Pemanfaatan Fly Ash Batubara sebagai Adsorben Emisi Gas CO pada Kendaraan Bermotor

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pemanfaatan Fly Ash Batubara sebagai Adsorben Emisi Gas CO pada Kendaraan Bermotor"

Transkripsi

1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) Pemanfaatan Fly Ash Batubara sebagai Adsorben Emisi Gas CO pada Kendaraan Bermotor Ayu Lasryza dan Dyah Sawitri, ST, MT Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya joe@ep.its.ac.id Abstrak Telah dilakukan penelitian untuk membuat adsorben emisi gas CO kendaraan bermotor dari fly ash batubara. Fly ash dengan ukuran butir 325 mesh dikarakterisasi dengan XRF dan XRD. Aktivasi fisis dilakukan dengan variasi suhu C, C, C, C, C dan C. Aktivasi kimia dilakukan dengan cara mencampur fly ash dan NaOH dengan perbandingan massa 1 : 1,2 kemudian dilakukan pembakaran pada suhu C selama 1 jam dan pencucian menggunakan akuades sehingga ph fly ash netral. Selanjutnya dilakukan proses pengeringan pada suhu C selama 1 jam. Hasil XRF sebelum aktivasi menunjukkan kandungan unsur Si 9,3% dan Al 1,8%. Hasil karakterisasi XRD menunjukkan perubahan kandungan mineral setelah aktivasi fisis tidak signifikan dibandingkan setelah aktivasi kimia. Setelah dilakukan uji adsorpsi didapatkan bahwa adsorben yang paling optimum dalam menyerap gas buang CO adalah adsorben yang telah diaktivasi fisis pada suhu C dan diaktivasi kimia dengan NaOH, dengan perbandingan massa antara fly ash : NaOH = 1 : 1,2. Sedangkan energi aktivasi yang dibutuhkan untuk proses adsorpsi gas CO sebesar 50,2660 Joule/mol.. Kata Kunci aktivasi, fly ash, karakterisasi I. PENDAHULUAN atubara merupakan salah satu sumber energi alternatif di samping minyak dan gas bumi. Dipilihnya batubara Bsebagai sumber energi karena batubara relatif lebih murah dibanding minyak bumi. Khususnya di Indonesia yang memiliki sumber batubara yang sangat melimpah, batubara menjadi sumber energi alternatif yang potensial. Oleh karena itu, penggunaan batubara di Indonesia meningkat pesat setiap tahunnya. Data menunjukkan bahwa penggunaan batubara di Indonesia mencapai 14,1% dari total penggunaan energi lain pada tahun Diperkirakan penggunaan energi batubara ini akan terus meningkat hingga 34,6% pada tahun 2025[1]. Di samping potensinya sebagai sumber energi alternatif yang relatif murah, penggunaan batubara ini menghasilkan limbah yang dapat mencemari lingkungan yaitu limbah gas seperti CO 2, NO X, CO, SO 2, hidrokarbon dan limbah padat. Limbah padat tersebut berupa abu, yaitu abu terbang (fly ash) dan abu dasar (bottom ash). Menurut data Kementrian Lingkungan Hidup pada tahun 2006, limbah fly ash yang dihasilkan mencapai 52,2 ton/hari, sedangkan limbah bottom ash mencapai 5,8 ton/hari[1]. Fly ash batubara merupakan limbah buangan yang biasanya dilepaskan begitu saja di udara tanpa adanya pengendalian khusus untuk melepaskan fly ash ke udara. Padahal fly ash batubara merupakan salah satu jenis limbah B3, sehingga sangat berbahaya jika mencemari udara sekitar. Fly ash umumnya disimpan sementara pada pembangkit listrik tenaga batubara, dan akhirnya dibuang di landfill (tempat pembuangan). Penumpukan fly ash batubara ini menimbulkan masalah bagi lingkungan, yaitu mencemari lingkungan udara maupun lingkungan tanah[2]. Selama ini, berbagai pemanfaatan dari fly ash dengan mengetahui unsur dan mineralnya adalah sebagai bahan mentah (raw material) untuk produksi semen dan bahan konstruksi [2]. Bentuk pemanfaatan dari limbah fly ash adalah dengan mengubahnya menjadi adsorben [3]. Sebagai adsorben, fly ash memiliki keuntungan yaitu harganya yang ekonomis dan baik digunakan dalam pengelolaan limbah gas ataupun cair, serta mampu menyerap logam-logam berat yang terkandung dalam limbah[4]. Untuk mengolah kembali fly ash sebagai bahan baru yang memiliki nilai manfaat, maka dilakukan proses aktivasi fisis dan aktivasi kimia. Aktivasi fisis dilakukan dengan proses pembakaran pada suhu tinggi, sedangkan aktivasi kimia dilakukan dengan pencampuran antara fly ash dengan larutan asam ataupun basa. Penelitian tugas akhir ini memiliki tujuan untuk untuk membuat fly ash batubara sebagai adsorben emisi gas buang CO kendaraan bermotor. Manfaat dari tugas akhir ini adalah mendapatkan solusi dari pemanfaatan fly ash batubara sebagai adsorben gas buang CO bernilai ekonomis guna mengurangi polusi udara dan tanah. 2.1 Bahan II. METODOLOGI PENELITIAN Fly Ash batubara yang digunakan berasal dari PT. Semen Gresik Pabrik Tuban dengan batubara jenis lignit. Jenis batubara lignit merupakan jenis batubara yang paling rendah kualitasnya. Jenis batubara lignit digunakan sebagai bahan bakar pada mesin pembakaran seperti di pebangkit listrik atau pabrik pembuat semen. Adapun untuk ukuran dari fly ash batubara pada PT. Semen Gresik adalah sebesar 325 mesh. 2.2 Metode Pada proses aktivasi yang dilakukan terdapat dua macam yaitu aktivasi fisis dan aktivasi kimia. Aktivasi fisis dilakukan dengan pemanasan sampel pada temperatur 500 C, 520 C, 540 C, 560 C, 580 C, dan 600 C selama 1 jam. Aktivasi kimia yaitu dengan mencampurkan fly ash dan NaOH dengan perbandingan massa fly ash : NaOH = 1 : 1,2 dimana NaOH padat yang digunakan pencampuran harus digerus sebelumnya

