PENGARUH PEMAKAIAN WHITE LIQUOR ( LINDI PUTIH ) TERHADAP EUKALIPTUS DAN PINUS MERKUSI PADA UNIT DIGESTER PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk PORSEA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH PEMAKAIAN WHITE LIQUOR ( LINDI PUTIH ) TERHADAP EUKALIPTUS DAN PINUS MERKUSI PADA UNIT DIGESTER PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk PORSEA"

Transkripsi

1 PENGARUH PEMAKAIAN WHITE LIQUOR ( LINDI PUTIH ) TERHADAP EUKALIPTUS DAN PINUS MERKUSI PADA UNIT DIGESTER PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk PORSEA KARYA ILMIAH J. BONY BOY SIHOMBING PROGRAM STUDI D-3 KIMIA INDUSTRI DEPARTEMEM KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008

2 ii PENGARUH PEMAKAIAN WHITE LIQUOR (LINDI PUTIH ) TERHADAP EUKALIPTUS DAN PINUS MERKUSI PADA UNIT DIGESTER PT.TOBA PULP LESTARI, Tbk PORSEA KARYA ILMIAH Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya J. BONY BOY SIHOMBING PROGRAM STUDI D-3 KIMIA INDUSTRI DEPARTEMEM KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008

3 iii PERNYATAAN PENGARUH PEMAKAIAN WHITE LIQUOR (LINDI PUTIH) TERHADAP EUKALIPTUS DAN PINUS MERKUSI PADA UNIT DIGESTER PT.TOBA PULP LESTARI, Tbk PORSEA KARYA ILMIAH Saya mengaku bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing masing disebutkan sumbernya Medan, Juni 2008 J. BONY BOY SIHOMBING

4 iv PENGHARGAAN Piji syukur penulis pnjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan kasih-nya hingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini sebagaimana mestinya. Tujuan disusunnya tugas akhir ini adalah untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan studi pada program studi diploma tiga (III) Kimia Industri Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam di Universitas Sumatera Utara. Adapun judul dari tugas akhir ini adalah Pengaruh Pemakaian White Liquor ( Lindi Putih ) Terhadap Eukaliptus dan Pinus Merkusii Pada Unit Digester. Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penulisan tugas akhir ini, karena itu dengan segala kerendahan hati penulis menerima saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan tugas akhir. Akhir kata dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan ucapan terimakasih sebesar-besarnya kepada : 1. Ibu Dr.Rumondang Bulan, MS selaku ketua jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam USU 2. Ibu Dr.Rumondang Bulan, MS selaku dosen pembimbing yang telah banyak membantu penulis dan memberikan saran saran sampai penyelesaian karya ilmiah ini. 3. Bapak Agus Raharjo selaku pembimbing lapangan, Bapak Jhon Tarigan yang tetap membimbing dan mengarahkan penulis selama melakukan kerja praktek. 4. Terkhusus buat Ayah dan Ibunda tercinta yang telah mendukung penulis dalam doa yang tulus tiada henti, dana dan semangat hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan pendidikan di Kimia Industri. Tuhan tetap memberkati. 5. Buat rekan-rekan stambuk 2005 Kimia Industri USU 6. Buat sahabat dan teman-teman khususnya Idafarida, Ian Bejack yang selalu bersedia membatu dalam penyelesaian karya ilmiah ini. Penulis berharap karya ilmiah ini dapat berguna bagi kita semua. Terimakasih Medan, Juni 2008 Penulis ( J.BONY BOY SIHOMBING )

5 v ABSTRAK Telah dilakukan pengamatan tentang pemakaian white liquor terhadap mutu pulp yang diinginkan dalam proses pemasakan di unit digester, di PT. Toba Pulp Lestari. Porsea. Untuk mendapatkan mutu pulp yang diinginkan seperti kekuatan pulp yang baik, dan keputihan yang tinggi, ini dapat diatur pada proses pemasakan. Dimana pemakaian white liquor disesuaikan dengan jenis kayu ( kayu lunak atau kayu keras ) dan jumlah kayu kering yang akan dimasak serta memperhatikan faktor faktor yang berpengaruh terhadap pemasakan, sehingga dicapai mutu pulp yang diinginkan. Untuk mengetahui mutu pulp yang dihasilkan pada proses pemasakan ditunjukkan oleh bilangan kappa yang telah didapat dari hasil test laboratorium.

6 vi ABSTRACT Has been done checking about using the white liquor to the quality of pulp that wanted in cooking process at digester unit, in PT. Toba Pulp Lestari, Porsea. To get the quality of pulp that wanted like the good thight of pulp, and the high whiteness, this process are arranged in cooking process. Where, the using of white liquor accorded with the kind of wood ( soft wood or hard wood ) and the number of dry wood that wanna be cooked and take care the factors influenced to the cooking process, so that is reached the quality of pulp that wanted. To know the quality of pulp has produced in cooking process in showed by kappa number has got from the result of laboratory test.

7 vii DAFTAR ISI Halaman Persetujuan Pernyataan Penghargaan Abstrak Abstract Daftar Isi Daftar Tabel ii iii iv v vi vii viii BAB I : PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan Tujuan dan Manfaat 5 BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Teori Umum Tentang Kayu Kayu Lunak Kayu Keras Komposisi Kimia Kayu Kandungan Bahan Baku Zat-zat Makromolekul Zat-zat Berat Molekul Rendah Proses Pembuatan Pulp Bahan Bahan Kimia Pemasak Komposisi Lindi Putih (White Liquor) Komposisi Lindi Hitam (Black Liquor) Kondisi Proses 19 BAB III :METODOLOGI Alat dan Bahan Alat Bahan Metode Kerja Lapangan 25 BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Data Pengamatan Data Operasi Perhitungan Pembahasan 33

8 viii BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran 37 DAFTAR PUSTAKA 38 LAMPIRAN

9 ix DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 : Komposisi Kayu Lunak dan Kayu Keras 9 Tabel 2.2 : Komposisi Lindi Putih 17 Tabel 2.3 : Distribusi Bahan Organik dalam Lindi Hitam Kraft Kayu Lunak 18 Tabel 4.1 : Data Pengamatan dengan Bahan Baku Eukaliptus 27 Tabel 4.2 : Data Pengamatan dengan Bahan Baku Pinus Merkusi 27 Tabel 4.3 : Data Opeasi dengan Bahan Baku Eukaliptus 28 Tabel 4.4 : Data Operasi dengan Bahan Baku Pinus Merkusi 28 Tabel 4.6 : Kapasitas White Liquor untuk Bahan Baku Eukaliptus 31 Tabel 4.7 : Kapasitas White Liquor Untuk Bahan Baku Pinus Merkusi 32

10 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Kayu merupakan bahan baku utama yang digunakan dalam pembuatan kertas (pulping). Bahan baku yang digunakan ini adalah kayu lembut (soft wood) yaitu Pinus Merkusi sebagai kayu alam dan kayu keras (hard wood) yaitu Eukaliptus. Pulp ini diproses dari komponen-komponen kimiawinya yang terdiri dari sellulose, hemisellulose, lignin, dan ekstraktives. Secara umum, pembuatan kertas yang terbaik terjadi pada saat lignin dan bahan ekstraktif lepas dari serat sellulose dan hemisellulose. Bahan ini diproses secara mekanik dan kimia atau juga dengan kombinasi kedua tipe tersebut. Proses pemasakan (cooking chips) yang digunakan adalah proses sulfat. Proses ini menggunakan bahan kimia aktif sebagai cairan pemasak ( lindi putih ) yaitu Natrium Sulfida (Na 2 S) dan Natrium Hidroksida (NAOH). Cairan pemasak Na 2 S diperoleh dengan cara mereduksi Natrium Sulfat dalam recorvery furnace. Fungsi dari Sulfida tersebut adalah mempercepat reaksi delignifikasi sehingga waktu pemasakan lebih pendek.

11 2 Dalam proses sulfat ini garam (salt) digunakan sebagai make-up chemical losses (mengganti bahan kimia yang hilang) dan bekas pemasakan dapat direcovery untuk pemasakan selanjutnya. Lindi putih yaitu cairan pemasak terutama yang mengandung Natriun Hidroksida dan Natrium Sulfida mempunyai proporsi molar 5 NaOH + 2 Na 2 S dan mempunyai ph 13,5 14,0. Garam Natrium yang biasanya ada dalam lindi putih dalam jumlah yang kecil adalah Natrium Karbonat, Natrium Sulfat, Natrium Tiosulfat, Natrium Sulfit, dan Natrium Silikat. Untuk proses selanjutnya lindi putih diperoleh dari causticizing green liquor dengan quick lime (CaO). Sedangkan sisa cairan pemasak yang sudah melarutkan zat-zat organik kayu ( lignin dan zat non sellulosa) disebut lindi hitam (black liquor). Hal yang praktis untuk menyebut semua komponen sodium dari jumlah equivalent adalah Natrium Oksida (Na 2 O). Penggunaan Na 2 O sebagai standart dapat kelihatan ganjil sehingga natrium oksida tidak pernah nampak pada pulping solution. Istilah ini telah berkembang sejak beberapa tahun dan biasanya Na 2 O kita izinkan untuk mengkalkulasikan individual values untuk menentukan alkali aktif, alkali efektif dengan menggunakan Na 2 O sebagai common base. Kekuatan sullfiidity dari lindi putih sangat penting. Kekuatan tersebut disebut dengan gram per liter dari tingkat persentase alkali aktif dan sulfidity alkali aktif. Lindi putih yang rendah kekuatannya akan mengakibatkan sedikit delignifikasi dan excessive knots dari digester. Liquor yang sangat tinggi kekuatannya akan menghancurkan serat sellulosa dan kekuatan resultan pulp akan sedikit dan hasilnya

12 3 rendah. Dengan adanya Na 2 S dalam lindi putih tersebut akan mempercepat tingkat delignifikasi tetapi sulfidity hanya di atas 30% tidak menguntungkan, sehingga sellulosa akan turun. Namun kekuatan alkali aktif selalu dijaga sampai gr / l sehingga sulphidity Na 2 S 25 %. Seluruh proses pemasakan chips kayu atau serpihan kayu menjadi bubur kertas adalah terjadi dalam bejana Digester. Digester ini berbentuk silinder vertical dengan diameter 4,2 m, panjang 18,67 m, tekanan 12 kg / cm 2, suhunya sekitar C, dan mempunyai volume 200 m 3. Alat ini terbuat dari stainless. Tujuan utama pemasakan ini adalah memisahkan serat dengan pengikatnya. Secara garis besar urutan siklus pemasakan dalam digester yaitu : 1. Chip Filling (Pengisian Chip) 2. Prehidrolisis Kraft (pengaturan suhu dan tekanan dalam pemasakan chips). 3. Liquor Filling (pengisian cairan pemasak yaitu lindi putih dan lindi hitam sebagai make-up dilution). 4. Kraft Cook / Kraft Ramp (menjaga keadaan suhu terhadap waktu atau kombinasi suhu terhadap waktu yang disebut dengan H-Factor sebagai pedoman dalam penentuan tingkat delignifikasi pada pulp). 5. Pulp Blowing (penghembusan pulp dalam digester kedalam blow tank. Proses selanjutnya akan dilanjutkan pada proses pencucian bubur (washing), penyaringan (filtrasi), pemutihan (bleaching),dan sampai pada proses akhir machine pulp atau pembentukan lembaran pulp yang siap dipasarkan.

13 Permasalahan Chip yang dihasilkan untuk memproduksi pulp yang bermutu tinggi adalah memiliki ukuran yang sudah ditentukan. Biasanya ukuran panjang chip yang ideal adalah 10 mm sampai 30 mm dan tebalnya 2 mm sampai 5 mm. Fines, pin chips, over size chips dapat mengurangi kualitas pulp dan dapat merepotkan operasi pada digester. Cairan pemasak yang disebut dengan lindi putih merupakan suatu larutan encer NaOH dan Na 2 S. Umumnya penambahan cairan pemasak didasarkan atas perbandingan cairan pemasak dengan bahan baku kayu (chips) yang digunakan dengan perbandingan 3,9 : 1, yang artinya dalam 3,9 m 3 cairan pemasak dapat melarutkan tiap 1 ton bone dry chips. Kapasitas lindi putih yang ditambahkan pada pemasakan chips yang terlalu sedikit, akan menyebabkan pemasakan chips tidak merata, sedang jumlah lindi putih yang berlebihan akan menyebabkan chips mengalami degradasi yang menurunkan kekuatan pulp (pulp mudah koyak). Dengan mengamati permasalahan ini, penulis tertarik untuk lebih membahas masalah ini dengan menagambil judul : Pengaruh Pemakaian White Liquor ( Lindi Putih ) terhada Eukaliptus dan Pinus Merkusii pada Unit Digester.

14 Tujuan dan Manfaat Tujuan Untuk mengetahui pengaruh pemakaian white liquor (lindi putih) yang digunakan sebagai larutan pemasak terhadap kualitas pulp pada bahan baku Eukaliptus dan Pinus Merkusi Manfaat Memberikan informasi mengenai pengaruh pemakaian white liquor ( lindi putih ) sebagai larutan pemasak terhadap kualitas pulp berdasarkan bahan bakunya.

15 6

16 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Umum Tentang Kayu Berdasarkan jenisnya, kayu secara garis besar telah dibagi dalam dua bagian yaitu kayu keras (hard wood) dan katu lunak (soft wood). Kayu merupakan sumber serat sellulosa yang tinggi. Secara kimia komposisi dari kayu dapat dibagi dalam empat komponen utama,yakni : sellulosa, hemisellulosa, lignin, bahan ekstraktif Kayu Lunak Kayu lunak (softwood), adalah kayu dari tumbuhan konifer contohnya pohon pinus. Secara khasnya hayu lunak tersusun atas serat-serat yanga panjang, maka kayu lunak merupakan bahan baku kelas prima pada pembuatan kertas yang kuat. Pengetahuan tentang keadaan fisik xilem kayu lunak merupakan dasar yang penting untuk dapat memahami kayu dan produk-produk kayu. Xilem kayu lunak sangat sederhana, kebanyakan spesies memiliki tidak lebih dari empat atau lima macam sel yang berbeda dan hanya satu atau dua tipe sel banyak terdapat. Karena kesederhanaan dan keseragaman stuktur inilah, kayu lunak cenderung serupa dalam kenampakannya.

17 Kayu Keras Kayu keras (hard wood), adalah kayu dari tumbuhan yang menggugurkan daunnya setiap tahun. Kayu yang dibentuk oleh jenis-jenis pohon kayu keras sangat berbeda dengan yang dibentuk oleh jenis-jenis kayu lunak. Kayu lunak memiliki susunan yang seragam dengan sedikit tipe sel, dan karenanya sering gambaran kayunya tidak jelas. Kayu keras dilain pihak, tersusun atas jenis-jenis sel yang sangat berbeda dengan variasi proporsi yang luas dan karenanya sering menjadi unik dan bahkan memiliki gambaran kayu yang sangat indah. Karena gambaran unik yang banyak dimiliki oleh spesies-spesies kayu keras, maka kayu-kayu tersebut banyak digunakan untuk perabot rumah tangga, panil, dan tujuan-tujuan dekoratid yang lain. Telah disebutkan pada awalnya bahwa kayu lunak mempunyai struktur yang seragam sedangkan struktur kayu keras adalah kompleks. Perbedaan ini dan perbedaan-perbedaan lainnya diiktisarkan sebagai berikut : 1. Kayu lunak tersusun atas sedikit tipe sel yang penting kayu keras tesusun atas banyak tipe sel % volume xilem kayu lunak tersusun atas sel-sel yang panjang yang dikenal dengan nama trakeid longitudinal. Sisanya terdiri atas jari-jari (baik trakeid jari-jari maupun perenkim jari-jari). Meskipun kadang-kadang terdapat beberapa tipe sel yang lain, namun volumenya tidak seberapa. 2. Hanya kayu keras yang memiliki pembuluh, suatu bangunan yang tersusun atas unsur-unsur pembuluh. Sel-sel angkutan yang dibentuk secara khusus yang dikenal sebagai unsur-unsur pembuluh ini di dalam kayu keras volumenya cukup besar, tetapi tidak pernah terdapat didalam kayu lunak.

18 9 3. Jari-jari yang lebar pada sejumlah kayu keras berlawanan dengan jari-jari yang sempit dan seragam pada kayu-kayu lunak. Kecuali jari-jari bentuk kumparan, jari-jari kayu lunak hanya selebar satu sel atau kadang-kadang dua pada penampang tangensialnya. Secara kolektif, jari-jari menyusun kira-kira 5-7% volume kayu lunak. Jari-jari kayu keras lebarnya berkisar antara 1 sampai 30 sel atau lebih pada sejumlah spesies. Jari-jari ini merupakan penyusun lebih dari 30% volume kayu keras. Volume rata-ratanya adalah 17%. 4. Sel-sel dalam baris radial yang lurus mencirikan kayu lunakl, susunan ini tidak terdapat pada kayu keras. Sel-sel kayu lunak tersusun lurus dalam baris radikal yang sejajar dengan jari-jari yang lurus seperti jeruji; setiap baris sel dibentuk oleh satu inisial bentuk kumparan dalam kambiun. Jari-jari kayu keras jarang tersusun dalam baris radial yang lurus, demikian juga unsur-unsur kayu keras yang lain. Penyimpangan dari susunan radialyang murni terjadi didekat unsur-unsur pembuluh yang besar. Penting untuk dicatat bahwa suatu ikhtisar perbedaan kayu keras dan kayu lunak tidak meliputi hal-hal yang menyangkut kekerasan relatif kayu yang dihasilkan. Banyak kayu lunak yang menghasilkan kayu yang lebih keras dan lebih padat daripada kayu yang dihasilkan oleh sejumlah kayu keras. Kayu lunak yang memiliki panjang dan kekasaran lebih besar digunakan untuk memberi kekuatan pada kertas. Kayu keras lebih halus dan kompak sehingga menghasilkan permukaan kertas yang halus. Kayu keras juga lebih mudah diputihkan hingga warnanya lebih terang karena memiliki lebih sedikit lignin. Kertas umumnya tersusun atas campuran kayu keras dan kayu lunak untuk mencapai kekuatan dan permukaan cetak yang diinginkan pembeli.

19 Komposisi Kimia Kayu Komposisi kimia dari kayu sangat berperan dalam proses pembuatan pulp. Pada proses pulp diinginkan sebanyak mungkin tertinggal sellulosa dan hemisellulosa, sebaliknya lignin dan bahan ekstraktif lainnya seoptimal mungkin dipisahkan dari serat pulp yang dihasilkan sebagai produk. Komposisi kayu lunak dan kayu keras dapat dijelaskan dalam tabel dibawah ini : Tabel 2.1 : Komposisi kayu lunak dan kayu keras No Komposisi Kayu lunak (%) Kayu keras (%) 1 Sellulosa Hemisellulosa Lignin ekstraktif Kandungan Bahan Baku Komponen utama penyusun bahan baku pulp adalah sellulosa, selain sellulosa, bahan baku tersebut juga mengandung karbohidrat lainnya yag disebut hemisellulosa, dan sejumlah senyawa non karbohidrat seperti lignin, mineral, abu. Zat zat ini dapat mengurangi mutu pulp yang dihasilkan sehingga diperlukan suatu proses untuk memisahkannya dari sellulosa.

20 Zat-zat Makromolekul Sepanjang menyangkut komponen kimia kayu, maka perlu dibedakan antara komponen-komponen makromolekul utama dinding sel, poliosa (hemisellulosa) dan lignin, yang terdapat pada semua kayu, dan komponen-komponen minor dengan berat molekul kecil (ekstraktif dan at-zat mineral) yang biasanya lebih berkaitan dengan jenis kayu terentu dalam jenis dan jumlahnya. Perbandingan dan komposisi kimia lignin dan poliosa berbeda pada kayu lunak dan kayu keras, sedangkan sellulosa merupakan komponen yang seragam pada semua kayu. Dalam kayu didaerah iklim sedang, bagian senyawa polimer tinggi yang menyusun dinding sel mencapai % dari zat kayu. Untuk kayu tropika angka tersebut akan turun hingga angka rerata 90%. Kayu terdiri atas 65-75% polisakarida. Sellulosa merupakan komponen kayu terbesar, yang dalam kayu lunak dan kayu keras jumlahnya mencapai hampir setengahnya. Sellulosa merupakan polimer linier yang berat molekul tinggi. Karena sifat-sifat kimia dan fisikanya maupun struktur supra molekulnya maka ia dapat memenuhi fumgsinya sebagai komponen stuktur utama dinding sel tumbuhan. Hemiselulosa sangat dekat asosiasinya dengan sellulosa dalam dinding sel. Lima gula netral, yaitu heksosa-heksosa glukosa, manosa, galaktosa, dan pentosapentosa xilosa dan arabinosa merupakan konstituen utama poliosa. Sejumlah hemisellulosa mengandung senyawa tambahan asam uronat. Rantai molekulnya jauh lebih pendek bila dibandingkan dengan selullosa, dan dalam beberapa senyawa

21 12 memiliki rantai cabang. Kandungan hemisellulosa dalam kayu keras lebih besar daripada dalam kayu lunak dan komposisi gulanya berbeda. Lignin merupakan komponen makro molekul kayu ketiga. Struktur molekul lignin sangat berbeda bila dibandingkan dengan polisakarida karena terdiri atas system aromatik yang tersusun atas unit-unit fenilpropana. Dalam kayu lunak kandungan lignin lebih banyak bila dibandingkan dalam kayu keras dan juga terdapat perbedaan struktur lignin dalam kayu lunak dan dalam kayu keras. Senyawa polimer minor, terdapat dalam kayu dalam jumlah sedikit sebagai pati dan senyawa pektin. Sel parenkim kayu mengandung protein sekitar 1%, tetapi terutama dalam bagian batang bukan kayu, yaitu kambium dan kulit bagian dalam Zat-zat Berat Molekul Rendah Disamping komponen-komponen dinding sel terdapat juga sejumlah zat-zat yang disebut bahan tambahan atau ekstraktif kayu. Meskipun komponen-komponen tersebut hanya memberikan saham beberapa persen pada massa kayu, mereka dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap sifat-sifat dan kualitas pengolahan kayu. Beberapa komponen, seperti ion-ion logam tertentu bahkan sangat penting untuk kehidupan pohon. Senyawa aromatik (fenolat), senyawa yang paling penting dalam kelompok ini adalah senyawa tannin yang dapat dibagi menjadi tanin yang dapat dihidrolisis dan senyawa flobalen terkondensasi. Senyawa fenolat lain adalah misalnya stilbena,

22 13 lignan, dan flavonoid, dan turunannya. Senyawa sederhana yang diturunkan dari metabolisme lignin juga termasuk dalam kelompok kimia ini. Terpena merupakan kelompok senyawa alami yang tersebar luas. Secara kimia zat-zat ini dapat diturunkan dari isoprena. Dua satuan isoprena atau lebih membentuk mono-, seskui-, di-, tri-, tetra-, dan politerpena. Asam alifatik, asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh tinggi terdapat dalam kayu terutama dalam bentuk esternya dengan gliserol (lemak dan minyak) atau dengan alkohol tinggi (lilin). Asam aseat dihubungkan dengan hemisellulosa sebagai ester. Asam di- dan hidroksi karboksilat terutama terdapat sebagai garam kalsium. Alkohol, kebanyakan alkohol alifatik dalam kayu terdapat sebagai komponen ester, sedangkan sterol aromatik, termasuk dalam steroid, terutama terdapat sebagai glikosida. Senyawa anorganik, komponen mineral kayu dari daerah iklim sedang terutama unsur-unsur kalsium, kalium, dan magnesium. Unsur-unsur lain dalam kayu tropika, misalnya silikon, dapat merupakan komponen anorganik utama. Komponen lain, Mono- dan disakarida terdapat dalam kayu hanya dalam jumlah yang sedikit tetapi mereka terdapat dalam persentase yang tinggi dalam kambiun dan dalam kulit bagian dalam. Jumlah sedikit amina dan etena juga terdapat dalam kayu.

23 Proses Pembuatan Pulp Proses pembuatan pulp dimaksudkan untuk menghasilkan sellulosa yang terdapat didalam bahan baku. Proses tersebut dapat digolongkan dalam tiga jenis proses yaitu : proses mekanis, proses semi kimia, dan proses kimia. a. Proses Mekanis Proses ini bertutujuan untuk memisahkan serat dari bahan baku dengan cara mekanis. Bahan baku yang diolah biasanya adalah jenis kayu lunak. Proses mekanis sangat sederhana dan biaya operasinya murah, dan sellulosa yang hilang sedikit. Akan tetapi, kualitas pulp yang dihasilkan kurang baik, karena masih mengandung bahan bahan non sellulosa, selain itu seratnya juga mengalami kerusakan. Umumnya pulp ini digunakan untuk pembuatan kertas bermutu rendah, seperti kertas karton, Koran, kertas pembungkus, dan lain sebagainya. b. Proses Semi Kimia Proses ini merupakan kombinasi dari proses mekanis dan proses kimia. Semua bahan kimia yang umum digunakan dalam proses kimia dapat juga digunakan untuk proses semi kimia, dengan mengurangi jumlah pemakaian bahan kimia tersebut. Bahan baku mengalami perlakuan kimia untuk menghilangkan ikatan ligno sellulosa secara parsial dan perlakuan mekanis untuk mendapatkan pemisahan serat yang

24 15 sempurna. Hasil yang diperoleh dengan proses ini lebih rendah dibandingkan dengan proses mekanis. c. Proses Kimia Pada proses kimia bahan baku dimasak dengan menggunakan bahan kimia didalam suatu alat yang disebut digester. Pemasakan ini bertujuan untuk menghilangkan zat zat non sellulosa yang terdapat di dalam bahan baku melalui reaksi kimia. Sebagian lignin akan larut pada proses pemasakan, sehingga proses ini disebut juga delignifikasi dan lignin yang larut dalam proses ini dipindahkan pada proses pencucian. Berdasarkan larutan pemasak yang digunakan, proses kimia dapat dibagi dua, yaitu proses soda dan proses sulfat (kraft). Kedua proses ini merupakan dua teknik pokok pembuatan pulp. Natrium Hidroksida merupakan bahan kimia pemasak utama dalam kedua proses tersebut, sedangkan dalam pembuatan pulp sulfat, Natium Sulfida merupakan komponen aktif tambahan. Natrium Hidroksida adalah senyawa yang bersifat basa, mudah larut dalam air sambil melepaskan panas dan bersifat higroskopis (menyerap air dari udara). Pada pembuatan pulp larutan NaOH berfungsi untuk melarutkan lignin dan zat zat ekstraktif lainnya yang terdapat dalam bahan baku kayu sehingga serat sellulosa terlepas dari ikatannya. Keuntungan menggunakan larutan NaOH yaitu NaOH lebih

25 16 cepat bereaksi dengan lignin sehingga waktu yang dibutuhkan untuk pemasakan lebih singkat. Natrum Sulfida adalah suatu senyawa yang sangat mudah teroksidasi, oleh karena ini zat ini banyak dimanfaatkan terutama dalam situasi dimana diperlukan bahan pereduksi yang tidak terlalu kuat. Na 2 S dalam proses pemasakan kayu berfungsi untuk : - Mengurangi kerusakan terhadap karbohidratdan memberikan hasil yang lebih tinggi serta kekuatan pulp yang lebih baik. - Mempercepat terjadinya reaksi antara NaOH dengan lignin lewat penurunan energi aktivasi. Proses Soda Bahan baku yang diolah umumnya yang berserat pendek seperti jerami, merang, ampas tebu, dan rumput-rumputan. Sebagai larutan pemasak digunakan larutan soda yaitu 12,5 % berat campuran yang terdiri dari 85 % berat NaOH dan 15 % berat Na 2 CO 3.Reaksi yang berlangsung adalah reaksi hidrolisa lignin membentuk alkohol dan Na Lignat yang mudah larut dalam air, sehingga terpisah dari sellulosa. Pulp yang dihasilkandari proses ini berwarna coklat, mudah diputihkan tetapi seratnya kurang kuat jika dibandingkan dengan proses sulfat. Oleh karena itu untuk pembuatan kertas, pulp ini dicampurkan dengan pulp yang berasal dari kayu yang berserat panjang. Proses Sulfat (kraft)

26 17 Proses pembuatan pulp kraft menggunakan bahan kimia NaOH dan Na 2 S sebagai cairan pemasak atau disebut dengan white liquor. Dalam proses kraft ini menggunakan garam natrium sebagai zat pengganti (make-up) airan pemasak yang hilang selama proses, sehingga dikenal dengan proses sulfat. Proses pembuaatan pulp kraft ini ditemukan pada tahun 1884 oleh seorang ahli kimia berkebangsaan Jerman yang bernama Carl F. Dahl. Penambahan ion Sulfida akan mempercepat dellignifikasi, dengan kerusakan kecil pada sellulosa dan hemisellulosa. Ion Sulfida menyebabkan sulfonasi pada rantai propan yang bersambung dengan gugus fenolikdalam molekul lignin yang sangat panjang. Reaksi selanjutnya menyebabkan perpecahan molekul lignin menjadi bagianbaqgian yang lebig kecil yang mana garam natriumnya akan larut dalam larutan pemasak. Pemakaian Na 2 S akan terhidrolisa menjadi NaOH dan NaHS, sehingga akan menambah jumlah NaOH didalam larutan. Pulp yang dihasilkan dengan proses ini disebut pulp kraft, dan mempunyai kekuatan tarik yang tinggi. Pulp kraft yang tidak diputihkan digunakan untuk pembuatan kertas pembungkus bahan makanan, bahan bangunan dan mineral. Sedangkan yang diputihkan digunakan untuk berbagai macam kertas dan karton. 2.4 Bahan-bahan Kimia Pemasak. Pembuatan pulp secara kimia (dengan sistim sulfat / kraft ), dilakukan dengan melibatkan penggunaan bahan kimia (liquor). Proses sulfat / kraft menggunakan bahan kimia pemasak (lindi putih) berupa campuran NaOH dan Na 2 S. Proses ini

27 18 biasanya menggunakan cairan pemasak dalam perbandingan 3,9 : 1 terhadap serpihan kayu. Semua bahan kimia dihitung sebagai berat NaOH atau Na 2 O. Dalam kimia pembuatan pulp modern, unit-unit berat NaOH sering diganti dengan unit-unit molal, misalnya mol NaOH yang digunakan biasanya 4 5 mol atau % dari serpihan kayu Komposisi Lindi Putih ( White Liquor ) Lindi putih yaitu suatu cairan pemasak terutama mengandung larutan encer yaitu Natrium Hidroksida (NaOH) dan Natrium Sulfida (Na 2 S) dan mempunyai ph = 13,5 14,0. Garam (sodium salt) lain yang biasanya ada pada lindi putih adalah Natrium Sulfat, Natrium Sulfit, Natrium Karbonat, dan Natrium thiosulfat. Hanya bahan kimia aktif yang dapat bereaksi selama pulping wood (proses pembuatan pulp), tetapi mode ini disebut Proses Sulfat karena garam (salt) tersebut digunakan sebagai make-up (bahan tambahan ) chemical untuk menggantikan bahan kimia yang hilang. Untuk proses selanjutnya lindi putih diperoleh dari caustizing dari lindi hijau dengan quik lime (CaO). Lindi putih merupakan suatu larutan encer sodium hidroksida (NaOH) dan Sodiun Sulfida (Na 2 S), dan juga mengandung bahan kimia yang tidak aktif (dead load ), antara lain : Na 2 CO 3, Na 2 SO 4, Na 2 SO 3, Na 2 S 2 O 3. Tabel 2.2 : Komposisi Lindi Putih Bahan Kimia Range Konsentrasi (g/l sebagai Na 2 O)

28 19 NaOH Na 2 S Na 2 CO Na 2 SO 3 2,0 6,9 Na 2 SO 4 4,4 7,8 Na 2 S 2 O 3 4,0 8, Komposisi Lindi Hitam ( Black Liquor ) Lindi hitam adalah sisa larutan atau cairan yang diperoleh setelah pemasakan chip. Warna tetap hitam meskipun ada reaksi kimia dengan chip. Bahan kimia ini pada awalnya digunakan untuk menambah lignin dan kaytu padat (solid wood) yang lain disebut dissolve dalam liquor tersebut. Sisa alkali aktif dari lindi hitam direaksikan antara natrium hidroksida dan sodium sulfid. Lindi hitam merupakan campuran yang sangat kompleks, yang mengandung sejumlah komponen dengan struktur dan susunan yang berbeda. Tabel 2.3 : Distribusi bahan organik dalam lindi hitam kraft kayu lunak (Pinus Merkusi). Bagian Komponen Kandungan (% Padatan Kering ) Lignin 46 Asam Hidroksi 30 Asam Format 8

29 20 Asam Asetat 5 Ekstraktif 7 Senyawa lain 4 Cairan pemasak ( liquor ) ditambahkan ke serpihan kayu setelah presteaming dimana kemudian impregnasi dimulai. Pada saat pemasakan, jika yang digunakan sebagai cairan pemasak hanya lindi putih, maka lindi putih tidak cukup menutupi seluruh permukaan serpihan kayu, sehingga perlu ditambahkan lindi hitam. Perbandingan antara jumlah cairan pemasak terhadap serpihan kayu yang dibutuhkan disebut batch ratio, yaitu 3,9 : 1 artinya ; tiap 1 ton boundry chip yang dimasak diperlukan cairan 3,9 m 3. Kandungan air dalam serpihan kayu termasuk total cairan pemasak. Berikut ini adalah keuntungan keuntungan dari rendahnya perbandingan cairan pemasak terhadap kayu : Produktifitas tinggi, disebabkan pengisian serpihan kayu kedalam bejana pemasak (serpihan kayu yang mampu dimasak). Biaya yang diperlukan untuk pemanasan cairan pemasak rendah. Biaya yang diperlukan untuk evaporasi, cairan pemasak direcorvery rendah. Jenis perbandingan cairan pemasak terhadap serpihan kayu (liquor to wood ratio) dalam pabrik biasanya berkisar antara Kondisi Proses

30 21 Salah satu proses yang terpenting dalam pembuatan pulp yaitu proses pemasakan kayu yang telah dibuat chip dilakukan di didigester plant dengan menggunakan panas dan reaksi kimia. Bahan kimia yang digunakan adalah NaOH dan Na 2 S yang disebut dengan white liquor. Panas ini diperoleh dari hasil pemanasan pada liquor heater secara tidak langsung dengan pertukaran panas (steam) dalam sistem sirkulasi lindi pemasak. Tahap tahap pada proses pemasakan secara garis besarnya dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Chip Filling (Pengisian Chip) Proses ini dimulai dari pengangkutan chip dari chip pile dengan menggunakan alat Belt Conveyor dan Shuttle Conveyor yang panjangnya 24 m. Dengan kedua alat tersebut chip diumpankan kedalam digester. Demikian dengan cara yang sama pengisisan chip dilakukan ke tiap-tiap digester satu per satu. Setiap digester memiliki kapasitas 200 m 3, tekanan 12 kg/cm dan temperature 195 o C. Chip dikontrol dengan sebuah alat Weigthtometer. Chip dari shuttle conveyor dituangkan kedalam digester melalui alat yang dimanakan Theleskopic Chute. Selama chip filling, steam bertekanan rendah dialirkan kedalam digester melalui chip packer yang terdapat pada bagian atas digester. Pemasukan steam ini gunanya untuk memadatkan chip didalam digester sehingga tercapai kapasitas yang diinginkan. Udara dan gas-gas lainnya dikeluarkan dengan system evakuasi selama chip filling. Chip filling ini berlangsung selama menit. Jumlah chip yang dibutuhkan tiap digester sekitar 35 ton bone dry chip dan kandungan air 50 %.

31 22 2. Prehidrolisis Kraft Tahap prehidrolisis ini bertujuan untuk menaikkan tekanan dan temperature pemasakan chip dalam digester. Prehidrolisis ini terdiri dari dua tahap yaitu Low Pressure Steam (steam bertekanan rendah) dan Medium Pressure Steam (steam bertekanan sedang). Tahap prehidrolisis ini dilakukan dalam tahap penguapan menggunakan steam tersebut. Steam tekanan rendah dialirkan langsung dari bawah digester yang berbentuk konis melalui control valve dengan temperature 125 o C. Sebuah gas relief control dihubungkan ke pressure control untuk membebaskan gas terpentine dan gas-gas yang tidak terkondensasi sekaligus mengontrol tekanan digester. Dari temperature 125 o C akan dilanjutkan dengan tahap Steam bertekanan sedang (Medium Pressure Steam) untuk menaikkan suhu dari 125 o C hingga 170 o C dan tekanan hingga 7 kg/cm 2 Untuk menaikkan suhu dan tekanan tersebut membutuhkan waktu selama 40 menit. Ketika suhu mencapai 145 o C dilakukan pembuangan terpentine dan gas-gas lain dalam beberapa detik melalui relief yang terletak pada bagian atas digester, dan inilah yang dimaksud dengan prehidrolisis kraft relief. Hal ini bertujuan untuk memastikan hubungan yang benar antara tekanan dan suhu dalam digester. Pada tekanan medium diharapkan semua terpentin dan gas telah habis keluar dari dalam digester yakni pada suhu 145C. Setelah mencapai suhu maksimum dan konstan yakni 170 o C dan tekanan 7,0 kg/cm 2 diperlukan waktu sekitar 50 menit untuk proses pemasakan.

32 23 Setelah terpenuhi periode pemasakan, dilakukan gas blow selama 20 menit sampai tekanan turun dari 7,0 kg/cm 2 menjadi 1,5 kg/cm 2. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk memastikan bahwa gas-gas dalam digester dipastikan telah habis. 3. Liquor Filling Setelah tahap Prehydrolisis telah mencapai tekanan 1,5 kg/cm 2, segera diikuti pemasukan cairan pemasak. Liquor filling yang digunakan adalah lindi putih dibutuhkan sebagai pemasak / cooking, dan lindi hitam dibutuhkan sebagai make up dilution dan volume. Lindi putih sebagai pemasak adalah sebahagian besar mengandung Natrium Hidroksida dan Natriun Sulfida dengan perbandingan 75 gr / liter dari NaOH dan 25 gr / liter dari Na 2 S. Dalam hal ini akan menentukan banyaknya alkali aktif yang berfungsi. Jumlah minimum tertentu dari alkali aktif yang diisi sangat penting untuk mendissolve dalam jumlah yang sangat besar dari komponen tersebut. Dan apabila berkuranya alkali charge.akan mengakibatkan pemasakan yang sulit (hard cook) yang terdiri dari sebagian cooked chips yang disebut knots. Jika alkali charge sangat tinggi akan merusak serat sellulosa (cellulose fibre). Dan perbandingan cairan pemasak dengan kayu yang disebut batch ratio adalah 3,9 : 1, artinya tiap 1 ton bone dry chip yang maka diperlukan cairan pemasak (cooking liquor) 3,9 m Kraft Cook / Kraft Ramp Proses pemasakan dengan lindi putih sebagai pemasak dilakukan dengan cara pemasakan dengan pemanasan tidak langsung ( Indirect Steam ). Diawali dengan pemasukan steam tekanan rendah (Low Pressure Steam) ke liquor hater. Dalam liquor

33 24 heater melalui suatu tube liquor dialirkan, dan melalui shell steam dialirkan. Sehingga dalam liquor heater terjadi kontak panas antara steam dan liquor. Dan kontak panas yang terjadi saat ini dilakukan oleh steam tekanan sedang (Medium Pressure Steam) ( o C) pada tekanan 7 kg/cm 2. Liquor dari hasil pemanasan akan dialirkan kedalam digester melalui sistem dua arah, yaitu bagian atas dan bagian bawah digester. Waktu dan Suhu pemasakan yang dibutuhkan adalah sekitar menit dan pada suhu 170 o C pada tekanan 7 kg/cm 2. untuk BKP adalah 70 menit dengan. Untuk mengontrol tekanan pada digester, control valve dihubungkan ke control pressure untuk membuang yang tidak dapat terkondensasi, udara, gas terpentine, dan gas-gas lain. Dan untuk memastikan hubungan tekanan dan temperatur pada digester adalah benar, pembuangan gas dilakukan pada suhu 145 o C dengan membuka valve gas blow line. Untuk melengkapi periode pemasakan dan pembuangan gas dilakukan selama 5 menit hingga tekanan pada digester turun menjadi 6 kg /cm Pulp Blowing Selesai pemasakan, pulp yang dihasilkan akan diblow kedalam blow tank sebagai akhir dari operasi dimana gas blowing pada tekanan 6 kg/cm 2 dan blow valve ditutup, LP Steam control valve dibuka, yaitu steam akan diinjeksikan kebawah digester untuk merangsang pulp sebelum diblowing. Setelah 5 menit Steam ditutup dan blow valve digester dibuka. Tekanan didalam digester akan menyebabkan pulp dan liquor akan terhembus ke blow tank, tergantung pada keadaan penghembusan. Valve Medium Pressure Steam dibuka yaitu untuk menjaga tekanan selama blow dan memastikan blow bersih. Waktu yang diperlukan dalam penyelesaian blowing

34 25 biasanya 15 menit. Setelah blowing selesai, blow valve ditutup dan valve blow gas dibuka untuk menurunkan tekanan dalam digester. Setelah mencapai tekanan 0 kg/cm 2, Top Cover dibuka untuk pemasakan yang selanjutnya.

35 BAB 3 METODOLOGI 3.1. Alat dan Bahan Alat - Bejana Pemasak ( Digester ) - Shuttle Conveyor ( pengumpan chip kedalam digester ) - Weightometer (alat pengukur berat chip ) - Chip Moisture Analizer ( alat pengukur kandungan air dan berat jenis chip ) - Teleskopi chute ( alat untuk menuangkan chip dalam digester ) - Gass Relief Control ( pengontrol pembuangan gas ) - Pompa FRC 2018 ( pengontrol jumlah cairan pemasak ) - Liquor Heater ( pemanas cairan pemasak ) - Steam Control Valve ( alat pengontrol steam ) - Blow Valve ( alat memblow pulp ) - Blow Valve Gass ( alat memblow gas ) - Blow Tank ( tempat pulp yang dihasilkan )

36 Bahan - Chip ( Serpihan Kayu ) - White Liquor ( NaOH, Na 2 S, Na 2 CO 3, Na 2 SO 3,Na 2 S 2 O 3, Na 2 SO 4 ) - Black Liquor (Asam Hidroksi, Asam Format, Asam Asetat, Lignin, Ekstraktif, Senyawa lain ) 3.2. Metode Kerja Lapangan Proses Pembuatan Pulp - Chip diangkut dari chip pile dengan alat shuttle conveyor dan diumpankan ke digester - Diarahkan posisi shuttle conveyor tepat pada top cover pada digester - Diukur berat chip dengan weightometer sebelum chip filling - Diukur kandungan air dan berat jenis chip dengan chip moisture analyzer sebelum chip filling - Chip dituangkan oleh telescopi chute pada shuttle conveyor selama menit - Dialirkan steam bertekanan rendah ke digester melalui chip packer pada bagian atas digester untuk memadatkan chip yang akan diisi. - Steam tekanan rendah dengan suhu 125 o C dialirkan dari bagian bawah digester untuk melakukan pemasakan chip - Dinaikkan suhu dengan tekanan sedang dari o C - Setelah mencapai suhu 145 o C terpentin dan gas dalam digester dibuang

37 28 - Dilakukan pemasakan selama 50 menit pada suhu 170 o C dan tekanan 7 kg/cm 2 secara konstan. - Dilakukan pembuangan gas selama 20 menit hingga tekanan jadi 1,5 kg/cm 2 setelah terpenuhi periode pemasakan. - Jumlah cairan pemasak dikontrol oleh FRC-2018 melalui pompa sirkulasi, setelah mencapai jumlah cairan yang diinginkan dengan otomatis pompa stop. - Dimasukkan steam tekanan rendah dalam liquor heater - Dialirkan cairan pemasak ke dalam liquor heater melalui suatu tube dan melalui shel steam mengalir. - Dinaikkan suhu dengan tekanan sedang ( o C) dan 7 kg/cm 2 sehingga menghasilkan kontak panas antara liquor dengan steam. - Dialirkan liquor hasil pemanasan pada bagian atas dan bawah digester - Dilakukan pemasakan sekitar menit pada suhu 170 o C dan tekanan 7 kg/cm 2 secara konstan. - Dilakukan pembuangan gas selama 5 menit untuk melengkapi periode pemasakan hingga tekanan menjadi 6 kg/cm 2. - Diinjeksikan steam tekanan rendah kebawah digester untuk merangsang pulp yang akan diblowing melalui steam control valve sekitar 5 menit. - Ditutup steam control valve dan dibuka blow valve pada digester - Dengan tekanan 6 kg/cm 2, pulp dalam digester dihembuskan kedalam blow tank sekitar 15 menit - Dibuka valve tekanan sedang untuk memastikan blow bersih - Ditutup blow valve - Dibuka valve blow gas untuk menurunkan tekanan dalam digester

38 29

39 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Data Pengamatan Data pengamatan pada bahan baku Eukaliptus dan Pinus Merkusii terdapat pada tabel 4.1 dan tabel 4.2 dibawah ini No Tabel 4.1 : Data Pengamatan dengan Bahan Baku Eukaliptus Chip Moisture (%) Wet Chip Weight (tons) White Liquor TAA (gpl) AA on Chip (%) Liquor / Wood Ratio Kappa Number ,7 90,1 19,5 3, ,6 90,1 19,5 3,7 6, ,1 90,1 19,5 3, ,5 90,1 19,5 3, ,3 93,1 19,5 3,8 5, ,2 93,1 19,5 3, ,5 93,1 19,5 3, ,2 93,1 19,5 3,8 5,8 No Tabel 4.2 : Data Pengamatan dengan Bahan Baku Pinus Merkusii Chip Moisture (%) Wet Chip Weight (tons) White Liquor TAA (GPL) AA on Chip (%) Liquor / Wood Ratio Kappa Number ,9 104,3 23,0 3, ,2 104,3 23,0 3,9 9, ,9 104,3 23,0 3, ,2 104,3 23,0 3, ,5 105,7 23,0 3,9 9, ,4 105,0 23,0 3, ,6 104,3 23,0 3,8

40 ,0 103,1 23,0 3,9 8, Data Operasi Data Operasi pada bahan baku Eukaliptus dan Pinus Merkusii terdapat pada tabel 4.3 dan tabel 4.4 dibawah ini Tabel 4.3 : Data Operasi dengan Bahan Baku Eukaliptus No Temperatur ( o C) Waktu (menit) Tekanan (kg/cm 2 ) , , , , , , , ,6 Tabel 4.4 : Data Operasi dengan Bahan Baku Pinus Merkusii No Temperatur ( o C) Waktu (menit) Tekanan (kg/cm 2 ) , , , , , , , ,8 Keterangan : AA : Alkali Aktif Liquor to Wooo Ratio : Istilah yang menjelaskan jumlah total liquor per jumlah kayu kering dalam digester.

