BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bahasa sebagai sebuah sistem terdiri dari unsur-unsur atau
|
|
- Bambang Sanjaya
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahasa sebagai sebuah sistem terdiri dari unsur-unsur atau komponen-komponen yang secara teratur tersusun menurut pola tertentu dan membentuk kesatuan (Chaer, 2007: 34). Setiap unsur atau komponen pembentuk bahasa saling berhubungan secara fungsional, sehingga terbentuklah tatanan yang sistematis dan sistemis. Bahasa bersifat sistematis karena tersusun menurut suatu pola beraturan dan tidak acak atau sembarangan (Chaer, 2007: 35). Sedangkan sistemis adalah bentuk system bahasa yang terdiri dari subsistem-subsistem yang tersusun secara linear dan dapat disegmentasikan menjadi struktur fonologi, morfologi, sintaksis dan semantik (Chaer, 2007: 52 dan Suparno, 2002: 1) Kajian sintaksis sebagai sistem dan struktur bahasa memiliki peran penting dalam menghasilkan konstruksi-konstruksi tatabahasa bersama dengan morfologi. Sintaksis mengkaji kata dalam proses hubungannya dengan bentuk kata lain dan memiliki cakupan yang lebih luas dari pada morfologi itu sendiri (Mackey, 1986: 64 dan Verhaar, 2006: 161). Dalam hal ini sintaksis adalah satuan kebahasaan terbesar dalam tatabahasa yang mengkaji struktur frase, klausa, dan kalimat dan menganalisa konstruksikonstruksinya dengan mengikutkan bentuk-bentuk bebas (Asrori, 2004: 25 dan Suparno, 2002: 101). 1
2 2 Al-Qur an sebagai kitab suci umat Islam, merupakan mu jizat yang turun atas Nabi Muhammad SWA dengan menggunakan bahasa Arab. Bahasa Arab fuscha merupaka bahasa yang memiliki kaedah peletakan kata sesuai dengan keilmuan bahasa yang sudah diciptakan sejak zaman sahabat Nabi Muhammad SAW, yang peletak dasar ilmu bahasa Arab adalah Abu al-aswad ad-duali atas perintah dan anjuran Ali bin Abi Thalib. Dalam kaitanya konstruksi kata sangat berpengaruh pada tatanan makna kalimat tersebut, dalam bahasa Arab kaidah konstruksi kata sangat berperan penting dalam keshahihan bahasa Arab tersebut. Ada beberapa ayat dari al-qur an dan asalib arobiyah yang tataletak kata beda dengan kaidah dalam sintaksis yang sudah ada tetapi tidak lepas dari makna yang sebenarnya. Bahasa Arab dengan segala kelebihan dan keistimewaannya telah menjadi bagian terpenting dari sekian banyak bahasa-bahasa dunia. Bahasa Arab juga memiliki peran nyata di era global, baik dalam aspek pendidikan, aspek pekerjaan maupun aspek jurnalistik. Tidak dapat dipungkiri bahwa bahasa Arab memiliki berbagai macam huruf vokal maupun konsonan yang tidak dimilki oleh bahasa lain, bahasa Arab kaya akan kosakata dan makna yang senantiasa menjadikannya mudah ber-derivasi (Isytiqaq), aprefiasi (Nacht) dan arabisasi (Ta rib) istilah-istilah asing, tentu hal ini memperkaya khazanah kata dalam bahasa Arab (As-Sami, 2006: ). Diantara keistimewaan bahasa Arab adalah bahasa al-qur an yang senantisa dijamin tidak akan pernah punah dan binasa. An-nacht (Aprefiasi) yaitu satu lafazh yang masuk kepada pengertian yang tersusun dari dua kata atau sebuah
3 3 kalimat. Begitu juga sebuah kata kerja dalam bahasa Arab dapat mengandung pengertian ada orang pertama (saya) atau orang kedua (kamu) atau orang ketiga (dia) yang dinamakan dalam bahasa Arab dengan dhamir mustatir (abstrak pronoun) (Ja far, 1987:45-47). Bahasa Arab juga merupakan bahasa syi ir, karena merupakan bahasa syi ir maka unsur-unsur tatanan kata maupun kalimat tidak selalu berurutan sesuai dengan kaidah yang belaku, melainkan tatanan kata maupun kalimat sesuai dengan intonasi bait dalam syi ir tersebut bukan seperti kaidah-kaidah dalam ilmu nahwu yang sudah ditetapkan, maka dari itu unsur-unsur kata maupun kalimat syi ir terdahulu tidak pada tempatnya, kadang berada di awal kadang berada di akhir tanpa berurutan (Dhoif, 1995: 246). Para pengkaji bahasa Arab menuturkan bahwa bahasa Arab memiliki berbagai macam dirasah (kajian) diantaranya adalah dirasah nachwiyah (kajian sintaksis Arab), dirasah sharfiyah (kajian morfologi Arab), dan dirasah balaghiyah (kajian semantik Arab). Bahkan, dirasah nachwiyah bermula sejak zaman permulaan Islam dan telah dilakukan oleh para tokoh abad tersebut, yaitu Ali bin Abi Thalib, Abu Aswad Ad-Dualy, Nashr bin Ashim dan Abdurrahman bin Hurmuz (Rawway, 2003:35). Dirasah nachwiyah memiliki berbagai macam pembahasan diantaranya adalah pembahasan tentang jumlah (klausa). Jumlah sebagaimana dikemukakan oleh nuchchat (para pakar nahwu Arab) adalah ujaran yang terdiri dari dua kata atau lebih dan mempunyai makna tertentu (Barakat,
4 4 2007:13). Jumlah dapat terkonstruksi atas beberapa hal: Pertama, nomina م ح م د ح م و د Contoh: dan nomina. (Muchammadun Rasūlun) Muhammad إ و ح ح ح ح إ و د Contoh: adalah seorang rasul. Kedua, verba dan nomina. (inthalaqa syarīfun) telah pergi Syarif. Ketiga, nomina dan frase verba. م ح و ح ح إ ح ح إ إ Contoh: ح ا إ (Chātim akhlasha fī amalihi) Hatim telah menyelesaikan pekerjaannya. Jika dilihat secara seksama ketiga contoh di atas, tampak bahwa jumlah terdiri dari dua unsur pokok. Pertama, unsur mubtada (subjek atau unsur yang diberitakan). Kedua, unsur khabar (predikat atau unsur pemberita). Meskipun penjelasan mengenai konsep Taqdim dan Ta khir ini sudah banyak dilaukan oleh ulama lughah namun penulis masih perlu menambahkan beberapa tulisan guna menyempurnakan tulisan-tulisan maupun penelitian-penelitian sebelumnya. Dari uraian diatas perlu untuk diteliti dan sangat menarik karena konstruksi kalimat atau pola susunan dalam bahasa Arab sangat jauh beda dengan konstruksi atau pola susunan dalam bahasa Indonesia, dan bahasa al- Qur an yang merupakan bahasa Arab yang banyak sekali kandungan kaidah-kaidah sintaksis di dalamnya.
