BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Menguasai ilmu statistika turut menjadi salah satu kompetensi utama yang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Menguasai ilmu statistika turut menjadi salah satu kompetensi utama yang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Menguasai ilmu statistika turut menjadi salah satu kompetensi utama yang harus dimiliki oleh para ilmuwan psikologi, khususnya bagi mahasiswa yang sedang mengemban pendidikan psikologi di bangku perkuliahan. Hal ini dikarenakan hampir di setiap mata kuliah di bidang psikologi akan menekankan pada hasil-hasil penelitian dan hampir seluruh dari hasil-hasil penelitian tersebut ditunjukkan dengan statistik, sehingga memahami statistika adalah hal yang sangat penting bagi mahasiswa psikologi untuk dapat membaca artikel-artikel penelitian psikologi yang terkait (King & Minium, 2003). King & Minium (2003) juga menambahkan bahwa dari semua mata kuliah yang ada di ilmu psikologi, mata kuliah statistika kemungkinan akan sangat membantu mahasiswa untuk belajar berpikir dengan tepat, belajar mengevaluasi informasi dan menerapkan analisis yang logis dalam tingkatan yang tinggi. Terkhusus bagi mahasiswa psikologi itu sendiri, mampu melakukan penelitian secara individual adalah tujuan utama dalam menyelesaikan kuliah di psikologi dan ilmu statistika dilibatkan dalam melakukan penelitian tersebut (King & Minium, 2003). Hal tersebutlah yang menjadikan pentingnya menguasai ilmu statistika bagi para mahasiswa psikologi, tidak terkecuali bagi mahasiswa S1 di Fakultas Psikologi yang sudah diwajibkan untuk mengikuti Mata Kuliah Statistika semenjak semester awal. 1

2 2 Sampai sejauh mana penguasaan ilmu statistika pada mahasiswa ditunjukkan dengan hasil belajar mahasiswa di mata kuliah statistika. Penetapan batas minimum keberhasilan belajar mahasiswa pun selalu berkaitan dengan upaya pengungkapan hasil belajar (Syah, 2010). Terdapat beberapa alternatif norma pengukuran tingkat keberhasilan siswa setelah mengikuti proses mengajarbelajar, salah satunya adalah norma prestasi belajar yang berlaku di perguruan tinggi, termasuk Fakultas Psikologi di Univeristas Sumatera Utara yang juga menggunakan simbol huruf-huruf A (sangat baik), B (baik), C (cukup), D (kurang) dan E (gagal). Menurut Syah (2010), simbol nilai-nilai tersebut dapat dipakai untuk menetapkan IP mahasiswa, baik pada setiap semester maupun pada akhir studi. Pada setiap akhir semester, nilai A sampai E tersebut dapat dikatakan sebagai representasi dari total hasil perolehan nilai yang dicapai mahasiswa dalam mengikuti suatu mata kuliah dari awal hingga akhir semester di mata kuliah tersebut. Nilai-nilai yang diperoleh mahasiswa itu pada umumnya sering disebut sebagai prestasi belajar, sesuai dengan definisi yang dijelaskan dari KBBI (2015) bahwa prestasi belajar adalah merupakan penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, yang lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Berbicara tentang penguasaan ilmu statistika sebagai salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh mahasiswa psikologi, maka prestasi belajar atau nilai yang ditunjukkan dari mahasiswa dalam mata kuliah statistika seharusnya adalah baik / tinggi, karena menurut Azwar (2010), nilai prestasi 2

3 3 merupakan cerminan apa yang telah dicapai oleh siswa dalam belajar, dalam hal ini adalah belajar statistika. Sayangnya, berdasarkan rekap data hasil nilai mata kuliah yang ada pada bagian Akademik Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara Tahun 2014, hampir seluruh mahasiswa S1 angkatan 2012 dan 2013 umumnya mendapatkan nilai akhir yang berkisar antara nilai B sampai dengan nilai A di seluruh mata kuliah saat semester 1, namun tidak untuk mata kuliah statistika. Nilai akhir yang diperoleh oleh mahasiswa berkisar antara E sampai A dan umumnya lebih banyak mahasiswa yang mendapat nilai E, D, C dan C+. Fenomena di atas dapat dilihat dari perbandingan total jumlah mahasiswa pada angkatan 2012 dan 2013 yang berjumlah sebanyak 276 orang, namun hanya 3 orang (1,08%) saja yang mendapat nilai A, 21 orang (7,6%) mendapatkan nilai B+, 29 orang (10,5%) mendapatkan nilai B, 63 orang (22,82%) mendapatkan nilai C+, 60 orang (21,7%) mendapatkan nilai C, 57 orang (20,6%) mendapatkan nilai D, dan sebanyak 43 orang (15,5%) yang mendapatkan nilai E. Mahasiswa dinyatakan lulus pada mata kuliah ini bila mahasiswa mendapatkan nilai C, C+, B, B+ dan A, sedangkan mahasiswa akan dikatakan tidak lulus bila mendapatkan nilai D dan E. Dengan persentase di atas, maka sebanyak 100 mahasiswa (36.1%) tidak lulus sehingga diwajibkan untuk mengulang mata kuliah ini di semester selanjutnya dikarenakan mata kuliah statistika adalah mata kuliah prasyarat untuk dapat mengambil beberapa mata kuliah tertentu di semester selanjutnya. Menurut Syah (2010), nilai-nilai tersebut adalah merupakan hasil yang diperoleh melalui evaluasi / pengungkapan dan pengukuran hasil belajar yang pada dasarnya merupakan proses penyusunan deskripsi siswa, baik secara 3

4 4 kuantitatif maupun kualitatif. Berdasarkan kontrak di mata kuliah statistika tahun 2013, nilai-nilai tersebut diperoleh dari hasil yang dicapai oleh mahasiswa saat presentasi dengan bobot nilai sebanyak 20%, tugas sebanyak 15%, Ujian Tengah Semester (UTS) sebanyak 30% dan Ujian Akhir Semester (UAS) sebanyak 35%. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sumbangsih nilai terbesar terhadap nilai akhir yang diperoleh mahasiswa di akhir semester adalah berdasarkan hasil yang diperoleh mahasiswa di UTS dan UAS dengan bobot nilai total sebanyak 65%. Dengan kata lain, performa mahasiswa ataupun nilai yang diperoleh mahasiswa saat UTS dan UAS akan menentukan nilai akhir yang akan diperoleh mahasiswa, yaitu apakah baik, kurang ataupun gagal. Menurut Azwar (2010), UTS / UAS itu sendiri dapat dikategorikan sebagai tes prestasi belajar. Tes prestasi belajar seperti UTS / UAS bertujuan untuk mengukur prestasi atau hasil yang telah dicapai oleh siswa dalam belajar, khususnya mengukur prestasi belajar di ranah kognitif dalam bentuk tertulis. Melalui UTS dan UAS tersebutlah diketahui bahwasannya prestasi belajar statistika mahasiswa psikologi masih tergolong rendah. Rendahnya prestasi belajar di mata kuliah statistika (prestasi belajar statistika) dapat dikaitkan dengan beberapa faktor yaitu seperti: kemampuan matematika; motivasi; sikap (terhadap ilmu statistika, terhadap mata kuliah statistika yang sedang diikuti dan terhadap pengajar di mata kuliah statitistika) serta faktor kecemasan terhadap angka dan statistika (Lalonde dan Gardner, dalam Tremblay, dkk., 2000). Kemampuan matematika, motivasi dan sikap diketahui 4

