Museum Antariksa Indonesia
|
|
- Suhendra Lie
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Jurnal Tingkat Sarjana bidang Senirupa dan Desain Museum Antariksa Indonesia Yogi Biondy Dr. Imam Santosa, M.Sn Program Studi Sarjana Desain Interior, Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB Kata Kunci : Museum, antariksa, pencapaian Abstrak Penggunaan teknologi antariksa sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia, kemudahan telekomunikasi, penentuan arah navigasi melalui bantuan satelit, menentukan pergerakan angin dan cuaca, hingga penelitian planet dan bintang yang sangat jauh dipermudah melalui teknologi antariksa. Indonesia memiliki potensi yang besar dalam pengembangan dan pemanfaatan teknologi antariksa tersebut, selain memiliki keuntungan geografis, Indonesia juga memiliki potensi dari sumber daya manusia yang dimiliki. Untuk meningkatkan dan memanfaatkan potensi yang ada tetapi kurang dihargai itu, maka muncul gagasan untuk membangun Museum Antariksa Indonesia yang bertujuan meningkatkan minat masyarakat dan menjadi pemicu agar masyarakat menghargai, mengetahui dan mempelajari lebih jauh ilmu dan teknologi antariksa. Abstract The use of space technology is very useful for human life, the ease of telecommunications, navigation technologies through the help of satellites, to determine the movement of wind and weather, to study planets and stars in the outer space, are very much facilitated by the space technology. Indonesia has great potential in the development and utilization of space technology, not only the geographical advantage, Indonesia also has the potential of human resources. To enhance and exploit the potential that Indonesia has but less appreciated, then came the idea to build the Space Museum of Indonesia that aims to increase interest and becomes a trigger to make people appreciate, know and learn more about space science and space technology. 1. Pendahuluan Sejak dahulu manusia memiliki beragam pertanyaan mengenai langit, antariksa, planet, bintang dan galaksi. Didasari oleh pertanyaan-pertanyaan tersebut dan rasa ingin tahu yang dimiliki oleh manusia, maka manusia melakukan berbagai penelitian dan penyelidikan mengenai langit dan antariksa. Penelitian dan penyelidikan atas langit dan antariksa merupakan ilmu astronomi, lebih jelasnya merupakan ilmu yang melibatkan pengamatan benda-benda langit serta fenomena alam yang terjadi di antariksa. Dengan Astronomi kita dapat mendapatkan banyak pengetahuan dari hasil pengamatan benda-benda langit. Nenek moyang kita pada zaman dahulu menggunakan astronomi untuk menentukan penanggalan, menentukan cuaca, menentukan arah perjalanan dan lain sebagainya. Pengamatan tersebut sangat sulit dilakukan pada zaman sekarang, dikarenakan meningkatnya jumlah pemukiman yang mengakibatkan berbagai polusi, terutama polusi cahaya yang mengakibatkan pengamatan langit sulit dilakukan tanpa alat bantu. Sebagai gantinya, hadirlah planetarium yang menghadirkan proyeksi video mengenai simulasi pergerakan langit dan lebih jauh lagi menghadirkan proyeksi aktivitas antariksa. Penelitian dan penyelidikan akan langit dan antariksa tidak hanya melalui observasi jarak jauh dari permukaan bumi saja, dengan kemajuan teknologi, manusia dapat mengirimkan benda-benda seperti satelit dan teleskop angkasa untuk melakukan penelitian yang lebih jauh lagi. Selain itu juga dilakukan pengiriman manusia untuk melakukan penjelajahan langsung yang berupa eksplorasi fisik dari benda di luar bumi, contohnya bulan. Eksplorasi ini dijalani guna mendapatkan data lebih jauh mengenai benda-benda angkasa, selain itu juga untuk meningkatkan pemanfaatan teknologi seperti teknologi komunikasi, pendeteksi cuaca dan lain sebagainya. Indonesia sejauh ini belum pernah terlibat langsung dalam melakukan eksplorasi antariksa, namun sudah memiliki pengalaman dalam mengeksploitasi teknologi keantariksaan. Indonesia merupakan negara ketiga di dunia setelah AS
2 dan Kanada yang menggunakan satelit domestik, yaitu Palapa A1 yang diluncurkan pada tahun Kemudian disusul dengan peluncuran-peluncuran satelit Palapa generasi berikutnya. Dalam teknologi peroketan Indonesia merupakan negara kedua di Asia yang berhasil meluncurkan roketnya sendiri, yaitu roket Kartika yang diluncurkan oleh LAPAN pada tahun Sebenarnya Indonesia memiliki potensi yang besar untuk pengembangan penelitian di bidang antariksa. Sekitar 13% garis khatulistiwa berada di atas wilayah Indonesia. Dengan demikian Indonesia tercatat sebagai negara pemilik garis khatulistiwa terpanjang di dunia. Hal ini membuat wilayah Indonesia sebagai tempat yang ideal untuk menjadi lokasi peluncuran roket pengangkut satelit. Peluncuran roket dari dekat garis khatulistiwa akan lebih menghemat bahan bakar roket, yang nantinya akan lebih menghemat biaya bahan bakar roket. Namun bila diamati, astronomi serta penguasaan teknologi antariksa di Indonesia kurang memiliki peminat. Padahal sejauh ini Indonesia telah memiliki tiga buah planetarium: Planetarium dan Observatorium Jakarta, yang berlokasi di Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta. Planetarium Jagad Raya Tenggarong, yang berada di Tenggarong, Kalimantan Timur. Planetarium Surabaya, yang berlokasi di kota Surabaya, Jawa Timur. Keberadaan planetarium tersebut dirasa masih kurang dimanfaatkan, bahkan kurang diperhatikan oleh masyarakat maupun pemerintah. Padahal planetarium memiliki potensi yang sangat besar dalam peran meningkatkan kemajuan ilmu astronomi dan pemanfaatan teknologi antariksa. Kurangnya minat masyarakat pada bidang antariksa dan astronomi juga menyebabkan kemunduran pada penguasaan teknologi antariksa