5 Rumusan Masalah Sesuai dengan latar belakang masalah yang sudah diuraikan diatas, maka penulis membahas masalah yang berkaitan dengan at-taqdim wa at- Ta khir tinjauan sintaksis yang terfokus pada: 1. Bagaimanakah Taqdim dan Ta khir dalam kalimat bahasa Arab? 2. Bagaimanakah pola susunan Taqdim dan Ta khir dalam Jumlah Ismiyah (Klausa Nomina) dan Jumlah Fi liyah (Klausa Verba)? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka tujuan yang peneliti harapakan dalam penelitian at-taqdim wa at-ta khir dalam bahasa Arab adalah sebagaimana berikut: 1. Mendeskripsikan dan menjelaskan konsep Taqdim dan Ta khir dalam kalimat bahasa Arab. 2. Mendeskripsikan dan menjelaskan konsep pola susunan Taqdim dan Ta khir dalam Jumlah Ismiyah (Klausa Nomina) dan Jumlah Fi liyah (Klausa Verba) 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian yang dilakukan untuk mengkaji sebuah konsep taqdim dan ta khir dalam bahasa Arab dan konsep sintaksis ini diharapkan mampu memberikan manfaat dalam dua aspek utama, baik secara teoritis maupun
6 6 secara praktis. Manfaat secara teoritis mengacu kepada manfaat keilmuan sedangkan manfaat secara praktis lebih mengarah kepada telaah fungsional. Peneliti mengharapkan penelitian ini dapa bermanfaat bagi pengetahuan dan pengembangan keilmuan yang terfokus pada linguistik Arab. A. Manfaat teoritis Penelitian terhadap untuk mengetahui konsep at-taqdim wa at- Ta khir dalam bahasa Arab, pola susunan, macamya dan sebab-sebabnya. Konsep pola susunan tersebut dalam bahasa Arab dengan tinjauan sintaksis diharapkan mampu memberikan paradigma baru dalam memahami konsep konsep pola susunan dalam bahasa Arab terutama dalam pola susunan jumlah ismiyyah dan jumlah fi liyyah. Selain itu diharapkan penelitian ini akan dapat memperkaya khazanah teori-teori linguistik Arab yang sudah ada khususnya dalam bidang sintaksis. Secara teoritis penelitian ini bertujuan untuk dapat menjadi bahan kajian, terutama bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam upaya pengembangan pengetahuan yang berhubungan dengan linguistik Arab. B. Manfaat praktis Secara praktis fungsional hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi dan pemahaman baru dalam kajian sintaksis bahasa Arab serta dalam proses pengajaran bahasa Arab terutama
7 7 pengajaran bahasa Arab bagi non-penutur Arab dalam mempelajari sistem pola susunan kalimat dalam bahasa Arab Tinjauan Pustaka Dalam suatu penelitian, telaah pustaka dihadirkan untuk mengetahui sejauh mana objek penelitian yang akan diteliti sudah pernah diteliti atau dibahas oleh peneliti lain. Tinjauan pustaka merupakan uraianuraian sistematis tentang hasilhasil penelitian yang didapatkan dari penelitian-penelitian terdahulu yang memiliki hubungan dengan satuan kebahasaan yang diteliti baik secara langsung ataupun tidak langsung (Mahsun, 2007: 42). Hal ini dimaksudkan untuk memperdalam pengetahuan mengenai masalah kebahasaan serta menegaskan kerangka teoritis yang dijadikan landasan atau kerangka pikiran. Di samping itu tinjauan pustaka juga merupakan upaya untuk mempertajam konsep-konsep yang akan digunakan untuk mempermudah hipotesa dan untuk menghindari terjadinya pengulangan penelitian terhadap masalah kebahasaan (Mastoyo, 2007: 38). Penelitian tentang taqdim dan ta khir sudah sering dilakukan. Hampir di setiap buku nachwu yang menjelaskan tentang jumlah ismiyyah dan jumlah fi liyah menjelaskan pula tentang pola susunan Ism, khabar, fi il, fa il maupun maf ul. Namun, sejauh ini buku Barakāt (2007) yang berjudul an-nachwul- Arabī memberikan penjelasan tentang pola susunan pada jumlah ismiyyah dan fi liyah yang dapat ditaqdimkan, meskipun
8 8 begitu, pembahasan yang telah dilakukan Barakāt ini tidak menutup pintu adanya celah yang masih harus disempurnakan, misalnya dalam pengumpulan unsur-unsur yang terdapat pada jumlah ismiyyah dan jumlah fi liyyah menjadi satu komponen suatu jumlah bahasa Arab yang dapat ditaqdimkan, selain itu ditinjau dari kacamata linguistik umum. Ahmad Kasyk (2006) dengan gaya yang lain juga membahas jumlah fi liyyah. Dalam pendahuluan bukunya, Min Qadhāyā al-jumlah al-fi liyyah, Kasyk secara gamblang mempertanyakan kenapa jumlah hanya terbatas pada dua klasifikasi, yaitu jumlah ismiyyah dan jumlah fi liyyah. Kasyk juga menampilkan dan mengulas bagian-bagian yang membentuk jumlah fi liyyah. Kasyk memulainya dengan menjelaskan tentang fā il terlebih dahulu, baru kemudian fā il dan nā`ib fā il, disusul maf ūl bih. Khaironi (2007) dalam bukunya Audhachul-Manāhij juga menerangkan tentang taqdim dan ta khir atau pola susunan jumlah ismiyyah dan jumlah fi liyyah. Metode Khaironi ini dapat dikatakan sebagai metode pembaharuan karena dalam pembahasan sangat sistematik dan menggunakan skema-skema sehingga memudahkan pembaca dalam mengklarifikasi suatu pembahasan. Khaironi dalam menjelaskan taqdim dan ta khir juga memasukkan dalam poin pola susunan jumlah seperti halnya Barakāt, tetapi Khaironi lebih pada sistematis dan keringkasan pada pembahasan dan tidak mengupasnya secara mendalam hanya menyebutkan
9 9 definisi, unsur pembentuk, syarat, dan klasifikasinya serta contoh konkritnya secara singkat. Hidayatulloh (2011) dalam Tesisnya dengan judul Konstruksi Klausa Yang Diawali Verba (Al-Jumlah Al-Fi liyyah) Dalam Bahasa Arab dapat dijadikan tinjauan pustaka. Persamaan dengan penelitian kali ini adalah dalam tesis tersebut disebutkan pola urutan fi il, fai l dan maf ul bih, Pembolehan mendahulukan Maf ūl Bih atas Fi il. Perbedaaannya adalah belum terincikannya jenis-jenis hukum-hukum taqdim dalam pola susunan unsur-unsur pembentuk jumlah ismiyyah maupun fi liyyah, dalam tesis tersebut hanya penjabaran secara umum. Setiyadi (2011) dalam Tesisnya dengan judul Al-Chal (Adverbia Circumstansial) dalam Bahasa Arab, dapat dijadikan tinjauan pustaka. Persamaan dengan penelitian kali ini adalah dalam tesis tersebut disebutkan macam-macam al-chal (Adverbia) dan al-mukammilat al-manshubah (Complement Accusative) serta pola susunannya secara umum. Perbedaaannya adalah tidak diperinci pembagian hukum tentang pola susunan taqdim pada al-chal (Adverbia) dan al-mukammilat al-manshubah (Complement Accusative). Ma ruf (2004) dalam Disertasinya yang berjudul Pola Urutan Kata dalam Bahasa Arab, dijelaskan jenis-jenis kalimat dalam bahasa Arab dan dijelaskan pula susunan kata yang terdapat pada kalimat tersebut sebagai basic structure.
10 10 Khodor (2009) dalam kitabnya yang berjudul at-taqdim wa at- Ta khir fi bina al-jumlah inda Sibawaeh dapat pula dijadikan tinjauan pustaka, dalam kitab tersebut dipaparkan pembagian kalimat dalam bahasa Arab serta pembagian hukum taqdim dalam sebuah kalimat. Nahar (2008) dalam buku an-nahwu at-tathbīqī, menjelaskan poin-poin penting mengenai mubtada, khabar, fail dan al-maf ūlāt dengan uraian ringkas beserta dengan contoh-contoh yang kebanyakan diambil dari ayat al-qur an. Rājichī dalam At-Tathbīq an-nachwī ini juga mempermudah pembaca dengan mengulas i rāb kata demi kata setiap contoh yang ia kemukakan. Jika Barakāt memilih untuk mengulasnya melalui catatan kaki, ar-rājichī mengulasnya langsung setelah contoh yang ia sebutkan. Mushthafā al-ghalāyaini (2010) dalam Jāmi u`d-durūs al- Arabiyyah menyebutkan konsep marfu at yang meliputi beberapa poin diantaranya mubtada, khabar dan fa il, dalam kaitannya dengan konsep marfu at juga dipaparkan pula basic structure yang berada pada jumlah tersebut. El-Dahdah (2001) dalam A Dictionary Of Arabic Grammar In Charts And Tables, juga menjabarkan mafā īl (maf ūlāt) melalui tabel-tabel dan bagan. Di dalamnya dijelaskan mengenai pengertian dari maf ūlāt tersebut, beserta contoh dari masing-masing pembagian dan penjelasan dari contoh tersebut.
11 11 Dari paparan di atas pada dasarnya pembahasan pola susunan kata dalam kalimat sudah banyak terbahas, melainkan pembahasan tersebut masih tergolong pecahan dari subbab tertentu dalam pembahasan sintaksis Arab, maka dalam tesis kali ini, peneliti secara mendetail akan mengumpulkan unsur-unsur pola susunan taqdim kata dalam kalimat bahasa Arab menjadi satu serta mengklarifikasi pembagian hukum-hukumnya dan dengan pandangan linguistik umum Landasan Teori Dalam kajian kebahasaan, teori adalah seperangkat hipotesis yang digunakan untuk menjelaskan data bahasa, baik yang bersifat lahiriyah seperti bunyi bahasa ataupun yang bersifat bathiniyah seperti makna (Kridalaksana, 2001: 213). Dalam bidang kebahasaan, teori adalah seperangkat hipotesis yang digunakan untuk menjelaskan data bahasa, baik bersifat lahiriyah seperti bunyi bahasa maupun yang bersifat batiniyah seperti makna (Kridalaksana, 2008:213). Teori memegang peranan terpenting dalam ilmu pengetahuan. Mengingat obyek materialnya berupa naskah bahasa Arab sehingga teori yang digunakan adalah teori linguistik Arab atau an-nadloriyah allughawiyah. Dalam hal ini yang dimaksud adalah ilmu nahwu atau sintaksis, oleh karenanya penelitian ini menggunakan teori sintaksis. Sintaksis adalah ilmu yang menyelidiki hubungan antara kata yang satu dengan kata yang lain, atau ilmu yang menyelidiki seluk-beluk frase, yaitu suatu konstruksi sintaksis yang terdiri atas dua kata atau lebih (Manan,
12 :11). Ramlan (1981:1) menuturkan bahwa sintaksis adalah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk-beluk wacana, kalimat, klausa dan frase. Sedangkan Zahran (2009:232) mengatakan bahwa sintaksis adalah ilmu yang mengkaji susunan kalimat, metode pembentukannya serta hubungan antara kata yang satu dengan kata yang lain. Sintaksis menurut Verhaar (2006:162) adalah cabang linguistik yang menyangkut susunan kata-kata di dalam kalimat. Ada tiga cara untuk menganalisis klausa secara sintaksis. Pertama ada fungsi-fungsi di dalam klausa. Kedua ada peran-peran. Ketiga ada kategori-kategori. Dalam ilmu linguistik, klausa didefinisikan sebagai satuan gramatik berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnya terdiri dari subjek dan predikat dan berpotensi untuk menjadi kalimat (Kridalaksana, 1993: 124). Definisi ini akan sangat cocok disepadankan dengan definisi jumlah dalam bahasa Arab menurut al-ghalāyaini (2010: 32), yaitu konstruksi yang terdiri dari musnad ilaih (subjek) dan musnad (predikat). Jika melihat strukturnya, jumlah atau klausa dalam bahasa Arab ini terdiri dari dua macam, yaitu jumlah ismiyyah dan jumlah fi liyyah. Jumlah ismiyyah adalah jumlah yang diawali dengan mubtada, sedangkan jumlah fi liyyah adalah jumlah yang diawali dengan fi il (Barakāt, 2007,I: 13). Jika diterjemahkan secara etimologi ke dalam bahasa Indonesia, jumlah ismiyyah dapat disebut dengan klausa nominal dan jumlah fi liyyah dapat dikatakan sebagai klausa verbal.
