IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN DI DESA TOLA KECAMATAN TABUKAN UTARA KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE. Oleh : CHRISTIAN MANANOMA
|
|
- Widyawati Sanjaya
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN DI DESA TOLA KECAMATAN TABUKAN UTARA KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE Oleh : CHRISTIAN MANANOMA PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Program Beras Untuk Keluarga Miskin (RASKIN) sebagai salah satu Program Penanggulangan Kemiskinan Klaster 1, yaitu kegiatan perlindungan sosial berbasis keluarga dalam pemenuhan kebutuhan pangan pokok bagi masyarakat kurang mampu, dimana RASKIN ini mempunyai multi fungsi yaitu memperkuat ketahanan pangan keluarga miskin, sebagai pendukung bagi kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), pendukung usaha tani padi dan sektor lainnya dan peningkatan pemberdayaan ekonomi daerah. Program Beras Untuk Keluarga Miskin (RASKIN) adalah bagian dari upaya pemerintah Indonesia untuk memperdayakan masyarakat dengan menanggulangi masalah kemiskinan secara terpadu. Program ini dilaksanakan di bawah tanggung jawab Departemen Dalam Negeri dan Perum BULOG sesuai dengan SKB (Surat Keputusan Bersama) Menteri Dalam Negeri dengan Direktur Utama Perum BULOG No. 25 Tahun 2003 dan No. PKK- 12/07/2003, yang melibatkan instansi terkait, Pemerintah Daerah dan masyarakat. Berdasarkan Surat Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat No. B- 2143/KMK/Dep.II/XI/2007 tertanggal 30 November 2007, salah satu alternatif tindakan yang dilakukan pemerintah dalam menanggulangi kemiskinan ini diwujudkan dalam kebijakan Beras Untuk Keluarga Miskin (RASKIN) yaitu pendistribusian beras bersubsidi dengan ketentuan setiap rumah tangga memperoleh 10 Kg hingga 15 Kg selama 10 bulan dengan harga Rp ,-/Kg netto di titik distribusi dengan ketentuan Rp harga beras/sesuai dengan HPP harga pembelian oleh pemerintah, sedangkan Rp disubsidi oleh pemerintah/apbn. Namun sejak tahun 2009 sampai sekarang, penetapan jumlah beras per RTS-PM berubah menjadi 15 Kg/rumah tangga/bulan sehingga dalam setahun tiap rumah tangga memperoleh 180 Kg dengan harga yang tetap sama yaitu Rp ,-/Kg netto di titik distribusi. Frekuensi distribusi yang pada tahun-tahun sebelumnya 12 kali, pada tahun 2006
2 berkurang menjadi 10 kali, dan pada tahun 2007 sampai sekarang ini kembali menjadi 12 kali per tahun. Kabupaten Kepulauan Sangihe menjadi salah satu daerah Kabupaten pelaksanaan Program Raskin sejak tahun 1998 hingga sekarang, dimana seluruh Kecamatan yang ada menjadi lokasi pelaksanaan RASKIN. Tahun 2013 ini sesuai dengan Keputusan Bupati Kepulauan Sangihe No. 52 Tahun 2013 tentang Alokasi dan Sasaran Penerima Beras Miskin Di Kabupaten Kepulauan Sangihe Tahun 2013, ditetapkan bahwa untuk Desa Tola Kecamtan Tabukan Utara rumah tangga penerima RASKIN berjumlah 52 RTS-PM. Survey pendahuluan menunjukkan bahwa pelaksanaan program RASKIN selama ini masih terjadi penyimpangan. Tujuan mulia pemerintah untuk dapat memberikan akses yang lebih baik terhadap kebutuhan pangan bagi rumah tangga miskin atau kurang mampu ternyata masih terjadi ketimpangan. RASKIN yang seharusnya dijual kepada keluarga-keluarga miskin yang merupakan penduduk desa setempat yang ditunjuk oleh pemerintah sebagai salah satu lokasi pelaksanaan Program RASKIN, ternyata masih ada juga yang jatuh di tangan kelompok masyarakat lain atau keluarga-keluarga yang berasal dari luar Desa Tola. Salah sasaran ini sering kali menimbulkan ketidaktepatan penyaluran RASKIN sebab yang seharusnya kuantitas atau jumlah keluarga miskin yang didata sebagai penerima bisa lebih banyak atau lebih sedikit dari yang sebenarnya, sehingga pada akhirnya RASKIN yang dibagikan akan memberikan dampak kekurangan atau bahkan kelebihan jatah. Apabila dilihat dari kualitas dan mutu beras yang didistribusikan sampai ke tangan RTS-PM masih sangat rendah. Sebab banyak masyarakat (RTS -PM) yang mengeluhkan bahwa beras RASKIN tersebut berkualitas buruk, kotor dan banyak hamanya (berkutu), bersa patah/menir, terdapat benda asing serta berwarna kuning. Tidak heran warga menyatakan beras RSKIN tidak layak untuk dikonsumsi manusia. Pada proses penyaluran atau pendistribusian RASKIN ke RTS-PM pun tidak luput dari kesalahan sebab yang harusnya per bulan namun dilaksanakan per triwulan. Adanya penyimpangan-penyimpangan tersebut membuat peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul Implementasi Program Beras Untuk Keluarga Miskin (RASKIN) di Desa Tola Kecamatan Tabukan Utara Kabupaten Kepulauan Sangihe. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah yang hendak dikaji dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah implementasi Program Beras untuk Keluarga Miskin (RASKIN) di Desa Tola Kecamatan Tabukan Utara Kebupaten Kepulauan Sangihe? C. Tujuan dan Manfat Penelitian
3 Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui, mendeskripsikan dan menganalisis implementasi Program Beras Untuk Keluarga Miskin (RASKIN) di Desa Tola Kecamatn Tabukan Utara Kabupaten Kepulauan Sangihe. Penelitian ini kiranya dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Secara akademik, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap ilmu-ilmu sosial terlebih khusus mengenai implementasi kebijakan atau program. 2. Secara praktek, hasil penelitian ini dapat menjadi suatu sumbangan informasi yang positif kepada Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa (BPMD) Kabupaten Kepulauan Sangihe dalam upaya pelaksanaan Program Beras untuk Keluarga Miskin (RASKIN) agar dapat terlaksana sesuai dengan regulasinya d an dapat memberikan manfaat yang positif bagi peningkatan kemampuan konsumsi keluarga miskin yang ada di Kabupaten Kepulauan Sngihe khususnya di Desa Tola Kecamatan Tabukan Utara.
