BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Mutu Pelayanan Kesehatan Sejalan dengan peningkatan pembangunan di segala bidang maka peradaban sistem nilai di masyarakat mulai semakin berkembang. Pengetahuan dan pendidikan yang meningkat menyebabkan tuntutan masyarakat terhadap pelayanan yang bermutu seperti pelayanan kesehatan semakin tinggi. Nasution (2013) memaparkan bahwa Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dengan Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) menyadari bentuk tantangan tersebut dengan mempertimbangkan perkembangan masalah serta kecenderungan-kecenderungan pembangunan kesehatan ke depan. Dalam upaya meningkatkan mutu perlu dilakukan pemantauan berkala terhadap aspek-aspek yang mempengaruhi kinerja sarana kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan serta bagaimana pembinaan dilakukan oleh institusi terkait. Saat ini upaya peningkatan mutu yang dilakukan terhadap rumah sakit-rumah sakit yaitu Akreditasi Rumah Sakit. Departemen Kesehatan (2008) yang menyatakan bahwa mutu adalah kemampuan untuk memenuhi persyaratan-persyaratan berdasarkan karakteristik yang dimiliki oleh suatu produk sedangkan Mutu Pelayanan Kesehatan adalah derajat kesempurnaan yang memenuhi kebutuhan masyarakat yang dilaksanakan sesuai

2 dengan standar profesi dan standar pelayanan kesehatan yang menggunakan sumber daya yang tersedia, wajar, efisien dan efektif serta memberikan keamanan dan memuaskan sesuai norma, etika, hukum dan sosial budaya dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan pemerintah dan masyarakat. Menurut Suparyanto (2011) untuk mengatasi masalah dalam perbedaan tingkat kepuasan setiap orang dalam menerima pelayanan kesehatan, maka telah disepakati bahwa pembahasan tentang kepuasan pasien yang dikaitkan dengan mutu pelayanan kesehatan mengenal paling tidak 2 (dua) pembatasan yaitu : 1. Pembatasan pada derajat kepuasan pasien Untuk menghindari adanya subjektivitas individual yang dapat mempersulit pelaksanaan program menjaga mutu, maka ditetapkan bahwa ukuran yang dipakai untuk mengukur kepuasan pasien bersifat umum yaitu sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk. 2. Pembatasan pada upaya yang dilakukan Untuk melindungi kepentingan pemakai jasa pelayanan kesehatan, yang pada umumnya awam terhadap tindakan kedokteran ditetapkanlah upaya penyelenggaran pelayanan kesehatan yang bermutu harus sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan rumah sakit, standar prosedur operasional yang berlaku dan etika profesi. Parasuraman et.al dalam S.Thomas Foster (2004) menyatakan bahwa ada 5 (lima) dimensi mutu pelayanan yaitu :

3 1. Tangibles (berwujud) : mencakup penampilan fisik dari fasilitas pelayanan, peralatan, personel, dan media komunikasi. 2. Reliability (keandalan) : mencakup kemampuan penyedia jasa melaksanakan jasa yang sudah dijanjikan dengan tepat dan terpercaya. 3. Responsiveness (keresponsifan) : kemauan dari penyedia jasa untuk membantu pelanggan dan memberikan pelayanan dengan cepat dan tanggap. 4. Assurance (keyakinan) : mencakup pengetahuan dan kesopanan para karyawan serta kemampuan mereka untuk menumbuhkan rasa percaya pada pelanggan. 5. Empathy (empati) : mencakup perhatian kepada pelanggan secara individual, Azwar (1996) menyatakan bahwa syarat-syarat pokok pelayanan kesehatan menurut prioritas adalah : 1) Tersedia (available) dan berkesinambungan (continuous) Semua jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat dan mudah dicapai oleh masyarakat. 2) Dapat diterima (acceptable) dan wajar (appropriate) Pelayanan kesehatan tidak bertentangan dengan adat istiadat, kebudayaan, keyakinan, kepercayaan masyarakat dan bersifat wajar. 3) Mudah dicapai (accessible) Pengaturan sarana kesehatan dari sudut lokasi. 4) Mudah dijangkau (affordable) Pendekatan sarana pelayanan kesehatan dan biaya kesehatan diharapkan sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat.

4 5) Bermutu (quality) Pelayanan kesehatan yang diselenggarakan dapat memuaskan pemakai jasa pelayanan dan tata cara penyelenggaraan pelayanan kesehatan oleh provider sesuai dengan kode etik serta standar yang telah ditetapkan. Suparyanto (2011) menjelaskan bahwa ada 5 (lima) faktor pokok yang berperan penting dalam menentukan keberhasilan manajemen kesehatan, yaitu masukan (input), proses (process) atau fungsi manajemen, keluaran (output), sasaran (target) serta dampak (impact). A. Input (masukan) Adalah segala sesuatu yang dibutuhkan untuk dapat melaksanakan pekerjaan manajemen. Berfokus pada sistem yang dipersiapkan dalam organisasi dari komitmen manajemen dan stakeholder lainnya, prosedur serta kebijakan sarana dan prasarana fasilitas dimana pelayanan diberikan. Input ada 3 (tiga) macam, yaitu : a) Sumber (resources) Adalah segala sesuatu yang dapat dipakai untuk menghasilkan barang atau jasa. Sumber (resources) dibagi 3 (tiga) macam yaitu sumber tenaga, sumber modal dan sumber alamiah. b) Tata cara (procedures) Adalah berbagai kemajuan ilmu dan teknologi kesehatan yang dimiliki dan yang diterapkan.

5 c) Kesanggupan (capacity) Adalah keadaan fisik, mental dan biologis tenaga pelaksana. Input terdiri dari beberapa variasi yaitu Man, Capacity, Managerial dan Technology. Untuk organisasi yang tidak mencari keuntungan berupa Man, Money, Material dan Method sedangkan untuk organisasi yang mencari keuntungan berupa Man, Money, Material, Method, Machinery dan Market. B. Proses (Process) atau Fungsi Manajemen Adalah langkah yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Fungsi manajemen mengutip pendapat Henry Fayol (1949), terdiri dari Planning, Organizing, Commanding, Coordinating dan Controlling (POCCC). C. Keluaran / Output Output adalah hasil dari suatu pekerjaan manajemen atau hasil pelaksanaan kegiatan yang dicapai dalam jangka pendek. Untuk Manajemen Kesehatan output dikenal dengan nama pelayanan kesehatan (health services) yang terdiri dari upaya kesehatan perorangan (UKP) dan upaya kesehatan masyarakat (UKM). Outcome adalah hasil yang terjadi setelah pelaksanaan kegiatan jangka pendek. D. Sasaran (Target) Sasaran (target) adalah kepada siapa output yang dihasilkan, yakni upaya kesehatan yang dilakukan untuk upaya kesehatan perorangan dan atau upaya kesehatan masyarakat.

6 Sasaran (target) terdiri dari 2 (dua) macam yaitu sasaran langsung dan sasaran tidak langsung. E. Dampak (Impact) Dampak (Impact) adalah akibat yang ditimbulkan oleh output. Untuk manajemen kesehatan dampak yang diharapkan adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan. Peningkatan derajat kesehatan dapat tercapai jika kebutuhan (needs) dan tuntutan (demands) perseorangan atau masyarakat dapat dipenuhi. Indikator penilaian mutu pelayanan kesehatan yaitu : 1. Indikator yang mengacu pada aspek medis. 2. Indikator mutu pelayanan untuk mengukur tingkat efisiensi rumah sakit. 3. Indikator mutu yang mengacu pada keselamatan pasien. 4. Indikator mutu yang berkaitan dengan tingkat kepuasan pasien. Kebijakan dalam menjamin mutu pelayanan kesehatan, yaitu : 1. Peningkatan kemampuan dan mutu pelayanan kesehatan. 2. Peningkatan dan penerapan berbagai standar dan pedoman. 3. Peningkatan mutu sumber daya manusia. 4. Penyelenggaraan Quality Assurance. 5. Percepatan pelaksanaan akreditasi. 6. Peningkatan publik. 7. Peningkatan kerjasama dan koordinasi. 8. Peningkatan peran serta masyarakat.

7 Ada 4 (empat) hal yang perlu diperhatikan dalam pendekatan untuk mencapai pelayanan prima melalui peningkatan mutu pelayanan, yaitu sebagai berikut : 1. Pelanggan dan harapannya. 2. Perbaikan kinerja. 3. Proses perbaikan. 4. Budaya yang mendukung perbaikan terus menerus. Upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan mencakup : 1. Penataan organisasi. 2. Regulasi peraturan perundang-undangan. 3. Pemantapan jejaring. 4. Standarisasi. 5. Quality Assurance. 6. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 7. Peningkatan peran serta masyarakat dan organisasi profesi. 8. Peningkatan kontrol sosial. Untuk memperkuat budaya organisasi, semua kegiatan harus menuju peningkatan mutu yang terus menerus. Untuk mewujudkan peningkatan mutu pelayanan terus menerus, pilar utamanya terdiri atas hal-hal berikut : 1. Visi manajemen dan komitmen. 2. Tanggung jawab. 3. Pengukuran umpan balik 4. Pemecahan masalah dan proses perbaikan.

8 5. Komunikasi. 6. Pengembangan staf dan pelatihan. 7. Keterlibatan tim kesehatan. 8. Penghargaan dan pengakuan. 9. Keterlibatan dan pemberdayaan staf. 10. Mengingatkan kembali dan pemberdayaan. Mekanisme peningkatan mutu pelayanan menurut Trilogi Juran (1998) adalah sebagai berikut : 1. Quality Planning, meliputi : a. Menentukan pelanggan. b. Menentukan kebutuhan pelanggan. c. Mengembangkan gambaran produk sesuai dengan kebutuhan pelanggan. d. Mengembangkan proses yang mampu menghasilkan produk sesuai dengan gambaran produk. e. Mentransfer rencana menjadi kebutuhan pelaksanaan 2. Quality Control, meliputi : a. Mengevaluasi kinerja produk saat ini. b. Membandingkan kinerja sesungguhnya dengan tujuan produk. c. Melaksanakan atau memperbaiki perbedaan. 3. Quality Improvement, meliputi : a. Mengembangkan infrastruktur. b. Mengidentifikasi proyek peningkatan mutu.

