SOSIALISASI PP 53 TAHUN 2010

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SOSIALISASI PP 53 TAHUN 2010"

Transkripsi

1 1 SOSIALISASI PP 53 TAHUN 2010 Latar Belakang : Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 disusun dalam rangka menyempurnakan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil yang dirasakan sudah tidak sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan keadaan yang terjadi saat ini. Tujuan : Untuk mewujudkan penegakan disiplin PNS pada umumnya dan khususnya PNS dilingkungan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. Penerapan penegakan Disiplin PNS di lingkungan BMKG dirasakan sangat penting guna mewujudkan dan mendukung percepatan reformasi birokrasi. Tindak Lanjut : Dalam upaya mewujudkan penegakan disiplin PNS dilingkungan BMKG dan mendukung percepatan reformasi birokrasi, maka akan disusun peraturan yang mengacu pada PP 53 Tahun 2010 dalam bentuk Tata Cara Tetap Pelaksanaan Penjatuhan Hukuman Disiplin Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan BMKG. Definisi Disiplin PNS : Penjelasan Singkat Isi Peraturan Pemerintah Nomor 53 tahun 2010 Kesanggupan PNS untuk mentaati kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan dan/atau peraturan kedinasan yang apabila tidak ditaati atau dilanggar dijatuhi hukuman disiplin. Definisi Pelanggaran Disiplin : Setiap ucapan, tulisan, atau perbuatan PNS yang tidak menaati kewajiban dan/atau melanggar larangan ketentuan disiplin PNS, baik yang dilakukan di dalam maupun di luar jam kerja. I. Perbedaan Kewajiban dan Larangan PP 30 tahun 1980 dengan PP 53 tahun 2010 PP 30 tahun 1980 PP 53 tahun 2010 Kewajiban PNS a. setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara, dan Pemerintah; b. mengutamakan kepentingan Negara di atas kepentingan golongan atau diri sendiri, serta menghindarkan segala sesuatu yang dapat mendesak kepentingan Negara oleh kepentingan golongan, diri sendiri, atau pihak lain; c. menjunjung tinggi kehormatan dan martabat Negara, Pemerintah, dan Pegawai Negeri Sipil; d. mengangkat dan mentaati sumpah/janji Pegawai Negeri Sipil dan sumpah/janji jabatan berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku; e. menyimpan rahasia Negara dan atau rahasia jabatan dengan sebaik-baiknya; f. memperhatikan dan melaksanakan segala ketentuan Pemerintah baik langsung menyangkut tugas kedinasannya maupun yang berlaku secara umum; Kewajiban PNS 1. Mengucapkan sumpah/janji PNS; 2. Mengucapkan sumpah/janji jabatan; 3. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Pemerintah; 4. Menaati segala ketentuan peraturan perundang-undangan; 5. Melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada PNS dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab;. 6. menjunjung tinggi kehormatan negara, Pemerintah, dan martabat PNS; 7. mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan sendiri, seseorang, dan/atau golongan; 8. memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau menurut perintah harus dirahasiakan; 9. bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk kepentingan negara;

2 2 g. melaksanakan tugas kedinasan dengan sebaik-baiknya dan dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab; h. bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk kepentingan Negara; i. memelihara dan meningkatkan keutuhan, kekompakan, persatuan, dan kesatuan Korps Pegawai Negeri Sipil; j. segera melaporkan kepada atasannya, apabila mengetahui ada hal yang dapat membahayakan atau merugikan Negara/Pemerintah, terutama di bidang keamanan, keuangan, dan material; k. mentaati ketentuan jam kerja; l. menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik; m. menggunakan dan memelihara barangbarang milik Negara dengan sebaik-baiknya; n. memberikan pelayanan dengan sebaikbaiknya kepada masyarakat menurut bidang tugasnya masing-masing; o. bertindak dan bersikap tegas, tetapi adil dan bijaksana terhadap bawahannya; p. membimbing bawahannya dalam melaksanakan tugasnya; q. menjadi dan memberikan contoh serta teladan yang baik terhadap bawahannya; r. mendorong bawahannya untuk meningkatkan prestasi kerjanya; s. memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan kariernya; t. mentaati ketentuan peraturan perundangundangan tentang perpajakan; u. berpakaian rapi dan sopan serta bersikap dan bertingkah laku sopan santun terhadap masyarakat, sesama Pegawai Negeri Sipil, dan terhadap atasan; v. hormat menghormati antara sesama warganegara yang memeluk agama/ kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yang berlainan; w. menjadi teladan sebagai warganegara yang baik dalam masyarakat; x. mentaati segala peraturan perundangundangan dan peraturan kedinasan yang berlaku; y. mentaati perintah kedinasan dari atasan yang berwenang; z. memperhatikan dan menyelesaikan dengan sebaik-baiknya setiap laporan yang diterima mengenai pelanggaran disiplin. Larangan PNS a. melakukan hal-hal yang dapat menurunkan kehormatan atau martabat Negara, Pemerintah, atau Pegawai Negeri Sipil; b. menyalahgunakan wewenangnya; c. tanpa izin Pemerintah menjadi Pegawai atau bekerja untuk negara asing; d. menyalahgunakan barang-barang, uang, atau surat-surat berharga milik Negara, 10. melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui ada hal yang dapat membahayakan atau merugikan negara atau Pemerintah terutama di bidang keamanan, keuangan, dan materiil; 11. masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja; 12. mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan; 13. menggunakan dan memelihara barangbarang milik negara dengan sebaik-baiknya; 14. memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat; 15. membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas; 16. memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan karier; dan 17. menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang. Larangan PNS 1. menyalahgunakan wewenang; 2. menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan/atau orang lain dengan menggunakan kewenangan orang lain; 3. tanpa izin Pemerintah menjadi pegawai atau bekerja untuk negara lain dan/atau lembaga atau organisasi internasional;

3 3 e. memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau meminjamkan barangbarang, dokumen, atau surat-surat berharga milik Negara secara tidak sah; f. melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat, bawahan, atau orang lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan, atau pihak lain, yang secara langsung atau tidak langsung merugikan Negara; g. melakukan tindakan yang bersifat negatif dengan maksud membalas dendam terhadap bawahannya atau orang lain di dalam maupun diluar lingkungan kerjanya; h. menerima hadiah atau sesuatu pemberian berupa apa saja dari siapapun juga yang diketahui atau patut dapat di duga bahwa pemberian itu bersangkutan atau mungkin bersangkutan dengan jabatan atau pekerjaan Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan; i. memasuki tempat-tempat yang dapat mencemarkan kehormatan atau martabat Pegawai Negeri Sipil, kecuali untuk kepentingan jabatan; j. bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya; k. melakukan suatu tindakan atau sengaja tidak melakukan suatu tindakan yang dapat berakibat menghalangi atau mempersulit salah satu pihak yang dilayaninya sehingga mengakibatkan kerugian bagi pihak yang dilayani; l. menghalangi berjalannya tugas kedinasan; m. membocorkan dan atau memanfaatkan rahasia Negara yang diketahui karena kedudukan jabatan untuk kepentingan pribadi, golongan, atau pihak lain; n. bertindak selaku perantara bagi sesuatu pengusaha atau golongan untuk mendapatkan pekerjaan atau pesanan dari kantor/instansi Pemerintah; o. memiliki saham/modal dalam perusahaan yang kegiatan usahanya berada dalam ruang lingkup kekuasaannya; p. memiliki saham suatu perusahaan yang kegiatannya tidak berada dalam ruang lingkup kekuasaannya yang jumlah dan sifat pemilikan itu sedemikian rupa sehingga melalui pemilikan saham tersebut dapat langsung atau tidak langsung menentukan penyelenggaraan atau jalannya perusahaan; q. melakukan kegiatan usaha dagang baik secara resmi, maupun sambilan, menjadi direksi, pimpinan atau komisaris perusahaan swasta bagi yang berpangkat Pembina golongan ruang IV/a ke atas atau yang memangku jabatan eselon I. r. melakukan pungutan tidak sah dalam bentuk apapun juga dalam melaksanakan tugasnya untuk kepentingan pribadi, golongan, atau pihak lain. 4. bekerja pada perusahaan asing, konsultan asing, atau lembaga swadaya masyarakat asing; 5. memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau meminjamkan barangbarang baik bergerak atau tidak bergerak, dokumen atau surat berharga milik negara secara tidak sah; 6. melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat, bawahan, atau orang lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan, atau pihak lain, yang secara langsung atau tidak langsung merugikan negara; 7. memberi atau menyanggupi akan memberi sesuatu kepada siapapun baik secara langsung atau tidak langsung dan dengan dalih apapun untuk diangkat dalam jabatan; 8. menerima hadiah atau suatu pemberian apa saja dari siapapun juga yang berhubungan dengan jabatan dan/atau pekerjaannya; 9. bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya; 10. melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan suatu tindakan yang dapat menghalangi atau mempersulit salah satu pihak yang dilayani sehingga mengakibatkan kerugian bagi yang dilayani; 11. menghalangi berjalannya tugas kedinasan; 12. memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan cara: a. ikut serta sebagai pelaksana kampanye; b. menjadi peserta kampanye dengan menggunakan atribut partai atau atribut PNS; c. sebagai peserta kampanye dengan mengerahkan PNS lain; dan/atau d. sebagai peserta kampanye dengan menggunakan fasilitas negara; 13. memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden dengan cara: a. membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah satu pasangan calon selama masa kampanye; dan/atau b. mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap pasangan calon yang menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa kampanye meliputi pertemuan, ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian barang kepada PNS dalam lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat; 14. memberikan dukungan kepada calon anggota Dewan Perwakilan Daerah atau calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dengan cara memberikan surat dukungan disertai foto kopi Kartu Tanda Penduduk atau Surat Keterangan Tanda Penduduk sesuai peraturan perundangundangan; dan

