BAB II KAJIAN PUSTAKA, DESKRIPSI KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA, DESKRIPSI KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN"

Transkripsi

1 13 BAB II KAJIAN PUSTAKA, DESKRIPSI KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka merupakan kajian terhadap penelitian mutakhir sebelumnya yang relevan dengan penelitian yang dilakukan saat ini. Dalam sub uraian dari 4 tesis dan 1 artikel jurnal, yang dianggap relevan, terutama yang berhubungan dengan kajian strategi pengembangan wisata heritage. Hasil-hasil penelitian tersebut selanjutnya dijadikan rujukan serta dipakai sebagai sumber kajian untuk menemukan konsep-konsep yang terkait dengan penelitian ini. Berikut adalah uraian kajian penelitian-penelitian sebelumnya yang digunakan sebagai referensi dalam penelitian ini: Penelitian terdahulu pernah dilakukan oleh Muryadi pada tahun 2000 tentang pemanfaatan dan pelestarian bangunan kuno bernilai sejarah di Surabaya. Hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa kawasan yang dapat dikembangkan menjadi destinasi wisata sejarah adalah kawasan Jembatan Merah, kawasan Tugu Pahlawan, kawasan Tunjungan dan Jalan Pemuda. Bangunan kuno yang banyak terdapat dikawasan tersebut berasal dari peninggalan zaman kolonial Hindia Belanda yang mempunyai keunikan dan gaya seni arsitektur yang langka. Persamaan penelitian ini terletak pada topiknya mengenai pengembangan wisata heritage di Surabaya, perbedaannya terletak pada kurun waktu penelitiannya yaitu tahun 2000 yang mana situasi dan kondisi saat ini telah

2 14 mengalami perubahan. Selain itu destinasi yang diteliti lebih fokus ke Monkasel di Surabaya dan penelitian ini lebih menekankan pada penetapan strategi pengembangan wisata Monkasel. Rahajoe pada tahun 2007 dalam penelitiannya yang berjudul Strategi Pengembangan Wisata Heritage sebagai Daya Tarik Wisata Kota Surabaya. Penelitian ini menganalisis faktor internal dan eksternal untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. menetapkan suatu strategi pengembangan berkelanjutan atau bertahap yang spesifik harus sesuai dengan situasi dan kondisi destinasinya. Penelitian ini menggunakan analisis SWOT serta faktor internalnya meliputi: lokasi, pelayanan, harga, fasilitas perusahaan, SDM, saluran distribusi, promosi, keuangan, potensi wisata, kegiatan wisata dan faktor eksternalnya meliputi: pemerintah, pengunjung, pemasok, ekonomi, sosial, pesaing, kesenian, mitra kerja dan teknologi. Persamaan penelitian ini terletak pada segi topiknya yaitu pengembangan wisata heritage menggunakan analisis SWOT dengan mengindentifikasi faktor internal dan eksternalnya, sedangkan perbedaannya pada segi destinasi penelitian, Rahajoe di masjid sunan Ampel dan tugu pahlawan sedangkan penelitian ini di Monkasel (historical), dan daya tarik wisatanya. Rahyuda tahun 2012 dalam penelitiannya yang berjudul Wisata puri sebagai daya tarik dan tujuan wisata Bali, tentang pemanfaatan dan pelestarian bangunan kuno bernilai sejarah yang juga merupakan kegiatan wisata pariwisata budaya di desa Ubud, Bali. Kegiatan dapat di definisikan sebagai kegiatan yang

3 15 mengeksplorasi puri. Ada dua jenis kegiatan wisata kunjungan yang bertujuan untuk mengetahui dan memahami aspek Intangible dan Tangible, Penelitian ini adalah untuk memahami faktor-faktor yang mempengaruhi minat wisatawan untuk mengunjungi istana sebagai tujuan berwisata kultural Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang didukung dengan metode kuantitatif, untuk membentuk argumentasi yang diperoleh dari minat para wisatawan yang mengunjungi puri / istana dan didukung oleh persepsi masyarakat yang hidup di sekitar puri, pembahasan tesis ini menggunakan teknik deskriptif interpretatif dalam menganalisa data tersebut. Persamaan penelitian ini terletak pada segi topiknya yaitu pengembangan wisata heritage menggunakan analisis SWOT dengan mengindentifikasi faktor internal dan eksternalnya, sedangkan perbedaannya pada segi destinasi penelitian dan kurun waktu penelitiannya. Wiarti (2012), penelitiannya berjudul Bali sebagai destinasi warisan budaya dengan tema culture event studi kasus kabupaten Badung dan kota Denpasar. Ada tiga pokok permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini. Pertama, potensi apakah yang dimiliki Bali untuk dikembangkan sebagai Destinasi Wisata Warisan Budaya dengan tema event budaya, khususnya di kabupaten Badung dan budaya tersebut tanpa merusaknya. Ketiga, event budaya manakah yang dapat menjadi icon warisan budaya. Penelitian ini adalah sebuah penelitian deskriptif kualitatif digunakan untuk menganalisis hasil yang diperoleh khususnya menjabarkan dan menjelaskan data yang secara langsung diperoleh dalam penelitian. Persamaan penelitian ini

4 16 terletak pada segi topiknya yaitu pengembangan wisata heritage menggunakan analisis SWOT dengan mengindentifikasi faktor internal dan eksternalnya, sedangkan perbedaannya pada segi destinasi penelitian. Rachmawan (2012), jurnal desain berjudul Perancangan Branding Fisik Monkasel. branding fisik dengan merefleksikan nuansa under water dengan melakukan pembaruan pada bangunan penunjang monkasel dan lingkungannya agar suasana Monkasel menjadi lebih hidup dan terkonsep. Pengunjung yang datang tertarik dan dapat larut dalam nuansa dalam air. Tema perancangan ini nantinya akan mengarah pada perancangan ekterior mulai dari bentuk bangunan penunjang Monkasel, environment, setting area. Dalam perancangan ini, Metode penelitian yang dikakukan adalah dengan melakukan observasi, penyebaran kuesioner, serta wawancara mendalam. Observasi ini bertujuan untuk mengamati secara langsung terhadap kondisi lingkungan Monkasel. 2.2 Konsep Konsep dalam penelitian ini adalah definisi singkat dari kelompok atau fenomena. Konsep dalam penelitian ini adalah pengertian dasar yang terkait dengan topik penelitian secara langsung Strategi Menurut Kotler (1988), perencanaan strategi merupakan suatu proses managerial untuk menyusun dan menangani keserasian strategis antara tujuan dan kemampuan dengan kesempatan pemasaran yang berubah-ubah. Manajemen

5 17 strategi sebagai suatu unit keputusan dan tindakan yang menghasilkan penyusunan dan penerapan rencana untuk mencapai sasaran. Rangkuti (1994), mengatakan bahwa pemahaman yang baik mengenai konsep strategi dan konsep lain yang berkaitan sangat menentukan suksesnya strategi yang disusun, konsep-konsep tersebut meliputi: a) Distincive Competence Yaitu tindakan yang dilakukan oleh perusahaan agar dapat melakukan kegiatan yang lebih baik dibandingkan dengan pesaingnya atau mempunyai sesuatu yang tidak dapat ditiru oleh perusahaan lain. Distinctive Competence merupakan kemampuan spesifik suatu perusahaan atau organisasi yang meliputi keahlian tenaga kerja dan kemampuan sumber daya. b) Compatitive Advantage Yaitu kegiatan spesifik yang dikembangkan oleh perusahaan agar lebih unggul dibandingkan dengan pesaingnya, hal tersebut merupakan pilihan strategi yang dilakukan perusahaan untuk menguasai pasar. Produk dan jasa yang dihasilkan akan bersaing di berbagai tingkatan bisnis dan pasar dengan menekankan pada strategic business units yang memiliki karakteristik sebagai berikut : 1) Memiliki misi dan strategi. 2) Menghasilkan produk dan jasa yang berkaitan dengan misi dan strategi. 3) Menghasilkan produk dan jasa spesifik. 4) Bersaing dengan pesaing yang telah diketahui dengan jelas.

6 18 Strategi yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan suatu cara yang digunakan dalam mengembangkan wisata heritage di Kota Surabaya dengan menganalisis faktor internal dan eksternal yang dimiliki kota Surabaya kemudian disesuaikan peluang pasar dan tujuan pengembanganya diarahkan untuk mempertahankan pelestarian cagar budaya yang dimiliki Kota Surabaya dengan melibatkan masyarakat setempat untuk meningkatkan perekonomiannya Pengembangan Pariwisata Menurut Yoeti (1988), pengembangan pariwisata merupakan usaha yang dilakukan dalam mengatur destinasi wisata dengan menitik beratkan pada potensi yang dimiliki di daerah tujuan wisata. Pengembangan pariwisata bertujuan untuk mengembangkan produk dan pelayanan yang berkualitas, seimbang dan bertahap. Di dalam mengembangkan daerah tujuan wisata, akan timbul dampak positif dan negatif. Untuk itu perlu adanya perencanaan yang tepat di dalam mengembangkan kepariwisataan di suatu daerah. Menurut Wijaya (1983), pengembangan pariwisata secara garis besar dapat dilakukan dalam dua pendekatan, yaitu : 1. Pendekatan Tertutup Adalah pengembangan pariwisata yang difokuskan pada kegiatan ekonomi, dimana pariwisata hanya dilihat dari satu sisi saja yaitu kegiatan ekonomi. 2. Pendekatan Terbuka Adalah pengembangan pariwisata yang difokuskan pada pemberdayaan masyarakat setempat secara keseluruhan dan saling mendapatkan keuntungan dari kegiatan pariwisata tersebut.

7 19 Dari kedua model pengembangan tersebut dapat mengakibatkan dampak positif dan negatif, maka untuk itu diperlukan kontrol dan koordinasi terpadu dari setiap unsur yang terlibat agar dapat mengurangi dampak negatif dan mengoptimalisasi dampak positif. Pengembangan wisata heritage dengan perencanaan yang tepat akan memberikan manfaat yang maksimal bagi kehidupan masyarakat. Pengembangan kawasan wisata baik lokal, regional maupun nasional pada suatu negara erat kaitannya dengan pembangunan ekonomi daerah atau suatu negara, dengan kata lain pengembangan kepariwisataan pada suatu kawasan wisata selalu akan diperhitungkan dengan keuntungan dan manfaat bagi rakyat banyak. Pengembangan kawasan wisata dimana industri pariwisatanya akan berkembang dengan baik serta memberi dampak positif bagi daerah itu, menciptakan lapangan kerja, bahkan akan terjadi permintaan baru dari hasil-hasil pertanian, kerajinan tangan dan pendidikan dalam melayani wisatawan. Menurut Poerwadarminta (2005), pengembangan didefinisikan sebagai suatu proses, cara, perbuatan pengembangan sesuatu menjadi lebih baik, maju, sempurna dan berguna. Jadi dalam hal ini pengembangan pariwisata diartikan sebagai suatu cara untuk mengembangkan destinasi, kawasan wisata dan daya tarik wisata menjadi lebih baik dan memberikan dampak positif bagi masyarakat, pemerintah, industri pariwisata dan wisatawan. Menurut Grady dalam Suwantoro (2002), kriteria pengembangan pariwisata harus selalu melibatkan masyarakat lokal dan mampu memberikan suatu keuntungan bagi masyarakat setempat, tidak merusak nilai-nilai sosial

8 20 budaya masyarakat, serta jumlah kunjungan menuju daya tarik wisata tersebut tidak melebihi dari kapasitas sosial agar dampak negatif yang ditimbulkan dapat diminimalisir. Kriteria tersebut menekankan pada pengembangan pariwisata yang berbasis masyarakat (community based tourism) dan pengembangan pariwisata yang berkelanjutan (sustainable tourism development). Prinsip-prinsip pengembangan pariwisata yang berkelanjutan yaitu: 1. Harus dibantu oleh proses perencanaan dan partisipasi masyarakat. 2. Harus ada kepastian, keseimbangan, adanya sasaran ekonomi, sosial budaya dan masyarakat. 3. Hubungan antara pariwisata, lingkungan dan budaya harus dikelola sedemikian rupa sehingga lingkungan lestari untuk jangka panjang. 4. Aktivitas pariwisata tidak boleh merusak dan menghasilkan dampak yang tidak dapat diterima oleh masyarakat. 5. Pengembangan pariwisata tidak boleh tumbuh terlalu cepat dan berskala kecil atau sedang. 6. Pada lokasi harus ada keharmonisan antara hubungan wisatawan, tempat dan masyarakat setempat. 7. Keberhasilan dalam setiap aktivitas tergantung pada keharmonisan antara pemerintah, masyarakat dan industri pariwisata. 8. Pendidikan yang mengarah pada social cultural pada setiap tingkatan masyarakat yang berkaitan dengan aktivitas pariwisata, termasuk juga perilaku wisatawan harus serius diorganisasikan.

9 21 9. Peraturan perundang-undangan yang secara pasti melindungi budaya harus dikeluarkan dan dilaksanakan sekaligus merevitalisasi. 10. Investor dan wisatawan harus dididik untuk menghormati kebiasaan, norma - norma dan nilai setempat, sedangkan hal-hal yang menimbulkan dampak negatif dihindarkan dan dampak positif dimanfaatkan. Permasalahan dan hal pokok yang diperlukan untuk pengembangan kepariwisataan. Budiastawa (2009), adalah : 1. Pengembangan dari sisi penawaran yang terdiri atas : a) Pengembangan destinasi, yaitu pengembangan berbagai tempat tujuan wisata di berbagai daerah yang satu sama lain saling melengkapi dan tidak bersaing secara internal. b) Pengembangan industri pariwisata, dimaksudkan untuk mengoptimalkan kaitan-kaitan ekonomi kedepan dan kebelakang uang memiliki keuntungan kompetitif serta kredibilitas yang tinggi. 2. Pengembangan pasar yang termasuk pengembangan citra destinasi, penetrasi dan diversifikasi pasar untuk meningkan keterikatan pasar tradisional menjadi wisatawan repeater dan memperluas jangkauan pasar dalam bentuk segmensegmen pasar baru. 3. Pengembangan industri kepariwisataan yang menyangkut organisasi, sumber daya insan serta regulasi yang akan menangani pengelolaan kepariwisataan. Berdasarkan konsep yang dikemukan diatas, maka dapat ditemukan benang merah dalam memberikan konsep secara operasional tentang pengembangan pariwisata.

10 Profil Destinasi dan Daya Tarik Wisata Menurut Siagian (2003) profil perusahaan adalah penentuan kompetensi dan kelemhan perusahaan yang sifatnya stratejik atau menentukan. Penentuan profil suatu perusahaan dilakukan dengan mengindetifikasi dan kemudian menilai faktor-faktor internal yang bersifat stratejik tersebut Menurut Undang-Undang No. 9 Tahun 1990 tentang kepariwisataan disebutkan bahwa yang dimaksud dengan profil destinasi dan daya tarik wisata merupakan segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk mengunjungi daerah tujuan wisata. Profil destinasi dan daya tarik wisata terdiri dari: 1) destinasi dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan yang berwujud keadaan alam serta flora dan fauna. 2) destinasi dan daya tarik wisata hasil karya manusia. Daya tarik wisata menurut Yoeti (2008), adalah segala sesuatu yang dapat menarik wisatawan untuk berkunjung pada suatu daerah tujuan wisata, seperti: a) Nature attraction: landscape, seascape, beaches, climate, and other geographical features of the destinations. b) Cultural attractions: history and folklore, religion, art and special event, festivals. c) Social attractions: the way of life, the recident populations, language, opportunities for social encounters. d) Build attraction: building, historic and modern architecture, monument, park, garden, marinas, etc. Menurut Chafid Fendeli dkk. Dalam Wirawan (2009), menjelaskan tentang sifat dan karakter pariwisata :

11 23 1. In situ; daya tarik wisata hanya dapat dinikmati secara utuh dan sempurna. Pemindahan objek ex situ akan menyebabkan terjadinya perubahan objek dan attraksinya. Umumnya wisatawan kurang puas apabila tidak mendapatkan sesuatu secara utuh dan apa adanya. 2. Perishable; suatu gejala atau proses hanya terjadi pada waktu tertentu. Gejala atau proses ini berulang dalam kurun waktu tertentu. Kadang siklusnya beberapa tahun, bahkan ada yang puluhan tahun objek dan daya tarik wisata yang demikian membutuhkan pengkajian secara mendalam untuk dipasarkan. 3. Non Recoverable; destinasi wisata mempunyai sifat dan perilaku pemulihan yang tidak sama. Pemulihan tergantung dari faktor dalam (genotype) dan faktor luar (phenotype). Pada umumnya pemulihan terjadi dalam waktu yang panjang. Bahkan ada objek dan daya tarik wisata yang tidak bisa dipulihkan 4. Non substitutable: destinasi atau daya tarik wisata bisa digantikan dengan destiansi yang lain, karena masing-masing memiliki keunikan dan daya tarik yang berbeda. Lebih lanjut Cooper dkk (1995), menyatakan ada 4 komponen yang harus dimiliki oleh sebuah daya tarik wisata : 1. Attraksi (attractions), seperti alam yang menarik, kebudayaan daerah yang menawan, dan seni-seni pertunjukan. 2. Aksesibilitas (accessibilities), seperti terpenuhinya komponen transportasi untuk menuju objek wisata. 3. Amenitas (amenities), seperti tersedianya unsur penunjang pariwisata yaitu akomodasi, restoran dan lain-lain.

12 24 4. Ancillary service : organisasi kepariwisataan yang dibutuhkan untuk pelayan wisatawan Pengelolaan Pengelolaan adalah proses pelaksanaan pencapaian tujuan tertentu yang diselengarakan dengan pengendalian. Mengelola pariwisata berbasis masyarakat adalah industri kepariwisataan yang pelaku utamanya adalah masyarakat itu sendiri dengan bermodalkan pada kesederhanaan dan keunikan kehidupan keseharian dan adat budaya, dimana masyarakat akan mendapat additional value dalam kehidupan ekonominya maupun sosial (soewarmo dalam Tular 2005). Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, seorang manajer membutuhkan sarana manajemen yang disebut dengan unsur manajemen. Menurut pendapat yang dikemukakan oleh Terry, George R (2003) tentang unsur manajemen tersebut, terdiri dari man, material, machine, method, money, markets, setiap unsur-unsur tersebut memiliki penjelasan dan peranan dalam manajemen. Untuk mengetahui itu semua dengan melihat penjelasan unsur-unsur manajemen seperti dibawah ini. 1. Man Sarana penting atau sarana utama setiap manajer untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan oleh individu-individu tersendiri atau manusianya. Berbagai kegiatan-kegiatan yang dapat diperbuat dalam mencapai tujuan seperti yang dapat ditinjau dari sudut pandang seperti sudut pandang proses, perencanaan, pengorganisasian, staffing, pengarahan, pengendalian atau dapat pula ditinjau

13 25 dari sudut bidang, seperti penjualan, produksi, keuangan dan personalia. Bidang-bidang tersebut memerlukan sumber daya manusia. 2. Material Dalam proses pelaksanaan kegiatan, manusia menggunakan material atau bahan-bahan. Oleh karena itu, material dianggap pula sebagai alat atau sarana manajemen untuk mencapai tujuan. 3. Machine Dalam kemajuan teknologi, manusia bukan lagi sebagai pembantu mesin seperti pada masa lalu sebelum revolusi industri terjadi. Bahkan, sebaliknya mesin telah berubah kedudukannya menjadi pembantu manusia. 4. Method Untuk melakukan kegiatan secara guna dan berhasil guna, manusia dihadapkan kepada berbagai alternatif metode cara yang dilakukannya dapat menjadi sarana atau alat manajemen untuk mencapai tujuan. 5. Money Uang sebagai sarana manajemen harus digunakan sedemikian rupa agar tujuan yang diinginkan tercapai. Kegiatan atau kelancaran proses manajemen dipengaruhi oleh pengelolaan keuangan. 6. Markets Bagi badan yang bergerak dibidang pariwisata maka sarana manajemen sangat penting. Sebagian dari masalah utama dalam pengelolaan wisata adalah minimal mempertahankan pasar yang sudah ada, jika mungkin, mencari pasar baru untuk hasil yang lebih baik. Oleh karena itu, markets

14 26 merupakan salah satu sarana manajemen bagi pengelola wisata maupun bagi semua badan yang bertujuan untuk mencari keuntungan. Tolok ukur pariwisata berbasis kerakyatan adalah terciptanya hubungan yang harmonis antara masyarakat lokal, sumber daya alam, budaya, dan wisatawan (Natori, 2001: 11-22), dan kondisi ini dapat dilihat dari: 1. Adanya peningkatan antusiasme pembangunan masyarakat melalui pembentukan suatu wadah organisasi untuk menunjang segala aspirasi masyarakat melalui sistem kolaborasi antara pemerintah dengan masyarakat lokal. 2. Keberlanjutan lingkungan fisik yang ada di masyarakat, dengan melalui konservasi, promosi, menciptakan tujuan hidup yang harmonis antara sumber daya alam, dan sumber daya budaya. 3. Adanya keberlajutan ekonomi melalui pemerataan dan keadilan dalam menikmati hasil-hasil pembangunan. 4. Membangun sistem yang menguntungkan masyarakat seperti sistem informasi yang dapat digunakan bersama-sama. 5. Menjaga kepuasan wisatawan melalui pelayanan yang baik, pengadaan informasi yang efektif, efisien, tepat guna, serta mengutamakan kenyamanan bagi wisatawan.

15 27 Pitana (2004), memberikan ciri-ciri pengeloaan pariwisata berbasis kerakyatan, yaitu: 1. Small Scale (menggunakan prinsip keruangan yang kecil) 2. Locally Owned & Managed (mengupayakan kepemilikan masyarakat lokal termasuk manajemen). 3. Spatial Distribution (pembangunan pariwisisata diharapkan dapat menjalankan prinsip partisipasi dan pemerataan hasil-hasil pembangunan, baik pemerataan antar golongan (vertical distribution) maupun daerah (spatial distribution) 4. Local Culture & Culture Heritage (kebudayaan masyarakat lokal dapat di berdayakan atau dikembangkan juga terjadi revitalisasi budaya) adanya unsur konservasi warisan budaya. 5. Specificity/Locality (lebih bersifat specifik dan kelokalan, memunculkan istilah local genious, kemampuan masyarakat lokal dalam menyediakan jasa/kebutuhan untuk wisatawan misalnya berupa munculnya kreativitas dalam seni ukir, life style, dan sebagainya). Wisatawan memperoleh sesuatu yang berbeda dan sangat dinikmati. 6. Quality Experience (adanya pengalaman yang berkualitas yang dimiliki oleh wisatawan karena produk yang ditawarkan bersifat khusus misalnya menikmati kehidupan masyarakat desa real travel) 7. Authenticity (mencerminkan keaslian yang sangat dicari wisatawan, misalnya seni dan budaya masyarakat termasuk gaya hidupnya).

16 28 8. Special Niche-Market (menjadi pasar yang cerah bagi mass tourism) kecenderungan wisatawan mancanegara yang beralih dari mass tourism ke alternative tourism. 9. Participatory Approach (sudah tentu keterlibatan masyarakat lokal menjadi tujuan pembangunan dalam communty based tourism development, baik dalam perencanaan, maupun implementasinya. Dengan demikian segala potensi destinasi dalam SDM Masyarakat lokal turut tergali dan berkembang. Dapat disimpulkan bahwa pengelolaan wisata heritage pada penelitian ini adalah dengan upaya pengelolaan potensi Monkasel yaitu oleh manajemen Monkasel dan masyarakat lokal dengan tujuan melestarikan warisan budaya Wisata Heritage Menurut Undang-Undang nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, yang dimaksud dengan pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah. Berdasarkan motivasi wisatawan serta atraksi yang terdapat di daerah tujuan wisata maka kegiatan pariwisata dibedakan dalam dua kelompok besar yaitu pariwisata yang bersifat massal dan pariwisata minat khusus. Jika pada pariwisata jenis pertama lebih ditekankan aspek leisure maka pada tipe kedua penekanannya adalah pada aspek pengalaman dan pengetahuan. Pariwisata Pusaka adalah salah satu bentuk pariwisata minat khusus yang menggabungkan berbagai jenis wisata (seperti wisata bahari, wisata alam, wisata trekking, wisata budaya, wisata ziarah dan sebagainya) ke dalam satu

17 29 paket kegiatan yang bergantung pada sumber daya alam dan budaya yang dimiliki oleh suatu daerah. Pariwisata Pusaka atau heritage tourism biasanya disebut juga dengan pariwisata pusaka budaya (cultural and heritage tourism atau cultural heritage tourism) atau lebih spesifik disebut dengan pariwisata pusaka budaya dan alam. Pusaka adalah segala sesuatu (baik yang bersifat materi maupun non materi) yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya yang ingin kita jaga keberadaan dan keberlangsungannya. Dalam undang-undang negara kita, pusaka yang bersifat material disebut sebagai Benda Cagar Budaya. 2.3 Landasan Teori Dalam penelitian Strategi Pengembangan Monumen Kapal Selam Sebagai Daya Tarik Wisata di Kota Surabaya. Ada beberapa teori yang digunakan untuk menganilisis yang diuraikan sebagai berikut: Manajemen Pariwisata Manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, penyusunan, pengarahan, pengawasan sumber daya untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan (Manulang, 2012:5) manajemen yang baik dan efektif menghasilkan keberhasilan dalam suatu organisasi. Keberhasilan suatu organisasi tergantung dari manajemennya dan untuk memudahkan pencapaian tujuan, baik tujuan organisasi maupun tujuan pribadi diperlukan fungsi dan proses manajemen yang dibagi menjadi beberapa fungsi manajemen. Menurut Flippo (2002:5), fungsi manajemen terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan, dan evaluasi. Tahap perencanaan

18 30 berkaitan dengan penentuan mengenai program tenaga kerja, program kegiatan akan dilaksanakan dan yang akan mendukung pencapaian tujuan dan penunjang manajemen. Tahap Pengorganisasian yaitu organisasi yang dibentuk dengan merancang struktur hubungan yang mengaitkan antara pekerjaan, karyawan, dan faktor-faktor fisik sehingga dapat terjalin kerjasama satu dengan yang lainnya. Tahap Pengawasan adalah pengarahan yang terdiri dari fungsi staffing dan leading. Fungsi staffing yaitu menempatkan orang-orang dalam struktur organisasi, sedangkan fungsi leading dilakukan pengarahan SDM supaya karyawan bekerja sesuai dengan tujuan yang ditetapkan oleh manajemen Monkasel. Pitana (2009:80) menekankan bahwa koordinasi merupakan fungsi utama dan terpenting yang harus dipisahkan dan memerlukan pembahasan tersendiri. Fungsi koordinasi merujuk kepada fungsi seseorang manajer untuk menerjemahkan sebuah informasi, seperti perencanaan dan pengawasan, dan mengaplikasikan informasi tersebut secara sistematis ke dalam semua fungsi manajerial yang diterjemahkan secara nyata dalam kegiatan directing, planning, and controlling. Hasibuan (2006:18-19) mengemukakan bahwa tujuan manajemen dilihat dari berbagai sudut pandang yaitu menurut tipenya: a. Profit objectives bertujuan untuk mendapatkan laba bagi pemiliknya b. Service objectives bertujuan untuk memberikan pelayanan yang baik bagi konsumen dengan mempertinggi nilai barang dan jasa yang ditawarkan kepada konsumen.

19 31 c. Social objectives bertujuan meningkatkan nilai guna yang diciptakan oleh perusahaan kesejahteraan masyarakat. d. Personal objectives bertujuan agar para karyawan secara individual, economic, and social psychological mendapat kepuasan dibidang pekerjaannya dalam perusahaan. Yoeti, Oka (2008), manajemen adalah merujuk kepada seperangkat peranan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang atau bisa juga merujuk kepada fungsi-fungsi yang melekat pada peranan tersebut. Fungsi-fungsi manajemen tersebut adalah sebagai berikut 1. Planning (perencanaan). 2. Directing (mengarahkan). 3. Organizing (termasuk coordinating). 4. Controlling (pengawasan). menekankan bahwa koordinasi merupakan fungsi utama dan terpenting yang harus dipisahkan dan memerlukan pembahasan tersendiri. Fungsi koordinasi merujuk kepada fungsi seseorang manajer untuk menterjemahkan sebuah informasi, seperti perencanaan dan pengawasan, serta mengaplikasikan informasi tersebut secara sistematis kedalam semua fungsi manajerial yang diterjemahkan secara nyata dalam kegiatan directing, planning, and controlling. Manajemen yang baik dan efektif memerlukan penguasaan atas orangorang yang akan dikelola. Di tingkat individual, orang akan mudah mengatur hidupnya begitu bisa mandiri. Di tingkat sosial, subjek manajemen adalah organisasi dan kumpulan organisasi yang merupakan :

20 32... grouping of people working in a prescribed or structured fashion toward predetermined ends... management involves the conscious integration of organizational activity to achive chosen ends. Seorang manajer dapat mengelola input, proses dan output dari sistem organisasinya namun tidak dapat mengelola dan mengontrol faktor-faktor yang berada di luar organisasi meski faktor-faktor tersebut ikut menentukan bagaimana organisasi tersebut berjalan. Jadi cakupan dan limit dari manajemen tergantung pada sistem organisasi dimana kekuasaan manajerial diaplikasikan. Pengelolaan pariwisata harus mengacu pada prinsip-prinsip pengelolaan yang menekankan nilai-nilai kelestarian lingkungan alam, komunitas dan nilai sosial yang memungkinkan wisatawan menikmati kegiatan wisatanya serta bermanfaat bagi kesejahteraan komunitas lokal. Pengelolaan pariwisata harus memperhatikan prinsip-prinsip berikut: 1. Pembangunan dan pengembangan pariwisata haruslah didasarkan pada kearifan local dan special local sense yang merefleksikan keunikan peninggalan budaya dan keunikan lingkungan. 2. Preservasi, proteksi, dan peningkatan kualitas sumber daya yang menjadi Basis pengembangan kawasan pariwisata. 3. Pengembangan atraksi wisata tambahan yang mengakar pada khasanah budaya lokal. 4. Pelayanan kepada wisatawan yang berbasis keunikan budaya dan lingkungan lokal.

21 33 5. Memberikan dukungan dan legitimasi pada pembangunan dan pengembangan pariwisata jika terbukti memberikan manfaat postif, tetapi sebaliknya mengendalikan atau menghentikan aktivitas pariwisata tersebut jika melampaui ambang batas (carrying capacity) lingkungan alam atau akseptabilitas sosial walaupun di sisi lain mampu meningkatkan pendapatan masyarakat. Dapat disimpulkan bahwa manajemen dapat dilakukan dengan baik apabila dalam hal ini adalah Monkasel dapat menggerakkan, mengkordinir, mengarahkan dan mengatur sesuai proses pemanfaatan sumber daya organisasi dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan yang direncanakan sesuai dengan perencanaan bersama kelompok masyarakat sehingga terjalin kerjasama antara pengelola dengan masyarakat setempat dengan tujuan melestarikan peninggalan budaya dan meningkatkan taraf hidup masyarakat setempat. Teori manajemen dalam penelitian ini dipergunakan untuk menganalisis strategi pengembangan wisata heritage dalam pengelolaan Monkasel sebagai rumusan masalah Strategi Perencanaan Pariwisata Menurut Marpaung (200:52) strategi merupakan suatu proses penentuan nilai pilihan dan pembuatan keputusan dalam pemanfaatan sumber daya yang menimbulkan suatu komitmen bagi organisasi yang bersangkutan kepada tindakan-tindakan yang mengarah pada masa depan.strategi juga dapat pula diartikan sebagai rencana umum yang integratif yang dirancang untuk

22 34 memberdayakan organisasi pariwisata untuk mencapi tujuan melalui pemanfaatan sumber daya dengan tepat walaupun menemukan banyak rintangan dari pihak pesaing (Puspa, 2006:18) Perencanaan merupakan pengorganisasian masa depan untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Paturusi (2005), syarat-syarat suatu perencanaan meliputi: a) Logis, yaitu bisa di mengerti dan sesuai dengan kenyataan yang berlaku. b) Luwes, yaitu dapat mengikuti perkembangan. c) Obyektif, yaitu didasarkan pada tujuan dan sasaran yang dilandasi pertimbangan yang sistematis dan ilmiah, dan orientasi perencanaan tersebut ada dua bentuk yaitu: 1) Perencanaan berdasarkan pada kecenderungan yang ada (trend oriented planning) yaitu suatu perencanaan untuk mencapai tujuan dan sasaran di masa yang akan datang dilandasi oleh pertimbangan dan tata laku yang ada dan berkembang saat ini. 2) Perencanaan berdasarkan pertimbangan target (target oriented planning) yaitu suatu perencanaan yang mana tujuan dan sasaran yang ingin dicapai dimasa yang akan datang merupakan faktor penentu. Pada negara-negara berkembang seperti Indonesia pendekatan perencanaan yang sesuai menggunakan pendekatan kombinasi antara kedua orientasi tersebut. Berbagai kisi-kisi pemahaman mengenai destinasi pariwisata seperti halnya diadaptasikan dari banyak batasan pengertian yang telah diberikan oleh pakarnya, seperti: Cooper, Fletcher, Gilbert, Shepherd and Wanhill (1998),

23 35 pada intinya mengandung tujuan yang sama bahwa kerangka pengembangan Destinasi Pariwisata paling tidak harus mencakup komponen-komponen utama sebagai berikut : a. Destinasi dan Daya Tarik (Atraction), yang mencakup: daya tarik yang berbasis utama pada kekayaan alam, budaya, maupun buatan / artificial, seperti event atau yang sering disebut sebagai minat khusus (special interest). b. Aksesibilitas (Accessibility), yang mencakup dukungan sistem transportasi yang meliputi: rute atau jalur transportasi, fasilitas terminal, bandara, pelabuhan dan modal transportasi yang lain. c. Amenitas (Amenities), yang mencakup fasilitas penunjang dan pendukung wisata yang meliputi: akomodasi, rumah makan (food and beverage), retail, toko cinderamata, fasilitas penukaran uang, biro perjalanan, pusat informasi wisata, dan fasilitas kenyamanan lainnya. d. Fasilitas Pendukung (Ancillary Service), yaitu ketersediaan fasilitas pendukung yang digunakan oleh wisatawan seperti bank, telekomunikasi, pos, rumah sakit dan sebagainya. e. Kelembagaan (Institutions), yaitu terkait dengan keberadaan dan peran masing-masing unsur dalam mendukung terlaksananya kegiatan pariwisata termasuk masyarakat setempat sebagai tuan rumah. Dalam rangka mengembangkan sebuah destinasi pariwisata, tourism planner paling tidak harus memperhatikan dua lingkup pengembangan yang saling melengkapi, yaitu lingkup pengembangan spasial dan tingkatan pengembangan dari destinasi tersebut. Yang dimaksud dengan memperhatikan

24 36 lingkup pengembangan spasial dalam pengertian ini adalah keharusan seorang perencana pengembangan destinasi untuk memahami dan memperhatikan latar belakang kontektual atau lingkungan makro dari destinasi yang akan dikembangkan tersebut sehingga perhatian pada lingkungan makro tersebut diatas menjadi sangat penting. Hal ini disebabkan keseluruhan strategi pengembangan sebuah destinasi pada intinya tidak boleh terlepas dari kesesuiaan dengan konfigurasi lingkungan makronya. Strategi pengembangan keseluruhan komponen destinasi seperti: tema dari daya tarik utama, pengembangan amenitas dan akomodasi, pengembangan masyarakat setempat sebagai tuan rumah harus sesuai dengan konteks lingkungan makronya. pengembangan akomodasi yang bercirikan masyarakat pedesaan serta pengembangan masyarakat yang berbasis nilai budaya pertanian yang tentu saja sangat berbeda dengan berbagai strategi pengembangan destinasi yang berbasis lingkungan makro perindustrian di perkotaan. Sedangkan yang dimaksud dengan keharusan tourism planner untuk memperhatikan strategi tingkatan pengembangan destinasi dalam pemahaman tadi, adalah suatu perspective perencanaan pengembangan destinasi yang harus berpandangan secara holistic dan menyeluruh, mulai dari tingkatan strategi perencanaan makro dalam dimensi kerangka waktu jangka panjang yang akan memberikan arah, prinsip dan panduan-panduan pengembangan jangka panjang, kemudian kelingkup perencanaan jangka menengah yang menetapkan misi, tujuan dan sasaran pengembangan destinasi serta pemosisian destinasi beserta programprogram pengembangan dalam kerangka waktu menengah, sampai dengan

25 37 lingkup perencanaan tingkat operasional yang meliputi: program-program aksi jangka pendek, termasuk business plan dan pengendaliannya yang harus dilakukan oleh organisasi atau lembaga yang diberi kewenangan untuk mengelola destinasi Destinasion Management Organization. Secara ilustratif, keterkaitan sinergis antar tingkatan perencanaan destinasi wisata tadi dapat digambarkan pada gambar 2.1 sebagai berikut : Gambar : 2.1 Skema : Tingkatan Perencanaan Destinasi Destination Policy Macro (long-term) Strategy Key tourism direction, principles, guidelines and roles SWOT Vision & Goals Growth targets Differentiation Principles Strategic guidelines Organization Roles DMO Strategic Plan Business/Corporate Strategy (medium-term) DMO competitive basis, directives, structure and finance framework Mission Objectives Target Markets Positioning and Brand Marketing Plan Development Plan Organizational Structure Financing Operational Strategy (short term) What actions, How, When, Who, How Much, results sought DMO Annual Business Plans KPA s Actions Time Frames Budget Allocations Outcomes Sumber : Hengky Hermanto, Creative -Based Tourism 2011

26 SWOT Menurut Jogiyanto (2005:46), SWOT digunakan untuk menilai kekuatankekuatan dan kelemahan-kelemahan dari sumber-sumber daya yang dimiliki perusahaan dan kesempatan-kesempatan eksternal dan tantangan-tantangan yang di hadapi. Menurut David (Fred R. David, 2008,8), Semua organisasi memiliki kekuatan dan kelemahan dalam area fungsional bisnis. Tidak ada perusahaan yang sama kuatnya atau lemahnya dalam semua area bisnis. Kekuatan/kelemahan internal, digabungkan dengan peluang/ancaman dari eksternal dan pernyataan misi yang jelas, menjadi dasar untuk penetapan tujuan dan strategi.tujuan dan strategi ditetapkan dengan maksud memanfaatkan kekuatan internal dan mengatasi kelemahan. Berikut ini merupakan penjelasan dari SWOT (David,Fred R.,2005:47) yaitu : 1. Kekuatan (Strenghts) Kekuatan adalah sumber daya, keterampilan, atau keungulan-keungulan lain yang berhubungan dengan para pesaing perusahaan dan kebutuhan pasar yang dapat dilayani oleh perusahaan yang diharapkan dapat dilayani. Kekuatan adalah kompetisi khusus yang memberikan keunggulan kompetitif bagi perusahaan di pasar. 2. Kelemahan (Weakness) Kelemahan adalah keterbatasan atau kekurangan dalam sumber daya, keterampilan, dan kapabilitas yang secara efektif menghambat kinerja

27 39 perusahaan. Keterbatasan tersebut dapat berupa fasilitas, sumber daya keuangan, kemampuan manajemen dan keterampilan pemasaran dapat merupakan sumber dari kelemahan perusahaan. 3. Peluang (Opportunities) Peluang adalah situasi penting yang mengguntungkan dalam lingkungan perusahaan. Kecenderungan-kecenderungan penting merupakan salah satu sumber peluang, seperti perubahaan teknologi dan meningkatnya hubungan antara perusahaan dengan pembeli atau pemasok merupakan gambaran peluang bagi perusahaan 4. Ancaman (Threats) Ancaman adalah situasi penting yang tidak menguntungan dalam lingkungan perusahaan. Ancaman merupakan pengganggu utama bagi posisi sekarang atau yang diinginkan perusahaan. Adanya peraturan-peraturan pemerintah yang baru atau yang direvisi dapat merupakan ancaman bagi kesuksesan perusahaan. fungsi dari Analisis SWOT adalah untuk mendapatkan informasi dari analisis situasi dan memisahkannya dalam pokok persoalan internal (kekuatan dan kelemahan) dan pokok persoalan eksternal (peluang dan ancaman). Analisis SWOT tersebut akan menjelaskan apakah informasi tersebut berindikasi sesuatu yang akan membantu perusahaan mencapai tujuannya atau memberikan indikasi bahwa terdapat rintangan yang harus dihadapi atau diminimalkan untuk memenuhi pemasukan yang diinginkan. Analisis SWOT dapat digunakan dengan berbagai cara untuk meningkatkan analisis dalam usaha penetapan strategi. Umumnya yang sering digunakan adalah sebagai kerangka/panduan sistematis

28 40 dalam diskusi untuk membahas kondisi altenatif dasar yang mungkin menjadi pertimbangan perusahaan. Menurut Rangkuti (2006), Matriks SWOT dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matriks ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan altenatif strategis. Tabel 2.1 Alternatif Strategis IFAS EFAS Peluang (Opportunity) Ancaman (Threats) Kekuatan (Strength) STRATEGI SO Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang STRATEGI ST Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman Kelemahan (Weakness) STRATEGI WO Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang STRATEGI WT Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman Sumber: Rangkuti, Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis 2006 Berikut ini adalah keterangan dari matriks SWOT diatas : 1. Strategi SO (Strength and Opportunity). Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. 2. Strategi ST (Strength and Threats). Strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman.

29 41 3. Strategi WO (Weakness and Oppurtunity). Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. 4. Strategi WT (Weakness and Threats). Strategi ini berdasarkan kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. 2.4 Model Penelitian Untuk memudahkan memecahkan permasalahan dalam penelitian ini digunakan model penelitian yang menggambarkan keterkaitan antara fenomena yang terjadi pada saat ini yaitu banyak terjadi upaya pengahancuran cagar budaya, adanya peluang dalam mengembangkan wisata heritage dan usaha pengembangan pariwisata daerah dengan konsep pengembangan pariwisata berkelanjutan dan berbasis kerakyatan. Dengan menggunakan teori manajemen dan teori SWOT serta beberapa konsep yang terkait dengan permasalahan yang akan dipecahkan, melalui identifikasi faktor-faktor lingkungan internal yang meliputi: lokasi, produk, fasilitas, SDM, Promosi serta faktor-faktor, lingkungan eksternal yang meliputi : pengunjung, teknologi, pesaing, sosial budaya, keamanan, ekonomi, pemerintah, dan swasta. Kemudian dianalisis dengan menggunakan matrik internal-eksternal dan matrik SWOT sehingga dapat ditentukan strategi pengembangan wisata Monkasel di kota Surabaya, yang dapat dijelaskan pada gambar model penelitian:

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI 2.1 Tinjauan Hasil Penelitian Sebelumnya Tinjauan hasil penelitian sebelumnya yang dimaksud adalah kajian terhadap karya tulis yang relevan dengan penelitian ini. Beberapa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (1993:10), penelitian deskriptif terbatas pada usaha mengungkapkan suatu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (1993:10), penelitian deskriptif terbatas pada usaha mengungkapkan suatu BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Menurut pendapat Warsito (1993:10), penelitian deskriptif terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Strategi Menurut Kotler (2008:58), strategi pemasaran adalah logika pemasaran dimana perusahaan berharap untuk menciptakan nilai pelanggan dan mencapai hubungan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Strategi Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dalam perkembangannya, konsep strategi terus berkembang. Hal ini dapat ditunjukkan oleh adanya perbedaan konsep

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Strategi Pengembangan Pariwisata Sekitar Pantai Siung Berdasarkan Analisis SWOT Strategi pengembangan pariwisata sekitar Pantai Siung diarahkan pada analisis SWOT.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta dikenal sebagai kota pelajar, selain itu juga dikenal sebagai kota

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta dikenal sebagai kota pelajar, selain itu juga dikenal sebagai kota BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yogyakarta dikenal sebagai kota pelajar, selain itu juga dikenal sebagai kota budaya dan juga pariwisata. Salah satu sektor yang berperan penting dalam pendapatan daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya melalui industri pariwisata. Sebagai negara kepulauan,

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya melalui industri pariwisata. Sebagai negara kepulauan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang turut mengembangkan perekonomiannya melalui industri pariwisata. Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki kekayaan

Lebih terperinci

KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BUDAYA

KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BUDAYA KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BUDAYA 1. Latar Belakang Program pelestarian dan pengembangan kebudayaan pada dasarnya dilaksanakan untuk mengetengahkan nilai-nilai kebudayaan guna memperkokoh ketahanan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG 1 PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINTANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KABUPATEN SINTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINTANG,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. bagi suatu perusahaan untuk tetap survive di dalam pasar persaingan untuk jangka panjang. Daya

BAB II KAJIAN TEORI. bagi suatu perusahaan untuk tetap survive di dalam pasar persaingan untuk jangka panjang. Daya BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Daya Saing 2.1.1 Pengertian Daya Saing Perusahaan yang tidak mempunyai daya saing akan ditinggalkan oleh pasar. Karena tidak memiliki daya saing berarti tidak memiliki keunggulan,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Manajemen Manajemen merupakan proses pengkoordinasian kegiatan-kegiatan pekerjaan sehingga pekerjaan tersebut terselesaikan secara efisien

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wisata dan US$ 300 milyar penerimaan ke seluruh dunia (Pusat Perencanaan dan

BAB I PENDAHULUAN. wisata dan US$ 300 milyar penerimaan ke seluruh dunia (Pusat Perencanaan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak tahun 1992 pariwisata telah melibatkan lebih dari 500 juta kunjungan wisata dan US$ 300 milyar penerimaan ke seluruh dunia (Pusat Perencanaan dan Pengembangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 L atar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 L atar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pariwisata dunia dapat dilihat dari perkembangan kedatangan wisatawan yang terjadi pada antarbenua di dunia. Benua Asia mempunyai kunjungan wisatawan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia memiliki potensi besar dalam lingkup pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia memiliki potensi besar dalam lingkup pariwisata. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki potensi besar dalam lingkup pariwisata. Pariwisata merupakan bagian dari sektor industri yang memiliki prospek dan potensi cukup besar untuk

Lebih terperinci

MENYUSUN STRATEGI. "Strategi yang paling sukses berakar pada visi, bukan rencana".

MENYUSUN STRATEGI. Strategi yang paling sukses berakar pada visi, bukan rencana. BAB VII MENYUSUN STRATEGI "Strategi yang paling sukses berakar pada visi, bukan rencana". 7.1. Apa itu Strategi Strategi diturunkan dari visi dan misi organisasi setelah dilakukan analisis lingkungan internal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS 2.1. TINJAUAN HASIL PENELITIAN SEBELUMNYA

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS 2.1. TINJAUAN HASIL PENELITIAN SEBELUMNYA BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS 2.1. TINJAUAN HASIL PENELITIAN SEBELUMNYA Tinjauan penelitian sebelumnya sangat penting dilakukan guna mendapatkan perbandingan antara penelitian yang saat ini

Lebih terperinci

Resume Chapter 2: Charting a Company s Direction: Its Vision, Mission, Objectives, and Strategy

Resume Chapter 2: Charting a Company s Direction: Its Vision, Mission, Objectives, and Strategy Resume Chapter 2: Charting a Company s Direction: Its Vision, Mission, Objectives, and Strategy Perusahaan yang memiliki keunggulan bersaing diharuskan mampu dalam memahami perubahan struktur pasar dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Racangan penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif dengan melakukan pengamatan langsung atau observasi, wawancara dan dokumentasi. Metode deskriptif

Lebih terperinci

BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN

BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN 2014-2029 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Kelompok Tani Kelompok tani diartikan sebagai kumpulan orang-orang tani atau petani yang terdiri atas

Lebih terperinci

BAB. III METODE PENELITIAN

BAB. III METODE PENELITIAN BAB. III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Bersifat deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang berusaha mendeskripsikan atau menggambarkan atau melukiskan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Obyek wisata adalah salah satu komponen yang penting dalam industri pariwisata

II. TINJAUAN PUSTAKA. Obyek wisata adalah salah satu komponen yang penting dalam industri pariwisata II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Obyek Wisata Obyek wisata adalah salah satu komponen yang penting dalam industri pariwisata dan salah satu alasan pengunjung melakukan perjalanan ( something to see).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menurut Stanton dalam Tambajong (2013:1293), pemasaran adalah suatu sistem dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan destinasi wisata yang sudah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan destinasi wisata yang sudah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan destinasi wisata yang sudah dikenal di dunia. Indonesia memiliki berbagai destinasi wisata yang tersebar dari Sabang sampai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. survei. Menurut Masri Singarimbun (1989:4), penelitian survei dapat digunakan

III. METODE PENELITIAN. survei. Menurut Masri Singarimbun (1989:4), penelitian survei dapat digunakan 25 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survei. Menurut Masri Singarimbun (1989:4), penelitian survei dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Propinsi Daerah istimewa Yogyakarta merupakan salah satu daerah destinasi pariwisata di Indonesia yang memiliki beragam produk wisata andalan seperti wisata sejarah,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konsep mengenai strategi terus berkembang. Hal ini dapat ditujukkan oleh adanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konsep mengenai strategi terus berkembang. Hal ini dapat ditujukkan oleh adanya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1. Konsep Strategis Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan dan dalam perkembangannya konsep mengenai strategi terus berkembang. Hal ini dapat ditujukkan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN PARIWISATA SPIRITUAL

BAB IV METODE PENELITIAN PARIWISATA SPIRITUAL BAB IV METODE PENELITIAN PARIWISATA SPIRITUAL P ada dasarnya setiap penelitian memerlukan metode penelitian. Penelitian pariwisata maupun penelitian-penelitian bidang keilmuan sosial humaniora lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ribu kunjungan atau naik 11,95% dibandingkan jumlah kunjungan wisman

BAB I PENDAHULUAN. ribu kunjungan atau naik 11,95% dibandingkan jumlah kunjungan wisman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata di Indonesia saat ini mengalami perkembangan yang cukup pesat. Hal ini dapat dilihat dari semakin meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke

Lebih terperinci

PRINSIP PEMBANGUNAN PARIWISATA BERKELANJUTAN

PRINSIP PEMBANGUNAN PARIWISATA BERKELANJUTAN PRINSIP PEMBANGUNAN PARIWISATA BERKELANJUTAN Sebagai Pedoman Dasar Penentu Keberhasilan Oleh : Cri Murthi Adi 1 Prinsip Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan Sebagai Pedoman Dasar Penentu Keberhasilan Oleh

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2017-2027 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PROYEK, MANAJEMEN DAN MANAJEMEN PROYEK. 1. Proyek Pengertian Perkembangan proyek 2. Manajemen Pengertian Fungsi-fungsi manajemen 3.

PROYEK, MANAJEMEN DAN MANAJEMEN PROYEK. 1. Proyek Pengertian Perkembangan proyek 2. Manajemen Pengertian Fungsi-fungsi manajemen 3. PROYEK, MANAJEMEN DAN MANAJEMEN PROYEK 1. Proyek Pengertian Perkembangan proyek 2. Manajemen Pengertian Fungsi-fungsi manajemen 3. Manajemen Proyek PROYEK Apa Proyek itu??? Suatu keseluruhan aktifitas

Lebih terperinci

RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM

RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM 111 VI. RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM Rancangan strategi pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna merupakan langkah terakhir setelah dilakukan beberapa langkah analisis, seperti analisis internal

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. gabungan dari Stratos atau tentara dan ego atau pemimpin. Suatu strategi

BAB II KERANGKA TEORI. gabungan dari Stratos atau tentara dan ego atau pemimpin. Suatu strategi BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Konsep Strategi 2.1.1 Pengertian strategi Kata strategi berasal dari kata Strategos dalam bahasa Yunani merupakan gabungan dari Stratos atau tentara dan ego atau pemimpin. Suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Suatu perusahaan yang bergerak dalam sebuah industri hampir tidak ada yang bisa terhindar dari persaingan. Setiap perusahaan harus memiliki suatu keunggulan kompetitif

Lebih terperinci

Pengambilan Keputusan dalam Menetapkan Strategi Persaingan Usaha Garmen di. Toko Fidanza ITC Mega Grosir Surabaya dengan Menggunakan Analisa SWOT

Pengambilan Keputusan dalam Menetapkan Strategi Persaingan Usaha Garmen di. Toko Fidanza ITC Mega Grosir Surabaya dengan Menggunakan Analisa SWOT Pengambilan Keputusan dalam Menetapkan Strategi Persaingan Usaha Garmen di Toko Fidanza ITC Mega Grosir Surabaya dengan Menggunakan Analisa SWOT Prama Wildan Ardiansyah wldanardiansyah@gmail.com Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Bab I, pasal 1, UU No.9 Tahun 1990 menyatakan bahwa usaha

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Bab I, pasal 1, UU No.9 Tahun 1990 menyatakan bahwa usaha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Bab I, pasal 1, UU No.9 Tahun 1990 menyatakan bahwa usaha pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata atau menyediakan dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis SWOT (strengths-weaknessesopportunities-threats)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis SWOT (strengths-weaknessesopportunities-threats) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Strategi Pemasaran Strategi Pemasaran ialah paduan dari kinerja wirausaha dengan hasil pengujian dan penelitian pasar sebelumnya dalam mengembangkan keberhasilan strategi

Lebih terperinci

Rencana Pengembangan Strategi Perusahaan Untuk Meningkatkan Kualitas Perusahaan

Rencana Pengembangan Strategi Perusahaan Untuk Meningkatkan Kualitas Perusahaan Konferensi Nasional Sistem & Informatika 2015 STMIK STIKOM Bali, 9 10 Oktober 2015 Rencana Pengembangan Strategi Perusahaan Untuk Meningkatkan Kualitas Perusahaan Nyoman Ayu Nila Dewi STMIK STIKOM BALI

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. yang sedang diteliti. Penelitian ini menggunakan analisis SWOT dan Importance

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. yang sedang diteliti. Penelitian ini menggunakan analisis SWOT dan Importance BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini menjelaskan hasil dan pembahasan mengenai objek atau subjek yang sedang diteliti. Penelitian ini menggunakan analisis SWOT dan Importance Performance Analysis (IPA) serta

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pariwisata, seperti melaksanakan pembinaan kepariwisataan dalam bentuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. pariwisata, seperti melaksanakan pembinaan kepariwisataan dalam bentuk II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengelolaan Pariwisata Pengelolaan merupakan suatu proses yang membantu merumuskan kebijakankebijakan dan pencapaian tujuan. Peran pemerintah dalam pengelolaan pariwisata, seperti

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. BMT Berkah dan mampu bersaing dalam dunia bisnis. ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (growth oriented

BAB V PEMBAHASAN. BMT Berkah dan mampu bersaing dalam dunia bisnis. ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (growth oriented 91 BAB V PEMBAHASAN A. Strategi Bersaing Bisnis Dengan Menggunakan Analisa SWOT Pada BMT Berkah Trenggalek BMT Berkah Trenggalek pada penilaian peneliti berada pada posisi kuadran I yaitu dengan menerapkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS. Wisata Alas Pala Sangeh Kabupaten Badung yang merupakan suatu studi kasus

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS. Wisata Alas Pala Sangeh Kabupaten Badung yang merupakan suatu studi kasus BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS 1.1 Telaah Hasil Penelitian Sebelumnya Kajian dalam penelitian ini mengambil tentang Pengelolaan Daya Tarik Wisata Alas Pala Sangeh Kabupaten Badung yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi di antara perusahaan, akibatnya pengetahuan dan keterampilan karyawan

BAB I PENDAHULUAN. tinggi di antara perusahaan, akibatnya pengetahuan dan keterampilan karyawan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perubahan paradigma dari persaingan global saat ini menjadi persaingan tinggi di antara perusahaan, akibatnya pengetahuan dan keterampilan karyawan dituntut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak kalah dengan negara lain. Didukung oleh letak wilayah yang strategis,

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak kalah dengan negara lain. Didukung oleh letak wilayah yang strategis, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan aset sebuah negara yang tidak ada habisnya. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi pariwisata yang tidak kalah dengan negara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Ekowisata Ekowisata merupakan salah satu bentuk kegiatan wisata khusus. Bentuknya yang khusus itu menjadikan ekowisata sering diposisikan sebagai lawan dari wisata

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN PROVINSI LAMPUNG

PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN PROVINSI LAMPUNG Presentation by : Drs. BUDIHARTO HN. DASAR HUKUM KEPARIWISATAAN Berbagai macam kegiatan yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Strategi Strategi merupakan cara-cara yang digunakan oleh organisasi untuk mencapai tujuannya melalui pengintegrasian segala keunggulan

Lebih terperinci

Tugas Analysis IFAS, EFAS dan Matriks SWOT dalam Studi Kasus PT. Gojek Indonesia

Tugas Analysis IFAS, EFAS dan Matriks SWOT dalam Studi Kasus PT. Gojek Indonesia Tugas Analysis IFAS, EFAS dan Matriks SWOT dalam Studi Kasus PT. Gojek Indonesia Oleh : Friesa Ergo M (01216156) UNIVERSITAS NAROTAMA JL. ARIEF RACHMAN HAKIM NO. 51 SURABAYA TELP (031) 5946404, FAX (031)

Lebih terperinci

JOKO PRAYITNO. Kementerian Pariwisata

JOKO PRAYITNO. Kementerian Pariwisata JOKO PRAYITNO Kementerian Pariwisata " Tren Internasional menunjukkan bahwa desa wisata menjadi konsep yang semakin luas dan bahwa kebutuhan dan harapan dari permintaan domestik dan internasional menjadi

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Strategi Perusahaan Manajemen meliputi perencanaan, pengarahan, pengorganisasian dan pengendalian atas keputusan-keputusan dan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB II KERANGKA TEORI Kerangka pemikiran teoritis memberikan beberapa teori untuk pemecahan masalah yang akan dilakukan. Oleh karena itu pada bagian dibawah ini akan dikemukakan teori teori yang menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budaya karena dapat membantu melestarikan warisan budaya sebagai jati diri

BAB I PENDAHULUAN. budaya karena dapat membantu melestarikan warisan budaya sebagai jati diri 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata budaya merupakan salah satu jenis pariwisata yang memanfaatkan perkembangan potensi hasil budaya manusia sebagai objek daya tariknya. Jenis wisata ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata adalah suatu industri tanpa henti yang mana setiap negara

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata adalah suatu industri tanpa henti yang mana setiap negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata adalah suatu industri tanpa henti yang mana setiap negara mengandandalkan pemasukan devisa dari sektor pariwisata. Indonesia juga memiliki destinasi wisata

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memasarkan barang atau jasa yang dihasilkan, baik yang datang dari dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memasarkan barang atau jasa yang dihasilkan, baik yang datang dari dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Strategi Pemasaran 2.1.1 Pengertian Strategi Pemasaran Perusahaan tidak bisa terlepas dari hambatan-hambatan dalam memasarkan barang atau jasa yang dihasilkan, baik yang datang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia yang dikenal dengan negara kepulauan memiliki lebih dari 18.000 pulau, memiliki luasan hutan lebih dari 100 juta hektar dan memiliki lebih dari 500 etnik

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1.Perencanaan Kinerja Kota Padang menempati posisi strategis terutama di bidang kepariwisataan. Kekayaaan akan sumber daya alam dan sumber daya lainnya telah memberikan daya

Lebih terperinci

WALIKOTA SEMARANG - 1 -

WALIKOTA SEMARANG - 1 - WALIKOTA SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KOTA SEMARANG TAHUN 2015-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Pembahasan Kesiapan Kondisi Jayengan Kampoeng Permata Sebagai Destinasi Wisata

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Pembahasan Kesiapan Kondisi Jayengan Kampoeng Permata Sebagai Destinasi Wisata BAB V PEMBAHASAN Pada bab sebelumnya telah dilakukan analisis yang menghasilkan nilai serta tingkat kesiapan masing-masing komponen wisata kreatif di JKP. Pada bab ini akan membahas lebih lanjut mengenai

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. Menurut Anoraga (2000: 338), strategi adalah alat ukur sebuah organisasi

BAB II KERANGKA TEORI. Menurut Anoraga (2000: 338), strategi adalah alat ukur sebuah organisasi BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Strategi 2.1.1 Pengertian Strategi Menurut Anoraga (2000: 338), strategi adalah alat ukur sebuah organisasi dalam memilih tempat bisnis dan cara bagaimana berbisnis untuk bersaing.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. daya tarik wisata budaya yang lebih baik. Dalam pengembangan ini perlu

BAB III METODE PENELITIAN. daya tarik wisata budaya yang lebih baik. Dalam pengembangan ini perlu BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini dibuat berdasarkan permasalahan penelitian yaitu mengidentifikasi potensi budaya yang ada di Desa Sangsit, Jagaraga dan Sawan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. atau Sagela Pengucapaan yang sering di pakai masyarakat Gorontalo ini, terletak

BAB III METODE PENELITIAN. atau Sagela Pengucapaan yang sering di pakai masyarakat Gorontalo ini, terletak 16 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Latar Belakang Penelitian Kelompok Usaha Ikan Asap atau yang sering di kenal dengan ikan Roa atau Sagela Pengucapaan yang sering di pakai masyarakat Gorontalo ini, terletak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Pemasaran Pengertian manajemen pemasaran menurut American Marketing Association adalah perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian operasi pemasaran total, termasuk perumusan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS PEMASARAN PARIWISATA LAMPUNG

BAB V ANALISIS PEMASARAN PARIWISATA LAMPUNG BAB V ANALISIS PEMASARAN PARIWISATA LAMPUNG 5.1 ANALISIS MARKETING MIX PARIWISATA LAMPUNG Berdasarkan hasil survei yang dilakukan, maka di indentifikasi kekuatan dan kelemahan pariwisata Lampung berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diskriptif yaitu suatu metode penelitian yang berusaha mendeskripsikan atau

BAB III METODE PENELITIAN. diskriptif yaitu suatu metode penelitian yang berusaha mendeskripsikan atau BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat diskriptif kualitatif dan kuantitatif. Bersifat diskriptif yaitu suatu metode penelitian yang berusaha mendeskripsikan atau menggambarkan/melukiskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan, bepergian, yang dalam hal ini sinonim dengan kata travel dalam

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan, bepergian, yang dalam hal ini sinonim dengan kata travel dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Parwisata berasal dari Bahasa Sanskerta, yaitu pari dan wisata. Pari berarti banyak, berkali-kali, berputar-putar, lengkap. Wisata berarti perjalanan, bepergian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepariwisataan saat ini mengalami kenaikan yang cukup pesat. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. kepariwisataan saat ini mengalami kenaikan yang cukup pesat. Banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri jasa yang bergerak di bidang kepariwisataan saat ini mengalami kenaikan yang cukup pesat. Banyak perusahaan baru hadir dan berkompetisi dengan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. di Kabupaten Bangka melalui pendekatan sustainable placemaking, maka

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. di Kabupaten Bangka melalui pendekatan sustainable placemaking, maka BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI V. 1. KESIMPULAN Berdasarkan analisis yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempegaruhi pengembangan produk wisata bahari dan konservasi penyu di Kabupaten

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 17

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 17 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 17 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Disain Penelitian Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

V. SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka

V. SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka 92 V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka beberapa kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut : a. Potensi- potensi daya tarik wisata

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kawasan Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) Kabupaten Paser Provinsi Kalimantan Timur. Penelitian berlangsung selama 3 bulan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Penelitian Priyanto (2011), tentang Strategi Pengembangan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan di Kabupaten Rembang Jawa Tengah dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. buatan dan peninggalan sejarah. Wilayah Kabupaten Sleman terdapat banyak

BAB I PENDAHULUAN. buatan dan peninggalan sejarah. Wilayah Kabupaten Sleman terdapat banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kabupaten Sleman merupakan salah satu daerah yang kaya akan objek wisata baik wisata alamnya yang sangat menarik, wisata budaya, wisata buatan dan peninggalan sejarah.

Lebih terperinci

BAB 3 SWOT DAN STRATEGI BERSAING

BAB 3 SWOT DAN STRATEGI BERSAING BAB 3 SWOT DAN STRATEGI BERSAING 3.1 SWOT UNTUK FORMULASI STRATEGI Analisis SWOT didasarkan pada logika, yaitu memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI

BAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI BAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI VII. 1. Kesimpulan Penelitian proses terjadinya transformasi arsitektural dari kampung kota menjadi kampung wisata ini bertujuan untuk membangun teori atau

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan CV Mokolay Mitra Utama sendiri merupakan salah satu unit usaha yang bergerak di bidang perkebunan manggis dan durian di Desa Samongari Kabupaten,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan keinginan untuk melakukan kegiatan wisata ke suatu daerah.

BAB I PENDAHULUAN. dan keinginan untuk melakukan kegiatan wisata ke suatu daerah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan berwisata menjadi kebutuhan seluruh kelompok masyarakat. Kelompok masyarakat tersebut dapat berasal dari berbagai kelompok usia, latar belakang pendidikan,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Setelah menganalisis hasil penelitian dan pengolahan data, maka penulis mengambil kesimpulan, yaitu : Sebagai suatu bentuk struktur dari kegiatan pariwisata, desa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sapi Perah PFH Sapi perah merupakan salah satu ternak yang telah lama menjadi komoditas usaha peternakan. Bangsa Sapi Perah yang umum dipelihara adalah bangsa sapi Peranakan Friesian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kesempatan berusaha, serta meningkatkan pengenalan dan pemasaran produk

BAB I PENDAHULUAN. dan kesempatan berusaha, serta meningkatkan pengenalan dan pemasaran produk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kepariwisataan pada umumnya diarahkan sebagai sektor potensial untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan daerah, memberdayakan perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diseluruh wilayah Indonesia terdapat 50 (lima puluh) Destinasi Pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. diseluruh wilayah Indonesia terdapat 50 (lima puluh) Destinasi Pariwisata BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara yang memiliki kebudayaan yang beragam mempunyai banyak potensi pada sektor pariwisatnya. Menurut Toto Riyanto, Kepala Bidang Pengembangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.

BAB II KAJIAN TEORI. mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Konsep Pariwisata Menurut Suyitno (2001) dalam Tamang (2012) mendefinisikan pariwisata sebagai berikut : a. Bersifat sementara, bahwa dalam jangka waktu pendek pelaku wisata akan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian

BAB 3 METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian 27 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Disain Penelitian Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Setiap perusahaan mempunyai tujuan untuk dapat tetap hidup dan

BAB II URAIAN TEORITIS. Setiap perusahaan mempunyai tujuan untuk dapat tetap hidup dan BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Setiap perusahaan mempunyai tujuan untuk dapat tetap hidup dan berkembang. Tujuan tersebut hanya dapat dicapai melalui usaha mempertahankan dan meningkatkan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 12 2013 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2013 2028 Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Langkah awal yang perlu dilakukan untuk menjawab tantangan dan persaingan global di bidang industri manufaktur otomotif khususnya di seksi Die Design, adalah suatu analisa manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata dewasa ini adalah sebuah Negara bisnis. Jutaan orang mengeluarkan triliunan dollar Amerika, meninggalkan rumah dan pekerjaan untuk memuaskan atau membahagiakan

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO ISSN: STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING DESTINASI WISATA DAERAH TERTINGGAL

Seminar Nasional IENACO ISSN: STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING DESTINASI WISATA DAERAH TERTINGGAL STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING DESTINASI WISATA DAERAH TERTINGGAL Rattih Poerwarini 1, Indung Sudarso 2, I Nyoman Lokajaya 3 1,2 Magister Teknik Industri ITATS, Surabaya, Jl. Arief Rahman Hakim No. 100

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Wisata Agro Tambi yang terletak di Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Koperasi Unit Desa (KUD) Puspa Mekar yang berlokasi di Jl. Kolonel Masturi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat.

Lebih terperinci

METODE Lokasi dan Waktu Teknik Sampling

METODE Lokasi dan Waktu Teknik Sampling METODE Metode yang digunakan dalam memperoleh dan menganalisis data adalah kombinasi antara pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan metode survei kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini pariwisata telah menjadi salah satu industri andalan dalam menghasilkan devisa suatu negara. Berbagai negara terus berupaya mengembangkan pembangunan sektor

Lebih terperinci

ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL BISNIS STMIK SUMEDANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE SWOT ANALYSIS

ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL BISNIS STMIK SUMEDANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE SWOT ANALYSIS ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL BISNIS STMIK SUMEDANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE SWOT ANALYSIS Kiki Alibasah Dosen Jurusan Sistem Informasi STMIK Sumedang Email : kikialibasah78@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. promosi pariwisata ini berkembang hingga mancanegara. Bali dengan daya tarik

BAB I PENDAHULUAN. promosi pariwisata ini berkembang hingga mancanegara. Bali dengan daya tarik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bali merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang paling populer akan kepariwisataannya. Selain itu, pariwisata di Bali berkembang sangat pesat bahkan promosi pariwisata

Lebih terperinci

BAGAIMANA STRATEGI BERKEMBANG DI DALAM ORGANISASI? Oleh: Tri Widodo W. Utomo Pengantar Pembahasan mengenai hal ini berkisar sekitar dasar-dasar

BAGAIMANA STRATEGI BERKEMBANG DI DALAM ORGANISASI? Oleh: Tri Widodo W. Utomo Pengantar Pembahasan mengenai hal ini berkisar sekitar dasar-dasar BAGAIMANA STRATEGI BERKEMBANG DI DALAM ORGANISASI? Oleh: Tri Widodo W. Utomo Pengantar Pembahasan mengenai hal ini berkisar sekitar dasar-dasar pembentukan strategi. Atau dengan kata lain, ingin diketahui

Lebih terperinci

RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PER KEMENTERIAN/LEMBAGA II.L.040.1

RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PER KEMENTERIAN/LEMBAGA II.L.040.1 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PER KEMENTERIAN/LEMBAGA KEMENTERIAN/LEMBAGA : KEMENTERIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA 1 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kebudayaan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PARIWISATA

BAB II GAMBARAN UMUM PARIWISATA BAB II GAMBARAN UMUM PARIWISATA 2.1 Pengertian Pariwisata Keberadaan pariwisata dalam suatu daerah biasa dikatakan merupakan suatu gejala yang kompleks di dalam masyarakat. Di sini terdapat suatu keterkaitan

Lebih terperinci