5 5 berhubungan positif dengan prestasi statistika, sedangkan kecemasan terhadap statistika diketahui berhubungan negatif dengan prestasi di bidang statistika. Faktor kemampuan matematika memang dibutuhkan untuk dapat berhasil di mata kuliah statistika. Namun, kemampuan matematika yang dibutuhkan di mata kuliah statistika adalah kemampuan berhitung yang standar seperti menjumlahkan, mengurangkan, membagikan, mengalikan, mengakarkan, mengkuadratkan, dan sebagainya yang kesemuanya itu dibantu oleh alat bantu hitung. Selain itu, mahasiswa dianggap sudah memiliki kemampuan matematika yang standar ini karena mahasiswa yang diterima di perguruan tinggi telah melalui proses seleksi masuk perguruan tinggi dan juga telah dinyatakan lulus dalam ujian matematika pada ujian akhir sekolahnya dahulu, sehingga faktor kemampuan matematika tidak menjadi sorotan dalam kasus rendahnya prestasi di bidang statistika dalam penelitian ini. Faktor lainnya adalah variabel sikap terhadap statistika, motivasi dan kecemasan terhadap statistika. Akan tetapi menurut Evans (2007), sikap hanya memiliki pengaruh yang kecil terhadap prestasi di bidang statistika. Selain kemampuan matematika, sikap yang negatif terhadap statistika dan motivasi yang rendah dapat menyebabkan tingginya kecemasan yang dapat menyebabkan rendahnya performa saat ujian (Lalonde dan Gardner, dalam Tremblay, dkk., 2000). Berdasarkan hal ini, maka kecemasan terhadap statistika juga kemungkinan memiliki pengaruh terhadap rendahnya prestasi belajar statistika mahasiswa psikologi. 5

6 6 Berkaitan dengan prestasi belajar, Bloom (dalam Azwar, 2010) menyatakan bahwa pengungkapan taraf prestasi belajar di ranah kognitif memiliki beberapa tahapan, yaitu taraf pengetahuan, komprehensi, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Selain faktor kemampuan matematika, sikap dan motivasi, maka hanya faktor kecemasan terhadap statistika saja yang secara langsung terlihat mengganggu beberapa taraf prestasi belajar di atas. Hal ini didasarkan pada temuan Onwuegbuzie (dalam Williams, 2010) yang menyatakan bahwa kecemasan statistika mempengaruhi kemampuan siswa untuk memahami artikel penelitian, analisis data dan interpretasi pada analisis. Hal ini semakin memperkuat pengaruh dari keterlibatan kecemasan statistika terhadap rendahnya prestasi belajar statistika. Kecemasan terhadap statistika itu sendiri adalah suatu performa yang ditandai dengan kekhawatiran yang berlebih, pemikiran-pemikiran yang mengganggu, kekacauan mental, ketegangan dan rangsangan fisiologis yang muncul ketika berhadapan dengan materi statistika, permasalahan, situasi belajar ataupun dalam konteks evaluasi di bidang statistika dan umumnya menurunkan performa dalam berbagai situasi akademik yang luas dengan mengganggu individu saat memanipulasi data statistik dan saat mencari solusi dalam permasalahan / soal statistika (Zeidner, dalam Koh & Zawi, 2014). Kecemasan terhadap statistika juga melibatkan lebih banyak faktor kecemasan daripada sekedar memanipulasi angka, yaitu dalam menginterpretasi data dan hasil statistik, ketakutan dalam bertanya dan takut terhadap pengajar statistika. (Richardson & Suinn; Cruise dkk., dalam Williams, 2010). 6

7 7 Onwuegbuzie menemukan bahwa 45% dari 135 subjek penelitiannya mengalami masalah dalam pelajaran statistika terkait dengan prokrastinasi dalam hal membaca tugas, belajar untuk ujian dan menulis makalah. Selain itu, ujian statistika diketahui sebagai ujian yang lebih membuat cemas dibandingkan dengan ujian yang lain (Baloglu, 2003; Benson, 1989; Musch & Bröder, 1999; Onwuegbuzie & Seaman, 1995; Zeidner, 1991, dalam Williams, 2010). Berdasarkan pemaparan di atas, maka perlu dilihat apakah kecemasan terhadap statistika ini memang benar-benar terjadi pada mahasiswa psikologi USU. Hasil uji preliminary yang dilakukan peneliti terhadap 146 Mahasiswa Fakultas Psikologi secara acak di berbagai angkatan semester menunjukkan bahwa sebanyak 127 mahasiwa (86,98%) dari ke 146 mahasiswa tersebut memang memilih ujian statistika sebagai ujian yang paling membuat mereka merasa takut, gelisah dan khawatir, sedangkan 11 mahasiswa lainnya memilih ujian Psikologi Umum I, 6 mahasiswa yang lain memilih ujian Filsafat, dan sisanya memilih ujian Agama dan Bahasa Inggris sebagai ujian yang membuat mereka merasa takut dan gelisah di semester 1. Berdasarkan hasil uji preliminary tersebut juga diperoleh berbagai alasan yang membuat para mahasiswa menjadikan ujian pada mata kuliah statistika sebagai ujian yang paling menakutkan dan mencemaskan, yaitu karena merasa soal ujiannya rumit, materi yang dipelajari selama ini juga rumit, terdapat rumus yang banyak, tidak terlalu memahami konsep, tidak menyukai hitungan, membutuhkan ketelitian yang lebih, takut pada ujian eksak, membuat pusing, materi sulit dipahami, menguras banyak pikiran, merasa kurang mampu dalam 7

8 8 matematika, dosen yang tegas dan menakutkan, membutuhkan waktu yang lebih untuk mengerjakan soal, merasa waktu ujian terlalu singkat, grogi, membutuhkan penyelesaian yang panjang pada beberapa soal, ragu terhadap nilai yang diperoleh akan memuaskan, soal ujian tidak bisa ditebak, soal yang mengecoh, tidak yakin pada diri sendiri, takut mengulang karena merupakan mata kuliah wajib, materi yang dipelajari berbahasa inggris, membingungkan, dan berbagai alasan lainnya. Hal-hal yang diutarakan oleh mahasiswa di atas merupakan faktor-faktor penyebab kecemasan di bidang akademik seperti yang disampaikan oleh Divine & Kylen (dalam Hidayat, 2013), yaitu faktor reputasi akademik, pendapat tentang kompetensi dan kemampuan, fokus pada pencapaian dari tujuan dan rasa khawatir akan ketidaksiapan. Berbagai faktor sumber kecemasan tersebut dapat membuat mahasiswa mengalami kecemasan. Hal ini semakin ditunjukkan dengan hasil uji preliminary yang menginformasikan bahwa para mahasiswa memang merasakan beberapa gejala kecemasan umum seperti yang disampaikan oleh Stuart (2006) yaitu seperti gemetaran, berkeringat, panik, detak jantung semakin kencang, tidak dapat berkonsentrasi, rasa tidak nyaman di perut, merasakan ketegangan, bingung, beberapa kali ingin ke kamar kecil, dan gejala lainnya sesaat mengahadapi ujian statistika. Selain itu, sebagian besar mahasiswa yang mengikuti uji preliminary juga menganggap bahwa rendahnya nilai yang mereka dapatkan saat ujian disebabkan oleh gelaja-gelaja kecemasan yang mereka alami baik saat belajar sesaat sebelum ujian dan saat mengerjakan ujian statistika tersebut. 8