13 13 Meskipun begitu, terdapat perbedaan mencolok dalam definisi klausa nominal dan klausa verbal antara bahasa Arab dan bahasa lainnya, termasuk bahasa Indonesia. Hal itu karena menurut teori linguistik umum, klausa nominal adalah klausa yang predikatnya nomina dan klausa verbal adalah klausa yang predikatnya verba (Kridalaksana, 1993: 125). Ketidaksamaan persepsi dalam mendefinisikan klausa verbal dan klausa nominal ini lebih disebabkan perbedaan sudut pandang, yaitu definisi versi bahasa Arab melihat strukturnya, sementara definisi versi linguistik umum memandang unsur predikatnya. Di sisi lain, sebenarnya ada juga teori linguistik umum yang menjelaskan adanya klausa yang diawali dengan verba. Selain bahasa Arab, rupanya terdapat beberapa bahasa lain yang memiliki urutan predikat-subjek dan subjek-predikat sekaligus. Perbedaan di antara subjek di depan (subjek praverbal) dan subjek di belakang (subjek posverbal) umumnya adalah pragmatis. Ambil contoh dalam bahasa Melayu Kuno, subjek posverbal lebih sering ditemukan, tetapi pada masa kini urutan subjek praverbal lebih biasa (Verhaar, 2008: 271). Adapun dalam bahasa Indonesia, pada umumnya urutan fungsi kalimat atau klausa adalah subjek-predikat-(objek)-(pelengkap) dengan ketentuan bahwa yang ada dalam kurung merupakan unsur manasuka. Namun, sesungguhnya ada pula kalimat atau klausa bahasa Indonesia yang urutan fungsinya adalah predikat-subjek; disebut kalimat inversi. Kalimat inversi dalam bahasa Indonesia ini mirip sekali dengan jumlah fi liyyah
14 14 dalam bahasa Arab. Hanya saja, kalimat inversi dalam bahasa Indonesia ini mensyaratkan bahwa subjeknya harus takdefinit (nakirah, tidak boleh ma rifah). Contohnya adalah kalimat sebagai berikut. a. Ada tamu. b. Ada seorang tamu. Kedua kalimat ini menunjukkan bahwa predikat ada mendahului subjeknya, yaitu tamu dan seorang tamu. Hal ini diperbolehkan karena memang subjeknya takdefinit. Adapun jika subjeknya definit, predikat tidak dapat mendahuluinya; dengan demikian tidak bisa dijadikan sebuah kalimat inversi. Ambil contoh berikut ini. a. Ada tamu itu. b. Ada tamu tersebut. Kedua kalimat ini tidak dapat berterima karena subjeknya definit (Alwi, 2003: 364). Sementara itu, dalam bahasa Arab, tidak ada istilah pragmatis untuk urutan fungsi subjek-predikat ataupun predikat-subjek. Hal itu karena keduanya sama-sama dapat dan sering digunakan, baik masa klasik maupun masa sekarang. Perbedaan semantislah yang membuat penutur memilih struktur urutan subjek-predikat (jumlah ismiyyah) ataukah urutan predikatsubjek (jumlah fi liyyah) (Barakāt, 2007,II: 4). Demikian pula terdapat perbedaan mengenai persyaratan subjek takdefinit dalam kalimat inversi. Dalam jumlah fi liyyah yang mirip dengan kalimat inverse itu, sama sekali tidak dipersyaratkan subjeknya harus definit,
15 15 justru dalam jumlah ismiyyah yang dipersyaratkan subjeknya harus definit. Jadi, jelas bahwa kajian jumlah fi liyyah dalam bahasa Arab memiliki kekhasan tersendiri. Melihat persoalan yang akan diangkat dalam penelitian ini berkaitan dengan usaha klarifikasi konsep at-taqdim wa at-ta khir dalam bahasa Arab dengan tinjauan sintaksis, maka landasan teoritis dalam pemecahan masalah ini berkaitan dengan teori tentang al-jumlah al- Ismiyah, al-jumlah al-fi liyah, al-mubtada, al-khabar, al-fi l, al-fa il, dan al-maf ulat Metode Penelitian Metode dalam sebuah penelitian memiliki peran yang sangat penting sebagai cara bertindak yang sesuai dengan sistem dan aturan tertentu. Metode merupakan suatu cara untuk mengambil, menganalisis, mengidentifikasi variable (Arikunto, 2002: 126). Dari pengertian metode di atas dapat disimpulkan bahwasanya metode yang digunakan dalam penelitian bahasa adalah cara kerja yang digunakan untuk memahami dan menjelaskan fenomena objek ilmu bahasa atau cara mendekati, mengamati, menganalisa, dan menjelaskan masalah dalam objek ilmu bahasa (Kridalaksana, 2001: 106; Mastoyo, 2007: 2). Metode yang penulis gunakan dalam penelitian Taqdim dan Ta khir dalam bahasa Arab, adalah metode studi pustaka. Pada bagian kali ini meliputi
16 16 literatur, analisis, dan penyajian data. Rujukan literatur yang ada kemudian dituangkan dalam pokok persoalan atau permasalahan yang diajukan. Mengingat bahwa ilmu bahasa berobjekkan bahasa dan penjelasannya juga menggunakan bahasa, peneliti perlu berhati-hati dalam memilih dan menggunakan metode penelitian (Mastoyo, 2007: vii). Metode adalah cara mendekati, mengamati, menganalisa, dan menjelaskan fenomena (Kridalaksana, 1983: 106). Metode penelitian bahasa adalah cara kerja untuk memahami objek ilmu bahasa. Objek ilmu bahasa adalah bahasa itu sendiri. bahasa yang dimaksud adalah bahasa keseharian biasa yang digunakan manusia yang berkelompok-kelompok membentuk berbagai masyarakat penutur yang ada tersebar diseluruh dunia (Sudaryanto, 1995:1). Data-data penelitian yang berwujud contoh-contoh pola susunan Taqdim dan Ta khir Fungsi bahasa Arab dicatat secara teliti dan cermat. Dari data itu kemudian dilakukan analisis data dengan membuat kesimpulan umum yang merupakan sistem atau kaidah yang bersifat mengatur atau gambaran dari sumber yang dijadikan objek penelitian. Penelitian ini ditujukan untuk mencari ketentuan-ketentuan yang ada pada bahasa asing sehingga lebih bersifat eksploratif. Ada tiga tahapan dalam sebuah penelitian yaitu tahap penyediaan data, tahap analisis data, dan tahap penyajian laporan hasil analisis data (Sudaryanto, 1993:5).
17 Tahap Penyedian data Tahap penyediaan atau pengumpulan data ini merupakan tahapan awal dan menjadi dasar bagi pelaksanaan tahapan analisis data. Tahapan analisis data hanya dimungkinkan untuk dilakukan jika data yang akan dianalisis sudah tersedia (Mahsun, 2006: 84-85) Pada tahap ini akan digambarkan bagaimana data penelitian diperoleh. Sebagai sebuah penelitian yang mengumpulkan sumbernya dari buku-buku kepustakaan, maka jenis penelitian ini adalah studi literatur atau kepustakaan. Metode yang digunakan dalam penyediaan data adalah dengan metode simak, yaitu dengan menyimak pengguna bahasa dengan teknik catat. Istilah menyimak disini meliputi bahasa lisan dan bahasa tulisan (Mahsun, 2005: 92). Metode ini peneliti aplikasikan dengan membaca dan memahami sumber-sumber data. Pada tahap penyediaan data digunakan teknik pustaka. Teknik pustaka adalah mempergunakan sumber-sumber tertulis untuk memperoleh data. Sumber-sumber tertulis itu dapat berwujud majalah, surat kabar, karya sastra, buku bacaan umum, karya ilmiah, buku perundang-undangan (Subroto, 1992:42). Dalam penelitian ini data yang digunakan berupa konstruksi Jumlah Ismiyah (Klausa Nomina) dan Jumlah Fi'liyah (Klausa Verba) yang terdapat dalam literatur-literatur sebagaimana tersebut dalam tinjauan pustaka. Langkah selanjutnya adalah mencatat data-data tersebut dalam kartu data, kemudian dilanjutkan dengan klasifikasi data (Sudaryanto, 1993:6).
