PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
|
|
- Sukarno Cahyadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2002 TENTANG ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN PERTANIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Undang-undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara bukan Pajak, dipandang perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Departemen Pertanian; Mengingat: 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-undang Dasar 1945 sebagaimana telah diubah dengan Perubahan Keempat Undang-undang Dasar 1945; 2. Undang-undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1997 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3687); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1997 tentang Jenis dan Penyetoran Penerimaan Negara bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3694) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 1998 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3760); MEMUTUSKAN : Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN PERTANIAN. Pasal 1 (1) Tarif atas jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Departemen Pertanian sebagaimana dimaksud dalam Lampiran IIA Angka (7) nomor 5 sampai dengan nomor 10 dan nomor 14 sampai dengan nomor 20 Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1997 tentang Jenis dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemeritnah Nomor 52 Tahun 1998 adalah sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran Pemerintah ini. (2) Tarif atas jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Departemen Pertanian belum tercakup Lampiran Peraturan Pemerintah ini, akan disusulkan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam Lampiran Peraturan Pemerintah ini dan pencantumannya dilakukan dengan Peraturan Pemerintah tersendiri. Pasal 2 Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) mempunyai tarif dalam mata uang Rupiah dan Dollar Amerika. Pasal 3 Seluruh penerimaan yang bersumber dari jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Departemen Pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 wajib disetor langsung secepatnya ke Kas Negara.
2 Pasal 4 (1) Jenis pelayanan jasa yang diberikan oleh Departemen Pertanian dapat dilakukan apabila telah memenuhi jumlah minimum tertentu. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai jumlah minimum tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur oleh Menteri Pertanian. Pasal 5 Pengklasifikasian Media Pembawa Hama dan Penyakit Hewan Karantina atau Organisme Pengganggu tumbuhan Karantina diatur lebih lanjut oleh Menteri Pertanian. Pasal 6 Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 17 September 2002 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEGAWATI SOEKARNOPUTRI Diundangkan di Jakarta pada tanggal 17 September 2002 SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA, ttd BAMBANG KESOWO LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2002 NOMOR 92 ttd
3 PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2002 TENTANG ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN PERTANIAN UMUM Dalam rangka mengoptimalkan Penerimaan Negara Bukan Pajak guna menunjang pembangunan nasional, Penerimaan Negara Bukan Pajak pada Departemen Pertanian sebagai salah satu sumber penerimaan negara perlu dikelola dan dimanfaatkan untuk peningkatan pelayanan kepada masyarakat. Sehubungan dengan maksud ini dan untuk memenuhi ketentuan Undang-undang Nomor 20 tahun 1997 tentang Penerimaan Negaran Bukan Pajak, perlu ditetapkan tarif atas jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Departemen Pertanian dengan Peraturan Pemerintah ini. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Cukup jelas Pasal 2 Cukup jelas Pasal 3 Pengertian Kas Negara adalah sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak. Pasal 4 Yang dimaksud dengan jumlah minimum tertentu antara lain jumlah satuan tertentu yang diperlukan untuk pengujian, analisa, dan pengukuran. Pasal 5 Media Pembawa Hama dan Penyakit Hewan Karantina atau Organisme Pengganggu tumbuhan karantian adalah hewan, bahan asal hewan, hasil bahan asal hewan, tumbuhan dan bagian-bagiannya dan/atau benda lain yang dapat membawa Hama dan Penyakit Hewan Karantina atau Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina. Pasal 6 Cukup jelas TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4224
4 LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2002 TANGGAL 17 SEPTEMBER 2002 ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN PERTANIAN JENIS PENERIMAAN NEGARA I. SEKRETARIAT JENDERAL DEPARTEMEN PERTANIAN Penerimaan dari Jasa Penyewaan Fasilitas 1. Sewa Wisma Tani Ragunan Jakarta Selatan a. Intern Departemen Pertanian b. Instansi di luar Departemen Pertanian c. Umum 2. Sewa Wisma Peristirahatan Departemen Pertanian Cipayung Bogor a. Intern Departemen Pertanian b. Instansi di luar Departemen Pertanian c. Umum 3. Sewa Auditorium Gedung A/F Kampus Departemen Pertanian a. Kedinasan 1) Intern Departemen Pertanian 2) Instansi di luar Departemen Pertanian b. Non Kedinasan 1) Intern Departemen Pertanian 2) Umum 4. Sewa Ruang perkantoran yang digunakan untuk : a. Yayasan, koperasi, asosiasi lingkup Departemen Pertanian b. Umum Per orang/hari Per orang/hari Per orang/hari Per orang/hari Per orang/hari Per orang/hari Per 4 jam Per 4 jam Per 4 jam Per 4 jam Per m2/bulan Per m2/bulan Rp ,00 Rp ,00 Rp 7.500,00 Rp ,00 Tidak dipungut Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp 7.500,00 Rp ,00 5. Sewa Lahan/Tanah yang digunakan untuk Umum Per m2/bulan Rp ,00 6. Sewa Pesawat Terbang (Satuan Udara Pertanian) Umum Per 1 jam Rp ,00 II. DIREKTORAT JENDERAL BINA SARANA PERTANIAN Biaya Pendaftaran Pestisida untuk setiap permohonan ijin : 1. Ijin Percobaan 2. Ijin Sementara 3. Ijin Tetap Per permohonan Per permohonan Per permohonan Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00
5 III. DIREKTORAT JENDERAL BINA PRODUKSI TANAMAN PANGAN C. Pengujian Mutu Pestisida 1. Pengujian kadar bahan aktif pestisida Per bahan aktif per contoh Rp ,00 2. Pengujian sifat Fisiko Kimia formulasi pestisida a. PH b. Keasaman/alkalinitas c. Indeks Bias d. Kekentalan e. Bobot Jenis/kerapatan Jenis f. Ukuran Partikel g. Kepadatan Tepung (Tap.Bulk Density) h. Kadar Air Rp ,00 D. Pengujian Residu Pestisida 1. Hasil Pertanian Per golongan Pestisida 2. Tanah Per golongan Pestisida 3. Kayu Per golongan Pestisida 4. Air Per golongan Pestisida Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 E. Pengujian dan Pemeriksaan Lapangan 1. Padi a. Pemeriksaan Lapangan b. Pengujian benih c. Pengujian ulang d. Pengujian benih untuk keperluan pengujian khusus 2. Jagung berasri bebas a. Pemeriksaan Lapangan b. Pengujian benih c. Pengujian ulang d. Pengujian benih untuk keperluan pengujian khusus 3. Jagung Hibrida benih benih benih benih Rp 4.500,00 Rp 6,00 Rp 3.000,00 Rp 6,00
6 a. Pemeriksaan Lapangan b. Pengujian benih c. Pengujian ulang d. Pengujian benih untuk keperluan pengujian khusus 4. Kedelai a. Pemeriksaan Lapangan b. Pengujian benih c. Pengujian ulang d. Pengujian benih untuk keperluan pengujian khusus 5. Kacang Tanah a. Pemeriksaan Lapangan b. Pengujian benih c. Pengujian ulang d. Pengujian benih untuk keperluan pengujian khusus 6. Kacang Hijau a. Pemeriksaan Lapangan b. Pengujian benih c. Pengujian ulang d. Pengujian benih untuk keperluan pengujian khusus benih benih benih benih benih benih benih benih Rp 4.000,00 Rp 6,00 Rp 1.500,00 Rp 6,00 Rp 1.500,00 Rp 6,00 Rp 1.500,00 7. Tanda Daftar a. Produsen/penyalur/pedagang Per produsen/ kelompok tani b. Kelompok tani penangkar Per produsen/ c. IV. DIREKTORAT JENDERAL BINA PRODUKSI HOLTIKULTURA Biaya Pemeriksaan Lapangan dan Pengujian Benih Holtikultura 1. Tanaman buah-buahan a. Determinasi pohon/rumpun induk b. Sertifikasi benih dalam bentuk biji/mata tempel/anak semai/bahan sambung/stek c. Sertifikasi benih dalam bentuk okulasi d. Sertifikasi dalam bentuk cangkok e. Pemeriksaan Lapangan f. Pengujian benih kelompok tani Per batang Per 25 batang Per 25 batang Per 25 batang Per 25 batang Per 25 batang Rp ,00 Rp 1.000,00 2. Tanaman Sayuran Umbian Benih dalam bentuk umbian a. Pemeriksaan Lapangan b. Pemeriksaan umbian di gudang c. Pengujian benih Per kemas benih Rp 3.000,00 Rp 2.000,00 Rp 3.000,00
7 3. Sayuran buah dan polong Benih dalam bentuk biji A. Kacang-kacangan 1) Pemeriksaan Lapangan 2) Pengujian benih B. Sayuran buah 1) Pemeriksaan Lapangan 2) Pengujian benih 3) Pengujian benih khusus (bakter) C. Sayuran daun 1) Pemeriksaan Lapangan 2) Pengujian benih V. DIREKTORAT JENDERAL BINA PRODUKSI PERKEBUNAN A. Karet 1. Pemeriksaan Lapangan kebun entres 2. Pemeriksaan Lapangan kebun induk/bpt 3. Pengujian benih laboratorium 4. Pengujian benih ulang 5. Pengujian benih khusus B. Kelapa sawit 1. Pemeriksaan lapangan kebun induk 2. Pengujian benih laboratorium C. Kakao 1. Pemeriksaan Lapangan kebun entres 2. Pemeriksaan Lapangan kebun induk 3. Pengujian benih laboratorium 4. Pengujian benih ulang 5. Pengujian benih khusus D. Teh 1. Pemeriksaan Lapangan kebun perbanyakan 2. Pengujian benih di kebun E. Kapas 1. Pemeriksaan Lapangan kebun benih 2. Pengujian benih laboratorium F. Kopi 1. Pemeriksaan Lapangan kebun entres 2. Pengujian benih kebun induk 3. Pengujian benih laboratorium 4. Pengujian benih ulang 5. Pengujian benih khusus benih benih benih benih Per butir Persampel Per butir Per butir Per lot Rp 2.000,00 Rp 3.000,00 Rp 2.000,00 Rp 3.000,00 Rp ,00 Rp 2.000,00 Rp ,00 Rp 250,00 Rp 200,00 Rp 1,00 Rp 1.500,00 Rp 10,00 Rp 250,00 Rp 250,00 Rp 100,00 Rp 9.000,00 Rp 20,00 Rp 50,00 Rp 50,00 Rp 1.000,00
8 G. Kelapa Dalam 1. Pemeriksaan Lapangan kebun induk 2. Pengujian benih di kebun H. Kepala Hibrida 1. Pemeriksaan Lapangan kebun induk 2. Pengujian benih di kebun I. Jambu Mete 1. Pemeriksaan Lapangan kebun entres 2. Pemeriksaan Lapangan kebun induk/bpt 3. Pengujian benih laboratorium 4. Pengujian benih ulang 5. Pengujian benih khusus J. Lada 1. Pemeriksaan Lapangan kebun induk 2. Pengujian benih di kebun K. Tebu 1. Pemeriksaan Lapangan kebun induk 2. Pengujian benih di kebun L. Tembakau 1. Pemeriksaan Lapangan kebun induk 2. Pengujian benih di kebun M. Serat Karung 1. Pemeriksaan Lapangan kebun induk 2. Pengujian benih laboratorium N. Jarak 1. Pemeriksaan Lapangan kebun induk 2. Pengujian benih laboratorium O. Tanaman Penutup (Cover Crops) 1. Pemeriksaan Lapangan kebun induk 2. Pengujian benih laboratorium P. Tanaman Nauangan 1. Pengujian benih laboratorium 2. Pengujian benih ulang 3. Pengujian benih khusus Per butir Per butir Per lot Per lot/boss Rp 150,00 Rp Rp 250,00 Rp 25,00 Rp 100,00 Rp 100,00 Rp 1.000,00 Rp 2.500,00 Rp 100,00 Rp 2.500,00 Rp 15,00 Rp 2.500,00 Rp 100,00 Rp 10,00
9 Q. Empon-empon 1. Pemeriksaan Lapangan kebun benih 2. Pengujian benih di kebun R. Pemeriksaan Bibit 1. Pemeriksaan Lapangan pembibitan karet 2. Pemeriksaan Lapangan pembibitan kelapa sawit 3. Pemeriksaan Lapangan pembibitan kakao 4. Pemeriksaan Lapangan pembibitan kopi 5. Pemeriksaan Lapangan pembibitan kelapa dalam 6. Pemeriksaan Lapangan pembibitan kepala hibrida 7. Pemeriksaan Lapangan pembibitan jambu mete 8. Pemeriksaan Lapangan pembibitan lada 9. Pemeriksaan Lapangan pembibitan tembakau 10. Pemeriksaan Lapangan pembibitan the Per tunas Rp 0,5 Rp 15,00 Rp 1,00 Rp 1,00 VI. BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN A. Jasa Pusataka, pengolahan Data dan analisa Sosial Ekonomi 1. Biaya Penulusuran (termasuk biaya cetak) a. 1 s/d 10 record 1. Instansi Departemen Pertanian 2. Umum 3. Siswa/Mahasiswa b. > 10 record ditambah 1. Instansi Departemen Pertanian 2. Umum/Siswa/Mahasiswa Per topik Per topik Per topik Per topik Per record Tdk dipungut Tdk dipungut 2. Biaya Cetak/Download a. Departemen Pertanian Per abstrak/hal artikel b. Umum 1. Abstrak 2. Artikel c. Siswa/Mahasiswa 1. Abstrak 2. Artikel Per lembar Per halaman Tdk dipungut Rp 600,00 Rp 1.000,00 Per lembar Per halaman Rp 1.000,00 d. Access Internet Per jam Rp 3.500,00
10 3. Fotokopi a. Langsung (datang) b. Tak langsung (surat) c. Fotokopi Microfis Per lembar Per lembar Per halaman Rp 150,00 Rp 200,00 4. Mikrografi Pembuatan duplikasi mikrofis Per fis 5. Publikasi Tercetak a. Warta Litbang Pertanian b. Jurnal Litbang (Indonesian Agricultural Research and Development Journal) c. Indonesian Journal of Agricultural Science (IJAS) d. Jurnal Perpustakaan Pertanian e. Jurnal Bioteknologi Pertanian f. Buletin Teknik Pertanian g. Monograf h. Prosiding i. Booklet j. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner k. Wartazoa l. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner Rp 7.500,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp 7.500,00 Rp ,00 Rp 9.000,00 Rp 2.500,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 6. Publikasi CD ROM Per keping Rp ,00 7. Pengolahan Data Sosek a. Pengolahan Data s/d Kb/tabel b. Pengolahan Data s/d Kb/tabel c. Pengolahan Data diatas Kb/tabel Per variabel Per variabel Rp 6.500,00 Per variabel Rp 7.500,00 B. Jasa Analisis Laboratorium Kimia dan Fisika 1. Analisis Tanah Rutin a. Persiapan siap analisis dan penetapan kadar air b. Tekstur 3 Fraksi (pasir, debu dan liat) c. PH H 2 0 dan KCL 1 M d. C Organik e. N Kjeldahl f. P tersedia (Olsen atau Bray) 1) Ekstraksi g. K tersedia (Morgan) 1) Ekstraksi h. P dan K Potensial (HCL 25%) Rp 5.500,00 Rp ,00 Rp 7.500,00 Rp 9.000,00 Rp ,00 Rp 4.000,00
11 1) Ekstraksi i. Kapasitas Tukar Potensial (KTK) 1) Ekstraksi j. Kation dapat tukar (K, Na, Ca, Mg dd) 1) Ekstraksi k. Kemasaman dapat tukar (Al dan H dd) 1) Ekstraksi /unsur /unsur /unsur Rp 4.500,00 Rp 7.000,00 Rp 4.500,00 2. Analisis Kimia Tanah Khusus a. PH NaF b. CaCO 3 c. CaSO 4 (Gips) d. Salinitas/EC (DHL) e. Kemasaman terekstrak (BaCl 2 TEA) f. P Retensi g. P-sorption (Fox and Kamprath, 1970) Rp 7.000,00 Rp 2.500,00 Rp ,00 Rp 4.500,00 Rp ,00 h. P CaCl 2 0,01 M Rp 8.500,00 i. Fraksionasi P 1) Al-P Rp ,00 2) Fe,Mn, Ca, Mg P /unsur Rp ,00 3) RS P Rp ,00 j. Ekstrak ditionit sitrat (Al, Fe, dan Mn) k. Ekstrak oksalat (Al, Fe, dan Si) l. Ekstrak pirofosfat (Al, Fe, Si, dan C organik) m. Ekstrak total unsur makro dan mikro P, K, Na, Ca, Mg, S, Fe, Mn, Cu dan Zn 3) Pengukuran Al,Pb, Cd, Co, Cr, Ni, dan B /unsur /unsur /unsur /unsur Rp 3.500,00 Rp 7.000,00 Rp 4.000,00 Rp 7.000,00 Rp 4.500,00 /unsur n. Tekstur 4 fraksi ( 3fraksi + liat halus) Rp ,00 o. Tekstur 10 fraksi Rp ,00 p. Ca dan Mg potensial (HCL 25%) /unsur Rp 4.500,00
12 q. Kemasaman aktual total Rp 7.500,00 r. Kemasaman potensial total s. Kadar abu dan silikat kasar Rp 4.000,00 /unsur Rp 4.500,00 t. Kadar serat Rp 2.500,00 u. Kadar C asam humat dan asam fulfat Rp 4.500,00 /unsur Rp 9.000,00 v. Kebutuhan kapur cara titrasi Rp ,00 3. Analisis Uji Tanah a. Tekstur 3 fraksi cara hidrometer Rp 7.500,00 b. Ekstrak NH 4 asetat (Ca, Mg, K, dan Na) c. Ekstrak DTPA (Fe, Mn, Cu, dan Zn) /unsur /unsur d. Sulfat terekstrak dalam Ca (H 2 PO 4 ) 2 Rp 8.500,00 e. Ekstrak unsur makro dan mikro tersedia (Morgan) NH 4, PO 4, Cl, K, Ca, Mg, SO 4, Fe, Mn, Cu dan Zn /unsur 3) Pengukuran No 3, Pb, Cd, Co, Cr, Ni, dan B /unsur f. Ekstrak air 1:5 unsur makro dan mikro terlarut Rp 2.000,00 NH 4, PO 4, Cl, K, Ca, Mg, SO 4, Fe, Mn, Cu dan Zn /unsur 3) Pengukuran No 3, Pb, Cd, Co, Cr, Ni, dan B /unsur 4. Analisis Jaringan/Tanaman a. Persiapan contoh (penghalusan sampai siap analisis) Rp 5.500,00 b. Penetapan unsur makro dan mikro 1) Dekstruksi dan ekstrasi P, K, Na Ca, Mg, S, Fe, Mn, Cu, dan Zn /unsur 3) Pengukuran Al, Pb, Cd, Co, B, Cr, dan Ni /unsur c. N Kjeldahl Rp ,00 d. Kadar abu dan silikat kasar
13 Rp 4.000,00 /unsur Rp 4.500,00 e. Total N (protein) Rp ,00 f. Silika Rp ,00 g. Total karbohidrat Rp ,00 h. Total gula bebas Rp ,00 i. Total pati Rp ,00 j. Amilosa Rp ,00 k. Serat kasar Rp ,00 l. Lemak Rp ,00 m. Kolesterol Rp ,00 n. Vitamin A, B, C Rp ,00 o. Aflatoxin Rp ,00 p. Asam lemak Rp ,00 q. Aroma Rp ,00 r. ABE (Aseton/Butano/Etanol) produksi Rp ,00 s. Fraksi Karbohidrat Rp ,00 t. Klorofil Rp ,00 u. Lignin Rp ,00 v. Residu perstisida Rp ,00 w. Asam amino Rp ,00 x. HCN (Kuantitatif dengan spektrofotometer) Rp ,00 5. Mikrobiologi a. Rhizobium Rp ,00 b. Azospirilum Rp ,00 c. Mikoriza Arbuskular Rp ,00 d. Mikroorganisme Schulotik Rp ,00 e. Mikroorganisme penyedia hara P Rp ,00 f. Trichoderma Rp ,00 6. Pengolahan hasil Keteknikan a. Analisis Kadar Nikotin Rp ,00 b. Analisis gulatotal dengan spectrophotometer Rp ,00 c. Analisis gula reduksi dengan spectrophotometer Rp ,00 d. Analisis Kadar Protein Rp ,00 e. Analisis Kadar Minyak Lemak 1) Bilangan asam 2) Bilangan ion 3) Bilangan hidroksil 4) Asam lemak bebas Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 f. Analisis Kadar Chlor Rp ,00 g. Analisis Fisik suku Kapas (panjang, kekautan, kedewasaan, kehalusan serat) Rp ,00 h. Analisis fisik (kekuatan serat, kenaf, rosella, vine) Rp ,00 i. Analisis minyak atsiri 1) Warna visual Rp 2.000,00 2) Bobot jenis Rp 2.500,00 3) Indeks bias Rp 2.500,00
14 4) Putaran optik 5) Kelarutan dalam alkohol 95% 6) Bilangan ester tanpa asetilasi 7) Bilangan ester dengan asetilasi 8) Analisis komponen dengan GC Rp 4.000,00 Rp Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 7. Plasma Nutfah dan Pemuliaan a. Pengujian kadar air bersih b. Pengujian daya kecambah benih c. Pengujian vigas benih 8. Laboratorium Biomokuler a. Random Amplified Polymorpishm DNA (RAPD) Rp ,00 b. Restriction Fragment Length Polymorphism (RFLP) Rp ,00 c. Mikrosatelit Rp ,00 d. Polymerase Chain Reaction (PCR) Rp ,00 9. Analisis air irigasi a. Kadar lumpur Rp 5.500,00 b. PH Daya Hantaran listrik (EL) Rp 3.000,00 c. Daya Hantar Listrik (EL) Rp 2.000,00 d. Kation 1) NH 4, K, Na, Ca, Mg, Fe, dan Mn /unsur 2) Al, Pb, Cd, Cr, co dan Ni /unsur e. Anion 1) PO4, SO 4, Cl, Co 3, HCO 3 2) NO 3 dan BO 3 /unsur /unsur 10.Analisis Pupuk Organik/Anorganik dan bantuan Mineral/Amelioran a. Persiapan siap analisis dan kadar air Rp ,00 b. Ukuran partikel (mesh No. 25 dan 80) c. Setara CaCO 3 d. PH H 2 O dan KCl 1M e. C organik Rp ,00 f. Nitrogen total (N NH 4, N NO 3, dan N Kjeldahl) Rp ,00 g. Ekstrasi air untuk unsur makro dan mikro Rp 7.500,00 h. Ekstrasi tersedia (asam sitrat 2%) untuk unsur makro dan mikro i. Ekstrasi total unsut makro dan mikro Rp ,00 j. Pengukuran unsur makro dan mikro 1) P, K, Ma, Ca, Mg, S, Fe, Mn, Zn, dan Cu /unsur
15 2) Al, B, Pb, Cd, Cr, Ni, dan Co /unsur Rp ,00 k. Kadar abu/sisa pijar dan silikat kasar /unsur Rp 7.500,00 l. Kadar serat m. Kadar asam bebas Rp ,00 11.Analisis Fisika Tanah a. Bd dan Ruang Pori Total (dari Soil ) Rp 7.500,00 b. PF (kadar air pada tekanan tertentu) PF 1, pf 2, pf2,54, dan pf 4,2 termasuk perhitungan pori drainase dan air Rp ,00 c. Permeabilitas d. Angka Atterberg e. Kadar air Rp 7.500,00 f. Indeks Stabilitas Agregat Rp ,00 g. Laju Perkolasi h. C O L E i. Particle Density Rp 7.500,00 j. Kandungan air optimum untuk pengolahan Rp 7.500,00 k. Tekstur 1) 3 fraksi Rp ,00 2) 4 fraksi Rp ) 5 fraksi Rp ,00 4) 10 fraksi Rp ,00 l. Analisis Mineral Pasir dan Liat 1) Analisis Mineral Pasir dengan Mikroskop a) Fraksi total b) Fraksi berat c) Fraksi ringan Rp ,00 2) Analisis Mineral Liat dengan X Ray Difraktometer (Kualitatif) Rp ,00 m. Analisis Pakan ternak 1) Analisis Protein Rp ,00 2) Analisis Lemak Rp ,00 3) Analisis Serat Kasar Rp ,00 4) Analisis air 5) Analisis Energi (Gross Energi) Rp ,00 6) Analisis debu 7) Analisis mineral Ca, P, NaCl, Mg, Na, K, Cu, Mn, Fe dan Zn /unsur Rp ,00 8) Analisis Volatile Fatty Acid (C2, C3, C4, C%) Rp ,00 9) Analisis Long Chain Fatty Acid (C8, C10, C14) Rp ,00 10) Netral Detergent Fiber (NDF) Rp ,00
16 11) Acid Detergent Fiber (ADF) 12) Selulosa 13) Lignin Rp ,00 Rp ,00 Rp ,0
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2002 TENTANG TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN PERTANIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa
Lebih terperinciDAFTAR TARIF ANALISA LABORATORIUM
Tahun : 2016 DAFTAR TARIF ANALISA LABORATORIUM No Jenis analisis Metode I. Analisis Minyak Atsiri 1. Kadar air toluen Aufhauser 25.000,- 2. Kadar minyak atsiri Destilasi 25.000,- 3. Warna Visual 10.000,-
Lebih terperinciJenis pengujian atau sifat-sifat yang diukur
LAMPIRAN SERTIFIKAT AKREDITASI LABORATORIUM NO. LP-192-IDN Nama Laboratorium : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian Fisika/kimia Tanah Tekstur 3 fraksi IK Tanah 5.4.4-1 (gravimetri)
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2002 TENTANG
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2002 TENTANG TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN PERTANIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa
Lebih terperinciLampiran 1. Nama unsur hara dan konsentrasinya di dalam jaringan tumbuhan (Hamim 2007)
Lampiran 1. Nama unsur hara dan konsentrasinya di dalam jaringan tumbuhan (Hamim 2007) Unsur Hara Lambang Bentuk tersedia Diperoleh dari udara dan air Hidrogen H H 2 O 5 Karbon C CO 2 45 Oksigen O O 2
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2003 TENTANG TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA KANTOR MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciBAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN
19 BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Sifat Fisik Tanah 5.1.1. Bobot Isi dan Porositas Total Penambahan bahan organik rumput signal pada lahan Kathryn belum menunjukkan pengaruh baik terhadap bobot isi (Tabel
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang
TINJAUAN PUSTAKA Sifat dan Ciri Tanah Ultisol Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang tersebar luas di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya serta sebagian kecil di pulau
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sifat Fisik Tanah Sifat fisik tanah yang di analisis adalah tekstur tanah, bulk density, porositas, air tersedia, serta permeabilitas. Berikut adalah nilai masing-masing
Lebih terperinciMasa berlaku: Alamat : Jl. Gayung Kebonsari Dalam 12 A, Surabaya Oktober 2007 Telp. (031) ; Faks.
LAMPIRAN SERTIFIKAT AKREDITASI LABORATORIUM NO. LP-036-IDN Nama Laboratorium : Balai Pengujian Sertifikasi Mutu Barang dan Lembaga Tembakau Surabaya Fisika/kimia Biji kopi Biji berbau busuk dan atau berbau
Lebih terperinciMasa berlaku: Alamat : Jl. Gayung Kebonsari Dalam 12 A, Surabaya Juni 2009 Telp. (031) ; Faks.
AMANDEMEN LAMPIRAN SERTIFIKAT AKREDITASI LABORATORIUM NO. LP-036-IDN Nama Laboratorium : Balai Pengujian Sertifikasi Mutu Barang dan Lembaga Tembakau Surabaya Fisika/kimia Biji kopi Biji berbau busuk dan
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Pelaksanaan
9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Pelaksanaan Percobaan dilakukan di Desa Banyu Urip, Kecamatan Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin, Propinsi Sumatera Selatan, dari bulan April sampai Agustus 2010. Bahan
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.
Lebih terperinciPAKAN, NUTRIEN DAN SISTEM ANALISIS KIMIA
PAKAN, NUTRIEN DAN SISTEM ANALISIS KIMIA NUTRISI TERNAK : Berbagai aktivitas kimiawi dan faali yang mengubah nutrien penyusun pakan menjadi nutrien penyusun tubuh ternak BAHAN PAKAN : segala sesuatu yang
Lebih terperinciSNI butir A Air Minum Dalam Kemasan Bau, rasa SNI butir dari 12
LAMPIRAN SERTIFIKAT AKREDITASI LABORATORIUM NO. LP-080-IDN Bahan atau produk yang Jenis Pengujian atau sifat-sifat yang Spesifikasi, metode pengujian, teknik yang Kimia/Fisika Pangan Olahan dan Pakan Kadar
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. (Subagyo, dkk, 2000). Namun demikian, tanah Ultisol ini memiliki kandungan
PENDAHULUAN Latar Belakang Tanah Ultisol termasuk bagian terluas dari lahan kering yang ada di Indonesia yaitu 45.794.000 ha atau sekitar 25 % dari total luas daratan Indonesia (Subagyo, dkk, 2000). Namun
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Sifat Fisik dan Kimia Tanah Inceptisol Indramayu Inceptisol Indramayu memiliki tekstur lempung liat berdebu dengan persentase pasir, debu, liat masing-masing 38%,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Kimia Abu Terbang PLTU Suralaya Abu terbang segar yang baru diambil dari ESP (Electrostatic Precipitator) memiliki karakteristik berbeda dibandingkan dengan
Lebih terperinciBAB II. TINJAUAN PUSTAKA
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Organik Tanah Bahan organik tanah merupakan bagian dari fraksi organik yang telah mengalami degradasi dan dekomposisi, baik sebagian atau keseluruhan menjadi satu dengan
Lebih terperinciTARIF LINGKUP AKREDITASI
TARIF LINGKUP AKREDITASI LABORATORIUM BARISTAND INDUSTRI PALEMBANG BIDANG PENGUJIAN KIMIA/FISIKA TERAKREDITASI TANGGAL 26 MEI 2011 MASA BERLAKU 22 AGUSTUS 2013 S/D 25 MEI 2015 Bahan Atau Produk Pangan
Lebih terperinci4. Jenis pupuk. Out line. 1. Definisi pupuk 2. Nutrien pada tanaman dan implikasinya 3. Proses penyerapan unsur hara pada tanaman
PUPUK Out line 1. Definisi pupuk 2. Nutrien pada tanaman dan implikasinya 3. Proses penyerapan unsur hara pada tanaman 4. Jenis pupuk 5. Proses pembuatan pupuk 6. Efek penggunaan pupuk dan lingkungan Definisi
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
LEMBARAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT NO. 1 2004 SERI. B PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT NOMOR : 4 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PENGUJIAN MUTU BENIH, PESTISIDA SERTA PUPUK TANAMAN PANGAN DAN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tanah Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara,
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang
Lebih terperinciSEKILAS LABORATORIUM PENGUJIAN BPTP NTB (LP BPTP NTB)
SEKILAS LABORATORIUM PENGUJIAN BPTP NTB (LP BPTP NTB) - Fasilitas gedung dan alat dibangun dan diadakan melalui proyek NTAADP Nusa Tenggara TA 1998/1999 - Landasan operasional SK Kepala BPTP NTB No TU.110.0506.5.15.357
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik
14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik Sifat kimia dan fisik Latosol Darmaga dan komposisi kimia pupuk organik yang
Lebih terperinciJenis pengujian atau sifat-sifat yang diukur
AMANDEMEN LAMPIRAN SERTIFIKAT AKREDITASI LABORATORIUM NO. LP-256-IDN Nama Laboratorium Alamat Alamat Bidang Pengujian : Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat : Jl. Tentara Pelajar No. 3, Bogor 16111
Lebih terperinciPada tahun 2013 Laboratorium Fisiologi Nutrisi Ternak Bogor dipindahkan ke Ciawi dan. Laboratorium
Laboratorium Balai Penelitian Ternak berada di bawah Unit Pelaksana Teknis Balai Penelitian Ternak pada Unit Kerja Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan
Lebih terperinciTINJAUN PUSTAKA. Sifat sifat Kimia Tanah. tekstur tanah, kepadatan tanah,dan lain-lain. Sifat kimia tanah mengacu pada sifat
TINJAUN PUSTAKA Sifat sifat Kimia Tanah Tanah memiliki sifat fisik, sifat kimia dan sifat biologi. Sifat fisik dan biologi tanah dapat dilihat secara kasat mata dan diteliti dengan warna tanah, tekstur
Lebih terperinciGUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI JASA USAHA DENGAN
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya.
7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merr) Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya. Susunan morfologi kedelai terdiri dari akar, batang, daun, bunga dan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Buah melon (Cucumis melo L.) adalah tanaman buah yang mempunyai nilai
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Buah melon (Cucumis melo L.) adalah tanaman buah yang mempunyai nilai komersial tinggi di Indonesia. Hal ini karena buah melon memiliki kandungan vitamin A dan C
Lebih terperinciDASAR-DASAR ILMU TANAH WIJAYA
DASAR-DASAR ILMU TANAH OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2009 Bahan Penyusun Tanah Mineral 25% 5% 45% 25% Bhn Organik Bhn Mineral Udara Air 3.1 Bahan Mineral (Anorganik)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BAB II SYARAT DAN TATACARA PELAKSANAAN KERJASAMA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Badan Litbang Pertanian) dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi penelitian dan pengembangan di sektor pertanian memiliki
Lebih terperinciJenis pengujian atau sifat-sifat yang diukur
LAMPIRAN SERTIFIKAT AKREDITASI LABORATORIUM NO. LP-028-IDN Alamat Bidang Pengujian : Jl. Jend. Ahmad Yani No. 315, Surabaya 60234 Bahan atau produk Gaplek SNI 01-2905-1992 butir 7.1 Pati Serat Pasir/Silika
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Ultisol merupakan tanah yang bertekstur relatif berat, berwarna merah
TINJAUAN PUSTAKA Ultisol Ultisol merupakan tanah yang bertekstur relatif berat, berwarna merah atau kuning dengan struktur gumpal mempunyai agregat yang kurang stabil dan permeabilitas rendah. Tanah ini
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sifat Fisika Kimia Abu Terbang Abu terbang adalah bagian dari sisa pembakaran batubara berupa bubuk halus dan ringan yang diambil dari tungku pembakaran yang mempergunakan bahan
Lebih terperinciV1 (II) V3 (II) V5(III) V0(IV) V4(III) V2 (I)
Lampiran 1. Bagan Percobaan U V4(IV) V5 (II) V1 (II) V3(III) V2 (II) V3 (I) V3 (II) V4 (I) V1(IV) V2(III) V5(III) V0 (II) V0 (I) V4 (II) V0(IV) V2(IV) V5 (I) V1(III) V4(III) V5(IV) V3(IV) V0(III) V2 (I)
Lebih terperinciDASAR-DASAR ILMU TANAH
DASAR-DASAR ILMU TANAH OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2011 PENYUSUN TANAH Bahan Penyusun Tanah Mineral 25% 5% 45% 25% Bhn Organik Bhn Mineral Udara Air 3.1 Bahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penambangan batubara dapat dilakukan dengan dua cara: yaitu penambangan dalam dan penambangan terbuka. Pemilihan metode penambangan, tergantung kepada: (1) keadaan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Tanah Awal Seperti umumnya tanah-tanah bertekstur pasir, lahan bekas tambang pasir besi memiliki tingkat kesuburan yang rendah. Hasil analisis kimia pada tahap
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa media tanam yang digunakan berpengaruh terhadap berat spesifik daun (Lampiran 2) dan
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan produksi protein hewani untuk masyarakat Indonesia selalu meningkat dari tahun ke tahun yang disebabkan oleh peningkatan penduduk, maupun tingkat kesejahteraan
Lebih terperinciKOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN
KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN NINA MARLINA DAN SURAYAH ASKAR Balai Penelitian Ternak, P.O. Box 221, Bogor 16002 RINGKASAN Salah satu jenis pakan
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kondisi Umum Saat Ini Faktor Fisik Lingkungan Tanah, Air, dan Vegetasi di Kabupaten Kutai Kartanegara Kondisi umum saat ini pada kawasan pasca tambang batubara adalah terjadi
Lebih terperinciRuang lingkup kegiatan Laboratorium Balai Penelitian Ternak sebagai berikut :
Ruang lingkup kegiatan Laboratorium Balai Penelitian Ternak sebagai berikut : 1. A. Laboratorium Terakreditasi: Laboratorium Pelayanan Kimia Analitik 1 / 15 Terakreditasi KAN : ISO/IEC 17025-2005 dengan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
16 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Umum Penelitian dilakukan pada bulan April-Agustus 2010. Penanaman kedelai dilakukan pada bulan Mei 2010. Pada bulan tersebut salinitas belum mempengaruhi pertumbuhan
Lebih terperinciV1 (II) V3 (II) V5(III) V0(IV) V4(III) V2 (I)
Lampiran 1. Bagan Percobaan U V4(IV) V5 (II) V1 (II) V3(III) V2 (II) V3 (I) V3 (II) V4 (I) V1(IV) V2(III) V5(III) V0 (II) V0 (I) V4 (II) V0(IV) V2(IV) V5 (I) V1(III) V4(III) V5(IV) V3(IV) V0(III) V2 (I)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pemberian bahan organik dapat meningkatkan pertumbuhan dan aktifitas. banyak populasi jasad mikro (fungi) dalam tanah (Lubis, 2008).
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemberian bahan organik dapat meningkatkan pertumbuhan dan aktifitas mikroorganisme. Bahan organik merupakan sumber energi dan bahan makanan bagi mikroorganisme yang hidup
Lebih terperinciIV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Karakteristik Tanah Awal Podsolik Jasinga Hasil analisis kimia dan fisik Podsolik Jasinga disajikan pada Tabel 4. Berdasarkan kriteria PPT (1983), Podsolik Jasinga
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN A.
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan yang memiliki prospek pengembangan cukup cerah, Indonesia memiliki luas areal
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
14 III. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Sifat Kimia dan Fisik Latosol Darmaga Sifat kimia dan fisik Latosol Darmaga yang digunakan dalam percobaan ini disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Sifat Kimia
Lebih terperinciKESUBURAN DAN PEMUPUKAN TANAH HUTAN Oleh : Dr.Ir.Haryono Kamis, 15 September 2005
KESUBURAN DAN PEMUPUKAN TANAH HUTAN Oleh : Dr.Ir.Haryono Kamis, 15 September 2005 Kesuburan berasal dari kata dasar Subur atau Fertililty Kesuburan Tanah atau Soil Fertility Fertilizer atau Pupuk, sedangkan
Lebih terperinciPP 39/2003, TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN
Copyright (C) 2000 BPHN PP 39/2003, TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN *40333 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 39
Lebih terperinciTANAH. Apa yang dimaksud dengan tanah? Banyak definisi yang dapat dipakai untuk tanah. Hubungan tanah dan organisme :
TANAH Apa yang dimaksud dengan tanah? Banyak definisi yang dapat dipakai untuk tanah Hubungan tanah dan organisme : Bagian atas lapisan kerak bumi yang mengalami penghawaan dan dipengaruhi oleh tumbuhan
Lebih terperinciLampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah
30 LAMPIRAN 31 Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah No. Sifat Tanah Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi 1. C (%) < 1.00 1.00-2.00 2.01-3.00 3.01-5.00 > 5.0 2. N (%)
Lebih terperinciNERACA HARA PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO
NERACA HARA KEBUN KAKAO PRODUKSI = f (Tanaman, Tanah, Air, Cahaya) Tanaman = bahan tanam (klon, varietas, hibrida) Tanah = kesuburan tanah Air = ketersediaan air Cahaya = intensitas cahaya KOMPOSISI TANAH
Lebih terperinciKESUBURAN TANAH LAHAN PETANI KENTANG DI DATARAN TINGGI DIENG 1
KESUBURAN TANAH LAHAN PETANI KENTANG DI DATARAN TINGGI DIENG 1 Nasih Widya Yuwono, Benito Heru Purwanto & Eko Hanudin Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Survei lapangan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber
5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mikroorganisme Lokal (MOL) Mikroorganisme lokal (MOL) adalah mikroorganisme yang dimanfaatkan sebagai starter dalam pembuatan pupuk organik padat maupun pupuk cair. Bahan utama
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays
PENDAHULUAN Latar Belakang Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays saccharata Sturt) merupakan tanaman pangan yang memiliki masa produksi yang relatif lebih cepat, bernilai ekonomis
Lebih terperinciTARIF LAYANAN JASA TEKNIS BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN, IKLIM DAN MUTU INDUSTRI BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI SAMARINDA
TARIF LAYANAN JASA TEKNIS BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI SAMARINDA BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN, IKLIM DAN MUTU INDUSTRI BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI SAMARINDA Jl. M.T. Haryono / Banggeris
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Ultisol
18 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Ultisol Ultisol merupakan tanah-tanah yang mempunyai horizon argilik atau kandik dengan nilai kejenuhan basa rendah. Kejenuhan basa (jumlah kation basa) pada
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Analisis Tanah Awal Data hasil analisis tanah awal disajikan pada Tabel Lampiran 2. Berdasarkan Kriteria Penilaian Sifat Kimia dan Fisika Tanah PPT (1983) yang disajikan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Tanah Ultisol Tanah Ultisol merupakan jenis tanah mineral yang berada pada daerah temperate sampai tropika, mempunyai horizon argilik atau kandik atau fragipan dengan lapisan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
16 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.1 Analisis Tanah Awal Karakteristik Latosol Cimulang yang digunakan dalam percobaan disajikan pada Tabel 2 dengan kriteria ditentukan menurut acuan Pusat Peneltian Tanah
Lebih terperinciTabel Lampiran 1. Komposisi Kimia Blast Furnace Slag dan Electric Furnace Slag
LAMPIRAN 38 39 Tabel Lampiran 1. Komposisi Kimia Blast Furnace Slag dan Electric Furnace Slag Kadar total Satuan BF Slag Korea EF Slag Indonesia Fe 2 O 3 g kg -1 7.9 431.8 CaO g kg -1 408 260.0 SiO 2 g
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Klasifikasi tanaman padi adalah sebagai berikut: Divisi Sub divisi Kelas Keluarga Genus Spesies : Spermatophyta : Angiospermae : Monotyledonae : Gramineae (Poaceae)
Lebih terperinciPERANGKAT UJI PUPUK ORGANIK (PUPO) (ORGANICFERTILIZER TEST KIT )
PERANGKAT UJI PUPUK ORGANIK (PUPO) (ORGANICFERTILIZER TEST KIT ) Pendahuluan Pupuk Organik adalah pupuk yang berasal dari tumbuhan mati, kotoran hewan dan/atau bagian hewan dan/atau limbah organik lainnya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh membentuk rumpun dengan tinggi tanaman mencapai 15 40 cm. Perakarannya berupa akar
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Kimia Hasil analisis sifat kimia tanah sebelum diberi perlakuan dapat dilihat pada lampiran 2. Penilaian terhadap sifat kimia tanah yang mengacu pada kriteria Penilaian
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan pengelolaan yang memperhatikan kendala yang ada. Beberapa kendala
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanah Ultisol Tanah Ultisol sering diidentikkan dengan tanah yang tidak subur, tetapi sesungguhnya bisa dimanfaatkan untuk lahan pertanian potensial, asalkan dilakukan pengelolaan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Permasalahan Tanah Ultisol dan Upaya Mengatasinya
9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Permasalahan Tanah Ultisol dan Upaya Mengatasinya Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran yang cukup luas, mencapai 45.794.000 ha atau sekitar
Lebih terperinciBeberapa Sifat Kimia Tanah antara lain :
SIFAT KIMIA TANAH Beberapa Sifat Kimia Tanah antara lain : 1. Derajat Kemasaman Tanah (ph) Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai ph. Nilai ph menunjukkan
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2002 TENTANG Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Undang-undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak, dipandang perlu
Lebih terperinciKEMASAMAN TANAH. Sri Rahayu Utami
KEMASAMAN TANAH Sri Rahayu Utami PENGELOLAAN TANAH H 2 O 2 H + + O -2 ph = - log [ H + ] H + OH - H + OH - H +OH - Acid ph = 6.0 Neutral ph = 7.0 Alkaline ph = 8.0 Acidity Neutrality Alkalinity Gambut
Lebih terperinciIV. HASIL PENELITIAN
IV. HASIL PENELITIAN Karakterisasi Tanah Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa tanah Ultisol memiliki tekstur lempung dan bersifat masam (Tabel 2). Selisih antara ph H,O dan ph KC1 adalah 0,4; berarti
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2004 TENTANG TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN AGAMA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2004 TENTANG TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN AGAMA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Departemen
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pertanian organik merupakan sistem managemen produksi yang dapat. tanaman. Dalam pelaksanaannya pertanian organik menitikberatkan pada
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian organik merupakan sistem managemen produksi yang dapat meningkatkan kesehatan tanah maupun kualitas ekosistem tanah dan produksi tanaman. Dalam pelaksanaannya
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2004 TENTANG TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN AGAMA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2004 TENTANG TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN AGAMA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Departemen
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pupuk tersebut, maka pencarian pupuk alternatif lain seperti penggunaan pupuk
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Dalam beberapa tahun terakhir ini, sistem berkelanjutan yang berwawasan lingkungan sedang digalakkan dalam sistem pertanian di Indonesia. Dengan semakin mahalnya
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi Desa Panapalan, Kecamatan Tengah Ilir terdiri dari 5 desa dengan luas 221,44 Km 2 dengan berbagai ketinggian yang berbeda dan di desa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. terpenting setelah padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting setelah padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan,
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran yang mempunyai arti penting bagi masyarakat. Meskipun disadari bawang merah bukan merupakan kebutuhan pokok, akan
Lebih terperinciJenis pengujian atau sifat-sifat yang diukur
LAMPIRAN SERTIFIKAT AKREDITASI LABORATORIUM NO. LP-607-IDN Fisika/Kimia/ Tepung terigu Keadaan produk: Bentuk, Bau, Warna SNI 3751-2009, butir A.1 Mikrobiologi Benda asing SNI 3751-2009, butir A.2 Serangga
Lebih terperinciOKTOBER 2014 PUSAT PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014
OKTOBER 2014 PUSAT PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 KATA PENGANTAR Laporan Bulanan Kinerja Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian bulan ini
Lebih terperinciMATERI-9. Unsur Hara Mikro: Kation & Anion
MATERI-9 Unsur Hara Mikro: Kation & Anion Unsur Hara Mikro: Kation & Anion Pengelolaan tanaman secara intensif, disadari atau tidak, dapat menjadi penyebab munculnya kekurangan ataupun keracunan unsur
Lebih terperinciNOVEMBER 2014 PUSAT PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014
NOVEMBER 2014 PUSAT PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 KATA PENGANTAR Laporan Bulanan Kinerja Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian bulan ini
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2004 TENTANG TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN AGAMA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2004 TENTANG TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN AGAMA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Departemen
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK NOMOR 47 TAHUN 2004 TENTANG TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN AGAMA PRESIDEN REPUBLIK, Menimbang : a. bahwa Departemen Agama telah
Lebih terperinciI. TINJAUAN PUSTAKA. produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada.
I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesuburan Tanah Kesuburan tanah adalah kemampuan suatu tanah untuk menghasilkan produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada. Produk tanaman tersebut dapat
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Hujan Curah hujan adalah jumlah air yang jatuh dipermukaan tanah datar selama periode tertentu di atas permukaan horizontal bila tidak terjadi evaporasi, run off dan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik
TINJAUAN PUSTAKA Ultisol Ultisol adalah tanah mineral yang berada pada daerah temprate sampai tropika, mempunyai horison argilik atau kandik dengan lapisan liat tebal. Dalam legend of soil yang disusun
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
12 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Bahan Organik Padat Karakteristik dari ketiga jenis bahan organik padat yaitu kadar air, C- organik, N-total, C/N ratio, ph dan KTK disajikan pada Tabel 4. Tabel
Lebih terperincidari reaksi kimia. d. Sumber Aseptor Elektron
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan didefenisikan sebagai pertambahan kuantitas konstituen seluler dan struktur organisme yang dapat dinyatakan dengan ukuran, diikuti pertambahan jumlah, pertambahan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab
10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah Organik Cair Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab pencemaran berupa zat atau bahan yang dianggap tidak memiliki manfaat bagi masyarakat.
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 33 TAHUN 2002 TENTANG PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Undang-undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak, dipandang perlu menetapkan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Limbah Pabrik Kelapa Sawit. Kandungan hara pada 1m3 limbah cair setara dengan 1,5 kg urea, 0,3 kg SP-36,
TINJAUAN PUSTAKA Limbah Pabrik Kelapa Sawit Dalam proses pengolahan tandan buah segar kelapa sawit (TBS) menjadi minyak sawit mentah (MSM) dihasilkan sisa produksi berupa limbah. Limbah padat dengan bahan
Lebih terperinciPENGUJIAN PUPUK TULANG AYAM SEBAGAI BAHAN AMELIORASI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SORGHUM DAN SIFAT- SIFAT KIMIA TANAH PODZOLIK MERAH KUNING PEKANBARU
PENGUJIAN PUPUK TULANG AYAM SEBAGAI BAHAN AMELIORASI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SORGHUM DAN SIFAT- SIFAT KIMIA TANAH PODZOLIK MERAH KUNING PEKANBARU Oleh : Sri Utami Lestari dan Azwin ABSTRAK Pemilihan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pusat Statistik pada tahun 2011 produksi tanaman singkong di Indonesia
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Produksi tanaman singkong di Indonesia sangat tinggi, menurut Badan Pusat Statistik pada tahun 2011 produksi tanaman singkong di Indonesia mencapai 24.044.025 ton
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum) merupakan tanaman semusim yang tergolong
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tomat (Lycopersicum esculentum) merupakan tanaman semusim yang tergolong komoditi sayuran buah dan sangat potensial untuk dikembangkan. Tomat memiliki banyak
Lebih terperinci