Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia
|
|
- Sukarno Kusuma
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia
2
3 A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pengangguran merupakan salah satu permasalahan serius bangsa yang tiada hentinya menjadi fokus perhatian pemerintah. Upaya penanggulangan pengangguran menjadi penting, karena bila tidak tertangani dengan baik, dampak dari masalah pengangguran dikhawatirkan dapat memicu persoalan kerawanan sosial, seperti meningkatkan angka kemiskinan dan kriminalitas. Masih tingginya angka pengangguran di tanah air dapat diamati dari data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) BPS Agustus 2014 yang menyebutkan bahwa Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada Agustus 2014 mengalami peningkatan dari semula sebanyak 7,15 juta orang atau sekitar 5,7 persen penduduk pada Februari 2014 menjadi 7,24 juta orang atau sekitar 6,17 persen penduduk pada Agustus Fakta tersebut menjadi warning kepada pemerintah agar mampu meningkatkan upaya penanggulangan pengangguran secara optimal, terutama ditengah kondisi perekonomian nasional yang belum membaik. Disisi lain, pengembangan ketenagakerjaan sektor informal belum tergarap secara optimal. Padahal, Indonesia memliki beragam potensi sumber daya alam yang bisa dimanfaatkan sebagai modal dasar untuk pengembangan kegiatan-kegiatan sektor informal (kewirausahaan). Dalam rangka mengatasi permasalahan diatas, pemerintah melalui Kementerian Ketenagakerjaan mengupayakan berbagai kebijakan, salah satunya melalui pelaksanaan kegiatan Pendayagunaan Tenaga Kerja Sukarela atau yang dikenal dengan istilah "Pendayagunaan TKS". Sejak dijalankan kembali pada tahun 2009, kegiatan Pendayagunaan TKS telah memberikan banyak manfaat, bukan saja bagi TKS selaku pendamping, namun juga bagi kelompok usaha yang didampinginya. Meskipun tugas pendampingan TKS telah berakhir, akan tetapi di beberapa tempat, sebagian TKS masih melanjutkan pendampingan kelompok untuk pengembangan rintisan usaha. Namun diakui bahwa masalah permodalan nampaknya menjadi kendala dalam pengembangan usaha. Disisi lain, akses kredit permodalan usaha dari perbankan sulit diperoleh karena ketidaksanggupan kelompok dalam memenuhi jaminan kredit. 1
4 Menindaklanjuti persoalan diatas, dalam rangka memperkuat usaha lembaga TKS Purna, Direktorat Pengembangan dan Perluasan Kesempatan Kerja - Ditjen Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja - Kementerian Ketenagakerjaan telah menginisiasi kegiatan yang bernama "Penguatan Usaha Lembaga TKS Purna ". Kegiatan Penguatan Usaha Lembaga TKS Purna merupakan salah satu bentuk pengembangan dari kegiatan Pendayagunaan TKS. Kegiatan ini berbasis pada pemberian bantuan dana kegiatan untuk pengadaan sarana/peralatan usaha lembaga TKS Purna. Dengan bantuan tersebut, kemajuan usaha lembaga TKS Purna diharapkan semakin meningkat. Selanjutnya, untuk medukung kegiatan diatas, maka diperlukan suatu pedoman yang dapat menjelaskan secara rinci prinsip-prinsip kegiatan,mekanisme pelaksanaannya sesuai dengan maksud dan tujuan yang dikehendaki. B. Dasar Hukum 1. Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan; 2. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 3. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan; 4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara; 5. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2011 tentang Kewirausahaan Pemuda; 6. Peraturan Pemerintah No.33 Tahun 2013 tentang Perluasan Kesempatan Kerja; 7. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.12 tahun 2012 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian Tahun ; 8. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 5 Tahun 2014 tentang Penetapan Indikator Kinerja Utama Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Tahun C. Tujuan Pedoman kegiatan Penguatan Usaha Lembaga TKS Purna bertujuan untuk memberikan informasi kepada semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan, yaitu Pelaksana Kegiatan Pusat (Dit. Pengembangan dan Perluasan Kesempatan Kerja), Pelaksana Kegiatan di daerah (Disnaker Provinsi dan Kabupaten/Kota) dan Lembaga TKS selaku pemohon bantuan kegiatan. 2
5 D. Sasaran - Tersedianya pedoman/acuan kerja bagi Tim Penilai (Verifikator) untuk melakukan penilaian atas proposal usaha yang diajukan oleh lembaga pemohon; - Tersedianya pedoman/acuan kerja bagi lembaga pengusul mengenai tata cara penyusunan dan pengajuan proposal sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan; - Terciptanya koordinasi dan sinergi dalam mendukung kegiatan penguatan lembaga TKS Purna; - Terlaksananya kegiatan sesuai dengan arah dan sasaran kebijakan; - Terlaksananya penilaian hasil kegiatan yang obyektif, transparan, adil dan dapat dipertanggung jawabkan. E. Daftar Istilah Untuk dapat memahami kegiatan Penguatan Usaha Lembaga TKS Purna secara baik, ada beberapa istilah penting yang harus diketahui para pengguna pedoman, sebagai berikut : 1. Tenaga Kerja Sukarela Purna (TKS Purna) mantan peserta kegiatan pendayagunaan Tenaga Kerja Sukarela sebagai pendamping kelompok usaha masyarakat. 2. Lembaga TKS Purna adalah suatu organisasi berbadan hukum yang dibentuk dan dijalankan oleh minimal 4 (empat) orang TKS Purna dan beranggotakan sebanyak 10 s.d 20 orang. Lembaga tersebut berorientasi pada kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan usaha produktif. 3. Kelompok Dampingan TKS adalah kumpulan orang (kelompok) yang didampingi TKS pada saat kegiatan Pendayagunaan TKS, dimana saat kegiatan berakhir, TKS masih mendampingi kelompok untuk pengembangan usaha produktif. 4. Proposal adalah dokumen usulan permohonan bantuan penguatan usaha. Dokumen tersebut disusun oleh lembaga pemohon dan disampaikan kepada Direktur Pengembangan dan Perluasan Kesempatan Kerja - Ditjen Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja-Kementerian Ketenagakerjaan. 5. Bantuan Penguatan Usaha adalah bantuan dana penyelenggaraan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang diberikan oleh Kementerian Ketenagakerjaan kepada lembaga atau kelompok dampingan TKS Purna dalam rangka pengembangan usaha produktif. 3
