BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III AKUNTABILITAS KINERJA"

Transkripsi

1 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 3.1 Capaian Kinerja Sebagaimana telah diuraikan pada Bab sebelumnya, berdasarkan implementasi balanced scorecard (BSC) dalam manajemen pengelolaan kinerja, pada tahun 2014 Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (Ditjen P2HP) telah menyempurnakan dan menetapkan 14 (empat belas) Sasaran Strategis (SS) dengan 28 Indikator Kinerja Utama (IKU). Pengukuran capaian kinerja Ditjen P2HP tahun 2014 dilakukan dengan cara membandingkan antara target (rencana) dan realisasi IKU pada masing-masing perspektif. Gambar 3.1. Peta Strategi Pencapaian Kinerja Ditjen P2HP Tahun

2 Dari hasil pengukuran kinerja tersebut, diperoleh data capaian kinerja Ditjen P2HP di tingkat korporat tahun 2014 sebesar 112,64%, yang berasal dari capaian kinerja masing-masing perspektif sebagai berikut: 1. Perspektif Pemangku Kepentingan (Stakeholder Perspective) dengan bobot (weight) 25%, capaian kinerja 27,32%; 2. Perspektif Pelanggan (Customer Perspective) dengan bobot (weight) 15%, capaian kinerja 16,38%; 3. Perspektif Internal (Internal Process Perspective) dengan bobot (weight) 30%, capaian kinerja 36%; 4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan (Learning and Growth Perspective) dengan bobot (weight) 30%, capaian kinerja 32,93%. Gambar 3.2. Ikhtisar Pencapaian Sasaran Strategis Ditjen P2HP Tahun

3 Berdasarkan hasil capaian kinerja 2014, Ditjen P2HP telah dapat memenuhi tugas dan fungsi yang dibebankan kepada organisasi. Hal ini dapat tercermin dari hasil evaluasi kinerja sasaran yang menunjukkan keberhasilan semua sasaran strategis yang ditargetkan dalam tahun Tabel 3.1. Ikhtisar Pencapaian Kinerja Ditjen P2HP Tahun 2014 SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET REALISASI % Stakeholder Perspective 1. Meningkatnya 1. Rata-rata pendapatan pengolah 2 2,40 120,00 kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan dan pemasar (KK/Bulan) (Rp Juta) 2. Pertumbuhan PDB Perikanan (%) 7 6,97 99,54 Customer Perspective 2. Meningkatnya ketersediaan produk kelautan dan perikanan yang bernilai tambah 3. Meningkatnya pemasaran produk kelautan dan perikanan di dalam dan luar negeri 4. Berkembangnya industri pengolahan 5. Meningkatnya usaha dan investasi di bidang P2HP 6. Meluasnya kesiapan masyarakat untuk usaha dan kesempatan kerja di bidang P2HP Internal Process Perspective 7. Terlaksananya kebutuhan inovasi teknologi hasil litbang dan rekayasa untuk modernisasi sistem pengolahan 8. Tersedianya kebijakan P2HP sesuai kebutuhan 9. Terselenggaranya modernisasi sistem produksi kelautan dan perikanan, pengolahan, dan pemasaran produk kelautan dan perikanan yang optimal dan bermutu 3. Jumlah produk olahan hasil perikanan (Juta Ton) 4. Nilai produk KP non konsumsi pada tingkat pedagang besar (Rp Triliun) 5. Konsumsi ikan per kapita (Kg/Kapita) 6. Nilai ekspor produk perikanan (USD Miliar) 7. Unit Pengolahan Ikan yang ber- Sertifikat Kelayakan Pengolahan (SKP) 8. Nilai investasi bidang P2HP (Rp Triliun) 9. Jumlah tenaga kerja pengolah dan pemasar baru hasil perikanan (Orang) 10. Jumlah inovasi produk dan teknologi P2HP hasil pengujian penerapan hasil perikanan yang bernilai tambah dan berdaya saing (Ragam) 5,2 5,37 103,27 2 2,92 120,00 37,8 37,89 100,24 5,1 4,64 90, ,00 3 3,22 107, , , Jumlah kebijakan bidang P2HP , Jumlah draft peraturan perundang-undangan bidang P2HP , Utilitas Unit Pengolahan Ikan(%) 75 61,73 82, Pasar ikan di dalam negeri yang ,00 dibina menuju standar (Pasar) 15. Peningkatan jumlah negara tujuan ekspor hasil perikanan (Negara) , Unit Penanganan Pengolahan Hasil Perikanan Nonkonsumsi (UPPN) yang dibina menuju standar (UPPN) ,00 20

4 SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET REALISASI % 17. Kelompok pengolah dan ,00 pemasar yang meningkat skala usahanya (Poklahsar) 18. Teknologi pengolahan dan ,00 pemasaran hasil perikanan bernilai tambah dan berdaya saing yang diterapkan (Ragam) 10. Terselenggaranya pengendalian impor, pengolahan dan pemasaran hasil perikanan 19. Persentase nilai impor hasil perikanan sesuai standar mutu yang dikendalikan dalam rangka memenuhi kebutuhan pasar dan industri terhadap nilai ekspor < 20% Terhadap Nilai Ekspor 9,97% terhadap Nilai Ekspor 120,00 Learning and Growth Perspective 11. Tersedianya SDM P2HP yang kompeten dan profesional 12. Tersedianya informasi P2HP yang valid, handal dan mudah diakses 13. Terwujudnya good governance dan clean government di DJP2HP 14. Terkelolanya anggaran DJP2HP secara optimal 20. Indeks Kesenjangan Kompetensi Pejabat Eselon II dan III lingkup DJP2HP 21. Service Level Agreement (SLA) lingkup DJP2HP (%) 22. Persepsi user terhadap kemudahan akses informasi DJP2HP (Skala Likert 1-5) 23. Jumlah rekomendasi Aparat Pengawas Internal dan Eksternal Pemerintah (APIEP) yang ditindaklanjuti dibanding total rekomendasi di DJP2HP (%) 24. Tingkat kualitas akuntabilitas kinerja di DJP2HP , ,00 4,25 4,44 104, ,04 88,04 Nilai AKIP A (75) Nilai AKIP A (81,49) 108, Nilai integritas DJP2HP 6,75 7,46 110, Nilai Inisiatif anti korupsi 7,75 8,43 108,77 DJP2HP 27. Nilai penerapan Reformasi Birokrasi (RB) DJP2HP 80 (setara 87,50 (setara 109, Persentase penyerapan DIPA DJP2HP (%) Level 4) Level 4) > 95 95,41 100,43 21

5 3.2 Evaluasi dan Analisis Kinerja STAKEHOLDER PERSPECTIVE Capaian kinerja Ditjen P2HP pada Perspektif Pemangku Kepentingan (Stakeholder Perspective) sebesar 109,29%, yang berasal dari 1 (satu) Sasaran Strategis, yakni meningkatnya kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan (105,29%) Sasaran Strategis 1 Meningkatnya Kesejahteraan Masyarakat Kelautan dan Perikanan Kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan menjadi tolok ukur dari dampak keberhasilan program dan kegiatan Ditjen P2HP. Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaran meningkatnya kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan terdiri atas 2 (dua) indikator kinerja, dengan capaian kinerja sebagai berikut: INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET REALISASI % 1. Rata-rata pendapatan pengolah dan pemasar 2 2,40 120,00 (KK/Bulan) (Rp Juta) 2. Pertumbuhan PDB Perikanan (%) 7 6,97 99,54 1. Rata-Rata Pendapatan Pengolah dan Pemasar (KK/Bulan) Pendapatan adalah penerimaan bersih seseorang, baik berupa uang kontan maupun natura sebagai hasil penjualan pengolah dan pemasar setelah dikurangi biaya-biaya produksi. Selain itu, pendapatan juga dapat digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat secara relatif dan merupakan ukuran kemampuan keluarga pengolah dan pemasar hasil perikanan untuk memenuhi kebutuhannya. Target rata-rata pendapatan pengolah dan pemasar tahun 2014 adalah Rp 2 juta per KK/bulan. Tabel 3.2. Pencapaian IKU-1 Ditjen P2HP, Indikator Kinerja Utama Rata-rata Pendapatan Pengolah dan Pemasar (KK/Bulan) (Rp Juta) Tahun Pertumbuhan (%) 2,30 2,40 4,47 22

6 Capaian rata-rata pendapatan pengolah dan pemasar dihitung dari pendapatan penerima program Pengembangan Usaha Mina Pedesaan (PUMP-P2HP) tahun sebelumnya sebagai dampak dari sasaran program penerima bantuan PUMP. Dari sampel kelompok pada 53 Kabupaten/Kota di 19 provinsi penerima PUMP P2HP tahun sebelumnya, diperoleh hasil hitungan rata-rata pendapatan pengolah dan pemasar (KK/Bulan) sebesar Rp ,-, atau setara dengan pencapaian 120% dari target. Rata-rata pendapatan pengolah dan pemasar ini relatif meningkat 4,47% apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yakni Rp ,- Tabel 3.3. Rata-Rata Pendapatan Pengolah dan Pemasar (KK/Bulan), Uraian Tahun Target (Rp Juta) 2 2 Realisasi (Rp Juta) 2,3 2,40 % Capaian 114,89 120,00 Program PUMP-P2HP dalam bentuk bantuan langsung masyarakat yang dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan kelompok untuk pengembangan usahanya, berkontribusi dalam peningkatan pendapatan pengolah dan pemasar mendekati upah rata-rata minimum DKI Jakarta tahun 2014 sebesar Rp ,- per KK/bulan. 2. Pertumbuhan PDB Perikanan Salah satu indikator keberhasilan pembangunan kelautan dan perikanan, termasuk didalamnya pengolahan dan pemasaran hasil perikanan, adalah meningkatnya nilai PDB perikanan. Pertumbuhan PDB Perikanan dari tahun ke tahun selalu meningkat, hal tersebut menggambarkan bahwa kemampuan sumberdaya perikanan sebagai andalan dalam perekonomian nasional. PDB perikanan diartikan sebagai nilai keseluruhan semua barang dan jasa perikanan yang diproduksi dalam jangka waktu tertentu (per tahun). Adapun angka persentase pertumbuhan PDB Perikanan diperoleh dengan membandingkan nilai PDB Perikanan (berdasarkan harga konstan) tahun 2014 dengan tahun Tabel 3.4. Pencapaian IKU-2 Ditjen P2HP, Indikator Kinerja Utama Pertumbuhan PDB Perikanan (%) Tahun Pertumbuhan (%) ,04 6,96 6,49 6,86 6,97 3,93 1,57 23

7 Pertumbuhan PDB perikanan tahun 2014 ditargetkan mencapai 7%. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, pertumbuhan PDB perikanan berdasarkan harga konstan tahun 2000 dalam kurun waktu setahun terakhir sebesar 6,97%, atau tercapai 99,54% dari target yang telah ditetapkan. Apabila ditelaah selama kurun waktu , maka pertumbuhan PDB perikanan meningkat rata-rata sebesar 1,64% per tahun. Dalam empat tahun terakhir PDB perikanan tumbuh di atas rata-rata nasional dan sektor pertanian secara umum. Hal ini menunjukkan bahwa perikanan memegang peranan strategis dalam mendorong pertumbuhan pada PDB kelompok pertanian secara umum, maupun pada PDB nasional. Berdasar harga berlaku At current prices Berdasar harga konstan thn 2000 At 2000 Constant Prices Sumber: Badan Pusat Statistik Keterangan: *) Angka sementara **) Angka sangat sementara Tabel 3.5. PDB Perikanan, (Rp Miliar) LAPANGAN USAHA TAHUN Kenaikan rata-rata (%) INDUSTRIAL ORIGIN Increasing average * 2014** Kelompok Pertanian / Agriculture Group ,08 10,40 a. Tanaman Bahan Makanan / Food Crops ,50 7,48 b. Tanaman Perkebunan / Estate Crops ,16 10,47 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya / Livestock & Its product ,48 11,55 d. K e h u t a n a n / Forestry ,97 6,81 e. P e r i k a n a n / Fisheries ,31 16,64 PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) / Gross Domestic Product (GDP) ,88 11,09 PDB TANPA MIGAS / GDP Without Oil & Gas ,13 11,55 Persentase PDB Perikanan / Fisheries GDP Sharring Persentase terhadap kelompok pertanian / To Agriculture group 20,23 20,77 21,40 22,27 23,53 3,85 5,65 Persentase terhadap PDB / To GDP 3,09 3,06 3,10 3,21 3,37 2,21 4,99 Persentase terhadap PDB tanpa Migas / To GDP Without Oil & Gas 3,36 3,34 3,37 3,47 3,62 1,96 4,56 Kelompok Pertanian / Agriculture Group ,57 3,29 a. Tanaman Bahan Makanan / Food Crops ,02 1,33 b. Tanaman Perkebunan / Estate Crops ,97 4,79 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya / Livestock & Its product ,72 4,69 d. K e h u t a n a n / Forestry ,33 0,19 e. P e r i k a n a n / Fisheries ,82 6,97 7 PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) / Gross Domestic Product (GDP) ,89 5,06 PDB TANPA MIGAS / GDP Without Oil & Gas ,37 5,44 Pertumbuhan PDB Year on Year (Y on Y) Perikanan/ Fisheries 6,04 6,96 6,49 6,86 6,97 Kelompok Pertanian / Agriculture Group 3,01 3,37 4,20 3,44 3,29 PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) / Gross Domestic Product (GDP) 6,22 6,49 6,26 5,73 5,06 PDB TANPA MIGAS / GDP Without Oil & Gas 6,60 6,98 6,85 6,20 5,44 24

8 Pencapaian Sasaran Strategis 1, yaitu meningkatnya kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan, salah satunya didukung oleh kegiatan antara lain: (1) Pengembangan usaha pengolahan hasil perikanan; (2) Pengembangan usaha pasca panen nonkonsumsi hasil kelautan dan perikanan; (3) Peningkatan serapan pasar domestik hasil perikanan; (4) Peningkatan dan perluasan akses pasar ekspor hasil kelautan dan perikanan; (5) Peningkatan investasi pengolahan dan pemasaran hasil perikanan; dan (6) Pengembangan uji terap ragam produk dan alat pasca panen dan pemasaran hasil kelautan dan perikanan. Melalui berbagai kegiatan di atas diharapkan dapat terwujud peningkatan daya saing produk perikanan dan ketahanan pangan. CUSTOMER PERSPECTIVE Capaian kinerja Ditjen P2HP pada Perspektif Pelanggan (Customer Perspective) sebesar 109,21%, yang berasal dari 5 (lima) Sasaran Strategis berikut: 1. Meningkatnya ketersediaan produk kelautan dan perikanan yang bernilai tambah: 110,13%; 2. Meningkatnya pemasaran produk kelautan dan perikanan di dalam dan luar negeri: 95,22%; 3. Berkembangnya industri pengolahan: 120,00%; 4. Meningkatnya usaha dan investasi di bidang P2HP: 107,33%; 5. Meluasnya kesiapan masyarakat untuk usaha dan kesempatan kerja di bidang P2HP: 101,14% Sasaran Strategis 2 Meningkatnya Ketersediaan Produk Kelautan dan Perikanan yang Bernilai Tambah Untuk mewujudkan ketahanan pangan di sektor kelautan dan perikanan, maka ketersediaan produk kelautan dan perikanan yang bernilai tambah menjadi bagian penting yang harus dipenuhi. Ketersediaan ini tentunya tidak hanya mempertimbangkan dari sisi volume produksi saja, namun juga perlu ada jaminan terhadap mutu/kualitas produk dan keamanan pangan (food safety), sehingga secara langsung akan memberikan nilai tambah dan daya saing bagi produk perikanan yang dihasilkan. 25

9 Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaran meningkatnya ketersediaan produk kelautan dan perikanan yang bernilai tambah terdiri atas 2 (dua) indikator kinerja, dengan capaian kinerja sebagai berikut: INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET REALISASI % 3. Jumlah produk olahan hasil perikanan (Juta Ton) 5,2 5,37 103,27 4. Nilai produk KP non konsumsi pada tingkat pedagang besar (Rp Triliun) 2 2,92 120,00 3. Jumlah Produk Olahan Hasil Perikanan Jumlah produk olahan hasil perikanan tahun 2014 ditargetkan mencapai 5,2 juta ton. Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh data bahwa jumlah produk olahan hasil perikanan tahun 2014 adalah sebesar 5,37 juta ton, yang terdiri dari jumlah produksi olahan UPI skala UMKM sebesar 3,61 juta ton dan jumlah produksi olahan UPI skala besar 1,76 juta ton. Perhitungan volume produk olahan UPI skala UMKM dilakukan melalui metoda sampling atau quick count, dengan formulasi perhitungan adalah sebagai berikut: Keterangan: VP : volume produk per tahun (kg) Ps : volume produk per siklus (kg) F : frekuensi produksi (siklus) per tahun UPI : jumlah unit dari UPI per pengelompokkan Sedangkan perhitungan volume produk olahan UPI skala besar dilakukan dengan menggunakan metode sampling peluang dan sampling purposif. Berdasarkan metode sampling tersebut, pengambilan data dilakukan di UPI dan selanjutnya data tersebut disinergikan dengan volume ekspor produk perikanan dengan formulasi sebagai berikut: Keterangan : n : Jumlah UPI Besar Ū : Utilitas rata-rata Ќ : Kapasitas rata-rata α : proporsi produk modern yang diekspor E : Data produk ekspor Dengan demikian, jumlah produk olahan hasil perikanan dalam kurun waktu setahun terakhir meningkat sebesar 4,11%, yakni 5,16 juta ton pada tahun 2013 menjadi 5,37 juta ton pada tahun 2014, atau tercapai 103,27% dari target yang telah ditetapkan. VP = Ps x f x UPI V = n Ū Ќ + (1 α) E 26

10 Tabel 3.6. Pencapaian IKU-3 Ditjen P2HP, Indikator Kinerja Utama Jumlah produk olahan hasil perikanan (juta ton) Tahun Pertumbuhan (%) ,2 4,58 4,83 5,16 5,37 6,35 4,11 Sama halnya dengan pertumbuhan pada periode tahun 2014 dengan tahun sebelumnya, selama kurun waktu , perkembangan jumlah produk olahan hasil perikanan meningkat rata-rata sebesar 6,35% per tahun. Tabel 3.7. Jumlah Produk Olahan Hasil Perikanan, Uraian Tahun Target (juta ton) 4,2 4,3 4,8 5 5,2 Realisasi (juta ton) 4,2 4,58 4,83 5,16 5,37 % Capaian 100,00 106,51 100,56 103,16 103,27 Peningkatan jumlah produk olahan hasil perikanan didukung dengan pelaksanaan kegiatan fasilitasi pengembangan industri pengolahan hasil perikanan, diantaranya melalui: 1) Fasilitasi sarana dan prasarana pengolahan dan sistem rantai dingin yang diberikan kepada para pengolah sehingga meningkatkan kapasitas produksi usahanya; dan 2) Bimbingan teknis pengolahan maupun tata cara pengolahan yang baik kepada para pengolah yang akan berdampak pada meningkatnya ragam, nilai tambah dan mutu produk perikanan yang dihasilkan. Meskipun meningkat, dalam pencapaian jumlah produk olahan ditemui beberapa permasalahan, antara lain: 1. Ketersediaan bahan baku yang tidak dapat diperkirakan. Bahan baku tersebut dipengaruhi oleh cuaca, musim, sumber daya ikan dan impor bahan baku ikan; 2. Penerapan jaminan mutu di UPI masih belum optimal, utamanya di UPI skala UMKM; 3. Sarana dan prasarana pengolahan masih terbatas, khususnya di UPI skala UMKM. 4. Kegiatan yang ideal untuk melakukan perhitungan volume produk olahan hasil perikanan adalah dengan melakukan sensus di 33 Provinsi dan Kabupaten/Kota yang memiliki potensi perikanan, namun terkendala dengan sumber daya yang tersedia. 27

11 Rencana dan tidak lanjut yang akan dilakukan untuk menjawab permasalahan tersebut adalah: 1. Merealisasikan sistem logistik ikan nasional (SLIN) secepatnya dan mengendalikan impor dalam rangka memenuhi kebutuhan bahan baku industri pengolahan ikan skala besar; 2. Melakukan pembinaan terhadap UPI skala UMKM dan besar, terutama dalam hal penerapan sanitasi; 3. Mengembangkan dan mengoptimalkan sarana dan prasarana pengolahan. 4. Untuk memperoleh rentang data yang luas, kegiatan perhitungan volume produksi olahan skala UMKM dilaksanakan di 33 Provinsi yang tersebar di 3 bagian wilayah Indonesia (Barat, Tengah dan Timur) dengan tetap menerapkan metode sampling. 4. Nilai Produk Kelautan dan Perikanan NonKonsumsi pada Tingkat Pedagang Besar Indikator kinerja nilai produk KP nonkonsumsi pada tingkat pedagang besar merupakan tanggung jawab Ditjen P2HP dalam penanganan produk kelautan dan perikanan nonkonsumsi. Melalui beberapa kegiatan yang dilakukan, akan diupayakan peningkatan nilai produk KP nonkonsumsi setiap tahunnya. Pada tahun 2014, nilai produk KP nonkonsumsi pada tingkat pedagang besar ditargetkan sebesar Rp 2 triliun. Sampai dengan bulan Desember 2014, nilai produk KP nonkonsumsi pada tingkat pedagang besar mencapai Rp 2,89 triliun, atau setara dengan capaian 120%. Nilai produk KP nonkonsumsi tahun 2014 ini meningkat sebesar 61,47% apabila dibandingkan dengan nilai produk KP nonkonsumsi tahun 2013, yakni Rp 1,79 triliun. Sama halnya dengan pertumbuhan pada periode tahun 2014 dengan tahun sebelumnya, selama kurun waktu , perkembangan nilai produk KP nonkonsumsi meningkat rata-rata sebesar 79,06% per tahun. Indikator Kinerja Utama Nilai produk KP nonkonsumsi (Rp triliun) Tabel 3.8. Pencapaian IKU-4 Ditjen P2HP, Tahun Pertumbuhan (%) ,57 1,4 1,79 2,92 79,68 63,30 28

12 Tabel 3.9. Nilai Produk KP NonKonsumsi, Uraian Tahun Target (Rp Triliun) 0,35 1 1,5 2 Realisasi (Rp Triliun) 0,57 1,4 1,79 2,92 % Capaian 120,00 120,00 119,33 120,00 Upaya-upaya yang telah dilakukan untuk mendorong pertumbuhan nilai produk KP nonkonsumsi diantaranya adalah: a. Perbaikan mutu produk KP nonkonsumsi; b. Diversifikasi produk dan pasar tujuan ekspor; c. Fasilitasi sarana dan prasarana penanganan pengolahan dan pemasaran produk KP nonkonsumsi; d. Standardisasi dan sertifikasi produk KP nonkonsumsi; e. Pembinaan dan pengembangan UMKM dan industri penanganan pengolahan produk KP nonkonsumsi; f. Penguatan promosi dan jaringan pemasaran produk KP nonkonsumsi di dalam dan luar negeri Sasaran Strategis 3 Meningkatnya Pemasaran Produk Kelautan dan Perikanan di Dalam dan Luar Negeri Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaran meningkatnya pemasaran produk kelautan dan perikanan di dalam dan luar negeri terdiri atas 2 (dua) indikator kinerja, dengan capaian kinerja sebagai berikut: INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET REALISASI % 5. Konsumsi ikan per kapita (Kg/Kapita) 37,8 37,89 100,24 6. Nilai ekspor produk perikanan (USD Miliar) 5,1 4,64 90,95 5. Konsumsi Ikan per Kapita Berdasarkan Rencana Strategis Ditjen P2HP , pada tahun 2014 ditargetkan capaian rata-rata konsumsi ikan per kapita nasional sebesar 37,8 kg/kapita. Dengan mengetahui besarnya angka konsumsi ikan maka dapat diketahui besarnya kebutuhan ikan serta mengetahui jenis ikan yang dibutuhkan oleh suatu daerah/wilayah. Angka konsumsi ikan dirumuskan dengan menggunakan data dasar hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) BPS. 29