4 4 15. memberikan dukungan kepada calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah, dengan cara: a. terlibat dalam kegiatan kampanye untuk b. mendukung calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah; c. menggunakan fasilitas yang terkait dengan jabatan dalam kegiatan kampanye; d. membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah satu pasangan calon selama masa kampanye; dan/atau e. mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap pasangan calon yang menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa kampanye meliputi pertemuan, ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian barang kepada PNS dalam lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat. II. TINGKAT DAN JENIS HUKUMAN DISIPLIN (Pasal 7) TINGKAT RINGAN ( 2 ) TINGKAT SEDANG ( 3 ) TINGKAT BERAT ( 4 ) a. teguran lisan; b. teguran tertulis; dan c. pernyataan tidak puas secara tertulis. a. penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 (satu) tahun; b. penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu) tahun; dan c. c. penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 (satu) tahun. a. penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 (tiga) tahun; b. pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah; c. pembebasan dari jabatan; d. pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS; dan e. pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS.

5 5 III. PELANGGARAN DAN JENIS HUKUMAN ( Pasal 8) A. PELANGGARAN TERHADAP KEWAJIBAN PELANGGARAN TERHADAP JENIS HUKUMAN Pasal 3 angka 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 13 dan 17 apabila pelanggaran berdampak negatif pada unit kerja; Pasal 3 angka 14, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan Pasal 3 angka 15 dan 16, apabila pelanggaran dilakukan dengan tidak sengaja. HUKUMAN DISIPLIN TINGKAT RINGAN a. teguran lisan; b. teguran tertulis; dan c. pernyataan tidak puas secara tertulis. Pasal 3 angka 1 dan 2, apabila pelanggaran dilakukan tanpa alasan yang sah; Pasal 3 angka 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 13, dan 17, apabila pelanggaran berdampak negatif pada instansi yang bersangkutan; Pasal 3 angka 12, apabila pencapaian sasaran kerja pada akhir tahun hanya mencapai 25% s/d 50 %; Pasal 3 angka 14 sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan Pasal 3 angka 15 dan 16, apabila pelanggaran dilakukan dengan sengaja. HUKUMAN DISIPLIN TINGKAT SEDANG a. penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 (satu) tahun; b. penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu) tahun; dan c. penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 (satu) tahun. Pasal 3 angka 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 13, dan 17, apabila pelanggaran berdampak negatif pada pemerintah dan/atau negara; Pasal 3 angka 12 apabila pencapaian sasaran kerja pada akhir tahun hanya mencapai kurang dari 25%; dan Pasal 3 angka 14 sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. HUKUMAN DISIPLIN TINGKAT BERAT a. penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 (tiga) tahun; b. pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah; c. pembebasan dari jabatan; d. pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS; dan e. pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS.

6 6 B. PELANGGARAN TERHADAP LARANGAN PELANGGARAN TERHADAP JENIS HUKUMAN Pasal 4 angka 5, 6, dan 11, apabila pelanggaran berdampak negatif pada unit kerja; Pasal 4 angka 9, apabila pelanggaran dilakukan dengan tidak sengaja; dan Pasal 4 angka 10, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. HUKUMAN DISIPLIN TINGKAT RINGAN a. teguran lisan; b. teguran tertulis; dan c. pernyataan tidak puas secara tertulis. Pasal 4 angka 5, 6, dan 11, apabila pelanggaran berdampak negatif pada instansi yang bersangkutan; Pasal 4 angka 9, apabila pelanggaran dilakukan dengan sengaja; Pasal 4 angka 10, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; Pasal 4 angka 12 huruf a, b, dan c; Pasal 4 angka 13 huruf b; Pasal 4 angka 14; dan Pasal 4 angka 15 huruf a dan d. HUKUMAN DISIPLIN TINGKAT SEDANG a. penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 (satu) tahun; b. penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu) tahun; dan c. penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 (satu) tahun. Pasal 4 angka 1, 2, 3, dan 4; Pasal 4 angka 5, 6, dan 11, apabila pelanggaran berdampak negatif pada pemerintah dan/atau negara; Pasal 4 angka 7, dan 8; Pasal 4 angka 10, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; Pasal 4 angka 12 huruf d Pasal 4 angka 13 huruf a; dan Pasal 4 angka 15 huruf b dan c. HUKUMAN DISIPLIN TINGKAT BERAT a. penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 (tiga) tahun; b. pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah; c. pembebasan dari jabatan; d. pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS; dan e. pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS. C. PELANGGARAN TERHADAP KEWAJIBAN MASUK KERJA DAN MENAATI KETENTUAN JAM KERJA C.1. Kewajiban Masuk Kerja : Yang dimaksud dengan kewajiban masuk kerja adalah setiap PNS wajib datang, melaksanakan tugas, dan pulang sesuai ketentuan jam kerja yang berlaku serta tidak berada di tempat umum bukan karena dinas. Jumlah ketidakhadiran kerja dihitung secara kumulatif sampai dengan akhir tahun berjalan, maksudnya pelanggaran yang dilakukan dihitung mulai bulan januari sampai dengan bulan desember pada tahun yang bersangkutan. C.2. Ketentuan Jam Kerja : Ketentuan jam kerja PNS selama 1 minggu berjumlah 37.5 jam, dan operasionalisasinya dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi kerja di lingkungan unit kerja masingmasing. Keterlambatan jam masuk kerja dan/atau pulang lebih awal dihitung secara kumulatif dan dikonversi 7.5 jam sama dengan 1 (satu) hari tidak masuk kerja.

