PENGARUH SUPLEMENTASI VITAMIN C DAN MULTIVITAMIN MINERAL TERHADAP STATUS GIZI, KESEHATAN, DAN FUNGSI GINJAL FEBRINA SULISTIAWATI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH SUPLEMENTASI VITAMIN C DAN MULTIVITAMIN MINERAL TERHADAP STATUS GIZI, KESEHATAN, DAN FUNGSI GINJAL FEBRINA SULISTIAWATI"

Transkripsi

1 PENGARUH SUPLEMENTASI VITAMIN C DAN MULTIVITAMIN MINERAL TERHADAP STATUS GIZI, KESEHATAN, DAN FUNGSI GINJAL FEBRINA SULISTIAWATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

2 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Suplementasi Vitamin C dan Multivitamin Mineral Terhadap Status Gizi, Kesehatan, dan Fungsi Ginjal adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Januari 2009 Febrina Sulistiawati NRP. I

3 ABSTRACT FEBRINA SULISTIAWATI. The Effect of Vitamin C and Multivitamin Mineral Supplementation on Nutritional Status, the Health, and Renal Function. Under direction of RIMBAWAN and DADANG SUKANDAR. Use of vitamin C and multivitamin mineral (MVM) supplement has grown rapidly over the past several decades. According to several studies, supplement users tend to have higher micronutrient intakes from their diet than nonusers. Consequently, they have an increased intake but are also more likely to exceed the upper level. The study was aimed to analyze the effect of vitamin C and MVM supplementation on nutritional status, the health, and renal function through the double blind randomized controlled trial. Subjects were 93 of the female workers in PT Ricky Putra Globalindo Tbk, Citeureup, Bogor who were randomly allocated to three treatments. The first received only placebo (without vitamin C and MVM); the second received 1000 mg vitamin C; and the third received MVM supplement that contains 1000 mg vitamin C, 45 mg vitamin E, 700 g vitamin A, 6,5 mg vitamin B 6, 400 g folic acid, 9,6 g vitamin B 12, 10 g vitamin D, 10 mg Zn, 110 g Se, 0,9 mg Cu, and 5 mg Fe. The supplements were distributed and consumed daily during 10 weeks. The effect of treatments on nutritional status based on body mass index (BMI), the health status based on systolic and diastolic blood pressure, and the renal function based on urea and cretainine blood serum were tested with Ancova. The results showed the BMI, systolic and diastolic blood pressure, and urea were not significantly different among the three treatments (p>0,05); the creatinine was significantly different (p<0,05) on vitamin C and MVM treatments, but still on the normal range. The distribution of female workers based on BMI showed that more than half of them have normal nutritional status (BMI 18,5-24,9 kg/m 2 ). The distribution based on systolic and diastolic blood pressure showed that most of them were not hypertension (systolic <140 mmhg, diastolic <90 mmhg); and the distribution based on urea and creatinine showed that most of them have normal status (urea 8,0-25,0 mg/dl; creatinine 0,6-1,5 mg/dl). Keywords: food supplement, nutritional status, health, renal function

4 RINGKASAN FEBRINA SULISTIAWATI. Pengaruh Suplementasi Vitamin C dan Multivitamin Mineral Terhadap Status Gizi, Kesehatan, dan Fungsi Ginjal. Dibimbing oleh RIMBAWAN dan DADANG SUKANDAR. Saat ini penggunaan suplemen semakin meningkat, dan sepertinya akan terus menerus bertambah (NIH State of the Science Panel 2007). Pada umumnya, konsumen mempercayai bahwa suplemen dapat membuat mereka berada dalam kondisi yang lebih baik, memberikan tambahan energi, meningkatkan kesehatan, serta mencegah dan mengobati penyakit. Menurut beberapa penelitian, masyarakat yang mengkonsumsi suplemen vitamin C dan multivitamin mineral (MVM) cenderung memiliki asupan mikronutrien dari makanan yang lebih tinggi dibandingkan masyarakat yang tidak mengkonsumsi suplemen. Asupan tambahan yang diperoleh dari suplemen kemungkinan dapat melebihi batas maksimum yang diperbolehkan (tolerable upper intake level/ul). Berdasarkan hal tersebut, perlu adanya suatu kajian mengenai keamanan suplemen vitamin C dan MVM agar dalam pelaksanaannya tidak terjadi hal yang membahayakan bagi konsumen suplemen tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menganalisis konsumsi dan tingkat konsumsi; (2) menganalisis pengaruh suplementasi vitamin C dan MVM terhadap status gizi berdasarkan indeks massa tubuh (IMT); (3) menganalisis pengaruh suplementasi vitamin C dan MVM terhadap status kesehatan berdasarkan keluhan, lama sakit, dan tekanan darah; (4) menganalisis pengaruh suplementasi vitamin C dan MVM terhadap fungsi ginjal berdasarkan urea dan kreatinin serum darah; serta (5) menganalisis perbedaan status gizi, kesehatan, dan fungsi ginjal wanita pekerja antar perlakuan plasebo, suplemen vitamin C dan MVM. Desain penelitian ini mengacu pada penelitian payung Pengaruh Suplementasi Multivitamin Mineral Terhadap Imunitas Humoral, Seluler, dan Status Zat Gizi Antioksidan, yaitu eksperimental murni teracak buta ganda (double blind randomized controlled trial) dan telah mendapat persetujuan dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan Badan Litbang Kesehatan Nomor LB.03.04/KE/4294/2007. Penelitian ini dilaksanakan selama lima bulan, yakni Februari hingga Juni Suplementasi zat gizi dilakukan di Pabrik Garmen PT Ricky Putra Globalindo Tbk., Citeureup, Kabupaten Bogor; sedangkan analisis serum darah dilaksanakan di Puslitbang Gizi dan Makanan Depkes Bogor. Jumlah wanita pekerja yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah 93 orang yang selanjutnya diacak untuk mendapatkan salah satu dari tiga perlakuan (plasebo, suplementasi vitamin C, dan MVM) sehingga tiap perlakuan terdiri dari 31 orang. Suplemen diberikan setiap hari selama 10 minggu kepada wanita pekerja oleh petugas dan perawat di klinik perusahaan. Suplemen yang diberikan berbentuk tablet dan diminum langsung oleh wanita pekerja di depan petugas. Kandungan vitamin C dalam suplemen vitamin C (tunggal) adalah 1000 mg; sedangkan formula suplemen MVM terdiri dari 1000 mg vitamin C; 45 mg vitamin E; 700 g vitamin A; 6,5 mg vitamin B 6 ; 400 g folic acid; 9,6 g vitamin B 12 ; 10 g vitamin D; 10 mg Zn; 110 g Se; 0,9 mg Cu; dan 5 mg Fe. Suplemen yang diberikan ini berasal dari perusahaan yang sama.

5 Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer berupa data sosio demografi, konsumsi, status gizi, status kesehatan, dan fungsi ginjal. Data sosio demografi dikumpulkan pada awal penelitian melalui wawancara. Data konsumsi dikumpulkan pada awal dan akhir penelitian dengan wawancara menggunakan metode recall 2x24 jam dan food frequency questionnaire (FFQ). Data status gizi meliputi berat dan tinggi badan dikumpulkan pada awal dan akhir penelitian. Data status kesehatan dikumpulkan pada awal dan akhir penelitian melalui pengukuran tekanan darah dan pencatatan keluhan dan lama sakit. Data fungsi ginjal dikumpulkan pada awal dan akhir penelitian meliputi kadar urea serum darah dengan metode Berthelot dan kreatinin serum darah dengan metode Jaffe. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis secara deskriptif dan statistik menggunakan program SPSS 12.0 for Windows. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap variabel yang diuji digunakan analisis varian (analysis of variance/anova) dan analisis peragam (analysis of covariance/ancova). Analisis konsumsi setelah suplementasi menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi energi, protein, dan vitamin C pada perlakuan multivitamin mineral lebih tinggi dibandingkan perlakuan plasebo dan vitamin C; sedangkan rata-rata konsumsi besi tertinggi terdapat pada perlakuan plasebo. Hasil uji Anova menunjukkan bahwa perbedaan yang nyata antar perlakuan hanya terdapat pada konsumsi energi (p<0,05). Uji lanjut menggunakan uji Bonferroni menunjukkan bahwa perbedaan tersebut terdapat antara perlakuan vitamin C dengan MVM. Tingkat konsumsi energi, protein, dan vitamin C wanita pekerja lebih tinggi pada perlakuan multivitamin mineral dibandingkan dua perlakuan lainnya; sedangkan tingkat konsumsi besi tertinggi terdapat pada perlakuan plasebo. Pengujian dengan Anova menunjukkan bahwa tingkat konsumsi energi, protein, vitamin C, dan besi pada ketiga perlakuan tidak berbeda nyata (p>0,05). Analisis terhadap status gizi berdasarkan IMT menunjukkan bahwa baik sebelum maupun setelah suplementasi, lebih dari separuh wanita pekerja pada ketiga perlakuan termasuk dalam status gizi baik (nilai IMT antara 18,5 sampai 24,9 kg/m 2 ). Sebelum suplementasi, rata-rata (±SD) IMT pada perlakuan plasebo adalah 23,7±3,6 kg/m 2 ; vitamin C adalah 22,5±3,4 kg/m 2 ; dan MVM adalah 23,2±2,3 kg/m 2. Setelah suplementasi, nilai rata-rata (±SD) IMT perlakuan plasebo adalah 23,7±3,7 kg/m 2 ; vitamin C adalah 22,4±3,4 kg/m 2 ; dan MVM adalah 23,2±2,4 kg/m 2. Hasil uji Ancova dengan usia dan konsumsi energi sebagai kovariat (peubah perancu) menunjukkan bahwa nilai IMT pada ketiga perlakuan tidak berbeda nyata (p>0,05). Analisis terhadap status kesehatan menunjukkan bahwa rata-rata lama sakit wanita pekerja pada perlakuan plasebo adalah 4,3±4,9 hari; pada perlakuan vitamin C adalah 2,1±2,8 hari; dan pada perlakuan multivitamin mineral adalah 2,5±3,6 hari. Hasil uji Ancova dengan usia, IMT, tekanan darah sistolik, diastolik, konsumsi energi, protein, vitamin C, dan besi sebagai peubah perancu menunjukkan bahwa lama sakit pada ketiga perlakuan tidak berbeda nyata (p>0,05). Pengukuran tekanan darah baik sebelum maupun setelah suplementasi pada ketiga perlakuan menunjukkan bahwa sebagian besar wanita pekerja termasuk dalam kategori tidak hipertensi (sistolik <140 mmhg; diastolik <90 mmhg). Rata-rata (±SD) tekanan darah sistolik wanita pekerja sebelum suplementasi pada perlakuan plasebo adalah 100±13,1 mmhg; perlakuan vitamin C adalah 98±8,2 mmhg; dan perlakuan MVM adalah 99±14,1 mmhg. Setelah