Indonesia. Selain itu kemauan politis serta dukungan pemerintah akan penelitian antariksa bisa dibilang minim sehingga minat masyarakat untuk melakukan pengembangan juga menjadi turun. Sehingga dibutuhkan sebuah sarana untuk meningkatkan minat masyarakat untuk memperdalam ilmu astronomi dan pengembangan teknologi antariksa. Planetarium dan museum merupakan salah satu sarana yang sangat memadai untuk memberikan dorongan motivasi yang dibutuhkan untuk peningkatan minat masyarakat pada ilmu astronomi dan pengembangan teknologi. Dengan menyajikan pengetahuan kepada pengunjung mengenai latar belakang dan sejarah penelitian antariksa, berikut perkembangannya secara internasional, selain itu juga membahas pengetahuanpengetahuan mengenai antariksa dan aktivitasnya. Di dalamnya juga terdapat sejarah dan pencapaian yang dicapai oleh Indonesia akan teknologi penelitian antariksa. 2. Proses Studi Kreatif Indonesia merupakan salah satu Negara yang memiliki potensi besar dalam bidang antariksa, dengan dukungan posisi Indonesia yang strategis, yaitu tepat dilewati oleh garis khatulistiwa yang merupakan posisi yang baik untuk meluncurkan roket, juga Indonesia memiliki sumber daya manusia yang mendukung. Bukan hanya dari jumlah, tetapi juga kemampuan berpikir secara matematis dan teoritis yang baik. Namun hal tersebut kurang didukung oleh fasilitas yang memadai dan dukungan pemerintah akan pengembangan teknologi keantariksaan dirasa masih kurang. Indonesia juga telah melakukan sebanyak 18 peluncuran satelit angkasa, merupakan negara pionir yang meluncurkan satelit angkasa di daerah Asia Tenggara, merupakan negara ke tiga dari Asia. Peluncuran tersebut dilakukan pada 1976, dengan satelit Palapa A1 sebagai satelit pertama milik Indonesia. Sayangnya informasi mengenai pencapaianpencapaian tersebut masih minim ditemukan, sehingga masyarakat kurang mengapresiasi pencapaian Indonesia akan teknologi antariksa. Terdapat tiga buah planetarium di Indonesia yang tersebar di Jakarta, Kutai, Kalimantan Timur, dan Surabaya, Jawa Timur. Planetarium tertua terletak di Taman Ismail Marzuki, di Jakarta, mulai dibuka untuk umum pada tahun 1969 dan telah mengalami beberapa pengembangan diberbagai bidang. Tetapi pengembangan yang dilakukan masih memiliki kekurangan yang cukup banyak, ruang tunggu dan loket kurang menarik, sirkulasi ruangan yang kurang tertata dan membingungkan, ruang pameran yang tertutup dan kurang baik tata pamernya, dan lain sebagainya. Hal ini sangat disayangkan karena fasilitas yang bersifat edukatif ini kurang terjaga dan dioptimalkan penataannya, sehingga dikhawatirkan dapat mengganggu tercapainya tujuan utama fasilitas planetarium ini, yaitu melakukan edukasi mengenai antariksa serta alam semesta. Jurnal Tingkat Bidang Sarjana Senirupa dan Desain No.1 2
3 Terdapat tiga masalah utama, yaitu kurangnya minat serta pengetahuan masyarakat akan pengetahuan dan teknologi antariksa, pencapaian Indonesia di bidang teknologi antariksa yang kurang diapresiasi, serta pemanfaatan fasilitas planetarium Jakarta yang kurang maksimal. Maka diperlukan solusi berupa satu wadah yang bersifat edukatif dan rekreatif yang menampilkan sejarah serta masa depan akan teknologi dan penelitian antariksa, dalam lingkup internasional dan nasional secara khusus, dengan melakukan pengembangan terhadap fasilitas yang telah dibangun, dalam kasus ini adalah Planetarium Jakarta. Dari semua aspek-aspek yang telah disebutkan di atas, wadah berupa museum yang dilengkapi dengan planetarium dirasa cukup baik dalam menjawab permasalahan-permasalahan tadi. Didasari oleh itu, maka diusulkan perancangan Museum Antariksa Indonesia. Museum Antariksa Indonesia ini memiliki tujuan sebagai berikut 1. Memberikan Pengalaman dan pengetahuan mengenai ilmu antariksa dan astronomi pada masyarakat 2. Meningkatkan minat masyarakat akan pengetahuan dan teknologi di bidang antariksa dan astronomi 3. Menghargai pencapaian yang dimiliki oleh bangsa Indonesia dalam bidang pengetahuan dan teknologi antariksa dan astronomi 4. Mendorong masyarakat untuk lebih mengenal dan melakukan penelitian mengenai ilmu dan teknologi antariksa dan astronomi Dalam proses perancangan juga ditemui permasalahan khusus pada museum ini. Masalah yang ditemui adalah sebagai berikut : Minat pengunjung terhadap materi pamer Penyampaian materi pamer Sirkulasi museum Tampilan museum kurang menarik Pengunjung berupa rombongan lebih dari 100 orang Dalam usaha untuk pemecahan permasalahan khusus pada perancangan museum, maka dipilih 3 tema utama perancangan museum. Informatif, mengedepankan agar fasilitas yang dibangun dapat memberikan informasi yang mudah diterima dan diingat oleh pengunjung, selain itu diharapkan juga dapat meningkatkan minat pengunjung pada materi pamer. Inovatif, menjadikan inovasi menjadi bagian penting untuk menyampaikan informasi pada pengunjung, yang juga dimaksudkan untuk mempermudah sirkulasi dan meningkatkan tampilan museum. Dan Rekreatif, fasilitas yang dibangun selain merupakan fasilitas yang edukatif juga bersifat rekreatif bagi pengunjung agar informasi yang diberikan tidak membosankan. Dari tiga tema desain tersebut dihasilkan satu buah konsep utama, yaitu Modern Interactive. Modern dipilih untuk menghadirkan desain yang simple namun dapat meningkatkan fokus dari pengguna ruang, selain itu konsep modern cocok dengan fasilitas yang menyajikan informasi mengenai teknologi astronomi dan antariksa. Sedangkan Interactive merupakan pencapaian dari tema desain yang bersifat informatif dan inovatif, dengan tujuan meningkatkan kemudahan dan ketertarikan pengunjung dalam menggali informasi yang ditampilkan. Berikut merupakan beberapa gambar yang dijadikan sebagai acuan dalam perancangan Museum Antariksa Indonesia: Gambar 1. Gambar-gambar yang dijadikan sebagai acuan dalam perancangan Museum Antariksa Indonesia Jurnal Tingkat Bidang Sarjana Senirupa dan Desain No.1 3