7 7 C.3. Jenis Hukuman Berdasarkan Pelanggaran Terhadap Kewajiban Masuk Kerja dan Menaati Ketentuan Jam Kerja : BENTUK PELANGGARAN JENIS HUKUMAN selama 5 (lima) hari kerja; selama 6 (enam) sampai dengan 10 (sepuluh) hari kerja; dan selama 11 (sebelas) sampai dengan 15 (lima belas) hari kerja. a. Teguran lisan b. Teguran tertulis c. Pernyataan tidak puas secara tertulis selama 16 (enam belas) sampai dengan 20 (dua puluh) hari kerja; selama 21 (dua puluh satu) sampai dengan 25 (dua puluh lima) hari kerja; dan selama 26 (dua puluh enam) sampai dengan 30 (tiga puluh) hari kerja. a. Penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 (satu) tahun b. Penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu) tahun c. Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 (satu) tahun selama 31 (tiga puluh satu) sampai dengan 35 (tiga puluh lima) hari kerja; selama 36 (tiga puluh enam) sampai dengan 40 (empat puluh) hari kerja; selama 41 (empat puluh satu) sampai dengan 45 (empat puluh lima) hari kerja; dan selama 46 (empat puluh enam) hari kerja atau lebih. a. Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 (tiga) tahun b. Pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah c. Pembebasan dari jabatan d. Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri ataupun Pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS.

8 8 IV. PEJABAT YANG BERWENANG MENGHUKUM PEJABAT YANG BERWENANG MENGHUKUM 1. PEJABAT PEMBINA KEPEGAWAIAN PUSAT JENIS HUKUMAN 1. Pasal 7 angka 2, 3, dan 4 huruf a; 2. Pasal 7 angka 2,3, dan 4; 3. Pasal 7 angka 2,3, dan 4 huruf a, d, dan e; 4. Pasal 7 angka 3 dan 4; 5. Pasal 7 angka 3 dan 4 huruf a, d, dan e; 6. Pasal 7 angka 3 huruf c dan angka 4; dan 7. Pasal 7 angka 3 huruf c dan angka 4 huruf a, d, dan e. 1. Pasal 7 angka 2; 2. Pasal 7 angka 2 dan angka 4 huruf b dan c; dan 3. Pasal 7 angka 4 huruf b dan c 1. Pasal 7 angka 2, 3, dan 4 huruf a; 2. Pasal 7 angka 2, 3, dan 4 huruf a, b, dan c; 3. Pasal 7 angka 3, dan 4 huruf a, b, dan c; 4. Pasal 7 angka 3 dan angka 4 huruf a; 5. Pasal 7 angka 3 huruf c dan angka 4 huruf a, b, dan c; dan 6. Pasal 7 angka 3 huruf c dan angka 4 huruf a TERHADAP PNS A. Yang Menduduki jabatan : 1. Struktur Eselon I 2. Struktur Eselon II dan Fungsional tertentu jenjang Utama 3. Fungsional Umum golongan ruang IV/d dan IV/e 4. Struktur Eselon II dan fungsional tertentu jenjang Madya dan Penyelia 5. Fungsional Umum golongan ruang IV/a s/d IV/c 6. Struktural Eselon III ke bawah dan Fungsional tertentu jenjang Muda dan Penyelia ke bawah 7. Fungsional Umum golongan ruang III/d ke bawah B. Yang dipekerjakan di lingkungannya : 1. Struktural Eselon I dan Fungsional Umum golongan ruang IV/d dan IV/e 2. Fungsional tertentu jenjang Utama 3. Struktural Eselon II ke bawah dan Fungsional tertentu jenjang Madya dan Penyelia ke bawah C. Yang diperbantukan di lingkungannya : 1. Struktural Eselon I dan Fungsional Umum golongan ruang IV/d dan IV/e 2. Fungsional tertentu jenjang Utama 3. Struktur Eselon II dan Fungsional tertentu jenjang Madya 4. Fungsional Umum golongan ruang IV/a s/d IV/c 5. Struktur Eselon III ke bawah dan Fungsional tertentu jenjang Muda dan Penyelia ke bawah 6. Fungsional umum golongan ruang III/d ke bawah

9 9 D. Yang dipekerjakan ke luar instansi induknya yang menduduki jabatan : 1. Pasal 7 angka 3 dan angka 4 huruf a; 2. Pasal 7 angka 3 dan angka 4 huruf a, d, dan e; dan 3. Pasal 7 angka 2, angka 3 dan angka 4 huruf a, d, dan e. 1. Struktur Eselon I 2. Struktur Eselon II ke bawah, Fungsional tertentu jenjang Utama ke bawah, Fungsional umum golongan ruang IV/e ke bawah, dan PNS yang dipekerjakan pada Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri. 3. PNS yang dipekerjakan pada Negara lain atau badan internasional, atau tugas di luar negeri. E. Yang diperbantukan ke luar instansi induknya yang menduduki jabatan : 1. Pasal 7 angka 4 huruf d dan e; 2. Pasal 7 angka 3 dan angka 4 huruf a, d, dan e; dan 3. Pasal 7 angka 3 dan angka 4 huruf a, d, dan e; dan 1. Struktur Eselon II ke bawah, Fungsional tertentu jenjang Utama ke bawah, dan Fungsional umum golongan ruang IV/e ke bawah. 2. PNS yang diperbantukan pada Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri. 3. PNS yang diperbantukan pada Negara lain atau badan internasional, atau tugas di luar negeri. A. Yang Menduduki jabatan : 2. PEJABAT ESELON I 1. Pasal 7 angka 2; dan 2. Pasal 7 angka 3 huruf a dan b 1. Struktur Eselon II dan Fungsional tertentu jenjang Madya, dan Fungsional Umum golongan ruang IV/a s/d IV/c 2. Struktur Eselon III, Fungsional tertentu jenjang Muda dan Penyelia, dan Fungsional Umum golongan ruang III/b s/d III/d B. Yang dipekerjakan / diperbantukan di lingkungannya yang menduduki jabatan : 1. Pasal 7 angka 2 1. Struktur Eselon II, Fungsional tertentu jenjang Madya, dan Fungsional Umum golongan ruang IV/a s/d IV/c C. Yang diperbantukan di lingkungannya yang menduduki jabatan : 1. Pasal 7 angka 3 huruf a dan b 1. Struktur Eselon III, Fungsional tertentu jenjang Muda dan Penyelia, dan Fungsional Umum golongan ruang III/b s/d III/d

10 10 A. Yang Menduduki jabatan : 3. PEJABAT ESELON II 1. Pasal 7 angka 2; dan 2. Pasal 7 angka 3 huruf a dan b 1. Struktur Eselon III, Fungsional tertentu jenjang Muda dan Penyelia, dan Fungsional Umum golongan ruang III/c dan III/d 2. Struktural Eselon IV, Fungsional tertentu jenjang Pertama dan Pelaksana Lanjutan, dan Fungsional umum golongan ruang II/c s/d III/b B. Yang dipekerjakan / diperbantukan di lingkungannya yang menduduki jabatan: 1. Pasal 7 angka 2 1. Struktur Eselon III, Fungsional tertentu jenjang Muda dan Penyelia, dan Fungsional Umum golongan ruang III/c dan III/d C. Yang diperbantukan di lingkungannya yang menduduki jabatan : 4. PEJABAT ESELON II yang atasan langsungnya : a. Pejabat Pembina Kepegawaian; dan b. Pejabat Struktural Eselon I yang bukan Pejabat Pembina Kepegawaian 1. Pasal 7 angka 3 huruf a dan b 1. Pasal 7 angka 3 huruf a,b, dan c 1. Struktural Eselon IV, Fungsional tertentu jenjang Pertama dan Pelaksana Lanjutan, dan Fungsional umum golongan ruang II/c s/d III/b A. Yang Menduduki jabatan : 1. Struktural Eselon IV ke bawah, Fungsional tertentu jenjang Pertama dan Pelaksana Lanjutan, dan Fungsional umum golongan ruang III/d ke bawah A. Yang Menduduki jabatan : 5. PEJABAT ESELON III 1. Pasal 7 angka 2; dan 2. Pasal 7 angka 3 huruf a dan b 1. Struktural Eselon IV, Fungsional tertentu jenjang Pertama dan Pelaksana Lanjutan, dan Fungsional umum golongan ruang II/c s/d III/b 2. Struktur Eselon V, Fungsional tertentu jenjang Pelaksana dan Pelaksana Pemula, dan Fungsional umum golongan ruang II/a dan II/b B. Yang dipekerjakan / diperbantukan di lingkungannya : 1. Pasal 7 angka 2 1. Struktural Eselon IV, Fungsional tertentu jenjang Pertama dan Pelaksana Lanjutan, dan Fungsional umum golongan ruang II/c s/d III/b C. Yang diperbantukan di lingkungannya : 2. Pasal 7 angka 3 huruf a dan b 1. Struktur Eselon V, Fungsional tertentu jenjang Pelaksana dan Pelaksana Pemula, dan Fungsional umum golongan ruang II/a dan II/b

11 11 A. Yang Menduduki jabatan : 6. PEJABAT ESELON IV 1. Pasal 7 angka 2; dan 1. Struktur Eselon V, Fungsional tertentu jenjang Pelaksana dan Pelaksana Pemula, dan Fungsional umum golongan ruang II/a dan II/b 2. Pasal 7 angka 3 huruf a dan b 2. Fungsional umum golongan ruang I/a sampai dengan I/d B. Yang dipekerjakan / diperbantukan di lingkungannya : 1. Pasal 7 angka 2 1. Struktur Eselon V, Fungsional tertentu jenjang Pelaksana dan Pelaksana Pemula, dan Fungsional umum golongan ruang II/a dan II/b C. Yang diperbantukan di lingkungannya : 1. Pasal 7 angka 3 huruf a dan b 1. Fungsional umum golongan ruang I/a sampai dengan I/d A. Yang Menduduki jabatan : 7. PEJABAT ESELON V 1. Pasal 7 angka 2 1. Fungsional umum golongan ruang I/a sampai dengan I/d B. Yang dipekerjakan / diperbantukan di lingkungannya : 1. Pasal 7 angka 2 1. Fungsional umum golongan ruang I/a sampai dengan I/d V. PROSES HUKUMAN DISIPLIN PEMANGGILAN Panggilan dibuat secara tertulis Pemanggilan dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sebelum tanggal pemeriksaan. Apabila PNS yang diduga melakukan pelanggaran disiplin tidak memenuhi panggilan pertama untuk diperiksa tanpa alasan yang jelas maka dibuat panggilan kedua dalam bentuk tertulis paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal yang seharusnya yang bersangkutan diperiksa pada pemanggilan pertama. Apabila PNS tersebut tidak juga memenuhi panggilan kedua, maka pejabat yang berwenang menghukum dapat menjatuhkan hukuman disiplin berdasarkan bahan-bahan /keterangan yang tersedia tanpa dilakukan pemeriksaan.

12 12 PEMERIKSAAN A. Persiapan Pejabat yang berwenang menghukum memeriksa dan mempelajari kelengkapan laporan ataupun bahan-bahan yang berkaitan dengan pelanggaran yang dilakukan. Pembentukan tim pemeriksa : dilakukan apabila diduga melakukan pelanggaran disiplin yang yang ancaman hukumannya tergolong jenis hukuman disiplin tingkat sedang dan aatu berat. B. Pelaksanaan Pemeriksaan Pemeriksaan dilakukan secara lisan dan atau tertulis. Pemeriksaan dilakukan secara tertutup. Hasil pemeriksaan dituangkan dalam BAP C. Penyusunan Berita Acara BAP ditandatangani oleh pejabat yang memeriksa dan PNS yang diperiksa Apabila PNS yang diperiksa tidak bersedia menandatangani maka BAP tersebut tetap dapat dijadikan sebagai dasar untuk menjatuhkan hukuman disiplin Untuk memperkuat berita acara pemeriksaan dan sebagai bahan bukti dokumentasi yang dapat dipertanggungjawabkan, diperbolehkan menggunakan media perekam selama berlangsungnya pemeriksaan. Apabila dipandang perlu, pejabat yang berwenang menghukum dapat meminta keterangan mengenai pelanggaran disiplin itu dari pihak lain. Hal tersebut bertujuan untuk melengkapi keterangan dan menjamin objektivitas. PNS yang diperiksa berhak mendapat foto kopi berita acara pemeriksaan. PENJATUHAN HUKUMAN A. Pertimbangan Mempelajari dengan teliti hasil-hasil pemeriksaan, serta wajib memperhatikan dengan seksama faktor-faktor yang mendorong atau yang menyebabkan PNS melakukan pelanggaran disiplin. Hukuman disiplin yang akan dijatuhkan harus disesuaikan dengan pelanggaran yang dilakukan sehingga dapat diterima oleh rasa keadilan. PNS yang berdasarkan hasil pemeriksaan ternyata melakukan beberapa pelanggaran disiplin, hanya dapat dijatuhi satu jenis hukuman disiplin yang terberat setelah mempertimbangkan pelanggaran yang dilakukan. PNS yang pernah dijatuhi hukuman disiplin kemudian melakukan pelanggaran disiplin yang sifatnya sama, dijatuhi hukuman disiplin yang lebih berat dari hukuman disiplin terakhir yang pernah dijatuhkan. B. Tata Cara Penjatuhan Hukuman Disiplin Penjatuhan hukuman disiplin ditetapkan dalam keputusan oleh pejabat yang berwenang menghukum sesuai dengan kewenangannya. Dalam Keputusan hukuman disiplin harus menyebutkan jenis pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh PNS yang bersangkutan.

13 13 PENYAMPAIAN HUKUMAN DISIPLIN Tata Cara Penyampaian Hukuman Disiplin Hukuman disiplin disampaikan kepada PNS yang bersangkutan dan tembusannya disampaikan kepada pejabat instansi terkait. Keputusan tersebut disampaikan secara tertutup oleh pejabat yang berwenang menghukum atau pejabat lain yang ditunjuk dengan ketentuan pangkat atau jabatannya tidak lebih rendah dari PNS yang dijatuhi hukuman disiplin. Penyampaian keputusan hukuman disiplin dilakukan paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak keputusan ditetapkan. PNS yang dijatuhi hukuman disiplin yang tidak hadir pada waktu penyampaian keputusan hukuman disiplin, dianggap telah menerima keputusan hukuman disiplin tersebut dan keputusan akan dikirim kepada yang bersangkutan. VI. UPAYA ADMINISTRATIF Upaya administrasi terdiri dari keberatan dan banding administratif Hukuman Disiplin Yang Dapat Diajukan Keberatan Adiministratif : Keputusan hukuman disiplin yang dijatuhkan oleh pejabat struktural eselon I selain Pejabat Pembina Kepegawaian dan pejabat yang setara ke bawah, berupa penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 (satu) tahun dan penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu) tahun. Hukuman Disiplin Yang Dapat Diajukan Banding Administratif : Keputusan hukuman disiplin yang dijatuhkan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian, berupa pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri dan atau pemberhentian tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil. PROSEDUR PENGAJUAN KEBERATAN

14 14 VI. A. PROSEDUR PENGAJUAN KEBERATAN ATASAN PEJABAT YANG BERWENANG MENGHUKUM KEBERATAN Terhadap Keputusan hukuman disiplin berupa penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 (satu) tahun dan penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu) tahun yang dijatuhkan oleh pejabat struktural eselon I selain Pejabat Pembina Kepegawaian dan pejabat yang setara ke bawah : diajukan dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari terhitung mulai tanggal menerima keputusan hukuman disiplin. diajukan secara tertulis dengan memuat alasan keberatan. Diajukan kepada atasan pejabat yang berwenang menghukum. wajib mengambil keputusan atas keberatan yang diajukan oleh PNS yang bersangkutan dalam jangka waktu 21 hari kerja terhitung mulai tanggal yang bersangkutan menerima surat keberatan. Apabila dalam waktu lebih dari 21 hari kerja tidak mengambil keputusan atas keberatan, maka keputusan pejabat yang berwenang menghukum batal demi hukum PEJABAT YANG BERWENANG MENGHUKUM ditembuskan kepada pejabat yang berwenang menghukum. wajib menyampaikannya kepada atasan pejabat yang berwenang menghukum secara hirarkhi dalam jangka waktu 6 hari kerja terhitung mulai tanggal ia menerima surat tembusan, disertai dengan : surat tanggapan secara tertulis atas keberatan tersebu; Berita Acara Pemeriksaan; dan Surat Keputusan Hukuman Disiplin keberatan. Apabila dalam jangka waktu 6 hari tidak memberikan tanggapan atas keberatan maka atasan pejabat yang berwenang menghukum mengambil keputusan berdasarkan data yang ada.