4 TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Implemntasi Kebijakan Jenkins (dalam Parsons, 2011: 463) berpendapat bahwa studi implementasi adalah studi perubahan : bagaimana perubahan terjadi, bagaimana kemungkinan perubahan bisa dimunculkan. Ia juga merupakan studi tentang mikrostruktur dari kehidupan politik : bagaimana organisasi di luar dan di dalam sistem politik menjalankan urusan mereka dan berinteraksi satu sama lain; apa motivasi-miotivasi mereka bertindak seperti itu, dan apa motivasi lain yang mungkin membuat mereka bertindak secara berbeda. Nugroho (2009: 618) yang berpendapat bahwa implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijkan dapat mencapai tujuannya. Tidak lebih, dan tidak kurang. Untuk mengimplementasikan kebijakan publik, ada dua pilihan langkah yang ada, yaitu langsung mengimplementasikan dalam bentuk program atau melalui formulasi kebijakan derivate atau turunan dari kebijakan publik tersebut. Menurut Edward III (dalam Santosa, 2009: 41) bahwa implementasi kebijakan adalah : Is the stag eof policymaking between the establishment of a policy. Van Meter dan Van Horn (dalam Wahab, 2010: 65). mendefinisikan implementasi kebijakan sebagai berikut: Policy implementation encompasses those actions by public and private individuals (or groups) that are directed at the achievement of objectives set forth in prior policy decisions. Penjelasan dari Van Meter dan Van Horn tersebut dipertajam oleh Saefullah (2009: 39) yang menjelaskan bahwa : pada tingkatan pelaksanaan kebijakan menyangkut bagaimana atau sejauh mana suatu ekbijakan bisa dilaksanakan dalam dunia nyata Pemahaman tentang pelaksanaan kebijakan bukan hanya dimiliki oleh aparat lmbaga dan aparat pelaksana, tetapi juga oleh masyarakat atau pihak-pihak yang menjadi sasaran kebijakan. Mazmanian dan Sabatier (dalam Wahab, 2010: 65) menjelaskan makna implementasi dengan mengatakan bahwa : Memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah program dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan fokus perhatian implementasi
5 kebijakan, yaitu kejadian-kejadian atau kegiatan-kegiatan yang timbul sesudah disahkannya pedoman-pedoman kebijakan negara, yaitu mencakup baik usaha-usaha untuk mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan akibat/dampak nyata pada masyarakat atau kejadian-kejadian". Menurut pendapat Ripley dan Franklin (1986: 54) ada dua hal yang menjadi fokus perhatian dalam implementasi, yaitu kepatuhan (Compliance) dan Apa yang terjadi (What s happening?). Kepatuhan menunjuk pada apakah para implementor patuh terhadap prosedur atau standar aturan yang telah ditetapkan. Sementara untuk what s happening mempertanyakan bagaimana proses implementasi itu dilakukan, hambatan apa yang muncul, apa yang berhasil dicapai, mengapa dan sebagainya. Merujuk pada pendapat tersebut Ripley (dalam Purwanto dan Sul istyastuti, 2012: 68-70) juga mengemukakan hal yang sama bahwa implementation studies have two major foci ; compliance and what s happening?. Perspektif pertama (Complience) memahami keberhasilan implementasi dalam arti sempit yaitu sebagai kepatuhan para implementer dalam melaksanakan kebijakan yang tertuang dalam dokumen kebijakan (dalam bentuk undang-undang, peraturan pemerintah atau program). Studi implementasi yang menggunakan perspektif ini juga ingin mengetahui kepatuhan para bawahan dalam menjalankan perintah yang diberikan oleh para atasan sebagai upaya untuk melaksanakan suatu kebijakan. Perspektif ini berangkat dari pertanyaan : Apakah implementor mematuhi prosedur yang telah ditetapkan?; Apakah pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah disusun?; Apakah implementer tidak melanggar larangan-larangan yang telah dibuat? Dan seterusnya. Perspektif kedua (what s happening/) memahami implementasi secara lebih luas. Keberhasilan implementasi tidak hanya dilihat dari kepatuhan implementer dalam mengikuti prosedur namun demikian juga diukur dari keberhasilan mereka dalam merealisasikan tujuantujuan kebijakan. Mengacu kepada pendapat Ripley maka dalam penelitian ini keberhasilan implementsi kebijakan akan dilihat dari perspektif what s happening mempertanyakan bagaimana implementasi program RASKIN itu dilakukan, hambatan apa yang muncul, apa yang berhasil dicapai, mengapa dan sebagainya. B. Program Beras Untuk Keluarga Miskin (RASKIN) Program Raskin (Program Penyaluran Beras Untuk Keluarg a Miskin) adalah sebuah program dari pemerintah sebagai sebuah upaya untuk mengurangi beban pengeluaran dari rumah tangga miskin sebagai bentuk
6 dukungan dalam meningkatkan ketahanan pangan dengan memberikan perlindungan sosial beras murah dengan jumlah maksimal 15 kg (kilogram)/rumah tangga miskin/bulan dengan masing-masing seharga Rp ,00 per kg (netto) di titik distribusi. Program ini mencakup di seluruh Provinsi, sementara tanggung jawab dari distribusi beras dari gudang sampai ke titik distribusi di kelurahan dipegang oleh Perum Bulog. Tujuan Program Raskin adalah mengurangi beban pengeluaran Rumah Tangga Miskin melalui pemenuhan sebagian kebutuhan pangan pokok dalam bentuk beras. Peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar hukum pelaksanaan Program RASKIN diantaranya: 1) Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. 2) Undang-Undang No. 22 Tahun 2011 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun Anggaran ) Peraturan Pemerintah No.68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan. 4) Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 2003 tentang Pendirian Perusahaan Umum (Perum) BULOG. 5) Peraturan Presiden RI No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. 6) Inpres No. 7 Tahun 2009 tentang Kebijakan Perberasan. 7) Kepmenko Kesra No. 35 Tahun 2008 tentang Tim Koordinasi Raskin Pusat. Prinsip pengelolaan Raskin adalah keberpihakan kepada Rumah Tangga Miskin (RTM), yang maknanya mendorong RTM untuk ikut berperan aktif dalam perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pelestarian seluruh kegiatan Raskin baik di desa dan kecamatan, termasuk menerima manfaat atau menikmati hasilnya. Transparansi, yang maknanya membuka akses informasi kepada lintas pelaku Raskin terutama masyarakat penerima Raskin, yang harus tahu, memahami dan mengerti. Penanggung jawab pelaksanaan program Raskin di pusat adalah Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, di provinsi adalah gubernur, di kabupaten/kota adalah bupati/walikota, di kecamatan adalah camat dan di desa/kelurahan adalah kepala desa/lurah.