41 Perhitungan Pengkakulasian kapasitas White Liqour yang dibutuhkan dalam Pemasakan. a) Dengan bahan baku Eukaliptus Berdasarkan data yang diperoleh sebanyak 72,7 ton chip dengan kandungan airnya 45%, AA on chip 19,5%, liquor to wood ratio 1 : 3,7 dan kekuatan white liquor AA adalah 90,1 gpl. Maka untuk mengetahui kapasitas white liquor (WL) dan black liquor (BL) adalah sebagai berikut : - Berat chip = 72,7 ton - Kandungan air (Moisture) = 45%, maka 45% x 72,7 ton = 32,71 m 3. - Berat chip kering : 72,7 ton 32,70 ton = 40 ton (chip kering). Berdasarkan liquor to wood ratio : 1 : 3,7 maka 3,7 m 3 x 40 ton = 148 m 3 (merupakan total cairan pemasak). Total Cairan Pemasak : WL + BL + Moisture (kandungan air dalam chip) Berdasarkan WL AA 19,5% dan chip kering 40 ton, maka : 19,5% x 40 ton = 7,8 ton = 7800 kg Na 2 O. Dan kekuatan WL AA = 90,1 gpl Na2O Maka jumlah WL yang diperlukan : 7800 Na 2 O / 90,1 gpl = 86,57 m 3 WL. - Total cairan pemasak : 148 m 3

42 33 Total cairan pemasak : WL + BL + Moisture 148 m 3 : 86,57 m 3 + BL + 32,71 m 3 Black Liquor (BL) : 148 m 3 119,28 m 3 = 28,72 m 3. b) Dengan bahan baku Pinus Merkusii Berdasarkan data yang diperoleh sebanyak 65,9 ton chip dengan kandungan airnya 40%, AA on chip 23 %, liquor to wood ratio 1 : 3,9 dan kekuatan white liquor AA adalah 104,3 gpl. Maka untuk mengetahui kapasitas white liquor (WL) dan black liquor (BL) adalah sebagai berikut : - Berat chip = 65,9 ton - Kandungan air (Moisture) = 40%, maka 40% x 65,9 ton = 26,36 m 3. - Berat chip kering : 65,9 ton 26,36 ton = 39,54 ton (chip kering). Berdasarkan liquor to wood ratio : 1 : 3,9,maka 3,9 m 3 x 39,54 ton = 154,20 m 3 (merupakan total cairan pemasak). - Total cairan pemasak : 154,20 m 3 Total Cairan Pemasak : WL+ BL + Moisture (kandungan air dalam chip) Berdasarkan WL AA 23 % dan chip kering 39,54 ton, maka : 23 % x 39,54 ton = 9,09 ton = 9090 kg Na2O. Dan kekuatan WL AA = 104,3 gpl Na2O Maka jumlah WL yang diperlukan : 9090 Na2O / 104,3 gpl = 87,15 m 3 WL. Total cairan pemasak : WL + BL + Moisture 154,20 m 3 : 87,15 m 3 + BL + 26,36 m 3

43 34 Black Liquor (BL) : 154,20 m 3 113,51 m 3 = 28,72 m 3. Berdasarkan pengkalkulasian diatas, telah diketahui banyaknya white liquor dan black liquor sebagai cairan pemasak yang dibutuhkan dalam proses pemasakan. Dari semua data dan dengan cara perhitungan yang sama, maka diperoleh WL dan BL yang akan dibutuhkan. 1. Kapasitas white liquor Untuk bahan baku Eukaliptus Tabel 4.6 : Kapasitas White Liquor untuk bahan baku Eukaliptus No WHITE LIQUOR ( m 3 ) BLACK LIQUOR ( m 3 ) 1 86,6 28, ,4 32,2 3 86,4 32,2 4 78,0 29,1 5 77,5 32,4 6 83,8 35,1 7 84,7 35,5 8 76,7 32,0

44 35 2. Kapasitas white liquor dan black liquor untuk bahan baku Pinus Merkusi 3. Tabel 4.7 : Kapasitas white liquor dan black liquor untuk bahan baku Pinus Merkusii No WHITE LIQUOR ( m 3 ) BLACK LIQUOR ( m 3 ) 1 87,3 40,3 2 87,7 40,5 3 87,3 40,3 4 87,7 40,5 5 85,6 41,2 6 86,0 40,5 7 86,7 40,1 8 80,6 36,3

45 Pembahasan Setelah mencapai akhir pemasakan dalam unit digester, bilangan kappa merupakan variabel yang sangat menentukan dalam kualitas pulp. Bilangan kappa digunakan menunjukkan pengembangan dari delignifikasi yang terjadi selama proses pemasakan dan untuk mendapatkan tingkat mutu pulp yang dihasilkan dan sekaligus menunjukkan zat kimia yang akan dibutuhkan pada proses berikutnya yakni pada unit bleaching. Perolehan bilangan kappa yang tinggi akan menunjukkan lignin yang banyak tinggal dalam pulp yang mengakibatkan kualitas pulp buruk dan sebaliknya untuk perolehan bilangan kappa yang rendah. Bilangan kappa dalam PT.Toba Pulp Lestari yang digunakan adalah berkisar antara 12 14, dan perkiraan ini telah menunjukkan mutu pulp yang baik. Namun untuk mencapai bilangan tersebut merupakan hal yang tidak mudah, semua variabel-variabel yang berkenaan dalan unit pemasakan sebagai faktor pendukung sangatlah saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya, misalnya ukuran chip, jumlah alkali aktif, perbandingan jumlah cairan pemasak terhadap berat chip (liquor to wood ratio), dan termasuk juga pada suhu, tekanan, dan waktu pemasakan. a. Pengaruh ukuran chip

46 37 Ukuran chip yang lebih tipis akan menambah kecepatan pulping, terjadinya kayu yang tidak masak (reject), dan mengurangi cairan pemasak. Jika ukuran chip yang terlalu tebal mengakibatkan bagian tengah pada kayu tidak masak sehingga disebut sebagai mata katu. Dari hasil yang didapat dari laboratorium, ukuran chip yang layak digunakan adalah dengan ketebalan minimum 3 mm dan ketebalan maksimum 5 mm. b. Pengaruh alkali aktif Delignifikasi yang baik dicapai dengan membiarkan chip yang dimasak menjadi serat tanpa mengadakan percobaan mekanik secara besar-besaran,jumlah alkali aktif biasanya dipakai antara 17,5 19,0 %. Alkali dengan jumlah yang sedikit berlebih adalah dengan maksud mencegah lignin yang sudah terlarut masuk kembali kedalam serat. Pemasakan dengan memakai alkali aktif yang rendah dapat mengakibatkan pemasakan tersebut tidak merata yang mengakibatkan jumlah bagian kayu yang tidak masak (reject) tinggi didapat pada tahap pencucian, dan pulp yang dihasilkan akan lebih sedikit karena tela banyak yang terbuang. Proses penghilangan lignin juga dipengaruhi oleh jumlah alkali aktif yang digunakan. Pada pemasakan jumlah alkali aktif dibawah 17,5% mengakibatkan proses delignifikasi berjalan lambat, sehingga pulp yang dihasilkan dalam pemasakan ini masih mengandung lignin dengan jumlah yang relatif tinggi dan ini sangat berpengaruh pada proses pemutihan pada unit bleaching, dimana tidak akan didapat keputihan yang maksimum sehingga berpengaruh pada mutu pulp.

47 38 Pemakaian alkali aktif diatas 19% berpengaruh terhadap waktu pemasakan dan kekuatan dari pulp (viskositas). Dalam hal ini pemasakan akan lebih cepat dan proses delignifikasi sehingga didapat lignin dalam jumlah yang banyak. Pada prinsipnya lignin dalam chip dipisahkan menjadi bagian-bagian oleh ion OH - dan SH - yang terdapat dalam cairan pemasak yang selanjutnya akan terlarut sebagai karbohidrat. Hemisellulosa dan selullosa juga akan ikut terserang pada waktu pemasakan. Oleh karena itu pemakaian alkali aktif yang terlalu tinggi mengakibatkan pengrusakan terhadap hemiselulos dan sellulosa semakin besar sehingga viskositasnya rendah. c. Pengaruh liquor to wood ratio Volume liquor yang cukup harus dibutuhkan untuk menjamin permukaan chip menjadi basah, dalam bejana pemasak biasanya 75% diisi dengan liquor pada saat pemasakan dimulai. Lindi putih yang cukup disuplai agar tersedianya alkali. Liquor to wood berkisar antara 3 5, keseimbangan cairan yang digunakan untuk make up dengan menambahkan lindi hitam. Make up yang terlalu banyak akan mengurangi konsentrasi dari bahan kimia aktif yag akan menurunkan kecepatan reaksi.

48 39

49 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan - Berdasarkan data dan jumlah lindi putih yang dibutuhkan pada setiap setiap pemasakan sangat mempengaruhi kualitas pulp yang dihasilkan. Berdasarkan kualitas pulp yang didapat, pemakaian lindi putih pada Eukaliptus maupun Pinus Merkusii adalah terlalu tinggi sehingga lignin larut dan bereaksi menyebabkan terputusnya struktur hemisellulosa maupun sellulosa yang kemudian larut dalam cairan pemasak sehingga pulp yang dihasilkan rendah, dan ini ditunjukkan pada kappa number yang terlalu rendah. - Standart mutu pulp yang baik adalah memiliki angka kappa number 10,5 14. Dari hasil perhitungan dapat disimpulkan kualitas pulp dengan bahan baku Eukaliptus masih lebih bagus dari Pinus Merkusii meskipun belum mencapai standart mutu pulp yang baik.

50 Saran Pemasakan pulp merupakan proses yang paling penting dalam pembuatan pulp. Untuk menghasilkan pulp yang berkualitas diharapkan pemasakan chip yang merata, maka faktor-faktor yang mempengaruhi pemasakan chip harus dapat diatasi. Pemakaian jumlah white liquor tertentu dan memperhatikan suhu dan waktu pemasakan seoptimal mungkin akan diperoleh tingkat kematangan chip yang baik dan tentu saja dapat menjamin produksi pulp dengan kualitas yang baik.

51 42 DAFTAR PUSTAKA Anonim Prinsip Pembuatan Kertas Kraft. Module 4. Digester DCS Trainin Centre. Porsea : PT. Inti Indorayon Utama. Fengel D Kayu, Kimia Ultra Struktur Reaksi Reaksi. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada Press. Haygreen, J.G. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu, Suatu Pengantar. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada Press. Janto, J.B Pengetahuan Sifat Sifat Kayu. Yogyakarta : Penerbit Kanisius. Sjostrom E Kimia Kayu, Dasar Dasar dan Penggunaan. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada Press.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pohon-pohon termasuk tanaman berbiji (Spermatophyta), dibagi menjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pohon-pohon termasuk tanaman berbiji (Spermatophyta), dibagi menjadi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Umum Kayu Pohon-pohon termasuk tanaman berbiji (Spermatophyta), dibagi menjadi gymnosperm (Gymnospermae) dan angiosperm (Angiorspermae). Kayu-kayu konifer atau kayu lunak

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES

II. DESKRIPSI PROSES II. DESKRIPSI PROSES A. Jenis-Jenis Proses Proses pembuatan pulp adalah pemisahan lignin untuk memperoleh serat (selulosa) dari bahan berserat. Oleh karena itu selulosa harus bersih dari lignin supaya

Lebih terperinci

Kertas adalah barang ciptaan manusia berwujud lembaranlembaran tipis yang dapat dirobek, digulung, dilipat, direkat, dicoret. Kertas dibuat untuk

Kertas adalah barang ciptaan manusia berwujud lembaranlembaran tipis yang dapat dirobek, digulung, dilipat, direkat, dicoret. Kertas dibuat untuk Kertas adalah barang ciptaan manusia berwujud lembaranlembaran tipis yang dapat dirobek, digulung, dilipat, direkat, dicoret. Kertas dibuat untuk memenuhi kebutuhan hidup yang sangat beragam. Selain untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gymnosperm (gymnospermae). Kayu kayu konifer atau kayu kayu lunak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gymnosperm (gymnospermae). Kayu kayu konifer atau kayu kayu lunak BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. TEORI UMUM KAYU Pohon pohon termasuk tanaman berbiji (spermatophyta ), dibagi menjadi gymnosperm (gymnospermae). Kayu kayu konifer atau kayu kayu lunak termasuk kategori yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Untuk meningkatkan laju perkembangan teknologi yang semakin pesat diperlukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Untuk meningkatkan laju perkembangan teknologi yang semakin pesat diperlukan XII BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk meningkatkan laju perkembangan teknologi yang semakin pesat diperlukan sumber daya manusia yang tangguh dan handal, agar teknologi yang semakin berkembang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jagung (Zea mays) Menurut Effendi S (1991), jagung (Zea mays) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting selain padi dan gandum. Kedudukan tanaman ini menurut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Digester Digester merupakan alat utama pada proses pembuatan pulp. Reaktor ini sebagai tempat atau wadah dalam proses delignifikasi bahan baku industri pulp sehingga didapat

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR DAN WAKTU (H-FAKTOR) TERHADAP BILANGAN KAPPA DAN VISKOSITAS PADA PROSES PEMASAKAN DI UNIT DIGESTER PT.TOBA PULP LESTARI,Tbk PORSEA

PENGARUH TEMPERATUR DAN WAKTU (H-FAKTOR) TERHADAP BILANGAN KAPPA DAN VISKOSITAS PADA PROSES PEMASAKAN DI UNIT DIGESTER PT.TOBA PULP LESTARI,Tbk PORSEA PENGARUH TEMPERATUR DAN WAKTU (H-FAKTOR) TERHADAP BILANGAN KAPPA DAN VISKOSITAS PADA PROSES PEMASAKAN DI UNIT DIGESTER PT.TOBA PULP LESTARI,Tbk PORSEA KARYA ILMIAH YOHANA LAMRIA SITANGGANG 112401100 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai kemajuan teknologi. Kayu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai kemajuan teknologi. Kayu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Umum Tentang kayu Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam, merupakan bahan mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai kemajuan teknologi. Kayu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. sebagai tanaman berkayu yang mempunyai tinggi 4,5 6 meter atau lebih. Kayu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. sebagai tanaman berkayu yang mempunyai tinggi 4,5 6 meter atau lebih. Kayu 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kayu Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam dan merupakan bahan mentah yang mudah diproses untuk dijadikan bahan baku pembuatan pulp ataupun kertas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kayu merupakan hasil hutan dari seumber kekayaan alam, merupakan bahan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kayu merupakan hasil hutan dari seumber kekayaan alam, merupakan bahan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kayu 2.1.1 Pengertian Kayu Kayu merupakan hasil hutan dari seumber kekayaan alam, merupakan bahan mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai dengan kemajuan teknologi.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kayu berasal dari berbagai jenis pohon yang memiliki sifat yang berbeda-beda. Bahkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kayu berasal dari berbagai jenis pohon yang memiliki sifat yang berbeda-beda. Bahkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori umum kayu Kayu berasal dari berbagai jenis pohon yang memiliki sifat yang berbeda-beda. Bahkan kayu berasal dari satu pohon memiliki sifat yang agak berbeda, jika dibandingkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Eucalyptus berserat pendek dan dikelompokkan dalam kayu keras (Training and

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Eucalyptus berserat pendek dan dikelompokkan dalam kayu keras (Training and 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komposisi Kayu Kayu adalah yang dijadikan sebagai bahan baku yang mengandung serat utama untuk pembuatan pulp dikarenakan rendemen seratnya yang tinggi. Kayu Eucalyptus berserat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahan-bahan alami dan lingkungan telah meningkat. Dari segi lingkungan barangbarang

BAB I PENDAHULUAN. bahan-bahan alami dan lingkungan telah meningkat. Dari segi lingkungan barangbarang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi di dunia ini semakin pesat. Perhatian masyarakat akan bahan-bahan alami dan lingkungan telah meningkat. Dari segi lingkungan barangbarang dari

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR RINTO PAGABE SITUMORANG

TUGAS AKHIR RINTO PAGABE SITUMORANG PENGARUH TOTAL SOLID DAN TOTAL ALKALI AKTIF PADA BLACK LIQOUR (LINDI HITAM) TERHADAP KUALITAS PULP YANG DIHASILKAN EVAPORATOR PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk PORSEA TUGAS AKHIR RINTO PAGABE SITUMORANG 122401060

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kompleks. Kayu tersusun atas sel-sel yang mungil, masing-masing memiliki struktur

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kompleks. Kayu tersusun atas sel-sel yang mungil, masing-masing memiliki struktur BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bahan Baku Pulp Sebagai bahan bangunan, kayu adalah salah satu produk yang paling sederhana, paling mudah digunakan ; kayu dapat dipotong dan dibentuk dengan mudah, digunakan

Lebih terperinci

INDUSTRI PULP DAN KERTAS. 11/2/2010 Universitas Darma Persada By YC

INDUSTRI PULP DAN KERTAS. 11/2/2010 Universitas Darma Persada By YC INDUSTRI PULP DAN KERTAS 11/2/2010 Universitas Darma Persada By YC 1 A. BAHAN BAKU Selulosa (terdapat dalam tumbuhan berupa serat) Jenis-jenis selulosa : 1. α-selulosa untuk pembuatan kertas 2. β-selulosa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kertas seni merupakan salah satu produk yang semakin diminati baik di dalam pasar dalam negeri maupun luar negeri, umumnya merupakan hasil produk buatan tangan dengan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. memiliki beberapa sifat sekaligus, yang tidak dapat ditiru oleh bahan-bahan lain.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. memiliki beberapa sifat sekaligus, yang tidak dapat ditiru oleh bahan-bahan lain. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian kayu Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam, merupakan bahan mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai dengan kemajuan teknologi. Kayu

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH SODA LOSS DALAM PULP TERHADAP PEMAKAIAN ClO 2 DI Do TOWER PADA UNIT BLEACHING DI PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk TUGAS AKHIR

PENGARUH JUMLAH SODA LOSS DALAM PULP TERHADAP PEMAKAIAN ClO 2 DI Do TOWER PADA UNIT BLEACHING DI PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk TUGAS AKHIR PENGARUH JUMLAH SODA LOSS DALAM PULP TERHADAP PEMAKAIAN ClO 2 DI Do TOWER PADA UNIT BLEACHING DI PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk TUGAS AKHIR EKA A DOLOKSARIBU 082409008 PROGRAM STUDI D3 KIMIA INDUSTRI DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pembakaran pada suhu tinggi pada kondisi oksigen yang melimpah, residu semacam ini. % berat kering. Karbon 49.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pembakaran pada suhu tinggi pada kondisi oksigen yang melimpah, residu semacam ini. % berat kering. Karbon 49. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kayu Kayu adalah suatu karbohidrat yang tersusun terutama atas karbon, hidrogen dan oksigen. Kayu mengandung senyawa anorganik yang tetap tinggal setelah terjadi pembakaran pada

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 46 HASIL DAN PEMBAHASAN Komponen Non Struktural Sifat Kimia Bahan Baku Kelarutan dalam air dingin dinyatakan dalam banyaknya komponen yang larut di dalamnya, yang meliputi garam anorganik, gula, gum, pektin,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Biogas merupakan gas yang mudah terbakar (flammable), dihasilkan dari

TINJAUAN PUSTAKA. Biogas merupakan gas yang mudah terbakar (flammable), dihasilkan dari 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biogas Biogas merupakan gas yang mudah terbakar (flammable), dihasilkan dari perombakan bahan organik oleh mikroba dalam kondisi tanpa oksigen (anaerob). Bahan organik dapat

Lebih terperinci

PENENTUAN KADAR TOTAL AKTIF ALKALI DI DALAM WHITE LIQOUR PADA PROSES RECAUSTICIZING DI PT. TOBA PULP LESTARI,Tbk TUGAS AKHIR KHAIRUNNISA

PENENTUAN KADAR TOTAL AKTIF ALKALI DI DALAM WHITE LIQOUR PADA PROSES RECAUSTICIZING DI PT. TOBA PULP LESTARI,Tbk TUGAS AKHIR KHAIRUNNISA 1 PENENTUAN KADAR TOTAL AKTIF ALKALI DI DALAM WHITE LIQOUR PADA PROSES RECAUSTICIZING DI PT. TOBA PULP LESTARI,Tbk TUGAS AKHIR KHAIRUNNISA 132401057 PROGRAM STUDI D-3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

PENENTUAN TEMPERATUR TERHADAP KEMURNIAN SELULOSA BATANG SAWIT MENGGUNAKAN EKSTRAK ABU TKS

PENENTUAN TEMPERATUR TERHADAP KEMURNIAN SELULOSA BATANG SAWIT MENGGUNAKAN EKSTRAK ABU TKS PENENTUAN TEMPERATUR TERHADAP KEMURNIAN SELULOSA BATANG SAWIT MENGGUNAKAN EKSTRAK ABU TKS Padil, Silvia Asri, dan Yelmida Aziz Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Riau, 28293 Email : fadilpps@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Digester Digester merupakan alat utama pada proses pembuatan pulp. Reaktor ini sebagai tempat atau wadah dalam proses delidnifikasi bahan baku industri pulp sehingga

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Tumbuhan Eukaliptus Semua tanaman yang mengandung serat dapat digunakan sebagai bahan baku pulp, tetapi efisiensi tidaknya tergantung pada kandungan seratya. Dalam penyediaan bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri kertas merupakan salah satu industri yang terbesar di Dunia dengan menghabiskan 670 juta ton kayu. Kebutuhan kertas dunia terus meningkat, yang pada beberapa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. akan tetapi ini diproses dengan selulosa yang berbeda, seperti sebagai rayon sutera

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. akan tetapi ini diproses dengan selulosa yang berbeda, seperti sebagai rayon sutera BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Umum Tentang Kayu Pulp adalah produk dasar dari kayu, sebagian besar digunakan untuk pembuatan kertas, akan tetapi ini diproses dengan selulosa yang berbeda, seperti sebagai

Lebih terperinci

PEMBUATAN PULP DARI SERAT LIDAH MERTUA (Sansevieria) DENGAN MENGGUNAKAN PROSES SODA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PEMBUATAN PULP DARI SERAT LIDAH MERTUA (Sansevieria) DENGAN MENGGUNAKAN PROSES SODA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PEMBUATAN PULP DARI SERAT LIDAH MERTUA (Sansevieria) DENGAN MENGGUNAKAN PROSES SODA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam, merupakan bahan

TINJAUAN PUSTAKA. Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam, merupakan bahan TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kayu dan Sifat - sifat Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam, merupakan bahan mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai kemajuan teknologi.kayu berasal

Lebih terperinci

Pembuatan Pulp dari Batang Pisang

Pembuatan Pulp dari Batang Pisang Jurnal Teknologi Kimia Unimal 4 : 2 (November 2015) 36-50 Jurnal Teknologi Kimia Unimal http://ft.unimal.ic.id/teknik_kimia/jurnal Jurnal Teknologi Kimia Unimal Pembuatan Pulp dari Batang Pisang Syamsul

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. semak belukar. Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam, merupakan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. semak belukar. Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam, merupakan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum 2.1.1 Pengertian Kayu Kayu adalah bagian keras tanaman yang digolongkan kepada pohon dan semak belukar. Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam, merupakan bahan

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH PEMAKAIAN CAIRAN PEMASAK TERHADAP BILANGAN KAPPA PADA PROSES PEMASAKAN DI DIGESTER UNIT FIBER LINE PT TOBA PULP LESTARI, Tbk PORSEA

PENGARUH JUMLAH PEMAKAIAN CAIRAN PEMASAK TERHADAP BILANGAN KAPPA PADA PROSES PEMASAKAN DI DIGESTER UNIT FIBER LINE PT TOBA PULP LESTARI, Tbk PORSEA PENGARUH JUMLAH PEMAKAIAN CAIRAN PEMASAK TERHADAP BILANGAN KAPPA PADA PROSES PEMASAKAN DI DIGESTER UNIT FIBER LINE PT TOBA PULP LESTARI, Tbk PORSEA KARYA ILMIAH ESTINAR SILITONGA PROGRAM STUDI DIPLOMA-III

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kayu 2.1.1 Pengertian Kayu Kayu merupakan hasil hutan dari kekayaan alam, merupakan bahan mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai kemajuan teknologi. Kayu memiliki

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kayu yang harus diketahui dalam penggunaan kayu adalah berat jenis atau

TINJAUAN PUSTAKA. kayu yang harus diketahui dalam penggunaan kayu adalah berat jenis atau TINJAUAN PUSTAKA Sifat Fisis Kayu Sifat fisis kayu perlu diperhatikan untuk pengembangan penggunaan kayu secara optimal, baik dari segi kekuatan maupun keindahan. Beberapa sifat fisis kayu yang harus diketahui

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keperluan pendidikan, perkantoran, dan pengemasan dalam perindustrian.

I. PENDAHULUAN. keperluan pendidikan, perkantoran, dan pengemasan dalam perindustrian. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Industri pulp dan kertas merupakan industri yang cukup penting untuk keperluan pendidikan, perkantoran, dan pengemasan dalam perindustrian. Kebutuhan pulp

Lebih terperinci

BAB 3 METODELOGI PERCOBAAN

BAB 3 METODELOGI PERCOBAAN 19 BAB 3 METODELOGI PERCOBAAN 3.1. Alat Erlenmeyer Pipet tetes Propipet Gelas ukur Buret digital 3.. Bahan White liquor BaCl 10% Formaldehid 40% HCl 0,5N Indikator phenolptalein Indikator metil orange

Lebih terperinci

DELIGNIFIKASI AMPAS TEBU UNTUK PEMBUATAN PULP RENDEMEN TINGGI DENGAN PROSES PEROKSIDA ALKALI

DELIGNIFIKASI AMPAS TEBU UNTUK PEMBUATAN PULP RENDEMEN TINGGI DENGAN PROSES PEROKSIDA ALKALI DELIGNIFIKASI AMPAS TEBU UNTUK PEMBUATAN PULP RENDEMEN TINGGI DENGAN PROSES PEROKSIDA ALKALI Gustriani, St Chadijah, dan Wa Ode Rustiah Jurusan Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. Robby Mukafi 13/348251/TK/40846 Azizah Nur Istiadzah 13/349240/TK/41066

BAB I PENGANTAR. Robby Mukafi 13/348251/TK/40846 Azizah Nur Istiadzah 13/349240/TK/41066 BAB I PENGANTAR Tandan kosong kelapa sawit merupakan limbah utama dari industri pengolahan kelapa sawit yang belum termanfaatkan secara optimal. Dari pengolahan buah kelapa sawit, dihasilkan limbah berupa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Umum Kayu Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam merupakan bahan mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai kemajuan teknologi. Kayu memiliki

Lebih terperinci

Pemanfaatan Tandan Kosong Kelapa Sawit Untuk Pembuatan Kertas Seni. Faridah, Anwar Fuadi

Pemanfaatan Tandan Kosong Kelapa Sawit Untuk Pembuatan Kertas Seni. Faridah, Anwar Fuadi Pemanfaatan Tandan Kosong Kelapa Sawit Untuk Pembuatan Kertas Seni Faridah, Anwar Fuadi ABSTRAK Kertas seni banyak dibutuhkan oleh masyarakat, kertas seni yang dihasilkan dapat digunakan sebagai kertas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sampai ke pengemasan (Syafii, 2000). Seiring dengan meningkatnya jumlah

I. PENDAHULUAN. sampai ke pengemasan (Syafii, 2000). Seiring dengan meningkatnya jumlah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kertas merupakan salah satu kebutuhan penting, mulai dari dunia pendidikan, sampai ke pengemasan (Syafii, 2000). Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja yang melimpah dan pemasaran yang sudah jelas. menggunakan salah satu sumber daya alam yaitu kayu, yang begitu banyak

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja yang melimpah dan pemasaran yang sudah jelas. menggunakan salah satu sumber daya alam yaitu kayu, yang begitu banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, kertas merupakan bahan produk yang banyak dipergunakan oleh manusia. Semakin meningkat kebutuhan akan kertas, secara langsung kebutuhan akan

Lebih terperinci

UJI KINERJA DIGESTER DENGAN MENGGUNAKAN VARIABEL TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PROSES PULPING JERAMI PADI

UJI KINERJA DIGESTER DENGAN MENGGUNAKAN VARIABEL TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PROSES PULPING JERAMI PADI LAPORAN TUGAS AKHIR UJI KINERJA DIGESTER DENGAN MENGGUNAKAN VARIABEL TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PROSES PULPING JERAMI PADI (Test of Digester Work by Cooking Temperature and Time Variable in the

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER Oleh Denni Alfiansyah 1031210146-3A JURUSAN TEKNIK MESIN POLITEKNIK NEGERI MALANG MALANG 2012 PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER Air yang digunakan pada proses pengolahan

Lebih terperinci

Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Suprapto, DEA

Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Suprapto, DEA PABRIK CARBOXYMETHYL CELLULOSE (CMC) DARI ECENG GONDOK DENGAN PROSES DELIGNIFIKASI SODA Oleh : Dian Aprilia Ratnasari (2311 030 002) Fiona Rossi Ramadhani (2311 030 056) Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Semua tumbuh-tumbuhan yang mengandung serat dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Semua tumbuh-tumbuhan yang mengandung serat dapat BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Semua tumbuh-tumbuhan yang mengandung serat dapat dipakai sebagai bahan baku pulp, baik tumbuhan yang termasuk tumbuhan dycotyledoneae atau

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI ALKALI AKTIF DI DALAM WHITE LIQUOR TERHADAP BILANGAN KAPPA PADA UNIT DIGESTER DI PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk KARYA ILMIAH

PENGARUH KONSENTRASI ALKALI AKTIF DI DALAM WHITE LIQUOR TERHADAP BILANGAN KAPPA PADA UNIT DIGESTER DI PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk KARYA ILMIAH PENGARUH KONSENTRASI ALKALI AKTIF DI DALAM WHITE LIQUOR TERHADAP BILANGAN KAPPA PADA UNIT DIGESTER DI PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk KARYA ILMIAH ELISA PUTRI KAROLINA 062409022 PROGRAM STUDI DIPLOMA - 3 KIMIA

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH ARRYE GENAP PARHUSIP

KARYA ILMIAH ARRYE GENAP PARHUSIP I PENGARUH KONSENTASI TOTAL TITRATABLE ALKALI TERHADAP PERSEN CAUSTICIZING EFFICIENCY DAN PERSEN SULFIDITY DI DALAM WHITE LIQUOR STORAGE PADA PROSES RECAUSTICIZING DI PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk. KARYA

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biomassa BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Biomassa meliputi semua bahan yang bersifat organik ( semua makhluk yang hidup atau mengalami pertumbuhan dan juga residunya ) (Elbassan dan Megard, 2004). Biomassa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Onggok Sebelum Pretreatment Onggok yang digunakan dalam penelitian ini, didapatkan langsung dari pabrik tepung tapioka di daerah Tanah Baru, kota Bogor. Onggok

Lebih terperinci

Oleh : Ridwanti Batubara, S.Hut., M.P. NIP DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009

Oleh : Ridwanti Batubara, S.Hut., M.P. NIP DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009 KARYA TULIS NILAI ph DAN ANALISIS KANDUNGAN KIMIA ZAT EKSTRAKTIF BEBERAPA KULIT KAYU YANG TUMBUH DI KAMPUS USU, MEDAN Oleh : Ridwanti Batubara, S.Hut., M.P. NIP. 132 296 841 DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan Kualitas minyak dapat diketahui dengan melakukan beberapa analisis kimia yang nantinya dibandingkan dengan standar mutu yang dikeluarkan dari Standar Nasional Indonesia (SNI).

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Lindi hitam (black liquor) merupakan larutan sisa pemasak yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Lindi hitam (black liquor) merupakan larutan sisa pemasak yang PENDAHULUAN Latar Belakang Lindi hitam (black liquor) merupakan larutan sisa pemasak yang berasal dari pabrik pulp dengan proses kimia. Larutan ini sebagian besar mengandung lignin, dan sisanya terdiri

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. nilai 7 sementara bila nilai ph > 7 menunjukkan zat tersebut memiliki sifat basa

BAB II LANDASAN TEORI. nilai 7 sementara bila nilai ph > 7 menunjukkan zat tersebut memiliki sifat basa BAB II LANDASAN TEORI II.1. Teori Dasar ph ph atau derajat keasaman digunakan untuk menyatakan tingkat keasaaman atau basa yang dimiliki oleh suatu zat, larutan atau benda. ph normal memiliki nilai 7 sementara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kertas memiliki peran penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat dalam negeri maupun luar negeri yaitu untuk berkomunikasi dan berkreasi. Industri pulp dan kertas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. memiliki beberapa sifat sekaligus, yang tidak dapat ditiru oleh bahan-bahan lain.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. memiliki beberapa sifat sekaligus, yang tidak dapat ditiru oleh bahan-bahan lain. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Umum Kayu dan Komposisi Kayu Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam, merupakan bahan mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang yang sesuai kemajuan

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PEMBUATAN PULP BERBAHAN BAKU SABUT KELAPA MUDA (DEGAN) DENGAN PROSES SODA

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PEMBUATAN PULP BERBAHAN BAKU SABUT KELAPA MUDA (DEGAN) DENGAN PROSES SODA PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PEMBUATAN PULP BERBAHAN BAKU SABUT KELAPA MUDA (DEGAN) DENGAN PROSES SODA H.Abdullah Saleh,, Meilina M. D. Pakpahan, Nowra Angelina Jurusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perak Nitrat Perak nitrat merupakan senyawa anorganik tidak berwarna, tidak berbau, kristal transparan dengan rumus kimia AgNO 3 dan mudah larut dalam alkohol, aseton dan air.

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : 19630504 198903 2 001 DIBIAYAI OLEH DANA DIPA Universitas Riau Nomor: 0680/023-04.2.16/04/2004, tanggal

Lebih terperinci

V HASIL DAN PEMBAHASAN

V HASIL DAN PEMBAHASAN V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kadar Air Kadar air merupakan berat air yang dinyatakan dalam persen air terhadap berat kering tanur (BKT). Hasil perhitungan kadar air pohon jati disajikan pada Tabel 6. Tabel

Lebih terperinci

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON Air merupakan salah satu bahan pokok dalam proses pembuatan beton, peranan air sebagai bahan untuk membuat beton dapat menentukan mutu campuran beton. 4.1 Persyaratan

Lebih terperinci

IV PEMBAHASAN 4.1 Nilai ph dan Kadar Ekstraktif Kayu (Kelarutan Air Panas)

IV PEMBAHASAN 4.1 Nilai ph dan Kadar Ekstraktif Kayu (Kelarutan Air Panas) 17 IV PEMBAHASAN 4.1 Nilai ph dan Kadar Ekstraktif Kayu (Kelarutan Air Panas) Nilai ph merupakan ukuran konsentrasi ion-h (atau ion-oh) dalam larutan yang digunakan untuk menentukan sifat keasaman, basa

Lebih terperinci

PENGARUH RASIO CAIRAN PEMASAK (AA CHARGE) PADA PROSES PEMBUATAN PULP DARI KAYU SENGON (ALBIZIA FALCATARIA ) TERHADAP KUALITAS PULP

PENGARUH RASIO CAIRAN PEMASAK (AA CHARGE) PADA PROSES PEMBUATAN PULP DARI KAYU SENGON (ALBIZIA FALCATARIA ) TERHADAP KUALITAS PULP PDFaid.com PENGARUH RASIO CAIRAN PEMASAK (AA CHARGE) PADA PROSES PEMBUATAN PULP DARI KAYU SENGON (ALBIZIA FALCATARIA ) TERHADAP KUALITAS PULP Diajukan sebagai persyaratan untuk menyelesaikan Pendidikan

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES

II. DESKRIPSI PROSES II. DESKRIPSI PROSES Usaha produksi dalam pabrik kimia membutuhkan berbagai sistem proses dan sistem pemroses yang dirangkai dalam suatu sistem proses produksi yang disebut teknologi proses. Secara garis

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Umum Kayu Kayu merupakan salah satu produk alam yang sangat penting. Sekitar sepertiga luas permukaan lahan dunia tetutup oleh hutan yang mengadung persediaan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan. No. Alat Ukuran Jumlah. Sendok. 1 buah. Ember. 1 buah. Pipet.

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan. No. Alat Ukuran Jumlah. Sendok. 1 buah. Ember. 1 buah. Pipet. BAB V METODOLOGI 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan 5.1.1 Alat yang Digunakan No. Alat Ukuran Jumlah 1. Sendok 2. Ember 3. Pipet 2 buah 4. Pengaduk 5. Kertas ph Secukupnya 6. Kaca arloji 2 buah 7. Cawan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kayu Sebagai bahan bangunan, kayu adalah salah satu produk yang paling sederhana, paling mudah digunakan, dan mudah dipasang. Pada saat yang sama, kayu adalah salah satu bahan

Lebih terperinci

PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA

PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA 1 Tujuan Percobaan Tujuan dari percobaan ini adalah menentukan kadar natrium karbonat dan natrium hidrogen karbonat dengan titrasi

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS BAHAN MAKANAN ANALISIS KADAR ABU ABU TOTAL DAN ABU TIDAK LARUT ASAM

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS BAHAN MAKANAN ANALISIS KADAR ABU ABU TOTAL DAN ABU TIDAK LARUT ASAM LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS BAHAN MAKANAN ANALISIS KADAR ABU ABU TOTAL DAN ABU TIDAK LARUT ASAM Kelompok 10 Delis Saniatil H 31113062 Herlin Marlina 31113072 Ria Hardianti 31113096 Farmasi 4B PRODI

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR HERDIANUS MANALU

TUGAS AKHIR HERDIANUS MANALU PENGARUH PENAMBAHAN OKSIGEN (O 2 ) PADA TOWER E OP TERHADAP JUMLAH PEMAKAIAN KLORIN DIOKSIDA (ClO 2 ) PADA TOWER D 1 DI UNIT BLEACHING DI PT. TOBA PULP LESTARI,Tbk PORSEA. TUGAS AKHIR HERDIANUS MANALU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Selulosa merupakan salah satu komoditi yang cukup banyak dibutuhkan di industri, seperti industri tekstil dan pulp. Serat selulosa ini juga sudah dapat dimanfaatkan

Lebih terperinci

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK TUJUAN : Mempelajari proses saponifikasi suatu lemak dengan menggunakan kalium hidroksida dan natrium hidroksida Mempelajari perbedaan sifat sabun dan detergen A. Pre-lab

Lebih terperinci

PENGARUH PH DAN JUMLAH PENGGUNAAN LARUTAN NAOH PADA PROSES PEMUTIHAN PULP PADA TAHAP EKSTRAKSI OKSIDASI

PENGARUH PH DAN JUMLAH PENGGUNAAN LARUTAN NAOH PADA PROSES PEMUTIHAN PULP PADA TAHAP EKSTRAKSI OKSIDASI 1 PENGARUH PH DAN JUMLAH PENGGUNAAN LARUTAN NAOH PADA PROSES PEMUTIHAN PULP PADA TAHAP EKSTRAKSI OKSIDASI (Eop) DI UNIT PEMUTIHAN FIBER LINE PT.TOBA PULP LESTARI,Tbk PORSEA. TUGAS AKHIR Diajukan untuk

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. No. Alat Ukuran Jumlah

BAB V METODOLOGI. No. Alat Ukuran Jumlah BAB V METODOLOGI 5.1 Alat dan Bahan 5.1.1 Alat yang digunakan Tabel 3.1 Alat yang digunakan No. Alat Ukuran Jumlah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. Sendok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagian besar masyarakat Jatisrono berwirausaha sebagai pedagang ayam, para pedagang tersebut menjualnya dalam bentuk daging mentah dan ada pula yang matang.

Lebih terperinci

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT DI SUSUN OLEH : NAMA : IMENG NIM : ACC 109 011 KELOMPOK : 2 ( DUA ) HARI / TANGGAL : SABTU, 28 MEI 2011

Lebih terperinci

PEMBUATAN PULP DARI ALANG-ALANG

PEMBUATAN PULP DARI ALANG-ALANG Wibisono: PEMBUATAN PULP DARI ALANG-ALANG 11 PEMBUATAN PULP DARI ALANG-ALANG Ivan Wibisono 1), Hugo Leonardo 1), Antaresti 2), Aylianawati 2) E-mail: ivan_wihaoyen@yahoo.com ABSTRAK Alang-alang merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 AREN (Arenga pinnata) Pohon aren (Arenga pinnata) merupakan pohon yang belum banyak dikenal. Banyak bagian yang bisa dimanfaatkan dari pohon ini, misalnya akar untuk obat tradisional

Lebih terperinci

PEMBUATAN PULP SECARA NON KONVENSIONAL (PROSES ORGANOSOLV) (Makalah Teknologi Pulp dan Kertas) Oleh Kelompok 5

PEMBUATAN PULP SECARA NON KONVENSIONAL (PROSES ORGANOSOLV) (Makalah Teknologi Pulp dan Kertas) Oleh Kelompok 5 PEMBUATAN PULP SECARA NON KONVENSIONAL (PROSES ORGANOSOLV) (Makalah Teknologi Pulp dan Kertas) Oleh Kelompok 5 Anwika Utami Putri D. 1114051006 Isnaini Rahmadi 1114051028 M. Satria Gunawan 1114051032 JURUSAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. LIGNOSELULOSA Lignoselulosa merupakan bahan penyusun dinding sel tanaman yang komponen utamanya terdiri atas selulosa, hemiselulosa, dan lignin (Demirbas, 2005). Selulosa adalah

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI PELARUT, TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PEMBUATAN PULP DARI SABUT KELAPA MUDA

PENGARUH KONSENTRASI PELARUT, TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PEMBUATAN PULP DARI SABUT KELAPA MUDA PENGARUH KONSENTRASI PELARUT, TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PEMBUATAN PULP DARI SABUT KELAPA MUDA Abdullah Saleh, Meilina M.D. Pakpahan, Nowra Angelina Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

KONDISI OPTIMUM PEMASAKAN ABACA (MUSA TEXTILIS NEE) DENGAN PROSES SULFAT (THE OPTIMUM OF COOKING CONDITION OF MUSA TEXTILIS NEE WITH SULPHATE PROCESS)

KONDISI OPTIMUM PEMASAKAN ABACA (MUSA TEXTILIS NEE) DENGAN PROSES SULFAT (THE OPTIMUM OF COOKING CONDITION OF MUSA TEXTILIS NEE WITH SULPHATE PROCESS) 30 KONDISI OPTIMUM PEMASAKAN ABACA (MUSA TEXTILIS NEE) DENGAN PROSES SULFAT (THE OPTIMUM OF COOKING CONDITION OF MUSA TEXTILIS NEE WITH SULPHATE PROCESS) Rudi Hartono 1 dan Gatot Ibnusantosa 2 1 Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Prarancangan Pabrik Magnesium Oksid dari Bittern dan Batu Kapur dengan Kapasitas 40.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Prarancangan Pabrik Magnesium Oksid dari Bittern dan Batu Kapur dengan Kapasitas 40. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia sebagai negara yang memiliki garis pantai terpanjang, memiliki banyak industri pembuatan garam dari penguapan air laut. Setiap tahun Indonesia memproduksi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. memiliki beberapa sifat sekaligus, yang tidak dapat ditiru oleh bahan-bahan lain.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. memiliki beberapa sifat sekaligus, yang tidak dapat ditiru oleh bahan-bahan lain. XVIII BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Umum Kayu Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam, merupakan bahan mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai dengan kemajuan teknologi.

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. digester, kertas ph secukupnya, cawan porselin 3 buah, kurs porselen 3 buah,

BAB V METODOLOGI. digester, kertas ph secukupnya, cawan porselin 3 buah, kurs porselen 3 buah, BAB V METODOLOGI 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan 5.1.1 Alat yang Digunakan Alat utama yang digunakan dalam penelitian pembuatan pulp ini adalah digester, kertas ph secukupnya, cawan porselin 3 buah,

Lebih terperinci

UJI KINERJA DIGESTER PADA PROSES PULPING KULIT JAGUNG DENGAN VARIABEL SUHU DAN WAKTU PEMASAKAN

UJI KINERJA DIGESTER PADA PROSES PULPING KULIT JAGUNG DENGAN VARIABEL SUHU DAN WAKTU PEMASAKAN TUGAS AKHIR UJI KINERJA DIGESTER PADA PROSES PULPING KULIT JAGUNG DENGAN VARIABEL SUHU DAN WAKTU PEMASAKAN (Digester Test Run on Corn s Skin Pulping Process with Temperature and Time Cooking Variable)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang tidak dapat diperbaharui) disebabkan oleh pertambahan penduduk dan

I. PENDAHULUAN. yang tidak dapat diperbaharui) disebabkan oleh pertambahan penduduk dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Peningkatan kebutuhan energi (khususnya energi dari bahan bakar fosil yang tidak dapat diperbaharui) disebabkan oleh pertambahan penduduk dan peningkatan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri yang menghasilkan limbah logam berat banyak dijumpai saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri yang menghasilkan limbah logam berat banyak dijumpai saat ini. Industri yang menghasilkan limbah logam berat banyak dijumpai saat ini. Berbagai macam industri yang dimaksud seperti pelapisan logam, peralatan listrik, cat, pestisida dan lainnya. Kegiatan tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tebu (Saccarum officinarum L) termasuk famili rumput-rumputan. Tanaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tebu (Saccarum officinarum L) termasuk famili rumput-rumputan. Tanaman BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tebu Tebu (Saccarum officinarum L) termasuk famili rumput-rumputan. Tanaman ini memerlukan udara panas yaitu 24-30 ºC dengan perbedaan suhu musiman tidak lebih dari 6 ºC, perbedaan

Lebih terperinci

PENENTUAN BRIGHTNESS PULP PADA D 0, D 1 DAN D 2 STAGE DI UNIT BLEACHING PT. Toba Pulp Lestari, Tbk PORSEA KARYA ILMIAH

PENENTUAN BRIGHTNESS PULP PADA D 0, D 1 DAN D 2 STAGE DI UNIT BLEACHING PT. Toba Pulp Lestari, Tbk PORSEA KARYA ILMIAH PENENTUAN BRIGHTNESS PULP PADA D 0, D 1 DAN D 2 STAGE DI UNIT BLEACHING PT. Toba Pulp Lestari, Tbk PORSEA KARYA ILMIAH FEBRIANTY DRANICA SIHOMBING 052 401 062 DEPARTEMEN KIMIA PROGRAM STUDI DIPLOMA III

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun. Menurut data yang diperoleh dari Kementerian

I. PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun. Menurut data yang diperoleh dari Kementerian I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Kertas merupakan salah satu kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan yang dilakukan manusia. Hal ini ditunjukan dari tingkat konsumsinya yang makin

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan Januari 2011. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material jurusan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia serta Amerika. Pisang merupakan salah satu buah tropik yang

TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia serta Amerika. Pisang merupakan salah satu buah tropik yang TINJAUAN PUSTAKA Pisang (Musa paradisiaca) Pisang (Musa paradisiaca) berasal dari Asia dan tersebar di Spanyol, Itali, Indonesia serta Amerika. Pisang merupakan salah satu buah tropik yang mempunyai nilai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tebu (bahasa Inggris: sugar cane) adalah tanaman yang ditanam untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tebu (bahasa Inggris: sugar cane) adalah tanaman yang ditanam untuk 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tebu 2.1.1 Pengertian Tebu Tebu (bahasa Inggris: sugar cane) adalah tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis.

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. No. Alat Ukuran Jumlah. 1. Digester - 1 Buah. 2. Pengaduk - 1 Buah. 3. Kertas PH - Secukupnya. 4.

BAB V METODOLOGI. No. Alat Ukuran Jumlah. 1. Digester - 1 Buah. 2. Pengaduk - 1 Buah. 3. Kertas PH - Secukupnya. 4. 1 BAB V METODOLOGI 5.1 Bahan-bahan dan Alat yang Digunakan 5.1.1 Alat yang digunakan : No. Alat Ukuran Jumlah 1. Digester - 1 Buah 2. Pengaduk - 1 Buah 3. Kertas PH - Secukupnya 4. Gunting - 1 Buah 5.

Lebih terperinci

PEMBUATAN BIOETHANOL DARI AIR CUCIAN BERAS (AIR LERI) SKRIPSI. Oleh : CINTHYA KRISNA MARDIANA SARI NPM

PEMBUATAN BIOETHANOL DARI AIR CUCIAN BERAS (AIR LERI) SKRIPSI. Oleh : CINTHYA KRISNA MARDIANA SARI NPM PEMBUATAN BIOETHANOL DARI AIR CUCIAN BERAS (AIR LERI) SKRIPSI Oleh : CINTHYA KRISNA MARDIANA SARI NPM. 0931010056 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangangan Pabrik HPAM dari Monomer Acrylamide Kapasitas ton/tahun

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangangan Pabrik HPAM dari Monomer Acrylamide Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Untuk mencapai suatu struktur ekonomi yang kuat diperlukan pembangunan industri untuk menunjang kebutuhan masyarakat akan berbagai jenis produk. Selain berperan dalam

Lebih terperinci

Disusun oleh : Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Niniek Fajar Puspita, M.Eng NIP

Disusun oleh : Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Niniek Fajar Puspita, M.Eng NIP SEMINAR TA 2011 Disusun oleh : Sekarwati Abdul S. Wahyu Utami 2308 030 011 2308 030 053 Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Niniek Fajar Puspita, M.Eng NIP. 19630805 198903 2 002 PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA FTI-ITS

Lebih terperinci