ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN DOMESTIK DAGING SAPI INDONESIA SKRIPSI ADITYA HADIWIJOYO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN DOMESTIK DAGING SAPI INDONESIA SKRIPSI ADITYA HADIWIJOYO"

Transkripsi

1 ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN DOMESTIK DAGING SAPI INDONESIA SKRIPSI ADITYA HADIWIJOYO PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

2 RINGKASAN ADITYA HADIWIJOYO Analisis Permintaan dan Penawaran Domestik Daging Sapi Indonesia. Skripsi. Jurusan Sosial Ekonomi Peternakan.Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Dr. Ir. Sri Mulatsih, MSc. Agr Pembimbing Anggota : Ir. Burhanuddin, MM. Protein adalah salah satu nutrien yang sangat penting bagi tubuh. Protein berfungsi sebagai zat pembangun Daging sapi sebagai salah satu sumber protein yang berasal dari hewan ternak sudah dikenal sebagai bahan pangan yang hampir lengkap dan sempurna. karena didalamnya terkandung berbagai macam zat gizi yang diperlukan tubuh. Konsumsi rata-rata daging sapi masyarakat Indonesia tahun 2007 mencapai 1,75 kg/kapita/tahun. Tujuan penelitian ini adalah: 1) Mengetahui faktor-faktor yang menentukan permintaan daging sapi di Indonesia. 2) Mengetahui faktorfaktor yang menentukan penawaran daging sapi di Indonesia. 3) Menghitung nilai elastisitas permintaan dan penawaran daging sapi di Indonesia. Penelitian mengenai permintaan dan penawaran daging sapi di Indonesia, dilaksanakan pada bulan Juni sampai bulan September tahun Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder berupa data time series tahun dari Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Peternakan. Data kemudian diolah dengan menggunakan program eview 4.1 dan Microsoft Excel Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1) permintaan daging sapi ditentukan oleh variabel-variabel independen yaitu harga daging domestik, harga ikan rata-rata, pendapatan per kapita, dan jumlah penduduk Indonesia, 2) penawaran daging sapi ditentukan oleh variabel-variabel independen yaitu harga daging domestik, produksi daging sapi domestik, harga sapi, dan jumlah populasi sapi, 3) Permintaan daging sapi bersifat inelastis terhadap harga ikan, pendapatan, dan harga daging sapi. Sedangkan penawaran daging sapi bersifat inelastis terhadap harga daging sapi dan harga sapi. Kata kunci : Permintaan, penawaran, daging sapi, elastisitas. 1

3 ABSTRACT DOMESTIC DEMAND AND SUPPLY ANALYSIS FOR BEEF IN INDONESIA Hadiwijoyo A., S. Mulatsih, and Burhanuddin The aims of this research were: 1) to know the factors that determine beef demand in Indonesia 2) to know the factors that determine beef supply in Indonesia 3) to know beef demand and supply elasticity in Indonesia. The time series data in the periods for 15 years of was used for this research from Badan Pusat Statistic. A dynamic model of Ordinary Least Square (OLS) method was used to analyze the data using Microsoft excel 2003 and Eview 4.1. The factors that determine beef demand and supply describe by quantitative description. This research held on June until September This research resulted several outputs: 1) Beef demand can be explained by its free variable which is beef domestic price, fish price, income per capita, and human population with each coefficient value 4.4, 4.9, 36.4, and 1.8 and do not have problem with econometric test, statistic test, and economic test, 2) Beef supply can be explained by beef domestic price, domestic beef production, cattle price, and domestic cattle population with each coefficient value 2.8, 0.9, - 8.7, 0.04 and do not have problem with econometric test, statistic test, and economic test Key words : demand, supply, beef, elasticity 2

4 ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN DOMESTIK DAGING SAPI INDONESIA Oleh ADITYA HADIWIJOYO D Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan dihadapan Komisi Ujian Lisan pada Tanggal 16 Maret 2009 Pembimbing Utama Pembimbing Anggota Dr. Ir. Sri Mulatsih, MSc. Agr NIP Ir. Burhanuddin, MM NIP Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Luki Abdullah, MSc. Agr NIP

5 ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN DOMESTIK DAGING SAPI INDONESIA Oleh ADITYA HADIWIJOYO D Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Peternakan Pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

6 RIWAYAT HIDUP Penulis memiliki nama lengkap Aditya Hadiwijoyo dan dilahirkan pada tanggal 8 Juli 1986 di Jakarta. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Agus Setiono (alm) dan Ibu Umamah Fathoni. Pada tahun 1992, penulis lulus dari Taman Kanak-Kanak Ananda kemudian melanjutkan ke Sekolah Dasar Muhammadiyah 12 Pamulang dan lulus pada tahun Pada tahun yang sama penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Pamulang dan lulus pada tahun Pada tahun 2004 penulis lulus dari Sekolah Menengah Atas Negeri 74 Jakarta. Penulis diterima dan terdaftar sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) tahun 2004 pada Jurusan Sosial Ekonomi Peternakan dengan minat Ekonomi dan Perencanaan Peternakan, Fakultas Peternakan. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam berbagai kegiatan kepanitiaan yang diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM-D) dan Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Industri Peternakan (HIMASEIP). Penulis pernah menjadi Sekertaris Departemen Keprofesian HIMASEIP tahun 2006 dan menjadi Ketua Umum HIMASEIP pada tahun

7 KATA PENGANTAR Bismillahrrohmanirrohim Puji dan syukut kehadirat Allah SWT Rob semesta alam yang senantiasa melimpahkan begitu banyak nikmat kepada seluruh umatnya. Salawat dan salam tak lupa juga penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi yang berjudul Analisis Permintaan dan Penawaran Domestik Daging Sapi Indonesia sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui faktor-faktor yang menentukan dalam permintaan dan penawaran daging sapi Indonesia serta mengetahui nilai elastisitas nya. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih sangat jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis senantiasa menerima setiap saran dan kritik yang membangun guna memperbaiki tulisan ini. Semoga segala hal yang tertuang dalam tulisan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Bogor, Maret 2009 Penulis 6

8 DAFTAR ISI RINGKASAN ABSTRACT... RIWAYAT HIDUP... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Perumusan Masalah... 2 Tujuan Penelitian... 3 Kegunaan Penelitian... 3 KERANGKA PEMIKIRAN... 4 TINJAUAN PUSTAKA... 6 Daging Sapi... 6 Sapi Potong Indonesia... 7 Faktor-Faktor yang Menentukan Permintaan... 8 Harga Barang Itu Sendiri... 8 Harga Barang Lain yang Terkait (Substitusi)... 9 Pendapatan Rumah Tangga dan Masyarakat... 9 Cita Rasa (Selera)... 9 Jumlah Penduduk (Populasi)... 9 Faktor-Faktor yang Menentukan Penawaran Produksi Daging Sapi Potong Jumlah Populasi Sapi Biaya Produksi Harga Input Kemajuan Teknologi Harga dari Barang Terkait Elastisitas Permintaan dan Penawaran Elastisitas Harga Permintaan Elastisitas Harga Penawaran Elastisitas Silang Elastisitas Pendapatan i ii iv v vi viii ix x 7

9 METODE PENELITIAN Waktu Penelitian Data dan Instrumentasi Metode Analisis Analisis Regresi Linier Berganda Uji Kriteria Statistik Uji -t Uji F Uji R- Square Uji Kriteria Ekonometrika Autokorelasi Normalitas Heteroskedastisitas Uji Kriteria Ekonomi Analisis Respon (elastisitas) Elastisitas Permintaan Harga Elastisitas Penawaran Harga Elastisitas Silang Elastisitas Pendapatan Definisi Istilah HASIL PEMBAHASAN Perkembangan Konsumsi dan Produksi Daging Sapi di Indonesia Konsumsi Daging Sapi di Indonesia.. 23 Produksi Daging Sapi di Indonesia Model Penduga Permintaan Daging Analisis Model Permintaan Harga Daging Domestik Harga Ikan Pendapatan Per Kapita Jumlah Penduduk Model Penduga Penawaran Daging Hasil Analisis Model Penawaran Harga Daging Domestik Produksi Daging Domestik Harga Sapi Jumlah Populasi Sapi KESIMPULAN DAN SARAN UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

10 Nomor DAFTAR TABEL Halaman 1. Proyeksi konsumsi dan produksi daging sapi Indonesia tahun Konsumsi Daging di Indonesia Jumlah Penduduk dan Pendapatan per Kapita di Indonesia Produksi dan Impor Daging Sapi di Indonesia Penduga Parameter Model Permintaan Daging Sapi Penduga Parameter Model Penawaran Daging Sapi

11 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Alur Kerangka Berpikir Kurva Permintaan 9 3. Kurva Penawaran 11 10

12 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1a. Output Regresi Persamaan Permintaan Daging b. Output Regresi Persamaan Penawaran Daging Uji Serial Korelasi Persamaan Permintaan Daging Uji heteroskedastisitas Persamaan Permintaan Daging Uji Serial Korelasi Persamaan Penawaran Daging Uji heteroskedastisitas Persamaan Penawaran Daging Variabel Permintaan dan penawaran Daging Sapi di Indonesia Elastisitas permintaan dan penawaran Uji Normalitas Persamaan Permintaan Daging Uji Normalitas Persamaan Permintaan Daging

