BAB III USAHA USAHA MENANGGULANGI IJIME. Ijime dapat ditanggulangi melalui berbagai cara. Ijime dapat dicegah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III USAHA USAHA MENANGGULANGI IJIME. Ijime dapat ditanggulangi melalui berbagai cara. Ijime dapat dicegah"

Transkripsi

1 BAB III USAHA USAHA MENANGGULANGI IJIME 3.1 Diri Sendiri Ijime dapat ditanggulangi melalui berbagai cara. Ijime dapat dicegah ataupun ditanggulangi melalui diri sendiri. Ada beberapa langkah paling ampuh untuk menangkal ijime, yaitu memiliki kesadaran diri dan kepribadian yang kuat, menjadi seorang teman, memiliki satu teman yang baik (baik di saat susah maupun senang), dan melebur dalam sebuah kelompok. Dan seorang pengijime akan berusaha menggagalkan semua ini. Dengan ditindas maka anak dapat ditolak oleh rekannya. Pada saat ia sangat membutuhkan dukungan mereka, dia justru tidak mendapatkannya. Tampaknya tak seorangpun menyukainya, tak peduli betapa kerasnya ia mencoba menyesuaikan diri dan berupaya agar bisa diterima. Anak pun mulai memandang sekolah sebagai tempat yang mengancam dan menakutkan dimana ia tak bisa mengaandalkan siapapun untuk membantunya. Siklus kekerasan pun berputar maju. Ada lima faktor kepribadian yang ditulis oleh seorang mahasiswa doktoral, S. Pierce yang dapat melindungi anak sehingga tidak menjadi korban penindasan selama bersekolah. Faktor itu adalah : Sifat ramah Keinginan untuk berbagi Keinginan untuk bekerja sama Keterampilan untuk bergabung dalam permainan anak anak lain Memiliki rasa humor

2 Jika seorang anak memandang dirinya sebagai sosok yang cakap, terampil, koperatif, bertanggung jawab, banyak akal dan tangguh, maka ia bukan saja tidak akan menjadi para penindas yang kejam dan suka mencari perkara tapi ia juga akan cenderung mampu secara efektif mempertahankan diri dari serangan orang lain. Seorang anak yang melakukan pembicaraan yang positif tentang dirinya sendiri untuk mengembangkan kepercayaan diri dan penghormatan terhadap dirinya sendiri maka akan cenderung memandang penyebab penindasan berasal dari luar dan bukan sesuatu yang bisa menjatuhkan dirinya. Di sisi lain kalau anak kurang memiliki kesadaran diri yang kuat, tergantung pada pujian, dan cenderung menyalahkan dirinya sendiri untuk hal hal yang keliru dalam kehidupannya, maka ia cenderung akan menyalahkan dirinya sendiri karena telah ditindas. Setiap anak membutuhkan orang orang dalam lingkungan mereka yang menawarkan dukungan, saran dan cinta tak bersyarat untuk membangun kesadaran diri yang kuat. Akan sangat berguna jika bisa menemukan seorang anak yang lebih besar sebagai sahabat. Dan karena setiap anak bisa saja beresiko menjadi korban ijime, maka gagasan idealnya adalah bersahabat dengan anak anak lain sejak dini. Beberapa sahabat terbaik adalah pengijime yang telah berubah. Anak anak harus mulai belajar untuk berteman dengan bijak, mengembangkan persahabatan, dan menyingkir dari pertemanan yang menyakiti. Cara lain untuk menangkal penindasan selain dengan menjadi seorang teman dan memiliki teman teman adalah dengan kecakapan seorang anak untuk memperkenalkan dirinya ke dalam sebuah kelompok. Carilah kelompok yang

3 berisi teman teman sejati yang peduli dengan teman teman kelompok mereka ataupun dengan orang orang yang di luar kelompok mereka. Anak anak yang menghabiskan banyak waktu bersama dengan teman temannya pastinya mengalami perselisihan dan pertengkaran. Penting bagi anak untuk belajar memecahkan permasalahan dan menuntaskan konflik secara damai. Ketika anak menyajikan gagasan dan pikiran mereka sendiri, simak alasan mereka dan bekerja samalah untuk mencapai sebuah solusi. Sikap memberi, menerima, keterbukaan dan kerja sama kedua anak membuat mereka semakin dekat satu sama lain. Anak anak yang telah menuntaskan masalah secara bersama sama dengan sukses cenderung akan saling membantu ketika salah satu di antara mereka ditindas. Selain itu cara lain untuk menghindarkan anak dari penindasan adalah anak memiliki keterbukaan diri untuk menceritakan masalahnya kepada orang tuanya. Banyak anak anak di Jepang yang di ijime oleh teman temannya di sekolah cenderung menyembunyikan dan menutup nutupi masalahnya dari orang tua mereka agar tidak diketahui. Hal ini adalah tindakan yang salah sebab dengan demikian maka anak akan menanggung masalah sendiri dan tidak baik bagi dirinya. Anak hendaklah menceritakan masalahnya kepada orang tuanya sebab dengan mereka menceritakan masalahnya kepada orang tua mereka maka dapat meringankan masalah mereka dan mereka sadar bahwa ada orang yang peduli pada dirinya. Selain itu dengan anak bercerita masalahnya kepada orang tua mereka, maka orang tua dapat melakukan tindakan tindakan yang dapat menghindarkan sang anak dari tindakan penindasan penindasan berikutnya.

4 3.2 Keluarga Keluarga adalah salah satu faktor yang penting untuk mengatasi tindakan ijime. Dalam keluarga, orang tualah yang memiliki peranan yang sangat besar agar anak tidak mengalami atau melakukan tindakan ijime. Orang tua seharusnya lebih memperhatikan kehidupan anaknya. Orang tua dituntut kecakapannya dalam mendidik dan menyayangi anak anaknya. Jangan membiarkan anak hidup dalam kekangan mental ataupun fisik. Sikap memarahi anak habis habisan, apalagi tindak kekerasan (pemukulan dan tindakan fisik) tidaklah baik, karena hal itu hanya akan menimbulkan luka yang mendalam pada fisik dan batinnya sehingga menyebabkan anak merasa tidak diperhatikan, tidak disayangi. Sehingga akan menimbulkan kebencian pada orang tuanya dan trauma pada anak. Akibat lain dari tindakan kekerasan adalah anak akan merasa rendah harga dirinya karena merasa pantas mendapat hukuman sehingga menurunkan prestasi anak di sekolah dan hubungan sosial atau pergaulan dengan teman temannya akan terganggu. Sehingga hal ini akan mempengaruhi rasa percaya diri anak yang seharusnya terbangun sejak kecil. Apa yang dialaminya akan membuat anak meniru kekerasan dan bertingkah laku agresif dengan cara memukul atau membentak apabila timbul kekesalan di dalam dirinya. Akibat lain anak akan selalu cemas, mengalami mimpi buruk, depresi dan mengalami berbagai masalah di sekolah. Penting disadari oleh orang tua bahwa anak dilahirkan ke dunia ini dilekati dengan berbagai hak yang layak didapatkannya. Seorang anak memiliki hak untuk mendapatkan pengasuhan yang baik, kasih sayang dan perhatian. Menjalin komunikasi dengan anakpun merupakan salah satu tindakan penting bagi orang tua untuk menghindarkan dan menangulangi kekerasan pada