6 suplementasi, rata-rata (±SD) tekanan darah sistolik pada perlakuan plasebo adalah 99±11,4 mmhg; perlakuan vitamin C adalah 95±6,8 mmhg; dan perlakuan MVM adalah 97±9,5 mmhg. Pada tekanan darah diastolik sebelum suplementasi, rata-rata (±SD) tekanan darah diastolik wanita pekerja pada perlakuan plasebo adalah 66±7,6 mmhg; perlakuan vitamin C adalah 65±5,1 mmhg; dan perlakuan MVM adalah 66±8,4 mmhg. Setelah suplementasi, rata-rata (±SD) tekanan darah diastolik wanita pekerja pada perlakuan plasebo adalah 66±8,0 mmhg; perlakuan vitamin C adalah 65±5,1 mmhg; sedangkan perlakuan MVM adalah 65±9,3 mmhg. Pengujian menggunakan Ancova dengan usia, berat badan, dan konsumsi natrium sebagai kovariat (peubah perancu) menunjukkan bahwa nilai tekanan darah sistolik dan diastolik pada ketiga perlakuan tidak berbeda nyata (p>0,05). Analisis fungsi ginjal menunjukkan bahwa baik sebelum maupun setelah suplementasi, sebagian besar wanita pekerja pada ketiga perlakuan termasuk dalam kategori normal (kadar urea serum darah 8,0-25,0 mg/dl; kadar kreatinin serum darah 0,6-1,5 mg/dl). Sebelum suplementasi, rata-rata (±SD) kadar urea serum darah wanita pekerja pada perlakuan plasebo adalah 19,5±4,9 mg/dl; perlakuan vitamin C adalah 19,2±5,0 mg/dl; dan perlakuan MVM adalah 22,1±6,4 mg/dl. Setelah suplementasi, rata-rata (±SD) kadar urea serum darah pada perlakuan plasebo adalah 21,2±5,0 mg/dl; perlakuan vitamin C adalah 20,8±4,6 mg/dl; dan perlakuan MVM adalah 21,4±4,2 mg/dl. Hasil uji Ancova dengan usia dan konsumsi protein sebagai kovariat (peubah perancu) menunjukkan bahwa kadar urea serum darah pada ketiga perlakuan tidak berbeda nyata (p>0,05). Pada analisis kadar kreatinin serum darah sebelum suplementasi, semua perlakuan menunjukkan nilai rata-rata yang sama, yaitu 0,8±0,1 mg/dl. Setelah suplementasi, rata-rata (±SD) kadar kreatinin serum darah wanita pekerja adalah 0,8±0,1 mg/dl pada perlakuan plasebo dan MVM; sedangkan pada perlakuan vitamin C adalah 0,9±0,1 mg/dl. Pengujian menggunakan Ancova dengan usia sebagai kovariat (peubah perancu) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata pada kadar kreatinin serum darah antar perlakuan (p<0,05). Uji lanjut menggunakan uji Bonferroni menunjukkan bahwa perbedaan terdapat antara perlakuan vitamin C dengan perlakuan MVM. Simpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: (1) rata-rata konsumsi dan tingkat konsumsi energi, protein, dan vitamin C pada perlakuan MVM lebih tinggi dibandingkan perlakuan plasebo dan vitamin C; sedangkan rata-rata konsumsi dan tingkat konsumsi besi tertinggi terdapat pada perlakuan plasebo; (2) suplementasi vitamin C dan MVM tidak berpengaruh terhadap status gizi wanita pekerja berdasarkan IMT; (3) suplementasi vitamin C dan MVM tidak berpengaruh terhadap status kesehatan wanita pekerja berdasarkan lama sakit, tekanan darah sistolik dan diastolik; (4) suplementasi vitamin C dan MVM tidak berpengaruh terhadap kadar urea serum darah; (5) suplementasi vitamin C dan multivitamin mineral berpengaruh terhadap kadar kreatinin serum darah, namun kadarnya masih berada pada batas normal. Kata kunci: suplemen makanan, status gizi, status kesehatan, fungsi ginjal

7 @ Hak cipta milik IPB, tahun 2009 Hak cipta dilindungi Undang-undang 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruhnya karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber. a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah. b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruhnya karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

8 PENGARUH SUPLEMENTASI VITAMIN C DAN MULTIVITAMIN MINERAL TERHADAP STATUS GIZI, KESEHATAN, DAN FUNGSI GINJAL FEBRINA SULISTIAWATI Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

9 Judul Tesis Nama NRP : Pengaruh Suplementasi Vitamin C dan Multivitamin Mineral Terhadap Status Gizi, Kesehatan, dan Fungsi Ginjal : Febrina Sulistiawati : I Disetujui Komisi Pembimbing Dr. Rimbawan Ketua Dr. Ir. Dadang Sukandar, M.Sc. Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Dekan Sekolah Pascasarjana Dr. Ir. Hadi Riyadi, MS. Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS. Tanggal Ujian: 15 Januari 2009 Tanggal Lulus:

10 PRAKATA Bismillahirrohmanirrahim. Alhamdulillahirobbil alamin, puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Segala atas limpahan rahmat, hidayah dan karunianya sehingga penulisan tesis dengan judul Pengaruh Suplementasi Vitamin C dan Multivitamin Mineral Terhadap Status Gizi, Kesehatan, dan Fungsi Ginjal ini dapat diselesaikan. Salawat serta salam tak lupa dihaturkan kepada junjungan alam Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya. Tesis ini dapat diselesaikan atas bantuan do a, dukungan, semangat, arahan, bimbingan, dan kerjasama dengan berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada yang terhormat Bapak Dr. Rimbawan dan Dr. Ir. Dadang Sukandar, M.Sc. selaku komisi pembimbing atas segala bimbingan, arahan dan dukungannya sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan. Ucapan terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan pula kepada Ibu Dr. Ir. Sri Anna Marliyati, MS. selaku penguji luar komisi pada ujian tesis atas masukan dan sarannya sehingga penulisan tesis ini dapat disempurnakan. Ucapan terima kasih dan penghargaan setulus-tulusnya penulis sampaikan kepada Ibu Fitrah Ernawati dan keluarga atas segala bantuan dan dukungannya, serta kepada seluruh tim penelitian Citeureup (Alia, Daus, Bu Tri, Bu Ita, Bu Sondang dkk. dari Puslitbang Gizi Depkes Bogor, Suster Yuli, Suster Leni, Suster Astri, dan Mbak Isha) atas segala bantuan dan kerjasamanya yang luar biasa. Terima kasih pula kepada Manajemen PT Ricky Putra Globalindo Tbk. atas izin yang diberikan untuk melaksanakan penelitian, dan penghargaan setinggitingginya kepada karyawati PT Ricky Putra Globalindo Tbk. yang bersedia menjadi sampel dalam penelitian ini, terima kasih sebesar-besarnya atas sumbangsih ibu-ibu bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Terima kasih tak terhingga dan penghargaan khusus penulis sampaikan kepada ibu dan bapak tercinta, guru utama dan pertama penulis, atas segala ridho, do a, dukungan, pengorbanan, dorongan semangat dan limpahan kasih sayang yang setiap saat selalu dapat penulis rasakan, sejak penulis berada dalam

11 kandungan hingga saat ini dan tak kan pernah sanggup terbalaskan. Untuk kakak, tak ada yang sulit selama ada kakak, terima kasih dan terima kasih atas pengorbanan, do a, dukungan, dan segala-gala yang selalu kakak berikan dengan tulus kepada adik. Adik-adik tercinta (Daru, Hafiz, Nia), sumber inspirasi kakak, terima kasih atas do a, dukungan, dan kasih sayang yang selalu menyertai kakak. Seluruh keluarga tercinta, bunda & bapak, semuanya takkan mungkin terjadi tanpa ketulusan do a-do a dan kasih sayang kalian, terima kasih tak terhingga. Kepada seluruh guru penulis, sejak taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi, dan seluruh guru di dunia yang dengan ketulusan, keikhlasan, dan keridhoannya telah menebarkan ilmu yang sangat bermanfaat bagi penulis dan seluruh penuntut ilmu lainnya, yang telah mengubah pasir menjadi mutiara, yang selalu menjadi pelita penerang dalam gulita, terima kasih tak terhingga, terima kasih dan terima kasih guru, jasamu tiada tara. Yang tak akan pernah terlupakan, rekan merangkap ibu, kakak, dan saudara penulis, GMK 06 (Bu Neneng, Bu Asih, Bu Mimi, Mbak Indah, Mbak Ketut, Mbak Cica, Mbak Devi, Mbak Riska, Mbak Wiwik, Mbak Reni, Nunung, Rani, Fahmi, Rusman), terima kasih atas segala dukungan, bantuan, dan kenangan indah selama kuliah bersama. Adik-adik Kost Mega (Mona, Reni, Esti, Mpit, Mila, Eno), Mbak Uci, Mbak Santi, terima kasih atas segala perhatian, bantuan, dan kasih sayang yang selalu kalian berikan. Sahabat-saudara terbaik penulis (Tini, Neng, Emy, Ela, Atik, Zhunk, Urul, Uji, Amri, dan semua-semuanya), terima kasih atas persahabatan dan persaudaraan yang indah dan tulus dari kalian semua, semua takkan ada artinya tanpa kalian. Dan kepada seluruh pihak yang telah membantu jalannya penelitian ini dan telah memberi dukungan penuh kepada penulis, baik moral maupun material yang tak bisa penulis tuliskan satu persatu, penulis haturkan terima kasih yang sebesarbesarnya. Semoga Allah Yang Maha Baik memberi balasan atas segala kebaikan Bapak, Ibu, Saudara, dan Saudari dengan sebaik-baik balasan. Akhirnya, semoga karya tulis ini memberi manfaat bagi kita semua. Amin. Bogor, Januari 2009 Febrina Sulistiawati

12 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Masbagik, Lombok Timur pada tanggal 14 Februari 1983 dari Ayahanda H. Usman Fauzi dan Ibunda Hj. Sulhiah. Penulis merupakan putri pertama dari empat bersaudara. Tahun 2001 penulis lulus dari SMU Unggulan Darul Ulum 2 BPPT Jombang. Pendidikan Strata-1 diselesaikan pada Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Mataram tahun Pada tahun 2006 penulis mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikan pada Program Studi Ilmu Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

13 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman PENDAHULUAN Latar Belakang... 1 Rumusan Masalah... 4 Tujuan Penelitian... 4 Hipotesis Penelitian... 5 Manfaat Penelitian... 5 TINJAUAN PUSTAKA Metabolisme Vitamin dan Mineral di dalam Tubuh... 6 Bioavailabilitas Zat Gizi... 6 Interaksi Antar Zat Gizi... 7 Pengaruh Kekurangan dan Kelebihan Vitamin dan Mineral Suplemen Multivitamin Mineral Kecukupan Gizi yang Dianjurkan dan Tolerable Upper Intake Level (UL) Status Gizi Status Kesehatan Ginjal dan Fungsinya di dalam Tubuh KERANGKA PEMIKIRAN METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Rancangan Percobaan Pelaksanaan Penelitian Cara Pemberian Suplemen Jenis dan Cara Pengumpulan Data Pengendalian Kualitas Data Pengolahan dan Analisis Data Definisi Operasional Variabel HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Wanita Pekerja Konsumsi Pangan dan Zat Gizi Status Gizi Status Kesehatan Fungsi Ginjal xiv xv xvi