13 PENDAHULUAN Latar Belakang Daging sapi sebagai sumber protein yang berasal dari ternak hewan sudah dikenal sebagai bahan pangan yang hampir lengkap dan sempurna. karena didalamnya terkandung berbagai macam zat gizi yang diperlukan tubuh termasuk didalamnya protein hewani. Indonesia sebagai salah satu negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia memiliki tingkat konsumsi protein yang masih relatif rendah dibanding negara lain, terutama dari daging sapi. Konsumsi rata-rata daging sapi masyarakat Indonesia saat ini hanya mencapai 1,75 kg/kapita/tahun. Namun seiring dengan peningkatan jumlah penduduk, pertumbuhan ekonomi, dan pendidikan yang semakin baik, maka meningkat pula permintaan daging sapi di Indonesia. Indonesia dengan jumlah penduduknya pada tahun 2007 yang mencapai sekitar 220 juta jiwa, total permintaan daging sapi domestik berarti mencapai ton. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2005) menyatakan, total produksi daging sapi dalam negeri hanya mencapai ton atau 70,64 persen, sehingga masih ada kekurangan sekitar ton atau 29,36 persen dari total kebutuhan dalam negeri. Kekurangan tersebut dipenuhi dengan melakukan impor. Dengan kondisi seperti tersebut diatas maka potensi usaha peternakan memiliki peluang sangat besar untuk lebih dikembangkan di Indonesia. Pengembangan usaha tersebut di Indonesia khususnya ternak sapi difokuskan dalam rangka memenuhi konsumsi daging sapi potong dalam negeri dan meningkatkan produksi daging dari dalam negeri. Hal tersebut sejalan dengan Program Revitalisasi Pertanian Perikanan dan Kehutanan (RPPK) yang dicanangkan oleh pemerintah sejak tahun 2005 yang lalu. Melalui segala upaya yang dilakukan pemerintah bersama-sama dengan masyarakat, diharapkan bangsa Indonesia mampu menjadikan sektor pertanian, termasuk didalamnya subsektor peternakan sebagai leading sector dalam rangka membangun kehidupan bangsa yang lebih sejahtera, sehingga Indonesia bisa bangkit dari keterpurukan dan menjadi negara yang maju dalam segala bidang termasuk dalam hal ekonomi. Atas dasar hal-hal yang disebutkan diatas maka penelitian ini 12

14 menganalisis tentang variabel-variabel yang mempengaruhi permintaan dan penawaran daging sapi potong di Indonesia. Perumusan Masalah Kebutuhan daging masyarakat saat ini tidak dapat dipenuhi oleh produksi daging sapi dalam negeri. Hal tersebut terjadi karena jumlah penduduk Indonesia sudah mencapai 220 juta jiwa dan tingkat konsumsi daging sapi masyarakat sebesar 1,75 kg/kapita/tahun. Dengan asumsi tersebut maka total konsumsi daging sapi oleh masyarakat mencapai ton/tahun, sementara produksi daging sapi lokal hanya ton. Artinya masih ada kesenjangan antara kebutuhan masyarakat dengan produksi daging sapi lokal yang besarnya mencapai ton Dalam rangka memenuhi kebutuhan permintaan tersebut pemerintah meluncurkan program Revitalisasi Pertanian Perikanan dan Kehutanan (RPPK). RPPK dalam salah satu tujuannya mencanangkan Indonesia akan mampu memenuhi kebutuhan daging sapi nasional dari produksi dalam negeri (swasembada) pada tahun 2010, dan sedikit demi sedikit mengurangi impor. Upaya mengurangi impor daging dapat didekati dari dua sisi yaitu sisi permintaan dan sisi penawaran. Dari sisi permintaan dapat dilakukan dengan meningkatkan konsumsi untuk disubstitusi dengan sumber protein lain. Dari sisi penawaran dengan meningkatkan produksi daging ditingkat peternak. Berdasarkan uraian diatas maka rumusan permasalahannya adalah: 1. Apa faktor-faktor yang menentukan jumlah permintaan daging sapi di Indonesia? 2. Apa faktor-faktor yang menentukan jumlah penawaran daging sapi di Indonesia? 3. Bagaimana elastisitas (respon) harga, elastisitas silang, dan elastisitas pendapatan terhadap permintaan dan penawaran daging sapi di Indonesia? 13

15 Tujuan Dari permasalahan yang telah dirumuskan, maka ada tiga hal yang menjadi tujuan dilakukannya peneltian ini, yaitu: 1. Mengetahui faktor-faktor yang menentukan permintaan daging sapi di Indonesia. 2. Mengetahui faktor-faktor yang menentukan penawaran daging sapi di Indonesia. 3. Menghitung elastisitas yang terjadi pada permintaan dan penawaran daging sapi di Indonesia. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan berguna bagi ; 1. Pelaku usaha peternakan sebagai informasi dalam rangka meningkatkan usahanya untuk dapat meningkatkan produksi dalam negeri 2. Pemerintah sebagai bahan rujukan dalam menentukan kebijakan terutama dalam bidang pertanian dan perternakan 3. Peneliti selanjutnya sebagai bahan masukan dan pembanding untuk penelitian yang lebih mendalam. 14

16 KERANGKA PEMIKIRAN Subsektor peternakan sebagai bagian dari sektor pertanian memiliki peran yang sangat penting. Subsektor peternakan harus menjadi prioritas dalam rangka membangun perekonomian Negara Indonesia karena subsektor peternakan memiliki peran dalam menyediakan kebutuhan konsumsi protein masyarakat, terutama dari daging sapi. Konsumsi rata-rata daging sapi masyarakat Indonesia sebesar 1,75 Kg/kapita/tahun, dengan jumlah penduduk Indonesia tahun 2007 yang mencapai 220 juta jiwa, maka dapat dihitung kebutuhan daging sapi masyarakat sebesar ton/tahun, sementara berdasarkan data Direktorat Jenderal Peternakan total produksi daging sapi lokal hanya mencapai ton atau 70,4 persen. Kekurangan pasokan yang mencapai ton atau sebesar 29,6 persen dipenuhi dengan mendatangkan daging sapi impor. Ketergantungan terus menerus terhadap impor akan merugikan posisi ekonomi Indonesia sendiri. Melalui program RPPK pemerintah berencana meningkatkan produksi daging sapi lokal dalam rangka memenuhi kebutuhan daging sapi domestik. Oleh karena itu perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi. Disisi lain permintaan daging sapi juga perlu disubstitusi dengan sumber protein lain. Dengan mengetahui variabel-variabel yang mempengaruhi permintaan dan penawaran, maka dapat dirumuskan strategi untuk mengurangi impor dan meningkatkan produksi daging ditingkat peternak rakyat. Permintaan dan penawaran daging sapi dianalisis dengan menggunakan analisis regresi linier berganda dan analisis elastisitas. Hasil analisis regresi linier berganda akan didapatkan seberapa besar pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap permintaan dan penawaran, sementara dari hasil analisis elastisitas akan diketahui bagaimana elastisitas (respon) terhadap permintaan dan penawaran. Kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 1. 15

17 Sektor pertanian Subsektor peternakan Penyedia kebutuhan daging nasional Adanya kesenjangan antara produksi dalam negeri dan konsumsi Permintaan Penawaran Faktor yang menentukan: Harga daging sapi Harga ikan rata-rata Pendapatan perkapita Jumlah penduduk Faktor yang menentukan: Produksi daging Harga daging sapi Harga sapi domestik Jumlah Populasi Sapi Analisis regresi linier berganda Analisis elastisitas Implikasi kebijakan Gambar 1. Alur kerangka berpikir Keterangan: = Fokus Penelitian 16

18 TINJAUAN PUSTAKA Daging Sapi Daging merupakan jaringan hewan yang dapat digunakan sebagai bahan makanan termasuk didalamnya adalah jaringan otot, organ-organ seperti hati, limpa, ginjal dan otak Komponen utama daging antara lain otot lemak intramuskuler (marbling), sejumlah jaringan ikat (kolagen, elastin, dan retikulum), serta pembuluh darah epitel dan syaraf (Lawrie, 2003). Permintaan daging sapi di pasar domestik cukup tinggi dan selalu meningkat dari tahun ketahun, seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, peningkatan income dan kesadaran masyarakat akan pentingnya protein hewani. Konsumsi daging per kapita tahun 2007 meningkat 4,8 persen dibandingkan tahun sebelumnya Konsumsi tahun 2006 sebesar 6,3 kg per kapita dan tahun 2007 meningkat menjadi 6,6 kg per kapita (Direktorat Jenderal Peternakan, 2007) Kondisi impor daging dalam beberapa tahun terakhir jumlahnya terus meningkat, kecuali sesaat setelah krisis tahun Menurut laporan ACIAR tahun 2002 dalam Badan Penelitian Pengembangan Pertanian (2005), pada tahun 2000 perbandingan impor daging, jerohan dan sapi hidup mendekati 1:1:1. Sementara itu pada tahun 2002 impor sapi hidup telah mencapai lebih ekor. Namun akhirakhir ini telah terjadi perubahan (penurunan impor) yang cukup signifikan. Kondisi ini telah menyebabkan harga daging di dalam negeri sangat baik dan merangsang usaha peternak sapi di pedesaan (Badan Penelitian Pengembangan Pertanian, 2005). Proyeksi konsumsi dan produksi daging sapi potong Indonesia tahun dapat dilihat pada Tabel 1. 17

19 Tabel 1. Proyeksi Konsumsi dan Produksi Daging Sapi Indonesia tahun Tahun Produksi Daging Domestik (ton) Konsumsi (Ton) Sumber: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2005) Sapi Potong Indonesia Ada tiga bangsa sapi potong utama di Indonesia, yaitu sapi Ongole, sapi Bali, dan sapi Madura serta hasil-hasil persilangannya baik yang sudah diakui sebagai suatu bangsa atau galur, maupun yang belum. Sapi potong yang paling tinggi populasinya diantara ketiga bangsa tersebut adalah Ongole, khususnya Peranakan Ongole (PO), yang merupakan hasil grading up dari sapi Jawa (Pane, 2003) Sapi PO dan Ongole yang mempunyai tanda-tanda punuk besar dengan lipatan-lipatan kulit yang terdapat dibawah leher dan perut, telinga panjang menggantung, tanduk pendek, namun yang betina lebih panjang dari yang jantan, warna bulu putih atau putih kehitaman dengan warna kulit kuning. Penyebaran sapi PO hampir masuk ke seluruh Jawa, dan berbagai wilayah di Sumatera dan Sulawesi (Talib dan Siregar, 1998). Menurut Sugeng (2000) bahwa sapi Ongole yang ada pada saat ini populasinya terbanyak diantara bangsa-bangsa sapi Indonesia. Sapi Ongole pertama kali didatangkan dari India ke Pulau Sumba oleh pemerintah Belanda pada tahun

20 Faktor-Faktor yang Menentukan Permintaan Menurut Samuelson dan Nordhaus (2003) permintaan atau kurva permintaan adalah hubungan antara harga dengan kuantitas yang dibeli. Ada suatu hubungan yang pasti antara harga pasar dari suatu barang dengan kuantitas yang diminta dari barang tersebut asalkan hal-hal lain tidak berubah. Banyaknya barang yang dibeli orang tergantung pada harganya, makin tinggi harga suatu barang maka semakin sedikit unit yang diinginkan konsumen untuk dibeli (ceteris paribus). Makin rendah harga pasarnya, makin banyak unitnya yang ingin dibeli. Seperti terlihat pada Gambar 2. harga (P) kuantitas (Q) Gambar 2. kurva permintaan Sukirno (1995) menyatakan bahwa teori permintaan menerangkan tentang ciri hubungan antara jumlah permintaan dan harga. Besarnya permintaan masyarakat atas suatu barang ditentukan oleh banyak faktor yaitu: (1) harga barang itu sendiri, (2) harga barang lain, (3) pendapatan rumah tangga dan masyarakat, (4) distribusi pendapatan dalam masyarakat, (5) cita rasa masyarakat, (6) jumlah penduduk, dan (7) ramalan akan keadaan dimasa yang akan datang. Harga Barang itu Sendiri Hasil penelitian (Khoirunissa, 2008) pada taraf nyata kepercayaan 99%, ketika terjadi penurunan harga daging ayam broiler sebesar Rp 982/Kg maka terjadi peningkatan jumlah permintaan daging ayam broiler oleh keluarga sebesar 1 Kg/bulan. Artinya hal tersebut sesuai dengan teori permintaan yang disebutkan 19

21 dalam (Lipsey et al, 1995) yaitu ketika semakin rendah harga suatu komoditi maka jumlah yang akan diminta semakin besar dan sebaliknya. Harga Barang Lain yang Terkait (Substitusi ) Sebuah hubungan penting terutama sekali ada pada barang-barang yang mempunyai hubungan substitusi, yaitu barang-barang yang cenderung mempunyai fungsi yang sama seperti cornflakes dan oatmeal (Samuelson and Nordhaus, 2003). Dengan adanya peningkatan harga daging sapi sebesar Rp 329/Kg maka jumlah permintaan daging ayam broiler pada konsumen keluarga juga naik sebesar 1 Kg/bulan (Khoirunissa, 2008) Pendapatan Rumah Tangga dan Masyarakat Pendapatan rata-rata dari konsumen sangat menentukan permintaan. Apabila pendapatan masyarakat naik, maka individu-individu cenderung membeli hampir segala sesuatu dalam jumlah yang lebih banyak, sekalipun harga-harga tidak berubah. Pembelian mobil cenderung lebih meningkat tajam bersamaan dengan tingkat pendapatan yang lebih tinggi (Samuelson and Nordhaus, 2003). Dalam penelitian Khoirunissa (2008) tentang permintaan daging ayam broiler konsumen keluarga di Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok tingkat pendapatan berpengaruh nyata pada α 99%, bahwa dengan naiknya pendapatan akan meningkatkan permintaan. Cita Rasa (Selera) Lipsey et al., (1995) mengemukakan bahwa selera berpengaruh besar terhadap keinginan orang untuk membeli. Lebih lanjut dikatakan bahwa perubahan selera bisa terjadi dalam waktu yang lama atau cepat, tetapi cepat atau lambatnya perubahan selera terhadap suatu komoditi akan menyebabkan lebih banyaknya komoditi yang akan dibeli pada setiap tingkat harga. Hasil penelitian Indarsyah (2006) tentang permintaan daging ayam broiler pada konsumen keluarga di Kecamatan Pamulang Tangerang menyatakan selera berpengaruh nyata terhadap permintaan. Jumlah Penduduk (Populasi) Besarnya pasar yang diukur biasanya dengan jumlah penduduk. Jumlah penduduk suatu daerah jelas menentukan kurva permintaan pasar. 32 juta penduduk 20

22 California cenderung membeli 32 kali lebih banyak apel dibandingkan satu juta penduduk Rhode Island (Samuelson dan Nordhaus, 2003) Dari hasil penelitian Indarsyah (2006) terhadap permintaan daging ayam broiler pada konsumen keluarga di Kecamatan Pamulang Tangerang menyatakan jumlah anggota keluarga mempunyai pengaruh nyata terhadap permintaan. Faktor-Faktor yang Menentukan Penawaran Sisi penawaran dari sebuah pasar selalu menyangkut hubungan yang didalamnya para pelaku bisnis menghasilkan dan menjual produk-produknya. Penawaran suatu barang menginformasikan kepada kita mengenai jumlah barang yang akan dijual pada setiap tingkat harga barang tersebut. Secara lebih tepat kurva penawaran menghubungkan kuantitas yang ditawarkan dari sebuah barang dengan harga pasarnya, sementara hal-hal lain konstan (ceteris paribus). Dalam mempertimbangkan penawaran, hal-hal lain yang dianggap konstan adalah biaya produksi, harga barang terkait, dan kebijakan pemerintah (Samuelson dan Nordhaus, 2003). McConnell (1990) menyebutkan hukum penawaran bersifat positif, ketika harga meningkat jumlah barang yang ditawarkan meningkat dan ketika harga turun jumlah barang yang ditawarkan menurun, seperti pada Gambar 3. harga (P) kuantitas (Q) Gambar 3. Kurva penawaran Untuk memeriksa kekuatan-kekuatan yang menentukan kurva penawaran, hal mendasar yang perlu dipahami ialah bahwa para produsen menawarkan komoditikomoditinya dengan tujuan mencari keuntungan dan bukan untuk kesenangan atau amal. Penawaran suatu barang ditentukan oleh faktor-faktor diantaranya: biaya 21

23 produksi, harga input, kemajuan teknologi, dan harga-harga barang terkait (Samuelson dan Nordhaus, 2003). Produksi Daging Sapi Potong Produktivitas ternak sapi potong di Indonesia sebagai salah satu sumber daging belum memenuhi kebutuhan karena jumlahnya masih dibawah target yang diperlukan konsumen. Faktor yang menyebabkan produksi daging masih rendah adalah rendahnya populasi ternak sapi dan juga tingkat produksi sapi yang masih rendah (Sugeng, 2000) Tingkat produksi juga sangat dipengaruhi oleh segi reproduksi. Sistem reproduksi jantan dan betina belum berfungsi sempurna sebelum seekor sapi mencapai masak kelamin (pubertas). Pada ternak betina bangsa sapi Eropa pubertas mulai timbul pada umur 6-18 bulan, sementara pada bangsa sapi Asia pada umur bulan. Umur yang dianjurkan pada perkawinan pertama sapi potong adalah bulan. Jarak beranak (Calving interval) adalah periode waktu antara dua kelahiran yang berurutan (Sarwono dan Arianto, 2003) ) Jumlah Populasi Sapi Jumlah populasi sapi adalah salah satu faktor yang menentukan jumlah penawaran daging sapi domesik. Populasi sapi di Indonesia tahun 2005 mencapai jumlah 10,6 juta ekor, yang tersebar di Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, sebagian Sumatera, dan Kalimantan (Direktorat Jenderal Peternakan, 2006). Sebagian besar usaha ternak di Indonesia atau sekitar 75 persen masih dilakukan oleh peternakan rakyat yang skala usahanya hanya 1-5 ekor dan usaha peternakan juga dilakukan sebagai hanya sebagai usaha sampingan. Pemotongan sapi merupakan hal yang mempengaruhi jumlah populasi, pemotongan dilakukan hanya dilakukan untuk memenuhi konsumsi dalam negeri. Untuk produksi daging, pemotongan rata-rata sebesar 13,4 persen dari populasi awal per tahun, dengan komposisi sapi betina 37,3 persen dan sapi jantan 62,7 persen (Direktorat Jenderal Peternakan, 2003). Biaya Produksi Samuelson dan Nordhaus (2003) juga menyebutkan salah satu unsur utama yang mendasari kurva penawaran adalah harga biaya produksi. Apabila biaya produksi untuk barang rendah, relatif terhadap pasar, maka menguntungkan bagi para 22

24 produsen untuk menawarkan dalam jumlah yang banyak. Apabila produksi tinggi, relatif terhadap harga, perusahaan-perusahaan memproduksi sedikit, beralih ke produksi produk-produk lain. Harga Input Penurunan harga input akan menurunkan biaya produksi sehingga penawaran akan suatu barang akan meningkat, hal tersebut sesuai dengan kurva penawaran. Contoh: jika harga benih dan pupuk turun, kita dapat menduga bahwa penawaran jagung akan meningkat. Sebaliknya, kenaikan harga input akan meningkatkan biaya produksi dan mengurangi jumlah penawaran, sehingga kurva penawaran bergeser ke kiri (McConnell, 1990) Hasil penelitian Suryani (2006) mengenai permintaan dan penawaran daging ayam broiler di Indonesia menyebutkan bahwa harga pakan sebagai input produksi daging ayam broiler mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penawaran daging ayam broiler yaitu sebesar 0,003 pada α = 0,01 dan memiliki hubungan negatif terhadap penawaran daging ayam broiler. Kemajuan Teknologi Kemajuan teknologi berarti adanya penemuan ilmu baru sehingga membuat kita dapat memproduksi satu unit output lebih efisien, artinya input yang digunakan lebih sedikit (McConnell, 1990). Contoh dalam Samuelson dan Nordhaus (2003) adalah pabrikan lebih efisien pada dasawarsa terakhir. Dibutuhkan jam kerja yang lebih sedikit untuk memproduksi sebuah mobil dewasa ini dibandingkan sepuluh tahun lalu. Kemajuan ini memungkinkan para produsen mobil menghasilkan lebih banyak mobil dengan biaya yang sama Dalam penelitian Suryani (2006) mengenai permintaan dan penawaran daging ayam broiler di Indonesia, kemajuan teknologi berpengaruh signifikan sebesar 0,004 pada α = 0,01 dan mempunyai hubungan positif, artinya jika ada kemajuan teknologi maka akan ada peningkatan penawaran. Harga dari Barang Terkait Biaya produksi bukan unsur satu-satunya yang masuk ke dalam kurva penawaran. Penawaran juga dipengaruhi oleh harga-harga dari barang terkait, khususnya barang-barang yang merupakan output-output alternatif dari proses produksi. Jikalau harga satu substitut produksi meningkat, penawaran substitut lain 23

25 akan menurun (Samuelson dan Nordhaus, 2003). Misal dalam McConnell (1990) penurunan harga gandum menyebabkan petani akan memproduksi dan menawarkan lebih banyak jagung pada tingkat harga tertentu, sebaliknya jika harga gandum naik, maka petani akan mengurangi produksi dan penawaran jagung di pasar. Dalam Idaman (2008) harga benih ikan nila ukuran 5-8 cm mempunyai hubungan negatif terhadap penawaran benih ikan nila ukuran 3-5 cm dengan nilai koefisien sebesar 0,135. Artinya jika harga benih ikan nila ukuran 5-8 cm turun maka penawaran benih ikan nila ukuran 3-5 cm naik. Elastisitas Permintaan dan Penawaran Konsep elastisitas merupakan hubungan kuantitatif antara harga dan kuantitas yang dibeli. Pada model yang dinamis dapat dihitung elastisitas jangka pendek dan jangka panjang (Samuel dan Nordhaus, 2003). Elastisitas adalah persentase perubahan jumlah yang diminta dibagi dengan persentase perubahan harga yang menyebabkannya. Perubahan persentase biasanya dihitung sebagai perubahan dibagi oleh nilai rata-rata (lipsey et al., 1995). Elastisitas Harga Permintaan Para ekonom mengukur bagaimana tingkat respon atau sensitivitas konsumen terhadap perubahan harga produk dengan dengan konsep elastisitas harga (McConnell, 1990). Elastisitas harga permintaan mengukur berapa banyak kuantitas yang diminta dari sebuah barang akan berubah apabila harganya berubah. Definisi yang tepat dari elastisitas harga adalah persentase perubahan dalam kuantitas yang diminta dibagi dengan persentase perubahan dalam harga (Samuelson dan Nordhaus, 2003) Nilai elastisitas harga daging ayam broiler sebesar -2,335 terhadap permintaan daging ayam broiler di Kecamatan Pancoran Mas Depok, artinya dengan kenaikan harga sebesar 1% maka permintaan daging ayam broiler akan turun sebesar 2,335 % ceteris paribus (Khoirunissa, 2008) Kita dapat menghitung koefisien elastisitas harga menurut rumus berikut: Ed = Persentase perubahan pada kuantitas yang diminta Persentase perubahan pada harga 24

26 Elastisitas Harga Penawaran Para pelaku bisinis juga memiliki kepekaan dalam dalam mengambil keputusan terkait dengan berapa banyak barang yang (harus) diproduksi. Para ekonom mendefinisikan elastisitas harga penawaran sebagai kepekaan kuantitas yang ditawarkan dari sebuah barang terhadap harga pasarnya. Elastisitas harga penawaran adalah presentase perubahan pada kuantitas yang ditawarkan dibagi dengan persentase perubahan pada harga (Samuelson dan Nordhaus, 2003). Dalam Idaman (2008) elastisitas harga penawaran benih ikan nila ukuran 3-5 cm memiliki nilai 0, Artinya harga benih ikan nila ukuran 3-5 cm ini bersifat inelastis karena nilai elastisitasnya yang kurang dari satu. Rumus untuk menghitung elastisitas harga penawaran adalah sebagai berikut: Es = Persentase perubahan pada kuantitas yang ditawarkan Persentase perubahan pada harga Elastisitas Silang Elastisitas silang adalah persentase perubahan jumlah barang yang diminta diakibatkan oleh perubahan harga barang lain sebesar satu persen. Apabila fungsi permintaan diketahui beasaran nilainya, maka elastitas dapat dihitung dengan cara menurunkan fungsi permintaan terhadap barang lain, lalu dikalikan dengan rata-rata harga barang lain dibagi rata-rata jumlah barang yang diminta. Apabila nilainya lebih besar dari nol maka kedua barang tersebut mempunyai hubungan substitusi, bila nilainya lebih kecil dari nol maka hubungan keduanya komplementer. Barang substitusi memiliki nilai elastisitas positif. Artinya kenaikan barang substitusi berakibat meningkatnya jumlah yang diminta untuk barang ini (dan untuk barang substitusinya berkurang). Barang komplementer elastisitas negatif, artinya kenaikan harga komplemen berakibat turunnya jumlah yang untuk barang ini (juga untuk barang komplemennya). Hasil penelitian Khoirunissa (2008) menunjukkan nilai elastisitas silang daging sapi sebesar 6,32 artinya dengan meningkatnya harga daging sapi sebesar 1% maka permintaan akan daging ayam broiler naik sebesar 6,32% 25

27 Elastisitas Pendapatan Elastisitas permintaan pendapatan adalah presentase perubahan permintaan akan suatu barang yang diakibatkan oleh kenaikan income riil konsumen sebesar satu persen, jika fungsi permintaan diketahui maka besar nilai elastisitas pendapatan dapat ditentukan dengan cara menurunkan fungsi permintaan tersebut terhadap variabel pendapatan, lalu dikalikan rata-rata besaran pendapatan dibagi rata-rata jumlah barang yang diminta. Untuk barang normal nilai elastistasnya lebih besar dari nol, untuk barang inferior kurang dari nol, barang kebutuhan pokok antara nol sampai satu dan untuk barang superior lebih besar dari satu. Dalam Khoirunissa (2008) menunjukkan nilai elastisitas permintaan daging ayam broiler sebesar terhadap pendapatan sebesar 0,447 artinya jika pendapatan naik 1%, maka permintaan naik 0,447%. Elastisitas pendapatan bernilai positif antara nol sampai satu sehingga daging ayam broiler disebut barang normal. 26

28 METODE PENELITIAN Waktu Penelitian Penelitian mengenai permintaan dan penawaran daging sapi potong di indonesia, dilaksanakan pada bulan Juni sampai bulan September tahun 2008 meliputi penyusunan proposal, pengumpulan data, pengolahan data, analisis data dan penulisan laporan dalam bentuk skripsi. Data dan Instrumentasi Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder berupa data time series tahun dari Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Peternakan. Disamping data dari data time series tahun juga digunakan data lainnya, seperti teori-teori yang menunjang dan literatur yang diperoleh di Perpustakaan Pusat IPB. Data kemudian diolah dengan menggunakan program eview 4.1 dan Microsoft Excel Metode Analisis Penelitian ini menggunakan alat analisis regresi linier berganda (multiple regression) dan analisis respon (elastisitas). Menurut Sulaiman (2004) analisis regresi berganda digunakan untuk melihat hubungan variabel dependen dengan lebih dari satu variabel independen. Analisis Regresi Linier Berganda Analisis penggunaan regresi linier berganda ini memungkinkan untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang secara signifikan menentukan permintaan dan penawaran. Bentuk umum fungsi permintaan dan penawaran adalah: YD = f (HDD, HI, PPK, JPI) YS = f (HDD, PDD, HS, JPS) Dimana: YD = Jumlah permintaan daging domestik (Ton) YS = Jumlah penawaran daging domestik (Ton) HDD = Harga daging domestik (000 Rp/ton) 27

29 HI = Harga ikan rata-rata (000 Rp/ton) PPK = Pendapatan perkapita (000 Rp/Bulan) JPI = Jumlah penduduk Indonesia (000 jiwa) HS = Harga sapi domestik (000 Rp/Ton) PDD = Produksi daging sapi domestik (Ton) JPS = Jumlah populasi sapi (ekor) Untuk melakukan estimasi model regresi linier berganda, maka data yang ada diregresikan sehingga menjadi fungsi linier sebagai berikut: YD = a + b 1 HDD + b 2 HI + b 3 PPK + b 4 JPI YS = a + b 1 HDD + b 2 PDD + b 3 HS + b 4 JPS Dimana: YD = Jumlah permintaan daging domestik (Ton) YS = Jumlah penawaran daging domestik (Ton) a = Konstanta b = Koefisien regresi variabel bebas HDD = Harga daging domestik (000 Rp/ton) HI = Harga ikan rata-rata (000 Rp/ton) PPK = Pendapatan perkapita (000 Rp/Bulan) JPI = Jumlah penduduk Indonesia (000 jiwa) HS = Harga sapi domestik (000 Rp/Ton) PDD = Produksi daging sapi domestik (Ton) JPS = Jumlah populasi sapi (ekor) Uji Kriteria Statistik Untuk memperoleh hasil yang baik dan model yang layak maka perlu dilakukan uji statistik. Uji ini meliputi uji-t, uji F, dan R-square (R 2 ). 1. Uji-t Digunakan untuk melihat nyata atau tidaknya pengaruh variabel independen (bebas) terhadap permintaan dan penawaran daging sapi potong (Y). Prosedur pengujiannya adalah sebagai berikut: H 0 : bi = 0 (tidak berpengaruh nyata) 28

30 H 1 : bi 0 (berpengaruh nyata) t- hitung = bi 0 Sbi Apabila t- hitung < t- tabel (α) maka H 0 diterima artinya variabel independen tidak berpengaruh nyata terhadap Y pada taraf kepercayaan (1-α). Apabila t- hitung > t- tabel (α) maka H 0 ditolak artinya variabel independen berpengaruh nyata terhadap Y pada taraf kepercayaan (1-α). 2. Uji F Digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel bebas secara simultan terhadap permintaan dan penawaran daging sapi (Y) Prosedur pengujiannya adalah sebagai berikut: H 0 : b 1 = b 2 = b 3 = 0 (tidak berpengaruh nyata) H 1 : b 1 0 atau b 2 0 atau b 3 0 (berpengaruh nyata) F hitung = JKR /( k 1) JKS /( n k) Dimana: JKR = Jumlah kuadrat regresi JKS = Jumlah kuadrat sisa k = Jumlah variabel n = Jumlah sampel Apabila F- hitung < F- tabel (α)/(k, n-k) maka H 0 diterima artinya secara simultan semua variabel independen tidak berpengaruh nyata terhadap Y. Apabila F- hitung > F- tabel (α)/(k, n-k) maka H 0 ditolak artinya secara simultan semua variabel independen berpengaruh nyata terhadap Y 3. Uji R-Square digunakan untuk mengukur tingkat kelayakan model. Koefisien tersebut menjelaskan secara total variasi dalam variabel dependen (Y) yang dijelaskan oleh seluruh variabel independen dalam model. Koefisen determinasi mempunyai nilai antara nol sampai 29

31 satu (0 R 2 1), semakin besar R-square (mendekati satu) maka model semakin baik, dan semakin mendekati nol maka model semakin tidak layak karena variabel independen secara keseluruhan tidak bisa menjelaskan permintaan dan penawaran daging sapi potong. Uji Kriteria Ekonometrika Dalam melakukan estimasi model regresi linier berganda maka harus dipenuhi kriteria nilai parameter yang BLUE (Best, Linear, Unbiased, Estirmator). Kriteria yang diuji meliputi Autokorelasi, normalitas, dan heteroskedastisitas. 1. Autokorelasi Istilah autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antar anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu (time series) atau cross section. Persamaan dalam penelitian ini menggunakan data time series. Masalah autokorelasi sering timbul pada data runtut. Autokorelasi sering disebut juga korelasi serial. Penyebab utama timbulnya autokorelasi adalah kesalahan spesifikasi, misalnya terabaikannya suatu variabel penting atau bentuk fungsi yang tidak tepat. 2. Normalitas Salah satu cara mendeteksi normalitas adalah dengan plot probabilitas normal. Melalui plot ini masing-masing nilai pengamatan dipasangkan dengan nilai harapan dari distribusi normal. Jika residual berasal dari distribusi normal, maka nila-nilai data (titik-titik dalam grafik) akan terletak disekitar garis diagonal. 3. Heteroskedastisitas Asumsi yang dipakai dalam penerapan model regresi linier adalah variannya konstan. Heteroskedastisitas adalah keadaan dimana asumsi diatas tidak tercapai. Dampak adanya heteroskedastisitas adalah tidak efisiennya proses estimasi, sementara hasil estimasinya sendiri tetap konsisten dan tidak bias. 30

32 Masalah heteroskedastisitas ini akan mengakibatkan hasil uji-t dan uji F dapat menjadi tidak berguna (misleading). Untuk mengetahui adanya heteroskedastisitas yaitu dengan cara membuat scatter plot dari model persamaan regresi. Jika membentuk pola tertentu seperti bergelombang, melebar, kemudian menyempit, dan sebagainya maka terjadi heteroskedastisitas, sebaliknya jika terjadi pembentukan pola yang jelas, serta titiktitik tersebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas Uji Kriteria ekonomi. Penentuan variabel model regresi dan pengujian hipotesis pada kriteria ekonomi dianalisis sesuai dengan teori permintaan dan penawaran sesuai dengan ilmu ekonomi. Analisis Respon (Elastisitas) Dilakukan untuk mengetahui persentase perubahan kenaikan atau penurunan jumlah daging sapi potong jika terjadi perubahan permintaan dan penawaran. 1. Elastisitas permintaan harga dihitung dengan menggunakan rumus: dy X1 Ed = x dx1 Y Dimana: dy = turunan pertama fungsi permintaan terhadap harga daging sapi dx1 X1 = Rata-rata harga daging sapi (000 Rp/ton) Y = Jumlah permintaan daging sapi (Ton/tahun) 2. Elastisitas penawaran harga dihitung dengan menggunakan rumus: dy X 2 Es = x dx2 Y Dimana: dy = turunan pertama fungsi penawaran terhadap harga daging sapi dx2 X2 = Rata-rata harga daging sapi (000 Rp/ton) Y = Jumlah permintaan daging sapi (Ton/tahun) 31

33 3. Elasitas silang dihitung dengan menggunakan rumus Es = Dimana: dy dx3 dy X 3 x dx3 Y = turunan pertama fungsi permintaan terhadap harga daging sapi X3 = Rata-rata harga ikan (000 Rp/ton) Y = Jumlah permintaan daging sapi (Ton/tahun) 4. Elastisitas pendapatan dihitung dengan rumus Ep = Dimana: dy dx3 dy X 3 x dx3 Y = turunan pertama fungsi permintaan terhadap harga daging sapi X3 = Rata-rata pendapatan per kapita (Rp/bulan) Y = Jumlah permintaan daging sapi (Ton/tahun). Nilai suatu elastisitas tak terbatas dan bisa positif atau negatif. Pada umumnya nilai elastisitas yang besar berimplikasi pada variabel endogen yang menjadi sangat responsif terhadap perubahan variabel eksogen. Apabila nilai elastisitas lebih besar dari satu (E > 1) maka dikatakan elastis (responsif). Apabila nilai elastisitas antara antara nol dan satu (0 < E < 1), maka dikatakan inelastis. Apabila nilai elastisitasnya sama dengan nol (E = 0) dikatakan inelastis sempurna. Apabila nilai elastisitasnya sama dengan satu (E = 1) dikatakan unitary elastis. Dan apabila nilai elastisitas tak terhingga (E = ~) dikatakan elastis sempurna. 32

34 HASIL PEMBAHASAN Perkembangan Konsumsi dan Produksi Daging Sapi di Indonesia Konsumsi Daging Sapi di Indonesia Konsumsi daging sapi selama periode 1990 hingga 2005 secara umum mengalami peningkatan rata-rata sebesar 2,11 persen. Berdasarkan Tabel 2, konsumsi daging sapi pada tahun 1992 adalah sebesar ton, pada tahun 1993 berubah menjadi ton atau naik sebesar 8,29 persen. Kenaikan terbesar terjadi pada tahun Konsumsi daging sapi pada tahun 1995 sebesar ton, dibanding dengan konsumsi daging sapi tahun 1996 mengalami kenaikan sebesar ton, atau naik sekitar 22,15 persen menjadi ton Tabel 2. Konsumsi Daging di Indonesia Tahun Konsumsi Daging Domestik (ton) Perubahan (%) , , ,00 7, ,00 8, ,00-0, ,00 3, ,00 22, ,00 13, ,53-10, ,08-0, ,47 10, ,37-16, ,38 0, ,49 1, ,38 13, ,70-5,89 Rata-rata 2,11 Sumber : BPS, 2007 (diolah) Konsumsi daging sapi di Indonesia yang cenderung naik tiap tahunnya ini disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk dan meningkatnya pendapatan. Jumlah penduduk Indonesia berdasarkan Tabel 3, pada tahun 1990 sebesar jiwa dan pada tahun 2005 mengalami kenaikan jumlah menjadi 33

35 jiwa atau bertambah sebesar jiwa dalam kurun waktu 15 tahun. Pendapatan per kapita per bulan berdasarkan Tabel 3, pada tahun 1990 sebesar Rp dan pada tahun 2005 mengalami kenaikan jumlah menjadi Rp atau meningkat sebesar 149,86 persen dalam kurun waktu 15 tahun. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Khoirunissa (2008) dan Indarsyah (2006) yang menyatakan meningkatnya pendapatan dan jumlah populasi akan meningkatkan jumlah konsumsi atau permintaan. Tahun Tabel 3. Jumlah Penduduk dan Pendapatan per Kapita di Indonesia Jumlah Pendudu k (000 jiwa) Pendapatan per Kapita per Bulan ( rupiah) Pendapatan setelah Indeks Harga Konsumen (Rupiah) Rata-rata Sumber : BPS, 2007 (diolah) Produksi Daging Sapi di Indonesia Produksi daging sapi selama periode 1990 hingga 2005 secara umum mengalami peningkatan rata-rata sebesar 132,82 persen. Berdasarkan Tabel 4, produksi daging sapi pada tahun 1991 adalah sebesar ,70 ton pada tahun 1992 berubah menjadi ,40 ton atau naik sebesar persen. Kenaikan terbesar terjadi pada tahun Dibanding dengan produksi daging sapi pada tahun

36 yaitu sebesar ,40 ton produksi daging sapi tahun 1993 mengalami kenaikan sebesar ,70 ton atau naik sekitar 2.118,75 persen menjadi ,10 ton. Tahun Tabel 4. Produksi dan Impor Daging Sapi di Indonesia Produksi Daging Domestik (ton) Perubahan (%) Impor Daging (ton) Perubahan (%) , ,70 11, ,00 31, ,40 10, ,00 68, , , ,00-3, ,50-4, ,00 57, ,30 2, ,00 51, ,20 22, ,00 117, ,60-8, ,00 62, ,73-25, ,80-65, ,18-1, ,90 19, ,17 3, ,30 155, ,77-14, ,60-38, ,58 3, ,80-30, ,09 2, ,40-6, ,38 13, ,00 10, ,97-8, ,73 50,42 Rata-rata 141,67 31,98 Sumber : BPS, 2007 (diolah) Produksi daging domestik yang cenderung naik tiap tahunnya disebabkan oleh peningkatan jumlah konsumsi daging, meskipun produksi daging domestik meningkat namun tetap saja tidak dapat menyesuaikan laju konsumsi sehingga impor tetap dilakukan. Jumlah impor pada Tabel 4, secara umum cenderung meningkat setiap tahunnya, bahkan pada tahun 2000 impor mengalami kenaikan hingga 155,49 persen dari tahun sebelumnya, yang merupakan impor tertinggi. Model Penduga Permintaan Daging Model ekonometrika dalam penelitian ini menggunakan metode pendugaan ordinary least square (OLS) pada software Eviews 4.1. Untuk memenuhi asumsi pada model maka dilakukan beberapa uji terhadap model tersebut. Uji yang dilakukan adalah uji kriteria statistik yang meliputi uji F, uji t-statisik, dan uji R- square, uji kriteria ekonometrika yang meliputi uji normalitas, uji autokorelasi, dan 35

37 uji heteroskedastisitas, kemudian uji yang terakhir adalah uji kriteria ekonomi yang disesuaikan dengan teori ekonomi yang berlaku. Tabel 5. Penduga Parameter Model Permintaan Daging Sapi Variabel Koefisien Probabilitas Elastisitas** Konstanta (C) ,5 0,5346* Harga Daging Domestik (HDD) -4, ,0949* -0,39 Harga Ikan (HI) 4, ,0917* 0,195 Pendapatan per Kapita (PPK) 36, ,0527* 0,42 Jumlah Penduduk Indonesia (JPI) 1, ,0740* R-squared 0, F-statistik 10,46554 Adjusted R-squared 0, Prob (F-statistik) 0, *Signifikan pada P < 0,1 **perhitungan pada lampiran 8 Uji statistik meliputi uji R-square, uji F, dan uji t-statistik, berdasarkan hasil pada Tabel 5 didapatkan bahwa nilai R-square sebesar 0, yang berarti bahwa variabel tidak bebas (dependen) yaitu permintaan daging dapat dijelaskan secara serenak oleh variabel-variabel bebasnya (independen) yaitu harga daging domestik, harga ikan, pendapatan per kapita dan jumlah penduduk sebesar 79,9 persen. Sedangkan sisanya sebesar 20,1 persen dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak masuk kedalam model. Hasil uji F berdasarkan Tabel 5, didapatkan semua variabel independen secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang sangat signifikan terhadap perubahan jumlah permintaan daging karena nilai Prob (F-stat) = 0, yang memiliki nilai lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan yaitu 10 persen. Hasil uji t menunjukkan bahwa semua variabel independen yang masuk kedalam model diindikasikan masing-masing berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen nya karena nilai probabilitas nya lebih kecil dibandingkan taraf nyata yang digunakan yaitu (α=10%). Untuk variabel HDD nilai probabilitas = < α = 0,1, variabel HI nilai probabilitas = 0,0917 < α = 0,1, variabel PPK nilai probabilitas = 0,0527 < α = 0,1, variabel JPI nilai probabilitas = 0,074 < α = 0,1. Uji ekonometrik meliputi uji autokorelasi, normalitas, dan heteroskedastisitas. Ada tidaknya autokorelasi dapat diketahui melalui serial correlation LM test. Hasil pengujian autokorelasi pada model permintaan daging didapatkan bahwa nilai probability obs*r-square nya sebesar 0, (lampiran 2) yang berarti lebih besar dari (α = 0,1) sehingga dapat disimpulkan bahwa model 36

38 permintaan daging lolos dari ada gejala autokorelasi. Kemudian uji normalitas, uji ini dilakukan untuk mendeteksi apakah nilai residual dari model regresi berdistribusi normal atau tidak. Dari hasil histogram-normality test pada lampiran 8 diperoleh nilai probabilitas Jarque-Bera = 0, atau lebih besar dari α = 0,1 sehingga residual terindikasikan berdistribusi normal Kriteria selanjutnya dalam uji ekonometrika adalah heteroskedastisitas, ada tidaknya heteroskedastisitas. Berdasarkan hasil pengujian pada model diperoleh nilai obs*r-square sebesar 0, (lampiran 3), artinya nilai tersebut labih besar dari taraf nyata (α = 0,1), sehingga dapat disimpulkan bahwa model persamaan mempunyai variabel pengganggu yang variannya sama (homoskedastis). Karena jika nilai obs*r-square nya lebih kecil dari (α = 0,1) maka model tidak lolos dari keberadaan heteroskedastisitas. Uji ekonomi dilakukan dalam rangka menyesuaikan model pendugaan permintaan daging dengan teori permintaan. Keseuaian model dengan teori permintaan dapat dilihat dari nilai koefisien variabel-variabel independen nya. Pada Tabel 5 diketahui bahwa koefisien variabel harga daging domestik (HDD) bernilai negatif terhadap permintaan daging sapi (YD), artinya jika harga daging domestik turun maka permintaan terhadap daging akan meningkat, hal tersebut sesuai dengan teori permintaan. Selanjutnya masih pada Tabel 5 didapatkan bahwa nilai koefisien variabel harga ikan (HI) bernilai positif terhadap YD, artinya jika harga ikan sebagai barang substitusi daging mengalami kenaikan maka permintaan akan daging akan terus meningkat karena harga ikan yang tinggi, hal tersebut juga telah sesuai dengan teori permintaan. Nilai koefisien variabel pendapatan per kapita penduduk Indonesia (PPK) berdasarkan hasil dalam Tabel 5 bernilai positif terhadap YD, berarti permintaan terhadap daging akan mengalami peningkatan seiring dengan naiknya pandapatan per kapita penduduk Indonesia. Dan variabel terakhir yang mempengaruhi permintaan daging adalah jumlah penduduk Indonesia (JPI), hasil yang didapatkan berdasarkan tabel 2 bahwa koefisien nya bernilai positif artinya jika jumlah penduduk bertambah maka permintaan akan daging juga akan meningkat 37

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN DOMESTIK DAGING SAPI INDONESIA SKRIPSI ADITYA HADIWIJOYO

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN DOMESTIK DAGING SAPI INDONESIA SKRIPSI ADITYA HADIWIJOYO ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN DOMESTIK DAGING SAPI INDONESIA SKRIPSI ADITYA HADIWIJOYO PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN ADITYA HADIWIJOYO.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. model struktural adalah nilai PDRB, investasi Kota Tangerang, jumlah tenaga kerja,

III. METODE PENELITIAN. model struktural adalah nilai PDRB, investasi Kota Tangerang, jumlah tenaga kerja, III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk time series dari tahun 1995 sampai tahun 2009. Data yang digunakan dalam model

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3. 1. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif deskriptif. Pendekatan kuantitatif menitikberatkan pada pembuktian hipotesis.

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. pendugaan Ordinary Least Square (OLS). Data pada penelitian ini dimasukkan dalam

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. pendugaan Ordinary Least Square (OLS). Data pada penelitian ini dimasukkan dalam V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Estimasi Variabel Dependen PDRB Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda dengan metode pendugaan Ordinary Least Square (OLS). Data pada penelitian ini dimasukkan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 44 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Integrasi Pasar (keterpaduan pasar) Komoditi Kakao di Pasar Spot Makassar dan Bursa Berjangka NYBOT Analisis integrasi pasar digunakan untuk mengetahui bagaimana

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat kearah protein hewani telah meningkatkan kebutuhan akan daging sapi. Program

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN. dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan wilayah

III METODE PENELITIAN. dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan wilayah III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian Penelitian dilakukan di Provinsi Sumatera Utara. Penentuan daerah ini dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 21 III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Babakan Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Pemilihan tersebut dengan pertimbangan bahwa wilayah tersebut merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Provinsi Sumatera Utara, khususnya dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Provinsi Sumatera Utara, khususnya dalam 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Provinsi Sumatera Utara, khususnya dalam ruang lingkup sektor pertanian. Waktu penelitian untuk mengumpulkan data

Lebih terperinci

PROYEKSI PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SURAKARTA

PROYEKSI PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SURAKARTA PROYEKSI PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SURAKARTA Tria Rosana Dewi dan Irma Wardani Staf Pengajar Fakultas Pertanian, Universitas Islam Batik Surakarta Email : triardewi@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI SUMATERA UTARA

ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI SUMATERA UTARA ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI SUMATERA UTARA Nurhidayati Ma rifah Sitompul *), Satia Negara Lubis **), dan A.T. Hutajulu **) *) Alumini Program Studi Agribisnis Departemen Agribisnis

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian

METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian 28 III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian deskriptif kuantitatif. Ruang lingkup penelitian ini adalah untuk melihat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka Dalam tulisan Anonimous (2012) dikatakan bahwa untuk memenuhi kebutuhan pangan manusia diperlukan asupan gizi yang baik.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Objek dari penelitian ini adalah perilaku prosiklikalitas perbankan di

BAB III METODE PENELITIAN. Objek dari penelitian ini adalah perilaku prosiklikalitas perbankan di BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek dari penelitian ini adalah perilaku prosiklikalitas perbankan di Indonesia pada tahun 2007M01 2016M09. Pemilihan pada periode tahun yang digunakan adalah

Lebih terperinci

VI. FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN RUMAH TANGGA TERHADAP CABAI MERAH KERITING

VI. FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN RUMAH TANGGA TERHADAP CABAI MERAH KERITING VI. FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN RUMAH TANGGA TERHADAP CABAI MERAH KERITING 6.1. Model Permintaan Rumah Tangga Terhadap Cabai Merah Keriting Model permintaan rumah tangga di DKI Jakarta

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian

METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian deskriptif. Definisi dari penelitian deskriptif adalah penelitian yang menggambarkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder deret waktu

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder deret waktu III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder deret waktu (time-series data) bulanan dari periode 2004:01 2011:12 yang diperoleh dari PT.

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI A.

II. LANDASAN TEORI A. 7 II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Penelitian Michael (1985) yang berjudul Estimating Cross Elasticities of Demand for Beef, menggunakan variabel harga daging sapi, harga ikan, harga daging unggas,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Metode yang digunakan untuk menduga faktor-faktor yang memengaruhi

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Metode yang digunakan untuk menduga faktor-faktor yang memengaruhi BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Estimasi Parameter Model Metode yang digunakan untuk menduga faktor-faktor yang memengaruhi Penanaman Modal Asing di Provinsi Jawa Timur adalah dengan menggunakan metode

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu berkaitan dengan data yang waktu dikumpulkannya bukan (tidak harus) untuk memenuhi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, time series triwulan dari

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, time series triwulan dari 34 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, time series triwulan dari tahun 2005-2012, yang diperoleh dari data yang dipublikasikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Hasil Uji Asumsi Klasik Untuk menghasilkan hasil penelitian yang baik, pada metode regresi diperlukan adanya uji asumsi klasik untuk mengetahui apakah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) pada periode

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) pada periode BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 Analisis Deskripsi Data Jenis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) pada periode 1993-2013 kurun waktu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (time series data). Dalam penelitiaan ini digunakan data perkembangan pertumbuhan ekonomi,

BAB III METODE PENELITIAN. (time series data). Dalam penelitiaan ini digunakan data perkembangan pertumbuhan ekonomi, BAB III 3.1. Jenis dan Sumber Data METODE PENELITIAN 3.1.1. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder yang digunakan adalah data yang dicatat secara

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif dengan

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif dengan 40 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif dengan rentang waktu dari tahun 2001 2012. Tipe data yang digunakan adalah data runtut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 241 juta dengan ditandai oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang meningkat dan stabilitas ekonomi yang

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR KEDELAI INDONESIA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR KEDELAI INDONESIA 1 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR KEDELAI INDONESIA OLEH POPY ANGGASARI H14104040 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 2 RINGKASAN

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAGING AYAM BROILER KONSUMEN RUMAH TANGGA DI KECAMATAN PAMULANG TANGERANG SKRIPSI YANNUAR INDARSYAH

ANALISIS PERMINTAAN DAGING AYAM BROILER KONSUMEN RUMAH TANGGA DI KECAMATAN PAMULANG TANGERANG SKRIPSI YANNUAR INDARSYAH ANALISIS PERMINTAAN DAGING AYAM BROILER KONSUMEN RUMAH TANGGA DI KECAMATAN PAMULANG TANGERANG SKRIPSI YANNUAR INDARSYAH PROGRAM STUD1 SOSIAL EKONORlI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Setiabudi 8

METODE PENELITIAN. Setiabudi 8 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai sikap konsumen terhadap daging sapi lokal dan impor ini dilakukan di DKI Jakarta, tepatnya di Kecamatan Setiabudi, Kotamadya Jakarta

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Modal, Dinas Penanaman Modal Kota Cimahi, Pemerintah Kota Cimahi, BPS Pusat

III. METODOLOGI PENELITIAN. Modal, Dinas Penanaman Modal Kota Cimahi, Pemerintah Kota Cimahi, BPS Pusat III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data tenaga kerja, PDRB riil, inflasi, dan investasi secara berkala yang ada di kota Cimahi.

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DAGING AYAM (Studi Kasus: Pasar Sei Kambing, Medan)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DAGING AYAM (Studi Kasus: Pasar Sei Kambing, Medan) ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DAGING AYAM (Studi Kasus: Pasar Sei Kambing, Medan) Muhammad Febri Anggian Siregar, Iskandarini, Hasman Hasyim Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

III METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang terbentuk dalam runtun waktu (time series) dan jurnal-jurnal ilmiah tentang upah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. data PDRB, investasi (PMDN dan PMA) dan ekspor provinsi Jawa Timur.

BAB III METODE PENELITIAN. data PDRB, investasi (PMDN dan PMA) dan ekspor provinsi Jawa Timur. BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian diambil di provinsi Jawa Timur dengan menggunakan data PDRB, investasi (PMDN dan PMA) dan ekspor provinsi Jawa Timur. B. Jenis dan Sumber

Lebih terperinci

semua data, baik variabel dependen maupun variable independen tersebut dihitung

semua data, baik variabel dependen maupun variable independen tersebut dihitung BAB VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan membahas mengenai pengaruh pertumbuhan variabel PMTDB, pertumbuhan variabel angkatan kerja terdidik, pertumbuhan variabel pengeluaran pemerintah daerah

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Komoditi Pertanian subsektor Peternakan Pertanian adalah salah satu bidang produksi dan lapangan usaha yang paling tua di dunia yang pernah dan sedang dilakukan masyarakat.

Lebih terperinci

4 METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Metode Pengolahan dan Analisis Data

4 METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Metode Pengolahan dan Analisis Data 29 4 METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Jenis data utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder tahunan deret waktu (time series), dari tahun 1985 hingga 2011. Adapun sumbersumber

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA DAGING SAPI DI SUMATERA UTARA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA DAGING SAPI DI SUMATERA UTARA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA DAGING SAPI DI SUMATERA UTARA Winda Ayu Wulandari *), Tavi Supriana **), dan M. Jufri **) *) Alumini Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Obyek dari penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah besarnya

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Obyek dari penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah besarnya BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Obyek dari penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah besarnya yield to maturity (YTM) dari obligasi negara seri fixed rate tenor 10 tahun

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder 47 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan 2003-2012. Data sekunder tersebut bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung Dalam Angka, Badan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. berbentuk time series selama periode waktu di Sumatera Barat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. berbentuk time series selama periode waktu di Sumatera Barat BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Sumber Data Metode penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder yang berbentuk time series selama periode waktu 2005-2015 di Sumatera Barat yang diperoleh dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek penelitian adalah daerah tempat akan diadakannya penelitian yang mendukung dalam penulisan penelitian itu sendiri. Dalam hal ini yang akan dijadikan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pusat Statistik (BPS) Kota Bandar Lampung yang berupa cetakan atau publikasi

III. METODE PENELITIAN. Pusat Statistik (BPS) Kota Bandar Lampung yang berupa cetakan atau publikasi III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari publikasi dinas atau instansi pemerintah, diantaranya adalah publikasi dari

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN JERUK PAMELO (Citrus grandis) DI KABUPATEN PATI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN JERUK PAMELO (Citrus grandis) DI KABUPATEN PATI Jurnal Ekonomi Pertanian dan Agribisnis (JEPA) Volume 2, Nomor 3 (2018): 179-186 ISSN: 2614-4670 (p), ISSN: 2598-8174 (e) ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN JERUK PAMELO (Citrus grandis)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. probiotik maupun non probiotik oleh peternak, dimulai dari pembesaran bibit

III. METODE PENELITIAN. probiotik maupun non probiotik oleh peternak, dimulai dari pembesaran bibit 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Usaha ternak ayam adalah usaha yang membudidayakan ayam ras pedaging probiotik maupun non probiotik oleh peternak, dimulai dari pembesaran

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. mengenai hasil dari uji statistik yang terdiri dari uji F, uji t, dan uji R-squared.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. mengenai hasil dari uji statistik yang terdiri dari uji F, uji t, dan uji R-squared. V. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil estimasi dan pembahasan dalam penelitian ini akan dibagi dalam tiga pemaparan umum yaitu pemaparan secara statistik yang meliputi pembahasan mengenai hasil dari uji statistik

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PERMINTAAN TEPUNG TERIGU DI INDONESIA (Periode ) OLEH M.

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PERMINTAAN TEPUNG TERIGU DI INDONESIA (Periode ) OLEH M. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PERMINTAAN TEPUNG TERIGU DI INDONESIA (Periode 1982-2003) OLEH M. FAHREZA H14101011 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH PEMASARAN AYAM BROILER DI PASAR TRADISIONAL KOTA JAKARTA SELATAN SKRIPSI

ANALISIS NILAI TAMBAH PEMASARAN AYAM BROILER DI PASAR TRADISIONAL KOTA JAKARTA SELATAN SKRIPSI ANALISIS NILAI TAMBAH PEMASARAN AYAM BROILER DI PASAR TRADISIONAL KOTA JAKARTA SELATAN SKRIPSI HESTI INDRAWASIH PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. memiliki arti dan kedudukan penting dalam pembangunan nasional.sektor pertanian

BAB III METODE PENELITIAN. memiliki arti dan kedudukan penting dalam pembangunan nasional.sektor pertanian 28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Sektor pertanian merupakan salah satu sektor di bidang ekonomi yang memiliki arti dan kedudukan penting dalam pembangunan nasional.sektor pertanian

Lebih terperinci

BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING AYAM BROILER PADA RUMAH TANGGA DI KECAMATAN IDI RAYEUK KABUPATEN ACEH TIMUR

BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING AYAM BROILER PADA RUMAH TANGGA DI KECAMATAN IDI RAYEUK KABUPATEN ACEH TIMUR BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING AYAM BROILER PADA RUMAH TANGGA DI KECAMATAN IDI RAYEUK KABUPATEN ACEH TIMUR Ahmad Ridha Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Samudra Email : achmad.ridha@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai. tujuan bangsa dan pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai. tujuan bangsa dan pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan bangsa dan pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk menilai keberhasilan pembangunanan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder tersebut merupakan data cross section dari data sembilan indikator

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder (time series) yang diperoleh dari beberapa lembaga dan instansi pemerintah,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam bab ini adalah dengan menggunakan

METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam bab ini adalah dengan menggunakan III. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam bab ini adalah dengan menggunakan data sekunder. Jenis dan sumber data yang digunakan adalah data sekunder sehingga metode pengumpulan data

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Semangka merah tanpa biji adalah salah satu buah tropik yang diproduksi dan

III. METODE PENELITIAN. Semangka merah tanpa biji adalah salah satu buah tropik yang diproduksi dan 49 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional mencakup seluruh pengertian yang digunakan untuk keperluan analisis dan menjawab tujuan yang telah

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MAKRO YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PEMERINTAH DARI CUKAI HASIL TEMBAKAU OLEH SRI BAHADURI M E TAMBUNAN H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MAKRO YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PEMERINTAH DARI CUKAI HASIL TEMBAKAU OLEH SRI BAHADURI M E TAMBUNAN H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MAKRO YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PEMERINTAH DARI CUKAI HASIL TEMBAKAU OLEH SRI BAHADURI M E TAMBUNAN H14102011 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. resmi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian yaitu

BAB IV METODE PENELITIAN. resmi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian yaitu BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berbentuk time series, yang merupakan data bulanan dari tahun 005 sampai 008, terdiri dari

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI WILAYAH PENGEMBANGAN SAPI POTONG DI KABUPATEN GARUT

IDENTIFIKASI WILAYAH PENGEMBANGAN SAPI POTONG DI KABUPATEN GARUT IDENTIFIKASI WILAYAH PENGEMBANGAN SAPI POTONG DI KABUPATEN GARUT SKRIPSI SANDY KARTIWA SUTISNA PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN SANDY

Lebih terperinci

menggunakan fungsi Cobb Douglas dengan metode OLS (Ordinary Least

menggunakan fungsi Cobb Douglas dengan metode OLS (Ordinary Least III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder dan data primer. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan pegawai divisi produksi

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING SAPI DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING SAPI DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING SAPI DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Factors which affecting the demand of beef in Special Region of Yogyakarta Anisa Haryati / 20130220035 Ir. Lestari Rahayu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. panjang yang disertai oleh perbaikann sistem kelembagaan (Arsyad, 2010:11)

BAB I PENDAHULUAN. panjang yang disertai oleh perbaikann sistem kelembagaan (Arsyad, 2010:11) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi pada hakikatnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat maka diperlukan

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAGING SAPI DI KOTA MEDAN. Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara ABSTRAK

ANALISIS PERMINTAAN DAGING SAPI DI KOTA MEDAN. Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara ABSTRAK ANALISIS PERMINTAAN DAGING SAPI DI KOTA MEDAN Rizki Andini *), Satia Negara Lubis **), dan Sri Fajar Ayu **) *) Alumni Program Studi Agribisnis Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan.

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan masyarakat terhadap sumber protein hewani semakin meningkat sejalan dengan perubahan selera, gaya hidup dan peningkatan pendapatan. Karena, selain rasanya

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. disusun, ditabulasi, dianalisis, kemudian diterangkan hubungan dan dilakukan uji

METODE PENELITIAN. disusun, ditabulasi, dianalisis, kemudian diterangkan hubungan dan dilakukan uji III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif analisis, yaitu penelitian yang didasarkan pemecahan masalah-masalah aktual yang

Lebih terperinci

Msi = x 100% METODE PENELITIAN

Msi = x 100% METODE PENELITIAN 20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari Biro Pusat Statistik (BPS), Perpustakaan IPB,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras merupakan salah satu komoditas penting dalam kehidupan sosial

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras merupakan salah satu komoditas penting dalam kehidupan sosial 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Beras sebagai komoditas pokok Beras merupakan salah satu komoditas penting dalam kehidupan sosial masyarakat Indonesia. Posisi komoditas beras bagi sebagian besar penduduk Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH PEMASARAN AYAM BROILER DI WILAYAH JAKARTA TIMUR SKRIPSI SUCI WULANDARI

ANALISIS NILAI TAMBAH PEMASARAN AYAM BROILER DI WILAYAH JAKARTA TIMUR SKRIPSI SUCI WULANDARI ANALISIS NILAI TAMBAH PEMASARAN AYAM BROILER DI WILAYAH JAKARTA TIMUR SKRIPSI SUCI WULANDARI PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN SUCI WULANDARI.

Lebih terperinci

PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SAMARINDA

PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SAMARINDA EPP. Vol.5.No.2.2008:28-33 28 PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SAMARINDA (Soybean Demand at Samarinda City) Elvina Rohana dan Nella Naomi Duakaju Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Mulawarman,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data time series tahunan Data

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data time series tahunan Data 40 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data time series tahunan 2002-2012. Data sekunder tersebut bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung. Adapun data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan data time series dengan periode waktu selama 21 tahun yaitu 1995-

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan data time series dengan periode waktu selama 21 tahun yaitu 1995- BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan data time series dengan periode waktu selama 21 tahun yaitu 1995-2015.

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI KECIL DAN KERAJINAN RUMAH TANGGA (IKKR) DI INDONESIA

ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI KECIL DAN KERAJINAN RUMAH TANGGA (IKKR) DI INDONESIA ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI KECIL DAN KERAJINAN RUMAH TANGGA (IKKR) DI INDONESIA OLEH DIAH ANANTA DEWI H14084022 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari

III. METODE PENELITIAN. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari 46 III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode lainya. Dari satu periode ke periode lainnya

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 34 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi harga komoditas kakao dunia tidak ditentukan. Waktu pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Februari

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sekunder deret waktu (time series) mulai dari Januari 2013 sampai

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sekunder deret waktu (time series) mulai dari Januari 2013 sampai BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis dan Hasil Regresi Semua data yang digunakan dalam analisis ini merupakan data sekunder deret waktu (time series) mulai dari Januari 2013 sampai Desember

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tercatat secara sistematis dalam bentuk data runtut waktu (time series data). Data

BAB III METODE PENELITIAN. tercatat secara sistematis dalam bentuk data runtut waktu (time series data). Data 24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data 3.1.1 Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder atau kuatitatif. Data kuantitatif ialah data yang diukur dalam

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Dalam

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Dalam III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode pengumpulan data sekunder melalui

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Kakao di Indonesia. Kegiatan penelitian ini

METODE PENELITIAN. Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Kakao di Indonesia. Kegiatan penelitian ini IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bogor, Provinsi Jawa Barat dengan studi kasus Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Kakao di Indonesia. Kegiatan penelitian

Lebih terperinci

31 Universitas Indonesia

31 Universitas Indonesia BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Setelah memperhatikan karakteristik permintaan kedelai di Indonesia pada bab terdahulu maka sekarang tiba saatnya untuk memodelkan faktor faktor yang mempengaruhi permintaan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Pusat Data dan Informasi Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral

Lebih terperinci

III. METODE PENILITIAN. Konsumen rumahtangga adalah responden yang diwakili oleh ibu

III. METODE PENILITIAN. Konsumen rumahtangga adalah responden yang diwakili oleh ibu 41 III. METODE PENILITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsumen rumahtangga adalah responden yang diwakili oleh ibu rumahtangga sebagai pengambil keputusan untuk membeli daging sapi segar guna

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi/Objek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Jawa Timur. Pemilihan Provinsi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi/Objek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Jawa Timur. Pemilihan Provinsi BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi/Objek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Jawa Timur. Pemilihan Provinsi Jawa Timur ini didasarkan pada pertimbangan bahwa Jawa Timur merupakan provinsi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. tahunan dalam runtun waktu (time series) dari periode 2005: :12 yang

METODE PENELITIAN. tahunan dalam runtun waktu (time series) dari periode 2005: :12 yang III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data tahunan dalam runtun waktu (time series) dari periode 2005:01 2012:12 yang diperoleh

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN A.

III. METODE PENELITIAN A. III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Penelitian ini menggunakan metode descriptive analitis. Metode ini berkaitan dengan pengumpulan data yang berguna untuk memberikan gambaran atau penegasan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. deposito berjangka terhadap suku bunga LIBOR, suku bunga SBI, dan inflasi

METODE PENELITIAN. deposito berjangka terhadap suku bunga LIBOR, suku bunga SBI, dan inflasi III. METODE PENELITIAN Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat suku bunga deposito berjangka terhadap suku bunga LIBOR, suku bunga SBI, dan inflasi pada bank umum di Indonesia.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Upah

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Upah 63 III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Upah Minimum Provinsi (UMP) dan Belanja Barang dan Jasa (BBJ) terhadap pembangunan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hubungan Antara Penerimaan DAU dengan Pertumbuhan PDRB Dalam melihat hubungan antara PDRB dengan peubah-peubah yang mempengaruhinya (C, I, DAU, DBH, PAD, Suku Bunga dan NX)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Data diperoleh dari BPS RI, BPS Provinsi Papua dan Bank Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN Data diperoleh dari BPS RI, BPS Provinsi Papua dan Bank Indonesia BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data time series triwulanan dengan periode data 2000 2010. Data diperoleh dari BPS RI, BPS Provinsi Papua dan Bank Indonesia

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. tingkat harga umum, pendapatan riil, suku bunga, dan giro wajib minimum. Data

III. METODE PENELITIAN. tingkat harga umum, pendapatan riil, suku bunga, dan giro wajib minimum. Data 47 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yang terdiri dari satu variabel terikat yaitu Ekses Likuiditas dan empat variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. minyak kelapa sawit Indonesia yang dipengaruhi oleh harga ekspor minyak

BAB III METODE PENELITIAN. minyak kelapa sawit Indonesia yang dipengaruhi oleh harga ekspor minyak BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa seberapa besar volume ekspor minyak kelapa sawit Indonesia yang dipengaruhi oleh harga ekspor minyak kelapa

Lebih terperinci

VII. MODEL PERMINTAAN IKAN DI INDONESIA

VII. MODEL PERMINTAAN IKAN DI INDONESIA 161 VII. MODEL PERMINTAAN IKAN DI INDONESIA Pemodelan suatu fenomena seringkali tidak cukup hanya dengan satu persamaan, namun diperlukan beberapa persamaan. Pada Bab IV telah disebutkan bahwa ditinjau

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Perkebunan Aek Pamienke, Labuhan Batu Utara, Sumatera Utara. Pemilihan provinsi Sumatera Utara sebagai lokasi penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data time

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data time 44 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data time series periode 2001-2012 yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

ANALISIS PERAMALAN KONSUMSI KEDELAI (Glycine max L.) DI INDONESIA TAHUN

ANALISIS PERAMALAN KONSUMSI KEDELAI (Glycine max L.) DI INDONESIA TAHUN AGRISE Volume XI No. Bulan Januari ISSN: - ANALISIS PERAMALAN KONSUMSI KEDELAI (Glycine max L.) DI INDONESIA TAHUN - SOYBEAN CONSUMPTION FORCASTING ANALYSIS (Glycine max L.) FOR - PERIOD Fitria Dina Riana,

Lebih terperinci

V. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa

V. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa 72 V. PEMBAHASAN 5.1. Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa Pulau Jawa merupakan salah satu Pulau di Indonesia yang memiliki jumlah penduduk

Lebih terperinci

Pertemuan 4-5 ANALISIS REGRESI SEDERHANA

Pertemuan 4-5 ANALISIS REGRESI SEDERHANA Pertemuan 4-5 ANALISIS REGRESI SEDERHANA Metode Kuadrat Terkecil (OLS) Persoalan penting dalam membuat garis regresi sampel adalah bagaimana kita bisa mendapatkan garis regresi yang baik yaitu sedekat

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAGING SAPI DI SUMATERA UTARA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAGING SAPI DI SUMATERA UTARA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAGING SAPI DI SUMATERA UTARA Ovistevi Munthe *), Satia Negara Lubis **), Lily Fauzia **) *) Alumni Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis pengaruh antara upah

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis pengaruh antara upah 40 BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis pengaruh antara upah minimum, Indeks Pembangunan Manusia (IPM), dan pengangguran terhadap tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasar lokal dari yang terpengaruh oleh volatilitas harga di pasar dunia, dan

BAB I PENDAHULUAN. pasar lokal dari yang terpengaruh oleh volatilitas harga di pasar dunia, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pangan merupakan komoditas strategis yang sering dikaitkan dengan aspek ekonomi dan politik di Indonesia. Hal ini disebabkan karena pangan merupakan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. analisis statistik yang menggunakan persamaan regresi berganda. Analisis data

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. analisis statistik yang menggunakan persamaan regresi berganda. Analisis data BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Hasil 1. Statistik Deskriptif Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik yang menggunakan persamaan regresi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Oktaviani dan Novianti (2009) perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan negara lain

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. atau tidak dalam penelitian ini jarque-berra dimana hasilnya dapat. ditunjukkan dari nilai probabilitas Jarque-Berra.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. atau tidak dalam penelitian ini jarque-berra dimana hasilnya dapat. ditunjukkan dari nilai probabilitas Jarque-Berra. BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah distribusi data normal atau tidak dalam penelitian ini jarque-berra dimana hasilnya dapat

Lebih terperinci