Penerapan Disiplin Kerja Karyawan Pada PT. Kusumahadi Santosa Alfinia Palupi Hidayah D

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Penerapan Disiplin Kerja Karyawan Pada PT. Kusumahadi Santosa Alfinia Palupi Hidayah D"

Transkripsi

1 Bab IV Pembahasan Hasil Pengamatan 65 BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENGAMATAN A. Disiplin Kerja Karyawan PT. Kusumahadi Santosa merupakan perusahaan swasta yang bergerak dibidang industri khususnya dibidang tekstil. Disiplin kerja karyawan pada PT. Kusumahadi Santosa dikembangkan dengan cara kepemimpinan yang dapat dijadikan panutan atau teladan bagi para bawahan sehingga bisa membangkitkan semangat atau motivasi bagi bawahannya. Hal ini dilakukan agar peraturan-peraturan yang berlaku pada PT. Kusumahadi Santosa dan dijalani dengan baik sehingga dapat melaksanakan disiplin kerja dengan baik pula. Dengan demikian pengertian disiplin kerja pada PT. Kusumahadi Santosa menunjukkan sudah sesuai dengan teori. Disiplin kerja karyawan pada PT. Kusumahadi Santosa memberlakukan adanya peraturan tata tertib. Peraturan sangat diperlukan untuk memberikan bimbingan dan penyuluhan bagi karyawan pada PT. Kusumahadi Santosa. Dengan tata tertib yang baik semangat kerja, moral kerja, efesiensi, dan efektivitas kerja karyawan akan meningkat. Hal ini akan mendukung tercapainya tujuan perusahaan. Disiplin yang baik mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Hal ini mendorong semangat kerja karyawan. Oleh karena itu setiap manajer selalu berusaha agar bawahannya mempunyai disiplin yang baik. Disiplin kerja karyawan di PT. Kusumahadi Santosa meliputi : 1. Jam Kerja dan Waktu Istirahat PT. Kusumahadi Santosa sangat mengutamakan kedisiplinan dalam hal waktu kerja. Dikarenakan hal tersebut sangat mempengaruhi efisiensi kinerja karyawan PT. Kusumahadi Santosa. Dalam disiplin kerja ada beberapa jenis pelanggaran dalam mematuhi waktu kerja diantaranya sebagai berikut :

2 Bab IV Pembahasan Hasil Pengamatan 66 a. Pelanggaran Masuk Kerja (P1 dan P2) a) 5 (lima) menit sebelum bel berbunyi pintu gerbang sudah ditutup, karyawan beserta pimpinan sudah berada dilokasi kerja, untuk melaksanakan apel masuk, b) Kurang 5 (lima) menit sampai dengan bel berbunyi karyawan yang datang masih diperbolehkan masuk ke lokasi kerja, namun tidak dapat mengikuti apel masuk (Pelanggaran 1), c) Mulai bel berbunyi sampai lebih 5 (lima) menit, karyawan diperbolehkan masuk kerja, namun dengan terlambat (Pelanggaran 2), d) Pintu gerbang utama selalu di tutup, e) Satpam mencatat nama, NIK dan bagian mana karyawan yang melanggar tersebut, f) Selanjutnya karyawan yang datang terlambat lebih dari 5 (lima) menit tidak diperbolehkan masuk, kecuali dengan ijin tertulis dari pimpinan (Kashift, Kasie atau Manager), atau ada masalah dengan kendaraan jemputan dari perusahaan. b. Pelanggaran Waktu Istirahat (P3 dan P4) Berikut akan dijelaskan tentang pembagian jam istirahat tiap shift PT. Kusumahadi Santosa : a. Shift pagi, ke-1 : jam ke-2 : jam b. Shift siang, ke-1 : jam ke-2 : jam c. Shift malam, ke-1 : jam ke-2 : jam d. Normal Shift, ke-1 : jam ke-2 : jam

3 Bab IV Pembahasan Hasil Pengamatan 67 Pelanggaran mendahului dan terlambat waktu makan atau istirahat : a) Kurang 5 (lima) menit Karu mengambil kartu makan dari Administrasi atau Kashift, untuk selanjutnya dibagian kepada karyawan sesuai dengan waktu istirahat yang telah ditentukan. b) Masing-masing karyawan membawa kartu makan sendiri. c) Bel berbunyi tanda waktu makan. d) Kantin tidak melayani karyawan yang tidak membawa kartu makan. e) Kantin dibuka hanya pada jam makan saja. f) Karyawan yang mendahului istirahat atau makan sebelum bel berbunyi terkena pelanggaran 3. g) Saat bel tanda waktu istirahat selesai berbunyi, semua karyawan sudah harus kembali ke lokasi kerja masing-masing. h) Karyawan yang terlambat masuk waktu istirahat, lebih dari 5 (lima) menit dari bunyi bel terkena pelanggaran 4. i) Satpam mencatat nama, NIK dan bagian mana karyawan yang melanggar tersebut. c. Pelanggaran Waktu Pulang (P5) Pelanggaran waktu pulang yaitu karyawan mendahului pulang sebelum bel berbunyi, dan karyawan tersebut sudah berada di tempat parkir atau di depan pintu gerbang. Penjelasan : a) 5 (lima) menit sebelum bel berbunyi, karyawan shift pengganti melaksanakan apel masuk. b) Bel berbunyi, apel pulang mulai dilaksanakan.karyawan yang mendahului pulang dan tidak ikut apel pulang, terkena pelanggaran 5. c) Saat bel berbunyi, pintu gerbang kecil dibuka. d) Bus antar jemput karyawan, diberangkatkan 10 menit setelah bel berbunyi. e) Satpam menjaga agar bus tidak berangkat lebih awal.

4 Bab IV Pembahasan Hasil Pengamatan 68 f) Satpam mencatat nama, NIK dan bagian mana karyawan yang melanggar tersebut. Menurut Bapak Edi Siswanto selaku Kasie Keamanan menjelaskan bahwa : Peraturan tentang jam kerja masih belum bisa berjalan dengan baik, dikarenakan masih banyak karyawan yang terlambat masuk kerja. Ada yang lebih dari 5 (lima) menit maupun 15 (limabelas) menit baru datang, ada juga yang masih terlambat sekitar satu setengah jam. 2. Tata Tertib Kerja Tata Tertib Kerja adalah peraturan tertulis yang diberlakukan oleh perusahaan kepada karyawannya dengan tujuan agar organisasi perusahaan dapat terstruktur dengan baik dan lancar. Selain tata tertib dapat membantu di dalam ketertiban dan kedisiplinan karyawan, tata tertib juga dapat digunakan oleh karyawan maupun perusahaan untuk belajar bagaimana cara berdisiplin yang benar. Menurut Ibu Sri Lestari selaku Wakil Kepala Bagian Personalia menjelaskan bahwa : Karyawan belum dapat menerapkan kedisiplinan dengan baik dan masih banyak terjadi pelanggaran seperti banyaknya karyawan yang merokok ditempat kerja, banyaknya karyawan yang datang terlambat ketempat kerja, serta banyaknya karyawan yang tidak masuk kerja tanpa ijin. 3. Alat Pelindung Keselamatan dan Kesehatan Kerja Dalam hal ini PT. Kusumahadi Santosa sangat mewajibkan kepada para karyawan untuk selalu memakai alat pelindung kerja sehingga dapat meminimalkan kecelakaan kerja. Menurut Bapak Edie Siswanto selaku Kasie Keamanan menjelaskan bahwa : Masih banyak karyawan yang tidak memperdulikan pentingnya alat pelindung kerja, seperti tidak memakai kacamata sebagai alat pelindung mata sehingga mengakibatkan mata dapat terkena zat kimia, apabila tidak segera ditangani akan mengakibatkan kebutaan permanen selain itu apabila tidak memakai alat pelindung kaki, kaki dapat terkena mesin atau benda tajam di sekitar tempat kerja sehingga mengakibatkan luka, apabila tidak segera ditangani akan terjadi infeksi yang serius.

5 Bab IV Pembahasan Hasil Pengamatan Seragam dan Atribut Kerja (P6) Pelanggaran yang dilakukan oleh karyawan dalam hal pemakaian seragam dan atribut kerja yang tidak sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Penjelasan : a) Karyawan wajib memakai pakaian seragam yang diberikan oleh perusahaan, meliputi : celana, baju, topi, dan kartu identitas karyawan. b) Terkait dengan keselamatan kerja, karyawan dianjurkan memakai sepatu dan alat pelindung diri ( masker, ear plug dan lain-lain). c) Karyawan yang tidak memakai seragam, atribut dan alat pelindung diri untuk kesehatan dan keselamatan kerja (K3) akan dikenakan pelanggaran 6. d) Satpam mencatat nama, NIK dan bagian mana karyawan yang melanggar. Menurut Ibu Sri Lestari selaku Wakil Kepala Bagian Personalia menjelaskan bahwa : Kedisiplinan dalam pemakaian seragam dan atribut kerja sudah baik, hampir seluruh karyawan dapat mematuhinya, hanya saja untuk pemakaian tanda pengenal masih belum efektif dikarenakan masih banyak karyawan yang malas memakainya. Selain itu PT. Kusumahadi Santosa memberikan peraturan tersendiri kepada karyawati yang sedang hamil, yaitu memberikan kebebasan dalam berpakaian kepada karyawati untuk memakai pakaian hamil, asalkan sopan dan warna pakaian yang dipakai sesuai dengan warna seragam kerja.