13 Pada tahun 2014, capaian sementara rata-rata konsumsi ikan per kapita nasional adalah sebesar 37,89 kg/kapita, atau tercapai 100,24% dari target yang telah ditetapkan. Rata-rata konsumsi ikan per kapita nasional pada tahun 2014 ini meningkat sebesar 7,61% apabila dibandingkan dengan rata-rata konsumsi ikan per kapita nasional pada tahun 2013, yakni sebesar 35,21 kg/kapita. Sedangkan selama kurun periode Renstra ( ), rata-rata konsumsi ikan per kapita nasional meningkat rata-rata sebesar 5,6% per tahun, yakni dari 30,48 kg/kapita pada tahun 2010 menjadi 37,89 kg/kapita pada tahun Indikator Kinerja Utama Konsumsi ikan per kapita (Kg/Kapita) Keterangan: *) Angka sementara Tabel Pencapaian IKU-5 Ditjen P2HP, Tahun Pertumbuhan (%) * ,48 32,25 33,89 35,21 37,89 5,60 7,61 Adapun target dan capaian rata-rata konsumsi ikan per kapita nasional dari tahun dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel Rata-Rata Konsumsi Ikan per Kapita, Uraian Tahun * Target (Kg/Kapita) 30,47 31,57 33,14 35,14 37,80 Realisasi (Kg/Kapita) 30,48 32,25 33,89 35,21 37,89 % Capaian 100,03 102,15 102,26 100,20 100,24 Keterangan: *) Angka sementara Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa setiap tahun selama periode , tingkat konsumsi ikan per kapita nasional terus meningkat. Hal tersebut mengindikasikan bahwa program-program peningkatan konsumsi ikan yang dilaksanakan berhasil meningkatkan konsumsi ikan masyarakat. Meskipun demikian upaya meningkatkan konsumsi ikan tetap harus dilaksanakan dan ditingkatkan, terutama di daerah-daerah yang konsumsi ikannya masih rendah mengingat tingkat konsumsi ikan masyarakat belum merata. Untuk mendukung peningkatan konsumsi ikan, telah diinisiasi berbagai program/kegiatan pembangunan yang dititikberatkan pada 3 (tiga) aspek utama, yaitu menjamin dan mendukung penguatan ketersediaan (supply) hasil perikanan, mendukung kemudahan masyarakat dalam menjangkau (accessibility) hasil perikanan, serta mendorong peningkatan konsumsi (consumption) hasil perikanan. 30

14 Dalam konteks menjamin dan memperkuat ketersediaan (supply) hasil perikanan, Ditjen P2HP menginisiasi dan meresmikan implementasi Sistem Logistik Ikan Nasional (SLIN) koridor Sulawesi-Jawa untuk komoditas ikan pelagis kecil yang umumnya digunakan sebagai bahan baku industri pindang dan konsumsi ikan masyarakat. Implementasi SLIN koridor Sulawesi Jawa sebagaimana dimaksud diharapkan dapat menjadi pemecah masalah (problem solver) atas masalah kekurangan bahan baku industri pindang ikan yang ada di Jawa, termasuk untuk memenuhi konsumsi masyarakat. Kelancaran supply ikan-ikan pelagis sebagai bahan baku industri pindang diharapkan juga mampu mendukung hilirisasi sektor perikanan secara umum, termasuk industrialisasi pindang. Dalam rangka menjamin dan mempermudah keterjangkauan hasil perikanan, Ditjen P2HP juga menginisiasi kegiatan pengembangan jaringan distribusi dan kemitraan pemasaran produk perikanan ke ritel modern (ritel modern market) dan pasar institusional (institutional market) lainnya. Beberapa ritel modern yang telah mengakomodir produk perikanan binaan Ditjen P2HP untuk dapat dipasarkan di gerainya antara lain jaringan Carrefour, Hypermart, Lotte Mart, Superindo dan Alfa Mini Market. Pengembangan jaringan pemasaran produk perikanan ke pasar institusional dilakukan melalui industri katering, restoran, hotel dan rumah sakit. Upaya yang masif dan sistematis dalam rangka mempermudah masyarakat dalam mengakses produk perikanan ini turut memberikan kontribusi pada peningkatan konsumsi ikan per kapita nasional. Dalam rangka mengharmonisasikan ketersediaan dan permintaan akan hasil perikanan, Ditjen P2HP melaksanakan penguatan basis data, analisis dan diseminasi informasi pemasaran hasil perikanan kepada masyarakat luas. Penguatan basis data tersebut dilakukan dengan melibatkan partisipasi Pemerintah Daerah, baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota. Sedangkan diseminasi informasi pasar dilakukan melalui media cetak, elektronik dan on line sehingga mudah diakses oleh masyarakat. Dalam konteks penguatan kelembagaan dan pelaku pemasaran hasil perikanan, Ditjen P2HP melaksanakan pendataan supplier ikan, dan uji coba penerapan cara pemasaran ikan yang baik dan benar (good marketing practices) yang diikuti pemberian nomor registrasi supplier ikan. Upaya tersebut diharapkan mampu memberikan jaminan kualitas hasil perikanan yang dikonsumsi masyarakat. 31

15 Dalam konteks penguatan konsumsi (consumption) ikan, Ditjen P2HP menginisiasi berbagai program/kegiatan promosi yang menitikberatkan pada partisipasi publik, serta akselerasi edukasi dan penyebarluasan informasi tentang ikan dan keunggulannya, sehingga masyarakat tahu dan gemar mengkonsumsi ikan. Pada tahun 2014, berbagai inovasi kegiatan yang melibatkan partisipasi publik untuk mendorong peningkatan konsumsi ikan dilakukan melalui lomba cipta lagu Gemarikan dan Disain Logo Hari Ikan Nasional. Selain itu, Ditjen P2HP juga menginisiasi dan memperkuat kerjasama, serta sinergitas dengan instansi terkait yang telah diinisiasi sejak awal tahun 2009, seperti Kementerian Kesehatan maupun organisasi profesional seperti TP-PKK, Dharma Wanita dan lain sebagainya. Pada tahun 2014, Ditjen P2HP juga memfasilitasi penguatan Forum Peningkatan Konsumsi Ikan (FORIKAN) baik di Pusat, Provinsi maupun Kabupaten/Kota. Secara lebih strategis, dalam rangka mendorong peningkatan konsumsi ikan nasional, Ditjen P2HP bersama pelaku usaha perikanan, beberapa organisasi wanita, serta elemen masyarakat menginisiasi Hari Ikan Nasional (HARKANNAS). Melalui peringatan HARKANNAS ini secara sistematis, Ditjen P2HP mendorong Kementerian/Lembaga serta Pemerintah Daerah dan Organisasi Masyarakat untuk melaksanakan Gerakan Satu Hari Mengkonsumsi Ikan, yakni pada tanggal 21 November Nilai Ekspor Produk Perikanan Pada tahun 2014, nilai ekspor produk perikanan ditargetkan sebesar USD 5,1 miliar. Terdapat lag 2-3 bulan dalam menghitung nilai ekspor produk perikanan riil berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik. Nilai ekspor produk perikanan s/d November 2014 mencapai USD 4,23 miliar, atau setara dengan pencapaian 83% apabila dibandingkan dengan target tahun Berdasarkan realisasi nilai ekspor hasil perikanan s/d November 2014, diperkirakan capaian sampai dengan Desember 2014 sebesar USD 4,64 miliar (90,2% dari target). Capaian nilai ekspor ini meningkat 10,92% apabila dibandingkan dengan nilai ekspor produk perikanan tahun 2013, yakni USD 4,18 miliar. Ekspor produk perikanan dalam periode juga mengalami peningkatan rata-rata sebesar 12,96% per tahun. Sama halnya dengan peningkatan nilai ekspor, volume ekspor produk perikanan juga mengalami peningkatan rata-rata sebesar 3,57% per tahun. 32

16 Uraian Tabel Pencapaian IKU-6 Ditjen P2HP, Tahun Pertumbuhan (%) * Volume Ekspor (Ton) ,57 0,86 Volume Impor (Ton) ,05-5,74 Nilai Ekspor (US$ 1.000) ,96 10,92 Nilai Impor (US$ 1.000) ,40 1,13 Neraca Perdagangan (US$ 1.000) ,12 12,12 Keterangan: *) Angka perkiraan Adapun capaian nilai ekspor produk perikanan dari tahun dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel Nilai Ekspor Produk Perikanan, Uraian Tahun Target (US$ Miliar) 2,9 3,2 3,6 4,5 5,1 Realisasi (US$ Miliar) 2,86 3,52 3,85 4,18 4,64 % Capaian 98,76 110,00 106,93 92,93 90,95 Berdasarkan data ekspor sampai dengan November 2014, komoditas yang memberikan kontribusi nilai tertinggi adalah udang (tangkapan dan budidaya), yakni sebesar 45,4% terhadap total nilai ekspor, disusul TTC (15,1%), kepiting/rajungan (8,9%) dan rumput laut (6,1%). Amerika Serikat masih menjadi pasar utama ekspor hasil perikanan dari Indonesia, dengan share 39,5%, disusul Jepang (15,25%), Eropa (12,54%) dan Tiongkok (9%). Sedangkan apabila dibandingkan dengan angka perkiraan ekspor tahun 2014, maka diperkirakan komoditas udang masih menjadi komoditas utama dengan kontribusi nilai ekspor tertinggi terhadap total nilai ekspor tahun 2014, yakni naik 16,87% dari 38,60% (2013) menjadi 45,11% (2014), disusul rumput laut naik 20,09% dari 5,01% (2013) menjadi 6,02% (2014), dan kepiting/rajungan naik 3,97% dari 8,59% (2013) menjadi 8,93% (2014). Sementara itu kontribusi komoditas TTC, cumi-cumi/sotong dan lobster terhadap total nilai ekspor diperkirakan menurun dalam kurun waktu setahun terakhir, yakni TTC turun 18,35% dari 18,29% (2013) menjadi 14,93% (2014), cumi-cumi/sotong turun 3,79% dari 3,47% (2013) menjadi 3,34% (2014), dan lobster turun 44,78% dari 1,67% (2013) menjadi 0,92% (2014). 33

17 Tidak tercapainya target ekspor tahun 2014 disebabkan beberapa antara lain: 1. Belum dapat memanfaatkan secara maksimal atas terbukanya peluang pasar udang global sebagai akibat turunnya produksi di beberapa negara produsen utama dunia karena serangan EMS (Early Mortality Syndrome). Meski tingkat utilitas UPI udang masih rendah (54,53% periode Januari-Juni 2014), peluang ekspor udang dengan bahan baku impor (re-export) terkendala dengan larangan impor udang dari negara yang terkena EMS (Permen KP Nomor 32/2013); 2. Menurunnya importasi produk perikanan di pasar Jepang sebagai akibat menurunnya angka konsumsi ikan yang dipengaruhi oleh struktur penduduk Jepang yang didominasi dewasa dan usia lanjut; 3. Belum terpenuhinya bahan baku UPI TTC yang ditunjukan dengan tingkat utilitas yang relatif masih rendah (54,79% periode Januari-Juni 2014), sehingga permintaan beberpa negara tujuan ekspor belum dapat terpenuhi; 4. Dampak sementara moratorium penangkapan ikan mengakibatkan proses produksi UPI pada bulan November dan Desember akan menurun. Hal ini akan berakibat pula menurunnya nilai ekspor sekitar USD 60 juta. Dampak ini diperkirakan bersifat sementara sampai kebijakan transhipment telah tertata, khususnya terkait dengan penangkapan tuna yang menggunakan pole and line, hand line dan rawai. Masukan dari pelaku usaha bahwa penangkapan ikan memerlukan kapal pengangkut dalam rangka efisiensi operasi usaha; 5. Dampak sementara lainnya adalah tidak terpasarkannya ikan hidup hasil budidaya laut oleh kapal-kapal angkut ikan hidup yang keseluruhannya (11 kapal) dengan tujuan Hongkong. Diperkirakan selama 2 bulan (November dan Desember) akan menurunkan nilai ekspor ikan hidup sekitar USD 6 juta. Selain itu, pada periode tersebut ekspor hasil perikanan ke Uni Eropa diperkirakan akan mengalami penurunan sebagai akibat tidak terbitnya SHTI; 6. Kasus temporary restriction oleh Custom Union Rusia yang baru terbuka September 2014 telah menurunkan potensi ekspor Indonesia ± USD 40 juta; 7. Belum optimalnya kualitas pencatatan data ekspor, antara lain: ekspor tanpa PEB (Pemberitahuan Ekspor Barang), ekspor di daerah perbatasan, ekspor dibawah harga sebenarnya (sebagai contoh: harga kerapu hidup (PEB) USD 3/kg, sedangkan kondisi di lapangan sekitar USD 15/kg); 8. Semakin ketatnya persyaratan impor di beberapa negara tujuan utama, seperti jaminan keamanan produk perikanan dan non-iuu, sustainability dan tracebility. 34

18 Untuk mendorong peningkatan ekspor hasil perikanan, telah dan akan dilaksanakan beberapa upaya khusus seperti percepatan penyelesaian hambatan ekspor, peningkatan sinergitas antar Kementerian/Lembaga, khususnya dengan Ditjen Bea dan Cukai, Kementerian Keuangan untuk perbaikan kualitas data ekspor melalui pengawasan PEB, penertiban pencatatan di daerah perbatasan, dan validasi pencatatan data ekspor bekerjasama dengan BPS dan meningkatkan promosi dan memperluas akses pasar ke pasar-pasar non-tradisional (di luar AS, UE dan Jepang). Pada tahun 2014, Ditjen P2HP juga berpartisipasi aktif dalam kerjasama dengan organisasi perdagangan internasional dan pemerintah negara tujuan ekspor dalam rangka peningkatan akses pasar produk perikanan Indonesia melalui forum perundingan perdagangan, baik secara bilateral, regional maupun multilateral. Secara bilateral, telah dilaksanakan pertemuan dengan Singapura dalam forum Indonesia-Singapore Agribusiness Working Group (ISAWG) di Bandung, dengan Uni Eropa dalam Forum Komunikasi Bersama (FKB) dan Senior Officials Meeting (SOM) RI-UE di Lombok, dengan Swiss, Norwegia, Islandia dan Lichtenstein yang tergabung dalam organisasi European Free Trade Area (EFTA) dalam forum Indonesia-EFTA Comprehensive Economic Partnership Agreement (IECEPA) di Surabaya. Secara regional, telah dilaksanakan pertemuan dengan Negara ASEAN dalam forum ASWGFi di Malaysia, ASEAN Seaweed Industry Club (ASIC) di Filipina, Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) di Singapura, dan APEC Official Ministerial Meeting (AOMM) di Tiongkok. Secara multilateral, Ditjen P2HP aktif dalam melakukan koordinasi dengan Kementerian Perdagangan dan Kementerian Luar Negeri dalam rangka penyusunan posisi runding dalam forum WTO dan D-8. Selain itu, juga sedang dirintis kerjasama dengan USAID dalam penyusunan konsep ecolabelling produk perikanan Indonesia, khususnya komoditas tuna Sasaran Strategis 4 Berkembangnya Industri Pengolahan Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaran Berkembangnya industri pengolahan hanya terdiri atas 1 (satu) indikator kinerja, dengan capaian kinerja sebagai berikut: INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET REALISASI % 7. Unit Pengolahan Ikan yang ber-sertifikat Kelayakan ,00 Pengolahan (SKP) 35

19 7. Unit Pengolahan Ikan yang ber-sertifikat Kelayakan Pengolahan (SKP) Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 45/2009 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31/2004 tentang Perikanan, pasal 20 ayat 3, bahwa setiap orang yang melakukan penanganan dan pengolahan ikan wajib memenuhi dan menerapkan persyaratan kelayakan pengolahan ikan, sistem jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan, dan ayat 4, bahwa setiap orang yang memenuhi persyaratan kelayakan pengolahan ikan sebagaimana dimaksud pada ayat 3, memperoleh Sertifikat Kelayakan Pengolahan (SKP), serta sesuai Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.19/MEN/2010 pasal 5 ayat 4 bahwa SKP diterbitkan oleh Direktur Jenderal P2HP sebagai hasil dari pembinaan terhadap Unit Pengolahan Ikan (UPI) yang telah menerapkan Cara Pengolahan yang Baik (Good Manufacturing Practices/GMP) dan memenuhi persyaratan Prosedur Operasi Sanitasi Standar (Standard Sanitation Operating Procedure/SSOP). Penerbitan SKP sebagai proses pembinaan jaminan mutu dan keamanan pangan baik dalam konteks kegiatan ekspor maupun impor produk perikanan merupakan bentuk tanggungjawab pemerintah dalam menjamin keamanan pangan untuk masayarakat Indonesia yang mengkonsumsi produk perikanan baik yang diproduksioleh UPI besar maupun UPI skala UMKM. Pada tahun 2014, melalui kegiatan fasilitasi penerapan SKP mampu direalisasikan sebanyak SKP, atau tercapai lebih dari 120% dari target yang telah ditetapkan. Jumlah SKP pada tahun 2014 ini meningkat sebesar 41,19% apabila dibandingkan dengan jumlah SKP pada tahun 2013, yakni sebanyak SKP. Sedangkan selama kurun periode Renstra Ditjen P2HP ( ), jumlah SKP meningkat rata-rata sebesar 60,12% per tahun, yakni dari 505 SKP pada tahun 2010 menjadi SKP pada tahun Tabel Pencapaian IKU-7 Ditjen P2HP, Indikator Kinerja Utama UPI yang ber-skp (SKP) Tahun Pertumbuhan (%) ,12 41,19 36

20 Adapun target dan capaian UPI yang ber-skp dari tahun dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel UPI yang ber-skp, Uraian Tahun Target (SKP) Realisasi (SKP) % Capaian 113,74 100,96 104,29 115,24 120,00 Pencapaian kinerja di atas menunjukkan bahwa upaya yang dilakukan oleh Ditjen P2HP dalam rangka menjamin keamanan pangan produk perikanan menunjukkan respon yang positif, baik dari UPI skala UMKM dan besar sebagai pelaku usaha maupun Pembina Mutu Daerah sebagai penanggung jawab jaminan mutu di daerah, untuk penerapan proses pengolahan yang baik sesuai prinsip-prinsip GMP dan SSOP. Beberapa kegiatan yang dilakukan untuk mendukung pencapaian kinerja tersebut di atas antara lain: 1. Operasional pelayanan SKP Kegiatan fasilitasi penerapan sertifikat kelayakan pengolahan dilakukan melalui operasional pelayanan SKP yang bertujuan melaksanakan kegiatan pelayanan SKP yang dilakukan Sekretariat SKP dan Panitia Teknis SKP. Dalam rangka proses penerbitan SKP sesuai dengan pengajuan SKP dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi, maka Pembina/Pengawas mutu akan melaksanakan supervisi penerbitan SKP di UPI skala besar dan UMKM, selanjutnya terhadap UPI yang telah menerapkan Cara Pengolahan yang Baik (Good Manufacturing Practices/GMP) dan memenuhi persyaratan Prosedur Operasi Sanitasi Standar (Standard Sanitation Operating Procedure/SSOP), maka akan diterbitkan SKP oleh Direktur Jenderal P2HP. 2. Temu koordinasi pengembangan sistem penerbitan SKP Temu koordinasi pengembangan sistem penerbitan SKP dilaksanakan dalam rangka koordinasi dan evaluasi pelaksanaan pelayanan SKP di Pusat dan Daerah. Rumusan dari kegiatan ini antara lain bahwa untuk memperlancar pelaksanaan pembinaan SKP di daerah, maka Dinas KP Provinsi bekerja sama dan berkoordinasi dalam hal pembinaan dengan Dinas KP Kabupaten/Kota dan LPPMHP, Dinas KP Provinsi memfungsikan dengan optimal Sekretariat SKP daerah dan menerbitkan SK personel pembina mutu daerah terdaftar yang telah dilatih terlebih dahulu baik 37

21 melalui kegiatan yang dilakukan oleh Pusat maupun Daerah, mempersiapkan sumber daya manusia dalam hal ini adalah pembina mutu serta sarana dan prasarana untuk melakukan pengembangan sistem pelayanan sesuai dengan ISO 9001:2008 dan SKP online. 3. Penyusunan dokumen pelayanan SKP (ISO 9001) Dokumen pelayanan SKP berdasarkan ISO 9001:2008 disusun oleh Tim Ahli ISO dari PT Nursalana Global Service bersama Sekretariat SKP, Panitia Teknis SKP, Pembina Mutu Pusat dan perwakilan Pembina Mutu Daerah dari Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten. Dokumen ISO 9001:2008 digunakan sebagai standar kerja Pembina Mutu dan panduan dalam menerbitkan SKP bagi UPI yang telah dinyatakan layak menerapkan GMP dan memenuhi persyaratan SSOP. Adapun yang tertuang dalam dokumen ISO 9001:2008 adalah semua kegiatan yang berkaitan dengan pembinaan terhadap GMP dan SSOP yang direncanakan, dijalankan, dimonitor, dan ditingkatkan secara terus menerus dengan mengacu pada Undang-undang, Peraturan Pemerintah terkait, dan Peraturan atau Keputusan Organisasi yang ditetapkan. Dengan mengacu pada dokumen ISO 9001:2008 yang telah disusun tersebut, Pembina Mutu dapat melakukan perbaikan secara terus menerus dari Sistem Manajemen Mutu yang ada agar dapat meningkatkan kepuasan pelanggan. 4. Penerapan Sistem SKP Online Untuk meningkatkan pelayanan SKP yang lebih mudah, cepat, efektif dan efisien maka akan diterapkan sistem SKP secara online dari Pusat ke seluruh Provinsi. Saat ini telah dilakukan ujicoba pada 3 (tiga) Provinsi, yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten dengan melibatkan Tim Ahli, Sekretariat SKP, Staf Dinas KP Provinsi yang dipersiapkan sebagai operator untuk SKP online, dan perwakilan dari pengguna SKP. Sistem SKP online selanjutnya akan disosialisasikan secara serentak pada tahun 2015 di seluruh Provinsi di Indonesia. Dalam pelaksanaan fasilitasi penerapan SKP, beberapa permasalahan yang dihadapi antara lain: 1. Sebagian besar UPI skala UMKM belum mampu memenuhi GMP dan SSOP sesuai yang dipersyaratkan dalam kuisioner SKP; 2. Kurangnya jumlah pembina mutu di daerah; 3. Jumlah UMKM yang ber-skp 1,3% dari total jumlah SKP tahun 2014; 38

