Usulan Perancangan Tata Letak Lantai Produksi Menggunakan Algoritma Genetika (Studi Kasus di PT. X, Bandung)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Usulan Perancangan Tata Letak Lantai Produksi Menggunakan Algoritma Genetika (Studi Kasus di PT. X, Bandung)"

Transkripsi

1 Usulan Perancangan Tata Letak Lantai Produksi Menggunakan Algoritma Genetika (Studi Kasus di PT. X, Bandung) Recommendation of Production Floor Layout Design Using Genetic Algorithm (Case Study at PT. X, Bandung) Vivi Arisandhy, Kartika Suhada, Siska Yoanna Halim Jurusan Teknik Industri Universitas Kristen Maranatha Abstrak PT. X merupakan perusahaan yang memproduksi berbagai macam spare part motor Honda dan Suzuki. Permasalahan yang dihadapi perusahaan adalah tata letak mesin di lantai produksi yang dirasakan kurang tepat, dimana aliran material yang terjadi kurang teratur dan tata letak mesin yang seharusnya berdekatan diletakkan berjauhan. Dalam upaya mengatasi permasalahan di atas, diusulkan penerapan konsep Group Technology dengan Pendekatan Algoritma Genetika. Peneliti mengembangkan Algoritma Genetika secara manual dan membuat software untuk mempercepat waktu perhitungan. Software yang dibuat terdiri dari software pengelompokan sel (Matrix Clustering) dan software penyusunan tata letak mesin. Validitas software diuji dengan membandingkan output hasil running software dengan hasil perhitungan secara manual untuk beberapa contoh kasus. Selanjutnya, software diaplikasikan pada kasus perusahaan dan kemudian nilai total flow cost dari tata letak mesin saat ini dibandingkan dengan nilai total flow cost tata letak usulan. Pengolahan data dengan software pengelompokan sel menghasilkan tata letak usulan yang terdiri dari 8 sel. Penggunaan software penyusunan tata letak mesin menghasilkan nilai total flow cost sebesar Rp ,40/tahun. Penyusunan tata letak saat ini menghasilkan nilai total flow cost sebesar Rp ,89/tahun, sehingga terjadi penghematan sebesar Rp ,49/tahun atau 21,08%. Manfaat lain yang dapat diperoleh dengan menerapkan tata letak usulan adalah mesin yang dibutuhkan berkurang sebanyak 10 unit mesin. Kata kunci: tata letak, Group Technology, Algoritma Genetika Abstract PT. X is a company that produces various kinds of spare parts Honda and Suzuki motorcycles. The problems faced by the company is the layout of machines on the production floor that is felt not quite right, where the flow of material is not well-ordered and machines that should be placed close is placed far apart. In an effort to overcome the problems above, application proposed is Group Technology with Genetic Algorithm Approach. Researchers developed a Genetic Algorithm manually and makes software to speed computation time. Software that is created consisting of cell grouping software (Matrix Clustering) and software machine layout arrangement. The validity of the software is tested by comparing the running output results with the manual calculation results for some sample cases. Then, the software was applied to the company case and the total flow cost of the current machine layout compared to the total flow cost of the proposed machine layout. Data processing with cell grouping software produces the proposed layout that consists of 8 cells. Use of machine layout arrangement software produces a total flow cost value of Rp 2,511, / year. The arrangement of the current layout produces a total flow cost value of Rp 3,182, / year, so that resulting in savings of Rp 670, / year or 21.08%. Other 104

2 USULAN PERANCANGAN TATA LETAK LANTAI PRODUKSI (Vivi Arisandhy, et al.) benefits can be obtained by applying the proposed layout is the machine that required can be reduced by 10 units. Keywords: layout, Group Technology, Genetic Algorithm 1. Pendahuluan PT. X merupakan perusahaan yang memproduksi berbagai macam spare part motor, yaitu untuk motor Honda dan Suzuki. Sistem produksi yang diterapkan di PT. X adalah job order (berdasarkan pesanan). Saat ini perusahaan mempunyai 3 departemen produksi, yaitu departemen brake pedal, departemen pipe frame head, dan departemen multi part. Tata letak mesin yang diterapkan untuk masing-masing departemen saat ini adalah layout by process. Tata letak yang diterapkan perusahaan saat ini dikatakan kurang tepat, karena letak mesin yang seharusnya berdekatan diletakkan berjauhan dan aliran material yang terjadi tidak teratur. Letak mesin yang berjauhan dan aliran material yang tidak teratur ini akan menyebabkan jarak perpindahan material yang jauh, sehingga waktu yang diperlukan untuk memindahkan material menjadi lebih lama. Disamping itu karena perpindahan material ditangani oleh operator itu sendiri, maka menyebabkan kapasitas produksi yang dihasilkan tidak optimal. Oleh karena itu, peneliti mengusulkan perbaikan tata letak lantai produksi saat ini. Batasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Data pesanan yang diamati adalah data pesanan periode Januari Desember Produk yang diamati 35 jenis produk, karena data tersebut yang boleh diamati oleh perusahaan. 3. Usulan tata letak berdasarkan kriteria minimasi jarak perpindahan material. Asumsi yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah: 1. Tidak ada perluasan area produksi. 2. Tidak ada penambahan mesin. 3. Tidak membahas biaya relayout. Dari masalah yang sudah diidentifikasi sebelumnya, maka peneliti merumuskan beberapa masalah yang dihadapi perusahaan yaitu: 1. Apa kekurangan tata letak lantai produksi yang diterapkan perusahaan saat ini? 2. Bagaimana tata letak lantai produksi yang sebaiknya diterapkan? 3. Apa manfaat yang dapat diperoleh perusahaan dengan menerapkan tata letak usulan? Berdasarkan perumusan masalah yang dibuat, penelitian yang dilakukan bertujuan untuk: 1. Mengidentifikasi kelemahan tata letak lantai produksi yang diterapkan perusahaan saat ini. 2. Memberikan usulan perbaikan tata letak lantai produksi yang sebaiknya diterapkan. 3. Mengemukakan manfaat dari penerapan tata letak usulan. 2. Tinjauan Pustaka 2.1 Perancangan Tata Letak Pabrik Perancangan tata letak pabrik merupakan suatu kegiatan rancang fasilitas dimana di dalamnya terdapat kegiatan yang menganalisis, membentuk konsep, merancang dan mewujudkan sistem bagi pembuatan barang atau jasa. Dengan tujuan yaitu untuk mengoptimalkan hubungan antar operator, aliran barang, aliran informasi, dan lain-lain dengan harapan dihasilkan suatu rancangan tempat produksi yang akurat, ekonomis, dan aman. (Apple, 1990). 105

3 JURNAL INTEGRA VOL. 1, NO. 1, JUNI 2011: Tipe-tipe Tata Letak Tipe tata letak yang sesuai akan menjadikan efisiensi proses manufacturing untuk jangka waktu yang cukup panjang. Tipe-tipe tata letak secara umum adalah product layout, process layout, group technology layout dan layout by fixed position. (Purnomo, 2008) Jenis-jenis layout dapat dibedakan berdasarkan hubungan antara volume produksi yang diproduksi dengan variasi produk yang dihasilkan. Hal tersebut ditunjukkan pada Gambar 1: (Tompkins et. al., 1996) Sumber: (Purnomo, 2008) Group Technology Layout Gambar 1. Tipe-tipe tata letak Tipe tata letak ini, biasanya komponen yang tidak sama dikelompokkan ke dalam satu kelompok berdasarkan kesamaan bentuk komponen, mesin atau peralatan yang dipakai. Pengelompokan bukan didasarkan pada kesamaan penggunaan akhir. Mesin-mesin dikelompokkan dalam satu kelompok dan ditempatkan dalam sebuah manufacturing cell. (Purnomo, 2008) Sel manufaktur dapat didefinisikan sebagai aplikasi dari group technology yang meliputi pengelompokkan mesin-mesin berdasarkan komponen-komponen yang diproses pada mesin yang bersangkutan. Tujuan utama dari sel manufaktur, yaitu untuk mengidentifikasikan sel-sel mesin dan part family secara simultan dan untuk menempatkan part family ke dalam sel-sel mesin dalam rangka meminimalkan perpindahan antar sel dari komponen. (Heragu, 1997) 2.3 Pengukuran Performansi Grouping Efficiency Metode Grouping Efficiency merupakan penjumlahan antara rasio utilisasi mesin dan pergerakan antar sel. Nilai 1 adalah rasio jumlah angka 1 di dalam blok diagonal terhadap jumlah total elemen di dalam blok (0 dan 1), menunjukkan utilisasi mesin dalam sel, sedangkan nilai 2 adalah rasio jumlah angka 0 di luar blok diagonal terhadap jumlah total elemen di luar blok diagonal (0 dan 1), menunjukkan inter-cell movement. (Chandrasekharan & Rajagopalan, 1986) 106

4 USULAN PERANCANGAN TATA LETAK LANTAI PRODUKSI (Vivi Arisandhy, et al.) Nilai w menunjukkan pembobotan terhadap 1 dan 2, nilai w yang dianjurkan adalah 0.5, karena menganggap pembobotan untuk 1 dan 2 adalah sama. (Chandrasekharan & Rajagopalan, 1986) Nilai Grouping Efficiency yang bagus adalah 1, dimana efisiensi yang diperoleh sebesar 100%. Rumus Grouping Efficiency adalah sebagai berikut: (Chandrasekharan & Rajagopalan, 1986) o e η1 o e v (1) MP o v η2 MP o v e (2) = wη1 ( 1 w)η2 (3) Keterangan : o = jumlah angka 1 dalam matriks M = jumlah mesin e = jumlah exceptional elements dalam solusi P = jumlah part v = jumlah voids dalam solusi = Grouping Efficiency 2.4 Metode-metode Perhitungan Jarak Jarak adalah salah satu parameter terukur dari komponen material handling. Dalam suatu penanganan material ada perpindahan dari satu tempat ke tempat lain, yang bertujuan agar material tersebut dapat diproses lebih lanjut di tempat lain. Nilai notasi yang digunakan dalam perhitungan jarak yaitu: xi = koordinat pusat x dari fasilitas i yi = koordinat pusat y dari fasilitas j zi = koordinat pusat z dari fasilitas i dij = jarak antara pusat fasilitas i dan j Ada 7 jenis cara perhitungan jarak yaitu sebagai berikut: (Heragu, 1997) a. Euclidean Metode euclidean mengukur garis lurus yang terbentuk dari titik pusat masing-masing fasilitas. Metode ini dapat diaplikasikan pada jenis material handling yang bergerak mendekati arah tangensial. b. Squared Euclidean Metode squared euclidean sebenarnya hampir mirip dengan cara euclidean, tapi bedanya kalau di squared euclidean merupakan pangkat dua dari hasil Euclidean. Metode ini digunakan untuk masalah jarak yang membutuhkan asumsi beban pada pergerakan sumbu. c. Rectilinear Metode rectilinear adalah cara perhitungan jarak menggunakan jumlah jarak tempuh pada setiap garis sumbu. Metode ini diterapkan pada alat material handling yang bergerak secara rectangular. Rumusnya sebagai berikut : dij xi xj yi yj (4) d. Tchebychev Metode tchebychev memperkirakan jarak tempuh antar pasangan fasilitas merupakan jarak sumbu terbesar, dengan asumsi pergerakan setiap sumbu dilaksanakan secara bersamaan. Metode ini dapat diaplikasikan pada alat material handling sejenis overhead crane yang bergerak dalam berbagai sumbu secara bersamaan. e. Aisle distance Metode aisle distance merupakan perhitungan jarak aktual yang dialami material, berdasarkan akumulasi jarak sumbu. Metode ini digunakan pada jenis material handling yang bergerak secara rectangular dan lebih cermat untuk perhitungan area allocation diagram setelah adanya penempatan gang. f. Adjacency Metode adjacency adalah metode yang memberikan bobot biner pada fasilitas yang bersebelahan maupun yang tidak bersebelahan. 107