15 15 VI.B. PROSEDUR PENGAJUAN BANDING BANDING Terhadap keputusan hukuman disiplin berupa pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri dan atau pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS yang dijatuhkan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian : dibuat secara tertulis, didalamnya memuat alasan-alasan dari keberatannya secara lengkap. sudah diajukan dalam jangka waktu 14 hari terhitung mulai tanggal menerima keputusan hukuman disiplin. PEJABAT YANG BERWENANG MENGHUKUM Wajib menerima surat banding administratif atas penjatuhan hukuman disiplin, dan menyampaikannya kepada Badan Pertimbangan Kepegawaian secara hirarki dalam jangka waktu 3 hari kerja terhitung mulai tanggal ia menerima surat banding tersebut, disertai dengan : Surat tanggapan secara tertulis atas keberatan tersebut; Berita Acara Pemeriksaan; Surat Keputusan Hukuman Disiplin. VII. BERLAKUNYA HUKUMAN DISIPLIN JENIS HUKUMAN DISIPLIN A. Hukuman Disiplin yang dijatuhkan oleh : 1) Presiden 2) Pejabat Pembina Kepegawaian, berupa : Tegoran Lisan Tegoran Tertulis Pernyataan tidak puas secara tertulis Penundaan Kenaikan Gaji Berkala selama 1 (satu) tahun Penurunan Gaji Penundaan Kenaikan Pangkat selama 1 (satu) tahun Penurunan Pangkat setingkat lebih rendah selama 1 (satu) tahun Penurunan Pangkat setingkat lebih rendah selama 3 (tiga) tahun Pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah Pembebasan dari jabatan 3) Pejabat yang berwenang menghukum, berupa : tegoran lisan, tegoran tertulis dan pernyataan tidak puas secara tertulis. MASA BERLAKU

16 16 B. Hukuman Disiplin yang dijatuhkan oleh pejabat selain sebagaimana yang dimaksud pada poin A di atas, apabila : 1. tidak diajukan keberatan. 2. diajukan keberatan 1. berlaku pada hari ke 15 (lima belas) setelah keputusan tersebut diterima. 2. berlaku pada tanggal ditetapkannya keputusan atas keberatan tersebut. C. Hukuman Disiplin yang dijatuhkan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian/Gubernur berupa : Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS dan Pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS, apabila : 1. tidak diajukan banding administratif 2. diajukan banding administratif 1. berlaku pada hari ke 15 (lima belas) setelah keputusan tersebut diterima. 2. berlaku pada tanggal ditetapkannya keputusan banding administratif tersebut. VIII. PENDOKUMENTASIAN KEPUTUSAN HUKUMAN DISIPLIN a. Keputusan hukuman disiplin didokumentasikan oleh pejabat pengelola kepegawaian di instansi yang bersangkutan. b. Dokumen keputusan hukuman disiplin tersebut di atas digunakan sebagai salah satu bahan penilaian dalam pembinaan PNS yang bersangkutan.

MATRIKS PERUBAHAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL

MATRIKS PERUBAHAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL MATRIKS PERUBAHAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL NO PP NOMOR 30 TAHUN 1980 TENTANG PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL 1 Menimbang : a. bahwa untuk menjamin terpeliharanya

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

BUPATI TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TULUNGAGUNG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

PELANGGARAN TERHADAP KEWAJIBAN DAN LARANGAN BAGI PNS

PELANGGARAN TERHADAP KEWAJIBAN DAN LARANGAN BAGI PNS -1- PELANGGARAN TERHADAP KEWAJIBAN DAN LARANGAN BAGI PNS I PELANGGARAN TERHADAP KEWAJIBAN PNS A KATEGORI PELANGGARAN RINGAN TERHADAP KEWAJIBAN PNS JENIS PELANGGARAN TERHADAP KEWAJIBAN PNS Tidak setia taat

Lebih terperinci

MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENJATUHAN HUKUMAN DISIPLIN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL KEMENTERIAN PERTAHANAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1980 TENTANG PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1980 TENTANG PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1980 TENTANG PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk menjamin terpeliharanya tata tertib dan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 16 Tahun 2016 Seri E Nomor 11 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 16 Tahun 2016 Seri E Nomor 11 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BOGOR Nomor 16 Tahun 2016 Seri E Nomor 11 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG KINERJA DAN DISIPLIN PEGAWAI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BOGOR Diundangkan dalam Berita

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, SALINAN NOMOR 37/E, 2010 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 49 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN PENEGAKAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA MALANG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PEMBINAAN DISIPLIN A. DASAR HUKUM B. PENJELASAN 1. Maksud 2. Tujuan 1. Kewajiban,

PEMBINAAN DISIPLIN A. DASAR HUKUM B. PENJELASAN 1. Maksud 2. Tujuan 1. Kewajiban, PEMBINAAN DISIPLIN A. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara; 2. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1966 tentang Pemberhentian/Pemberhentian Sementara Pegawai Negeri;

Lebih terperinci

KEBIJAKAN ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN

KEBIJAKAN ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN KEBIJAKAN ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN KEWAJIBAN PNS 1. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-undang Dasar 1945, Negara, dan Pemerintah, 2. Mengutamakan kepentingan Negara di atas kepentingan

Lebih terperinci

- 1 - GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG

- 1 - GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG - 1 - GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENEGAKAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

1. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-undang Dasar 1945, Negara, dan Pemerintah,

1. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-undang Dasar 1945, Negara, dan Pemerintah, Disiplin PNS Pembinaan Disiplin Keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai sesuatu tujuan selain sangat ditentukan oleh dan mutu profesionalitas juga ditentukan oleh disiplin para anggotanya. Bagi aparatur

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA KETENTUAN PELAKSANAAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA,

PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA KETENTUAN PELAKSANAAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA, BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 30 TAHUN 1980 TENTANG PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 30 TAHUN 1980 TENTANG PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 30 TAHUN 1980 TENTANG PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menjamin terpeliharanya tata tertib dan kelancaran pelaksanaan

Lebih terperinci

Administrasi Kepegawaian Negara. Lina Miftahul Jannah

Administrasi Kepegawaian Negara. Lina Miftahul Jannah Materi Mata Kuliah Administrasi Kepegawaian Negara Lina Miftahul Jannah The practice of training people to obey rules or a code of behavior, using punishment to correct disobedience The controlled behavior

Lebih terperinci

JENIS DAN BENTUK SANKSI PELANGGARAN KODE ETIK

JENIS DAN BENTUK SANKSI PELANGGARAN KODE ETIK 2012, No.778 10 LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PENEGAKAN KODE ETIK DAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR DAN PELANGGARAN KODE

Lebih terperinci

PENERAPAN DISIPLIN PNS

PENERAPAN DISIPLIN PNS PENERAPAN DISIPLIN PNS OLEH : BIRO KEPEGAWAIAN S E K R E T A R I A T J E N D E R A L K E M E N T E R I A N K E S E H A T A N R I 2 0 1 4 LATAR BELAKANG Tuntutan RB: PP 30 1980 tidak sesuai lagi Pelaksanaan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 17 Tahun : 2014

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 17 Tahun : 2014 BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 17 Tahun : 2014 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG DISIPLIN PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Keterangan PENDAHULUAN