6 Bab IV Pembahasan Hasil Pengamatan 70 Berikut adalah proses penerapan disiplin kerja karyawan PT. Kusumahadi Santosa : Gambar 4.1 Proses Penerapan Disiplin Kerja Pemeriksaan Ketertiban dan Kedisiplinan Rangkum dan teruskan laporan ke Departemen yang bersangkutan Lakukan Pembinaan Kirim hasil pembinaan ke Personalia Lakukan rapat evaluasi Rangkum dan laporkan ke Departemen Sumber : PT. Kusumahadi Santosa Keterangan : Laporan hasil evaluasi 1. Satpam melakukan pemeriksaan kepada karyawan terhadap 7 jenis pelanggaran, kemudian satpam mencatat (Nama, NIK dan Departemen) dan melaporkan kepada Kasie Personalia. 2. Kasie Personalia merangkum dan mengirimkan laporan pelanggar kepada Manager yang bersangkutan. 3. Kasubsie, Kasie dan Manager melakukan pembinaan terhadap karyawan yang melakukan pelanggaran sebagai berikut : a. Melanggar 1 (satu) kali dan 2 (dua) kali Pembinaan tertulis oleh pimpinan 1 tingkat diatasnya, dan mengetahui Managernya.

7 Bab IV Pembahasan Hasil Pengamatan 71 b. Melanggar 3 (tiga) kali Surat Peringatan (SP), sesuaikan dengan SP sebelumnya, jika tidak ada atau hangus berikan SP 1. c. Melanggar lagi Lakukan sesuai peraturan dan ketentuan yang berlaku (PKB). 4. Kasie dan Manager Departemen mengirim hasil pembinaan ke Kasie Personalia untuk pendataan. 5. Kasie Personalia merangkum laporan pelanggaran sebagai bahan evaluasi (harian, mingguan, bulanan dan tahunan). 6. Manager Departemen setelah menerima hasil rangkuman dari Kasie Personalia, segera lakukan rapat evaluasi bulanan dengan semua kasie departemen yang bersangkutan. Kemudian hasil rapat evaluasi di laporkan kepada Direktur yang bersangkutan. P2K3 melakukan rapat evaluasi 6 bulan sekali melibatkan semua Manager. 7. Direktur menerima hasil laporan evaluasi, sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan selanjutnya. B. Sanksi Disiplin Kerja Karyawan PT. Kusumahadi Santosa Sanksi disiplin kerja adalah hukuman atau tindakan yang dikenakan kepada karyawan karena telah melakukan suatu pelanggaran. Didalam memberikan sanksi disiplin kerja PT. Kusumahadi Santosa berrpedoman pada Perjanjian Kerja Bersama (PKB) yang telah diatur dalam Pasal 16 ayat (2) tahun 2015 tentang jenis sanksi tindakan terhadap pelanggaran, adapun sanksinya sebagai berikut : 1. Sanksi Pelanggaran Disiplin Ringan Teguran Lisan Sanksi disiplin yang berupa teguran lisan dinyatakan dan disampaikan secara lisan oleh pimpinan departemen yang berwenang menghukum karyawan yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan disiplin perusahaan. Namun apabila pejabat yang berwenang menghukum menegur secara lisan, tetapi tidak dinyatakan dengan tegas sebagai hukuman disiplin, maka hal tersebut bukanlah jenis hukuman disiplin.

8 Bab IV Pembahasan Hasil Pengamatan 72 Berikut ini adalah beberapa pelanggaran yang mendapatkan sanksi berupa teguran lisan yaitu : a. Pulang kerja lebih awal tanpa ijin dari atasan. b.menolak tugas atau tidak bersedia. c. Lalai dalam melaksanakan prosedur dengan benar. d.tidak hadir tanpa keterangan dalam rapat dan upacara. e. Membuang sampah tidak pada tempatnya. f. Tidak mematuhi kesehatan dan keselamatan kerja. g.membawa dan menggunakan alat atau asset perusahaan tanpa ijin. Menurut Bapak Edi Siswanto selaku Kasie Keamanan menjelaskan bahwa : Jika ada karyawan yang melakukan pelanggaran seperti yang disebutkan diatas maka karyawan yang bersangkutan akan diberikan peringatan secara lisan baik itu berupa teguran maupun nasehat. Apabila karyawan tersebut masih mengulangi perbuatannya maka departemen yang bersangkutan akan mengeluarkan peringatan secara tertulis seperti Surat Peringatan. 2. Sanksi Pelanggaran Disiplin Sedang a. Peringatan tertulis atau Surat Peringatan Sanksi disiplin yang berupa peringatan tertulis dinyatakan dan disampaikan secara tertulis oleh bagian keamanan yang dibuat oleh bagian personalia yang berwenang menghukum karyawan yang melakukan pelanggaran disiplin perusahaan. Adapun peraturan tentang pemberian Surat Peringatan (SP) sebagai berikut : 1. Masa berlakunya peringatan sebagai berikut : a. Surat Peringatan (SP I) : 6 (enam) bulan b.surat Peringatan (SP II) : 6 (enam) bulan c. Surat Peringatan (SP III) : 6 (enam) bulan 2. Setiap Surat Peringatan (SP I, II, dan III) yang dikeluarkan oleh perusahaan, tembusannya di sampaikan kepada Serikat Pekerja. 3. Setiap Surat Peringatan III yang di keluarkan oleh perusahaan, tembusannya disampaikan ke Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kab. Karanganyar.

9 Bab IV Pembahasan Hasil Pengamatan Setelah memberikan peringatan ke-3 (tiga) kali, maka jika masih terjadi pelanggaran atau kesalahan untuk ke-4 (empat) kalinya, pengusaha dapat memutuskan hubungan kerja atau tindakan lain sesuai dengan sanksi-sanksi yang telah diatur dalam Perjanjian Kerja Bersama (PKB) maupun undang-undang yang berlaku. 5. Bentuk pelanggaran atau kesalahan-kesalahan yang akan diberikan peringatan terakhir (SP III) adalah sebagai berikut : a. Menolak perintah yang layak walaupun telah diperingatkan. b.berulang-ulang datang terlambat ke tempat kerja walaupun telah di peringatkan kemungkinan dapat diputuskan hubungan kerja. c. Berkali-kali tidak masuk kerja tanpa keterangan atau alpha. d.menolak melakukan pemeriksaan kesehatan. e. Berkali-kali mengabaikan peraturan keselamatan dan kesehatan kerja. f. Tidak cakap melakukan pekerjaan walaupun telah dicoba dimana-mana. g.pelanggaran-pelanggaran lain sebagaimana diatur dalam peraturan perundangan-undangan yang berlaku. Menurut Bapak Tamsiri selaku Bagian Personalia menjelaskan bahwa : Pemberian Surat Peringatan kepada karyawan harus dengan pengaduan departemen yang bersangkutan kepada bagian personalia, memberitahukan kesalahan apa yang telah diperbuat karyawan tersebut sehingga departemen yang bersangkutan melapor kepada bagian personalia, apabila laporan tersebut sudah disahkan barulah bagian personalia membuatkan Surat Panggilan atau Surat Peringatan kepada karyawan yang bersangkutan.