14 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 72

15 DAFTAR TABEL Halaman 1 Interaksi yang melibatkan vitamin A Interaksi yang melibatkan vitamin E Interaksi yang melibatkan vitamin C Interaksi yang melibatkan vitamin B Kategori suplemen multivitamin mineral dalam beberapa survey Kecukupan gizi, UL, dan batas maksimum BPOM vitamin dan mineral yang digunakan dalam suplemen penelitian Kandungan zat-zat kimia dalam plasma, filtrat, dan urin dalam periode 24 jam Formula suplemen multivitamin dan mineral Jenis dan cara pengumpulan data Pengelompokan status gizi orang dewasa menurut IMT Pengelompokan tekanan darah sistolik dan diastolik Jenis dan kategori variabel Sebaran wanita pekerja menurut kategori usia Sebaran wanita pekerja menurut kategori pendidikan Sebaran ukuran keluarga wanita pekerja Statistik pendapatan keluarga wanita pekerja Rata-rata konsumsi zat gizi wanita pekerja dari makanan Tingkat konsumsi wanita pekerja dari makanan Distribusi tingkat konsumsi energi dan protein wanita pekerja Distribusi tingkat konsumsi vitamin C dan besi wanita pekerja Distribusi wanita pekerja menurut kategori IMT Keluhan dan rata-rata lama sakit wanita pekerja selama suplementasi Distribusi wanita pekerja menurut tekanan darah sistolik Distribusi wanita pekerja menurut tekanan darah diastolik Distribusi wanita pekerja menurut kadar urea serum darah Distribusi wanita pekerja menurut kadar kreatinin serum darah... 62

16 DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Hubungan antara pola konsumsi pangan, status gizi, status kesehatan dan fungsi ginjal Alur penelitian Rata-rata berat badan wanita pekerja Rata-rata indeks massa tubuh wanita pekerja Rata-rata tekanan darah sistolik wanita pekerja Rata-rata tekanan darah diastolik wanita pekerja Rata-rata kadar urea wanita pekerja Rata-rata kadar kreatinin wanita pekerja... 61

17 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Persetujuan etik (ethical clearance) Formulir persetujuan untuk mengikuti penelitian (informed consent) Kuisioner status gizi dan kesehatan wanita pekerja Prosedur penentuan urea serum darah Prosedur penentuan kreatinin serum darah Antropometri wanita pekerja sebelum dan setelah suplementasi Monitoring morbiditas wanita pekerja selama suplementasi Tekanan darah sistolik dan diastolik wanita pekerja sebelum dan setelah suplementasi Kadar urea dan kreatinin wanita pekerja sebelum dan setelah suplementasi Frekuensi konsumsi wanita pekerja dari makanan sebelum dan setelah suplementasi Konsumsi zat gizi wanita pekerja dari makanan sebelum dan setelah suplementasi Tingkat konsumsi zat gizi wanita pekerja dari makanan sebelum dan setelah suplementasi Uji Anova konsumsi wanita pekerja sebelum dan setelah suplementasi Uji Anova tingkat konsumsi wanita pekerja sebelum dan setelah suplementasi Uji Anova antropometri, tekanan darah, urea, dan kreatinin wanita pekerja sebelum suplementasi Uji Ancova IMT wanita pekerja setelah suplementasi Uji Ancova lama sakit wanita pekerja selama suplementasi Uji Ancova tekanan darah sistolik wanita pekerja setelah suplementasi Uji Ancova tekanan darah diastolik wanita pekerja setelah suplementasi Uji Ancova urea wanita pekerja setelah suplementasi Uji Ancova kreatinin wanita pekerja setelah suplementasi Dokumentasi penelitian

18 Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Ir. Sri Anna Marliyati, MS.

19 PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam 10 tahun terakhir, zat gizi mikro (vitamin dan mineral) mendapat perhatian yang lebih besar dalam ilmu gizi internasional. Hal ini didorong oleh semakin banyaknya penelitian yang mengungkapkan pentingnya peran vitamin dan mineral bagi kesehatan manusia. Vitamin dan mineral sangat mempengaruhi kualitas hidup manusia, diantaranya untuk mengatur fungsi otak, ketahanan tubuh atau imunitas, fungsi kehamilan, dan pengolahan energi. Kekurangan zat gizi mikro pada tingkat ringan sekalipun dapat mempengaruhi kemampuan belajar, mengganggu produktivitas kerja, bahkan memperparah penyakit dan meningkatkan kematian (Soekirman 2000). Dalam laporan ACC/SCN Tahun 2000 disebutkan bahwa di negara berkembang diperkirakan terdapat 3,9 milyar penduduk beresiko kekurangan zat gizi mikro, dimana 1 milyar diantaranya sudah dalam keadaan sakit dan cacat. Dengan beragam pangan yang tersedia, masyarakat harusnya dapat mencukupi segala kebutuhan makro dan mikronutrien yang dibutuhkan tubuh untuk beragam proses metabolisme. Namun sayangnya, sebagian besar penduduk dunia tidak mampu untuk mengakses beragam pangan yang kaya akan mikronutrien. Hal ini antara lain disebabkan oleh gaya hidup (life style) dan faktor sosial ekonomi. Oleh karena itu, salah satu alternatif yang dapat dilakukan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan penduduk adalah melalui pendekatan berbasis makanan berupa fortifikasi dan suplementasi makanan (FAO/WHO 2001). Menurut FAO/WHO (2001), fortifikasi merujuk pada penambahan zat gizi pada makanan yang biasa dimakan. Woods (2001) menambahkan, fortifikasi merupakan penambahan zat gizi ke dalam makanan terlepas dari apakah zat gizi tersebut telah terdapat dalam jumlah yang cukup atau tidak di dalam makanan dengan tujuan untuk mencegah atau mengurangi kekurangan satu atau beberapa zat gizi pada suatu populasi atau kelompok khusus dalam suatu populasi. Sedangkan suplementasi merujuk pada pemberian sediaan farmakologi zat gizi secara periodik dalam bentuk kapsul atau tablet, atau melalui suntikan untuk kelompok yang beresiko menderita kurang gizi yang memerlukan penanganan secepatnya (FAO/WHO 2001). Dalam International Conference on Nutrition

20 2 tahun 1992, FAO/WHO menetapkan bahwa suplementasi zat gizi harus dibatasi untuk kelompok rawan (vulnerable group) yang tidak dapat memenuhi kebutuhannya akan zat gizi hanya melalui makanan, yaitu bayi dan anak-anak, lansia, kelompok dengan sosial ekonomi rendah, orang terlantar, pengungsi, penduduk yang berada dalam kondisi darurat, dan wanita usia subur (FAO/WHO 1992). Selain kelompok-kelompok tersebut, kelompok lain yang memerlukan zat gizi mikro dalam jumlah yang lebih tinggi adalah wanita pekerja. Kelompok ini merupakan bagian dari wanita usia subur yang cenderung banyak terpapar stres (Romeo et al. 2008), baik stres lingkungan (Romieu 2005) maupun stres karena beban kerja (Nieman 2001). Selain itu, wanita pada usia ini juga mengalami menstruasi secara berkala dan cenderung melakukan diet yang mengakibatkan rendahnya intik vitamin dan mineral. Hal-hal ini menyebabkan wanita pekerja rentan terkena masalah yang terkait dengan kekurangan zat gizi mikro. Saat ini penggunaan suplemen semakin meningkat, dan sepertinya akan terus menerus bertambah (NIH State of the Science Panel 2007). Di Inggris, tidak kurang dari 40% penduduk mengkonsumsi suplemen secara teratur (Read 2001). Dalam Ransley (2001) disebutkan, pengguna suplemen di Inggris menghabiskan dana antara 340 hingga 360 juta poundsterling setiap tahunnya. Sementara itu, lebih dari setengah orang dewasa di Amerika dilaporkan menggunakan suplemen makanan. Pada awal tahun 1990-an sekitar 25% wanita dewasa menggunakan suplemen secara teratur, dan jumlah ini meningkat lebih dari 50% pada akhir tahun 2000 (Neuhouser 2003). Pada umumnya, mereka mempercayai bahwa suplemen dapat membuat mereka berada dalam kondisi yang lebih baik, memberikan tambahan energi, meningkatkan kesehatan, serta mencegah dan mengobati penyakit. Dalam Radimer (2004) disebutkan, menurut data NHANES (National Health and Nutrition Examination Survey) tahun , suplemen yang paling banyak dikonsumsi oleh orang dewasa di Amerika adalah multivitamin mineral (35%) diikuti oleh vitamin E (12,7%) dan vitamin C (12,4%). Menurut beberapa penelitian, masyarakat yang mengkonsumsi suplemen multivitamin mineral cenderung memiliki intik mikronutrien yang lebih tinggi

21 3 dibandingkan masyarakat yang tidak mengkonsumsi suplemen. Namun, intik tambahan yang diperoleh dari suplemen ini kemungkinan besar dapat melebihi batas maksimum yang diperbolehkan (tolerable upper intake level/ul). UL adalah angka paling tinggi dari suatu zat gizi yang bila dikonsumsi dalam jumlah tersebut setiap hari tidak menimbulkan efek yang membahayakan kesehatan. Intik zat gizi yang melebihi UL dapat meningkatkan resiko negatif bagi kesehatan konsumen. Sebagian besar orang menganggap bahan-bahan yang digunakan dalam suplemen multivitamin mineral aman. Namun terdapat beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa beberapa bahan dalam suplemen multivitamin mineral dapat memberikan pengaruh merugikan, diantaranya bahwa kanker paru-paru terjadi pada pekerja asbes dan perokok yang mengkonsumsi β-karoten. Selain itu, kanker esofagus ditemukan pula pada pasien lansia di Cina yang diberikan suplemen selenium, β-karoten, dan vitamin E dalam waktu yang lama. Pada penelitian lain, pasien dengan antigen spesifik prostat tinggi pada awal penelitian yang menerima intervensi multivitamin mineral memiliki resiko menderita kanker prostat yang lebih tinggi. Suplemen vitamin D dan kalsium kemungkinan meningkatkan resiko batu ginjal pada beberapa orang (NIH State of the Science Panel 2007). Sementara itu, suplemen vitamin C yang umumnya banyak pula dikonsumsi masyarakat juga dapat menimbulkan efek negatif bila dikonsumsi dalam jumlah yang melebihi UL. Dalam Goodman (1991) disebutkan, vitamin C memiliki efek yang positif pada tahap penyembuhan beberapa jenis penyakit; diantaranya pilek, asma, aterosklerosis, diabetes, jantung, berbagai jenis kanker, bahkan AIDS. Namun, dalam jumlah yang melebihi UL vitamin C dapat menyebabkan gangguan saluran pencernaan seperti diare (Mulholland & Benford 2007) dan batu ginjal (Hathcock et al. 2005). Berdasarkan hal tersebut, perlu adanya suatu kajian mengenai keamanan suplemen vitamin C dan multivitamin mineral pada dosis tertentu agar dalam pelaksanaannya tidak terjadi hal yang membahayakan bagi konsumen suplemen tersebut.