5 anak. Tujuannya adalah agar anak akan merasa cukup nyaman bercerita kepada orang tua ketika mereka mengalami intimidasi ataupun kekerasan di sekolah. Jika anak anak mengetahui bahwa mereka dapat mendatangi orang tua mereka dengan hal hal yang baik atau buruk dan bahwa orang tua akan menyimak mereka secara aktif serta menawarkan dukungan, bimbingan, dan kebijaksaan, maka mereka mungkin akan memberi tahu orang tua kalau mereka telah ditindas. Bahkan kalau mereka tidak datang seketika dan memberi tahu orang tua, bila orang tua meluangkan waktunya untuk berdialog dengan anak anak tentang kegiatan mereka sehari hari dan kalau orang tua terlibat dalam kehidupan anak anak mereka dan mengetahui teman teman anaknya maka orang tua cenderung mengetahui tanda tanda kalau ada sesuatu yang salah dengan anak mereka termasuk tentang adanya penindasan yang telah dialami oleh anak mereka. Dengan begini anak akan mengetahui bahwa tak ada satupun yang terlalu tolol atau terlalu serius untuk dibicarakan dan anak juga mengetahui bahwa orang tua ada sebagai orang dewasa yang peduli untuk mendukung dan memberdayakan dirinya. Orang tua juga tidak baik terlalu memanjakan anaknya dengan terlalu memberikan kasih saying yang salah. Dengan terlalu memanjakan anak, orang tua secara tidak langsung menghambat perkembangannya. Jika anak bersalah, hendaknya orang tua bertindak tegas dan bijaksana sehingga anak tahu perbuatan itu salah dan berusaha tidak lagi mengulangi kesalahannya. Selain itu orang tua harus mengajarkan anak untuk tidak lari dari masalah. Biarkan anak untuk menyelesaikan masalahnya sendiri terlebih dahulu sebab dengan demikian akan membuat kepercayaan dirinya semakin baik dan semakin dewasa dalam bersikap.

6 Apabila anak meminta misalnya pindah sekolah, sebisa mungkin jangan turuti hal tersebut sebab masalah penindasan terjadi hampir di setiap sekolah. Di Jepang saat ini ada istilah Kyooiku mama. Kyooiku mama adalah ibu yang memusatkan perhatiannya kepada pendidikan anak sehingga ibu memiliki peranan yang sangat penting terhadap pendidikan anak. Anak anak dididik dengan keras dan disiplin yang kuat. Karena disiplin dan ketatnya jam pelajaran, membuat waktu bermain hampir tidak ada sehingga anak anak merasa ditekan. Hal ini tidak baik sebab selain belajar, anak juga memerlukan waktu untuk bermain bersama teman temannya dan bersosialisasi dengan yang lain. Oleh sebab itu, ibu sebagai yang berperan penting disini hendaknya selain mendidik anaknya untuk disiplin dalam belajar tapi juga memberikan waktu untuk anaknya bermain dengan teman temannya supaya anak tidak merasa tertekan. Selain itu, orang tua juga harus dapat meluangkan waktunya kepada anaknya dan tidak terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Banyak sekarang suami istri di Jepang yang bekerja di luar dan meninggalkan anaknya di rumah. Sehingga timbullah masalah yang disebut Kagikko (anak pembawa kunci). Maksudnya adalah anak diberi tugas membawa kunci rumah dan membukakan pintu jika orang tuanya pulang kerja. Anak dengan keadaan seperti ini merasa kehampaan dan kesepian dalam dirinya karena tidak seorangpun yang akan menyambut kedatangannya. Dalam hal ini, yang menjadi temannya adalah acara acara televisi saja. Tidak ada pengawasan orang tua terhadap acara apa apa saja yang ditonton oleh anak. Banyak acara televisi yang buruk yang ditonton oleh anak termasuk acara acara ataupun berita berita tentang penindasan yang tentunya membawa dampak buruk bagi anak. Hal ini juga dapat menyebabkan anak anak

7 melakukan perilaku menyimpang termasuk ijime. Oleh sebab itu, orang tua dituntut untuk bisa meluangkan waktunya dan melakukan pengawasan terhadap tontonan anak anak mereka agar anak anak mereka tidak terpengaruh dampak buruk dari program televisi yang ditonton olah anak mereka. 3.3 Sekolah Merupakan kewajiban sekolah untuk melindungi peserta didik dari terjadinya tindak kekerasan terhadap siswa. Apabila tindak kekerasan di sekolah tidak ditangani secara serius akan berdampak negatif terhadap kondisi lingkungan belajar siswa. Kondisi lingkungan yang kurang kondusif untuk kegiatan belajar akan berdampak kepada penurunan prestasi belajar siswa dan prestasi sekolah secara umum. Ada beberapa langkah yang perlu dilakukan oleh sekolah berkaitan dengan pencegahan atau minimalisasi terjadinya tindak kekerasan di sekolah. Langkah -langkah tersebut diantaranya : 1. Sekolah harus membangun sistem atau mekanisme untuk mencegah dan menangani kasus ijime di sekolah. Dalam tahap ini perlu dikembangkan aturan sekolah atau kode etik sekolah yang mendukung lingkungan sekolah yang aman dan nyaman bagi semua anak dan mengurangi terjadinya ijime serta sistem penanganan korban ijime di setiap sekolah. Sistem ini akan mengakomodir bagaimana seorang anak yang menjadi korban ijime bisa melaporkan kejadian yang dialaminya tanpa rasa takut atau malu, lalu penanganan bagi korban ijime, dll.

8 2. Di lingkungan sekolah harus dibangun kesadaran dan pemahaman tentang ijime dan dampaknya kepada semua warga sekolah, mulai dari murid, guru, kepala sekolah, pegawai sekolah hingga orangtua. Sosialisasi tentang program anti ijime perlu dilakukan dalam tahap ini sehingga semua warga sekolah memahami dan mengerti apa itu ijime dan dampaknya. 3. Sekolah menyediakan berbagai kegiatan positif kepada siswa yang dapat membangun sikap sportifitas, kebersamaan, dan saling menyayangi antar warga sekolah. 4. Perlu dibangun komunikasi secara terbuka antara sekolah, orang tua dan siswa melaui pertemuan-pertumuan yang secara rutin diadakan. Pertemuan dengan orang tua ini bertujuan agar pihak sekolah dan guru mengetahui perhatian orang tua pada anaknya, pola hubungan anak dengan orang tua dan upaya orang tua dalam mendukung aktivitas anak di sekolah dan upaya orang tua dalam menanggulangi ijime melalui jejaring dengan banyak pihak. Selain dengan orang tua, pertemuan dan wawancara dengan siswa juga diperlukan untuk mengetahui secara mendalam tentang akar masalah, situasi sekolah, bentuk, alasan, dan kondisi ijime. Dengan adanya pertemuan dan wawancara dengan orang tua dan murid ini maka pihak sekolah maupun guru dapat melakukan tindakan yang sesuai dengan keadaan yang terjadi. 5. Perlu tindakan tegas terhadap siswa yang melakukan tindakan kekerasan di sekolah yang sudah melampaui batas-batas toleransi yang telah diberikan. 6. Tidak kalah pentingnya adalah menghentikan praktek-praktek kekerasan di sekolah yang mendukung terjadinya ijime seperti pola pendidikan yang

9 ramah anak dengan penerapan positive discipline di sekolah. Langkah ini membutuhkan komitmen yang kuat dari guru untuk menghentikan praktek-praktek kekerasan dalam mendidik anak. Pelatihan tentang metode positif disiplin perlu dilakukan kepada guru dalam tahap ini. 7. Membangun kapasitas siswa dalam hal melindungi dirinya dari pelaku ijime dan tidak menjadi pelaku. Untuk itu anak-anak bisa diikutkan dalam pelatihan anti ijime serta berpartisipasi aktif dalam kampanye anti ijime di sekolah. Dalam tahap ini metode dari anak untuk anak (child to child) dapat diterapkan dalam kampanye dan pelatihan. 8. Pihak sekolah memberikan perhatian khusus pada tempat tempat seperti halaman bermain, toilet, kantin, tempat berolahraga dan gudang di sekolah. Hal ini penting sebab pada tempat tempat inilah sering terjadi tindakan ijime. 9. Sekolah memberikan tindakan yang tegas kepada guru yang melakukan tindakan ijime jika terbukti guru tersebut melakukan tindak kekerasan ataupun ijime. Selain itu, guru juga memiliki peran yang sangat penting dalam proses penanggulangan ijime. Adapun beberapa alasan peran guru sangat penting dalam penanggulangan ijime adalah : 1. Kebanyakan orang berpikir bahwa masalah ijime adalah masalah murid/siswa saja sehingga lebih memusatkan perhatian pada murid. Padahal ketidak pedulian guru terhadap siswa turut menjadi ekselator (pelestari) kesinambungan peristiwa ijime. Oleh karena itu, guru dituntut perhatiannya dalam masalah ijime ini sebab jika guru tidak memberikan penih perhatiannya terhadap masalah ini, maka masalah ini akan terus berlanjut. 2. Guru merupakan figur teladan yang langsung dapat dilihat oleh siswa/murid, bila guru tidak tidak menunjukkan kepedulian dalam berkata kata dan