7 METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tola Kecamatan Tabukan Utara Kabupaten Kepulauan Sangihe. B. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif, sebab dalam penelitian ini akan digambarkan secara apa adanya mengenai implementasi Program Beras untuk Keluarga Miskin (RASKIN). C. Informan Penelitian Informan berjumlah 10 orang dengan rincian sebagai berikut : Kepala Sub Divre Perum BULOG : 1 orang Kepala Desa : 1 orang Penerima RASKIN : 8 orang D. Sumber dan Jenis Data, Informasi 1. Data primer merupakan data, informasi yang diperoleh langsung dari informan yang mengetahui keadaan yang sebenarnya terjadi mengenai implementasi Program Beras untuk Keluarga Miskin (RASKIN) di Desa Tola Kecamatan Tabukan Tengah Kabupaten Kepulauan Sangihe. 2. Data sekunder merupakan data, informasi yang diperoleh dari sumber tertulis seperti, literatur, dokumen-dokumen, arsip-arsip, aturan-aturan, laporan-laporan dan lain-lain menyangkut Program Beras untuk Keluarga Miskin (RASKIN) yang masih relevan dan
8 berkaitan dengan kajian penelitian yang dipakai sebagai tambahan referensi untuk memperkaya temuan peneliti. E. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data, Informasi Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Ini sesuai dengan pendapat Suyanto dan Sutinah (2007: 186) dan Moleong (2012: 9) bahwa dalam penelitian kualitatif peneliti adalah instrumen utama. Peneliti berperan sebagai instrumen utama sebab hanya manusia yang bisa berhubungan langsung dengan objek penelitian dan memahami kaitan antara harapan dengan kenyataan-kenyataan yang terjadi di lapangan. Teknik pengumpulan data, informasi yang digunakan yaitu : 1. Wawancara : Teknik wawancara dilakukan dalam dua bentuk yaitu wawancara mendalam dan wawancara dengan menggunakan peodman wawancara. 2. Observasi (Pengamatan) : Teknik ini dilakukan untuk melihat secara langsung kondisi di lapangan dan fakta sosial yang terjadi mengenai implementasi Program Beras untuk Keluarga Miskin (RASKIN) di Desa Tola Kecamatan Tabukan Utara Kabupaten Kepulauan Saangihe sehingga dapat dicocokkan, dibandingkan, dikaitkan antara hasil wawancara dengan fakta sosial yang ada di lokasi penelitian.. 3. Studi Dokumen : Teknik ini dilakukan untuk memperoleh informasi dalam rangka melengkapi data yang telah ada yang diperoleh melalui laporan, dokumen, aturan suatu lembaga tertentu, maupun literatur dan sumber tertulis lainnya mengenai Program Beras untuk Keluarga Miskin (RASKIN) yang masih berkaitan dengan penelitian. F. Teknik Analisa Data Secara rinci, tahapan dalam menganalisa data yaitu sebagai berikut : 1. Reduksi data; sebagai proses pemilahan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan trasformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi merupakan tahap analisa yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data dan informasi dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya. 2. Penyajian data; sebagai sekumpulan informasi yang tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dalam tahap ini, data dan informasi yang telah direduksi tersebut kemudian disajikan dalam narasi pada setiap aspek yang diteliti yaitu kepatuhan implementor dan proses implementasi kebijakan. 3. Menarik kesimpulan dan verifikasi; penarikan kesimpulan hanyalah sebagian dari satu kegiatan dari konfigurasi yang utuh. Kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian
9 berlangsung. Pada tahap ini, dilakukan pengambilan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah disusun dalam bentuk narasi sehingga diperoleh jawaban dari pertanyaan penelitian. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Rangkuman Hasil Wawancara Berdasarkan hasil wawancara yang telah diuraikan sebelumnya maka dapat dirangkum bahwa pada kenyataannya selama ini implementasi Program Beras Untuk Rumah Tangga Miskin (RASKIN) di Desa Tola Kecamatan Tabukan Utara Kabupaten Kepulauan Sangihe masih belum berjalan dengan baik dikarenakan masih ada beberapa penyimpangan yang terjadi, antara lain jumlah jatah beras yang diterima masyarakat kurang dari 10 Kg yang disebabkan jumlah rumah tangga yang disepakati oleh Musyawarah Desa untuk menjadi penerima RASKIN lebih tinggi dibanding data rumah tangga yang resmi dikeluarkan oleh BPS hanya karena untuk menghindari terjadinya kecemburuan sosial antara masyarakat setempat, sedangkan jumlah alokasi atau pagu beras RASKIN sangat terbatas. Selain itu jadwal pelaksanaan pembagian beras sering kali terlambat dan kualitas beras yang cenderung buruk. B. Pembahasan Pada bagian ini peneliti hendak membahas mengenai implementasi Program Beras Untuk Rumah Tangga Miskin (RASKIN) sesuai dengan gambaran hasil penelitian yang telah diuraikan, dengan bertitik tolak pada teori implementasi kebijakan yang telah dipilih peneliti yaitu teori yang dikemukakan oleh Ripley (da lam Purwanto dan Suliistyastuti, 2012: 68-70) yang menyatakan bahwa salah satu fokus utama implementasi adalah what s happening yang ingin mempertanyakan bagaimana proses implementasi Program RASKIN itu dilakukan, hambatan apa yang muncul, apa yang berhasil dicapai, mengapa dan sebagainya. Perspektif ini bermaksud untuk mengukur keberhasilan implementasi kebijakan Program RASKIN yang diukur dari keberhasilan implementor merealisasikan tujuan-tujuan program yang wujud nyatanya berupa dampak dari program tersebut.
10 Kelompok sasaran kebijakan Program RASKIN adalah rumah tangga miskin dengan tujuan untuk meningkatkan ketahanan pangan di tingkat keluarga melalui penjualan beras bersubsidi, memberikan bantuan pangan keluarga miskin dalam rangka memenuhi kebutuhan beras, dan untuk meningkatkan/membuka akses pangan keluarga miskin dalam rangka memenuhi kebutuhan beras. Sebagai salah satu dari sekian banyak program yang ditetapkan oleh Pemerintah dalam usaha dan upaya pengatasan masalah yang lebih merujuk pada terbatasnya akses terhadap kebutuhan pangan, pemilihan dan penetapan rumah tangga sasaran program RASKIN sudah tepat atau benar-benar cocok menjadi penerima bantuan ini. Namun ada dua rumah tangga yang bukan penduduk desa yang namanya masuk dalam daftar penerima RASKIN untuk Desa Tola. Terjadinya hal tersebut disebabkan karena kesalahan pencatatan pada saat pelaksanaan pendataan berlangsung yang dilakukan oleh petugas BPS, sebab ketika diamati di lokasi penelitian ternyata antara Desa Tola dengan desa tetangga yang merupakan tempat tinggal kedua rumah tangga tersebut hanya dibatasi oleh pagar bambu saja sehingga memungkinkan terjadi kesalahan pencatatan nama rumah tangga tersebut. Meskipun begitu, dua rumah tangga yang berasal dari luar Desa Tola tidak pernah datang untuk mengambil jatah beras mereka. Namun menyangkut rumah tangga peneirma bantuan ini, tidak lepas dari penyelewengan sebab sesuai dengan hasil penelitian, terungkap bahwa hanya 50 rumah tangga yang secara resmi menjadi penerima RASKIN sesuai dengan data dari BPS. Sedangkan rumah tangga penerima yang didasarkan pada hasil Musyawarah Desa lebih banyak jumlahnya yaitu ada 66 rumah tangga. Hal seperti ini seharusnya tidak boleh terjadi sebab sudah termasuk penyelewengan dalam pelaksanaan program. Harus tetap diingat bahwa data penerima yang resmi adalah daftar nama yang dikeluarkan oleh Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) berdasarkan hasil pendataan yang dilakukan oleh BPS, meskipun seluruh rumah tangga penerima tambahan (hasil Musdes) tersebut cocok untuk menjadi penerima RASKIN ini. Besarnya selisih antara jumlah rumah tangga penerima bantuan yang resmi dengan jumlah rumah tangga tambahan hasil kesepakatan tersebut tentu berdampak terhadap berkurangnya jumlah jatah beras yang kemudian akan diterima oleh masing-masing rumah tangga yang secara resmi ditetapkan sebagai peserta RASKIN. Kenyataan seperti ini terjadi dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu pertama, tidak adanya sosialisais mengenai program RASKIN kepada pemeirntah setempat dan seluruh masyarakat menjadi penyebab utama terjadinya kesalahan tersebut. Hal ini dipandang relevan karena kenyataannya Kades selaku
