BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep, Konstruk, Variabel Penelitian Akuntansi Manajemen Lingkungan Pengertian Akuntansi Manajemen Lingkungan Dalam IFAC 1998 Statement, Management Accounting Concepts, akuntansi manajemen telah berevolusi melalui 4 tahapan utama; di masa sebelum 50-an, dimana akuntansi manajemen difokuskan untuk penentuan dan pengendalian biaya. Tahun 1965, berubah menjadi alat untuk menyediakan informasi untuk manajemen perencanaan dan pengendalian. Pada tahun 1985, akuntansi manajemen menjadi alat untuk menekan penggunaan sumber daya yang digunakan dalam proses bisnis, dan sejak tahun 1995 akuntansi manajemen banyak dipergunakan untuk menciptakan nilai value generation melalui penggunaan sumber daya yang efektif. Akuntansi Manajemen Lingkungan (Environmental Management Accounting) adalah contoh utama dari sebuah inovasi terbaru dalam akuntansi manajemen yang mewakili perkembangan saat ini. Akuntansi manajemen lingkungan merupakan bagian penting dari akuntansi manajemen dan akuntansi lingkungan, serta merupakan instrumen penting untuk organisasi yang bertujuan untuk meminimalkan total biaya atau biaya lingkungan dan mengurangi dampak lingkungan dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan perusahaan serta membantu manajemen dalam pengambilan keputusan bisnis. 9

2 10 Menurut The International Federation of Accountants (1998) akuntansi manajemen lingkungan di definisikan sebagai berikut: Pengembangan manajemen lingkungan dan kinerja ekonomi seluruhnya serta implementasi dari lingkungan yang tepat hubungan sistem akuntansi dan praktik. Ketika ini mencakup pelaporan dan audit dalam beberapa perusahaan, akuntansi manajemen lingkungan khususnya melibatkan siklus hidup biaya, akuntansi biaya penuh, penilaian keuntungan dan perencanaan stratejik untuk manajemen lingkungan. Adapun pengertian Environmental Management Accounting (EMA) menurut The United Nations Division for Sustainable Development (2001) adalah: "EMA secara luas didefinisikan sebagai identifikasi, pengumpulan, analisis, dan penggunaan dua jenis informasi untuk pengambilan keputusan internal berupa: a. Informasi Fisik pada penggunaan, arus, dan pemanfaatan energi, air, dan bahan-bahan (termasuk limbah), dan b. Informasi Moneter terhadap lingkungan terkait biaya, pendapatan, dan penghematan. Sedangkan pengertian akuntansi manajemen lingkungan menurut U.S. EPA (1995) adalah: EMA adalah proses pengidentifikasian, pengumpulan dan penganalisisan informasi tentang biaya-biaya dan kinerja untuk membantu pengambilan keputusan organisasi. Akuntansi manajemen lingkungan pada dasarnya merupakan gabungan informasi dari akuntansi keuangan dan akuntansi biaya untuk meningkatkan efisiensi, mengurangi dampak dan resiko lingkungan serta mengurangi biaya perlindungan lingkungan.

3 11 Tabel 2.1 Elemen EMA Akuntansi dalam unit moneter Akuntansi dalam unit fisik Akuntansi Konvensional Akuntansi Manajemen Lingkungan MEMA PEMA Alat Pengukuran lainnya Sumber: UNDSD, EMA yang dikembangkan oleh Burrit et al. (2002) mengintegrasikan dua komponen lingkungan, yaitu: 1. Monetary Environmental Management Accounting (MEMA), berbasis pada monetary procedure merupakan upaya mengidentifikasi, mengukur dan mengalokasikan biaya lingkungan berdasarkan perilaku aliran keuangan dalam biaya. MEMA didasarkan pada akuntansi manajemen konvensional yang diperluas untuk masalah lingkungan, dan merupakan alat utama untuk mengambil keputusan manajemen internal. 2. Physical Environmental Management Accounting (PEMA), berbasis pada material flow balance procedure merupakan suatu pendekatan untuk mengidentifikasi berbagai perilaku sumber biaya lingkungan. Hal ini akan berguna bagi manajemen untuk dasar alokasi biaya lingkungan yang terjadi. Beberapa perusahaan menginginkan kinerja lingkungannya meningkat. Jika ingin meningkatkan kinerja lingkungan, perusahaan harus melakukan pengelolaan lingkungan (environmental management) (Burhany, 2012). Sistem pengelolaan lingkungan membutuhkan dukungan informasi lingkungan untuk

4 12 pengambilan keputusan yang berkaitan dengan lingkungan (Bosshard, 2003). Sistem akuntansi manajemen tradisional tidak dapat menyediakan informasi lingkungan yang diperlukan. Pengklasifikasian biaya secara fungsional (biaya bahan langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead) menyebabkan biaya-biaya yang terkait dengan lingkungan cenderung dimasukkan dan tersembunyi di dalam biaya overhead sehingga manajer kesulitan untuk menemukan dan melakukan pengendalian terhadapnya. Dalam penelitian Cahyandito (2006) mengemukakan beberapa hal utama dalam EMA, yaitu: 1. EMA berfokus pada biaya internal perusahaan; EMA tidak mencakup biaya-biaya eksternal atas orang, masyarakat, atau lingkungan di mana secara hukum perusahaan tidak memikul tanggung jawab atasnya; 2. EMA menitikberatkan pada perhitungan biaya-biaya lingkungan; 3. EMA tidak hanya menghasilkan akuntansi atas biaya lingkungan atau informasi terkait lainnya, tetapi juga menyediakan informasi eksplisit atas alur energi dan material serta perubahan-perubahannya; 4. Informasi yang dihasilkan oleh EMA dapat dipergunakan terutama untuk pengambilan keputusan, dan demikian juga akan sangat berguna bagi perusahaan yang secara pro-aktif menjalankan manajemen lingkungan. Staniskis dan Stasiskiene (2006) dalam Tsui (2014) berpendapat bahwa EMA dapat membantu manajemen dalam pengambilan keputusan mengenai proses pengalokasian biaya, pengukuran kinerja, dan analisis bisnis. Selain

5 13 digunakan untuk mengidentifikasi biaya internal dan eksternal, EMA dapat meningkatkan kinerja lingkungan perusahaan. Gambar 2.1 Sumber: Staniskis & Stasiskiene (2006) dalam Tsui (2014) Tujuan Akuntansi Manajemen Lingkungan Telah diketahui bahwa kebanyakan teknik akuntansi manajemen biasanya tidak memperdulikan buruknya perilaku perusahaan terhadap pengelolaan lingkungan. Banyak yang melebihkan biaya yang dikeluarkan dan meremehkan manfaat dari meningkatkan praktik lingkungan. Meskipun sistem akuntansi konvensional memiliki peran penting dalam perkembangan dunia bisnis, akan tetapi sistem akuntansi konvensional yang ada tidak cukup mampu untuk disesuaikan pada biaya-biaya lingkungan dan sebagai hasilnya hanya mampu menunjukkan akun untuk biaya umum tidak langsung. Akuntansi manajemen lingkungan (EMA) dikembangkan untuk berbagai keterbatasan dalam akuntansi manajemen konvensional. Beberapa poin berikut ini

6 14 dapat menjadi alasan mengapa dan apa yang dapat diberikan oleh EMA dibandingkan dengan akuntansi manajemen konvensional (Ikhsan, 2009): 1. Meningkatnya tingkat kepentingan Biaya terkait lingkungan. Seiring dengan meningkatnya kesadaran lingkungan, peraturan terkait lingkungan menjadi semakin ketat sehingga bisnis harus mengeluarkan investasi yang semakin besar untuk mengakomodasi kepentingan tersebut. Jika dulu biaya pengelolaan lingkungan relatif kecil, kini jumlahnya menjadi cukup signifikan bagi perusahaan. Banyak perusahaan yang kemudian menyadari bahwa potensi untuk meningkatkan efisiensi muncul dari besarnya biaya lingkungan yang harus ditanggung. 2. Lemahnya komunikasi bagian akuntansi dengan bagian lain dalam perusahaan. Walaupun keseluruhan perusahaan mempunyai visi yang sama tentang biaya, namun tiap-tiap departemen tidak selalu mampu mengkomunikasikannya dalam bahasa yang dapat diterima oleh semua pihak. Jika di satu sisi bagian keuangan menginginkan efisiensi dan penekanan biaya, di sisi lain bagian lingkungan menginginkan tambahan biaya untuk meningkatkan kinerja lingkungan. Walaupun eko-efisien bias menjadi jembatan antar kepentingan ini, namun kedua bagian tersebut berbicara dari sudut pandang yang berseberangan. 3. Menyembunyikan biaya lingkungan dalam pos biaya umum (overhead). Ketidakmampuan akuntansi konvensional menelusuri dan menyeimbangkan akuntansi lingkungan dengan akuntansi keuangan menyebabkan semua biaya dari pengolahan limbah, perizinan dan lain-lain

7 15 digabungkan dalam biaya overhead; sebagai konsekuensinya biaya overhead menjadi membengkak. 4. Ketidaktepatan alokasi biaya lingkungan sebagai biaya tetap. Karena secara konvensional, biaya lingkungan tersembunyi dalam biaya umum, pada saat diperlukan, akan menjadi sulit untuk menelusuri biaya sebenarnya dari proses, produk atau lini produksi tertentu. Jika biaya umum dianggap tetap, biaya limbah sesungguhnya merupakan biaya variabel yang mengikuti volume limbah yang dihasilkan berbanding lurus dengan tingkat produksi. 5. Ketidaktepatan perhitungan atas volume (dan biaya) atas bahan baku yang terbuang. Berapa sebenarnya biaya limbah, Akuntansi konvensional akan menghitungnya sebagai biaya pengelolaannya, yaitu biaya pembuangan atau pengolahan. EMA akan menghitung biaya limbah sebagai biaya pengolahan ditambah biaya pembelian bahan baku. Sehingga biaya limbah yang dikeluarkan lebih besar (sebenarnya) daripada biaya yang selama ini diperhitungkan. 6. Tidak dihitungnya keseluruhan biaya lingkungan yang relevan dan signifikan dalam catatan akuntansi. Banyak sekali biaya yang terkait dengan pengelolaan lingkungan yang seharusnya diperhitungkan dengan benar agar tidak terjadi kesalahan pengambilan keputusan. Biaya tersebut umumnya meliputi biaya pengelolaan limbah, biaya material dan energi, biaya pembelian material dan energi dan biaya proses.

8 Manfaat Akuntansi Manajemen Lingkungan Para pengambil keputusan di perusahaan dapat menggunakan informasi dan data yang diperoleh dari EMA sehingga dapat mengambil keputusan dengan lebih baik, dengan mempertimbangkan perhitungan fisik (dari material dan energi) dan juga kinerja finansial. Jika perusahaan berupaya untuk meminimalkan biaya berbarengan dengan meningkatkan kinerja lingkungan (misalnya mengurangi limbah), EMA dapat memberikan informasi penting yang berkaitan dengan kedua hal tersebut. Menurut Guide to Corporate Environmental Cost Management (2003), manfaat dan keuntungan akuntansi manajemen lingkungan terdiri atas: 1. Kepatuhan (Compliance) Akuntansi manajemen lingkungan mendukung lingkungan lewat kepatuhan efisiensi biaya dengan regulasi lingkungan dan kebijakan yang dikenakan sendiri. 2. Eco-Efficiency Akuntansi manajemen lingkungan mendukung pengurangan simultan dari biaya-biaya dan dampak lingkungan lewat penggunaan energi yang lebih efisiensi, air dan material dalam operasi internal dan produk akhir. 3. Posisi Strategik (Strategic Position) Akuntansi manajemen lingkungan mendukung evaluasi dan implementasi dari program biaya efektif dan lingkungan sensitif untuk menjamin posisi strategi jangka panjang.

9 17 Data dari informasi EMA sangat berguna bagi manajemen dalam hal-hal yang terfokus pada lingkungan. EMA tidak hanya menyediakan data biaya yang penting untuk menilai dampak kegiatan keuangan manajemen, tetapi juga arus informasi fisik yang menandai dampak lingkungan. Data dan informasi yang diperoleh dengan melakukan EMA di perusahaan dapat memberikan keuntungan untuk kegiatan-kegiatan pro-lingkungan sebagai berikut: 1. Pencegahan pencemaran/ polusi; 2. Desain untuk lingkungan; 3. Penilaian/ pembiayaan/ desai daur hidup lingkungan; 4. Jaringan manajemen lingkungan; 5. Pembelian dengan pertimbangan lingkungan; 6. Sistem Manajemen Lingkungan (ISO 14001); 7. Sistem Manajemen Lingkungan Proaktif Pengukuran Akuntansi Manajemen Lingkungan Penelitian Jamil et al. (2015) mengukur variabel akuntansi manajemen lingkungan, yang terdiri atas dimensi akuntansi manajemen lingkungan fisik dengan 13 indikator dan akuntansi manajemen lingkungan moneter dengan 11 indikator. Akuntansi manajemen lingkungan dibutuhkan oleh manajemen untuk membantu pengelolaan lingkungan. Penerapan akuntansi manajemen lingkungan pada suatu perusahaan memberikan dampak positif bagi perusahaan karena dapat meningkatkan kinerja lingkungannya. Akuntansi manajemen lingkungan memberikan informasi yang relevan berkaitan dengan pengelolaan lingkunan baik

10 18 secara moneter maupun phisik sehingga dapat membantu manajer untuk mengelola lingkungan perusahaan (internal dan eksternal). Informasi fisik digunakan oleh manajer untuk mengendalikan konsumsi energi, limbah yang diolah dan mengendalikan konsumsi pemakaian air. Informasi moneter digunakan oleh manajer untuk mengevaluasi dan memilih peralatan pengendalian lingkungan serta biaya pengembangan sistem pengelolaan lingkungan. Informasi mengenai biaya audit lingkungan, biaya pemeriksaan proses produksi untuk menjamin kepatuhan terhadap regulasi lingkungan, serta biaya pengolahan dan pembuangan limbah berbahaya, juga penting dan dibutuhkan oleh manajer karena berkaitan dengan kepatuhan terhadap regulasi lingkungan. Pada penelitian Jamil et al. (2015) suatu perusahaan menerapkan akuntansi manajemen lingkungan yang efektif apabila perusahaan tersebut mengaplikasikan 24 indikator (PEMA & MEMA) ke dalam sistem akuntansi perusahaan sebagai berikut: Tabel 2.2 Indikator PEMA & MEMA Akuntansi Manajemen Lingkungan Moneter 1 Cost Accounting/ Akuntansi Biaya 2 Lifecycle Costing/ Penetapan Biaya Daur Hidup 3 Target Costing/ Target Biaya 4 Relevant environmental costing/ Biaya Lingkungan 5 Lifecycle Budgeting/ Penganggaran Daur Hidup 6 Lifecycle Target Pricing/ Penetapan Target Biaya Daur Hidup 7 Monetary environmental operational budgeting/ Penganggaran Operasional Lingkungan dalam Moneter 8 Capital expenditure and revenue/ Penetapan Belanja Modal dan

11 Pendapatan Monetary environmental project investment appraisal/ Penilaian Investasi Proyek Lingkungan dalam Moneter Post-assessment of environmental costing decision/ Pasca Penilaian Keputusan Biaya Lingkungan Monetary environmental capital budgeting/ Penganggaran Modal Lingkungan dalam Moneter Post-investment of individual environmental projects/ Investasi Pasca Masing-Masing Proyek Lingkungan Environmental long-term financial planning/ Perencanaan Keuangan Jangka Panjang Untuk Lingkungan Akuntansi Manajemen Lingkungan Phisik 14 Material flow assessment/ Penilaian Aliran Material 15 Energy flow assessment/ Penilaian Aliran Energi 16 Lifecycle inventories/ Persediaan Hasil Daur Hidup 17 Lifecycle analysis/ Analisis Daur Hidup Relevant environmental impacts/ Dampak yang Berhubungan dengan Lingkungan Physical environmental investment appraisal/ Penilaian Investasi Hasil Fisik pada Lingkungan Physical environmental budgeting/ Penganggaran Hasil Fisik (Output) pada Lingkungan Long-term physical environmental planning/ Perencanaan Jangka Panjang Hasil Fisik pada Lingkungan Environmental capital impact assessment/ Modal Penilaian Dampak Lingkungan Post-assessment of short-term environmental impact/ Penilaian Pasca Dampak Lingkungan Jangka Pendek Post-investment of physical environmental investment appraisal/ Penilaian Pasca Investasi Hasil Fisik pada Lingkungan Sumber: Jamil et al. (2015)

12 Kinerja Lingkungan Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan manapun, karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Kinerja berkaitan dengan proses penilaian, pengukuran atau evaluasi. Penilaian atas kinerja diperlukan juga dalam rangka mengelola operasi perusahaan secara efektif dan efisiensi melalui optimalisasi penggunaan sumber daya perusahaan. Menurut Ikhsan (2008) kinerja lingkungan adalah aktivitas-aktivitas yang dilakukan perusahaan yang terkait langsung dengan lingkungan alam sekitar. Menurut Suratno, dkk., (2006) kinerja lingkungan perusahaan didefinisikan sebagai berikut: Kinerja lingkungan adalah kinerja perusahaan untuk menciptakan lingkungan yang hijau (green). Purwanto (2003) mengemukakan terdapat dua jenis kinerja lingkungan yaitu kinerja lingkungan kuantitatif dan kinerja lingkungan kualitatif. 1. Kinerja lingkungan kuantitatif adalah hasil dapat diukur dari sistem manajemen lingkungan yang terkait kontrol aspek lingkungan fisiknya. 2. Kinerja lingkungan kualitatif adalah hasil dapat diukur dari hal-hal yang terkait dengan ukuran asset non fisik, seperti prosedur, proses inovasi, motivasi, dan semangat kerja yang dialami manusia pelaku kegiatan, dalam mewujudkan kebijakan lingkungan organisasi, sasaran dan targetnya.

13 21 Indikator kinerja kualitatif bukan hanya mengukur motivasi kerja dan inovasi yang terjadi, namun juga mengukur iklim yang memungkinkan inovasi itu terjadi, iklim kerja yang membuat motivasi kerja karyawan meningkat, jadi faktor pendorongnya lebih ditekankan. Dasarnya adalah teori bahwa perasaan dan tindakan manusia pun adalah hasil atau respon apa yang terjadi disekitarnya (stimulus), Covey (1993) dalam Purwanto (2003). Lober (1996) dalam Burhany (2013) mengemukakan suatu matriks yang menyajikan kerangka kerja bagi organisasi untuk mengukur kinerja lingkungan ke dalam empat dimensi (lihat Tabel 2.3). Pertama, dimensi proses internal yaitu organizational systems; menggambarkan karakteristik struktur dan program perusahaan, termasuk kebijakan tertulis, mekanisme pengendalian internal, komunikasi, public relation, pelatihan dan insentif. Kedua, dimensi proses eksternal yaitu stakeholder relations; menyangkut hubungan dengan stakeholder seperti karyawan, pelanggan, vendor, dan lain-lain. Ketiga, dimensi outcome internal yaitu regulatory compliance; menyangkut kepatuhan atau pelanggaran terhadap hukum dan regulasi serta denda yang dibayarkan. Keempat, dimensi outcome eksternal yaitu environmental impact; menggambarkan pencapaian hasil yang lebih nyata dan dapat dihitung seperti tingkat polusi, limbah yang dihasilkan, limbah yang diolah, dan lain-lain. Tabel 2.3 Matriks Kinerja Lingkungan Sumber: Lober (1996) dalam Burhany (2013)

14 Pengukuran Kinerja Lingkungan PROPER (Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup) Salah satu alat ukur kinerja lingkungan di Indonesia adalah Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang disingkat PROPER merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) untuk mendorong penataan perusahaan dalam pengelolaan lingkungan hidup melalui instrumen informasi. Adapun dasar hukum pelaksanaan PROPER dituangkan dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No: 127 Tahun 2002 tentang Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan (PROPER). Prinsip dasar dari pelaksanaan PROPER adalah mendorong penataan perusahaan dalam pengelolaaan lingkungan melalui instrumen insentif reputasi/ citra bagi perusahaan yang mempunyai kinerja pengelolaan lingkungan yang baik dan instrumen disinsentif reputasi/ citra bagi perusahaan yang mempunyai kinerja pengelolaan lingkungan yang buruk. Sasaran yang ingin dicapai dalam PROPER ini adalah sebagai berikut: 1. Mendorong perusahaan untuk menaati peraturan perundang-undangan melalui instrumen insentif dan disinsentif reputasi; 2. Mendorong perusahaan yang sudah baik kinerja lingkungannya untuk menerapkan produksi bersih (cleaner production). Agar informasi yang dikeluarkan oleh PROPER legitimate dimata masyarakat maka pelaksanaan PROPER menerapkan prinsip-prinsip Good Environmental Governance (GEG), antara lain transparansi, fairness, partisipasi

15 23 multi stakeholder dan akuntabel. Secara umum peringkat kinerja PROPER dibedakan menjadi 5 warna dengan pengertian sebagai berikut: a. Emas, diberikan kepada penanggungjawab usaha dan/ atau kegiatan yang telah secara konsisten menunjukkan keunggulan lingkungan (environmental excellent) dalam proses produksi dan/ atau jasa, melaksanakan bisnis yang beretika dan bertanggung jawab terhadap masyarakat atau kegiatan yang telah berhasil melaksanakan upaya pengendalian pencemaran dan/ atau kerusakan lingkungan hidup dan/ atau melaksanakan produksi bersih dan telah mencapai hasil yang sangat memuaskan. b. Hijau, diberikan kepada penanggungjawab usaha dan/ atau kegiatan yang telah melakukan pengelolaan lingkungan lebih dari yang dipersyaratkan dalam peraturan (beyond compliance) melalui pelaksanaan sistem pengelolaan lingkungan, pemanfaatan sumber daya secara efisien melalui upaya 4R (Reduce, Reuse, Recycle, dan Recovery), dan melakukan upaya tanggung jawab social (Corporate Social Responsibility/ Comdev) dengan baik. c. Biru, diberikan kepada penanggungjawab usaha dan/ atau kegiatan yang telah melakukan upaya pengelolaan lingkungan hidup yang dipersyaratkan sesuai dengan ketentuan dan/ atau peraturan perundang-undangan atau kegiatan yang telah melaksanakan upaya pengendalian pencemaran dan/ atau kerusakan lingkungan hidup dan telah mencapai hasil yang sesuai dengan persyaratan minimum sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.

16 24 d. Merah, diberikan kepada penanggungjawab usaha dan/ atau kegiatan yang upaya pengelolaan lingkungan hidup dilakukannya tidak sesuai (minimum) dengan persyaratan sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan. e. Hitam, diberikan kepada penanggungjawab usaha dan/ atau kegiatan yang sengaja melakukan perbuatan atau melakukan kelalaian yang mengakibatkan pencemaran dan/ atau kerusakan lingkungan serta pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan atau tidak melaksanakan sanksi administrasi Keuntungan PROPER bagi Stakeholder Pelaksanaan PROPER memberikan berbagai keuntungan bagi perusahaan dan para stakeholder lainnya, antara lain: 1. Sebagai instrumen benchmarking bagi perusahaan untuk mengukur kinerja pengelolaan lingkungan yang telah dilakukan dengan melakukan pembandingan kinerja terhadap kinerja perusahaan lainnya secara nasional (non-financial benchmarking). 2. Sebagai media untuk mengetahui status ketaatan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku. 3. Sebagai salah satu clearing house bagi investor, perbankan, masyarakat dan LSM sekitar perusahaan untuk mengetahui kinerja pengelolaan lingkungan perusahaan. 4. Sebagai alat promosi bagi perusahaan yang berwawasan lingkungan terutama untuk meningkatkan daya saing perusahaan dalam perdagangan.

17 25 5. Sebagai bahan informasi bagi pemasok teknologi lingkungan terutama berkaitan dengan teknologi ramah lingkungan yang dibutuhkan oleh perusahaan. 6. Menciptakan citra dan kepercayaan perusahaan di mata para stakeholders. 7. Memberikan ruang partisipasi bagi para stakeholder untuk terlibat secara langsung dalam upaya pengendalian dampak lingkungan yang ditimbulkan dari kegiatan perusahaan Indikator PROPER Mewujudkan akuntabilitas pelaksanaan PROPER maka ada beberapa hal di bawah ini dapat dijadikan indikator keberhasilan pelaksanaan PROPER: 1. Menurunnya beban pencemaran (pollution load) yang dikeluarkan oleh perusahaan ke lingkungan. 2. Menurunnya tingkat pencemaran dan kerusakan lingkungan. 3. Meningkatkan kualitas dan kinerja lingkungan. 4. Meningkatkan jumlah perusahaan yang menaati peraturan lingkungan. 5. Meningkatnya kepercayaan para stakeholder terhadap hasil penilaian kinerja perusahaan yang telah dilakukan. Peringkat kinerja PROPER berorientasi pada hasil yang telah dicapai perusahaan dalam pengelolaan lingkungan yang mencakupi 7 (tujuh) aspek yaitu: 1. Pentaatan terhadap peraturan pengendalian pencemaran air; 2. Pentaatan terhadap peraturan pengendalian pencemaran udara; 3. Pentaatan terhadap peraturan pengelolaan Limbah B3;

18 26 4. Pentaatan terhadap peraturan AMDAL; 5. Sistem Manajemen Lingkungan; 6. Penggunaan dan pengelolaan sumber daya; 7. Community Development, Participation dan Relation. Dasar penilaian yang ditetapkan oleh PROPER dengan orientasi pada hasil (result oriented) yang sudah dicapai oleh perusahaan dalam pengelolaan lingkungan, dititikberatkan pada 4 (empat) area penilaian utama dengan metode sistem gugur, sebagai berikut: Tabel 2.4 Penilaian PROPER No Aspek Penilaian Dasar Nilai 1 Pengendalian pencemaran air dan laut Baku mutu per parameter kunci 2 Pengendalian pencemaran udara Baku mutu per parameter kunci 3 Pengelolaan limbah padat dan limbah B3 (bahan beracun dan berbahaya) Izin dan Progres pengelolaan terukur 4 Persyaratan AMDAL Progres RKL/ RPL Sumber: Materi Sosialisasi PROPER (2014) Pembangunan Berkelanjutan Pembangunan berkelanjutan adalah sebagai upaya manusia untuk memperbaiki mutu kehidupan dengan tetap berusaha tidak melampaui ekosistem yang mendukung kehidupannya (Jaya, 2014). Pembangunan berkelanjutan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi manusia. Pembanungan yang berkelanjutan pada hakekatnya ditujukan untuk mencari pemerataan

19 27 pembangunan antar generasi pada masa kini maupun masa mendatang. Menurut Kementerian Lingkungan Hidup (1990) pembangunan (yang pada dasarnya lebih berorientasi ekonomi) dapat diukur keberlanjutannya berdasarkan tiga kriteria yaitu: (1) Tidak ada pemborosan penggunaan sumber daya alam atau depletion of natural resources; (2) Tidak ada polusi dan dampak lingkungan lainnya; (3) Kegiatannya harus dapat meningkatkan useable resources ataupun repleaceable resource. Menurut Fauzi (2004) setidaknya ada tiga alasan utama mengapa pembangunan ekonomi harus berkelanjutan. Pertama menyangkut alasan moral. Generasi kini menikmati barang dan jasa yang dihasilkan untuk memperhatikan ketersediaan sumber daya alam tersebut untuk generasi mendatang. Kewajiban moral tersebut mencakup tidak mengekstraksi sumber daya alam yang dapat merusak lingkungan, yang dapat menghilangkan kesempatan bagi generasi mendatang untuk menikmati layanan yang sama. Kedua, menyangkut alasan ekologi. Keanekaragaman hayati misalnya, memiliki nilai ekologi yang sangat tinggi, oleh karena itu aktivitas ekonomi semestinya tidak diarahkan pada kegiatan pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan semata yang pada akhirnya dapat mengancam fungsi ekologi. Faktor ketiga, yang menjadi alasan perlunya memperhatikan aspek keberlanjutan adalah alasan ekonomi. Alasan dari sisi ekonomi memang masih terjadi perdebatan karena tidak diketahui apakah aktivitas ekonomi selama ini sudah atau belum memenuhi kriteria keberlanjutan, seperti kita ketahui, bahwa dimensi ekonomi berkelanjutan sendiri cukup kompleks, sehingga sering aspek keberlanjutan dari sisi ekonomi ini hanya

20 28 dibatasi pada pengukuran kesejahteraan antargenerasi (intergeneration welfare maximization). Menurut Heal dalam Fauzi (2004), konsep berkelanjutan mengandung dua dimensi yaitu: Pertama adalah dimensi waktu karena keberlanjutan tidak lain menyangkut apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang. Kedua adalah dimensi interaksi antara sistem ekonomi dan sistem sumber daya alam dan lingkungan. 2.2 Penelitian Terdahulu Penelitian-penelitian tentang akuntansi lingkungan telah banyak mengalami perkembangan. Akan tetapi penelitian yang terjadi di Indonesia kebanyakan penelitian tentang pengungkapan lingkungan dan belum pada aspek akuntansi yang diterapkan sehingga penelitian mengenai akuntansi manajemen lingkungan ini masih tergolong pada fase awal. Berikut ringkasan jurnal hasil dari penilitan terdahulu yang relevan dengan penelitian ini: Tabel 2.5 Penelitian Terdahulu No Penelitian Tahun Judul Hasil 1 Dian Imanina Burhany 2012 Akuntansi manajemen lingkungan, alat bantu untuk meningkatkan kinerja lingkungan dalam pembangunan berkelanjutan Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Manajemen cukup memahami pentingnya kinerja lingkungan dalam pembangunan berkelanjutan, (2) Informasi akuntansi manajemen lingkungan yang paling dibutuhkan oleh manajemen adalah informasi jumlah energi yang dikonsumsi, jumlah limbah

21 29 2 Jamil, Che Zuriana Muhammad, et al. 3 Christopor S. K. Tsui 2015 Environmental Management Accounting Practices In Small Medium Manufacturing Firms 2014 A Literature Review on Environmental Management Accounting (EMA) Adoption yang dibuang, dihasilkan dan diolah, biaya mengevaluasi dan memilih peralatan pengolah limbah, biaya pengembangan sistem, serta biaya audit, regulasi dan limbah, (3) Akuntan manajemen cukup paham mengenai akuntansi manajemen lingkungan, dan (4) Akuntansi manajemen lingkungan efektif untuk meningkatkan kinerja lingkungan. Studi ini meniliti faktorfaktor dan hambatan yang mempengaruhi penerapan/ praktik EMA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar perusahaan memiliki alokasi anggaran untuk kegiatan lingkungan dan praktek EMA fisik. Hasil penelitian menemukan bahwa kurangnya promosi penggunaan EMA, kurangnya kerja sama antara akuntan dan departemen manajemen lingkungan adalah hambatan utama penerapan EMA.

22 30 4 Lukluk Fuadah dan Anton Arisman 2013 Adopting Environmental Management Accounting (EMA) in Indonesia Hasil analisis menyimpulkan bahwa terdapat tiga manfaat dari penggunaan EMA yaitu efisiensi kepatuhan, efisiensi ekonomi dan posisi yang strategis. Kesimpulannya, EMA penting untuk perusahaan di Indonesia, terutama untuk pertambangan, perusahaan manufaktur, untuk penggunaan EMA pada operasi mereka. 5 Sayedeh Parastoo Saedi et al. 6 Cuthbert Muza dan Itumeleng Magadi 2011 Environmental Management Accounting and Firm Performance 2014 Environmental management accounting implementation in Zimbabwe mining sector Hasil penelitian memberikan model konseptual EMA dan kinerja perusahaan dengan inovasi dan keunggulan kompetitif sebagai dua variabel mediator. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan EMA mempengaruhi penerapan kebijakan lingkungan untuk meningkatkan pembangunan berkelanjutan di sektor pertambangan.

23 31 7 Desirée Cullen 8 Shela Ika Mardikawat i, dkk. 9 Md. Kamruzzam an 2006 Environmental Management Accounting: The State of Play 2014 Evaluasi penerapan akuntansi manajemen pada PT. II 2012 Framework of Environmental Management Accounting: An Overview Hasil analisis menyimpulkan bahwa EMA memiliki dua pendekatan yang menjadi concern dalam pengambilan keputusan. Pertama, pendekatan biaya private, dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil lingkungan perusahaan harus menjadi bagian dari karakteristik akuntansi manajemen yang dilakukan oleh perusahaan. Kedua, pendekatan biaya eksternal atau biaya non-pasar, yaitu biaya yang dikenakan pada masyarakat yang diakibatkan oleh kegiatan perusahaan. Hasil evaluasi pada penelitian ini dapat diketahui bahwa akuntan perusahaan berperan penuh dalam penerapan akuntansi manajemen lingkungan, namun akuntan perlu melakukan studi lingkungan lebih lanjut untuk memahami penerapannya. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa EMA dapat membantu manajemen memecahkan masalah biaya lingkungan yang tidak dapat diidentifikasi oleh akuntansi manajemen konvensional, serta EMA dapat meningkatkan kinerja perusahaan dan lingkungan.

24 32 10 Larojan dan Thevaruban 11 Ja'far dan Arifah 2014 Impact of environmental management accounting on financial performance of listed manufacturing companies in Sri Lanka 2006 Pengaruh dorongan manajemen lingkungan, manajemen lingkungan proaktif dan kinerja lingkungan terhadap public environmental reporting Hasil analisis menyimpulkan bahwa variabel EMA berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa variabel dorongan manajemen lingkungan dan manajemen lingkungan proaktif berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja lingkungan perusahaan. Kedua variabel tersebut bersama-sama dengan variabel kinerja lingkungan juga berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan perusahaan dalam menerbitkan / tidak menerbitkan public environmental disclosure dalam annual report. Dengan demikian variabel kinerja lingkungan meupakan variabel independen bagi ada tidaknya public environmental disclosure dan sekaligus sebagai variabel mediasi antara variabel dorongan manajemen lingkungan, manajemen lingkungan proaktif dan ada tidaknya public environmental disclosure.

25 33 12 Whino Sekar P. S., dan Fachrurozie 13 Susi Sarumpaet 2014 Pengaruh environmental performance, environmental cost, dan CSR disclosure terhadap financial performance 2005 The relationship between environmental performance and financial performance of Indonesian companies Hasil penelitian menunjukkan bahwa environmental performance memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap financial performance dan CSR disclosure. Sedangkan CSR disclosure tidak memiliki pengaruh terhadap financial performance, dan environmental cost tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap CSR disclosure. Sebagai variabel intervening CSR disclosure dapat memberikan dukungan positif untuk pengaruh secara tidak langsung antara environmental cost terhadap financial performance, akan tetapi tidak untuk pengaruh environmental performance terhadap financial performance. Hasil penelitian membuktikan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kinerja lingkungan dan kinerja keuangan perusahaan, akan tetapi ukuran perusahaan, listing di BEJ dan ISO berhubungan secara signifikan terhadap kinerja lingkungan. Penelitian ini juga membuktikan bahwa rating PROPER, yang sediakan oleh pemerintah Indonesia, cukup terpercaya sebagai ukuran kinerja lingkungan perusahaan, karena kesesuaiannya dengan sertifikasi internasional di bidang lingkungan, ISO

26 Kerangka Pemikiran Akuntansi manajemen lingkungan memberi manfaat penting bagi manajemen berupa penyediaan informasi yang lengkap untuk pengambilan keputusan. Informasi akuntansi sering dikaitkan dengan dua tujuan utama, yaitu pengambilan keputusan dan strategik bisnis (Marelli dan Vitali, 2008). Pada saat perusahaan harus mengambil keputusan finansial, manajemen perusahaan mungkin saja menetapkan kebijakan yang tidak tepat. Ketidaktepatan ini dapat terjadi karena akuntansi manajemen tradisional hanya mampu mengidentifikasi biaya aktual yang muncul, namun tidak mampu menggali besaran biaya yang sebenarnya dari sebuah keputusan. Akuntansi manajemen lingkungan hadir untuk mengatasi keterbatasan akuntansi manajemen tradisional dengan cara memunculkan aspek lingkungan dalam sistem akuntansi manajemen perusahaan. Aspek lingkungan yang menjadi concern akuntansi manajemen lingkungan bukan hanya yang berkaitan dengan data dan informasi moneter (monetary) tapi juga yang berkaitan dengan data dan informasi fisik (physical), sebagaimana definisi akuntansi manajemen lingkungan yang dikemukakan oleh United Nation Division for Sustainable Development (2001) berikut ini: Identification, collection, analysis and use of two types of information for internal decision making: (1) physical information on the use, flows and destinies of energy, water and materials (including wastes) and (2) monetary information on environment-related costs, earnings and savings. Informasi fisik adalah informasi mengenai input yang digunakan dalam proses produksi berupa bahan, air dan energi serta informasi mengenai output

27 35 yang dihasilkan berupa produk dan non-produk (limbah dan emisi). Informasi input dan output tersebut berkaitan erat dengan pengendalian lingkungan, sedangkan informasi moneter adalah informasi biaya yang berhubungan dengan input dan output, yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk meminimalkan dampak lingkungan (UNDSD, 2001; IFAC, 2005). Informasi tersebut dapat membantu manajemen dalam mengelola lingkungan karena manajemen memiliki informasi yang cukup untuk mengendalikan penggunaan bahan, air dan energi, mengendalikan limbah dan emisi, sekaligus mengendalikan biaya lingkungan. Berbagai keputusan yang terkait dengan lingkungan dapat diambil dengan adanya informasi tersebut sehingga memungkinkan terjadinya peningkatan kinerja lingkungan. Kinerja lingkungan adalah hasil dapat diukur dari sistem manajemen lingkungan, yang terkait dengan kontrol aspek-aspek. Pengkajian kinerja lingkungan didasarkan pada kebijakan lingkungan, sasaran lingkungan dan target lingkungan (ISO 14004, dari ISO 14001) Dalam berbagai penelitian, pada umumnya digunakan satu indikator tertentu saja, karena pengukuran terhadap kinerja lingkungan masih belum ada kesepakatan final (Ja far dan Arifah, 2006). Hal ini karena setiap negara memiliki cara pengukuran sendiri tergantung situasi dan kondisi lingkungan negara masingmasing. Beberapa penelitian lain menggunakan dimensi kepatuhan terhadap regulasi (regulatory compliance). Di Indonesia, penelitian Sarumpaet (2005) mengukur kinerja lingkungan dengan dimensi kepatuhan yang dinyatakan dalam peringkat. Pemeringkatan dilakukan oleh Kementerian Negara Lingkungan Hidup

28 36 yang dinamakan PROPER (Program for Pollution Control, Evaluating and Rating). Namun saat ini perusahaan yang menjadi target PROPER baru difokuskan pada perusahaan yang memenuhi kriteria yaitu perusahaan yang berdampak besar terhadap lingkungan hidup, perusahaan yang berorientasi ekspor dan/atau produknya bersinggungan langsung dengan masyarakat, serta perusahaan publik yang terdaftar di pasar modal. Dengan demikian, ukuran kinerja lingkungan yang dapat digunakan untuk penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Sarumpaet (2005). Beberapa penelitian empiris menemukan bahwa implementasi akuntansi lingkungan/ akuntansi manajemen lingkungan berhubungan atau berpengaruh positif terhadap kinerja lingkungan. Penelitian Burhany (2011) menemukan bahwa kinerja lingkungan dapat ditingkatkan jika perusahaan mengimplementasikan akuntansi lingkungan dengan cara melakukan perhitungan dan pencatatan secara fisik atas jumlah dan aliran input (bahan, energi dan biaya) dan output (emisi dan limbah) serta melakukan perhitungan dan pencatatan secara moneter atas biaya-biaya lingkungan (biaya pencegahan, biaya deteksi lingkungan dan biaya kegagalan internal lingkungan). Salem et al. (2011) menguji pengaruh eco-efficiency terhadap kinerja lingkungan perusahaan. Merujuk pada World Business Council for Sustainability Development (1992), eco-efficiency didefinisikan sebagai pengiriman barang dan jasa yang memenuhi kebutuhan manusia dan membawa kualitas hidup yang baik, sementara secara bertahap mengurangi dampak ekologi dan eksplorasi sumber daya melalui siklus hidup, ke tingkat setidaknya sesuai dengan perkiraan kapasitas

29 37 bumi. Penelitian ini menemukan bahwa eco-efficiency berpengaruh positif terhadap kinerja lingkungan. Penelitian Burhany (2012) yang dilakukan pada perusahaan manufaktur di kota Bandung dan Makassar menemukan bahwa implementasi akuntansi manajemen lingkungan berpengaruh positif terhadap kinerja lingkungan. Konsep pembangunan berkelanjutan atau sustainable development semakin meningkat dalam dekade terakhir ini. World Commission on Environment and Development (WCED) mendefinisikan sustainable development sebagai development that meets the needs of the present without compromising the ability of future generations to meet their own needs.. Dalam penelitan Jasch dan Stasiškienė (2005) memperlihatkan tiga aspek yang terkandung di dalam pembangunan berkelanjutan adalah: sustainable development is described in three dimensions: social, environmental and economic.. Jadi, dapat dikatakan bahwa inti dari pembangunan berkelanjutan adalah memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengorbankan kebutuhan generasi yang akan datang, dengan cara memenuhi tiga aspek yaitu sosial, lingkungan dan ekonomi. Isu lingkungan menjadi isu yang menonjol karena fenomena pemanasan global dan meningkatnya kerusakan lingkungan seperti pencemaran tanah, air dan udara, deforestasi, limbah beracun yang mencemari laut dan sungai, dan lain-lain. Semua masalah tersebut sering dikaitkan dengan industrialisasi dan pertumbuhan ekonomi yang merupakan aktivitas yang dominan dalam pembangunan.kondisi itulah yang mendorong kesadaran pemerintah di berbagai negara untuk mempromosikan konsep pembangunan berkelanjutan, baik yang berbentuk

30 38 regulasi, voluntary, incentive-based, maupun berupa instrumen informasi dan kebijakan lainnya. Akuntansi Manajemen Lingkungan (X) Gambar 2.2 Model Kerangka Pemikiran Kinerja Lingkungan (Y) 2.4 Hipotesis Penelitian Atas dasar kerangka pemikiran sebelumnya, maka peneliti mengajukan hipotesis yaitu: Ho: Tidak terdapat pengaruh signifikan antara akuntansi manajemen lingkungan dan kinerja lingkungan Ha: Terdapat pengaruh yang signifikan antara akuntansi manajemen lingkungan dan kinerja lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. kasus kerusakan lingkungan dalam skala nasional seperti kasus PT Lapindo

BAB I PENDAHULUAN. kasus kerusakan lingkungan dalam skala nasional seperti kasus PT Lapindo BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Permasalahan lingkungan di Indonesia merupakan faktor penting yang harus diperhatikan mengingat dampak dari buruknya pengelolaan lingkungan yang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. strategi yang sesuai demi tercapainya going concern perusahaan serta sustainable

BAB I PENDAHULUAN. strategi yang sesuai demi tercapainya going concern perusahaan serta sustainable BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era ekonomi modern seperti saat ini, permasalahan lingkungan hidup (pencemaran, polusi, limbah,dll) sampai saat ini menjadi isu global yang sering diperdebatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wacana CSR berkembang. Munculnya KTT Bumi di Rio pada 1992

BAB I PENDAHULUAN. wacana CSR berkembang. Munculnya KTT Bumi di Rio pada 1992 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Saat ini persoalan lingkungan sudah menjadi persoalan yang menarik dan menjadi isu sentral bagi negara-negara di dunia. Semenjak tahun 1980-1990, wacana CSR

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Akuntansi Lingkungan (Environmental Accounting) IFAC (2005) menjelaskan bahwa pada level organisasi, Environmental

BAB II LANDASAN TEORI Akuntansi Lingkungan (Environmental Accounting) IFAC (2005) menjelaskan bahwa pada level organisasi, Environmental 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Akuntansi Lingkungan (Environmental Accounting) IFAC (2005) menjelaskan bahwa pada level organisasi, Environmental Accounting (EA) terletak dalam konteks Akuntansi Manajemen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Legitimasi Teori legitimasi dapat didefinisikan sebgai sebuah kondisi dan merupakan hasil akhir dari sebuah proses legitimasi. Legitimasi organisasi dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengatasi kerusakan lingkungan. Di antaranya konsumen, stakeholder,

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengatasi kerusakan lingkungan. Di antaranya konsumen, stakeholder, 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan di Indonesia kini semakin parah. Ini merupakan dampak dari pengelolaan lingkungan yang tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Kurangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak perusahaan yang berjuang untuk mencapai ecoefficiency yang maksimal,

BAB I PENDAHULUAN. Banyak perusahaan yang berjuang untuk mencapai ecoefficiency yang maksimal, BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Lingkungan menjadi aspek penting yang perlu diperhatikan saat ini. Banyak perusahaan yang berjuang untuk mencapai ecoefficiency yang maksimal, yang berarti meningkatkan

Lebih terperinci

PROPER : PROGRAM PENILAIAN PERINGKAT KINERJA PERUSAHAAN DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN

PROPER : PROGRAM PENILAIAN PERINGKAT KINERJA PERUSAHAAN DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN PROPER : PROGRAM PENILAIAN PERINGKAT KINERJA PERUSAHAAN DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN Pendahuluan Penilaian Peringkat Kinerja Penaatan dalam Pengelolaan Lingkungan mulai dikembangkan oleh Kementerian Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Weygandt et al., 2008). Keseluruhan proses akuntansi pada akhirnya akan menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. (Weygandt et al., 2008). Keseluruhan proses akuntansi pada akhirnya akan menghasilkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akuntansi merupakan sistem informasi yang mengidentifikasi, merekam dan mengkomunikasikan kejadian ekonomik dari suatu entitas pada pengguna yang berkepentingan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06 TAHUN 2013 TENTANG PROGRAM PENILAIAN PERINGKAT KINERJA PERUSAHAAN DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saham dan menjaga kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Tujuan perusahaan untuk memperoleh profit tentunya harus didukung

BAB I PENDAHULUAN. saham dan menjaga kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Tujuan perusahaan untuk memperoleh profit tentunya harus didukung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan adalah suatu bentuk organisasi yang merupakan tempat terjadinya kegiatan operasional dan berkumpulnya semua faktor pendukung kegiatan operasional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) didefinisikan sebagai suatu konsep UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) didefinisikan sebagai suatu konsep UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Corporate Social Responsibility (CSR) didefinisikan sebagai suatu konsep bahwa organisasi, memiliki suatu tanggung jawab terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat mengenai proses produksi yang ramah lingkungan yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat mengenai proses produksi yang ramah lingkungan yang bertujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Selama beberapa tahun ini, perhatian dunia mengenai lingkungan hidup semakin menarik perhatian banyak orang. Setiap aktivitas perusahaan yang mengarah ke pencemaran

Lebih terperinci

MANAJEMEN BIAYA LINGKUNGAN

MANAJEMEN BIAYA LINGKUNGAN Pert 8 MANAJEMEN BIAYA LINGKUNGAN HARIRI, SE., M.Ak Universitas Islam Malang 2017 Biaya lingkungan mendapatkan perhatian yang semakin besar dalam manajemen perusahaan. Peraturan mengenai lingkungan menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. warming, eco efficiency, dan kegiatan industri yang memberi dampak langsung

BAB I PENDAHULUAN. warming, eco efficiency, dan kegiatan industri yang memberi dampak langsung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dengan perekonomian dan bisnis di dunia yang semakin hari semakin berkembang, timbul berbagai isu yang berkaitan dengan lingkungan seperti global warming,

Lebih terperinci

Environmental Management Accounting (EMA) 1

Environmental Management Accounting (EMA) 1 Environmental Management Accounting (EMA) 1 (Akuntansi Manajemen Lingkungan) Dr.rer.nat. M. Fani Cahyandito School of Management, Faculty of Economics, University of Padjadjaran Jl. Dipati Ukur 35 Bandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahan dalam Pengelolaan Lingkungan (PROPER) merupakan salah satu program Kementerian Lingkungan Hidup yang berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dewasa ini, persaingan dalam dunia bisnis sudah semakin ketat. Hal ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dewasa ini, persaingan dalam dunia bisnis sudah semakin ketat. Hal ini dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, persaingan dalam dunia bisnis sudah semakin ketat. Hal ini dapat dilihat dari jumlah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) dan

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Beberapa tahun terakhir Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) dan keberlanjutan (sustainability) perusahaan telah menjadi isu perkembangan utama perusahaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi atau single P (Profit). Pada paradigma single P (Profit), tujuan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi atau single P (Profit). Pada paradigma single P (Profit), tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dua puluh tahun terakhir ini telah terjadi pergeseran paradigma bisnis dimana informasi non keuangan juga perlu untuk diungkapkan. Pada awalnya bisnis

Lebih terperinci

BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan dalam melakukan kegiatan operasinya selalu berusaha untuk memaksimalkan laba untuk mempertahankan keberlangsungannya. Dalam upaya memaksimalkan laba

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Guthrie dan Mathews (1985), kemajuan teknologi serta perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Guthrie dan Mathews (1985), kemajuan teknologi serta perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Guthrie dan Mathews (1985), kemajuan teknologi serta perubahan sosial ekonomi yang semakin pesat mengakibatkan adanya revolusi perubahan bagi dunia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep, Konstruk, Variabel Penelitian 2.1.1. Akuntansi Lingkungan Akuntansi Lingkungan (Environment Accounting) didefinisikan sebagai pencegahan, pengurangan dan atau penghindaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal inilah yang mendorong perubahan paradigma para pemegang saham dan

BAB I PENDAHULUAN. Hal inilah yang mendorong perubahan paradigma para pemegang saham dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era yang sekarang ini, sektor bisnis di Indonesia mulai berkembang. Tentu saja kebanyakan dari mereka masih memfokuskan tujuan utamanya pada pencarian

Lebih terperinci

KERANGKA KERJA PENILAIAN INVESTASI LINGKUNGAN (ENVIRONMENTAL PERFORMANCE APPRAISAL)

KERANGKA KERJA PENILAIAN INVESTASI LINGKUNGAN (ENVIRONMENTAL PERFORMANCE APPRAISAL) JURNAL TEKNIK INDUSTRI VOL. 9, NO. 2, DESEMBER 2007: 152-160 KERANGKA KERJA PENILAIAN INVESTASI LINGKUNGAN (ENVIRONMENTAL PERFORMANCE APPRAISAL) Sihar Tigor Benjamin Tambunan EMA Resources Person (EMA-South

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan sebagai suatu bentuk organisasi yang melakukan aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan sebagai suatu bentuk organisasi yang melakukan aktivitas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan sebagai suatu bentuk organisasi yang melakukan aktivitas dengan menggunakan sumber daya yang tersedia untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap langkah atau kegiatan yang dilaksanakan oleh suatu perusahaan memiliki sebab dan akibat. Pada intinya setiap tahapan kegiatan yang dilaksanakan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan pertumbuhan ekonomi di suatu Negara dapat memberikan dampak

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan pertumbuhan ekonomi di suatu Negara dapat memberikan dampak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peningkatan pertumbuhan ekonomi di suatu Negara dapat memberikan dampak positif dan negatif bagi Negara tersebut. Salah satu dampak positif dari pekembangan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan suatu pembangunan berkelanjutan hanya akan dapat dicapai melalui sinerginya tiga faktor utama; profit, people dan planet. Dengan kata lain, keuntungan

Lebih terperinci

Akuntansi Manajemen. Lingkungan ARFAN IKHSAN

Akuntansi Manajemen. Lingkungan ARFAN IKHSAN Akuntansi Manajemen Lingkungan ARFAN IKHSAN Akuntansi Manajemen Lingkungan ARFAN IKHSAN Akuntansi Manajemen Lingkungan Oleh : Arfan Ikhsan Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2009 Hak Cipta 2009 pada penulis,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility) Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan yang berkelanjutan yang memiliki sikap ketidakperdulian terhadap lingkungan ini sudah tidak relevan lagi. Reorientasi pembangunan yang telah memperhatikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup (Purnawan, 1996). Dampak pencemaran lingkungan oleh limbah industri

BAB I PENDAHULUAN. hidup (Purnawan, 1996). Dampak pencemaran lingkungan oleh limbah industri PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan lingkungan hidup (pencemaran, polusi, limbah, dll) sampai saat ini menjadi isu global yang sering diperdebatkan (Mulyanto, A. H., 2002).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Permasalahan lingkungan merupakan salah satu faktor penting yang harus kita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Permasalahan lingkungan merupakan salah satu faktor penting yang harus kita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Permasalahan lingkungan merupakan salah satu faktor penting yang harus kita pikirkan bersama mengingat dampak yang buruk dari pengelolaan lingkungan. Sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saat ini, stakeholder semakin menyadari betapa pentingnya lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saat ini, stakeholder semakin menyadari betapa pentingnya lingkungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, stakeholder semakin menyadari betapa pentingnya lingkungan hidup dan bagaimana cara melestarikan lingkungan di sekitar. Hal itu diakibatkan karena semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan oleh masyarakat maupun lapangan kerja. Namun di sisi lain tidak

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan oleh masyarakat maupun lapangan kerja. Namun di sisi lain tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keberadaan perusahaan dalam masyarakat dapat memberikan aspek yang positif dan negatif. Di satu sisi, perusahaan menyediakan barang dan jasa yang diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Hasil industri manufaktur Indonesia kian merambat ke pasar dunia. World Bank memprediksi industri manufaktur tumbuh 40 persen tahun 2013. Perusahaanperusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan mengeruk keuntungan semata. Kontribusinya terhadap komunitas hanya

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan mengeruk keuntungan semata. Kontribusinya terhadap komunitas hanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Revolusi industri pada dekade 19-an, telah mengakibatkan adanya ledakan industri. Di era itu, perusahaan memandang dirinya sebagai organisasi yang bertujuan mengeruk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan baik

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan baik untuk pribadi, keluarga, masyarakat, perusahaan, pemerintah maupun dunia. Lingkungan yang

Lebih terperinci

BAB II BIAYA LINGKUNGAN: PENGUKURAN DAN PELAPORAN. tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang

BAB II BIAYA LINGKUNGAN: PENGUKURAN DAN PELAPORAN. tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang BAB II BIAYA LINGKUNGAN: PENGUKURAN DAN PELAPORAN II.1 Pengertian Lingkungan Definisi lingkungan menurut Undang-Undang nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah kesatuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai awal munculnya konsep pembangunan berkelanjutan adalah karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai awal munculnya konsep pembangunan berkelanjutan adalah karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai awal munculnya konsep pembangunan berkelanjutan adalah karena perhatian kepada lingkungan. Terutama sumber daya alam yang tidak bisa diperbaharui sedang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi yang baik dapat terwujud apabila komponen-komponen di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi yang baik dapat terwujud apabila komponen-komponen di dalamnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Suatu organisasi terbentuk untuk mencapai tujuan bersama, namun untuk mencapai tujuan secara efektif diperlukan manajemen yang baik dan benar. Manajemen yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Isyarat atau signal menurut Brigham dan Houston (2009) adalah suatu tindakan

BAB II LANDASAN TEORI. Isyarat atau signal menurut Brigham dan Houston (2009) adalah suatu tindakan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Signaling Theory Isyarat atau signal menurut Brigham dan Houston (2009) adalah suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejarah perkembangan akuntansi yang pesat setelah terjadi revolusi industri

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejarah perkembangan akuntansi yang pesat setelah terjadi revolusi industri BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan akuntansi yang pesat setelah terjadi revolusi industri menyebabkan pelaporan akuntansi lebih banyak digunakan sebagai alat pertanggungjawaban

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan akhir-akhir ini semakin marak dibahas di dunia baik di media cetak, elektronik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. inflasi, dimana hingga Februari 2016 inflasi Indonesia sebesar 4,42%. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. inflasi, dimana hingga Februari 2016 inflasi Indonesia sebesar 4,42%. Salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian Indonesia masih dilanda ketidakpastian, yang salah satunya dampak dari masih belum optimalnya perbaikan ekonomi dunia. Pertumbuhan ekonomi Indonesia saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di Indonesia. Hal ini terjadi dikarenakan mulai banyaknya pihak pihak

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di Indonesia. Hal ini terjadi dikarenakan mulai banyaknya pihak pihak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini semua orang pasti mengetahui bagaimana parahnya pencemaran yang ada di Indonesia. Hal ini terjadi dikarenakan mulai banyaknya pihak pihak yang tidak

Lebih terperinci

N, 2015 PENGARUH PENGUNGKAPAN AKUNTANSI LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN

N, 2015 PENGARUH PENGUNGKAPAN AKUNTANSI LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tidak dapat dipungkiri bahwa manusia sebagai makhluk sosial haruslah berinteraksi dengan manusia lain maupun dengan alam. Dan juga dengan semakin berkembangnya kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. environmental responsibility (Bakdi Soemanto dkk, 2007). Dari penjelasan diatas

BAB I PENDAHULUAN UKDW. environmental responsibility (Bakdi Soemanto dkk, 2007). Dari penjelasan diatas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Of course, the development of the corporation is not only be followed by rising expectations, but also various matters concerning the social and environmental

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikontrol dan diupayakan cara yang tepat untuk mengatasinya.

BAB I PENDAHULUAN. dikontrol dan diupayakan cara yang tepat untuk mengatasinya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini, kesadaran suatu perusahaan dalam mengungkapkan tanggung jawab sosial sudah semakin membaik. Keberadaan suatu perusahaan tidak terlepas dari lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan lingkungan hidup seperti pencemaran, polusi, limbah dan lainlain,

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan lingkungan hidup seperti pencemaran, polusi, limbah dan lainlain, P E N D A H U L U A N 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan lingkungan hidup seperti pencemaran, polusi, limbah dan lainlain, sampai saat ini menjadi isu global yang sering diperdebatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ikut serta dalam menjaga lingkungan semakin meningkat dari waktu ke waktu.

BAB I PENDAHULUAN. ikut serta dalam menjaga lingkungan semakin meningkat dari waktu ke waktu. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini masalah yang berkaitan dengan lingkungan hidup menjadi salah satu isu yang mendapat perhatian dari masyarakat. Kesadaran masyarakat untuk ikut serta dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. revolusi industri (akuntansi konvensional) menyebabkan pelaporan akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. revolusi industri (akuntansi konvensional) menyebabkan pelaporan akuntansi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan akuntansi yang berkembang pesat setelah terjadi revolusi industri (akuntansi konvensional) menyebabkan pelaporan akuntansi lebih banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipikirkan mengingat dampak dari buruknya pengelolaan lingkungan yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. dipikirkan mengingat dampak dari buruknya pengelolaan lingkungan yang semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Permasalahan lingkungan di Indonesia merupakan faktor penting yang harus dipikirkan mengingat dampak dari buruknya pengelolaan lingkungan yang semakin nyata.

Lebih terperinci

Environmental Accounting : an overview

Environmental Accounting : an overview Environmental Accounting : an overview Environmental Accounting Back Ground Menurut ISO 14001, lingkungan adalah keadaan sekeliling dimana organisasi beroperasi, termasuk udara, air, tanah, sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan yang memiliki peran penting. Di dalam dunia usaha selain

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan yang memiliki peran penting. Di dalam dunia usaha selain 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia usaha dapat diartikan sebagai salah satu pelaku aktif pembangunan yang memiliki peran penting. Di dalam dunia usaha selain mempunyai tujuan agar selalu bisa

Lebih terperinci

PENINGKATAN EFISIENSI PERUSAHAAN MELALUI KONSEP NON PRODUK OUTPUT (NPO) SEBAGAI BAGIAN INTERNALISASI BIAYA LINGKUNGAN

PENINGKATAN EFISIENSI PERUSAHAAN MELALUI KONSEP NON PRODUK OUTPUT (NPO) SEBAGAI BAGIAN INTERNALISASI BIAYA LINGKUNGAN J. Tek. Ling Edisi Khusus Hal. 20-25 Jakarta Juli 2008 ISSN 1441-318X PENINGKATAN EFISIENSI PERUSAHAAN MELALUI KONSEP NON PRODUK OUTPUT (NPO) SEBAGAI BAGIAN INTERNALISASI BIAYA LINGKUNGAN Lestario Widodo

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa teori yang dapat menjelaskan pengaruh green accunting

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa teori yang dapat menjelaskan pengaruh green accunting BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Terdapat beberapa teori yang dapat menjelaskan pengaruh green accunting terhadap profitabilitas. Diantaranya adalah legitimacy theory (teori legitimasi), stakeholder

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan lingkungan menjadi semakin menarik seiring dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan lingkungan menjadi semakin menarik seiring dengan adanya BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Isu mengenai lingkungan bukan lagi merupakan suatu isu yang baru. Persoalan lingkungan menjadi semakin menarik seiring dengan adanya perkembangan teknologi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS Pengertian Akuntansi Manajemen Lingkungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS Pengertian Akuntansi Manajemen Lingkungan BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Akuntansi Manajemen Lingkungan 2.1.1.1 Pengertian Akuntansi Manajemen Lingkungan Akuntansi Manajemen Lingkungan (Environmental

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini International Financial Reporting Standards (IFRS) merupakan isu

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini International Financial Reporting Standards (IFRS) merupakan isu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Saat ini International Financial Reporting Standards (IFRS) merupakan isu hangat yang sedang marak diperbincangkan di berbagai negara. IFRS merupakan standar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan seperti global warming, eco-effciency dan kegiatan industri yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan seperti global warming, eco-effciency dan kegiatan industri yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di era ekonomi modern seperti saat ini, adanya berbagai isu yang berkaitan dengan lingkungan seperti global warming, eco-effciency dan kegiatan industri yang memberikan

Lebih terperinci

AKUNTANSI MANAJEMEN LINGKUNGAN, ALAT BANTU UNTUK MENINGKATKAN KINERJA LINGKUNGAN DALAM PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

AKUNTANSI MANAJEMEN LINGKUNGAN, ALAT BANTU UNTUK MENINGKATKAN KINERJA LINGKUNGAN DALAM PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan ISSN 1411-0393 Akreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012 AKUNTANSI MANAJEMEN LINGKUNGAN, ALAT BANTU UNTUK MENINGKATKAN KINERJA LINGKUNGAN DALAM PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Dian

Lebih terperinci

BAB I. Pada awalnya bisnis dibangun dengan paradigma single bottom line

BAB I. Pada awalnya bisnis dibangun dengan paradigma single bottom line BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagian besar perusahaan, terutama di Indonesia saat ini masih fokus untuk mengungkapkan laporan keuangan yang berkaitan dengan kinerja keuangan saja. Laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna. Perseroan Terbatas (PT) mempunyai tanggung jawab sosial terhadap

BAB I PENDAHULUAN. berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna. Perseroan Terbatas (PT) mempunyai tanggung jawab sosial terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanggung jawab sosial dan lingkungan adalah sebuah kewajiban yang harus dilaksanakan oleh setiap perusahaan dalam mewujudkan peran aktif perusahaan dalam pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan salah satu pelaku ekonomi yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan salah satu pelaku ekonomi yang mempunyai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perusahaan merupakan salah satu pelaku ekonomi yang mempunyai pengaruh besar terhadap roda perekonomian. Dalam dunia bisnis suatu badan usaha dapat berkembang

Lebih terperinci

9 - Manajemen Kos/Biaya Lingkungan

9 - Manajemen Kos/Biaya Lingkungan 9 - Manajemen Kos/Biaya Lingkungan Background Organisasi dapat mengurangi dampak lingkungan dengan : Pencegahan pencemaran menggunakan proses, praktek, teknik, bahan, produk, jasa atau energi untuk menghindari,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2012 yang tumbuh sebesar 6,23 persen

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2012 yang tumbuh sebesar 6,23 persen BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi yang pesat di Indonesia dapat dilihat dari peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2012 yang tumbuh sebesar 6,23 persen dibandingkan

Lebih terperinci

Versi 27 Februari 2017

Versi 27 Februari 2017 TARGET INDIKATOR KETERANGAN 12.1.1* Jumlah kolaborasi tematik quickwins program. 12.1 Melaksanakan the 10-Year Framework of Programmes on Sustainable Consumption and Production Patterns, dengan semua negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya persaingan yang kompetitif di pasar saat ini, tidaklah dapat

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya persaingan yang kompetitif di pasar saat ini, tidaklah dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dengan adanya persaingan yang kompetitif di pasar saat ini, tidaklah dapat diterima bila sebuah bisnis hanya mementingkan untuk kebutuhannya sendiri agar mendapatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat banyaknya perusahaan menjadi semakin berkembang, maka pada saat itu pula kesenjangan sosial dan kerusakan lingkungan sekitarnya dapat terjadi, karena

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Akuntansi Manajemen Lingkungan 2.1.1.1 Definisi Akuntansi Manajemen Lingkungan Akuntansi Manajemen Lingkungan (Environmental Management Accounting) merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tetapi banyak perusahaan di Indonesia yang tidak memperhatikan dan

BAB I PENDAHULUAN. Tetapi banyak perusahaan di Indonesia yang tidak memperhatikan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada dasarnya tujuan perusahaan adalah memproduksi produk atau jasanya secara maksimal dan mendapatkan keuntungan yang sebanyakbanyaknya. Tetapi banyak perusahaan

Lebih terperinci

Pert 2. HARIRI, SE., M.Ak Universitas Islam Malang 2017

Pert 2. HARIRI, SE., M.Ak Universitas Islam Malang 2017 Pert 2 HARIRI, SE., M.Ak Universitas Islam Malang 2017 Sistem informasi akuntansi manajemen adalah sistem informasi yang menghasilkan keluaran (output) dengan menggunakan masukan (input) dan berbagai proses

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan perusakan ekosistem sebagai akibat dari ragam aktivitas ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. dengan perusakan ekosistem sebagai akibat dari ragam aktivitas ekonomi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Lingkungan merupakan hal penting untuk dibahas yang erat kaitannya dengan perusakan ekosistem sebagai akibat dari ragam aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh perusahaan.

Lebih terperinci

Bab III. Metode Penelitian

Bab III. Metode Penelitian Bab III Metode Penelitian 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah perusahaan perusahaan manufaktur (manufacturing companies) yang tercatat di Bursa Efek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan akan melakukan kegiatan usaha tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut asumsi profit maximisation tujuan tersebut umumnya merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuannya. Banyak perusahaan yang tidak memperhatikan masalah lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. tujuannya. Banyak perusahaan yang tidak memperhatikan masalah lingkungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan merupakan sebuah organisasi yang melaksanakan kegiatan operasi dengan menggunakan sumber daya yang terbatas untuk mencapai tujuannya. Banyak perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Corporate social responsibility (CSR) merupakan klaim agar. perusahaan tak hanya beroperasi untuk kepentingan para pemegang saham

BAB I PENDAHULUAN. Corporate social responsibility (CSR) merupakan klaim agar. perusahaan tak hanya beroperasi untuk kepentingan para pemegang saham 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Corporate social responsibility (CSR) merupakan klaim agar perusahaan tak hanya beroperasi untuk kepentingan para pemegang saham (shareholders) tapi juga untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dikelola untuk menghasilkan barang atau jasa (output) kepada pelanggan

BAB 1 PENDAHULUAN. dikelola untuk menghasilkan barang atau jasa (output) kepada pelanggan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum, perusahaan atau business merupakan suatu organisasi atau lembaga dimana sumber daya (input) dasar seperti bahan baku dan tenaga kerja dikelola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersejarah, flora, fauna dan masih banyak kekayaan alam yang lainnya. Namun semakin

BAB I PENDAHULUAN. bersejarah, flora, fauna dan masih banyak kekayaan alam yang lainnya. Namun semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang terkenal akan kekayaan alamnya. Hutan, laut, bangunan bersejarah, flora, fauna dan masih banyak kekayaan alam yang lainnya. Namun semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maraknya kasus pencemaran lingkungan. Peristiwa tumpahan minyak di Amerika

BAB I PENDAHULUAN. maraknya kasus pencemaran lingkungan. Peristiwa tumpahan minyak di Amerika BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, isu Global Warming semakin mengemuka seiring dengan maraknya kasus pencemaran lingkungan. Peristiwa tumpahan minyak di Amerika Serikat oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai perusahaan tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai perusahaan tumbuh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai perusahaan tumbuh secara berkelanjutan. Keberlanjutan perusahaan (corporate sustainability) hanya akan terjamin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nilai kualitas lingkungan hidup Indonesia pada tahun 2011 sebesar 60,25 dari

BAB I PENDAHULUAN. nilai kualitas lingkungan hidup Indonesia pada tahun 2011 sebesar 60,25 dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu negara di dunia yang memiliki kinerja lingkungan yang tergolong buruk. Menteri lingkungan hidup menyatakan bahwa nilai kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pembangunan dan tekhnologi saat ini berdampak pada semakin maju

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pembangunan dan tekhnologi saat ini berdampak pada semakin maju BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan pembangunan dan tekhnologi saat ini berdampak pada semakin maju dan kompleksnya aktivitas operasional serta tanggung jawab sosial perusahaan. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan semata (single bottom line), melainkan juga beberapa aspek penting

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan semata (single bottom line), melainkan juga beberapa aspek penting BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini dunia usaha tidak hanya memperhatikan informasi laporan keuangan perusahaan semata (single bottom line), melainkan juga beberapa aspek penting lainnya yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. media pengungkapan (disclosure) maupun perangkat evaluasi dan monitoring

BAB I PENDAHULUAN. media pengungkapan (disclosure) maupun perangkat evaluasi dan monitoring BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelaporan merupakan komponen penting dalam setiap kegiatan, baik sebagai media pengungkapan (disclosure) maupun perangkat evaluasi dan monitoring bagi perusahaan terbuka.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan keunggulan kompetitif (competitive advantage) bisnisnya agar

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan keunggulan kompetitif (competitive advantage) bisnisnya agar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini tidak dapat dipungkiri bahwa globalisasi telah mempengaruhi beberapa aspek kehidupan manusia. Salah satu aspek yang paling signifikan perubahannya adalah

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pencemaran dan kerusakan lingkungan merupakan permasalahan yang cukup pelik dan sulit untuk dihindari. Jika tidak ada kesadaran dari berbagai pihak dalam pengelolaan lingkungan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Tanggungjawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility mungkin

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Tanggungjawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility mungkin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tanggungjawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility mungkin masih kurang populer di kalangan pelaku bisnis di Indonesia. Namun, tidak berlaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan lingkungan seperti global warming, eco-effciency dan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan lingkungan seperti global warming, eco-effciency dan kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era ekonomi modern seperti saat ini, adanya berbagai isu yang berkaitan dengan lingkungan seperti global warming, eco-effciency dan kegiatan industri yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam periode beberapa tahun belakangan banyak terjadi masalah-masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam periode beberapa tahun belakangan banyak terjadi masalah-masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam periode beberapa tahun belakangan banyak terjadi masalah-masalah sosial pada perkembangan industri perusahaan di Indonesia seperti : masalah kerusakan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disajikan dalam laporan keuangan perusahaan. Angka laba diperkirakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. disajikan dalam laporan keuangan perusahaan. Angka laba diperkirakan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu informasi yang dianggap relevan dalam pengambilan keputusan investasi oleh para investor adalah laporan keuangan perusahaan. Lev (1989) menyatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB II BIAYA KUALITAS LINGKUNGAN. Menurut ISO 14001, lingkungan adalah keadaan sekeliling di mana organisasi

BAB II BIAYA KUALITAS LINGKUNGAN. Menurut ISO 14001, lingkungan adalah keadaan sekeliling di mana organisasi 12 BAB II BIAYA KUALITAS LINGKUNGAN II.1 Lingkungan II.1.1 Definisi Lingkungan Menurut ISO 14001, lingkungan adalah keadaan sekeliling di mana organisasi beroperasi, termasuk udara, air, tanah, sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan lingkungan. Kondisi realitas yang terjadi banyak perusahaan manufaktur

BAB I PENDAHULUAN. dan lingkungan. Kondisi realitas yang terjadi banyak perusahaan manufaktur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada umumnya setiap perusahaan yang ingin tetap bertahan sebaiknya memiliki rancangan strategi yang dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan.

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan

BAB II KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan BAB II KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Stakeholder Teori stakeholder mengatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri

Lebih terperinci

Corporate Social Responsibility PPMJ

Corporate Social Responsibility PPMJ Corporate Social Responsibility PPMJ Latar Belakang Rangkaian Tragedi Lingkungan dan Kemanusiaan : Minamata (Jepang), Bhopal (India), Chernobhyl (Uni soviet), Shell (Nigeria), Grasberg (Indonesia), Ok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah yang berkaitan dengan lingkungan, khususnya masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. masalah yang berkaitan dengan lingkungan, khususnya masalah yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu isu menarik yang sedang menjadi perhatian dunia adalah masalah yang berkaitan dengan lingkungan, khususnya masalah yang berkaitan dengan etika dan tanggungjawab

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan dalam jumlak konteks yang berbeda seperti: akuntansi keuangan dan pelaporan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan dalam jumlak konteks yang berbeda seperti: akuntansi keuangan dan pelaporan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Akuntansi Lingkungan Istilah akuntansi lingkungna mempunyai banyak arti dan kegunaan. Akuntansi lingkungan dapat mendukung akuntansi pendapatan, akuntansi keuangan maupun bisnis

Lebih terperinci