Keterangan PENDAHULUAN Keterangan Absen rangkap 4, diperuntukkan - Keuangan rangkap 2 - Kepegawaian rangkap 1 - Pengawas rangkap 1 Absen rangkap 1 untuk arsip di RA-Madrasah ybs (setelah di sahkan pengawas) Bilamana tidak hadir,

Lebih terperinci

POKOK-POKOK PERATURAN PEMERINTAH TENTANG DISIPLIN PNS

POKOK-POKOK PERATURAN PEMERINTAH TENTANG DISIPLIN PNS POKOK-POKOK PERATURAN PEMERINTAH TENTANG DISIPLIN PNS butir-butir kewajiban berjumlah 26 menjadi 17 butir butir-butir larangan berjumlah 18 menjadi 15 butir Kewajiban PNS ( Pasal 3) : mengucapkan sumpah/janji

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1980 TENTANG PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1980 TENTANG PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1980 TENTANG PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menjamin

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 20 TAHUN TAHUN 2008 TENTANG KINERJA DAN DISIPLIN PEGAWAI PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 20 TAHUN TAHUN 2008 TENTANG KINERJA DAN DISIPLIN PEGAWAI PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT 1 PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 20 TAHUN 20129 TAHUN 2008 TENTANG KINERJA DAN DISIPLIN PEGAWAI PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

SALINAN INSTRUKSI MENTERI KEUANGAN NOMOR 01/IMK.01/2009

SALINAN INSTRUKSI MENTERI KEUANGAN NOMOR 01/IMK.01/2009 SALINAN INSTRUKSI MENTERI KEUANGAN NOMOR 01/IMK.01/2009 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN PENEGAKAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KEUANGAN MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 30 TAHUN 1980 TENTANG PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 30 TAHUN 1980 TENTANG PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 30 TAHUN 1980 TENTANG PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menjamin terpeliharanya tata tertib dan kelancaran pelaksanaan

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

BUPATI KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT BUPATI KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 59 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN PENEGAKAN DISIPLIN DAN KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN

Lebih terperinci

PELANGGARAN DAN TINGKAT HUKUMAN DISIPLIN

PELANGGARAN DAN TINGKAT HUKUMAN DISIPLIN 1 PELANGGARAN DAN TINGKAT HUKUMAN DISIPLIN I. KEWAJIBAN No KEWAJIBAN Tingkat Hukuman/jenis pelanggaran Ringan Sedang Berat KET 1 2 3 4 5 6 1 Mengucapkan sumpah/janji PNS; Mengucapkan sumpah/janji PNS tanpa

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BKN NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN 2010

PERATURAN KEPALA BKN NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN 2010 PERATURAN KEPALA BKN NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN 2010 BIRO ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN KEMENTERIAN PERTANIAN DASAR HUKUM 1. UU Nomor 8 Tahun 1974

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1980 TENTANG PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1980 TENTANG PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1980 TENTANG PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menjamin terpeliharanya tata tertib dan

Lebih terperinci

INSTRUKSI WALIKOTA BANDA ACEH NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG

INSTRUKSI WALIKOTA BANDA ACEH NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG INSTRUKSI WALIKOTA BANDA ACEH NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG PELAKSANAAN SOSIALISASI PASAL 2 DAN PASAL 3 (1) PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 30 TAHUN 1980 TENTANG PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI SERANG PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI SERANG PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI SERANG PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG PEGAWAI NON PEGAWAI NEGERI SIPIL PADA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN SERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN DEWAN DIREKSI LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 4/2012 TENTANG

PERATURAN DEWAN DIREKSI LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 4/2012 TENTANG PERATURAN DEWAN DIREKSI LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 4/2012 TENTANG PEDOMAN DISIPLIN PEGAWAI LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

5. Menyimpan rahasia negara dan atau rahasia jabatan dengan sebaik-baiknya,

5. Menyimpan rahasia negara dan atau rahasia jabatan dengan sebaik-baiknya, Disiplin PNS Pembinaan Disiplin Keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai sesuatu tujuan selain sangat ditentukan oleh dan mutu Dalam Pasal 29 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian

Lebih terperinci

PENYUSUNAN BUKU PANDUAN PENGAWASAN MELEKAT (WASKAT) DALAM RANGKA MENINGKATKAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL

PENYUSUNAN BUKU PANDUAN PENGAWASAN MELEKAT (WASKAT) DALAM RANGKA MENINGKATKAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL PENYUSUNAN BUKU PANDUAN PENGAWASAN MELEKAT (WASKAT) DALAM RANGKA MENINGKATKAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DISUSUN OLEH : BADAN KEPEGAWAIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA KOTA DENPASAR KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

KODE ETIK DAN PERATURAN DISIPLIN KARYAWAN IKIP VETERAN SEMARANG. BAB I Ketentuan Umum

KODE ETIK DAN PERATURAN DISIPLIN KARYAWAN IKIP VETERAN SEMARANG. BAB I Ketentuan Umum KODE ETIK DAN PERATURAN DISIPLIN KARYAWAN IKIP VETERAN SEMARANG BAB I Ketentuan Umum Pasal 1 1. Karyawan adalah setiap pegawai IKIP Veteran Semarang baik sebagai tenaga administrasi maupun tenaga penunjang.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1980 TENTANG PERATURAN DISIPIL PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1980 TENTANG PERATURAN DISIPIL PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1980 TENTANG PERATURAN DISIPIL PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menjamin terpeliharanya tata tertib dan

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PELAYANAN APARATUR

STANDAR OPERASIONAL PELAYANAN APARATUR STANDAR OPERASIONAL PELAYANAN APARATUR ` 1. Dasar Hukum : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2009 Tentang Gelar, Tanda Jasa, Dan Tanda Kehormatan 2. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2010

Lebih terperinci

MODUL DIKLAT ANALIS KEPEGAWAIAN DISIPLIN PNS. Penulis: 1. Drs. Harun Arsyad, SH, MH 2. Bambang Hari Samasto, SH

MODUL DIKLAT ANALIS KEPEGAWAIAN DISIPLIN PNS. Penulis: 1. Drs. Harun Arsyad, SH, MH 2. Bambang Hari Samasto, SH MODUL DIKLAT ANALIS KEPEGAWAIAN DISIPLIN PNS Penulis: 1. Drs. Harun Arsyad, SH, MH 2. Bambang Hari Samasto, SH PUSAT PEMBINAAN JABATAN FUNGSIONAL KEPEGAWAIAN BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA JAKARTA, 2014 BAB

Lebih terperinci

Modul kewajiban dan larangan bagi PNS

Modul kewajiban dan larangan bagi PNS 1 Modul kewajiban dan larangan bagi PNS UNTUK SMK IX UNT PENERBIT FITRY EVA FITRY EKA 2 KATA PENGANTAR Modul ini berisi materi pembelajaran yang membekali peserta didik dengan pengetahuan, keterampilan

Lebih terperinci

BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG KINERJA DAN DISIPLIN PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANGANDARAN,

Lebih terperinci

Arsip Nasional Republik Indonesia

Arsip Nasional Republik Indonesia Arsip Nasional Republik Indonesia LEMBAR PERSETUJUAN Substansi Prosedur Tetap tentang Pelaksanaan Penegakan Disiplin telah saya setujui. Disetujui di Jakarta pada tanggal Mei 2011 SEKRETARIS UTAMA, GINA

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL I. UMUM Dalam rangka mewujudkan PNS yang handal, profesional, dan bermoral sebagai penyelenggara

Lebih terperinci

BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH

BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH 1 1. UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN 2. PP No. 53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS 3. Peraturan Kepala BKN No. 21 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan PP No. 53 Thn

Lebih terperinci

MATRIK PERATURAN PEMERINTAH NO.53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL

MATRIK PERATURAN PEMERINTAH NO.53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL MATRIK PERATURAN PEMERINTAH NO.53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL NO PERATURAN PEMERINTAHAN NO.53 Tahun 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL KETERANGAN 1 Peraturan Pemerintah No.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No. 43 Tahun 1999 tentang Perubahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No. 43 Tahun 1999 tentang Perubahan 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pegawai Negeri Sipil. Menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No. 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian,

Lebih terperinci

Pelanggaran Disiplin adalah setiap perbutan, ucapan, tulisan yang melanggar Kewajiban dan atau Larangan bagi PNS.