10 Bab IV Pembahasan Hasil Pengamatan 74 berikut : Adapun proses pemberian Surat Peringatan sebagai Gambar 4.2 Proses Pemberian Surat Peringatan Mulai Pengajuan Departemen Tindak lanjut Surat Peringatan Distribusi & Arsip Pembinaan Selesai Sumber : PT. Kusumahadi Santosa Keterangan : 1. Departemen yang bersangkutan mengajukan Surat Peringatan terhadap pelanggaran peraturan perusahaan, sesuai yang diatur dalam Perjanjian Kerja Bersama (PKB). 2. Bagian personalia memerintahkan menindak lanjuti Surat Peringatan tersebut. Setelah selesai penindak lanjutan Surat Peringatan dilaksanakan. 3. Bagian Personalia membuatkan Surat Peringatan ke karyawan, untuk SP I dan II tembusan kepada Departemen yang bersangkutan

11 Bab IV Pembahasan Hasil Pengamatan 75 serta Serikat Pekerja. Sedangkan SP III tembusan kepada Departemen yang bersangkutan, Serikat Pekerja dan Dinas Tenaga Kerja. 4. Kemudian Surat Peringatan I dan II yang telah dibuat diberikan kepada karyawan yang bersangkutan lewat departemen yang terkait. 5. Ka Sie Personalia melakukan pemanggilan dan berikan pembinaan, kepada karyawan yang mendapat Surat Peringatan ke III. b. Penundaan kenaikan gaji berkala Sanksi disiplin yang berupa penundaan kenaikan gaji berkala, dikenakan kepada karyawan yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan disiplin perusahaan yang oleh Direksi atau Pimpinan unit usaha dianggap lalai atau kurang mematuhi persyaratan atau kurang memuaskan dalam melakukan pekerjaan yang dipersyaratkan baginya dan diberitahukan secara tertulis kepada karyawan yang bersangkutan. c. Penundaan kenaikan Jabatan Sanksi disiplin yang berupa penundaan kenaikan jabatan, dikenakan kepada karyawan yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan disiplin perusahaan yang oleh Direksi atau Pimpinan unit usaha dinilai mengabaikan atau tidak memenuhi persyaratan atau tidak memuaskan dalam melakukan pekerjaan yang dipersyaratkan baginya. Berikut ini adalah beberapa pelanggaran yang mendapatkan sanksi disiplin sedang yaitu : a) Pernah mendapat teguran lisan 3 (tiga) kali karena pulang kerja lebih awal tanpa ijin atasan. b) Pernah mendapat teguran lisan 2 (dua) kali karena melakukan kegiatan yang tidak berkaitan dengan kepentingan perusahaan tanpa ijin atasan antara lain tidur dalam tugas, melebihi waktu istirahat, meninggalkan pekerjaan dan kegiatan lain yang tidak berhubungan dengan perusahaan.

12 Bab IV Pembahasan Hasil Pengamatan 76 c) Mangkir kerja 1 (satu) hari, 2 (dua) hari berturut-turut dan 3 (tiga) hari berturut-turut. d) Menolak tugas atau tidak bersedia dan pernah mendapatkan teguran lisan 1 (satu) kali. 3. Sanksi Pelanggaran Disiplin Berat a. Penurunan Jabatan (Demosi) Penurunan Jabatan yang dilakukan oleh perusahaan dikarenakan karyawan tersebut melakukan kesalahan atau belum mampu memegang posisi jabatan yang diberikan kepadanya sehingga jabatan yang diberikan di ambil alih dan diberikan kepada karyawan yang mampu memegang posisi tersebut. Menurut Bapak Edi Siswanto selaku Kasie Keamanan menjelaskan bahwa : Penurunan jabatan diberlakukan kepada para karyawan yang dibebani sebuah jabatan tetapi mereka belum mampu sehingga mereka diturunkan ke jabatan semula. Karena jika hal tersebut tidak segera diatasi maka perusahaan akan terbengkalai. b. Pemberhentian untuk sementara waktu (Skorsing) Sanksi disiplin yang berupa pemberhentian untuk sementara waktu (skorsing) dikenakan kepada karyawan yang berdasarkan penilaian oleh Direksi atau Pimpinan unit usaha diduga terlibat suatu pelanggaran terhadap ketentuan disiplin perusahaan namun secara yuridis formal masih dalam penyelidikan. Selama masa pemberhentian untuk sementara waktu (skorsing) karyawan yang bersangkutan tetap menerima 100% gaji dan tunjangan jabatan bagi yang berhak serta santunan dan jaminan sosial diberikan secara penuh. Berikut peraturan tentang skorsing yang diatur dalam Perjanjian Kerja Bersama (PKB) sebagai berikut : a. Setiap karyawan yang masih dalam proses Pemutusan Hubungan Kerja dan atau ditahan oleh yang berwajib, karena alasan apapun akan di skors dari pekerjaannya.

13 Bab IV Pembahasan Hasil Pengamatan 77 b. Selama skorsing kepada karyawan hanya diberikan upah maksimal sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. c. Apabila setelah ada keputusan, karyawan dinyatakan tidak bersalah maka kekurangan upah atau gaji selama skorsing. d. Lamanya skorsing dan pemberian upah selama skorsing paling lama 6 (enam) bulan dan untuk selebihnya perusahaan akan memberikan keputusan lebih lanjut. e. Selama skorsing karyawan dapat dikenakan kewajibankewajiban sebagaimana disebutkan surat skorsing. Menurut Bapak Edi Siswanto selaku Kasie Keamanan menjelaskan bahwa : Skorsing atau pengrumahan ini diberikan kepada karyawan yang mempunyai masalahan hukum dengan pihak lain, yang membutuhkan proses yang cukup panjang jadi pihak perusahaan memberikan waktu skorsing atau pengrumahan kepada karyawan sampai urusan tersebut selesai sehingga pihak karyawan bisa fokus dengan urusannya tersebut tanpa harus terganggu dengan kegiatan kerjanya. c. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) Sanksi disiplin yang berupa pemutusan hubungan kerja (PHK) merupakan pelanggaran disiplin yang paling berat, ditetapkan oleh pejabat yang berwenang menghukum. Bagi karyawan yang dijatuhi hukuman disiplin ini tidak mendapatkan hak-haknya sebagai karyawan. Berikut ini adalah beberapa pelanggaran yang mendapatkan sanksi disiplin berat yaitu : a) Mangkir 4 hari kerja ke berturut-turut sampai dengan 7 hari kerja berturut-turut. b) Mabuk, madat, judi, memakai atau mengedarkan obat bius atau narkoba atau benda terlarang ditempat kerja. c) Berbuat asusila di tempat kerja. d) Melakukan penganiayaan, menghina secara kasar atau mengancam atasan atau bawahan ataupun teman sekerjanya.

14 Bab IV Pembahasan Hasil Pengamatan 78 e) Membujuk atasan atau bawahan ataupun teman sekerjanya untuk melakukan sesuatu yang bertentangan dengan hukum dan kesusilaan. f) Dengan sengaja atau ceroboh merusak, merugikan atau membiarkan dalam keadaan bahaya milik perusahaan. g) Membongkar rahasia perusahaan atau mencemarkan nama baik pimpinan perusahaan dan keluarganya yang seharusnya dirahasiakan, kecuali untuk kepentingan perusahaan dan negara. h) Melakukan tindak pencurian barang atau uang yang berkaitan dengan perusahaan atau proses produksi. i) Melakukan perbuatan lainnya dilingkungan perusahaan yang diancam pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih. j) Melanggar larangan perusahaan di luar lingkungan kerja perusahaan dan terbukti secara hukum. k) Melakukan perbuatan atau tindakan yang menyebabkan tercemarnya nama baik perusahaan. l) Memberikan keterangan yang bukan wewenangnya kepada pihak lain yang dapat menimbulkan keresahan. m) Menolak untuk mengikuti program pendidikan dan pelatihan yang telah ditentukan oleh perusahaan. n) Menyalahkan wewenang dengan menerima hadiah atau pemberian dalam bentuk apapun dan dari siapapun yang diduga pemberian itu bersangkutan dengan jabatan atau pekerjaannya. o) Membocorkan rahasia jabatan atau rahasia perusahaan, yaitu rahasia yang ada hubungannya dengan jabatan baik berupa dokumen (surat, notulen rapat dll.), data maupun perintah atau keputusan lain dari pimpinan perusahaan, dan rahasia yang menyangkut kekayaan, permodalan, gaji, hak milik, organisasi, proses produksi dan kebijaksanaan.

15 Bab IV Pembahasan Hasil Pengamatan 79 Menurut Bapak Wahyu selaku Manager Personalia menjelaskan bahwa : Selain hal diatas yang menyebabkan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), ada hal lainnya yang menyebabkan seseorang di PHK diantaranya karena pensiun, karyawan yang bersangkutan telah memasuki usia 55 (lima puluh lima) tahun dan karyawan jam masa kerjanya sudah mencapai 20 (duapuluh) tahun serta karyawan yang meninggal dunia. Adapun proses PHK menurut Bapak Wahyu diantaranya sebagai berikut: Gambar 4.3 Proses Pemutusan Hubungan Kerja Mulai Pengajuan Departemen Perhitungan Pesangon Persetujuan Direksi Pengajuan Biaya Pengambilan Pesangon Pembayaran Pencatatan & Simpan Surat Keterangan Kerja Selesai

16 Bab IV Pembahasan Hasil Pengamatan 80 Keterangan : 1. Manager Umum & Personalia menerima pengajuan tertulis Pemutusan Hubungan Kerja dari Manager Departemen dengan persetujuan Kadiv untuk pemutusan hubungan kerja : - Pengunduran Diri - Pensiun (pensiun 55 tahun dan pensiun dini) - Pelanggaran peraturan (sesuai PKB) setelah menerima peringatan I,II,III a. Melakukan pemutusan hubungan kerja karena : - Meninggal dunia - Pelanggaran peraturan (sesuai PKB) yang langsung dapat di- PHK tanpa peringatan I, II, dan III b.terbitkan surat pemutusan hubungan kerja. 2. KA Sie Personalia mengitung pesangon dan hak-hak lainnya sesuai dengan jenis Pemutusan Hubungan Kerja. 3. Manager Umum & Personalia melaporkan dan minta persetujuan Dirut. 4. Manager Umum & Personalia mengajukan biaya pesangon dan hakhak lainnya ke keuangan. 5. Ka Sie Personalia memberitahu pengambilan pesangon dan hak-hak lainnya kepada karyawan yang putus hubungan kerja. 6. Kasir melayani karyawan yang mengambil hak pesangon. 7. Bagian Personalia mencatat data pemutusan hubungan kerja ke dalam daftar karyawan dan file Biodata karyawan. Setelah itu, bagian personalia menginformasikan pemutusan hubungan kerja kepada Manager departemen terkait dan koperasi karyawan. 8. Ka Sie Personalia memerintahkan bagian personalia untuk membuat surat keterangan kerja, dengan terlebih dahulu ditandatangani Manager diberikan kepada karyawan yang putus hubungan kerja. Hapus program penggajian karyawan brsangkutan dari Program Komputer.

