PEMBERDAYAAN MIKROORGANISME LOKAL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KEMANDIRIAN PETANI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMBERDAYAAN MIKROORGANISME LOKAL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KEMANDIRIAN PETANI"

Transkripsi

1 1 PEMBERDAYAAN MIKROORGANISME LOKAL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KEMANDIRIAN PETANI Achmad Syaifudin, Leny Mulyani, Endang Sulastri RINGKASAN KARYA TULIS Indonesia adalah negara agraris yang berbasis pada sektor pertanian. Kebijakan revolusi hijau (green revolution) ditawarkan pemerintah awal 1970-an memberikan efek yang cepat pada peningkatan produksi pertanian. Kebijakan revolusi hijau telah mengubah pola pertanian lokal menjadi pola pertanian modern yang menggunakan pupuk dan pestisida kimia. Namun hal ini menimbulkan dampak negatif pada kaum petani baik secara ekosistem, ekonomi, dan sosial. Hal ini mengindikasikan pengetahuan para petani masih rendah untuk menciptkan pertanian yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Dari permasalahan yang ada, penulis mengajak kaum petani untuk belajar lebih mandiri dan berfikir kritis terhadap berbagai permasalahan pertanian tersebut. Salah satu cara menggugah kemandirian petani yaitu dengan memberdayakan pembuatan mikroorganisme lokal (MOL) di kalangan petani yang selanjutnya dapat digunakan sebagai dekomposer maupun pupuk organik cair di lahan pertaniannya sehingga mampu menekan biaya produksi dan meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil pertanian. Tujuan yang ingin dicapai dari penulisan karya tulis ini antara lain mendeskripsikan dampak negatif dan permasalahan yang timbul akibat penggunaan pupuk kimia serta keuntungan penggunaan pupuk organik, eningkatkan pengelolaan, ketrampilan serta kemandirian petani dalam upaya pemanfaatan bahan-bahan di sekitar petani sebagai mikroorganisme lokal. Memperkenalkan cara pembuatan mikroorganisme lokal sehingga dapat digunakan sebagai dekomposer dan pupuk cair. Larutan MOL (Mikro Organisme Lokal) adalah larutan hasil fermentasi yang berbahan dasar dari berbagai sumber daya yang tersedia setempat. Larutan MOL mengandung unsur hara mikro dan makro dan juga mengandung bakteri yang berpotensi sebagai perombak bahan organik, perangsang pertumbuhan, dan sebagai agens pengendali hama dan penyakit tanaman. Dengan pengetahuan pembuatan MOL para petani dan warga masyarakat dapat mengaplikasikan MOL untuk pelaksanaan kegiatan konsep rumah tangga zero waste, teknologi beyonic, dan sistem SRI (System of Rice Intencification) Konsep zero waste rumah tangga yaitu dengan mengaplikasikan teknologi komposting dan daur ulang yang bertujuan untuk mengurangi jumlah sampah rumah tangga. Teknologi beyonic yaitu teknologi pemanfaatan mikroorganisme (mikroba) untuk meningkatkan produksi pertanian. Dengan penambahan larutan MOL ini sehingga pupuk yang dihasilkan memiliki nilai lebih. Konsep SRI adalah pemberian bahan organik pada lahan pertanian. Dalam pelaksanaannya petani dituntut dapat membuat larutan MOL yang dapat digunakan sebagai dekomposer dan pupuk cair sehingga usaha tani dapat lebih efisien dan ramah lingkungan.

2 2 Pemberdayaan MOL dengan konsep rumah tangga zero waste, teknologi beyonic, dan sistem SRI dapat menggugah kesadaran para petani dan warga masyarakat dalam mengelola sampah sehingga akan tercipta lingkungan bersih dan sehat. Selain itu, juga akan menambah pengetahuan petani dalam pemanfaatan bahan-bahan disekitarnya dan sistem SRI serta menjadikan petani lebih mandiri dan beralih pada sistem pertanian organik.

3 3 GAGASAN Kondisi Terkini Peristiwa kelangkaan pupuk kimia yang sering terjadi beberapa waktu ini pada musim tanaman menyebabkan petani harus mencari ke kota lain, memesan terlebih dahulu di kios atau toko pertanian, dan berani membeli mahal demi kelanjutan produksi tanamannya. Ini merupakan indikasi bagaimana pupuk kimia sudah merupakan kebutuhan dasar bagi para petani. Selain terjadi kelangkaan pupuk, semakin melambungnya harga pupuk kimia belakangan ini, memang menjadi kendala tersendiri bagi petani. Namun, kondisi ini bertambah berat, karena petani masih sangat bergantung untuk menggunakan pupuk jenis ini. Petani menyadari jika kebutuhan hara tanaman tidak dipenuhi maka hasil panen yang diperoleh akan menurun, oleh karena itu tidak heran kalau petani menjadi panik karena terjadi kelangkaan pupuk. Para petani saat ini juga tengah diresahkan oleh keberadaan pupuk palsu yang beredar luas di pasaran dan bahkan dijual oleh agen pupuk resmi. Parahnya pupuk palsu tersebut baru diketahui palsu setelah digunakan untuk memupuk tanaman karena mengakibatkan tanaman padi tumbuh menjadi kerdil. Sekilas pupuk palsu tidak jauh berbeda dengan pupuk asli. Namun diketahui bahwa butiran pupuk palsu ini sangat keras dan tidak pecah jika diremas. Petani lebih memperhatikan kepentingan sesaat daripada kepentingan jangka panjang. Pemakaian pupuk kimia terutama dalam jumlah berlebihan di atas takaran rekomendasi selama ini sudah mulai memberikan dampak lingkungan yang negatif seperti kualitas lahan sawah menurun, cepat mengeras, daya serap air dan keberadaan hara berkurang, rentannya tanah terhadap erosi, menurunnya permeabilitas tanah, menurunnya populasi mikroba tanah, dan sebagainya. Dampak pemakaian pupuk kimia mempunyai efek yang cepat dalam meningkatkan produksi tetapi dengan kadar yang tidak seimbang. Hal tersebut menyebabkan kemampuan lahan itu over dosis dan lahan menjadi sakit. Menurut Kartiadi (2009), menegaskan bahwa seberapa tinggi lahan pertanian sakit karena pemakaian pupuk kimia adalah melalui indikator kesuburan tanah yaitu kandungan C-organik. Komponen C-organik dari 65 % tanah persawahan di Indonesia di bawah 1 %, yang harusnya di atas 2 %. Artinya tanah itu sudah sangat rusak dan kelelahan. Dari berbagai akibat penggunaan pupuk kimia tersebut masalah yang timbul antara lain: 1) Tanaman menjadi sangat rawan terhadap hama, meskipun produktivitasnya tinggi namun tidak memiliki ketahanan terhadap hama, 2) Pembodohan terhadap petani yang diindikasikan dengan hilangnya pengetahuan lokal dalam mengelola lahan pertanian dan ketergantungan petani terhadap paket teknologi pertanian produk industri. Pada saat ini petani lebih suka menggunakan pupuk kimia dibandingkan pupuk organik. Pupuk organik bersifat voluminous karena kandungan haranya rendah, sehingga memerlukan tambahan biaya untuk transportasi, pemrosesan, dan aplikasi kalau mendatangkan dari tempat lain. Bahan organik yang sudah tersedia tentunya juga harus diproses terlebih dahulu menjadi kompos. Efek dari

