Pemantauan Penyelenggaraan Pertanahan/ Reforma Agraria Kabupaten Malang PENDAHULUAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pemantauan Penyelenggaraan Pertanahan/ Reforma Agraria Kabupaten Malang PENDAHULUAN"

Transkripsi

1 Pemantauan Penyelenggaraan Pertanahan/ Reforma Agraria Kabupaten Malang PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kasus dan sengketa pertanahan belakangan marak terjadi dan diberitakan oleh media masa nasional. Berdasarkan data yang ada terjadi peningkatan kasus dan sengketa pertanahan dalam skala besar dan menjadi salah satu permasalahan serius dalam pembangunan. Dalam mewujudkan lancarnya keberlangsungan pembangunan perlu dilakukan upaya-upaya untuk mengurangi terjadinya kasus dan sengketa pertanahan. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan mempelajari kronologis kasus dan sengketa pertanahan sehingga dapat dicari penyelesaian yang sesuai dengan kriteria kasus pertanahan yang ada. Dari sekian banyak kasus yang terjadi salah satunya adalah kasus Harjokuncaran Malang, dalam kasus sengketa tanah tersebut permasalahan yang terjadi permasalahan antara penduduk, TNI-AD, dan swasta. Upaya mediasi dan penyelesaian kasus tersebut hingga kini masih berjalan sehingga sangat menarik untuk diamati dan dipantau proses penyelesaiannya. Untuk itu perlu dilakukan survey dan wawancara mendalam bersama beberapa instansi pemerintah yang terlibat dalam penyelesaian sengketa dan kasus tersebut sehingga dapat diketahui kronologis terjadinya kasus dan upaya-upaya yang telah dilakukan untuk penyelesaiannya. Diharapkan dengan survey dan wawancara yang dilakukan dapat ditarik pembelajaran untuk penyelesaian kasus pertanahan serupa. Kegiatan survei ini merupakan langkah penting dalam memahami kronologis dan akar permasalahan dalam upaya penyelesaian kasus, konflik, dan sengketa pertanahan yang terjadi di Kabupaten Malang. Selain pelaksanaan survey dan wawancara terkait dengan penyelesaian kasus dan sengketa pertanahan yang terjadi di Kabupaten Malang, pelaksanaan survey ini juga sekaligus melihat pencapaian target RKP khususnya bidang pertanahan yang ada di 1

2 Kabupaten Malang. Dengan dilakukannya pemantauan target capaian RPK diharapkan dapat diketahui kendala dan tantangan dari masing-masing program yang dilaksanakan sehingga dapat disusun strategi pencapaian target bersama-sama dengan pemerintah pusat. B. Tujuan Tujuan dari kegiatan ini adalah: a. Teridentifikasinya isu-isu bidang pertanahan yang spesifik di daerah, serta gagasan penyelesaiannya. b. Teridentifikasinya capaian dan target pelaksanaan RKP 2014 Bidang Petanahan di Kabupaten Malang. C. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Rapat Koordinasi Pemantauan Penyelenggaraan Bidang Pertanahan diselenggarakan pada: Hari/Tanggal : Jum at, 23 Mei 2014 Waktu : WIB s/d selesai Tempat : Kantor Pertanahan Kabupaten Malang Peserta : Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Bappenas, Badan Pertanahan Kabupaten Malang, Bappeda Kabupaten Malang, Dinas Cipta Karya Kabupaten Malang D. Metode Metode pelaksanaan kegiatan ini mencakup: 1. Deskripsi komparasi, yaitu penjelasan capaian kegiatan yang telah terlaksana yang disandingkan dengan target yang ingin dicapai dari masing-masing kegiatan pada tahun anggaran LFA, dalam kegiatan rapat ini dilakukan juga penyusunan rencana strategis Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan dengan menggunakan Logical Framework Analysis. E. Agenda Waktu Agenda/Acara Keterangan Pembukaan dan Arahan Kepala Kantor Pertanahan Kab. Malang Paparan Pengantar Bappenas Kasubdit. Pertanahan Bappenas Paparan Kasus Pertanahan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Malang Kab. Malang Diskusi dan Tanya Jawab Seluruh Peseta 2

3 Penutup Kepala Kantor Pertanahan Kab. Malang PELAKSANAAN RAPAT A. Pengantar dan Pembukaan oleh Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Malang 1. Berdasarkan surat yang dilayangkan oleh Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan ke Kantor Pertanahan Kabupaten Malang dalam rangka Pemantauan Penyelenggaraan Reforma Agraria khususnya pendalaman penyelesaian sengketa Pertanahan Harjo Kuncaran Malang, maka Badan Pertanahan Kabupaten Malang telah mengundang stakeholder terkait dengan penyelesaian permasalahan tersebut. 2. Diharapkan dengan penyelenggaraan rapat tersebut dapat dipetik pembelajaran dari identifikasi penyelesaian kasus pertanahan Harjo Kuncaran Malang. Selain itu pertemuan ini diharapkan dapat mengidentifikasi permasalahan pertanahan lain yang ada di Kabupaten Malang. B. Pengantar dari Kasubdit Pertanahan Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Bappenas 1. Pelaksanaan kegiatan ini diselenggarakan dalam rangka pemantauan penerapan kebijakan pertanahan di daerah. Diharapkan dengan pelaksanaan kegiatan ini dapat dilihat kebijakan pertanahan mana yang sulit untuk dilakukan di daerah dan kebijakan mana yang mempermudah penyelenggaraan teknis pertanahan di daerah. 2. Kementerian PPN/Bappenas pada awal tahun 2014 telah menerbitkan White Paper Kebijakan Pengelolaan Pertanahan Nasional yang berisi pokok-pokok kebijakan pertanahan hingga tahun 2025, adapaun pokok kebijakan tersebut meliputi i) Kebijakan Pendaftaran Tanah Stelsel Positif, ii) Kebijakan Pelaksanaan Reforma Agraria Access Reform dan Asset Reform, iii) Pembentukan Kamar Khusus Pertanahan di Pengadilan Negeri, iv) Pembentukan Bank Tanah, dan v) Pemenuhan Kebutuhan Sumber Daya Manusia (Juru Ukur). 3. Dalam beberapa kasus penyelesaian konflik pertanahan terdapat perbedaan antara hasil studi secara resmi dengan kenyataan di lapangan, sehingga banyak hal yang tidak dapat terjawab. Dengan pertemuan ini diharapkan dapat dilakukan analisa secara dalam sehingga menjadi pembelajaran dalam penyelesaian sengketa lainnya. C. Pemaparan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Malang 1. Pokok permasalah yang terjadi dalam kasus pertanahan harjo kuncaran melibatkan 2 desa yaitu Desa Harjokuncaran dan Desa Ringinkembar. 3