10 bertindak dengan benar setiap hari, maka siswa lebih mungkin melakukan ijime atau menjadi korban ijime. Itu sebabnya dalam proses belajar mengajar, guru harus sadar bahwa proses mengajar adalah untuk meningkatkan kapital sosial dan kognitif. 3. Guru merupakan konselor yang mudah dan cepat bagi siswa. Dalam hal ini semua guru menjadi sangat penting sebagai orang yang melakukan pertolongan pertama. 4. Guru sangat dibutuhkan perannya untuk menciptakan atmosfer yang yang mengurangi ijime dan mendorong proses kelompok yang mendukung dan merangkul siswa siswa yang rentan mengalami ijime. Begitu besarnya peran guru dalam proses penangulangan ijime, maka untuk menangulanginya seorang guru haruslah menjadi seorang guru yang profesional. Adapun guru yang profesional adalah : a.guru yang profesional selalu bekerja keras untuk memenangkan rasa hormat dari muridnya. b. Guru yang profesional menghargai muridnya dan orang lain secara sejajar dan mencoba untuk memahami mereka secara individu. Berusaha sesering mungkin berkomunikasi secara terbuka dengan murid muridnya, rekan rekan guru, para orang tua dan atasannya. Ia menyadari bahwa interaksi sosial yang menyenangkan dan efektif akan mendorong terwujudnya pendidikan yang bermutu. c.guru yang profesional menyadari bahwa hubungannya dengan para muridnya harus memuaskan bagi kedua belah pihak. Oleh sebab itu, ia mampu bertindak tenang, masuk akal dan tidak emosional, termasuk saat menangani masalah masalah atau kesalahan - kesalahan murid yang serius.

11 d. Guru yang profesional secara aktif mendorong muridnya untuk mengembangkan bakat, kemampuan dan keterampilan dirinya. Ia merasa bahagia bila muridnya berhasil. Selain peran dari sekolah dan guru, dalam rangka menanggulangi ijime di sekolah perlu adanya upaya upaya bimbingan konseling yang terintegrasi. Pelaksanaan pemberian bimbingan konseling kepada siswa sebagai pelaku dan penderita ijime, atau guru guru dan staf sekolah sebagai pelaku bisa saja dengan konseling kelompok atau konseling individual. Bimbingan kelompok diberikan kepada semua siswa sebagai upaya tidak langsung dalam merubah sikap dan perilaku siswa melalui penyajian informasi yang teliti atau menekankan dorongan untuk berfungsinya kemampuan kemampuan kognitif. Selain itu bisa menggunakan media elektronik seperti pemutaran film terjadinya ijime dan dampaknya terhadap kehidupan seseorang korban ijime. Pendekatan bimbingan konseling yang digunakan dalam mengatasi ijime di sekolah, bisa dengan menggunakan pendekatan eklektik yaitu suatu pendekatan yang terintegrasi seperti pendekatan perilaku, pendekatan berpusat pada pribadi, pendekatan transaksi analitis, humanistik dan sebagainya. Pendekatan perilaku digunakan dalam konseling kelompok untuk mengatasi ijime, asumsinya bahwa perilaku, kognisi, perasaan bermasalah itu terbentuk karena dipelajari. Oleh karena itu semua dapat dirubah dengan suatu proses belajar yang baru. Pendekatan perilaku bisa mengintervensi dari teori belajar sosial (sosial-learning theory), seperti penguatan kembali (reinforcement), pemberian contoh (modellin), pembentukan, penataan kembali kognisi, latihan santai (relaxtion) dan sebagainya.\ Penguatan kembali (reinforcement), bisa dilakukan oleh guru guru atau teman teman supaya klien bisa percaya diri. Teknik ini bisa dilakukan sendiri dengan bagaimana berusaha untuk menguatkan diri sendiri dan meningkatkan kemampuan mengolah diri dan tidak tergantung pada orang lain. Pemberian contoh merupakan alat yang sangat kuat, karena secara tidak langsung siswa akan meniru dan melihat apa yang dilakukan oleh

12 gurunya atau temannya, misalnya bagaimana guru menghargai pendapat siswa walaupun salah, atau menghargai karyanya, siswa diajarkan untuk bisa menghargai, saling toleransi, saling menghormati, dan saling menyayangi. Penataan kembali kognisi (cognitive restructuring), adalah proses menemukan dan menilai kognisi seseorang, menemukan dampak negatif pemikiran tertentu dan belajar mengganti kognisi tersebut dengan pemikiran yang lebih realistik dan cocok. Pendekatan berpusat pada pribadi (person-center approach), didasari asumsi bahwa manusia cenderung bergerak ke arah keseluruhan dan perwujudan diri. Individu individu di dalam dirinya memiliki sumber daya yang luas untuk memahami dirinya sendiri dan untuk mengubah konsep dirinya. Oleh karena itu, konselor bersifat menghargai tanpa syarat, empati dan keaslian. Pendekatan Ekstensial Humanistik berasumsi bahwa manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri, suatu kesanggupan yang unik dan nyata yang memungkinkan manusia mampu berpikir dan memutuskan. Teknik yang digunakan adalah kesadaran diri, kebebasan dan tanggung jawab, keterpusatan, dan kebutuhan akan orang lain. Pendekatan Analisis Transaksional, berasumsi bahwa orang orang bisa belajar mempercayai dirinya sendiri, berpikir dan memutuskan untuk dirinya sendiri, dan mengungkapkan perasaannya. Pendekatan ini berlandaskan teori kepribadian yang menggunakan tiga pola tingkah laku atau perwakilan ego yang terpisah yaitu orang tua, orang dewasa, dan anak. Kemudian berpendapat bahwa manusia memerlukan belaian baik secara fisik maupun emosional. Jika belaian tidak terpenuhi, maka mereka tidak akan berkembang secara sehat. Oleh karena itu seorang konselor harus berperan memberikan perhatian pada masalah masalah emosinal dan berperan sebagai guru, pelatih atau nara sumber yang penuh kasih sayang.

13 3.4 Pemerintah Pemerintah Jepang sebenarnya sudah membuat undang undang ataupun peraturan tentang ijime. Namun, hal itu belum sanggup untuk menanggulangi tindakan ijime di Jepang. Oleh sebab itu, pemerintah Jepang hendaknya harus membuat peraturan yang lebih tegas tentang ijime. Selain itu, untuk mendukung peraturan dan undang undang yang telah dibuat oleh pemerintah, perlu juga menggiatkan program kebijakan anti ijime di setiap sekolah. Program anti ijime ini hendaknya melibatkan pihak sekolah, orang tua dan siswa dengan memberikan penyuluhan tentang apa itu ijime dan akibatnya. Bagaimana strategi pencegahan dan cara menghadapi tindakan ijime. Dengan adanya peraturan dan undang ijime yang disertai dengan penggiatan kebijakan anti ijime, diharapkan dapat menekan dan menanggulangi tindakan ijime di Jepang. Pelaku dalam kasus ijime di sekolah Jepang sering sekali adalah guru. Oleh sebab itu, dalam proses penerimaan seorang guru perlu seleksi yang ketat dan sertifikasi terhadap guru. Hal ini Untuk menjamin bahwa guru-guru memiliki kemampuan dasar yang standar sebagai tenaga pengajar dan sebagai bentuk pertanggungjawaban akan kualitas pendidikan yang akan diberikan. Seleksi dalam penerimaan guru, bukan hanya berdasarkan kemampuan kognitif dan psikomotornya, tetapi juga kemampuan afeksinya. Hal ini penting agar setiap guru dapat menjadi seorang guru yang berempati sehingga apabila murid terlibat masalah termasuk masalah ijime, maka guru memiliki rasa empati kepada muridnya yang bermasalah sehingga murid yang bermasalah bukan balik diijime tetapi dibimbing dengan penuh kasih.