5 JURNAL INTEGRA VOL. 1, NO. 1, JUNI 2011: g. Shortest path Metode shortest path ini menghitung jarak terpendek dari setiap jalur yang mungkin dilalui. Metode ini dilakukan dengan analisis terhadap jaringan yang terdapat pada setiap jalur material handling. Metode ini digunakan pada kondisi material handling kompleks dengan batasan parameter ongkos dan alternatif jalur yang bervariasi. 2.5 Algoritma Genetika Deskripsi Algoritma Genetika Algoritma genetika diciptakan pertama kali pada tahun 1970-an oleh John Holland yang terinspirasi oleh teori Charles Darwin yang dikenal sebagai Theory of Natural Selection. Dalam algoritma genetika terdapat istilah-istilah yang digunakan: (Man et. al., 1997) 1. Population: merupakan sekumpulan solusi dari permasalahan yang akan diselesaikan menggunakan algoritma genetika. Population terdiri dari sekumpulan chromosome. 2. Chromosome: mewakili sebuah solusi yang mungkin (feasible solution) untuk permasalahan yang ingin diselesaikan. Sebuah chromosome terdiri dari sekumpulan gen. 3. Gen: mewakili elemen-elemen yang ada dalam sebuah solusi. 4. Parent: merupakan chromosome yang akan dikenai operasi genetik (crossover). 5. Offspring: chromosome yang merupakan hasil dari operasi genetik (crossover dan mutation). 6. Crossover: merupakan operasi genetik yang mewakili proses perkembangbiakan antar individu. Dalam melakukan proses crossover dibutuhkan satu pasang parent dan akan menghasilkan satu atau lebih offspring (keturunan). 7. Mutation: merupakan operasi genetik yang mewakili proses mutasi dalam perjalanan hidup individu. Peran mutasi adalah menghasilkan perubahan acak dalam populasi, yang berguna untuk menambah variasi dari chromosome-chromosome dalam sebuah populasi. 8. Selection Procedure: merupakan proses yang mewakili seleksi alam (natural selection) dari teori Darwin. Proses ini dilakukan untuk menentukan parent dari operasi genetik (crossover) yang akan dilakukan untuk menghasilkan keturunan (offspring). 9. Fitness Value: merupakan penilaian yang menentukan bagus tidaknya sebuah chromosome. Chormosome yang memiliki fitness value yang rendah pada akhirnya akan tersingkir oleh chromosome-chromosome yang memiliki fitness value yang lebih baik. 10. Evaluation Function: merupakan fungsi yang digunakan untuk menentukan nilai dari fitness value. Evaluation function ini merupakan sekumpulan kriteria-kriteria tertentu dari permasalahan yang ingin diselesaikan. 11. Generation: merupakan satuan dari populasi setelah melalui operasi-operasi genetika, berkembang biak dan menghasilkan keturunan. Pada akhir dari setiap generation, untuk menjaga agar jumlah chromosome dalam populasi tetap konstan, maka chromosome yang memiliki fitness value yang rendah dan memiliki peringkat di bawah nilai minimal akan dihapus dari populasi Parameter Algoritma Genetika Parameter dalam algoritma genetika berguna dalam pengendalian operator genetika yang digunakan. Goldberg mendefinisikan parameter-parameter yang digunakan dalam algoritma genetika sebagai berikut: (Obitko, 2008) 1. Ukuran Populasi: jumlah kromosom yang membentuk suatu populasi. 2. Jumlah Generasi: banyaknya populasi yang hendak dihasilkan dalam algoritma genetika. 3. Probabilitas Crossover: besarnya kemungkinan sebuah kromosom untuk mengalami crossover. Parameter ini harus ditentukan pada awal proses pencarian solusi. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Obitko, disarankan bahwa nilai probabilitas crossover yang baik adalah berkisar antara 80% - 95%. 4. Probabilitas Mutasi: besarnya kemungkinan sebuah kromosom untuk mengalami mutasi. Dalam penelitiannya, Obitko menyarankan nilai probabilitas mutasi yang baik adalah berkisar antara 0,5% - 1%. 108

6 USULAN PERANCANGAN TATA LETAK LANTAI PRODUKSI (Vivi Arisandhy, et al.) Operator Genetik Operator genetika berguna untuk memperkenalkan string-string baru dalam populasi. Adanya string baru berarti terdapat domain pencarian baru dalam populasi. Terdapat tiga operator dasar yang sering digunakan untuk melakukan proses perkombinasian antar solusi yaitu seleksi, crossover dan mutasi. Penjelasan mengenai operator-operator dasar tersebut adalah sebagai berikut: (Gen, 2000) 1. Seleksi: proses yang dilakukan untuk melakukan populasi baru pada generasi berikutnya. Populasi baru ini dapat berasal dari semua parent dan offspring atau dari sebagian parent dan offspring. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan proses seleksi antara lain: a. Ruang Sampling b. Mekanisme Sampling (Sampling Mechanism) c. Probabilitas Seleksi (Selection Probability) 2. Crossover: bertujuan untuk memperoleh keturunan (offspring) yang lebih baik. Keturunan yang lebih baik ini ditandai dengan perbaikan nilai fitness atau nilai suaian dari suatu kromosom. (Gen, 2000) Proses crossover dimulai dengan menyilangkan dua buah parent hasil seleksi sehingga dihasilkan kromosom baru yang memiliki gen campuran. Sebelum melakukan penyilangan, maka dilakukan dahulu pemilihan kromosom-kromosom yang akan menjadi parent. Cara menentukan parent adalah dengan membangkitkan bilangan random antara 1 sampai 0 pada setiap kromosom calon parent. Kemudian bilangan random yang sudah diperoleh dibandingkan dengan nilai probabilitas crossover (Pc) yang sudah ditentukan sebelumnya. Jika bilangan random suatu kromosom memiliki nilai yang lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas crossover maka kromosom tersebut menjadi parent dan akan mengalami proses crossover, begitu pula sebaliknya. Selanjutnya dilakukan penentuan pasangan antar parent secara random. Setelah pasangan parent ditentukan maka proses crossover dapat dilakukan. Proses pertukaran dalam crossover dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu: (Tompkins et.al., 1996) a. Partial-Mapped Crossover Langkah-langkah metode ini adalah sebagai berikut : 1) Bangkitkan bilangan random antara 0 sampai 1 untuk setiap kromosom calon parent. Bandingkan nilai bilangan random dengan nilai probabilitas crossover (Pc) yang sudah ditetapkan sebelumnya. Jika nilai bilangan random lebih kecil atau sama dengan nilai Pc, maka kromosom mengalami proses crossover dan menjadi parent. Begitu pula sebaliknya. 2) Pasangkan parent dalam populasi secara acak, dengan jumlah maksimal pasangan parent adalah sebanyak jumlah kromosom parent dibagi dua. 3) Tentukan nilai crossing site atau posisi antara sub-kromosom yang satu dengan yang lain, caranya adalah dengan membangkitkan bilangan random antara 1 sampai (m-1) sebanyak dua buah, dimana m adalah panjang sub-kromosom. 4) Silangkan gen-gen pada parent satu dengan gen-gen pada parent pasangannya yang berada diantara batas crossing site sehingga membentuk kromosom offspring crossover. b. Order Crossover c. Cycle Crossover 3. Mutasi: menciptakan individu baru dengan memodifikasi satu atau lebih gen dalam individu yang sama. Mutasi berfungsi untuk menggantikan gen yang hilang dari populasi selama proses seleksi serta menyediakan gen yang tidak ada dalam populasi awal. Sehingga mutasi akan meningkatkan variasi populasi. Jika bilangan random yang dibangkitkan dari suatu kromosom dalam proses mutasi ini ternyata lebih kecil atau sama dengan probabilitas mutasi (Pm) maka kromosom tersebut akan mengalami mutasi, begitu pula sebaliknya. (Gen, 2000) Terdapat tiga metode mutasi yang dapat dilakukan: 109

7 JURNAL INTEGRA VOL. 1, NO. 1, JUNI 2011: a. Scrambled Based Mutation b. Order Based Mutation Order based mutation adalah metode mutasi yang dianggap paling baik karena proses mutasi ini memberikan variasi pada urutan gen-gennya. Langkah-langkah yang dilakukan dalam proses mutasi dengan metode order based mutation adalah: 1) Bangkitkan bilangan random pada setiap gen dalam kromosom. 2) Jika terdapat nilai bilangan random pada gen yang lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas mutasi (Pm) yang sudah ditentukan sebelumnya, maka kromosom akan mengalami mutasi, begitu pula sebaliknya. 3) Lakukan proses mutasi pada gen-gen dalam kromosom yang mengalami mutasi dengan ketentuan sebagai berikut: a) Jika nilai bilangan random lebih kecil atau sama dengan ½ Pm, maka kurangi nilai gen dengan satu. Jika nilai gen tersebut adalah satu, maka tambahkan nilai gen tersebut dengan satu. b) Jika nilai bilangan random lebih besar dari ½ Pm sampai sama dengan nilai Pm, maka tambahkan nilai gen tersebut dengan satu. c. Position Based Mutation Encoding dan Decoding Encoding (Representasi Kromosom) merupakan proses transfer dari informasi real ke dalam kromosom. Proses representasi kromosom ini bertujuan untuk menentukan informasi apa saja yang akan dimasukan ke dalam kromosom. Pada permasalahan penyeimbangan lintasan produksi, yang digunakan sebagai representasi dari kromosom adalah lintasan produksi itu sendiri. Suatu kromosom terdiri dari m sub-kromosom, dimana satu sub-kromosom menunjukan satu stasiun kerja. Satu sub-kromosom terdiri dari sekumpulan gen, dimana masing-masing gen menunjukan elemen kerja dari lintasan produksi tersebut. Panjang sub-kromosom tergantung dari jumlah elemen kerja yang akan diproses pada stasiun kerja tertentu. Proses decoding adalah kebalikan dari proses encoding. Proses decoding merupakan proses transfer informasi yang terkandung dalam suatu kromosom ke dalam informasi real. Dalam proses decoding, setiap kromosom yang terdapat dalam populasi akan diproses sehingga menghasilkan beberapa lintasan produksi yang feasible sesuai dengan ukuran populasi. Kemudian lintasan produksi yang dihasilkan tersebut akan dievaluasi dengan nilai fitness (nilai suaian) sesuai dengan fungsi suaian yang telah ditetapkan sebelumnya yaitu maksimasi efisiensi lintasan total. 3. Pembahasan Pengolahan data dilakukan dengan 2 tahap, yaitu perhitungan pengelompokan sel dan perhitungan penataan tata letak mesin. 3.1 Perhitungan Pengelompokan Sel dengan Algoritma Genetika Secara Manual Langkah 1: Penentuan Fungsi Suaian Fungsi suaian yang digunakan adalah maksimasi grouping efficiency. Langkah 2: Penentuan parameter Jumlah Generasi = 2 Ukuran Populasi = 4 Probabilitas Crossover (P c ) = 0,95 Probabilitas Mutasi (P m ) = 0,

8 USULAN PERANCANGAN TATA LETAK LANTAI PRODUKSI (Vivi Arisandhy, et al.) Langkah 3: Proses Encoding Inisialisasi awal atau pembentukan kromosom yang disebut juga dengan encoding. Metode yang digunakan yaitu metode acak. Setiap mesin dan part dinyatakan sebagai gen dan bilangan acak dibangkitkan pada setiap gen untuk membentuk sebuah kromosom. Hasil pembentukan kromosom diperlihatkan pada Tabel 1 sampai dengan Tabel 4. Tabel 1. Kromosom 1 Kode Mesin Kode Part CV PF CS IB AB DC HS BS RS RB Tabel 2. Kromosom 2 Kode Mesin Kode Part CV PF CS IB AB DC HS BS RS RB Tabel 3. Kromosom 3 Kode Mesin Kode Part CV PF CS IB AB DC HS BS RS RB Tabel 4. Kromosom 4 Kode Mesin Kode Part CV PF CS IB AB DC HS BS RS RB Langkah 4: Proses Decoding Decoding merupakan suatu proses untuk menterjemahkan sebuah kromosom ke dalam bentuk matriks sehingga mudah dibaca. Kemudian, pada setiap matriks dilakukan pengukuran performansi berdasarkan nilai fitness yaitu grouping efficiency. Semakin besar nilai grouping efficiency, semakin baik karena utilisasi mesin semakin tinggi dan intercell movementnya semakin kecil/sedikit. Contoh hasil decoding untuk perhitungan Kromosom 1 diperlihatkan pada Tabel 5. Tabel 5. Matriks Kromosom 1 111

