Term Of Reference. A. Latar belakang
|
|
- Veronika Sudjarwadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Term Of Reference A. Latar belakang Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia (UUD) Tahun 1945 pascaperubahan mengatur secara tegas bagaimana kedaulatan rakyat sesuai Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 dilaksanakan. Menurut Pasal 22E UUD 1945, kedaulatan rakyat dilaksanakan melalui pemilihan umum. Pemilihan umum dilaksanakan untuk memilih hampir semua jabatan di level eksekutif dan legislatif. Di mana, pemilihan umum dilakukan untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden, anggota DPR, anggota DPD dan anggota DPRD. Bahkan, sejak 2005, melalui Undang-Undang Pemerintahan Daerah, pemilihan umum juga dilaksanakan untuk pengisian jabatan kepala daerah dan wakil kepala daerah. Secara kuantitatif, setidaknya ada enam jenis jabatan publik yang dipilih melalui pemilu sebagai wujud pelaksanaan kedaulatan rakyat. Dari aspek pengisian jabatan yang akan memimpin cabang kekuasaan tertentu, pemilihan umum dapat diklasifikasi menjadi dua, yaitu : pemilu anggota legislatif (DPR, DPD, DPRD Propinsi dan DPRD kabupaten/kota) dan pemilu eksekutif (Presiden dan Wakil Presiden, dan kepala daerah dan wakil kepala daerah). Sedangkan dari segi lingkup penyelenggaraanya, pemilu dapat dikelompokkan menjadi pemilu nasional (Presiden dan Wakil Presiden, DPR dan DPD) dan pemilu lokal/daerah (kepala daerah dan DPRD). Setelah perubahan UUD 1945, telah dilaksanakan dua kali pemilu untuk pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, DPR, DPD, DPRD propinsi dan DPRD kabupaten/kota. Selain itu juga telah dilaksanakan setidaknya dua kali pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah untuk masing-masing propinsi dan kabupaten/kota di lebih kurang 533 daerah otonom. Di mana untuk pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah di sebagian daerah juga dilakukan pemilihan ulang atau pemilihan putaran kedua. Apabila semua agenda pemilu tersebut diakumulasikan, rata-rata republik ini menyelenggarakan pemilihan umum sebanyak dua kali dalam sehari. Di satu sisi, mekanisme pemilihan langsung untuk setiap jabatan publik memberi ruang seluas-luasnya bagi setiap pemilih/rakyat sebagai pemegang kedaulatan untuk menentukan siapa orang yang akan diberi mandat menjalankan kekuasaan negara. Di sisi lain, pemilihan langsung yang demikian menimbulkan berbagai efek samping, seperti mahalnya ongkos penyelenggaraan, politik biaya tinggi, konflik antar kelompok kepentingan,
2 politisasi birokrasi, korupsi, instabilitas dan tidak efektifnya penyelenggaraan pemerintahan (terutama untuk tingkat daerah). Akibat berbagai persoalan dalam penyelenggaraan pemilihan umum dan pemilukada dalam satu dekade terakhir, muncullah berbagai pendapat agar sistem penyelenggaraan pemilihan umum kembali di evaluasi. Untuk alasan efektifitas sistem presidensial dan efisiensi penyelengggraan, pemilu nasional perlu digabung. Terkait hal ini, Mahkamah Konstitusi melalui Putusan Nomor 14/PUU-XI/2013 telah memutuskan,pemilihan Presiden dan Wakil Presiden dilaksanakan secara serentak dengan pemilu anggota DPR, DPD dan DPRD. Di mana, pemilihan umum serentak dimaksud baru akan dilaksanakan untuk pemilihan umum Tahun Bagaimana konsep implementasinya, tentu masih harus dibahas lebih lanjut. Demikian juga dengan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah, juga diusulkan untuk diselenggarakan secara serentak. Serentak secara nasional atau mungkin juga serentak untuk beberapa daerah. Hal ini ditujukan untuk mengatasi tingginya biaya yang dibutuhkan untuk penyelenggaraan pemilukada. Gagasan ini masih terus dibahas dan diperdebatkan dalam pembahasan RUU Pemilihan Kepala Daerah. Lebih ekstrim dari itu, dalam draf RUU tersebut, pemerintah bahkan mengusulkan agar pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah dikembalikan lagi kepada DPRD, tidak lagi dipilih secara langsung. Sampai saat ini, dinamika tentang sistem dan penyelenggaraan pemilu dan pemilukada masih terus berlangsung. Untuk pemilu nasional serentak, pada level gagasan barangkali berbagai pihak tentunya tidak keberatan dengan apa yang telah diputus Mahkamah Konstitusi melalui Putusan Nomor 14/PUU- XI/2013. Hanya saja, karena ada mandat untuk melakukan perubahan terhadap Undang-Undang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden, maka gagasan terkait arah perubahan juga perlu dibahas secara lebih mendalam oleh para pakar baik pakar hukum tata negara maupun pakar dalam bidang pemilihan umum. Adapun untuk pemilukada, pemerintah dan kelompok masyarakat sipil yang konsen untuk isu-isu pemilu masih berbeda pendapat terkait jalan keluar atas berbagai persoalan yang terjadi dalam penyelenggaraan pemilukada. Bahkan kalangan akademisi pun belum satu suara untuk persoalan ini. Agaknya, kaum akademis hanya baru satu kata untuk mengatakan bahwa sistem dan penyelenggaraan pemilu dan pemilukada masih harus ditata ulang. Untuk memberi ruang terhadap gagasan pembenahan sistem penyelenggaraan pemilu dan pemilukada tersebut, Pusat Studi Konstitusi (PUSaKO) Fakultas Hukum Universitas bekerjasama dengan Tahir Foundation dan Pemerintah Daerah Kota Sawahlunto berinisiatif mempertemukan para pemikir Hukum Tata Negara dan Pemilihan Umum Tanah Air dalam sebuah forum diskusi ilmiah.
3 Pertemuan tersebut dibingkai dalam satu tema yakni, Konferensi Nasional Hukum Tata Negara dan Penganugerahan Muhammad Yamin Award. Dalam acara tersebut juga akan diselenggarakan penyerahan penghargaan kepada para pemikir Hukum Tata Negara dan kepada para Penggiat perlindungan nilai-nilai konstitusi di masyarakat. Acara tersebut dinamakan: Muhammad Yamin Award. Penggunaan nama Muhammad Yamin sebagai anugerah ini dimaksudkan untuk memberikan penghargaan terhadap pemikiran-pemikiran beliau dalam terbentuknya konstitusi negara Republik Indonesia. Sehingga peran serta Muhammad Yamin dalam pembentukan konstitusi menjadi motivasi bagi para penerus pemikir Hukum Tata Negara dan penggiat perlindungan nilai-nilai konstitusi. B. Tujuan Pelaksanaan Pelaksanaan acara ini bertujuan untuk memperkaya gagasan terkait kajian penyelenggaraan pemilu dan pemilukada di Indonesia. Hasil konferensi ini diharapkan akan menjadi masukan bagi pengambil kebijakan dalam menata sistem dan penyelenggaraan pemilu dan pemilihan kepala daerah di Indonesia. Selain itu, kegiatan ini juga ditujukan untuk memberikan apresiasi kepada orang-orang dan lembaga yang telah memberikan sumbangsih dalam bidang Hukum Tata Negara dan konstitusi. C. Rangkaian Kegiatan 1. Konferensi Konferensi ini akan dilaksanakan dengan sejumlah rangkaian kegiatan sebagai berikut : a. Seminar Nasional Seminar ini bertujuan memberikan pandangan umum mengenai kondisi mutakhir ketatanegaraan, khususnya terkait sistem dan penyelenggaraan pemilihan umum dan pemilihan kepala daerah di tanah air. Seminar akan diawali dengan penyampaian Keynote Speech dengan tema Pemilu Serentak dan Masa Depan Demokrasi Indonesia oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH., Ketua Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP)/Pakar Hukum Tata Negara.
4 Selanjutnya akan diikuti dengan tiga sesi seminar yang terdiri dari: - Sesi Pertama membahas tema: Pemilihan Umum Nasional Serentak Pembicara: 1. Drs. Lukman Hakim Saifuddin (Wakil Ketua MPR RI) 2. Prof. Dr. Ramlan Surbakti (Guru Besar Ilmu Politik Unair/Wakil Ketua KPU RI, ) 3. Prof. Dr. Saldi Isra, S.H (Guru Besar Hukum Tata Negara, Direktur Pusat Studi Konstitusi (PUSaKO) Fakultas Hukum Universitas Andalas) - Sesi Kedua membahas tema: Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Serentak Pembicara: 1. Prof. Dr. Johermansyah Johan (Direktur Jenderal Otonomi Daerah Kemendagri) 2. Prof. Dr. R. Siti Zuhro (Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) 3. Titi Angraini, SH., MH. (Direktur Perkumpulan Untuk Pemilu dan Demokrasi) - Sesi Ketiga membahas tema: Penyelenggaraan, Pengawasan dan Pendanaan Pemilu dan Pemilukada Pembicara: 1. Husni Kamil Manik, SP (Ketua Komisi Pemilihan Umum RI) 2. Dr. Muhammad(Ketua Badan Pengawas Pemilu RI) 3. Prof. Topo Santoso, SH., Ph.D (Dekan Fakultas Hukum Universitas Indonesia) 4. J. Danang Widoyoko (Koordinator Badan Pekerja ICW) b. Paralel Group Discussion Paralel Group Discussion ini merupakan kelompok peserta yang akan mendalami kajian Hukum Tata Negara dengan tema yang telah ditetapkan panitia. Dimana, masing-masing call paper akan memaparkan pokok-pokok pemikirannya di masing-masing kelompok sesuai tema secara paralel. Adapun tema paralel group discussion adalah sebagai berikut :
5 Paralel I :Pemilihan Umum Nasional Serentak Sub Tema : 1. Gagasan Pemilihan Umum dalam Perubahan UUD Desain Pemilihan Umum Nasional Serentak 3. Pemilu Nasional Serentak dan Penguatan Sistem Presidensial 4. Ambang Batas Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden (Presidential Threshold) Paralel II : Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Serentak Sub Tema : 1. Pemilukada dan Titik Berat Otonomi Daerah. 2. Perubahan Sistem Pemilukada : pemilihan langsung vs pemilihan oleh DPRD. 3. Desain Pemilukada Serentak. Paralel III : Kompilasi Pengaturan Penyelenggaraan Pemilihan Umum Sub Tema : 1. Desain Hubungan Kelembagaan Penyelenggara Pemilu. 2. Desain Penegakan dan Penyelesaian Masalah Hukum Pemilu dan Pemilukada. Paralel IV : Pendanaan Pemilu dan Pemilukada Sub Tema : 1. Pelaporan dan Pengawasan Dana Kampanye Pemilu dan Pemilukada. 2. Efisiensi Anggaraan Penyelenggaraan Pemilu dan Pemilukada. c. Peserta Peserta merupakan akademisi, praktisi pemilu, pemerintah, penggiat konstitusi dan pemilu, peneliti, organisasi, mahasiswa dan media sebanyak orang. Dimana, 40 orang di antaranya merupakan peserta call papers. 2. PenganugerahanMuhammad Yamin Award (MYA) Kegiatan penganugerahan Muhammad Yamin Award akan dilakukan pada malam terakhir pelaksanaan Konferensi. Di mana dalam kegiatan ini akan dilakukan pemberian award kepada tokoh-tokoh yang dinilai memberikan sumbangsih bagi perkembangan pemikiran konstitusi dan pengorbanannya bagi pemajuan nilai-nilai konstitusi, gagasan Pancasila dan UUD Penyerahan Muhammad Yamin Award akan diawali dengan penyampaian Orasi Konstitusi Pemikiran Yamin dan Arah Perkembangan Demokrasi Indonesia oleh Yudi Latif. Di mana, seluruh peserta seminar dan paralel group discussion juga akan mengikuti malam penyerahan Muhammad Yamin Award ini.
6 3. Napak Tilas dan City Tour Pada hari terakhir pelaksanaan kegiatan ini, seluruh peserta akan mengikuti kunjungan wisata di Kota Sawahlunto. Peserta akan mengunjungi tempattempat wisata bersejarah di kota yang dijuluki sebagai Kota Tambang Budaya. Termasuk mengunjungi makam Pahlawan Nasional, Muhammad Yamin di Talawi, Sawahlunto. D. Waktu dan Tempat 1. Konferensi Nasional Isu-Isu Hukum Tata Negara a. Penerimaan dan Seleksi paper peserta Tanggal : 10 Februari s/d 10 April 2014 b. Pelaksanaan Konferensi Tanggal : 29 Mei 1 Juni 2014 Tempat : Kota Sawahlunto 2. Muhammad Yamin Award a. Seleksi penerima Muhammad Yamin Award Tanggal : 1 Februari s/d 15 Mei 2014 b. Penganugerahan Muhammad Yamin Award dan Malam Kesenian Tanggal : 31 Mei 2014 Tempat : Kota Sawahlunto 3. Napak Tilas dan City Tour Tanggal : 31 Mei 2014 Tempat : Kota Sawahlunto E. Ketentuan Pendaftaran 1. Pendaftaran seminar dan paralel group discussion dilakukan tanggal 9 Februari sampai 20 Maret Calon peserta call papers mengirimkan abstrak makalah dengan memilih salah satu sub-tema sebagai berikut : a. Gagasan Pemilihan Umum dalam Perubahan UUD 1945 b. Desain Pemilihan Umum Nasional Serentak c. Pemilu Nasional Serentak dan Penguatan Sistem Presidensial d. Ambang Batas Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden (Presidential Threshold) e. Pemilukada dan Titik Berat Otonomi Daerah. f. Perubahan Sistem Pemilukada : pemilihan langsung vs pemilihan oleh DPRD. g. Desain Pemilukada Serentak. h. Desain Hubungan Kelembagaan Penyelenggara Pemilu. i. Desain Penegakan dan Penyelesaian Masalah Hukum Pemilu dan Pemilukada.
7 j. Pelaporan dan Pengawasan Dana Kampanye Pemilu dan Pemilukada. k. Efisiensi Anggaraan Penyelenggaraan Pemilu dan Pemilukada. 3. Abstrak terpilih akan diumumkan pada tanggal 25 Maret 2014 melalui website resmi Pusat Studi Konstitusi (PUSaKO) 4. Bagi abstrak terpilih selanjutnya diharuskan mengirimkan makalah selambat-lambatnya tanggal 10 April Makalah terpilih akan diumumkan pada tanggal 17 April 2014 melalui website resmi Pusat Studi Konstitusi (PUSaKO) 6. Empat puluh makalah terpilih akan diberi kesempatan untuk mempresentasikan makalahnya dalam paralel group discussion. 7. Makalah terpilih, makalah narasumber dan hasil kajian PUSaKO akan diterbitkan dalam satu buku. 8. Bagi yang tidak lolos dalam seleksi 40 makalah terpilih, dapat menjadi peserta non call papers dalam kegiatan konferensi. F. Ketentuan Penulisan Paper 1. Abstrak Makalah a. Sub tema yang dipilih ditulis pada bagian kanan atas pada halaman pertama abstrak. b. Judul ditulis dengan huruf kapital, bold, centered, maksimum 12 kata. c. Abstrak ditulis dalam bahasa Indonesia antara kata, menggunakan kertas ukuran A4, margin atas 3 cm, bawah 2.5 cm, kiri 3 cm, dan kanan 2.5 cm; Cambria, 12 pt. d. Nama lengkap penulis (tanpa gelar), instansi, nomor telp/hp, dan di akhir abstrak. Abstrak dikirim melalui sekretariat@pusako.or.id 2. Makalah Lengkap a. Judulditulis dengan huruf kapital, maksimum 12 kata diposisikan di tengah (center); b. Nama lengkap penulis tanpa gelar dan instansi c. Sistematika penulisan naskah adalah sebagai berikut: 1. Judul; 2. Nama lengkap penulis; 3. Kata kunci, yang mencerminkan substansi makalah; 4. Pendahuluan; 5. Sub judul (sesuai dengan keperluan pembahasan); 6. Penutup; dan 7. Daftar Pustaka d. Menggunakan ukuran A4, margin: atas 3 cm, bawah 2.5 cm, kiri 3 cm, dan kanan 2.5 cm; e. Panjang naskah antara s.d kata, tidak termasuk catatan kaki (footnote), spasi 1, huruf Cambria, ukuran 12; f. Kutipan kalimat ditulis secara langsung apabila lebih dari empat baris dipisahkan dari teks dengan jarak satu spasi dengan ukuran huruf 11
8 poin. Sedangkan kutipan kurang dari empat baris diintegrasikan dalam teks. Setiap kutipan diberi nomor. Sistem pengutipan adalah footnote. g. Ketentuan dalam penulisan catatan kaki (footnote) sebagi berikut: - Emanuel Subangun, Negara Anarkhi, (Yogyakarta: LKiS, 2004), hlm Tresna, Komentar HIR, Cetakan Ketujuh belas, (Jakarta: PT Pradnya Paramita, 2001), hlm Paul Scholten, Struktus Ilmu Hukum, Terjemahan dari De Structure der Rechtswetenschap, Alih bhasa: arief Sidharta, (Bandung: PT Alumni, 2003), hlm Jumlah BUMN Diciutkan Jadi 50, Republika, 19 Oktober Prijono Tjiptoherijanto, Jaminan Sosial Tenaga Kerja Di Indonesia diakses tanggal 2 Januari h. Daftar Pustaka ditulis sesuai urutan abjad, nama akhir penulisdiletakkan di depan. Contoh: - Asshiddiqie, Jimly, Sengketa Kewenangan Antar Lembaga Negara, cetakan pertama, Jakarta: Konstitusi Press. - Burchi, Tefano, Current Developments and Trends in Water Resources Legislation and Administration. Paper presented at 3 rd Conference of the International Association for Water Kaw (AIDA) Alicante, Spain: AIDA, December Anderson, Benedict, The Idea of Power in Javanese Culture dalam Claire Holt, ed., Culture and Politics in Indonesia, Ithaca, N.Y.: Conell University Press. - Jamin. Moh., Implikasi Penyelenggaraan Pilkada Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi, Jurnal Konstitusi, Volume 2 Nomor 1, Juli 2005, Jakarta: Mahkamah Konsitusi. - Indonesia, Undang-Undang No. 24 Tahun 2003 tentang Mahkamh Konstitusi. - Republika, Jumlah BUMN Diciutkan Jadi 50, 19 Oktober Tjiptoherijanto,Prijono. Jaminan Sosial Tenaga Kerja Di Indonesia, diakses tanggal 2 Januari i. Penutup: artikel ditutup dengan kesimpulan; j. Biografi singkat: biografi penulis mengandung unsur :nama lengkap dengan gelar akademik, tempat tugas, riwayat pendidikan formal(s1, S2, S3), dan bidang keahlian akademik. Makalah dikirim melalui sekretariat@pusako.or.id G. Ketentuan Akomodasi dan Transportasi 1. Peserta call papers a. Setiap peserta akan mendapatkan penggantian biaya penulisan paper yang besarannya ditentukan panitia. b. Setiap peserta di luar Sumatera Barat akan mendapatkan penggantian tiket penerbangan (PP)dan akomodasi selama pelaksanaan kegiatan, yang besarannya ditentukan oleh panitia.
9 c. Panitia menyediakan transportasi untuk penjemputan peserta yang berasal dari luar Sumatera Barat, dari Bandara Internasional Minangkabau menuju penginapan dan sebaliknya, sesuai ketentuan: - Penjemputan dari Bandara ke tempat pelaksanaan acara dilakukan dengan menggunakan angkutan darat yang disediakan oleh Panitia. - Penjemputan pada tanggal 29 Mei 2014 dari Bandara dimulai Pukul WIB (di luar jadwal tersebut TIDAK menjadi tanggung jawab panitia). - Pengantaran untuk kepulangan pada tanggal 1 Juni 2014 ke Bandara dimulai pada pukul WIB (di luar jadwal tersebut TIDAK menjadi tanggung jawab panitia), (estimasi waktu perjalanan penginapan ke Bandara ± 3 jam). d. Bagi peserta yang berasal dari luar Sawahlunto dalam Sumatera Barat, langsung menuju lokasi penyelenggaraan kegiatan di Kota Sawahlunto. Panitia menyediakan penggantian transport lokal (PP) dengan besaran yang ditentukan oleh panitia. e. Panitia menyediakan penginapan dengan ketentuan: - Panitia berhak menentukan kamar dan tempat peserta menginap. - Panitia berhak menentukan teman sekamar peserta (sesama laki-laki dan semasa perempuan) - Panitia hanya menjadi fasilitator antara Peserta dan pihak penginapan. Panitia tidak bertanggung jawab atas kerusakan/kehilangan fasilitas penginapan yang disebabkan oleh kelalaian peserta. f. Panitia menyediakan konsumsi bagi peserta selama kegiatan berlangsung. 2. Peserta Non Call Papers a. Panitia hanya menyediakan transportasi untuk penjemputan peserta yang berasal dari luar Sumatera Barat, dari Bandara Internasional Minangkabau menuju penginapan dan sebaliknya, sesuai ketentuan: - Penjemputan dari Bandara ke tempat pelaksanan acara dilakukan dengan menggunakan angkutan darat yang disediakan oleh Panitia. - Penjemputan pada tanggal 29 Mei 2014 dari Bandara dimulai Pukul WIB (di luar jadwal tersebut TIDAK menjadi tanggung jawab panitia). - Pengantaran untuk kepulangan pada tanggal 1 Juni 2014 ke Bandara dimulai pada pukul WIB (di luar jadwal tersebut TIDAK menjadi tanggung jawab panitia), (estimasi waktu perjalanan penginapan ke Bandara ± 3 jam). b. Bagi peserta yang berasal dari luar Sawahlunto dalam Sumatera Barat, langsung menuju lokasi penyelenggaraan kegiatan di Kota Sawahlunto. Panitia menyediakan penggantian transport lokal (PP) dengan besaran yang ditentukan oleh panitia. c. Panitia menyediakan penginapan bagi peserta non call papers dengan ketentuan: - Panitia berhak menentukan kamar dan tempat peserta menginap.
10 - Panitia berhak menentukan teman sekamar peserta (sesama laki-laki dan semasa perempuan) - Panitia hanya menjadi fasilitator antara Peserta dan pihak penginapan, dimana apabila terjadi kerusakan/penggantian rugi yang disebabkan oleh kelalaian peserta, berada di luar tanggung jawab panitia. d. Panitia menyediakan konsumsi bagi peserta selama kegiatan berlangsung. H. Penutup Demikian Term of Reference ini dibuat sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan ini.
PANITIA KONFERENSI NASIONAL HUKUM TATA NEGARA Ke-3
PANITIA KONFERENSI NASIONAL HUKUM TATA NEGARA Ke-3 Term of Reference Pembaharuan Partai Politik di Indonesia Latar Belakang Pada awalnya, partai politik di Indonesia tidak difungsikan sebagai mesin politik
Lebih terperinciPedoman Penulisan Jurnal Konstitusi
Pedoman Penulisan Jurnal Konstitusi Jurnal Konstitusi adalah salah satu media dwi-bulanan yang diterbitkan oleh Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi sebagai upaya mempublikasikan ide
Lebih terperinciPANITIA KONFERENSI NASIONAL HUKUM TATA NEGARA Ke-2. Term Of Reference Menata Proses Seleksi Pimpin an Lembaga Negara
PANITIA KONFERENSI NASIONAL HUKUM TATA NEGARA Ke-2 Term Of Reference Menata Proses Seleksi Pimpin an Lembaga Negara A. Latar Belakang Ketika merubah Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia
Lebih terperinciPUSKASI FH UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG RIWAYAT PENULIS
RIWAYAT PENULIS Prof. DR. Ir. IWAN NUGROHO, MS. Guru besar Perencanaan Pembangunan Wilayah, mengajar pada PS Agribisnis, Fakultas Pertanian, Univerversitas Widyagama Malang, PS Kesling Stikes Widyagama
Lebih terperinciPEDOMAN PENERBITAN JURNAL KONSTITUSI KERJASAMA MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN FAKULTAS HUKUM DAN PUSAT KAJIAN KONSTITUSI (PKK) TAHUN 2013
PEDOMAN PENERBITAN JURNAL KONSTITUSI KERJASAMA MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN FAKULTAS HUKUM DAN PUSAT KAJIAN KONSTITUSI (PKK) TAHUN 2013 KEPANITERAAN DAN SEKRETARIAT JENDERAL MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK
Lebih terperinciSEMINAR NASIONAL PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM TERHADAP PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA
SEMINAR NASIONAL PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM TERHADAP PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA 0 SEMINAR NASIONAL PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM TERHADAP PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA I. LatarBelakang Indonesia merupakan negara
Lebih terperinciSUSUNAN ACARA KONFERENSI NASIONAL HUKUM TATA NEGARA KE-3 Demokratisasi Partai Politik Bukitinggi, 5-8 SEPTEMBER 2016
SUSUNAN ACARA KONFERENSI NASIONAL HUKUM TATA NEGARA KE-3 Demokratisasi Partai Politik, 5-8 SEPTEMBER 2016 Hari/Tanggal : Senin, 5 September 2016 Tempat : Convention Hall Universitas Andalas No Waktu Kegiatan
Lebih terperinciHasil Penelitian Kajian Konseptual
Call for Papers Redaksi Jurnal Konstitusi mengundang para akademisi, pengamat, praktisi dan mereka yang berminat untuk memberikan tulisan mengenai putusan Mahkamah Konstitusi, hukum konstitusi dan ketatanegaraan.
Lebih terperinciPerlombaan dilakukan antar SMA/sederajat se-sumatera Barat, Riau dan Jambi dengan ketentuan sebagai berikut:
Lampiran II: Term of References (ToR) Debat Hukum dan Konstitusi Tingkat SMA/Sederajat Se-Sumatera Barat, Riau dan Jambi Debat konstitusi adalah kegiatan lomba debat mengenai topik-topik yang berkaitan
Lebih terperinciIII. Kesimpulan. Kutipan Internet/media online: Nama penulis, judul tulisan, alamat portal (website/online), tanggal diakses/unduh.
Call for Papers Redaksi Jurnal Konstitusi mengundang para akademisi, pengamat, praktisi dan mereka yang berminat untuk memberikan tulisan mengenai putusan Mahkamah Konstitusi, hukum konstitusi dan ketatanegaraan.
Lebih terperinciTerm Of Reference. Diskusi Publik Proyeksi Penegakan Hukum Pemilu dan Pemilihan Kepala Daerah Kedepan. Jakarta, 13 November 2014
Jalan Tebet Timur IVA No. 1, Tebet Jakarta Selatan, Indonesia Telp. 021-8300004, Faks. 021-83795697 perludem@cbn.net.id, perludem@gmail.com www.perludem.or.id Term Of Reference Diskusi Publik Proyeksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pemerintah Daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan Pemerintah
Lebih terperinciLAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI
TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan Reforma Agraria)
Lebih terperinciMEKANISME DAN MASALAH-MASALAH KRUSIAL YANG DIHADAPI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG. Oleh : Nurul Huda, SH Mhum
MEKANISME DAN MASALAH-MASALAH KRUSIAL YANG DIHADAPI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG Oleh : Nurul Huda, SH Mhum Abstrak Pemilihan Kepala Daerah secara langsung, yang tidak lagi menjadi kewenangan
Lebih terperinciLAPORAN SINGKAT PANJA RUU PILKADA KOMISI II DPR RI
TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT PANJA RUU PILKADA KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan
Lebih terperinciTerm of References (ToR) Lomba Cerdas Cermat (LCC) Hukum dan Konstitusi Tingkat SMA/Sederajat Se-Sumatera Barat, Riau dan Jambi
Lampiran III: Term of References (ToR) Lomba Cerdas Cermat (LCC) Hukum dan Konstitusi Tingkat SMA/Sederajat Se-Sumatera Barat, Riau dan Jambi A. Bahan yang diujikan. Bahan yang diujikan dalam Lomba Cerdas
Lebih terperinciRINGKASAN PERMOHONAN PERKARA
RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 56/PUU-XI/2013 Parlementary Threshold, Presidential Threshold, Hak dan Kewenangan Partai Politik, serta Keberadaan Lembaga Fraksi di DPR I. PEMOHON Saurip Kadi II. III.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikelola salah satunya dengan mengimplementasikan nilai-nilai demokrasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Founding fathers bangsa Indonesia telah memberikan ketegasan di dalam perumusan dasar pembentukan negara dimana Indonesia harus dibangun dan dikelola salah satunya dengan
Lebih terperinciTugas dan Fungsi MPR Serta Hubungan Antar Lembaga Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan
Tugas dan Fungsi MPR Serta Hubungan Antar Lembaga Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan Oleh: Dr. (HC) AM. Fatwa Wakil Ketua MPR RI Kekuasaan Penyelenggaraan Negara Dalam rangka pembahasan tentang organisisasi
Lebih terperinciHubungan Antar Lembaga Negara IRFAN SETIAWAN, S.IP, M.SI
Hubungan Antar Lembaga Negara IRFAN SETIAWAN, S.IP, M.SI Lembaga negara merupakan lembaga pemerintahan negara yang berkedudukan di pusat yang fungsi, tugas, dan kewenangannya diatur secara tegas dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Reformasi memberikan perubahan mendasar dalam penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu) di Indonesia. Perubahan tersebut dapat dilihat pada hasil amandemen ketiga Undang-
Lebih terperinciBAB II PENGATURAN TUGAS DAN WEWENANG DEWAN PERWAKILAN DAERAH DI INDONESIA. A. Kewenangan Memberi Pertimbangan dan Fungsi Pengawasan Dewan
BAB II PENGATURAN TUGAS DAN WEWENANG DEWAN PERWAKILAN DAERAH DI INDONESIA A. Kewenangan Memberi Pertimbangan dan Fungsi Pengawasan Dewan Perwakilan Daerah DPD sebagai Lembaga Negara mengemban fungsi dalam
Lebih terperinciMAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MAHKAMAH KONSTITUSI
MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR : 04/PMK/2004 TENTANG PEDOMAN BERACARA DALAM PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN UMUM MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA Menimbang
Lebih terperinciBAB III KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI DALAM SENGKETA PEMILIHAN KEPALA DAERAH. A. Kewenangan Mahkamah Konstitusi Dalam Sengketa Pilkada
BAB III KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI DALAM SENGKETA PEMILIHAN KEPALA DAERAH A. Kewenangan Mahkamah Konstitusi Dalam Sengketa Pilkada 1. Sebelum Putusan Mahkamah Konstitusi No. 97/PUU-XI/2013 Mahkamah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengesahan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengertian pemilihan kepala daerah (pilkada) berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan
Lebih terperinciMAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PANDUAN PELAKSANAAN LOMBA KARYA TULIS EMPAT PILAR KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA
MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA ----------- PANDUAN PELAKSANAAN LOMBA KARYA TULIS EMPAT PILAR KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA (PANCASILA, UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciSTATUTA ASOSISI MAHKAMAH KONSTITUSI DAN INSTITUSI SEJENIS SE-ASIA
STATUTA ASOSISI MAHKAMAH KONSTITUSI DAN INSTITUSI SEJENIS SE-ASIA Pembukaan Presiden atau Kepala mahkamah konstitusi dan institusi sejenis yang melaksanakan kewenangan konstitusional di Asia: MENGINGAT
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA MENJADI UNDANG-UNDANG
Lebih terperinciDEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Tahun Sidang Masa Persidangan Rapat ke Jenis rapat Hari/tanggal P u k u l T e m p a t A c a r a Ketua Rapat Sekretaris Hadir LAPORAN SINGKAT RAPAT KOORDINASI
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.23, 2015 PEMERINTAHAN DAERAH. Pemilihan. Gubernur. Bupati. Walikota. Penetapan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5656) UNDANG-UNDANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang ditetapkan oleh lembaga legislatif.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semenjak demokrasi menjadi atribut utama Negara modern, maka lembaga perwakilan merupakan mekanisme utama untuk merealisasi gagasan normatif bahwa pemerintahan
Lebih terperinciTugas dan Wewenang serta Dasar Hukum Lembaga Negara
Tugas dan Wewenang serta Dasar Hukum Lembaga Negara Bagan Lembaga Negara Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Tugas dan Wewenang MPR Berikut tugas dan wewenang dari Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).
Lebih terperinciPP 33/1999, PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1999 TENTANG PEMILIHAN UMUM. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PP 33/1999, PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1999 TENTANG PEMILIHAN UMUM Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 33 TAHUN 1999 (33/1999) Tanggal: 19 MEI 1999 (JAKARTA) Tentang: PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG
Lebih terperinciPEMILIHAN UMUM. R. Herlambang Perdana Wiratraman, SH., MA. Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya, 6 Juni 2008
PEMILIHAN UMUM R. Herlambang Perdana Wiratraman, SH., MA. Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya, 6 Juni 2008 Sub Pokok Bahasan Memahami Sistem Pemilu dalam Ketatanegaraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memerlukan perppu (peraturan pemerintah pengganti undang-undang). 1 Karena
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) diberitakan kemungkinan bakal menjadi calon tunggal dalam pemilihan presiden tahun 2009. Kemungkinan calon tunggal dalam pilpres
Lebih terperinciMAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA KERANGKA ACUAN LOMBA KARYA TULIS MAHKAMAH KONSTITUSI 2009 PENYELENGGARA SEKRETARIAT JENDERAL DAN KEPANITERAAN
MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA KERANGKA ACUAN LOMBA KARYA TULIS MAHKAMAH KONSTITUSI 2009 PENYELENGGARA SEKRETARIAT JENDERAL DAN KEPANITERAAN MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA JAKARTA, 13 JULI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat prinsipil. Karenanya dalam rangka pelaksanaan hak-hak asasi adalah suatu keharusan bagi pemerintah
Lebih terperinciMAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA TERM OF REFERENCE (TOR) SEMINAR NASIONAL SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA
1 MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA --------- TERM OF REFERENCE (TOR) SEMINAR NASIONAL SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA FORMAT IDEAL SISTEM PERWAKILAN INDONESIA PUSAT PENGKAJIAN SEKRETARIAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. susunan organisasi negara yang terdiri dari organ-organ atau jabatan-jabatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara senantiasa memiliki seperangkat kaidah yang mengatur susunan organisasi negara yang terdiri dari organ-organ atau jabatan-jabatan kenegaraan untuk menjalankan
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
1 of 7 06/07/2009 2:37 Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Departemen Hukum Dan HAM Teks tidak dalam format asli. Kembali LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 8, 2001 KEPUTUSAN PRESIDEN
Lebih terperinciKETETAPAN DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 16/TAP/DPM UI/IV/2015
KETETAPAN DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 16/TAP/DPM UI/IV/2015 TENTANG MEKANISME LANJUTAN SELEKSI HAKIM KONSTITUSI MAHKAMAH MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten/Kota 1 periode 2014-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan umum (pemilu) untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. praktik ketatanegaraan Indonesia. Setiap gagasan akan perubahan tersebut
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bergulirnya reformasi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998 membawa dampak banyak perubahan di negeri ini, tidak terkecuali terhadap sistem dan praktik ketatanegaraan
Lebih terperinciDaftar Riwayat Hidup
Daftar Riwayat Hidup Nama : Dra. Evi Novida Ginting Manik, M.SP Tempat dan Tanggal Lahir : Medan, 11 November 1966 Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Status Perkawinan : a. Menikah b. Nama Suami:
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.373, 2014 KPU. Rekapitulasi. Perolehan Suara. Kecamatan. Kabupaten/Kota. Kecamatan. Pemilu DPR. Perubahan. PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.245, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAH DAERAH. Pemilihan. Gubernur. Bupati. Walikota. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5588) PERATURAN
Lebih terperinciLOMBA KARYA TULIS ILMIAH
LOMBA KARYA TULIS ILMIAH GLANCE 2017 A. Latar Belakang Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional (LKTIN) merupakan salah satu rangkaian acara dari GLANCE 2017 yang merupakan peringatan dies natalis LNG Academy
Lebih terperinciPERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG TAHAPAN, PROGRAM DAN JADWAL PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM TAHUN 2019
RANCANGAN KONSULTASI DPR RI PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG TAHAPAN, PROGRAM DAN JADWAL PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM TAHUN 2019 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciRINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 70/PUU-XV/2017
RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 70/PUU-XV/2017 Ambang Batas Pencalonan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden (Presidential Threshold) I. PEMOHON Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra, S.H., M.Sc dan Ir.
Lebih terperinciRechtsVinding Online
IMPLIKASI PUTUSAN MK NOMOR 92/PUU-XIV/2016 DI DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN KPU Oleh: Achmadudin Rajab * Naskah Diterima: 18 Juli 2017, Disetujui: 26 Juli 2017 Pasal yang diuji dan dibatalkan dalam perkara
Lebih terperinciBAB III PERALIHAN KEWENANGAN MAHKAMAH AGUNG KEPADA MAHKAMAH KONSTITUSI DALAM MENYELESAIKAN SENGKETA PEMILUKADA
BAB III PERALIHAN KEWENANGAN MAHKAMAH AGUNG KEPADA MAHKAMAH KONSTITUSI DALAM MENYELESAIKAN SENGKETA PEMILUKADA A. Penyelesaian Sengketa Hasil Pemilukada di Mahkamah Agung 1. Tugas dan Kewenangan Mahkamah
Lebih terperinciLOMBA KARYA TULIS ILMIAH GLANCE 2017
LOMBA KARYA TULIS ILMIAH GLANCE 2017 A. Latar Belakang Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional (LKTIN) merupakan salah satu rangkaian acara dari GLANCE 2017 yang merupakan peringatan dies natalis LNG Academy
Lebih terperinciPENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Konstitusi dan Rule of Law
Modul ke: 07 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Konstitusi dan Rule of Law Fakultas PSIKOLOGI Program Studi PSIKOLOGI Rizky Dwi Pradana, M.Si Sub Bahasan 1. Pengertian dan Definisi Konstitusi 2. Hakikat dan Fungsi
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.243, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KPU. Dana Kampanye. Pelaporan. Pedoman. Perubahan. PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk rakyat (Abraham Lincoln). Demokrasi disebut juga pemerintahan rakyat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Demokrasi adalah suatu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat (Abraham Lincoln). Demokrasi disebut juga pemerintahan rakyat sebagai bentuk pemerintahan
Lebih terperinciPEDOMAN TEKNIS VERIFIKASI SYARAT CALON PENGGANTI ANTARWAKTU ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH PEMILIHAN UMUM TAHUN 2009
PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 02 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN TEKNIS VERIFIKASI SYARAT CALON PENGGANTI ANTARWAKTU ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH PEMILIHAN UMUM TAHUN
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI (OBYEK PENELITIAN) hukum kenamaan asal Austria, Hans Kelsen ( ). Kelsen menyatakan
BAB II DESKRIPSI (OBYEK PENELITIAN) 2.1 Sejarah Singkat Organisasi Keberadaan Mahkamah Konstitusi (MK) baru diperkenalkan oleh pakar hukum kenamaan asal Austria, Hans Kelsen (1881-1973). Kelsen menyatakan
Lebih terperinciProf. Hikmahanto Juwana, SH., LL.M., Ph.D (Guru Besar Hukum Internasional Fakultas Hukum UI)
PENDAHULUAN Sesuai dengan semangat yang dibangun oleh Pemerintah dalam upaya memperkuat posisi Indonesia sebagai negara maritim dan menjaga wilayah perbatasan, menjadi suatu pembahasan yang menarik bagi
Lebih terperinciMAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 20/PUU-XVI/2018
rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 20/PUU-XVI/2018 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PEMILIHAN UMUM TERHADAP UNDANG-UNDANG
Lebih terperinciRINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 72/PUU-XV/2017
RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 72/PUU-XV/2017 Presidential Threshold 20% I. PEMOHON 1. Mas Soeroso, SE. (selanjutnya disebut sebagai Pemohon I); 2. Wahyu Naga Pratala, SE. (selanjutnya disebut sebagai
Lebih terperinciKODIFIKASI UNDANG-UNDANG PEMILU. Sekretariat Bersama Kodifikasi Undang-undang Pemilu
KODIFIKASI UNDANG-UNDANG Sekretariat Bersama Kodifikasi Undang-undang Pemilu TAHAP KE-1 KAJIAN DAN SIMULASI SISTEMATIKA KODIFIKASI TAHAP KE-2 Jun-Des 2014 Jun 2015 April 2016 KAJIAN DAN SIMULASI MATERI
Lebih terperinciBAB III PELAKSANAAN TUGAS DAN KEWENANGAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM (DKPP) DALAM PEMILU LEGESLATIF DI KABUPATEN
BAB III PELAKSANAAN TUGAS DAN KEWENANGAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM (DKPP) DALAM PEMILU LEGESLATIF DI KABUPATEN CIANJUR TAHUN 2014 A. Kode Etik Penyelenggara Pemilu Amandemen UUD 1945
Lebih terperinciURGENSI MENYEGERAKAN PEMBAHASAN RUU KITAB HUKUM PEMILU Oleh: Achmadudin Rajab * Naskah diterima: 17 Juli 2016; disetujui: 15 September 2016
URGENSI MENYEGERAKAN PEMBAHASAN RUU KITAB HUKUM PEMILU Oleh: Achmadudin Rajab * Naskah diterima: 17 Juli 2016; disetujui: 15 September 2016 Rancangan Undang-Undang tentang Kitab Hukum Pemilu (RUU Kitab
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. ini merupakan penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia. DPR dan DPRD dipilih oleh rakyat serta utusan daerah dan golongan
BAB I I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 disebutkan bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Asshiddiqie, Jimly Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Jakarta: Sekertariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi.
DAFTAR PUSTAKA Asshiddiqie, Jimly. 2006. Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Jakarta: Sekertariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi. Asshiddiqie, Jimly. 2007. Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia
Lebih terperinciKEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA TANJUNGBALAI. NOMOR: 5 /Kpts/KPU /2015
KEPUTUSAN NOMOR: 5 /Kpts/KPU-002.434894/2015 TENTANG PENETAPAN JUMLAH MINIMAL PEROLEHAN KURSI DAN AKUMULASI PEROLEHAN SUARA SAH PARTAI POLITIK ATAU GABUNGAN PARTAI POLITIK SEBAGAI SYARAT PENDAFTARAN BAKAL
Lebih terperinciRANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN
1 RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI III DPR RI DENGAN PANITIA SELEKSI KOMISIONER KOMNAS HAM --------------------------------------------------- (BIDANG HUKUM, PERUNDANG-UNDANGAN, HAM
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan pemaparan dalam hasil penelitian dan pembahasan
136 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pemaparan dalam hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, maka yang menjadi kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pilkada di Indonesia
Lebih terperinciKOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN DONGGALA
KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN DONGGALA KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN DONGGALA NOMOR : 12/Kpts/KPU.KAB-161/VII/2017 TENTANG PEDOMAN TEKNIS TAHAPAN, PROGRAM, DAN JADWAL PENYELENGGARAAN PEMILIHAN
Lebih terperinciURGENSI UNDANG-UNDANG PEMILU DAN PEMANTAPAN STABILITAS POLITIK 2014
KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA URGENSI UNDANG-UNDANG PEMILU DAN PEMANTAPAN STABILITAS POLITIK 2014 Disampaikan pada acara Round Table Discussion (RTD) Lemhannas, Jakarta, Rabu 12 Oktober
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA MENJADI UNDANG-UNDANG
Lebih terperinciPANDUAN PENYUSUNAN PROPOSAL
PANDUAN PENYUSUNAN PROPOSAL Bantuan Seminar International Untuk Oral Presentation Tahun Anggaran 2015 Program BOPTN 2015 DIREKTORAT RISET DAN PENGABDIAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA 2015 PANDUAN PROPOSAL
Lebih terperinciRINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 72/PUU-X/2012 Tentang Keberadaan Fraksi Dalam MPR, DPR, DPD dan DPRD
RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 72/PUU-X/2012 Tentang Keberadaan Fraksi Dalam MPR, DPR, DPD dan DPRD I. PEMOHON Gerakan Nasional Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (GN-PK), dalam
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Arbisanit. Partai, Pemilu dan Demokrasi. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997).
DAFTAR PUSTAKA A. Buku Arbisanit. Partai, Pemilu dan Demokrasi. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997). Asshidiqie, Jimly. Menuju Negara Hukum yang Demokratis. (Jakarta: Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kedaulatan rakyat menjadi landasan berkembangnya demokrasi dan negara republik.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kedaulatan rakyat menjadi landasan berkembangnya demokrasi dan negara republik. Rakyat, hakikatnya memiliki kekuasaan tertinggi dengan pemerintahan dari, oleh, dan untuk
Lebih terperinciMAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA
MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN BERACARA DALAM PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA
SALINAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT,
Lebih terperinci2 Mengingat : Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 101, Tambaha
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1985, 2014 PERATURAN BERSAMA. Pemilihan Umum. Penyelenggaraan. Tata Laksana. PERATURAN BERSAMA KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA, BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA
PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciBAB II KOMISI YUDISIAL, MAHKAMAH KONSTITUSI, PENGAWASAN
BAB II KOMISI YUDISIAL, MAHKAMAH KONSTITUSI, PENGAWASAN A. Komisi Yudisial Komisi Yudisial merupakan lembaga tinggi negara yang bersifat independen. Lembaga ini banyak berkaitan dengan struktur yudikatif
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL
1 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciTujuan, Metodologi, dan Rekan Survei
Sejak reformasi dan era pemilihan langsung di Indonesia, aturan tentang pemilu telah beberapa kali mengalami penyesuaian. Saat ini, empat UU Pemilu yang berlaku di Indonesia kembali dirasa perlu untuk
Lebih terperinciRiwayat Penulis RIWAYAT PENULIS
Riwayat Penulis RIWAYAT PENULIS Muh. Hasrul Dosen Tetap di Fakultas Hukum Universitas Hasanudin, Jalan Perintis Kemerdekaan Km. 10, Makassar, Sulawesi Selatan. Pendidikan S1 Ilmu Hukum, Program Pasca Sarjana
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. karena keberhasilan suatu perusahaan atau organisasi terletak pada kemampuan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman segala sesuatu aktifitas kerja dilakukan secara efektif dan efisien serta dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas,
Lebih terperinciTerm of Reference (ToR) Lomba Karya Ilmiah Siswa SMA dan SMK se-bekasi Dalam rangka Milad UNISMA ke-30 Tahun 2012
Term of Reference (ToR) Lomba Karya Ilmiah Siswa SMA dan SMK se-bekasi Dalam rangka Milad UNISMA ke-30 Tahun 2012 Panitia Gebyar Milad (PanMil) UNISMA ke-30 Universitas Islam 45 Bekasi Menyelenggarakan:
Lebih terperinciKETENTUAN CALL FOR PAPERS SEMIKNAS 2017
KETENTUAN CALL FOR PAPERS SEMIKNAS 2017 Sub Sub Tema untuk presentasi makalah : 1. Manajemen Informasi Kesehatan 2. Manajemen Mutu Informasi Kesehatan 3. Kodifikasi Klasifikasi Penyakit dan Tindakan 4.
Lebih terperinciPERATURAN KOMPETISI PERADILAN SEMU TINGKAT NASIONAL PIALA MUTIARA DJOKOSOETONO VII FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS INDONESIA BAB I KETENTUAN UMUM
PERATURAN KOMPETISI PERADILAN SEMU TINGKAT NASIONAL PIALA MUTIARA DJOKOSOETONO VII FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS INDONESIA BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan : (1) Kompetisi
Lebih terperinci2016, No Mengingat : Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nom
No.1190, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KI. Anggota. Seleksi dan Penetapan. Pelaksanaan. Pedoman. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia Nomor 12). PERATURAN KOMISI
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI MAHKAMAH KONSTITUSI, MAHKAMAH AGUNG, PEMILIHAN KEPALA DAERAH
BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI MAHKAMAH KONSTITUSI, MAHKAMAH AGUNG, PEMILIHAN KEPALA DAERAH 2.1. Tinjauan Umum Mengenai Mahkamah Konstitusi 2.1.1. Pengertian Mahkamah Konstitusi Mahkamah Konstitusi merupakan
Lebih terperinci- 2 - MEMUTUSKAN : mencakup
- 2 - Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 201 Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5316); 4. Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 07 Tahun 2012 tentang Tahapan, Program,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuat UU. Sehubungan dengan judicial review, Maruarar Siahaan (2011:
34 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Judicial Review Kewenangan Judicial review diberikan kepada lembaga yudikatif sebagai kontrol bagi kekuasaan legislatif dan eksekutif yang berfungsi membuat UU. Sehubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. politiknya bekerja secara efektif. Prabowo Effect atau ketokohan mantan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) yang memperoleh sekitar 11, 98 persen suara dalam Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif 9 april 2014 tidak mampu mengajukan
Lebih terperinciproses perjalanan sejarah arah pembangunan demokrasi apakah penyelenggaranya berjalan sesuai dengan kehendak rakyat, atau tidak
Disampaikan pada Seminar Nasional dengan Tema: Mencari Format Pemilihan Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah Yang Demokratis Dalam Rangka Terwujudnya Persatuan Dan Kesatuan Berdasarkan UUD 1945 di Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses panjang sistem ketatanegaraan dan politik di Indonesia telah mengalami suatu pergeseran atau transformasi yang lebih demokratis ditandai dengan perkembangan
Lebih terperinciPEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS
PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS Anang Dony Irawan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surabaya Jl. Sutorejo No. 59 Surabaya 60113 Telp. 031-3811966,
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG PENETAPAN JUMLAH DAN TATA CARA PENGISIAN KEANGGOTAAN
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG PENETAPAN JUMLAH DAN TATA CARA PENGISIAN KEANGGOTAAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROPINSI DAN KABUPATEN/KOTA YANG BARU DIBENTUK Menimbang
Lebih terperinciMAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA
MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR: 05/PMK/2004 TENTANG PROSEDUR PENGAJUAN KEBERATAN ATAS PENETAPAN HASIL PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2004 MAHKAMAH
Lebih terperinciBAB II PEMBAHASAN. A. Pengaturan Mengenai Pengisian Jabatan Presiden dan Wakil Presiden di Indonesia
BAB II PEMBAHASAN A. Pengaturan Mengenai Pengisian Jabatan Presiden dan Wakil Presiden di Indonesia Indonesia sebagai negara yang berdasarkan atas kedaulatan rakyat sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat
Lebih terperinci2 inkonsistensi dan menyisakan sejumlah kendala apabila dilaksanakan, sehingga perlu disempurnakan. Beberapa penyempurnaan tersebut, antara lain: a. P
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PEMERINTAH DAERAH. Pemilihan. Gubernur. Bupati. Walikota. Perubahan.(Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 57) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK
Lebih terperinci