14 Dalam setiap kurun waktu tertentu juga, pemerintah perlu juga melakukan evaluasi terhadap kinerja guru. Dengan adanya evaluasi ini, maka diharapkan bertujuan untuk mendorong guru untuk memiliki komitmen terhadap rencana dan tujuan yang dituliskannya, sekaligus untuk membantu guru memahami letak kekurangan dan kelebihan atau potensi dirinya yang perlu diperbaiki atau dikembangkan. Munculnya berita berita mengenai masalah ijime yang serius melalui media massa seperti berita dengan judul : Ijime Peristiwa Bunuh diri atau Peristiwa Pembunuhan Balas Dendam Akibat di Ijime dan lain lain yang berkaitan dengan ijime, membuat kata ijime muncul sebagai istilah yang populer. Bukan populer terhadap kata itu saja, tetapi juga populer di dalam dunia anak anak karena melalui acara acara televisi atau buku cerita bergambar anak, membuat mereka mengenal apa yang disebut ijime. Banyak acara televisi yang dianggap tidak baik dan dapat mempengaruhi dunia anak salah satunya adalah acara yang menyangkut tentang ijime. Hal ini tentu sangat berbahaya bagi anak sebab tayangan yang mengandung unsur unsur kekerasan akan berbahaya bila ditonton oleh anak anak. Pengaruh media dalam perilaku ijime sangat menentukan. Hal ini terbukti sebab biasanya anak akan meniru gerakan dan kata kata dari tontonan yang dilihatnya. Tontonan yang mengandung kekerasan tersebut secara tidak langsung akan mempengaruhi cara berpikir dan perilaku anak. Anak yang biasanya menonton kekerasan di media cenderung akan berperilaku agresif dan menggunakan agresi untuk memecahkan masalah. Oleh sebab itu, pemerintah Jepang diharapkan mampu untuk membatasi dan mengurangi berita ataupun

15 tayangan yang berkaitan dengan ijime atau tindakan kekerasan lainnya sebab itu sangat berbahaya bagi anak anak dan dapat semakin meningkatnya ijime di Jepang.

16 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Ijime adalah gangguan yang berisi ejekan, penindasan, perendahan martabat, atau bahkan kekerasan yang dilakukan oleh para para pelajar. Masalah ijime di Jepang sudah menjadi masalah sosial yang cukup serius. Hal ini terbukti masalah ijime selain membuat banyak siswa malas untuk datang ke sekolah, akibat ijime juga mengakibatkan para korban ijime melakukan tindakan bunuh diri. Sebagai contoh adalah seorang siswa murid SMP di Fukuoka Jepang berusia 13 tahun yang melakukan bunuh diri untuk lepas dari kekejaman ijime yang dilakukan oleh teman sekelasnya. Hal ini dia lakukan sebab dia tidak tahan karena dia selalu dipaksa untuk merendam wajahnya ke dalam air sungai yang kotor, sepedanya dirusak berulang kali dan dia selalu dituntut agar memberikan uang sebesar 1000 yen setiap harinya kepada temannya. Karena tindakan ijime ini terus menerus dilakukan oleh temannya sehingga dia melakukan bunuh diri sebagai bentuk penyelesaiannya. Masalah ijime yang timbul di Jepang ini tidak terlepas dari berbagai faktor. Adapun faktor penyebab timbulnya ijime di Jepang ini adalah budaya, berita yang dimuat di media massa, pendidikan di sekolah dan lingkungan keluarga. Walaupun masalah ijime sudah menjadi masalah yang sangat serius di lingkungan sekolah di Jepang, namun sebenarnya masalah tersebut dapat ditanggulangi. Masalah ijime tersebut dapat ditanggulangi melalui peran serta beberapa oknum seperti melalui diri siswa sendiri, keluarga, sekolah dan

17 pemerintah. Tindakan yang dapat dilakukan oleh setiap siswa untuk menanggulangi ijime adalah : 1. Memiliki kesadaran diri dan pribadi yang kuat. 2. Mampu menjadi seorang teman yang baik bagi semua orang dan memiliki teman yang setia baik pada saat senang maupun susah. 3. Memiliki sikap untuk berteman dengan bijak dan menjaga sebuah persahabatan. 4. Memiliki sikap keterbukaan untuk menceritakan masalahnya kepada orang tua. Peran orang tua dalam lingkungan keluarga juga sangat penting dalam penanggulangan ijime. Tindakan yang dapat dilakukan oleh orang tua adalah : 1. Mendidik dan mengasuh anak dengan pola asuh yang penuh kasih saying, cinta kasih dan penuh perhatian. 2. Menjalin komunikasi dengan anak sehingga memiliki kepekaan terhadap anak. 3. Jangan terlaku memanjakan anak. Biarkan anak untuk melakukan dan memutuskan sesuatu agar dirinya memiliki rasa tanggung jawab dan kepercayaan diri. 4. Jangan terlalu mendidik anak dengan keras dan disiplin yang kuat. Berilah waktu mereka untuk bermain dengan teman teman mereka dan bersosialisasi dengan orang lain. 5. Orang tua memiliki waktu dengan anaknya dan tidak terlalu sibuk dengan urusan pekerjaanya. Hal ini penting agar anak tidak merasa hampa dan

18 orang tua juga mampu melakukan pengawasan terhadap tontonan anak sehingga anak tidak terpengaruh dengan dampak buruk dari tontonannya. Ijime sering terjadi di sekolah. Oleh karena itu, pihak sekolah dapat melakukan tindakan tindakan untuk menanggulangi ijime, seperti : 1. Sekolah membangun sistem atau mekanisme untuk mencegah dan menangani kasus ijime di sekolah. 2. Di sekolah dibangun kesadaran dan pemahaman tentang ijime dan dampaknya kepada semua warga sekolah, mulai dari murid, guru, kepala sekolah, pegawai sekolah hingga orang tua siswa. 3. Sekolah menyediakan berbagai kegiatan positif kepada siswa agar dapat membangun sikap sportifitas, kebersamaan, dan saling menyayangi antar warga sekolah. 4. Dibangun komunikasi antara sekolah, orang tua, dan siswa melalui pertemuan pertemuan yang diadakan secara rutin. 5. Tindakan tegas terhadap siswa yang melakukan tindakan ijime. 6. Menghentikan praktek praktek kekerasan dalam mendidik siswa. 7. Membangun kapasitas siswa dalam hal melindungi dirinya dari pelaku ijime dan tidak menjadi pelaku ijime. 8. Memberikan perhatian khusus pada tempat tempat sering terjadinya ijime seperti halaman bermain, toilet, kantin, tempat olahraga, dan gudang sekolah. 9. Memberikan tindakan yang tegas pada guru yang melakukan tindakan ijime.

