PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,"

Transkripsi

1 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2002 TENTANG ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN PERTANIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Undang-undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara bukan Pajak, dipandang perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Departemen Pertanian; Mengingat: 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-undang Dasar 1945 sebagaimana telah diubah dengan Perubahan Keempat Undang-undang Dasar 1945; 2. Undang-undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1997 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3687); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1997 tentang Jenis dan Penyetoran Penerimaan Negara bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3694) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 1998 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3760); MEMUTUSKAN : Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN PERTANIAN. Pasal 1 (1) Tarif atas jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Departemen Pertanian sebagaimana dimaksud dalam Lampiran IIA Angka (7) nomor 5 sampai dengan nomor 10 dan nomor 14 sampai dengan nomor 20 Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1997 tentang Jenis dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemeritnah Nomor 52 Tahun 1998 adalah sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran Pemerintah ini. (2) Tarif atas jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Departemen Pertanian belum tercakup Lampiran Peraturan Pemerintah ini, akan disusulkan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam Lampiran Peraturan Pemerintah ini dan pencantumannya dilakukan dengan Peraturan Pemerintah tersendiri. Pasal 2 Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) mempunyai tarif dalam mata uang Rupiah dan Dollar Amerika. Pasal 3 Seluruh penerimaan yang bersumber dari jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Departemen Pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 wajib disetor langsung secepatnya ke Kas Negara.

2 Pasal 4 (1) Jenis pelayanan jasa yang diberikan oleh Departemen Pertanian dapat dilakukan apabila telah memenuhi jumlah minimum tertentu. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai jumlah minimum tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur oleh Menteri Pertanian. Pasal 5 Pengklasifikasian Media Pembawa Hama dan Penyakit Hewan Karantina atau Organisme Pengganggu tumbuhan Karantina diatur lebih lanjut oleh Menteri Pertanian. Pasal 6 Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 17 September 2002 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEGAWATI SOEKARNOPUTRI Diundangkan di Jakarta pada tanggal 17 September 2002 SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA, ttd BAMBANG KESOWO LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2002 NOMOR 92 ttd

3 PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2002 TENTANG ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN PERTANIAN UMUM Dalam rangka mengoptimalkan Penerimaan Negara Bukan Pajak guna menunjang pembangunan nasional, Penerimaan Negara Bukan Pajak pada Departemen Pertanian sebagai salah satu sumber penerimaan negara perlu dikelola dan dimanfaatkan untuk peningkatan pelayanan kepada masyarakat. Sehubungan dengan maksud ini dan untuk memenuhi ketentuan Undang-undang Nomor 20 tahun 1997 tentang Penerimaan Negaran Bukan Pajak, perlu ditetapkan tarif atas jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Departemen Pertanian dengan Peraturan Pemerintah ini. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Cukup jelas Pasal 2 Cukup jelas Pasal 3 Pengertian Kas Negara adalah sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak. Pasal 4 Yang dimaksud dengan jumlah minimum tertentu antara lain jumlah satuan tertentu yang diperlukan untuk pengujian, analisa, dan pengukuran. Pasal 5 Media Pembawa Hama dan Penyakit Hewan Karantina atau Organisme Pengganggu tumbuhan karantian adalah hewan, bahan asal hewan, hasil bahan asal hewan, tumbuhan dan bagian-bagiannya dan/atau benda lain yang dapat membawa Hama dan Penyakit Hewan Karantina atau Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina. Pasal 6 Cukup jelas TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4224

4 LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2002 TANGGAL 17 SEPTEMBER 2002 ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN PERTANIAN JENIS PENERIMAAN NEGARA I. SEKRETARIAT JENDERAL DEPARTEMEN PERTANIAN Penerimaan dari Jasa Penyewaan Fasilitas 1. Sewa Wisma Tani Ragunan Jakarta Selatan a. Intern Departemen Pertanian b. Instansi di luar Departemen Pertanian c. Umum 2. Sewa Wisma Peristirahatan Departemen Pertanian Cipayung Bogor a. Intern Departemen Pertanian b. Instansi di luar Departemen Pertanian c. Umum 3. Sewa Auditorium Gedung A/F Kampus Departemen Pertanian a. Kedinasan 1) Intern Departemen Pertanian 2) Instansi di luar Departemen Pertanian b. Non Kedinasan 1) Intern Departemen Pertanian 2) Umum 4. Sewa Ruang perkantoran yang digunakan untuk : a. Yayasan, koperasi, asosiasi lingkup Departemen Pertanian b. Umum Per orang/hari Per orang/hari Per orang/hari Per orang/hari Per orang/hari Per orang/hari Per 4 jam Per 4 jam Per 4 jam Per 4 jam Per m2/bulan Per m2/bulan Rp ,00 Rp ,00 Rp 7.500,00 Rp ,00 Tidak dipungut Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp 7.500,00 Rp ,00 5. Sewa Lahan/Tanah yang digunakan untuk Umum Per m2/bulan Rp ,00 6. Sewa Pesawat Terbang (Satuan Udara Pertanian) Umum Per 1 jam Rp ,00 II. DIREKTORAT JENDERAL BINA SARANA PERTANIAN Biaya Pendaftaran Pestisida untuk setiap permohonan ijin : 1. Ijin Percobaan 2. Ijin Sementara 3. Ijin Tetap Per permohonan Per permohonan Per permohonan Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00

5 III. DIREKTORAT JENDERAL BINA PRODUKSI TANAMAN PANGAN C. Pengujian Mutu Pestisida 1. Pengujian kadar bahan aktif pestisida Per bahan aktif per contoh Rp ,00 2. Pengujian sifat Fisiko Kimia formulasi pestisida a. PH b. Keasaman/alkalinitas c. Indeks Bias d. Kekentalan e. Bobot Jenis/kerapatan Jenis f. Ukuran Partikel g. Kepadatan Tepung (Tap.Bulk Density) h. Kadar Air Rp ,00 D. Pengujian Residu Pestisida 1. Hasil Pertanian Per golongan Pestisida 2. Tanah Per golongan Pestisida 3. Kayu Per golongan Pestisida 4. Air Per golongan Pestisida Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 E. Pengujian dan Pemeriksaan Lapangan 1. Padi a. Pemeriksaan Lapangan b. Pengujian benih c. Pengujian ulang d. Pengujian benih untuk keperluan pengujian khusus 2. Jagung berasri bebas a. Pemeriksaan Lapangan b. Pengujian benih c. Pengujian ulang d. Pengujian benih untuk keperluan pengujian khusus 3. Jagung Hibrida benih benih benih benih Rp 4.500,00 Rp 6,00 Rp 3.000,00 Rp 6,00