4 3. Hasil Studi dan Pembahasan Berdasarkan hasil studi yang telah dilakukan dihasilkan satu konsep utama yang utuh, yaitu Modern Interactive, yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Pada bagian ini akan dijelaskan lebih jauh mengenai konsep yang diambil tersebut dan hubungannya dengan proses perancangan. Konten yang ingin ditampilkan di dalam Museum Antariksa Indonesia berupa hal-hal yang berkaitan dengan antariksa dan alam semesta. Seperti yang kita ketahui antariksa masih menyimpan banyak misteri di dalamnya, dan manusia masih melakukan penelitian untuk menggali pengetahuan dari benda-benda antariksa. Didasari oleh hal tersebut, saya mencoba untuk menghadirkan kesan gelap dan misterius yang dimiliki oleh antariksa pada perancangan Museum Antariksa Indonesia, sehingga secara tidak langsung para pengunjung dapat merasakan suasana antariksa Gambar 2. Suasana ruang pada ruangan Museum Antariksa Indonesia Untuk konsep bentuk, bentuk yang digunakan adalah kombinasi dari bentuk silindrikal yang mewakili benda-benda antariksa dan bentuk kaku yang mewakili teknologi pada peralatan yang digunakan manusia. Selain itu, untuk mengurangi kesan monoton di dalam bangunan museum yang berbentuk lingkaran. Dari kombinasi dan alasan tersebut di atas maka dipilih bentuk yang memiliki sudut banyak untuk diterapkan pada perancangan Museum Antariksa Indonesia. Gambar 4.6 Konsep Bentuk Warna-warna yang digunakan memiliki tujuan untuk memenuhi konsep utama dari fasilitas ini yaitu Modern Interactive dan juga untuk menampilkan suasana yang misterius dan menakjubkan pada ruangan. Untuk itu dipilih warna gelap yang memiliki sifat netral seperti abu-abu dan hitam pada sebagian besar ruangan untuk menghadirkan kesan misterius. Didukung dengan warna putih dan biru tua dengan penggunaan yang lebih sedikit. Kemudian untuk aksen pada ruangan digunakan warna-warna yang memiliki profil yang lebih kuat, seperti merah dan kuning. Warna aksen pada ruangan tersebut berfungsi contohnya sebagai penanda jalur pada ruang museum, selain itu juga untuk menandakan jalur evakuasi bahaya pada museum. Gambar 3. Warna-warna yang digunakan pada perancangan Museum Antariksa Indonesia Jurnal Tingkat Bidang Sarjana Senirupa dan Desain No.1 4
5 Warna-warna yang digunakan didsari oleh konsep utama perancangan museum, yaitu modern interactive yang dirasa kuat sebagai gambaran teknologi maju yang digunakan manusia untuk penelitian antariksa. Selain itu pemilihan warna utama didasari materi pameran yang diangkat oleh museum yaitu antariksa, yang memiliki tone warna gelap dan penuh misteri. Kemudian untuk warna aksentual yang digunakan sebagai sign system area dan display pada museum, digunakan warna-warna yang lebih terang dan kontras sehingga dapat lebih mudah menarik perhatian pengunjung museum. Gambar 4. Material yang digunakan pada Museum Antariksa Indonesia Selain sebagai penerangan, pencahayaan juga digunakan untuk menghadirkan suasana yang diharapkan pada ruangan yaitu misterius dan menakjubkan. Berikut adalah tabel tata pencahayaan ruangan secara umum. 4. Kesimpulan Gambar 5. Pencahayaan museum secara umum Teknologi dan pengetahuan akan antariksa merupakan satu hal penting untuk diketahui dan dipelajari lebih dalam, karena memiliki berbagai macam manfaat yang dapat dirasakan oleh manusia. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat Indonesia akan teknologi dan pengetahuan antariksa maka diperlukan sebuah fasilitas yang dapat mendorong masyarakat untuk lebih tahu, serta lebih jauh lagi untuk melakukan penelitian mengenai antariksa dan teknologi yang berkaitan dengan antariksa. Diharapkan fasilitas Museum Antariksa Indonesia dapat mencapai tujuan tersebut dengan menampilkan pameran yang dapat memancing keinginan pengunjung untuk mencari lebih jauh lagi akan pengetahuan dan teknologi yang berkaitan dengan antariksa. Ucapan Terima Kasih Artikel ini didasarkan kepada catatan proses berkarya/perancangan dalam MK Tugas Akhir Program Studi Sarjana Desain Interior FSRD ITB. Proses pelaksanaan Tugas Akhir ini disupervisi oleh pembimbing Dr. Imam Santosa M.Sn. Jurnal Tingkat Bidang Sarjana Senirupa dan Desain No.1 5
6 Daftar Pustaka a. Ambrose, Timothy; Paine, Crispin Museum Basics: Second Edition. New York: Routledge b. Budi Yuwono, Hermash Tugas Akhir S1, Laporan Perancangan Arsitektur: Planetarium dan Observatorium di Batu. Surabaya : Universitas Kristen Petra. c. Cuttle, Christopher Light for Art's Sake : Lighting for Artworks and Museum Display. Burlington : Elsevier d. The Diagram Group Space and Astronomy: An Illustrated Guide to Science. New York: Chelsea House e. Miller, Ron Space Exploration. Minneapolis : Twenty-First Century Books f. M. Logsdon, John Space Exploration. g. Neufert, Ernst Architects' Data (3rd Edition). New Jersey : Wiley-Blackwell Jurnal Tingkat Bidang Sarjana Senirupa dan Desain No.1 6
MUSEUM ANTARIKSA INDONESIA
Jurnal Tingkat Sarjana bidang Senirupa dan Desain MUSEUM ANTARIKSA INDONESIA Yogi Biondy Dr. Imam Santosa M.sn Program Studi Sarjana Desain Interior, Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB Email: biondyogi@gmail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 P e n d a h u l u a n
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Astronomi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan murni yang melibatkan pengamatan dan penjelasan tentang kejadian yang terjadi di luar bumi dan atmosfernya.
