BAB II KAJIAN TEORI PEMBELAJARAN GEOMETRI DENGAN MENERAPKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL
|
|
- Hendri Budiaman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II KAJIAN TEORI PEMBELAJARAN GEOMETRI DENGAN MENERAPKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL A. PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SD 1. Pengertian Matematika Matematika merupakan bahan kajian yang memiliki objek yang abstrak dan dibangun melalui proses penalaran yang bersifat deduktif, yaitu kebenaran yang didapatkan sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya. Dengan kata lain, suatu kebenaran harus senantiasa didasari, dibangun, dan didukung oleh kebenaran-kebenaran sebelumnya yang telah disepakati. Disamping itu didalam matematika, keterkaitan antara satu konsep dengan konsep lainnya sangat kuat, akurat dan jelas. Menurut Tinggih (Alin, 2004:1) mengungkapkan bahwa secara etimologis matematika adalah ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar artinya matematika lebih menekankan aktifitas dalam dunia rasio. Pembelajaran matematika yang dimaksud adalah menata nalar, membentuk sikaf dan menumbuhkan kemampuan menerapkan matematika. Menurut Ruseffendi ET (Lisnawaty, 1999:72) mengungkapkan bahwa matematika terbentuk sebagai hasil pemikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses dan penalaran. Pada tahap awal matematika terbentuk dari pengalaman manusia dalam dunianya secara empiris, karena matematika sebagai aktifitas
2 11 manusia, kemudian diproses dalam dunia rasio, diolah secara analisis dan sintesis dengan penalaran didalam struktur kognitif, sehingga sampai pada suatu kesimpulan berupa konsep-konsep matematika. Johnson dan Rising (1972) dalam bukunya mengatakan bahwa matematika adalah pola berfikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logic, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat, representasinya dengan symbol dan padat, lebih berupa bahasa symbol mengenai ide daripada mengenal bunyi. Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu terstruktur yang terorganisasikan dengan baik, karena matematika dimulai dari unsur yang tidak terdefinisikan ke unsur yang terdefinisikan, ke aksioma/postulat dan akhirnya ke dalil/teorema. 2. Fungsi dan Tujuan Matematika di SD Fungsi mata pelajaran matematika sebagai alat, pola fikir, dan ilmu atau pengetahuan. Siswa diberi pengalaman menggunakan matematika sebagai alat untuk memahami atau menyampaikan suatu informasi, misalnya melalui persamaan-persamaan, tabel-tabel, model-model matematika, atau soal-soal uraian matematika lainnya. Bila seorang siswa dapat melakukan perhitungan tetapi tidak tahu alasannya, maka tentu ada yang salah dalam pembelajarannya atau ada sesuatu yang belum dipahaminya. Belajar matematika juga merupakan pembentukan pola fikir dalam pemahaman suatu pengertian maupun dalam penalaran suatu hubungan diantara pengertian-
3 12 pengertian itu. Dalam pembelajaran matematika, para siswa dibiasakan untuk memperoleh pemahaman tentang sifat-sifat yang dimiliki dan yang tidak dimiliki dari sekumpulan (abstraksi). Dengan pengamatan terhadap contoh-contoh dan bukan contoh, diharapkan siswa mampu menangkap pengertian suatu konsep. Pembelajaran matematika harus disertai fungsi matematika sebagai ilmu atau pengetahuan. Kita sebagai guru harus mampu menunjukkan betapa matematika selalu mencari kebenaran, dan bersedia meralat kebenaran yang sementara diterima, bila ditemukan kesempatan untuk mencoba mengembangkan penemuanpenemuan sepanjang mengikuti pola fikir yang sah. Dari ketiga fungsi matematika tersebut diatas, maka kita sebagai guru mengetahui perannya sebagai motivator dan pembimbing siswa dalam pembelajaran matematika di sekolah. Tujuan pembelajaran matematika disekolah mengacu kepada fungsi matematika serta kepada tujuan pendidikan nasional yang telah dirumuskan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN). Diungkapkan dalam Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) matematika, bahwa tujuan umum diberikannya matematika pada jenjang pendidikan dasar dan menengah meliputi dua hal, yaitu: a. Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan didalam kehidupan dan dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif dan efisien. b. Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola fikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.
4 13 Dalam kurikulum 2006 atau yang dikenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disebutkan bahwa fungsi mata pelajaran matematika di SD adalah wahana untuk meningkatkan ketajaman penalaran siswa yang dapat membantu memperjelas dan menjelaskan permasalahan sehari-hari, dan meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan symbol-simbol yang tersusun. 3. Teori Belajar Matematika Trianto (2007: 13) mengungkapkan bahwa teori belajar pada dasarnya merupakan penjelasan mengenai bagaimana terjadinya belajar atau bagaimana informasi diproses didalam fikiran siswa itu. Berdasarkan suatu teori belajar diharapkan suatu pembelajaran dapat lebih meningkatkan perolehan siswa sebagai hasil akhir. Teori belajar matematika adalah suatu teori yang bercerita tentang kesiapan siswa untuk belajar matematika. Menurut Teori belajar Bruner, begitu pentingnya pengetahuan teori belajar matematika dalam system pembelajaran di kelas, sehingga setiap metode pengajaran harus disesuaikan dengan teori belajar yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan. Tidak hanya tingkat kedalaman konsep yang diberikan pada siswa, tetapi harus disesuaikan dengan tingkat kemampuannya. Cara penyampaian materi pun demikian. Guru harus mengetahui tingkat perkembangan mental siswa dan dengan pengajaran yang harus dilakukan sesuai tahapannya.
