ANEKA ORNAMEN MOTIF FLORA PADA RELIEF KARMAWIBHANGGA CANDI BOROBUDUR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANEKA ORNAMEN MOTIF FLORA PADA RELIEF KARMAWIBHANGGA CANDI BOROBUDUR"

Transkripsi

1 ANEKA ORNAMEN MOTIF FLORA PADA RELIEF KARMAWIBHANGGA CANDI BOROBUDUR Oleh: (Penulis adalah dosen seni rupa FBS Unnes, Abstrak Candi Borobudur merupakan candi Budha termegah di Jawa Tengah yang telah menyimpan banyak ornamen pada relief dan pahatan dinding candi. Di dinding kaki candi yang tertutup terdapat relief Karmawibhangga yang memuat 160 panel, mengelilingi candi. Melalui penemuan dan hasil pendokumentasian pada waktu dilakukan pemugaran lebih dari seabad lalu, relief itu dapat dinikmati dan dilakukan pengkajian. Salah satu kajian yang menarik ialah keanekaragaman motif flora yang terdapat pada relief tersebut. Selain motif flora kalpataru yang imajinatif sebagai pohon surga, ternyata pada sebagian besar panel terdapat motif flora yang menggambarkan tumbuhan alam yang dibudidayakan pada masa Jawa kuna, yang dapat dikenali hingga kini. Jenis flora yang dipahatkan mencakupi pohon buah-buahan, tanaman pangan, bunga, dan tanaman yang digunakan untuk pengobatan. Motif flora berfungsi sebagai penyekat adegan ceritera relief, pembangun latar ceritera, dan dekorasi. Bentuk motif flora digambarkan utuh dan lengkap dengan buahnya, dipahat setinggi bidang panel, tetapi ada pula yang sebagian, ditempatkan di sela-sela sosok, di tengah, di pinggir kiri atau kanan bidang panel. Berbeda dengan relief sosok-sosoknya yang lebih realistis, motif flora dipahat dalam corak yang lebih dekoratif. Kata kunci: ornamen, motif flora, karmawibhangga, dekoratif. Pendahuluan Di Jawa banyak dibangun candi yang bersifat Budhistis maupun yang Saiva- Hinduistis. Sebagai salah satu bangunan untuk kepentingan ritual, candi-candi tersebut banyak dihiasi dengan ornamen. Ornamen-ornamen pada candi tersebut tersaji dalam bentuk pahatan trimatra maupun dalam bentuk relief. Dari amatan terhadap relief candi yang dilakukan para peneliti, dapat direkonstruksi bentuk-bentuk tarian pada masa Jawa Kuna (periksa Sedyawati 1981), kemudian dapat pula diidentifikasi bermacam jenis bangunan dengan strukturnya masing-masing (Atmadi 1994), atau dikaji berbagai instrumen musik yang digunakan pada masa lalu (Ferdinandus 2001). Sebagian relief-relief yang melukiskan bermacam ornamen itu kini tidak tampak utuh lagi. Dari tahun ke tahun tampaknya mengalami kerusakan, baik karena usia, tidak bersahabatnya cuaca dan keganasan alam akibat gempa, ulah manusia, dan lain-lain. Hal ini sangat jelas terlihat ketika relief yang ada sekarang ini dibandingkan dengan dokumen hasil pemotretan beberapa dekade atau satu abad yang lalu. Beberapa panel yang terbuka di kaki candi Borobudur, terdapat pahatan sosok yang memperlihatkan pada bagian hidungnya telah mengalami kerusakan. Padahal dalam buku yang diterbitkan beberapa dekade lalu, peneliti melihat sosok tersebut terdokumentasikan masih dalam keadaan utuh. Ornamen-ornamen, khususnya yang terdapat pada candi-candi yang telah berumur ratusan tahun dan menjadi bagian dari khazanah kesenian terutama dalam bidang seni rupa, perlu dikaji dan didokumentasikan sebelum banyak mengalami kerusakan. Berdasarkan penelitian Sunaryo, dkk. (2008, 2009), pada candi-candi Budha maupun Hindu di Jawa Tengah dan DIY terdapat banyak ornamen, di antaranya ialah motif tumbuh- 113

2 Aneka Ornamen Motif Flora pada Relief Karmawibangga Candi Borobudur tumbuhan. Motif tumbuh-tumbuhan meliputi sulur, ceplok bunga, dan pohon hayat. Di kompleks candi Prambanan, motif pohon hayat yang mengapit motif singa menjadi motif penting dan sangat bervariasi. Motif pohon hayat merupakan salah satu ornamen yang mengandung nilai simbolik, dan desainnya berbeda dengan pohon yang ditemukan sebagai obyek alam. Selain pohon hayat, di candi Borobudur, khususnya pada relief bagian kaki candi, yakni pada Karmawibhangga, terdapat puluhan motif pohon sebagai hiasan pelengkap relief kisahannya. Relief Karmawibhangga terdiri atas 160 panel, terpahatkan sosok-sosok manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, dan beberapa motif bangunan serta benda-benda, baik yang dalam keadaan utuh, rusak, atau belum selesai pengerjaannya (Sunaryo 2006). Meskipun Karmawibhangga menceriterakan hukum sebab dan akibat terkait dengan ajaran Budha yang datang dari India, relief yang terpahatkan di kaki candi Borobudur itu banyak dikaitkan dengan gambaran kehidupan masyarakat Jawa kuna pada masanya. Kajian berbagai motif flora pada relief candi, lebih-lebih dari segi estetikanya, masih amat jarang dilakukan, padahal pengenalan dan penghayatan terhadap bentuknya, merupakan sumber penciptaan seni dalam mendorong kegiatan kreatif dan obyek apresiasi seni yang bermanfaat dalam meningkatkan kesadaran berbudaya dan berbangsa. Kajian ornamen sangat berarti dalam upaya-upaya pewarisan, pelestarian, pengembangan, dan pendokumentasian untuk kepentingan peningkatan pemahaman budaya serta apresiasi kebudayaan daerah dan nasional. Candi Borobudur merupakan candi Budha termegah yang memiliki banyak ornamen dan relief. Bagian-bagian yang terbuka seperti yang terdapat di dinding pagar-pagar langkan dan tubuh candi memuat banyak sekali pahatan dan telah banyak dikaji para peneliti. Beberapa kali candi tersebut mengalami pemugaran. Di akhir abad ke-19 Ijzerman menemukan relief di kaki candi dan fotagrafer pribumi Kasian Cephas berhasil mendokumentasikannya pada saat Borobudur dipugar. Melalui foto-foto dokumen pada 160 panel itulah selanjutnya berbagai kajian dapat dilakukan. Kini foto-foto dokumen itu secara lengkap disimpan di museum Borobudur. Pengamatan langsung terhadap relief hanya dapat dilakukan pada beberapa panel yang terbuka di bagian sudut tenggara candi. Berdasarkan foto dokumen relief, terdapat indikasi bahwa relief tidak seluruhnya utuh dan selesai penggarapannya, sehingga dapat disusun tahapan proses pemahatannya. Berdasar uraian di depan, masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini ialah bagaimanakah keanekaragaman bentuk ornamen motif flora pada relief Karmawibhangga di candi Borobudur. Secara rinci masalah yang dikaji mencakupi keanekaragaman jenis flora yang menjadi motifnya, bermacam bentuk, struktur dan unsur motif flora, ukuran dan penempatan motifnya, gaya dan cara ungkapannya, serta proses pemahatannya sebagai bagian dari relief kisahan Karmawibhangga. Tinjauan Pustaka Pengertian dan Fungsi Ornamen Agaknya untuk pertama kali kajian terhadap ornamen dilakukan oleh Van der Hoop yang kemudian dituangkannya dalam buku berjudul Ragam-ragam Perhiasan Indonesia yang dicetak pada tahun 1949 dalam edisi tiga bahasa sekaligus, yakni bahasa Indonesia, Inggris, dan Belanda. Buku itu dilengkapi dengan gambar-gambar yang dicetak bagus menggunakan kertas artpaper, 114