9 c. Membentuk tim mutu. d. Menyiapkan tim dengan sumber daya dan pelatihan serta memotivasi untuk mendiagnosis penyebab, menstimulasi perbaikan dan mengembangkan pengawasan untuk mempertahankan peningkatan Pengertian Akreditasi Rumah Sakit Akreditasi rumah sakit, selanjutnya disebut akreditasi adalah pengakuan terhadap rumah sakit yang diberikan oleh lembaga independen penyelenggara akreditasi yang ditetapkan oleh Menteri, setelah dinilai bahwa rumah sakit itu memenuhi standar pelayanan rumah sakit yang berlaku untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit secara berkesinambungan (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 012 tahun 2012). Menurut International Society for Quality in Healthcare / ISQUA, 2001, dalam Al-Assaf (2009) yang menyatakan bahwa Accreditation is a public recognition by a national healthcare accreditation body of the achievements of its accreditation standards by a healthcare organization, demonstrated through an independent external peer assessment of that organizations level of performance in relation to the standards. Akreditasi adalah penilaian yang dilakukan oleh lembaga independen pelaksana akreditasi rumah sakit untuk mengukur pencapaian dan cara penerapan standar pelayanan. (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 417/Menkes/Per/II/2011).

10 Standar adalah nilai tertentu yang telah ditetapkan berkaitan dengan sesuatu yang harus dicapai (Departemen Kesehatan, 2008). Standar adalah pernyataan yang menjelaskan mengenai harapan tentang performa oleh komponen struktur atau, proses yang harus ada pada suatu organisasi yang memberi asuhan, pengobatan dan pelayanan yang aman dan bermutu tinggi (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 659/Menkes/Per/VIII/ 2009) Perkembangan Akreditasi A. Akreditasi Rumah Sakit di Manca Negara Perkembangan akreditasi rumah sakit di manca negara perlu diketahui berhubung program dan pelaksanaan akreditasi rumah sakit di Indonesia mengikuti perkembangan akreditasi di manca negara dan menggunakan sistem dan instrumen yang berlaku di luar negeri sebagai acuan penting dalam menetapkan program dan pelaksanaannya di Indonesia. 1. Amerika Serikat Pada tahun 1910 Dr. Codman, seorang ahli bedah, merintis dan mendorong disusunnya Hospital Standardization Program, yang kemudian diberlakukan sebagai Minimum Standard for Hospital oleh The American College of Surgeon pada tahun Pada tahun 1926 disusun Standard Manual yang pertama. Pada tahun 1951, dibentuk badan akreditasi rumah sakit dengan nama Joint Commission on Accreditation of Hospital (JCAH). Pada tahun 1987 (setelah 36 tahun) cakupan tugas

11 pekerjaan badan JCAH berkembang dan bertambah luas meliputi Rumah Sakit, Home Care Organization, Nursing Home, Health Care Network, Mental Health Care Organization, Ambulatory Health Care Organization and Clinical Laboratory sehingga badan tersebut berubah nama menjadi Joint Commission on Accreditation of Health Care Organization (JCAHO) dengan misi untuk meningkatkan kualitas pelayanan melalui penyelenggaraan akreditasi sarana pelayanan kesehatan. Mulai tahun 1987 / 1998 akreditasi sebelumnya ditekankan pada penilaian unsur struktur dan proses, melalui program ORYX (The Next Evolution in Accreditation) mulai dikembangkan lebih mendalam dengan melakukan penilaian terhadap unsur outcome dari pelayanan. 2. Australia Pada mulanya Australia dibimbing oleh Amerika, yaitu ketika pada tahun JCAHO memaparkan sistem akreditasi yang diberlakukan di Amerika. Pada tahun 1974 Australian Medical Association dan Australian Hospital Association membentuk badan akreditasi dengan nama Australian Council on Hospital Standard yang kemudian berubah menjadi Australian Council on Health Care Standard (ACHS). Pada tahun 1978 dilaksanakan program akreditasi untuk pertama kali dan penilaian ditujukan hanya pada unsur struktur dan proses. Pada tahun 1989 program akreditasi mengalami evolusi dengan penilaian ditujukan pada outcome pelayanan.

12 Pada tahun 1996 dimulai program baru yang disebut dengan EQUIP (Evaluation and Quality Improvement Program) dimasukkan dalam sistem akreditasi dengan fokus penilaian beralih pada asuhan pasien (continuum of care of patients) 3. Kanada Pada tahun 1951 Canadian Medical Association ikut berperan mendirikan JCAH di Amerika dan pada tahun 1958 Kanada dibantu oleh Amerika mendirikan The Canadian Council on Hospital Accreditation yang kemudian diubah namanya menjadi The Canadian Council on Health Services Accreditation (CCHSA). Ditahun 1995 Client Centered Accreditation Program (CCAP) merupakan program baru yang dimasukkan ke dalam sistem akreditasi. 4. Jepang Pada tahun 1990 dibentuk JHQAS (Japan Hospital Quality Assurance Society) kemudian pada tahun 1995 namanya berubah menjadi JSQua (Japan Society for Quality in Health Care) dan selanjutnya menjadi Japan Council for Quality Health Care (JCQHC). 5. Afrika Selatan Pada tahun 1995 dibentuk Council for Health Service Accreditation of Southern Africa (COHSASA) yang bertujuan meningkatkan kualitas pelayanan sarana pelayanan kesehatan melalui standard and process quality assurance. 6. Inggris Pada tahun 1990 setelah dilakukan reformasi pelayanan yang pada intinya membedakan Purchaser dan Provider, Departemen Kesehatan mendorong

13 dikembangkannya sistem akreditasi yang independen, dijalankan oleh tiga organisasi yaitu King s Fund Organizational Audit (KFOA) untuk Acute Hospitals, Hospital Accreditation Program (HAP) untuk Small Community Non Acute Hospitals dan Health Services Accreditation untuk sarana pelayanan kesehatan lainnya. 7. Amerika Latin Melihat keberhasilan JCAHO di Amerika Serikat, pada tahun 1990-an Pan American Health Organization Regional Office WHO menetapkan standar manual untuk pelayanan rumah sakit disertai pembentukan Badan Akreditasi di 7 (tujuh) negara anggota WHO regional office di daerah Amerika Latin. Pada tahun 1998 negara anggota WHO regional office di daerah Amerika Latin yang sudah mulai melaksanakan program akreditasinya adalah Argentina (terbatas), Brazil, Chile (pada Public Hospitals), Cuba, Dominica, Guatemala, Mexico, Nicaragua (terbatas), Peru, Uruguay (terbatas). 8. South East Asia WHO Region Pada tanggal 7 11 Desember 1998 di Bangkok diadakan Intercountry Meeting on Hospital Accreditation, yang disponsori oleh WHO, dihadiri oleh 9 (sembilan) negara, Bangladesh, Bhutan, India, Indonesia, Myanmar, Nepal, Sri Lanka, Thailand, Malaysia, dan satu tamu dari Maroko. Dari pertemuan ini diketahui hampir semua negara anggota ini masih berkonsentrasi pada pengembangan konsep dan upaya Quality Assurance / Improvement kecuali Thailand, Malaysia dan Indonesia.

14 9. Taiwan Pada tahun 1978 Taiwan melakukan akreditasi pertama kali terhadap rumah sakit pendidikan dan secara bertahap terhadap rumah sakit pemerintah pada tahun 1979, 1982, 1984 dan Pada tahun 1986 diundangkan Medical Care Law sehingga akreditasi untuk rumah sakit dikuatkan dengan suatu peraturan / undangundang. Pada tahun 1988 pertama kali dilakukan akreditasi rumah sakit berdasarkan undang-undang tersebut. 10. Korea Pada tahun 1961 peraturan tentang akreditasi rumah sakit telah siap namun sampai tahun 1978 belum ada kegiatan akreditasi dari pemerintah karena kendala sumber daya manusia ahli. Pada tahun 1979 pemerintah mendelegasikan wewenang untuk melakukan akreditasi rumah sakit pada Korean Medical Association. Oleh karena adanya perbedaan tingkat dari fasilitas rumah sakit pada tahun 1985 maka Korean Hospital Association dan Korean Medical Association yang merupakan Komite Standarisasi Rumah Sakit mengembangkan standar akreditasi yang dibutuhkan rumah sakit (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008). B. Akreditasi Rumah Sakit di Indonesia Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2008) mengemukakan bahwa pada tahun 1987 Departemen Kesehatan menerima bantuan teknis dari Amerika Serikat melalui US-AID berhasil menyusun suatu sistem dan perangkat ukur obyektif yang untuk menilai kinerja manajemen rumah sakit disebut standar

15 pelayanan rumah sakit dan standar pelayanan medik. Penyesuaian, pengurangan atau penambahan dari standar acuan yang berlaku di Amerika Serikat dan Australia dilakukan standar dapat diaplikasikan menurut kondisi di Indonesia. Penilaian lebih berfokus kepada struktur dan proses yang kelak sebagai landasan kuat untuk menyusun standar outcome di kemudian hari. Pada tahun 1993 standar pelayanan rumah sakit yang terdiri dari 20 kegiatan pelayanan dan standar pelayanan medik ditetapkan berlaku di seluruh rumah sakit di Indonesia melalui Keputusan Menteri Kesehatan. Setiap kegiatan pelayanan terdiri dari 7 (tujuh) standar yaitu falsafah dan tujuan, administrasi dan pengelolaan, staf dan pimpinan, fasilitas dan peralatan, kebijakan dan prosedur, pengembangan staf dan program pendidikan serta evaluasi dan pengendalian mutu. Ke-20 kegiatan pelayanan tersebut adalah administrasi dan manajemen, pelayanan medik, pelayanan gawat darurat, pelayanan perinatal risiko tinggi, pelayanan keperawatan, pelayanan anestesi, pelayanan radiologi, pelayanan farmasi, pelayanan laboratorium, pelayanan rehabilitasi medis, pelayanan gizi, rekam medik, pelayanan kesehatan, kebakaran dan kewaspadaan bencana, kamar operasi, pelayanan intensif, pengendalian infeksi di rumah sakit, pelayanan sterilisasi sentral, pemeliharaan sarana, pelayanan lain, perpustakaan. Pada tahun 1993 / 1994 dilakukan sosialisasi dan uji coba penerapan standar pelayanan rumah sakit dan standar pelayanan medik tersebut. Hasil uji coba tidak semua dari 20 kegiatan pelayanan dapat dilaksanakan dengan baik oleh rumah sakit hanya kegiatan pelayanan administrasi dan manajemen, pelayanan medik, pelayanan