9 9 Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa mahasiswa yang telah melewati UTS ataupun UAS pada Mata Kuliah Statistika, diketahui juga bahwa banyak mahasiswa yang merasa kurang siap untuk ujian dan sulit untuk berkonsentrasi, baik ketika belajar saat mempersiapkan ujian maupun pada saat mengerjakan ujian. Sesaat sebelum ujian berlangsung, banyak mahasiswa yang mencoba mengulang kembali untuk memahami rumus dan mengerjakan soal latihan, namun kurang dapat fokus karena merasa khawatir apakah nanti dapat menjawab soal ujian atau tidak, apakah soal yang keluar nanti terlalu sulit atau tidak, dan sebagainya. Kondisi seperti ini dapat dianggap sebagai kecemasan dalam menghadapi ujian. Kecemasan dalam menghadapi ujian adalah kondisi psikologis dan fisiologis siswa yang tidak menyenangkan yang ditandai dengan pikiran, perasaan dan perilaku motorik yang tidak terkendali yang memicu timbulnya kecemasan dalam menghadapi ujian (Tresna, 2011). Adapun kondisi yang tidak terkendali dan tidak menyenangkan tersebut yaitu: sulit konsentrasi, bingung memilih jawaban yang benar, mental blocking, khawatir, takut, gelisah, dan gemetar pada saat menghadapi ujian (ulangan). Kecemasan terhadap ujian tidak hanya terjadi ketika individu sedang ujian, namun juga sudah dapat mulai terjadi ketika individu sedang belajar sesaat menjelang ujian tersebut. Hal ini didasarkan oleh hasil penelitian Trimoni & Shahini (2011) yang menjelaskan bahwa kecemasan terhadap ujian dirasakan pada saat menjelang ujian dan saat ujian sedang berlangsung. Seperti yang diungkapkan oleh Yousefi (2010) dalam hasil penelitiannya bahwa kecemasan 9

10 10 dalam menghadapi ujian (test anxiety) terbukti tidak hanya mempengaruhi memori, tetapi juga mempengaruhi motivasi belajar serta kemampuan untuk memusatkan perhatian dan konsentrasi dalam belajar yang bisa mengakibatkan kegagalan pada bidang akademis. Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa kecemasan terhadap ujian dan kecemasan terhadap statistika memang terjadi pada mahasiswa Fakultas Psikologi USU serta bersifat merugikan. Beberapa hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa kecemasan terhadap ujian secara nyata dapat mempengaruhi performa, konsentrasi dan memori seseorang. Ditambah dengan fenomena kecemasan terhadap statistika yang membuat proses belajar dan performa saat ujian terganggu karena berhadapan dengan materi statistika, maka kecemasan terhadap ujian dan kecemasan statistika melebur menjadi kecemasan terhadap ujian statistika yang semakin membuat performa mahasiswa menjadi lebih terganggu ketika belajar sesaat akan menjelang ujian dan juga saat mengerjakan ujian statistika. Berkaitan dengan hal tersebut, maka kecemasan terhadap ujian statistika perlu untuk diredakan ketika belajar sesaat menjelang ujian dan pada saat ujian berlangsung jika kita hendak meningkatkan prestasi belajar statistika pada mahasiswa. Terdapat berbagai macam cara untuk menurunkan kecemasan, salah satunya adalah dengan mengunakan musik. Seperti yang dinyatakan oleh Campbell (dalam Sari, 2012) bahwa cara lain yang dapat digunakan untuk mengurangi kecemasan yaitu dengan mendengarkan musik. 10

11 11 Musik adalah bagian dari seni yang menggunakan bunyi sebagai media penciptaannya. Akan tetapi, tidak semua dari bunyi-bunyian dapat dianggap sebagai musik karena sebuah karya musik harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat tersebut merupakan suatu sistem yang ditopang oleh berbagai komponen seperti melodi, harmoni, ritme, timbre (warna suara), tempo, dinamika, dan bentuk (Muttaqin & Kustap, 2008). Musik yang dapat menurunkan kecemasan adalah musik dengan tempo yang lambat atau dikenal dengan istilah musik sedatif, karena menurut Djohan (2006), musik sedatif atau musik relaksasi adalah musik yang dapat menurunkan detak jantung dan tekanan darah, menurunkan tingkat rangsang dan secara umum dapat membuat tenang. Tempo yang lambat dapat ditemukan di lagu-lagu dari berbagai genre musik, seperti musik pop, rock, jazz, klasik dan lain-lain. Namun menurut Maglione (2006), musik modern tidak memberikan efek yang tepat pada otak seseorang. Menurutnya, komposisi yang ada pada musik barok dan musik klasiklah yang dapat memberikan efek yang lebih baik dalam menurunkan ketegangan dan meningkatkan kemampuan otak. Musik klasik meningkatkan kinerja dan kemampuan otak melalui melodi dan ritmenya yang bertindak secara sinergis di dalam otak. Susunan-susunan yang ada di dalam musik pada periode baroque dan klasik membuat otak memproduksi serotonin yang lebih banyak, membuat tubuh dan pikiran dapat bekerja lebih baik ketika mendengarkan komposisi yang ada pada musik tersebut, seperti mendorong pemikiran kreatif; meningkatan cara berfikir kritis; mempertahankan rasa senang; dan mampu mengatasi tantangan-tanganan yang ada. Musik modern tidak 11

12 12 memberikan keseimbangan yang benar pada ritme dan melodinya, sehingga tidak memberikan efek yang tepat pada otak seseorang (Maglione, dalam situs Classical Forums, 2006). Musik klasik itu sendiri adalah musik yang diciptakan pada tradisi kesenian barat yang dimulai dari tahun yang ditunjukkan dalam bentuk musik yang menjadi standar yaitu seperti symphony, concerto dan sonata (kamus Oxford, 2015). Pengaruh musik klasik dalam menurunkan kecemasan sudah banyak dibuktikan oleh berbagai hasil penelitian terdahulu. Haynes (2003) menyatakan dalam penelitiannya bahwa musik dapat menurunkan kecemasan matematika pada mahasiswa Universitas West Virgina dengan memberikan musik pengiring, yaitu musik klasik kepada kelompok eksperimen yang sedang belajar 10 menit sesaat sebelum ujian dimulai. Hasil penelitian Susanti dan Rohmah (2011) juga turut mendukung pengaruh musik dalam menurunkan kecemasan matematika pada siswa SMA Negeri 5 Yogyakarta dengan menggunakan musik klasik sebagai pengiring saat belajar matematika. Blanchard dan Stanton (dalam Haynes, 2003) juga turut menyatakan bahwa penyajian musik dapat menurunkan kecemasan di kondisi ujian. Selain menurunkan kecemasan, musik klasik juga memberikan manfaat terhadap performa dan prestasi belajar siswa. Lawrence (dalam White, 2012) bahwa 11 dari 12 siswa yang diuji menunjukkan peningkatan skor ujian yang sangat baik saat diperdengarkan musik. Siswa menjadi terlihat lebih rajin dan mendapatkan nilai yang lebih baik saat bekerja sehingga menurutnya penyajian 12

13 13 musik di dalam kelas adalah suatu keharusan. Merrit (dalam Susanti & Rohmah, 2011) menyebutkan beberapa manfaat musik, salah satunya yaitu meningkatkan intelegensi (efek Mozart). Hasil penelitian di atas juga didukung dengan hasil berbagai penelitian yang disampaikan oleh Ketcheson (dalam White, 2012) bahwa menyajikan musik klasik di kelas memiliki berbagai manfaat yang bervariasi seprti meningkatkan IQ, mempercepat proses pembelajaran, memperkuat daya ingat terhadap materi yang telah dipelajari, nilai ujian menjadi lebih tinggi, serta menurunkan stress dan ketegangan. Bryant-Jones, Shimmins, & Vega (dalam White, 2012) juga menyatakan bahwa terdapat berbagai manfaat yang jelas dalam menyajikan musik saat belajar dan berefek tidak hanya pada intelegensi musikal, namun juga membantu siswa untuk meningkatkan prestasi matematikanya serta meningkatkan intelegensinya secara keseluruhan. Berdasarkan berbagai hasil penelitian di atas, penyajian musik klasik di kelas secara jelas diketahui dapat menurunkan kecemasan dan meningkatkan prestasi belajar siswa. Dengan demikian, musik klasik sedatif diketahui memiliki dua efek yang baik, efek pertama yaitu menurunkan kecemasan dan dapat membuat individu lebih tenang yang dikarenakan oleh produksi serotonin yang banyak serta karakteristik sedatif (tempo yang lambat dan stabilitas pada tekstur musik), kemudian efek yang kedua adalah dapat meningkatkan kemampuan kognitif (menstimulasi pemikiran kreatif, berpikir kritis dan dapat menemukan jalan keluar dari masalah) melalui ritme dan melodinya. Contoh musik klasik sedatif yang sering digunakan dalam terapi adalah misalnya seperti Mozart: 13

14 14 Adagio, Sonata in E-flat; Mozart: Andante K. 525; JS Bach: Air on a G String dan sebagainya (Tague, 2007). Berdasarkan pemaparan di atas, maka peneliti hendak menurunkan kecemasan terhadap ujian statistika dan mempengaruhi prestasi belajar statistika mahasiswa dengan menyajikan musik klasik sedatif pada saat mahasiswa belajar sebelum ujian dimulai dan saat mahasiswa sedang mengerjakan ujian. Dengan mempertimbangkan bahwa kondisi belajar sebelum ujian dan kondisi saat ujian adalah merupakan dua waktu yang berbeda serta sebagian besar mahasiswa memiliki cara tersendiri dalam meredakan kecemasannya saat menghadapi ujian, maka peneliti membuat empat variasi waktu penyajian musik klasik sedatif dalam mengetahui efektifitas musik klasik sedatif terhadap kecemasan ujian statistika dan prestasi belajar statistika di berbagai waktu penyajian musik yang berbeda. Penyajian musik klasik sedatif di kondisi yang berbeda dirancang karena peneliti hendak melihat pada kondisi waktu penyajian musik klasik sedatif yang manakah prestasi belajar statistika mahasiswa akan optimum, apakah ketika musik disajikan pada saat kondisi belajar dan ujian, atau hanya pada saat kondisi belajar / ujian saja. Hal ini disebabkan karena pengaruh penyajian musik klasik sedatif di waktu yang berbeda dapat membuat tingkat kecemasan terhadap ujian statistika pada mahasiswa turut berbeda. Ketika kecemasan terhadap ujian statistika berbeda, maka prestasi belajar statistika pada mahasiswa pun turut berbeda pula. Selain itu, karena musik klasik sedatif dianggap memiliki dua efek, maka penelitian ini juga sekaligus ingin melihat efek mana yang lebih besar, apakah efek musik klasik sedatif dalam menurunkan kecemasan atau apakah efek musik 14

15 15 klasik sedatif dalam meningkatkan kemampuan kognitif. Ketika efek yang lebih besar sudah diketahui, maka penelitian ini nantinya juga dapat melihat bahwa apakah musik klasik memiliki pengaruh langsung terhadap prestasi belajar statistika tanpa melalui kecemasan terhadap ujian statistika, atau apakah musik klasik sedatif memiliki pengaruh terhadap prestasi belajar statistika melalui kecemasan ujian statistika. B. Rumusan Penelitian Terdapat beberapa rumusan permasalahan dalam penelitian ini, yaitu: 1. Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar statistika berdasarkan perbedaan waktu penyajian musik klasik sedatif pada keempat kelompok eksperimental? Jika memang terdapat perbedaan, maka waktu penyajian musik klasik sedatif yang manakah yang dapat membuat prestasi belajar statistika pada mahasiswa menjadi optimal? 2. Apakah terdapat perbedaan kecemasan terhadap ujian statistika antara sebelum belajar, saat belajar dan saat ujian pada keempat kelompok eksperimental yang pada masing-masing kelompoknya disajikan musik klasik sedatif dengan waktu yang berbeda? Jika terdapat perbedaan, maka waktu penyajian musik klasik sedatif yang manakah yang dapat membuat kecemasan terhadap ujian statistika pada mahasiswa menjadi paling rendah? 3. Apakah musik klasik sedatif memiliki pengaruh yang positif terhadap prestasi belajar statistika melalui penurunan kecemasan terhadap ujian statistika? 15

16 16 C. Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk melihat apakah terdapat perbedaan prestasi belajar statistika pada keempat kelompok eksperimental serta pada kelompok eksperimental yang manakah prestasi belajar statistikanya paling optimal. 2. Untuk melihat apakah terdapat perbedaan kecemasan terhadap ujian statistika antara sebelum belajar, saat belajar dan saat ujian berdasarkan perbedaan waktu penyajian musik klasik sedatif di keempat kelompok eksperimental serta untuk melihat pada waktu penyajian musik klasik sedatif yang manakah kecemasan terhadap ujian statistiknya paling rendah. 3. Untuk melihat apakah musik klasik sedatif berpengaruh secara langsung terhadap prestasi belajar statistika atau berpengaruh secara tidak langsung dengan melalui kecemasan terhadap ujian statistika D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis : Secara teoritis, penelitian ini digunakan untuk melihat efektivitas musik klasik sedatif dalam meningkatkan prestasi belajar statistika melalui penurunan kecemasan terhadap ujian statistika pada mahaisswa. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberi sumbangsih yang akan memperkaya ilmu pengetahuan psikologi, khususnya di bidang yang berkaitan dengan tema efek musik klasik sedatif, prestasi belajar dan kecemasan terhadap ujian statistika serta diharapkan 16

17 17 dapat memberikan informasi bagi peneliti-peneliti lain yang berkeinginan untuk meneliti tentang musik klasik dan kecemasan atau prestasi akademik. 2. Manfaat Praktis : Penelitian ini diharapkan dapat membantu menurunkan kecemasan terhadap ujian statistika dan meningkatkan prestasi belajar statistika pada mahasiswa dalam ujian-ujian pada mata kuliah yang di dalamnya terdapat materi yang berhubungan dengan statistika sehingga dapat meminimalisir mahasiswa untuk mengulang mata kuliah tersebut karena prestasi belajarmya yang rendah. E. Sistematika Penulisan Pemaparan mengenai penelitian ini dibagi atas lima bab, dan masingmasing bab dibagi atas beberapa sub bab. Sistematika penulisan penelitian ini adalah sebegai berikut: 1. Bab I : Pendahuluan Bab ini akan memaparkan uraian singkat mengenai latar belakang masalah, rumusan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta sistematika penulisan. 2. Bab II : Landasan Teori Bagian ini berisikan tinjauan teoritis yang menjadi acuan dalam pembahasan masalah. Teori-teori yang dimuat dalam bagian ini adalah teori mengenai prestasi belajar statistika, teori kecemasan terhadap ujian statistika dan teori mengenai musik klasik sedatif. 17

18 18 Selanjutnya, terdapat pemaparan mengenai dinamika antara musik klasik sedatif dengan kecemasan terhadap ujian statistika dan prestasi belajar statistika. Setelah pembahasan mengenai dinamika tersebut, maka pada bagian selanjutnya adalah pemaparan mengenai hiptoesis penelitian. 3. Bab III: Metode Penelitian Bab ini akan menjelaskan mengenai metode penelitian yang digunakan, identifikasi variabel penelitian, teknik pengontrolan variabel eksternal, rancangan penelitian, populasi dan sampel penelitian, metode pengumpulan data, instrumen eksperimen, validitas dan reliabilitas alat ukur, hasil uji coba alat ukur, prosedur pelaksanaan penelitian eksperimen dan metode analisis data. 4. Bab IV: Analisis Data dan Pembahasan Bab ini memaparkan tentang hasil analisis data yang diperoleh dari penelitian eksperimental ini yang kemudian akan dibahas pada bagian pembahasan. 5. Bab V: Kesimpulan dan Saran Bab ini memaparkan tentang kesimpulan yang dapat disampaikan oleh peneliti berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh disertai dengan saran saran metodologis dan saran praktis. Saran metodologis berisi saran-saran untuk para peneliti yang hendak melakukan penelitian yang terkait dengan penelitian ini selanjutnya, sedangkan saran praktis berisi rekomendasi untuk pihak-pihak yang terkait. 18

BAB II LANDASAN TEORI. Secara umum, Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan prestasi

BAB II LANDASAN TEORI. Secara umum, Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan prestasi BAB II LANDASAN TEORI A. Prestasi Belajar Statistika 1. Definisi Prestasi Belajar Statistika Secara umum, Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan prestasi belajar sebagai penguasaan pengetahuan atau keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan kurikulum 2013, khususnya pada kompetensi dasar yang harus dicapai siswa kelas VII terdapat beberapa kompetensi yang di dalamnya memuat konsep aljabar. Fakta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun (Suryanah, 1996). Menurut Havighurst salah satu tugas dan perkembangan. tersebut adalah melalui pendidikan formal di sekolah.

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun (Suryanah, 1996). Menurut Havighurst salah satu tugas dan perkembangan. tersebut adalah melalui pendidikan formal di sekolah. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum menikah. Ini ditetapkan berdasarkan pertimbangan usaha kesejahteraan sosial, kematangan pribadi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika. Pada

BAB III METODE PENELITIAN. dengan data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika. Pada BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif yang analisisnya dengan data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika. Pada dasarnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ela Nurlaela Sari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ela Nurlaela Sari, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja merupakan masa dimana setiap individu mengalami perubahan yang drastis baik secara fisik, psikologis, maupun lingkup sosialnya dari anak usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu tuntutan mutlak yang harus dijalani. Mahasiswa pada dasarnya akan

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu tuntutan mutlak yang harus dijalani. Mahasiswa pada dasarnya akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai mahasiswa, belajar dengan tujuan untuk mendapatkan nilai yang baik adalah suatu tuntutan mutlak yang harus dijalani. Mahasiswa pada dasarnya akan mengalami

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Setiap diri cenderung memiliki emosi yang berubah-ubah. Rasa cemas merupakan salah

I. PENDAHULUAN. Setiap diri cenderung memiliki emosi yang berubah-ubah. Rasa cemas merupakan salah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Setiap diri cenderung memiliki emosi yang berubah-ubah. Rasa cemas merupakan salah satunya, rasa ini timbul akibat perasaan terancam terhadap

Lebih terperinci

pengurangan, perkalian dan pembagian. Pada hakikatnya, pelajaran matematika pada jenjang lanjut dikarenakan ketidaksiapan anak dalam

pengurangan, perkalian dan pembagian. Pada hakikatnya, pelajaran matematika pada jenjang lanjut dikarenakan ketidaksiapan anak dalam 2 pengurangan, perkalian dan pembagian. Pada hakikatnya, pelajaran matematika kelas 1 SD memang masih tergolong dalam taraf dasar namun pelaksanaannya harus benar-benar dapat mengenalkan konsep behitung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sehari-hari manusia. Nevid (2005) berpendapat bahwa kecemasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sehari-hari manusia. Nevid (2005) berpendapat bahwa kecemasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecemasan adalah reaksi normal terhadap stressor yang membantu seorang individu untuk menghadapi situasi yang menuntut motivasi untuk mengatasinya, tetapi ketika

Lebih terperinci

BAB IV HASL PENELITIAN DAN PEMBAHASN. Berdasarkan hasil pengumpulan data dan diperoleh gambaran kecemasan

BAB IV HASL PENELITIAN DAN PEMBAHASN. Berdasarkan hasil pengumpulan data dan diperoleh gambaran kecemasan 4. Deskripsi Data Hasil Penelitian BAB IV HASL PENELITIAN DAN PEMBAHASN Berdasarkan hasil pengumpulan data dan diperoleh gambaran kecemasan siswa dalam pembelajaran matematika untuk aspek dan masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, olahraga merupakan hal sangat penting bagi kesehatan tubuh.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, olahraga merupakan hal sangat penting bagi kesehatan tubuh. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, olahraga merupakan hal sangat penting bagi kesehatan tubuh. Dengan berolahraga badan akan terasa segar dan sehat. Banyak macam olah raga yang dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Siswanto (2007, h.65) menyebutkan bahwa konsentrasi yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Siswanto (2007, h.65) menyebutkan bahwa konsentrasi yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siswanto (2007, h.65) menyebutkan bahwa konsentrasi yaitu kemampuan untuk memusatkan perhatian secara penuh pada suatu objek yang sedang dihadapi. Selaras dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konsentrasi belajar anak adalah bagaimana anak fokus dalam mengerjakan

BAB I PENDAHULUAN. Konsentrasi belajar anak adalah bagaimana anak fokus dalam mengerjakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Konsentrasi belajar anak adalah bagaimana anak fokus dalam mengerjakan atau melakukan sesuatu, hingga pekerjaan itu dikerjakan dalam waktu tertentu (Alim,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan tinggi, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Lembaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan tinggi, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Lembaga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi merupakan suatu lembaga yang menyelenggarakan pendidikan tinggi, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Lembaga tersebut juga menghasilkan

Lebih terperinci

Oleh :Mustika Makalalag

Oleh :Mustika Makalalag LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL ANALISIS TINGKAT KECEMASAN SISWA DALAM MENGHADAPI UJIAN PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA (suatu studi penelitian pada Siswa Kelas XI di SMA Negeri 1 Sangtombolang) Oleh :Mustika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pendidikan nasional tidak terlepas dari proses pembelajaran di

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pendidikan nasional tidak terlepas dari proses pembelajaran di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keberhasilan pendidikan nasional tidak terlepas dari proses pembelajaran di sekolah. Sekolah merupakan salah satu unsur yang dominan dalam penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stres tidak dapat dipisahkan dari setiap aspek kehidupan. Stres dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stres tidak dapat dipisahkan dari setiap aspek kehidupan. Stres dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stres tidak dapat dipisahkan dari setiap aspek kehidupan. Stres dapat dialami oleh siapa saja dan memiliki implikasi negatif jika berakumulasi dalam kehidupan individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Arus globalisasi telah melanda setiap bangsa di seluruh penjuru dunia, tidak terkecuali Indonesia. Arus ini membawa perubahan dalam berbagai aspek kehidupan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam dunia pendidikan formal, para siswa diwajibkan untuk mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam dunia pendidikan formal, para siswa diwajibkan untuk mengikuti 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Di dalam dunia pendidikan formal, para siswa diwajibkan untuk mengikuti berbagai mata pelajaran yang telah ditentukan dalam kurikulum sekolah. Ada mata pelajaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Keputusan No. 153/U/2003 tentang Ujian Akhir Nasional, salah satu isinya

BAB 1 PENDAHULUAN. Keputusan No. 153/U/2003 tentang Ujian Akhir Nasional, salah satu isinya BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan tujuan untuk memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia, maka pada tahun 2003 pemerintah menetapkan untuk mengganti EBTANAS dengan UAN. Melalui menteri Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan rakyatnya rendah dan tidak berkualitas. Sebaliknya, suatu negara dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan rakyatnya rendah dan tidak berkualitas. Sebaliknya, suatu negara dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peran yang penting bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia. Suatu bangsa akan tertinggal dari bangsa lain apabila pendidikan rakyatnya

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian anak, baik di luar dan di dalam sekolah yang berlangsung seumur hidup. Proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk hidup senantiasa barada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan berakhir ketika individu memasuki masa dewasa awal, tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika dengan Prestasi Akademik Matematika pada Remaja, Jurnal fakultas Psikologi Universitas Guna Dharma.

BAB I PENDAHULUAN. Matematika dengan Prestasi Akademik Matematika pada Remaja, Jurnal fakultas Psikologi Universitas Guna Dharma. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat, kini menuntut sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga diharapkan mampu mengarahkan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari persyaratan akhir pendidikan akademisnya pada program strata satu (Kamus

BAB I PENDAHULUAN. dari persyaratan akhir pendidikan akademisnya pada program strata satu (Kamus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Skripsi adalah karya ilmiah yang wajib ditulis oleh mahasiswa sebagai bagian dari persyaratan akhir pendidikan akademisnya pada program strata satu (Kamus

Lebih terperinci

EKO SAPUTRO F

EKO SAPUTRO F EFEKTIVITAS PELATIHAN PUBLIC SPEAKING TERHADAP PENURUNAN KECEMASAN PRESENTASI PADA MAHASISWA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan oleh : EKO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman yang semakin maju menuntut masyarakat untuk semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah satu tujuan seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mohammad Zepi Prakesa, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mohammad Zepi Prakesa, 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak zaman dahulu, olahraga telah dikenal sebagai aktivitas yang mempunyai berbagai manfaat baik bagi pelaku olahraga maupun orang lain yang menonton. Perkembangan

Lebih terperinci

PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP KECEMASAN SISWA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL. Skripsi

PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP KECEMASAN SISWA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL. Skripsi PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP KECEMASAN SISWA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan oleh : Amila Millatina

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana untuk belajar bagi setiap individu dengan mengembangkan dan mengasah keterampilan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana untuk belajar bagi setiap individu dengan mengembangkan dan mengasah keterampilan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana untuk belajar bagi setiap individu dengan mengembangkan dan mengasah keterampilan yang dimilikinya melalui Perguruan Tinggi. Perguruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Pendidikan pada hakikatnya adalah suatu interaksi atau hubungan timbal

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Pendidikan pada hakikatnya adalah suatu interaksi atau hubungan timbal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan dasar utama dalam mengembangkan sumber daya manusia. Pendidikan pada hakikatnya adalah suatu interaksi atau hubungan timbal balik dalam

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP DOSEN PEMBIMBING DENGAN TINGKAT STRESS DALAM MENULIS SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP DOSEN PEMBIMBING DENGAN TINGKAT STRESS DALAM MENULIS SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP DOSEN PEMBIMBING DENGAN TINGKAT STRESS DALAM MENULIS SKRIPSI Diajukan oleh : Rozi Januarti F. 100 050 098 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2009 BAB

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Proses belajar mengajar merupakan aktivitas yang paling penting dalam

I. PENDAHULUAN. Proses belajar mengajar merupakan aktivitas yang paling penting dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Proses belajar mengajar merupakan aktivitas yang paling penting dalam keseluruhan upaya pendidikan. Siswa dengan segala karakteristiknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan kualitas sumber

Lebih terperinci

#### SELAMAT MENGERJAKAN ####

#### SELAMAT MENGERJAKAN #### Apakah Anda mahasiswa Fakultas Ekonomi Unika? Apakah Anda berstatus sebagai mahasiswa aktif? Semester berapakah Anda saat ini? Dengan Hormat, (Ya/ Bukan) (Ya/ Tidak) (Empat/ Enam) Disela-sela kesibukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. studi di Perguruan Tinggi. Seorang siswa tidak dapat melanjutkan ke perguruan

BAB I PENDAHULUAN. studi di Perguruan Tinggi. Seorang siswa tidak dapat melanjutkan ke perguruan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Akhir belajar di Sekolah Menengah Atas (SMA) merupakan awal untuk studi di Perguruan Tinggi. Seorang siswa tidak dapat melanjutkan ke perguruan tinggi apabila

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. subyek, nama subyek, usia subyek dan subyek penelitian berjumlah 70 sampel ibu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. subyek, nama subyek, usia subyek dan subyek penelitian berjumlah 70 sampel ibu 43 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Subyek Gambaran umum subyek penelitian ini diperoleh dari data yang di isi subyek, nama subyek, usia subyek dan subyek penelitian berjumlah 70

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk menghafal, dan bukan untuk berpikir secara kreatif, seperti

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk menghafal, dan bukan untuk berpikir secara kreatif, seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan sarana utama untuk mempersiapkan diri dengan keterampilan dan pengetahuan dasar. Sekolah merupakan sarana yang diharapkan mampu menolong individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang membatasi antar negara terasa hilang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang membatasi antar negara terasa hilang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Arus informasi mengalir cepat seolah tanpa hambatan, jarak dan ruang yang membatasi antar negara terasa hilang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di belahan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTER MUSIK KLASIK DAN POP-JAZZ DENGAN KECERDASAN EMOSI (EQ) MAHASISWA JURUSAN MUSIK INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA

HUBUNGAN KARAKTER MUSIK KLASIK DAN POP-JAZZ DENGAN KECERDASAN EMOSI (EQ) MAHASISWA JURUSAN MUSIK INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA HUBUNGAN KARAKTER MUSIK KLASIK DAN POP-JAZZ DENGAN KECERDASAN EMOSI (EQ) MAHASISWA JURUSAN MUSIK INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR Program Studi S-1 Seni Musik Oleh : Septa Ellfira NIM. 1111705013

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muda, yaitu suatu masa dengan rentang usia dari 18 sampai kira-kira umur 25

BAB I PENDAHULUAN. muda, yaitu suatu masa dengan rentang usia dari 18 sampai kira-kira umur 25 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah salah satu individu yang telah memasuki masa dewasa muda, yaitu suatu masa dengan rentang usia dari 18 sampai kira-kira umur 25 tahun (Hurlock

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap data serta penampilan dari hasilnya.

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap data serta penampilan dari hasilnya. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan penelitian kuantitatif, seperti yang dijelaskan oleh Arikunto (006. 1) bahwa penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menduduki peringkat ke-4 dunia setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. menduduki peringkat ke-4 dunia setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Jumlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tahun 2015, jumlah penduduk Indonesia diperkirakan akan mencapai angka sekitar 248 juta jiwa. Dengan jumlah penduduk sebesar ini, Indonesia menduduki peringkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang khas yang menghadapkan manusia pada suatu krisis

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang khas yang menghadapkan manusia pada suatu krisis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia dalam kehidupannya bisa menghadapi masalah berupa tantangan, tuntutan dan tekanan dari lingkungan sekitar. Setiap tahap perkembangan dalam rentang kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata musik berasal dari bahasa Yunani yaitu mousikē, 'seni Muses' yang berarti seni suara yang dapat menghasilkan komposisi yang seimbang melalui unsur-unsur yang terdapat

Lebih terperinci

BAB IV LAPORAN PENELITIAN. A. Orientasi Kancah Penelitian Sebelum dilakukan pengambilan data penelitian, perlu ditetapkan

BAB IV LAPORAN PENELITIAN. A. Orientasi Kancah Penelitian Sebelum dilakukan pengambilan data penelitian, perlu ditetapkan BAB IV LAPORAN PENELITIAN A. Orientasi Kancah Penelitian Sebelum dilakukan pengambilan data penelitian, perlu ditetapkan dahulu kancah atau tempat penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di SMA X Semarang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecemasan merupakan suatu keadaan tegang dimana kita termotivasi untuk melakukan sesuatu dan memperingatkan individu bahwa adanya ancaman yang membahayakan individu

Lebih terperinci

LAMPIRAN A. Data Try Out A-1DATA TRY OUT KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN KELAS A-2DATA TRY OUT BERPIKIR POSITIF

LAMPIRAN A. Data Try Out A-1DATA TRY OUT KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN KELAS A-2DATA TRY OUT BERPIKIR POSITIF 52 LAMPIRAN A Data Try Out A-1DATA TRY OUT KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN KELAS A-2DATA TRY OUT BERPIKIR POSITIF 53 LAMPIRAN A-1 Data Try Out KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN KELAS 54 55 LAMPIRAN A-2 Data Try

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ujian nasional merupakan salah satu bagian penting dari proses pendidikan di

I. PENDAHULUAN. Ujian nasional merupakan salah satu bagian penting dari proses pendidikan di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ujian nasional merupakan salah satu bagian penting dari proses pendidikan di Indonesia. Ujian nasional merupakan bagian dari tes standardisasi yang artinya format soal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat tertentu, dan dengan tingkat yang berbeda-beda. Kecemasan merupakan salah satu bentuk emosi

Lebih terperinci

LAMPIRAN. PDF created with FinePrint pdffactory Pro trial version

LAMPIRAN. PDF created with FinePrint pdffactory Pro trial version LAMPIRAN KATA PENGANTAR Dalam rangka memenuhi persyaratan untuk mencapai gelar sarjana di Fakultas Psikologi UKM Bandung, salah satu persyaratan tugas yang harus dipenuhi adalah melakukan penelitian. Sehubungan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menyelesaikan pendidikan di sekolah. Ketentuan ini mengacu pada Undang-

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menyelesaikan pendidikan di sekolah. Ketentuan ini mengacu pada Undang- BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ujian Nasional (UN) merupakan sarana evaluasi terhadap siswa yang akan menyelesaikan pendidikan di sekolah. Ketentuan ini mengacu pada Undang- Undang No 20 tahun 2003

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di tingkat perguruan tinggi, baik di universitas, institut

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di tingkat perguruan tinggi, baik di universitas, institut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mahasiswa merupakan orang yang sedang dalam proses pembelajaran di tingkat perguruan tinggi, baik di universitas, institut maupun akademi. Mahasiswa adalah generasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan tujuan untuk memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia, pemerintah menetapkan Ujian Nasional (UN) pada siswa kelas XII sebagai salah satu syarat yang paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang memegang peranan yang sangat penting dalam pendidikan. Karena selain dapat mengembangkan penalaran logis,

Lebih terperinci

PENGARUH KECEMASAN TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMPN 13 BANJARMASIN 1

PENGARUH KECEMASAN TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMPN 13 BANJARMASIN 1 ISSN 2442-3041 Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 1, No. 3, September - Desember 2015 STKIP PGRI Banjarmasin PENGARUH KECEMASAN TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMPN 13 BANJARMASIN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan 50 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Kegiatan Pra penelitian Tindakan Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan kegiatan pra penelitian tindakan. Kegiatan pra penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Saat ini pendidikan adalah penting bagi semua orang baik bagi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Saat ini pendidikan adalah penting bagi semua orang baik bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya merupakan makhluk hidup yang harus terus berjuang agar dapat mempertahankan hidupnya. Manusia dituntut untuk dapat mengembangkan dirinya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif korelasional, jenis ini bertujuan untuk melihat apakah antara dua variabel atau lebih memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kampus UIN Maulana Malik Ibrahim (MMI) Malang sebagai kampus. berbasis Islam menerapkan beberapa kebijakan yang ditujukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kampus UIN Maulana Malik Ibrahim (MMI) Malang sebagai kampus. berbasis Islam menerapkan beberapa kebijakan yang ditujukan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kampus UIN Maulana Malik Ibrahim (MMI) Malang sebagai kampus berbasis Islam menerapkan beberapa kebijakan yang ditujukan untuk mencetak lulusan yang tidak saja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswanya menjadi lebih kritis dan kreatif. Pendidikan merupakan wadah untuk berlatih, berkreasi, mewujudkan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. siswanya menjadi lebih kritis dan kreatif. Pendidikan merupakan wadah untuk berlatih, berkreasi, mewujudkan cita-cita BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Pendidikan dalam era modern semakin tergantung pada tingkat kualitas, antisipasi dari para guru untuk menggunakan berbagai sumber yang yang tersedia, mengatasi

Lebih terperinci

bagaimana seseorang melihat atau memahami dirinya (sense of self) serta

bagaimana seseorang melihat atau memahami dirinya (sense of self) serta 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi, baik di universitas, institut atau akademi. Mereka yang terdaftar sebagai murid di perguruan tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia, melalui upaya pengajaran dan pelatihan, serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pelajaran matematika merupakan pengetahuan dasar, dan kompetensi penunjang bagi pelajaran lainnya yang penting untuk dikuasai oleh siswa. Undang undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu prasyarat utama dalam. meningkatkan martabat dan kualitas bangsa. Pencapaian tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu prasyarat utama dalam. meningkatkan martabat dan kualitas bangsa. Pencapaian tujuan pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu prasyarat utama dalam meningkatkan martabat dan kualitas bangsa. Pencapaian tujuan pendidikan dapat diketahui melalui kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. prasarana, fisik sekolah, kualitas guru, pemutakhiran kurikulum,dan juga tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. prasarana, fisik sekolah, kualitas guru, pemutakhiran kurikulum,dan juga tidak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini Pemerintah Republik Indonesia tengah gencar melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan, baik peningkatan sarana prasarana,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di masyarakat. Mahasiswa minimal harus menempuh tujuh semester untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di masyarakat. Mahasiswa minimal harus menempuh tujuh semester untuk dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Universitas merupakan dasar utama dalam mengembangkan sumber daya manusia yang berfungsi menghadapi permasalahan sosial yang ada di masyarakat.

Lebih terperinci

Konsep Dasar Pengajaran Remedial untuk Meningkatkan Motivasi dan Minat Belajar Peserta Didik dalam Mempelajari Statistika

Konsep Dasar Pengajaran Remedial untuk Meningkatkan Motivasi dan Minat Belajar Peserta Didik dalam Mempelajari Statistika Statistika, Vol. 7 No., 5 3 Nopember 007 Konsep Dasar Pengajaran Remedial untuk Meningkatkan Motivasi dan Minat Belajar Peserta Didik dalam Mempelajari Statistika Yunia Mulyani Azis Tenaga Pengajar di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini peran dan fungsi pendidikan sekolah semakin penting dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini peran dan fungsi pendidikan sekolah semakin penting dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini peran dan fungsi pendidikan sekolah semakin penting dan dibutuhkan dalam masa pembangunan yang sedang berlangsung. Melalui pendidikan sekolah berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tantangan berat bangsa Indonesia adalah menyiapkan sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tantangan berat bangsa Indonesia adalah menyiapkan sumber BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tantangan berat bangsa Indonesia adalah menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas yaitu manusia yang cerdas, unggul dan berdaya saing. Kualitas

Lebih terperinci

PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP PENURUNAN TINGKAT STRES PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D IV FISIOTERAPI TINGKAT AKHIR

PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP PENURUNAN TINGKAT STRES PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D IV FISIOTERAPI TINGKAT AKHIR PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP PENURUNAN TINGKAT STRES PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D IV FISIOTERAPI TINGKAT AKHIR Skripsi Ini Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Mendapatkan Gelar Sarjana Sains Terapan

Lebih terperinci

Hubungan Antara..., Devita, Fakultas Psikologi 2016

Hubungan Antara..., Devita, Fakultas Psikologi 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konsep pendidikan tinggi untuk semua awalnya diperkenalkan di Amerika Serikat sekitar tahun 1970-an. Ini adalah pengakuan terhadap hak-hak rakyat Amerika untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kadang berbagai macam cara dilakukan untuk mencapai tujuan itu. Salah satu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kadang berbagai macam cara dilakukan untuk mencapai tujuan itu. Salah satu yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang pasti menginginkan mendapatkan nilai yang bagus dalam setiap ujian yang mereka lakukan, ataupun dalam tugas tugas yang mereka kerjakan, dan kadang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. antar bangsa yang semakin nyata serta agenda pembangunan menuntut sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. antar bangsa yang semakin nyata serta agenda pembangunan menuntut sumber BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan bagian yang penting untuk pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas. Setiap negara sangat membutuhkan sumber daya manusia berkualitas, siap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG MASALAH Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam pendidikan. Perguruan Tinggi diadakan dengan tujuan untuk mempersiapkan peserta didik menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diajarkan di universitas khususnya Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diajarkan di universitas khususnya Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penguasaan Bahasa Inggris sangat penting bagi seorang mahasiswa, namun sayang masih banyak juga yang belum menyadari perlunya penguasaan Bahasa Inggris yang baik bagi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN SEBELUM MENGHADAPI PERTANDINGAN PADA ATLET FUTSAL NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN SEBELUM MENGHADAPI PERTANDINGAN PADA ATLET FUTSAL NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN SEBELUM MENGHADAPI PERTANDINGAN PADA ATLET FUTSAL NASKAH PUBLIKASI Diajukan oleh : Rachmad Darmawan F100090178 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia perkuliahan banyak proses akademis yang dilalui oleh para mahasiswa. Mulai dari proses pengenalan kampus, atau biasa disebut dengan masa PPK, kemudian diikuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting yang harus dikuasai oleh peserta didik. Selain digunakan

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting yang harus dikuasai oleh peserta didik. Selain digunakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting yang harus dikuasai oleh peserta didik. Selain digunakan dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Terapi musik adalah cara yang mudah dan yang bermanfaat positif bagi tubuh,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Terapi musik adalah cara yang mudah dan yang bermanfaat positif bagi tubuh, BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Terapi Musik 2.1.1. Definisi Terapi Musik Terapi musik adalah penggunaan musik sebagai alat terapi untuk memperbaiki, memelihara, dan meningkatkan keadaan mental, fisik dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kecemasan adalah suatu keadaan khawatir yang mengeluhkan sesuatu yang buruk

BAB 1 PENDAHULUAN. Kecemasan adalah suatu keadaan khawatir yang mengeluhkan sesuatu yang buruk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecemasan adalah suatu keadaan khawatir yang mengeluhkan sesuatu yang buruk akan terjadi. Kecemasan ditandai oleh gejala-gejala jasmaniah seperti ketegangan fisik dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk hidup yang unik, tidak ada seorang individu yang sama persis dengan individu yang lain. Salah satunya adalah dalam hal kecepatan dan kemampuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Zaman modern yang penuh dengan pengaruh globalisasi ini, kita dituntut

BAB 1 PENDAHULUAN. Zaman modern yang penuh dengan pengaruh globalisasi ini, kita dituntut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Zaman modern yang penuh dengan pengaruh globalisasi ini, kita dituntut untuk dapat menguasai ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Pernyataan ini bukan tanpa sebab,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. prosedur penelitian, dan (6) teknik analisis data.

BAB III METODE PENELITIAN. prosedur penelitian, dan (6) teknik analisis data. 32 BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara berurutan: (1) pendekatan penelitian, (2) sasaran perbaikan, (3) setting dan subyek penelitian, (4) rancangan penelitian, (5) prosedur penelitian,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. seseorang baik fisik maupun mental. Musik memberi rangsangan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. seseorang baik fisik maupun mental. Musik memberi rangsangan 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Terapi Musik 2.1.1. Defenisi Terapi musik adalah materi yang mampu mempengaruhi kondisi seseorang baik fisik maupun mental. Musik memberi rangsangan pertumbuhan fungsi-fungsi

Lebih terperinci

BAB III Metode Penelitian

BAB III Metode Penelitian BAB III Metode Penelitian A. Lokasi dan Subjek Penelitian Lokasi penelitian merupakan tempat peneliti melakukan penelitian tentang efektivitas teknik restrukturisasi kognitif dalam mereduksi kecemasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, sejak berabad-abad yang lalu diperlihatkan oleh para ahli

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, sejak berabad-abad yang lalu diperlihatkan oleh para ahli BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya untuk mewujudkan cita-cita orang tua terhadap perkembangan anak-anak, sejak berabad-abad yang lalu diperlihatkan oleh para ahli dibidangnya seperti dokter,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. stress. Seperti kehidupan normal pada umumnya, kehidupan di perguruan

BAB I PENDAHULUAN. stress. Seperti kehidupan normal pada umumnya, kehidupan di perguruan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menempuh pendidikan di perguruan tinggi tidak dapat dipisahkan dari stress. Seperti kehidupan normal pada umumnya, kehidupan di perguruan tinggi juga meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dyah Kusuma Ayu Pradini, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dyah Kusuma Ayu Pradini, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perilaku belajar seorang siswa sangat berpengaruh terhadap kelangsungan pembelajarannya. Sesuai dengan pendapat Roestiah (2001), belajar yang efisien dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecemasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecemasan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan 1. Definisi Kecemasan Kecemasan atau anxietas adalah status perasaan tidak menyenangkan yang terdiri atas respon-respon patofisiologis terhadap antisipasi bahaya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi hambatan maupun tantangan yang dihadapi dan tentunya pantang

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi hambatan maupun tantangan yang dihadapi dan tentunya pantang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa adalah salah satu bagian dari civitas akademika pada perguruan tinggi yang merupakan calon pemimpin bangsa dimasa yang akan datang. Untuk itu diharapkan mahasiswa

Lebih terperinci

: Pengaruh kemampuan awal, motivasi belajar, dan kecemasan menghadapi tes matematika terhadap prestasi belajar matematika siswa BAB I PENDAHULUAN

: Pengaruh kemampuan awal, motivasi belajar, dan kecemasan menghadapi tes matematika terhadap prestasi belajar matematika siswa BAB I PENDAHULUAN 1 Nama Judul : Eliza Widyastuti : Pengaruh kemampuan awal, motivasi belajar, dan kecemasan menghadapi tes matematika terhadap prestasi belajar matematika siswa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam suatu sekolah terjadi proses belajar mengajar yang kurang menyenangkan. Salah satu bentuk kecemasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berpengalaman berbicara di depan umum pun tidak terlepas dari perasaaan ini.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berpengalaman berbicara di depan umum pun tidak terlepas dari perasaaan ini. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perasaan cemas atau grogi saat mulai berbicara di depan umum adalah hal yang seringkali dialami oleh kebanyakan orang. Bahkan seseorang yang telah berpengalaman

Lebih terperinci

HUBUNGAN KECEMASAN DAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA

HUBUNGAN KECEMASAN DAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA HUBUNGAN KECEMASAN DAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA ARTIKEL PENELITIAN OLEH: HANURI SAKARTI NIM. F04112064 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMTIKA DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam menunjang kemajuan bangsa di masa depan. Melalui pendidikan, manusia sebagai subjek pembangunan dapat dididik, dibina

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anita Novianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anita Novianti, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan sebuah upaya yang dilakukan untuk memperoleh kompetensi atau berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan dalam melakukan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DALAM MENGHADAPI UJIAN DENGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 BANYUBIRU KABUPATEN SEMARANG JURNAL

HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DALAM MENGHADAPI UJIAN DENGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 BANYUBIRU KABUPATEN SEMARANG JURNAL hhh HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DALAM MENGHADAPI UJIAN DENGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 BANYUBIRU KABUPATEN SEMARANG JURNAL Diajukan untuk memenuhi syarat guna mencapai Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 2.1. Identifikasi Variabel Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan obyek penelitian dan merupakan faktor-faktor yang berpengaruh dalam suatu penelitian

Lebih terperinci