6 a. Pemeriksaan Lapangan b. Pengujian benih c. Pengujian ulang d. Pengujian benih untuk keperluan pengujian khusus 4. Kedelai a. Pemeriksaan Lapangan b. Pengujian benih c. Pengujian ulang d. Pengujian benih untuk keperluan pengujian khusus 5. Kacang Tanah a. Pemeriksaan Lapangan b. Pengujian benih c. Pengujian ulang d. Pengujian benih untuk keperluan pengujian khusus 6. Kacang Hijau a. Pemeriksaan Lapangan b. Pengujian benih c. Pengujian ulang d. Pengujian benih untuk keperluan pengujian khusus benih benih benih benih benih benih benih benih Rp 4.000,00 Rp 6,00 Rp 1.500,00 Rp 6,00 Rp 1.500,00 Rp 6,00 Rp 1.500,00 7. Tanda Daftar a. Produsen/penyalur/pedagang Per produsen/ kelompok tani b. Kelompok tani penangkar Per produsen/ c. IV. DIREKTORAT JENDERAL BINA PRODUKSI HOLTIKULTURA Biaya Pemeriksaan Lapangan dan Pengujian Benih Holtikultura 1. Tanaman buah-buahan a. Determinasi pohon/rumpun induk b. Sertifikasi benih dalam bentuk biji/mata tempel/anak semai/bahan sambung/stek c. Sertifikasi benih dalam bentuk okulasi d. Sertifikasi dalam bentuk cangkok e. Pemeriksaan Lapangan f. Pengujian benih kelompok tani Per batang Per 25 batang Per 25 batang Per 25 batang Per 25 batang Per 25 batang Rp ,00 Rp 1.000,00 2. Tanaman Sayuran Umbian Benih dalam bentuk umbian a. Pemeriksaan Lapangan b. Pemeriksaan umbian di gudang c. Pengujian benih Per kemas benih Rp 3.000,00 Rp 2.000,00 Rp 3.000,00

7 3. Sayuran buah dan polong Benih dalam bentuk biji A. Kacang-kacangan 1) Pemeriksaan Lapangan 2) Pengujian benih B. Sayuran buah 1) Pemeriksaan Lapangan 2) Pengujian benih 3) Pengujian benih khusus (bakter) C. Sayuran daun 1) Pemeriksaan Lapangan 2) Pengujian benih V. DIREKTORAT JENDERAL BINA PRODUKSI PERKEBUNAN A. Karet 1. Pemeriksaan Lapangan kebun entres 2. Pemeriksaan Lapangan kebun induk/bpt 3. Pengujian benih laboratorium 4. Pengujian benih ulang 5. Pengujian benih khusus B. Kelapa sawit 1. Pemeriksaan lapangan kebun induk 2. Pengujian benih laboratorium C. Kakao 1. Pemeriksaan Lapangan kebun entres 2. Pemeriksaan Lapangan kebun induk 3. Pengujian benih laboratorium 4. Pengujian benih ulang 5. Pengujian benih khusus D. Teh 1. Pemeriksaan Lapangan kebun perbanyakan 2. Pengujian benih di kebun E. Kapas 1. Pemeriksaan Lapangan kebun benih 2. Pengujian benih laboratorium F. Kopi 1. Pemeriksaan Lapangan kebun entres 2. Pengujian benih kebun induk 3. Pengujian benih laboratorium 4. Pengujian benih ulang 5. Pengujian benih khusus benih benih benih benih Per butir Persampel Per butir Per butir Per lot Rp 2.000,00 Rp 3.000,00 Rp 2.000,00 Rp 3.000,00 Rp ,00 Rp 2.000,00 Rp ,00 Rp 250,00 Rp 200,00 Rp 1,00 Rp 1.500,00 Rp 10,00 Rp 250,00 Rp 250,00 Rp 100,00 Rp 9.000,00 Rp 20,00 Rp 50,00 Rp 50,00 Rp 1.000,00

8 G. Kelapa Dalam 1. Pemeriksaan Lapangan kebun induk 2. Pengujian benih di kebun H. Kepala Hibrida 1. Pemeriksaan Lapangan kebun induk 2. Pengujian benih di kebun I. Jambu Mete 1. Pemeriksaan Lapangan kebun entres 2. Pemeriksaan Lapangan kebun induk/bpt 3. Pengujian benih laboratorium 4. Pengujian benih ulang 5. Pengujian benih khusus J. Lada 1. Pemeriksaan Lapangan kebun induk 2. Pengujian benih di kebun K. Tebu 1. Pemeriksaan Lapangan kebun induk 2. Pengujian benih di kebun L. Tembakau 1. Pemeriksaan Lapangan kebun induk 2. Pengujian benih di kebun M. Serat Karung 1. Pemeriksaan Lapangan kebun induk 2. Pengujian benih laboratorium N. Jarak 1. Pemeriksaan Lapangan kebun induk 2. Pengujian benih laboratorium O. Tanaman Penutup (Cover Crops) 1. Pemeriksaan Lapangan kebun induk 2. Pengujian benih laboratorium P. Tanaman Nauangan 1. Pengujian benih laboratorium 2. Pengujian benih ulang 3. Pengujian benih khusus Per butir Per butir Per lot Per lot/boss Rp 150,00 Rp Rp 250,00 Rp 25,00 Rp 100,00 Rp 100,00 Rp 1.000,00 Rp 2.500,00 Rp 100,00 Rp 2.500,00 Rp 15,00 Rp 2.500,00 Rp 100,00 Rp 10,00

9 Q. Empon-empon 1. Pemeriksaan Lapangan kebun benih 2. Pengujian benih di kebun R. Pemeriksaan Bibit 1. Pemeriksaan Lapangan pembibitan karet 2. Pemeriksaan Lapangan pembibitan kelapa sawit 3. Pemeriksaan Lapangan pembibitan kakao 4. Pemeriksaan Lapangan pembibitan kopi 5. Pemeriksaan Lapangan pembibitan kelapa dalam 6. Pemeriksaan Lapangan pembibitan kepala hibrida 7. Pemeriksaan Lapangan pembibitan jambu mete 8. Pemeriksaan Lapangan pembibitan lada 9. Pemeriksaan Lapangan pembibitan tembakau 10. Pemeriksaan Lapangan pembibitan the Per tunas Rp 0,5 Rp 15,00 Rp 1,00 Rp 1,00 VI. BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN A. Jasa Pusataka, pengolahan Data dan analisa Sosial Ekonomi 1. Biaya Penulusuran (termasuk biaya cetak) a. 1 s/d 10 record 1. Instansi Departemen Pertanian 2. Umum 3. Siswa/Mahasiswa b. > 10 record ditambah 1. Instansi Departemen Pertanian 2. Umum/Siswa/Mahasiswa Per topik Per topik Per topik Per topik Per record Tdk dipungut Tdk dipungut 2. Biaya Cetak/Download a. Departemen Pertanian Per abstrak/hal artikel b. Umum 1. Abstrak 2. Artikel c. Siswa/Mahasiswa 1. Abstrak 2. Artikel Per lembar Per halaman Tdk dipungut Rp 600,00 Rp 1.000,00 Per lembar Per halaman Rp 1.000,00 d. Access Internet Per jam Rp 3.500,00

10 3. Fotokopi a. Langsung (datang) b. Tak langsung (surat) c. Fotokopi Microfis Per lembar Per lembar Per halaman Rp 150,00 Rp 200,00 4. Mikrografi Pembuatan duplikasi mikrofis Per fis 5. Publikasi Tercetak a. Warta Litbang Pertanian b. Jurnal Litbang (Indonesian Agricultural Research and Development Journal) c. Indonesian Journal of Agricultural Science (IJAS) d. Jurnal Perpustakaan Pertanian e. Jurnal Bioteknologi Pertanian f. Buletin Teknik Pertanian g. Monograf h. Prosiding i. Booklet j. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner k. Wartazoa l. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner Rp 7.500,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp 7.500,00 Rp ,00 Rp 9.000,00 Rp 2.500,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 6. Publikasi CD ROM Per keping Rp ,00 7. Pengolahan Data Sosek a. Pengolahan Data s/d Kb/tabel b. Pengolahan Data s/d Kb/tabel c. Pengolahan Data diatas Kb/tabel Per variabel Per variabel Rp 6.500,00 Per variabel Rp 7.500,00 B. Jasa Analisis Laboratorium Kimia dan Fisika 1. Analisis Tanah Rutin a. Persiapan siap analisis dan penetapan kadar air b. Tekstur 3 Fraksi (pasir, debu dan liat) c. PH H 2 0 dan KCL 1 M d. C Organik e. N Kjeldahl f. P tersedia (Olsen atau Bray) 1) Ekstraksi g. K tersedia (Morgan) 1) Ekstraksi h. P dan K Potensial (HCL 25%) Rp 5.500,00 Rp ,00 Rp 7.500,00 Rp 9.000,00 Rp ,00 Rp 4.000,00

11 1) Ekstraksi i. Kapasitas Tukar Potensial (KTK) 1) Ekstraksi j. Kation dapat tukar (K, Na, Ca, Mg dd) 1) Ekstraksi k. Kemasaman dapat tukar (Al dan H dd) 1) Ekstraksi /unsur /unsur /unsur Rp 4.500,00 Rp 7.000,00 Rp 4.500,00 2. Analisis Kimia Tanah Khusus a. PH NaF b. CaCO 3 c. CaSO 4 (Gips) d. Salinitas/EC (DHL) e. Kemasaman terekstrak (BaCl 2 TEA) f. P Retensi g. P-sorption (Fox and Kamprath, 1970) Rp 7.000,00 Rp 2.500,00 Rp ,00 Rp 4.500,00 Rp ,00 h. P CaCl 2 0,01 M Rp 8.500,00 i. Fraksionasi P 1) Al-P Rp ,00 2) Fe,Mn, Ca, Mg P /unsur Rp ,00 3) RS P Rp ,00 j. Ekstrak ditionit sitrat (Al, Fe, dan Mn) k. Ekstrak oksalat (Al, Fe, dan Si) l. Ekstrak pirofosfat (Al, Fe, Si, dan C organik) m. Ekstrak total unsur makro dan mikro P, K, Na, Ca, Mg, S, Fe, Mn, Cu dan Zn 3) Pengukuran Al,Pb, Cd, Co, Cr, Ni, dan B /unsur /unsur /unsur /unsur Rp 3.500,00 Rp 7.000,00 Rp 4.000,00 Rp 7.000,00 Rp 4.500,00 /unsur n. Tekstur 4 fraksi ( 3fraksi + liat halus) Rp ,00 o. Tekstur 10 fraksi Rp ,00 p. Ca dan Mg potensial (HCL 25%) /unsur Rp 4.500,00

12 q. Kemasaman aktual total Rp 7.500,00 r. Kemasaman potensial total s. Kadar abu dan silikat kasar Rp 4.000,00 /unsur Rp 4.500,00 t. Kadar serat Rp 2.500,00 u. Kadar C asam humat dan asam fulfat Rp 4.500,00 /unsur Rp 9.000,00 v. Kebutuhan kapur cara titrasi Rp ,00 3. Analisis Uji Tanah a. Tekstur 3 fraksi cara hidrometer Rp 7.500,00 b. Ekstrak NH 4 asetat (Ca, Mg, K, dan Na) c. Ekstrak DTPA (Fe, Mn, Cu, dan Zn) /unsur /unsur d. Sulfat terekstrak dalam Ca (H 2 PO 4 ) 2 Rp 8.500,00 e. Ekstrak unsur makro dan mikro tersedia (Morgan) NH 4, PO 4, Cl, K, Ca, Mg, SO 4, Fe, Mn, Cu dan Zn /unsur 3) Pengukuran No 3, Pb, Cd, Co, Cr, Ni, dan B /unsur f. Ekstrak air 1:5 unsur makro dan mikro terlarut Rp 2.000,00 NH 4, PO 4, Cl, K, Ca, Mg, SO 4, Fe, Mn, Cu dan Zn /unsur 3) Pengukuran No 3, Pb, Cd, Co, Cr, Ni, dan B /unsur 4. Analisis Jaringan/Tanaman a. Persiapan contoh (penghalusan sampai siap analisis) Rp 5.500,00 b. Penetapan unsur makro dan mikro 1) Dekstruksi dan ekstrasi P, K, Na Ca, Mg, S, Fe, Mn, Cu, dan Zn /unsur 3) Pengukuran Al, Pb, Cd, Co, B, Cr, dan Ni /unsur c. N Kjeldahl Rp ,00 d. Kadar abu dan silikat kasar

13 Rp 4.000,00 /unsur Rp 4.500,00 e. Total N (protein) Rp ,00 f. Silika Rp ,00 g. Total karbohidrat Rp ,00 h. Total gula bebas Rp ,00 i. Total pati Rp ,00 j. Amilosa Rp ,00 k. Serat kasar Rp ,00 l. Lemak Rp ,00 m. Kolesterol Rp ,00 n. Vitamin A, B, C Rp ,00 o. Aflatoxin Rp ,00 p. Asam lemak Rp ,00 q. Aroma Rp ,00 r. ABE (Aseton/Butano/Etanol) produksi Rp ,00 s. Fraksi Karbohidrat Rp ,00 t. Klorofil Rp ,00 u. Lignin Rp ,00 v. Residu perstisida Rp ,00 w. Asam amino Rp ,00 x. HCN (Kuantitatif dengan spektrofotometer) Rp ,00 5. Mikrobiologi a. Rhizobium Rp ,00 b. Azospirilum Rp ,00 c. Mikoriza Arbuskular Rp ,00 d. Mikroorganisme Schulotik Rp ,00 e. Mikroorganisme penyedia hara P Rp ,00 f. Trichoderma Rp ,00 6. Pengolahan hasil Keteknikan a. Analisis Kadar Nikotin Rp ,00 b. Analisis gulatotal dengan spectrophotometer Rp ,00 c. Analisis gula reduksi dengan spectrophotometer Rp ,00 d. Analisis Kadar Protein Rp ,00 e. Analisis Kadar Minyak Lemak 1) Bilangan asam 2) Bilangan ion 3) Bilangan hidroksil 4) Asam lemak bebas Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 f. Analisis Kadar Chlor Rp ,00 g. Analisis Fisik suku Kapas (panjang, kekautan, kedewasaan, kehalusan serat) Rp ,00 h. Analisis fisik (kekuatan serat, kenaf, rosella, vine) Rp ,00 i. Analisis minyak atsiri 1) Warna visual Rp 2.000,00 2) Bobot jenis Rp 2.500,00 3) Indeks bias Rp 2.500,00

14 4) Putaran optik 5) Kelarutan dalam alkohol 95% 6) Bilangan ester tanpa asetilasi 7) Bilangan ester dengan asetilasi 8) Analisis komponen dengan GC Rp 4.000,00 Rp Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 7. Plasma Nutfah dan Pemuliaan a. Pengujian kadar air bersih b. Pengujian daya kecambah benih c. Pengujian vigas benih 8. Laboratorium Biomokuler a. Random Amplified Polymorpishm DNA (RAPD) Rp ,00 b. Restriction Fragment Length Polymorphism (RFLP) Rp ,00 c. Mikrosatelit Rp ,00 d. Polymerase Chain Reaction (PCR) Rp ,00 9. Analisis air irigasi a. Kadar lumpur Rp 5.500,00 b. PH Daya Hantaran listrik (EL) Rp 3.000,00 c. Daya Hantar Listrik (EL) Rp 2.000,00 d. Kation 1) NH 4, K, Na, Ca, Mg, Fe, dan Mn /unsur 2) Al, Pb, Cd, Cr, co dan Ni /unsur e. Anion 1) PO4, SO 4, Cl, Co 3, HCO 3 2) NO 3 dan BO 3 /unsur /unsur 10.Analisis Pupuk Organik/Anorganik dan bantuan Mineral/Amelioran a. Persiapan siap analisis dan kadar air Rp ,00 b. Ukuran partikel (mesh No. 25 dan 80) c. Setara CaCO 3 d. PH H 2 O dan KCl 1M e. C organik Rp ,00 f. Nitrogen total (N NH 4, N NO 3, dan N Kjeldahl) Rp ,00 g. Ekstrasi air untuk unsur makro dan mikro Rp 7.500,00 h. Ekstrasi tersedia (asam sitrat 2%) untuk unsur makro dan mikro i. Ekstrasi total unsut makro dan mikro Rp ,00 j. Pengukuran unsur makro dan mikro 1) P, K, Ma, Ca, Mg, S, Fe, Mn, Zn, dan Cu /unsur

15 2) Al, B, Pb, Cd, Cr, Ni, dan Co /unsur Rp ,00 k. Kadar abu/sisa pijar dan silikat kasar /unsur Rp 7.500,00 l. Kadar serat m. Kadar asam bebas Rp ,00 11.Analisis Fisika Tanah a. Bd dan Ruang Pori Total (dari Soil ) Rp 7.500,00 b. PF (kadar air pada tekanan tertentu) PF 1, pf 2, pf2,54, dan pf 4,2 termasuk perhitungan pori drainase dan air Rp ,00 c. Permeabilitas d. Angka Atterberg e. Kadar air Rp 7.500,00 f. Indeks Stabilitas Agregat Rp ,00 g. Laju Perkolasi h. C O L E i. Particle Density Rp 7.500,00 j. Kandungan air optimum untuk pengolahan Rp 7.500,00 k. Tekstur 1) 3 fraksi Rp ,00 2) 4 fraksi Rp ) 5 fraksi Rp ,00 4) 10 fraksi Rp ,00 l. Analisis Mineral Pasir dan Liat 1) Analisis Mineral Pasir dengan Mikroskop a) Fraksi total b) Fraksi berat c) Fraksi ringan Rp ,00 2) Analisis Mineral Liat dengan X Ray Difraktometer (Kualitatif) Rp ,00 m. Analisis Pakan ternak 1) Analisis Protein Rp ,00 2) Analisis Lemak Rp ,00 3) Analisis Serat Kasar Rp ,00 4) Analisis air 5) Analisis Energi (Gross Energi) Rp ,00 6) Analisis debu 7) Analisis mineral Ca, P, NaCl, Mg, Na, K, Cu, Mn, Fe dan Zn /unsur Rp ,00 8) Analisis Volatile Fatty Acid (C2, C3, C4, C%) Rp ,00 9) Analisis Long Chain Fatty Acid (C8, C10, C14) Rp ,00 10) Netral Detergent Fiber (NDF) Rp ,00

16 11) Acid Detergent Fiber (ADF) 12) Selulosa 13) Lignin Rp ,00 Rp ,00 Rp ,0

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2002 TENTANG TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN PERTANIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

DAFTAR TARIF ANALISA LABORATORIUM

DAFTAR TARIF ANALISA LABORATORIUM Tahun : 2016 DAFTAR TARIF ANALISA LABORATORIUM No Jenis analisis Metode I. Analisis Minyak Atsiri 1. Kadar air toluen Aufhauser 25.000,- 2. Kadar minyak atsiri Destilasi 25.000,- 3. Warna Visual 10.000,-

Lebih terperinci

Jenis pengujian atau sifat-sifat yang diukur

Jenis pengujian atau sifat-sifat yang diukur LAMPIRAN SERTIFIKAT AKREDITASI LABORATORIUM NO. LP-192-IDN Nama Laboratorium : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian Fisika/kimia Tanah Tekstur 3 fraksi IK Tanah 5.4.4-1 (gravimetri)

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2002 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2002 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2002 TENTANG TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN PERTANIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

Lampiran 1. Nama unsur hara dan konsentrasinya di dalam jaringan tumbuhan (Hamim 2007)

Lampiran 1. Nama unsur hara dan konsentrasinya di dalam jaringan tumbuhan (Hamim 2007) Lampiran 1. Nama unsur hara dan konsentrasinya di dalam jaringan tumbuhan (Hamim 2007) Unsur Hara Lambang Bentuk tersedia Diperoleh dari udara dan air Hidrogen H H 2 O 5 Karbon C CO 2 45 Oksigen O O 2

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2003 TENTANG TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA KANTOR MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Sifat Fisik Tanah 5.1.1. Bobot Isi dan Porositas Total Penambahan bahan organik rumput signal pada lahan Kathryn belum menunjukkan pengaruh baik terhadap bobot isi (Tabel

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang TINJAUAN PUSTAKA Sifat dan Ciri Tanah Ultisol Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang tersebar luas di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya serta sebagian kecil di pulau

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sifat Fisik Tanah Sifat fisik tanah yang di analisis adalah tekstur tanah, bulk density, porositas, air tersedia, serta permeabilitas. Berikut adalah nilai masing-masing

Lebih terperinci

Masa berlaku: Alamat : Jl. Gayung Kebonsari Dalam 12 A, Surabaya Oktober 2007 Telp. (031) ; Faks.

Masa berlaku: Alamat : Jl. Gayung Kebonsari Dalam 12 A, Surabaya Oktober 2007 Telp. (031) ; Faks. LAMPIRAN SERTIFIKAT AKREDITASI LABORATORIUM NO. LP-036-IDN Nama Laboratorium : Balai Pengujian Sertifikasi Mutu Barang dan Lembaga Tembakau Surabaya Fisika/kimia Biji kopi Biji berbau busuk dan atau berbau

Lebih terperinci

Masa berlaku: Alamat : Jl. Gayung Kebonsari Dalam 12 A, Surabaya Juni 2009 Telp. (031) ; Faks.

Masa berlaku: Alamat : Jl. Gayung Kebonsari Dalam 12 A, Surabaya Juni 2009 Telp. (031) ; Faks. AMANDEMEN LAMPIRAN SERTIFIKAT AKREDITASI LABORATORIUM NO. LP-036-IDN Nama Laboratorium : Balai Pengujian Sertifikasi Mutu Barang dan Lembaga Tembakau Surabaya Fisika/kimia Biji kopi Biji berbau busuk dan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Pelaksanaan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Pelaksanaan 9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Pelaksanaan Percobaan dilakukan di Desa Banyu Urip, Kecamatan Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin, Propinsi Sumatera Selatan, dari bulan April sampai Agustus 2010. Bahan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.

Lebih terperinci

PAKAN, NUTRIEN DAN SISTEM ANALISIS KIMIA

PAKAN, NUTRIEN DAN SISTEM ANALISIS KIMIA PAKAN, NUTRIEN DAN SISTEM ANALISIS KIMIA NUTRISI TERNAK : Berbagai aktivitas kimiawi dan faali yang mengubah nutrien penyusun pakan menjadi nutrien penyusun tubuh ternak BAHAN PAKAN : segala sesuatu yang

Lebih terperinci

SNI butir A Air Minum Dalam Kemasan Bau, rasa SNI butir dari 12

SNI butir A Air Minum Dalam Kemasan Bau, rasa SNI butir dari 12 LAMPIRAN SERTIFIKAT AKREDITASI LABORATORIUM NO. LP-080-IDN Bahan atau produk yang Jenis Pengujian atau sifat-sifat yang Spesifikasi, metode pengujian, teknik yang Kimia/Fisika Pangan Olahan dan Pakan Kadar

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. (Subagyo, dkk, 2000). Namun demikian, tanah Ultisol ini memiliki kandungan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. (Subagyo, dkk, 2000). Namun demikian, tanah Ultisol ini memiliki kandungan PENDAHULUAN Latar Belakang Tanah Ultisol termasuk bagian terluas dari lahan kering yang ada di Indonesia yaitu 45.794.000 ha atau sekitar 25 % dari total luas daratan Indonesia (Subagyo, dkk, 2000). Namun

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Sifat Fisik dan Kimia Tanah Inceptisol Indramayu Inceptisol Indramayu memiliki tekstur lempung liat berdebu dengan persentase pasir, debu, liat masing-masing 38%,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Kimia Abu Terbang PLTU Suralaya Abu terbang segar yang baru diambil dari ESP (Electrostatic Precipitator) memiliki karakteristik berbeda dibandingkan dengan

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Organik Tanah Bahan organik tanah merupakan bagian dari fraksi organik yang telah mengalami degradasi dan dekomposisi, baik sebagian atau keseluruhan menjadi satu dengan

Lebih terperinci

TARIF LINGKUP AKREDITASI

TARIF LINGKUP AKREDITASI TARIF LINGKUP AKREDITASI LABORATORIUM BARISTAND INDUSTRI PALEMBANG BIDANG PENGUJIAN KIMIA/FISIKA TERAKREDITASI TANGGAL 26 MEI 2011 MASA BERLAKU 22 AGUSTUS 2013 S/D 25 MEI 2015 Bahan Atau Produk Pangan

Lebih terperinci

4. Jenis pupuk. Out line. 1. Definisi pupuk 2. Nutrien pada tanaman dan implikasinya 3. Proses penyerapan unsur hara pada tanaman

4. Jenis pupuk. Out line. 1. Definisi pupuk 2. Nutrien pada tanaman dan implikasinya 3. Proses penyerapan unsur hara pada tanaman PUPUK Out line 1. Definisi pupuk 2. Nutrien pada tanaman dan implikasinya 3. Proses penyerapan unsur hara pada tanaman 4. Jenis pupuk 5. Proses pembuatan pupuk 6. Efek penggunaan pupuk dan lingkungan Definisi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA LEMBARAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT NO. 1 2004 SERI. B PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT NOMOR : 4 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PENGUJIAN MUTU BENIH, PESTISIDA SERTA PUPUK TANAMAN PANGAN DAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tanah Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara,

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang

Lebih terperinci

SEKILAS LABORATORIUM PENGUJIAN BPTP NTB (LP BPTP NTB)

SEKILAS LABORATORIUM PENGUJIAN BPTP NTB (LP BPTP NTB) SEKILAS LABORATORIUM PENGUJIAN BPTP NTB (LP BPTP NTB) - Fasilitas gedung dan alat dibangun dan diadakan melalui proyek NTAADP Nusa Tenggara TA 1998/1999 - Landasan operasional SK Kepala BPTP NTB No TU.110.0506.5.15.357

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik Sifat kimia dan fisik Latosol Darmaga dan komposisi kimia pupuk organik yang

Lebih terperinci

Jenis pengujian atau sifat-sifat yang diukur

Jenis pengujian atau sifat-sifat yang diukur AMANDEMEN LAMPIRAN SERTIFIKAT AKREDITASI LABORATORIUM NO. LP-256-IDN Nama Laboratorium Alamat Alamat Bidang Pengujian : Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat : Jl. Tentara Pelajar No. 3, Bogor 16111

Lebih terperinci

Pada tahun 2013 Laboratorium Fisiologi Nutrisi Ternak Bogor dipindahkan ke Ciawi dan. Laboratorium

Pada tahun 2013 Laboratorium Fisiologi Nutrisi Ternak Bogor dipindahkan ke Ciawi dan. Laboratorium Laboratorium Balai Penelitian Ternak berada di bawah Unit Pelaksana Teknis Balai Penelitian Ternak pada Unit Kerja Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

TINJAUN PUSTAKA. Sifat sifat Kimia Tanah. tekstur tanah, kepadatan tanah,dan lain-lain. Sifat kimia tanah mengacu pada sifat

TINJAUN PUSTAKA. Sifat sifat Kimia Tanah. tekstur tanah, kepadatan tanah,dan lain-lain. Sifat kimia tanah mengacu pada sifat TINJAUN PUSTAKA Sifat sifat Kimia Tanah Tanah memiliki sifat fisik, sifat kimia dan sifat biologi. Sifat fisik dan biologi tanah dapat dilihat secara kasat mata dan diteliti dengan warna tanah, tekstur

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI JASA USAHA DENGAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merr) Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya. Susunan morfologi kedelai terdiri dari akar, batang, daun, bunga dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Buah melon (Cucumis melo L.) adalah tanaman buah yang mempunyai nilai

PENDAHULUAN. Buah melon (Cucumis melo L.) adalah tanaman buah yang mempunyai nilai PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Buah melon (Cucumis melo L.) adalah tanaman buah yang mempunyai nilai komersial tinggi di Indonesia. Hal ini karena buah melon memiliki kandungan vitamin A dan C

Lebih terperinci

DASAR-DASAR ILMU TANAH WIJAYA

DASAR-DASAR ILMU TANAH WIJAYA DASAR-DASAR ILMU TANAH OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2009 Bahan Penyusun Tanah Mineral 25% 5% 45% 25% Bhn Organik Bhn Mineral Udara Air 3.1 Bahan Mineral (Anorganik)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB II SYARAT DAN TATACARA PELAKSANAAN KERJASAMA

BAB I PENDAHULUAN BAB II SYARAT DAN TATACARA PELAKSANAAN KERJASAMA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Badan Litbang Pertanian) dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi penelitian dan pengembangan di sektor pertanian memiliki

Lebih terperinci

Jenis pengujian atau sifat-sifat yang diukur

Jenis pengujian atau sifat-sifat yang diukur LAMPIRAN SERTIFIKAT AKREDITASI LABORATORIUM NO. LP-028-IDN Alamat Bidang Pengujian : Jl. Jend. Ahmad Yani No. 315, Surabaya 60234 Bahan atau produk Gaplek SNI 01-2905-1992 butir 7.1 Pati Serat Pasir/Silika

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ultisol merupakan tanah yang bertekstur relatif berat, berwarna merah

TINJAUAN PUSTAKA. Ultisol merupakan tanah yang bertekstur relatif berat, berwarna merah TINJAUAN PUSTAKA Ultisol Ultisol merupakan tanah yang bertekstur relatif berat, berwarna merah atau kuning dengan struktur gumpal mempunyai agregat yang kurang stabil dan permeabilitas rendah. Tanah ini

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sifat Fisika Kimia Abu Terbang Abu terbang adalah bagian dari sisa pembakaran batubara berupa bubuk halus dan ringan yang diambil dari tungku pembakaran yang mempergunakan bahan

Lebih terperinci

V1 (II) V3 (II) V5(III) V0(IV) V4(III) V2 (I)

V1 (II) V3 (II) V5(III) V0(IV) V4(III) V2 (I) Lampiran 1. Bagan Percobaan U V4(IV) V5 (II) V1 (II) V3(III) V2 (II) V3 (I) V3 (II) V4 (I) V1(IV) V2(III) V5(III) V0 (II) V0 (I) V4 (II) V0(IV) V2(IV) V5 (I) V1(III) V4(III) V5(IV) V3(IV) V0(III) V2 (I)

Lebih terperinci

DASAR-DASAR ILMU TANAH

DASAR-DASAR ILMU TANAH DASAR-DASAR ILMU TANAH OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2011 PENYUSUN TANAH Bahan Penyusun Tanah Mineral 25% 5% 45% 25% Bhn Organik Bhn Mineral Udara Air 3.1 Bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penambangan batubara dapat dilakukan dengan dua cara: yaitu penambangan dalam dan penambangan terbuka. Pemilihan metode penambangan, tergantung kepada: (1) keadaan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Tanah Awal Seperti umumnya tanah-tanah bertekstur pasir, lahan bekas tambang pasir besi memiliki tingkat kesuburan yang rendah. Hasil analisis kimia pada tahap

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa media tanam yang digunakan berpengaruh terhadap berat spesifik daun (Lampiran 2) dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan produksi protein hewani untuk masyarakat Indonesia selalu meningkat dari tahun ke tahun yang disebabkan oleh peningkatan penduduk, maupun tingkat kesejahteraan

Lebih terperinci

KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN NINA MARLINA DAN SURAYAH ASKAR Balai Penelitian Ternak, P.O. Box 221, Bogor 16002 RINGKASAN Salah satu jenis pakan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kondisi Umum Saat Ini Faktor Fisik Lingkungan Tanah, Air, dan Vegetasi di Kabupaten Kutai Kartanegara Kondisi umum saat ini pada kawasan pasca tambang batubara adalah terjadi

Lebih terperinci

Ruang lingkup kegiatan Laboratorium Balai Penelitian Ternak sebagai berikut :

Ruang lingkup kegiatan Laboratorium Balai Penelitian Ternak sebagai berikut : Ruang lingkup kegiatan Laboratorium Balai Penelitian Ternak sebagai berikut : 1. A. Laboratorium Terakreditasi: Laboratorium Pelayanan Kimia Analitik 1 / 15 Terakreditasi KAN : ISO/IEC 17025-2005 dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Umum Penelitian dilakukan pada bulan April-Agustus 2010. Penanaman kedelai dilakukan pada bulan Mei 2010. Pada bulan tersebut salinitas belum mempengaruhi pertumbuhan

Lebih terperinci

V1 (II) V3 (II) V5(III) V0(IV) V4(III) V2 (I)

V1 (II) V3 (II) V5(III) V0(IV) V4(III) V2 (I) Lampiran 1. Bagan Percobaan U V4(IV) V5 (II) V1 (II) V3(III) V2 (II) V3 (I) V3 (II) V4 (I) V1(IV) V2(III) V5(III) V0 (II) V0 (I) V4 (II) V0(IV) V2(IV) V5 (I) V1(III) V4(III) V5(IV) V3(IV) V0(III) V2 (I)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemberian bahan organik dapat meningkatkan pertumbuhan dan aktifitas. banyak populasi jasad mikro (fungi) dalam tanah (Lubis, 2008).

I. PENDAHULUAN. Pemberian bahan organik dapat meningkatkan pertumbuhan dan aktifitas. banyak populasi jasad mikro (fungi) dalam tanah (Lubis, 2008). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemberian bahan organik dapat meningkatkan pertumbuhan dan aktifitas mikroorganisme. Bahan organik merupakan sumber energi dan bahan makanan bagi mikroorganisme yang hidup

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Karakteristik Tanah Awal Podsolik Jasinga Hasil analisis kimia dan fisik Podsolik Jasinga disajikan pada Tabel 4. Berdasarkan kriteria PPT (1983), Podsolik Jasinga

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I. PENDAHULUAN A. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan yang memiliki prospek pengembangan cukup cerah, Indonesia memiliki luas areal

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 III. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Sifat Kimia dan Fisik Latosol Darmaga Sifat kimia dan fisik Latosol Darmaga yang digunakan dalam percobaan ini disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Sifat Kimia

Lebih terperinci

KESUBURAN DAN PEMUPUKAN TANAH HUTAN Oleh : Dr.Ir.Haryono Kamis, 15 September 2005

KESUBURAN DAN PEMUPUKAN TANAH HUTAN Oleh : Dr.Ir.Haryono Kamis, 15 September 2005 KESUBURAN DAN PEMUPUKAN TANAH HUTAN Oleh : Dr.Ir.Haryono Kamis, 15 September 2005 Kesuburan berasal dari kata dasar Subur atau Fertililty Kesuburan Tanah atau Soil Fertility Fertilizer atau Pupuk, sedangkan

Lebih terperinci

PP 39/2003, TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN

PP 39/2003, TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN Copyright (C) 2000 BPHN PP 39/2003, TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN *40333 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 39

Lebih terperinci

TANAH. Apa yang dimaksud dengan tanah? Banyak definisi yang dapat dipakai untuk tanah. Hubungan tanah dan organisme :

TANAH. Apa yang dimaksud dengan tanah? Banyak definisi yang dapat dipakai untuk tanah. Hubungan tanah dan organisme : TANAH Apa yang dimaksud dengan tanah? Banyak definisi yang dapat dipakai untuk tanah Hubungan tanah dan organisme : Bagian atas lapisan kerak bumi yang mengalami penghawaan dan dipengaruhi oleh tumbuhan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah 30 LAMPIRAN 31 Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah No. Sifat Tanah Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi 1. C (%) < 1.00 1.00-2.00 2.01-3.00 3.01-5.00 > 5.0 2. N (%)

Lebih terperinci

NERACA HARA PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO

NERACA HARA PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO NERACA HARA KEBUN KAKAO PRODUKSI = f (Tanaman, Tanah, Air, Cahaya) Tanaman = bahan tanam (klon, varietas, hibrida) Tanah = kesuburan tanah Air = ketersediaan air Cahaya = intensitas cahaya KOMPOSISI TANAH

Lebih terperinci

KESUBURAN TANAH LAHAN PETANI KENTANG DI DATARAN TINGGI DIENG 1

KESUBURAN TANAH LAHAN PETANI KENTANG DI DATARAN TINGGI DIENG 1 KESUBURAN TANAH LAHAN PETANI KENTANG DI DATARAN TINGGI DIENG 1 Nasih Widya Yuwono, Benito Heru Purwanto & Eko Hanudin Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Survei lapangan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mikroorganisme Lokal (MOL) Mikroorganisme lokal (MOL) adalah mikroorganisme yang dimanfaatkan sebagai starter dalam pembuatan pupuk organik padat maupun pupuk cair. Bahan utama

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays PENDAHULUAN Latar Belakang Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays saccharata Sturt) merupakan tanaman pangan yang memiliki masa produksi yang relatif lebih cepat, bernilai ekonomis

Lebih terperinci

TARIF LAYANAN JASA TEKNIS BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN, IKLIM DAN MUTU INDUSTRI BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI SAMARINDA

TARIF LAYANAN JASA TEKNIS BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN, IKLIM DAN MUTU INDUSTRI BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI SAMARINDA TARIF LAYANAN JASA TEKNIS BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI SAMARINDA BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN, IKLIM DAN MUTU INDUSTRI BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI SAMARINDA Jl. M.T. Haryono / Banggeris

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Ultisol

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Ultisol 18 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Ultisol Ultisol merupakan tanah-tanah yang mempunyai horizon argilik atau kandik dengan nilai kejenuhan basa rendah. Kejenuhan basa (jumlah kation basa) pada

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Analisis Tanah Awal Data hasil analisis tanah awal disajikan pada Tabel Lampiran 2. Berdasarkan Kriteria Penilaian Sifat Kimia dan Fisika Tanah PPT (1983) yang disajikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Tanah Ultisol Tanah Ultisol merupakan jenis tanah mineral yang berada pada daerah temperate sampai tropika, mempunyai horizon argilik atau kandik atau fragipan dengan lapisan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 16 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.1 Analisis Tanah Awal Karakteristik Latosol Cimulang yang digunakan dalam percobaan disajikan pada Tabel 2 dengan kriteria ditentukan menurut acuan Pusat Peneltian Tanah

Lebih terperinci

Tabel Lampiran 1. Komposisi Kimia Blast Furnace Slag dan Electric Furnace Slag

Tabel Lampiran 1. Komposisi Kimia Blast Furnace Slag dan Electric Furnace Slag LAMPIRAN 38 39 Tabel Lampiran 1. Komposisi Kimia Blast Furnace Slag dan Electric Furnace Slag Kadar total Satuan BF Slag Korea EF Slag Indonesia Fe 2 O 3 g kg -1 7.9 431.8 CaO g kg -1 408 260.0 SiO 2 g

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Klasifikasi tanaman padi adalah sebagai berikut: Divisi Sub divisi Kelas Keluarga Genus Spesies : Spermatophyta : Angiospermae : Monotyledonae : Gramineae (Poaceae)

Lebih terperinci

PERANGKAT UJI PUPUK ORGANIK (PUPO) (ORGANICFERTILIZER TEST KIT )

PERANGKAT UJI PUPUK ORGANIK (PUPO) (ORGANICFERTILIZER TEST KIT ) PERANGKAT UJI PUPUK ORGANIK (PUPO) (ORGANICFERTILIZER TEST KIT ) Pendahuluan Pupuk Organik adalah pupuk yang berasal dari tumbuhan mati, kotoran hewan dan/atau bagian hewan dan/atau limbah organik lainnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh membentuk rumpun dengan tinggi tanaman mencapai 15 40 cm. Perakarannya berupa akar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Kimia Hasil analisis sifat kimia tanah sebelum diberi perlakuan dapat dilihat pada lampiran 2. Penilaian terhadap sifat kimia tanah yang mengacu pada kriteria Penilaian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan pengelolaan yang memperhatikan kendala yang ada. Beberapa kendala

II. TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan pengelolaan yang memperhatikan kendala yang ada. Beberapa kendala II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanah Ultisol Tanah Ultisol sering diidentikkan dengan tanah yang tidak subur, tetapi sesungguhnya bisa dimanfaatkan untuk lahan pertanian potensial, asalkan dilakukan pengelolaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Permasalahan Tanah Ultisol dan Upaya Mengatasinya

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Permasalahan Tanah Ultisol dan Upaya Mengatasinya 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Permasalahan Tanah Ultisol dan Upaya Mengatasinya Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran yang cukup luas, mencapai 45.794.000 ha atau sekitar

Lebih terperinci

Beberapa Sifat Kimia Tanah antara lain :

Beberapa Sifat Kimia Tanah antara lain : SIFAT KIMIA TANAH Beberapa Sifat Kimia Tanah antara lain : 1. Derajat Kemasaman Tanah (ph) Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai ph. Nilai ph menunjukkan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2002 TENTANG Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Undang-undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak, dipandang perlu

Lebih terperinci

KEMASAMAN TANAH. Sri Rahayu Utami

KEMASAMAN TANAH. Sri Rahayu Utami KEMASAMAN TANAH Sri Rahayu Utami PENGELOLAAN TANAH H 2 O 2 H + + O -2 ph = - log [ H + ] H + OH - H + OH - H +OH - Acid ph = 6.0 Neutral ph = 7.0 Alkaline ph = 8.0 Acidity Neutrality Alkalinity Gambut

Lebih terperinci

IV. HASIL PENELITIAN

IV. HASIL PENELITIAN IV. HASIL PENELITIAN Karakterisasi Tanah Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa tanah Ultisol memiliki tekstur lempung dan bersifat masam (Tabel 2). Selisih antara ph H,O dan ph KC1 adalah 0,4; berarti

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2004 TENTANG TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN AGAMA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2004 TENTANG TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN AGAMA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2004 TENTANG TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN AGAMA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Departemen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian organik merupakan sistem managemen produksi yang dapat. tanaman. Dalam pelaksanaannya pertanian organik menitikberatkan pada

I. PENDAHULUAN. Pertanian organik merupakan sistem managemen produksi yang dapat. tanaman. Dalam pelaksanaannya pertanian organik menitikberatkan pada I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian organik merupakan sistem managemen produksi yang dapat meningkatkan kesehatan tanah maupun kualitas ekosistem tanah dan produksi tanaman. Dalam pelaksanaannya

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2004 TENTANG TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN AGAMA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2004 TENTANG TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN AGAMA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2004 TENTANG TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN AGAMA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Departemen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pupuk tersebut, maka pencarian pupuk alternatif lain seperti penggunaan pupuk

I. PENDAHULUAN. pupuk tersebut, maka pencarian pupuk alternatif lain seperti penggunaan pupuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Dalam beberapa tahun terakhir ini, sistem berkelanjutan yang berwawasan lingkungan sedang digalakkan dalam sistem pertanian di Indonesia. Dengan semakin mahalnya

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi Desa Panapalan, Kecamatan Tengah Ilir terdiri dari 5 desa dengan luas 221,44 Km 2 dengan berbagai ketinggian yang berbeda dan di desa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terpenting setelah padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah

I. PENDAHULUAN. terpenting setelah padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting setelah padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan,

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran yang mempunyai arti penting bagi masyarakat. Meskipun disadari bawang merah bukan merupakan kebutuhan pokok, akan

Lebih terperinci

Jenis pengujian atau sifat-sifat yang diukur

Jenis pengujian atau sifat-sifat yang diukur LAMPIRAN SERTIFIKAT AKREDITASI LABORATORIUM NO. LP-607-IDN Fisika/Kimia/ Tepung terigu Keadaan produk: Bentuk, Bau, Warna SNI 3751-2009, butir A.1 Mikrobiologi Benda asing SNI 3751-2009, butir A.2 Serangga

Lebih terperinci

OKTOBER 2014 PUSAT PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014

OKTOBER 2014 PUSAT PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 OKTOBER 2014 PUSAT PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 KATA PENGANTAR Laporan Bulanan Kinerja Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian bulan ini

Lebih terperinci

MATERI-9. Unsur Hara Mikro: Kation & Anion

MATERI-9. Unsur Hara Mikro: Kation & Anion MATERI-9 Unsur Hara Mikro: Kation & Anion Unsur Hara Mikro: Kation & Anion Pengelolaan tanaman secara intensif, disadari atau tidak, dapat menjadi penyebab munculnya kekurangan ataupun keracunan unsur

Lebih terperinci

NOVEMBER 2014 PUSAT PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014

NOVEMBER 2014 PUSAT PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 NOVEMBER 2014 PUSAT PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 KATA PENGANTAR Laporan Bulanan Kinerja Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian bulan ini

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2004 TENTANG TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN AGAMA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2004 TENTANG TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN AGAMA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2004 TENTANG TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN AGAMA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Departemen

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK NOMOR 47 TAHUN 2004 TENTANG TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN AGAMA PRESIDEN REPUBLIK, Menimbang : a. bahwa Departemen Agama telah

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada.

I. TINJAUAN PUSTAKA. produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada. I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesuburan Tanah Kesuburan tanah adalah kemampuan suatu tanah untuk menghasilkan produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada. Produk tanaman tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Hujan Curah hujan adalah jumlah air yang jatuh dipermukaan tanah datar selama periode tertentu di atas permukaan horizontal bila tidak terjadi evaporasi, run off dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik TINJAUAN PUSTAKA Ultisol Ultisol adalah tanah mineral yang berada pada daerah temprate sampai tropika, mempunyai horison argilik atau kandik dengan lapisan liat tebal. Dalam legend of soil yang disusun

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 12 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Bahan Organik Padat Karakteristik dari ketiga jenis bahan organik padat yaitu kadar air, C- organik, N-total, C/N ratio, ph dan KTK disajikan pada Tabel 4. Tabel

Lebih terperinci

dari reaksi kimia. d. Sumber Aseptor Elektron

dari reaksi kimia. d. Sumber Aseptor Elektron I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan didefenisikan sebagai pertambahan kuantitas konstituen seluler dan struktur organisme yang dapat dinyatakan dengan ukuran, diikuti pertambahan jumlah, pertambahan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah Organik Cair Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab pencemaran berupa zat atau bahan yang dianggap tidak memiliki manfaat bagi masyarakat.

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 33 TAHUN 2002 TENTANG PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Undang-undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak, dipandang perlu menetapkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Limbah Pabrik Kelapa Sawit. Kandungan hara pada 1m3 limbah cair setara dengan 1,5 kg urea, 0,3 kg SP-36,

TINJAUAN PUSTAKA. Limbah Pabrik Kelapa Sawit. Kandungan hara pada 1m3 limbah cair setara dengan 1,5 kg urea, 0,3 kg SP-36, TINJAUAN PUSTAKA Limbah Pabrik Kelapa Sawit Dalam proses pengolahan tandan buah segar kelapa sawit (TBS) menjadi minyak sawit mentah (MSM) dihasilkan sisa produksi berupa limbah. Limbah padat dengan bahan

Lebih terperinci

PENGUJIAN PUPUK TULANG AYAM SEBAGAI BAHAN AMELIORASI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SORGHUM DAN SIFAT- SIFAT KIMIA TANAH PODZOLIK MERAH KUNING PEKANBARU

PENGUJIAN PUPUK TULANG AYAM SEBAGAI BAHAN AMELIORASI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SORGHUM DAN SIFAT- SIFAT KIMIA TANAH PODZOLIK MERAH KUNING PEKANBARU PENGUJIAN PUPUK TULANG AYAM SEBAGAI BAHAN AMELIORASI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SORGHUM DAN SIFAT- SIFAT KIMIA TANAH PODZOLIK MERAH KUNING PEKANBARU Oleh : Sri Utami Lestari dan Azwin ABSTRAK Pemilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Statistik pada tahun 2011 produksi tanaman singkong di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Statistik pada tahun 2011 produksi tanaman singkong di Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Produksi tanaman singkong di Indonesia sangat tinggi, menurut Badan Pusat Statistik pada tahun 2011 produksi tanaman singkong di Indonesia mencapai 24.044.025 ton

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum) merupakan tanaman semusim yang tergolong

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum) merupakan tanaman semusim yang tergolong 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tomat (Lycopersicum esculentum) merupakan tanaman semusim yang tergolong komoditi sayuran buah dan sangat potensial untuk dikembangkan. Tomat memiliki banyak

Lebih terperinci