Daftar Isi Kata Pengantar I Sebuah Imbauan A Sajak-Sajak i Pendirian, Pembangunan dan Perkembangan Ureca Kegiatan Organisasi Kemahasiswaan Ureca

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Daftar Isi Kata Pengantar I Sebuah Imbauan A Sajak-Sajak i Pendirian, Pembangunan dan Perkembangan Ureca Kegiatan Organisasi Kemahasiswaan Ureca"

Transkripsi

1

2 Daftar Isi Kata Pengantar I Sebuah Imbauan A Sajak-Sajak i Pendirian, Pembangunan dan Perkembangan Ureca Siauw Tiong Djin: Baperki, Ureca Dan Siauw Giok Tjhan 1 Go Gien Tjwan: Riwayat Ureca 39 Dali Santun Naga: Pendidikan Dan Jiwa Ureca 64 Kegiatan Organisasi Kemahasiswaan Ureca Sie Ban Hauw: Pendirian Dan Perkembangan Ureca 73 Benny Setiono: Ureca Mengubah Perjalanan Hidup Saya 94 Kwan Siu Hwa: Ureca & The Sense Of Belonging 115 Nancy Wijaya: Kenangan Manis Tour Kesenian Ureca 124 Liem Tjwan Gie: Resimen Mahajaya Ureca 131 Serba-serbi Kenangan dan Pengalaman berkuliah di Ureca Oey Jam Tjhioe: Pembangunan Fakultas Teknik Ureca 135 Tan Sien Tjhiang: Fakultas Sastra Ureca 143 Liem Heng Hong: Berkuliah Di Fakultas Hukum Ureca 149 Ang Hong Beng: Perkembangan Fakultas Teknik Ureca 159 Yap Tjay Hian: Ureca Yogyakarta 166 Muhammad Khairul: Kenangan Indah Di Ureca 169 George Tabaluyan: Fakultas Kedokteran Gigi Ureca 180 Liem Djie Gwan: Fakultas Teknik Dan Perkembangannya 186 Tony Setiabudhi: Fakultas Kedokteran Universitas Baperki 192 Liem Lun Tiong: Fakultas Hukum Ureca 200 Harry Singgih: Sebagai Mahasiswa Dan Milis Ureca 205 Adi Purnomo: Perpeloncoan Di Ureca 220

3 Akhir Hidup Ureca Tan Ping Ien: Pembakaran Ureca 223 Tan Swie Ling: Mengapa Ureca Dibakar? 234 Jiwa Ureca tetap hidup: Reuni dan Milis Ureca Liem Heng Hong: Reuni Meneruskan Jiwa Ureca 237 Siauw Tiong Tjing: Milis Ureca Berkiprah 244

4 KATA PENGANTAR Hampir setengah abad yang lalu, tepatnya pada tanggal 15 Oktober 1965, sebuah universitas swasta yang bernama Universitas Res Publica (Ureca) dibakar oleh massa yang dikerahkan oleh sebuah rezim militer baru di bawah pimpinan Jendral Suharto. Rezim Militer yang didukung oleh blok barat, yang dipimpin oleh Amerika Serikat. Lahan dan fasilitas Ureca kemudian diambil-alih -- berdasarkan keputusan pemerintah yang dikontrol oleh Jendral Suharto -- oleh Yayasan Trisakti yang mengelola Universitas Trisakti. Persoalan kepemilikan lahan di mana Universitas Trisakti berada, kini dalam persengketaan antara Yayasan Trisakti dan pihak rektoriat. Universitas Res Publica (Universitas untuk kepentingan umum), didirikan, diasuh dan dikembangkan oleh Baperki (Badan Permusyawaratan Kewarganegaraan Indonesia). Dalam waktu sangat singkat, sebelum akhir 1965, universitas ini berkembang sebagai sebuah universitas swasta yang terbesar di Indonesia, dengan mutu pendidikan setaraf dengan banyak perguruan tinggi nasional se perti Universitas Indonesia dan Institut Teknologi Bandung. Pergantian politik drastik yang terjadi setelah peristiwa G30S 1 Oktober 1965 mengubah peta politik Indonesia. Kekuatan politik yang bisa dikatakan berada di atas angin sebelumnya, dalam waktu sekejap dinyatakan sebagai golongan yang harus diganyang dan dihilangkan dari permukaan politik Indonesia. Kekuatan kelompok kiri ini bergabung dalam sebuah koalisi politik yang melibatkan PKI (Partai Komunis Indonesia), Presiden Sukarno dan beberapa partai dan ormas, termasuk Baperki. Baperki adalah sebuah organisasi massa yang sebagian besar anggotanya terdiri dari komunitas Tionghoa. Sejarah menunjuk-kan bahwa kekuatan kiri yang di singgung di atas, terutama Presiden Sukarno adalah pendukung sekaligus pelindung Baperki yang tujuan utamanya mengajak semua orang Tionghoa di Indonesia baik yang peranakan maupun yang totok untuk menjadi patriot Indonesia, mencintai Indonesia sebagai tanah airnya dan memiliki status hukum sebagai warga negara Indonesia. Baperki menentang semua kebijakan rasis yang dikeluarkan pemerintah dan yang dirumuskan oleh banyak pimpinan partai politik yang bergabung di kelompok kanan. Itulah alasan utama mengapa Baperki masuk dalam kelompok kiri yang dipimpin oleh Presiden Sukarno. Keberadaan Baperki di kelompok kiri tersebut menyebabkan ia turut tergulir dan diganyang oleh kekuatan kanan yang dipimpin oleh Jendral Suharto. Kekuatan militer yang membunuh lebih dari satu juta orang yang kiri tidak bersalah dan melakukan persekusi masal, sehingga seratus ribu orang berada dalam tahanan berbelas I

5 tahun tanpa proses pengadilan apa-pun dan ratusan ribu lainnya masuk dalam kategori tidak bebas G30S/PKI, sehingga tidak bisa menikmati hak-hak wajar sebagai warga negara Indonesia. Langgam perjuangan Baperki bersifat membangun. Ia tidak melawan rasisme di berbagai bidang dengan slogan-slogan anti rasisme. Baperki melawan arus rasisme dengan merumuskan dan melaksanakan berbagai langkah konstruktif (membangun) sebagai jalan keluar yang menyebabkan dampak rasisme berkurang atau hilang sama sekali. Pendirian Yayasan Pendidikan dan Kebudayaan Baperki yang dipimpin oleh ketua umumnya, Siauw Giok Tjhan merupakan contoh kongkrit langgam perjuangan yang membangun ini. Dalam waktu singkat, yayasan yang didirikan pada tahun 1958 menjalan-kan ratusan sekolah di berbagai kota besar Indonesia. Dan pada akhir 1958, ia mendirikan pula sebuah Universitas Swasta. Tindakan membangun ini menyebabkan puluhan ribu pelajar Tionghoa tertampung, bisa terdidik dengan kurikulum nasional. Dan ribuan pemuda Tionghoa, baik yang berkewarganegaraan Indonesia atau berstatus asing memperoleh kesempatan belajar di perguruan tinggi. Tanpa Baperki, kemungkinan ini tidak akan ada, karena pada waktu itu jumlah perguruan tinggi sedikit dan jumlah Tionghoa berkewarganegaraan Indonesia yang masuk sangat dibatasi. Tionghoa yang berstatus asing lebih tidak berharapan. Pendirian dan pengembangan sekolah-sekolah dan universitas Baperki dilakukan dengan semangat gotong royong dan berdikari, melibatkan para simpatisan Baperki, komunitas pedagang Tionghoa baik yang besar maupun yang kecil, para cendekiawan, para orang tua dan para pelajar dan mahasiswa Baperki. Pembangunan beberapa gedung di berbagai kampus Ureca diba-ngun oleh para mahasiswa-nya sendiri. Ureca adalah satusatunya universitas yang dibangun oleh mahasiswa-nya sendiri. Kebijakan pimpinan Yayasan Pendidikan dan Kebudayaan Baperki mampu menarik para cendekiawan sebagai tim pengajar yang berkaliber tinggi, sehingga mutu akademik yang ditawarkan dihargai oleh masyarakat, baik Tionghoa maupun non Tionghoa. Oleh kekuasaan militer Ureca dianggap sebagai universitas komunis, sehingga ada dasar untuk dihancurkan. Tulisan-tulisan di buku ini membantah tuduhan itu. Tidak ada indoktrinasi komunisme di Ureca. Yang ada hanyalah dorongan untuk mengerti ideologi negara, untuk mencintai Indonesia dengan mengenal kebudayaan Indonesia, untuk meraih ilmu pengetahuan praktis supaya bisa cepat membaktikan pengetahuan demi pembangunan Indonesia. Ureca adalah satu-satunya universitas di Indonesia yang memberi bimbingan dan dorongan yang bersandar atas prinsip pembangunan nasion Indonesia. II

6 Proses peng-indonesiaan yang dilakukan Ureca ternyata sangat efektif. Dalam waktu singkat, ribuan mahasiswa yang karena latar belakang pendidikan Tionghoa-nya tidak mengenal Indonesia, berubah menjadi orang-orang Indonesia yang mengenal sejarah Indonesia, mengenal kebudayaan Indonesia dan karena itu, mencintai Indonesia. Setengah abad setelah Ureca terpaksa dihentikan, kecintaan terhadap Indonesia masih melekat di setiap alumni Ureca. Karena situasi politik di luar kontrol Baperki, Ureca tidak sempat melahirkan ribuan sarjana. Akan tetapi sebagai institusi pendidikan, ia berhasil meng-indonesiakan ribuan orang yang tadinya tidak mengenal Indonesia dan tidak menganggap Indonesia sebagai tanah airnya. Ia merupakan satu-satunya perguruan tinggi dengan prestasi ini. Ureca berperan dalam pembangunan nasion Indonesia, nasion yang ber-bhinneka Tunggal Ika. Buku ini disusun untuk menggambarkan sejarah pendirian, perkembangan Ureca dan bagaimana kecintaan para mahasiswanya terhadap Ureca. Juga dituturkan bagaimana jiwa mulia Ureca masih dipertahankan oleh para alumni Ureca hingga sekarang. Generasi muda dan mendatang harus tahu tentang keberadaan Ureca yang diasuh dan dibina oleh Baperki dalam sejarah Indonesia. Penyusunan buku ini diprakarsai oleh Liem Heng Hong, Tan Ping Ien, Jo Goan Lie (Dali Santun Naga), Sie Ban Hauw dan para teman lain. Kami ucapkan banyak terima kasih kepada semua penyumbang tulisan dan semua pihak yang telah banyak membantu sehingga penerbitan buku ini bisa dilakukan. Beberapa tulisan yang kami terima telah disunting untuk penyesuaian bahasa termasuk ejaan baru. Semua kesalahan yang berkaitan dengan tindakan penyuntingan ini adalah tanggung jawab penyunting, Siauw Tiong Djin. Panitia Penyusun Buku Ureca Maret III

7 Sebuah Imbauan Sie Ban Hauw Di reuni URECA ke 7 di Hotel Seruni, Cisarua Mei 2012 yg lalu, banyak teman, termasuk bapak Prof. Ir. Jo Goan Lie, mendorong kami untuk menulis dan menerbitkan sebuah buku kenangan tentang riwayat Ureca yang kita cintai. Ureca didirikan oleh Yayasan Pendidikan dan Kebudayaan Baperki yang mewujudkan inspirasi dan angan-angan bapak Siauw Giok Tjhan. Karena Ureca dibangun dengan semangat gotong royong melibatkan para pengajar, para mahasiswa yang berkuliah di sana dan para penyumbang, terdapat banyak kenangan, sekaligus kebanggaan. Dari pihak luar, bangkit dan berkembang kekaguman, karena Ureca memiliki keunikan dan mencerminkan kekuatan gotong royong dan semangat berdikari. Bapak Go Gien Tjwan dalam tulisannya-pun pernah menyatakan bahwa Ureca adalah universitas yang memiliki keunikan tersendiri, dan tidak ada yang menyamainya di Indonesia. Atas dasar semangat gotong-royong, pimpinan yayasan didukung oleh masyarakat Tionghoa, masyarakat civitas academica, para pengusaha serta tokoh-tokoh pejuang angkatan 45 dan para mahasiswa Ureca telah mengembangkan sebuah universitas swasta terbesar dan bermutu di Indonesia. Mereka juga berhasil membangun berbagai gedung dan fasilitas dengan prinsip berdikari. Inilah ciri khas Ureca. Para mahasiswa Ureca dan para dosennya, sebelum Ureca di serang pada tanggal 15 Oktober 1965, sedang dalam persiapan membangun gedung baru berlantai 3. Kami baru sampai tahap pengecoran fondasi. Pembangunan seyogyanya dilakukan sen-diri oleh para mahasiswa Ureca. Upaya agung itu tidak bisa dilanjutkan karena Ureca diserang, dibakar dan dirusak oleh kekuatan massa yang dikerahkan militer pada tanggal 15 Oktober Semua gedung Ureca di kedua kampus, kampus A dan Kampus B, termasuk asrama mahasiswa yang dibangun sendiri oleh para mahasiswa hancur. Semangat kecintaan kepada Alma mater, kebersamaan saat kita belajar bersama, kegotong-royongan membangun asrama mahasiswa, kegiatan bersama membangun fondasi gedung baru, ke-setia-kawanan sesama Alma mater dan gemblengan para pengajar Ureca telah menempa kita semua, sehingga walaupun banyak di antara kita putus kuliah, kita semua mampu terjun A

