TINJAUAN PUSTAKA II-1

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINJAUAN PUSTAKA II-1"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan dibahas tinjauan pustaka terkait dengan e-voting. Pertama, akan dijelaskan mengenai keterhubungan antara demokrasi (democracy), pemilihan umum (election), pemungutan suara (voting), dan pemungutan suara berbasis elektronik (e-voting). Penjelasan mengenai e-voting akan disertai beberapa contoh penelitian terkait e-voting yang telah dilakukan saat ini. Pada bab ini juga dijelaskan mengenai teknologi web yang menjadi dasar teknologi e-voting pada tesis ini. Pembahasan mengenai web akan difokuskan pada faktor keamanan pada teknologi web. II.1 Demokrasi Demokrasi (democracy) saat ini dianut oleh banyak negara di dunia karena dianggap sebagai sebuah tatanan sosio-politik yang ideal [2]. Indonesia adalah salah satu negara penganut paham demokrasi sesuai dengan pernyataan pada UUD1945 pasal 1 ayat 2 yang menyatakan bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat [17]. Demokrasi berasal bahasa Yunani yaitu demokratia, demos berarti rakyat (people) dan kratos berarti kekuatan, kekuasaan (strength, rule) [2]. Konsep demokrasi sebagai sebuah bentuk pemerintahan telah berkembang sejak jaman Yunani kuno. Pada sekitar abad 5 4 sebelum Masehi, beberapa kota di Yunani, salah satunya adalah Athena, telah menganut bentuk pemerintahan tersebut. Demokrasi mempunyai pengertian yang ambigu dan tidak tunggal. Setiap negara mempunyai karakteristik yang berbeda dalam menerapkan konsep demokrasi. Ada yang menganut demokrasi liberal, monarkhi konstitusional, demokrasi pancasila, dan sosial demokrasi. Menurut Amien Rais, mantan ketua MPR RI, sebuah negara disebut sebagai negara demokrasi jika memenuhi kriteria sebagai berikut. 1. Partisipasi dalam pembuatan keputusan. 2. Persamaan di depan hukum. 3. Distribusi pendapat secara adil. 4. Kesempatan pendidikan yang sama. II-1

2 5. Empat macam kebebasan, yaitu: a. Kebebasan mengeluarkan pendapat. b. Kebebasan persuratkabaran. c. Kebebasan berkumpul. d. Kebebasan beragama. 6. Ketersediaan dan keterbukaan informasi. 7. Mengindahkan tata karma politik. 8. Kebebasan individu. 9. Semangat kerja sama. 10. Hak untuk protes [2]. II.2 Pemilihan Umum (Pemilu) Pemilihan Umum (Pemilu) atau dalam bahasa inggris disebut election adalah cara yang digunakan untuk mewujudkan partisipasi rakyat dalam pemerintahan sebagai pemegang kekuasaan tertinggi. Pemilihan umum sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari suatu negara demokrasi, hampir semua negara demokrasi melaksanakan pemilihan umum. Pemilihan umum adalah proses pemilihan wakil rakyat di parlemen dan kepala pemerintahan berdasarkan suara terbanyak. Mantan sekretaris jenderal PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) atau UN (United Nations) pernah mengatakan bahwa pemilihan umum merupakan elemen utama dari demokrasi sebagai sebuah cara masyarakat untuk mengambil keputusan [10]. Di Indonesia, Pemilu merupakan bagian yang sangat penting dalam kegiatan bernegara. Peraturan tertinggi mengenai pemilu diatur dalam Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 hasil amandemen. Pemilu secara tegas diatur pada UUD 1945 perubahan III, bab VIIB tentang Pemilihan Umum, pasal 22E. Berikut ini adalah isi pasal tersebut. 1. Pemilihan umum dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil setiap lima tahun sekali. 2. Pemilihan umum diselenggarakan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. 3. Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah partai politik. II-2

3 4. Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Daerah adalah perseorangan. 5. Pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan umum yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri. 6. Ketentuan lebih lanjut tentang pemilihan umum diatur dengan undang-undang [17]. Pada Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 Tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dinyatakan pemilihan umum secara langsung oleh rakyat merupakan sarana perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan pemerintahan negara yang demokratis berdasarkan Pancasila dan UUD Pemilu di Indonesia menganut asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil [18]. Pelaksanaan Pemilu diselenggarakan dalam beberapa tahapan sebagai berikut. 1. Pemutakhiran data pemilih dan penyusunan daftar pemilih. 2. Pendaftaran peserta Pemilu. 3. Penetapan peserta Pemilu. 4. Penetapan jumlah kursi dan penetapan daerah pemilihan. 5. Pencalonan anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota. 6. Masa kampanye. 7. Masa tenang. 8. Pemungutan dan penghitungan suara. 9. Penetapan hasil Pemilu. 10. Pengucapan sumpah / janji anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota [18]. Pelaksanaan pemilihan umum di Indonesia melibatkan beberapa pihak. Gambar II-1 menunjukkan pihak-pihak pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan pemilihan umum sesuai dengan Undang-Undang No 22 Tahun 2007 Tentang Penyelenggara Pemilihan Umum. Berikut ini adalah penjelasan setiap bagian pada gambar II-1 Pihak yang terkait Pemilu. 1. Komisi Pemilihan Umum (KPU) adalah lembaga penyelenggara Pemilu yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri. II-3

4 2. KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota adalah penyelenggara Pemilu ditingkat provinsi dan kabupaten/kota. 3. Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) adalah panitia yang dibentuk oleh KPU Kabupaten/Kota untuk menyelenggarakan Pemilu di tingkat kecamatan. 4. Panitia Pemungutan Suara (PPS) adalah panitia yang dibentuk oleh KPU Kabupaten/Kota untuk menyelenggarakan Pemilu di tingkat desa/kelurahan. 5. Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) adalah panitia yang dibentuk oleh KPU untuk menyelenggarakan Pemilu di luar negeri. 6. Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) adalah kelompok yang dibentuk oleh PPS untuk menyelenggarakan pemungutan suara di tempat pemungutan suara. 7. Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara Luar Negeri (KPPSLN) adalah kelompok yang dibentuk oleh PPLN untuk menyelenggarakan pemungutan suara di tempat pemungutan suara di luar negeri. 8. Badan Pengawas Pemilu (Banwaslu) adalah badan yang bertugas mengawasi penyelenggaraan Pemilu di seluruh Indonesia. 9. Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) Provinsi dan Panwaslu Kabupaten/Kota adalah panitia yang dibentuk oleh Banwaslu untuk mengawasi penyelenggaran Pemilu di tingkat provinsi dan kabupaten/kota. 10. Panwaslu Kecamatan adalah panitia yang dibentuk oleh Panwaslu Kabupaten/Kota untuk mengawasi penyelenggaraan Pemilu di tingkat kecamatan. 11. Pengawas Pemilu Lapangan adalah petugas yang dibentuk oleh Panwaslu Kecamatan untuk mengawasi penyelenggaraan Pemilu di desa/kelurahan. 12. Pemilih adalah warga negara Indonesia yang telah berusia 17 tahun atau telah / sudah pernah menikah dan tidak sedang dicabut hak pilihnya. 13. Peserta Pemilu ada beberapa macam. a. Pada pemilihan anggota DPR, DPRD tingkat 1, dan DPRD tingkat 2 peserta Pemilu adalah partai politik. b. Pada Pemilu anggota DPD, peserta Pemilu adalah perorangan. c. Pada pemilihan presiden / wakil presiden, peserta Pemilu adalah wakil partai politik. d. Sedangkan pada pemilihan kepala daerah / wakil kepala daerah, peserta Pemilu adalah wakil partai politik atau perorangan. II-4

5 Gambar II-1 Pihak yang terkait Pemilu [19] II.3 Pemungutan Suara Pemungutan suara (voting) adalah salah satu tahap pelaksanaan pemilihan umum. Secara umum, di banyak negara, pemungutan suara dilaksanakan secara rahasia pada tempat yang khusus dipersiapkan untuk pelaksanaan pemungutan suara. Proses pemungutan suara di Indonesia masih menggunakan cara manual, yaitu menggunakan kertas suara. Berikut ini adalah urutan proses pada saat pemungutan suara di Indonesia. 1. Calon pemilih datang ke TPS (Tempat Pemungutan Suara). TPS adalah tempat melakukan pemungutan suara yang disediakan oleh panitia pemilihan umum. 2. Calon pemilih memberikan kartu pemilih. Kartu pemilih ini digunakan sebagai tanda bahwa calon pemilih telah terdaftar sebagai calon pemilih. 3. Calon pemilih mengambil kertas suara (ballot) dan kemudian melakukan pencoblosan di dalam bilik suara. 4. Kertas suara dimasukkan ke dalam kotak suara (ballot box). 5. Salah satu jari pemilih diberi tanda dengan tinta sebagai penanda bahwa pemilih tersebut telah melakukan pemungutan suara. II-5

6 6. Setelah waktu untuk memasukkan suara selesai, maka kemudian dilakukan perhitungan suara. 7. Kertas suara dikeluarkan dari kotak suara dan kemudian dihitung bersama-sama dengan diawasi oleh saksi dari berbagai pihak antara lain panitia dan perwakilan partai politik. 8. Hasil perhitungan tersebut kemudian dikirimkan ke kantor KPU untuk dilakukan rekapitulasi hasil pemungutan suara. Proses pemungutan suara secara manual menggunakan kertas suara sampai saat ini masih digunakan di Indonesia dan negara-negara lain yang belum menggunakan sistem e-voting. Berikut ini adalah beberapa alasan yang mungkin mendasari suatu negara tetap menggunakan sistem pemungutan suara secara manual. 1. Belum ada sistem e-voting yang keamanannya sudah benar-benar teruji. 2. Tingkat pendidikan masyarakat secara umum masih cukup rendah sehingga penerapan teknologi baru membutuhkan biaya dan waktu yang cukup besar untuk melakukan sosialisasi agar masyarakat mampu menggunakannya. 3. Pemerintah perlu melakukan sosialisasi sistem baru agar masyarakat mau mengadopsi sistem baru. 4. Konversi dari sistem lama (manual) ke sistem baru (e-voting) membutuhkan usaha yang cukup besar. Selain beberapa alasan di atas, ada prasangka negatif mengenai keengganan pemerintah mengadopsi sistem e-voting. Prasangka negatif tersebut khususnya terkait dengan transparansi atau keterbukaan. Pada beberapa negara dengan tingkat korupsi yang cukup tinggi seperti Indonesia masalah transparansi merupakan hal yang sering dihindari oleh para aparat pemerintah yang korup. Mereka tidak senang apabila penggunaan sistem e- voting akan menjadikan proses pemilihan umum semakin transparan sehingga kedudukan mereka di pemerintahan akan terancam. II.4 E-Voting Seiring dengan perkembangan jaman, sudah banyak penelitian pemanfaatan elektronik pada proses pemungutan suara menggantikan proses pemungutan suara secara manual. Teknologi tersebut disebut e-voting. E-voting adalah proses pemungutan suara yang II-6

7 memanfaatkan elektronik. Penelitian mengenai e-voting telah berlangsung cukup lama. Sebagai contoh, pada 1 Juni 1869 Thomas A. Edison menerima paten dari pemerintah Amerika untuk sebuah electronic vote recorder yang akan digunakan pada Kongres, tetapi teknologi tersebut tidak pernah digunakan karena anggota Kongres belum siap untuk menggunakannnya [13]. Seiring dengan perkembangan jaman, ada pergeseran makna terkait e-voting. E-voting saat ini lebih dikhususkan pada pemanfaatan teknologi informasi khususnya jaringan internet pada pelaksanaan pemungutan suara. Penelitian terkait e-voting yang memanfaatkan teknologi informasi mulai banyak bermunculan pada tahun 1990an. Pemanfaatan e-voting sudah mulai dilakukan pada beberapa negara. Berikut ini adalah beberapa contoh negara yang telah memanfaatkan teknologi e-voting. 1. Brazil Brazil adalah salah satu negara yang masuk sepuluh besar jumlah penduduk terbesar di dunia selain Indonesia. Brazil telah mulai memperkenalkan sistem e-voting pada awal tahun 1990an pada kota-kota dengan penduduk sekitar orang. Kemudian pada tahun 1998, sistem e-voting telah digunakan pada proses pemilihan umum dengan skala yang lebih tinggi. Pada tahun 2002, lebih dari 100 juta penduduk Brazil memasukkan suara mereka menggunakan mesin e-voting yang berjumlah lebih dari yang tersebar di seluruh bagian negara [6]. Keberhasilan Brazil tersebut menunjukkan bahwa negara dengan jumlah penduduk yang sangat besar juga telah mampu memanfaatkan sistem e-voting. 2. Jepang Jepang mulai memanfaatkan e-voting secara resmi pada tahun 2002 pada pemerintah lokal kota Niimi. Penggunaan e-voting tersebut cukup sukses karena diikuti oleh 96% warga kota tersebut dari total penduduk kota. Pelaksanaan e-voting di kota tersebut serupa dengan pelaksanaan e-voting di Brazil dengan menggunakan mesin e-voting pada setiap TPS [12]. 3. Estonia Estonia adalah sebuah negara di Eropa dengan jumlah penduduk lebih dari satu juta jiwa. Estonia telah berhasil memanfaatkan teknologi e-voting berbasis internet pada tahun 2005 pada Pemilu lokal dengan jumlah warga yang memanfaatkan teknologi tersebut sebanyak orang. Pada tahun 2007, Estonia telah menjadi negara pertama di dunia yang berhasil memanfaatkan teknologi e-voting berbasis internet II-7

8 untuk melakukan Pemilu secara nasional. Jumlah warga negara yang memanfaatkan teknologi tersebut adalah orang. Pada saat pemanfaatan teknologi e-voting berbasis internet, pemerintah Estonia juga tempat pemungutan suara (TPS) seperti biasa. Jadi warga bebas memilih akan melakukan pemungutan suara menggunakan teknologi e-voting berbasis internet maupun menggunakan TPS. Selain ketiga negara di atas, sebenarnya masih banyak negara lain yang sudah mulai memanfaatkan e-voting dalam proses pemungutan suara antara lain India, Irlandia, Amerika, Perancis, dan lain-lain. Seperti halnya negara Jepang, hampir semua negara tersebut memanfaatkan teknologi e-voting masih dalam tingkat pemilihan umum lokal, belum bersifat nasional. Masih ada kekhawatiran yang cukup besar terkait dengan keamanan sistem e-voting. Brazil dan Estonia adalah contoh negara yang telah berani memanfaatkan teknologi e-voting untuk pemilihan umum nasional. Penelitian terkait e-voting masih terus dilakukan sampai sekarang. Ada bermacam-macam teknologi yang digunakan dalam mengembangkan e-voting tersebut. Berikut ini beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam suatu sistem e-voting. 1. Accuracy (akurasi) yaitu ketepatan hasil perhitungan suara. Ketepatan ini meliputi tidak ada satupun pihak yang diperbolehkan mengubah suara yang telah masuk, semua suara yang valid dihitung dengan tepat, dan suara yang tidak valid tidak boleh dihitung. 2. Democracy (demokrasi) yaitu hanya calon pemilih yang memenuhi syarat berhak untuk memilih dan setiap pemilih hanya berhak untuk memasukkan suaranya satu kali. 3. Privacy (privasi) yaitu tidak seorang pun yang dapat menghubungkan seseorang dengan hasil pilihannya. 4. Robustness yaitu tidak ada gangguan yang menghalangi pelaksanaan pemungutan suara. Jadi aspek ini berkaitan erat dengan aspek security (keamanan). 5. Verifiability yaitu setiap orang dapat membuktikan bahwa tidak ada manipulasi terhadap hasil perhitungan. 6. Uncoercibility yaitu tidak adanya paksaan kepada pemilih dalam menentukan pilihannya. Agar tidak terjadi maka pemilih harus tidak dapat membuktikan hasil pilihannya kepada orang lain (receipt freeness). II-8

9 7. Fairness yaitu setiap orang tidak dapat mengetahui hasil pemilihan sebelum proses pemilihan selesai dan dilakukan perhitungan suara. 8. Verifiable participation yaitu mampu membuktikan apakah seseorang telah melakukan pemungutan suara atau belum [11]. Pada sub bab berikut akan dijelaskan mengenai beberapa contoh penelitian terkait dengan sistem e-voting. II.4.1 E-Vox E-Vox adalah sebuah sistem e-voting yang dikembangkan oleh Mark A. Herschberg pada tesis yang berjudul Secure Electronic Voting Over the World Wide Web tahun 1997 [8]. Sistem E-Vox mempunyai kelebihan dalam kemudahan akses oleh pemilih. Pemilih hanya membutuhkan username (identitas pemilih) dan password untuk dapat mengakses sistem tersebut. Pemilih tidak perlu menggunakan otentikasi lainnya. Penanganan keamanan sistem ditangani secara internal dan tidak menyulitkan calon pemilih dalam mengoperasikan sistem tersebut. Sistem E-Vox secara umum mempunyai desain yang cukup sederhana. Sistem tersebut terdiri dari empat buah modul utama yaitu counter, administrator, anonymizer, dan voter applet. Counter digunakan untuk menghitung hasil pemungutan suara. Administrator memverifikasi data pemilih dan memberikan tanda bahwa surat suara yang telah masuk tersebut sah. Anonymizer adalah modul yang digunakan untuk menjaga kerahasiaan data pemilih. Dan terakhir adalah voter applet yang digunakan sebagai antar muka langsung ke pemilih. Desain proses sistem E-Vox dapat dilihat pada gambar II-2. Berikut ini penjelasan proses yang dilakukan pada sistem E-Vox tersebut. 1. Pemilih memilih kandidat yang diinginkan yang telah dienkripsi menggunakan voter applet. 2. Surat suara kemudian dikirimkan ke administrator menggunakan jaringan yang aman. 3. Administrator memverifikasi bahwa pemilih mempunyai hak untuk memilih. Administrator kemudian mengirimkan kembali surat suara tersebut ke pemilih setelah diberi tanda (setelah waktu pemungutan suara selesai, administrator II-9

10 mempublikasikan daftar nama pemilih, surat suara yang telah dienkripsi, dan tanda dari administrator). 4. Pemilih memverifikasi tanda dari administrator dan kemudian membuka surat suara tersebut. 5. Surat suara tersebut kemudian dikirimkan ke anonymous server. 6. Semua surat suara diterima anonymous server sebelum waktu pemungutan suara selesai. 7. Surat suara yang terkumpul dihitung setelah mengkonfirmasi tanda yang diberikan oleh administrator. 8. Setelah selesai, counter memberikan tanda bahwa proses telah berhasil dilakukan ke modul anonymizer dan kemudian diteruskan ke voter applet. Gambar II-2 Arsitektur Sistem E-Vox [8] II.4.2 e-vote Sistem e-vote adalah sebuah sistem voting berbasis internet. e-vote adalah sebuah proyek yang dilakukan oleh konsursium terdiri dari universitas-universitas dan perusahaanperusahaan IT di Eropa pada tahun e-vote mempunyai tujuan untuk membuat desain, mengembangkan, dan melakukan validasi sebuah sistem e-voting berbasis internet. Sistem ini meliputi registrasi pemilih, validasi pemilih, mengumpulkan suara, dan melakukan perhitungan hasil suara. II-10

11 Sistem e-vote terdiri dari empat macam domain aplikasi yang berbeda yaitu pemilihan umum, pemilihan pada internal organisasi, referendum, dan jejak pendapat. Setiap domain aplikasi tersebut mempunyai requirement dan arsitektur sistem yang berbeda-beda. Pada dokumen tesis ini, sistem e-vote yang dibahas hanya pada modul pemilihan umum karena karakteristiknya paling sesuai dengan model yang dikembangkan pada tesis ini. Sistem e-vote mempunyai kelebihan mengenai banyaknya pilihan arsitektur sistem yang bisa digunakan. Misalnya, proses penanganan otentikasi calon pemilih ada banyak alternatif yang bisa digunakan, alternatif tersebut antara lain otentikasi dengan satu password, otentikasi dengan dua password, otentikasi menggunakan kartu chip, dan lain-lain. Pada contoh model yang digunakan sebagai perbandingan saat ini adalah salah satu bentuk umum arsitektur sistem e-vote. Gambar II-3 adalah contoh model arsitektur umum sistem e-vote. Gambar II-3 Arsitektur Sistem e-vote [7] Berikut ini adalah penjelasan setiap komponen dari Gambar II-3 Arsitektur Sistem e- VOTE. 1. Web browser adalah aplikasi untuk mengakses web server yang berisi aplikasi e- voting. Jadi web browser menjadi suatu e-voting front end yang berinteraksi langsung dengan pemilih. 2. Web server adalah aplikasi di sisi server yang mengelola aplikasi e-voting yang akan diakses oleh pemilih menggunakan web browser. II-11

12 3. Certification Authority (CA) adalah modul yang berfungsi untuk memeriksa apakah calon pemilih mempunyai hak akses untuk memilih atau tidak. 4. Registration client adalah berisi daftar calon pemilih. Daftar calon pemilih tersebut akan dimasukkan ke modul CA dan modul Message board untuk membuktikan apakah calon pemilih yang masuk tersebut telah terdaftar atau belum. 5. Message board adalah bagian server yang berfungsi untuk mengumpulkan dan menghitung suara yang telah masuk. 6. Tally server adalah bagian server untuk melakukan dekripsi terhadap hasil pemungutan suara setelah proses pemungutan suara selesai dilakukan. 7. Administrative client adalah komputer client untuk kegiatan administratif yang hanya digunakan apabila kegiatan administratif tersebut tidak dilakukan otomatis pada Message board. Kegiatan adminstratif tersebut antara lain perhitungan suara secara manual, pemeriksaan daftar pemilih, dan pemeriksaan daftar suara yang telah masuk. II.4.3 MarkPledge MarkPledge adalah sistem e-voting yang dikembangkan oleh Andrew Neff sekitar tahun Secara umum, sistem MarkPledge mempunyai arsitektur seperti pada Gambar II-4. Gambar II-4 Arsitektur Sistem MarkPledge [1] Berikut ini adalah penjelasan setiap bagian pada arsitektur sistem MarkPledge sesuai gambar II Voting Machine adalah mesin yang digunakan untuk melakukan proses pemungutan suara. II-12

13 2. Bulletin board adalah modul yang digunakan untuk mengumpulkan data suara yang telah masuk dan melakukan perhitungan hasil pemungutan suara. 3. Helper adalah bagian yang bertugas memverifikasi surat suara apakah surat suara yang masuk valid atau tidak. Berikut ini adalah proses yang terjadi pada saat pelaksanaan pemungutan suara menggunakan sistem MarkPledge. 1. Pemilih masuk ke bilik pemungutan suara, sebuah tempat yang terjaga privasinya, dan kemudian mengaktifkan mesin voting (voting machine). 2. Pemilih memasukkan suara pilihannya ke mesin voting. 3. Mesin membuat surat suara dijital berisi hasil pilihan pemilih yang telah dienkripsi. 4. Suara yang masuk akan diverifikasi oleh bagian helper untuk menentukan valid atau tidaknya surat suara tersebut. Jika surat suara tersebut valid maka proses akan dilanjutkan ke bagian berikutnya. Dan jika tidak, maka pemilih harus kembali memasukkan suara pilihannya. 5. Pemilih memasukkan sebuah password yang digunakan untuk membuka surat suara yang telah dienkripsi. 6. Mesin menampilkan password tersebut dan juga menambahkan data dummy yang digunakan untuk melindungi privasi pemilih. 7. Suara yang telah ditambahkan data dummy tersebut kemudian dikirimkan ke modul bulletin board. Modul ini bertugas untuk mengumpulkan surat suara dijital dan kemudian menghitungnya setelah waktu pemungutan suara berakhir. 8. Mesin mengirimkan surat suara yang telah dienkripsi dan kemudian pemilih menerima receipt (bukti hasil pilihan) [4]. Pada paper yang ditulis oleh Ben Adida [1] membahas mengenai jaminan terhadap hasil penghitungan suara pada skema voting system MarkPledge. Salah satu bagian yang sangat penting pada sebuah sistem pemungutan suara (voting) adalah verifikasi terhadap hasil pemungutan suara. Ada dua hal yang penting yang harus diverifikasi. Pertama adalah memastikan bahwa tidak ada manipulasi terhadap pilihan yang sudah masuk pada surat suara. Dan yang kedua adalah memastikan bahwa surat suara yang masuk dihitung dengan benar sesuai pilihan yang ada pada surat suara. II-13

14 Ada dua macam metode yang digunakan dalam memastikan terhadap hasil penghitungan suara. Metode pertama adalah universal verifiability. Pada metode ini semua orang dapat memverifikasi bahwa hanya pemilih yang terdaftar yang memasukkan suara dan suara yang masuk dihitung dengan benar. Setelah semua suara masuk ke bulletin board maka semua orang dapat memastikan bahwa data orang yang telah memasukkan pilihan sesuai dengan data suara yang masuk. Metode kedua adalah ballot casting assurance. Pada metode ini hanya pemilih yang dapat memverifikasi sendiri bahwa surat suara yang dimasukkan dihitung sesuai dengan pilihan yang dia masukkan. Cara yang dilakukan adalah pada saat memilih pemilih memperoleh receipt. Receipt tersebut berisi bukti bahwa suara yang telah dimasukkan tidak dimanipulasi dan pemilih dapat melakukan pengecekan pada bulletin board. II.4.4 Sistem E-Voting Terpusat Sistem E-Voting Terpusat adalah sistem yang dikembangkan oleh Philip Anderson Hutapea pada tahun 2009 sebagai bagian dari tugas akhir program studi Informatika, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika, Institut Teknologi Bandung [8]. Sistem yang dikembangkan tersebut membahas lebih mendalam mengenai cara menangani faktor keamanan data khususnya terkait masalah kerahasiaan data. Metode yang digunakan untuk mengatasi faktor tersebut adalah dengan melakukan kriptografi. Sistem ini menggunakan kartu pemilihan, yaitu sebuah kartu kecil yang mempunyai chip memory dan digunakan sebagai media penyimpanan suara yang dapat digunakan untuk perhitungan suara secara manual. Gambar II-5 berisi mengenai arsitektur sistem e-voting terpusat. Berikut ini adalah penjelasan alur pada skema pelaksanaan sistem e-voting tersebut. 1. Secara umum sistem dibagi menjadi dua bagian utama yaitu sistem yang berada di TPS (Tempat Pemungutan Suara) dan sistem di KPU (Komisi Pemilihan Umum). 2. Sistem di TPS dibagi menjadi beberapa proses sebagai berikut. a. Pemilih melakukan pendaftaran ulang pada bagian registrasi di TPS. b. Pemilih memperoleh kartu suara yang datanya telah dienkripsi dan kemudian melakukan inisiasi kartu. c. Sistem melakukan validasi kartu suara yang dimasukkan oleh pemilih. II-14

15 d. Pemilih melakukan pengisian suara. e. Sistem menyimpan suara yang masuk. 3. Setelah pelaksanaan pemungutan suara selesai, komputer-komputer yang berada di TPS akan mengirimkan data suara tersebut ke KPU melalui jaringan komputer yang aman. Gambar II-5 Arsitektur Sistem E-voting Terpusat [8] II.5 Web II.5.1 Pengertian Umum Web World Wide Web (WWW) atau biasa disebut web adalah sebuah sistem yang saling terkait menggunakan dokumen hypertext yang diakses melalui jaringan internet. Sebuah halaman web yang berisi teks, gambar, video, dan file multimedia lainnya dapat diakses menggunakan web browser. Web pertama kali muncul pada awal tahun 1991 yang dikembangkan oleh Tim Berners-Lee. Pada tahun 1993, teknologi web menjadi teknologi yang bebas digunakan oleh siapa saja tanpa biaya apapun. Hal ini mendorong perkembangan penggunaan teknologi web dengat sangat pesat. Dalam pemanfaatan teknologi web tersebut, banyak standar yang digunakan. Berikut ini adalah beberapa standar yang sangat sering digunakan dalam teknologi web. Selain beberapa standar di bawah, sebenarnya masih banyak standar lain yang digunakan. II-15

16 HTML (HyperText Markup Language) atau XHTML (extended HTML). Standar ini adalah markup language untuk mendefinisikan struktur dan interpretasi dokumen hypertext yang dikeluarkan oleh W3C (World Wide Web Consortium) yang dikepalai oleh Tim Berners-Lee. CSS (Cascading Style Sheets). Standar ini adalah standar stylesheets yang dikeluarkan oleh W3C untuk mengatur tampilan pada suatu halaman web. URI (Uniform Resource Identifier). Standar ini adalah sebuah sistem umum yang digunakan untuk mengakses suatu sumber di internet, baik berupa dokumen hypertext, gambar, atau sumber lainnya. Standar ini dikeluarkan oleh IETF (Internet Engineering Task Force). HTTP (HyperText Transfer Protocol). Standar ini digunakan untuk memberikan spesifikasi bagaimana web browser dan server saling mengenali dan berkomunikasi. Secara umum cara kerja web adalah sebagai berikut. Pertama adalah mengakses suatu halaman web dengan memasukkan URI dari halaman tersebut pada web browser. Web browser kemudian mengakses web server sesuai dengan URI yang telah dimasukkan. Jika URI yang dimasukkan tadi masih menggunakan nama web server (belum menggunakan IP address) maka nama web server tersebut harus diubah menjadi sebuah IP adress menggunakan DNS (Domain Name System). DNS adalah sebuah basis data global terdistribusi yang menyimpan data seluruh nama web server. Setelah permintaan dari web browser sampai ke web server, maka web server kemudian memberikan balasan sesuai permintaan web browser tersebut dengan protokol tertentu, misalnya protokol HTTP. Setelah web browser menerima paket yang dikirim oleh web server, maka web browser kemudian menerjemahkan isi paket tersebut dan menampilkannya ke layar sesuai dengan spesifikasi paket tersebut. II.5.2 Keamanan Web Aspek keamanan (security) merupakan aspek yang sangat penting dalam penggunaan web. Banyak komputer melakukan akses pada jaringan yang sama menimbulkan kerawanan II-16

17 dalam pemanfaatan web. Berikut ini adalah beberapa macam serangan terhadap suatu jaringan internet. 1. Scanning. Pihak yang tidak bertanggung jawab mencoba mempelajari dan mengenali jaringan dan sistem yang digunakan. Jika mereka telah menguasainya, maka hal tersebut akan mempermudah mereka dalam merusak sistem. 2. Denial of Service (DoS). Tipe serangan ini dilakukan untuk membuat sistem tidak mampu memberikan layanan kembali. 3. Sniffing. Serangan ini digunakan untuk mengetahui informasi yang dipertukarkan antara komputer client dan server. 4. Hijacking. Serangan ini dilakukan dengan cara mengambil alih koneksi yang terjadi antara komputer client dan server. 5. Physical. Pihak yang tidak bertanggung jawab mencoba melakukan akses secara langsung pada komputer server. 6. Back door. Tidak ada suatu perangkat lunak yang sempurna, baik sistem operasi, sistem basis data, maupun sistem yang kita kembangkan. Serangan tipe ini dilakukan dengan cara menyerang kelemahan-kelemahan sistem tersebut. 7. Social engineering. Serangan cara ini dilakukan dengan cara menyusupkan orangorang agar mempunyai hak akses terhadap sistem tersebut untuk menghancurkan sistem maupun melakukan pencurian data [5]. Tidak ada sebuah sistem mempunyai tingkat keamanan yang sempurna. Meskipun tingkat keamanan sistem tidak ada yang sempurna, saat ini telah banyak sistem-sistem yang memanfaatkan jaringan internet khususnya teknologi web. Pemilihan teknologi web tersebut karena web mempunyai kelebihan dalam hal kemudahan akses dari mana saja hanya menggunakan web browser. Tingkat keamanan sebuah sistem sangat tergantung pada tingkat kepentingan sistem tersebut, misalnya sistem perbankan dan e-commerce harus mempunyai tingkat keamanan yang tinggi karena resiko yang dihadapi cukup besar apabila ada penyusup. Demikian juga dengan sistem e-voting, sistem ini harus mempunyai tingkat keamanan yang tinggi karena jika sistem ini berhasil ditembus maka akan menimbulkan kerugian yang sangat besar. Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keamanan pada sistem. Berikut ini adalah beberapa cara untuk meingkatkan keamanan sistem. II-17

18 1. Education. Pembelajaran bagi semua pihak yang terkait baik pengguna, maupun administrator dengan sistem merupakan hal yang sangat penting. Mereka harus mengetahui bagaimana cara untuk menjaga keamanan sistem sesuai dengan hak akses yang mereka miliki terhadap sistem. 2. Application security. Meningkatkan keamanan aplikasi yang digunakan baik sistem operasi, sistem basis data, dan sistem lainnya. Pemahaman mengenai sistem yang digunakan merupakan hal yang penting untuk dimiliki agar mampu melakukan pengamanan dari sudut pandang aplikasi. 3. Phisycal security. Pengamanan dilakukan langsung secara fisik, misalnya pengamanan pada ruang server dengan penjagaan satpam. 4. Firewall. Pengamanan dilakukan dengan cara mengatur lalu lintas jaringan. Penggunaan VPN (Virtual Private Network) dapat digunakan untuk membatasi pihak-pihak yang diperbolehkan untuk mengakses jaringan [5]. Gambar II-6 Karakteristik Keamanan Sistem Penentuan tingkat keamanan sebuah sistem yang terhubung ke jaringan internet sangat tergantung pada karakteristik sistem tersebut. Gambar II-6 Karakteristik Keamanan Sistem II-18

19 menunjukkan karakteristik umum keamanan sistem pada jaringan serta kecenderungan sistem ISP, militer, dan keuangan terhadap karakteristik tersebut. Sistem tersebut harus mampu menyeimbangkan antara availability (ketersediaan layanan), integrity (integritas data), dan confidentiality (kerahasiaan data) sesuai dengan karakteristiknya [5]. Sebagai contoh sistem pada ISP (Internet Service Provider) akan lebih fokus pada availability, sistem militer lebih fokus pada confidentiality, dan sistem keuangan akan lebih fokus pada integrity. Karakteristik sistem tersebut akan mempengaruhi desain sistem baik dari sudut pandang perangkat keras, perangkat lunak, maupun jaringan. II-19

BAB III ANALISIS III.1 Analisis Perbandingan terhadap Sistem Lain

BAB III ANALISIS III.1 Analisis Perbandingan terhadap Sistem Lain BAB III ANALISIS Bab ini membahas mengenai analisis kebutuhan terkait e-voting. Analisis tersebut meliputi analisis terhadap sistem lain yang dijadikan sebagai acuan dalam pengembangan model, analisis

Lebih terperinci

PEMBUATAN MODEL E-VOTING BERBASIS WEB (STUDI KASUS PEMILU LEGISLATIF DAN PRESIDEN INDONESIA)

PEMBUATAN MODEL E-VOTING BERBASIS WEB (STUDI KASUS PEMILU LEGISLATIF DAN PRESIDEN INDONESIA) PEMBUATAN MODEL E-VOTING BERBASIS WEB (STUDI KASUS PEMILU LEGISLATIF DAN PRESIDEN INDONESIA) TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemilihan Umum (Pemilu) 2.2 Pemungutan Suara

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemilihan Umum (Pemilu) 2.2 Pemungutan Suara 3 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemilihan Umum (Pemilu) Peraturan tertinggi mengenai pemilu diatur dalam Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 hasil amandemen. Pemilu secara tegas diatur pada UUD 1945 perubahan III, bab

Lebih terperinci

IV-1. Gambar IV-1 Model Umum Web-Vote

IV-1. Gambar IV-1 Model Umum Web-Vote BAB IV MODEL WEB-VOTE Bab ini membahas mengenai model sistem e-voting yang memenuhi persyaratan sesuai dengan hasil analisis pada bab sebelumnya. Pada bab sebelumnya (bab III.4 tentang Aspek Sistem E-voting)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab I memuat latar belakang, tujuan, batasan masalah, dan sistematika penulisan laporan pada penelitian ini 1.1. Latar Belakang Pemilihan Umum (Pemilu) adalah sarana pelaksanaan kedaulatan

Lebih terperinci

PROTOTYPE DAN PENGUJIAN

PROTOTYPE DAN PENGUJIAN BAB V PROTOTYPE DAN PENGUJIAN Bab ini membahas mengenai implementasi pembuatan prototype sistem e-voting berbasis web. Pembuatan prototype berisi dua macam hal yaitu perancangan kelas dan perancangan interaksi

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA Sistem Pemilu di Indonesia

2 TINJAUAN PUSTAKA Sistem Pemilu di Indonesia 4 2 TINJAUAN PUSTAKA Sistem Pemilu di Indonesia Pemilihan umum sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari suatu negara demokrasi, hampir semua negara demokrasi melaksanakan pemilihan umum. Pemilihan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ini merupakan penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia. DPR dan DPRD dipilih oleh rakyat serta utusan daerah dan golongan

I. PENDAHULUAN. ini merupakan penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia. DPR dan DPRD dipilih oleh rakyat serta utusan daerah dan golongan BAB I I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 disebutkan bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan

Lebih terperinci

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM - 2 - BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Komisi ini yang dimaksud dengan: 1. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat untuk memilih Anggota Dewan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. BAWASLU. Perlengkapan. Pemungutan Suara. Perencanaan. Pengadaan. Pendistribusian. Pengawasan. Tata Cara.

BERITA NEGARA. BAWASLU. Perlengkapan. Pemungutan Suara. Perencanaan. Pengadaan. Pendistribusian. Pengawasan. Tata Cara. No.396, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAWASLU. Perlengkapan. Pemungutan Suara. Perencanaan. Pengadaan. Pendistribusian. Pengawasan. Tata Cara. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN PERENCANAAN, PENGADAAN, DAN PENDISTRIBUSIAN PERLENGKAPAN

Lebih terperinci

Pengantar E-Business dan E-Commerce

Pengantar E-Business dan E-Commerce Pengantar E-Business dan E-Commerce Pertemuan Ke-5 (Keamanan Sistem E-Commerce) Noor Ifada noor.ifada@if.trunojoyo.ac.id S1 Teknik Informatika - Unijoyo 1 Sub Pokok Bahasan Pendahuluan Pilar Keamanan Sistem

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 2012

UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 2012 UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 2012 Tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013 Hak Cipta 2013 pada

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG TAHAPAN, PROGRAM DAN JADWAL PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM TAHUN 2019

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG TAHAPAN, PROGRAM DAN JADWAL PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM TAHUN 2019 RANCANGAN KONSULTASI DPR RI PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG TAHAPAN, PROGRAM DAN JADWAL PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM TAHUN 2019 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pemilihan umum

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pemilihan umum secara langsung

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pemilihan umum secara langsung

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENYELESAIAN PELANGGARAN ADMINISTRASI PEMILIHAN UMUM

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENYELESAIAN PELANGGARAN ADMINISTRASI PEMILIHAN UMUM KOMISI PEMILIHAN UMUM PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENYELESAIAN PELANGGARAN ADMINISTRASI PEMILIHAN UMUM KOMISI PEMILIHAN UMUM, Menimbang : a. bahwa sesuai

Lebih terperinci

diubah dengan Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 20 Tahun 2008;

diubah dengan Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 20 Tahun 2008; 2 6. Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Instansi Pemerintah yang telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG Draf Final Baleg RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN

Lebih terperinci

A. Kebutuhan Fungsional (FR= fungsional requirement) dari sistem e-voting yang dikembangkan yaitu :

A. Kebutuhan Fungsional (FR= fungsional requirement) dari sistem e-voting yang dikembangkan yaitu : A. Kebutuhan Fungsional (FR= fungsional requirement) dari sistem e-voting yang dikembangkan yaitu : 1. FR-01. Sistem harus mampu memfasilitasi proses pemilihan umum agar bisa disesuaikan dengan kondisi

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM

KOMISI PEMILIHAN UMUM KOMISI PEMILIHAN UMUM PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 33 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENGADAAN DAN SPESIFIKASI TEKNIS SEGEL UNTUK KEPERLUAN PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemilihan umum

Lebih terperinci

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Komisi ini yang dimaksud dengan: 1. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adala

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Komisi ini yang dimaksud dengan: 1. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adala BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1225, 2017 KPU. Penyelenggaraan PEMILU. Tahapan, Program dan Jadwal. Tahun 2019. PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG TAHAPAN,

Lebih terperinci

2 Nomor 11 Tahun 2014 tentang Pengawasan Pemilihan Umum; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembar

2 Nomor 11 Tahun 2014 tentang Pengawasan Pemilihan Umum; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembar BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.773, 2015 BAWASLU. Pemilihan Umum. Pengawasan. Perubahan. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara;

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara; - 2 - d. bahwa pengadaan perlengkapan pemungutan suara, yaitu tempat pemungutan suara dilaksanakan oleh Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara bekerjasama dengan masyarakat; e. bahwa pendistribusian perlengkapan

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 11 TAHUN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang:

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dengan Persetujuan Bersama

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dengan Persetujuan Bersama www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 101, 2011 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5246) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemilihan umum

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN 28 BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN Dalam bab tiga ini akan menjelaskan analisis sistem yang sedang berjalan dan pemecahan masalah. Analisis dan pemecahan masalah di dapat dari sumber data yang diperoleh

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pemilihan umum secara langsung

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENGAWASAN PEMUNGUTAN DAN PENGHITUNGAN SUARA DI TEMPAT PEMUNGUTAN

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGAWASAN PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Sistem E-Voting Pilkada Kota Bogor

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Sistem E-Voting Pilkada Kota Bogor 15 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Sistem E-Voting Pilkada Kota Bogor Sistem e-voting pilkada kota Bogor menggunakan protokol Two Central Facilities yang dimodifikasi. Protokol ini dipilih karena menurut

Lebih terperinci

TAHAPAN PILPRES 2014 DALAM MEWUJUDKAN BUDAYA DEMOKRASI

TAHAPAN PILPRES 2014 DALAM MEWUJUDKAN BUDAYA DEMOKRASI TAHAPAN PILPRES 2014 DALAM MEWUJUDKAN BUDAYA DEMOKRASI ENI MISDAYANI, S.Ag, MM KPU KABUPATEN KUDUS 26 MEI 2014 DASAR HUKUM Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembaran

Lebih terperinci

PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS

PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS Anang Dony Irawan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surabaya Jl. Sutorejo No. 59 Surabaya 60113 Telp. 031-3811966,

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM,

KOMISI PEMILIHAN UMUM, KOMISI PEMILIHAN UMUM PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 28 TAHUN 2008 TENTANG BILIK SUARA UNTUK KEPERLUAN PEMUNGUTAN SUARA DALAM PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

KEAMANAN DALAM E-COMMERCE

KEAMANAN DALAM E-COMMERCE KEAMANAN DALAM E-COMMERCE Pendahuluan Faktor keamanan: pengelolaan dan penjagaan keamanan secara fisik penambahan perangkatperangkat elektronik (perangkat lunak dan perangkat keras) untuk melindungi data,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 0 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.245, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAH DAERAH. Pemilihan. Gubernur. Bupati. Walikota. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5588) PERATURAN

Lebih terperinci

-2- BAB I KETENTUAN UMUM

-2- BAB I KETENTUAN UMUM -2- Pemilihan Umum Nomor 01 Tahun 2010; 5. Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 06 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Jenderal Komisi Pemilihan Umum, Sekretariat Komisi Pemilihan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Implementasi ( Implementation Kebijakan (Policy) Pengujian HASIL DAN PEMBAHASAN Spesifikasi ( Specification Perancangan ( Design

Implementasi ( Implementation Kebijakan (Policy) Pengujian HASIL DAN PEMBAHASAN Spesifikasi ( Specification Perancangan ( Design terjadi. Dalam penelitian ini berbagai ancaman yang dapat timbul pada saat pemilihan berlangsung akan dianalisis dalam empat kelas besar yakni: a Disclosure, yakni akses terhadap informasi oleh pihak yang

Lebih terperinci

2012, No Mengingat membentuk Undang-Undang tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan

2012, No Mengingat membentuk Undang-Undang tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.117, 2012 POLITIK. PEMILU. DPR. DPD. DPRD. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5316) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG top PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH I. UMUM 1. Dasar

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 01 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 01 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 01 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH KOMISI PEMILIHAN UMUM, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pemilihan umum merupakan bagian pada suatu proses demokrasi. Indonesia adalah salah satu negara demokrasi yang melaksanakan pemilihan umum setiap lima tahun sekali.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa penyelenggaraan pemilihan umum

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM I. UMUM Pemilihan Umum merupakan perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan pemerintahan yang

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.1080, 2012 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM. Pengawasan Pemilu. Tata Cara. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. No.1080, 2012 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM. Pengawasan Pemilu. Tata Cara. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1080, 2012 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM. Pengawasan Pemilu. Tata Cara. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA

Lebih terperinci

Penjelasan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik... 133 I. Umum... 133 II. Pasal Demi Pasal...

Penjelasan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik... 133 I. Umum... 133 II. Pasal Demi Pasal... DAFTAR ISI Hal - Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum... - BAB I Ketentuan Umum... 4 - BAB II Asas Penyelenggara Pemilu... 6 - BAB III Komisi Pemilihan

Lebih terperinci

SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN. NOMOR : 10/Kpts/KPU Kab /2010 TENTANG

SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN. NOMOR : 10/Kpts/KPU Kab /2010 TENTANG SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN NOMOR : 10/Kpts/KPU Kab 014329920/2010 TENTANG TAHAPAN, PROGRAM, DAN JADWAL PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (Pemilu) adalah proses pemilihan orang-orang untuk mengisi

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (Pemilu) adalah proses pemilihan orang-orang untuk mengisi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum (Pemilu) adalah proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik baik di pemerintah maupun di legislatif. Pelaksanaan pemilihan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 PETUNJUK TEKNIS PEMBENTUKAN DAN SELEKSI CALON ANGGOTA KELOMPOK PENYELENGGARA PEMUNGUTAN SUARA (KPPS) DAN PETUGAS KETERTIBAN TEMPAT PEMUNGUTAN SUARA PEMILIHAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI MUARO JAMBI PADA PEMILIHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN

Lebih terperinci

No.849, 2014 BAWASLU. Kampanye. Pemilihan Umum. Presiden dan Wakil Presiden. Pengawasan.

No.849, 2014 BAWASLU. Kampanye. Pemilihan Umum. Presiden dan Wakil Presiden. Pengawasan. No.849, 2014 BAWASLU. Kampanye. Pemilihan Umum. Presiden dan Wakil Presiden. Pengawasan. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG PENGAWASAN TAHAPAN KAMPANYE

Lebih terperinci

Berdasarkan Pasal 22E ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pemilu dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia,

Berdasarkan Pasal 22E ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pemilu dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH I. UMUM 1. Dasar

Lebih terperinci

BAWASLU. Pemungutan Suara. Perlengkapan. Pemilihan Umum. Presiden dan Wakil Presiden. Pengawasan. Pencabutan.

BAWASLU. Pemungutan Suara. Perlengkapan. Pemilihan Umum. Presiden dan Wakil Presiden. Pengawasan. Pencabutan. No.847, 2014 BAWASLU. Pemungutan Suara. Perlengkapan. Pemilihan Umum. Presiden dan Wakil Presiden. Pengawasan. Pencabutan. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2014

Lebih terperinci

2017, No Gubernur, Bupati, dan Wali Kota menjadi Undang- Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 130, Tambahan Lembaran N

2017, No Gubernur, Bupati, dan Wali Kota menjadi Undang- Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 130, Tambahan Lembaran N No.1404, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DKPP. Kode Etik Penyelenggara Pemilu. Pedoman Beracara. Pencabutan. PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM,

KOMISI PEMILIHAN UMUM, KOMISI PEMILIHAN UMUM PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG KOTAK SUARA UNTUK PEMUNGUTAN SUARA PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN

Lebih terperinci

No.851, 2014 BAWASLU. Perhitungan dan Pemungutan. Suara. Pemilihan Umum. Presiden dan Wakil Presiden. Pengawasan.

No.851, 2014 BAWASLU. Perhitungan dan Pemungutan. Suara. Pemilihan Umum. Presiden dan Wakil Presiden. Pengawasan. No.851, 2014 BAWASLU. Perhitungan dan Pemungutan. Suara. Pemilihan Umum. Presiden dan Wakil Presiden. Pengawasan. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM I. UMUM Pemilihan Umum merupakan perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan pemerintahan yang

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk memilih Presiden

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN

Lebih terperinci

MATERI TES TERTULIS DAN WAWANCARA PPK Materi test tulis : Pancasila dan UUD

MATERI TES TERTULIS DAN WAWANCARA PPK Materi test tulis : Pancasila dan UUD MATERI TES TERTULIS DAN WAWANCARA PPK Materi test tulis : Pancasila dan UUD 1945 yang diamandemen Hukum, terdiri dari: Pemahaman Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum Pemahaman

Lebih terperinci

Lebih kompatibel dengan Windows karena memang IIS adalah keluaran Microsoft.

Lebih kompatibel dengan Windows karena memang IIS adalah keluaran Microsoft. Web Server Internet Information Service Kelebihan dan Kekurangan Lebih kompatibel dengan Windows karena memang IIS adalah keluaran Microsoft. Unjuk kerja untuk PHP lebih stabil, handal, dan cepat. Adanya

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG 1 PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PEMUNGUTAN DAN PENGHITUNGAN SUARA DI TEMPAT PEMUNGUTAN SUARA DALAM PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG PENGAWASAN PEMUNGUTAN DAN PENGHITUNGAN SUARA DI TEMPAT PEMUNGUTAN

Lebih terperinci

PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILU REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK DAN PEDOMAN PERILAKU PENYELENGGARA

Lebih terperinci

PP 33/1999, PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1999 TENTANG PEMILIHAN UMUM. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PP 33/1999, PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1999 TENTANG PEMILIHAN UMUM. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PP 33/1999, PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1999 TENTANG PEMILIHAN UMUM Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 33 TAHUN 1999 (33/1999) Tanggal: 19 MEI 1999 (JAKARTA) Tentang: PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN

UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH [LN 2008/51, TLN 4835] BAB XXI KETENTUAN PIDANA Pasal

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA 1 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 29 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PENGADAAN DAN PENDISTRIBUSIAN PERLENGKAPAN PEMUNGUTAN DAN PENGHITUNGAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk menjamin tercapainya cita-cita dan tujuan

Lebih terperinci

Evaluasi dan Penilaian Interaktif Berbasis Web. Kuswari Hernawati

Evaluasi dan Penilaian Interaktif Berbasis Web. Kuswari Hernawati Evaluasi dan Penilaian Interaktif Berbasis Web Kuswari Hernawati Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta Alamat: Jl. Colombo Karangmalang Yogyakarta 55281 Email : kuswari@uny.ac.id

Lebih terperinci

Daftar Isi Undang undang Nomor 7 tahun 2017 tentang Pemilihan Umum

Daftar Isi Undang undang Nomor 7 tahun 2017 tentang Pemilihan Umum Daftar Isi Undang undang Nomor 7 tahun 2017 tentang Pemilihan Umum Buku Bab Bagian Par Kesatu Ketentuan Umum I Pengertian Istilah 3 II Asas, Prinsip dan Tujuan 7 Kedua Penyelenggara Pemilu I KPU 9 Kesatu

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

2017, No d. bahwa Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden, Undang- Undang Nomor 15 Tahun 2011 tent

2017, No d. bahwa Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden, Undang- Undang Nomor 15 Tahun 2011 tent LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.182, 2017 PEMERINTAHAN. Pemilihan Umum. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6109) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG PENGAWASAN PERENCANAAN, PENGADAAN, DAN PENDISTRIBUSIAN PERLENGKAPAN

Lebih terperinci

No. Pasal Kualifikasi Delik Unsur Tindak Pidana Sanksi Setiap orang. kehilangan hak Menyebabkan orang lain

No. Pasal Kualifikasi Delik Unsur Tindak Pidana Sanksi Setiap orang. kehilangan hak Menyebabkan orang lain Lampiran 1 : Ketentuan Pidana Pemilu No. Pasal Kualifikasi Delik Unsur Tindak Pidana Sanksi 1 2 3 4 5 1. 261 Menyebabkan orang lain kehilangan hak Menyebabkan orang lain pilih kehilangan hak pilihnya 2.

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM,

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM, 1 PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN PERGERAKAN KOTAK SUARA, REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA, DAN PENETAPAN HASIL PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 4 TAHUN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.374, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KPU. Pemungutan. Penghitungan. Rekapitulasi. Pemilu DPR. Luar Negeri. Tahun 2014. Perubahan. PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG PENGAWASAN TAHAPAN KAMPANYE PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.698, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KOMISI PEMILIHAN UMUM. Penyelenggaraan. Pemilu. DPR. DPD. DPRD. PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 07 TAHUN 2012 TENTANG TAHAPAN, PROGRAM, DAN JADUAL PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

- 2 - MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PENYUSUNAN DAFTAR PEMILIH UNTUK PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN.

- 2 - MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PENYUSUNAN DAFTAR PEMILIH UNTUK PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN. - 2 - Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014; MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PENYUSUNAN DAFTAR PEMILIH UNTUK PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN.

Lebih terperinci

SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN. NOMOR : 11/Kpts/KPU Kab /2010 TENTANG

SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN. NOMOR : 11/Kpts/KPU Kab /2010 TENTANG SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN NOMOR : 11/Kpts/KPU Kab 014329920/2010 TENTANG TATA KERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN, PANITIA PEMILIHAN

Lebih terperinci

MEKANISME DAN MASALAH-MASALAH KRUSIAL YANG DIHADAPI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG. Oleh : Nurul Huda, SH Mhum

MEKANISME DAN MASALAH-MASALAH KRUSIAL YANG DIHADAPI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG. Oleh : Nurul Huda, SH Mhum MEKANISME DAN MASALAH-MASALAH KRUSIAL YANG DIHADAPI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG Oleh : Nurul Huda, SH Mhum Abstrak Pemilihan Kepala Daerah secara langsung, yang tidak lagi menjadi kewenangan

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH 1 PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM, Menimbang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada komputer server CLA:

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada komputer server CLA: 6 pemilih sehingga badan tabulasi menerima data yang salah. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan aktivitas sniffing, maupun penanaman keyloger pada hardware maupun software yang digunakan dalam sistem

Lebih terperinci