PELESTARIAN CANDI BOROBUDUR SEBAGAI KAWASAN STRATEGIS NASIONAL BERBASIS PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT. Oleh :

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PELESTARIAN CANDI BOROBUDUR SEBAGAI KAWASAN STRATEGIS NASIONAL BERBASIS PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT. Oleh :"

Transkripsi

1 PELESTARIAN CANDI BOROBUDUR SEBAGAI KAWASAN STRATEGIS NASIONAL BERBASIS PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Oleh : Fr. Dian Ekarini, S.Si Sri Sularsih, S.H I. Pendahuluan Candi Borobudur terletak di Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah, kurang lebih berjarak 40 km sebelah barat daya kota Yogyakarta. Candi ini diperkirakan dibangun pada abad 8 sampai 9 sekitar tahun 800 M pada masa pemerintahan Raja Samaratungga salah satu raja kerajaan Mataram Kuno, keturunan Wangsa Syailendra. Secara geografis, Candi Borobudur ini dikelilingi oleh Gunung Merapi dan Merbabu di sebelah timur, Gunung Sindoro dan Sumbing di sebelah barat laut dan Pegunungan Menoreh di sebelah selatan. Selain itu ada dua sungai besar yang mengalir di dekatnya yaitu Sungai Progo dan Sungai Elo. Candi Borobudur dibangun di atas bukit yang telah diratakan dan mempunyai ketinggian 265 di atas permukaan air laut. Candi Borobudur merupakan candi peninggalan agama Budha terbesar di Indonesia. Bangunannya merupakan punden berundak yang terdiri dari 7 tingkat berbentuk persegi empat dan tiga tingkat di atas berbentuk lingkaran. Candi ini dibangun lebih dulu dibandingkan Angkor Wat di Kamboja. Candi ini memiliki luas 123x123 m 2 dengan 504 patung Budha dan 72 buah stupa di lantai teras dan 1 buah stupa induk. Candi Borobudur mempunyai panel relief yang terdiri dari panel relief carita dan panel relief dekoratif. Apabila panel relief ini dipanjangkan dapat mencapai 6 km. Candi Budha ini tersusun dari kurang lebih 2 juta blok batu dengan sistem saling mengunci (interlock) tanpa spesi. Di sekitar Candi Borobudur juga terdapat candi-candi tinggalan agama Budha maupun Hindu. Candi Pawon dan Candi Mendut adalah candi-candi di dekat Candi Borobudur yang juga merupakan peninggalan agama Budha. Candi Borobudur, Candi Pawon, dan Candi Mendut adalah serangkaian candi-candi yang terletak segaris lurus. Karena merupakan karya agung dari budaya nenek moyang yang patut dijaga dan dilestarikan, maka kompleks Candi Borobudur yang terdiri dari Candi Borobudur, Candi Pawon. dan Candi Mendut serta lingkungannya dijadikan sebagai Warisan Budaya Dunia (World Heritage Culture). Kompleks Candi Borobudur (Borobudur Temple Compound) menjadi salah satu daftar warisan dunia yang ditetapkan oleh UNESCO sejak tahun Predikat ini merupakan

2 suatu predikat penting bagi sebuah situs di mata dunia internasional. Dengan ditetapkannya kompleks Candi Borobudur sebagai warisan dunia, banyak wisatawan baik nusantara maupun mancanegara yang ingin berkunjung dan menikmati kemegahan serta keindahan Candi Borobudur dan kompleksnya. Dengan meningkatnya kunjungan wisata, maka akan dapat meningkatkan devisa negara dari sektor pariwisata sekaligus meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar. Dengan masuknya kawasan Candi Borobudur sebagai World Heritage Culture, maka pemerintah Indonesia harus mematuhi dan melaksanakan aturan-aturan yang berkenaan dengan warisan dunia yang telah ditetapkan oleh UNESCO. Salah satu kewajiban sebuah situs menjadi warisan dunia adalah setiap dua tahun sekali membuat laporan (periodic reporting) kepada UNESCO mengenai kondisi situs yang bersangkutan. Apabila sebuah situs warisan dunia dinilai tidak lagi terpelihara dengan baik maka akan mendapat catatan merah dari UNESCO dan dapat menjadi warisan dunia dalam kondisi bahaya. Negaranegara yang tidak dapat mempertahankan predikat situs-situsnya sebagai warisan dunia secara otomatis akan menurunkan citranya di mata dunia internasional. Di Indonesia terdapat 8 warisan dunia (world heritage) yaitu 4 warisan dunia kategori budaya dan 4 warisan dunia kategori alam. Empat warisan dunia kategori budaya adalah Kompleks Candi Borobudur (Borobudur Temple Compound, 1991), Kompleks Candi Prambanan (Prambanan Temple Compound, 1991), Situs Manusia Purba Sangiran (1996) dan Lanskap Budaya Propinsi Bali (Cultural landscape of Bali Province, 2012), sedangkan 4 warisan dunia kategori alam yaitu Taman Nasional Komodo (1991), Taman Nasional Ujung Kulon (1991), Taman Nasional Lorenz (1999) dan Hutan Hujan Tropis Sumatera yang meliputi Taman Nasional Leuser, Taman Nasional Kerinci Seblat, dan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (2004). Warisan budaya tak benda (Intangible Cultural Heritage) sudah tercacat ada 6 (enam) yaitu Wayang Indonesia, Keris Indonesia, Batik Indonesia, Angklung Indonesia, Tari Saman, dan Noken Tas Rajut Multifungsi. Sangat disayangkan bahwa sejak tahun 2011 Hutan Hujan Tropis Sumatera telah dimasukkan dalam daftar warisan dunia dalam kondisi berbahaya (World Heritage in Dangerous) dengan adanya kegiatan pembalakan liar, perluasan perkebunan, dan pembangunan jalan yang mengancam kelestarian Hutan Hujan Tropis Sumatera. Selama pemerintah tidak serius mengatasi masalah ini, maka predikat in dangerous list masih akan tercatat dan suatu saat dapat dicoret (didelete) dari daftar warisan dunia. Sungguh sangat disayangkan apabila ini terjadi, pemerintah Indonesia akan dianggap tidak mampu mengelola warisan dunia, sedangkan pengajuan sebuah situs menjadi warisan dunia butuh

3 proses yang panjang dan tidak mudah. State party harus memenuhi berbagai persyaratan dan harus memenuhi segala macam data dukung yang dibutuhkan. II. Borobudur Sebagai Kawasan Strategis Nasional Candi Borobudur sebagai salah satu World Culture Heritage dikelola secara langsung oleh 2 instansi yaitu Balai Konservasi Borobudur sebagai pengelola Zona I (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan) dan PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko sebagai pengelola Zona II (Badan Usaha Milik Negara). Candi Mendut dan Candi Pawon sebelumnya dikelola oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah, sedangkan pada waktu pengajuan Kompleks Candi Borobudur (Borobudur Temple Compound) menjadi warisan dunia, dalam dokumennya terdiri dari Candi Borobudur, Candi Pawon, dan Candi Mendut beserta lingkungannya. Oleh karena itu untuk meningkatkan pengelolaan dan pelestarian Kompleks Candi Borobudur, maka berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2012, Candi Mendut dan Candi Pawon masuk dalam wilayah kerja Balai Konservasi Borobudur. Sebagai wujud kepedulian pemerintah Indonesia untuk menjaga dan memelihara kelestarian Kompleks Candi Borobudur sebagai warisan dunia (world heritage) maka dibuatlah Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) yang memasukkan Kompleks Candi Borobudur ke dalam Kawasan Strategis Nasional (KSN). Definisi kawasan strategsi nasional (KSN) yang tercantum dalam peraturan pemerintah tersebut adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan Negara, pertahanan, dan keamanan Negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang ditetapkan sebagai warisan dunia. Berpedoman pada Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), pemerintah dapat merencanakan, mengatur, dan mengendalikan tata ruang dan pemanfaatan ruang di seluruh wilayah Indonesia termasuk Kawasan Strategis Nasional Candi Borobudur dan sekitarnya. Ruang yang dimaksud di sini adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya. Tujuan dari penataan ruang kawasan Candi Borobudur adalah untuk menata ruang, memanfaatkan ruang dan mengendalikan pemanfaatan ruang

4 sehingga dapat selaras dengan upaya pelestarian cagar budaya warisan dunia yang meliputi upaya pelindungan, pengembangan dan pemanfaatan. Menurut Pasal 9 ayat (7) Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), strategi untuk pelestarian dan peningkatan nilai kawasan yang ditetapkan sebagai warisan dunia meliputi : a. melestarikan keaslian fisik serta mempertahankan keseimbangan ekosistemnya b. meningkatkan kepariwisataan nasional c. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi d. melestarikan keberlanjutan lingkungan hidup. Berdasarkan strategi tersebut, langkah pertama yang dilakukan terhadap kompleks Candi Borobudur sebagai warisan budaya dunia adalah bagaimana melestarikan kondisi fisik candi atau monumennya beserta lingkungan ekosistemnya. Lingkungan sekitar situs juga harus dilestarikan keasliannya karena kondisi fisik situs sangat dipengaruhi oleh lingkungan aslinya. Apabila terjadi perubahan yang signifikan terhadap kondisi lingkungan ekosistem di sekitar situs, maka akan berdampak pada fisik situs tersebut. Setelah kondisi fisik dan lingkungan ekosistemnya dapat dijaga kelestariannya, dapat dilakukan promosi pariwisata yang akan meningkatkan jumlah wisatawan yang berkunjung sekaligus meningkatkan sektor ekonomi masyarakat. Melalui promosi pariwisata, masyarakat Indonesia akan dapat mengetahui dan mengenal kompleks Candi Borobudur dan sekitarnya sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat itu sendiri akan pelestarian tinggalan nenek moyang. Secara bersamaan kawasan Candi Borobudur dapat dijadikan sebagai tempat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kita ketahui bersama bahwa Pemugaran II Candi Borobudur tahun merupakan awal masuknya teknologi pemugaran candi yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Banyak teknik dan metode yang dapat dipelajari dari kegiatan pemugaran yang melibatkan expert dari dalam dan luar negeri. Selain itu, dapat dipelajari dan dikembangkan cara dan metode konservasi batu baik penanganan pelapukan maupun kerusakan batu candi sehingga dapat bertahan lebih lama dan dapat dinikmati oleh generasi yang akan datang. Dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi ini dapat dilakukan kerjasama dengan para ahli di bidangnya baik dari dalam maupun luar negeri, kerjasama dengan instansi terkait pelestarian cagar budaya dan kerjasama dengan akademisi. Semakin banyak penelitian yang dilakukan, semakin banyak informasi yang didapatkan sehingga permasalahan cagar budaya akan dapat tertangani dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

5 Dengan dipeliharanya keseimbangan lingkungan ekosistem sekitar situs Candi Borobudur sebagai warisan dunia maka kelestarian lingkungan hidup juga akan terjamin. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, definisi lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Strategi melestarikan keberlanjutan lingkungan hidup di sekitar situs warisan dunia untuk pelestarian dan peningkatan nilai kawasan, dilakukan dengan melibatkan masyarakat sekitar situs diantaranya dengan secara aktif turut mendukung dan berperan serta dalam program penataan kawasan oleh pemerintah. Penataan kawasan strategis nasional Candi Borobudur tidak hanya berkutat pada monumen candinya saja, melainkan juga kawasan di sekitarnya yang berjarak radius 5 km dari pusat Candi Borobudur. Terdapat dua pembagian kawasan yaitu: Sub Kawasan Pelestarian (SP) I yang merupakan kawasan pelestarian utama situs-situs cagar budaya yang harus dikendalikan pertumbuhan kawasan terbangunnya untuk menjaga kelestarian Candi Borobudur, Candi Mendut, dan Candi Pawon, dan Sub Kawasan Pelestarian (SP) II yang merupakan kawasan pengamanan sebaran situs yang belum tergali, yang pertumbuhan kawasan terbangunnya harus dikendalikan dalam rangka menjaga keberadaan potensi sebaran cagar budaya yang belum tergali dan kelayakan pandang. Gambar 1. Peta Batas Kawasan Strategis Nasional yang Didelineasi oleh PU Tahun 2010

6 III. Pelindungan Kawasan Strategis Nasional Borobudur Untuk menggali potensi persebaran cagar budaya yang merupakan salah satu bentuk pengamanan dan penyelamatan, Balai Konservasi Borobudur melaksanakan kegiatan survei cagar budaya dan ekskavasi arkeologi di KSN Candi Borobudur. Kegiatan survei dilaksanakan guna mencari dan menemukan informasi terdapat temuan yang diduga cagar budaya, sedangkan maksud diadakannya penggalian (ekskavasi) pada lokasi survei yang terdapat temuan adalah untuk mengetahui apakah masih banyak terpendam tinggalan purbakala di dalamnya. Dengan adanya penggalian ini, jika ternyata ditemukan banyak tinggalan purbakala, maka dapat segera diambil tindakan pengamanan selanjutnya. Kegiatan survei dan ekskavasi dilaksanakan di area KSN Borobudur, meliputi wilayah yang termasuk dalam SP I dan SP II. Sampai pada saat ini, pelaksanakan survey dilaksanakan di SP I dan sebagian SP II. Survei dilaksanakan berdasarkan laporan warga untuk kemudian ditindaklanjuti oleh Tim Balai Konservasi Borobudur. Berdasarkan Pasal 26 ayat (1) Undangundang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya bahwa pemerintah berkewajiban melakukan pencarian benda, bangunan, struktur, dan/atau lokasi yang diduga sebagai Cagar Budaya, begitupun dengan masyarakat yang turut serta dalam melaporkan temuan yang didapat maupun dimilikinya namun terkadang temuan tersebut tidak dilaporkan kepada pemerintah dikarenakan rasa takut dan khawatir serta adanya motif lain. Jika di kemudian hari banyak ditemukan batu-batu serupa dan merupakan komponen batuan Candi Borobudur, Candi Mendut, dan Candi Pawon maka dapat dilaksanakan pemugaran untuk mengganti batu-batu baru dengan batu asli candi terutama pada Candi Pawon. Pemugaran dilakukan untuk mengembalikan kondisi fisik candi yang bersangkutan. Berikut beberapa temuan batu-batu yang diduga merupakan komponen batu Candi Borobudur, Candi Pawon, dan Candi Mendut. Diduga Relief Candi Borobudur Diduga Stupa Candi Borobudur Diduga Batu Relief Candi Mendut

7 Diduga Batu Komponen Candi Mendut Diduga Batu Komponen Candi Pawon Gambar 2. Batu-Batu Temuan Hasil Kegiatan Survei Cagar Budaya dan Ekskavasi yang Diamankan Di Balai Konservasi Borobudur dan Candi Pawon Serta Candi Mendut Diduga Batu Relief Komponen Candi Pawon Dengan ditetapkannya kompleks Candi Borobudur dan lingkungannya menjadi kawasan strategis nasional, diharapkan semakin lestari dengan semakin terjaganya kondisi fisik dan lingkungannya dari perkembangan infrastruktur dan pemukiman yang tumbuh pesat di sekitarnya. Hal yang langsung berkaitan dengan masyarakat di sekitar situs kawasan Candi Borobudur dan koridor Palbapang adalah mengenai delineasi (batas) zona Kawasan Strategis Nasional Candi Borobudur. Delineasi ini menentukan pemanfaatan ruang yang boleh/tidak boleh dilakukan dan bentuk pemanfaatannya. Tentunya persoalan ini dapat menimbulkan konflik pemanfaatan lahan, selain adanya kesenjangan ekonomi masyarakat yang berada di sekitar kawasan situs cagar budaya warisan dunia Candi Borobudur, juga hal ini membatasi hak dari masyarakat pemilik lahan yang termasuk dalam kawasan strategis nasional. Hal ini selaras dengan pembagian kewilayahan KSN Borobudur bahwa SP I merupakan kawasan pelestarian utama situs-situs cagar budaya yang harus dikendalikan pertumbuhan kawasan terbangunnya untuk menjaga kelestarian Candi Borobudur, Candi Mendut, dan Candi Pawon. Saat ini pembangunan fisik di sekitar kawasan Candi Borobudur dan koridor Palbapang dimoratorium menunggu perpres mengenai Kawasan Strategis Nasional Candi Borobudur untuk ditetapkan. Diharapkan dengan adanya penetapan Perpres ini, maka dapat menekan laju pertumbuhan infrastruktur pembangunan melalui pengaturan pemanfaatan lahan dengan tetap memperhatikan kelestarian Candi Borobudur, Candi Pawon, dan Candi Mendut. Bagaimana model bangunan maupun koefisien bangunan yang diizinkan didirikan, perlu pengaturan lebih lanjut mengenai hal tersebut. Saat ini, sepanjang koridor Palbapang

8 adalah merupakan jalur hijau menuju kompleks Candi Borobudur dan diharapkan kedepan tetap terjaga untuk mempertahankan lanscape candi. Berikut beberapa bangunan infrastruktur dan pemukiman di sepanjang koridor Palbapang: Gambar 3. Contoh bangunan di sepanjang koridor Palbapang Pengendalian pemanfaatan lahan selain dalam hal pengendalian pembangunan infrastruktur dan pemukiman, juga pendirian menara tower BTS. Hal ini dilaksanakan mengingat semakin maraknya pembangunan tower-tower menara komunikasi celuller yang menjulang tinggi di wilayah Candi Borobudur yang dapat mengganggu selayang pandang maupun saujana Candi Borobudur. Beberapa permasalahan ditemui dalam pendirian menara tower BTS tersebut adalah belum lengkapnya perizinan dalam pendirian serta adanya argumentasi bahwa telah ada rekomendasi pendirian dari Balai Konservasi Borobudur. Untuk menindaklanjuti hal tersebut, beberapa pendirian menara tower BTS dihentikan sementara dan untuk kedepan dalam pendirian menara BTS dilakukan secara kamuflase yang menyerupai pohon dan dalam satu menara mencakup lebih dari 1 operator telekomunikasi. Beberapa contoh pendirian menara BTS yang dikamuflase : Menara BTS yang dikamuflase, terketak di SMA Muhamadiyah Borobudur Menara BTS yang dikamuflase menjadi sebuah pohon, terletak di Dusun Ngaran Borobudur Menara BTS di Dusun Kenayan, Borobudur yang belum dikamuflase Gambar 4. Menara- menara BTS di Kawasan Candi Borobudur

9 Untuk memonitoring perkembangan infrastruktur pembangunan, pemukiman, menara tower BTS, Balai Konservasi Borobudur melaksanakan kegiatan monitoring kawasan secara rutin guna mengetahui berbagai perubahan yang terjadi di kawasan strategis nasional, baik demografi, keadaan sosial budaya, ekonomi, infrastruktur, dan hal lain-lain perlu dilakukan pemantauan secara berkala untuk menekan perkembangan yang dapat merusak kelestarian Borobudur Temple Compound serta bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. IV. Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Kondisi ekonomi masyarakat di sekitar situs kawasan Candi Borobudur tergolong masih rendah walaupun situs ini sudah termasuk ke dalam warisan dunia. Perlu adanya usaha untuk mendukung peningkatan perekonomian masyakarat, contohnya mengenai pemasaran kerajinan lokal masyarakat kawasan Candi Borobudur yang kesulitan dalam hal pemasarannya, peningkatan sumber daya manusia masyarakat sekitar situs serta modal usaha. Banyak kerajinan masyarakat kawasan Candi Borobudur diantaranya gerabah, batik, souvenir/pernak-pernik, handycraft, dan lain-lain. Selain menghasilkan aneka kerajinan, masyarakat terampil pula dalam hal berkesenian (tari-tarian, dayakan, topeng ireng, dan lain-lain). Hal ini dapat menjadi daya tarik pendukung agar wisatawan yang berkunjung di kompleks Candi Borobudur dapat menetap lebih lama, yang mana dapat meningkatkan pendapatan masyarakat di sekitar candi. Akan lebih baik jika masyarakat dapat bekerja sama dengan pihak penyedia jasa perjalanan, misalnya dalam pembuatan paket perjalanan wisata. Diadakan penawaran perjalanan dengan rute misalnya kunjungan di Candi Borobudur, Candi Pawon, dan Candi Mendut kemudian dilanjutkan kunjungan ke desa-desa wisata sekitar Candi Borobudur sampai sore hari. Kunjungan ke desa-desa wisata tersebut dapat mengunjungi lokasi pembuatan makanan khas Borobudur dan pembuatan batik maupun kerajinan lainnya serta kegiatan petik buah. Dilanjutkan malam hari dengan wisata kuliner dan pementasan tari Kinara Kinari di Lapangan Tingal atau dinner di Candi Pawon misalnya, sehingga akan membuat wisatawan tersebut menginap di homestay-homestay. Untuk esok harinya dapat ditawarkan hunting sunrise baik di Candi Borobudur, Puthuk Situmbu, Kedon, maupun lokasi dengan spot terbaik untuk menikmati sunrise dan perjalanan dapat dilanjutkan dengan wisata ke Ketep Pass maupun rafting sungai Progo Elo di Mendut. Tentu saja dalam pengadaan perjalanan ini membutuhkan kerjasama dan kesiapan dari berbagai pihak termasuk masyarakat itu sendiri. Dengan adanya paket-paket

10 wisata tersebut maka akan meningkatkan lama tinggal wisatawan di kawasan Borobudur sehingga akan meningkatkan perputaran uang yang selanjutkan dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat. Gambar 5. Alternatif Paket Wisata di Kompleks Candi Borobudur Selain penataan ruang Kawasan Strategis Nasional Candi Borobudur dan sekitarnya, yang tidak kalah urgensinya adalah mengenai penanggung jawab pengelolaan kawasan Candi Borobudur sebagai warisan dunia. Sesuai dengan arahan dari UNESCO dan amanat dari peraturan perundang-undangan untuk segara membentuk sebuah badan pengelola secara terpadu warisan dunia, maka pemerintah saat ini juga menyiapkan Raperpres mengenai pengelolaan terpadu Kompleks Candi Borobudur yang terdiri dari unsur pemerintah pusat, pemerintah daerah, masyarakat, dan dunia usaha. Dengan adanya badan pengelola secara terpadu maka diharapkan akan dapat menuju kepada kesejahteraan masyarakat khususnya yang berada di sekitar situs maupun kawasan. Dengan adanya badan pengelola ini, upaya pelestarian yang mencakup upaya pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan akan dapat berjalan dengan selaras dan seimbang karena berada dalam satu atap pengelolaan.

11 Raperpres Badan Pengelola ini disusun sebagai payung hukum pembentukan Badan Pengelola situs dan kawasan cagar budaya. Untuk saat ini, telah disusun Rancangan Peraturan Presiden (Raperpres) mengenai Badan Pengelola sedangkan pengaturan mengenai Badan Pengelola tiap situs maupun kawasan akan diatur lebih lanjut melalui Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Rapermen Badan Pengelola Kawasan Candi Borobudur, Kawasan Candi Prambanan, dan Situs Manusia Purba Sangiran telah dibuat dan jika kelak ditetapkan, diharapkan dapat menjadi contoh bagi pembentukan Badan Pengelola situs maupun kawasan cagar budaya lainnya. V. Penutup Pelindungan kewilayahan melalui kegiatan survei dan ekskavasi dalam rangka pengamanan dan penyelamatan cagar budaya, pengendalian pemanfaatan ruang (pembatasan pembangunan infrastruktur, pemukiman, dan menara tower) terkait pengaturan zonasi dan konservasi lingkungan di KSN Borobudur sangat diperlukan. Kedepan dimungkinkan dapat benar-benar terwujud wilayah KSN Borobudur yang merupakan taman arkeologi nasional karena memang mengandung banyak temuan arkeologi yang penting bagi nilai pendidikan, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Hal ini sejalan pula dengan harapan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Sangat perlu pula dilaksanakan sosialisasi Undang-undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya secara intens kepada masyarakat agar masyarakat menjadi lebih paham dan turut melestarikan cagar budaya yang ada. Pada dasarnya, jika masyarakat telah memiliki kesadaran dan sepaham dengan pemerintah maka dengan suka rela turut berperan serta dalam upaya-upaya pelestarian cagar budaya di sekitarnya terutama dalam wilayah KSN Borobudur. Melalui Perpres KSN Candi Borobudur dan Perpres Badan Pengelola, kedepannya diharapkan dapat menjadi payung hukum bagi pelestarian Borobudur Temple Compound dan meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar kawasan. Pengelolaan dan pelestarian wilayah KSN Borobudur oleh satu badan pengelola akan dapat meminimalisir berbagai konflik kepentingan yang selama ini masih terjadi, memaksimalkan pelestarian dan meningkatkan perekonomian masyarakat yang pada dasarnya merupakan amanat dari Undang-undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya.

12 DAFTAR PUSTAKA Undang-undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Tim. Laporan Monitoring Kawasan Balai Konservasi Borobudur Jogja.tribunnews.com. tanggal 28 November Pukul Borobudurwisata.com. tanggal 28 November Pukul 08.00

Sri Sularsih Balai Konservasi Borobudur

Sri Sularsih Balai Konservasi Borobudur Peraturan Presiden Nomor 58 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kawasan Strategis Nasional dan Sekitarnya sebagai Payung Hukum Konservasi Kawasan Cagar Budaya Sri Sularsih Balai Konservasi Email:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi dari tahun sebelumnya. Angka itu diatas pertumbuhan ekonomi nasional

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi dari tahun sebelumnya. Angka itu diatas pertumbuhan ekonomi nasional BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan industri terbesar dan terkuat dalam pembiayaan ekonomi global. Industri pariwisata terbukti kebal dari krisis global. Saat perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi salah satu daftar warisan budaya dunia (world heritage list) dibawah

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi salah satu daftar warisan budaya dunia (world heritage list) dibawah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kompleks Candi Prambanan merupakan salah satu cagar budaya Indonesia yang menjadi salah satu daftar warisan budaya dunia (world heritage list) dibawah UNESCO sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mereka sebagai bagian yang tidak dapat terpisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mereka sebagai bagian yang tidak dapat terpisahkan dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumberdaya arkeologi adalah semua bukti fisik atau sisa budaya yang ditinggalkan oleh manusia masa lampau pada bentang alam tertentu yang berguna untuk menggambarkan,

Lebih terperinci

BAB V A. KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan untuk penyusunan karya

BAB V A. KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan untuk penyusunan karya BAB V A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan untuk penyusunan karya ilmiah ini, diperoleh beberapa kesimpulan yang dapat memberikan jawaban terhadap pertanyaan penelitian, akan diuraikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu tempat ke tempat yang lain. Selain itu tinggal secara tidak menetap. Semenjak itu pula

Lebih terperinci

Oleh : Ir Iman Soedrajat MPM,

Oleh : Ir Iman Soedrajat MPM, Oleh : Ir Iman Soedrajat MPM, Direktur Penataan Ruang Wilayah Nasional Kementerian Pekerjaan Umum Seluruh dunia mengakui Indonesia memiliki kekayaan dan potensi alam yang sangat kaya dan beranekaragam.

Lebih terperinci

BAB III: TINJAUAN LOKASI

BAB III: TINJAUAN LOKASI BAB III: TINJAUAN LOKASI 3.1. Tinjauan Taman Wisata Prambanan 3.1.1. Profil Taman Wisata Prambanan Gagasan pendirian PT. TWCBPRB ini diawali dengan adanya Proyek Pembangunan Taman Wisata Candi Borobudur

Lebih terperinci

PARTISIPASI KELOMPOK USAHA SOUVENIR REBO LEGI DALAM SISTEM PARIWISATA DI KLASTER PARIWISATA BOROBUDUR TUGAS AKHIR. Oleh : GRETIANO WASIAN L2D

PARTISIPASI KELOMPOK USAHA SOUVENIR REBO LEGI DALAM SISTEM PARIWISATA DI KLASTER PARIWISATA BOROBUDUR TUGAS AKHIR. Oleh : GRETIANO WASIAN L2D PARTISIPASI KELOMPOK USAHA SOUVENIR REBO LEGI DALAM SISTEM PARIWISATA DI KLASTER PARIWISATA BOROBUDUR TUGAS AKHIR Oleh : GRETIANO WASIAN L2D 004 314 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan keanekaragaman budaya dan kesenian yang berbeda-beda di masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. dengan keanekaragaman budaya dan kesenian yang berbeda-beda di masing-masing 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keindahan luar biasa dengan keanekaragaman budaya dan kesenian yang berbeda-beda di masing-masing daerah

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PARIWISATA WILAYAH PALBAPANG-MENDUT SEBAGAI DAYA TARIK WISATA DI KABUPATEN MAGELANG

PENGEMBANGAN PARIWISATA WILAYAH PALBAPANG-MENDUT SEBAGAI DAYA TARIK WISATA DI KABUPATEN MAGELANG Konferensi Nasional Ilmu Sosial & Teknologi (KNiST) Maret 2013, pp. 78~83 PENGEMBANGAN PARIWISATA WILAYAH PALBAPANG-MENDUT SEBAGAI DAYA TARIK WISATA DI KABUPATEN MAGELANG Heni Widyaningsih AKPAR BSI Yogyakarta

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1992 TENTANG PENGELOLAAN TAMAN WISATA CANDI BOROBUDUR DAN TAMAN WISATA CANDI PRAMBANAN SERTA PENGENDALIAN LINGKUNGAN KAWASANNYA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. moyang yang sangat dibanggakan oleh bangsa Indonesia. Kawasan ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. moyang yang sangat dibanggakan oleh bangsa Indonesia. Kawasan ini merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan Candi Borobudur adalah warisan budaya peninggalan nenek moyang yang sangat dibanggakan oleh bangsa Indonesia. Kawasan ini merupakan kawasan yang memiliki nilai

Lebih terperinci

Konservasi Lingkungan. Lely Riawati

Konservasi Lingkungan. Lely Riawati 1 Konservasi Lingkungan Lely Riawati 2 Dasar Hukum Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 Tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. berikut : Investasi industri pariwisata dengan didukung keputusan politik ekonomi

BAB VI KESIMPULAN. berikut : Investasi industri pariwisata dengan didukung keputusan politik ekonomi BAB VI KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Hasil penelitian secara kritis yang sudah dianalisis di kawasan Borobudur, menggambarkan perkembangan representasi serta refleksi transformasi sebagai berikut : Investasi

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 1 TAHUN 1992 TENTANG PENGELOLAAN TAMAN WISATA CANDI BOROBUDUR DAN TAMAN WISATA CANDI PRAMBANAN SERTA PENGENDALIAN LINGKUNGAN KAWASANNYA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa candi-candi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budaya, salah satu bentuk pemanfaatan cagar budaya yang diperbolehkan adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Budaya, salah satu bentuk pemanfaatan cagar budaya yang diperbolehkan adalah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya, salah satu bentuk pemanfaatan cagar budaya yang diperbolehkan adalah untuk kepentingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penelitian ini, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Selain

BAB I PENDAHULUAN. penelitian ini, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Selain 1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan tentang permasalahan yang melatarbelakangi penelitian ini, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Selain itu bab ini juga menjelaskan tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Situs Sangiran (Sangiran Early Man Site) adalah salah satu Kawasan

BAB I PENDAHULUAN. Situs Sangiran (Sangiran Early Man Site) adalah salah satu Kawasan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Situs Sangiran (Sangiran Early Man Site) adalah salah satu Kawasan Warisan Budaya Dunia yang ditetapkan oleh UNESCO pada tahun 1996 dengan nomor register C.593. Kawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan serta menggalakan dunia kepariwisataan kini semakin giat

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan serta menggalakan dunia kepariwisataan kini semakin giat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan terhadap dunia kepariwisataan di Indonesia menjadi salah satu komoditas dan sumber pendapatan devisa negara yang cukup besar dan usaha untuk mengembangkan

Lebih terperinci

Persepsi Masyarakat Sekitar Terhadap Pemanfaatan dan Kelestarian Candi Borobudur

Persepsi Masyarakat Sekitar Terhadap Pemanfaatan dan Kelestarian Candi Borobudur Persepsi Masyarakat Sekitar Terhadap Pemanfaatan dan Kelestarian Candi Borobudur Oleh : Panggah Ardiyansyah, S.S Balai Konservasi Peninggalan Borobudur Pendahuluan Semenjak diresmikannya pada tanggal 23

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG 1 PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINTANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KABUPATEN SINTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINTANG,

Lebih terperinci

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang Pernyataan Masalah.

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang Pernyataan Masalah. BAB I: PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Candi Prambanan atau Candi Rara Jonggrang adalah kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia yang dibangun pada abad ke-9 masehi.kompleks Candi Prambanan telah tercatat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Undang-Undang No. 05 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Hayati dan Ekosistemnya (KSDHE), Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai

Lebih terperinci

KAJIAN POLA PERGERAKAN DAN PENYEDIAAN RUANG PEJALAN KAKI DI KAWASAN WISATA CANDI BOROBUDUR TUGAS AKHIR

KAJIAN POLA PERGERAKAN DAN PENYEDIAAN RUANG PEJALAN KAKI DI KAWASAN WISATA CANDI BOROBUDUR TUGAS AKHIR KAJIAN POLA PERGERAKAN DAN PENYEDIAAN RUANG PEJALAN KAKI DI KAWASAN WISATA CANDI BOROBUDUR TUGAS AKHIR Oleh: OKTAFIA RACHMAWATI L2D 004 341 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara selain dari sektor

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara selain dari sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara selain dari sektor migas yang sangat potensial dan mempunyai andil besar dalam membangun perekonomian yang saat

Lebih terperinci

PERUBAHAN NILAI RUANG KAWASAN WISATA BOROBUDUR

PERUBAHAN NILAI RUANG KAWASAN WISATA BOROBUDUR PERUBAHAN NILAI RUANG KAWASAN WISATA BOROBUDUR Nur Adi Kusno Magister Perencanaan Kota dan Daerah Universitas Gadjah Mada adikusno@gmail.com ABSTRAK. Kawasan Wisata Borobudur mempunyai nilai sangat tinggi

Lebih terperinci

tersendiri sebagai destinasi wisata unggulan. Pariwisata di Bali memiliki berbagai

tersendiri sebagai destinasi wisata unggulan. Pariwisata di Bali memiliki berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Bali sebagai ikon pariwisata Indonesia, telah menjadi daya tarik tersendiri sebagai destinasi wisata unggulan. Pariwisata di Bali memiliki berbagai keunggulan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 6. Perkembangan Danau Borobudur dipengaruhi oleh adanya aktivitas vulkanik, tektonik, dan manusia. Ekosistem

Lebih terperinci

KONSEP UMUM KEBUDAYAAN -Data Pokok Kebudayaan-

KONSEP UMUM KEBUDAYAAN -Data Pokok Kebudayaan- DIREKTORAT JENDERAL KEBUDAYAAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KONSEP UMUM KEBUDAYAAN -Data Pokok Kebudayaan- Jakarta, 18 Mei 2016 Oleh : Sekretaris Direktorat Jenderal Kebudayaan Nono Adya Supriyatno

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 6.1 Kesimpulan. sebagai berikut: Pertama, di Kawasan Candi Cetho masih terdapat berbagai

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 6.1 Kesimpulan. sebagai berikut: Pertama, di Kawasan Candi Cetho masih terdapat berbagai 98 BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Dari hasil analisis yang dijabarkan sebelumnya, dapat ditarik simpulan sebagai berikut: Pertama, di Kawasan Candi Cetho masih terdapat berbagai potensi

Lebih terperinci

Pelestarian Cagar Budaya

Pelestarian Cagar Budaya Pelestarian Cagar Budaya KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BALAI PELESTARIAN CAGAR BUDAYA JAWA TIMUR 2016 Sebelum kita bahas pelestarian cagar budaya, kita perlu tahu Apa itu Cagar Budaya? Pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan Borobudur meliputi Candi Borobudur, Candi Mendut dan Candi Pawon merupakan warisan budaya dunia yang dimiliki Indonesia dan telah diakui oleh UNESCO sejak tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas, pariwisata telah menjadi bagian penting dari kebutuhan dasar

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas, pariwisata telah menjadi bagian penting dari kebutuhan dasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam arti luas, pariwisata adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain. Sebagai suatu aktivitas,

Lebih terperinci

BAB 3: TINJAUAN LOKASI

BAB 3: TINJAUAN LOKASI BAB 3: TINJAUAN LOKASI 3.1. Tinjauan Kantor PT. Taman Wisata Candi Prambanan Borobudur dan Ratu Boko Yogyakarta 2.1.1 Profil Kantor PT. Taman Wisata Candi Borobudur Prambanan dan Ratu Boko PT. Taman Wisata

Lebih terperinci

Paket Wisata. Hoshizora Tour

Paket Wisata. Hoshizora Tour Paket Wisata Hoshizora Tour DIES NATALIS & LUSTRUM X FAKULTAS PSIKOLOGI UGM 2015 Paket Wisata Jogja Jogja Favorite Tour Paket Jogja Favorite Tour akan membawa Anda mengunjungi lokasi favorit di Yogyakarta

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL KEBUDAYAAN KEBIJAKAN PROGRAM DAN ANGGARAN DITJEN KEBUDAYAAN TAHUN 2016

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL KEBUDAYAAN KEBIJAKAN PROGRAM DAN ANGGARAN DITJEN KEBUDAYAAN TAHUN 2016 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL KEBUDAYAAN KEBIJAKAN PROGRAM DAN ANGGARAN DITJEN KEBUDAYAAN TAHUN 2016 Solo, 22 Maret 2016 OUTLINE PAPARAN 1 Arah dan Sasaran Pembangunan Kebudayaan

Lebih terperinci

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PASAR SENI DI KAWASAN TAMAN PURBAKALA RATU BOKO Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik DIAJUKAN OLEH :

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PELESTARIAN CAGAR BUDAYA DAN PERMUSEUMAN DI INDONESIA. Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman 2013

KEBIJAKAN PELESTARIAN CAGAR BUDAYA DAN PERMUSEUMAN DI INDONESIA. Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman 2013 KEBIJAKAN PELESTARIAN CAGAR BUDAYA DAN PERMUSEUMAN DI INDONESIA Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman 2013 Perubahan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Menjadi Kementerian Pendidikan dan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dan terletak di garis khatulistiwa dengan luas daratan 1.910.931,32 km 2 dan memiliki 17.504 pulau (Badan Pusat Statistik 2012). Hal

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.137, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAHAN. Wilayah. Nasional. Rencana Tata Ruang. Peta. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG KAWASAN BOROBUDUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.LATAR BELAKANG. I.1.1.Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN I.1.LATAR BELAKANG. I.1.1.Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN I.1.LATAR BELAKANG I.1.1.Latar Belakang Pengadaan Proyek Kabupaten Sleman merupakan bagian dari wilayah provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ( DIY ) dengan luas wilayah 547,82 km² atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pariwisata saat ini membawa pengaruh positif bagi masyarakat yaitu meningkatnya taraf

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pariwisata saat ini membawa pengaruh positif bagi masyarakat yaitu meningkatnya taraf BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul Dunia pariwisata saat ini membawa pengaruh positif bagi masyarakat yaitu meningkatnya taraf perekonomian masyarakat. Namun pengembangan sektor pariwisata juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara karena merupakan salah satu sumber devisa.

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara karena merupakan salah satu sumber devisa. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan industri yang memiliki peran penting terhadap perekonomian suatu negara karena merupakan salah satu sumber devisa. Industri pariwisata merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I

BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I 1.1 Latar Belakang Yogyakarta merupakan salah satu kota besar di Pulau Jawa yang memiliki kekayaan akan peninggalan kebudayaan. Bentuk dari peninggalan kebudayaan dibagi menjadi

Lebih terperinci

TINJAUAN PERATURAN / KEBIJAKAN TERKAIT DENGAN PENGEMBANGAN KAWASAN PRAMBANAN DAN SEKITAR

TINJAUAN PERATURAN / KEBIJAKAN TERKAIT DENGAN PENGEMBANGAN KAWASAN PRAMBANAN DAN SEKITAR TINJAUAN PERATURAN / KEBIJAKAN TERKAIT DENGAN PENGEMBANGAN KAWASAN PRAMBANAN DAN SEKITAR Peraturan/ Kebijakan Terkait 1. JICA 1979 2. KEPPRES NO.1, Tahun 1992 3. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008

Lebih terperinci

STUDI PROSPEK PENGEMBANGAN OBJEK WISATA VULKANOLOGI KETEP DAN KONTRIBUSINYA DALAM MENUNJANG INDUSTRI PARIWISATA DI KABUPATEN MAGELANG TUGAS AKHIR

STUDI PROSPEK PENGEMBANGAN OBJEK WISATA VULKANOLOGI KETEP DAN KONTRIBUSINYA DALAM MENUNJANG INDUSTRI PARIWISATA DI KABUPATEN MAGELANG TUGAS AKHIR STUDI PROSPEK PENGEMBANGAN OBJEK WISATA VULKANOLOGI KETEP DAN KONTRIBUSINYA DALAM MENUNJANG INDUSTRI PARIWISATA DI KABUPATEN MAGELANG TUGAS AKHIR Oleh : DEWI NURHILYATI MIRZA L2D 099 413 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki ragam budaya yang berbeda satu sama lain. Keragaman budaya ini

BAB I PENDAHULUAN. memiliki ragam budaya yang berbeda satu sama lain. Keragaman budaya ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri dari beragam suku memiliki ragam budaya yang berbeda satu sama lain. Keragaman budaya ini diyakini tidak hanya mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHLUAN. Pulau Bali merupakan daerah tujuan pariwisata dunia yang memiliki

BAB I PENDAHLUAN. Pulau Bali merupakan daerah tujuan pariwisata dunia yang memiliki BAB I PENDAHLUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Bali merupakan daerah tujuan pariwisata dunia yang memiliki keunikan tersendiri berupa keindahan panorama alam dan budayanya, sehingga menarik perhatian wisatawan.

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN

Lebih terperinci

Penyelamatan Ekosistem Sumatera Dalam RTR Pulau Sumatera

Penyelamatan Ekosistem Sumatera Dalam RTR Pulau Sumatera Penyelamatan Ekosistem Sumatera Dalam RTR Pulau Sumatera 1 2 3 Pendahuluan (Sistem Perencanaan Tata Ruang - Kebijakan Nasional Penyelamatan Ekosistem Pulau Sumatera) Penyelamatan Ekosistem Sumatera dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wisatawan menuju daerah tujuan wisata. Terdapat dua fungsi dari atraksi

BAB I PENDAHULUAN. wisatawan menuju daerah tujuan wisata. Terdapat dua fungsi dari atraksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Atraksi wisata merupakan salah satu komponen penting dalam pariwisata. Atraksi merupakan salah satu faktor inti tarikan pergerakan wisatawan menuju daerah tujuan wisata.

Lebih terperinci

KEGIATAN TAHUN 2015 DAN RENCANA KEGIATAN TAHUN 2016

KEGIATAN TAHUN 2015 DAN RENCANA KEGIATAN TAHUN 2016 DIREKTORAT JENDERAL KEBUDAYAAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KEGIATAN TAHUN 2015 DAN RENCANA KEGIATAN TAHUN 2016 Direktorat Internalisasi Nilai dan Diplomasi Budaya Rapat Koordinasi Pusat dan Daerah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan pariwisata menduduki posisi yang sangat penting setelah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan pariwisata menduduki posisi yang sangat penting setelah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan pariwisata menduduki posisi yang sangat penting setelah minyak bumi dan gas. Kepariwisataan nasional sudah berkembang sedemikian rupa dan merupakan bagian

Lebih terperinci

BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI

BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI 3.1 Deskripsi Umum Lokasi Lokasi perancangan mengacu pada PP.26 Tahun 2008, berada di kawasan strategis nasional. Berda satu kawsan dengan kawasan wisata candi. Tepatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Manusia khususnya di daerah perkotaan sibuk dengan pekerjaannya yang terlalu menyita waktu. Akibatnya mereka berusaha mencari kegiatan yang dapat melepaskan keletihan

Lebih terperinci

Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Direktorat Jenderal Kebudayaan 2014

Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Direktorat Jenderal Kebudayaan 2014 Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Direktorat Jenderal Kebudayaan 2014 Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur

Lebih terperinci

STUDI IDENTIFIKASI ATRAKSI WISATA RAWAPENING YANG DIMINATI PASAR WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SUSILOWATI RETNANINGSIH NIM L2D398188

STUDI IDENTIFIKASI ATRAKSI WISATA RAWAPENING YANG DIMINATI PASAR WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SUSILOWATI RETNANINGSIH NIM L2D398188 STUDI IDENTIFIKASI ATRAKSI WISATA RAWAPENING YANG DIMINATI PASAR WISATA TUGAS AKHIR Oleh : SUSILOWATI RETNANINGSIH NIM L2D398188 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Organisasi Pariwisata Dunia (UN-WTO) pariwisata merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Organisasi Pariwisata Dunia (UN-WTO) pariwisata merupakan salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Organisasi Pariwisata Dunia (UN-WTO) pariwisata merupakan salah satu industri yang berkembang pesat di dunia. Pariwisata bahkan menjadi sumber utama bagi pendapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya melalui industri pariwisata. Sebagai negara kepulauan,

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya melalui industri pariwisata. Sebagai negara kepulauan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang turut mengembangkan perekonomiannya melalui industri pariwisata. Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki kekayaan

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN AUDIT

Lebih terperinci

UPAYA PENGEMBANGAN EKOTURISME BERBASIS PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DI KABUPATEN CILACAP

UPAYA PENGEMBANGAN EKOTURISME BERBASIS PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DI KABUPATEN CILACAP UPAYA PENGEMBANGAN EKOTURISME BERBASIS PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DI KABUPATEN CILACAP oleh: Kevin Yoga Permana Sub: Pengembangan Pariwisata di Kabupaten Cilacap... Setidaknya, jika kita tidak bisa

Lebih terperinci

KHM 203 ONLINE PR SEKSI 10. NAMA : SRI CICI KURNIA NIM : TEMA BLOG : WARNA WARNI YOGYAKARTA :

KHM 203 ONLINE PR SEKSI 10. NAMA : SRI CICI KURNIA NIM : TEMA BLOG : WARNA WARNI YOGYAKARTA : KHM 203 ONLINE PR SEKSI 10 NAMA : SRI CICI KURNIA NIM : 2010 52 047 TEMA BLOG : WARNA WARNI YOGYAKARTA LINK : http://cicikurn1a.weblog.esaunggul.ac.id UNIVERSITAS ESA UNGGUL 2013 LATAR BELAKANG YOGYAKARTA

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nom

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nom No.1513, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ATR/BPN. Audit Tata Ruang. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan kepariwisataan merupakan kegiatan yang bersifat sistematik,

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan kepariwisataan merupakan kegiatan yang bersifat sistematik, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan kepariwisataan merupakan kegiatan yang bersifat sistematik, memiliki ruang lingkup, komponen dan proses pengelolaan tersendiri. Terkait dengan sistem

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan lingkungan telah mendorong kesadaran publik terhadap isu-isu mengenai pentingnya transformasi paradigma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kawasan yang dilindungi (protected area) sebagai tujuan wisata melahirkan

BAB I PENDAHULUAN. kawasan yang dilindungi (protected area) sebagai tujuan wisata melahirkan BAB I PENDAHULUAN Sejarah perkembangan ekowisata yang tidak lepas dari pemanfaatan kawasan yang dilindungi (protected area) sebagai tujuan wisata melahirkan definisi ekowisata sebagai perjalanan ke wilayah-wilayah

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil temuan dan analisis, penelitian ini menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Program KSN Borobudur dan Program Pembangunan Desa Program

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT. Nomor 4 Tahun 2007 Seri E Nomor 4 Tahun 2007 NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT. Nomor 4 Tahun 2007 Seri E Nomor 4 Tahun 2007 NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT Nomor 4 Tahun 2007 Seri E Nomor 4 Tahun 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PERIZINAN DAN PEMANFAATAN CANDI BOROBUDUR, CANDI MENDUT, DAN CANDI PAWON

STANDAR OPERASIONAL PERIZINAN DAN PEMANFAATAN CANDI BOROBUDUR, CANDI MENDUT, DAN CANDI PAWON KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL KEBUDAYAAN STANDAR OPERASIONAL PERIZINAN DAN PEMANFAATAN CANDI BOROBUDUR, CANDI MENDUT, DAN CANDI PAWON 2015 Balai Konservasi Borobudur Jl. Badrawati

Lebih terperinci

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang BAB I: PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Sesuai dengan PP No.26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasioanl (RTRWN) bahwa pemerintah telah menetapkan Kawasan Candi Prambanan sebagai Kawasan Strategis

Lebih terperinci

& REVITALISASI CAGAR BUDAYA

& REVITALISASI CAGAR BUDAYA & REVITALISASI CAGAR BUDAYA Surabaya, 10 Juni 2013 DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM Penataan Ruang Pengaturan secara spasial, pemberian fungsi terhadap kawasan dan ketentuan/aturan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN 2.1 Tujuan Penataan Ruang Dengan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, khususnya Pasal 3,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ternilai harganya, baik yang berupa budaya materi (tangible) maupun budaya non materi

BAB I PENDAHULUAN. ternilai harganya, baik yang berupa budaya materi (tangible) maupun budaya non materi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seperti telah lama diketahui bahwa bangsa Indonesia memiliki kekayaan budaya yang tak ternilai harganya, baik yang berupa budaya materi (tangible) maupun budaya non

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pariwisata merupakan salah satu hal yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Pertumbuhan pariwisata secara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. menjadi pusat pengembangan dan pelayanan pariwisata. Objek dan daya tarik

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. menjadi pusat pengembangan dan pelayanan pariwisata. Objek dan daya tarik I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu daerah tujuan wisata kedua di Indonesia setelah Bali. DIY juga menjadi salah satu propinsi yang menjadi pusat pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta. Desa ini terletak 17 km di sebelah. yang lain yang dapat dikembangkan, yaitu potensi ekowisata.

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta. Desa ini terletak 17 km di sebelah. yang lain yang dapat dikembangkan, yaitu potensi ekowisata. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Desa Wukirsari adalah salah satu desa di Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Desa ini terletak 17 km di sebelah selatan pusat kota Kota Yogyakarta dengan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. dituliskan dalam berbagai sumber atau laporan perjalanan bangsa-bangsa asing

BAB V KESIMPULAN. dituliskan dalam berbagai sumber atau laporan perjalanan bangsa-bangsa asing BAB V KESIMPULAN Barus merupakan bandar pelabuhan kuno di Indonesia yang penting bagi sejarah maritim Nusantara sekaligus sejarah perkembangan Islam di Pulau Sumatera. Pentingnya Barus sebagai bandar pelabuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam arti luas pariwisata adalah kegiatan rekreasi diluar dominasi untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam arti luas pariwisata adalah kegiatan rekreasi diluar dominasi untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam arti luas pariwisata adalah kegiatan rekreasi diluar dominasi untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau untuk mencari suasana lain. Sebagai suatu aktivitas

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SINGKAWANG TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SINGKAWANG TAHUN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SINGKAWANG TAHUN 2013-2032 I. UMUM Ruang yang meliputi ruang darat, ruang laut dan ruang udara,

Lebih terperinci

Peta Jalan Penyelamatan Ekosistem Sumatera 2020 Dalam RTR Pulau Sumatera

Peta Jalan Penyelamatan Ekosistem Sumatera 2020 Dalam RTR Pulau Sumatera Peta Jalan Penyelamatan Ekosistem Sumatera 2020 Dalam RTR Pulau Sumatera Jakarta, 29 Juli 2011 1 2 3 Progress Legalisasi RTR Pulau Sumatera Konsepsi Tujuan, Kebijakan, Dan Strategi Rtr Pulau Sumatera Muatan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

KAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

KAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR KAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA ANI MARDIASTUTI JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Kawasan Konservasi Indonesia UURI No 5 Tahun 1990 Konservasi

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG PELESTARIAN CAGAR BUDAYA PROVINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG PELESTARIAN CAGAR BUDAYA PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG PELESTARIAN CAGAR BUDAYA PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang Mengingat : a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Pembangunan pariwisata mulai digalakkan, potensi potensi wisata yang

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Pembangunan pariwisata mulai digalakkan, potensi potensi wisata yang BAB I PENDAHULUAN Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diperhatikan dalam kancah pembangunan skala nasional, hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat dijadikan sebagai salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki sumber daya alam yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki sumber daya alam yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah, baik di darat maupun di laut. Hal ini didukung dengan fakta menurut Portal Nasional

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor pariwisata bagi suatu negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhannya sangat pesat. Hal ini ditandai dengan bertambahnya pelanggan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhannya sangat pesat. Hal ini ditandai dengan bertambahnya pelanggan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Teknologi telekomunikasi merupakan salah satu teknologi yang pertumbuhannya sangat pesat. Hal ini ditandai dengan bertambahnya pelanggan selular di setiap tahunnya.

Lebih terperinci

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.180, 2013 SDA. Rawa. Pengelolaan. Pengawasan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5460) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan industri global yang bersifat fenomenal. Pariwisata penting bagi negara karena menghasilkan devisa dan

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan industri global yang bersifat fenomenal. Pariwisata penting bagi negara karena menghasilkan devisa dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul Pariwisata merupakan industri global yang bersifat fenomenal. Perkembangan kepariwisataan dunia dari tahun ke tahun semakin meningkat baik dari jumlah wisatawan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN WISATA CANDI PENATARAN DI BLITAR JAWA TIMUR

PENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN WISATA CANDI PENATARAN DI BLITAR JAWA TIMUR LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN WISATA CANDI PENATARAN DI BLITAR JAWA TIMUR Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam

BAB I. PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wisata alam oleh Direktorat Jenderal Pariwisata (1998:3) dan Yoeti (2000) dalam Puspitasari (2011:3) disebutkan sebagai kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Desa Karangtengah merupakan salah satu desa agrowisata di Kabupaten Bantul,

BAB I PENDAHULUAN. Desa Karangtengah merupakan salah satu desa agrowisata di Kabupaten Bantul, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Desa Karangtengah merupakan salah satu desa agrowisata di Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Letaknya berdekatan dengan tempat wisata makam raja-raja Mataram. Menurut cerita

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN. Batang Hari. Candi ini merupakan peninggalan abad ke-11, di mana Kerajaan

BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN. Batang Hari. Candi ini merupakan peninggalan abad ke-11, di mana Kerajaan BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN A. Deskripsi Objek Wisata Candi Muaro Jambi Candi Muaro Jambi terletak di Kabupaten Muaro Jambi, tepatnya di Kecamatan Muaro Sebo, Provinsi Jambi. Lokasi candi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Pariwisata dikenal sebagai suatu bentuk rangkaian kegiatan kompleks yang berhubungan dengan wisatawan dan orang banyak, serta terbentuk pula suatu sistem di dalamnya.

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 1.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil observasi dilapangan serta analisis yang dilaksanakan pada bab terdahulu, penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk merumuskan konsep

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 45 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN DENPASAR, BADUNG, GIANYAR, DAN TABANAN

Lebih terperinci