BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBANGUNAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA

Transkripsi

1 BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBANGUNAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA Menimbang DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, : a. bahwa menara telekomunikasi merupakan salah satu infrastruktur dalam penyelenggaraan telekomunikasi yang vital dan memerlukan ketersediaan lahan, bangunan dan ruang udara, agar bisa tertata dengan baik dan tidak menimbulkan gangguan bagi lingkungan sekitarnya; b. bahwa sehubungan dengan hal sebagaimana dimaksud pada huruf a serta untuk melaksanakan ketentuan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Pasuruan Nomor 24 Tahun 2012 tentang Penataan dan Pengendalian Menara Telekomunikasi Bersama, maka perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Penataan dan Pembangunan Menara Telekomunikasi Bersama; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Daerah Kabupaten di Djawa Timur (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 41) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1965 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2730); 2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3481); 3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3817);

2 4. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3833); 5. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3881); 6. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Indonesia Nomor 4247); 7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 9. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724); 10. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 11. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2000 Nomor 107, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3980); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2000 tentang Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3981); 2

3 14. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4075); 15. Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2001 tentang Kebandarudaraan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 128, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4146); 16. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional; 17. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 02/PER/M.KOMINFO/ 03/2008 Tahun 2008 tentang Pedoman Pembangunan dan Penggunaan Menara Bersama Telekomunikasi; 18. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 23/PER/M.Kominfo/04/09 Tahun 2009 tentang Pedoman Pelaksanaan Urusan Pemerintah Sub Bidang Pos dan Telekomunikasi; 19. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Pekerjaan Umum, Menteri Komunikasi dan Informatika dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 18 Tahun 2009; Nomor : 07/PRT/M/2009; Nomor : 19/PERM/M.KOMINFO/03/2009; Nomor : 3/P/2009 tentang Pedoman Pembangunan dan Penggunaan Bersama Menara Telekomunikasi; 20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah; 21. Peraturan Daerah Kabupaten Pasuruan Nomor 12 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pasuruan Tahun ; 22. Peraturan Daerah Kabupaten Pasuruan Nomor 24 tahun 2012 tentang Penataan dan Pengendalian Menara Telekomunikasi Bersama MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PENATAAN DAN PEMBANGUNAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Pasuruan; 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Pasuruan; 3

4 3. Bupati adalah Bupati Pasuruan; 4. Dinas Komunikasi dan Informatika yang selanjutnya disingkat Dinas Kominfo adalah Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Pasuruan; 5. Kepala Dinas Kominfo adalah Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Pasuruan; 6. Telekomunikasi adalah setiap pengiriman dan/atau penerimaan dari setiap informasi dalam bentuk tanda-tanda, isyarat, tulisan, gambar, suara dan bunyi melalui sistem kawat, optic, radio atau sistem elektromagnetik lainnya; 7. Penyelenggaraan Telekomunikasi adalah kegiatan penyediaan dan pelayanan telekomunikasi sehingga memungkinkan terselenggaranya telekomunikasi. 8. Operator Seluler adalah perseorangan, koperasi, badan usaha milik daerah, badan usaha milik negara, badan usaha swasta, instansi pemerintah, dan instansi pertahanan keamanan negara yang melakukan dan/atau menyelenggarakan kegiatan telekomunikasi. 9. Penyedia menara adalah badan usaha yang membangun, memiliki, menyediakan serta menyewakan Menara Telekomunikasi untuk digunakan bersama oleh Penyelenggara Telekomunikasi. 10. Pengelola menara adalah badan usaha yang mengelola atau mengoperasikan menara yang dimiliki pihak lain. 11. Kontraktor menara adalah penyedia jasa orang perseorangan atau badan usaha yang dinyatakan ahli dan profesional di bidang jasa konstruksi pembangunan yang mampu menyelenggarakan kegiatannya untuk mewujudkan suatu hasil perencanaan menara untuk pihak lain; 12. Jaringan utama adalah bagian dari jaringan infrastruktur telekomunikasi yang menghubungkan berbagai elemen jaringan telekomunikasi yang dapat berfungsi sebagai central trunk, Mobile Switching Center (MSC), Base Station Controller (BSC)/Radio Network Controller (RNC), dan jaringan transmisi utama (backbone transmission); 13. Menara telekomunikasi, yang selanjutnya disebut menara, adalah bangunan yang merupakan satu kesatuan konstruksi dengan bangunan gedung ataupun berdiri sendiri yang dipergunakan untuk kepentingan umum dimana struktur fisiknya dapat berupa rangka baja yang diikat oleh berbagai simpul, atau berupa bentuk tunggal tanpa simpul dengan fungsi, desain dan konstruksi disesuaikan terhadap sarana penunjang menempatkan perangkat telekomunikasi; 14. Menara Telekomunikasi Bersama yang selanjutnya disebut sebagai MTB adalah menara telekomunikasi yang secara bersama-sama digunakan oleh penyelenggara telekomunikasi; 15. Menara Telekomunikasi Eksisting yang selanjutnya disebut menara eksisting adalah menara yang sudah ada dan memiliki izin di Wilayah Kabupaten Pasuruan; 16. Menara Telekomunikasi baru yang selanjutnya disebut menara baru adalah menara baru atau dalam proses pembangunan atau akan dibangun di Wilayah Kabupaten Pasuruan; 4

5 17. Menara Telekomunikasi kamuflase yang selanjutnya disebut menara kamuflase adalah menara yang dilihat dari bentuk dan visualisasinya menyesuaikan/disamarkan dengan lingkungan sekitar atau berbentuk struktur bangunan lainnya (bisa berupa menara air, ornament/tugu kota, pohon, menara masjid, dll) sehingga tidak dikenali sebagai Menara Telekomunikasi; 18. Menara Telekomunikasi Khusus yang selanjutnya disebut menara khusus adalah menara yang berfungsi sebagai pelayanan komunikasi yang bersifat terbatas dan memungkinkan untuk dikendalikan secara sepihak oleh pihak tertentu, misalnya militer/pertahanan dan keamanan, polisi dan pihak swasta. 19. Izin Mendirikan Bangunan Menara Telekomunikasi yang selanjutnya disebut IMB Menara adalah izin mendirikan bangunan yang dikeluarkan oleh Pejabat yang berwenang sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan; 20. Rencana Sistim Jaringan Telekomunikasi (Cell Planning) adalah perencanaan lokasi penempatan Menara Telekomunikasi Seluler yang penentuannya berdasarkan kajian teknis telekomunikasi baik pada data-data di lapangan, seperti menara eksisting beserta atributnya, kemudian prediksi jumlah penduduk, peta muka bumi dan peta tata guna lahan sesuai dengan tata ruang; 21. Grid adalah Petak Zona penempatan menara; 22. Zona Khusus adalah zona yang memiliki aturan dan persyaratan tertentu yang berkaitan dengan keberadaan menara dan MTB. 23. Zona Menara Eksisting adalah zona terbatas untuk pembangunan menara baru yang dibentuk di sekitar menara eksisting yang didaftar sebagai MTB; 24. Zona Cell Plan adalah zona menara eksisting atau menara baru yang di rencanakan untuk di tata di wilayah Kabupaten Pasuruan; 25. Zona Larangan adalah zona yang dilarang bagi pembangunan menara berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah dan/atau Rencana Detail Tata Ruang yang berlaku serta menurut ketentuan teknis dan pembangunan menara dilarang didirikan menara. BAB II MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2 Penataan dan pembangunan MTB diselenggarakan dengan maksud untuk menata, mengatur, dan mengendalikan pembangunan MTB guna menjaga keamanan, keselamatan dan kenyamanan warga disekitar MTB serta untuk menjaga estetika dan keserasian dengan lingkungan. Pasal 3 Penataan dan pembangunan MTB bertujuan untuk : a. mengatur/mengendalikan pembangunan MTB; b. terpenuhinya kebutuhan masyarakat di bidang telekomunikasi; 5

6 c. mewujudkan tertib penyelenggaraan menara yang menjamin keandalan teknis menara dari segi keselamatan, kesehatan, dan kenyamanan; dan d. mewujudkan kepastian dan ketertiban hukum dalam penyelenggaraan MTB. BAB III PENGGUNAAN MENARA EKSISTING Pasal 4 Seluruh menara eksisting yang memungkinkan secara teknis untuk menjadi MTB, wajib difungsikan sebagai MTB. Pasal 5 (1) Menara eksisting yang secara teknis mampu untuk menjadi MTB sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 harus mempertimbangkan faktor keselamatan, keamanan dan kenyamanan serta faktor estetika. (2) Menara eksisting yang digunakan sebagai MTB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mampu digunakan minimal oleh 2 (dua) Operator Seluler secara bersamaan. Pasal 6 Menara kamuflase eksisting tidak wajib untuk digunakan sebagai MTB. BAB IV PENYELENGGARAAN DAN PEMBANGUNAN MENARA TELEKOMUNIKASI Pasal 7 (1) Pendirian menara baru oleh penyelenggara telekomunikasi dan/atau penyedia menara sudah dirancang untuk MTB. (2) Penyelenggara telekomunikasi dan/atau penyedia menara yang memiliki MTB harus memberikan kesempatan yang sama tanpa diskriminasi kepada pengguna menara untuk menggunakan secara bersama-sama sesuai dengan kemampuan teknis MTB. Pasal 8 Pembangunan menara baru sebagai MTB, sesuai dengan ketentuan teknis dalam Lampiran Peraturan Bupati ini. Pasal 9 (1) Penggunaan menara telekomunikasi bersama antara pihak penyedia menara dan/atau pengelola MTB dengan Operator Seluler pengguna MTB harus dituangkan dalam perjanjian tertulis dan dicatatkan pada Dinas Kominfo. (2) Operator seluler peminat MTB dalam mengajukan surat permohonan untuk penggunaan MTB harus memuat keterangan sekurang-kurangnya, antara lain : 6

7 a. nama penyelenggara telekomunikasi dan penanggungjawabnya; b. Izin Penyelenggaraan Telekomunikasi; c. maksud dan tujuan penggunaan MTB yang diminati serta spesifikasi teknis perangkat yang digunakan; d. kebutuhan akan ketinggian, jumlah antena atau beban menara; dan e. kebutuhan luasan lahan untuk ruang perangkat. Pasal 10 (1) Penyelenggara telekomunikasi dan/atau penyedia menara yang memiliki MTB, harus memperhatikan ketentuan hukum tentang larangan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. (2) Penyelenggara telekomunikasi dan/atau penyedia menara yang memiliki MTB harus menginformasikan ketersediaan kapasitas MTB-nya kepada Pemerintah Daerah dan calon pengguna MTB secara transparan. (3) Penyelenggara telekomunikasi dan/atau penyedia menara yang memiliki MTB, harus menggunakan sistem antrian dengan mendahulukan calon pengguna MTB yang lebih dahulu menyampaikan permintaan penggunaan MTB dengan tetap memperhatikan kelayakan dan kemampuan serta memberikan batasan waktu tertentu apabila tidak segera ada kata kesepakatan. Pasal 11 Penyelenggara telekomunikasi dan/atau penyedia menara yang memiliki MTB, wajib melaporkan keadaan/ kondisi menara meliputi kelaikan menara, dan fasilitas pendukung menara dan jumlah pengguna menara setiap tahun secara berkala kepada Dinas Kominfo. BAB V PEMBANGUNAN DAN PENGGUNAAN MENARA Pasal 12 (1) Pembangunan MTB pada prinsipnya adalah pembangunan menara yang dapat digunakan oleh 2 (dua) atau lebih penyelenggara telekomunikasi secara bersama-sama. (2) Pembangunan MTB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan oleh: a. penyelenggara telekomunikasi; b. penyedia menara; dan/atau c. kontraktor menara. (3) Pembangunan menara harus memiliki IMB Menara dari Bupati melalui Badan Pelayanan Perijinan dan Penanaman Modal. (4) Pemberian IMB Menara sebagaimana dimaksud pada ayat (3), wajib memperhatikan ketentuan tentang penataan ruang sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan. 7

8 (5) Penyelenggara telekomunikasi, penyedia menara dan/atau kontraktor menara di dalam mengajukan IMB Menara wajib menyampaikan informasi rencana penggunaan MTB. Pasal 13 Pembangunan MTB sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 ayat (1) harus sesuai dengan standar baku tertentu untuk menjamin keamanan lingkungan dengan memperhitungkan faktor-faktor yang menentukan kekuatan dan kestabilan konstruksi menara, antara lain: a. lokasi lahan yang memiliki struktur tanah yang kokoh b. tempat antena dan perangkat telekomunikasi untuk penggunaan bersama; c. ketinggian menara; d. struktur menara; e. rangka struktur menara; f. pondasi menara; g. perhitungan beban menara; dan h. kekuatan angin dengan beban menara. Pasal 14 (1) Menara harus dilengkapi dengan sarana pendukung dan identitas hukum yang jelas. (2) Sarana pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan, antara lain : a. pentanahan (grounding); b. penangkal petir; c. sambungan catu daya; d. lampu halangan penerbangan (aviation obstruction light); dan e. marka halangan penerbangan (aviation obstruction marking). (3) Identitas hukum terhadap Menara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain : a. nama pemilik menara; b. lokasi menara; c. tinggi menara; d. tahun pembuatan/pemasangan menara; e. kontraktor menara; dan f. beban maksimum menara. Pasal 15 (1) Penyedia menara wajib mengasuransikan menaranya dan menjamin seluruh resiko/kerugian yang terjadi disekitar radius ketinggian menara yang ditimbulkan akibat rubuh/runtuhnya bangunan menara. 8

9 (2) Penyedia menara harus menyelesaikan pelaksanaan pembangunan menara yang telah diterbitkan perijinannya pada waktu yang telah ditentukan. (3) Apabila ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak dipenuhi, maka Pemerintah Daerah dapat membatalkan perijinannya. Pasal 16 Pembangunan menara yang memanfaatkan aset daerah dilakukan melalui kerjasama antara penyedia menara dengan Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan. BAB VI PENATAAN DAN PENEMPATAN MTB Pasal 17 (1) Pembangunan MTB baru harus sudah mengacu pada peta rencana cell plan sebagaimana dalam Lampiran Peraturan Bupati ini. (2) Pemetaan dan penempatan MTB dikoordinasikan dengan Dinas Kominfo untuk mendapatkan rekomendasi. (3) Pemetaan dan penempatan MTB sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus memperhatikan ketentuan sebagai berikut: a. pembangunan MTB baru pertama di dalam grid dapat disegerakan; b. pembangunan MTB baru kedua dilakukan setelah MTB pertama ditempati oleh minimal 2 (dua) Penyelenggara Telekomunikasi; dan c. Pembangunan MTB baru selanjutnya dilakukan setelah MTB yang telah ada sebelumnya, ditempati masing-masing oleh minimal 2 (dua) Penyelenggara Telekomunikasi. Pasal 18 Penempatan infrastruktur MTB diatur dengan memperhatikan: a. Rencana Tata Ruang Wilayah; b. perkembangan dan mobilisasi pengguna layanan seluler; c. kaidah penataan ruang wilayah dan estetika daerah; d. kebutuhan teknis transmisi radio dan cakupan sinyal oleh operator seluler; dan e. keamanan serta ketertiban lingkungan. BAB VII PEMBANGUNAN MENARA PADA ZONA KHUSUS Pasal 19 (1) Pembangunan menara di kawasan yang sifat dan peruntukannya memiliki karakteristik tertentu wajib memenuhi ketentuan Perundang-undangan untuk kawasan tersebut. 9

10 (2) Kawasan yang sifat dan peruntukkannya memiliki karakteristik tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. kawasan bandar udara/pelabuhan; b. kawasan cagar budaya; c. kawasan pariwisata; d. kawasan hutan lindung; e. kawasan yang karena fungsinya memiliki atau memerlukan tingkat keamanan dan kerahasiaan tinggi; dan f. kawasan pengendalian ketat lainnya. BAB VIII MENARA KAMUFLASE DAN MENARA KHUSUS Pasal 20 (1) Untuk kepentingan pembangunan menara kamuflase dan menara khusus yang memerlukan kriteria tertentu dikecualikan dari ketentuan MTB. (2) Ketentuan dalam pembangunan menara kamuflase adalah: a. tidak wajib didaftarkan dan digunakan sebagai MTB, tetapi dibolehkan jika pemilik bersedia; b. dapat dibangun di luar grid tetapi harus mematuhi aturan zona khusus serta aturan-aturan tata ruang lainnya yang berlaku; c. jika didaftarkan dan digunakan sebagai MTB, harus mampu digunakan minimal oleh 2 (dua) Operator Seluler secara bersama-sama; d. jika didaftarkan dan digunakan sebagai MTB dan dibangun di dalam grid, maka tidak dihitung untuk mengurangi quota jumlah MTB baru di dalam grid tersebut; e. jika didaftarkan dan digunakan sebagai MTB, harus tetap menggunakan sistem kamuflase; dan f. harus berjarak minimal 1 (satu) kilometer dari MTB eksisting terdekat; (3) Ketentuan dalam pembangunan menara khusus adalah: a. tidak diwajibkan untuk membangun di dalam GRID; b. tidak wajib didaftarkan dan digunakan sebagai MTB; c. dapat digunakan sebagai MTB; d. tetap harus mematuhi aturan zona khusus kecuali zona merah; dan e. tetap harus mematuhi aturan-aturan tata ruang lainnya yang berlaku. BAB IX PROSEDUR PERIZINAN Pasal 21 (1) Untuk memperoleh Izin Mendirikan Bangunan MTB, pemohon terlebih dahulu mengajukan permohonan penggunaan zona kepada Dinas Kominfo untuk mendapatkan surat rekomendasi. 10

11 (2) Syarat dan prosedur untuk memperoleh surat rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah: a. menunjukkan koordinat lokasi nominal (tentatif) yang akan dilakukan akuisisi, kategori Menara Telekomunikasi yang akan dibangun, dan ketinggian yang akan dikehendaki; b. Dinas Kominfo akan melakukan kajian data-data tersebut terhadap Cell Planning; dan c. sesuai dengan hasil kajian sebagaimana dimaksud pada huruf b, Dinas Kominfo akan mengeluarkan surat rekomendasi yang ditandatangani oleh Kepala Dinas Kominfo. (3) Surat rekomendasi pada ayat (2) dapat berupa : a. surat rekomendasi pendirian MTB; b. surat rekomendasi pendirian menara khusus; c. surat rekomendasi pendirian menara kamuflase; d. surat rekomendasi titik koordinat; e. surat rekomendasi pergeseran titik koordinat; atau f. surat rekomendasi Penggunaan MTB eksisting. (4) Apabila surat rekomendasi yang dikeluarkan berupa rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a, huruf b atau huruf c, pemohon dapat mengajukan permohonan IMB Menara kepada Bupati. (5) Apabila surat rekomendasi yang dikeluarkan berupa rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf d, huruf e atau huruf f, pemohon menindak lanjuti sesuai surat rekomendasi. (6) Permohonan IMB Menara sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diajukan oleh pemohon kepada Bupati melalui Badan Pelayanan Perijinan dan Penanaman Modal dengan melampirkan persyaratan sebagai berikut : a. mengajukan permohonan kepada Bupati melalui Badan Pelayanan Perijinan dan Penanaman Modal yang dilengkapi paling sedikit dengan data perusahaan, proposal proyek; b. bukti kepemilikan tanah; c. surat rekomendasi dari Dinas Kominfo; d. berita acara sosialisasi serta persetujuan warga sekitar dalam radius sesuai dengan ketinggian menara yang diketahui oleh Kepala Desa/Lurah dan Camat setempat; e. dalam hal menggunakan genset sebagai catu daya dipersyaratkan izin gangguan; f. gambar kontruksi bangunan menara; g. perhitungan kontruksi; h. pernyataan konsultan; i. sondir/hasil penyelidikan tanah; j. gambar radius ketinggian tower dengan warga; k. jaminan asuransi dari perusahaan asuransi; l. surat pernyataan keamanan frekuensi tower dan profider; 11

12 m. surat jaminan publikasi; n. ijin penyelenggaraan dan kanalisasi frekuensi dari Pemerintah Pusat; dan o. rekomendasi ketinggian ruang dan ijin pemanfaatan ruang dari Pemerintah Propinsi Jawa Timur ; (Khusus jalan nasional dan jalan propinsi) BAB X PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN Pasal 22 (1) Pengawasan dan pengendalian terhadap pembangunan dan/atau penyelenggaraan MTB dilaksanakan oleh Tim Pengawas dan Pengendalian yang dibentuk dengan Keputusan Bupati. (2) Tim Pengawas dan Pengendalian sebagaimana dimaksud ayat pada (1) terdiri dari unsur : a. Dinas Kominfo; b. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah; c. Dinas Cipta Karya; d. Badan Pelayanan Perijinan dan Penanaman Modal; e. Kantor Satuan Polisi Pamong Praja; dan f. Bagian Hukum. (3) Pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain : a. pengawasan implementasi pembangunan MTB di lapangan yang harus disesuaikan dengan IMB Menara dan rekomendasi yang dikeluarkan oleh Dinas Kominfo; b. pengawasan penyelenggaraan MTB agar sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan; c. pengawasan adanya praktek monopoli dan diskriminasi terhadap operator seluler tertentu; d. pengawasan adanya pendirian menara tanpa izin sesuai dengan perundang-undangan; (4) Pelaksanaan pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain: a. pengendalian terhadap lokasi, struktur dan keberadaan Menara baru melalui rekomendasi bagi MTB agar sesuai dengan cell plan; b. pengendalian terhadap adanya potensi konflik antar pihak-pihak yang terkait dalam pelaksanaan MTB; dan c. pengendalian terhadap potensi yang dapat meresahkan lingkungan dan sosial kemasyarakatan dalam kaitannya dengan keberadaan menara. (5) Hasil dari pengawasan dan pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaporkan kepada Bupati. 12

13 BAB XI KETENTUAN PERALIHAN Pasal 23 Pada saat Peraturan Bupati ini mulai berlaku : a. penyelenggara telekomunikasi atau penyedia menara yang telah memiliki IMB Menara dan telah membangun menaranya sebelum peraturan ini ditetapkan, harus menyesuaikan dengan ketentuan-ketentuan dalam peraturan ini paling lama 2 (dua) tahun sejak diundangkannya Peraturan Bupati ini; b. penyelenggara telekomunikasi atau penyedia menara yang telah memiliki IMB Menara namun belum membangun menaranya sebelum peraturan ini ditetapkan, harus menyesuaikan dengan ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Bupati ini. c. menara yang telah berdiri sebelum peraturan ini ditetapkan, namun belum memiliki IMB Menara, harus menyelesaikan perijinan IMB Menara paling lama 6 (enam) bulan sejak diundangkannya peraturan ini. BAB XII KETENTUAN PENUTUP Pasal 24 Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Pasuruan. Ditetapkan di Pasuruan pada tanggal 16 Mei 2014 BUPATI PASURUAN, Diundangkan di Pasuruan pada tanggal 16 Mei 2014 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN PASURUAN, M. IRSYAD YUSUF AGUS SUTIADJI BERITA DAERAH KABUPATEN PASURUAN TAHUN 2014 NOMOR 13

14 LAMPIRAN : PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR : 10 TAHUN 2014 TANGGAL : 16 MEI 2014 ZONA PENEMPATAN MENARA BARU Lokasi Cell Plan 1. Lokasi Cell Plan digunakan untuk mengakomodasi kebutuhan pendirian menara seluler baru bagi penyelenggara telekomunikasi seluler. 2. Lokasi Cell Plan memiliki data detail koordinat, luasan dan berbentuk lingkaran atau poligonal. 3. Lokasi Cell Plan dengan bentuk lingkaran adalah kawasan yang ditandai dan memiliki titik koordinat di titik tengah, dengan radius tertentu yang dibentuk sehingga memiliki luasan yang digunakan sebagai tempat-tempat pembangunan menara baru. 14

15 Detail data titik koordinat dan Lokasi Cell Plan No ID Grid Kuota Menara Baru Bentuk Zona Kecamatan Keterangan 1 G-01 2 Lingkaran Gempol Tidak Beririsan 2 G-02 2 Lingkaran Prigen Tidak Beririsan 3 G-03 2 Lingkaran Prigen Tidak Beririsan 4 G-04 2 Lingkaran Prigen Tidak Beririsan 5 G-05 2 Lingkaran Prigen, Sukorejo Beririsan 2 Kecamatan 6 G-06 2 Lingkaran Prigen, Purwosari Beririsan 2 Kecamatan 7 G-07 2 Lingkaran Purwodadi Tidak Beririsan 8 G-08 2 Lingkaran Purwodadi Tidak Beririsan 9 G-09 2 Lingkaran Purwodadi Tidak Beririsan 10 G-10 2 Lingkaran Tutur Tidak Beririsan 11 G-11 2 Lingkaran Sukorejo, Wonorejo, Purwosari Beririsan 3 Kecamatan 12 G-12 2 Lingkaran Purwosari, Wonorejo Beririsan 2 Kecamatan 13 G-13 2 Lingkaran Purwosari, Wonorejo, Purwodadi Beririsan 3 Kecamatan 14 G-14 2 Lingkaran Kejayan, Wonorejo Beririsan 2 Kecamatan 15 G-15 2 Lingkaran Sukorejo, Wonorejo, Rembang Beririsan 3 Kecamatan 16 G-16 2 Lingkaran Bangil Tidak Beririsan 17 G-17 2 Lingkaran Kraton Tidak Beririsan 18 G-18 2 Lingkaran Kraton Tidak Beririsan 19 G-19 2 Lingkaran Rembang, Wonorejo Beririsan 2 Kecamatan 20 G-20 2 Lingkaran Kejayan Tidak Beririsan 21 G-21 2 Lingkaran Kejayan Tidak Beririsan 22 G-22 2 Lingkaran Kejayan, Gondang Wetan, Pasrepan Beririsan 3 Kecamatan 23 G-23 2 Lingkaran Gondang Wetan, Winongan, Pasrepan Beririsan 3 Kecamatan 24 G-24 2 Lingkaran Winongan, Pasrepan Beririsan 2 Kecamatan 25 G-25 2 Lingkaran Winongan Tidak Beririsan 26 G-26 2 Lingkaran Pasrepan Tidak Beririsan 27 G-27 2 Lingkaran Pasrepan, Puspo Beririsan 2 Kecamatan 28 G-28 2 Lingkaran Pasrepan Tidak Beririsan 29 G-29 2 Lingkaran Tutur Tidak Beririsan 30 G-30 2 Lingkaran Pasrepan Tidak Beririsan 31 G-31 2 Lingkaran Tutur, Pasrepan Beririsan 2 Kecamatan 32 G-32 2 Lingkaran Puspo, Tutur Beririsan 2 Kecamatan 33 G-33 2 Lingkaran Tutur, Purwodadi Beririsan 2 Kecamatan 34 G-34 2 Lingkaran Tosari, Tutur Beririsan 2 Kecamatan 35 G-35 2 Lingkaran Puspo, Lumbang, Pasrepan Beririsan 3 Kecamatan 36 G-36 2 Lingkaran Puspo, Pasrepan Beririsan 2 Kecamatan 37 G-37 2 Lingkaran Winongan, Lumbang Beririsan 2 Kecamatan 38 G-38 2 Lingkaran Lumbang Tidak Beirisan 39 G-39 2 Lingkaran Grati, Nguling Beririsan 2 Kecamatan 40 G-40 2 Lingkaran Nguling Tidak Beirisan 41 G-41 2 Lingkaran Lekok Tidak Beirisan 42 G-42 2 Lingkaran Lekok, Nguling Beririsan 2 Kecamatan 43 G-43 2 Lingkaran Lekok Tidak Beirisan 44 G-44 2 Lingkaran Kejayan Tidak Beirisan 45 G-45 2 Lingkaran Pasrepan Tidak Beirisan 46 G-46 2 Lingkaran Tutur Tidak Beirisan 15

16 47 G-47 2 Lingkaran Tutur Tidak Beirisan 48 G-48 2 Lingkaran Tosari Tidak Beirisan 49 G-49 2 Lingkaran Rejoso, Gondang Wetan Beririsan 2 Kecamatan 50 G-50 2 Lingkaran Kejayan, Tutur, Purwodadi Beririsan 3 Kecamatan 51 G-51 2 Lingkaran Rembang, Beji, Pandaan Beririsan 3 Kecamatan 52 G-52 2 Lingkaran Beji, Gempol Beririsan 2 Kecamatan BUPATI PASURUAN, M. IRSYAD YUSUF 16