Kata Kunci: Kesehatan Kerja, Tingkat pengetahuan, Kearsipan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kata Kunci: Kesehatan Kerja, Tingkat pengetahuan, Kearsipan"

Transkripsi

1 Tingkat Pengetahuan Pegawai Tentang Kesehatan Kerja di Kearsipan Surabaya dan Kearsipan Jawa Timur Oleh : Riyansa Kanzul Haqiqi ( ) Fitri Mutia, A.KS.,M.SI ( ) Ilmu Informasi dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga 2015 ABSTRAK Kesehatan Kerja secara umum lebih di pahami sebagai upaya untuk mengendalikan dan memelihara kesehatan para pegawai atu staf yang bekerja di dalamnya. Fokus utama pemeliharaan kesehatan fisik dan kesehatan psikologis para pegawai. Kesehatan fisik dapat di lihat secara kasat mata dan kesehatan psikologis yang dapat dilihat dari tingkah laku ataupun pemikiran dari masing-masing. Dalam UUD menyatakan bahwa mewujudkan derajat kesehatan yang optimal di selenggarakan melalui pendekatan pemeliharaan dan peningkatan, pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Selain itu UUD juga menyatakan bahwa kesehatan kerja di selenggarakan untuk mewujudkan produktifitas kerja yang optimal, yang meliputi pelayanan kesehatan, pencegahan penyakit kerja dan syarat kesehatan kerja. Penelitian ini di kaji berdasarkan pendapat dan teori dari beberapa ahli mengenai kesehatan kerja dan tingkat pengetahuan. Aspek yang di ukur pada Badan Kearsipan dalam standart kesehatan kerja yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan kerja antara lain: beban kerja, lingkungan kerja dan kapasitas kerja. Teori tingkat pengetahuan di gunakan untuk mengukur kesehatan kerja dengan penggunakan tahapan-tahapan dalam tingkat pengetahuan antara lain: tahu, memahami, analisis, aplikasi, sintesis dan evaluasi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan pegawai tentang kesehatan kerja sebagian besar menunjukkan hasil sedang, dengan berada pada tingkat diantara 78% dimana hasil masuk pada rata-rata (60-80%) dalam teori pengukuran tingkat pengetahuan. Kata Kunci: Kesehatan Kerja, Tingkat pengetahuan, Kearsipan 1. Pendahuluan Kesehatan kerja adalah hal yang di dalamnya terkandung pemahaman mengenai perlindungan kesehatan kerja. Masyarakat lebih mengenal kesehatan kerja tidak berbeda dengan program K3. Memang hal tersebut tidaklah salah karena di dalam Undang-Undang dasar yang mengatur, tidak membedakan pengertian keselamatan dengan kesehatan kerja. Di dalam pengertian keselamatan telah melekat dengan pemahaman kesehatan kerja. Di dalam Undang-Undang No 1 Tahun 1970 di jelaskan bahwa kesehatan kerja merupakan bagian dari

2 keselamatan kerja. Dengan berkembangnya waktu dan semakin luas ilmu pengetahuan maka kesehatan kerja menjadi cabang ilmu tersendiri. Kesehatan kerja secara umum dapat di pahami sebagai upaya untuk memberikan pemeliharaan, pencegahaan dan perlindungan bagi seluruh tenaga kerja. Hal tersebut di lakukan guna untuk menjamin kesehatan serta keselamatan para pekerja dan mengurangi resiko penyakit kerja yang di timbulkan oleh tempat kerja seperti: alat yang di gunakan pada saat bekerja, lingkungan kerja, fasilitas yang di berikan, ataupun hubungan tenaga kerja satu dengan tenaga kerja lainnya. Hal-hal di atas dapat menimbulkan penyakit kerja yang dapat timbul dalam jangka panjang. Penyakit bisa saja terjadi dari lingkungan kerja yang tidak memperhatikan aspek kesehatan dan keselamatan kerja. Penempatan dan peletakan perlengkapan kerja harus diletakan sesuai dengan aturan dan prosedur, dan seringkali penempatan bahan-bahan kimia yang berbahaya yang tidak di tempatkan pada ruangan yang aman ataupun banyak debu yang menempel pada alat atau objek yang di gunakan pada saat bekerja. Kesehatan kerja dapat di ukur dengan melihat faktor-faktor yanga ada di dalam kesehatan kerja seperti faktor beban kerja, lingkungan kerja dan kapasitas kerja, yang di dalamnya mengukur hal-hal kecil yang berkaitan dengan kesehatan fisik maupun mental. Pentingnya kesehatan kerja di Indonesia di tunjukkan oleh Direktur Bina Keselamatan Kerja dan Olahraga Kemenkes Dr. Muchtaruddin mansyur bahwa Kesehatan kerja kini menjadi masalah utama dalam persoalan pemeliharaan kesehatan penduduk Indonesia. Dengan proporsi penduduk lebih dari 50% adalah usia produktif, maka gangguan kesehatan menjadi masalah yang dapat berimbas terhadap aspek sosial dan ekonomi terutama bagi keluarganya. Kepentingan diciptakan kesehatan kerja di dalam perusahaan, instansi ataupun lembaga tersebut berguna untuk kepentingan organisasi sendiri. Sebab tenaga kerja harus mendapatkan jaminan yang menyeluruh dan pekerja merasa nyaman sehingga produktifitas kerja akan naik dan menguntungkan bagi perusahaan atau instansi. Maka dari itu semua jenis pekerjaan harus dapat menciptakan lingkungan kerja yang sehat. Muchtaruddin (poskotanews kamis 28 november 2013) mengatakan bahwa orang bekerja memiliki resiko gangguan kesehatan 3 kali lipat di banding mereka yang tidak bekerja. Mulai dari sepanjang jalan menuju tempat kerja, di tempat kerja dan ketika kembali ke rumah. Hal ini dapat mengakibatkan seseorang menderita resiko psikis hingga resiko gangguan penyakit, 90% orang penderita tubercolosi adalah orang-orang yang usianya produktif yang berlatarbelakang adalah seorang pekerja. Hasil survai juga mengatakan bahwa hampir 37,25 % perusahaan yang terdapat di Indonesia tidak menyediakan biaya kesehatan dalam anggaran perusahaan meski hampir 57% pihak manajemen perusahaan mengaku paham akan pentingnya kesehatan dan keselamatan kerja, dikutip dari Paulus Londo (Kompasiana 22 Desember 2012). Selain perusahaan yang harus memiliki kesehatan kerja juga instansi-instansi dan lembagalembaga, karena di dalam Undang-Undang No 23 Tahun 1992 menyatakan bahwa kesehatan kerja di selenggarakan untuk mewujudkan produktifitas kerja yang optimal, yang meliputi pelayanan kesehatan kerja, pencegahan penyakit kerja dan syarat kesehatan kerja. Untuk itu, setiap tempat kerja wajib untuk menyelenggarakan dan memperhatikan aspek kesehatan kerja. Dengan adanya Undang-Undang tersebut lembaga yang bergerak dalam bidang jasapun juga wajib untuk menyelenggarakan kesehatan kerja seperti halnya perpustakaan dan lembaga arsip yang dimana ke dua lembaga tersebut adalah lembaga yang bergerak di bidang jasa dan mempunyai tenaga kerja yang berhak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan kerja yang optimal. Hasil kajian yang di lakukan oleh Kusuma (2009) yang meneliti tentang Resiko Kerja bagi Pengelola Arsip BPAD Provinsi DIY hasil yang di temukan adalah terdapat beberapa kelemahan dalam lingkungan kerja di BPAD Provinsi DIY kelemahan yang ada seperti kelemahan pemantauan kesehatan bagi tenaga kerja yang ada secara rutin, kurangnya