19 Peran guru juga sangat penting dalam proses penanggulangan ijime. Adapun yang dapat dilakukan oleh guru adalah menjadi seseorang guru yang profesional. Guru profesional itu adalah : 1. Bekerja keras untuk memenangkan rasa hormat muridnya. 2. Menghargai muridnya dan orang lain secara sejajar dan mencoba untuk memahami mereka secara individu. 3. Menyadari bahwa hubungannya dengan para muridnya harus memuaskan bagi kedua belah pihak. Selain peran sekolah dan guru, peran bimbingan konseling juga dapat membantu penanggulangan ijime. Adapun yang dapat dilakukan oleh bimbingan konseling sekolah adalah pemberian bimbingan konseling kepada siswa sebagai pelaku dan penderita ijime, atau guru guru dan staf sekolah sebagai pelaku bisa saja dengan konseling kelompok atau konseling individual. Pendekatan yang dapat digunakan dalam bimbingan konseling di sekolah adalah pendekatan perilaku, pendekatan berpusat pada pribadi, pendekatan transaksi analitis, dan pendekatan humanistik. Terakhir, pihak yang juga berperan dalam penanggulangan ijime adalah pemerintah. Tindakan yang dapat dilakukan pemerintah dalam menanggulangi ijime adalah : 1. Membuat peraturan dan undang undang tentang ijime. 2. Membuat program kebijakan anti ijime. 3. Perekrutan guru yang semakin ketat yang disertai dengan evaluasi kinerja guru setiap kurun waktu tertentu.

20 4. Membatasi dan mengurangi berita atau tayangan yang terkait dengan tindak kekerasan atau ijime yang dimuat di media massa. 4.2 Saran Berdasarkan penjelasan dalam skripsi ini, maka dapat disarankan antara lain : 1. Setiap siwa diharapkan memiliki kesadaran diri dan kepribadian yang kuat dan keterbukaan kepada orang tua agar mampu mencegah tindakan ijime terjadi pada dirinya. 2. Setiap sekolah mengadakan rencana pengamanan sekolah dengan tujuan untuk memastikan keberadaan perlindungan terhadap siswa dari kekerasan yang berhubungan di dalam dan sekitar lingkungan sekolah. Perencanaan dan pengamanan sekolah menetapkan garis besar urutan urutan yangdilakukan secara proporsional sesuai peningkatan ancaman terhadap keselamatan sekolah yang diakibatkan oleh tindakan ijime. 3. Untuk menanggulangi ijime sebagai bentuk penyimpangan yang dilakukan oleh para siswa, dibutuhkan sejumlah pendekatan yang digabungkan antara berbagai campur tangan yang diarahkan kepada pelaku individual dengan tindakan tindakan yang ditempatkan pada tingkat organisasi (sekolah), tingkat antar kelompok (kelas kelas), dan tingkat antar pribadi (individu). 4. Sebagai orang tua hendaknya mampu mendidik dan mengasuh anak dengan penuh kasih sayang, perhatian dan cinta kasih. Orang tua juga harus memberikan pengawasan yang lebih terhadap kegiatan dan

21 keberadaan anak mereka dan dengan siapa mereka berteman. Selain itu juga, orang tua dituntut untuk mampu menyediakan waktu mereka bagi anak mereka dan mengatur peraturan tentang tanggung jawab kepada anak anak mereka. 5. Sekolah hendaknya mengadakan pertemuan oleh orang tua murid dan guru (tentang keadaan di rumah dan di sekolah) yang membahas tentang ijime.

ABSTRAK USAHA USAHA PENANGGULANGAN IJIME DI KALANGAN SISWA DI JEPANG. atau bahkan kekerasan yang dilakukan oleh para para pelajar.

ABSTRAK USAHA USAHA PENANGGULANGAN IJIME DI KALANGAN SISWA DI JEPANG. atau bahkan kekerasan yang dilakukan oleh para para pelajar. ABSTRAK USAHA USAHA PENANGGULANGAN IJIME DI KALANGAN SISWA DI JEPANG Ijime adalah gangguan yang berisi ejekan, penindasan, perendahan martabat, atau bahkan kekerasan yang dilakukan oleh para para pelajar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak dan masa dewasa. Dimana pada masa ini remaja memiliki kematangan emosi, sosial, fisik dan psikis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai aspek kehidupan terutama dalam bidang pendidikan. Terselenggaranya pendidikan yang efektif

Lebih terperinci

BULLYING. I. Pendahuluan

BULLYING. I. Pendahuluan BULLYING I. Pendahuluan Komitmen pengakuan dan perlindungan terhadap hak atas anak telah dijamin dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28B ayat (2) menyatakan bahwa setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Sadar akan hakikatnya, setiap manusia Indonesia di muka bumi ini selalu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Sadar akan hakikatnya, setiap manusia Indonesia di muka bumi ini selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Sadar akan hakikatnya, setiap manusia Indonesia di muka bumi ini selalu berbuat untuk hal yang lebih baik. Untuk mengubah prilaku menuju ke hal yang lebih baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kasus-kasus kekerasan terhadap anak akhir-akhir ini menunjukkan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kasus-kasus kekerasan terhadap anak akhir-akhir ini menunjukkan adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Perkembangan kasus-kasus kekerasan terhadap anak akhir-akhir ini menunjukkan adanya kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini dapat kita simak dari liputan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri. Interaksi dengan lingkungan senantiasa dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhannya. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan mereka telah dilukai dengan senjata. Guru-guru banyak mengatakan

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan mereka telah dilukai dengan senjata. Guru-guru banyak mengatakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan kekerasan di lingkungan pendidikan atau sekolah ini telah menunjukkan angka yang sangat memprihatinkan, 16% siswa kelas akhir mengatakan bahwa mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan anak untuk optimalisasi bagi perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan anak untuk optimalisasi bagi perkembangannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Anak adalah anugerah, rezeki, amanah dan kekayaan yang paling berharga bagi orangtua dan keluarganya. Suatu kebahagian bagi orangtua yang selalu berharap agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang dilakukan dilingkungan institusi pendidikan yang semakin menjadi permasalahan dan menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya, hukuman hanya menjadi salah satu bagian dari metode

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya, hukuman hanya menjadi salah satu bagian dari metode 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, hukuman hanya menjadi salah satu bagian dari metode untuk mendisiplinkan anak. Cara ini menjadi bagian penting karena terkadang menolak untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Banyak sekali latar belakang kekerasan terhadap anak mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Banyak sekali latar belakang kekerasan terhadap anak mulai dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak sekali latar belakang kekerasan terhadap anak mulai dari ketidakpuasan seseorang terhadap kondisi hidupnya sehingga melihat anak yang tidak berdaya sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dunia pendidikan Indonesia saat ini kembali tercoreng dengan adanya tindak kekerasan yang dilakukan oleh para siswanya, khususnya siswa Sekolah Menengah

Lebih terperinci

BULLYING DALAM PENDIDIKAN. Oleh Ehan Raehan Miskyah

BULLYING DALAM PENDIDIKAN. Oleh Ehan Raehan Miskyah BULLYING DALAM PENDIDIKAN Oleh Ehan Raehan Miskyah 1.Pengertian Bullying Bullying berasal dari bahasa Inggris (bully) yang berarti menggertak atau mengganggu. School Bullying: Sebagai perilaku agresif

Lebih terperinci

BAB III PENYAJIAN DATA. A. Efektivitas Bimbingan Konseling Islam di (BP -4) Kementrian Agama

BAB III PENYAJIAN DATA. A. Efektivitas Bimbingan Konseling Islam di (BP -4) Kementrian Agama BAB III PENYAJIAN DATA A. Efektivitas Bimbingan Konseling Islam di (BP -4) Kementrian Agama Dalam Mengatasi Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di Kota Pekanbaru Dalam kehidupan kita berbagai konflik dan permasalahan

Lebih terperinci

BAB IV PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABDULLAH NASHIH ULWAN DAN B.F. SKINNER SERTA RELEVANSI PEMIKIRAN KEDUA TOKOH TERSEBUT TENTANG HUKUMAN DALAM PENDIDIKAN

BAB IV PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABDULLAH NASHIH ULWAN DAN B.F. SKINNER SERTA RELEVANSI PEMIKIRAN KEDUA TOKOH TERSEBUT TENTANG HUKUMAN DALAM PENDIDIKAN BAB IV PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABDULLAH NASHIH ULWAN DAN B.F. SKINNER SERTA RELEVANSI PEMIKIRAN KEDUA TOKOH TERSEBUT TENTANG HUKUMAN DALAM PENDIDIKAN A. Perbandingan Pemikiran Abdullah Nashih Ulwan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Praktek bullying sudah merambah ke dalam dunia pendidikan, hal ini sangat memprihatinkan bagi pendidik, orang tua dan masyarakat. Komnas Perlindungan Anak (PA)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi akhir-akhir ini sangat memprihatinkan. Perilaku Agresi sangat

BAB I PENDAHULUAN. terjadi akhir-akhir ini sangat memprihatinkan. Perilaku Agresi sangat 13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Anak merupakan harta yang tak ternilai bagi suatu keluarga, dan menjadi aset yang berharga bagi suatu bangsa. Tak dapat dipungkiri bahwa kondisi anak saat ini akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesuksesan yang dicapai seseorang tidak hanya berdasarkan kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesuksesan yang dicapai seseorang tidak hanya berdasarkan kecerdasan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesuksesan yang dicapai seseorang tidak hanya berdasarkan kecerdasan akademik (kognitif) saja namun juga harus diseimbangkan dengan kecerdasan emosional, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan dan menyenangkan. Pengalaman baru yang unik serta menarik banyak sekali dilalui pada masa ini.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keluarga merupakan sistem sosialisasi bagi anak, dimana anak mengalami pola disiplin dan tingkah laku afektif. Walaupun seorang anak telah mencapai masa remaja dimana

Lebih terperinci

Apa respons masyarakat terhadap individu yang sukses atau gagal dalam hidup?

Apa respons masyarakat terhadap individu yang sukses atau gagal dalam hidup? PENGASUHAN POSITIF KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN MASYARAKAT DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN KELUARGA 2017 Apa respons masyarakat terhadap

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN. Skripsi HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Psikologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perceraian merupakan kata yang umum dan tidak asing lagi di telinga masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi trend, karena untuk menemukan informasi

Lebih terperinci

SEKOLAH IDEAL. Oleh: Damar Kristianto

SEKOLAH IDEAL. Oleh: Damar Kristianto 1 SEKOLAH IDEAL Oleh: Damar Kristianto Berbicara mengenai Sekolah Ideal, dalam sharing ini saya ingin membicarakan mengenai pandangan saya seperti apa sekolah umum (inklusi) dalam menyelenggarakan pendidikan

Lebih terperinci

Apa respons masyarakat terhadap individu yang sukses atau gagal dalam hidup?

Apa respons masyarakat terhadap individu yang sukses atau gagal dalam hidup? PENGASUHAN POSITIF KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN MASYARAKAT DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN KELUARGA 2017 Apa respons masyarakat terhadap

Lebih terperinci

BULLYING & PERAN IBU Penyuluhan Parenting PKK Tumpang, 29 Juli 2017

BULLYING & PERAN IBU Penyuluhan Parenting PKK Tumpang, 29 Juli 2017 BULLYING & PERAN IBU Penyuluhan Parenting PKK Tumpang, 29 Juli 2017 oleh: Dr. Rohmani Nur Indah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Angket 1: Beri tanda berdasarkan pengalaman anda di masa kecil A. Apakah

Lebih terperinci

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA Oleh: Alva Nadia Makalah ini disampaikan pada Seminar Online Kharisma ke-3, dengan Tema: Kekerasan Pada Anak: Efek Psikis, Fisik, dan Tinjauan Agama Dunia Maya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran manusia lainnya. Kehidupan menjadi lebih bermakna dan berarti dengan kehadiran

Lebih terperinci

Program Pembangunan Karakter Klinik Abu Albani Centre

Program Pembangunan Karakter Klinik Abu Albani Centre Program Pembangunan Karakter Klinik Abu Albani Centre Tujuan Pembangunan Karakter Anak : Membangun sikap dan watak seseorang sehingga mempunyai sebuah sikap yang dapat dinilai sebagai sikap yang baik menurut

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri)

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri) MODUL PERKULIAHAN Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri) Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 03 MK61112 Aulia Kirana,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ijime adalah kata yang sering terdengar di Jepang. Banyak terjadi kasus ijime di Jepang yang akhirnya menyebabkan korban dari ijime itu sendiri memutuskan untuk mengakhiri

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Setelah data diperoleh dari

BAB IV ANALISIS DATA. penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Setelah data diperoleh dari BAB IV ANALISIS DATA Pada bab ke empat ini peneliti akan menguraikan analisis dari data penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Setelah data diperoleh dari lapangan yang berupa observasi dan wawancara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Kebutuhan tersebut tidak hanya secara fisiologis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan mengalami masa transisi peran sosial, individu dewasa awal akan menindaklanjuti hubungan dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia. BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia. Setiap individu memiliki harapan untuk bahagia dalam kehidupan perkawinannya. Karena tujuan perkawinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak tumbuh dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak tumbuh dan berkembang pertama kalinya. Menurut Reiss (dalam Lestari, 2012;4), keluarga adalah suatu kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan lingkungan pertama dan terpenting bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan lingkungan pertama dan terpenting bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan lingkungan pertama dan terpenting bagi perkembangan penyesuaian diri individu. Keluarga juga merupakan lingkungan sosial yang sangat dekat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan, pendidikan dan mengasihi serta menghargai anak-anaknya (Cowie

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan, pendidikan dan mengasihi serta menghargai anak-anaknya (Cowie 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu ukuran pencapaian sebuah bangsa yang diajukan oleh UNICEF adalah seberapa baik sebuah bangsa memelihara kesehatan dan keselamatan, kesejahteraan, pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bermasyarakat banyak sekali nilai-nilai dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bermasyarakat banyak sekali nilai-nilai dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan bermasyarakat banyak sekali nilai-nilai dalam kehidupan yang harus dijalankan sesuai dengan tata caranya masing-masing. Jika nilai-nilai itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan harapan. Masalah tersebut dapat berupa hambatan dari luar individu maupun

BAB I PENDAHULUAN. dengan harapan. Masalah tersebut dapat berupa hambatan dari luar individu maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Individu memiliki berbagai macam masalah didalam hidupnya, masalah dalam diri individu hadir bila apa yang telah manusia usahakan jauh atau tidak sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama bagi anak yang memberi dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah satunya adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan salah satu tempat pembentukan kepribadian seseorang. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan salah satu tempat pembentukan kepribadian seseorang. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama yang dikenal oleh manusia dan merupakan salah satu tempat pembentukan kepribadian seseorang. Dalam keluarga, manusia belajar

Lebih terperinci

Abstraksi. Kata Kunci : Komunikasi, Pendampingan, KDRT

Abstraksi. Kata Kunci : Komunikasi, Pendampingan, KDRT JUDUL : Memahami Pengalaman Komunikasi Konselor dan Perempuan Korban KDRT Pada Proses Pendampingan di PPT Seruni Kota Semarang NAMA : Sefti Diona Sari NIM : 14030110151026 Abstraksi Penelitian ini dilatarbelakangi

Lebih terperinci

RENDAHNYA KUALITAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA LAMONGAN

RENDAHNYA KUALITAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA LAMONGAN RENDAHNYA KUALITAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA LAMONGAN BIDANG KEGIATAN : PKM GT Diusulkan oleh : Okky Wicaksono 09 / 282652 / SA / 14854 English Department UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

ASPEK PERKEMBANGAN SOSIAL

ASPEK PERKEMBANGAN SOSIAL ASPEK PERKEMBANGAN SOSIAL I. PENGERTIAN DAN PROSES SOSIALISASI Perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial (Hurlock, 1990). Tuntutan sosial pada perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap pasangan. Saling setia dan tidak terpisahkan merupakan salah satu syarat agar tercipta keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupannya, keberhasilan seseorang tidak hanya ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupannya, keberhasilan seseorang tidak hanya ditentukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupannya, keberhasilan seseorang tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan intelegensi atau akademiknya saja, tapi juga ditentukan oleh kecerdasan emosionalnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kompleksitas masalah-masalah berujung pada konflik-konflik dan rintangan

