Term Of Reference. A. Latar belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Term Of Reference. A. Latar belakang"

Transkripsi

1 Term Of Reference A. Latar belakang Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia (UUD) Tahun 1945 pascaperubahan mengatur secara tegas bagaimana kedaulatan rakyat sesuai Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 dilaksanakan. Menurut Pasal 22E UUD 1945, kedaulatan rakyat dilaksanakan melalui pemilihan umum. Pemilihan umum dilaksanakan untuk memilih hampir semua jabatan di level eksekutif dan legislatif. Di mana, pemilihan umum dilakukan untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden, anggota DPR, anggota DPD dan anggota DPRD. Bahkan, sejak 2005, melalui Undang-Undang Pemerintahan Daerah, pemilihan umum juga dilaksanakan untuk pengisian jabatan kepala daerah dan wakil kepala daerah. Secara kuantitatif, setidaknya ada enam jenis jabatan publik yang dipilih melalui pemilu sebagai wujud pelaksanaan kedaulatan rakyat. Dari aspek pengisian jabatan yang akan memimpin cabang kekuasaan tertentu, pemilihan umum dapat diklasifikasi menjadi dua, yaitu : pemilu anggota legislatif (DPR, DPD, DPRD Propinsi dan DPRD kabupaten/kota) dan pemilu eksekutif (Presiden dan Wakil Presiden, dan kepala daerah dan wakil kepala daerah). Sedangkan dari segi lingkup penyelenggaraanya, pemilu dapat dikelompokkan menjadi pemilu nasional (Presiden dan Wakil Presiden, DPR dan DPD) dan pemilu lokal/daerah (kepala daerah dan DPRD). Setelah perubahan UUD 1945, telah dilaksanakan dua kali pemilu untuk pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, DPR, DPD, DPRD propinsi dan DPRD kabupaten/kota. Selain itu juga telah dilaksanakan setidaknya dua kali pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah untuk masing-masing propinsi dan kabupaten/kota di lebih kurang 533 daerah otonom. Di mana untuk pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah di sebagian daerah juga dilakukan pemilihan ulang atau pemilihan putaran kedua. Apabila semua agenda pemilu tersebut diakumulasikan, rata-rata republik ini menyelenggarakan pemilihan umum sebanyak dua kali dalam sehari. Di satu sisi, mekanisme pemilihan langsung untuk setiap jabatan publik memberi ruang seluas-luasnya bagi setiap pemilih/rakyat sebagai pemegang kedaulatan untuk menentukan siapa orang yang akan diberi mandat menjalankan kekuasaan negara. Di sisi lain, pemilihan langsung yang demikian menimbulkan berbagai efek samping, seperti mahalnya ongkos penyelenggaraan, politik biaya tinggi, konflik antar kelompok kepentingan,

2 politisasi birokrasi, korupsi, instabilitas dan tidak efektifnya penyelenggaraan pemerintahan (terutama untuk tingkat daerah). Akibat berbagai persoalan dalam penyelenggaraan pemilihan umum dan pemilukada dalam satu dekade terakhir, muncullah berbagai pendapat agar sistem penyelenggaraan pemilihan umum kembali di evaluasi. Untuk alasan efektifitas sistem presidensial dan efisiensi penyelengggraan, pemilu nasional perlu digabung. Terkait hal ini, Mahkamah Konstitusi melalui Putusan Nomor 14/PUU-XI/2013 telah memutuskan,pemilihan Presiden dan Wakil Presiden dilaksanakan secara serentak dengan pemilu anggota DPR, DPD dan DPRD. Di mana, pemilihan umum serentak dimaksud baru akan dilaksanakan untuk pemilihan umum Tahun Bagaimana konsep implementasinya, tentu masih harus dibahas lebih lanjut. Demikian juga dengan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah, juga diusulkan untuk diselenggarakan secara serentak. Serentak secara nasional atau mungkin juga serentak untuk beberapa daerah. Hal ini ditujukan untuk mengatasi tingginya biaya yang dibutuhkan untuk penyelenggaraan pemilukada. Gagasan ini masih terus dibahas dan diperdebatkan dalam pembahasan RUU Pemilihan Kepala Daerah. Lebih ekstrim dari itu, dalam draf RUU tersebut, pemerintah bahkan mengusulkan agar pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah dikembalikan lagi kepada DPRD, tidak lagi dipilih secara langsung. Sampai saat ini, dinamika tentang sistem dan penyelenggaraan pemilu dan pemilukada masih terus berlangsung. Untuk pemilu nasional serentak, pada level gagasan barangkali berbagai pihak tentunya tidak keberatan dengan apa yang telah diputus Mahkamah Konstitusi melalui Putusan Nomor 14/PUU- XI/2013. Hanya saja, karena ada mandat untuk melakukan perubahan terhadap Undang-Undang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden, maka gagasan terkait arah perubahan juga perlu dibahas secara lebih mendalam oleh para pakar baik pakar hukum tata negara maupun pakar dalam bidang pemilihan umum. Adapun untuk pemilukada, pemerintah dan kelompok masyarakat sipil yang konsen untuk isu-isu pemilu masih berbeda pendapat terkait jalan keluar atas berbagai persoalan yang terjadi dalam penyelenggaraan pemilukada. Bahkan kalangan akademisi pun belum satu suara untuk persoalan ini. Agaknya, kaum akademis hanya baru satu kata untuk mengatakan bahwa sistem dan penyelenggaraan pemilu dan pemilukada masih harus ditata ulang. Untuk memberi ruang terhadap gagasan pembenahan sistem penyelenggaraan pemilu dan pemilukada tersebut, Pusat Studi Konstitusi (PUSaKO) Fakultas Hukum Universitas bekerjasama dengan Tahir Foundation dan Pemerintah Daerah Kota Sawahlunto berinisiatif mempertemukan para pemikir Hukum Tata Negara dan Pemilihan Umum Tanah Air dalam sebuah forum diskusi ilmiah.

3 Pertemuan tersebut dibingkai dalam satu tema yakni, Konferensi Nasional Hukum Tata Negara dan Penganugerahan Muhammad Yamin Award. Dalam acara tersebut juga akan diselenggarakan penyerahan penghargaan kepada para pemikir Hukum Tata Negara dan kepada para Penggiat perlindungan nilai-nilai konstitusi di masyarakat. Acara tersebut dinamakan: Muhammad Yamin Award. Penggunaan nama Muhammad Yamin sebagai anugerah ini dimaksudkan untuk memberikan penghargaan terhadap pemikiran-pemikiran beliau dalam terbentuknya konstitusi negara Republik Indonesia. Sehingga peran serta Muhammad Yamin dalam pembentukan konstitusi menjadi motivasi bagi para penerus pemikir Hukum Tata Negara dan penggiat perlindungan nilai-nilai konstitusi. B. Tujuan Pelaksanaan Pelaksanaan acara ini bertujuan untuk memperkaya gagasan terkait kajian penyelenggaraan pemilu dan pemilukada di Indonesia. Hasil konferensi ini diharapkan akan menjadi masukan bagi pengambil kebijakan dalam menata sistem dan penyelenggaraan pemilu dan pemilihan kepala daerah di Indonesia. Selain itu, kegiatan ini juga ditujukan untuk memberikan apresiasi kepada orang-orang dan lembaga yang telah memberikan sumbangsih dalam bidang Hukum Tata Negara dan konstitusi. C. Rangkaian Kegiatan 1. Konferensi Konferensi ini akan dilaksanakan dengan sejumlah rangkaian kegiatan sebagai berikut : a. Seminar Nasional Seminar ini bertujuan memberikan pandangan umum mengenai kondisi mutakhir ketatanegaraan, khususnya terkait sistem dan penyelenggaraan pemilihan umum dan pemilihan kepala daerah di tanah air. Seminar akan diawali dengan penyampaian Keynote Speech dengan tema Pemilu Serentak dan Masa Depan Demokrasi Indonesia oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH., Ketua Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP)/Pakar Hukum Tata Negara.