11 pemerintah desa hanya meneirma surat pemeberitahuna bahwa Desa Tola menjadi salah satu lokasi pelaksanaan Program RASKIN sehingga kedua, ketidaktahuan Kades mengenai aturan RASKIN khususnya mengenai pembatasan jumlah rumah tangga penerima tambahan; ketiga, masyarakat sebagai sasaran program tidak mengetahui dan memahami ketentuan Program RASKIN sehingga cenderung mengiyakan saja setiap keputusan yang diambil dan ditetapkan pemeirntah desa mengenai penetapan rumah tangga peneirma tambahan tersebut; keempat, Kades mengetahui ketentuan tersebut tetapi merasa terbeban secara moril ketika masih ada rumah tangga miskin yang layak untuk menerima bantuan RASKIN tetapi tidak diakomodir sehingga disepakatilah jumlah rumah tangga penerima tambahan yang lebih banyak dibandingkan jumlah peneirma yang resmi. Akibat dari banykanya jumlah rumah tangga penerima tambahan tersebut, maka jatah beras yang diterima oleh rumah tangga penerima resmi bantuan RASKIN menjadi berkurang yaitu hanya 9 Kg/bulan sehingga untuk sekali pembagian beras tiap rumah tangga mendapat jatah 27 Kg. Ini merupakan ketimpangan sebab jika didasarkan pada aturan maka seharusnya tiap rumah tangga mendapat 15 Kg/bulan sehingga seharusnya dalam tiap kali pembagian beras, masing-masing rumah tangga penerima resmi RASKIN mendapat jatah 45 Kg beras murah ini. Meskipun demikian, hal positif yang muncul adalah dengan dibuat kesepakatan Musdes yang menetapkan jumlah rumah tangga penerima RASKIN tambahan untuk Desa Tola dimana rumah tangga tersebut memang benar-benar cocok menjadi penerima bantuan ini, maka secara tidak langsung membantu memberikan akses masyarakat miskin untuk memenuhi kebutuhan pangan (beras) bagi kelangsungan hidup keluarga mereka sehari-hari. Di dalam proses pelaksanaan pendistribusian bantuan RASKIN masih juga terjadi ketidaksesuaian antara aturan dengan kenyataan di lapangan. Seperti yang telah diuraikan dalam hasil penelitian ditemukan bahwa selama ini jadwal pelaksanaan pendistribusia beras dari BULOG sampai ke tangan tiap rumah tangga penerima sering tidak tepat waktu karena hanya sekali dalam kurun waktu tiga bulan. Terjadinya keterlambatan penyaluran RASKIN menyebabkan pengeluhan baik dari pemerintah desa maupun masyarakat yang menjadi penerima bantuan karena sebagian besar rumah tangga mengharapkan beras murah tersebut rutin dapat dibagikan setiap bulannya agar uang yang mereka peroleh dari hasil mata pencaharian mereka tidak habis begitu saja hanya untuk membeli beras dengan harga jual yang mahal karena dibeli di warung atau di toko. Penghasilan mereka yang minim mengharuskan masing-masing rumah tangga meminimalisir pengeluaran untuk membeli beras (pangan) karena masih harus memenuhi kebutuhan lain
12 seperti keperluan dapur lainnya atau biaya pendidikan anak jika rumah tangganya masih memiliki anak usia balita/bayi dan usia sekolah, atau biaya kesehatan jika anggota rumah tangga yang bersangkutan sudah berusia lanjut dan sering sakit-sakitan. Bantuan RASKIN merupakan bantuan pemerintah bagi keluarga miskin yang dikemas dalam bentuk bantuan beras bersubsidi dalam arti rumah tangga penerima dikenakan biaya atau tarif sekian rupiah untuk tiap kilogram beras. Sesuai dengan ketentuan program, selama ini tarif yang dikenakan untuk tiap kilogram beras adalah senilai Rp ,-. Di akui oleh seluruh rumah tangga penerima bantuan bahwa penggunaan tarif tersebut sangat meringankan mereka dalam memperoleh beras, apalagi tiap rumah tangga tidak pernah dipungut biaya lain (pungutan liar) yang kerap kali terjadi dalam pelaksanaan penyaluran RASKIN di daerah lain. Namun terlepas dari pemenuhan ketentuan mengenai tariff yang dikenakan dalam tiap pembelian beras RASKIN tersebut, seluruh penerima RASKIN baik yang merupakan penerima resmi yang ditetapkan oleh BPS atau yang ditetapkan sebagai penerima tambahan selalu mengeluhikan kualitas atau mutu dari beras yang mereka terima. Yang cenderung rendah. Hal ini pun diakui oleh pemerintah desa bahwa, selama pelaksanaan Program RASKIN, mutu dari beras yang disalurkan itu selalu saja buruk. Kondisi beras yang diterima dan akhirnya dikonsumsi oleh tiap anggota rumah tangga penerima bantuan ini selalu banyak kotorannya, menir, berwarna kuning atau bahkan pernah juga berkutu sehingga bagi rumah tangga dengan tingkat ekonomi tinggi, beras yang demikian tidak akan dikonsumsi akan tetapi bagi rumah tangga penerima RASKIN beras dengan mutu yang rendah tersebut tetap dikonsumsi meskipun disiasati dengan cara pencucian beras dilakukan minimal lima kali. Rendahnya mutu beras tersebut sungguh sangat memperhatinkan sebab dapat dipahami bahwa ternyata pemerintsah tidak mengawasi dan menetapkan standar mutu beras yang bersubsidi tersebut. Terlepas dari kekurangan-kekurangan dalam implementasi program RASKIN tersebut, tujuan utama program ini sudah dapat tercapai yaitu membuka/menyediakan atau meningkatkan akses dan kesempatan bagi tiap-tiap rumah tangga miskin dalam memperoleh dan memenuhi kebutuhan beras atau pangan bagi keluarganya. Uraian tersebut memperlihatkan bhwa dalam implementasi suatu kebijkan maupun program dalam hal ini Program RASKIN, dipengaruhi oleh beberapa hal yang kemudian dapat menjadi patokan dalam menentukan keberhasilan atau kegagalan dari suatu inmplementasi.
13 Di dalam implementasi Program RASKIN di Desa Tola Kecamatan Tabukan Utara Kabupaten Kepuluan Sangihe selama ini belum berjalan dengan baik karena dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu pertama, tidak adanya sosialisasi program terlebih dahulu sebelum program tersebut mulai dijalankan atau diterpakan. Kedua, sikap dari pelaksana program yang tidak memenuhi ketentuan program RASKIN; ketiga, karakteristik individu kelompok sasaran program yang cendeurng pasif; keempat, terlalu panjang dan rumitnya struktur birokrasi yang harus dilalui sehingga memperlamban pelaksanaan program dan kelima kurangnya kontrol dan pengawasan pemeirntah pusat sampai pemerintah daerah. PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut implementasi Program Beras untuk Keluarga Miskin (RASKIN) paten Kepulauan Sangihedi Desa Tola Kecamatan Enemawira Kabu belum berjalan efektif dan efisien ditandai tidak adanya sosialisasi tentang program RASKIN yang mengakibatkan pemerintah dan masyarakat setempat tidak terlalu memahami tentang program RASKIN sehingga terjadi pengurangan jatah beras bagi penerima resmi RASKIN diakibatkan jumlah penerima tambahan yang disepakati dalam musyawarah desa lebih banyak. Pendataan dari BPS tidak akurat mengakibatkan masih ditemukan dua rumah tangga bukan penduduk desa namun terdaftar sebagai pnerima Raskin untuk Desa Tola. Pembagian beras tidak tepat waktu dikarenakan struktur birokrasi yang terlalu panjang dan rumit, serta mutu beras yang rendah akbitan kurangnya pengawasan pemerintah terhadap standar mutu beras yang kemudian di distribusikan hingga ke pelosok Desa. B. Saran Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka ada beberapa saran yang dapat diajukan peneliti yaitu : 1. Pemerintah harus melakukan sosialisasi tentang Program Beras untuk Keluarga Miskin (RASKIN) terutama di tingkat desa agar pemerintah desa dan seluruh masyarakat mengetahui dan memahami ketentuan program sehingga mematuhi ketentuan tersebut. 2. BPS harus lebih memperhatikan keakuratan data untuk meminimalisir kesalahan penentuan penerima bantuan RASKIN.