3 yang diambil dari pendokumentasian foto (umumnya artefak-artefak yang terdapat di museum Nasional) maupun melalui gambargambar tangan sebagai ilustrasi yang mempesona. Tetapi kajian Van der Hoop sangat sedikit yang membahas mengenai ornamen yang terdapat pada bangunan candi. Kajian secara khusus tentang ornamen yang terdapat pada candi belum ada yang mengembangkannya. Bahasan ornamen paling hanya merupakan bagian kecil dari kajian arsitektur candi. Padahal sebuah bangunan candi memiliki banyak ornamen yang menghiasinya. Kajian ornamen pada candi umumnya banyak menyoroti motif kala dan makara. Sementara pada ornamen yang berupa relief naratif dikaji dari segi seni tari, seni musik, seni bangunan (arsitektur), dan dari segi bahasa rupa untuk memahami paparan ceriteranya (periksa misalnya Sedyawati 1981; Atmadi 1994; Ferdinandus 2001; dan Tabrani 2005). Kata ornamen berasal dari bahasa Latin ornare, yang berdasar arti kata tersebut berarti menghiasi. Menurut Gustami (dalam Sunaryo 2009) ornamen adalah komponen produk seni yang ditambahkan atau sengaja dibuat untuk tujuan sebagai hiasan. Jadi, berdasarkan pengertian itu, ornamen merupakan penerapan hiasan pada suatu produk. Dari segi tampilan bentuknya, suatu ornamen dapat diungkapkan secara naturalistik, stilisasi dekoratif, geometrik atau abstrak. Bermacam bentuk ornamen sesungguhnya memiliki beberapa fungsi, yakni (1) fungsi murni estetis (2) fungsi simbolis, dan (3) fungsi teknis konstruktif. Fungsi murni estetis merupakan fungsi ornamen untuk memperindah penampilan bentuk produk yang dihiasi. Tidak jarang sebuah produk kerajinan atau kriya yang karena nilai estetisnya kemudian kemudian menjadi benda estetis untuk benda pajangan dan bukan untuk memenuhi fungsi praktisnya. Fungsi simbolis ornamen pada umumnya terdapat pada produk-produk benda upacara atau benda-benda pusaka terkait dengan kepercayaan, dimaksudkan sebagai bentuk perlambangan. Motif kala pada gerbang candi merupakan gambaran muka raksasa atau banaspati sebagai simbol penolak bala. Fungsi teknis-konstruksi ornamen secara struktural dimaksudkan untuk menyangga, menopang, menghubungkan atau memper-kokoh konstruksi. Tiang, talang air, dan bumbungan atap pada karya arsitektur ada kalanya didesain dalam bentuk ornamen, yang tidak saja memperindah penampilan karena fungsi hiasnya, melainkan juga berfungsi konstruksi. Bentuk Ornamen dan Motif Flora Bentuk dalam bidang seni rupa ialah aspek visual yang merupakan keseluruhan yang terdiri atas unsur-unsur yang menjadikan bentuk tersebut (Feldman 1967). Bentuk ornamen merupakan struktur visual hiasan yang mengandung tema atau subyek yang dilukiskannya. Tema atau subyek ornamen dapat berdasarkan obyek-obyek yang terdapat di alam, maupun unsur-unsur rupa yang tak dapat diidentifikasi dengan obyek mana pun. Motif merupakan unsur pokok sebuah ornamen. Melalui motif, tema atau ide dasar sebuah ornamen dapat dikenali sebab perwujudan motif umumnya merupakan gubahan atas bentuk-bentuk di alam atau sebagai representasi alam yang kasat mata. Akan tetapi ada pula yang merupakan hasil khayalan semata, karena itu bersifat imajinatif, bahkan karena tidak dapat dikenali kembali, gubahan-gubahan suatu motif kemudian disebut bentuk abstrak atau motif geometris yang berunsur dasar garis dan bidang. Ragam ornamen tak terbilang banyaknya. Berdasarkan bentuk motifnya, ornamen diklasifikasikan jenisnya menjadi ornamen motif (1) geometris, (2) manusia, (3) binatang, (3) 115

4 Aneka Ornamen Motif Flora pada Relief Karmawibangga Candi Borobudur tumbuh-tumbuhan, (4) alam dan pemandangan (periksa van der Hoop 1949). Dari segi gaya bentuk atau corak motifnya, dapat dikelompokkan ornamen bergaya realistis, dekoratif, dan abstrak. Ornamen bergaya realis atau naturalistis motif hiasnya berbentuk sesuai dengan kenyataan, yakni gubahan bentuk-bentuk yang terdapat di alam tanpa banyak ubahan tampilan fisiknya. Meskipun mungkin terdapat penyederhanaan bentuk di sana-sini, pada dasarnya terdapat kemiripan dengan obyeknya. Ornamen bercorak dekoratif bentuknya pada umumnya merupakan hasil penggubahan obyek-obyek sehingga mengalami penyederhanaan, pergayaan, bahkan penyimpangan bentuk alam. Corak abstrak menunjukkan ketidakadanya penggambaran obyek-obyek di alam, karena mungkin hanya berupa garisgaris dan bidang. Motif tumbuh-tumbuhan atau flora dalam ornamen candi antara lain mencakupi bunga, sulur, pepohonan, termasuk pohon hayat (Sunaryo 2009). Dalam ornamen candi, motif pohon hayat juga disebut kalpataru. Kalpataru atau Kalpawrksa, merupakan sebutan pohon yang dikenal dalam mitos di India. Pohon ini juga disebut Kalpadruma atau devataru dan termasuk satu dari lima jenis pohon suci yang ada di kahyangan Dewa Indra. Kelima pohon suci itu disebut pancawrksa, yang terdiri atas pohon Mandara, Parijata, Samntana, Kalpawrksa, dan Haricandana (siwagrha.wordpress.com/2007/ 10/16/kalpataru). Pohon kalpataru atau kalpawrksa adalah gambaran pohon kahyangan, yang penuh dengan bunga-bunga baik yang mekar maupun yang masih kuncup, dan pada beberapa bunga yang mekar itu di tengah-tengah mahkota yang terbuka menjuntai mutiara dan manik-manik. Bunga-bunga dan dedaunan tersusun dalam pola setangkup, membentuk gumpalan padat yang sedikit cembung, seakan menyembul dari sebuah vas bunga yang membentuk bagian batang pohon (Sunaryo 2009:51). Ornamen motif flora lainnya pada dinding candi yang merupakan hiasan dan berdiri sendiri ialah motif sulur dan purnakalasa atau purnaghata. Motif purnaghata menggambarkan tanaman sulur yang tumbuh dari tempayan, sedangkan yang tumbuh dari jambangan menurut Santika (dalam Sunaryo 2009:60) disebut purnakumba. Motif serupa juga dapat digambarkan tumbuh dari padmamula, kerang bersayap, atau bahkan sebagai transformasi dan bertolak dari motif binatang. Motif-motif sulur biasanya merupakan gubahan stilisasi dari tanaman menjalar bunga teratai sehingga menjadi sangat dekoratif. Sarwono (dalam Sunaryo 2006:407) mengidentifikasi sejumlah tanaman dan pepohonan yang dipahatkan sebagai bagian dari relief Karmawibhangga, di bagian kaki candi Borobudur yang tersembunyi. Sebagaimana disebutkan di muka, relief Karmawhibangga terdiri atas 160 panel. Mengingat banyaknya panel, ornamen motif flora yang terdapat pada relief itu pastilah cukup banyak jumlahnya dan bervariasi bentuknya. Candi Borobudur dan Relief Karmawibhangga Candi-candi dibangun pada masa pemerintahan raja-raja yang berkuasa, terutama di Jawa, yakni periode Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pada periode Jawa Tengah berkuasa raja-raja dinasti Sanjaya dan Syailendra, yang kemudian keduanya bersatu menjadi kerajaan Mataram Kuna. Kedua dinasti itu menghasilkan banyak candi. Dinasti Sanjaya mendirikan candi-candi Hindu antara lain kelompok candi Dieng dan Gedong Sanga, serta candi Prambanan yang lebih monumental. Dinasti Syailendra yang beragama Budha membangun candi-candi Budha, di antaranya Kalasan, Borobudur, Mendut, dan Pawon. 116

5 Borobudur adalah nama sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Lokasi candi terletak kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta. Candi ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra. Candi Borobudur berbentuk punden berundak, terdiri dari enam tingkat berbentuk bujur sangkar, tiga tingkat teratas berbentuk bundar melingkar dan sebuah stupa utama sebagai puncaknya. Sejumlah stupa juga tersebar di semua tingkat-tingkatannya. Borobudur menggambarkan sepuluh tingkatan Bodhisattva yang harus dilalui untuk mencapai kesempurnaan menjadi Buddha ( fitriorganizer. blogspot.com/, diakses tanggal ). Bagian kaki Borobudur melambangkan Kamadhatu, yaitu dunia yang masih dikuasai oleh kama atau nafsu rendah. Bagian ini sebagian besar tertutup oleh tumpukan batu yang diduga dibuat untuk memperkuat konstruksi candi. Pada bagian yang tertutup struktur tambahan ini terdapat 120 panel cerita Karmawibhangga. Sebagian kecil struktur tambahan itu disisihkan sehingga orang masih dapat melihat relief pada bagian ini. Sesuai dengan makna simbolis pada kaki candi, relief yang menghiasi dinding batur yang terselubung tersebut, menggambarkan hukum karma. Deretan relief tersebut bukan merupakan cerita seri (serial), melainkan pada setiap panel menggambarkan suatu cerita yang mempunyai korelasi sebab akibat. Relief tersebut tidak saja memberi gambaran terhadap perbuatan tercela manusia disertai dengan hukuman yang akan diperolehnya, melainkan juga perbuatan baik manusia dan pahala. Secara keseluruhan relief Karmawibhangga merupakan penggambaran kehidupan manusia dalam lingkaran lahir - hidup - mati (samsara) yang tidak pernah berakhir. Dalam agama Buddha rantai tersebutlah yang akan diakhiri untuk menuju kesempurnaan ( mrfahmi. word press.com/2009/10/ akses ). Selanjutnya, menurut Haryono (dalam com/2010/01/ akses ), gambaran hukum karma tersebut dengan jelas ditunjukkan oleh beberapa relief dan secara teknis pembedaan antara sebab dan akibat ditandai dengan gambar pohon. Metode Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif mencoba memahami gejala sebagai bagian dari sistem menyeluruh, yang memuat penjelasan terinci terkait dengan lingkup setempat. Bogdan dan Taylor (dalam Moleong 1988:3) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa katakata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Obyek penelitian ini lebih difokuskan pada bermacam bentuk ornamen motif flora yang terdapat pada kaki candi Borobudur. Mengingat bahwa yang menjadi obyek kajian berupa artefak budaya terkait dengan nilai-nilai budaya yang melingkupinya, maka pendekatan ikonografis dalam penelitian kualitatif ini merupakan strategi utama. Pendekatan ikonografis ialah uraian dan perbandingan pesan-pesan sebagai refleksi prinsip-prinsip tertentu pada tradisi (Maulana 1997:3). Dalam menerangkan makna gambargambar, dapat dilihat sebagai unsur-unsur suatu bentuk, dan dapat dibaca sebagai realitas sosial. Sebuah bentuk seni selain memiliki nilai estetis juga mengandung nilai ekstra estetis. Teknik pengumpulan data meng-gunakan (1) observasi, (2) kajian dokumen, dan (3) wawancara. Observasi diarahkan pada bentuk- 117