16 gawat darurat, pelayanan keperawatan dan rekam medik memberikan kontribusi nilai skor diatas 60% sehingga dari dasar uji coba tersebut maka pelaksanaan akreditasi pada tahap pertama adalah untuk 5 (lima) kegiatan pelayanan tersebut. Akreditasi rumah sakit mulai dilaksanakan pada tahun 1995 dengan 5 (lima) kegiatan pelayanan terhadap 10 rumah sakit yang ditunjuk oleh Departemen Kesehatan karena rumah sakit tersebut pernah menjadi nominasi pemenang penilaian kinerja rumah sakit dalam rangka Hari Kesehatan Nasional. Adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta manajemen perumah-sakitan, pada tahun 1999 standar pelayanan rumah sakit dan standar pelayanan medik tersebut direvisi dengan melibatkan berbagai organisasi profesi. Kegiatan pelayanan ada yang dikurangi dan ada kegiatan pelayanan yang mengalami perubahan nama dengan alasan adanya duplikasi dari substansi yang dimuat dalam instrumen yang ada, baru dari hasil revisi. Kegiatan pelayanan saat itu berjumlah 16 (enam belas). Standar pelayanan rumah sakit dan standar pelayanan medik hasil revisi tahun 1999 pada tahun 2007 mengalami revisi lagi dengan menambahkan Patient Safety (keselamatan pasien) yang diintegrasikan di kegiatan pelayanan administrasi manajemen dan kegiatan pelayanan medik. Sejalan dengan peningkatan tuntutan masyarakat terhadap pelayanan yang berfokus kepada pasien dengan sistem akreditasi yang mengacu pada JCI maka pada tahun 2012 telah dilakukan perubahan paradigma akreditasi dari yang semula berfokus pada provider dengan dokumentasinya menjadi akreditasi yang berfokus kepada pasien dengan melihat implementasi atau pelaksanaan kegiatan menggunakan

17 metodologi telusur. Perubahan ini merubah kompetensi dan fungsi dari seluruh staf yang terlibat dalam akreditasi yang semula hanya mampu dan berfungsi untuk mempersiapkan dokumen, tetapi sekarang dituntut harus mampu dan berfungsi sebagai assessor internal dalam mempersiapkan akreditasi rumah sakit (Sutoto, 2013) Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2011) yang menyatakan bahwa Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 terdiri dari : a. Kelompok Standar Berfokus Kepada Pasien terdiri dari 7 bab, 161 standar, 626 elemen penilaian ; Bab I Bab II Bab III Bab IV Bab V Bab VI Bab VII : Akses ke Pelayanan dan Kontinuitas Pelayanan (APK) : Hak Pasien dan Keluarga (HPK) : Assessmen Pasien (AP) : Pelayanan Pasien (PP) : Pelayanan Anestesi dan Bedah (PAB) : Manajemen dan Penggunaan Obat (MPO) : Pendidikan Pasien dan Keluarga (PPK) b. Kelompok Standar Manajemen Rumah Sakit terdiri dari 6 bab, 153 standar, 568 elemen penilaian ; Bab I Bab II : Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP) : Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)

18 Bab III Bab IV Bab V Bab VI : Tata Kelola, Kepemimpinan, dan Pengarahan (TKP) : Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) : Kualifikasi dan Pendidikan Staf ( KPS) : Manajemen Komunikasi dan Informasi (MKI) c. Sasaran Keselamatan Pasien Rumah Sakit terdiri 1 bab, 6 standar, 24 elemen penilaian ; Sasaran I Sasaran II Sasaran III Sasaran IV Sasaran V Sasaran VI : Ketepatan Identifikasi Pasien. : Peningkatan Komunikasi Yang Efektif. : Peningkatan Keamanan Obat Yang Perlu Diwaspadai. : Kepastian Tepat Lokasi, Tepat Prosedur, Tepat Pasien Operasi. : Pengurangan Risiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan. : Pengurangan Risiko Pasien Jatuh. d. Sasaran Menuju Millineum Development Goals terdiri dari 1 bab, 3 standar 19 elemen penilaian ; Sasaran I : Penurunan Angka Kematian Bayi Dan Peningkatan Kesehatan Ibu. Sasaran II Sasaran III : Penurunan Angka Kesakitan HIV / AIDS. : Penurunan Angka Kesakitan TB Dari 15 bab yang terdapat dalam kelompok Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 dengan total keseluruhan standar 323 dan elemen penilaian 1237, disusun kembali urutan bab berdasarkan yang utama sampai dengan terakhir, yaitu :

19 Bab I Bab II Bab III Bab IV : Sasaran Keselamatan Pasien Rumah Sakit (SKP) kelompok c : Hak Pasien dan Keluarga (HPK) kelompok a bab II. : Pendidikan Pasien dan Keluarga (PPK) kelompok a bab VII. : Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP) kelompok b bab I. Bab V : Millineum Development Goals (MDG S) kelompok d. Bab VI : Akses ke Pelayanan dan Kontinuitas Pelayanan (APK) kelompok a bab I. Bab VII Bab VIII : Assessmen Pasien (AP) kelompok a bab III. : Pelayanan Pasien (PP) kelompok a bab IV. Bab IX : Pelayanan Anestesi dan Bedah (PAB) kelompok a bab V. Bab X Bab XI : Manajemen dan Penggunaan Obat (MPO) kelompok a bab VI. : Manajemen Komunikasi dan Informasi (MKI) kelompok b bab VI. Bab XII : Kualifikasi dan Pendidikan Staf (KPS) kelompok b bab V. Bab XIII Bab XIV : Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) kelompok b bab II. : Tata Kelola, Kepemimpinan, dan Pengarahan (TKP) kelompok b bab III. Bab XV : Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) kelompok b bab IV. Ketentuan Penilaian : a. Penilaian suatu bab ditentukan oleh penilaian pencapaian (semua) standar pada bab tersebut, dan menghasilkan nilai persentase bagi bab tersebut.

20 b. Penilaian suatu standar dilaksanakan melalui penilaian terpenuhinya Elemen Penilaian (EP), menghasilkan nilai persentase bagi standar tersebut. c. Penilaian suatu Elemen Penilaian dinyatakan sebagai berikut : Tercapainya Penuh (TP) diberikan skor 10. Tercapainya Sebagian (TS) diberikan skor 5. Tidak Tercapainya (TT) diberikan skor 0. Tidak Dapat Diterapkan (TDD) tidak masuk dalam proses penilaian dan perhitungan. d. Penentuan Skor 10 (Sepuluh) Temuan tunggal negatif tidak menghalangi nilai tercapai penuh dari minimal 5 telusur pasien / pimpinan staf. Nilai 80% - 100% dari temuan atau yang dicatat dalam wawancara, observasi dan dokumen (misalnya 8 dari 10) dipenuhi. Data mundur tercapai penuh adalah sebagai berikut : a) Untuk survei awal : selama 4 bulan kebelakang. Artinya rumah sakit yang menjalani survei akreditasi untuk pertama kali diharuskan memiliki catatan balik ke belakang (track record) 4 (empat) bulan bukti sudah mematuhi standar.

21 b) Untuk survei lanjutan : selama 12 bulan kebelakang. Artinya rumah sakit yang menjalani survei ulang diharuskan dapat menunjukkan catatan balik ke belakang (track record) selama 12 (dua belas) bulan bukti mematuhi standar. e. Penentuan Skor 5 (lima) Jika 20% sampai 79% (misalnya 2 sampai 8 dari 10 dari temuan atau yang dicatat dalam wawancara, observasi dan dokumen). Bukti pelaksanaan hanya dapat ditemukan di sebagian daerah atau unit kerja yang seharusnya dilaksanakan. Regulasi tidak dilaksanakan secara penuh / lengkap. Kebijakan / proses sudah ditetapkan dan dilaksanakan tetapi tidak dapat dipertahankan. Data mundur sebagai berikut : a) Untuk survei awal : 1 3 bulan mundur. Artinya rumah sakit yang menjalani survei akreditasi untuk pertama kali diharuskan memiliki catatan balik ke belakang (track record) 1-3 bulan bukti sudah mematuhi standar. b) Untuk survei lanjutan : 5 11 bulan mundur. Artinya rumah sakit yang menjalani survei ulang diharuskan dapat menunjukkan catatan balik ke belakang (track record) selama 5 12 bulan bukti mematuhi standar.

22 f. Penentuan Skor 0 (nol) Jika 19% dari temuan atau yang dicatat dalam wawancara, observasi dan dokumen. Bukti pelaksanaan tidak dapat ditemukan di daerah / unit kerja dimana harus dilaksanakan. Regulasi tidak dilaksanakan. Kebijakan / proses tidak dilaksanakan Data mundur sebagai berikut : a) Untuk survei awal : < 1 bulan mundur. Artinya rumah sakit yang menjalani survei akreditasi untuk pertama kali diharuskan memiliki catatan balik ke belakang (track record) < 1 bulan bukti sudah mematuhi standar. b) Untuk survei lanjutan : < 5 bulan mundur. Artinya rumah sakit yang menjalani survei ulang diharuskan dapat menunjukkan catatan balik ke belakang (track record) selama < 5 bulan bukti mematuhi standar. Kelulusan : Proses akreditasi terdiri dari kegiatan survei oleh Tim Surveior dan proses pengambilan keputusan kelulusan akreditasi oleh Ketua KARS, melalui Tim Penilai Laporan Survei Akreditasi Rumah Sakit.

23 Ketentuan hasil survei : 1. Lulus akreditasi 2. Diberikan kesempatan perbaikan / resurvey / remedial 3. Tidak lulus Tingkat kelulusan dan kriterianya adalah sebagai berikut : 1. Tingkat Dasar a. Empat bab digolongkan major, nilai minimum setiap bab harus 80 (delapan puluh) % : 1) Sasaran Keselamatan Pasien Rumah Sakit (SKP) 2) Hak Pasien dan Keluarga (HPK) 3) Pendidikan Pasien dan Keluarga (PPK) 4) Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP) b. Sebelas bab digolongkan minor, nilai minimum setiap bab harus 20 (dua puluh) % : 1) Millineum Development Goal s (MDG S) 2) Akses ke Pelayanan dan Kontinuitas Pelayanan (APK) 3) Assessmen Pasien (AP) 4) Pelayanan Pasien (PP) 5) Pelayanan Anestesi dan Bedah (PAB) 6) Manajemen dan Penggunaan Obat (MPO) 7) Manajemen Komunikasi dan Informasi (MKI) 8) Kualifikasi dan Pendidikan Staf (KPS)

24 9) Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) 10) Tata Kelola, Kepemimpinan, dan Pengarahan (TKP) 11) Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) Bila nilai dari 11 (sebelas) bab lainnya ada yang diatas 60 (enam puluh) % maka rumah sakit dapat : Dilakukan remedial (re survei) 3 6 bulan lagi, pada 11 (sebelas) bab lainnya yang nilainya diatas 60 (enam puluh ) %. Bila keberatan dilakukan remedial, maka status akreditasi tingkat dasar dapat ditetapkan. 2. Tingkat Madya a. Delapan bab digolongkan major, nilai minimum setiap bab harus 80 (delapan puluh) % : 1) Sasaran Keselamatan Pasien Rumah Sakit (SKP) 2) Hak Pasien dan Keluarga (HPK) 3) Pendidikan Pasien dan Keluarga (PPK) 4) Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP) 5) Millineum Development Goal s (MDG S) 6) Akses ke Pelayanan dan Kontinuitas Pelayanan (APK) 7) Assessmen Pasien (AP) 8) Pelayanan Pasien (PP)