14 3. Pemerintah lebih mempercepat penyaluran beras RASKIN dan harus mengontrol standar mutu dari beras yang akan di distribusikan ke pelosok desa. DAFTAR PUSTAKA Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia. Pedoman Umum Penyaluran RASKIN Tahun Jakarta Moleong, L Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung Nugroho, Riant Public Policy. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta. Parsons, Wayne Public Policy Pengantar, Teori dan Praktik Analisis Kebijakan. Kencana Prenada Media Group. Jakarta. Purwanto, Erwan Agus dan Sulistyastuti, Dyah Ratih Implementasi Kebijakan Publik Konsep dan Aplikasinya Di Indonesia. Gava Media. Yogyakarta. Ripley, Randall B. dan Franklin, Grace A Policy Implementation and Bureaucracy. The Dorsey Press. Chicago. Saefullah, Djaja Pemkiran Kontomporer Administrasi Publik. LP3AN Fisip Universitas Padjajaran. Bandung. Santosa, Pandji Administrasi Publik Teori dan Aplikasi Good Governance. PT. Refika Aditama. Bandung. Suyanto, B dan Sutinah (ed.) Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan. Kencana Prenada Media Group. Jakarta. Wahab, Solichin Abdul Analisis Kebijaksanaan Dari Formulasi Ke Implementasi Kebijaksanaan Negara. PT. Bumi Aksara. Jakarta.
IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS UNTUK RAKYAT MISKIN (RASKIN) DI DESA BARANGKA KECAMATAN MANGANITU KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE OLEH :
IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS UNTUK RAKYAT MISKIN (RASKIN) DI DESA BARANGKA KECAMATAN MANGANITU KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE OLEH : RYANTO L. TAKASIHAENG NIM. 090813008 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rumah tangganya. Program raskin tersebut merupakan salah satu program
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Raskin adalah salah satu program pemerintah untuk membantu masyarakat yang miskin dan rawan pangan, agar mereka mendapatkan beras untuk kebutuhan rumah tangganya.
Lebih terperinciWALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENDISTRIBUSIAN BERAS MISKIN DI KOTA SURABAYA TAHUN 2010
SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENDISTRIBUSIAN BERAS MISKIN DI KOTA SURABAYA TAHUN 2010 WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa guna kelancaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak awal kemerdekaannya Bangsa Indonesia telah bercita-cita untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak awal kemerdekaannya Bangsa Indonesia telah bercita-cita untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, sebagaimana yang tertuang dalam alinea ke empat Undang-Undang
Lebih terperinciWALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENDISTRIBUSIAN BERAS MISKIN DIKOTA SURABAYA TAHUN 2011
SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENDISTRIBUSIAN BERAS MISKIN DIKOTA SURABAYA TAHUN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM BERAS UNTUK RUMAH TANGGA MISKIN KOTA DUMAI TAHUN 2014
PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM BERAS UNTUK RUMAH TANGGA MISKIN KOTA DUMAI TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, WALIKOTA DUMAI, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi salah satu faktor yang menentukan tingkatan kesejahteraan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kesejahteraan masayarakat merupakan suatu permasalah yang sangat penting dan perlu perhatian khusus oleh pemerintah. Hal yang perlu diperhatikan oleh pemerintah
Lebih terperinciWALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PROGRAM RASKIN
WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PROGRAM RASKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang
Lebih terperinciTENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PENYALURAN BERAS MISKIN DI KOTA SURABAYA TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,
SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PENYALURAN BERAS MISKIN DI KOTA SURABAYA TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang
Lebih terperinciBAB V SISTEM DAN IMPLEMENTASI KONTROL PROGRAM RASKIN
BAB V SISTEM DAN IMPLEMENTASI KONTROL PROGRAM RASKIN 5.1. Deskripsi Program Beras Untuk Rumah Tangga Miskin (Raskin) 5.1.1. Prinsip Pengelolaan Raskin Prinsip pengelolaan Beras untuk Rumah Tangga Miskin
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG
KONSEP GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN SUBSIDI BERAS BAGI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPELAKSANAAN DISTRIBUSI DAN PENGENDALIAN PROGRAM RASKIN DI KELURAHAN SINGOTRUNAN KABUPATEN BANYUWANGI (INPRES NOMOR 1 TAHUN
PELAKSANAAN DISTRIBUSI DAN PENGENDALIAN PROGRAM RASKIN DI KELURAHAN SINGOTRUNAN KABUPATEN BANYUWANGI (INPRES NOMOR 1 TAHUN 2008) The Implementation Distribution and Control of Raskin Program in Kelurahan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Kemiskinan merupakan penyakit sosial ekonomi terbesar yang
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kemiskinan merupakan penyakit sosial ekonomi terbesar yang samapai saat ini masih dialami oleh bangsa Indonesia. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berusaha membangun dalam segala bidang aspek seperti politik, sosial,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang berusaha membangun dalam segala bidang aspek seperti politik, sosial, pendidikan, ekonomi dan lain-lain.