BAB I PENDAHULUAN. Kompleksitas masalah-masalah berujung pada konflik-konflik dan rintangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persoalan dari waktu ke waktu dirasa semakin kompleks. Baik persoalan antar guru, guru dengan siswa atau siswa dengan siswa. Kompleksitas masalah-masalah berujung

Lebih terperinci

3. Emosi subyek ketika menjawab pertanyaan interview. 4. Bagaimana kebudayaan etnis Cina dalam keluarga subyek?

3. Emosi subyek ketika menjawab pertanyaan interview. 4. Bagaimana kebudayaan etnis Cina dalam keluarga subyek? Pedoman Observasi 1. Kesan umum subyek secara fisik dan penampilan 2. Relasi sosial subyek dengan teman-temannya 3. Emosi subyek ketika menjawab pertanyaan interview Pedoman Wawancara 1. Bagaimana hubungan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu

BAB II LANDASAN TEORI. Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu BAB II LANDASAN TEORI A. Sibling Rivalry 1. Pengertian Sibling Rivalry Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu keluarga yang sama, teristimewa untuk memperoleh afeksi atau

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Jepang merupakan salah satu negara maju yang ada di dunia. Jepang juga di kenal sebagai negara yang menjunjung tinggi kebudayaan. Sebagai negara maju, Jepang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi masalah kesehatan mental. Jika sudah menjadi masalah kesehatan mental, stres begitu mengganggu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Masyarakat semakin berkembang

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Masyarakat semakin berkembang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam zaman pembangunan di Indonesia dan globalisasi dunia yang menuntut kinerja yang tinggi dan persaingan semakin ketat, semakin dibutuhkan sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung pendidikan sepanjang hayat adalah diakuinya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). PAUD adalah pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan yang lainnya pasti membutuhkan kerjasama. Ketergantungan manusia satu dengan yang lain merupakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. suatu keadaan atau situasi. Jenis penelitian eksplanatori tersebut sama

III. METODE PENELITIAN. suatu keadaan atau situasi. Jenis penelitian eksplanatori tersebut sama 27 III. METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksplanatori atau penjelasan. Menurut Notoadmodjo (2005:1) penelitian eksplanatori adalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DISTRIBUSI II UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa salah satu alat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa salah satu alat bukti yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wanita merupakan individu yang memiliki keterbukaan dalam membagi permasalahan kehidupan maupun penilaian mereka mengenai sesuatu ataupun tentang orang lain.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. sehari-hari. Perilaku sosial mempengaruhi penyesuaian sosial individu. Individu yang

BAB II KAJIAN TEORI. sehari-hari. Perilaku sosial mempengaruhi penyesuaian sosial individu. Individu yang BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hakikat Perilaku Sosial Anak 2.1.1) Pengertian Perilaku Sosial Anak Hakikat manusia adalah mahluk sosial yang selalu berhubungan dan membutuhkan orang lain dalam kehidupannya. Sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Perkawinan. Definisi lain menurut Wahyuningsih (2013) berdasarkan teori Fowers dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Perkawinan. Definisi lain menurut Wahyuningsih (2013) berdasarkan teori Fowers dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kualitas Perkawinan 1. Pengertian Kualitas Perkawinan Menurut Gullota (Aqmalia, 2009) kepuasan pernikahan merupakan perasaan pasangan terhadap pasangannya mengenai hubungan pernikahannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Individu sebagai makhluk sosial membutuhkan interaksi dengan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Individu sebagai makhluk sosial membutuhkan interaksi dengan lingkungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Individu sebagai makhluk sosial membutuhkan interaksi dengan lingkungan sekitar. Baik lingkungan keluarga, atau dengan cakupan yang lebih luas yaitu teman sebaya

Lebih terperinci

Memahami dan Mencegah Terjadinya Kekerasan di Sekolah

Memahami dan Mencegah Terjadinya Kekerasan di Sekolah Memahami dan Mencegah Terjadinya Kekerasan di Sekolah (School Violence) Oleh : Nandang Rusmana Faktor Penyebab Terjadinya Kekerasan di Sekolah Faktor psikologis (hiperaktivitas, konsentrasi terhadap masalah,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari uraian yang telah disampaikan dari Bab I sampai Bab IV, maka dapat

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari uraian yang telah disampaikan dari Bab I sampai Bab IV, maka dapat BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Dari uraian yang telah disampaikan dari Bab I sampai Bab IV, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Begitu banyak anak-anak di Nanggroe Aceh Darussalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan tempat didikan bagi anak anak. Lebih dalam tentang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan tempat didikan bagi anak anak. Lebih dalam tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan tempat didikan bagi anak anak. Lebih dalam tentang defenisi sekolah, sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistwmatis melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berpendidikan akan mampu mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya dan

BAB I PENDAHULUAN. yang berpendidikan akan mampu mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses yang dinamis dalam mengembangkan segenap potensi yang ada pada diri manusia, tingkat pendidikan suatu bangsa merupakan cermin kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Siswa Sekolah Menengah

BAB I PENDAHULUAN. mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Siswa Sekolah Menengah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada siswa Sekolah Menengah Pertama berusia 12 tahun sampai 15 tahun, mereka membutuhkan bimbingan dan arahan dari pihak keluarga dan sekolah agar mereka dapat

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. diketahui bahwa ketiga subjek mengalami self blaming. Kemudian. secara mendalam peneliti membahas mengenai self blaming pada

BAB VI PENUTUP. diketahui bahwa ketiga subjek mengalami self blaming. Kemudian. secara mendalam peneliti membahas mengenai self blaming pada 144 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa ketiga subjek mengalami self blaming. Kemudian secara mendalam peneliti membahas mengenai self

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM TERHADAP PENANGANAN ANAK KORBAN KEKERASAN SEKSUAL DI PPT SERUNI KOTA SEMARANG

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM TERHADAP PENANGANAN ANAK KORBAN KEKERASAN SEKSUAL DI PPT SERUNI KOTA SEMARANG BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM TERHADAP PENANGANAN ANAK KORBAN KEKERASAN SEKSUAL DI PPT SERUNI KOTA SEMARANG A. Analisis Pelaksanaan Penanganan anak Korban kekerasan seksual di PPT SERUNI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Harga Diri. Harris, 2009; dalam Gaspard, 2010; dalam Getachew, 2011; dalam Hsu,2013) harga diri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Harga Diri. Harris, 2009; dalam Gaspard, 2010; dalam Getachew, 2011; dalam Hsu,2013) harga diri BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Harga Diri 1. Pengertian Harga Diri Menurut Coopersmith (1967 ; dalam Sert, 2003; dalam Challenger, 2005; dalam Harris, 2009; dalam Gaspard, 2010; dalam Getachew, 2011; dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan salah satu tempat bertumbuh dan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan salah satu tempat bertumbuh dan berkembangnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan salah satu tempat bertumbuh dan berkembangnya anak-anak. Anak menghabiskan hampir separuh harinya di sekolah, baik untuk kegiatan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan tubuhnya secara efektif. Lebih lanjut Havighurst menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan tubuhnya secara efektif. Lebih lanjut Havighurst menjelaskan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja sering kali disebut masa transisi atau masa peralihan dari anak-anak sebelum akhirnya masuk ke masa dewasa. Pada masa ini individu mengalami perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia hidup selalu dipenuhi oleh kebutuhan dan keinginan. Seringkali kebutuhan dan keinginan tersebut tidak dapat terpenuhi dengan segera. Selain itu

Lebih terperinci

Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita

Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita 133 134 Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita 135 136 Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita 137 138

