PELATIHAN DAN IMPLEMENTASI BUDIDAYA SAYURAN ORGANIK DI KELURAHAN LINGKAR SELATAN KOTA JAMBI 1 Novalina, Zulkarnain, Wilma Yunita dan Yusnaini 2
|
|
- Surya Susman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PELATIHAN DAN IMPLEMENTASI BUDIDAYA SAYURAN ORGANIK DI KELURAHAN LINGKAR SELATAN KOTA JAMBI 1 Novalina, Zulkarnain, Wilma Yunita dan Yusnaini 2 ABSTRAK Sebagian petani telah memiliki motivasi untuk menerapkan budidaya sayuran organik, kendala yang dihadapi adalah petani masih sangat tergantung pada penggunaan pupuk kimia sintetik dan pestisida sintetik karena alasan kepraktisan serta kurangnya pengetahuan petani tentang cara pembuatan pupuk organik dan pestisida nabati. Selain karena sulitnya mencari pemasaran dengan harga jual yang lebih tinggi dibandingkan sayuran non organik. Oleh karena itu perlu dilakukan kegiatan ini untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan keterampilan petani dalam hal pembuatan pupuk organik, pestisida nabati serta dalam penerapan budidaya sayuran organik. Pelatihan pembuatan pupuk organik yang dilakukan adalah pupuk organik cair (MOL) dari keong mas-maja, limbah sayuran, bonggol pisang-daun nimba-daun pacar cina, serta pupuk kompos yang menggunakan MOL sebagai starter. Sedangkan kegiatan implementasi budidaya sayuran organik dilakukan dengan cara membuat demplot sayuran organik dan sayuran anorganik (cara petani) untuk 3 komoditas yaitu sawi, selada dan kacang panjang. Petak sayuran organik dan sayuran anorganik diperlakukan sama mulai dari persemaian sampai panen kecuali dalam hal pupuk dan pengendalian hama. Pada petak organik diaplikasikan dengan MOL dari keong mas-maja dan MOL dari bonggol pisangdaun pacar cina-daun nimba. Sedangkan pada petak anorganik semua mengikuti cara petani, pupuk yang digunakan Urea, TSP dan NPK. Pestisida yang digunakan untuk petak anorganik adalah Curacron 500 EC. Berdasarkan evaluasi yang dilakukan diketahui bahwa kegiatan pelatihan telah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani dalam hal pembuatan dan aplikasi pupuk organik dan pestisida nabati. Pada kegiatan implementasi budidaya sayuran organik, berdasarkan hasil pengamatan dan hasil panen pada petak organik dan petak anorganik diketahui bahwa kondisi pertumbuhan tanaman serta kualitas daun pada sawi organik dapat menyamai sawi anorganik. Hasil panen sawi organik rata-rata 10.7 kg/petak, sedangkan pada sawi anorganik 11.8 kg/petak. Pada demplot tanaman selada terlihat bahwa selada organik mempunyai pertumbuhan yang lebih bagus dan lebih cepat dibandingkan selada anorganik. Hasil panen selada organik rata-rata 6.6 kg/petak sedangkan selada anorganik 5.1 kg/petak. Sedangkan pada demplot kacang panjang terlihat bahwa pertumbuhan dan hasil panen kacang panjang organik berada dibawah kacang panjang anorganik. Kata kunci: Sayuran organik, pupuk organik, keong mas-maja. PENDAHULUAN Kelurahan Lingkar Selatan yang termasuk ke dalam wilayah Jambi Selatan Kota Jambi merupakan salah satu daerah sentra produksi sayuran dan sebagai pemasok utama sayuran bagi masyarakat kota Jambi. Sebagian sayuran yang dihasilkan oleh para petani di daerah ini juga telah dipasarkan di Trona Jambi Town Square (Jamtos). Sarana dan prasarana transportasi dari dan menuju wilayah ini relatif baik sehingga arus masuk dan keluar barang keperluan produksi 1 Dibiayai Dana DIPA Universitas Jambi Tahun Anggaran Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi
2 dan hasil produksi tidak terganggu. Kelurahan Lingkar Selatan mempunyai topografi yang relatif datar dengan ketinggian sekitar m dari permukaan laut. Sebagian besar petani di kelurahan ini mengusahakan tanaman sayuran semusim. Tanaman sayuran semusim yang biasa diusahakan petani adalah sawi, selada, kailan, bayam, kangkung, kacang panjang, buncis, terung, tomat, mentimun, gambas,dan pare. Dan pada tahun ini sebagian petani menanam tanaman cabe. Pada umumnya para petani di Kelurahan Lingkar Selatan sudah mempunyai kelompok tani dan sudah mulai merintis pertanian organik tetapi belum sepenuhnya menggunakan teknologi yang ramah lingkungan dan masih tergantung pada penggunaan pupuk kimia dan pestisida sintetik. Para petani sayuran di Kelurahan Lingkar Selatan saat ini tergabung dalam 3 kelompok tani yang berbeda yaitu: kelompok tani Sumber Tani, Rizqi dan Harapan Maju. Ketiga kelompok tani tersebut tergabung dalam satu Gapoktan yang bernama Tani Makmur. Kelompok tani Sumber Tani terbentuk pada tahun 1979 dan merupakan kelompok tani tanaman sayuran yang pertama di Kelurahan Lingkar Selatan. Kelompok tani Sumber Tani pada tahun 1990-an mengalami stagnasi dan tidak ada kegiatan kelompok. Tahun 2006 sebagian dari anggota kelompok tani Sumber Tani berinisiatif membentuk kelompok tani baru yang diberi nama kelompok Tani Rizqi. Sejak terbentuknya kelompok Tani Rizqi, para anggota kelompok tani yang masih berada dalam kelompok tani Sumber Tani termotivasi untuk aktif kembali. Selanjutnya pada tahun 2007 terbentuk 1 kelompok tani lagi yang bernama Harapan Maju. Kelompok tani yang dipilih sebagai khalayak sasaran pada kegiatan ini adalah kelompok tani Sumber Tani dan Rizqi. Saat ini anggota kelompok tani Rizqi berjumlah 25 orang yang terdiri atas 2 orang perempuan dan 23 orang laki-laki. Dari 25 orang tersebut 5 orang berpendidikan SMA, 15 orang SMP dan 5 orang SD. Struktur organisasi terdiri dari ketua (Suyono), sekretaris (Ahmad Basri), bendahara (Azman) dan anggota (22 orang). Sedangkan kelompok tani Sumber Tani berjumlah 37 orang, 15 orang perempuan dan 22 orang laki-laki. Dari 37 orang tersebut 6 orang berpendidikan SMA, 17 orang SMP dan 14 orang pendidikan SD. Struktur organisasi terdiri dari ketua (Sunaryo), sekretaris (Agusman), bendahara (Suyahno) dan anggota (34 orang). Semua anggota dari kedua kelompok tani tersebut menjadikan usaha budidaya tanaman sayuran sebagai mata pencaharian utama sehingga kegiatan usaha setiap hari dilakukan di lahan pertanian. Dilihat dari arus keluar masuk barang, posisi kelompok tani Rizqi dan Sumber Tani sangat strategis, berjarak sekitar 10 km dari pasar Angso Duo (pusat penjualan sayuran). Posisi lahan berada sekitar 200 m dari pinggir jalan raya, dengan lahan bertopografi relatif datar. Lahan yang diusahakan oleh kedua kelompok tani tersebut berdampingan. Luas lahan yang sudah diusahakan untuk budidaya tanaman sayuran pada kelompok tani Rizqi sekitar 20 ha dan pada kelompok tani Sumber Tani sekitar 30 ha. Lahan tersebut dimiliki oleh beberapa orang anggota kelompok tani sedangkan sebagian anggota kelompok yang lain diberi hak memakai (meminjam) tanpa sewa. Sarana/prasarana pertanian yang tersedia pada kedua kelompok tani adalah: masingmasing memiliki 1 saung/pondok sebagai tempat kelompok tani mengadakan rapat atau pertemuan. Masing-masing petani dari kedua kelompok tani ini telah memiliki alat-alat pertanian konvensional.
3 Usaha budidaya tanaman sayuran dilakukan secara intensif dimana masing-masing anggota kelompok menanam bermacam-macam komoditi pada 1 kali musim tanam dengan tujuan: untuk mengatur siklus panen sayuran dan memperoleh penghasilan secara terus menerus, mengantisipasi kegagalan panen pada suatu komoditas, serta untuk mengatasi perkembangan hama. Berbagai macam sayuran ditanam oleh petani pada petakan/galangan yang berukuran 10 m x 1m. Perumusan Masalah Perumusan masalah kedua kelompok tani, Rizki dan Sumber Tani, telah dilakukan secara partisipatif melalui diskusi kelompok, pengamatan langsung di lapangan, berbagi informasi dan pengalaman baik dengan petani maupun dengan PPL dan Lurah. Berdasarkan informasi dan pengamatan langsung di lapangan diketahui bahwa walaupun kedua kelompok tani mempunyai lokasi yang berdekatan serta tergabung dalam gapoktan yang sama namun mempunyai perbedaan yang cukup signifikan di dalam hal pengendalian hama terutama dalam pemakaian pestisida, semangat dan kemauan menuju budidaya sayuran organik serta antusiasme dalam menerima teknologi dan inovasi baru. Meskipun kedua kelompok tani menghadapi masalah yang sama dalam budidaya tanaman sayuran yaitu serangan hama serta pengadaan pupuk, namun kelompok tani Rizqi sudah dapat mengurangi penggunaan pestisida sintetik dalam mengendalikan hama pada tanaman sayuran terutama pada komoditas bayam, kangkung dan timun yang sudah mendapat predikat Prima 3. Penggunaan pestisida oleh kelompok tani Rizqi rata-rata 2 kali selama satu kali musim tanam pada setiap komoditas dan disesuaikan dengan jumlah populasi hama dan keadaan cuaca (hujan). Sedangkan kelompok tani Sumber Tani pada prakteknya masih sangat tergantung pada penggunaan pestisida sintetik untuk semua komoditas sayuran yang ditanam, minimal 3 kali selama satu kali musim tanam untuk setiap komoditas. Selain itu kelompok tani Rizqi mempunyai semangat dan motivasi yang tinggi menuju budidaya sayuran organik untuk semua komoditi sayuran serta lebih antusias dan lebih mudah menerima teknologi dan inovasi baru. Hal ini terjadi dikarenakan kelompok tani Rizqi lebih intensif dan lebih antusias melakukan diskusi dan pertemuan-pertemuan dengan para anggotanya dan berbagai instansiinstansi terkait. Penerapan budidaya sayuran organik seharusnya dapat terbebas dari ketergantungan penggunaan bahan sintetik baik dari segi pupuk maupun bahan yang digunakan dalam pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT). Selain itu, dalam menghadapi era perdagangan bebas yang lebih menekankan persyaratan mutu, keamanan pangan, sanitary dan phytosanitary, maka penerapan teknologi yang ramah lingkungan dan pengendalian OPT secara terpadu merupakan suatu keharusan dan tidak bisa ditawar-tawar lagi. Menurut Novalina (2010) kegiatan pengabdian pada masyarakat yang telah dilakukan pada tahun 2010 di Kelurahan Lingkar Selatan telah meningkatkan pengetahuan petani tentang pengendalian hama secara terpadu (PHT), pengenalan biologi dan ekologi hama serta musuh alami pada tanaman sayuran. Namun demikian masih terdapat beberapa kendala yang dihadapi oleh kedua kelompok tani agar betul-betul dapat melakukan budidaya sayuran organik yaitu petani masih sangat tergantung pada penggunaan pupuk kimia sintetik dan pestisida sintetik. Hal ini karena alasan kepraktisan serta kurangnya pengetahuan petani tentang cara pembuatan pupuk organik dan
4 pestisida organik. Sedangkan pupuk organik dan pestisida organik yang beredar di pasaran harganya relatif mahal serta tidak selalu tersedia. Selain itu karena sulitnya mencari pemasaran untuk sayuran organik di Provinsi Jambi dengan harga jual yang lebih tinggi dibandingkan sayuran non organik. Tujuan Kegiatan Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatan pengetahuan dan pemahaman petani tentang budidaya sayuran organik dan cara pengendalian organisme pengganggu tanaman yang tepat, serta meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani dalam pembuatan dan aplikasi pupuk organik dan pestisida nabati yang akan digunakan dalam budidaya sayuran organik. MATERI DAN METODE Kerangka Pemenacahan Masalah Pendekatan pemecahan masalah telah dilakukan melalui metode Participatory Learning and Action (PLA). Partisipasi aktif anggota dari kedua kelompok diutamakan dalam berdiskusi, berbagi informasi dan pengalaman serta penerapan I b M. Untuk mengatasi berbagai masalah pada kelompok tani Rizki dan Sumber Tani telah dilakukan need assesment dengan metode partisipatif dan telah disepakati program yang perlu dilakukan: (1) Peningkatan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan anggota kelompok tani dalam pengolahan limbah pertanian menjadi pupuk organik; (2) Peningkatan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan petani dalam pengelolaan OPT terutama dengan menggunakan pestisida nabati; (3) Peningkatankemampuan dan keterampilan anggota kelompok tani dalam pembuatan dan penerapan pupuk organik dan pestisida nabati dalam budidaya sayuran organik pada Kelompok Tani Rizki, Sumber Tani dan instansi terkait. Metode yang Digunakan Pelatihan dilaksanakan di lahan pertanian (sawung) kelompok tani Rizqi selama 2 hari. Pemilihan tempat pada kelompok tani ini dimaksudkan agar mendorong terjadinya peran yang lebih aktif para anggota kelompok tani dalam mendiskusikan berbagai hal mengenai pengelolaan tanaman sayuran. Pelatihan dilakukan dengan metode androgogy (pendidikan untuk orang dewasa) / Participatory Learning and Action (PLA). Materi pelatihan adalah: (1) Budidaya sayuran organik; (2) Prinsip dan strategi penerapan PHT; (3) Cara pembuatan dan aplikasi pestisida nabati dan pupuk organik; (4) Teknik pengukuran serangan hama dan evaluasi kehilangan hasil akibat hama; (5) Bimbingan analisis ekonomi keunggulan teknologi budidaya sayuran organik. Peserta dan Pelatihan Peserta pelatihan adalah seluruh anggota dari kedua kelompok tani, Rizqi dan Sumber Tani, sebanyak 62 orang. Untuk keberlanjutan pembinaan disamping anggota kedua kelompok tani, dalam pelatihan juga diundang lembaga terkait termasuk Lurah dan Petugas Penyuluh Lapangan (PPL). Metode evaluasi untuk dapat menilai keberhasilan kegiatan pelatihan ini dalam meningkatkan pengetahuan dan pemahaman petani mengenai budidaya sayuran organik, PHT, cara pembuatan dan aplikasi pestisida nabati dan pupuk organik dilakukan dengan menggunakan kuisioner. Hasil evaluasi menunjukkan kedua kelompok tani menjadi terampil dalam membuat pupuk organik dan pestisida nabati dari bahan-bahan yang terdapat di sekitar lahan petani setelah mengikuti implementasi program I b M ini.
5 HASIL DAN PEMBAHASAN Pelatihan Pelatihan yang dilakukan telah meningkatkan pengetahuan dan pemahaman petani tentang budidaya sayuran organik serta tentang strategi dan penerapan Pengendalian Hama Terpadu. Selain itu pelatihan tentang cara pembuatan pupuk organik dan pestisida nabati yang melibatkan para anggota kelompok tani secara aktif mulai dari penyediaan bahan, persiapan bahan, dan pembuatan pupuk organik telah mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani dalam pembuatan pupuk organik dan pestisida nabati. Sebagian besar petani juga mengetahui bahan-bahan apa saja yang dapat digunakan dalam pembuatan pupuk organik. Implementasi Budidaya Sawi Organik Berdasarkan hasil pengamatan pada masing-masing petak sawi organik dan petak anorganik terlihat bahwa kondisi pertumbuhan tanaman terlihat sama, demikian juga dengan kualitas daun (akibat serangan hama) terlihat hampir sama. Formulasi pupuk organik MOL yang dibuat dapat berperan ganda baik sebagai pupuk maupun sebagai pengendali hama. Hama yang ditemukan pada tanaman sawi organik maupun anorganik adalah Crocidolomia binotalis dan Plutella xylostella. Menurut Purwasasmita (2009), larutan MOL mengandung unsur hara makro dan mikro dan juga mengandung bakteri yang berpotensi sebagai perombak bahan organik, perangsang pertumbuhan dan sebagai agen pengendali penyakit. Produksi sawi anorganik sedikit lebih tinggi dibandingkan sawi organik. Hasil panen sawi pada petak anorganik (petak berukuran 3 m x 1 m) rata-rata 11.8 kg/petak, sedangkan pada petak organik rata-rata 10.7 kg/petak. Implementasi Budidaya Selada Organik Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan terlihat bahwa tanaman selada pada petak organik lebih cepat dan lebih bagus dibandingkan dengan selada pada petak anorganik. Demikian juga dengan produksi, ternyata produksi selada organik lebih tinggi dibandingkan dengan selada anorganik. Hasil panen selada pada petak organik (petak berukuran 3 m x 1m) rata-rata 6.6 kg/petak sedangkan pada petak anorganik rata-rat 5.1 kg/petak. Selain itu terdapat keuntungan lain yang diperoleh dengan mengaplikasikan pupuk MOL pada petak selada organik yaitu tanah menjadi lebih gembur. Hal ini ditandai dengan lebih mudahnya mencabut tanaman selada pada petak organik. Implementasi Budidaya Kacang Panjang Organik Berbeda dengan hasil yang diperoleh pada sawi dan selada organik, pertumbuhan dan hasil panen kacang panjang organik masih berada dibawah kacang panjang anorganik. Hal ini kemungkinan disebabkan tidak efektifnya aplikasi penyemprotan pupuk organik MOL yang dilakukan pada musim hujan terhadap tanaman kacang panjang pada petak organik. Penanaman kacang panjang dilakukan pada awal September 2012, dan sudah memasuki musim hujan. Aplikasi pupuk organik MOL pada tanaman kacang panjang yang dilakukan pada musim hujan menyebabkan pupuk organik tersebut akan mudah tercuci oleh air hujan sebelum sempat terserap semua ke dalam jaringan tanaman. Selain itu karena tanaman kacang panjang mengalami pertumbuhan vegetatif dan generatif sebelum dipanen, sebaiknya jenis MOL yang
6 diaplikasikan lebih beragam, sehingga dapat mendukung untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman kacang panjang tersebut. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan: (1) Kegiatan pelatihan yang dilakukan telah meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan petani dalam hal budidaya sayuran organik dan pengendalian hama terpadu serta cara pembuatan dan aplikasi pupuk organik dan pestisida nabati. (2) Budidaya sayuran secara organik pada dua komoditas yaitu sawi dan selada dengan menggunakan dua jenis MOL yaitu dari campuran keong-maja dan bonggol pisang-nimba-pacar cina dapat menyamai hasil tanaman yang dibudidayakan secara anorganik baik secara kualitas maupun kuantitas. Saran Saran pada kegiatan pengabdian ini adalah: (1) Perlunya keterlibatan instansi yang terkait dalam hal mencari pemasaran untuk sayuran organik dengan harga yang lebih tinggi dari sayuran anorganik sehingga para petani termotivasi untuk betul-betul menerapkan budidaya sayuran organik. (2) Perlunya keterlibatan dan kebijakan pemerintah dalam hal mengurangi subsidi maupun jumlah pupuk dan pestisida sintetik yang beredar di masyarakat sehingga dengan demikian akan mendorong petani untuk beralih pada penggunaan pupuk organik dan pestisida nabati. DAFTAR PUSTAKA Novalina, Peningkatan Pengetahuan Petani tentang Pengendalian Hama Secara Terpadu (PHT), Pengenalan Biologi dan Ekologi Hama Serta Usuh Alami pada Tanaman Sayuran. Laporan Pengabdian pada Masyarakat Tahun 2010 di Keluarahan Lingkar Selatan, Jambi. Novalina, Yunita W Pengaruh Beberapa Jenis Pupuk Organik Cair terhadap Hama Perusak Daun pada Tanaman Sawi (Brassica juncea). Prosiding Seminar Nasional dan Rapat Tahunan Bidang Ilmu-ilmu Pertanian BKS-PTN Wilayah Barat tahun Volume 1: Medan 3-5 April Purwasasmita, M Mikroorganisme Lokal sebagai Pemicu Siklus Kehidupan Bioreactor dalam Bioreactor Tanaman. Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia. Bandung Oktober 2009.
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung
Lebih terperinciPENINGKATAN MUTU SAYURAN MELALUI SERTIFIKASI PRIMA 3 PADA KAWASAN PRIMA TANI PAAL MERAH KOTA JAMBI. Abstrak
PENINGKATAN MUTU SAYURAN MELALUI SERTIFIKASI PRIMA 3 PADA KAWASAN PRIMA TANI PAAL MERAH KOTA JAMBI Kiki Suheiti dan Syafri Edi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jambi Jl. Samarinda Paal Lima
Lebih terperinciBUDIDAYA PEPAYA BERBASIS RAMAH LINGKUNGAN DENGAN TEKNOLOGI KOMPOS AKTIF. (Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi) 2
BUDIDAYA PEPAYA BERBASIS RAMAH LINGKUNGAN DENGAN TEKNOLOGI KOMPOS AKTIF 1 M. Syarif, 2 Wiwaha Anas Sumadja dan 1 H. Nasution 1 (Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi) 2 (Staf Pengajar Fakultas
Lebih terperinciPEMANFAATAN KOMPOS AKTIF DALAM BUDIDAYA PEPAYA ORGANIK DI DESA KASANG PUDAK
PEMANFAATAN KOMPOS AKTIF DALAM BUDIDAYA PEPAYA ORGANIK DI DESA KASANG PUDAK Margarettha, Hasriati Nasution, dan Muhammad. Syarif Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi Abstrak Masyarakat kota
Lebih terperinciPENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT MELALUI USAHA KOMPOS BOKASHI, BUDIDAYA SAYUR DAN JAMUR MERANG ABSTRAK
PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT MELALUI USAHA KOMPOS BOKASHI, BUDIDAYA SAYUR DAN JAMUR MERANG Mariati, Rosita Sipayung, Riswanti, dan Era Yusraini Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Lebih terperinciUJI EFEKTIFITAS BEBERAPA MIKRO ORGANISME LOKAL TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN SAWI HIJAU (Brassica juncea L.)
Volume 17, Nomor 2, Hal. 68-74 Juli Desember 2015 ISSN:0852-8349 UJI EFEKTIFITAS BEBERAPA MIKRO ORGANISME LOKAL TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN SAWI HIJAU (Brassica juncea L.) Miranti Sari Fitriani,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Konsumennya mulai dari golongan masyarakat kelas bawah hingga golongan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sawi merupakan jenis sayur yang digemari oleh masyarakat Indonesia. Konsumennya mulai dari golongan masyarakat kelas bawah hingga golongan masyarakat kelas atas. Sayur
Lebih terperinciI PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1
1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicom esculentum Mill) merupakan salah satu jenis tanaman
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tomat (Lycopersicom esculentum Mill) merupakan salah satu jenis tanaman sayuran yang memiliki nilai ekonomis dan kandungan gizi yang tinggi seperti vitamin,
Lebih terperinci*) Dibiayai Dana DIPA Universitas Andalas Tahun Anggaran 2009 **) Staf Pengajar Fakultas Pertanian Univ.Andalas Padang
PENERAPAN PENGGUNAAN INSEKTISIDA BIORASIONAL UNTUK MENGENDALIKAN HAMA KUTU KEBUL, Bemisia tabaci PENYEBAB PENYAKIT VIRUS KUNING KERITING CABAI DI NAGARI BATU TAGAK, KECAMATAN LUBUK BASUNG, KABUPATEN AGAM,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pertanian organik merupakan sistem managemen produksi yang dapat. tanaman. Dalam pelaksanaannya pertanian organik menitikberatkan pada
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian organik merupakan sistem managemen produksi yang dapat meningkatkan kesehatan tanah maupun kualitas ekosistem tanah dan produksi tanaman. Dalam pelaksanaannya
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI
BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI Lahan pertanian yang dijadikan objek penelitian berlokasi di daerah lahan pertanian DAS Citarum Hulu, Desa Sukapura, Kecamatan Sukasari, Kabupaten Bandung dan sebagai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. negeri maupun untuk ekspor. Komoditas sayuran dapat tumbuh dan berproduksi di
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman sayuran cukup penting di Indonesia, baik untuk konsumsi di dalam negeri maupun untuk ekspor. Komoditas sayuran dapat tumbuh dan berproduksi di dataran rendah sampai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah dikenal sejak dulu. Ada beberapa jenis tomat seperti tomat biasa, tomat apel, tomat keriting,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kesadaran manusia akan kesehatan menjadi salah satu faktor kebutuhan sayur dan buah semakin meningkat. Di Indonesia tanaman sawi merupakan jenis sayuran
Lebih terperinciPENERAPAN TEKNOLOGI MIKOTRIDERM BERBASIS 3 in 1 DALAM PEMBIBITAN KARET RAKYAT
PENERAPAN TEKNOLOGI MIKOTRIDERM BERBASIS 3 in 1 DALAM PEMBIBITAN KARET RAKYAT Elis Kartika, Arzita, Wilma Yunita dan Gusniwati Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi ABSTRAK Desa Mujahirin
Lebih terperinciTahun Bawang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan melalui usaha agribisnis, mengingat potensi serapan pasar di dalam negeri dan pasar
Lebih terperinciSTUDI EKONOMI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN MELALUI PENERAPAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI KOTA BENGKULU ABSTRAK PENDAHULUAN
STUDI EKONOMI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN MELALUI PENERAPAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI KOTA BENGKULU Umi Pudji Astuti dan Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan tingkat konsumsi beras yang tinggi, hal ini dikarenakan kebiasaan dan tradisi masyarakat Indonesia ketergantungan dengan beras. Oleh
Lebih terperinciBUDIDAYA SAYURAN ORGANIK DI DUSUN SIDODADI DAN DUSUN SUKA MAJU DENGAN MENGGUNAKAN KOMPOS BERBASIS MOL REBUNGCOT.
BUDIDAYA SAYURAN ORGANIK DI DUSUN SIDODADI DAN DUSUN SUKA MAJU DENGAN MENGGUNAKAN KOMPOS BERBASIS MOL REBUNGCOT. Gusniwati dan Dedy Antoni Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi Abstrak Tujuan
Lebih terperinciPELUANG PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAYUR-SAYURAN DI KABUPATEN KARIMUN RIAU
PELUANG PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAYUR-SAYURAN DI KABUPATEN KARIMUN RIAU Almasdi Syahza Pusat Pengkajian Koperasi dan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat (PPKPEM) Universitas Riau Email: asyahza@yahoo.co.id:
Lebih terperinciM.Yazid, Nukmal Hakim, Guntur M.Ali, Yulian Junaidi, Henny Malini Dosen Fakutas Pertanian Universitas Sriwijaya ABSTRAK
PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI INTRODUKSI TEKNOLOGI PEMBUATAN DAN APLIKASI PESTISIDA NABATI PADA DEMPLOT SAYURAN ORGANIK DI KELURAHAN TALANG KERAMAT KABUPATEN BANYUASIN M.Yazid, Nukmal Hakim, Guntur M.Ali,
Lebih terperinciPELUANG PENGEMBANGAN BUDIDAYA SAYURAN ORGANIK MENDUKUNG KEMANDIRIAN PETANI DI KOTA PONTIANAK DAN KABUPATEN KUBURAYA PROVINSI KALIMANTAN BARAT
PELUANG PENGEMBANGAN BUDIDAYA SAYURAN ORGANIK MENDUKUNG KEMANDIRIAN PETANI DI KOTA PONTIANAK DAN KABUPATEN KUBURAYA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Tommy Purba dan Abdullah Umar Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Lebih terperinciLAPORAN SPEKTRUM DISEMINASI MULTI CHANEL (SDMC) MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) BPTP BENGKULU
LAPORAN SPEKTRUM DISEMINASI MULTI CHANEL (SDMC) MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) BPTP BENGKULU Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) di Bengkulu dilaksanakan melalui pendekatan partisipatif
Lebih terperinciI. GAMBARAN UMUM SL PHT
HASIL MONITORING PUG PADA DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA TAHUN 2012 SL PHT PADA KELOMPOK TANI BUNGA MEKAR KABUPATEN BANDUNG BARAT DAN KELOMPOK TANI PASIR KELIKI KABUPATEN SUMEDANG I. GAMBARAN UMUM SL
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang
III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi Definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabelvariabel yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Padi merupakan sumber bahan makanan pokok bagi sebagian masyarakat Indonesia. Apalagi setelah adanya kebijakan pembangunan masa lalu, yang menyebabkan perubahan sosial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Studi tentang petani dan usahatani, terutama dari aspek budidaya sudah cukup banyak dilakukan di Indonesia. Namun, kajian dan penelitian dalam hal pemilihan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam mempengaruhi pembangunan suatu negara, terutama pada negara berkembang seperti di Indonesia. Hal ini dikarenakan oleh
Lebih terperinciCara dan Proses Pembuatan Demplot dan Diskusi Lapangan
Cara dan Proses Pembuatan Demplot dan Diskusi Lapangan pangan Kecamatan Pauh terletak di Kota Padang. Daerah ini terletak tidak jauh dari pusat kota dengan ketinggian tempat ± 200 m dpl. Pada umumnya petani
Lebih terperinciBaswarsiati, S. Kusworini, K. Boga, D. Rahmawati dan T. Zubaidi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur ABSTRAK
KAJIAN PENGARUH PENERAPAN INOVASI TEKNOLOGI SAYURAN MENUJU PRIMA3 TERHADAP PRODUKSI DAN MUTU SAYURAN SERTA PENINGKATAN KELEMBAGAAN DI WILAYAH MP3MI MALANG Baswarsiati, S. Kusworini, K. Boga, D. Rahmawati
Lebih terperinciVI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL
VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 48
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kabupaten Pringsewu 1. Geografis Kabupaten Pringsewu Kabupaten Pringsewu merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian adalah sektor penting dalam perekonomian Indonesia. Beberapa peran penting sektor pertanian yaitu menyerap tenaga kerja, sumber pendapatan bagi masyarakat,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. faktor penting dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Dilihat dari
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketersediaan unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman merupakan faktor penting dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Dilihat dari manfaat unsur hara bagi tanaman,
Lebih terperinciMAKALAH SEMINAR (PTH 1507) DAMPAK NEGATIF PUPUK KIMIA TERHADAP KESUBURAN TANAH
MAKALAH SEMINAR (PTH 1507) DAMPAK NEGATIF PUPUK KIMIA TERHADAP KESUBURAN TANAH Oleh MUSTA IN ROMLI 10712025 PROGRAM STUDI HORTIKULTURA JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG 2012 I.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. (b) Mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara tradisional Indonesia adalah negara agraris yang banyak bergantung pada aktivitas dan hasil pertanian, dapat diartikan juga sebagai negara yang mengandalkan sektor
Lebih terperinciKUISIONER WAWANCARA PETANI PENGELOLAAN TANAMAN DAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN (OPT) LADA DI BANGKA
38 LAMPIRAN Lampiran 1 KUISIONER WAWANCARA PETANI PENGELOLAAN TANAMAN DAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN (OPT) LADA DI BANGKA Kabupaten : Bangka/Bateng Pewawancara :. Kecamatan :. Tgl. Wawancara :.. Desa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan negara yang sangat mendukung untuk pengembangan agribisnis
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sayuran berperan sebagai sumber karbohidrat, protein nabati, vitamin, dan mineral serta bernilai ekonomi tinggi. Sayuran memiliki keragaman yang sangat banyak baik
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN 1.2 Analisis Situasi Mitra pupuk organik.
BAB I. PENDAHULUAN 1.2 Analisis Situasi Mitra Pertanian merupakan sumber pangan bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Hal ini menyebabkan bidang pertanian harus dapat memacu diri untuk meningkatkan
Lebih terperinciJurnal Pengabdian pada Masyarakat No. 55 Tahun 2013, ISSN:
PEMANFAATAN LIMBAH DRUM CAT MENJADI DEKOMPOSTER SISTEM KIPAS SEBAGAI TEKNOLOGI UNTUK MENGOLAH LIMBAH PERTANIAN 1 Elis Kartika, Made Deviani Duaja, Lizawati, Gusniwati and Arzita 2 ABSTRAK Tujuan dari penyuluhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Karo merupakan suatu daerah di Propinsi Sumatera Utara yang terletak di dataran tinggi pegunungan Bukit Barisan dan merupakan daerah hulu sungai. Kabupaten
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PENGEMBANGAN PERTANIAN ORGANIK DI KABUPATEN JEMBRANA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PENGEMBANGAN PERTANIAN ORGANIK DI KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a. bahwa sistem pertanian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tanpa mengurangi tingkat kesuburan tanah atau kelestariannya. Dalam usaha
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha pengembangan pertanian selayaknya dilakukan secara optimal tanpa mengurangi tingkat kesuburan tanah atau kelestariannya. Dalam usaha tersebut, maka produktivitas
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Cair Industri Tempe Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses industri maupun domestik (rumah tangga), yang lebih di kenal sebagai sampah, yang kehadiranya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kacang hijau merupakan salah satu tanaman pangan yang banyak dibudidayakan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kacang hijau merupakan salah satu tanaman pangan yang banyak dibudidayakan oleh para petani di Indonesia. Kacang hijau dapat dikonsumsi dalam berbagai macam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan. Peningkatan produksi padi dipengaruhi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan tanaman serealia penting dan digunakan sebagai makanan pokok oleh bangsa Indonesia. Itulah sebabnya produksi padi sangat perlu untuk ditingkatkan. Peningkatan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga setelah padi dan jagung. Kebutuhan kedelai terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU JAGUNG LAHAN KERING DI KABUPATEN BULUKUMBA
Seminar Nasional Serealia, 2013 PENERAPAN MODEL PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU JAGUNG LAHAN KERING DI KABUPATEN BULUKUMBA Muhammad Thamrin dan Ruchjaniningsih Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menjadi menarik sehingga mampu menambah selera makan. Selada umumnya
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selada (Lactuca sativa L) merupakan salah satu komoditi sayuran hortikultura yang banyak dikonsumsi masyarakat. Selada banyak dipilih oleh masyarakat karena tekstur dan
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar
V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49 29 Lintang Selatan dan
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa wukirsari merupakan salah satu Desa dari total 4 Desa yang berada di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Desa Wukirsari yang berada sekitar
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. definisi sempit dan pertanian organik dalam definisi luas. Dalam pengertian
5 TINJAUAN PUSTAKA Pertanian organik Pertanian organik meliputi dua definisi, yaitu pertanian organik dalam definisi sempit dan pertanian organik dalam definisi luas. Dalam pengertian sempit, pertanian
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. A. Biotani Sistimatika Sawi. Sawi adalah sekelompok tumbuhan dari marga Brassica yang
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biotani Sistimatika Sawi Sawi adalah sekelompok tumbuhan dari marga Brassica yang dimanfaatkan daun atau bunganya sebagai bahan pangan (sayuran), baik segar maupun diolah. Sawi
Lebih terperinciBUDIDAYA SAYURAN. Paramita Cahyaningrum Kuswandi Program Pengabdian Masyarakat Jur. Pend. Biologi FMIPA UNY 2014
BUDIDAYA SAYURAN Paramita Cahyaningrum Kuswandi Email : paramita@uny.ac.id Program Pengabdian Masyarakat Jur. Pend. Biologi FMIPA UNY 2014 Budidaya Tanaman Sayuran Langkah-langkah yang perlu dilakukan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gaya hidup sehat atau kembali ke alam (Back to nature) telah menjadi trend baru masyarakat. Hal ini dikarenakan masyarakat semakin menyadari bahwa penggunaan bahan-bahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masih tergantung pada penggunaan pestisida sintetis yang dianggap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) oleh petani masih tergantung pada penggunaan pestisida sintetis yang dianggap efektif. Menurut Sastrosiswojo, 1990 (Kasumbogo
Lebih terperinciKONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN. Berdasarkan data monografi Desa Sukorejo (2013) menunjukkan keadaan
IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Berdasarkan data monografi Desa Sukorejo (2013) menunjukkan keadaan alam, keadaan pendududuk, keadaan sarana perekonomia dan keadaaan pertanian di Desa Sukerojo adalah
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian
60 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian Daerah penelitian terletak di Desa Fajar Asri Kecamatan Seputih Agung Kabupaten Lampung Tengah. Desa Fajar Asri
Lebih terperinciVI KARAKTERISTIK PETANI RESPONDEN
VI KARAKTERISTIK PETANI RESPONDEN 6.3. Gambaran Umum Petani Responden Gambaran umum petani sampel diperoleh berdasarkan hasil wawancara dengan para petani yang menerapkan usahatani padi sehat dan usahatani
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. meramu bahan-bahan kimia (anorganik) berkadar hara tinggi. Misalnya, pupuk urea
TINJAUAN PUSTAKA Pupuk Anorganik Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik-pabrik pupuk dengan meramu bahan-bahan kimia (anorganik) berkadar hara tinggi. Misalnya, pupuk urea berkadar N 45-46
Lebih terperinciPEMANFAATAN LIMBAH PETERNAKAN DALAM PENGEMBANGAN SISTEM USAHATANI SAYUR-SAYURAN ORGANIK DI TIMOR TENGAH UTARA
PEMANFAATAN LIMBAH PETERNAKAN DALAM PENGEMBANGAN SISTEM USAHATANI SAYUR-SAYURAN ORGANIK DI TIMOR TENGAH UTARA Amirudin Pohan dan Yohanes Leki Seran Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTT ABSTRAK Pengembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adanya kandungan karotin, Vitamin A, Vitamin B dan Vitamin C. Oleh karena itu,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sayuran sangat erat hubungannya dengan kesehatan, sebab sayuran banyak mengandung vitamin dan mineral yang sangat dibutuhkan oleh tubuh terutama adanya kandungan karotin,
Lebih terperinciPUPUK KOSARMAS SEBAGAI UPAYA REVITALISASI LAHAN KRITIS GUNA MENINGKATKAN KUALITAS DAN KUANTITAS HASIL PERTANIAN
1 PUPUK KOSARMAS SEBAGAI UPAYA REVITALISASI LAHAN KRITIS GUNA MENINGKATKAN KUALITAS DAN KUANTITAS HASIL PERTANIAN Achmad Syaifudin, Leny Mulyani, Mukhlas Ariesta RINGKASAN Penggunaan pupuk kimia dalam
Lebih terperinciEFEKTIFITAS PESTISIDA NABATI TERHADAP PENGENDALIAN ULAT GRAYAK (Spodoptera sp.) PADA TANAMAN SAWI (Brassica sinensis L.). Deden *
EFEKTIFITAS PESTISIDA NABATI TERHADAP PENGENDALIAN ULAT GRAYAK (Spodoptera sp.) PADA TANAMAN SAWI (Brassica sinensis L.). Deden * Fakultas Pertanian Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon Email korespondensi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sayuran merupakan produk pertanian strategis yang ketersediaannya di Indonesia berlimpah sepanjang tahun. Konsumsi sayuran masyarakat Indonesia sendiri selalu meningkat
Lebih terperinciPEMANFAATAN BOKHASI, IRIGASI PROBASA, HIDROPONIK PADA TANAMAN HORTIKULURA PADA LAHAN KERING
PEMANFAATAN BOKHASI, IRIGASI PROBASA, HIDROPONIK PADA TANAMAN HORTIKULURA PADA LAHAN KERING Arnold. Christian Tabun 1), C. L O. Leo Penu 1) A. Sinurat 2) V. D. Tome 1), dan T. Lapenangga 1) 1) Politeknik
Lebih terperinciV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Demografi Desa Citeko, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor Desa Citeko merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Cisarua. Desa Citeko memiliki potensi lahan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman yang berasal
11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Kacang Tanah Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman yang berasal dari benua Amerika, khususnya dari daerah Brizilia (Amerika Selatan). Awalnya kacang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jagung semi adalah jagung manis yang dipanen saat masih muda. Di Asia, jagung semi sangat populer sebagai sayuran yang dapat dimakan mentah maupun dimasak. Budidaya jagung
Lebih terperinciBAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Proses experiential learning yang dilakukan oleh anggota KWT dalam
BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan ditarik beberapa kesimpulan, sebagai berikut : 1. Proses experiential learning yang dilakukan oleh anggota KWT dalam
Lebih terperinciPEMBUATAN PUPUK ORGANIK
PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA KEDELAI BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PEMBUATAN PUPUK ORGANIK BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 Sesi : PEMBUATAN PUPUK ORGANIK
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan komoditas yang mendapat
PENDAHULUAN Latar belakang Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan komoditas yang mendapat prioritas tinggi di bidang penelitian dan pengembangan sayuran di Indonesia. Berdasarkan volume, kentang adalah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam struktur ekonomi nasional. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya berperan dalam pembentukan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NO 48/ Permentan/OT.140/10/2009
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NO 48/ Permentan/OT.140/10/2009 Tentang Pedoman Budidaya Buah dan Sayur Yang Baik (Good Agriculture Practices For Fruit and Vegetables) Menimbang : a. bahwa dengan Peraturan
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor terpenting dalam pembangunan Indonesia, terutama dalam pembangunan ekonomi. Keberhasilan pembangunan sektor pertanian dapat dijadikan sebagai
Lebih terperinciINTRODUKSI BUDIDAYA SAYURAN ORGANIK MENGGUNAKAN PIPA PARALON DI DESA TANJUNG SETEKO KECAMATAN INDRALAYA UTARA KABUPATEN OGAN ILIR
INTRODUKSI BUDIDAYA SAYURAN ORGANIK MENGGUNAKAN PIPA PARALON DI DESA TANJUNG SETEKO KECAMATAN INDRALAYA UTARA KABUPATEN OGAN ILIR Selly Oktarina, Yulian Junaidi, Idham Alamsyah, Thirtawati, Desi Aryani
Lebih terperinciPENGEMBANGAN DODOL WORTEL DESA GONDOSULI KECAMATAN TAWANGMANGU KABUPATEN KARANGANYAR
PENGEMBANGAN DODOL WORTEL DESA GONDOSULI KECAMATAN TAWANGMANGU KABUPATEN KARANGANYAR Setyowati dan Fanny Widadie Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta watikchrisan@yahoo.com