3 perhatian serta perbaikan secara menyeluruh agar pegawai memiliki tingkat kesehatan yang setinggi-tingginya. Selain itu terdapat masalah lain yang di temukan pada kajian Nisa Kusuma adalah di BPAD Provinsi DIY dalam faktor fisik di kesehatan kerja terdapat yaitu kebisingan dimana terdapat di dalam ruangan BPAD setelah di lakukan pengujian tingkat kebisingan dinyatakan berada dalam ambang batas, pencahayaan yang ada di ruanganpun pada dasarnya kurang dan jauh dari standart. Peneliti memilih meneliti tingkat pengetahuan dari pegawai tentang kesehatan kerja. Selain kesehatan kerja sangat penting dilaksanakan dalam lingkungan kerja seorang pegawai juga harus mempunyai pedoman ataupun pengetahuan apa itu sebenarnya kesehatan kerja. Tingkat pengetahuan yang di miliki oleh seseorang mempengaruhi tingkah laku dalam mengerjakan suatu hal pada setiap harinya. Sedangkan kondisi yang terjadi di lapangan penerapan kesehatan kerja bukan di dasarkan dengan bagaimana pegawai itu membutuhkan tetapi karena adanya aturan yang berlaku dan hanya sebagai pelengkap. Pada kenyataannya di setiap instansi sudah pernah disosialisasikan pengetahuan tentang kesehatan kerja. 2. Tinjauan Pustaka 2.1 Definisi Tingkat Pengetahuan Definisi yang di kemukakan bahwa pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang di milikinya seperti indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan berasal dari panca indra yang di peroleh dari mata yaitu dengan melihat dan telinga dengan mendengar (Notoatmojo,2007.p.143). 6 tingat pengetahuan (Dewi dan Wawan, 2010,p.12). 1. Tingkat Pengetahuan Pengetahuan mempunyai 6 tingkatan yaitu: a) Tahu (know) Tahu di artikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di pelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang di pelajari atau rangsangan yang telah di terima. b) Memahami (comprehension) Memahami di artikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang di ketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Seseorang yang telah paham terhadap objek atau materi dapat menjelaskan, menyebutkan dan menyimpulkan. c) Analisis (analysis) Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat di lihat dari penggunaan kata-kata kerja. d) Aplikasi (application) Di artikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah di pelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan penggunaan hukum-hukum, rumus, metode dan prinsip. e) Sintesis (synthesis) Menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan bagian-bagian di dalam bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sistensis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasiformulasi yang ada. f) Evaluasi (evaluation)

4 Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang di tentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang ada. 2.2 Definisi Pegawai Kearsipan Mengingat terdapat Undang-undang yang mengatur tentang kearsipan UU No 43 Tahun 2009 di mana di dalam pasa 30 di jelas kan bahwa pengembangan sumberdaya manusia di maksutkan adalah arsiparis dan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dan profesionalisme tentang kearsipan. Mengingat didalam penelitian ini tidak hanya arsiparis dimana seluruh sumber daya yang ada di dalam lembaga memperoleh hak untuk menerima dan mengetahuinya maka peneliti mengambil seluruh sumber daya yang ada yang dapat di namakan sebagai pegawai. Menurut Musanef di dalam bukunya yang berjudul Manajemen Kepegawaian di Indonesia (1984) pegawai adalah orang-orang yang melakukan pekerjaan dengan mendapat imbalan jasa berupa gaji dan tunjangan dari pemerintah atau badan swasta. 2.3 Konsep dasar Kesehatan Kerja Kesehatan kerja adalah semua upaya promosi dan pemeliharaan derajat yang setinggitingginya dari kesehatan fisik, mental dan sosial dari pekerja pada semua pekerjaan, pencegahan gangguan kesehatan pada tenaga kerja yang di sebabkan oleh kondisi kerjanya, perlindungan pekerja dari resiko akibat faktor yang mengganggu kesehatan, penempatan dan pemeliharaan pekerjaan dalam suatu lingkungan kerja yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikologisnya, guna penyesuaian pekerjaan kepada setiap tenaga kerja kepada pekerjaannya (menurut Joint ILO/WHO Committe, 1995). Tujuan dari adanya kesehatan kerja adalah untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan fisik, mental dan sosial dari pekerjaan, guna meningkatkan kapasitas kerjanya, mencegah terjadinya gangguan kesehatan atau penyakit pada pekerja yang di sebabkan oleh kondisi kerjanya, melindungi pekerja dari resiko akibat faktor lingkungan kerja yang mengganggu kesehatan, menempatkan dan memelihara pekerja dalam suatu lingkungan kerja sesuai dengan kemampuan fisik dan psikologinya, dan mengembangkan organisasi dan budaya kerja yang mendukung K3, melalui sisitem manajemen, pengembangan sumber daya manusia dan manajemen mutu perusahaan. Tingkat kesehatan dan produkvitas kerja sangat di pengaruhi oleh faktor bebena kerja, lingkungan kerja dan kapasitas kerja., untuk mendapatkan derajat kesehatan kerja yang optimal dan produktivitas kerja yang tinggi.obyek kesehatan kerja adalah meneliti sumber bahaya, mengidentifikasi bahaya dan penataan pelaksanaan peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan kerja. Secara lengkap obyek di maksud yaitu sumber bahaya, identifikasi sumber bahaya dan kaitannya dengan perundang-undangan. Sumber bahaya meliputi golongan fisik, kimiawi, biologi, fisiologi dan psikologi. Identifikasi sumber bahaya terdiri dari bahan baku, bahan baku tambahan, hasil antara, hasil produksi, hasil sampingan, peralatan, cara kerja, waktu kerja, lingkungan kerja, limbah penyimpanan/gudang, dan pemusnahan. Tingkat kesehatan dan produkvitas kerja sangat di pengaruhi oleh faktor bebena kerja, lingkungan kerja dan kapasitas kerja., untuk mendapatkan derajat kesehatan kerja yang optimal dan produktivitas kerja yang tinggi. 3. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif deskriptif. Menurut sanafiah (2008:20) penelitian deskriptif yaitu metode penelitian yang tidak sampai mempersoalkan jalinan hubungan antar variabel yang ada, tidak di maksudkan untuk

5 menarik generasi yang menjelaskan variabel-variabelanteseden yang menyebabkan sesuatu gejala atau kenyataan sosial. Pada suatu penelitian deskriptif tidak menggunakan hubungan antar variabel dan tidak melakukan pengujian hipotesis. Tujuan dari penelitian deskriptif ini sebagai upaya eksplorasi dan klarifikasi mengenai fenomena yang ada dengan mendeskripsikan yang telah di dapati dari sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah yang akan di teliti. Pendekatan ini di pilih karena format deskriptif hanya bermaksud mendeskripsikan dan menggambarkan tingkat pengetahuan pegawai kearsipan tentang kesehatan kerja tidak menggunakan dan melakukan pengujian hipotesis. Seperti yang di ungkapkan Taylor dalam Pendit(2003) bahwa penelitian kuantitatif adalah penelitian dimana peneliti menyajikan gambaran (deskripsi) fenomena secara valid dan objektif. 4. Hasil dan Pembahasan 1. Tahap I : Tahu Pada tahap tahu ini pegawai memulai awal untuk mengingat materi yang di dapatkan pegawai tentang kesehatan kerja maupun tentang segala beban kerja yang sedang di tanggung oleh pegawai. Pengingatan segala tugas-tugas yang di berikan, mengingat teman-teman sekitar yang sering bekerja sama ada suatu beban yang dapat menjadi beban secara fisik, mental dan sosial. Di tahap ini juga pegawai mengingat segala sesuatu tentang lingkungan kerja dan kapasitas kerja yang selama ini mereka hadapi. Tingkat pengetahuan pegawai kearsipan pada tahap ini menunjukkan prosentase yang cukup baik dengan rata-rata yang dimiliki adalah 75% hal ini berada pada 60-80%. Dimana hal ini dapat di simpulkan bahwa tingkat pengetahuan pegawai pada tahap tahu tentang kesehatan kerja adalah sedang. Maka dari itu di perlukan untuk meningkatkan sosialisasi tentang kesehatan kerja di lingkungan kearsipan. 2. Tahap II: Memahami Pada tahap memahami ini pegawai sudah melakukan peningkatan untuk proses pengukuran tingkat pengetahuan. Di dalam tahap ini pegawai di tuntut untuk memahami semua hal yang berhubungan dengan kesehatan kerja dimana hal tersebut sudah di ketahui sebelumnya. Memahami tentang beban kerja yang sedang di berikan dan di tanggung oleh pegawai. Memahami tentang lingkungan kerja yang terdapat di sekitarnya dan memahami kapasitas kerja yang di miliki oleh pegawai. Tingkat pengetahuan pegawai kearsipan pada tahap ini menunjukkan hasil yang cukup baik dimana pegawai kearsipan mempunyai rata-rata prosentase sebesar 77% hal ini berada pada 60-80%. Dimana hasil ini dapat di simpulkan bahwa pegawai kearsipan pada tahap memahami memiliki tingkat pengetahuan yaitu sedang. Maka dari itu dapat di tingkatkan lagi pembelajaran tentang kesehatn kerja di lingkungan arsip dengan lebih mengutamakan zero accident dalam setiap pekerjaanya. 3. Tahap III: Analisis Menganalisis yang di ketahui dan di pahami adalah tahap tingakat pengetahuan dimana tahap menganalisis adalah mampu membedakan hal yang penting dan tidak, hal yang benar dan tidak, hal yang baik dengan yang tidak. Menganalisis semua informasi yang di dapatkan tentang kesehatan kerja adalh hal yang di butuhkan untuk dapat membuat keputusan program kesehatn kerja apa yang cocok untuk instansi masing-masing. Pegwai Badan Kearsipan menunjukkan tingkat pengetahuan pada tahap memahami kesehatan kerja di tunjukkan dengan rata-rata prosentase yang dimiliki sebesar 78% hal ini berada pada 60-80%. Hasil ini dapat di simpulkan bahwa pada tahapan memahami tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh pegawai kearsipan adalah sedang. Karena dari hasil temuan data yang di peroleh

6 kurang terlalu memahaminya kesehatn kerja seperti apa maka tahap analisis tentang kesehatan kerja juga sedang-sedang saja. 4. Tahap IV: Aplikasi Mengaplikasikan segala sesuatu yang di ketahui dengan dasar-dasar permasalahn dan tujuan yang baik adalah suatu langkah yang benar. Dalam tahap aplikasi di tingkat pengetahuan ini pegawai di tuntut untuk menilai seberapa mengaplikasikannya pegawai dan instansi dengan kesehatan kerja yang di lihat dar faktor beban kerja yang di berikan kepada pegawai, lingkungan kerja yang di sediakan dan kapasitas kerja yang di miliki oleh masing-masing pegawai. Dalam tahap aplikasi ini pegawai menunjukkan hasil dalam penilaiannya terhadap pegawai dan instansi yang di naunginya memiliki rata-rata prosentase sebesar 75%. Hasil dalam tahap memahami ini dapat di simpulkan bahwa tingkat pengetahuan pegawai kearsipan pada tahap memahami ini adalah sedang. Karena kurang meratanya pengplikasian program kesehatan kerja yang dicanangkan oleh pemerintah, maka badan pemerintah seperti Badan Kearsipan juga tidak terlalu mengutamakan perwujudan kesehatn kerja dalam setiap bekerja. 5. Tahap V: Sintesis Memadukan tugas yang di kerjakan dengan melihat kaidah-kaidah kesehatan kerja yang berlaku dapat menghindarkan pegawai dari penyakit kerja yang dapat di timbulka selama bekerja. Dalam tahap ini pegawai di nilai dapat memadukan atau mencampurkan pengetahuan tentang kearsipan yang memang dasarnya sudah di miliki pegawai kearsipan dengan pengetahuan kesehatan kerja yang di berikan untuk mencegah terdainya penyakit kerja di tempat kerja. Pegawai kearsipan menunjukkan hasil pengukuran tingkat pengetahuan pada tahap ini dengan di tunjukkan hasil ratarata prosentase yang dimiliki pegawai kearsipan tentang kesehatan kerja sebesar 73%. Hasil ini dapat di simpulkan bahwa tingkat pengetahuan pegawai tentang kesehatan kerja pada tahap sitensis adalah sedang. Hal tersebut juga menunjukkan pegawai masih belum mampu menghindari penyakit kerja ketika sedang bekerja di lingkungan tempat kerjanya. Karena pengaplikasian kesehatan kerja yang kurang di utamakan dalam Badan Kearsipan maka kemampuan pegawai dalam memadukan pekerjaa dengan kebutuhan hidup sehat juga kurang di perhatikan. 6. Tahap VI: Evaluasi Tahap evaluasi sangat di perlukan untuk mengetahui hal-hal apasaja yang kurang dan lebih. Di dalam kesehatan kerja terdapat program-progarm kesehatan kerja yang seharusnya di ketahui dan di laksanakan oleh seluruh instansi yang di dalamnya terdapat tenaga kerja. dalam tahapan ini pegawai di minta pendapatnya untuk menilai kesehatn kerja yang ada di lingkungan tempat kerjanya dan kesehatan kerja yang di lakukan oleh masing-masing pegawai kearsipan. Dimana hasilnya nanti akan menunjukkan tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh pegawai kearsipan. Dalam tahapan ini pegawai kearsipan menunjukkan hasilnya dimana pegawai memiliki ratarata prosentase sebesar 69%. Hasil ini dapat di simpulkan bahwa tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh pegawai kearsipan tentang kesehatan kerja pada tahap ini adalah sedang. Dapat di simpulkan juga bahwa pegawai belum mampu melakukan evaluai dengan baik. Dilihat dari kesimpulan masing-masing tahap tingkat pengetahuan untuk mengukur tingkat pengetahuan pegawai tentang kesehatan kerja. dapat di ambil garis besar bahwa pegawai kearsipan memiliki pengetahuan tentang kesehatan kerja, tetapi pegawai kearsipan hanya menguasai kesehatan kerja sampai dengan tahap analisis dimana pada semua tahap menunjukkan hasil yang sedang. Tetapi yang memiliki prosentase paling rendah adalah tahap evaluasi

7 5. Kesimpulan Kesimpulan pada tahap tingkat pengetahuan adalah tingkat pengetahuan pegawai kearsipan memiliki tingkat yang cukup bagus dengan di tunjukkan prosentase-prosentase yang ada di dalam teori. Tetapi tingkat pengatahuan pada tahap evaluasi memiliki prosentase yang paling kecil dari pada tahapan yang lainnya yaitu 69%. Hal ini dapat di katakan bahwa 5 dari 6 tingkat pengatahuan pegawai diatas 70%. 69 % termasuk dalam kategori sedang tetapi sangatlah minimal sekali. Dalam hal tersebut pihak Kearsipan di tuntt untuk memperbaiki pada tahap evaluasi pegawai. 6. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan temuan yang diperoleh dari hasil lapangan maka saran yang dapat diberikan adalah: 1. Untuk meningkatkan prosentase yang paling rendah yaitu aplikasi maka pihak kearsipan Surabaya dan Jawa Timur melakukan pembekalan yang lebih terhadap pegawai tentang pentingnya Kesehatan Kerja 2. Untuk kearsipan Surabaya dan Jawa Timur lebih memperhatikan beban kerja pada setiap pegawai yang termasuk dalam faktor kesehatan kerja, sebab beban kerja setiap pekerja dengan pekerja lainnya berbeda. 3. Fasilitas yang di miliki oleh Kearsipan Surabaya dan Jawa Timur harus lebih di perhatikan tingkat keamanan dalam segi kesehatan, dapat dilihat juga dari segi ergonomi dari fasilitasnya. 4. Untuk penelitian selanjutnya lebih mengeksplore lebih lanjut penerapan kesehatan kerja di Indonesia. Saran yang dapat di berikan untuk pihak kearsipan sebaiknya memperhatikan kesehatan kerja khususnya di lingkungan kearsipan pada dasarnya pegawai kearsipan sudah mempunyai dasar pengetahuan tentang kesehatan kerja lumayan baik. Dimana pegawai juga mengetahui kesehatn kerja berguna untuk mencegah, melindungi, merawat pegawai dari penyakit akibat kerja. Segala progaram yang di lakukan oleh pihak kearsipan harus mengutamakan kesehatan kerja yang di peruntukkan untuk pegawai. Berdasarkan hasil penelitian yang sudah di kemukakan di atas, dapat di ketahui bahwa kurangnya pengetahuan yang di miliki oleh pegawai kearsipan terhadap kesehatan kerja. Dapat di ketahaui bahwa tingkat pengetahuan pegawai dalam penelitian ini di ukur dari 6 tahap tingkat pengetahun. Berhubung tingkat pengetahuan yang di miliki pegawai kurang tentang kesehatan kerja di kearsipan untuk itu di harapkan pada penelitian selanjutnya dapat mencari tahu dan memperdalam kajian ini.

8 DAFTAR PUSTAKA A.Wawan, Dewi M Teori dan pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia. Jakarta. Nuha Medika. Khomsan, Ali Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumber daya Keluarga. IPB: Bogor. Kusuma, Nisa Resiko Kerja Bagi Pengelola Arsip (resume kajian hasil BPAD provinsi DIY). Yogyakarta, D III Kearsipan UGM Markkanen, Pia K. April Keselamtan dan Kesehatan Kerja di Indonesia Musanef Manajemen Kepegawaian di Indonesia.Jakarta.Gunung Agung. Notoatmodjo, S Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya-ITS,2004. Dasar-dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja Setyawan, Bima Agus Persepsi Pegawai Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Perpustakaan. S1 Ilmu Informasi dan Perpustakaan. Universitas Airlangga. Surabaya. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Undang-undang Republik Indonesia 13 Thn Ketenagakerjaan UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1998 TENTANG KESEJAHTERAAN LANJUT USIA Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1Tahun Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Undang-undang Republik Indonesia. Nomor No 28 Tahun Arsip di akses pukul 19:30

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera

Lebih terperinci

Resiko Kerja Bagi Pengelola Arsip ( Resume Hasil Kajian BPAD Provinsi DIY )

Resiko Kerja Bagi Pengelola Arsip ( Resume Hasil Kajian BPAD Provinsi DIY ) Resiko Kerja Bagi Pengelola Arsip ( Resume Hasil Kajian BPAD Provinsi DIY ) An Nisa Sukma Mahasiswi D III Kearsipan, UGM Pendahuluan Arsip merupakan komponen penting dalam pelaksanaan funfsi dan tugas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Definisi Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan hal ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek. Penginderaan ini terjadi melalui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Tingkat Pengetahuan a. Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil tahu dari seseorang setelah menggunakan panca indera baik itu indra penglihatan, pendengaran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai obat generik menjadi faktor utama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai obat generik menjadi faktor utama 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obat generik sering diasumsikan sebagai obat dengan kualitas yang rendah. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai obat generik menjadi faktor utama yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. ke dalam jiwa sehingga tidak ada keraguan terhadapnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. ke dalam jiwa sehingga tidak ada keraguan terhadapnya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. satu hal dan pengetahuan umum yang berlaku bagi keseluruhan hal