4 Selanjutnya akan diikuti dengan tiga sesi seminar yang terdiri dari: - Sesi Pertama membahas tema: Pemilihan Umum Nasional Serentak Pembicara: 1. Drs. Lukman Hakim Saifuddin (Wakil Ketua MPR RI) 2. Prof. Dr. Ramlan Surbakti (Guru Besar Ilmu Politik Unair/Wakil Ketua KPU RI, ) 3. Prof. Dr. Saldi Isra, S.H (Guru Besar Hukum Tata Negara, Direktur Pusat Studi Konstitusi (PUSaKO) Fakultas Hukum Universitas Andalas) - Sesi Kedua membahas tema: Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Serentak Pembicara: 1. Prof. Dr. Johermansyah Johan (Direktur Jenderal Otonomi Daerah Kemendagri) 2. Prof. Dr. R. Siti Zuhro (Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) 3. Titi Angraini, SH., MH. (Direktur Perkumpulan Untuk Pemilu dan Demokrasi) - Sesi Ketiga membahas tema: Penyelenggaraan, Pengawasan dan Pendanaan Pemilu dan Pemilukada Pembicara: 1. Husni Kamil Manik, SP (Ketua Komisi Pemilihan Umum RI) 2. Dr. Muhammad(Ketua Badan Pengawas Pemilu RI) 3. Prof. Topo Santoso, SH., Ph.D (Dekan Fakultas Hukum Universitas Indonesia) 4. J. Danang Widoyoko (Koordinator Badan Pekerja ICW) b. Paralel Group Discussion Paralel Group Discussion ini merupakan kelompok peserta yang akan mendalami kajian Hukum Tata Negara dengan tema yang telah ditetapkan panitia. Dimana, masing-masing call paper akan memaparkan pokok-pokok pemikirannya di masing-masing kelompok sesuai tema secara paralel. Adapun tema paralel group discussion adalah sebagai berikut :

5 Paralel I :Pemilihan Umum Nasional Serentak Sub Tema : 1. Gagasan Pemilihan Umum dalam Perubahan UUD Desain Pemilihan Umum Nasional Serentak 3. Pemilu Nasional Serentak dan Penguatan Sistem Presidensial 4. Ambang Batas Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden (Presidential Threshold) Paralel II : Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Serentak Sub Tema : 1. Pemilukada dan Titik Berat Otonomi Daerah. 2. Perubahan Sistem Pemilukada : pemilihan langsung vs pemilihan oleh DPRD. 3. Desain Pemilukada Serentak. Paralel III : Kompilasi Pengaturan Penyelenggaraan Pemilihan Umum Sub Tema : 1. Desain Hubungan Kelembagaan Penyelenggara Pemilu. 2. Desain Penegakan dan Penyelesaian Masalah Hukum Pemilu dan Pemilukada. Paralel IV : Pendanaan Pemilu dan Pemilukada Sub Tema : 1. Pelaporan dan Pengawasan Dana Kampanye Pemilu dan Pemilukada. 2. Efisiensi Anggaraan Penyelenggaraan Pemilu dan Pemilukada. c. Peserta Peserta merupakan akademisi, praktisi pemilu, pemerintah, penggiat konstitusi dan pemilu, peneliti, organisasi, mahasiswa dan media sebanyak orang. Dimana, 40 orang di antaranya merupakan peserta call papers. 2. PenganugerahanMuhammad Yamin Award (MYA) Kegiatan penganugerahan Muhammad Yamin Award akan dilakukan pada malam terakhir pelaksanaan Konferensi. Di mana dalam kegiatan ini akan dilakukan pemberian award kepada tokoh-tokoh yang dinilai memberikan sumbangsih bagi perkembangan pemikiran konstitusi dan pengorbanannya bagi pemajuan nilai-nilai konstitusi, gagasan Pancasila dan UUD Penyerahan Muhammad Yamin Award akan diawali dengan penyampaian Orasi Konstitusi Pemikiran Yamin dan Arah Perkembangan Demokrasi Indonesia oleh Yudi Latif. Di mana, seluruh peserta seminar dan paralel group discussion juga akan mengikuti malam penyerahan Muhammad Yamin Award ini.

6 3. Napak Tilas dan City Tour Pada hari terakhir pelaksanaan kegiatan ini, seluruh peserta akan mengikuti kunjungan wisata di Kota Sawahlunto. Peserta akan mengunjungi tempattempat wisata bersejarah di kota yang dijuluki sebagai Kota Tambang Budaya. Termasuk mengunjungi makam Pahlawan Nasional, Muhammad Yamin di Talawi, Sawahlunto. D. Waktu dan Tempat 1. Konferensi Nasional Isu-Isu Hukum Tata Negara a. Penerimaan dan Seleksi paper peserta Tanggal : 10 Februari s/d 10 April 2014 b. Pelaksanaan Konferensi Tanggal : 29 Mei 1 Juni 2014 Tempat : Kota Sawahlunto 2. Muhammad Yamin Award a. Seleksi penerima Muhammad Yamin Award Tanggal : 1 Februari s/d 15 Mei 2014 b. Penganugerahan Muhammad Yamin Award dan Malam Kesenian Tanggal : 31 Mei 2014 Tempat : Kota Sawahlunto 3. Napak Tilas dan City Tour Tanggal : 31 Mei 2014 Tempat : Kota Sawahlunto E. Ketentuan Pendaftaran 1. Pendaftaran seminar dan paralel group discussion dilakukan tanggal 9 Februari sampai 20 Maret Calon peserta call papers mengirimkan abstrak makalah dengan memilih salah satu sub-tema sebagai berikut : a. Gagasan Pemilihan Umum dalam Perubahan UUD 1945 b. Desain Pemilihan Umum Nasional Serentak c. Pemilu Nasional Serentak dan Penguatan Sistem Presidensial d. Ambang Batas Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden (Presidential Threshold) e. Pemilukada dan Titik Berat Otonomi Daerah. f. Perubahan Sistem Pemilukada : pemilihan langsung vs pemilihan oleh DPRD. g. Desain Pemilukada Serentak. h. Desain Hubungan Kelembagaan Penyelenggara Pemilu. i. Desain Penegakan dan Penyelesaian Masalah Hukum Pemilu dan Pemilukada.

