PELESTARIAN CANDI BOROBUDUR SEBAGAI KAWASAN STRATEGIS NASIONAL BERBASIS PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT. Oleh :
|
|
- Ari Iskandar
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PELESTARIAN CANDI BOROBUDUR SEBAGAI KAWASAN STRATEGIS NASIONAL BERBASIS PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Oleh : Fr. Dian Ekarini, S.Si Sri Sularsih, S.H I. Pendahuluan Candi Borobudur terletak di Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah, kurang lebih berjarak 40 km sebelah barat daya kota Yogyakarta. Candi ini diperkirakan dibangun pada abad 8 sampai 9 sekitar tahun 800 M pada masa pemerintahan Raja Samaratungga salah satu raja kerajaan Mataram Kuno, keturunan Wangsa Syailendra. Secara geografis, Candi Borobudur ini dikelilingi oleh Gunung Merapi dan Merbabu di sebelah timur, Gunung Sindoro dan Sumbing di sebelah barat laut dan Pegunungan Menoreh di sebelah selatan. Selain itu ada dua sungai besar yang mengalir di dekatnya yaitu Sungai Progo dan Sungai Elo. Candi Borobudur dibangun di atas bukit yang telah diratakan dan mempunyai ketinggian 265 di atas permukaan air laut. Candi Borobudur merupakan candi peninggalan agama Budha terbesar di Indonesia. Bangunannya merupakan punden berundak yang terdiri dari 7 tingkat berbentuk persegi empat dan tiga tingkat di atas berbentuk lingkaran. Candi ini dibangun lebih dulu dibandingkan Angkor Wat di Kamboja. Candi ini memiliki luas 123x123 m 2 dengan 504 patung Budha dan 72 buah stupa di lantai teras dan 1 buah stupa induk. Candi Borobudur mempunyai panel relief yang terdiri dari panel relief carita dan panel relief dekoratif. Apabila panel relief ini dipanjangkan dapat mencapai 6 km. Candi Budha ini tersusun dari kurang lebih 2 juta blok batu dengan sistem saling mengunci (interlock) tanpa spesi. Di sekitar Candi Borobudur juga terdapat candi-candi tinggalan agama Budha maupun Hindu. Candi Pawon dan Candi Mendut adalah candi-candi di dekat Candi Borobudur yang juga merupakan peninggalan agama Budha. Candi Borobudur, Candi Pawon, dan Candi Mendut adalah serangkaian candi-candi yang terletak segaris lurus. Karena merupakan karya agung dari budaya nenek moyang yang patut dijaga dan dilestarikan, maka kompleks Candi Borobudur yang terdiri dari Candi Borobudur, Candi Pawon. dan Candi Mendut serta lingkungannya dijadikan sebagai Warisan Budaya Dunia (World Heritage Culture). Kompleks Candi Borobudur (Borobudur Temple Compound) menjadi salah satu daftar warisan dunia yang ditetapkan oleh UNESCO sejak tahun Predikat ini merupakan
2 suatu predikat penting bagi sebuah situs di mata dunia internasional. Dengan ditetapkannya kompleks Candi Borobudur sebagai warisan dunia, banyak wisatawan baik nusantara maupun mancanegara yang ingin berkunjung dan menikmati kemegahan serta keindahan Candi Borobudur dan kompleksnya. Dengan meningkatnya kunjungan wisata, maka akan dapat meningkatkan devisa negara dari sektor pariwisata sekaligus meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar. Dengan masuknya kawasan Candi Borobudur sebagai World Heritage Culture, maka pemerintah Indonesia harus mematuhi dan melaksanakan aturan-aturan yang berkenaan dengan warisan dunia yang telah ditetapkan oleh UNESCO. Salah satu kewajiban sebuah situs menjadi warisan dunia adalah setiap dua tahun sekali membuat laporan (periodic reporting) kepada UNESCO mengenai kondisi situs yang bersangkutan. Apabila sebuah situs warisan dunia dinilai tidak lagi terpelihara dengan baik maka akan mendapat catatan merah dari UNESCO dan dapat menjadi warisan dunia dalam kondisi bahaya. Negaranegara yang tidak dapat mempertahankan predikat situs-situsnya sebagai warisan dunia secara otomatis akan menurunkan citranya di mata dunia internasional. Di Indonesia terdapat 8 warisan dunia (world heritage) yaitu 4 warisan dunia kategori budaya dan 4 warisan dunia kategori alam. Empat warisan dunia kategori budaya adalah Kompleks Candi Borobudur (Borobudur Temple Compound, 1991), Kompleks Candi Prambanan (Prambanan Temple Compound, 1991), Situs Manusia Purba Sangiran (1996) dan Lanskap Budaya Propinsi Bali (Cultural landscape of Bali Province, 2012), sedangkan 4 warisan dunia kategori alam yaitu Taman Nasional Komodo (1991), Taman Nasional Ujung Kulon (1991), Taman Nasional Lorenz (1999) dan Hutan Hujan Tropis Sumatera yang meliputi Taman Nasional Leuser, Taman Nasional Kerinci Seblat, dan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (2004). Warisan budaya tak benda (Intangible Cultural Heritage) sudah tercacat ada 6 (enam) yaitu Wayang Indonesia, Keris Indonesia, Batik Indonesia, Angklung Indonesia, Tari Saman, dan Noken Tas Rajut Multifungsi. Sangat disayangkan bahwa sejak tahun 2011 Hutan Hujan Tropis Sumatera telah dimasukkan dalam daftar warisan dunia dalam kondisi berbahaya (World Heritage in Dangerous) dengan adanya kegiatan pembalakan liar, perluasan perkebunan, dan pembangunan jalan yang mengancam kelestarian Hutan Hujan Tropis Sumatera. Selama pemerintah tidak serius mengatasi masalah ini, maka predikat in dangerous list masih akan tercatat dan suatu saat dapat dicoret (didelete) dari daftar warisan dunia. Sungguh sangat disayangkan apabila ini terjadi, pemerintah Indonesia akan dianggap tidak mampu mengelola warisan dunia, sedangkan pengajuan sebuah situs menjadi warisan dunia butuh
3 proses yang panjang dan tidak mudah. State party harus memenuhi berbagai persyaratan dan harus memenuhi segala macam data dukung yang dibutuhkan. II. Borobudur Sebagai Kawasan Strategis Nasional Candi Borobudur sebagai salah satu World Culture Heritage dikelola secara langsung oleh 2 instansi yaitu Balai Konservasi Borobudur sebagai pengelola Zona I (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan) dan PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko sebagai pengelola Zona II (Badan Usaha Milik Negara). Candi Mendut dan Candi Pawon sebelumnya dikelola oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah, sedangkan pada waktu pengajuan Kompleks Candi Borobudur (Borobudur Temple Compound) menjadi warisan dunia, dalam dokumennya terdiri dari Candi Borobudur, Candi Pawon, dan Candi Mendut beserta lingkungannya. Oleh karena itu untuk meningkatkan pengelolaan dan pelestarian Kompleks Candi Borobudur, maka berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2012, Candi Mendut dan Candi Pawon masuk dalam wilayah kerja Balai Konservasi Borobudur. Sebagai wujud kepedulian pemerintah Indonesia untuk menjaga dan memelihara kelestarian Kompleks Candi Borobudur sebagai warisan dunia (world heritage) maka dibuatlah Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) yang memasukkan Kompleks Candi Borobudur ke dalam Kawasan Strategis Nasional (KSN). Definisi kawasan strategsi nasional (KSN) yang tercantum dalam peraturan pemerintah tersebut adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan Negara, pertahanan, dan keamanan Negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang ditetapkan sebagai warisan dunia. Berpedoman pada Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), pemerintah dapat merencanakan, mengatur, dan mengendalikan tata ruang dan pemanfaatan ruang di seluruh wilayah Indonesia termasuk Kawasan Strategis Nasional Candi Borobudur dan sekitarnya. Ruang yang dimaksud di sini adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya. Tujuan dari penataan ruang kawasan Candi Borobudur adalah untuk menata ruang, memanfaatkan ruang dan mengendalikan pemanfaatan ruang
4 sehingga dapat selaras dengan upaya pelestarian cagar budaya warisan dunia yang meliputi upaya pelindungan, pengembangan dan pemanfaatan. Menurut Pasal 9 ayat (7) Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), strategi untuk pelestarian dan peningkatan nilai kawasan yang ditetapkan sebagai warisan dunia meliputi : a. melestarikan keaslian fisik serta mempertahankan keseimbangan ekosistemnya b. meningkatkan kepariwisataan nasional c. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi d. melestarikan keberlanjutan lingkungan hidup. Berdasarkan strategi tersebut, langkah pertama yang dilakukan terhadap kompleks Candi Borobudur sebagai warisan budaya dunia adalah bagaimana melestarikan kondisi fisik candi atau monumennya beserta lingkungan ekosistemnya. Lingkungan sekitar situs juga harus dilestarikan keasliannya karena kondisi fisik situs sangat dipengaruhi oleh lingkungan aslinya. Apabila terjadi perubahan yang signifikan terhadap kondisi lingkungan ekosistem di sekitar situs, maka akan berdampak pada fisik situs tersebut. Setelah kondisi fisik dan lingkungan ekosistemnya dapat dijaga kelestariannya, dapat dilakukan promosi pariwisata yang akan meningkatkan jumlah wisatawan yang berkunjung sekaligus meningkatkan sektor ekonomi masyarakat. Melalui promosi pariwisata, masyarakat Indonesia akan dapat mengetahui dan mengenal kompleks Candi Borobudur dan sekitarnya sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat itu sendiri akan pelestarian tinggalan nenek moyang. Secara bersamaan kawasan Candi Borobudur dapat dijadikan sebagai tempat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kita ketahui bersama bahwa Pemugaran II Candi Borobudur tahun merupakan awal masuknya teknologi pemugaran candi yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Banyak teknik dan metode yang dapat dipelajari dari kegiatan pemugaran yang melibatkan expert dari dalam dan luar negeri. Selain itu, dapat dipelajari dan dikembangkan cara dan metode konservasi batu baik penanganan pelapukan maupun kerusakan batu candi sehingga dapat bertahan lebih lama dan dapat dinikmati oleh generasi yang akan datang. Dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi ini dapat dilakukan kerjasama dengan para ahli di bidangnya baik dari dalam maupun luar negeri, kerjasama dengan instansi terkait pelestarian cagar budaya dan kerjasama dengan akademisi. Semakin banyak penelitian yang dilakukan, semakin banyak informasi yang didapatkan sehingga permasalahan cagar budaya akan dapat tertangani dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
5 Dengan dipeliharanya keseimbangan lingkungan ekosistem sekitar situs Candi Borobudur sebagai warisan dunia maka kelestarian lingkungan hidup juga akan terjamin. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, definisi lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Strategi melestarikan keberlanjutan lingkungan hidup di sekitar situs warisan dunia untuk pelestarian dan peningkatan nilai kawasan, dilakukan dengan melibatkan masyarakat sekitar situs diantaranya dengan secara aktif turut mendukung dan berperan serta dalam program penataan kawasan oleh pemerintah. Penataan kawasan strategis nasional Candi Borobudur tidak hanya berkutat pada monumen candinya saja, melainkan juga kawasan di sekitarnya yang berjarak radius 5 km dari pusat Candi Borobudur. Terdapat dua pembagian kawasan yaitu: Sub Kawasan Pelestarian (SP) I yang merupakan kawasan pelestarian utama situs-situs cagar budaya yang harus dikendalikan pertumbuhan kawasan terbangunnya untuk menjaga kelestarian Candi Borobudur, Candi Mendut, dan Candi Pawon, dan Sub Kawasan Pelestarian (SP) II yang merupakan kawasan pengamanan sebaran situs yang belum tergali, yang pertumbuhan kawasan terbangunnya harus dikendalikan dalam rangka menjaga keberadaan potensi sebaran cagar budaya yang belum tergali dan kelayakan pandang. Gambar 1. Peta Batas Kawasan Strategis Nasional yang Didelineasi oleh PU Tahun 2010
6 III. Pelindungan Kawasan Strategis Nasional Borobudur Untuk menggali potensi persebaran cagar budaya yang merupakan salah satu bentuk pengamanan dan penyelamatan, Balai Konservasi Borobudur melaksanakan kegiatan survei cagar budaya dan ekskavasi arkeologi di KSN Candi Borobudur. Kegiatan survei dilaksanakan guna mencari dan menemukan informasi terdapat temuan yang diduga cagar budaya, sedangkan maksud diadakannya penggalian (ekskavasi) pada lokasi survei yang terdapat temuan adalah untuk mengetahui apakah masih banyak terpendam tinggalan purbakala di dalamnya. Dengan adanya penggalian ini, jika ternyata ditemukan banyak tinggalan purbakala, maka dapat segera diambil tindakan pengamanan selanjutnya. Kegiatan survei dan ekskavasi dilaksanakan di area KSN Borobudur, meliputi wilayah yang termasuk dalam SP I dan SP II. Sampai pada saat ini, pelaksanakan survey dilaksanakan di SP I dan sebagian SP II. Survei dilaksanakan berdasarkan laporan warga untuk kemudian ditindaklanjuti oleh Tim Balai Konservasi Borobudur. Berdasarkan Pasal 26 ayat (1) Undangundang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya bahwa pemerintah berkewajiban melakukan pencarian benda, bangunan, struktur, dan/atau lokasi yang diduga sebagai Cagar Budaya, begitupun dengan masyarakat yang turut serta dalam melaporkan temuan yang didapat maupun dimilikinya namun terkadang temuan tersebut tidak dilaporkan kepada pemerintah dikarenakan rasa takut dan khawatir serta adanya motif lain. Jika di kemudian hari banyak ditemukan batu-batu serupa dan merupakan komponen batuan Candi Borobudur, Candi Mendut, dan Candi Pawon maka dapat dilaksanakan pemugaran untuk mengganti batu-batu baru dengan batu asli candi terutama pada Candi Pawon. Pemugaran dilakukan untuk mengembalikan kondisi fisik candi yang bersangkutan. Berikut beberapa temuan batu-batu yang diduga merupakan komponen batu Candi Borobudur, Candi Pawon, dan Candi Mendut. Diduga Relief Candi Borobudur Diduga Stupa Candi Borobudur Diduga Batu Relief Candi Mendut
7 Diduga Batu Komponen Candi Mendut Diduga Batu Komponen Candi Pawon Gambar 2. Batu-Batu Temuan Hasil Kegiatan Survei Cagar Budaya dan Ekskavasi yang Diamankan Di Balai Konservasi Borobudur dan Candi Pawon Serta Candi Mendut Diduga Batu Relief Komponen Candi Pawon Dengan ditetapkannya kompleks Candi Borobudur dan lingkungannya menjadi kawasan strategis nasional, diharapkan semakin lestari dengan semakin terjaganya kondisi fisik dan lingkungannya dari perkembangan infrastruktur dan pemukiman yang tumbuh pesat di sekitarnya. Hal yang langsung berkaitan dengan masyarakat di sekitar situs kawasan Candi Borobudur dan koridor Palbapang adalah mengenai delineasi (batas) zona Kawasan Strategis Nasional Candi Borobudur. Delineasi ini menentukan pemanfaatan ruang yang boleh/tidak boleh dilakukan dan bentuk pemanfaatannya. Tentunya persoalan ini dapat menimbulkan konflik pemanfaatan lahan, selain adanya kesenjangan ekonomi masyarakat yang berada di sekitar kawasan situs cagar budaya warisan dunia Candi Borobudur, juga hal ini membatasi hak dari masyarakat pemilik lahan yang termasuk dalam kawasan strategis nasional. Hal ini selaras dengan pembagian kewilayahan KSN Borobudur bahwa SP I merupakan kawasan pelestarian utama situs-situs cagar budaya yang harus dikendalikan pertumbuhan kawasan terbangunnya untuk menjaga kelestarian Candi Borobudur, Candi Mendut, dan Candi Pawon. Saat ini pembangunan fisik di sekitar kawasan Candi Borobudur dan koridor Palbapang dimoratorium menunggu perpres mengenai Kawasan Strategis Nasional Candi Borobudur untuk ditetapkan. Diharapkan dengan adanya penetapan Perpres ini, maka dapat menekan laju pertumbuhan infrastruktur pembangunan melalui pengaturan pemanfaatan lahan dengan tetap memperhatikan kelestarian Candi Borobudur, Candi Pawon, dan Candi Mendut. Bagaimana model bangunan maupun koefisien bangunan yang diizinkan didirikan, perlu pengaturan lebih lanjut mengenai hal tersebut. Saat ini, sepanjang koridor Palbapang
8 adalah merupakan jalur hijau menuju kompleks Candi Borobudur dan diharapkan kedepan tetap terjaga untuk mempertahankan lanscape candi. Berikut beberapa bangunan infrastruktur dan pemukiman di sepanjang koridor Palbapang: Gambar 3. Contoh bangunan di sepanjang koridor Palbapang Pengendalian pemanfaatan lahan selain dalam hal pengendalian pembangunan infrastruktur dan pemukiman, juga pendirian menara tower BTS. Hal ini dilaksanakan mengingat semakin maraknya pembangunan tower-tower menara komunikasi celuller yang menjulang tinggi di wilayah Candi Borobudur yang dapat mengganggu selayang pandang maupun saujana Candi Borobudur. Beberapa permasalahan ditemui dalam pendirian menara tower BTS tersebut adalah belum lengkapnya perizinan dalam pendirian serta adanya argumentasi bahwa telah ada rekomendasi pendirian dari Balai Konservasi Borobudur. Untuk menindaklanjuti hal tersebut, beberapa pendirian menara tower BTS dihentikan sementara dan untuk kedepan dalam pendirian menara BTS dilakukan secara kamuflase yang menyerupai pohon dan dalam satu menara mencakup lebih dari 1 operator telekomunikasi. Beberapa contoh pendirian menara BTS yang dikamuflase : Menara BTS yang dikamuflase, terketak di SMA Muhamadiyah Borobudur Menara BTS yang dikamuflase menjadi sebuah pohon, terletak di Dusun Ngaran Borobudur Menara BTS di Dusun Kenayan, Borobudur yang belum dikamuflase Gambar 4. Menara- menara BTS di Kawasan Candi Borobudur
9 Untuk memonitoring perkembangan infrastruktur pembangunan, pemukiman, menara tower BTS, Balai Konservasi Borobudur melaksanakan kegiatan monitoring kawasan secara rutin guna mengetahui berbagai perubahan yang terjadi di kawasan strategis nasional, baik demografi, keadaan sosial budaya, ekonomi, infrastruktur, dan hal lain-lain perlu dilakukan pemantauan secara berkala untuk menekan perkembangan yang dapat merusak kelestarian Borobudur Temple Compound serta bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. IV. Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Kondisi ekonomi masyarakat di sekitar situs kawasan Candi Borobudur tergolong masih rendah walaupun situs ini sudah termasuk ke dalam warisan dunia. Perlu adanya usaha untuk mendukung peningkatan perekonomian masyakarat, contohnya mengenai pemasaran kerajinan lokal masyarakat kawasan Candi Borobudur yang kesulitan dalam hal pemasarannya, peningkatan sumber daya manusia masyarakat sekitar situs serta modal usaha. Banyak kerajinan masyarakat kawasan Candi Borobudur diantaranya gerabah, batik, souvenir/pernak-pernik, handycraft, dan lain-lain. Selain menghasilkan aneka kerajinan, masyarakat terampil pula dalam hal berkesenian (tari-tarian, dayakan, topeng ireng, dan lain-lain). Hal ini dapat menjadi daya tarik pendukung agar wisatawan yang berkunjung di kompleks Candi Borobudur dapat menetap lebih lama, yang mana dapat meningkatkan pendapatan masyarakat di sekitar candi. Akan lebih baik jika masyarakat dapat bekerja sama dengan pihak penyedia jasa perjalanan, misalnya dalam pembuatan paket perjalanan wisata. Diadakan penawaran perjalanan dengan rute misalnya kunjungan di Candi Borobudur, Candi Pawon, dan Candi Mendut kemudian dilanjutkan kunjungan ke desa-desa wisata sekitar Candi Borobudur sampai sore hari. Kunjungan ke desa-desa wisata tersebut dapat mengunjungi lokasi pembuatan makanan khas Borobudur dan pembuatan batik maupun kerajinan lainnya serta kegiatan petik buah. Dilanjutkan malam hari dengan wisata kuliner dan pementasan tari Kinara Kinari di Lapangan Tingal atau dinner di Candi Pawon misalnya, sehingga akan membuat wisatawan tersebut menginap di homestay-homestay. Untuk esok harinya dapat ditawarkan hunting sunrise baik di Candi Borobudur, Puthuk Situmbu, Kedon, maupun lokasi dengan spot terbaik untuk menikmati sunrise dan perjalanan dapat dilanjutkan dengan wisata ke Ketep Pass maupun rafting sungai Progo Elo di Mendut. Tentu saja dalam pengadaan perjalanan ini membutuhkan kerjasama dan kesiapan dari berbagai pihak termasuk masyarakat itu sendiri. Dengan adanya paket-paket
10 wisata tersebut maka akan meningkatkan lama tinggal wisatawan di kawasan Borobudur sehingga akan meningkatkan perputaran uang yang selanjutkan dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat. Gambar 5. Alternatif Paket Wisata di Kompleks Candi Borobudur Selain penataan ruang Kawasan Strategis Nasional Candi Borobudur dan sekitarnya, yang tidak kalah urgensinya adalah mengenai penanggung jawab pengelolaan kawasan Candi Borobudur sebagai warisan dunia. Sesuai dengan arahan dari UNESCO dan amanat dari peraturan perundang-undangan untuk segara membentuk sebuah badan pengelola secara terpadu warisan dunia, maka pemerintah saat ini juga menyiapkan Raperpres mengenai pengelolaan terpadu Kompleks Candi Borobudur yang terdiri dari unsur pemerintah pusat, pemerintah daerah, masyarakat, dan dunia usaha. Dengan adanya badan pengelola secara terpadu maka diharapkan akan dapat menuju kepada kesejahteraan masyarakat khususnya yang berada di sekitar situs maupun kawasan. Dengan adanya badan pengelola ini, upaya pelestarian yang mencakup upaya pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan akan dapat berjalan dengan selaras dan seimbang karena berada dalam satu atap pengelolaan.
11 Raperpres Badan Pengelola ini disusun sebagai payung hukum pembentukan Badan Pengelola situs dan kawasan cagar budaya. Untuk saat ini, telah disusun Rancangan Peraturan Presiden (Raperpres) mengenai Badan Pengelola sedangkan pengaturan mengenai Badan Pengelola tiap situs maupun kawasan akan diatur lebih lanjut melalui Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Rapermen Badan Pengelola Kawasan Candi Borobudur, Kawasan Candi Prambanan, dan Situs Manusia Purba Sangiran telah dibuat dan jika kelak ditetapkan, diharapkan dapat menjadi contoh bagi pembentukan Badan Pengelola situs maupun kawasan cagar budaya lainnya. V. Penutup Pelindungan kewilayahan melalui kegiatan survei dan ekskavasi dalam rangka pengamanan dan penyelamatan cagar budaya, pengendalian pemanfaatan ruang (pembatasan pembangunan infrastruktur, pemukiman, dan menara tower) terkait pengaturan zonasi dan konservasi lingkungan di KSN Borobudur sangat diperlukan. Kedepan dimungkinkan dapat benar-benar terwujud wilayah KSN Borobudur yang merupakan taman arkeologi nasional karena memang mengandung banyak temuan arkeologi yang penting bagi nilai pendidikan, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Hal ini sejalan pula dengan harapan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Sangat perlu pula dilaksanakan sosialisasi Undang-undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya secara intens kepada masyarakat agar masyarakat menjadi lebih paham dan turut melestarikan cagar budaya yang ada. Pada dasarnya, jika masyarakat telah memiliki kesadaran dan sepaham dengan pemerintah maka dengan suka rela turut berperan serta dalam upaya-upaya pelestarian cagar budaya di sekitarnya terutama dalam wilayah KSN Borobudur. Melalui Perpres KSN Candi Borobudur dan Perpres Badan Pengelola, kedepannya diharapkan dapat menjadi payung hukum bagi pelestarian Borobudur Temple Compound dan meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar kawasan. Pengelolaan dan pelestarian wilayah KSN Borobudur oleh satu badan pengelola akan dapat meminimalisir berbagai konflik kepentingan yang selama ini masih terjadi, memaksimalkan pelestarian dan meningkatkan perekonomian masyarakat yang pada dasarnya merupakan amanat dari Undang-undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya.
12 DAFTAR PUSTAKA Undang-undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Tim. Laporan Monitoring Kawasan Balai Konservasi Borobudur Jogja.tribunnews.com. tanggal 28 November Pukul Borobudurwisata.com. tanggal 28 November Pukul 08.00
Sri Sularsih Balai Konservasi Borobudur
Peraturan Presiden Nomor 58 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kawasan Strategis Nasional dan Sekitarnya sebagai Payung Hukum Konservasi Kawasan Cagar Budaya Sri Sularsih Balai Konservasi Email:
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tinggi dari tahun sebelumnya. Angka itu diatas pertumbuhan ekonomi nasional
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan industri terbesar dan terkuat dalam pembiayaan ekonomi global. Industri pariwisata terbukti kebal dari krisis global. Saat perekonomian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang menjadi salah satu daftar warisan budaya dunia (world heritage list) dibawah
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kompleks Candi Prambanan merupakan salah satu cagar budaya Indonesia yang menjadi salah satu daftar warisan budaya dunia (world heritage list) dibawah UNESCO sejak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mereka sebagai bagian yang tidak dapat terpisahkan dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumberdaya arkeologi adalah semua bukti fisik atau sisa budaya yang ditinggalkan oleh manusia masa lampau pada bentang alam tertentu yang berguna untuk menggambarkan,
Lebih terperinciBAB V A. KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan untuk penyusunan karya
BAB V A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan untuk penyusunan karya ilmiah ini, diperoleh beberapa kesimpulan yang dapat memberikan jawaban terhadap pertanyaan penelitian, akan diuraikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu tempat ke tempat yang lain. Selain itu tinggal secara tidak menetap. Semenjak itu pula
Lebih terperinciOleh : Ir Iman Soedrajat MPM,
Oleh : Ir Iman Soedrajat MPM, Direktur Penataan Ruang Wilayah Nasional Kementerian Pekerjaan Umum Seluruh dunia mengakui Indonesia memiliki kekayaan dan potensi alam yang sangat kaya dan beranekaragam.
Lebih terperinciBAB III: TINJAUAN LOKASI
BAB III: TINJAUAN LOKASI 3.1. Tinjauan Taman Wisata Prambanan 3.1.1. Profil Taman Wisata Prambanan Gagasan pendirian PT. TWCBPRB ini diawali dengan adanya Proyek Pembangunan Taman Wisata Candi Borobudur
Lebih terperinciPARTISIPASI KELOMPOK USAHA SOUVENIR REBO LEGI DALAM SISTEM PARIWISATA DI KLASTER PARIWISATA BOROBUDUR TUGAS AKHIR. Oleh : GRETIANO WASIAN L2D
PARTISIPASI KELOMPOK USAHA SOUVENIR REBO LEGI DALAM SISTEM PARIWISATA DI KLASTER PARIWISATA BOROBUDUR TUGAS AKHIR Oleh : GRETIANO WASIAN L2D 004 314 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan keanekaragaman budaya dan kesenian yang berbeda-beda di masing-masing
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keindahan luar biasa dengan keanekaragaman budaya dan kesenian yang berbeda-beda di masing-masing daerah
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PARIWISATA WILAYAH PALBAPANG-MENDUT SEBAGAI DAYA TARIK WISATA DI KABUPATEN MAGELANG
Konferensi Nasional Ilmu Sosial & Teknologi (KNiST) Maret 2013, pp. 78~83 PENGEMBANGAN PARIWISATA WILAYAH PALBAPANG-MENDUT SEBAGAI DAYA TARIK WISATA DI KABUPATEN MAGELANG Heni Widyaningsih AKPAR BSI Yogyakarta
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1992 TENTANG PENGELOLAAN TAMAN WISATA CANDI BOROBUDUR DAN TAMAN WISATA CANDI PRAMBANAN SERTA PENGENDALIAN LINGKUNGAN KAWASANNYA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. moyang yang sangat dibanggakan oleh bangsa Indonesia. Kawasan ini merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan Candi Borobudur adalah warisan budaya peninggalan nenek moyang yang sangat dibanggakan oleh bangsa Indonesia. Kawasan ini merupakan kawasan yang memiliki nilai
Lebih terperinciKonservasi Lingkungan. Lely Riawati
1 Konservasi Lingkungan Lely Riawati 2 Dasar Hukum Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 Tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN. berikut : Investasi industri pariwisata dengan didukung keputusan politik ekonomi
BAB VI KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Hasil penelitian secara kritis yang sudah dianalisis di kawasan Borobudur, menggambarkan perkembangan representasi serta refleksi transformasi sebagai berikut : Investasi
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 1 TAHUN 1992 TENTANG PENGELOLAAN TAMAN WISATA CANDI BOROBUDUR DAN TAMAN WISATA CANDI PRAMBANAN SERTA PENGENDALIAN LINGKUNGAN KAWASANNYA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa candi-candi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Budaya, salah satu bentuk pemanfaatan cagar budaya yang diperbolehkan adalah untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya, salah satu bentuk pemanfaatan cagar budaya yang diperbolehkan adalah untuk kepentingan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penelitian ini, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Selain
1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan tentang permasalahan yang melatarbelakangi penelitian ini, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Selain itu bab ini juga menjelaskan tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Situs Sangiran (Sangiran Early Man Site) adalah salah satu Kawasan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Situs Sangiran (Sangiran Early Man Site) adalah salah satu Kawasan Warisan Budaya Dunia yang ditetapkan oleh UNESCO pada tahun 1996 dengan nomor register C.593. Kawasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan serta menggalakan dunia kepariwisataan kini semakin giat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan terhadap dunia kepariwisataan di Indonesia menjadi salah satu komoditas dan sumber pendapatan devisa negara yang cukup besar dan usaha untuk mengembangkan
Lebih terperinciPersepsi Masyarakat Sekitar Terhadap Pemanfaatan dan Kelestarian Candi Borobudur
Persepsi Masyarakat Sekitar Terhadap Pemanfaatan dan Kelestarian Candi Borobudur Oleh : Panggah Ardiyansyah, S.S Balai Konservasi Peninggalan Borobudur Pendahuluan Semenjak diresmikannya pada tanggal 23
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN SINTANG
1 PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINTANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KABUPATEN SINTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINTANG,
Lebih terperinciBAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang Pernyataan Masalah.
BAB I: PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Candi Prambanan atau Candi Rara Jonggrang adalah kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia yang dibangun pada abad ke-9 masehi.kompleks Candi Prambanan telah tercatat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Undang-Undang No. 05 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Hayati dan Ekosistemnya (KSDHE), Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai
Lebih terperinciKAJIAN POLA PERGERAKAN DAN PENYEDIAAN RUANG PEJALAN KAKI DI KAWASAN WISATA CANDI BOROBUDUR TUGAS AKHIR
KAJIAN POLA PERGERAKAN DAN PENYEDIAAN RUANG PEJALAN KAKI DI KAWASAN WISATA CANDI BOROBUDUR TUGAS AKHIR Oleh: OKTAFIA RACHMAWATI L2D 004 341 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara selain dari sektor
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara selain dari sektor migas yang sangat potensial dan mempunyai andil besar dalam membangun perekonomian yang saat
Lebih terperinciPERUBAHAN NILAI RUANG KAWASAN WISATA BOROBUDUR
PERUBAHAN NILAI RUANG KAWASAN WISATA BOROBUDUR Nur Adi Kusno Magister Perencanaan Kota dan Daerah Universitas Gadjah Mada adikusno@gmail.com ABSTRAK. Kawasan Wisata Borobudur mempunyai nilai sangat tinggi
Lebih terperincitersendiri sebagai destinasi wisata unggulan. Pariwisata di Bali memiliki berbagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Bali sebagai ikon pariwisata Indonesia, telah menjadi daya tarik tersendiri sebagai destinasi wisata unggulan. Pariwisata di Bali memiliki berbagai keunggulan
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 6. Perkembangan Danau Borobudur dipengaruhi oleh adanya aktivitas vulkanik, tektonik, dan manusia. Ekosistem
Lebih terperinciKONSEP UMUM KEBUDAYAAN -Data Pokok Kebudayaan-
DIREKTORAT JENDERAL KEBUDAYAAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KONSEP UMUM KEBUDAYAAN -Data Pokok Kebudayaan- Jakarta, 18 Mei 2016 Oleh : Sekretaris Direktorat Jenderal Kebudayaan Nono Adya Supriyatno
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 6.1 Kesimpulan. sebagai berikut: Pertama, di Kawasan Candi Cetho masih terdapat berbagai
98 BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Dari hasil analisis yang dijabarkan sebelumnya, dapat ditarik simpulan sebagai berikut: Pertama, di Kawasan Candi Cetho masih terdapat berbagai potensi
Lebih terperinciPelestarian Cagar Budaya
Pelestarian Cagar Budaya KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BALAI PELESTARIAN CAGAR BUDAYA JAWA TIMUR 2016 Sebelum kita bahas pelestarian cagar budaya, kita perlu tahu Apa itu Cagar Budaya? Pengertian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan Borobudur meliputi Candi Borobudur, Candi Mendut dan Candi Pawon merupakan warisan budaya dunia yang dimiliki Indonesia dan telah diakui oleh UNESCO sejak tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. aktivitas, pariwisata telah menjadi bagian penting dari kebutuhan dasar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam arti luas, pariwisata adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain. Sebagai suatu aktivitas,
Lebih terperinciBAB 3: TINJAUAN LOKASI
BAB 3: TINJAUAN LOKASI 3.1. Tinjauan Kantor PT. Taman Wisata Candi Prambanan Borobudur dan Ratu Boko Yogyakarta 2.1.1 Profil Kantor PT. Taman Wisata Candi Borobudur Prambanan dan Ratu Boko PT. Taman Wisata
Lebih terperinciPaket Wisata. Hoshizora Tour
Paket Wisata Hoshizora Tour DIES NATALIS & LUSTRUM X FAKULTAS PSIKOLOGI UGM 2015 Paket Wisata Jogja Jogja Favorite Tour Paket Jogja Favorite Tour akan membawa Anda mengunjungi lokasi favorit di Yogyakarta
Lebih terperinciKEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL KEBUDAYAAN KEBIJAKAN PROGRAM DAN ANGGARAN DITJEN KEBUDAYAAN TAHUN 2016
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL KEBUDAYAAN KEBIJAKAN PROGRAM DAN ANGGARAN DITJEN KEBUDAYAAN TAHUN 2016 Solo, 22 Maret 2016 OUTLINE PAPARAN 1 Arah dan Sasaran Pembangunan Kebudayaan
Lebih terperinciLANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PASAR SENI DI KAWASAN TAMAN PURBAKALA RATU BOKO Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik DIAJUKAN OLEH :
Lebih terperinciKEBIJAKAN PELESTARIAN CAGAR BUDAYA DAN PERMUSEUMAN DI INDONESIA. Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman 2013
KEBIJAKAN PELESTARIAN CAGAR BUDAYA DAN PERMUSEUMAN DI INDONESIA Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman 2013 Perubahan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Menjadi Kementerian Pendidikan dan
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dan terletak di garis khatulistiwa dengan luas daratan 1.910.931,32 km 2 dan memiliki 17.504 pulau (Badan Pusat Statistik 2012). Hal
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.137, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAHAN. Wilayah. Nasional. Rencana Tata Ruang. Peta. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG KAWASAN BOROBUDUR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1.LATAR BELAKANG. I.1.1.Latar Belakang Pengadaan Proyek
BAB I PENDAHULUAN I.1.LATAR BELAKANG I.1.1.Latar Belakang Pengadaan Proyek Kabupaten Sleman merupakan bagian dari wilayah provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ( DIY ) dengan luas wilayah 547,82 km² atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dunia pariwisata saat ini membawa pengaruh positif bagi masyarakat yaitu meningkatnya taraf
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul Dunia pariwisata saat ini membawa pengaruh positif bagi masyarakat yaitu meningkatnya taraf perekonomian masyarakat. Namun pengembangan sektor pariwisata juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara karena merupakan salah satu sumber devisa.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan industri yang memiliki peran penting terhadap perekonomian suatu negara karena merupakan salah satu sumber devisa. Industri pariwisata merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. BAB I
BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I 1.1 Latar Belakang Yogyakarta merupakan salah satu kota besar di Pulau Jawa yang memiliki kekayaan akan peninggalan kebudayaan. Bentuk dari peninggalan kebudayaan dibagi menjadi
Lebih terperinciTINJAUAN PERATURAN / KEBIJAKAN TERKAIT DENGAN PENGEMBANGAN KAWASAN PRAMBANAN DAN SEKITAR
TINJAUAN PERATURAN / KEBIJAKAN TERKAIT DENGAN PENGEMBANGAN KAWASAN PRAMBANAN DAN SEKITAR Peraturan/ Kebijakan Terkait 1. JICA 1979 2. KEPPRES NO.1, Tahun 1992 3. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008
Lebih terperinciSTUDI PROSPEK PENGEMBANGAN OBJEK WISATA VULKANOLOGI KETEP DAN KONTRIBUSINYA DALAM MENUNJANG INDUSTRI PARIWISATA DI KABUPATEN MAGELANG TUGAS AKHIR
STUDI PROSPEK PENGEMBANGAN OBJEK WISATA VULKANOLOGI KETEP DAN KONTRIBUSINYA DALAM MENUNJANG INDUSTRI PARIWISATA DI KABUPATEN MAGELANG TUGAS AKHIR Oleh : DEWI NURHILYATI MIRZA L2D 099 413 JURUSAN PERENCANAAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki ragam budaya yang berbeda satu sama lain. Keragaman budaya ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri dari beragam suku memiliki ragam budaya yang berbeda satu sama lain. Keragaman budaya ini diyakini tidak hanya mampu
Lebih terperinciBAB I PENDAHLUAN. Pulau Bali merupakan daerah tujuan pariwisata dunia yang memiliki
BAB I PENDAHLUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Bali merupakan daerah tujuan pariwisata dunia yang memiliki keunikan tersendiri berupa keindahan panorama alam dan budayanya, sehingga menarik perhatian wisatawan.
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG
GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN
Lebih terperinciPenyelamatan Ekosistem Sumatera Dalam RTR Pulau Sumatera
Penyelamatan Ekosistem Sumatera Dalam RTR Pulau Sumatera 1 2 3 Pendahuluan (Sistem Perencanaan Tata Ruang - Kebijakan Nasional Penyelamatan Ekosistem Pulau Sumatera) Penyelamatan Ekosistem Sumatera dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wisatawan menuju daerah tujuan wisata. Terdapat dua fungsi dari atraksi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Atraksi wisata merupakan salah satu komponen penting dalam pariwisata. Atraksi merupakan salah satu faktor inti tarikan pergerakan wisatawan menuju daerah tujuan wisata.
Lebih terperinciKEGIATAN TAHUN 2015 DAN RENCANA KEGIATAN TAHUN 2016
DIREKTORAT JENDERAL KEBUDAYAAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KEGIATAN TAHUN 2015 DAN RENCANA KEGIATAN TAHUN 2016 Direktorat Internalisasi Nilai dan Diplomasi Budaya Rapat Koordinasi Pusat dan Daerah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan pariwisata menduduki posisi yang sangat penting setelah
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan pariwisata menduduki posisi yang sangat penting setelah minyak bumi dan gas. Kepariwisataan nasional sudah berkembang sedemikian rupa dan merupakan bagian
Lebih terperinciBAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI
BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI 3.1 Deskripsi Umum Lokasi Lokasi perancangan mengacu pada PP.26 Tahun 2008, berada di kawasan strategis nasional. Berda satu kawsan dengan kawasan wisata candi. Tepatnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Manusia khususnya di daerah perkotaan sibuk dengan pekerjaannya yang terlalu menyita waktu. Akibatnya mereka berusaha mencari kegiatan yang dapat melepaskan keletihan
Lebih terperinciDirektorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Direktorat Jenderal Kebudayaan 2014
Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Direktorat Jenderal Kebudayaan 2014 Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur
Lebih terperinciSTUDI IDENTIFIKASI ATRAKSI WISATA RAWAPENING YANG DIMINATI PASAR WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SUSILOWATI RETNANINGSIH NIM L2D398188
STUDI IDENTIFIKASI ATRAKSI WISATA RAWAPENING YANG DIMINATI PASAR WISATA TUGAS AKHIR Oleh : SUSILOWATI RETNANINGSIH NIM L2D398188 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Organisasi Pariwisata Dunia (UN-WTO) pariwisata merupakan salah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Organisasi Pariwisata Dunia (UN-WTO) pariwisata merupakan salah satu industri yang berkembang pesat di dunia. Pariwisata bahkan menjadi sumber utama bagi pendapatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya melalui industri pariwisata. Sebagai negara kepulauan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang turut mengembangkan perekonomiannya melalui industri pariwisata. Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki kekayaan
Lebih terperinciMENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL
MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN AUDIT
Lebih terperinciUPAYA PENGEMBANGAN EKOTURISME BERBASIS PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DI KABUPATEN CILACAP
UPAYA PENGEMBANGAN EKOTURISME BERBASIS PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DI KABUPATEN CILACAP oleh: Kevin Yoga Permana Sub: Pengembangan Pariwisata di Kabupaten Cilacap... Setidaknya, jika kita tidak bisa
Lebih terperinciKHM 203 ONLINE PR SEKSI 10. NAMA : SRI CICI KURNIA NIM : TEMA BLOG : WARNA WARNI YOGYAKARTA :
KHM 203 ONLINE PR SEKSI 10 NAMA : SRI CICI KURNIA NIM : 2010 52 047 TEMA BLOG : WARNA WARNI YOGYAKARTA LINK : http://cicikurn1a.weblog.esaunggul.ac.id UNIVERSITAS ESA UNGGUL 2013 LATAR BELAKANG YOGYAKARTA
Lebih terperinci2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nom
No.1513, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ATR/BPN. Audit Tata Ruang. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kegiatan kepariwisataan merupakan kegiatan yang bersifat sistematik,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan kepariwisataan merupakan kegiatan yang bersifat sistematik, memiliki ruang lingkup, komponen dan proses pengelolaan tersendiri. Terkait dengan sistem
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan lingkungan telah mendorong kesadaran publik terhadap isu-isu mengenai pentingnya transformasi paradigma
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kawasan yang dilindungi (protected area) sebagai tujuan wisata melahirkan
BAB I PENDAHULUAN Sejarah perkembangan ekowisata yang tidak lepas dari pemanfaatan kawasan yang dilindungi (protected area) sebagai tujuan wisata melahirkan definisi ekowisata sebagai perjalanan ke wilayah-wilayah
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil temuan dan analisis, penelitian ini menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Program KSN Borobudur dan Program Pembangunan Desa Program
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT. Nomor 4 Tahun 2007 Seri E Nomor 4 Tahun 2007 NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT Nomor 4 Tahun 2007 Seri E Nomor 4 Tahun 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciSTANDAR OPERASIONAL PERIZINAN DAN PEMANFAATAN CANDI BOROBUDUR, CANDI MENDUT, DAN CANDI PAWON
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL KEBUDAYAAN STANDAR OPERASIONAL PERIZINAN DAN PEMANFAATAN CANDI BOROBUDUR, CANDI MENDUT, DAN CANDI PAWON 2015 Balai Konservasi Borobudur Jl. Badrawati
Lebih terperinciBAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang
BAB I: PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Sesuai dengan PP No.26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasioanl (RTRWN) bahwa pemerintah telah menetapkan Kawasan Candi Prambanan sebagai Kawasan Strategis
Lebih terperinci& REVITALISASI CAGAR BUDAYA
& REVITALISASI CAGAR BUDAYA Surabaya, 10 Juni 2013 DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM Penataan Ruang Pengaturan secara spasial, pemberian fungsi terhadap kawasan dan ketentuan/aturan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
Lebih terperinciBAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN
BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN 2.1 Tujuan Penataan Ruang Dengan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, khususnya Pasal 3,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ternilai harganya, baik yang berupa budaya materi (tangible) maupun budaya non materi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seperti telah lama diketahui bahwa bangsa Indonesia memiliki kekayaan budaya yang tak ternilai harganya, baik yang berupa budaya materi (tangible) maupun budaya non
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pariwisata merupakan salah satu hal yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Pertumbuhan pariwisata secara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Latar Belakang. menjadi pusat pengembangan dan pelayanan pariwisata. Objek dan daya tarik
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu daerah tujuan wisata kedua di Indonesia setelah Bali. DIY juga menjadi salah satu propinsi yang menjadi pusat pengembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta. Desa ini terletak 17 km di sebelah. yang lain yang dapat dikembangkan, yaitu potensi ekowisata.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Desa Wukirsari adalah salah satu desa di Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Desa ini terletak 17 km di sebelah selatan pusat kota Kota Yogyakarta dengan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. dituliskan dalam berbagai sumber atau laporan perjalanan bangsa-bangsa asing
BAB V KESIMPULAN Barus merupakan bandar pelabuhan kuno di Indonesia yang penting bagi sejarah maritim Nusantara sekaligus sejarah perkembangan Islam di Pulau Sumatera. Pentingnya Barus sebagai bandar pelabuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam arti luas pariwisata adalah kegiatan rekreasi diluar dominasi untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam arti luas pariwisata adalah kegiatan rekreasi diluar dominasi untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau untuk mencari suasana lain. Sebagai suatu aktivitas
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SINGKAWANG TAHUN
PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SINGKAWANG TAHUN 2013-2032 I. UMUM Ruang yang meliputi ruang darat, ruang laut dan ruang udara,
Lebih terperinciPeta Jalan Penyelamatan Ekosistem Sumatera 2020 Dalam RTR Pulau Sumatera
Peta Jalan Penyelamatan Ekosistem Sumatera 2020 Dalam RTR Pulau Sumatera Jakarta, 29 Juli 2011 1 2 3 Progress Legalisasi RTR Pulau Sumatera Konsepsi Tujuan, Kebijakan, Dan Strategi Rtr Pulau Sumatera Muatan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG
PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciKAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
KAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA ANI MARDIASTUTI JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Kawasan Konservasi Indonesia UURI No 5 Tahun 1990 Konservasi
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG PELESTARIAN CAGAR BUDAYA PROVINSI JAWA TIMUR
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG PELESTARIAN CAGAR BUDAYA PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang Mengingat : a.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara. Pembangunan pariwisata mulai digalakkan, potensi potensi wisata yang
BAB I PENDAHULUAN Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diperhatikan dalam kancah pembangunan skala nasional, hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat dijadikan sebagai salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki sumber daya alam yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah, baik di darat maupun di laut. Hal ini didukung dengan fakta menurut Portal Nasional
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor pariwisata bagi suatu negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertumbuhannya sangat pesat. Hal ini ditandai dengan bertambahnya pelanggan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Teknologi telekomunikasi merupakan salah satu teknologi yang pertumbuhannya sangat pesat. Hal ini ditandai dengan bertambahnya pelanggan selular di setiap tahunnya.
Lebih terperinci2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.180, 2013 SDA. Rawa. Pengelolaan. Pengawasan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5460) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan industri global yang bersifat fenomenal. Pariwisata penting bagi negara karena menghasilkan devisa dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul Pariwisata merupakan industri global yang bersifat fenomenal. Perkembangan kepariwisataan dunia dari tahun ke tahun semakin meningkat baik dari jumlah wisatawan
Lebih terperinciPENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN WISATA CANDI PENATARAN DI BLITAR JAWA TIMUR
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN WISATA CANDI PENATARAN DI BLITAR JAWA TIMUR Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wisata alam oleh Direktorat Jenderal Pariwisata (1998:3) dan Yoeti (2000) dalam Puspitasari (2011:3) disebutkan sebagai kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Desa Karangtengah merupakan salah satu desa agrowisata di Kabupaten Bantul,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Desa Karangtengah merupakan salah satu desa agrowisata di Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Letaknya berdekatan dengan tempat wisata makam raja-raja Mataram. Menurut cerita
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN. Batang Hari. Candi ini merupakan peninggalan abad ke-11, di mana Kerajaan
BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN A. Deskripsi Objek Wisata Candi Muaro Jambi Candi Muaro Jambi terletak di Kabupaten Muaro Jambi, tepatnya di Kecamatan Muaro Sebo, Provinsi Jambi. Lokasi candi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Pariwisata dikenal sebagai suatu bentuk rangkaian kegiatan kompleks yang berhubungan dengan wisatawan dan orang banyak, serta terbentuk pula suatu sistem di dalamnya.
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 1.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil observasi dilapangan serta analisis yang dilaksanakan pada bab terdahulu, penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk merumuskan konsep
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 45 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN DENPASAR, BADUNG, GIANYAR, DAN TABANAN
Lebih terperinci