Proposal Disertasi KONSEPSI PESANTREN KIAI IDRIS JAUHARI DALAM PERSPEKTIF RELASI FIKIH, TASAWUF DAN PENDIDIKAN. Iwan Kuswandi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Proposal Disertasi KONSEPSI PESANTREN KIAI IDRIS JAUHARI DALAM PERSPEKTIF RELASI FIKIH, TASAWUF DAN PENDIDIKAN. Iwan Kuswandi"

Transkripsi

1 Proposal Disertasi KONSEPSI PESANTREN KIAI IDRIS JAUHARI DALAM PERSPEKTIF RELASI FIKIH, TASAWUF DAN PENDIDIKAN Iwan Kuswandi A. Latar Belakang Masalah Pondok pesantren adalah pendidikan Islam tradisional pertama di Indonesia. Pesantren sebagai sebuah institusi pendidikan Islam, pesantren bertujuan untuk mempelajari, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan pentingnya aspek moral keagamaan sebagai pedoman perilaku hidup sehari-hari. 1 Hal ini sesuai dengan firman Allah di dalam Al- Qur'an agar sebagian umat Islam memperdalam ilmu agama, yaitu terdapat pada surah At-Taubah ayat 122: Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. Sudah menjadi rahasia umum bahwa peran penting kyai dalam pendirian, pertumbuhan, perkembangan dan pengurusan sebuah pesantren sangatlah besar. Ini memiliki arti bahwa sosok kyai merupakan unsur yang paling esensial di sebuah lembaga pendidikan pesantren. Sebagai pemimpin pesantren, watak dan keberhasilan pesantren banyak bergantung pada keahlian dan kedalaman ilmu, karismatik dan wibawa, serta ketrampilan kyai. 1 A. Rofiq, dkk. Pemberdayaan Pesantren. (Yogyakarta: LKiS, 2005), 1

2 Pesantren adalah bentuk pendidikan tradisional di Indonesia yang sejarahnya telah mengakar secara berabad-abad. Nurcholis Madjid menyebutkan, bahwa pesantren mengandung makna keislaman sekaligus keaslian (indigenous) Indonesia. 2 Pondok pesantren adalah suatu lembaga pendidikan agama Islam yang tumbuh serta diakui oleh masyarakat sekitar, dengan sistem asrama (kampus) yang santri-santrinya menerima pendidikan agama melalui sistem pengajian atau madrasah yang sepenuhnya berada di bawah kedaulatan dan kepemimpinan seorang atau beberapa orang kyai dengan ciri-ciri khas yang bersifat kharismatis serta independen dalam segala hal. 3 Lembaga pendidikan yang disebut pondok pesantren sebagai pusat penyiaran Islam tertua yang lahir dan berkembang seirama dengan masuknya Islam di Indonesia. Pada awal berdirinya, pondok pesantren umumnya sangat sederhana. Kegiatan pembelajaran biasanya diselenggarakan di langgar (mushala) atau masjid oleh seorang kyai dengan beberapa orang santri yang datang mengaji. Lama kelamaan pengajian ini berkembang seiring dengan pertambahan jumlah santri dan pelebaran tempat belajar sampai menjadi sebuah lembaga yang unik, yang disebut pesantren. 4 Pondok pesantren sungguh pun sebagai sebuah lembaga pendidikan tradisional Islam, namun dalam perkembangannya menyelenggarakan sistem pendidikan formal. Nilai-nilai dan norma-norma kepesantrenan yang tadinya sangat sentral, sekarang hanya dilengketkan sebagai nilai tambah (added value) pada lembaga-lembaga pendidikan formal yang didirikan. Perubahan ini terjadi terutama setelah Belanda pada abad 19 memperkenalkan sistem pendidikan 2 Nurcholis Madjid. Bilik-Bilik Pesantren (Jakarta: Paramadina, 1997), Djamaluddin & Abdullah Aly. Kapita Selekta Pendidikan Islam (Bandung: Pustaka Setia, 1998), Husni Rahim, Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Logos, 2001), 157.

3 Barat, sebuah sistem pendidikan yang menurut Zamakhsyari Dhofir, bahwa melahirkan lulusan yang kemudian menjadi golongan terdidik yang dapat mengganti kedudukan kiai sebagai kelompok inteligensia dan pemimpinpemimpin masyarakat. 5 Salah satu kajian yang paling pokok di pesantren yang ada di Indonesia, adalah kajian tentang fikih. Walaupun mereka tetap menjadikan kajian al-qur an dan Hadits sebagai yang paling utama. Namun tidak sedikit yang mempertanyakan kedudukan fikih di dalam Islam. Jasser Auda, misalnya, mempertanyakan di manakah posisi fikih, bagaimana ia dipersepsikan, dan apa peran yang yang seharusnya dimainkan oleh fikih dalam membangun peradaban umat Islam. Pertanyaan ini tentu tidak berlebihan, mengingat fikih adalah the quien of Islamic sciences. H.A.R. Gibb dalam hal ini menyatakan bahwa fikih is the epitom of the true Islamic spirit, the most desicive expression of Islamic thought,the essential kernel of Islam. Inti dari ungkapan ini adalah bahwa fikih merupakan jantung keilmuan Islam, dan tidak mungkin memahami Islam tanpa mengetahui fikih dengan baik. Fikih sebagai garda depan keilmuan Islam idealnya bisa menjadi driving force bagi munculnya iklim keadilan, produktivitas, humanitas, spiritualitas, persaudaraan, dan masyarakat yang demokratis. Menurut banyak pakar keislaman, ketidakmampuan fikih untuk menjadi driving force bagi upaya-upaya developmentalisme adalah, salah satunya, dipengaruhi oleh persepsi fiqhiyah yang cenderung bercorak legal-formal dan mengabaikan sisi-sisi kemanusiaan manusia dan dinamika sejarah kemanusiaan. 5 Zamakhsyari Dhofier. Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kyai, (Jakarta: LP3ES, 1982), 39.

4 Persoalan kemanusiaan, sebagaimana ia menjadi bagian dari bidang garap fikih, tidak bisa didekati dengan keilmuan fikih atau hukum semata, akan tetapi membuka kontribusi bagi keilmuan-keilmuan lain. Di sinilah pentingnya untuk mempertautkan kembali fikih dengan dimensi keilmuan lain, termasuk dalam hal ini, moralitas (akhlak) dalam rangka menghindarkan fikih dari nuansa legalformal, dan membawanya kembali pada karakter humanisnya. Namun dalam dunia pendidikan pesantren, tidak hanya mengkaji fikih saja. Kajian terhadap tasawuf juga menjadi fokus dalam pembelajaran di pesantren, seperti pengajian kitab Ihyâ` Ulum ad-dîn, walaupun juga banyak karya al-ghazali yang lain di bidang tasawuf juga dikaji di pesantren. Karyakarya al-ghazali di bidang tasawuflah yang memberi pengaruh paling besar bagi umat Islam pada segala lapisannya. Karya yang pertama kali harus disebut tentu saja adalah Ihyâ` Ulum ad-dîn, sebuah masterpiece yang terhadapnya Ibn as- Subki berkomentar, Seandainya tidak ada satu pun kitab yang dikarang oleh ulama untuk manusia selain Ihyâ`, maka itu sudah cukup [untuk memenuhi kebutuhan mereka]. 6 Maka sangat menarik kemudian, kalau kemudian menemukan relasi fikih, tasawuf dan pendidikan, dalam hal ini dalam konteks pesantren. Dalam hal ini, objek yang paling tepat untuk dikaji dalam konteks pesantren adalah sosok Kiai Idris Jauhari, pengasuh pondok pesantren Al-Amien Prenduan Sumenep Madura. Hal ini karena tidak sedikit karya Kiai Idris, yang berdimensi Fikih, tasawuf dan pendidikan. 6 Dikutip dalam Shalih Ahmad asy-syami, Al-Imâm al-ghazâlî: Hujjah al-islâm wa Mujaddid al-miah al-khâmisah, hlm. 158.

5 Namun di samping itu, pemikiran atas ketiga relasi tersebut, tidak hanya tertuang dalam bentuk tulisan buku atau kitab, akan tetapi juga kemudian menjadi tradisi dan disiplin santri di pesantren yang diasuhnya. Seperti kewajiban bagi seluruh santri untuk shalat Jama ah, shalat tahajjud dan puasa Arafah. Itu merupakan bukti bahwa ibadah fiqhiyah, sengaja diwajibkan kepada santri untuk mendekatkan diri mereka kepada Allah. Memang nampak berlebihan jika ibadah sunnah kemudian menjadi wajib bagi santri, tapi itu dilakukan karena alasan ingin mendidik santri. Berangkat dari permasalahan tersebut, maka penelitian ini diberi judul, Konsepsi Pesantren Kiai Idris Jauhari dalam Perspektif Relasi Fikih, Tasawuf dan Pendidikan. B. Identifikasi dan Batasan Masalah Pondok pesantren TMI Al-Amien Prenduan yang merupakan lembaga sejenis KMI di Gontor, tidak sepenuhnya sama dengan apa yang ada dan diterapkan di Gontor. Di TMI, pembelajaran kitab kuning menjadi salah satu fokus pendidikannya. Hal ini dapat dilihat dari program pengajian kitab kuning yang dilaksanakan dengan sistem sorogan (sebagaimana terjadi di pondokpondok tradisional lainnya). Bahkan di TMI juga ada salah satu program khusus (takhassus) mengaji kitab Alfiyah karya Ibnu Malik. Dan hal ini pula tidak ditemukan di pondok Gontor sebagai induknya. Upaya tradisionalisasi pondok modern ini banyak dilakukan oleh sosok Kiai Muhammad Idris Jauhari selaku pengasuh TMI dari awal berdirinya. Atas dasar itu maka tesis ini berusaha untuk melihat dan mengetahui lebih dalam

6 tentang upaya tradisionalisasi tersebut, serta ingin mengetahui hal-hal lain yang berkenaan dengan proses tradisionalisasi lembaga TMI Al-Amien, yang sebenarnya merupakan kelompok pesantren modern dalam pembagian pesantren yang ada. Selain itu, sufisme yang dimaksud dalam tulisan ini adalah paham tasawuf yang dianut dan dikembangkan oleh KH. Muhammad Idris Jauhari. Tasawuf KH. Muhammad Idris Jauhari ini, sebagaimana tasawuf lainnya, memusatkan perhatian pada kebersihan rohani manusia (Tazkiyah al-nafs) dan tertanamnya rasa dekat dengan Allah SWT, yang selanjutnya membuahkan akhlak (etika) yang mulia. Maka pembahasan di sini dibatasi sekitar konsep tasawuf KH. Muhammad Idris Jauhari dan ciri tasawuf yang dianutnya. Pembahasan masalah ini dilakukan dengan pendekatan ketasawufan dan falsafi yang melihat dan menganalisa sesuatu sampai pada akar permasalahan, karena dengan pendekatan ini hakikat sesuatu dapat dirumuskan dalam kerangka berpikir yang koheren tentang ketasawufan. Pendekatan ini dipakai, guna untuk lebih mudah memahami pemikiran KH. Muhammad Idris Jauhari tersebut. Maka objek material dari bahasan ini adalah Sufisme KH. Muhammad Idris Jauhari dalam bentuk hubungan antara alam, manusia dengan Tuhan. Sedangkan objek formanya adalah sufisme dalam pandangan ulama-ulama tasawuf Islam. Sehubungan dengan keterangan di atas, maka ruang lingkup masalah yang akan dibahas dalam tulisan ini dibatasi beberapa aspek dari tasawuf yang dibicarakan oleh KH. Muhammad Idris Jauhari yaitu, pendapatnya terhadap

7 hubungan tasawuf dengan sosial, hubungan tasawuf dengan anak muda, langkah-langkah untuk menjadi seorang sufi, hakikat dzikrullah dan implementasi tasawuf dalam konteks modern. semua aspek itu didukung oleh dalil-dalil nash agama Islam dan argumennya sebagai seorang sufi. Maka dengan demikian, pengertian dari judul tulisan ini adalah, paham tasawuf KH. Muhammad Idris Jauhari dalam usaha untuk menuntun kepada suatu pemikiran tentang kedekatan dengan Allah SWT. C. Rumusan Masalah Berdasar semua ini, tulisan ini mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan berikut: 1). Bagaimana konsep pesantren menurut Kiai Idris Jauhari? 2). Bagaimana kerangka epistemologi Kiai Idris Jauhari dalam membangun konsepsi tentang pesantren? 3). Bagaimana titik singgung konsepsi pendidikan Kiai Idris Jauhari dengan relasi fikih, tasawuf dan pendidikan? D. Tujuan Penelitian Berdasar rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1). Untuk mengetahui konsep pesantren menurut Kiai Idris Jauhari. 2). Untuk mengetahui kerangka epistemologi Kiai Idris Jauhari dalam membangun konsepsi tentang pesantren. 3). Untuk mengetahui titik singgung konsepsi pendidikan Kiai Idris Jauhari dengan relasi fikih, tasawuf dan pendidikan.

8 E. Kegunaan Secara akademis: Dengan adanya penelitian ini diharapkan: 1. Dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan khazanah keilmuan sesuai dengan disiplin ilmu pendidikan. 2. Sebagai acuan bagi penelitian selanjutnya dan sebagai bahan komparasi bagi penelitian sebelumnya. 3. Menambah koleksi literatur dalam bidang pengembangan pendidikan pesantren. Secara Praktis: Penelitian ini bisa berguna: 1. Sebagai bahan bagi generasi penerus pondok pesantren Al-Amien Prenduan dalam memetakan antara nilai-nilai tradisional dan hal-hal yang bernilai modern yang diadopsi di pesantren Al-Amien Prenduan. 2. Sebagai bahan kajian bagi generasi muda Prenduan dan sekitarnya dalam memberikan sumbangsih demi kemajuan lembaga pendidikan pondok pesantren. F. Penelitian Terdahulu Sebetulnya sudah banyak para sarjana dan akademisi lainnya yang sudah melakukan kajian dan penelitian terhadap pemikiran tentang Kiai Muhammad Idris Jauhari yang merupakan pendiri lembaga TMI Al-Amien Prenduan. Adapun penelitian yang mendekati pada penelitian ini adalah:

9 Pertama, penelitian yang judul: Tradisionalisasi Pondok Modern (Study atas pemikiran pendidikan KH. Muhammad Idris Jauhari Oleh Iwan Kuswandi, Tesis IAIN, tahun Dalam penelitian ini disebutkan bahwa: Ada tiga faktor dominan yang membentuk dan berpengaruh terhadap pemikiran pendidikan KH. Muhammad Idris Jauhari, yaitu: pertama, pengaruh mainstream pemikiran KH. Jauhari selaku ayah beliau (pesantren tradisional) dan pengaruh prmikiran KH. Zarkasyi (pesantren modern), dalam hal ini KH. Muhammad Idris mengadopsi pemikiran KH. Jauhari dalam hal ubudiyah dan KH. Zarkasyi dalam sistem yang diterapkan di pondok pesantren Al-Amien. Kedua, pengaruh sebagai pembelajar otodidak dan praktisi pendidikan. Dalam hal ini, KH. Muhammad Idris melahirkan sistem materi kompetensi dasar dan kompetensi pilihan. Ketiga, pengaruh atas paham tasawufnya. Dalam hal ini, KH. Idris menjadikan bentuk-bentuk ibadah sunnah menjadi kewajiban pondok sebagai upaya untuk mendekatkan diri kepada Allah. Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Ihwan Amalih. Penelitian ini berjudul sufisme dalam perspektif Kiai Muhammad Idris Jauhari. Penelitian Tesis Program Pasca Sarjana IAIN Sunan Ampel Surabaya Penelitian ini merupakan penelitian kualitataif pustaka (library research) dengan jenis penelitian deskriftif-analitis. Adapun metode analisa data dalam penelitian ini menggunakan pendekatan metode deskripsi, verthesen dan contens analisis. Sehingga dengan pendekatan ini mampu mengungkap dan memahami paham tasawuf KH. Muhammad Idris Jauhari melalui karya-karyanya. Dalam penelitian ini, peneliti menemukan bahwa Pertama, Tasawuf dalam pandangan KH. Muhammad Idris Jauhari adalah upaya untuk meluruskan niat dalam hati serta memahami hakikat (substansi atau esensi) dari segala apapun yang dilakukan manusia dalam rangka

10 menjalani kehidupannya (beribadah), agar bisa mencapai tujuan akhir yang sebenarnya dari hidup itu sendiri, sesuai dengan kehendak penciptanya. Kedua, Corak pemikiran tasawuf KH. Muhammad Idris Jauhari yang sangat fundamental adalah sebagai berikut: 1. Sufisme yang dikembangkan oleh KH. Muhammad Idris Jauhari dibangun di atas tradisi pemikiran tasawuf akhlaqi (Konsistensi menjaga ortodoksi Islam, ajaran tasawuf yang humanis, aktivis dan fungsional, pola hubugan dikotomis antara hamba dan Tuhan serta urgensitas dzikrulla>h dalam perjalanan spiritual menuju Tuhan). 2. Sufisme yang dikembangkan dan ditawarkan oleh KH. Muhammad Idris Jauhari merupakan upaya redefinisi dan reorientasi agar tasawuf baik secara teoretis maupun praktis tidak diposisikan sebagai hal yang elitis, mistis dan individualis. Akan tetapi, tasawuf diposisikan sebagai hal yang inklusif, aktivis dan mudah dijangkau oleh semua kalangan. Ketiga, terdapat enam langkah untuk menjadi sufi menurut KH. Muhammad Idris Jauhari. Yaitu: 1. I>qa>n al-nafs (meyakinkan diri), 2. Taqwi>n al-niyyah (Meluruskan niat), 3. al-dira>sah wa al-istithla> (belajar dan mengkaji), 4. al-tafakkur wa al-tadabbur (berfikir dan merenung), 5. al-takhalli> wa al-tahalli> (mengosongkan dan mengisi), 6. al-tajalli> (menampakkan). Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Musleh Wahid. Penelitian ini juga merupakan penelitian Tesis Program Pasca Sarjana IAIN Sunan Ampel Surabaya Judul penelitian ini adalah Inovasi Kurikulum Pesantren: Studi Kasus TMI Al-Amien Prenduan. Penelitian ini menghasilkan bahwa pola pengembangan kurikulum TMI Al-Amien Prenduan berbentuk kurikulum terpadu yang tidak ada pemilahan dan berlangsung selama 24 jam. Di samping itu, desain kurikulum di TMI Al-Amien Prenduan mendasarkan diri pada belajar yang berpusat pada diri

11 anak didik (student centered), dan bersifat life centered (langsung berhubungan dengan aspek kehidupan). G. Metode Penelitian Basis kefilsafatan dari penelitian ini adalah interpretivisme. Interpretivisme bertujuan untuk mengungkap pengetahuan yang bersifat interpretatif dan mencoba untuk memberikan pemahaman (understanding) yang bersifat menyeluruh dan mendalam terhadap obyek studi. Ini sebagaimana epistemologi keilmuan sosial secara umum yang lebih bercorak humanistik yang mendasarkan diri pada eksplanasi yang bersifat hermeneutis daripada yang bersifat nomologis. Sesuai dengan jenis dan basis kefilsafatan penelitian ini, pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah hermeneutika. Hermeneutika mempunyai konsen pada penyingkapan makna dan pesan teks, sehingga apa yang terjadi dalam situasi sosial dan budaya yang berbeda pada masa lampau, bisa memberikan arti dalam konteks kekinian pembaca. Problem yang menghinggapi data teks dari sudut hermeneutika adalah adanya kesenjangan antara pembaca (reader) dengan pengarang (author) dari sisi ruang dan, atau waktu. Jawaban dan solusi untuk menengahi kesenjangan tersebut, dan yang dipilih dalam penelitian ini adalah hermeneutika filosofis yang bersifat produktif (pembaca menciptakan makna baru, bukan yang persis sama dengan penulis) sebagaimana dikembangkan oleh Hans George Gadamer. Penulis menilai bahwa pemilihan tipe hermeneutika ini selaras dengan obyak kajian fikih, dan karenanya diharapkan bisa mengungkap pertanyaan penelitian ini, yakni bagaimana konsepsi pendidikan pesantren Kiai Idris Jauhari,

12 bagaimana kerangka epistemologi yang dikembangkan, dan bagaimana titik singgungnya dengan relasi fikih, tasawuf dan pendidikan. Sebagaimana telah dipaparkan dalam kerangka konseptual, fikih pada dasarnya merupakan formula praktis yang dipahami dari shari>ʻah, atau ia merupakan interpretasi yang bersifat kultural terhadap sumber-sumber hukum. Karena itu, sebagai implikasinya fikih terikat dengan konteks ruang dan waktu, yakni situasi historis penafsir teks (sumber hukum). Fikih bukanlah set aturanaturan hukum baku tanpa mempertimbangkan situasi historis pembacanya. Karakter fikih seperti ini sesuai dengan prinsip hermeneutika filosofis yang menyatakan bahwa pembacaan terhadap teks mensyaratkan adanya fusi horizon pembaca dan horizon teks. Pembacaan terhadap tradisi fikih pada dasarnya bukan bermaksud mereplikasi intensi pengarangnya, akan tetapi mendialogkannya dengan segenap kepentingan dan kemaslahatan pembacanya. Pembacaan Kiai Idris Jauhari terhadap tradisi fikih dan pendidikan pesantren diyakini tidak keluar dari prinsip di atas. Paparan tentang poin-poin penting dari hermeneutika filosofis dibawah ini diharapkan semakin menguatkan signifikansi tipologi hermeneutika filosofis dalam membaca konsepsi pendidikan Kiai Idris Jauhari. Hermeneutika menurut Gadamer terpilah menjadi tiga sub divisi; pertama, subtilitas intelligendi (understanding), subtilitas explicandi (interpretation), dan subtilitas applicandi (application). Berdasar kaca mata Gadamer ini, pemahaman pendidikan pesantren bermuara pada apa yang ditulis oleh Kiai Idris atau apa yang sudah ditradisikan di pondok pesantren Al-Amien Prenduan. Pemahaman dalam konteks kekinian penafsir dibahasakan Gadamer dengan situasi hermeneutika (hermeneutical situation). Menurut Gadamer, ide terpenting

13 dari konsep situasi adalah bahwa penafsir tidak bisa keluar dari konteks situasi, dan penafsir tidak akan pernah mendapatkan pengetahuan tentangnya secara obyektif. Penafsir, dalam hal ini mendapati dirinya dalam situasi hermeneutika tertentu vis a vis tradisi yang hendak dipahaminya. Begitu juga pemahaman Kiai Idris Jauhari terhadap konsepsi pesantren diyakini juga tidak keluar dari situasi hermeneutika uang mengitarinya. Pentingnya situasi hermeneutika inilah yang memungkinkan Kiai Idris Jauhari bisa melakukan pembacaan yang yang bersifat positif dan produktif. Situasi hermeneutika ini memberikan basis pra-pemahaman ketika berhadapan dengan literatur tentang pesantren. Sumber data dalam penelitian ini sepenuhnya berasal dari bahan pustaka (library research). Sumber data dalam penelitian ini dipilah menjadi sumber data primer dan skunder. Data primer dalam penelitian ini adalah karya-karya Kiai Idris yang berisikan tentang pembahasan fikih, tasawuf dan pendidikan. Karya-karya tersebut meliputi : a. Adap Sopan Santun b. Bimbingan Pribadi santri c. Cara Belajar Efektif dan Efisien d. Ilmu Jiwa Umum e. Ilmu Jiwa Pendidikan f. Anak Muda Menjadi Sufi Mengapa Tidak?, g. Mengajar Sukses h. Pembudayaan Hidup Islami>, ma hadi> dan Tarbawi i. Generasi Rabbi> Radiyya> j. Dzikrulla>h Sepanjang Waktu

14 H. Sistematika Pembahasan Agar penelitian ini lebih terstruktur dan mempermudah peneliti dalam pembahasannya, maka peneliti menyusun sistematika sebagai berikut: BAB I : Pendahuluan A. Latar belakang masalah B. Identifikasi dan batasan masalah C. Rumusan masalah D. Tujuan penelitian E. Kegunaan F. Penelitian Terdahulu G. Metode penelitian H. Sistematika pembahasan BAB II : Tinjauan umum tentang pondok pesantren A. Gambaran umum tentang pondok pesantren di Indonesia B. Kurikulum pendidikan di pesantren C. Kajian fikih dan tasawuf dalam pendidikan di pesantren D. TMI Al-Amien Prenduan: Salah satu potret pesantren di Madura BAB III : Setting Penelitian A. Biografi dan latar belakang pendidikan Kiai Muhammad Idris Jauhari B. Karya-karya dalam dunia pendidikan Kiai Muhammad Idris Jauhari C. Karya dalam bidang fikih Kiai Muhammad Idris Jauhari D. Karya dalam bidang tasawuf Kiai Muhammad Idris Jauhari

15 BAB IV : Analisa Data A. Konsep pesantren menurut Kiai Idris Jauhari B. Kerangka epistemologi Kiai Idris Jauhari dalam membangun konsepsi tentang pesantren C. Titik singgung konsepsi pendidikan Kiai Idris Jauhari dengan relasi fikih, tasawuf dan pendidikan BAB V : Penutup A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA SEMENTARA A. Rofiq, dkk. Pemberdayaan Pesantren. Yogyakarta: LKiS, Djamaluddin & Abdullah Aly. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia, Husni Rahim, Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Logos, Nurcholis Madjid. Bilik-Bilik Pesantren. Jakarta: Paramadina, Shalih Ahmad asy-syami, Al-Imâm al-ghazâlî: Hujjah al-islâm wa Mujaddid al- Miah al-khâmisah. Zamakhsyari Dhofier. Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kyai, Jakarta: LP3ES, 1982.

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari kondisi sosial kultural masyarakat. Pendidikan memiliki tugas

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari kondisi sosial kultural masyarakat. Pendidikan memiliki tugas BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan memiliki peran yang penting dalam suatu negara yakni sebagai saran untuk menciptakan manusia yang unggul. Pendidikan tidak bisa terlepas dari kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus berhadapan langsung dengan zaman modern. dilepas dari kehidupan manusia. Islam juga mewajibkan kepada manusia

BAB I PENDAHULUAN. harus berhadapan langsung dengan zaman modern. dilepas dari kehidupan manusia. Islam juga mewajibkan kepada manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eksistensi pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam di Indonesia tidak diragukan lagi peranannya dan kiprahnya dalam membangun kemajuan bangsa Indonesia. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang lain. Mereka terikat oleh norma-norma yang berlaku di dalam

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang lain. Mereka terikat oleh norma-norma yang berlaku di dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial selalu hidup berdampingan dengan manusia yang lain. Mereka terikat oleh norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat yang diantaranya

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. (tradisional) adalah pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab

BAB IV PENUTUP. (tradisional) adalah pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab BAB IV PENUTUP 1. Kesimpulan Pesantren sebagai lembaga pendidikan agama Islam khas Indonesia merupakan pendidikan alternatif dari pendidikan formal yang dikelola oleh pemerintah. Pertama, karena pesantren

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lembaga sekolah, non formal yakni keluarga dan informal seperti halnya pondok

BAB I PENDAHULUAN. lembaga sekolah, non formal yakni keluarga dan informal seperti halnya pondok BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting yang harus diberikan terhadap seorang anak. Pendidikan terbagi menjadi tiga yaitu pendidikan formal seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa ingin berhubungan antara satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa ingin berhubungan antara satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa ingin berhubungan antara satu dengan yang lainnya. Hal ini disebabkan selain karena manusia tercipta sebagai makhluk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap dunia pendidikan dan pembentukan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap dunia pendidikan dan pembentukan sumber daya manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pesantren merupakan khazanah pendidikan dan budaya Islam di Indonesia. Dalam perjalanan sejarah pendidikan Islam di Indonesia, peran pesantren tidak diragukan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah KH. Abdurrahan Wahid (Gus

BAB V PENUTUP. merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah KH. Abdurrahan Wahid (Gus 195 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sebagai bagian akhir tesis ini, peneliti memberikan kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas, bertanggung jawab, dan bermanfaat bagi kehidupannya. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas, bertanggung jawab, dan bermanfaat bagi kehidupannya. Dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, dengan pendidikan diharapkan dapat mengahasilkan manusia berkualitas, bertanggung jawab, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang pasti akan dialami oleh setiap individu atau organisasi. Ketika

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang pasti akan dialami oleh setiap individu atau organisasi. Ketika 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada setiap individu maupun organisasi dalam konteks apapun pasti memerlukan perencanaan (planning). Perencaanan tersebut tidak hanya dimiliki oleh orang-orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dalam kehidupan manusia, mempunyai peranan yang sangat penting. Ia dapat membentuk kepribadian seseorang. Ia diakui sebagai kekuatan yang dapat menentukan

Lebih terperinci

POLA KEPEMIMPINAN K. H. M. THOHIR ABDULLAH, A.H DALAM UPAYA PENGEMBANGAN PONDOK PESANTREN RAUDLOTUL QUR AN DI MANGKANG SEMARANG

POLA KEPEMIMPINAN K. H. M. THOHIR ABDULLAH, A.H DALAM UPAYA PENGEMBANGAN PONDOK PESANTREN RAUDLOTUL QUR AN DI MANGKANG SEMARANG POLA KEPEMIMPINAN K. H. M. THOHIR ABDULLAH, A.H DALAM UPAYA PENGEMBANGAN PONDOK PESANTREN RAUDLOTUL QUR AN DI MANGKANG SEMARANG A. Latar Belakang Masalah Pada setiap kajian tentang Islam tradisional di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta: Amzah, 2007), hlm Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur an,

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta: Amzah, 2007), hlm Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur an, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehadiran agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad saw diyakini dapat menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin, yang mana dalam agama Islam

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MODEL PENDIDIKAN PESANTREN DI AL WUSTHO ISLAMIC DIGITAL BOARDING COLLEGE CEMANI SUKOHARJO

IMPLEMENTASI MODEL PENDIDIKAN PESANTREN DI AL WUSTHO ISLAMIC DIGITAL BOARDING COLLEGE CEMANI SUKOHARJO IMPLEMENTASI MODEL PENDIDIKAN PESANTREN DI AL WUSTHO ISLAMIC DIGITAL BOARDING COLLEGE CEMANI SUKOHARJO NASKAH ARTIKEL PUBLIKASI Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah) Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia, karena berkaitan dengan hubungan kita kepada Allah dan hubungan

BAB I PENDAHULUAN. manusia, karena berkaitan dengan hubungan kita kepada Allah dan hubungan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Akhlak merupakan hal yang sangat fundamental dalam kehidupan manusia, karena berkaitan dengan hubungan kita kepada Allah dan hubungan sesama manusia. Secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak orang tua. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Guru merupakan salah satu penentu keberhasilan dalam pendidikan. Untuk itu setiap adanya inovasi pendidikan, khususnya dalam kurikulum dan peningkatan sumber daya

Lebih terperinci

MODEL PENELITIAN AGAMA

MODEL PENELITIAN AGAMA MODEL PENELITIAN AGAMA Diajukan Sebagai Tugas Makalah Dalam Mata Kuliah Metodologi Studi ISlam DOSEN PEMBIMBING Fitri Oviyanti, M.Ag DISUSUN OLEH Lismania Nina Lingga Sari FAKULTAS TARBIYAH JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi dalam suatu dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai satu atau. lebih, sehingga terjadi interaksi antar individu.

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi dalam suatu dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai satu atau. lebih, sehingga terjadi interaksi antar individu. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Organisasi adalah sekumpulan orang yang saling bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan tertentu, dengan kata lain organisasi adalah suatu unit sosial yang terdiri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sudah mengetahui dan memiliki nilai-nilai hidup, norma-norma kesusilaan,

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sudah mengetahui dan memiliki nilai-nilai hidup, norma-norma kesusilaan, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan amanat yang dipercayakan Allah kepada orang tua dan anak juga memiliki hati yang masih suci dari berbagai pengaruh, dalam keadaan yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini pendidikan senantiasa menjadi sorotan bagi masyarakat khususnya di Indonesia yang ditandai dengan adanya pembaharuan maupun eksperimen guna terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asasnya. Masing-masing nilai itu dapat diimplementasikan dalam berbagai. persatuan dan kesatuan, kerakyatan dan keadilan.

BAB I PENDAHULUAN. asasnya. Masing-masing nilai itu dapat diimplementasikan dalam berbagai. persatuan dan kesatuan, kerakyatan dan keadilan. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pancasila ialah ideologi negara Indonesia. Pancasila berasal dari kata panca dan sila, panca berarti lima sedangkan sila memiliki makna asas atau dasar. 1 Sehingga secara

Lebih terperinci

2015 PERKEMBANGAN PENDIDIKAN PESANTREN CIPARI DESA SUKARASA KECAMATAN PANGATIKAN KABUPATEN GARUT TAHUN

2015 PERKEMBANGAN PENDIDIKAN PESANTREN CIPARI DESA SUKARASA KECAMATAN PANGATIKAN KABUPATEN GARUT TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam tradisional pertama yang bergerak dalam bidang keagamaan dan kemasyarakatan sebelum adanya lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pondok pesantren adalah suatu wadah pendidikan keagamaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pondok pesantren adalah suatu wadah pendidikan keagamaan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pondok pesantren adalah suatu wadah pendidikan keagamaan yang mempunyai ciri khas tersendiri dan berbeda dengan lembaga pendidikan lainnya. Pendidikan yang ada di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang luar biasa. Sebagaimana pada masa sebelum penjajahan dapat diketahui

BAB I PENDAHULUAN. yang luar biasa. Sebagaimana pada masa sebelum penjajahan dapat diketahui 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama Islam memang tidak memberikan pengertian secara eksplisit terkait dengan konsep tentang pendidikan kewirausahaan, namun di antara keduanya, antara ajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pesantren memiliki peranan yang penting dalam sejarah pembangunan pendidikan di indonesia. Di antara lembaga pendidikan yang pernah muncul di Indonesia, pendidikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Burhan Nurgiyantoro, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah, (Yogyakarta : BPFE, 1988), hlm. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Burhan Nurgiyantoro, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah, (Yogyakarta : BPFE, 1988), hlm. 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum dan pendidikan adalah dua hal yang saling terkait dan tak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Sistem pendidikan modern tak mungkin berjalan baik tanpa melibatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tradisional tertua di Indonesia. Pesantren adalah lembaga yang bisa dikatakan

BAB 1 PENDAHULUAN. tradisional tertua di Indonesia. Pesantren adalah lembaga yang bisa dikatakan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pesantren atau pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tradisional tertua di Indonesia. Pesantren adalah lembaga yang bisa dikatakan merupakan wujud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan, pendidikan, ilmu pengetahuan, keterampilan, dan kecakapan

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan, pendidikan, ilmu pengetahuan, keterampilan, dan kecakapan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kebudayaan, pendidikan, ilmu pengetahuan, keterampilan, dan kecakapan hidup, merupakan hal yang menjadi variabel pembeda antara manusia dengan makhluk lain yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia telah melahirkan suatu perubahan dalam semua aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak tertutup kemungkinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan agama khususnya Pendidikan agama Islam sangat dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan agama khususnya Pendidikan agama Islam sangat dibutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Pendidikan agama khususnya Pendidikan agama Islam sangat dibutuhkan bagi kepentingan hidup manusia, bukan hanya untuk kepentingan hidup pada masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jasmaniah dan rohaniah berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran

BAB I PENDAHULUAN. jasmaniah dan rohaniah berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Islam merupakan usaha untuk membimbing keterampilan jasmaniah dan rohaniah berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam menuju terbentuknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melestarikan dan mengalihkan serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. melestarikan dan mengalihkan serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam masyarakat yang dinamis, pendidikan memegang peranan yang menentukan eksistensi dan perkembangan masyarakat. Pendidikan merupakan usaha melestarikan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: Mizan,1995), hlm Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat,

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: Mizan,1995), hlm Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kitab kuning merupakan sebuah elemen penting dalam sebuah pondok pesantren. Kitab kuning telah menjadi bahan ajar pesantren dalam kurun waktu yang lama sehingga kitab

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KEPEMIMPINAN PEREMPUAN MENURUT MASDAR FARID MAS UDI DAN KIAI HUSEN MUHAMMAD

BAB IV ANALISIS KEPEMIMPINAN PEREMPUAN MENURUT MASDAR FARID MAS UDI DAN KIAI HUSEN MUHAMMAD BAB IV ANALISIS KEPEMIMPINAN PEREMPUAN MENURUT MASDAR FARID MAS UDI DAN KIAI HUSEN MUHAMMAD A. Persamaan dan Perbedaan Pandangan Masdar Farid Mas udi dan Kiai Husen Muhammad Tentang Kepemimpinan Perempuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaannya.

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaannya. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan manusia, pendidikan mempunyai peran penting dalam usaha membentuk manusia yang berkualitas. Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bergaul satu sama lain. Dalam pergaulan di masyarakat, interaksi sesama manusia

BAB I PENDAHULUAN. bergaul satu sama lain. Dalam pergaulan di masyarakat, interaksi sesama manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul Secara fitrah manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang saling bergantung satu sama lain. Dengan fitrah tersebut, maka manusia akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sempurna yang bertaqwa pada Allah SWT. Serta untuk mencapai kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. sempurna yang bertaqwa pada Allah SWT. Serta untuk mencapai kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar bertujuan. Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha membudayakan manusia atau memanusiakan manusia. Manusia itu sendiri adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alam. Pedoman dalam mengajarkan ajarannya yaitu berupa Al-Qur an. Al-

BAB I PENDAHULUAN. alam. Pedoman dalam mengajarkan ajarannya yaitu berupa Al-Qur an. Al- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam mempunyai pedoman ajaran yag sempurna dan rahmat bagi seluruh alam. Pedoman dalam mengajarkan ajarannya yaitu berupa Al-Qur an. Al- Qur an merupakan kitab

Lebih terperinci

Rajawali Pers, 2009), hlm Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner, (Jakarta:

Rajawali Pers, 2009), hlm Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner, (Jakarta: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peran dan fungsi ganda, pertama peran dan fungsinya sebagai instrumen penyiapan generasi bangsa yang berkualitas, kedua, peran serta fungsi sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pendidikan sangat berperan penting bagi kemajuan suatu bangsa, tidak hanya bagi individu yang menempuh pendidikan tersebut, tetapi juga berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.232,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENDIDIKAN KEAGAMAAN ISLAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses untuk memanusiakan manusia. Artinya pendidikan pada dasarnya adalah sebagai upaya mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses untuk memanusiakan manusia. Artinya pendidikan pada dasarnya adalah sebagai upaya mengembangkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses untuk memanusiakan manusia. Artinya pendidikan pada dasarnya adalah sebagai upaya mengembangkan kemampuan/potensi individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada periode modern, mengalami pasang surut antara kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada periode modern, mengalami pasang surut antara kemajuan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjalanan umat Islam dari periode Nabi Muhammad Saw. diutus sampai pada periode modern, mengalami pasang surut antara kemajuan dan kemunduran yang dialami

Lebih terperinci

2015 STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

2015 STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan pada hakekatnya merupakan usaha sadar dan terencana untuk memanusiakan manusia melalui pengembangan seluruh potensinya sesuai dengan yang dibutuhkan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Sholeh, Muhammad. Al-Risalatu al-shafiyah fi al-masa il al-fiqhiyah. Bojonegoro: Pondok Pesantren At-Tanwir

DAFTAR PUSTAKA. Sholeh, Muhammad. Al-Risalatu al-shafiyah fi al-masa il al-fiqhiyah. Bojonegoro: Pondok Pesantren At-Tanwir DAFTAR PUSTAKA A. Arsip: Sholeh, Muhammad. Al-Risalatu al-shafiyah fi al-masa il al-fiqhiyah. Bojonegoro: Pondok Pesantren At-Tanwir. 1975. Sholeh, Muhammad. Risalatu Khulqi al-kirom Wa Shifa I al-ajsami.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah sebagai usaha membina dan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah sebagai usaha membina dan mengembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah sebagai usaha membina dan mengembangkan pribadi manusia, baik menyangkut aspek ruhaniah dan jasmaniah. Tidak heran bila suatu kematangan yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA. masyarakat Jemur Wonosari yang beragama Islam meyakini bahwa al-qur an

BAB IV ANALISA. masyarakat Jemur Wonosari yang beragama Islam meyakini bahwa al-qur an BAB IV ANALISA Melihat dari hasil penelitian yang telah dilakukan, bahwa mayoritas masyarakat Jemur Wonosari yang beragama Islam meyakini bahwa al-qur an merupakan acuan moral untuk memecahkan problem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ibid hlm. 43

BAB I PENDAHULUAN. Ibid hlm. 43 BAB I PENDAHULUAN Setiap penelitian akan di latar belakangi dengan adanya permasalahan yang Akan dikaji. Dalam penelitian ini ada permasalahan yang dikaji yaitu tentang Efektivitas Tokoh Agama dalam Membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam dunia pesantren ada beberapa hal yang menjadi kendala

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam dunia pesantren ada beberapa hal yang menjadi kendala 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia pesantren ada beberapa hal yang menjadi kendala menurunnya tingkat kesadaran akan pentingnya pendidikan di pesantren. Karenanya, penulis mencari

Lebih terperinci

Sosok Pendidik Umat Secara Total dan Dijalani Sepanjang Hayat

Sosok Pendidik Umat Secara Total dan Dijalani Sepanjang Hayat Sosok Pendidik Umat Secara Total dan Dijalani Sepanjang Hayat Saya melihat Prof.Dr.Hj. Tutty Alawiyah adalah sosok pejuang dan sekaligus pendidik sepanjang hayat. Sebagai seorang putri ulama besar, beliau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam dalam Kurun Modern, (Jakarta: LP3ES, t.th.), h Karel A. Steenbrink, Pesantren Madrasah Sekolah Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Islam dalam Kurun Modern, (Jakarta: LP3ES, t.th.), h Karel A. Steenbrink, Pesantren Madrasah Sekolah Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akar pendidikan Islam Indonesia tidak lepas dari pendidikan pesantren. Sebagi ahli bahkan menyebutkan pendidikan pesantren sebagai model pendidikan Islam yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan masyarakat muslim di Indonesia. 1. pesantren; dalam hal ini kyai dibantu para ustadz yang mengajar kitab-kitab

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan masyarakat muslim di Indonesia. 1. pesantren; dalam hal ini kyai dibantu para ustadz yang mengajar kitab-kitab BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam tertua yang telah berfungsi sebagai salah satu benteng pertahanan umat Islam, pusat dakwah dan pusat pengembangan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dunia ini, dijalani dalam lingkup masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dunia ini, dijalani dalam lingkup masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan manusia di dunia ini, dijalani dalam lingkup masyarakat. Masyarakat terdiri dari beberapa keluarga yang saling hidup berdampingan, dan mereka hidup bertetangga.

Lebih terperinci

BAB I. masyarakat yang maju, adil dan makmur, serta memungkinkan warganya. berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945.

BAB I. masyarakat yang maju, adil dan makmur, serta memungkinkan warganya. berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945. BAB I A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional dibidang pendidikan adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil

Lebih terperinci

MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN PENDIDIKAN

MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN PENDIDIKAN M.Nidhamul Maulana 1 (2014100703111119), Mumtaza Ulin Naila 2 (201410070311120), Zubaidi Bachtiar 3 (201410070311121), Maliatul Khairiyah 4 (201410070311122), Devi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan tujuan sebagai sesuatu yang hendak dicapai. Maka yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan tujuan sebagai sesuatu yang hendak dicapai. Maka yang merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai bentuk kegiatan manusia dalam kehidupannya juga menempatkan tujuan sebagai sesuatu yang hendak dicapai. Maka yang merupakan masalah masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Abd A la dalam bukunya pembaruan pesantren menyebutkan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Abd A la dalam bukunya pembaruan pesantren menyebutkan. bahwa: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah bahwa: Menurut Abd A la dalam bukunya pembaruan pesantren menyebutkan Pesantren sebagai lembaga pendidikan keagamaan merupakan realitas yang tidak dapat dipungkiri.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI SEKOLAH BERBASIS PESANTREN DI SMP DARUL MA ARIF BANYUPUTIH KABUPATEN BATANG

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI SEKOLAH BERBASIS PESANTREN DI SMP DARUL MA ARIF BANYUPUTIH KABUPATEN BATANG BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI SEKOLAH BERBASIS PESANTREN DI SMP DARUL MA ARIF BANYUPUTIH KABUPATEN BATANG A. Analisis Implementasi Sekolah Berbasis Pesantren di SMP Darul Ma arif Banyuputih Kabupaten Batang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum pendidikan, misalnya, yang sebelumnya terbatas pada Al-Qur an dan

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum pendidikan, misalnya, yang sebelumnya terbatas pada Al-Qur an dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Islam telah berlangsung kurang lebih 14 abad, yakni sejak Nabi Muhammad diutus sebagai Rasul. Pada awalnya pendidikan berlangsung secara sederhana,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Aspek kehidupan yang harus dan pasti dijalani oleh semua manusia di muka bumi sejak kelahiran, selama masa pertumbuhan dan perkembangannya sampai mencapai kedewasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan sebutan Kyai dan mempunyai asrama untuk tempat menginap

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan sebutan Kyai dan mempunyai asrama untuk tempat menginap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pesantren, pondok pesantren, atau sering disingkat pondok atau ponpes, adalah sebuah asrama pendidikan tradisional, di mana para siswanya semua tinggal bersama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak keluar dari akar sejarahnya. Demikian dalam praktis-aplikatif,

BAB I PENDAHULUAN. tidak keluar dari akar sejarahnya. Demikian dalam praktis-aplikatif, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mengelola pendidikan bukanlah persoalan mudah, melainkan dibutuhkan pemikiran dan analisis mendalam agar pendidikan yang dilaksanakan tepat sasaran dan sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sungguh, al-quran ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus... (Q.S. Al-Israa /17: 9) 2

BAB I PENDAHULUAN. Sungguh, al-quran ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus... (Q.S. Al-Israa /17: 9) 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an merupakan pedoman yang abadi untuk kemaslahatan umat manusia, merupakan benteng pertahanan syari at Islam yang utama serta landasan sentral bagi tegaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepemimpinan

BAB I PENDAHULUAN. kepemimpinan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Problematika Umat Disebabkan Penurunan Kualitas Pendidikan Islam Problematika umat manusia dewasa ini telah menjalar ke setiap lini kehidupan. Dari aspek moral

Lebih terperinci

PENGARUH AQIDAH ASY ARIYAH TERHADAP UMAT

PENGARUH AQIDAH ASY ARIYAH TERHADAP UMAT PENGARUH AQIDAH ASY ARIYAH TERHADAP UMAT Ditulis oleh: Al-Ustadz Abdurrahman Mubarak Paham Asy ariyah sangat kental sekali dalam tubuh umat Islam dan akidah tersebut terus menyebar di tengah kaum muslimin.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat untuk belajar dan mengajarkan ilmu agama Islam. Pesantren dalam

BAB I PENDAHULUAN. tempat untuk belajar dan mengajarkan ilmu agama Islam. Pesantren dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara sederhana pondok pesantren dapat kita artikan sebagai sebuah tempat untuk belajar dan mengajarkan ilmu agama Islam. Pesantren dalam berbagai masa memegang

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. temuan penelitian tentang kepemimpinan Kiai dalam pembaruan pondok

BAB VI PENUTUP. temuan penelitian tentang kepemimpinan Kiai dalam pembaruan pondok BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil fokus penelitian, paparan data, hasil pembahasan dan temuan penelitian tentang kepemimpinan Kiai dalam pembaruan pondok pesantren (Studi Multi Situs di Pondok Pesantren

Lebih terperinci

BAB V PEMBASAHAN. paparkan di bab I,IV, dan VI, di Tehap selanjutnya adalah pembahasan. Pembahasan

BAB V PEMBASAHAN. paparkan di bab I,IV, dan VI, di Tehap selanjutnya adalah pembahasan. Pembahasan BAB V PEMBASAHAN Seluruh data telah penulis kumpulkan dari lapangan dan telah penulis paparkan di bab I,IV, dan VI, di Tehap selanjutnya adalah pembahasan. Pembahasan yang sesuai dengan fokus penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berbagai macam permasalahan remaja dalam hal ini salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berbagai macam permasalahan remaja dalam hal ini salah satunya adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Berbagai macam permasalahan remaja dalam hal ini salah satunya adalah santri yang sedang berada di pondok peseantren, hendaknya perlu diwaspadai mengenai dampak-dampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 M. Munir, 2009, Metode Dakwah, Kencana, Jakarta, hlm. 5

BAB I PENDAHULUAN. 1 M. Munir, 2009, Metode Dakwah, Kencana, Jakarta, hlm. 5 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama dakwah, artinya agama yang selalu mendorong pemeluknya untuk senantiasa aktif melakukan kegiatan dakwah. Maju mundurnya umat Islam sangat

Lebih terperinci

BAB I. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 2 pasal 3. 2

BAB I. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 2 pasal 3. 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan

Lebih terperinci

BAB IV DAMPAK KEBERADAAN PONDOK PESANTREN DALAM BIDANG SOSIAL, AGAMA DAN PENDIDIKAN BAGI MASYARAKAT TLOGOANYAR DAN SEKITARNYA

BAB IV DAMPAK KEBERADAAN PONDOK PESANTREN DALAM BIDANG SOSIAL, AGAMA DAN PENDIDIKAN BAGI MASYARAKAT TLOGOANYAR DAN SEKITARNYA BAB IV DAMPAK KEBERADAAN PONDOK PESANTREN DALAM BIDANG SOSIAL, AGAMA DAN PENDIDIKAN BAGI MASYARAKAT TLOGOANYAR DAN SEKITARNYA Adanya sebuah lembaga pendidikan agama Islam, apalagi pondok pesantren dalam

Lebih terperinci

Tabel 13 : Rekapitulasi angket indikator variabel y pengalaman religiusitas santri BAB I PENDAHULUAN

Tabel 13 : Rekapitulasi angket indikator variabel y pengalaman religiusitas santri BAB I PENDAHULUAN 14 Tabel 13 : Rekapitulasi angket indikator variabel y pengalaman..... 98 Tabel 14 : Pengaruh intensitas santri dalam kegiatan pendidikan pesantren dengan religiusitas santri... 101 BAB I PENDAHULUAN Bab

Lebih terperinci

TEORISASI DAN STRATEGI PENDIDIKAN ISLAM Oleh : Fahrudin

TEORISASI DAN STRATEGI PENDIDIKAN ISLAM Oleh : Fahrudin A. Pendahuluan TEORISASI DAN STRATEGI PENDIDIKAN ISLAM --------------------------------------------------------------------- Oleh : Fahrudin Tujuan agama Islam diturunkan Allah kepada manusia melalui utusan-nya

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. implikasi teoritik, dan keterbatasan studi sebagai berikut: 1. Model integrasi Ma had Sunan Ampel Al-Aly ke dalam sistem pendidikan

BAB VI PENUTUP. implikasi teoritik, dan keterbatasan studi sebagai berikut: 1. Model integrasi Ma had Sunan Ampel Al-Aly ke dalam sistem pendidikan BAB VI PENUTUP Pada bab ini peneliti memaparkan tentang kesimpulan, rekomendasi, implikasi teoritik, dan keterbatasan studi sebagai berikut: A. Kesimpulan 1. Model integrasi Ma had Sunan Ampel Al-Aly ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keilmuan modern telah berkembang sedemikian rupa di bawah hegemoni paham sekularisme. Akibat sangat lamanya paham ini mendominasi sejarah peradaban modern akibatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Pada awalnya komunikasi digunakan untuk mengungkapkan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Pada awalnya komunikasi digunakan untuk mengungkapkan kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Pada awalnya komunikasi digunakan untuk mengungkapkan kebutuhan organisasi. Manusia berkomunikasi untuk membagi pengetahuan dan pengalaman dengan menggunakan bentuk-bentuk

Lebih terperinci

Membahas Kitab Tafsir

Membahas Kitab Tafsir Lembaga Penelitian dan Pengembangan Tafsir menurut bahasa adalah penjelasan atau keterangan, seperti yang bisa dipahami dari Quran S. Al-Furqan: 33. ucapan yang telah ditafsirkan berarti ucapan yang tegas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian merupakan kerja akademik yang menuntut penerapan prosedur ilmiah tertentu sehingga hasil riset dapat dipertanggungjawabkan. Atas dasar inilah penulis memandang penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lewat peperangan, seperti Mesir, Irak, Parsi dan beberapa daerah lainnya. proses Islamisasi itu adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. lewat peperangan, seperti Mesir, Irak, Parsi dan beberapa daerah lainnya. proses Islamisasi itu adalah pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Pendidikan Islam di Indonesia telah berlangsung sejak masuknya Islam ke Indonesia. Menurut catatan sejarah masuknya Islam ke Indonesia dengan damai berbeda dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Penelitian yang dilakukan oleh Syarif Hidayatullah (STAIN Jember,

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Penelitian yang dilakukan oleh Syarif Hidayatullah (STAIN Jember, BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Terdahulu Dalam melaksanakan penelitian, peneliti tidak mengesampingkan hasil dari penelitian yang lebih dahulu dilakukan oleh peneliti lain. Hal ini dilakukan dalam rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam mengatur segala aspek kehidupan manusia dari hal yang terkecil sampai hal yang terbesar. Dari keseluruhan ajaran Islam, akhlak menempati kedudukan yang sangat

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan 81 A. Kesimpulan BAB V PENUTUP Berangkat dari uraian yang telah penulis paparkan dalam bab-bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan bahwa: 1. Makna tawassul dalam al-qur an bisa dilihat pada Surat al-

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Penelitian Terdahulu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Penelitian Terdahulu BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Penelitian Terdahulu Pembahasan masalah nilai etika dalam kaitannya dengan naskah ADK menjadi topik penting yang selalu dibicarakan, karena masalah ini menyangkut

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kegiatan adalah suatu peristiwa atau kejadian yang pada umumnya tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kegiatan adalah suatu peristiwa atau kejadian yang pada umumnya tidak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Kegiatan Kegiatan adalah suatu peristiwa atau kejadian yang pada umumnya tidak dilakukan secara terus menerus. Penyelenggara keitan itu sendiri bisa merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu usaha yang bisa dilakukan oleh orang dewasa untuk memberi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu usaha yang bisa dilakukan oleh orang dewasa untuk memberi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu usaha yang bisa dilakukan oleh orang dewasa untuk memberi pengaruh dalam rangka mengembangkan potensi manusia menuju kepada kedewasaan diri agar mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. terhadap perubahan ataupun kemajuan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. terhadap perubahan ataupun kemajuan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul 1. Latar Belakang Masalah Pendidikan selalu berkenaan dengan upaya pembinaan manusia, sehingga keberhasilan pendidikan sangat tergantung

Lebih terperinci

2. BAB II TINJAUAN UMUM

2. BAB II TINJAUAN UMUM 2. BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Pondok Pesantren 2.1.1 Pengertian Pondok Pesantren Asal katanya pesantren berasal dari kata santri yang mendapat imbuhan awalan pe dan akhiran an yang menunjukkan tempat, maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses optimalisasi yang memerlukan waktu serta tahapan-tahapan tertentu. yang memiliki ilmu pengetahuan yang luas dan berprestasi.

BAB I PENDAHULUAN. proses optimalisasi yang memerlukan waktu serta tahapan-tahapan tertentu. yang memiliki ilmu pengetahuan yang luas dan berprestasi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan ujung tombak proses menuju perkembangan manusia, bahkan dapat dikatakan bahwa maju mundurnya suatu bangsa dapat dilihat bagaimana kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kyai memberikan pengaruh yang cukup besar dalam perpolitikan di Martapura

BAB I PENDAHULUAN. kyai memberikan pengaruh yang cukup besar dalam perpolitikan di Martapura BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Martapura Kabupaten Banjar diidentikan dengan pondok pesantrennya, dengan puluhan, ratusan, bahkan ribuan santri yang ada di dalamnya. Nilai-nilai religius yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam ikut serta mencerdaskan bangsa. Banyaknya jumlah pesantren di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. dalam ikut serta mencerdaskan bangsa. Banyaknya jumlah pesantren di Indonesia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesantren telah lama menjadi lembaga yang memiliki kontribusi penting dalam ikut serta mencerdaskan bangsa. Banyaknya jumlah pesantren di Indonesia, serta besarnya jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hlm Tim Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, Pola Pembelajaran di Pesantren,

BAB I PENDAHULUAN. hlm Tim Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, Pola Pembelajaran di Pesantren, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia modern yang ditandai dengan era globalisasi dan teknologi informatika, telah menghadapkan pesantren pada sejumlah tantangan dan persoalan yang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nabi Muhammad SAW, sangat memiliki kedudukan yang tinggi. kepada umat manusia sejagad, bahkan bagi seisi alam semesta.

BAB I PENDAHULUAN. Nabi Muhammad SAW, sangat memiliki kedudukan yang tinggi. kepada umat manusia sejagad, bahkan bagi seisi alam semesta. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nabi Muhammad SAW, sangat memiliki kedudukan yang tinggi dikalangan umat Islam. 1 Tak ada nabi dan rasul sebelum Nabi Muhammad SAW, yang dinyatakan sebagai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Wilayah Analisis Penelitian ini dilakukan pada beberapa wilayah kajian analisis. Kajian utama yang dilakukan adalah mencoba melihat bagaimana respon pesantren terhadap berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mereka yang belum beragama. Dakwah yang dimaksud adalah ajakan kepada

BAB I PENDAHULUAN. mereka yang belum beragama. Dakwah yang dimaksud adalah ajakan kepada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu ajaran Islam mewajibkan kepada setiap muslim untuk berdakwah yang ditujukan kepada seluruh manusia, baik muslim maupun kepada mereka yang belum beragama.

Lebih terperinci

Ma'had al Jamiáh dan Pembinaan Karakter Mahasiswa

Ma'had al Jamiáh dan Pembinaan Karakter Mahasiswa Ma'had al Jamiáh dan Pembinaan Karakter Mahasiswa Akhir-akhir ini banyak perguruan tinggi memandang pentingnya asrama bagi mahasiswa. Asrama mahasiswa tidak saja dilihat sebagai sarana penting sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam BAB I ini dipaparkan tentang : a. Konteks Penelitian, b. Fokus

BAB I PENDAHULUAN. Dalam BAB I ini dipaparkan tentang : a. Konteks Penelitian, b. Fokus 1 BAB I PENDAHULUAN Dalam BAB I ini dipaparkan tentang : a. Konteks Penelitian, b. Fokus Penelitian, c. Tujuan Penelitian, d. Kegunaan Penelitian, e. Hasil Penelitian, f. Penegasan Istilah, dan g. Sistematika

Lebih terperinci

A. Dari segi metodologi:

A. Dari segi metodologi: Lampiran 1 UNSUR-UNSUR PEMBEDA ANTARA DENGAN SEBAGAI BAGIAN DARI RUMPUN ILMU HUMANIORA UNSUR Cakupan Ilmu dan Kurikulum Rumpun Ilmu Agama merupakan rumpun Ilmu Pengetahuan yang mengkaji keyakinan tentang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi hasil kesimpulan penelitian secara keseluruhan yang dilakukan oleh penulis Selain kesimpulan, diuraikan pula rekomendasi yang penulis berikan kepada beberapa pihak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bersifat tradisional yang mendalami ilmu agama Islam dan. mengamalkannya sebagai pedoman hidup keseharian.

BAB I PENDAHULUAN. yang bersifat tradisional yang mendalami ilmu agama Islam dan. mengamalkannya sebagai pedoman hidup keseharian. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesantren merupakan salah satu jenis pendidikan Islam Indonesia yang bersifat tradisional yang mendalami ilmu agama Islam dan mengamalkannya sebagai pedoman hidup

Lebih terperinci