Pemutusan Hubungan Kerja

Pemutusan Hubungan Kerja Pemutusan Hubungan Kerja Suatu langkah pengakhiran hubungan kerja antara pekerja dan pengusaha karena suatu hal tertentu. Pasal 1 angka 25 UU Ketenagakerjaan: Pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal

Lebih terperinci

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (1)

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (1) HUKUM PERBURUHAN (PERTEMUAN XIII) PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (1) copyright by Elok Hikmawati 1 Pemutusan Hubungan Kerja Pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003 UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003 BAB XII PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA Pasal 150 Ketentuan mengenai pemutusan hubungan kerja dalam undang-undang ini meliputi pemutusan hubungan kerja yang terjadi di badan usaha

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1. 1) Setiap bentuk usaha milik swasta yang memperkerjakan pekerjaan dengan tujuan mencari keuntungan atau tidak.

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1. 1) Setiap bentuk usaha milik swasta yang memperkerjakan pekerjaan dengan tujuan mencari keuntungan atau tidak. PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA TENTANG PENYELESAIAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DAN PENETAPAN UANG PESANGON, UANG JASA DAN GANTI KERUGIAN DI PERUSAHAAN SWASTA Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I. Nomor: PER-03/MEN/1996

Lebih terperinci

Tata Tertib setiap pekerja ISH yang berada di layanan mengacu kepada Standard Operationg Procedure (SOP) yang dibuat oleh Div. Operation & ER ISH.

Tata Tertib setiap pekerja ISH yang berada di layanan mengacu kepada Standard Operationg Procedure (SOP) yang dibuat oleh Div. Operation & ER ISH. A. Rujukan 1. Klausul 4.2.3 ISO 9001:2008 Pengendalian Dokumen 2. Klausul 4.2.4 ISO 9001:2008 Pengendalian Rekaman 3. Klausul 6.1 ISO 9001:2008 Pengelolaan Sumber Daya 4. Klausul 6.2 ISO 9001:2008 Sumber

Lebih terperinci

SURAT PERJANJIAN KERJA

SURAT PERJANJIAN KERJA SURAT PERJANJIAN KERJA No. 168/SPK-01/AMARYAI/I/2017 Pada hari... tanggal... bulan... tahun... telah dibuat dan disepakati perjanjian kerja antara : Nama : PT.... Alamat : Jln.... Kemudian dalam hal ini

Lebih terperinci

P T G l o b a l T i k e t N e t w o r k Jl. Kawi No. 45, Setiabudi Jakarta Selatan 12980, Indonesia

P T G l o b a l T i k e t N e t w o r k Jl. Kawi No. 45, Setiabudi Jakarta Selatan 12980, Indonesia P T G l o b a l T i k e t N e t w o r k Jl. Kawi No. 45, Setiabudi Jakarta Selatan 12980, Indonesia +622183782121 info@tiket.com http://www.tiket.com SURAT PERJANJIAN KERJA NO. 069/GTN/SPK-III/2013 Surat

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GIANYAR,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GIANYAR, BUPATI GIANYAR PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI GIANYAR NOMOR 26 TAHUN 2017 TENTANG PENGANGKATAN, PENEMPATAN, DAN PEMBERHENTIAN PEGAWAI NON PEGAWAI NEGERI SIPIL PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SANJIWANI GIANYAR

Lebih terperinci

PERATURAN PERUSAHAAN CV.PLANET-WEBHOST

PERATURAN PERUSAHAAN CV.PLANET-WEBHOST PERATURAN PERUSAHAAN CV.PLANET-WEBHOST Nomor: 001/IT/PP-PWH/V/2016 BAB I HARI KERJA DAN WAKTU KERJA Pasal 1 HARI KERJA DAN WAKTU KERJA 1. Hari dan atau jam kerja pegawai berbeda satu dengan lainnya sesuai

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM PRAKTEK KERJA INDUSTRI POLITEKNIK KOTA MALANG

PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM PRAKTEK KERJA INDUSTRI POLITEKNIK KOTA MALANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM PRAKTEK KERJA INDUSTRI POLITEKNIK KOTA MALANG I. RUANG LINGKUP KEGIATAN A. TUJUAN Program Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) Politeknik Kota Malang bertujuan untuk membina mahasiswa

Lebih terperinci

SUB POKOK BAHASAN PENGERTIAN ALASAN-ALASAN PEMBERHENTIAN PROSES PEMBERHENTIAN PASAL 153, UU PERBURUHAN NO

SUB POKOK BAHASAN PENGERTIAN ALASAN-ALASAN PEMBERHENTIAN PROSES PEMBERHENTIAN PASAL 153, UU PERBURUHAN NO SUB POKOK BAHASAN PENGERTIAN ALASAN-ALASAN PEMBERHENTIAN PROSES PEMBERHENTIAN PASAL 153, UU PERBURUHAN NO.13/2003 PASAL 156 (KEWAJIBAN PERUSAHAAN) PASAL 159 PASAL 162 2 PENGERTIAN PEMBERHENTIAN PEMBERHENTIAN

Lebih terperinci

Pada hari ini, tanggal bulan tahun. Untuk selanjutnya disebut sebagai PIHAK PERTAMA ( PERUSAHAAN)

Pada hari ini, tanggal bulan tahun. Untuk selanjutnya disebut sebagai PIHAK PERTAMA ( PERUSAHAAN) PERJANJIAN KERJA KARYAWAN KONTRAK Pada hari ini, tanggal bulan tahun Telah diadakan perjanjian kerja antara: 1. Nama : Alamat : Jabatan : Untuk selanjutnya disebut sebagai PIHAK PERTAMA ( PERUSAHAAN) 2.

Lebih terperinci

PROSEDUR MUTU SANKSI TINDAKAN INDISIPLINER

PROSEDUR MUTU SANKSI TINDAKAN INDISIPLINER PROSEDUR MUTU PROSEDUR 12 SANKSI TINDAKAN INDISIPLINER Revisi Tgl. Berlaku Kode Dokumen 01 15 Juli 2015 SCU/PM.12 1. TUJUAN Memastikan Sanksi tindakan indisipliner dapat diterapkan bagi karyawan perusahaan

Lebih terperinci

MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA Nomor : Kep - 150 / Men / 2000 TENTANG

MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA Nomor : Kep - 150 / Men / 2000 TENTANG MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA Nomor : Kep - 150 / Men / 2000 TENTANG PENYELESAIAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DAN PENETAPAN UANG PESANGON, UANG

Lebih terperinci

MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA Nomor : Kep / Men / 2000 TENTANG

MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA Nomor : Kep / Men / 2000 TENTANG MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA Nomor : Kep - 150 / Men / 2000 TENTANG PENYELESAIAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DAN PENETAPAN UANG PESANGON, UANG

Lebih terperinci

CV. WARNET FAUZAN TANGERANG

CV. WARNET FAUZAN TANGERANG CV. WARNET FAUZAN TANGERANG PERATURAN DIREKTUR NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PERATURAN PERUSAHAAN DAN TATA TERTIB KARYAWAN BAB I PERSIAPAN DAN TUGAS KARYAWAN Pasal 1 PERSIAPAN FASILITAS PENDUKUNG 1. Sebelum

Lebih terperinci

MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA Nomor : Kep / Men / 2000 TENTANG

MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA Nomor : Kep / Men / 2000 TENTANG MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA Nomor : Kep - 150 / Men / 2000 TENTANG PENYELESAIAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DAN PENETAPAN UANG PESANGON, UANG

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR: KEP-150/MEN/2000 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR: KEP-150/MEN/2000 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR: KEP-150/MEN/2000 TENTANG PENYELESAIAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DAN PENETAPAN UANG PESANGON, UANG PENGHARGAAN MASA KERJA DAN GANTI KERUGIAN DI PERUSAHAAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN BERSAMA KETUA BADAN PELAKSANA HARIAN (BPH) DAN REKTOR UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA No. 011/SKB/BPH-UMS/2007

KEPUTUSAN BERSAMA KETUA BADAN PELAKSANA HARIAN (BPH) DAN REKTOR UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA No. 011/SKB/BPH-UMS/2007 KEPUTUSAN BERSAMA KETUA BADAN PELAKSANA HARIAN (BPH) DAN REKTOR UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA No. 011/SKB/BPH-UMS/2007 TENTANG PERATURAN DISIPLIN KARYAWAN DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

c. bahwa unluk itu perlu ditetapkan dengan Keputusan Menteri.

c. bahwa unluk itu perlu ditetapkan dengan Keputusan Menteri. KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP-150/MEN/2000 TENTANG PENYELESAIAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DAN PENETAPAN UANG PESANGON, UANG PENGHARGAAN MASA KERJA DAN GANTI KERUGIAN DI PERUSAHAAN

Lebih terperinci

UD. WARNET FAUZAN TANGERANG PERATURAN KEPALA PERUSAHAAN NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PERATURAN PERUSAHAAN DAN TATA TERTIB KARYAWAN

UD. WARNET FAUZAN TANGERANG PERATURAN KEPALA PERUSAHAAN NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PERATURAN PERUSAHAAN DAN TATA TERTIB KARYAWAN SALINAN UD. WARNET FAUZAN TANGERANG PERATURAN KEPALA PERUSAHAAN NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PERATURAN PERUSAHAAN DAN TATA TERTIB KARYAWAN Pasal 1 PERSIAPAN FASILITAS PENDUKUNG 1. Sebelum warnet dibuka,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-02/MEN/ 1993 TAHUN 1993 TENTANG KESEPAKATAN KERJA WAKTU TERTENTU

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-02/MEN/ 1993 TAHUN 1993 TENTANG KESEPAKATAN KERJA WAKTU TERTENTU PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-02/MEN/ 1993 TAHUN 1993 TENTANG KESEPAKATAN KERJA WAKTU TERTENTU MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka melaksanakan

Lebih terperinci

Employee Handbook Employee Relation Department

Employee Handbook Employee Relation Department Employee Handbook 2014 2016 Employee Relation Department ISTILAH DAN PENGERTIAN (1) ANAK : anak kandung atau anak angkat yang sah berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku, belum berusia 21 (dua puluh satu)

Lebih terperinci

PEMBERHENTIAN KARYAWAN (Pemutusan Hubungan Kerja) PERTEMUAN 14

PEMBERHENTIAN KARYAWAN (Pemutusan Hubungan Kerja) PERTEMUAN 14 PEMBERHENTIAN KARYAWAN (Pemutusan Hubungan Kerja) PERTEMUAN 14 1 SUB POKOK BAHASAN PENGERTIAN ALASAN-ALASAN PEMBERHENTIAN PROSES PEMBERHENTIAN PASAL 153, UU PERBURUHAN NO.13/2003 PASAL 156 (KEWAJIBAN PERUSAHAAN)

Lebih terperinci

BAB II URAIAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II URAIAN UMUM PERUSAHAAN BAB II URAIAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Agenda 1. Sejarah perkembangan perusahaan Fase awal pendirian perusahaan Fase pengembangan I Fase pengembangan II Fase pengembangan III 2. Visi dan Misi Perusahaan 3.

Lebih terperinci

Bismillahirrohmaanirrohim

Bismillahirrohmaanirrohim SURAT KEPUTUSAN DEWAN PIMPINAN MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor : /MUI/VII/2016 Tentang PERATURAN ORGANISASI TENTANG KEPEGAWAIAN SEKRETARIAT JENDERAL MAJELIS ULAMA INDONESIA Bismillahirrohmaanirrohim Dewan

Lebih terperinci

RINGKASAN PERATURAN KETENAGAKERJAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 Oleh: Irham Todi Prasojo, S.H.

RINGKASAN PERATURAN KETENAGAKERJAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 Oleh: Irham Todi Prasojo, S.H. 1 2 3 4 58 Dapat diadakan paling lama 2 (dua) tahun dan PKWT Jangka Waktu 5 59 ayat 4 hanya dapat diperpanjang 1 (satu) kali untuk jangka Kontrak waktu paling lama 1 (satu) tahun Outsourcing hanya untuk

Lebih terperinci

BUPATI MUSI BANYUASIN PERATURAN BUPATI MUSI BANYUASIN NOMOR: 2>2> TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI MUSI BANYUASIN PERATURAN BUPATI MUSI BANYUASIN NOMOR: 2>2> TAHUN 2008 TENTANG BUPATI MUSI BANYUASIN PERATURAN BUPATI MUSI BANYUASIN NOMOR: 2>2> TAHUN 2008 TENTANG PENGANGKATAN, PEMINDAHAN, PEMBERHENTIAN DAN PENGADAAN PEGAWAI NON PEGAWAI NEGERI SIPIL (NON PNS) BLUD RSUD SEKAYU KABUPATEN

Lebih terperinci

KETENTUAN DAN PROSEDUR MAGANG PT KOKOH SEMESTA DENGAN STT PLN No. 036/A.12/III 2013

KETENTUAN DAN PROSEDUR MAGANG PT KOKOH SEMESTA DENGAN STT PLN No. 036/A.12/III 2013 KETENTUAN DAN PROSEDUR MAGANG PT KOKOH SEMESTA DENGAN STT PLN No. 036/A.12/III 2013 1. Pengertian Magang Magang adalah kegiatan untuk memenuhi salah satu persyaratan akademis mahasiswa, dalam hal ini bagi

Lebih terperinci

Perjanjian Kerja PK 000/SDP DIR/III/2008

Perjanjian Kerja PK 000/SDP DIR/III/2008 Perjanjian Kerja PK 000/SDP DIR/III/2008 Yang bertanda tangan dibawah ini, masing-masing : I. PT. SURVINDO DWI PUTRA diwakili oleh : Nama : Ricky Wibowo Tjahjadi Jabatan : Direktur Utama Alamat : Wima

Lebih terperinci

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA.

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA. PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA Tujuan Mahasiswa mampu mendefinisikan PHK Mahasiswa mampu mengidentifikasi jenisjenis PHK Mahasiswa mampu menganalisis hak-hak pekerja yang di PHK Pengertian PHK adalah pengakhiran

Lebih terperinci

SALINAN KEPUTUSAN REKTOR UMRI PERATURAN DISIPLIN KARYAWAN DAN DOSEN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU

SALINAN KEPUTUSAN REKTOR UMRI PERATURAN DISIPLIN KARYAWAN DAN DOSEN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU SALINAN KEPUTUSAN REKTOR UMRI PERATURAN DISIPLIN KARYAWAN DAN DOSEN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU 2010 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU 2010 1 P a g e VISI Menjadikan Universitas Muhammadiyah Riau sebagai

Lebih terperinci

PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU Nomor :...

PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU Nomor :... PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU Nomor :... Yang bertanda tangan dibawah ini : N a m a :... J a b a t a n :... A l a m a t :............ Dalam Perjanjian kerja ini bertindak untuk dan atas nama perusahaan...,

Lebih terperinci

KODE ETIK KEHIDUPAN KAMPUS BAGI DOSEN DAN TENAGA KEPENDIDIKAN POLTEKKES KEMENKES SURABAYA

KODE ETIK KEHIDUPAN KAMPUS BAGI DOSEN DAN TENAGA KEPENDIDIKAN POLTEKKES KEMENKES SURABAYA KODE ETIK KEHIDUPAN KAMPUS BAGI DOSEN DAN TENAGA KEPENDIDIKAN POLTEKKES KEMENKES SURABAYA BAB I Pasal 1 Ketentuan Umum (1) Tata tertib kehidupan kampus bagi dosen adalah ketentuan yang mengatur hak dan

Lebih terperinci

SK Rektor Nomor : 591/IKIPVET.H/Q/VII/2013 Tentang PERATURAN DISIPLIN KEMAHASISWAAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

SK Rektor Nomor : 591/IKIPVET.H/Q/VII/2013 Tentang PERATURAN DISIPLIN KEMAHASISWAAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 SK Rektor Nomor : 591/IKIPVET.H/Q/VII/2013 Tentang PERATURAN DISIPLIN KEMAHASISWAAN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Disiplin Mahasiswa IKIP Veteran Semarang ini, yang dimaksud dengan : 1.

Lebih terperinci

KODE ETIK KEHIDUPAN KAMPUS BAGI MAHASISWA POLTEKKES KEMENKES SURABAYA

KODE ETIK KEHIDUPAN KAMPUS BAGI MAHASISWA POLTEKKES KEMENKES SURABAYA KODE ETIK KEHIDUPAN KAMPUS BAGI MAHASISWA POLTEKKES KEMENKES SURABAYA BAB I Pasal 1 Ketentuan Umum (1) Tata tertib kehidupan kampus bagi mahasiswa adalah ketentuan yang mengatur hak dan kewajiban mahasiswa,

Lebih terperinci

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP- 78/MEN/2001 TENTANG PERUBAHAN ATAS BEBERAPA PASAL KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP-150/MEN/2000

Lebih terperinci

VII. KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS HASANUDDIN Nomor : 1128/J04/P/2006 TENTANG KETENTUAN KETERTIBAN MAHASISWA DALAM KAMPUS

VII. KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS HASANUDDIN Nomor : 1128/J04/P/2006 TENTANG KETENTUAN KETERTIBAN MAHASISWA DALAM KAMPUS VII. KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS HASANUDDIN Nomor 1128/J04/P/2006 TENTANG KETENTUAN KETERTIBAN MAHASISWA DALAM KAMPUS Rektor Universitas Hasanuddin Menimbang Mengingat Memperhatikan a. bahwa untuk menciptakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Tentang Tenaga Kerja 2.1.1. Pengertian Tenaga Kerja Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN [LN 2003/39, TLN 4279] Pasal 184

UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN [LN 2003/39, TLN 4279] Pasal 184 UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN [LN 2003/39, TLN 4279] BAB XVI KETENTUAN PIDANA DAN SANKSI ADMINISTRATIF Bagian Pertama Ketentuan Pidana Pasal 183 74 1, dikenakan sanksi pidana

Lebih terperinci

SOSIALISASI PP 53 TAHUN 2010

SOSIALISASI PP 53 TAHUN 2010 1 SOSIALISASI PP 53 TAHUN 2010 Latar Belakang : Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 disusun dalam rangka menyempurnakan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PENGURUS YAYASAN SLAMET RIJADI NOMOR 04/YSR/2004 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI YAYASAN SLAMET RIJADI. Pengurus Yayasan Slamet Rijadi

KEPUTUSAN PENGURUS YAYASAN SLAMET RIJADI NOMOR 04/YSR/2004 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI YAYASAN SLAMET RIJADI. Pengurus Yayasan Slamet Rijadi KEPUTUSAN PENGURUS YAYASAN SLAMET RIJADI NOMOR 04/YSR/2004 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI YAYASAN SLAMET RIJADI Pengurus Yayasan Slamet Rijadi Menimbang : bahwa dengan ditetapkannya Keputusan Pengurus Yayasan

Lebih terperinci

CONTOH SURAT PERJANJIAN KERJA

CONTOH SURAT PERJANJIAN KERJA 31 CONTOH SURAT PERJANJIAN KERJA SURAT PERJANJIAN KERJA Nomer: ---------------------------------- Yang bertanda tangan di bawah ini: 1. Nama : Jabatan : Alamat : Dalam hal ini bertindak atas nama direksi

Lebih terperinci

SURAT PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA PT. HOKLOKSIU SANJOYO (AJBS GROUP) DENGAN PT. SUKSESINDO Nomer: 638 / I / HRD.DX /L SS / IX / 2009

SURAT PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA PT. HOKLOKSIU SANJOYO (AJBS GROUP) DENGAN PT. SUKSESINDO Nomer: 638 / I / HRD.DX /L SS / IX / 2009 Yang bertanda tangan dibawah ini, masing-masing : I Nama : H. Faris Ardiansyah Jabatan : General Manager Alamat: Jl. Semarang 116 D-E Surabaya SURAT PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA PT. HOKLOKSIU SANJOYO (AJBS

Lebih terperinci

1. Peraturan Tata Tertib Kehidupan Kampus Dalam rangka menjaga ketertiban kampus, ada beberapa hal yang tidak boleh dilakukan mahasiswa di lingkungan

1. Peraturan Tata Tertib Kehidupan Kampus Dalam rangka menjaga ketertiban kampus, ada beberapa hal yang tidak boleh dilakukan mahasiswa di lingkungan TATA TERTIB KEHIDUPAN KAMPUS 1. Peraturan Tata Tertib Kehidupan Kampus Dalam rangka menjaga ketertiban kampus, ada beberapa hal yang tidak boleh dilakukan mahasiswa di lingkungan kampus, yaitu : a. Merokok

Lebih terperinci

3. Tata tertib ini wajib ditaati oleh semua siswa selama mereka masih berlajar di SMK. BONAVITA TANGERANG.

3. Tata tertib ini wajib ditaati oleh semua siswa selama mereka masih berlajar di SMK. BONAVITA TANGERANG. TATA TERTIB SISWA SMK BONAVITA I. PENDAHULUAN 1. Tata tertib ini disusun untuk menciptakan disiplin peserta didik sebagai syarat utama terlaksananya proses belajar mengajar yang efektif. 2. Tata tertib

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan dan hasil kerja karyawan, maka karyawan diharapkan mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan dan hasil kerja karyawan, maka karyawan diharapkan mampu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Untuk meningkatkan peranan karyawan dalam proses pencapaian target perusahaan dan hasil kerja karyawan, maka karyawan diharapkan mampu menciptakan lingkungan

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG WALIKOTA MOJOKERTO PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PEGAWAI NON PNS PADA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH (BLUD) RUMAH SAKIT UMUM Dr. WAHIDIN SUDIRO HUSODO

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG TENAGA HARIAN LEPAS PEMERINTAH KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG TENAGA HARIAN LEPAS PEMERINTAH KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA, SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG TENAGA HARIAN LEPAS PEMERINTAH KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pembinaan Tenaga Harian

Lebih terperinci

1. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-undang Dasar 1945, Negara, dan Pemerintah,

1. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-undang Dasar 1945, Negara, dan Pemerintah, Disiplin PNS Pembinaan Disiplin Keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai sesuatu tujuan selain sangat ditentukan oleh dan mutu profesionalitas juga ditentukan oleh disiplin para anggotanya. Bagi aparatur

Lebih terperinci

PERATURAN SISWA. Setiap siswa/ siswi Madrasah Aliyah YATPI wajib mengikuti ketentuanketentuan

PERATURAN SISWA. Setiap siswa/ siswi Madrasah Aliyah YATPI wajib mengikuti ketentuanketentuan PERATURAN SISWA Setiap siswa/ siswi Madrasah Aliyah YATPI wajib mengikuti ketentuanketentuan sebagai berikut: A. KEWAJIBAN 1. Kehadiran Siswa a. Siswa/i hadir di madrasah pada hari-hari madrasah atau hari-hari

Lebih terperinci

TATA TERTIB PESERTA DIDIK SMA NEGERI 1 LUBUK ALUNG SEKOLAH UNGGUL Tahun Pelajaran 2017/2018

TATA TERTIB PESERTA DIDIK SMA NEGERI 1 LUBUK ALUNG SEKOLAH UNGGUL Tahun Pelajaran 2017/2018 TATA TERTIB PESERTA DIDIK SMA NEGERI 1 LUBUK ALUNG SEKOLAH UNGGUL Tahun Pelajaran 2017/2018 A. Kegiatan Pembelajaran 1. Peserta didik sudah harus hadir di sekolah pukul 07.10 Wib. 2. Tanda masuk berbunyi,

Lebih terperinci

KETENTUAN DAN TATA TERTIB MAHASISWA PROGRAM PASCASARJ ANA ILMU ISLAM PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR

KETENTUAN DAN TATA TERTIB MAHASISWA PROGRAM PASCASARJ ANA ILMU ISLAM PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR T a t a T e r t i b M a h a s i s w a P P S I l m u I s l a m U I M 1 KETENTUAN DAN TATA TERTIB MAHASISWA PROGRAM PASCASARJ ANA ILMU ISLAM PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR

Lebih terperinci

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS HASANUDDIN NOMOR : 1595/UN4/05.10/2013 TENTANG

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS HASANUDDIN NOMOR : 1595/UN4/05.10/2013 TENTANG KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS HASANUDDIN NOMOR : 1595/UN4/05.10/2013 TENTANG KETENTUAN TATA TERTIB KEHIDUPAN KAMPUS BAGI MAHASISWA UNIVERSITAS HASANUDDIN REKTOR UNIVERSITAS HASANUDDIN MENIMBANG : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pembangunan nasional yang dilaksanakan dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pembangunan nasional yang dilaksanakan dalam pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan nasional yang dilaksanakan dalam pembangunan ekonomi yang sesuai dengan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945. Pembangunan ekonomi yang berhasil

Lebih terperinci

KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, Jalan Ampera Raya No. 7, JakartaSelatan12560, Indonesia Telp. 62 21 7805851, Fax. 62 21 7810280 http://www.anri.go.id, e-mail: info@anri.go.id PERATURAN KEPALA NOMOR 42 TAHUN 2011 TENTANG PENEGAKAN DISIPLIN

Lebih terperinci

Petunjuk Kerja ini disusun sebagai panduan tata tertib peserta didik dan sanksi pelanggaran di SMPN 1 Mojokerto

Petunjuk Kerja ini disusun sebagai panduan tata tertib peserta didik dan sanksi pelanggaran di SMPN 1 Mojokerto 1. Tujuan Petunjuk Kerja ini disusun sebagai panduan tata tertib peserta didik dan sanksi pelanggaran di SMPN 1 Mojokerto 2. Petunjuk Kerja 2.1. Hal Masuk Sekolah 1) Semua peserta didik harus hadir di

Lebih terperinci

TATA TERTIB PESERTA DIDIK SEKOLAH UNGGUL SMA NEGERI 1 LUBUK ALUNG

TATA TERTIB PESERTA DIDIK SEKOLAH UNGGUL SMA NEGERI 1 LUBUK ALUNG TATA TERTIB PESERTA DIDIK SEKOLAH UNGGUL SMA NEGERI 1 LUBUK ALUNG Nama Siswa :... Sekolah Asal :... A. Kegiatan Pembelajaran 1. Peserta didik sudah harus hadir di sekolah pukul 07.15. 2. Tanda masuk berbunyi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Pasal 1 Angka 4 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Pasal 1 Angka 4 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pekerja/buruh dan Pengusaha Berdasarkan Pasal 1 Angka 4 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Pekerja/buruh adalah Setiap orang yang bekerja

Lebih terperinci

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (Termination of Employment Relationship) Amalia, MT

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (Termination of Employment Relationship) Amalia, MT PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (Termination of Employment Relationship) Amalia, MT SIKLUS MSDM Planning Siklus pengelolaan SDM pada umumnya merupakan tahapan dari: Attaining Developing Maintaining You can take

Lebih terperinci

Mengingat : 1 Undang-Undang RI Nomor: 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; 2 MEMUTUSKAN:

Mengingat : 1 Undang-Undang RI Nomor: 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; 2 MEMUTUSKAN: PERATURAN KETUA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH YOGYAKARTA No: 1/PK-STIKES/Au/V/2013 TENTANG PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH YOGYAKARTA Bismillahirrahmanirrahiim

Lebih terperinci

Peraturan Rektor. Nomor : 01 Tahun Tentang. Peraturan Disiplin Mahasiswa

Peraturan Rektor. Nomor : 01 Tahun Tentang. Peraturan Disiplin Mahasiswa Peraturan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang Nomor : 01 Tahun 2007 Tentang Peraturan Disiplin Mahasiswa Bismillahirrohmanirrohim Rektor Universitas Muhammadiyah Malang : Menimbang : a. Bahwa Universitas

Lebih terperinci

TATA TERTIB PESERTA DIDIK SMA NEGERI 1 LUBUK ALUNG SEKOLAH UNGGUL Tahun Pelajaran 2016/2017

TATA TERTIB PESERTA DIDIK SMA NEGERI 1 LUBUK ALUNG SEKOLAH UNGGUL Tahun Pelajaran 2016/2017 TATA TERTIB PESERTA DIDIK SMA NEGERI 1 LUBUK ALUNG SEKOLAH UNGGUL Tahun Pelajaran 2016/2017 Nama Siswa :... Sekolah Asal :... A. Kegiatan Pembelajaran 1. Peserta didik sudah harus hadir di sekolah sebelum

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA SMA NEGERI 1 PURI KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR: / 660 / / 2017 TENTANG

KEPUTUSAN KEPALA SMA NEGERI 1 PURI KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR: / 660 / / 2017 TENTANG PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR DINAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 PURI Jalan Jayanegara No. 2 Mojokerto, Jawa Timur Kode Pos 61363 Telp. ( 0321 ) 322636 Fax ( 0321 ) 322636 Website : www.sman1puri.sch.id

Lebih terperinci

PERATURAN - PERATURAN PENTING DALAM UU KETENAGAKERJAAN NO 13 TAHUN 2003

PERATURAN - PERATURAN PENTING DALAM UU KETENAGAKERJAAN NO 13 TAHUN 2003 1 42 ayat 1 Tenaga Kerja Asing wajib memiliki izin tertulis dari menteri/pejabat Pidana Penjara 1 ~ 4 Tahun 42 ayat 2 Pemberi kerja perorangan dilarang mempekerjakan orang asing Pidana Penjara 1 ~ 4 Tahun

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 77 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN BAGI TENAGA KONTRAK PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BADUNG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 77 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN BAGI TENAGA KONTRAK PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BADUNG BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 77 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN BAGI TENAGA KONTRAK PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PERUSAHAAN PT.

PERATURAN PERUSAHAAN PT. PERATURAN PERUSAHAAN PT. Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan : BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Pengertian 1. Perusahaan : Adalah yang bergerak di bidang, yang didirikan berdasarkan akta notaris nomor,

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENATAAN PEGAWAI

Lebih terperinci

SK Rektor Nomor : 591/IKIPVET.H/Q/VII/2013 Tentang PERATURAN DISIPLIN KEMAHASISWAAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

SK Rektor Nomor : 591/IKIPVET.H/Q/VII/2013 Tentang PERATURAN DISIPLIN KEMAHASISWAAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 SK Rektor Nomor : 591/IKIPVET.H/Q/VII/2013 Tentang PERATURAN DISIPLIN KEMAHASISWAAN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Disiplin Mahasiswa IKIP Veteran Semarang ini, yang dimaksud dengan : 1.

Lebih terperinci

PERATURAN POLITEKNIK NEGERI BANDUNG NOMOR: 2273/PL1.R/KM/2012 TENTANG KEDISIPLINAN MAHASISWA DIREKTUR POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

PERATURAN POLITEKNIK NEGERI BANDUNG NOMOR: 2273/PL1.R/KM/2012 TENTANG KEDISIPLINAN MAHASISWA DIREKTUR POLITEKNIK NEGERI BANDUNG PERATURAN POLITEKNIK NEGERI BANDUNG NOMOR: 2273/PL1.R/KM/2012 TENTANG KEDISIPLINAN MAHASISWA DIREKTUR POLITEKNIK NEGERI BANDUNG Menimbang : a. bahwa Politeknik Negeri Bandung (POLBAN) sebagai perguruan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E PERATURAN WALI KOTA BEKASI NOMOR 42 TAHUN 2017 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E PERATURAN WALI KOTA BEKASI NOMOR 42 TAHUN 2017 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 42 2017 SERI : E PERATURAN WALI KOTA BEKASI NOMOR 42 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PEMBINAAN TENAGA KONTRAK KERJA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS NEGERI MALANG Nomor: 3414/KEP/H32/HK/2008. Tentang TATA TERTIB KEHIDUPAN KAMPUS BAGI MAHASISWA UNIVERSITAS NEGERI MALANG

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS NEGERI MALANG Nomor: 3414/KEP/H32/HK/2008. Tentang TATA TERTIB KEHIDUPAN KAMPUS BAGI MAHASISWA UNIVERSITAS NEGERI MALANG KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS NEGERI MALANG Nomor: 3414/KEP/H32/HK/2008 Tentang TATA TERTIB KEHIDUPAN KAMPUS BAGI MAHASISWA UNIVERSITAS NEGERI MALANG REKTOR UNIVERSITAS NEGERI MALANG Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER NOMOR: 1565/PER/II.3.AU/F/2013. Tentang: DISIPLIN MAHASISWA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER NOMOR: 1565/PER/II.3.AU/F/2013. Tentang: DISIPLIN MAHASISWA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER NOMOR: 1565/PER/II.3.AU/F/2013 Tentang: DISIPLIN MAHASISWA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER REKTOR UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER Menimbang : a. Bahwa dalam

Lebih terperinci

Tata Tertib Perkuliahan : 1. Setiap peserta mata kuliah harus tercantum dalam Daftar Hadir yang disediakan sekretariat. 2. Setiap peserta mata kuliah

Tata Tertib Perkuliahan : 1. Setiap peserta mata kuliah harus tercantum dalam Daftar Hadir yang disediakan sekretariat. 2. Setiap peserta mata kuliah KETENTUAN DAN TATA TERTIB MAHASISWA PROGRAM PASCASARJANA TEKNOLOGI INFORMASI PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS BUDI LUHUR Pedoman ketentuan dan tata tertib ini dibuat dengan tujuan untuk

Lebih terperinci

(KepMen ini pada 25 Maret 2003 telah dinyatakan tidak berlaku per UU No. 13/2003. Pencantumn dalam pustronik ini untuk maksud studi)

(KepMen ini pada 25 Maret 2003 telah dinyatakan tidak berlaku per UU No. 13/2003. Pencantumn dalam pustronik ini untuk maksud studi) (KepMen ini pada 25 Maret 2003 telah dinyatakan tidak berlaku per UU No. 13/2003. Pencantumn dalam pustronik ini untuk maksud studi) KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP-150/MEN/2000

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 47 TAHUN 2017 TENTANG

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 47 TAHUN 2017 TENTANG GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 47 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK APARATUR SIPIL NEGARA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

Dalam rangka mencapai tujuan tersebut di atas diperlukan tata tertib siswa yang terdiri dari hak, kewajiban, larangan dan sanksi.

Dalam rangka mencapai tujuan tersebut di atas diperlukan tata tertib siswa yang terdiri dari hak, kewajiban, larangan dan sanksi. PEMERINTAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DINAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 19 JAKARTA Jalan Perniagaan No 31, Tambora Telepon (021) 6904454 Email : sman19jkt@yahoo.com JAKARTA Kode

Lebih terperinci

PERATURAN SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 78 JAKARTA NOMOR 165 TAHUN 2011 TENTANG TATA TERTIB PESERTA DIDIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 78 JAKARTA NOMOR 165 TAHUN 2011 TENTANG TATA TERTIB PESERTA DIDIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 78 JAKARTA NOMOR 165 TAHUN 2011 TENTANG TATA TERTIB PESERTA DIDIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Kepala Sekolah Menengah Atas Negeri 78 Jakarta, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.700, 2014 BAWASLU. Tata Tertib. Pegawai. Kinerja. Disiplin Pegawai. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG TATA TERTIB

Lebih terperinci

DAFTAR ISI 1. PENETAPAN PERATURAN POKOK

DAFTAR ISI 1. PENETAPAN PERATURAN POKOK DAFTAR ISI 1. PENETAPAN PERATURAN POKOK 2. BAB I : KETENTUAN UMUM a. Pasal 1 : Pengertian b. Pasal 2 : Maksud dan tujuan c. Pasal 3 : Lingkup peraturan pokok kepegawaian di GKJW Jemaat Waru. d. Pasal 4

Lebih terperinci

Lex Administratum, Vol. IV/No. 1/Jan/2016. Kata kunci: jamsostek, pemutusan hubungan kerja

Lex Administratum, Vol. IV/No. 1/Jan/2016. Kata kunci: jamsostek, pemutusan hubungan kerja HAK TENAGA KERJA ATAS JAMSOSTEK YANG MENGALAMI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA 1 Oleh: Marlina T. Sangkoy 2 ABSTRAK Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimanakah Hak Tenaga Kerja atas Jamsostek yang mengalami

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 08 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PROBOLINGGO NOMOR 10 TAHUN 1986 TENTANG

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG TATA TERTIB PEGAWAI DI LINGKUNGAN SEKRETARIAT JENDERAL BADAN PENGAWAS

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1980 TENTANG PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1980 TENTANG PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1980 TENTANG PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk menjamin terpeliharanya tata tertib dan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS BAITURRAHMAH No. 403/F/Unbrah/VIII/2013 PERATURAN DISIPLIN TENAGA KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS BAITURRAHMAH No. 403/F/Unbrah/VIII/2013 PERATURAN DISIPLIN TENAGA KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS BAITURRAHMAH No. 403/F/Unbrah/VIII/2013 Tentang PERATURAN DISIPLIN TENAGA KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH REKTOR UNIVERSITAS BAITURRAHMAH Menimbang : a. bahwa Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian MSDM Menurut Hasibuan (2009:10) Manajemen Sumber Daya Manusia adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu terwujudnya

Lebih terperinci

PROSEDUR KERJA. Kencana Loka BLOK F JABATAN : KOORDINATOR SECURITY TGL TERBIT : 19 1-2014 SATUAN PENGAMAN / SECURITY NO REVISI : 0

PROSEDUR KERJA. Kencana Loka BLOK F JABATAN : KOORDINATOR SECURITY TGL TERBIT : 19 1-2014 SATUAN PENGAMAN / SECURITY NO REVISI : 0 JABATAN : KOORDINATOR SECURITY A. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB 1. Melakukan Rekrut anggota Security sesuai dengan kebutuhan, Yang telah di setujui warga melalui keputusan Ketua RT. 2. Sebagai jembatan komonikasi

Lebih terperinci

TATA TERTIB SISWA SMA NEGERI 10 SAMARINDA

TATA TERTIB SISWA SMA NEGERI 10 SAMARINDA TATA TERTIB SISWA SMA NEGERI 10 SAMARINDA TAHUN PEMBELAJARAN 2010/2011 0 Tata Tertib Ini Telah Divalidasi oleh: No Nama / NIP Jabatan Tanda tangan 1. Atik Sri Rahayu, S.Pd. / 19701128 199702 2 004 Guru

Lebih terperinci

BAB VI PERATURAN AKADEMIK FAKULTAS

BAB VI PERATURAN AKADEMIK FAKULTAS BAB VI PERATURAN AKADEMIK FAKULTAS 1. Disiplin Mahasiswa Berdasarkan SK Rektor tanggal 21 Oktober 2001 No. 460/SK-Rek/Rek/X/2001, mahasiswa yang melanggar peraturan disiplin mahasiswa akan dikenakan sanksi

Lebih terperinci

PENERAPAN DISIPLIN KERJA KARYAWAN PADA PT. KUSUMAHADI SANTOSA

PENERAPAN DISIPLIN KERJA KARYAWAN PADA PT. KUSUMAHADI SANTOSA PENERAPAN DISIPLIN KERJA KARYAWAN PADA PT. KUSUMAHADI SANTOSA TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Sebutan Vokasi Ahli Madya (A.Md) Dalam Bidang Manajemen Administrasi

Lebih terperinci

Bab I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Kewajiban Siswa

Bab I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Kewajiban Siswa BUKU SAKU Bab I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Kewajiban Siswa Setiap siswa wajib : 1. Mempunyai dan membawa buku saku setiap mengikuti kegiatan di sekolah 2. Memahami, menghayati, dan melaksanakan semua ketentuan

Lebih terperinci

DISIPLIN DAN TATA TERTIB MAHASISWA UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA

DISIPLIN DAN TATA TERTIB MAHASISWA UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA 1 DISIPLIN DAN TATA TERTIB MAHASISWA UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA Pasal 1 Ketentuan Umum Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan : 1. Peraturan Disiplin dan Tata Tertib Mahasiswa UMBY adalah peraturan

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKSI NOMOR : 2 TAHUN 2016

PERATURAN DIREKSI NOMOR : 2 TAHUN 2016 PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA SATRIA KABUPATEN BANYUMAS Jl. Prof. Dr. Suharso No. 52 PURWOKERTO 53114 Telp. 0281-632324 Fax. 0281-641654 Website : www.pdambanyumas.com E-Mail : pdam_banyumas@yahoo.com

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 18 TAHUN 2004 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJAR,

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 18 TAHUN 2004 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJAR, PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 18 TAHUN 2004 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJAR, Menimang : a. b. bahwa dalam upaya penegakan Peraturan Daerah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 30 TAHUN 1980 TENTANG PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 30 TAHUN 1980 TENTANG PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 30 TAHUN 1980 TENTANG PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menjamin terpeliharanya tata tertib dan kelancaran pelaksanaan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BAGIAN ORGANISASI SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR : 188 / 110 / / 2013

KEPUTUSAN KEPALA BAGIAN ORGANISASI SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR : 188 / 110 / / 2013 KEPUTUSAN KEPALA BAGIAN ORGANISASI SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR : 188 / 110 / 413.032 / 2013 TENTANG PENEGAKAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI BAGIAN ORGANISASI SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 27 TAHUN 2010 TENTANG ORGAN DAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH PASAR KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI,

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 27 TAHUN 2010 TENTANG ORGAN DAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH PASAR KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI, WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 27 TAHUN 2010 TENTANG ORGAN DAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH PASAR KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI, Menimbang bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 8 ayat

Lebih terperinci

BAB V MANAJEMEN PERUSAHAAN

BAB V MANAJEMEN PERUSAHAAN 112 MANAJEMEN PERUSAHAAN 5.1 Bentuk Perusahaan Pabrik nitrobenzen yang akan didirikan, direncanakan mempunyai: Bentuk Lapangan Usaha Kapasitas produksi Status perusahaan : Perseroan Terbatas (PT) : Industri

Lebih terperinci

NORMA ETIKA KEHIDUPAN KAMPUS BAGI DOSEN DAN TENAGA KEPENDIDIKAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG KATA PENGANTAR

NORMA ETIKA KEHIDUPAN KAMPUS BAGI DOSEN DAN TENAGA KEPENDIDIKAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG KATA PENGANTAR NORMA ETIKA KEHIDUPAN KAMPUS BAGI DOSEN DAN TENAGA KEPENDIDIKAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat dan

Lebih terperinci

KODE ETIK DAN PERATURAN DISIPLIN KARYAWAN IKIP VETERAN SEMARANG. BAB I Ketentuan Umum

KODE ETIK DAN PERATURAN DISIPLIN KARYAWAN IKIP VETERAN SEMARANG. BAB I Ketentuan Umum KODE ETIK DAN PERATURAN DISIPLIN KARYAWAN IKIP VETERAN SEMARANG BAB I Ketentuan Umum Pasal 1 1. Karyawan adalah setiap pegawai IKIP Veteran Semarang baik sebagai tenaga administrasi maupun tenaga penunjang.

Lebih terperinci