Peningkatan Kinerja Lampu TL (Fluorescent) pada Catu Daya dengan Regulasi Tegangan Buruk

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Peningkatan Kinerja Lampu TL (Fluorescent) pada Catu Daya dengan Regulasi Tegangan Buruk"

Transkripsi

1 Peningkatan Kinerja Lampu TL (Fluorescent) pada Catu Daya dengan Regulasi Tegangan Buruk [Supriono, et al] Peningkatan Kinerja Lampu TL (Fluorescent) pada Catu Daya dengan Regulasi Tegangan Buruk Supriono, I Nyoman Wahyu Satiawan Staff Pengajar Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Unram Jl. Majapahit No. 62, Mataram NTB supriono.rio@lycos.com Abstrak Lampu TL dapat menyala dengan baik apabila dicatu (dipasang) pada sumber tegangan yang sesuai dengan rating tegangan lampu TL tersebut, misal 220 volt, 50 Hz. Daerah Pedesaan (di Indonesia) pada umumnya sumber tegangan (listrik) memiliki regulasi tegangan yang buruk. Buruknya regulasi tegangan pedesaan mengakibatkan lampu TL sulit bahkan tidak dapat menyala. Lampu TL sebagai sumber penerangan memiliki beberapa keunggulan dibandingkan lampu pijar. Kehadiran trafo ballast pada lampu TL adalah merugikan. Trafo ballast berfungsi hanya pada saat start, setelah lampu TL menyala kehadiran trafo ballast mengakibatkan faktor daya menjadi rendah dan trafo ballast sendiri menyerap daya aktif. Menghilangkan ballast elektromagnetik dan menggantikan dengan proses switching pada lampu TL menghasilkan perbaikan faktor daya sekaligus lampu TL dapat menyala pada catu daya dengan regulasi tegangan yang sangat buruk. Frekuensi switching yang tinggi menghasilkan ukuran induktor yang kecil. Induktor dipergunakan pada proses switching untuk menghasilkan tegangan transient yang cukup untuk menyalakan lampu TL. Frekuensi Switching 800 Hz pada lampu TL sebagai penganti trafo ballast menghasilkan faktor daya 0,86 leading. Jika lampu TL mempergunakan trafo ballast maka faktor daya lampu TL tersebut 0,4 lagging. Lampu TL yang mempergunakan trafo ballast tidak dapat menyala pada kondisi tegangan 160 volt tetapi switching dengan frekuensi lebih besar dari 800 Hz menghasilkan lampu TL dapat menyala dengan sempurna pada kondisi tegangan 160 volt. Kata kunci: lampu TL, trafo ballast, faktor daya, frekuensi switching. Abstract Fluorescent lamp will shine perfectly if it applied on power supply matching with its rating for example 220 V, 50 Hz. Generally in rural (Indonesia) have poor regulation of power supply. Due to poor regulation in rural cause it hardly shines. Compare with incandescent lamp, fluorescent lamp have superiority. The present of electromagnetic ballast transformer at fluorescent lamp have effect poor power factor and increase power loss. The function of ballast transformer only just on starting time. Replacing ballast transformer with switching process on fluorescent lamp result both improving power factor and it can shine on poor power regulation of power supply. Increasing switching frequency result small inductor size. Inductor, using in switching frequency, makes high transient voltage so that its shines. Replacing ballast transformer by 800 Hz switching frequency result power factor 0,86 leading. If fluorescent lamp use ballast transformer, the power factor will be down until 0,4 lagging. If voltage of power supply 160 volt, fluorescent lamp by ballast transformer can not shine but by switching process (more 800 Hz) it shines perfectly. Keywords: fluorescent lamp, electromagnetic ballast transformer, power factor, switching frequency. Pendahuluan Lampu pijar sebagai sumber penerangan bagi pemukiman ataupun komersial, akhir-akhir ini telah banyak digantikan oleh Lampu TL (fluorescent Lamp). Penggunaan lampu TL sebagai sumber penerangan karena memiliki cahaya yang lembut (tidak sakit dimata), cahaya lebih terang dan umur lebih panjang daripada lampu pijar. Lampu TL dapat menyala dengan baik apabila dicatu (dipasang) pada sumber tegangan yang sesuai Catatan: Diskusi untuk makalah ini diterima sebelum tanggal 1 Desember Diskusi yang layak muat akan diterbitkan pada Jurnal Teknik Elektro volume 6, nomor 1, Maret dengan rating tegangan lampu TL tersebut, misal 220 volt, 50 Hz. Daerah Pedesaan (di Indonesia) pada umumnya sumber tegangan (listrik) memiliki regulasi tegangan yang buruk. Buruknya regulasi tegangan didaerah pedesaan mengakibatkan lampu TL sulit bahkan tidak dapat menyala. Disebabkan karena buruknya regulasi tegangan didaerah pedesaan mengakibatkan penggunaan lampu pijar lebih umum dibandingkan lampu TL. Lampu TL biasanya dilengkapi dengan trafo ballast (ballast transformer) dan starter yang fungsinya untuk membatasi aliran arus dan menyediakan tegangan transien yang sesuai untuk penyalaan katoda [Liang dkk, 2001]. Trafo ballast dilihat dari cara kerjanya ada dua jenis yaitu ballast elektro- 59

2 Jurnal Teknik Elektro Vol. 5, No. 2, September 2005: magnetik dan ballast elektronik. Ballast elektromagnetik bekerja atas dasar induksi elektromagnetik dengan frekuensi sama dengan frekuensi sumber. Ballast elektronik bekerja dengan prinsip resonant inverter yang dilakukan dengan proses switching pada frekwensi tinggi. Tegangan transien dari resonant inverter tergantung pada komponen bejana resonansi (L dan C) sehingga tegangan transien dapat menjadi lebih besar dari tegangan sumber. Sebagian besar daerah pedesaan di Indonesia tidak dapat menggunakan lampu TL karena tegangan listrik di desa pada umumnya sangat buruk. Melihat fenomena ini maka diperlukan suatu penelitian agar lampu TL dapat menyala dengan baik pada daerah yang tegangannya buruk. Tinjauan Pustaka Lampu TL sebagai sumber penerangan memiliki beberapa keunggulan dibandingkan lampu pijar, diantaranya: - pada daya yang sama, cahaya yang dihasilkan oleh lampu TL lebih terang. - Cahaya yang dihasilkan lembut (tidak sakit dimata). - Umur lebih panjang. Dibalik keunggulan yang dimiliki oleh lampu TL, ternyata lampu TL memiliki beberapa kelemahan/ kekurangan, antara lain: - tidak dapat menyala pada catu daya yang memiliki regulasi tegangan buruk (tegangan sumber dibawah rating tegangan lampu TL). - Memerlukan trafo ballast elektromagnetik dan starter. - Memiliki faktor daya rendah (lampu TL dengan ballast elektromagnetik). Usaha untuk memperbaiki faktor daya dan menggantikan ballast elektromagnetik dengan ballast elektronik telah dilakukan oleh beberapa orang peneliti [2, 3, 4]. Liang dkk [2001] menyusun prosedur perancangan dalam menentukan komponen resonansi (L dan C) ballast elektronik pada lampu TL. Frekuensi switching ballast elektronik diatur agar mendekati frekuensi tangki resonansi (L dan C). Peggunaan frekuensi switching yang tinggi (lebih besar dari 20 khz) menghasilkan ukuran induktor tangki resonansi ballast elektronik menjadi kecil sehingga ukuran geometri ballast elektronik menjadi kecil. Liang dkk menerapkan prosedur perancangan komponen resonansi hanya pada catu daya dengan tegangan konstan. Seiring dengan makin populernya penggunaan ballast elektronik, karakteristik balast elektonikpun diperbaiki. Cheng dkk [2001] memperbaiki faktor daya ballast elektronik dengan menggunakan metode gabungan DC Buck Boost Chopper dengan inverter yang dioperasikan pada kelas E. Arus dan tegangan pada resonant load inverter (inverter kelas E) harus dibatasi. Jika siklus kerja chopper diperbesar mengakibatkan tegangan resonansi tinggi tetapi arus resonansi kecil. Jika siklus kerja chopper diperkecil (dipersempit) mengakibatkan arus resonansi besar tetapi tegangan resonasi rendah. Siklus kerja pada DC buck boost chopper harus mendapat perhatian serius agar tegangan resonansi dan arus resonansi tidak merusak (mengurangi umur) lampu TL. Moo dkk [2001] memperpanjang umur lampu TL yang mempergunakan ballast elektronik. Umur lampu TL diperpanjang dengan cara menghilangkan glow current pada saat filamen dalam pemanasan. Glow current dihindarkan dengan cara mengaktifkan elektronik switch yang terpasang paralel pada lampu TL saat pemanasan (preheating). Elektronik switch di off kan pada saat temperatur katoda mencapai temperatur optimum untuk terjadinya emisi pada katoda, pada saat ini juga tegangan penyalaan diterapkan untuk menyalakan lampu TL. Berdasarkan prinsip resonat inverter maka Lampu TL dapat dinyalakan pada sumber tegangan yang memiliki regulasi tegangan yang buruk sekalipun. Tegangan penyalaan katoda lampu TL dan tegangan catu daya di rumuskan [Liang dkk, 2001] : Vs 1 = 2 Vc ωsc 1 2 ωs di mana: V s = tegangan penyalaan katoda. V c = tegangan catu daya. ω sc = frekuensi switching steady state. ω s = frekuensi switching penyalaan. (1) Mengacu pada grafik pada gambar 1, maka lampu TL dapat menyala dengan terang (normal) jika Frekuensi switching diatur dengan tepat 2 ω sc 1 2 walaupun pada tegangan sumber (catu ωs daya) dibawah rating tegangan lampu TL tersebut. Pengaturan Frekuensi switching yang tepat pada balast elektronik akan menaikkan faktor daya lampu TL dibandingkan dengan faktor daya lampu TL dengan Ballast elektromagnetik. 60