2 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) hingga butirannya menjadi halus dan mudah dicampurkan dengan fly ash. Selanjutnya setelah pencampuran fly ash dan NaOH maka dilakukan alkali fusi yaitu pembakaran fly ash dengan alkali yaitu NaOH pada suhu tinggi, dalam hal ini 750 C selama 1 jam pada muffle furnace. Setelah didinginkan, maka campuran fly ash dengan NaOH yang telah menjadi padatan digerus lagi hingga halus, kemudian dicampur dengan aquades L/S 1:5 yang diaduk selama 30 menit, suhu 80 0 C dan putaran 300 rpm secara konstan dengan menggunakan magnetic stirrer. Proses selanjutnya yaitu pencucian, dimana hasil campuran dengan akuades disaring, dicuci dengan akuades pula hingga ph netral dan substrat hasil penyaringan dikeringkan pada suhu C selama 1 jam. Penyaringan digunakan rangkaian alat saring yang teridiri dari vacuum pump, corong Butchner, tabung elemeyer Butchner, dan kertas saring di mana antara tabung elemeyer Butchner agar proses penyaringan lebih cepat. 2.3Karakterisasi Karakterisasi yang dilakukan pada adsorben dari fly ash adalah berupa karakterisasi XRF, XRD, dan TGA. XRF (X- Ray Fluorecence) digunakan untuk menentukan komposisi unsur dari suatu bahan baik padatan maupun cairan. Pada penelitian ini, XRF yang digunakan adalah yang berada di Laboratorium Studi Energi dan Rekayasa LPPM ITS. Analisis XRF digunakan untuk mengetahui komposisi kimia unsur termasuk unsur oksida fly ash yang dihasilkan. Analisis dilakukan menggunakan instrument XRF Minipal4 PANalytical dengan suhu operasi ruangan antara 5 0 C C dan dimensi instrumen 220 x 530 x 500 mm. XRD (X-ray Diffractometer) merupakan suatu metode analisis kualitatif yang memberikan informasi mengenai kekristalan suatu mineral tertentu. Karakterisasi XRD dilakukan di Laboratorium XRD Biro Pengembangan Produk di PT. Semen Gresik. XRD yang digunakan adalah Pesawat Sinar-X Bruker AXS D8 Focus. Pesawat Sinar-X Bruker AXS tipe D8 Focus mempunyai variasi tegangan tabung dari 10 kv hingga 50 kv dan arus tegangan tabungnya bervariasi dari 5 ma hingga 50 ma dengan maximum power 2400 W. Adapun massa yang digunakan untuk proses analisis XRD adalah seberat 2 gram. SEM (Scanning Electronic Microscop) merupakan salah satu teknik karakterisasi dari suatu material untuk mengetahui morfologi suatu material. Analisis TGA Telah bertujuan untuk mengetahui perubahan massa yang terjadi pada fly ash apabila suhu dinaikkan terhadap perubahan waktu. Adapun instrumen TGA yang digunakan adalah TGA/DSC Mettler Toledo yang ada di Laboratorium Studi Energi dan Rekayasa LPPM ITS. Proses pengukuran dilakukan dengan laju kenaikan 10 C per menit dengan rentang suhu pengukuran 0 sampai 1100 C. Cuplikan fly ash yang digunakan adalah sebesar + 1 gram. 2.4 Pengujian Adsorpsi Pengujian adsorpsi dilakukan pada sampel adsorben yang dikompaksi terlebih dahulu. Proses adsorpsi dilakukan pada pengurangan kadar emisi gas CO pada knalpot motor. Knalpot didesain sedemikian rupa agar dapat digunakan proses adsorpsi. Sedangkan motor yang digunakan adalah engine motor merk Honda Karisma tahun pembuatan Alat ukur yang digunakan dengan merk SPX EGA Dalam pengujian adsorpsi gas CO dilakukan di Laboratorium Teknik Pembakaran dan Bahan Bakar Jurusan Teknik Mesin FTI ITS. Adapun desain knalpot dan knalpot yang digunakan pada proses pengujian adsorpsi adalah sebagai berikut : Gambar 1. Desain knalpot untuk uji adsorpsi Sedangkan alat ukur emisi gas CO merk SPX EGA 2000 dengan range pengukuran CO 0 9,99% terdapat pada Gambar 2. Di mana display dari alat pengukur tersebut terhubung dengan probe / sensor gas berupa batang tembaga dengan panjang 30 cm yang dimasukkan ke dalam lubang keluaran gas pada knalpot sepeda motor. Antara probe dan display dihubungkan dengan selang. Gambar 2. Alat ukur uji emisi gas buang bermotor Pengujian dilakukan dengan mengukur kadar emisi gas CO dengan variasi tanpa adsorben, menggunakan sampel awal dan adsorben yang telah diaktivasi kimia. Adapun gas buang yang dapat dianalisis antara lain gas buang CO, CO 2, NOx, dan HC. Sebelum dilakukan pengukuran, maka engine harus dipanaskanp selama 15 menit dan kondisi alat ukur harus dalam keadaan nol (terkalibrasi). Pengukuran kadar emisi gas CO dilakukan dengan memasukkan probe ke dalam knalpot dan muncul nilai kadar emisi gas buang pada LCD alat ukur, dalam hal ini gas CO dalam satuan %.

3 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) III. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 3.1 Karakterisasi Fly Ash Batubara Murni Sebelum dilakukan aktivasi pada fly ash batubara, maka terlebih dahulu dikarakterisasi untuk mengetahui karakter awal dari fly ash batubara. Adapun XRF digunakan untuk mengetahui unsur yang ada pada fly ash. Tabel 1 menunjukkan komposisi unsur yang terkandung dalam fly ash. Tabel 1 Komposisi Senyawa yang Terkandung dalam Fly Ash Batubara Murni No. Unsur Konsentrasi (%) Unsur Oksida Konsentrasi (%) 1. Al 1,8 Al 2 O 3 2,9 2. Si 9,3 SiO P 0,64 P2O5 1,0 4. K 2,19 K 2 O 1,84 5. Ca 30,0 CaO 29,2 6. Ti 1,79 TiO 2 2,9 7. Mn 0,60 MnO 0,49 8. Fe 51,23 Fe 2 O 3 46,51 9. Ba 0,76 BaO 0,61 Dari tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa kandungan unsur terbesar pada fly ash batubara adalah Fe disusul Ca, Si, K dan Al. Sedangkan unsur oksida juga berlaku kandungan terbesar ada pada Fe 2 O 3, CaO, SiO 2, Al 2 O 3, dan K 2 O. Unsurunsur tersebut akan berpengaruh pada proses selanjutnya dari pemanfaatan fly ash batubara. Seperti Unsur Si dan Al yang berfungsi untuk pemanfaatan fly ash sebagai zeolit yaitu suatu material berpori yang memiliki struktur kristal aluminosilikat dan dimanfaatkan sebagai adsorben atau katalis. Selain digunakan sebagai zeolit fly ash dapat dimanfaatkan sebagai campuran bahan bangunan sepert semen atau batako dimana unsur yang dibutuhkan seperti Ca. Untuk mengetahui kandungan mineral dari fly ash batubara, maka dilakukan karakterisasi dengan XRD. Tabel 2 merupakan kandungan mineral dari fly ash batubara sebelum diaktivasi dengan menggunakan analisis XRD. Tabel 2 Kandungan Mineral Fly Ash Batubara Murni No. Mineral Formula Konsentrasi (%) 1. Quartz SiO 2 21,1 2. Sillimanite Al 2 SiO 5 1,6 3. Anhydrite CaSO 4 0,7 4. Magnetite Fe 3 O 4 3,3 5. Anorthite Ca 3 SiO 5 1,7 6. Siderite FeCO 3 1,1 7. Arcanite K 2 SO 4 2,4 8. Periclase MgO 6,2 9. Hematite Fe 2 O 3 0,5 10. Maghemite Fe 2 O 3 3,9 11. Wuestite FeO 1,2 12. Amorphous - 54,9 quartz amorf dan quartz quartz dan hematite magnetite wuestite periclase quartz Gambar 3 Hasil analisis kualitatif XRD dari fly ash batubara murni Hasil analisis XRD menunjukkan bahwa mineral yang paling dominan adalah struktur amorf dan fasa kristalin adalah quartz (SiO 2 ). Mineral yang dibutuhkan dalam proses adsorpsi adalah mineral yang mengandung unsur silikat. Selain itu, ada beberapa mineral yang dapat berpengaruh dalam proses adsorpsi baik membantu maupun menghambat dalam proses adsorpsi. Mineral yang mampu membantu dalam proses adsorpsi adalah mineral yang mengandung unsur Fe (seperti hematite dan maghemite) dan Mg (periclase). Sedangkan mineral yang menghambat proses adsorpsi adalah anorthite dan anhydrite dikarenakan mengandung unsur Ca. Gambar 4 Hasil analisis TGA fly ash batubara murni Telah dilakukan analisis TGA dengan tujuan untuk mengetahui perubahan massa yang terjadi pada fly ash apabila suhu dinaikkan. Pada kurva, lingkaran merah menunjukkan terjadinya reaksi endotermis dimana terjadi penurunan massa yang sangat besar serta mengindikasikan air dalam kristal dalam proses menguap yaitu di antara range suhu 500 C C. Kurva menunjukkan kembali mulai naik pada suhu sekitar 600 C sehingga fly ash yang diuji sudah dalam keadaan kering. amorf periclase

4 % Emisi gas CO % Amorf % Quatrz JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) Karakterisasi Fly Ash Batubara dengan Diaktivasi Setelah dilakukan aktivasi fisis maka dilakukan karakteriasi XRD ,0 20,0 Kandungan Quartz (SiO 2 ) 21,1 1,0 22,0 0,5 Gambar 5 Grafik kandungan quartz (SiO 2) pada fly ash yang telah diaktivasi 22, Temperatur ( 0 C) 5,1 22,3 0,2 aktivasi fisis aktivasi kimia 21,0 3,3 kandungan mineral yang drastis pada sampel yang telah diaktivasi kimia dengan sampel tanpa aktivasi kimia. 3.3 Uji Adsorpsi Gas CO Pengujian adsorpsi gas CO dilakukan dengan mengukur kadar emisi gas buang CO pada mesin motor berbahan bakar bensin. Proses pengambilan data dilakukan menggunakan probe yang dimasukkan ke dalam knalpot sepeda motor. Pengujian dilakukan pada fly ash yang telah diaktivasi kimia karena dari hasil analisis XRD, adsorben yang telah diaktivasi kimia mengalami perubahan kandungan mineral yang sangat signifikan dibandingkan dengan fly ash yang hanya diaktivasi fisis yang tidak terlalu signifikan. Pengukuran kadar emisi dilakukan pada knalpot tanpa adsorben, fly ash tanpa aktivasi, dan yang telah diaktivasi kimia. Adapun sebelumnya adsorben dikompaksi telebih dahulu untuk dibentuk sesuai dengan tempatnya yang telah didesain pada knalpot sepeda motor. Gambar 5 menunjukkan bahwa terdapat perubahan signifikan terhadap kandungan kristalin quartz pada fly ash yang telah diaktivasi kimia, di mana kandungan kristalin quartz terbesar yaitu sebesar 20%. Sedangkan fly ash yang hanya diaktivasi fisis tidak terjadi perubahan yang signifikan ,2 54,0 Kandungan Amorf 53,7 41,1 54,1 38,3 34,5 52,5 52,7 42, Temperatur ( 0 C) aktivasi kimia aktivasi fisis Gambar 6 Grafik kandungan amorf pada fly ash dengan proses aktivasi 54,3 35,4 Gambar 7 Adsorben yang telah dikompaksi Pengukuran kadar emisi gas CO dilakukan menggunakan sistem idle di mana pengukuran hanya dilakukan dengan pengukuran tanpa penambahan beban sehingga nilai yang diambil berupa kadar emisi gas CO dengan mengganti-ganti adsorben saja setiap satuan waktu. Waktu pengambilan data yang diambil selama 30 detik tanpa perubahan kecepatan motor dan tanpa pembebanan. Adapun hasil pengambilan data kadar emisi gas CO terhadap satuan waktu adalah sebagai berikut. Amorf merupakan struktur suatu material yang tidak berbentuk kristalin. Dari grafik di atas menunjukkan bahwa dengan adanya aktivasi kimia, struktur amorf pada fly ash rendah dan berubah di setiap perubahan suhu. Adapun fly ash tanpa aktivasi kimia, kandungan amorf tidak terjadi perubahan yang signifikan. Setelah diaktivasi kimia, sampel yang memiliki struktur amorf tertinggi adalah suhu C sedangkan pada aktivasi fisis terdapat pada sampel dengan suhu aktivasi C. Berdasarkan beberapa karakterisasi terhadap sampel adsorben tersebut dapat diketahui bahwa aktivasi fisis hanya berperan untuk menghilangkan kandungan air dalam fly ash, di mana molekul-molekul air yang menutupi pori permukaan fly ash menjadi hilang sehingga mampu meningkatkan daya adsorpsi fly ash. Sedangkan setelah adanya aktivasi kimia menambah daya adsorpsi fly ash dengan mengaktifkan unsurunsur yang sebelumnya tidak aktif serta menghilangkan unsurunsur yang dapat menghambat jalannya adsorpsi. Adapun pada grafik kuantitas XRD dapat dilihat terjadi perubahan 2,2 2,0 1,8 1,6 1,4 1,2 Hasil Pengukuran Emisi Gas CO Waktu (detik) Gambar 8 Grafik hasil pengukuran emisi gas CO 500M 520M 540M 560M 580M 600M SA TA

5 log n JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) Keterangan legenda : 500M= adsorben dengan aktivasi fisis pada suhu C dan kimia 520M= adsorben dengan aktivasi fisis pada suhu C dan kimia 540M= adsorben dengan aktivasi fisis pada suhu C dan kimia 560M= adsorben dengan aktivasi fisis pada suhu C dan kimia 580M= adsorben dengan aktivasi fisis pada suhu C dan kimia 600M= adsorben dengan aktivasi fisis pada suhu C dan kimia SA = adsorben tanpa aktivasi fisis dan kimia TA = tanpa adsorben Berdasarkan grafik pada Gambar 8 dapat diketahui bahwa adsorben yang telah diaktivasi kimia dan diaktivasi fisis pada suhu C (500M), C (540M), C (600M) dan sebelum aktivasi (SA) tejadi penurunan kadar emisi gas CO terhadap pengukuran tanpa adsorben. Dalam hal ini, adsorben mampu mengurangi kadar emisi gas buang CO pada motor. Adsorben 540M merupakan adsorben yang paling baik mengurangi kadar emisi gas CO di mana dari grafik terlihat tidak terjadi peningkatan drastis yaitu stabil pada range emisi 1,5% hingga 1,6% meskipun sebelumnya terjadi peningkatan tajam dari 1,2 % ke 1,5% dalam range waktu 0-5 detik. Sedangkan adsorben 520M, 560M dan 580M hanya mampu menyerap emisi gas CO pada waktu tertentu saja dan kemudian terjadi peningkatan, sehingga kurang baik sebagai adsorben. Secara keseluruhan, kadar emisi gas CO akan meningkat dengan seiring bertambahnya waktu pengujian. Sedangkan efisiensi penyerapan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : (3.1) Dengan menggunakan persamaan 3.1, maka didapatkan hasil perhitungan efisiensi tiap adsorben adalah sebagai berikut: Tabel 3 Efisiensi Penyerapan Adsorben No. Adsorben Efisiensi (%) M 8, M -5, M 19, M -0, M -0, M 14,94 7 SA 3,94 Dari data pada Tabel 3 adsorben yang memiliki efisiensi penyerapan yang tertinggi adalah pada adsorben 540 M. Artinya adsorben tersebut telah mengalami proses aktivasi fisis pada suhu C dan telah diaktivasi kimia dengan NaOH. Hal ini sesuai dengan hasil karakterisasi menggunakan XRD maupun TGA. Hasil XRD pada aktivasi kimia menunjukkan bahwa pada suhu C memiliki kandungan mineral yang cukup tinggi untuk amorf dan dibantu oleh periclase (MgO) dan paling rendah untuk mineral anorthite, karena anorthite mengandung unsur Ca yang menghambat jalannya proses adsorpsi. Pada hasil TGA, di suhu sekitar C proses mulai menghilangkan kadar air sehingga proses adsorpsi dapat berjalan dengan cepat. Ada beberapa adsorben yang memiliki efisiensi bernilai negatif yaitu 520 M, 560 M dan 580 M, hal ini berarti pada proses adsorpsi kadar emisi yang terukur lebih besar dibandingkan dengan pengukuran tanpa menggunakan adsorben. Sehingga untuk ketiga adsorben ini tidak baik untuk proses adsorpsi emisi gas CO. Energi aktivasi merupakan energi minimum yang dimiliki oleh suatu zat agar suatu reaksi pada zat tersebut dapat berlangsung. Semakin rendah energi aktivasinya, maka semakin cepat suatu proses reaksi berlangsung. Hubungan antara energi aktivasi dengan laju reaksi didapatkan dari persamaan Arrhenius. Adapun persamaan Arrhenius adalah sebagai berikut : Dimana (3.2) adalah energi aktivas, R adalah konstanta gas, T adalah suhu k adalah konstanta laju reaksi dan A adalah faktor pre-exponensial. Dalam proses adsorpsi, energi aktivasi sebanding dengan konstanta adsorpsi. Semakin rendah energi aktivasi dari suatu proses adsorpsinya, maka semakin cepat pula proses adsorpsi yang berlangsung. Sehingga dalam proses adsorpsi, berlaku persamaan Arrhenius. (3.3) Dengan adalah energi aktivas, R adalah konstanta gas, T adalah suhu k adalah konstanta adsorpsi dan ko adalah konstanta adsorpsi awal. Berdasarkan data dari pengukuran adsorpsi dan menggunakan persamaan (3.3), maka didapatkan grafik semi log atau kurva Arrhenius pada Gambar 9. Kurva Arrhenius menunjukkan hubungan antara suhu dengan konstanta adsorpsi sehingga didapatkan nilai energi aktivasi yang diperlukan oleh fly ash dalam menyerap emisi gas buang CO dari knalpot motor. 0,1 1,2 1,4 1,6 1,8 2 log1000/t (K) Gambar 9. Kurva log adsorpsi gas CO Dalam proses adsorpsi ini, hubungan yang sesuai antara perubahan suhu adalah log konstanta adsorpsi (n), sehingga

6 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) dari persamaan (3.3) didapatkan persamaan Arrhenius sesuai dengan log konstanta menjadi : (3.4) Dimana adalah energi aktivas, R adalah konstanta gas, T adalah suhu n adalah konstanta log adsorpsi dan no adalah konstanta log adsorpsi awal. Berdasarkan hasil Gambar 9 tersebut, didapatkan grafik memiliki kemiringan negatif sesuai dengan kurva Arrhenius yaitu sebesar -6, Dari kemiringan garis ini, dapat ditentukan nilai energi aktivasi untuk proses adsorpsi oleh fly ash. Adapun dari grafik Arrhenius didapatkan persamaan garis sebagai berikut. (3.5) XRF, Adwi Hantoro dan Randika Gunawan yang membantu dalam pengujian emisi gas buang CO serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini. DAFTAR PUSTAKA [1] Setiaka, Juniawan, Ita Ulfin, Nurul Widiastuti Adsorpsi Ion Logam Cu(Ii) dalam Larutan pada Abu Dasar Batubara Menggunakan Metode Kolom. Prosiding Tugas Akhir. Jurusan Kimia, Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya [2] Jumaeri,dkk Preparasi dan Karakterisasi Zeolit dari Abu Layang Batubara secara Alkali Hidrotermal. Reaktor, Vol. 11 No.1, Juni 2007, Hal. : [3] Ahmaruzzaman, M A review on the utilization of fly ash. Progress in Energy and Combustion Science 36 (2010) [4] Mohan, S & R. Gandhimathi Removal of heavy metal ions from municipal solid waste leachate using coal fly ash as an adsorbent. Sience Direct. Journal of Hazardous Materials 169 (2009) Dengan menghubungkan persamaan (3.4) dan (3.5), maka didapatkan hasil energi aktivasi yang diperlukan fly ash untuk proses adsorpsi sebesar 50,2660 Joule/mol dan dengan log konstanta awal (n o ) 0,5577. Selain itu, suhu aktivasi berpengaruh terhadap proses adsorpsi, hal ini dapat dilihat dari kurva bahwa log per suhu (1000/T) berkorelasi negatif dengan konstanta log adsorpsi (n). Sehingga reaksi yang terjadi pada proses adsorpsi fly ash ini berupa reaksi endoterm yaitu reaksi memerlukan kalor dari luar untuk bereaksi. Oleh karena itu, dalam proses adsorpsi ini, untuk mendapatkan energi yang cukup maka diperlukan kalor (peningkatan suhu) agar proses dapat berjalan dengan cepat dalam hal ini berupa aktivasi fisis. IV. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka kesimpulan yang didapat pada penelitian ini adalah sebagai berikut. Berdasarkan hasil karakterisasi, pengujian dan analisis pembahasan, maka kesimpulan yang ditarik pada tugas akhir ini adalah sebagai berikut. Fly ash dapat dijadikan adsorben emisi gas buang CO kendaraan bermotor dalam tugas akhir ini digunakan sepeda motor. Adsorben yang paling optimal untuk proses adsorpsi emisi gas buang CO adalah fly ash yang telah diaktivasi fisis dengan suhu C dan diaktivasi kimia dengan NaOH dengan perbandingan massa antara fly ash batubara dan NaOH 1 : 1,2. Adapun emisi gas CO yang terukur dengan kadar rata-rata 1,55% dan efisiensi penyerapan maksimum sebesar 19,78%. Energi aktivasi yang dibutuhkan adsorben untuk proses adsorpsi gas buang CO adalah sebesar 50,2660 Joule/mol. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis A.L mengucapkan terima kasih kepada DITJEN DIKTI selaku penyelenggara Program Kreativitas Mahasiswa sehingga didanainya tugas akhir penulis, bapak Heri Purnomo, ST dari PT. Semen Gresik, Tbk selaku pembimbing analisis XRD, Ninit Martianingsih,S.Si yang membantu karakterisasi SEM, Nurul Faradillah Said, S.Si yang membantu karakterisasi

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa sekarang kecenderungan pemakaian bahan bakar sangat tinggi sedangkan sumber bahan bakar minyak bumi yang di pakai saat ini semakin menipis. Oleh karena itu,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perlakuan Awal dan Karakteristik Abu Batubara Abu batubara yang digunakan untuk penelitian ini terdiri dari 2 jenis, yaitu abu batubara hasil pembakaran di boiler tungku

Lebih terperinci

AKTIVASI ABU LAYANG BATUBARA DAN APLIKASINYA SEBAGAI ADSORBEN TIMBAL DALAM PENGOLAHAN LIMBAH ELEKTROPLATING

AKTIVASI ABU LAYANG BATUBARA DAN APLIKASINYA SEBAGAI ADSORBEN TIMBAL DALAM PENGOLAHAN LIMBAH ELEKTROPLATING AKTIVASI ABU LAYANG BATUBARA DAN APLIKASINYA SEBAGAI ADSORBEN TIMBAL DALAM PENGOLAHAN LIMBAH ELEKTROPLATING Widi Astuti 1, F. Widhi Mahatmanti 2 1 Fakultas Teknik, 2 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

besarnya polaritas zeolit alam agar dapat (CO) dan hidrokarbon (HC)?

besarnya polaritas zeolit alam agar dapat (CO) dan hidrokarbon (HC)? OPTIMALISASI SUHU AKTIVASI DAN POLARITAS ZEOLIT ALAM UNTUK MENGURANGI EMISI GAS BUANG SEPEDA MOTOR Drs. Noto Widodo, M.Pd. Bambang Sulistyo, S.Pd., M.Eng Amir Fatah, MPd M.Pd. JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MATERIAL SEMEN BERBAHAN DASAR INSINERASI LIMBAH RUMAH SAKIT DENGAN TEKNOLOGI HIDROTERMAL

PENGEMBANGAN MATERIAL SEMEN BERBAHAN DASAR INSINERASI LIMBAH RUMAH SAKIT DENGAN TEKNOLOGI HIDROTERMAL PENGEMBANGAN MATERIAL SEMEN BERBAHAN DASAR INSINERASI LIMBAH RUMAH SAKIT DENGAN TEKNOLOGI HIDROTERMAL Ade Ramos Ferdinand *, Agus Tri Prasetyo, Athanasius Priharyoto Bayuseno Magister Teknik Mesin, Fakultas

Lebih terperinci

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA NANOSILIKA PASIR Anggriz Bani Rizka (1110 100 014) Dosen Pembimbing : Dr.rer.nat Triwikantoro M.Si JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian berikut: Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir Mulai Persiapan alat dan bahan Meshing 100 + AAS Kalsinasi + AAS

Lebih terperinci

Hariadi Aziz E.K

Hariadi Aziz E.K IMMOBILISASI LOGAM BERAT Cd PADA SINTESIS GEOPOLIMER DARI ABU LAYANG PT. SEMEN GRESIK Oleh: Hariadi Aziz E.K. 1406 100 043 Pembimbing: Ir. Endang Purwanti S,M.T. Lukman Atmaja, Ph.D. MIND MAP LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemakaian batubara sebagai sumber energi telah menjadi salah satu pilihan di Indonesia sejak harga bahan bakar minyak (BBM) berfluktuasi dan cenderung semakin mahal.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Hasil penentuan kandungan oksida logam dalam abu boiler PKS Penentuan kandungan oksida logam dari abu boiler PKS dilakukan dengan menggvmakan XRF

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tanpa disadari pengembangan mesin tersebut berdampak buruk terhadap

I. PENDAHULUAN. tanpa disadari pengembangan mesin tersebut berdampak buruk terhadap I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mesin pada mulanya diciptakan untuk memberikan kemudahan bagi manusia dalam melakukan kegiatan yang melebihi kemampuannya. Umumnya mesin merupakan suatu alat yang berfungsi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. uji yang digunakan adalah sebagai berikut.

III. METODOLOGI PENELITIAN. uji yang digunakan adalah sebagai berikut. III. METODOLOGI PENELITIAN 3. Alat dan Bahan Pengujian. Motor bensin 4-langkah 50 cc Dalam penelitian ini, mesin uji yang digunakan adalah motor bensin 4- langkah 50 cc, dengan merk Yamaha Vixion. Adapun

Lebih terperinci

1. Spesifikasi sepeda motor bensin 4-langkah 110 cc. Dalam penelitian ini, mesin uji yang digunakan adalah sepeda motor

1. Spesifikasi sepeda motor bensin 4-langkah 110 cc. Dalam penelitian ini, mesin uji yang digunakan adalah sepeda motor 5 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Bahan Pengujian. Spesifikasi sepeda motor bensin 4-langkah 0 cc Dalam penelitian ini, mesin uji yang digunakan adalah sepeda motor bensin 4-langkah 0 cc, dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. suatu alat yang berfungsi untuk merubah energi panas menjadi energi. Namun, tanpa disadari penggunaan mesin yang semakin meningkat

I. PENDAHULUAN. suatu alat yang berfungsi untuk merubah energi panas menjadi energi. Namun, tanpa disadari penggunaan mesin yang semakin meningkat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kendaraan bermotor merupakan salah satu alat yang memerlukan mesin sebagai penggerak mulanya, mesin ini sendiri pada umumnya merupakan suatu alat yang berfungsi untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Tahapan penelitian secara umum tentang pemanfaatan daun matoa sebagai adsorben untuk menyerap logam Pb dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1. Preparasi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 4 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Bahan Penelitian. Alat penelitian a. Sepeda motor. Dalam penelitian ini, mesin yang digunakan untuk pengujian adalah motor bensin 4-langkah 0 cc. Adapun spesifikasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Motor bensin dan diesel merupakan sumber utama polusi udara di perkotaan. Gas

I. PENDAHULUAN. Motor bensin dan diesel merupakan sumber utama polusi udara di perkotaan. Gas 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Motor bensin dan diesel merupakan sumber utama polusi udara di perkotaan. Gas buang motor bensin mengandung nitrogen oksida (NO), nitrogen dioksida (NO 2 ) (NO 2 dalam

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Metode Penelitian Pembuatan zeolit dari abu terbang batu bara (Musyoka et a l 2009).

BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Metode Penelitian Pembuatan zeolit dari abu terbang batu bara (Musyoka et a l 2009). BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Pada penelitian ini alat yang digunakan adalah timbangan analitik dengan ketelitian 0,1 mg, shaker, termometer, spektrofotometer serapan atom (FAAS GBC), Oven Memmert, X-Ray

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 13 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Molekul-molekul pada permukaan zat padat atau zat cair mempunyai gaya tarik kearah dalam, karena tidak ada gaya-gaya lain yang mengimbangi. Adanya gayagaya ini

Lebih terperinci

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 2013 ISSN X PEMAKAIAN MICROWAVE UNTUK OPTIMASI PEMBUATAN ZEOLIT SINTETIS DARI ABU SEKAM PADI

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 2013 ISSN X PEMAKAIAN MICROWAVE UNTUK OPTIMASI PEMBUATAN ZEOLIT SINTETIS DARI ABU SEKAM PADI PEMAKAIAN MICROWAVE UNTUK OPTIMASI PEMBUATAN ZEOLIT SINTETIS DARI ABU SEKAM PADI A.M. Fuadi, M. Musthofa, K. Harismah, Haryanto, N. Hidayati Department of Chemical Engineering, Faculty of Engineering,

Lebih terperinci

PENURUNAN KADAR PHENOL DENGAN MEMANFAATKAN BAGASSE FLY ASH DAN CHITIN SEBAGAI ADSORBEN

PENURUNAN KADAR PHENOL DENGAN MEMANFAATKAN BAGASSE FLY ASH DAN CHITIN SEBAGAI ADSORBEN PENURUNAN KADAR PHENOL DENGAN MEMANFAATKAN BAGASSE FLY ASH DAN CHITIN SEBAGAI ADSORBEN Anggit Restu Prabowo 2307 100 603 Hendik Wijayanto 2307 100 604 Pembimbing : Ir. Farid Effendi, M.Eng Pembimbing :

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Bahan Penelitian. Alat penelitian a. Sepeda Motor Dalam penelitian ini, mesin yang digunakan untuk pengujian adalah motor bensin 4-langkah 0 cc. Adapun spesifikasi

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS BAB 4 HASIL DAN ANALISIS Sehubungan dengan prekursor yang digunakan yaitu abu terbang, ASTM C618 menggolongkannya menjadi dua kelas berdasarkan kandungan kapur (CaO) menjadi kelas F yaitu dengan kandungan

Lebih terperinci

Oleh: ARUM KARTIKA SARI

Oleh: ARUM KARTIKA SARI Efek Suhu Kalsinasi pada Penggunaan Lumpur Alum IPA sebagai Adsorben untuk Menurunkan Konsentrasi Seng (Zn 2+ ) pada Limbah Cair Industri Elektroplating Oleh: ARUM KARTIKA SARI 3307 100 043 Pembimbing:

Lebih terperinci

KARAKTERISASI FLY ASH BATUBARA SEBAGAI BAHAN KATALITIK KONVERTER DALAM MEREDUKSI GAS BUANG HC DAN CO KENDARAAN BERMOTOR

KARAKTERISASI FLY ASH BATUBARA SEBAGAI BAHAN KATALITIK KONVERTER DALAM MEREDUKSI GAS BUANG HC DAN CO KENDARAAN BERMOTOR KARAKTERISASI FLY ASH BATUBARA SEBAGAI BAHAN KATALITIK KONVERTER DALAM MEREDUKSI GAS BUANG HC DAN CO KENDARAAN BERMOTOR Abdul Ghofur 1*, Atikah 2, Soemarno 3, Abdul Hadi 4 1 Mahasiswa Program Doktoral

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini didahului dengan perlakuan awal bahan baku untuk mengurangi pengotor yang terkandung dalam abu batubara. Penentuan pengaruh parameter proses dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen laboratorium yang meliputi dua tahap. Tahap pertama dilakukan identifikasi terhadap komposis kimia dan fase kristalin

Lebih terperinci

PELINDIAN PASIR BESI MENGGUNAKAN METODE ELEKTROLISIS

PELINDIAN PASIR BESI MENGGUNAKAN METODE ELEKTROLISIS PELINDIAN PASIR BESI MENGGUNAKAN METODE ELEKTROLISIS Rizky Prananda(1410100005) Dosen Pembimbing Dosen Penguji : Suprapto, M.Si, Ph.D : Ita Ulfin S.Si, M.Si Djoko Hartanto, S.Si, M.Si Drs. Eko Santoso,

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara umum penelitian akan dilakukan dengan pemanfaatan limbah media Bambu yang akan digunakan sebagai adsorben dengan diagram alir keseluruhan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN METODE SINTESIS UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS ZEOLIT ALAMI DI INDONESIA

PENGEMBANGAN METODE SINTESIS UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS ZEOLIT ALAMI DI INDONESIA Laporan Akhir Tesis LOGO PENGEMBANGAN METODE SINTESIS UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS ZEOLIT ALAMI DI INDONESIA Disusun Oleh: M. Furoiddun Nais 2309201016 Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Gede Wibawa, M.Eng

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Kerangka Penelitian Kerangka penelitian secara umum dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Kerangka Penelitian Kerangka penelitian secara umum dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3. 12 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Penelitian Kerangka penelitian secara umum dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1 berikut ini : Latar belakang penelitian Rumusan masalah penelitian Tujuan penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. aktifitas yang diluar kemampuan manusia. Umumnya mesin merupakan suatu alat

I. PENDAHULUAN. aktifitas yang diluar kemampuan manusia. Umumnya mesin merupakan suatu alat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembuatan mesin pada awalnya bertujuan untuk memberikan kemudahan dalam aktifitas yang diluar kemampuan manusia. Umumnya mesin merupakan suatu alat yang berfungsi untuk

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. langkah 110 cc, dengan merk Yamaha Jupiter Z. Adapun spesifikasi mesin uji

METODOLOGI PENELITIAN. langkah 110 cc, dengan merk Yamaha Jupiter Z. Adapun spesifikasi mesin uji 4 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Bahan Pengujian. Spesifikasi motor bensin 4-langkah 0 cc Dalam penelitian ini, mesin uji yang digunakan adalah motor bensin 4- langkah 0 cc, dengan merk Yamaha

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Alat dan Bahan Pengujian Adapun alat-alat dan bahan yang digunakan dalam proses pengujian ini antara lain : 1. Motor Bensin 4-langkah 110 cc Pada penelitian ini, mesin uji yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dengan laju penemuan cadangan minyak bumi baru. Menurut jenis energinya,

I. PENDAHULUAN. dengan laju penemuan cadangan minyak bumi baru. Menurut jenis energinya, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pusat Data & Informasi Energi Sumber Daya Mineral (2010) menyatakan bahwa cadangan minyak bumi Indonesia cenderung menurun. Penurunan cadangan minyak bumi diakibatkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara penghasil batubara yang cukup banyak. Sumber daya alam yang melimpah dapat dijadikan alternatif sebagai pemanfaatan

Lebih terperinci

Efek Substitusi Semen dengan Limbah Padat Industri Pupuk PT. Petrokimia terhadap Kuat Lentur Genteng Beton di PT.

Efek Substitusi Semen dengan Limbah Padat Industri Pupuk PT. Petrokimia terhadap Kuat Lentur Genteng Beton di PT. Efek Substitusi Semen dengan Limbah Padat Industri Pupuk PT. Petrokimia terhadap Kuat Lentur Genteng Beton di PT. Varia Usaha Beton Oleh : Yultino Syaifullah F 3110030087 M. Rohim Lathiif 3110030091 Pembimbing

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan 6 didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 3.3.3 Sintesis Kalsium Fosfat Sintesis kalsium fosfat dalam penelitian ini menggunakan metode sol gel. Senyawa kalsium fosfat diperoleh dengan mencampurkan serbuk

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Peralatan Penelitian Bahan-bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini antara lain bubuk magnesium oksida dari Merck, bubuk hidromagnesit hasil sintesis penelitian

Lebih terperinci

Pemanfaatan Limbah Sekam Padi Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Non-Karbonisasi

Pemanfaatan Limbah Sekam Padi Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Non-Karbonisasi JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Pemanfaatan Limbah Sekam Padi Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Non-Karbonisasi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI 39 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 PENDAHULUAN Hasil eksperimen akan ditampilkan pada bab ini. Hasil eksperimen akan didiskusikan untuk mengetahui keoptimalan arang aktif tempurung kelapa lokal pada

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 47 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengantar Penelitian ini bertujuan untuk menunjukan pengaruh suhu sintering terhadap struktur Na 2 O dari Na 2 CO 3 yang dihasilkan dari pembakaran tempurung kelapa. Pada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian ini dilakukan dengan metode experimental di beberapa laboratorium dimana data-data yang di peroleh merupakan proses serangkaian percobaan

Lebih terperinci

LAMPIRAN I. LANGKAH KERJA PENELITIAN ADSORPSI Cu (II)

LAMPIRAN I. LANGKAH KERJA PENELITIAN ADSORPSI Cu (II) LAMPIRAN I LANGKAH KERJA PENELITIAN ADSORPSI Cu (II) 1. Persiapan Bahan Adsorben Murni Mengumpulkan tulang sapi bagian kaki di RPH Grosok Menghilangkan sisa daging dan lemak lalu mencucinya dengan air

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium kimia mineral / laboratorium geoteknologi, analisis proksimat dilakukan di laboratorium instrumen Pusat Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu sumber daya alam yang terpenting bagi semua makhluk hidup di bumi. Air digunakan hampir di setiap aktivitas makhluk hidup. Bagi manusia, air

Lebih terperinci

JURNAL FEMA, Volume 2, Nomor 1, Januari 2014

JURNAL FEMA, Volume 2, Nomor 1, Januari 2014 JURNAL FEMA, Volume 2, Nomor 1, Januari 2014 PENGARUH VARIASI JENIS AIR DAN TEMPERATUR AKTIVASI DALAM CAMPURAN FLY ASH BENTUK PELET TERHADAP PRESTASI MESIN DAN EMISI GAS BUANG SEPEDA MOTOR BENSIN 4 LANGKAH

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Tahapan penelitian secara umum mengenai pemanfaatan tulang sapi sebagai adsorben ion logam Cu (II) dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1 berikut

Lebih terperinci

PRODUKSI BIOFUEL DARI MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN KATALIS PADAT CaO/γ-Al 2 O 3 dan CoMo/γ-Al 2 O 3

PRODUKSI BIOFUEL DARI MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN KATALIS PADAT CaO/γ-Al 2 O 3 dan CoMo/γ-Al 2 O 3 PRODUKSI BIOFUEL DARI MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN KATALIS PADAT CaO/γ-Al 2 O 3 dan CoMo/γ-Al 2 O 3 Maya Kurnia Puspita Ayu 238.1.66 Pembimbing : 1. Prof. Dr. Ir. Achmad Roesyadi, DEA 2. Ir. Ignatius Gunardi,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. analisis komposisi unsur (EDX) dilakukan di. Laboratorium Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN) Batan Serpong,

III. METODOLOGI PENELITIAN. analisis komposisi unsur (EDX) dilakukan di. Laboratorium Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN) Batan Serpong, III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biomassa, Lembaga Penelitian Universitas Lampung. permukaan (SEM), dan Analisis difraksi sinar-x (XRD),

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. a. Motor diesel 4 langkah satu silinder. digunakan adalah sebagai berikut: : Motor Diesel, 1 silinder

III. METODOLOGI PENELITIAN. a. Motor diesel 4 langkah satu silinder. digunakan adalah sebagai berikut: : Motor Diesel, 1 silinder III. METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Bahan Penelitian 1. Alat penelitian a. Motor diesel 4 langkah satu silinder Dalam penelitian ini, mesin yang digunakan untuk pengujian adalah motor disel 4-langkah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas 31 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis material konduktor ionik MZP, dilakukan pada kondisi optimum agar dihasilkan material konduktor ionik yang memiliki kinerja maksimal, dalam hal ini memiliki nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Produk keramik adalah suatu produk industri yang sangat penting dan berkembang pesat pada masa sekarang ini. Hal ini disebabkan oleh pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III.1 Metodologi Seperti yang telah diungkapkan pada Bab I, bahwa tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat katalis asam heterogen dari lempung jenis montmorillonite

Lebih terperinci

PEMANFAATAN ABU SEKAM PADI DENGAN TREATMENT HCL SEBAGAI PENGGANTI SEMEN DALAM PEMBUATAN BETON

PEMANFAATAN ABU SEKAM PADI DENGAN TREATMENT HCL SEBAGAI PENGGANTI SEMEN DALAM PEMBUATAN BETON PEMANFAATAN ABU SEKAM PADI DENGAN TREATMENT HCL SEBAGAI PENGGANTI SEMEN DALAM PEMBUATAN BETON Maria 1, Chris 2, Handoko 3, dan Paravita 4 ABSTRAK : Beton pozzolanic merupakan beton dengan penambahan material

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN

BAB III METODA PENELITIAN BAB III METODA PENELITIAN 3.1 Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Riset, karakterisasi FTIR, dan pengujian SSA dilakukan di laboratorium Kimia Instrumen, Jurusan Pendidikan Kimia,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai Agustus 2013 di Laboratorium Riset dan Kimia Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 16 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Penelitian Kerangka penelitian secara umum dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1 berikut ini; Latar Belakang: Sebelum air limbah domestik maupun non domestik

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sifat Fisika Kimia Abu Terbang Abu terbang adalah bagian dari sisa pembakaran batubara berupa bubuk halus dan ringan yang diambil dari tungku pembakaran yang mempergunakan bahan

Lebih terperinci

AMOBILISASI ION Pb 2+ OLEH GEOPOLIMER HASIL SINTESIS DARI ABU LAYANG PT. IPMOMI PROBOLINGGO

AMOBILISASI ION Pb 2+ OLEH GEOPOLIMER HASIL SINTESIS DARI ABU LAYANG PT. IPMOMI PROBOLINGGO AMOBILISASI ION Pb 2+ OLEH GEOPOLIMER HASIL SINTESIS DARI ABU LAYANG PT. IPMOMI PROBOLINGGO Oleh: Ria Akmalia Fitriani 1408 100 079 pembimbing: Drs. M. Nadjib Mudjahid, MS. Hamzah Fansuri, M. Si. Ph. D.

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III. 1 Diagram Alir Penelitian Penelitian ini telah dilakukan dalam tiga bagian. Bagian pertama adalah penelitian laboratorium yaitu mensintesis zeolit K-F dari kaolin dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan Januari 2011. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material jurusan

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 15 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pembuatan Arang Aktif dari Sekam Padi Arang sekam yang telah diaktivasi disebut arang aktif. Arang aktif yang diperoleh memiliki ukuran seragam (210 µm) setelah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tahun 2011 di Laboratorium riset kimia makanan dan material untuk preparasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tahun 2011 di Laboratorium riset kimia makanan dan material untuk preparasi BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitiaan Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September tahun 2011 di Laboratorium riset kimia makanan dan material untuk preparasi

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN FLUX DOLOMITE PADA PROSES CONVERTING PADA TEMBAGA MATTE MENJADI BLISTER

PENGARUH PENAMBAHAN FLUX DOLOMITE PADA PROSES CONVERTING PADA TEMBAGA MATTE MENJADI BLISTER JURNAL TEKNIK POMITS Vol. x, No. x, (2014) ISSN: xxxx-xxxx (xxxx-xxxx Print) 1 PENGARUH PENAMBAHAN FLUX DOLOMITE PADA PROSES CONVERTING PADA TEMBAGA MATTE MENJADI BLISTER Girindra Abhilasa dan Sungging

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Lumpur Sidoarjo

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Lumpur Sidoarjo BAB IV PEMBAHASAN Pada bagian ini penulis akan membahas hasil percobaan serta beberapa parameter yang mempengaruhi hasil percobaan. Parameter-parameter yang berpengaruh pada penelitian ini antara lain

Lebih terperinci

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL B KARAKTERISASI LIMBAH FLY ASH BATUBARA SEBAGAI MATERIAL KONVERSI ADSORBEN DAN UJI KETAHANAN PANAS STRUKTURPADATAN

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL B KARAKTERISASI LIMBAH FLY ASH BATUBARA SEBAGAI MATERIAL KONVERSI ADSORBEN DAN UJI KETAHANAN PANAS STRUKTURPADATAN MAKALAH PENDAMPING : PARALEL B SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA IV Peran Riset dan Pembelajaran Kimia dalam Peningkatan Kompetensi Profesional Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERCOBAAN

BAB 3 METODE PERCOBAAN BAB 3 METODE PERCOBAAN 3.1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Pelaksanaan Analisis dilaksanakan di Laboratorium PT PLN (Persero) Sektor Pembangkitan dan Pengendalian Pembangkitan Ombilin yang dilakukan mulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Telah disadari bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi harus

BAB I PENDAHULUAN. Telah disadari bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi harus 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Telah disadari bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi harus dibayar oleh umat manusia berupa pencemaran udara. Dewasa ini masalah lingkungan kerap

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimental dan pembuatan keramik film tebal CuFe 2 O 4 dilakukan dengan metode srcreen

Lebih terperinci

AKTIVASI DAN KARAKTERISASI FLY ASH SEBAGAI MATERIAL ADSORBEN LIMBAH TIMBAL

AKTIVASI DAN KARAKTERISASI FLY ASH SEBAGAI MATERIAL ADSORBEN LIMBAH TIMBAL SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA V Kontribusi Kimia dan Pendidikan Kimia dalam Pembangunan Bangsa yang Berkarakter Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP UNS Surakarta, 6 April 2013

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 17 BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan dibahas diagram alir proses penelitian, peralatan dan bahan yang digunakan, variabel penelitian dan prosedur penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian Katalis umumnya diartikan sebagai bahan yang dapat mempercepat suatu reaksi kimia menjadi produk. Hal ini perlu diketahui karena, pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Preparasi 4.1.1 Sol Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan ZrOCl 2. 8H 2 O dengan perbandingan mol 1:4:6 (Ikeda, et al. 1986) dicampurkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk pembuatan kampas rem. Dalam perkembangan teknologi, komposit

I. PENDAHULUAN. untuk pembuatan kampas rem. Dalam perkembangan teknologi, komposit I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahan komposit merupakan salah satu bahan alternatif yang dapat digunakan untuk pembuatan kampas rem. Dalam perkembangan teknologi, komposit mengalami kemajuan yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan energi merupakan persoalan yang terus berkembang di

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan energi merupakan persoalan yang terus berkembang di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan energi merupakan persoalan yang terus berkembang di dunia. Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi penduduk dan semakin

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1 PENURUNAN KADAR CO 2 DAN H 2 S PADA BIOGAS DENGAN METODE ADSORPSI MENGGUNAKAN ZEOLIT ALAM Anggreini Fajar PL, Wirakartika M, S.R.Juliastuti, dan Nuniek

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. yang umum digunakan di laboratorium kimia, set alat refluks (labu leher tiga,

BAB III METODA PENELITIAN. yang umum digunakan di laboratorium kimia, set alat refluks (labu leher tiga, 24 BAB III METODA PENELITIAN A. Alat dan Bahan 1. Alat Alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah semua alat gelas yang umum digunakan di laboratorium kimia, set alat refluks (labu leher tiga,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 13 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris, negara yang sangat subur tanahnya. Pohon sawit dan kelapa tumbuh subur di tanah Indonesia. Indonesia merupakan negara penghasil

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 28 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Bahan Penelitian 1. Alat penelitian a. Motor diesel 4 langkah satu silinder Dalam penelitian ini, mesin yang digunakan untuk pengujian adalah Motor diesel 4 langkah

Lebih terperinci

Fahmi Wirawan NRP Dosen Pembimbing Prof. Dr. Ir. H. Djoko Sungkono K, M. Eng. Sc

Fahmi Wirawan NRP Dosen Pembimbing Prof. Dr. Ir. H. Djoko Sungkono K, M. Eng. Sc Fahmi Wirawan NRP 2108100012 Dosen Pembimbing Prof. Dr. Ir. H. Djoko Sungkono K, M. Eng. Sc Latar Belakang Menipisnya bahan bakar Kebutuhan bahan bakar yang banyak Salah satu solusi meningkatkan effisiensi

Lebih terperinci

JURNAL FEMA, Volume 2, Nomor 1, Januari 2014

JURNAL FEMA, Volume 2, Nomor 1, Januari 2014 PENGARUH VARIASI JENIS AIR DAN KONDISI AKTIVASI DARI ADSORBEN FLY ASH BATU BARA TERHADAP PRESTASI MESIN DAN KANDUNGAN EMISI GAS BUANG SEPEDA MOTOR KARBURATOR 4-LANGKAH Denfi Efendri 1) dan Herry Wardono

Lebih terperinci

Amobilisasi Kation Logam Berat Cr 3+ pada Geopolimer Berbahan Baku Abu Layang PT. IPMOMI

Amobilisasi Kation Logam Berat Cr 3+ pada Geopolimer Berbahan Baku Abu Layang PT. IPMOMI Amobilisasi Kation Logam Berat Cr 3+ pada Geopolimer Berbahan Baku Abu Layang PT. IPMOMI Oleh : Anif Fatmawati NRP : 1410 100 076 Pembimbing : Hamzah Fansuri, M.Si., Ph.D Senin, 11 Agustus 2014 Jurusan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini, mesin yang digunakan untuk pengujian adalah

III. METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini, mesin yang digunakan untuk pengujian adalah 40 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Bahan Penelitian 1. Alat penelitian a. Motor diesel 4 langkah satu silinder Dalam penelitian ini, mesin yang digunakan untuk pengujian adalah Motor diesel 4 langkah

Lebih terperinci

Pengaruh Penambahan Abu Terbang (Fly Ash) Terhadap Kuat Tekan Mortar Semen Tipe PCC Serta Analisis Air Laut Yang Digunakan Untuk Perendaman

Pengaruh Penambahan Abu Terbang (Fly Ash) Terhadap Kuat Tekan Mortar Semen Tipe PCC Serta Analisis Air Laut Yang Digunakan Untuk Perendaman Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 213 Pengaruh Penambahan Abu Terbang (Fly Ash) Terhadap Kuat Tekan Mortar Semen Tipe PCC Serta Analisis Air Laut Yang Digunakan Untuk Perendaman Yulizar Yusuf,

Lebih terperinci

PENGUJIAN PENGGUNAAN KATALISATOR BROQUET TERHADAP EMISI GAS BUANG MESIN SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH

PENGUJIAN PENGGUNAAN KATALISATOR BROQUET TERHADAP EMISI GAS BUANG MESIN SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH PENGUJIAN PENGGUNAAN KATALISATOR BROQUET TERHADAP EMISI GAS BUANG MESIN SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH Pradana Aditya *), Ir. Arijanto, MT *), Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Skema interaksi proton dengan struktur kaolin (Dudkin et al. 2004).

HASIL DAN PEMBAHASAN. Skema interaksi proton dengan struktur kaolin (Dudkin et al. 2004). 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Adsorben Penelitian ini menggunakan campuran kaolin dan limbah padat tapioka yang kemudian dimodifikasi menggunakan surfaktan kationik dan nonionik. Mula-mula kaolin dan

Lebih terperinci

Pemanfaatan Bentonit Dan Karbon Sebagai Support Katalis NiO-MgO Pada Hidrogenasi Gliserol

Pemanfaatan Bentonit Dan Karbon Sebagai Support Katalis NiO-MgO Pada Hidrogenasi Gliserol Pemanfaatan Bentonit Dan Karbon Sebagai Support Katalis NiO-MgO Pada Hidrogenasi Gliserol Oleh : Ferlyna Sari 2312 105 029 Iqbaal Abdurrokhman 2312 105 035 Pembimbing : Ir. Ignatius Gunardi, M.T NIP 1955

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging optimal pada sintesis zeolit dari abu sekam padi pada temperatur kamar

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Fisher Indicator Universal Hotplate Stirrer Thermilyte Difraktometer Sinar-X Rigaku 600 Miniflex Peralatan Gelas Pyrex

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Padi merupakan produk utama pertanian di negara-negara agraris, termasuk Indonesia. Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat konsumsi beras terbesar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 DIAGRAM ALIR PENELITIAN Gambar 3.1 di bawah ini memperlihatkan diagram alir dalam penelitian ini. Surfaktan P123 2 gr Penambahan Katalis HCl 60 gr dengan variabel Konsentrasi

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2012

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2012 Oleh : Rr. Adistya Chrisafitri 3308100038 Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Nieke Karnaningroem, M.Sc. JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2012

Lebih terperinci

BAB III BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September

BAB III BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September BAB III BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September tahun 2011 di Laboratorium Riset kimia makanan dan material, untuk

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN ANALISIS

BAB IV DATA DAN ANALISIS BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Karakterisasi Abu Ampas Tebu ( Sugarcane Ash ) 4.1.1 Analisis Kimia Basah Analisis kimia basah abu ampas tebu (sugarcane ash) dilakukan di Balai Besar Bahan dan Barang Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencemaran lingkungan oleh logam berat menjadi masalah yang cukup serius seiring dengan penggunaan logam berat dalam bidang industri yang semakin meningkat. Keberadaan

Lebih terperinci

yang digunakan adalah sebagai berikut. Perbandingan kompresi : 9,5 : 1 : 12 V / 5 Ah Kapasitas tangki bahan bakar : 4,3 liter Tahun Pembuatan : 2004

yang digunakan adalah sebagai berikut. Perbandingan kompresi : 9,5 : 1 : 12 V / 5 Ah Kapasitas tangki bahan bakar : 4,3 liter Tahun Pembuatan : 2004 24 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Bahan Pengujian. Spesifikasi motor bensin 4-langkah 0 cc Dalam penelitian ini, mesin uji yang digunakan adalah motor bensin 4- langkah 0 cc, dengan merk Suzuki

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode eksperimen yang dilakukan melalui tiga tahap yaitu tahap pembuatan magnet barium ferit, tahap karakterisasi magnet

Lebih terperinci

LAPORAN SKRIPSI PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN KATALIS PADAT BERPROMOTOR GANDA DALAM REAKTOR FIXED BED

LAPORAN SKRIPSI PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN KATALIS PADAT BERPROMOTOR GANDA DALAM REAKTOR FIXED BED LAPORAN SKRIPSI PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN KATALIS PADAT BERPROMOTOR GANDA DALAM REAKTOR FIXED BED Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Achmad Roesyadi, DEA Oleh : M Isa Anshary 2309 106

Lebih terperinci

Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian III.2. Alat dan Bahan III.2.1. Alat III.2.2 Bahan

Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian III.2. Alat dan Bahan III.2.1. Alat III.2.2 Bahan Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan Januari hingga April 2008 di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Institut Teknologi Bandung. Sedangkan pengukuran

Lebih terperinci