6 Aneka Ornamen Motif Flora pada Relief Karmawibangga Candi Borobudur bentuk visualisasi ornamen floratif, mencakup subyek atau motif, ukuran dan dimensi, teknik penyajian, tata letak dan struktur visual obyek penelitian, serta aspek-aspek lain yang terkait dengan keaneragaman motif flora. Obyek observasi adalah hasil foto atau citra yang bersumber dari dokumen relief Karmawibhangga hasil pemotretan Kasian Cephas yang terdapat di Museum Borobudur serta beberapa panel relief yang terbuka pada kaki candi Borobudur. Kajian dokumen dilakukan terkait dengan keanekaan bentuk ornamen yang menjadi obyek penelitian khususnya motif flora pada relief Karmawibhangga. Data yang terkait dengan informasi, ragam bentuk maupun citra visual yang menggambarkan ornamen dalam keadaan masih utuh dan lengkap dapat dikumpulkan melalui teknik kajian dokumen ini. Teknik wawancara dilakukan untuk melengkapi informasi yang diperlukan sekaligus untuk meng-crosscheck data yang diperoleh melalui teknik lain. Analisis data menggunakan analisis deskriptif. Analisis terdiri atas tiga alur kegiatan, yakni reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/ verifikasi. Analisis ornamen sebagai karya rupa diarahkan pada analisis bentuk dan isi. Analisis bentuk terkait dengan penafsiran nilai-nilai intraestetis sedangkan analisis isi terkait dengan nilai-nilai ekstraestetisnya. Hasil Penelitian dan Pembahasan Gambaran Umum dan Sejarah Singkat Borobudur Lokasi candi Borobudur dikepung perbukitan Menoreh yang membujur barattimur di selatan, Gunung Merapi-Merbabu di sebelah timur, Gunung Sindoro-Sumbing di barat laut, dan Gunung Telomoyo-Ungaran jauh di sebelah utara. Sungai Elo dan Praga darimana batu-batu mudah diperoleh, mengalir ke selatan tak jauh dari ketiga candi tersebut. Pemilihan lokasi candi secara presisi pada masa dinasti Syailendra merupakan berkat rasa penyatuan diri, logika, dan penalaran dengan alam semesta (KOMPAS Sabtu,14 April 2007). Indikasi itu berasal dari pendekatan epigrafi yang diilhami sekian puluh prasasti yang ditemukan para ahli. Ribuan relief yang terpahat di dinding candi dan arca-arca berbeda bentuk dan posisi sesuai arah mata angin. Tidak diketahui secara pasti kapan candi Borobudur didirikan. Dalam prasasti yang ditemukan di desa Karang Tengah bertarikh 824 M, dikemukakan bahwa raja Indra telah membangun bangunan suci bernama venuvana yang artinya adalah hutan bambu. Oleh J.G. de Casparis kata itu dihubungkan dengan candi Mendut. Dari segi paleografis tulisan dalam prasasti Karang Tengah itu memiliki persamaan dengan tulisan-tulisan pendek pada relief Karmawibhangga di Candi Borobudur. Berdasarkan prasasti Karang Tengah bertahun 824 M dan prasati Kahulunan bertahun 824 M, Casparis berpendapat bahwa pendiri Borobudur adalah raja Sailendra bernama Samaratungga, kira-kira di sekitar tahun 824. Bangunan raksasa itu kiranya baru dapat diselesaikan oleh puterinya yaitu Ratu Pramodawardhani. Selanjutnya Casparis berpendapat, bahwa sebenarnya Borobudur merupakan tempat pemujaan nenek moyang raja-raja Sailendra, agar nenek moyang mencapai ke- Budhaan. Sepuluh tingkat Borobudur itu juga melambangkan, bahwa nenek moyang raja Sailendra yang mendirikan Borobudur itu berjumlah 10 orang. Borobudur yang bertingkat 10 juga menggambarkan secara jelas filsafat agama Budha Mahayana yang disebut Dasabodhisatwabhumi. Filsafat itu mengajarkan, bahwa setiap orang yang ingin mencapai 118

7 tingkat kedudukan sebagai Budha harus melampaui 10 tingkatan Bodhisatwa. Apabila telah melampaui 10 tingkat itu, maka manusia akan mencapai kesempurnaan dan menjadi seorang Budha. Candi Borobudur terdiri dari 2 juta bongkah batu, mencapai meter³, sebagian merupakan dinding-dinding berupa relief yang mengisahkan ajaran Mahayana. Jumlah bidang relief sebanyak panel (jika disambung ± sepanjang km). Ukuran sisi-sisinya 123 meter, sedang tingginya termasuk puncak stupa yang sudah tidak ada karena disambar petir 42 m. Yang ada sekarang setelah pemugaran tingginya tinggal 34,5 m. Relief yang berada paling bawah, di kaki candi yang tertutup ialah Karmawibhangga. Kaki candi terpaksa ditutup balok-balok batu sebanyak m³ sebagai lantai tambahan sejak pembangunan candi belum selesai dibangun untuk mencegah bangunan agar tidak longsor. Karena itu sampai sekarang relief pada kaki candi tertutup tidak dapat dilihat langsung, kecuali di bagian sudut tenggara yang dibiarkan tetap terbuka, setelah kaki candi ditemukan. Pintu masuk candi melalui tangga dari arah timur dengan gerbang pada setiap tingkat di bagian rupadhatu. Tangga dan gerbang lainnya dari arah selatan, barat, dan utara. Karena dalam membaca relief harus pradaksina, yakni dengan berjalan menganankan candi, maka pahatan relief Karmawibhangga yang berjumlah 160 panel itu pembacaannya dimulai dari panel sebelah timur setelah berjalan membelok ke kiri. Relief seri 0.01 sampai dengan seri menggambarkan satu macam perbuatan dengan akibatnya, sementara relief seri sampai dengan mengisahkan berbagai akibat yang timbul karena suatu macam perbuatan (Sunaryo 2006:410). Ornamen Motif Flora pada Relief Karmawibhangga Jenis Motif Flora dan Penempatannya Pahatan motif flora hampir selalu ada menghiasi relief Karmawibhangga. Dari 160 panel, 142 panelnya (88,75%) dihiasi dengan beberapa motif flora atau sebuah motif flora. Dari sebanyak itu, 21 panel di antaranya terdapat pahatan motif flora yang belum jadi atau ada yang belum diselesaikan. Beberapa panel misalnya pada panel 0.85, 0.88, 0.90, dan 0.103, yang berisi beberapa pahatan motif flora, sebagian daripadanya belum diselesaikan. Pahatan yang belum jadi atau belum diselesaikan umumnya berupa bentukan keseluruhan pohon yang masih polos, rincian pada bagian-bagian daunnya belum dipahat. Sisanya 18 panel yang berarti sekitar 11% hanya memperlihatkan sebagian kecil motif flora atau tidak ada sama sekali. Panel-panel itu ialah panel nomor 0.01, 0.02, 0.29, 0.32, 0.47, 0.64, 0.69, 0.70, 0.71, 0.72, 0.73, 0.95, 0.120, 0.125, 0.131, 0.132, 0.139, dan Ornamen motif flora dipahatkan di selasela sejumlah sosok yang menjadi subyek pahatan. Penambahan motif flora pada panelnya beberapa di antaranya ada yang hanya memperlihatkan sebagian pepohonan, misalnya dedaunan, tanpa batang. Tetapi sebagian besar memperlihatkan pohon utuh, baik dalam satu pohon maupun beberapa pohon dalam satu panelnya. Motifnya ditempatkan di bagian tengah bidang panel, di bagian kiri atau kanan bidang panel dan tampak menyatu dengan sosok-sosok atau tokoh yang dipahatkan. Penempatan motif flora di bagian tengah rupanya berfungsi juga sebagai pemisah antara adegan di bagian kanan dengan adegan bagian kiri. Fungsi sebatang pohon untuk pemisah adegan tersebut dapat disejajarkan dengan fungsi kayon atau gunungan yang juga 119