22 4. Meningkatnya permintaan SKP bagi UPI yang akan melakukan pemasukan hasil perikanan; 5. Terdapat beberapa keluhan pelanggan terhadap transparansi SOP penerbitan SKP. Untuk itu, rekomendasi dan tindak lanjut yang akan dilakukan dalam rangka mengatasi permasalahan tersebut antara lain: 1. Kuisioner SKP akan dilakukan pembedaan terhadap UPI skala besar dan UMKM; 2. Akan dilakukan pelatihan Pembina Mutu Daerah, utamanya di Kabupaten/Kota; 3. Perlunya meningkatkan pembinaan kepada UPI skala UMKM dalam memenuhi persyaratan kelayakan pengolahan GMP dan SSOP; 4. Kaji ulang penerbitan SKP bagi UPI Importir dan non UPI; 5. Perlunya dilakukan sosialisasi penerbitan SKP lanjutan pada Pembina mutu daerah dan pelaku usaha perikanan di 33 Provinsi; 6. Implementasi sistem SKP secara online untuk memudahkan akses informasi penerbitan SKP bagi pelaku usaha perikanan Sasaran Strategis 5 Meningkatnya Usaha dan Investasi di Bidang P2HP Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaran meningkatnya usaha dan investasi di bidang P2HP hanya terdiri atas 1 (satu) indikator kinerja, dengan capaian kinerja sebagai berikut: INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET REALISASI % 8. Nilai investasi bidang P2HP (Rp Triliun) 3 3,22 107,33 8. Nilai Investasi Bidang P2HP Pada tahun 2014, salah satu sasaran program peningkatan daya saing produk perikanan adalah tercapainya nilai investasi bidang P2HP sebesar Rp 3 triliun. Investasi merupakan faktor utama yang perlu didorong supaya target pertumbuhan ekonomi dapat tercapai, dengan meningkatnya investasi, industri nasional akan tumbuh dan berkembang baik dan menghasilkan produk-produk ekspor yang berkualitas dan mempunyai daya saing yang kuat. 39

23 Untuk menghitung nilai investasi bidang P2HP menggunakan formulasi sebagai berikut: F + D + Ki + G1 + G2 = I a. F = Foreign, yaitu Penanaman Modal Asing (PMA), sumber data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal. b. D = Domestik, yaitu Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), sumber data dari: (1) Laporan Dinas KP, (2) UPT Pelabuhan, (3) Pelaku usaha, (4) Instansi lain. c. Ki = Kredit Investasi, yaitu kredit perbankan kepada usaha bidang P2HP untuk keperluan investasi, sumber data dari Bank Indonesia. d. G1 = Government, yaitu bantuan investasi dari Pemerintah Pusat dalam bentuk bangunan, tanah, peralatan dan mesin, dan input produksi lain yang berumur diatas satu tahun, sumber data dari Ditjen P2HP e. G2 = Government, yaitu bantuan investasi dari Pemerintah Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota) dalam bentuk bangunan, tanah, peralatan dan mesin, dan input produksi lain yang berumur diatas satu tahun, sumber data dari Dinas KP Provinsi dan Kabupaten/Kota. Realisasi investasi bidang P2HP tahun 2014 sebesar Rp 3,22 triliun melebihi target kinerja yang telah ditetapkan, atau setara dengan capaian 107,33%. Nilai investasi bidang P2HP tahun 2014 ini juga meningkat sebesar 21,01% apabila dibandingkan dengan nilai investasi bidang P2HP tahun 2013, yakni Rp 2,66 triliun. Sedangkan pada periode 5 tahun terakhir ( ), nilai investasi bidang P2HP meningkat rata-rata sebesar 19,73% per tahun, yakni dari Rp 1,62 triliun pada tahun 2010 menjadi Rp 3,22 triliun pada tahun Indikator Kinerja Utama Nilai investasi bidang P2HP (Rp triliun) Tabel Pencapaian IKU-8 Ditjen P2HP, Tahun Pertumbuhan (%) ,62 1,55 2,07 2,66 3,22 19,73 21,01 Adapun target dan capaian nilai investasi bidang P2HP dari tahun dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel Nilai Investasi Bidang P2HP, Uraian Tahun Target (Rp triliun) 1,5 1,5 2 2,5 3 Realisasi (Rp triliun) 1,62 1,55 2,07 2,66 3,22 % Capaian 107,93 103,13 103,35 106,45 107,33 40

24 Seperti terlihat pada tabel di atas, capaian nilai investasi bidang P2HP selalu menunjukkan kecenderungan melebihi dari target tiap tahunnya. Hal tersebut menunjukkan iklim usaha di Indonesia semakin kondusif, diwujudkan dengan masuknya Indonesia sebagai negara tujuan investasi (Investment Grade) pada tahun Dengan adanya pemerintahan yang baru beserta kebijakannya diharapkan dapat memberikan kepercayaan kepada para investor. Dengan demikian ke depan investasi akan semakin meningkat, mengingat potensi sumber daya perikanan merupakan peluang pasar yang sangat potensial di Indonesia. Jenis investasi masih didominasi oleh investasi modal dalam negeri (PMDN) dengan bidang usaha pembekuan, pengolahan dan pengalengan. Investasi bidang P2HP memegang peranan penting dalam rangka mendukung pencapaian produksi olahan, konsumsi dalam negeri dan nilai ekspor hasil perikanan. Diharapkan, investasi bidang P2HP ini menjadi stimulus dalam upaya pencapaian target kinerja dimaksud. Untuk itu, pelaksanaan kegiatan fasilitasi pembinaan dan pengembangan sistem usaha dan investasi perikanan perlu diarahkan dalam rangka pencapaian nilai investasi bidang P2HP. Pelaksanaan kegiatan ini tentunya akan didukung dengan pengembangan kemitraan usaha antara UMKM dan usaha besar serta fasilitasi hambatan investasi. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah melakukan promosi peluang usaha dan investasi bidang P2HP dalam upaya menarik investor untuk bergerak di bidang P2HP Sasaran Strategis 6 Meluasnya Kesiapan Masyarakat untuk Usaha dan Kesempatan Kerja di Bidang P2HP Penyerapan tenaga kerja masih menjadi salah satu kendala dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat, disamping sebagai upaya untuk menurunkan tingkat pengangguran serta mewujudkan salah satu pilar pembangunan yaitu pro-job (penyerapan tenaga kerja). Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaran meluasnya kesiapan masyarakat untuk usaha dan kesempatan kerja di bidang P2HP hanya 1 (satu) indikator kinerja, dengan capaian kinerja sebagai berikut: INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET REALISASI % 9. Jumlah tenaga kerja pengolah dan pemasar baru ,90 hasil perikanan (Orang) 41

25 9. Jumlah Tenaga Kerja Pengolah dan Pemasar Baru Hasil Perikanan Penyerapan tenaga kerja pengolah dan pemasar baru hasil perikanan merupakan salah satu upaya penanggulangan masalah tenaga kerja dengan menciptakan kesempatan kerja melalui pelaksanaan pembangunan di bidang P2HP. Penyerapan tenaga kerja pengolah dan pemasar baru hasil perikanan merupakan dampak dari kegiatan-kegiatan pembangunan di bidang P2HP, antara lain melalui pemberdayaan masyarakat melalui Pengembangan Usaha Mina Pedesaan (PUMP- P2HP), dan pembangunan sarana dan prasarana P2HP. Pembiayaan pelaksanaan pembangunan tersebut dapat bersumber dari investasi swasta, investasi Pemerintah melalui APBN, APBD, TP, dan DAK, serta bantuan langsung masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat. Target penyerapan tenaga kerja pengolah dan pemasar baru hasil perikanan tahun 2014 berjumlah orang. Sampai dengan akhir tahun 2014 telah tercapai sebanyak orang (100,90%) tenaga kerja pengolah dan pemasar baru hasil perikanan. Penghitungan jumlah tenaga kerja pengolah dan pemasar baru hasil perikanan, mulai dilakukan pada tahun 2013, semenjak Kementerian Kelautan dan Perikanan mulai menggunakan sistem manajemen strategis berbasis balanced scorecard untuk mengelola kinerja pemerintah. Tabel Pencapaian IKU-9 Ditjen P2HP, Indikator Kinerja Utama Jumlah tenaga kerja pengolah dan pemasar baru hasil perikanan (Orang) Tahun Pertumbuhan (%) ,83 Jumlah tenaga kerja pengolah dan pemasar baru hasil perikanan tahun 2014 ini relatif meningkat 8,83% apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yakni orang. Hal ini mengindikasikan bahwa bidang pengolahan dan pemasaran hasil perikanan cukup menarik bagai seseorang untuk berusaha dan bekerja. Adapun target dan capaian jumlah tenaga kerja pengolah dan pemasar baru hasil perikanan dari tahun dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel Jumlah Tenaga Kerja Pengolah dan Pemasar Baru Hasil Perikanan, Uraian Tahun Target (Orang) Realisasi (Orang) % Capaian 101,99 100,90 42

26 Realisasi penyerapan jumlah tenaga kerja pengolah dan pemasar baru hasil perikanan diperhitungkan dari hasil capaian investasi swasta bidang pengolahan dan pemasaran hasil perikanan berdasarkan data dari BKPM, dimana investasi swasta ini mampu menyerap tenaga kerja baru sebanyak orang. Sedangkan jumlah tenaga kerja pengolah dan pemasar baru hasil perikanan yang diperhitungkan dari hasil capaian investasi yang dibiayai dari Pemerintah Pusat dan Daerah maupun kredit investasi dari Bank Indonesia mampu menyerap tenaga kerja baru sebanyak orang. Pembangunan di bidang P2HP yang dibiayai oleh Pemerintah Pusat dan Daerah mampu meringankan tekanan-tekanan kesempatan kerja dan memperluas penciptaan kesempatan kerja. Ditjen P2HP ikut berkontribusi secara langsung dalam penyerapan tenaga kerja pengolah dan pemasar baru hasil perikanan melalui fasilitasi pengadaan/pembangunan sarana dan prasarana P2HP, penumbuhan wirausaha baru melalui pemberian bantuan peralatan P2HP dan pemberdayaan masyarakat melalui pemberian bantuan langsung masyarakat. Untuk pembangunan usaha baru atau kegiatan pengadaan fisik sarana prasarana pengolahan dan pemasaran, pada umumnya tenaga kerja pengolah baru juga melakukan pemasaran sendiri. Sehingga penghitungan tenaga kerja baru menggunakan korelasi nilai investasi terhadap serapan tenaga kerja tanpa membedakan pengolahan maupun pemasaran. INTERNAL PROCESS PERSPECTIVE Capaian kinerja Ditjen P2HP pada Perspektif Internal (Internal Process Perspective) sebesar 120%, yang berasal dari 4 (empat) Sasaran Strategis berikut: 1. Terlaksananya kebutuhan inovasi teknologi hasil litbang dan rekayasa untuk modernisasi sistem pengolahan: 100%; 2. Tersedianya kebijakan P2HP sesuai kebutuhan: 120%; 3. Terselenggaranya modernisasi sistem produksi kelautan dan perikanan, pengolahan, dan pemasaran produk kelautan dan perikanan yang optimal dan bermutu: 96,69%; 4. Terselenggaranya pengendalian impor, pengolahan dan pemasaran hasil perikanan: 120%; Penjelasan tentang capaian indikator kinerja utama pada masing-masing sasaran strategis adalah sebagai berikut: 43

27 3.2.7 Sasaran Strategis 7 Terlaksananya Kebutuhan Inovasi Teknologi Hasil Litbang dan Rekayasa untuk Modernisasi Sistem Pengolahan Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaran Terlaksananya kebutuhan inovasi teknologi hasil litbang dan rekayasa untuk modernisasi sistem pengolahan hanya terdiri atas 1 (satu) indikator kinerja, dengan capaian kinerja sebagai berikut: INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET REALISASI % 10. Jumlah inovasi produk dan teknologi P2HP hasil pengujian penerapan hasil perikanan yang bernilai tambah dan berdaya saing , Jumlah Inovasi Produk dan Teknologi P2HP Hasil Pengujian Penerapan Hasil Perikanan yang Bernilai Tambah dan Berdaya Saing Jumlah inovasi produk dan teknologi P2HP hasil pengujian penerapan yang bernilai tambah dan berdaya saing merupakan hasil penelitian dan rekayasa tentang produk, alat dan mesin, desain kemasan, dan desain lay out UPI/pasar yang akan dikembangkan oleh Ditjen P2HP untuk dilakukan penerapan teknologi sesuai dengan kebutuhan pasar dan industri yang dihasilkan dari litbang dan rekayasa. Sumber acuan didapatkan dari hasil penelitian, pengembangan dan atau rekayasa yang dilakukan oleh instansi pemerintah, perguruan tinggi, swasta maupun masyarakat umum. Pada tahun 2014, Ditjen P2HP telah dapat dicapai 35 ragam inovasi produk dan teknologi hasil pengujian penerapan yang bernilai tambah dan berdaya saing, atau tercapai 100% sesuai target. Pemilihan jumlah inovasi produk dan teknologi ini didasari atas beberapa alasan, seperti hasil-hasil penelitian dari Balitbang KP dan Perguruan Tinggi yang perlu untuk dilakukan pengembangan agar lebih mudah diterapkan dan diaplikasikan di masyarakat dengan teknologi yang sederhana dan tepat guna. Selain itu juga didasarkan pada hasil diskusi serta saran masukan dari para stakeholder dan masyarakat/pelaku usaha. Tabel Pencapaian IKU-10 Ditjen P2HP, Indikator Kinerja Utama Jumlah inovasi produk dan teknologi P2HP hasil pengujian penerapan hasil perikanan yang bernilai tambah dan berdaya saing (Ragam) Tahun Pertumbuhan (%) ,94 44

28 Tabel Jumlah Inovasi Produk dan Teknologi P2HP Hasil Pengujian Penerapan Hasil Perikanan yang Bernilai Tambah dan Berdaya Saing, Uraian Tahun Target (Ragam) Realisasi (Ragam) % Capaian 100,00 100,00 Pencapaian 35 ragam di tahun 2014 ini meningkat 2,94% apabila dibandingkan dengan pencapaian tahun sebelumnya, yakni 34 ragam. Adapun target dan capaian jumlah inovasi produk dan teknologi P2HP hasil pengujian penerapan hasil perikanan yang bernilai tambah dan berdaya saing dari tahun dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel Ragam Inovasi Produk dan Teknologi P2HP, 2014 No Kebutuhan Inovasi Teknologi Jenis Jumlah Uraian 1 Inovasi Teknologi Pengolahan Rumput Laut dan Mangrove 3 1. Dimsum Rumput Laut 2. Pai Rumput Laut 3. Kopi rumput laut 2 Inovasi Teknologi Alat dan Mesin Pengolahan dan Pemasaran 3 Inovasi Teknologi Pengemasan dan Pelabelan Produk 4 Inovasi Teknologi Pengolahan Berbasis Ikan Laut 5 Inovasi Teknologi Pengolahan Berbasis Ikan Air Tawar 6 Inovasi Teknologi Pengolahan Produk Non Konsumsi Berbasis Rumput Laut 7 Inovasi Teknologi Pengolahan Produk Non Konsumsi Berbasis Ikan 8 Inovasi Desain Layout Unit Pengolahan Ikan 6 4. Mini Portable Naget Forming Machine 5. Mini fishball Machine 6. Portable pemotong kerang 7. Both Pemasaran 8. Showcase penghangat untuk pemasaran 9. Showcase pendingin untuk pemasaran Kemasan dan label Pai Rumput Laut 11. Kemasan dan label Dimsum Rumput Laut 12. Kemasan dan label Cookie patin 13. Kemasan dan label Samosa tuna 14. Kemasan dan label Snack mie bandeng 15. Kemasan dan label Minyak ikan 16. Kemasan dan label Masker Rumput Laut 17. Kemasan dan label Tofu bandeng 18. Kemasan dan label Snack bar bandeng Samosa tuna 20. Bakso ikan Cookies Patin 22. Snack Mie Bandeng 23. Tofu Bandeng 24. Snack Bar Bandeng 25. Bandeng Asam Manis dalam pouch 26. Bandeng Saos Padang dalam pouch Karagenan 28. Masker rumput laut 29. Hiasan kekerangan Tepung Ikan 31. Minyak Ikan Desain layout UPI Pengolahan Kerupuk Ikan 33. Desain layout UPI Cold Storage 34. Desain Layout Pasar Ikan 35. Desain Layout Pasar Ikan Hias Total 35 45

29 3.2.8 Sasaran Strategis 8 Tersedianya Kebijakan P2HP sesuai Kebutuhan Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaran Tersedianya kebijakan P2HP sesuai kebutuhan terdiri atas 2 (dua) indikator kinerja, dengan capaian kinerja sebagai berikut: INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET REALISASI % 11. Jumlah kebijakan bidang P2HP , Jumlah draft peraturan perundang-undangan bidang P2HP , Jumlah Kebijakan Bidang P2HP Kebijakan bidang P2HP didefinisikan sebagai keputusan/peraturan yang berkaitan dengan P2HP yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal P2HP. Pada tahun 2014 Ditjen P2HP menargetkan sebanyak 14 kebijakan yang dapat ditetapkan. Namun demikian, sampai dengan akhir tahun 2014 jumlah kebijakan bidang P2HP yang diterbitkan telah tercapai melebihi target, yakni 26 kebijakan, atau tercapai lebih dari 120%, yang terdiri dari 3 Peraturan Direktur Jenderal P2HP dan 23 Keputusan Direktur Jenderal P2HP. Pencapaian tahun 2014 ini meningkat sebesar 116,67% apabila dibandingkan dengan pencapaian tahun 2013, yakni 12 kebijakan, atau secara kuantitas realisasi pencapaian mengalami kenaikan 3 kali lipat. Pencapaian IKU tersebut diupayakan melalui kegiatan penyiapan substansi teknis rancangan kebijakan bidang P2HP di lingkup Ditjen P2HP serta Focus Group Discussion (FGD) dengan pihak terkait yaitu Biro Hukum KKP, Unit Eselon I KKP dan stakeholder lainnya sesuai dengan subtansi kebijakan yang dibahas. Tabel Pencapaian IKU-11 Ditjen P2HP, Tahun Pertumbuhan Indikator Kinerja Utama (%) Jumlah kebijakan bidang P2HP ,67 Adapun target dan capaian jumlah kebijakan bidang P2HP dari tahun dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel Jumlah Kebijakan Bidang P2HP, Uraian Tahun Target (Kebijakan) 5 14 Realisasi (Kebijakan) % Capaian 120,00 120,00 46

30 Jenis No Kebijakan 1. Peraturan Direktur Jenderal 2. Keputusan Direktur Jenderal Tabel Daftar Kebijakan Bidang P2HP, 2014 Jumlah Uraian 3 1. Perdirjen P2HP Nomor 01/PER-DJP2HP/2014 tentang Kemitraan Usaha Perikanan Tangkap yang Menggunakan Kapal Penangkap Ikan Dengan Jumlah Kumulatif 200 (dua ratus) Gross Tonage Sampai Dengan (dua ribu) Gross Tonage dengan Unit Pengolahan Ikan 2. Perdirjen P2HP Nomor 04/PER-DJP2HP/2014 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pembinaan dan/atau Pengawasan Kepada Pelaku Usaha Perikanan Nonkonsumsi 3. Perdirjen P2HP Nomor 05/PER-DJP2HP/2014 tentang Lembaga Sertifikasi Produk Hasil Perikanan Kepdirjen P2HP Nomor 13F/KEP-DJP2HP/2014 tentang Rencana Strategis Ditjen P2HP Tahun Kepdirjen P2HP Nomor 14C/KEP-DJP2HP/2014 tentang Rencana Strategis Sekretariat Ditjen P2HP Tahun Kepdirjen P2HP Nomor 24/KEP-DJP2HP/2014 tentang Petunjuk Teknis Implementasi Sistem Logistik Ikan Nasional Tahap Awal 7. Kepdirjen P2HP Nomor 29A/KEP-DJP2HP/2014 tentang Pedoman Pengembangan dan Pembinaan Sentra Pengolahan Hasil Perikanan 8. Kepdirjen P2HP Nomor 31/KEP-DJP2HP/2014 tentang Pedoman Teknis Pengembangan Usaha Mina Pedesaan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Tahun Kepdirjen P2HP Nomor 34/KEP-DJP2HP/2014 tentang Pedoman Umum Forum Peningkatan Konsumsi Ikan Nasional (FORIKAN) 10. Kepdirjen P2HP Nomor 35/KEP-DJP2HP/2014 tentang Pedoman Mobil Alih Teknologi dan Informasi (ATI) 11. Kepdirjen P2HP Nomor 38/KEP-DJP2HP/2014 tentang Pembangunan Unit Pengolahan Ikan dan Kemitraan dengan Unit Pengolahan Ikan 12. Kepdirjen P2HP Nomor 39/KEP-DJP2HP/2014 tentang Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Ditjen P2HP 13. Kepdirjen P2HP Nomor 40/KEP-DJP2HP/2014 tentang Uraian Tugas Pejabat Struktural di Lingkungan BBP2HP 14. Kepdirjen P2HP Nomor 54/KEP-DJP2HP/2014 tentang Standar Pelayanan Penerbitan Sertifikat Kelayakan Pengolahan 15. Kepdirjen P2HP Nomor 55/KEP-DJP2HP/2014 tentang Standar Pelayanan Penerbitan Izin Pemasukan Hasil Perikanan 16. Kepdirjen P2HP Nomor 70/KEP-DJP2HP/2014 tentang Petunjuk Teknis Sistem Logistik Ikan Nasional 17. Kepdirjen P2HP Nomor 71/KEP-DJP2HP/2014 tentang Pedoman Pengembangan Sarana Pemasaran Dalam Negeri 18. Kepdirjen P2HP Nomor 72/KEP-DJP2HP/2014 tentang Pedoman Pengembangan Prasarana Pemasaran Dalam Negeri 19. Kepdirjen P2HP Nomor 74/KEP-DJP2HP/2014 tentang Mekanisme Kerja Penanganan Pengaduan di Lingkungan Ditjen P2HP 20. Kepdirjen P2HP Nomor 82/KEP-DJP2HP/2014 tentang Pedoman Pelayanan Informasi Pasar 21. Kepdirjen P2HP Nomor 86/KEP-DJP2HP/2014 tentang Perubahan Atas Kepdirjen P2HP Nomor 31/KEP-DJP2HP/2014 tentang Pedoman Teknis Pengembangan Usaha Mina Pedesaan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Tahun Kepdirjen P2HP Nomor 98/KEP-DJP2HP/2014 tentang Metode Penghitungan Angka Konsumsi Ikan 23. Kepdirjen P2HP Nomor 119/KEP-DJP2HP/2014 tentang Pedoman Umum Peringatan Hari Ikan Nasional 24. Kepdirjen P2HP Nomor 124A/KEP-DJP2HP/2014 tentang Pedoman Branding Produk Perikanan 25. Kepdirjen P2HP Nomor 125/KEP-DJP2HP/2014 tentang Jenis-Jenis Ikan yang Dapat Dimasukkan ke Dalam Wilayah Republik Indonesia 26. Kepdirjen P2HP Nomor 131/KEP-DJP2HP/2014 tentang Pedoman Pengembangan Kelembagaan Pasar Ikan Tradisional Jumlah 26 47