8 dalam masyarakat dengan bekal pengetahuan dan semangat yang kuat. Kuliah Studium Generale yg diberikan oleh bapak Siauw Giok Tjhan tentang Nation and Character Building serta perjuangan para warga keturunan Tionghoa dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan pun merupakan gemblengan yang sangat berguna dalam menghadapi berbagai kesulitan hidup setelah tahun Kami harapkan buku yang menggambarkan riwayat sebuah Universitas Unik -- Ureca --, dan menunjukkan kegigihan semua civitas academica yang ikut serta memperjuangkan kebesaran, kemuliaan dan kekompakan dalam mencapai mutu pendidikan tinggi untuk semua warga negara Indonesia dalam membangun nasion Indonesia yang pluralis. Generasi mendatang harus tahu bahwa di bumi ini ada lembaga pendidikan unik yang luar biasa dan berjasa untuk pembangunan Nasion Indonesia yang bernama Universitas Res Publica. Diharap penuturan ini dijadikan sebuah contoh atau pedoman untuk semua pihak yang berhubungan dengan dunia pendidikan. Sie Ban Hauw Mantan Ketua Dewan Mahasiswa Ureca B

9 Sajak-Sajak Aku dan Ureca (oleh Harry Singgih) akhir tahun enam puluh dua Aku tiba di Ureca Setahun kemudian ku tinggalkan dia karena aku pindah kuliah ke mancanegara apa yang tersisa hanyalah pengenalan sebatas selayang pandang lewat setengah abad tak kunyana, tak kusangka berjumpa aku dengan Milis Ureca serta-merta aku melihatnya sebagai wahana tingkatkan pengenalan sebatas selayang pandang jadi pershabatan dilandasi kesetaraan & kebersamaan tak kenal batas ras dan agama i

10 Siauw Giok Tjhan Dalam Kenangan (Oleh Anak Teratai) Sandal jepit yang menopang kaki Itulah kesederhanaan panutan kami Ajaran civic kebersamaan yang disampaikan Untuk mengabdi bumi persada Indonesia Wahana inspirasi yang tak lentur oleh jaman Gelombang pasang menerpa bumi kita berpijak Ibu pertiwi dalam konflik kepentingan Olengan kapal melelahkan pengemudi Karno terhempas dari singgasana pengabidian Trenyuh juga karena perang dingin Jalinan persatuan terpecah belah Hasutan kebencian merana tak berkunjung Aku putih engkau merah terpisahkan Nandung kesedihan melantunkan irama duka Derita kesunyian berpagar tembok Asa dan harapan tak pernah meluntur Lamunan sepi tentang bakti pertiwi Abadi membara dalam tubuh yang renta Menguatkan tekad persatuan dalam kebhinnekaan Keberanian prinsip tetap tak berubah Ejekan, fitnahan, cercaan terpatri Nasib dipaksa berpisah meninggalkan Tanah Air Anggota keluarga porak poranda ke manca negara Niat cinta rayuan pulau kelapa tetap membahana Getaran kesetiaan tak punah dalam kematian Akhir hayat tak akan membendung semangat Namamu senantiasa terkenang dalam hati ii

11 Lambang Baperki

12 Sejarah dan Perkembangan Baperki, Ureca dan Siauw Giok Tjhan dalam Pembangunan Nasion Indonesia Pendahuluan Siauw Tiong Djin Keberadaan dan perkembangan Ureca Universitas Res Publica -- tidak bisa dipisahkan dari kehadiran Baperki (Badan Permusyawaratan Kewarganegaraan Indonesia) dalam kancah politik Indonesia. Perkembangan Baperki sangat tergantung pula atas dasar dan sikap perjuangan serta sepak terjang ketua umumnya, Siauw Giok Tjhan dan para teman seperjuangannya. Sejak Siauw Giok Tjhan terjun dalam berbagai kegiatan sosial dan politik pada tahun 1932 di Surabaya, dunia pendidikan untuk komunitas Tionghoa sudah menjadi perhatiannya. Ini ternyata berupa salah satu komitmen perjuangan jangka panjangnya. Oleh karena itu untuk mengerti mengapa Ureca berkembang sebagai sebuah universitas yang unik, lain dari yang lain untuk ukuran Indonesia, bahkan internasional, kita perlu meneropong sejarah perjuangan Siauw. Siauw masuk ke dalam gerakan politik pada usia muda di zaman penjajahan Belanda karena terpanggil untuk mencari jalan keluar untuk komunitas-nya, komunitas Tionghoa di Surabaya. Pada ketika itu jarang sekali pemuda Tionghoa, terutama dari kelas menengah atas seperti Siauw, yang memiliki kesadaran untuk ber-politik, apalagi terjun dalam kegiatan mendukung kemerdekaan Indonesia. Sebuah kegiatan yang mengandung resiko besar karena penjajah Belanda bersikap ganas terhadap para pejuang kemerdekaan. Para guru politiknya, di antaranya Sutomo, Tjipto Mangunkusumo, Liem Koen Hian dan Tan Ling Djie menanamkan kesadaran bahwa dalam menghadapi masalah, yang harus dilaksanakan adalah pencarian dan realisasi jalan keluar dari masalah yang dihadapi, bukan hanya sekedar menentang apa yang tidak berkenan dan merugikan golongan yang dibela. Sikap perjuangan membangun inilah yang menjadi langgam kerja Siauw sebagai seorang politikus dan pemimpin organisasi massa. Sejak zaman penjajahan ia menyadari bahwa penyelesaian masalah Tionghoa merupakan bagian pembangunan bangsa nasion Indonesia. Kemerdekaan mutlak dan pembangunan masyarakat adil dan makmur merupakan penyelesaian yang 1

13 Universitas Res Publica menjamin keamanan dan ketentraman hidup komunitas Tionghoa di Indonesia. Sejak awal kemerdekaan Siauw dipilih mewakili komunitas Tionghoa di badan-badan legislatif, turut membuahkan berbagai undang-undang yang dianggapnya conducive untuk Indonesia secara keseluruhan dan Tionghoa khususnya. Landasan perjuangannya adalah Manifesto Politik 1945 yang berjanji me-ngajak semua warga negara Indonesia keturunan asing untuk menjadi patriot Indonesia sejati, membangun nasion Indonesia. Baperki lahir sebagai respons positif terhadap berkembangnya rasisme dan keinginan sebagian tokoh politik untuk mengasing-kan sebanyak mungkin orang Tionghoa di Indonesia. Baperki mencanangkan berbagai jalan keluar politik dan sosial untuk mengikis habis rasisme yang menurutnya adalah warisan kolonialisme. Yayasan Pendidikan dan Kebudayaan Baperki yang mengasuh dan membina ratusan sekolah dan universitas Baperki yang kemudian dinamakan Universitas Res Publica (Ureca), pun lahir sebagai respons positif terhadap diskriminasi rasial dalam bidang pendidikan. Sekolah-sekolah dan universitas Baperki menampung puluhan ribu siswa Tionghoa yang tidak bisa ditampung untuk mengejar ilmu sebagai bekal hidupnya. Kegiatan Politik Siauw Giok Tjhan hingga terbentuknya Baperki Pada tahun 1932, Siauw menjadi yatim piatu pada waktu berusia 18 tahun. Ketika ia masih duduk di tingkat terakhir pendidikan Belanda elite HBS di Surabaya, di sekolah mana, beberapa tokoh nasionalis Indonesia juga bersekolah, antara lain Bung Karno dan Ruslan Abdulgani. Sebenarnya setelah menjadi yatim piatu, Siauw tidak lagi mampu menyelesaikan pendidikan HBS yang uang sekolahnya tinggi. Karena prestasi akademik-nya, kepala sekolah dan beberapa guru HBS bersepakat memberi Siauw beasiswa selama kurang lebih enam bulan, sehingga ia bisa menyelesaikan HBS. Setelah lulus HBS, mengingat pengalamannya sebagai seorang yang hampir terpaksa meninggalkan bangku sekolah karena tidak memiliki biaya, ia terdorong untuk membantu sebanyak mungkin teman-teman Tionghoa sebaya di daerah Kapasan -- di mana ia lahir dan tumbuh besar yang tidak berkesempatan untuk sekolah. Dengan gotong royong, ia berhasil mendirikan sekolah tingkat sekolah menengah -- cuma-cuma untuk 2

14 3 Sejarah dan Perkembangan mereka yang tidak bisa memperoleh pendidikan. Siauw sendiri turut mengajar dan berfungsi sebagai kepala sekolah. Terbentur oleh berbagai masalah praktis, Siauw kemudian mengubah program pendidikan sekolahnya, menuju ke arah ketrampilan. Usaha selama setahun ini tidak berjalan baik, karena sepenuhnya tergantung atas tenaga guru yang sukarela. Kesibukan dan kebutuhan untuk mengongkosi penghidupan para guru sukarela terpaksa menghentikan sekolah tersebut. Ternyata komitmen dalam bidang pendidikan ini tetap melekat di benak Siauw dan menjadi bagian perjuangan politiknya. Sebagai yatim piatu, ruang lingkup persahabatan Siauw pun berubah. Ia lebih banyak berkumpul dengan mereka yang tidak mampu. Dan ia lalu terdorong untuk masuk study clubs yang dipimpin oleh Dr. Sutomo. Dan di sinilah ia berkenalan dengan Liem Koen Hian, seorang tokoh Tionghoa, yang menanamkan ke- Indonesia-an dalam benak Siauw, dasar perjuangan politik yang ia pegang teguh hingga akhir hayatnya 50 tahun kemudian. Liem Koen Hian mengajaknya bekerja sebagai wartawan. Permulaan di harian Sin Tit Po yang ia pimpin. Kemudian ia mengenalkan Siauw dengan Kwee Hing Tjiat yang dimodali Oei Tjong Houw, putra Oei Tiong Ham seorang Raja Gula terkenal di Hindia Belanda -- untuk memulai sebuah harian di Semarang. Harian Matahari, yang dipimpin oleh Kwee mulai terbit di awal Siauw pindah dari Sin Tit Po Surabaya ke Matahari di Semarang pada tahun Liem Koen Hian mendirikan Partai Tionghoa Indonesia (PTI) pada tahun Program politiknya menghebohkan komunitas Tionghoa. Ia mengajak komunitas Tionghoa untuk menganggap Indonesia sebagai tanah airnya, menolak arus harian Sin Po yang mengajak komunitas Tionghoa untuk tetap menerima Tiongkok sebagai negara leluhur. Sekaligus menolak aliran Chung Hua Hui yang mengajak komunitas Tionghoa untuk membela kehadiran penjajah Belanda di Indonesia. Siauw, yang sudah berkenalan dengan Liem dan menjadi salah seorang pendukungnya, di usia 18 tahun, menjadi salah satu pendiri PTI termuda. Kwee Hing Tjiat adalah salah satu pendukung Liem. Iapun bersependapat bahwa komunitas Tionghoa, terutama peranakannya, lahir, besar dan meninggal di Indonesia. Tiongkok bukan tempat yang cocok untuk Tionghoa Indonesia. Penjajahan Belanda bukan jalan keluar jangka panjang yang menjamin keamanan dan ketentraman hidup komunitas Indonesia. Satu-satunya jalur selamat untuk Tionghoa Indonesia adalah mendukung gerakan kemerdekaan Indonesia. Indonesia

15 Universitas Res Publica yang merdeka adalah tempat abadi untuk komunitas Tionghoa. Sikap dan kebijakan PTI ternyata ditentang oleh sebagian besar komunitas Tionghoa yang memiliki kesadaran politik. Ini wajar. Pada waktu itu tidak terbayang bahwa Indonesia bisa mencapai kemerdekaan. Kekuatan penjajah Belanda dianggap absolut. Tiongkok dianggap negara besar yang cukup kuat, apalagi kebijakan kewarganegaraannya adalah: setiap orang yang lahir sebagai Tionghoa tetap warga negara Tiongkok. Melalui terompet media PTI, Sin Tit Po dan Matahari, ide menerima Indonesia sebagai tanah air dan mendukung gerakan kemerdekaan Indonesia disebar luaskan ke komunitas Tionghoa peranakan. Ketika Liem Koen Hian pindah ke Jakarta pada tahun 1935, pimpinan harian Sin Tit Po pindah ke tangan Tan Ling Djie, yang baru kembali dari negeri Belanda. Tan bersama Tjoa Sik Ien, mendirikan SPTI Serikat Persatuan Tionghoa Indonesia di Belanda, yang mencerminkan sikap PTI. Tjoa, yang kemudian menjadi pemilik percetakan Sin Tit Po pun kembali ke Surabaya dari negeri Belanda sekitar tahun Ke-empat tokoh Tionghoa ini, Liem Koen Hian, Kwee Hing Tjiat, Tan Ling Djie dan Tjoa Sik Ien menjadi guru-guru politik Siauw Giok Tjhan. Kwee tidak berumur panjang. Pada tahun 1939 ia meninggal dunia. Siauw menggantikannya sebagai Pemimpin Redaksi harian Matahari. Posisi inilah yang memungkinkan Siauw kerap berhubungan dengan para tokoh nasionalis baik yang sedang diasingkan di luar pulau Jawa atau yang berada di pulau Jawa, antara lain Sukarno, Hatta, Moh. Yamin, Tjipto Mangunkusumo, Amir Sjarifuddin, Sjahrir, Achmad Subardjo dll. Tulisan-tulisan mereka dimuat dalam harian Matahari. Di zaman pendudukan Jepang, kegiatan mereka sebagai wartawan terhenti. Karena sikap anti Jepang, mereka menjadi buronan Jepang. Liem tetap bermukim di Jakarta. Tan bersembunyi di Sukabumi. Siauw menetap di Malang, menjadi pemilik toko kelontong kecil sambil menyusun kekuatan politik dan berhubungan dengan laskar-laskar pemuda nasionalis di Jawa Timur. Menjelang kemerdekaan di awal 1945, Liem Koen Hian, Tan Ling Djie, Tjoa Sik Ien dan Siauw Giok Tjhan berkali-kali bertemu di Surabaya untuk merumuskan kepentingan Tionghoa dalam negara kemerdekaan yang akan dibentuk. Liem Koen Hian adalah anggota Badan Persiapan Kemerdekaan Indonesia yang dibentuk oleh Jepang dan diketuai oleh Sukarno. Formulasi ke empat tokoh Tionghoa ini tercermin dalam pidato Liem di 4

16 Sejarah dan Perkembangan Badan tersebut. Di samping itu, dibicarakan juga program politik yang harus ditempuh komunitas Tionghoa di alam kemerdekaan. Mereka sepenuhnya bersepakat bahwa komunitas Tionghoa adalah bagian yang tak terpisahkan dari nasion Indonesia yang akan mengisi kemerdekaan. Harus pula diperjuangkan keberadaan Tionghoa sebagai warga negara yang memiliki hak dan kewajiban sama dengan semua suku yang bergabung dalam nasion Indonesia. Oleh karena itu diputuskan untuk tidak membentuk PTI lagi. Kegiatan politik harus dilaksanakan melalui partai-partai politik nasional. Inilah yang menyebabkan Tan Ling Djie, Tjoa Sik Ien dan Siauw Giok Tjhan pada tahun 1945 masuk dalam Partai Sosialis. Tan Ling Djie menjadi Sekretaris Jendral yang sangat berpengaruh di partai yang diketuai oleh Amir Sjarifuddin. Siauw, Tjoa dan Oei Gee Hwat (salah satu anggota pengurus PTI lainnya) dan Go Gien Tjwan, kawan dekat Siauw dari Malang, menduduki posisi-posisi yang berpengaruh dalam dewan pimpinan partai tersebut. Tan dan Siauw mewakili Partai Sosialis dalam KNIP dan Badan Pekerja KNIP. Kehadiran mereka dalam kancah nasional dan KNIP Komite Nasional Indonesia Pusat, lembaga legislatif di awal kemerdekaan, berhasil memperjuangkan keluarnya UU Kewarganegaraan 1946, yang sesuai dengan apa yang diperjuangkan PTI sejak ia berdiri, yaitu semua orang yang lahir di Indonesia, termasuk keturunan Tionghoa, Arab, India, Eropa dll, menjadi warga negara Indonesia, kecuali mereka menolak kewarganegaraan Indonesia. Partai Sosialis adalah partai yang paling berpengaruh di awal kemerdekaan Indonesia. Persatuan Sjahrir dan Amir Sjarifuddin di partai tersebut mendominasi pemerintahan RI dari 1945 hingga Siauw menjadi menteri negara di kabinet Amir Sjarifu-ddin dengan tugas khusus menangani masalah minoritas, yang di awal kemerdekaan merupakan senjata politik pihak Belanda untuk kembali menjajah Indonesia. Akan tetapi, sebagian besar komunitas Tionghoa, yang menjadi korban ekses-ekses revolusi kemerdekaan yang mengandung rasisme sebagai warisan penjajahan kolonialisme yang senantiasa melaksanakan kebijakan divide and rule tetap menolak ajakan para tokoh Tionghoa di Partai Sosialis untuk mendukung RI. Mereka menganggap lebih aman mendukung kembalinya penjajahan Belanda atau tetap menjadi warga 5

17 Universitas Res Publica negara Tiongkok, yang setelah Perang Dunia II berakhir menjadi salah satu Big Five di PBB. Setelah peristiwa Madiun pada tahun 1948, Partai Sosialis yang menjelma menjadi FDR - Front Demokrasi Rakyat dibawah pim pinan Amir Sjarifuddin bubar. Ketika kelompok-kelompok yang tadinya bergabung dalam FDR berhaluan kiri berkesempatan membentuk partai-partai politik pada tahun 1949, Siauw mengambil keputusan untuk tidak berpartai. Dengan demikian kehadirannya di badan legislatif parlemen (DPR) sebagai wakil minoritas yang tidak berpartai. Bertentangan dengan tuduhan para lawan politiknya, Siauw tetap tidak berpartai hingga ia ditahan oleh rezim Suharto pada tanggal 4 November Sikap ini diambil karena ia merasakan kepentingan partai politik nasional kerap berbeda dengan kepentingan minoritas Tionghoa yang ia perjuangkan. Disiplin partai membatasi ruang lingkupnya sebagai wakil minoritas Tionghoa di Parlemen. Walaupun komunitas yang ia wakili dan perjuangkan kepentingannya kerap menolak ajakannya, ia tetap teguh dengan pendiriannya bahwa Indonesia adalah tanah air komunitas Tionghoa dan penyelesaian masalah minoritas adalah bagian dari pembangunan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur. Ia tetap berjuang di parlemen mengukuhkan berbagai UU dan Peraturan Pemerintah (PP) yang menguntungkan Indonesia secara keseluruhan dan dengan gigih menentang berbagai bentuk kebijakan rasis. Sikap politik ini menyebabkannya diterima oleh sebagian besar politikus nasional. Ia berhasil membentuk sebuah Fraksi di Parlemen yang cukup berpengaruh, dinamakan Fraksi Nasional Progresif (Naspro) beranggotakan partai-partai nasionalis kecil, seperti Murba, PIR, PRN, Acoma, SKI dan tokoh-tokoh tidak berpartai seperti Iwa Kusuma Sumantri dan Mohamad Yamin. Selama zaman Demokrasi Parlementer ( ), Naspro dipimpin oleh Siauw. Beberapa anggota fraksi ini menjadi menteri-menteri di berbagai kabinet pemerintah di zaman itu. Lahirnya dan Berkembangnya Baperki Demokrasi Parlementer, setelah berakhirnya Republik Indonesia Serikat dan terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia, ternyata membuahkan pergantian kabinet secara berturutturut. Hampir setiap tahun kabinet jatuh. Kabinet - kabinet dibentuk atas dasar kekuatan partai politik yang mampu memperoleh dukungan berbagai partai politik di parlemen. Kekuasaan bersandar atas dana partai dan kekuatan ekonomi 6

18 Sejarah dan Perkembangan para donatur partai. Ini mendorong keinginan para tokoh politik untuk berdagang dengan dalih mengumpulkan dana untuk partai-nya atau memberi berbagai fasilitas kepada mereka yang memiliki kekuasaan politik. Akibatnya timbullah keinginan mengambil alih posisi para pedagang Tionghoa yang sudah sejak zaman penjajahan Belanda menguasai beberapa bidang perdagangan terutama transportasi, penggilingan padi, distribusi, ekspor dan impor. Keluarlah berbagai kebijakan rasis yang ditujukan memperkecil ruang lingkup pedagang Tionghoa. Siauw berhasil memperoleh dukungan Fraksi Nasional Progresif yang ia pimpin dan beberapa partai lainnya di parlemen untuk melawan arus rasisme ini, dengan dalih para pedagang Tionghoa adalah warga negara Indonesia yang memiliki hak dan kewajiban sama dengan mereka yang dinamakan asli atau pribumi. Ironisnya, keberhasilan Siauw dan para pendukungnya ini melahirkan arus baru, yaitu kebijakan meng-asing-kan semua Tionghoa, sehingga berbagai izin perdagangan tidak berlaku lagi untuk para pedagang Tionghoa. Keluarlah Rancangan Undang-Undang (RUU) Kewarganegaraan pada tahun 1953 de-ngan tujuan membatalkan UU Kewarganegaraan 1946 yang bersandar atas stelsel pasif (semua yang lahir di Indonesia menjadi WNI kecuali bila menolak) dan mengubahnya dengan stelsel aktif (semua keturunan Tionghoa dianggap asing kecuali menyatakan ingin menjadi WNI dengan syarat ia memiliki bukti bahwa ia dan ayahnya lahir di Indonesia). Lagi-lagi, Siauw memperoleh dukungan Fraksi Naspro dan para anggota parlemen lainnya sehingga berhasil memaksa pemerintah menarik kembali RUU kewarganegaraan tersebut. UU kewarganegaraan 46 tetap berlaku. Pada waktu yang bersamaan PDTI Partai Demokrat Tionghoa Indonesia yang dipimpin oleh Thio Thiam Tjong beranggapan partai-nya tidak efektif membela kepentingan komunitas Tionghoa. Pimpinan PDTI, termasuk Oei Tjoe Tat, ingin mendirikan sebuah organisasi massa Tionghoa yang bisa memperoleh dukungan luas sehingga mampu melawan arus rasisme di berbagai bidang, terutama melawan arus politik yang ingin meng-asing-kan WNI keturunan Tionghoa. Terbentuklah panitia pembentukan Baperwatt Badan Permusyawaratan Warga Negara turunan Tionghoa pada awal Maret tahun Panitia menginginkan semua tokoh Tionghoa yang berpengaruh 7

19 Universitas Res Publica terutama mereka yang duduk di Parlemen berpartisipasi di dalamnya. Mereka melihat keunggulan dan keberhasilan Siauw di Parlemen. Oleh karenanya para anggota panitia pembentukan Baperwatt mencalonkan Siauw sebagai ketua umumnya. Sampai saat itu Siauw selalu menolak ajakan masuk ke dalam berbagai organisasi Tionghoa atau mendirikan organisasi Tionghoa baru. Ia tetap memegang janji yang dibuat bersama de-ngan ketiga tokoh Tionghoa lainnya, Liem Koen Hian, Tan Ling Djie dan Tjoa Sik Ien di Surabaya pada tahun 1945 untuk tidak lagi mendirikan organisasi berdasarkan etnisitas Tionghoa. Akan tetapi Siauw merasakan perjuangannya di Parlemen tidak memperoleh dukungan kongkrit komunitas Tionghoa yang ia wakili dan bela. Ia tidak memiliki jalur untuk mempengaruhi sebagian besar komunitas Tionghoa. Ia merasa menjadi pejuang yang terpisah dari massanya. Oleh karenanya, ketika undangan panitia pembentukan Baperwatt tiba, ia bersama Go Gien Tjwan yang juga diundang, menyatakan bersedia datang. Tetapi mereka berdua memiliki agenda lain. Pada rapat pembentukan Baperwatt tanggal 12 dan 13 Maret itulah, Siauw berhasil meyakinkan para peserta untuk membatalkan rencana membentuk Baperwatt tetapi mendirikan Baperki Badan Permusyawaratan Kewarganegaraan Indonesia. Argumentasi Siauw diterima: Komunitas Tionghoa adalah bagian dari bangsa Indonesia. Penyelesaian masalah Tionghoa adalah bagian dari upaya membangun nasion Indonesia. Masalah Kewarganegaraan Indonesia hanya bisa diselesaikan melalui perjuangan politik yang membutuhkan dukungan partai-partai politik Indonesia. Rasisme hanya bisa dikikis habis bilamana warisan kolonialisme dihancurkan dan sikap mayoritas Indonesia diubah melalui perjuangan dan pendidikan politik. Untuk meraih keberhasilan yang diinginkan, Siauw berargumentasi, Baperki harus berbentuk organisasi nasional, bukan organisasi Tionghoa. Rapat pembentukan tidak mengikutsertakan tokoh-tokoh nasional. Akibatnya semua anggota pengurus Baperki yang dike-tuai oleh Siauw Giok Tjhan tidak bisa tidak adalah tokohtokoh Tionghoa yang hadir dalam rapat pembentukan. Siauw ingin mengubah persepsi masyarakat bahwa Baperki adalah organisasi Tionghoa. Keesokan harinya ketika cabang Jakarta Raya dibentuk, Siauw mendorong kedua teman akrab-nya, tokoh-tokoh nasional, Sudarjo Tjokrosisworo - ketua Persatuan Wartawan Indonesia - dan DS Diapari pimpinan SKI, anggota Fraksi Naspro - untuk menjadi ketua dan wakil ketua. 8

20 Sejarah dan Perkembangan Pembentukan cabang-cabang Baperki di berbagai tempat juga mengikutsertakan beberapa tokoh nasional dan etnis keturunan asing lainnya. Akan tetapi animo besar pembentukan dan partisipasi dalam kepengurusan Baperki hanya datang dari komunitas Tionghoa. Akhirnya Baperki lahir dan berkembang sebagai organisasi massa Tionghoa. Dalam hal ini Siauw gagal membentuk organisasi nasional. Walaupun nama organisasi dan program politik-nya mencerminkan sifat nasional Indonesia, sebagian terbesar pe-ngurus dan anggotanya adalah Tionghoa. Dan Baperki tercatat dalam sejarah sebagai organisasi massa Tionghoa. Keberadaan Baperki menanggulangi masalah yang sebelumnya dihadapi Siauw yaitu kegiatan dan aspirasi politik Siauw di parlemen sering kali tidak berhubungan dengan Komunitas Tionghoa. Sebagian besar komunitas Tionghoa tidak mengerti apa dan dampak yang diperjuangkan Siauw. Baperki sebagai organisasi massa merupakan aparat dan alat yang ampuh untuk mengubah ini. Ketika Pemilu pertama pada tahun 1955 direncanakan, Siauw didukung pimpinan Baperki memutuskan untuk ikut, mewakili komunitas Tionghoa. Kali ini Siauw tidak lagi memaksakan posisi Baperki sebagai organisasi Nasional -non Tionghoa. Tjoa Sik Ien yang tadinya masuk dan mendukung Baperki menentang keputusan ini. Perdebatan antara Tjoa dan pimpinan Baperki menyebabkan Tjoa pada tahun 1955 menyatakan tidak aktif di Baperki. Ia baru aktif kembali pada tahun 1964, memimpin Yayasan Pendidikan dan Kebudayaan Baperki Jawa Timur. Baperki ikut pemilu berdasarkan pertimbangan praktis. Siauw beranggapan bilamana perwakilan minoritas diserahkan sepenuhnya ke partai-partai politik, aspirasi komunitas Tionghoa tidak akan sepenuhnya disuarakan di Parlemen. Program partai-partai politik tidak selamanya sama dengan kepentingan minoritas. Ikutnya Baperki dalam pemilu, menurutnya, menghilangkan korupsi perwakilan semacam itu. Ikutlah Baperki dalam pemilu pertama dan berhasil memperoleh satu kursi untuk Parlemen (diisi oleh Siauw sendiri) dan dua kursi di Konstituante (Siauw dan Oei Tjoe Tat). Akan tetapi setelah Siauw mengajukan interplasi di parlemen, lagi-lagi didukung oleh Fraksi Naspro dan para anggota parlemen lainnya, Baperki berhasil mendapat tambahan perwakilan, dua kursi di parlemen dan sembilan kursi di Konstituante. Kampanye Baperki di seluruh Indonesia digunakan Siauw dan 9

21 Universitas Res Publica para tokoh Baperki lainnya untuk memperkenalkan Baperki dan mendidik komunitas Tionghoa untuk menerima Indonesia sebagai tanah airnya dan menjadi warga negara Indonesia. kesempatan yang tidak dimilikinya sebelum Baperki berdiri. Kampanye bisa dikatakan berhasil karena sebagian besar penduduk Tionghoa yang berhak berpartisipasi dalam pemilu memilih Baperki. Keberadaan Baperki yang kemudian didukung oleh Berita Baperki dan Harian Republik sebagai terompet-nya mempercepat proses peng-indonesia-an komunitas Tionghoa dengan konsep integrasi, yaitu berpartisipasi dalam semua kegiatan pembangunan nasion Indonesia tanpa menanggalkan ke - Tionghoa-an baik itu berupa nama, kultur maupun ciri-ciri biologis. Dan perjuangan Siauw dan para rekannya di Parlemen dan Konstituante kini lebih banyak diikuti dan didukung oleh massa Tionghoa. Pelaksanaan kebijakan rasis di daerah-daerah lebih cepat diperdebatkan di Parlemen. Dan peraturan-peraturan baru yang berdampak terhadap usaha dagang maupun keberadaan komunitas Tionghoa di berbagai lokasi-pun lebih mudah untuk disampaikan. Dengan perwakilan di Parlemen dan dukungan Fraksi Nasional Progresif yang tetap dipimpin Siauw, Baperki berkembang sebagai organisasi yang efektif, memiliki kekuatan politik melawan arus rasisme dan memiliki program politik yang didukung partaipartai berpengaruh, terutama PKI, terkadang PNI dan NU. Penyelesaian masalah Dwi Kewarganegaraan dengan RRT dan perdebatan yang melahirkan UU Kewarganegaraan 1958 tidak sepenuhnya memenuhi persyaratan yang diajukan oleh Baperki, akan tetapi tanpa kehadiran dan perjuangan Baperki, dampaknya akan jauh lebih merugikan posisi komunitas Tionghoa, dalam pengertian, sebagian besar Tionghoa di Indonesia akan menjadi warga negara asing. Inilah warisan perjuangan Baperki dan Siauw untuk generasi muda Tionghoa di masa kini Kewarganegaraan Indonesia. Yang menarik adalah sikap pragmatis Siauw dalam membela kepentingan komunitas Tionghoa. Pidato-pidato dan tulisantulisannya senantiasa menekankan skala nasional. Akan tetapi ia tidak segan membela kepentingan Tionghoa dengan berbagai argumentasi yang terkadang bertentangan dengan prinsip politiknya. Siauw jelas seorang Marxist yang mendambakan sosialisme. Pada 10

22 Sejarah dan Perkembangan Siauw Giok Tjhan dengan Bung Karno 1 Januari

23 Universitas Res Publica tahun 50-an, pengertian sosialisme dan komunisme menentang dipertahankannya modal-modal kapitalis. Dalam hal ini Siauw mencanangkan konsep perkawinan kapitalis dan sosialis yang baru tahun 80-an mulai dilaksanakan oleh RRT dan dampaknya terasa pada akhir abad ke 20. Ia bertentangan dengan fraksi PKI. Argumentasinya, modal domestik yang berada di tangan pedagang Tionghoa seharusnya dilindungi dan dibantu untuk berkembang. Kapitalis domestik sekaliber para pedagang Tionghoa ini, menurutnya dibutuhkan untuk membangun ekonomi Indonesia. Ir. Sakirman dari fraksi PKI menginginkan kepemilikan usaha transportasi dialihkan dari tangan pedagang Tionghoa ke tangan negara. Siauw sangat mendukung nilai-nilai demokrasi. Dalam berbagai perdebatan di Konstituante yang bertugas melahirkan UUD baru menggantikan UUDS 1950, Siauw cenderung mempertahankan UUDS-50 dengan berbagai perubahan. Ia tidak menginginkan bentuk UUD 45. Akan tetapi di masa akhir Konstituante, ia mengajak fraksi Baperki di Konstituante untuk mendukung anjuran Bung Karno untuk kembali ke UUD 45. Dasar keputusan ini-pun pragmatis. Bilamana Baperki menentang UUD 45, Baperki masuk dalam kelompok partai-partai politik yang justru memilki kebijakan rasis terhadap Tionghoa. Dan ia melihat Bung Karno sebagai kekuatan yang bisa diandalkan untuk penyelesaian masalah Tionghoa. Dalam konteks inilah ia bertentangan dengan Yap Thiam Hien, salah satu wakil Baperki di Konstituante. Yap beranggapan bahwa UUD 45 tidak mendukung nilai demokrasi. Pengembangan konsep Demokrasi Terpimpin pun Siauw dukung dan dijadikan salah satu dasar kebijakan Baperki. Lagilagi keputusan ini berdasarkan keinginan memprioritaskan posisi komunitas Tionghoa. Dekat dengan Sukarno dan partai-partai yang mendukungnya secara politis lebih bijaksana ketimbang melawannya. Siauw seperti banyak pimpinan partai politik lainnya menjadikan Sukarno sandaran politik utama. Timbal balik dukungan ini adalah diturut-sertakannya Siauw dalam kelompok inner-circle Sukarno. Selain mempertahankan kedudukannya di DPR dan MPRS, ia juga diangkat sebagai anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA). Dan berbagai kebijakan dan program politik yang dicanangkan Siauw dan Baperki, terutama yang berkaitan dengan perlindungan modal domestik masuk dalam berbagai Garis Besar Haluan Negara GBHN MPRS pada tahun Demikian juga konsep integrasi yang bertentangan de-ngan paham asimilasi yang diajukan LPKB Lembaga Pembina 12

24 Sejarah dan Perkembangan Kesatuan Bangsa - yang didukung Angkatan Darat, didukung pula oleh Sukarno. Polarisasi politik yang meruncing setelah tahun 1963 ternyata mendorong Sukarno membawa Indonesia ke kiri. Ini menyebabkan Siauw membawa Baperki ke kamp kiri pula. Pilihannya bukan sekedar berada di kamp kiri, tetapi berada di satu perahu para pendukung Sukarno dan didukung oleh Sukarno. Kiranya Siauw tidak memiliki pilihan lain. Mendukung Sukarno adalah satu-satunya jalan yang bisa ditempuh. Selain itu, sebagai pengagum Sukarno, berbagai konsep politik Sukarno tidak jauh berbeda dengan keyakinan dan prinsip politiknya. Demi-kianlah, Baperki secara organisasi masuk dalam kelompok kiri, yang dipimpin oleh Sukarno. Pilihan ini memiliki dampak politik yang besar sekaligus fatal. Ketika Indonesia jatuh ke tangan Jendral Suharto yang didukung oleh kekuatan kanan dan kemenangan ini didukung oleh Amerika Serikat dan Inggris pada tahun 1965, Semua kekuatan kiri diganyang. Baperki dan semua institusi pendidikannya, turut menjadi korban. Sukarno sendiri akhirnya lengser pada tahun 1967 sebagai keberhasilan kudeta bertahap yang secara trampil dilaksanakan oleh Jendral Suharto. Kehancuran Baperki disebabkan sikap dan pilihan politik yang dipilih para pimpinannya, terutama Siauw Giok Tjhan. Akan tetapi bangkit dan berkembangnya kebijakan anti Tionghoa di Indonesia, tidak bisa dikaitkan dengan sikap dan pilihan politik Baperki dan Siauw. Kebijakan anti Tionghoa ini lahir se-bagai manifestasi keinginan rezim Suharto mengikuti Amerika Serikat yang pada waktu itu getol mengembangkan dan melaksanakan China Containment Policy kebijakan anti Tiongkok - di kawasan Asia, terutama Asia Tenggara. Keterlibatan Baperki dalam bidang Pendidikan Sebelum Perang Dunia II sebagian besar siswa Tionghoa belajar di sekolah-sekolah berbahasa Tionghoa, yang pada umumnya dijalankan oleh Tiong Hoa Hwee Kwan (THHK). Mereka yang berada mengirim anak-anaknya ke sekolah-sekolah berbahasa Belanda (HCS, ELS, MULO, AMS atau HBS). Hanya sebagian kecil mengirim anak-anaknya ke sekolah-sekolah berbahasa Indonesia. Di zaman pendudukan Jepang, sekolah-sekolah Belanda ditutup dan siswa-siswa Tionghoa tidak diizinkan untuk pergi ke sekolah-sekolah berbahasa Indonesia. Oleh karena itu, semua siswa Tionghoa tidak ada pilihan lain melainkan pergi ke sekolah-sekolah berbahasa Tionghoa. 13

25 Universitas Res Publica Setelah kemerdekaan pada tahun 1945, penduduk peranakan di beberapa kota besar mulai mengorganisasi sekolah-sekolah yang menggunakan kurikulum Belanda. Sekolah-sekolah ini mengakomodasi ribuan siswa yang ingin meneruskan pelajaran dalam bahasa Belanda. Sebagian dari mereka ini ingin meneruskan studi-nya di negeri Belanda. Angkatan Muda Tionghoa (AMT) yang dibentuk oleh Siauw Giok Tjhan dan dipimpin oleh adiknya, Siauw Giok Bie, di Malang pada tahun 1945, juga mendirikan sekolah yang menampung ratusan siswa Tionghoa yang ingin meneruskan pendidikan Belanda. Sekolah AMT berlangsung hingga tahun Setelah kemerdekaan, hingga akhir tahun 50-an, sebagian besar komunitas Tionghoa masih mengirim anak-anaknya ke sekolahsekolah Tionghoa. Bukan karena mereka tidak menginginkan anak-anaknya memperoleh pendidikan Indonesia, tetapi karena tempat di sekolah-sekolah negeri terbatas dan mereka merasa mutu pendidikan yang anak-anaknya peroleh di sekolah-sekolah Tionghoa memenuhi harapannya. Adanya kenyataan bahwa banyak siswa Tionghoa WNI belajar di sekolah-sekolah Tionghoa pada tahun 50-an menimbulkan sebuah kontroversi. Pada awal tahun 1954, Sutan Takdir Alisjahbana, seorang penulis yang ternama dan anggota DPRD Jakarta mewakili PSI, mengajukan mosi di DPRD menuntut dikeluarkannya siswa Tionghoa WNI dari sekolah-sekolah berbahasa Tionghoa yang dijalankan oleh organisasi-organisasi Tionghoa asing. Mosi-nya juga menuntut diubahnya sekolahsekolah berbahasa Tionghoa ini menjadi sekolah-sekolah nasional, kalau jumlah WNI yang belajar di sana melebihi 25%. Walaupun Takdir mengakui bahwa jumlah sekolah nasional tidak cukup untuk menampung siswa-siswa WNI yang pada waktu itu belajar di sekolah-sekolah Tionghoa, ia menyatakan bahwa masyarakat Tionghoa cukup kaya untuk bisa membangun sekolah-sekolah yang ber-kurikulum nasional untuk anakanaknya. Siauw Giok Tjhan mengecam mosi ini. Dalam pernyataan yang dimuat dalam beberapa surat kabar pada bulan Juli 1954, Siauw mengatakan bahwa sampai pemerintah menyediakan sekolah-sekolah yang bisa menampung semua warga negaranya, siswa-siswa Tionghoa WNI harus diberi kebebasan memilih tempat di sekolah-sekolah yang bisa menampungnya. Banyaknya siswa Tionghoa WNI yang belajar di sekolah-sekolah berbahasa Tionghoa tidak bisa diartikan mereka tidak bersedia mengirim anak-anaknya ke sekolah-sekolah nasional. Mereka 14

26 Sejarah dan Perkembangan terpaksa berbuat demikian karena memang sekolah-sekolah nasional tidak bisa menampungnya. Untuk mencapai kesepakatan, Siauw mengundang Sutan Takdir Alisjahbana untuk bertemu dengan beberapa pemimpin Baperki lainnya. Pertemuan ini diadakan pada tanggal 4 Agustus Walaupun pertemuan itu tidak melahirkan sebuah kesimpulan kongkrit, ia berhasil mematahkan upaya sementara tokoh politik yang berkeinginan mengeluarkan peraturan melarang siswasiswa Tionghoa WNI belajar di sekolah-sekolah Tionghoa. Pada bulan Maret 1955, pemerintah mendirikan beberapa Sekolah Rakyat Percobaan khusus untuk masyarakat Tionghoa WNI. Siauw menganggap konsep ini mendorong diulanginya sistim penjajahan Belanda yang meng kotak-kotakan masyarakat. Sesuai dengan langgam kerja Siauw untuk melahirkan jalan keluar dari masalah yang dihadapi, pada bulan Mei 1955, Baperki menyelenggarakan sebuah konperensi tentang pendidikan dan kebudayaan. Konperensi ini menentang program Sekolah Rakyat Percobaan. Konperensi ini menyepakati Baperki mendirikan sekolah-sekolah yang memiliki kurikulum nasional, yang terbuka untuk semua WNI. Akan tetapi karena kesibukan Baperki dalam kampanye Pemilihan Umum 1955, dan fokus perjuangan yang berkaitan dengan masalah Kewarganegaraan Indonesia menangguhkan rencana pendirian sekolah-sekolah Baperki. Walaupun demikian beberapa cabang Baperki di daerah mendirikan sekolah-sekolah dasar pada tahun Dimulai dari Jakarta, Garut, Tanggerang, Cilamaya, Kudus dan Kediri di pulau Jawa dan Bagan Siapiapi di Sumatra. Berdirinya Sekolah-Sekolah Baperki Masalah kehadiran siswa-siswa Tionghoa WNI di sekolah-sekolah Tionghoa diangkat ke permukaan lagi pada tahun Setelah Keadaan darurat (SOB) diumumkan pada tahun 1957, penguasa militer di berbagai daerah, terdorong oleh perasaan anti-komunis, menutupi sekolah-sekolah Tionghoa asing dan melarang WNI belajar di sekolah-sekolah Tionghoa. Ini dimulai di Nusatenggara Barat pada bulan Mei Semua sekolah Tionghoa di kawasan itu ditutup. Dalam beberapa bulan, penguasa militer di kota-kota lainnya melakukan hal yang sama. Pada bulan November 1957, kebijakan ini dilaksanakan 15

27 Universitas Res Publica di Jakarta. Walaupun tidak semua sekolah Tionghoa ditutup, jumlah yang diizinkan untuk berjalan jauh lebih sedikit. Peraturan dikeluarkan untuk mempertegas definisi sekolah nasional. Sekolah-sekolah nasional harus dipimpin oleh kepala sekolah yang WNI dan guru-guru yang mengajar-pun harus WNI. Pada tahun yang sama, peraturan ini diperkeras. Semua kepala sekolah dan guru dari sekolah-sekolah Tionghoa diwajibkan lulus ujian bahasa Indonesia (tertulis dan lisan). Jumlah guru yang berstatus asing harus dibatasi. Pada bulan Juli 1958, jumlah sekolah Tionghoa turun dari 2000 hingga 850 dan jumlah murid yang belajar di sekolah-sekolah Tionghoa turun dari hingga Sebagian besar dari yang dikeluarkan dari sekolah-sekolah Tionghoa adalah siswa-siswa Tionghoa WNI. Situasi yang digambarkan ini mendorong Baperki untuk mendirikan lebih banyak sekolah yang bisa menampung para siswa yang kehilangan tempat sekolah. Pada 8 Pebruari 1958 Baperki mendirikan Yayasan Pendidikan dan Kebudayaan, yang diketuai oleh Siauw Giok Tjhan. Yaya-san ini ditugaskan untuk membangun, mengasuh dan mengontrol jalannya sekolah-sekolah Baperki. Baperki bergerak cepat. Atas bantuan para kawan dekat Siauw yang menjadi pimpinan Chiao Chung, terutama Sito Chang, Go Gak Cho, Kho Nai Chong dan Kho Ie Sioe, Baperki bekerja sama dengan para pengelola sekolah-sekolah Tionghoa. Dalam waktu singkat, Baperki bisa memiliki gedung-gedung sekolah menampung ribuan siswa yang kehilangan tempat sekolah. Pada tahun 1960, jumlah sekolah yang dijalankan oleh Baperki adalah 96, sebagian besar darinya adalah sekolah-sekolah dasar dan menengah. Baperki mengambil alih gedung-gedung sekolah-sekolah Tionghoa yang ditutup. Terdapat juga sekolah-sekolah besar yang dibagi dua. Murid-murid WNI ditampung oleh sekolah Baperki. Kalau jumlah yang WNI lebih besar, maka bagian Baperki lebih besar pula. Penyerah-terimaan sekolah-sekolah ke tangan Baperki dilaksanakan secara cuma-cuma. Baperki berhasil meyakinkan pimpinan Chiao Chung dan para pengelola sekolah Tionghoa bahwa mereka-pun harus turut berpartisipasi membantu komunitas Tionghoa WNI. 16

28 Sejarah dan Perkembangan Baperki berhasil pula mendorong sumbangan besar para pedagang Tionghoa, sehingga dalam waktu singkat, sekolahsekolah Baperki ini berjalan lancar dan dapat menjamin kualitas pendidikannya. Keterlibatan Baperki dalam bidang pendidikan dan pemilikan sekolah-sekolah sempat menjadi topik perdebatan dalam sebuah rapat pimpinan Baperki. Yap Thiam Hien khawatir kegiatan Baperki dalam bidang pendidikan akan memperlemah upayanya mengatasi masalah kewarganegaraan dan arus rasisme. Yap juga khawatir bahwa Baperki tidak akan mampu menjalankan sekolah-sekolah dengan baik karena masalah dana. Akan tetapi Siauw berhasil meyakinkan Yap bahwa keterlibatan Baperki dalam bidang pendidikan secara langsung menanggulangi masalah kongkrit yang dihadapi komunitas Tionghoa dan ini memperbesar dukungan komunitas Tionghoa. Siauw yakin bahwa dana untuk pengelolaan institusi pendidikan akan terus mengalir. Ternyata dugaan Siauw tidak meleset. Semasa hidupnya, Baperki tidak pernah mengalami kesulitan dana untuk kegiatan dalam bidang pendidikan. Sebagian besar kebutuhan dana tertutup oleh uang sekolah. Orang tua yang mampu diimbau untuk memberi sumbangan besar sedangkan yang tidak mampu diberi tarif murah, bahkan cuma-cuma. Untuk pembangunan gedung dan fasilitas baru, Baperki berpaling ke para pedagang Tionghoa yang pada umumnya selalu bersedia menyumbang. Jumlah sekolah Baperki meningkat pesat sejak pendirian Yayasan Pendidikan dan Kebudayaan Baperki pada tahun Pada tahun 1961, jumlah sekolah yang terdaftar adalah di Jakarta, 17 di Jawa Barat, 12 di Jawa Tengah, 33 di Jawa Timur, 4 di Sumatra Selatan, 10 di Sumatra Utara, 1 di Bali dan 2 di Sulawesi. Pada tahun 1965, jumlah ini meningkat melebihi 170. Di kota-kota besar, mutu pendidikan sekolah Baperki dianggap tinggi dan tidak kalah dengan sekolah-sekolah swasta yang terkenal. Banyak guru-guru yang mengajar di sekolah-sekolah swasta mahal ini juga mengajar di sekolah-sekolah Baperki. Lahirya Universitas Baperki Setelah mendirikan beberapa Sekolah Menengah Atas (SMA), Baperki menghadapi dilema baru. Lulusan sekolah-sekolah ini tetap mengalami kesulitan untuk mendapatkan tempat di universitas-universitas negara, yang pada umumnya memberi 17

PERANAN KOMUNITAS TIONGHOA DALAM PEMBANGUNAN BANGSA

PERANAN KOMUNITAS TIONGHOA DALAM PEMBANGUNAN BANGSA PERANAN KOMUNITAS TIONGHOA DALAM PEMBANGUNAN BANGSA Siauw Tiong Djin Globalization menimbulkan anggapan di benak banyak orang bahwa nation-building (pembangunan bangsa) dan esensi nation tidak lagi relevan.

Lebih terperinci

G30S dan Kejahatan Negara

G30S dan Kejahatan Negara Telah terbit Buku: G30S dan Kejahatan Negara Catatan Penyunting Pada tanggal 1 Oktober 1965, sekitar pukul 7 pagi, saya bermain catur dengan ayah saya, Siauw Giok Tjhan di beranda depan rumah. Sebuah kebiasaan

Lebih terperinci

Perjalanan Politik Siauw Giok Tjhan

Perjalanan Politik Siauw Giok Tjhan Perjalanan Politik Siauw Giok Tjhan Siauw Tiong Djin 1 Perjalanan politik Siauw Giok Tjhan yang panjang dimulai ketika ia pada tahun 1932 menjadi seorang yatim piatu, di usia 18 tahun. Ketika itu ia duduk

Lebih terperinci

Siauw Giok Tjhan, Sahabat-ku

Siauw Giok Tjhan, Sahabat-ku Siauw Giok Tjhan, Sahabat-ku Go Gien Tjwan 1 Pada tanggal 4 November 1965, lebih dari sebulan setelah Gerakan 30 September yang melakukan kudeta pada tanggal 1 Oktober 1965, Siauw Giok Tjhan diambil oleh

Lebih terperinci

BAB III STATUS KEWARGANEGARAAN KOMUNITAS CINA DI YOGYAKARTA. A. Dasar Hukum Kewarganegaraan Komunitas Keturunan Cina

BAB III STATUS KEWARGANEGARAAN KOMUNITAS CINA DI YOGYAKARTA. A. Dasar Hukum Kewarganegaraan Komunitas Keturunan Cina BAB III STATUS KEWARGANEGARAAN KOMUNITAS CINA DI YOGYAKARTA A. Dasar Hukum Kewarganegaraan Komunitas Keturunan Cina Pada tahun pertama kemerdekaan Republik Indonesia, Pemerintah belum memperhatikan persoalan

Lebih terperinci

Nasion Indonesia dan Kewarganegaraan Indonesia Oleh: Siauw Tiong Djin

Nasion Indonesia dan Kewarganegaraan Indonesia Oleh: Siauw Tiong Djin Nasion Indonesia dan Kewarganegaraan Indonesia Oleh: Siauw Tiong Djin Sebelum kemerdekaan diproklamasikan, Liem Koen Hian, Tan Ling Djie, Tjoa Sik Ien dan Siauw Giok Tjhan berkali-kali bertemu untuk merumuskan

Lebih terperinci

TOKOH-TOKOH TIONGHOA DALAM REVOLUSI KEMERDEKAAN INDONESIA 1

TOKOH-TOKOH TIONGHOA DALAM REVOLUSI KEMERDEKAAN INDONESIA 1 TOKOH-TOKOH TIONGHOA DALAM REVOLUSI KEMERDEKAAN INDONESIA 1 Bondan Kanumoyoso http://www.nabilfoundation.org/media.php?module=publikasi&id=152 Kamis, 25 November 2010-12:05:57 WIB Tulisan ini menyorot

Lebih terperinci

Kenangan Memperingati 100 Tahun Siauw Giok Tjhan. Siap Berkorban Demi Kepentingan Negara, pantang mundur menghadapi kesulitan dan penderitaan

Kenangan Memperingati 100 Tahun Siauw Giok Tjhan. Siap Berkorban Demi Kepentingan Negara, pantang mundur menghadapi kesulitan dan penderitaan Kenangan Memperingati 100 Tahun Siauw Giok Tjhan Siap Berkorban Demi Kepentingan Negara, pantang mundur menghadapi kesulitan dan penderitaan Huang Shu Hai 1 Judul di atas mengungkapkan dua aspek sosok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilu 1955 merupakan pemilihan umum pertama dengan sistem multi partai yang dilakukan secara terbuka,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilu 1955 merupakan pemilihan umum pertama dengan sistem multi partai yang dilakukan secara terbuka, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilu 1955 merupakan pemilihan umum pertama dengan sistem multi partai yang dilakukan secara terbuka, bebas dan jujur.tetapi pemilihan umum 1955 menghasilkan

Lebih terperinci

pengalaman putra 'tokoh integrasi' Tionghoa Indonesia pada 1965

pengalaman putra 'tokoh integrasi' Tionghoa Indonesia pada 1965 'Dicina-cinakan' di jalan: pengalaman putra 'tokoh integrasi' Tionghoa Indonesia pada 1965 Endang NurdinBBC Indonesia 27 Oktober 2017 http://www.bbc.com/indonesia/dunia-41738253?ocid=wsindonesia.chat-apps.in-app-msg.whatsapp.trial.link1_.auin

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab V, penulis memaparkan kesimpulan dan rekomendasi dari hasil penelitian secara keseluruhan yang dilakukan dengan cara studi literatur yang data-datanya diperoleh

Lebih terperinci

Presiden Seumur Hidup

Presiden Seumur Hidup Presiden Seumur Hidup Wawancara Suhardiman : "Tidak Ada Rekayasa dari Bung Karno Agar Diangkat Menjadi Presiden Seumur Hidup" http://tempo.co.id/ang/min/02/18/nas1.htm Bung Karno, nama yang menimbulkan

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG LAHIRNYA DEKRIT PRESIDEN 5 JULI 1959

LATAR BELAKANG LAHIRNYA DEKRIT PRESIDEN 5 JULI 1959 LATAR BELAKANG LAHIRNYA DEKRIT PRESIDEN 5 JULI 1959 A. Latar Belakang 1. Kehidupan politik yang lebih sering dikarenakan sering jatuh bangunnya kabinet dan persaingan partai politik yang semakin menajam.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Politik Indonesia Pada Masa Demokrasi Terpimpin Tahun , penulis

BAB V PENUTUP. Politik Indonesia Pada Masa Demokrasi Terpimpin Tahun , penulis BAB V PENUTUP 1.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian Dampak Nasakom Terhadap Keadaan Politik Indonesia Pada Masa Demokrasi Terpimpin Tahun 1959-1966, penulis menarik kesimpulan bahwa Sukarno sebagi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Pada bagian ini merupakan kesimpulan terhadap semua hasil penelitian yang telah diperoleh setelah melakukan pengkajian dan sekaligus memberikan analisis

Lebih terperinci

Pemilu Belum siapnya pemerintah baru, termasuk dalam penyusunan perangkat UU Pemilu;

Pemilu Belum siapnya pemerintah baru, termasuk dalam penyusunan perangkat UU Pemilu; Pemilu 1955. Ini merupakan pemilu yang pertama dalam sejarah bangsa Indonesia. Waktu itu Republik Indonesia berusia 10 tahun. Kalau dikatakan pemilu merupakan syarat minimal bagi adanya demokrasi, apakah

Lebih terperinci

Fakta Sejarah Perjuangan. Siauw Giok Tjhan Tidak Bisa Dihapus!

Fakta Sejarah Perjuangan. Siauw Giok Tjhan Tidak Bisa Dihapus! Fakta Sejarah Perjuangan Siauw Giok Tjhan Tidak Bisa Dihapus! Chan Chung Tak Eddie Lembong, mantan ketua INTI dengan tegas mengatakan, Fakta Sejarah Perjuangan Siauw Giok Tjhan, tidak bisa dihapus dari

Lebih terperinci

KEHIDUPAN POLITIK PADA MASA DEMOKRASI TERPIMPIN

KEHIDUPAN POLITIK PADA MASA DEMOKRASI TERPIMPIN KEHIDUPAN POLITIK PADA MASA DEMOKRASI TERPIMPIN Nama : DIMAS DWI PUTRA Kelas : XII MIPA 3 SMAN 1 SUKATANI 2017/3018 Gagalnya usaha untuk kembali ke UUD 1945 dengan melalui Konstituante dan rentetan peristiwa-peristiwa

Lebih terperinci

2015 KAJIAN PEMIKIRAN IR. SUKARNO TENTANG SOSIO-NASIONALISME & SOSIO-DEMOKRASI INDONESIA

2015 KAJIAN PEMIKIRAN IR. SUKARNO TENTANG SOSIO-NASIONALISME & SOSIO-DEMOKRASI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nasionalisme atau rasa kebangsaan tidak dapat dipisahkan dari sistem pemerintahan yang berlaku di sebuah negara. Nasionalisme akan tumbuh dari kesamaan cita-cita

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENJADI TUAN DI NEGERI SENDIRI: PERSPEKTIF POLITIK. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENJADI TUAN DI NEGERI SENDIRI: PERSPEKTIF POLITIK. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENJADI TUAN DI NEGERI SENDIRI: PERSPEKTIF POLITIK Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI Disampaikan Pada Acara Konvensi Kampus VII dan Temu Tahunan XIII Forum Rektor

Lebih terperinci

sherila putri melinda

sherila putri melinda sherila putri melinda Beranda Profil Rabu, 13 Maret 2013 DEMOKRASI YANG PERNAH BERLAKU DI INDONESIA DEMOKRASI YANG PERNAH BERLAKU DI INDONESIA Demokrasi berasal dari kata DEMOS yang artinya RAKYAT dan

Lebih terperinci

A. Pengertian Orde Lama

A. Pengertian Orde Lama A. Pengertian Orde Lama Orde lama adalah sebuah sebutan yang ditujukan bagi Indonesia di bawah kepemimpinan presiden Soekarno. Soekarno memerintah Indonesia dimulai sejak tahun 1945-1968. Pada periode

Lebih terperinci

Seabad Wayang Orang Ang Hien Hoo di Malang

Seabad Wayang Orang Ang Hien Hoo di Malang Seabad Wayang Orang Ang Hien Hoo di Malang Oleh: Abdul Malik http://www.kompasiana.com/kurakurabiru/seabad-wayang-orang-ang-hien-hoo-di-malang_5535b4686ea834ff25da42d5 17 April 2015 17:49:16 Diperbarui:

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. oleh Indonesia adalah suku Cina atau sering disebut Suku Tionghoa.

I. PENDAHULUAN. oleh Indonesia adalah suku Cina atau sering disebut Suku Tionghoa. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri dari berbagai macam etnis suku dan bangsa. Keanekaragaman ini membuat Indonesia menjadi sebuah negara yang kaya

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM

BAB II GAMBARAN UMUM BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. Jepang Pasca Perang Dunia II Pada saat Perang Dunia II, Jepang sebagai negara penyerang menduduki negara Asia, terutama Cina dan Korea. Berakhirnya Perang Dunia II merupakan kesempatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara eropa yang paling lama menjajah Indonesia adalah Negara Belanda

BAB I PENDAHULUAN. Negara eropa yang paling lama menjajah Indonesia adalah Negara Belanda BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia di jajah oleh bangsa Eropa kurang lebih 350 tahun atau 3.5 abad, hal ini di hitung dari awal masuk sampai berakhir kekuasaannya pada tahun 1942. Negara eropa

Lebih terperinci

yang korup dan lemah. Berakhirnya masa pemerintahan Dinasti Qing menandai masuknya Cina ke dalam era baru dengan bentuk pemerintahan republik yang

yang korup dan lemah. Berakhirnya masa pemerintahan Dinasti Qing menandai masuknya Cina ke dalam era baru dengan bentuk pemerintahan republik yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Republik Rakyat Cina (RRC) adalah salah satu negara maju di Asia yang beribukota di Beijing (Peking) dan secara geografis terletak di 39,917 o LU dan 116,383

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sejak jaman kemerdekaan berkali-kali menghadapi ujian. Pada tahun

I. PENDAHULUAN. sejak jaman kemerdekaan berkali-kali menghadapi ujian. Pada tahun I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perjuangan bangsa Indonesia untuk menciptakan keadilan bagi masyarakatnya sejak jaman kemerdekaan berkali-kali menghadapi ujian. Pada tahun 1950-1959 di Indonesia berlaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenang jasa para pahlawan yang telah gugur di medan juang.

BAB I PENDAHULUAN. mengenang jasa para pahlawan yang telah gugur di medan juang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap pemuda Indonesia wajib mempertahankan Negara dan memajukan bangsa maka dari itu pemuda wajib selalu ingat akan semangat patriotik yang telah ditunjukkan

Lebih terperinci

Peran koran Tionghoa buat Sumpah Pemuda

Peran koran Tionghoa buat Sumpah Pemuda Peran koran Tionghoa buat Sumpah Pemuda Senin, 30 Oktober 2017 06:00Reporter : Rendi Perdana Koran Sin Po. 2017 Merdeka.com/rendi Merdeka.com - Alunan biola di tengah Kongres Pemuda II pada 28 Oktober

Lebih terperinci

Siauw Giok Tjhan, Pejuang Bangsa Yang Dihapus Dalam Sejarah

Siauw Giok Tjhan, Pejuang Bangsa Yang Dihapus Dalam Sejarah Siauw Giok Tjhan, Pejuang Bangsa Yang Dihapus Dalam Sejarah http://m.berdikarionline.com/tokoh/20140130/siauw-giok-tjhan-pejuang-bangsa-yang-dihapus-dalam-sejarah.html 30 Januari 2014 11:26 WIB Ia adalah

Lebih terperinci

Oleh : Izza Akbarani*

Oleh : Izza Akbarani* Oleh : Izza Akbarani* Kita sebagai bangsa yang baru lahir kembali, kita harus dengan cepat sekali cepat check up mengejar keterbelakangan kita ini! Mengejar di segala lapangan. Lapangan politik kita kejar,

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Simpulan Dalam pembahasan sebelumnya telah dibahas mengenai kedatangan Etnis Tionghoa ke Indonesia baik sebagai pedagang maupun imigran serta terjalinnya hubungan yang

Lebih terperinci

Siauw Giok Tjhan. Soe Tjen Marching 1

Siauw Giok Tjhan. Soe Tjen Marching 1 Siauw Giok Tjhan Soe Tjen Marching 1 Siapakah Siauw Giok Tjhan? Berpuluh tahun lamanya saya tidak tahu sama sekali. Mendengar namanya pun saya belum pernah. Karena saya adalah anak Orde Baru. Lahir pada

Lebih terperinci

Negara Jangan Cuci Tangan

Negara Jangan Cuci Tangan Negara Jangan Cuci Tangan Ariel Heryanto, CNN Indonesia http://www.cnnindonesia.com/nasional/20160426085258-21-126499/negara-jangan-cuci-tangan/ Selasa, 26/04/2016 08:53 WIB Ilustrasi. (CNN Indonesia)

Lebih terperinci

Siauw Giok Tjhan, PKI dan Sosialisme

Siauw Giok Tjhan, PKI dan Sosialisme Siauw Giok Tjhan, PKI dan Sosialisme Siauw Tiong Djin Tatiana yang baik Apa kabar? Pertama saya ucapkan banyak terima kasih atas perhatian besar Anda atas tulisan-tulisan saya tentang SGT dan upaya Anda

Lebih terperinci

Rangkuman Materi Ajar PKn Kelas 6 MATERI AJAR

Rangkuman Materi Ajar PKn Kelas 6 MATERI AJAR Rangkuman Materi Ajar PKn Kelas 6 MATERI AJAR Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan Kelas/Semester : VI / I Alokasi Waktu : 6 x 35 Menit Standar Kompetensi 1. Menghargai nilai-nilai juang dalam proses

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. pemikiran dua tokoh tersebut, tidak bisa kita lepaskan dari kehidupan masa lalunya yang

BAB V KESIMPULAN. pemikiran dua tokoh tersebut, tidak bisa kita lepaskan dari kehidupan masa lalunya yang BAB V KESIMPULAN Sutan Sjahrir dan Tan Malaka merupakan dua contoh tokoh nasional yang memberikan segenap tenaga dan pikirannya pada masa kemerdekaan. Kajian terhadap pemikiran dua tokoh tersebut, tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. political competition and struggles, in which the media, as institution, take a. position (Kahan, 1999: 22).

BAB I PENDAHULUAN. political competition and struggles, in which the media, as institution, take a. position (Kahan, 1999: 22). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah These approaches and almost all the specific literature on media and politics have in common a view of the media as refelction of the society s political competition

Lebih terperinci

Partai PDIP dan Pembasmian PKI Melalui Supersemar.

Partai PDIP dan Pembasmian PKI Melalui Supersemar. Partai PDIP dan Pembasmian PKI Melalui Supersemar. BY HANDOKO WIZAYA ON OCTOBER 4, 2017POLITIK https://seword.com/politik/partai-pdip-dan-pembasmian-pki-melalui-supersemar/ Menurut Sekretaris Jenderal

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Pertama, mengenai tingkat kehidupan manusia dari masa pra sejarah sampai

BAB V KESIMPULAN. Pertama, mengenai tingkat kehidupan manusia dari masa pra sejarah sampai BAB V KESIMPULAN Pertama, mengenai tingkat kehidupan manusia dari masa pra sejarah sampai masa penjajahan Belanda merupakan hal yang sangat kompleks. Tan Malaka sedikit memberikan gambaran mengenai kondisi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Bangsa yang majemuk, artinya Bangsa yang terdiri dari beberapa suku

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Bangsa yang majemuk, artinya Bangsa yang terdiri dari beberapa suku I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Bangsa yang majemuk, artinya Bangsa yang terdiri dari beberapa suku bangsa, beranekaragam Agama, latar belakang sejarah dan kebudayaan daerah.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan suatu negara untuk menjadi lebih baik dari aspek kehidupan merupakan cita-cita dan sekaligus harapan bagi seluruh rakyat yang bernaung di dalamnya.

Lebih terperinci

Demokrasi di Indonesia

Demokrasi di Indonesia Demokrasi Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran dalam kemajuan bangsa. Pentingya peran generasi muda, didasari atau tidak, pemuda sejatinya memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sejarah Indonesia penuh dengan perjuangan menentang penjajahan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sejarah Indonesia penuh dengan perjuangan menentang penjajahan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejarah Indonesia penuh dengan perjuangan menentang penjajahan. Perjuangan untuk memperoleh kemerdekaan Indonesia merupakan rangkaiaan peristiwa panjang yang

Lebih terperinci

BAB I PNDAHULUAN. Jepang dalam Perang Raya Asia Timur tahun Namun, ditengah tengah

BAB I PNDAHULUAN. Jepang dalam Perang Raya Asia Timur tahun Namun, ditengah tengah 1 BAB I PNDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kemerdekaan Indonesia diperoleh dengan perjuangan yang tidak mudah. Perjuangan tersebut lebih dikenal dengan sebutan revolusi nasional Indonesia. Revolusi nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan Revolusi merupakan perlawanan penjajah terhadap Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan Revolusi merupakan perlawanan penjajah terhadap Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Revolusi adalah pergolakan politik, sosial ekonomi dan kebudayaan yang membawa perubahan terhadap keadaan sebelum terjadinya Revolusi. Tujuan sebuah revolusi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR ISI DAFTAR PUSTAKA DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 BAB II ISI... 4 2.1 Pengertian Sistem Pemerintahan... 2.2 Sistem Pemerintahan Indonesia 1945 s.d.1949...

Lebih terperinci

Tentang: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH GOTONG ROYONG DAN SEKRETARIAT DAERAH DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH GOTONG-ROYONG. SEKRETARIAT DAERAH.

Tentang: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH GOTONG ROYONG DAN SEKRETARIAT DAERAH DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH GOTONG-ROYONG. SEKRETARIAT DAERAH. Bentuk: Oleh: PENETAPAN PRESIDEN (PENPRES) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 5 TAHUN 1960 (5/1960) Tanggal: 23 SEPTEMBER 1960 (JAKARTA) Sumber: LN 1960/103; TLN NO. 2042 Tentang: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

Lebih terperinci

SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA Asas kerakyatan mengandung arti bahwa kedaulatan ada pada rakyat. Segala hukum (recht, peraturan perundang-undangan)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu bangsa yang menganut paham demokrasi, didalam

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu bangsa yang menganut paham demokrasi, didalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu bangsa yang menganut paham demokrasi, didalam sistem politiknya adanya keanekaragaman politik sangat diakui di negara ini. Hal ini

Lebih terperinci

SEKILAS PEMILU PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU

SEKILAS PEMILU PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU SEKILAS PEMILU 2004 Pemilihan umum (Pemilu) adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

Contoh Naskah Pidato Tema Persatuan dan Kesatuan Bangsa/Pemuda ini bisa digunakan disaat memperingati Hari Sumpah Pemuda, Hari Pahlawan atau Hari

Contoh Naskah Pidato Tema Persatuan dan Kesatuan Bangsa/Pemuda ini bisa digunakan disaat memperingati Hari Sumpah Pemuda, Hari Pahlawan atau Hari Contoh Naskah Pidato Tema Persatuan dan Kesatuan Bangsa/Pemuda ini bisa digunakan disaat memperingati Hari Sumpah Pemuda, Hari Pahlawan atau Hari Kemerdekaan. Bisa juga dalam acara kepemudaan. Silahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seorang warga negara Indonesia dengan paspor Indonesia belum tentu orang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seorang warga negara Indonesia dengan paspor Indonesia belum tentu orang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan suatu kesatuan solidaritas kebangsaan. Seorang warga negara Indonesia dengan paspor Indonesia belum tentu orang tersebut adalah bangsa

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Abdulgani, H. Roeslan, Ganyang Setiap Bentuk Neo-Kolonialisme yang Mengepung Republik Indonesia, dalam Indonesia, 1964-B

DAFTAR PUSTAKA. Abdulgani, H. Roeslan, Ganyang Setiap Bentuk Neo-Kolonialisme yang Mengepung Republik Indonesia, dalam Indonesia, 1964-B BAB V KESIMPULAN Jepang menjadi lumpuh akibat dari kekalahanya pada perang dunia ke dua. Namun, nampaknya karena kondisi politik internasional yang berkembang saat itu, menjadikan pemerintah pendudukan

Lebih terperinci

100 TAHUN SIAUW GIOK TJHAN PERGULATAN KEINDONESIAAN SIAUW FOTO: DOK. KELUARGA PRAMONO

100 TAHUN SIAUW GIOK TJHAN PERGULATAN KEINDONESIAAN SIAUW FOTO: DOK. KELUARGA PRAMONO PERGULATAN KEINDONESIAAN SIAUW FOTO: DOK. KELUARGA PRAMONO Bagi sebagian orang Tionghoa di Indonesia mulai akhir 1940- an hingga pertengahan 1960-an, Siauw Giok Tjhan adalah tokoh yang aktif terlibat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PKI merupakan sebuah Partai yang berhaluan Marxisme-Lenisme(Komunis).

BAB I PENDAHULUAN. PKI merupakan sebuah Partai yang berhaluan Marxisme-Lenisme(Komunis). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Analisis Masalah PKI merupakan sebuah Partai yang berhaluan Marxisme-Lenisme(Komunis). Partai Komunis Indonesia merupakan partai komunis terbesar ketiga di dunia

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. kekuasaan dan mempertahankan penjajahan Jepang di Indonesia, khususnya di

BAB V KESIMPULAN. kekuasaan dan mempertahankan penjajahan Jepang di Indonesia, khususnya di BAB V KESIMPULAN Pada masa pemerintahan Jepang berkuasa di Yogyakarta dari tahun 1942-1945. Jepang membuat peraturan mengenai pemerintahan Jepang yang ditujukan kepada kepentingan dan usaha perang, dengan

Lebih terperinci

PENINGKATAN NILAI PARTISIPASI PEMILIH

PENINGKATAN NILAI PARTISIPASI PEMILIH Policy Brief [05] Kodifikasi Undang-undang Pemilu Oleh Sekretariat Bersama Kodifikasi Undang-undang Pemilu MASALAH Demokrasi bukanlah bentuk pemerintahan yang terbaik, namun demokrasi adalah bentuk pemerintahan

Lebih terperinci

Sosialisme Indonesia

Sosialisme Indonesia Sosialisme Indonesia http://sinarharapan.co/news/read/140819049/sosialisme-indonesia 19 Agustus 2014 12:50 Ivan Hadar* OPINI Sosialisme-kerakyatan bisa diterapkan di Indonesia. Terpilihnya Jokowi sebagai

Lebih terperinci

KEDUDUKAN WARGA NEGARA & PERWAGA- NEGARAAN DI INDONESIA

KEDUDUKAN WARGA NEGARA & PERWAGA- NEGARAAN DI INDONESIA EDITOR Rakyat Dalam Suatu Negara Penduduk Bukan Penduduk Warga Negara Bukan WN KEDUDUKAN WARGA NEGARA & PERWAGA- NEGARAAN DI INDONESIA Asas Kewarganegaraan Penduduk dan Warga Negara Indonesia Undang-Undang

Lebih terperinci

Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa negara Indonesia adalah negara kepulauan. Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki wilayah laut

Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa negara Indonesia adalah negara kepulauan. Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki wilayah laut Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa negara Indonesia adalah negara kepulauan. Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki wilayah laut bebas di antara pulau-pulau di Indonesia. Laut bebas

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1959 TENTANG FRONT NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1959 TENTANG FRONT NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1959 TENTANG FRONT NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa perlu diadakan suatu gerakan rakyat, yang bersendikan demokrasi terpimpin,

Lebih terperinci

Bahan Renungan Sekitar G30S, Bung Karno, Suharto dan PKI

Bahan Renungan Sekitar G30S, Bung Karno, Suharto dan PKI Bahan Renungan Sekitar G30S, Bung Karno, Suharto dan PKI Menjelang tanggal 30 September 2011 dalam website http://umarsaid.free.fr/ akan diusahakan penyajian secara berturut-turut tulisan atau artikel

Lebih terperinci

MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA

MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA PERTEMUAN KE 5 OLEH: TRIYONO, SS. MM. STTNAS YOGYAKARTA 9 Agustus 1945 BPUPKI dibubarkan Jepang. Kemudian dibentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan (Dokuritsu Zyunbi Iinkai)

Lebih terperinci

B A B III KEADAAN AWAL MERDEKA

B A B III KEADAAN AWAL MERDEKA B A B III KEADAAN AWAL MERDEKA A. Sidang PPKI 18 19 Agustus 1945 Proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 hanya menyatakan Indonesia sudah merdeka dalam artian tidak mengakui lagi bangsa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gagalnya Konstituante dalam menetapkan Undang-Undang Dasar (UUD) dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gagalnya Konstituante dalam menetapkan Undang-Undang Dasar (UUD) dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gagalnya Konstituante dalam menetapkan Undang-Undang Dasar (UUD) dan diikuti keadaan politik yang semakin rawan dengan munculnya rasa tidak puas dari daerah terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Veygi Yusna, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Veygi Yusna, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebijakan politik yang dikeluarkan oleh pemerintah biasanya menimbulkan berbagai permasalahan yang berawal dari ketidakpuasan suatu golongan masyarakat, misalnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesan secara massal, dengan menggunakan alat media massa. Media. massa, menurut De Vito (Nurudin, 2006) merupakan komunikasi yang

BAB I PENDAHULUAN. pesan secara massal, dengan menggunakan alat media massa. Media. massa, menurut De Vito (Nurudin, 2006) merupakan komunikasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi massa menjadi sebuah kekuatan sosial yang mampu membentuk opini publik dan mendorong gerakan sosial. Secara sederhana, komunikasi diartikan sebagai

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA GERINDRA

ANGGARAN RUMAH TANGGA PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA GERINDRA ANGGARAN RUMAH TANGGA PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA GERINDRA BAB I KEANGGOTAAN Pasal 1 Syarat Keanggotaan Syarat menjadi Anggota Partai Gerakan Indonesia Raya (GERINDRA) adalah : 1. Warga Negara Indonesia.

Lebih terperinci

NEGARA DAN SISTEM PEMERINTAHAN

NEGARA DAN SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA DAN SISTEM PEMERINTAHAN Modul ke: 02 Fakultas EKONOMI DAN BISNIS A. Latar Belakang Perlunya Negara B. Pengertian dan Definisi Negara C. Unsur-Unsur Negara D. Klasifikasi Negara E. Sifat Organisasi

Lebih terperinci

SEJARAH PEMILU DI INDONESIA. Muchamad Ali Safa at

SEJARAH PEMILU DI INDONESIA. Muchamad Ali Safa at SEJARAH PEMILU DI INDONESIA Muchamad Ali Safa at Awal Kemerdekaan Anggota KNIP 200 orang berdasarkan PP Nomor 2 Tahun 1946 tentang Pembaharuan KNIP (100 orang wakil daerah, 60 orang wakil organisasi politik,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA (Kuliah ke 13) suranto@uny.ac.id 1 A. UUD adalah Hukum Dasar Tertulis Hukum dasar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu (a) Hukum dasar tertulis yaitu UUD, dan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. : Oby rohyadi. Nomer mahasiswa : Program studi : STRATA 1. : Teknik Informatika

TUGAS AKHIR STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. : Oby rohyadi. Nomer mahasiswa : Program studi : STRATA 1. : Teknik Informatika TUGAS AKHIR STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Nama : Oby rohyadi Nomer mahasiswa : 11.11.5471 Kelompok : F Program studi : STRATA 1 Jurusan Nama Dosen : Teknik Informatika : Dr.abidarin rosidi,m.ma Implementasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. diartikan sebagai rancangan atau buram surat, ide (usul) atau pengertian yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. diartikan sebagai rancangan atau buram surat, ide (usul) atau pengertian yang 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Konsepsi Presiden Soekarno Secara etimologis, konsepsi berasal dari perkataan konsep, sedangkan konsep diartikan sebagai rancangan atau buram surat,

Lebih terperinci

Pemilu 2009, Menjanjikan tetapi Mencemaskan

Pemilu 2009, Menjanjikan tetapi Mencemaskan Pemilu 2009, Menjanjikan tetapi Mencemaskan RZF / Kompas Images Selasa, 6 Januari 2009 03:00 WIB J KRISTIADI Pemilu 2009 sejak semula dirancang untuk mencapai beberapa tujuan sekaligus. Pertama, menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didalam Undang-Undang Dasar 1945 Pembukaan alinea pertama Bahwa sesungguhnya

BAB I PENDAHULUAN. didalam Undang-Undang Dasar 1945 Pembukaan alinea pertama Bahwa sesungguhnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap bangsa di dunia memiliki hak yaitu mendapatkan kemerdekaan, seperti didalam Undang-Undang Dasar 1945 Pembukaan alinea pertama Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan

Lebih terperinci

Manifesto Aidit dalam Peranan Koperasi Dewasa Ini

Manifesto Aidit dalam Peranan Koperasi Dewasa Ini Manifesto Aidit dalam Peranan Koperasi Dewasa Ini Ilustrasi: Moh. Dzikri Handika Melalui buku Peranan Koperasi Dewasa Ini (PKDI), Aidit secara tegas meletakkan koperasi sebagai gerakan sosial dan ekonomi

Lebih terperinci

Bab II. Tinjauan Pustaka

Bab II. Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka pada bab ini akan membahas tentang sejarah pada awal kemerdekaan sampai masa kini dan hubungannya dengan keberadaan DPR dan juga pendapat ahli hukum tentang DPR.

Lebih terperinci

SEBAB MUNCULNYA NASIONALISME

SEBAB MUNCULNYA NASIONALISME NASIONALISME Nasionalisme diartikan sebagai perangkat nilai atau sistem legitimasi baru yang mendasari berdirinya sebuah negara baru Dekolonisasi diartikan sebagai proses menurunnya kekuasaan negara-negara

Lebih terperinci

Nama saya Andy. Saya lahir dan besar di Kota

Nama saya Andy. Saya lahir dan besar di Kota Sekapur Sirih 1 1 Nama saya Andy. Saya lahir dan besar di Kota Tanjungpinang yang merupakan Ibu Kota Provinsi Kepulauan Riau. Darah saya percampuran antara Medan dan Tanjungpinang. Kepulauan Riau adalah

Lebih terperinci

DIALOG SEORANG EKSIL DAN PEREMPUAN TIONGHOA

DIALOG SEORANG EKSIL DAN PEREMPUAN TIONGHOA DIALOG SEORANG EKSIL DAN PEREMPUAN TIONGHOA 29th April 2016 cekinggita http://cekinggita.com/dialog-seorang-eksil-dan-perempuan-tionghoa/ Pada suatu siang yang tidak terlalu nyaman di Amsterdam, berangin

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR

ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR BAB I NAMA, WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 1. Organisasi ini bernama TUNAS INDONESIA RAYA disingkat TIDAR, selanjutnya disebut Organisasi. 2. Organisasi ini

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1964 TENTANG BADAN MUSYAWARAH PENGUSAHA NASIONAL SWASTA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1964 TENTANG BADAN MUSYAWARAH PENGUSAHA NASIONAL SWASTA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1964 TENTANG BADAN MUSYAWARAH PENGUSAHA NASIONAL SWASTA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka Struktur Ekonomi dan Demokrasi

Lebih terperinci

UPAYA PENGUATAN NASIONALISME ORANG INDONESIA TIONGHOA PASCA PERISTIWA MEI 1998

UPAYA PENGUATAN NASIONALISME ORANG INDONESIA TIONGHOA PASCA PERISTIWA MEI 1998 UPAYA PENGUATAN NASIONALISME ORANG INDONESIA TIONGHOA PASCA PERISTIWA MEI 1998 THE NATIONALISM REINFORCING OF INDONESIAN CHINESE PEOPLE AFTER BLACK MAY INCIDENT 1998 SKRIPSI Oleh Prilla Marsingga NIM 060910101100

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi yang berjudul Peristiwa Mangkok Merah (Konflik Dayak Dengan Etnis Tionghoa Di Kalimantan Barat Pada Tahun 1967), berisi mengenai simpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 mengakui bahwa kemerdekaan pers merupakan salah satu wujud kedaulatan rakyat dan menjadi unsur

Lebih terperinci

Waktu : 6 x 45 Menit (Keseluruhan KD)

Waktu : 6 x 45 Menit (Keseluruhan KD) Waktu : 6 x 45 Menit (Keseluruhan KD) Standar Kompetensi : 5. Menghargai persamaan kedudukan warga negara dalam berbagai aspek kehidupan. Kompetensi Dasar : 5.1. Mendeskripsikan kedudukan warga negara

Lebih terperinci

RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi MANAJEMEN.

RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi MANAJEMEN. Modul ke: MATA KULIAH : KEWARGANEGARAAN MODUL 2 NEGARA DAN SISTEM PEMERINTAHAN SUMBER : BUKU ETIKA BERWARGANEGARA, PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI PERGURUAN TINGGI. ( DITERBITKAN OLEH UMB GRAHA ILMU ) Fakultas

Lebih terperinci

Ulangan Akhir Semester (UAS) Semester 1 Tahun Pelajaran

Ulangan Akhir Semester (UAS) Semester 1 Tahun Pelajaran Ulangan Akhir Semester (UAS) Semester 1 Tahun Pelajaran 2016 2017 Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Kelas / Semester : VI (Enam) / 1 (Satu) Hari / Tanggal :... Waktu : 90 menit A. Pilihlah

Lebih terperinci

MPR Pasca Perubahan UUD NRI Tahun 1945 (Kedudukan MPR dalam Sistem Ketatanegaraan)

MPR Pasca Perubahan UUD NRI Tahun 1945 (Kedudukan MPR dalam Sistem Ketatanegaraan) JURNAL MAJELIS MPR Pasca Perubahan UUD NRI Tahun 1945 (Kedudukan MPR dalam Sistem Ketatanegaraan) Oleh: Dr. BRA. Mooryati Sudibyo Wakil Ketua MPR RI n Vol. 1 No.1. Agustus 2009 Pengantar Tepat pada ulang

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Konstitusi dan Rule of Law

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Konstitusi dan Rule of Law Modul ke: 07 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Konstitusi dan Rule of Law Fakultas PSIKOLOGI Program Studi PSIKOLOGI Rizky Dwi Pradana, M.Si Sub Bahasan 1. Pengertian dan Definisi Konstitusi 2. Hakikat dan Fungsi

Lebih terperinci

2015 PERKEMBANGAN SISTEM POLITIK MASA REFORMASI DI INDONESIA

2015 PERKEMBANGAN SISTEM POLITIK MASA REFORMASI DI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Demokrasi adalah sistem pemerintahan yang didasarkan oleh suatu prinsip yaitu dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Demokrasi merupakan salah satu sistem

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul Peranan Aung San Suu Kyi Dalam Memperjuangkan Demokrasi di Myanmar tahun 1988-2010. Kesimpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa tersebut sangat dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran, baik itu watak, kepercayaan,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SEMARANG DINAS PENDIDIKAN SMP NEGERI 37 SEMARANG

PEMERINTAH KOTA SEMARANG DINAS PENDIDIKAN SMP NEGERI 37 SEMARANG PEMERINTAH KOTA SEMARANG DINAS PENDIDIKAN SMP NEGERI 37 SEMARANG Jl. Sompok No. 43 Telp. 8446802 Semarang Website.www.smp 37.smg.sch.id Email: smp 37 smg @ yahoo.co.id ULANGAN TENGAH SEMESTER GANJIL TAHUN

Lebih terperinci

Kelompok 10. Nama :- Maria Yuni Artha (197) - Neni Lastanti (209) - Sutarni (185) Kelas : A5-14

Kelompok 10. Nama :- Maria Yuni Artha (197) - Neni Lastanti (209) - Sutarni (185) Kelas : A5-14 Kelompok 10 Nama :- Maria Yuni Artha (197) - Neni Lastanti (209) - Sutarni (185) Kelas : A5-14 SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIIL 1959-1966 1. Pengertian Sistem Pemerintahan Presidensial Sistem presidensial

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1964 TENTANG BADAN MUSYAWARAH PENGUSAHA NASIONAL SWASTA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1964 TENTANG BADAN MUSYAWARAH PENGUSAHA NASIONAL SWASTA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN NOMOR 2 TAHUN 1964 TENTANG BADAN MUSYAWARAH PENGUSAHA NASIONAL SWASTA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka Struktur Ekonomi dan Demokrasi Terpimpin sebagaimana yang digariskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebelum kedatangan bangsa Belanda, etnis Tionghoa sudah menyebar ke seluruh Nusantara.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebelum kedatangan bangsa Belanda, etnis Tionghoa sudah menyebar ke seluruh Nusantara. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebelum kedatangan bangsa Belanda, etnis Tionghoa sudah menyebar ke seluruh Nusantara. Secara umum etnis Tionghoa adalah orang-orang yang berasal dari Tiongkok. Sebutan

Lebih terperinci