Oleh. Durrah Nafisah NIM JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Oleh. Durrah Nafisah NIM JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA"

Transkripsi

1 PENINGKATAN PEMAHAMAN UNSUR INTRINSIK PADA CERPEN MELALUI METODE KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas X MA As-Syafi iyah 01 Jakarta, Semester Ganjil, Tahun Ajaran 2011/2012) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Oleh Durrah Nafisah NIM JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011 M 1

2 ABSTRAK DURRAH NAFISAH, ; Peningkatan Pemahaman Unsur Intrinsik pada Cerpen melalui Metode Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD). Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas X MA As- Syafi iyah 01 Jakarta. Skripsi. Jakarta: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang cerpen dan unsur intrinsik cerpen pada siswa kelas X MA As-Syafi iyah 01 Jakarta melalui metode kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD). Metode penelitian yang digunakan adalah metode tindakan kelas atau action research. Pengumpulan data dilakukan dengan metode pengamatan atau observasi, catatan lapangan, jurnal siswa, foto, dan pelaksanaan tes unsur intrinsik pada cerpen di setiap akhir pertemuan. Penelitian ini dilaksanakan satu siklus, yang terdiri dari dua pertemuan. Satu siklus itu terdiri dari empat tahapan, yaitu: perencanaan tindakan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Penelitian dilakukan di MA As-Syafi iyah 01 Jakarta Selatan, pada siswa kelas X yang berjumlah 25 siswa, Tahun Ajaran 2011/2012. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan nilai rata-rata pemahaman siswa terhadap unsur intrinsik pada cerpen melalui metode kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD). Pada saat pretest nilai rata-rata siswa sebesar 61,80, sedangkan pada saat posttest nilai rata-rata siswa sebesar 77,40 (> nilai SKBM 65). Peningkatan juga terjadi terhadap antusiasme dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran, tanggung jawab, dan kerja sama pada kelompok maupun pribadi dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Kata kunci: Unsur Intrinsik pada Cerpen, Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, dan Hasil Belajar. 2

3 KATA PENGANTAR Alhamdulillahi robbil alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala taufik dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga senantiasa Allah SWT berikan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan pengikutnya yang setia. Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis banyak menerima saran, petunjuk, bimbingan, dan masukkan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak, khususnya kepada: 1. Ibu Nurlena Rifa i, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Dra. Mahmudah Fitriyah, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. 3. Ibu Rosida Erowati, M.Hum., selaku Dosen Pembimbing, yang telah memberikan pengarahan kepada penulis dengan penuh kesabaran dan keikhlasan hingga terselesaikan skripsi ini. 4. Dosen-dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, khususnya dosen-dosen di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan. 5. Chairil Gibran Ramadhan. Makasih Bang atas kepercayaan dan cerpencerpennya yang menarik! 6. Bapak Anwar Rusli, S.Ag., M.M selaku Kepala Sekolah MA As-Syafi iyah 01 Jakarta, yang telah memberikan izin dan kesempatan penulis untuk melaksanakan penelitian. 3

4 7. Bapak Muhammad Idrus, S.Pd., selaku guru Bahasa Indonesia MA As- Syafi iyah 01 Jakarta, yang telah membantu penulis dalam mengambil data. 8. Guru dan karyawan MA As-Syafi iyah 01 Jakarta. Terima kasih atas doanya. 9. Seluruh siswa kelas X MA As-Syafi iyah, yang telah setia menerima pembelajaran pemahaman unsur intrinsik pada cerpen. 10. Teman-teman seperjuanganku, PBSI Angkatan 2007, khususnya untuk kelas B. Terima kasih atas saran dan informasinya. 11. Teman-teman kosanku: Selly, Nurul, Sheila, Fitri, Mbak Ruroh, Mbak Isna, dan Nur. Terima kasih atas dukungan dan motivasinya. 12. Teman-teman Initiative of Change (IofC) Indonesia. Thank s for your attention and your support, Guys! 13. Untuk keluargaku tercinta: Umi, Ayah, Kak Rara, Mas Rio, dan Rafa. Dengan doa dan cinta kasih dari kalian penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. 14. Teristimewa untuk Q Naf an Alfatih. Terima kasih untuk doa, motivasi, dan sarannya. Terima kasih juga dihaturkan kepada pihak yang tidak tersebutkan namun telah memberikan konstribusi yang berharga untuk penulis. Semoga Allah SWT membalas kebaikan kalian. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membantu, meskipun skripsi ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun tetap penulis harapkan untuk perbaikan di masa yang akan datang. Terima kasih. Penulis, Durrah Nafisah 4

5 DAFTAR ISI ABSTRAK 2 KATA PENGANTAR 3 DAFTAR ISI 5 DAFTAR TABEL 10 DAFTAR GAMBAR 11 DAFTAR LAMPIRAN 12 BAB I PENDAHULUAN 14 A. Latar Belakang Masalah 14 B. Identifikasi Masalah 16 C. Batasan dan Rumusan Masalah 16 D. Tujuan Penelitian 17 E. Manfaat Penelitian 17 BAB II KAJIAN TEORI 19 A. Membaca Pengertian Membaca Tujuan Membaca Jenis-Jenis Membaca Membaca Pemahaman 21 B. Cerita Pendek Hakikat Cerita Pendek Ciri-ciri Cerita Pendek 23 5

6 3. Unsur Intrinsik Cerpen 24 a. Tema 25 b. Plot/ Alur 25 c. Penokohan dan Perwatakan 26 d. Latar (Setting) 27 e. Sudut Pandang 28 f. Gaya Bahasa 29 C. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tujuan Pembelajaran Kooperatif Unsur-Unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif Jenis-Jenis Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Division (STAD) Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 40 D. Kerangka Berpikir 40 E. Bahasan dan Hasil Penelitian yang Relevan 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 43 A. Tempat dan Waktu Penelitian 43 B. Metode dan Desain Intervensi Tindakan 43 C. Subjek/ Partisipan dalam Penelitian 44 D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian 44 6

7 E. Tahapan Intervensi Tindakan Perencanaan Tindakan Pelaksanaan Tindakan Pengamatan Refleksi 46 F. Hasil Intervensi Tindakan 46 G. Data dan Sumber Data 47 H. Instrumen dan Pengumpulan Data Tes Kemampuan Lembar Observasi Jurnal Siswa Catatan Lapangan Dokumentasi 49 I. Teknik Pngumpulan Data Tingkat Kesukaran Soal Uji Validitas 50 J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan Studi 51 K. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis Uji Hipotesis Analisis Data 53 L. Pengembangan Perencanaan Tindakan 54 M. Pengajuan Hipotesis 54 7

8 BAB IV DESKRIPSI DATA, ANALISIS DATA, INTERPRETASI HASIL ANALISIS, DAN PEMBAHASAN 56 A. Deskripsi Data Sekolah Sejarah dan Profil Sekolah Visi Misi Tujuan Keadaan Guru Jumlah Siswa 60 B. Deskripsi Data Hasil Pengamatan/ Hasil Intervensi Tindakan Deskripsi Perencanaan Tindakan Deskripsi Pelaksanaan Tindakan 63 a. Pertemuan Pertama 63 b. Pertemuan Kedua Pemeriksaan Keabsahan Data 74 a. Uji Hipotesis Deskripsi dan Hasil Analisis Data 78 a. Deskripsi dan Hasil Analisis Data Pretest Pemahaman Unsur Intrinsik pada Cerpen 78 b. Deskripsi Hasil dan Analisis Data Posttest Pemahaman Unsur Intrinsik pada Cerpen 80 c. Deskripsi dan Hasil Analisis Data Tingkat Kesukaran Soal Pretest 84 8

9 d. Deskripsi dan Hasil Analisis Data Tingkat Kesukaran Soal Posttest Interpretasi Hasil Analisis Pembahasan Temuan Penelitian 87 a. Deskripsi Tingkah Laku Siswa dalam Pembelajaran 87 b. Deskripsi dan Hasil Analisis Tingkah Laku Guru dalam Pembelajaran 89 c. Deskripsi dan Hasil Analisis Catatan Lapangan dalam Pembelajaran 91 d. Deskripsi Jurnal Siswa 92 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 93 A. SIMPULAN 93 B. SARAN 94 DAFTAR PUSTAKA 95 LAMPIRAN 9

10 DAFTAR TABEL Tabel 1 : Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif dengan Kelompok Belajar Konvensional 36 Tabel 2 : Klasifikasi Indeks Kesukaran 50 Tabel 3 : Daftar Nama Guru dan Karyawan MA AS-Syafi iyah 01 Jakarta Tahun Ajaran 2011/ Tabel 4 : Jumlah Siswa/i MA As-Syafi iyah 01 Jakarta Tahun Ajaran 2011/ Tabel 5 : Hasil Pretest Pemahaman Unsur Intrinsik pada Cerpen 69 Tabel 6 : Rata-Rata Skor Penilaian Siswa terhadap Guru pada Pertemuan Kedua 71 Tabel 7 : Hasil Posttest Pemahaman Unsur Intrinsik pada Cerpen 73 Tabel 8 : Skor Pemahaman Unsur Intrinsik pada Cerpen saat Pretest dan Posttest 75 Tabel 9 : Data Hasil Pretest Pemahaman Unsur Intrinsik pada Cerpen 78 Tabel 10 : Data Hasil Posttest Pemahaman Unsur Intrinsik pada Cerpen 81 Tabel 11 : Nilai minimal, Maksimal, Rata-Rata, Variansi, dan Simpangan Baku Pretest dan Posttest 84 Tabel 12 : Indeks Kesukaran Soal Pretest 84 Tabel 13 : Indeks Kesukaran Soal Posttest 85 Tabel 14 : Hasil Rata-Rata Skor Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran 87 Tabel 15 : Hasil Rata-Rata Aktivitas Guru dalam Pembelajaran 90 10