31 12. Jumlah Draft Peraturan Perundang-Undangan Bidang P2HP Peraturan perundang-undangan bidang P2HP didefinisikan sebagai produk hukum yang tingkatannya berada di atas Keputusan/Peraturan Direktur Jenderal, yaitu Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, Keputusan Presiden, Peraturan Menteri KP, dan Keputusan Menteri KP, serta Peraturan Bersama yang ditandatangani oleh Pejabat Negara. Pada tahun 2014, Ditjen P2HP menargetkan diselesaikannya 7 draft peraturan perundang-undangan di bidang P2HP. Sampai dengan akhir tahun 2014, telah disusun 13 peraturan perundang-undangan bidang P2HP, yang terdiri dari 1 Rancangan Peraturan Pemerintah, 1 Keputusan Presiden, 8 Peraturan Menteri KP, 2 Keputusan Menteri KP dan 1 Peraturan Bersama. Pada tahun 2014, pencapaian kinerja ini relatif tinggi, yakni 13 kebijakan dari target yang telah ditetapkan 7 kebijakan, dengan persentase capaian lebih dari 120%. Pencapaian ini meningkat 116,67% apabila dibandingkan dengan pencapaian di tahun 2013, yakni 6 kebijakan. Pencapaian kinerja tersebut diupayakan melalui kegiatan penyiapan substansi teknis rancangan peraturan bidang P2HP di lingkup Ditjen P2HP serta Focus Group Discussion (FGD) dengan pihak terkait yaitu Biro Hukum KKP, Unit Eselon I KKP, Kementerian/Lembaga terkait dan stakeholder lainnya sesuai dengan subtansi peraturan yang dibahas. Tabel Pencapaian IKU-12 Ditjen P2HP, Tahun Pertumbuhan Indikator Kinerja Utama (%) Jumlah draft peraturan perundang-undangan bidang P2HP ,67 Adapun target dan capaian jumlah draft peraturan perundang-undangan bidang P2HP dari tahun dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel Jumlah Draft Peraturan Perundang-Undangan Bidang P2HP, Uraian Tahun Target (Draft Peraturan) 4 7 Realisasi (Draft Peraturan) 6 13 % Capaian 120,00 120,00 48

32 Tabel Daftar Draft Peraturan Perundang-Undangan Bidang P2HP, 2014 No Jenis Peraturan Jumlah Uraian 1. Peraturan Pemerintah 1 1. Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan serta Peningkatan Nilai Tambah Hasil Perikanan 2. Keputusan Presiden 1 2. Keputusan Presiden Nomor 3 Tahun 2014 tentang Hari Ikan Nasional 3. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan 4. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan 8 3. Peraturan Menteri KP Nomor 5/PERMEN-KP/2014 tentang Sistem Logistik Ikan Nasional 4. Peraturan Menteri KP Nomor 21/PERMEN-KP/2014 tentang Larangan Pengeluaran Ikan Hias Anak Ikan Arwana, Benih Ikan Bofia Hidup, dan Ikan Bofia Hidup dari Wilayah Negara RI ke Luar Wilayah Negara RI 5. Peraturan Menteri KP Nomor 44/PERMEN-KP/2014 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri KP Nomor 8/PERMEN-KP/2013 tentang Pengendalian Mutu Mutiara yang Masuk ke Dalam Wilayah RI 6. Peraturan Menteri KP Nomor 46/PERMEN-KP/2014 tentang Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Yang Masuk ke Dalam Wilayah RI 7. Rancangan Peraturan Menteri KP tentang Usaha Pengolahan Ikan 8. Rancangan Peraturan Menteri KP tentang Sertifikat Kelayakan Pengolahan 9. Rancangan Peraturan Menteri KP tentang Skala Usaha Pengolahan Hasil Perikanan 10. Rancangan Peraturan Menteri KP tentang Standardisasi Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Keputusan Menteri KP Nomor 8/KEPMEN-KP/2014 tentang Pemberlakuan Penerapan Standar Nasional Indonesia Produk Perikanan 12. Keputusan Menteri KP Nomor 27/KEPMEN-KP/2014 tentang Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia 6 (Enam) Produk Perikanan Nonkonsumsi 5. Peraturan Bersama Peraturan Bersama Menteri KP dan Kepala BKN Nomor: 1/PERBER-MKP/2014 dan Nomor: 7 Tahun 2014 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2013 tentang Jabatan Fungsional Analis Pasar Hasil Perikanan dan Angka Kreditnya Jumlah 13 49

33 3.2.9 Sasaran Strategis 9 Terselenggaranya Modernisasi Sistem Produksi Kelautan dan Perikanan, Pengolahan, dan Pemasaran Produk Kelautan dan Perikanan yang Optimal dan Bermutu Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaran Terselenggaranya modernisasi sistem produksi kelautan dan perikanan, pengolahan, dan pemasaran produk kelautan dan perikanan yang optimal dan bermutu terdiri atas 6 (enam) indikator kinerja, dengan capaian kinerja sebagai berikut: INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET REALISASI % 13. Utilitas Unit Pengolahan Ikan (%) 75 61,73 82, Pasar ikan di dalam negeri yang dibina menuju ,00 standar (Pasar) 15. Peningkatan jumlah negara tujuan ekspor hasil ,00 perikanan (Negara) 16. Unit Penanganan Pengolahan Hasil Perikanan ,00 Nonkonsumsi (UPPN) yang dibina menuju standar (UPPN) 17. Kelompok pengolah dan pemasar yang meningkat ,00 skala usahanya (Poklahsar) 18. Teknologi pengolahan dan pemasaran hasil perikanan bernilai tambah dan berdaya saing yang diterapkan (Ragam) , Utilitas Unit Pengolahan Ikan Menteri Kelautan dan Perikanan (MKP) telah menegaskan pentingnya akselerasi industrialisasi perikanan. Industrialisasi perikanan dalam arti luas yakni transformasi ke arah perikanan yang bernilai tambah, yang tujuannya meningkatkan nilai tambah produksi perikanan lokal yang selama ini dinikmati para pelaku usaha kecil dan menengah. Dalam perspektif baru industrialisasi perikanan, industri pengolahan ikan memiliki peran sangat penting. Perannya adalah sebagai penghela untuk meningkatkan nilai tambah produk perikanan yang dihasilkan oleh nelayan maupun pembudidaya ikan. Perspektif baru ini mensyaratkan bahwa nilai tambah harus dinikmati para pelaku hulu juga, sehingga upayanya adalah memaksimalkan bahan baku industri dari sumberdaya lokal. Undang-Undang Perikanan Nomor 45/2009 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 31/2004, Pasal 25C ayat 1 menyatakan bahwa Pemerintah membina dan memfasilitasi berkembangnya industri perikanan nasional dengan mengutamakan penggunaan bahan baku dan sumber daya manusia dalam negeri. Salah satu indikator peningkatan nilai tambah 50

34 adalah dengan melihat jumlah produksi dari Unit Pengolahan Ikan (UPI) dalam memanfaatkan kapasitas terpasangnya yang biasa disebut dengan utilitas. Nilai utilitas yang tinggi menunjukkan kinerja membaik dari suatu unit pengolahan. Target utilitas UPI tahun 2014 adalah 75%, dan untuk memenuhi target tersebut Ditjen P2HP melakukan upaya-upaya antara lain: a. Penguatan pasokan bahan baku yang bermutu aman dan bermutu; b. Peningkatan kerjasama antara pemasok bahan baku dan pengolah; c. Monitoring dan evaluasi kepada pengolah. yang dilaksanakan melalui kegiatan-kegitan teknis sebagai berikut: a. Verifikasi Unit Pengolahan Ikan Kegiatan ini sebagai tindak lanjut Peraturan Menteri KP Nomor PER.26/MEN/2013 yang merupakan perubahan dari Peraturan Menteri KP Nomor PER.30/MEN/2012. Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan verifikasi kepada UPI yang masuk ke dalam usaha perikanan tangkap terpadu. b. Monitoring Ketersediaan Bahan Baku di UPI Skala Besar Telah dilakukan monitoring ketersediaan bahan baku di sentra pengolahan dalam rangka pengembangan UPI skala besar. Kegiatan ini bertujuan untuk memantau kinerja UPI melalui kebutuhan bahan baku dan produksinya sehingga dapat diketahui utilitasnya. Dari hasil menitoring tersebut telah didapatkan data yang dirumuskan ke dalam formula matematis sebagai berikut : Utilitas: % kapasitas desain yang sesungguhnya telah dicapai. Output Utilitas (%) Kapasitasdesain Hasil perhitungan sementara utilitas UPI tahun 2014 melalui formula tersebut adalah sebesar 61,73%, atau tercapai 82,31% dari target yang telah ditetapkan sebesar 75%. Utilitas UPI tahun 2014 ini terdiri dari utilitas UPI udang (56,81%), UPI ikan lainnya (66,09%), dan UPI TTC (57,73%). Tabel Pencapaian IKU-13 Ditjen P2HP, Indikator Kinerja Utama Tahun Pertumbuhan (%) Utilitas UPI (%) 60,33 60,63 65,83 70,39 61,73 0,92 (12,30) - TTC 53,03 53,44 55,96 59,86 57,73 2,22 (3,56) - Udang 51,86 52,24 60,06 65,70 56,81 2,89 (13,53) - Ikan Lainnya 76,11 76,21 81,47 85,60 66,09 (2,67) (22,79) 51

35 Utilitas UPI pada tahun 2014 ini menurun sebesar 12,30% apabila dibandingkan dengan utilitas UPI pada tahun 2013, yakni sebesar 70,39%. Meskipun menurun dalam setahun terakhir, namun demikian selama kurun periode Renstra Ditjen P2HP ( ), utilitas UPI meningkat rata-rata sebesar 0,92% per tahun, yakni dari 60,33% pada tahun 2010 menjadi 61,73% pada tahun UPI udang dan ikan lainnya memberikan kontribusi yang relatif tinggi terhadap peningkatan utilitas UPI. Adapun target dan capaian utilitas UPI dari tahun dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel Utilitas UPI, Uraian Tahun Target (%) Realisasi (%) 70,39 61,73 % Capaian 100,56 82,31 Utilitas UPI yang relatif rendah disebabkan antara lain: a. Transportasi Permasalahan distribusi dari sentra produksi ke sentra pengolahan menjadi hal krusial yang penting, mengingat bahwa lebih dari 70-80% tangkapan terutama cakalang dihasilkan di wilayah timur perairan Indonesia, sementara industri pengolahan ikan berada di wilayah bagian barat, khususnya Jawa-Bali. b. Ketepatan pasokan bahan baku dan sistem produksi Secara faktual, usaha pengolahan ikan masih menghadapi kendala pada pasokan bahan baku, terutama adanya fluktuasi pasokan yang terkait dengan dinamika produksi bahan baku terutama pada penangkapan. c. Jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan Permasalahan terhadap jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan terutama pada tahap penyediaan mutu bahan baku di tingkat supplier yang masih memiliki tingkat kesadaran penerapan mutu yang rendah di unit penanganannya. Rendahnya utilitas UPI juga mengakibatkan capaian volume produk olahan pada UPI skala besar juga menurun. Capaian volume produk olahan pada UPI skala besar tahun 2013 sebesar 2,2 juta ton menurun menjadi 1,76 juta ton pada tahun

36 Untuk mengatasi hal tersebut, telah dilakukan upaya-upaya untuk menjalin kerjasama yang baik antara pemasok bahan baku dan pengolah sehingga pengolah tidak mengalami kendala yang berarti dalam hal pasokan bahan baku, antara lain melalui peningkatan pembinaan mutu di atas kapal, penegakan aturan wajib mendaratkan hasil tangkapan di pelabuhan, penguatan kerjasama antara kapal penangkap dengan UPI dan impor ikan jenis tertentu yang tidak ada di Indonesia untuk diolah dan dire-ekspor atau untuk substitusi produk impor. Upaya-upaya lain yang perlu dilakukan adalah: a. Berkoordinasi dengan instansi terkait, dalam rangka penyediaan transportasi untuk bahan baku dari sentra produksi ke sentra pengolahan; b. Memperkuat penerapan peraturan Menteri KP Nomor PER.57/MEN/2014 tentang usaha perikanan tangkap terpadu agar usaha penangkapan memasok bahan baku ke UPI; c. Melakukan pembinaan secara intensif kepada supplier. 14. Pasar Ikan di Dalam Negeri yang Dibina Menuju Standar Pembinaan pasar ikan merupakan tugas besar yang memerlukan koordinasi dan sinergi lingkup Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dengan Pemerintah Daerah dan Kementerian/Lembaga Non Kementerian terkait. Berdasarkan rumusan yang telah ditetapkan organisasi, tercapainya indikator tersebut ditandai dengan terpenuhinya hal-hal sebagai berikut: a. Kunjungan langsung ke pasar ikan tradisional; b. Pelaksanaan kegiatan bimbingan teknis/pelatihan pengelolaan pasar dengan melibatkan pengelola pasar dan pedagang pasar; c. Penyebarluasan bahan pembinaan dan informasi pasar (poster, brosur, buku pedoman, CD, dll); d. Pembangunan dan penyempurnaan pasar ikan; e. Fasilitasi sarana pemasaran di pasar ikan. Sampai dengan akhir tahun 2014, telah dilaksanakan pembinaan pasar ikan, atau tercapai 100%. Pencapaian ini sama dengan pencapaian tahun sebelumnya, mengingat pembinaan pasar ikan sebagaimana diamanatkan dalam Rencana Strategis (Renstra) Ditjen P2HP Tahun akan dilaksanakan secara konsisten dan terus menerus. 53

37 Tabel Pencapaian IKU-14 Ditjen P2HP, Tahun Pertumbuhan Indikator Kinerja Utama (%) Pasar ikan dalam negeri yang dibina menuju standar Adapun target dan capaian jumlah pasar ikan dalam negeri yang dibina menuju standar dari tahun dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel Pasar Ikan Dalam Negeri yang Dibina Menuju Standar, Uraian Tahun Target (Pasar) Realisasi (Pasar) % Capaian 100,00 100,00 Tabel Pembinaan Pasar Ikan Dalam Negeri, 2014 No Provinsi Pasar Ikan Pasar Ikan No Provinsi (Unit) (Unit) 1 Aceh Nusa Tenggara Barat Sumatera Utara Nusa Tenggara Timur 82 3 Sumatera Barat Kalimantan Barat Riau Kalimantan Tengah 40 5 Jambi Kalimantan Selatan Sumatera Selatan Kalimantan Timur 99 7 Bengkulu Sulawesi Utara 60 8 Lampung Sulawesi Tengah Kep. Bangka Belitung Sulawesi Selatan Kepulauan Riau Sulawesi Tenggara DKI Jakarta Gorontalo Jawa Barat Sulawesi Barat Jawa Tengah Maluku DI Yogyakarta Maluku Utara Jawa Timur Papua Barat Banten Papua Bali 204 Jumlah Beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan dalam rangka mendukung capaian kinerja di atas antara lain: a. Inisiasi pembentukan Pembina Pasar Ikan melalui Keputusan Direktur Jenderal P2HP Nomor 37/KEP-DJP2HP/2014 tanggal 24 Maret 2014 tentang Tim Pembina Pasar Ikan; b. Penyusunan modul teknis bagi para pemangku kepentingan yang terdapat di pasar ikan; c. Pemetaan pasar di 3 wilayah (Indonesia Barat, Tengah dan Timur); d. Pembinaan langsung ke beberapa lokasi pasar terpilih; e. Penyusunan dan penyebarluasan materi sosialisasi berupa poster; 54

38 f. Penyusunan dan penyebarluasan Pedoman Penyempurnaan Klasifikasi Pasar Ikan kepada seluruh Provinsi; g. Pembinaan pasar ikan di Indonesia melalui dekonsentrasi di setiap Provinsi; h. Bimbingan teknis kepada pembina pasar di 33 Provinsi; i. Pembangunan pasar ikan baru menggunakan mekanisme APBN; j. Penyempurnaan bangunan fungsional fisik pasar ikan termasuk melengkapi sarana pemasaran/penjualan ikan. 15. Peningkatan Jumlah Negara Tujuan Ekspor Hasil Perikanan Pengembangan ekspor produk perikanan di pasar internasional masih mengalami kendala dalam menghadapi hambatan-hambatan di negara tujuan ekspor. Hambatan ekspor dibedakan menjadi hambatan teknis dan non teknis. Hambatan teknis antara lain berkaitan dengan persyaratan mutu dan sanitasi. Sedangkan hambatan non teknis antara lain tarif. Negara-negara eksportir tersebut memiliki persyaratan, standar dan prosedur yang berbeda dalam pengujian produk hasil perikanan Indonesia. Produk perikanan Indonesia yang tidak sesuai dengan standar mutu dan persyaratan keamanan pangan negara mitra, akan menghadapi masalah penolakan atau penahanan sementara. Kasus hambatan ekspor sering terjadi di negara tujuan ekspor, antara lain penahanan sementara (automatic detention) di Amerika Serikat, Rapid Alert System for Food and Feed (RASFF) di Uni Eropa, pelarangan ekspor produk kekerangan oleh Uni Eropa sejak tahun 1998, pemberlakuan EC Regulation Nomor 852, 853, 854/2004 tentang spesifik higienis makanan pada Januari 2006, serta kasus-kasus penolakan mutu ekspor produk perikanan Indonesia di Jepang, Korea, Kanada, dan China. Sebagai contoh hambatan ekspor yang memberikan dampak yang cukup signifikan adalah temporary restriction produk perikanan Indonesia ke Rusia. Indonesia dan Rusia telah menandatangani Arrangement on Quality Control and Hygiene Safety of Import and Export Fish and Fishery Products pada bulan April Pengaturan ini ditujukan untuk mengadakan kerjasama bidang mutu dan keamanan produk impor dan ekspor perikanan untuk mendorong saling pengertian dan kepercayaan kedua pihak. Sejak penandatanganan, perdagangan bilateral produk perikanan kedua negara terus tumbuh. Namun demikian, Rusia telah menerapkan temporary restriction terhadap produk perikanan yang berasal dari Indonesia sejak 1 Juli 2013 yang disebabkan oleh temuan yang kurang memuaskan 55

39 dari Joint Inspection yang dilaksanakan oleh Rosselkhoznadzor, Otoritas Kompeten Rusia. Hal ini menyebabkan pengembangan ekspor perikanan Indonesia ke Rusia jadi terhambat dan Indonesia berpotensi kehilangan devisa yang cukup besar. Peningkatan jumlah negara tujuan ekspor hasil perikanan dilakukan melalui kegiatan identifikasi, penjajakan, merawat pasar/misi dagang untuk mengetahui potensi pasar, mempertahankan pasar dan peluang kerjasama pemasaran dengan negara tersebut, baik di pasar produktif, prospektif maupun potensial. Pada tahun 2014, IKU dimaksud ditargetkan sebanyak 5 negara. Sampai dengan Desember 2014, capaian IKU tersebut mencapai 100%, atau telah dilaksanakan di 5 negara tujuan ekspor, yaitu Norwegia, Spanyol, Rusia, Singapura dan Filipina. Pencapaian ini meningkat 66,67% dibandingkan pencapaian tahun 2013, yakni 3 Negara. Pencapaian ini juga menjadikan kinerja ini tumbuh 16,67% dalam kurun waktu 5 tahun periode Renstra Ditjen P2HP , atau telah dapat dicapai sebanyak 17 Negara tujuan ekspor. Indikator Kinerja Utama Peningkatan jumlah negara tujuan ekspor hasil perikanan (Negara) Tabel Pencapaian IKU-15 Ditjen P2HP, Tahun Pertumbuhan (%) ,67 66,67 Ukraina Ceko Viet Nam Amerika Rusia Ceko Turki China Serikat Norwegia Uni Emirat India Belgia Portugal Spanyol Arab Australia Singapura Filipina Adapun target dan capaian peningkatan jumlah negara tujuan ekspor hasil perikanan dari tahun dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel Peningkatan Jumlah Negara Tujuan Ekspor Hasil Perikanan, Uraian Tahun Target (Negara) Realisasi (Negara) % Capaian 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Kegiatan yang dilakukan untuk mendukung capaian kinerja ini antara lain: a. Peningkatan akses pasar hasil perikanan Indonesia di luar negeri, yang diimplementasikan melalui pelaksanaan: (i) Diseminasi peningkatan akses pasar dalam rangka industrialisasi hasil perikanan Indonesia; (ii) Temu koordinasi pengembangan ekspor hasil perikanan komoditas industrialisasi; (iii) Penyusunan buku pedoman ekspor; dan (iv) Pembinaan eksportir hasil perikanan skala UKM; 56

40 b. Pengamanan dan perlindungan akses pasar, yang diimplementasikan melalui pelaksanaan: (i) Sosialisasi persyaratan ekspor ke negara mitra; (ii) Temu koordinasi perudangan Indonesia; (iii) Upaya penanganan hambatan teknis ekspor hasil perikanan Indonesia terkait dengan tuduhan anti subsidi atas udang Indonesia (Counterveilling Duties CVD) oleh Amerika; dan (iv) Pembinaan eksportir hasil perikanan di lokus industrialisasi. 16. Unit Penanganan Pengolahan Hasil Perikanan Nonkonsumsi (UPPN) yang Dibina Menuju Standar Dalam kurun waktu tahun , Ditjen P2HP telah meregistrasi UPPN. Sebagai tindak lanjut dari proses registrasi tersebut, Ditjen P2HP akan melakukan pembinaan terhadap UPPN dalam rangka menumbuhkembangkan UPPN menuju standar, bermutu, serta berdaya saing. Pada tahun 2014, jumlah UPPN yang dibina menuju standar ditargetkan sebanyak 350 UPPN. Sampai dengan akhir tahun 2014, pembinaan UPPN telah dilaksanakan di 350 UPPN, atau tercapai lebih dari 100%. Pencapaian tahun 2014 ini meningkat 14,38% apabila dibandingkan dengan pencapaian tahun 2013, yakni 306 UPPN. Tabel Pencapaian IKU-16 Ditjen P2HP, Tahun Pertumbuhan Indikator Kinerja Utama (%) UPPN yang dibina menuju standar (UPPN) ,38 Adapun target dan capaian UPPN yang dibina menuju standar dari tahun dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel UPPN yang Dibina Menuju Standar, Uraian Tahun Target (UPPN) Realisasi (UPPN) % Capaian 120,00 100,00 Pembinaan UPPN menuju standar dilakukan melalui kegiatan sosialisasi standardisasi produk nonkonsumsi, optimalisasi sarana prasarana produk nonkonsumsi, bimbingan teknis UMKM produk nonkonsumsi, bimbingan teknis industri dan sosialisasi ragam produk nonkonsumsi, serta fasilitasi promosi dan jaringan pasar produk nonkonsumsi melalui kegiatan pameran, baik di dalam maupun luar negeri. 57

41 UPPN yang dibina menuju standar adalah UPPN yang telah mendapatkan Nomor Registrasi dalam bentuk sertifikat yang ditandatangani oleh Direktur Jenderal P2HP tahun sebelumnya. Usulan registrasi UPPN disampaikan oleh Kepala Dinas KP Provinsi setelah diverifikasi oleh Tim Teknis Daerah di lapangan, dan oleh Tim Teknis Pusat diverifikasi melalui dokumen untuk mendapatkan persetujuan dan penandatanganan sertifikat oleh Direktur Jenderal P2HP. Tabel Daftar UPPN yang Dibina, 2014 No Provinsi UPPN UPPN No Provinsi (Unit) (Unit) 1 Aceh 8 10 DI Yogyakarta 24 2 Sumatera Barat 3 11 Jawa Timur 40 3 Jambi Bali 20 4 Lampung Nusa Tenggara Barat 2 5 Kepulauan Bangka Belitung 3 14 Nusa Tenggara Timur 9 6 Kepulauan Riau Kalimantan Barat 10 7 DKI Jakarta Kalimantan Timur 24 8 Jawa Barat Maluku 43 9 Jawa Tengah 19 Jumlah 350 Kegiatan Registrasi dan Verifikasi UPPN telah dilaksanakan di 33 Provinsi sejak tahun 2011, yang dimulai dengan pilot project di 3 Provinsi (DKI Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Timur). Salah satu tujuan dilaksanakan kegiatan registrasi UPPN adalah akan dapat memberikan jaminan baik bagi regulator/pemerintah maupun produsen/pelaku usaha dalam ketersediaan basis data sehingga akan memudahkan akses informasi dalam pembinaan dan fasilitasi yang diperlukan. Di era perdagangan global, pelaku usaha yang teregistrasi menjadi lebih penting nilainya bahkan jika dilihat dari sisi penerapan standar sekalipun, karena dapat menghindari praktek-praktek illegal bisnis yang seringkali ditemui dilapangan. Registrasi UPPN dilakukan sesuai Keputusan Direktur Jenderal P2HP Nomor 017/KEP-DJP2HP/2013 tentang Pedoman Umum Registrasi Unit Penanganan, Pengolahan Hasil Perikanan Nonkonsumsi, dengan kelompok produk yang diregistrasi meliputi ikan hias, mutiara, tanaman hias air, kerajinan (kulitikan/kerang, sisik, dll.),minyak ikan untuk medis/farmasi dan kosmetik, tepung ikan untuk pakan dan pupuk, garam untuk laboratorium, industri, dan medis/farmasi, tulang ikan untuk medis/farmasi, kitin dan atau kitosan, kolagen untuk medis/farmasi dan kosmetik, gelatin, silase untuk bahan pakan, rumput laut untuk medis/farmasi dan kosmetik, produk bioteknologi kelautan/perikanan, artemia, bubuk/powder kulit kerang mutiara untuk kosmetik, dan albumin ikan gabus untuk medis. 58

42 17. Kelompok Pengolah dan Pemasar yang Meningkat Skala Usahanya Pelaksanaan prioritas penanggulangan kemiskinan dilaksanakan melalui rencana aksi Peningkatan Integrasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Kelautan dan Perikanan (PNPM Mandiri KP), dimana dalam pelaksanaannya diimplementasikan menjadi kegiatan Pengembangan Usaha Mina Pedesaan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (PUMP-P2HP). PUMP-P2HP merupakan kegiatan pemberdayaan dimana salah satunya melalui fasilitasi bantuan pengembangan usaha bagi pengolah dan pemasar hasil perikanan dalam wadah Kelompok Pengolah dan Pemasar (Poklahsar). Fasilitas bantuan tersebut berupa penyaluran Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) yang diberikan kepada Poklahsar yang tersebar di 242 Kabupaten/Kota pada 33 Provinsi senilai Rp 30 miliar. Penyaluran BLM PUMP-P2HP dilakukan melalui beberapa tahapan yang meliputi penetapan Pedoman Teknis PUMP-P2HP Tahun 2014 oleh Direktur Jenderal P2HP, pelaksanaan verifikasi Poklahsar calon penerima secara berjenjang dari Kabupaten/Kota hingga pusat, penetapan Poklahsar penerima PUMP-P2HP sebanyak 3 tahap dan penyaluran BLM PUMP-P2HP. Peningkatan skala usaha Poklahsar dapat dilihat atau ditentukan dengan menghitung elastisitas produksi. Elastisitas produksi dihitung berdasarkan besaran koefisien faktor-faktor produksi pada fungsi produksi. Secara umum, apabila terjadi peningkatan pada faktor-faktor produksi, maka dapat dikatakan skala usaha unit usaha tersebut juga meningkat. Faktor-faktor produksi tersebut diantaranya peralatan, tenaga kerja, modal, lahan, dsb. Kegiatan penyaluran BLM PUMP-P2HP merupakan kegiatan yang berisi penyaluran bantuan berupa uang tunai sebesar Rp 30 juta kepada Poklahsar. Bantuan tersebut seluruhnya harus habis dibelanjakan peralatan pengolahan dan pemasaran yang ditentukan Poklahsar tersebut sesuai dengan Pedoman Teknis PUMP-P2HP. Dalam ketentuan di Pedoman Teknis, setiap Poklahsar dipersyaratkan untuk menambah anggota baru sebanyak 20% dari jumlah anggota semula. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, dengan adanya penyaluran BLM PUMP- P2HP diasumsikan terjadi peningkatan pada nilai asset peralatan dan penambahan anggota baru (cateris paribus), maka skala usaha Poklahsar tersebut juga meningkat. 59

43 Peningkatan skala usaha Poklahsar dapat dilihat atau ditentukan dengan menghitung elastisitas produksi. Elastisitas produksi dihitung berdasarkan besaran koefisien faktor-faktor produksi pada fungsi produksi. Secara umum, apabila terjadi peningkatan pada faktor-faktor produksi, maka dapat dikatakan skala usaha unit usaha tersebut juga meningkat. Faktor-faktor produksi tersebut diantaranya peralatan, tenaga kerja, modal, lahan, dsb. Sehingga dapat dikatakan bahwa Poklahsar penerima PUMP-P2HP tahun 2014 mengalami peningkatan pada nilai aset peralatan dan penambahan anggota baru sebagai bentuk peningkatan skala usaha. Ke depan, akan dilakukan perbaikan teknik perhitungan dan definisi IKU yang sesuai dengan kondisi di lapangan. Indikator Kinerja Utama Poklahsar yang meningkat skala usahanya Tabel Pencapaian IKU-17 Ditjen P2HP, Tahun Pertumbuhan (%) ,10 (33,33) Pada tahun 2014 terdapat Poklahsar yang meningkat skala usahanya, atau tercapai 100% sesuai target yang telah ditetapkan. Pencapaian pada tahun 2014 ini relatif menurun sebesar 33,33% apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yakni sebesar Poklahsar. Hal ini dikarenakan intervensi kegiatan PUMP-P2HP melalui penyaluran BLM terkendala oleh ketersediaan anggaran yang hanya dapat menjangkau Poklahsar. Ketersediaan anggaran itupun relatif sedikit, dikarenakan penghematan anggaran Pemerintah sehingga jumlah BLM per kelompok hanya Rp 30 juta, menurun apabila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, yakni Rp 50 juta. Sedangkan selama kurun periode Renstra Ditjen P2HP ( ), pencapaian IKU ini relatif meningkat rata-rata sebesar 78,1% per tahun, yakni dari 408 Poklahsar pada tahun 2011 menjadi Poklahsar pada tahun Adapun target dan capaian Poklahsar yang meningkat skala usahanya dari tahun dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel Poklahsar yang Meningkat Skala Usahanya, Uraian Tahun Target (Poklahsar) Realisasi (Poklahsar) % Capaian 100,00 100,00 100,00 100,00 60

44 Program PUMP-P2HP telah berjalan sejak tahun 2011, dan sampai saat ini ( ) Ditjen P2HP telah menyalurkannya kepada Poklahsar dengan nilai sebesar Rp 200,4 Miliar, dengan rincian: (1) tahun 2011 sebanyak 408 Poklahsar yang tersebar pada 53 Kabupaten/Kota di 22 Provinsi dengan nilai Rp 20,4 Miliar; (2) tahun 2012 sebanyak Poklahsar yang tersebar pada 145 Kabupaten/Kota di 33 Provinsi dengan nilai Rp 75 Miliar; (3) tahun 2013 sebanyak Poklahsar yang tersebar pada 243 Kabupaten/Kota di 33 Provinsi dengan nilai Rp 75 Miliar; dan (4) tahun 2014 sebanyak kepada Poklahsar yang tersebar di 242 Kabupaten/Kota di 33 Provinsi dengan nilai Rp 30 Miliar. Tabel Distribusi Kegiatan PUMP-P2HP, 2014 No Provinsi Jumlah Jumlah No Provinsi Kab/Kota Poklahsar Kab/Kota Poklahsar 1 Aceh NTB Sumut NTT Sumbar Kalbar Riau Kalteng Jambi Kalsel Sumsel Kaltim Bengkulu Sulut Lampung Sulteng Babel Sulsel Kepri Sultra DKI Jakarta Gorontalo Jawa Barat Sulbar Jawa Tengah Maluku DIY Malut Jawa Timur Papua Banten Papua Barat Bali 7 36 Total Pelaksanaan PUMP-P2HP dievaluasi setiap tahun oleh Penyuluh Perikanan Tenaga Kontrak (PPTK) yang merupakan pendamping Poklahsar dalam pemanfaatan fasilitas bantuan pengembangan usaha. Sejak tahun 2012 hingga saat ini, PPTK telah melakukan evaluasi perkembangan PUMP-P2HP dengan menggunakan kriteria keberhasilan yang terbagi dalam 4 kategori, yaitu: Peningkatan Produksi Tabel Kriteria Keberhasilan PUMP-P2HP Peningkatan Pendapatan Kriteria Peningkatan Jumlah Tabungan Kelompok Akses Terhadap KUR/KKP-E/ Kredit Program Lainnya Kategori V V V V Sangat berhasil V V - - Berhasil V Belum berhasil Tidak berhasil 61

45 Poklahsar termasuk dalam kategori sangat berhasil dan berhasil jika Poklahsar tersebut mampu meningkat produksi secara kontinyu, terjadi peningkatan pendapatan, peningkatan jumlah tabungan dan akses terhadap perbankan, dan dikatakan belum berhasil dan tidak berhasil jika Poklahsar tersebut hanya mampu berproduksi saja tanpa ada peningkatan pendapatan. Berdasarkan hasil evaluasi PPTK pendamping PUMP-P2HP sampai dengan 20 November 2014, diketahui bahwa pelaksanaan PUMP-P2HP tahun 2011, 2012, dan 2013 termasuk kategori berhasil dan sangat berhasil, yakni sebesar 91,84% pada tahun 2011, sebesar 94,83% pada tahun 2012 dan 95,73% pada tahun Hanya sebagian kecil yang termasuk dalam kategori belum berhasil dan tidak berhasil, yakni sebesar 8,16% pada tahun 2011, sebesar 5,17% pada tahun 2012 dan 4,27% pada tahun Hasil evaluasi secara rinci adalah sebagai berikut: 1. Evaluasi PUMP-P2HP Tahap I (11 Juni 2014) 2. Evaluasi PUMP-P2HP Tahap II (14 Juli 2014) 3. Evaluasi PUMP-P2HP Tahap III (Oktober 2014) 62

46 Sementara itu, evaluasi pelaksanaan PUMP-P2HP tahun 2014 belum dapat dilaksanakan secara menyeluruh karena sebagian Poklahsar masih dalam tahap pemanfaatan bantuan untuk proses produksi. Hasil evaluasi sementara dapat diketahui bahwa terdapat 2,16% Poklahsar yang termasuk kategori sangat berhasil, 51,80% Poklahsar termasuk dalam kategori berhasil, dan 46,04% masih dalam proses produksi, sebagaimana pada gambar di bawah ini. Keberhasilan pelaksanaan PUMP-P2HP merupakan hasil sinergitas antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan masyarakat sebagai target sasaran, karena dalam pelaksanaan PUMP P2HP melibatkan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten/Kota sebagai Tim Teknis, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi sebagai Tim Pembina, Ditjen P2HP sebagai POKJA PUMP-P2HP dan Sekretariat Jenderal KKP sebagai Tim Koordinasi. Dalam pelaksanaan operasionalnya, telah dilaksanakan beberapa kegiatan sebagai berikut: 1. Sosialisasi dan Asistensi Pelembagaan PUMP-P2HP 2. Penyusunan Pedoman Teknis PUMP P2HP yang telah ditetapkan melalui Keputusan Dirjen P2HP nomor 31/KEP-DJP2HP/2014 tanggal 3 Maret 2014 yang diperbarui dengan Nomor 86/KEP-DJP2HP/2014 tanggal 2 Juli Verifikasi POKLAHSAR, finalisasi dokumen dan pendampingan pelaksanaan PUMP-P2HP 4. Workshop dan gelar produk Poklahsar 5. Monitoring pelaksanaan PUMP-P2HP dilaksanakan oleh POKJA PUMP-P2HP pada September-Desember Dalam monitoring tersebut, diperoleh hasil bahwa pemanfaatan PUMP-P2HP telah selesai dilaksanakan untuk penyaluran Tahap I dan II. Sedangkan penyaluran Tahap III masih dalam proses pencairan dan pemanfaatan PUMP P2HP. 63

47 Kendala dalam pelaksanaan PUMP-P2HP adalah: (1) kontinyuitas ketersediaan bahan baku Poklahsar; (2) kurangnya pengetahuan Poklahsar dalam melakukan pengolahan dan pemasaran sesuai dengan standar sanitasi dan higienitas; (3) keterbatasan Poklahsar dalam mengembangkan jaringan pemasaran; (4) keterbatasan Poklahsar dalam melakukan pengemasan produk; (5) kurangnya pengetahuan Poklahsar dalam mengurus perijinan usaha dan produk; dan keengganan Poklahsar dalam melakukan akses permodalan kepada lembaga perbankan. Beberapa upaya yang dilakukan oleh Ditjen P2HP untuk mengatasi kendala tersebut adalah: (1) memfasilitasi kemitraan antara penerima PUMP P2HP penyedia bahan baku (penerima PUMP Perikanan Budidaya dan Tangkap) untuk mendukung kontinyuitas ketersediaan bahan baku; (2) memberikan bimbingan teknis kepada Poklahsar terkait teknik pengolahan, pengemasan dan pemasaran yang sesuai dengan standar sanitasi dan higienitas; (3) memfasilitasi kemitraan dengan pedagang besar; (4) bimbingan dalam pengurusan perijinan usaha dan produk; dan (5) menyaring Poklahsar yang berhasil untuk diusulkan memperoleh Program Branding. 18. Teknologi Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Bernilai Tambah dan Berdaya Saing yang Diterapkan Sesuai dengan visi Ditjen P2HP yaitu terwujudnya produk perikanan prima yang berdaya saing tinggi di pasar domestik dan internasional, sudah seharusnya produk perikanan dari budidaya maupun penangkapan dapat diolah menjadi produkproduk yang bernilai tambah sehingga memliki daya saing yang lebih tinggi. Daya saing yang dimaksud mencakup mutu, jaminan keamanan dan harga. Ditjen P2HP melalui Unit Pelaksana Teknis, yakni Balai Besar Pengujian Penerapan Hasil Perikanan (BBP2HP) mempunyai salah satu fungsi untuk mengembangkan inovasi produk, alat dan mesin serta desain kemasan yang profitable, disamping juga mendesain layout UPI. Indikator Kinerja Utama Teknologi P2HP bernilai tambah dan berdaya saing yang diterapkan (Ragam) Tabel Pencapaian IKU-18 Ditjen P2HP, Tahun Pertumbuhan (%) ,77 (7,89) 64

48 Pada tahun 2014, teknologi P2HP bernilai tambah dan berdaya saing yang diterapkan ditargetkan sebanyak 35 ragam. Selama tahun 2014, telah dihasilkan sebanyak 35 ragam teknologi P2HP bernilai tambah dan berdaya saing yang diterapkan (100%). Adapun target dan capaian teknologi P2HP bernilai tambah dan berdaya saing yang diterapkan dari tahun dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel Teknologi P2HP Bernilai Tambah dan Berdaya Saing yang Diterapkan, Uraian Tahun Target (Ragam) Realisasi (Ragam) % Capaian 100,00 100,00 103,57 111,76 100,00 Untuk mendukung pencapaian IKU di atas, telah dilaksanakan beberapa kegiatan, meliputi: a. Ragam produk konsumsi dan nonkonsumsi, meliputi identifikasi dan verifikasi, uji coba, uji lanjutan, preferensi konsumen, evaluasi dan penyusunan laporan; b. Ragam kegiatan rancang bangun alat, ragam kemasan dan rancang bangun desain layout UPI secara garis besar, meliputi persiapan, pembuatan desain alat/label dan kemasan/layout, pembuatan ragam produk final, evaluasi dan pelaporan; c. Kegiatan rancang bangun alat dilakukan uji coba operasional alat dan untuk kegiatan rancang bangun desain layout juga dilakukan pembuatan ilustrasi digital dan pembuatan animasi. Namun demikian, meskipun target kinerja tercapai, dalam proses pencapaian kinerja ini terkendala beberapa hal, antara lain adanya berbagai proses perekayasaan yang harus dilakukan berulang, keterbatasan SDM fungsional khususnya perekayasa dan fasilitas pendukung yang terbatas. Untuk mengatasi hal tersebut, pada tahun yang akan datang target ragam inovasi akan disesuaikan dengan ketersediaan jumlah tenaga fungsional perekayasa dan meningkatkan sarana pendukung workshop pengolahan. 65

49 No Tabel Daftar Teknologi P2HP Bernilai Tambah dan Berdaya Saing, Inovasi Teknologi Pengolahan Rumput Laut dan Mangrove Teknologi P2HP Bernilai Tambah dan Berdaya Saing yang Diterapkan Jenis Target Realisasi % Uraian 3 Ragam 3 Ragam Dimsum Rumput Laut 2. Pai Rumput Laut 3. Kopi rumput laut 2 Inovasi Teknologi Alat dan Mesin Pengolahan dan Pemasaran 3 Inovasi Teknologi Pengemasan dan Pelabelan Produk 4 Inovasi Teknologi Pengolahan Berbasis Ikan Laut 5 Inovasi Teknologi Pengolahan Berbasis Ikan Air Tawar 6 Inovasi Teknologi Pengolahan Produk Non Konsumsi Berbasis Rumput Laut 7 Inovasi Teknologi Pengolahan Produk Non Konsumsi Berbasis Ikan 8 Inovasi Desain Layout Unit Pengolahan Ikan 6 Ragam 6 Ragam Mini Portable Naget Forming Machine 5. Mini fishball Machine 6. Portable pemotong kerang 7. Both Pemasaran 8. Showcase penghangat untuk pemasaran 9. Showcase pendingin untuk pemasaran 9 Ragam 9 Ragam Kemasan dan label Pai Rumput Laut 11. Kemasan dan label Dimsum Rumput Laut 12. Kemasan dan label Cookie patin 13. Kemasan dan label Samosa tuna 14. Kemasan dan label Snack mie bandeng 15. Kemasan dan label Minyak ikan 16. Kemasan dan label Masker Rumput Laut 17. Kemasan dan label Tofu bandeng 18. Kemasan dan label Snack bar bandeng 2 Ragam 2 Ragam Samosa tuna 20. Bakso ikan 6 Ragam 6 Ragam Cookies Patin 22. Snack Mie Bandeng 23. Tofu Bandeng 24. Snack Bar Bandeng 25. Bandeng Asam Manis dalam pouch 26. Bandeng Saos Padang dalam pouch 3 Ragam 3 Ragam Karagenan 28. Masker rumput laut 29. Hiasan kekerangan 2 Ragam 2 Ragam Tepung Ikan 31. Minyak Ikan 4 Ragam 4 Ragam Desain layout UPI Pengolahan Kerupuk Ikan 33. Desain layout UPI Cold Storage 34. Desain Layout Pasar Ikan 35. Desain Layout Pasar Ikan Hias Total 35 Ragam 35 Ragam 111,76 66

50 Sasaran Strategis 10 Terselenggaranya Pengendalian Impor, Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaran terselenggaranya pengendalian impor, pengolahan dan pemasaran hasil perikanan hanya terdiri atas 1 (satu) indikator kinerja, dengan capaian kinerja sebagai berikut: INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET REALISASI % 19. Persentase nilai impor hasil perikanan sesuai standar mutu yang dikendalikan dalam rangka memenuhi kebutuhan pasar dan industri terhadap nilai ekspor (%) < 20% terhadap Nilai Ekspor 9,97% terhadap Nilai Ekspor 120, Persentase Nilai Impor Hasil Perikanan Sesuai Standar Mutu yang Dikendalikan dalam rangka Memenuhi Kebutuhan Pasar dan Industri Terhadap Nilai Ekspor Dalam upaya melakukan pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan yang masuk ke dalam wilayah Negara Republik Indonesia, Kementerian Kelautan dan Perikanan telah menerbitkan beberapa peraturan, dimulai pada tahun 2010 dengan Peraturan Menteri KP Nomor PER.17/MEN/2010 dan diperbaharui menjadi PER.15/MEN/2011 pada tahun 2011, serta terakhir dilakukan penyesuaian menjadi Peraturan Menteri KP Nomor 46/PERMEN-KP/2014 pada tahun Dalam implementasinya, Peraturan Menteri KP tersebut telah ditindaklanjuti dengan Keputusan Direktur Jenderal P2HP Nomor 125/KEP-DJP2HP/2014 tentang Penetapan Jenis-Jenis Hasil Perikanan yang dapat dimasukkan ke dalam Wilayah Negara Republik Indonesia. Pada periode diperkirakan nilai impor meningkat rata-rata sebesar 5,4% per tahun, atau meningkat 1,13% dalam kurun waktu setahun terakhir. Setiap tahunnya, persentase nilai impor hasil perikanan sesuai standar mutu yang harus dikendalikan dalam rangka memenuhi kebutuhan pasar dan industri terhadap nilai ekspor adalah kurang dari 20% terhadap nilai ekspor. Sampai dengan akhir tahun 2014, nilai impor diperkirakan mencapai US$ 462,41 juta atau 9,97% terhadap nilai ekspor, atau tercapai lebih dari 120%. Dalam kurun waktu setahun terakhir, persentase nilai impor hasil perikanan terhadap nilai ekspor diperkirakan menurun sebesar 8,83%. Sama halnya dengan pertumbuhan 67

51 dalam setahun terakhir, dalam periode 5 tahun terakhir pelaksanaan Renstra Ditjen P2HP tahun , persentase nilai impor hasil perikanan terhadap nilai ekspor diperkirakan menurun rata-rata sebesar 6,95% per tahun. Uraian Tabel Pencapaian IKU-19 Ditjen P2HP, Tahun Pertumbuhan (%) * Nilai Ekspor (US$ 1.000) ,96 10,92 Nilai Impor (US$ 1.000) ,40 1,13 % Nilai Impor thd Nilai Ekspor 13,67 13,99 10,70 10,93 9,97-6,95-8,83 Keterangan: *) Angka perkiraan Adapun target dan capaian persentase nilai impor hasil perikanan sesuai standar mutu yang dikendalikan dalam rangka memenuhi kebutuhan pasar dan industri terhadap nilai ekspor dari tahun dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel Persentase Nilai Impor Hasil Perikanan Sesuai Standar Mutu yang Dikendalikan dalam rangka Memenuhi Kebutuhan Pasar dan Industri terhadap Nilai Ekspor, Uraian Tahun Target (%) < 20 < 20 < 20 < 20 < 20 Realisasi (%) 13,67 13,99 10,70 10,93 9,97 % Capaian 120,00 120,00 120,00 120,00 120,00 Pemasukan atau impor hasil perikanan yang dilaksanakan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan di Ditjen P2HP lebih mengarah kepada sisi pengendalian mutu dan jaminan keamanan hasil perikanannya. Jika hasil perikanan yang masuk ke dalam wilayah Negara Republik Indonesia telah memenuhi persyaratan mutu dan keamanan pangan, niscaya hasil perikanan tersebut dijamin aman untuk dikonsumsi oleh manusia. Selain itu impor hasil perikanan juga harus tetap memperhatikan keberlangsungan dan kelestarian sumber daya ikan serta lingkungannya. Di sisi lain kegiatan importasi harus tetap memberikan perlindungan bagi produsen dalam hal ini nelayan dan pembudidaya ikan, namun tetap memperhatikan ruang bagi tumbuh kembangnya usaha pengolahan ikan agar tetap dapat memenuhi kebutuhan konsumsi dan bahan baku usaha pengolahan ikan di dalam negeri serta kebutuhan ekspor. Impor hasil perikanan hanyalah salah satu instrumen yang dapat dilakukan sebagai alternatif jangka pendek apabila kebutuhan bahan baku di dalam negeri tidak mencukupi. 68

52 Dalam rangka pengendalian impor hasil perikanan agar terkendali di bawah 20% dari nilai ekspor, telah dilakukan beberapa kegiatan antara lain: a. Penyempurnaan regulasi yang selama ini menjadi rujukan atau payung hukum operasionalisasi pelayanan perijinan dengan menyesuaikan perkembangan di lapangan dan aturan internasional; b. Pembangunan Sistem Pengembangan Perijinan secara Online guna mempercepat proses pelayanan IPHP yang efisien dan professional. Pelayanan IPHP secara online mulai diterapkan pada tanggal 1 Juli 2014 dengan alamat website Sistem ini telah terhubungkan dengan Sistem Informasi Terpadu Karantina Ikan Online (Sisterkaroline) yang dimiliki oleh BKIPM sehingga ijin yang terbit dapat diketahui secara realtime oleh BKIPM terutama bagi UPT Karantina Ikan di pintu pemasukan. Begitu pula dengan realisasi impor perusahaan yang diinput oleh BKIPM akan diketahui secara langsung oleh Ditjen P2HP secara realtime. c. Analisis kebutuhan impor untuk mendapatkan gambaran penghitungan kebutuhan impor dan sebagai dasar pertimbangan Ditjen P2HP dalam menerbitkan rekomendasi pemasukan hasil perikanan dan IPHP; d. Pemantauan dan evaluasi impor; e. Verifikasi dan pembaharuan keberadaan industri pengalengan untuk mengetahui ketersediaan bahan baku, perkembangan kapasitas produksi terpasang dan terpakai serta pemasaran produknya (ekspor dan lokal); f. Verifikasi dalam rangka penelusuran ikan impor untuk pemindangan; g. Penerbitan Ijin Pemasukan Hasil Perikanan (IPHP) Penerbitan Ijin Pemasukan Hasil Perikanan (IPHP) telah dilakukan sejak tahun 2011 sampai saat ini. Dalam rangka pelayanan publik penerbitan IPHP, telah dilakukan berbagai upaya untuk mewujudkan pelayanan IPHP yang efisien dan profesional dengan moto CERAH (Cermat, Efisien, Ramah, Aktif, Harmonis) antara lain melalui sosialisasi yang komprehensif, peningkatan kapasitas SDM, penerbitan panduan, pembukaan loket pelayanan dan pengembangan Sistem Perijinan Online. Pada periode , rekapitulasi total IPHP adalah sebagai berikut: Tabel Rekapitulasi Ijin Pemasukan Hasil Perikanan Permohonan (Ton) Diijinkan (Ton) Permohonan (Ton) Diijinkan (Ton) Permohonan (Ton) Diijinkan (Ton) Permohonan (Ton) Diijinkan (Ton) 2,319, ,492 3,225, , , , Sumber: Database IPHP, Ditjen P2HP,

53 Volume impor hasil perikanan terbesar dilakukan untuk keperluan bahan baku industri pengolahan hasil perikanan yang menghasilkan ikan kaleng dengan jenis ikan adalah sardine dan mackerel. Sedangkan untuk urutan kedua adalah untuk keperluan bahan baku industri pengolahan hasil perikanan untuk diekspor kembali dengan jenis meliputi tuna, udang, kepiting, demersal fish, capelin, salmon dan squid. NO A B Tabel Peruntukan Ijin Pemasukan Hasil Perikanan KRITERIA Bahan Baku Industri Pengolahan Hasil Perikanan yang Menghasilkan Ikan Kaleng Bahan Baku Industri Pengolahan Hasil Perikanan Untuk Diekspor Kembali dan Tidak Diperdagangkan Di Wilayah Republik Indonesia PERMOHONAN DIIJINKAN % JUMLAH (Ton) (Ton) IPHP IPHP , , C Bahan Baku Industri Pengolahan ,72 88 Ikan Tradisional Berupa Pemindangan D Untuk Keperluan Umpan ,96 29 E Bahan Baku Untuk Fortifikasi/Peng-Kayaan Makanan Tertentu dan Bahan Baku Industri Untuk Pemasaran Lokal ,57 66 F Untuk Keperluan Konsumsi Hotel,Restaurant, dan Pasar Modern , TOTAL LEARNING AND GROWTH PERSPECTIVE Capaian kinerja Ditjen P2HP pada Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan (Learning and Growth Perspective) sebesar 109,77%, yang berasal dari 4 (empat) Sasaran Strategis berikut: 1. Tersedianya SDM P2HP yang kompeten dan profesional: 120%; 2. Tersedianya informasi P2HP yang valid, handal dan mudah diakses: 112,26%; 3. Terwujudnya good governance dan clean government di Ditjen P2HP: 99,97%; 4. Terkelolanya anggaran Ditjen P2HP secara optimal: 100,18%; 70

54 Sasaran Strategis 11 Tersedianya SDM P2HP yang kompeten dan profesional Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaran Tersedianya SDM P2HP yang kompeten dan profesional hanya terdiri atas 1 (satu) indikator kinerja, dengan capaian kinerja sebagai berikut: INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET REALISASI % 20. Indeks Kesenjangan Kompetensi Pejabat Eselon II ,00 dan III lingkup Ditjen P2HP 20. Indeks Kesenjangan Kompetensi Pejabat Eselon II dan III Lingkup Ditjen P2HP SDM yang berintegritas dan berkompetensi tinggi adalah SDM yang memiliki sikap (attitude) dan kapasitas (skill) yang memadai dalam meningkatkan kinerja organisasi. Untuk mencapai hal tersebut, diperlukan SDM yang memiliki komitmen yang tercermin pada integritasnya. Penempatan pejabat dalam jabatan sesuai dengan kompetensinya dilaksanakan melalui sistem penempatan yang sesuai dengan Standar Kompetensi Jabatan (SKJ) yang merupakan jenis dan level kompetensi yang menjadi syarat keberhasilan pelaksanaan tugas suatu jabatan. Sementara itu indeks kesenjangan kompetensi jabatan merupakan angka yang menunjukkan perbandingan antara kompetensi yang dibutuhkan untuk satu jabatan dan kompetensi yang dimiliki oleh pejabat tersebut sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penyusunan Standar Kompetensi Jabatan. Nilai minimum seseorang dikatakan telah memenuhi kompetensi jabatannya jika telah memenuhi level kompetensi yang dipersyaratkan. Pengembangan SDM sebagai sumber daya P2HP, menekankan manusia sebagai pelaku yang memiliki etos kerja produktif, keterampilan, kreativitas, disiplin, profesionalisme, loyalitas serta memiliki kemampuan memanfaatkan, mengembangkan, dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi maupun kemampuan manajemen. Hal ini harus terus dikembangkan baik secara kualitas maupun kuantitas guna keberhasilan pembangunan P2HP. 71

55 IKU yang digunakan untuk memenuhi sasaran strategis ini adalah indeks kesenjangan kompetensi pejabat eselon II dan III lingkup Ditjen P2HP. Nilai indeks tersebut bersifat minimize yang artinya semakin kecil semakin baik, karena menunjukkan semakin kecilnya kesenjangan kompetensi pejabat. Pada tahun 2014 indeks kesenjangan kompetensi pejabat eselon II dan III lingkup Ditjen P2HP sebesar 50%, dan telah tercapai melebihi target, yaitu sebesar 29%. Penghitungan indeks ini mengacu pada Peraturan Menteri KP tentang Standar Kompetensi Manajerial, sebagai turunan dari Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 13 Tahun Nilai ini menggambarkan kesenjangan kompetensi (competency gap) yang dimiliki oleh pejabat eselon II dan eselon III lingkup Ditjen P2HP. Rumus perhitungan Indeks Kesenjangan Kompetensi (IKK) yaitu jumlah kompetensi yang dimiliki oleh Seorang Pejabat (SP) berbanding dengan jumlah Standar Kompetensi yang Dipersyaratkan (SKM) dalam suatu jabatan. IKK= SP x 100% SKM Simulasi penghitungan indeks kesenjangan kompetensi pejabat eselon II dan III lingkup Ditjen P2HP: Standar : 31 Aktual : 22 IKK = = 9 x 100 = 29% 31 Berdasarkan hasil simulasi penghitungan di atas, diketahui bahwa indeks kesenjangan kompetensi pejabat eselon II dan III lingkup Ditjen P2HP adalah 29%. Pencapaian tahun 2014 ini menurun 49,09% apabila dibandingkan dengan pencapaian tahun sebelumnya. Indeks kesenjangan kompetensi yang relatif rendah ini mengindikasikan bahwa penempatan Pejabat di lingkungan Ditjen P2HP sudah tepat dan sesuai dengan kompetensinya. Tabel Pencapaian IKU-20 Ditjen P2HP, Indikator Kinerja Utama Indeks kesenjangan kompetensi Pejabat Eselon II dan III lingkup Ditjen P2HP Tahun Pertumbuhan (%) 56,96 29 (49,09) 72

56 Target dan capaian indeks kesenjangan kompetensi Pejabat Eselon II dan III lingkup Ditjen P2HP dari tahun dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel Indeks Kesenjangan Kompetensi Pejabat Eselon II dan III lingkup Ditjen P2HP, Uraian Tahun Target Realisasi 56,96 29 % Capaian 105,34 120,00 Capaian kinerja IKU ini didukung oleh beberapa kegiatan, seperti: (1) transformasi budaya kerja Ditjen P2HP untuk pejabat Eselon I, II, III dan IV guna meningkatkan kemampuan manajerial, khususnya dalam melakukan perencanaan; (2) pemetaan standar kompetensi jabatan; dan (3) pengusulan kebutuhan diklat Sasaran Strategis 12 Tersedianya Informasi P2HP yang Valid, Handal dan Mudah Diakses Informasi yang baik adalah informasi yang diberikan sesuai dengan kebutuhannya, baik kelengkapan materi, waktu pemberian, keakuratan data sehingga informasi akan bersifat valid dan handal. Selain itu informasi juga harus mudah diakses melalui teknologi informasi, seperti website. Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaran tersedianya informasi P2HP yang valid, handal dan mudah diakses terdiri atas 2 (dua) indikator kinerja, dengan capaian kinerja sebagai berikut: INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET REALISASI % 21. Service Level Agreement (SLA) lingkup Ditjen P2HP , Persepsi user terhadap kemudahan akses informasi Ditjen P2HP (Skala Likert 1-5) 4,25 4,44 104, Service Level Agreement (SLA) lingkup Ditjen P2HP Service Level Agreement (SLA) merupakan komitmen Ditjen P2HP untuk memberikan jasa berupa jaminan pelayanan data dan informasi kepada pengguna/pemanfaat secara online. Layanan online yang dimaksud adalah layanan website Ditjen P2HP ( 73

57 Salah satu cara yang digunakan untuk menilai layanan tersebut adalah melalui IKU SLA yang merupakan kesepakatan formal dua entitas yaitu pihak penyedia layanan dan penerima layanan tentang penyediaan data dan informasi serta aksesibilitasnya melalui teknologi informasi. SLA di Ditjen P2HP dihitung berdasarkan penyediaan sarana aksesibilitas data dan informasi menggunakan teknologi informasi, dalam hal ini data dan informasi yang terdapat pada website Ditjen P2HP, yang dihitung melalui: (i) jaringan koneksi internet berfungsi dalam setahun; (b) teraksesnya aplikasi sistem informasi oleh publik dalam 24 jam sehari. Berdasarkan penjelasan di atas, dilakukan perhitungan SLA sebagai berikut: a. Jumlah hari dalam setahun adalah 365 hari; b. Dalam kurun waktu setahun tidak terjadi down time server pada website Ditjen P2HP; c. Sehingga capaian SLA adalah 100% = ( ) x 100% Target SLA Ditjen P2HP tahun 2014 adalah 75. Sampai dengan akhir tahun 2014, capaian nilai SLA Ditjen P2HP adalah 100%. Pencapaian ini meningkat 9,61% jika dibandingkan dengan SLA tahun 2013, yakni 91,23%. Peningkatan pencapaian di tahun 2014 ini lebih banyak dipengaruhi faktor eksternal, yakni terkait peranan penyedia layanan internet dan pengembangan aplikasi layanan, dimana setiap tahunnya perlu dilakukan penyempurnaan. Tabel Pencapaian IKU-21 Ditjen P2HP, Tahun Pertumbuhan Indikator Kinerja Utama (%) Service Level Agreement (SLA) lingkup Ditjen P2HP 91,23 100,00 9,61 Adapun target dan capaian SLA lingkup Ditjen P2HP dari tahun dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel Service Level Agreement (SLA) lingkup Ditjen P2HP, Uraian Tahun Target (%) Realisasi (%) 91, % Capaian 120,00 120,00 Guna mempertahankan capaian di tahun mendatang, maka inisiatif strategis yang akan dilakukan adalah melakukan upgrading (pemutakhiran) sistem teknologi informasi, seperti server, updating software dan penyegaran tampilan website. 74

58 22. Persepsi user terhadap kemudahan akses informasi Ditjen P2HP (Skala Likert 1-5) Layanan informasi ke masyarakat dilakukan melalui website Ditjen P2HP ( dengan harapan masyarakat dapat mengetahui lebih banyak informasi, khususnya di bidang pengolahan dan pemasaran hasil perikanan. Sejalan dengan capaian nilai SLA, tingkat kepuasan pengguna/pemanfaat informasi terhadap kemudahan akses data dan informasi Ditjen P2HP telah tercapai sebesar 4,44 dari target yang ditetapkan sebesar 4,25, atau dengan tingkat capaian 104,52%. Penilaian ini dilakukan dengan menggunakan hasil jajak pendapat terhadap kepuasan pengguna/pemanfaat terhadap website Ditjen P2HP, untuk kemudian mengukurnya dalam sekala likert 1-5. Pencapaian ini meningkat 1,6% apabila dibandingkan dengan persepsi user pada tahun Tabel Pencapaian IKU-22 Ditjen P2HP, Tahun Pertumbuhan Indikator Kinerja Utama (%) Persepsi user terhadap kemudahan akses informasi Ditjen P2HP 4,37 4,44 1,6 Adapun target dan capaian persepsi user terhadap kemudahan akses informasi Ditjen P2HP dari tahun dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel Persepsi User terhadap Kemudahan Akses Informasi Ditjen P2HP, Uraian Tahun Target 4 4,25 Realisasi 4,37 4,44 % Capaian 109,25 104,52 Ditjen P2HP, melalui website menyimpulkan persepsi user terhadap kemudahan akses informasi melalui jajak pendapat terhadap kepuasan terhadap website Ditjen P2HP, dalam kaitannya dengan kemudahan akses informasi, dengan satu kepercayaan bahwa data dan informasi tersebut memberikan kontribusi positif bagi penggunanya. 75

59 tabel berikut: Adapun dasar penghitungan dan teknik menghitung IKU ini dapat dilihat pada Tabel Penghitungan Persepsi User terhadap Kemudahan Akses Informasi DJP2HP, 2014 Komponen Survei Kepuasan terhadap website Ditjen P2HP (kemudahan akses informasi) Skor Tidak Baik Kurang Cukup Baik Sangat Baik Persepsi user terhadap kemudahan akses informasi Ditjen P2HP (Kepuasan terhadap website Ditjen P2HP) Indikator Skor Responden Nilai Sangat Baik Baik Cukup Kurang Tidak Baik Total Rata-Rata 4,44 Dari hasil penilaian tersebut di atas akan diupayakan peningkatan akses informasi yang lebih cepat dan terintegrasi yang dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat, khususnya masyarakat pengolahan dan pemasaran hasil perikanan Sasaran Strategis 13 Terwujudnya good governance dan clean government di Ditjen P2HP Dalam rangka mewujudkan good governance dan clean government Ditjen P2HP telah mengimplementasikan prinsip-prinsip good governance dan clean government dalam pengelolaan organisasinya. Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaran terwujudnya good governance dan clean government di Ditjen P2HP terdiri atas 5 (lima) indikator kinerja, dengan capaian kinerja sebagai berikut: INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET REALISASI % 23. Jumlah rekomendasi Aparat Pengawas Internal ,04 88,04 dan Eksternal Pemerintah (APIEP) yang ditindaklanjuti dibanding total rekomendasi di Ditjen P2HP (%) 24. Tingkat kualitas akuntabilitas kinerja di Ditjen 75 81,49 108,65 P2HP Nilai AKIP A Nilai AKIP A 25. Nilai integritas Ditjen P2HP 6,75 7,46 110, Nilai Inisiatif anti korupsi Ditjen P2HP 7,75 8,43 108, Nilai penerapan Reformasi Birokrasi (RB) Ditjen P2HP 80 (setara level 4) 87,50 (setara level 4) 109,38 76

60 23. Jumlah Rekomendasi Aparat Pengawas Internal dan Eksternal Pemerintah (APIEP) yang ditindaklanjuti dibanding total rekomendasi di Ditjen P2HP Laporan hasil pemeriksanaan aparat pengawas memuat antara lain rekomendasi yang diberikan dalam rangka perbaikan atas kelemahan-kelemahan yang ditemui selama proses audit. Rekomendasi menjadi sangat penting dan prioritas untuk ditindaklanjuti sebagai langkah perbaikan, pertanggungjawaban dan cerminan komitmen suatu unit kerja untuk memperbaiki diri, termasuk dalam pemberantasan KKN dan mewujudkan pemerintahan yang bersih dan akuntabel. Sampai dengan tahun 2014, jumlah rekomendasi APIEP kepada Ditjen P2HP adalah sebanyak 92 rekomendasi, yang terdiri dari 38 rekomendasi dari Aparat Pengawas Eksternal (BPK) dan 54 rekomendasi dari Aparat Pengawas Internal (Inspektorat Jenderal KKP). Dalam menindaklanjuti rekomendasi tersebut, Ditjen P2HP telah berkoordinasi secara intensif dengan Inspektorat Jenderal KKP selaku Pengawas Internal dan BPK selaku Pengawas Eksternal. Namun demikian belum seluruh temuan tersebut dapat terselesaikan secara tuntas, karena terkait dengan proses dan waktu yang diperlukan. Dari 92 rekomendasi yang diberikan kepada Ditjen P2HP, sebanyak 88,04% atau 81 rekomendasi telah ditindaklanjuti dengan predikat tuntas, sehingga masih terdapat 11,96% atau 11 rekomendasi yang belum tuntas. Tabel Rekomendasi APIEP di Ditjen P2HP menurut Sumber, 2014 No APIEP Rekomendasi Jumlah Tindak Lanjut Sisa 1 BPK Itjen KKP Jumlah Pencapaian tahun 2014 ini relatif menurun sebesar 7,31% apabila dibandingkan dengan pencapaian tahun sebelumnya, yakni 94,98%. Hal ini lebih dikarenakan masalah proses dan waktu yang diperlukan untuk menindaklanjuti rekomendasi dimaksud. Tabel Pencapaian IKU-23 Ditjen P2HP, Indikator Kinerja Utama Jumlah rekomendasi Aparat Pengawas Internal dan Eksternal Pemerintah (APIEP) yang ditindaklanjuti dibanding total rekomendasi di Ditjen P2HP Tahun Pertumbuhan (%) 94,98 88,04 (7,31) 77

61 Adapun target dan capaian Jumlah rekomendasi Aparat Pengawas Internal dan Eksternal Pemerintah (APIEP) yang ditindaklanjuti dibanding total rekomendasi di Ditjen P2HP dari tahun dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel Jumlah Rekomendasi APIEP yang ditindaklanjuti dibanding Total Rekomendasi di Ditjen P2HP, Uraian Tahun Target (%) Realisasi (%) 94,98 88,04 % Capaian 94,98 88, Tingkat Kualitas Akuntabilitas Kinerja di Ditjen P2HP Akuntabilitas kinerja merupakan perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan/kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan, melalui suatu media pertanggungjawaban secara periodik. Penilaian akuntabilitas kinerja Ditjen P2HP dilakukan oleh Inspektorat Jenderal KKP selaku Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) di KKP. Penilaian akuntabilitas kinerja dilaksanakan terhadap 5 (lima) komponen besar manajemen kinerja, meliputi: perencanaan kinerja, pengukuran kinerja, pelaporan kinerja, evaluasi kinerja dan capaian kinerja organisasi. Selanjutnya disampaikan bahwa LAKIP Tahun 2013, merupakan salah satu dokumen yang dievaluasi selain Rencana Strategis (Renstra), dokumen Rencana Kinerja Tahunan (RKT), dokumen Penetapan Kinerja (PK), serta dokumen terkait lainnya. Hasil penilaian Sistem AKIP pada Ditjen P2HP memperoleh nilai 81,49 dari nilai maksimal 100, dengan predikat penilaian A (Sangat Baik). Capaian ini sesuai dengan target yang telah ditetapkan, dengan tingkat capaian 108,65%. Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, nilai AKIP Ditjen P2HP mengalami peningkatan 3,41%. Sedangkan selama periode Renstra Ditjen P2HP Tahun nilai AKIP Ditjen P2HP meningkat rata-rata 5,17% per tahun. Indikator Kinerja Utama Tingkat kualitas akuntabilitas kinerja di Ditjen P2HP Tabel Pencapaian IKU-24 Ditjen P2HP, Tahun Pertumbuhan (%) ,84 75,18 77,97 78,80 81,49 5,17 3,41 (Nilai (Nilai (Nilai (Nilai (Nilai AKIP B) AKIP A) AKIP A) AKIP A) AKIP A) 78

62 Adapun target dan capaian tingkat kualitas akuntabilitas kinerja di Ditjen P2HP dari tahun dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel Tingkat Kualitas Akuntabilitas Kinerja di Ditjen P2HP, Uraian Tahun Target (Nilai AKIP B) (Nilai AKIP A) (Nilai AKIP A) (Nilai AKIP A) (Nilai AKIP A) Realisasi 66,84 75,18 77,97 78,80 81,49 (Nilai AKIP B) (Nilai AKIP A) (Nilai AKIP A) (Nilai AKIP A) (Nilai AKIP A) % Capaian 102,83 100,24 103,96 105,07 108,65 Tabel Komponen Penilaian Sistem AKIP Ditjen P2HP, No Komponen yang Dinilai Bobot Nilai (%) Perencanaan Kinerja 35 32,43 31,98 29,20 2 Pengukuran Kinerja 20 16,82 16,31 17,29 3 Pelaporan Kinerja 15 13,43 13,43 13,35 4 Evaluasi Kinerja ,09 5 Capaian Kinerja Organisasi 20 15,30 17,08 17,57 Nilai Hasil Evaluasi 90 77,97 78,80 81,49 Predikat Penilaian A A A Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa nilai AKIP pada Ditjen P2HP mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya. Uraian lebih lanjut hasil penilaian terhadap masing-masing komponen manajemen kinerja, dapat dikemukakan sebagai berikut: a. Perencanaan Kinerja Perencanaan Kinerja di lingkup Ditjen P2HP telah dilakukan dengan menyusun dokumen Renstra, RKT, dan PK. Tujuan dan sasaran pada dokumen perencanaan tersebut telah berorientasi hasil dan telah direviu secara berkala, namun terdapat beberapa hal yang perlu mendapat perhatian, yaitu: 1. Renstra Eselon I belum menjadi acuan dalam menyusun Renstra Eselon II dan acuan penyusunan rencana kerja dan anggaran; 2. Sekretariat Ditjen P2HP belum menyusun Renstra; 3. Renstra Direktorat Pengolahan Hasil belum direviu secara berkala. b. Pengukuran Kinerja Ditjen P2HP telah memiliki mekanisme pengukuran kinerja yang cukup memadai untuk mengukur PK Ditjen P2HP, namun dalam implementasinya masih terdapat kelemahan, yaitu: 79

63 1. Pengukuran kinerja belum seluruhnya dilakukan secara berjenjang; 2. Pengumpulan data kinerja belum terjadwal dengan baik serta penyampaian data kinerja belum tepat waktu; 3. Belum terdapat SOP jika terjadi kesalahan data; 4. Seluruh IKU belum dimanfaatkan sebagai acuan reward dan punishment. c. Pelaporan Kinerja LAKIP Tahun 2013 pada umumnya telah menyajikan capaian kinerja, namun LAKIP Sekretariat Ditjen P2HP Tahun 2013 belum dibandingkan dengan capaian kinerja tahun sebelumnya. d. Evaluasi Internal Evaluasi program telah dilakukan pada Unit Eselon I, namun belum dibuat kesepakatan mengenai tindak lanjut atas rekomendasi dalam rangka perbaikan perencanaan dan peningkatan kinerja. e. Capaian Kinerja Organisasi Capaian kinerja Ditjen P2HP dan Direktorat Pengolahan Hasil Tahun 2013 secara umum telah mencapai target, dan lebih baik dari tahun 2012, namun capaian kinerja dapa Sekretariat Ditjen P2HP Tahun 2013 belum dapat diukur karena tidak terdapat data pembanding tahun sebelumnya. Sehubungan dengan permasalahan di atas, Ditjen P2HP akan melakukan perbaikan sebagai berikut: 1. Melaksanakan monitoring pencapaian target jangka menengah dengan disertai bukti reaksi perbaikan terhadap rekomendasi yang diberikan; 2. Melakukan pengukuran kinerja secara berjenjang; 3. Memanfaatkan hasil kegiatan evaluasi internal dengan membuat kesepakatan tindak lanjut perbaikan yang disarankan; 4. Menyusun SOP jika terjadi kesalahan data; 5. Memanfaatkan capaian IKU sebagai acuan reward dan punishment; 6. Memerintahkan kepada Pejabat Eselon II lingkup Ditjen P2HP supaya: a. Menyusun LAKIP dan Renstra; b. Mereviu Renstra secara berkala; c. Menyampaikan laporan pengukuran kinerja dengan tepat waktu. 80

64 25. Nilai Integritas Ditjen P2HP Survei integritas sektor publik dilaksanakan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi dalam rangka memberikan penilaian terhadap integritas layanan yang diberikan oleh instansi pemerintah kepada masyarakat. Hasil penilaian merupakan cerminan bagaimana masyarakat sebagai pengguna layanan memberikan penilaian yang didasarkan dari pengalaman pengguna layanan dalam mengurus layanan. Penilaian survei integritas sektor publik tahun 2014 dilakukan terhadap 40 unit layanan pada 20 instansi Kementerian/Lembaga. Unit layanan pada KKP yang dinilai adalah Surat Izin Penangkapan Ikan dengan skor 7,34 dan Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan dengan skor 7,58. Berdasarkan data tersebut, jika dirata-rata maka indeks KKP yaitu 7,46 atau urutan ke 8 dari 20 instansi. Capaian nilai integritas KKP tahun 2014 sebesar 7,46 atau tercapai 110,53% dari target 6,75. Pencapaian ini meningkat 4,78% jika dibandingkan dengan capaian tahun 2013, yakni 7,12. Adapun di tingkat eselon I ke bawah penilaian integritas belum dilakukan, sehingga sesuai kebijakan implementasi BSC, untuk sementara waktu capaian di tingkat KKP dapat digunakan sebagai nilai integritas ditingkat eselon I ke bawah. Nilai tersebut mencerminkan adanya peningkatan kualitas good govermance and clean government di lingkup KKP. Tabel Pencapaian IKU-25 Ditjen P2HP, Tahun Pertumbuhan Indikator Kinerja Utama (%) Nilai integritas Ditjen P2HP 7,12 7,46 4,78 Adapun target dan capaian nilai integritas Ditjen P2HP dari tahun dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel Nilai Integritas Ditjen P2HP, Uraian Tahun Target (%) 6,5 6,75 Realisasi (%) 7,12 7,46 % Capaian 109,54 110,53 Upaya perbaikan dilakukan dengan mekanisme pengaduan masyarakat, pemanfaatan teknologi informasi, ekspektasi petugas terhadap gratifikasi, perilaku birokrat maupun pengguna layanan dan tingkat upaya sosialisasi/kampanye antikorupsi terhadap petugas dan pengguna layanan. 81

65 26. Nilai Inisiatif Anti Korupsi Ditjen P2HP Penilaian Insiatif Anti Korupsi (PIAK) dilakukan dengan tujuan untuk mengukur apakah suatu instansi publik telah menerapkan sistem dan mekanisme yang efektif untuk mencegah dan mengurangi korupsi di lingkungan internalnya. Penilaian Inisiatif Anti Korupsi tahun 2014 menggunakan 8 (delapan) indikator kuantitatif dan 1 (satu) laporan kualitatif. 8 (delapan) indikator kuantitatif tersebut, yaitu: Kode etik khusus; Transparansi dalam manajemen SDM; Transparansi penyelenggara negara, Transparansi dalam pengadaan barang/jasa; Mekanisme pengaduan masyarakat; Akses publik dalam memperoleh informasi unit utama; Pelaksanaan rekomendasi yang diberikan KPK/BPK/APIP; dan Kegiatan promosi anti korupsi. Sedangkan laporan kualitatif berisi kegiatan-kegiatan unit kerja dalam upaya pencegahan korupsi di lingkungannya yang tidak terakomodir dalam indikator kuantitatif. Penilaian Inisiatif Anti Korupsi dilakukan dengan metode self assessment check list. Peserta PIAK mengisi sendiri kuesioner indikator kuantitatif dan membuat laporan kualitatif dengan melampirkan bukti pendukung dan dinilai oleh Inspektorat Jenderal KKP. Pada tahun 2014, Nilai PIAK Ditjen P2HP belum dapat diketahui, menunggu hasil penilaian dari Inspektorat Jenderal KKP. Penilaian Inisiatif Anti Korupsi dilakukan dengan metode self assessment check list. Peserta PIAK mengisi sendiri kuesioner indikator kuantitatif dan membuat laporan kualitatif dengan melampirkan bukti pendukung dan dinilai oleh Inspektorat Jenderal KKP. Pada tahun 2014, Nilai PIAK Ditjen P2HP sebesar 8,43 atau tercapai 108,77%, melebihi target yang ditetapkan di tingkat KKP sebesar 7,75. Pencapaian ini meningkat 5,37% apabila dibandingkan dengan pencapaian tahun sebelumnya. Sedangkan selama kurun waktu periode , pencapaian ini meningkat ratarata 8,5% per tahun. Tabel Pencapaian IKU-26 Ditjen P2HP, Tahun Pertumbuhan (%) Indikator Kinerja Utama Nilai Inisiatif Anti Korupsi Ditjen P2HP 6,64 7,84 8,00 8,43 8,50 5,37 82

66 Adapun target dan capaian nilai inisiatif anti korupsi Ditjen P2HP dari tahun dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel Nilai Inisiatif Anti Korupsi Ditjen P2HP, Uraian Tahun Target (%) 7,5 7,75 Realisasi (%) 8,0 8,43 % Capaian 106,67 108,77 Dalam rangka pencegahan terjadinya tindak pidana korupsi di lingkungan Ditjen P2HP, telah dilaksanakan kegiatan-kegiatan yang diharapkan dapat meminimalisir terjadinya korupsi, antara lain: a. ESQ Mission and Character Building, dilaksanakan untuk menanamkan visi dan misi Ditjen P2HP sebagai panduan dalam bekerja melayani masyarakat, sehingga dapat meminimalisir peluang terjadinya korupsi. Diharapkan, dampak dari kegiatan ini adalah berkurangnya peluang terjadinya korupsi dimulai dari dalam diri setiap pegawai Ditjen P2HP; b. Peningkatan kualitas pelayanan publik pada Penerbitan Sertifikat Kelayakan Pengolahan dan Ijin Pemasukan Hasil Perikanan ke dalam Wilayah RI melalui penyusunan dan publikasi Maklumat Pelayanan, serta melakukan survei kepuasan masyarakat secara berkala. Diharapkan, masyarakat pengguna layanan mengetahui bahwa pelayanan tidak dipungut biaya, dan untuk mengetahui persepsi masyarakat pengguna layanan terhadap pelayanan yang kita berikan dan untuk perbaikan pelayanan; c. Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah melalui monitoring capaian kinerja dan anggaran Ditjen P2HP secara berkala, yang diakhiri dengan penyusunan LAKIP Ditjen P2HP. Diharapkan, pencapaian kinerja sesuai dengan target yang telah ditetapkan; d. Peningkatan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP) melalui sosialisasi dan identifikasi risiko dalam rangka pengendalian intern lingkup Ditjen P2HP; e. Pencanangan Wilayah Bebas Korupsi melalui sosialisasi dan asistensi wilayah bebas korupsi. Diharapkan kegiatan ini akan berdampak yang besar dan bersifat jangka panjang. Dalam rangka meningkatkan capaian target di tahun mendatang, maka inisiatif strategis yang dilakukan adalah dengan tetap menyelenggarakan sosialisasi terhadap budaya anti korupsi di lingkungan internal Ditjen P2HP. 83

67 27. Nilai Penerapan Reformasi Birokrasi (RB) Ditjen P2HP Reformasi birokrasi yang dilaksanakan di lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) pada hakikatnya merupakan upaya untuk melakukan pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan yang pelaksanaannya dilakukan melalui program-program yang meliputi: (1) Manajemen Perubahan; (2) Penataan Peraturan Perundang-undangan; (3) Penataan dan Penguatan Organisasi; (4) Penataan Tata Laksana; (5) Penataan Sistem SDM Aparatur; (6) Penguatan Pengawasan Intern; (7) Penguatan Akuntabilitas Kinerja; (8) Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik; dan (9) Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan. Berbagai permasalahan/hambatan yang mengakibatkan sistem penyelenggaraan pemerintahan di bidang kelautan dan perikanan tidak berjalan atau diperkirakan tidak akan berjalan dengan baik harus ditata ulang atau diperbaharui. Reformasi birokrasi KKP dilaksanakan dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Dengan kata lain reformasi birokrasi KKP merupakan langkah strategis untuk membangun aparatur negara agar lebih berdaya guna dan berhasil guna dalam mengemban tugas umum pemerintahan dan pembangunan di bidang kelautan dan perikanan. Oleh karena itu KKP harus segera mengambil langkah-langkah yang bersifat mendasar, komprehensif, dan sistemik sehingga tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan efektif dan efisien sesuai dengan visi, misi, dan strategi KKP. Sehubungan dengan hal tersebut, maka Ditjen P2HP sebagai salah satu unit kerja eselon I yang membidangi pengolahan dan pemasaran hasil perikanan memiliki tanggung jawab untuk mewujudkan reformasi birokrasi sesuai dengan tugas dan fungsi yang diemban. Dalam Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi dikatakan bahwa terdapat 8 area perubahan yaitu organisasi, tatalaksana, peraturan perundang-undangan, SDM aparatur, pengawasan, akuntabilitas, pelayanan publik, mind set dan culture set, yang kemudian diatur dengan Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 20 Tahun 2010 tentang Road Map Reformasi Birokrasi bahwa program reformasi birokrasi terdapat 3 tingkat yaitu makro, meso dan mikro. Terjadi perubahan tata cara penilaian pelaksanaan reformasi birokrasi pada instansi kementerian/lembaga, apabila pada tahun berdasarkan 84

68 Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 01 Tahun 2012 tentang Pedoman Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi sebagai instrumen untuk mengukur kemajuan pelaksanaan reformasi birokrasi secara mandiri (self-assessment), pada tahun 2014 penilaian pelaksanaan reformasi birokrasi berdasarkan Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 14 Tahun 2014 Tentang Pedoman Evaluasi Reformasi Birokrasi Instansi Pemerintah. Perubahan tools penilaian dilakukan untuk mengikuti perkembangan pelaksanaan reformasi birokrasi, agar penilaian kemajuan pelaksanaan reformasi birokrasi dapat dilakukan dengan objektif, maka perlu dilakukan upaya penyempurnaan. Penyempurnaan mencakup: (1) penekanan fokus penilaian pelaksanaan reformasi birokrasi pada area perubahan yang sudah ditetapkan, (2) perubahan terhadap sistem on-line dan petunjuk teknisnya, serta (3) perlunya dilakukan evaluasi eksternal untuk memvalidasi/memverifikasi hasil penilaian mandiri yang dilakukan oleh setiap instansi pemerintah dengan menggunakan sistem self assessment. Penyempurnaan juga dimaksudkan untuk mengintegrasikan instrumen evaluasi pelaksanaan reformasi birokrasi dalam satu instrumen yang dapat digunakan baik oleh Unit Pengelola Reformasi Birokrasi Nasional (UPRBN), Tim Quality Assurance (TQA) dan Tim Independen Reformasi Birokrasi Nasional (TIRBN). Dengan demikian penilaian terhadap kemajuan pelaksanaan reformasi birokrasi dapat dilakukan dengan lebih obyektif. Metodologi yang digunakan untuk melakukan penilaian pada komponen pengungkit, adalah teknik criteria referrenced test dengan cara menilai setiap komponen dengan kriteria penilaian dari masing-masing komponen yang telah ditetapkan sebelumnya. Sedangkan untuk melakukan penilaian komponen hasil, antara lain menggunakan nilai akuntabilitas kinerja, nilai kapasitas organisasi (survei internal), nilai persepsi korupsi (survei eksternal), opini Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atas Laporan Keuangan. 85

69 Hasil Evaluasi Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB) Ditjen P2HP tahun 2014 adalah sebagai berikut: Tabel PMPRB Ditjen P2HP, 2014 No Penilaian Nilai Pengungkit 56,67 1. Manajemen Perubahan 4,93 2. Penataan Peraturan Perundang-undangan 5 3. Penataan dan Penguatan Organisasi 6 4. Penataan Tatalaksana 5 5. Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur Penguatan Akuntabilitas Kinerja 5,80 7. Penguatan Pengawasan 10,45 8. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik 5,48 Hasil 30,83 1. Kapasitas dan Akuntabilitas Kinerja Organisasi 15,16 2. Pemerintah yang Bersih dan Bebas KKN 7,72 3. Kualitas pelayanan publik 7,95 Total 87,50 Nilai Penerapan Reformasi Birokrasi Ditjen P2HP tahun 2014 adalah 87,50, capaian tersebut telah melebihi target yang ditetapkan yakni 80, atau setara dengan pencapaian 109,38%. Apabila dibandingkan dengan tahun 2013, terjadi peningkatan capaian sebesar 8,3%, walaupun nilai tersebut tidak bisa diperbandingkan karena menggunakan tools yang berbeda. Sedangkan dalam periode tahun , nilai penerapan reformasi birokrasi Ditjen P2HP rata-rata meningkat 12,68% setiap tahunnya. Tabel Pencapaian IKU-27 Ditjen P2HP, Tahun Pertumbuhan (%) Indikator Kinerja Utama Nilai Penerapan RB Ditjen P2HP 68,94 79,20 87,50 12,68 10,48 Adapun target dan capaian nilai penerapan reformasi birokrasi Ditjen P2HP dari tahun dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel Nilai Penerapan Reformasi Birokrasi Ditjen P2HP, Uraian Tahun Target Realisasi 79,20 87,50 % Capaian 105,6 109,38 86

70 Sasaran Strategis 14 Terkelolanya anggaran Ditjen P2HP secara optimal Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaran terkelolanya anggaran Ditjen P2HP secara optimal hanya terdiri atas 1 (satu) indikator kinerja, dengan capaian kinerja sebagai berikut: INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET REALISASI % 28. Persentase penyerapan DIPA Ditjen P2HP >95% 95,41% 100, Persentase Penyerapan DIPA Ditjen P2HP Pelaksanaan anggaran, harus dikelola dengan optimal sesuai rencana yang telah ditetapkan dan harus dapat dipertanggungjawabkan. Sampai dengan akhir tahun 2014, penyerapan anggaran Ditjen P2HP sebesar 95,41%, setara dengan pencapaian 100,43% dari target yang telah ditetapkan, yaitu >95%. Penyerapan anggaran ini masih bersifat sementara, menunggu hasil rekonsiliasi laporan keuangan Ditjen P2HP yang saat penyusunan LAKIP ini masih berlangsung. Persentase penyerapan anggaran Ditjen P2HP tahun 2014 ini relatif menurun 1,88% apabila dibandingkan dengan penyerapan anggaran Ditjen P2HP pada tahun sebelumnya. Namun demikian, penyerapan anggaran Ditjen P2HP pada periode 5 tahun pelaksanaan Renstra ( ) juga relatif meningkat, dengan rata-rata peningkatan 0,15% per tahun. Indikator Kinerja Utama Persentase penyerapan DIPA Ditjen P2HP (%) Tabel Pencapaian IKU-28 Ditjen P2HP, Tahun Pertumbuhan (%) ,67 93,55 95,79 96,99 95,41 0,21 (1,63) Sedangkan apabila penyerapan anggaran tahun 2014 ini dibandingkan dengan target tahun 2015, maka capaian penyerapan anggaran tahun 2014 telah melampaui target tahun Namun demikian, penyerapan anggaran lebih banyak dipengaruhi faktor eksternal, yakni bergantung pada penyerapan anggaran masingmasing Satker lingkup Ditjen P2HP. Untuk itu, target penyerapan anggaran Ditjen P2HP tahun 2015 sebesar >95% tetap dipertahankan. 87

71 Apabila digambarkan, maka capaian penyerapan anggaran Ditjen P2HP sejak tahun dapat disajikan sebagai berikut: ,55% 95,79% ,99% ,41% ,67% Pagu (Rp Juta) Realisasi Tahun Anggaran (Rp) Fisik Pagu Realisasi % (%) ,67 95, ,55 98, ,79 98, ,99 99, ,41 99,37 Gambar 3.3. Penyerapan Anggaran Ditjen P2HP, Pada tahun 2014, anggaran pembangunan pengolahan dan pemasaran hasil perikanan yang dikelola oleh Ditjen P2HP sebesar Rp ,- (Lima ratus sembilan puluh miliar sembilan ratus tujuh belas juta dua ratus empat puluh tujuh ribu rupiah), yang kesemuanya merupakan APBN rupiah murni. Anggaran tersebut dialokasikan bagi 170 Satuan Kerja (Satker) lingkup Ditjen P2HP, yang terdiri atas 6 Satker Pusat, 1 Satker UPT, 33 Satker Dekonsentrasi, 130 Satker Tugas Pembantuan. Pada perjalanan tahun 2014, tepatnya bulan Juli 2014, Ditjen P2HP melakukan penghematan anggaran, sehingga pagu anggaran Ditjen P2HP tahun 2014 menjadi Rp ,- (Empat ratus delapan puluh tujuh miliar sembilan ratus delapan puluh tiga juta sembilan ratus tiga ribu rupiah). Terakhir, pada bulan Agustus 2014, Ditjen P2HP mendapatkan tambahan alokasi anggaran untuk pembayaran tunjangan kinerja pegawai lingkup Ditjen P2HP, sehingga pagu anggaran Ditjen P2HP tahun 2014 menjadi Rp ,- (Lima ratus tiga miliar seratus dua juta delapan ratus tujuh puluh sembilan ribu rupiah). 88

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1 Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (Ditjen P2HP), melalui Keputusan Direktur Jenderal P2HP Nomor KEP.70/DJ-P2HP/2010 tanggal 17

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, 22 Januari 2015 Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Ir. Saut P. Hutagalung, M.Sc

KATA PENGANTAR. Jakarta, 22 Januari 2015 Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Ir. Saut P. Hutagalung, M.Sc KATA PENGANTAR Laporan Kinerja merupakan wujud pertanggungjawaban kepada stakeholders dan memenuhi Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 yang mengamanatkan setiap instansi pemerintah/lembaga negara yang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2014 Direktur Pengolahan Hasil. Dr. Ir. Santoso, M.Phil

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2014 Direktur Pengolahan Hasil. Dr. Ir. Santoso, M.Phil KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas dan Kinerja Instansi Pemerintah merupakan laporan yang disusun sebagai pertanggungjawaban hasil kegiatan yang telah dilakukan dalam satu tahun. Laporan ini mengukur

Lebih terperinci

2.1 Rencana Strategis

2.1 Rencana Strategis 2.1 Rencana Strategis Sekretariat Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan () telah menyusun suatu Rencana Strategis (Renstra) dengan berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama

Lebih terperinci

DIREKTORAT USAHA BUDIDAYA

DIREKTORAT USAHA BUDIDAYA Tuga Pokok Dan Fungsi : DIREKTORAT USAHA BUDIDAYA 1. Merumuskan kebijakan Direktorat Usaha berdasarkan rencana strategis dan program Direktorat Jenderal Perikanan 2. Merumuskan rencana kegiatan Direktorat

Lebih terperinci

1. Jumlah pegawai berdasarkan Jabatan : Jabatan Eselon II sebanyak 1 orang, Jabatan

1. Jumlah pegawai berdasarkan Jabatan : Jabatan Eselon II sebanyak 1 orang, Jabatan PORTOFOLIO DIREKTORAT PERBENIHAN Tugas pokok dan fungsi : Berdasarkan Peraturan Menteri No. Per. 5/MEN/200 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan, Direktorat Perbenihan terdiri

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Maret 2016 Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan. Ir. Nilanto Perbowo, M.

KATA PENGANTAR. Jakarta, Maret 2016 Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan. Ir. Nilanto Perbowo, M. KATA PENGANTAR Laporan Kinerja merupakan wujud pertanggungjawaban kepada stakeholders dan memenuhi Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 yang mengamanatkan setiap instansi pemerintah/lembaga negara yang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, 10 Maret 2014 Sekretaris Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Dr. Ir. Syafril Fauzi, M.

KATA PENGANTAR. Jakarta, 10 Maret 2014 Sekretaris Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Dr. Ir. Syafril Fauzi, M. KATA PENGANTAR Laporan akuntabilitas kinerja merupakan wujud pertanggungjawaban kepada stakeholders dan memenuhi Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 yang mengamanatkan setiap instansi pemerintah/lembaga

Lebih terperinci

down mengandung makna bahwa perencanaan ini memperhatikan pula

down mengandung makna bahwa perencanaan ini memperhatikan pula BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsinya agar efektif, efisien, dan akuntabel, Direktorat Penanganan Pelanggaran (Dit. PP) berpedoman pada dokumen perencanaan

Lebih terperinci

L A K I P D J P B T r i w u l a n I I I TAHUN 2014 KATA PENGANTAR

L A K I P D J P B T r i w u l a n I I I TAHUN 2014 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya dan kerjasama dari semua pihak yang terkait di lingkup Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, sehingga Laporan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat dan berguna sebagai informasi akuntabilitas kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya.

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat dan berguna sebagai informasi akuntabilitas kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. KATA PENGANTAR Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dan adanya kerjasama dari semua pihak yang terkait di lingkup Sekretariat Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, maka Laporan Akuntabilitas

Lebih terperinci

L a k i p D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n , D i r e k t o r a t J e n d e r a l P e r i k a n a n B u d i d a y a, K K P

L a k i p D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n , D i r e k t o r a t J e n d e r a l P e r i k a n a n B u d i d a y a, K K P KATA PENGANTAR Direktorat Produksi sebagai unsur teknis pada Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya terus mendorong upaya-upaya yang bersifat strategis dalam rangka meningkatkan pencapaian produksi perikanan

Lebih terperinci

LAKIP SEKRETARIAT DJPB TRIWULAN I 2014 KATA PENGANTAR

LAKIP SEKRETARIAT DJPB TRIWULAN I 2014 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Sekretariat Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Triwulan I Tahun 2014 ini merupakan perwujudan pertanggungjawaban atas kinerja

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN

PEDOMAN UMUM INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN 2013, No.44 10 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.27/MEN/2012 TENTANG PEDOMAN UMUM INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN PEDOMAN UMUM INDUSTRIALISASI KELAUTAN

Lebih terperinci

3.1 Prestasi Kinerja

3.1 Prestasi Kinerja 3.1 Prestasi Kinerja Sebagaimana telah diuraikan pada Bab sebelumnya, berdasarkan implementasi balanced scorecard (BSC) dalam manajemen pengelolaan kinerja, pada tahun 2013 Sekretariat Direktorat Jenderal

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. L a k i p T r i w u l a n I I I D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n , D J P B TAHUN 2014

KATA PENGANTAR. L a k i p T r i w u l a n I I I D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n , D J P B TAHUN 2014 L a k i p T r i w u l a n I I I D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n 2 0 1 4, D J P B KATA PENGANTAR Direktorat Produksi sebagai unsur teknis pada Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya terus

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 21 MOR SP DIPA-32.6-/21 DS264-891-4155-6432 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 1 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat dan berguna sebagai informasi akuntabilitas kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya.

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat dan berguna sebagai informasi akuntabilitas kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. KATA PENGANTAR Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dan adanya kerjasama dari semua pihak yang terkait di lingkup Sekretariat Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, maka LAPORAN KINERJA Sekretariat

Lebih terperinci

L A K I P D J P B T r i w u l a n I TAHUN 2014 KATA PENGANTAR

L A K I P D J P B T r i w u l a n I TAHUN 2014 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya dan kerjasama dari semua pihak yang terkait di lingkup Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, sehingga Laporan

Lebih terperinci

Jakarta, Januari 2015 Kepala BBP2HP. Ir. Rahmah Hayati Samik Ibrahim, MM.

Jakarta, Januari 2015 Kepala BBP2HP. Ir. Rahmah Hayati Samik Ibrahim, MM. Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas karunia dan bimbingan-nya sehingga laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (LAKIP) BBP2HP tahun 2014 ini dapat selesai tepat

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN KATA PENGANTAR Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (Ditjen PDSPKP) Triwulan I Tahun 2017 sebagai wujud pertanggungjawaban

Lebih terperinci

LAKIP SEKRETARIAT DJPB TRIWULAN III 2014 KATA PENGANTAR

LAKIP SEKRETARIAT DJPB TRIWULAN III 2014 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Sekretariat Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Triwulan III Tahun ini merupakan perwujudan pertanggungjawaban atas kinerja terhadap

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Maret Sekretaris Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan. Abdur Rouf Syam

KATA PENGANTAR. Jakarta, Maret Sekretaris Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan. Abdur Rouf Syam KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-nya sehingga Laporan Kinerja (LKj) Sekretariat Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari 2015 Direktur Produksi, Ir. Coco Kokarkin Soetrisno,M.Sc

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari 2015 Direktur Produksi, Ir. Coco Kokarkin Soetrisno,M.Sc KATA PENGANTAR Puji syukur atas kehadirat Allahn Swt, karena atas berkah dan karunia-nya, Direktorat Produksi telah menyelesaikan Laporan Kinerja (LKj) Direktorat Produksi Tahun 2014. Laporan Kinerja ini

Lebih terperinci

LKj - BKIPM 2014 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

LKj - BKIPM 2014 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN i KATA PENGANTAR Laporan Kinerja Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (LKj BKIPM) tahun 2014 disusun berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014

Lebih terperinci

Pusat Sertifikasi Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Badan Karantina Ikn, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan

Pusat Sertifikasi Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Badan Karantina Ikn, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Badan Karantina Ikn, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan i LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP 2013) PUSAT SERTIFIKASI MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN BADAN KARANTINA

Lebih terperinci

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI PEMBERDAYAAAN KOPERASI & UMKM DALAM RANGKA PENINGKATAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT 1) Ir. H. Airlangga Hartarto, MMT., MBA Ketua Komisi VI DPR RI 2) A. Muhajir, SH., MH Anggota Komisi VI DPR RI Disampaikan

Lebih terperinci

PORTOFOLIO DIREKTORAT KESEHATAN IKAN DAN LINGKUNGAN

PORTOFOLIO DIREKTORAT KESEHATAN IKAN DAN LINGKUNGAN PORTOFOLIO DIREKTORAT KESEHATAN IKAN DAN LINGKUNGAN. TUGAS POKOK DAN FUNGSI Tugas pokok Direktorat Kesehatan Ikan dan Lingkungan adalah tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan, norma, standar,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2013 SEKRETARIAT BKIPM

KATA PENGANTAR. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2013 SEKRETARIAT BKIPM i Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2013 KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Sekretariat Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. L a k i p T r i w u l a n I I D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n , D J P B TAHUN 2014

KATA PENGANTAR. L a k i p T r i w u l a n I I D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n , D J P B TAHUN 2014 L a k i p T r i w u l a n I I D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n 2 0 1 4, D J P B KATA PENGANTAR Direktorat Produksi sebagai unsur teknis pada Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya terus mendorong

Lebih terperinci

LOKA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN MEKANISASI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN TAHUN 2014

LOKA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN MEKANISASI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN TAHUN 2014 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) LOKA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN MEKANISASI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN TAHUN 2014 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

LAKIP BBPSEKP Tahun 2013

LAKIP BBPSEKP Tahun 2013 LAKIP BBPSEKP Tahun 2013 BALAI BESAR PENELITIAN SOSIAL EKONOMI KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN KEMENTRIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 2014 TIM PENYUSUN : Indra

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. L a k i p T r i w u l a n 1 D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n , D J P B TAHUN 2014

KATA PENGANTAR. L a k i p T r i w u l a n 1 D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n , D J P B TAHUN 2014 L a k i p T r i w u l a n 1 D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n 2 0 1 4, D J P B KATA PENGANTAR Direktorat Produksi sebagai unsur teknis pada Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya terus mendorong

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. LakilLToshiLaporan Kinerja Direktorat Jenderal PSDKP Tahun 2014 III-

KATA PENGANTAR. LakilLToshiLaporan Kinerja Direktorat Jenderal PSDKP Tahun 2014 III- KATA PENGANTAR Laporan Kinerja (LKj) Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (Ditjen. PSDKP) disusun dalam rangka memenuhi Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGUATAN DAYA SAING PRODUK KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR 120/KEP-DJPDSPKP/2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGUATAN DAYA SAING PRODUK KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

RUMUSAN RAPAT KERJA TEKNIS KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2014

RUMUSAN RAPAT KERJA TEKNIS KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2014 RUMUSAN RAPAT KERJA TEKNIS KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2014 RAPAT KERJA TEKNIS (Rakernis) KELAUTAN DAN PERIKANAN Tahun 2014 dibuka secara resmi oleh Wakil Gubernur Kalimantan Timur di Aula Kantor Walikota

Lebih terperinci

PENDAPATAN REGIONAL REGIONAL INCOME

PENDAPATAN REGIONAL REGIONAL INCOME PENDAPATAN REGIONAL REGIONAL INCOME NUSA TENGGARA BARAT DALAM ANGKA 2013 NUSA TENGGARA BARAT IN FIGURES 2013 Pendapatan Regional/ BAB XI PENDAPATAN REGIONAL CHAPTER XI REGIONAL INCOME Produk Domestik

Lebih terperinci

Pendapatan Regional/ Regional Income

Pendapatan Regional/ Regional Income Nusa Tenggara Barat in Figures 2012 559 560 Nusa Tenggara in Figures 2012 BAB XI PENDAPATAN REGIONAL CHAPTER XI REGIONAL INCOME Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku pada tahun

Lebih terperinci

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan Karunia-Nya, kami telah dapat menyelesaikan penyusunan Laporan

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan Karunia-Nya, kami telah dapat menyelesaikan penyusunan Laporan 1 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan Karunia-Nya, kami telah dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi pemerintah

Lebih terperinci

ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014

ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014 ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014 OUTLINE 1. LINGKUNGAN STRATEGIS 2. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 2 1. LINGKUNGAN STRATEGIS 3 PELUANG BONUS DEMOGRAFI Bonus Demografi

Lebih terperinci

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.

Lebih terperinci

Pendapatan Regional/ Regional Income

Pendapatan Regional/ Regional Income 2010 539 540 BAB XI PENDAPATAN REGIONAL CHAPTER XI REGIONAL INCOME PDRB atas dasar berlaku pada tahun 2008 sebesar 35.261,68 milyar rupiah, sedang pada tahun sebelumnya 33522,22 milyar rupiah, atau mengalami

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BANDUNG DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN

PEMERINTAH KOTA BANDUNG DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena rahmat dan hidayah- Nya kami dapat menyusun Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2016 Dinas Koperasi UKM dan Perindag Kota Bandung Tahun

Lebih terperinci

ALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

ALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA ALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. Pengembangan kawasan agribisnis hortikultura. 2. Penerapan budidaya pertanian yang baik / Good Agriculture Practices

Lebih terperinci

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA RINGKASAN EKSEKUTIF SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA DAFTAR ISI KATA PENGANTAR 4 INVESTASI UNI EROPA PENDORONG PERDAGANGAN INDONESIA

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara produsen dan pengekspor terbesar minyak kelapa sawit di dunia. Kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan yang memiliki peran penting bagi perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam sistem perekonomian terbuka, perdagangan internasional merupakan komponen penting dalam determinasi pendapatan nasional suatu negara atau daerah, di

Lebih terperinci

B. VISI : Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan

B. VISI : Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 1 : RENCANA PENCAPAIAN SASARAN STRATEGIS PADA KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA TAHUN ANGGARAN : 216 A. KEMENTRIAN : (19) KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i RINGKASAN... ii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i RINGKASAN... ii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i RINGKASAN... ii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... I-1 B. Maksud dan Tujuan... I-1 C.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Balai Besar KIPM Jakarta I

KATA PENGANTAR. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Balai Besar KIPM Jakarta I KATA PENGANTAR Perubahan paradigma dalam penyelenggaraan pemerintahan dari rule government menjadi good government menegaskan bahwa dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan publik

Lebih terperinci

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Pengembangan Kelembagaan Ekonomi dan Iklim Usaha Kondusif 1. Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi Mendukung terciptanya kesempatan

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal Tahun 2011 KATA PENGANTAR

Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal Tahun 2011 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR BKPM menyusun laporan pertanggung jawaban kinerja dalam bentuk Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Tahun 2011 mengacu pada Instruksi Presiden RI Nomor 7

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah

BAB I PENDAHULUAN. angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki luas daerah perairan seluas 5.800.000 km2, dimana angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah perairan tersebut wajar

Lebih terperinci

OLEH : ENDAH MURNININGTYAS DEPUTI BIDANG SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP SURABAYA, 2 MARET 2011

OLEH : ENDAH MURNININGTYAS DEPUTI BIDANG SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP SURABAYA, 2 MARET 2011 KEMENTERIAN NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERIKANAN 2011 DAN 2012 OLEH : ENDAH

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah - BKIPM 2013 KATA PENGANTAR

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah - BKIPM 2013 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) BKIPM tahun 2013 disusun berdasarkan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 yang mengamanatkan setiap instansi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.27/MEN/2012 TENTANG PEDOMAN UMUM INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.27/MEN/2012 TENTANG PEDOMAN UMUM INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.27/MEN/2012 TENTANG PEDOMAN UMUM INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA MINAPOLITAN, INDUSTRIALISASI KP DAN BLUE ECONOMY SUNOTO, MES, PHD PENASEHAT MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN BATAM, 22 SEPTEMBER 2014

INDIKATOR KINERJA MINAPOLITAN, INDUSTRIALISASI KP DAN BLUE ECONOMY SUNOTO, MES, PHD PENASEHAT MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN BATAM, 22 SEPTEMBER 2014 INDIKATOR KINERJA MINAPOLITAN, INDUSTRIALISASI KP DAN BLUE ECONOMY SUNOTO, MES, PHD PENASEHAT MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN BATAM, 22 SEPTEMBER 2014 INTEGRASI MINAPOLITAN, INDUSTRIALISASI, DAN BLUE ECONOMY

Lebih terperinci

ANALISIS KENDALA INVESTASI BAGI PENANAM MODAL UNTUK INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN ORIENTASI EKSPOR FEBRINA AULIA PRASASTI

ANALISIS KENDALA INVESTASI BAGI PENANAM MODAL UNTUK INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN ORIENTASI EKSPOR FEBRINA AULIA PRASASTI ANALISIS KENDALA INVESTASI BAGI PENANAM MODAL UNTUK INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN ORIENTASI EKSPOR FEBRINA AULIA PRASASTI PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pengolahan dan pemasaran hasil perikanan dalam kerangka pembangunan kelautan dan perikanan saat ini dilakukan dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Jakarta, April 2015 Kepala BBP2HP. Ir. Rahmah Hayati Samik Ibrahim, MM.

Kata Pengantar. Jakarta, April 2015 Kepala BBP2HP. Ir. Rahmah Hayati Samik Ibrahim, MM. Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas karunia dan bimbingan-nya sehingga Laporan Kinerja BBP2HP Triwulan I Tahun 2015 ini dapat selesai tepat pada waktunya. Tujuan dari penyusunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan perekonomian nasional. Peranannya sebagai menyumbang pembentukan PDB penyediaan sumber devisa

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah Ringkas PT. Agung Sumatera Samudera Abadi

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah Ringkas PT. Agung Sumatera Samudera Abadi BAB II PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Ringkas PT. Agung Sumatera Samudera Abadi PT. Agung Sumatera Samudera Abadi secara legalitas berdiri pada tanggal 25 Januari 1997 sesuai dengan akta pendirian perseroan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang

Lebih terperinci

Indonesia Investment Coordinating Board KATA PENGANTAR

Indonesia Investment Coordinating Board KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Laporan akuntabilitas kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), disusun berdasarkan Instruksi Presiden R.I. Nomor 7 Tahun 1999, disajikan dengan menggunakan standar penyusunan laporan

Lebih terperinci

Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C)

Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C) Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C) Formulir C LAPORAN KONSOLIDASI PROGRAM DIRINCI MENURUT KEGIATAN TRIWULAN III TAHUN ANGGARAN 2015 Kementerian Koordinator

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM. peraturan..

BAB I KETENTUAN UMUM. peraturan.. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.19/MEN/2010 TENTANG PENGENDALIAN SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk kenaikan pendapatan nasional. Cara mengukur pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. bentuk kenaikan pendapatan nasional. Cara mengukur pertumbuhan ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam industri yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat ekonomi yang terjadi. Bagi

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT PELAYANAN USAHA PENANGKAPAN IKAN TAHUN 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT PELAYANAN USAHA PENANGKAPAN IKAN TAHUN 2013 Halaman 1 dari 26 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT PELAYANAN USAHA PENANGKAPAN IKAN TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN TANGKAP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT PENGEMBANGAN FASILITASI INDUSTRI WILAYAH II TAHUN 2015

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT PENGEMBANGAN FASILITASI INDUSTRI WILAYAH II TAHUN 2015 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT PENGEMBANGAN FASILITASI INDUSTRI WILAYAH II TAHUN 2015 DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN INDUSTRI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

Lebih terperinci

Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C)

Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C) Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C) Formulir C LAPORAN KONSOLIDASI PROGRAM DIRINCI MENURUT KEGIATAN TRIWULAN I TAHUN ANGGARAN 2015 Kementerian Koordinator

Lebih terperinci

Renstra Pusat Akreditasi Lembaga Sertifikasi BSN Tahun RENSTRA PUSAT AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI TAHUN

Renstra Pusat Akreditasi Lembaga Sertifikasi BSN Tahun RENSTRA PUSAT AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI TAHUN RENSTRA PUSAT AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI TAHUN 2015-2019 BADAN STANDARDISASI NASIONAL 2015 Kata Pengantar Dalam rangka melaksanakan amanat Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Lebih terperinci

Ikhtisar Eksekutif. vii

Ikhtisar Eksekutif. vii Kata Pengantar Laporan Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) ini merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi kepada masyarakat (stakeholders) dalam menjalankan visi dan misi

Lebih terperinci

Pendapatan Regional/ Regional Income

Pendapatan Regional/ Regional Income 2011 541 542 BAB XI PENDAPATAN REGIONAL CHAPTER XI REGIONAL INCOME PDRB atas dasar berlaku pada tahun 2010 sebesar 49.362,71 milyar rupiah, sedang pada tahun sebelumnya 43.985,03 milyar rupiah, atau mengalami

Lebih terperinci

PENINGKATAN DAN PENGEMBANGAN PENGAWASAN PEMASUKAN DAN DISTRIBUSI IKAN IMPOR KE DALAM WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENINGKATAN DAN PENGEMBANGAN PENGAWASAN PEMASUKAN DAN DISTRIBUSI IKAN IMPOR KE DALAM WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA PENINGKATAN DAN PENGEMBANGAN PENGAWASAN PEMASUKAN DAN DISTRIBUSI IKAN IMPOR KE DALAM WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA Oleh : Pandapotan Sianipar Kepala Seksi Pengawasan Usaha P3 Wilayah Timur Direktorat

Lebih terperinci

Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C)

Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C) Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C) Formulir C LAPORAN KONSOLIDASI PROGRAM DIRINCI MENURUT KEGIATAN TRIWULAN IV TAHUN ANGGARAN 2015 Kementerian Koordinator

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Indikator Kinerja Utama. Penetapan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Indikator Kinerja Utama. Penetapan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.90, 2010 BKPM. Indikator Kinerja Utama. Penetapan. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PENETAPAN DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

Kebijakan Percepatan Pembangunan Industri Perikanan Nasional

Kebijakan Percepatan Pembangunan Industri Perikanan Nasional Policy Brief TR 2016 02 Kebijakan Percepatan Pembangunan Industri Perikanan Nasional Nazla Mariza, M.A.; Bambang Wicaksono, M.Si.; Joanna Octavia, M.Sc. Ringkasan Industri perikanan nasional Indonesia

Lebih terperinci

MASALAH DAN KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUK PERIKANAN UNTUK PEMENUHAN GIZI MASYARAKAT

MASALAH DAN KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUK PERIKANAN UNTUK PEMENUHAN GIZI MASYARAKAT 1 MASALAH DAN KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUK PERIKANAN UNTUK PEMENUHAN GIZI MASYARAKAT Disampaikan pada Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia, Kamis, 21 November 2007 Oleh Direktur Jenderal Pengolahan dan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. pencaharian di sektor pertanian. Menurut BPS (2013) jumlah penduduk yang

BAB I. PENDAHULUAN. pencaharian di sektor pertanian. Menurut BPS (2013) jumlah penduduk yang BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara yang sebagian penduduknya bermata pencaharian di sektor pertanian. Menurut BPS (2013) jumlah penduduk yang bekerja di sektor

Lebih terperinci

LAMPIRAN RENCANA KINERJA TAHUNAN BADAN KARANTINA PERTANIAN 2017

LAMPIRAN RENCANA KINERJA TAHUNAN BADAN KARANTINA PERTANIAN 2017 LAMPIRAN RENCANA KINERJA TAHUNAN BADAN KARANTINA PERTANIAN Lampiran Matrik Kinerja TA. (Kegiatan dan Target) PROGRAM/KEGIATAN SASARAN INDIKATOR KINERJA LOKASI 2 4 5 6 PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS PERKARANTINAAN

Lebih terperinci

BAB IV P E N U T U P

BAB IV P E N U T U P BAB IV P E N U T U P IV.1. KESIMPULAN Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban Pemerintah Provinsi Jawa Timur berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Kerja Satuan Perangkat Kerja Daerah (Renja SKPD) merupakan dokumen perencanaan resmi SKPD yang dipersyaratkan untuk mengarahkan pelayanan publik Satuan Kerja

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) 2014 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERIKANAN BUDIDAYA

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian digambarkan dalam kontribusi sektor pertanian dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di

I. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama ini pasokan ikan dunia termasuk Indonesia sebagian besar berasal dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di sejumlah negara

Lebih terperinci

PROGRES PELAKSANAAN REVITALISASI PERTANIAN

PROGRES PELAKSANAAN REVITALISASI PERTANIAN PROGRES PELAKSANAAN REVITALISASI PERTANIAN Pendahuluan 1. Dalam rangka pelaksanaan Revitalisasi Pertanian (RP) Departemen Pertanian telah dan sedang melaksanakan berbagai kebijakan yang meliputi : (a)

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

INDIKATOR KINERJA UTAMA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Lampiran : I 1. Nama Organisasi : Badan Koordinasi Penanaman Modal 2. Tugas : Melaksanakan koordinasi kebijakan dan pelayanan di bidang penanaman berdasarkan peraturan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Assalammu alaikum wr. Wb

KATA PENGANTAR. Assalammu alaikum wr. Wb KATA PENGANTAR Assalammu alaikum wr. Wb Dengan mengucap puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, kami telah menyelesaikan Laporan Kinerja (LAKIP) Dinas Kelautan dan Perikanan Tahun 2015. Laporan ini

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT KATA PENGANTAR Sebagai tindaklanjut dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang mewajibkan bagi setiap pimpinan instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tengang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negar

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tengang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negar KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. /MEN/SJ/2016 TENTANG PEDOMAN TEKNIS MONITORING DAN EVALUASI TERPADU PROGRAM/KEGIATAN PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Tantangan dan Peluang UKM Jelang MEA 2015

Tantangan dan Peluang UKM Jelang MEA 2015 Tantangan dan Peluang UKM Jelang MEA 2015 Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 segera dimulai. Tinggal setahun lagi bagi MEA mempersiapkan hal ini. I Wayan Dipta, Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK,

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

LAPORAN KINERJA 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

6. Sekretariat Ditjen PPHP C. Revisi Penetapan Kinerja Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian Direktorat Pengembangan

6. Sekretariat Ditjen PPHP C. Revisi Penetapan Kinerja Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian Direktorat Pengembangan DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Kedudukan, Tugas dan Fungsi... 2 C. Struktur Organisasi... 2 1. Sekretariat Direktorat Jenderal... 3 2. Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian...

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.105, 2015 SUMBER DAYA ALAM. Perkebunan. Kelapa Sawit. Dana. Penghimpunan. Penggunaan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DAN PENGGUNAAN DANA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DAN PENGGUNAAN DANA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DAN PENGGUNAAN DANA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

Sistem konektivitas pelabuhan perikanan untuk menjamin ketersediaan bahan baku bagi industri pengolahan ikan

Sistem konektivitas pelabuhan perikanan untuk menjamin ketersediaan bahan baku bagi industri pengolahan ikan Prosiding Seminar Nasional Ikan ke 8 Sistem konektivitas pelabuhan perikanan untuk menjamin ketersediaan bahan baku bagi industri pengolahan ikan Iin Solihin 1, Sugeng Hari Wisudo 1, Joko Susanto 2 1 Departemen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk menopang perekonomian nasional dan daerah, terutama setelah terjadinya krisis ekonomi yang dialami

Lebih terperinci