3 Peningkatan Kinerja Lampu TL (Fluorescent) pada Catu Daya dengan Regulasi Tegangan Buruk [Supriono, et al] Vs/Vc Wsc/Ws Gambar 1. Grafik perubahan tegangan Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan: 1. Tegangan catu daya terhadap frekuensi switching pada lampu TL dengan mempergunakan ballast elektronik. 2. Perubahan faktor daya terhadap frekuensi switching pada lampu TL sehingga diperoleh frekuensi switching optimum. Metode Penelitian Bahan/Materi Penelitian. Bahan yang dipergunakan pada penelitian adalah lampu TL (fluorescent) 10 watt dari berbagai merek (pabrik). Jalan Penelitian. Rangkaian penelitian dirangkai seperti pada gambar 2. Auto trafo dipergunakan sebagai simulasi sumber tegangan (catu daya) dengan regulasi tegangan buruk. Isolation Amplifier dipergunakan sebagai perantara tegangan dan arus pada osciloscope digital dengan tegangan tinggi. Dipergunakan isolation amplifier adalah untuk melindungi osciloscope digital dari tegangan tinggi auto trafo, dengan perantaraan isolation amplifier Osciloscope akan aman dari tegangan tinggi AC auto trafo. Frekuensi switching T 1 dan T 2 dikendalikan oleh generator function. Sumber tegangan AC yang berasal dari auto trafo disearahkan oleh penyearah dan ditapis dengan kapasitor. IGBT T1 dan IGBT T2 serta L dan C1 membentuk suatu resonant inverter. Generotor function diset pada range karena toleransi nilai kapasitor yang tinggi (20%) juga nilai L yang bervariasi serta adanya kapasitansi parasit induktansi ceceran yang sulit diprediksi. Jika frekuensi dari generator function dekat dengan frekuensi resonansi rangkaian maka akan dihasilkan tegangan transient yang cukup besar sehingga dapat menyalakan lampu TL. Dengan kata lain lampu TL dinyalakan tanpa dengan pemanasan filament. Pengujian pertama dilakukan dengan mempergunakan kapasitor C1 dengan lampu TL merek ekonomat 10 watt. Auto trafo diset sampai mencapai tegangan 220 volt. Frekuensi dari generator function diubah ubah. Karakteristik nyala lampu TL diamati bersamaan dengan factor daya dari lampu TL dicatat Pengujian berikutnya dilakukan dengan Lampu yang sama tetapi tanpa mempergunakan kapasitor C1. Karakteristik nyala lampu TL diamati bersamaan dengan faktor daya dari lampu TL dicatat. Tabel 1 dan table 2 memperlihatkan hasil pengujian. Pengujian terakhir dilakukan dengan menset auto trafo pada tegangan 160 volt dicatu pada lampu TL yang sama tetapi tanpa memakai trafo ballast dan kapasitor C1, frekuensi dari Generator function diubah-ubah bersamaan dengan karakteristik nyala lampu dan factor daya diamati. Auto trafo diset pada tegangan 160 volt dimaksudkan untuk mewakili sumber tegangan dengan regulasi tegangan yang buruk. V isolation amplifier i Osciloscope T1 L Cos ϕ T2 Lampu TL C1 Generator Function Gambar 2. Rangkaian penelitian lampu TL (fluorescent) pada catu daya dengan regulasi tegangan buruk 61

4 Jurnal Teknik Elektro Vol. 5, No. 2, September 2005: Hasil dan Pembahasan Pengujian pertama dilakukan pada lampu TL merek ekonomat 10 Watt dengan mempergunakan trafo ballast merek sinar 10 watt dan kapasitor 1 µf. auto trafo diset pada tegangan jala jala normal yaitu 220 volt. Hasil pengujian diperlihatkan pada table 1, bentuk gelombang tegangan dan arus diperlihatkan pada gambar 3 dan gambar 4. Pengujian berikutnya dilakukan pada lampu yang sama tetapi tanpa memakai kapasitor. Hasil pengujian diperlihatkan pada table 2 dan bentuk gelombang tegangan dan arus diperlihatkan pada gambar 5 dan gambar 6. Pembahasan Pada pengujian lampu TL dengan memakai kapasitor makin tinggi frekuensi switching maka lampu tidak dapat menyala. Trafo ballast dan kapasitor berfungsi sebagai low pass filter pada frekuensi tinggi sehingga tegangan pada elektroda lampu TL tidak cukup untuk membuat gas pada lampu TL mengalami discharge (menyalakan lampu TL). Gambar 3 menunjukkan bentuk gelombang yang mencapai 500 V p-p, tegangan yang cukup untuk menghasilkan gas pada lampu TL mengalami Discharge. Tegangan 500 V p-p tidaklah komtinu sehingga lampu TL menyala dengan flicker. Gambar 4 adalah bentuk gelombang lampu TL yang diuji dengan memakai kapasitor dan frekuensi switching 200 Hz. Dari gambar 4 dapat dilihat bahwa tegangan puncak puncak kurang dari 400 V sehingga lampu TL tidak dapat menyala. Gambar 3. Lampu TL Ekonomat 1 pada catu 220 V, frekuensi switching 60 Hz, dengan kapasitor. Merah arus (10 ma/div), biru tegangan (100V/Div). Gambar 4. Lampu TL Ekonomat 1 pada catu 220 V, frekuensi switching 200 Hz, dengan kapasitor. Merah arus (10 ma/div), Biru tegangan (100V/Div). Tabel 1. Pengujian Lampu TL 10 W merek Ekonomat 1 dengan trafo Balast 10 W merek sinar. memakai Kapasitor 1 µf, tegangan catu 220 volt. Frek Cos ϕ Keterangan (Hz) 50 ± 0,95 Lampu menyala terang, Cos ϕ berayun dari +0,95 s/d (-0,95) 60 ± 0,99 Lampu menyala 70 ± 0,99 Lampu menyala tapi agak redup 80 ± 0,99 Lampu menyala tapi agak redup 90 ~ 1 Lampu menyala tapi agak redup 100 ± 0,95 Lampu menyala terang, Cos ϕ berayun dari +0,95 s/d (-0,95) ,98-1 Lampu menyala tapi agak redup ,98-1 Lampu menyala tapi agak redup ,98 Lampu menyala sangat redup dan flicker ,98 Lampu tidak menyala ,95 (-0,99) Lampu menyala tidak sempurna, Cos ϕ berayun dari +0,95 s/d (-0,99) ,99 Lampu menyala tapi redup dan flicker 170 ~ 1 Lampu menyala tapi redup dan flicker 180 ~ 1 Lampu menyala tapi redup dan flicker 190 ~ 1 Lampu tdk menyala 200 ~ 1 Lampu tdk menyala 220 ~ 1 Lampu tdk menyala 240 ~ 1 Lampu tdk menyala 250 ~ 1 Lampu tdk menyala 62

5 Peningkatan Kinerja Lampu TL (Fluorescent) pada Catu Daya dengan Regulasi Tegangan Buruk [Supriono, et al] Gambar 5 dan gambar 6 adalah bentuk gelombang lampu Tl yang diuji tanpa mempergunakan kapasitor. Jika dibandingkan antara gambar 5 dan gambar 6 maka tegangan puncak ke puncak pada gambar 6 adalah lebih cepat terjadi dibandingkan dengan gambar 5 hal ini mengakibatkan gas pada lampu TL mengalami discharge secara sempurna. Jika gas pada lampu TL mengalami discharge secara sempurna maka nyala lampu TL akan sempurna. Pengujian yang terakhir dilakukan pada lampu TL yang sama ditambah lampu TL yang lain dari berbagai macam Merek (Pabrik) dengan tegangan catu 160 volt. Hasil pengujian ini diperlihatkan pada tabel 3 sampai tabel 8. Gambar 5. Lampu TL Ekonomat 1 pada catu 220 V, frekuensi switching 70 Hz, tanpa kapasitor. Merah arus(10 ma/div), Biru tegangan (100V/Div) Gambar 6. Lampu TL Ekonomat 1 pada catu 220 V, frekuensi switching 250 Hz, tanpa kapasitor. Merah arus (10 ma/div), Biru tegangan (100V/Div) Tabel 2. Pengujian Lampu TL 10 W merek Ekonomat 1 dengan trafo Balast 10 W merek sinar. tanpa memakai Kapasitor, tegangan catu 220 volt. 50 ~ 1 Lampu menyala dan agak redup 60 ~ 1 Lampu menyala tapi flicker dan agak redup 70 ~1 Lampu menyala tapi sangat flicker dan agak redup 80 ~1 Lampu menyala tapi sangat flicker dan agak redup 90 ~ 1 Lampu menyala tapi sangat flicker 100 ± 0.99 Lampu menyala terang, Cos ϕ berayurn dari +0,99 s/d (-0,99). 110 ~ 1 Lampu menyala tapi sangat flicker dan agak redup 120 ~ 1 Lampu menyala tapi sangat flicker dan agak redup 130 ~ 1 Lampu menyala tapi sangat flicker 140 ~ 1 Lampu menyala dan agak flicker 150 ± 0.99 Lampu menyala terang, Cos ϕ berayun dari +0,99 s/d (-0,99). 160 ~1 Lampu menyala terang 170 ~ 1 Lampu menyala terang 180 ~ 1 Lampu menyala terang 190 ~ 1 Lampu menyala terang 200 ± 0.99 Lampu menyala terang, Cos ϕ berayun dari +0,99 s/d (-0,99). 250 ± 0.99 Lampu menyala terang, Cos ϕ berayun dari +0,99 s/d (-0,99) ,90 Lampu menyala dengan redup Tabel 3. Pengujian Lampu TL 10 W merek Ekonomat 1 tanpa trafo Ballast dan kapasitor dengan tegangan 160 V ,97 Menyala dan tidak stabil 60 +0,97 Menyala dengan flicker 70 +0,97 Menyala dengan sedikit flicker 80 +0,97 Menyala dengan sedikit flicker 90 +0,97 Menyala dengan sedikit flicker ,95 Menyala sempurna ,97 Menyala sempurna ,97 Menyala sempurna ,96 Menyala sempurna ,97 Menyala sempurna ,96 Menyala sempurna ,96 Menyala sempurna ,96 Menyala sempurna ,97 Menyala sempurna ,97 Menyala sempurna 63

