BUKU PERENCANAAN PROGRAM DAN ANGGARAN DEPARTEMEN AGAMA TAHUN 2009

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BUKU PERENCANAAN PROGRAM DAN ANGGARAN DEPARTEMEN AGAMA TAHUN 2009"

Transkripsi

1 BUKU PERENCANAAN PROGRAM DAN ANGGARAN DEPARTEMEN AGAMA TAHUN 2009 A. PENDAHULUAN Departemen Agama mempunyai tugas membantu Presiden dalam menyelenggarakan sebagian tugas pemerintahan di bidang keagamaan. Dalam menyelenggarakan tugasnya, Departemen Agama menjalankan 5 fungsi dan 21 program, yaitu sebagai berikut : 1. Fungsi Pelayanan Umum, 6 program : a. Program Penerapan Kepemerintahan yang baik b. Program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Negara c. Program Penataan Kelembagaan dan Ketatalaksanaan d. Program Pengelolaan Sumber Daya Manusia e. Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik f. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Negara 2. Fungsi Pariwisata dan Budaya, 1 program : a. Program Pembinaan dan Peningkatan Partisipasi Pemuda 3. Fungsi Agama, 5 program : a. Program Peningkatan Pelayanan Kehidupan Beragama b. Program Peningkatan Pemahaman, Penghayatan, Pengamalan dan Pengembangan Nilai Nilai Keagamaan c. Program Peningkatan Kerukunan Umat Beragama d. Program Penelitian dan Pengembangan Agama e. Program Pengembangan Lembaga Lembaga Sosial Keagamaan dan Lembaga Pendidikan Agama 4. Fungsi Pendidikan, 8 program : a. Program Pendidikan Anak Usia Dini b. Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun c. Program Pendidikan Menengah d. Program Pendidikan Non Formal e. Program Pendidikan Tinggi f. Program Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan g. Program Manajemen Pelayanan Pendidikan h. Program Peningkatan Pendidikan Agama dan Keagamaan 5. Fungsi Perlindungan Sosial, 1 program : a. Program Penguatan Kelembagaan Pengarustamaan Gender dan Anak 1

2 Sesuai Peraturan Menteri Agama Nomor 3 Tahun 2006 Bab I Bagian Ketiga Pasal 3, secara spesifik fungsi Departemen Agama dijelaskan sebagai berikut: 1. Melakukan perumusan kebijakan nasional, kebijakan pelaksanaan dan kebijakan teknis di bidang keagamaan 2. Melakukan pelaksanaan urusan pemerintahan di bidang keagamaan 3. Melakukan pengelolaan barang milik/kekayaan negara 4. Melakukan pengawasan pelaksanaan tugas di bidang pembangunan kehidupan beragama 5. Melakukan penyampaian laporan hasil evaluasi, saran dan pertimbangan di bidang pelaksanaan tugas dan fungsi departemen kepada Presiden. Memasuki Renstra diperkirakan pemerintah masih menghadapi pertumbuhan ekonomi yang belum menggembirakan, mengingat sektor riil, sektor pendidikan, sektor kesehatan dan sektor pertambangan dan energi yang mempunyai korelasi langsung pada tingkat kesejahteraan dan kualitas manusia Indonesia terkena dampak krisis ekonomi global. Tahun 2009, Pemerintah masih akan memberlakukan kebijakan penekanan pengeluaran terhadap government expenditure atau belanja pemerintah. Kebijakan APBN 2009 tidak banyak mengalami perubahan signifikan dari APBN 2008, kecuali untuk sektor pendidikan. Untuk sektor pendidikan pemerintah berupaya memenuhi amanat Undang Undang Dasar (amandemen) tentang penyediaan dana pendidikan sebesar minimal 20 % dari APBN/APBD. Belanja pemerintah lainnya masih harus dicadangkan untuk menutupi dampak bencana alam dan peningkatan hidup rakyat miskin, mengatasi peningkatan jumlah pengangguran akibat krisis global ekonomi serta menutup pembayaran hutang luar negeri. Oleh karena itu, secara umum anggaran tahun 2009 kementerian/lembaga tidak banyak mengalami peningkatan yang signifikan kecuali pada kementerian/lembaga yang mengelola pendidikan. Terhadap kebijakan pemerintah tentang alokasi kenaikan anggaran pendidikan maka total anggaran Departemen Agama tahun 2009 mengalami peningkatan signifikan yang semula sebesar Rp , (2008) menjadi Rp ,.(2009) atau naik 64,41 %. Data time series anggaran Departemen Agama per tahun sejak tahun terjadi peningkatan yang signifikan sebagaimana terlihat dalam grafik 1 di bawah. Kenaikan anggaran sebagaimana tersebut, atas perjuangan dan bantuan seluruh satuan organisasi di lingkungan Departemen Agama Pusat dan 2

3 Daerah terutama dalam membantu tersedianya bahan/data untuk penyusunan program, anggaran dan kegiatan Departemen Agama. Grafik 1 Perkembangan Anggaran Departemen Agama Tahun *) Pagu Definitif Depag 2008 Rp ,- dirubah dengan SE Menkeu Nomor : SE-375/MK.02/2008 menjadi Rp ,- **) Ada tambahan anggaran Depag Tahun 2008 sebesar Rp yang bersumber dari bagian anggaran 69 untuk Program Pendidikan Tinggi ***) Pagu Definitif Depag 2009 sesuai Surat Edaran Menteri Keuangan No. SE-1615/MK.02/2008 tanggal 31 Oktober 2008 tentang Pagu Definitif Kementerian Negara/Lembaga Tahun ****) Anggaran tahun 2010 adalah proyeksi usulan anggaran Tabel 1 Perbandingan APBN-P Departemen Agama Tahun 2008 Dengan Tahun 2009 *) APBN-P Dep. Agama Tahun 2008 sudah termasuk pagu luncuran sebesar Rp ,- **) Pagu Definitif 2009 sesuai Surat Edaran Menteri Keuangan No. SE-1615/MK.02/2008 tanggal 31 Oktober 2008 tentang Pagu Definitif Kementerian Negara/Lembaga Tahun

4 Tabel 2 Struktur Anggaran Departemen Agama Tahun 2008 dan Tahun 2009 NO. JENIS PENGELUARAN APBN-P 2008 *) APBN /(-) Belanja Pegawai Mengikat ,11% 2. Belanja Barang Mengikat ,41% a. Belanja barang Operasional (0002) ,62% b. Belanja barang Tupoksi (0003) ,80% 3. Prioritas RKP ,88% 4. P/HLN (30,87%) 5. Pendamping P/HLN (100,00%) 6. PNBP dan BLU ,22% 7. Prioritas Depag ,93% JUMLAH ,41% *) APBN-P Tahun 2008 adalah sebesar Rp dan luncuran P/HLN sebesar Rp ,- sehingga total anggaran tahun 2008 adalah Rp ,- Dengan memperhatikan perkembangan data time series pada grafik 1 dan tabel 1 tentang Perbandingan Anggaran Depag Tahun 2008 : 2009 seperti tersebut di atas, jika dikaji lebih jauh, penyebab kenaikan anggaran Departemen Agama itu sangat dipengaruhi antara lain oleh 2 hal berikut: 1. Upaya pemerintah dalam memenuhi amanat UUD 1945 yang telah diamandemen. Undang Undang menyebutkan bahwa anggaran belanja pendidikan sekurang kurangnya 20% dari total APBN dan APBD. Hal ini menyebabkan anggaran Fungsi Pendidikan yang berada dalam komponen biaya APBN Departemen Agama ikut terbawa naik. 2. Adanya kenaikan komponen belanja pegawai. Departemen Agama mempunyai jumlah pegawai yang begitu besar di antara 74 kementerian/lembaga. Data kekuatan pegawai Tahun 2007 berjumlah pegawai yang tersebar di 33 propinsi, dari tingkat kecamatan sampai dengan tingkat pusat. Kenaikan gaji PNS sebesar 15 % mempengaruhi secara signifikan kenaikan angka kebutuhan belanja pegawai Departemen Agama secara keseluruhan. Pendekatan strategi dan kebijakan Departemen Agama dalam penyusunan kebutuhan anggaran menggunakan pendekatan strategi kebutuhan fungsi yaitu Pendekatan Fungsi Pendidikan dan Fungsi Agama. Kebutuhan kedua fungsi ini tetap terus disampaikan Departemen Agama kepada Pemerintah melalui Bappenas, Departemen Keuangan, DPR, praktisipraktisi dan tokoh masyarakat untuk meyakinkan Pemerintah bahwa Departemen Agama tetap membutuhkan kenaikan anggaran pada tahun 4

5 , mengingat beban Departemen Agama dalam melaksanakan tugas dan fungsinya di era globalisasi ini cukup berat, sehingga korelasi terhadap isu isu strategis pembangunan pemerintahan dewasa ini sebagaimana disebutkan di atas bagi Departemen Agama perlu mendapat perhatian khusus. Kedua pendekatan ini merupakan kunci keberhasilan (Key to Sucsess) Departemen Agama dalam hal peningkatan jumlah anggaran di samping peran serta seluruh satuan organisasi di lingkungan Departemen pusat dan daerah dalam menyediakan data pendukung perencanaan. Korelasi permasalahan mendasar bagi jajaran Departemen Agama untuk pembangunan bangsa dapat dijabarkan sebagaimana tersebut di bawah ini dengan menentukan langkah langkah progresif yang berkelanjutan. Korelasi penjabaran permasalahan mendasar tersebut adalah sebagai berikut: 1. Penanggulangan dampak negatif globalisasi, modernisasi dan reformasi 2. Internalisasi nilai nilai demokrasi dan HAM 3. Indikator pembangunan bidang agama 4. Peningkatan pelayanan peribadatan 5. Perluasan wawasan dan peningkatan pendalaman keagamaan 6. Pengembangan data dan informasi kegamaan 7. Pemantapan hubungan dan kerukunan antar umat beragama 8. Pemberdayaan dan peningkatan peran tempat ibadah dan lembaga keagamaan 9. Peningkatan mutu pendidikan agama dan keagamaan 10. Peningkatan sarana keagamaan 11. Peningkatan kualitas keluarga sakinah / sukinah / hita sukaya, bahagia dan masyarakat madani 12. Pemberdayaan umat melalui mobilisasi potensi zakat, wakaf produktif dan dana keagamaan lainnya 13. Peningkatan fungsi budaya dan rekreasi bidang agama melalui program pengembangan budaya dan rekreasi yang bernuansa religius 14. Penguatan kelembagaan, peningkatan pegarusutamaan gender dan perlindungan anak. B. DASAR HUKUM 1. UUD 1945 yang telah diamandemen; 2. UU No. 16 Tahun 1997 tentang Statistik; 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 4. UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas; 5

6 5. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara; 6. UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; 7. UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat & Daerah; 8. UU No. 13 Tahun 2006 tentang APBN; 9. UU No. 45 Tahun 2007 tentang APBN UU No. 16 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas Undang Undang Nomor 45 Tahun 2007 tentang APBN Tahun UU No. 41 Tahun 2008 tentang APBN Tahun PP No. 20 Tahun 2004 tentang RKP; 13. PP No. 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan RKA KL; 14. PP No. 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan 15. PP Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Keagamaan 16. Inpres No. 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan e Government; 17. Instruksi Menteri Agama Nomor 1 Tahun 2007 tentang Peningkatan Koordinasi Lintas Sektoral 18. Permenkeu No.571/KMK.06/2004 tentang Juknis Penyelesaian DIPA; 19. Permenkeu No. 59/PMK.06/2005 tentang Sistem Akuntansi & Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat; 20. KMA No. 116 Tahun 1995 tentang Sistem Perencanaan Departemen Agama; 21. PMA No. 32 Tahun 2005 tentang Renstra Departemen Agama; 22. PMA No. 3 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Agama; 23. PMA No. 8 Tahun 2006 tentang Visi dan Misi Departemen Agama. 24. Surat Edaran Menteri Keuangan Nomor SE 790/MK.02/2007 Tanggal 30 Oktober 2007 tentang Pagu Definitif Kementerian/Lembaga Tahun 2008; 25. Surat Edaran Menteri Keuangan Nomor SE 375/MK.02/2007 Tanggal 11 April 2008 tentang Perubahan Anggaran Belanja Kementerian/Lembaga dalam APBN P Tahun 2008; 26. SEB Menteri Negara PPN / Ka BAPPENAS dan Menteri Keuangan Nomor 0081/M.PPN/04/2008 dan Nomor: SE.357/MK/2008 tanggal 4 April 2008 tentang Pagu Indikatif Kementerian/Lembaga Tahun SE Menkeu nomor SE 1615/MK.02/2008 tanggal 31 Oktober 2008 tentang Pagu Definitif Kementerian/Lembaga Tahun

7 C. VISI, MISI, TUGAS DAN FUNGSI DEPARTEMEN AGAMA Peraturan Menteri Agama No. 8 Tahun 2006 tentang Visi dan Misi Departemen Agama dan Peraturan Menteri Agama No. 3 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Agama menjelaskan: 1. Visi Terwujudnya masyarakat Indonesia yang taat beragama, maju, sejahtera, dan cerdas serta saling menghormati antar sesama pemeluk agama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia 2. Misi Meningkatkan kualitas bimbingan, pemahaman, pengamalan, dan pelayanan kehidupan beragama Meningkatkan penghayatan moral dan etika keagamaan Meningkatkan kualitas pendidikan umat beragama Meningkatkan kualitas penyelenggaraan haji Memberdayakan umat beragama dan lembaga keagamaan Memperkokoh kerukunan umat beragama Mengembangkan keselarasan pemahaman keagamaan dengan wawasan kebangsaan Indonesia 3. Tugas Membantu Presiden dalam menyelenggarakan sebagian tugas pemerintahan di bidang keagamaan 4. Fungsi Perumusan kebijakan nasional, kebijakan pelaksanaan, dan kebijakan teknis di bidang keagamaan Pelaksanaan urusan pemerintah di bidang keagamaan Pengelolaan barang milik/kekayaan negara Pengawasan atas pelaksanaan tugas di bidang pembinaan kehidupan keagamaan Penyampaian laporan hasil evaluasi, saran dan pertimbangan di bidang pelaksanaan tugas dan fungsi Departemen kepada Presiden. Sebagaimana pada umumnya tipe organisasi departemen/lembaga negara yang bentuknya tersentralisasi, Departemen Agama dipandang memiliki nilai strategis kedudukannya dalam penyelenggaraan pemerintahan. 7

8 Selain tujuan pembangunan bidang agama sebagaimana yang telah ditetapkan pada Peraturan Menteri Agama Nomor 32 Tahun 2005 tentang Rencana Strategis (Renstra) Departemen Agama , dalam menghadapi tugas tugas pembangunan yang semakin kompleks dewasa ini, Departemen Agama diharapkan harus mampu menciptakan sesuatu yang mempunyai Nilai Tambah (Value Added) dalam mengisi tugas tugas pembangunan di setiap lini, baik pada tingkat pusat maupun jajaran tingkat daerah. Departemen Agama harus mampu meningkatkan kinerja dan profesionalisme serta dapat membangkitkan etos kerja yang bernuansa agama. Guna meningkatkan nilai tambah dari tugas dan fungsi Departemen Agama dalam melaksanakan pembangunan bidang keagamaan dimaksud maka setiap lini di satuan organisasi harus mampu mendayagunakan seluruh assset atau kekuatan yang dimiliki untuk menangkap peluang yang ada dengan cara menggali potensi potensi terpendam yang dimiliki, menciptakan terobosan kegiatan strategis internal Departemen Agama dan lintas sektoral dalam rangka melebarkan sayap mengambil manfaat melalui peningkatan kooordinasi lintas sektoral antara lain sebagaimana ditegaskan dalam Instruksi Menteri Agama Nomor 1 Tahun 2007 tentang peningkatan koordinasi lintas sektoral. Salah satu contoh diketahui bahwa nilai tambah pegawai Departemen Agama, mereka harus mampu memupuk, membina dan meningkatkan kadar iman sumber daya aparatur dalam bekerja. Bila kadar iman sumber daya aparatur tersebut sudah baik maka dalam pelaksanaan pekerjaannya dapat menghindari hal hal yang bersifat destruktif (merusak) seperti KKN atau menghindari inefisiensi terhadap aset negara. Demikian pula pada siswa di madrasah atau pondok pesantren, selain mereka menerima materi yang bersifat nasional (umum) sesuai yang digariskan dalam Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, mereka juga mampu mengaktualisasikan nilai nilai agama dalam pembangunan dan seterusnya. Seluruh lini aparatur Departemen Agama harus mampu memanfaatkan peluang untuk mengisi pembangunan manusia yang berkelanjutan dan beriman. Secara umum cakupan lingkup tugas dan fungsi Departemen Agama itu memang cukup besar. Bila permasalahan publik bangsa ini dikorelasikan dengan permasalahan tugas dan fungsi yang ada di Departemen Agama dan dilihat dari faktor Analisa SWOT (Strength, Weakness, Opportunity dan Treat) maka secara spesifik terdapat 3 tantangan kondisi bagi Departemen Agama. Tiga tantangan kondisi sebagaimana tersebut yaitu : 8

9 1. Tantangan Kondisi Lingkungan Global Sejak ditetapkan UU No. 45 Tahun 2007 tentang APBN tahun 2008, telah terjadi perubahan dan perkembangan yang sangat berarti pada faktor internal maupun eksternal dan berdampak signifikan pada indikator ekonomi makro yang menjadi dasar perhitungan APBN tahun 2008 tersebut. Asumsi pertumbuhan ekonomi 6,8 % turun menjadi 6,4 %, inflasi 6 % menjadi naik 6,5 %, nilai tukar rupiah Rp , per US$ naik dalam kisaran mencapai Rp , per US$, asumsi harga minyak mentah Indonesia (ICP) US$ 60,0 per barel berubah menjadi US$ 95,0 per barel. Berdasarkan angka perubahan tersebut di atas maka perlu dilakukan penyesuaian terhadap APBN 2008 dan ditetapkan dengan Undang Undang Nomor 16 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Undang Undang Nomor 45 Tahun 2007 tentang APBN Tahun Tantangan Kondisi Lingkungan Nasional Tugas dan fungsi Departemen Agama mempunyai korelasi langsung dengan kepentingan publik, dimana situasi dan kondisi publik khususnya pada tubuh pemerintahan saat ini tengah menghadapi berbagai permasalahan internal dan mendasar. Dampak dari permasalahan semua itu akan menjadi beban bagi pelaksanaan tugas dan fungsi Departemen Agama. Diperkirakan, beban sebagaimana tersebut akan berlangsung sampai Permasalahan yang mendasar pada bangsa ini dan mau tidak mau turut menjadi perhatian bagi Departemen Agama antara lain : a. Kondisi ekonomi yang belum mapan mengakibatkan menurunnya tingkat kesejahteraan rakyat dan munculnya berbagai masalah sosial mendasar seperti pengangguran dan kemiskinan, kondisi politik yang tidak stabil dan konflik sosial di berbagai daerah, kemudian ditambah juga dengan berbagai bencana alam. b. Rendahnya kualitas sumber daya manusia yang ditandai antara lain dengan rendahnya hasil hasil pendidikan yang belum mampu memenuhi hak hak dasar warga negara, masih tingginya angka buta aksara dan disparitas tingkat pendidikan kelompok mampu dan penduduk miskin kota dan desa. c. Derajat kesehatan dan status gizi masyarakat yag masih rendah, tercermin dengan masih tingginya angka kematian bayi, kematian ibu melahirkan dan rentan penyakit akibat kekurangan gizi. 9

10 d. Tingginya laju pertumbuhan penduduk dan kuantitas penduduk, kurangnya pengetahuan dan kesadaran pasangan usia subur dan remaja akan hak hak reproduksi, masih tingginya usia kawin muda dan kurangnya penyuluhan agama terhadap calon pengantin. e. Rendahnya partisipasi perempuan dalam pembangunan, disamping masih adanya berbagai bentuk praktek diskriminasi terhadap perempuan dan terjadinya kesenjangan partisipasi politik kaum perempuan yang bersumber dari ketimpangan struktur sosiokultural masyarakat. f. Munculnya konflik kepentingan antara ekonomi sumber daya alam (pertambangan, kehutanan) dengan lingkungan yang diakibatkan adanya kebijakan yang cenderung berpihak terhadap kegiatan eksploitasi sumber daya alam dan berakibat lemahnya kelembagaan pengelolaan dan penegakan hukum. g. Kesenjangan pembangunan antar daerah yang masih lebar terutama antara Jawa luar Jawa, antara Kawasan Barat Indonesia (KBI) Kawasan Timur Indonesia (KTI), serta antara kota desa. h. Terbatasnya kemampuan pemerintah dalam pembangunan infrastruktur terutama pada daerah daerah terpencil termasuk melakukan rehabilitasi terhadap kondisi infrastruktur yang telah rusak. 3. Tantangan Kondisi internal Departemen Agama Di lingkungan internal Departemen Agama, masih banyak faktor yang harus dibenahi agar pembangunan bidang agama dapat mencapai sasaran sesuai yang ditetapkan. Di bidang sumber daya manusia, sebagian pegawai Departemen Agama belum dapat melaksanakan tugasnya masing masing. Kelemahan tersebut terjadi antara lain karena rekrutmen pegawai belum berjalan sesuai tuntutan paradigma baru yang berkembang dan belum berdasarkan analisis jabatan yang cermat. Penempatan pegawai yang tidak sesuai dengan skill yang dimiliki (the right man on the wrong place) menyebabkan pegawai tidak cakap dalam menyelesaikan tugasnya. Selain lemahnya kualitas sumber daya manusia pegawai Departemen Agama, dari segi kuantitas pegawai memang besar tetapi ternyata besaran tersebut belum sesuai kebutuhan, sebagai contoh; kebutuhan jumlah tenaga guru masih kurang. Tenaga guru untuk Madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah maupun Aliyah sejauh ini dirasakan belum memadai. Demikian juga untuk guru guru agama di sekolah umum masih 10

11 perlu ditambah. Kondisi yang sama juga dialami oleh dunia pendidikan Kristen, Katolik, Hindu maupun Buddha. Walaupun setiap tahun pengangkatan tenaga guru diutamakan, utamanya pengangkatan tenaga guru honorer yang mengalami hambatan. Jumlah guru honorer yang diangkat jauh dari yang diusulkan. Hal ini tentunya berpengaruh terhadap mutu pendidikan anak serta mentalitas bangsa. Dari sisi lain, permasalahan di bidang pendidikian terjadi karena distribusi atau penyebaran tenaga administrasi kurang merata. Oleh karena itu, selain perlunya peninjauan penyebaran tenaga administrasi, juga perlu usaha untuk peningkatan tenaga administasi menjadi pegawai fungsional atau sebaliknya membatasi tenaga fungsional yang akan beralih profesi ke tenaga administrasi. Minimnya jumlah sumber daya manusia yang melayani bidang sosial keagamaan juga dapat dilihat pada kurangnya jumlah tenaga penyuluh keagamaan. Padahal, di beberapa daerah terpencil dimana sarana pendidikan agama dan keagamaan sangat terbatas, maka peran tenaga penyuluh sangat signifikan dalam memberikan bimbingan keagamaan. Sementara, kebijakan pembinaan kepegawaian terhadap tenaga penyuluh yang sudah ada juga tidak mendorong terbangunnya etos kerja. Sebagian tenaga penyuluh yang ada masih berstatus honorer dan jumlah honor penyuluh yang mereka terima sangat kecil dan masih jauh dari kelayakan standar upah minimum regional, sehingga penghasilannya sangat tidak mencukupi kebutuhan hidupnya. Secara manusiawi, hal ini tentu akan berpengaruh terhadap pelaksanaan tugas sebagai penyuluh agama. Data Penyuluh Agama PNS (Pinmas 2005) berjumlah terdiri : Islam 2.137, Kristen 4.858, Katolik 2.547, Hindu dan Buddha Sementara jumlah Penyuluh Agama Non PNS pada kegiatan prioritas RKP Departemen Agama tahun 2008 berjumlah orang dengan honor per bulan hanya Rp ,. Sementara itu jumlah umat beragama yang dilayani terus berkembang sejalan dengan perkembangan jumlah penduduk yang terus bertambah. Jumlah pemeluk agama sampai tahun 2005 berdasarkan data statistik yang diterbitkan BPS tahun 2005 berjumlah jiwa, dengan rincian: pemeluk agama Islam (88,58% ), pemeluk agama Kristen (5,79%), pemeluk agama Katolik (3,07%), pemeluk agama Hindu (1,73%), pemeluk agama Budha (0,61%), pemeluk agama Kong Hu Cu (0,10%) dan lainnya (0,11%). Jumlah pemeluk agama seperti 11

12 gambaran data tesebut, dilihat dari satu sisi sebagai subjek pembangunan adalah merupakan potensi yang dapat digerakkan untuk kemajuan pembangunan bangsa, namun dari sisi sebagai objek pembangunan, bahwa kondisi bangsa kita itu sangat plural sehingga memerlukan kearifan dalam penetapan kebijakan kebijakan termasuk kebijakan pada sektor agama. Tabel 3 Jumlah Penduduk Indonesia Tahun 2005 No Agam a Jumlah Penduduk % 1 Islam ,58 2 Kristen ,79 3 Katholik ,07 4 Hindu ,73 5 Budha ,61 6 Kong Hu Cu ,10 7 Lainnya ,11 Jum lah Sumber BPS: SUPAS 2005 Cat: Sesuai hasil SUPAS Tahun 2005 jumlah penduduk Indonesia sebanyak orang, namun yang tercatat dengan karakteristiknya hanya orang. Grafik 2 Jumlah Penduduk Indonesia Tahun

13 Tabel 4 Jumlah Penduduk per-propinsi Menurut Agama Tahun 2005 No. Propinsi Islam Katholik Protestan Hindu Budha Kong hu chu Lainnya Nanggroe Aceh darussalam 1 2 Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat 30 Maluku Maluku Utara Irian Jaya Barat 33 Papua Total Persentase 88,58% 3,07% 5,79% 1,73% 0,61% 0,10% 0,11% 100% Sumber BPS: SUPAS 2005 Cat: 1. Sesuai hasil SUPAS Tahun 2005 jumlah penduduk Indonesia sebanyak orang, namun yang tercatat dengan karakteristiknya hanya orang. 2) Jumlah penduduk Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam belum termasuk (ada pendataan tersendiri setelah tsunami). Dimungkinkan setelah pendataan total jumlah penduduk akan bertambah 3) Sulawesi Barat masuk ke Sulawesi Selatan dan Irian Jaya Barat masuk ke Papua Agama Selain masalah kuantitas dan kualitas sumber daya manusia di Departemen Agama, sarana dan prasarana kantor masih banyak yang memprihatinkan. Sebagai gambaran, Kantor Urusan Agama, khususnya di luar Jawa, masih banyak yang belum memiliki kantor yang memadai, apalagi dengan adanya pemekaran wilayah maka penambahan gedung/kantor itu merupakan kebutuhan yang tidak bisa ditawar tawar lagi. Begitu pula terhadap kebutuhan gedung balai nikah yang layak merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan dengan kebutuhan Total 13

14 masyarakat agamis. Masyarakat melaksanakan proses administrasi pernikahan dan bahkan akad nikah banyak juga dilakukan di gedung balai nikah. Jadi dilihat dari sisi kebutuhan, tugas dan fungsi Kantor Departemen Agama Kecamatan merupakan ujung tombak pelayanan Departemen Agama yang langsung dirasakan manfaatnya oleh masyarakat bawah. Pelayanan terhadap jamaah haji sering kali dianggap sebagai barometer pelayanan dari Departemen Agama, di samping itu penyelenggaraan ibadah haji juga membawa nama baik dan martabat bangsa. Namun setiap musim haji sering kali muncul permasalahan karena terbatasnya sarana dan prasarana, pembinaan yang masih terbatas dan pelayanan yang belum optimal. Berbagai kondisi yang ada di lingkungan internal Departemen Agama seperti tergambar di atas, menjadi satu tantangan agar pembangunan bidang agama mampu meminimalisasi kekurangan dan kelemahan yang ada serta mempertahankan potensi yang selama ini menjadi pendukung bagi suksesnya pembangunan bidang agama. Oleh karenanya peningkatan anggaran Departemen Agama fungsi agama sebagai salah satu solusi peningkatan kinerja menjadi prioritas kebutuhan. D. KEBIJAKAN PENYUSUNAN PROGRAM DEPARTEMEN AGAMA TAHUN 2009 Dalam rangka penyusunan program Departemen Agama tahun 2009 telah dilakukan upaya sinkronisasi program dan anggaran pada jajaran eselon I, agar program Departemen Agama dapat lebih efisien dan memenuhi asas kesinambungan dan saling berkait menuju pencapaian visi dan misi Departemen Agama. Tahun 2009 Departemen Agama tetap memprioritaskan penekanan kenaikan anggaran untuk fungsi pendidikan dan fungsi agama. Melalui surat Menteri Agama Nomor: MA/28/2008 Tanggal 25 Februari 2008 perihal Usulan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga Departemen Agama Tahun 2009 yang ditujukan kepada Menteri Negara/Kepala Bappenas, Menteri Keuangan dan Ketua Komisi VIII DPR, Menteri Agama menyampaikan Usulan Program dan Anggaran Departemen Agama Tahun 2009 sebesar Rp , yang terdiri dari: 14

15 Fungsi Pelayanan Umum Rp , Fungsi Pariwisata dan Budaya Rp , Fungsi Agama RP , Fungsi Pendidikan Rp , Fungsi Perlindungan Sosial RP ,... Jumlah = Rp , Usulan tersebut disusun dengan memperhatikan program program prioritas yang tertuang dalam: Peraturan Presiden No.7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) PMA No. 32 Tahun 2005 tentang Rencana Strategis Departemen Agama Tahun UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Undang Undang Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Keagamaan Instruksi Menteri Agama Nomor 1 Tahun 2007 tentang Peningkatan Koordinasi Lintas Sektoral. Selain memperhatikan Peraturan dan Undang Undang sebagaimana tersebut di atas, juga memperhatikan: Hasil konsultasi pimpinan satuan kerja pusat, daerah dan unit pelaksanan teknis di lingkungan Departemen Agama yang diselenggarakan pada tanggal Februari 2008 di Batam, Kepulauan Riau. Hasil hasil rapat koordinasi secara intensif dengan unit unit terkait. Dasar Kebijakan yang menjadi fokus utama dalam penyusunan anggaran Departemen Agama Tahun 2009 adalah: RPJMN RKP 2009 Renstra Pendidikan Nasional Renstra Departemen Agama

16 Bagan Proses Penetapan Anggaran Departemen Agama Tahun 2009 Surat MENAG No. MA/28/2008 tanggal 25 Februari 2008 Diusulkan RAPBN Dep. Agama Tahun 2009 Rp ,- Surat Edaran Bersama Meneg PPN/Kepala Bappenas dan Menteri Keuangan No. 0081/M.PPN/04/2008 dan SE-357 /MK/2008 Tanggal 4 April 2008 Dep. Agama Tahun 2009 Mendapatkan Pagu Indikatif Rp ,- Surat Edaran Menteri Keuangan Nomor SE-852/MK.02/2008 tanggal 10 Juli 2008 Dep. Agama Mendapatkan Pagu Sementara Rp ,- SE Menkeu Nomor SE-1615/MK.02/2008 Tgl 31/10/2008 Penghematan Anggaran Rp Tambahan Anggaran Fungsi Pendidikan Rp Surat Edaran Menteri Keuangan Nomor SE-1615/MK.02/2008 Tanggal 31 Oktober 2008 Pagu Definitif Dep. Agama Tahun 2009 Rp

17 Anggaran Fungsi Pendidikan tahun 2009 mendapat kenaikan yang signifikan sesuai dengan kebijakan pemerintah yang dituangkan melalui Surat Edaran Menteri Keuangan Nomor SE 1615/MK.02/2008 tanggal 31 Oktober 2008 tentang Pagu Defiitif Kementerian Negara/Lembaga Tahun 2009 maka Departemen Agama memperoleh tambahan anggaran Fungsi Pendidikan menjadi sebesar Rp ,, naik Rp , 81% dari pagu Fungsi pendidikan APBN P Sesuai Surat Edaran Menteri Keuangan Tahun 2008 sebagaimana tersebut di atas total APBN 2009 untuk Departemen Agama adalah Rp ,. Angka tersebut naik 64,41 % dari APBN P tahun 2008 yaitu Rp ,. Tabel 5 Perbandingan Usulan Anggaran Departemen Agama Dengan Pagu Definitif Departemen Agama Tahun 2009 Catatan: 1) Usulan Anggaran tahun 2009 melalui surat Menteri Agama Nomor:MA/28/2008 tanggal 25 Februari ) Pagu Definitif sesuai Surat Edaran Menteri Keuangan Nomor : SE-1615/MK.02/2008 Tanggal 31 Oktober ) Pagu Definitif Fungsi Pendidikan tahun anggaran 2009 terdiri dari Anggaran belanja pegawai Rp ,-, dan Belanja khusus/murni pendidikan Rp ,- 17

18 I. PEMBANGUNAN BIDANG AGAMA a. Fungsi Agama 1) Program Peningkatan Pelayanan Kehidupan Beragama (a) Meningkatnya kualitas pemahaman, penghayatan, dan pengalaman ajaran agama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, sehingga kualitas masyarakat dari sisi rohani semakin baik. Upaya ini juga ditujukan pada anak peserta didik di semua jalur, jenis dan jenjang pendidikan, sehingga pemahaman dan pengamalan ajaran agama dapat ditanamkan sejak dini pada anak anak; (b) Meningkatnya kepedulian dan kesadaran masyarakat dalam memenuhi kewajiban membayar zakat, wakaf, infak, shodaqoh, kolekte, dana punia, dan dana paramita dalam rangka mengurangi kesenjangan sosial di masyarakat; (c) Meningkatnya kualitas pelayanan kehidupan beragama bagi seluruh lapisan masyarakat sehingga mereka dapat memperoleh hak hak dasar dalam memeluk agamanya masing masing dan beribadat sesuai agama dan kepercayaannya; (d) Meningkatnya kualitas manajemen ibadah haji dengan sasaran penghematan, pencegahan korupsi, dan peningkatan kualitas pelayanan terhadap jemaah haji; (e) Meningkatnya peran lembaga sosial keagamaan dan lembaga pendidikan keagamaan sebagai agen pembangunan dalam rangka meningkatkan daya tahan masyarakat dalam menghadapi berbagai krisis. Penjabaran secara rinci kegiatan kegiatan dari Program Peningkatan Kualitas Pelayanan dan Pemahaman Agama serta Kehidupan Beragama adalah sebagai berikut : (a) Pemberian bantuan untuk pembangunan dan rehabilitasi tempat ibadah dan pengembangan perpustakaan tempat peribadatan, sertifikasi tanah wakaf, tanah gereja, pura dan wihara serta hibah dan bantuan kitab suci dan lektur keagamaan; (b) Peningkatan pelayanan pembinaan keluarga sakinah /sukinah/hita sukaya/ bahagia, peningkatan pelayanan nikah melalui peningkatan kemampuan dan jangkauan petugas pencatat nikah serta pembangunan dan rehabilitasi balai nikah dan penasehatan perkawinan (KUA), pembinaan remaja usia nikah dan calon pengantin serta pembinaan pasca nikah; 18

19 (c) Peningkatan fungsi dan peran tempat ibadah sebagai pusat pembelajaran dan pemberdayaan masyarakat melalui bantuan untuk pengembangan SDM dan pengembangan sosial kemasyarakatan; (d) Perbaikan sistem penyelenggaraan haji, peningkatan kualitas pembinaan, pelayanan, perlindungan jamaah, efisiensi, transparansi, dan partisipasi masyarakat dan dunia usaha dalam penyelenggaraan ibadah haji; (e) Peningkatan pembinaan jaminan produk halal dan pelatihan bagi pelaku usaha, auditor, meningkatkan kerja sama instansi pemerintah dan masyarakat dalam jaminan produk halal; dan pemantapan landasan peraturan perundang undangan pelayanan kehidupan beragama; (f) Peningkatan pelayanan dan pengelolaan zakat, wakaf, infak, shodaqoh, kolekte, dana punia dan dana paramita serta ibadah sosial lainnya; (g) Pengembangan sistem informasi keagamaan; (h) Peningkatan sarana dan tenaga teknis hisab rukyat. 2) Program Peningkatan Pemahaman, Penghayatan, Pengamalan dan Pengembangan Nilai Nilai Keagamaan (a) Peningkatan kualitas melalui bantuan operasional; menyediakan sarana dan prasarana penerangan dan bimbingan keagamaan; pelatihan dan orientasi bagi penyuluh/da i/mubaligh/juru penerang/pemuka agama; serta pemberian bantuan paket dakwah untuk daerah tertinggal, terpencil, perbatasan, pasca konflik dan bencana alam; (b) Pemberian bantuan penyelenggaraan musabaqah tilawatil qur an (MTQ), Pesparawi, Utsawa Dharma Gita, Festival Seni Baca Kitab Suci Agama Buddha dan kegiatan sejenis lainnya; (c) Pembentukan jaringan dan kerjasama lintas sektor dengan tokoh dan organisasi masyarakat untuk memberantas pornografi, pornoaksi, praktik KKN, penyalahgunaan narkoba, perjudian, prostitusi, dan berbagai jenis praktik asusila; (d) Pemantapan landasan peraturan perundang undangan serta pembuatan jaringan lintas sektoral penanggulangan pornografi dan pornoaksi, praktek KKN, penyalahgunaan narkoba, perjudian, prostitusi dan berbagai jenis praktek asusila. (e) Pengembangan materi metodologi, manajemen, penyuluhan dan bimbingan keagamaan. 19

20 3) Program Peningkatan Kerukunan Umat Beragama Peningkatan kualitas kerukunan umat beragama ditekankan pada 2 aspek, yakni kerukunan intern umat beragama dan kerukunan antar umat beragama. Arah kebijakannya adalah : (a) Peningkatan upaya menjaga keserasian sosial di dalam kelompok kelompok keagamaan dengan memanfaatkan kearifan lokal dalam rangka memperkuat hubungan sosial masyarakat. (b) Pencegahan kemungkinan berkembangnya potensi konflik di dalam masyarakat yang mengandung sentimen keagamaan dengan mencermati secara responsif dan mengantisipasi secara dini terjadinya konflik. (c) Penyelesaian konflik yang berlatar belakang agama melalui mekanisme resolusi konflik, dengan mengutamakan keadilan dan persamaan hak untuk mendapatkan perdamaian hakiki. (d) Pemulihan kondisi sosial dan psikologis masyarakat pasca konflik melalui penyuluhan dan bimbingan keagamaan. (e) Peningkatan kerjasama intern dan antar umat beragama di bidang sosial ekonomi. (f) Peningkatan wawasan multikultural di kalangan umat beragama. Penjabaran secara rinci Program Peningkatan Kerukunan Umat Beragama adalah sebagai berikut : (a) Internalisasi ajaran agama dan sosialisasi wawasan multikultural di kalangan umat beragama; (b) Pembangunan hubungan antar umat beragama, majelis agama dengan pemerintah melalui forum dialog dan temu ilmiah; (c) Pendirian sekretariat bersama antar umat beragama di seluruh provinsi dan penyediaan data kerukunan umat beragama; peningkatan potensi kerukunan hidup umat beragama melalui pemanfaatan budaya setempat dan partisipasi masyarakat seperti kegiatan bedah kampung, perbaikan lembaga pendidikan dan rumah ibadah; dan mendorong tumbuh kembangnya wadahwadah kerukunan sebagai penggerak pembangunan; (d) Silaturahmi/safari kerukunan umat beragama baik nasional maupun di tingkat daerah/regional; Pembentukan Forum Komunikasi Kerukunan Antarumat Beragama di tingkat provinsi, kabupaten/kota dan kecamatan; melanjutkan pembentukan jaringan komunikasi kerukunan antarumat beragama dan meningkatkan peran jaringan kerjasama antarumat beragama; 20

21 dan silaturahmi antara pemuka agama, cendekiawan agama, dan tokoh agama; (e) Rekonsiliasi tokoh tokoh agama dan pembinaan umat beragama di daerah pasca konflik; dan penyelenggaraan lomba kegiatan keagamaan bernuansa kerukunan di daerah potensi konflik; (f) Pengembangan wawasan multikultural bagi guru guru agama dan peningkatan kualitas tenaga penyuluh kerukunan umat beragama. 4) Program Penelitian dan Pengembangan Agama (a) Pengkajian dan pengembangan dalam rangka peningkatan mutu pembinaan dan partisipasi masyarakat untuk mendukung peningkatan kualitas kehidupan beragama (pendidikan agama dan keagamaan); pemberdayaan serta pemanfaatan lektur keagamaan; dan melakukan tinjauan bagi antisipasi dampak negatif modernisasi, globalisasi, dan perubahan sosial yang semakin cepat dan kompleks; (b) Identifikasi dan merumuskan indikator kinerja pembangunan bidang agama; bidang pendidikan agama dan keagamaan; (c) Peningkatan kreativitas masyarakat untuk menghasilkan karya ilmiah dan karya tulis di bidang keagamaan; (d) Kajian terhadap peraturan tentang kehidupan umat beragama dan rancangan undang undang kerukunan hidup umat beragama; (e) Penelitian, kajian, dan pemetaan konflik sosial keagamaan; (f) Pengembangan hasil hasil penelitian dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan kehidupan beragama. 5) Program Pengembangan Lembaga Lembaga Sosial Keagamaan dan Lembaga Pendidikan Keagamaan (a) Pemberdayaan lembaga lembaga sosial keagamaan, seperti organisasi keagamaan, LP2A, BKM, LPTQ, BP4, BAZ, LAZ, BWI, pengelola dana sosial keagamaan melalui peningkatan program dan pembangunan sarana serta kualitas tenaga pengelola lembaga lembaga sosial keagamaan dan lembaga pendidikan keagamaan; (b) Pemberian bantuan untuk penyelenggaraan berbagai kegiatan lembaga sosial keagamaan dan lembaga pendidikan keagamaan; subsidi dan imbal swadaya pembangunan dan rehabilitasi sarana serta prasarana kepada lembaga sosial keagamaan dan lembaga 21

22 pendidikan keagamaan; dan block grant dalam pengembangan manajemen lembaga sosial keagamaan dan lembaga pendidikan keagamaan; (c) Pembangunan jaringan kerja sama dan sistem informasi lembaga sosial keagamaan dan lembaga pendidikan keagamaan; dan melakukan kunjungan belajar antar lembaga sosial keagamaan dan lembaga pendidikan keagamaan; (d) Pengkajian, penelitian, dan pengembangan mutu pembinaan lembaga lembaga sosial keagamaan dan lembaga pendidikan keagamaan. Secara umum, jumlah anggaran untuk Fungsi Agama Tahun bobotnya mengalami penurunan. Penurunan jumlah anggaran Departemen Agama untuk Fungsi Agama ini dirasakan implikasinya sangat berat bagi Departemen Agama terutama dalam pelaksanaan tugas dan Fungsi Agama di era globalisasi dengan dinamika keterkaitan antar satu masalah dengan lainnya. Oleh karena itu ke depan, anggaran Fungsi Agama Departemen Agama menjadi prioritas untuk ditingkatkan. Tabel 6 Prosentase Anggaran Fungsi Agama Departemen Agama Tahun Anggaran Anggaran Fungsi Agama Departemen Agama Jumlah % , , , , ,11 Berdasarkan data time series anggaran Departemen Agama Fungsi Agama pada tabel di atas, total alokasi anggaran untuk Fungsi Agama Departemen Agama dari tahun 2005 sampai tahun 2009 sebagai berikut : 22

23 Proporsi anggaran Fungsi Agama pada tahun 2005 adalah sebesar 10,67% dari total APBN Departemen Agama, kemudian proporsinya sedikit meningkat pada tahun 2006 menjadi 11,97 %. Demikian pula nilai nominalnya dari Rp , pada tahun 2005 menjadi Rp , pada tahun Namun pada tahun 2007, anggaran Fungsi Agama mengalami penurunan drastis baik secara nominal maupun proporsinya, yaitu dari Rp , pada tahun 2006 menjadi Rp , pada tahun Sedangkan proporsinya turun dari 11,97% pada tahun 2006 menjadi hanya 4,46% pada tahun Pada tahun 2008 Fungsi Agama sedikit naik kembali nilainya, dari Rp , atau 4,46% pada tahun 2007 menjadi Rp atau 4,88% pada tahun Kemudian naik kembali nominalnya untuk tahun 2009 menjadi Rp ,, namun secara persentase turun menjadi hanya 3,11% dari total anggaran tahun Kecilnya anggaran Departemen Agama untuk fungsi agama secara mikro menjadi beban tersendiri bagi Departemen Agama dalam melaksanakan tugas dan fungsi agama. Secara makro berimplikasi kepada publik atau pemerintah yang belum mencerminkan keserasian, keselarasan dan kebersamaan masyarakat dalam pemenuhan kehidupan beragama. Faktor implikasi negatif dari kecilnya anggaran fungsi agama bukan mustahil akan berbias semu terhadap kinerja Departemen Agama, padahal indikator penilaian keberhasilan Departemen Agama dalam melaksanakan tugas dan fungsi agama bukan hanya ditentukan oleh subyektivitas Departemen Agama itu sendiri, melainkan banyak korelasi lain yang berhubungan satu dengan lainnya (kementerian/lembaga satu dengan lainnya) keberhasilannya saling ketergantungan. Oleh karena itu untuk tahun tahun berikutnya, anggaran Departemen Agama untuk Fungsi Agama harus menjadi prioritas utama untuk dapat ditingkatkan. b. Fungsi Pendidikan Fungsi pendidikan di lingkungan Departemen Agama diarahkan kepada Peningkatan Kualitas Pendidikan Agama dan Keagamaan. Tidak dapat dipungkiri bahwa pendidikan memainkan peranan penting dan strategis dalam pembangunan peradaban bangsa ini. Pengalaman menunjukan bahwa pendidikan memberi manfaat yang luas bagi kemajuan bangsa, mampu melahirkan masyarakat terpelajar dan berakhlak mulia serta membangun ekonomi menuju masyarakat sejahtera. 23

24 Berdasarkan Visi Pendidikan Nasional dalam Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003, sebagai berikut Terwujudnya sistim pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Adapun Misi Pendidikan Nasional : 1) Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia; 2) Mambantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar; 3) Meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral; 4) Meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, ketrampilan, pengalaman, sikap dan nilai berdasarkan standar nasional dan global; 5) Membedayakan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia. 6) Sesuai Renstra Departemen Agama tujuan pendidikan agama dan keagamaan adalah untuk membina pendidik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia dan mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami atau menjadi ahli ilmu agama dan mengamalkan nilainilai ajaran agama. Sedangkan Visi Pendidikan Islam Terselenggaranya pelayanan pendidikan Islam yang bermutu secara adil dan merata demi terwujudnya insan Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berkeunggulan intelektual, moral dan spiritual. Selanjutnya untuk Misi Pendidikan Islam sebagai berikut : 1) Meningkatkan kualitas sistem pendidikan Islam sebagai pranata sistem pendidikan Nasional melalui peningkatan akses dan kualitas pelayanan pendidikan berciri Islam di madrasah, pendidikan agama di sekolah dan pendidikan agama di lembaga lembaga pendidikan keagamaan dan pondok pesantren; 24

25 2) Mengupayakan terwujudnya madrasah, lembaga lembaga pendidikan keagamaan dan pondok pesantren dan lembaga lembaga pendidikan tinggi Islam sebagai lembaga lembaga pendidikan berbasis ilmu dan nilainilai agama yang berkeunggulan, berkualitas dan berdaya saing; 3) Memberdayakan lembaga lembaga pendidikan Islam pada semua jalur dan jenjang pendidikan, baik yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta melalui penguatan pemanfaatan ilmu dan teknologi dalam proses pembelajaran maupun menajemen pendidikan; 4) Meningkatkan fungsi pendidikan agama Islam di sekolah dan memperkuat peran lembaga lembaga pendidikan Islam dalam meningkatkan kerukunan umat beragama dan memperkokoh jati diri dan watak bangsa. Dengan meningkatnya jumlah anggaran Departemen Agama sebesar Rp , (64,41%) untuk tahun 2009 maka fokus peningkatan pada anggaran pendidikan agama dan keagamaan juga meningkat. Peningkatan anggaran untuk pendidikan agama dan keagamaan sebagaimana dimaksud fokus sasarannya adalah untuk : a) Pendidikan anak usia dini (PAUD); b) Peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan; c) Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan; d) Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan, maka lembaga pendidikan seperti pondok pesantren dan madrasah diniyah mendapat perhatian untuk ditingkatkan; e) Perguruan Tinggi Agama; f) Pendidikan Agama Islam pada sekolah; g) Pengawas pendidikan agama Secara rinci, sesuai Renstra Pendidikan Islam Ditjen Pendis dijelaskan bahwa Pendayagunaan anggaran pendidikan agama tahun 2009 diperuntukan bagi program : 1) Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) (a) Perluasan akses RA/BA,TPQ/TKQ (b) Peningkatan capacity building (c) Pemanfaatan teknologi informasi 25

26 2) Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun (a) Pendanaan biaya operasional wajar dikdas di MI dan MTs; (b) Penyediaan sarana dan prasarana MI, MTs; (c) Rekruitmen pendidik dan tenaga kependidikan MI, MTs; (d) Perluasan akses pendidikan wajar dikdas pada jalur non formal di lembaga lembaga pendidikan keagamaan (PP Salafiyah Ula, Pendidikan Diniyah Dasar, Pendidikan Diniyah Menengah Pertama dan Pondok Pesantren); (e) Pengembangan kurikulum dan sarana pembelajaran MI, MTs di lembaga lembaga pendidikan keagamaan dan Pondok Pesantren; (f) Pengembangan pendidikan inklusif di MI, MTs; (g) Pengembangan MI, MTs satu atap bagi daerah terpencil; (h) Evaluasi hasil belajar pendidikan agama Islam tingkat nasional MI, MTs; (i) Peningkatan capacity building; (j) Pemanfaatan teknologi informasi 3) Program Pendidikan Menengah (a) Perluasan akses MA; (b) Pengembangan MA internasional di setiap propinsi; (c) Pengembangan kurikulum dan sarana pembelajaran MA, MA Keagamaan dan Pendidikan Diniyah Menengah Atas; (d) Pengembangan pendidikan inklusif di MA; (e) Evaluasi hasil belajar pendidikan agama Islam tingkat nasional MA; (f) Peningkatan capacity building; (g) Pemanfaatan teknologi informasi (h) Bantuan Pengembangan Pendidikan Keterampilan pada Madrasah 4) Program Pendidikan Non Formal (a) Perluasan akses pendidikan keaksaraan bagi penduduk usia > 15 tahun di lembaga lembaga pendidikan. keagamaan dan pontren; (b) Pengembangan pendidikan kecakapan hidup di lembaga pendidikan keagamaan dan pondok pesantren dan PTI; (c) Pengembangan pondok pesantren unggulan; (d) Peningkatan capacity building; (e) Pemanfaatan teknologi informasi 5) Program Pendidikan Tinggi (a) Perluasan akses PTI; (b) Pengembangan UIN sebagai lembaga PTI bertaraf internasional; 26

27 (c) Pengembangan IAIN dan STAIN sebagai pusat unggulan kajian Islam internasional dan regional; (d) Pengembangan budaya akademik di PTI; (e) Pengembangan lembaga PTI sebagai pusat penelitian dan pengembangan potensi masyarakat; (f) Pengembangan sistem akreditasi PTI swasta; (g) Peningkatan capacity building; (h) Pemanfaatan teknologi informasi 6) Program Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (a) Sertifikasi pendidik Wajar Dikdas dan Dikmen di MI, MTs dan MA; (b) Peningkatan kesejahteraan pendidik di lembaga lembaga pendidikan keagamaan non formal; (c) Pengembangan kompentensi pendidik dan tenaga kependidikan di MI, MTs dan MA; (d) Peningkatan capacity building; (e) Pemanfaatan teknologi informasi 7) Program Manajemen Pelayanan Pendidikan (a) Perbaikan dan pengembangan sarana dan prasarana pendidikan di lembaga lembaga pendidikan keagamaan dan pondok pesantren; (b) Peningkatan kapasitas dan kompetensi aparat pengelola pendidikan pusat dan daerah; (c) Penataan regulasi pengelolaan pendidikan pusat dan daerah; (d) Peningkatan capacity building; (e) Pemanfaatan teknologi informasi; (f) Survey pemetaan mutu pendidikan di lembaga lembaga pendidikan Islam; (g) Pengembangan quality assurance system di lembaga lembaga pendidikan agama Islam; (h) Peningkatan capacity building; (i) Pemanfaatan teknologi informasi; (j) Penyelenggaraan koordinasi dan konsultasi rencana dan program kerja pendidikan; (k) Pengembangan sistem, prosedur dan standarisasi administrasi pendukung pelayanan pendidikan; (l) Peningkatan fungsi manajemen pelayanan pendidikan yang efesien dan efektif. 27

BAB 31 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN BERAGAMA

BAB 31 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN BERAGAMA BAB 31 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN BERAGAMA Pembangunan agama merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat, yaitu hak memeluk agama dan beribadat menurut keyakinan masing-masing sebagaimana

Lebih terperinci

BAB VI PEMBANGUNAN BIDANG AGAMA

BAB VI PEMBANGUNAN BIDANG AGAMA BAB VI PEMBANGUNAN BIDANG AGAMA A. KONDISI UMUM Pembangunan agama merupakan upaya mewujudkan masyarakat yang berakhlak mulia, maju, mandiri, dan sejahtera lahir batin dalam kehidupan penuh toleransi, selaras,

Lebih terperinci

BAB 31 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN BERAGAMA

BAB 31 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN BERAGAMA BAB 31 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN BERAGAMA Beragama dan beribadat menurut keyakinan masing-masing adalah salah satu unsur dari hak azasi manusia (HAM) yang wajib dihormati dan dilindungi keberadaannya.

Lebih terperinci

MATRIKS RENCANA STRATEGIS KANWIL KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI BENGKULU TAHUN

MATRIKS RENCANA STRATEGIS KANWIL KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI BENGKULU TAHUN MATRIKS RENCANA STRATEGIS KANWIL KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI BENGKULU TAHUN 2010-2014 Visi : terwujudnya masyarakat Provinsi Bengkulu yang taat beragama, rukun, cerdas, mandiri dan sejahtera Misi : 1. Meningkatkan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa sebagai tindak lanjut

Lebih terperinci

BIMAS ISL STRATEGI DAN IMPLEMENTASI BIMAS ISLAM DALAM MENINGKATKAN PELAYANAN URUSAN AGAMA ISLAM DAN PEMBERDAYAAN ZAKAT DAN WAKAF

BIMAS ISL STRATEGI DAN IMPLEMENTASI BIMAS ISLAM DALAM MENINGKATKAN PELAYANAN URUSAN AGAMA ISLAM DAN PEMBERDAYAAN ZAKAT DAN WAKAF 1 BIMAS ISL M STRATEGI DAN IMPLEMENTASI BIMAS ISLAM DALAM MENINGKATKAN PELAYANAN URUSAN AGAMA ISLAM DAN PEMBERDAYAAN ZAKAT DAN WAKAF VISI MISI Put a relevant subtitle in this line 1 COMPANY NAME ABS.COM

Lebih terperinci

BAB II VISI, MISI, DAN TUJUAN KEMENTERIAN AGAMA

BAB II VISI, MISI, DAN TUJUAN KEMENTERIAN AGAMA BAB II VISI, MISI, DAN TUJUAN KEMENTERIAN AGAMA Berdasarkan PP Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia, yang telah

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL KEMENTERIAN AGAMA

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL KEMENTERIAN AGAMA PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL KEMENTERIAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB 31 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN BERAGAMA

BAB 31 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN BERAGAMA BAB 31 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN BERAGAMA Pembangunan agama merupakan upaya untuk mendukung peningkatan kualitas pelayanan, pemahaman, dan pengamalan ajaran agama kepada seluruh umat beragama sehingga

Lebih terperinci

Peningkatan Kesalehan Sosial demi Terjaganya Harmoni Sosial

Peningkatan Kesalehan Sosial demi Terjaganya Harmoni Sosial XVI Peningkatan Kesalehan Sosial demi Terjaganya Harmoni Sosial Untuk mewujudkan Jawa Timur makmur dan berakhlak, diperlukan landasan kesalehan sosial dalam pemahaman dan pengamalan nilai-nilai agama dan

Lebih terperinci

BAB VI PEMBANGUNAN AGAMA

BAB VI PEMBANGUNAN AGAMA BAB VI PEMBANGUNAN AGAMA A. UMUM Pembangunan agama sebagai bagian integral dari pembangunan nasional merupakan pengamalan sila Ketuhanan Yang Maha Esa. Dengan demikian, agama menjadi landasan moral dan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.851, 2012 KEMENTERIAN AGAMA. Instansi Vertikal. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA

Lebih terperinci

BAB 30 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN BERAGAMA

BAB 30 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN BERAGAMA BAB 30 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN BERAGAMA BAB 30 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN BERAGAMA A. KONDISI UMUM Kualitas kehidupan beragama di kalangan masyarakat tampak berbeda-beda. Di satu pihak, ada

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL KEMENTERIAN AGAMA

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL KEMENTERIAN AGAMA PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL KEMENTERIAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PAPARAN PADA ACARA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN

PAPARAN PADA ACARA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN MENTERIDALAM NEGERI REPUBLIKINDONESIA PAPARAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN 2017-2022 Serang 20 Juni 2017 TUJUAN PEMERINTAHAN DAERAH UU No. 23

Lebih terperinci

BAB 31 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN BERAGAMA

BAB 31 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN BERAGAMA BAB 31 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN BERAGAMA Peningkatan kualitas kehidupan beragama merupakan salah satu upaya pembangunan pemerintah untuk memenuhi hak dasar rakyat dalam menjalankan kehidupan beragama.

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS REPUBLIK INDONESIA RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN I. VISI Pembangunan di Kabupaten Flores Timur pada tahap kedua RPJPD atau RPJMD tahun 2005-2010 menuntut perhatian lebih, tidak hanya untuk menghadapi permasalahan

Lebih terperinci

BAB 31 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN BERAGAMA

BAB 31 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN BERAGAMA BAB 31 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN BERAGAMA Pembangunan agama memiliki peran penting dalam mewujudkan kondisi moral, etika, serta spiritual bangsa Indonesia. Pembangunan agama merupakan salah satu upaya

Lebih terperinci

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH A. KONDISI UMUM 1. PENCAPAIAN 2004 DAN PRAKIRAAN PENCAPAIAN 2005 Pencapaian kelompok Program Pengembangan Otonomi Daerah pada tahun 2004, yaitu

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN 2010-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIJUNJUNG, Menimbang

Lebih terperinci

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2010

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2010 RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2010 Oleh: H. Paskah Suzetta Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas Disampaikan pada Rapat Koordinasi Pembangunan Tingkat Pusat (Rakorbangpus) untuk RKP 2010 Jakarta,

Lebih terperinci

MATRIKS 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/LEMBAGA TAHUN 2011 KEMENTERIAN/LEMBAGA: KEMENTERIAN AGAMA

MATRIKS 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/LEMBAGA TAHUN 2011 KEMENTERIAN/LEMBAGA: KEMENTERIAN AGAMA MATRIKS 2.3 TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/LEMBAGA TAHUN KEMENTERIAN/LEMBAGA: KEMENTERIAN AGAMA I Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Agama 1.Menguatnya tatakelola

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembukaan UUD 45 mengamanatkan Pemerintah Negara Republik Indonesia melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan bidang agama memainkan peranan strategis dalam pembangunan nasional Indonesia. Peran strategis tersebut terbentuk karena agama mampu membentuk karakter dan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.97,2012 KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT. Pelimpahan. Sebagian Urusan. Dekonsentrasi PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2012 TENTANG PELIMPAHAN

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN V.5.1 Visi Visi merupakan pandangan jauh ke depan, ke arah mana dan bagaimana Kabupaten Situbondo akan dibawa dan berkarya agar konsisten dan eksis, antisipatif, inovatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dinyatakan bahwa salah satu tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah mencerdaskan

Lebih terperinci

Visi, Misi, Tujuan Dan Sasaran

Visi, Misi, Tujuan Dan Sasaran Visi, Misi, Tujuan Dan Sasaran Visi Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan. Visi tersebut harus bersifat dapat dibayangkan (imaginable), diinginkan oleh

Lebih terperinci

Analisis Kualifikasi Guru pada Pendidikan Agama dan Keagamaan

Analisis Kualifikasi Guru pada Pendidikan Agama dan Keagamaan Analisis Kualifikasi Guru pada Pendidikan Agama dan Keagamaan Oleh : Drs Bambang Setiawan, MM 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pasal 3 UU no 20/2003 menyatakan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

Lebih terperinci

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH. hasil yang diharapkan dari program dan kegiatan selama periode tertentu.

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH. hasil yang diharapkan dari program dan kegiatan selama periode tertentu. BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH Prioritas dan sasaran pembangunan merupakan penetapan target atau hasil yang diharapkan dari program dan kegiatan selama periode tertentu. Penetapan prioritas

Lebih terperinci

BAB 30 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN BERAGAMA

BAB 30 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN BERAGAMA BAB 30 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN BERAGAMA A. KONDISI UMUM Kualitas kehidupan beragama di kalangan masyarakat tampak berbeda-beda. Di satu pihak, ada sekelompok masyarakat yang memiliki semangat kuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk menjalankan tugas dan fungsinya, pemerintah daerah memerlukan perencanaan mulai dari perencanaan jangka panjang, jangka menengah hingga perencanaan jangka pendek

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGANGGARAN TUNJANGAN PROFESI GURU Oleh : Kasubbag Renkeu Kanwil Kemenag

KEBIJAKAN PENGANGGARAN TUNJANGAN PROFESI GURU Oleh : Kasubbag Renkeu Kanwil Kemenag KEBIJAKAN PENGANGGARAN TUNJANGAN PROFESI GURU 2016 Oleh : Kasubbag Renkeu Kanwil Kemenag VISI: TERWUJUDNYA INDONESIA YG BERDAULAT, MANDIRI DAN BERKERIBADIAN BERLANDASKAN GOTONG ROYONG Keamanan nasional

Lebih terperinci

, No.1735 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,

, No.1735 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, No.1735, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAG. Kantor Wilayah. Provinsi Kalimantan Utara. Tata Kerja. Organisasi. Pembentukan. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Kata Pengantar

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Kata Pengantar Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas perkenan-nya kami dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Pendidikan

Lebih terperinci

Jakarta, 10 Maret 2011

Jakarta, 10 Maret 2011 SAMBUTAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM ACARA TEMU KONSULTASI TRIWULANAN KE-1 TAHUN 2011 BAPPENAS-BAPPEDA PROVINSI SELURUH INDONESIA Jakarta,

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA

PEMELIHARAAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA BAHAN PAPARAN [ARAH KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PEMELIHARAAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA S U M A T E R A K A L I M A N T A N I R I A N J A Y A J A V A Ps 28E (1) setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1043, 2012 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL. Pelimpahan Urusan Pemerintahan. Gubernur. Dekonsentrasi. PERATURAN

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN ACEH SELATAN NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN 2013-2018 1.1. Latar Belakang Lahirnya Undang-undang

Lebih terperinci

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2013 2018 Visi Terwujudnya Kudus Yang Semakin Sejahtera Visi tersebut mengandung kata kunci yang dapat diuraikan sebagai berikut: Semakin sejahtera mengandung makna lebih

Lebih terperinci

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH A. KONDISI UMUM 1. PENCAPAIAN 2004 DAN PRAKIRAAN PENCAPAIAN 2005 Pencapaian kelompok

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN UMUM. 3.1 Sejarah Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat

BAB III TINJAUAN UMUM. 3.1 Sejarah Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat BAB III TINJAUAN UMUM 3.1 Sejarah Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang memiliki tingkat heterogenitas yang cukup kompleks, baik dari

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. VISI Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan, adapun visi Kabupaten Simeulue yang ditetapkan untuk tahun 2012

Lebih terperinci

PENDIDIKAN ISLAM DAN SISDIKNAS

PENDIDIKAN ISLAM DAN SISDIKNAS PENDIDIKAN ISLAM DAN SISDIKNAS Oleh: Dr. Marzuki UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Rabu, 13 Mei 2015 1 PENDAHULUAN Indonesia juga memiliki concern yang tinggi terhadap sektor pendidikan, di samping sektorsektor

Lebih terperinci

BAB V. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN

BAB V. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN BAB V. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN Menurut RPJPD Kabupaten Kampar 2005-2025, berlandaskan pelaksanaan, pencapaian, dan sebagai keberlanjutan RPJM ke-1, maka RPJM ke-2 (2011-2016) ditujukan

Lebih terperinci

Pendahuluan. Latar Belakang

Pendahuluan. Latar Belakang Pendahuluan Latar Belakang Pembangunan daerah Kabupaten Bangkalan yang dilaksanakan dalam kurun waktu Tahun 2008 2013 telah memberikan hasil yang positif dalam berbagai segi kehidupan masyarakat. Namun

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN PIDIE JAYA DAN KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KOTA SUBULUSSALAM DI PROVINSI ACEH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN AGAMA. Pembentukan Kantor Kementerian. Provinsi Nusa Tenggara Timur.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN AGAMA. Pembentukan Kantor Kementerian. Provinsi Nusa Tenggara Timur. No.150, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN AGAMA. Pembentukan Kantor Kementerian. Provinsi Nusa Tenggara Timur. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS PERATURAN MENTERI AGAMA NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG NILAI DAN KELAS JABATAN STRUKTURAL DAN JABATAN FUNGSIONAL

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN TK-SD SATU ATAP

PENYELENGGARAAN TK-SD SATU ATAP PENYELENGGARAAN TK-SD SATU ATAP LATAR BELAKANG Taman Kanak-kanak (TK) merupakan bentuk pendidikan anak usia dini jalur formal yang menyelenggarakan pendidikan bagi anak usia empat tahun sampai masuk pendidikan

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 1.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi Pelayanan SKPD Dalam proses penyelenggaraan pemerintahan sampai sekarang ini

Lebih terperinci

- 2 - MEMUTUSKAN: BAB I KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI, DAN SUSUNAN ORGANISASI. Bagian Kesatu Kedudukan, Tugas dan Fungsi. Pasal 1

- 2 - MEMUTUSKAN: BAB I KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI, DAN SUSUNAN ORGANISASI. Bagian Kesatu Kedudukan, Tugas dan Fungsi. Pasal 1 - 2-5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82); 6. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH A. VISI DAN MISI Kebijakan Pemerintahan Daerah telah termuat dalam Peraturan Daerah Nomor 015 Tahun 2006 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masuh belum cukupnya kualitas SDM yang menangani pembangunan. Disamping kualitas SDM, kualitas jenjang pendidikan di Dinas-dinas

BAB I PENDAHULUAN. masuh belum cukupnya kualitas SDM yang menangani pembangunan. Disamping kualitas SDM, kualitas jenjang pendidikan di Dinas-dinas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas SDM bidang infrastruktur sangat penting, mengingat infrastruktur memiliki keterkaitan yang sangat kuat dengan kesejahteraan sosial, pertumbuhan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.174, 2014 PENDIDIKAN. Pelatihan. Penyuluhan. Perikanan. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5564) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Dalam rangka

Lebih terperinci

BAB III ISU- ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU- ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU- ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa merupakan unsur penyelenggaraan pemerintahan daerah yang mempunyai tugas membantu Kepala Daerah

Lebih terperinci

EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013

EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 BAB 2 EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 Evaluasi Pelaksanaan Renja Tahun 2013 2.1 BAB 2 EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 2.1. EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 DAN CAPAIAN RENSTRA SAMPAI DENGAN

Lebih terperinci

RESUME 21 BUTIR PLATFORM KEBIJAKAN PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (1) PEMANTAPAN EKONOMI MAKRO

RESUME 21 BUTIR PLATFORM KEBIJAKAN PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (1) PEMANTAPAN EKONOMI MAKRO RESUME 21 BUTIR PLATFORM KEBIJAKAN PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (1) PEMANTAPAN EKONOMI MAKRO Membangun kembali fundamental ekonomi yang sehat dan mantap demi meningkatkan pertumbuhan, memperluas pemerataan,

Lebih terperinci

Analisis Deskriptif Pendidikan RA dan Madrasah Tahun Pelajaran

Analisis Deskriptif Pendidikan RA dan Madrasah Tahun Pelajaran Analisis Deskriptif Pendidikan RA dan Madrasah Tahun Pelajaran 2011-2012 A. Pengantar Madrasah (RA, MI, MTs dan MA) disebutkan dalam UU Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Nomor 20 Tahun 2003 merupakan

Lebih terperinci

BAB 13 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI

BAB 13 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI BAB 13 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH Kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah sesuai dengan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG KEPEMUDAAN Menimbang DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, : a. bahwa dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia sejak

Lebih terperinci

RPJM PROVINSI JAWA TIMUR (1) Visi Terwujudnya Jawa Timur yang Makmur dan Berakhlak dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia

RPJM PROVINSI JAWA TIMUR (1) Visi Terwujudnya Jawa Timur yang Makmur dan Berakhlak dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia LEVEL : VISI MISI LEVEL : ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN RPJM PROVINSI JAWA TIMUR Visi Terwujudnya Jawa Timur yang Makmur dan Berakhlak dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia Misi 1) Meningkatkan

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2011 TENTANG SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. orang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka yaitu sandang, pangan, dan papan.

I. PENDAHULUAN. orang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka yaitu sandang, pangan, dan papan. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan adalah kondisi dimana ketidakmampuan seseorang atau sekelompok orang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka yaitu sandang, pangan, dan papan. Masalah kemiskinan

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT KOMISI VIII DPR RI

LAPORAN SINGKAT KOMISI VIII DPR RI LAPORAN SINGKAT KOMISI VIII DPR RI BERMITRA DENGAN KEMENTERIAN AGAMA RI, KEMENTERIAN SOSIAL RI, KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK RI, KOMISI PERLINDUNGAN ANAK INDONESIA (KPAI), BADAN

Lebih terperinci

BAB IV VISI DAN MISI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN

BAB IV VISI DAN MISI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN BAB IV VISI DAN MISI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2005-2025 4.1 VISI PEMBANGUNAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2005-2025 Mengacu kepada Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional, Rencana

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT JENDERAL DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT JENDERAL DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT JENDERAL DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Ringkasan Eksekutif

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Ringkasan Eksekutif Ringkasan Eksekutif Pendidikan telah menjadi sebuah kekuatan bangsa khususnya dalam proses pembangunan di Jawa Timur. Sesuai taraf keragaman yang begitu tinggi, Jawa Timur memiliki karakter yang kaya dengan

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, disebutkan bahwa setiap Provinsi, Kabupaten/Kota wajib menyusun RPJPD

Lebih terperinci

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) A. Visi dan Misi 1. Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sleman 2010-2015 menetapkan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG SALINAN KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG PENETAPAN ALOKASI DANA DEKONSENTRASI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN ANGGARAN 2017 MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, keterampilan, teknologi dan sikap profesionalisme tinggi yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, keterampilan, teknologi dan sikap profesionalisme tinggi yang dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bangsa Indonesia dalam membangun manusia Indonesia seutuhnya sangat ditentukan oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal dan memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan,

Lebih terperinci

2011, No Gubernur sebagaimana dimaksud pada huruf a, ditetapkan dengan Peraturan Menteri; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

2011, No Gubernur sebagaimana dimaksud pada huruf a, ditetapkan dengan Peraturan Menteri; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.917, 2011 BAPPENAS. Pelimpahan Kewenangan. Dekonsentrasi. Tahun Anggaran 2012. PERATURAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

Biro Bina Sosial, Sekretariat Daerah Propinsi Sumatera Barat

Biro Bina Sosial, Sekretariat Daerah Propinsi Sumatera Barat BAB VI INDIKATOR KINERJA BIRO BINA SOSIAL YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD 6.1. TUJUAN DAN SASARAN RPJMD Berdasarkan RPJMD Provinsi Sumatera Barat Tahun 2010 2015, telah ditetapkan Visi Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasi dalam bidang pendidikan sebagai prioritas utama dan. pendidikan. Untuk mendasarinya, Undang-Undang Dasar 1945 di

BAB I PENDAHULUAN. investasi dalam bidang pendidikan sebagai prioritas utama dan. pendidikan. Untuk mendasarinya, Undang-Undang Dasar 1945 di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beberapa tahun terakhir ini Pemerintah Indonesia telah menjadikan investasi dalam bidang pendidikan sebagai prioritas utama dan mengalokasikan persentase yang lebih

Lebih terperinci

1 ( atau

1  (  atau VISI - MISI JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN SUMEDANG (Perda No. 2 Tahun 2008 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Tahun 2005-2025) 1.1. VISI DAERAH Berdasarkan kondisi sampai dengan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN, www.bpkp.go.id PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR: PER- 786/K/SU/2012 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR KEP-58/K/SU/2011

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi,

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi, BAB VI. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komperhensif tentang bagaimana Pemerintah Daerah mencapai tujuan dan sasaran RPJMD dengan efektif dan efisien.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN KAYONG UTARA DAN KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN KUBU RAYA DI PROVINSI KALIMANTAN

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 Kata Pengantar Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Lebih terperinci

2012, No.9. RENCANA KERJA IV. PROGRAM DAN ANGGARAN TAHUN 2011

2012, No.9.  RENCANA KERJA IV. PROGRAM DAN ANGGARAN TAHUN 2011 5 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 72 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA KEMENTERIAN DALAM NEGERI TAHUN 2011 RENCANA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KOTA KOTAMOBAGU, KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA, KANTOR KEMENTERIAN AGAMA

Lebih terperinci

Agenda dan Prioritas Pembangunan Jawa Timur

Agenda dan Prioritas Pembangunan Jawa Timur IV Agenda dan Prioritas Pembangunan Jawa Timur IV.1 Agenda Pembangunan Berdasarkan visi, misi, dan strategi pembangunan, serta permasalahan pembangunan yang telah diuraikan sebelumnya, maka disusun sembilan

Lebih terperinci

BAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH

BAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH BAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH 3.1. Visi Berdasarkan kondisi masyarakat dan modal dasar Kabupaten Solok saat ini, serta tantangan yang dihadapi dalam 20 (dua puluh) tahun mendatang, maka

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG, Menimbang : a. bahwa bidang pendidikan merupakan

Lebih terperinci

KOTA SURAKARTA PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA (PPAS) TAHUN ANGGARAN 2016 BAB I PENDAHULUAN

KOTA SURAKARTA PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA (PPAS) TAHUN ANGGARAN 2016 BAB I PENDAHULUAN - 3 - LAMPIRAN: NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KOTA SURAKARTA DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 910/3839-910/6439 TENTANG : PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA APBD KOTA

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 [Type text] LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 BUKU I: Prioritas Pembangunan, serta Kerangka Ekonomi Makro dan Pembiayaan Pembangunan

Lebih terperinci

BAB 2 PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA

BAB 2 PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA BAB 2 PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA 2.1 RPJMD Tahun 2008-2013 Pemerintah Kabupaten Bogor telah menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. VISI Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Sawahlunto Tahun 2013-2018, adalah rencana pelaksanaan tahap ketiga (2013-2018) dari Rencana Pembangunan Jangka

Lebih terperinci

LAMPIRAN I KEPUTUSAN KEPALA KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Nomor : /Kw.19.1/2/OT.01/01/2017

LAMPIRAN I KEPUTUSAN KEPALA KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Nomor : /Kw.19.1/2/OT.01/01/2017 LAMPIRAN I KEPUTUSAN KEPALA KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Nomor : /Kw.9.//OT.0/0/07 TENTANG RENCANA KINERJA TAHUNAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI NUSA TENGGARA

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 MOR SP DIPA-24.1-/216 DS771-654-627-359 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No.

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013-

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013- BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi 2017 adalah : Visi Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013- ACEH TAMIANG SEJAHTERA DAN MADANI MELALUI PENINGKATAN PRASARANA DAN SARANA

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN R I

MENTERI KEUANGAN R I MENTERI KEUANGAN R I Yth. 1. Para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu 2. Jaksa Agung RI 3. Kepala Kepolisian RI 4. Para Kepala Lembaga Pemerintahan Non Departemen 5. Para Pimpinan Kesekretariatan Lembaga

Lebih terperinci

Hasil Pembahasan Pra-Musrenbangnas dalam Penyusunan RKP 2014

Hasil Pembahasan Pra-Musrenbangnas dalam Penyusunan RKP 2014 Hasil Pembahasan Pra-Musrenbangnas dalam Penyusunan RKP 2014 Deputi Menteri Bidang SDM dan Kebudayaan Disampaikan dalam Penutupan Pra-Musrenbangnas 2013 Jakarta, 29 April 2013 SISTEMATIKA 1. Arah Kebijakan

Lebih terperinci

2011, No Menetapkan : 3. Peraturan Menteri Agama Nomor 10 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama (Berita Negara Republik

2011, No Menetapkan : 3. Peraturan Menteri Agama Nomor 10 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama (Berita Negara Republik BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.325, 2011 KEMENTERIAN AGAMA. Organisasi Instansi Vertikal. Unit Pelaksana Teknis. Pembentukan. Pedoman. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan umum dari penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah. Dengan terbitnya Undang-undang

Lebih terperinci

BAGIAN I AGENDA MENCIPTAKAN INDONESIA YANG AMAN DAN DAMAI

BAGIAN I AGENDA MENCIPTAKAN INDONESIA YANG AMAN DAN DAMAI BAGIAN I AGENDA MENCIPTAKAN INDONESIA YANG AMAN DAN DAMAI BAB 1 PENINGKATAN RASA SALING PERCAYA DAN HARMONISASI ANTAR KELOMPOK MASYARAKAT BAB 1 PENINGKATAN RASA SALING PERCAYA DAN HARMONISASI ANTAR KELOMPOK

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 21 MOR SP DIPA-32.1-/21 DS553-54-8921-629 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 1 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun

Lebih terperinci