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah merupakan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu fenomena yang akhir-akhir ini sangat memprihatinkan adalah bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah merupakan berita harian di

Lebih terperinci

PENTINGNYA PERAN ORANGTUA DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA

PENTINGNYA PERAN ORANGTUA DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PENTINGNYA PERAN ORANGTUA DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA Oleh : Wahyu Beny Mukti Setiyawan, S.H., M.H. Fakultas Hukum Universitas Surakarta Hp : 0857-2546-0090, e-mail : dosenbeny@yahoo.co.id

Lebih terperinci

15 Prinsip dasar Kecerdasan Emosional : Modal Dasar Perawat Profesional

15 Prinsip dasar Kecerdasan Emosional : Modal Dasar Perawat Profesional 15 Prinsip dasar Kecerdasan Emosional : Modal Dasar Perawat Profesional Saat ini kecerdasan emosional tidak bisa dipandang sebelah mata. Sejak munculnya karya Daniel Goleman, Emotional Intelligence: Why

Lebih terperinci

Pendidikan Keluarga (Membantu Kemampuan Relasi Anak-anak) Farida

Pendidikan Keluarga (Membantu Kemampuan Relasi Anak-anak) Farida Pendidikan Keluarga (Membantu Kemampuan Relasi Anak-anak) Farida Manusia dilahirkan dalam keadaan yang sepenuhnya tidak berdaya dan harus menggantungkan diri pada orang lain. Seorang anak memerlukan waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyesuaian diri di lingkungan sosialnya. Seorang individu akan selalu berusaha

BAB I PENDAHULUAN. penyesuaian diri di lingkungan sosialnya. Seorang individu akan selalu berusaha 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial yang selalu hidup berdampingan dengan orang lain tentunya sering dihadapkan pada berbagai permasalahan yang melibatkan dirinya

Lebih terperinci

PELATIH OLAHRAGA DAN KODE ETIKNYA. Fitria Dwi Andriyani, M.Or.

PELATIH OLAHRAGA DAN KODE ETIKNYA. Fitria Dwi Andriyani, M.Or. PELATIH OLAHRAGA DAN KODE ETIKNYA Fitria Dwi Andriyani, M.Or. PELATIH OLAHRAGA Sukses tidaknya kegiatan ekstrakurikuler OR di sekolah dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik dari segi pelatih, peserta didik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling berinteraksi. Melalui interaksi ini manusia dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling berinteraksi. Melalui interaksi ini manusia dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan kehadiran orang lain untuk saling berinteraksi. Melalui interaksi ini manusia dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa salah satu alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komisi Remaja adalah badan pelayanan bagi jemaat remaja berusia tahun. Komisi

BAB I PENDAHULUAN. Komisi Remaja adalah badan pelayanan bagi jemaat remaja berusia tahun. Komisi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu gereja yang sudah berdiri sejak tahun 1950 di Indonesia adalah Gereja Kristen Indonesia atau yang biasa disebut GKI. GKI adalah sekelompok gereja

Lebih terperinci

56 PERKEMBANGAN PERILAKU KEPRIBADIAN REMAJA DENGAN LATAR BELAKANG KEDUA ORANG TUA BERCERAI

56 PERKEMBANGAN PERILAKU KEPRIBADIAN REMAJA DENGAN LATAR BELAKANG KEDUA ORANG TUA BERCERAI 56 PERKEMBANGAN PERILAKU KEPRIBADIAN REMAJA DENGAN LATAR BELAKANG KEDUA ORANG TUA BERCERAI Oleh: Aziza Trizilvania Amadea, Santoso Tri Raharjo, & Budi M. Taftazani Email: azizatrizilvania@gmail.com; santosotriraharjo@gmail.com;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu fenomena yang ada akhir-akhir ini yang sangat memprihatinkan adalah bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun masal sudah merupakan berita harian di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, sehingga munculah berbagai alat sebagai hasil pemanfaatan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, sehingga munculah berbagai alat sebagai hasil pemanfaatan ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman tak lepas dari perkembangan ilmu dan teknologi di berbagai bidang, sehingga munculah berbagai alat sebagai hasil pemanfaatan ilmu pengetahuan dan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN (yang telah disahkan dalam Rapat Paripurna DPR tanggal 18 Juli 2006) RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga

Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga Suami Rosa biasa memukulinya. Ia memiliki dua anak dan mereka tidak berani berdiri di hadapan ayahnya karena mereka takut akan

Lebih terperinci

Perubahan Untuk Diri sendiri dan mereka yang dipimpin

Perubahan Untuk Diri sendiri dan mereka yang dipimpin 4 Perubahan Untuk Diri sendiri dan mereka yang dipimpin Seorang pemimpin tidak dengan otomatis akan menjadi seorang pemimpin yang melayani. Pemimpin yang melayani perlu terus menerus melakukan perubahan

Lebih terperinci

Bab 5 PENUTUP. 1. Faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya kebencian Hd. a. Ayah Hd melakukan poligami. contoh yang baik bagi anaknya.

Bab 5 PENUTUP. 1. Faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya kebencian Hd. a. Ayah Hd melakukan poligami. contoh yang baik bagi anaknya. 78 Bab 5 PENUTUP A. Kesimpulan 1. Faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya kebencian Hd terhadap ayahnya adalah: a. Ayah Hd melakukan poligami. b. Ayahnya kurang perhatian dikala istrinya (ibu Hd

Lebih terperinci

Persiapan untuk Wawancara Disiplin Mulailah untuk mempersiapkan diri dengan memperbarui bagaimana Anda tahu karyawan tersebut telah melakukan suatu

Persiapan untuk Wawancara Disiplin Mulailah untuk mempersiapkan diri dengan memperbarui bagaimana Anda tahu karyawan tersebut telah melakukan suatu Persiapan untuk Wawancara Disiplin Mulailah untuk mempersiapkan diri dengan memperbarui bagaimana Anda tahu karyawan tersebut telah melakukan suatu pelanggaran yang menjamin sebuah wawancara disipliner.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Libertus, 2008). Keputusan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Libertus, 2008). Keputusan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan dapat diartikan sebagai sebuah ikatan lahir batin seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepercayaan diri tentu saja mengalami pasang surut, seseorang mungkin merasa percaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepercayaan diri tentu saja mengalami pasang surut, seseorang mungkin merasa percaya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepercayaan diri tentu saja mengalami pasang surut, seseorang mungkin merasa percaya diri dalam beberapa situasi, dan ketakutan dalam situasi lainnya, merasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang kompleks yang merupakan hasil interaksi berbagai penyebab dari keadaan

BAB I PENDAHULUAN. yang kompleks yang merupakan hasil interaksi berbagai penyebab dari keadaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang paling mendapat perhatian dalam rentang kehidupan manusia. Hal ini disebabkan banyak permasalahan yang terjadi dalam masa remaja.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menyajikan hal-hal yang menjadi latar belakang penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menyajikan hal-hal yang menjadi latar belakang penelitian, BAB I PENDAHULUAN Bab ini menyajikan hal-hal yang menjadi latar belakang penelitian, rumusan masalah dan pertanyaan penelitian, tujuan, manfaat penelitian serta mengulas secara singkat mengenai prosedur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meneruskan perjuangan dan cita-cita suatu negara (Mukhlis R, 2013). Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. meneruskan perjuangan dan cita-cita suatu negara (Mukhlis R, 2013). Oleh karena 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Setiap negara pasti memerlukan generasi penerus untuk menggantikan generasi lama. Bangsa yang memiliki generasi penerus akan tetap diakui keberadaannya, oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Masa anak usia sekolah merupakan masa dimana anak mulai mengalihkan perhatian dan hubungan dari keluarga ke teman-teman sebayanya. Pada masa sekolah anak lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja dapat diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak menuju masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional (Hurlock,

Lebih terperinci