6 Jurnal Teknik Elektro Vol. 5, No. 2, September 2005: Tabel 4. Pengujian Lampu TL 10 W merek Ekonomat 2 tanpa trafo Ballast dan kapasitor dengan tegangan 160 V ,99 Menyala redup 60 +0,99 Menyala redup 70 +0,99 Menyala redup 80 +0,99 Menyala redup 90 +0,99 Menyala tapi agak redup ,99 Menyala tapi agak redup ,99 Menyala dengan terang ,99 Menyala dengan terang ,99 Menyala dengan terang ,95 Menyala dengan terang ,95 Menyala dengan terang ,95 Menyala sempurna ,95 Menyala sempurna ,95 Menyala sempurna ,9 Menyala sempurna Tabel 5. Pengujian Lampu TL 10 W merek Philips Life Max 1 tanpa trafo Ballast dan kapasitor dengan teganan 160 V. 50 ~1 tidak menyala 60 +0,98 menyala redup 70 +0,97 menyala redup 80 +0,97 menyala redup 90 +0,97 menyala redup ,94 menyala redup dan tidak flicker ,94 menyala kurang sempurna ,94 menyala kurang sempurna ,96 menyala sempurna ,96 menyala sempurna ,96 menyala sempurna ,96 menyala sempurna ,96 menyala sempurna ,96 menyala sempurna ,96 menyala sempurna Tabel 6. Pengujian Lampu TL 10 W merek Philips Life Max 2 tanpa trafo Ballast dan kapasitor dengan tegangan 160 V. 50 ~ 1 tidak menyala 60 +0,97 menyala redup 70 +0,97 menyala redup 80 +0,97 menyala redup 90 +0,97 menyala redup ,95 menyala redup flicker tidak ada ,94 menyala sempurna ,97 menyala sempurna ,97 menyala sempurna ,96 menyala sempurna ,96 menyala sempurna ,96 menyala sempurna ,96 menyala sempurna ,96 menyala sempurna ,96 menyala sempurna Tabel 7. Pengujian Lampu TL 10 W merek Focus 1 tanpa trafo Ballast & ka-pasitor dengan tegangan catu 160 V. 50 0,99 tidak menyala 60 0,98 menyala redup 70 0,97 menyala redup 80 0,97 menyala redup 90 0,97 menyala redup ,99 menyala redup dan agak flicker ,99 menyala sempurna ,98 menyala sempurna ,98 menyala sempurna ,98 menyala sempurna ,97 menyala sempurna ,97 menyala sempurna ,96 menyala sempurna ,96 menyala sempurna ,95 menyala sempurna Tabel 8. Pengujian Lampu TL 10 W merek Focus 2 tanpa trafo Ballast dan kapasitor dengan tegangan catu 160 V ,99 tidak menyala 60 +0,97 menyala redup, flicker 70 +0,97 menyala redup, flicker 80 +0,97 menyala redup, flicker 90 +0,97 menyala redup, flicker ,95 menyala redup, agak flicker ,95 menyala agak redup dan tidak terjadi flicker ,97 menyala sempurna ,97 menyala sempurna ,97 menyala sempurna ,97 menyala sempurna ,97 menyala sempurna ,97 menyala sempurna ,97 menyala sempurna ,97 menyala sempurna Pembahasan Pengujian Lampu TL tanpa Kapasitor dan tanpa Trafo Ballast Pada frekuensi rendah (< 100 Hz) lampu TL menyala dengan flicker disebabkan karena tegangan transient yang dihasilkan oleh proses switching tidak seluruhnya (secara terus menerus) memiliki tegangan untuk mengakibatkan gas pada lampu TL mengalami discharge. Tegangan yang dihasilkan oleh proses switching kurang dari 100 Hz dapat dilihat pada gambar 7. Sedikitnya tegangan transient yang dapat menghasilkan gas pada lampu TL mengalami discharge menghasilkan aliran elektron pada filement lampu sangat terbatas. Aliran elektron yang tidak sempurna pada kedua filament lampu TL menghasilkan cahaya lampu TL kurang sempurna. 64

7 Peningkatan Kinerja Lampu TL (Fluorescent) pada Catu Daya dengan Regulasi Tegangan Buruk [Supriono, et al] Lampu TL menyala dengan sempurna pada frekuensi switching lebih besar dari 500 Hz karena tegangan transient yang dihasilkan oleh proses switching sangat tinggi dan terjadi secara terus menerus, diperlihatkan pada gambar 8, sampai gambar 12. Tegangan transient yang tinggi dan terjadi secara terus menerus menghasilkan aliran elektron pada filament lampu TL sangat besar sehingga lampu TL menyala dengan sempurna. Gambar 9. Lampu TL Philips Life Max 1 pada catu 160 V, frekuensi switching 600 Hz, tampa kapasitor dan Trafo. Tegangan 100 V/Div, TB 1 ms/div Gambar 7. Lampu TL Ekonomat 1 pada catu 160 V, frekuensi switching 90 Hz, tanpa kapasitor dan Trafo Ballast. Tegangan 50 V/Div, TB 5 ms/div. Gambar 10. Lampu TL Philips Life Max 2 pada catu 160 V, frekuensi switching 900 Hz, tampa kapasitor dan Trafo. Tegangan 100 V/Div, TB 1 ms/div. Gambar 8. Lampu TL Ekonomat 2 pada catu 160 V, frekuensi switching 800 Hz, tampa kapasitor dan Trafo Ballast. Tegangan 100 V/Div, TB 0,5 ms/div Gambar 11. Lampu TL merek Focus 1 pada catu 160 V, frekuensi switching 800 Hz, tampa kapasitor dan Trafo Ballast Tegangan 100 V/Div, TB 1 ms/div 65

8 Jurnal Teknik Elektro Vol. 5, No. 2, September 2005: Kesimpulan dan Saran Gambar 12. Lampu TL merek Focus 2 pada catu 160 V, frekuensi switching 1000 Hz, tampa kapasitor dan Trafo Ballast. Tegangan 100 V/Div, TB 1 ms/div Switching dengan frekuensi lebih besar dari 800 Hz menghasilkan energi yang dikembalikan ke sumber menjadi makin banyak menghasilkan faktor daya (Cos ϕ) menjadi sangat baik yaitu lebih besar dari 0,86 leading. Faktor daya lampu TL yang dinyalakan dengan trafo Ballast (bekerja secara elektro magnetik) sekitar 0,4 lagging. Induktor yang dipergunakan pada proses switching untuk menghasilkan tegangan transient yang besar (overshoot). Semakin besar ukuran induktor yang dipergunakan maka proses switching makin lambat. Semakin lambat frekuensi switching maka nyala lampu TL menjadi tidak sempurna. Hal ini dapat dilihat dari pengujian lampu TL memakai trafo ballast dengan pengujian lampu TL tanpa trafo ballast. Fungsi trafo ballast pada lampu TL adalah untuk menghasilkan tegangan transient yang sangat besar pada saat start. Setelah lampu menyala kehadiran trafo ballast adalah merugikan karena trafo ballast sendiri menyerap daya aktif dan daya reaktif yang sangat besar sehingga mengakibatkan faktor daya menjadi buruk. Kesimpulan 1. Kehadiran trafo ballast pada lampu TL adalah merugikan karena setelah lampu menyala keberadaan trafo ballast mengakibatkan faktor daya (cos ϕ) menjadi buruk. 2. Makin besar ukuran induktor yang dipergunakan pada proses switching menyebabkan frekuensi switching semakin lambat dan nyala lampu menjadi tidak sempurna. 3. Lampu TL dapat dipergunakan untuk memperbaiki faktor daya jika: - tidak mempergunakan trafo ballast dan - frekuensi switching tinggi > 800Hz 4. Switching pada frekuensi tinggi pada lampu TL dapat memperbaiki faktor daya hingga 0,86 leading, faktor daya lampu TL dengan trafo ballast 0,4 lagging. Saran 1. Sudah saatnya trafo ballast pada lampu TL ditinggalkan dan diganti dengan switching frekuensi tinggi. 2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk melihat pengaruh tegangan overshoot pada proses switching terhadap umur lampu TL. Daftar Pustaka [1] Alonso, J.M., Villegas, J.P., Blanco,C., Rico.M., 1997, A Microcontroller-Based Emergency Ballast for Fluorescent Lamps, IEEE Industrial Electronics Society Volume 44, hal [2] Cheng, L.H., Moo, S.C., Yen, C.H., Huang, H.S., 2001, Single-Switch High Power Factor Electronic Ballast for Compact Fluorescent Lamps, IEEE PEDS, hal [3] Liang, T.J., Cheng, C.A., Shyu, W.B., Chen, J.F., 2001, Design Procedure for Resonant Components of Fluorescent Lamps Electronic Ballast Based on Lamp Model, IEEE PEDS, hal [4] Moo, S.C., Lin, F.T., Cheng, L.H., Soong, J.M., 2001, Electronic Ballast for Programmed Rapid Start Fluorescent Lamps, IEEE PEDS, hal [5] Ogata, K., 1998, Modern Control Engineering, Prentice Hall, Singapore. 66

Memperpanjang Kecerahan Cahaya Lampu TL (fluorescent) Dengan Menggunakan Metode Penyalaan Switching

Memperpanjang Kecerahan Cahaya Lampu TL (fluorescent) Dengan Menggunakan Metode Penyalaan Switching Supriono: Memperpanjang Kecerahan Cahaya Lampu TL 21 Memperpanjang Kecerahan Cahaya Lampu TL (fluorescent) Dengan Menggunakan Metode Pean Switching Supriono Dosen Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik

Lebih terperinci

PENGARUH TEGANGAN DAN FREKUENSI TERHADAP INTENSITAS CAHAYA PADA LAMPU PENDAR ELEKTRONIK

PENGARUH TEGANGAN DAN FREKUENSI TERHADAP INTENSITAS CAHAYA PADA LAMPU PENDAR ELEKTRONIK PENGARUH TEGANGAN DAN FREKUENSI TERHADAP INTENSITAS CAHAYA PADA LAMPU PENDAR ELEKTRONIK Martono Dwi Atmadja *, Harrij Mukti Kristiana, Farida Arinie Soelistianto Teknik Elektro, Politeknik Negeri Malang,

Lebih terperinci

Kajian Pemanfaatan Ballast Elektronik Bekas Pada Lampu TL

Kajian Pemanfaatan Ballast Elektronik Bekas Pada Lampu TL 10 Kajian Pemanfaatan Ballast Elektronik Bekas Pada Lampu TL Syaifurrahman (1), Abang Razikin (1), Madduhir Siregar (1), Jamhir Islami (2) (1,2) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Untan (3) PLP Ahli

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pembangkit Harmonisa Beban Listrik Rumah Tangga. Secara umum jenis beban non linear fasa-tunggal untuk peralatan rumah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pembangkit Harmonisa Beban Listrik Rumah Tangga. Secara umum jenis beban non linear fasa-tunggal untuk peralatan rumah 24 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembangkit Harmonisa Beban Listrik Rumah Tangga Secara umum jenis beban non linear fasa-tunggal untuk peralatan rumah tangga diantaranya, switch-mode power suplay pada TV,

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN PENYEARAH AC TO DC RESONANSI SERI DENGAN ISOLASI TERHADAP FREKUENSI TINGGI

RANCANG BANGUN PENYEARAH AC TO DC RESONANSI SERI DENGAN ISOLASI TERHADAP FREKUENSI TINGGI RANCANG BANGUN PENYEARAH AC TO DC RESONANSI SERI DENGAN ISOLASI TERHADAP FREKUENSI TINGGI Renny Rakhmawati, ST, MT Jurusan Teknik Elektro Industri PENS-ITS Kampus ITS Sukolilo Surabaya Phone 03-5947280

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISA. Pada bab ini akan dibahas hasil pengujian dan analisa dari system buck chopper

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISA. Pada bab ini akan dibahas hasil pengujian dan analisa dari system buck chopper BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISA Pada bab ini akan dibahas hasil pengujian dan analisa dari system buck chopper dengan metode constant current untuk menghidupkan high power led berbasis microcontroller

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN BALLAST ELEKTRONIK UNTUK PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK PADA BEBAN PENERANGAN

ANALISIS PENGGUNAAN BALLAST ELEKTRONIK UNTUK PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK PADA BEBAN PENERANGAN ANALISIS PENGGUNAAN BALLAST ELEKTRONIK UNTUK PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK PADA BEBAN PENERANGAN Suroso *), Winasis, and Satria Ardhi Permana Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Gambar 2.1 Rangkaian seri RLC

BAB 2 DASAR TEORI. Gambar 2.1 Rangkaian seri RLC BAB 2 DASAR TEORI 2.1 GEJALA PERALIHAN (TRANSIEN) Gejala peralihan atau transien merupakan perubahan nilai tegangan atau arus maupun keduanya baik sesaat maupun dalam jangka waktu tertentu (dalam orde

Lebih terperinci

Sistem Perbaikan Faktor Daya Pada Penyearah Diode Tiga Phasa Menggunakan Hysteresis Current Control

Sistem Perbaikan Faktor Daya Pada Penyearah Diode Tiga Phasa Menggunakan Hysteresis Current Control JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 Sistem Perbaikan Faktor Daya Pada Penyearah Diode Tiga Phasa Menggunakan Hysteresis Current Control Denny Prisandi, Heri Suryoatmojo, Mochamad Ashari Jurusan

Lebih terperinci

PERENCANAAN INVERTER PWM SATU FASA UNTUK PENGATURAN TEGANGAN OUTPUT PEMBANGKIT TENAGA ANGIN

PERENCANAAN INVERTER PWM SATU FASA UNTUK PENGATURAN TEGANGAN OUTPUT PEMBANGKIT TENAGA ANGIN PERENCANAAN INVERTER PWM SATU FASA UNTUK PENGATURAN TEGANGAN OUTPUT PEMBANGKIT TENAGA ANGIN Oleh Herisajani, Nasrul Harun, Dasrul Yunus Staf Pengajar Teknik Elektro Politeknik Negeri Padang ABSTRACT Inverter

Lebih terperinci

REALISASI KONVERTER DC-DC TIPE PUSH-PULL BERBASIS IC TL494 DENGAN UMPAN BALIK TEGANGAN

REALISASI KONVERTER DC-DC TIPE PUSH-PULL BERBASIS IC TL494 DENGAN UMPAN BALIK TEGANGAN REALISASI KONVERTER DC-DC TIPE PUSH-PULL BERBASIS IC TL9 DENGAN UMPAN BALIK TEGANGAN Argianka Satrio Putra *), Trias Andromeda, and Agung Warsito Departemen Teknik Elektro, Universitas Diponegoro Jl. Prof.

Lebih terperinci

PENGUJIAN HARMONISA DAN UPAYA PENGURANGAN GANGGUAN HARMONISA PADA LAMPU HEMAT ENERGI

PENGUJIAN HARMONISA DAN UPAYA PENGURANGAN GANGGUAN HARMONISA PADA LAMPU HEMAT ENERGI JETri, Volume 4, Nomor 1, Agustus 004, Halaman 53-64, ISSN 141-037 PENGUJIAN HARMONISA DAN UPAYA PENGURANGAN GANGGUAN HARMONISA PADA LAMPU HEMAT ENERGI Liem Ek Bien & Sudarno* Dosen Jurusan Teknik Elektro

Lebih terperinci

DISAIN SWITCHING POWER SUPPLIES

DISAIN SWITCHING POWER SUPPLIES Politeknik Negeri Bandung, 1 Oktober 2003 IAIN WITHING POWER UPPIE Rustamaji Jurusan Teknik Elektro, Institut Teknologi Nasional Jl. P.H. Mustofa 23 Bandung Tlp : (022)7272215 e-mail : rustamaji@itenas.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah lebih hemat energi. Untuk menghidupkan lampu LED tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. adalah lebih hemat energi. Untuk menghidupkan lampu LED tersebut dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dalam sektor pencahayaan yang berfungsi untuk pencahayaan jalan perkotaan, industri, dan pencahayaan rumah. Banyak ilmuwan menciptakan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MOTOR LISTRIK 3 PHASA SEBAGAI GENERATOR LISTRIK 1 PHASA PADA PEMBANGKIT LISTRIK BERDAYA KECIL

PENGGUNAAN MOTOR LISTRIK 3 PHASA SEBAGAI GENERATOR LISTRIK 1 PHASA PADA PEMBANGKIT LISTRIK BERDAYA KECIL PENGGUNAAN MOTOR LISTRIK 3 PHASA SEBAGAI GENERATOR LISTRIK 1 PHASA PADA PEMBANGKIT LISTRIK BERDAYA KECIL Arwadi Sinuraya*) Abstrak Pembangunan pembangkit listrik dengan daya antara 1kW 10 kw banyak dilaksanakan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : Arus Transien, Ketahanan Transformator, Jenis Beban. ABSTRACT. Keywords : Transient Current, Transformer withstand, load type.

ABSTRAK. Kata kunci : Arus Transien, Ketahanan Transformator, Jenis Beban. ABSTRACT. Keywords : Transient Current, Transformer withstand, load type. Jurnal Reka Elkomika 2337-439X Januari 2013 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Teknik Elektro Itenas Vol.1 No.1 Analisis Arus Transien Transformator Setelah Penyambungan Beban Gedung Serbaguna PT

Lebih terperinci

PERANCANGAN ZERO VOLTAGE SWITCHING BUCK CONVERTER DENGAN BEBAN RESISTIF BERVARIASI DAN SEBAGAI CATU DAYA UNTUK MOTOR ARUS SEARAH

PERANCANGAN ZERO VOLTAGE SWITCHING BUCK CONVERTER DENGAN BEBAN RESISTIF BERVARIASI DAN SEBAGAI CATU DAYA UNTUK MOTOR ARUS SEARAH PERANCANGAN ZERO VOLTAGE SWITCHING BUCK CONVERTER DENGAN BEBAN RESISTIF BERVARIASI DAN SEBAGAI CATU DAYA UNTUK MOTOR ARUS SEARAH Zya Jamaluddin Al-Rasyid Arief Rahman *), Jaka Windarta, dan Hermawan Departemen

Lebih terperinci

DAYA ELEKTRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC)

DAYA ELEKTRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC) DAYA ELEKRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC) 1. Daya Sesaat Daya adalah energi persatuan waktu. Jika satuan energi adalah joule dan satuan waktu adalah detik, maka satuan daya adalah joule per detik yang disebut

Lebih terperinci

Rancang Bangun Modul DC DC Converter Dengan Pengendali PI

Rancang Bangun Modul DC DC Converter Dengan Pengendali PI Rancang Bangun Modul DC DC Converter Dengan Pengendali PI Sutedjo ¹, Zaenal Efendi ², Dina Mursyida 3 Dosen Jurusan Teknik Elektro Industri ² Dosen Jurusan Teknik Elektro Industri 3 Mahasiswa D4 Jurusan

Lebih terperinci

Desain Konverter DC/DC Zero Voltage Switching dengan Perbaikan Faktor Daya sebagai Charger Baterai untuk Kendaraan Listrik

Desain Konverter DC/DC Zero Voltage Switching dengan Perbaikan Faktor Daya sebagai Charger Baterai untuk Kendaraan Listrik Desain Konverter DC/DC Zero Voltage Switching dengan Perbaikan Faktor Daya sebagai Charger Baterai untuk Kendaraan Listrik BAGUS PRAHORO TRISTANTIO, MOCHAMAD ASHARI, SOEDIBJO JURUSAN TEKNIK ELEKTRO, FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas mengenai teori teori yang mendasari perancangan dan perealisasian inductive wireless charger untuk telepon seluler. Teori-teori yang digunakan dalam skripsi

Lebih terperinci

ANALISA PERBANDINGAN R DAN C SEBAGAI PENGGANTI L ( BALLAST ) PADA FLUORESCENT ATAU LAMPU TL ( LAMPU TABUNG ) Yasri

ANALISA PERBANDINGAN R DAN C SEBAGAI PENGGANTI L ( BALLAST ) PADA FLUORESCENT ATAU LAMPU TL ( LAMPU TABUNG ) Yasri ANALISA PERBANDINGAN R DAN C SEBAGAI PENGGANTI L ( BALLAST ) PADA FLUORESCENT ATAU LAMPU TL ( LAMPU TABUNG ) Yasri Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak 013 Yasri_st@yahoo.com

Lebih terperinci

Desain dan Implementasi Soft Switching Boost Konverter Dengan Simple Auxillary Resonant Switch (SARC)

Desain dan Implementasi Soft Switching Boost Konverter Dengan Simple Auxillary Resonant Switch (SARC) Desain dan Implementasi Soft Switching Boost Konverter Dengan Simple Auxillary Resonant Switch (SARC) Dimas Bagus Saputra, Heri Suryoatmojo, dan Arif Musthofa Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN REALISASI INVERTER MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER ATMEGA168

PERANCANGAN DAN REALISASI INVERTER MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER ATMEGA168 PERANCANGAN DAN REALISASI INVERTER MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER ATMEGA168 Disusun Oleh : Daniel Wahyu Wicaksono (0922036) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Kristen Maranatha Jl. Prof. Drg.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM PENGUKURAN DAYA, TEGANGAN, DAN ARUS PADA LAMPU TL DAN LAMPU PIJAR

LAPORAN PRAKTIKUM PENGUKURAN DAYA, TEGANGAN, DAN ARUS PADA LAMPU TL DAN LAMPU PIJAR LAPORAN PRAKTIKUM PENGUKURAN DAYA, TEGANGAN, DAN ARUS PADA LAMPU TL DAN LAMPU PIJAR Oleh : Nisa Ridhayati NIM: 121331017 3A 2 Teknik Telekomunikasi Tanggal Percobaan : 14- Oktober- 2014 PROGRAM STUDI TEKNIK

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA A. TUJUAN Setelah praktik, saya dapat : 1. Membuat rangkaian sistem tenaga listrik menggunakan software Power Station ETAP 4.0 dengan data data yang lengkap. 2. Mengatasi berbagai permasalahan yang terjadi

Lebih terperinci

Jenis-jenis Komponen Elektronika, Fungsi dan Simbolnya

Jenis-jenis Komponen Elektronika, Fungsi dan Simbolnya Jenis-jenis Komponen Elektronika, Fungsi dan Simbolnya Peralatan Elektronika adalah sebuah peralatan yang terbentuk dari beberapa Jenis Komponen Elektronika dan masing-masing Komponen Elektronika tersebut

Lebih terperinci

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO APLIKASI KARAKTERISTIK PENYEARAH SATU FASE TERKENDALI PULSE WIDTH MODULATION (PWM) PADA BEBAN RESISTIF Yuli Asmi Rahman * Abstract Rectifier is device to convert alternating

Lebih terperinci

STUDI PENGGUNAAN RANGKAIAN FILTER UNTUK MENGURANGI EFEK HARMONISA PADA LAMPU HEMAT ENERGI

STUDI PENGGUNAAN RANGKAIAN FILTER UNTUK MENGURANGI EFEK HARMONISA PADA LAMPU HEMAT ENERGI STUDI PENGGUNAAN RANGKAIAN FILTER UNTUK MENGURANGI EFEK HARMONISA PADA LAMPU HEMAT ENERGI Irnanda Priyadi, ST, MT Staf pengajar Teknik Elektro UNIB Abstract Harmonics is a phenomenon in power system that

Lebih terperinci

DESAIN SISTEM HIBRID PHOTOVOLTAIC-BATERAI MENGGUNAKAN BI-DIRECTIONAL SWITCH UNTUK CATU DAYA KELISTRIKAN RUMAH TANGGA 900VA, 220 VOLT, 50 HZ

DESAIN SISTEM HIBRID PHOTOVOLTAIC-BATERAI MENGGUNAKAN BI-DIRECTIONAL SWITCH UNTUK CATU DAYA KELISTRIKAN RUMAH TANGGA 900VA, 220 VOLT, 50 HZ G.17 DESAIN SISTEM HIBRID PHOTOVOLTAICBATERAI MENGGUNAKAN BIDIRECTIONAL SWITCH UNTUK CATU DAYA KELISTRIKAN RUMAH TANGGA 900VA, 220 VOLT, 50 HZ Soedibyo 1*, Dwiana Hendrawati 2 1 Jurusan Teknik Elektro,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tahap Proses Perancangan Alat Perancangan rangkaian daya Proteksi perangkat daya Penentuan strategi kontrol Perancangan rangkaian logika dan nilai nominal Gambar 3.1 Proses

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan

BAB III PERANCANGAN ALAT. Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan III-1 BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1. Perancangan Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan menghasilkan suatu sistem yang dapat mengontrol cahaya pada lampu pijar untuk pencahayaanya

Lebih terperinci

Perancangan Dan Realisasi Converter Satu Fasa untuk Baterai Menjalankan Motor AC 1 Fasa 125 Watt

Perancangan Dan Realisasi Converter Satu Fasa untuk Baterai Menjalankan Motor AC 1 Fasa 125 Watt Jurnal Reka Elkomika 2337-439X Januari 2016 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Teknik Elektro Itenas Vol.4 No.1 Perancangan Dan Realisasi Converter Satu Fasa untuk Baterai Menjalankan Motor AC 1

Lebih terperinci

ANALISIS FILTER INDUKTIF DAN KAPASITIF PADA CATU DAYA DC

ANALISIS FILTER INDUKTIF DAN KAPASITIF PADA CATU DAYA DC ANAISIS FITE INDUKTIF DAN KAPASITIF PADA CATU DAYA DC Tan Suryani Sollu* * Abstract One of the main component of DC power supply is filter, which consist of inductor and capacitor, that has function to

Lebih terperinci

JURNAL TUGAS AKHIR DISAIN RANGKAIAN SNUBBER PADA SISTEM POWER SWITCHING MENGGUNAKAN MOSFET. Universitas Indonesia Depok

JURNAL TUGAS AKHIR DISAIN RANGKAIAN SNUBBER PADA SISTEM POWER SWITCHING MENGGUNAKAN MOSFET. Universitas Indonesia Depok JURNAL TUGAS AKHIR DISAIN RANGKAIAN SNUBBER PADA SISTEM POWER SWITCHING MENGGUNAKAN MOSFET Ananta Tiara 1), Dr. Ir. Feri Yusivar, M.Eng 2) 1) Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro 2) Dosen Jurusan Teknik Elektro

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN KAPASITOR BANK UNTUK EFISIENSI DAYA LISTRIK PADA INDUSTRI KECIL

RANCANG BANGUN KAPASITOR BANK UNTUK EFISIENSI DAYA LISTRIK PADA INDUSTRI KECIL RANCANG BANGUN KAPASITOR BANK UNTUK EFISIENSI DAYA LISTRIK PADA INDUSTRI KECIL Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang Email: henryananta@gmail.com Abstrak. Penelitian ini

Lebih terperinci

Rangkaian Arus Bolak Balik. Rudi Susanto

Rangkaian Arus Bolak Balik. Rudi Susanto Rangkaian Arus Bolak Balik Rudi Susanto Arus Searah Arahnya selalu sama setiap waktu Besar arus bisa berubah Arus Bolak-Balik Arah arus berubah secara bergantian Arus Bolak-Balik Sinusoidal Arus Bolak-Balik

Lebih terperinci

Jl. Cempaka Putih Tengah 27 Jakarta Pusat

Jl. Cempaka Putih Tengah 27 Jakarta Pusat Rancang Bangun Lampu Penerangan Darurat ( Compact Emergency Lamp) Dengan Mengunakan Lampu Hemat Energi Deni Almanda 1 ; Budyanto 2 1&2 Teknik Elektro FT UMJ Jl. Cempaka Putih Tengah 27 Jakarta Pusat Email

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Inverter adalah alat yang banyak digunakan dalam aplikasi elektronis. Alat ini

BAB I PENDAHULUAN. Inverter adalah alat yang banyak digunakan dalam aplikasi elektronis. Alat ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inverter adalah alat yang banyak digunakan dalam aplikasi elektronis. Alat ini sangat berguna untuk mengoperasikan alat elektronis AC ketika tidak ada sumber listrik

Lebih terperinci

NAMA :M. FAISAL FARUQI NIM : TUGAS:ELEKTRONIKA DAYA -BUCK CONVERTER

NAMA :M. FAISAL FARUQI NIM : TUGAS:ELEKTRONIKA DAYA -BUCK CONVERTER NAMA :M. FAISAL FARUQI NIM :2201141004 TUGAS:ELEKTRONIKA DAYA -BUCK CONVERTER Rangkaian ini merupakan salah satu konverter DC-DC pada Elektronika Daya (ELDA). Dengan rangkaian Buck-Converter ini, kita

Lebih terperinci

Perancangan Battery Control Unit (BCU) Dengan Menggunakan Topologi Cuk Converter Pada Instalasi Tenaga Surya

Perancangan Battery Control Unit (BCU) Dengan Menggunakan Topologi Cuk Converter Pada Instalasi Tenaga Surya 1 Perancangan Battery Control Unit (BCU) Dengan Menggunakan Topologi Cuk Converter Pada Instalasi Tenaga Surya Annisa Triandini, Soeprapto, dan Mochammad Rif an Abstrak Energi matahari merupakan energi

Lebih terperinci

UNIT I MOTOR ARUS SEARAH MEDAN TERPISAH. I-1. JUDUL PERCOBAAN : Pengujian Berbeban Motor Searah Medan Terpisah a. N = N (Ia) Pada U = k If = k

UNIT I MOTOR ARUS SEARAH MEDAN TERPISAH. I-1. JUDUL PERCOBAAN : Pengujian Berbeban Motor Searah Medan Terpisah a. N = N (Ia) Pada U = k If = k UNIT I MOTOR ARUS SEARAH MEDAN TERPISAH I-1. JUDUL PERCOBAAN : Pengujian Berbeban Motor Searah Medan Terpisah a. N = N (Ia) Pada U = k If = k I-2. MAKSUD PERCOBAAN : Menentukan besar kecepatan putar motor

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS 4.1. Topik 1. Rangkaian Pemicu SCR dengan Menggunakan Rangkaian RC (Penyearah Setengah Gelombang dan Penyearah Gelombang Penuh). A. Penyearah Setengah Gelombang Gambar

Lebih terperinci

Voltage sag atau yang sering juga disebut. threshold-nya. Sedangkan berdasarkan IEEE Standard Voltage Sag

Voltage sag atau yang sering juga disebut. threshold-nya. Sedangkan berdasarkan IEEE Standard Voltage Sag 2.3. Voltage Sag 2.3.1. Gambaran Umum Voltage sag atau yang sering juga disebut sebagai voltage dip merupakan suatu fenomena penurunan tegangan rms dari nilai nominalnya yang terjadi dalam waktu yang singkat,

Lebih terperinci

STUDI PEMODELAN ELECTRONIC LOAD CONTROLLER SEBAGAI ALAT PENGATUR BEBAN II. PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO-HIDRO

STUDI PEMODELAN ELECTRONIC LOAD CONTROLLER SEBAGAI ALAT PENGATUR BEBAN II. PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO-HIDRO STUDI PEMODELAN ELECTRONIC LOAD CONTROLLER SEBAGAI ALAT PENGATUR BEBAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO-HIDRO Anggi Muhammad Sabri Saragih 13204200 / Teknik Tenaga Elektrik Sekolah Teknik Elektro dan Informatika

Lebih terperinci

TINGKAT DISTORSI HARMONISA PADA LAMPU ESSENSIAL YANG BERBEDA MERK

TINGKAT DISTORSI HARMONISA PADA LAMPU ESSENSIAL YANG BERBEDA MERK TINGKAT DISTORSI HARMONISA PADA LAMPU ESSENSIAL YANG BERBEDA MERK Luqman Assaffat 1) 1) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Semarang Jl. Kasipah no 10-1 Semarang Indonesia e_mail

Lebih terperinci

Pada saat pertama kali penggunaan atau ketika alat pemutus daya siaga digunakan pada perangkat elektronik yang berbeda maka dibutuhkan kalibrasi

Pada saat pertama kali penggunaan atau ketika alat pemutus daya siaga digunakan pada perangkat elektronik yang berbeda maka dibutuhkan kalibrasi 48 BAB 4 HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Prinsip Kerja Alat Hasil yang diperoleh dari perancangan ini yaitu sebuah prototip alat Pemutus Daya Siaga Otomatis. Alat ini berfungsi untuk memutus peralatan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN ENERGI MATAHARI MENGGUNAKAN SOLAR CELL SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF UNTUK MENGGERAKKAN KONVEYOR

PEMANFAATAN ENERGI MATAHARI MENGGUNAKAN SOLAR CELL SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF UNTUK MENGGERAKKAN KONVEYOR PEMANFAATAN ENERGI MATAHARI MENGGUNAKAN SOLAR CELL SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF UNTUK MENGGERAKKAN KONVEYOR M. Helmi F. A. P. 1, Epyk Sunarno 2, Endro Wahjono 2 Mahasiswa Teknik Elektro Industri 1, Dosen

Lebih terperinci

K13 Revisi Antiremed Kelas 12 Fisika

K13 Revisi Antiremed Kelas 12 Fisika K13 Revisi Antiremed Kelas 12 Fisika Listrik Arus Bolak-balik - Soal Doc. Name: RK13AR12FIS0401 Version: 2016-12 halaman 1 01. Suatu sumber tegangan bolak-balik menghasilkan tegangan sesuai dengan fungsi

Lebih terperinci

Jurnal Teknik Elektro Vol. 2, No. 1, Maret 2002: 22-26

Jurnal Teknik Elektro Vol. 2, No. 1, Maret 2002: 22-26 Analisa Perbandingan Efisiensi Energi Dari Penempatan Rangkaian Pengontrol Kecepatan Motor Induksi Kapasitor Running Satu Fasa, 220 Volt, 30 Watt, 1370 RPM, Yang Terhubung Pada Suplai Dengan Yang Terhubung

Lebih terperinci

34 PELUANG KONSERVASI ENERGI DI FAKULTAS TEKNIK UNISMA BEKASI

34 PELUANG KONSERVASI ENERGI DI FAKULTAS TEKNIK UNISMA BEKASI 34 PELUANG KONSERVASI ENERGI DI FAKULTAS TEKNIK UNISMA BEKASI Setyo Supratno Program Studi Teknik Elektronika S1, Fakultas Teknik Universitas Islam 45 Bekasi Jl. Cut Meutia No.83, Bekasi 17113, Jaewa Barat,

Lebih terperinci

PERANCANGAN CATU DAYA DC TERKONTROL UNTUK RANGKAIAN RESONANSI BERBASIS KUMPARAN TESLA

PERANCANGAN CATU DAYA DC TERKONTROL UNTUK RANGKAIAN RESONANSI BERBASIS KUMPARAN TESLA PERANCANGAN CATU DAYA DC TERKONTROL UNTUK RANGKAIAN RESONANSI BERBASIS KUMPARAN TESLA Heru Pujiyatmoko*), Mochammad Facta, and Agung Warsito Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

BAB III. PERANCANGAN PERBAIKAN FAKTOR DAYA (COS φ) DAN PERHITUNGAN KOMPENSASI DAYA REAKTIF

BAB III. PERANCANGAN PERBAIKAN FAKTOR DAYA (COS φ) DAN PERHITUNGAN KOMPENSASI DAYA REAKTIF BAB III PERANCANGAN PERBAIKAN FAKTOR DAYA (COS φ) DAN PERHITUNGAN KOMPENSASI DAYA REAKTIF 3.1. Perancangan Perbaikan Faktor Daya ( Power Factor Correction ) Seperti diuraikan pada bab terdahulu, Faktor

Lebih terperinci

ANALISIS HARMONIK PADA LAMPU HEMAT ENERGI SKRIPSI

ANALISIS HARMONIK PADA LAMPU HEMAT ENERGI SKRIPSI ANALISIS HARMONIK PADA LAMPU HEMAT ENERGI SKRIPSI Oleh ABDUL AZIM 04 03 03 001 2 DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA GENAP 2007/2008 ANALISIS HARMONIK PADA LAMPU HEMAT ENERGI

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sistem Catu Daya Listrik dan Distribusi Daya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sistem Catu Daya Listrik dan Distribusi Daya 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Catu Daya Listrik dan Distribusi Daya Pada desain fasilitas penunjang Bandara Internasional Kualanamu adanya tuntutan agar keandalan sistem tinggi, sehingga kecuali

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. induk agar keandalan sistem daya terpenuhi untuk pengoperasian alat-alat.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. induk agar keandalan sistem daya terpenuhi untuk pengoperasian alat-alat. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distribusi daya Beban yang mendapat suplai daya dari PLN dengan tegangan 20 kv, 50 Hz yang diturunkan melalui tranformator dengan kapasitas 250 kva, 50 Hz yang didistribusikan

Lebih terperinci

50 Frekuensi Fundamental 100 Harmonik Pertama 150 Harmonik Kedua 200 Harmonik Ketiga

50 Frekuensi Fundamental 100 Harmonik Pertama 150 Harmonik Kedua 200 Harmonik Ketiga PENGGUNAAN FILTER HIBRID KONFIGURASI SERI UNTUK MEMPERBAIKI KINERJA FILTER PASIF DALAM UPAYA PENINGKATAN PEREDUKSIAN HARMONISA PADA SISTEM KELISTRIKAN DI RSUP SANGLAH Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik

Lebih terperinci

Pendahuluan. 1. Timer (IC NE 555)

Pendahuluan. 1. Timer (IC NE 555) Pada laporan ini akan menyajikan bagaimana efisien sebuah power supply untuk LED. Dengan menggunakan rangkaian buck converter diharapkan dapat memberikan tegangan dan arus pada beban akan menjadi stabil,

Lebih terperinci

Desain dan Simulasi Konverter Buck Sebagai Pengontrol Tegangan AC Satu Tingkat dengan Perbaikan Faktor Daya

Desain dan Simulasi Konverter Buck Sebagai Pengontrol Tegangan AC Satu Tingkat dengan Perbaikan Faktor Daya 1 Desain dan Simulasi Konverter Buck Sebagai Pengontrol Tegangan AC Satu Tingkat dengan Perbaikan Faktor Daya Dimas Setiyo Wibowo, Mochamad Ashari dan Heri Suryoatmojo Teknik Elektro, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

1.KONSEP SEGITIGA DAYA

1.KONSEP SEGITIGA DAYA Daya Aktif, Daya Reaktif dan Dan Pasif 1.KONSEP SEGITIGA DAYA Telah dipahami dan dianalisa tentang teori daya listrik pada arus bolak-balik, bahwa disipasi daya pada beban reaktif (induktor dan kapasitor)

Lebih terperinci

I Wayan Rinas. Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Udayana Kampus Bukit Jimbaran, Bali, *

I Wayan Rinas. Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Udayana Kampus Bukit Jimbaran, Bali, * Simulasi Penggunaan Filter Pasif, Filter Aktif dan Filter Hybrid Shunt untuk Meredam Meningkatnya Distorsi Harmonisa yang Disebabkan Oleh Munculnya Gangguan Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

PELUANG KONSERVASI ENERGI DI FAKULTAS TEKNIK UNISMA BEKASI

PELUANG KONSERVASI ENERGI DI FAKULTAS TEKNIK UNISMA BEKASI PELUANG KONSERVASI ENERGI DI FAKULTAS TEKNIK UNISMA BEKASI Setyo Supratno Program Studi Teknik Elektro, Universitas Islam 45 Bekasi Email: Setyo2007@yahoo.co.id Abstraks Konservasi energi dapat diciptakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Umum Untuk menjaga agar faktor daya sebisa mungkin mendekati 100 %, umumnya perusahaan menempatkan kapasitor shunt pada tempat yang bervariasi seperti pada rel rel baik tingkat

Lebih terperinci

Materi 3: ELEKTRONIKA DAYA (2 SKS / TEORI) SEMESTER 106 TA 2016/2017 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA

Materi 3: ELEKTRONIKA DAYA (2 SKS / TEORI) SEMESTER 106 TA 2016/2017 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA Materi 3: ELEKTRONIKA DAYA 52150492 (2 SKS / TEORI) SEMESTER 106 TA 2016/2017 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA KONVERTER DC KE DC CHOPPER PENGERTIAN DC to DC converter itu merupakan suatu device

Lebih terperinci

DESAIN DAN ANALISIS PROPORSIONAL KONTROL BUCK-BOOST CONVERTER PADA SISTEM PHOTOVOLTAIK

DESAIN DAN ANALISIS PROPORSIONAL KONTROL BUCK-BOOST CONVERTER PADA SISTEM PHOTOVOLTAIK Jurnal ELTEK, Vol 12 No 02, Oktober 2014 ISSN 1693-4024 78 DESAIN DAN ANALISIS PROPORSIONAL KONTROL BUCK-BOOST CONVERTER PADA SISTEM PHOTOVOLTAIK Achmad Komarudin 1 Abstrak Krisis energi memicu manusia

Lebih terperinci

OSILASI ELEKTROMAGNETIK & ARUS BOLAK-BALIK

OSILASI ELEKTROMAGNETIK & ARUS BOLAK-BALIK OSILASI ELEKTROMAGNETIK & ARUS BOLAK-BALIK 1 Last Time Induktansi Diri 2 Induktansi Diri Menghitung: 1. Asumsikan arus I mengalir 2. Hitung B akibat adanya I tersebut 3. Hitung fluks akibat adanya B tersebut

Lebih terperinci

DC-DC Step-Up Converter Rasio Tinggi Kombinasi Charge Pump dan Boost Converter untuk Catu Daya Motor Induksi pada Mobil Listrik

DC-DC Step-Up Converter Rasio Tinggi Kombinasi Charge Pump dan Boost Converter untuk Catu Daya Motor Induksi pada Mobil Listrik JURNA TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 DC-DC Step-Up Converter Rasio Tinggi Kombinasi Charge Pump dan Boost Converter untuk Catu Daya Motor Induksi pada Mobil istrik A. M. Husni, M. Ashari Prof,

Lebih terperinci

PENGARUH PEMASANGAN KAPASITOR SHUNT TERHADAP KONSUMSI DAYA AKTIF INSTALASI LISTRIK

PENGARUH PEMASANGAN KAPASITOR SHUNT TERHADAP KONSUMSI DAYA AKTIF INSTALASI LISTRIK Abstract PENGARUH PEMASANGAN KAPASITOR SHUNT TERHADAP KONSUMSI DAYA AKTIF INSTALASI LISTRIK Oleh : Winasis, Azis Wisnu Widhi Nugraha Program Sarjana Teknik Unsoed Purwokerto The application of shunt capacitor

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR Diberikan Tanggal :. Dikumpulkan Tanggal : Induksi Elektromagnet Nama : Kelas/No : / - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS BOLAK-BALIK Induksi

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. R= ρ l A. Secara matematis :

PEMBAHASAN. R= ρ l A. Secara matematis : PEMBAHASAN 1. Rangkaian DC a.) Dasar-dasar Rangkaian Listrik Resistor (hambatan) Resistor adalah komponen elektronik dua saluran yang didesain untuk menahan arus listrik dengan memproduksi penurunan tegangan

Lebih terperinci

Saklar Energi Pemulih Magnetik untuk Soft Starting Motor Induksi Tipe Sangkar Tupai

Saklar Energi Pemulih Magnetik untuk Soft Starting Motor Induksi Tipe Sangkar Tupai Saklar Energi Pemulih Magnetik untuk Soft Starting Motor Induksi Tipe Sangkar Tupai Ken Hasto 1), Margono 2), Muhammad Amiruddin 3) 1 Fakultas Teknik Progdi Teknik Elektro, Universitas PGRI Semarang email:

Lebih terperinci

Teknik Kendali Konverter DC-DC Topologi Baru Mode Boost

Teknik Kendali Konverter DC-DC Topologi Baru Mode Boost Teknik Kendali Konverter DC-DC Topologi Baru Mode Boost Firman Sasongko, Pekik Argo Dahono, dan Arwindra Rizqiawan Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesa No. 0, Bandung

Lebih terperinci

STUDI EFEK HARMONISA PADA LAMPU HEMAT ENERGI (LHE Ber SNI dan LHE tanpa SNI)

STUDI EFEK HARMONISA PADA LAMPU HEMAT ENERGI (LHE Ber SNI dan LHE tanpa SNI) STUDI EFEK HARMONISA PADA LAMPU HEMAT ENERGI (LHE Ber SNI dan LHE tanpa SNI) Irnanda Priyadi, ST, MT Yenni Suhartini, ST, MT Staf pengajar Teknik Elektro UNIB Abstract Nowadays, the using of energy saving

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pendahuluan Pada bab ini dibahas hasil dari pengujian alat implementasi tugas akhir yang dilakukan di laboratorium Tugas Akhir Program Studi Teknik Elektro. Dengan

Lebih terperinci

tuned filter dan filter orde tiga. Kemudian dianalisa kesesuaian antara kedua filter

tuned filter dan filter orde tiga. Kemudian dianalisa kesesuaian antara kedua filter tuned filter dan filter orde tiga. Kemudian dianalisa kesesuaian antara kedua filter tersebut. 1.5. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini dapat memberikan konsep mengenai penggunaan single

Lebih terperinci

ANALISA, PERANCANGAN DAN SIMULASI RANGKAIAN PEREDAM RC PASIF PADA PENYALURAN SEDERHANA SISTEM TENAGA DC DENGAN MENGGUNAKAN PSPICE

ANALISA, PERANCANGAN DAN SIMULASI RANGKAIAN PEREDAM RC PASIF PADA PENYALURAN SEDERHANA SISTEM TENAGA DC DENGAN MENGGUNAKAN PSPICE JETri, Volume 7, Nomor, Agustus 007, Halaman 7 8, ISSN 4037 ANAISA, PEANCANGAN DAN SIMUASI ANGKAIAN PEEDAM C PASIF PADA PENYAUAN SEDEHANA SISTEM TENAGA DC DENGAN MENGGUNAKAN PSPICE Cecilia Susilawati Dosen

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1. Spesifikasi Sistem 4.1.1. Spesifikasi Baterai Berikut ini merupakan spesifikasi dari baterai yang digunakan: Merk: MF Jenis Konstruksi: Valve Regulated Lead Acid (VRLA)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Daya 2.1.1 Pengertian Daya Daya adalah energi yang dikeluarkan untuk melakukan usaha. Dalam sistem tenaga listrik, daya merupakan jumlah energi yang digunakan untuk melakukan

Lebih terperinci

PERBAIKAN FAKTOR KERJA PADA PENYEARAH SCR PWM (PULSEWIDTH MODULATION) TIGA FASA MENGGUNAKAN METODE PEMADAMAN AKTIF

PERBAIKAN FAKTOR KERJA PADA PENYEARAH SCR PWM (PULSEWIDTH MODULATION) TIGA FASA MENGGUNAKAN METODE PEMADAMAN AKTIF Tugas Akhir RE 1549 PERBAIKAN FAKTOR KERJA PADA PENYEARAH SCR PWM (PULSEWIDTH MODULATION) TIGA FASA MENGGUNAKAN METODE PEMADAMAN AKTIF Himawan Sutamto 2203.109.615 Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Mochamad Ashari,

Lebih terperinci

Faisyal Rahman et al., Pengendalian Tegangan Inverter 3 Fasa... 12

Faisyal Rahman et al., Pengendalian Tegangan Inverter 3 Fasa... 12 Faisyal Rahman et al., Pengendalian Tegangan Inverter 3 Fasa... 12 PENGENDALIAN TEGANGAN INVERTER 3 FASA MENGGUNAKAN SPACE VECTOR PULSE WIDTH MODULATION (SVPWM) PADA BEBAN FLUKTUATIF ( VOLTAGE CONTROL

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan perancangan sistem perangkat keras dari UPS (Uninterruptible Power Supply) yang dibuat dengan menggunakan inverter PWM level... Gambaran Sistem input

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING

BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING 2.1 Jenis Gangguan Hubung Singkat Ada beberapa jenis gangguan hubung singkat dalam sistem tenaga listrik antara lain hubung singkat 3 phasa,

Lebih terperinci

Rancang Bangun Charger Baterai dengan Buckboost Konverter

Rancang Bangun Charger Baterai dengan Buckboost Konverter 1 Rancang Bangun Charger Baterai dengan Buckboost Konverter M. Zaenal Effendi ¹, Suryono ², Syaiful Arifianto 3 1 Dosen Jurusan Teknik Elektro Industri ² Dosen Jurusan Teknik Elektro Industri 3 Mahasiswa

Lebih terperinci

ANALISIS PENGUKURAN DISTRIBUSI PANAS DAN DISTRIBUSI CAHAYA PADA LAMPU LED

ANALISIS PENGUKURAN DISTRIBUSI PANAS DAN DISTRIBUSI CAHAYA PADA LAMPU LED ANALISIS PENGUKURAN DISTRIBUSI PANAS DAN DISTRIBUSI CAHAYA PADA LAMPU LED Septyono Utomo 1, Rudy Setiabudy 2 Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok 16424 Email: septyono.utomo@gmail.com

Lebih terperinci

SISTEM PENGENDALIAN MOTOR SINKRON SATU FASA BERBASIS MIKROKONTROLER

SISTEM PENGENDALIAN MOTOR SINKRON SATU FASA BERBASIS MIKROKONTROLER SISTEM PENGENDALIAN MOTOR SINKRON SATU FASA BERBASIS MIKROKONTROLER Deni Almanda 1, Anodin Nur Alamsyah 2 1) 2) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta Jl. Cempaka Putih

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian alat serta analisis dari hasil pengujian. Tujuan dilakukan pengujian adalah mengetahui sejauh mana kinerja hasil perancangan yang

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN DOSEN MUDA DESAIN FILTER HARMONIK GENERATOR INDUKSI 3 FASE SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK ALTERNATIF DI DAERAH TERPENCIL.

LAPORAN PENELITIAN DOSEN MUDA DESAIN FILTER HARMONIK GENERATOR INDUKSI 3 FASE SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK ALTERNATIF DI DAERAH TERPENCIL. LAPORAN PENELITIAN DOSEN MUDA DESAIN FILTER HARMONIK GENERATOR INDUKSI 3 FASE SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK ALTERNATIF DI DAERAH TERPENCIL Oleh : Agus Supardi, ST.MT Aris Budiman, ST.MT Dibiayai oleh Koordinasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beban non linier pada peralatan rumah tangga umumnya merupakan peralatan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beban non linier pada peralatan rumah tangga umumnya merupakan peralatan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber Harmonisa Beban non linier pada peralatan rumah tangga umumnya merupakan peralatan elektronik yang didalamnya banyak terdapat penggunaan komponen semi konduktor pada

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Harmonisa Dalam sistem tenaga listrik dikenal dua jenis beban yaitu beban linier dan beban tidak linier. Beban linier adalah beban yang memberikan bentuk gelombang keluaran

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Rangkaian Elektronik Lampu Navigasi Energi Surya Rangkaian elektronik lampu navigasi energi surya mempunyai tiga komponen utama, yaitu input, storage, dan output. Komponen input

Lebih terperinci

BAB II. Dasar Teori. = muatan elektron dalam C (coulombs) = nilai kapasitansi dalam F (farad) = besar tegangan dalam V (volt)

BAB II. Dasar Teori. = muatan elektron dalam C (coulombs) = nilai kapasitansi dalam F (farad) = besar tegangan dalam V (volt) BAB I Pendahuluan Kapasitor (Kondensator) yang dalam rangkaian elektronika dilambangkan dengan huruf C adalah suatu alat yang dapat menyimpan energi/muatan listrik di dalam medan listrik, dengan cara mengumpulkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Blok Diagram dan Alur Rangkaian Blok diagram dan alur rangkaian ini digunakan untuk membantu menerangkan proses penyuplaian tegangan maupun arus dari sumber input PLN

Lebih terperinci

SINKRONISASI DAN PENGAMANAN MODUL GENERATOR LAB-TST BERBASIS PLC (HARDWARE) ABSTRAK

SINKRONISASI DAN PENGAMANAN MODUL GENERATOR LAB-TST BERBASIS PLC (HARDWARE) ABSTRAK SINKRONISASI DAN PENGAMANAN MODUL GENERATOR LAB-TST BERBASIS PLC (HARDWARE) Tri Prasetya F. Ir. Yahya C A, MT. 2 Suhariningsih, S.ST MT. 3 Mahasiswa Jurusan Elektro Industri, Dosen Pembimbing 2 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

Elektronika daya. Dasar elektronika daya

Elektronika daya. Dasar elektronika daya Elektronika daya Dasar elektronika daya Pengertian Elektronika daya merupakan cabang ilmu elektronika yang berkaitan dengan pengolahan dan pengaturan daya listrik yang dilakukan secara elektronis Elektronika

Lebih terperinci

ANALISIS KARAKTERISTIK ARUS INRUSH PADA OPERASI PENSAKLARAN LAMPU HEMAT ENERGI SKRIPSI

ANALISIS KARAKTERISTIK ARUS INRUSH PADA OPERASI PENSAKLARAN LAMPU HEMAT ENERGI SKRIPSI UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS KARAKTERISTIK ARUS INRUSH PADA OPERASI PENSAKLARAN LAMPU HEMAT ENERGI SKRIPSI Dwi Febrianto 04 04 03 032 6 FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO DEPOK DESEMBER 2008

Lebih terperinci

PENGONTROLAN KECEPATAN MOTOR INDUKSI PADA MESIN CUCI MENGGUNAKAN INVERTER BERBASIS MIKROKONTROLLER ATMEGA 8535

PENGONTROLAN KECEPATAN MOTOR INDUKSI PADA MESIN CUCI MENGGUNAKAN INVERTER BERBASIS MIKROKONTROLLER ATMEGA 8535 PENGONTROLAN KECEPATAN MOTOR INDUKSI PADA MESIN CUCI MENGGUNAKAN INVERTER BERBASIS MIKROKONTROLLER ATMEGA 8535 CONTROLLING ON INDUCTION MOTOR SPEED OF WASHING MACHINE USE INVERTER BASED ON MICROCONTROLLER

Lebih terperinci

PERANCANGAN INVERTER JEMBATAN PENUH DENGAN RANGKAIAN PASIF LC BEBAN PARALEL

PERANCANGAN INVERTER JEMBATAN PENUH DENGAN RANGKAIAN PASIF LC BEBAN PARALEL PERANCANGAN INVERTER JEMBATAN PENUH DENGAN RANGKAIAN PASIF LC BEBAN PARALEL Nugroho Utomo *), Mochammad Facta, and Agung Nugroho Jurusan Teknik Elektro, Universitas Diponegoro Semarang Jl. Prof. Sudharto,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Catu Daya / power supply Power supply adalah rangkaian elektronika yang berfungsi untuk memberikan tegangan listrik yang dibutuhkan oleh suatu rangkaian elektronika. Dalam

Lebih terperinci

RANGKAIAN PENYEARAH GELOMBANG (RECTIFIER) OLEH: SRI SUPATMI,S.KOM

RANGKAIAN PENYEARAH GELOMBANG (RECTIFIER) OLEH: SRI SUPATMI,S.KOM RANGKAIAN PENYEARAH GELOMBANG (RECTIFIER) OLEH: SRI SUPATMI,S.KOM RANGKAIAN PENYEARAH (RECTIFIER) Rangkaian penyearah gelombang merupakan rangkaian yang berfungsi untuk merubah arus bolak-balik (alternating

Lebih terperinci

² Dosen Jurusan Teknik Elektro Industri 3 Dosen Jurusan Teknik Elektro Industri

² Dosen Jurusan Teknik Elektro Industri 3 Dosen Jurusan Teknik Elektro Industri 1 Efisiensi Daya Pada Beban Dinamik Dengan Kapasitor Bank Dan Filter Harmonik Bambang Wahyono ¹, Suhariningsih ², Indhana Sudiharto 3 1 Mahasiswa D4 Jurusan Teknik Elektro Industri ² Dosen Jurusan Teknik

Lebih terperinci