18 18 Teknik terakhir dalam metode ini, peneliti menggunakan teknik catat yang dalam aplikasinya dengan mencatat beberapa bentuk yang relevan bagi penelitian dari penggunaan bahasa secara tertulis (Mahsun, 2005: 94). Penggunaan teknik catat dimaksudkan untuk mencatat hasilhasil penelitian dalam sintaksis Arab yang dituangkan dalam sebuah tulisan atau teks terkait dengan Taqdim dan Ta khir (Anastrofe) Fungsi dalam bahasa Arab. Adapun data kebahasaan diambil dari sumber-sumber pustaka dengan dibatasi pada kepentingannya terhadap maksud dan tujuan penelitian (Subroto, 1992: 52). Data yang diambil dalam penelitian ini berupa satuan kebahasaan yang membentuk Jumlah Ismiyah (Klausa Nomina) dan Jumlah Fi'liyah (Klausa Verba). Adapun sumber data yang digunakan merupakan karya-karya linguistik yang membahas Taqdim dan Ta khir (Anastrofe) fungsi dalam bahasa Arab antara lain: A n-nahwu al- Arabī (Barakāt, 2007), Jāmi Al- Durūs Al-Arabiyyah (al-ghulāyaini, 2010), At-Taqdim wa At-Ta khir fi Bina al-jumlah inda Sibawaih (Khodor, 2009), Tajdid an-nacwi (Dhoif, 1995), An-Nachwu Al-Asasi ( Umar, 1994), An-Nachwu Al- Ashri (Fayadh, 1995), Al-Qawā idu Al-Asāsiyyah Lillughati Al- Arabiyyah (Al- Hasyimi, 1354H), Miftachu Al- ulum (As-Sakaki, 1987) Tahap Analisis Data Tahap analisis data merupakan merupakan tahap yang paling penting dalam sebuah penelitian. Tahap ini merupakan puncak dari sebuah yang
19 19 mengikat erat semua tahap yang ada dalam penelitian dan menentukan ada tidaknya kaidah yang menjadi objek sasaran penelitian (Sudaryanto, 1993: 8). Analisa ini digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian atau rumusan masalah penelitian (Chaer, 2007: 46). Pada tahap kedua, data dianalisis dengan menggunakan metode distribusional (distributional method) atau dalam bahasa Arab disebut dengan at-tariqah at-tauzi iyah (Sulaiman, 2002:136) atau metode agih (Sudaryanto, 1993:15). Metode distribusional adalah metode yang menganalisis satuan lingual tertentu berdasarkan perilaku atau tingkah laku kebahasaan satuan itu dalam hubungannya dengan satuan lain (Subroto, 1992: 84). Dalam metode ini terdapat dua teknik, yaitu teknik dasar dan teknik lanjutan. Teknik dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik bagi unsur langsung (BUL), dalam teknik bagi unsur langsung ini dilakukan dengan cara membagi suatu konstruksi sintaksis tertentu kedalam unsur-unsur langsung (Subroto, 1992:84). Kemudian teknik lanjutan yang digunakan adalah teknik ganti (ath-thariqah at-tabdiliyah), teknik balik (ath-thariqah al-ihlaliyah) dan teknik perluasan (ath-thariqah at-tausi iyah) (Sulaiman, 2002:148). Teknik penggantian dilakukan dengan menggantikan satuan lingual atau unsur tertentu dari konstruksi sintaksis. Adapun tujuan teknik ini adalah untuk mengetahui kadar kesamaan kelas atau kategori satuan kebahasaan yang terganti dengan satuan kebahasaan penggantinya. Adapun teknik balik yang dimaksud adalah kemungkinannya unsur-unsur
20 20 (langsung) dari sebuah satuan atau konstruksi sintaksis dibalikkan urutannya. Teknik ini dapat dipakai untuk menguji tingkat keketatan relasi antar unsur suatu konstruksi atau satuan lingual tertentu. Barangkali suatu konstruksi tertentu memperlihatkan urutan antara unsur-unsur langsungnya secara tertentu atau tidak dapat dibalikkan. Teknik ini juga penting dalam rangka mengetahui apakah urutan merupakan kaidah yang bersifat wajib dalam suatu bahasa atau tidak, atau dengan kata lain apakah urutan itu merupakan tata bahasa dari sebuah bahasa atau tidak (Subroto, 1992:80). Dalam tenik ini, mubtada, khabar, fi l, fa il, dan maf ul bih.yang berfungsi sebagai konstituen pengisi suatu fungsi dalam kalimat dibalik letaknya dalam susunan kalimat, baik itu ditaqdimkan ataupun dita khirkan. Apabila pembalikan salah satu fungsi tersebut mengakibatkan konstruksi kalimat tidak gramatikal, dalam hal ini mengubah atau membuat ketidak-sempurnaan kalimat, maka tingkat keketatan kalimat tersebut tinggi. Namun, apabila konstruksi kalimat tersebut tetap gramatikal dan dapat membentuk fungsi baru maka tingkat keketatan kalimat tersebut rendah.
21 Tahap Penyajian Hasil Analisis Data Pada tahap penyajian hasil analisis data merupakan upaya untuk menampilkan wujud laporan tertulis apa-apa yang telah dihasilkan dari kerja analisis, khususnya kaidah (Sudaryanto, 1993:7). Penyajian data hasil analisi data merupakan tahap akhir dari rangkaian penelitian yang berupa hasil penelitian data yang berupa kaedah-kaedah hasil proses induksi. Pada dasarnya penyajian data hasil analisis diusahakan dapat memenuhi prinsip-prinsip penyajian data yang meliputi tiga aspek yaitu: descriptive adequacy (kepadaan deskripsi) yang berupa upaya deskripsi dan gambaran semua rincian permasalahan penelitian, explanatory adequacy (kepadaan penjelasan) sebagai bentuk bukti bahwasannya penelitian dapat menjelaskan semua permasalahan, exhaustic adequacy (kepadaan ketuntasan) yang menunjukkan analisis data yang komprehensif dalam mengkaji dan menyajikan data dengan teliti (Hadi, 2003: 76). Hasil analisis ini diusahakan memenuhi tiga prinsip yaitu ketercukupan penjelasan, ketercukupan deskriptif dan ketuntasan. Ketercukupan penjelasan yaitu penelitian dapat menjelaskan semua permasalahan. Ketercukupan deskriptif adalah penyajian dapat mendeskripsikan semua rincian permasalahan dalam penelitian. Sedangkan ketuntasan adalah analisis dapat dilakukan secara tuntas dan komprehensif sehingga semua permasalahan dapat dikaji dan disajikan dengan teliti.
22 Sistematika Penulisan Penelitian ini dimulai dari Bab I, yaitu pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penulisan Pada Bab II, penulis memberikan penjelasan tentang Konsep Taqdim dan Ta khir yang meliputi Batasan Taqdim, Penguat dan dalil Taqdim, serta Keistimewaan Taqdim dan Ta khir. Pada Bab III, penulis memberikan penjelasan tentang konsep Taqdim dan Ta khir dalam Jumlah Ismiyah (Klausa Nomina) meliputi Konsep Wajib Taqdim (mendahulukan) Khabar, dan Konsep Jawaz Taqdim (boleh mendahulukan) Khabar. Pada Bab IV, penulis memberikan penjelasan tentang Konsep Taqdim dan Ta khir Jumlah Fi'liyah (Klausa Verba), dalam pembahasan tersebut meliputi Batasan Jumlah Fi liyah (Klausa Verba), Susunan dan Unsur Kata Pembentuknya, serta Pola Urutan Fi il, Fā il, dan Maf ūl Bih dalam Jumlah Fi'liyah meliputi Pola Urutan Reguler, Kaidah Pola Urutan Fi il, Fā il, dan Maf ūl Bih, Wajib Mendahulukan Fā il atas Maf ūl Bih, Wajib Mendahulukan Maf ūl Bih atas Fā il, Wajib Mendahulukan Fi il atas Maf ūl Bih, Wajib Mendahulukan Maf ūl Bih atas Fi il, Jawaz Taqdim (Boleh Mendahulukan) Maf ūl Bih atas Fi il,
23 23 Pada Bab V, sebagai bab terakhir penulis memberikan penutup dalam bab ini mencakup kesimpulan dan saran-saran.
BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia hampir tidak dapat terlepas dari peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia memerlukan sarana untuk
Lebih terperinciRELASI MAKNA KLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN SURAT LUQMAN
0 RELASI MAKNA KLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN SURAT LUQMAN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehingga bahasa merupakan sarana komunikasi yang utama. Bahasa adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu melakukan komunikasi antar sesamanya. Setiap anggota masyarakat selalu terlibat dalam komunikasi, baik dia berperan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesalahan berbahasa ini tidak hanya terjadi pada orang-orang awam yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi tertentu, tetapi sering
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penggunaan kalimat tersebut juga harus memperhatikan susunan kata
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia membutuhkan alat untuk berkomunikasi dalam masyarakat. Kalimat berperan penting sebagai wujud tuturan dalam berkomunikasi dan berinteraksi sesama manusia. Penutur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting bagi manusia, karena dalam kehidupannya manusia tidak terpisahkan dari pemakaian bahasa. Dengan bahasa, manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Alquran merupakan wahyu Allah swt yang diwahyukan kepada Nabi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Alquran merupakan wahyu Allah swt yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw untuk disampaikan kepada umat manusia sebagai pedoman hidup. Anwar, dkk. (2009:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah bahasa. Bahasa adalah sitem lambang bunyi yang bersifat arbiter
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terlepas dari peristiwa komunikasi. Dalam berkomunikasi manusia memerlukan. paling utama adalah sebagai sarana komunikasi.
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan bermasyarakat manusia selalu menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi. Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak pernah terlepas dari peristiwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan kekacauan pada tindak berbahasa. Salah satu contoh penggunaan bentuk bersinonim yang dewasa ini sulit
Lebih terperinciANALISIS RAGAM KALIMAT DAN HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AR-RUM
ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AR-RUM Supadmi, A310090132, Jurusan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah, Fakultas Keguruan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian dalam bidang linguistik berkaitan dengan bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa tulis memiliki hubungan dengan tataran gramatikal. Tataran gramatikal
Lebih terperinciBAB V P E N U T UP. adverbia dalam bahasa Inggris dan bahasa Arab berdasarkan pada tinjauan
BAB V P E N U T UP Penelitian dalam thesis ini mengungkapkan persamaan dan perbedaan antara adverbia dalam bahasa Inggris dan bahasa Arab berdasarkan pada tinjauan analisis kontrastif. Adapun adverbia
Lebih terperinciKata Pengantar KALIMAT ISMIYYAH DAN FI LIYYAH BAHASA ARAB. definisi, macam, struktur, problematika
Kata Pengantar i ج م ل ة اإل س م ي ة ا ل و ال ف ع ل ي ة ال ع ر ب ي ة KALIMAT ISMIYYAH DAN FI LIYYAH BAHASA ARAB definisi, macam, struktur, problematika ii ا ل ج م ل ة اإل س م ي ة و ال ف ع ل ي ة ال ع ر
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Peningkatan hasil belajar siswa merupakan tujuan yang ingin selalu dicapai oleh para pelaksana pendidikan dan peserta didik. Tujuan tersebut dapat berupa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. Ujaran-ujaran tersebut dalam bahasa lisan diproses melalui komponen fonologi, komponen
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Mempertanggungjawabkan hasil penelitian bukanlah pekerjaan mudah. Seorang penulis harus mempertanggungjawabkan hasil penelitiannya disertai data-data
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. dan analisis, yaitu mendeskripsikan dan menganalisis verba berprefiks ber- dalam
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif karena bersifat deskriptif dan analisis, yaitu mendeskripsikan dan menganalisis verba berprefiks ber- dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pikiran atau amanat yang lengkap (Chaer, 2011:327). Lengkap menurut Chaer
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbahasa baik secara lisan maupun secara tulis tidak terlepas dari penggunaan kata-kata yang menyusun suatu kalimat. Pada konteks bahasa lisan hal ini dikenal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sarana berkomunikasi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Peranan bahasa sangat membantu manusia dalam menyampaikan gagasan, ide, bahkan pendapatnya
Lebih terperinciBAB I PEDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif antar manusia. Dalam berbagai macam situasi bahasa dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan gagasan pembicara kepada pendengar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang itu diantaranya adalah fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, pragmatik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan orang lain. Oleh karena itu, bahasa adalah alat yang digunakan sebagai sarana interaksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu di dalam kehidupan pasti tidak akan terlepas untuk melakukan komunikasi dengan individu lainnya. Dalam berkomunikasi diperlukan adanya sarana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Wirjosoedarmono dalam Husain Junus dan Arifin Banasuru, 1996: 14).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan suatu sistem komunikasi antara anggota masyarakat yang berupa lambang bunyi suara yang dihasilkan oleh alat ucap manusia (Wirjosoedarmono dalam
Lebih terperinciRAGAM DAN STRUKTUR FUNGSIONAL KALIMAT PADA TERJEMAHAN AL-QURAN SURAH LUQMAN
RAGAM DAN STRUKTUR FUNGSIONAL KALIMAT PADA TERJEMAHAN AL-QURAN SURAH LUQMAN SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Sebagian Syarat untuk Memperoleh Gelar S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Oleh:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Arab. Keindahan bahasa, susunan kata-kata, serta maknanya menjadi perhatian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Alquran merupakan kitab yang disampaikan dan ditulis dalam bahasa Arab. Keindahan bahasa, susunan kata-kata, serta maknanya menjadi perhatian bagi para peneliti
Lebih terperinciSTRUKTUR FUNGSIONAL DAN RAGAM KALIMAT PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AL QALAM
STRUKTUR FUNGSIONAL DAN RAGAM KALIMAT PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AL QALAM SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Sebagian Syarat Untuk Memperoleh Gelar S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah Disusun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. alam pikiran sehingga terwujud suatu aktivitas. dalam pikiran pendengar atau pembaca.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi sehari-hari oleh para penuturnya. Bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting dalam proses berpikir maupun dalam kegiatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw, dengan perantara
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Qur an merupakan kitab suci umat Islam yang berisi firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw, dengan perantara malaikat Jibril untuk dibaca, dipahami
Lebih terperinciANALISIS STRUKTUR FUNGSIONAL PADA PERIBAHASA INDONESIA: TINJAUAN SINTAKSIS
ANALISIS STRUKTUR FUNGSIONAL PADA PERIBAHASA INDONESIA: TINJAUAN SINTAKSIS NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Lebih terperinciKATA ULANG BAHASA INDONESIA PADA MAJALAH PAPIRUS EDISI JANUARI 2015
KATA ULANG BAHASA INDONESIA PADA MAJALAH PAPIRUS EDISI JANUARI 2015 Artikel Publikasi ini diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia Oleh:
Lebih terperinci/jundīyyun muslimun/ dalam Buku Al-Qirā atu
Penelitian tentang klausa belum pernah diteliti pada Program Studi Bahasa Arab, Fakultas Sastra,. Adapun judul yang telah ada adalah Analisis Konstrastif Kalimat Verbal dan Kalimat Nominal dalam Bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam kelangsungan hidupnya manusia selalu membutuhkan orang lain untuk hidup bersama. Untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki kaidah-kaidah tata bahasa serta keunikan-keunikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap bahasa memiliki kaidah-kaidah tata bahasa serta keunikan-keunikan tersendiri yang menjadi ciri khas dari bahasa tersebut, begitu juga dalam bahasa Arab. Ada
Lebih terperinciRELASI MAKNA KLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN SURAT AS-SAJDAH
RELASI MAKNA KLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN SURAT AS-SAJDAH NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Studi dalam penelitian ini berkonsentrasi pada kelas verba dalam kalimat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Studi dalam penelitian ini berkonsentrasi pada kelas verba dalam kalimat bahasa Sunda. Dalam pandangan penulis, kelas verba merupakan elemen utama pembentuk keterkaitan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti mengatur bersama-sama (Verhaar dalam Markhamah, 2009: 5). Chaer (2009: 3) menjelaskan bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kepemilikan bahasa membedakan manusia dari makhluk hidup yang lain.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepemilikan bahasa membedakan manusia dari makhluk hidup yang lain. Untuk mengerti kemanusiaan orang harus mengerti nature (sifat) dari bahasa yang membuat manusia
Lebih terperinciAL-NAKIRAH WA AL-MA RIFAH
Volume III, Nomor 2, Januari-Juni 2015 7 AL-NAKIRAH WA AL-MA RIFAH Hamka Ilyas Dosen pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar Abstrak: Dalam pembahasan tentang isim, maka akan ditemukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Istilah klausa dalam dunia linguistik bukanlah hal yang baru. Namun,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Istilah klausa dalam dunia linguistik bukanlah hal yang baru. Namun, pemerian mengenai klausa tidak ada yang sempurna. Satu sama lain pemerian klausa saling melengkapi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, maupun semantik (Tarigan dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi yang memungkinkan manusia dapat berkomunikasi dengan sesamanya baik secara lisan maupun tulisan. Komunikasi akan berlangsung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan tanggapannya terhadap alam sekitar atau peristiwa-peristiwa yang dialami secara individual atau secara
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi manusia dalam berinteraksi di lingkungan sekitar. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita. Hal ini harus benar-benar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia sebagai makhluk sosial mutlak akan saling
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan 1.1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia sebagai makhluk sosial mutlak akan saling berinteraksi dan berkomunikasi antara satu dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan lain. Manusia memiliki keinginan atau hasrat untuk memenuhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan baik. Sarana yang paling utama untuk berkomunikasi adalah bahasa. disampaikan pada anggota masyarakat lain.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupan bermasyarakat manusia membutuhkan alat komunikasi untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Dalam berkomunikasi diperlukan sarana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan ungkapan manusia yang dilafalkan dengan kata-kata dalam. dan tujuan dari sebuah ujaran termasuk juga teks.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia telah dikodratkan oleh penciptanya untuk hidup berkomunikasi, salah satu bentuk komunikasi adalah dengan bahasa. Bahasa merupakan ungkapan manusia yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan objek dari linguistik, karena linguistik merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan objek dari linguistik, karena linguistik merupakan cabang ilmu yang mempelajari tentang bahasa. Bahasa adalah suatu sistem simbol bunyi yang
Lebih terperinciDalam Ayat tersebut terdapat fi il mabni majhul yaitu lafadz ا ر س ل ت م, disebut fi il
BAB IV ANALISIS FI IL MABNI MAJHUL DALAM SURAH AL FUSHSHILAT A. Analisis Fi il Mabni Majhul dalam Surah Al Fushshilat Dalam Ayat tersebut terdapat fi il mabni majhul yaitu lafadz ل ت,ف ص disebut fi il
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di sekitarnya maupun dengan penciptanya. Saat berkomunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahasa lisan, misalnya bahasa dalam khotbah, bahasa dalam pidato, dan bahasa. dalam karangan siswa, bahasa terjemahan Al Qur an.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia diberikan akal dan pikiran yang sempurna oleh Allah, sehingga mampu melahirkan ide-ide yang kreatif. Salah satu kelebihan manusia di antaranya, yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akal dan pikiran yang sempurna diantara makhluk-makhluk ciptaannya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk sosial, dikaruniai akal dan pikiran yang sempurna diantara makhluk-makhluk ciptaannya. Manusia tidak bisa hidup
Lebih terperinciUniversitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia, dengan adanya bahasa manusia dapat menyampaikan tujuan mereka kepada orang lain dengan mudah dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. alat untuk menyampaikan gagasan, pikiran, maksud, serta tujuan kepada orang lain.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berkomunikasi merupakan suatu kegiatan yang mempergunakan bahasa sebagai alat untuk menyampaikan gagasan, pikiran, maksud, serta tujuan kepada orang lain.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak pernah terlepas dari peristiwa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak pernah terlepas dari peristiwa komunikasi. Dalam berkomunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan ide, gagasan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahasa merupakan satu sistem simbol vocal yang arbitrer yang memungkinkan semua orang dalam satu kebudayaan tertentu atau orang lain yang telah mempelajari sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem lambang bunyi yang bermakna dan dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf, 2004:1), sedangkan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep atau hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti terdahulu
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal
Lebih terperinciSATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)
SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) Mata Kuliah : Nahwu II Kode Mata Kuliah : AR 303 Bobot SKS : 2 SKS Semseter : III (Tiga) Prasyarat : Lulus mata kuliah/mengontrak: 1. Arabiyah Asasiyah 2. Nahwu 1 D o s e
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah penelitian yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan oleh manusia dalam kehidupan seharihari. Ketika berbahasa ada bentuk nyata dari pikiran yang ingin disampaikan kepada mitra
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Saat ini, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dikarenakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dikarenakan komunikasi dapat menyampaikan pesan antar umat manusia. Salah satu alat komunikasi adalah
Lebih terperinciSILABUS PEMBELAJARAN
SILABUS PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas Semester : Madrasah Tsanawiyah : Bahasa Arab : VIII (Delapan) : 1 (Satu)/Ganjil Kompetensi Inti : KI-1 : Menghargai dan menghayati ajaran agama
Lebih terperinciPEMETAAN / ANALISIS STANDAR ISI KELAS VIII / SEMESTER 1 dan 2 MTs NEGERI 29 JAKARTA الس اعة الن شاطات في المدرسة الن شاطات في البيت
PEMETAAN / ANALISIS STANDAR ISI KELAS VIII / SEMESTER 1 dan 2 MTs NEGERI 29 JAKARTA Mata Pelajaran : Bahasa Arab Tahun Pelajaran : 2012-2013 SK(*) KD (**) 1. Menyimak Memahami informasi lisan melalui kegiatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan kesalahpahaman dalam memaknai kalimat bahasa Inggris adalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu fenomena bahasa yang terkadang membuat permasalahan dan menimbulkan kesalahpahaman dalam memaknai kalimat bahasa Inggris adalah penggunaan kata it sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Kehidupan sehari-hari manusia hampir tidak lepas dengan berkomunikasi untuk bersosialisasi antar orang. Biasanya seseorang berkomunikasi bertujuan untuk menyampaikan
Lebih terperinci1. Seberapa banyak penggunaan gaya bahasa iltifat, majaz dan kinayah dalam Alquran? 2. Seberapa banyak variasi iltifat, majaz dan kinayah dalam
1. Seberapa banyak penggunaan gaya bahasa iltifat, majaz dan kinayah dalam Alquran? 2. Seberapa banyak variasi iltifat, majaz dan kinayah dalam Alquran? 3. Bagaimana orisinalitas dan kreativitas gaya bahasa
Lebih terperinciRELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI
RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Wisuda Sarjana Pendidikan di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Oleh NURMA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses berbahasa adalah hal yang tidak bisa terlepas dari kehidupan manusia. Dengan berbahasa, seseorang
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. pengolahan data, sampai pada tahap pengambilan kesimpulan, disesuaikan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan prosedur dan langkah kerja yang digunakan dalam kegiatan penelitian mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengolahan data,
Lebih terperinciKATA MENANGIS : BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Kumairoh. Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya. Universitas Dipnegoro. Abstrak
KATA MENANGIS : BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA Kumairoh Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Dipnegoro Abstrak Bahasa Indonesia merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh masyarakat dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengindentifikasi diri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengindentifikasi diri (Kridalaksana,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. komunikasi utama untuk saling berinteraksi satu sama lain. Bahasa adalah sistem
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak lepas dari bahasa sebagai alat komunikasi utama untuk saling berinteraksi satu sama lain. Bahasa adalah sistem lambang
Lebih terperinciTRANSFORMASI PELESAPAN PADA TEKS TERJEMAHAN AL-QURAN YANG MENGANDUNG ETIKA BERBAHASA
TRANSFORMASI PELESAPAN PADA TEKS TERJEMAHAN AL-QURAN YANG MENGANDUNG ETIKA BERBAHASA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra, Indonesia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sangat berpengaruh terhadap makna yang terdapat dalam sebuah wacana. Salah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu bentuk kepaduan dan keutuhan sebuah wacana adalah pemakian konjungsi dalam sebuah kalimat atau wacana. Penggunaan konjungsi sangat berpengaruh terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia yang ada dalam dunia ini di bekali kelebihan berupa akal beserta pikiran yang sempurna oleh Allah swt. Dari bekal tersebut manusia mampu melahirkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa mempunyai peranan yang sangat penting bagi manusia sebagai alat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa mempunyai peranan yang sangat penting bagi manusia sebagai alat komunikasi karena dengan bahasa kita dapat bertukar pendapat, gagasan dan ide yang kita
Lebih terperinciFa al- a>qilu al-kari>mu ka>milun (Baidaba, 2002: 150). Maka orang berakal yang mulia adalah orang yang sempurna.
BAB III FUNGSI KATEGORI ADJEKTIVA Kategori adjektiva dapat menempati posisi yang berbeda-beda dalam tataran fungsi sintaksis. Macam-macam fungsi sintaksis adalah predikat, subjek, objek, keterangan, dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Penulis mengambil beberapa jurnal, skripsi, disertasi dan bahan pustaka lainnya yang berkaitan dengan analisis kontrastif, adverbial
Lebih terperinciKALAM INSYA THALABI DALAM AL-QUR AN SURAT YUNUS (STUDI ANALISIS BALAGHAH) ARTIKEL. Oleh: DAHLIANI RETNO INDAH PURWANTI NIM: I1A213002
KALAM INSYA THALABI DALAM AL-QUR AN SURAT YUNUS (STUDI ANALISIS BALAGHAH) ARTIKEL Oleh: DAHLIANI RETNO INDAH PURWANTI NIM: I1A213002 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS
Lebih terperinciSATUAN ACARA PERKULIAHN (SAP)
SATUAN ACARA PERKULIAHN (SAP) Mata Kuliah : Mengenal dasar-dasar bahasa Arab Kode Mata Kuliah : AR100 Bobot SKS : 2 SKS Semester : 1 Prasyarat : - Penanggung jawab : Dr. Mamat Zaenuddin, MA. Anggota :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dunia dan akhirat. Agar tujuan itu dapat direalisasikan oleh manusia, maka
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al Quran merupakan kitab suci umat Islam yang merupakan kumpulan firman-firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhahammad S.A.W. Tujuan utama diturunkannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa sangat penting untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi dalam kehidupan manusia. Bahasa sangat penting untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, bahasa berfungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat disesuaikan, dan diungkapkan kembali kepada orang lain sebagai bahan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat terlepas dari bahasa karena bahasa adalah alat yang dipakainya untuk membentuk pikiran, perasaan, keinginan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Bahasa sudah diajarkan sejak dulu baik di keluarga maupun di. peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia pada dasarnya sangat membutuhkan bahasa dalam bermasyarakat. Bahasa sudah diajarkan sejak dulu baik di keluarga maupun di lingkungan formal. Bahasa
Lebih terperinciSILABUS NAHWU 2 AR 303. Dr. Maman Abdurrahman, M. Ag. M. Zaka Alfarisi, S. Pd.
SILABUS NAHWU 2 AR 303 Dr. Maman Abdurrahman, M. Ag. M. Zaka Alfarisi, S. Pd. JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2008 67 SILABUS 1. Identitas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi, digunakan baik sebagai bahasa pengantar sehari-hari ataupun bahasa pengantar di lingkungan formal seperti bahasa pengantar sekolah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sarana yang paling utama dan vital untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia dalam sepanjang hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan ide,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berinteraksi satu dengan yang lain. Dengan adanya bahasa, manusia sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang dan Permasalahan 1.1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi manusia yang membantu mereka untuk berinteraksi satu dengan yang lain. Dengan adanya bahasa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Linguistik adalah ilmu tentang bahasa; penyelidikan bahasa secara ilmiah (Kridalaksana,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Linguistik adalah ilmu tentang bahasa; penyelidikan bahasa secara ilmiah (Kridalaksana, 2008:143). Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh para anggota
Lebih terperinciREALISASI STRUKTUR SINTAKSIS PROSES PEMBELAJARAN MAHASISWA IA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA STKIP PGRI BANGKALAN TAHUN AJARAN
REALISASI STRUKTUR SINTAKSIS PROSES PEMBELAJARAN MAHASISWA IA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA STKIP PGRI BANGKALAN TAHUN AJARAN 2016 Sakrim Surel: sakrim.madura@yahoo.com ABSTRAK Pembuktian
Lebih terperinciBAB 5 PENUTUP. Campur code..., Annisa Ramadhani, FIB UI, Universitas Indonesia
BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan Penelitian jenis proses campur kode menunjukkan hasil yang berbeda-beda antara bahasa yang satu dan bahasa yang lain karena subjek penelitian mereka pun berbeda-beda, baik dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pula ada bahasa tanpa masyarakat, karena bahasa merupakan alat penghubung
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Badudu (1989:3), bukan hal yang baru lagi jika dikatakan bahwa bahasa dan masyarakat merupakan dua unsur yang tidak dapat dipisahkan. Tidak mungkin ada masyarakat
Lebih terperinciSTRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA.
STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA oleh Dra. Nunung Sitaresmi, M.Pd. FPBS UPI 1. Pendahuluan Bahasa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muthi Afifah,2013
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut hasil penelitian The Japan Foundation tahun 2006 tentang kelembagaan bahasa Jepang di dunia diketahui bahwa Indonesia menduduki peringkat IV di dunia dengan
Lebih terperinciDESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS)
DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS) NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sepanjang hidupnya, manusia tidak pernah terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi tersebut, manusia memerlukan sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan
Lebih terperinci