6 6. Pemberdayaan masyarakat adalah upaya meningkatkan kekuatan atau posisi tawar masyarakat agar mampu mengambil keputusan untuk dirinya serta ikut menentukan dan mempengaruhi pengambilan keputusan yang dilakukan pihak lain yang berpengaruh terhadap dirinya. 7. Usaha produktif adalah semua jenis usaha yang menghasilkan dan menguntungkan secara berkesinambungan. 8. Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku, dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan, serta menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan/atau memperoleh keuntungan yang lebih besar. 4
7 BAB II PROFIL KEGIATAN PENGUATAN LEMBAGA USAHA TKS PURNA A. Konsep Kegiatan Masalah pengangguran harus dicermati dan disikapi secara serius oleh semua pihak untuk menghasilkan suatu upaya penanganan yang efektif. Kegagalan dalam penanganan masalah pengangguran, tentu saja akan berimplikasi luas terhadap persoalan sosial lainnya, seperti kemiskinan struktural dan penurunan kualitas tenaga kerja. Oleh karena itu, penanganan masalah pengangguran yang multi dimensi harus ditangani secara integral. Kebijakan perluasan kesempatan kerja yang dikembangkan oleh Kementerian Ketenagakerjaan melalui penguatan usaha lembaga TKS Purna merupakan salah satu terobosan strategis dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi masyarakat. Pendekatan ini secara teknis diwujudkan melalui pemberian bantuan pembiayaan kepada lembaga usaha TKS PUrna yang concern terhadap kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui usaha-usaha produktif. Dengan bantuan tersebut, diharapkan terjadi transformasi sosial ekonomi masyarakat miskin atau penganggur ke arah yang lebih produktif, inovatif dan responsif terhadap dinamika kehidupan sosial ekonomi di lingkungannya, sekaligus tumbuh dan berkembangnya kesempatan kerja dan usaha yang berkelanjutan. Secara teknis, bantuan penguatan usaha lembaga TKS Purna memerlukan kerangka kelembagaan yang memadai dan dapat dijalankan secara terstruktur. Setidaknya ada tiga pihak yang secara langsung terlibat dalam pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan Penguatan Usaha Lembaga TKS Purna, meliputi : 1) Tenaga Kerja Sukarela Purna (TKS Purna); 2) Masyarakat dampingan TKS; 3) Aparatur pemerintah sebagai penanggung jawab kegiatan, fasilitator, pembina sekaligus pengawas kegiatan, yakni Direktorat Pengembangan Perluasan Kesempatan Kerja, Dinas yang membidangi ketenagakerjaan di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota. 5
8 Skema Kegiatan DITJEN BINAPENTA c.q. Dit.Pengembangan Dit. Pengembangan Perluasan dan Perluasan Kesempatan Kesempatan Kerja Kerja Lembaga mengajukan proposal bantuan dan mempertanggungjawabkan penggunaan bantuan TKS Bantuan Usaha memben ntuk/ menjalan nkan Lembaga/Kelompok Lembaga TKS Purna Dampingan TKS Purna Secara sederhana, skema kegiatan Penguatan Usaha Lembaga TKS Purna diuraikan sebagai berikut : - Lembaga TKS Purna mengajukan proposal bantuan penguatan usaha kepada Direktur Pengembangan dan Perluasan Kesempatan Kerja; - Direktur Pengembangan Perluasan Kesempatan Kerja sebagai Pelaksana Pusat memerintahkan tim verifikasi untuk meneliti kelayakan lembaga pemohon dan kelayakan usaha yang dijalankan. - Setelah proses verifikasi, Direktur Pengembangan dan Perluasan Kesempatan Kerja menetapkan nama-nama lembaga penerima bantuan, kemudian ditindaklanjuti dengan penandatanganan perjanjian kerja sebagai dasar pelaksanaan pengadaan bantuan barang/sarana usaha. - Lembaga penerima bantuan melaporkan hasil kegiatan dan pemanfaatan bantuan usaha secara berkala kepada Direktur Pengembangan dan Perluasan Kesempatan Kerja sebagai bentuk pertanggungjawaban penggunaan anggaran negara; - Direktorat Pengembangan dan Perluasan Kesempatan Kerja melakukan monitoring dan evaluasi untuk mengetahui hasil kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dijalankan oleh Lembaga TKS Purna serta menghimpun berbagai masukan untuk pengembangan kegiatan berikutnya. 6
9 B. Hasil Yang Diharapkan Hasil yang diharapkan dari pelaksanaan kegiatan Penguatan Usaha Lembaga TKS Purna, antara lain: 1. Tumbuhnya kemampuan masyarakat dalam mengelola potensi sumber daya lokal; 2. Tumbuhnya kemandirian kelompok dalam membangun dan meningkatkan perekonomian lokal; 3. Tewujudnya kelembagaan fungsional masyarakat yang kokoh dan mampu menjadi motor penggerak dalam meningkatkan kapasitas masyarakat untuk melakukan kegiatan ekonomi; 4. Terciptanya kelompok-kelompok wirausaha baru yang mempunyai keunggulan kompetitif; 5. Tumbuh dan berkembangnya kesadaran masyarakat dalam mendayagunakan potensi diri dan sumberdaya lokal sehingga mampu melakukan perubahan-perubahan ke arah yang lebih baik. C. Sifat dan Jenis Kegiatan Pada dasarnya, kegiatan Penguatan Usaha Lembaga TKS Purna bersifat berkelanjutan, artinya kegiatan memiliki dampak positif dan dapat dipelihara secara terus menerus, sehingga memberikan nilai tambah secara optimal. Jenis-jenis kegiatan yang dilaksanakan harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan potensi sumber daya daerah serta mengarah pada kegiatan usaha ekonomi produktif, antara lain : 1. Peternakan, seperti : sapi, kerbau, kambing, ayam, itik dsb; 2. Budidaya perikanan air tawar, tambak, udang, kepiting soka dsb; 3. Pemanfaatan lahan tidur melalui kegiatan pertanian dan perkebunan tanaman obat, tanaman jarak, jagung hibrida dsb; 4. Terapan Teknologi Tepat Guna (TTG), seperti bordir, sablon, batu bata, genteng, kuliner, makanan ringan, agrobisnis dan pupuk organik, anyaman, kerajinan tangan dsb. 5. Pelayanan Jasa, seperti, percetakan, sablon, bengkel/pertukangan, service komputer, perdagangan,dsb. Catatan : Jenis usaha yang tidak diperkenankan, antara lain usaha hiburan, game online dan pelayanan pendidikan, seperti kursus, pelatihan. 7
10 BAB III ORGANISASI PELAKSANA Dalam rangka mendukung kegiatan Penguatan Usaha Lembaga TKS Purna, ada beberapa persyaratan penting yang terkait dengan lembaga pelaksana dan pembina kegiatan. A. Pelaksana Kegiatan Pihak-pihak yang terkait dalam pelaksanaan kegiatan, antara lain: 1. Direktorat Pengembangan dan Perluasan Kesempatan Kerja, Dinas/SKPD yang membidangi urusan Ketenagakerjaan di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota selaku penanggung jawab, fasilitator, pembina dan pengawas kegiatan. 2. TKS Purna sebagai anggota lembaga dan pendamping kelompok usaha masyarakat; 3. Masyarakat sebagai anggota Lembaga TKS Purna; B. Lembaga TKS Purna Sebagaimana telah dijelaskan, bantuan penguatan usaha dari Kementerian Ketenagakerjaan diberikan kepada lembaga TKS Purna. Lembaga TKS Purna merupakan organisasi berbadan hukum yang didirikan dan dikelola oleh minimal oleh 4 (empat) orang TKS Purna. Lembaga ini beranggotakan minimal 10 orang dan maksimal 20 orang. Lembaga dapat berbentuk yayasan, unit dagang/usaha atau koperasi. Untuk memperkuat kegiatannya, lembaga ini dapat merekrut anggota yang berasal dari masyarakat luas. Selain itu, Lembaga TKS Purna dapat pula berbentuk kelompok dampingan TKS, dimana pasca penugasan, TKS Purna masih melanjutkan pendampingan kepada kelompok dan secara bersama-sama terlibat aktif untuk memperkuat usaha yang dijalankan. Untuk menjamin legalitas, transparansi dan akuntabilitas kegiatan, maka setiap lembaga pelaksana kegiatan harus memenuhi persyaratan, sbb : 1. Memiliki visi dan misi pemberdayaan masyarakat; 2. Lembaga bukan milik perseorangan; 3. Berbadan hukum dibuktikan akte pendirian lembaga (akte notaris), dalam bentuk Yayasan, Koperasi, Lembaga Swadaya Masyarakat, Organisasi/Lembaga Pemberdayaan Masyarakat; 4. Memiliki struktur organisasi dan kepengurusan yang representatif; 8
11 5. Memiliki program yang jelas dan berorientasi pada upaya pemberdayaan masyarakat; 6. Memiliki kantor sekretariat dengan bukti ijin domisili dari lurah setempat dan memiliki papan nama di depan kantor; 7. Memiliki NPWP dan rekening bank atas nama lembaga; 8. Bersedia menandatangani surat pernyataan tentang kesanggupan pelaksanaan kegiatan, membuat laporan pertanggungjawaban, berupa laporan kegiatan dan keuangan; 9. Bersedia untuk menjaga, melestarikan dan mengembangkan hasil yang dicapai; 10. Memiliki kepedulian yang tinggi dan aspiratif terhadap problem yang dihadapi masyarakat penganggur; 11. Memiliki akses pengembangan SDM, pengentasan kemiskinan, dan penanggulangan pengangguran diberbagai sektor; 12. Memahami potensi sumber daya daerah yang akan dikembangkan atau dikelola; C. Tugas dan Fungsi Pelaksana 1. Direktorat Pengembangan dan Perluasan Kesempatan Kerja: a. Menjadi penanggung jawab, pelaksana dan pembina kegiatan; b. Memberikan fasilitasi sebagian pembiayaan dalam bentuk bantuan penguatan usaha kepada lembaga TKS Purna; c. Memberikan legitimasi dan dukungan kepada pelaksana kegiatan sesuai dengan tugas, fungsi dan tanggung jawab masing-masing; d. Melakukan penilaian atas kelayakan dan kepatutan proposal yang disampaikan dari lembaga pemohon; e. Melaksanakan perjanjian kerjasama dengan lembaga penerima bantuan; f. Menyiapkan Kontrak Kerja dan Surat Perintah Kerja dengan lembaga penerima bantuan; g. Menunjuk dan menetapkan lembaga penerima bantuan; h. Memfasilitasi lembaga penerima bantuan yang memerlukan koordinasi dengan institusi atau lembaga lain. 2. Dinas yang membidangi Ketenagakerjaan di Provinsi: a. Memberi rekomendasi proposal yang diajukan oleh lembaga pemohon bantuan dan menerima tembusan proposal; 9
12 b. Memfasilitasi kelompok yang memerlukan koordinasi dengan institusi atau lembaga lain; c. Membina lembaga penerima bantuan sarana usaha; d. Membantu penyelesaian masalah dalam pelaksanaan kegiatan di lapangan. 3. Dinas yang membidangi Ketenagakerjaan di Kabupaten/Kota: a. Memberikan rekomendasi proposal yang diajukan oleh lembaga pemohon bantuan dan menerima tembusan proposal; b. Memberikan pembinaan dan bimbingan penyusunan proposal kepada lembaga pemohon; c. Membantu penyelesaian masalah di lapangan; d. Melakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi kinerja lembaga penerima bantuan. e. Memberikan arahan/bimbingan penyelesaian administrasi kegiatan kepada lembaga penerima bantuan; f. Memfasilitasi lembaga/kelompok yang memerlukan koordinasi dengan lembaga/instansi lain; g. Melaporkan hasil monitoring dan evaluasi kepada Direktorat Pengembangan dan Perluasan Kesempatan Kerja dan tembusan kepada Dinas Tenaga Kerja Provinsi. 10
13 BAB IV TAHAPAN KEGIATAN Kegiatan Penguatan Usaha Lembaga TKS Purna dijalankan secara terencana dan terukur, sesuai dengan mekanisme/tahapan sebagai berikut : A. Sosialisasi Kegiatan Sebelum kegiatan Penguatan Usaha Lembaga TKS Purna dijalankan, Direktorat Pengembangan dan Perluasan Kesempatan Kerja melakukan sosialisasi kepada jajaran Aparatur Dinas Tenaga Kerja Provinsi dan Kabupaten/Kota. Sosialisasi dilakukan untuk meningkatkan koordinasi diantara pelaksana kegiatan sehingga diharapkan dapat mengimplementasikan kegiatan sesuai dengan maksud dan tujuan yang ingin dicapai. Selanjutnya, petugas Dinas Tenaga Kerja Provinsi dan Kabupaten/Kota meneruskan informasi kegiatan kepada para TKS Purna untuk menjaring sebanyak-banyaknya lembaga yang berminat memanfaatkan bantuan penguatan usaha. Berbagai informasi yang berkaitan dengan kegiatan, persyaratan lembaga pemohon dan mekanisme pengajuannya dijelaskan secara lengkap dalam sosialisasi. B. Penyampaian Proposal Bantuan Lembaga TKS Purna mengusulkan proposal bantuan usaha produktif dengan memaparkan informasi terkait status kelembagaan, struktur organisasi, jenis usaha yang dijalankan, sasaran anggota kelompok dan pembiayaan yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan. Selain itu, proposal juga melampirkan foto copy dokumen-dokumen kelembagaan, seperti: Akte notaris pendirian lembaga, NPWP, rekening bank atas nama lembaga, Rencana Anggaran Biaya kegiatan dan lain-lain. C. Penilaian Kelayakan Setelah menghimpun proposal dari lembaga pengusul, Direktorat Pengembangan dan Perluasan Kesempatan Kerja melakukan penilaian kelayakan melalui evaluasi proposal dan verifikasi lembaga. Untuk menjamin bahwa proses verifikasi berjalan sistematis, transparan, jujur dan adil, maka Direktorat Pengembangan dan Perluasan Kesempatan Kerja harus membuat sistem verifikasi yang terencana dan menunjuk petugas verifikasi untuk melakukan pengecekan dokumen kelembagaan dan identifikasi lapangan (lokasi kegiatan usaha lembaga). 11
14 D. Perjanjian Kerja Lembaga TKS Purna yang telah ditetapkan sebagai penerima bantuan, selanjutnya mengadakan perjanjian kerja dengan Pejabat Direktorat Pengembangan dan Perluasan Kesempatan Kerja yang ditunjuk. Perjanjian kerja memuat ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang pokok kegiatan, ruang lingkup, hak dan kewajiban, pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan, rincian kegiatan (lokasi, bidang kegiatan, jangka waktu pelaksanaan), putusnya perjanjian dan ketentuan lain yang dianggap penting. E. Pengadaan Barang Bantuan Usaha Perjanjian Kerja dan Surat Perintah Kerja menjadi dasar bagi lembaga untuk melakukan pengadaan barang/sarana usaha. Dalam proses pengadaan barang, lembaga penerima bantuan bekerjasama dengan pihak ketiga selaku pihak penyedia barang. Pelaksanaan pengadaan barang harus mengacu pada peraturan pengadaan barang dan jasa. F. Pencairan Dana Kegiatan Proses pencairan dana kegiatan lembaga penerima bantuan dilakukan melalui SISTEM PEMBAYARAN LANGSUNG (LS), yang dibuktikan dengan Berita Acara Serah Terima Pekerjaan dari lembaga penerima bantuan dan Berita Acara Pembayaran yang dikeluarkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Direktorat Pengembangan dan Perluasan Kesempatan Kerja. G. Monitoring dan Evaluasi Pelaksana kegiatan dari Direktorat Pengembangan dan Perluasan Kesempatan Kerja, Dinas Tenaga Kerja Provinsi dan Kabupaten/Kota melakukan monitoring dan evaluasi untuk mengetahui hasil pelaksanaan kegiatan lembaga penerima bantuan, sejauhmana pencapaian hasil kegiatan dan persoalan-persoalan yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan. Berbagai informasi yang terhimpun dari hasil monitoring dan evaluasi menjadi masukan untuk perbaikan dalam pelaksanaan kegiatan pada tahun berikutnya. H. Pertanggungjawaban kegiatan Mengingat bahwa sumber pembiayaan kegiatan berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), sesuai dengan Peraturan 12
15 Pemerintah No. 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, maka setiap entitas instansi pemerintah harus mempertanggungjawabkan hasil pelaksanaan tugasnya melalui suatu pelaporan yang mencakup laporan pelaksanaan dan realisasi anggaran. Begitu pun dengan pelaksanaan kegiatan penguatan usaha lembaga TKS Purna. Secara umum, pertanggungjawaban kegiatan, meliputi pertanggungjawaban kinerja dan pertanggungjawaban administrasi keuangan. Pertanggungjawaban kinerja kegiatan diwujudkan dalam bentuk pelaporan hasil kegiatan dari tahap awal sampai dengan perkembangan terakhir kegiatan yang dijalankan serta hasil-hasil yang telah dicapai. Sedangkan pelaporan administrasi keuangan disampaikan dengan melampirkan bukti-bukti pengeluaran definitif yang telah dibukukan secara baik dan tertib administrasi sesuai dengan peraturan yang berlaku. Lembaga penerima bantuan harus dapat menunjukkan semua bukti-bukti pengeluaran kepada petugas pemeriksa yang berwenang. 13
16 BAB V MONITORING DAN EVALUASI Pada dasarnya monitoring dan evaluasi merupakan kegiatan untuk melihat, menilai dan mengukur sejauhmana hasil capaian kegiatan. Untuk kepentingan itu, maka diperlukan upaya pengumpulan data dan informasi kegiatan secara komprehensif, baik pelaksana kegiatan, peserta kegiatan maupun institusi lain yang terkait, sekaligus nilai kemanfaatan hasil kegiatan. Berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam monitoring dan evaluasi. A. Metode Untuk mendapatkan informasi yang akurat terkait hasil kegiatan, maka metode monev yang digunakan adalah kunjungan lapangan. Data primer diperoleh melalui pengisian kuesioner dan wawancara antara petugas dengan kelompok sasaran. Selain itu dilakukan pula analisis data sekunder dari laporan yang disampaikan lembaga penerima bantuan. B. Instrumen Instrumen atau perangkat yang digunakan dalam monev, meliputi kuesioner, panduan wawancara, kamera, alat perekam, dsb. C. Responden Responden yang menjadi sasaran monitoring dan evaluasi adalah mereka yang terkait langsung dengan pelaksanaan kegiatan atau pihak lain yang terpengaruh secara langsung maupun tidak langsung dengan kegiatan. Responden yang dimaksud adalah lembaga penerima bantuan, anggota lembaga, Dinas Tenaga Kerja dan instansi/lembaga terkait lainnya. D. Mekanisme Pelaksanaan monitoring dan evaluasi kegiatan, meliputi tahapantahapan, sebagai berikut: 1. Identifikasi lembaga yang menjadi target monev. 2. Penetapan petugas monev. 3. Penetapan jadwal monev. 4. Pelaksanaan monev. 5. Pelaporan dan Rekomendasi. 14
17 E. Indikator Untuk mengevaluasi secara menyeluruh pelaksanaan kegiatan, capaian kinerja, manfaat serta penilaian layak atau tidaknya kegiatan dimaksud dikembangkan, maka diperlukan penilaian terhadap tiga subyek yaitu (1). lembaga TKS Purna (2). anggota lembaga TKS Purna, (3). Dinas yang membidangi Ketenagakerjaan baik di Provinsi maupun Kabupaten/Kota selaku pembina. Untuk kepentingan tersebut, maka indikator penilaian terbagi menjadi 4 (empat) poin penting. INDIKATOR 1: LEMBAGA/KELOMPOK DAMPINGAN TKS PURNA Indikator ini untuk mengetahui dan menilai eksistensi lembaga penerima bantuan. INDIKATOR 2: ANGGOTA LEMBAGA/KELOMPOK DAMPINGAN TKS Indikator ini dimaksudkan untuk mengetahui secara pasti kondisi atau keberadaan anggota lembaga, manfaat kegiatan, dan perkembangannya antara sebelum dan sesudah menerima bantuan. INDIKATOR 3: KEBERLANJUTAN KEGIATAN Indikator ini dimaksudkan untuk mengetahui kemanfaatan kegiatan, kesinambungan dan hubungan antara lembaga dengan anggota. INDIKATOR 4: DINAS YANG MEMBIDANGI KETENAGAKERJAAN SELAKU LEMBAGA FASILITASI DAN PEMBINA Indikator ini untuk mengetahui apakah Dinas Ketenagakerjaan setempat memiliki peran penting dalam pembinaan lembaga TKS Purna. Hasil evaluasi akan dijadikan sebagai rujukan khusus bagi pelaksana pusat untuk memperkuat peran Dinas Tenaga Kerja Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam pembinaan lembaga penerima bantuan. 15
18 BAB VI PELAPORAN Pelaporan kegiatan diperlukan sebagai sumber informasi untuk mengetahui perkembangan usaha lembaga penerima bantuan di lapangan. Hal-hal yang disampaikan dalam laporan menjadi rujukan dalam penyusunan kegiatan tahun berikutnya. Laporan dapat berbentuk laporan kegiatan dan laporan hasil monitoring dan evaluasi. A. Laporan Kegiatan Lembaga penerima bantuan yang telah melaksanakan kegiatan diwajibkan membuat laporan. Disamping berfungsi sebagai bukti penyelenggaraan, laporan juga sangat diperlukan untuk kelengkapan pencairan anggaran melalui pengajuan ke Kantor Perbendaharaan Negara. Laporan kegiatan memuat hasil perkembangan yang dicapai secara kumulatif dari sejak awal kegiatan sampai dengan laporan dibuat, terutama terkait dengan modal kerja usaha (bantuan sarana usaha, penambahan tenaga kerja, kontinuitas kelembagaan usaha, masalahmasalah yang dihadapi dan upaya pemecahan). B. Laporan Monitoring Dan Evaluasi (Monev) Direktorat Pengembangan dan Perluasan Kesempatan Kerja berkewajiban menghimpun dan menyusun laporan perkembangan hasil kegiatan secara menyeluruh dan kumulatif berkaitan dengan jumlah bantuan sarana usaha, tenaga kerja yang diserap, permasalahan yang dihadapi serta upaya pemecahannya. Laporan ini disusun berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi lapangan. Laporan monev menjadi salah satu bahan masukan dalam penyusunan Laporan Kegiatan Penguatan Usaha Lembaga TKS Purna Direktorat Pengembangan dan Perluasan Kesempatan Kerja. 16
19 BAB VII P E N U T U P Pedoman Penguatan Usaha Lembaga TKS Purna diharapkan dapat memberikan informasi yang jelas dan lengkap kepada para pelaksana kegiatan. Keberhasilan kegiatan sangat dipengaruhi oleh konsistensi, keseriusan dan kejujuran dari masing-masing pelaksana kegiatan. Oleh karena itu, kepada semua pihak yang terkait dalam pelaksanaan kegiatan diharapkan dapat memberikan kinerja yang terbaik dengan harapan bahwa tujuan dan sasaran kegiatan dalam rangka pengentasan kemiskinan dan pengangguran dapat terwujud. 17
KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
PEDOMAN BANTUAN PROGRAM PERLUASAN KESEMPATAN KERJA TAHUN 2013 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PENEMPATAN TENAGA KERJA DIREKTORAT PERLUASAN KESEMPATAN KERJA DAN PENGEMBANGAN
Lebih terperinci- 1 - KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA
- 1 - KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH NOMOR 08 / Per / Dep.2 / XII / 2016 TENTANG
Lebih terperinciBansos Peningkatan Kapasitas Tempat Uji Kompetensi
1 i ii SAMBUTAN Direktur Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal Kebijakan pembangunan pendidikan nasional diarahkan untuk mewujudkan pendidikan yang berkeadilan, bermutu dan relevan dengan kebutuhan
Lebih terperinciKEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS NOMOR KEP.57/LATTAS/IV/2014 TENTANG
KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.I. DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS Jalan Jenderal Gatot Subroto Kavling 51 Lt. VI A. Telp. : 021-52901142 Fax. 021-52900925 Jakarta
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 411, 2014 KEMENSOS. Sosial. Lembaga Kesejahteraan Sosial. Lanjut Usia. Asistensi. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG ASISTENSI
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. /Per/M.KUKM/VIII/2006 TENTANG
PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : /Per/M.KUKM/VIII/2006 TENTANG PEDOMAN TEKNIS BANTUAN UNTUK TEKNOLOGI TEPAT GUNA KEPADA USAHA KECIL DAN MENENGAH
Lebih terperinciBERITA NEGARA. No.1192, 2012 KEMENTERIAN NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH. Bantuan Sosial. Mikro dan Kecil. Pedoman
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1192, 2012 KEMENTERIAN NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH. Bantuan Sosial. Mikro dan Kecil. Pedoman PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH
Lebih terperinciPERATURAN DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH. NOMOR : 07 / Per / Dep.2 / XII /2016
1 KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH NOMOR : 07 / Per / Dep.2 / XII /2016 TENTANG
Lebih terperinciBansos Peningkatan Kapasitas Lembaga Sertifikasi Kompetensi
Bansos Peningkatan Kapasitas Lembaga Sertifikasi Kompetensi 1 Bansos Peningkatan Kapasitas Lembaga Sertifikasi Kompetensi i ii Bansos Peningkatan Kapasitas Lembaga Setifikasi Kompetensi SAMBUTAN Direktur
Lebih terperinciKEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA NOMOR 38 /PER-DJPB/2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN
Lebih terperinciPERATURAN DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. Nomor : 01/Per/Dep.
KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA Nomor : 01/Per/Dep.3/II/2014
Lebih terperinciBUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG
BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN KEUANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN POTENSI KESEJAHTERAAN SOSIAL MASYARAKAT (P2KSM) KABUPATEN PURWOREJO DENGAN
Lebih terperinciWALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 37 TAHUN 2010
SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN HIBAH DALAM BENTUK UANG KEPADA BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT DALAM RANGKA PELAKSANAAN PROGRAM
Lebih terperinciPEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I PENDAHULUAN
LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 82/Permentan/OT.140/8/2013 TANGGAL : 19 Agustus 2013 PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I
Lebih terperinciKREDIT USAHA PEMBIBITAN SAPI
PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR: 131 /PMK.05/2009 TENTANG KREDIT USAHA PEMBIBITAN SAPI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan hasil putusan Rapat Koordinator
Lebih terperinciPedoman Penyelenggaraan Lomba Kompetensi Peserta Didik
Pedoman Penyelenggaraan Lomba Kompetensi Peserta Didik 1 PEDOMAN BLOCKGRANT PENYELENGGARAAN LOMBA KOMPETENSI PESERTA DIDIK KURSUS i ii PEDOMAN BLOCKGRANT PENYELENGGARAAN LOMBA KOMPETENSI PESERTA DIDIK
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06/Permentan/OT.140/2/2015 TENTANG
PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06/Permentan/OT.140/2/2015 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN
Lebih terperinciPETUNJUK TEKNIS BANTUAN KEUANGAN KEPADA PEMERINTAH DESA BERKEMBANG TAHUN 2011
LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2011 TANGGAL 18 Januari 2011 PETUNJUK TEKNIS BANTUAN KEUANGAN KEPADA PEMERINTAH DESA BERKEMBANG TAHUN 2011 I. PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran Dalam
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.162, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN KUKM. Program. Bantuan Sosial. Pengembangan KUKM Peyelenggaraan. Pedoman. Perubahan. PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK
Lebih terperinciSkim Pembiayaan Mikro Agro (SPMA)
28 Bab V. Analisis Kebijakan Kapital, Sumberdaya Lahan dan Air Skim Pembiayaan Mikro Agro (SPMA) Pendahuluan Latar Belakang Peraturan Presiden (PERPRES) Republik Indonesia Nomor 7 tahun 2005 tentang Rencana
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN TENTANG
GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2012. TENTANG PETUNJUK TEKNIS BANTUAN KEUANGAN KEPADA PEMERINTAH DESA DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR KEP.25/MEN/2009 TENTANG
KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.25/MEN/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KELAUTAN DAN PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KOTA KEDIRI
W A L I K O T A K E D I R I PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KOTA KEDIRI Menimbang WALIKOTA KEDIRI, : a. bahwa pelaksanaan pembangunan merupakan
Lebih terperinci2 yang dikoordinasikan oleh Sekretaris Jenderal dengan anggota dari masingmasing unit kerja eselon I terkait. PUMP, PUGAR, dan PDPT merupakan upaya ke
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2/PERMEN-KP/2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KELAUTAN DAN PERIKANAN PEDOMAN PELAKSANAAN
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.487, 2015 KEMENKOP-UKM. Bantuan Sosial. Pengembangan Koperasi. Mikro. Kecil. Wirausaha. Lembaga Pendidikan. Non Pemerintah. Penyelenggaraan. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN
Lebih terperinciWALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 67 TAHUN 2011
SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 67 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN HIBAH DALAM BENTUK UANG KEPADA BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT DALAM RANGKA PELAKSANAAN PROGRAM
Lebih terperinciKEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA NOMOR 81 /PER-DJPB/2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN
Lebih terperinciBUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 40 TAHUN 2017 TENTANG
BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 40 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN BANTUAN (COMMUNITY DEVELOPMENT) UNTUK MENGENTASKAN KEMISKINAN (CDMK) BANTUAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
Lebih terperinciBUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM GERAKAN BERSAMA RAKYAT ATASI KAWASAN PADAT, KUMUH, DAN MISKIN DI KABUPATEN TANGERANG
Lebih terperinciBUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KABUPATEN PASURUAN
BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,
Lebih terperinciKEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS Nomor KEP. 31/LATTAS/II/2014 TENTANG
KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI RI DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS Jalan Jenderal Gatot Subroto Kav. 51 Lantai VI Blok A Telepon 52901142 Fax. 52900925 Jakarta Selatan
Lebih terperinciBUPATI TANGERANG PROPINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 102 TAHUN 2015 TENTANG
BUPATI TANGERANG PROPINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 102 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN GERAKAN SERIBU SARANA SANITASI KABUPATEN TANGERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciBUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 11 TAHUN 2006 TENTANG
SALINAN 1 BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 11 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN POTENSI KESEJAHTERAAN SOSIAL MASYARAKAT (P2KSM) KABUPATEN PURWOREJO
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komoditi perkebunan yang sebagian terbesar merupakan perkebunan rakyat, perjalanan sejarah pengembangannya antara usaha perkebunan rakyat dan perkebunan besar, berjalan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 /PER/M.KUKM/ II /2011 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PROGRAM BANTUAN PENGEMBANGAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinci2016, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan L
No. 1449, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPORA. Sentra Pemberdayaan Pemuda. PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG SENTRA PEMBERDAYAAN PEMUDA DENGAN
Lebih terperinciSamarinda, 29 Februari 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN
Samarinda, 29 Februari 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN PENDAHULUAN Peraturan Menteri Keuangan Nomor 241/PMK.05/2011 tanggal 27
Lebih terperinciMENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 176 TAHUN 2011 TENTANG
SALINAN MENTERI SOSIAL PERATURAN MENTERI SOSIAL NOMOR 176 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN HIBAH DALAM NEGERI DALAM BENTUK UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : MENTERI SOSIAL, a. bahwa sumber
Lebih terperinciBUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG
BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM GERAKAN BERSAMA RAKYAT ATASI KAWASAN PADAT, KUMUH, DAN MISKIN (GEBRAK PAKUMIS) KABUPATEN
Lebih terperinciMENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 17/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG
MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 17/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN GABUNGAN KELOMPOK TANI BERPRESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR
PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 19/Per/M.KUKM/VIII/2006 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PERKUATAN PERMODALAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DI KAWASAN
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG
1 2016 No.31,2016 BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL Kantor Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Bantul. KELUARGA.KESEJAHTERAAN.PERANAN WANITA.Pedoman. Pemberian. Bantuan Keuangan Khusus. Kegiatan. Program.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Akses pangan merupakan salah satu sub sistem ketahanan pangan yang menghubungkan antara ketersediaan pangan dengan konsumsi/pemanfaatan pangan. Akses pangan baik apabila
Lebih terperinciKATA SAMBUTAN. Direktur Jenderal PNFI Depdiknas
ipembentukan TUK KATA SAMBUTAN Direktur Jenderal PNFI Depdiknas Pendidikan diselenggarakan secara berkeadilan, bermutu dan relevan dengan kebutuhan masyarakat baik lokal, nasional, maupun global sehingga
Lebih terperinci2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 674, 2016 KEMENPORA. Bantuan. Pengelolaan dan Pertanggungjawaban. PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN UMUM
Lebih terperinciBUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG
SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN BANTUAN KEUANGAN YANG BERSIFAT KHUSUS KEPADA PEMERINTAH DESA YANG BERSUMBER
Lebih terperinciBUPATI BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA
BUPATI BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG LEMBAGA ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BUTON, Menimbang : a. bahwa adat istiadat dan nilai
Lebih terperinciPANDUAN PELAKSANAAN FASILITASI PEMBINAAN WANAWIYATA WIDYAKARYA TAHUN 2017 I. PENDAHULUAN
PANDUAN PELAKSANAAN FASILITASI PEMBINAAN WANAWIYATA WIDYAKARYA TAHUN 2017 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu target RPJM tahun 2015 2019 Pusat Penyuluhan - BP2SDM adalah pembentukan 250 Lembaga
Lebih terperinciTENTANG TATA KERJA PEJABAT PENGELOLA PELAYANAN INFORMASI DAN DOKUMENTASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO
TENTANG TATA KERJA PEJABAT PENGELOLA PELAYANAN INFORMASI DAN DOKUMENTASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciPEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016
PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT PENGOLAHAN DAN PEMASARAN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH,
PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG KOMISI PENANGGULANGAN ACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY SYNDROME (AIDS) PROVINSI JAWA TENGAH DAN SEKRETARIAT KOMISI PENANGGULANGAN ACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY
Lebih terperinciBERITA NEGARA. No.210, 2013 KEMENTERIAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL. Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal. Pelimpahan. Gubernur. TA 2013.
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.210, 2013 KEMENTERIAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL. Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal. Pelimpahan. Gubernur. TA 2013. PERATURAN MENTERI PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG
MENTERI KEPUTUSAN MENTERI NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN BANTUAN BARANG DAN JASA KEPADA MASYARAKAT BIDANG KETENAGAKERJAAN DAN KETRANSMIGRASIAN TAHUN 2012 MENTERI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinci2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2005 Nomor 89, Tambaha
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.318, 2015 KEMENPORA. Pelimpahan Sebagian Urusan Pemerintahan. Kepemudaan, Keolahragaan, Kepramukaan. Gubernur. Dekonsentrasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.254, 2014 KEMEN PDT. Dekonsentrasi. Perencanaan. Fasilitasi. Gubernur. AF PERATURAN MENTERI PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01/Permentan/OT.140/1/2014 TENTANG
PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01/Permentan/OT.140/1/2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN
Lebih terperinciBUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PROGRAM BANTUAN SOSIAL PENGEMBANGAN KOPERASI, USAHA MIKRO KECIL MENENGAH SERTA WIRAUSAHA
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 54 /PB/2007 TENTANG PETUNJUK PENCAIRAN DAN PENYALURAN DANA PENGUATAN MODAL
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 17 Tahun : 2015
BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 17 Tahun : 2015 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYALURAN BANTUAN
Lebih terperinciGUBERNUR LAMPUNG PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR 34 TAHUN 2007
GUBERNUR LAMPUNG PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR 34 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYALURAN DAN PENGEMBALIAN DANA PENGUATAN MODAL USAHA KELOMPOK (PMUK) BERGULIR PADA DINAS PERKEBUNAN PROVINSI LAMPUNG
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN SERANG
BERITA DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 42 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI KABUPATEN SERANG NOMOR 42 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI KECAMATAN DITERBITKAN OLEH BAGIAN ORGANISASI SETDA KAB. SERANG TAHUN
Lebih terperinciBUPATI BULUNGAN SALINAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG ALOKASI DANA KELURAHAN
Menimbang : BUPATI BULUNGAN SALINAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG ALOKASI DANA KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN, a. bahwa dalam rangka menunjang kelancaran
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. NOMOR: 28/Per/M.KUKM/VII/2007
Draft Tanggal 5 Juli 2007 PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 28/Per/M.KUKM/VII/2007 TENTANG PEDOMAN PROGRAM SARJANA PENCIPTA KERJA MANDIRI (PROSPEK
Lebih terperinciBUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO,
BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN UMUM PENYELENGGARAAN PROGRAM SOLUSI KEMISKINAN (POVERTY SOLUTION PROGRAM/ PSP) DI KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciPEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03//Permentan/OT.140/1/2011 TANGGAL : 31 Januari 2011 PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2011 DIREKTUR PERBIBITAN TERNAK ABUBAKAR
0 KATA PENGANTAR Kondisi usaha pembibitan sapi yang dilakukan oleh peternak masih berjalan lambat dan usaha pembibitan sapi belum banyak dilakukan oleh pelaku usaha, maka diperlukan peran pemerintah untuk
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2/PERMEN-KP/2013 TENTANG
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2/PERMEN-KP/2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciWALIKOTA BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR SAMISAKE
SALINAN WALIKOTA BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR SAMISAKE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU, Menimbang : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciBUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG
BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KABUPATEN SUKOHARJO BUPATI
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 39 TAHUN 2014
BERITA DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 39 TAHUN 2014 PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 39 TAHUN 2014 TENTANG FUNGSI SEKRETARIAT, ASISTEN, BAGIAN DAN RINCIAN TUGAS SUB BAGIAN SERTA TATA KERJA PADA SEKRETARIAT DAERAH
Lebih terperinciPEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016
PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT PENGOLAHAN DAN PEMASARAN
Lebih terperinciBUPATI BULUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN,
BUPATI BULUNGAN SALINAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN BANTUAN SOSIAL DAN HIBAH PEMERINTAH KABUPATEN BULUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Kredit Usaha. Pembibitan Sapi. Pelaksanaan. Pencabutan.
No.304, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Kredit Usaha. Pembibitan Sapi. Pelaksanaan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR :40/Permentan/PD.400/9/2009 TENTANG PEDOMAN
Lebih terperinci- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG
- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,
Lebih terperinciGUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PENANGANAN PENGANGGURAN
GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PENANGANAN PENGANGGURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat GUBERNUR GORONTALO, : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciBUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN
BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, Menimbang
Lebih terperinci2015, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), perlu menetapkan Peraturan Menteri Pemuda dan Olahra
No. 544, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPORA. Belanja Barang Non Operasional. Pemangku Kepentingan. Pertanggungjawaban. Pengelolaan. Pedoman Umum. PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 10 TAHUN 2014
PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR,
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Direktur Pembinaan Kursus dan Kelembagaan Ditjen PNFI Depdiknas
KATA PENGANTAR Direktur Pembinaan Kursus dan Kelembagaan Ditjen PNFI Depdiknas Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan kerja keras dan upaya yang tidak mengenal lelah
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 064 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 064 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO
PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PROGRAM PEMBERDAYAAN POTENSI KESEJAHTERAAN SOSIAL MASYARAKAT (P2KSM) KABUPATEN PURWOREJO DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciPETUNJUK PELAKSANAAN BANTUAN SOSIAL PEMBANGUNAN RUMAH TIDAK LAYAK HUNI DI KABUPATEN KARAWANG
I. PENDAHULUAN LAMPIRAN : NOMOR : 38 TAHUN 2011 TANGGAL : 23 DESEMBER 2011 a. Latar Belakang Salah satu program pembangunan Kabupaten Karawang adalah Pembangunan Rumah Tidak Layak Huni merupakan Program
Lebih terperinciWALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR
WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENERBITAN SURAT KETERANGAN TERDAFTAR BAGI ORGANISASI KEMASYARAKATAN, BADAN DAN LEMBAGA DI
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO
BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 40 TAHUN : 2013 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYALURAN BANTUAN SOSIAL DALAM RANGKA PENGENTASAN KEMISKINAN TAHUN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN,
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH Komplek Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jl. Jenderal Sudirman, Senayan Jakarta 10270 Telp. 5725058, 57906195
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 08/Per/M.KUKM/II/2007 TENTANG
PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 08/Per/M.KUKM/II/2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PROGRAM PEMBIAYAAN PRODUKTIF KOPERASI DAN USAHA MIKRO (P3KUM) POLA
Lebih terperinciPEDOMAN PELAKSANAAN KREDIT USAHA PEMBIBITAN SAPI
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 40/Permentan/PD.400/9/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KREDIT USAHA PEMBIBITAN SAPI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa usaha
Lebih terperinciBUPATI BANDUNG PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN DANA DESA DI KABUPATEN BANDUNG TAHUN ANGGARAN 2017
BUPATI BANDUNG PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN DANA DESA DI KABUPATEN BANDUNG TAHUN ANGGARAN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN -1- PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) TAHUN ANGGARAN 2010
LAMPIRAN I : PERATURAN BUPATI MAJALENGKA Nomor : 8 Tahun 2010 Tanggal : 6 Agustus 2010 Tentang : PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) TAHUN ANGGARAN 2010 PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA (ADD)
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Tahun 2002 pemerintah melalui Departemen Pertanian RI mengeluarkan kebijakan baru dalam upaya
Lebih terperinciMENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG
SALINA N MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENDAFTARAN ORGANISASI KEMASYARAKATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM
Lebih terperinciBUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG
SALINAN BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PEMBAGIAN RINCIAN DANA DESA SETIAP DESA SERTA PENGGUNAAN DANA DESA DI KABUPATEN
Lebih terperinciPedoman Umum Pendayagunaan Tenaga Kerja Sukarela
Pedoman Umum Pendayagunaan Tenaga Kerja Sukarela A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pengangguran merupakan salah satu permasalahan serius bangsa yang secara terus-menerus menjadi perhatian pemerintah.
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG PENGUATAN PEMODALAN KOPERASI, USAHA MIKRO DAN KECIL POLA BERGULIR
PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG PENGUATAN PEMODALAN KOPERASI, USAHA MIKRO DAN KECIL POLA BERGULIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa koperasi, usaha
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10/Per/M.KUKM/VI/2016 TENTANG PENDATAAN KOPERASI, USAHA KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOPERASI
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Penanggulangan Kemiskinan. Pendanaan. Pusat. Daerah. Pedoman.
No.418, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Penanggulangan Kemiskinan. Pendanaan. Pusat. Daerah. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 168 /PMK.07/2009 TENTANG
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 45 TAHUN 2013
SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL DALAM BENTUK UANG KEPADA BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT DALAM RANGKA PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL
Lebih terperinciBUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 51 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 51 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang: a. bahwa dengan telah ditetapkannya
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.316, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Data Kinerja. Pengumpulan. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 11 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGUMPULAN
Lebih terperinciPANDUAN PETUNJUK TEKNIS BANTUAN PEMERINTAH PENGEMBANGAN SEKOLAH MODEL PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN
PANDUAN PETUNJUK TEKNIS BANTUAN PEMERINTAH PENGEMBANGAN SEKOLAH MODEL PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH 2017 PANDUAN PETUNJUK
Lebih terperinci