9 JURNAL INTEGRA VOL. 1, NO. 1, JUNI 2011: Perhitungan grouping efficiency untuk Kromosom ke-1: e = 33, o = 43, v = 30, M = 16, P = 10 o e = = 25% o e v MP o v η 2 = MP o v e η (16*10) (16*10) = 72,5% w η1 (1 w) η2 = 0,5% * 25% + 0,5% * 72,5% = 48,75% Langkah 5: Proses Crossover Sebelum melakukan proses crossover, terlebih dahulu harus ditentukan calon parent yang akan mengalami proses crossover. Langkah-langkah yang dilakukan dalam proses crossover adalah sebagai berikut: a. Menetapkan probabilitas crossover (Pc). Pada penelitian ini nilai Pc yang digunakan adalah 0,95. b. Membangkitkan bilangan random pada setiap kromosom dalam populasi, lalu bandingkan nilai bilangan random dengan probabilitas crossover (Pc). Jika nilai bilangan random lebih kecil dari Pc, maka kromosom menjadi parent dan mengalami crossover, begitu pula sebaliknya. Hasil perbandingan bilangan random dengan probabilitas crossover diperlihatkan pada Tabel 6. Tabel 6. Hasil Perbandingan Bilangan Random dengan Probabilitas Crossover No Kromosom Bilangan Random Probabilitas Crossover Keputusan 1 Kromosom 1 0,94 0,95 Mengalami Proses Crossover 2 Kromosom 2 0,21 0,95 Mengalami Proses Crossover 3 Kromosom 3 0,37 0,95 Mengalami Proses Crossover 4 Kromosom 4 0,43 0,95 Mengalami Proses Crossover Setelah parent diperoleh, maka kemudian ditentukan pasangan parent yang akan mengalami proses crossover. Setelah pasangan parent ditentukan, maka selanjutnya dilakukan proses crossover, dimana metode crossover yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Partial-Mapped Crossover. Contoh proses crossover adalah sebagai berikut: a. Penentuan crossing-site Tabel 7. Crossing-site Crossing Site Mesin Part Pasangan parent CV BS Pasangan parent AB DC b. Penyilangan gen-gen pada kromosom yang berada di antara batas crossing-site, begitu pula sebaliknya. Tabel 8. Pasangan parent 1 Mesin Part Berdasarkan hasil dari penyilangan di atas, maka akan terbentuk 2 kromosom offspring hasil proses crossover. Tabel 9. Kromosom Offspring Crossover Mesin Part KOC 1 Mesin Part KOC 2 112

10 USULAN PERANCANGAN TATA LETAK LANTAI PRODUKSI (Vivi Arisandhy, et al.) Setelah melakukan proses crossover, maka diperoleh kromosom baru yang disebut kromosom offspring crossover (KOC). Proses decoding yang dilakukan pada setiap KOC 1 yang terbentuk untuk mengetahui grouping efficiencynya diperlihatkan pada Tabel 10. Tabel 10. Matriks Kromosom Offspring Crossover Perhitungan grouping efficiency untuk Kromosom Offspring Crossover: o = 43, e = 30, v = 26, M = 16, P = 10 o e = = 33,33% o e v MP o v η 2 = MP o v e (16*10) (16*10) = 75,21% η w η1 (1 w) η2 = 0,5% * 33,33% + 0,5% * 75,21% = 54,27% Kesimpulan: Tepat, karena setiap sel berisi mesin dan part yang dikerjakan (tidak ada sel yang kosong). Langkah 6: Proses Mutasi 1. Menentukan nilai probabilitas mutasi. 2. Bangkitkan bilangan random antara 0 dan 1 di setiap gen pada sub-kromosom. Bandingkan bilangan random tersebut dengan probabilitas mutasi (P m ), bila bilangan random yang dihasilkan lebih kecil atau sama dengan P m, maka gen pada sub-kromosom tersebut akan mengalami mutasi. Tabel 11. Tabel Bilangan Random Mesin Part Kromosom ,52 0,89 0,80 0,17 0,007 0,21 0,40 0,98 0,04 0,57 0,61 0,02 0,76 0,97 0,50 0,62 0,02 0,31 0,16 0,58 0,26 0,08 0,37 0,91 0,11 0,56 Kromosom ,44 0,40 0,21 0,04 0,66 0,01 0,20 0,20 0,88 0,08 0,82 0,05 0,23 0,86 0,01 0,59 0,90 0,54 0,36 0,04 0,89 0,36 0,40 0,91 0,11 0,29 Kromosom ,97 0,91 0,84 0,73 0,85 0,71 0,16 1,00 0,73 0,46 0,23 0,96 0,57 0,34 0,90 0,22 0,35 0,29 0,07 0,72 0,99 0,42 0,92 0,24 0,03 0,36 Kromosom ,86 0,72 0,51 0,19 0,18 0,10 0,78 0,99 0,10 0,45 0,02 0,49 0,38 0,18 0,76 0,33 0,06 0,49 0,49 0,66 0,80 0,99 0,67 0,83 0,95 0,43 KOC ,17 0,77 0,68 0,67 0,40 0,15 0,82 0,31 0,12 0,63 0,01 0,82 0,57 0,96 0,43 0,46 0,49 0,33 0,03 0,96 0,59 0,41 0,85 0,89 0,35 0,72 KOC ,31 0,98 0,15 0,15 0,33 0,16 0,91 0,28 0,85 0,92 0,49 0,97 0,67 0,54 0,08 0,03 0,57 0,73 0,99 0,004 0,17 0,39 0,37 0,50 0,90 0,17 KOC ,80 0,14 0,29 0,56 0,47 0,84 0,58 0,63 0,27 0,82 0,49 0,01 0,03 0,43 0,23 0,84 0,05 0,85 0,86 0,25 0,68 0,91 0,20 0,23 1,00 0,54 KOC ,41 0,86 0,24 0,52 0,39 0,89 0,14 0,42 0,52 0,66 0,81 0,68 0,85 0,19 0,19 0,14 0,93 0,35 0,96 0,10 0,70 0,51 0,57 0,36 0,04 0,72 3. Tukarkan gen yang bermutasi dengan gen yang berada di sebelah kanan. Jika ada dua gen yang mengalami mutasi maka tukarkan gen yang paling kanan terlebih dahulu. 113

11 JURNAL INTEGRA VOL. 1, NO. 1, JUNI 2011: Tabel 12. Kromosom 1 Termutasi Mesin Part CV PF CS IB AB DC HS BS RS RB Kromosom Tabel 13. Kromosom Offsping Mutasi 1 Mesin Part KOM Setelah proses mutasi dilakukan, maka dihitung grouping efficiencynya. Langkah 7: Proses Seleksi Proses seleksi dilakukan untuk membentuk populasi baru yang akan digunakan untuk proses generasi berikutnya. Data-data yang diperlukan adalah nilai grouping efficiency Kromosom awal, nilai grouping efficiency Kromosom offspring crossover dan nilai grouping efficiency Kromosom offspring mutasi. Langkah-langkah proses seleksi: 1. Urutkan seluruh kromosom berdasarkan nilai grouping efficiencynya mulai dari yang terkecil sampai terbesar Tabel 14. Pengurutan Nilai Grouping Efficiency Kromosom Grouping Efficiency (%) Kromosom Offspring Crossover 2 68,42% Kromosom Offspring Mutasi 2 68,42% Kromosom 3 58,40% Kromosom 2 57,66% Kromosom Offspring Crossover 1 54,27% Kromosom 4 53,13% Kromosom Offspring Crossover 3 51,86% Kromosom Offspring Crossover 4 51,15% Kromosom 1 48,75% Kromosom Offspring Mutasi 1 47,08% 2. Pilih sejumlah kromosom dengan nilai grouping efficiency terbesar dengan jumlah yang sesuai dengan ukuran populasi awal. Tabel 15. Populasi Awal untuk Generasi ke-2 Kromosom Grouping Efficiency (%) Kromosom Offspring Crossover 2 68,42% Kromosom Offspring Mutasi 2 68,42% Kromosom 3 58,40% Kromosom 2 57,66% 3. Setelah populasi baru terbentuk, maka lakukan crossover dan mutasi kembali pada generasi selanjutnya. Ulangi langkah tersebut sesuai dengan jumlah generasi yang diinginkan. 3.2 Perhitungan Algoritma Genetika Untuk Penyusunan Tata Letak Mesin Secara Manual Langkah 1: Penentuan Fungsi Suaian Fungsi suaian yang digunakan adalah minimasi total flow cost. Langkah 2: Penentuan parameter Jumlah Generasi = 2 Ukuran Populasi = 4 Probabilitas Crossover (P c ) = 0,95 Probabilitas Mutasi (P m ) = 0,

12 USULAN PERANCANGAN TATA LETAK LANTAI PRODUKSI (Vivi Arisandhy, et al.) Langkah 3: Proses Encoding Inisialisasi awal atau pembentukan kromosom yang disebut juga dengan encoding. Metode yang digunakan yaitu metode acak. Nyatakan setiap mesin dan part sebagai gen dan bangkitkan bilangan acak pada setiap gen untuk membentuk sebuah kromosom. Hasil pembentukan kromosom diperlihatkan pada Tabel 16. Tabel 16. Pembentukan Kromosom Kromosom Urutan sel dalam pabrik Sel 1 Sel 2 Sel 3 Sel Keterangan: Untuk sel 1, 2, 3 dan 4 : angka 1-16 menyatakan kode mesin Untuk urutan sel dalam pabrik : angka 1-4 menyatakan sel. Langkah 4: Proses Decoding Pada langkah ini, kromosom yang sudah terbentuk diterjemahkan dalam bentuk matriks. Kemudian, pada setiap matriks dilakukan pengukuran performansi berdasarkan nilai fitness yaitu minimasi total flow cost. Semakin kecil nilai total flow cost, semakin baik karena jarak perpindahan material dari satu stasiun kerja ke stasiun kerja lainnya lebih pendek. Contoh proses decoding diperlihatkan pada Tabel 17. Tabel 17. Kromosom 1 Kromosom Urutan sel dalam pabrik Sel 1 Sel 2 Sel 3 Sel Sel 1 a. Data yang diperlukan dalam mencari tata letak mesin yang terbaik adalah data mesin beserta data part. Dimensi mesin dan dimensi departemen diperlihatkan pada Tabel 18. Tabel 18. Dimensi Mesin dan Dimensi Departemen No. Jenis Mesin Dimensi Mesin (m) Dimensi departemen p l p l 3 Press 25 Ton 1,15 1,04 3,9 3,9 11 Press Hydrolix 200 Ton 1,49 2,48 3,1 3,0 5 Press 40 Ton 1,3 0,9 2,5 2,4 1 Press 10 Ton 1 0,92 2,7 2,6 b. Buat alternatif penempatan mesin dalam masing-masing sel. Penataan letak mesin di dalam sel diusahakan mendekati bentuk bujur sangkar. Dalam pembuatan alternatif penataan, dimensi dan luas departemen belum diperhatikan. Tetapi, dalam menata mesin di dalam sel sesuai dengan alternatif yang dibuat, dimensi dan luas departemen ikut diperhatikan. Sel 1 berisi departemen 3, 11, 5, dan 1 (4 departemen). Alternatif penataan diperlihatkan pada Gambar Gambar 2. Alternatif Penataan 1 c. Setelah diperoleh tata letak departemen (dari alternatif) dalam setiap sel, lakukan penyesuaian dimensi dan luasnya. 115

13 JURNAL INTEGRA VOL. 1, NO. 1, JUNI 2011: M-3 M-11 M-5 M-1 Skala 1:100 Gambar 3. Penataan Sel 1 Kesimpulan: Tepat karena kumulatif panjang dan kumulatif lebar departemen lebih kecil dari panjang dan lebar parik yang tersedia. d. Setelah alternatif tata letak diatur, periksa apakah alternatif tersebut tepat. Tepat jika kumulatif panjang dan kumulatif lebar departemen lebih kecil sama dengan dari panjang dan lebar parik yang tersedia. e. Untuk setiap alternatif tentukan koordinat pusat (x,y) untuk masing-masing departemen dalam setiap sel. Pusat koordinat (0,0) terletak pada kiri bawah. Tabel 19. Koordinat Pusat Sel 1 No. dept x i y i 1 3,85 1, ,95 1,25 4,55 1,4 11 5,45 5 f. Hitung jarak antara departemen i (x i,j i ) dengan departemen j (x j,j j ) Tabel 20. Matriks Jarak Sel 1 Dij i = j = 1 0 5,15 2,7 5,3 3 5,15 0 3,85 3,95 5 2,7 3,85 0 7,8 11 5,3 3,95 7,8 0 Contoh perhitungan: y i -y j + x i -x j = Dij D 1-3 = 3,85 1,95 1,3 4,55 1, , 15 g. Buat matriks aliran (Mij) antara departemen i dengan departemen j untuk mengetahui aliran material yang terjadi antara setiap departemen. Tabel 21. Matriks Aliran Sel 1 Mij i = j = Contoh perhitungan: volumeproduksipart a M ij ukuranlot part a M 1-3 = volumeproduksipart b ukuranlot part b = = volumeproduksipart n ukuranlot part n 116

14 USULAN PERANCANGAN TATA LETAK LANTAI PRODUKSI (Vivi Arisandhy, et al.) h. Hitung total flow cost Tabel 22. Total Flow Cost Sel 1 Contoh perhitungan: n 1n C(L) i = Jumlah j = , , , , Total Flow Cost 1.075,65 C(L) M D(L(i),L(J)) i 1 i ij C(L) = 5,15 * 167 = 860,05 i. Cek lagi apakah semua alternatif penempatan departemen dalam sel sudah dilakukan. Jika sudah maka lanjut ke langkah berikutnya. Jika belum maka kembali ke langkah c untuk alternatif berikutnya. j. Lakukan pemilihan alternatif total flow cost Tabel 23. Pemilihan Total Flow Cost Sel 1 alternatif Total Flow Cost ,65 TFC min 1.075,65 Kesimpulan: yang terpilih adalah alternatif 1 karena hanya mempunyai 1 alternatif saja. k. Cek apakah semua sel sudah di tata. Jika sudah maka lanjut ke langkah berikutnya. Jika belum maka kembali ke langkah a untuk sel berikutnya. l. Setelah dilakukan penataan semua departemen dalam sel, maka harus dilakukan juga penataan letak sel dalam pabrik. Untuk itu perlu dilakukan penataan dengan cara yang sama seperti langkah a. Langkah 5: Proses Crossover Sebelum melakukan proses crossover, terlebih dahulu harus ditentukan calon parent yang akan mengalami proses crossover. Langkah-langkah yang dilakukan dalam proses crossover adalah sebagai berikut: a. Menetapkan probabilitas crossover (Pc). Pada penelitian ini nilai Pc yang digunakan adalah 0,95. b. Membangkitkan bilangan random pada setiap kromosom dalam populasi, lalu bandingkan nilai bilangan random dengan probabilitas crossover (Pc). Jika nilai bilangan random lebih kecil dari Pc, maka kromosom menjadi parent dan mengalami crossover, begitu pula sebaliknya. Hasil perbandingan bilangan random dengan probabilitas crossover diperlihatkan pada Tabel 24. Tabel 24. Hasil Perbandingan Bilangan Random dengan Probabilitas Crossover No Kromosom Bilangan Random Probabilitas Crossover Keputusan 1 Kromosom 1 0,10 0,95 Mengalami Proses Crossover 2 Kromosom 2 0,52 0,95 Mengalami Proses Crossover 3 Kromosom 3 0,67 0,95 Mengalami Proses Crossover 4 Kromosom 4 0,78 0,95 Mengalami Proses Crossover Setelah parent diperoleh, maka kemudian ditentukan pasangan parent yang akan mengalami proses crossover. Selanjutnya dilakukan proses crossover, dimana metode crossover yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Partial-Mapped Crossover. Contoh proses crossover untuk pasangan pertama adalah sebagai berikut: a. Penentuan crossing-site 117

15 JURNAL INTEGRA VOL. 1, NO. 1, JUNI 2011: Tabel 25. Crossing-site Crossing Site Urutan sel dalam pabrik Sel 1 Sel 2 Sel Pasangan parent Pasangan parent b. Penyilangan gen-gen pada kromosom 2 dengan gen-gen pada kromosom 4 yang berada di antara batas crossing-site, begitu pula sebaliknya. Tabel 26. Pasangan Parent 1 Urutan sel dalam pabrik Sel 1 Sel 2 Sel 3 Sel Tabel 27. Proses penyilangan Pasangan Parent 1 Urutan sel dalam pabrik Sel 1 Sel 2 Sel 3 Sel Berdasarkan hasil di atas terdapat angka yang ganda. Oleh karena itu, harus dilakukan penyesuaian lagi dengan cara menukar gennya. Akan tetapi hasil dari penyilangan (yang diberi warna) tidak boleh ditukar lagi. Tabel 28. Kromosom Offspring Crossover Urutan sel dalam pabrik Sel 1 Sel 2 Sel 3 Sel KOC 1 Urutan sel dalam pabrik Sel 1 Sel 2 Sel 3 Sel KOC 2 Setelah melakukan proses crossover, maka diperoleh kromosom baru yang disebut kromosom offspring crossover (KOC). Proses decoding yang dilakukan pada setiap KOC 1 yang terbentuk untuk mengetahui Total Flow Cost. Langkah 6: Proses Mutasi 1. Menentukan nilai probabilitas mutasi. 2. Bangkitkan bilangan random antara 0 dan 1 di setiap gen pada sub-kromosom. Bandingkan bilangan random tersebut dengan probabilitas mutasi (P m ), bila bilangan random yang dihasilkan lebih kecil atau sama dengan P m, maka gen pada sub-kromosom tersebut akan mengalami mutasi. 118

16 USULAN PERANCANGAN TATA LETAK LANTAI PRODUKSI (Vivi Arisandhy, et al.) Tabel 29. Tabel Bilangan Random Urutan sel dalam pabrik Sel 1 Sel 2 sel 3 sel 4 Kromosom ,84 0,95 0,81 0,69 0,63 0,75 0,37 0,15 0,23 0,62 0,62 0,16 0,02 0,98 0,32 0,07 0,33 0,32 0,83 0,20 Kromosom ,16 0,65 0,07 0,12 0,36 0,33 0,006 0,62 0,29 0,02 0,05 0,23 0,71 0,51 0,87 0,54 0,22 0,20 0,26 0,31 Kromosom ,75 0,37 0,99 0,54 0,17 0,08 0,51 0,81 0,98 0,43 0,97 0,38 0,92 0,16 0,78 0,37 0,47 0,77 0,80 0,72 Kromosom ,58 0,67 0,05 0,53 0,22 0,04 0,04 0,19 0,31 0,27 0,48 0,34 0,98 0,88 0,45 0,08 0,97 0,15 0,69 0,87 KOC ,62 0,02 0,91 0,75 0,63 0,52 0,19 0,45 0,27 0,22 0,47 0,91 0,84 0,60 0,82 0,96 0,71 0,006 0,93 0,41 KOC ,96 0,23 0,79 0,41 0,79 0,70 0,85 0,51 0,02 0,55 0,67 0,53 0,05 0,97 0,30 0,12 0,97 0,85 0,17 0,80 KOC ,75 0,79 0,73 0,79 0,40 0,29 0,93 0,36 0,14 0,40 0,09 0,78 0,42 0,96 0,39 0,74 0,53 0,57 0,90 0,33 KOC ,06 0,80 0,27 0,34 0,40 0,82 0,40 0,79 0,88 0,52 0,66 0,88 0,58 0,54 0,02 0,19 0,74 0,69 0,40 0,66 3. Tukarkan gen yang bermutasi dengan gen yang berada di sebelah kanan. Jika ada dua gen yang mengalami mutasi maka tukarkan gen yang paling kanan terlebih dahulu. Tabel 30. Kromosom 2 Termutasi Urutan sel dalam pabrik Sel 1 Sel 2 Sel 3 Sel 4 Kromosom Hasilnya adalah Kromosom offspring mutasi 1 Generasi Ke-1 yang diperlihatkan pada Tabel 31. Tabel 31. Kromosom offsping mutasi 1 Urutan sel dalam pabrik Sel 1 Sel 2 Sel 3 Sel 4 KOM Langkah 7: Proses Seleksi Proses seleksi dilakukan untuk membentuk populasi baru yang akan digunakan untuk proses generasi berikutnya. Data-data yang diperlukan adalah nilai total flow cost Kromosom awal, nilai total flow cost Kromosom offspring crossover dan nilai total flow cost Kromosom offspring mutasi. Langkah-langkah proses seleksi: 1. Urutkan seluruh kromosom berdasarkan nilai total flow costnya mulai dari yang terbesar sampai terkecil Tabel 32. Pengurutan nilai grouping efficiency Kromosom Total Flow Cost Kromosom Offspring Crossover ,55 Kromosom ,05 Kromosom ,15 Kromosom Offspring Mutasi ,15 Kromosom ,35 Kromosom Offspring Crossover ,95 Kromosom ,25 Kromosom Offspring Crossover ,65 Kromosom Offspring Mutasi ,75 Kromosom Offspring Crossover ,45 2. Pilih sejumlah kromosom dengan nilai total flow cost terbesar dengan jumlah yang sesuai dengan ukuran populasi awal. 119

17 JURNAL INTEGRA VOL. 1, NO. 1, JUNI 2011: Tabel 33. Populasi Awal untuk Generasi ke-2 Kromosom Total Flow Cost Kromosom Offspring Crossover ,55 Kromosom ,05 Kromosom ,15 Kromosom Offspring Mutasi ,15 3. Setelah populasi baru terbentuk, maka lakukan crossover dan mutasi kembali pada generasi selanjutnya. Ulangi langkah tersebut sesuai dengan jumlah generasi yang diinginkan. Kromosom yang terbentuk menjadi populasi baru pada generasi berikutnya diperlihatkan pada Tabel 34. Nilai Total Flow Cost terkecil yang diperoleh yaitu ,55. Tabel 34. Kromosom yang Menjadi Populasi Baru Kromosom Total Flow Cost Kromosom ,55 Kromosom Offspring Crossover ,55 Kromosom ,05 Kromosom , Perhitungan Kasus Perusahaan dengan Menggunakan Algoritma Genetika (Software) Hasil perhitungan untuk kasus perusahaan dengan menggunakan software ke-1 diperlihatkan pada Tabel 35. Tabel 35. Hasil Perhitungan dengan Software 1 no Populasi Generasi Pc Pm Sel Grouping Efficiency ,08% ,55% ,28% ,63% ,95 0, ,98% ,44% ,66% ,87% Berdasarkan Tabel 35, dapat dilihat bahwa pengelompokan sel yang terbaik adalah 8 sel karena memiliki nilai grouping efficiency yang paling tinggi. Selanjutnya dilakukan pembagian mesin ke beberapa sel yang membutuhkan mesin sehingga perpindahan material menjadi lebih dekat. Pembagian jenis mesin dan jenis produk untuk masing-masing sel diperlihatkan pada Tabel 36. Hasil dari pengelompokan sel ini diinput ke software ke-2 bersamaan dengan luas departemen, urutan pengerjaan, jumlah volume produksi dan ukuran lot sehingga menghasilkan total flow cost sebesar ,15 dengan ukuran populasi 50, ukuran generasi 50, Pc 0,95, dan Pm 0,009 yang diperlihatkan pada Tabel 37. Tata letak usulan diperlihatkan pada Gambar

18 USULAN PERANCANGAN TATA LETAK LANTAI PRODUKSI (Vivi Arisandhy, et al.) Tabel 36. Pembagian Jenis Mesin dan Jenis Produk untuk Masing-masing Sel Sel Jenis Mesin Jenis Produk 1. Press 16 Ton 1. Rod Brake Pedal XB 2. Press 75 Ton 3. Press 80 Ton 4. Press 90 Ton 1 5. Double Action 150 Ton 6. Press Hydraulic 150 Ton 7. Bor Tap 8. Roll 9. Press 25 Ton 1. Press 55 Ton 1. Hook Stop Switch XC 5. Spring Seat HVM 2 2. Press 25 Ton 2. Hook Stop Switch H00 3. Buffing 3. Hook Stop Switch XB 4. Spot Welding 4. Plate Tank Support 1. Turret 1. Rod Brake Pedal H Upper Spring Seat 2. Meja Inspeksi 2. Brake Pedal H Cap Vitara 3. Press 25 Ton 3. Rod Brake Pedal XC 12. Damper Cap K Buffing 4. Brake Pedal XC 13. Damper Cap HKK 3 5. Spot Welding 5. Brake Pedal H Spring Adjuster K Case Spring Adjuster 15. Spring Adjuster HME 7. Under Lama 16. Damper Cap HKWCA 8. Upper Lama 17. Spring Adjuster HHA 9. Case RR Cush Upper 1. Press 63 Ton 1. Arm Brake Pedal XC 10. Plate Steering Column 2. Rod Brake Pedal H00 Attachment 3. Pipe Muffler 11. Plate Steering Column Energy 4. Pipe Frame Head XC ABSR Pipe Frame Head New Spin 12. Plate Steering Column Energy 6. Bracket Supp Tank ABSR2 7. Inner Base 13. Cap Bump Stopper HTF02 8. Stopper Sp Seat 3,6 14. Cap Bump Stopper HSZYI 9. End Plate 15. Bump Stopper HSZYI 1. Press 70 Ton 1. Band Front Fork Bolt 2. Press 100 Ton 3. Double Action 40 Ton 4. Double Action 70 Ton 5. Press Hydraulic 250 Ton 5 6. Double Borring 7. Spot Welding 8. Welding CO 9. Buffiing 10. Press 63 Ton 11. Press 55 Ton 12. Press 25 Ton 1. Press 35 Ton 1. Arm Brake Pedal H10 2. Press 60 Ton 2. Arm Brake Pedal H Press Hydraulic 200 Ton 3. Arm Brake Pedal XB 4. Press 100 Ton 4. Brake Pedal XB 5. Double Borring 5. Upper Cap 1. Press 40 Ton 1. Brake Shoe H10 5. Spring Seat HHN 7 2. Press 150 Ton 2. Brake Shoe XC 6. Seat Bump Stopper HTF02 3. Press 25 Ton 3. Brake Shoe H00 7. Seat Bump Stopper HSZYI 4. Brake Shoe XB 1. Press 10 Ton 1. Hook Stop Switch H10 6. Clamp Muffler 2. Press 25 Ton 2. Return Spring H10 7. End Plate HKK 8 3. Press 40 Ton 3. Return Spring XC 8. Bump Stopper HTF02 4. Press 63 Ton 4. Return Spring H00 5. Press 90 Ton 5. Return Spring XB 121

19 JURNAL INTEGRA VOL. 1, NO. 1, JUNI 2011: Tabel 37. Perbandingan Hasil Software 2 no Populasi Generasi Pc Pm Total Flow Cost ,95 0, , ,95 0, , ,95 0, , ,95 0, , ,95 0, , ,95 0, , ,95 0, , ,95 0, , ,95 0, ,95 Gambar 4. Tata Letak Usulan 3.4 Analisis Penyusunan Tata Letak Lantai Produksi Awal Saat ini perusahaan memiliki 3 departemen produksi, yaitu departemen produksi brake pedal, departemen produksi pipe frame head, dan departemen produksi multi part. Dalam penyusunan tata letak mesin saat ini, perusahaan menggunakan konsep fengshui, dimana setiap mesin dalam departemen diletakkan pada tempat tertentu berdasarkan keuntungan dan kebaikan dari konsep tersebut. Secara fengshui tata letak mesin sekarang tersebut sudah baik, namun dari segi yang lain tata letak ini memiliki kekurangan, yaitu: Jarak perpindahan material yang jauh 122

20 USULAN PERANCANGAN TATA LETAK LANTAI PRODUKSI (Vivi Arisandhy, et al.) Jarak perpindahan material yang jauh dikarenakan tata letak mesin yang kurang tepat, dimana letak mesin yang seharusnya berdekatan ditempatkan berjauhan. Aliran material yang kurang teratur Aliran material yang kurang teratur, dimana tiap komponen pada departemen multi part memiliki alirannya masing-masing, sehingga waktu yang dibutuhkan pun lebih lama. Di samping itu, dengan tidak adanya operator yang khusus menangani material handling (material handling ditangani oleh operator itu sendiri), maka akan terjadi pemborosan waktu, tenaga dan biaya. Jumlah mesin yang berlebihan Jumlah mesin yang berlebihan dikarenakan pembagian departemen yang kurang tepat, sehingga alokasi mesin pada departemen menjadi tidak sesuai dengan kebutuhan. Hal tersebut menyebabkan penambahan biaya perawatan dan biaya operasional. 3.5 Analisis Penyusunan Tata Letak Lantai Produksi Usulan Berdasarkan hasil pengelompokkan mesin dan komponen, maka dilakukan pengukuran performansi untuk menunjukkan seberapa besar performansi yang dihasilkan. Metode pengukuran performansi yang akan digunakan oleh peneliti adalah metode Grouping Efficiency untuk software pertama dan Total Flow Cost untuk software kedua. Berdasarkan hasil software pengelompokkan sel, nilai grouping efficiency yang dimiliki adalah sebesar 74,663%. Sedangkan berdasarkan hasil software penyusunan tata letak, nilai Total Flow Cost adalah sebesar Rp /tahun. Kemudian dilakukan penyesuaian tata letak sehingga nilai Total Flow Costnya menjadi Rp ,40/tahun. 3.6 Analisis Kebutuhan Jumlah Mesin Berdasarkan hasil perhitungan, terdapat kelebihan jumlah mesin. Oleh karena dalam penelitian ini hanya membahas 35 produk saja, maka kelebihan mesin tersebut dapat digunakan untuk memproses produk lain. Tabel 34. Perbandingan Jumlah Mesin No. Jenis Mesin Jumlah Mesin yang Ada Jumlah Mesin Yang dihitung Sisa 1 Press 10 Ton Press 16 Ton Press 25 Ton Press 35 Ton Press 40 Ton Press 55 Ton Press 60 Ton Press 63 Ton Press 70 Ton Press 75 Ton Press 80 Ton Press 90 Ton Press 100 Ton Press 150 Ton Buffing Double Action 40 Ton Double Action 70 Ton Double Action 150 Ton Press Hydraulic 150 Ton Press Hydraulic 200 Ton Press Hydraulic 250 Ton Double Borring Turret Bor Tap Roll Spot Welding Welding CO Meja Inspeksi

21 JURNAL INTEGRA VOL. 1, NO. 1, JUNI 2011: Analisis Perbandingan antara Metode Perusahaan dengan Usulan Dengan menggunakan metode perusahaan, nilai Total Flow Cost yang dihasilkan sebesar Rp ,89/tahun. Sedangkan dengan menggunakan algoritma genetika, nilai Total Flow Cost yang dihasilkan sebesar Rp ,40/tahun. dengan demikian perusahaan dapat menghemat sebesar Rp ,49/tahun (21,08%). 3.8 Analisis Manfaat Penyusunan Tata Letak Usulan Bagi Perusahaan Dilihat dari beberapa faktor, tata letak usulan mempunyai kelebihan dibandingkan dengan tata letak awal. Berikut ini adalah kelebihannya: Penghematan Jumlah Mesin Pada tata letak mesin usulan jumlah mesin yang digunakan lebih sedikit dibandingkan dengan tata letak mesin awal. Jumlah mesin yang berlebihan merupakan pemborosan biaya (biaya perawatan dan biaya operasional). Mesin-mesin tersebut dapat digunakan sebagai mesin cadangan bila ada mesin yang rusak, selain itu mesin tersebut juga dapat digunakan untuk pengembangan produksi perusahaan atau mesin tersebut dapat dijual. Penghematan Jumlah Operator Dengan adanya pengurangan jumlah mesin, maka secara otomatis jumlah operator akan berkurang. Hal ini dikarenakan setiap mesin ditangani oleh 1 orang operator. Penghematan jumlah operator ini akan mengurangi beban perusahaan dari segi biaya tenaga kerja. Dari hasil wawancara, kemungkinan tenaga kerja yang berlebih ini akan ditempatkan menjadi tenaga kerja tidak langsung seperti operator material handling, atau dapat ditempatkan sebagai tenaga kerja pengganti tenaga kerja tidak tetap yang ada di perusahaan sekarang. Aliran Material yang Lebih Teratur Pada tata letak usulan aliran material dari suatu mesin ke mesin yang lain lebih teratur. Hal ini dibuktikan dengan jarak perpindahan meterial saat ini menjadi lebih pendek, sehingga secara otomatis waktu perpindahan menjadi lebih cepat. Gambar 4 menunjukkan perbandingan aliran perpindahan tata letak awal dan tata letak usulan untuk material Spring Adjuster K191, dimana pada gambar tersebut ditampilkan aliran perpindahan material pada tata letak awal yang kurang teratur dibandingkan dengan aliran perpindahan material tata letak usulan yang lebih teratur. Gambar 4. Perbandingan Aliran Perpindahan Tata Letak Awal dan Tata Letak Usulan untuk Material Spring Adjuster K Kesimpulan dan Saran Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis terhadap permasalahan yang dihadapi perusahaan, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Kekurangan tata letak lantai produksi yang diterapkan perusahaan saat ini adalah: - Jarak perpindahan material yang jauh, dikarenakan tata letak mesin yang kurang tepat, dimana letak mesin yang seharusnya berdekatan menjadi jauh. - Aliran material yang kurang teratur, dimana tiap komponen pada departemen multi part memiliki alirannya masing-masing, sehingga waktu yang dibutuhkan pun lebih lama. 124

Metode Dasar Group Technology Karakteristik Metode-Metode Group Technology Metode Rank Order Clustering 2...

Metode Dasar Group Technology Karakteristik Metode-Metode Group Technology Metode Rank Order Clustering 2... ABSTRAK PT Stallion merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak dalam bidang pembuatan komponen otomotif, antara lain: brake pedal (Suzuki), pipe frame head (Suzuki), shock breaker (Showa), stay head

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. Press Metal Indo Jaya merupakan salah satu perusahaan besar yang memproduksi produk teknologi dengan bahan utama logam, terutama spare part motor. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di perusahaan

Lebih terperinci

ABSTRAK Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK ABSTRAK PT. Stallion adalah perusahaan yang membuat komponen-komponen untuk mobil dan motor. Komponen-komponen yang diproduksinya adalah komponen-komponen untuk perusahaan-perusahaan terkemuka,

Lebih terperinci

Universitas Kristen Maranatha

Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT Sinar Terang Logamjaya merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi sparepart motor yang berbahan utama logam. Perusahaan menerapkan layout lantai produksi berupa layout by process. oleh

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PERHITUNGAN SIMPLE CASE SECARA MANUAL E

LAMPIRAN A PERHITUNGAN SIMPLE CASE SECARA MANUAL E LAMPIRAN A PERHITUNGAN SIMPLE CASE SECARA MANUAL E Simple Case Contoh kasus line balancing : 35 35 O - 7 O - 8 20 20 30 40 20 25 50 25 O - 1 O - 2 O - 5 O - 6 O - 9 O - 10 O - 11 O - 12 40 30 O - 3 O -

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. Citra Bandung Laksana merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur yang memproduksi furniture, khususnya kursi yang terbuat dari bahan baku logam dengan merek dagang Fortuner.

Lebih terperinci

Usulan Line Balancing Menggunakan Genetic Algorithm (Studi Kasus di PT Multi Garmenjaya, Bandung)

Usulan Line Balancing Menggunakan Genetic Algorithm (Studi Kasus di PT Multi Garmenjaya, Bandung) Usulan Line Balancing Menggunakan Genetic Algorithm (Studi Kasus di PT Multi Garmenjaya, Bandung) Proposal of Line Balancing Using Genetic Algorithm (Case Study at PT Multi Garmenjaya, Bandung) Rainisa

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi

DAFTAR ISI. Daftar Isi Abstrak ABSTRAK PT. Berdikari Metal and Engineering merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur. Perusahaan ini menghasilkan berbagai macam komponen sepeda motor secara kontinu,

Lebih terperinci

APLIKASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENENTUAN TATA LETAK MESIN

APLIKASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENENTUAN TATA LETAK MESIN APLIKASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENENTUAN TATA LETAK MESIN Hari Purnomo, Sri Kusumadewi Teknik Industri, Teknik Informatika Universitas Islam Indonesia Jl. Kaliurang Km 4,5 Yogyakarta ha_purnomo@fti.uii.ac.id,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. Berdikari adalah perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur. Perusahaan ini memproduksi komponen-komponen sepeda motor, yang kemudian disalurkan kepada customer seperti PT. Astra Honda Motor

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI 27 BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI 3.1 Analisis Pada subbab ini akan diuraikan tentang analisis kebutuhan untuk menyelesaikan masalah jalur terpendek yang dirancang dengan menggunakan algoritma

Lebih terperinci

2.1 Kajian Tentang Penerapan Sel Manutaktur Untuk Minimasi Jarak 6

2.1 Kajian Tentang Penerapan Sel Manutaktur Untuk Minimasi Jarak 6 DAFTAR ISI IIALAMAN JUDUL i LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING ii LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PENGUJI iii LEMBAR PERSEMBAHAN iv HALAMAN MOTTO vi KATA PENGANTAR vii ABSTRAK ix DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xiv

Lebih terperinci

ABSTRAK. Laporan Tugas Akhir. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Laporan Tugas Akhir. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. Kerta Laksana adalah perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang pembuatan mesin, dimana pesanan pada perusahaan ini bersifat Job Order. Dalam menjadwalkan pesanan yang diterima, perusahaan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT Indta Pramatajaya merupakan perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur pembuatan sparepart mobil dan motor. Bahan produksi yang digunakan oleh perusahaan semuanya adalah logam seperti pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka (Samuel, Toni & Willi 2005) dalam penelitian yang berjudul Penerapan Algoritma Genetika untuk Traveling Salesman Problem Dengan Menggunakan Metode Order Crossover

Lebih terperinci

Penjadwalan Job Shop pada Empat Mesin Identik dengan Menggunakan Metode Shortest Processing Time dan Genetic Algorithm

Penjadwalan Job Shop pada Empat Mesin Identik dengan Menggunakan Metode Shortest Processing Time dan Genetic Algorithm Jurnal Telematika, vol.9 no.1, Institut Teknologi Harapan Bangsa, Bandung ISSN: 1858-251 Penjadwalan Job Shop pada Empat Mesin Identik dengan Menggunakan Metode Shortest Processing Time dan Genetic Algorithm

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Travelling Salesman Problem (TSP) Travelling Salesmen Problem (TSP) termasuk ke dalam kelas NP hard yang pada umumnya menggunakan pendekatan heuristik untuk mencari solusinya.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Algoritma Genetika

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Algoritma Genetika 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Algoritma Genetika Algoritma genetika merupakan metode pencarian yang disesuaikan dengan proses genetika dari organisme-organisme biologi yang berdasarkan pada teori evolusi

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Perusahaan X merupakan salah satu perusahaan manufaktur yang memproduksi berbagai macam produk berbahan baku besi dan stainless steel. Produk yang dihasilkan seperti cabinet, trolley, pagar, tangki

Lebih terperinci

Vincent Nataprawira, Kartika Suhada Jurusan Teknik Industri Universitas Kristen Maranatha

Vincent Nataprawira, Kartika Suhada Jurusan Teknik Industri Universitas Kristen Maranatha Perbaikan Lintasan Produksi dalam Upaya Mencapai Target Produksi dengan Menggunakan Metode Rank Positional Weight, Region Approach dan Algoritma Genetika (Studi Kasus di CV Surya Advertising and T-Shirt,

Lebih terperinci

komputasi dan memori yang rendah), mampu memecahkan permasalahan dengan area fasilitas yang sama atau tidak sama (equal and unequal area), dan

komputasi dan memori yang rendah), mampu memecahkan permasalahan dengan area fasilitas yang sama atau tidak sama (equal and unequal area), dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan tata letak fasilitas merupakan salah satu area penting dalam merancang sistem produksi sekaligus merupakan kunci untuk meningkatkan produktivitas pabrik.

Lebih terperinci

Usulan Perbaikan Tata Letak Mesin dengan Menggunakan Metode Fraktal (Studi Kasus di PT. X, Cimahi)

Usulan Perbaikan Tata Letak Mesin dengan Menggunakan Metode Fraktal (Studi Kasus di PT. X, Cimahi) Usulan Perbaikan Tata Letak Mesin dengan Menggunakan Metode Fraktal (Studi Kasus di PT. X, Cimahi) Plant Layout Design Improvement Using Fractal Method (Case Study at PT. X, Cimahi) Kartika Suhada, Vivi

Lebih terperinci

Aplikasi Algoritma Genetika Untuk Menyelesaikan Travelling Salesman Problem (TSP)

Aplikasi Algoritma Genetika Untuk Menyelesaikan Travelling Salesman Problem (TSP) JTRISTE, Vol.1, No.2, Oktober 2014, pp. 50~57 ISSN: 2355-3677 Aplikasi Algoritma Genetika Untuk Menyelesaikan Travelling Salesman Problem (TSP) STMIK Handayani Makassar najirah_stmikh@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KINERJA ALGORITMA GENETIK DAN ALGORITMA BRANCH AND BOUND PADA TRAVELLING SALESMAN PROBLEM

PERBANDINGAN KINERJA ALGORITMA GENETIK DAN ALGORITMA BRANCH AND BOUND PADA TRAVELLING SALESMAN PROBLEM PERBANDINGAN KINERJA ALGORITMA GENETIK DAN ALGORITMA BRANCH AND BOUND PADA TRAVELLING SALESMAN PROBLEM Nico Saputro dan Suryandi Wijaya Jurusan Ilmu Komputer Universitas Katolik Parahyangan nico@home.unpar.ac.id

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Teka-Teki Silang

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Teka-Teki Silang BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Teka-Teki Silang Teka-teki silang atau disingkat TTS adalah suatu permainan yang mengharuskan penggunanya untuk mengisi ruang-ruang kosong dengan huruf-huruf yang membentuk sebuah

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENYELESAIAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM (TSP)

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENYELESAIAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM (TSP) PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENYELESAIAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM (TSP) Mohamad Subchan STMIK Muhammadiyah Banten e-mail: moh.subhan@gmail.com ABSTRAK: Permasalahan pencarian rute terpendek dapat

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ALGORITMA EXHAUSTIVE, ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA JARINGAN SYARAF TIRUAN HOPFIELD UNTUK PENCARIAN RUTE TERPENDEK

PERBANDINGAN ALGORITMA EXHAUSTIVE, ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA JARINGAN SYARAF TIRUAN HOPFIELD UNTUK PENCARIAN RUTE TERPENDEK PERBANDINGAN ALGORITMA EXHAUSTIVE, ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA JARINGAN SYARAF TIRUAN HOPFIELD UNTUK PENCARIAN RUTE TERPENDEK Rudy Adipranata 1) Felicia Soedjianto 2) Wahyudi Tjondro Teknik Informatika,

Lebih terperinci

PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS BAGIAN PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIK DI PT. PUTRA SEJAHTERA MANDIRI

PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS BAGIAN PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIK DI PT. PUTRA SEJAHTERA MANDIRI PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS BAGIAN PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIK DI PT. PUTRA SEJAHTERA MANDIRI TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. Gambar 3.1 di bawah ini mengilustrasikan jalur pada TSP kurva terbuka jika jumlah node ada 10:

BAB III PERANCANGAN. Gambar 3.1 di bawah ini mengilustrasikan jalur pada TSP kurva terbuka jika jumlah node ada 10: BAB III PERANCANGAN Pada bagian perancangan ini akan dipaparkan mengenai bagaimana mencari solusi pada persoalan pencarian rute terpendek dari n buah node dengan menggunakan algoritma genetika (AG). Dari

Lebih terperinci

Khristian Edi Nugroho; Dimas Rahmawan; Prayogo Adi Utomo

Khristian Edi Nugroho; Dimas Rahmawan; Prayogo Adi Utomo USULAN TATA LETAK ULANG MENGGUNAKAN SOFTWARE QUANTITATIVE SYSTEMS UNTUK MEMINIMALKAN JARAK PERPINDAHAN BAHAN DI LANTAI PRODUKSI DEPARTEMEN MECHANIC PT JEFTA PRAKARSA PRATAMA Khristian Edi Nugroho; Dimas

Lebih terperinci

Perbandingan Algoritma Exhaustive, Algoritma Genetika Dan Algoritma Jaringan Syaraf Tiruan Hopfield Untuk Pencarian Rute Terpendek

Perbandingan Algoritma Exhaustive, Algoritma Genetika Dan Algoritma Jaringan Syaraf Tiruan Hopfield Untuk Pencarian Rute Terpendek Perbandingan Algoritma Exhaustive, Algoritma Genetika Dan Algoritma Jaringan Syaraf Tiruan Hopfield Untuk Pencarian Rute Terpendek Rudy Adipranata 1, Felicia Soedjianto 2, Wahyudi Tjondro Teknik Informatika,

Lebih terperinci

Abstrak. Kata Kunci : Penyeimbangan Lintasan, Algoritma Genetika, Efisiensi

Abstrak. Kata Kunci : Penyeimbangan Lintasan, Algoritma Genetika, Efisiensi Usulan Perbaikan Lintasan Produksi Produk Kemeja Lengan Panjang Dewasa Dalam Upaya Mencapai Target Produksi Dengan Menggunakan Algoritma Genetika (Studi Kasus Di CV Mitra Abadi Sejahtera Bandung) Proposed

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS DENGAN PENDEKATAN CELLULAR MANUFACTURING SYSTEM (STUDI KASUS DI PT. MALANG INDAH)

PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS DENGAN PENDEKATAN CELLULAR MANUFACTURING SYSTEM (STUDI KASUS DI PT. MALANG INDAH) PERANCANGAN ULANG TATA LETAK ASILITAS DENGAN PENDEKATAN CELLULAR MANUACTURING SYSTEM (STUDI KASUS DI PT. MALANG INDAH) RE-DESIGNING O ACILITY LAYOUT WITH CELLULAR MANUACTURING SYSTEM APPROACH (CASE STUDY

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Dalam beberapa tahun terakhir ini, peranan algoritma genetika terutama untuk masalah optimisasi, berkembang dengan pesat. Masalah optimisasi ini beraneka ragam tergantung dari bidangnya. Dalam

Lebih terperinci

APLIKASI SIMULATED ANNEALING UNTUK PENENTUAN TATA LETAK MESIN

APLIKASI SIMULATED ANNEALING UNTUK PENENTUAN TATA LETAK MESIN APLIKASI SIMULATED ANNEALING UNTUK PENENTUAN TATA LETAK MESIN Sri Kusumadewi, Hari Purnomo Teknik Informatika, Teknik Industri Universitas Islam Indonesia Jl. Kaliurang Km 14,5 Yogyakarta cicie@fti.uii.ac.id,

Lebih terperinci

BAB III. Metode Penelitian

BAB III. Metode Penelitian BAB III Metode Penelitian 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara umum diagram alir algoritma genetika dalam penelitian ini terlihat pada Gambar 3.1. pada Algoritma genetik memberikan suatu pilihan bagi penentuan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT Sinar Terang Logamjaya atau yang sering disebut PT Stallion adalah perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur pembuatan sparepart motor dengan bahan baku logam, seperti pedal motor, cup tanki

Lebih terperinci

Penyeimbangan Lintasan Produk Jaket di CV Surya Advertising & T Shirt Menggunakan Algoritma Genetika

Penyeimbangan Lintasan Produk Jaket di CV Surya Advertising & T Shirt Menggunakan Algoritma Genetika Penyeimbangan Lintasan Produk Jaket di CV Surya Advertising & T Shirt Menggunakan Algoritma Genetika Proposal of Jacket Production Line Balancing at CV Surya Advertising & T Shirt Using Genetic Algorithm

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Umum Optimasi Optimasi merupakan suatu cara untuk menghasilkan suatu bentuk struktur yang aman dalam segi perencanaan dan menghasilkan struktur yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka. Penelitian serupa mengenai penjadwalan matakuliah pernah dilakukan oleh penelliti yang sebelumnya dengan metode yang berbeda-neda. Berikut

Lebih terperinci

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. Chitose Indonesia MFG merupakan suatu perusahaan yang bergerak pada bidang industri manufaktur dengan produk utamanya berupa kursi yang terbuat dari bahan baku logam. Perusahaan menerapkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang ini, industri sudah berkembang sangat pesat seiring dengan perkembangan teknologi. Dengan adanya perkembangan teknologi tersebut, maka munculah

Lebih terperinci

Keywords Algoritma, Genetika, Penjadwalan I. PENDAHULUAN

Keywords Algoritma, Genetika, Penjadwalan I. PENDAHULUAN Optimasi Penjadwalan Mata Kuliah Dengan Algoritma Genetika Andysah Putera Utama Siahaan Universitas Pembangunan Pancabudi Jl. Gatot Subroto Km. 4,5, Medan, Sumatra Utara, Indonesia andiesiahaan@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah diadopsi untuk mengurangi getaran pada gedung-gedung tinggi dan struktur

BAB I PENDAHULUAN. telah diadopsi untuk mengurangi getaran pada gedung-gedung tinggi dan struktur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuned mass damper (TMD) telah banyak digunakan untuk mengendalikan getaran dalam sistem teknik mesin. Dalam beberapa tahun terakhir teori TMD telah diadopsi untuk mengurangi

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERENCANAAN LINTASAN KENDARAAN Achmad Hidayatno Darjat Hendry H L T

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERENCANAAN LINTASAN KENDARAAN Achmad Hidayatno Darjat Hendry H L T PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERENCANAAN LINTASAN KENDARAAN Achmad Hidayatno Darjat Hendry H L T Abstrak : Algoritma genetika adalah algoritma pencarian heuristik yang didasarkan atas mekanisme evolusi

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Peringkasan Teks

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Peringkasan Teks 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peringkasan Teks Peringkasan teks adalah proses pemampatan teks sumber ke dalam versi lebih pendek namun tetap mempertahankan informasi yang terkandung didalamnya (Barzilay & Elhadad

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Tim Redaksi... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iii

DAFTAR ISI. Tim Redaksi... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iii DAFTAR ISI Tim Redaksi... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iii Faiz Rafdh Ch SISTEM INFORMASI ZAKAT BERBASIS WEB MENGGUNAKAN PHP DAN MYSQL PADA RUMAH ZAKATINDONESIA 1-7 Abdul Jamil Syamsul Bachtiar

Lebih terperinci

Algoritma Evolusi Real-Coded GA (RCGA)

Algoritma Evolusi Real-Coded GA (RCGA) Algoritma Evolusi Real-Coded GA (RCGA) Imam Cholissodin imam.cholissodin@gmail.com Pokok Bahasan 1. Siklus RCGA 2. Alternatif Operator Reproduksi pada Pengkodean Real 3. Alternatif Operator Seleksi 4.

Lebih terperinci

TEKNIK PENJADWALAN KULIAH MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA. Oleh Dian Sari Reski 1, Asrul Sani 2, Norma Muhtar 3 ABSTRACT

TEKNIK PENJADWALAN KULIAH MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA. Oleh Dian Sari Reski 1, Asrul Sani 2, Norma Muhtar 3 ABSTRACT TEKNIK PENJADWALAN KULIAH MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA Oleh Dian Sari Reski, Asrul Sani 2, Norma Muhtar 3 ABSTRACT Scheduling problem is one type of allocating resources problem that exist to

Lebih terperinci

PERFORMANCE ALGORITMA GENETIKA (GA) PADA PENJADWALAN MATA PELAJARAN

PERFORMANCE ALGORITMA GENETIKA (GA) PADA PENJADWALAN MATA PELAJARAN PERFORMANCE ALGORITMA GENETIKA (GA) PADA PENJADWALAN MATA PELAJARAN Eva Desiana, M.Kom Pascasarjana Teknik Informatika Universitas Sumatera Utara, SMP Negeri 5 Pematangsianta Jl. Universitas Medan, Jl.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Penjadwalan Perkuliahan Penjadwalan memiliki pengertian durasi dari waktu kerja yang dibutuhkan untuk melakukan serangkaian untuk melakukan aktivitas kerja[10]. Penjadwalan juga

Lebih terperinci

Lingkup Metode Optimasi

Lingkup Metode Optimasi Algoritma Genetika Lingkup Metode Optimasi Analitik Linier Non Linier Single Variabel Multi Variabel Dgn Kendala Tanpa Kendala Numerik Fibonacci Evolusi Complex Combinasi Intelijen/ Evolusi Fuzzy Logic

Lebih terperinci

PENENTUAN JARAK TERPENDEK PADA JALUR DISTRIBUSI BARANG DI PULAU JAWA DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA. Abstraksi

PENENTUAN JARAK TERPENDEK PADA JALUR DISTRIBUSI BARANG DI PULAU JAWA DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA. Abstraksi PENENTUAN JARAK TERPENDEK PADA JALUR DISTRIBUSI BARANG DI PULAU JAWA DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA I Dewa Made Adi Baskara Joni 1, Vivine Nurcahyawati 2 1 STMIK STIKOM Indonesia, 2 STMIK STIKOM

Lebih terperinci

PERANCANGAN TATA LETAK LANTAI PRODUKSI DENGAN PENDEKATAN GROUP TECHNOLOGY

PERANCANGAN TATA LETAK LANTAI PRODUKSI DENGAN PENDEKATAN GROUP TECHNOLOGY PERANCANGAN TATA LETAK LANTAI PRODUKSI DENGAN PENDEKATAN GROUP TECHNOLOGY UNTUK MENGURANGI JARAK MATERIAL HANDLING (Studi Kasus di PT Indonesian Marine Corp. Ltd Divisi Boiler Singosari-Malang) PRODUCTION

Lebih terperinci

OPTIMASI PENJADWALAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DENGAN ALGORITMA GENETIK

OPTIMASI PENJADWALAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DENGAN ALGORITMA GENETIK OPTIMASI PENJADWALAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DENGAN ALGORITMA GENETIK Usulan Skripsi S-1 Jurusan Matematika Diajukan oleh 1. Novandry Widyastuti M0105013 2. Astika Ratnawati M0105025 3. Rahma Nur Cahyani

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. memindahkan barang dari pihak supplier kepada pihak pelanggan dalam suatu supply

BAB II KAJIAN TEORI. memindahkan barang dari pihak supplier kepada pihak pelanggan dalam suatu supply BAB II KAJIAN TEORI Berikut diberikan beberapa teori pendukung untuk pembahasan selanjutnya. 2.1. Distribusi Menurut Chopra dan Meindl (2010:86), distribusi adalah suatu kegiatan untuk memindahkan barang

Lebih terperinci

Proposal of Genetic Algorithm Method Implementation in 4 Seats Water Tank Job Shop Production System to Minimize Makepan at PT Megah Steel

Proposal of Genetic Algorithm Method Implementation in 4 Seats Water Tank Job Shop Production System to Minimize Makepan at PT Megah Steel Usulan Penerapan Metode Genetic Algorithm dalam Penjadwalan Sistem Produksi Jobshop Produk Tangki Air dengan 4 Dudukan Untuk Meminimasi Makespan di PT Megah Steel Proposal of Genetic Algorithm Method Implementation

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN SEL-SEL MANUFAKTUR DENGAN MENGGUNAKAN METODE BETROC DI PT NIKKATSU ELECTRIC WORKS *

PEMBENTUKAN SEL-SEL MANUFAKTUR DENGAN MENGGUNAKAN METODE BETROC DI PT NIKKATSU ELECTRIC WORKS * Reka Integra ISSN 2338 5081 Jurusan Teknik Industri Itenas No. 03 Vol. 03 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Juli 2015 PEMBENTUKAN SEL-SEL MANUFAKTUR DENGAN MENGGUNAKAN METODE BETROC DI PT NIKKATSU

Lebih terperinci

PENJADWALAN MESIN BERTIPE JOB SHOP UNTUK MEMINIMALKAN MAKESPAN DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA (STUDI KASUS PT X)

PENJADWALAN MESIN BERTIPE JOB SHOP UNTUK MEMINIMALKAN MAKESPAN DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA (STUDI KASUS PT X) PENJADWALAN MESIN BERTIPE JOB SHOP UNTUK MEMINIMALKAN MAKESPAN DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA (STUDI KASUS PT X) Ria Krisnanti 1, Andi Sudiarso 2 1 Jurusan Teknik Mesin dan Industri, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

GROUP TECHNOLOGY(GT)

GROUP TECHNOLOGY(GT) GROUP TECHNOLOGY(GT) 258 Teknologi Kelompok (Group Technology) suatu konsep untuk meningkatkan efisiensi produksi dengan mengelompokkan komponen atau produk berdasarkan kesamaan dalam disain dan/atau proses

Lebih terperinci

Jl. Ahmad Yani, Pontianak Telp./Fax.: (0561)

Jl. Ahmad Yani, Pontianak Telp./Fax.: (0561) APLIKASI PENCARIAN RUTE TERPENDEK MENGGUNAKANALGORITMA GENETIKA (Studi Kasus: Pencarian Rute Terpendek untuk Pemadam Kebakaran di Wilayah Kota Pontianak) [1] Putri Yuli Utami, [2] Cucu Suhery, [3] Ilhamsyah

Lebih terperinci

Peramalan Kebutuhan Beban Sistem Tenaga Listrik Menggunakan Algoritma Genetika

Peramalan Kebutuhan Beban Sistem Tenaga Listrik Menggunakan Algoritma Genetika Peramalan Kebutuhan Beban Sistem Tenaga Listrik Menggunakan Algoritma Genetika M. Syafrizal, Luh Kesuma Wardhani, M. Irsyad Jurusan Teknik Informatika - Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA DALAM PENYELESAIAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM WITH PRECEDENCE CONSTRAINTS (TSPPC)

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA DALAM PENYELESAIAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM WITH PRECEDENCE CONSTRAINTS (TSPPC) PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA DALAM PENYELESAIAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM WITH PRECEDENCE CONSTRAINTS (TSPPC) Yayun Hardianti 1, Purwanto 2 Universitas Negeri Malang E-mail: yayunimoet@gmail.com ABSTRAK:

Lebih terperinci

Bab II Konsep Algoritma Genetik

Bab II Konsep Algoritma Genetik Bab II Konsep Algoritma Genetik II. Algoritma Genetik Metoda algoritma genetik adalah salah satu teknik optimasi global yang diinspirasikan oleh proses seleksi alam untuk menghasilkan individu atau solusi

Lebih terperinci

PENENTUAN TIPE TATA LETAK PABRIK PADA INDUSTRI MANUFAKTUR PLASTIK

PENENTUAN TIPE TATA LETAK PABRIK PADA INDUSTRI MANUFAKTUR PLASTIK PENENTUAN TIPE TATA LETAK PABRIK PADA INDUSTRI MANUFAKTUR PLASTIK Loren Pratiwi 1, Catharina BadraNawangpalupi 2, Ivan Susanto 3 1. Staf Pengajar, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung 2. Staf Pengajar,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENJADWALAN PRODUKSI DI PT DNP INDONESIA PULO GADUNG

PENGGUNAAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENJADWALAN PRODUKSI DI PT DNP INDONESIA PULO GADUNG PENGGUNAAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENJADWALAN PRODUKSI DI PT DNP INDONESIA PULO GADUNG Suriadi AS, Ulil Hamida, N. Anna Irvani STMI Jakarta, Kementerian Perindustrian RI ABSTRAK Permasalahan yang terjadi

Lebih terperinci

Penerapan Algoritma Genetika dalam Job Shop Scheduling Problem

Penerapan Algoritma Genetika dalam Job Shop Scheduling Problem Penerapan Algoritma Genetika dalam Job Shop Scheduling Problem Haris Sriwindono Program Studi Ilmu Komputer Universitas Sanata Dharma Paingan, Maguwoharjo, Depok Sleman Yogyakarta, Telp. 0274-883037 haris@staff.usd.ac.id

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 37 Jurnal Rekayasa Sistem & Industri Volume 1, Nomor 1, Juli 2014

I. PENDAHULUAN. 37 Jurnal Rekayasa Sistem & Industri Volume 1, Nomor 1, Juli 2014 PERANCANGAN USULAN TATA LETAK FASILITAS PEMBUATAN MEETING CHAIR PADA DEPARTEMEN KONTRUKSI PT CHITOSE INDONESIA MANUFACTURING DENGAN PENDEKATAN GROUP TECHNOLOGY DAN ALGORITMA BLOCPLAN UNTUK MEMINIMASI MOMEN

Lebih terperinci

Analisis Operator Crossover pada Permasalahan Permainan Puzzle

Analisis Operator Crossover pada Permasalahan Permainan Puzzle Analisis Operator Crossover pada Permasalahan Permainan Puzzle Kun Siwi Trilestari [1], Ade Andri Hendriadi [2] Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Singaperbanga Karawang

Lebih terperinci

PENCOCOKAN KATA SECARA ACAK DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA MENGGUNAKAN PROGRAM PASCAL

PENCOCOKAN KATA SECARA ACAK DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA MENGGUNAKAN PROGRAM PASCAL Jurnal Matematika UNAND Vol. 2 No. 2 Hal. 1 9 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PENCOCOKAN KATA SECARA ACAK DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA MENGGUNAKAN PROGRAM PASCAL MULIA AFRIANI KARTIKA

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIK UNTUK OPTIMASI POLA PENYUSUNAN BARANG DALAM RUANG TIGA DIMENSI ABSTRAK

PENERAPAN ALGORITMA GENETIK UNTUK OPTIMASI POLA PENYUSUNAN BARANG DALAM RUANG TIGA DIMENSI ABSTRAK PENERAPAN ALGORITMA GENETIK UNTUK OPTIMASI POLA PENYUSUNAN BARANG DALAM RUANG TIGA DIMENSI Eddy Triswanto Setyoadi, ST., M.Kom. ABSTRAK Melakukan optimasi dalam pola penyusunan barang di dalam ruang tiga

Lebih terperinci

T I N J A U A N P U S T A K A Algoritma Genetika [5]

T I N J A U A N P U S T A K A Algoritma Genetika [5] Algoritma Genetika [5] Fitness adalah nilai yang menyatakan baik-tidaknya suatu jalur penyelesaian dalam permasalahan TSP,sehingga dijadikan nilai acuan dalam mencari jalur penyelesaian optimal dalam algoritma

Lebih terperinci

OPTIMASI QUERY DATABASE MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIK

OPTIMASI QUERY DATABASE MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIK Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2008 (SNATI 2008) ISSN 1907-5022 OPTIMASI QUERY DATABASE MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIK Manahan Siallagan, Mira Kania Sabariah, Malanita Sontya Jurusan Teknik

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. Agronesia merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur dengan beberapa divisi, meliputi divisi karet, makanan dan minuman, serta es balok. Divisi barang teknik

Lebih terperinci

Algoritma Evolusi Dasar-Dasar Algoritma Genetika

Algoritma Evolusi Dasar-Dasar Algoritma Genetika Algoritma Evolusi Dasar-Dasar Algoritma Genetika Imam Cholissodin imam.cholissodin@gmail.com Pokok Bahasan 1. Pengantar 2. Struktur Algoritma Genetika 3. Studi Kasus: Maksimasi Fungsi Sederhana 4. Studi

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK TRAVELING SALESMAN PROBLEM DENGAN MENGGUNAKAN METODE ORDER CROSSOVER DAN INSERTION MUTATION

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK TRAVELING SALESMAN PROBLEM DENGAN MENGGUNAKAN METODE ORDER CROSSOVER DAN INSERTION MUTATION PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK TRAVELING SALESMAN PROBLEM DENGAN MENGGUNAKAN METODE ORDER CROSSOVER DAN INSERTION MUTATION Samuel Lukas 1, Toni Anwar 1, Willi Yuliani 2 1) Dosen Teknik Informatika,

Lebih terperinci

ALGORITMA GENETIK PADA MASALAH TATA LETAK MESIN DENGAN PENGKODEAN KROMOSOM UNTUK UKURAN MESIN YANG BERBEDA-BEDA

ALGORITMA GENETIK PADA MASALAH TATA LETAK MESIN DENGAN PENGKODEAN KROMOSOM UNTUK UKURAN MESIN YANG BERBEDA-BEDA Jurnal Computech & Bisnis, Vol. 5, No. 2, Desember 2011, 81-88 ISSN Algoritma 1978-9629 Genetik Pada Masalah Tata Letak Mesin...(Nelly Indriani W) ALGORITMA GENETIK PADA MASALAH TATA LETAK MESIN DENGAN

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Perusahaan CV. Little Step adalah perusahaan yang bergerak di bidang garmen. Produk yang dihasilkan oleh perusahaan antara lain kemeja, kaos, dan celana tidur. Produk-produk tersebut dipasarkan

Lebih terperinci

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PD BLESSING adalah sebuah perusahaan di Kota Bandung yang memproduksi pakaian bayi (Jumper). Perusahaan memproduksi barang sesuai dengan pesanan konsumen (job order). Pesanan dari konsumen dikumpulkan

Lebih terperinci

Implementasi Algoritma Genetika dalam Pembuatan Jadwal Kuliah

Implementasi Algoritma Genetika dalam Pembuatan Jadwal Kuliah Implementasi Algoritma Genetika dalam Pembuatan Jadwal Kuliah Leonard Tambunan AMIK Mitra Gama Jl. Kayangan No. 99, Duri-Riau e-mail : leo.itcom@gmail.com Abstrak Pada saat ini proses penjadwalan kuliah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan membahas landasan atas teori-teori yang bersifat ilmiah untuk mendukung penulisan skripsi ini. Teori-teori yang dibahas mengenai optimisasi, pengertian penjadwalan,

Lebih terperinci

Optimasi Pemilihan Pekerja Bangunan Proyek Pada PT. Citra Anggun Pratama Menggunakan Algoritma Genetika

Optimasi Pemilihan Pekerja Bangunan Proyek Pada PT. Citra Anggun Pratama Menggunakan Algoritma Genetika Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: 2548-964X Vol. 1, No. 2, Februari 2017, hlm. 80-84 http://j-ptiik.ub.ac.id Optimasi Pemilihan Pekerja Bangunan Proyek Pada PT. Citra Anggun

Lebih terperinci

ALGORITMA GENETIKA. Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning

ALGORITMA GENETIKA. Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning ALGORITMA GENETIKA Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning Disusun oleh: Achmad Basuki Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, PENS ITS Surabaya 2003 Algoritma

Lebih terperinci

OPTIMASI PENJADWALAN CERDAS MENGGUNAKAN ALGORITMA MEMETIKA

OPTIMASI PENJADWALAN CERDAS MENGGUNAKAN ALGORITMA MEMETIKA OPTIMASI PENJADWALAN CERDAS MENGGUNAKAN ALGORITMA MEMETIKA Muhammad Arief Nugroho 1, Galih Hermawan, S.Kom., M.T. 2 1, 2 Universitas Komputer Indonesia Jl. Dipatiukur No. 112-116, Bandung 40132 E-mail

Lebih terperinci

Tugas Mata Kuliah E-Bisnis REVIEW TESIS

Tugas Mata Kuliah E-Bisnis REVIEW TESIS Tugas Mata Kuliah E-Bisnis REVIEW TESIS Desain Algoritma Genetika Untuk Optimasi Penjadwalan Produksi Meuble Kayu Studi Kasus Pada PT. Sinar Bakti Utama (oleh Fransiska Sidharta dibawah bimbingan Prof.Kudang

Lebih terperinci

OPTIMASI PENATAAN SILINDER DALAM KONTAINER DENGAN ALGORITMA GENETIKA

OPTIMASI PENATAAN SILINDER DALAM KONTAINER DENGAN ALGORITMA GENETIKA OPTIMASI PENATAAN SILINDER DALAM KONTAINER DENGAN ALGORITMA GENETIKA Novita Wulan Sari 1, Yuliana Setyowati 2, S.Kom, M.Kom, Ira Prasetyaningrum 2, S. Si, M.T 1 Mahasiswa, 2 Dosen Pembimbing Politeknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Sistem dan Informasi 2.1.1 Sistem Menurut Sutabri (2004), bahwa sistem adalah sekelompok unsur yang erat hubungannya satu dengan yang lainnya berfungsi untuk mencapai

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENCARIAN RUTE PALING OPTIMUM

IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENCARIAN RUTE PALING OPTIMUM IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENCARIAN RUTE PALING OPTIMUM Anies Hannawati, Thiang, Eleazar Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Elektro, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto 121-131,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENENTUKAN LINTASAN TERPENDEK STUDI KASUS : LINTASAN BRT (BUS RAPID TRANSIT) MAKASSAR

PENGGUNAAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENENTUKAN LINTASAN TERPENDEK STUDI KASUS : LINTASAN BRT (BUS RAPID TRANSIT) MAKASSAR PENGGUNAAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENENTUKAN LINTASAN TERPENDEK STUDI KASUS : LINTASAN BRT (BUS RAPID TRANSIT) MAKASSAR Karels, Rheeza Effrains 1), Jusmawati 2), Nurdin 3) karelsrheezaeffrains@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada awal diciptakan, komputer hanya difungsikan sebagai alat hitung saja. Namun seiring dengan perkembangan zaman, maka peran komputer semakin mendominasi kehidupan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Job Shop Make to order Process Layout dan seluler Fixed Site Engineer to order Fixed Layout

BAB I PENDAHULUAN. Job Shop Make to order Process Layout dan seluler Fixed Site Engineer to order Fixed Layout BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT Semen Padang adalah perusahaan yang menghasilkan semen di Sumatra Barat. Salah satu sumber daya yang dimiliki oleh PT Semen Padang adalah Biro Workshop. Untuk menunjang

Lebih terperinci

OPTIMASI JALUR TRANSPORTASI PRODUK HOUSING CLUTCH DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA PADA PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR PLANT CAKUNG

OPTIMASI JALUR TRANSPORTASI PRODUK HOUSING CLUTCH DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA PADA PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR PLANT CAKUNG OPTIMASI JALUR TRANSPORTASI PRODUK HOUSING CLUTCH DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA PADA PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR PLANT CAKUNG Disusun Oleh : Nama : Mochammad Brananta Arya Lasmono NPM : 34412653

Lebih terperinci

OPTIMASI POLA PENYUSUNAN BARANG DALAM RUANG TIGA DIMENSI MENGGUNAKAN METODE GENETIC ALGORITHMS

OPTIMASI POLA PENYUSUNAN BARANG DALAM RUANG TIGA DIMENSI MENGGUNAKAN METODE GENETIC ALGORITHMS OPTIMASI POLA PENYUSUNAN BARANG DALAM RUANG TIGA DIMENSI MENGGUNAKAN METODE GENETIC ALGORITHMS Kartika Gunadi, Irwan Kristanto Julistiono Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Informatika, Universitas

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK CV WATTOO WATTOO GARMENT merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri garment. Dalam kegiatan produksinya, CV WATTOO WATTOO GARMENT ini memproduksi bermacam-macam pakaian anak-anak sesuai

Lebih terperinci

PENGENALAN ALGORITMA GENETIK

PENGENALAN ALGORITMA GENETIK PENGENALAN ALGORITMA GENETIK Aries Syamsuddin ariesmipa@psyon.org Lisensi Dokumen: Seluruh dokumen di IlmuKomputer.Com dapat digunakan, dimodifikasi dan disebarkan secara bebas untuk tujuan bukan komersial

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang Latar Belakang PENDAHULUAN Pada saat sekarang ini, setiap perusahaan yang ingin tetap bertahan dalam persaingan dengan perusahaan lainnya, harus bisa membuat semua lini proses bisnis perusahaan tersebut

Lebih terperinci

8. Evaluasi Solusi dan Kriteria Berhenti Perumusan Masalah METODE PENELITIAN Studi Pustaka Pembentukan Data

8. Evaluasi Solusi dan Kriteria Berhenti Perumusan Masalah METODE PENELITIAN  Studi Pustaka Pembentukan Data Gambar 4 Proses Swap Mutation. 8. Evaluasi Solusi dan Kriteria Berhenti Proses evaluasi solusi ini akan mengevaluasi setiap populasi dengan menghitung nilai fitness setiap kromosom sampai terpenuhi kriteria

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN APLIKASI PENJADWALAN KULIAH SEMESTER I MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

PENGEMBANGAN APLIKASI PENJADWALAN KULIAH SEMESTER I MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA PENGEMBANGAN APLIKASI PENJADWALAN KULIAH SEMESTER I MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA Bagus Priambodo Program Studi Sistem Informasi Fakultas Ilmu Komputer Universitas Mercu Buana e- mail : bagus.priambodo@mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

PERENCANAAN TATA LETAK GUDANG PENYIMPANAN PRODUK PT PIPA BAJA DENGAN METODE DEDICATED STORAGE

PERENCANAAN TATA LETAK GUDANG PENYIMPANAN PRODUK PT PIPA BAJA DENGAN METODE DEDICATED STORAGE PERENCANAAN TATA LETAK GUDANG PENYIMPANAN PRODUK PT PIPA BAJA DENGAN METODE DEDICATED STORAGE Yhongki Feryndra Nugraha 1) dan Moses Laksono Singgih 2) 1) Program Magister Manajemen Teknologi, Institut

Lebih terperinci