25 b. Tujuh bab digolongkan minor, nilai minimum setiap bab harus 20 (dua puluh) % : 1) Pelayanan Anestesi dan Bedah (PAB) 2) Manajemen dan Penggunaan Obat (MPO) 3) Manajemen Komunikasi dan Informasi (MKI) 4) Kualifikasi dan Pendidikan Staf (KPS) 5) Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) 6) Tata Kelola, Kepemimpinan, dan Pengarahan (TKP) 7) Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) Bila nilai dari 7 (tujuh) bab lainnya ada yang diatas 60 (enam puluh) % maka rumah sakit dapat : Dilakukan remedial (re survei) 3 6 bulan lagi, pada 7 (tujuh) bab lainnya yang nilainya diatas 60 (enam puluh ) %. Bila keberatan dilakukan remedial, maka status akreditasi tingkat madya dapat ditetapkan. 3. Tingkat Utama a. Dua belas bab digolongkan major, nilai minimum setiap bab harus 80 (delapan puluh) % : 1) Sasaran Keselamatan Pasien Rumah Sakit (SKP) 2) Hak Pasien dan Keluarga (HPK) 3) Pendidikan Pasien dan Keluarga (PPK)

26 4) Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP) 5) Millineum Development Goal s (MDG S) 6) Akses ke Pelayanan dan Kontinuitas Pelayanan (APK) 7) Assessmen Pasien (AP) 8) Pelayanan Pasien (PP) 9) Pelayanan Anestesi dan Bedah (PAB) 10) Manajemen dan Penggunaan Obat (MPO) 11) Manajemen Komunikasi dan Informasi (MKI) 12) Kualifikasi dan Pendidikan Staf (KPS) b. Tiga bab digolongkan minor, nilai minimum setiap bab harus 20 (dua puluh) % : 1) Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) 2) Tata Kelola, Kepemimpinan, dan Pengarahan (TKP) 3) Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) Bila nilai bab yang lainnya diatas 60 (enam puluh) % maka rumah sakit dapat mengajukan re-survei (remedial). Bila nilai dari 3 (tiga) bab lainnya ada yang diatas 60 (enam puluh) % maka rumah sakit dapat : Dilakukan remedial (re survei) 3 6 bulan lagi, pada 3 (tiga) bab lainnya yang nilainya diatas 60 (enam puluh ) %.

27 Bila keberatan dilakukan remedial, maka status akreditasi tingkat utama dapat ditetapkan. 4. Tingkat Paripurna Lima belas (semua) bab digolongkan major, nilai minimum setiap bab harus 80 (delapan puluh) % : 1) Sasaran Keselamatan Pasien Rumah Sakit (SKP) 2) Hak Pasien dan Keluarga (HPK) 3) Pendidikan Pasien dan Keluarga (PPK) 4) Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP) 5) Millineum Development Goal s (MDG S) 6) Akses ke Pelayanan dan Kontinuitas Pelayanan (APK) 7) Assessmen Pasien (AP) 8) Pelayanan Pasien (PP) 9) Pelayanan Anestesi dan Bedah (PAB) 10) Manajemen dan Penggunaan Obat (MPO) 11) Manajemen Komunikasi dan Informasi (MKI) 12) Kualifikasi dan Pendidikan Staf (KPS) 13) Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) 14) Tata Kelola, Kepemimpinan, dan Pengarahan (TKP) 15) Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK)

28 Komisi Akreditasi Rumah Sakit (2013) menyatakan rumah sakit yang mendapat status akreditasi Dasar, Madya, atau Utama, pada waktu dilakukan akreditasi ulang 3 (tiga) tahun lagi, harus terjadi peningkatan status akreditasinya dari akreditasi pertama. Rumah sakit dapat mengajukan peningkatan status akreditasi sekurangkurangnya 1 (satu) tahun setelah survei dilaksanakan. Kriteria re-survei (remedial) adalah survei yang dilakukan pada rumah sakit yang nilai pada bab-babnya minimal 60 (enam puluh) %. Untuk re-survei (remedial) mempunyai tujuan dan ketentuan yaitu : a. Tujuan dari re-survei adalah untuk perbaikan hasil survei pada rumah sakit yang mendapat sertifikat akreditasi tingkat dasar, madya dan utama. b. Ketentuan re-survei (remedial) sebagai berikut : Diajukan oleh rumah sakit dengan biaya ditanggung oleh rumah sakit. Re-survei (remedial) dapat diajukan pada bab yang nilainya diatas 60 (enam puluh) %. Re-survei (remedial) dilakukan 3 6 bulan setelah survei dilakukan. Surveior akan ditunjuk oleh KARS, jumlah surveior dan jumlah hari survei tergantung besar kecilnya rumah sakit dan banyaknya bab yang dilakukan resurvei. Kriteria Tidak lulus : 4 (empat) bab dasar dibawah 80 (delapan puluh) %

29 Dan atau ada 11 (sebelas) bab lainnya dibawah 20 (dua puluh) %. Rumah sakit dapat mengajukan akreditasi secepat-cepatnya 1 (satu) tahun, selambat-lambatnya 3 (tiga) tahun. Rumah sakit tidak diberi kesempatan remedial. Manfaat Akreditasi : a. Meningkatkan kepercayaan masyarakat bahwa rumah sakit menitik beratkan sasarannya pada keselamatan pasien dan mutu pelayanan. b. Menyediakan lingkungan kerja yang aman dan efisien sehingga staf merasa puas. c. Mendengarkan pasien dan keluarga mereka, menghormati hak-hak mereka dan melibatkan mereka sebagai mitra dalam proses pelayanan. d. Menciptakan budaya mau belajar dari laporan insiden keselamatan pasien. Membangun kepemimpinan yang mengutamakan kerjasama. Kepemimpinan ini menetapkan prioritas untuk dan demi terciptanya kepemimpinan yang berkelanjutan untuk meraih kualitas dan keselamatan pasien pada semua tingkatan (Kementerian Kesehatan, 2011). Acuan penyusunan Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2011) adalah : 1. International Principles For Healthcare Standards, A Framework of requirements for standard, 3 rd Edition December 2007, International Society for Quality in Health Care (ISQua).

30 2. Joint Commission International Accreditation Standards for Hospitals, 4 th Edition, Instrumen Akreditasi Rumah Sakit, edisi 2007, Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS). 4. Standar spesifik lainnya untuk rumah sakit. Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 berbeda dengan Standar Akreditasi Rumah Sakit International JCI dimana Sasaran Menuju Millineum Development Goal s dimasukkan dalam Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 dan Academic Medical Center Hospital Standards tidak dibahas dalam Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi Menurut Joint Commision International (2010) Standar Akreditasi Rumah Sakit International JCI yang terdiri dari : Section I Patient Centered Standards 1. International Patient Safety Goals (IPSG) 2. Access to Care and Continuity of Care (ACC) 3. Patient and Family Rights (PFR) 4. Assessment Of Patients (AOP) 5. Care Of Patients (COP) 6. Anesthesia and Surgical Care (ASC) 7. Medication Management and Use (MMU) 8. Patient and Familly Education (PFE)

31 Section II Health care Organization Management Standards 1. Quality Improvement and Patient Safety (QPS) 2. Prevention and Control of Infections (PCI) 3. Governance, Leadership, and Direction (GLD) 4. Facility Management and Safety (FMS) 5. Staff Qualifications and Education (SQE) 6. Management of Communication and Information (MCI) Section III Academic Medical Center Hospital Standards 1. Medical Profesional Education (MPE) 2. Human Subjects Research Program (HRP) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mengupayakan di Indonesia agar 7 (tujuh) rumah sakit kelas A terakreditasi internasional oleh Joint Commission International (JCI) pada tahun 2012 yaitu : Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta, Rumah Sakit Sanglah Bali, Rumah Sakit Sardjito Yogyakarta, Rumah Sakit Fatmawati Jakarta, Rumah Sakit Adam Malik Sumatera Utara, Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Makasar, dan RSPAD Gatot Subroto Jakarta. Menurut Sutoto (2013) rumah sakit pemerintah yang terakreditasi JCI adalah Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta dan Rumah Sakit Sanglah Bali, sedangkan rumah sakit swasta adalah Rumah Sakit Siloam di Karawaci - Tangerang, Rumah Sakit Eka di Bumi Serpong Damai - Tangerang, Rumah Sakit Sentosa Bandung, Rumah Sakit Bintaro Premier Tangerang, Rumah Sakit Jatinegara Jakarta.

32 Menurut Komisi Akreditasi Rumah Sakit (2014), rumah sakit rumah sakit yang telah terakreditasi Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 yaitu (1) RSUPN dr. Cipto Mangunkusomo Jakarta, (2) Rumah Sakit Premier Bintaro Tangerang, (3) Rumah Sakit Royal Progress Jakarta, (4) Rumah Sakit Premier Jatinegara Jakarta, (5) Rumah Sakit Eka Tangerang, (6) Rumah Sakit Puri Indah Pondok Indah Jakarta, (7) Rumah Sakit Santa Maria Pekan Baru, (8) Rumah Sakit Panti Nirmala Malang, (9) RSUP Fatmawati Jakarta, (10) Rumah Sakit Mata Undaan Jawa Timur Surabaya, (11) Rumah Sakit PT. Chevron Pacific Duri Riau, (12) Rumah Sakit Hermina Bekasi Jawa Barat, (13) Rumah Sakit Eka Pekan Baru, Riau, (14) Rumah Sakit RSUP. Dokter Kariadi Semarang, Jawa Tengah, (15) Rumah Sakit Omni Alam Sutera Tangerang, Banten, (16) Rumah Sakit Hermina Depok, Jawa Barat, (17) Rumah Sakit Telogorejo Semarang, Jawa Tengah, (18) Rumah Sakit Jakarta Eye Center Kedoya, Jakarta, (19) Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta, (20) Rumah Sakit Ibu dan anak Hermina Podomoro, Jakarta Utara, (21) Rumah Sakit Umum Surya Husahda Denpasar, Bali, (22) Rumah Sakit Mitra Kemayoran Jakarta, Jakarta, (23) RSUP Dokter Wahidin Sudirohusodo Makasar, Sulawesi Selatan, (24) Rumah Sakit Hermina Daan Mogot Jakarta, Jakarta, (25) RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad, Jakarta. Dalam rangka memantau kepatuhan standar akreditasi secara berkelanjutan maka satu tahun setelah survei akreditasi dilaksanakan, KARS akan menugaskan surveior verifikasi untuk melakukan verifikasi pelaksanaan perencanaan perbaikan strategis, pelaksanaan self assessment di rumah sakit dan pelaksanaan pencatatan dan

33 pelaporan insiden keselamatan pasien. Bila hasil verifikasi, rumah sakit belum melaksanakan perbaikan strategis maka KARS akan melakukan evaluasi status akreditasi rumah sakit tersebut. Dua tahun setelah pelaksanaan survei akreditasi KARS kembali menugaskan surveior verifikasi untuk melakukan verifikasi perencanaan perbaikan strategis yang belum dilaksanakan dan melihat persiapan rumah sakit untuk akreditasi ulang. (Komisi Akreditasi Rumah Sakit, 2013) Pengertian Rumah Sakit Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Undang Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009). Rumah Sakit adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan meliputi pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 129/Menkes/SK/II/2008). Hospital is an integral part of social and medical organization, the function of which is to provide for the population complete health care, both curative and preventive and whose out patient service reach out to the family and its home environment; the hospital is also a centre for the training of health workers and for biosocial research (Al-Assaf, 2009).