Pelanggaran Disiplin adalah setiap perbutan, ucapan, tulisan yang melanggar Kewajiban dan atau Larangan bagi PNS. POKOK-POKOK PERATURAN PEMERINTAH NO. 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PNS Pelanggaran Disiplin adalah setiap perbutan, ucapan, tulisan yang melanggar Kewajiban dan atau Larangan bagi PNS. Kewajiban PNS.(Psl.3)

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDO... NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDO... NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG 1 of 17 8/18/2012 9:24 AM PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL I. UMUM Dalam rangka mewujudkan PNS yang handal, profesional,

Lebih terperinci

BATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,

BATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL, PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENEGAKAN DISIPLIN DAN PENJATUHAN HUKUMAN DISIPLIN PEGAWAI BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PERATURAN DISIPLIN APARAT PEMERINTAH DESA BUPATI BANYUMAS,

PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PERATURAN DISIPLIN APARAT PEMERINTAH DESA BUPATI BANYUMAS, BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PERATURAN DISIPLIN APARAT PEMERINTAH DESA BUPATI BANYUMAS, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menjamin terpeliharanya tata tertib

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 39 TAHUN 2005

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 39 TAHUN 2005 Menimbang LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 39 TAHUN 2005 PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 39 TAHUN 2005 TENTANG KETENTUAN POKOK PEGAWAI TIDAK TETAP DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 46 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN DISIPLIN TENAGA HARIAN LEPAS DAN HONORER DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, SALINAN NOMOR 34/E, 2009 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN PENEGAKAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA MALANG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 74 TAHUN 2010 TENTANG KETENTUAN BAGI TENAGA KONTRAK PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BADUNG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 74 TAHUN 2010 TENTANG KETENTUAN BAGI TENAGA KONTRAK PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BADUNG BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 74 TAHUN 2010 TENTANG KETENTUAN BAGI TENAGA KONTRAK PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PEGAWAI TIDAK TETAP DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PEGAWAI TIDAK TETAP DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT - 1 - GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PEGAWAI TIDAK TETAP DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 120 TAHUN

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 120 TAHUN SALINAN WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 120 TAHUN TENTANG PEDOMAN PENGANGKATAN, PEMBINAAN DAN PEMBERHENTIAN PEGAWAI NON PEGAWAI NEGERI SIPIL PADA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH

Lebih terperinci

BAB II FUNGSI PENGAWASAN YANG DILAKSANAKAN OLEH INSPEKTORAT TERHADAP DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL

BAB II FUNGSI PENGAWASAN YANG DILAKSANAKAN OLEH INSPEKTORAT TERHADAP DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL BAB II FUNGSI PENGAWASAN YANG DILAKSANAKAN OLEH INSPEKTORAT TERHADAP DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL A. Pengertian Pengawasan Pengawasan merupakan salah satu fungsi dalam manajemen suatu organisasi. Dimana

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 4 Tahun : 2015

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 4 Tahun : 2015 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 4 Tahun : 2015 Menimbang Mengingat PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PERANGKAT

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1980 TENTANG PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1980 TENTANG PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1980 TENTANG PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menjamin terpeliharanya tata tertib dan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR : 9 TAHUN 2006 SERI : D NOMOR : 7 Menimbang : Mengingat PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG TENAGA HONORER DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 21 A TAHUN 2013 TENTANG PEGAWAI HONOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG,

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 21 A TAHUN 2013 TENTANG PEGAWAI HONOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 21 A TAHUN 2013 TENTANG PEGAWAI HONOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, Menimbang Mengingat : a. bahwa setelah pengangkatan yang terakhir

Lebih terperinci

BATAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,

BATAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL, PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR: 057/KA/III/2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN JAM KERJA DAN PENJATUHAN HUKUMAN DISIPLIN JAM KERJA KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERMENRISTEKDIKTI NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERIAN TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

PERMENRISTEKDIKTI NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERIAN TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI PERMENRISTEKDIKTI NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERIAN TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi 2016

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 4 Tahun : 2015

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 4 Tahun : 2015 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 4 Tahun : 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

B U P A T I B I M A DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BIMA,

B U P A T I B I M A DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BIMA, B U P A T I B I M A PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 29 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENEMPATAN, PEMBERHENTIAN, PENGEMBANGAN KARIER, DAN DISIPLIN TENAGA HONORER DAERAH LINGKUP PEMERINTAH KABUPATEN BIMA DENGAN

Lebih terperinci

KODE ETIK DAN DISIPLIN UNIVERSITAS MUHAMADIYAH

KODE ETIK DAN DISIPLIN UNIVERSITAS MUHAMADIYAH KODE ETIK DAN DISIPLIN UNIVERSITAS MUHAMADIYAH RIAU UNIVERSITAS MUHAMMADIYAHH RIAU 2011 VISI Menjadikan Universitas Muhammadiyah Riau sebagai lembaga pendidikan tinggi yang bermarwah dan bermartabat dalam

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PEGAWAI NON PEGAWAI NEGERI SIPIL BADAN LAYANAN UMUM DAERAH PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN PEGAWAI NON PEGAWAI NEGERI SIPIL PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH ATAU UNIT KERJA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

PP 53 TAHUN 2010 OLEH SUWANTA, SH. Oleh : BADAN PERTIMBANGAN KEPEGAWAIAN

PP 53 TAHUN 2010 OLEH SUWANTA, SH. Oleh : BADAN PERTIMBANGAN KEPEGAWAIAN TEKNIS PELAKSANAAN PP 53 TAHUN 2010 Oleh : OLEH SUWANTA, SH BADAN PERTIMBANGAN KEPEGAWAIAN LATAR BELAKANG 1. Tuntutan Reformasi Birokrasi : a. Pelayanan Cepat b. Biaya Murah 2. Lingkup Reformasi Birokrasi

Lebih terperinci

Peraturan Rektor. Nomor : 01 Tahun Tentang. Peraturan Disiplin Mahasiswa

Peraturan Rektor. Nomor : 01 Tahun Tentang. Peraturan Disiplin Mahasiswa Peraturan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang Nomor : 01 Tahun 2007 Tentang Peraturan Disiplin Mahasiswa Bismillahirrohmanirrohim Rektor Universitas Muhammadiyah Malang : Menimbang : a. Bahwa Universitas

Lebih terperinci

SK Rektor Nomor : 591/IKIPVET.H/Q/VII/2013 Tentang PERATURAN DISIPLIN KEMAHASISWAAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

SK Rektor Nomor : 591/IKIPVET.H/Q/VII/2013 Tentang PERATURAN DISIPLIN KEMAHASISWAAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 SK Rektor Nomor : 591/IKIPVET.H/Q/VII/2013 Tentang PERATURAN DISIPLIN KEMAHASISWAAN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Disiplin Mahasiswa IKIP Veteran Semarang ini, yang dimaksud dengan : 1.