BAB II KAJIAN PUSTAKA. satu hal dan pengetahuan umum yang berlaku bagi keseluruhan hal BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Defenisi Pengetahuan Pengetahuan adalah pengakuan terhadap sesuatu yang menghasilkan keputusan. Keputusan ini mengutarakan pengetahuan, sehingga untuk berlakunya

Lebih terperinci

DASAR DASAR KESEHATAN KERJA

DASAR DASAR KESEHATAN KERJA DASAR DASAR KESEHATAN KERJA Oleh : Dr. Azwar Djauhari MSc Disampaikan pada : Kuliah Blok 22 Tahun Ajaran 2013 / 2014 Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Pendidikan Dokter UNIVERSITAS JAMBI

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde Munin

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde Munin BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. POSYANDU 2.1.1. Defenisi Posyandu Posyandu merupakan strategi jangka panjang pemerintah untuk menurunkan angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerapan Toilet Training 1. Pengertian Toilet Training Toilet training atau latihan berkemih dan defekasi adalah salah satu tugas perkembangan anak usia toddler (1-3 tahun).

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 1. Pengetahuan 1.1 Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Pengetahuan Komunikasi Notoatmodjo (2012) mengemukakan bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepatuhan Kerja 1. Kepatuhan Kepatuhan adalah suatu sikap sejauh mana seseorang sesuai dengan ketentuan yang telah diberikan secara profesional. 13 Sikap sendiri merupakan respon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahaya mempengaruhi kesehatan) dapat meningkatkan angka kesakitan dan

BAB I PENDAHULUAN. bahaya mempengaruhi kesehatan) dapat meningkatkan angka kesakitan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bekerja dengan tubuh dan lingkungan yang sehat, aman serta nyaman merupakan hal yang di inginkan oleh semua pekerja. Lingkungan fisik tempat kerja dan lingkungan organisasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari Persepsi (perception), Respon terpimpin (Guided Respons),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari Persepsi (perception), Respon terpimpin (Guided Respons), BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku 1. Pengertian perilaku Semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik dapat diamati secara langsung maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar. Dimana perilaku terdiri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengetahui dengan objek yang diketahui. Namun dalam pertemuan ini subjek tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengetahui dengan objek yang diketahui. Namun dalam pertemuan ini subjek tidak BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan bukanlah hanya sekedar pertemuan antara subjek yang mengetahui dengan objek yang diketahui, tetapi pengetahuan adalah persatuan antara subjek

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DALAM MENGHADAPI DYSMENORRHEA PADA SISWI KELAS XI SMA NEGERI 3 SLAWI

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DALAM MENGHADAPI DYSMENORRHEA PADA SISWI KELAS XI SMA NEGERI 3 SLAWI GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DALAM MENGHADAPI DYSMENORRHEA PADA SISWI KELAS XI SMA NEGERI 3 SLAWI Aniq Maulidya, Nila Izatul D III Kebidanan Politeknik Harapan Bersama Jalan Mataram No.09 Tegal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. karakteristik tersendiri dan dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan

BAB 1 PENDAHULUAN. karakteristik tersendiri dan dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri dan dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi global yang melanda hampir seluruh Negara di dunia membawa dampak besar terhadap negara berkembang seperti Indonesia. Timbulnya pemutusan hubungan kerja,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sibling Rivalry 1. Definisi Sibling Rivalry Sibling adalah perasaan tidak nyaman yang ada pada anak berkaitan dengan kehadiran orang asing yang semula tidak ada (dalam hal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melalui panca indera manusia yaitu indra penglihatan, pendengaran, penciuman,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melalui panca indera manusia yaitu indra penglihatan, pendengaran, penciuman, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Definisi Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah hasil dari proses pembelajaran dengan melibatkan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah hasil dari proses pembelajaran dengan melibatkan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari proses pembelajaran dengan melibatkan indra penglihatan, pendengaran, penciuman dan pengecapkan (Setiawati,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui

Lebih terperinci

Oleh : Lukman Hakim Paryanto

Oleh : Lukman Hakim Paryanto PERBEDAAN PERSEPSI PENCEGAHAN DAN PERAWATAN CEDERA SAAT PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN ANTARA SISWA SEKOLAH DASAR DI KOTA DAN DI DESA KABUPATEN KLATEN Oleh : Lukman Hakim Paryanto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia telah ditetapkan lamanya waktu bekerja sehari maksimum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia telah ditetapkan lamanya waktu bekerja sehari maksimum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia telah ditetapkan lamanya waktu bekerja sehari maksimum adalah 8 jam kerja dan sebalikanya adalah waktu istirahat. Memeperpanjang waktu kerja lebih dari

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci

PENGETAHUAN IBU TENTANG TUMBUH KEMBANG BALITA USIA 1-2 TAHUN

PENGETAHUAN IBU TENTANG TUMBUH KEMBANG BALITA USIA 1-2 TAHUN PENGETAHUAN IBU TENTANG TUMBUH KEMBANG BALITA USIA 1-2 TAHUN Nurul Eka Yuliana Akademi Keperawatan Pamenang Pare Kediri ABSTRAK Ibu adalah orang terdekat tempat anak belajar untuk tumbuh dan berkembang.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kesegaran Jasmani 2.1.1 Pengertian Kesegaran jasmani sudah umum dipakai dalam bahasa Indonesia, khususnya dalam bidang keolahragaan. Kesegaran jasmani biasa diucapkan dengan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan berkeadilan. Sedangkan misinya yaitu meningkatkan derajat kesehatan

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan berkeadilan. Sedangkan misinya yaitu meningkatkan derajat kesehatan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1. Definisi Pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindaraan terjadi melalui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air Susu Ibu (ASI) 1. Pengertian ASI Air susu Ibu (ASI) mengandung semua bahan yang diperlukan bayi, mudah dicerna, memberi perlindungan terhadap infeksi, selalu segar, bersih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rumah sakit termasuk pelayanan laboratorium didalamnya oleh WHO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rumah sakit termasuk pelayanan laboratorium didalamnya oleh WHO BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit termasuk pelayanan laboratorium didalamnya oleh WHO (World Health Organisation) tahun 1957 diberikan batasan yaitu suatu bagian menyeluruh, integrasi dari

Lebih terperinci

UPAYA KESEHATAN KERJA

UPAYA KESEHATAN KERJA UPAYA KESEHATAN KERJA Untuk MEMPERTAHANKAN HIDUP, manusia perlu MAKAN/MINUM dan MEMENUHI KEBUTUHAN HIDUP dan KEHIDUPAN. Untuk MEMENUHI KEBUTUHAN HIDUP baik fisik, mental dan sosial, manusia perlu BEKERJA.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Stroke WHO mendefinisikan stroke sebagai gangguan saraf yang menetap baik fokal maupun global(menyeluruh) yang disebabkan gangguan aliran darah otak, yang mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1. Definisi. Pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI Pengertian pengetahuan

BAB II TINJAUAN TEORI Pengertian pengetahuan BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Pengertian pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek, baik melalui indra penglihatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa

BAB I PENDAHULUAN. panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera

Lebih terperinci

2017, No Standar dan Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

2017, No Standar dan Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja No.146, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMKES. Kesehatan Lingkungan Kerja Industri. Standar dan Persyaratan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Pelayanan keperawatan yang bermutu adalah pelayanan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa, serta penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan kode etik profesi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1 Interprofessional Education (IPE) a. Pengertian IPE Interprofessional education (IPE) adalah metode pembelajaran yang interaktif, berbasis kelompok, yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penguatan terhadap individu dalam setiap mengambil keputusan dan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penguatan terhadap individu dalam setiap mengambil keputusan dan dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari proses pembelajaran dengan melibatkan indra penglihatan, pendengaran, penciuman dan pengecap. Pengetahuan akan memberikan penguatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Rumah Sakit Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 79 TAHUN 2008 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 79 TAHUN 2008 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 79 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS SEKRETARIAT, BIDANG, SUB BAGIAN DAN SEKSI DINAS KESEHATAN JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR MENIMBANG : bahwa sebagai

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan (Knowledge) 2.1.1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Lebih terperinci

RESUME PENGAWASAN K3 LINGKUNGAN KERJA MATA KULIAH: STANDAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. Ditulis oleh: Yudy Surya Irawan

RESUME PENGAWASAN K3 LINGKUNGAN KERJA MATA KULIAH: STANDAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. Ditulis oleh: Yudy Surya Irawan RESUME PENGAWASAN K3 LINGKUNGAN KERJA MATA KULIAH: STANDAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Ditulis oleh: Yudy Surya Irawan Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang Judul Resume

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi tahun 2020 mendatang kesehatan dan

commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi tahun 2020 mendatang kesehatan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi tahun 2020 mendatang kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang di tetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan dan barang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan a. Definisi Tentang Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijabarkan dalam Sistem Kesehatan nasional yaitu bahwa tujuan Sistem Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. dijabarkan dalam Sistem Kesehatan nasional yaitu bahwa tujuan Sistem Kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan Nasional dengan arah dan strategi pelaksanaannya dijabarkan dalam Sistem Kesehatan nasional yaitu bahwa tujuan Sistem Kesehatan Nasional adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Usia Pertama Pemberian Makanan Pendamping ASI a. Pengertian Makanan Pendamping ASI ( MP ASI ) Makanan Pendamping ASI ( MP ASI ) merupakan makanan yang diberikan

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. 6.1 Hubungan Faktor Predisposisi dengan Cakupan IVA. Hubungan signifikan terjadi antara tingkat pengetahuan WUS dengan

BAB VI PEMBAHASAN. 6.1 Hubungan Faktor Predisposisi dengan Cakupan IVA. Hubungan signifikan terjadi antara tingkat pengetahuan WUS dengan BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Hubungan Faktor Predisposisi dengan Cakupan IVA Hubungan signifikan terjadi antara tingkat pengetahuan WUS dengan cakupan IVA, dimana semakin baik tingkat pengetahuan WUS mempunyai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan terdepan sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten atau

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan terdepan sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten atau BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah unit fungsional pelayanan kesehatan terdepan sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota yang melaksanakan

Lebih terperinci

KESEHATAN KERJA. oleh; Syamsul Rizal Sinulingga, MPH

KESEHATAN KERJA. oleh; Syamsul Rizal Sinulingga, MPH KESEHATAN KERJA oleh; Syamsul Rizal Sinulingga, MPH Disampaikan dalam Perkuliahan Kesehatan Masyarakat Jurusan D-III Kebidanan Poltekkes Kemenkes RI Pangkalpinang 2013 Pengantar Kesehatan kerja adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan misi Program KB Nasional. Visi KB itu sendiri yaitu Norma Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. dan misi Program KB Nasional. Visi KB itu sendiri yaitu Norma Keluarga BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dijelaskan latar belakang program Keluarga Berencana (KB) dengan menggunakan metode IUD, rumusan masalah yang timbul, tujuan umum dan tujuan khusus penelitian yang

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KECEMASAN IBU KEHAMILAN PERTAMA DALAM MENGHADAPI PERSALINAN

ANALISIS TINGKAT KECEMASAN IBU KEHAMILAN PERTAMA DALAM MENGHADAPI PERSALINAN ANALISIS TINGKAT KECEMASAN IBU KEHAMILAN PERTAMA DALAM MENGHADAPI PERSALINAN Marniati Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar Meulaboh E-mail: marniati_skm@yahoo.co.id Abstrak Kecemasan merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), tujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), tujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ANC (Antenatal Care) 1. Pengertian ANC Antenatal care adalah perawatan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), Antenatal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Kesehatan Gigi dan Mulut Kesehatan gigi dan mulut merupakan hal terpenting bagi kehidupan manusia dan merupakan bagian dari kesehatan secara umum yang perlu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pengobatan (The World Oral Health Report 2003). Profil Kesehatan Gigi Indonesia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pengobatan (The World Oral Health Report 2003). Profil Kesehatan Gigi Indonesia 20 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pemasalahan gigi dan mulut merupakan salah satu pemasalahan kesehatan yang mengkhawatirkan di Indonesia. Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga 2001, penyakit gigi dan mulut merupakan

Lebih terperinci

Pengaruh Persepsi Siswa Pada Kompetensi Mata Pelajaran Adaptif Terhadap Kompetensi Mata Pelajaran Teknik Pengelasan Siswa

Pengaruh Persepsi Siswa Pada Kompetensi Mata Pelajaran Adaptif Terhadap Kompetensi Mata Pelajaran Teknik Pengelasan Siswa Pengaruh Persepsi Siswa Pada Kompetensi Mata Pelajaran Adaptif Terhadap Kompetensi Mata Pelajaran Teknik Pengelasan Siswa Lukmanul Khakim (08320031) Mahasiswa PTM Otomotif IKIP Veteran Semarang ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meliputi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial bukan semata-mata bebas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meliputi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial bukan semata-mata bebas BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Kesehatan Reproduksi Menurut WHO (1992), sehat adalah suatu keadaan yang lengkap meliputi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial bukan semata-mata

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menyelenggarakan pembangunan kesehatan diwilayah kerja. Sebagai

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menyelenggarakan pembangunan kesehatan diwilayah kerja. Sebagai 49 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Puskesmas Tlogosari Kulon adalah unit pelaksanaan teknis Dinas Kesehatan Kota Semarang yang bertanggung

Lebih terperinci

2.4. Penyakit Akibat Kerja Tujuan Tantangan dan Ancaman

2.4. Penyakit Akibat Kerja Tujuan Tantangan dan Ancaman 2.4. Penyakit Akibat Kerja 2.4.1. Tujuan Pencegahan dan Penanggulangan penyakit Akibat kerja bertujuan untuk meningkatkan derajat Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai unsur penerapan SMK3 (Sistem Manajemen

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari pengindraan atau hasil tahu seseorang dan terjadi terhadap objek melalui indra yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep, dan

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep, dan BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pengetahuan Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep, dan pemahaman yang dimiliki manusia tentang dunia dan segala isinya, termasuk manusia dan kehidupannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kompetensi Apoteker Indonesia 1. Standar Kompetensi Sarjana Farmasi Standar Kompetensi Sarjana Farmasi merupakan standar nasional yang harus dicapai lulusan pendidikan S1 Farmasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Pada aplikasi riilnya, pelaksanaan program akselerasi selalu. pilihan, dengan kemampuan intelegensi di atas rata-rata.

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Pada aplikasi riilnya, pelaksanaan program akselerasi selalu. pilihan, dengan kemampuan intelegensi di atas rata-rata. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program akselerasi adalah pemberian pelayanan pendidikan bagi peserta didik yang mempunyai potensi kecerdasan dan / atau bakat istimewa untuk dapat menyelesaikan program

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU MENYUSUI DENGAN KETEPATAN WAKTU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) DI POSYANDU BUNGA KRISAN TULAKAN SINE NGAWI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU MENYUSUI DENGAN KETEPATAN WAKTU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) DI POSYANDU BUNGA KRISAN TULAKAN SINE NGAWI HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU MENYUSUI DENGAN KETEPATAN WAKTU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) DI POSYANDU BUNGA KRISAN TULAKAN SINE NGAWI ABSTRAK Aninggar Citra Sari, Ana Wigunantiningsih

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DENGAN KETERLIBATAN DALAM MOBILISASI DINI PASIEN STROKE DI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DENGAN KETERLIBATAN DALAM MOBILISASI DINI PASIEN STROKE DI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DENGAN KETERLIBATAN DALAM MOBILISASI DINI PASIEN STROKE DI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA Skripsi Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN B. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN B. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN B. Latar Belakang Dalam pemanfaatan sumber daya untuk memenuhi kesejahteraan, manusia menciptakan berbagai pelayanan jasa dan barang konsumtif maupun produktif. Pemanfaatan sumber daya

Lebih terperinci

PENTINGNYA PENERAPAN PROGRAM K3 PERKANTORAN DALAM MENINGKATKAN KUALITAS KINERJA SEKRETARIS

PENTINGNYA PENERAPAN PROGRAM K3 PERKANTORAN DALAM MENINGKATKAN KUALITAS KINERJA SEKRETARIS Konferensi Nasional Ilmu Sosial & Teknologi (KNiST) Maret 2017, pp. 612~618 613 PENTINGNYA PENERAPAN PROGRAM K3 PERKANTORAN DALAM MENINGKATKAN KUALITAS KINERJA SEKRETARIS Suparman HL ASM BSI Jakarta suparman@bsi.ac.id

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, pengetahuan terjadi

Lebih terperinci

Sri Junita Nainggolan Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan. Abstrak

Sri Junita Nainggolan Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan. Abstrak TINGKAT PENGETAHUAN ANAK TENTANG PEMELIHARAAN KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT TERHADAP OHI-S DAN TERJADINYA KARIES PADA SISWA/I KELAS IV SDN 101740 TANJUNG SELAMAT KECAMATAN SUNGGAL TAHUN 2014 Sri Junita Nainggolan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. depresi akan menjadi penyakit pembunuh nomor dua setelah penyakit jantung.untuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. depresi akan menjadi penyakit pembunuh nomor dua setelah penyakit jantung.untuk BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang World Health Organization (WHO) dalam model kesehatan yang dibuat sampai tahun 2020 meramalkan gangguan psikis berupa perasaan lelah yang berat dan berujung pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan sedang dilakukan oleh tenaga kerja. Besar kecilnya potensi

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan sedang dilakukan oleh tenaga kerja. Besar kecilnya potensi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Potensi bahaya terdapat hampir di seluruh area dimana aktivitas atau pekerjaan sedang dilakukan oleh tenaga kerja. Besar kecilnya potensi bahaya tergantung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Garam Beriodium Garam beriodium adalah garam yang telah ditambah dengan iodium yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan kecerdasan setiap manusia. Kapantow dkk. (2013)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penelitian menitik beratkan pada pemeliharaan kondisi fisik. menjadi karyawan pada perusahaan yang bersangkutan.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penelitian menitik beratkan pada pemeliharaan kondisi fisik. menjadi karyawan pada perusahaan yang bersangkutan. 2 3 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fungsi operasional dalam manajemen sumber daya manusia adalah: pengadaan, pengembangan, pengintegrasian, pemutusan hubungan kerja dan pemberian kompensasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penggunaan tembakau, penyalahgunaan obat dan alkohol, dan HIV/AIDS.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penggunaan tembakau, penyalahgunaan obat dan alkohol, dan HIV/AIDS. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Organisasi Buruh Internasional (ILO) adalah badan Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB) khusus bertugas mempromosikan kesehatan dan keselamatan pekerja di seluruh dunia.

Lebih terperinci

USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULA

USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULA 351/KESEHATAN MASYARAKAT USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULA POTRET MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA RUMAH SAKIT (K3 RS) (STUDI EMPIRIS DI RUMAH SAKIT KABUPATEN JEMBER) Disusun oleh : ANITA DEWI PRAHASTUTI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi baru lahir (JNPK-KR, 2012).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi baru lahir (JNPK-KR, 2012). 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. SISTEM RUJUKAN 1. Definisi Rujukan adalah suatu kondisi yang optimal dan tepat waktu ke fasilitas rujukan atau fasilitas yang memiliki sarana lebih lengkap yang diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lanjut usia (lansia) merupakan suatu kejadian yang pasti dialami secara fisiologis oleh semua orang yang dikaruniai usia panjang. Lansia akan mengalami Proses

Lebih terperinci

K3LH MATERI 5 MENERAPKAN KAIDAH ATURAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)

K3LH MATERI 5 MENERAPKAN KAIDAH ATURAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) MENERAPKAN KAIDAH ATURAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) 1. Unsur-unsur dalam Lingkungan Kerja a. Tempat kerja Tempat kerja adalah setiap ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka, bergerak atau

Lebih terperinci

STUDI PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI DESA KOTARAYA BARAT

STUDI PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI DESA KOTARAYA BARAT STUDI PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI DESA KOTARAYA BARAT Bernadeth Rante Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Palu Abstrak : Masalah gizi semula dianggap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kawasan Tanpa Rokok 2.1.1 Pengertian Kawasan Tanpa Rokok Kawasan Tanpa Rokok merupakan ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk melakukan kegiatan merokok atau kegiatan

Lebih terperinci

2. Salah satu tujuan awal dibentuknya standard keselamatan dan kesehatan di tempat kerja adalah... a. Perang

2. Salah satu tujuan awal dibentuknya standard keselamatan dan kesehatan di tempat kerja adalah... a. Perang Nama Cluster Kode Unit Judul Unit Waktu Junior Network Administrator TIK.JK01.006.01 Menerapkan prosedur kesehatan, keselamatan dan keamanan kerja (K3) 30 Menit I. Pilihlah salah satu jawaban yang paling

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT

Lebih terperinci

PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KANKER SERVIKS SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN PENDIDIKAN KESEHATAN DI LUWUNGGEDE

PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KANKER SERVIKS SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN PENDIDIKAN KESEHATAN DI LUWUNGGEDE PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KANKER SERVIKS SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN PENDIDIKAN KESEHATAN DI LUWUNGGEDE Juhrotun Nisa ABSTRAK Kanker serviks merupakan penyebab kematian utama kanker pada

Lebih terperinci

PERAN SERTA SUAMI DALAM PROSES MENYUSUI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JOGONALAN KLATEN. Sugita Dosen Poltekkes Surakarta Jurusan Kebidanan ABSTRAK

PERAN SERTA SUAMI DALAM PROSES MENYUSUI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JOGONALAN KLATEN. Sugita Dosen Poltekkes Surakarta Jurusan Kebidanan ABSTRAK PERAN SERTA SUAMI DALAM PROSES MENYUSUI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JOGONALAN KLATEN Sugita Dosen Poltekkes Surakarta Jurusan Kebidanan ABSTRAK Latar Belakang Menyusui adalah suatu proses alamiah. Anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas dan kinerja karyawan dalam suatu organisasi adalah stress kerja karyawan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas dan kinerja karyawan dalam suatu organisasi adalah stress kerja karyawan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karyawan adalah aset utama organisasi yang menjadi pelaku aktif dari setiap organisasi. Karyawan dalam sebuah perusahaan menduduki posisi yang sangat penting,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM KESEHATAN KABUPATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM KESEHATAN KABUPATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM KESEHATAN KABUPATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat BUPATI KARANGANYAR, : a. Bahwa kesehatan merupakan hak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menjalankan tugas dan pekerjaanya. SDM merupakan modal dasar pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menjalankan tugas dan pekerjaanya. SDM merupakan modal dasar pembangunan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dunia teknologi yang semakin maju di Indonesia membutuhkan SDM yang memiliki ketrampilan dan kemampuan yang baik dalam menjalankan tugas dan pekerjaanya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah pembangunan di bidang perekonomian. Pembangunan ini dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. adalah pembangunan di bidang perekonomian. Pembangunan ini dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia saat ini merupakan salah satu negara berkembang di dunia. Banyak sekali pembangunan-pembangunan yang masih dilakukan di negara ini. Salah satunya adalah pembangunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. BADAN PENYELENGGARA JAMINAN KESEHATAN. secara nasional berdasarkan prinsip asuransi social dan prinsip ekuitas, dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. BADAN PENYELENGGARA JAMINAN KESEHATAN. secara nasional berdasarkan prinsip asuransi social dan prinsip ekuitas, dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. BADAN PENYELENGGARA JAMINAN KESEHATAN 1) BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan) Jaminan Ksehatan menurut Undang-Undang SJSN diselenggarakan secara nasional berdasarkan

Lebih terperinci

TINJUAN PENGETAHUAN PERAWAT RAWAT INAP DALAM PENGISIAN FORMULIR RM.15 (RESUME KEPERAWATAN PASIEN KELUAR) DI RSUD TUGUREJO SEMARANGTAHUN 2014

TINJUAN PENGETAHUAN PERAWAT RAWAT INAP DALAM PENGISIAN FORMULIR RM.15 (RESUME KEPERAWATAN PASIEN KELUAR) DI RSUD TUGUREJO SEMARANGTAHUN 2014 TINJUAN PENGETAHUAN PERAWAT RAWAT INAP DALAM PENGISIAN FORMULIR RM.15 (RESUME KEPERAWATAN PASIEN KELUAR) DI RSUD TUGUREJO SEMARANGTAHUN 2014 Fitria Hidayanti Abstract In order to improve the quality of

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan ini BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan ini melelui panca indera

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. karena lingkungan kerja dapat mempengaruhi keadaan pegawai secara langsung.

BAB II LANDASAN TEORITIS. karena lingkungan kerja dapat mempengaruhi keadaan pegawai secara langsung. BAB II LANDASAN TEORITIS A. Uraian Teoritis 1. Pengertian Lingkungan Kerja Lingkungan kerja dalam suatu organisasi sangat perlu mendapat perhatian, karena lingkungan kerja dapat mempengaruhi keadaan pegawai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi Keselamatan Pasien (Patient Safety)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi Keselamatan Pasien (Patient Safety) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Keselamatan Pasien (Patient Safety) a. Definisi Keselamatan Pasien (Patient Safety) Patient safety adalah prinsip dasar dari perawatan kesehatan (WHO). Keselamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan diwarnai dengan persaingan yang ketat. Dalam kondisi demikian. hanya perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. dan diwarnai dengan persaingan yang ketat. Dalam kondisi demikian. hanya perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif yang mampu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia usaha di Indonesia saat ini mengalami kemajuan yang pesat dan diwarnai dengan persaingan yang ketat. Dalam kondisi demikian hanya perusahaan yang memiliki

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 69 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat kualitatif yaitu suatu pendekatan penelitian yang menghasilkan data

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. namun penerapan alat pelindung diri ini sangat dianjurkan (Tarwaka,2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. namun penerapan alat pelindung diri ini sangat dianjurkan (Tarwaka,2008). BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alat Pelindung Diri (APD) merupakan suatu perangkat yang digunakan oleh pekerja demi melindungi dirinya dari potensi bahaya serta kecelakaan kerja yang kemungkinan dapat

Lebih terperinci

DEFINISI PENGERTIAN KESELAMATAN KERJA (K3)

DEFINISI PENGERTIAN KESELAMATAN KERJA (K3) DEFINISI PENGERTIAN KESELAMATAN KERJA (K3) Nama : Deni Hartono NPM : 21412829 Kelas : 3ic07 UNIVERSITAS GUNADARMA 2015 Definisi Keselamatan Kerja pengertian dari Keselamatan kerja Keselamatan dan kesehatan

Lebih terperinci