34 Pelayanan kesehatan paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif (Undang Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009) Sejarah Rumah Sakit Menurut Wikipedia Bahasa Indonesia (2014), dalam sejarah kuno, kepercayaan dan pengobatan berhubungan sangat erat. Salah satu contoh institusi pengobatan tertua adalah kuil Mesir. Kuil Asclepius di Yunani juga dipercaya memberikan pengobatan kepada orang sakit, yang kemudian juga diadopsi bangsa Romawi sebagai kepercayaan. Kuil Romawi untuk Aesculapius dibangun pada tahun 291 SM di tanah Tiber, Roma dengan ritus-ritus hampir sama dengan kepercayaan Yunani. Institusi yang spesifik untuk pengobatan pertama kali, ditemukan di India. Rumah Sakit Brahmanti pertama kali didirikan di Sri Lanka pada tahun 431 SM, kemudian Raja Ashoka juga mendirikan 18 Rumah Sakit di Hindustan pada 230 SM dengan dilengkapi tenaga medis dan perawat yang dibiayai anggaran kerajaan. Rumah Sakit pertama kali yang melibatkan pula konsep pengajaran pengobatan, dengan mahasiswa yang diberikan pengajaran oleh tenaga ahli, adalah Akademi Gundishapur di Kerajaan Persia. Bangsa Romawi menciptakan valetudinaria untuk pengobatan budak, gladiator, dan prajurit sekitar 100 SM. Adopsi kepercayaan kristiani turut mempengaruhi pelayanan medik disana. Konsili Nicea I pada tahun 325

35 memerintahkan pihak gereja untuk juga memberikan pelayanan kepada orang-orang miskin, sakit, janda, dan musafir. Setiap satu katedral di setiap kota harus menyediakan satu pelayanan kesehatan. Salah satu yang pertama kali mendirikan adalah Saint Sampson di Konstantinopel dan Basil, bishop of Caesarea. Bangunan ini berhubungan langsung dengan bangunan gereja, dan disediakan pula tempat terpisah untuk penderita lepra. Rumah Sakit abad pertengahan di Eropa juga mengikuti pola tersebut. Di setiap tempat peribadatan terdapat pelayanan kesehatan oleh pendeta dan suster (Frase Perancis untuk rumah sakit adalah hotel Dieu, yang berarti hostel of God. ). Namun beberapa di antaranya bisa pula terpisah dari tempat peribadatan. Ditemukan pula Rumah Sakit yang terspesialisasi untuk penderita lepra, kaum miskin, atau musafir. Rumah Sakit dalam sejarah Islam memperkenalkan standar pengobatan yang tinggi pada abad 8 hingga 12. Rumah Sakit pertama dibangun pada abad 9 hingga 10 mempekerjakan 25 staf pengobatan dan perlakuan pengobatan berbeda untuk penyakit yang berbeda pula. Rumah Sakit yang didanai pemerintah muncul pula dalam sejarah Tiongkok pada awal abad 10. Perubahan rumah sakit menjadi lebih sekuler di Eropa terjadi pada abad 16 hingga 17. Tetapi baru pada abad 18 rumah sakit modern pertama dibangun dengan hanya menyediakan pelayanan dan pembedahan medis. Inggris pertama kali memperkenalkan konsep ini. Guy s Hospital didirikan di London pada 1724 atas permintaan seorang saudagar kaya Thomas Guy. Rumah Sakit yang dibiayai swasta

36 seperti ini kemudian menjamur di seluruh Inggris Raya. Di koloni Inggris di Amerika kemudian berdiri Pensylvania General Hospital di Philadelphia pada tahun 1751 setelah terkumpul sumbangan 2,000. Di Eropa Daratan biasanya rumah sakit dibiayai dana publik. Namun secara umum pada pertengahan abad 19 hampir seluruh negara di Eropa dan Amerika Utara telah memiliki keberagaman rumah sakit Rumah Sakit dan Perkembangannya di Indonesia Sejarah perkembangan rumah sakit di Indonesia pertama sekali didirikan oleh VOC tahun 1626 dan kemudian juga oleh tentara Inggris pada zaman Raffles terutama ditujukan untuk melayani anggota militer beserta keluarganya secara gratis. Jika masyarakat pribumi memerlukan pertolongan, kepada mereka juga diberikan pelayanan gratis. Hal ini berlanjut dengan rumah sakit-rumah sakit yang didirikan oleh kelompok agama. Sikap karitatif ini juga diteruskan oleh rumah sakit Centrale Burgelijke Ziekenhuis di Jakarta. Rumah Sakit ini juga tidak memungut bayaran pada orang miskin dan gelandangan yang memerlukan pertolongan. Semua ini telah menanamkan kesan yang mendalam di kalangan masyarakat pribumi bahwa pelayanan penyembuhan di rumah sakit adalah gratis. Mereka tidak mengetahui bahwa sejak jaman VOC, orang Eropa yang berobat di rumah sakit VOC (kecuali tentara dan keluarganya) ditarik bayaran termasuk pegawai VOC (Wikipedia Bahasa Indonesia, 2014).

37 2.8. Asas dan Tujuan Rumah Sakit Rumah Sakit diselenggarakan berasaskan Pancasila dan didasarkan kepada nilai kemanusiaan, etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak dan anti diskriminasi, pemerataan, perlindungan dan keselamatan pasien, serta mempunyai fungsi sosial (Undang Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009) Tugas dan Fungsi Rumah Sakit Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. Untuk menjalankan tugas, Rumah Sakit mempunyai fungsi (Undang Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009) : a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit; b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis; c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan; dan d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

38 2.10. Jenis dan Klasifikasi Rumah Sakit Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, jenis pelayanan rumah sakit dibagi atas : a. Rumah Sakit Umum Memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. b. Rumah Sakit Khusus Memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya. Berdasarkan pengelolaannya rumah sakit dibagi atas : a. Rumah Sakit Publik dikelola oleh pemerintah, Pemerintah Daerah dan badan hukum yang bersifat nirlaba. b. Rumah Sakit Privat dikelola oleh badan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk Perseroan Terbatas atau Persero. Berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanannya rumah sakit diklasifikasi atas Rumah Sakit Umum kelas A sampai dengan kelas D dan Rumah Sakit Khusus kelas A sampai dengan kelas C Kewajiban dan Hak Rumah Sakit Setiap rumah sakit mempunyai kewajiban : a. Memberikan informasi yang benar tentang pelayanan rumah sakit kepada masyarakat;

39 b. Memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, anti diskriminasi, dan efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit; c. Memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan kemampuan pelayanannya; d. Berperan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan pada bencana, sesuai dengan kemampuan pelayanannya; e. Menyediakan sarana dan pelayanan bagi masyarakat tidak mampu atau miskin; f. Melaksanakan fungsi sosial antara lain dengan memberikan fasilitas pelayanan pasien tidak mampu / miskin, pelayanan gawat darurat tanpa uang muka, ambulan gratis, pelayanan korban bencana dan kejadian luar biasa, atau bakti sosial bagi misi kemanusiaan; g. Membuat, melaksanakan, dan menjaga standar mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit sebagai acuan dalam melayani pasien; h. Menyelenggarakan rekam medik; i. Menyediakan sarana dan prasarana umum yang layak antara lain sarana ibadah, parkir, ruang tunggu, sarana untuk orang cacat, wanita menyusui, anak-anak, lanjut usia; j. Melaksanakan sistem rujukan; k. Menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar profesi dan etika serta peraturan perundang-undangan;

40 l. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai hak dan kewajiban pasien; m. Menghormati dan melindungi hak-hak pasien; n. Melaksanakan etika rumah sakit; o. Memiliki sistem pencegahan kecelakaan dan penanggulangan bencana; p. Melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan baik secara regional maupun nasional; q. Membuat daftar tenaga medis yang melakukan praktek kedokteran atau kedokteran gigi dan tenaga kesehatan lainnya; r. Menyusun dan melaksanakan peratuan internal rumah sakit (hospital bylaws); s. Melindungi dan memberikan bantuan hukum bagi semua petugas rumah sakit dalam melaksanakan tugas; dan t. Memberlakukan seluruh lingkungan rumah sakit sebagai kawasan tanpa rokok (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009). Setiap Rumah Sakit mempunyai hak : a. Menentukan jumlah, jenis dan klasifikasi sumber daya manusia sesuai dengan klasifikasi rumah sakit; b. Menerima imbalan jasa pelayanan serta menentukan remunerasi, insentif, dan penghargaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; c. Melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam rangka mengembangkan pelayanan;

41 d. Menerima bantuan dari pihak lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan; e. Menggugat pihak yang mengakibatkan kerugian; f. Mendapatkan perlindungan hukum dalam melaksanakan pelayanan kesehatan; g. Mempromosikan layanan kesehatan yang ada di rumah sakit sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan h. Mendapatkan insentif pajak bagi rumah sakit publik dan rumah sakit yang ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009) Implementasi Kebijakan Kebijakan publik adalah keputusan yang dibuat negara, khususnya pemerintah, sebagai strategi untuk merealisasikan tujuan negara yang bersangkutan (Nugroho, 2012). Kebijakan rumah sakit adalah penetapan Direktur / Pimpinan rumah sakit pada tataran strategis atau bersifat garis besar yang mengikat. Kebijakan bersifat garis besar maka untuk penerapan kebijakan tersebut disusun pedoman / panduan dan prosedur sehingga ada kejelasan langkah-langkah untuk melaksanakan kebijakan tersebut (Komisi Akreditasi Rumah Sakit, 2012). Kebijakan publik paling tidak mengandung tiga komponen dasar, yaitu : (1) tujuan yang hendak dicapai, (2) sasaran yang memenuhi specific, measurable, aggressive but attainable, result oriented dan time bound, (3) cara mencapai sasaran