4 a. Pokok permasalahan yang terjadi di Desa Harjokuncaran adalah paguyuban kelompok tani berharap pemerintah segera melakukan redistribusi tanah kepada petani/penggarap di area tanah negara bekas perkebunan Telogorejo Desa Harjokuncaran. Masyarakat menuntut dengan alasan i) Masyarakat telah mendapat pelimpahan dari pejuang kemerdekaan dan telah memiliki kartu pipil (IPEDA), ii) Bukti penguasaan oleh TNI AD/Kodam V/ Brawijaya (Puskopad) dianggap tidak akurat, iii) PUSKOBAT dianggap tidak mampu mengelola tanah perkebunan sehingga terlantar. b. Pokok permasalah yang terjadi di Desa Ringinkembar adalah masyarakat Dukuh Sumbermas dan Dukuh Talangsari sebanyak 554 KK mengajukan permohonan tanah garapan atas tanah negara bekas perkebunan Sumbermas (Bekas Erpach 1005) yang saat ini dalam penguasaan TNI-AD Cq. Kodam V/Brawijaya. Alasan masyarakat untuk menguasai adalah karena mata pencaharian utama masyarakat sebagai buruh tani sehingga dengan adanya tanah garapan diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat, selain itu Puskopad dianggap tidak mampu mengelola tanah dibuktikan dengan disewakannya tanah tersebut kepada pihak lain dan sebagian diterlantarkan. 2. Kronologis Kasus Harjokuncaran dan Ringinkembar a. Kasus Harjokuncaran: semula perkebunan telogorejo adalah tanah bekas hak erpacht atas nama perusahaan inggris, pada tahun 1964 terdapat penetapan presiden no. 5 terhadap tanah tanah bekas perusahaan asing yang dikuasai sepenuhnya secara langsung serta diurus oleh pemerintah Republik Indonesia, Pada tanggal 22 Juni 1973 dikeluarkan SK Menteri Pertanian No. 263/Kpts/6/1973 dimana tanah tersebut diserahkan kepada TNI-AD Cq. Kodam VIII/Brawijaya seluas 1230, 41 Ha dengan ganti rugi, Pada tahun 1981 dikeluarkan SK Menteri Dalam Negeri No. 190/DJA/1981 yang menegaskan bahwa tanah seluas 1640,1578 Ha pada kawasan tersebut merupakan tanah objek landreform dan selua 787,77 Ha dapat diredistribusikan kepada penggarap, SK tersebut juga menginstruksikan kepada Gubernur untuk melaksanakan pemberian Hak Milik atas tanah seluas 731,95 Ha kepada petani penggarap. Pada tahun 1985, 2000, 2003 dan 2004 dilakukan redistribusi tanah objek landreform seluas 719,0035 Ha kepada 2516 kepala keluarga. Pada tahun 1999 dilakukan rapat bersama Bakortanasda dengan Warga Harjokuncaran, diketahui bahwa pada tahun 1987 sudah ada kesepakatan bahwa tanah garapan seluas 75 Ha telah dibagikan kepada masyarakat, tahun 2002 didapat kesepakatan bersama antara Bakortanasda dengan Pemerintah Desa Harjokuncaran bahwa akan dilakukan pengukuran tanah 4

5 yang dikuasai puskopad seluas 925,410 Ha, dan apabila terdapat kelebihan luas akan diserahkan kepada Pemerintah Kabupaten Malang, setelah dilakukan pengukuran ternyata terdapat kelebihan seluas 179,948 ha. Sesuai dengan kesepakatan maka pada tanggal 17 Maret 2005 berdasarkan SK Pangdam V Brawijaya no. SKEP/48/III/2004 dilakukan penyerahan sebagian tanah perkebunan telogorejo puskopad A Pangdam V Brawijaya seluas 179,948 Ha kepada Bupati Malang yang selanjutnya diserahkan kepada pemerintah desa Harjokuncaran. Puskopad DAM V Brawijaya mengajukan ganti investasi atas tanaman yang ada di atas tanah yang diserahkan kepada Pemerintah Kabupaten Malang sebesar Rp ,- b. Kasus Ringinkembar: Semula adalah Perkebunan Sumbermas Tanah Negara Bekas Hak Erpacht a.n NV Cultuur Mij Soember Mas Kali Padang yang terdiri dari 2 hak erpacht. Pada Tahun 1981 keluar SK Menteri Dalam Negeri no. SK 191/DJA/1981 yang menegaskan bahwa tanah bekas Hak Erpacht 1005 adalah sebagai tanah objek landreform dan dapat diredistribusikan kepada para penggarap. 3. Dalam rangka penyelesaian kasus dan sengketa pertanahan dilakukan beberapa upaya penangan meliputi: a. Desa Harjokuncaran Dilakukan pertemuan dengan Komisi A DPRD Kabupaten Malang dan diketahui bahwa i) Masyarakat masih keberatan atas kesepakatan yang pernah dibuat antara Puskopad dengan Pemerintah Desa Harjokuncaran, ii) Masyarakat akan mengajukan uji materi terhadap SK Menteri Pertanian No. 263/Kpts/6/1973, iii) Masyarakat masih menuntut sebagian tanah perkebunan Telohorejo seluas 625 Ha yang dikelola oleh Puskopad. Tim Kantor Pertanahan Kabupaten Malang bersama perangkat Desa Harjokuncaran telah melakukan Ground Control dg GPS di lebih 10 titik di batas desa dan batas penguasaan tanah Puskopad tetapi letak tepat lahan yang diminta masyarakat belum bisa diidentifikasi, begitu juga lahan yg disewakan oleh PUSKOPAD kepada Pihak Ketiga belum bisa diidentifikasi krn situasi tdak kondusif. b. Desa Ringinkembar Telah dilakukan beberapa kali Mediasi dan Penelitian Lapangan tanggal 11 Juli 2007, dilakukan penelitian lokasi, diketahui bahwa i) Tanah di dukuh Sumberejo disewakan oleh PUSKOPAD kepada CV. Sopongiro & CV.Usaha Bersama, ditanami tebu & palawija, ii) Tanah di dukuh Talangsari disewakan kepada CV. ABTS dan disewakan kepada masyarakat Ds. Harjokuncaran yg mampu (17 Ha), sebagian besar ditanami tebu. 5