4 4 penggunaan pupuk organik lambat, tidak seperti pupuk kimia yang respon tanaman berlangsung cepat. Dengan fakta itu penulis mencoba memberdayakan penggunaan mikroorganisme lokal ini untuk meningkatkan kesuburan tanah dan tentunya peningkatan kualitas hasil pertanian. Selain itu, dengan adanya pengetahuan pembuatan Mikro Organisme Lokal (MOL) tersebut para petani akan lebih mandiri karena dapat membuat pupuk kompos sendiri dengan bantuan MOL sebagai decomposer. Peran MOL dalam kompos, selain sebagai penyuplai nutrisi juga berperan sebagai komponen bioreaktor yang bertugas menjaga proses tumbuh tanaman secara optimal. Fungsi dari bioreaktor sangatlah kompleks, fungsi yang telah teridentifikasi antara lain adalah penyuplai nutrisi melalui mekanisme eksudat, kontrol mikroba sesuai kebutuhan tanaman, menjaga stabilitas kondisi tanah menuju kondisi yang ideal bagi pertumbuhan tanaman, bahkan kontrol terhadap penyakit yang dapat menyerang tanaman (Purwasasmita, 2009a). Informasi terkait pemanfaatan mikroorganisme lokal ini diperoleh dari keikutsertaan penulis dalam program pendampingan petani SLPTT (Sekolah Lapang Pengeloaan Tanaman Terpadu). Penulis mendapatkan pinjaman buku dari PPL (Petugas Penyuluh Lapangan) setempat yang sempat mengikuti kegiatan pelatihan di Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT). Selanjutnya pengambilan data atau informasi dilakukan secara beruntun dengan data yang diperoleh adalah data sekunder melalui studi pustaka. Studi pustaka yang menjadi acuan adalah buku, majalah dan prosiding seminar serta searching internet. Solusi yang pernah di tawarkan Penggunaan pupuk kimia oleh para petani yang berlebihan menjadikan produsen pupuk kimia kesulitan dalam memenuhi permintaan akan pupuk oleh karena itu munculah pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab yang memperjualkan pupuk palsu. Kehadiran pupuk palsu ini meresahkan petani oleh karena itu ada beberapa petani yang mencoba menggunakan pupuk organik agar tanamannya tetap menghasilkan. Penggunaan pupuk organik ini tidak dilaksanakan secara kontinyu karena petani belum dapat secara mandiri untuk memproduksinya. Berdirinya pabrikpabrik pupuk yang berbasis organik, pabrik ini menawarkan berbagai macam jenis pupuk organik yang berbahan dasar mikroba. Para petani dapat memperoleh pupuk organik secara cepat dan mudah pengaplikasiannya, akan tetapi pupuk organik buatan pabrik ini memiliki kelemahan yaitu harganya yang mahal dan memerlukan dalam jumlah yang besar. Penggunaan pupuk organik memerlukan biaya yang sangat besar, sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan pupuk organik sama mahalnya dengan menggunakan pupuk kimia karena harga pupuk organik kemasan yang mahal. Kebanyakan petani membeli pupuk organik yang sudah bermerk atau sudah ada di pasaran, untuk proses pembuatanya sendiri, petani tidak tahu sama sekali. Harga pupuk organik yang mahal menyurutkan niat para petani untuk sepenuhnya menggunakan pupuk organik. Para petani tidak mengetahui bahwa

5 5 pupuk organik dapat diprodukasi sendiri dengan bahan-bahan yang ada di sekitarnya. Pada dasarnya pupuk organik yang berbahan dasar mikroorganisme mudah diproduksi sendiri, karena mikroorganisme-mikroorganisme yang berguna banyak terdapat di alam sekitar kita. Kehadiran mikroba berguna ini semakin berkurang karena dampak penggunaan pupuk kimia yang berlebihan oleh para petani sehingga habitat mikroorganisme ini menjadi terganggu. Oleh karena itu kita harus mempertahankan keberadaan mikroorganisme berguna ini dengan cara memperbanyaknya dan mendayagunakannya untuk memperbaiki ekosistem yang telah rusak. Dengan memperbanyak mikroorganisme dan mengembalikannya ke alam diharapkan ekosistem terutama yang di dalam tanah menjadi sehat kembali sehingga dapat mendukung pertumbuhan tanaman. Solusi yang Diajukan Larutan MOL (Mikro Organisme Lokal) adalah larutan hasil fermentasi yang berbahan dasar dari berbagai sumber daya yang tersedia setempat. Larutan MOL mengandung unsur hara mikro dan makro dan juga mengandung bakteri yang berpotensi sebagai perombak bahan organik, perangsang pertumbuhan, dan sebagai agens pengendali hama dan penyakit tanaman, sehingga MOL dapat digunakan baik sebagai pendekomposer, pupuk hayati, dan sebagai pestisida organik terutama sebagai fungisida (Purwasasmita, 2009b). Keunggulan penggunaan MOL yang paling utama adalah murah bahkan tanpa biaya. Dengan memanfaatkan bahan-bahan yang ada di sekitar, petani dapat kreatif membuat MOL dari bahan-bahan seperti buah-buahan busuk (pisang, pepaya, mangga, dan lain-lain), rebung bambu, pucuk tanaman merambat, tulang ikan, keong, urine sapi, bahkan sampai urine manusia, darah hewan, bangkai hewan, air cucian beras, dan sisa makanan. Menurut Amalia (2008), cara membuat MOL itu mudah, semua yang ada di sekitar kita dapat dipakai, semua bahan dicampur dengan larutan yang mengandung glukosa seperti air nira, air gula, atau air kelapa. Lalu ditutup dengan kertas, dibiarkan sampai 7 hari. Setelah itu dipakai untuk menyemprot ke sawah. Menurut Hadinata (2008), secara terperinci bahan utama dalam MOL terdiri dari 3 jenis komponen antara lain: - Karbohidrat: air cucian beras (Tajin), nasi bekas (basi), singkong, kentang, gandum. Yang paling sering digunakan adalah dengan air tajin. - Glukosa: dari gula merah diencerkan dengan air, cairan gula pasir, gula batu dicairkan, air gula, dan air kelapa. - Sumber Bakteri: keong mas, kulit buah-buahan misalnya tomat, pepaya, dan sebagainya, air kencing, atau apapun yang mengandung sumber bakteri. Dari macam bahan sumber bakteri yang telah disebutkan, ada hal yang menarik yaitu bahan MOL dari keong mas. Keong mas merupakan salah satu hama penting pada tanaman padi di Indonesia. Tingkat serangan hama tersebut tergolong cukup tinggi. Menurut Pitoyo (2006), perkembangan hama ini sangat cepat, dari telur hingga menetas hanya butuh waktu 4-7 hari. Disamping itu, satu ekor keong mas betina mampu menghasilkan 15 kelompok telur selama satu siklus hidup (60-80 hari), dan masing-masing kelompok telur berisi butir. Hal ini sangat menguntungkan apabila para petani dapat memanfaatkannya

6 6 sebagai MOL, selain mengurangi keberadaan hama pengganggu di areal pertaniannya juga mampu menciptakan produk yang berguna. Berikut ini berbagai contoh larutan mikroorganisme lokal yang sudah dibuat dan diaplikasikan para petani antara lain : - MOL buah-buahan untuk membantu malai (bulir padi) agar lebih berisi. - MOL daun cebreng untuk penyubur daun tanaman, disemprotkan pada padi umur 30 HST. - MOL bonggol pisang untuk dekomposer saat pembuatan kompos, dan disemprotkan pada tanaman padi 10, 20, 30 dan 40 HST. - MOL sayuran untuk merangsang tumbuhnya malai (bulir padi), disemprotkan pada usia padi 60 HST. - MOL rebung bambu untuk merangsang pertumbuhan tanaman, disemprotkan pada usia padi 15 HST. - MOL limbah dapur untuk memperbaiki struktur fisik, biologi, dan kimia tanah, disemprotkan pada saat olah tanah. - MOL protein untuk nutrisi tambahan pada tanaman, disemprotkan pada usia 15 HST. - MOL nimba dan surawung untuk mencegah penyakit tanaman. Menurut Kurnia, et al. (2003), telah melakukan analisis atas sampel larutan MOL berenuk dan larutan MOL air kelapa dan sampah dapur. Ditunjukkan larutan MOL berenuk mengandung bacillus sp, sacharomyces sp, azospirillum sp, dan azotobacter. MOL sampah dapur mengandung pseudomonas, aspergilus sp, dan lactobacillus sp. Sementara itu, Hersanti (2007) mengisolasi bakteri dari berbagai larutan MOL. Bakteri yang berhasil diisolasi ada 19 isolat terdiri atas 3 isolat dari MOL daun cebreng, 1 isolat dari MOL pucuk waluh, 7 isolat dari MOL berenuk, 1 isolat dari NOL rebung, 3 isolat dari MOL bonggol pisang, 4 isolat dari MOL pisang. Karakterisik isolat bakteri dilakukan dengan mengamati morfologi koloni, yaitu warna, bentuk, permukaan, dan tepi koloni. Morfologi koloni 19 isolat bakteri diperoleh pada media nutrien agar. Juga dilakukan uji antagonisme bakteri hasil isolasi terhadap Rhyzoctonia oryzae, diketahui ada 6 isolat bakteri yang mempunyai kemampuan sebagai agen antagonis untuk jamur R.oryzae, 1 isolat dari MOL Berenuk, 1 isolat dari MOL bonggol pisang, 3 isolat dari MOL daun Cebreng, 1 isolat dari mol pucuk waluh. Uji antagonism bakteri dari 19 isolat hasil dari isolasi MOL terhadap Cercospora oryzae menunjukkan 4 isolat bakteri memiliki kemampuan sebagai agen antagonis untuk menekan jamur C.oryzae., 2 dari MOL berenuk, 1 dari MOL daun cebreng, 1 dari MOL pisang (Hersanti, 2007). Pihak-pihak yang dapat membantu mengimplementasikan gagasan Berdasarkan gagasan yang diajukan penulis terkait pemberdayaan Mikro Organisme Lokal (MOL) di kalangan petani ada beberapa pihak yang dapat membantu mengimplementasikan gagasan yang diajukan tersebut antara lain : Peneliti (Universitas) : Hal ini menarik untuk diteliti terkait jenis mikroorganisme apa saja yang terdapat dalam masing-masing bahan sumber MOL (Mikro Organisme Lokal) selain pustaka yang sudah diketahui. Dengan