42 tersebut. Cara mencapai sasaran inilah yang sering disebut dengan implementasi, yang biasanya diterjemahkan ke dalam program-program, ke proyek dan ke kegiatan. Aktivitas implementasi ini biasanya terkandung di dalamnya : siapa yang terlibat dalam implementasi kebijakan? apa yang mereka kerjakan? apa dampak dari isi kebijakan? (Nugroho, 2012). Menurut Nugroho (2012), bahwa implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya. Tidak lebih dan tidak kurang. Dengan demikian bahwa tujuan kebijakan pada prinsipnya adalah melakukan intervensi. Untuk mengimplementasikan kebijakan publik, ada dua pilihan langkah yang ada, yaitu langsung mengimplementasikan dalam bentuk program atau melalui formulasi kebijakan derivat atau turunan dari kebijakan publik tersebut. Paparan sekuensi implementasi kebijakan publik yaitu kebijakan publik dalam bentuk undang-undang atau Perda adalah jenis kebijakan publik yang memerlukan kebijakan publik penjelas atau yang sering diistilahkan sebagai peraturan pelaksanaan. Kebijakan publik yang bisa langsung operasional antara lain Keputusan Presiden, Instruksi Presiden, Keputusan Menteri, Keputusan Kepala Daerah, Keputusan Kepala Dinas dan lain-lain kemudian dimulai dari program, ke proyek, ke kegiatan dan dirasakan oleh pemanfaat (beneficiaries). Persentase keberhasilan kebijakan terdiri dari 20% rencana, 60% implementasi dan 20 % sisanya adalah bagaimana kita mengendalikan implementasi. Implementasi kebijakan adalah hal yang paling berat, karena masalah-masalah yang

KEBIJAKAN AKREDITASI RUMAH SAKIT DI INDONESIA DARI BERBAGAI SUMBER

KEBIJAKAN AKREDITASI RUMAH SAKIT DI INDONESIA DARI BERBAGAI SUMBER KEBIJAKAN AKREDITASI RUMAH SAKIT DI INDONESIA DARI BERBAGAI SUMBER PELAYANAN KESEHATAN BERMUTU WAJIB AKREDITASI TANTANGAN MASA DEPAN FASILITAS KESEHATAN DI INDONESIA Globalisasi ( Asean Framework Agreement

Lebih terperinci

STANDAR AKREDITASI VERSI 2012 DAN CARA PENILAIANNYA. Dr.dr.Sutoto,M.Kes**

STANDAR AKREDITASI VERSI 2012 DAN CARA PENILAIANNYA. Dr.dr.Sutoto,M.Kes** STANDAR AKREDITASI VERSI 2012 DAN CARA PENILAIANNYA Dr.dr.Sutoto,M.Kes** Curiculum Vitae: Dr.dr.Sutoto,MKes Tempat/Tgl lahir :Purwokerto, 21 Juli 1952 JABATAN SEKARANG: 1. Ketua KARS Th 2011-2014 2. Ketua

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki tujuan yang berbeda-beda dan diperlukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki tujuan yang berbeda-beda dan diperlukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Setiap organisasi memiliki tujuan yang berbeda-beda dan diperlukan strategi untuk mencapai tujuan tersebut. Untuk mengukur ketercapaian tujuan suatu organisasi diperlukan

Lebih terperinci

Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Konsep Akreditasi Pelayanan Kesehatan

Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Konsep Akreditasi Pelayanan Kesehatan Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan Konsep Akreditasi Pelayanan Kesehatan 1. Pengertian dan konsep akreditasi a. Pengertian Umum Akreditasi merupakan bentuk pengakuan yang diberikan oleh pemerintah untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kepada masyarakat dalam lingkup lokal maupun internasional.

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kepada masyarakat dalam lingkup lokal maupun internasional. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan haruslah memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam lingkup lokal maupun internasional. Berdasarkan hal tersebut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagian masyarakat menyatakan bahwa mutu pelayanan rumah sakit di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sebagian masyarakat menyatakan bahwa mutu pelayanan rumah sakit di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mutu pelayanan RS adalah suatu topik yang senantiasa merupakan isu yang hampir selalu hangat dibahas pada berbagai seminar di media massa. Bahkan sebagian masyarakat

Lebih terperinci

Pengalaman RSUP Dr. Sardjito dalam Pengorganisasian Tim Akreditasi. Sri Mulatsih RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta 2012

Pengalaman RSUP Dr. Sardjito dalam Pengorganisasian Tim Akreditasi. Sri Mulatsih RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta 2012 Pengalaman RSUP Dr. Sardjito dalam Pengorganisasian Tim Akreditasi Sri Mulatsih RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta 2012 Out line Latar Belakang Penyusunan Tim Akreditasi JCI Penyusunan Road Map Workshop Penyusunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tingginya tingkat pendidikan dan kesejahteraan masyarakat, maka tuntutan

BAB 1 PENDAHULUAN. tingginya tingkat pendidikan dan kesejahteraan masyarakat, maka tuntutan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit, berbagai upaya telah dilakukan oleh pemangku kepentingan pemberi pelayanan kesehatan. Semakin tingginya tingkat

Lebih terperinci

BERKAS PERMOHONAN SURVEI AKREDITASI RUMAH SAKIT

BERKAS PERMOHONAN SURVEI AKREDITASI RUMAH SAKIT KOMISI AKREDITASI RUMAH SAKIT (KARS) BERKAS PERMOHONAN SURVEI AKREDITASI RUMAH SAKIT Berlaku sejak permohonan survei akreditasi 1 Juni 2012 KOMISI AKREDITASI RUMAH SAKIT (KARS) Sekretariat : D/A Gedung

Lebih terperinci

JCI - HEALTHCARE ORGANIZATION MANAGEMENT STANDARDS

JCI - HEALTHCARE ORGANIZATION MANAGEMENT STANDARDS JCI - HEALTHCARE ORGANIZATION MANAGEMENT STANDARDS HEALTHCARE ORGANIZATION MANAGEMENT STANDARDS QPS PCI GLD FMS SQE MCI Quality Improvement & Patient Safety Prevention & Control Of Infection Governance,

Lebih terperinci

PENGANTAR AKREDITASI PROGRAM KHUSUS KARS

PENGANTAR AKREDITASI PROGRAM KHUSUS KARS PENGANTAR AKREDITASI PROGRAM KHUSUS KARS BEDA PENDAPAT ANTARA SURVEIOR DENGAN RS/SURVEIOR Beda secara signifikan: standar jumlah apoteker di RS ( bila kurang, pengaruhnya terhadap mutu pelayanan farmasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2009 NOMOR 19 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN RUMAH SAKIT WALIKOTA BOGOR,

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2009 NOMOR 19 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN RUMAH SAKIT WALIKOTA BOGOR, BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2009 NOMOR 19 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN RUMAH SAKIT WALIKOTA BOGOR, Menimbang : Mengingat a. bahwa rumah sakit merupakan

Lebih terperinci

Hari Menuju Survei Verifikasi KARS II

Hari Menuju Survei Verifikasi KARS II Hari Menuju Survei Verifikasi KARS II Tanggal 14 15 Agustus 2017 Dr. Hervita Diatri, Sp.KJ(K) Komite Mutu, Keselamatan, dan Kinerja Dr. Djoti Atmodjo, Sp.A Dr. Liliek Marliana, MM Dr. C. Prabani, Sp.B

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan dengan memberdayakan berbagai kesatuan personil terlatih dan terdidik

Lebih terperinci

Hospital Public Training Schedule

Hospital Public Training Schedule Hospital Public Training Schedule 2016 w www.trainingrumahsakit.com No Public Training Investasi Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Okt Nov Des A 1 2 Sistem & Standarisasi Pengenalan Tahapan Awal Menuju

Lebih terperinci

KIAT MEMPERSIAPKAN RUMAH SAKIT MENYONGSONG AKREDITASI BERSTANDAR INTERNASIONAL*

KIAT MEMPERSIAPKAN RUMAH SAKIT MENYONGSONG AKREDITASI BERSTANDAR INTERNASIONAL* KIAT MEMPERSIAPKAN RUMAH SAKIT MENYONGSONG AKREDITASI BERSTANDAR INTERNASIONAL* Dr.dr.Sutoto,M.Kes** *Disampaikan Pada Konggres ke XII PERSI, Seminar Tahunan Patient Safety, dan Hospital Expo ke XXV,Jakarta.

Lebih terperinci

Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke Joint Commission International

Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke Joint Commission International Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- 4 Joint Commission International Salah satu divisi dari Joint Commission Resources, Inc. Misi Joint Commission International adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TELAAH PUSTAKA 1. Rumah Sakit a. Pengertian Rumah Sakit Rumah sakit merupakan salah satu subsistem pelayanan kesehatan menyelenggarakan dua jenis pelayanan untuk masyarakat yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. 1. keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. 1. keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paradigma yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan

Lebih terperinci

LAPORAN PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN DAN SEMINAR NASIONAL III AKREDITASI RUMAH SAKIT 8 9 AGUSTUS 2017

LAPORAN PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN DAN SEMINAR NASIONAL III AKREDITASI RUMAH SAKIT 8 9 AGUSTUS 2017 LAPORAN PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN DAN SEMINAR NASIONAL III AKREDITASI RUMAH SAKIT 8 9 AGUSTUS 2017 OLEH Dr. ROKIAH KUSUMAPRADJA, MHA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL 2017 Pendahuluan

Lebih terperinci

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan I. Latar Belakang Beberapa pertimbangan dikeluarkannya Permenkes ini diantaranya, bahwa penyelenggaraan Pusat Kesehatan Masyarakat perlu ditata ulang untuk meningkatkan aksesibilitas, keterjangkauan, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

BAB I PENDAHULUAN. orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangungan kesehatan secara menyeluruh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam Undang-

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam Undang- BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang harus diwujudkan dengan upaya peningkatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. rawat jalan dan gawat darurat (Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. rawat jalan dan gawat darurat (Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit adalah pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2009 TENTANG RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2009 TENTANG RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2009 TENTANG RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang

Lebih terperinci

PROGRAM PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN RSUD PASAR REBO

PROGRAM PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN RSUD PASAR REBO PROGRAM PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN RSUD PASAR REBO I. PENDAHULUAN Pelayanan kesehatan merupakan rangkaian kegiatan yang mengandung risiko karena menyangkut keselamatan tubuh dan nyawa seseorang.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kinerja adalah penampilan hasil karya personil baik kuantitas maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. Kinerja adalah penampilan hasil karya personil baik kuantitas maupun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kinerja adalah penampilan hasil karya personil baik kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi. Kinerja dapat merupakan penampilan individu maupun kelompok kerja

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA STANDAR PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA STANDAR PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA STANDAR PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Di masa yang lampau sistem kesehatan lebih banyak berorientasi pada penyakit, yaitu hanya