Lebih terperinciBAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang
BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sejak dahulu manusia memiliki beragam pertanyaan mengenal langit, antariksa, planet, bintang dan galaksi. Ketertarikan manusia terhadap pergerakan benda-benda langit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan dalam segala bidang. Pesatnya laju pembangunan di Indonesia menyebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi mengalami kemajuan pesat sejak Perang Dunia ke 2. Salah satu bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang mengalami kemajuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dunia telah mengalami perkembangan ilmu pengetahuan dengan sangat pesat. Penemuan-penemuan teknologi baru terus berkembang dari masa ke masa demi kesejahteraan manusia
Lebih terperinciLAPORAN HASIL KUNJUNGAN PLANETARIUM TIM JAKARTA
LAPORAN HASIL KUNJUNGAN PLANETARIUM TIM JAKARTA MITOLOGI YUNANI Oleh: Rizqa Ridina 0906642790 Kelas B Sastra Prancis FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA UNIVERSITAS INDONESIA DAFTAR ISI Daftar Isi... 2 BAB
Lebih terperinciPerancangan Interior Lobby & Area Pameran Museum Antariksa Surabaya
JURNAL INTRA Vol. 5, No. 2, (2017) 1-6 585 Perancangan Interior Lobby & Area Pameran Museum Antariksa Surabaya Hendy Darma Saputra Program Studi Desain Interior, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto
Lebih terperinciPLANETARIUM SEMARANG TA 118 BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Astronomi sebenarnya sudah dikenal luas oleh manusia sejak masa sebelum masehi, namun dalam perkembanganya astronomi menjadi ilmu pengetahuan yang hanya diketahui dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jumlah Wisatawan yang Berkunjung ke Taman Pintar Tahun
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek Yogyakarta adalah salah satu destinasi wisata di Indonesia yang terdiri atas ragam budaya, alam, pendidikan, sejarah, dan seni. Hal ini
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1 PENGERTIAN JUDUL
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 PENGERTIAN JUDUL Judul laporan Studio Konsep Perancangan Arsitektur yang dipilih ialah Solo Baru Planetarium Education Center. Untuk mengetahui pengertian dan definisi dari judul
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berwisata ke museum selain bertujuan untuk berlibur juga dapat menambah ilmu pengetahuan sekaligus ikut menjaga pelestarian kekayaan budaya bangsa. Menurut situs kebudayaan.kemdikbud.go.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tradisional berbeda-beda. Makanan tradisional sendiri merupakan sebuah
BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG MASALAH Jawa Barat merupakan salah satu daerah di Indonesia yang sarat akan kebudayaan tradisional yang beraneka ragam, Salah perwujudan budaya tersebut adalah pada
Lebih terperinciUPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN
BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala bisa digolongkan ke dalam jenis museum militer karena koleksi yang dimiliki. Museum Pusat TNI-AU Dirgantara Mandala (Muspusdirla) sempat
Lebih terperinciPERANCANGAN INDONESIAN COFFEE CENTER MILIK PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO DI JEMBER, JAWA TIMUR
Jurnal Tingkat Sarjana bidang Senirupa dan Desain PERANCANGAN INDONESIAN COFFEE CENTER MILIK PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO DI JEMBER, JAWA TIMUR Irina Anwar 17310002 Bagus Handoko, S.Sn, M.T Program
Lebih terperinciPERANCANGAN INTERIOR PADA PLANETARIUM DAN OBSERVATORIUM JAKARTA
PERANCANGAN INTERIOR PADA PLANETARIUM DAN OBSERVATORIUM JAKARTA Akmalia Jurusan Desain Interior Universitas Bina Nusantara, akmalia.x4@gmail.com Sri Rachmayanti, S.Sn., M.Des. Jurusan Desain Interior Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. PLANETARIUM SEMARANG Bentara Alam Gumilang / L2B LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Semarang memiliki cukup banyak fasilitas pendidikan. Dari taman kanak-kanak (TK), sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), sekolah menengah atas (SMA),
Lebih terperinciOPTIMALISASI TUMBUH KEMBANG ANAK PADA PELAYANAN PANTI ASUHAN DENGAN STUDI KASUS RUANG INTERIOR
Jurnal Tingkat Sarjana bidang Senirupa dan Desain OPTIMALISASI TUMBUH KEMBANG ANAK PADA PELAYANAN PANTI ASUHAN DENGAN STUDI KASUS RUANG INTERIOR Citra Lestari Oktaviana Andriyanto Wibisono Program Studi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wajib ditempuh khususnya jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Pelajaran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam struktur Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) atau sederajat, mata pelajaran Geografi merupakan pelajaran yang wajib ditempuh
Lebih terperinciDAFTAR GAMBAR. Halaman
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1.1 Kerangka Berpikir... 9 Gambar 1.2 Kerangka Penulisan... 10 Gambar 2.1 Ilustrasi Alam Semesta... 15 Gambar 2.2 Stonehenge... 16 Gambar 2.3 Teleskop Galileo... 16 Gambar
Lebih terperinciBAB 2 DATA DAN ANALISA. Akhir ini diperoleh dari berbagai sumber, antara lain :
BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Data dan Literatur Sumber-sumber data dan informasi untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari berbagai sumber, antara lain : 1. Literatur : buku, majalah, artikel
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bandung adalah salah satu kota besar di Indonesia dan merupakan Ibukota Provinsi Jawa Barat yang banyak menyimpan berbagai sejarah serta memiliki kekayaan
Lebih terperinciUPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB V PENUTUP
BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Museum Bank Mandiri adalah salah satu museum perbankan yang memiliki nilai histori tinggi. Terletak di Area Cagar Budaya Kota Tua Jakarta, juga dikenal dengan sebutan Batavia
Lebih terperinciMUSEUM ASTRONOMI DI SEMARANG Dengan Penekanan Desain RICHARD MEIER
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR MUSEUM ASTRONOMI DI SEMARANG Dengan Penekanan Desain RICHARD MEIER Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik
Lebih terperinciREVITALISASI INTERIOR MUSEUM ZOOLOGI KOTA BOGOR
Jurnal Tingkat Sarjana bidang Senirupa dan Desain REVITALISASI INTERIOR MUSEUM ZOOLOGI KOTA BOGOR Aninditya S. Soesilo Drs. Budi Isdianto, M.Sn Program Studi Sarjana Desain Interior, Fakultas Seni Rupa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LATAR BELAKANG TUJUAN LATAR BELAKANG. Eksistensi kebudayaan Sunda 4 daya hidup dalam kebudayaan Sunda
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang LATAR BELAKANG TUJUAN LATAR BELAKANG Eksistensi kebudayaan Sunda 4 daya hidup dalam kebudayaan Sunda KONSERVASI PARTISIPASI KOMUNITAS SUNDA TAMAN BUDAYA SUNDA METODE
Lebih terperinciPERANCANGAN DESAIN INTERIOR MUSEUM KOPI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN
1 PERANCANGAN DESAIN INTERIOR MUSEUM KOPI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman yang semakin maju dan modern, serta meningkatnya kemajuan akan ilmu pengetahuan menuntut manusia
Lebih terperinciPENGEMBANGAN DESAIN KERETA RESTORASI PADA KERETA API JARAK JAUH
JurnalTingkat Sarjana Senirupa dan Desain PENGEMBANGAN DESAIN KERETA RESTORASI PADA KERETA API JARAK JAUH Sigit Sembada Sutasman Dr. Martinus Pasaribu, M.Sn. ProgramStudiSarjanaDesain Produk, Fakultas
Lebih terperinciPenjelasan Skema : Konsep Citra yang diangkat merupakan representasi dari filosofi kehidupan suku Asmat yang berpusat pada 3 hal yaitu : Asmat sebagai
BAB V KONSEP DESAIN 5.1 Konsep Citra Konsep merupakan solusi dari permasalahan desain yang ada. Oleh karena itu, dalam pembuatan konsep harus mempertimbangkan mengenai simbolisasi, kebutuhan pengguna,
Lebih terperinciSEKOLAH TINGGI ASTRONOMI DI KOTA PARE-PARE TEMA ARSITEKTUR METAFORA
SEKOLAH TINGGI ASTRONOMI DI KOTA PARE-PARE TEMA ARSITEKTUR METAFORA Shahibuddin Juddah1 Muthmainnah2 Jurusan Arsitektur Fakultas Sains & Teknologi UIN-Alauddin Makassar Abstrak Kota Pare-Pare sebagai kota
Lebih terperinciFasilitas Industri Kreatif Media Cetak di Surabaya
Fasilitas Industri Kreatif Media Cetak di Surabaya Aditya Denny Pratama, dan Ir. St.Kuncoro Santoso Prodi Arsitektur, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto 121-131, Surabaya E-mail: denny_fact@yahoo.com
Lebih terperinciSIMULASI TELEGRAF SEBAGAI SARANA INTERAKTIF PADA MUSEUM POS INDONESIA
Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain SIMULASI TELEGRAF SEBAGAI SARANA INTERAKTIF PADA MUSEUM POS INDONESIA Annisa Lutfia; Agus Sachari Program Studi Sarjana Desain Produk, Fakultas Seni Rupa dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Galeri merupakan sebuah bangunan yang memiliki fungsi mirip dengan museum dan memiliki kegiatan utama yang sama yaitu kegiatan pameran. Galeri memiliki fungsi
Lebih terperinciDESAIN INSTALASI PUBLIK INTERAKTIF DENGAN PENDEKATAN MUSIK UNTUK TAMAN MUSIK CENTRUM BANDUNG
Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain DESAIN INSTALASI PUBLIK INTERAKTIF DENGAN PENDEKATAN MUSIK UNTUK TAMAN MUSIK CENTRUM BANDUNG Aryo Pangestu Dr. Deddy Wahjudi, M.Eng Program Studi Sarjana Desain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Projek Observatorium Astronomi. masyarakat umum. Hal ini tidak lepas dari keterbatasan fasilitas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Projek Observatorium Astronomi Perkembangan ilmu astronomi di Indonesia kurang dikenal oleh masyarakat umum. Hal ini tidak lepas dari keterbatasan fasilitas pendidikan
Lebih terperinciIPA TERPADU KLAS VIII BAB 14 BUMI, BULAN, DAN MATAHARI
IPA TERPADU KLAS VIII BAB 14 BUMI, BULAN, DAN MATAHARI KOMPETENSI INTI 3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ludruk merupakan sebuah drama tradisional yang diperagakan oleh sebuah grup kesenian yang di gelar di panggung. Pertunjukan kesenian yang berasal dari Jombang
Lebih terperinciMUSEUM TRANSPORTASI DARAT DI BATU
JURNAL edimensi ARSITEKTUR Vol. II, No. 1, (2014) 88-93 88 MUSEUM TRANSPORTASI DARAT DI BATU Danny Tedja Sukmana, dan Ir. Bisatya W. Maer, M.T Program Studi Arsitektur, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto
Lebih terperinciKONSEPSI AWAL MAHASISWA FISIKA TERHADAP MATERI BINTANG DAN EVOLUSI BINTANG DALAM PERKULIAHAN ASTROFISIKA
KONSEPSI AWAL MAHASISWA FISIKA TERHADAP MATERI BINTANG DAN EVOLUSI BINTANG DALAM PERKULIAHAN ASTROFISIKA L. Aviyanti a, * dan J.A. Utama b a Jurusan Pendidikan Fisika, Universitas Pendidikan Indonesia
Lebih terperinciBAB V PENUTUP A. KESIMPULAN
73 BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Sebagai salah satu Art space yang memiliki pengaruh terhadap dunia seni di Indonesia, Selasar Sunaryo Art space ingin memberikan pelayanan terbaik terhadap para pelaku seni
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bidang astronomi dan sudah dikenal sekitar 3000 tahun sebelum jaman
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek Bidang ilmu sains yang paling awal dalam peradaban manusia adalah bidang astronomi dan sudah dikenal sekitar 3000 tahun sebelum jaman Babilonia kuno. Pada jaman
Lebih terperinciPERANCANGAN IDENTITAS VISUAL PLANETARIUM JAKARTA
PERANCANGAN IDENTITAS VISUAL PLANETARIUM JAKARTA Mochamad Rifqi Fairus Binus University, Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia Abstrak Planetarium Jakarta merupakan tempat wisata dibidang astronomi, Planetarium
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DESAIN. dikawasan pusat keramaian dengan lokasi yang strategis.
BAB IV ANALISA DESAIN A. ANALISA EKSISTING 1. Asumsi Lokasi Dasar pertimbangan penentuan siteplan Museum Film Horor mengambil lokasi di daerah Jakarta Pusat lebih tepatnya di JL. Cikini Raya (kawasan TIM).
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Gambar V.1 Aplikasi Ide (Sumber : Penulis) commit to user
digilib.uns.ac.id 101 BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN 1. Ide Gagasan Ide gagasan perancangan desain interior Resort ini berupa konsep Bali Style. Bali Style merupakan konsep yang sering digunakan pada bangunan
Lebih terperinciPROPOSAL MUSEUM SAINS DAN TEKNOLOGI DI SURABAYA
PROPOSAL MUSEUM SAINS DAN TEKNOLOGI DI SURABAYA 1. Judul Museum Sains dan Teknologi Di Surabaya 2. Latar Belakang Kota Surabaya adalah ibukota Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Surabaya merupakan kota terbesar
Lebih terperinciKonsep BAB V KONSEP. 5.1 Kerangka Konsep. 5.2 Konsep Young Dynamic
BAB V KONSEP 5.1 Kerangka Konsep Konsep Sekolah Fotografi Darwis Triadi adalah sebuah sekolah fotografi yang didirikan oleh seorang fotografer profesional bernama Andreas Darwis Triadi pada tahun 2003.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pencahayan merupakan sebuah elemen penting dalam desain interior. Hal ini dikarenakan peran cahaya sebagai penampil wujud warna, bentuk, tekstur, dan material
Lebih terperinciSinar-sinar kuning pada Gambar 1 merupakan sinar matahari, sedangkan panahpanah biru menunjukkan lintasan-lintasan orbit pesawat.
Berlayar di Angkasa Berlayar kok di luar angkasa? Bagaimana caranya? Apakah di luar angkasa yang sepi dan gelap itu ada cukup angin yang dapat mengembangkan layar seperti angin laut yang mengembangkan
Lebih terperinciPUSAT PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK TUNANETRA
Jurnal Tingkat Sarjana bidang Senirupa dan Desain PUSAT PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK TUNANETRA Ignatius Deo Grasianto ; Dra. Dona Saphiranti, MT. Program Studi Sarjana Desain Interior, Fakultas Seni Rupa
Lebih terperinciBATUAN AGATE SEBAGAI INSPIRASI PADA PERHIASAN KERAMIK MENGGUNAKAN KOMBINASI MATERIAL LOGAM DENGAN TEKNIK AGATEWARE
BATUAN AGATE SEBAGAI INSPIRASI PADA PERHIASAN KERAMIK MENGGUNAKAN KOMBINASI MATERIAL LOGAM DENGAN TEKNIK AGATEWARE Tania Andina Kardin Deni Yana, S.Sn, M.sn Program Studi Sarjana Kriya Keramik, Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Parfum atau wewangian merupakan aroma yang akrab dalam kehidupan kita sehari-hari. Aplikasinya pun beragam, mulai dari kosmetik, aromatherapy, obat, hingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perancangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Pesatnya perkembangan zaman kearah yang lebih modern dan diikuti dengan perkembangan teknologi serta ilmu pengetahuan, kian menuntut masyarakat memenuhi
Lebih terperinciPUSAT PAMERAN DAN KONVENSI DI SURAKARTA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR FUTURISTIK
PUSAT PAMERAN DAN KONVENSI DI SURAKARTA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR FUTURISTIK Tegar Adhityatma 1, Musyawaroh 2, Amin Sumadyo 3 Prodi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta 1,2,3
Lebih terperinciMUSEUM FOTOGRAFI ANALOG (ANALOG PHOTOGRAPHY MUSEUM)
Jurnal Tingkat Sarjana bidang Senirupa dan Desain MUSEUM FOTOGRAFI ANALOG (ANALOG PHOTOGRAPHY MUSEUM) Juliva Sesiria Dr. Tendy Y. Ramadin, M.T Program Studi Sarjana Desain Interior, Fakultas Seni Rupa
Lebih terperinciKONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TUGAS AKHIR
KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PLANETARIUM DI YOGYAKARTA LANGGAM CUBISME SEBAGAI TITIK TOLAK DALAM PERANCANGAN TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi bentuk kesenian keramik sampai saat ini. 1. Menurut The Concise Colombia Encyclopedia (1995) kata keramik berasal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah sebuah negara yang dikenal dengan keanekaragaman tradisi dan kebudayaan, salah satu keragaman yang dimiliki oleh Indonesia adalah tradisi pembuatan
Lebih terperinciPLANETARIUM BANDUNG LAPORAN PERANCANGAN AR 40Z0 STUDIO TUGAS AKHIR SEMESTER II TAHUN 2007/2008
PLANETARIUM BANDUNG LAPORAN PERANCANGAN AR 40Z0 STUDIO TUGAS AKHIR SEMESTER II TAHUN 2007/2008 Sebagai Prasyarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Oleh Ni Made Suksmayani 15203059 PROGRAM
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Bak ditelan bumi, itulah yang saat ini terjadi pada keilmuan astronomi di
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Pemilihan Objek Bak ditelan bumi, itulah yang saat ini terjadi pada keilmuan astronomi di Indonesia. Sebagai suatu negara yang pernah menjadi kiblat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Seni merupakan bagian dari kebudayaan yang lahir dari hasil budi daya manusia dengan segala keindahan, dan kebebasan berekspresi dari manusia sendiri. Seiring dengan
Lebih terperinciGaleri Fotografi Pelukis Cahaya yang Berlanggam Modern Kontemporer dengan Sentuhan Budaya Lombok. Ni Made Dristianti Megarini
Galeri Fotografi Pelukis Cahaya yang Berlanggam Modern Kontemporer dengan Sentuhan Budaya Lombok Ni Made Dristianti Megarini 3407100128 Potensi perkembangan kreatifitas dan seni Lombok sangat pesat dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang belum terlalu terpublikasi. dari potensi wisata alamnya, Indonesia jauh lebih unggul dibandingkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut beberapa data statistik dan artikel di berbagai media, pariwisata di Indonesia sejauh ini dapat dikatakan kurang dikenal di mancanegara, maupun di Indonesia
Lebih terperinciPerancangan Perpustakaan Umum dengan Pendekatan Arsitektur Hybrid
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 6, No.2, (2017) 2337-3520 (2301-928X Print) G 156 Perancangan Perpustakaan Umum dengan Pendekatan Arsitektur Hybrid Armeinda Nur Aini dan Arina Hayati Departemen Arsitektur,
Lebih terperinciPERANCANGAN INTERIOR PHOTOGRAPHY SCHOOL AND CENTRE FOR CHILDREN ABSTRAK. anak yang dapat mendukung kegiatan eksplorasi dalam fotografi.
PERANCANGAN INTERIOR PHOTOGRAPHY SCHOOL AND CENTRE FOR CHILDREN ABSTRAK Anak anak memiliki kemampuan untuk belajar sesuatu dengan kemampuan dan daya serap yang baik, begitu pula dalam kegiatan fotografi.
Lebih terperinciPerancangan Ulang Interior Terminal Keberangkatan Bandar Udara Syamsudin Noor
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bandar Udara merupakan sarana yang disediakan sebagai tempat keberangkatan dan kedatangan seseorang atau beberapa orang yang berpergian menggunakan transportasi pesawat
Lebih terperinciBANDOENG TEMPOE DOELOE
Jurnal Tingkat Sarjana bidang Senirupa dan Desain BANDOENG TEMPOE DOELOE Trina Luftiany Dr. Imam Santosa, Msn Desain Interior, Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB Email: t.mardhika@gmail.com Kata
Lebih terperinciI.1 LATAR BELAKANG I.1.1
BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG I.1.1 Latar Belakang Pemilihan Kasus Kebudayaan memiliki unsur budi dan akal yang digunakan dalam penciptaan sekaligus pelestariannya. Keluhuran dan kemajuan suatu
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERANCANGAN
5.1 Konsep Umum Perancangan BAB V KONSEP PERANCANGAN Gambar 1 Bagan Pemikiran Umum Konsep Sumber : Pemikiran Penulis Kegiatan yang ada di dalam Planetarium secara umum dapat dibagi menjadi 3 aktivitas
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK YANG DIRENCANAKAN DAN KONSEP PERENCANAAN
BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK YANG DIRENCANAKAN DAN KONSEP PERENCANAAN Bagian ini akan menganalisis gambaran umum objek yang direncanakan dari kajian pustaka pada Bab II dengan data dan informasi pada Bab
Lebih terperinciE-SUMUTSIANA RELIEF. Abstrak. Abstract
E-SUMUTSIANA RELIEF Yudi Franklin Hutauruk Sekolah Tinggi Teknik Harapan Medan Jurusan Sistem Informasi JL. H.M Jhoni No. 70 Medan, Indonesia yudifranklin@gmail.com Abstrak Pentingnya warisan budaya kepada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. horor adalah film yang penuh dengan eksploitas unsur unsur horor yang
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Vincent Pinel (2006) Genres et Mouvements Au Cinémamenyebutkanfilm horor adalah film yang penuh dengan eksploitas unsur unsur horor yang bertujuanmembangkitkan ketegangan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat di Indonesia pasti telah merasakan bahwa teknologi saat ini telah mengalami kemajuan yang sangat pesat, dan teknologi maju ini telah memasuki segala aspek
Lebih terperinciBAB IV KONSEP PERANCANGAN
BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1. Letak Geografis Site Site yang akan dibangun berlokasi di sebelah timur Jalan Taman Siswa dengan koordinat 07 o 48 41.8 LS 110 o 22 36.8 LB. Bentuk site adalah persegi panjang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Indonesia memiliki tingkat mobilitas yang semakin tinggi sehingga mereka rentan mengalami kejenuhan. Berbagai cara dilakukan untuk mengatasi kejenuhan seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini, masyarakat menggunakan pencahayaan karena dianggap sebagai sarana pokok dalam berbagai kegiatan, misalnya memasak, membaca, menulis dan juga dapat menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi makhluk hidup untuk bertahan dan hidup. Tanpa makanan, manusia tidak dapat bertahan karena manusia menempati urutan teratas dalam
Lebih terperinciBAB 3 SRIWIJAYA ARCHAEOLOGY MUSEUM
BAB 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PERANCANGAN Pada bab kali ini akan membahas penyelesaian persoalan perancangan dari hasil kajian yang dipaparkan pada bab sebelumnya. Kajian yang telah dielaborasikan menjadi
Lebih terperincicross ventilation system, maka konsep desain juga mengikuti fungsi tujuan arsitektur bangunan tersebut supaya terjadi keserasian, dan keselarasan anta
BAB V KONSEP PERENCANAAN INTERIOR BASKETBALL COMMUNITY CENTER 5.1 KONSEP PERENCANAAN INTERIOR 5.1.1 KONSEP DASAR Pengertian olahraga adalah gerak tubuh untuk menguatkan dan menyehatkan tubuh. Olahraga
Lebih terperinciWahana Rekreasi Edukatif Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia Di Surabaya
JURNAL edimensi ARSITEKTUR Vol.1,No. 1, (2012) 1-8 1 Wahana Rekreasi Edukatif Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia Di Surabaya Merliana Tjondro dan Christine Wonoseputro, S.T.,MASD Jurusan Teknik Arsitektur,
Lebih terperinciREKREASI WISATA DANAU GEDEBAGE
JurnalTingkat Sarjana bidang Senirupa dan Desain REKREASI WISATA DANAU GEDEBAGE Diliyan Riski Dr. Ruly Darmawan M,Sn Program StudiSarjana Desain Interior, Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB Email:
Lebih terperinciGALERI SENI UKIR BATU PUTIH. BAB I.
BAB I. GALERI SENI UKIR BATU PUTIH. Pendahuluan BATU PUTIH. GALERI SENI UKIR BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang a. Kelayakan Proyek Daerah Istimewa Yogyakarta secara geografis berada di pesisir pantai
Lebih terperinciBAB VI LANDASAN TEORI
BAB VI LANDASAN TEORI 6.1 Konsep Perencanaan 6.1.1 Konsep Program Ruang Ruang-ruang dalam Kantor Dinas Pemadam Kebakaran Kulon Progo dikelompokan menjadi empat kelompok ruang yang memiliki karakteristik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kampus Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Bina Nusantara. yang Berhubungan dengan Arsitektur.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Deskripsi Proyek Judul : Topik : Kampus Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Bina Nusantara Ekspresionisme Tema : Pengolahan Bentuk Kampus yang Ekspresif dalam Menaungi Kegiatan
Lebih terperinciBAB 4 KONSEP DESAIN. 4.1 Landasan Teori Teori Publikasi
16 BAB 4 KONSEP DESAIN 4.1 Landasan Teori 4.1.1 Teori Publikasi Timothy Samara (2005:10) menyatakan publikasi merupakan sebuah perluasan aplikasi dari dua unsur yaitu teks dan gambar. Perluasan aplikasi
Lebih terperinciPERANCANGAN INTERIOR PUSAT DOKUMENTASI SEJARAH 1965:
Jurnal Tingkat Sarjana bidang Senirupa dan Desain PERANCANGAN INTERIOR PUSAT DOKUMENTASI SEJARAH 1965: TITIK KULMINASI Feysa Poetry Dr. Pribadi Widodo, M.Sn., B.E. Arch. Program Studi Sarjana Desain Interior,
Lebih terperinciIMPLEMENTASI UNSUR TRADISI DAN KEBUDAYAAN BATAK DENGAN PENDEKATAN MODERN DALAM PERANCANGAN INTERIOR MUSEUM ULOS SUMATERA UTARA
Jurnal Tingkat Sarjana bidang Senirupa dan Desain IMPLEMENTASI UNSUR TRADISI DAN KEBUDAYAAN BATAK DENGAN PENDEKATAN MODERN DALAM PERANCANGAN INTERIOR MUSEUM ULOS SUMATERA UTARA Feny Ambarsari Pembimbing:
Lebih terperinciDesain Interior Museum Teknologi Apple dengan Langgam Eklektik
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.2, (2015) 2337-3520 (2301-928X Print) F-1 Desain Interior Museum Teknologi Apple dengan Langgam Eklektik Muhammad Hawwin Ardhiansyah, Thomas Ari Kristianto Jurusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Banyak daerah-daerah di Indonesia yang memiliki potensi pariwisata yang dapat diolah dan dikembangkan untuk dikenalkan kepada wisatawan mancanegara bahwa Indonesia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sejak saat itulah manusia mulai mengenal Iptek. Pada awalnya, Iptek berkembang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) berkembang sesuai dengan perkembangan kehidupan umat manusia. Ketika manusia mengenal alat, sebenarnya sejak saat itulah manusia
Lebih terperinciBAB IV Konsep Perancangan Museum Mobil Klasik. ini adalah Vintage Industrial. Tema ini terdiri dari kata Vintage dan
BAB IV Konsep Perancangan Museum Mobil Klasik 4.1 Tema Tema yang diambil dalam perancangan Museum Mobil Klasik ini adalah Vintage Industrial. Tema ini terdiri dari kata Vintage dan Industrial. Vintage
Lebih terperinciBAB IV KONSEP PERANCANGAN
BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1. Konsep Umum Perancangan Gambar 4. 1 Diagram Ilustrasi Konsep Umum Perancangan Berawal dari komunitas bernama generasi 90-an, muncul sebuah buku ilustrasi populer yang menjadi
Lebih terperinciPERANCANGAN PUSAT PENGEMBANGAN PENCAK SILAT DENGAN PENDEKATAN MODERNISASI NILAI
Jurnal Tingkat Sarjana bidang Senirupa dan Desain PERANCANGAN PUSAT PENGEMBANGAN PENCAK SILAT DENGAN PENDEKATAN MODERNISASI NILAI Vika Haristianti Drs. Widihardjo, M.Sn Program Studi Sarjana Desain Interior,
Lebih terperinciPERANCANGAN MUSEUM BATIK PRIANGAN DALAM UPAYA MENYELAMATKAN BATIK PRIANGAN SEBAGAI WARISAN BUDAYA BANGSA
Jurnal Tingkat Sarjana bidang Senirupa dan Desain PERANCANGAN MUSEUM BATIK PRIANGAN DALAM UPAYA MENYELAMATKAN BATIK PRIANGAN SEBAGAI WARISAN BUDAYA BANGSA Desti R. Pratama Dr. Imam Santosa, M.Sn Program
Lebih terperinciBAB III METODE PERANCANGAN
BAB III METODE PERANCANGAN 3.1. Metode Perancangan Dalam metode perancangan ini banyak proses yang dilakukan, baik menggunakan metode penelitian yang bersifat analisa kuantitatif-korelatif, yaitu mencari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan seni dan budayanya. Hal itu telihat dari keberagaman suku yang dimiliki Bangsa Indonesia, mulai dari cara hidup
Lebih terperinciPENCIPTAAN LINGKUNGAN MUSIK TERPADU BAGI REMAJA KOTA BANDUNG MELALUI SARANA BANDUNG YOUTH MUSIC CENTER
Jurnal Tingkat Sarjana bidang Senirupa dan Desain PENCIPTAAN LINGKUNGAN MUSIK TERPADU BAGI REMAJA KOTA BANDUNG MELALUI SARANA BANDUNG YOUTH MUSIC CENTER Nama Mahasiswa: Laksmi Hadyan W.S. Nama Pembimbing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Museum Transportasi Darat di Bali 1
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan dibahas mengenai pandangan awal tentang judul yang diambil yaitu Museum Transportasi Darat di Bali. Adapun hal yang dibahas dalam bab ini yaitu latar belakang
Lebih terperinciPerancangan Pusat Komunitas Tunanetra Indonesia dengan Pendekatan Indera
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) G-174 Perancangan Pusat Komunitas Tunanetra Indonesia dengan Pendekatan Indera Yustisia Sekar Pratiwi dan Murni Rachmawati Jurusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tujuan yang ingin dicapai pada Tugas Akhir ini adalah menghasilkan game
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penciptaan Tujuan yang ingin dicapai pada Tugas Akhir ini adalah menghasilkan game bergenre vehicular combat game tentang pengetahuan rasi bintang sebagai media pembelajaran
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perancangan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Semakin maju peradaban suatu tempat maka semakin maju juga pola pikir masyarakatnya. Hal ini terbukti dengan adanya fenomena gaya hidup sehat masyarakat
Lebih terperinciPERANCANGAN INTERIOR MUSEUM SENI RUPA DAN KERAMIK DI KAWASAN KOTA TUA JAKARTA
PERANCANGAN INTERIOR MUSEUM SENI RUPA DAN KERAMIK DI KAWASAN KOTA TUA JAKARTA Fauziah Citra Sari Anes Putri fauziahcitras@gmail.com Abstrak Museum Seni Rupa dan Keramik (MSRK) adalah salah satu wisata
Lebih terperinci