EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI KELURAHAN CIBABAT KECAMATAN CIMAHI UTARA
|
|
- Johan Hadiman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI KELURAHAN CIBABAT KECAMATAN CIMAHI UTARA Kelurahan Cibabat yang secara demografis sebagai pusat pemerintahan kecamatan dan kota, hal ini telah berimbas kepada bergulirnya program-program pemerintah baik yang bersifat fisik maupun non-fisik. Program yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat juga menjadi lebih intensif dibanding dengan kelurahan lainnya. Beberapa contoh program yang saat ini sedang digarap dan menjadi fokus prioritas pemerintah kota Cimahi adalah program-program yang berkaitan dengan pengentasan kemiskinan dengan keluarga sebagai obyek garapannya seperti UP2K, P2KP, ASKESKIN, BKM-UKM. Tahun 2006 dan 2007 Rw 16 Kelurahan Cibabat ditunjuk sebagai lokasi Proyek Percontohan Komposting oleh DepKimPrasWil Propinsi Jawa Barat, namun dalam perkembangannya Proyek Percontohan Komposting tersebut mengalami permasalahan yaitu kurangnya sumber daya manusia dalam pengelolaannya. Saat ini meskipun berjalan namun kurang optimal dikarenakan hanya dikelola olah dua personil saja. Sementara untuk program pengembangan masyarakat yang berorientasi pada pengembangan kelembagaan kepemudaan masih berupa wacana yang belum digarap secara serius oleh pihak pemerintah setempat baik di tingkat Kota maupun di tingkat Kecamatan dan Kelurahan. Kondisi tersebut sangat disayangkan dikarenakan Kelurahan Cibabat memiliki kekhasan dan potensi kelembagaan pemuda yang berbeda dengan kelurahan lainnya. Berdasarkan data dari peta sosial diperoleh gambaran bahwa terdapat beberapa jenis kelembagaan pemuda yang muncul/tumbuh di kelurahan Cibabat. Hal ini didukung pula dengan keberadaan Kelurahan Cibabat sebagai jantung dua pusat pemerintahan sekaligus yaitu kantor kecamatan Cimahi Utara dan juga komplek perkantoran Kota Cimahi yang dalam tiga tahun terakhir ini mengalami kemajuan cukup pesat dalam bidang infrastruktur dibanding dengan kelurahan lainnya. Ketersediaan fasilitas seperti jalan dan sarana transportasi, tempat/lahan untuk usaha, banyaknya unit perbankan, hal ini mendorong berkembangnya aktivitas ekonomi masyarakat terutama pada sektor informal.
2 56 Berdasarkan data dari peta sosial diperoleh realitas bahwa ternyata sektor informal yang berkembang di Kelurahan Cibabat ini lebih banyak dikelola oleh para pemuda. Sementara program pemkot dari Dinas Lingkungan Hidup dan DepKimPrasWil Propinsi Jawa Barat yaitu Proyek Percontohan Komposting di Rw 16 Cibabat, karena tidak banyak melibatkan unsur pemuda dan dinilai bukan program yang strategis bagi solusi permasalahan pengangguran dan pemecahan masalah ekonomi keluarga di Kelurahan Cibabat untuk saat ini, maka program yang lebih berpotensi untuk dievaluasi adalah rencana sosialisasi program pemberdayaan Karang Taruna. Kelurahan Cibabat sebenarnya pada tahun 2006 dan 2007 belum menganggarkan untuk program pemberdayaan dan pengembangan kelembagaan pemuda. Rencana program pemberdayaan kelembagaan pemuda dari pemerintah saat ini baru pada tahap sosialisasi program, dalam hal ini Dinas Sosial Propinsi Jawa Barat merupakan dinas yang bertanggungjawab sebagai pelaksana sosialisasi program tersebut. Sasaran program tersebut sementara ini masih diperuntukan bagi kelembagaan pemuda bentukan dari atas/pemerintah (DepSos RI) yaitu Karang Taruna, sehingga evaluasi program yang dapat dijadikan tolok ukur bagi pengembangan kelembagaan pemuda di Kelurahan Cibabat pada saat ini adalah tentang Sosialisasi Program Pembedayaan Karang Taruna. Program tersebut menjadi tolok ukur dan perlu dikembangkan dalam konteks pengembangan kelembagaan pemuda, hal ini berdasarkan hasil pemetaan sosial (PL I dan PL II). Data-data dari PL I dan PL II menggambarkan bahwa terdapat 8 jenis kegiatan kelembagaan pemuda dengan jumlah kelembagaannya sebanyak 34 buah (profil kelurahan 2006), dari ke 34 buah kelembagaan pemuda tersebut sebagian besar anggotanya adalah anak-anak pengangguran yang baru lulus SLTA/STM, D3 dan S1, bahkan beberapa lainnya ada yang droup-out (DO) D3 dan S1 dikarenakan kendala faktor biaya. Pertimbangan lain adalah adanya relevansi dengan rencana program pemerintah (Departemen Sosial) serta dinas terkait lainnya di Pemerintahan Kota Cimahi untuk memberdayakan kelembagaan pemuda bentukan pemerintah yaitu Karang Taruna, yang bertujuan bahwa pemberdayaan Karang Taruna ini dapat menjadi penggerak dan stimulus bagi pengembangan dan pemberdayaan kelembagaan pemuda lainnya di Kelurahan
3 57 Cibabat. Hal ini dikarenakan adanya dukungan berupa kemudahan aspek sarana dan prasarana transportasi, beberapa titik lahan/tempat usaha yang strategis, pasar yang tersedia bagi beberapa segmen usaha (bahan bangunan, percetakan dan ATK, meubeling dan industri rumah tangga lainnya (data peta sosial). Berikut ini gambaran mengenai sosialisasi program pemberdayaan Karang Taruna. Program Pemberdayaan Kelembagaan Pemuda Karang Taruna Kelurahan Cibabat Karang Taruna merupakan sebuah kelembagaan pemuda bentukan dari Departemen Sosial, bagi masyarakat terutama kalangan menengah ke bawah dari tingkat Rt hingga Rw sudah tidak asing lagi dengan nama tersebut. Persoalan mengenai dinamika perkembangan kelembagaan pemuda ini hampir dimiliki oleh setiap daerah baik di wilayah perkotaan maupun di pedesaan. Karang Taruna biasanya muncul dan hidup hanya pada peristiwa-peristiwa tertentu saja dan itupun masih bersifat seremonial (perayaan) seperti pada saat peringatan HUT RI setiap tahunnya. Realitas aktual keberadaan lembaga Karang Taruna per hari ini, masih dalam tataran sebuah lembaga yang hanya ada dikarenakan dibutuhkan oleh pemerintah daerah setempat sebagai perpanjangan tangan pelaksanaan program-program. Apakah masayarakat secara umum dan kaum pemuda pada khususnya benar-benar membutuhkan keberadaan lembaga Karang Taruna? Sebuah pertanyaan dan pernyataan yang patut untuk kita kaji lebih tajam lagi. Selain itu, Karang Taruna hanya menjadi tempat berkumpulnya sekelompok pemuda yang hanya melaksanakan dan menunggu program-program serta bantuan dari pemerintah daerah. Karang Taruna secara kelembagaan masih merupakan lembaga yang tersubordinasi. Karang Taruna lebih dikenal sebagai sarana/perpanjangan tangan bagi pemerintah untuk menggolkan kepentingankepentingannya. Sebagai sebuah kelembagaan, Karang Taruna di Kelurahan Cibabat masih sangat jauh dari kriteria institusi yang berkelanjutan. Menurut Brinkerhoff dan Goldsmith (1992:371) dalam pengertian yang ketat, yaitu : Institusi yang berkelanjutan menampilkan beberapa hal, Yang pertama, organisasi itu bertahan dalam satuan waktu sebagai satuan unit yang teridentifikasi. Kedua, institusi yang bersangkutan mestilah sanggup untuk menanggung biaya yang niscaya dari beroperasinya keberadaan
4 58 mereka. Dan yang ke tiga, institusi ini mampu melahirkan aliran benefit yang kontinyu. Cakupan jejaring yang dimiliki Karang Taruna juga belum meluas hingga ke lembaga kepemudaan lainnya maupun juga bagi komunitas pemuda di luar Karang Taruna. Sehingga dengan demikian posisi Karang Taruna sebagai wadah kelembagaan pemuda masih bersifat eksklusif. Data kondisi di atas dapat terlihat dari penuturan beberapa tokoh pemuda sebagai berikut : Menurut saya perkembangan Karang Taruna sejak pergantian pengurus pada bulan Juli 2006 kemarin sebenarnya cukup bagus dibanding kepengurusan yang lalu-lalu. Hanya karena Cimahi kan sedang punya hajat besar menjelang PILKADAL 2007, ya wayahna we atuh ibu kalau semua harus riweh persiapan PILKADAL. Jelas aja kalau programprogramnya semua beroientasi untuk menggaet simpati masyarakat, belum ada program kegiatan yang bombastis buat mereka, baik yang ada di Cibabat dan Cimahi pada umumnya. Karang Taruna belum memiliki kegiatan ekonomi mandiri. Berikut penuturannya; Terus juga yang disayangkan lagi, Karang Taruna ini dana operasionalnya masih banyak bergantung ke pemerintah belum ada kegiatan ekonomi produktif yang sifatnya mandiri atau swadaya. Yang saya tahu dan dengar-dengar sih salah satu anggota Karang Taruna ada yang punya keahlian handy-craft dan sudah jalan (mulai banyak pesanan), nah tapi itupun belum terfasilitasi oleh kelurahan atau pemkot. Kegiatannya lebih banyak membantu pihak pemerintah setempat dalam pendataan sosial, berikut penuturan tersebut : Selama ini kegiatan mereka paling-paling ya diminta untuk membantu kelurahan pada saat pendataan Raskin, pendataan PMKS (Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial), pendataan peserta ASKESKIN. Memang keberadaan mereka sangat membantu dan berarti sekali bagi keberlangsungan kegiatan pihak kelurahan, tapi kasihan mereka, jadi kurang berkembang pasalnya setiap kegiatan mereka harus melibatkan dan meminta rekomendasi dari kelurahan atau pemkot, sementara terkadang belum tentu disetujui oleh pihak pemerintah. Kata saya mah bu, campur tangan pihak kelurahan ataupun pemkot masih terlalu besar ke Karang Taruna Cibabat, ya maklumlah bu Cibabat kan paling dekat dengan kantor pemkot Cimahi, jadi mereka butuh unit-unit dari masyarakat yang dapat dijadikan pendukung keberhasilan proyek-proyek mereka, nah salah satunya ya Karang Taruna ini. Bagaimanapun masih ada unsur kepentingan politisnya toh bu. (Bapak Asp,tokoh pemuda) Karang Taruna terkadang masih berkesan terlalu formal dan prosedural bagi sebagian kalangan pemuda lain, berikut penuturannya :
5 59 Saya mah males bu masuk menjadi anggota Karang Taruna Cibabat atau dimanapun, menurut pengamatan saya, nggak bisa bebas beraktivitas, dikit-dikit kudu ngelaporin kegiatan, dapat bantuan harus ada potongan ini itu dari administrasi, uang rokok atau uang kas dan foto copy, banyak disetir (kontrol), bisa jadi itu karena masih banyak bergantung kepada pemerintah, belum ada pendapatan mandiri hasil karya sendiri yang menghidupi para pengurus dan anggotanya, sehingga tidak semata-mata hidup dari bantuan pemerintah saja. (Ivn,pemusik) Karang Taruna sebagai sebuah lembaga kepemudaan idealnya diharapkan dapat menjadi sebuah wadah pemuda yang dapat menampung ide-ide dan inspirasi cemerlang bagi para remaja-pemuda. Pada kenyataannya di beberapa daerah baik di desa maupun di kota, lembaga pemuda Karang Taruna lebih banyak yang tidak aktif dan vakum. Hanya pada saat tertentu seperti peringatan HUT RI saja maka aktifitas pemuda Karang Taruna baru terlihat. Demikian pula dengan keberadaan Karang Taruna di kelurahan Cibabat yang hanya tinggal papan nama saja. Pada pertengahan April 2007 Dinas Sosial Propinsi Jawa Barat mengadakan sosialisasi kebijakan program pemberdayaan Karang Taruna kabupaten/kota se-jawa Barat. Bekerja sama dengan Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana (BPMKB) Kota Cimahi berencana melaksanakan program pemberdayaan Karang Taruna di beberapa kelurahan di wilayah Kota Cimahi termasuk di kelurahan Cibabat. Hal ini berkaitan dengan persoalan pengangguran di kalangan remaja dan pemuda di perkotaan khususnya kelompok pemuda di Kelurahan Cibabat Kota Cimahi. Kegiatan Program Pemberdayaan Karang Taruna memiliki basis pemberdayaan dalam konteks pengembangan masyarakat versi Dinas Sosial Propinsi Jawa Barat, yaitu meliputi aspek: 1. Individual, artinya pemberdayaan Karang Taruna dilakukan melalui individu sebagai pusat pemberdayaan, dapat terdiri dari pengurus dan anggota Karang Taruna. 2. Kolektif, menggunakan dan mengembangkan berbagai kelompok yang terdapat dalam Karang Taruna seperti kelompok UEP, kelompok seni dan olah raga atau bidang lainnya. 3. Organisasional, memperkuat lembaga/wadah Karang Taruna sebagai sebuah institusi formal kelembagaan. 4. Pengambilan keputusan diupayakan dari, oleh dan untuk Karang Taruna.
6 60 Dalam rangka pelaksanaan program pemberdayaan Karang Taruna beberapa komponen penting yang menjadi sasaran antara lain : 1. Pemimpin lokal yang bertindak untuk menggerakkan dan mendayagunakan potensi Karang Taruna. 2. Organisasi masyarakat lainnya dan yang menjadi prioritasnya adalah Karang Taruna sebagai sasaran sekaligus pelaku. 3. Membangun dan memperkuat dana masyarakat 4. Pemanfaatan atau pendayagunaan berbagai sarana dan prasarana. 5. Pendayagunaan dan pemanfaatan teknologi setempat. Penyelenggara dan Sumber Dana Program Pemberdayaan Karang Taruna Penyelenggara rencana program pemberdayaan Karang Taruna di wilayah Kota Cimahi termasuk Kelurahan Cibabat adalah merupakan program dari Dinas Sosial Propinsi Jawa Barat bekerja sama dengan Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana Kota Cimahi. Mekanisme rencana pelaksanaan kegiatan tersebut sebagai berikut: 1. Dinas Sosial Propinsi Jawa Barat sebagai pembuat kebijakan dan strategi pemberdayaan Karang Taruna. 2. Dinas/Instansi Sosial Propinsi melakukan persiapan dalam bentuk orientasi dan observasi serta penyusunan Panduan Teknis Pemberdayaan Karang Taruna yang akan diterapkan di lapangan. 3. Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana (BPMKB) Kota Cimahi melakukan need assesment terhadap kelembagaan Karang Taruna dan jenis program yang diperlukan, serta menyiapkan tenaga pendamping dengan mekanisme sebagai berikut : a. Sosialisasi program dan rekruitmen tenaga pendamping hingga tingkat kelurahan/komunitas. b. Pihak kelurahan menghimpun usulan tenaga pendamping yang diusulkan oleh Karang Taruna maupun Rukun Warga ( RW ), kemudian menyampaikan ke seksi pemberdayaan masyarakat di kecamatan.
7 61 c. Sekanjutnya pihak kecamatan melakukan seleksi terhadap usulan tenaga pendamping yang diajukan oleh tiap- tiap kelurahan. 4. Seksi pemberdayaan masyarakat kelurahan dan kecamatan sebagai mediator dan mengkoordinir para pendamping dalam melaksanakan perannya. 5. Kelurahan/desa/komunitas membantu pendamping dalam melaksanakan peran pendampingan. 6. Pendamping melakukan peran pendampingan, yaitu pemberi informasi, perencana, fasilitator, partisipator, mobilisator, edukator dan advokator. 7. Sumber dana untuk membiayai kegiatan pemberdayaan Karang Taruna tersebut berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Departemen Sosial Pusat Tahun Anggaran Tahun anggaran 2007 ini masih berupa sosialisasi program belum bantuan teknis bagi Karang Taruna. 8. Bantuan operasional yang selama ini diterima oleh Karang Taruna Kelurahan Cibabat berasal dari Sekretariat Daerah Kota Cimahi bagian Kesejahteraan Rakyat. Tahun 2006 mendapatkan stimulus bantuan dana sebesar Rp ,- (satu juta lima ratus ribu rupiah). 9. Berdasarkan informasi dari bagian kesejahteraan rakyat (kesra) Kota Cimahi, tahun ini dianggarkan untuk mendapatkan bantuan operasional senilai Rp ,-. Dana bantuan stimulus tersebut antara lain diperuntukkan untuk : a. Penataan dan melengkapi ruang sekretariat Karang Taruna. b. Tranportasi dan akomodasi saat menghadiri berbagai undangan kegiatan/rapat baik di tingkat Rw hingga tingkat Kota dan propinsi. c. Pembuatan proposal kegiatan bakhti sosial di tingkat kelurahan seperti khitanan massal, out bound antar sekolah, dan pelatihan keorganisasian bagi para pengurus dan anggota Karang Taruna. d. Kegiatan bakhti sosial pada saat bulan Ramadhan. Penyediaan dana bantuan langsung dari Pemerintah Daerah Kota Cimahi anggaran APBD telah berjalan selama 2 tahun anggaran. Dana ini merupakan bantuan langsung bagi kelembagaan Karang Taruna yang sedang merevitalisasi organisasinya. Bertumpu dari data-data di atas, dapat diketahui beberapa hal yang mendukung sebagai aspek penguat bagi pengembangan kelembagaan pemuda di Kelurahan Cibabat, yaitu antara lain :
8 62 a. Jumlah kelembagaan pemuda yang tumbuh di Cibabat kurang lebih mencapai 25 buah. b. Surplus tenaga kerja (pengangguran usia muda sebanyak orang) c. Kemudahan aspek sarana dan prasarana transportasi, yaitu adanya perbaikan dan perluasan jalan utama dan jalan komplek perumahan, dilalui 4 jalur angkutan umum ke Kota dan Kabupaten Bandung. d. Beberapa titik lahan/tempat usaha yang strategis, pasar yang tersedia bagi beberapa segmen usaha (bahan bangunan, percetakan dan ATK, meubeling dan industri rumah tangga lainnya (data peta sosial). e. Sektor informal yang berkembang di Kelurahan Cibabat ini lebih banyak dikelola oleh para pemuda. Sementara hal-hal yang masih lemah dan perlu diperkuat atau diperbaiki, meliputi : a. Aspek kualitas SDM dalam bidang keterampilan mengenali potensi ekonomi b. Aspek kualitas hubungan kerjasama dan koordinasi (jejaring) dengan pihak pemerintah, swasta dan stakeholders. c. Aspek kemandirian dan keswadayaan kelembagaan pemuda. d. Aspek keterkaitan dan intensitas jaringan antar kelembagaan pemuda baik bentukan dari atas/pemerintah maupun lembaga bentukan bawah/dari masyarakat. Selain Karang Taruna sebagai lembaga pemuda bentukan pemerintah, kelembagaan pemuda bentukan dari bawah/masyarakat juga menjadi penting dalam konteks program pengembangan kelembagaan pemuda di Kelurahan Cibabat. Masalah ekonomi keluarga yang mengemuka dirasakan oleh masyarakat terutama para pemuda di Kelurahan Cibabat adalah seputar pengangguran, minimnya kesempatan kerja dan peluang usaha serta ketiadaan penghasilan. Hal ini mengakibatkan semakin bertambahnya jumlah pengangguran pada usia tenaga kerja terutama penduduk usia muda. Sementara itu potensi yang dimiliki oleh para anggota di beberapa kelembagaan pemuda di Kelurahan Cibabat sangat beragam, namun belum sempat digarap dengan serius oleh pemerintah. Bertitik tolak dari hal tersebut, maka perlu adanya suatu kajian mengenai peningkatan peran kelembagaan pemuda dalam mengatasi masalah ekonomi keluarga.
9 63 Pada bab selanjutnya dibahas mengenai data masalah pengangguran pada anggota kelembagaan pemuda, kemudian keragaan kelembagaan pemuda yang menjadi studi kajian, faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kehidupan kelembagaan pemuda,pada bab tujuhnya adalah tentang kegiatan ekonomi yang telah berlansung selama ini.
PENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan 1997 lalu, membawa dampak yang sangat besar terhadap hampir semua lapisan masyarakat. Angka kemiskinan dan pengangguran
Lebih terperinciBAB V PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI KELURAHAN TENGAH
60 5.1. Latar Belakang Program BAB V PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI KELURAHAN TENGAH Pembangunan Sosial berbasiskan komunitas merupakan pembangunan yang menitikberatkan pada pemberdayaan masyarakat
Lebih terperinciMETODOLOGI KAJIAN. Metode dan Strategi Kajian
METODOLOGI KAJIAN Metode dan Strategi Kajian Metode kajian yang digunakan dalam kajian pengembangan ini adalah metode penelitian kualitatif dalam bentuk studi kasus. Menurut Stake (1994) dan Yin (1996):
Lebih terperinciWALIKOTA PADANG PANJANG PROVINSI SUMATERA BARAT
WALIKOTA PADANG PANJANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PADANG PANJANG NOMOR : 20 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN KOTA PADANG PANJANG
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program ekonomi yang dijalankan negara-negara Sedang Berkembang (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB)
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI KAJIAN
BAB III METODOLOGI KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Dalam menjalankan upaya penanggulangan kemiskinan di wilayah kerjanya, maka Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) membutuhkan suatu kerangka pelaksanaan program
Lebih terperinciRANCANGAN PROGRAM RENCANA AKSI PENGEMBANGAN KBU PKBM MITRA MANDIRI
RANCANGAN PROGRAM RENCANA AKSI PENGEMBANGAN KBU PKBM MITRA MANDIRI Dalam rangka mendapatkan strategi pengembangan KBU PKBM Mitra Mandiri dalam upaya pemberdayaan masyarakat, sebagaimana tujuan dari kajian
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007
Menimbang + PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, : a. bahwa sebagai
Lebih terperinciWALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR
SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN
PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO
PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO, Menimbang
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO
PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN
S A L I N A N PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PONOROGO, Menimbang
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO
PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang :
Lebih terperinciBAB V MENGGAPAI EFEKTIFITAS POKMAS. A. Penguatan Potensi untuk Meningkatkan Partisipasi Perempuan. Dari pengamatan menyimpulkan bahwa terlaksananya
BAB V MENGGAPAI EFEKTIFITAS POKMAS A. Penguatan Potensi untuk Meningkatkan Partisipasi Perempuan Menuju efektifitas kelompok usaha bersama berbasis Usaha Kecil Menengah (UKM) memang tidak mudah namun juga
Lebih terperinciBUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG
BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN KARANG TARUNA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN KARANG TARUNA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinci- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG
- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,
Lebih terperinciBAB VI PROFIL KARANG TARUNA KELURAHAN TENGAH. Nitro PDF Trial. Periode Tahun Kepemimpinan MHR MHR MHR
65 BAB VI PROFIL KARANG TARUNA KELURAHAN TENGAH 6.1. Kepemimpinan Karang Taruna (KT) Kelurahan Tengah berdiri tahun 1989, masa kepengurusanya tiga tahun sekali (periode), hingga saat ini kepengurusan KT
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN BANTUAN KEUANGAN KEPADA LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAAN
PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN BANTUAN KEUANGAN KEPADA LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAAN Menimbang Mengingat DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR,
Lebih terperinciWALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 3.A TAHUN 2010 TENTANG
WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 3.A TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN KOMISI DAERAH LANJUT USIA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENANGANAN LANJUT USIA DI KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciWALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR
SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciVI. STRATEGI PENYEMPURNAAN PEMANFAATAN DANA PINJAMAN BERGULIR P2KP
VI. STRATEGI PENYEMPURNAAN PEMANFAATAN DANA PINJAMAN BERGULIR P2KP 6.1 Prioritas Aspek yang Berperan dalam Penyempurnaan Pemanfaatan Dana Pinjaman Bergulir P2KP Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 60 TAHUN 2008 TENTANG
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 60 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN KOMISI DAERAH LANJUT USIA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENANGANAN LANJUT USIA DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah
PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan masalah yang selalu menjadi isu sentral dalam kehidupan masyarakat Indonesia, baik di perdesaan maupun di perkotaan. Meskipun kemiskinan pernah mengalami
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,
PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam Pasal 22 ayat (1)
Lebih terperinciSISTEM INFORMASI MANAJEMEN RETRIBUSI PERSAMPAHAN. Uraikan situasi yang ada sebelum inovasi pelayanan publik ini dimulai
PROPOSAL SISTEM INFORMASI MANAJEMEN RETRIBUSI PERSAMPAHAN Tanggal pelaksanaan inovasi pelayanan publik Wednesday, 01 February 2017 Kategori inovasi pelayanan publik Pelayanan langsung kepada masyarakat
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN
1 PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TUBAN, Menimbang : a.
Lebih terperinciWALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG
SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciBUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG
BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBAB VIII STRATEGI DAN PROGRAM PEMBERDAYAAN FAKIR MISKIN
111 BAB VIII STRATEGI DAN PROGRAM PEMBERDAYAAN FAKIR MISKIN Sekalipun pelaksanaan P2FM-BLPS di Kabupaten Bogor mengalami berbagai kendala, namun program tersebut sangat mendukung kebijakan pemberdayaan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Salah satu target MDGS adalah mengurangi separuh penduduk pada tahun 2015 yang tidak memiliki akses air minum yang sehat serta penanganan sanitasi dasar. Sehubungan
Lebih terperinciCAPAIAN KINERJA INDIKATOR INDIKATOR DAMPAK (IMPACT)
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 111 / HUK / 2009 TANGGAL : 19 OKTOBER 2009 TENTANG : INDIKATOR KINERJA PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN INDIKATOR INDIKATOR DAMPAK (IMPACT) PENINGKATAN KUALITAS
Lebih terperinciPendirian Koperasi melalui Fasilitasi UPK-BKM
Draft PETUNJUK PELAKSANAAN Pendirian Koperasi melalui Fasilitasi UPK-BKM I. Pendahuluan Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) merupakan salah satu upaya penanganan masalah kemiskinan di
Lebih terperinciBUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011
BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN KEGIATAN PENDAMPINGAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN DAN PENDAMPINGAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN
Lebih terperinciLATAR BELAKANG PENGEMBANGAN KOMUNITAS
LATAR BELAKANG PENGEMBANGAN KOMUNITAS Pada kegiatan Praktek Lapangan 2 yang telah dilakukan di Desa Tonjong, penulis telah mengevaluasi program atau proyek pengembangan masyarakat/ komunitas yang ada di
Lebih terperinciBUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 11 TAHUN 2006 TENTANG
SALINAN 1 BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 11 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN POTENSI KESEJAHTERAAN SOSIAL MASYARAKAT (P2KSM) KABUPATEN PURWOREJO
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2017
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2017 PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA
Lebih terperinciWALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG, Menimbang : Mengingat : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN LAHAT
PEMERINTAH KABUPATEN LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAHAT, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Peraturan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO
PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBUPATI JEMBER PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG
BUPATI JEMBER PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN MODAL LEMBAGA KEUANGAN MIKRO MASYARAKAT DAN KOPERASI PEDESAAN KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciV. TINJAUAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT
V. TINJAUAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT 5.1. Deskripsi Kegiatan Program-program pembangunan yang selama ini terdapat di Kelurahan Cicadas pada umumnya masih didominasi program yang berasal dari Pemerintah
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI
LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 15 2015 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 15 TAHUN 2015 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO
PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR : TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JENEPONTO Menimbang : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemberdayaan masyarakat
Lebih terperinciVISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN
VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2013 2018 Visi Terwujudnya Kudus Yang Semakin Sejahtera Visi tersebut mengandung kata kunci yang dapat diuraikan sebagai berikut: Semakin sejahtera mengandung makna lebih
Lebih terperinciPETA SOSIAL KELURAHAN CIPAGERAN
35 PETA SOSIAL KELURAHAN CIPAGERAN Lokasi Kelurahan Cipageran merupakan salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan Cimahi Utara Kota Cimahi. Adapun orbitasi, jarak dan waktu tempuh dengan pusat-pusat
Lebih terperinciBUPATI BULUNGAN SALINAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG ALOKASI DANA KELURAHAN
Menimbang : BUPATI BULUNGAN SALINAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG ALOKASI DANA KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN, a. bahwa dalam rangka menunjang kelancaran
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,
BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PROGRAM ANTI KEMISKINAN (ANTI POVERTY PROGRAM) KABUPATEN TRENGGALEK TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BEKASI
BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 25 2011 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYALURAN DANA BANTUAN HIBAH STIMULAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR MELALUI BADAN KESWADAYAAN
Lebih terperinciBAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan
Lebih terperinciPANDUAN PELAKSANAAN BANTUAN BEASISWA UNTUK MAHASISWA BERPRESTASI PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2009
PANDUAN PELAKSANAAN BANTUAN BEASISWA UNTUK MAHASISWA BERPRESTASI PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2009 KATA PENGANTAR Kemajuan suatu daerah sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD. 6 2008 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat atau lebih dikenal dengan sebutan PKBM merupakan sebuah lembaga pendidikan nonformal yang lahir dari kesadaran tentang betapa
Lebih terperinciEVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN KOMUNITAS
53 EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN KOMUNITAS Pada hakekatnya tujuan pembangunan adalah untuk mewujudkan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat baik perorangan, keluarga, kelompok maupun masyarakat dalam
Lebih terperinciBUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA KECAMATAN DI KABUPATEN BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah mewujudkan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah mewujudkan kesejahteraan umum sebagai mana tercantum dalam Undang-Undang 1945 alinea ke 4. Kesejahteraan
Lebih terperinciBUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 53 TAHUN 2008 TENTANG
BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 53 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PEREMPUAN KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciWALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN BANTUAN KEUANGAN DESA TAHUN ANGGARAN 2012
WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN BANTUAN KEUANGAN DESA TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, WALIKOTA BANJAR, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciKESIMPULAN DAN REKOMENDASI
122 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Program Mengangkat Ekonomi Kerakyatan Melalui Koperasi Rukun Tetangga (RT) dalam Rangka Ketahanan Desa di Kabupaten Wonogiri, yang bertujuan untuk mempercepat
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG
PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN REMBUG WARGA DAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN KELURAHAN DAN KECAMATAN DALAM RANGKA PENYUSUNAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN
Lebih terperinciPERUBAHAN JUKNIS MUSRENBANG KOTA SURAKARTA TAHUN 2012
PERUBAHAN JUKNIS MUSRENBANG KOTA SURAKARTA TAHUN 2012 PERUBAHAN UMUM PERUBAHAN 1. Penyebutan Tahun 2012 Perwali dan Lampiran 2. Istilah stakeholder menjadi pemangku kepentingan pembangunan 3. Istilah Persiapan
Lebih terperinciKementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia
Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pengangguran merupakan salah satu permasalahan serius bangsa yang tiada hentinya menjadi fokus perhatian pemerintah.
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI MALUKU
PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN GUBERNUR MALUKU NOMOR : 21 TAHUN 2009 TENTANG KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PROVINSI MALUKU GUBERNUR MALUKU, Menimbang : a. bahwa percepatan penurunan angka
Lebih terperinciVII. PERUMUSAN STRATEGI DAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DI DESA JEBED SELATAN
VII. PERUMUSAN STRATEGI DAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DI DESA JEBED SELATAN Program Promosi Kesehatan adalah upaya meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
113 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 5.1 Simpulan 5.1.1 Simpulan Umum Berdasarkan hasil penelitian, Karang Taruna RW 10 yang berada di Cireundeu, tidak menjalankan organisasi sesuai dengan fungsinya.
Lebih terperinciBUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG
SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI SELATAN, Menimbang : a. b. c. Mengingat : 1.
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG
SALINAN WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciTINJAUAN PROGRAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA DESA POLA IMBAL SWADAYA
TINJAUAN PROGRAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA DESA POLA IMBAL SWADAYA Deskripsi Kegiatan. Menurut Pemerintah Kabupaten Bogor pembangunan merupakan suatu proses perubahan untuk menuju ke arah yang lebih
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIMAHI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG Nomor : 827 Tahun : 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG, Menimbang
Lebih terperinciBUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG
BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 15 2015 SERI : E A BEKASI PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN PROGRAM PEMBANGUNAN PARTISIPATIF BERBASIS KOMUNITAS TAHUN 2015
Lebih terperinciBAB II PROFIL INSTITUSI. Dinas Sosial Propinsi Sumatera Utara dalam melakukan sistem pendidikan
BAB II PROFIL INSTITUSI A. Sejarah Ringkas Dinas Sosial Propinsi Sumatera Utara dalam melakukan sistem pendidikan dan pelatihan sebagai upaya peningkatan keterampilan dan keahlian bagi remaja, institusi
Lebih terperinciBUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR
BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KELUARGA BERENCANA
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MATARAM, Menimbang : a. bahwa keberadaan dan peranan
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DASAR BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014
PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DASAR BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG,
Lebih terperinciKOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 7 Oktober 2015
KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 7 Oktober 2015 Topik #10 Wajib Belajar 12 Tahun Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Menjawab Daya Saing Nasional Latar Belakang Program Indonesia
Lebih terperinciBUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG
BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA Menimbang Mengingat
Lebih terperinciBUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG PENJABARAN TUGAS DINAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA
BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG PENJABARAN TUGAS DINAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,
Lebih terperinciKEGIATAN PILOT PENDAMPINGAN KSM
KEGIATAN PILOT PENDAMPINGAN Bappenas menyiapkan strategi penanggulangan kemiskinan secara lebih komprehensif yang berbasis pada pengembangan penghidupan berkelanjutan/p2b (sustainable livelihoods approach).
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIMAHI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN SERANG
BERITA DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 42 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI KABUPATEN SERANG NOMOR 42 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI KECAMATAN DITERBITKAN OLEH BAGIAN ORGANISASI SETDA KAB. SERANG TAHUN
Lebih terperinciKABUPATEN PESAWARAN KECAMATAN WAY RATAI DESA GUNUNGREJO PERATURAN DESA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA
KABUPATEN PESAWARAN KECAMATAN WAY RATAI DESA GUNUNGREJO PERATURAN DESA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA GUNUNGREJO, Menimbang : a. Bahwa
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KOTA KEDIRI
W A L I K O T A K E D I R I PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KOTA KEDIRI Menimbang WALIKOTA KEDIRI, : a. bahwa pelaksanaan pembangunan merupakan
Lebih terperinciBUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU
SALINAN BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR : 28 TAHUN 2015jgylyrylyutur / SK / 2010 TENTANG MEKANISME PENYALURAN BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang : a. bahwa sebagai tindak lanjut diberlakukannya Undang-Undang
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,
BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN BELANJA BANTUAN UNTUK PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PERDESAAN TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Pemerintah Kota Bandung, dalam hal ini Walikota Ridwan Kamil serta Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya, telah menunjukkan pentingnya inovasi dalam dalam program
Lebih terperinciPEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN
PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BINTAN, Menimbang:
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi sejak tahun 1998 telah meningkatkan angka kemiskinan di Indonesia, dari 25,9 juta (17,7%) pada tahun 1993 menjadi 129,6 juta atau 66,3% dari
Lebih terperinciVII. RANCANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN
VII. RANCANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN 7.1. Latar Belakang Rancangan Program Kemiskinan di Desa Mambalan merupakan kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor struktural daripada faktor
Lebih terperinciBAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Upaya pembangunan perkebunan rakyat yang diselenggarakan melalui berbagai pola pengembangan telah mampu meningkatkan luas areal dan produksi perkebunan dan pendapatan nasional,
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang : a. bahwa keberadaan Lembaga Kemasyarakatan Desa dalam
Lebih terperinciBAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI
BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Koordinasi Dinas Olahraga dan Pemuda Provinsi Jawa Barat Dinas Olahraga dan Pemuda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata kehidupan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata kehidupan yang layak bagi seluruh
Lebih terperinci