11 DAFTAR GAMBAR Gambar 1 : Jenis-Jenis Membaca 21 Gambar 2 : Siklus Penelitian Tindakan Kelas 45 Gambar 3 : Struktur Organisasi MA As-Syafi iyah 01 Jakarta 58 Gambar 4 : Gedung Yayasan Pendidikan Islam As-Syafi iyah 63 Gambar 5 : Keadaan Siswa setelah Dibagi per Kelompok 66 Gambar 6 : Kegiatan Belajar dan Mengajar 67 11

12 DAFTAR LAMPIRAN 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2. Materi Pembelajaran 3. Soal Pretest 4. Soal Posttest 5. Lembar Penilaian Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran 6. Penilaian Siswa terhadap Guru 7. Catatan Lapangan 8. Jurnal Siswa 9. Cerpen Pretest 10. Cerpen Posttest 11. Daftar Nama Siswa MA As-Syafi iyah Kelas X MA As-Syafi iyah 01 Jakarta 12. Soal Pretest Nilai Tertinggi 13. Soal Pretest Nilai Terendah 14. Soal Posttest Nilai Tertinggi 15. Soal Posttest Nilai Terendah 16. Tugas Kelompok Siswa 17. Penilaian Siswa terhadap Guru pada Pertemuan Pertama 18. Penilaian Siswa terhadap Guru pada Pertemuan Kedua 19. Penilaian Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran pada Pertemuan Pertama 12

13 20. Penilaian Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran pada Pertemuan Kedua 21. Jurnal Siswa pada Pertemuan Pertama 22. Jurnal Siswa pada Pertemuan Kedua 23. Catatan Lapangan 24. Sejarah dan Profil Sekolah 25. Distribusi Uji Validitas Soal Pretest 26. Distribusi Uji Validitas Soal Posttest 27. Surat Bimbingan Skripsi 28. Foto Kegiatan 29. Rencana Penetapan SKBM 30. Surat Keterangan Penelitian 31. Surat Pengajuan Proposal Skripsi 13

14 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar komunikasi. Komunikasi adalah proses pengiriman atau penerimaan informasi atau pesan antara dua orang atau lebih dengan cara yang efektif, sehingga pesan yang dimaksud dapat dimengerti. Salah satu cara agar pesan yang dimaksud dapat dimengerti adalah dengan menggunakan bahasa yang sama. Seperti kita ketahui bahwa Bahasa Indonesia merupakan bahasa komunikasi bangsa Indonesia. Hal ini juga tertuang dalam Sumpah Pemuda butir ketiga yang berbunyi: Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia. Begitu pula dengan Undang-Undang Kebahasaan Pasal 2 yang menyebutkan bahwa Bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional dan bahasa negara. Tak heran apabila mata pelajaran Bahasa Indonesia kemudian diberikan sejak masih di bangku Sekolah Dasar (SD) hingga Perguruan Tinggi. Siswa diharapkan mampu menguasai, memahami, dan dapat mengimplementasikan keterampilan berbahasa, seperti mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Sastra Indonesia juga merupakan bagian dari pembelajaran Bahasa Indonesia. Meski porsi pembelajaran sastra lebih sedikit, masih ditemukan materi puisi, prosa, dan drama. Salah satu bentuk prosa yang diajarkan adalah cerpen, karena cerpen merupakan salah satu genre prosa yang populer. Berdasarkan hasil wawancara peneliti terhadap beberapa siswa tentang cerpen, mereka masih bingung tentang perbedaan antara amanat dan tema dari suatu cerpen bahkan ada pula yang tidak mengerti tentang unsur intrinsik cerpen padahal mereka sudah diajarkan oleh guru. Hal 14

15 tersebut mungkin disebabkan karena guru yang menyampaikan pembelajarannya secara monoton sehingga pembelajaran Bahasa Indonesia cenderung membosankan dan kurang menarik minat siswa. Pada akhirnya, hal ini menyebabkan prestasi belajar siswa untuk pembelajaran cerpen kurang memuaskan. Sebenarnya masalah seperti di atas bisa diatasi dengan menjadi guru kreatif, yaitu guru yang selalu memandang bahwa keragaman siswa adalah sebuah potensi besar yang harus dikembangkan di sekolah. Guru kreatif selalu resah dan gelisah dengan strategi pembelajarannya dan selalu memperbaiki dirinya sendiri dengan berbagai penelitian tindakan kelas, mencoba mencari metode-metode baru dalam pembelajaran sehingga hasilnya sangat bermanfaat untuk dirinya sendiri maupun guru-guru yang lain. Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif adalah dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD). Pembelajaran ini diawali dengan guru menyajikan materi pelajaran, dilanjutkan dengan siswa bekerja dalam kelompok yang terdiri dari empat sampai lima anggota yang dibentuk secara heterogen (berbeda intelegensi, sosial, dan suku). Setelah kegiatan kelompok dilakukan maka setiap siswa akan mengerjakan kuis/tes individual. Tetapi dalam mengerjakan kuis, setiap siswa harus bekerja secara individu. Setelah kuis, dilakukan skor, yaitu skor perkembangan individu, dan diakhiri dengan tahap pemberian penghargaan bagi setiap kelompok yang berprestasi didasarkan pada ratarata skor perkembangan siswa dalam kelompok. Ide utama dari metode kooperatif tipe STAD adalah memotivasi siswa untuk mendorong dan untuk saling membantu di antara siswa dalam menguasai keterampilan atau pengetahuan yang disajikan guru. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti memilih judul Peningkatan Pemahaman Unsur Intrinsik pada Cerpen melalui Metode Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD). 15

16 Penerapan metode ini sebagai upaya peningkatan pemahaman unsur intrinsik pada cerpen untuk siswa kelas X MA As-Syafi iyah 01 Jakarta. B. Identifikasi Masalah 1. Pemahaman awal siswa terhadap cerpen dan unsur intrinsiknya. 2. Proses pembelajaran unsur intrinsik pada cerpen dengan menggunakan metode kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division). 3. Apakah penggunaan metode kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang unsur intrinsik cerpen? C. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah, masalah dalam penelitian perlu dibatasi. Adapun masalah dalam penelitian ini hanya difokuskan pada pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) untuk materi unsur intrinsik pada cerpen untuk kelas X tingkat Sekolah Menengah Atas atau Madrasah Aliyah. 2. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: a. Bagaimana penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) agar meningkatkan hasil belajar pemahaman unsur intrinsik pada cerpen untuk siswa kelas X MA As-Syafi iyah 01 Jakarta? 16

17 b. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa kelas X MA As- Syafi iyah 01 Jakarta dengan metode kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division)? D. Tujuan Penelitian Pada dasarnya tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui penerapan metode kooperatif tipe STAD dalam pemahaman unsur intrinsik pada cerpen. 2. Untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap penerapan metode kooperatif tipe STAD dalam pemahaman unsur intrinsik pada cerpen. E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara teoretis maupun praktis. Untuk lebih jelas mengenai kedua manfaat tersebut akan dijelaskan berikut ini: 1. Manfaat Teoretis a. Sebagai bahan perbandingan bagi guru untuk pengajaran unsur intrinsik pada cerpen dengan menggunakan metode kooperatif tipe STAD. b. Sebagai bahan referensi belajar bagi siswa atau pihak-pihak sekolah yang berkepentingan. c. Untuk menambah khasanah tentang konsep metode kooperatif tipe STAD dan aspek-aspek lain yang berkaitan dengan peningkatan pemahaman siswa tentang unsur intrinsik pada cerpen. 17

18 2. Manfaat Praktis a. Bagi Sekolah Sebagai khazanah atau pengayaan berbagai metode dalam pembelajaran khususnya mata pelajaran Bahasa Indonesia. b. Bagi Guru Sebagai masukan adanya variasi strategi pembelajaran dan lebih terarah dalam membimbing kegiatan siswa secara bertahap. c. Bagi Siswa Adanya variasi pembelajaran yang mengarahkan siswa menjadi lebih proaktif, kreatif, dan menarik minat serta termotivasi belajar dalam memahami unsur intrinsik pada cerpen. d. Bagi Peneliti Sebagai pengalaman dalam meneliti dan memahami berbagai konsep tentang variasi metode dan pendekatan dalam pembelajaran memahami unsur intrinsik pada cerpen. 18

19 BAB II KAJIAN TEORI A. Membaca Menurut Christine Nuttel Reading is (a) understand, interpret, meaning, sense, etc., (b) decode, decipher, identify, etc., (c) articulate, speak, pronounce, etc. 1 Membaca adalah salah satu bagian dari empat keterampilan berbahasa. Meskipun tidak menghasilkan bahasa, seperti halnya berbicara dan mengarang, membaca termasuk salah satu dari empat bagian pengajaran bahasa yang amat penting. 2 Dalam hal ini akan dijelaskan pengertian membaca, tujuan yang terkandung dalam kegiatan membaca, serta jenis-jenisnya. 1. Pengertian Membaca Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas, dan agar makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, maka pesan yang tersurat dan yang tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik. Dari segi linguistik, membaca adalah suatu proses merekam dan penguraian (a recording and decoding process), berlainan dengan berbicara dan menulis yang justru melibatkan penyandian (encoding). Sebuah aspek pembacaan sandi (decoding) adalah 1 Nida Husna, Step by Step to Reading Skills (Step 1, First Edition), (Jakarta: English Department, Faculty of Tarbiyah and Teachers Training), h. 4 2 Eman A. Rahman dan Sudarno, Kemampuan Berbahasa Indonesia, Cet. Ke-1, (Jakarta: PT Hikmat Syahid Indah, 1986), h

20 menghubungkan kata-kata tulis (written word) dengan makna bahasa lisan (oral language meaning) yang mencakup pengubahan tulisan atau cetakan menjadi bunyi yang bermakna. 3 Dari beberapa definisi membaca yang telah dipaparkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa membaca adalah suatu aktivitas yang melibatkan indra penglihatan, ingatan, kecerdasan, dan pemahaman untuk memperoleh informasi yang disampaikan penulis melalui lambang-lambang. 2. Tujuan Membaca Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi dan memahami makna bacaan. Makna, arti (meaning) erat sekali berhubungan dengan maksud tujuan, atau intensif kita dalam membaca. Tujuan membaca menurut Anderson adalah sebagai berikut. a. Membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta (reading for details or facts). b. Membaca untuk memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas). c. Membaca untuk mengetahui urutan atau susunan,organisasi cerita (reading for sequence or organization). d. Membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi (reading for inference). e. Membaca untuk mengelompokkan, membaca untuk mengklasifikasikan (reading to classify). f. Membaca untuk menilai dan mengevaluasi (reading to evaluate). 3 Henry Guntur Tarigan, Membaca: Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, 1979), Cet. Ke-1, h. 7 20

21 g. Membaca untuk memperbandingkan atau mempertentangkan (reading to compare or contrast) Jenis Membaca Berikut ini adalah gambar tentang jenis membaca. Namun peneliti hanya menjelaskan tentang membaca pemahaman. Membaca Nyaring Membaca Survei Membaca Membaca Ekstensif Membaca Sekilas Membaca dalam Hati Membaca Dangkal Membaca Teliti Membaca Telaah Isi Membaca Pemahaman Membaca Kritis Membaca Intensif Membaca Ide-Ide Membaca Telaah Membaca Bahasa Bahasa Membaca Sastra Gambar 1 Jenis-Jenis Membaca 4. Membaca Pemahaman Membaca pemahaman (reading for understanding) adalah salah satu bentuk dari kegiatan membaca dengan tujuan utamanya untuk memahami isi pesan yang terdapat dalam bacaan. Membaca pemahaman lebih menekankan pada penguasaan isi bacaan, bukan pada indah, cepat atau lambatnya membaca. 4 Ibid., h

22 Membaca merupakan proses berpikir untuk dapat memahami bacaan. Seorang pembaca terlebih dahulu harus memahami kata-kata dan kalimat yang dihadapi melalui proses asosiasi dan eksperimental, kemudian membuat kesimpulan dengan menghubungkan isi preposisi yang terdapat dalam materi bacaan. Pengajaran membaca pemahaman merupakan pengajaran yang sangat penting. Jika diselenggarakan dengan baik, pengajaran ini akan memberikan dampak yang positif terhadap keberhasilan siswa pada masa mendatang. Melalui pengajaran membaca pemahaman yang dirancang dan dilaksanakan dengan baik, siswa tidak saja memperoleh peningkatan dalam kemampuan bahasanya, melainkan juga mampu bernalar, berkreativitas, dan penghayatannya tentang nilai-nilai moral. Namun semua itu bergantung pada guru yang menyelenggarakan proses belajar mengajar di kelas. Melalui pengajaran membaca pemahaman membuka dunia baru bagi siswa, yaitu dunia buku dan dunia pengetahuan. Selain itu melalui pengajaran membaca pemahaman, guru juga memberikan kepada siswa kemungkinan untuk menjelajahi dunia pengetahuan yang sangat luas. Peranan ini akan bertambah besar karena di masa depan sebagian besar informasi disampaikan melalui tulisan. 5 5 Novi Resmini dan Dadan Juanda, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi, (Bandung: UPI PRESS, 2008), Cet. Ke-1, h

23 B. Cerita Pendek 1. Hakikat Cerita Pendek Menurut Dictionary of the English Language, A short piece of prose fiction, having few characters and aiming at unity of effect. 6 Cerita pendek, atau yang lebih populer dengan akronim cerpen, merupakan bagian dari jenis prosa. Sebuah cerpen tidak dilihat panjang pendeknya halaman atau pun kata-kata yang dikandungnya. Cerita pendek merupakan suatu cerita tentang kejadian kecil dalam kehidupan. Dengan demikian cerita pendek adalah suatu cerita yang melukiskan suatu peristiwa atau kejadian apa saja yang menyangkut persoalan jiwa atau kehidupan manusia. Misalnya sebuah karangan pendek tentang keadaan warung bukanlah sebuah cerpen, tetapi karangan tentang keadaan di warung akan menjadi cerpen jika di dalamnya dijalinkan suatu peristiwa, suatu kejadian yang menyangkut persoalan jiwa salah seorang atau beberapa orang di warung itu Ciri-Ciri Cerita Pendek. Ciri-ciri cerita pendek yaitu: a. Penyampaian cerita secara singkat dan padat. b. Jalinan jiwa dan kejadian bulat dan padu, di dalamnya mengandung unsur pertikaian yang akhirnya mencapai klimaks dan diakhiri dengan penyelesaian masalah. c. Tema cerita tentang nilai kemanusiaan, moral dan etika. 6 The American Heritage, Short Story, 20 Oktober 2011, Pukul 09:52 WIB. 7 Widjojoko dan Endang Hidayat, Teori dan Sejarah Sastra Indonesia, (Bandung: UPI PRESS, 2007), Cet. Ke-1, h

24 d. Membicarakan masalah tunggal dan dapat dibaca dalam waktu singkat. e. Memusatkan perhatian pada tokoh protagonis. f. Adanya kebulatan kisah (cerita). g. Bahasa yang dipergunakan dalam cerita tajam, sugestif, dan menarik perhatian. h. Sebuah cerita pendek mengandung interpretasi pengarang tentang konsepsinya mengenai kehidupan baik secara langsung maupun tidak langsung. i. Sebuah cerita pendek harus menimbulkan efek dalam pikiran pembaca. j. Dalam cerita pendek terdapat satu kejadian atau persoalan yang menguasai jalan cerita. k. Cerita pendek bergantung pada satu situasi. l. Pelaku utama mengalami perubahan nasib dan cerita berkembang dengan memusat. Alur cerita berpusat pada peristiwa yang memberi rangsangan pada pembaca Unsur Intrinsik Cerpen Cerpen memiliki unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan suatu karya. Namun untuk pembahasan teori, peneliti menyajikan unsur intrinsik, sesuai dengan judul penelitian. 8 Ibid., h

25 Unsur intrinsik cerpen meliputi: a. Tema Menurut M. H. Abrams Theme is sometimes used intechangeably with motif, but the term is more usefully applied to a general concept or doctrine, whether implicit or asserted, which an imaginative works is designed to incorporate and make persuasive to the reader. 9 Kata tema seringkali disamakan dengan pengertian topik. Padahal kedua istilah itu mengandung pengertian yang berbeda. Topik berarti pokok pembicaraan, sedangkan tema merupakan suatu gagasan sentral sesuatu yang hendak diperjuangkan dalam fiksi. Tema sering juga disebut ide atau gagasan yang menduduki tempat utama dalam pikiran pengarang sekaligus tempat utama dalam cerita. b. Plot/ Alur Plot atau alur, kadang-kadang disebut juga jalan cerita, ialah struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun secara logis. Plot dibangun oleh beberapa peristiwa yang biasa disebut alur. Unsur-unsur alur yaitu: 1) Perkenalan 2) Pertikaian 3) Perumitan 4) Klimaks/ puncak 5) Peleraian 6) Akhir 9 M. H. Abrams, A Glossary of Literary Terms, (Boston: Thomson Learning), Cet. Ke-7, h. 170) 25

26 Unsur-unsur alur ini tidak selalu urutannya bersusun seperti itu, tetapi ada yang dari tengah dulu, lalu kembali ke peristiwa awal, kemudian berakhir. Ada pula yang dari akhir menuju ke tengah kemudian sampai ke awal. Karena kedudukan unsur intrinsik inilah, maka ada yang disebut alur maju, mundur, dan alur maju mundur. Berdasarkan kualitas hubungan tiap unsur alur, maka ada alur longgar dan alur erat. Yang dimaksud alur longgar adalah jika sebagian peristiwanya kita lepaskan (tidak dibaca) tidak mengganggu keutuhan ceritanya. Sedangkan alur erat, bila sebagian ceritanya kita tinggalkan akan mengganggu keutuhan cerita 10 c. Penokohan dan Perwatakan Masalah penokohan dan perwatakan merupakan salah satu hal yang kehadirannya dalam sebuah fiksi amat penting dan bahkan menentukan. Karena tidak akan mungkin ada suatu karya fiksi tanpa adanya tokoh yang diceritakan dan tanpa adanya tokoh yang bergerak yang akhirnya membentuk alur cerita. 11 Tokoh dibedakan menjadi dua, yaitu: 1) Tokoh Protagonis Tokoh protagonis adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. 10 Ibid., h M. Atar Semi, Anatomi Sastra, (Padang: Angkasa Raya, 1988), Cet. Ke-1, h

27 2) Tokoh Antagonis Tokoh antagonis adalah tokoh yang beroposisi dengan tokoh protagonis, secara langsung ataupun tak langsung. d. Latar (Setting) Latar (setting) yang disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Menurut Nurgiyantoro unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, antara lain sebagai berikut. 1) Latar Tempat Latar tempat mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupa tempat-tempat dengan nama tertentu serta inisial tertentu. 2) Latar Waktu Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah kapan tersebut biasanya dihubungkan dengan waktu. 3) Latar Sosial Latar sosial mengacu pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam 27

28 lingkungan cukup kompleks serta dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap. Selain itu latar juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan. 12 e. Sudut Pandang Sudut pandang adalah cara atau pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca. Pembedaan sudut pandang akan dikemukakan berikut berdasarkan pembedaan yang telah umum dilakukan orang, yaitu: 1) Sudut Pandang Persona Ketiga: Dia Pengisahan cerita yang mempergunakan sudut pandang persona ketiga, gaya dia, narator adalah seseorang yang berada di luar cerita yang menampilkan tokohtokoh cerita dengan menyebut nama atau kata ganti: ia, dia, dan mereka. Sudut pandang dia dapat dibedakan ke dalam dua golongan berdasarkan tingkat kebebasan dan keterikatan pengarang terhadap bahan ceritanya. Di satu pihak pengarang dapat bebas menceritakan segala sesuatu yang berhubungan dengan tokoh dia jadi bersifat mahatahu. Di pihak lain ia mempunyai 12 Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjah Mada Press, 1998), Cet. 2, h

29 keterbatasan pengertian terhadap tokoh dia, jadi bersifat terbatas, hanya selaku pengamat saja. 2) Sudut Pandang Persona Pertama: Aku Dalam pengisahan cerita yang mempergunakan sudut pandang persona pertama narator adalah seseorang yang ikut terlibat dalam cerita. Sudut pandang persona pertama dapat dibedakan ke dalam dua golongan berdasarkan peran dan kedudukan si aku dalam cerita. Si aku mungkin menduduki peran utama, jadi tokoh protagonis. Mungkin hanya menduduki peran tambahan menjadi tokoh tambahan protagonis atau berlaku sebagai saksi. 3) Sudut Pandang Campuran Penggunaan sudut pandang dalam sebuah cerita mungkin saja lebih dari satu teknik. Pengarang dapat berganti-ganti dari teknik yang satu ke teknik yang lain untuk sebuah cerita yang dituliskannya. Semuanya itu tergantung dari kemauan dan kreativitas pengarang, bagaimana mereka memanfaatkan teknik yang ada demi tercapainya efektivitas Penceritaan yang lebih, atau paling tidak untuk mencari variasi penceritaan agar memberikan kesan lain. 13 f. Gaya Bahasa Menurut Gorys Keraf, gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang 13 Ibid., h

30 memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa). 14 1) Gaya Bahasa Penegasan a) Alusio adalah gaya bahasa yang menggunakan peribahasa yang maksudnya sudah dipahami umum. Contoh: Dalam bergaul hendaklah kau waspada; jangan terpedaya dengan apa yang kelihatan baik di luarnya saja. Segala yang berkilau bukanlah berarti emas. b) Antitesis adalah gaya bahasa penegasan yang menggunakan paduan kata-kata yang artinya bertentangan. Contoh: Tinggi rendah harga dirimu bukan elok tubuhmu yang menentukan, tetapi kelakuanmu. c) Antiklimaks adalah gaya bahasa penegasan yang menyatakan beberapa hal berturut-turut, makin lama makin rendah tingkatannya. Contoh: Kakeknya, ayahnya, dia sendiri, anaknya, dan sekarang cucunya tak luput dari penyakit keturunan itu. d) Klimaks adalah gaya bahasa penegasan yang menyatakan beberapa hal berturut-turut, makin lama makin tinggi tingkatannya. Contoh: Di dusun-dusun, di desa-desa, di kota-kota, sampai ke ibukota, hari proklamasi dirayakan dengan meriah. e) Antonomasia adalah gaya bahasa yang menggunakan kata-kata tertentu untuk menggantikan nama 14 Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008), Cet. Ke-18, h

31 seseorang. Kata-kata itu diambil dari sifat-sifat yang menonjol yang dimiliki oleh orang yang dimaksud. Contoh: Si Pelit dan Si Gendut sedang bercanda di halaman rumah Si Jangkung. f) Eufemisme adalah gaya bahasa atau ungkapan pelembut yang digunakan untuk tuntutan tatakrama atau menghindari kata-kata kasar atau kurang sopan. Contoh: Putra Bapak tidak dapat naik kelas karena kurang mampu mengikuti pelajaran. g) Hiperbolisme adalah gaya bahasa penegasan yang menyatakan sesuatu hal dengan melebih-lebihkan keadaan yang sebenarnya. Contoh: Suaranya mengguntur membelah angkasa. h) Metonimia adalah gaya bahasa yang menggunakan sebuah kata atau sebuah nama yang berhubungan dengan suatu benda untuk menyebut benda yang dimaksud. Contoh: Nico pergi ke Bandung mengendarai Kijang. i) Paralelisme adalah gaya bahasa pengulangan seperti yang khusus terdapat dalam puisi. Pengulangan di bagian awal dinamakan anafora, sedangkan di bagian akhir disebut epifora. Contoh: Anafora Sunyi itu duka Sunyi itu kudus Sunyi itu lupa Epifora Cintaku untukmu Sayangku untukmu Hidupku untukmu j) Pleonasme adalah gaya bahasa penegasan yang menggunakan kata-kata yang sebenarnya tidak perlu 31

32 karena artinya sudah terkandung dalam kata sebelumnya. Contoh: Benar! Saya melihat dengan mata kepala saya sendiri, bahwa Lutfi berkelahi di tempat itu. k) Parafrase adalah gaya bahasa penguraian dengan menggunakan ungkapan atau frase yang lebih panjang daripada kata semula. Misalnya pagi-pagi digantikan ketika sang surya merekah di ufuk timur. l) Repetisi adalah gaya bahasa penegasan yang mengulang-ulang sebuah kata berturut-turut dalam suatu wacana. Gaya bahasa ini sering dipakai dalam pidato atau karangan berbentuk prosa. Contoh: Harapan kita memang demikian, dan demikian pula harapan setiap pejuang. Sekali merdeka, tetap merdeka! m) Retoris adalah gaya bahasa penegasan yang menggunakan kalimat tanya, tetapi sebenarnya tidak bertanya. Oleh karena itu, kalimat tanya retoris tidak membutuhkan jawaban. Contoh: Bukankah kebersihan adalah pangkal kesehatan? n) Sinekdoke, gaya bahasa ini terbagi menjadi dua, yaitu: (1) Pars pro toto adalah gaya bahasa yang menyebutkan sebagian untuk menyatakan keseluruhan. Contoh: Setiap kepala diwajibkan membayar iuran Rp ,00 (2) Totem pro parte adalah gaya bahasa yang menyebutkan keseluruhan untuk menyatakan sebagian. 32

33 Contoh: Indonesia mengalahkan Spanyol 5-0 dalam final Piala Dunia o) Tautologi adalah gaya bahasa penegasan yang menggunakan kata-kata yang sama artinya dalam satu kalimat. Contoh: Harapan dan cita-citanya terlalu muluk. 2) Gaya Bahasa Perbandingan a) Alegori adalah gaya bahasa perbandingan yang membandingkan dua buah keutuhan berdasarkan persamaannya secara menyeluruh. Contoh: Kami semua berdoa, semoga dalam mengarungi samudera kehidupan ini, kamu berdua akan sanggup menghadapi badai dan gelombang. b) Litotes adalah gaya bahasa perbandingan yang menyatakan sesuatu dengan memperendah derajat keadaan sebenarnya, atau yang menggunakan katakata yang artinya berlawanan dari yang dimaksud untuk merendahkan diri. Contoh: Dari mana orang seperti saya ini mendapat uang untuk membeli barang semahal itu? c) Metafora adalah gaya bahasa perbandingan yang membandingkan dua hal yang berbeda berdasarkan persamaannya. Contoh: Semangat juangnya berjuang, tak gentar menghadapi musuh. d) Personifikasi adalah gaya bahasa perbandingan benda-benda mati atau benda-benda hidup selain manusia dengan manusia, dianggap berwatak dan berperilaku seperti manusia. Contoh: Burung perkutut bernyanyi-nyanyi di pagi hari. 33

34 e) Simile adalah gaya bahasa perbandingan yang menggunakan kata-kata pembanding (seperti, laksana, bagaikan, penaka, ibarat, dsb) sehingga pernyataan menjadi lebih jelas. Contoh: Hidup tanpa cinta bagaikan sayur tanpa garam. f) Simbolik adalah gaya bahasa kiasan, menggunakan lambang-lambang atau simbol-simbol untuk menyatakan sesuatu. Contoh: Janganlah kau menjadi bunglon! 3) Gaya Bahasa Pertentangan a) Anakronisme adalah gaya bahasa yang mengandung uraian atau pernyataan yang tidak sesuai dengan sejarah atau zaman tertentu. Contoh: Mahapatih Gadjah Mada menggempur pertahanan Sriwijaya dengan peluru kendali jarak menengah. b) Kontradiksio in terminis adalah gaya bahasa yang mengandung pertentangan, yakni apa yang dikatakan terlebih dahulu diingkari oleh pernyataan yang kemudian. Contoh: Suasana sepi, tak ada seorang pun yang berbicara, hanya jam dinding yang terus terdengar. c) Paradoks adalah gaya bahasa yang mengandung dua pernyataan yang bertentangan, yang membentuk satu kalimat. Contoh: Anak ayam mati kelaparan di lumbung padi yang penuh berisi. 4) Gaya Bahasa Sindiran a) Inuendo adalah gaya bahasa sindiran yang menggunakan pernyataan yang mengecilkan kenyataan sebenarnya. 34

35 Contoh: Ia menjadi kaya raya lantaran mau sedikit korupsi. b) Ironi adalah gaya bahasa sindiran paling halus yang menggunakan kata-kata yang artinya justru sebaliknya dengan maksud si pembicara. Contoh: Eh, manis sekali teh ini! (maksudnya pahit). c) Sarkasme adalah gaya bahasa sindiran yang menggunakan kata-kata yang kasar. Biasanya gaya bahasa ini dipakai untuk menyatakan amarah. Contoh: Jangan coba-coba mengganggu adikku lagi, Monyet! d) Sinisme adalah semacam ironi, tetapi agak lebih kasar. Contoh: Hai, harum benar baumu! Tolong agak menyisih sedikit! 15 C. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran kelompok yang memiliki aturan-aturan tertentu. Prinsip dasar pembelajaran kooperatif adalah siswa membentuk kelompok kecil dan saling mengajar sesamanya untuk mencapai tujuan bersama. Dalam pembelajaran kooperatif siswa pandai mengajar siswa yang kurang pandai tanpa merasa dirugikan. Siswa kurang pandai dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan karena banyak teman yang membantu dan memotivasinya. Siswa yang sebelumnya terbiasa bersikap pasif setelah menggunakan 15 Tim Penyusun Naskah BTA, Penuntun US/UN dan SPMB 2007: Teori dan Soal Bahasa Indonesia, (Jakarta: BTA PRESS, 2007), Cet.1, h

36 pembelajaran kooperatif akan terpaksa berpartisipasi secara aktif agar bisa diterima oleh anggota kelompoknya Tujuan Pembelajaran Kooperatif Di awal telah disebutkan, bahwa ide utama dari belajar kooperatif adalah siswa bekerja sama untuk belajar dan bertanggung jawab pada kemajuan belajar temannya. Sebagai tambahan, belajar kooperatif menekankan pada tujuan dan kesuksesan kelompok, yang hanya dapat dicapai jika semua anggota kelompok mencapai tujuan atau penguasaan materi. Karena siswa bekerja dalam suatu tim, maka dengan sendirinya dapat memperbaiki hubungan di antara para siswa dari berbagai latar belakang etnis dan kemampuan, mengembangkan keterampilan-keterampilan proses kelompok dan pemecahan masalah. Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya. Jadi dalam pembelajaran kooperatif siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa ataupun sebagai guru. Dengan bekerja secara kolaboratif untuk mencapai sebuah tujuan bersama, maka siswa akan mengembangkan keterampilan berhubungan dengan sesama manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah. 16 Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan Konseptual Operasional, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Cet. Ke-2, h

37 Tabel 1 Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif dengan Kelompok Belajar Konvensional. Kelompok Belajar Kooperatif Adanya saling ketergantungan positif, saling membantu, dan saling memberikan motivasi sehingga ada interaksi promotif. Adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan materi pelajaran tiap anggota kelompok, dan kelompok diberi umpan balik hasil belajar para anggotanya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan. Kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, etnik, dan sebagainya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa memberikan bantuan. Pimpinan kelompok dipilih secara demokratis atau bergilir untuk memberikan pengalaman memimpin bagi para anggota kelompok. Kelompok Belajar Konvensional Guru sering membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok. Akuntabilitas individual sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering diborong oleh salah seorang anggota kelompok, sedangkan anggota kelompok lainnya hanya mendompleng keberhasilan pemborong. Kelompok belajar biasanya homogen. Pimpinan kelompok sering ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih pimpinannya dengan cara masingmasing. Keterampilan sosial yang diperlukan Keterampilan sosial sering tidak 37

38 dalam kerja gotong-royong seperti kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi, mempercayai orang lain, dan mengelola konflik secara langsung diajarkan. Pada saat belajar kooperatif sedang berlangsung guru terus melakukan pemantauan melalui observasi dan melakukan intervensi jika terjadi masalah dalam kerja sama antar anggota kelompok. Guru memperhatikan secara proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar. Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas tetapi juga hubungan interpersonal (hubungan antar pribadi yang saling menghargai). secara langsung diajarkan. Pemantauan melalui observasi dan intervensi sering tidak dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung. Guru sering tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar. Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas Unsur-Unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Ada beberapa elemen yang merupakan ketentuan pokok dalam pembelajaran, yaitu: a. Saling ketergantungan positif. b. Interaksi tatap muka. Cet.3, h Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana, 2010), 38

39 c. Akuntabilitas individual. d. Keterampilan untuk menjalin hubungan antarpribadi atau keterampilan sosial yang secara sengaja diajarkan Jenis-Jenis Kaidah Pembelajaran Kooperatif Menurut Moh. Arif dan Rosnaini (2000) terdapat berbagai strategi bagi melaksanakan proses pembelajaran kooperatif antara lain: a. Student Teams Achievement Division (STAD) b. Team-Games-Tournament (TGT) c. Jigsaw d. Teams Accelerated Instruction (TAI) e. Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) Student Teams Achievement Division (STAD) Pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) ini merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompokkelompok kecil. Dengan jumlah anggota pada setiap kelompoknya 4-5 orang siswa yang dipilih secara heterogen. Pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division ini diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok. 18 Wena, op.cit., h Isjoni, Pembelajaran Visioner Perpaduan Indonesia-Malaysia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), Cet. Ke-1, h

40 6. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) Langkah-langkahnya: a. Membentuk kelompok yang anggotanya 4-5 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll). b. Guru menyajikan pelajaran. c. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggotanya yang sudah mengerti dapat menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti. 20 D. Kerangka Berpikir Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia karena bahasa merupakan alat komunikasi manusia dalam kehidupan sehari-hari. Dalam dunia pendidikan khususnya pendidikan bahasa, penggunaan bahasa dikemas dalam empat aspek keterampilan, yakni keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Empat aspek tersebut saling berkaitan satu sama lain. Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif adalah dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD). Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan teman sekelompoknya. Langkah pertama, guru membagi siswa ke dalam 20 Suprijono, Agus, Cooperative Learning, Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), Cet. 2, h

41 beberapa kelompok yang terdiri dari 4 5 orang. Kelompok tersebut dibuat secara heterogen (berbeda suku, status sosial, dan intelegensi). Kedua, guru menerangkan materi yang akan disampaikan, yakni tentang pemahaman unsur intrinsik pada cerpen, kemudian guru memberikan tugas. Apabila masih ada siswa di dalam suatu kelompok yang kurang memahami materi yang disampaikan oleh guru, maka siswa yang pandai harus menerangkan kembali kepada teman sekelompoknya. Kegiatan belajar ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat secara aktif dalam kegiatan belajar. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan dan pemahaman dari materi yang telah disajikan guru dan saling membantu teman sekelompok untuk mencapai ketuntasan belajar. E. Bahasan Hasil-Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian dengan menggunakan metode kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) ini telah banyak dilakukan dan diujicobakan dalam banyak pelajaran. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Ruslah ( ), mahasiswi Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI), UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dalam skripsinya Penggunaan Metode Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) untuk Meningkatkan Kemampuan Penggunaan Gaya Bahasa pada Puisi (Sebuah PTK pada Siswa Kelas X MAN 22 Jakarta Tahun Pelajaran 2010/2011). Penelitian yang dilakukan oleh Ruslah menekankan bagaimana teknik metode kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam penggunaan gaya bahasa. Hasilnya memuaskan Ruslah, Abstrak Skripsi: Penggunaan Metode Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) untuk Meningkatkan Kemampuan Penggunaan Gaya Bahasa pada Puisi 41

42 Begitu pula yang dilakukan oleh Titi Rosdiana ( ), mahasiswi Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Negeri Jakarta (UNJ), dalam skripsinya Peningkatan Kemampuan Membacakan Berita Siswa Kelas XI SMA Widya Kusuma Cileungsi melalui Pendekatan Cooperative Learning dengan metode Student Teams Achievement Division (STAD). Hasilnya pun memuaskan. 22 Penelitian dengan metode yang sama juga dilakukan oleh Warto, mahasiswa Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Universitas Negeri Jakarta (UNJ), dalam skripsinya Peningkatan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) melalui Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) di Kelas IV pada SD Don Bosco I Kecamatan Kelapa Gading, Kotamadya Jakarta Utara. Hasilnya sangat memuaskan. 23 Perbedaan yang mendasar antara ketiga skripsi di atas dengan skripsi ini adalah metode kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) diterapkan pada pembelajaran unsur intrinsik pada cerpen dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. (Sebuah PTK pada Siswa Kelas X MAN 22 Jakarta Tahun Pelajaran 2010/2011), (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2010) 22 Titi Rosdiana, Abstrak Skripsi: Peningkatan Kemampuan Membacakan Berita Siswa Kelas XI SMA Widya Kusuma Cileungsi melalui Pendekatan Cooperative Learning dengan metode Student Teams Achievement Division (STAD), (Jakarta: UNJ, 2008) 23 Warto, Abstrak Skripsi: Peningkatan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) melalui Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) di Kelas IV pada SD Don Bosco I Kecamatan Kelapa Gading, Kotamadya Jakarta Utara, (Jakarta: UNJ, 2009) 42

43 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di MA As-Syafi iyah 01 yang berlokasi di Jalan Al-Barkah No. 17, Tebet, Jakarta Selatan, pada pertengahan semester 1 (Ganjil) Tahun Ajaran 2011/2012 pada tanggal Juli B. Metode dan Desain Intervensi Tindakan Dalam skripsi ini peneliti menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas atau PTK (Classroom Action Research). PTK memiliki peranan yang sangat penting dan strategis untuk meningkatkan mutu pembelajaran apabila diimplementasikan dengan baik dan benar. Diimplementasikan dengan baik, artinya pihak yang terlibat dalam PTK (guru) mencoba dengan sadar mengembangkan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah-masalah yang terjadi dalam pembelajaran di kelas melalui tindakan bermakna yang diperhitungkan dalam memecahkan masalah atau memperbaiki situasi dan kemudian secara cermat mengamati pelaksanaannya untuk mengukur tingkat keberhasilannya. Diimplementasikan dengan benar, artinya sesuai dengan kaidah-kaidah PTK. Upaya PTK diharapkan dapat menciptakan sebuah budaya belajar (learning culture) di kalangan guru. PTK menawarkan peluang sebagai strategi pengembangan kinerja sebab pendekatan penelitian ini menempatkan guru sebagai peneliti, agen perubahan yang pola kerjanya bersifat kolaboratif Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada), Cet. Ke-1, h

44 C. Subjek/Partisipan dalam Penelitian Dalam PTK ini, yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas X MA As-Syafi iyah Jakarta semester 1 tahun ajaran 2011/2012 yang terdiri dari 25 siswa dengan komposisi 15 siswa perempuan dan 10 siswa laki-laki. D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian Fokus penelitian berupa kegiatan pembelajaran untuk materi pemahaman unsur intrinsik cerpen dengan menggunakan metode kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD). PTK memberikan peranan yang besar dan penting kepada peneliti sebagai instrumen (human instrument). Hal ini disebabkan peneliti dapat menghadapi situasi yang berubah-ubah dan tidak menentu yang terjadi dalam proses belajar mengajar di kelas. 25 E. Tahapan Intervensi Tindakan Ada beberapa ahli yang mengemukakan model penelitian tindakan dengan bagan yang berbeda, namun secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu: 25 Ibid., h

Majas (Gaya Bahasa) Macam-Macam Gaya Bahasa. A. Gaya Bahasa Penegasan

Majas (Gaya Bahasa) Macam-Macam Gaya Bahasa. A. Gaya Bahasa Penegasan Majas (Gaya Bahasa) Yang dimaksud dengan majas ialah cara pengungkapan perasaan atau pikiran dengan bahasa sedemikian rupa, sehingga kesan dan efek terhadap pembaca atau pendengar dapat dicapai semaksimal

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN Pada bab ini akan diuraikan empat hal pokok yaitu: (1) kajian pustaka, (2) landasan teori, (3) kerangka berpikir, dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran 1. Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan salah satu faktor penting dalam pembelajaran yang digunakan oleh guru demi tercapainya keberhasilan

Lebih terperinci

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli Mashura SMP Negeri 2 ToliToli, Kab. ToliToli, Sulteng ABSTRAK Strategi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. baik dari segi kognitif, psikomotorik maupun afektif.

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. baik dari segi kognitif, psikomotorik maupun afektif. 6 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Belajar Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

Lebih terperinci

Oleh Sri Lestari Siregar Prof. Dr. Tiur Asi Siburian, M. Pd.

Oleh Sri Lestari Siregar Prof. Dr. Tiur Asi Siburian, M. Pd. 0 PENGARUH MODEL THINK TALK WRITE (TTW)TERHADAP KEMAMPUAN MENGANALISIS UNSUR-UNSUR INTRINSIK CERPEN OLEH SISWA KELAS XI SMK NEGERI 1 TANJUNG PURA TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015 Oleh Sri Lestari Siregar Prof.

Lebih terperinci

PENERAPAN TEKNIK TPS (THINK, PAIR, AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENENTUKAN KALIMAT UTAMA PARAGRAF DESKRIPSI

PENERAPAN TEKNIK TPS (THINK, PAIR, AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENENTUKAN KALIMAT UTAMA PARAGRAF DESKRIPSI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia, sebagai salah satu identitas atau pembeda dari bangsa lain, selain sebagai bahasa persatuan juga berkedudukan sebagai bahasa negara dan sebagai

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sangatlah berperan penting dalam kehidupan sehari-hari terlebih bagi dunia pendidikan. Bahasa merupakan sebuah jembatan bagi pemerolehan ilmu-ilmu pembelajaran

Lebih terperinci

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom RAGAM TULISAN KREATIF C Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom HAKIKAT MENULIS Menulis merupakan salah satu dari empat aspek keterampilan berbahasa. Menulis merupakan kemampuan menggunakan pola-pola bahasa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai objeknya dan bahasa sebagai mediumnya. Menurut Esten (2000: 9), sastra merupakan pengungkapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti baik dan sastra (dari bahasa Sansekerta) berarti tulisan atau karangan. Dari pengertian

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN MENGGUNAKAN METODE PETA PIKIRAN (MIND MAP) SMA NEGERI 3 PONTIANAK

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN MENGGUNAKAN METODE PETA PIKIRAN (MIND MAP) SMA NEGERI 3 PONTIANAK PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN MENGGUNAKAN METODE PETA PIKIRAN (MIND MAP) SMA NEGERI 3 PONTIANAK Devi Anggraini, Paternus Hanye, Syambasril Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, FKIP Universitas

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ISI CERITA PENDEK MELALUI PENERAPAN METODE CIRC SISWA KELAS V

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ISI CERITA PENDEK MELALUI PENERAPAN METODE CIRC SISWA KELAS V Peningkatan Kemampuan Memahami... (Marselina Sulastri Jampar) 343 PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ISI CERITA PENDEK MELALUI PENERAPAN METODE CIRC SISWA KELAS V IMPROVING UNDERSTANDING OF SHORT STORY COMPTENCE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan, dan pendapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. problematika yang dialaminya dalam kehidupan. Problematika dapat timbul

I. PENDAHULUAN. problematika yang dialaminya dalam kehidupan. Problematika dapat timbul I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan problematika yang dialaminya

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN RENCANA PENELITIAN. yang dalam istilah Bahasa Inggris adalah Classroom Action Research (CAR),

BAB III METODE DAN RENCANA PENELITIAN. yang dalam istilah Bahasa Inggris adalah Classroom Action Research (CAR), BAB III METODE DAN RENCANA PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dalam istilah Bahasa Inggris adalah Classroom Action Research (CAR),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peran penting dalam kehidupan. Pendidikan bahasa sastra Indonesia yang menitikberatkan

BAB I PENDAHULUAN. peran penting dalam kehidupan. Pendidikan bahasa sastra Indonesia yang menitikberatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu kebutuhan manusia sehingga memegang peran penting dalam kehidupan. Pendidikan bahasa sastra Indonesia yang menitikberatkan pada keterampilan

Lebih terperinci

Oleh Dewi Astuti. Drs. Syamsul Arif, M. Pd. ABSTRAK

Oleh Dewi Astuti. Drs. Syamsul Arif, M. Pd. ABSTRAK EFEKTIVITAS METODE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (BERBAGI PRESTASI SEBAGAI TIM) TERHADAP KEMAMPUAN MEMAHAMI NILAI-NILAI MULTIKULTURAL DALAM CERPEN PAROMPA SADUN KIRIMAN IBU KARYA HASAN AL BANNA SISWA

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 02/Tahun XVIII/November 2014

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 02/Tahun XVIII/November 2014 PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR KELAS IV B SD NEGERI TAHUNAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD Fathonah Guru Kelas IVB SD Negeri Tahunan Yogyakarta Abstrak Penelitian tindakan kelas ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia. Kemampuan berbahasa seseorang dapat menunjukkan kepribadian serta pemikirannya.

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI WACANA CERKAK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI WACANA CERKAK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI WACANA CERKAK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW Heni henipoenya990@yahoo.com Universitas Muhammmadiyah Purworejo ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA KELAS IV MELALUI MODEL DIRECT WRITING ACTIVITIES DI SDN 08 KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA KELAS IV MELALUI MODEL DIRECT WRITING ACTIVITIES DI SDN 08 KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA KELAS IV MELALUI MODEL DIRECT WRITING ACTIVITIES DI SDN 08 KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT Silvia Anggraini 1, Yetty Morelent 2, Rona Taula Sari 2 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

Peningkatkan Keterampilan Membaca Intensif Dengan Model Cooperative Think Pair Sahre Pada Siswa Kelas XI Ipa 3 MAN Model Singkawang

Peningkatkan Keterampilan Membaca Intensif Dengan Model Cooperative Think Pair Sahre Pada Siswa Kelas XI Ipa 3 MAN Model Singkawang Peningkatkan Keterampilan Membaca Intensif Dengan Model Cooperative Think Pair Sahre Pada Siswa Kelas XI Ipa 3 MAN Model Singkawang Safitri 1), Eti Sunarsih 2) 1) Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia adalah mempertinggi kemahiran siswa dalam menggunakan bahasa meliputi kemahiran menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE SCRIPT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK SISWA KELAS V SDN BULAK 1 BENDO MAGETAN. Cerianing Putri Pratiwi 1

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE SCRIPT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK SISWA KELAS V SDN BULAK 1 BENDO MAGETAN. Cerianing Putri Pratiwi 1 PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE SCRIPT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK SISWA KELAS V SDN BULAK 1 BENDO MAGETAN Cerianing Putri Pratiwi 1 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk (1) meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Bahasa digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dengan manusia lain. Bahasa mempunyai fungsi intelektual,

Lebih terperinci

ARTIKEL. untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. oleh : Nur Aeni Ratna Dewi

ARTIKEL. untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. oleh : Nur Aeni Ratna Dewi PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN PROSES DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS 5 SEMESTER 2 SEKOLAH DASAR NEGERI KALIGENTONG 01 TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa siswa, karena siswa tidak hanya belajar menulis, membaca,

BAB I PENDAHULUAN. bahasa siswa, karena siswa tidak hanya belajar menulis, membaca, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) menjadi sebuah proses belajar bahasa yang berada pada fase paling penting bagi penguasaan bahasa siswa, karena siswa

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MENEMUKAN KALIMAT UTAMA PADA TIAP PARAGRAF

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MENEMUKAN KALIMAT UTAMA PADA TIAP PARAGRAF Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016) PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MENEMUKAN KALIMAT UTAMA PADA TIAP PARAGRAF Asep Saiful Alfazr 1, Diah Gusrayani

Lebih terperinci

Kata kunci: menulis, paragraf argumentasi, student teams achievement division

Kata kunci: menulis, paragraf argumentasi, student teams achievement division KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DALAM MENULIS PARAGRAF ARGUMENTASI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 BONE-BONE KABUPATEN LUWU UTARA Lilik Sumarti Universitas

Lebih terperinci

HUBUNGAN KETERAMPILAN MEMAHAMI TEKS CERITA PENDEK DENGAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS CERITA PENDEK SISWA KELAS XI SMA SEMEN PADANG

HUBUNGAN KETERAMPILAN MEMAHAMI TEKS CERITA PENDEK DENGAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS CERITA PENDEK SISWA KELAS XI SMA SEMEN PADANG HUBUNGAN KETERAMPILAN MEMAHAMI TEKS CERITA PENDEK DENGAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS CERITA PENDEK SISWA KELAS XI SMA SEMEN PADANG Oleh: Mira Handriyani, Harris Effendi Thahar, Andria Catri Tamsin Program

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Guru Sekolah Dasar SITI ROSIDAH NIM. A.

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Guru Sekolah Dasar SITI ROSIDAH NIM. A. 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS) PADA SISWA KELAS IV SDN 03 DELINGAN TAHUN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP MUHAMMAD IDRIS Guru SMP Negeri 3 Tapung iidris.mhd@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE SCRIPT SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK DONGENG SISWA SMP

MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE SCRIPT SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK DONGENG SISWA SMP MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE SCRIPT SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK DONGENG SISWA SMP Heru Susanto, Eti Sunarsih Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, STKIP Singkawang,

Lebih terperinci

2 PENERAPAN METODE THINK-PAIR-SHARE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMPULKAN ISI BERITA YANG DIBACAKAN PADA PESERTA DIDIK KELAS VII 2 SMPN TELAGA TAH

2 PENERAPAN METODE THINK-PAIR-SHARE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMPULKAN ISI BERITA YANG DIBACAKAN PADA PESERTA DIDIK KELAS VII 2 SMPN TELAGA TAH 1 2 PENERAPAN METODE THINK-PAIR-SHARE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMPULKAN ISI BERITA YANG DIBACAKAN PADA PESERTA DIDIK KELAS VII 2 SMPN TELAGA TAHUN PELAJARAN 2013/2014 OLEH Hasnia Lundeto Fatma

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SMA SMA Negeri 1 Wonogiri Mata Pelajaran/Tema : Bahasa Indonesia/ Kelas/Semester Waktu : XI / Ganjil : 1 x Pertemuan (2 x 45 menit) Hari : Kamis, 23 Desember

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik, dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Simpulan. asing, kata sapaan khas atau nama diri, dan kata vulgar. Kata konotatif digunakan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Simpulan. asing, kata sapaan khas atau nama diri, dan kata vulgar. Kata konotatif digunakan BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan hingga pembahasan, dapat diambil simpulan sebagai berikut. 1. Gaya Kata (Diksi) Pada naskah film Kembang

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS CERITA PENDEK SISWA KELAS VII DI MTS NURUL JADID KABUPATEN PROBOLINGGO MELALUI TEKNIK STAD

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS CERITA PENDEK SISWA KELAS VII DI MTS NURUL JADID KABUPATEN PROBOLINGGO MELALUI TEKNIK STAD PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS CERITA PENDEK SISWA KELAS VII DI MTS NURUL JADID KABUPATEN PROBOLINGGO MELALUI TEKNIK STAD Andriyanto Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Pascasarjana Unisma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari kebudayaan. Usianya sudah cukup tua. Kehadiran hampir bersamaan dengan adanya manusia. Karena ia diciptakan

Lebih terperinci

ANALISIS MAJAS DALAM NOVEL AYAH KARYA ANDREA HIRATA DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

ANALISIS MAJAS DALAM NOVEL AYAH KARYA ANDREA HIRATA DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA ANALISIS MAJAS DALAM NOVEL AYAH KARYA ANDREA HIRATA DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Mei Arisman Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk mengikuti perkembangan zaman. Pembelajaran memiliki peran serta mendidik siswa agar menjadi manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam UU RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial,

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial, 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Makna Belajar Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang berlangsung tanpa kehadiran bahasa. Bahasa sangat diperlukan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang berlangsung tanpa kehadiran bahasa. Bahasa sangat diperlukan dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi. Sebagai alat interaksi sosial peranan bahasa besar sekali. Hampir tidak ada kegiatan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking skills), keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking skills), keterampilan digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen, yaitu keterampilan menyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking skills), keterampilan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI MELALUI MODEL STAD SISWA KELAS VII SMP NEGERI 15 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI MELALUI MODEL STAD SISWA KELAS VII SMP NEGERI 15 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2012/2013 PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI MELALUI MODEL STAD SISWA KELAS VII SMP NEGERI 15 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Oleh: Eny Mutiarawati Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menulis berkaitan erat dengan keterampilan mendengarkan, gagasan secara runtut. Menulis memiliki peranan yang sangat penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Menulis berkaitan erat dengan keterampilan mendengarkan, gagasan secara runtut. Menulis memiliki peranan yang sangat penting dalam BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya menulis merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa. Menulis berkaitan erat dengan keterampilan mendengarkan, berbicara, dan membaca. Dengan

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG PENGARUH PENDEKATAN KOOPERATIF MODEL PAKERJASI TERHADAP MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS VII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 4 BINTAN TAHUN PELAJARAN 205/2016 ARTIKEL E-JOURNAL Diajukan sebagai syarat untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Membaca 2.1.1 Pengertian Membaca Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis

Lebih terperinci

Keywords: STAD learning model, audio media, listening, intrinsic elements of short story.

Keywords: STAD learning model, audio media, listening, intrinsic elements of short story. PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) BERBANTUAN MEDIA AUDIO TERHADAP KETERAMPILAN MENYIMAK UNSUR-UNSUR INTRINSIK CERPEN SISWA KELAS XI SMA AL-ISTIQAMAH SIMPANG EMPAT KABUPATEN

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menulis sebagai salah satu keterampilan berbahasa merupakan suatu aktivitas komunikasi yang menggunakan tulisan sebagai medianya. Wujudnya berupa tulisan yang terdiri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan problematika yang

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN PERSUASI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS V

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN PERSUASI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS V MODEL PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN PERSUASI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS V Isdianti Isdianti15@yahoo.com Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Siliwangi Bandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan pelbagai

Lebih terperinci

MODUL BAHASA INDONESIA CERITA PENDEK

MODUL BAHASA INDONESIA CERITA PENDEK YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A Jl. Merdeka No. 24 Bandung 022. 4214714 Fax.022. 4222587 http//: www.smasantaangela.sch.id, e-mail : smaangela@yahoo.co.id 043 URS

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGANALISIS UNSUR INSTRINSIK PADA CERPEN MELALUI MEDIA AUDIOVISUAL. Yuni Setiarini

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGANALISIS UNSUR INSTRINSIK PADA CERPEN MELALUI MEDIA AUDIOVISUAL. Yuni Setiarini Didaktikum : Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 16, No. 4, Agustus 2015 (Edisi Khusus) ISSN 2087-3557 UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGANALISIS UNSUR INSTRINSIK SMP Negeri 7 Pemalang, Jawa Tengah Abstrak

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF TIPE

PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF TIPE PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 JLEGIWINANGUN TAHUN AJARAN 2015/2016 Naelatul

Lebih terperinci

memiliki tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah yakni siswa terampil berbahasa. Keterampilan berbahasa diajarkan kepada siswa agar mampu

memiliki tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah yakni siswa terampil berbahasa. Keterampilan berbahasa diajarkan kepada siswa agar mampu 1 2 memiliki tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah yakni siswa terampil berbahasa. Keterampilan berbahasa diajarkan kepada siswa agar mampu menyimak, berbicara, membaca dan menulis dengan baik.

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL STAD DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI PADA SISWA KELAS IV SDN 11 TELAGA BIRU KABUPATEN GORONTALO OLEH : FEMMY

PENERAPAN MODEL STAD DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI PADA SISWA KELAS IV SDN 11 TELAGA BIRU KABUPATEN GORONTALO OLEH : FEMMY PENERAPAN MODEL STAD DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI PADA SISWA KELAS IV SDN 11 TELAGA BIRU KABUPATEN GORONTALO OLEH : FEMMY NAPU Pembimbing I : Dr. Yusuf Jafar, M.Pd Pembimbing II

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN TAPE RECORDER DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK CERITA PENDEK SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 PAKUHAJI TAHUN PELAJARAN 2010/2011

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN TAPE RECORDER DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK CERITA PENDEK SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 PAKUHAJI TAHUN PELAJARAN 2010/2011 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN TAPE RECORDER DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK CERITA PENDEK SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 PAKUHAJI TAHUN PELAJARAN 2010/2011 Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (class action research). Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan suatu penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kata merupakan bentuk atau unit yang paling kecil dalam bahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kata merupakan bentuk atau unit yang paling kecil dalam bahasa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata merupakan bentuk atau unit yang paling kecil dalam bahasa yang mengandung konsep atau gagasan tertentu. Dalam kegiatan komunikasi, katakata dijalin satukan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PERSUASI MENGGUNAKAN MEDIA POSTER PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PERSUASI MENGGUNAKAN MEDIA POSTER PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PERSUASI MENGGUNAKAN MEDIA POSTER PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Oleh: Fitria Damayanti Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia phiethriedamaya@yahoo.co.id

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN APRESIASI PROSA FIKSI MELALUI PENDEKATAN COOPERATIVE LEARNING TIPE CIRC PADA KELAS V SD JURNAL. Oleh

PEMBELAJARAN APRESIASI PROSA FIKSI MELALUI PENDEKATAN COOPERATIVE LEARNING TIPE CIRC PADA KELAS V SD JURNAL. Oleh PEMBELAJARAN APRESIASI PROSA FIKSI MELALUI PENDEKATAN COOPERATIVE LEARNING TIPE CIRC PADA KELAS V SD JURNAL Oleh TIKA MIFTAHULJANNAH Dr. H. Suwarjo, M.Pd. Dra. Siti Rachmah S FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK MELALUI METODE PENUGASAN. Cicih Wiarsih 1, Tri Yuliansyah Bintaro 2

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK MELALUI METODE PENUGASAN. Cicih Wiarsih 1, Tri Yuliansyah Bintaro 2 PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK MELALUI METODE PENUGASAN Cicih Wiarsih 1, Tri Yuliansyah Bintaro 2 cie_sh4quille@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini berdasarkan pada permasalahan yang dialami

Lebih terperinci

PROSIDING Kajian Ilmiah Dosen Sulbar ISBN: PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI STRATEGI MEMBACA EKSPRESIF

PROSIDING Kajian Ilmiah Dosen Sulbar ISBN: PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI STRATEGI MEMBACA EKSPRESIF PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI STRATEGI MEMBACA EKSPRESIF Aknes Triani, 2 Nur Hafsah Yunus MS, 3 Muhammad Syaeba Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Al Asyariah Mandar Aknes.Triani@gmail.com

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Makna Belajar Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang hayat, artinya belajar adalah proses yang terus-menerus, yang tidak pernah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. baca-tulis bangsa Indonesia. Budaya baca-tulis di Indonesia masih kurang

BAB 1 PENDAHULUAN. baca-tulis bangsa Indonesia. Budaya baca-tulis di Indonesia masih kurang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tujuan pokok pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia bagi siswa pada dasarnya adalah peningkatan kemampuan empat aspek keterampilan bahasa. Pada umumnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai pembelajaran menulis cerpen menggunakan strategi. 3M (Meniru-Mengolah-Mengembangkan) dilakukan dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai pembelajaran menulis cerpen menggunakan strategi. 3M (Meniru-Mengolah-Mengembangkan) dilakukan dengan 1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian mengenai pembelajaran menulis cerpen menggunakan strategi 3M (Meniru-Mengolah-Mengembangkan) dilakukan dengan menggunakan metode penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mardwitanti Laras, 2014 Penerapan Teknik Parafrase dengan Pengandaian 180 Derajat berbeda dalam pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Mardwitanti Laras, 2014 Penerapan Teknik Parafrase dengan Pengandaian 180 Derajat berbeda dalam pembelajaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan menulis merupakan hal yang harus dikuasai oleh siswa. Keterampilan menulis tidak dapat terlepas dari ketiga komponen lainnya seperti keterampilan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA TAYANGAN FILM PENDEK PADA SISWA KELAS IX C SMP NEGERI 9 PURWOKERTO TAHUN AJARAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA TAYANGAN FILM PENDEK PADA SISWA KELAS IX C SMP NEGERI 9 PURWOKERTO TAHUN AJARAN PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA TAYANGAN FILM PENDEK PADA SISWA KELAS IX C SMP NEGERI 9 PURWOKERTO TAHUN AJARAN 2016-2017 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali,

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatnya kemampuan siswa, kondisi lingkungan yang ada di. dan proaktif dalam melaksanakan tugas pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatnya kemampuan siswa, kondisi lingkungan yang ada di. dan proaktif dalam melaksanakan tugas pembelajaran. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan berkembang dan meningkatnya kemampuan siswa, kondisi lingkungan yang ada di masyarakat, pengaruh informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran menjadi salah satu kegiatan yang bernilai edukatif, hal ini terjadi karena adanya interaksi antara guru dan siswa. Interaksi yang dilakukan mengharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keterampilan berbahasa berhubungan erat dan saling melengkapi dengan pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di sekolah berkaitan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelaksanaan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia di SMA kini

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelaksanaan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia di SMA kini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Pelaksanaan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia di SMA kini dititikberatkan pada keterampilan siswa. Berdasarkan kurikulum 2006 siswa dituntut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar 1. Defenisi Belajar pada hakikatnya adalah penyempurnaan potensi atau kemampuan pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia dengan dunia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Dalam lampiran Permendiknas No 22 tahun 2006 di kemukakan bahwa mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Penelitian ini melibatkan beberapa konsep, antara lain sebagai berikut: 2.1.1 Gambaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:435), gambaran

Lebih terperinci

METODE DISKUSI KELOMPOK MODEL KEPALA BERNOMOR SEBAGAI INOVASI METODE PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA SMP DALAM MENANGGAPI PEMBACAAN CERPEN

METODE DISKUSI KELOMPOK MODEL KEPALA BERNOMOR SEBAGAI INOVASI METODE PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA SMP DALAM MENANGGAPI PEMBACAAN CERPEN METODE DISKUSI KELOMPOK MODEL KEPALA BERNOMOR SEBAGAI METODE KETERAMPILAN BERBICARA SISWA SMP DALAM MENANGGAPI PEMBACAAN CERPEN Dipresentasikan dalam Lomba Inovasi Pembelajaran yang diselenggarakan oleh

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dengan menggerakkan sejumlah besar tindakan yang terpisah pisah.aktivitas yang

BAB II LANDASAN TEORI. dengan menggerakkan sejumlah besar tindakan yang terpisah pisah.aktivitas yang 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Membaca 1. Pengertian Membaca Menurut Soedarso (1989: 4) Membaca adalah aktivitas yang kompleks dengan menggerakkan sejumlah besar tindakan yang terpisah pisah.aktivitas yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum. Saat ini sempat diterapkan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum. Saat ini sempat diterapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seorang guru yang berhasil akan selalu memperhatikan tujuan pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum. Saat ini sempat diterapkan Kurikulum 2013. Penerapan

Lebih terperinci

Oleh. Sarlin K. Dai Meyko Panigoro La Ode Rasuli Pendidikan Ekonomi

Oleh. Sarlin K. Dai Meyko Panigoro La Ode Rasuli Pendidikan Ekonomi MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DENGAN MENGGUNAKAN LKS PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI DI KELAS XI IPS 3 SMA NEGERI 1 TILAMUTA

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA FITRA YULIA ROZI Guru IPS SMP Negeri 6 Pekanbaru fitria@gmail.com ABSTRAK Tujuan penelitian

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PANTUN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS IV SDN WOTBUWONO KLIRONG KEBUMEN

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PANTUN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS IV SDN WOTBUWONO KLIRONG KEBUMEN 1 PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PANTUN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS IV SDN WOTBUWONO KLIRONG KEBUMEN Oleh : Siti Romelah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KOOPERATIF

PEMBELAJARAN KOOPERATIF 1 PEMBELAJARAN KOOPERATIF Karakteristik Pembelajaran kooperatif telah dikembangkan secara intensif melalui berbagai penelitian, tujuannya untuk meningkatkan kerjasama akademik antar mahasiswa, membentuk

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI PERISTIWA PROKLAMASI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI MARIBAYA 01 KRAMAT TEGAL TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR Okmi Muji Rahayu 1, Suhartono 2, M. Chamdani 3 PGSD FKIP Universitas Sebelas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Aktivitas Belajar Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya di lingkungan itu" (Piaget dalam

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD 6

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD 6 ISSN 2442-3041 Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 1, No. 2, Mei - Agustus 2015 STKIP PGRI Banjarmasin UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hamalik (2001, 37) belajar adalah memperoleh. pengetahuan melalui alat indra yang disampaikan dalam bentuk perangsang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hamalik (2001, 37) belajar adalah memperoleh. pengetahuan melalui alat indra yang disampaikan dalam bentuk perangsang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran Matematika Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2001, 37) belajar adalah

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA DENGAN MEDIA CERPEN PADA SISWA KELAS XI SMA N 3 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA DENGAN MEDIA CERPEN PADA SISWA KELAS XI SMA N 3 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2012/2013 PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA DENGAN MEDIA CERPEN PADA SISWA KELAS XI SMA N 3 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Oleh: Eka Susilowati Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara, sebagaimana yang tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pada bab 2 pasal 3 menyatakan:

Lebih terperinci

PERBEDAAN GAYA MENULIS CERITA PENDEK SISWA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI SMA ISLAM TERPADU (IT) BINAUL UMMAH KELAS XI TAHUN AJARAN 2013/2014

PERBEDAAN GAYA MENULIS CERITA PENDEK SISWA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI SMA ISLAM TERPADU (IT) BINAUL UMMAH KELAS XI TAHUN AJARAN 2013/2014 PERBEDAAN GAYA MENULIS CERITA PENDEK SISWA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI SMA ISLAM TERPADU (IT) BINAUL UMMAH KELAS XI TAHUN AJARAN 2013/2014 Aan Sugiantomas & Nadiyaturahmah Program Studi Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan. Akan tetapi, apabila kegiatan berkomunikasi terjadi tanpa diawali keterampilan berbicara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kurikulum sekolah keterampilan berbahasa biasanya mencakup empat segi,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kurikulum sekolah keterampilan berbahasa biasanya mencakup empat segi, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kurikulum sekolah keterampilan berbahasa biasanya mencakup empat segi, yaitu: keterampilan menyimak/mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Sebagai

Lebih terperinci

NICO SATYA YUNANDA A54F100019

NICO SATYA YUNANDA A54F100019 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION BERBASIS LINGKUNGAN UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 SUGIHMANIK KECAMATAN TANGGUNGHARJO KABUPATEN

Lebih terperinci