7 7 adanya penelitian tersebut sehingga akan diketahui manfaat yang lebih spesifik dari masing-masing sumber MOL karena sudah diketahui jenis mikroorganisme yang terkandung di dalamnya. Dinas Pertanian : diharapkan Dinas Pertanian mampu membuat kebijakan untuk para petani terkait pemberdayaan pupuk organik secara mandiri melalui program-program sekolah lapang yang sudah dibiayai pemerintah. Hal ini sangat diperlukan sebagai upaya menciptakan kemandirian petani, revitalisasi lahan pertanian, serta mempopulerkan pertanian organik sehingga para petani dapat memanfaatkan bahan-bahan di sekitar mereka untuk membuat pupuk dan dekomposer Organisasi Petani: beberapa organisasi petani yang telah ada antara lain adalah Paguyuban Petani PHT, Ikatan Petani PHT Indonesia, Pos IPAH (Pos Pelayanan Agens Hayati, Sumatera Barat), Puspahayati (Pusat Pengembangan Agens Hayati, Jawa Tengah), dan PPAH (Pusat Pelayanan Agens Hayati, Jawa Timur). Dengan adanya kerja sama dengan organisasi tersebut diharapkan organisasi tersebut sebagai pelopor untuk mewujudkan petani mandiri dengan program pembuatan pupuk organik dengan memanfaatkan MOL. LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) : Keberadaan LSM terkait inovasi pelatihan pembuatan MOL adalah sebagai fasilitator, motivator, dan pengawasan melalui tenaga-tenaga pendamping pada tiap kelompok tani. Dengan adanya tenaga-tenaga pendamping ini diharapkan para petani mendapatkan informasi yang lebih detail adanya teknologi dan inovasi baru di dunia pertanian. Lembaga pemerintahan : Dalam pengadaan program pelatihan kepada petani perlu adanya dukungan dari lembaga pemerintahan khususnya lembaga pemerintahan desa. Dukungan lembaga pemerintahan tersebut dapat berupa sumbangan materiil maupun spiritiual. Dengan adanya dukungan dan peran serta lembaga pemerintahan maka pelatihan dan pemberdayaan petani dan masyarakat terkait inovasi baru yang ditawarkan dapat terlaksana. Penyuluh (Petugas Penyuluh Lapangan) : Para penyuluh mengadakan pelatihan pembuatan MOL sehingga para petani mampu mandiri dalam membuat pupuk kompos. Hal ini dikarenakan MOL dapat berfungsi sebagai dekomposer. Dalam hal ini PPL aktif melakukan pendampingan petani agar nantinya ke depan petani tidak kesulitan untuk membuat dan mengaplikasikan inovasi baru ini. Langkah-langkah strategis implementasi gagasan Dari solusi yang sudah dijelaskan terkait pemanfaatan bahan-bahan di sekitar petani yang dapat digunakan sebagai MOL (Mikro Organisme Lokal) tentunya harus diadakan pelatihan pembuatan MOL itu sendiri. Dengan pengetahuan pembuatan MOL para petani khususnya dan warga masyarakat pada umumnya dapat mengaplikasikan MOL tersebut untuk program-program berikut antara lain:

8 8 Konsep Rumah Tangga Zero Waste Konsep pengelolaan sampah rumah tangga yang direncanakan adalah konsep zero waste yang mengaplikasikan teknologi komposting dan daur ulang yang bertujuan untuk mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan ke tempat pembuangan akhir. Konsep zero waste pada intinya melarang membuang sampah rumah tangga keluar rumah melainkan harus diproses sendiri. Ini adalah langkah merubah cara masyarakat dalam pemanfaatan sumber daya yaitu dengan cara mengembangkan teknologi daur ulang untuk membentuk suatu sistem sirkular dimana sampah juga masuk sebagai salah satu sumber daya di dalamnya dan digunakan semaksimal mungkin sama seperti sumber daya lainnya. Pada prinsipnya zero waste dapat dipahami sebagai upaya memaksimalkan sistem daur ulang dan meminimalisasi limbah (waste). Dalam prakteknya adalah upaya untuk meyakinkan bahwa produk-produk yang dihasilkan dapat didaur ulang, diperbaiki, digunakan kembali oleh alam atau dalam pasar. Pelatihan teknologi pengolahan sampah secara terpadu dengan konsep zero waste yang diharapkan bermanfaat untuk memperkenalkan serta mensosialisasikan sistem dan teknologi pengolahan sampah secara terpadu dengan pendekatan konsep rumah tangga Zero waste dengan memanfaatkan pemakaian Mikroorganisme Lokal. Pelatihan ini mendeskripsikan nilai ekonomis dan potensi daur ulang sampah, sejak pengumpulan hingga teknis pengolahan dan pemanfaatannya. Partisipasi setiap warga dapat berupa, misalnya, hanya membeli barangbarang yang dapat dimanfaat kembali, didaur ulang, dan dapat diasimilasi. Dengan kata lain, tidak membeli barang yang akhirnya menjadi limbah yang tidak dapat dimanfaatkan lagi. Selain itu juga dapat berperan aktif untuk menyebarluaskan arti penting dan manfaat program zero waste kepada sesama warga sehingga dapat tercipta percepatan pembentukan komunitas zero waste di daerahnya. Teknologi Beyonic Beyonic merupakan singkatan dari beyond bio-organic, yakni teknologi yang menjadikan pupuk organik sebagai pupuk penyubur tanaman sekaligus menjadi pupuk yang bisa dimanfaatkan untuk memulihkan kualitas lahan bekas penggalian tambang. Alat yang diperlukan di antaranya peralatan pengayaan mikroorganisme lokal (Pramono, 2010) Teknologi Beyonic ini merupakan teknologi berbasis pemanfaatan mikroorganisme (mikroba) untuk meningkatkan produksi pertanian, memulihkan ekosistem akibat eksploitasi alam (pertambangan), menurunkan toksitas limbah beracun, dan meningkatkan kesehatan tanaman. Untuk membantu petani mengolah dan memproduksi pupuk organik secara mandiri, perlu dilakukan pengembangan teknologi beyonic berbasis mikroba lokal. Teknik ini akan meminimalisasi penggunaan senyawa kimia sintetis sehingga kualitas lahan tetap terjaga. Fungsi mikroba lokal yang digunakan membantu pertumbuhan tanaman dan kesehatan ekosistem,

9 9 mikroba lokal atau disebut mikroba indigenous ini merupakan mikroba yang sudah hidup ratusan tahun dalam ekosistem Indonesia, yang beradaptasi dengan baik terhadap ekosistemnya. Sekolah Lapang SRI (System of Rice Intencification) Usaha tani padi sawah organik metode SRI merupakan usahatani padi sawah irigasi secara intensif dan efisien dalam pengelolaan tanah, tanaman dan air melalui pemberdayaan kelompok dan kearifan lokal serta berbasis pada kaidah ramah lingkungan (Deptan, 2008). Salah satu aplikasi dari prinsip pertanian berwawasan lingkungan adalah mengoptimalkan penggunaan sumberdaya lahan, termasuk biodiversitas, siklus biologi, dan aktivitas biologi tanah, melalui penggunaan pupuk alami hasil dekomposisi mikroba. Sumber-sumber bahan organik yang tersedia di lokasi perlu dioptimalkan penggunaannya (Rosita, 2007). Salah satu konsep dan pendekatan SRI yaitu pemberian bahan organik. SRI menganjurkan pemakaian bahan organik (kompos) untuk memperbaiki struktur tanah agar akar dapat tumbuh baik dan hara tersuplai kepada tanaman secara perlahan (Kuswara, 2003); (Wardana et al., 2005). Menurut Mauludin (2009), bahan-bahan mikroorganisme lokal yang dikembangkan oleh tim pengembang SRI di berbagai daerah di Jawa Barat diantaranya bahan tersebut diduga berupa zat yang dapat merangsang pertumbuhan dan zat yang mampu mendorong perkembangan tanaman seperti zyberlin, sitoxinin, auxin, dan inhibitor. Dampak pengembangan usahatani padi sawah organik metode SRI melalui Sekolah Lapangan SRI dilakukan dengan merubah perilaku usahatani yang lebih efisien dan ramah lingkungan. Perubahan perilaku usahatani tersebut memerlukan waktu untuk berproses, sehingga upaya bimbingan dan pembinaan perlu dilakukan secara terus menerus oleh petugas lapangan.

10 10 KESIMPULAN Gagasan Yang Diajukan Dari beberapa gagasan yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa banyak keuntungan yang diperoleh dari penggunaan MOL (Mikro Organisme Lokal). Dimulai dari konsep zero waste dengan memanfaatkan limbah organik rumah tangga, kemudian teknologi beyonic dengan menambahkan MOL ke dalam pupuk organik, pemanfaatan bahan-bahan di sekitar petani sebagai contoh keong mas yang merupakan salah satu tanaman padi dapat digunakan sebagai sumber MOL, selanjutnya penggunaan pupuk organik di lapang sejalan dengan program SRI dari pemerintah. Beberapa keuntungan yang diperoleh dari penggunaan MOL (Mikro Organisme Lokal) ini antara lain : 1. Sederhana dan mudah dipraktekkan. 2. Waktu relatif singkat. 3. Murah (bahkan gratis) karena memanfaatkan bahan-bahan yang kurang dimanfaatkan dan merugikan. 4. Pupuk organik yang dihasilkan mengandung unsur komplek dan mikroba bermanfaat. 5. Ramah lingkungan. 6. Mendukung program pertanian pemerintah. 7. Biota tanah terlindungi. 8. Memperbaiki kualitas tanah dan hasil panen. 9. Produk pertanian aman dikonsumsi. Teknik Implementasi Yang Akan Dilakukan Teknik implementasi gagasan yang diajukan penulis dengan adanya pelatihan pembuatan MOL (Mikro Organisme Lokal) dapat ditempuh melalui beberapa program sebagai berikut: Konsep Rumah Tangga Zero Waste Konsep zero waste rumah tangga yaitu dengan mengaplikasikan teknologi komposting dan daur ulang yang bertujuan untuk mengurangi jumlah sampah rumah tangga yang dihasilkan ke tempat pembuangan akhir. Setiap rumah tangga diharapkan mampu membuat MOL (Mikro Organisme Lokal) sendiri sehingga dapat digunakan sebagai dekomposer sampah rumah tangga miliknya sendiri. Teknologi Beyonic Teknologi beyonic yaitu teknologi berbasis pemanfaatan mikroorganisme (mikroba) untuk meningkatkan produksi pertanian, memulihkan ekosistem akibat eksploitasi alam (pertambangan), menurunkan toksitas limbah beracun, dan meningkatkan kesehatan tanaman. Para petani diharapkan mampu mengolah dan memproduksi pupuk organik secara mandiri dengan penambahan larutan MOL (Mikro Organisme Lokal) sehingga pupuk yang dihasilkan oleh para petani memiliki nilai lebih yaitu mengandung mikroba tanah yang berguna. Sekolah Lapang SRI (System of Rice Intencification)

11 11 Salah satu konsep dan pendekatan SRI yaitu pemberian bahan organik. SRI menganjurkan pemakaian bahan organik (kompos) untuk memperbaiki struktur tanah agar akar dapat tumbuh baik dan hara tersuplai kepada tanaman secara perlahan. Dalam pelaksanaan SL SRI tersebut petani dituntut untuk dapat membuat larutan MOL (Mikro Organisme Lokal) sehingga dapat digunakan sebagai decomposer maupun pupuk cair lahan pertaniannya. Dengan adanya SL SRI ini diharapkan mampu merubah perilaku usahatani yang lebih efisien dan ramah lingkungan yang menuju ke pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture). Prediksi Hasil yang Akan Diperoleh Agar dapat terlaksana dengan baik harus ada kerjasama antara pemerintah dan masyarakat petani. Pemerintah melalui Departemen Pertanian dan instansi dibawah naungannya mengintensifkan penyuluhan kemasyarakatan melalui penyuluhan serta pelatihan pembuatan mikroorganisme lokal yang dilanjutkan dengan pembuatan pupuk organik sehingga penerapan teknologi beyonic, konsep rumah tangga zero waste, dan sistem SRI dapat terlaksana. Dengan adanya kesadaran para petani dan warga masyarakat dalam mengelola sampah rumah tangga maupun sampah masyarakat maka akan terciptanya kondisi lingkungan yang bersih dan sehat. Selain itu pemberdayaan petani dengan pengetahuan pembuatan MOL dan Sekolah Lapang SRI akan mampu menjadikan petani lebih mandiri dan mengubah pola pikir terkait kerusakan lingkungan dan degradasi lahan pertanian akibat pertanian konvensional sehingga akan kembali ke sistem pertanian yang dahulu yaitu pertanian organik. Pertanian organik sebagai alternatif menuju tercapainya suatu kondisi yang ramah lingkungan dengan produk-produk yang terjaga dari kontaminasi zat-zat kimia, diharapkan dapat membuka peluang pasar baik lokal, regional internasional.

12 12 DAFTAR PUSTAKA Amalia, A Pembuatan Starter/MOL (Mikro Organisme Lokal) Oleh Petani. Diakses pada tanggal 7 Maret 2010 Deptan Pedoman Teknis Pengembangan Usaha Tani Padi Sawah Organik Metode System of Rice Intencification (SRI). Diakses pada tanggal 5 Maret 2010 Hadinata, I Membuat Mikroorganisme Lokal. Diakses pada tanggal 7 Maret 2010 Hersanti Isolasi Bakteri Asal Larutan Mikroorganisme Lokal, Uji Antagonis, Uji Pertumbuhan Semai Padi. Faperta UNPAD. Jatinangor. Kartiadi, E Pupuk Organik Tidak Merusak Lahan. Diakses pada tanggal 5 Maret 2010 Kurnia, K., P. Arbianto dan I.N.P. Aryantha (2003), Studi Patogenisitas Bakteri Entomopathogenik Lokal pada Larva Hyposidra talaca Wlk dan Optimasi Medium Pertumbuhannya. Seminar bulanan Bioteknologi - PPAU Bioteknologi ITB, 15 September 2004, Bandung. Kuswara Dasar Gagasan dan Praktek Tanam Padi Metode System Rices Intensification (SRI) Pertanian Ekologis. Yayasan Field Indonesia. Ciamis. Mauludin Pengembangan Bahan Organik Melalui Mikroorganisme Lokal, Kompos Dan Pestisida Nabati. Diakses pada tanggal 5 Maret 2010 Mujahir, A Revolusi Hijau, Menjerat Petani dengan Racun. Diakses pada tanggal 5 Maret 2010 Pitojo, S Petunjuk Pengendalain dan Pemanfaatan Keong Emas. Trubus Agriwidya. Ungaran. Pramono Pupuk Organik Berbasis Mikroba Lokal. Diakses pada tanggal 7 Maret 2010 Purwasasmita, M. 2009a. Mengenal SRI (System of Rice Intensification). Diakses pada tanggal 5 Maret b. Mikroorganisme Lokal Sebagai Pemicu Siklus Kehidupan Dalam Bioreaktor Tanaman. Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia. Bandung, Oktober 2009 Rosita, S. M. D Kesiapan Teknologi Mendukung Pertanian Organik Tanaman Obat: Kasus Jahe (Zingiber Officinale Rosc.). Perspektif. 4 (2): Wardana, P. I. Juliardi, Sumedi, Iwan S Kajian Perkembangan System of Rice Intensification (SRI) di Indonesia. Kerjasama Yayasan Padi Indonesia (YAPADI) dan Badan Litbang Pertanian.

13 13 Gambar 1. Sumber MOL dari Rebung Bambu Gambar 2. Sumber MOL dari Buah-buahan Gambar 3. Sumber MOL dari Telur dan Hama Keong Mas

14 14 Gambar 4. Sumber MOL dari Bonggol Pisang Gambar 5. Sumber MOL dari Daun Nimba Gambar 6. Tempat Sampah Konsep Zero Waste Rumah Tangga

Abstrak HARA TANAH DAN HABITAT MIKROORGANISME

Abstrak HARA TANAH DAN HABITAT MIKROORGANISME DESA GREEN MOL L E M B A G A A D M I N I S T R A S I N E G A R A D E P U T I I N O V A S I A D M I N I S T R A S I N E G A R A P U S A T I N O V A S I T A T A P E M E R I N T A H A N J a k a r t a V e

Lebih terperinci

PEMBUATAN KOMPOS DENGAN MOL LIMBAH ORGANIK Dini Rohmawati Jurdik Kimia, FMIPA UNY

PEMBUATAN KOMPOS DENGAN MOL LIMBAH ORGANIK Dini Rohmawati Jurdik Kimia, FMIPA UNY PEMBUATAN KOMPOS DENGAN MOL LIMBAH ORGANIK Dini Rohmawati Jurdik Kimia, FMIPA UNY Pendahuluan Salah satu sumber bahan organik yang dapat dikembalikan ke tanah untuk meningkatkan kesuburan tanah adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian organik merupakan sistem managemen produksi yang dapat. tanaman. Dalam pelaksanaannya pertanian organik menitikberatkan pada

I. PENDAHULUAN. Pertanian organik merupakan sistem managemen produksi yang dapat. tanaman. Dalam pelaksanaannya pertanian organik menitikberatkan pada I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian organik merupakan sistem managemen produksi yang dapat meningkatkan kesehatan tanah maupun kualitas ekosistem tanah dan produksi tanaman. Dalam pelaksanaannya

Lebih terperinci

Oleh : Yahumri BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) BENGKULU

Oleh : Yahumri BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) BENGKULU Oleh : Yahumri BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) BENGKULU PENGERTIAN, KANDUNGAN, DAN FUNGSI MOL adalah larutan hasil fermentasi yang berbahan dasar dari berbagai sumberdaya yang tersedia setempat.

Lebih terperinci

Nuansa Teknologi PERAN DAN PEMANFAATAN MIKROORGANISME LOKAL (MOL) MENDUKUNG PERTANIAN ORGANIK

Nuansa Teknologi PERAN DAN PEMANFAATAN MIKROORGANISME LOKAL (MOL) MENDUKUNG PERTANIAN ORGANIK PERAN DAN PEMANFAATAN MIKROORGANISME LOKAL (MOL) MENDUKUNG PERTANIAN ORGANIK PENDAHULUAN Kecenderungan ketergantungan petani pada penggunaan pupuk dan pestisida anorganik sejak diterapkannya revolusi hijau

Lebih terperinci

PUPUK KOSARMAS SEBAGAI UPAYA REVITALISASI LAHAN KRITIS GUNA MENINGKATKAN KUALITAS DAN KUANTITAS HASIL PERTANIAN

PUPUK KOSARMAS SEBAGAI UPAYA REVITALISASI LAHAN KRITIS GUNA MENINGKATKAN KUALITAS DAN KUANTITAS HASIL PERTANIAN 1 PUPUK KOSARMAS SEBAGAI UPAYA REVITALISASI LAHAN KRITIS GUNA MENINGKATKAN KUALITAS DAN KUANTITAS HASIL PERTANIAN Achmad Syaifudin, Leny Mulyani, Mukhlas Ariesta RINGKASAN Penggunaan pupuk kimia dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahan-bahan organik yang dibuat menjadi pupuk cair memiliki

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahan-bahan organik yang dibuat menjadi pupuk cair memiliki I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia penggunaan pupuk anorganik mampu meningkatkan hasil pertanian, namun tanpa disadari penggunaan pupuk anorganik secara terus menerus berdampak tidak baik bagi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Larutan Mikroorganisme Lokal (MOL ) terbuat dari bahan-bahan alami,

I. PENDAHULUAN. Larutan Mikroorganisme Lokal (MOL ) terbuat dari bahan-bahan alami, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Larutan Mikroorganisme Lokal (MOL ) terbuat dari bahan-bahan alami, sebagai media hidup dan berkembangnya mikroorganisme yang berguna untuk mempercepat penghancuran bahan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mikroorganisme Lokal (MOL) Mikroorganisme lokal (MOL) adalah mikroorganisme yang dimanfaatkan sebagai starter dalam pembuatan pupuk organik padat maupun pupuk cair. Bahan utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ratusan jumlah pesantren di Jombang dengan jumlah santri sekitar puluhan ribu akan menghasilkan limbah dapur yang sangat banyak,

BAB I PENDAHULUAN. ratusan jumlah pesantren di Jombang dengan jumlah santri sekitar puluhan ribu akan menghasilkan limbah dapur yang sangat banyak, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ratusan jumlah pesantren di Jombang dengan jumlah santri sekitar puluhan ribu akan menghasilkan limbah dapur yang sangat banyak, Limbah merupakan salah satu masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan tingkat konsumsi beras yang tinggi, hal ini dikarenakan kebiasaan dan tradisi masyarakat Indonesia ketergantungan dengan beras. Oleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Teknologi revolusi hijau di Indonesia digulirkan sejak tahun 1960 dan

I. PENDAHULUAN. Teknologi revolusi hijau di Indonesia digulirkan sejak tahun 1960 dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teknologi revolusi hijau di Indonesia digulirkan sejak tahun 1960 dan menunjukkan dampak positif terhadap kenaikan produksi padi nasional. Produksi padi nasional yang

Lebih terperinci

PERBEDAAN FISIK DAN KIMIA KOMPOS DAUN YANG MENGGUNAKAN BIOAKTIVATOR MOL DAN EM 4

PERBEDAAN FISIK DAN KIMIA KOMPOS DAUN YANG MENGGUNAKAN BIOAKTIVATOR MOL DAN EM 4 PERBEDAAN FISIK DAN KIMIA KOMPOS DAUN YANG MENGGUNAKAN BIOAKTIVATOR MOL DAN EM 4 Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang Email: wiwiedeka@yahoo.co.id

Lebih terperinci

PELATIHAN DAN IMPLEMENTASI BUDIDAYA SAYURAN ORGANIK DI KELURAHAN LINGKAR SELATAN KOTA JAMBI 1 Novalina, Zulkarnain, Wilma Yunita dan Yusnaini 2

PELATIHAN DAN IMPLEMENTASI BUDIDAYA SAYURAN ORGANIK DI KELURAHAN LINGKAR SELATAN KOTA JAMBI 1 Novalina, Zulkarnain, Wilma Yunita dan Yusnaini 2 PELATIHAN DAN IMPLEMENTASI BUDIDAYA SAYURAN ORGANIK DI KELURAHAN LINGKAR SELATAN KOTA JAMBI 1 Novalina, Zulkarnain, Wilma Yunita dan Yusnaini 2 ABSTRAK Sebagian petani telah memiliki motivasi untuk menerapkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah dikenal sejak dulu. Ada beberapa jenis tomat seperti tomat biasa, tomat apel, tomat keriting,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan perkebunan ataupun pabrik biji kopi yang jika tidak dimanfaatkan akan

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan perkebunan ataupun pabrik biji kopi yang jika tidak dimanfaatkan akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara penghasil kopi terbesar di dunia.menurut data statistik (BPS, 2003). Selama lima tahun terakhir, Indonesia menempati posisi keempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pupuk organik cair adalah ekstrak dari hasil pembusukan bahan-bahan organik. Bahan-bahan organik ini bisa berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan dan manusia yang

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cabai rawit (Capsicum frutescens L.) merupakan salah satu tanaman hortikultura dari jenis sayuran yang memiliki buah kecil dengan rasa yang pedas. Cabai jenis ini dibudidayakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian Menurut Mubyarto (1995), pertanian dalam arti luas mencakup pertanian rakyat atau pertanian dalam arti sempit disebut perkebunan (termasuk didalamnya perkebunan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PENGEMBANGAN PERTANIAN ORGANIK DI KABUPATEN JEMBRANA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PENGEMBANGAN PERTANIAN ORGANIK DI KABUPATEN JEMBRANA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PENGEMBANGAN PERTANIAN ORGANIK DI KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a. bahwa sistem pertanian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan sapi perah selain menghasilkan air susu juga menghasilkan limbah. Limbah tersebut sebagian besar terdiri atas limbah ternak berupa limbah padat (feses) dan limbah

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian tanaman pangan di Indonesia sampai dengan tahun 1960 praktis menggunakan teknologi dengan masukan organik berasal dari sumber daya setempat. Varietas lokal dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian Organik Saat ini untuk pemenuhan kebutuhan pangan dari sektor pertanian mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan lingkungan.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dataran rendah sampai dataran tinggi disesuaikan dengan jenis varietasnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. dataran rendah sampai dataran tinggi disesuaikan dengan jenis varietasnya. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Agro-ekologi Tanaman Tomat Tanaman tomat dapat tumbuh subur di berbagai ketinggian tempat, mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi disesuaikan dengan jenis varietasnya.

Lebih terperinci

Pengemasan dan Pemasaran Pupuk Organik Cair

Pengemasan dan Pemasaran Pupuk Organik Cair Pengemasan dan Pemasaran Pupuk Organik Cair Pupuk Organik Unsur hara merupakan salah satu faktor yang menunjang pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Penggunaan pupuk sebagai salah satu usaha untuk meningkatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. atau jamu. Selain itu cabai juga memiliki kandungan gizi yang cukup

I. PENDAHULUAN. atau jamu. Selain itu cabai juga memiliki kandungan gizi yang cukup I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis sayuran penting yang bernilai ekonomis tinggi dan cocok untuk dikembangkan di daerah tropika seperti di Indonesia.

Lebih terperinci

TEKNIK BUDIDAYA PADI DENGAN METODE S.R.I ( System of Rice Intensification ) MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK POWDER 135

TEKNIK BUDIDAYA PADI DENGAN METODE S.R.I ( System of Rice Intensification ) MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK POWDER 135 TEKNIK BUDIDAYA PADI DENGAN METODE S.R.I ( System of Rice Intensification ) MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK POWDER 135 PUPUK ORGANIK POWDER 135 adalah Pupuk untuk segala jenis tanaman yang dibuat dari bahan

Lebih terperinci

Kata kunci : pupuk,biopestisida, tanaman organik, barter, mandiri

Kata kunci : pupuk,biopestisida, tanaman organik, barter, mandiri Nasionalisasi Pengolahan Sampah (Zero Waste Concept) dalam Rangka Menyukseskan Indonesia Mandiri Pangan sekaligus Membudayakan Barter Bahan Pangan agar Terjalin Hubungan Rukun Antar Tetangga Wulan Fatimah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang cocok untuk kegiatan pertanian. Disamping itu pertanian merupakan mata

I. PENDAHULUAN. yang cocok untuk kegiatan pertanian. Disamping itu pertanian merupakan mata I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia dikenal sebagai negara agraris dan memiliki iklim tropis yang cocok untuk kegiatan pertanian. Disamping itu pertanian merupakan mata pencaharian utama

Lebih terperinci

Pupuk Organik Powder 135 (POP 135 Super TUGAMA)

Pupuk Organik Powder 135 (POP 135 Super TUGAMA) Penggunaan pupuk kimia atau bahan kimia pada tanaman, tanpa kita sadari dapat menimbulkan berbagai macam penyakit seperti terlihat pada gambar di atas. Oleh karena itu beralihlah ke penggunaan pupuk organik

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sawah irigasi sebagai basis usahatani merupakan lahan yang sangat potensial serta menguntungkan untuk kegiatan usaha tani. Dalam satu tahun setidaknya sawah irigasi dapat

Lebih terperinci

PEMBUATAN PUPUK ORGANIK

PEMBUATAN PUPUK ORGANIK PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA KEDELAI BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PEMBUATAN PUPUK ORGANIK BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 Sesi : PEMBUATAN PUPUK ORGANIK

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kesadaran manusia akan kesehatan menjadi salah satu faktor kebutuhan sayur dan buah semakin meningkat. Di Indonesia tanaman sawi merupakan jenis sayuran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sampah Sampah merupakan zat- zat atau benda-benda yang sudah tidak terpakai lagi, baik berupa bahan buangan yang berasal dari rumah tangga maupun dari pabrik sebagai sisa industri

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Peran pertanian antara lain adalah (1) sektor pertanian menyumbang sekitar 22,3 % dari

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Padi merupakan sumber bahan makanan pokok bagi sebagian masyarakat Indonesia. Apalagi setelah adanya kebijakan pembangunan masa lalu, yang menyebabkan perubahan sosial

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pola integrasi antara tanaman dan ternak atau yang sering disebut dengan pertanian terpadu, adalah memadukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang berperan sangat penting. Sektor ini mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi, laju pertumbuhannya sebesar 4,8 persen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau merupakan salah satu tanaman pangan yang banyak dibudidayakan

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau merupakan salah satu tanaman pangan yang banyak dibudidayakan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kacang hijau merupakan salah satu tanaman pangan yang banyak dibudidayakan oleh para petani di Indonesia. Kacang hijau dapat dikonsumsi dalam berbagai macam

Lebih terperinci

PRESENTASI SINGKAT KAJIAN PENGOLAHAN PUPUK ORGANIK CAIR DAN PADAT DARI LIMBAH TERNAK YANG DIPERKAYA DENGAN MOL SERTA APLIKASINYA PADA TANAMAN

PRESENTASI SINGKAT KAJIAN PENGOLAHAN PUPUK ORGANIK CAIR DAN PADAT DARI LIMBAH TERNAK YANG DIPERKAYA DENGAN MOL SERTA APLIKASINYA PADA TANAMAN PRESENTASI SINGKAT KAJIAN PENGOLAHAN PUPUK ORGANIK CAIR DAN PADAT DARI LIMBAH TERNAK YANG DIPERKAYA DENGAN MOL SERTA APLIKASINYA PADA TANAMAN BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN SULAWESI SELATAN 2012

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. substitusinya sebagaimana bahan bakar minyak. Selain itu, kekhawatiran global

I. PENDAHULUAN. substitusinya sebagaimana bahan bakar minyak. Selain itu, kekhawatiran global I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Populasi manusia yang meningkat mengakibatkan peningkatan kebutuhan manusia yang tidak terbatas namun kondisi sumberdaya alam terbatas. Berdasarkan hal tersebut, ketidakseimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam pembangunan nasional. Secara singkat menurut data BPS peranan sektor pertanian tercermin melalui kontribusinya dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesuburan tanah merupakan kemampuan tanah menyediakan unsur hara

BAB I PENDAHULUAN. Kesuburan tanah merupakan kemampuan tanah menyediakan unsur hara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesuburan tanah merupakan kemampuan tanah menyediakan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman untuk mendukung pertumbuhan dan reproduksinya. Unsur hara dalam bentuk

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH PETERNAKAN DALAM PENGEMBANGAN SISTEM USAHATANI SAYUR-SAYURAN ORGANIK DI TIMOR TENGAH UTARA

PEMANFAATAN LIMBAH PETERNAKAN DALAM PENGEMBANGAN SISTEM USAHATANI SAYUR-SAYURAN ORGANIK DI TIMOR TENGAH UTARA PEMANFAATAN LIMBAH PETERNAKAN DALAM PENGEMBANGAN SISTEM USAHATANI SAYUR-SAYURAN ORGANIK DI TIMOR TENGAH UTARA Amirudin Pohan dan Yohanes Leki Seran Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTT ABSTRAK Pengembangan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertanian Organik

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertanian Organik II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertanian Organik Pertanian yang mirip dengan kelangsungan kehidupan hutan disebut dengan pertanian organik, karena kesuburan tanaman berasal dari bahan organik secara alamiah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya 1-1,5 ton/ha, sementara jumlah penduduk pada masa itu sekitar 90 jutaan sehingga produksi

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dalam arti sempit dan dalam artisan luas. Pertanian organik dalam artisan sempit

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dalam arti sempit dan dalam artisan luas. Pertanian organik dalam artisan sempit II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pertanian Padi Organik dan Padi Konvensional Ada dua pemahaman tentang pertanian organik, yaitu pertanian organik dalam arti sempit dan dalam artisan

Lebih terperinci

SRI SUATU ALTERNATIVE PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN SAWAH (PADI) YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN

SRI SUATU ALTERNATIVE PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN SAWAH (PADI) YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN SRI SUATU ALTERNATIVE PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN SAWAH (PADI) YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN Indratmo Soekarno Departemen Teknik Sipil, Institut Teknologi Bandung, email: indratmo@lapi.itb.ac.id, Tlp

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pola hidup sehat semakin

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pola hidup sehat semakin 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pola hidup sehat semakin tinggi, hal tersebut diwujudkan dengan mengkonsumsi asupan-asupan makanan yang rendah zat kimiawi sebagai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. meramu bahan-bahan kimia (anorganik) berkadar hara tinggi. Misalnya, pupuk urea

TINJAUAN PUSTAKA. meramu bahan-bahan kimia (anorganik) berkadar hara tinggi. Misalnya, pupuk urea TINJAUAN PUSTAKA Pupuk Anorganik Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik-pabrik pupuk dengan meramu bahan-bahan kimia (anorganik) berkadar hara tinggi. Misalnya, pupuk urea berkadar N 45-46

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan hal penting dalam pembangunan pertanian. Salah satu keberhasilan dalam pembangunan pertanian adalah terpenuhinya kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Kegagalan dalam memenuhi kebutuhan pokok akan dapat menggoyahkan. masa yang akan datang IPB, 1998 (dalam Wuryaningsih, 2001).

I PENDAHULUAN. Kegagalan dalam memenuhi kebutuhan pokok akan dapat menggoyahkan. masa yang akan datang IPB, 1998 (dalam Wuryaningsih, 2001). I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian pangan khususnya beras, dalam struktur perekonomian di Indonesia memegang peranan penting sebagai bahan makanan pokok penduduk dan sumber pendapatan sebagian

Lebih terperinci

Latar Belakang. Produktivitas padi nasional Indonesia dalam skala regional cukup tinggi

Latar Belakang. Produktivitas padi nasional Indonesia dalam skala regional cukup tinggi Latar Belakang Produktivitas padi nasional Indonesia dalam skala regional cukup tinggi dan menonjol dibandingkan dengan negara-negara lainnya di Asia, kecuali Cina, Jepang, dan Korea. Namun keberhasilan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi untuk tanaman dan

I. PENDAHULUAN. berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi untuk tanaman dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran tanaman. Secara kimiawi tanah berfungsi sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hewan atau manusia, seperti pupuk kandang, pupuk hijau, dan kompos,

BAB I PENDAHULUAN. hewan atau manusia, seperti pupuk kandang, pupuk hijau, dan kompos, 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari sisa-sisa tanaman, hewan atau manusia, seperti pupuk kandang, pupuk hijau, dan kompos, baik yang berbentuk cair, maupun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengelolaan lingkungan hidup tidak bisa dipisahkan dari sebuah pembangunan. Angka pertumbuhan penduduk dan pembangunan kota yang makin meningkat drastis akan berdampak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah

TINJAUAN PUSTAKA. dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah TINJAUAN PUSTAKA Ampas Sagu Pemanfaatan limbah sebagai bahan pakan ternak merupakan alternatif dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah mempunyai proporsi pemanfaatan yang besar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman pisang adalah salah satu komoditas yang dapat digunakan sebagai

I. PENDAHULUAN. Tanaman pisang adalah salah satu komoditas yang dapat digunakan sebagai 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman pisang adalah salah satu komoditas yang dapat digunakan sebagai sumber karbohidrat alternatif karena memiliki kandungan karbohidrat dan kalori yang cukup tinggi.

Lebih terperinci

SEBAGAI UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN DALAM PERTANIAN RAMAH LINGKUNGAN

SEBAGAI UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN DALAM PERTANIAN RAMAH LINGKUNGAN 1) PEMASYARAKATAN PERTANIAN ORGANIK SEBAGAI UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN DALAM PERTANIAN RAMAH LINGKUNGAN 2) Suhartini Abstrak Dewasa ini masyarakat dunia mulai memperhatikan persoalan lingkungan dan ketahanan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Polusi tanah merupakan permasalahan yang kini dihadapi negara-negara agraris, termasuk Indonesia. Tanpa disadari sebenarnya agrokultur sendiri merupakan sumber terbesar

Lebih terperinci

Pemanfaatan Jerami Padi sebagai Pupuk Organik In Situ untuk Memenuhi Kebutuhan Pupuk Petani

Pemanfaatan Jerami Padi sebagai Pupuk Organik In Situ untuk Memenuhi Kebutuhan Pupuk Petani 7 Pemanfaatan Jerami Padi sebagai Pupuk Organik In Situ untuk Memenuhi Kebutuhan Pupuk Petani Jerami yang selama ini hanya dibakar saja oleh petani menyimpan potensi besar sebagai pupuk organik. Jerami

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Tanah merupakan faktor produksi yang penting. Keseimbangan tanah dengan kandungan bahan organik, mikroorganisme dan aktivitas biologi serta keberadaaan unsur-unsur hara

Lebih terperinci

Ir. ZURAIDA TITIN MARIANA, M.Si

Ir. ZURAIDA TITIN MARIANA, M.Si Ir. ZURAIDA TITIN MARIANA, M.Si Faktor abiotik (meliputi sifat fisik dan kimia tanah Faktor biotik (adanya mikrobia lain & tanaman tingkat tinggi) ikut berperan dalam menentukan tingkat pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. biologi tanah untuk mengoptimalkan produksi tanaman (Budiasa, 2014). Pertanian

BAB I PENDAHULUAN. biologi tanah untuk mengoptimalkan produksi tanaman (Budiasa, 2014). Pertanian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian organik merupakan jawaban atas revolusi hijau yang digalakkan pada tahun 1960-an yang menyebabkan berkurangnya kesuburan tanah dan kerusakan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan akan pangan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan akan pangan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia termasuk negara dengan pertumbuhan penduduk yang besar. Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk akan berakibat meningkatnya kebutuhan akan pangan. Untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Padi merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia dan dunia. Produksi padi terus dituntut meningkat untuk memenuhi konsumsi masyarakat. Tuntutan

Lebih terperinci

Teknologi BioFOB-HES (High Energy Soil)

Teknologi BioFOB-HES (High Energy Soil) Upaya meningkatkan produksi padi Indonesia terus dilakukan dalam upaya untuk mencapai swasembada beras. Hal ini dilakukan untuk mengimbangi laju peningkatan kebutuhan beras yang diperkirakan mencapai 41,5

Lebih terperinci

LIMBAHPUN BERMANFAAT INOKULAN RB UNTUK PRODUKSI KOMPOS BERMUTU

LIMBAHPUN BERMANFAAT INOKULAN RB UNTUK PRODUKSI KOMPOS BERMUTU LIMBAHPUN BERMANFAAT INOKULAN RB UNTUK PRODUKSI KOMPOS BERMUTU Kini isu pertanian organik makin kuat diwacanakan sejalan dengan makin diminatinya produk-produk pangan organik, makin mahalnya pupuk an organik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkebunan tebu terbesar di Lampung adalah PT. Gunung Madu Plantation

I. PENDAHULUAN. perkebunan tebu terbesar di Lampung adalah PT. Gunung Madu Plantation I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman tebu merupakan salah satu tanaman primadona di Lampung. Salah satu perkebunan tebu terbesar di Lampung adalah PT. Gunung Madu Plantation (GMP). Pengolahan

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS PUPUK ORGANIK AIR CUCIAN BERAS TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI HIJAU (Brassica juncea L) Rahman Hairuddin

EFEKTIFITAS PUPUK ORGANIK AIR CUCIAN BERAS TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI HIJAU (Brassica juncea L) Rahman Hairuddin VOLUME 3 NO.3 OKTOBER 2015 EFEKTIFITAS PUPUK ORGANIK AIR CUCIAN BERAS TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI HIJAU (Brassica juncea L) Rahman Hairuddin Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sampah atau waste (Inggris) memiliki banyak pengertian dalam batasan ilmu pengetahuan. Namun pada prinsipnya, sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi pemakaian pestisida. Limbah padat (feses) dapat diolah. menjadi pupuk kompos dan limbah cair (urine) dapat juga diolah

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi pemakaian pestisida. Limbah padat (feses) dapat diolah. menjadi pupuk kompos dan limbah cair (urine) dapat juga diolah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan sapi perah sudah banyak tersebar di seluruh Indonesia, dan di Jawa Tengah, Kabupaten Boyolali merupakan daerah terkenal dengan usaha pengembangan sapi perah.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri dari bahan organik yang berasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya kandungan karotin, Vitamin A, Vitamin B dan Vitamin C. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. adanya kandungan karotin, Vitamin A, Vitamin B dan Vitamin C. Oleh karena itu, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sayuran sangat erat hubungannya dengan kesehatan, sebab sayuran banyak mengandung vitamin dan mineral yang sangat dibutuhkan oleh tubuh terutama adanya kandungan karotin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak dapat diubah menjadi pupuk organik yang bermanfaat untuk. pertanian yang dapat memberikan unsur hara dalam tanah.

BAB I PENDAHULUAN. banyak dapat diubah menjadi pupuk organik yang bermanfaat untuk. pertanian yang dapat memberikan unsur hara dalam tanah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daur ulang limbah ternak berperan dalam mencegah terjadinya pencemaran lingkungan, dan secara bersamaan juga meningkatkan produksi tanaman. Suatu hal yang cukup nyata

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. definisi sempit dan pertanian organik dalam definisi luas. Dalam pengertian

TINJAUAN PUSTAKA. definisi sempit dan pertanian organik dalam definisi luas. Dalam pengertian 5 TINJAUAN PUSTAKA Pertanian organik Pertanian organik meliputi dua definisi, yaitu pertanian organik dalam definisi sempit dan pertanian organik dalam definisi luas. Dalam pengertian sempit, pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber matapencaharian dari mayoritas penduduknya, sehingga sebagian besar penduduknya menggantungkan

Lebih terperinci

Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi)

Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi) Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi) Pengolahan Tanah Sebagai persiapan, lahan diolah seperti kebiasaan kita dalam mengolah tanah sebelum tanam, dengan urutan sebagai berikut.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil. Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil. Kondisi Umum 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Tanaman padi saat berumur 1-3 MST diserang oleh hama keong mas (Pomacea caanaliculata). Hama ini menyerang dengan memakan bagian batang dan daun tanaman yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang Nomor 18 tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang Nomor 18 tahun 2012 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan (food security) telah menjadi isu global selama dua dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang Nomor 18 tahun 2012 tentang Pangan disebutkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian yang berhasil dapat diartikan jika terjadi pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian yang berhasil dapat diartikan jika terjadi pertumbuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses yang berkelanjutan dan berkesinambungan. Pembangunan pertanian yang berhasil dapat diartikan jika terjadi pertumbuhan sektor pertanian

Lebih terperinci

PENGARUH BERBAGAI JENIS BAHAN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.)

PENGARUH BERBAGAI JENIS BAHAN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.) PENGARUH BERBAGAI JENIS BAHAN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.) OLEH M. ARIEF INDARTO 0810212111 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2013 DAFTAR ISI Halaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jahe (Zingiber officinale Rosc.) merupakan salah satu tanaman yang

I. PENDAHULUAN. Tanaman jahe (Zingiber officinale Rosc.) merupakan salah satu tanaman yang 2 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jahe (Zingiber officinale Rosc.) merupakan salah satu tanaman yang mempunyai banyak kegunaan antara lain sebagai ramuan, rempah - rempah, bahan minyak

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi...

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi... Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi... PENDAHULUAN P ada dasarnya pengelolaan tanaman dan sumber daya terpadu (PTT) bukanlah suatu paket teknologi, akan tetapi lebih merupakan metodologi atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bionutrien merupakan suatu bahan organik yang mengandung nutrisi yang

BAB I PENDAHULUAN. Bionutrien merupakan suatu bahan organik yang mengandung nutrisi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bionutrien merupakan suatu bahan organik yang mengandung nutrisi yang bermanfaat untuk meningkatkan kesuburan tanah dan kualitas hasil tanaman. Banyak tumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Stroberi atau strawberry dalam bahasa Inggris, merupakan salah satu komoditas buah-buahan yang terpenting di dunia, terutama untuk negara-negara beriklim subtropis.

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI DI KABUPATEN BANTUL I. PENDAHULUAN

ANALISIS FINANSIAL USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI DI KABUPATEN BANTUL I. PENDAHULUAN ANALISIS FINANSIAL USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI DI KABUPATEN BANTUL A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan sandang dan papan. Pangan sebagai kebutuhan pokok bagi kehidupan umat manusia merupakan penyedia

Lebih terperinci

MIKROORGANISME LOKAL (MOL) BUAH PISANG DAN PEPAYA TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN UBI JALAR (Ipomea batatas L)

MIKROORGANISME LOKAL (MOL) BUAH PISANG DAN PEPAYA TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN UBI JALAR (Ipomea batatas L) MIKROORGANISME LOKAL (MOL) BUAH PISANG DAN PEPAYA TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN UBI JALAR (Ipomea batatas L) BANANA AND PAPAYA LOCAL MICROORGANISMS (MOL) ON PLANT GROWTH SWEET POTATO (Ipomea batatas L)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan tersebut membuat mereka jatuh kejurang kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan tersebut membuat mereka jatuh kejurang kemiskinan. BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Sejak krisis multi dimensi tahun 1998 hingga saat ini masalah utama yang dihadapi bangsa Indonesia adalah masalah kemiskinan dan pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tinjauan Agronomis Padi merupakan salah satu varietas tanaman pangan yang dapat dibudidayakan

Lebih terperinci

POLICY BRIEF MENDUKUNG GERAKAN PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (GP-PTT) MELALUI TINJAUAN KRITIS SL-PTT

POLICY BRIEF MENDUKUNG GERAKAN PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (GP-PTT) MELALUI TINJAUAN KRITIS SL-PTT POLICY BRIEF MENDUKUNG GERAKAN PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (GP-PTT) MELALUI TINJAUAN KRITIS SL-PTT Ir. Mewa Ariani, MS Pendahuluan 1. Upaya pencapaian swasembada pangan sudah menjadi salah satu

Lebih terperinci

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG BUPATI MALANG, BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG KEBUTUHAN DAN PENYALURAN SERTA HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN MALANG TAHUN ANGGARAN 2013 BUPATI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pupuk tersebut, maka pencarian pupuk alternatif lain seperti penggunaan pupuk

I. PENDAHULUAN. pupuk tersebut, maka pencarian pupuk alternatif lain seperti penggunaan pupuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Dalam beberapa tahun terakhir ini, sistem berkelanjutan yang berwawasan lingkungan sedang digalakkan dalam sistem pertanian di Indonesia. Dengan semakin mahalnya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pertanian modern atau pertanian anorganik merupakan pertanian yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pertanian modern atau pertanian anorganik merupakan pertanian yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertanian Anorganik Pertanian modern atau pertanian anorganik merupakan pertanian yang menggunakan varietas unggul untuk berproduksi tinggi, pestisida kimia, pupuk kimia, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kandungan gizi cukup, nilai ekonomis tinggi serta banyak digunakan baik untuk

BAB I PENDAHULUAN. kandungan gizi cukup, nilai ekonomis tinggi serta banyak digunakan baik untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis tanaman hortikultura penting yang dibudidayakan secara komersial, karena memiliki kandungan gizi cukup,

Lebih terperinci

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN TAPIN TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

KONSEP PENANGANAN SAMPAH TL 3104

KONSEP PENANGANAN SAMPAH TL 3104 KONSEP PENANGANAN SAMPAH TL 3104 Environmental Engineering ITB - 2010 KELOMPOK 2 Dian Christy Destiana 15308012 Vega Annisa H. 15308014 Ratri Endah Putri 15308018 M. Fajar Firdaus 15308020 Listra Endenta

Lebih terperinci