6 Berdasarkan penelitian di lapangan, diatas lahan tersebut ditanami: tebu, kopi (tidak produktif), karet (tidak produktif), kelapa,dan sebagian tanah kosong (bongkor). Tgl , dilakukan penelitian lokasi, diketahui bahwa i) tanah di dukun Sumberejo disewakan oleh PUSKOPAD kepada CV. Sopongiro & CV. ABTS, sebagian kecil dikelola Koperasi Sumber Abadi, selebihnya ditanami karet dan cengkeh oleh Puskopad Tgl , dilakukan penelitian lokasi, hasilnya sama, disepakati akan diupayakan Mediasi antara Kodam V Brawijaya dg pihak masyarakat Dua kali upaya Mediasi gagal dilakukan oleh Kantor Pertanahan karena pihak Kodam V Brawijaya tidak hadir. Tgl masyarakat punya bukti baru, yaitu fotocopy i) Akta Borgen Erfpacht (Akta Pinjam Sewa Tanah), ii) Acta AANBEEID EIGENDOM (Pengembalian Hak Milik), iii) Meet Brief (Surat Ukur) Kantor Pertanahan TIDAK DAPAT menilai kebenaran formil dan materiil karena arsip ttg Tnh Negara di Kantor Pertanahan adalah Kartu Verponding Hak Erpacht. 4. Dari upaya penangan kasus pertanahan tersebut didapat beberapa kesimpulan meliputi: a. Desa Harjokuncaran Tanah yg dimohon masyarakat desa Harjokuncaran adalah TN bekas 6 Hak Erpacht Verpondig yg dikuasai oleh TNI-AD Cq. Kodam V Brawijaya (dikelola oleh PUSKOPAD) berdasarkan SK Menteri Pertanian No.263/Kpts/6/1973. Sebagian tanah bekas perkebunan Tlogorejo lainya (luas 786,77 Ha.) telah ditegaskan sbg obyek LR dan diredistribusikan kepada masyarakat. Sebagian tanah yg dikuasai TNI-AD tersebut. telah diserahkan kepada warga masyarakat seluas 75 Ha (th.1987) dan kepada Pemda seluas 179,948 Ha. (th.2005). Namun demikian Masyarakat memohon lagi sisa tanah yg dikuasai TNI-AD seluas 625 Ha Desa Harjokuncaran diserahkan kepada masyarakat. b. Desa Ringin Kembar Tanah yg dimohon masyarakat desa Ringinkembar adalah TN bekas 2 Hak Erpacht Verponding (Erp.1291 dan 1005) seluas 581,3 Ha. yg dikuasai oleh TNI-AD Cq.Kodam V Brawijaya (dikelola oleh PUSKOPAD) berdasarkan SK Menteri Pertanian No.263/Kpts/6/1973). Sebagian tanah yg dikuasai PUSKOPAD tersebut telah diserahkan kepada masyarakat seluas 22,9233 Ha (melalui redistribusi tanah) dan kepada Pemda Malang seluas 45 Ha (melalui kesepakatan) sehingga tersisa 513,3767 Ha. Namun demikian Masyarakat memohon lagi sisa tanah yg dikuasai TNI-AD Seluas 513,3767 Ha. diserahkan kepada masyarakat. 6

7 D. Diskusi 1. Pokja Pertanahan, Badan Pertanahan Kabupaten Malang a. Dalam permasalahan tanah di Harjokuncaran dan Ringinkembar terdapat ketidakpuasam dari masyarakat yang mempertanyakan mengapa tanah disewakan ke CV bukan ke masyarakat. Masyarakat merasa lebih baik tanah diberikan ke masyarakat daripada disewakan ke CV. Masyarakat dalam posisi mengetahui bahwa tanah yang mereka minta bukan merupakan hak mereka namun tetap mengajukan penuntutan karena kasus serupa pernah terjadi di 3 desa lain yang bersebelahan dan masyarakat di desa tersebut berhasil memperjuangkan tanah untuk dibagikan kepada masyarakat. b. Tanah yang dikuasai Puskopad (perkebunan) disewakan sebagian kepada CV dan sebagian juga dikuasai PTP, pada awalnya (dulu) dikarenakan masyarakat menggugat PTP memberikan tanah untuk perumahan kepada 500 KK di Desa Ringinkembar dan Tegal Rejo, dikarenakan ada pemberian tanah tersebut masyarakat sekarang ikut merambah dengan harapan tanah akan diberikan kepada mereka. c. Terjadi perbedaan data antara yang dimiliki BPN dengan yang ada di lapangan namun sulit untuk dilakukan identifikasi lebih jauh dikarenakan kondisi di lapangan tidak kondusif sehingga menyulitkan penyelesaian kasus. 2. Kepala Kantor Pertanahan, Badan Pertanahan Kabupaten Malang a. Terdapat permasalahan berdasarkan PP 11 tahun 2010 dimana aset instansi tidak dapat dikategorikan sebagai tanah terlantar walaupun tidak dibangun/ diterlantarkan. Berdasarkan ilmu pertanahan juga dapat dikategorikan bahwa tanah yang dipungut pipil dapat diajukan menjadi tanah hak milik. Pipil adalah pungutan oleh pemerintah daerah terhadap tanah yang dijadikan pendapatan daerah untuk pajak. b. Antusiasme masyrakat terlalu besar sehingga memicu akuisisi terhadap tanah perkebunan negara, terlebih apabila ada sebagian dari tanah tersebut yang dilepaskan kemudian diredistribusikan kepada masyarakat. c. Kepastian hukum hak atas tanah yang masih rendah seperti yang tadi telah dijelaskan bahwa sistem pendaftaran tanah di Indonesia masih negatuf sehingga tidak dapat dijadikan bukti yang mutlak di pengadilan. 3. Kasubdit Pertanahan, Dit. Tata Ruang dan Pertanahan Bappenas a. Apakah sejauh ini sudah ada pengadaan tanah dengan menggunakan aturan UU no. 2 Tahun 2013 dan PP 71? 4. Kepala Kantor Pertanahan, Badan Pertanahan Nasional a. Belum ada pengadaan tanah dengan menggunakan aturan tersebut, jikapun ada penetapannya masih di gubernur dan tidak banyak dilibatkan. Permasalahannya harus ada sosialisasi ke SKPD yang membutuhkan anggaran namun belum 7

8 disiapkan oleh instansi yang mengadakan pengadaan sehingga sulit dilakukan, harus dianggarkan kemana jika akan mengajukan pertimbangan Teknis? b. Telah ada perubahan untuk perpres 71 dengan perpres 40 tahun 2014, BPN Kabupaten Malang telah mendapat edaran untuk penggunaan peraturan yang baru 5. Kasubdit Pertanahan, Dit. Tata Ruang dan Pertanahan Bappenas a. Pertimbangan teknis untuk ijin lokasi, penetapan lokasi dan ijin perubahan guna tanah itu masuk kedalam PP 13. b. Secara nasional untuk dana sosialisasi ada di Kemenko Perekonomian di Bidang Infrastruktur. c. Untuk pengadaan dibawah 5 Ha jika instansi dapat langsung namun harus tetap ada apraisal dari BPN. 6. Dinas Cipta Karya, Kabupaten Malang a. Dinas Cipta karya tidak terlalu terlibat dalam pengadaan tanah, namun setau kami sudah ada pengadaan tanah menggunakan peraturan tersebut. 7. Kepala Kantor Pertanahan, Badan Pertanahan Kabupaten Malang a. Menurut data BPN belum ada permohonan yang sesuai atau merujuk pada UU No. 2 tentang pengadaan tanah. Jikapun ada pertimbangan ke gubernur itu terlalu panjang prosedurnya. 8. Kasubdit Pertanahan, Dit. Tata Ruang dan Pertanahan Bappenas a. Apakah ada keluhan saran atau sebagainya yang dapat disampaikan mengenai bidang pertanahan ataupun tata ruang? 9. Bidang Sengketa dan Konflik, Badan Pertanahan Kabupaten Malang a. Dalam upaya mempercepat penyelesaian konflik dan sengketa pertanahan apakah Kriteria Penyelesaian Konflik dan Sengketa adap diserahkan ke pemerintah pusat untuk menyusun kebijakan khususnya terkait dengan sengketa dan konflik yang berhubungan dengan TNI. 10. Bappeda Kabupaten Malang a. Terkait dengan LP2B, secara aturan dan undang-undang telah diatur, namun mengenai insentif dan disinsentif sulit untuk dilakukan dan diterapkan di lapangan. b. Terdapat pula beban penggunaan tanah LP2B yang harus dicarikan penggantinya itu sulit dilakukan karena lahan dengan potensi yang menyerupai sangat terbatas. 11. Kasubdit Pertanahan, Dit. Tata Ruang dan Pertanahan Bappenas a. Terkait dengan permasalahan LP2B akan disampaikan kepada Tim LP2B b. Sebagai informasi, untuk mempertahankan fungsi lahan tidak dapat mengandalkan BPN, dikarenakan BPN tidak berwenang. Adapun ijin pemberian alih fungsi lahan ditanda tangani oleh Pemerintah Daerah bukan oleh BPN. Perubahan fungsi lahan itu ada di bawah koordinasi RTRW bukan di tangan BPN. 8

9 c. Terdapat wacana bahwa IP4T kedepan hanya akan mengidentifikasi tanah untuk land reform, hal ini akan menyulitkan inventarisasi tanah oleh instansi lain karena menjadi tidak teridentifikasi penggunaaannya. 12. Badan Pertanahan Kabupaten Malang a. Terkait dengan peraturan perundangan yang berkaitan dengan lahan pertanian dan RTRW terdapat beberapa permasalahan. Diantaranya adalah ketika suatu lahan telah dialokasikan bukan untuk lahan hijau di RTRW namun di lapangan lahan tersebut sangat potensial untuk pertanian, apabila terdapat hal seperti itu maka bisa dilakukan perubahan fungsi pada lahan yang sangat potensial sehingga apabila dilanjutkan akan mengancam ketahanan pangan. Disisi lain Pertanian memiliki kewajiban untuk menetapkan lahan tersebut sebagai LP2B, apa yang harus dilakukan apabila menghadapi situasi tersebut? Apakah dilakukan perubahan fungsi lahan atau tidak? 13. Kasubdit Pertanahan, Dit. Tata Ruang dan Pertanahan Bappenas a. Perlu ada koding tertentu untuk LP2B yang harus terlihat dengan menggunakan teknik ekstragasi. Hal ini akan disampaikan kepada Tim LP2B b. Sebaiknya ada edaran dari BKPRN untuk mempertahankan lahan hijau sehingga dalam penyusunan RTRW pun tidak mengabaikan perubahan guna lahan pada lahan yang potensial sebagai lahan pertanian. 14. Kepala Kantor Pertanahan, Badan Pertanahan Kabupaten Malang a. Untuk perubahan guna lahan BPN hanya mengeluarkan pertimbangan teknis yang menjadi pertimbangan dalam perubahan guna lahan. Sementara ijin perubahan lahan bukan BPN yang mengeluarkan namun pemerintah daerah. b. Apabila terdapat kasus dimana lokasi penggunaan di RTRW sebagai lahan hijau namun pada kenyataannya merupakan lahan hijau, dikarenakan eksisting sebagai kampung maka BPN akan tetap menandatangani sertipikat untuk rumah namun tidak mengeluarkan pertimbangan teknis untuk perubahan guna lahan. Hal tersebut agar tidak melanggar tata ruang namun secara perdata tetap hak nya terlindungi. c. Untuk kasus harjokuncaran belum ada putusan dari pemerintah pusat. Hingga saat ini telah dilakukan gelar perkara dengan komnasham namun belum ada progress F. Kesimpulan dan Tindak Lanjut 1. Perlu dilakukan pemantauan terkait dengan putusan pemerintah pusat untuk penyelesaian sengketa dan kasus pertanahan Harjo Kuncaran dan Ringin Kembar. 2. Perlu disusun rekomendasi kepada BKPRN untuk memberikan edaran mengenai larangan perubahan fungsi lahan produktif pertanian dalam RTRW Kabupaten/Kota. 9

10 3. Perlu disusun rekomendasi untuk meningkatkan sosialisasi mengenai LP2B kepada Kabupaten/Kota, G. Dokumentasi 10

KEGIATAN PILOT PROJECT REFORMA AGRARIA PROVINSI JAWA TENGAH

KEGIATAN PILOT PROJECT REFORMA AGRARIA PROVINSI JAWA TENGAH _ LAPORAN KEGIATAN PILOT PROJECT REFORMA AGRARIA PROVINSI JAWA TENGAH KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) SEKRETARIAT REFORMA AGRARIA NASIONAL

Lebih terperinci

Laporan KEGIATAN PILOT PROJECT REFORMA AGRARIA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

Laporan KEGIATAN PILOT PROJECT REFORMA AGRARIA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Laporan KEGIATAN PILOT PROJECT REFORMA AGRARIA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL / BADAN PERENCANAAN NASIONAL (BAPPENAS) SEKRETARIAT REFORMA AGRARIA NASIONAL

Lebih terperinci

Analisa dan Usulan Kegiatan Berdasarkan Fungsi Yang Diselenggarakan Direktorat Pemantauan dan Pembinaan Pertanahan

Analisa dan Usulan Kegiatan Berdasarkan Fungsi Yang Diselenggarakan Direktorat Pemantauan dan Pembinaan Pertanahan Analisa dan Usulan Kegiatan Berdasarkan Fungsi Yang Diselenggarakan Direktorat Pemantauan dan Pembinaan Pertanahan I. Dasar Hukum a. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BIDANG PERTANAHAN TAHUN

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BIDANG PERTANAHAN TAHUN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BIDANG PERTANAHAN TAHUN 2015-2019 DEPUTI MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS BIDANG PENGEMBANGAN REGIONAL DAN OTONOMI DAERAH Jakarta, 21 November 2013 Kerangka Paparan 1. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PELAKSANAAN REFORMA AGRARIA DI KECAMATAN JASINGA

PELAKSANAAN REFORMA AGRARIA DI KECAMATAN JASINGA 26 PELAKSANAAN REFORMA AGRARIA DI KECAMATAN JASINGA Riwayat Status Tanah di Jasinga Program reforma agraria yang dilaksanakan oleh pemerintah, dalam hal ini yang berwenang adalah Badan Pertanahan Nasional

Lebih terperinci

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri)

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan Reforma Agraria)

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENDAYAGUNAAN TANAH NEGARA BEKAS TANAH TERLANTAR DENGAN

Lebih terperinci

Total Tahun

Total Tahun RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH 2010-2014 KEGIATAN PRIORITAS NASIONAL DAN KEGIATAN PRIORITAS BIDANG REFORMA AGRARIA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA (BERDASARKAN PERPRES NO.5 TAHUN

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 3A TAHUN 2014 TENTANG ALIH FUNGSI TANAH PERTANIAN KE NON PERTANIAN DI KABUPATEN BLORA

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 3A TAHUN 2014 TENTANG ALIH FUNGSI TANAH PERTANIAN KE NON PERTANIAN DI KABUPATEN BLORA BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 3A TAHUN 2014 TENTANG ALIH FUNGSI TANAH PERTANIAN KE NON PERTANIAN DI KABUPATEN BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA, Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR WILAYAH BADAN PERTANAHAN NASIONAL

Lebih terperinci

INSENTIF EKONOMI DAN ASPEK KELEMBAGAAN UNTUK MENDUKUNG IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

INSENTIF EKONOMI DAN ASPEK KELEMBAGAAN UNTUK MENDUKUNG IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 INSENTIF EKONOMI DAN ASPEK KELEMBAGAAN UNTUK MENDUKUNG IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN Oleh : Benny Rachman Amar K. Zakaria

Lebih terperinci

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN RAPAT KERJA BIDANG PERTANAHAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2008 Hari/Tanggal : Selasa, 29

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN RAPAT KERJA BIDANG PERTANAHAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2008 Hari/Tanggal : Selasa, 29 SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN RAPAT KERJA BIDANG PERTANAHAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2008 Hari/Tanggal : Selasa, 29 Juli 2008 Pukul : 08.30 WIB Tempat : Balai Petitih Kantor

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PROGRAM PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO DAN KECIL MELALUI

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENERTIBAN TANAH TERLANTAR

- 1 - PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENERTIBAN TANAH TERLANTAR - 1 - PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENERTIBAN TANAH TERLANTAR KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR WILAYAH BADAN PERTANAHAN NASIONAL DAN KANTOR PERTANAHAN KEPALA BADAN PERTANAHAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Profil Pertanahan Provinsi Kalimantan Barat Kementerian PPN / Bappenas

KATA PENGANTAR. Profil Pertanahan Provinsi Kalimantan Barat Kementerian PPN / Bappenas KATA PENGANTAR Tanah atau agraria berasal dari beberapa bahasa. Istilah agraria berasal dari kata akker (Bahasa Belanda), agros (Bahasa Yunani) berarti tanah pertanian, agger (Bahasa Latin) berarti tanah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan meliputi seluruh kehidupan masyarakat yang dilakukan di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan meliputi seluruh kehidupan masyarakat yang dilakukan di seluruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul Pembangunan Nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan meliputi seluruh kehidupan masyarakat yang dilakukan di seluruh wilayah baik

Lebih terperinci

CATATAN KECIL MENIGKUTI ASISTENSI DAN SUPERVISI DAERAH DALAM PENYUSUNAN DAN PENETAPAN RAPERDA TENTANG RTR DERAH YANG MENGAKOMODIR LP2B

CATATAN KECIL MENIGKUTI ASISTENSI DAN SUPERVISI DAERAH DALAM PENYUSUNAN DAN PENETAPAN RAPERDA TENTANG RTR DERAH YANG MENGAKOMODIR LP2B CATATAN KECIL MENIGKUTI ASISTENSI DAN SUPERVISI DAERAH DALAM PENYUSUNAN DAN PENETAPAN RAPERDA TENTANG RTR DERAH YANG MENGAKOMODIR LP2B Oleh: Ir. ADRY NELSON PENDAHULUAN Kegiatan Asistensi dan Supervisi

Lebih terperinci

Sosialisasi Undang-Undang 41/2009 beserta Peraturan Perundangan Turunannya

Sosialisasi Undang-Undang 41/2009 beserta Peraturan Perundangan Turunannya Sosialisasi Undang-Undang 41/2009 beserta Peraturan Perundangan Turunannya Latar Belakang Permasalahan yang menghadang Upaya pencapaian 10 juta ton surplus beras di tahun 2014 : Alih fungsi lahan sawah

Lebih terperinci

PERTANAHAN KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS)

PERTANAHAN KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) SERI REGIONAL DEVELOPMENT ISSUES AND POLICIES (15) PERTANAHAN KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) 11 November 2011 1 KATA PENGANTAR Buklet nomor

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG PENERBITAN IZIN LOKASI DAN PERSETUJUAN PEMANFAATAN RUANG DI KABUPATEN SIDOARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanah merupakan tempat di mana manusia berada dan hidup. Baik langsung

I. PENDAHULUAN. Tanah merupakan tempat di mana manusia berada dan hidup. Baik langsung I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah merupakan tempat di mana manusia berada dan hidup. Baik langsung maupun tidak manusia hidup dari tanah. Bahkan bagi mereka yang hidup bukan dari tanah pertanian,

Lebih terperinci

21 Januari 2017 PENYEDIAAN LAHAN UNTUK PERTANIAN BERKELANJUTAN

21 Januari 2017 PENYEDIAAN LAHAN UNTUK PERTANIAN BERKELANJUTAN KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/ BADAN PERTANAHAN NASIONAL Pontianak, 21 Januari 2017 SEMINAR NASIONAL DALAM RANGKA RAPAT KERJA NASIONAL TAHUNAN PERHIMPUNAN EKONOMI PERTANIAN INDONESIA (PERHEPI) TAHUN

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA Menimbang NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENERTIBAN TANAH TERLANTAR KEPALA BADAN

Lebih terperinci

BERKAITAN DENGAN RENCANA PEROLEHAN TANAH

BERKAITAN DENGAN RENCANA PEROLEHAN TANAH BERKAITAN DENGAN RENCANA PEROLEHAN TANAH Hal-hal yang harus diperhatikan 1. Jenis penggunaan Tanah (Proyek)-nya 2. Status Tanah yang Tersedia 3. Respon/Kesediaan Pemilik Tanahnya 4. Letak/Lokasi tanah

Lebih terperinci

[Opini] Maria SW Sumardjono Jum at, 23 September Menghadirkan Negara

[Opini] Maria SW Sumardjono Jum at, 23 September Menghadirkan Negara Menghadirkan Negara Agenda prioritas Nawacita yang kelima mengamanatkan negara untuk meningkatkan kesejahteraan dengan mendorong reforma agraria (landreform) dan program kepemilikan tanah 9 juta hektar.

Lebih terperinci

Oleh : Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Oleh : Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Oleh : Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Disampaikan pada acara : Rapat Monitoring dan Evaluasi Gerakan Nasional Penyelamatan Sumber Daya Alam Jakarta, 22

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI PERDESAAN MELALUI PELAYANAN TERPADU SATU PINTU (PTSP)

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI PERDESAAN MELALUI PELAYANAN TERPADU SATU PINTU (PTSP) KEMENTERIAN DALAM NEGERI POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI PERDESAAN MELALUI PELAYANAN TERPADU SATU PINTU (PTSP) W. Sigit Pudjianto Direktur Pengembangan Ekonomi Daerah Jakarta,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. A. Sejarah Singkat Badan Pertanahan Nasional Kota Binjai

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. A. Sejarah Singkat Badan Pertanahan Nasional Kota Binjai BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI A. Sejarah Singkat Badan Pertanahan Nasional Kota Binjai Kantor Pertanahan adalah instansi vertikal Badan Pertanahan Nasional di Kabupaten/Kota

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 42 2012 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG FASILITASI PENANGANAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG FASILITASI PENANGANAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG FASILITASI PENANGANAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN Menimbang DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, :

Lebih terperinci

TATA CARA PENETAPAN HAK GUNA USAHA KEMENTERIAN AGARIA DAN TATA RUANG/ BADAN PERTANAHAN NASIONAL DIT. PENGATURAN DAN PENETAPAN HAK TANAH DAN RUANG

TATA CARA PENETAPAN HAK GUNA USAHA KEMENTERIAN AGARIA DAN TATA RUANG/ BADAN PERTANAHAN NASIONAL DIT. PENGATURAN DAN PENETAPAN HAK TANAH DAN RUANG TATA CARA PENETAPAN HAK GUNA USAHA KEMENTERIAN AGARIA DAN TATA RUANG/ BADAN PERTANAHAN NASIONAL DIT. PENGATURAN DAN PENETAPAN HAK TANAH DAN RUANG 1 RUANG LINGKUP HGU SUBYEK HGU JANGKA WAKTU HGU PENGGUNAAN

Lebih terperinci

KOORDINASI PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH DALAM PELAKSANAAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENATAAN RUANG

KOORDINASI PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH DALAM PELAKSANAAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENATAAN RUANG KOORDINASI PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH DALAM PELAKSANAAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENATAAN RUANG Oleh : MENTERI DALAM NEGERI Pada Acara: Rapat Kerja Nasional Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta Desember 2013

KATA PENGANTAR. Jakarta Desember 2013 1 KATA PENGANTAR Kasus, sengketa dan konflik pertanahan di Indonesia marak terjadi baik skala besar maupun kecil dengan melibatkan berbagai pihak (masyarakat, swasta maupun pemerintah). Berdasarkan data

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA DINAS PERTANAHAN KABUPATEN MALANG NOMOR: 188.4/ /KEP/ /2016 TENTANG

KEPUTUSAN KEPALA DINAS PERTANAHAN KABUPATEN MALANG NOMOR: 188.4/ /KEP/ /2016 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN MALANG DINAS PERTANAHAN Jl. Sarangan Nomor 9 Malang Telpon / Fax ( 0341) 409001 Email : dinaspertanahan.kabmalang@gmail.com Web : pertanahan@malangkab.go.id M A L A N G 6 5 1 4 1 KEPUTUSAN

Lebih terperinci

PEMBERIAN HAK GUNA USAHA DAN HAK GUNA BANGUNAN : PROSES, SYARAT-SYARAT, HAK DAN KEWAJIBAN

PEMBERIAN HAK GUNA USAHA DAN HAK GUNA BANGUNAN : PROSES, SYARAT-SYARAT, HAK DAN KEWAJIBAN PEMBERIAN HAK GUNA USAHA DAN HAK GUNA BANGUNAN : PROSES, SYARAT-SYARAT, HAK DAN KEWAJIBAN Disampaikan pada Seminar dengan Tema HGU & HGB : Problem, Solusi dan Perlindungannya bedasarkan UU No. 25 Tahun

Lebih terperinci

-1- URAIAN JABATAN FUNGSIONAL UMUM DI LINGKUNGAN KANTOR WILAYAH BADAN PERTANAHAN NASIONAL DAN KANTOR PERTANAHAN

-1- URAIAN JABATAN FUNGSIONAL UMUM DI LINGKUNGAN KANTOR WILAYAH BADAN PERTANAHAN NASIONAL DAN KANTOR PERTANAHAN -1- LAMPIRAN V PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN JABATAN FUNGSIONAL DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BADAN PERTANAHAN

Lebih terperinci

Penetapan dan Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan

Penetapan dan Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 1 TAHUN 2011 Tentang Penetapan dan Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Direktorat Perluasan dan Pengelolaan Lahan Ditjen PSP, Kementerian Pertanian ALUR PERATURAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL, PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PELAYANAN DAN PENGATURAN AGRARIA, TATA RUANG DAN PERTANAHAN DI KAWASAN

Lebih terperinci

Pengantar Presiden - Ratas Tentang Reforma Agraria, Kantor Presiden Jakarta, 24 Agustus 2016 Rabu, 24 Agustus 2016

Pengantar Presiden - Ratas Tentang Reforma Agraria, Kantor Presiden Jakarta, 24 Agustus 2016 Rabu, 24 Agustus 2016 Pengantar Presiden - Ratas Tentang Reforma Agraria, Kantor Presiden Jakarta, 24 Agustus 2016 Rabu, 24 Agustus 2016 TRANSKRIP PENGANTAR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA RAPAT TERBATAS KABINET KERJA TENTANG REFORMA

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PERSIAPAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENGATURAN DAN TATA CARA PENETAPAN

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Pustaka. Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan pengertian mengenai tanah, adalah

BAB II. Tinjauan Pustaka. Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan pengertian mengenai tanah, adalah 8 BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Tanah Obyek Landreform 2.1.1 Pengertian Tanah Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan pengertian mengenai tanah, adalah permukaan bumi atau lapisan bumi yang diatas sekali;

Lebih terperinci

MODUL 5 : PENGADAAN TANAH DIBAWAH 5 HA

MODUL 5 : PENGADAAN TANAH DIBAWAH 5 HA MODUL 5 : PENGADAAN TANAH DIBAWAH 5 HA Diklat Perencanaan dan Persiapan Pengadaan Tanah KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Lebih terperinci

I. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PERTANAHAN SUB SUB BIDANG PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI 1. PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA 1.

I. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PERTANAHAN SUB SUB BIDANG PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI 1. PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA 1. - 235 - I. PEMBAGIAN URUSAN AN PERTANAHAN SUB 1. Izin Lokasi 1. Penetapan kebijakan nasional mengenai norma, standar, prosedur, dan kriteria izin lokasi. 2.a. Pemberian izin lokasi lintas provinsi. b.

Lebih terperinci

- 308 - I. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PERTANAHAN PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA 1. SUB SUB BIDANG PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI 1.

- 308 - I. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PERTANAHAN PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA 1. SUB SUB BIDANG PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI 1. - 308 - I. PEMBAGIAN URUSAN AN PERTANAHAN SUB 1. Izin Lokasi 1. Penetapan kebijakan nasional mengenai norma, standar, prosedur, dan kriteria izin lokasi. 2.a. Pemberian izin lokasi lintas provinsi. b.

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PELEPASAN KAWASAN HUTAN PRODUKSI YANG DAPAT DIKONVERSI UNTUK PEMBANGUNAN DILUAR KEGIATAN KEHUTANAN

KEBIJAKAN PELEPASAN KAWASAN HUTAN PRODUKSI YANG DAPAT DIKONVERSI UNTUK PEMBANGUNAN DILUAR KEGIATAN KEHUTANAN KEBIJAKAN PELEPASAN KAWASAN HUTAN PRODUKSI YANG DAPAT DIKONVERSI UNTUK PEMBANGUNAN DILUAR KEGIATAN KEHUTANAN SOLUSI PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN UNTUK KEGIATAN NON KEHUTANAN Disampaikan oleh : Kementerian

Lebih terperinci

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA - 1 - SALINAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 68 Tahun : 2015

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 68 Tahun : 2015 BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 68 Tahun : 2015 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 67 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERTEMUAN MINGGU KE-10 LANDREFORM DI INDONESIA. Dosen: Dr. Suryanti T. Arief, SH., MKn., MBA

PERTEMUAN MINGGU KE-10 LANDREFORM DI INDONESIA. Dosen: Dr. Suryanti T. Arief, SH., MKn., MBA PERTEMUAN MINGGU KE-10 LANDREFORM DI INDONESIA Dosen: Dr. Suryanti T. Arief, SH., MKn., MBA PENGERTIAN LANDREFORM Perkataan Landreform berasal dari kata: land yang artinya tanah, dan reform yang artinya

Lebih terperinci

Disampaikan dalam Semiloka Refeleksi setahun nota kesepakatan bersama (NKB) Selasa, 11 November 2014 Hotel Mercure Ancol, Ancol Jakarta Baycity

Disampaikan dalam Semiloka Refeleksi setahun nota kesepakatan bersama (NKB) Selasa, 11 November 2014 Hotel Mercure Ancol, Ancol Jakarta Baycity Disampaikan dalam Semiloka Refeleksi setahun nota kesepakatan bersama (NKB) Selasa, 11 November 2014 Hotel Mercure Ancol, Ancol Jakarta Baycity KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN Peraturan

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 084 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 084 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 084 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERSIAPAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG IZIN LOKASI

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG IZIN LOKASI BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG IZIN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2013

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2013 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN KEMUDAHAN

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Agenda pembaruan agraria sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 TAP MPR Nomor IX/MPR/2001 salah satunya adalah melaksanakan penataan kembali penguasaan, pemilikan, penggunaan

Lebih terperinci

PENDANAAN BAGI KEPERLUAN PENGADAAN TANAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM.

PENDANAAN BAGI KEPERLUAN PENGADAAN TANAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM. Penulis: Ahmad Rofi ud Darojat PENDANAAN BAGI KEPERLUAN PENGADAAN TANAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM www.imagebali.net I. PENDAHULUAN Infrastruktur yang memadai akan memicu pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR,

BUPATI BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR, BUPATI BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR, Menimbang : bahwa untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA DAN RENCANA ANGGARAN BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

RENCANA KERJA DAN RENCANA ANGGARAN BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA RENCANA KERJA DAN RENCANA ANGGARAN BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA Tabel I. Alokasi Anggaran Tahun 2012 (dalam ribuan rupiah) KODE PROGRAM

Lebih terperinci

2 kenyataannya masih ada, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria; c. bahwa ha

2 kenyataannya masih ada, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria; c. bahwa ha BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.742, 2015 KEMEN. ATR. Tata Cara Hak Komunal Tanah. Hukum Adat. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

- 1 - B U P A TI B O L A A N G M O N G O N D O W U T A R A KEPUTUSAN BUPATI BOLAANG MONGONDOW UTARA NOMOR 96 TAHUN 2012

- 1 - B U P A TI B O L A A N G M O N G O N D O W U T A R A KEPUTUSAN BUPATI BOLAANG MONGONDOW UTARA NOMOR 96 TAHUN 2012 - 1 - B U P A TI B O L A A N G M O N G O N D O W U T A R A KEPUTUSAN BUPATI BOLAANG MONGONDOW UTARA NOMOR 96 TAHUN 2012 T E N T A N G PENETAPAN IZIN LOKASI UNTUK PEMBANGUNAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sejarah Singkat Badan Pertanahan Nasional Provinsi Lampung

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sejarah Singkat Badan Pertanahan Nasional Provinsi Lampung 24 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Sejarah Singkat Badan Pertanahan Nasional Provinsi Lampung Badan Pertanahan Nasional adalah suatu lembaga Pemerintah

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN ITB BANDUNG, 28 JULI 2016

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN ITB BANDUNG, 28 JULI 2016 MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN ITB BANDUNG, 28 JULI 206 KENDALA PENGADAAN TANAH DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR ISU YANG DIHADAPI PROYEK STRATEGIS NASIONAL ISU PROSES PENDANA AN 8% ISU PELAKSA-

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM YANG LUASNYA TIDAK LEBIH DARI

Lebih terperinci

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011 MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011 KEMENTERIAN/LEMBAGA : BADAN PERTANAHAN NASIONAL 1 PROGRAM PENGELOLAAN PERTANAHAN NASIONAL 1.444,6 1.631,8 1.862,0 2.033,3 1.1 Pengelolaan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Pemerintah Daerah Kabupaten Tulungagung. Bupati pada saat itu, Bapak

BAB V PEMBAHASAN. Pemerintah Daerah Kabupaten Tulungagung. Bupati pada saat itu, Bapak BAB V PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Redistribusi Tanah Milik TNI AD Pelaksanaan redistribusi milik Kodam V/Brawijaya diserahkan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Tulungagung. Bupati pada saat itu, Bapak Ir.Heru

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.365, 2015 INDUSTRI. Kawasan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5806) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 142

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Kota Baru Bandar Kemayoran atau lebih dikenal sebagai Kemayoran adalah suatu kawasan yang terletak di pusat kota Jakarta yang semula dikenal karena fungsinya

Lebih terperinci

PERAN GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH PUSAT (BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH)

PERAN GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH PUSAT (BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH) DIREKTORAT JENDERAL BINA ADMINISTRASI KEWILAYAHAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI PERAN GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH PUSAT (BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH) Oleh

Lebih terperinci

Badan Pertanahan Nasional yang kemudian dipimpin oleh Ir.Soni Harsono. Pada saat itu terjadi perubahan yang signifikan karena merupakan awal

Badan Pertanahan Nasional yang kemudian dipimpin oleh Ir.Soni Harsono. Pada saat itu terjadi perubahan yang signifikan karena merupakan awal 16 Badan Pertanahan Nasional yang kemudian dipimpin oleh Ir.Soni Harsono. Pada saat itu terjadi perubahan yang signifikan karena merupakan awal terbentuknya Badan Pertanahan Nasional. Pada tahun 1998 masih

Lebih terperinci

Strategi rehabilitasi hutan terdegradasi

Strategi rehabilitasi hutan terdegradasi Strategi rehabilitasi hutan terdegradasi Kajian sistem pengelolaan dan rehabilitasi IUPHHK restorasi ekosistem Kajian Sistem Pengelolaan dan Rehabilitasi IUPHHK Restorasi Ekosistem Strategi Rehabilitasi

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 17 TAHUN 2017

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 17 TAHUN 2017 BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

RAPAT KOORDINASI. Pilot Project Reforma Agraria. Kasubdit Pertanahan Rabu, 30 Oktober 2013

RAPAT KOORDINASI. Pilot Project Reforma Agraria. Kasubdit Pertanahan Rabu, 30 Oktober 2013 1 RAPAT KOORDINASI Pilot Project Reforma Agraria Kasubdit Pertanahan Rabu, 30 Oktober 2013 Rencana Lokasi Pilot Project 2 Koordinasi lintas K/L untuk kegiatan Access Reform Lokasi yang diusulkan: Prov.

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menciptakan

Lebih terperinci

2015, No Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran

2015, No Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran No.647, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ATR. Izin Lokasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 5TAHUN 2015 TENTANG IZIN LOKASI DENGAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PERSIAPAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERAN KONSOLIDASI TANAH DALAM KETRANSMIGRASIAN

PERAN KONSOLIDASI TANAH DALAM KETRANSMIGRASIAN PERAN KONSOLIDASI TANAH DALAM KETRANSMIGRASIAN RUDI RUBIJAYA, SP, MSc. DIREKTUR KONSOLIDASI TANAH KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/ BADAN PERTANAHAN NASIONAL LATAR BELAKANG LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188 / 232 / KPTS / 013 / 2008 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188 / 232 / KPTS / 013 / 2008 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188 / 232 / KPTS / 013 / 2008 TENTANG KELOMPOK KERJA (POKJA) PROGRAM PEMBERDAYMN PENGUSAHA SKALA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH MELALUI PROGRAN KEGIATAN

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG PENERTIBAN DAN PENDAYAGUNAAN TANAH TERLANTAR

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG PENERTIBAN DAN PENDAYAGUNAAN TANAH TERLANTAR - 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG PENERTIBAN DAN PENDAYAGUNAAN TANAH TERLANTAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 107 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 107 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TENTANG PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH, SEKRETARIAT, DAN KELOMPOK KERJA PENATAAN RUANG DAERAH Menimbang : a. bahwa dalam rangka perencanaan,

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1084, 2016 KEMEN-ATR/BPN. KEK. Pengaturan ATR/Pertanahan. Standar Pelayanan. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara

2 2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.224, 2014 KEMENPERIN. Izin Usaha. Izin Perluasan. Kawasan Industri. Tata Cara. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05/M-IND/PER/2/2014 TENTANG TATA

Lebih terperinci

REGULASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PEMBERIAN HAK ATAS TANAH UNTUK PERKEBUNAN

REGULASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PEMBERIAN HAK ATAS TANAH UNTUK PERKEBUNAN REGULASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PEMBERIAN HAK ATAS TANAH UNTUK PERKEBUNAN DISAMPAIKAN OLEH PROF. DR. BUDI MULYANTO, MSc DEPUTI BIDANG PENGADAAN TANAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM KEMENTERIAN AGRARIA, TATA

Lebih terperinci

PAPARAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS

PAPARAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS PAPARAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS SESI PANEL MENTERI - RAKERNAS BKPRN TAHUN 2015 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Jakarta, 5 November 2015 DAFTAR ISI

Lebih terperinci

ANALISIS MODEL TENURIAL DALAM UNIT MANAJEMEN KPH

ANALISIS MODEL TENURIAL DALAM UNIT MANAJEMEN KPH ANALISIS MODEL TENURIAL DALAM UNIT MANAJEMEN KPH Analisa Model Tenurial Dalam Unit Manajemen KPH PUSPIJAK I. Pendahuluan II. Landasan Teori III. Kerangka Pikir Tenurial Kawasan Hutan IV. Tahapan Analisis

Lebih terperinci

Program Strategis Pengendalian Pemanfaatan Ruang. sebagai supporting system Monitoring dan Evaluasi

Program Strategis Pengendalian Pemanfaatan Ruang. sebagai supporting system Monitoring dan Evaluasi Program Strategis Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Penguasaan Tanah serta Peranan SKMPP ATR sebagai supporting system Monitoring dan Evaluasi Oleh: Ir. Raden M. Adi Darmawan, M.Eng.Sc Plt. Direktur Penertiban

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH KEPUTUSAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 16 TAHUN 2017.

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH KEPUTUSAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 16 TAHUN 2017. B N G A L I K A H I N E K A T U BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH KEPUTUSAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 16 TAHUN 2017. TENTANG PENUNJUKAN PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI B PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI B PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 3 Agustus 2012 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI B 1/B PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 34 2015 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 34 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN IZIN LOKASI DI KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI, Menimbang

Lebih terperinci

RAPAT DENGAR PENDAPAT BADAN PERTANAHAN NASIONAL RI DENGAN KOMISI II DEWAN PERWAKILAN RAKYAT RI. Kamis, 8 Maret 2012

RAPAT DENGAR PENDAPAT BADAN PERTANAHAN NASIONAL RI DENGAN KOMISI II DEWAN PERWAKILAN RAKYAT RI. Kamis, 8 Maret 2012 RAPAT DENGAR PENDAPAT BADAN PERTANAHAN NASIONAL RI DENGAN KOMISI II DEWAN PERWAKILAN RAKYAT RI Kamis, 8 Maret 2012 Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh; Selamat malam, salam sejahtera bagi kita

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Hutan Produksi. Pelepasan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Hutan Produksi. Pelepasan. No.377, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Hutan Produksi. Pelepasan. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.33/Menhut-II/2010 TENTANG TATA CARA PELEPASAN KAWASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan Yang Maha Esa yang harus diusahakan, dimanfaatkan dan. dipergunakan untuk sebesar besar kemakmuran rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan Yang Maha Esa yang harus diusahakan, dimanfaatkan dan. dipergunakan untuk sebesar besar kemakmuran rakyat. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Bagi Rakyat, Bangsa dan Negara Indonesia Tanah adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa yang harus diusahakan, dimanfaatkan dan dipergunakan untuk sebesar besar kemakmuran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada konstelasi otonomi daerah, persoalan manajemen pertanahan daerah yang

I. PENDAHULUAN. Pada konstelasi otonomi daerah, persoalan manajemen pertanahan daerah yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada konstelasi otonomi daerah, persoalan manajemen pertanahan daerah yang secara substansial berisi tentang kewenangan pemerintah daerah di bidang pertanahan masih

Lebih terperinci

Bupati Pandeglang PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN KEWENANGAN BUPATI PANDEGLANG KEPADA CAMAT

Bupati Pandeglang PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN KEWENANGAN BUPATI PANDEGLANG KEPADA CAMAT Bupati Pandeglang PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN KEWENANGAN BUPATI PANDEGLANG KEPADA CAMAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, Menimbang :

Lebih terperinci

STANDAR PROSEDUR PELAKSANAAN (SOP) PENYUSUNAN RENCANA INVENTARISASI PENGADAAN TANAH

STANDAR PROSEDUR PELAKSANAAN (SOP) PENYUSUNAN RENCANA INVENTARISASI PENGADAAN TANAH STANDAR PROSEDUR PELAKSANAAN (SOP) PENYUSUNAN RENCANA INVENTARISASI PENGADAAN TANAH DOKUMEN : DJBM/SMM/PP/18 TANGGAL : 19 Juli 2012 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM STANDAR PROSEDUR PELAKSANAAN (SOP) No. Dokumen

Lebih terperinci

Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ BPN

Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ BPN DEPUTI BIDANG PENGATURAN DAN PENGENDALIAN PERTANAHAN USULAN MEKANISME PERATURAN BERSAMA Nomor 79 Tahun 2014, PB.3/ MENHUT-II/2014, 17.PRT/M/2014, 8/SKB/X/2014 TENTANG TATA CARA PENYELESAIAN PENGUASAAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 20 TAHUN 2014

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 20 TAHUN 2014 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PERSIAPAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Penataan Ruang dalam Rangka Mengoptimalkan Pemanfaatan Ruang di Kawasan Hutan

Penataan Ruang dalam Rangka Mengoptimalkan Pemanfaatan Ruang di Kawasan Hutan Penataan Ruang dalam Rangka Mengoptimalkan Pemanfaatan Ruang di Kawasan Hutan Disampaikan oleh: Direktur Jenderal Penataan Ruang Komisi Pemberantasan Korupsi - Jakarta, 13 Desember 2012 Outline I. Isu

Lebih terperinci