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber matapencaharian dari mayoritas penduduknya, sehingga sebagian besar penduduknya menggantungkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan Pertanian merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan nasional. Pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian bangsa, hal ini ditunjukkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pola hidup sehat semakin
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pola hidup sehat semakin tinggi, hal tersebut diwujudkan dengan mengkonsumsi asupan-asupan makanan yang rendah zat kimiawi sebagai
Lebih terperinciKAJIAN PEMANFAATAN LIMBAH SAWIT PADA PEMBUATAN PUPUK ORGANIK GUNA MENDUKUNG PENGEMBANGAN SAYURAN ORGANIK DI KALIMANTAN BARAT
KAJIAN PEMANFAATAN LIMBAH SAWIT PADA PEMBUATAN PUPUK ORGANIK GUNA MENDUKUNG PENGEMBANGAN SAYURAN ORGANIK DI KALIMANTAN BARAT Peneliti Utama : Dwi P. Widiastuti, SP, M.Sc PROGRAM INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian Menurut Mubyarto (1995), pertanian dalam arti luas mencakup pertanian rakyat atau pertanian dalam arti sempit disebut perkebunan (termasuk didalamnya perkebunan
Lebih terperinciLAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 48/Permentan/OT.140/2009 TANGGAL : 19 Oktober 2009
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 48/Permentan/OT.140/2009 TANGGAL : 19 Oktober 2009 PEDOMAN BUDIDAYA BUAH DAN SAYUR YANG BAIK (GOOD AGRICULTURE PRACTICES FOR FRUIT AND VEGETABLES) A. Latar
Lebih terperinciPENDAHULUAN. pangan nasional. Komoditas ini memiliki keragaman yang luas dan berperan
PENDAHULUAN Latar Belakang Sayuran merupakan komoditas penting dalam mendukung ketahanan pangan nasional. Komoditas ini memiliki keragaman yang luas dan berperan sebagai sumber karbohidrat, protein nabati,
Lebih terperinciII TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin ( Brassica rapa cv. caisin)
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin (Brassica rapa cv. caisin) Caisin (Brassica rapa cv. caisin) merupakan tanaman yang termasuk ke dalam suku kubis-kubisan atau sawi-sawian (Brassicaceae/Cruciferae).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dihasilkan perkebunan ataupun pabrik biji kopi yang jika tidak dimanfaatkan akan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara penghasil kopi terbesar di dunia.menurut data statistik (BPS, 2003). Selama lima tahun terakhir, Indonesia menempati posisi keempat
Lebih terperinciPemanfaatan dan Pengolahan Pupuk Organik Dari Limbah Tanaman Jagung Dan Kulit Coklat
Pemanfaatan dan Pengolahan Pupuk Organik Dari Limbah Tanaman Jagung Dan Kulit Coklat (1 Uswatun Hasanah, 2 Murniaty Simorangkir, 3 Indra Masmur, 4 Sajaratud Dur dan, 5 Elvri Melliaty Sitinjak) Abstrak
Lebih terperinciGambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Agroekonomi Kabupaten Garut Kabupaten Garut memiliki 42 kecamatan dengan luas wilayah administratif sebesar 306.519 ha. Sektor pertanian Kabupaten
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Pedoman. Budi Daya. Buah dan Sayur.
No.402, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Pedoman. Budi Daya. Buah dan Sayur. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 48 Permentan/OT.140/10/2009 TENTANG PEDOMAN BUDIDAYA BUAH DAN
Lebih terperinciIPTEKS BAGI MASYARAKAT KELOMPOK TANI PRODUKSI PESTISIDA NABATI KARANGMELOK, KECAMATAN TAMANAN, BONDOWOSO
IPTEKS BAGI MASYARAKAT KELOMPOK TANI PRODUKSI PESTISIDA NABATI KARANGMELOK, KECAMATAN TAMANAN, BONDOWOSO Hariyono Rakhmad 1) dan Triono Bambang Irawan 2) 1)Jurusan Teknologi Informasi, 2) Jurusan Produksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian modern (revolusi hijau) telah membawa kemajuan pesat bagi pembangunan pertanian khususnya dan kemajuan masyarakat pada umumnya. Hal ini tidak terlepas dari
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan. Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Pembangunan pertanian masih mendapatkan
Lebih terperinciPupuk Organik Cair AGRITECH
Pupuk Organik Cair AGRITECH LATAR BELAKANG TERJADINYA KERUSAKAN PADA ALAM / Lahan Pertanian--- TUA (TANAH, UDARA, & AIR) 1. Tanah : Tandus, Gersang, Tercemar. 2. Udara : Panas Global efek dari rumah kaca.
Lebih terperinciKEMAMPUAN ANGGOTA KELOMPOK TANI DALAM PEMANFAATAN SARANA PRODUKSI PADA USAHATANI BELIMBING
KEMAMPUAN ANGGOTA KELOMPOK TANI DALAM PEMANFAATAN SARANA PRODUKSI PADA USAHATANI BELIMBING Diarsi Eka Yani 1 1 Program Studi Agribisnis, Fakultas MIPA, Universitas Terbuka, Tangerang, Indonesia Email:
Lebih terperinciPENERAPAN IPTEKS. Pemanfaatan Limbah Usaha Pemotongan Ayam dan Pertanian Untuk Penyediaan Pupuk Organik Cair dan Produksi Tanaman Organik
Pemanfaatan Limbah Usaha Pemotongan Ayam dan Pertanian Untuk Penyediaan Pupuk Organik Cair dan Produksi Tanaman Organik Murniaty Simorangkir Ratih Baiduri Idramsa Abstrak Program tanaman organik adalah
Lebih terperincisangatlah mudah karena danau atau sungai yang di setiap desa masih terdapat banyak ikan dan menjadi sumber mata pencaharian masyarakat.
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN PENGETAHUAN DI BIDANG KEWIRAUSAHAAN, PEMASARAN DAN PUPUK ORGANIK DI KECAMATAN TANJUNG BATU, KABUPATEN OGAN ILIR, SUMATERA SELATAN Rina Ratih, Ahmad Tahir, dkk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap manusia untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari guna mempertahankan hidup. Pangan juga merupakan
Lebih terperinci