22 4 Rumusan Masalah Suplementasi zat gizi mikro dapat meningkatkan asupan zat gizi individu yang berdampak pada status gizi dan kesehatan. Namun, asupan yang melebihi batas maksimum yang diperbolehkan (UL) dapat membahayakan individu tersebut (Murphy et al. 2007). Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh suplementasi vitamin C dan multivitamin mineral terhadap status gizi? 2. Bagaimana pengaruh suplementasi vitamin C dan multivitamin mineral terhadap status kesehatan? 3. Apakah suplementasi vitamin C dan multivitamin mineral pada dosis yang diberikan aman dilihat dari fungsi ginjal? Tujuan Penelitian Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh suplementasi vitamin C dan multivitamin mineral terhadap status gizi, kesehatan dan fungsi ginjal. Tujuan Khusus 1. Mempelajari karakteristik sosio demografi (usia, pendidikan, ukuran dan pendapatan keluarga) wanita pekerja. 2. Menganalisis konsumsi dan tingkat konsumsi wanita pekerja. 3. Menganalisis pengaruh suplementasi vitamin C dan multivitamin mineral terhadap status gizi (IMT) wanita pekerja. 4. Menganalisis pengaruh suplementasi vitamin C dan multivitamin mineral terhadap status kesehatan (lama sakit dan tekanan darah) wanita pekerja. 5. Menganalisis pengaruh suplementasi vitamin C dan multivitamin mineral terhadap fungsi ginjal (urea dan kreatinin serum darah) wanita pekerja. 6. Menganalisis perbedaan status gizi, kesehatan, dan fungsi ginjal wanita pekerja antar perlakuan (pemberian plasebo, suplemen vitamin C dan multivitamin mineral).

23 5 Hipotesis Penelitian Untuk memudahkan jalannya penelitian maka diajukan hipotesis, bahwa: 1. Suplementasi vitamin C dan multivitamin mineral berpengaruh terhadap konsumsi dan tingkat konsumsi energi, protein, vitamin C, dan besi wanita pekerja. 2. Suplementasi vitamin C dan multivitamin mineral berpengaruh terhadap status gizi (IMT) wanita pekerja. 3. Suplementasi vitamin C dan multivitamin mineral berpengaruh terhadap status kesehatan (lama sakit dan tekanan darah) wanita pekerja. 4. Suplementasi vitamin C dan multivitamin mineral tidak berpengaruh terhadap fungsi ginjal (urea dan kreatinin serum darah) wanita pekerja. 5. Tidak terdapat perbedaan pada kadar urea dan kreatinin wanita pekerja yang diberi perlakuan plasebo dibandingkan yang diberi perlakuan suplemen vitamin C dan multivitamin mineral. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti ilmiah tentang bahaya tidaknya suplemen vitamin C dan multivitamin mineral pada dosis yang diberikan sehingga dapat dijadikan pertimbangan untuk memilih dosis suplemen yang tepat untuk dikonsumsi. Bagi penyusun program gizi dan kesehatan, penelitian ini diharapkan menjadi masukan dalam menentukan dosis suplemen yang tepat sehingga aman untuk dikonsumsi masyarakat.

24 6 TINJAUAN PUSTAKA Metabolisme Vitamin dan Mineral di dalam Tubuh Metabolisme merupakan semua proses baik fisik maupun kimia yang terjadi di dalam tubuh dan diperlukan untuk mempertahankan kehidupan. Proses-proses ini berupa pemecahan zat-zat gizi untuk menghasilkan energi atau membentuk struktur tubuh. Reaksi kimia yang terjadi memungkinkan tubuh mengeluarkan dan menggunakan energi yang berasal dari makanan, mengubah suatu zat menjadi zat lain, dan menyiapkan sisa-sisa zat untuk diekskresi. Terdapat sekitar seribu macam reaksi yang kimia yang terjadi di dalam suatu sel tubuh (Almatsier 2003). Vitamin, mineral, dan cairan di dalam tubuh diserap secara bersamaan melalui mukosa usus halus. Beragam faktor dapat mempengaruhi bioavailabilitas vitamin dan mineral dalam proses ini. Setiap hari, sekitar 8 hingga 9 liter cairan dari tubuh mengalir terus menerus melewati membran usus agar zat-zat gizi berada dalam larutan. Sebagian besar vitamin dan air bergerak dari usus halus menuju darah dengan difusi pasif. Sementara itu, penyerapan mineral bersifat lebih kompleks dan berjalan melalui tiga tahap. Pada tahap pertama, yaitu intraluminal stage, terjadi reaksi kimia dan interaksi yang terjadi di dalam lambung dan usus halus. Reaksi ini sebagian besar ditentukan oleh ph dan komposisi makanan yang memasuki lambung, terutama mempengaruhi kation. Anion yang kecil seperti florida tidak dipengaruhi baik oleh ph maupun oleh komposisi makanan dan diserap dengan bebas. Tahap kedua adalah translocation stage, yang melewati membran menuju sel mukosa usus halus. Transpor anion yang kecil kemungkinan terjadi hanya melalui difusi. Untuk sebagian besar unsur kation, mekanisme dapat terjadi melalui difusi fasilitatif atau transpor aktif. Selama tahap ketiga, yaitu mobilization stage, mineral dapat diangkut melalui permukaan serosal usus menuju aliran darah atau dipisahkan di dalam sel (Beyer 2004). Bioavailabilitas Zat Gizi Istilah bioavailabilitas secara umum didefinisikan sebagai penyerapan dan pemanfaatan zat gizi (Fairweather-Tait 1997). Secara tidak langsung, penyerapan dalam definisi tersebut mencakup pula ekskresi dan penyimpanan. Terdapat

25 7 beberapa faktor yang mempengaruhi bioavailabilitas, yaitu bentuk kimia dari zat gizi; komposisi zat gizi dalam makanan atau suplemen; interaksi antar zat gizi; dan faktor dari dalam individu sendiri yang meliputi usia, jenis kelamin, faktor fisiologis, dan patologis (Krebs 2001). Solomon et al. (2001) menambahkan, faktor fisiologis yang dapat mempengaruhi bioavailabilitas adalah kondisi pencernaan, umur, fungsi ginjal, jenis kelamin, aktivitas fisik, komposisi tubuh, status gizi, status kesehatan, pola dan komposisi makan, suplemen makanan, alkohol, suku bangsa, dan tambahan dari faktor lingkungan seperti polusi, stres, dan penggunaan obat. Menurut Anderson (2004), berdasarkan bioavailabilitasnya zat gizi dalam makanan dibagi menjadi tiga kelompok: zat gizi dengan bioavailabilitas rendah (besi, kromium, mangan); zat gizi dengan bioavailabilitas sedang (kalsium dan magnesium); dan zat gizi dengan bioavailabilitas tinggi (natrium, kalium, klorida, iodida, dan flourida). Interaksi Antar Zat Gizi Interaksi antar zat gizi, khususnya mikronutrien dapat terjadi melalui dua mekanisme, yaitu: (1) satu jenis mikronutrien secara langsung mempengaruhi absorpsi mikronutrien lainnya, dan (2) defisiensi atau kelebihan satu jenis mikronutrien dalam organisme mempengaruhi metabolisme mikronutrien lainnya (Lonnerdal 1988). Interaksi Antar Mineral Zat besi (Fe) dan Seng (Zn) Dari beberapa penelitian diketahui bahwa konsumsi Fe dalam dosis yang tinggi akan mengurangi efisiensi absorpsi Zn (Solomons 1988). Kapasitas absorpsi usus halus dan pengaturannya dalam reaksinya terhadap status Fe individu paling bagus terlihat ketika seseorang mengkonsumsi Fe dalam dosis tinggi selama beberapa periode dan tidak mengkonsumsi makanan yang mengandung Zn. Dalam Almatsier (2003) disebutkan, sebagian Zn menggunakan alat transpor transferin yang juga merupakan alat transpor Fe. Bila perbandingan antara Fe dengan Zn lebih dari 2 : 1, transferin yang tersedia untuk Zn berkurang

26 8 sehingga menghambat absorpsi Zn. Dan sebaliknya, dosis tinggi Zn juga menghambat absorpsi Fe. Seng (Zn) dan Tembaga (Cu) Interaksi antara Zn dan Cu dapat terjadi baik dalam keadaan gizi yang baik maupun dalam keadaan gizi kurang. Sejumlah penelitian dengan hewan percobaan menunjukkan bahwa intik Zn yang tinggi dapat mengurangi absorpsi Cu. Hal ini disebabkan karena intik Zn yang tinggi akan meningkatkan kandungan tionein dalam mukosa, dimana molekul ini mampu mengikat logam-logam yang serupa termasuk Zn 2+, Cu 2+, Hg 2+, dan Cd 2+ (Solomons 1988). Interaksi Antara Vitamin dengan Mineral Asam Askorbat dan Zat Besi (Fe) Asam askorbat dapat meningkatkan absorpsi besi non-heme. Hal ini kemungkinan terjadi melalui dua cara, yakni melalui kemampuan mereduksi asam askorbat sehingga Fe selalu berada dalam bentuk yang lebih mudah diserap, yaitu Fe 2+ ; dan sifat mengkelat asam askorbat yang membuat Fe selalu dalam bentuk dapat larut dan dapat diserap. Dengan demikian, pada defisiensi asam askorbat penyimpanan Fe rusak; demikian pula pada kelebihan asam askorbat, perpindahan Fe dari pasien hemokromatosis dengan desferioksamin meningkat (Lonnerdal 1988). Asam Askorbat dan Tembaga (Cu) Beberapa penelitian menunjukkan bahwa intik asam askorbat yang tinggi memiliki efek negatif terhadap metabolisme Cu. Asam askorbat yang tinggi diyakini dapat merubah Cu 2+ menjadi Cu 1+ yang lebih sulit untuk diserap (Lonnerdal 1988). Seng (Zn) dan Vitamin E Mekanisme interaksi antara seng dan vitamin E terjadi pada tingkat membran. Seng dan vitamin E bekerjasama melindungi integritas membran sel. Seng berperan dalam sistem enzim yang mencegah terjadinya radikal bebas dengan menurunkan konsentrasi peroksida dalam sel, sedangkan vitamin E menghalangi bekerjanya radikal bebas setelah terbentuk. Dengan demikian, konsumsi seng dalam jumlah cukup dapat menghemat penggunaan vitamin E (Lonnerdal 1988; Almatsier 2003). Bunk et al. (1987) melaporkan bahwa absorpsi

27 9 usus halus dan atau transpor vitamin E plasma terganggu jika terjadi kekurangan seng. Seng (Zn) dan Vitamin A Kekurangan seng dapat mengganggu metabolisme vitamin A. Pada kondisi ini, sintesis alat angkut vitamin A yaitu protein pengikat retinol (retinol-bindingprotein/rbp) terganggu dan terjadi penurunan aktivitas retina reduktase. Menurunnya aktivitas enzim ini menyebabkan terganggunya adaptasi terhadap gelap (Lonnerdal 1988). Vitamin A dan Zat Besi (Fe) Dalam Lonnerdal (1988) disebutkan, kekurangan vitamin A dapat menyebabkan terganggunya hematopoiesis. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa rendahnya retinol plasma dihubungkan dengan rendahnya hemoglobin, besi serum, dan nilai kejenuhan transferin. Kekurangan vitamin A dapat menyebabkan terganggunya transportasi besi dari hati dan atau penggabungan besi ke dalam eritrosit. Folat dan Seng (Zn) Suplementasi folat diketahui dapat mengganggu absorpsi seng. Meskipun pengaruh suplemen folat terhadap absorpsi seng secara langsung masih belum pasti, jalur metabolisme yang menghubungkan antara folat dan seng telah diketahui. Pasien yang menderita anemia megaloblastik (kekurangan folat) memiliki kadar seng dalam eritrosit yang rendah. Terganggunya absorpsi folat pada keadaan kekurangan seng juga dapat terjadi karena folate conjugase (pteroilpoligammaglutamil hidrolase) yang merupakan brush border membran enzim yang dibutuhkan untuk memecah bagian poligammaglutamat dari folat adalah zinc-dependent enzyme (Chandler et al. 1986). Interaksi Antar Vitamin Vitamin dapat berinteraksi satu dengan lainnya melalui beragam cara. Satu jenis vitamin dapat dibutuhkan untuk: (a) absorpsi atau metabolisme vitamin lainnya; (b) melindungi vitamin lainnya dari kerusakan oksidatif; atau (c) menjaga vitamin lainnya dari katabolisme atau ekskresi yang berlebihan. Akibat interaksi ini, kekurangan salah satu jenis vitamin, bahkan kekurangan yang kecil dapat memperburuk kekurangan atau meningkatkan kebutuhan vitamin lainnya.

28 10 Vitamin A Vitamin A berinteraksi dengan vitamin larut lemak lainnya (D, E, K) dan berinteraksi pula dengan vitamin C. Interaksi antar vitamin-vitamin ini adalah sebagai berikut: Tabel 1 Interaksi yang melibatkan vitamin A Jenis vitamin Interaksi Referensi Vitamin C Pada manusia, hipervitaminosis A Bauernfeind (1980) menyebabkan menurunnya kadar vitamin C dalam jaringan, dan meningkatnya jumlah vitamin C yang keluar melalui urin Vitamin D Pada hewan, vitamin A dosis tinggi Morgan et al. (1937); dapat melindungi dari beberapa gejala Taylor et al. (1968); toksisitas vitamin D Metz et al. (1984) Vitamin E Pada anak ayam, kadar vitamin A Sklan and Donoghue yang tinggi meningkatkan kebutuhan (1982); Frigg and vitamin E Broz (1984) Vitamin K Pada manusia, hipervitaminosis A Bauernfeind (1980) dapat menyebabkan hipoprotrom- Suttie (1984) binemia yang dapat diobati dengan suplementasi vitamin K Sumber: Machlin dan Langseth (1988) Vitamin E Intik vitamin E yang tinggi dapat menyebabkan kekurangan vitamin larut lemak lainnya bila vitamin-vitamin ini terdapat dalam jumlah yang terbatas dalam makanan. Hal ini disebabkan oleh adanya kompetisi untuk absorpsi pada sel mukosa usus halus. Interaksi yang terjadi antara vitamin E dengan vitamin lainnya adalah sebagai berikut: Tabel 2 Interaksi yang melibatkan vitamin E Jenis vitamin Interaksi Referensi Vitamin A Vitamin E dibutuhkan untuk metabo- Mc Laren (1959); lisme normal vitamin A, pengganti Ames (1969); Bennett vitamin A, dan melindungi dari bebe- et al. (1965); Arnrich rapa gejala toksisitas vitamin A and Arthur (1980) Vitamin B 12 Vitamin E dibutuhkan untuk meng- Barness (1967); ubah vitamin B 12 menjadi bentuk Pappu et al. (1978) koenzimnya. Pemberian vitamin E dapat menghentikan ekskresi asam metilmalonat, yang merupakan salah satu indikator kekurangan vitamin B 12 dari urin Vitamin K Pada manusia, dosis tinggi vitamin E Corrigan and Marcus (1200 IU/hari) dapat meningkatkan (1974); Helson (1984) kebutuhan vitamin K sebagai antikoagulan Sumber: Machlin dan Langseth (1988)

29 11 Vitamin C Vitamin C berinteraksi dengan vitamin A, B 6, B 12, dan vitamin E. Interaksi yang terjadi adalah sebagai berikut: Tabel 3 Interaksi yang melibatkan vitamin C Jenis vitamin Interaksi Referensi Vitamin A Pada tikus, asam askorbat kurang dari Mayfield and Roehm 250 mg/kg BB dapat meningkatkan (1956) perubahan vitamin β-karoten menjadi vitamin A. Pada jumlah yang lebih banyak tidak menunjukkan adanya pengaruh atau dapat menurunkan pemanfaatannya Vitamin B 6 Pada manusia yang mengalami keku- Shultz and Leklem; rangan vitamin C dilaporkan terjadi (1982); Baker et al. peningkatan ekskresi piridoksin (1971) Vitamin B 12 Kelebihan vitamin C baik dalam makanan Herbert and Jacob atau dalam aliran darah dapat merusak vitamin B 12 pada kondisi fisiologis tertentu (1974); Marcus et al. (1980); Hogenkamp (1980) Vitamin E Vitamin C dan vitamin E bekerjasama Leung et al. (1981); sebagai antioksidan. Vitamin C dapat Lambelet et al. (1985) mengganti vitamin E dengan mengha- Chen (1981) silkan kembali tokoferol dari radikal tokoferoksil. Terdapat beberapa bukti pula yang menunjukkan bahwa vitamin E dapat menggantikan vitamin C Sumber: Machlin dan Langseth (1988) Vitamin B Vitamin B memiliki interaksi yang kuat antara satu dengan lainnya. Vitamin B dalam jumlah yang cukup dibutuhkan untuk fungsi yang optimal. Kekurangan salah satu vitamin B dapat menyebabkan ketidaknormalan metabolisme vitamin B lainnya. Beberapa interaksi yang terjadi adalah sebagai berikut: Tabel 4 Interaksi yang melibatkan vitamin B Vitamin yang Vitamin yang Interaksi Referensi mempengaruhi terpengaruh Vitamin B 6 Vitamin C Kekurangan vit. B 6 menurun- Baker et al. kan kadar vit. C dalam plasma (1964) Vitamin B 6 Vitamin B 12 Pada tikus, vit. B 6 dibutuhkan Sauberlich untuk absorpsi vit. B 12 (1980) Asam folat Vitamin B 12 Pada manusia, kelebihan asam Herbert (1963) folat dapat menutupi kekurang- Brody et al. an vit. B 12 dengan mengobati (1984) gejala hematologi, tetapi tidak dapat mengobati gejala neurologi. Hal ini telah diamati pada dosis 5 mg/hari Sumber: Machlin dan Langseth (1988)

30 12 Pengaruh Kekurangan dan Kelebihan Vitamin dan Mineral Vitamin A Vitamin A memiliki beragam fungsi penting untuk tubuh, diantaranya untuk fungsi normal pada sistem penglihatan, pertumbuhan dan perkembangan, diferensiasi sel epitel, fungsi imun, reproduksi, dan anti kanker. Kekurangan vitamin A (KVA) terjadi ketika simpanan tubuh habis terpakai sehingga mengganggu fungsi fisiologis. Kekurangan ini dapat merupakan kekurangan primer yang disebabkan oleh kurangnya konsumsi vitamin A atau kekurangan sekunder karena adanya gangguan penyerapan dan penggunaannya di dalam tubuh, kebutuhan meningkat, dan karena gangguan pada konversi karoten menjadi vitamin A. Pada tahap awal, terjadi gangguan pada integritas sel epitel dan sistem imun, kemudian diikuti pada sistem penglihatan. Akibatnya, terjadi peningkatan keparahan penyakit infeksi dan resiko kematian khususnya pada anak-anak (ACC/SCN 2000). Wanita usia subur juga rawan menderita KVA selama masa kehamilan dan menyusui (Bloem et al. 1994). Kelebihan vitamin A dapat terjadi jika mengkonsumsi vitamin A dengan jumlah yang berlebihan dalam jangka waktu lama. Kelebihan dapat menyebabkan kerusakan hati, sakit pada tulang dan sendi, alopecia, sakit kepala, muntah, dan kulit mengering (FAO/WHO 2001). Konsumsi vitamin A lebih dari 7500 μg ( IU) setiap hari pada wanita di awal masa kehamilan dapat menyebabkan kelainan pada janin (Hathcock 1997). Dalam Brody (1999) disebutkan, wanita hamil yang mengkonsumsi vitamin A 10 kali atau lebih dari kecukupan yang dianjurkan dapat menyebabkan kerusakan otak pada bayi. Oleh karena itu, wanita dianjurkan untuk mengkonsumsi vitamin A dalam dosis rendah yakni < IU/hari atau IU/minggu (WHO 1998). Namun, kelebihan ini hanya terjadi bila dimakan dalam bentuk vitamin A. Karoten tidak dapat menimbulkan gejala kelebihan karena absorpsi karoten menurun bila konsumsi tinggi. Selain itu sebagian dari karoten yang diserap tidak diubah menjadi vitamin A, tetapi disimpan di dalam lemak. Vitamin D Vitamin D khususnya kalsitriol (1,25 dihidroksivitamin D 3 ) terutama berfungsi seperti hormon steroid. Vitamin D menjaga homeostasis kalsium dan

31 13 fosfor, dan bersama vitamin C, A, hormon-hormon paratiroid dan kalsitonin, protein, dan beberapa mineral membantu pembentukan dan pemeliharaan tulang (Almatsier 2003). Gallagher (2004) menambahkan, kalsitriol memegang peranan penting dalam diferensiasi sel, proliferasi sel, dan pertumbuhan banyak jaringan tubuh termasuk kulit, tulang, pankreas, sel saraf, kelenjar paratiroid, dan sistem imun. Kekurangan vitamin D dapat menyebabkan kelainan tulang, yang pada anak-anak dinamakan ricketsia dan pada orang dewasa disebut osteomalasia. Selain itu, kekurangan vitamin D pada orang dewasa dapat pula menyebabkan osteoporosis. Sedangkan konsumsi vitamin D dalam jumlah berlebihan mencapai 5 kali AKG akan menyebabkan keracunan dengan gejala kelebihan absorpsi vitamin D yang akhirnya menyebabkan kalsifikasi berlebihan pada tulang dan jaringan tubuh seperti ginjal, paru-paru, dan organ tubuh lain (Almatsier 2003; Gallagher 2004). Vitamin E Fungsi utama vitamin E adalah sebagai antioksidan yang melindungi kerusakan membran sel dan asam lemak jenuh ganda dari oksidasi radikal bebas. Selain itu, vitamin E berperan dalam memelihara integritas membran sel, sintesis DNA, sistem imun, mencegah penyakit jantung koroner, mencegah keguguran dan sterilisasi, serta mencegah gangguan menstruasi. Namun, fungsi-fungsi ini masih perlu membutuhkan penelitian lebih lanjut (Almatsier 2003). Kekurangan vitamin E jarang terjadi karena terdapat secara luas dalam bahan makanan. Bila terjadi, kekurangan vitamin E umumnya menyerang sistem saraf dan otot, pembuluh darah, dan sistem reproduksi. Kekurangan biasanya terjadi karena adanya gangguan absorpsi lemak dan gangguan transpor lipida (Gallagher 2004; Almatsier 2003). Vitamin E adalah salah satu vitamin yang tidak toksik. Manusia masih mampu untuk mengkonsumsi vitamin E dalam dosis tinggi hingga 100 kali dari kebutuhan. Namun, pada dosis yang sangat tinggi vitamin E dapat menurunkan kemampuan tubuh untuk menggunakan vitamin larut lemak lainnya (A, D, dan K). Pada penelitian yang dilakukan Meydani et al. (1998) dilaporkan bahwa konsumsi vitamin E sebanyak IU/hari selama 4 bulan tidak menimbulkan efek merugikan.

32 14 Vitamin B 6 Kekurangan vitamin B 6 jarang terjadi karena biasanya kekurangan vitamin B 6 terjadi secara bersamaan dengan kekurangan vitamin B kompleks lainnya. Hipovitaminosis B 6 sering bersamaan dengan kekurangan riboflavin karena riboflavin dibutuhkan untuk membentuk koenzim PLP. Ketidakcukupan vitamin B 6 juga dapat menyebabkan menurunnya metabolisme glutamat di otak sehingga terjadi ketidakberfungsian sistem saraf. Selain itu, kekurangan vitamin B 6 juga menyebabkan kerusakan sistem imun (FAO/WHO 2001). Dalam Almatsier (2003) disebutkan, kekurangan dapat disebabkan oleh obat-obatan tertentu seperti isoniazida dan penisillamin, kecanduan alkohol, kelainan kongenital, penyakit kronik tertentu, dan gangguan absorpsi. Kelebihan vitamin B 6 umumnya juga jarang terjadi. Vitamin B 6 bersifat toksik pada dosis 1000 kali RDA (Brody 1999). Jika dikonsumsi dalam jumlah berlebihan selama berbulan-bulan maka akan terjadi kerusakan saraf yang tidak dapat diperbaiki, dimulai dengan kesemutan pada kaki, kemudian mati rasa pada tangan dan akhirnya tubuh tidak mampu bekerja (Brody 1999; Almatsier 2003). Vitamin B 12 Vitamin B 12 berfungsi pada dua bentuk koenzim, yaitu adenosilkobalamin dengan metilkalonil-coa mutase yang berperan penting dalam metabolisme propionat, adenosilkobalamin dengan leusin mutase yang berperan dalam metabolisme asam amino, dan metilkobalamin dengan dengan metionin sintetase yang berperan dalam metabolisme karbon tunggal. Kekurangan vitamin B 12 dapat menyebabkan kerusakan pembelahan sel, khususnya sumsum tulang dan mukosa usus halus (Gallagher 2004). Dalam Almatsier (2003) ditambahkan, kekurangan vitamin B 12 jarang terjadi karena kekurangan dalam makanan, namun sebagian besar disebabkan oleh penyakit saluran cerna atau gangguan absorpsi dan transportasi. Karena dibutuhkan untuk mengubah folat menjadi bentuk aktifnya, salah satu gejala kekurangan vitamin B 12 adalah anemia karena kekurangan folat. Tidak diketahui adanya gangguan karena kelebihan vitamin B 12. Dosis1000 μg dilaporkan tidak menimbulkan efek samping, namun tidak pula menunjukkan kegunaan jika tidak terjadi malabsorpsi (Institute of Medicine 1998). Oleh karena itu, suplementasi dengan dosis tinggi sebaiknya dihindari.

PENGARUH SUPLEMENTASI VITAMIN C DAN MULTIVITAMIN MINERAL TERHADAP STATUS GIZI, KESEHATAN, DAN FUNGSI GINJAL FEBRINA SULISTIAWATI

PENGARUH SUPLEMENTASI VITAMIN C DAN MULTIVITAMIN MINERAL TERHADAP STATUS GIZI, KESEHATAN, DAN FUNGSI GINJAL FEBRINA SULISTIAWATI PENGARUH SUPLEMENTASI VITAMIN C DAN MULTIVITAMIN MINERAL TERHADAP STATUS GIZI, KESEHATAN, DAN FUNGSI GINJAL FEBRINA SULISTIAWATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam 10 tahun terakhir, zat gizi mikro (vitamin dan mineral) mendapat perhatian yang lebih besar dalam ilmu gizi internasional. Hal ini didorong oleh semakin banyaknya penelitian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Metabolisme Vitamin dan Mineral di dalam Tubuh Bioavailabilitas Zat Gizi

TINJAUAN PUSTAKA Metabolisme Vitamin dan Mineral di dalam Tubuh Bioavailabilitas Zat Gizi 6 TINJAUAN PUSTAKA Metabolisme Vitamin dan Mineral di dalam Tubuh Metabolisme merupakan semua proses baik fisik maupun kimia yang terjadi di dalam tubuh dan diperlukan untuk mempertahankan kehidupan. Proses-proses

Lebih terperinci

PENGARUH SUPLEMENTASI MULTIVITAMIN MINERAL TERHADAP STATUS GIZI DAN KADAR SENG (Zn) SERUM PADA WANITA PEKERJA USIA SUBUR. Alia Latifah Hanum

PENGARUH SUPLEMENTASI MULTIVITAMIN MINERAL TERHADAP STATUS GIZI DAN KADAR SENG (Zn) SERUM PADA WANITA PEKERJA USIA SUBUR. Alia Latifah Hanum PENGARUH SUPLEMENTASI MULTIVITAMIN MINERAL TERHADAP STATUS GIZI DAN KADAR SENG (Zn) SERUM PADA WANITA PEKERJA USIA SUBUR Alia Latifah Hanum PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBER DAYA KELUARGA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anemia pada ibu hamil merupakan salah satu masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anemia pada ibu hamil merupakan salah satu masalah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia pada ibu hamil merupakan salah satu masalah yang sampai saat ini masih terdapat di Indonesia yang dapat meningkatkan risiko morbiditas dan mortalitas ibu dan

Lebih terperinci

3. plasebo, durasi 6 bln KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

3. plasebo, durasi 6 bln KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS persisten, RCT 2. Zn + Vit,mineral 3. plasebo, durasi 6 bln BB KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS BB, PB Zn dan Zn + vit, min lebih tinggi drpd plasebo Kebutuhan gizi bayi yang tercukupi dengan baik dimanifestasikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu ciri bangsa maju adalah bangsa yang memiliki tingkat kesehatan, kecerdasan, dan produktivitas kerja yang tinggi. Ketiga hal ini dipengaruhi oleh keadaan gizi

Lebih terperinci

Pengaruh Formula dengan Penambahan Bumbu untuk Makanan Rumah Sakit pada Status Gizi dan Kesehatan Pasien LIBER

Pengaruh Formula dengan Penambahan Bumbu untuk Makanan Rumah Sakit pada Status Gizi dan Kesehatan Pasien LIBER Pengaruh Formula dengan Penambahan Bumbu untuk Makanan Rumah Sakit pada Status Gizi dan Kesehatan Pasien LIBER SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan masa yang kritis dalam upaya menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan masa yang kritis dalam upaya menciptakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa balita merupakan masa yang kritis dalam upaya menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas, karena pada dua tahun pertama pasca kelahiran merupakan masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anemia pada remaja putri merupakan salah satu dampak masalah kekurangan gizi remaja putri. Anemia gizi disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang berperan dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Zat besi Besi (Fe) adalah salah satu mineral zat gizi mikro esensial dalam kehidupan manusia. Tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bukanlah zat yang bisa dihasilkan oleh tubuh melainkan kita harus

BAB I PENDAHULUAN. bukanlah zat yang bisa dihasilkan oleh tubuh melainkan kita harus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mineral merupakan unsur kimia yang diperlukan untuk tubuh kita. Mineral bukanlah zat yang bisa dihasilkan oleh tubuh melainkan kita harus mendapatkannya dari luar tubuh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata Paham BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham yang artinya mengerti benar tentang sesuatu hal. Pemahaman merupakan tipe belajar yang lebih tinggi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Sukoharjo yang beralamatkan di jalan Jenderal Sudirman

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Sukoharjo yang beralamatkan di jalan Jenderal Sudirman 39 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum SMK N 1 Sukoharjo 1. Keadaan Demografis SMK Negeri 1 Sukoharjo terletak di Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo yang beralamatkan di jalan Jenderal Sudirman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat secara global baik di negara berkembang maupun negara maju. Anemia terjadi pada semua tahap siklus kehidupan dan termasuk

Lebih terperinci

Nutrition in Elderly

Nutrition in Elderly Nutrition in Elderly Hub gizi dg usia lanjut Berperan besar dalam longevity dan proses penuaan Percobaan pada tikus: restriksi diet memperpanjang usia hidup Menurunkan peny kronis Peningkatan konsumsi

Lebih terperinci

PENGARUH DIET PENURUNAN BERAT BADAN DAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA PRAHIPERTENSI YANG KEGEMUKAN HERYUDARINI HARAHAP

PENGARUH DIET PENURUNAN BERAT BADAN DAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA PRAHIPERTENSI YANG KEGEMUKAN HERYUDARINI HARAHAP PENGARUH DIET PENURUNAN BERAT BADAN DAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA PRAHIPERTENSI YANG KEGEMUKAN HERYUDARINI HARAHAP SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI

Lebih terperinci

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif dr. Yulia Megawati Tenaga Kerja Adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, menurunnya produktifitas kerja dan

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, menurunnya produktifitas kerja dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, menurunnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengkonsumsi suplemen secara teratur 2. Sementara itu, lebih dari setengah

BAB I PENDAHULUAN. mengkonsumsi suplemen secara teratur 2. Sementara itu, lebih dari setengah BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penggunaan suplemen semakin meningkat, dan sepertinya akan terus menerus bertambah 1. Di Inggris, tidak kurang dari 40 persen penduduk mengkonsumsi suplemen secara teratur

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pekerja wanita usia subur (WUS) selama ini merupakan sumber daya manusia (SDM) yang utama di banyak industri, terutama industri pengolahan pangan yang pekerjaannya masih banyak

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN, BESI DAN VITAMIN C DENGAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI KELAS XI SMU NEGERI I NGAWI

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN, BESI DAN VITAMIN C DENGAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI KELAS XI SMU NEGERI I NGAWI HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN, BESI DAN VITAMIN C DENGAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI KELAS XI SMU NEGERI I NGAWI Skripsi ini ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi Disusun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Status Gizi a. Definisi Status Gizi Staus gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam

Lebih terperinci

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Intik gizi yang tidak cukup dan infeksi merupakan penyebab langsung gizi kurang pada bayi dan anak (UNICEF, 1999). Hal ini berdampak tidak saja terhadap kekurangan gizi makro

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat ( Public Health Problem) adalah anemia gizi.

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat ( Public Health Problem) adalah anemia gizi. 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu masalah gizi pada remaja dan dewasa yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat ( Public Health Problem) adalah anemia gizi. Prevalensi anemia di

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kurang vitamin A, Gangguan Akibat kurang Iodium (GAKI) dan kurang besi

BAB 1 : PENDAHULUAN. kurang vitamin A, Gangguan Akibat kurang Iodium (GAKI) dan kurang besi BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia karena defisiensi besi merupakan kelainan gizi yang paling sering ditemukan di dunia dan menjadi masalah kesehatan masyarakat. Saat ini diperkirakan kurang

Lebih terperinci

Mitos dan Fakta Kolesterol

Mitos dan Fakta Kolesterol Mitos dan Fakta Kolesterol Oleh admin Selasa, 01 Juli 2008 09:19:20 Apakah mengonsumsi makanan yang mengandung kolesterol tidak baik bagi tubuh? Apakah kita tak boleh mengonsumsi makanan berkolesterol?

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara, dan masih menjadi masalah kesehatan utama di. dibandingkan dengan laki-laki muda karena wanita sering mengalami

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara, dan masih menjadi masalah kesehatan utama di. dibandingkan dengan laki-laki muda karena wanita sering mengalami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan masalah kesehatan yang banyak dijumpai di berbagai negara, dan masih menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia. Wanita muda memiliki risiko yang

Lebih terperinci

Bab I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Bab I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bab I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pola makan vegetarian telah menjadi pola makan yang mulai banyak menjadi pilihan masyarakat saat ini. Vegetarian adalah orang yang hidup dari mengkonsumsi produk yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gangguan absorpsi. Zat gizi tersebut adalah besi, protein, vitamin B 6 yang

BAB I PENDAHULUAN. gangguan absorpsi. Zat gizi tersebut adalah besi, protein, vitamin B 6 yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan dampak masalah gizi pada remaja putri. Anemia gizi disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang berperan dalam pembentukan hemoglobin, dapat karena kekurangan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 16 METODOLOGI PENELITIAN Desain Waktu dan Tempat Penelitian Desain penelitian ini adalah Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab atau faktor resiko dan

Lebih terperinci

PENGARUH METODE PENGOLAHAN TERHADAP KANDUNGAN MINERAL REMIS (Corbicula javanica) RIKA KURNIA

PENGARUH METODE PENGOLAHAN TERHADAP KANDUNGAN MINERAL REMIS (Corbicula javanica) RIKA KURNIA PENGARUH METODE PENGOLAHAN TERHADAP KANDUNGAN MINERAL REMIS (Corbicula javanica) RIKA KURNIA DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat

BAB I PENDAHULUAN. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia sekolah dasar adalah anak yang berusia 6-12 tahun. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat pertumbuhan yang terjadi sebelumnya pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ubi jalar atau ketela rambat ( Ipomoea batatas ) adalah sejenis tanaman

BAB I PENDAHULUAN. Ubi jalar atau ketela rambat ( Ipomoea batatas ) adalah sejenis tanaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Ubi jalar atau ketela rambat ( Ipomoea batatas ) adalah sejenis tanaman budidaya. Bagian yang dimanfaatkan adalah akarnya yang membentuk umbi dengan kadar gizi berupa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Obesitas Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbun lemak yang melebihi 25 % dari berat tubuh, orang yang kelebihan berat badan biasanya karena kelebihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan, menurunkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian quasi eksperimental dengan prepost test with control design (Bhisma 2003), karena analisis dilakukan sebelum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Teh sarang semut merupakan salah satu jenis teh herbal alami yang terbuat

BAB I PENDAHULUAN. Teh sarang semut merupakan salah satu jenis teh herbal alami yang terbuat IX-xi BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Teh sarang semut merupakan salah satu jenis teh herbal alami yang terbuat dari bahan utama yaitu tumbuhan umbi yang digunakan oleh semut sebagai sarang sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi menurut JNC 7 adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmhg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmhg. Hipertensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi energi pada kelompok umur 56 tahun ke atas yang. mengkonsumsinya di bawah kebutuhan minimal di provinsi Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi energi pada kelompok umur 56 tahun ke atas yang. mengkonsumsinya di bawah kebutuhan minimal di provinsi Jawa Barat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bedasarkan hasil data riskesdas tahun 2010, rata-rata kecukupan konsumsi energi pada kelompok umur 56 tahun ke atas yang mengkonsumsinya di bawah kebutuhan minimal di

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords : high calcium milk, adolescent boys, blood calcium concentration, bone density.

ABSTRACT. Keywords : high calcium milk, adolescent boys, blood calcium concentration, bone density. ABSTRACT SURYONO. The Effects of High Calcium Milk Consumption on Blood Calcium Concentration and Bone Density of Adolescents Boys. Under supervision of ALI KHOMSAN, DRAJAT MARTIANTO, BUDI SETIAWAN, and

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anti nyamuk merupakan benda yang sudah tak asing lagi bagi kita. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi gigitan nyamuk. Jenis formula

Lebih terperinci

LOGO VITAMIN DAN MINERAL

LOGO VITAMIN DAN MINERAL LOGO VITAMIN DAN MINERAL Widelia Ika Putri, S.T.P., M.Sc Vitamin - Zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah sangat kecil - Pada umumnya tidak dapat dibentuk oleh tubuh - Zat pengatur pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik yang cepat. Pertumbuhan yang cepat pada tubuh remaja membawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ibu hamil merupakan penentu generasi mendatang, selama periode kehamilan ibu hamil membutuhkan asupan gizi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ibu hamil merupakan penentu generasi mendatang, selama periode kehamilan ibu hamil membutuhkan asupan gizi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ibu hamil merupakan penentu generasi mendatang, selama periode kehamilan ibu hamil membutuhkan asupan gizi yang cukup untuk memenuhi tumbuh kembang janinnya. Saat ini

Lebih terperinci

membutuhkan zat-zat gizi lebih besar jumlahnya (Tolentino & Friedman 2007). Remaja putri pada usia tahun, secara normal akan mengalami

membutuhkan zat-zat gizi lebih besar jumlahnya (Tolentino & Friedman 2007). Remaja putri pada usia tahun, secara normal akan mengalami PENDAHULUAN Latar belakang Anemia zat besi di Indonesia masih menjadi salah satu masalah gizi dan merupakan masalah kesehatan yang memerlukan perhatian. Anemia zat besi akan berpengaruh pada ketahanan

Lebih terperinci

MAKALAH GIZI ZAT BESI

MAKALAH GIZI ZAT BESI MAKALAH GIZI ZAT BESI Di Buat Oleh: Nama : Prima Hendri Cahyono Kelas/ NIM : PJKR A/ 08601241031 Dosen Pembimbing : Erwin Setyo K, M,Kes FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Gambar 1. Cara penggunaan alat pemeras madu. Gambar 2. Alat Pemeras madu. Gambar 3. Alat Penyaring madu Gambar 4. Ruang pengolahan madu 70 %

Gambar 1. Cara penggunaan alat pemeras madu. Gambar 2. Alat Pemeras madu. Gambar 3. Alat Penyaring madu Gambar 4. Ruang pengolahan madu 70 % BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan pengabdian yang telah dilakukan yaitu pembuatan alat pemeras madu (Gambar 1 & 2) dan penyaring madu (Gambar 3). Pelaksanaan pembuatan ruang khusus pengolahan madu (Gambar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asli Indonesia. Daerah asalnya adalah India dan Afrika Tengah. Tanaman ini

BAB I PENDAHULUAN. asli Indonesia. Daerah asalnya adalah India dan Afrika Tengah. Tanaman ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kacang panjang sudah lama dikenal di Indonesia, tetapi bukan tanaman asli Indonesia. Daerah asalnya adalah India dan Afrika Tengah. Tanaman ini tumbuh dan menyebar

Lebih terperinci

BIOKIMIA NUTRISI. : PENDAHULUAN (Haryati)

BIOKIMIA NUTRISI. : PENDAHULUAN (Haryati) BIOKIMIA NUTRISI Minggu I : PENDAHULUAN (Haryati) - Informasi kontrak dan rencana pembelajaran - Pengertian ilmu biokimia dan biokimia nutrisi -Tujuan mempelajari ilmu biokimia - Keterkaitan tentang mata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kurang dari angka normal sesuai dengan kelompok jenis kelamin dan umur.

BAB I PENDAHULUAN. kurang dari angka normal sesuai dengan kelompok jenis kelamin dan umur. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan suatu keadaan kadar hemoglobin di dalam darah kurang dari angka normal sesuai dengan kelompok jenis kelamin dan umur. Kriteria anemia berdasarkan WHO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan masalah yang sering terjadi di Indonesia. Anemia

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan masalah yang sering terjadi di Indonesia. Anemia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan masalah yang sering terjadi di Indonesia. Anemia bisa terjadi pada segala usia. Indonesia prevalensi anemia masih tinggi, insiden anemia 40,5% pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kekurangan zat-zat gizi esensial tertentu yang akhirnya akan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kekurangan zat-zat gizi esensial tertentu yang akhirnya akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang

Lebih terperinci

Milik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia

Milik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia umumnya digunakan untuk menggambarkan makanan yang dianggap bermanfaat bagi kesehatan, melebihi diet sehat normal yang diperlukan bagi nutrisi manusia. Makanan Sehat "Makanan Kesehatan" dihubungkan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gizi yang tepat merupakan dasar utama bagi penampilan prima seorang atlet pada saat bertanding. Menurut Ilyas (2007), gizi dibutuhkan pada kerja biologik tubuh,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu, Tempat dan Desain Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengambilan Data

METODE PENELITIAN Waktu, Tempat dan Desain Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengambilan Data METODE PENELITIAN Waktu, Tempat dan Desain Penelitian Penelitian ini merupakan baseline dari penelitian Dr. Ir. Sri Anna Marliyati MSi. dengan judul Studi Pengaruh Pemanfaatan Karoten dari Crude Pal Oil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini terjadi peningkatan angka harapan hidup. Di negara maju

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini terjadi peningkatan angka harapan hidup. Di negara maju 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini terjadi peningkatan angka harapan hidup. Di negara maju seperti Amerika Serikat, angka harapan hidup meningkat dari 70,2 tahun pada 1965, menjadi 77,8 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

BAB I PENDAHULUAN. spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan salah satu aset sumber daya manusia dimasa depan

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan salah satu aset sumber daya manusia dimasa depan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan salah satu aset sumber daya manusia dimasa depan yang perlu mendapat perhatian khusus. Adanya peningkatan dan perbaikan kualitas hidup anak merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER DENGAN MENGGUNAKAN METODE REGRESI LOGISTIK DAN CHAID: KASUS DI RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

ANALISIS FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER DENGAN MENGGUNAKAN METODE REGRESI LOGISTIK DAN CHAID: KASUS DI RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR ANALISIS FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER DENGAN MENGGUNAKAN METODE REGRESI LOGISTIK DAN CHAID: KASUS DI RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR ASTRI ATTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

SARI KURMA (PHOENIX DACTYLIFERA) SEBAGAI SUPLEMEN NUTRISI UNTUK MENAMBAH KADAR HAEMOGLOBIN PADA TIKUS PUTIH BETINA (RATUS NORVEGICUS)

SARI KURMA (PHOENIX DACTYLIFERA) SEBAGAI SUPLEMEN NUTRISI UNTUK MENAMBAH KADAR HAEMOGLOBIN PADA TIKUS PUTIH BETINA (RATUS NORVEGICUS) SARI KURMA (PHOENIX DACTYLIFERA) SEBAGAI SUPLEMEN NUTRISI UNTUK MENAMBAH KADAR HAEMOGLOBIN PADA TIKUS PUTIH BETINA (RATUS NORVEGICUS) Setyo mahanani Nugroho 1, Masruroh 2, Lenna Maydianasari 3 setyomahanani@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya.

BAB I PENDAHULUAN. kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga kerap diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis. Periode emas dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang relatif sangat bebas, termasuk untuk memilih jenis-jenis makanan

BAB I PENDAHULUAN. yang relatif sangat bebas, termasuk untuk memilih jenis-jenis makanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan suatu golongan dari suatu kelompok usia yang relatif sangat bebas, termasuk untuk memilih jenis-jenis makanan yang akan dikonsumsinya. Taraf kesehatan

Lebih terperinci

GAYA HIDUP DAN STATUS GIZI SERTA HUBUNGANNYA DENGAN HIPERTENSI DAN DIABETES MELITUS PADA PRIA DAN WANITA DEWASA DI DKI JAKARTA SITI NURYATI

GAYA HIDUP DAN STATUS GIZI SERTA HUBUNGANNYA DENGAN HIPERTENSI DAN DIABETES MELITUS PADA PRIA DAN WANITA DEWASA DI DKI JAKARTA SITI NURYATI 49 GAYA HIDUP DAN STATUS GIZI SERTA HUBUNGANNYA DENGAN HIPERTENSI DAN DIABETES MELITUS PADA PRIA DAN WANITA DEWASA DI DKI JAKARTA SITI NURYATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 50

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan di seluruh dunia terutama negara berkembang yang diperkirakan 30% penduduk dunia menderita anemia. Anemia banyak terjadi

Lebih terperinci

Karenanya labu kuning yang bisa mencapai ukuran besar ini juga membawa beragam manfaat hebat untuk mencegah beragam penyakit, di antaranya:

Karenanya labu kuning yang bisa mencapai ukuran besar ini juga membawa beragam manfaat hebat untuk mencegah beragam penyakit, di antaranya: Labu kuning bisa berbentuk bulat pipih, lonjong, atau panjang, tergantung varietasnya. Buah muda berwarna hijau, sedangkan yang lebih tua berwarna kuning pucat. Warna kuning atau oranye daging buahnya

Lebih terperinci

Saat ini penggunaan suplemen semakin. Gizi Indon 2009, 32(1 ): PENGARUH SUPLEMENTASI MULTIVITAMIN MINERAL TERHADAP STATUS Gill DAN KESEHATAN

Saat ini penggunaan suplemen semakin. Gizi Indon 2009, 32(1 ): PENGARUH SUPLEMENTASI MULTIVITAMIN MINERAL TERHADAP STATUS Gill DAN KESEHATAN Gizi Indon 2009, 32(1 ):30-36 Pengaruh suplementasi multivitamin REPRINT Rimbawan, dkk. ABSTRACT PENGARUH SUPLEMENTASI MULTIVITAMIN MINERAL TERHADAP STATUS Gill DAN KESEHATAN Rimbawan 1 ; Dadang Sukandar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pertumbuhan fisik yang tidak optimal dan penurunan perkembangan. berakibat tingginya angka kesakitan dan kematian.

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pertumbuhan fisik yang tidak optimal dan penurunan perkembangan. berakibat tingginya angka kesakitan dan kematian. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Gizi adalah satu faktor yang menentukan kualitas sumber daya manusia. Kebutuhan gizi yang tidak tercukupi, baik zat gizi makro dan zat gizi mikro dapat menyebabkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. v i t a m i n. Food. m i n e r a l. for Kids. Resep 44. Bayi 4 Ragam Ingridien untuk MP-ASI. Calon Ibu 35 Suplemen Penting untuk Calon Ibu

DAFTAR ISI. v i t a m i n. Food. m i n e r a l. for Kids. Resep 44. Bayi 4 Ragam Ingridien untuk MP-ASI. Calon Ibu 35 Suplemen Penting untuk Calon Ibu Food for Kids I N D O N E S I A DAFTAR ISI Edisi 11 November Vol 4 2016 Resep 44 18 14 Bayi 4 Ragam Ingridien untuk MP-ASI Anak 10 Top 5 Vitamin untuk Anak 16 Ekstrak Sayur dan Buah dalam Kapsul 24 Mengapa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di zaman modern sekarang ini banyak hal yang memang dibuat untuk memudahkan manusia dalam melakukan aktivitasnya, termasuk makanan instan yang siap saji. Kemudahan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 26 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah crosectional study. Penelitian dilakukan menggunakan data sekunder dari Program Perbaikan Anemia Gizi Besi di Sekolah

Lebih terperinci

Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui

Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui 1 / 11 Gizi Seimbang Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui Perubahan Berat Badan - IMT normal 18,25-25 tambah : 11, 5-16 kg - IMT underweight < 18,5 tambah : 12,5-18 kg - IMT

Lebih terperinci

Calcium Softgel Cegah Osteoporosis

Calcium Softgel Cegah Osteoporosis Calcium Softgel Cegah Osteoporosis Calcium softgel mampu mencegah terjadinya Osteoporosis. Osteoporosis adalah penyakit tulang yang ditandai dengan menurunnya massa tulang (kepadatan tulang) secara keseluruhan.

Lebih terperinci

Mineral. Pandangan Nutrisi : bahan inorganik yang dibutuhkan. untuk proses kehidupan baik dalam bentuk ion atau

Mineral. Pandangan Nutrisi : bahan inorganik yang dibutuhkan. untuk proses kehidupan baik dalam bentuk ion atau Mineral Mineral Pandangan Nutrisi : bahan inorganik yang dibutuhkan untuk proses kehidupan baik dalam bentuk ion atau elemen bebas. Diperoleh dari makanan (tubuh tidak dpt memproduksi) Fungsi Sebagai katalisator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan prevalensi tertinggi dialami negara berkembang termasuk Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. dengan prevalensi tertinggi dialami negara berkembang termasuk Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi mikro yang cukup serius dengan prevalensi tertinggi dialami negara berkembang termasuk Indonesia. Sebagian besar anemia di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. repository.unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. repository.unimus.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat terbesar di dunia terutama bagi kelompok Ibu hamil. Penyebab paling umum dari anemia pada kehamilan adalah kekurangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat 2010-2015 dilakukan pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan bangsa. Pemerintah memiliki

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Inventarisasi data mutu produk formula bayi yang terdaftar di BPOM selama tahun 2004 2008 Inventarisasi data dilakukan melalui pengamatan terhadap berkas pendaftaran suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh manusia terutama dalam sistem urinaria. Pada manusia, ginjal berfungsi untuk mengatur keseimbangan cairan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. generasi sebelumnya di negara ini. Masa remaja adalah masa peralihan usia

BAB I PENDAHULUAN. generasi sebelumnya di negara ini. Masa remaja adalah masa peralihan usia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan masa depan bangsa yang akan menggantikan generasi sebelumnya di negara ini. Masa remaja adalah masa peralihan usia anak menjadi usia dewasa. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan upaya pembangunan kesehatan dapat diukur dengan menurunnya angka kesakitan, angka kematian umum dan bayi, serta meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH). Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya hidup

Lebih terperinci

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh: REISYA NURAINI J

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh: REISYA NURAINI J HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI ZAT BESI DAN VITAMIN C DENGAN KESEGARAN JASMANI ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI KARTASURA 1 KECAMATAN KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO JAWA TENGAH SKRIPSI Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi RSUD dr. Moewardi adalah rumah sakit umum milik pemerintah Propinsi Jawa Tengah. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional.konsep pembangunan nasional harus berwawasan kesehatan, yaitu pembangunan yang telah memperhitungkan

Lebih terperinci

PENGENDALIAN KADAR GLUKOSA DARAH OLEH TEH HIJAU DAN ATAU TEH DAUN MURBEI PADA TIKUS DIABETES RUSMAN EFENDI

PENGENDALIAN KADAR GLUKOSA DARAH OLEH TEH HIJAU DAN ATAU TEH DAUN MURBEI PADA TIKUS DIABETES RUSMAN EFENDI PENGENDALIAN KADAR GLUKOSA DARAH OLEH TEH HIJAU DAN ATAU TEH DAUN MURBEI PADA TIKUS DIABETES RUSMAN EFENDI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

MAKALAH MATA KULIAH PANGAN DAN GIZI HASIL TERNAK. Oleh : Titian Rahmad S. H

MAKALAH MATA KULIAH PANGAN DAN GIZI HASIL TERNAK. Oleh : Titian Rahmad S. H MAKALAH MATA KULIAH PANGAN DAN GIZI HASIL TERNAK Oleh : Titian Rahmad S. H0506010 JURUSAN/PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009 MINERAL Mineral merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa zat gizi tidak terpenuhi atau zat-zat gizi tersebut hilang dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa zat gizi tidak terpenuhi atau zat-zat gizi tersebut hilang dengan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaan gizi kurang dapat ditemukan pada setiap kelompok masyarakat. Pada hakekatnya keadaan gizi kurang dapat dilihat sebagai suatu proses kurang asupan makanan ketika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah anak antara 6-14 tahun, merupakan siklus hidup manusia

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah anak antara 6-14 tahun, merupakan siklus hidup manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia sekolah anak antara 6-14 tahun, merupakan siklus hidup manusia yang dimulai sejak janin dalam kandungan sampai tua nanti. Pada rentangan usia, status gizi ditentukan

Lebih terperinci

Apakah Diet Makanan Saja Cukup Sebagai Obat Diabetes Alami?

Apakah Diet Makanan Saja Cukup Sebagai Obat Diabetes Alami? Apakah Diet Makanan Saja Cukup Sebagai Obat Diabetes Alami? Bicara tentang diabetes pasti juga perlu membicarakan mengenai diet makanan bagi penderita diabetes. Diet makanan bagi penderita diabetes dapat

Lebih terperinci

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Menurut Umur. Tabel 2. Distribusi Frekuensi Menurut Kadar Hemoglobin

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Menurut Umur. Tabel 2. Distribusi Frekuensi Menurut Kadar Hemoglobin Tabel 1. Distribusi Frekuensi Menurut Umur Umur Statistics N Valid 214 Missing 0 Mean 31.52 Median 31.00 Std. Deviation 7.868 Minimum 15 Maximum 45 umur2 Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Lebih terperinci

PENGARUH SUPLEMENTASI ZAT BESI DAN ASAM FOLAT TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI DENGAN ANEMIA DI POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA TESIS

PENGARUH SUPLEMENTASI ZAT BESI DAN ASAM FOLAT TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI DENGAN ANEMIA DI POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA TESIS PENGARUH SUPLEMENTASI ZAT BESI DAN ASAM FOLAT TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI DENGAN ANEMIA DI POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disimpan sebagai cadangan di dalam tubuh. Proses biologis di dalam tubuh

BAB I PENDAHULUAN. disimpan sebagai cadangan di dalam tubuh. Proses biologis di dalam tubuh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air sangat vital bagi kehidupan karena air adalah komponen utama cairan tubuh. Seseorang dapat bertahan hidup selama 8 minggu tanpa makan, tetapi tanpa air hanya dapat

Lebih terperinci

PENGARUH SUPLEMENTASI MULTI VITAMIN-MINERAL TERHADAP IMUNITAS HUMORAL, SELULER DAN STATUS ZAT GIZI ANTIOKSIDAN FITRAH ERNAWATI

PENGARUH SUPLEMENTASI MULTI VITAMIN-MINERAL TERHADAP IMUNITAS HUMORAL, SELULER DAN STATUS ZAT GIZI ANTIOKSIDAN FITRAH ERNAWATI PENGARUH SUPLEMENTASI MULTI VITAMIN-MINERAL TERHADAP IMUNITAS HUMORAL, SELULER DAN STATUS ZAT GIZI ANTIOKSIDAN FITRAH ERNAWATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuabaet al., 2012).

BAB I PENDAHULUAN. sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuabaet al., 2012). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intrauteri mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuabaet al., 2012). Selama proses kehamilan

Lebih terperinci

Pola Makan Sehat. Oleh: Rika Hardani, S.P.

Pola Makan Sehat. Oleh: Rika Hardani, S.P. Pola Makan Sehat Oleh: Rika Hardani, S.P. Makalah ini disampaikan pada Seminar Online Kharisma ke-2, Dengan Tema: ' Menjadi Ratu Dapur Profesional: Mengawal kesehatan keluarga melalui pemilihan dan pengolahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anemia Gizi Besi Anemia gizi besi adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan cadangan besi dalam hati, sehingga jumlah hemoglobin darah menurun dibawah normal. Sebelum terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan gagalnya pertumbuhan,

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan gagalnya pertumbuhan, A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Gizi seimbang merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan gagalnya pertumbuhan, perkembangan, menurunkan produktifitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang

Lebih terperinci