7 j. Pelaporan dan Pengawasan Dana Kampanye Pemilu dan Pemilukada. k. Efisiensi Anggaraan Penyelenggaraan Pemilu dan Pemilukada. 3. Abstrak terpilih akan diumumkan pada tanggal 25 Maret 2014 melalui website resmi Pusat Studi Konstitusi (PUSaKO) 4. Bagi abstrak terpilih selanjutnya diharuskan mengirimkan makalah selambat-lambatnya tanggal 10 April Makalah terpilih akan diumumkan pada tanggal 17 April 2014 melalui website resmi Pusat Studi Konstitusi (PUSaKO) 6. Empat puluh makalah terpilih akan diberi kesempatan untuk mempresentasikan makalahnya dalam paralel group discussion. 7. Makalah terpilih, makalah narasumber dan hasil kajian PUSaKO akan diterbitkan dalam satu buku. 8. Bagi yang tidak lolos dalam seleksi 40 makalah terpilih, dapat menjadi peserta non call papers dalam kegiatan konferensi. F. Ketentuan Penulisan Paper 1. Abstrak Makalah a. Sub tema yang dipilih ditulis pada bagian kanan atas pada halaman pertama abstrak. b. Judul ditulis dengan huruf kapital, bold, centered, maksimum 12 kata. c. Abstrak ditulis dalam bahasa Indonesia antara kata, menggunakan kertas ukuran A4, margin atas 3 cm, bawah 2.5 cm, kiri 3 cm, dan kanan 2.5 cm; Cambria, 12 pt. d. Nama lengkap penulis (tanpa gelar), instansi, nomor telp/hp, dan di akhir abstrak. Abstrak dikirim melalui sekretariat@pusako.or.id 2. Makalah Lengkap a. Judulditulis dengan huruf kapital, maksimum 12 kata diposisikan di tengah (center); b. Nama lengkap penulis tanpa gelar dan instansi c. Sistematika penulisan naskah adalah sebagai berikut: 1. Judul; 2. Nama lengkap penulis; 3. Kata kunci, yang mencerminkan substansi makalah; 4. Pendahuluan; 5. Sub judul (sesuai dengan keperluan pembahasan); 6. Penutup; dan 7. Daftar Pustaka d. Menggunakan ukuran A4, margin: atas 3 cm, bawah 2.5 cm, kiri 3 cm, dan kanan 2.5 cm; e. Panjang naskah antara s.d kata, tidak termasuk catatan kaki (footnote), spasi 1, huruf Cambria, ukuran 12; f. Kutipan kalimat ditulis secara langsung apabila lebih dari empat baris dipisahkan dari teks dengan jarak satu spasi dengan ukuran huruf 11

8 poin. Sedangkan kutipan kurang dari empat baris diintegrasikan dalam teks. Setiap kutipan diberi nomor. Sistem pengutipan adalah footnote. g. Ketentuan dalam penulisan catatan kaki (footnote) sebagi berikut: - Emanuel Subangun, Negara Anarkhi, (Yogyakarta: LKiS, 2004), hlm Tresna, Komentar HIR, Cetakan Ketujuh belas, (Jakarta: PT Pradnya Paramita, 2001), hlm Paul Scholten, Struktus Ilmu Hukum, Terjemahan dari De Structure der Rechtswetenschap, Alih bhasa: arief Sidharta, (Bandung: PT Alumni, 2003), hlm Jumlah BUMN Diciutkan Jadi 50, Republika, 19 Oktober Prijono Tjiptoherijanto, Jaminan Sosial Tenaga Kerja Di Indonesia diakses tanggal 2 Januari h. Daftar Pustaka ditulis sesuai urutan abjad, nama akhir penulisdiletakkan di depan. Contoh: - Asshiddiqie, Jimly, Sengketa Kewenangan Antar Lembaga Negara, cetakan pertama, Jakarta: Konstitusi Press. - Burchi, Tefano, Current Developments and Trends in Water Resources Legislation and Administration. Paper presented at 3 rd Conference of the International Association for Water Kaw (AIDA) Alicante, Spain: AIDA, December Anderson, Benedict, The Idea of Power in Javanese Culture dalam Claire Holt, ed., Culture and Politics in Indonesia, Ithaca, N.Y.: Conell University Press. - Jamin. Moh., Implikasi Penyelenggaraan Pilkada Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi, Jurnal Konstitusi, Volume 2 Nomor 1, Juli 2005, Jakarta: Mahkamah Konsitusi. - Indonesia, Undang-Undang No. 24 Tahun 2003 tentang Mahkamh Konstitusi. - Republika, Jumlah BUMN Diciutkan Jadi 50, 19 Oktober Tjiptoherijanto,Prijono. Jaminan Sosial Tenaga Kerja Di Indonesia, diakses tanggal 2 Januari i. Penutup: artikel ditutup dengan kesimpulan; j. Biografi singkat: biografi penulis mengandung unsur :nama lengkap dengan gelar akademik, tempat tugas, riwayat pendidikan formal(s1, S2, S3), dan bidang keahlian akademik. Makalah dikirim melalui sekretariat@pusako.or.id G. Ketentuan Akomodasi dan Transportasi 1. Peserta call papers a. Setiap peserta akan mendapatkan penggantian biaya penulisan paper yang besarannya ditentukan panitia. b. Setiap peserta di luar Sumatera Barat akan mendapatkan penggantian tiket penerbangan (PP)dan akomodasi selama pelaksanaan kegiatan, yang besarannya ditentukan oleh panitia.

9 c. Panitia menyediakan transportasi untuk penjemputan peserta yang berasal dari luar Sumatera Barat, dari Bandara Internasional Minangkabau menuju penginapan dan sebaliknya, sesuai ketentuan: - Penjemputan dari Bandara ke tempat pelaksanaan acara dilakukan dengan menggunakan angkutan darat yang disediakan oleh Panitia. - Penjemputan pada tanggal 29 Mei 2014 dari Bandara dimulai Pukul WIB (di luar jadwal tersebut TIDAK menjadi tanggung jawab panitia). - Pengantaran untuk kepulangan pada tanggal 1 Juni 2014 ke Bandara dimulai pada pukul WIB (di luar jadwal tersebut TIDAK menjadi tanggung jawab panitia), (estimasi waktu perjalanan penginapan ke Bandara ± 3 jam). d. Bagi peserta yang berasal dari luar Sawahlunto dalam Sumatera Barat, langsung menuju lokasi penyelenggaraan kegiatan di Kota Sawahlunto. Panitia menyediakan penggantian transport lokal (PP) dengan besaran yang ditentukan oleh panitia. e. Panitia menyediakan penginapan dengan ketentuan: - Panitia berhak menentukan kamar dan tempat peserta menginap. - Panitia berhak menentukan teman sekamar peserta (sesama laki-laki dan semasa perempuan) - Panitia hanya menjadi fasilitator antara Peserta dan pihak penginapan. Panitia tidak bertanggung jawab atas kerusakan/kehilangan fasilitas penginapan yang disebabkan oleh kelalaian peserta. f. Panitia menyediakan konsumsi bagi peserta selama kegiatan berlangsung. 2. Peserta Non Call Papers a. Panitia hanya menyediakan transportasi untuk penjemputan peserta yang berasal dari luar Sumatera Barat, dari Bandara Internasional Minangkabau menuju penginapan dan sebaliknya, sesuai ketentuan: - Penjemputan dari Bandara ke tempat pelaksanan acara dilakukan dengan menggunakan angkutan darat yang disediakan oleh Panitia. - Penjemputan pada tanggal 29 Mei 2014 dari Bandara dimulai Pukul WIB (di luar jadwal tersebut TIDAK menjadi tanggung jawab panitia). - Pengantaran untuk kepulangan pada tanggal 1 Juni 2014 ke Bandara dimulai pada pukul WIB (di luar jadwal tersebut TIDAK menjadi tanggung jawab panitia), (estimasi waktu perjalanan penginapan ke Bandara ± 3 jam). b. Bagi peserta yang berasal dari luar Sawahlunto dalam Sumatera Barat, langsung menuju lokasi penyelenggaraan kegiatan di Kota Sawahlunto. Panitia menyediakan penggantian transport lokal (PP) dengan besaran yang ditentukan oleh panitia. c. Panitia menyediakan penginapan bagi peserta non call papers dengan ketentuan: - Panitia berhak menentukan kamar dan tempat peserta menginap.

10 - Panitia berhak menentukan teman sekamar peserta (sesama laki-laki dan semasa perempuan) - Panitia hanya menjadi fasilitator antara Peserta dan pihak penginapan, dimana apabila terjadi kerusakan/penggantian rugi yang disebabkan oleh kelalaian peserta, berada di luar tanggung jawab panitia. d. Panitia menyediakan konsumsi bagi peserta selama kegiatan berlangsung. H. Penutup Demikian Term of Reference ini dibuat sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan ini.

PANITIA KONFERENSI NASIONAL HUKUM TATA NEGARA Ke-3

PANITIA KONFERENSI NASIONAL HUKUM TATA NEGARA Ke-3 PANITIA KONFERENSI NASIONAL HUKUM TATA NEGARA Ke-3 Term of Reference Pembaharuan Partai Politik di Indonesia Latar Belakang Pada awalnya, partai politik di Indonesia tidak difungsikan sebagai mesin politik

Lebih terperinci

Pedoman Penulisan Jurnal Konstitusi

Pedoman Penulisan Jurnal Konstitusi Pedoman Penulisan Jurnal Konstitusi Jurnal Konstitusi adalah salah satu media dwi-bulanan yang diterbitkan oleh Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi sebagai upaya mempublikasikan ide

Lebih terperinci

PANITIA KONFERENSI NASIONAL HUKUM TATA NEGARA Ke-2. Term Of Reference Menata Proses Seleksi Pimpin an Lembaga Negara

PANITIA KONFERENSI NASIONAL HUKUM TATA NEGARA Ke-2. Term Of Reference Menata Proses Seleksi Pimpin an Lembaga Negara PANITIA KONFERENSI NASIONAL HUKUM TATA NEGARA Ke-2 Term Of Reference Menata Proses Seleksi Pimpin an Lembaga Negara A. Latar Belakang Ketika merubah Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

PUSKASI FH UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG RIWAYAT PENULIS

PUSKASI FH UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG RIWAYAT PENULIS RIWAYAT PENULIS Prof. DR. Ir. IWAN NUGROHO, MS. Guru besar Perencanaan Pembangunan Wilayah, mengajar pada PS Agribisnis, Fakultas Pertanian, Univerversitas Widyagama Malang, PS Kesling Stikes Widyagama

Lebih terperinci

PEDOMAN PENERBITAN JURNAL KONSTITUSI KERJASAMA MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN FAKULTAS HUKUM DAN PUSAT KAJIAN KONSTITUSI (PKK) TAHUN 2013

PEDOMAN PENERBITAN JURNAL KONSTITUSI KERJASAMA MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN FAKULTAS HUKUM DAN PUSAT KAJIAN KONSTITUSI (PKK) TAHUN 2013 PEDOMAN PENERBITAN JURNAL KONSTITUSI KERJASAMA MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN FAKULTAS HUKUM DAN PUSAT KAJIAN KONSTITUSI (PKK) TAHUN 2013 KEPANITERAAN DAN SEKRETARIAT JENDERAL MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM TERHADAP PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

SEMINAR NASIONAL PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM TERHADAP PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA SEMINAR NASIONAL PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM TERHADAP PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA 0 SEMINAR NASIONAL PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM TERHADAP PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA I. LatarBelakang Indonesia merupakan negara

Lebih terperinci

SUSUNAN ACARA KONFERENSI NASIONAL HUKUM TATA NEGARA KE-3 Demokratisasi Partai Politik Bukitinggi, 5-8 SEPTEMBER 2016

SUSUNAN ACARA KONFERENSI NASIONAL HUKUM TATA NEGARA KE-3 Demokratisasi Partai Politik Bukitinggi, 5-8 SEPTEMBER 2016 SUSUNAN ACARA KONFERENSI NASIONAL HUKUM TATA NEGARA KE-3 Demokratisasi Partai Politik, 5-8 SEPTEMBER 2016 Hari/Tanggal : Senin, 5 September 2016 Tempat : Convention Hall Universitas Andalas No Waktu Kegiatan

Lebih terperinci

Hasil Penelitian Kajian Konseptual

Hasil Penelitian Kajian Konseptual Call for Papers Redaksi Jurnal Konstitusi mengundang para akademisi, pengamat, praktisi dan mereka yang berminat untuk memberikan tulisan mengenai putusan Mahkamah Konstitusi, hukum konstitusi dan ketatanegaraan.

Lebih terperinci

Perlombaan dilakukan antar SMA/sederajat se-sumatera Barat, Riau dan Jambi dengan ketentuan sebagai berikut:

Perlombaan dilakukan antar SMA/sederajat se-sumatera Barat, Riau dan Jambi dengan ketentuan sebagai berikut: Lampiran II: Term of References (ToR) Debat Hukum dan Konstitusi Tingkat SMA/Sederajat Se-Sumatera Barat, Riau dan Jambi Debat konstitusi adalah kegiatan lomba debat mengenai topik-topik yang berkaitan

Lebih terperinci

III. Kesimpulan. Kutipan Internet/media online: Nama penulis, judul tulisan, alamat portal (website/online), tanggal diakses/unduh.

III. Kesimpulan. Kutipan Internet/media online: Nama penulis, judul tulisan, alamat portal (website/online), tanggal diakses/unduh. Call for Papers Redaksi Jurnal Konstitusi mengundang para akademisi, pengamat, praktisi dan mereka yang berminat untuk memberikan tulisan mengenai putusan Mahkamah Konstitusi, hukum konstitusi dan ketatanegaraan.

Lebih terperinci

Term Of Reference. Diskusi Publik Proyeksi Penegakan Hukum Pemilu dan Pemilihan Kepala Daerah Kedepan. Jakarta, 13 November 2014

Term Of Reference. Diskusi Publik Proyeksi Penegakan Hukum Pemilu dan Pemilihan Kepala Daerah Kedepan. Jakarta, 13 November 2014 Jalan Tebet Timur IVA No. 1, Tebet Jakarta Selatan, Indonesia Telp. 021-8300004, Faks. 021-83795697 perludem@cbn.net.id, perludem@gmail.com www.perludem.or.id Term Of Reference Diskusi Publik Proyeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pemerintah Daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan Pemerintah

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan Reforma Agraria)

Lebih terperinci

MEKANISME DAN MASALAH-MASALAH KRUSIAL YANG DIHADAPI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG. Oleh : Nurul Huda, SH Mhum

MEKANISME DAN MASALAH-MASALAH KRUSIAL YANG DIHADAPI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG. Oleh : Nurul Huda, SH Mhum MEKANISME DAN MASALAH-MASALAH KRUSIAL YANG DIHADAPI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG Oleh : Nurul Huda, SH Mhum Abstrak Pemilihan Kepala Daerah secara langsung, yang tidak lagi menjadi kewenangan

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT PANJA RUU PILKADA KOMISI II DPR RI

LAPORAN SINGKAT PANJA RUU PILKADA KOMISI II DPR RI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT PANJA RUU PILKADA KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan

Lebih terperinci

Term of References (ToR) Lomba Cerdas Cermat (LCC) Hukum dan Konstitusi Tingkat SMA/Sederajat Se-Sumatera Barat, Riau dan Jambi

Term of References (ToR) Lomba Cerdas Cermat (LCC) Hukum dan Konstitusi Tingkat SMA/Sederajat Se-Sumatera Barat, Riau dan Jambi Lampiran III: Term of References (ToR) Lomba Cerdas Cermat (LCC) Hukum dan Konstitusi Tingkat SMA/Sederajat Se-Sumatera Barat, Riau dan Jambi A. Bahan yang diujikan. Bahan yang diujikan dalam Lomba Cerdas

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 56/PUU-XI/2013 Parlementary Threshold, Presidential Threshold, Hak dan Kewenangan Partai Politik, serta Keberadaan Lembaga Fraksi di DPR I. PEMOHON Saurip Kadi II. III.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikelola salah satunya dengan mengimplementasikan nilai-nilai demokrasi

BAB I PENDAHULUAN. dikelola salah satunya dengan mengimplementasikan nilai-nilai demokrasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Founding fathers bangsa Indonesia telah memberikan ketegasan di dalam perumusan dasar pembentukan negara dimana Indonesia harus dibangun dan dikelola salah satunya dengan

Lebih terperinci

Tugas dan Fungsi MPR Serta Hubungan Antar Lembaga Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan

Tugas dan Fungsi MPR Serta Hubungan Antar Lembaga Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan Tugas dan Fungsi MPR Serta Hubungan Antar Lembaga Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan Oleh: Dr. (HC) AM. Fatwa Wakil Ketua MPR RI Kekuasaan Penyelenggaraan Negara Dalam rangka pembahasan tentang organisisasi

Lebih terperinci

Hubungan Antar Lembaga Negara IRFAN SETIAWAN, S.IP, M.SI

Hubungan Antar Lembaga Negara IRFAN SETIAWAN, S.IP, M.SI Hubungan Antar Lembaga Negara IRFAN SETIAWAN, S.IP, M.SI Lembaga negara merupakan lembaga pemerintahan negara yang berkedudukan di pusat yang fungsi, tugas, dan kewenangannya diatur secara tegas dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Reformasi memberikan perubahan mendasar dalam penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu) di Indonesia. Perubahan tersebut dapat dilihat pada hasil amandemen ketiga Undang-

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN TUGAS DAN WEWENANG DEWAN PERWAKILAN DAERAH DI INDONESIA. A. Kewenangan Memberi Pertimbangan dan Fungsi Pengawasan Dewan

BAB II PENGATURAN TUGAS DAN WEWENANG DEWAN PERWAKILAN DAERAH DI INDONESIA. A. Kewenangan Memberi Pertimbangan dan Fungsi Pengawasan Dewan BAB II PENGATURAN TUGAS DAN WEWENANG DEWAN PERWAKILAN DAERAH DI INDONESIA A. Kewenangan Memberi Pertimbangan dan Fungsi Pengawasan Dewan Perwakilan Daerah DPD sebagai Lembaga Negara mengemban fungsi dalam

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MAHKAMAH KONSTITUSI

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MAHKAMAH KONSTITUSI MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR : 04/PMK/2004 TENTANG PEDOMAN BERACARA DALAM PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN UMUM MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA Menimbang

Lebih terperinci

BAB III KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI DALAM SENGKETA PEMILIHAN KEPALA DAERAH. A. Kewenangan Mahkamah Konstitusi Dalam Sengketa Pilkada

BAB III KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI DALAM SENGKETA PEMILIHAN KEPALA DAERAH. A. Kewenangan Mahkamah Konstitusi Dalam Sengketa Pilkada BAB III KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI DALAM SENGKETA PEMILIHAN KEPALA DAERAH A. Kewenangan Mahkamah Konstitusi Dalam Sengketa Pilkada 1. Sebelum Putusan Mahkamah Konstitusi No. 97/PUU-XI/2013 Mahkamah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengesahan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil

BAB I PENDAHULUAN. Pengesahan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengertian pemilihan kepala daerah (pilkada) berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan

Lebih terperinci

MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PANDUAN PELAKSANAAN LOMBA KARYA TULIS EMPAT PILAR KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA

MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PANDUAN PELAKSANAAN LOMBA KARYA TULIS EMPAT PILAR KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA ----------- PANDUAN PELAKSANAAN LOMBA KARYA TULIS EMPAT PILAR KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA (PANCASILA, UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

STATUTA ASOSISI MAHKAMAH KONSTITUSI DAN INSTITUSI SEJENIS SE-ASIA

STATUTA ASOSISI MAHKAMAH KONSTITUSI DAN INSTITUSI SEJENIS SE-ASIA STATUTA ASOSISI MAHKAMAH KONSTITUSI DAN INSTITUSI SEJENIS SE-ASIA Pembukaan Presiden atau Kepala mahkamah konstitusi dan institusi sejenis yang melaksanakan kewenangan konstitusional di Asia: MENGINGAT

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA MENJADI UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Tahun Sidang Masa Persidangan Rapat ke Jenis rapat Hari/tanggal P u k u l T e m p a t A c a r a Ketua Rapat Sekretaris Hadir LAPORAN SINGKAT RAPAT KOORDINASI

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.23, 2015 PEMERINTAHAN DAERAH. Pemilihan. Gubernur. Bupati. Walikota. Penetapan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5656) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditetapkan oleh lembaga legislatif.

BAB I PENDAHULUAN. yang ditetapkan oleh lembaga legislatif. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semenjak demokrasi menjadi atribut utama Negara modern, maka lembaga perwakilan merupakan mekanisme utama untuk merealisasi gagasan normatif bahwa pemerintahan

Lebih terperinci

Tugas dan Wewenang serta Dasar Hukum Lembaga Negara

Tugas dan Wewenang serta Dasar Hukum Lembaga Negara Tugas dan Wewenang serta Dasar Hukum Lembaga Negara Bagan Lembaga Negara Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Tugas dan Wewenang MPR Berikut tugas dan wewenang dari Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).

Lebih terperinci

PP 33/1999, PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1999 TENTANG PEMILIHAN UMUM. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PP 33/1999, PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1999 TENTANG PEMILIHAN UMUM. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PP 33/1999, PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1999 TENTANG PEMILIHAN UMUM Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 33 TAHUN 1999 (33/1999) Tanggal: 19 MEI 1999 (JAKARTA) Tentang: PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

PEMILIHAN UMUM. R. Herlambang Perdana Wiratraman, SH., MA. Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya, 6 Juni 2008

PEMILIHAN UMUM. R. Herlambang Perdana Wiratraman, SH., MA. Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya, 6 Juni 2008 PEMILIHAN UMUM R. Herlambang Perdana Wiratraman, SH., MA. Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya, 6 Juni 2008 Sub Pokok Bahasan Memahami Sistem Pemilu dalam Ketatanegaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan perppu (peraturan pemerintah pengganti undang-undang). 1 Karena

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan perppu (peraturan pemerintah pengganti undang-undang). 1 Karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) diberitakan kemungkinan bakal menjadi calon tunggal dalam pemilihan presiden tahun 2009. Kemungkinan calon tunggal dalam pilpres

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA KERANGKA ACUAN LOMBA KARYA TULIS MAHKAMAH KONSTITUSI 2009 PENYELENGGARA SEKRETARIAT JENDERAL DAN KEPANITERAAN

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA KERANGKA ACUAN LOMBA KARYA TULIS MAHKAMAH KONSTITUSI 2009 PENYELENGGARA SEKRETARIAT JENDERAL DAN KEPANITERAAN MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA KERANGKA ACUAN LOMBA KARYA TULIS MAHKAMAH KONSTITUSI 2009 PENYELENGGARA SEKRETARIAT JENDERAL DAN KEPANITERAAN MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA JAKARTA, 13 JULI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat prinsipil. Karenanya dalam rangka pelaksanaan hak-hak asasi adalah suatu keharusan bagi pemerintah

Lebih terperinci

MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA TERM OF REFERENCE (TOR) SEMINAR NASIONAL SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA

MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA TERM OF REFERENCE (TOR) SEMINAR NASIONAL SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA 1 MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA --------- TERM OF REFERENCE (TOR) SEMINAR NASIONAL SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA FORMAT IDEAL SISTEM PERWAKILAN INDONESIA PUSAT PENGKAJIAN SEKRETARIAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. susunan organisasi negara yang terdiri dari organ-organ atau jabatan-jabatan

BAB I PENDAHULUAN. susunan organisasi negara yang terdiri dari organ-organ atau jabatan-jabatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara senantiasa memiliki seperangkat kaidah yang mengatur susunan organisasi negara yang terdiri dari organ-organ atau jabatan-jabatan kenegaraan untuk menjalankan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA 1 of 7 06/07/2009 2:37 Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Departemen Hukum Dan HAM Teks tidak dalam format asli. Kembali LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 8, 2001 KEPUTUSAN PRESIDEN

Lebih terperinci

KETETAPAN DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 16/TAP/DPM UI/IV/2015

KETETAPAN DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 16/TAP/DPM UI/IV/2015 KETETAPAN DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 16/TAP/DPM UI/IV/2015 TENTANG MEKANISME LANJUTAN SELEKSI HAKIM KONSTITUSI MAHKAMAH MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten/Kota 1 periode 2014-

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten/Kota 1 periode 2014- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan umum (pemilu) untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. praktik ketatanegaraan Indonesia. Setiap gagasan akan perubahan tersebut

I. PENDAHULUAN. praktik ketatanegaraan Indonesia. Setiap gagasan akan perubahan tersebut I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bergulirnya reformasi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998 membawa dampak banyak perubahan di negeri ini, tidak terkecuali terhadap sistem dan praktik ketatanegaraan

Lebih terperinci

Daftar Riwayat Hidup

Daftar Riwayat Hidup Daftar Riwayat Hidup Nama : Dra. Evi Novida Ginting Manik, M.SP Tempat dan Tanggal Lahir : Medan, 11 November 1966 Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Status Perkawinan : a. Menikah b. Nama Suami:

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.373, 2014 KPU. Rekapitulasi. Perolehan Suara. Kecamatan. Kabupaten/Kota. Kecamatan. Pemilu DPR. Perubahan. PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.245, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAH DAERAH. Pemilihan. Gubernur. Bupati. Walikota. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5588) PERATURAN

Lebih terperinci

LOMBA KARYA TULIS ILMIAH

LOMBA KARYA TULIS ILMIAH LOMBA KARYA TULIS ILMIAH GLANCE 2017 A. Latar Belakang Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional (LKTIN) merupakan salah satu rangkaian acara dari GLANCE 2017 yang merupakan peringatan dies natalis LNG Academy

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG TAHAPAN, PROGRAM DAN JADWAL PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM TAHUN 2019

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG TAHAPAN, PROGRAM DAN JADWAL PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM TAHUN 2019 RANCANGAN KONSULTASI DPR RI PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG TAHAPAN, PROGRAM DAN JADWAL PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM TAHUN 2019 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 70/PUU-XV/2017

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 70/PUU-XV/2017 RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 70/PUU-XV/2017 Ambang Batas Pencalonan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden (Presidential Threshold) I. PEMOHON Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra, S.H., M.Sc dan Ir.

Lebih terperinci

RechtsVinding Online

RechtsVinding Online IMPLIKASI PUTUSAN MK NOMOR 92/PUU-XIV/2016 DI DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN KPU Oleh: Achmadudin Rajab * Naskah Diterima: 18 Juli 2017, Disetujui: 26 Juli 2017 Pasal yang diuji dan dibatalkan dalam perkara

Lebih terperinci

BAB III PERALIHAN KEWENANGAN MAHKAMAH AGUNG KEPADA MAHKAMAH KONSTITUSI DALAM MENYELESAIKAN SENGKETA PEMILUKADA

BAB III PERALIHAN KEWENANGAN MAHKAMAH AGUNG KEPADA MAHKAMAH KONSTITUSI DALAM MENYELESAIKAN SENGKETA PEMILUKADA BAB III PERALIHAN KEWENANGAN MAHKAMAH AGUNG KEPADA MAHKAMAH KONSTITUSI DALAM MENYELESAIKAN SENGKETA PEMILUKADA A. Penyelesaian Sengketa Hasil Pemilukada di Mahkamah Agung 1. Tugas dan Kewenangan Mahkamah

Lebih terperinci

LOMBA KARYA TULIS ILMIAH GLANCE 2017

LOMBA KARYA TULIS ILMIAH GLANCE 2017 LOMBA KARYA TULIS ILMIAH GLANCE 2017 A. Latar Belakang Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional (LKTIN) merupakan salah satu rangkaian acara dari GLANCE 2017 yang merupakan peringatan dies natalis LNG Academy

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Konstitusi dan Rule of Law

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Konstitusi dan Rule of Law Modul ke: 07 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Konstitusi dan Rule of Law Fakultas PSIKOLOGI Program Studi PSIKOLOGI Rizky Dwi Pradana, M.Si Sub Bahasan 1. Pengertian dan Definisi Konstitusi 2. Hakikat dan Fungsi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.243, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KPU. Dana Kampanye. Pelaporan. Pedoman. Perubahan. PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk rakyat (Abraham Lincoln). Demokrasi disebut juga pemerintahan rakyat

BAB I PENDAHULUAN. untuk rakyat (Abraham Lincoln). Demokrasi disebut juga pemerintahan rakyat BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Demokrasi adalah suatu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat (Abraham Lincoln). Demokrasi disebut juga pemerintahan rakyat sebagai bentuk pemerintahan

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS VERIFIKASI SYARAT CALON PENGGANTI ANTARWAKTU ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH PEMILIHAN UMUM TAHUN 2009

PEDOMAN TEKNIS VERIFIKASI SYARAT CALON PENGGANTI ANTARWAKTU ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH PEMILIHAN UMUM TAHUN 2009 PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 02 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN TEKNIS VERIFIKASI SYARAT CALON PENGGANTI ANTARWAKTU ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH PEMILIHAN UMUM TAHUN

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI (OBYEK PENELITIAN) hukum kenamaan asal Austria, Hans Kelsen ( ). Kelsen menyatakan

BAB II DESKRIPSI (OBYEK PENELITIAN) hukum kenamaan asal Austria, Hans Kelsen ( ). Kelsen menyatakan BAB II DESKRIPSI (OBYEK PENELITIAN) 2.1 Sejarah Singkat Organisasi Keberadaan Mahkamah Konstitusi (MK) baru diperkenalkan oleh pakar hukum kenamaan asal Austria, Hans Kelsen (1881-1973). Kelsen menyatakan

Lebih terperinci

Prof. Hikmahanto Juwana, SH., LL.M., Ph.D (Guru Besar Hukum Internasional Fakultas Hukum UI)

Prof. Hikmahanto Juwana, SH., LL.M., Ph.D (Guru Besar Hukum Internasional Fakultas Hukum UI) PENDAHULUAN Sesuai dengan semangat yang dibangun oleh Pemerintah dalam upaya memperkuat posisi Indonesia sebagai negara maritim dan menjaga wilayah perbatasan, menjadi suatu pembahasan yang menarik bagi

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 20/PUU-XVI/2018

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 20/PUU-XVI/2018 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 20/PUU-XVI/2018 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PEMILIHAN UMUM TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 72/PUU-XV/2017

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 72/PUU-XV/2017 RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 72/PUU-XV/2017 Presidential Threshold 20% I. PEMOHON 1. Mas Soeroso, SE. (selanjutnya disebut sebagai Pemohon I); 2. Wahyu Naga Pratala, SE. (selanjutnya disebut sebagai

Lebih terperinci

KODIFIKASI UNDANG-UNDANG PEMILU. Sekretariat Bersama Kodifikasi Undang-undang Pemilu

KODIFIKASI UNDANG-UNDANG PEMILU. Sekretariat Bersama Kodifikasi Undang-undang Pemilu KODIFIKASI UNDANG-UNDANG Sekretariat Bersama Kodifikasi Undang-undang Pemilu TAHAP KE-1 KAJIAN DAN SIMULASI SISTEMATIKA KODIFIKASI TAHAP KE-2 Jun-Des 2014 Jun 2015 April 2016 KAJIAN DAN SIMULASI MATERI

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN TUGAS DAN KEWENANGAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM (DKPP) DALAM PEMILU LEGESLATIF DI KABUPATEN

BAB III PELAKSANAAN TUGAS DAN KEWENANGAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM (DKPP) DALAM PEMILU LEGESLATIF DI KABUPATEN BAB III PELAKSANAAN TUGAS DAN KEWENANGAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM (DKPP) DALAM PEMILU LEGESLATIF DI KABUPATEN CIANJUR TAHUN 2014 A. Kode Etik Penyelenggara Pemilu Amandemen UUD 1945

Lebih terperinci

URGENSI MENYEGERAKAN PEMBAHASAN RUU KITAB HUKUM PEMILU Oleh: Achmadudin Rajab * Naskah diterima: 17 Juli 2016; disetujui: 15 September 2016

URGENSI MENYEGERAKAN PEMBAHASAN RUU KITAB HUKUM PEMILU Oleh: Achmadudin Rajab * Naskah diterima: 17 Juli 2016; disetujui: 15 September 2016 URGENSI MENYEGERAKAN PEMBAHASAN RUU KITAB HUKUM PEMILU Oleh: Achmadudin Rajab * Naskah diterima: 17 Juli 2016; disetujui: 15 September 2016 Rancangan Undang-Undang tentang Kitab Hukum Pemilu (RUU Kitab

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ini merupakan penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia. DPR dan DPRD dipilih oleh rakyat serta utusan daerah dan golongan

I. PENDAHULUAN. ini merupakan penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia. DPR dan DPRD dipilih oleh rakyat serta utusan daerah dan golongan BAB I I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 disebutkan bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Asshiddiqie, Jimly Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Jakarta: Sekertariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi.

DAFTAR PUSTAKA. Asshiddiqie, Jimly Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Jakarta: Sekertariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi. DAFTAR PUSTAKA Asshiddiqie, Jimly. 2006. Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Jakarta: Sekertariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi. Asshiddiqie, Jimly. 2007. Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA TANJUNGBALAI. NOMOR: 5 /Kpts/KPU /2015

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA TANJUNGBALAI. NOMOR: 5 /Kpts/KPU /2015 KEPUTUSAN NOMOR: 5 /Kpts/KPU-002.434894/2015 TENTANG PENETAPAN JUMLAH MINIMAL PEROLEHAN KURSI DAN AKUMULASI PEROLEHAN SUARA SAH PARTAI POLITIK ATAU GABUNGAN PARTAI POLITIK SEBAGAI SYARAT PENDAFTARAN BAKAL

Lebih terperinci

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN 1 RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI III DPR RI DENGAN PANITIA SELEKSI KOMISIONER KOMNAS HAM --------------------------------------------------- (BIDANG HUKUM, PERUNDANG-UNDANGAN, HAM

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan pemaparan dalam hasil penelitian dan pembahasan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan pemaparan dalam hasil penelitian dan pembahasan 136 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pemaparan dalam hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, maka yang menjadi kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pilkada di Indonesia

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN DONGGALA

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN DONGGALA KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN DONGGALA KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN DONGGALA NOMOR : 12/Kpts/KPU.KAB-161/VII/2017 TENTANG PEDOMAN TEKNIS TAHAPAN, PROGRAM, DAN JADWAL PENYELENGGARAAN PEMILIHAN

Lebih terperinci

URGENSI UNDANG-UNDANG PEMILU DAN PEMANTAPAN STABILITAS POLITIK 2014

URGENSI UNDANG-UNDANG PEMILU DAN PEMANTAPAN STABILITAS POLITIK 2014 KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA URGENSI UNDANG-UNDANG PEMILU DAN PEMANTAPAN STABILITAS POLITIK 2014 Disampaikan pada acara Round Table Discussion (RTD) Lemhannas, Jakarta, Rabu 12 Oktober

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA MENJADI UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

PANDUAN PENYUSUNAN PROPOSAL

PANDUAN PENYUSUNAN PROPOSAL PANDUAN PENYUSUNAN PROPOSAL Bantuan Seminar International Untuk Oral Presentation Tahun Anggaran 2015 Program BOPTN 2015 DIREKTORAT RISET DAN PENGABDIAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA 2015 PANDUAN PROPOSAL

Lebih terperinci

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 72/PUU-X/2012 Tentang Keberadaan Fraksi Dalam MPR, DPR, DPD dan DPRD

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 72/PUU-X/2012 Tentang Keberadaan Fraksi Dalam MPR, DPR, DPD dan DPRD RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 72/PUU-X/2012 Tentang Keberadaan Fraksi Dalam MPR, DPR, DPD dan DPRD I. PEMOHON Gerakan Nasional Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (GN-PK), dalam

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Arbisanit. Partai, Pemilu dan Demokrasi. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997).

DAFTAR PUSTAKA. Arbisanit. Partai, Pemilu dan Demokrasi. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997). DAFTAR PUSTAKA A. Buku Arbisanit. Partai, Pemilu dan Demokrasi. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997). Asshidiqie, Jimly. Menuju Negara Hukum yang Demokratis. (Jakarta: Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedaulatan rakyat menjadi landasan berkembangnya demokrasi dan negara republik.

I. PENDAHULUAN. Kedaulatan rakyat menjadi landasan berkembangnya demokrasi dan negara republik. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kedaulatan rakyat menjadi landasan berkembangnya demokrasi dan negara republik. Rakyat, hakikatnya memiliki kekuasaan tertinggi dengan pemerintahan dari, oleh, dan untuk

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN BERACARA DALAM PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT,

Lebih terperinci

2 Mengingat : Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 101, Tambaha

2 Mengingat : Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 101, Tambaha BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1985, 2014 PERATURAN BERSAMA. Pemilihan Umum. Penyelenggaraan. Tata Laksana. PERATURAN BERSAMA KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA, BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB II KOMISI YUDISIAL, MAHKAMAH KONSTITUSI, PENGAWASAN

BAB II KOMISI YUDISIAL, MAHKAMAH KONSTITUSI, PENGAWASAN BAB II KOMISI YUDISIAL, MAHKAMAH KONSTITUSI, PENGAWASAN A. Komisi Yudisial Komisi Yudisial merupakan lembaga tinggi negara yang bersifat independen. Lembaga ini banyak berkaitan dengan struktur yudikatif

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL 1 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Tujuan, Metodologi, dan Rekan Survei

Tujuan, Metodologi, dan Rekan Survei Sejak reformasi dan era pemilihan langsung di Indonesia, aturan tentang pemilu telah beberapa kali mengalami penyesuaian. Saat ini, empat UU Pemilu yang berlaku di Indonesia kembali dirasa perlu untuk

Lebih terperinci

Riwayat Penulis RIWAYAT PENULIS

Riwayat Penulis RIWAYAT PENULIS Riwayat Penulis RIWAYAT PENULIS Muh. Hasrul Dosen Tetap di Fakultas Hukum Universitas Hasanudin, Jalan Perintis Kemerdekaan Km. 10, Makassar, Sulawesi Selatan. Pendidikan S1 Ilmu Hukum, Program Pasca Sarjana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. karena keberhasilan suatu perusahaan atau organisasi terletak pada kemampuan

BAB 1 PENDAHULUAN. karena keberhasilan suatu perusahaan atau organisasi terletak pada kemampuan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman segala sesuatu aktifitas kerja dilakukan secara efektif dan efisien serta dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas,

Lebih terperinci

Term of Reference (ToR) Lomba Karya Ilmiah Siswa SMA dan SMK se-bekasi Dalam rangka Milad UNISMA ke-30 Tahun 2012

Term of Reference (ToR) Lomba Karya Ilmiah Siswa SMA dan SMK se-bekasi Dalam rangka Milad UNISMA ke-30 Tahun 2012 Term of Reference (ToR) Lomba Karya Ilmiah Siswa SMA dan SMK se-bekasi Dalam rangka Milad UNISMA ke-30 Tahun 2012 Panitia Gebyar Milad (PanMil) UNISMA ke-30 Universitas Islam 45 Bekasi Menyelenggarakan:

Lebih terperinci

KETENTUAN CALL FOR PAPERS SEMIKNAS 2017

KETENTUAN CALL FOR PAPERS SEMIKNAS 2017 KETENTUAN CALL FOR PAPERS SEMIKNAS 2017 Sub Sub Tema untuk presentasi makalah : 1. Manajemen Informasi Kesehatan 2. Manajemen Mutu Informasi Kesehatan 3. Kodifikasi Klasifikasi Penyakit dan Tindakan 4.

Lebih terperinci

PERATURAN KOMPETISI PERADILAN SEMU TINGKAT NASIONAL PIALA MUTIARA DJOKOSOETONO VII FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS INDONESIA BAB I KETENTUAN UMUM

PERATURAN KOMPETISI PERADILAN SEMU TINGKAT NASIONAL PIALA MUTIARA DJOKOSOETONO VII FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS INDONESIA BAB I KETENTUAN UMUM PERATURAN KOMPETISI PERADILAN SEMU TINGKAT NASIONAL PIALA MUTIARA DJOKOSOETONO VII FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS INDONESIA BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan : (1) Kompetisi

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nom

2016, No Mengingat : Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nom No.1190, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KI. Anggota. Seleksi dan Penetapan. Pelaksanaan. Pedoman. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia Nomor 12). PERATURAN KOMISI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI MAHKAMAH KONSTITUSI, MAHKAMAH AGUNG, PEMILIHAN KEPALA DAERAH

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI MAHKAMAH KONSTITUSI, MAHKAMAH AGUNG, PEMILIHAN KEPALA DAERAH BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI MAHKAMAH KONSTITUSI, MAHKAMAH AGUNG, PEMILIHAN KEPALA DAERAH 2.1. Tinjauan Umum Mengenai Mahkamah Konstitusi 2.1.1. Pengertian Mahkamah Konstitusi Mahkamah Konstitusi merupakan

Lebih terperinci

- 2 - MEMUTUSKAN : mencakup

- 2 - MEMUTUSKAN : mencakup - 2 - Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 201 Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5316); 4. Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 07 Tahun 2012 tentang Tahapan, Program,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuat UU. Sehubungan dengan judicial review, Maruarar Siahaan (2011:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuat UU. Sehubungan dengan judicial review, Maruarar Siahaan (2011: 34 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Judicial Review Kewenangan Judicial review diberikan kepada lembaga yudikatif sebagai kontrol bagi kekuasaan legislatif dan eksekutif yang berfungsi membuat UU. Sehubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. politiknya bekerja secara efektif. Prabowo Effect atau ketokohan mantan

BAB I PENDAHULUAN. politiknya bekerja secara efektif. Prabowo Effect atau ketokohan mantan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) yang memperoleh sekitar 11, 98 persen suara dalam Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif 9 april 2014 tidak mampu mengajukan

Lebih terperinci

proses perjalanan sejarah arah pembangunan demokrasi apakah penyelenggaranya berjalan sesuai dengan kehendak rakyat, atau tidak

proses perjalanan sejarah arah pembangunan demokrasi apakah penyelenggaranya berjalan sesuai dengan kehendak rakyat, atau tidak Disampaikan pada Seminar Nasional dengan Tema: Mencari Format Pemilihan Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah Yang Demokratis Dalam Rangka Terwujudnya Persatuan Dan Kesatuan Berdasarkan UUD 1945 di Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses panjang sistem ketatanegaraan dan politik di Indonesia telah mengalami suatu pergeseran atau transformasi yang lebih demokratis ditandai dengan perkembangan

Lebih terperinci

PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS

PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS Anang Dony Irawan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surabaya Jl. Sutorejo No. 59 Surabaya 60113 Telp. 031-3811966,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG PENETAPAN JUMLAH DAN TATA CARA PENGISIAN KEANGGOTAAN

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG PENETAPAN JUMLAH DAN TATA CARA PENGISIAN KEANGGOTAAN KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG PENETAPAN JUMLAH DAN TATA CARA PENGISIAN KEANGGOTAAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROPINSI DAN KABUPATEN/KOTA YANG BARU DIBENTUK Menimbang

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR: 05/PMK/2004 TENTANG PROSEDUR PENGAJUAN KEBERATAN ATAS PENETAPAN HASIL PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2004 MAHKAMAH

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN. A. Pengaturan Mengenai Pengisian Jabatan Presiden dan Wakil Presiden di Indonesia

BAB II PEMBAHASAN. A. Pengaturan Mengenai Pengisian Jabatan Presiden dan Wakil Presiden di Indonesia BAB II PEMBAHASAN A. Pengaturan Mengenai Pengisian Jabatan Presiden dan Wakil Presiden di Indonesia Indonesia sebagai negara yang berdasarkan atas kedaulatan rakyat sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat

Lebih terperinci

2 inkonsistensi dan menyisakan sejumlah kendala apabila dilaksanakan, sehingga perlu disempurnakan. Beberapa penyempurnaan tersebut, antara lain: a. P

2 inkonsistensi dan menyisakan sejumlah kendala apabila dilaksanakan, sehingga perlu disempurnakan. Beberapa penyempurnaan tersebut, antara lain: a. P TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PEMERINTAH DAERAH. Pemilihan. Gubernur. Bupati. Walikota. Perubahan.(Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 57) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci