BAB I PENDAHULUAN. Di dalam penelitian ini yang akan dibahas adalah salah satu bagian dari ekspresi gender

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Di dalam penelitian ini yang akan dibahas adalah salah satu bagian dari ekspresi gender"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam penelitian ini yang akan dibahas adalah salah satu bagian dari ekspresi gender yaitu androgini. Androgini merupakan kombinasi karakteristik 1 antara maskulin dan feminin. Ambiguitas 2 seksual dapat ditemukan dalam fashion dan gaya hidup seksual. Istilah androgini berasal dari bahasa yunani kuno, Andro berarti laki-laki dan Gyne berarti perempuan. Sementara jika dalam bahasa Indonesia yaitu Androgini. Androgini ini merupakan suatu ekspresi yang dimana gendernya tidak termasuk salah satu diantara laki-laki atau perempuan tetapi masuk terhadap keduanya. Terkadang aksesoris yang biasanya dikenakan oleh perempuan umumnya dipakai laki-laki terlihat sangat aneh dan aksesoris yang biasanya dikenakan oleh laki-laki dipakai oleh perempuan juga sangat terlihat aneh. Namun, ada satu perbedaan dengan laki-laki yang kemayu, Androgini justru memperlihatkan pembagian karakter maskulin dan feminin dalam satu orang pada saat yang bersamaan 3. Bagi orang-orang yang tahu tentang fashion, menemukan orang dengan tipikal androgini merupakan hal yang menyenangkan. Ekspresi gender androgini ini menarik untuk di bahas dan di teliti secara mendalam karena ekspresi androgini ini banyak terdapat di lingkungan masyarakat terutama kampus. 1 Karakteristik adalah sifat. 2 Ambiguitas adalah keraguan, ketidakjelasan, ketidaktentuan. 3 kenapa tidak.html (diakses pada tanggal 15/03/2015)

2 Banyak androgini yang diidentifikasikan antara laki-laki dan perempuan. Didalam suatu hubungan androgini lebih ekspresif dibandingkan laki-laki (maskulin) dan perempuan (feminin). Dalam ekspresi gender seorang androgini tidak dapat sepenuhnya cocok dengan peranan gender maskulin dan feminin. Banyak juga seorang androgini yang menggambarkan dirinya secara mental di antara laki-laki dan perempuan. Androgini bukan sekedar fashion saja tetapi sebagai suatu ekspresi gender. Androgini banyak diartikan oleh pandangan masyarakat sebagai suatu fashion atau gaya hidup, itu memang benar bahwa androgini ini lebih kepada mengekspresikan penampilannya sehari-hari yaitu dengan cara fashionnya atau cara dia berpakaian. Disetiap lingkungan masyarakat pasti ada seorang laki-laki yang suka memakai bedak yang tebal, lipstick, ataupun pakaian perempuan yang lebih identik dengan perempuan, dan ada juga seorang perempuan yang rambutnya pendek seperti laki-laki, memakai kemeja kotak-kotak besar yang lebih identik dengan laki-laki. Itu semua disebut androgini. Seorang laki-laki yang berpenampilan androgini tetap mengaku dirinya yaitu laki-laki, begitupun juga seorang perempuan yang berpenampilan androgini tetap mengaku dirinya yaitu perempuan. Ada juga godaan yang terdapat pada androgini yaitu godaan untuk menjadi homoseksual. Godaan homoseksual ini bisa saja terjadi apabila seorang androgini berada di dalam suatu lingkungan yang beridentitaskan homoseksual, misalnya seorang laki-laki androgini tidak suka dibilang waria atau transgender dia tetap mengaku bahwa dia laki-laki tulen yang tertarik pada perempuan. Namun seorang laki-laki androgini akan lebih mudah untuk didekati kaum gay dan bergabung ke dalam kaum gay tersebut karena pria androgini itu bisa memerankan antara maskulin dan feminin dikehidupannya, begitupun sebaliknya dengan seorang perempuan androgini. Orientasi sexual dari androgini juga beragam tidak semuanya sama. Ada yang berorientasi homosexual karena mungkin dia lebih nyaman menjalani hubungan ketika pasangannya yang sejenis dengan dia. Ada yang berorientasi heterosexual

3 yang dimana androgini ini tetap menganggap dia tulen sebagai laki-laki dan sebagai perempuan dan tertarik pada lawan jenisnya. Ada juga yang berorientasi bisexual yang dimana androgini ini tertarik kepada lawan jenisnya dan sesama jenisnya. Androgini ini memang tidak bisa ditebak orientasi sexualnya dikarenakan sifat maskulin dan sifat feminim ada pada dirinya sehingga dia mengaplikasikan orientasi sexualnya sesuai dengan hati maupun kenyamanannya dalam berhubungan. Intinya androgini ini lebih bersifat suatu saat dia seperti laki-laki (maskulin) dan suatu saat juga dia bersifat seperti perempuan (feminin).ini yang membuat keraguan terhadap identitas dirinya. Orang androgini adalah perempuan atau laki-laki yang memiliki derajat yang tinggi dari kedua feminin (ekspresif) dan maskulin (instrumen) sifat. Seseorang feminin peringkat tinggi pada feminin dan peringkat rendah terhadap maskulin tetapi tetap ada keduanya dan seseorang maskulin peringkat tinggi pada maskulin dan peringkat rendah pada feminin tetapi tetap ada keduanya. Perkembangan androgini ini ada semenjak ekspresi androgini muncul di saat masa feminis. Feminis ada untuk mensetarakan perempuan dan laki-laki. Karena perempuan dianggap tidak sama atau tidak setara dengan laki-laki maka muncul lah feminis bersamaan dengan lahir nya ekspresi gender androgini. Ekspresi serta identitas androgini ini menunjukkan bahwa perempuan juga memiliki sifat maskulin dan laki-laki memiliki sifat feminin yang ada di dalam diri nya dan dapat diperlihatkan selama itu membuatnya nyaman dan merasa bebas. Di zaman sekarang ini banyak masyarakat luas terutama mahasiswa mempunyai ekspresi fashion androgini yang secara sadar maupun yang secara tidak sadar. Kebanyakan mahasiswa yang memiliki ekspresi androgini secara bebas memperlihatkan bahwa dirinya memiliki sifat maskulin dan sifat feminin yang dapat dipadukan menjadi satu sehingga menjadi style (gaya) tersendiri.

4 Pada era modern ini, konsep Androgini banyak berkembang didunia fashion dan entertainment. Mungkin dunia fashion lebih banyak berbicara dan mempunyai namanama model Androgini dunia yang tersohor seperti Andre Pejic (yang sudah menjalani operasi kelamin dan berganti sebagai wanita), Zhao Yiming, Darrel Ferhostan (asli Indonesia), dan Kristina Salinovic (Model Androgini wanita yang kerap menunjukan ekspresi pria dingin). 4 Androgini Style, istilah yang cukup jarang didengar awam ini nyatanya bukan lagi hal asing bagi kalangan fashionista 5. Gaya androgini bisa dijabarkan menjadi sebuah gaya berpenampilan yang merefleksikan sisi feminin sekaligus maskulin secara bersamaan. Misalkan seorang wanita yang tampil sexy sekaligus maskulin. Namun, gaya berpenampilan yang satu ini tidak hanya fokus pada gaya busananya saja, termasuk aksesoris tas dan sepatu maupun tatanan rambut hingga make-upnya. Jika melihat dari definisinya, mungkin belum bisa dibayangkan seperti apa gaya androgini semacam ini. Namun, jika dicontohkan dengan style fashion ala Lady Gaga, SMASH, Super Junior, Dareel Ferhostan dan lain sebagainya, masyarakat tentu bisa membayangkan seperti apa style 6 androgini. Intinya, ada satu keseimbangan antara sisi maskulin dan fenimin dalam satu penampilan. Seorang wanita yang tampil layaknya pria, bahkan seorang pria yang tampil dengan busana feminin khas wanita. Faktanya, gejala androgini ini telah banyak menyebar dimasyarakat dan masyarakat belum mengetahui bahwa fashion maupun peran maskulin dan feminin dalam satu tubuh secara bersamaan. 4 androgini tidak usang dimakan zaman(diakses pada tanggal 21/06/2014) 5 Fashionista adalah orang yang menggemari dan menggilai fashion. 6 Style adalah gaya.

5 Pada dasarnya setiap wanita bisa tampil dengan gaya androgini dengan memanfaatkan model model baju yang maskulin semisal jas, blazer, jumpsuit 7 dari berbagai pusat perbelanjaan. Pola asuh dari orang tua juga sangat berpengaruh dalam membentuk karakter seorang anak untuk berperilaku feminin dan maskulin. Orang tua sejati nya yang memperkenalkan kepada anak nya perilaku feminin dan maskulin, tetapi tidak menutup kemungkinan pola asuh orang tua yang memperkenalkan perilaku yang diluar jenis kelamin anak agar anak itu tahu. Ada juga orang tua yang membiarkan anak nya tumbuh dan berkembang sesuai dengan ekspresi apa yang dia suka seperti maskulin, feminin, dan androgini. Pola asuh menunjukkan bahwa tidak ada pembedaan peran laki-laki dan perempuan dalam kehidupan sehari-hari. Pola asuh tidak perlu dibedakan antara laki-laki dan perempuan hanya karena kenyataan bahwa perempuan menstruasi, hamil dan melahirkan. Sifat feminim dan sifat maskulin dapat dikembangkan secara seimbang dalam kehidupan setiap hari. Kebanyakan anak atau mahasiswi yang berekpresi androgini tidak menerima paksaan dari orang tua atau orang terdekatnya untuk berperilaku dan berekspresi sesuai dengan jenis kelamin nya karena mereka yang dikatakan androgini memiliki kebebasan tersendiri untuk berperilaku dan berekspresi. Hal ini membuat peneliti merasa bahwa jenis ekspresi gender androgini ini layak untuk diteliti karena menimbulkan banyak pertanyaan dan permasalahan pada ekspresi ini. Banyak juga kalangan masyarakat terutama mahasiswa tidak tahu tentang ekspresi gender androgini bahkan keberadaan juga tidak semua orang tahu. Androgini ini layak diteliti agar dapat menjadi pengetahuan bagi banyak orang dan mahasiswa bahwa setiap orang memiliki sifat feminim dan sifat maskulin dalam tubuhnya dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan seharihari. 7 Jumpsuit adalah baju dan celana yang menyatu.

6 Alasan penulis memilih tempat penelitiannya di FISIP USU dikarenakan di FISIP USU sendiri banyak terdapat dan terlihat adanya keberadaan mahasiswa yang memiliki ekspresi androgini di tengah-tengah lingkungan kampus. Ekspresi yang maskulin dan feminin ada pada satu tubuh secara bersamaan. Di FISIP USU sendiri merupakan wadah atau tempat yang dimana mahasiswa bebas berekspresi misalnya dalam fashion. 1.2 Masalah Penelitian Pada penelitian ini juga memiliki pertanyaan penelitian yang merupakan suatu masalah yang ada pada ekspresi androgini ini serta identitasnya. Adapun pertanyaan penelitian ini yaitu : 1. Bagaimana ekspresi fashion dan eksistensi androgini di kalangan mahasiswi FISIP USU? 2. Bagaimana pendapat mahasiswa/i FISIP USU mengenai ekspresi androgini? 1.3 Tujuan Penelitian Di dalam penelitian dan bahkan di setiap penelitian yang dilakukan harus memiliki tujuan penelitian. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat serta mengetahui keberadaan dan ekspresi androgini ini dilingkungan kampus. Penelitian ini sebagai suatu bentuk tulisan ilmiah yang bermaksud untuk dapat menambah pengetahuan tentang androgini ini. Penelitian ini juga bermaksud untuk memberikan suatu pengetahuan kepada mahasiswa serta masyarakat akan androgini ini yang mungkin belum banyak masyarakat yang mengetahuinya. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini juga sebagai pengetahuan serta wawasan untuk mahasiswa antropologi dan untuk sebagai penambah tulisan penelitian di Departemen Antropologi Fisip USU. Penelitian ini juga mempunyai manfaat yang mendalam untuk peneliti sebagai

7 pengetahuan yang mendalam dan luas secara akademis dan penelitian ini dapat berguna bagi mahasiswa Antropologi Fisip USU sebagai kajian pustaka. 1.5 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini di fokus penelitian di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Pemilihan lokasi ini didasarkan bahwa ekspresi androgini banyak terlihat dan belum banyak penelitian antropologi yang dilakukan di lokasi ini. Secara teknis lokasi ini mudah dijangkau oleh peneliti dikarenakan peneliti merupakan mahasiswa dilokasi ini. Hal ini membuat peneliti memilih lokasi ini sebagai lokasi penelitian. 1.6 Tinjauan Pustaka Istilah gender digunakan sebagai sebuah kategori konseptual dan telah diberikan sebuah makna yang sangat khusus. Gender merujuk kepada defenisi sosial budaya dari pria dan wanita, cara masyarakat membedakan pria dan wanita serta memberikan peran-peran sosial kepada mereka. Gender bersifat tidak tetap, ia berubah dari waktu ke waktu, dari suatu kebudayaan ke kebudayaan lainnya, bahkan dari suatu keluarga ke keluarga lainnya. Gender berbeda dengan jenis kelamin. Jenis kelamin bersifat alamiah dan tetap. Jenis kelamin bersifat biologis, ia merujuk kepada perbedaan yang nyata dari alat kelamin dan perbedaan terkait dalam fungsi kelahiran. Berdasarkan perbedaan antara jenis kelamin dan gender. Menurut pendapat Fakih dalam buku Sejarah Wanita Perspektif Androgynous bahwa konsep gender berarti sifat yang melekat pada kaum pria maupun wanita yang dikontruksi secara sosial maupun kultural. Sifat yang dilekatkan pada wanita misalnya, bahwa wanita dikenal : lemah lembut, cantik, emosional, keibuan. Sementara pria dianggap kuat, rasional, jantan, perkasa. Pada prinsipnya, dalam pemahaman gender ada beberapa karakter dari sifat tersebut yang dapat dipertukarkan. Artinya, ada pria yang emosional,

8 lemah lembut dan keibuan, sementara ada juga wanita yang kuat, rasional, perkasa. Semua itu bisa berbeda berdasarkan waktu, tempat, maupun kelas sosial 8. Menurut Sandra Bem yang merupakan pendukung awal androgini menyatakan bahwa lakilaki dan perempuan androgini lebih fleksibel dan lebih sehat mental dari pada mental individu maskulin dan feminin. Berdasarkan alat ukur yang dibuat oleh Bem (dalam Baron & Byrne 1994) terdapat berbagai macam sifat yang dimiliki oleh pria dan wanita yang menunjukkan sifat maskulin dan feminin. Sifat maskulin adalah : 1. Kemampuan memimpin 2. Tegas 3. Dominan 4. Kepribadian yang kuat 5. Agresif 6. Independen 7. Bertanggung jawab 8. Berkeyakinan kuat Semua sifat ini menonjolkan rasionalitas dari laki-laki. Sementara sifat-sifat yang dimiliki feminin adalah : 1. Lemah lembut 2. Cepat merasa iba 3. Hangat 4. Simpatik 5. Sensitif 6. Mudah tersinggung 8 Data diambil dari buku Sejarah Wanita Perspektif Androgynous

9 7. Penuh kasih sayang 8. Memahami atau mengerti orang lain 9. Menyayangi anak Semua sifat yang diatas menonjolkan emosi dan perasaan dari wanita. Dari zaman ke zaman dan dari waktu ke waktu gender mulai berubah, dahulu gender hanya di kenal antara laki-laki dan perempuan. Namun, sekarang gender atau identitas gender tidak hanya itu saja melainkan ada 3 yaitu : Perempuan Laki-laki Transgender adalah seseorang yang memutuskan untuk mengubah gender asalnya menjadi gender dimana dia merasa nyaman 9. Female to Male (Priawan-Perempuan ke laki-laki) Male to Female (waria-laki-laki ke Perempuan) Identitas Sexual yaitu : Transeksual adalah seseorang yang melakukan perubahan jenis kelamin melalui tindakan medis. Interseksual adalah seseorang yang dilahirkan dengan dua jenis kelamin. Queer adalah seseorang yang tidak merasa cocok dengan kategori identitas gender yang ada dan tidak mau dikategorikan ke dalam kategori tersebut. Ekspresi Gender yaitu : Androgini adalah kombinasi karakteristik maskulin dan feminin. Metrosexual adalah laki-laki yang mempunyai gaya atau penampilan mengikuti perkembangan zaman dan ekspresi ini ada di daerah perkotaan. 9 Data diambil dari Modul Sekolah Feminis Pemula #5 Medan

10 Maskulin Feminin Androgini adalah pembagian karakter antara feminin dan maskulin secara bersamaan. Androgini dari segi fashion mempunyai gaya tersendiri yang dimana perempuan bisa memakai pakaian laki-laki dan laki-laki memakai pakaian perempuan. Gaya fashion androgini ini tidak tetap pada satu gaya saja seperti feminin, tetapi sering menampilkan gaya fashion yang berbeda-beda seperti feminin dan maskulin. Gaya fashion feminin dan maskulin ini akan bertahan pada orang-orang yang menerapkan fashion androgini dalam kehidupannya. Konsep androgini berasumsi bahwa anak laki-laki dan perempuan mempunyai potensi yang sama untuk menjadi maskulin ataupun feminin, oleh karena itu perlu diperlakukan sama. Apabila anak laki-laki dan perempuan sudah menginternalisasi peran-peran yang sama, maka diharapkan tidak ada lagi peran-peran berstereotip gender. (Ratna Megawangi 1999 : hal 114 ) Menurut pendapat Davis dalam buku The Woman s Dres for Succes book menyatakan bahwa perempuan karir dalam bekerja yang mengenakan pakaian seperti blazer, kemeja, dan celana panjang yang melambangkan feminitas dimana ia melakukan pekerjaannya dengan serius. Hal tersebut sangat melambangkan androginitas yang dimana suatu pakaian atau fashion pria masih bisa dibentuk dengan cara feminin. Menurut pendapat Adam dalam buku Sejarah Wanita: Perspektif Androgynous, sejarah indonesia bersifat androcentric, berpusat pada kegiatan kaum pria saja. Tentu ini tidak adil, karena wanita diperlakukan sebagai the second sex belaka. Walaupun diperlukan adanya sejarah yang berpihak kepada wanita. Namun Kuntowijaya menolak adanya sejarah

11 yang berpusat pada wanita atau gynocentric. Ia lebih memilih sejarah androgynous, sejarah dimana pria dan wanita sama-sama menjadi pemeran utama. Konsep androgini lahir dan muncul sejak adanya feminisme beserta teori-teori feminisme. Dalam artikel leksikal, feminisme adalah gerakan wanita yang menuntut hak sepenuhnya antara kaum wanita dan pria (Moeliono). Menurut Goefe feminisme ialah teori tentang persamaan antara laki-laki dan wanita di bidang politik, ekonomi, atau kegiatan terorganisasi yang memperjuangkan h ak-hak serta kepentingan wanita 10. Menurut Betty Friedan bahwa androgini lahir atau muncul dari konsep feminis yang tidak adanya kesetaraan maupun keadilan sehingga muncul konsep androgini 11. Perjuangan kaum wanita atau perempuan yang berat untuk mencapai suatu kedudukan disebabkan karena masih banyak masyarakat Indonesia yang masih menganut kaum patriarki, sehingga menghasilkan keputusan dan sikap yang bias gender. Keadaan ini menjadi lebih parah dengan adanya penafsiran yang salah dari hukum agama yang mempertajamkan keadaan bias gender. Fashion adalah setiap mode pakaian atau perhiasan yang populer selama waktu tertentu atau pada tempat tertentu. Istilah fashion sering digunakan dalam arti positif, sebagai sinonim untuk glamour, keindahan dan gaya atau style yang terus mengalamai perubahan dari satu periode ke periode berikutnya, dari generasi ke generasi. Juga berfungsi sebagai refleksi dari status sosial dan ekonomi, fungsi yang menjelaskan popularitas banyak gaya sepanjang sejarah kostum. Fashion atau mode semakin menjadi industri yang menguntungkan didunia 10 Data diambil dari buku Wanita Dalam Wanita 11 Dikutip dari friedan dan gagasan androgini polemiktentang arah feminisme/ (diakses pada 31/05/2015)

12 internasional sebagai akibat dari munculnya rumah-rumah mode terkenal didunia dan majalah fashion. 12 Fashion itu berasal dari kata latin yaitu factio, jadi menurut salah satu ahli yakni (Barnard, terj Ibrahim dan Iriantara, 1996 : 1) kata fashion sendiri mengacu pada kegiatan yaitu sesuatu yang dilakukan seseorang. Berbeda dengan Peter kata fashion yang sering kita ucapkan meminjam dari istilah bahasa asing yang artinya busana atau pakaian 13. Sejarah Fashion Indonesia Abad ke-15 menurut Denys Lombard dalam bukunya Nusa Jawa : Silang Budaya (1996) Kebaya berasal dari bahasa Arab kaba yang berarti pakaian dan diperkenalkan lewat bahasa Portugis ketika mereka mendarat di Asia Tenggara. Kata Kebaya dapat diartikan sebagai jenis pakaian (atasan/blouse) pertama yang dipakai wanita Indonesia pada kurun waktu abad 15 atau abad ke-16 Masehi. Hingga pada pertengahan abad ke-18, ada dua jenis kebaya yang banyak dipakai masyarakat, yakni Kebaya Encim, busana yang dikenakan wanita China keturunan Indonesia, dan Kebaya Putu Baru, busana bergaya tunik pendek dengan berwarna-warni dengan motif yang cantik. Pada abad ke-19, Kebaya dikenakan oleh semua kelas sosial setiap hari, baik wanita jawa maupun wanita peranakan Belanda. Bahkan kebaya sempat menjadi busana wajib bagi wanita Belanda yang hijrah ke Indonesia. Tahun 1950 tahun 50-an ditandai dengan gaya berbusana klasik yang elegan, yang populer dengan sebutan gaya New Look yang diadaptasi dari trend fashion dunia. Dahulu, model busana ini sering dianggap sebagai model rancangan Christian Dior, yang pada tahun 1947 memperkenalkan Corolleline, namun kemudian lebih dikenal sebagai The New Look. 12 Dikutip dari trend fashion indonesia.html (diakses pada tanggal 10/07/2015) 13 Dikutip dari (diakses pada tanggal 07/12/2015)

13 Meski banyak perancang lain seperti Balenciaga, Balmain dan Faith yang juga turut mengadaptasi bentuk ini sebelumnya pada tahun Tahun 1980 tahun 80-an adalah era powerful women sesuai dengan era tersebut, dimasa ini bermunculan busana dengan silet serta besar, seperti padding yang menonjol dibagian bahu, silet busana yang besar dan cenderung longgar. Permainan detail dan aksen berukuran besar (seperti kancing-kancing misalnya), serta paduan warna kontras. Perancang Indonesia dimasa itu sangat terpengaruh dengan gaya ini, sehingga gaya busana yang ada pun cenderung berukuran besar. Tahun tahun ini ditandai dengan isu globalisasi dan internet. Artinya, kemudahan masyarakat mengakses internet mode dari luar negeri menyebabkan kegandrungan akan budaya barat yang glamour. Glamoritas ini terasa pada karya disainerdisainer yang naik daun di tahun 1990-an. Di tahun 2000-an, mode Indonesia semakin kaya akan ide dan inspirasi. Setiap disainer memiliki ciri tersendiri. Adrian Gan, Obin, Kiata Kwanda, Sally Koeswanto, Tri Handoko dan Irsan selalu memukau dengan busana-busana mereka yang sangat bernafaskan seni 14. Tahun hingga sekarang, demam K-Pop yang melanda Indonesia turut mempengaruhi perkembangan fashion ditanah air. Lihat saja gaya remaja Indonesia sekarang yang mengikuti trend fashion Korea. Hal ini dikarenakan semakin banyak bermunculan boy band dan girl band Indonesia yang meniru gaya maupun fashion mereka Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif yang bersifat studi kasus. Penelitian ini berusaha menjelaskan mengenai adanya 14 Data diambil dari buku Sejarah Wanita Perspektif Androgynous 15 Dikutip dari fashion indonesia.html. Diunduh pada tanggal 01/02/2015

14 keberadaan ekspresi fashion androgini dan mengenai latar belakang setiap mahasiswi yang memiliki ekspresi fashion androgini. Pada penelitian ini penulis akan turun ke lapangan untuk melakukan penelitian secara etnografi. Etnografi pada ilmu antropologi sangat membantu di dalam hal penelitian karena penelitian etnografi membuat peneliti lebih dekat lagi dengan permasalahan serta manusia yang ada permasalahan tersebut. Di dalam penelitian ini tentunya penulis akan melihat mahasiswi mana yang memiliki fashion androgini dan mencari tahu apakah ada komunitas androgini di FISIP USU. Selain melihat dan lebih dekat dengan para androgini tentunya penulis akan berusaha melebur dengan mahasiswa/i umum untuk dapat menanyakan apa pendapat serta pandangan mahasiswa/i tentang keberadaan androgini disekitar mereka, dan apakah mahasiswa/i umum dapat memahami dan menerima keberadaan androgini tersebut. Di FISIP USU ini juga peneliti akan melihat berapa mahasiswi yang berasal dari berbagai departemen yang mempunyai gaya atau style androgini. Penelitian ini hanya berfokus pada kalangan mahasiswi perempuan yang fashion androgini di FISIP USU Teknik Pengumpulan Data Data Primer Wawancara Teknik wawancara yang digunakan penulis untuk memperoleh data dengan cara memberikan pertanyaan pada informan, di dalam menanyakan pertanyaan yang ada tentunya penulis yang juga merangkap sebagai peneliti lebih natural dalam menayakannya. Keadaan yang sebenarnya dan natural akanmemunculkan jawaban-jawaban yang lebih apa adanya ketimbang keadaan atau wawancara yang sudah disetting sebelumnya.

15 Wawancara yang di terapkan merupakan wawancara mendalam agara data yang di perlukan lebih banyak dan lebih dalam. Selain informan kunci penulis juga akan mewawancarai informan biasa agar mendapatkan data atau hasil yang lebih pasti dan jelas. Informan kunci di dalam penelitian ini adalah mahasiswa FISIP USU yang bergaya androgini dan mengaplikasikan gaya atau style tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Informan biasa yang akan ditemui dan diwawancarai penulis adalah mahasiswa/i luas tetapi masih berstatus mahasiswa FISIP USU yang setuju dan tidak menerima kehadiran atau keberadaan ekspresi androgini ini. Hal-hal yang penulis tanyakan adalah seputar androgini, pendapat terhadap keberadaan androgini di kampus dan pengetahuan mahasiswa tentang androgini. Observasi Partisipasi Teknik observasi partisipasi digunakan penulis atau peneliti sebagai tindakan pengamatan untuk mendapatkan gambaran tentang apa dan bagaima style fashion sehari-harinya androgini. Di dalam hal ini penulis atau peneliti lebih dekat lagi yang dimana mengikuti gaya hidup serta fashionnya androgini sehari-hari dan apabila penulis atau peneliti menemukan suatu komunitas androgini di FISIP USU, penulis akan bergabung dalam komunitas tersebut agar dapat mengetahui bagaimana dan seperti apa kegiatan komunitas tersebut. Di dalam hal observasi partisipasi ini di harapkan penulis meluangkan waktu yang lebih lama lagi untuk bersama dengan informan yang mempunyai peran penting dan sebagai penguat suatu data penelitian. Di dalam teknik observasi partisipasi ini penulis atau peneliti menggunakan etic view dan emic view yang dimana bahwa etic view merupakan hasil pengamatan dan pendapat peneliti seputar apa yang diteliti yaitu seputar androgini, sementara emic view merupakan pendapat, hasil pengamatan, penelitian yang diperoleh dari informan atau orang yang diteliti. Pastinya didalam penelitian ini emic view akan lebih banyak digunakan dan ditulis dari pada etic view.

16 Data Sekunder Dalam data sekunder merupakan data yang berhubungan dengan aspek yang diteliti yang bersumber dari buku, majalah, artikel baik media massa maupun elektronik. Suatu penelitian tidak mungkin hanya mengandalkan data yang ada di lapangan saja tetapi juga harus memiliki data yaitu dari buku, majalah dan artikel yang dianggap dapat sinkron dan relavan dengan pembahasan suatu penelitian.data sekunder juga berperan penting dalam penelitian ini sebagai dasar untuk melakukan data primer atau data yang diperoleh dari lapangan. Seperti teori-teori seputar androgini didapat dari ata sekunder berupa buku dan media elektronik. Majalah dan artikel juga menjadi bahan tambahan penulis atau peneliti dalam menulis dan memperbanyak data tentang androgini. 1.8 Analis Data Data-data yang diperoleh dari lapangan akan ditranskripkan atau dipindahkan dalam bentuk field note (catatan lapangan). Data-data lapangan berupa observasi, rekaman wawancara secara mendalam. Catatan lapangan yang ditulis merupakan catatan yang lebih rinci, luas, cermat dan pasti. Setelah itu data-data tersebut diklasifikasikan berdasarkan tema. Penulis juga akan menggunakan data kepustakaan guna melengkapi informasi yang berkaitan dengan penelitian. Data-data kepustakaan berupa sumber-sumber tertulis seperti buku-buku, koran, majalah dan sumber-sumber elektronik seperti televisi dan internet. 1.9 Pengalaman Penelitian Penelitian ini dilakukan di kampus FISIP USU. Pada awal judul penelitian peneliti disetujui untuk diteliti dan tulis menjadi skripsi, penulis sudah melihat mahasiswa yang memiliki ekspresi fashion androgini. Setelah itu peneli berusaha membangun hubungan dan

17 komunikasi yang baik kepada mahasiswa yang bergaya androgini untuk dijadikan sebagai informan. Awalnya saya merasa mendapat tantangan karena belum banyak mahsiswa yang mengetahui tentang androgini, tetapi saya berusaha menjelaskan androgini kepada setiap sasaran informan secara mendalam. Dalam hal ini saya tidak memaksakan mahasiswa untuk menjadi informan karena saya menginginkan mahasiswa yang menjadi informan saya dengan senang hati dan tidak merasa adanya keterpaksaan dalam memberikan informasi. Setelah saya berusaha menjelaskan apa itu androgini beruntungnya semua sasaran informan saya bersedia menjadi informan saya. Informan saya terbagi menjadi dua yaitui informan kunci yaitu mahasiswa yang memiliki ekspresi fashion androgini dan informan biasa saya yaitu mahasiswa yang mengeluarkan pendapat tentang keberadaan androgini di wilayah kampus. Pertama-tama saya fokus dengan informan saya yaitu mahasiswa bergaya androgini. Informan kunci saya yang merupakaninforman tetap saya berjumlah enam orang. Informan kunci saya terdiri dari berbagai jurusan yang ada di kampus seperti : Administrasi Bisnis, Antropologi Sosial, Ilmu Kesejahteraan Sosial, Administrasi Negara dan Sosiologi. Menyenangkan ketika informan saya bersedia menjadi informan kunci saya atau informan tetap saya. Informan kunci yang sebagian saya kenal dan sebagian yang tidak saya kenal akhirnya berujung dengan pertemanan dan bahkan menjadi kompak dan rasa segan itu hilang karena adanya hubungan komunikasi yang timbul dikarenakan penelitian ini. Selama melakukan wawancara saya tidak menemukan kesulitan karena saya dan informan saya sama-sama mahasiswa sehingga membuat saya dan informan saya menjadi tidak ada batasan didalam penyampaian informasi.

18 Wawancara yang saya hadapi kali ini berbeda sekali dibandingkan penelitianpenelitian yang pernah saya hadapi. Berbeda dikarenakan wawancara ini lebih tidak kepada kondisi saat wawancara tetapi wawancara ini lebih kepada mahasiswa yang berbincang dan tertawa apa adanya. Sebelum melakukan wawancara saya membuat interview guide atau pedoman wawancara. Ketika berada dilapangan interview guide itu hanya sebagian saya tanyakan dikarenakan kebanyakan pertanyaan yang saya ajukan muncul dari jawabanjawaban informan saya. Dalam membangun hubungan atau komunikasi yang baik saya meminta Pin BBM, Id LINE, dan nomor hp dari informan saya. Di zaman yang maju seperti saat ini sudah banyak aplikasi sosial yang ditawarkan agar kita tetap terhubung dengan orang lain. Ketika melakukan wawancara saya juga pernah diajak untuk ikut dalam aktivitasnya sehari seperti makan dan nongkrong. Sungguh pengalaman yang luar biasa bagi saya yang dimana sebelumnya tidak pernah kenal dan pada saat melakukan wawancara yang pertama saya sudah dibawa dalam aktivitasnya sehari-hari. Pada saat kita makan, nongkrong kita selalu bahas androgini beserta trend fashion nya dan tak jarang kita juga membahas soal pendidikan bahkan sampai kepada hal yang lebih privasi. Informan saya yang memiliki gaya androgini tidak pernah merasa bahawa dia itu melakukan hal yang negatif terkait akan fashion nya. Dia cukup tampil apa adanya dengan fashion androgini nya. Ketika saya bersama dengan informan saya sikap lebih percaya diri saya ada pada saya. Kepercayaan diri dan tampil apa adanya jauh lebih membuat kita lebih baik lagi kedepan. Saya sadar ternyata sifat dan fashion saya secara tidaak sengaja adalah androgini. Dan informan saya yang lainnya juga memberikan respon yang positif terhadap pertanyaan yang saya ajukan dan mereka juga mendukung penelitian skripsi saya ini dikarenakan menurut mereka trend fashion androgini ini menarik untuk dibahas dan selalu ada dikalangan mahasiswa.

19 Ada juga informan saya yang bernama Meria Napitupulu mahasiswa Administrasi Negara angkatan 2011 mengatakan kepada saya Androgini ini keren fashion nya, cuman dia belum tersekspose 16 di Indonesia ini terus komunitas nya pun belum ada, tapi kalo ada komunitas nya aku mau kok gabung. Mendengar perkataan itu saya terdiam dan salut dalam hati saya kepadanya bahwa ada keinginannya untuk bergabung dikomunitas androgini yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan yang baru tentang androgini kepada masyarakat luas terutama kalangan mahasiswa dan manusia yang memiliki ekspresi fashion androgini lebih percaya diri dalam menunjukkan fashionnya dikarenakan ada nya komunitas. Wawancara yang pertama sekali dilakukan adalah kepada Kartini Indayati Napitu mahasiswa dari Departemen Administrasi Bisnis. Kartini angkatan 2012 dan berusia 20. Wawancara dilakukan di koridor kampus FISIP USU. Sebelum memulai wawancara satu hari sebelumnya saya dan kartini membuat janji jam berapa dan dimana dilakukan wawancara dan hasilnya wawancara dilakukann di koridor FISIP USU pada jam WIB. Wawancara ini dilakukan ketika kartini menyelesaikan ujian terakhir nya di semester 6. Tepat jam WIB kami bertemu dan memulai wawancara kami. Saya menanyakan beberapa hal terhadap kartini seputar fashion androgini yang dipakai nya sehari-hari. Selama saya menanyakan hal yang berkaitan tentang androgini terhadap kartini sama sekali saya tidak merasa keberatan dalam hal memberikan jawaban seputar dirinya dan fashion androgininya. Wawancara yang kami lakukan tidak selalu dalam kondisi yang serius kita juga mau sambil tertawa dan mungkin ini terjadi karena kita sama-sama mahasiswa yang sudah kenal sebelum penelitian ini ada. 16 Terekspose adalah dipertunjukkan, dipertontonkan.

20 Wawancara yang kedua adalah kepada Meria Napitupulu mahasiswa dari Departemen Administrasi Negara. Meria angkatan 2011 dan berusia 22 tahun. Meria juga adalah salah satu mahasiswa memiliki ekspresi fashion androgini. Dari hasil wawancara ini juga saya mendapatkan tambahan data. Meria juga tidak merasa keberatan dalam hal memberikan data atau jawaban kepada saya tentang hal yang saya tanyakan kepadanya. Wawancara ini dilakukan di koridor FISIP USU dan jam WIB. Saya dan Meria sudah kenal sebelum penelitian ini ada. Di Sekolah Feminis Pemula yang diselenggarakan oleh Perempuan Mahardhika kita bertemu dan saling mengenal sehingga kita tidak ada pengenalan pada saat melakukan wawancara untuk penelitian skripsi saya. Wawancara berikutnya saya mewawancarai dua orang mahasiswa yang laki-laki bernama Mei Henriko Sinaga dan Jefri Parulian Nainggolan. Mei dan Jefri adalah mahasiswa dari Departemen Administrasi Bisnis angkatan Saya mewawancarai mereka diwaktu yang sama tetapi terlebih dahulu saya mewawancarai Mei Henriko dan selanjutnya Jefri. Saya juga sudah mengenal kedua mahasiswa ini sebelumnya sehingga tidak ada pengenalan pada saat wawancara dilakukan. Saya menanyakan tentang pendapat mereka terhadap ekspresi fashion androgini yang ada dikampus FISIP USU. Saya mewawancarai mereka dikoridor kampus FISIP USU pada jam WIB setelah mereka menyelesaikan ujian akhir semester. Dari hasil wawancara ini saya mendapatkan informasi adanya pendapat positif dan pendapat negatif tentang fashion androgini yang ada dikampus. Selama saya melakukan wawancara mereka tidak merasa keberatan dalam hal memberikan jawaban kepada saya. Dalam skripsi saya ini saya juga mempunyai beberapa informan biasa yaitu mahasiswa FISIP USU yang mengeluarkan pendapat akan keberadaan fashion androgini di kampus. Informan biasa saya terdapat dari berbagai departemen/ jurusan yaitu : 1. Mei Henriko Sinaga dari Program Studi Administrasi Bisnis

21 2. Jefri Parulian Nainggolan dari Program Studi Administrasi Bisnis 3. Firmansyah Tarigan dari Program Studi Administrasi Bisnis 4. Yustry Manullang dari Departemen Ilmu Komunikasi 5. Anitha Lumbanraja dari Departemen Antropologi Sosial 6. Susi Susanti dari Departemen Antropologi Sosial 7. Yuni Pardede dari Departemen Administrasi Negara 8. Riska Anggraini dari Departemen Antropologi Sosial Dalam melakukan wawancara begitu banyak pandangan atau pendapat yang saya dengar. Ada pendapat atau pandangan positif untuk fashion androgini karena terlihat keren dan modis tetapi ada juga yang berpendapat negatif dikarenakan fashion androgini ini dianggap menyimpang. Perasaan saya saat mendengar pendapat atau pandangan seperti itu campur karena posisi saya sebagai peneliti harus bersikap netral, tidak membenarkan dan tidak menyalahkan.

BAB I PENDAHULUAN. Ini bisa dilihat dengan begitu maraknya shopping mall atau pusat

BAB I PENDAHULUAN. Ini bisa dilihat dengan begitu maraknya shopping mall atau pusat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan fashion, model busana, rancangan pakaian, gaya kostum dan lain-lain di Indonesia sudah sampai dititik yang mengesankan. Ini bisa dilihat dengan begitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keanekaragaman budaya yang dimiliki Indonesia menjadikan bumi pertiwi terkenal di mata internasional. Salah satu keanekaragaman yang dimiliki adalah pakaian adat. Pakaian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini Korean Wave atau Demam Korea sangat digemari di Indonesia, popularitas budaya Korea di luar negeri dan menawarkan hiburan Korea yang terbaru yang mencakup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan, perubahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan, perubahan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemikiran Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan, perubahan dalam kebudayaan mencakup semua bagiannya yaitu : kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di bidang keuangan. Pengertian bank menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. di bidang keuangan. Pengertian bank menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bank merupakan salah satu lembaga keuangan atau perusahaan yang bergerak di bidang keuangan. Pengertian bank menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alfian Rizanurrasa Asikin, 2014 Bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan kesadaran gender siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alfian Rizanurrasa Asikin, 2014 Bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan kesadaran gender siswa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja atau dikenal dengan istilah adolescene adalah suatu transisi proses pertumbuhan dan perkembangan seorang individu dalam keseluruhan hidupnya. Transisi

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Gangguan identitas gender adalah suatu gangguan yang membuat

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Gangguan identitas gender adalah suatu gangguan yang membuat BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Gangguan identitas gender adalah suatu gangguan yang membuat pederitanya merasa bahwa identitas gendernya (sebagai laki-laki atau perempuan) tidak sesuai dengan anatomi biologisnya.

Lebih terperinci

2016 ISU FEMINITAS DAN MASKULINITAS DALAM ORIENTASI PERAN GENDER SISWA MINORITAS

2016 ISU FEMINITAS DAN MASKULINITAS DALAM ORIENTASI PERAN GENDER SISWA MINORITAS BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu penyelenggara pendidikan formal yang bertujuan untuk mempersiapkan dan mengasah keterampilan para siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memaknai bahwa kebudayaan itu beragam. Keragamannya berdasarkan norma norma serta

BAB I PENDAHULUAN. memaknai bahwa kebudayaan itu beragam. Keragamannya berdasarkan norma norma serta BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebudayaan sebagai warisan leluhur yang dimiliki oleh masyarakat setempat, hal ini memaknai bahwa kebudayaan itu beragam. Keragamannya berdasarkan norma norma serta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan berkomunikasi dengan manusia lainnya dalam kehidupan sehari-hari, baik itu

I. PENDAHULUAN. dan berkomunikasi dengan manusia lainnya dalam kehidupan sehari-hari, baik itu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial, oleh sebab itu manusia pasti berinteraksi dan berkomunikasi dengan manusia lainnya dalam kehidupan sehari-hari, baik itu secara langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cetak seperti majalah, koran, buklet, poster, tabloid, dan sebagainya. Walaupun

BAB I PENDAHULUAN. cetak seperti majalah, koran, buklet, poster, tabloid, dan sebagainya. Walaupun BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Dalam era informasi sekarang ini, kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dari peran media. Dari zaman ke zaman media massa mengalami perkembangan yang pesat.

Lebih terperinci

BAB IV. Mahasiswi Berjilbab di FKIP- PGSD UKSW Salatiga

BAB IV. Mahasiswi Berjilbab di FKIP- PGSD UKSW Salatiga BAB IV Mahasiswi Berjilbab di FKIP- PGSD UKSW Salatiga UKSW merupakan satu-satunya Universitas Swasta yang ada di kota Salatiga. Kebanyakan masyarakat mengeanal UKSW sebagai Indonesia mini. Karena didalamnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya zaman dari waktu ke waktu, yang diiringi dengan perkembangan ilmu dan tekhnologi, telah membawa manusia kearah modernisasi dan globalisasi.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teori 1. Tinjauan tentang Orientasi Seksual a. Pengertian Orientasi Seksual Setiap individu memiliki suatu ketertarikan, baik secara fisik maupun emosional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya mengundang kekaguman pria. M.Quraish Shihab hlm 46

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya mengundang kekaguman pria. M.Quraish Shihab hlm 46 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jilbab berasal dari bahasa Arab yang jamaknya jalaabiib yang artinya pakaian yang lapang atau luas. Pengertiannya adalah pakaian yang lapang dan dapat menutup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. luaskan budaya mereka ke dunia Internasional. Melalui banyak media Korea

BAB I PENDAHULUAN. luaskan budaya mereka ke dunia Internasional. Melalui banyak media Korea BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini Korea Selatan sudah dapat dikatakan berhasil dalam menyebar luaskan budaya mereka ke dunia Internasional. Melalui banyak media Korea telah menyebarkan budayanya

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang

BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang BAB I Pendahuluan 1. Latar Belakang Kepribadian manusia sejatinya telah ditentukan berdasarkan jenis kelaminnya. Namun dalam kenyataanya, masih sering kita menemukan orang orang yang berpenampilan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keadaan modern (modernitas) adalah berkaitan dengan suatu keadaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keadaan modern (modernitas) adalah berkaitan dengan suatu keadaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaan modern (modernitas) adalah berkaitan dengan suatu keadaan di mana segala sistem kemasyarakatan yang bersifat tradisional dilepaskan menjadi tatanan yang mengimplikasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakatnya, terutama pada kaum perempuan. Sebagian besar kaum perempuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakatnya, terutama pada kaum perempuan. Sebagian besar kaum perempuan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menururt Waspodo (2014) Negara Indonesia merupakan negara muslim terbesar di dunia, meskipun hanya 88% penduduknya beragama Islam. Besarnya jumlah pemeluk agama Islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah terkaya jika di bandingkan dengan negeri-negeri muslim lainya.

BAB I PENDAHULUAN. daerah terkaya jika di bandingkan dengan negeri-negeri muslim lainya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia jumlah muslimnya terbesar dan keanekaragaman budaya daerah terkaya jika di bandingkan dengan negeri-negeri muslim lainya. Oleh karena itu konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. upaya dari anggota organisasi untuk meningkatkan suatu jabatan yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. upaya dari anggota organisasi untuk meningkatkan suatu jabatan yang ada. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Masyarakat hidup secara berkelompok dalam suatu kesatuan sistem sosial atau organisasi. Salah satu bidang dalam organisasi yaitu bidang politik (Wirawan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tampil cantik dan modis dengan gaya elegan, feminine, atau simple kini dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tampil cantik dan modis dengan gaya elegan, feminine, atau simple kini dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tampil cantik dan modis dengan gaya elegan, feminine, atau simple kini dapat dinikmati dalam balutan busana muslimah, Anak muda sekarang kian menggemari tren busana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pakaian merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia selain papan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pakaian merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia selain papan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pakaian merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia selain papan dan pangan, hal tersebut sangat penting bagi manusia untuk menutup bagian bagian tubuh manusia. Perkembangan

Lebih terperinci

Dekonstruksi Maskulinitas dan Feminitas dalam Sinetron ABG Jadi Manten Skripsi Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1

Dekonstruksi Maskulinitas dan Feminitas dalam Sinetron ABG Jadi Manten Skripsi Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1 Dekonstruksi Maskulinitas dan Feminitas dalam Sinetron ABG Jadi Manten Skripsi Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1 Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keragaman dimasyarakat memerlukan sosialisasi dan memerlukan interaksi

I. PENDAHULUAN. Keragaman dimasyarakat memerlukan sosialisasi dan memerlukan interaksi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keragaman dimasyarakat memerlukan sosialisasi dan memerlukan interaksi sesama manusia. Manusia membutuhkan manusia lainnya sebagai pemenuhan kebutuhan lahir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlomba untuk merebut dan mempertahankan pangsa pasarnya. Berbagai jenis

BAB I PENDAHULUAN. berlomba untuk merebut dan mempertahankan pangsa pasarnya. Berbagai jenis 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persaingan bisnis di era globalisasi ini telah membuat berbagai perusahaan berlomba untuk merebut dan mempertahankan pangsa pasarnya. Berbagai jenis barang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Televisi merupakan salah satu alat media massa yang paling digemari oleh masyarakat. Karena televisi telah ada di tengah-tengah lingkungan masyarakat. Televisi

Lebih terperinci

BAB III GAGASAN BERKARYA

BAB III GAGASAN BERKARYA BAB III GAGASAN BERKARYA 3.1 Tafsiran Tema Karya untuk Tugas Akhir ini mempunyai tema besar Ibu, Kamu dan Jarak. Sebuah karya yang sangat personal dan dilatar belakangi dari pengalaman personal saya. Tema

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut tentu saja membawa dampak dalam kehidupan manusia, baik dampak

BAB I PENDAHULUAN. tersebut tentu saja membawa dampak dalam kehidupan manusia, baik dampak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya zaman telah menunjukkan kemajuan yang tinggi dalam berbagai aspek kehidupan. Selain menunjukkan kemajuan juga memunculkan gaya hidup baru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan pribadi individu untuk menjadi dewasa. Menurut Santrock (2007),

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan pribadi individu untuk menjadi dewasa. Menurut Santrock (2007), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang berada diantara masa anak dan dewasa. Masa ini dianggap sebagai suatu bentuk transisi yang cukup penting bagi pembentukan pribadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gaya berbusana, atau fashion secara etimologis fashion berasal dari bahasa Latin

BAB I PENDAHULUAN. gaya berbusana, atau fashion secara etimologis fashion berasal dari bahasa Latin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam kehidupan manusia tidak akan pernah lepas dari yang namanya gaya berbusana, atau fashion secara etimologis fashion berasal dari bahasa Latin factio,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu kecantikan ragawi dan juga inner beauty atau kecantikan dari dalam.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu kecantikan ragawi dan juga inner beauty atau kecantikan dari dalam. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keindahan dan kecantikan seorang perempuan bersumber dari dua arah, yaitu kecantikan ragawi dan juga inner beauty atau kecantikan dari dalam. Kecantikan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkait dengan merebaknya popularitas K-pop dengan cepat dinegeri tirai bambu

BAB I PENDAHULUAN. terkait dengan merebaknya popularitas K-pop dengan cepat dinegeri tirai bambu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Istilah hallyu, pertama kali dimunculkan oleh para jurnalis di Beijing terkait dengan merebaknya popularitas K-pop dengan cepat dinegeri tirai bambu tersebut. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengidentifikasikan mereka sebagai pria atau wanita. Seorang pakar psikologi

BAB I PENDAHULUAN. mengidentifikasikan mereka sebagai pria atau wanita. Seorang pakar psikologi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jenis kelamin merupakan salah satu kategori dasar dalam kehidupan sosial. Ketika kita bertemu dengan orang baru, pasti kita akan berusaha mengidentifikasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seorang psikolog Universitas Stanford yaitu Sandra Bem (1977) yang dikutip dalam situs online Psikoterapis.com, dijelaskan bahwa dirinya mengeluarkan sebuah inventory

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meninggalkan kebiasaan, pandangan, teknologi dan hal - hal lainnya yang

BAB I PENDAHULUAN. meninggalkan kebiasaan, pandangan, teknologi dan hal - hal lainnya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kita hidup di zaman modern yang menuntut setiap individu untuk meninggalkan kebiasaan, pandangan, teknologi dan hal - hal lainnya yang dianggap kuno dan memperbaharui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PUSAT RUMAH MODE

BAB II TINJAUAN UMUM PUSAT RUMAH MODE BAB II TINJAUAN UMUM PUSAT RUMAH MODE 2.1. Tinjauan Umum Mode 2.1.1. Definisi Mode Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi III Balai Jakarta, mode merupakan ragam (cara, bentuk) yang terbaru pada suatu

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Pada bagian ini peneliti akan mengungkapkan hal-hal yang berkaitan dengan

BAB V PENUTUP. Pada bagian ini peneliti akan mengungkapkan hal-hal yang berkaitan dengan BAB V PENUTUP Pada bagian ini peneliti akan mengungkapkan hal-hal yang berkaitan dengan kesimpulan dan saran sebagai penutup dari pendahuluan hingga analisa kritis yang ada dalam bab 4. 5.1 Kesimpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra memuat perilaku manusia melalui karakter tokoh-tokoh cerita. Hadirnya tokoh dalam suatu karya dapat menghidupkan cerita dalam karya sastra. Keberadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Iklan merupakan bentuk komunikasi persuasif yang menyajikan informasi tentang aneka ragam produk, gagasan, serta layanan yang tujuan akhirnya adalah memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tengok saja majalah, koran, radio, acara televisi, sampai media online

BAB I PENDAHULUAN. Tengok saja majalah, koran, radio, acara televisi, sampai media online BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa di zaman ini telah menjadi bagian wajib dari kehidupan manusia. Sadar atau tidak, media massa telah menempati posisi penting untuk memuaskan kebutuhan manusia

Lebih terperinci

Seiring dengan perkembangan zaman, desain kebaya

Seiring dengan perkembangan zaman, desain kebaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebaya merupakan busana tradisional wanita masyarakat Indonesia dan sudah dikenal di mata Internasional, sehingga kebaya menjadi bagian utama bagi kepribadian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam era-modernisasi negara Indonesia pada saat ini sudah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam era-modernisasi negara Indonesia pada saat ini sudah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam era-modernisasi negara Indonesia pada saat ini sudah mencapai tahap pemikiran yang sangat modern. Pada konteks sejarah manusia, tercatat beberapa kali telah terjadi

Lebih terperinci

KOMUNIKASI NONVERBAL PADA LESBIAN (Studi Deskriptif Pada Organisasi Cangkang Queer Medan) Nurhasanah Harahap

KOMUNIKASI NONVERBAL PADA LESBIAN (Studi Deskriptif Pada Organisasi Cangkang Queer Medan) Nurhasanah Harahap KOMUNIKASI NONVERBAL PADA LESBIAN (Studi Deskriptif Pada Organisasi Cangkang Queer Medan) Nurhasanah Harahap 110904070 ABSTRAK Penelitian ini berjudul Komunikasi Nonverbal Pada Lesbian (Studi Deskriptif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi kemajuan suatu bangsa. Masa anak-anak disebut-sebut sebagai masa. yang panjang dalam rentang kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. bagi kemajuan suatu bangsa. Masa anak-anak disebut-sebut sebagai masa. yang panjang dalam rentang kehidupan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan karunia terbesar bagi keluarga, agama, bangsa, dan negara. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah penerus citacita bagi kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Waria merupakan salah satu jenis manusia yang belum jelas gendernya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Waria merupakan salah satu jenis manusia yang belum jelas gendernya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Waria merupakan salah satu jenis manusia yang belum jelas gendernya. Kehidupan waria sama dengan manusia lainnya. Selaras dengan kodrat manusia sebagai makhluk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan suatu hal dalam adat istiadat yang menjadi kebiasaan turun temurun yang erat hubungannya dengan masyarakat di setiap negara. Dengan adanya keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan barang yang menjadi keperluan untuk sehari-hari dengan jalan

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan barang yang menjadi keperluan untuk sehari-hari dengan jalan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada mulanya belanja merupakan suatu konsep yang menunjukan suatu sikap untuk mendapatkan barang yang menjadi keperluan untuk sehari-hari dengan jalan menukarkan sejumlah

Lebih terperinci

Lembar Identitas Informan Penelitian

Lembar Identitas Informan Penelitian 253 Lembar Identitas Informan Penelitian Nama : Gerry Jenis Kelamin : Laki-Laki Pendidikan : SMU Pekerjaan : Sales Promotion Boys Rokok Bandung, Juni 2010 Informan Penelitian Nama: Gerry 254 PEDOMAN WAWANCARA

Lebih terperinci

TEORI PENELITIAN METODE PENELITIAN

TEORI PENELITIAN METODE PENELITIAN PENDAHULUAN Mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar pada suatu perguruan tinggi (Paryati Sudarman, 2004: 32). Mahasiswa juga dapat diartikan sebagai orang yang belajar di perguruan tinggi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu budaya yang melekat pada diri seseorang karena telah diperkenalkan sejak lahir. Dengan kata lain,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jilbab. Selain dari perkembangan fashion atau mode, jilbab juga identik dengan

BAB I PENDAHULUAN. jilbab. Selain dari perkembangan fashion atau mode, jilbab juga identik dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Fashion atau mode saat ini semakin berkembang di Indonesia, begitu pula dengan perkembangan jilbab. Saat ini semakin banyak wanita yang memakai jilbab. Selain dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wanita masa kini adalah cerminan wanita modern yang tangguh. Semakin terlihat jelas arti emansipasi yang dicetus oleh Ibu Kartini. Emansipasi wanita bukan hanya berbicara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan

BAB I PENDAHULUAN. manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perempuan oleh masyarakat kadang-kadang masih dianggap sebagai manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan tidak lebih penting

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Semakin berkembangnya zaman di era modern kebutuhan akan dunia fashion

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Semakin berkembangnya zaman di era modern kebutuhan akan dunia fashion BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya zaman di era modern kebutuhan akan dunia fashion kini merambah begitu besar. Para pelaku bisnis dan perancang busana berlombalomba untuk menciptakan

Lebih terperinci

Sesi 8: Pemberitaan tentang Masalah Gender

Sesi 8: Pemberitaan tentang Masalah Gender Sesi 8: Pemberitaan tentang Masalah Gender 1 Tujuan belajar 1. Memahami arti stereotip dan stereotip gender 2. Mengidentifikasi karakter utama stereotip gender 3. Mengakui stereotip gender dalam media

Lebih terperinci

Gambar 1.1 : Foto Sampul Majalah Laki-Laki Dewasa Sumber:

Gambar 1.1 : Foto Sampul Majalah Laki-Laki Dewasa Sumber: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Menurut Widyokusumo (2012:613) bahwa sampul majalah merupakan ujung tombak dari daya tarik sebuah majalah. Dalam penelitian tersebut dideskripsikan anatomi sampul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ditinjau dari segi bahasa kata waria adalah singkatan dari wanita dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ditinjau dari segi bahasa kata waria adalah singkatan dari wanita dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ditinjau dari segi bahasa kata waria adalah singkatan dari wanita dan pria. Istilah lain waria adalah wadam atau wanita adam. Ini bermakna pria atau adam yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ataupun perasaan seseorang dari apa yang dialaminya. Ekspresi kreatif tersebut

BAB I PENDAHULUAN. ataupun perasaan seseorang dari apa yang dialaminya. Ekspresi kreatif tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan ekspresi kreatif untuk menuangkan ide, gagasan, ataupun perasaan seseorang dari apa yang dialaminya. Ekspresi kreatif tersebut akan senantiasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain, maka mereka

BAB I PENDAHULUAN. dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain, maka mereka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuhan menciptakan manusia laki-laki dan perempuan secara alamiah mereka mempunyai daya tarik antara satu dengan yang lainnya. dan pada dasarnya manusia tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekayaan alam dan keanekaragaman budaya yang dimiliki Indonesia menjadikan bumi pertiwi terkenal di mata internasional. Tidak terlepas oleh pakaian adat dan

Lebih terperinci

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis menyimpulkan inti permasalahan yang dihadapi, sebagai berikut :.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis menyimpulkan inti permasalahan yang dihadapi, sebagai berikut :. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fashion, sepintas adalah mengenai pakaian atau busana. Jika kita berbicara tentang pakaian, hal tersebut merupakan sesuatu yang sangat dekat dengan diri kita.

Lebih terperinci

Bab 2. Data dan Analisa. Data dan informasi yang digunakan untuk analisa dan konsep proyek ini didapat dari

Bab 2. Data dan Analisa. Data dan informasi yang digunakan untuk analisa dan konsep proyek ini didapat dari Bab 2 Data dan Analisa 2.1 Sumber Data dan informasi yang digunakan untuk analisa dan konsep proyek ini didapat dari berbagai sumber, dantara lain: a. Literatur: artikel elektronik maupun non elektronik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Waria (wanita-pria) adalah laki laki yang secara fisik mereka adalah lakilaki normal, memiliki kelamin yang normal, namun mereka merasa dirinya perempuan, dan berpenampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga banyak perusahaan go publik yang ikut berperan dalam peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga banyak perusahaan go publik yang ikut berperan dalam peningkatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin pesatnya perkembangan profesi akuntan publik di Indonesia dewasa ini dan meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap profesi auditor mampu membawa perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Teknologi komunikasi yang semakin maju dan berkembang akan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Teknologi komunikasi yang semakin maju dan berkembang akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi komunikasi yang semakin maju dan berkembang akan menumbuhkan berbagai pengaruh bagi penggunanya. Masyarakat dituntut untuk lebih mampu memanfaatkan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pengindonesiaan dari kata tattoo yang berarti goresan, gambar, atau

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pengindonesiaan dari kata tattoo yang berarti goresan, gambar, atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan kebutuhan hidup manusia yang dipicu oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terus mengalami perkembangan dari zaman ke zaman. Semakin banyaknya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan istilah ilmiah, saling berinteraksi. Suatu kesatuan manusia dapat mempunyai prasarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bergaul, bersosialisasi seperti masyarakat pada umumnya. Tidak ada salahnya

BAB I PENDAHULUAN. bergaul, bersosialisasi seperti masyarakat pada umumnya. Tidak ada salahnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fenomena gay dan lesbi nampaknya sudah tidak asing lagi di masyarakat luas. Hal yang pada awalnya tabu untuk dibicarakan, kini menjadi seolah-olah bagian dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seorang pengarang akan mencoba menggambarkan realitas yang ada ke dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. seorang pengarang akan mencoba menggambarkan realitas yang ada ke dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan wujud dari sebuah proses gejolak dan perasaan seorang pengarang terhadap realitas sosial yang merangsang kesadaran pribadinya. Dengan kedalaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang terus berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang terus berkembang selalu membawa pengaruh positif dan negatif. Dampak perkembangan yang bersifat positif selalu dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja hingga orang dewasa. Kerap kali di toko-toko buku atau pun

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja hingga orang dewasa. Kerap kali di toko-toko buku atau pun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini tampaknya komik merupakan bacaan yang digemari oleh para anak-anak, remaja hingga orang dewasa. Kerap kali di toko-toko buku atau pun tempat persewaan buku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan ekonomi melibatkan produksi, distribusi, pertukaran dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan ekonomi melibatkan produksi, distribusi, pertukaran dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat merupakan pelaku kegiatan ekonomi dimana masyarakat memenuhi kebutuhan hidup mereka terhadap barang dan jasa. Masyarakat dalam kegiatan ekonomi melibatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki

BAB 1 PENDAHULUAN. Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki dan perempuan dibedakan sesuai dengan perannya masing-masing yang dikonstruksikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa adanya orang lain disekitarnya. Kebutuhan akan keberadaan orang lain disekitar kita

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi di bidang komunikasi semakin maju pada era globalisasi

I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi di bidang komunikasi semakin maju pada era globalisasi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi di bidang komunikasi semakin maju pada era globalisasi saat ini. Kemajuan teknologi komunikasi ditandai dengan semakin luasnya jaringan televisi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. gagasan serta berinteraksi dengan lingkungan. Bahasa memegang peranan yang

I. PENDAHULUAN. gagasan serta berinteraksi dengan lingkungan. Bahasa memegang peranan yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahasa merupakan media yang digunakan manusia dalam menyampaikan pikiran, gagasan serta berinteraksi dengan lingkungan. Bahasa memegang peranan yang sangat penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah 13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Jilbab merupakan jenis pakaian yang memiliki arti sebagai kerudung lebar yang dipakai wanita muslim untuk menutupi kepala dan leher sampai dada (kbbiweb.id). Jilbab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gaya hidup merupakan gambaran bagi setiap orang yang mengenakannya dan menggambarkan seberapa besar nilai moral dalam masyarakat disekitarnya, menurut Suratno dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Gaya berbusana atau sering disebut fashion adalah istilah untuk menggambarkan gaya yang dianggap lazim pada satu periode tertentu (sumber: http://digilib.its.ac.id/).

Lebih terperinci

HARAJUKU STYLE : KREATIVITAS DAN NILAI-NILAI HIDUP PARA PELAKU SENI COSPLAY PADA KOMUNITAS HARJUKJA DI KOTA SOLO

HARAJUKU STYLE : KREATIVITAS DAN NILAI-NILAI HIDUP PARA PELAKU SENI COSPLAY PADA KOMUNITAS HARJUKJA DI KOTA SOLO HARAJUKU STYLE : KREATIVITAS DAN NILAI-NILAI HIDUP PARA PELAKU SENI COSPLAY PADA KOMUNITAS HARJUKJA DI KOTA SOLO SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S 1 Psikologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada semua masyarakat (Chamamah-Soeratno dalam Jabrohim, 2003:9). Karya sastra merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. perbandingan dan memudahkan dalam melakukan penelitian. Berikut ini adalah. tabel penelitian terdahulu yang penulis gunakan:

II. TINJAUAN PUSTAKA. perbandingan dan memudahkan dalam melakukan penelitian. Berikut ini adalah. tabel penelitian terdahulu yang penulis gunakan: 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian terdahulu sebagai perbandingan dan memudahkan dalam melakukan penelitian. Berikut ini adalah tabel

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DATA. Berikut ini penulis akan memaparkan mengenai analisisis unsur westernisasi

BAB 3 ANALISIS DATA. Berikut ini penulis akan memaparkan mengenai analisisis unsur westernisasi BAB 3 ANALISIS DATA Berikut ini penulis akan memaparkan mengenai analisisis unsur westernisasi pada mode busana Gothic Lolita yang didasarkan pada jenis-jenis busana Gothic Lolita modern. 3.1 Westernisasi

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. dalam kehidupan masyarakat. Gaya hidup yang menjadi pilihan bebas bagi

BAB VI KESIMPULAN. dalam kehidupan masyarakat. Gaya hidup yang menjadi pilihan bebas bagi BAB VI KESIMPULAN Kajian media dan gaya hidup tampak bahwa pengaruh media sangat besar dalam kehidupan masyarakat. Gaya hidup yang menjadi pilihan bebas bagi masyarakat tidak lain merupakan hasil dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Dalam penelitian ini, peneliti meneliti mengenai pemaknaan pasangan suami-istri di Surabaya terkait peran gender dalam film Erin Brockovich. Gender sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hingga tersier. Feist, Jess (2010) mengatakan bahwa salah satu kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. hingga tersier. Feist, Jess (2010) mengatakan bahwa salah satu kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ditengah era globalisasi dan berkembangnya zaman membuat kebutuhan konsumen menjadi sangat beragam. Mulai dari kebutuhan primer, sekunder hingga tersier. Feist,

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. elektronik. Media hiburan ini yang sering disebut dengan dorama atau serial televisi

Bab 1. Pendahuluan. elektronik. Media hiburan ini yang sering disebut dengan dorama atau serial televisi Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Jepang seperti yang banyak kita ketahui adalah negara maju dan modern hampir di segala bidang. Kemajuan di segala bidang ini tidak terkecuali media hiburan. Media hiburan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Perkembangan zaman melalui kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Perkembangan zaman melalui kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perkembangan zaman melalui kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dan sistem informasinya memberikan banyak dampak positif bagi kalangan yang jeli membaca

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Ruka Kishimoto Dalam Serial Drama Jepang Last Friends. Adapun tujuan dan metode penelitian juga tercantum dalam pendahuluan.

Bab 5. Ringkasan. Ruka Kishimoto Dalam Serial Drama Jepang Last Friends. Adapun tujuan dan metode penelitian juga tercantum dalam pendahuluan. Bab 5 Ringkasan 5.1 Ringkasan Isi Skripsi Mengenai Analisis Psikologi Transgender Pada Tokoh Ruka Kishimoto Dalam Serial Drama Jepang Last Friends. Dalam bab ini, penulis akan menjabarkan ringkasan dari

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. suatu hal baru dan orang orang tertentu akan turut mengikuti hal tersebut, terutama

Bab 5. Ringkasan. suatu hal baru dan orang orang tertentu akan turut mengikuti hal tersebut, terutama Bab 5 Ringkasan Pada dasarnya, Jepang adalah negara yang mudah bagi seseorang untuk menciptakan suatu hal baru dan orang orang tertentu akan turut mengikuti hal tersebut, terutama remaja putri Jepang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini. Globalisasi adalah ketergantungan dan keterkaitan antar manusia dan antar bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini. Globalisasi adalah ketergantungan dan keterkaitan antar manusia dan antar bangsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi merupakan era yang tengah berkembang dengan pesat pada zaman ini. Globalisasi adalah ketergantungan dan keterkaitan antar manusia dan antar bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muka atau melalui media lain (tulisan, oral dan visual). akan terselenggara dengan baik melalui komunikasi interpersonal.

BAB I PENDAHULUAN. muka atau melalui media lain (tulisan, oral dan visual). akan terselenggara dengan baik melalui komunikasi interpersonal. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup dan menjalankan seluruh aktivitasnya sebagai individu dalam kelompok sosial, komunitas, organisasi maupun masyarakat. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam siklus hidupnya tidak dapat melepaskan diri dari busana. Busana merupakan salah satu penunjang yang digunakan manusia agar bisa berinteraksi dan berkomunikasi

Lebih terperinci

SELF & GENDER. Diana Septi Purnama.

SELF & GENDER. Diana Septi Purnama. SELF & GENDER Diana Septi Purnama Email: dianaseptipurnama@uny.ac.id www.uny.ac.id KONSEP DIRI Penghayatan individu terhadap identitasnya, sekumpulan keyakinan mengenai dirinya sebagai seorang individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tren fashion yang berkembang tidak selalu baru dalam semua unsurnya, karena tren fashion dapat menggunakan atau menggabungkan dari unsur tren fashion sebelumnya. Sebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta berpenampilan menarik dilakukan oleh kaum pria.

BAB I PENDAHULUAN. serta berpenampilan menarik dilakukan oleh kaum pria. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perubahan kebutuhan hidup manusia yang dipicu oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus mengalami perkembangan dari zaman ke zaman. Semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulis mengambil rancangan desain tema Demotic dari buku fashion trendforecasting 2014 Tradition Revolution dengan subtema totem. Mengangkat bahwa kehidupan suku Batak

Lebih terperinci

yaitu budaya Jawa mempengaruhi bagaimana maskulinitas dimaknai, seperti pendapat Kimmel (2011) bahwa maskulinitas mencakup komponen budaya yang

yaitu budaya Jawa mempengaruhi bagaimana maskulinitas dimaknai, seperti pendapat Kimmel (2011) bahwa maskulinitas mencakup komponen budaya yang yaitu budaya Jawa mempengaruhi bagaimana maskulinitas dimaknai, seperti pendapat Kimmel (2011) bahwa maskulinitas mencakup komponen budaya yang bervariasi antara budaya yang satu dengan budaya yang lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Life style atau gaya hidup, salah satu unsur penting di kalangan masyarakat modern. Gaya hidup sudah menjadi bagian dari salah satu ciri-ciri masyarakat modern, yang

Lebih terperinci