Lebih terperinciPROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 5 TAHUN 2016
PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYALURAN BERAS BERSUBSIDI BAGI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH DI KABUPATEN KARAWANG TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 75
BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 75 PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 75 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK TEKNIS SUBSIDI BERAS SEJAHTERA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANJARNEGARA,
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BEKASI
BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 03.A 2015 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 03.A TAHUN 2015ang/II/2006 TENTANG TATA CARA PENYALURAN BERAS MISKIN KOTA BEKASI TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinci10. Satuan kerja beras miskin yang selanjutnya disebut Satker Raskin adalah petugas yang melayani dan bertangung jawab atas pengambilan dan
BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 04 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM PENYALURAN BERAS MISKIN KABUPATEN BIMA TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BIMA, Menimbang
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BEKASI
BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 5.A 2016 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 05.A TAHUN 2016ang/II/2006 TENTANG TATA CARA PENYALURAN BERAS BERSUBSIDI BAGI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH/MISKIN
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA PADANG PANJANG Tahun
BERITA DAERAH KOTA PADANG PANJANG Tahun 2009 Nomor 1 Seri E.7 PERATURAN WALIKOTA PADANG PANJANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM PENYALURAN BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN (RASKIN)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak terjadinya krisis moneter dan ekonomi pada tahun 1997, jumlah persentase penduduk miskin meningkat secara drastis. Berbagai upaya penanggulangan selama sekitar
Lebih terperinciBADAN PEMERIKSA KEUANGAN : PROGRAM BERAS BAGI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH TAHUN 2014 TAK TEPAT SASARAN. medanseru.co
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN : PROGRAM BERAS BAGI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH TAHUN 2014 TAK TEPAT SASARAN medanseru.co Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menyatakan bahwa kinerja penyaluran program beras
Lebih terperinciBUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR
SALINAN BUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 53 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN UMUM SUBSIDI BERAS BAGI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciRegulasi Penugasan Pemerintah kepada Perum BULOG 1
Ringkasan Eksekutif Regulasi Penugasan Pemerintah kepada Perum BULOG 1 Perum Bulog didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 2003. Merujuk pada PP tersebut, sifat usaha, maksud, dan tujuan
Lebih terperinciWALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR
WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN BELANJA SUBSIDI HARGA TEBUS BERAS MISKIN KOTA SURABAYA TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN
Lebih terperinciWALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR
WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENGGANTIAN BIAYA HARGA TEBUS RASKIN DAN PETUNJUK TEKNIS PROGRAM SUBSIDI BERAS BAGI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seperti Indonesia. Negara Indonesia yang terdiri atas pulau-pulau dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan menjadi masalah yang krusial di negara berkembang seperti Indonesia. Negara Indonesia yang terdiri atas pulau-pulau dan tersebar dari Sabang sampai Merauke
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia, masih menghadapi masalah kemiskinan dan kerawanan pangan yang harus ditanggulangi bersama oleh pemerintah dan masyarakat. Masalah
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA
BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 2 TAHUN 2007 SERI : E PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR : 2 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PROGRAM BERAS UNTUK RUMAH TANGGA MISKIN (RASKIN) TAHUN 2007 DI KABUPATEN
Lebih terperinciKEPUTUSAN BERSAMA MENTERI DALAM NEGERI DAN DIREKTUR UTAMA PERUM BULOG NOMOR : 25 TAHUN 2003 NOMOR : PKK-12/07/2.003
KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI DALAM NEGERI DAN DIREKTUR UTAMA PERUM BULOG NOMOR : 25 TAHUN 2003 NOMOR : PKK-12/07/2.003 TENTANG PELAKSANAAN PROGRAM BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN MENTERI DALAM NEGERI DAN DIREKTUR
Lebih terperinciSTUDI TENTANG PELAKSANAAN PROGRAM BERAS MISKIN (RASKIN) DI KELURAHAN SIMPANG PASIR KOTA SAMARINDA
ejournal lmu Pemerintahan, 2016, ( ): ISSN 0000-0000, ejournal.ip.fisip-unmul.ac.id Copyright 2016 STUDI TENTANG PELAKSANAAN PROGRAM BERAS MISKIN (RASKIN) DI KELURAHAN SIMPANG PASIR KOTA SAMARINDA Shandy
Lebih terperinciBUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG
Menimbang BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM BERAS UNTUK RUMAH TANGGA MISKIN TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciGubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 59 TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PROGRAM BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN TAHUN ANGGARAN
Lebih terperinciPETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PENYALURAN BERAS UNTUK RUMAH TANGGA MISKIN KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN
LAMPIRAN KEPUTUSAN TANGGAL : 8-3-2012 NOMOR : 16 TAHUN 2012 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PENYALURAN BERAS UNTUK RUMAH TANGGA MISKIN KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Program
Lebih terperinciWALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN
WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM BERAS KELUARGA MISKIN TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR: 77 TAHUN 2011 TENTANG
SALINAN PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR: 77 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PENYALURAN BERAS UNTUK RUMAH TANGGA MISKIN KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperincipelaksanaan dan pengawasan dengan mengedepankan peran serta masyarakat;
BUPATI PAMEKASAN PERATURAN BUPATI PAMEI(ASAN NOMOR 4A TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PROGRAM BERAS UNTUK RT'MAII TANGGA MISKIN TAHUN 2OI4 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAMEKASAN, Menimbang
Lebih terperinciPoliteknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program pendistribusian beras miskin atau yang lebih dikenal dengan sebutan raskin, sebagai salah satu program penanggulangan kemisikinan kluster 1. Termasuk Program
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dengan tipe kualitatif. Moleong (2011:6)
45 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dengan tipe kualitatif. Moleong (2011:6) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kekurangan pakaian, dan lain sebagainya. Dalam kurun waktu beberapa tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan adalah persoalan mendasar yang menyentuh secara langsung terhadap kelangsungan hidup manusia. Kemiskinan selalu diartikan sebagai kekurangan untuk
Lebih terperinciBUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG
BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 4.A TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PROGRAM BERAS UNTUK RUMAH TANGGA
Lebih terperinciD E N G A N R A H M A T T U H A N Y A N G M A H A E S A
B U P A T I B A T A N G PROVINSI J A W A T E N G A H P E R A T U R A N B U P A T I B A T A N G N O M O R f T A H U N T E N T A N G P E T U N J U K T E K N I S P R O G R A M S U B S I D I B E R A S B A
Lebih terperinciBUPATI POLEWALI MANDAR
BUPATI POLEWALI MANDAR KEPUTUSAN BUPATI POLEWALI MANDAR NOMOR: KPTS/500/52/HUK TENTANG PEMBENTUKAN TIM KOORDINASI DAN PEMANTAU PENDISTRIBUSIAN BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN POLEWALI MANDAR TAHUN
Lebih terperinciKEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PEDOMAN UMUM PENYALURAN RASKIN Subsidi Beras Untuk Masyarakat Berpendapatan Rendah KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. penulis mengenai distribusi raskin di Desa Bukit Lipai Kecamatan Batang Cenaku
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan serta analisis yang dilakukan penulis mengenai distribusi raskin di Desa Bukit Lipai Kecamatan Batang Cenaku Kabupaten
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemerdekaan merupakan hasil perjuangan bangsa Indonesia oleh generasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemerdekaan merupakan hasil perjuangan bangsa Indonesia oleh generasi terdahulu.namun bukan berarti perjuangan berakhir di titik ini saja, karena akhir dari
Lebih terperinciBAB II PENGATURAN TENTANG BERAS BERSUBSIDI. A. Pengertian dan Dasar Hukum Beras Bersubsidi
BAB II PENGATURAN TENTANG BERAS BERSUBSIDI A. Pengertian dan Dasar Hukum Beras Bersubsidi 1. Pengertian Beras Bersubsidi Beras bersubsidi atau beras miskin adalah sebuah program bantuan pangan bersyarat
Lebih terperinciSTUDI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BERAS UNTUK RUMAH TANGGA MISKIN (RASKIN) DI KELURAHAN BARUSARI SEMARANG
STUDI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BERAS UNTUK RUMAH TANGGA MISKIN (RASKIN) DI KELURAHAN BARUSARI SEMARANG Program Kebijakan Beras Untuk Rumah Tangga Miskin (RASKIN) adalah bagian dari upaya Pemerintah Indonesia
Lebih terperinciBUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 58 TAHUN 2012 TENTANG
BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 58 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PROGRAM BERAS UNTUK RUMAH TANGGA MISKIN (RASKIN) KABUPATEN KAYONG UTARA TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara terpadu melibatkan berbagai sektor baik di tingkat pusat maupun daerah.
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Indonesia masih menghadapi masalah kemiskinan dan kerawanan pangan. Masalah ini menjadi perhatian nasional dan penanganannya perlu dilakukan secara terpadu
Lebih terperinciWALIKOTA BANJARMASIN
"a WALIKOTA BANJARMASIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN WALIKOTA BANJARMASIN NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DISTRIBUSI BERAS KOTA (RASKO) UNTUK KELUARGA KURANG MAMPU (MISKIN)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bisa melakukan aktivitas sehari-hari dan berkelanjutan secara terus menerus.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pangan merupakan kebutuhan dasar bagi manusia agar bisa hidup sehat dan bisa melakukan aktivitas sehari-hari dan berkelanjutan secara terus menerus. Kebutuhan
Lebih terperinci~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 4.A TAHUN 2013 TENTANG
~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 4.A TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PROGRAM BERAS UNTUK RUMAH TANGGA MISKIN TAHUN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAYONG UTARA,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumberdaya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu Sumber Daya Manusia(SDM) yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumberdaya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu Sumber Daya Manusia(SDM) yang memiliki fisik yang
Lebih terperinciPERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBIJAKAN LURAH DALAM PENYALURAN RASKIN (BERAS MISKIN) DI KELURAHAN KAYU OMBUN KECAMATAN PADANGSIDIMPUAN UTARA
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBIJAKAN LURAH DALAM PENYALURAN RASKIN (BERAS MISKIN) DI KELURAHAN KAYU OMBUN KECAMATAN PADANGSIDIMPUAN UTARA TRI EVA JUNIASIH, S.Sos, M.AP ) Dosen Fakultas Ilmu sosial dan
Lebih terperinciKEBERADAAN BULOG DI MASA KRISIS
KEBERADAAN BULOG DI MASA KRISIS Strategi Operasional Bulog Awal Tahun Awal tahun 2007 dibuka dengan lembaran yang penuh kepedihan. Suasana iklim yang tidak menentu. Bencana demi bencana terjadi di hadapan
Lebih terperinciBUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG
BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS BERAS SUBSIDI BAGI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH KABUPATEN CILACAP TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciWALIKOTA BANJARMASIN PERATURAN WALIKOTA BANJARMASIN NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG
- : WALIKOTA BANJARMASIN PERATURAN WALIKOTA BANJARMASIN NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DISTRIBUSI BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN (RASKIN) KOTA BANJARMASIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. konsumsi beras sebesar 113,7 kg/jiwa/tahun. Tingkat konsumsi tersebut jauh di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pangan adalah kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi setiap saat. Di Indonesia, pangan diidentikan dengan beras. Hampir 95% dari penduduknya
Lebih terperinciSAMBUTAN PADA ACARA RAPAT KOORDINASI PELAKSANAAN PENYALURAN RASKIN MENGGUNAKAN KARTU. Jakarta, 17 Juli 2012
MENTERI KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN PADA ACARA RAPAT KOORDINASI PELAKSANAAN PENYALURAN RASKIN MENGGUNAKAN KARTU Jakarta, 17 Juli 2012 Bismillahir rahmaanir rahim,
Lebih terperinciPELAKSANAAN DAN PENYALURAN PROGRAM RASKIN (EXISTING)
PELAKSANAAN DAN PENYALURAN PROGRAM RASKIN (EXISTING) DISAMPAIKAN OLEH: ADANG SETIANA DEPUTI MENKO KESRA BIDANG KOORDINASI PERLINDUNGAN SOSIAL DAN PERUMAHAN RAKYAT/ SELAKU KETUA PELAKSANA TIM KOORDINASI
Lebih terperinci8. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;
2 8. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah; 9. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2004-2009; 10. Peraturan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dan maritim yang masih menghadapi masalah kemiskinan dan kerawanan pangan. Hal tersebut disebabkan oleh pertambahan penduduk Indonesia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. rata-rata konsumsi beras sebesar 102kg/jiwa/tahun (BPS, 2013). Hal ini pula
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebanyak 95% jumlah penduduk Indonesia mengkonsumsi beras, dengan rata-rata konsumsi beras sebesar 102kg/jiwa/tahun (BPS, 2013). Hal ini pula yang mendorong beras menjadi
Lebih terperinciSiaran Pers Nomor : 13/Humas Kesra /IV/2014. Jakarta, 21 April 2014
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Siaran Pers Nomor : 13/Humas Kesra /IV/2014 RAKOR EVALUASI TRIWULAN I DAN PENDALAMAN HASIL KAJIAN KPK TERHADAP PELAKSANAAN PROGRAM
Lebih terperinciIMPLEMENTASI PROGRAM RASKIN DALAM UPAYA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
97 IMPLEMENTASI PROGRAM RASKIN DALAM UPAYA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Sujianto, Ernawati, Hasim As ari, Mayarni FISIP Universitas Riau, Kampus Bina Widya Km. 12,5 Simpang Baru Panam, Pekanbaru
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesepakatan internasional, yaitu : Universal Deklaration Of Human Right. (1948), Rome Deklaration on World Food Summit
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Instruksi Presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentang kebijakan Perberasan, Perusahaan Umum (PERUM) BULOG diberikan penugasan oleh pemerintah. Pangan adalah suatu hak
Lebih terperinciIMPLEMENTASI PROGRAM PENDISTRIBUSIAN BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN (RASKIN ) DI KECAMATAN MINGGIR, KABUPATEN SLEMAN
IMPLEMENTASI PROGRAM PENDISTRIBUSIAN BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN (RASKIN ) DI KECAMATAN MINGGIR, KABUPATEN SLEMAN Oleh: Agus Suteja dan Arif Kuncoro Dwi Putranto Abstract Raskin program rolled out to help
Lebih terperinciBERPENDAPATAN RENDAH (RASKIN) PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN
LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN SUBSIDI BERAS BAGI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 PETUNJUK PELAKSANAAN SUBSIDI
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA
1 BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : TAHUN 2008 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PROGRAM BERAS UNTUK RUMAH TANGGA MISKIN (RASKIN) TAHUN 2008 DI KABUPATEN MAJALENGKA
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 45
BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 45 WALIKOTA BANDUNG PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR 836 TAHUN 2010 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR 269 TAHUN 2010 TENTANG
Lebih terperinciG U B E R N U R J A M B I
G U B E R N U R J A M B I PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG MEKANISME PEMBAYARAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN BELANJA SUBSIDI RASKIN DI PROVINSI JAMBI TAHUN ANGGARAN 2008 DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciPROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR : 1 TAHUN 2015 LAMPIRAN : 13 (Tiga Belas)
PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR : 1 TAHUN 2015 LAMPIRAN : 13 (Tiga Belas) TENTANG PETUNJUK TEKNIS PROGRAM BERAS MISKIN TAHUN ANGGARAN 2015 DI KABUPATEN CIAMIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciKEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT NOMOR 54 TAHUN 2014
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT NOMOR 54 TAHUN 2014 KATA PENGANTAR MENTERI KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN
Lebih terperinciBUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 1 TAHUN 2016
BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PROGRAM BERAS MISKIN/BERAS SEJAHTERA TAHUN ANGGARAN 2016 DI KABUPATEN CIAMIS Menimbang DENGAN RAHMAT
Lebih terperincipenurunan, jumlah tersebut cukup besar dan masih rentan terhadap gejolak
BAB I PENDAHITLUAN 1.1 Tatar Belakang Masalah Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada tahun 2003 tercatat sebanyak 373 lutajiwa (17,4) mengalami pcnurunan sebanyak 1,1 juta jiwa dibanding tahun 2002 yaitu
Lebih terperinciANALISIS EFEKTIVITAS DISTRIBUSI BERAS MISKIN (RASKIN) (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Marulak Kecamatan Rambutan, Kota Tebing Tinggi)
ANALISIS EFEKTIVITAS DISTRIBUSI BERAS MISKIN (RASKIN) (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Marulak Kecamatan Rambutan, Kota Tebing Tinggi) Robert F Damanik 1), Tavi Supriana 2) dan Thomson Sebayang 3) 1) Mahasiswa
Lebih terperinciBUPATI SUKOHARJO TENTANG
BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM SUBSIDI BERAS BAGI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH RUMAH TANGGA MISKIN DI KABUPATEN SUKOHARJO
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Subsidi Beras. Masyarakat. Pendapatan Rendah.
No.117, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Subsidi Beras. Masyarakat. Pendapatan Rendah. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99/PMK.02/2009 TENTANG SUBSIDI BERAS
Lebih terperinciBUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PROGRAM SUBSIDI BERAS BAGI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2016 BUPATI
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut M. Irfan Islamy, kebijakan publik (public policy) adalah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Kebijakan Publik Kebijakan publik berasal dari kata kebijakan dan publik. Menurut M. Irfan Islamy, kebijakan publik (public policy) adalah Serangkaian tindakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. RASKIN berdasarkan Instruksi Presiden (Inpres) No 3/2012 tentang kebijakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebijakan pemerintah Indonesia dalam pembangunan sistem pangan nasional adalah kebijakan pengadaan Beras Miskin (RASKIN). Program RASKIN berdasarkan Instruksi
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 18
BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 18 PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS SUBSIDI BERAS BAGI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH DI KABUPATEN BANJARNEGARA
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pangan merupakan salah satu dari hak asasi manusia yang telah dilindungi oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Sehingga pada saat terjadi
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. bidang pemakaman kota Cimahi masih belum terlaksana dengan baik.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai Pelaksanaan komponen standar penyelenggaraan pelayanan publik di bidang pemakaman kota Cimahi, penulis menyimpulkan bahwa
Lebih terperinciKEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS RIAU FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PEKANBARU
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS RIAU FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PEKANBARU IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENETAPANRUMAH TANGGA MISKIN (STUDI KASUS RASKIN DI DESA PANGKALAN NYIRIH KECAMATAN
Lebih terperinciPELAKSANAAN PENYALURAN BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN PERIODE 2013 DI KELURAHAN BANDARA KECAMATAN SUNGAI PINANG KOTA SAMARINDA.
ejournal Administrasi Negara, 2015, 3 (1) : 1-10 ISSN 0000-0000, ejournal.an.fisip-unmul.org Copyright 2015 PELAKSANAAN PENYALURAN BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN PERIODE 2013 DI KELURAHAN BANDARA KECAMATAN
Lebih terperinciBUPATI BATANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BATANG NOMOR / 5 TAHUN 2015
BUPATI BATANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BATANG NOMOR / 5 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS SUBSIDI BERAS BAGI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH DI KABUPATEN BATANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MARA
Lebih terperinciPROGRAM RASKIN 2013 SUBSIDI BERAS BAGI RUMAH TANGGA BERPENDAPATAN RENDAH
PROGRAM RASKIN 2013 SUBSIDI BERAS BAGI RUMAH TANGGA BERPENDAPATAN RENDAH BAMBANG WIDIANTO SEKRETARIS EKSEKUTIF (TNP2K) JAKARTA, 29 JANUARI 2013 TUJUAN DAN PRINSIP UTAMA PROGRAM RASKIN Mengurangi beban
Lebih terperinciBAB III PENGAWASAN PELAKSANAAN PEMBAGIAN PROGRAM RASTA(BERAS UNTUK KELUARGA SEJAHTERA) DI DESA SUTORAGAN, KECAMATAN KEMIRI, KABUPATEN PURWOREJO
BAB III PENGAWASAN PELAKSANAAN PEMBAGIAN PROGRAM RASTA(BERAS UNTUK KELUARGA SEJAHTERA) DI DESA SUTORAGAN, KECAMATAN KEMIRI, KABUPATEN PURWOREJO A. Gambaran Umum Kepengurusan Desa Sutoragan dan Struktur
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PROGRAM BERAS UNTUK RUMAH TANGGA MISKIN TAHUN 2013
I SALINAN I PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PROGRAM BERAS UNTUK RUMAH TANGGA MISKIN TAHUN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN KECAMATAN PREMBUN KEPALA DESA KABUARAN Jalan Wadaslintang Km 06 Desa Kabuaran Tlp
PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN KECAMATAN PREMBUN Jalan Wadaslintang Km 06 Desa Kabuaran Tlp. 081391667231 Kode Pos 54394 KEPUTUSAN KECAMATAN PREMBUN KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 511/07/KEP/2014 TENTANG PEMBENTUKAN
Lebih terperinciBUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENETAPAN BESARAN BIAYA PENGGANTI TRANSPORT DISTRIBUSI PROGRAM SUBSIDI BERAS BAGI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH
Lebih terperincisasaran dalam rangka penanggulangan kemiskinan tahun 2009, dengan ini
INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PELAKSANAAN PROGRAM BANTUAN UNTUK RUMAH TANGGA SASARAN DALAM RANGKA PENANGGULANGAN KEMISKINAN PRESIDEN, Untuk kelancaran pelaksanaan program pemberian bantuan
Lebih terperinciIMPLEMENTASI PROGRAM RASKIN (BERAS UNTUK MASYARAKAT MISKIN) DALAM UPAYA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT MISKIN
IMPLEMENTASI PROGRAM RASKIN (BERAS UNTUK MASYARAKAT MISKIN) DALAM UPAYA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT MISKIN Di Kelurahan Kota Bangun, Kecamatan Medan Deli SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan
Lebih terperinciGUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 38 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH DESA/MUSYAWARAH KELURAHAN DALAM RANGKA PROGRAM SUBSIDI
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 98 /KPTS/013/2015 TENTANG TIM KOORDINASI RASKIN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2015
GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 98 /KPTS/013/2015 TENTANG TIM KOORDINASI RASKIN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2015 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa dalam rangka pemenuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. itu sesuai dengan aturan pokok dantata cara yang telah ditetapkan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelayanan publik dapat diartikan sebagai pemberian layanan(melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyaikepentingan pada organisasi itu sesuai dengan
Lebih terperinciWALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT
WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM BERAS BAGI RUMAH TANGGA MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciBUPATI BENGKAYANG, PERATURAN BUPATI BENGKAYANG NOHOR: 5 TAHUN 2013
BUPATI BENGKAYANG PERATURAN BUPATI BENGKAYANG NOHOR: 5 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PROGRAM BERAS UNTUK RUMAH TANGGA BUSKIN KABUPATEN BENGKAYANG TAHUN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN TANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinci