkan kemampuan sosial dan pekerjaan

21 Memperbaiki kemampuan untuk berhadapan dengan stresor dalam masyarakat Menurunkan penolakan dan mendukung penerimaan gangguan yang diderita Mengurangkan trauma yang berkaitan dengan gangguan yang dideritai d. Intervensi Keluarga Intervensi keluarga didesain sedemikian rupa untuk membantu pasien dengan cara mengumpulkan bersama-sama anggota keluarga, teman-teman, teman sejawat, dan supporter yang lain. Bersama fasilitator yang terlatih dan profesional, terapi ini bisa mengeksplorasi isuisu, proses, dan keperluan melalui cara yang dinamik, jujur, dan supportif. Intervensi ini bisa berjaya mendorong pasien mendapatkan rawatan. Intervensi keluarga pada awalnya dikembangkan untuk membantu keluarga dengan masalah ketergantungan. Namun, baru-baru ini, intervensi keluarga turut digunakan untuk membantu keluarga dengan skizofrenia. Intervensi keluarga terdiri dari psiko-edukasi, penyelesaian masalah perilaku (behavioural problem solving), dukungan keluarga, dan management krisis. Sesetengah intervensi diselenggarakan oleh satu keluarga, sebagian yang lain bisa mengumpulkan beberapa keluarga bersama-sama. e. Art therapy Terapi kesenian menggunakan media, imej, proses kreatif, dan respon-respon terhadap proses kreatif. Melalui semua ini, perkembangan, kemampuan, personaliti, minat, dan konflik pasien bisa diketahui. Ia bisa membantu pasien menemukan bahasa artistik yang berbeda untuk memahami dan mengekspresi isu mereka. Terapi kesenian digunakan untuk mengobati berbagaibagai isu psikologi. Ia digunakan untuk individu, pasangan, keluarga, kelompok dan komuniti, serta pada dewasa, remaja, dan anak-anak. f. Drama therapy Seperti terapi kesenian, terapi drama berusaha untuk memberikan pasien medium berbeda untuk eksplorasi dan ekspresi isu-isu mereka. Ia merupakan pendekatan yang aktif, experiantial yang membantu pasien menceritakan kisah mereka, mengekspresi perasaan dan kehidupan batiniah mereka, membina hubungan dan mencapai pertumbuhan personal. Ia juga membantu melegakan gejala, menyelesaikan masalah, penetapan sasaran/tujuan, mengembangkan skill kehidupan dan

22 mencapai resolusi konflik. Terapist drama dilatih dalam kesenian teater, psikologi, psikoterapi, dan terapi drama. 2.7 KOMPLIKASI Diagnosis ganda dikaitkan dengan: 1,2,11,13 Memburuknya gejala kejiwaan. Lebih sering rehospitalisation. Miskin kesehatan fisik. Miskin kepatuhan pengobatan. Tunawisma dan kemiskinan. Meningkatnya risiko infeksi HIV. Miskin sosial (termasuk dampak pada keluarga, pendidikan, penjaga dan pekerjaan). Tekanan keuangan.3 Peningkatan risiko kekerasan 15 dan kontak dengan sistem peradilan pidana. Peningkatan risiko bunuh diri. Isolasi dan penarikan sosial.

Penatalaksanaan Mutakhir dan Komprehensif Ketergantungan Napza

Penatalaksanaan Mutakhir dan Komprehensif Ketergantungan Napza TINJAUAN KEPUSTAKAAN Penatalaksanaan Mutakhir dan Komprehensif Ketergantungan Napza Al Bachri Husin Direktur Pengawasan Napza, Badan POM, Jakarta PENDAHULUAN Masalah penyalahgunaan dan ketergantungan narkotika,

Lebih terperinci

Karakteristik Terapi Adiksi yang Efektif, NIDA (National Institute on Drug Abuse, 1999) menunjuk 13 prinsip dasar terapi efektif berikut:

Karakteristik Terapi Adiksi yang Efektif, NIDA (National Institute on Drug Abuse, 1999) menunjuk 13 prinsip dasar terapi efektif berikut: Terapi dan Upaya Pemulihan Gangguan Zat Jenis Stimulan Karakteristik Terapi Adiksi yang Efektif, NIDA (National Institute on Drug Abuse, 1999) menunjuk 13 prinsip dasar terapi efektif berikut: 1. Tidak

Lebih terperinci

REHABILITASI PADA LAYANAN PRIMER

REHABILITASI PADA LAYANAN PRIMER REHABILITASI PADA LAYANAN PRIMER Tujuan Terapi Ketergantungan Narkotika Abstinensia: Tujuan terapi ini tergolong sangat ideal. Sebagian besar pasien ketergantungan narkotika tidak mampu atau kurang termotivasi

Lebih terperinci

REHABILITASI PADA LAYANAN PRIMER

REHABILITASI PADA LAYANAN PRIMER REHABILITASI PADA LAYANAN PRIMER REHABILITASI PADA LAYANAN PRIMER Tujuan Terapi Ketergantungan Narkotika Abstinensia: Tujuan terapi ini tergolong sangat ideal. Sebagian besar pasien ketergantungan narkotika

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Skizofrenia Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat mengganggu. Psikopatologinya melibatkan kognisi, emosi, persepsi dan aspek lain dari perilaku.

Lebih terperinci

GANGGUAN SKIZOAFEKTIF FIHRIN PUTRA AGUNG

GANGGUAN SKIZOAFEKTIF FIHRIN PUTRA AGUNG GANGGUAN SKIZOAFEKTIF FIHRIN PUTRA AGUNG - 121001419 LATAR BELAKANG Skizoafektif Rancu, adanya gabungan gejala antara Skizofrenia dan gangguan afektif National Comorbidity Study 66 orang Skizofrenia didapati

Lebih terperinci

Skizofrenia. 1. Apa itu Skizofrenia? 2. Siapa yang lebih rentan terhadap Skizofrenia?

Skizofrenia. 1. Apa itu Skizofrenia? 2. Siapa yang lebih rentan terhadap Skizofrenia? Skizofrenia Skizofrenia merupakan salah satu penyakit otak dan tergolong ke dalam jenis gangguan mental yang serius. Sekitar 1% dari populasi dunia menderita penyakit ini. Pasien biasanya menunjukkan gejala

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 996/MENKES/SK/VIII/2002 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 996/MENKES/SK/VIII/2002 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 996/MENKES/SK/VIII/2002 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN SARANA PELAYANAN REHABILITASI PENYALAHGUNAAN DAN KETERGANTUNGAN NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA DAN

Lebih terperinci

PTRM PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON PUSKESMAS BANGUNTAPAN II

PTRM PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON PUSKESMAS BANGUNTAPAN II PTRM PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON PUSKESMAS BANGUNTAPAN II Latar Belakang Gangguan addiksi merupakan suatu brain disease sehingga memerlukan penanganan yang komprehensif, dan berproses, karena suggest

Lebih terperinci

IPAP PTSD Tambahan. Pilihan penatalaksanaan: dengan obat, psikososial atau kedua-duanya.

IPAP PTSD Tambahan. Pilihan penatalaksanaan: dengan obat, psikososial atau kedua-duanya. IPAP PTSD Tambahan Prinsip Umum I. Evaluasi Awal dan berkala A. PTSD merupakan gejala umum dan sering kali tidak terdiagnosis. Bukti adanya prevalensi paparan trauma yang tinggi, (termasuk kekerasan dalam

Lebih terperinci

DAFTAR KOMPETENSI KLINIK

DAFTAR KOMPETENSI KLINIK Panduan Belajar Ilmu Kedokteran Jiwa - 2009 DAFTAR KOMPETENSI KLINIK Target Kompetensi Minimal Masalah Psikiatrik Untuk Dokter Umum: 1. Mampu mendiagnosis dan melakukan penatalaksanaan kasus psikiatrik

Lebih terperinci

MENGHILANGKAN RACUN NAPZA DARI TUBUH KLIEN

MENGHILANGKAN RACUN NAPZA DARI TUBUH KLIEN DETOKSIFIKASI DETOKSIFIKASI ADALAH BENTUK TERAPI UNTUK MENGHILANGKAN RACUN NAPZA DARI TUBUH KLIEN PENYALAHGUNAAN DAN KETERGANTUNGAN NARKOTIKA DAN ZAT ADIKTIF. (HAWARI, 2000) DETOKSIFIKASI ADALAH UPAYA

Lebih terperinci

Gangguan Mental Terkait Trauma. Pusat Kajian Bencana dan Tindak Kekerasan Departemen Psikiatri FKUI/RSCM

Gangguan Mental Terkait Trauma. Pusat Kajian Bencana dan Tindak Kekerasan Departemen Psikiatri FKUI/RSCM Gangguan Mental Terkait Trauma Pusat Kajian Bencana dan Tindak Kekerasan Departemen Psikiatri FKUI/RSCM Gangguan Mental setelah Trauma Trauma 2 minggu 1 bulan 2 bulan 6 bulan Reaksi stres akut Berkabung

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang 1 BAB I Pendahuluan 1.1 Latar belakang Penderita gangguan jiwa dari tahun ke tahun semakin bertambah. Sedikitnya 20% penduduk dewasa Indonesia saat ini menderita gangguan jiwa,, dengan 4 jenis penyakit

Lebih terperinci

2011, No sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2

2011, No sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.825, 2011 KEMENTERIAN KESEHATAN. Rehabilitasi Medis. Penyalahgunaan Narkotika. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2415/MENKES/PER/XII/2011 TENTANG

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Universitas Indonesia

Bab I Pendahuluan. Universitas Indonesia 14 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi ini semakin banyak masalah yang dihadapi oleh negara, baik negara maju maupun negara berkembang, tak terkecuali dengan negara kita. Salah satu

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS PSIKIATRI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS PSIKIATRI UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS PSIKIATRI Program Studi : Kedokteran Kode Blok : Blok 20 Blok : PSIKIATRI Semester : 5 Standar Kompetensi : Mampu memahami dan menjelaskan tentang

Lebih terperinci

Oleh : MASYKUR KHAIR. Definisi

Oleh : MASYKUR KHAIR. Definisi Oleh : MASYKUR KHAIR Definisi Konsep aspek ketergantungan : perilaku dan fisik. Perilaku : menekankan pada aktivitas mencari zat dan bukti terkait tentang pola penggunaan patologis. Fisik : Efek fisiologis

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang BAB II. TINJAUAN PUSTAKA II.1. Kedaruratan Psikiatri Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang membutuhkan intervensi terapeutik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan narkotika di Indonesia menunjukkan gejala yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan narkotika di Indonesia menunjukkan gejala yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan narkotika di Indonesia menunjukkan gejala yang mengkhawatirkan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh BNN dan Puslitkes UI pada 10 kota besar di Indonesia

Lebih terperinci

JOURNAL READING GANGGUAN GEJALA SOMATIK. Diajukan Kepada : dr. Rihadini, Sp.KJ. Disusun oleh : Shinta Dewi Wulandari H2A012001

JOURNAL READING GANGGUAN GEJALA SOMATIK. Diajukan Kepada : dr. Rihadini, Sp.KJ. Disusun oleh : Shinta Dewi Wulandari H2A012001 JOURNAL READING GANGGUAN GEJALA SOMATIK Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik Stase Ilmu Kesehatan Jiwa Diajukan Kepada : dr. Rihadini, Sp.KJ Disusun oleh : Shinta Dewi Wulandari

Lebih terperinci

16/02/2016 ASKEP KEGAWATAN PSIKIATRI MASYKUR KHAIR TENTAMEN SUICIDE

16/02/2016 ASKEP KEGAWATAN PSIKIATRI MASYKUR KHAIR TENTAMEN SUICIDE ASKEP KEGAWATAN PSIKIATRI MASYKUR KHAIR TENTAMEN SUICIDE 1 Definisi Suicidum (bunuh diri) adalah kematian yang dengan sengaja dilakukan oleh diri sendiri. Tentamen suicidum (percobaan bunuh diri) adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia, masalah kesehatan jiwa banyak terjadi dengan berbagai variasi dan gejala yang berbeda-beda. Seseorang dikatakan dalam kondisi jiwa yang sehat,

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. Menurut Asosiasi Psikiatri Amerika dalam Diagnostic and Statistical Manual

BAB 1. PENDAHULUAN. Menurut Asosiasi Psikiatri Amerika dalam Diagnostic and Statistical Manual BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Asosiasi Psikiatri Amerika dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, Fourth Edition, Text Revision (DSM-IV-TR) agitasi didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB II TINJUAN PUSTAKA BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 PTRM (Program Terapi Rumatan Metadon) 2.1.1 Pengertian PTRM Metadon pertama kali dikembangkan di Jerman pada akhir tahun 1937. Metadon adalah suatu agonis opioid sintetik yang

Lebih terperinci

REHABILTASI PADA NAPZA

REHABILTASI PADA NAPZA REHABILTASI PADA NAPZA dr. Adhi Wibowo Nurhidayat, Sp.KJ Suwanda Hendrawan, S.Ked Akhmad Rendy Firmansyah, S.ked RSJ Islam Klender Fase Penilaian Penilaian yang sistimatik terhadap level intoksikasi Riwayat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Chaplin,gangguan jiwa adalah ketidakmampuan menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Halusinasi adalah gangguan terganggunya persepsi sensori seseorang,dimana tidak terdapat stimulus. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Pasien merasa

Lebih terperinci

Lampiran 1 KUESIONER PERILAKU PENGGUNA NAPZA SUNTIK DI DALAM MENGIKUTI PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2010

Lampiran 1 KUESIONER PERILAKU PENGGUNA NAPZA SUNTIK DI DALAM MENGIKUTI PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2010 Lampiran 1 KUESIONER PERILAKU PENGGUNA NAPZA SUNTIK DI DALAM MENGIKUTI PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2010 I. INFORMASI WAWANCARA 1. Nomor Urut Responden... 2. Nama Responden...

Lebih terperinci

1. Dokter Umum 2. Perawat KETERKAITAN : PERALATAN PERLENGKAPAN : 1. SOP anamnesa pasien. Petugas Medis/ paramedis di BP

1. Dokter Umum 2. Perawat KETERKAITAN : PERALATAN PERLENGKAPAN : 1. SOP anamnesa pasien. Petugas Medis/ paramedis di BP NOMOR SOP : TANGGAL : PEMBUATAN TANGGAL REVISI : REVISI YANG KE : TANGGAL EFEKTIF : Dinas Kesehatan Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai PUSKESMAS TANAH TINGGI DISAHKAN OLEH : KEPALA PUSKESMAS TANAH TINGGI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan zat psiko aktif merupakan masalah yang sering terjadi di

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan zat psiko aktif merupakan masalah yang sering terjadi di BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyalahgunaan zat psiko aktif merupakan masalah yang sering terjadi di seluruh dunia, dan berhubungan dengan peningkatan mortalitas dan morbidilitas. WHO telah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Gangguan Jiwa BAB II TINJAUAN TEORI 2.1.1 Pengertian Gangguan Jiwa Gangguan jiwa merupakan perubahan sikap dan perilaku seseorang yang ekstrem dari sikap dan perilaku yang dapat menimbulkan penderitaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Skizofrenia merupakan suatu penyakit otak persisten dan serius yang mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam memproses informasi, hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gangguan fungsi mental berupa frustasi, defisit perawatan diri, menarik diri

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gangguan fungsi mental berupa frustasi, defisit perawatan diri, menarik diri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif (NAPZA) merupakan salah satu permasalahan yang menjadi ancaman serius bagi Bangsa Indonesia. Penyalahgunaan NAPZA

Lebih terperinci

WITHDRAWAL SYNDROME BY : KELOMPOK 4

WITHDRAWAL SYNDROME BY : KELOMPOK 4 WITHDRAWAL SYNDROME BY : KELOMPOK 4 DEFINISI Withdrawal syndrome, atau dikenal juga dengan discontinuation syndrome, merupakan kumpulan gejala yang dapat terjadi pada individu yang kecanduan obat dan alkohol

Lebih terperinci

Indonesia Nomor 5211); 8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit; 9.

Indonesia Nomor 5211); 8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit; 9. Yang Telah Diputus Oleh Pengadilan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik

Lebih terperinci

17. Keputusan Menteri...

17. Keputusan Menteri... Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 4. Undang-Undang Nomor 35 Tahun

Lebih terperinci

BIPOLAR. Dr. Tri Rini BS, Sp.KJ

BIPOLAR. Dr. Tri Rini BS, Sp.KJ BIPOLAR Dr. Tri Rini BS, Sp.KJ Definisi Gangguan bipolar (GB) merupakan gangguan jiwa yang bersifat episodik dan ditandai oleh gejala-gejala manik, hipomanik, depresi, dan campuran, biasanya rekuren serta

Lebih terperinci

MANFAAT REHABILITASI KETERGANTUNGAN NARKOBA (MANTAN) PECANDU TERHADAP KONDISI PSIKIS

MANFAAT REHABILITASI KETERGANTUNGAN NARKOBA (MANTAN) PECANDU TERHADAP KONDISI PSIKIS MANFAAT REHABILITASI KETERGANTUNGAN NARKOBA TERHADAP KONDISI PSIKIS (MANTAN) PECANDU Tri Wahyu Blok Elektif: Drug Abuse Fakultas Kedokteran Universitas YARSI, Jakarta 2010 Latar belakang Narkoba (NAPZA)

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya rangsang dari luar. Walaupun tampak sebagai sesuatu yang khayal, halusinasi sebenarnya merupakan bagian

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gangguan Depresif Mayor Depresi merupakan suatu sindrom yang ditandai dengan sejumlah gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing masing individu. Diagnostic

Lebih terperinci

Diagnosis & Tatalaksana Gangguan Depresi & Anxietas di Layanan Kesehatan Primer Dr. Suryo Dharmono, SpKJ(K)

Diagnosis & Tatalaksana Gangguan Depresi & Anxietas di Layanan Kesehatan Primer Dr. Suryo Dharmono, SpKJ(K) Diagnosis & Tatalaksana Gangguan Depresi & Anxietas di Layanan Kesehatan Primer Dr. Suryo Dharmono, SpKJ(K) Yogyakarta, 11 Oct 2014 1 Prevalensi Ganguan Psikiatrik yang lazim di Komunitas dan Pelayanan

Lebih terperinci

2016, No Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431); 2. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (Lemb

2016, No Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431); 2. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (Lemb BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1501, 2016 KEMENKES. Terapi Buprenorfina. Penyelenggaraan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN TERAPI BUPRENORFINA

Lebih terperinci

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperawatan Disusun

Lebih terperinci

Gangguan Bipolar. Febrilla Dejaneira Adi Nugraha. Pembimbing : dr. Frilya Rachma Putri, Sp.KJ

Gangguan Bipolar. Febrilla Dejaneira Adi Nugraha. Pembimbing : dr. Frilya Rachma Putri, Sp.KJ Gangguan Bipolar Febrilla Dejaneira Adi Nugraha Pembimbing : dr. Frilya Rachma Putri, Sp.KJ Epidemiologi Gangguan Bipolar I Mulai dikenali masa remaja atau dewasa muda Ditandai oleh satu atau lebih episode

Lebih terperinci

KEKSI GIRINDRA SWASTI, M.Kep

KEKSI GIRINDRA SWASTI, M.Kep KEKSI GIRINDRA SWASTI, M.Kep Dahulu klien masuk ke RSJ pada tahap akut (klien dg respon koping maladaptif), sekarang klien yg masuk RS berada pd tahap krisis dimana tujuan terapi adalah untuk stabilisasi

Lebih terperinci

Farmakoterapi Obat Gangguan Mental

Farmakoterapi Obat Gangguan Mental Farmakoterapi Obat Gangguan Mental Alfi Yasmina Psikotropika Antipsikotik/neuroleptik/major tranquilizer Antiansietas/ansiolitik/minor tranquilizer Antidepresi Psikostimulan 1 Psikosis Ditandai: Gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan penurunan semua fungsi kejiwaan terutama minat dan motivasi

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan penurunan semua fungsi kejiwaan terutama minat dan motivasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara-negara maju, tetapi masih kurang populer di kalangan masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. Stres adalah satu dari konsep-konsep sentral psikiatri, walaupun istilah ini

BAB 1. PENDAHULUAN. Stres adalah satu dari konsep-konsep sentral psikiatri, walaupun istilah ini BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Stres adalah satu dari konsep-konsep sentral psikiatri, walaupun istilah ini mempunyai sumber pada fisiologi dan keahlian. Karena pasien-pasien senang

Lebih terperinci

Psikoedukasi keluarga pada pasien skizofrenia

Psikoedukasi keluarga pada pasien skizofrenia Psikoedukasi keluarga pada pasien skizofrenia Posted by Lahargo Kembaren ABSTRAK Skizofrenia merupakan gangguan kronik yang sering menimbulkan relaps. Kejadian relaps yang terjadi pada pasien skizofrenia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masing-masing dari kita mungkin pernah menyaksikan di jalan-jalan, orang yang berpakaian compang-camping bahkan terkadang telanjang sama sekali, berkulit dekil, rambut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi,

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Skizofrenia adalah gangguan mental yang sangat berat. Gangguan ini ditandai dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi, gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa gangguan jiwa merupakan penyakit yang sulit disembuhkan, memalukan,

BAB I PENDAHULUAN. bahwa gangguan jiwa merupakan penyakit yang sulit disembuhkan, memalukan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Gangguan jiwa dapat menyerang semua usia. Sifat serangan penyakit biasanya akut tetapi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Depresi 1. Definisi Depresi Depresi merupakan perasaan hilangnya energi dan minat serta timbulnya keinginan untuk mengakhiri hidup. Depresi biasanya disertai perubahan tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan zat adiksi lainnya

BAB I PENDAHULUAN. Masalah penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan zat adiksi lainnya BAB I PENDAHULUAN 1.l. Latar Belakang Penelitian Masalah penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan zat adiksi lainnya (NAPZA) atau istilah yang populer dikenal masyarakat sebagai NARKOBA (Narkotika dan

Lebih terperinci

PROSES TERJADINYA MASALAH

PROSES TERJADINYA MASALAH PROSES TERJADINYA MASALAH ` PREDISPOSISI PRESIPITASI BIOLOGIS GABA pada sistem limbik: Neurotransmiter inhibitor Norepineprin pada locus cereleus Serotonin PERILAKU Frustasi yang disebabkan karena kegagalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi,

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skizofrenia merupakan sekelompok reaksi psikotik yang mempengaruhi berbagai area fungsi individu, termasuk fungsi berfikir dan berkomunikasi, menerima dan menginterpretasikan

Lebih terperinci

Farmakoterapi Obat Gangguan Mental. Alfi Yasmina

Farmakoterapi Obat Gangguan Mental. Alfi Yasmina Farmakoterapi Obat Gangguan Mental Alfi Yasmina Psikotropika Antipsikotik/neuroleptik/major tranquilizer Antiansietas/ansiolitik/minor tranquilizer Antidepresi Psikostimulan Psikosis Ditandai: Gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skizofrenia adalah gangguan mental yang sangat berat. Gangguan ini ditandai dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi, gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah satu diagnosis kardiovaskular yang paling cepat meningkat jumlahnya (Schilling, 2014). Di dunia,

Lebih terperinci

2017, No d. bahwa untuk belum adanya keseragaman terhadap penyelenggaraan rehabilitasi, maka perlu adanya pengaturan tentang standar pelayanan

2017, No d. bahwa untuk belum adanya keseragaman terhadap penyelenggaraan rehabilitasi, maka perlu adanya pengaturan tentang standar pelayanan No.1942, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Standar Pelayanan Rehabilitasi. PERATURAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PELAYANAN REHABILTASI BAGI

Lebih terperinci

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM MANAJEMEN HIV AIDS DISUSUN OLEH TIM

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM MANAJEMEN HIV AIDS DISUSUN OLEH TIM MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM MANAJEMEN HIV AIDS DISUSUN OLEH TIM PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES GORONTALO TAHUN 2013 DAFTAR ISI Daftar Isi... 2 Pendahuluan... 3 Kegiatan

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. Skizofrenia merupakan suatu gangguan yang menyebabkan penderitaan dan

BAB 1. PENDAHULUAN. Skizofrenia merupakan suatu gangguan yang menyebabkan penderitaan dan BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Skizofrenia merupakan suatu gangguan yang menyebabkan penderitaan dan ketidakmampuan bagi pasien dan secara signifikan menimbulkan beban yang berat bagi dirinya sendiri,

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. SIMTOM ANSIETAS Ansietas dialami oleh setiap orang pada suatu waktu dalam kehidupannya. Ansietas adalah suatu keadaan psikologis dan fisiologis yang dicirikan dengan komponen

Lebih terperinci

GANGGUAN PSIKOTIK TERBAGI. Pembimbing: Dr. M. Surya Husada Sp.KJ. disusun oleh: Ade Kurniadi ( )

GANGGUAN PSIKOTIK TERBAGI. Pembimbing: Dr. M. Surya Husada Sp.KJ. disusun oleh: Ade Kurniadi ( ) GANGGUAN PSIKOTIK TERBAGI Pembimbing: Dr. M. Surya Husada Sp.KJ disusun oleh: Ade Kurniadi (080100150) DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hancurnya kehidupan rumah tangga serta penderitaan dan kesengsaraan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. hancurnya kehidupan rumah tangga serta penderitaan dan kesengsaraan yang Lampiran 4 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba di Indonesia masih menjadi permasalahan nasional yang tidak kunjung tuntas bahkan semakin memprihatinkan dan mengancam

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik I

2 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik I BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1238, 2015 KEMENKES. Pengguna Napza Suntik. Dampak. Pengurangan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2015 TENTANG PENGURANGAN DAMPAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada pembinaan kesehatan (Shaping the health of the nation), yaitu upaya kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. pada pembinaan kesehatan (Shaping the health of the nation), yaitu upaya kesehatan 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 pasal 46 dan 47 menyatakan bahwa untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi masyarakat, diselenggarakan

Lebih terperinci

Penjangkauan dalam penggulangan AIDS di kelompok Penasun

Penjangkauan dalam penggulangan AIDS di kelompok Penasun Catatan Kebijakan # 3 Penjangkauan dalam penggulangan AIDS di kelompok Penasun Stigma terhadap penggunaan narkoba di masyarakat selama ini telah membatasi para pengguna narkoba untuk memanfaatkan layananlayanan

Lebih terperinci

A. Pemeriksaan penunjang. - Darah lengkap

A. Pemeriksaan penunjang. - Darah lengkap A. Pemeriksaan penunjang - Darah lengkap Darah lengkap dengan diferensiasi digunakan untuk mengetahui anemia sebagai penyebab depresi. Penatalaksanaan, terutama dengan antikonvulsan, dapat mensupresi sumsum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. genetik, faktor organo-biologis, faktor psikologis serta faktor sosio-kultural.

BAB I PENDAHULUAN. genetik, faktor organo-biologis, faktor psikologis serta faktor sosio-kultural. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan proses interaksi yang kompleks antara faktor genetik, faktor organo-biologis, faktor psikologis serta faktor sosio-kultural. Telah terbukti

Lebih terperinci

Materi ini merupakan salah satu Bahan kuliah online gratis Bagi anggota keluarga, relawan kesehatan jiwa Dan perawat pendamping. Anxiety (kecemasan)

Materi ini merupakan salah satu Bahan kuliah online gratis Bagi anggota keluarga, relawan kesehatan jiwa Dan perawat pendamping. Anxiety (kecemasan) Materi ini merupakan salah satu Bahan kuliah online gratis Bagi anggota keluarga, relawan kesehatan jiwa Dan perawat pendamping Anxiety (kecemasan) Oleh: TirtoJiwo, Juni 2012 TirtoJiwo 1 Gelisah atau cemas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesehatan merupakan harta yang paling penting dalam kehidupan manusia. Kesehatan merupakan hak bagi setiap warga negara seperti yang telah diatur oleh undang-undang.

Lebih terperinci

2012, No.1156

2012, No.1156 5 2012, No.1156 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN REHABILITASI MEDIS BAGI PECANDU, PENYALAHGUNA, DAN KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai keadaan sehat fisik, mental, dan sosial, bukan semata-mata keadaan tanpa penyakit atau kelemahan. Definisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika seseorang tersebut merasa sehat dan bahagia, mampu menghadapi tantangan hidup serta dapat menerima

Lebih terperinci

BIPOLAR. oleh: Ahmad rhean aminah dianti Erick Nuranysha Haviz. Preseptor : dr. Dian Budianti amina Sp.KJ

BIPOLAR. oleh: Ahmad rhean aminah dianti Erick Nuranysha Haviz. Preseptor : dr. Dian Budianti amina Sp.KJ BIPOLAR oleh: Ahmad rhean aminah dianti Erick Nuranysha Haviz Preseptor : dr. Dian Budianti amina Sp.KJ Definisi Bipolar Gangguan bipolar (GB) merupakan gangguan jiwa yang bersifat episodik dan ditandai

Lebih terperinci

Sinonim : - gangguan mood - gangguan afektif Definisi : suatu kelompok ggn jiwa dengan gambaran utama tdptnya ggn mood yg disertai dengan sindroma man

Sinonim : - gangguan mood - gangguan afektif Definisi : suatu kelompok ggn jiwa dengan gambaran utama tdptnya ggn mood yg disertai dengan sindroma man Gangguan Suasana Perasaan Oleh : Syamsir Bs, Psikiater Departemen Psikiatri FK-USU 1 Sinonim : - gangguan mood - gangguan afektif Definisi : suatu kelompok ggn jiwa dengan gambaran utama tdptnya ggn mood

Lebih terperinci

Mengenal Gangguan Stress Pasca Trauma

Mengenal Gangguan Stress Pasca Trauma Materi ini merupakan salah satu bahan kuliah online gratis bagi anggota keluarga, relawan kesehatan jiwa dan perawat pendamping Mengenal Gangguan Stress Pasca Trauma Oleh: Tirto Jiwo Juni 2012 Tirto Jiwo

Lebih terperinci

PRODI DIII KEBIDANAN STIKES WILLIAM BOOTH SURABAYA

PRODI DIII KEBIDANAN STIKES WILLIAM BOOTH SURABAYA Epidemiologi Dasar RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT ANDREAS W. SUKUR PRODI DIII KEBIDANAN STIKES WILLIAM BOOTH SURABAYA Website: https://andreaswoitilasukur.wordpress.com/ Email : andreaswoitila@gmail.com Riwayat

Lebih terperinci

KONSEP PERAWATAN KESEHATAN JIWA

KONSEP PERAWATAN KESEHATAN JIWA KONSEP PERAWATAN KESEHATAN JIWA Seiring dengan perubahan jaman, peran perawat kesehatan jiwa mulai muncul pada tahun 1950-an. Weiss (1947) menggambarkan beda perawatan kesehatan jiwa dengan perawatan umum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana individu tidak mampu menyesuaikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang menghadapi

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang menghadapi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang menghadapi perubahan pertumbuhan dan perkembangan. Masa remaja mengalami perubahan meliputi perubahan

Lebih terperinci

Gangguan Psikiatrik Pada Pasien Ginjal ANDRI

Gangguan Psikiatrik Pada Pasien Ginjal ANDRI Gangguan Psikiatrik Pada Pasien Ginjal ANDRI Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana (UKRIDA) Email : andri@ukrida.ac.id Pendahuluan Pasien gagal ginjal kronis adalah salah

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Gangguan bipolar menurut Diagnostic and Statistical Manual of

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Gangguan bipolar menurut Diagnostic and Statistical Manual of BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gangguan Bipolar I Gangguan bipolar menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders Text Revision edisi yang ke empat (DSM IV-TR) ialah gangguan gangguan mood

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. coba-coba, keterusan hingga menyebabkan ketergantungan yang berpotensi

BAB I PENDAHULUAN. coba-coba, keterusan hingga menyebabkan ketergantungan yang berpotensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Membahas penyebab yang mengganggu kesehatan jiwa tidak hanya karena faktor sosial seperti pola asuh, lingkungan, pergaulan dan trauma. Terdapat faktor lain terkait

Lebih terperinci

A. Gangguan Bipolar Definisi Gangguan bipolar merupakan kategori diagnostik yang menggambarkan sebuah kelas dari gangguan mood, dimana seseorang

A. Gangguan Bipolar Definisi Gangguan bipolar merupakan kategori diagnostik yang menggambarkan sebuah kelas dari gangguan mood, dimana seseorang A. Gangguan Bipolar Definisi Gangguan bipolar merupakan kategori diagnostik yang menggambarkan sebuah kelas dari gangguan mood, dimana seseorang mengalami kondisi atau episode dari depresi dan/atau manik,

Lebih terperinci

PERAN PEKERJA SOSIAL DALAM UPAYA PELAYANAN KESEHATAN JIWA PARIPURNA

PERAN PEKERJA SOSIAL DALAM UPAYA PELAYANAN KESEHATAN JIWA PARIPURNA PERAN PEKERJA SOSIAL DALAM UPAYA PELAYANAN KESEHATAN JIWA PARIPURNA Dr. Suryo Dharmono SpKJ Divisi Psikiatri Komunitas Departemen Psikiatri FKUI/RSCM UPAYA PELAYANAN KESEHATAN JIWA DI INDONESIA Dikenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada beberapa tahun terakhir ini, masalah penyalahgunaan narkoba meningkat luas, tidak hanya di kota besar namun juga di kota-kota kecil dan pedesaan di Indonesia.

Lebih terperinci

Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD)

Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD) Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD) Oleh : Husna Nadia 1102010126 Pembimbing : dr Prasila Darwin, SpKJ DEFINISI PTSD : Gangguan kecemasan yang dapat terjadi setelah mengalami /menyaksikan suatu peristiwa

Lebih terperinci

EPIDEMIOLOGI MANIFESTASI KLINIS

EPIDEMIOLOGI MANIFESTASI KLINIS DEFINISI Gangguan Bipolar dikenal juga dengan gangguan manik depresi, yaitu gangguan pada fungsi otak yang menyebabkan perubahan yang tidak biasa pada suasana perasaan, dan proses berfikir. Disebut Bipolar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian dari keluarga. Townsend (2014), mengatakan skizofrenia yaitu terjadi

BAB I PENDAHULUAN. perhatian dari keluarga. Townsend (2014), mengatakan skizofrenia yaitu terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skizofrenia merupakan gangguan kesehatan serius yang perlu mendapatkan perhatian dari keluarga. Townsend (2014), mengatakan skizofrenia yaitu terjadi perpecahan antara

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KATA PENGANTAR

LAMPIRAN 1 KATA PENGANTAR LAMPIRAN 1 KATA PENGANTAR Salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk mengikuti ujian akhir di Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung adalah menyusun skripsi. Adapun judul skripsi yang

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 SKIZOFRENIA Skizofrenia adalah suatu gangguan psikotik dengan penyebab yang belum diketahui yang dikarakteristikkan dengan gangguan dalam pikiran, mood dan perilaku. 10 Skizofrenia

Lebih terperinci

Strategi pemulihan gangguan jiwa berdasar stress vulnerability model

Strategi pemulihan gangguan jiwa berdasar stress vulnerability model Materi ini merupakan salah satu Bahan kuliah online gratis Bagi anggota keluarga, relawan kesehatan jiwa Dan perawat pendamping Strategi pemulihan gangguan jiwa berdasar stress vulnerability model Oleh:

Lebih terperinci

RELEVANSI ILMU PSIKOLOGI DALAM PENGEMBANGAN PROGRAM HR. Riza Sarasvita, PhD Kemenkes RI

RELEVANSI ILMU PSIKOLOGI DALAM PENGEMBANGAN PROGRAM HR. Riza Sarasvita, PhD Kemenkes RI RELEVANSI ILMU PSIKOLOGI DALAM PENGEMBANGAN PROGRAM HR Riza Sarasvita, PhD Kemenkes RI Pendekatan Holistik Biologis Sosial Psikologi Fakta Angka kekambuhan > 80% setelah program perawatan (Fisher & Harrison,

Lebih terperinci

H.I.V DAN KANKER; PSIKOLOGI SEPANJANG PERJALANAN PENYAKIT. Oleh: dr. Moh. Danurwendo Sudomo, Sp.Ok

H.I.V DAN KANKER; PSIKOLOGI SEPANJANG PERJALANAN PENYAKIT. Oleh: dr. Moh. Danurwendo Sudomo, Sp.Ok H.I.V DAN KANKER; PSIKOLOGI SEPANJANG PERJALANAN PENYAKIT Oleh: dr. Moh. Danurwendo Sudomo, Sp.Ok LATAR BELAKANG Psikologi memiliki peran penting pada penyakit kronis: Mulai mengidap Adaptasi terhadap

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Sakit Perut Berulang Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut berulang pada remaja terjadi paling sedikit tiga kali dengan jarak paling sedikit

Lebih terperinci

Napza Suntik, HIV, & Harm Reduction

Napza Suntik, HIV, & Harm Reduction Bab 1 Napza Suntik, HIV, & Harm Reduction Kaitan HIV/AIDS dan napza suntik Pengertian Harm Reduction napza suntik Strategi Harm Reduction napza suntik Program Harm Reduction napza suntik Pro-kontra Harm

Lebih terperinci