Lebih terperinci

Manajemen dan Pengendalian Mutu Pelayanan Kebidanan

Manajemen dan Pengendalian Mutu Pelayanan Kebidanan Manajemen dan Pengendalian Mutu Pelayanan Kebidanan PENCAPAIAN STATUS KESEHATAN Yang dilaporkan Menkes ke Presiden SBY 20 Februari 2008 NO INDIKATOR Pencapaian Sasaran 2004 2005 2006 2007 2009 1 IMR 30,8

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pentingnya kesehatan sebagai hak azasi manusia. Sehat merupakan kebutuhan dasar

BAB 1 PENDAHULUAN. pentingnya kesehatan sebagai hak azasi manusia. Sehat merupakan kebutuhan dasar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945 menekankan pentingnya kesehatan sebagai hak azasi manusia. Sehat merupakan kebutuhan dasar manusia untuk dapat melakukan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.413, 2012 KEMENTERIAN KESEHATAN. Akreditasi. Rumah Sakit. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 012 TAHUN 2012 TENTANG AKREDITASI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT

Lebih terperinci

PHARMACIST CREDENSIALS IN THE INDONESIAN NATIONAL ACCREDITATION STANDARD 2012 VERSION

PHARMACIST CREDENSIALS IN THE INDONESIAN NATIONAL ACCREDITATION STANDARD 2012 VERSION PHARMACIST CREDENSIALS IN THE INDONESIAN NATIONAL ACCREDITATION STANDARD 2012 VERSION Dr.dr.Sutoto,M.Kes KARS CURICULUM VITAE: DR.Dr.Sutoto,M.Kes Ketua Eksekutif KARS (Komisi Akreditasi Rumah Sakit Seluruh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelanggan terbagi menjadi dua jenis, yaitu: fungsi atau pemakaian suatu produk. atribut yang bersifat tidak berwujud.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelanggan terbagi menjadi dua jenis, yaitu: fungsi atau pemakaian suatu produk. atribut yang bersifat tidak berwujud. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Kepuasan Konsumen Kepuasan konsumen berarti bahwa kinerja suatu barang atau jasa sekurang kurangnya sama dengan apa yang diharapkan (Kotler & Amstrong, 1997).

Lebih terperinci

TATA KELOLA, KEPEMIMPINAN DAN PENGARAHAN (TKP) > 80% Terpenuhi 20-79% Terpenuhi sebagian < 20% Tidak terpenuhi

TATA KELOLA, KEPEMIMPINAN DAN PENGARAHAN (TKP) > 80% Terpenuhi 20-79% Terpenuhi sebagian < 20% Tidak terpenuhi STANDAR, MAKSUD DAN TUJUAN, ELEMEN PENILAIAN TATA KELOLA TATA KELOLA, KEPEMIMPINAN DAN PENGARAHAN (TKP) > 8% Terpenuhi 2-79% Terpenuhi sebagian < 2% Tidak terpenuhi Standar TKP. 1 Tanggung jawab dan akuntabilitas

Lebih terperinci

Akreditasi RS. Stella Maris Tahun Yos Immanuel J., SKM, M.Kes.

Akreditasi RS. Stella Maris Tahun Yos Immanuel J., SKM, M.Kes. RS. Stella Maris Tahun 2015 Yos Immanuel J., SKM, M.Kes. Dokumen Unit Kerja Kebijakan pelayanan Pedoman pengorganisasian Pedoman Pelayanan SPO Program Kerja (Tahunan) Bukti Program Laporan Bulanan Rapat

Lebih terperinci

Hospital Public Training Schedule

Hospital Public Training Schedule Hospital Public Training Schedule 2017 www.trainingrumahsakit.com No Public Training Investasi Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Okt Nov Des A Persyaratan Standar Akreditasi 1 Implementasi Pencegahan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT

GUBERNUR SUMATERA BARAT GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG PENGATURAN INTERNAL (HOSPITAL BY LAWS) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SOLOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.383, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHAN. Peralatan Kesehatan. Rumah Sakit. Tingkat III. Standardisasi. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit (RS) merupakan salah satu pelayanan kesehatan yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit (RS) merupakan salah satu pelayanan kesehatan yang bertujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit (RS) merupakan salah satu pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk mengobati dan menyembuhkan pasien dari penyakit. Dalam menjalankan tujuannya, rumah sakit

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Untuk menjalankan tugas sebagaimana dimaksud, Rumah Sakit mempunyai. dengan standart pelayanan Rumah Sakit.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Untuk menjalankan tugas sebagaimana dimaksud, Rumah Sakit mempunyai. dengan standart pelayanan Rumah Sakit. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rumah Sakit Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna, yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat

Lebih terperinci

PERUBAHAN PARADIGMA DALAM AKREDITASI VERSI 2012 UNTUK SURVEIOR* DR.Dr.Sutoto,M.Kes

PERUBAHAN PARADIGMA DALAM AKREDITASI VERSI 2012 UNTUK SURVEIOR* DR.Dr.Sutoto,M.Kes PERUBAHAN PARADIGMA DALAM AKREDITASI VERSI 2012 UNTUK SURVEIOR* DR.Dr.Sutoto,M.Kes Curiculum Vitae: Dr.dr.Sutoto,MKes Tempat/Tgl lahir :Purwokerto, 21 Juli 1952 JABATAN SEKARANG: 1. Ketua umum PERSI Th

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. spesialis, subspesialis yang mempunyai fungsi utama yang menyediakan dan. efektif, sehingga masyarakat tidak merasa di kecewakan.

BAB I PENDAHULUAN. spesialis, subspesialis yang mempunyai fungsi utama yang menyediakan dan. efektif, sehingga masyarakat tidak merasa di kecewakan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem Kesehatan Nasional merupakan bagian dari pembangunan Nasional yang di tunjukan untuk meningkatkan kecerdasan dan taraf kesehatan bangsa.dalam sistem kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat, maka syarat mutu makin bertambah penting. Hal tersebut mudah saja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat, maka syarat mutu makin bertambah penting. Hal tersebut mudah saja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin majunya ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang kesehatan, serta makin baiknya tingkat pendidikan serta keadaan sosial ekonomi masyarakat, maka syarat mutu

Lebih terperinci

MISI MENJADI RUMAH SAKIT BERSTANDAR KELAS DUNIA PILIHAN MASYARAKAT KEPUASAN DAN KESELAMATAN PASIEN ADALAH TUJUAN KAMI

MISI MENJADI RUMAH SAKIT BERSTANDAR KELAS DUNIA PILIHAN MASYARAKAT KEPUASAN DAN KESELAMATAN PASIEN ADALAH TUJUAN KAMI MISI MENJADI RUMAH SAKIT BERSTANDAR KELAS DUNIA PILIHAN MASYARAKAT 1. Mewujudkan kualitas pelayanan paripurna yang prima dengan mengutamakan keselamatan pasien dan berfokus pada kepuasan pelanggan. 2.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. akibat dari kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya setelah pasien

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. akibat dari kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya setelah pasien BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Kepuasan 1.1 Defenisi Kepuasan Pasien Kepuasan pasien adalah suatu tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai akibat dari kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya setelah

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muncul. Konsep tersebut adalah : akses, biaya dan mutu. Tentu saja akses

BAB I PENDAHULUAN. muncul. Konsep tersebut adalah : akses, biaya dan mutu. Tentu saja akses BAB I PENDAHULUAN Tiap saat masalah layanan kesehatan didiskusikan, tiga konsep selalu muncul. Konsep tersebut adalah : akses, biaya dan mutu. Tentu saja akses mencakup akses fisik, kreuangan, mental atau

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2014 TENTANG KEWAJIBAN RUMAH SAKIT DAN KEWAJIBAN PASIEN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2014 TENTANG KEWAJIBAN RUMAH SAKIT DAN KEWAJIBAN PASIEN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2014 TENTANG KEWAJIBAN RUMAH SAKIT DAN KEWAJIBAN PASIEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

JCI - PATIENT CENTERED STANDARDS

JCI - PATIENT CENTERED STANDARDS JCI - PATIENT CENTERED STANDARDS PATIENT CENTERED STANDARDS IPSG ACC PFR AOP COP ASC MMU PFE International Patient Safety Goals Access to Care and Continuity of Care Patient and Family Rights Assessment

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan pasien adalah suatu perasaan pasien yang timbul akibat kinerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan pasien adalah suatu perasaan pasien yang timbul akibat kinerja BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepuasan Pasien Kepuasan pasien adalah suatu perasaan pasien yang timbul akibat kinerja layanan kesehatan yang diterima setelah pasien membandingkannya dengan apa yang diharapkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. organisasi lainnya. Rumah sakit dituntut untuk mengembangkan pelayanan prima

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. organisasi lainnya. Rumah sakit dituntut untuk mengembangkan pelayanan prima BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan salah satu organisasi jasa yang berbeda dengan organisasi lainnya. Rumah sakit dituntut untuk mengembangkan pelayanan prima agar dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Setiap orang melakukan berbagai cara untuk memperoleh kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Setiap orang melakukan berbagai cara untuk memperoleh kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Aspek yang sangat penting dalam kehidupan manusia antara lain adalah kesehatan. Setiap orang melakukan berbagai cara untuk memperoleh kesehatan yang prima. Seseorang

Lebih terperinci

Kebijakan Pemerintah Dalam Bidang Pelayanan Medik. dr. Supriyantoro,Sp.P, MARS

Kebijakan Pemerintah Dalam Bidang Pelayanan Medik. dr. Supriyantoro,Sp.P, MARS Kebijakan Pemerintah Dalam Bidang Pelayanan Medik dr. Supriyantoro,Sp.P, MARS 1 UPAYA DITJEN BINA UPAYA KESEHATAN DALAM PENINGKATAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN I. PENGEMBANGAN INSTITUSI 1. Klasifikasi dan

Lebih terperinci

Curriculum Vitae. Pusat PPNI

Curriculum Vitae. Pusat PPNI 1 Curriculum Vitae Nama Pekerjaan : Dr. Mustikasari, SKp., MARS : Staf Pengajar Fakultas Ilmu Keperawatan-UI Tempat, tgl lahir : Surabaya, 14 Nopember 1970 Alamat rumah : Jl. Pemuda No. 93B Depok 16431

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya mutu pelayanan dengan berbagai kosekuensinya. Hal ini juga yang harus dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya mutu pelayanan dengan berbagai kosekuensinya. Hal ini juga yang harus dihadapi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi pada era globalisasi khususnya pada bidang kesehatan, mendorong pelayanan kesehatan untuk terus berupaya meningkatnya

Lebih terperinci

STANDAR AKREDITASI BARU RUMAH SAKIT INDONESIA. KOMISI AKREDITASI RUMAH SAKIT JohanTSaleh

STANDAR AKREDITASI BARU RUMAH SAKIT INDONESIA. KOMISI AKREDITASI RUMAH SAKIT JohanTSaleh STANDAR AKREDITASI BARU RUMAH SAKIT INDONESIA KOMISI AKREDITASI RUMAH SAKIT JohanTSaleh 1 PENDAHULUAN Beberapa Model Evaluasi Eksternal Mutu YanKes: 1. Akreditasi 2. ISO 3. Malcolm Baldridge 4. EFQM (Europian

Lebih terperinci

Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan.

Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan. Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan. Dr. Kuntjoro Adi Purjanto, M.Kes Sekretaris Ditjen Bina Upaya Kesehatan kementerian kesehatan republik indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan sebuah teori yang disebut dengan Zoon Politicon. Teori

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan sebuah teori yang disebut dengan Zoon Politicon. Teori 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada zaman Yunani kuno, seorang filsuf bernama Aristoteles mengungkapkan sebuah teori yang disebut dengan Zoon Politicon. Teori tersebut mengatakan bahwa manusia

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEORITIS

BAB III TINJAUAN TEORITIS BAB III TINJAUAN TEORITIS A. Tinjauan Umum Tentang Jaminan Sosial 1. Hukum Kesehatan Kesehatan merupakan hak asasi manusia, artinya, setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara profesional dan aman seperti dalam UU Praktik Kedokteran Pasal

BAB I PENDAHULUAN. secara profesional dan aman seperti dalam UU Praktik Kedokteran Pasal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah suatu organisasi yang melalui tenaga medis profesional yang terorganisir serta sarana kedokteran yang permanen menyelenggarakan pelayanan kedokteran,

Lebih terperinci

dr. H R Dedi Kuswenda, MKes Direktur Bina Upaya Kesehatan Dasar Ditjen Bina Upaya Kesehatan

dr. H R Dedi Kuswenda, MKes Direktur Bina Upaya Kesehatan Dasar Ditjen Bina Upaya Kesehatan dr. H R Dedi Kuswenda, MKes Direktur Bina Upaya Kesehatan Dasar Ditjen Bina Upaya Kesehatan Dasar Hukum Pengertian Akreditasi Maksud dan Tujuan Akreditasi Proses Akreditasi Undang-Undang Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan (preventif) untuk meningkatkan kualitas hidup serta memberikan

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan (preventif) untuk meningkatkan kualitas hidup serta memberikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini masalah kesehatan telah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat. Dengan meningkatnya taraf hidup masyarakat, maka semakin meningkat pula tuntutan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia industri kesehatan terdiri dari beberapa jenis yaitu pelayanan klinik, puskesmas, dan rumah sakit.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia industri kesehatan terdiri dari beberapa jenis yaitu pelayanan klinik, puskesmas, dan rumah sakit. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia industri kesehatan terdiri dari beberapa jenis yaitu pelayanan klinik, puskesmas, dan rumah sakit. Pelayanan di industri kesehatan sangat perlu diperhatikan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2006 NOMOR 3 SERI D

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2006 NOMOR 3 SERI D LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2006 NOMOR 3 SERI D PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Salah satu indikator keberhasilan dalam pelayanan rumah sakit adalah rendahnya angka infeksi atau Healthcare Associated Infections (HAIs) di rumah

Salah satu indikator keberhasilan dalam pelayanan rumah sakit adalah rendahnya angka infeksi atau Healthcare Associated Infections (HAIs) di rumah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan salah satu mata rantai pelayanan kesehatan yang mempunyai fungsi utama sebagai tempat penyembuhan dan pemulihan penderita. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Masalah kesehatan telah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat saat ini.

BAB I. PENDAHULUAN. Masalah kesehatan telah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat saat ini. BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan telah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat saat ini. Dengan meningkatnya status perekonomian masyarakat, kemudahan komunikasi serta peningkatan

Lebih terperinci

MODUL KULIAH MANAJEMEN INDUSTRI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9000

MODUL KULIAH MANAJEMEN INDUSTRI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9000 MODUL KULIAH MANAJEMEN INDUSTRI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9000 Oleh : Muhamad Ali, M.T JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TAHUN 2011 MODUL IX SISTEM MANAJEMEN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SEMARANG Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG,

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGORGANISASIAN KOMITE KEPERAWATAN

PEDOMAN PENGORGANISASIAN KOMITE KEPERAWATAN PEDOMAN PENGORGANISASIAN KOMITE KEPERAWATAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SEMARANG SURAT KEPUTUSAN No.../.../.../.../2015 TENTANG PEDOMAN PENGORGANISASIAN DAN PELAYANAN KOMITE KEPERAWATAN DIREKTUR RUMAH

Lebih terperinci

PANDUAN UPAYA PENINGKATAN MUTU PELAYANAN RUMAH SAKIT ROYAL PROGRESS

PANDUAN UPAYA PENINGKATAN MUTU PELAYANAN RUMAH SAKIT ROYAL PROGRESS PANDUAN UPAYA PENINGKATAN MUTU PELAYANAN RUMAH SAKIT ROYAL PROGRESS BAB I PENDAHULUAN Tujuan Pembangunan Kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah Institusi pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

2 Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-Undang tentang

2 Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-Undang tentang No.307, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEHATAN. Keperawatan. Pelayanan. Praktik. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5612) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu bentuk organisasi yang bergerak dalam bidang jasa pelayanan kesehatan. Berdasarkan Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit

Lebih terperinci

Prospek Implementasi UU SJSN dan UU BPJS Dalam Perlindungan Konsumen

Prospek Implementasi UU SJSN dan UU BPJS Dalam Perlindungan Konsumen Prospek Implementasi UU SJSN dan UU BPJS Dalam Perlindungan Konsumen Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) Tini Hadad Ketua Disampaikan Pada Seminar Tahunan VI Patient Safety Perhimpunan Rumah Sakit

Lebih terperinci

G U B E R N U R J A M B I

G U B E R N U R J A M B I G U B E R N U R J A M B I PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya

BAB I PENDAHULUAN. orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesehatan merupakan salah satu indikator suksesnya pembangunan suatu bangsa sehingga diperlukan adanya suatu upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Pembangunan

Lebih terperinci

PANDUAN PENUNTUN SURVEI AKREDITASI UNTUK BAB PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN ====================================== ==========================

PANDUAN PENUNTUN SURVEI AKREDITASI UNTUK BAB PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN ====================================== ========================== PANDUAN PENUNTUN SURVEI AKREDITASI UNTUK BAB PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN ====================================== ========================== I. STANDAR PMKP A. KEPEMIMPINAN DAN PERENCANAAN 1.

Lebih terperinci

PROGRAM PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT AR BUNDA PRABUMULIH TAHUN 2017

PROGRAM PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT AR BUNDA PRABUMULIH TAHUN 2017 PROGRAM PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT AR BUNDA PRABUMULIH TAHUN 2017 I. PENDAHULUAN Rumah Sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi Rumah Sakit 2.1.1 Sistem Sistem adalah gabungan dari elemen-elemen yang saling dihubungkan dengan suatu proses atau struktur dan berfungsi sebagai satu kesatuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya (Depkes RI, 2009)

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya (Depkes RI, 2009) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan,

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PADA RUMAH SAKIT INDERA PROVINSI BALI

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PADA RUMAH SAKIT INDERA PROVINSI BALI GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PADA RUMAH SAKIT INDERA PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. Standar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Mutu Pelayanan 1. Pengertian mutu pelayanan Pengertian mutu pelayanan kesehatan bersifat multi dimensional yaitu mutu menurut pemakai pelayanan kesehatan dan menurut penyelenggara

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2009 TENTANG RUMAH SAKIT

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2009 TENTANG RUMAH SAKIT PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2009 TENTANG RUMAH SAKIT I. UMUM Cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. investasi dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. investasi dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pembangunan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan sebagai salah satu pembangunan nasional merupakan investasi dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pembangunan kesehatan diselenggarakan

Lebih terperinci

Jenis Jenis Indikator Mutu Rumah Sakit: Haruskah RS Memiliki Semua

Jenis Jenis Indikator Mutu Rumah Sakit: Haruskah RS Memiliki Semua Jenis Jenis Indikator Mutu Rumah Sakit: Haruskah RS Memiliki Semua Indikator Mutu RS? dr. Hanevi Djasri, MARS Kompartemen Mutu, Pengurus Pusat PERSI hanevi_pmpk@yahoo.com www.mutupelayanankesehatan.net

Lebih terperinci

PENGANTAR AKREDITASI PROGRAM KHUSUS KARS

PENGANTAR AKREDITASI PROGRAM KHUSUS KARS PENGANTAR AKREDITASI PROGRAM KHUSUS KARS TATA LAKSANA AKREDITASI PROGRAM KHUSUS DASAR Keputusan KARS nomor : 1666/KARS/X/2014 tanggal 1 Oktober 2014, tentang Penetapan Status Akreditasi Rumah Sakit,dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan keunggulan masing-masing agar bisa bertahan. Rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan keunggulan masing-masing agar bisa bertahan. Rumah sakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi yang padat dengan informasi, teknologi dan pengetahuan, segala sesuatu akan bergerak dan berubah dengan cepat. Perubahan ini akan menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di rumah sakit. Rekam medis harus berisi informasi lengkap perihal

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di rumah sakit. Rekam medis harus berisi informasi lengkap perihal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan yang bermutu bukan hanya pada pelayanan medis saja, tetapi juga pada penyelenggaraan rekam medis yang menjadi salah satu indikator mutu pelayanan rumah sakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan masyarakat. Rumah Sakit merupakan tempat yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan masyarakat. Rumah Sakit merupakan tempat yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah Sakit merupakan layanan jasa yang memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat. Rumah Sakit merupakan tempat yang sangat komplek, terdapat ratusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tersebut adalah pelayanan kesehatan di rumah sakit. Menurut Undang-

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tersebut adalah pelayanan kesehatan di rumah sakit. Menurut Undang- BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan kesehatan masyarakat pada umumnya diselenggarakan oleh pemerintah baik pemerintah pusat maupun daerah dan salah satu bentuk pelayanan kesehatan tersebut adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang fungsi utamanya memberikan pelayanan, perawatan, dan pengobatan kepada seluruh pasien, baik rawat inap, rawat jalan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh tenaga kesehatan melalui program-program yang telah ditetapkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. oleh tenaga kesehatan melalui program-program yang telah ditetapkan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan pasien merupakan prioritas utama yang harus dilaksanakan oleh rumah sakit. Hal ini sangat erat kaitannya baik dengan citra rumah sakit maupun keamanan pasien.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis sistem..., Dian Fitri Arestria, FKM UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis sistem..., Dian Fitri Arestria, FKM UI, Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perhatian dunia saat ini terhadap keberlangsungan bumi dan lingkungan semakin meningkat. Berbagai forum internasional tentang lingkungan terus digelar yang telah menghasilkan

Lebih terperinci