8 Aneka Ornamen Motif Flora pada Relief Karmawibangga Candi Borobudur menggambarkan pohon dalam adegan pertunjukan wayang kulit (gambar 1). Sementara jika motif flora tidak ditempatkan di bagian tengah, dapat dilihat sebagai bagian dari adegan dalam panelnya, dalam arti dapat merupakan latar belakang sosok, menandai setting adegan yang digambarkan, atau menjadi bagian yang dikisahkan dalam relief itu. Dari banyak panel yang terdapat motif floranya, 30 panel di antaranya dihiasi dengan satu pohon, selebihnya terdapat beberapa pohon. Tiga buah panel, yakni panel 0.40, 0.45, dan 0.51 di sisi selatan, motif flora yang terdapat di sana mengalami kerusakan yang tampaknya disengaja. Kurang dari separo jumlah panel-panelnya yang terdapat hiasan flora itu, dapat diidentifikasi dengan jelas motifnya. Sebagian besar motif-motif floranya dapat dikenali sebagai jenis tanaman yang terdapat dan tumbuh di Jawa. Pengidentifikasian jenis tanaman yang terdapat di alam selain dari bentuk tanaman, terutama daunnya yang khas, dapat diperoleh dari penggambaran buahnya. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam pengidentifikasian jenis tanaman yang dipahatkan pada relief candi ialah asal-usul dan habitat tumbuh-tumbuhan dimaksud terkait dengan masa pembuatan relief tersebut. Motif flora yang dapat diidentifikasi dan dipahatkan pada relief Karmawibhangga itu sebagian besar merupakan jenis tanaman yang memang dijumpai sebagai sebuah kenyataan di alam. Tanaman itu kebanyakan merupakan jenis yang dibudidayakan, mencakupi pohon mangga (Mangifera indica), jambu air (Eugenia aquea), pisang (Musa paradisiaca), sukun (Articarpus communis), kelapa (Cocos nucipera), pinang (Areca catechu), siwalan/ lontar (Borassus flabellifer), durian (Durio zibethinus), nangka (Artocarpus Heterophylla), tebu (Saccarum officinarum), juwawut (Sctaria italica), padi (Oryza sativa), dadap serep (Erythrinae folium), duku (Lansium domesticum), manggis (Garcinia manggostana), sawo durian (Chrysophyllum cainito), bunga teratai (Nymphaea), bunga sepatu (Hibiscus rosasinensis), kecubung (Batura metel), dan talas (Alocasia sp). Motif hias pohon mangga paling banyak terpahatkan, yakni dalam 32 panel antara lain panel 0.10, 0.11, 0.21, 022, 0.24, 0.75, 0.79, dan Menyusul kemudian motif pohon jambu air, terdapat sekurang-kuangnya pada 7 panel, antara lain pada panel 0.55, 0.56, 0.60, dan 0.62, serta motif pohon pisang, antara lain pada panel 0.13, 0.26, dan 0.39 (gambar 2). Jenis tanaman yang dapat diidentifikasi tetapi tidak terdapat pada alam ialah pohon kalpataru. Menurut kepercayaan Hindu/ Budha, pohon kalpataru merupakan pohon yang tumbuh di kahyangan. Ciri-ciri pohon kalpataru di antaranya di bagian puncaknya terdapat payung, terdapat untaian cita atau manikmanik, di bawah pohon terdapat pundi-pundi, dan pohon diapit oleh Kinara Kinari, sepasang makhluk kayangan berbentuk manusia setengah burung. Pohon kalpataru, terdapat pada 10 panel, yakni panel-panel 0.101, 0.102, 0.126, 0.130, 0.137, 0.143, 0.147, 0.149, 0.154, dan Sebagian besar panel-panel yang terdapat ornamen motif kalpataru dan menggambarkan keadaan di surga berada di sisi utara. Penggambaran pohon kalpataru bervariasi (gambar 3). Motif kalpataru pada panel 0.101, misalnya, pohon terbentuk oleh dua unsur motif garis ikal yang jelas ke arah dalam di kiri dan kanan dari sebatang pohon. Motif dengan pola ikal tersebut juga bervariasi dari segi penggambaran kinara kinari yang mengapit pohon. Pada motif kalpataru lainnya, pohon digambarkan penuh dengan bunga-bunga dalam susunan yang membentuk bulatan yang padat. Yang digambarkan agak khusus ialah motif kalpataru pada panel 0.155, karena 120

9 bentuk pohon agak persegi. Bentuk persegi ini mungkin sebagai akibat penyesuaian posisi motif yang berada di pojok bidang panelnya. Bentuk dan Proses Pemahatan Motif Flora Selain keragaman jenis flora yang dipahatkan, bentuk motif flora pada relief Karmawibhangga digambarkan beragam. Secara umum motif pohon digambarkan secara utuh, artinya mencakupi batang, dahan atau ranting, dan daun. Banyak pula di antaranya yang dilengkapi dengan buahnya. Bahkan ada pula yang lengkap dengan penggambaran akar-akarnya yang tampak mencengkeram tanah tempat tumbuh batang pohonnya. Dalam hal ini, bagian batang pohon umumnya digambarkan tegak, kemudian tampak bercabang di bagian atasnya. Sebagian lagi, pohon digambarkan hanya bagian daun yang membentuk raut tertentu dengan sedikit bagian batangnya yang terlihat. Penggambaran demikian itu karena bagian batang pohon terhalang oleh penggambaran sosok-sosoknya. Dengan cara penggambaran tumpang tindih atas subyek-subyek reliefnya itu, pemahat memberi kesan subyek pohon berada di kejauhan dan menjadi latar sosoksosoknya sekaligus sebagai pembangun suasana. Daun-daun tersusun sedemikian rupa sehingga membentuk raut yang pada umumnya membulat dan tampak padat. Bentuk daun dan buah merupakan ciri utama untuk menyatakan jenis pohon. Motif pohon yang penggambarannya utuh setinggi bidang panel, hampir tidak ada perbedaan tinggi yang mencolok dengan sosok manusia. Perbandingan antara motif pohon dan sosok memang bukan menggambarkan proporsi yang sebenarnya menurut kenyataan, melainkan lebih merupakan proporsi nilai. Artinya, hanya subyek-subyek penting yang digambarkan dalam ukuran lebih besar, sebaliknya subyek pendukung digambarkan dalam ukuran yang lebih kecil. Dalam kaitannya dengan kisahan relief yang menyampaikan ajaran tentang karma, tentulah sosok-sosok atau tokoh yang digambarkan yang merupakan subyek utamanya. Sedangkan subyek-subyek lainnya sebagai unsur pendukung. Dilihat dari segi gaya bentuk motif floranya, terdapat beberapa pahatan yang menyatakan bentuk trimatra secara kuat, naturalistik, serta gaya motif flora yang berkesan pipih, lebih dekoratif. Hal ini sangat berbeda dengan pemahatan pada sosoksosoknya yang tampak lebih menonjol dan bervolum. Dalam gaya dekoratif, bentuk pohon mengabaikan kesan trimatra (gambar 4). Melihat kenyataan bahwa berdasarkan foto dokumen terhadap relief Karmawhibangga yang dikerjakan oleh Kasian Chepas, baik yang terdapat di Museum Karmawhibangga Borobudur maupun yang tercetak di sejumlah literatur, dapat diamati bahwa sebagian dari reliefnya menunjukkan pengerjaan yang belum selesai. Sunaryo (2006) mengamati berbagai relief yang belum selesai itu untuk dikaitkan dengan proses pengerjaannya. Dengan memperhatikan hasil foto-foto dokumen dan catatan-catatan kecil yang terpahatkan di atas bidang panel relief, dapat diketahui bahwa mula-mula tema atau ide dasar isi panel telah ditetapkan, kemudian pemahat memulai mengerjakan reliefnya. Pemahatan relief diawali dengan membuat guratan di sekeliling bentuk-bentuk subyeknya. Guratan-guratan tentunya seturut gambar sket yang mungkin dibuat dengan arang atau batu kapur oleh ahlinya dalam menerjemahkan tema atau isi teks setiap panel. Pengerjaan berikutnya ialah pemahatan untuk memperdalam bagian yang menjadi latar subyek-subyeknya. Setelah itu pemahat ahli mulai mengerjakan subyek-subyek penting, yakni sosok tokoh-tokoh yang digambarkan, 121

10 Aneka Ornamen Motif Flora pada Relief Karmawibangga Candi Borobudur dengan membentuknya secara garis besar sebelum kemudian pengerjaan rincian-rincian dilakukan. Motif flora atau pohon rupanya diselesaikan setelah subyek sosok-sosoknya selesai dikerjakan. Sejumlah panel misalnya panel 0.68, 0.104, 0.134, 0.138, 0.139, dan menunjukkan akan hal itu. Setelah raut pohon terbentuk dan masih rata, proses pengerjaan selanjutnya ialah dengan membuat raut itu secara keseluruhan memperoleh bentuknya sedikit cembung atau menjadi gumpalan-gumpalan halus yang tampak lebih plastis, dengan memahat bagian tepinya. Dari sini baru dipahat motif daun-daun dan buahnya. Mungkin sekali dibuat sketnya dulu yang menggambarkan susunan daun dan buahnya dalam perancangan yang matang sebelum dilakukan pemahatan. Demikianlah, dengan membandingkan sejumlah motif flora dari yang belum jadi hingga selesai dipahat, dapat direkonstruksi proses pemahatannya. Simpulan Salah satu serial relief yang menarik untuk dikaji yang terdapat di candi Borobudur ialah relief kaki candi Karmawibhangga. Menarik karena relief itu justru tertimbun oleh puluhan ribu balok batu sehingga relief yang berjumlah 160 panel itu hampir seluruhnya tertutup. Selain beberapa panel relief di sudut tenggara kaki candi dapat dinikmati secara langsung, panel-panel relief yang lain dapat dilihat dari hasil dokumentasi di awal abad ke- 20 yang dibuat oleh seorang fotografer pribumi Kasian Chepas. Relief Karmawibhangga menarik juga karena banyak mengungkap kehidupan masyarakat Jawa kuna di seputar abad IX. Di relief ini pula terdapat puluhan motif flora yang dapat dikenali dan sejumlah tanaman yang digambarkan itu tumbuh hingga saat ini. Motif-motif flora tersebut menggambarkan jenis tumbuhan yang terdapat di Jawa dan membuktikan telah lama dibudidayakan oleh orang Jawa kuna, mencakupi buah-buahan, tanaman pangan, tumbuhan bunga dan yang digunakan untuk pengobatan. Masih banyak pula tumbuhan alam yang dipahatkan yang belum dapat diidentifikasi. Selain motif flora yang menggambarkan tumbuhan alam, terdapat pula motif tumbuhan imajinatif yakni jenis kalpataru sesuai dengan mitos Hindu Budha, yang tumbuh di kahyangan atau surga. Motif pohon pembatas ruang dan waktu itu tampil dalam bentuk utuh. Beberapa motif flora digambar dan tersebar dalam satu panel, tetapi ada pula yang ditempatkan di bagian kiri atau bagian kanan bidang panel berpadu dengan subyek sosok tokoh yang diceriterakan. Di antara motif flora yang kebanyakan ditampilkan secara utuh, terdapat pula yang hanya tampak sebagian dan tersusun secara overlay yang mengilusikan ruang. Masih banyak motif flora yang belum teridentifikasi. Penelitian lanjutan perlu dilanjutkan. Bentuk dan motifnya yang beragam dan menawan hendaknya dapat menjadi sumber inpirasi dalam penciptaan karya dan apresiasi seni. Hanya bangsa yang besarlah yang dapat menghargai karya-karya leluhurnya. Daftar Pustaka Atmadi, P Some Architectural Design Principles of Temples in Java. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Badil, R. Dan Nurhadi Rangkuti (ed) Rahasia di Kaki Borobudur. Jakarta: Katalis kerjasama Etnodata Feldman, 1967 Ferdinandus, P. EJ Alat Musik Jawa Kuno. Yogyakarta: Yayasan Mahardika Haryono, T Perkembangan Candi di Jawa: Perspektif Historis-Arkeologis, dalam 122

11 2009/12/20/perkembangan-candi-dijawa-perspektif-historis-arkeologis/ akses blogspot.com/, diakses tanggal wordpress.com/2009/10/ akses Maulana, R Ikonografi Hindu. Jakarta: Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Moleong, L Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya Sedyawati, E Pertumbuhan Seni Pertunjukan. Jakarta: Sinar Harapan siwagrha.wordpress.com/2007/10/16/ kalpataru Sunaryo, A Bentuk dan Proses Pahatan Relief Karmawibhangga, Sebuah Telaah Visual. Dalam Imajinasi Jurnal Seni FBS UNNES Volume 5 Juli Sunaryo, A., dkk Bentuk dan Pola Ornamen Candi-candi Budha di Jawa Tengah. Laporan Penelitian DIPA PNDP Unnes No / XIII/2008. FBS Unversitas Negeri Semarang. Sunaryo, A., dkk Bentuk dan Pola Ornamen pada Candi Kalasan dan Prambanan. Laporan Penelitian DIPA Unnes Tahun Anggaan 2009 No.061.0/ /XIII/2009. FBS Universitas Negeri Semarang. Tabani, P Bahasa Rupa. Bandung: Kelir van der Hoop Indonesche Siermotiven. Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen. Gambar 1 Motif pohon yang memisahkan dua adegan dalam panel 0.19 Pembacaan relief dari kanan ke kiri. (Sumber gambar: Badil 1992) Gambar 2 Motif pohon jambu (tiga pohon dari kiri) dan mangga (paling kanan) pada panel Gambar diedit penulis (sumber gambar Badil 1992) 123

12 Aneka Ornamen Motif Flora pada Relief Karmawibangga Candi Borobudur Gambar 3. Aneka motif kalpataru Sumber: Badil 1992, dicropping penulis. Gambar 4 Motif pohon lontar (tengah) pada panel Yang kiri motif pohon jambu dan kanan mangga Gambar diedit penulis (sumber gambar Badil 1992) 124

13 125

Jurnal Imajinasi Vol XI No. 2 - Juli Jurnal Imajinasi.

Jurnal Imajinasi Vol XI No. 2 - Juli Jurnal Imajinasi. Jurnal Imajinasi Vol XI No. 2 - Juli 2017 Jurnal Imajinasi http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/imajinasi Pengembangan Bahan Ajar Ornamen Berbasis Candi di Jawa Tengah: Syafii 1 1 Dosen Jurusan Seni

Lebih terperinci

lebih cepat dan mudah dikenal oleh masyarakat luas daripada teks. Membaca teks

lebih cepat dan mudah dikenal oleh masyarakat luas daripada teks. Membaca teks 3 Relief menjadi media penyampaian pesan karena merupakan media yang lebih cepat dan mudah dikenal oleh masyarakat luas daripada teks. Membaca teks lebih sulit karena diperlukan pengetahuan tentang bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk bersemayam para dewa (Fontein, 1972: 14). Dalam kamus besar

BAB I PENDAHULUAN. untuk bersemayam para dewa (Fontein, 1972: 14). Dalam kamus besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Candi adalah bangunan yang menggunakan batu sebagai bahan utamanya. Bangunan ini merupakan peninggalan masa kejayaan Hindu Budha di Indonesia. Candi dibangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Candi merupakan istilah untuk menyebut bangunan monumental yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Candi merupakan istilah untuk menyebut bangunan monumental yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Candi merupakan istilah untuk menyebut bangunan monumental yang berlatar belakang Hindu atau Buddha di Indonesia, khususnya di Jawa. Orangorang di Jawa Timur menyebut

Lebih terperinci

Perkembangan Arsitektur 1

Perkembangan Arsitektur 1 Perkembangan Arsitektur 1 Minggu ke 5 Warisan Klasik Indonesia By: Dian P.E. Laksmiyanti, ST, MT Material Arsitektur Klasik Indonesia Dimulai dengan berdirinya bangunan candi yang terbuat dari batu maupun

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. Berdasarkan fokus permasalahan di atas ada tiga permasalahan yang

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. Berdasarkan fokus permasalahan di atas ada tiga permasalahan yang BAB II METODE PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Berdasarkan fokus permasalahan di atas ada tiga permasalahan yang muncul dalam mengembangkan relief candi menjadi sebuah motif. Pertama, permasalahan

Lebih terperinci

INTERAKSI KEBUDAYAAN

INTERAKSI KEBUDAYAAN Pengertian Akulturasi Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing

Lebih terperinci

BAB II ISI. oleh Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jendral Britania Raya di Jawa, yang

BAB II ISI. oleh Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jendral Britania Raya di Jawa, yang BAB II ISI 2.1 Sejarah Candi Borobudur Kata Borobudur sendiri berdasarkan bukti tertulis pertama yang ditulis oleh Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jendral Britania Raya di Jawa, yang memberi nama

Lebih terperinci

BAB 3 KAJIAN TIPOMORFOLOGI ARSITEKTUR PERCANDIAN BATUJAYA

BAB 3 KAJIAN TIPOMORFOLOGI ARSITEKTUR PERCANDIAN BATUJAYA BAB 3 KAJIAN TIPOMORFOLOGI ARSITEKTUR PERCANDIAN BATUJAYA 3.1. Tata letak Perletakan candi Batujaya menunjukkan adanya indikasi berkelompok-cluster dan berkomposisi secara solid void. Komposisi solid ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB III TINJAUAN KHUSUS BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1 Tinjauan Tema Berikut ini merupakan tinjauan dari tema yang akan diterapkan dalam desain perencanaan dan perancangan hotel dan konvensi. 3.1.1 Arsitektur Heritage Perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Indonesia merupakan salah satu negara yang sejarah kebudayaannya

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Indonesia merupakan salah satu negara yang sejarah kebudayaannya BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu negara yang sejarah kebudayaannya dipengaruhi oleh kebudayaan India. Salah satu pengaruh kebudayaan India ialah dalam aspek religi, yakni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pulau Jawa kaya akan peninggalan-peninggalan purbakala, di antaranya ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini tersebar di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak hal yang diungkapkan melalui relief. Ada yang berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. Banyak hal yang diungkapkan melalui relief. Ada yang berhubungan BAB I PENDAHULUAN Banyak hal yang diungkapkan melalui relief. Ada yang berhubungan langsung dengan keadaan yang kini dapat ditemukan di Jawa atau di tempat lain, tetapi sebagian lainnya hanya dapat ditelusuri

Lebih terperinci

Verifikasi dan Validasi Pembelajaran, Warisan Budaya Tak Benda dan Kelembagaan. Kab. Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah

Verifikasi dan Validasi Pembelajaran, Warisan Budaya Tak Benda dan Kelembagaan. Kab. Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Verifikasi dan Validasi Pembelajaran, Warisan Budaya Tak Benda dan Kelembagaan. Kab. Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah Foto tanggal 06 07 Agustus 2016 Pusat Data dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wayang Golek adalah suatu seni pertunjukan boneka tiruan rupa manusia yang dimainkan oleh seorang dalang dengan menggabungkan beberapa unsur seni. Wayang Golek

Lebih terperinci

KESIMPULAN. Berdasarkan keseluruhan uraian dapat disimpulkan. penemuan penelitian sebagai berikut. Pertama, penulisan atau

KESIMPULAN. Berdasarkan keseluruhan uraian dapat disimpulkan. penemuan penelitian sebagai berikut. Pertama, penulisan atau 1 KESIMPULAN A. Kesimpulan Berdasarkan keseluruhan uraian dapat disimpulkan penemuan penelitian sebagai berikut. Pertama, penulisan atau penyalinan naskah-naskah Jawa mengalami perkembangan pesat pada

Lebih terperinci

BAB III KONSEP PERANCANGAN A.

BAB III KONSEP PERANCANGAN A. BAB III KONSEP PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah Perancangan Motif teratai sebagai hiasan tepi kain lurik Sumber Ide teratai Identifikasi Masalah 1. Perancangan motif teratai sebagai hiasan tepi pada

Lebih terperinci

RAGAM HIAS FLORA Ragam hias flora

RAGAM HIAS FLORA Ragam hias flora RAGAM HIAS FLORA Ragam hias flora Flora sebagai sumber objek motif ragam hias dapat dijumpai hampir di seluruh pulau di Indonesia. Ragam hias dengan motif flora (vegetal) mudah dijumpai pada barang-barang

Lebih terperinci

GAMBAR ORNAMEN. Dwi Retno SA., M.Sn

GAMBAR ORNAMEN. Dwi Retno SA., M.Sn GAMBAR ORNAMEN Dwi Retno SA., M.Sn PENGERTIAN ORNAMEN berasal dari kata ORNARE (bahasa Latin) yang berarti menghias. juga berarti dekorasi atau hiasan sering disebut sebagai disain dekoratif atau disain

Lebih terperinci

di JAW A TE N GAH S E LATAN

di JAW A TE N GAH S E LATAN C AN D I C AN D I di JAW A TE N GAH S E LATAN CANDI MENDUT Letak : kec. Mungkid, kab. Magelang + 2 km dari Candi Borobudur Hubungan dengan Candi Borobudur Dari segi paleografis tulisan ada persamaan (tulisan-tulisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Menara Kudus terletak di Kelurahan Kauman, Kecamatan Kota Kudus, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, sekitar 40 km dari Kota Semarang. Oleh penduduk kota Kudus dan sekitarnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional dibangun, namun cukup banyak ditemukan bangunan-bangunan yang diberi sentuhan tradisional

Lebih terperinci

BAB 3 KEPURBAKALAAN PADANG LAWAS: TINJAUAN GAYA SENI BANGUN, SENI ARCA DAN LATAR KEAAGAMAAN

BAB 3 KEPURBAKALAAN PADANG LAWAS: TINJAUAN GAYA SENI BANGUN, SENI ARCA DAN LATAR KEAAGAMAAN BAB 3 KEPURBAKALAAN PADANG LAWAS: TINJAUAN GAYA SENI BANGUN, SENI ARCA DAN LATAR KEAAGAMAAN Tinjauan seni bangun (arsitektur) kepurbakalaan di Padang Lawas dilakukan terhadap biaro yang masih berdiri dan

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN PENELITIAN

BAB 5 KESIMPULAN PENELITIAN BAB 5 KESIMPULAN PENELITIAN Para ahli yang mengemukakan pendapatnya mengenai pembagian gaya seni candi masa Majapahit maupun Jawa Timur antara lain adalah: Pitono Hardjowardojo (1981), Hariani Santiko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu tempat ke tempat yang lain. Selain itu tinggal secara tidak menetap. Semenjak itu pula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yogyakarta merupakan salah satu daerah di Indonesia yang sangat kaya akan peninggalan kebudayaan pada jaman Hindu Budha. Kebudayaan sendiri berasal dari bahasa sansekerta

Lebih terperinci

Jurnal Imajinasi Vol XI no 1 Januari Jurnal Imajinasi.

Jurnal Imajinasi Vol XI no 1 Januari Jurnal Imajinasi. Jurnal Imajinasi Vol XI no 1 Januari 2017 Jurnal Imajinasi http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/imajinasi Ragam Hias Pohon Hayat Prambanan Istanto, Riza 1 dan Syafii 2 1 Mahasiswa Pendidikan Seni Rupa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepulauan Indonesia yang strategis terletak di antara benua Asia dan Australia, sehingga menyebabkan berbagai suku bangsa telah memasuki kepulauan nusantara mulai dari

Lebih terperinci

SD kelas 4 - BAHASA INDONESIA BAB 1. INDAHNYA KEBERSAMAANLatihan Soal 1.7

SD kelas 4 - BAHASA INDONESIA BAB 1. INDAHNYA KEBERSAMAANLatihan Soal 1.7 SD kelas 4 - BAHASA INDONESIA BAB 1. INDAHNYA KEBERSAMAANLatihan Soal 1.7 1. Sejarah Sunda Kata Sunda artinya Bagus/ Baik/ Putih/ Bersih/ Cemerlang, segala sesuatu yang mengandung unsur kebaikan, orang

Lebih terperinci

Penerapan Ragam Hias pada Bahan Tekstil

Penerapan Ragam Hias pada Bahan Tekstil Penerapan ragam hias flora, fauna, dan geometris pada bahan tekstil banyak dijumpai di berbagai daerah di Indonesia. Penerapan ragam hias pada bahan tekstil dapat dilakukan dengan cara membatik, menenun,

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab Kesimpulan berisikan; menjawab rumusan masalah, tujuan dan hasil rekapitulasi rangkuman tiap-tiap tabel kajian Matrik. Selain itu juga disampaikan hasil diskusi dan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Letak Geografis Kabupaten Magelang Jawa Tengah. Sedangkan luas wilayah terendah adalah Kecamatan Ngeluwar sebesar 2.

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Letak Geografis Kabupaten Magelang Jawa Tengah. Sedangkan luas wilayah terendah adalah Kecamatan Ngeluwar sebesar 2. 63 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Letak Geografis Kabupaten Magelang Jawa Tengah Kabupaten Magelang merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Jawa Tengah yang terletak 110 0 01 51 dan 110 0 26 58 Bujur Timur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perancangans. Pikatan pada candi ini yang menimbulkan pendapat bahwa candi ini dibangun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perancangans. Pikatan pada candi ini yang menimbulkan pendapat bahwa candi ini dibangun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perancangans Candi Prambanan merupakan candi Hindu yang terbesar di Indonesia. dibangun oleh raja-raja dinasti Sanjaya pada abad IX, ditemukanya tulisan nama Pikatan

Lebih terperinci

Kesenian merupakan salah satu bagian dari kebudayaan, karena. kesenian dan kekriyaan. Kesenian dan kebudayaan dapat mengalami

Kesenian merupakan salah satu bagian dari kebudayaan, karena. kesenian dan kekriyaan. Kesenian dan kebudayaan dapat mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kesenian merupakan salah satu bagian dari kebudayaan, karena kebudayaan merupakan kompleks budi dan daya, bukan semata-mata kesenian dan kekriyaan. Kesenian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekompleksitasan Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

Contoh lukisan daerah Bali. Contoh lukisan daerah kalimatan

Contoh lukisan daerah Bali. Contoh lukisan daerah kalimatan Seni Rupa Murni Daerah Seni Rupa Murni Daerah adalah Gagasan manusia yang berisi nilai nilai budaya daerah tertentu yang diekspresikan melalui pola kelakuan tertentu dengan media titik, garis, bidang,

Lebih terperinci

MOTIF HIAS PADA PELIPIT CANDI CORNICE AND PLINTH DECORATIVE MOTIFS ON TEMPLE

MOTIF HIAS PADA PELIPIT CANDI CORNICE AND PLINTH DECORATIVE MOTIFS ON TEMPLE MOTIF HIAS PADA PELIPIT CANDI CORNICE AND PLINTH DECORATIVE MOTIFS ON TEMPLE T.M. Rita Istari Balai Arkeologi Yogyakarta ritaistari@yahoo.com ABSTRACT Decorative motifs found in Hindu and Buddhist temples,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Masuk dan berkembangnya Kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia pada

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Masuk dan berkembangnya Kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia pada BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masuk dan berkembangnya Kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia pada sekitar abad IV sampai pada akhir abad XV M, telah meninggalkan begitu banyak peninggalan arkeologis.

Lebih terperinci

Oleh: Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta

Oleh: Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta RAGAM HIAS TRADISIONAL Oleh: Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta Pengertian Ragam Hias Ragam hias adalah bentuk dasar hiasan yang biasanya

Lebih terperinci

APLIKASI PETA TEMATIK UNTUK PARIWISATA (KASUS APLIKASI PETA LOKASI DAN. Absatrak

APLIKASI PETA TEMATIK UNTUK PARIWISATA (KASUS APLIKASI PETA LOKASI DAN. Absatrak APLIKASI PETA TEMATIK UNTUK PARIWISATA (KASUS APLIKASI PETA LOKASI DAN WAKTU TEMPUH BAGI PELAKU JASA WISATA DI KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO KABUPATEN SEMARANG) Rahma Hayati Jurusan Geografi FIS UNNES Absatrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki beragam kebudayaan. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya peninggalan peninggalan sejarah yang tersebar luas hampir

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penggambaran proses budaya masa lalu (Binford, 1972: 78-79). 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. penggambaran proses budaya masa lalu (Binford, 1972: 78-79). 1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peninggalan hasil kebudayaan manusia di Indonesia sangat banyak tetapi yang dapat dijadikan sebagai data arkeologis sangat terbatas, salah satunya adalah relief yang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR GAMBAR... ix. DAFTAR TABEL... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR GAMBAR... ix. DAFTAR TABEL... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i ABSTRAK... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Penelitian... 1 B. Identifikasi Masalah... 3 C. Rumusan Masalah...

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. 245 Universitas Indonesia. Tempat duduk..., Yulie Pusvitasary, FIB UI, 2009

BAB 5 PENUTUP. 245 Universitas Indonesia. Tempat duduk..., Yulie Pusvitasary, FIB UI, 2009 BAB 5 PENUTUP Penelitian terhadap pengidentifikasian tempat duduk yang dipahatkan pada relief Lalitavistara Candi Borobudur telah dipaparkan secara sistematis pada bab sebelumnya. Bab 2 merupakan deskripsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu tonggak utama pembangun bangsa. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mengedepankan pendidikan bagi warga negaranya, karena dengan

Lebih terperinci

SOAL PENGAYAAN A. FLORA, FAUNA DAN ALAM BENDA

SOAL PENGAYAAN A. FLORA, FAUNA DAN ALAM BENDA SOAL PENGAYAAN A. FLORA, FAUNA DAN ALAM BENDA 1 Jelaskan apa yang dimaksud dengan aktivitas fisik dan mental dalam menggambar! 2 Sebutkan dan jelaskan dua komposisi dalam menggambar! 3 Sebutkan contoh

Lebih terperinci

ANALISIS BATU BATA. A. Keletakan

ANALISIS BATU BATA. A. Keletakan ANALISIS BATU BATA Berdasarkan pada hasil penelitian ini dapat dipastikan bahwa di Situs Sitinggil terdapat struktur bangunan berciri masa prasejarah, yaitu punden berundak. Namun, berdasarkan pada hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak zaman prasejarah manusia sudah mengenal hiasan yang berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. Sejak zaman prasejarah manusia sudah mengenal hiasan yang berfungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak zaman prasejarah manusia sudah mengenal hiasan yang berfungsi untuk memperindah sesuatu atau sebagai simbol yang mengandung makna untuk mencapai sesuatu yang ada

Lebih terperinci

KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SEKOLAH DASAR KELAS I - VI

KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SEKOLAH DASAR KELAS I - VI SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SEKOLAH DASAR KELAS I - VI KELAS I KOMPETENSI INTI 1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya. 2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli,

Lebih terperinci

KONDISI CANDI BOROBUDUR SEBELUM PEMUGARAN II

KONDISI CANDI BOROBUDUR SEBELUM PEMUGARAN II 233 KONDISI CANDI BOROBUDUR SEBELUM PEMUGARAN II Oleh : Tukidjan Wakil Kepala Sektor Tekno Arkeologi Proyek Pemugaran Candi Borobudur CCandi Borobudur merupakan warisan dunia PENDAHULUAN (World Heritage)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bhineka Tunggal Ika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bhineka Tunggal Ika BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak keanekaragaman budaya, mulai dari indahnya potensi alam, tempat wisata, sajian kuliner hingga peninggalan

Lebih terperinci

TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA

TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA Nama : Muhammad Bagus Zulmi Kelas : X 4 MIA No : 23 SENI RUPA Seni rupa adalah cabang seni yang membentuk karya seni dengan media yang bisa ditangkap mata dan dirasakan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 145 /KPTS/013/2016 TENTANG PENETAPAN HIASAN GARUDEYA DI KABUPATEN SIDOARJO SEBAGAI BENDA CAGAR BUDAYA PERINGKAT PROVINSI GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan suatu ritus kehidupan yang dilalui baik oleh individu

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan suatu ritus kehidupan yang dilalui baik oleh individu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan suatu ritus kehidupan yang dilalui baik oleh individu maupun oleh kelompok masyarakat, sehingga melalui ritus kehidupan, kebudayaan dapat dialami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ragam hias atau disebut juga dengan ornamen di Indonesia merupakan kesatuan dari pola-pola ragam hias daerah atau suku-suku yang telah membudaya berabad-abad.

Lebih terperinci

SENI KRIYA. Oleh: B Muria Zuhdi

SENI KRIYA. Oleh: B Muria Zuhdi SENI KRIYA Oleh: B Muria Zuhdi PENGERTIAN SENI KRIA Kriya dalam konteks masa lampau dimaknai sebagai suatu karya seni yang unik dan karakteristik yang di dalamnya mengandung muatan nilai estetik, simbolik,

Lebih terperinci

pada bangunan yang berkembang pada masa Mesir kuno, Yunani dan awal abad

pada bangunan yang berkembang pada masa Mesir kuno, Yunani dan awal abad Prinsip keseimbangan yang dicapai dari penataan secara simetris, umumnya justru berkembang pada bangunan yang berkembang pada masa Mesir kuno, Yunani dan awal abad renesans. Maka fakta tersebut dapat dikaji

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... BAB I PENDAHULUAN...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... BAB I PENDAHULUAN... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... i ii iii v vii x BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... B. Fokus Penelitian... C. Tujuan

Lebih terperinci

BAB IV TEKNIS PERANCANGAN

BAB IV TEKNIS PERANCANGAN 85 BAB IV TEKNIS PERANCANGAN 4.1 Teknis Perancangan Dalam prosesnya mandala dibuat dengan pola lingkaran sempurna, kemudain menentukan titik pusat dari lingkaran tersebut. Untuk mengisi bagianbagian mandala,

Lebih terperinci

PERSEPSI BENTUK. Bahasa Rupa Modul 13. Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn. Modul ke: Fakultas Desain dan Seni Kreatif. Program Studi Desain Produk

PERSEPSI BENTUK. Bahasa Rupa Modul 13. Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn. Modul ke: Fakultas Desain dan Seni Kreatif. Program Studi Desain Produk PERSEPSI BENTUK Modul ke: Bahasa Rupa Modul 13 Fakultas Desain dan Seni Kreatif Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn Program Studi Desain Produk PERSEPSI BENTUK Modul ke: Bahasa Rupa Modul 13 Fakultas Desain dan Seni

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 147 /KPTS/013/2016 TENTANG PENETAPAN CANDI GUNUNG GANGSIR DI KABUPATEN PASURUAN SEBAGAI BANGUNAN CAGAR BUDAYA PERINGKAT PROVINSI GUBERNUR JAWA

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan 305 BAB V KESIMPULAN Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini. Penjelasan yang terkait dengan keberadaan seni lukis

Lebih terperinci

Bentuk Materi Seminar? Oleh : Kuntadi WD

Bentuk Materi Seminar? Oleh : Kuntadi WD Bentuk Materi Seminar? Oleh : Kuntadi WD Tulisan Karya Ilmiah Jenis tulisan karya ilmiah 1. Makalah 2. Paper 3. Artikel Ilmiah Makalah Sifat Makalah merupakan naskah yang sistematik dan utuh yang berupa

Lebih terperinci

Mengenal Jenis, Bentuk, dan Teknik Pembuatan Karya Seni Rupa Tradisional Daerah Setempat

Mengenal Jenis, Bentuk, dan Teknik Pembuatan Karya Seni Rupa Tradisional Daerah Setempat Mengenal Jenis, Bentuk, dan Teknik Pembuatan Karya Seni Rupa Tradisional Daerah Setempat : Umi Faradillah, S.Pd Standar Kompetensi Mengapresiasi Karya Seni Rupa Kompetensi Dasar 1. Mengidentifikasi jenis

Lebih terperinci

Hiasan teknis. Bentuk hiasan yang disamping berguna sebagai hiasan juga memiliki fungsi yang lain. (lihat gambar 3)

Hiasan teknis. Bentuk hiasan yang disamping berguna sebagai hiasan juga memiliki fungsi yang lain. (lihat gambar 3) A. Ornamen Ornamen berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata ornare yang artinya hiasan atau perhiasan. Yang dimaksud menghias di sini adalah mengisi sesuatu yang semula kosong menjadi terisi hiasan,

Lebih terperinci

Pengertian. Ragam hias. Teknik. Pada pelajaran Bab 4, peserta didik diharapkan peduli dan melakukan aktivitas berkesenian,

Pengertian. Ragam hias. Teknik. Pada pelajaran Bab 4, peserta didik diharapkan peduli dan melakukan aktivitas berkesenian, Bab 4 Menerapkan Ragam Hias pada Bahan Kayu Alur Pembelajaran Pengertian Menerapkan Ragam Hias pada Bahan Kayu Ragam hias Teknik Menggambar Ragam Hias Ukiran Melukis Ragam Hias di Atas Bahan Kayu Pada

Lebih terperinci

3.1. MATERI 1 - GAMBAR DAUN

3.1. MATERI 1 - GAMBAR DAUN BAB 3: TANAMAN POHON Dalam proses belajar menggambar, umumnya dapat dimulai dengan belajar menggambar alam benda yang ada di sekitar kita dan yang paling dekat dan sering di temui adalah tanaman pohon,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Agama memiliki hubungan yang erat dengan kebudayaan. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Agama memiliki hubungan yang erat dengan kebudayaan. Banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama memiliki hubungan yang erat dengan kebudayaan. Banyak bangunan-bangunan megah yang sengaja dibangun oleh tangan-tangan manusia sebagai wujud berdiamnya Allah di

Lebih terperinci

54. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB B) A. Latar Belakang

54. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB B) A. Latar Belakang 54. Mata Pelajaran Seni Budaya dan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB B) A. Latar Belakang Muatan seni budaya dan keterampilan sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan seni yang bermediumkan bahasa dan dalam proses terciptanya melalui intensif, selektif, dan subjektif. Penciptaan suatu karya sastra bermula

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS)

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) Nama matakuliah Kode/SKS Status mata kuliah Deskripsi Singkat : ARKEOLOGI HINDU-BUDDHA : BDP 1107/ 2 SKS : Wajib : Pengenalan tinggalan arkeologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Bengkalis, Indragiri Hulu, Kampar, dan wilayah Pekanbaruyang merupakan kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. di Bengkalis, Indragiri Hulu, Kampar, dan wilayah Pekanbaruyang merupakan kekuatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari berbagai suku yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Bangsa bisa disebut juga dengan suku,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan sistem nilai yang terkandung dalam sebuah masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh kebudayaan yang membentuk lapis-lapis

Lebih terperinci

BAB 4 PENUTUP. Universitas Indonesia

BAB 4 PENUTUP. Universitas Indonesia BAB 4 PENUTUP Tembikar merupakan salah satu tinggalan arkeologi yang penting dalam mempelajari kehidupan manusia masa lalu. Berbagai informasi dapat diperoleh dari artefak berbahan tanah liat ini, mulai

Lebih terperinci

Aplikasi Motif Hias Tinggalan ArkeologiMasa Hindu-Budha Menjadi Motif Hias Batik di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Trowulan

Aplikasi Motif Hias Tinggalan ArkeologiMasa Hindu-Budha Menjadi Motif Hias Batik di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Trowulan Aplikasi Motif Hias Tinggalan ArkeologiMasa Hindu-Budha Menjadi Motif Hias Batik di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Trowulan Kinanti Husnun Anggraini 1*, Rochtri Agung Bawono 2, Coleta Palupi Titasari 3

Lebih terperinci

III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA. A. Implementasi Teoritis

III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA. A. Implementasi Teoritis III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA A. Implementasi Teoritis Penulis menyadari bahwa topeng merupakan sebuah bagian peninggalan prasejarah yang sekarang masih mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1.1 Gambar 1.2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1.1 Gambar 1.2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan tempat wisata, meliputi wisata alam, budaya hingga sejarah ada di Indonesia. Lokasi Indonesia yang berada di daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keanekaragaman budaya di Indonesia adalah sesuatu yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya. Dalam masyarakatnya yang majemuk, tentunya masyarakat Indonesia juga memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid peninggalan Kesultanan Deli

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid peninggalan Kesultanan Deli BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid peninggalan Kesultanan Deli yang dibangun pada tahun 1906 M, pada masa pemerintahan sultan Maamun Al- Rasyid Perkasa Alamsjah.Masjid

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN 5.1 Item Utama 5.1.1 Logo Judul Gambar 5.1.1 Logo Judul Huruf dari logo judul buku interaktif ini menggunakan font Anabelle Script. Pemilihan font script didasari pertimbangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembicaraan karya sastra tidak lepas dari penilaian-penilaian. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu seni adalah yang imajinatif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Candi merupakan peninggalan arsitektural yang berasal dari masa klasik

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Candi merupakan peninggalan arsitektural yang berasal dari masa klasik BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Candi merupakan peninggalan arsitektural yang berasal dari masa klasik Indonesia, yaitu masa berkembangnya kebudayaan yang berlatar belakang agama Hindu-Budha, yang

Lebih terperinci

PELESTARIAN CANDI BOROBUDUR SEBAGAI KAWASAN STRATEGIS NASIONAL BERBASIS PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT. Oleh :

PELESTARIAN CANDI BOROBUDUR SEBAGAI KAWASAN STRATEGIS NASIONAL BERBASIS PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT. Oleh : PELESTARIAN CANDI BOROBUDUR SEBAGAI KAWASAN STRATEGIS NASIONAL BERBASIS PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Oleh : Fr. Dian Ekarini, S.Si Sri Sularsih, S.H I. Pendahuluan Candi Borobudur terletak di Desa

Lebih terperinci

INTERAKSI LOKAL - HINDU BUDDHA - ISLAM

INTERAKSI LOKAL - HINDU BUDDHA - ISLAM INTERAKSI LOKAL - HINDU BUDDHA - ISLAM AKULTURASI : menerima unsur baru tapi tetap mempertahankan kebudayaan aslinya jadi budaya campuran ASIMILASI : pernggabungan kebudayaan lokal dan unsur baru tapi

Lebih terperinci

BAB 2 DESKRIPSI UMUM DAN BENTUK PENGGAMBARAN BATU BERELIEF

BAB 2 DESKRIPSI UMUM DAN BENTUK PENGGAMBARAN BATU BERELIEF BAB 2 DESKRIPSI UMUM DAN BENTUK PENGGAMBARAN BATU BERELIEF Deskripsi terhadap batu berelief dilakukan dengan cara memulai suatu adegan atau tokoh dari sisi kiri menurut batu berelief, dan apabila terdapat

Lebih terperinci

KEBUDAYAAN DAN AGAMA Clifford Gerrtz

KEBUDAYAAN DAN AGAMA Clifford Gerrtz KEBUDAYAAN DAN AGAMA Clifford Gerrtz Rudi Irawanto SLIDE 4 Create of Adam RELEGI DAN RITUAL Kepercayaan Spritualitas Keimanan Upacara khusus Memiliki tradisi Petunjuk untuk hidup PAGANISME Paganisme,

Lebih terperinci

BAB III. TINJAUAN KHUSUS

BAB III. TINJAUAN KHUSUS BAB III. TINJAUAN KHUSUS 3.1. Tinjauan Tema Berikut ini merupakan tinjauan dari tema yang akan diterapkan dalam desain perencanaan dan perancangan hotel dan konvensi. 3.1.1. Arsitektur Heritage Perencanaan

Lebih terperinci

ORNAMEN Pengertian ornamen secara umum Istilah ornamen berasal dari kata Ornare (bahasa Latin) yang berarti menghiasisedang dalam bahasa Inggris

ORNAMEN Pengertian ornamen secara umum Istilah ornamen berasal dari kata Ornare (bahasa Latin) yang berarti menghiasisedang dalam bahasa Inggris ORNAMEN Pengertian ornamen secara umum Istilah ornamen berasal dari kata Ornare (bahasa Latin) yang berarti menghiasisedang dalam bahasa Inggris ornament berarti perhiasan. Secara umum ornament adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lanskap Sejarah dan Budaya Lanskap merupakan suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indra manusia. Semakin jelas harmonisasi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, bentuk imajinasi dan ide ide kreatif yang diwujudkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, bentuk imajinasi dan ide ide kreatif yang diwujudkan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni bertumbuh dan berkembang sejajar dengan perkembangan manusia. Dengan kreativitas yang dimilikinya manusia selalu berusaha mengembangkan seni, baik kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rizky Nugaraha,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rizky Nugaraha,2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu suku bangsa terbesar di Indonesia adalah Suku Sunda. Dengan populasi yang tersebar di seluruh Indonesia dan peranannya di masyarakat serta ciri khasnya

Lebih terperinci

BAB VI : DESAIN RANCANGAN

BAB VI : DESAIN RANCANGAN BAB VI : DESAIN RANCANGAN A. Heritage Terkait dengan tema perancangan Prambanan Heritage Hotel dan Konvensi yang menitik beratkan Prambanan sebagai peninggalan sejarah maka untuk memberikan kesan heritage

Lebih terperinci

BAB III ELABORASI TEMA

BAB III ELABORASI TEMA BAB III ELABORASI TEMA 3.1 Tema Perancangan Metafora Layang layang 3.1.1 Tinjauan Teoritis Tentang Metafora Metafora merupakan bagian dari gaya bahasa yang digunakan untuk menjelaskan sesuatu melalui persamaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Tinggalan manusia masa lampau merupakan gambaran gagasan yang tercipta karena adanya jaringan ingatan, pengalaman, dan pengetahuan yang diaktualisasikan ke

Lebih terperinci

b. Karya seni rupa tiga dimensi atau trimatra, contoh; patung, monumen, mebel. rumah, pesawat, sepatu, sandal, tas, dll.

b. Karya seni rupa tiga dimensi atau trimatra, contoh; patung, monumen, mebel. rumah, pesawat, sepatu, sandal, tas, dll. SENI RUPA 2 DIMENSI DAN 3 DIMENSI 1. PEMBAGIAN BERDASARKAN DIMENSI Pengertian dimensi adalah ukuran yang meliputi panjang, lebar, dan tinggi. Karya seni rupa yang hanya memiliki panjang dan lebar disebut

Lebih terperinci

JENIS KOLEKSI KETERANGAN UKURAN SKALA GAMBAR RUANG TRANSISI A. Dimensi obyek = 5m x 2m 1 :1. diorama 1 : 1. Dimensi 1 vitrin B = 1,7 m x 1,2 m 1 : 1

JENIS KOLEKSI KETERANGAN UKURAN SKALA GAMBAR RUANG TRANSISI A. Dimensi obyek = 5m x 2m 1 :1. diorama 1 : 1. Dimensi 1 vitrin B = 1,7 m x 1,2 m 1 : 1 LAMPIRAN JENIS KOLEKSI KETERANGAN UKURAN SKALA GAMBAR RUANG TRANSISI A Gua + Relief Relief bercerita tentang peristiwa sejarah manusia purba (bagamana mereka hidup, bagaimana mereka tinggal, dll) 5m x

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I. PENDAHULUAN A. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar

Lebih terperinci

BAB IV KAJIAN UNSUR VISUAL NAGA PADA WAYANG DAN SENGKALAN YANG DIPENGARUHI KOSMIS-MISTIS

BAB IV KAJIAN UNSUR VISUAL NAGA PADA WAYANG DAN SENGKALAN YANG DIPENGARUHI KOSMIS-MISTIS BAB IV KAJIAN UNSUR VISUAL NAGA PADA WAYANG DAN SENGKALAN YANG DIPENGARUHI KOSMIS-MISTIS IV.1 Karakteristik Kosmis-Mistis pada Masyarakat Jawa Jika ditinjau dari pemaparan para ahli tentang spiritualisme

Lebih terperinci

Fungsi Seni kerajinan Ukir Batu Padas Sukawati II. Oleh Drs. I Wayan Suardana, M.Sn

Fungsi Seni kerajinan Ukir Batu Padas Sukawati II. Oleh Drs. I Wayan Suardana, M.Sn Fungsi Seni kerajinan Ukir Batu Padas Sukawati II Oleh Drs. I Wayan Suardana, M.Sn Pengaruh Kolektif Seni Kerajinan Batu Padas Seni kerajinan berkembang dan dilakukan melalui tradisi sosial suatu masyarakat

Lebih terperinci

Paket Wisata. Hoshizora Tour

Paket Wisata. Hoshizora Tour Paket Wisata Hoshizora Tour DIES NATALIS & LUSTRUM X FAKULTAS PSIKOLOGI UGM 2015 Paket Wisata Jogja Jogja Favorite Tour Paket Jogja Favorite Tour akan membawa Anda mengunjungi lokasi favorit di Yogyakarta

Lebih terperinci