5 14 Jean Peaget, salah seorang ahli ilmu jiwa berkebangsaan Swiss, melalui Teori Belajar Perkembangan Mentalnya, menyatakan bahwa setiap individu akan melalui tahap perkembangan kognitif secara kronologis melalui empat tahap tertentu yang berurutan, yaitu: 1. Tahap sensorimotor (rentang usia 0 2 tahunan) Pada tahap ini pengalaman seseorang diperoleh melalui kegiatan berbuat dan sensori, berfikir melalui tindakan atau perbuatan, gerak dan reaksi spontan. 2. Tahap praoperasi (rentang usia 2 7 tahunan) Pada bagian ini seseorang mulai berfikir internal, diawali dengan berfikir prakonseptual kemudian berfikir secara intuitif. 3. Tahap operasi konkrit (rentang usia 7-12 tahunan) Pada tahap ini seseorang mulai memahami operasi yang logis melalui bantuan benda-benda konkrit. Ia mulai dapat mengelompokkan sesuatu berdasarkan sifat dan karakteristiknya. 4. Tahap operasi formal (rentang 12 dewasa) Pada bagian ini, seseorang mulai tidak memerlukan bantuan benda-benda konkrit dalam menyajikan abstraksi mental secara verbal. Ia mulai dapat merumuskan hipotesis dan teori serta berfikir secara deduktif dan induktif. Menurut ET Russefendi agar anak didik memahami dan mengerti akan konsep (struktur) matematika yang seyogiyanya diajarkan dengan urutan konsep murni,
6 15 dilanjutkan dengan konsep notasi, dan diakhiri dengan konsep terapan. Disamping itu untuk dapat mempelajari dengan baik struktur matematika maka representasinya (model) dimulai dengan benda-benda konkrit yang beraneka ragam. Agar penanaman akan konsep-konsep matematika dapat dipahami oleh anak harus diadakan pendekatan belajar dalam proses pembelajaran, antara lain: a. Peserta didik yang belajar matematika harus menggunakan benda-benda konkrit dan membuat abstraksinya dari konsep-konsepnya. b. Materi pelajaran yang akan diajarkan harus ada hubungannya atau pengaitan yang sudah dipelajari. c. Supaya anak/ peserta didik memperoleh sesuatu dari belajar matematika harus mengubah suasana abstrak dengan menggunakan symbol. d. Matematika adalah ilmu seni kreatif karena itu harus dipelajari dan diajarkan sebagai ilmu seni. Tujuan akhir dari setiap kegiatan pembelajaran adalah agar siswa mampu menguasai dan memahami konsep-konsep pelajaran, mampu berfikir secara formal dan mengaplikasikan pengetahuan yang diperolehnya dalam memecahkan masalah sehari-hari. Hal yang penting untuk diperhatikan sebelum melaksanakan pembelajaran, kita harus memahami aspek psikologis siswa. Aspek psikologis yang dimaksud adalah tepatnya pembelajaran bagi siswa yang bersangkutan dan sesuai dengan lingkungan dan kebudayaan. (ET Ruseffendi, 2003)
7 16 4. Pembelajaran Matematika di SD Pembelajaran pada hakekatnya merupakan suatu proses interaksi antara guru dengan siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan pembelajaran merupakan rumusan prilaku yang telah ditentukan sebelumnya, yang harus nampak pada diri siswa sebagai akibat dari perbuatan belajar yang dilakukan. Untuk mencapai tujuan pembelajaran, guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi, pendekatan, dan metode yang banyak melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik maupun social. Strategi belajar mengajar yang berorientasi pada pembelajaran menurut hierarkhinya (Gagne) adalah membilah-bilah bahan yang akan diajarkan kedalam bagian-bagian lebih lanjut (makin kompleks). Dengan strategi belajar mengajar yang sudah tersusun dapat ditentukan metode mengajar atau teknik mengajar dan akhirnya dapat dipilih alat peraga sebagai pendukung materi pelajaran yang akan diajarkan. Dengan demikian tujuan pembelajaran akan tercapai sesuai dengan yang diharapkan. JS Bruner mengungkapkan pembelajaran matematika di SD adalah menanamkan konsep dan dimulai dengan benda konkrit secara intuitif, kemudian pada tahap-tahap yang lebih tinggi (sesuai kemampuan siswa) konsep ini diajarkan dalam bentuk yang abstrak dengan menggunakan notasi yang lebih umum dipakai dalam matematika.
8 17 Aplikasi Teori Belajar Bruner dalam pembelajaran matematika di SD dilakukan dengan cara: (1) Sajikan contoh dan bukan contoh dari konsep-konsep yang guru ajarkan, (2) Bantu anak/ peserta didik untuk melihat adanya hubungan antar konsep- konsep, (3) Berikan satu pertanyaan dan biarkan anak/ peserta didik untuk mencari jawabannya sendiri, (4) Ajak dan beri semangat anak/ peserta didik untuk memberikan pendapat berdasarkan intuisinya. Kecakapan matematika yang harus dicapai siswa SD adalah memahami konsep, symbol, grafik, table dan diagram, menggeneralisasikan pola, sifat, dalil, memecahkan masalah, menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan. B. PENDEKATAN KONTEKSTUAL (Contextual Teaching and Learning) 1. Apa pembelajaran kontekstual itu? Pendekatan konstektual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. (Trianto, 2007: 103) Kesadaran perlunya pendekatan kontekstual dalam pembelajaran didasarkan adanya kenyataan bahwa sebagian besar siswa tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pemanfaatannya dalam kehidupan nyata. Hal ini karena pemahaman konsep akademik yang mereka peroleh hanyalah merupakan sesuatu yang abstrak, belum menyentuh kebutuhan yang praktis kehidupan mereka, baik dilingkungan sekolah maupun di masyarakat. Pembelajaran yang selama ini mereka terima hanyalah penonjolan
9 18 tingkat hafalan dan sekian rentetan tofik atau pokok bahasan, tetapi tidak diikuti dengan pemahaman atau pengertian yang mendalam, yang bisa diterapkan ketika mereka berhadapan dengan situasi baru dalam kehidupannya. 2. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual Menurut Nurhadi (Masnur, 2007:42) karakteristik pembelajaran dengan pendekatan kontekstual sebagai berikut : 1) Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik, yaitu pembelajaran yang diarahkan pada ketercapaian keterampilan dalam konteks kehidupan nyata atau pembelajaran yang dilaksanakan dalam lingkungan yang alamiah (learning in real life setting). 2) Pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mengerjakan tugastugas yang bermakna (meaningful learning). 3) Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna kepada siswa (learning by doing). 4) Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok dan berdiskusi saling mengoreksi antar teman (learning in a group). 5) Pembelajaran memberikan kesempatan untuk menciptakan rasa kebersamaan, bekerja sama, dan saling memahami antara satu dengan yang lain secara mendalam (learning to know each other deeply).
10 19 6) Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif, dan mementingkan kerja sama (learning to ask, to inquiry, to work together). 7) Proses pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan (learning as an enjoy activity). 3. Komponen pembelajaran kontekstual Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual melibatkan tujuh komponen utama, yaitu : 1) Kontruktivisme (Constructivism) Komponen ini merupakan landasan filosofis (berfikir) pendekatan CTL. Pembelajaran yang berciri konstruktivisme menekankan terbangunnya pemahaman sendiri secara aktif, kreatif, dan produktif berdasarkan pengetahuan dan pengetahuan terdahulu dan dari pengalaman belajar yang bermakna. Pengetahuan bukanlah serangkaian fakta, konsep, dan kaidah yang siap dipraktikannya. Manusia harus mengkonstruksinya terlebih dahulu pengetahuan tersebut dan memberikan makna melalui pengalaman nyata. Karena itu, siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan mengembangkan ide-ide yang ada pada dirinya. Prinsip dasar konstruktivisme yang dalam praktek pembelajaran harus dipegang guru adalah sebagai berikut: - Proses pembelajaran lebih utama daripada hasil pembelajaran.
11 20 - Informasi bermakna dan relevan dengan kehidupan nyata siswa lebih penting daripada informasi verbalistis. - Siswa mendapatkan kesempatan seluas-luasnya untuk menemukan dan menerapkan idenya sendiri. - Siswa diberikan kebebasan untuk menerapkan strateginya sendiri dalam belajar. - Pengetahuan siswa tumbuh dan berkembang melalui pengalaman sendiri. - Pemahaman siswa akan berkembang semakin dalam dan semakin kuat apabila diuji dengan pengalaman baru. - Pengalaman siswa bisa dibangun secara asimilasi (yaitu pengetahuan baru dibangun dari struktur pengetahuan yang sudah ada) maupun akomodasi (yaitu struktur pengetahuan yang sudah ada dimodifikasi untuk menampung/menyesuaikan hadirnya pengalaman baru). 2. Bertanya (questioning) Kegiatan belajar yang mendorong sikap keingintahuan siswa lewat bertanya tentang topic atau permasalahan yang akan dipelajari. Belajar dalam pembelajaran CTL dipandang sebagai upaya guru yang bisa mendorong siswa untuk mengetahui sesuatu, mengarahkan siswa untuk memperoleh informasi, sekaligus mengetahui perkembangan kemampuan berfikir siswa. Pada sisi lain, kenyataan menunjukkan bahwa pemerolehan pengetahuan seseorang selalu bermula dari bertanya.
12 21 Prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan guru dalam pembelajaran yang berkaitan dengan komponen bertanya adalah sebagai berikut: - Penggalian informasi lebih efektif apabila dilakukan melalui bertanya. - Konfirmasi terhadap apa yang sudah diketahui lebih efektif melalui tanya jawab. - Bagi guru, bertanya kepada siswa bisa mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berfikir siswa. - Dalam pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk menggali informasi, mengecek pemahaman siswa, membangkitkan respon siswa, mengetahui kadar keingintahuan siswa, mengetahui hal-hal yang diketahui siswa, membangkitkan lebih banyak pertanyaan bagi diri siswa dan menyegarkan pengetahuan siswa. 3. Menemukan (inquiry) Kegiatan belajar yang bisa mengkondisikan siswa untuk mengamati, menyelidiki, menganalisis topic atau permasalahan yang dihadapi sehingga ia berhasil menemukan sesuatu. Kegiatan ini diawali dari pengamatan terhadap fenomena, dilanjutkan dengan kegiatan-kegiatan bermakna untuk menghasilkan temuan yang diperoleh sendiri oleh siswa. Dengan demikian pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa tidak dari hasil mengingat seperangkat fakta, tetapi hasil menemukan sendiri dari fakta yang dihadapinya.
13 22 Prinsip-prinsip yang bisa dipegang guru ketika menerapkan komponen inquiry dalam pembelajaran adalah sebagai berikut: - Pengetahuan dan keterampilan akan lebih lama diingat apabila siswa menemukan sendiri. - Informasi yang diperoleh siswa akan lebih baik apabila diikuti dengan bukti-bukti atau data yang ditemukan sendiri oleh siswa. - Siklus inquiri adalah observasi (observation), bertanya (questioning), mengajukan dugaan (hipotesis), pengumpulan data (data gathering), dan penyimpulan (conclusion). 4. Masyarakat belajar (learning community) Kegiatan belajar yang bisa menciptakan suasana belajar bersama atau berkelompok sehingga ia bisa berdiskusi, curah pendapat, bekerja sama, dan saling membantu dengan teman lain. Konsep ini menyarankan bahwa hasil belajar sebaiknya diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Hal ini berarti bahwa hasil belajar bisa diperoleh dengan sharing antarteman, antar kelompok, dan antar yang tahu kepada yang tidak tahu, baik didalam maupun luar kelas. Karena itu pembelajaran yang dikemas dalam berdiskusi kelompok yang anggotanya heterogen, dengan jumlah yang bervariasi, sangat mendukung komponen learning commuity ini. Prinsip-prinsip yang bisa diperhatian guru ketika menerapkan pembelajaran yang berkonsentrasi pada komponen learning community adalah:
14 23 - Pada dasarnya hasil belajar diperoleh dari kerja sama atau sharing dengan pihak lain. - Sharing terjadi apabila ada pihak yang saling memberi dan menerima informasi. - Sharing terjadi apabila ada komunikasi dua atau multiarah. - Masyarakat belajar terjadi apabila masing-masing pihak yang terlibat didalamnya sadar bahwa pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang dimilikinya bermanfaat bagi yang lain. - Yang terlibat dalam masyarakat belajar pada dasarnya bisa menjadi sumber belajar. 5. Pemodelan (modeling) Komponen pendekatan CTL ini menyarankan bahwa pembelajaran keterampilan dan pengetahuan tertentu diikuti dengan model yang bisa ditiru siswa. Model yang dimaksud bisa berupa pemberian contoh tentang mengoperasikan sesuatu, menunjukkan hasil karya, mempertontonkan suatu penampilan. Cara pembelajaran semacam ini akan lebih cepat dipahami siswa daripada hanya bercerita atau memberikan penjelasan kepada siswa tanpa ditunjukkan modelnya atau contohnya. Prinsip-prinsip komponen modeling yang bisa diperhatikan guru ketika melaksanakan pembelajaran adalah sebagai berikut:
15 24 - Pengetahuan dan keterampilan diperoleh dengan mantap apabila ada model atau contoh yang bisa ditiru. - Model atau contoh yang bisa diperoleh langsung dari yang berkompeten atau dari ahlinya. - Model atau contoh bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu, contoh hasil karya atau model penampilan. 6. Refleksi (reflection) Komponen yang merupakan bagian terpenting dari pembelajaran dengan pendekatan CTL adalah perenungan kembali atas pengetahuan yang baru dipelajari. Dengan pemikiran apa yang baru saja dipelajari, menelaah dan merespon semua kejadian, aktivitas, atau pengalaman yang terjadi dalam pembelajaran, bahkan memberikan masukan atau saran jika diperlukan, siswa akan menyadari bahwa pengetahuan yang baru diperolehnya merupakan pengayaan atau bahkan revisi dari pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Kesadaran semacam ini penting ditanamkan kepada siswa agar ia bersikap terbuka terhadap pengetahuan-pengetahuan baru. Prinsip-prinsip dasar yang perlu diperhatikan guru dalam rangka penerapan komponen refleksi adalah sebagai berikut: - Perenungan atas sesuatu pengetahuan yang baru diperoleh merupakan pengayaan atas pengetahuan sebelumnya.
16 25 - Perenungan merupakan respons atas kejadian, aktivitas dan pengetahuan yang baru diperolehnya. - Perenungan bisa berupa menyampaikan penilaian atas pengetahuan yang baru diterima, membuka catatan singkat, diskusi dengan teman sejawat, atau untuk kerja. 7. Penilaian yang sebenarnya (authentic assesement) Komponen yang merupakan ciri khusus dari pendekatan kontekstual adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran atau informasi tentang perkembangan pengalaman belajar siswa. Gambaran perkembangan pengalaman siswa ini perlu diketahui guru setiap saat agar bisa memastikan benar tidaknya proses belajar siswa. Dengan demikian, penilaian autentik diarahkan pada proses mengamati, menganalisis, dan menafsirkan data yang telah terkumpul ketika atau dalam proses pembelajaran siswa berlangsung, bukan semata-mata pada hasil pembelajaran. Prinsip dasar yang perlu menjadi perhatian guru ketika menerapkan komponen penilaian autentik dalam pembelajaran adalah sebagai berikut: - Penilaian autentik bukan menghakimi siswa, tetapi untuk mengetahui perkembangan belajar siswa. - Penilaian dilakukan secara komprehensip dan seimbang antara penilaian proses dan hasil.
17 26 - Guru menjadi penilai yang konstruktif (constructive evaluator) yang dapat merefleksikan bagaimana siswa belajar, bagaimana siswa menghubungkan apa yang mereka ketahui dengan berbagai konteks, dan bagaimana perkembangan belajar siswa dalam berbagai konteks belajar. - Penilaian autentik memberikan kesempatan siswa untuk dapat mengembangkan penilaian diri (self assessement) dan penilaian sesama (peer assessment). - Penilaian autentik mengukur keterampilan dan performansi dengan kriteria yang jelas. - Penilaian autentik dilakukan dengan berbagai alat secara berkesinambungan sebagai bagian integral dari proses pembelajaran. Penilaian autentik dapat dimanfaatkan oleh siswa, orang tua dan sekolah untuk mengdiagnosis kesulitan belajar, umpan balik pembelajaran, dan untuk menentukan prestasi siswa. 4. Strategi Pembelajaran Kontekstual Berdasarkan pemahaman, karakteristik, dan komponen pendekatan kontekstual, beberapa strategi pembelajaran yang dapat dikembangkan oleh guru melalui pembelajaran kontekstual (Blanchard, 2001) antara lain sebagai berikut:
18 27 a. Pembelajaran berbasis masalah. Sebelum memulai proses belajar mengajar didalam kelas, siswa terlebih dahulu diminta untuk mengobservasi suatu fenomena. Kemudian siswa diminta untuk mencatat permasalahan-permasalahan yang muncul. Setelah itu tugas guru adalah merangsang siswa untuk berfikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada dan mengarahkan siswa untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan perspektif yang berbeda dengan mereka. b. Memanfaatkan lingkungan siswa untuk memperoleh pengalaman belajar. Guru memberikan penugasan yang dapat dilakukan diberbagai konteks lingkungan siswa antara lain disekolah, keluarga, dan masyarakat. Penugasan yang diberikan oleh guru memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar diluar kelas. Siswa diharapkan memperoleh pengalaman langsung tentang apa yang sedang dipelajarinya. c. Memberikan aktivitas kelompok. Aktivitas belajar secara kelompok dapat memperluas persfektif serta membangun kecakapan interpersonal untuk berhubungan dengan orang lain. Guru dapat menyusun kelompok terdiri tiga, lima maupun delapan siswa sesuai dengan tingkat kesulitan penugasan. d. Membuat aktivitas belajar mandiri. Peserta didik mampu mencari, menganalisis, dan menggunakan informasi dengan sedikit atau bahkan tanpa bantuan guru. Agar dapat melakukannya, siswa
19 28 harus lebih memperhatikan bagaimana mereka memproses informasi, menerapkan strategi pemecahan masalah dan menggunakan pengetahuan yang telah mereka peroleh. e. Membuat aktivitas belajar bekerja sama dengan masyarakat. Sekolah dapat melakukan kerja sama dengan orang tua siswa yang memiliki keahlian khusus untuk menjadi guru tamu. Hal ini perlu dilakukan guna memberikan pengalaman belajar secara langsung, dimana siswa dapat termotivasi untuk mengajukan pertanyaan. f. Menerapkan penilaian authentic. Dalam pembelajaran kontekstual, penilaian autentik dapat membantu siswa untuk menerapkan informasi akademik dan kecakapan yang telah diperoleh pada situasi nyata untuk tujuan tertentu. Menurut Johnson (2002:165), penilaian autentik memberikan kesempatan luas bagi siswa untuk menunjukkan apa yang telah mereka pelajari selama proses belajar mengajar. Adapun penilaian yang dapat digunakan oleh guru, yaitu portofolio, tugas kelompok, demostrasi dan laporan tertulis. John A. Zahorik dalam Contructivist Teaching (Masnur, 2007:52) mencatat lima elemen yang harus diperhatikan dalam praktik pembelajaran kontekstual. Lima elemen yang dimaksud sebagai berikut: 1) Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge).
20 29 2) Pemerolehan pengetahuan baru (acquiring knowledge), yaitu dengan cara mempelajari secara keseluruhan dulu, kemudian memperhatikan detailnya. 3) Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), yaitu dengan cara menyusun konsep sementara (hipotesis), melakukan sharing kepada orang lain agar mendapat tanggapan (validasi), dan atas tanggapan itu konsep tersebut direvisi dan dikembangkan. 4) Mempraktikan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge). 5) Melakukan refleksi ( reflecting knowledge ) terhadap strategi pengembangan pengetahuan tersebut. C. GEOMETRI Geometri berasal dari dua kata yaitu ge dan metria yang secara bahasa berarti pengukuran bumi. Secara etimologis, istilah geometri berarti hal-hal yang berkaitan dengan pengukuran tanah. Salah satu buku sumber geometri yang dijadikan rujukan sampai sekarang adalah The Elemen yang disusun oleh Euclid. Jadi geometri yaitu cabang matematika yang mempelajari tentang bentuk, bangun, dan ukurannya. Bell (Suhendra, 2006 : 153) Menurut Bell (Suhendra, 2006 : 153), secara umum matematika dapat dibagi kedalam empat cabang utama yaitu aritmetika, aljabar, analisis, dan geometri. Keempat cabang utama matematika tersebut tidak dapat berdiri sendiri tanpa keterlibatan cabang lainnya. Pada saat kita membahas sebuah materi dalam geometri, kita mau tidak mau memerlukan kaidah dan prinsip-prinsip aritmetika
21 30 dan aljabar, bahkan tidak jarang kita menggunakan analisis untuk membahas berbagai permasalahan didalamnya. Sementara itu Van Hiele, seorang guru matematika berkebangsaan Belanda, berdasarkan penelitiannya menyimpulkan bahwa terdapat lima tahap perkembangan mental dalam memahami geometri, yaitu: 1) Tahap pengenalan, yaitu tahap ketika seseorang mulai mengenal bentuk-bentuk geometri dan nama-namanya tetapi belum memahami sifat-sifatnya. 2) Tahap analisis, yaitu tahap ketika seseorang sudah mengetahui dan memahami sifat-sifat konsep atau bentuk geometri, tetapi belum memahami hubungan antara bentuk-bentuk geometri tersebut. 3) Tahap pengurutan, yaitu tahap ketika seseorang sudah dapat mengklasifikasikan, mengurutkan, dan menggenelalisasikan bentuk-bentuk geometri berdasarkan sifat-sifat tertentu. 4) Tahap deduksi, yaitu tahap ketika seseorang mulai dapat berfikir secara deduktif dan mengembangkan bukti melalui definisi, aksioma, postulat dan dalil, tetapi belum memahami pentingnyasuatu system deduktif. 5) Tahap keakuratan atau rigor, yaitu tahap ketika seseorang dapat memahami bahwa ketepatan dari sesuatu yang mendasar itu penting, ia juga sudah dapat bekerja dalam berbagai system geometri. Selanjutnya berkaitan dengan pembelajaran geometri, Van Hiele mengemukakan beberapa hal mengenai pembelajaran geometri, yaitu bahwa
22 31 materi ajar, waktu, dan strategi pembelajaran yang digunakan dapat menigkatkan kemampuan berfikir siswa menuju tahap yang lebih tinggi. Selain itu ia pun menyatakan bahwa kegiatan pembelajaran geometri harus sesuai dengan tahap berfikir siswa, agar siswa memahami materi ajar dengan pengertian yang penuh. Para siswa belajar geometri pada tahap awal seyogianya melalui benda-benda geometri yang sering mereka temui dalam aktivitas sehari-harinya. Melalui bendabenda yang sudah tidak asing bagi mereka, agar mereka dapat lebih memahami hal-hal yang harus mereka kuasai. Pengalaman melalui berbagai model geometri akan membantu siswa berfikir tentang visualisasi atau penggambaran gambargambar yang bersifat geometris. D. PENGERTIAN SUDUT Didalam geometri dikenal istilah konsep pangkal, yang mendasari konsepkonsep geometri lainnya. Beberapa konsep pangkal yang dimaksud antara lain adalah hal-hal yang melibatkan titik dan garis. Konsep geometri yang mendasar yaitu titik. Titik merupakan satuan dasar dalam geometri yang menyatakan suatu tempat dalam ruang, tidak memiliki dimensi dan titik biasanya diwakili oleh noktah. Garis terdiri dari titik yang banyaknya tak hingga dan tersusun lurus. Garis memiliki ketebalan dan dapat diperpanjang tanpa batas dalam ruang dua dimensi. Sinar garis dapat diartikan sebagai kumpulan atau himpunan titik-titik yang berderet tanpa ada celah yang salah satu titik ujungnya diperpanjang hingga tak terbatas, sementara titik ujung yang lain tetap pada posisinya.
23 32 Sudut adalah suatu daerah yang dibatasi oleh dua sinar garis yang mempunyai titik pangkal yang sama. Yang kita sebut sudut biasanya digambarkan sebagai berikut: Catatan : A eksterior interior > Sinar garis BA dan BC disebut kaki sudut. > Daerah bagian dalam yang diapit oleh sinar garis BA dan BC disebut interior sudut. B C > Daerah bagian luar yang diapit oleh sinar garis BA dan BC disebut eksterior sudut. Geometri dan pengukuran adalah salah satu kajian didalam matematika yang unik karena memiliki berbagai kekhasan. Geometri dan pengukuran adalah dua hal yang saling terkait. Didalam geometri ada pengukuran, demikian pula untuk kemudahan pengukuran diperlukan ilustrasi geometri. Untuk memahami pembelajaran geometri kita memerlukan alat peraga untuk memudahkan pemahaman dalam proses pembelajaran.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
1 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Belajar Seseorang dapat dikatakan belajar jika dalam diri orang tersebut terjadi suatu aktifitas yang mengakibatkan perubahan tingkah laku yang dapat diamati dalam waktu
Lebih terperinciFitriana Rahmawati STKIP PGRI Bandar Lampung. Abstrak. n 1 +n 2 2
PENGARUH PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DENGAN KELOMPOK KECIL TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SEMESTER GENAP Fitriana Rahmawati STKIP PGRI Bandar Lampung Abstrak Tujuan
Lebih terperinciPendekatan Kontekstual (CTL) dalam KTSP pada Pembelajaran di SD
Pendekatan Kontekstual (CTL) dalam KTSP pada Pembelajaran di SD Oleh Nana Supriatna Universitas Pendidikan Indonesia Makalah Semiloka di Musibanyuasin, Sumsel 7 September 2007 Pengertian Pendekatan Contextual
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Belajar Proses belajar mengajar merupakan kegiatan paling pokok dalam seluruh proses pendidikan di sekolah. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching And Learning (CTL)
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching And Learning (CTL) CTL merupakan strategi yang melibatkan siswa secara penuh dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Media pembelajaran dalam Satyasa (2007:3) diartikan sebagai semua benda
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Maket Media pembelajaran dalam Satyasa (2007:3) diartikan sebagai semua benda yang menjadi perantara dalam terjadinya pembelajaran. Sadiman, dkk. (2008: 17-18) mengatakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Pengertian Belajar Para pakar pendidikan mengemukakan pengertian yang berbeda antara satu dengan yang lainnya mengenai pengertian belajar, namun demikian
Lebih terperinciDASAR FILOSOFI. Manusia harus mengkontruksikan pengetahuan pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
DASAR FILOSOFI Pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit), dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kontekstual Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam proses pembelajaran adalah teori belajar konstruktivisme. Piaget (Suherman
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan
10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan sasarannya. Sutikno (2005 : 7) mengemukakan bahwa
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA di SD Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan
Lebih terperinciBAB 1I KAJIAN PUSTAKA Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)
BAB 1I 2.1. Kajian Teori KAJIAN PUSTAKA 2.1.1. Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi pembelajaran
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kontekstual a. Pengertian Kontekstual CTL bukanlah singkatan dari Catat Tinggal Lungo (bahasa Jawa) atau mencatat ditinggal pergi. Artinya seorang guru memberikan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning. suatu pendekatan metode dan teknik pembelajaran.
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning 2.1.1 Model Pembelajaran Model pembelajaran digunakan dalam upaya untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Komalasari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Upaya peningkatan mutu pendidikan perlu dilakukan secara menyeluruh meliputi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya peningkatan mutu pendidikan perlu dilakukan secara menyeluruh meliputi aspek pengetahuan, sikap, dan nilai-nilai pengembangan aspek-aspek tersebut. Hal
Lebih terperinciPEMBELAJARAN KONTEKSTUAL. contextual teaching and learning
PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL contextual teaching and learning Strategi Pembelajaan Kontekstual Strategi pembelajaran CTL (contextual teaching and learning) merupakan strategi yang melibatkan siswa secara penuh
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIS
5 BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kajian Teori Kesadaran perlunya pendekatan kontekstual dalam pembelajaran didasarkan adanya kenyataan bahwa siswa sebagian besar tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN Contextual Teaching and Learning
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi menggingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan kontekstual bukan merupakan suatu konsep baru. Penerapan pendekatan
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendekatan Kontekstual Pendekatan kontekstual bukan merupakan suatu konsep baru. Penerapan pendekatan kontekstual di kelas kelas yang diselenggarakan di Amerika pertama- tama
Lebih terperinciBAB II PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS
BAB II PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS A. Pembelajaran Matematika Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dalam keseluruhan proses pendidikan. Ini berarti
Lebih terperinciPENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PENGUASAAN KONSEP-KONSEP FISIKA. M. Gade ABSTRAK
PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PENGUASAAN KONSEP-KONSEP FISIKA M. Gade ABSTRAK Pendekatan kontekstual merupakan strategi pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh
7 BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran IPA di SD 1. Pembelajaran Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Pembelajaran Matematika a. Hakekat Matematika Mata pelajaran matematika merupakan salah satu muatan KTSP, yang harus dikembangkan.
Lebih terperinciCondition of Ind. Ind.Condition-1. Ind.Condition-2. The Rural. Ind. Rural Policy. Rulal Educational. Higher Education. Non Formal Ed.
PENDEKATAN KONTEKSTUAL Oleh : Toto Fathoni, Apakah CTL itu? Konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memunculkan persaingan yang cukup tajam, dan sekaligus menjadi ajang seleksi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan masyarakat yang cenderung bersifat terbuka memberi kemungkinan munculnya berbagai pilihan bagi seseorang dalam menata dan merancang kehidupan masa
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh seseorang untuk
8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Membaca Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui bahasa tulis.
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Secara umum pengertian pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang
6 BAB II LANDASAN TEORI A. Hakekat Pembelajaran 1. Pengertian Pembelajaran Secara umum pengertian pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang mempengaruhi peserta didik sedemikian rupa sehingga peserta
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. sendiri. Sedangkan Sinaga dan Hadiati (2001:34) mendefenisikan kemampuan
9 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakekat Kemampuan Menurut Zain (dalam Milman Yusdi, 2010:10) mengartikan bahwa Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang dinilai
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang dinilai cukup memegang peranan penting, baik pola pikirnya dalam membentuk siswa menjadi berkualitas
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori 2.1.1.Pengertian Belajar dan Pembelajaran Menurut Sudjana ( 1989 : 28 ) belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bantu memecahkan masalah dalam berbagai bidang ilmu. Salah satu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika adalah ilmu dasar yang dapat digunakan sebagai alat bantu memecahkan masalah dalam berbagai bidang ilmu. Salah satu karakteristik matematika yaitu mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Pendidikan diyakini akan dapat mendorong memaksimalkan potensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di dalam dunia yang terus berubah dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang pesat, manusia dituntut memiliki kemampuan berpikir kritis, sistematis,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori Hasil Belajar. Sudjana, (2004:22) berpendapat hasil Belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajar. Sudjana, (2004:22) berpendapat hasil Belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. konsep baru. Penerapan pendekatan kontekstual di kelas-kelas yang diselenggarakan
BAB II LANDASAN TEORI A. Pendekatan Kontekstual Menurut Trianto (2009) pendekatan kontekstual bukan merupakan suatu konsep baru. Penerapan pendekatan kontekstual di kelas-kelas yang diselenggarakan di
Lebih terperinciPENGARUH CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING
PENGARUH CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) TEKNIK PRAKTEK JUAL BELI TERHADAP KEMAMPUAN MAHASISWA MEMAHAMI AKUNTANSI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI UM METRO Heri Supranoto Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciDi dalam kamus bahasa Indonesia, kemampuan berasal dari kata mampu. yang berarti kuasa (bisa, sanggup, melakukan sesuatu, dapat, berada, kaya,
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakekat Kemampuan Mengalikan Bilangan Cacah Melalui Pendekatan Kontekstual 2.1.1.1 Pengertian Kemampuan Di dalam kamus bahasa Indonesia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu pilar upaya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu pilar upaya peningkatan mutu pendidikan secara keseluruhan. Upaya peningkatan mutu pendidikan adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan diberikannya mata pelajaran matematika untuk siswa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan diberikannya mata pelajaran matematika untuk siswa Sekolah Menengah Pertama adalah agar siswa memiliki kemampuan memahami konsep matematika,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PARADIGMA. bersifat membentuk atau merupakan suatu efek.
11 II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PARADIGMA 1. Tinjauan Pustaka A. Konsep Pengaruh Menurut Hugiono, 1987:47 pengaruh merupakan dorongan atau bujukan dan bersifat membentuk atau merupakan suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) saat ini semakin pesat. Manusia dituntut memiliki kemampuan berpikir kritis, sistematis, logis, kreatif, bernalar,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)
10 BAB II KAJIAN TEORI A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL) Menurut Suprijono Contextual Teaching and Learning (CTL)
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran adalah setiap perubahan perilaku yang relatif permanen, perubahan
8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Makna Pembelajaran Pembelajaran adalah setiap perubahan perilaku yang relatif permanen, perubahan ini terjadi sebagai hasil dari pengalaman (wikipedia.org). Dalam dunia pendidikan,
Lebih terperinciPENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR STATISTIKA
PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR STATISTIKA Dedy Juliandri Panjaitan Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah Jl. Garu II No. 93 Medan juliandri.dedy@yahoo.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu dari sekian banyak mata pelajaran yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu dari sekian banyak mata pelajaran yang diberikan sejak tingkat pendidikan dasar sampai pendidikan menengah dan merupakan salah
Lebih terperinciPEMBELAJARAN MENULIS. oleh Isah Cahyani Diadaptasi dari berbagai sumber dan hasil diskusi
PEMBELAJARAN MENULIS oleh Isah Cahyani Diadaptasi dari berbagai sumber dan hasil diskusi Assalamualakium Hakikat Menulis Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan
Lebih terperinciPembelajaran Matematika Sekolah dengan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)
Pembelajaran Matematika Sekolah dengan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Oleh: Atmini Dhoruri A. Latar Belakang Perkembangan IPTEKS yang sangat pesat dan perubahan global dalam berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan, matematika diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam rangka mengembangkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bahan Ajar 1. Pengertian Bahan Ajar Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar Depdiknas, 2008: 6).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Helen Martanilova, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu pengetahuan universal yang mendasari perkembangan teknologi modern dan memiliki peranan penting yang dapat diterapkan dalam berbagai
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar 1. Pengertian Belajar Perubahan seseorang yang asalnya tidak tahu menjadi tahu merupakan hasil dari proses belajar. Belajar merupakan berbuat, memperoleh pengalaman tertentu
Lebih terperinciBAB II PEMBELAJARAN CONTEXTUAL, PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA, MATERI MENYELESAIKAN MASALAH BERKAITAN DENGAN PECAHAN
8 BAB II PEMBELAJARAN CONTEXTUAL, PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA, MATERI MENYELESAIKAN MASALAH BERKAITAN DENGAN PECAHAN A. Kajian Pustaka Dalam suatu penelitian, kajian pustaka sangat penting guna memberikan
Lebih terperinciKelebihan Kelemahan Model Belajar Kontekstual
Kelebihan Kelemahan Model Belajar Kontekstual Model belajar kontekstual merupakan salah satu model belajar yang umum dipakai di Indonesia. model ini menekankan semua guru untuk mengsinkronkan seluruh materi
Lebih terperinciPENDEKATAN CTL (Contextual Teaching and Learning)
PENDEKATAN CTL (Contextual Teaching and Learning) Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP Universitas Pendidikan Indonesia KONSEP CTL Merupakan Konsep Belajar yang dapat Membantu Guru Mengaitkan
Lebih terperinciPEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CTL) DAN TEORI BANDURA. A. Konsep Dasar Strategi Pembelajaran Kontekstual (CTL)
PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CTL) DAN TEORI BANDURA A. Konsep Dasar Strategi Pembelajaran Kontekstual (CTL) Contextual teaching and Learning (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pada kajian teori dijabarkan berbagai landasan sebagai pendukung penelitian, permasalahan dan variabel penelitian yang diteliti semua ditulis pada kajian teori. Untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan sikap serta tingkah laku. Di dalam pendidikan terdapat proses belajar,
- 1 - BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangatlah penting bagi manusia karena didalam pendidikan, maka akan mendapatkan berbagai macam pengetahuan, keterampilan, dan perubahan sikap
Lebih terperinciPENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKS (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)
PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKS (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) Pengertian Pembelajaran Kontekstual 1. Merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami
Lebih terperinciII KAJIAN PUSTAKA. hasil belajar siswa meningkat (Wardani, 2008:1.4) Dalam proses pembelajaran apabila penguasaan siswa terhadap materi yang
II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Pengertian Penelitian Tindakan Kelas Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja sebagai
Lebih terperinciPROSIDING SINDHAR Vol: 1 - ISSN: Penerbit: Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Bosowa
36 PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN ARGUMENTASI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL MUHAMMAD BAKRI ABSTRAK karangan argumentasi berada dalam batas kategori sangat baik 3 orang, baik 10 orang,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika 1. Pengertian Matematika Matematika merupakan ilmu yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Setiap aktivitas manusia memerlukan matematika. Matematika
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah pembelajaran yang menekankan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Contextual Teaching and Learning (CTL) Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan
Lebih terperinciPENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)
PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.) 1. PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM PENDIDIKAN IPS DI SMP 1.1. Latar Belakang Pembelajaran Kontekstual Ada kecenderungan dewasa ini utnuk
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Kelas VIII A SMP 10 November Binangun Dengan Pendekatan Kontekstual
5 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Penelitian Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Berita Pada Siswa Kelas VIII A SMP 10 November Binangun Dengan Pendekatan Kontekstual Tahun Pelajaran 2010-2011
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kontekstual Pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara psikologis, Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Secara psikologis, Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah suatu proses penyampaian maksud pembicara kepada orang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP perlu diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi, baik secara lisan maupun tertulis. Komunikasi yang dimaksud
Lebih terperinciBAB II KAMAN PUSTAKA. A. Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Pemahaman Peredaran Darah. mempertinggi, sedangkan kemampuan. artinya kecakapan.
8 BAB II KAMAN PUSTAKA A. Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Pemahaman Peredaran Darah Manusia. Meningkatkan kemampuan siswa merupakan upaya meningkatkan kemampuan yang dimiliki siswa dalam memahami dan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. sebagai akibat dari pengalaman dan latihan. Belajar bukan sekedar
15 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar Menurut Sanjaya belajar dianggap sebagai proses perubahan perilaku sebagai akibat dari pengalaman dan latihan. Belajar
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Rasa puas ini (atau lebih tepat barangkali. membangkitkan rasa ingin tahu lebih lanjut yang memerlukan pemuas.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendekatan Kontekstual Pada hakikatnya pendekatan mengajar adalah untuk membangkitkan rasa ingin tahu dan memuaskan (memberi pemuas kepada) rasa ingin tahu siswa. Rasa puas ini
Lebih terperinciI. TINJAUAN PUSTAKA. tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara
I. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Menurut Gegne dalam Suprijono (2009 : 2), belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bagian ini akan diuraikan hasil-hasil penelitian pembelajaran
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pada bagian ini akan diuraikan hasil-hasil penelitian pembelajaran menggunakan pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) dalam pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika sangat berperan penting dalam upaya menciptakan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan matematika sangat berperan penting dalam upaya menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Matematika bukan pelajaran yang hanya memberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dirasakan oleh siswa kelas VII SMPN 1 Bandar Lampung. Berdasarkan hasil
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata pelajaran biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang mempelajari tentang makhluk hidup, mulai dari makhluk hidup tingkat rendah hingga makhluk
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Matematika adalah suatu alat untuk mengembangkan cara berfikir. Karena
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Pelajaran Matematika Matematika adalah suatu alat untuk mengembangkan cara berfikir. Karena itu matematika sangat diperlukan baik untuk kehidupan sehari-hari maupun
Lebih terperinciPendekatan Contextual Teaching and Larning (CTL)
Pendekatan Contextual Teaching and Larning (CTL) 2.1.3.1 Hakikat Contextual Teaching and Learning Landasan filosofi CTL adalah konstruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CTL PADA BAHAN AJAR GEOMETRI DAN PENGUKURAN DI SEKOLAH DASAR. Oleh TITA ROSTIAWATI 1 MAULANA 2 ABSTRAK
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CTL PADA BAHAN AJAR GEOMETRI DAN PENGUKURAN DI SEKOLAH DASAR Oleh TITA ROSTIAWATI 1 MAULANA 2 ABSTRAK Salah satu masalah yang dihadapi dalam pembelajaran matematika adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan sains dan teknologi yang begitu pesat dewasa ini tidak lepas dari peranan matematika. Matematika merupakan bidang studi yang dipelajari oleh semua
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Belajar merupakan aktivitas
7 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme Belajar merupakan komponen penting dalam setiap usaha penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Belajar merupakan aktivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses berpikir selalu terjadi dalam setiap aktivitas manusia yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah, membuat keputusan, maupun untuk mencari pemahaman.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. terdahulu yang relevan dengan variabel-variabel yang diteliti sebagai berikut:
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian yang Relevan Berdasarkan kajian teori yang dilakukan, berikut ini dikemukakan beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan variabel-variabel yang diteliti sebagai
Lebih terperinciApa itu CTL? M n e g n a g p a a p a h a h r a us u s C TL
Apa itu CTL? Mengapa harus CTL Pendekatan CTL merupakan Konsep belajar yang membantu guru mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan diperuntukkan bagi semua warga negara, hal ini sesuai dengan UU RI nomor 20 tentang Sisdiknas pasal 5 ayat 1 mennyatakan bahwa Setiap warga negara mempunyai
Lebih terperinciOleh: Dra. Masitoh, M.Pd.
Oleh: Dra. Masitoh, M.Pd. Kuiz 1. Contextual 2. Konstruktivisme 3. Inquiry 4. Questioning 5. Learning Community 6. Modeling 7. Refleksi 8. Authentic Assessment 9. Skenario CTL PENDEKATAN KONTEKSTUAL (Contextual
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Peningkatan Pembelajaran Istilah peningkatan diambil dari kata dasar tingkat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1990) makna kata peningkatan itu sendiri adalah proses,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and
9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran kontekstual Pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and learning (CTL) merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengkaitkan konten mata
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Berpikir Kritis (critical thinking) merupakan sinonim dari pengambilan
11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Berpikir Kritis Berpikir Kritis (critical thinking) merupakan sinonim dari pengambilan keputusan (decision making), perencanaan strategi (strategic planning), proses ilmiah (scientific
Lebih terperincikata kunci: bimbingan teknis, pendekatan kontekstual, dan mutu guru.
UPAYA PENINGKATAN MUTU GURU MATA PELAJARAN IPS TERPADU DALAM MENERAPKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL MELALUI BIMBINGAN TEKNIS DI SEKOLAH SMP NEGERI 2 KOTA BIMA Sri Aswati dan Ihyaudin Dinas Dikpora Kota Bima
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIS. Istilah matematika berasal dari kata Yunani mathein atau. manthenein yang artinya mempelajari. Mungkin juga kata itu erat
BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Hakikat Pembelajaran Matematika 2.1.1 Pengertian Pembelajaran Matematika Istilah matematika berasal dari kata Yunani mathein atau manthenein yang artinya mempelajari. Mungkin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki zaman modern seperti sekarang ini, manusia dihadapkan pada berbagai tantangan yang ditandai oleh pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diperlukan kemampuan untuk memperoleh informasi, memilih informasi dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa berkaitan erat dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi bangsa tersebut. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam pengembangan ilmu pengetahuan lain. Dengan tidak mengesampingkan pentingnya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari bahan yang dipelajari (Winkel, 1996). Menurut Bloom dalam Winkel
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemahaman Pemahaman merupakan kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari (Winkel, 1996). Menurut Bloom dalam Winkel (1996) pemahaman termasuk
Lebih terperinciModel Pembelajaran Konstekstual dalam Bidang Studi Ekonomi Pendahuluan
Model Pembelajaran Konstekstual dalam Bidang Studi Ekonomi Pendahuluan Ruang lingkup Ekonomi tersebut merupakan cakupan yang amat luas, sehingga dalam proses pembelajarannya harus dilakukan bertahap dan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima
BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hakikat Hasil Belajar 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. lemah menjadi kuat, dari tidak bisa menjadi bisa. Seperti diakatakan oleh Slameto
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakekat Belajar Matematika Belajar merupakan proses berpikir seseorang dalam rangka menuju kesuksesan hidup, perubahan aspek kehidupan dari taraf tidak mengetahui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Menurut
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Menurut Arifin et al. (2000: 146) bertanya merupakan salah satu indikasi seseorang berpikir.
Lebih terperinci