Lebih terperinci

PROGRAM I-MHERE. INDONESIA-Managing Higher Education for Relevance and Efficiency (I-MHERE) Project Sub Component B.2a DOKUMEN

PROGRAM I-MHERE. INDONESIA-Managing Higher Education for Relevance and Efficiency (I-MHERE) Project Sub Component B.2a DOKUMEN PROGRAM I-MHERE INDONESIA-Managing Higher Education for Relevance and Efficiency (I-MHERE) Project Sub Component B.2a DOKUMEN Kode Etik dan Peraturan Disiplin Pegawai Universitas Negeri Makassar Dokumen

Lebih terperinci

KETUA SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NURUL JADID

KETUA SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NURUL JADID KEPUTUSAN KETUA STT NURUL JADID PAITON PROBOLINGGO NOMOR : NJ-T06/0204/A.1.1/08-2011 TENTANG PEDOMAN ETIKA DOSEN SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NURUL JADID PAITON PROBOLINGGO KETUA SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NURUL

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PEGAWAI NON PEGAWAI NEGERI SIPIL BADAN LAYANAN UMUM DAERAH AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

MODUL DIKLAT ANALIS KEPEGAWAIAN KEBIJAKAN PENERAPAN DISIPLIN PNS DAN UPAYA BANDING ADMINISTRASI

MODUL DIKLAT ANALIS KEPEGAWAIAN KEBIJAKAN PENERAPAN DISIPLIN PNS DAN UPAYA BANDING ADMINISTRASI MODUL DIKLAT ANALIS KEPEGAWAIAN KEBIJAKAN PENERAPAN DISIPLIN PNS DAN UPAYA BANDING ADMINISTRASI Penulis: 1. Drs. Harun Arsyad, SH, MH 2. Otang, SH PUSAT PEMBINAAN JABATAN FUNGSIONAL KEPEGAWAIAN BADAN KEPEGAWAIAN

Lebih terperinci

Dengan tidak mengesampingkan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan pidana, PNS yang melakukan pelangggaran disiplin dijatuhi hukuman disiplin.

Dengan tidak mengesampingkan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan pidana, PNS yang melakukan pelangggaran disiplin dijatuhi hukuman disiplin. There are no translations available. PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PNS Pasal 6 Dengan tidak mengesampingkan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan pidana, PNS yang melakukan

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, T

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, T BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 54, 2017 KEMEN-KOMINFO. Tunjangan Kinerja. Pemberian. Pelaksanaan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS BAITURRAHMAH No. 403/F/Unbrah/VIII/2013 PERATURAN DISIPLIN TENAGA KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS BAITURRAHMAH No. 403/F/Unbrah/VIII/2013 PERATURAN DISIPLIN TENAGA KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS BAITURRAHMAH No. 403/F/Unbrah/VIII/2013 Tentang PERATURAN DISIPLIN TENAGA KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH REKTOR UNIVERSITAS BAITURRAHMAH Menimbang : a. bahwa Universitas

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR KEPEGAWAIAN BADAN USAHA KREDIT PEDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA Menimbang : MENTERI KOPERASI PERATURAN MENTERI KOPERASI NOMOR: 07 /PER/M.KUKM/IX/2014 TENTANG HARI KERJA DAN JAM KERJA DILINGKUNGAN KEMENTERIAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOPERASI,

Lebih terperinci

PROGRAM I-MHERE. INDONESIA-Managing Higher Education for Relevance and Efficiency (I-MHERE) Project Sub Component B.2a DOKUMEN

PROGRAM I-MHERE. INDONESIA-Managing Higher Education for Relevance and Efficiency (I-MHERE) Project Sub Component B.2a DOKUMEN PROGRAM I-MHERE INDONESIA-Managing Higher Education for Relevance and Efficiency (I-MHERE) Project Sub Component B.2a DOKUMEN Kode Etik dan Peraturan Disiplin Dosen Universitas Negeri Makassar Dokumen

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengembangan Sumber Daya Manusia Pemerintahan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengembangan Sumber Daya Manusia Pemerintahan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengembangan Sumber Daya Manusia Pemerintahan Menurut Sedarmayanti (2002: 42): Sumber daya manusia merupakan aset utama suatu organisasi yang menjadi perencana dan pelaku aktif

Lebih terperinci

No. Dok. : PD II/DI/004/AKBID YLPP KODE ETIK PEGAWAI AKADEMI KEBIDANAN YLPP PURWOKERTO JL. K.H. WAHID HASYIM NO. 274 A PURWOKERTO

No. Dok. : PD II/DI/004/AKBID YLPP KODE ETIK PEGAWAI AKADEMI KEBIDANAN YLPP PURWOKERTO JL. K.H. WAHID HASYIM NO. 274 A PURWOKERTO No. Dok. : PD II/DI/004/AKBID YLPP KODE ETIK PEGAWAI AKADEMI KEBIDANAN YLPP PURWOKERTO JL. K.H. WAHID HASYIM NO. 274 A PURWOKERTO Halaman 1 dari 15 KEPUTUSAN DIREKTUR AKADEMI KEBIDANAN YLPP PURWOKERTO

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PENGURUS YAYASAN SLAMET RIJADI NOMOR 04/YSR/2004 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI YAYASAN SLAMET RIJADI. Pengurus Yayasan Slamet Rijadi

KEPUTUSAN PENGURUS YAYASAN SLAMET RIJADI NOMOR 04/YSR/2004 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI YAYASAN SLAMET RIJADI. Pengurus Yayasan Slamet Rijadi KEPUTUSAN PENGURUS YAYASAN SLAMET RIJADI NOMOR 04/YSR/2004 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI YAYASAN SLAMET RIJADI Pengurus Yayasan Slamet Rijadi Menimbang : bahwa dengan ditetapkannya Keputusan Pengurus Yayasan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1500, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Tunjangan Kinerja. Pemberian. Penambahan. Pengurangan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG PEKERJA HARIAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB VI PEMBINAAN APARATUR

BAB VI PEMBINAAN APARATUR BAB VI PEMBINAAN APARATUR A. TUNJANGAN GAJI 1. Diberikan kepada PNS/CPNS yang mempunyai tanggungan suami/istri dan anak (Kandung, Tiri, Angkat) belum berumur 21 tahun dan tidak/belum pernah kawin, tidak

Lebih terperinci

SK Rektor Nomor : 591/IKIPVET.H/Q/VII/2013 Tentang PERATURAN DISIPLIN KEMAHASISWAAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

SK Rektor Nomor : 591/IKIPVET.H/Q/VII/2013 Tentang PERATURAN DISIPLIN KEMAHASISWAAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 SK Rektor Nomor : 591/IKIPVET.H/Q/VII/2013 Tentang PERATURAN DISIPLIN KEMAHASISWAAN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Disiplin Mahasiswa IKIP Veteran Semarang ini, yang dimaksud dengan : 1.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.604, 2010 OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA. Pengangkatan. Pemberhentian. Asisten Ombudsman. Prosedur.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.604, 2010 OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA. Pengangkatan. Pemberhentian. Asisten Ombudsman. Prosedur. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.604, 2010 OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA. Pengangkatan. Pemberhentian. Asisten Ombudsman. Prosedur. PERATURAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SYARAT

Lebih terperinci

Keputusan Rektor Universitas Sumatera Utara Nomor : 1180/H5.1.R/SK/SDM/2008 Tentang Kode Etik dan Peraturan Disiplin Pegawai Universitas Sumatera

Keputusan Rektor Universitas Sumatera Utara Nomor : 1180/H5.1.R/SK/SDM/2008 Tentang Kode Etik dan Peraturan Disiplin Pegawai Universitas Sumatera i KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS SUMATERA UTARA NOMOR: 1180/H5.1.R/SK/SDM/2008 TENTANG KODE ETIK DAN PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan

2 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.263, 2015 LIPI. Pegawai. Kode Etik. PERATURAN KEPALA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI DI LINGKUNGAN LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN PEMBERIAN TUNJANGAN KINERJA BAGI PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI NOMOR: KI70/DJM.S/201 0 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI NOMOR: KI70/DJM.S/201 0 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI ,.,. 10 KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI NOMOR: 28251.KI70/DJM.S/201 0 TENTANG KODE

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30/PERMEN-KP/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30/PERMEN-KP/2013 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30/PERMEN-KP/2013 TENTANG PEMBERIAN, PENAMBAHAN, DAN PENGURANGAN TUNJANGAN KINERJA BAGI PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN

Lebih terperinci

Biro Umum Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Nopember 2017

Biro Umum Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Nopember 2017 Biro Umum Institut Teknologi Sepuluh Nopember Nopember 2017 Status ITS sebagai PTN Badan Hukum, ITS memiliki otonomi dalam pengelolaan sumber daya manusia. Pelaksanaan dari ketentuan dalam Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci