PEDOMAN Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEDOMAN Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil"

Transkripsi

1

2

3

4

5 PEDOMAN Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil LAMPIRAN SURAT EDARAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 16/SE/M/2015 TENTANG PEDOMAN PENUTUPAN ULANG SAMBUNGAN DAN PENUTUPAN RETAK PADA PERKERASAN KAKU Penutupan ulang sambungan dan penutupan retak pada perkerasan kaku KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

6 Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan...iii 1 Ruang lingkup Acuan normatif Istilah dan definisi Bahan penutup Bahan penutup termoplastik yang dipasang dalam keadaan panas Bahan penutup termoseting yang dipasang dalam keadaan dingin Batang penyokong Rancangan dimensi penampang bahan penutup pada sambungan Rancangan dimensi penampang bahan penutup pada sambungan melintang Rancangan dimensi penampang bahan penutup pada sambungan memanjang Konfigurasi bahan penutup Peralatan Peralatan untuk mengupas bahan penutup lama dan pembentukan ulang sambungan dan retak Peralatan untuk membersihkan sambungan Alat untuk menempatkan bahan penutup sambungan Pelaksanaan Penutupan ulang sambungan melintang Penghilangan bahan penutup lama Pembentukan ulang sambungan Pembersihan reservoir pada sambungan Pemasangan batang penyokong Pemasangan bahan penutup baru Penutupan ulang sambungan memanjang Penutupan ulang sambungan memanjang antara dua pelat beton Penutupan ulang sambungan memanjang antara pelat beton lajur lalu lintas dan bahu beton aspal Penutupan retak Pengendalian mutu...12 Lampiran A (informatif)...14 Lampiran B (informatif) Gambar-gambar pelaksanaan...16 Bibliografi...24 Gambar 1 - Ilustrasi tipikal faktor bentuk bahan penutup...5 Gambar 2 - Konfigurasi bahan penutup sambungan(ket gbr (a): tidk menutupi gbr)...6 Tabel 1 Jenis dan spesifikasi bahan penutup yang umum digunakan untuk perkerasan kaku...3 Tabel 2 Faktor bentuk bahan penutup yang direkomendasikan...5 i

7 Prakata Pedoman penutupan ulang sambungan (joint resealing) dan penutupan retak (crack sealing) pada perkerasan kaku menguraikan tentang penggunaan bahan yang tepat, prosedur penanganan yang direkomendasikan, cara menanggulangi permasalahan, dan prosedur pengendalian mutu yang dihadapi untuk pekerjaan penutupan ulang sambungan dan penutupan retak. Pedoman ini dipersiapkan oleh Panitia Teknis Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis Rekayasa Jalan dan Jembatan 91-01/S2 melalui Gugus Kerja Bahan dan Perkerasan Jalan. Tata cara penulisan disusun mengikuti Pedoman Standardisasi Nasional (PSN) 08:2007 dan dibahas dalam forum rapat konsensus yang diselenggarakan pada tanggal 26 Juni 2013 di Bandung oleh Subpanitia Teknis, yang melibatkan para narasumber, pakar dan lembaga terkait. ii

8 Pendahuluan Penutupan ulang sambungan dan retak merupakan kegiatan pemeliharaan perkerasan kaku yang dilakukan dalam rangka mencapai dua tujuan utama. Tujuan pertama adalah mengurangi air yang masuk ke dalam struktur perkerasan sehingga mengurangi kerusakan perkerasan yang ditimbulkan oleh air; seperti, pemompaan ( pumping), perbedaan elevasi antara pelat, akibat penurunan pada sambungan (joint faulting), erosi lapis fondasi atas dan lapis fondasi bawah, serta retak sudut. Tujuan ke dua adalah mencegah intrusi bahan keras ke dalam sambungan atau retak, sehingga mencegah kerusakan akibat tegangan; seperti, gompal, blowup, pelengkungan (buckling), dan kehancuran pelat. Prosedur penutupan sambungan melintang, sambungan memanjang, dan retak pada perkerasan kaku disajikan pada pedoman ini. Pelaksanaan penutupan sambungan dan retak mencakup langkah-langkah sebagai berikut: pengupasan bahan penutup lama (hanya berlaku pada penutupan ulang sambungan), pembentukan ulang reservoir sambungan/retak yang ada, pembersihan sambungan, pemasangan batang penyokong (backer rod), serta pemasangan bahan penutup baru. Pedoman ini merupakan pedoman baru yang berguna sebagai acuan dalam perancangan serta pelaksanaan pekerjaan penutupan ulang sambungan dan retak untuk pekerjaan pemeliharaan perkerasan kaku. iii

9 Penutupan ulang sambungan (joint resealing) dan penutupan retak (crack sealing) pada perkerasan kaku 1 Ruang lingkup Pedoman ini menjelaskan tentang bahan dan prosedur untuk pekerjaan penutupan ulang sambungan dan penutupan retak pada perkerasan kaku. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengurangi air yang masuk ke dalam struktur perkerasan sehingga mengurangi kerusakan perkerasan yang ditimbulkan oleh air; seperti, pemompaan ( pumping), penanggaan sambungan ( joint faulting), erosi lapis fondasi atas dan lapis fondasi bawah, serta retak sudut, dan untuk mencegah intrusi bahan keras ke dalam sambungan atau retak, sehingga mencegah kerusakan akibat tegangan; seperti, gompal ( spalling), blowup, pelengkungan (buckling), dan kehancuran pelat. Penutupan ulang sambungan perlu dilakukan sesegera mungkin apabila bahan penutup tidak berfungsi seperti yang diharapkan. Gejala tersebut ditunjukkan oleh bahan penutup yang hilang, bahan penutup yang tidak melekat pada dinding sambungan meskipun masih tetap pada posisinya, atau sambungan terisi bahan keras. Penutupan retak yang paling efektif dilakukan adalah pada saat perkerasan mengalami kerusakan minimum serta pada saat retak masih relatif kecil dengan gompal minimum. Penutupan retak dapat dilakukan terhadap retak garis yang mempunyai tingkat keparahan rendah atau sedang dengan lebar retak lebih kecil dari 13 mm. 2 Acuan normatif Dokumen referensi di bawah ini harus digunakan dan tidak dapat ditinggalkan untuk melaksanakan pedoman ini. SNI , Spesifikasi bahan penutup sambungan beton tipe elastis tuang panas ASTM D2628, Standard specification for preformed polychloroprene elastomeric joint seals for concrete pavement ASTM D2835,Standard specification for lubricant for installation of preformed compression seals in concrete pavement ASTM D 5249, Standard specification for backer material for use with cold- and hot-applied joint sealants in portland-cement concrete and asphalt joints ASTM D5893, Standard specification for cold applied, single component, chemically curing silicone joint sealant for portland cement concrete pavements ASTM D6690, Standard specification for joint and crack sealants, hot applied, for concrete and asphalt pavements 3 Istilah dan definisi Untuk tujuan penggunaan pedoman ini, istilah dan definisi berikut digunakan. 3.1 bahan penutup termoplastik (thermoplastic sealant) bahan penutup yang berbahan dasar aspal dan secara tipikal menjadi lembek pada saat dipanaskan dan menjadi keras pada saat didinginkan, dan umumnya tanpa mengalami perubahan komposisi kimia 1 dari 24

10 3.2 bahan penutup termoseting (thermosetting sealant) bahan penutup yang secara tipikal terdiri atas satu atau dua komponen bahan, yang memantap ( set) melalui pelepasan bahan pelarut atau pengerasan (cure) melalui reaksi kimia 3.3 batang penyokong (backer rod) batang dari bahan polyethelen yang dipasang pada dasar reservoir dan difungsikan untuk mendapatkan faktor bentuk yang dikehendaki, mencegah bahan penutup melekat pada dasar reservoir dan mencegah bahan penutup yang masih encer mengalir ke dalam celah sambungan di bawah reservoir 3.4 faktor bentuk perbandingan antara lebar dan kedalaman bahan penutup yang dapat meningkatkan kinerja bahan penutup 3.5 konfigurasi bahan penutup posisi permukaan bahan penutup terhadap permukaan perkerasan di sekitar sambungan, yang dikelompokkan menjadi reses atau lekuk ( recessed), rata ( flush-filled), dan menonjol (overbanded) 3.6 penyemprotan udara (airblasting) cara penyemprotan dengan udara bertekanan tinggi dengan tujuan untuk menghilangkan kotoran yang terdapat dalam sambungan atau retak yang mengganggu pelekatan antara bahan penutup dan dinding-dinding sambungan atau retak 3.7 penyemprotan pasir (sandblasting) cara penyemprotan dengan partikel pasir yang dibantu udara bertekanan bertujuan untuk mengikis kotoran yang menempel pada dinding sambungan atau retak yang mengganggu pelekatan antara bahan penutup dan dinding-dinding sambungan atau retak 3.8 reservoir bahan penutup (sealant reservoir) bagian atas sambungan yang diperlebar agar mempunyai lebar dan kedalaman yang cukup untuk menampung bahan penutup yang mempunyai faktor bentuk tertentu dan menampung batang penyokong 4 Bahan penutup Penutupan ulang sambungan dan penutupan retak umumnya menggunakan bahan penutup yang bersifat termoplastik dituangkan dalam keadaan panas atau bersifat termoseting yang dituangkan dalam keadaan dinginatau jenis bahan penutup yang dibentuk ( preformed joint sealant). Jenis-jenis bahan penutup yang umum digunakan pada penutupan ulang sambungan dan penutupan retak ditunjukkan pada Tabel 1. 2 dari 24

11 Tabel 1 Jenis dan spesifikasi bahan penutup yang umum digunakan untuk perkerasan kaku Jenis bahan penutup Spesifikasi Deskripsi Cair, dipasang dalam keadaan panas Termoplastik Aspal Karet (Ruberized Asphalt) ASTM D 6690, Tipe II Merata sendiri Polimerik (Polymeric) ASTM D 6690 Tipe I Merata sendiri Elastomerik (Elastomeric) SNI Merata sendiri Cair, dipasang dalam keadaan dingin Termoseting Bahan Silikon Tipe NS (Non-Sag) ASTM D 5893 Tanpa lekukan (non-sag), dipasang menggunakan alat, modulus rendah Tipe SL (Self-Levelling) ASTM D 5893 Merata sendiri, dipasang tidak menggunakan alat, modulus rendah Bahan Penyumbat Kompresi yang Dibentuk (Preformed Compression Seals) Polikloroprin Elastomerik (Polychloprene Ealstomeric) ASTM D 2628 Pelumas (Lubricant) ASTM D 2835 Batang Penyokong (Backer Rod) ASTM D 5249 Dipasang dengan menggunakan pelumas Digunakan pada saat pemasangan bahan penutup Digunakan di bawah bahan penutup yang dipasang secara panas atau dingin 4.1 Bahan penutup termoplastik yang dipasang dalam keadaan panas Bahan penutup termoplastik adalah bahan penutup berbasis aspal yang secara tipikal menjadi keras pada saat didinginkan dan menjadi lembek pada saat dipanaskan, umumnya tanpa mengalami perubahan komposisi kimia. Bahan penutup termoplastik tersebut mempunyai variasi elastisitas dan sifat-sifat termal, serta akan mengalami pelapukan pada tingkat temperatur tertentu. Bahan penutup termoplastik umumnya dipasang setelah dipanaskan (pemasangan cara panas). Bahan penutup jenis aspal karet tersebut diproduksi dengan mencampurkan beberapa jenis dan proporsi polimer serta karet cair dengan aspal keras. Bahan penutup yang dihasilkan mempunyai rentang kinerja yang tahan terhadap sifat elastisitas pada temperatur yang rendah dan mempunyai ketahanan terhadap sifat melembek pada temperatur tinggi. Aspal keras dengan penetrasi yang lebih tinggi dapat juga digunakan untuk aspal karet, sehingga dapat lebih meningkatkan elastisitas pada temperatur lebih rendah. Bahan tersebut disebut sebagai bahan penutup aspal karet dengan modulus rendah. Pada umumnya bahan aspal karet mutu tinggi harus memenuhi ASTM D Bahan penutup termoseting yang dipasang dalam keadaan dingin Bahan penutup bersifat termoseting secara tipikal terdiri dari satu atau dua komponen bahan yang memantap melalui pelepasan pelarut atau mengeras melalui reaksi kimia. Ada berbagai jenis bahan penutup termoseting, contohnya polisulfida, poliuretan, dan silikon. Dari jenis-jenis tersebut, silikon merupakan jenis yang paling banyak digunakan dan telah menunjukkan kinerja jangka panjang yang baik. Bahan penutup silikon merupakan bahan penutup dipasang dalam keadaan dingin yang mempunyai sifat elastisitas yang baik dan ketahanan yang tinggi terhadap pelapukan. Bahan penutup ini mempunyai lekatan kuat dan 3 dari 24

12 modulus yang rendah maka pada saat dipasang lebih encer dari bahan penutup termoplastik. Kinerja bahan penutup silikon sangat tergantung pada kebersihan sambungan dan efektivitas pengerjaan seperti bahan penutup yang terdiri dari dua komponen bahan harus dicampur dengan homogen dan pemasangan bahan penutup harus memperhatikan sifat bahan tersebut apakah dapat merata sendiri atau tidak dapat merata sendiri. Bahan penutup silikon tersedia dalam bentuk yang dapat merata sendiri dan yang tidak dapat merata sendiri. Pemasangan bahan penutup silikon yang tidak dapat merata sendiri memerlukan pengerjaan dengan alat, yaitu untuk menekan bahan penutup ke dinding sambungan dan untuk membentuk permukaan lekukan yang seragam. Bahan penutup silikon yang dapat merata sendiri dapat dipasang hanya dengan cara menuangkan saja karena bahan tersebut dapat mengalir secara bebas untuk mengisi reservoir sambungan tanpa pengerjaan dengan alat. Bahan penutup silikon harus memenuhi persyaratan ASTM D Batang penyokong Batang penyokong umumnya dibuat dari polikhloroprin (polychloroprene), polistrin (polystyrene), poliuretan (polyurethane), dan polietilin (polyethylene); sedangkan batang penyokong yang terbuat dari kertas, tambang, atau gabus tidak boleh digunakan. Ukuran diameter batang penyokong sekitar 25 persen lebih besar dari lebar reservoir. Batang penyokong harus lentur serta tidak menyerap dan kompatibel dengan bahan penutup. Temperatur titik leleh dari bahan batang penyokong minimum 14 C lebih tinggi daripada temperatur aplikasi bahan penutup. Apabila sambungan mempunyai lebar yang besar sehingga batang penyokong tidak dapat berfungsi sebagai penyekat yang benar-benar kedap, sambungan tersebut harus disekat dengan batang penyokong yang lebih besar. Jenis batang penyokong menurut ASTM D5249 adalah: Tipe 1 : berbentuk batang bulat dengan berbagai variasi diameter digunakan untuk bahan penutup dipasang dingin dan panas Tipe 2: berbentuk lembaran atau strip dengan berbagai variasi ketebalan digunakan untuk bahan penutup dipasang dingin dan panas Tipe 3 : berbentuk batang bulat dengan berbagai variasi diameter digunakan untuk bahan penutup dipasang dingin 5 Rancangan dimensi penampang bahan penutup pada sambungan Setelah jenis bahan penutup dipilih, selanjutnya perlu ditentukan rancangan bahan penutup yang mencakup dimensi penampang dan konfigurasi bahan penutup. Dimensi penampang bahan penutup adalah sesuai dengan dimensi penampang reservoir (hanya untuk penutupan ulang sambungan) yang disebut dengan istilah faktor bentuk. 5.1 Rancangan dimensi penampang bahan penutup pada sambungan melintang Pada kegiatan penutupan ulang sambungan, lebar sambungan adalah tertentu, untuk menghemat bahan dan untuk mengurangi potensi benturan roda umumnya diperlukan pembatasan pelebaran sambungan. Oleh karena itu, pertimbangan utama dalam penutupan ulang sambungan melintang harus ditujukan terhadap pemilihan faktor bentuk sambungan agar kinerja bahan penutup dapat ditingkatkan. Dimensi bahan penutupyang terpasang dinyatakan dengan istilah faktor bentuk yaitu perbandingan antara lebar (W) dan kedalaman (D) bahan penutup, seperti yang diilustrasikan pada Gambar 1. Untuk mendapatkan faktor bentuk yang dikehendaki dan 4 dari 24

13 untuk mencegah pelekatan bahan penutup dengan dasar reservoir, maka pada dasar reservoir perlu dipasang batang penyokong. Selain itu, batang penyokong berfungsi juga untuk mencegah pengaliran bahan penutup yang masih encer ke dalam retak yang terdapat di bawah reservoir. Perlu diperhatikan bahwa batang penyokong, yang umumnya dibuat dari polietilin, dengan bahan penutup yang digunakan. Gambar 1 Ilustrasi tipikal faktor bentuk bahan penutup Desain reservoir harus memperhitungkan besar regangan atau perubahan bentuk akibat pemuluran bahan penutup yang mungkin terjadi. Sebagian besar bahan penutup termoplastik panas yang terdapat di pasaran dirancang untuk menahan regangan yang besarnya antara 25 persen sampai dengan 35 persen lebar aslinya; sedangkan bahan penutup silikon dirancang untuk toleran terhadap regangan yang besarnya antara 30 persen sampai dengan 100 persen. Faktor bentuk yang direkomendasikan untuk berbagai jenis bahan penutup ditunjukkan dalam Tabel 2. Umumnya direkomendasikan juga bahwa bahan penutup harus mengalami lekuk/reses antara 3 mm sampai dengan 6 mm di bawah permukaan perkerasan. Rekomendasi tersebut didasarkan pada asumsi bahwa sambungan membuka dengan lebar yang seragam. Tabel 2 Faktor bentuk bahan penutup yang direkomendasikan Jenis bahan penutup Sifat bahan Faktor bentuk tipikal (W:D) Aspal karet Termoplastik 1:1 Silikon Termoseting 2:1 Polisulfida dan poliuretan Termoseting 1:1 Keterangan: W = lebar bahan penutup dan D = kedalaman bahan penutup 5 dari 24

14 5.2 Rancangan dimensi penampang bahan penutup pada sambungan memanjang Pergerakan pelat beton dalam arah memanjang terbatas, oleh karena itu sambungan memanjang jarang mempunyai reservoir yang dirancang. Secara tipikal sambungan memanjang mempunyai lebar yang sangat sempit, yaitu sekitar 6 mm (0, 25 inci) dan umumnya ditutup dengan bahan termoplastik. Batang penyokong dapat atau juga tidak digunakan. Untuk sambungan memanjang antara pelat perkerasan kaku jalur utama lalu lintas dan bahu yang dilapis beton aspal panas ( hot-mix asphalt), pergerakan vertikal merupakan aspek utama yang perlu diperhatikan.untuk mengatasi perbedaan pergerakan vertikal antara pelat pada jalur utama dan bahu, biasa diterapkan konfigurasi reservoir yang dimensinya 19 mm x 19 mm hingga 25 mm x 25 mm. 5.3 Konfigurasi bahan penutup Seperti ditunjukkan pada Gambar 2, terdapat tiga konfigurasi bahan penutup, yaitu lekuk atau reses, rata, dan menonjol. Sambungan pada perkerasan kaku biasanya ditutup dengan konfigurasi reses, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2. Reses(recessed) Rata (flush-filled) Menonjol (overbanded) Batang penyokong (backer rod) Bahan penutup (a) (b) (c) Gambar 2 - Konfigurasi bahan penutup sambungan Konfigurasi reses dapat dilakukan jika pemasangan bahan penutup termoplastik atau termoseting dilakukan pada malam hari. Karena pada temperatur perkerasan yang lebih dingin pelat akan menyusut maka celah sambungan akan lebih lebar, sehingga pada saat celah joint menyempit, bahan penutup tidak meleleh keluar. Tetapi, pemasangan pada siang hari untuk bahan penutup termoplastik dianjurkan agar reses dihindarkan dan sambungan ditutup dengan konfigurasi rata dengan permukaan perkerasan. Keuntungan dari konfigurasi tersebut adalah adanya kecenderungan bahwa pada saat tertekan roda kendaraan, bahan penutup akan tetap kenyal serta pada reservoir tidak akan terjadi pengumpulan pasir atau kerikil. Ada juga beberapa produsen bahan penutup menganjurkan penerapan konfigurasi menonjol, keuntungan penerapan konfigurasi tersebut adalah adanya tambahan bidang pelekatan, tetapi kelemahannya adalah pada jalan dengan lalu lintas padat bahan penutup akan rusak dalam waktu 1 tahun dan setelah rusak, bahan penutup akan tercabut dari tepi sambungan dan selanjutnya akan terjadi keruntuhan adhesi. Kelemahan lainnya adalah akan menurunkan kenyamanan dan mengurangi keindahan permukaan. Penggunaan bahan penutup jenis silikon tidak boleh dipasang dengan konfigurasi menonjol atau rata dengan permukaan perkerasan, tetapi direkomendasikan dipasang dengan konfigurasi reses 6 mm sampai dengan 9 mm. 6 dari 24

15 6 Peralatan 6.1 Peralatan untuk mengupas bahan penutup lama dan pembentukan ulang sambungan dan retak 1) Pencungkil sambungan (jointplow) Pencungkil sambungan adalah pisau segi empat yang pengoperasiannya dilakukan dengan cara memasukkan pisau pencungkil ke dalam sambungan kemudian menariknya dari ujung ke ujung sambungan. Pisau tersebut harus dapat bergerak bebas secara vertikal dan horizontal dalam sambungan, tanpa terjadi kemacetan. 2) Gergaji (diamond-bladed saw) Gergaji mempunyai kekuatan tipikal 26 kw sampai dengan 46 kw (35 hp sampai dengan 65 hp) serta dilengkapi pendingin air dan bilah gergaji yang mempunyai gigi intan. Sebuah bilah tunggal dengan lebar penuh ( full-width) berguna untuk mempertahankan lebar sambungan, tetapi bagian tepi bilah tersebut cepat aus sehingga mengurangi efektivitas penggergajian. Diameter inti dari bilah minimum sebesar 4,8 mm untuk menjaga bilah dari bertumpu pada sambungan. Bilah yang terlalu panas dan terbelokkan dapat terjadi dari penggunaan pisau yang tipis. Umumnya, sambungan diperlebar dengan 3 mm; atau 1,5 mm pada tiap permukaan bidang. 6.2 Peralatan untuk membersihkan sambungan 1) Alat penyemprot pasir (sandblasting equipment) Alat penyemprot pasir terdiri dari unit kompresi udara, mesin penyemprot pasir, selang, dan suatu pipa dengan nozel jenis venturi. Pada pelaksanaan penyemprotan harus dipasok 4,3 m 3 /menit udara yang bebas minyak dan air, dengan tekanan sekurangkurangnya 620 kpa. 2) Alat penyemprot udara (airblasting equipment) Alat penyemprot udara terdiri dari kompresor udara bertekanan tinggi yang dilengkapi dengan selang dan pipa. Meskipun kompresor udara bertekanan tinggi efektif untuk membuang debu dan debris (sampah) dari sambungan, namun untuk membuang serbuk gergaji tidak seefektif penyemprot pasir. Kompresor harus mampu menghasilkan tekanan peniupan 690 kpa dan dapat meniupkan udara dengan kapasitas 4,3 m 3 /menit. 6.3 Alat untuk menempatkan bahan penutup sambungan 1) Alat pencair (melters) Bahan penutup termoplastik dipanaskan dan dicampur dalam alat pencair jenis yang tidak memanaskan langsung dan berfungsi sebagai pengaduk ( agitator). Bahan bakar alat pencair terdiri atas minyak diesel dan panas yang dihasilkan dialirkan ke minyak yang mengelilingi wadah berdinding ganda berisi bahan penutup. Cara pemanasan tidak langsung tersebut lebih aman dan menghasilkan panas yang lebih terkendali dan lebih seragam. 2) Pompa silikon Salah satu komponen silikon biasanya dipompa dari wadah penampung dengan pompa yang bekerja dengan udara bertekanan. Dianjurkan agar kecepatan pemompaan adalah sekurang-kurangnya 1,5 L/menit. Pipa harus dilengkapi dengan nozel yang memungkinkan pengisian dilakukan dari dasar ke atas. 7 dari 24

16 3) Aplikator Sebagian besar aplikator merupakan sistem pipa-bertekanan; biasanya dipasang pada alat pencair bahan penutup. Aplikator terdiri atas pompa, selang, dan pipa aplikator. Bahan penutup dipompakan langsung (dari wadah pencair melalui sistem) ke dalam sambungan. Pelaksanaan penutupan sambungan dengan produktivitas rendah biasanya menggunakan cerek untuk menuangkan bahan penutup (tidak dipanaskan atau pemanasan tidak penuh) ke dalam sambungan. 4) Termometer Termometer digunakan untuk mengontrol temperatur bahan penutup pada saat pemanasan supaya mencengah kerusakan pada bahan penutup akibat pemanasan berlebih dan temperatur pemasangan bahan penutup. Termometer yang digunakan mempunyai kapasitas minimum 200 o C. 5) Isolasi Bahan isolasi yang gunakan berbahan dasar kertas, berfungsi untuk merapikan pada saat penuangan bahan penutup. 7 Pelaksanaan 7.1 Penutupan ulang sambungan melintang Penghilangan bahan penutup lama Langkah pertama dari proses penutupan ulang sambungan adalah menghilangkan bahan penutup lama dari sambungan. Pembersihan awal dapat dilakukan dengan cara yang tidak merusak sambungan, seperti menggunakan pencungkil sambungan segi empat atau gergaji. Cara lain yang dapat digunakan adalah melalui penyemprotan dengan air bertekanan. Penggunaan gergaji untuk pengupasan dinilai sangat baik, karena alat tersebut dapat bekerja untuk mengupas bahan penutup dan secara bersamaan membentuk ulang sambungan. Gergaji sangat efektif untuk mengupas bahan penutup silikon dan bahan penutup termoplastik yang telah mengeras, karena alat tersebut tidak akan melelehkan bahan penutup serta tidak akan membentuk gumpalan pada gergaji dan dinding sambungan Pembentukan ulang sambungan Tujuan pembentukan ulang sambungan adalah untuk mendapatkan dinding sambungan yang bersih agar dihasilkan lekatan yang baik dengan bahan penutup serta untuk mendapatkan reservoir dengan ukuran yang sesuai dengan faktor bentuk yang dikehendaki. Apabila pengupasan dilakukan dengan gergaji, pembentukan ulang sambungan dapat dilakukan secara bersamaan. Pembentukan ulang sambungan umumnya dilakukan dengan cara penggergajian sambil disiram air dingin. Penggunaan gergaji yang lebarnya sama dengan lebar reservoir akan sangat bermanfaat untuk membentuk reservoir yang lebarnya tetap, meskipun akan memperlemah tepi reservoir sehingga mengurangi efektivitas gergaji. Secara tipikal, pelebaran sambungan adalah 3 mm atau pada satu sisi 1,5 mm. 8 dari 24

17 7.1.3 Pembersihan reservoir pada sambungan Pembersihan yang efektif terhadap dinding sambungan merupakan aspek yang sangat penting. Dinding sambungan atau retak yang kotor dapat mengurangi kinerja bahan penutup, meskipun digunakan bahan penutup yang paling baik dan desain reservoir yang ideal. Beberapa jenis bahan yang dapat mengontaminasi dinding sambungan adalah: bahan penutup lama yang tertinggal dalam sambungan atau retak; serbuk gergaji yang tertinggal pada pelaksanaan penggergajian dengan cara basah; oli atau air yang berasal dari air yang disemprotkan; debu dan kotoran yang tertinggal pada pelaksanaan pembersihan; sampah yang memasuki sambungan setelah pembersihan, sebelum penutupan; bahan lain yang menggangu pelekatan, misalnyaair yang terkondensasi. Sambungan yang telah selesai dibentuk ulang harus segera dibersihkan dengan udara atau air yang disemprotkan dan diikuti dengan sand blasting. Sand blasting dapat efektif menghilangkan serbuk gergaji dan residu lain yang terdapat pada dinding sambungan. Kompresor yang digunakan bersama sand blasters harus dilengkapi dengan penyerap air dan oli yang dapat mencegah kontaminasi pada dinding sambungan. Sebelum operasi sand blasting dilakukan, kompresor harus terlebih dahulu diuji dengan kain putih yang bersih, yaitu untuk memastikan bahwa operasi benar-benar bebas air dan oli. Setelah sand blasting, seluruh panjang masing-masing dinding sambungan harus terlihat bersih dan beton tampak terbuka (expose). Segera sebelum pemasangan batang penyokong dan bahan penutup, sambungan harus disemprot dengan udara lagi dengan udara kering bertekanan tinggi (>621 kpa) yang bersih untuk membuang debu, pasir, dan bahan keras yang masih tertinggal dalam sambungan. Sambungan dan permukaan di sekitarnya harus ditiup sejalan dengan arah angin dan harus diperhatikan agar sambungan yang telah dibersihkan tidak terkontaminasi lagi. Perlu diperhatikan juga agar debris (sampah) tidak tertiup ke lajur lalu lintas yang berdampingan. Untuk mengupas bahan penutuplama atau membersihkan sambungan, sikat kawat tidak boleh digunakan karena alat tersebut tidak efektif dan dapat menempelkan bahan penutup lama ke dinding sambungan sehingga menghalangi pelekatan bahan penutup baru Pemasangan batang penyokong Batang penyokong harus dipasang secepatnya setelah sambungan disemprot udara. Ukuran diameter batang penyokong kira-kira 25 persen lebih besar dari lebar reservoir. Batang penyokong harus lentur serta tidak menyerap dan kompatibel dengan bahan penutup. Apabila sambungan mempunyai lebar yang besar, batang penyokong tidak dapat berfungsi sebagai penyekat yang benar-benar kedap, sehingga sambungan tersebut harus disekat dengan batang penyokong yang lebih besar. Batang penyokong harus dipasang pada kedalaman yang tepat dan antara sambungan batang-batang penyokong tidak boleh ada celah. Disamping itu, batang penyokong harus direntangkan dengan tarikan yang sekecil mungkin agar penyusutan dan celah yang mungkin terjadi relatif kecil Pemasangan bahan penutup baru Setelah batang penyokong terpasang, bahan penutup harus secepatnya dipasang. Hal tersebut dimaksudkan untuk menghindarkan beberapa permasalahan yang mungkin timbul; antara lain, kondensasi pada batang penyokong dan terkumpulnya debris (sampah) dalam reservoir. 9 dari 24

18 Pemasangan bahan penutup termoplastik tuang panas Bahan penutup termoplastik tuang panas harus dipasang pada temperatur udara antara 4 C dan 30 C. Bahan penutup harus dipasang secara merata dan mengisi reservoir dari dasar ke atas untuk menghindari gelembung udara yang terperangkap dan bahan penutup dalam reservoir tidak meluap. Umumnya disarankan agar permukaan bahan penutup mempunyai reses 3 mm sampai dengan 6 mm, yaitu untuk menyediakan ruang bagi bahan penutup pada saat pelat memuai (lebar sambungan menyempit), jika pemasangan dilakukan pada malam hari. Apabila tidak ada reses, pada saat lebar sambungan menyempit, bahan penutup akan mencuat di atas permukaan perkerasan dan kemungkinan akan tercabut oleh roda kendaraan. Akan tetapi, jika pemasangan dilakukan pada siang hari maka dianjurkan agar sambungan diisi bahan penutup rata dengan permukaan perkerasan. Untuk menghindarkan terjadinya pencabutan ( tracking ) bahan penutup, lalu lintas tidak boleh diizinkan melewati sambungan dalam waktu kira-kira 30 menit sampai 1 jam setelah dipasang. Rekomendasi dari produsen juga penting diperhatikan sehubungan dengan temperatur pemanasan maksimum bahan penutup, temperatur minimum untuk pemasangan bahan penutup, dan lama waktu pemanasan. Banyak bahan penutup polimer dan bahan penutup yang dimodifikasi dengan karet mengalami kerusakan bila temperaturnya di atas temperatur aman pemanasan yang dianjurkan. Pemanasan yang lama akan mengakibatkan beberapa jenis bahan penutup menggumpal di dalam tangki pemanas, sedangkan bahan penutup jenis lain akan mengalami perubahan sifat-sifat elastisnya. Bahan penutup yang telah mengalami pemanasan pada temperatur berlebih cenderung hangus pada dinding bagian dalam wadah pencair/penuang. Apabila bahan penutup yang telah hangus tercampur dengan bahan penutup baru, kinerja bahan penutup akan menurun. Penggunaan termometer untuk memantau temperatur bahan penutup akan membantu pengurangan kerusakan pada bahan penutup akibat pemanasan berlebih Pemasangan bahan penutup silikon Bahan penutup silikon tidak boleh dipasang pada temperatur di bawah 4 C. Seperti halnya bahan termoplastik, bahan penutup silikon harus dipasang secara seragam, mulai dari dasar sampai atas sambungan, untuk mencegah udara terperangkap. Bahan penutup silikon modulus elastis rendah mempunyai sifat yang memungkinkan bahan penutup tersebut dipasang dengan faktor bentuk 2:1. Bahan penutup silikon modulus elastis rendah tidak dianjurkan dipasang dengan tebal yang kurang dari setengah lebar sambungan (lebar minimum 6 mm). Lalu lintas hanya diizinkan melewati perkerasan dalam waktu sekitar 1 jam setelah bahan penutup terpasang atau atas petunjuk dari produsen. Bahan penutup silikon terdiri atas dua jenis, yaitu bahan penutup yang merata sendiri dan bahan penutup yang tidak merata sendiri. Bahan penutup silikon yang tidak merata sendiri harus didorong dengan bantuan alat untuk masuk ke sekitar batang penyokong dan menempel ke dinding sambungan. Penggunaan alat harus mencakup juga pembentukan permukaan bahan penyumbat yang cekung dengan titik terendah cekungan sekitar 6 mm (0,25 in) di bawah permukaan perkerasan. Pembentukan cekungan yang baik dapat dilakukan dengan selang karet atau batang penyokong berdiameter besar. Bahan penutup silikon yang dapat merata sendiri tidak memerlukan penggunaan alat. Namun, pemasangan batang penyokong untuk pemasangan bahan penutup tersebut harus dilakukan dengan sangat hati-hati karena sebelum mengeras, bahan penutup akan mudah mengalir ke celah di sekitar batang penyokong. Apabila pada suatu proyek digunakan bahan penutup silikon dan bahan penutup termoplastik (bahan penutup silikon untuk sambungan melintang dan bahan penutup termoplastik tuang panas untuk sambungan memanjang), bahan penutup silikon harus 10 dari 24

19 dipasang lebih dulu, yaitu untuk menghindarkan kontaminasi pada sambungan melintang selama pengerjaan bahan penutup pada sambungan memanjang Pemasangan bahan penutup termoseting lain Bahan penutup termoseting lainnya, seperti polisulfida dan poliuretan, memerlukan periode pengerasan untuk mendapatkan kekuatan dan ketahanan yang diinginkan. Sebagian besar bahan penutup termoseting polimerik terdiri atas dua komponenyang dicampur secara hatihati sesuai dengan rekomendasi dari produsen sebelum bahan diletakkan pada sambungan. Bahan penutup ini memerlukan alat semprot khusus dan pengendalian mutu harus mencakup pengujian bahan penutup tentang pengerasan yang memadai serta lalu-lintas tidak diijinkan melewati bahan penutup sebelum permukaan perkerasan dibersihkan dan butiran keras yang kemungkinan instrusi ke dalam sambungan dibuang. 7.2 Penutupan ulang sambungan memanjang Dua jenis sambungan memanjang pada perkerasan kaku dapat menjadi bagian penanganan dengan penutupan ulang, yaitu sambungan memanjang antara dua pelat yang bersebelahan serta sambungan memanjang antara pelat pada lajur lalu lintas dengan bahu beton aspal. Meskipun prosedur penutupan pada dasarnya sama, perlu diperhatikan beberapa aspek tambahan Penutupan ulang sambungan memanjang antara dua pelat beton Sambungan memanjang antara dua pelat beton dijumpai pada dua pelat beton lajur lalu lintas serta pada pelat beton lajur lalu lintas dan pelat beton bahu. Sambungan tersebut biasanya disatukan dengan batang pengikat sehingga pelat tidak mengalami pergeseran berlebih dan terhadap sambungan dapat dilakukan kegiatan penutupan sambungan konvensional. Karena pergeseran pelat di sekitar sambungan memanjang adalah kecil, sambungan memanjang biasanya disumbat dengan bahan termoplastik tuang panas. Pada kegiatan penutupan ulang sambungan memanjang biasanya tidak diperlukan reservoir. Apabila sambungan melintang disumbat dengan silikon, perlu diperhatikan agar penyumbatan sambungan melintang dilakukan lebih dulu, yaitu untuk mencegah kontaminasi sambungan melintang yang akan disumbat dengan bahan termoplastik tuang panas Penutupan ulang sambungan memanjang antara pelat beton lajur lalu lintas dan bahu beton aspal Sambungan antara pelat beton dan beton aspal merupakan sambungan yang sangat sulit ditutup. Perbedaan sifat termal antara kedua jenis bahan serta perbedaan kemampuan struktural dalam arah melintang sering mengakibatkan perbedaan besar pergerakan vertikal. Disamping itu, pergeseran atau pemisahan horizontal sering disertai dengan pergerakan vertikal. Karena pada sambungan jenis ini air mudah meresap ke dalam perkerasan, sambungan harus ditutup. Langkah-langkah yang diperlukan untuk penutupan dari sambungan antara lajur lalu lintasbahu beton aspal sama dengan langkah-langkah pada kegiatan penutupan sambungan melintang. Akan tetapi, pada penutupan sambungan lajur lalulintas dengan bahu beton aspal diperlukan reservoir cukup lebar yang dibuat pada beton aspal; yaitu untuk mengantisipasi pergerakan vertikal yang mungkin terjadi. Reservoir umumnya mempunyai dimensi penampang antara 19 mm x 19 mm hingga 25 mm x 25 mm dan dapat dibuat menggunakan gergaji. Sebelum dipasang bahan penutup, reservoir harus dibersihkan terlebih dulu. Batang penyokong biasanya tidak diperlukan apabila dilakukan pengendalian kedalaman yang tepat selama pembuatan dari resevoir. 11 dari 24

20 7.3 Penutupan retak Kecuali langkah pengupasan bahan penutup, langkah-langkah penutupan retak sama dengan langkah-langkah penutupan ulang sambungan, yaitu: pembentukan dan pembersihan retak, pemasangan batang penyokong, serta pemasangan bahan penutup. Langkah pertama adalah pembentukan ulang permukaan dinding retak menurut lebar yang diinginkan. Karena retak mempunyai pola yang tidak beraturan, sulit didapatkan bentuk reservoir bahan penutup yang seragam. Oleh karena itu, pembentukan reservoir harus dilakukan dengan gergaji berdiameter kecil. Gergaji yang digunakan untuk pembentukan retak biasanya mempunyai diameter tipikal antara 175 mm dan 200 mm dengan tebal antara 6 mm sampai dengan 13 mm. Lebar celah hasil penggergajian biasanya mempunyai faktor bentuk yang memadai untuk mengantisipasi perubahan lebar retak. Penggunaan gergaji berdiameter lebih kecil dapat mengikuti profil retak yang tidak beraturan. Setelah reservoir terbentuk, retak harus segera dibersihkan menurut langkah-langkah yang diuraikan untuk penutupan ulang sambungan. Penyemprotan dengan sandblasting sangat dianjurkan untuk membersihkan serbuk gergaji yang tertinggal. Setelah dibersihkan, retak ditiup dengan udara bertekanan kemudian bahan penutup dipasang. Ketelitian yang berlaku pada pemasangan bahan penutup untuk sambungan juga berlaku pada pemasangan bahan penutup untuk retak. 8 Pengendalian mutu Pemasangan bahan penutup merupakan proses yang membutuhkan ketelitian pelaksana. Perhatian yang besar terhadap mutu bahan selama pelaksanaan akan sangat meminimumkan kerusakan dini pada pekerjaan penutupan ulang sambungan dan penutupan retak. Berikut adalah hal-hal yang harus diperhatikan dalam kegiatan pengendalian mutu untuk pelaksanaan penutupan ulang sambungan dan penutupan retak. a. Kaji ulang kegiatan; untuk memastikan bahwa kegiatan untuk penutupan ulang sambungan dan penutupan retak masih laik. b. Kaji ulang bahan; di bawah ini diuraikan ringkasan beberapa hal tentang bahan yang perlu dicek atau dikaji ulang sebelum pelaksanaan: persyaratan bahan penutup dipenuhi pengujian terhadap bahan penutup perlu dilakukan kondisi kemasan bahan penutup (misalnya: bocor, sobek, atau tidak kedap) batang penyokong mempunyai ukuran dan jenis yang cocok dengan bahan penutup bahan penutup yang tersedia dapat mencukupi untuk menyelesaikan proyek c. Inspeksi peralatan; sebelum pelaksanaan dimulai semua peralatan harus diperiksa dalam kondisi baik dan dapat digunakan. d. Ketentuan cuaca; cuaca selama pelaksanaan sangat mempengaruhi kinerja bahan penutup. Aspek-aspek cuaca yang harus diperhatikan sebelum pelaksanaan dimulai adalah: Lakukan kaji ulang terhadap instruksi dan persyaratan spesifik untuk pemasangan bahan penutup yang digunakan. Temperatur udara dan/atau permukaan perkerasan memenuhi semua ketentuan penggergajian dan penutupan yang ditetapkan produsen dan direksi. Penutupan sambungan atau retak tidak boleh dilakukan apabila diperkirakan akan turun hujan. 12 dari 24

21 Penuangan bahan penutup tidak boleh dimulai apabila permukaan perkerasan atau sambungan atau retak dalam kondisi basah. e. Pengendalian lalu lintas; menjelang pelaksanaan dimulai harus dipastikan semua rambu dan perlengkapan untuk pengendalian lalulintas telah sesuai dengan rencana. Setelah pelaksanaan penutupan selesai, lalulintas tidak diizinkan melewati perkerasan sampai bahan penutup mengeras agar bahan penutup tidak rusak oleh roda kendaraan (sesuai petunjuk produsen) f. Selama pelaksanaan, hal-hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut: i). Pastikan bahan penutup lama telah benar-benar terkupas dari sambungan. ii). Pastikan dimensi reservoir sambungan sesuai dengan bahan penutup yang digunakan. iii). Sebelum bahan penutup dituangkan, sambungan diperiksa dengan cara meraba dinding sambungan dengan jari, untuk memastikan bahwa pada dinding sambungan tidak terdapat kotoran (debu, sebuk gergaji, air, atau minyak). Dinding sambungan yang masih kotor harus dibersihkan ulang. iv). Pastikan bahwa batang penyokong dipasang secara seragam pada kedalaman yang telah ditentukan, dipasang secara rapat dalam sambungan (tidak ada celah di sepanjang tepi batang penyokong), dan batang penyokong tidak tertarik atau rusak. v). Pada pemasangan bahan penutup tuang panas, perhatikan temperatur pemanasan dan temperatur penuangan. Pemanasan bahan penutup pada temperatur yang rendah akan mengakibatkan penurunan lekatan bahan penutup, sedangkan pemanasan yang berlebih akan mengakibatkan penurunan sifat-sifat daktilitas dan meningkatkan penuaan. vi). Bahan penutup harus dipanaskan pada temperatur yang sesuai dengan rentang temperatur penuangan dan aplikasi bahan penutup yang dianjurkan oleh produsen dan harus diperiksa bahwa temperatur pemanasan tidak melampaui temperatur aman bahan penutup. vii). Pada saat pemanasan bahan penutup sebaiknya diaduk secara menerus untuk memastikan keseragamannya. viii).bahan penutup dalam wadah pencair harus dijaga agar diisi sekurang-kurangnya sepertiga isi penuh wadah untuk mempertahankan keseragaman temperatur bahan penutup. ix). Pada bahan penutup tuang dingin, pastikan bahan penutup tidak melekuk dengan cara ditekan sehingga menempel ke dinding sambungan dan terbentuk permukaan yang halus dengan reses tertentu dari permukaan perkerasan. x). Pastikan melalui beberapa seksi acak bahwa bahan penutup telah benar-benar mempunyai adhesi yang memadai dengan dinding sambungan. Untuk menguji adhesi, dapat digunakan pisau. Pengujian dilakukan dengan cara menyisipkan pisau tumpul atau bilah logam tipis ke pertemuan antara bahan penutup dan dinding sambungan. Penetrasi pisau yang mudah atau tidak memerlukan tenaga menunjukkan bahwa bahan penutup tidak mempunyai adhesi, sedangkan penetrasi yang susah menunjukkan bahwa bahan penutup mempunyai adhesi yang baik. xi). Setelah penutupan ulang sambungan atau penutupan retak selesai, permukaan perkerasan harus dibersihkan dari sisa-sisa bahan penyumbat. 13 dari 24

22 Lampiran A (informatif) Permasalahan pada saat pelaksanaan penutupan ulang sambungan dan penutupan retak serta penanggulangannya Terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan untuk memastikan bahwa aplikasi bahan penutup sambungan atau retak benar-benar dilakukan dengan seksama. Kesulitan yang dijumpai pada proses penutupan umumnya merupakan akibat pengabaian satu atau lebih langkah pengendalian mutu. Pada Tabel A.1 ditunjukkan beberapa permasalahan pelaksanaan dan kinerja yang biasa dijumpai pada pekerjaan penutupan ulang sambungan atau penutupan retak, termasuk cara mengatasi permasalahan tersebut. Tabel A.1 Permasalahan pada saat pelaksanaan penutupan ulang sambungan dan penutupan retak serta penanggulangannya Permasalahan Perobekan atau pemuluran batang penyokong dapat mengakibatkan perubahan faktor bentuk reservoir atau gangguan pelekatan bahan penutup terhadap dasar reservoir. Gerigi (burrs) disepanjang sambungan yang digergaji Pelepasan butir, gompal, atau ketidakteraturan sambungan sebelum aplikasi bahan penutup Bahan penutup tidak melekat dengan dinding sambungan/retak Bahan penutup menjadi agar-agar di dalam wadah (alat pencair) Jendul (bumps) atau ketidakteraturan permukaan bahan penyumbat yang aplikasinya memerlukan alat 14 dari 24 Penanggulangan tipikal Perobekan batang penyokong dapat terjadi sebagai akibat dinding reservoir yang kurang rapi sehingga sebelum pemasangan batang penyokong, dinding reservoir dirapihkan dengan menggergaji ulang. Untuk mengatasi pemuluran batang penyokong pada saat pemasangan batang penyokong perlu dilakukan dengan hati-hati. Gerigi di sepanjang sambungan yang digergaji menyulitkan pemasangan bahan penutup. Untuk mengatasinya, tarik alat berujung tumpul di sepanjang sambungan, atau gunakan sikat kawat mekanis, untuk menghilangkan gerigi tajam. Catatan: sebelum diisi bahan penutup, sambungan atau retak harus dibersihkan ulang. Hal ini kemungkinan besar sebagai akibat kekurang hati-hatian pada langkah pengupasan bahan penutup lama atau pembersihan sambungan. Dinding sambungan yang tidak beraturan dapat mengurangi tegangan lateral bahan penutup sehingga bahan penutup dapat keluar dari sambungan dan menonjol. Bila dijumpai dinding sambungan yang tidak beraturan, pengawas dan pelaksana harus menyepakati metode yang cocok untuk memperbaiki daerah yang potensial bermasalah. Bersihkan ulang sambungan atau retak. Biarkan dinding sambungan mengering. Lakukan pemanasan pada temperatur yang tepat atau lakukan verifikasi arloji temperatur. Gunakan reses yang tepat menurut lebar sambungan (terutama sangat penting untuk bahan penutup dingin). Periksa arloji temperatur alat pencair. Gunakan bahan penutup segar. Periksa alat perata untuk memastikan bahwa alat tersebut memberikan hasil yang tepat. Perbaiki atau ganti alat apabila diperlukan. Patikan bahwa penggunaan alat dilakukan dalam jangka waktu yang tepat setelah aplikasi bahan penutup yang dianjurkan produsen. Turunkan viskositas bahan penutup apabila diperbolehkan.

23 Tabel A.1 Permasalahan pada saat pelaksanaan penutupan ulang sambungan dan penutupan retak serta penanggulangannya (lanjutan) Permasalahan Bahan penutup dingin tidak mengeras (setting up) Bahan penutup tercabut ketika dilewati kendaraan Rongga di dalam bahan penutup yang sudah memantap Bahan penutup tenggelam dalam sambungan Penanggulangan tipikal Gunakan bahan penutup segar. Gunakan perbandingan campuran dan sistem pencampuran yang tepat. Tutup lalulintas dan tangguhkan pembukaan jalan. Lakukan penutupan sambungan pada temperatur rendah. Pasang bahan penutup rata permukaan atau dengan reses yang ditentukan. Pilih bahan penutup lebih keras menurut temperatur lingkungan. Pasang pada temperatur yang tepat dan verifikasi terus temperatur pada alat pencair. Ulangi penyiapan rutin kemudian tutup kembali sambungan yang telah terkontaminasi Bersihkan kembali dinding sambungan untuk menghilangkan bahan yang mengganggu kemudian lakukan penutupan ulang. Lakukan penutupan pada saat temperatur lebih dingin atau biarkan beton untuk mengering lebih lanjut atau gunakan bahan penutup tidak melekuk untuk menghindarkan terjadinya rongga. Batang penyokong mungkin meleleh oleh bahan penutup panas; gunakan batang penyokong yang lebih tahan panas dan periksa temperatur pemanasan bahan penutup. Pasang batang penyokong dengan hati-hati agar tidak rusak (bocor). Isikan bahan penutup mulai dari dasar sambungan. Ganti batang penyokong bila basah. Mantapkan bahan penutup menurut petunjuk produsen. Gunakan batang penyokong yang lebih besar atau gunakan bahan penutup tidak lekuk. Gunakan batang penyokong yang tahan panas. 15 dari 24

24 Lampiran B (informatif) Gambar-gambar pelaksanaan B.1 Pelaksanaan penutupan ulang sambungan a. Peralatan Cutter/gergaji Alat penyemprot udara (airblasting equipment) Alat pencungkil bahan penutuplama Sapu lidi Alat pencair bahan penutuptuang panas termometer Mikser untuk bahan penutup tuangdingin Kape 16 dari 24

25 Alat penuang bahan penutuptuang panas b. Bahan Alat penuang bahan penutup tuang dingin Strip busa-berbitumen Bahan penutup termoplastik tuang panas Bahan penutuptermoseting tuang dingin isolasi Batang penyokong (Backer rod) persegi untuk bahan penutuptermoplastik tuang panas c. Pelaksanaan 1. Pengupasan bahan sealant lama Batang penyokong untuk bahan penutup termoseting tuang dingin Penggergajian sambungan dengan alat cutter untuk mengupas bahan penutuplama 17 dari 24

26 Pencungkilan bahan penutup lama pada reservoir sambungan 2. Pembentukan ulang sambungan Bahan penutuplama dari reservoir sambungan Penggergajian untuk mendapatkan celah (reservoir) sesuai dengan ukuran faktor bentuk yang diinginkan. Pengukuran lebar dan kedalaman reservoir 3. Pembersihan reservoir (joint reservoir cleaning) Pembersihan reservoir dari bahan penutup lama dengan sapu lidi Pembersihan reservoir dengan Alat penyemprot udara (airblasting) Pembersihan dinding reservoir dari debu dan kotoran yang tertinggal dengan alat penyemprot udara (airblasting) 18 dari 24

27 4. Pemasangan backer road (backer road installation) Sebelum pemasangan backer rod, dipasang isolasi pada setiap sisi sambungan agar bahan penutupterisi dengan rapih Pemasangan backer road untuk bahan penutup termoplastik tuang panas Pemasangan batang penyokong untuk bahan penutup termoplastik tuang panas Batang penyokong yang sudah terpasang pada reservoir Pengukuran lebar dan kedalaman bahan penutup yang sesuai dengan faktor bentuk yang direkomendasikan Pemasangan backer road untuk bahan penutuptermoseting tuang dingin Pemasangan batang penyokong untuk bahan penutuptermoseting tuang dingin Batang penyokong yang sudah terpasang pada reservoir Pengukuran lebar dan kedalaman bahan penutup sesuai dengan faktor bentuk 19 dari 24

28 5. Pemasangan bahan penutupbaru (new sealant installation) Pemasangan bahan penutupstrip busa berbitumen Pemasangan bahan penutupstrip busa berbitumen pada reservoir tidak diperlukan backer roddan tidak diperlukan pemasangan isolasi di kedua sisi reservoir Hasil penutupan ulang sambungan dengan bahan penutupstrip busa berbitumen Pemasangan bahan penutuptermoplastik tuang panas Pemanasan bahan penutuptermoplastik Pengecekan temperatur pemanasan Bahan penutupdituangkan pada reservoir mulai dari dasar secara merata Setelah bahan penutup mulai mengeras lepas isolasi yang terpasang Hasil penutupan ulang sambungan dengan bahan penutuptermoplastik panas 20 dari 24

29 Pemasangan bahan penutuptermoseting tuang dingin Campur bahan penutup termoseting tuang dingin yang terdiri dari 2 komponen Aduk dengan menggunakan miksersupaya homogen Bahan penutup dituangkan pada reservoir mulai dari dasar secara merata Ratakan bahan penutupdalam reservoir sehingga tidak meluap Setelah bahan penutupterisi lepas isolasi yang terpasang pada permukaan reservoir Hasil penutupan ulang sambungan dengan bahan penutuptermoseting dingin 21 dari 24

30 B.2 Pelaksanaan penutupan retak Crack sealing dengan bahan penutup termoplastik jenis aspal karet yang dituang panas. a. Peralatan : Cutter/gergaji berdiameter kecil Alat penyemprot udara ( Sapu lidi Alat pencair bahan tuangpanas termometer Alat penuang bahan tuang panas b. Bahan : Bahan penutup retaktermoplastik tuang panas isolasi kertas 22 dari 24

31 c. Pelaksanaan 1. Membentuk ulang retak cutting mengikuti arah retakan Retak yang sudah dibentuk 2. Bersihkan reservoir retak dari kotoran Membersihkan celah retak dari serbuk gergaji yang tertinggal Bersihkan dengan sapu lidi kotoran disekitar retak yang sudah dibentuk 3. Pemasangan bahan penutup retak Sebelum penutupan retak, terlebih dahulu dipasang isolasi pada setiap sisi retak agar bahan penutup terisi dengan rapih Penuangan bahan penutup termoplastik tuang panas pada celah retak Hasil penutupan retak dengan bahan penutup termoplastik tuang panas 23 dari 24

32 Bibliografi American Concrete Pavement Association (ACPA) Joint and Crack Sealing and Repair for Concrete Pavements. Technical Bulletin TB012P. American Concrete Pavement Association, Skokie, IL. American Concrete Pavement Association (ACPA) Concrete Crack and Partial-Depth Spall Repair Manual. Report JP003P. American Concrete Pavement Association, Skokie, IL. Barksdale, R. D. and R. G. Hicks Improved Pavement-Shoulder Joint Design. NCHRP Report 202. Transportation Research Board, Washington, DC. Evans, L. D., M. A. Pozsgay, K. L. Smith, and A. R. Romine LTPP Pavement Maintenance Materials: SHRP Joint Reseal Experiment, Final Report. FHWA-RD Federal Highway Administration, McLean, VA. Evans, L. D., K. L. Smith, and A. R. Romine Materials and Procedures for the Repair of Joint Seals in Portland Cement Concrete Pavements Manual of Practice. FHWA-RD Federal Highway Administration, McLean, VA. Federal Highway Administration (FHWA) Pavement Preservation Checklist Series #9: Joint Sealing Portland Cement Concrete Pavements. FHWA-IF Federal Highway Administration, Washington, DC. Permanent International Association of Road Congresses (PIARC) Evaluation and Maintenance of Concrete Pavements. Permanent International Association of Road Congresses, Paris, France. Peterson, D. E Resealing Joints and Cracks in Rigid and Flexible Pavements. NCHRP Synthesis of Highway Practice 98. Transportation Research Board, Washington, DC. 24 dari 24

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT SURAT EDARAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR: 06/SE/M/2016 TANGGAL 15 MARET 2016 TENTANG PEDOMAN PENJAHITAN MELINTANG PADA PEMELIHARAAN PERKERASAN KAKU KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN

Lebih terperinci

PEDOMAN Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil

PEDOMAN Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil PEDOMAN Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil LAMPIRAN SURAT EDARAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 29/SE/M/2015 TENTANG PEDOMAN PENAMBALAN DANGKAL PERKERASAN BETON BERSAMBUNG

Lebih terperinci

Cara uji viskositas aspal pada temperatur tinggi dengan alat saybolt furol

Cara uji viskositas aspal pada temperatur tinggi dengan alat saybolt furol Standar Nasional Indonesia SNI 7729:2011 Cara uji viskositas aspal pada temperatur tinggi dengan alat saybolt furol ICS 93.080.20; 19.060 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata...

Lebih terperinci

Cara uji penetrasi aspal

Cara uji penetrasi aspal SNI 2432:2011 Standar Nasional Indonesia Cara uji penetrasi aspal ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh

Lebih terperinci

Cara uji daktilitas aspal

Cara uji daktilitas aspal Standar Nasional Indonesia Cara uji daktilitas aspal ICS 93.080.20; 75.140 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh isi

Lebih terperinci

Spesifikasi lapis tipis aspal pasir (Latasir)

Spesifikasi lapis tipis aspal pasir (Latasir) Standar Nasional Indonesia Spesifikasi lapis tipis aspal pasir (Latasir) ICS 93.080.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... I Prakata... II Pendahuluan... III 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan

Lebih terperinci

Cara uji titik lembek aspal dengan alat cincin dan bola (ring and ball)

Cara uji titik lembek aspal dengan alat cincin dan bola (ring and ball) Standar Nasional Indonesia Cara uji titik lembek aspal dengan alat cincin dan bola (ring and ball) ICS 93.080.20; 75.140 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin

Lebih terperinci

ASPEK GEOTEKNIK PADA PEMBANGUNAN PERKERASAN JALAN

ASPEK GEOTEKNIK PADA PEMBANGUNAN PERKERASAN JALAN ASPEK GEOTEKNIK PADA PEMBANGUNAN PERKERASAN JALAN Prof. Dr.Ir.Hary Christady Hardiyatmo, M.Eng.,DEA Workshop Continuing Profesional Development (CPD) Ahli Geoteknik Hotel Ambara - Jakarta 3-4 Oktober 2016

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkerasan Jalan Perkerasan jalan adalah suatu lapisan yang berada di atas tanah dasar yang sudah dipadatkan, dimana fungsi dari lapisan ini adalah memikul beban lalu lintas

Lebih terperinci

Cara uji kadar air total agregat dengan pengeringan

Cara uji kadar air total agregat dengan pengeringan Standar Nasional Indonesia Cara uji kadar air total agregat dengan pengeringan ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian

Lebih terperinci

Kepada Yth.: Para Pejabat Eselon I di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat SURAT EDARAN NOMOR : 46/SE/M/2015 TENTANG

Kepada Yth.: Para Pejabat Eselon I di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat SURAT EDARAN NOMOR : 46/SE/M/2015 TENTANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Kepada Yth.: Para Pejabat Eselon I di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat SURAT EDARAN NOMOR : 46/SE/M/2015 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

Cara uji berat jenis aspal keras

Cara uji berat jenis aspal keras Standar Nasional Indonesia Cara uji berat jenis aspal keras ICS 93.080.20; 75.140 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh

Lebih terperinci

Cara uji CBR (California Bearing Ratio) lapangan

Cara uji CBR (California Bearing Ratio) lapangan Standar Nasional Indonesia Cara uji CBR (California Bearing Ratio) lapangan ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian

Lebih terperinci

Cara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton

Cara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton Standar Nasional Indonesia Cara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang

Lebih terperinci

Cara uji sifat kekekalan agregat dengan cara perendaman menggunakan larutan natrium sulfat atau magnesium sulfat

Cara uji sifat kekekalan agregat dengan cara perendaman menggunakan larutan natrium sulfat atau magnesium sulfat Standar Nasional Indonesia Cara uji sifat kekekalan agregat dengan cara perendaman menggunakan larutan natrium sulfat atau magnesium sulfat ICS 91.100.15 Badan Standardisasi Nasional Daftar Isi Daftar

Lebih terperinci

Cara uji penyulingan aspal cair

Cara uji penyulingan aspal cair Standar Nasional Indonesia Cara uji penyulingan aspal cair ICS 91.100.15; 93.080.20 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh

Lebih terperinci

Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar

Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar Standar Nasional Indonesia Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar ICS 91.100.15; 91.010.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang

Lebih terperinci

Cara uji kemampuan penyelimutan dan ketahanan aspal emulsi terhadap air

Cara uji kemampuan penyelimutan dan ketahanan aspal emulsi terhadap air Standar Nasional Indonesia Cara uji kemampuan penyelimutan dan ketahanan aspal emulsi terhadap air ICS 75.140; 93.080.20 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT SURAT EDARAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR: 04/SE/M/2016 TANGGAL 15 MARET 2016 TENTANG PEDOMAN PERANCANGAN PELAKSANAAN PERKERASAN JALAN TELFORD KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN

Lebih terperinci

Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar

Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar Standar Nasional Indonesia Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar ICS 91.100.15; 91.010.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang

Lebih terperinci

Spesifikasi batang baja mutu tinggi tanpa pelapis untuk beton prategang

Spesifikasi batang baja mutu tinggi tanpa pelapis untuk beton prategang Standar Nasional Indonesia Spesifikasi batang baja mutu tinggi tanpa pelapis untuk beton prategang ICS 91.100.30; 77.140.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... 1 Daftar tabel... Error!

Lebih terperinci

Cape Buton Seal (CBS)

Cape Buton Seal (CBS) Cape Buton Seal (CBS) 1 Umum Cape Buton Seal (CBS) ini pertama kali dikenalkan di Kabupaten Buton Utara, sama seperti Butur Seal Asbuton, pada tahun 2013. Cape Buton Seal adalah perpaduan aplikasi teknologi

Lebih terperinci

Cara uji kelarutan aspal

Cara uji kelarutan aspal Standar Nasional Indonesia Cara uji kelarutan aspal ICS 91.100.50 Badan Standardisasi Nasional SNI 2438:2015 BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkerasan kaku (rigid pavement) atau perkerasan beton semen adalah perkerasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkerasan kaku (rigid pavement) atau perkerasan beton semen adalah perkerasan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pendahuluan Perkerasan kaku (rigid pavement) atau perkerasan beton semen adalah perkerasan yang menggunakan semen sebagai bahan pengikatnya. Pelat beton dengan atau tanpa tulangan

Lebih terperinci

Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 07/SE/M/2009. tentang

Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 07/SE/M/2009. tentang Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 07/SE/M/2009 tentang Pemberlakukan Pedoman Pemeriksaan Peralatan Penghampar Campuran Beraspal (Asphalt Finisher) DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM 0 Jakarta, 10 Nopember

Lebih terperinci

Cara uji kelarutan aspal modifikasi dalam toluen dengan alat sentrifus

Cara uji kelarutan aspal modifikasi dalam toluen dengan alat sentrifus Standar Nasional Indonesia Cara uji kelarutan aspal modifikasi dalam toluen dengan alat sentrifus ICS 91.100 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang

Lebih terperinci

Cara uji slump beton SNI 1972:2008. Standar Nasional Indonesia

Cara uji slump beton SNI 1972:2008. Standar Nasional Indonesia Standar Nasional Indonesia Cara uji slump beton ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah

Lebih terperinci

Cara uji kepadatan ringan untuk tanah

Cara uji kepadatan ringan untuk tanah Standar Nasional Indonesia Cara uji kepadatan ringan untuk tanah ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aspal Aspal didefinisikan sebagai material berwarna hitam atau coklat tua, pada temperatur ruang berbentuk padat sampai agak padat. Jika dipanaskan sampai suatu temperatur tertentu

Lebih terperinci

Tata cara pengambilan contoh uji beton segar

Tata cara pengambilan contoh uji beton segar Standar Nasional Indonesia Tata cara pengambilan contoh uji beton segar ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan

Lebih terperinci

Cara uji titik nyala dan titik bakar aspal dengan alat cleveland open cup

Cara uji titik nyala dan titik bakar aspal dengan alat cleveland open cup Standar Nasional Indonesia ICS 75.140; 93.080.20 Cara uji titik nyala dan titik bakar aspal dengan alat cleveland open cup Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang

Lebih terperinci

Cara uji berat isi beton ringan struktural

Cara uji berat isi beton ringan struktural Standar Nasional Indonesia Cara uji berat isi beton ringan struktural ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan normatif...1

Lebih terperinci

Cara uji kuat tekan beton ringan isolasi

Cara uji kuat tekan beton ringan isolasi Revisi SNI 03-3421-1994 Rancangan Standar Nasional Indonesia Cara uji kuat tekan beton ringan isolasi ICS Badan Standarisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang

Lebih terperinci

DIVISI 4 PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALAN SEKSI 4.1 PELEBARAN PERKERASAN UMUM PERSYARATAN

DIVISI 4 PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALAN SEKSI 4.1 PELEBARAN PERKERASAN UMUM PERSYARATAN 4.1.1 UMUM DIVISI 4 PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALAN SEKSI 4.1 PELEBARAN PERKERASAN 1) Uraian a) Yang dimaksud dengan Pelebaran Perkerasan adalah pekerjaan menambah lebar perkerasan pada jalan lama

Lebih terperinci

Revisi SNI Daftar isi

Revisi SNI Daftar isi isi isi... i Prakata...ii Pendahuluan...iii 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan normatif...1 3 Istilah dan definisi...1 4 Ketentuan...2 4.1 Peralatan...2 5 Benda uji...3 6 Metode pengerjaan...4 7 Perhitungan dan

Lebih terperinci

SESI 9 KERUSAKAN DAN PENANGANAN SIAR MUAI. Kementerian Pekerjaan Umum

SESI 9 KERUSAKAN DAN PENANGANAN SIAR MUAI. Kementerian Pekerjaan Umum SESI 9 KERUSAKAN DAN PENANGANAN SIAR MUAI Kementerian Pekerjaan Umum 1 PENDAHULUAN Siar muai mengakomodir pergerakan jembatan tanpa menimbulkan tegangan tambahan yang signifikan Pemilihan siar muai berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkerasan jalan beton semen atau secara umum disebut perkerasan kaku, terdiri atas plat (slab) beton semen sebagai lapis pondasi dan lapis pondasi bawah (bisa juga

Lebih terperinci

Spesifikasi agregat untuk lapis fondasi, lapis fondasi bawah, dan bahu jalan

Spesifikasi agregat untuk lapis fondasi, lapis fondasi bawah, dan bahu jalan Standar Nasional Indonesia Spesifikasi agregat untuk lapis fondasi, lapis fondasi bawah, dan bahu jalan ICS 93.080.10 Badan Standardisasi Nasional BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang

Lebih terperinci

TATA CARA PELAKSANAAN BETON ASPAL CAMPURAN DINGIN DENGAN ASPAL EMULSI UNTUK PERKERASAN JALAN

TATA CARA PELAKSANAAN BETON ASPAL CAMPURAN DINGIN DENGAN ASPAL EMULSI UNTUK PERKERASAN JALAN TATA CARA PELAKSANAAN BETON ASPAL CAMPURAN DINGIN DENGAN ASPAL EMULSI UNTUK PERKERASAN JALAN BAB I DESKRIPSI 1.1. Maksud dan Tujuan 1.1.1. Maksud Tata cara ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam

Lebih terperinci

GAMBAR KONSTRUKSI JALAN

GAMBAR KONSTRUKSI JALAN 1. GAMBAR KONSTRUKSI JALAN a) Perkerasan lentur (flexible pavement), umumnya terdiri dari beberapa lapis perkerasan dan menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. Gambar 6 Jenis Perkerasan Lentur Tanah

Lebih terperinci

Cara uji slump beton SNI 1972:2008

Cara uji slump beton SNI 1972:2008 Standar Nasional Indonesia Cara uji slump beton ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai dengan mutu yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai dengan mutu yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkerasan Jalan Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak di antara lapisan tanah dasar dan roda kendaraan, yang berfungsi memberikan pelayanan kepada sarana

Lebih terperinci

Cara uji penentuan batas plastis dan indeks plastisitas tanah

Cara uji penentuan batas plastis dan indeks plastisitas tanah Standar Nasional Indonesia Cara uji penentuan batas plastis dan indeks plastisitas tanah ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

ANALISA KUAT LENTUR PADA BETON K-300 YANG DICAMPUR DENGAN TANAH KOHESIF

ANALISA KUAT LENTUR PADA BETON K-300 YANG DICAMPUR DENGAN TANAH KOHESIF bidang REKAYASA ANALISA KUAT LENTUR PADA BETON K-300 YANG DICAMPUR DENGAN TANAH KOHESIF YATNA SUPRIYATNA Jurusan Teknik Sipil Universitas Komputer Indonesia Penelitian ini bertujuan untuk mencari kuat

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN KEPADATAN BERAT ISI TANAH DI LAPANGAN DENGAN BALON KARET

METODE PENGUJIAN KEPADATAN BERAT ISI TANAH DI LAPANGAN DENGAN BALON KARET METODE PENGUJIAN KEPADATAN BERAT ISI TANAH DI LAPANGAN DENGAN BALON KARET SNI 19-6413-2000 1. Ruang Lingkup 1.1 Metode ini mencakup penentuan kepadatan dan berat isi tanah hasil pemadatan di lapangan atau

Lebih terperinci

Tata cara pengambilan contoh uji beton segar

Tata cara pengambilan contoh uji beton segar Standar Nasional Indonesia Tata cara pengambilan contoh uji beton segar ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pekerjaan persiapan berupa Bahan bangunan merupakan elemen

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pekerjaan persiapan berupa Bahan bangunan merupakan elemen BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Pekerjaan Persiapan Pekerjaan persiapan berupa Bahan bangunan merupakan elemen terpenting dari suatu proyek pembangunan, karena kumpulan berbagai macam material itulah yang

Lebih terperinci

Metode uji penentuan campuran semen pada aspal emulsi (ASTM D , IDT)

Metode uji penentuan campuran semen pada aspal emulsi (ASTM D , IDT) Standar Nasional Indonesia ICS 93.080.20 Metode uji penentuan campuran semen pada aspal emulsi (ASTM D 6935 04, IDT) Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin,

Lebih terperinci

Cara uji berat jenis tanah

Cara uji berat jenis tanah Standar Nasional Indonesia Cara uji berat jenis tanah ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan.. iii 1 Ruang lingkup.. 1 2 Acuan normatif. 1 3 Istilah

Lebih terperinci

1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)

1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement) 1 LAPIISAN DAN MATERIIAL PERKERASAN JALAN (Sonya Sulistyono, ST., MT.) A. Jenis dan Fungsi Lapis Perkerasan 1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement) Kontruksi perkerasan lentur (flexible Pavement)

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA SPESIFIKASI KHUSUS INTERIM SEKSI 6.6

REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA SPESIFIKASI KHUSUS INTERIM SEKSI 6.6 REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA SPESIFIKASI KHUSUS INTERIM SEKSI 6.6 LAPIS MAKADAM ASBUTON LAWELE (SKh-3.6.6.1) SPESIFIKASI KHUSUS-3 INTERIM SEKSI 6.6.1 LAPIS

Lebih terperinci

PENERAPAN SPESIFIKASI TEKNIK UNTUK PELAKSANAAN PERKERASAN JALAN BETON. Disampaikan dalam Pelatihan : Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

PENERAPAN SPESIFIKASI TEKNIK UNTUK PELAKSANAAN PERKERASAN JALAN BETON. Disampaikan dalam Pelatihan : Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton PENERAPAN SPESIFIKASI TEKNIK UNTUK PELAKSANAAN PERKERASAN JALAN BETON Disampaikan dalam Pelatihan : Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton 4.1. PENGERTIAN UMUM 4.1.1. Pendahuluan Empat elemen kompetensi

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMELIHARAAN JALAN: 13. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMELIHARAAN BERKALA JEMBATAN

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMELIHARAAN JALAN: 13. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMELIHARAAN BERKALA JEMBATAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMELIHARAAN JALAN: 13. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMELIHARAAN BERKALA JEMBATAN DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DAFTAR ISI 13. Standar Operasional Prosedur Pemeliharaan Berkala

Lebih terperinci

PEDOMAN Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil

PEDOMAN Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil PEDOMAN Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil LAMPIRAN SURAT EDARAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 27/SE/M/2015 TENTANG PEDOMAN PENSTABILAN DAN PENGEMBALIAN ELEVASI PELAT BETON

Lebih terperinci

SNI 6832:2011. Standar Nasional Indonesia. Spesifikasi aspal emulsi anionik

SNI 6832:2011. Standar Nasional Indonesia. Spesifikasi aspal emulsi anionik Standar Nasional Indonesia Spesifikasi aspal emulsi anionik ICS 75.140; 93.080.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan

Lebih terperinci

Cara uji kandungan udara dalam beton segar dengan metode tekan

Cara uji kandungan udara dalam beton segar dengan metode tekan Standar Nasional Indonesia ICS 93.010 Cara uji kandungan udara dalam beton segar dengan metode tekan Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan

Lebih terperinci

Spesifikasi aspal emulsi kationik

Spesifikasi aspal emulsi kationik Standar Nasional Indonesia Spesifikasi aspal emulsi kationik ICS 75.140; 93.080.20 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian

Lebih terperinci

Metode pengujian kuat lentur kayu konstruksi Berukuran struktural

Metode pengujian kuat lentur kayu konstruksi Berukuran struktural SNI 03-3975-1995 Standar Nasional Indonesia Metode pengujian kuat lentur kayu konstruksi Berukuran struktural ICS Badan Standardisasi Nasional DAFTAR ISI Daftar Isi... Halaman i BAB I DESKRIPSI... 1 1.1

Lebih terperinci

Spesifikasi anyaman kawat baja polos yang dilas untuk tulangan beton

Spesifikasi anyaman kawat baja polos yang dilas untuk tulangan beton SNI 03-6812-2002 Standar Nasional Indonesia Spesifikasi anyaman kawat baja polos yang dilas untuk tulangan beton ICS 77.140.65; 91.100.01 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata...

Lebih terperinci

PEDOMAN Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil

PEDOMAN Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil PEDOMAN Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil LAMPIRAN SURAT EDARAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 20/SE/M/2015 TENTANG PEDOMAN SPESIFIKASI TEKNIS BAHAN PERKERASAN JALAN KERIKIL

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT PEDOMAN Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil LAMPIRAN SURAT EDARAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 19/SE/M/2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGABUTAN (FOG SEAL) UNTUK PEMELIHARAAN

Lebih terperinci

Cara uji kekakuan tekan dan kekakuan geser bantalan karet jembatan

Cara uji kekakuan tekan dan kekakuan geser bantalan karet jembatan Standar Nasional Indonesia ICS 93.020 Cara uji tekan dan geser bantalan karet jembatan Badan Standardisasi Nasional Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Beton Beton adalah bahan homogen yang didapatkan dengan mencampurkan agregat kasar, agregat halus, semen dan air. Campuran ini akan mengeras akibat reaksi kimia dari air dan

Lebih terperinci

Metode uji pengendapan dan stabilitas penyimpanan aspal emulsi (ASTM D , MOD.)

Metode uji pengendapan dan stabilitas penyimpanan aspal emulsi (ASTM D , MOD.) Standar Nasional Indonesia ICS 93.080.20 Metode uji pengendapan dan stabilitas penyimpanan aspal emulsi (ASTM D 6930-04, MOD.) Badan Standardisasi Nasional SNI 6828:2012 BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang.

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT PANDUAN Pemilihan Teknologi Pemeliharaan Preventif Perkerasan Jalan KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT A. LATAR BELAKANG Pemeliharaan preventif jalan merupakan amanat Peraturan Menteri Pekerjaan

Lebih terperinci

Perkerasan kaku adalah struktur yang terdin dan pelat (slab) beton semen yang

Perkerasan kaku adalah struktur yang terdin dan pelat (slab) beton semen yang BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Konstruksi Perkerasan Jalan Perkerasan jalan adalah suatu lapisan yang terletak di atas tanah dasar (subgrade) yang telah dipadatkan dan berfungsi untuk memikul beban dan meneruskannya

Lebih terperinci

Spesifikasi lembaran bahan penutup untuk perawatan beton

Spesifikasi lembaran bahan penutup untuk perawatan beton Standar Nasional Indonesia Spesifikasi lembaran bahan penutup untuk perawatan beton ICS 91.200 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

TATA CARA PENGAMBILAN CONTOH ASPAL

TATA CARA PENGAMBILAN CONTOH ASPAL TATA CARA PENGAMBILAN CONTOH ASPAL 1. Ruang Lingkup 1.1 Tata cara ini digunakan untuk pengambilan contoh aspal di pabrik, tempat penyimpanan atau saat pengiriman. 1.2 Besaran dinyatakan dalam Satuan SI

Lebih terperinci

Spesifikasi kereb beton untuk jalan

Spesifikasi kereb beton untuk jalan Standar Nasional Indonesia Spesifikasi kereb beton untuk jalan ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata... iii Pendahuluan...iv 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan normatif...1

Lebih terperinci

Cara uji elastisitas aspal dengan alat daktilitas

Cara uji elastisitas aspal dengan alat daktilitas Cara uji elastisitas aspal dengan alat daktilitas RSNI M-04-2005 1 Ruang lingkup Cara uji elastisitas aspal dengan alat daktilitas secara khusus menguraikan alat dan bahan yang digunakan serta prosedur

Lebih terperinci

Cara uji ketahanan campuran beraspal terhadap kerusakan akibat rendaman

Cara uji ketahanan campuran beraspal terhadap kerusakan akibat rendaman Standar Nasional Indonesia Cara uji ketahanan campuran beraspal terhadap kerusakan akibat rendaman ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang

Lebih terperinci

Metode uji residu aspal emulsi dengan penguapan (ASTM D , IDT)

Metode uji residu aspal emulsi dengan penguapan (ASTM D , IDT) Standar Nasional Indonesia SNI ASTM D6934:2012 Metode uji residu aspal emulsi dengan penguapan (ASTM D 6934 04, IDT) ICS 93.080.20 Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang.

Lebih terperinci

Metode uji bahan yang lebih halus dari saringan 75 m (No. 200) dalam agregat mineral dengan pencucian (ASTM C , IDT)

Metode uji bahan yang lebih halus dari saringan 75 m (No. 200) dalam agregat mineral dengan pencucian (ASTM C , IDT) Standar Nasional Indonesia Metode uji bahan yang lebih halus dari saringan 75 m (No. 200) dalam agregat mineral dengan pencucian (ASTM C117 2004, IDT) ICS 91.100.15 Badan Standardisasi Nasional ASTM 2004

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jalan Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bagian pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas yang berada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perkerasan Jalan Perkerasan jalan adalah campuran antara agregat dan bahan ikat yang digunakan untuk melayani beban lalulintas. Agregat yang dipakai antara lain adalah batu pecah,

Lebih terperinci

PERMASALAHAN STRUKTUR ATAP, LANTAI DAN DINDING

PERMASALAHAN STRUKTUR ATAP, LANTAI DAN DINDING PERMASALAHAN STRUKTUR ATAP, LANTAI DAN DINDING DEASY MONICA PARHASTUTI M. IRFAN NUGRAHA NOVSA LIRIK QORIAH TAUFAN HIDAYAT KELOMPOK 3 KG-3A PERMASALAHAN PADA ATAP PERMASALAHAN 5. BUBUNGAN RETAK PENYEBAB

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terletak pada lapis paling atas dari bahan jalan dan terbuat dari bahan khusus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terletak pada lapis paling atas dari bahan jalan dan terbuat dari bahan khusus BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkerasan Jalan Menurut Totomihardjo (1995), perkerasan adalah suatu lapis tambahan yang terletak pada lapis paling atas dari bahan jalan dan terbuat dari bahan khusus yang

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI RATIO FILLER-BITUMEN CONTENT PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI GRADASI SENJANG

PENGARUH VARIASI RATIO FILLER-BITUMEN CONTENT PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI GRADASI SENJANG PENGARUH VARIASI RATIO FILLER-BITUMEN CONTENT PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI GRADASI SENJANG Fergianti Suawah O. H. Kaseke, T. K. Sendow Fakultas Teknik, Jurusan

Lebih terperinci

Spesifikasi aspal cair tipe penguapan sedang

Spesifikasi aspal cair tipe penguapan sedang Standar Nasional Indonesia Spesifikasi aspal cair tipe penguapan sedang ICS 75.140 Badan Standardisasi Nasional i Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan

Lebih terperinci

Cara uji kepadatan tanah di lapangan dengan cara selongsong

Cara uji kepadatan tanah di lapangan dengan cara selongsong SNI 6792:2008 Standar Nasional Indonesia Cara uji kepadatan tanah di lapangan dengan cara selongsong ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional SNI 6792:2008 Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan...

Lebih terperinci

MANUAL APLIKASI DINDING LUAR. Versa Board 10 & 12 mm

MANUAL APLIKASI DINDING LUAR. Versa Board 10 & 12 mm MANUAL APLIKASI DINDING LUAR Versa Board 10 & 12 mm September 2017 DINDING LUAR (CLADDING) Dinding luar / Cladding adalah material lapisan luar yang berfungsi sebagai penutup bangunan. Kelebihan dari aplikasi

Lebih terperinci

Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles

Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles Standar Nasional Indonesia Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

SPESIFIKASI KHUSUS-2 INTERIM SEKSI 6.6 LAPIS PENETRASI MACADAM ASBUTON LAWELE (LPMAL)

SPESIFIKASI KHUSUS-2 INTERIM SEKSI 6.6 LAPIS PENETRASI MACADAM ASBUTON LAWELE (LPMAL) SPESIFIKASI KHUSUS-2 INTERIM SEKSI 6.6 LAPIS PENETRASI MACADAM ASBUTON LAWELE (LPMAL) SKh-2. 6.6.1 UMUM 1) Uraian a) Yang dimaksud dengan Lapis Penetrasi Macadam Asbuton Lawele adalah lapis perkerasan

Lebih terperinci

Kawat baja tanpa lapisan untuk konstruksi beton pratekan (PC wire / KBjP )

Kawat baja tanpa lapisan untuk konstruksi beton pratekan (PC wire / KBjP ) Standar Nasional Indonesia Kawat baja tanpa lapisan untuk konstruksi beton pratekan (PC wire / KBjP ) ICS 77.140.65 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau

Lebih terperinci

PENGARUH PROSES PEMANASAN PADA ASPAL. M.T. Gunawan Mahasiswa Doktor Teknik Sipil Undip Semarang. Abstrak 2.

PENGARUH PROSES PEMANASAN PADA ASPAL. M.T. Gunawan Mahasiswa Doktor Teknik Sipil Undip Semarang.   Abstrak 2. PENGARUH PROSES PEMANASAN PADA ASPAL M.T. Gunawan Mahasiswa Doktor Teknik Sipil Undip Semarang. Email : sipilunidayan@yahoo.com Abstrak semen atau biasa disebut aspal keras bersifat mengikat agregat pada

Lebih terperinci

SEKSI Skh 6.8 CAPE BUTON SEAL

SEKSI Skh 6.8 CAPE BUTON SEAL SEKSI Skh 6.8 CAPE BUTON SEAL Skh 6.8.1. UMUM 1) Uraian Cape Buton Seal (C BS) adalah jenis lapis permukaan yang dilaksanakan dengan pemberian lapisan aspal cair yang diikuti dengan penebaran dan pemadatan

Lebih terperinci

Metode uji persentase partikel aspal emulsi yang tertahan saringan 850 mikron

Metode uji persentase partikel aspal emulsi yang tertahan saringan 850 mikron Standar Nasional Indonesia ICS 93.080.20 SNI 3643:2012 Metode uji persentase partikel aspal emulsi yang tertahan saringan 850 mikron Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang.

Lebih terperinci

Semen portland campur

Semen portland campur Standar Nasional Indonesia Semen portland campur ICS 91.100.10 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi...

Lebih terperinci

Spesifikasi Pipa Beton untuk Air Buangan, Saluran Peluapan dari Gorong-Gorong

Spesifikasi Pipa Beton untuk Air Buangan, Saluran Peluapan dari Gorong-Gorong Spesifikasi Pipa Beton untuk Air Buangan, Saluran Peluapan dari Gorong-Gorong SNI 03-6367-2000 1 Ruang lingkup Spesifikasi ini meliputi pipa beton tidak bertulang yang digunakan sebagai pembuangan air

Lebih terperinci

JENIS KERUSAKAN JALAN PADA PERKERASAN LENTUR LOKASI CIRI CIRI PENYEBAB AKIBAT CARA PENANGANAN

JENIS KERUSAKAN JALAN PADA PERKERASAN LENTUR LOKASI CIRI CIRI PENYEBAB AKIBAT CARA PENANGANAN JENIS KERUSAKAN JALAN PADA PERKERASAN LENTUR LOKASI CIRI CIRI PENYEBAB AKIBAT CARA PENANGANAN PERKERASAN LENTUR 1.KEGEMUKAN ASPAL (BLEEDING) LOKASI : Dapat terjadi pada sebagian atau seluruh permukaan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan dan Material Penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam campuran beton dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Agregat halus yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN KADAR RONGGA AGREGAT HALUS YANG TIDAK DIPADATKAN

METODE PENGUJIAN KADAR RONGGA AGREGAT HALUS YANG TIDAK DIPADATKAN METODE PENGUJIAN KADAR RONGGA AGREGAT HALUS YANG TIDAK DIPADATKAN SNI 03-6877-2002 1. Ruang Lingkup 1.1 Metoda pengujian ini adalah untuk menentukan kadar rongga agregat halus dalam keadaan lepas (tidak

Lebih terperinci

SNI 7827:2012. Standar Nasional Indonesia. Papan nama sungai. Badan Standardisasi Nasional

SNI 7827:2012. Standar Nasional Indonesia. Papan nama sungai. Badan Standardisasi Nasional Standar Nasional Indonesia Papan nama sungai ICS 93.140 Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN KUAT TEKAN CAMPURAN BERASPAL

METODE PENGUJIAN KUAT TEKAN CAMPURAN BERASPAL METODE PENGUJIAN KUAT TEKAN CAMPURAN BERASPAL SNI 03-6758-2002 BAB I DESKRIPSI 1.1 Ruang Lingkup Metode pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan kuat tekan campuran aspal panas yang digunakan untuk lapis

Lebih terperinci

PEDOMAN. Penggunaan tailing untuk lapis pondasi dan lapis pondasi bawah DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan

PEDOMAN. Penggunaan tailing untuk lapis pondasi dan lapis pondasi bawah DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan PEDOMAN Konstruksi dan Bangunan Pd T-14-2004-B Penggunaan tailing untuk lapis pondasi dan lapis pondasi bawah DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH Daftar isi Daftar isi... i Daftar tabel... i Prakata...

Lebih terperinci

DIVISI 4 PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALAN SEKSI 4.1 PELEBARAN PERKERASAN

DIVISI 4 PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALAN SEKSI 4.1 PELEBARAN PERKERASAN DIVISI 4 PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALAN SEKSI 4.1 PELEBARAN PERKERASAN 4.1.1 UMUM 1) Uraian a) Pekerjaan ini harus mencakup penambahan lebar perkerasan lama sampai lebar jalur lalu lintas yang diperlukan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Bagan Alir Penelitian. Mulai. Studi Pustaka. Persiapan Alat dan Bahan. Pengujian Bahan

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Bagan Alir Penelitian. Mulai. Studi Pustaka. Persiapan Alat dan Bahan. Pengujian Bahan BAB IV METODE PENELITIAN A. Bagan Alir Penelitian Pelaksanaan pengujian dalam penelitian ini meliputi beberapa tahapan, yaitu pengujian bahan seperti pengujian agregat dan aspal, penentuan gradasi campuran

Lebih terperinci

Spesifikasi bahan lapis penetrasi makadam (LAPEN)

Spesifikasi bahan lapis penetrasi makadam (LAPEN) Standar Nasional Indonesia ICS 65.060.5 Spesifikasi bahan lapis penetrasi makadam (LAPEN) Badan Standardisasi Nasional SNI 6751:2016 BSN 2016 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan

Lebih terperinci

Cara uji bliding dari beton segar

Cara uji bliding dari beton segar Standar Nasional Indonesia Cara uji bliding dari beton segar ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata...ii Pendahuluan...iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN BEKISTING, PEMBESIAN DAN PENGECORAN

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN BEKISTING, PEMBESIAN DAN PENGECORAN BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN BEKISTING, PEMBESIAN DAN PENGECORAN 5.1 Pekerjaan Bekisting 5.1.1 Umum Perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan bekisting harus memenuhi syarat PBI 1971 N 1-2 dan Recomended Practice

Lebih terperinci