BAB I PENDAHULUAN. kecil dan dijiwai oleh semangat kewirausahaan terbukti meningkatkan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. kecil dan dijiwai oleh semangat kewirausahaan terbukti meningkatkan"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan usaha agribisnis yang dijalankan dengan konsep usaha kecil dan dijiwai oleh semangat kewirausahaan terbukti meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaaan. Karakteristik yang khas dari kelompok usaha kecil telah banyak diteliti oleh para ahli, terutama yang menyangkut bakat (personality traits), bagaimana seorang wirausaha memulai usaha dan bagaimana mereka bertahan dalam lingkungan kondisi lingkungan yang berubah terusmenerus (open-ended changes). Peran pembelajaran wirausaha di masyarakat pedesaaan sangat penting bagi pembangunan pertanian dalam mengembangkan usaha pertanian. Pembangunan pertanian di Indonesia masih menjadi sektor terpenting dari keseluruhan pembangunan ekonomi. Pertanian selain memproduksi bahan pangan kebutuhan masyarakat, juga bisa menghasilkan produk pertanian yang bisa di ekspor untuk dapat menambah pendapatan petani dan devisa negara. Pada dasarnya pembangunan sektor pertanian merupakan suatu upaya untuk meningkatkan pendapatan dan kualitas hidup petani. Oleh karena itu, harus dilaksanakan secara berkelanjutan melalui pengembangan kemampuan petani dalam mengelola usahataninya, agar selalu memiliki produktivitas yang tinggi, efisien, dan efektif serta memiliki daya saing yang dapat menjamin pendapatan dan kesejahteraan hidup keluarganya secara berkelanjutan. 1

2 2 Berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) Tahun 2012, sektor primer menduduki posisi ketiga setelah sektor sekunder, dengan kontribusi sebesar 26,22%. Selain kontribusinya terhadap PDB, sektor primer juga memiliki peranan yang besar terhadap penyerapan tenaga kerja. Dari jumlah penduduk tersebut, sektor primer mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 96,24 juta orang atau 40,5% dari jumlah penduduk Indonesia termasuk di dalamnya tenaga kerja subsektor perkebunan sebanyak 22,34 juta orang atau 9,4% (BPS Pusat, 2012). Provinsi Bali memiliki luas wilayah ± 5.636,66 km 2 atau 0,29 % dari luas daratan Indonesia. Berdasarkan potensi wilayah Provinsi Bali dengan kesuburan lahan, ketersediaan sumber daya air dan faktor-faktor klimatologis yang sesuai untuk kegiatan pertanian dan didukung oleh aspek sosial budaya masyarakat akan memberikan peluang untuk pengembangan kegiatan pertanian. Di Provinsi Bali peran sektor primer terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada Tahun 2012 menempati urutan kedua dengan kontribusi sebesar 17,63% di bawah sektor tersier yakni sebesar 66,26% (BPS Prov. Bali, 2012). Kenyataan ini menunjukkan bahwa sektor primer memerlukan perhatian lebih serius agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Bali. Oleh karena itu Pemerintah Provinsi Bali bertekad mengembangkan program agribisnis terpadu di perdesaan sebagai salah satu upaya pengentasan kemiskinan dan mendorong pengembangan pertanian organik, melalui pengelolaan potensi unggulan daerah dalam program pengembangan pertanian terintegrasi Provinsi Bali. Dalam rangka pembangunan sektor pertanian di Provinsi Bali, Pemerintah Provinsi Bali melaksanakan sistem pertanian terintegrasi, yang selanjutnya

3 3 dikenal dengan Simantri. Dalam sistem usaha terintegrasi ternak sapi dipelihara sehingga dapat menghasilkan pupuk kandang, sedangkan proses produksi tanaman untuk menghasilkan bahan makanan dan limbahnya digunakan untuk bahan pakan ternak dan pupuk kompos. Integrasi dikembangkan lewat perantara petani-petani yang tergabung dalam Gabungan Kelompok Tani (Distan, 2012). Program Simantri bukan merupakan program sekali jalan, yang begitu dimulai tidak ada kelanjutannya lagi. Namun sebaliknya menjadi awal pemberdayaan dan pembentukan kreativitas petani dalam rangka terjun ke bisnis dan industri khususnya industri pupuk organik. Sebagai sebuah industri tentunya harus dapat meningkatkan pendapatan dan lapangan pekerjaan bagi tenaga kerja sehingga dapat membantu mengurangi jumlah pengangguran. Program Simantri untuk pertama kalinya diperkenalkan oleh Pemerintah Provinsi Bali pada Tahun 2009, di delapan kabupaten di Bali, yang dilakukan oleh sepuluh Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Hingga Tahun 2012, di Provinsi Bali terdapat 325 Gapoktan pelaksana Simantri, yang tersebar di sembilan kabupaten/kota dan di seluruh kecamatan yang ada di Bali. Salah satu kabupaten yang mendapatkan bantuan program Simantri adalah Kabupaten Tabanan yang dijuluki sebagai lumbung beras di Bali. Kabupaten Tabanan memiliki tanaman padi paling luas dimana luas sawah di Kabupaten Tabanan sebesar hektare dari total hektare sawah di Provinsi Bali (Distan, 2009). Kabupaten Tabanan mendapatkan bantuan Simantri dari Tahun 2009 sebanyak 1 Simantri, Tahun 2010 sebanyak 4 Simantri, Tahun 2011 sebanyak 16 Simantri dan Tahun 2012 sebanyak 21 Simantri, sehingga

4 4 terdapat 42 Gapoktan di Kabupaten Tabanan yang menerima bantuan program Simantri. Pada Tahun 2009 dan 2010 bantuan dana ini diberikan sebesar Rp , sedangkan pada Tahun 2011 dan 2012 bantuan diberikan sebesar Rp kepada masing-masing Gapoktan. Untuk memaksimalkan kegiatan Simantri maka diberikan pendamping di masing-masing Gapoktan (Distan,2012). Pendamping dan penyuluh lapangan bekerja sama dalam membina kelompok. Para petani diberikan pelatihan teknis kewirausahaan dan manajemen agribisnis agar mampu meningkatkan kemampuan SDM dalam menjalankan fungsi-fungsi kewirausahaan dan manajemen kelompok dalam kegiatan usaha pertanian terintegrasi. Tim teknis provinsi dan kabupaten juga memberikan pelatihan kelompok dengan cara pemberian bimbingan teknis dan pengawasan kegiatan/monitoring sehingga dapat menghasilkan SDM yang berjiwa kewirausahaan. Sejak diimplementasikannya program Simantri pada Tahun 2009, saat ini Gapoktan pelaksana Simantri di Kabupaten Tabanan sudah menunjukkan kinerja keberhasilan sekitar 60% dalam mengelola usahataninya. Gapoktan Simantri telah mengadopsi teknologi pertanian khususnya pengolahan pupuk dengan menggunakan mesin bantuan dari Pemerintah Provinsi Bali. Masing-masing Gapoktan juga sudah mengolah pupuk padat dan cair serta sudah mulai mengaplikasikan ke tanaman, sehingga dapat meningkatkan efisiensi usahatani. Beberapa Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan telah menerapkan pola integrasi dan kemitraan sudah terlaksana dengan baik, yaitu dengan memproduksi pupuk organik dan memasarkan hasil kelompok tani ke subak dan

5 5 tempat penjualan tanaman hias. Ada juga beberapa Gapoktan Simantri yang belum mampu mengolah dan memasarkan hasil pupuk mereka sehingga mereka melakukan kerja sama dengan Gapoktan lainnya berupa limbah mentah. Limbah mentah tersebut di jual pada Gapoktan Simantri lain setiap satu minggu sekali dengan diberikan harga Rp per pick up. Pelaksanaan program sistem pertanian terintegrasi saat ini banyak juga terdapat kendala-kendala di lapangan seperti kurangnya antusiasme para petani dalam melaksanakan program simantri karena mengubah pola pikir SDM ke arah pertanian organik masih sulit karena masih menerapkan unsur kimiawi. Ada juga yang hanya menginginkan bantuannya saja tetapi tidak menjalankan kegiatan integrasi sehingga di lokasi Simantri hanya ada kegiatan pemeliharaan sapi saja. Selain itu kegiatan pemasaran hasil produk pertanian organik juga kurang karena kualitas SDM yang rendah sehingga kurang dalam mencari informasi. Terkait dengan pengembangan sistem agribisnis, Gapoktan Simantri hendaknya memiliki jiwa kewirausahaan dan kemampuan mengelola agribisnis (manajemen agribisnis). Beberapa Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan belum mampu menerapkan jiwa kewirausahaannya dan belum memiliki kemampuan tentang manajemen agribisnis yang optimal. Dalam hal ini sebagian petani belum memiliki motivasi dan inovasi dalam menjalankan kegiatan usahatani yang berwawasan agribisnis, sehingga mereka hanya lebih fokus pada subsistem usahatani yang hanya semata-mata berorientasi pada produksi. Pemahaman terhadap pelaksanaan program Simantri masih kurang, ini besar kaitannya dengan kualitas SDM. Berdasarkan informasi terkait bahwa

6 6 pendampingan program Simantri masih sangat kurang di lokasi Simantri, karena pendampingan hanya membicarakan masalah soal teknis dan kurang dalam pembicaraan masalah membangkitkan jiwa kewirausahaan dan penerapan manajemen yang ada di Gapoktan Simantri. Kegagalan tentu lebih banyak disebabkan karena kurangnya kualitas SDM khususnya pada membangkitkan jiwa kewirausahaan dan penerapan manajemen agribisnisnya yang masih rendah. Para pelaku agribisnis skala kecil dan menengah seringkali menghadapi banyak hambatan dalam mengembangkan agribisnisnya. Berbagai faktor yang mempengaruhinya antara lain terletak pada kemampuan kewirausahaan dan penerapan manajemen. Agar setiap aktivitas mencapai keberhasilan, maka memerlukan penerapan unsur-unsur manajemen. Pada umumnya prinsip dan pengetahuan manajemen sama untuk semua bisnis, namun yang membedakannya terletak pada seni menggunakan prinsip dasar manajemen untuk menjalankan bisnis (Downey dan Erickson, 1992). Penerapan jiwa kewirausahaan dan manajemen agribisnis dalam program Simantri diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani di Kabupaten Tabanan. Kurangnya penerapan jiwa kewirausahaan dan manajemen agribisnis di setiap Gapoktan Simantri dapat menyebabkan tidak tercapainya keberhasilan dalam program Simantri. Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui unsur jiwa kewirausahaan dan manajemen agribisnis yang telah diterapkan oleh petani dan bagaimana pengaruh jiwa kewirausahaan dan manajemen agribisnis terhadap keberhasilan Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan.

7 7 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang yang telah disampaikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pengaruh tingkat jiwa kewirausahaan terhadap tingkat keberhasilan kelompok tani pada Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan? 2. Bagaimanakah pengaruh tingkat jiwa kewirausahaan terhadap penerapan manajemen agribisnis kelompok tani pada Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan? 3. Bagaimana pengaruh penerapan manajemen agribisnis terhadap tingkat keberhasilan kelompok tani pada Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk : 1. Menganalisis pengaruh tingkat jiwa kewirausahaan terhadap tingkat keberhasilan kelompok tani pada Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan. 2. Menganalisis pengaruh tingkat jiwa kewirausahaan terhadap penerapan manajemen agribisnis kelompok tani pada Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan. 3. Menganalisis pengaruh penerapan manajemen agribisnis terhadap tingkat keberhasilan kelompok tani pada Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan.

8 8 1.4 Manfaat Penelitian Setelah penelitian ini terlaksana, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat terhadap: 1. Bagi Gapoktan di Kabupaten Tabanan Sebagai tambahan pengetahuan untuk mengembangkan jiwa kewirausahaan dan manajemen agribisnis dalam penerapan program Simantri agar optimal serta didapat keuntungan yang maksimal dan berkelanjutan. 2. Bagi Pemerintah Provinsi Bali Sebagai bahan pertimbangan yang akan menyalurkan dana bantuan sosial untuk membantu pelaksanaan usahatani serta dalam memberikan penyuluhan dan pelatihan khususnya terhadap Kelompok. 3. Bagi Mahasiwa dan Peneliti lain Sebagai tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa atau peneliti lain yang akan melakukan penelitian sejenis sehingga dapat menambah pengetahuan dan referensi.

9 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Konsep Simantri Simantri atau lebih dikenal dengan sebutan Sistem Pertanian Terintegrasi memiliki arti yaitu upaya terobosan dalam mempercepat adopsi teknologi pertanian karena merupakan pengembangan model percontohan dalam percepatan alih teknologi kepada masyarakat pedesaan. Program Simantri ini mengintegrasikan kegiatan sektor pertanian dengan sektor pendukung baik secara vertikal maupun horizontal. Khususnya di sektor perkebunan, sektor industri dan lainnya sesuai potensi masing-masing wilayah yang akan menerapkan program Simantri ( Distan, 2012). Kegiatan integrasi yang dilaksanakan juga berorientasi pada usaha pertanian tanpa limbah (zero waste) dan menghasilkan 4 F (food, feed, fertilizer dan fuel). Kegiatan utamanya adalah mengintegrasikan usaha budidaya tanaman dan ternak, dimana limbah tanaman diolah untuk pakan ternak dan cadangan pakan pada musim kemarau dan limbah ternak (faeces, urine) diolah menjadi bio gas, bio urine, pupuk organik dan bio pestisida ( Distan, 2012). Maksud dan Kegiatan Simantri : 1. Mendukung berkembangnya diversifikasi usaha pertanian secara terpadu dan berwawasan agribisnis. 2. Sebagai salah satu upaya pengentasan kemiskinan, pengurangan pengangguran, mendukung pembangunan ramah lingkungan, Bali bersih dan hijau (clean and green) serta program Bali Organik menuju Bali Mandara. 9

10 10 3. Kegiatan utama adalah integrasi tanaman dan ternak dengan kelengkapan : unit pengolah kompos, pengolah pakan, instalasi bio urine dan biogas. 4. Dilaksanakan secara bertahap dan berkelanjutan dengan target peningkatan pendapatan petani pelaksana Kriteria Lokasi Kegiatan Simantri : 1. Desa yang memiliki potensi pertanian dan memiliki komoditi unggulan sebagai titik ungkit. 2. Terdapat Gapoktan yang mau dan mampu melaksanakan kegiatan terintegrasi. 3. Dapat dilaksanakan pada desa dengan Rumah Tangga Miskin (RTM) yang memiliki SDM dan potensi untuk pengembangan agribisnis. Dengan pengembangan Sistem Pertanian Terintegrasi (Simantri) antara sektor pertanian dengan sektor peternakan dengan kompeherensif, prinsip ramah lingkungan dan berbasis pada sumber daya lokal, diharapkan potensi lokal yang selama ini belum dimanfaatkan secara optimal akan bisa termanfaatkan dengan maksimal. Sehingga pada akhirnya akan tercipta pola pertanian yang mandiri, komperhensif, ramah lingkungan, berbasis pada sumber daya lokal, melembaga dan berkesinambungan. Hal itu dibarengi dengan meningkatnya pendapatan perekonomian petani dan peningkatan kesejahteraan petani (Distan, 2012) Pengertian Kewirausahaan Menurut Suryana (2003) kewirausahaan merupakan kemampuan dalam menciptakan nilai tambah di pasar melalui proses pengelolaan sumber daya dengan cara-cara baru dan berbeda seperti : 1) pengembangan teknologi baru, 2)

11 11 penemuan pengetahuan ilmiah baru, 3) perbaikan produk barang dan jasa yang ada, 4) penemuan cara-cara baru untuk menghasilkan barang lebih banyak dengan sumber daya yang lebih efisien. Kreativitas adalah kemampuan mengembangkan ide baru dan berbeda dalam pemecahan masalah maupun menemukan peluang (doing new think). Sesuatu yang baru dan berbeda dapat berbentuk hasil seperti barang dan jasa, dan juga dalam bentuk proses seperti ide, metode, dan cara. Menurut Griffin (2004) kewirausahaan (entrepreneurship) adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengoperasian, dan pengambilan resiko dari suatu usaha bisnis. Seorang wirausahawan adalah seorang yang terlibat dalam kewirausahaan. Wirausahawan memulai bisnis baru dengan suatu bisnis kecil sebagai suatu bisnis yang dimiliki secara pribadi oleh seorang individu atau suatu kelompok kecil individu yang memiliki penjualan dan aktiva yang tidak cukup besar untuk dapat mempengaruhi lingkungannya. Kewirausahaan merupakan aspek yang sangat penting tidak hanya bagi pelaksanaan suatu kegiatan usaha (bisnis) tetapi juga dalam menghadapi berbagai kegiatan kehidupan sehari-hari. kewirausahaan mencerminkan kualitas dan kemampuan seseorang dalam menghadapi tantangan dan resiko, memanfaatkan peluang, dan mencapai keberhasilan. Kewirausahaan merupakan kemampuan seseorang dalam menghadapi lingkungannya, yang ditunjukkan oleh serangkaian sikap dan prilaku. Bagaimana seseorang memandang suatu kejadian, mengambil keputusan atas dasar pandanganya, bertindak mewujudkan keputusannya, dan menerima konsekwensi dari tindakan tersebut sebagai bagian dari proses penghimpunan pengetahuan dan keterampilan (Supartha dan Ramantha, 2010).

12 12 Wirausaha atau entrepreneur adalah orang yang mempunyai sifat kewirausahaan, yakni kemampuan seseorang untuk melihat peluang-peluang bisnis, mengelola, dan memanfaatkannya (kreatif), dengan gagasan-gagasan yang senantiasa baru (inovatif), serta melembagakan dalam suatu perusahaan miliknya dengan resiko yang telah diperhitungkan untuk mencapai nilai tambah dan kesejahteraan (Supartha, 2005). Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa seorang wirausahawan yang berhasil biasanya memiliki motivasi untuk maju, mental yang kuat, kreatif dan inovator, kemampuan menjalin hubungan antar manusia, memiliki kemampuan berkomunikasi dan memiliki pengetahuan teknis yang baik dalam menciptakan nilai tambah dari peluang usaha yang ada Sifat atau Jiwa Kewirausahaan Sifat terdapat dalam diri seseorang dan cenderung permanen. Sifat bersifat umum, tidak terkait dengan obyek tertentu atau situasi tertentu. Sifat mempunyai kapasitas untuk menuntun pembentukan tingkah laku yang konsisten. Sifat tidak dapat diamati secara langsung tetapi dapat diamati dari tingkah lakunya. Dalam diri seorang wirausahawan terdapat beberapa sifat atau jiwa yang khas. Sifat-sifat tersebut mampu mengantarkan keberhasilan dalam mengelola perusahaan, dan sifat-sifat itu pula dapat menentukan kadar kewirausahaan seseorang. Seorang wirausahawan haruslah seorang yang mampu melihat ke depan. Melihat ke depan bukan melamun kosong, tetapi melihat, berfikir dengan penuh perhitungan, mencari pilihan dari berbagai alternatif masalah dan pemecahannya.

13 13 Menurut Alma, 2007 sebagai wirausahawan harus memiliki ciri atau sifat seperti percaya diri, berorientasikan tugas dan hasil, pengambilan resiko, kepemimpinan, keorisinilan, berorientasi ke masa depan, dan kreatifitas. Berbagai sumber pustaka mengemukakan sifat-sifat itu secara bervariasi, tetapi secara umum dapat diidentifikasikan beberapa sifat atau jiwa kewirausahaan (Supartha dan Ramantha, 2010), yaitu : 1. Sifat instrumental, sifat yang dalam berbagai situasi selalu dapat memanfaatkan segala sesuatu yang ada dilingkungan (yang dipandangnya sebagai alat) untuk membantu mencapai tujuan pribadi atau usaha. 2. Sifat prestatif, dalam berbagai situasi selalu tampil lebih baik lebih efektif dibandingkan dengan sebelumnya, selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik. baginya yang penting adalah proses mencapai prestasi itu. 3. Sifat keluwesan bergaul, selalu aktif bergaul dan cepat menyesuaikan diri dalam pergaulan, berusaha untuk terlibat dengan teman-temannya yang ditemui dalam kegiatan sehari-hari. Selalu tampil dengan wajah ramah, akomodatif terhadap berbagai ajakan untuk berdialog, dan baik pengendalian emosinya. 4. Sifat pengambil resiko, selalu memperhatikan kemungkinan keberhasilan dan kegagalan dalam pelaksanaan kegiatan untuk mencapai tujuan. Segala tindakan diperhitungkan dengan cermat, dan selalu mencoba mengantisipasi kemungkinan adanya hambatan-hambatan yang dapat menggagalkan usahanya.

14 14 5. Sifat swakendali, selalu mengacu kepada kekuatan dan kelemahan pribadi serta batas-batas kemampuan dalam menghadapi berbagai situasi dan usaha. Dia tahu persis kapan saatnya harus bekerja keras, saat berhenti bekerja, dan harus mengubah strategi dalam bekerja bila menghadapi hambatan. 6. Sifat kerja keras, selalu terlibat dalam situasi kerja, tidak mudah menyerah sebelum pekerjaan selesai, lebih suka mengisi waktu dengan perbuatan yang nyata untuk mencapai tujuan. 7. Sifat keyakinan diri, selalu percaya pada kemampuan diri, tidak ragu-ragu dalam bertindak, serta cenderung melibatkan diri secara langsung dalam berbagai situasi. 8. Sifat inovatif, selalu mendekati masalah dengan cara-cara baru yang lebih bermanfaat, dan sangat terbuka dengan hasil penemuan terbaru. 9. Sifat kreatif, selalu mempunyai gagasan baru dan melakukan langkah tindakan tertentu dalam memecahkan masalah-masalah. 10. Sifat kepemimpinan, selalu berusaha mempengaruhi orang lain agar secara sadar mau melakukan tugas untuk mencapai tujuan, melakukan pembenahan pada organisasi perusahaannya. Menurut McGraith & Mac Millan (dalam Kasali, dkk 2010) tujuh sifat atau karakter dasar yang perlu dimiliki setiap calon wirausaha adalah sebagai berikut : 1. Action Oriented. Bukan tipe menunda, wait &see, atau membiarkan sesuatu (kesempatan) berlalu begitu saja. Ia tidak menunggu segala sesuatunya jelas dulu atau budgetnya ada dulu. Mereka adalah seorang yang ingin segera

15 15 bertindak sekalipun situasinya tidak pasti, bagi mereka resiko adalah bukan untuk dihindari melainkan dihadapi dan ditaklukkan. 2. Berpikir simple. Sekalipun dunia telah berubah menjadi sangat kompleks, mereka selalu belajar menyederhanakannya. Dan sekalipun berilmu tinggi, mereka bukanlah manusia teknis yang ribet dan menghendaki pekerjaan yang kompleks. Mereka melihat persoalan dengan jernih dan menyelesaikan masalah satu demi satu secara bertahap. 3. Mereka selalu mencari peluang-peluang baru. Untuk usaha-usaha yang baru mereka selalu mau belajar yang baru membentuk jaringan dari bawah dan menambah landscape atau scope usahanya. 4. Mengejar peluang dengan disiplin tinggi. Seorang wirausaha bukan hanya awas, memiliki mata yang tajam dalam melihat peluang atau memiliki penciuman yang kuat terhadap keberadaan peluang itu. Peluang bukan hanya dicari, melainkan diciptakan, dibuka dan diperjelas. Karena wirausaha melakukan investasi dan menanggung resiko, maka wirausahawan harus memiliki disiplin yang tinggi. 5. Hanya mengambil peluang yang terbaik. Seorang wirausaha pada waktunya akan menjadi sangat awas dan memiliki penciuman yang tajam. Namun usahawan yang sejati hanya akan mengambil peluang yang terbaik. 6. Fokus pada eksekusi. Seorang wirausaha bukanlah seorang yang hanya bergelut dengan pikiran, merenung atau menguji hipotesa melainkan seorang yang fokus pada eksekusi. Mereka tidak mau berhenti pada eksploitasi pikiran atau berputar-putar dalam pikiran penuh keragu-raguan.

16 16 7. Memfokuskan energi setiap orang pada bisnis yang digeluti. Seorang wirausahawan tidak bekerja sendirian. Ia menggunakan tangan dan pikiran banyak orang, baik dalam perusahaannya sendiri maupun dari luar. Mereka membangun jaringan daripada melakukan semua impiannya sendiri Menurut peneliti berdasarkan uraian diatas sifat jiwa kewirausahaan dapat disimpulkan sebagai berikut (1) Sifat instrumental yaitu selalu memanfaatkan sesuatu di lingkungan, (2) sifat prestatif yaitu selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik, (3) sifat keluwesan bergaul yaitu dapat berinteraksi dengan temantemannya, (4) sifat pengambil resiko yaitu tidak khawatir dalam menghadapi situasi yang serba tidak pasti, (5) sifat swakendali yaitu mengacu pada kekuatan dan kelemahan pribadi sehinga bertanggung jawab dengan apa yang dikerjakan, (6) sifat kerja keras yaitu tidak mudah menyerah sebelum pekerjaan selesai, (7) sifat keyakinan diri yaitu percaya pada kemampuan diri dan tidak ragu-ragu, (8) sifat inovatif yaitu mencari cara-cara untuk memperbaiki kinerjanya, (9) sifat kreatif yaitu mempunyai gagasan baru dan menemukan peluang-peluang baru, (10) sifat kepemimpinan yaitu dapat mempengaruhi anggota dalam melakukan tugas, (11) Sifat berorientasi pada tindakan (action oriented) yaitu tidak suka menunda pekerjaan, (12) sifat berpikir sederhana (simple) yaitu berpikir sederhana dalam menghadapi masalah dengan menyelesaikannya satu demi satu secara bertahap, (13) sifat fokus pada usaha yang digeluti yaitu selalu bertekad mencurahkan segenap demi pengembangan usaha yang digeluti Jiwa kewirausahaan tidak lagi dipandang sebagai suatu yang dibawa seseorang sejak lahir, tetapi diperoleh dalam proses pembentukan kepribadiannya,

17 17 sehingga setiap orang berpeluang menjadi wirausahawan yang berhasil. Keberhasilan tersebut tergantung sejauh mana seseorang tekun mengembangkan pengetahuan maupun keterampilan, terutama pada sikap mental dan kepribadiannya Manajemen Agribisnis Agribisnis berasal dari kata Agribusinees, dimana Agri = Agriculture artinya pertanian dan Business artinya usaha atau kegiatan yang menghasilkan keuntungan. Jadi secara sederhana Agribisnis (agribusiness) didefinisikan sebagai usaha atau kegiatan pertanian dan terkait dengan pertanian yang berorientasi pada keuntungan. Jika didefiniskan secara lengkap agribisnis adalah kegiatan yang berhubungan dengan penanganan komuditi pertanian dalam arti luas, yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan masukan dan keluaran produksi (agroindustri), pemasaran masukan-keluaran pertanian dan kelembagaan penunjang kegiatan. (Antara, 2005) Setiap subsistem agribisnis terdiri dari bermacam-macam aktivitas atau kegiatan berorientasi bisnis (keuntungan). Agar setiap aktivitas mencapai keberhasilan maka memerlukan pengorganisasian yang baik. Sedangkan pengorganisasian yang baik adalah organisasi yang menerapkan unsur-unsur manajemen. Jadi menurut Antara (2005) Manajemen Agribisnis adalah penerapan unsur-unsur manajemen dalam organisasi agribisnis, sehingga aktivitas agribisnis dapat mencapai tujuan organisasi, misalnya efisiensi alokasi sumber daya, biaya minimal, keuntungan maksimal, perluasan kesempatan kerja, peningkatan

18 18 produksi, memenangkan persaingan, perluasan wilayah pemasaran dan sebagainya. Manajemen agribisnis pada prinsipnya adalah penerapan manajemen dalam sistem agribisnis. Oleh karena itu, seseorang yang hendak terjun dibidang agribisnis harus memahami konsep-konsep manajemen dalam agribisnis yang meliputi pengertian manajemen, fungsi-fungsi manajemen, tingkatan manajemen, prinsip-prinsip manajemen dan bidang-bidang manajemen (Firdaus, 2007). Akan tetapi mengingat adanya karakteristik agribisnis yang khas (unique) maka manajemen agribisnis harus dibedakan dengan manajemen lainnya. Beberapa hal yang membedakan manajemen agribisnis dari manajemen lainnya (Downey dan Erickson,1992) ialah sebagai berikut (1) Keanekaragaman jenis bisnis yang sangat besar pada sektor agribisnis, yaitu dari para produsen dasar ke konsumen akhir akan melibatkan hampir setiap jenis perusahaan bisnis yang pernah di kenal oleh peradaban, (2) Besarnya pelaku agribisnis, (3) Hampir semua agribisnis terkait erat dengan pengusaha tani, baik langsung maupun tidak langsung (4) Keanekaragaman skala usaha di sektor agribisnis, dari yang berskala usaha kecil sampai dengan perusahaan besar, (5) Persaingan pasar yang ketat, khususnya pada agribisnis skala kecil; dimana penjualan berjumlah banyak, sedangkan pembeli berjumlah sedikit, (6) Falsafah cara hidup (the way of life) tradisional yang dianut para pelaku agribisnis cenderung membuat agribisnis lebih tradisional daripada bisnis lainnya, (7) Kenyataan menunjukkan bahwa badan usaha agribisnis cenderung berorientasi dan dijalankan oleh petani dan keluarga, (8) Kenyataan bahwa agribisnis cenderung lebih banyak berhubungan dengan

19 19 masyarakat luas (9) Kenyataan bahwa produksi agribisnis sangat bersifat musiman, (10) Kenyataan bahwa agribisnis sangat tergantung dengan lingkungan eksternal/gejala alam, (11) Dampak dari adanya program dan kebijakan pemerintah mengena langsung pada sektor agribisnis. Menurut Reksohadiprodjo, (1992) manajemen bisa berarti fungsi, peranan maupun keterampilan. Untuk mencapai tujuan, manajer menggunakan sumber daya dan melaksanakan empat fungsi manajerial utama, yaitu : 1. Perencanaan (Planning) Planning meliputi pengaturan tujuan dan mencari cara bagaimana untuk mencapai tujuan tersebut. Planning telah dipertimbangkan sebagai fungsi utama manajemen dan meliputi segala sesuatu yang manajer kerjakan. Di dalam planning, manajer memperhatikan masa depan, mengatakan Ini adalah apa yang ingin kita capai dan bagaimana kita akan melakukannya. 2. Pengorganisasian (Organizing) Organizing adalah proses dalam memastikan kebutuhan manusia dan fisik setiap sumber daya tersedia untuk menjalankan rencana dan mencapai tujuan yang berhubungan dengan organisasi. Organizing juga meliputi penugasan setiap aktifitas, membagi pekerjaan ke dalam setiap tugas yang spesifik, dan menentukan siapa yang memiliki hak untuk mengerjakan beberapa tugas. 3. Pelaksanaan dan pengembangan (Actuating) Merupakan implementasi dari perencanaan dan pengorganisasian, dimana seluruh komponen yang berada dalam satu sistem dan satu organisasi tersebut

20 20 bekerja secara bersama-sama sesuai dengan bidang masing-masing untuk dapat mewujudkan tujuan. 4. Pengawasan (Controling) Controlling, memastikan bahwa kinerja sesuai dengan rencana. Hal ini membandingkan antara kinerja aktual dengan standar yang telah ditentukan. Jika terjadi perbedaan yang signifikan antara kinerja aktual dan yang diharapkan, manajer harus mengambil tindakan yang sifatnya mengoreksi. Misalnya meningkatkan periklanan untuk meningkatkan penjualan. Manajemen Agribisnis dapat bergerak dalam kegiatan apa saja yang ada kaitannya dengan penyediaan sarana produksi, proses produksi, pengolahan, dan/atau pemasaran hasil-hasil pertanian. Meskipun sebagian besar Manajemen agribisnis di Indonesia dikelola dengan dan dikendalikan oleh satu atau beberapa orang saja, tetapi agribisnis yang sebenarnya dilakukan oleh perusahaanperusahaan yang mempekerjakan sekelompok orang bahkan ribuan orang dengan tujuan untuk menghasilakan laba. Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan manajemen agribisnis adalah merupakan suatu proses pencapaian tujuan usaha agribisnis dengan mengkoordinir dan mengintegrasikan segala sumber daya yang dimiliki secara efektif dan efisien. Suatu manajemen bisa dikatakan berhasil jika keempat fungsi di atas bisa dijalankan dengan baik. Kelemahan pada salah satu fungsi manajemen akan mempengaruhi manajemen secara keseluruhan dan mengakibatkan tidak tercapainya proses yang efektif dan efisien.

21 Indikator Keberhasilan Program Simantri Sistem Pertanian Terintegrasi (SIMANTRI) adalah upaya terobosan dalam mempercepat adopsi teknologi pertanian karena merupakan pengembangan model percontohan dalam percepatan alih teknologi kepada masyarakat perdesaan. Untuk menilai keberhasilan kegiatan Simantri, ada ukuran keberhasilan yang akan dipantau secara berkala yaitu indikator keberhasilan Simantri (Distan, 2012). Indikator Keberhasilan SIMANTRI : 1. Berkembangnya kelembagaan dan SDM baik petugas pertanian maupun petani. Kelembagaan pada Simantri diarahkan untuk mendukung peningkatan pengembangan pertanian/pangan organik dengan cara koordinasi antar instansi baik pendamping atau penyuluh, mendorong berkembangnya kelembagaan sertifikasi dan pengawasan serta peningkatan kelembagaan di tingkat kelompok tani. Pengembangan SDM dapat diarahkan dalam rangka peningkatan intensitas dan kualitas serta pelayanan dalam pengembangan pertanian terintegrasi, serta peningkatan kapasitas pelaku usaha pertanian terintegrasi, baik dalam bidang budidaya, penanganan pasca panen, pengolahan hasil, pemasaran, penelitian dan pengembangan usaha. 2. Terciptanya lapangan kerja melalui pengembangan diversifikasi usaha pertanian dan industri rumah tangga. Diversifikasi usaha agribisnis di Gapoktan Simantri dapat dikembangkan secara terintegrasi yaitu dengan pengembangan kegiatan pengolahan hasil

22 22 pertanian/perkebunan. Menurut Sanim, 1990 diversifikasi adalah suatu upaya untuk mendapatkan tambahan keuntungan atau upaya untuk memperoleh nilai tambah dari penganekaragaman output. Melalui penerapan diversifikasi akan dapat memperluas kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan bagi kelompok rumah tangga buruh dan petani berlahan sempit. Mereka merupakan kelompok termiskin di perdesaan. Adanya kenaikan pendapatan yang diperoleh dari kegiatan di luar usahatani setidaknya dapat membantu meningkatkan pendapatan dan memperbaiki tingkat kesejahteraan rumah tangga tani (Mubyarto, 1985). 3. Berkembangnya intensifikasi dan ekstensifikasi usaha tani Intensifikasi adalah pengolahan lahan pertanian yang ada dengan sebaikbaiknya untuk meningkatkan hasil pertanian sedangkan ektensifikasi adalah usaha meningkakan hasil pertanian dengan cara memperluas lahan baru. Dengan adanya intensifikasi dan ekstensifikasi diharapkan Gapoktan Simantri dapat meningkatkan pengolahan lahan dan memperluas lahan pertanian serta penganekaragaman produk pertanian agar bisa meningkatkan hasil pertaniannya. 4. Meningkatnya insentif berusaha tani melalui peningkatan produksi dan efisiensi usaha tani Terjadinya integrasi kegiatan usaha antara pengembangan tanaman dan ternak, serta kegiatan lainya seperti meningkatnya produksi/produktivitas usaha tani melalui efisiensi pengolahan pakan, pupuk organik, biogas, pengolahan dan pemasaran hasil secara berkelompok sehingga meningkatnya petani dalam berusaha tani baik itu pribadi maupun kelompok.

23 23 5. Tercipta dan berkembangnya pertanian organik menuju green economic. Pengembangan pertanian organik yang merupakan sistem produksi pertanian yang menghindarkan atau mengesampingkan penggunaan senyawa sintetik baik pupuk, zat tubuh maupun pestisida. Petani sudah mulai menggunakan hasil olahan pupuk organik yang mereka produksi dari program Simantri dan menerapkan ke lahan mereka masing-masing. Dengan adanya pertanian organik petani bisa menghasilkan output yang terbaik dan hasilnya mereka bisa pasarkan dengan harga yang relatif tinggi sehingga bisa terbentuk suatu usaha kecil baik di kelompok maupun petani perorangan. 6. Berkembangnya lembaga usaha ekonomi perdesaan. Tumbuhnya kelompok usaha agribisnis yang maju, berdaya saing yang mandiri sehingga mampu menjadi lembaga penggerak ekonomi di perdesaan. Dengan adanya kelompok yang aktif akan terbentuk UMKM, unit simpan pinjam kecil di kelompok maupun koperasi dalam Gapoktan. 7. Peningkatan pendapatan petani. Sejak diberikan bantuan program Simantri oleh Pemerintah, dengan harapan pendapatan dari kegiatan usahatani dapat meningkatkan pendapatan keluarga petani atau memilik target penghasilan dua juta per bulan. Peningkatan pendapatan anggota kelompok tani pelaksana Simantri dapat dihitung dari pendapatan rata-rata sebelum menerima paket program Simantri dan setelah menerima sampai mengoperasikan bantuan penguatan modal sampai periode 5 tahun yaitu dengan menghitung setiap tambahan penerimaan setiap siklus

24 24 produksi budidaya (ternak-ikan-tanaman), siklus produksi pengolahan limbah (biogas, biourine dan pupuk), maupun siklus pemasaran dari produk Simantri Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) Gapoktan adalah gabungan dari beberapa kelompok tani yang melakukan usaha agribisnis di atas prinsip kebersamaan dan kemitraan sehingga mencapai peningkatan produksi dan pendapatan usahatani bagi anggotanya dan petani lainnya. Pengembangan Gapoktan dilatarbelakangi oleh kenyataan kelemahan aksesibilitas petani terhadap berbagai kelembagaan layanan usaha, misalnya lemah terhadap lembaga keuangan, terhadap lembaga pemasaran, terhadap lembaga penyedia sarana produksi pertanian serta terhadap sumber informasi. Pada prinsipnya, lembaga Gapoktan diarahkan sebagai sebuah kelembagaan ekonomi, namun diharapkan juga mampu menjalankan fungsi-fungsi lainnya serta memiliki peran penting terhadap pertanian (Deptan, 2007) Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) sebagai kumpulan beberapa kelompok tani yang bergabung dan bekerjasama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha. Gapoktan terdiri atas kelompok tani yang ada dalam wilayah suatu wilayah administrasi Desa atau yang berada dalam satu wilayah aliran irigasi petak pengairan tersier. Kelompok tani tersebut antara lain terdiri dari kelompok tani subak, kelompok tani tegalan, kelompok tani ternak, kelompok tani ikan, kelompok tani kehutanan, dan kelompok tani perkebunan.

25 Kelompok Tani Kelompok Tani adalah kumpulan petani atau peternak yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota. Jumlah anggota kelompok tani terdiri atas 20 orang atau disesuaikan dengan kondisi lingkungan masyarakat dan usaha taninya (Deptan, 2007). Kelembagaan petani (kelompok tani) mempunyai fungsi: sebagai wadah proses pembelajaran, wahana kerja sama, unit penyedia sarana dan prasarana produksi, unit produksi, unit pengolahan dan pemasaran, serta unit jasa penunjang. 1. Kelas Belajar, wadah belajar mengajar bagi anggotanya guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap serta tumbuh dan berkembangnya kemandirian dalam berusaha tani sehingga produktivitasnya meningkat, pendapatannya bertambah serta kehidupan yang lebih sejahtera. 2. Wahana Kerjasama, untuk memperkuat kerjasama diantara sesama petani dalam kelompoktani dan antar kelompoktani serta dengan pihak lain. sehingga usaha taninya akan lebih efisien serta lebih mampu menghadapi ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan, 3. Unit Produksi, Usahatani yang dilaksanakan secara keseluruhan harus dipandang sebagai satu kesatuan usaha yang dapat dikembangkan untuk mencapai skala ekonomi, baik dari segi kuantitas, kualitas maupun kontinuitas.

26 Penelitian Terdahulu Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang terkait dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan peneliti lainnya. Hasil-hasil penelitian terdahulu tentu sangat relevan sebagai referensi ataupun pembanding, karena terdapat beberapa kesamaan prinsip, walaupun dalam beberapa hal terdapat perbedaan. Penggunaan hasil-hasil penelitian sebelumnya dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dalam kerangka dan kajian penelitian ini. Beberapa penelitian terdahulu yang menjadi acuan dalam penelitian ini adalah : Disertasi Sanjaya (2013) yang berjudul Efektivitas Penerapan Simantri dan Pengaruhnya terhadap Peningkatan Pendapatan Petani-Peternak di Bali. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui kondisi penerapan Simantri di Bali; (2) menganalisis pengaruh kualitas SDM petani-peternak dan kelompok Simantri terhadap penerapan penerapan usaha peternakan sapi, tanaman pangan dan penerapan usaha pengolahan limbah ternak sapi; (3) mengetahui efektivitas penerapan Simantri; (4) menganalisis pengaruh dominan diantara penerapan usaha peternakan sapi, penerapan usaha tanaman pangan, dan penerapan usaha pengolahan limbah ternak sapi terhadap efektivitas penerapan Simantri; serta (5) menganalisis pengaruh efektivitas penerapan Simantri terhadap pendapatan petani-peternak. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : (1) tingkat penerapan Simantri secara rata-rata tergolong sangat tinggi; (2) kualitas SDM petanipeternak terbukti berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerapan usaha peternakan sapi, penerapan usaha tanaman pangan dan usaha penerapan pengolahan limbah ternak sapi. Sedangkan kondisi Gapoktan Simantri secara

27 27 statistik berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap ketiganya; (3) efektivitas penerapan Simantri secara rata-rata tergolong kurang efektif, hanya 8,70% responden yang sangat efektif; (4) penerapan usaha peternakan sapi, penerapan usaha tanaman pangan dan penerapan pengolahan usaha limbah ternak sapi terbukti berpengaruh positif dan signifikan terhadap efektivitas penerapan Simantri. Penerapan pengolahan limbah ternak sapi terbukti merupakan variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap efektivitas penerapan Simantri; (5) efektivitas penerapan Simantri terbukti berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan petani-peternak. Tesis Antari (2006) yang berjudul Penerapan Sistem Integrasi Usahatani Kopi Arabika-Jeruk-Ternak Sapi di Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli Provinsi Bali. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penerapan sistem integrasi dan kelayakan sistem integrasi usahatani kopi arabika-jeruk-ternak sapi di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, utamanya dilihat dari segi aspek finansial dan non finansial. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan sistem integrasi usahatani ini termasuk pola integrasi sederhana-tradisional. Dilihat dari hasil perhitungan analisis finansial melalui kriteria investasi menunjukkan bahwa sistem integrasi ini layak untuk diusahakan, hal ini dilihat dari net B/C rasio lebih besar dari satu yaitu sebesar 2,36, nilai NPV positif yaitu sebesar Rp ,00 dan nilai IRR lebih besar dari 18% yaitu sebesar 86%. Hasil analisis non finansial menunjukkan bahwa rata-rata keseluruhan respon petani terhadap aspek pasar, teknis, sosial-ekonomi dan lingkungan yaitu sebesar 84,13% dengan kategori sangat setuju, hal tersebut menunjukkan bahwa respon

28 28 petani dalam penerapan sistem integrasi usahatani kopi arabika-jeruk-ternak sapi yang dilihat dari ke empat aspek dapat diterima oleh petani itu sendiri. Tesis Wijayanti (2011) yang berjudul Jiwa Kewirausahaan Pengurus Gapoktan, Penerapan Manajemen Agribisnis dan Keberhasilan Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) di Kecamatan Banjarangkan Kabupaten Klungkung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar jiwa kewirausahaan, penerapan manajemen agribisnis pengurus Gapoktan dan tingkat keberhasilan PUAP, serta hubungan dan pengaruh antara jiwa kewirausahaan dan penerapan manajemen agribisnis dengan keberhasilan PUAP di Kecamatan Banjarangkan Kabupaten Klungkung. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) kadar jiwa kewirausahaan yang dimiliki pengurus Gapoktan di Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung, termasuk dalam kategori baik. (2) Penerapan manajemen agribisnis yang diterapkan pengurus Gapoktan di Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten klungkung, termasuk dalam kategori baik. (3) Tingkat keberhasilan program PUAP di Kecamatan Banjarangkan tergolong dalam kategori cukup berhasil. (4) Antara jiwa kewirausahaan dengan keberhasilan PUAP ada hubungan nyata. Hal ini dimungkinkan karena sifat-sifat kewirausahaan tersebut menjadi pendorong atau niat bagi kemauan dan kemampuan para pengurus Gapoktan untuk berhasil. (5) Terdapat pengaruh sangat nyata dari jiwa kewirausahaan dan penerapan manajeman agribisnis oleh pengurus Gapoktan terhadap keberhasilan PUAP. Tesis Udayani (2010) yang berjudul Hubungan Antara Jiwa kewirausahaan dengan keberhasilan Usaha Agribisnis (Kasus Pada Usaha

29 29 Peternakan Ayam Ras Pedaging di Bali). Dalam penelitian ini dibahas mengenai bagaimana kadar jiwa kewirausahaan peternak ayam ras pedaging di Bali, bagaimana hubungan antara jiwa kewirausahaan, kemampuan penerapan usaha agribisnis dan karakteristik peternak, terhadap keberhasilan usaha agribisnis ayam ras pedaging, serta bagaimana pengaruh jiwa kewirusahaan, kemampuan penerapan usaha agribisnis dan karakteristik peternak terhadap keberhasilan usaha agribisnis ayam ras pedaging. Berdasarkan analisis statistik diperoleh bahwa hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan kemampuan penerapan usaha agribisnis adalah sangat nyata, antara jiwa kewirausahaan dengan karakteristik peternak adalah sangat nyata, hubungan antara kemampuan penerapan usaha agribisnis dengan karakteristik peternak, jiwa kewirausahaan dengan keberhasilan usaha agribisnis, dan kemampuan penerapan usaha agribisnis dengan keberhasilan usaha agribisnis adalah sangat nyata. Sedangkan hubungan antara karakteristik peternak dengan keberhasilan usaha agribisnis diperoleh berhubungan nyata. Secara simultan semua variabel bebas memiliki pengaruh yang sangat nyata terhadap keberhasilan usaha agribisnis, secara parsial, ditemukan bahwa jiwa kewirausahaan dan karakteristik peternak berpengaruh sangat nyata, sedangkan kemampuan penerapan usaha agribisnis berpengaruh nyata. Secara dominan, dengan menggunakan metode langkah bijak, ditemukan bahwa jiwa kewirausahaan yang paling dominan berpengaruh terhadap keberhasilan usaha agribisnis diikuti oleh karakteristik peternak. Tesis Sukarta (2010) yang berjudul Pengaruh Lingkungan, Sifat Kewirausahaan, dan Motivasi Wirausaha Terhadap Pembelajaran Wirausaha Serta

30 30 Kinerja Usaha Penelitian ini bertujuan untuk melihat signifikansi pengaruh baik langsung maupun tak langsung dari masing-masing variabel eksogen terhadap variabel endogen. Dalam hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lingkungan jauh tidak memberikan dukungan yang positif bagi usaha, sedangkan lingkungan industri dan internal cukup baik. Lingkungan usaha tidak berpengaruh secara langsung terhadap pembelajaran wirausaha, lingkungan usaha memiliki pengaruh langsung yang signifikan terhadap motivasi usaha, lingkungan usaha tidak berpengaruh terhadap pembentukan sifat kewirausahaan, sifat wirausaha mempengaruhi pembelajaran wirausaha dan motivasi usaha secara langsung, namun terhadap pertumbuhan usaha pengaruhnya tidak secara langsung, pembelajaran wirausaha dan pertumbuhan usaha dipengaruhi secara langsung dan signifikansi oleh motivasi usaha, pembelajaran wirausaha memberikan pengaruh secara langsung kepada kinerja usaha. Selanjutnya jurnal yang membahas mengenai program sistem pertanian terintegrasi (Simantri) yang berhubungan dengan penelitian ini adalah : Budiasa, dkk. (2012) yang berjudul Programasi Linier untuk Memaksimalkan Pendapatan Usahatani Terintegrasi. Penelitian ini dilakukan pada Gapoktan Simantri Sawitra Werdi Karya di Desa Gerokgak Kabupaten Buleleng. Teknologi produksi pangan melalui sistem usahatani terintegrasi yang dioperasikan petani berdasarkan sumber daya yang tersedia dan tingkat teknologi usahatani yang ada sudah berjalan secara optimal. Temuan ini sejalan dengan hasil penelitian Schultz (Hayami & Ruttan,1985), yang menyatakan bahwa petani kecil dan miskin di negara sedang berkembang, secara ekonomi, rasional dalam

31 31 menglokasikan sumberdaya pada ketersediaan sumberdaya dan teknologi yang ada. Pada skala usahatani 0,58 hektar, yang dioperasikan secara optimal, petani memperoleh pendapatan maksimal sebesar Rp /tahun. Budiasa, dkk. (2011) yang berjudul Optimasi Sistem Usahatani Terintegrasi : Analisis Pemrograman Linier penelitian ini dilakukan di Kelompok Tani Purna Gopala di Desa Tegal tugu, Kabupaten Gianyar. Dari hasil analisis sistem usaha tani seluas 0,45 ha pada Kelompok Tani Purna Gopala, diperoleh pendapatan aktual dengan pendekatan gross margin sebesar Rp ,31/tahun. Selanjutnya analisis optimasi dengan bantuan BLPX88 memberikan pendapatan maksimal sebesar Rp ,00/tahun. Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa petani/peternak pada Kelompok Tani Purna Gopala sudah optimal dalam mengoperasikan sistem usahatani terintegrasi dengan mengusahakan padi pada MT 1 dan MT 3, rumput raja sepanjang tahun, jagung pada MT 2, kacang tanah pada MT 2 dan usaha penggemukan sapi sepanjang tahun. Subiharta (2006) yang berjudul Teknologi Sistem Usahatani Integrasi Tanaman dan Ternak Berbasis Tanaman Pangan di Lahan Kering. Salah satu indikator keberhasilan dalam usahatani integrasi tanaman dengan ternak adalah seberapa besar kontribusi peningkatan pendapatan rumah usahatani yang dilakukan, baik dari komponen tanaman, tangga petani dari komponen ternak maupun komponen usaha lain yang berkaitan dengan usahatani bersangkutan. Dari hasil analisa pendapatan pada pola petani pendapatan yang diperoleh sebesar Rp ,- sedangkan pada pola introduksi pendapatan yang diperoleh jauh

32 32 lebih tinggi dari pendapatan petani yaitu sebesar Rp ,- yang berarti dengan adanya introduksi teknologi varietas, pemupukkan dan cara tanam serta pengendalian hama dan penyakit terpadu dapat meningkatkan hasil sebesar Rp Jadi Integrasi tanaman dan ternak dengan penggunaan varitas unggul yang diikuti dengan introduksi teknologi pada tanaman padi gogo dan kacang menekan tanah, perbaikan pakan dan pemanfaatan sumber daya lokal dapat biaya dan meningkatkan produksi yang akhirnya berdampak pada peningkatan pendapatan petani. Guntoro, dkk (2010) yang berjudul Optimalisasi Integrasi Usahatani Kambing dengan Tanaman Kopi Penelitian dilakukan di desa Bongancina Kecamatan Busungbiu, Kabupaten Buleleng dengan menguji 2 (dua) komponen teknologi, yakni (1) pemanfaatan limbah kopi untuk pakan kambing dan (2) pemanfaatan limbah (kotoran) kambing untuk pupuk tanamam kopi. Hasil penelitian menunjukkan Fermentasi limbah kopi dengan inokulan Aspergillus niger dapat meningkatkan kandungan gizi terutama protein bahan.pemberian tepung limbah kopi terfermentasi pada anak kambing sebagai pakan tambahan dapat meningkatkan pertumbuhan secara nyata dan menekan angka mortalitas. Sedangkan pengolahan kotoran kambing dengan Rummino Bacillus menghasilkan kompos yang kualitasnya lebih baik dibanding kompos hasil pengolahan secara konvensional. Penggunaannya pada tanaman kopi dapat meningkatkan produktivitas kopi gelondongan dan kopi beras secara nyata serta meningkatkan kualitas fisik biji kopi

33 33 Soedjana (2007) Sistem Usaha Tani Terintegrasi Tanaman-Ternak Sebagai Respons Petani Terhadap Faktor Risiko Tujuan suatu rumah tangga petani dalam menjalankan usaha tani adalah untuk memaksimalkan keuntungan atau untuk keamanan dengan cara meminimalkan risiko. Hal ini menunjukkan konsistensi dari kedua tujuan berusaha tani, yaitu memaksimalkan keuntungan atau meminimalkan risiko. Alasan tersebut sebenarnya telah tercakup dalam keinginan untuk memaksimalkan penerimaan dan meminimalkan risiko, serta keinginan mengambil manfaat dari usaha tani campuran yang memiliki dasar rasional yang jelas. Istilah risiko lebih banyak digunakan dalam konteks pengambilan keputusan, karena risiko diartikan sebagai peluang akan terjadinya suatu kejadian buruk yang disebabkan oleh suatu tindakan. Dengan demikian, identifikasi sumber risiko sangat penting dalam proses pengambilan keputusan.

34 34 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir Kegiatan pertanian merupakan upaya manusia mengelola sumber daya alam yaitu lahan, air, tanaman dan hewan yang dapat dibudidayakan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya terhadap pangan dan energi sehingga dapat hidup secara layak menurut peradaban dan nilai-nilai sosial budaya yang berkembang. Peran sektor pertanian sangat penting dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pertanian selain memproduksi bahan pangan kebutuhan masyarakat, juga bisa menghasilkan produk pertanian yang bisa di ekspor untuk dapat menambah pendapatan petani dan devisa negara. Disamping itu sektor pertanian mampu menyerap banyak tenaga kerja, sehingga dapat menekan angka pengangguran. Berdasarkan potensi wilayah Provinsi Bali dengan kesuburan lahan, ketersediaan sumber daya air dan faktor-faktor klimatologis yang sesuai untuk kegiatan pertanian dan didukung oleh aspek sosial budaya masyarakat akan memberikan peluang untuk pengembangan kegiatan pertanian. Oleh karena itu Pemerintah Provinsi Bali bertekad mengembangkan program agribisnis terpadu di perdesaan sebagai salah satu upaya pengentasan kemiskinan dan mendorong pengembangan pertanian organik, melalui pengelolaan potensi unggulan daerah dalam program pengembangan pertanian terintegrasi Provinsi Bali. Tujuan Program Simantri dimaksudkan untuk meningkatkan pola integrasi dan kemitraan baik intern sektor pertanian, maupun antara sektor pertanian 34

I. PENDAHULUAN. maupun secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan membangun

I. PENDAHULUAN. maupun secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan membangun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan ekonomi nasional karena memiliki kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun secara tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian masih sangat penting bagi perekonomian nasional. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian masih sangat penting bagi perekonomian nasional. Hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian masih sangat penting bagi perekonomian nasional. Hal tersebut dikarenakan potensi dari sektor pertanian di Indonesia didukung oleh ketersediaan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehutanan. Sementara itu, revitalisasi pertanian, perikanan, dan kehutanan juga

BAB I PENDAHULUAN. kehutanan. Sementara itu, revitalisasi pertanian, perikanan, dan kehutanan juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan nasional merupakan pondasi utama pembangunan nasional lima tahun ke depan. Kondisi ketahanan pangan nasional yang akan dicapai adalah terpenuhinya

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. JUDUL... i ABSTRAK...iii ABSTRACT...iv. LEMBAR PENGESAHAN...v. RINGKASAN...vi. RIWAYAT HIDUP...x. KATA PENGANTAR...xi. DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI. JUDUL... i ABSTRAK...iii ABSTRACT...iv. LEMBAR PENGESAHAN...v. RINGKASAN...vi. RIWAYAT HIDUP...x. KATA PENGANTAR...xi. DAFTAR ISI... DAFTAR ISI JUDUL...... i ABSTRAK.........iii ABSTRACT.........iv LEMBAR PENGESAHAN...v RINGKASAN...vi RIWAYAT HIDUP...x KATA PENGANTAR...xi DAFTAR ISI...xv DAFTAR TABEL...xviii DAFTAR GAMBAR...xx DAFTAR

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. Terintegrasi memiliki arti yaitu upaya terobosan dalam mempercepat adopsi

II TINJAUAN PUSTAKA. Terintegrasi memiliki arti yaitu upaya terobosan dalam mempercepat adopsi II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pertanian Terintegrasi ( SIMANTRI ) 2.1.1 Pengertian SIMANTRI SIMANTRI atau lebih di kenal dengan sebutan Sistem Pertanian Terintegrasi memiliki arti yaitu upaya terobosan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang keduanya tidak bisa dilepaskan, bahkan yang saling melengkapi.

I. PENDAHULUAN. yang keduanya tidak bisa dilepaskan, bahkan yang saling melengkapi. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian dan peternakan merupakan satu kesatuan terintegrasi yang keduanya tidak bisa dilepaskan, bahkan yang saling melengkapi. Pembangunan kedua sektor ini bertujuan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : Simantri, Subak Renon, Dampak.

ABSTRAK. Kata kunci : Simantri, Subak Renon, Dampak. ABSTRAK Ahmad Surya Jaya. NIM 1205315020. Dampak Program Simantri 245 Banteng Rene Terhadap Subak Renon di Kecamatan Denpasar Selatan, Denpasar. Dibimbing oleh: Prof. Dr. Ir. I Wayan Windia, SU dan Ir.

Lebih terperinci

dwijenagro Vol. 4 No. 2 ISSN :

dwijenagro Vol. 4 No. 2 ISSN : TINGKAT KEBERHASILAN SISTEM PERTANIAN TERINTEGRASI DI KABUPATEN TABANAN Dewa Nyoman Darmayasa, S.P.,M.P Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Dwijendra Abstrak Simantri atau lebih dikenal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian adalah bagian vital yang tidak dapat dipisahkan dari perjalanan

I. PENDAHULUAN. Pertanian adalah bagian vital yang tidak dapat dipisahkan dari perjalanan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian adalah bagian vital yang tidak dapat dipisahkan dari perjalanan panjang pembangunan Indonesia. Pertanian memiliki peran strategis dalam menunjang pembangunan

Lebih terperinci

: EFEKTIVITAS DAN DAMPAK PROGRAM SIMANTRI TERHADAP PENDAPATAN DAN KESEMPATAN KERJA RUMAH TANGGA PETANI DI KECAMATAN NUSA PENIDA KABUPATEN KLUNGKUNG

: EFEKTIVITAS DAN DAMPAK PROGRAM SIMANTRI TERHADAP PENDAPATAN DAN KESEMPATAN KERJA RUMAH TANGGA PETANI DI KECAMATAN NUSA PENIDA KABUPATEN KLUNGKUNG Judul : EFEKTIVITAS DAN DAMPAK PROGRAM SIMANTRI TERHADAP PENDAPATAN DAN KESEMPATAN KERJA RUMAH TANGGA PETANI DI KECAMATAN NUSA PENIDA KABUPATEN KLUNGKUNG Nama : Kadek Widiandita Bhuanaputra NIM : 1306105034

Lebih terperinci

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO 10.1. Kebijakan Umum Penduduk Kabupaten Situbondo pada umumnya banyak

Lebih terperinci

Pengaruh Jiwa Kewirausahaan dan Manajemen Agribisnis terhadap Keberhasilan Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan

Pengaruh Jiwa Kewirausahaan dan Manajemen Agribisnis terhadap Keberhasilan Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan Pengaruh Jiwa Kewirausahaan dan Manajemen Agribisnis terhadap Keberhasilan Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan IGAN. Dananjaya, N. Suparta 1), I G. Setiawan AP. 2) Program Studi Magister Agribisnis,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Ulupui (2013), fenomena entrepreneurship sebagai penggerak usaha

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Ulupui (2013), fenomena entrepreneurship sebagai penggerak usaha 14 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kewirausahaan Meskipun belum ada terminologi yang sama tentang kewirausahaan (entrepreneurship), namun pada umumnya pemahaman dasar kewirausahaan mengarah kepada hakikat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya pada lahan sawah melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. Pertambahan jumlah penduduk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian Menurut Mubyarto (1995), pertanian dalam arti luas mencakup pertanian rakyat atau pertanian dalam arti sempit disebut perkebunan (termasuk didalamnya perkebunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laju peningkatan produktivitas tanaman padi di Indonesia akhir-akhir ini cenderung melandai, ditandai salah satunya dengan menurunnya produksi padi sekitar 0.06 persen

Lebih terperinci

ENTREPRENEURSHIP KELOMPOK TANI TERNAK STUDI KASUS DI KABUPATEN KEDIRI

ENTREPRENEURSHIP KELOMPOK TANI TERNAK STUDI KASUS DI KABUPATEN KEDIRI ENTREPRENEURSHIP KELOMPOK TANI TERNAK STUDI KASUS DI KABUPATEN KEDIRI Nur Solikin, Fakultas Peternakan UNP Kediri Edy Djoko Suprianto, Fakultas Ekonomi UNP Kediri Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wirausaha memiliki peran penting dalam perkembangan ekonomi suatu negara, salah satu contohnya adalah negara adidaya Amerika. Penyumbang terbesar perekonomian Amerika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN Pada tahun 2009, Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian melakukan kegiatan analisis dan kajian secara spesifik tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dalam pembangunan pertanian, beras merupakan komoditas yang memegang posisi strategis. Beras dapat disebut komoditas politik karena menguasai hajat hidup rakyat Indonesia.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata melalui pembentukan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tantangan utama pembangunan peternakan sapi potong dewasa ini adalah permintaan kebutuhan daging terus meningkat sebagai akibat dari tuntutan masyarakat terhadap pemenuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja, dan peningkatan pendapatan masyarakat. Sektor pertanian

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja, dan peningkatan pendapatan masyarakat. Sektor pertanian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pertanian di Indonesia mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian bangsa. Sektor pertanian telah berperan dalam pembentukan PDB, perolehan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Pembiayaan dalam dunia usaha sangat dibutuhkan dalam mendukung keberlangsungan suatu usaha yang dijalankan. Dari suatu usaha yang memerlukan pembiayaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber matapencaharian dari mayoritas penduduknya, sehingga sebagian besar penduduknya menggantungkan

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam struktur ekonomi nasional. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya berperan dalam pembentukan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Simantri 2.1.1 Pengertian Simantri Berdasarkan Peraturan Gubernur Bali Nomor 29 Tahun 2010 mengenai keberlanjutan program Simantri, menjelaskan bahwa Simantri adalah suatu upaya

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan. Secara geografis, wilayah Indonesia memiliki luas wilayah seluruhnya mencapai 5.193.252 km 2 terdiri atas luas daratan sekitar 1.910.931,32

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Regional Bruto (PDRB). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi

I. PENDAHULUAN. Regional Bruto (PDRB). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memiliki banyak peran di Provinsi Bali, salah satunya adalah sebagai sektor pembentuk Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

Lebih terperinci

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti: PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Kegagalan dalam memenuhi kebutuhan pokok akan dapat menggoyahkan. masa yang akan datang IPB, 1998 (dalam Wuryaningsih, 2001).

I PENDAHULUAN. Kegagalan dalam memenuhi kebutuhan pokok akan dapat menggoyahkan. masa yang akan datang IPB, 1998 (dalam Wuryaningsih, 2001). I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian pangan khususnya beras, dalam struktur perekonomian di Indonesia memegang peranan penting sebagai bahan makanan pokok penduduk dan sumber pendapatan sebagian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pangan pokok saja, tetapi telah berkembang menjadi berbagai jenis bahan makanan

I. PENDAHULUAN. pangan pokok saja, tetapi telah berkembang menjadi berbagai jenis bahan makanan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk Indonesia yang cukup pesat menyebabkan pemenuhan akan kebutuhan juga semakin banyak. Perkembangan tersebut terlihat pada semakin meningkatnya jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efetivitas rantai pemasok. Menurut Wulandari (2009), faktor-faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. efetivitas rantai pemasok. Menurut Wulandari (2009), faktor-faktor yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Lingkungan Eksternal Lingkungan eksternal merupakan bagian yang sangat penting untuk membangun, mempertahankan, dan mengembangkan sebuah bisnis. Lingkungan eksternal juga dapat didefinisikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya mata pencaharian penduduk Indonesia bergerak pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya mata pencaharian penduduk Indonesia bergerak pada sektor 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pada umumnya mata pencaharian penduduk Indonesia bergerak pada sektor pertanian, sektor ini meliputi aktifitas pertanian, perikanan, perkebunan dan peternakan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah, sehingga sering disebut sebagai negara agraris yang memiliki potensi untuk mengembangkan

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian digambarkan dalam kontribusi sektor pertanian dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya 1-1,5 ton/ha, sementara jumlah penduduk pada masa itu sekitar 90 jutaan sehingga produksi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian dalam arti luas mencakup perkebunan, kehutanan, peternakan dan

I. PENDAHULUAN. pertanian dalam arti luas mencakup perkebunan, kehutanan, peternakan dan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah dunia pertanian mengalami lompatan yang sangat berarti, dari pertanian tradisional menuju pertanian modern. Menurut Trisno (1994), ada dua pertanian yaitu pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan masyarakat terutama masyarakat kecil dan masyarakat yang masih belum mampu untuk memenuhi kebutuhannya

Lebih terperinci

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Anton J. Supit Dewan Jagung Nasional Pendahuluan Kemajuan teknologi dalam budidaya jagung semakin

Lebih terperinci

AGRIMETA: JURNAL PERTANIAN BERBASIS KESEIMBANGAN EKOSISTEM

AGRIMETA: JURNAL PERTANIAN BERBASIS KESEIMBANGAN EKOSISTEM EFEKTIVITAS PENGEMBANGAN PROGRAM SISTEM PERTANIAN TERINTEGRASI (SIMANTRI) DI KABUPATEN BANGLI I Ketut Arnawa*, Dian Tariningsih dan Ni Luh Pastini Staff Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Mahasaraswati

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. khususnya lahan pertanian intensif di Indonesia semakin kritis. Sebagian besar

I. PENDAHULUAN. khususnya lahan pertanian intensif di Indonesia semakin kritis. Sebagian besar I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semenjak dimulainya revolusi hijau (1970 -an), kondisi lahan pertanian khususnya lahan pertanian intensif di Indonesia semakin kritis. Sebagian besar lahan pertanian Indonesia

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia. Peranan sektor pertanian dalam perekonomian nasional dapat dilihat dari kontribusi sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam struktur ekonomi nasional. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya berperan dalam pembentukan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 27 PENDAHULUAN Latar Belakang Paradigma baru pembangunan Indonesia lebih diorientasikan pada sektor pertanian sebagai sumber utama pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan kapasitas lokal. Salah satu fokus

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. pelaksanaan, dan hasil terhadap dampak keberhasilan FMA agribisnis kakao di

BAB VI PEMBAHASAN. pelaksanaan, dan hasil terhadap dampak keberhasilan FMA agribisnis kakao di 63 BAB VI PEMBAHASAN Berdasarkan data hasil analisis kesesuaian, pengaruh proses pelaksanaan, dan hasil terhadap dampak keberhasilan FMA agribisnis kakao di Kecamatan Nangapanda Kabupaten Ende dapat dibahas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar pekerjaan utama

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar pekerjaan utama I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar pekerjaan utama penduduknya sebagai petani. Bertani adalah salah satu profesi yang ditekuni oleh banyak penduduk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan di sektor pertanian suatu daerah harus tercermin oleh kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak ketahanan pangan. Selain

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. titik berat pada sektor pertanian. Dalam struktur perekonomian nasional sektor

I. PENDAHULUAN. titik berat pada sektor pertanian. Dalam struktur perekonomian nasional sektor 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sasaran pembangunan nasional diantaranya adalah pertumbuhan ekonomi dengan titik berat pada sektor pertanian. Dalam struktur perekonomian nasional sektor pertanian memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian di Indonesia merupakan sektor yang terus. dikembangkan dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian di Indonesia merupakan sektor yang terus. dikembangkan dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian di Indonesia merupakan sektor yang terus dikembangkan dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan nasional. Sektor pertanian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sawah irigasi sebagai basis usahatani merupakan lahan yang sangat potensial serta menguntungkan untuk kegiatan usaha tani. Dalam satu tahun setidaknya sawah irigasi dapat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan hasil pertanian, kehutanan, perkebunan, peternakan, dan perikanan yang artinya masyarakat banyak yang bermata pencaharian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub dari sektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. Kontribusi peningkatan

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi Dinas Pertanian Daerah Kabupaten Nganjuk Visi merupakan pandangan jauh ke depan, ke mana dan bagaimana Pembangunan Pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang berperan sangat penting. Sektor ini mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi, laju pertumbuhannya sebesar 4,8 persen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. saat Revolusi Hijau pada tahun 1980-an. Revolusi hijau merupakan teknik

I. PENDAHULUAN. saat Revolusi Hijau pada tahun 1980-an. Revolusi hijau merupakan teknik 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Praktik bertani di Indonesia saat ini masih serupa dengan praktik bertani saat Revolusi Hijau pada tahun 1980-an. Revolusi hijau merupakan teknik usahatani yang mengutamakan

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN H. ISKANDAR ANDI NUHUNG Direktorat Jenderal Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Departemen Pertanian ABSTRAK Sesuai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian yang berhasil dapat diartikan jika terjadi pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian yang berhasil dapat diartikan jika terjadi pertumbuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses yang berkelanjutan dan berkesinambungan. Pembangunan pertanian yang berhasil dapat diartikan jika terjadi pertumbuhan sektor pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan kemiskinan, sesungguhnya adalah suatu proses perubahan sosial ekonomi masyarakat menuju ke arah yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan pada sektor pertanian. Di Indonesia sektor pertanian memiliki peranan besar dalam menunjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub sektor tanaman pangan sebagai bagian dari sektor pertanian memiliki peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan pangan, pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam meningkatkan perekonomian Indonesia melalui. perannya dalam pembentukan Produk Domestic Bruto (PDB), penyerapan

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam meningkatkan perekonomian Indonesia melalui. perannya dalam pembentukan Produk Domestic Bruto (PDB), penyerapan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sumber pendapatan yang memiliki peranan penting dalam meningkatkan perekonomian Indonesia melalui perannya dalam pembentukan Produk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. budidaya ini meluas praktiknya sejak paruh kedua abad ke 20 di dunia serta

TINJAUAN PUSTAKA. budidaya ini meluas praktiknya sejak paruh kedua abad ke 20 di dunia serta TINJAUAN PUSTAKA Monokultur Pertanaman tunggal atau monokultur adalah salah satu cara budidaya di lahan pertanian dengan menanam satu jenis tanaman pada satu areal. Cara budidaya ini meluas praktiknya

Lebih terperinci

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PANEN RAYA PADI DI DESA SENAKIN KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PANEN RAYA PADI DI DESA SENAKIN KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK 1 SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PANEN RAYA PADI DI DESA SENAKIN KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK Yang terhormat: Hari/Tanggal : Senin /11 Pebruari 2008 Pukul : 09.00 WIB Bupati

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN DINAS PERTANIAN KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2015 KETERANGAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN DINAS PERTANIAN KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2015 KETERANGAN RENCANA KINERJA TAHUNAN DINAS PERTANIAN KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2015 VISI : "MEWUJUDKAN PETANI SEJAHTERA MELALUI PERTANIAN BERKELANJUTAN" MISI 1 TUJUAN : MENINGKATKAN KUALITAS AGROEKOSISTEM : MENINGKATKAN

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya A. Visi Perumusan visi dan misi jangka menengah Dinas Pertanian,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara agraris terbesar di dunia. Sebagian besar penduduk Indonesia hidup dari sektor agribisnis. Agribisnis merupakan suatu sistem yang

Lebih terperinci

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis 3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis 3.1.1 Kelembagaan Agro Ekonomi Kelembagaan agro ekonomi yang dimaksud adalah lembaga-lembaga yang berfungsi sebagai penunjang berlangsungnya kegiatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan merupakan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan merupakan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan merupakan bagian dari pembangunan nasional. Secara umum posisi sektor perkebunan dalam perekonomian nasional

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah petani di Indonesia menurut data BPS mencapai 45% dari total angkatan kerja di Indonesia, atau sekitar 42,47 juta jiwa. Sebagai negara dengan sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian dewasa ini bertujuan bagi pemberdayaan petani untuk meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup mereka, selain itu pembangunan pertanian juga

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PENGEMBANGAN PERTANIAN ORGANIK DI KABUPATEN JEMBRANA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PENGEMBANGAN PERTANIAN ORGANIK DI KABUPATEN JEMBRANA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PENGEMBANGAN PERTANIAN ORGANIK DI KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a. bahwa sistem pertanian

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pentingnya sektor pertanian dalam proses Pembangunan Indonesia disadari oleh Pemerintah Era reformasi terlihat dari dicanangkannya Revitaslisasi Pertanian oleh Presiden

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya

TINJAUAN PUSTAKA. komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya TINJAUAN PUSTAKA Peranan Penyuluh Pertanian Penyuluhan merupakan keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya memberikan pendapat sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan daerah. Pembangunan daerah merupakan bagian yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan daerah. Pembangunan daerah merupakan bagian yang tidak dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakatnya. Dalam upaya untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat tersebut,

Lebih terperinci

Lingkup program/kegiatan KKP untuk meningkatkan ketahanan pangan rumahtangga berbasis sumberdaya lokal

Lingkup program/kegiatan KKP untuk meningkatkan ketahanan pangan rumahtangga berbasis sumberdaya lokal Lingkup program/kegiatan KKP untuk meningkatkan ketahanan pangan rumahtangga berbasis sumberdaya lokal Yayuk FB Pembekalan KKP Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB 14 Mei 2011 CONTOH : Hasil identifikasi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan pertanian memiliki tantangan dalam ketersediaan sumberdaya lahan. Di samping itu, tingkat alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian (perumahan, perkantoran,

Lebih terperinci

STRATEGI PENGUATAN KELOMPOK TANI DALAM PENGEMBANGAN USAHA NOVRI HASAN

STRATEGI PENGUATAN KELOMPOK TANI DALAM PENGEMBANGAN USAHA NOVRI HASAN STRATEGI PENGUATAN KELOMPOK TANI DALAM PENGEMBANGAN USAHA Kasus Kelompok Tani Karya Agung Desa Giriwinangun, Kecamatan Rimbo Ilir, Kabupaten Tebo Provinsi Jambi NOVRI HASAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor dengan penyerapan tenaga kerja paling banyak di Indonesia dibandingkan dengan sektor lainnya. Badan Pusat Statistik (2009) melaporkan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto per Triwulan Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009 (Miliar Rupiah)

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto per Triwulan Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009 (Miliar Rupiah) 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian selama ini memberikan sumbangan yang cukup besar untuk pembangunan nasional, seperti dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto), penyerapan tenaga kerja,

Lebih terperinci

Tabel 5.1 Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Pembangunan Daerah Tahun

Tabel 5.1 Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Pembangunan Daerah Tahun Tabel 5. Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Pembangunan Daerah Tahun 3-8 VISI MISI TUJUAN SASARAN INDIKATOR SATUAN AWAL TARGET INDIKATOR 3 4 5 6 7 8 8 3 4 5 6 7 8 9 3 4 TERWUJUDNYA TEMANGGUNG

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi beternak babi di Indonesia kebanyakan berasal dari negaranegara sub tropis yang sering kali membutuhkan biaya pemeliharaan yang tinggi. Teknologi beternak babi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak utama dari roda. perekonomian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak utama dari roda. perekonomian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak utama dari roda perekonomian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian merupakan basis utama perekonomian nasional.

Lebih terperinci

Sustainabilitas Pembangunan Sektor Pertanian: Inovasi Teknologi atau Inovasi Sosial Kelembagaan BAB VI. IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN AGENDA KE DEPAN

Sustainabilitas Pembangunan Sektor Pertanian: Inovasi Teknologi atau Inovasi Sosial Kelembagaan BAB VI. IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN AGENDA KE DEPAN BAB VI. IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN AGENDA KE DEPAN IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN AGENDA KE DEPAN Menyikapi dinamika isu pangan dan pertanian global, mewujudkan pertanian modern dan berkelanjutan telah menjadi

Lebih terperinci

MANFAAT KEMITRAAN USAHA

MANFAAT KEMITRAAN USAHA MANFAAT KEMITRAAN USAHA oleh: Anwar Sanusi PENYULUH PERTANIAN MADYA pada BAKORLUH (Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian,Perikanan dan Kehutanan Prov.NTB) Konsep Kemitraan adalah Kerjasama antara usaha

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pertambahan penduduk Indonesia setiap tahunnya berimplikasi pada semakin meningkatkan kebutuhan pangan sebagai kebutuhan pokok manusia. Ketiadaan pangan dapat disebabkan oleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian di Bali. Sektor ini menyumbang sebesar 14,64% dari total Produk

I. PENDAHULUAN. perekonomian di Bali. Sektor ini menyumbang sebesar 14,64% dari total Produk 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian memegang peran strategis dalam upaya peningkatan perekonomian di Bali. Sektor ini menyumbang sebesar 14,64% dari total Produk Domestik Regional Bruto

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Peran pertanian antara lain adalah (1) sektor pertanian menyumbang sekitar 22,3 % dari

Lebih terperinci

INDEKS. biofuel 63, ceteris paribus 164 constant return to scale 156, 166

INDEKS. biofuel 63, ceteris paribus 164 constant return to scale 156, 166 INDEKS A adopsi teknologi 94, 100, 106, 111, 130, 171, 177 agregat 289, 295, 296, 301, 308, 309, 311, 313 agribisnis 112, 130, 214, 307, 308, 315, 318 agroekosistem 32, 34, 35, 42, 43, 52, 55, 56, 57,

Lebih terperinci

KAJIAN TINGKAT INTEGRASI PADI-SAPI PERAH DI NGANTANG KABUPATEN MALANG

KAJIAN TINGKAT INTEGRASI PADI-SAPI PERAH DI NGANTANG KABUPATEN MALANG KAJIAN TINGKAT INTEGRASI PADI-SAPI PERAH DI NGANTANG KABUPATEN MALANG Rohmad Budiono 1 dan Rini Widiati 2 1 Balai Pengkajian Teknoogi Pertanan Jawa Timur 2 Fakultas Peternakan UGM, Yogyakarta ABSTRAK Tujuan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekonomi Padi Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia. Menurut Kasryno dan Pasandaran (2004), beras serta tanaman pangan umumnya berperan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, dan pertanian memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, dan pertanian memegang peranan penting 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris, dan pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukan dari banyaknya penduduk yang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN

PEMERINTAH KABUPATEN POTENSI LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN TULUNGAGUNG Lahan Pertanian (Sawah) Luas (km 2 ) Lahan Pertanian (Bukan Sawah) Luas (km 2 ) 1. Irigasi Teknis 15.250 1. Tegal / Kebun 30.735 2. Irigasi Setengah Teknis

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. manusia. Kegiatan usaha ini harus diiringi oleh perhatian terhadap keseimbangan

TINJAUAN PUSTAKA. manusia. Kegiatan usaha ini harus diiringi oleh perhatian terhadap keseimbangan II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah Peternakan didefinisikan sebagai usaha dalam memanfaatkan kekayaan alam berupa ternak, dengan cara produksi untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Gambar 1 Proyeksi kebutuhan jagung nasional (Sumber : Deptan 2009, diolah)

I. PENDAHULUAN. Gambar 1 Proyeksi kebutuhan jagung nasional (Sumber : Deptan 2009, diolah) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L) merupakan salah satu komoditas pertanian yang memiliki peran penting yaitu sebagai makanan manusia dan ternak. Indonesia merupakan salah satu penghasil

Lebih terperinci

ANALISIS KETERKAITAN ANTAR SUBSISTEM DI DALAM SISTEM AGRIBISNIS KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN

ANALISIS KETERKAITAN ANTAR SUBSISTEM DI DALAM SISTEM AGRIBISNIS KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN ANALISIS KETERKAITAN ANTAR SUBSISTEM DI DALAM SISTEM AGRIBISNIS KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN OLEH AMELIA 07 114 027 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2011 i ANALISIS

Lebih terperinci

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani V. PENDEKATAN SISTEM Sistem merupakan kumpulan gugus atau elemen yang saling berinteraksi dan terorganisasi untuk mencapai suatu tujuan atau serangkaian tujuan. Pendekatan sistem merupakan metode pemecahan

Lebih terperinci